Volume 6 No.2 September 2010
Pengaruh Campuran Kadar Kerosin Dalam Premium Terhadap Emisi Gas Sulfur Oksida Dan Nitrogen Oksida Pada Kendaraan Bermotor Yusriani Sapta Dewi dan Tari Budiyanti Rancangan e-Learning Untuk Pembelajaran Berbasis Moodle Pertumpun Gurusinga dan Muhamad Jafar Sidik Perancangan Aplikasi Sistem Keamanan Rumah Dengan Mikrokontroler AT89S51/52 Berbasis Personal Komputer Berlin Sitorus dan Hendro Diwantoro Perancangan Alat Bantu Ajar Matematika Untuk Anak TK Berbasis Multimedia Sukarno Bahat Nauli dan Gadis Megawati Aplikasi Penyelesaian Persamaan Fungsi Aljabar Boolean Menggunakan Met Quine Mccluskey Dengan Visual Basic 6.0 S.H. Hutapea, Bosar Panjaitan dan Ucok Hasiholan Sitorus
I S SN
9
2161184
7 7 2 1 6 1
1 8 4 4 0 0
ISSN 0216-1184
Volume 6 Nomor 2 Tahun 2010
ISSN 0216-1184
JURNAL ILMIAH FAKULTAS TEKNIK L I M I T’S SUSUNAN REDAKSI Pimpinan Umum/Penanggung Jawab: Berlin Sitorus, S.Kom.,M.Kom (Dekan Fakultas Teknik) Staff Ahli: Dr. Ir. Jupiter Sitorus, M.Eng. Dr. Yusriani Sapta Dewi, MSi. Dr. Ir Tambak Manurung, MS. Drs. S.H. Hutapea, M.Kom Drs. Edison Sihombing, M.Si Pimpinan Redaksi: Dra. Pertumpun Gurusinga, M.MSi. Sekretaris Redaksi: Kiki Kusumawati, ST, MMSi. Anggota Dewan Redaksi: Drs. Charles Situmorang, M.Si. Sukarno Bahat Nauli Sitorus, S.Kom., M.Kom. Ir. Nunung Nurhayati, M.Si Agung Priambodo, S.Kom., M.Kom. Hernalom Sitorus, ST.,M.Kom. Bosar Panjaitan, SSi.,M.Kom. Riama Sibarani, SSi.M.MSi Sekretariat: Lina Mursadi, SE. Alamat Redaksi Publikasi Ilmiah: Fakultas Teknik – Universitas Satya Negara Indonesia Jl. Arteri Pondok Indah No. 11 Jakarta Selatan 12240 Indonesia Telp. (021) 7398393, Fax: (021) 7200352 http://www.usni.ac.id
DAFTAR ISI
Pengaruh Campuran Kadar Kerosin Dalam Premium Terhadap Emisi Gas Sulfur Oksida Dan Nitrogen Oksida Pada Kendaraan Bermotor Yusriani Sapta Dewi dan Tari Budiyanti Rancangan e-Learning Untuk Pembelajaran Berbasis Moodle Pertumpun Gurusinga dan Muhamad Jafar Shidik Perancangan Aplikasi Sistem Keamanan Rumah Dengan Mikrokontroler AT89S51/52 Berbasis Personal Komputer Berlin Sitorus dan Hendro Diwantoro Perancangan Alat Bantu Ajar Matematika Untuk Anak TK Berbasis Multimedia Sukarno Bahat Nauli dan Gadis Megawati Aplikasi Penyelesaian Persamaan Fungsi Aljabar Boolean Menggunakan Metode Quine Mccluskey Dengan Visual Basic 6.0 S.H. Hutapea, Bosar Panjaitan, Ucok Hasiholan Sitorus
1-7
8 - 17
18 - 30
31 - 43
44 - 57
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.6 No.2
PENGARUH CAMPURAN KADAR KEROSIN DALAM PREMIUM TERHADAP EMISI GAS SULFUR OKSIDA DAN NITROGEN OKSIDA PADA KENDARAAN BERMOTOR Yusriani Sapta Dewi dan Tari Budiyanti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Satya Negara Indonesia Email:
