RANCANG BANGUN MODEL PEMETAAN KECENDERUNGAN POTENSI KEWIRAUSAHAAN KE ARAH PENERAPAN TECHNOPRENEURSHIP (Studi Kasus: Program Studi Teknik Industri) Dita Mayasari1, Tiena G.Amran2, Dedy Sugiarto3 1
Mahasiswa Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti 23 Dosen Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK In the Educational environment, the relationship between knowledge and technology affecting the organization culture. In relation to Trisakti University Vision, which is becoming the best Industrial Engineering program and becoming the center of development for Industrial Engineering education with technopreneurship knowledge. Big effort needs to be done to change the student’s mindset to be entreprenurial mindset. Efforts to be done by Industrial Engineering Department to achieve the vision is with the Industrial Manufacture Design Practicum, MAIRA Technopreneurship Business Incubator (MTBI) that is created to collect products by students and to help students doing their business, and also help them market and operate their business with a business incubator. The research is trying to meassure the entrepreneurial quality of each individual and map the student’s entrepreneurial characteristic using the Individual Entreprenurship Quality Quesionnaire. Mapping needed to see each new students and final year student’s condition. After that, what is being done is doing differentiation test to see the effect of the learning activities being done if it is affecting the entrepreneurial characteristic within students. After the characteristics being identified, which is significant and non significant, the development of strategies will be done after that to change the non significant characteristics to be improved. The Methodology being used in the research is T-Test and SWOT strategic Model. Keywords: Technopreneurship, Characteristics
University,
1. PENDAHULUAN Penelitian tentang kewirausahaan secara universal menjadi penting dari waktu ke waktu (Shane 2003). Banyak peneliti fokus pada fungsi ekonomi yang dilakukan oleh wirausahawa. Seperti contoh, salah satu definisi terdahulu kewirausahaan fokus pada kemampuan seseorang untuk menangani ketidakpastian dan kemauan untuk mengambil resiko kerugian. Definisi selanjutnya mulai fokus pada faktor keberanian untuk mengambil risiko dan peluang yang dapat dihasilkan oleh suatu barang. Schumpeter adalah salah satu orang pertama yang memasukkan inovasi ke dalam pengertian dari berwirausaha dan meyakini bahwa jika suatu usaha di jalankan dengan benar maka pengusaha akan memperkuat system perekenomian suatu negara (Gutterman, 2012)
Rancang bangun model (Dita M, dkk) 6340
Entrepreneurship,
SWOT,
Entrepreneurial
Faktor lain yang ada di dalam pembelajaran kewirausahaan adalah karakter personal dan pengalaman hidup dari usahawan yang mencoba untuk melihat kecenderungan dari faktor keberanian mengambil risiko dan kebutuhan akan prestasi. Perkembangan selanjutnya, banyak orang umumnya fokus pada beberapa aspek usaha atau bisnis dan lupa tentang kecenderungan dari sifat kewirausahaan atau karakteristik kecenderungan kewirausahaan. Kecenderungan untuk berwirausaha adalah bagian terpenting dari kewirausahaan (Bulsara et al, 2010). Kecenderungan kewirausahaan individu pada mahasiswa dapat ditingkatkan dengan cara pendidikan kewirausahaan dan pelatihan (Katundu, 2014) Tujuan dari pendidikan kewirausahaan adalah merubah pola pikir atau mindset
Jurnal Teknik Industri ISSN: 141113 13
mahasiswa, menjadikan mahasiswa menjadi para pengusaha di tempat kerja mereka sendiri, dapat mengurangi job seeker (pencari kerja) menjadi job creator (pencipta kerja) di kalangan yang memiliki pendidikan tinggi, untuk menemukan peluang yang ada untuk pengembangan individu dan negara agar menjadi lebih besar lagi (Chiraka, 2012). Kurangnya pendidikan dan pelatihan tentang kewirausahaan dapat memicu tingginya tingkat pengangguran. Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2015 masih didominasi oleh penduduk bekerja berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah 50,8 juta orang (44,27 persen) dan SMP 20,7 juta (18,03 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12,6 juta orang, mencakup 3,1 juta diploma dan 9,5 juta sarjana (data BPS pada Agustus 2015). Peranan Universitas dalam memotivasi mahasiswanya menjadi wirausahwan muda sangat penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Trisakti adalah salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta. Terletak di Jl. Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat. Visi Universitas Trisakti, adalah menjadi Universitas terkemuka bermutu internasional dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni untuk meningkatkan kualitas hidup dan peradaban. Salah satu jurusan di Universitas Trisakti yang mempunyai visi menjadi lulusan yang berwawasan entrepreneurship adalah Teknik Industri. Visi program studi Teknik Industri, Universitas Trisakti adalah menjadi program studi Teknik Industri terkemuka dan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan Teknik Industri yang berwawasan technopreneurship. Melalui visi ini diharapkan program studi Teknik Industri dapat menjadi ujung tombak pengembangan insan Teknik Industri Indonesia yang memiliki wawasan kewirausahaan Pendidikan kewirausahaan berbasis teknologi atau dikenal dengan istilah technopreneursip, merupakan upaya untuk mensinergikan antara teori dan praktek dari berbagai kompetensi bidang ilmu yang berkaitan dengan teknologi dan industry. Karena itu, pendidikan kewirausahaan teknologi (technopreneursip) bisa dijadikan sebagai sebuah proses pembelajaran beratmosfir bisnis. Pendidikan technopreneursip ke depan sangat memungkinkan untuk dikembangkan pada perguruan tinggi di Indonesia. Jurusan Teknik Industri adalah salah satu jurusan yang
Rancang bangun model (Dita M, dkk)
mempunyai visi untuk menjadi program studi Teknik Industri terkemuka dan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan Teknik Industri yang berwawasan technopreneurship. Untuk mencapai visi misi Teknik Industri yang berlaku sampai dengan tahun 2018, perlu dilakukan pengukuran kualitas kewirausahaan pribadi mahasiswa Teknik Industri Penelitian terkait dengan pengukuran kecenderungan kewirausahaan antara lain yang dilakukan oleh Katundu (2014) yaitu dengan menggunakan General Enterprising Tendencies (GET) Test . GET Test adalah sebuah alat yang menaksir atau memperkirakan beberapa potensi kecenderungan kewirausahaan dan orientasi kewirausahaan, walaupun begitu GET Test tidak dapat memutuskan apakah orang yang di tes akan menjadi seorang entrepreneur atau tidak (Mazzarol, 2007). Didalam GET Test ada 5 hipotesis yang terbentuk dan teruji yaitu: H0, tidak ada perbedaan yang signifikan didalam level : need for achievement (kebutuhan akan prestasi), need for autonomy and independence (kebutuhan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, creative tendency (kecenderungan untuk kreatif), calculated risk-taking propensity (ketersediaan untuk mengambil risiko) dan internal locul of control or drive determination (perasaan bertanggung jawab dari dalam). Pengukuran ini dilakukan pada mahasiswa yang sudah mendapat mata kuliah terkait dengan kewirausahaan dan mahasiswa yang belum mata kuliah terkait dengan kewirausahaan. Pengukuran yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Potensi Jawa Barat (2014), dengan menggunakan kuisioner pengukuran Kualitas Kewirausahaan Pribadi (KKP). Kuisioner ini berisi 55 pernyataan dan 10 faktor karakteristik kewirausahaan, lalu diisi dengan menggunakan skor 1 sampai dengan 5 yang mana menggambarkan tentang keadaan diri dari orang yang mengisi kuisioner tersebut. Setelah membuat skoring dari kuisioner KKP dan menghasilkan sebuah grafik profil KKP. Kekurangan atau kelemahan dari GET Test adalah hanya mengukur serta mengetahui faktor apa saja yang signifikan dan yang tidak signifikan. Lalu kekurangan atau kelemahan dari Kuisioner KKP adalah berhenti hanya sampai mengetahui profil KKP saja