[email protected] Abstrak Premium dan kerosin merupakan produk minyak bumi hasil proses distilasi. Dalam minyak bumi terdapat senyawa selain hidrokarbon yaitu senyawa organik yang mengandung belerang, oksigen, dan logamlogam. Pencampuran premium dengan kerosin dapat meningkatkan senyawa-senyawa belerang yang mengakibatkan beberapa kerugian sebagai bahan bakar motor seperti pembakaran membentuk Nitrogen Oksida (NOx) dan Sulfur Oksida (SO x). Penyebab tingginya pencemaran gas NOx dari knalpot kendaraan bermotor ialah karena tidak sempurnanya pembakaran BBM dalam ruang bakar mesin, di mana pembentukan NOx dipengaruhi oleh suhu pembakaran yang tinggi dan kelebihan udara yang tersedia. Adanya suhu tinggi reaksi pembakaran yang terjadi selalu disertai pembentukan gas-gas lain seperti gas SOx. Metode penelitian dilakukan dengan efek perbandingan beberapa campuran kerosin dan premium. Analisis data dilakukan dengan regresi korelasi. Kandungan gas SO x semakin besar dengan semakin besarnya jumlah kerosin yang diberikan. Kandungan gas NO x sesuai dengan penambahan perbandingan premium dan kerosin yang diberikan. Kata kunci : kerosin, gas NOx dan gas SOx, premium Abstract Premium and kerosene is a product of petroleum distillation process results. In addition to petroleum hydrocarbon compounds which are organic compounds containing sulfur, oxygen, and metals. Premium blending with kerosene can increase the sulfur compounds that result in some loss of motor such as fuel combustion to form Nitrogen Oxide (NOx) and Sulfur Oxides (SOx). Cause of high NOx gas pollution from motor vehicle exhaust is because of incomplete combustion of fuel in the engine combustion chamber, where the formation of NOx is affected by the high combustion temperature and excess air is available. The greater the gas content of SOx by the growing number given kerosene. NOx gas content in accordance with the addition ratio of premium and kerosene are given. Key words: kerosene,NOx gas, SOx gas, premium
1. PENDAHULUAN Pencemaran udara di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh buangan emisi gas kendaraan bermotor. Sejalan dengan bertambahnya kendaraan bermotor berpengaruh terhadap jumlah bahan bakar yang digunakan untuk menggerakkan motor tersebut. Produk samping dari bahan bakar kendaraan bermotor tersebut adalah gas NOx dan SOx pencemar udara yang cukup berbahaya dari kendaraan bermotor. Pembakaran terjadi pada ruang bakar mesin. Lewat percikan bunga api busi, bahan bakar terbakar dan mendesak piston. Ketepatan saat penyalaan dengan saat membuka klep bahan bakar merupakan hal yang amat penting dalam pembakaran. Kekurangan suplai Oksigen menjadikan pembakaran tidak sempurna yang selalu menghadirkan Gas CO. lebih banyak. Upaya untuk memperkecil produksi gas CO dengan mengatur perbandingan bahan bakar minyak, dengan udara sebesar 1 : 15. Apabila terlalu banyak udara akan menghasilkan Nitrogen oksida. Apabila Oksigen sedikit, akan dihasilkan gas CO yang cukup banyak. Jika Oksigen terlalu banyak, dihasilkan gas CO sedikit namun gas Nitrogen oksidannya amat banyak.