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 14
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Terdapat cukup banyak penelitian terdahulu mengenai pengukuran kinerja logistik dan manajemen rantai pasok dalam hubungannya dengan peningkatan kinerja bisnis dan daya saing industri atau perusahaan. Choy et.al (2007) mengembangkan metode pengukuran kinerja dalam penerapan manajemen hubungan pemasok dengan pendekatan kerangka benchmarking rantai pasok dalam kegiatan pemeliharaan logistik. Pengukuran kinerja ini dapat membantu perusahaan dan pemasoknya dalam memahami kesenjangan kinerja, yang kemudian dapat ditentukan rantai pasok baru dan rencana strategis. Tracey et al. (2005) meneliti kegiatan khusus rantai pasok dan menyelidiki dampaknya pada kinerja bisnis. Studi ini diperkuat oleh Mensah et al. (2014) yang menguji praktik manajemen rantai pasok dan dampaknya pada kinerja suatu perusahaan manufaktur di Ghana. Praktik manajemen rantai pasok secara signifikan mempengaruhi kinerja bisnis. Brewer dan Speh (2000) menggunakan pendekatan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja rantai pasok, yang membantu dalam memanfaatkan rantai pasok menjadi sumber keunggulan kompetitif dan memberikan ide dalam mengatur rencana ke depannya. Saboia et.al. (2006) menggunakan Balanced Scorecard sebagai model pengukuran logistik internal dalam menyusun sistem kontrol yang strategik di lingkungan yang kompetitif. Pohlen dan Coleman (2005) menggunakan economic value added dan Activity Based Costing (ABC) untuk mengevaluasi kinerja rantai pasok. Barnard (2006) dan Mutakin dan Hubeis (2011) menerapkan Supply Chain Operations Reference (SCOR) model. Anatan (2010) meneliti pengaruh implementasi praktik manajemen rantai pasok terhadap pencapaian keunggulan kompetitif dan kinerja rantai pasok. Studi ini berpedoman pada model penelitian Li et.al (2006) yang menunjukkan adanya keterkaitan antara praktik manajemen rantai pasokan, keunggulan kompetitif, dan kinerja bisnis perusahaan. Phuangchampee dan Baramichai (2010) mengukur daya saing industri-industri di Thailand menggunakan Logistics Scorecard
Rancang bangun model (Dita M, dkk)
model, yang dapat memberikan informasi bagaimana seharusnya industri meningkatkan kinerjanya untuk memperbaiki pola bisnisnya. Penelitian lebih mengukur pada kualitas proses rantai pasok dan logistik, bukan hanya sistem. Hasilnya berupa indeks daya saing berdasarkan KPI yang ditentukan dan dibandingkan antara satu industri dengan industri lainnya, sehingga memberikan usulan pedoman bagi peningkatan rasio kinerja daya saing logistik industri. Primiana (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kinerja logistik berperan penting dalam peningkatan daya saing terutama daya saing nasional. Dalam penelitian ini dirancang model pengukuran kinerja logistik bagi industri komponen otomotif Indonesia dalam rangka meningkatkan daya saing dalam menghadapi integrasi MEA. Digunakan perspektif Logistics Scorecard Phuangchampee dan Baramichai yang terdiri dari lima perspektif, yaitu strategi bisnis, kapasitas dan perencanaan kerja, efisiensi dan produktivitas logistik, teknologi informasi, dan kolaborasi rantai pasok. 2.2. Technopreneurship Menurut Eddy Soeryanto, technopreneurship (teknologi entrepreneurship) merupakan bagian dari entrepreneurship yang menekankan pada faktor teknologi yaitu kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses bisnisnya. Technopreneurship merupakan wirausaha yang kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan dan menggabungkan teknologi sehingga menghasilkan suatu produk atau jasa, mereka akan bertanggung jawab atas segala resiko yang terjadi (2009). 2.3. Karakter Pembentuk Technopreneur Spirit dan karakter Technopreneur dibentuk oleh 3 (tiga) komponen utama pembentuk, yaitu Intrapersonal, Interpersonal, dan Extrapersonal. Interpersonal dan Interpersonal adalah merupakan komponen dari faktor Soft Skill, sedangkan Extrapersonal adalah berhubungan dengan kemampuan untuk mampu memberdayakan kedua komponen soft skill tersebut agar mampu diimplementasikan secara lebih meluas dampaknya. 2.4. Model Pendidikan Technopreneurship Perguruan Tinggi Tujuan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi adalah menciptakan lapangan
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 15
kerja, sehingga perguruan tinggi mempunyai peran penting dalam mengembangkan pendidikan kewirausahaan. Perguruan tinggi dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki kompetensi dan kemampuan analisis lebih, sehingga mampu menciptakan Small Medium Entreprise yang bernilai tinggi (Edward dan Muir, 2005). Menurut Schulte (dalam Khan,2008) Perguruan tinggi memiliki tiga peran penting dalam pendidikan kewirausahaan. Menurut Schulte (dalam Khan,2008) Perguruan tinggi memiliki tiga peran penting dalam pendidikan kewirausahaan. Pertama sebagai fasilitator budaya kewirausahaan yaitu fokus yang kuat pada pendidikan kewirausahaan serta membantu mempromosikan budaya kewirausahaan. Kedua sebagai mediator ketrampilan, dimana mahasiswa mampu mengejar karir kewirausahaannya karena dilengkapi dengan seperangkat ketrampilan yang dapat membantu mengidentifikasi ide-ide bisnis dan menjalankan praktek bisnis berdasarkan pendekatan kewirausahaan. Ketiga sebagai lokomotif pengembangan bisnis regional, yaitu fokus politik yang kuat pada kewirausahaan yang akan mendorong perguruan tinggi berhubungan dengan pemegang kepentingan lainnya dalam lingkup kewirausahaan. Tantangan bagi perguruan tinggi dalam menjalankan pendidikan technopreneurship adalah bagaimana mendesain kurikulum yang komprehensif dan terintegrasi sehingga mampu memfasilitasi pembelajaran ini sebagaimana yang dibutuhkan oleh mahasiswa. (Solomon et al ; 2002) 2.5 Pengukuran Minat Berwirausaha Seseorang yang mempunyai minat pada obyek tertentu dapat diketahui dari ucapan, tindakan, dan dengan menjawab sejumlah pertanyaan (Sutanto, 2002). • Ucapan Seseorang yang mempunyai minat berwiraswasta akan diekspresikan dengan ucapan atau pengungkapan. Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata-kata tertentu. Misalnya: seseorang yang berminat wiraswasta dalam bidang elektronika kemudian mengatakan bahwa dia ingin membuka usaha jual service komputer. • Tindakan
Rancang bangun model (Dita M, dkk)
Seseorang yang mengekspresikan minatnya dengan tindakan berkaitan dengan hal-hal berhubungan dengan minatnya. Seseorang yang memiliki minat berwiraswasta akan melakukan tindakan yang mendukung usahanya tersebut. • Menjawab Sejumlah Pertanyaan Minat seseorang dapat diukur dengan menjawab sejumlah pertanyaan tertentu Misalnya: apakah anda tertarik dengan usaha yang bergerak dibidang ‘X’?,mengapa anda tertarik dengan bidang ‘X’?,dan mulai kapan anda tertarik di bidang ‘X’? 2.6 Penilaian Diri Mengenai Kewirausahaan
Pemikiran, Tindakan, dan Kemampuan Anda, ini adalah bagian dalam penilaian karakteristik kewirausahaan: Andakah orang yang Berani Menanggung Resiko? Apakah Keterlibatan Emosi Anda dalam Pencapaian Tujuan Usaha Apakah Anda Gigih dan Mampu Bekerja Keras? Apakah Anda Selalu Bersemangat dan Aktif? Apakah Anda Menginginkan dan Memanfaatkan Umpan Balik? Apakah Anda Menyukai Tanggung Jawab Pribadi Terhadap Segala Tindakan dan Keputusan? Apakah Anda Berpengetahuan? Apakah Anda Berkemampuan Meyakinkan Orang Lain? Apakah Anda Berkemampuan Manajerial? Apakah Anda Inovatif? Apakah Anda Beorientasi Pada Pencapaian? 3. METODOLOGI PENELITIAN Perancangan model pemetaan kecenderungan potensi kewirausahaan dibagi dalam dua tahap yaitu mengukur kualitas kewirausahaan kemudian memetakan karakteristik kewirausahan, tahap selanjutnnya yaitu melakukan uji perbedaan antara mahasiswa yang sudah mendapatkan mata kuliah penunjang kewirausahan dan sudah menjalankan praktikum perancangan industri manufaktur dan mahasiswa yang belum mendapatkan mata kuliah penunjang kewirausahaan dan yang belum menjalankan