1
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.6 No.2 Premium dan kerosin merupakan produk minyak bumi hasil proses distilasi. Dalam minyak bumi terdapat senyawa selain hidrokarbon yaitu senyawa organik yang mengandung belerang, oksigen, dan logam-logam. Kadar belerang minyak bumi bervariasi dari sekitar 0,04 sampai 6% berat. Distribusi belerang dalam fraksi-fraksi minyak bumi makin bertambah dengan makin bertambahnya berat fraksi. Premium sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor dibuat dengan spesifikasi tertentu yang merupakan persyaratan batas maksimum dari sifat-sifat premium agar pemakaiannya sebagai bahan bakar pada mesin kendaraan bermotor agar mesin dapat beroperasi dengan baik, yaitu mesin mudah dihidupkan, mempunyai daya yang besar, hemat dalam pemakaian bahan bakar, mempunyai sifat korosi yang kecil dan gas pencemaran yang diakibatkan dari hasil sisa pembakarannya rendah. Spesifikasi ini, ditetapkan oleh pemerintah, dipakai untuk mengontrol kualitas premium yang dijual di pasaran. Kerosin adalah fraksi minyak bumi yang lebih berat dari premium. Harga kerosin yang lebih rendah dari harga premium sering disalahgunakan dengan tujuan untuk mendapat untung yang sebesarsebesarnya dengan cara mencampur premium dengan kerosin dan dijual sebagai bensin premium, hal ini sering dijumpai pada penjual bensin eceran. Pencampuran premium dengan kerosin dapat meningkatkan senyawa-senyawa belerang yang mengakibatkan beberapa kerugian sebagai bahan bakar motor seperti pembakaran membentuk Nitrogen Oksida (NOx) dan Sulfur Oksida (SO x). Dalam hal ini terjadi penyimpangan sifat-sifat bahan bakar jenis mesin tertentu dari batas-batas yang ditetapkan dalam spesifikasi premium. Besarnya penyimpangan ini bergantung banyaknya kerosin yang dicampur ke dalam premium. Jika penyimpangan ini melewati batas yang ditetapkan dalam spesifikasi jelas akan mempengaruhi kondisi operasi mesin yang selanjutnya mempengaruhi besarnya gas pencemar yang diakibatkannya. Penyebab tingginya pencemaran gas NOx dari knalpot kendaraan bermotor ialah karena tidak sempurnanya pembakaran BBM dalam ruang bakar mesin, di mana pembentukan NO x dipengaruhi oleh suhu pembakaran yang tinggi dan kelebihan udara yang tersedia. Adanya suhu tinggi reaksi pembakaran yang terjadi selalu disertai pembentukan gas-gas lain seperti gas SOx. Gas NOx dan Sox merupakan salah satu pencemar udara yang cukup berbahaya dari kendaraan bermotor. Gas NOx atau Nitrogen Oksida dapat mengoksidasi dinding sel, membentuk dinding pada Hemoglobin dan mengurangi efisiensi transportasi Oksigen, mengganggu sistem enzim sel. Apabila terpapar dalam konsentrasi tinggi dalam waktu lama menyebabkan fibrosis, kegagalan fungsi paru-paru dan menyebabkan kematian. Gas SO x atau Sulfur Oksida dapat masuk dengan cepat dan bagian atas saluran pernafasan. Reaksi gas SO x mengiritasi dengan senyawa kimiawi dalam sel berpengaruh menghilangkan fungsi enzim dan fungsi molekul lainnya, menyebabkan bronchitis, sesak nafas (Breath lessness) dan infeksi. Dari latar belakang masalah maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan volume kerosin dalam premium terhadap emisi gas buang NO x dan SOx dari kendaraan bermotor roda dua mesin 4 tak. 2. LANDASAN TEORETIK -
Premium dan Kerosin
Premium merupakan salah satu fraksi dari hasil penyulingan minyak bumi yang termasuk senyawa hidrokarbon parafin dengan lima sampai dua belas atom karbon pada suhu kamar dan tekanan atmosfir berupa cairan. Dengan rumus umum C nH2n + 2 (Harjono, 1992). Premium memiliki persyaratan tertentu yaitu syarat-syarat standar sebagai bahan bakar pada mesin kendaraan bermotor agar mesin dapat beroperasi dengan baik, yaitu mesin mudah dihidupkan, jalannya mulus, dengan daya yang besar hemat dalam pemakaian bahan bakar/mempunyai sifat korosi yang kecil dan gas pencemar yang diakibatkan dari hasil sisa pembakaran rendah (Kaslan, 1987). Kerosin adalah fraksi minyak bumi yang lebih berat dari premium dan mempunyai titik didih antara 150 – 300 C. Termasuk senyawa hidrokarbon paraffin dengan dua belas sampai enam belas buah atom karbon. Kerosin diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari petroleum dengan rantai karbon dari C12 sampai C15, dengan rumus umum CnH2n + 2 (Harjono, 1994).