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 16
praktikum perancangan industri manufaktur. Setelah mengetahui karakteristik mahasiswa yang tidak ada perbedaan, langkah terakhir adalah mebuat strategi untuk mengubah karakteristik tersebut menjad berubah signifikan. 3.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk merancang model pemetaan kecenderungan potensi kewirausahaan mahasiswa Teknik Industri kearah technopreneurship dengan menggunakan integrasi model statistika deskriptif, dengan pengukuran Kualitas Kewirausahaan Pribadi (KKP) dan analisis SWOT. 3.2. Analisis Sistem Analisis sistem yang dilakukan terdiri dari analisis situasi kondisi, analisis kegiatan belajar saat ini dan analisis SWOT. Analisis sistem diawali dengan pengumpulan data untuk memperoleh berbagai data yang berguna sebagai informasi untuk menganalisis situasi kondisi dan memenuhi kebutuhan dalam penelitian. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan penyebaran kuisioner kualitas kewirausahaan.. Penelitian dilakukan di Jurusan IndustrI Trisakti, dengan menyebarkan kuisioner kualitas kewirausahaan pribadi. Dengan menganalisa kegiatan belajar mengajar yang berjalan sekarang di dapatkan kelemahan atau kekurangan, dari analisa keadaan sekarang, dapat merumuskan strategi pembelajaran Technopreneurship. 4. PERANCANGAN MODEL Perancangan model pemetaan kecenderungan potensi kewirausahaan yaitu (i) Model Pengukuran Kualitas Kewirausahaan Pribadi (KKP) Model ini bertujuan untuk mengukur kualitas kewirausahan pribadi mahasiswa teknik industri angkatan 2012 dan mahasiswa angkatan 2015. Pengukuran kualitas kewirausahaan pribadi di lakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kualitas kewirausahaan pribadi (KKP) kepada mahasiswa angkatan 2012 dan mahasiswa angkatan 2015. Pengukuran kualitas kewirausahaan pribadi yang di kerjakan pada penelitian ini menggunakan kuisioner kualitas kewirausahaan pribadi (KKP), yang berisi dari 55 pernyataan secara ringkas yang mengandung 10 karakteristik kewirausahaan yaitu :
Rancang bangun model (Dita M, dkk)
1) Pencarian Peluang (PP) Pada faktor pencarian peluang, mencakup pernyataan no 1, 12, 23, 34 dan 45 2) Kegigihan, Ketekunan (PK) Pada faktor Kegigihan, Ketekunan, mencakup pernyataan no 2, 13, 24, 35 dan 46 3) Ketaatan pada Kontrak Kerja (KTK) Pada faktor Ketaatan pada Kontrak Kerja, mencakup pernyataan no 3, 14, 25, 36 dan 47 4) Tuntutan terhadap Kualitas dan Efisiensi (TKE) Pada faktor Tuntutan terhadap Kualitas dan Efisiensi, mencakup pernyataan no 4, 15, 26, 37 dan 48 5) Pengambilan Risiko (PR) Pada faktor Pengambilan Risiko, mencakup pernyataan no 5, 16, 27, 38 dan 49 6) Penetapan Tujuan (PT) Pada faktor Penetapan Tujuan, mencakup pernyataan no 6, 17, 28, 39 dan 50 7) Pencarian Informasi (PI) Pada faktor Pencarian Informasi, mencakup pernyataan no 7, 18, 29, 40 dan 51 8) Perencanaan yang Sistematis dan Monitoring (PSM) Pada faktor Perencanaan yang Sistematis dan Monitoring mencakup pernyataan no 8, 19, 30, 41 dan 52 9) Persuasi dan Penciptaan Jaringan Kerja (PPJU) Pada faktor Persuasi dan Penciptaan Jaringan Kerja, mencakup pernyataan no 9, 20, 31, 42 dan 53 10) Kepercayaan Diri (KD) Pada faktor Kepercayaan Diri, mencakup pernyataan no 10, 21, 32, 43 dan 54 Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui keadaan mahasiswa Teknik Industri pada saat ini, dengan cara membandingkan antara mahasiswa yang baru masuk (input) dengan mahasiswa yang akan lulus (output) oleh karena itu sample yang di ambil adalah mahasiswa angkatan 2012 dan mahasiswa angkatan 2015. Model pengukuran ini melewati proses validasi dan realibilitas data mahasiswa yang sudah mengisi kuisioner Kualitas Kewirausahaan Pribadi (KKP).