2
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.6 No.2 Kerosin banyak digunakan dalam lampu minyak tanah tetapi sekarang utamanya digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Sebuah bentuk dari kerosin dikenal sebagai RP-1dibakar dengan oksigen cair sebagai bahan bakar roket. Nama kerosin diturunkan dari bahasa Yunani keros. Biasanya, kerosin didistilasi langsung dari minyak mentah dan membutuhkan perawatan khusus, dalam sebuah unit Merox atau, hidrotreater untuk mengurangi kadar belerangnya dan pengaratannya. Kerosin dapat juga diproduksi oleh hidrocracker, yang digunakan untuk memperbaiki kualitas bagian dari minyak mentah. Penggunaannya sebagai bahan bakar untuk memasak terbatas di negara berkembang, yang kurang disuling dan mengandung ketidakmurnian dan bahkan mengandung debris. -
Gas NOx
Emisi gas adalah polutan (pencemar) udara yang dikeluarkan dari lubang buangan mesin pembakaran di dalam, seperti Carbon Monoksida (CO), Sulfur Oksida (SO x), Nitrogen Oksida (NOx) dan lain-lain. Nitrogen Oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai 2 bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas NO2 berwarna dan berbau, berwarna merah kecoklatan sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Kadar NO x di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah perdesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain. Keberadaan NOx di udara dapat dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi fotolitik NO2 sebagai berikut : NO2 + sinar matahari → O + O2 → O3 + NO →
NO + O O3 (ozon) NO2 + O2
Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam , yakni gas nitrogen monoksida (NO) dan gas nitrogen dioksida (NO2). Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau; sedangkan gas NO 2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali jika gas NO berada dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO2. Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil Nitrates yang disingkat dengan PAN. Peroxy Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kabut foto kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat menggangu lingkungan (Saputra, http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia_lingkungan/nitogen_oksida) -
Gas SOx
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SO x terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi dengan bendabenda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses korosi dan proses kimiawi lainnya. ppm menimbulkan iritasi mata, 3-5 ppm menimbulkan bau. Selain itu SO 2 menyebabkan iritasi mukosa yang dapat menyebabkan paringitis, bronchitis, asma dan gangguan pernafasan lainnya. Pemaparan SO 2 dalam konsentrasi 0,19 ppm selama beberapa hari dapat menimbulkan kematian manusia (Umar Fahmi Ahmadai, 1983).
3
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.6 No.2 Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah di antara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman akan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 di udara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, di daerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat. Kerusakan juga dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti batu kapur, batu pualam, dolomit akan dirusak oleh SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut (Saputra, http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia_lingkungan/sulfur_oksida,2009) -
Proses Pembakaran Mesin Motor
Pembakaran kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dari premium terjadi pada ruang bakar mesin. Lewat percikan buanga api dari busi, premium terbakar dan mendesak piston ketepatan saat penyalaan dengan saat membuka klep bahan bakar. Persamaan reaksi pembakaran sempurna petroleum (Perkins dan Henry, 1974) sebagai berikut : 2 C6H16 + 25 O2 16 CO2 + 18 H2O Jika pembakaran tidak sempurna, menghasilkan gas CO dan senyawa organik lainnya. Reaksinya sebagai berikut : C6H16 + O2 CO + CO2 + H2O C6H16 + O2 CO2 + CO + C + H2O C6H16 + O2 CO2 + HCHO + H2O Pada pembakaran premium reaksi yang terjadi di dalam mesin yaitu : C8H18 +12,5 O2 + 47N2 8CO2 + 9H2O+ 47N2 Reaksi yang terjadi adalah reaksi stoikiometri di mana semua atom oksigen bereaksi sempurna dengan bahan bakar namun pada kenyataannya sangat sulit terjadi, karena adanya suhu tinggi reaksi pembakaran yang terjadi selalu disertai pembentukan gas-gas lain (Perkins and Henry, 1974). Dari reaksi tersebut terlihat emisi gas buang dengan konsentrasi CO dan HC tinggi, tetapi konsentrasi NO x rendah karena temperatur masih dingin dan campuran udara-udara bakar tidak memenuhi syarat pembakaran secara stokiometris. SOx bersifat racun karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan fasa gasnya. SO x menimbulkan gangguan sistem pernafasan, jika kadar 400-500 ppm akan sangat berbahaya, 8-12 Sebelum menjadi tenaga mekanis, tenaga kimia bahan bakar diubah dahulu menjadi tenaga thermal melalui pembakaran. Pembakaran ini ada yang dilaksanakan di dalam mesin kalor itu sendiri dan ada pula yang dilaksanakan di luar mesin kalor. Mesin kalor dibagi menjadi dua jenis (Yaswaki, 1994) yaitu : 1. Mesin kalor pembakaran dalam atau sering disebut sebagai Internal Combustion Engine (ICE). 2. Mesin kalor pembakaran luar atau sering disebut sebagai External Combustion Engine (ECE). Berdasarkan proses kerjanya kendaraan bermotor Roda Dua (sepeda motor) dibagi menjadi dua macam (Boentarto, 1994) yaitu : 1. Motor 2 (dua) tak yaitu motor yang setiap satu kali pembakaran bahan bakarnya memerlukan 2 (dua) langkah piston atau 1(satu) kali putaran poros engkol. Pada sepeda motor 2 (dua) tak pemakaian bahan bakar lebih boros karena pembakaran tidak sempurna, menyebabkan emisi gas buang yang lebih banyak. Hal ini disebabkan oli ikut terbakar bersama bensin. 2. Motor 4 (empat) tak yaitu motor yang setiap kali pembakaran bahan bakarnya memerlukan 4 (empat) langkah piston atau 2 (dua) kali putaran poros engkol. Pada sepeda motor 4 (empat) tak pemakaian bahan bakar relative lebih sedikit hemat karena pembakaran lebih sempurna dan emisi gas buang lebih sedikit karena oli tidak ikut terbakar.
4
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.6 No.2 Kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar dari campuran persenyawaan Hidrokarbon pembakaran memenuhi reaksi sebagai berikut (Strehlow, 1985 ): 1. Reaksi dengan pembakaran sempurna (HK) + O2 + N2 CO2 + H2O + N2 2. Reaksi dengan pembakaran tidak sempurna(HK) + O 2 + N2 CO2 + H2O + C + CO + HK ringan + t > SOx + NOx Dimana HK (hidro karbon) dapat berupa premium yang memiliki rumus umum C nH2n + 2 dan jumlah atom karbon 5 sampai 12, dan kerosin yang mempunyai rumus umum C nH2n + 2 dan jumlah atom karbon 12 sampai 16. Bila pembakaran dapat berlangsung sempurna seperti pada reaksi pertama semua atom Oksigen (O2) yang ada dalam udara bereaksi dengan atom-atom dari bahan bakar, sedangkan Nitrogen yang ada tetap tidak berekasi dengan Oksigen, pada reaksi pembakaran sempurna hasil reaksinya tak terdapat CO ataupun NOx. Tetapi pada kenyataannya dalam setiap pembakaran selalu terdapat hasil pembakaran CO dan HK. Berarti pembakaran berlangsung tidak sempurna hal ini yang selalu menjadi masalah pencemaran udara. Hipotesis : Makin banyak volume kerosin dalam premium, maka makin besar gas SO x dan NOx yang dihasilkan dari kendaraan bermotor roda dua empat tak.
3. METODOLOGI PENELITIAN a. Lokasi Penelitian Perkantoran Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta b. Objek Penelitian Parameter emisi gas NOx, SOx dari kendaraan bermotor (jenis 4 langkah) dengan adanya campuran premium dalam kerosin sebagai bahan bakar. c. Variabel bebas (independent variable) : Perbandingan volume premium dan kerosin dengan variasi, 1000 ml : 0, 900 ml : 100 ml, 800 ml : 200 ml, 700 ml : 300 ml, 600 ml : 400 ml, 500 ml : 500 ml. Variabel terikat (dependent variable) Kadar gas NOx dan SOx. d. Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian disajikan dalam bentuk tabel pengamatan perlakukan untuk selanjutnya dilakukan analisis regresi korelasi.
4. HASIL PENELITIAN dan PEM-BAHASAN Tabel 1. Pengaruh pengukuran SOx setelah uji penelitian dengan variasi perbandingan kerosin dan premium Perbandingan Kerosin dan Premium
(%)
0 : 1000 100 : 900 200 : 800 300 : 700 400 : 600 500 : 500
0 10 20 30 40 50
Parameter SOx (mg/l) 0,33 1,27 2,74 3,73 4,95 8,40
Dari hasil penelitian menunjukkan kenaikan kandungan SOx paling tinggi pada variasi perbandingan premium dan kerosin 500 : 500 yaitu sebesar 8,40 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kenaikan kandungan SO x dengan penambahan perbandingan premium dan kerosin semakin besar dengan semakin besarnya jumlah kerosin yang diberikan. Prinsip kerja pengujian SOx, udara dihisap dalam larutan penyerap TCM (Tetra Chloro Merkurat) yang akan membentuk kompleks dichloro sulfite merkurat, kompleks ini direaksikan dengan pararosanilin formaldehyde, akan membentuk asam pararosanilin metal sulfonat yang berwarna.
5
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.6 No.2 Tabel 2. Pengaruh pengukuran NOx setelah uji penelitian dengan variasi perbandingan kerosin dan premium Perbandingan Kerosin dan Premium
(%)
0 : 1000 100 : 900 200 : 800 300 : 700 400 : 600 500 : 500
0 10 20 30 40 50
Parameter NOx (mg/l) 14,08 19,35 21,07 22,62 22,19 23,37
Dari hasil penelitian menunjukkan kenaikan kandungan NO x paling tinggi pada variasi perbandingan premium dan kerosin 500 : 500 yaitu sebesar 23,37 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kenaikan kandungan NO x sesuai dengan penambahan perbandingan premium dan kerosin yang diberikan. Prinsip kerja pengujian NOx, yaitu Nitrogen oksida diserap oleh larutan pembentuk warna asam sulfonat. Perubahan warna yang pekat pada setiap kenaikan perbandingan volume premium dan kerosin menunjukkan kadar SOx dan NOx semakin tinggi. Kondisi ini berarti terjadi peningkatan kadar senyawa nitrogen dan senyawa belerang saat kerosin ditambahkan premium; karena senyawa tersebut merupakan pengotor oleofilik yang larut dalam minyak bumi. Untuk mengestimasi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, dari analisis laboratorium didapatkan hasil parameter SO x dan NOx dengan menggunakan variasi perbandingan premium dan kerosin menggunakan analisis regresikorelasi. Dari data tersebut diperoleh persamaan garis parameter SOx Y = 12,74X – 0,21 dan NOx Y = 13,16X + 13,75. Analisa regresi korelasi SOx 2 didapat R = 0,81, harga r menentukan bahwa kedua variable mempunyai hubungan yang signifikan. Penyebab tingginya emisi gas SO x dan NOx dari knalpot kendaraan bermotor ialah karena tidak sempurnanya pembakaran BBM (bahan bakar minyak) dalam ruang bakar mesin. Kemurnian bahan bakar akan sangat berpengaruh terhadap hasil atau emisi gas buang. Semakin banyak volume kerosin dalam premium, maka makin besar gas SO x dan NOx yang dihasilkan dari kendaraan bermotor roda dua empat tak. KESIMPULAN 1. Kandungan gas SOx semakin besar dengan semakin besarnya jumlah kerosin yang diberikan. 2. Kandungan gas NOx sesuai dengan penambahan perbandingan premium dan kerosin yang diberikan. DAFTAR PUSTAKA Boentarto, 1994, Teknik Sepeda Motor, CV. Aneka, Solo, hal 85. Effendi H., 1990, Konsumsi Bahan Bakar Sektor Energi di Indonesia, Lembaran Publikasi Lemigas No. 2, Pertamina, Jakarta, hal 24. Lepperhoff and Franz P., 1990, Automobile Exhaust Control, Archen, Federal Republik of Germany. Obert F. E., 1982, Internal Combustion Engines, third edition, International Texbook Company, Scranton, Pennsylvania, Parker A., 1977, Industrial Air Pollutan, Handbook, McGraw-Hill Book Company, Maidenhead-England, Perkins and Henrym 1974, Air Pollution, Mc. Graw Hill, Tokyo-Japan,
6
Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol.6 No.2 Pollawagan L.P., 1993, Efek Penambahan Aditif Penarik Mutu Bensin Terhadap Angka Oktan dan Sifat Kimia Fisika Bensin Premium 99”m, Lembaran Publikasi Lemigas, Pertamina, Jakarta. Saputra,http://www.chem-is-ry.org/artikel_kimia_ lingkungan/nitogen_oksida,2009) Speight, J. G, 1980, The Chemistry & Technology of Perolium , vol. 3, Marcel Dekker, Inc. New York. Subardjo dan Pangarso, 1986, Pengaruh Pencampuran Kerosin Terhadap Solar, Lembaran Publikasi Lemigas No,2, Pertamina, Jakarta. Sura K., 1996, Minyak Bumi, PT Intan Pariwara, Surakarta.
7