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 17
(ii) Model Strategi Pembelajaran Technopreneurship, Model ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kegiatan belajar mengajar kepada mahasiswa angkatan 2012 yang sudah mengambil mata kuliah yang penunjang kewirausahaaan dan sudah menjalani Praktikum Integrasi Manufaktur dibandingkan dengan mahasiswa angkatan 2015 yang belum mendapatkan mata kuliah penunjang dan belum mendapatkan
Karakteristik
Angkatan
Angkatan
2012
2015
Pencarian Peluang
16.84
16.14
Kegigihan Ketekunan
18.28
17.27
Ketaan pada Kontrak Kerja
18.01
17.29
weakness (kelemahan) dan eksternal yaitu opportunity (peluang) dan treat (ancaman) yang terjadi pada Jurusan Teknik Industri pada saat ini. Menganalisa kegiatan belajar mengajar dan menganalisa kegiatan yang menunjang kewirausahaan. Di dalam penelitian ini yang di rangkum dalam SWOT analisis, yaitu:
Gambar 1.Model Konseptual Penetapan Strategi
Tuntutan terhadap Kualitas dan Efisiensi
18.10
17.76
Pengambilan Risiko
16.06
15.91
Penetapan Tujuan
18.56
18.24
Pencarian Informasi
18.46
18.39
18.31
18.02
Jaringan Kerja
17.46
17.36
Kepercayaan Diri
17.23
16.28
Perencanaan yang Sistematis dan Monitoring Persuasi dan Penciptaan
perancangan industri manufaktur. Selain itu output yang di dapat adalah indentifikasi karakter yang signifkan dan yang tidak signifikan. Setelah mengetahui karakter yang signifikan dan yang tidak signifikan, langkah selanjutnya adalah merumuskan strategi untuk meningkatkan karakter yang tidak signifikan menjadi signifikan. Data dan analisa yang di gunakan berdasarkan dari hasil pengukuran kualitas kewirausahaan pribadi dan hasil pemetaan karakteristik kewirausahaan. Analisa faktor internal yang dimiliki oleh jurusan Teknik Industri yaitu strong (kekuatan) dan
Rancang bangun model (Dita M, dkk)
5. Pengukuran Kualitas Kewirausahaa Pribadi (KKP) Mahasiswa Survey dilakukan dengan meyebarkan kuisioner kualitas kewirausahaan pribadi (KKP) kepada mahasiswa angkatan 2012 sebanyak 96 mahasiswa dan angkatan 2015 sebanyak 230 mahasiswa, total kuisioner adalah 326 mahasiswa. Setelah data kuisioner terkumpul di lakukan uji validasi dan reliabilitas terbuang kurang lebih sebanyak kurang lebih 39 data. Selanjutnya adalah menghitung jumlah rata-rata dari 10 karakteristik untuk angkatan 2012 dan angkatan 2015. Didapat jumlah ratarata: Tabel 1 Nilai Rata-rata Skor Total dari setiap Karakteristik
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa karakteristik kewirausahaan mahasiswa angkatan 2012 secara keseluruhan lebih tinggi dari mahasiswa angkatan 2015.
6. Pemetaan KarakteristikMahasiswa Teknik Industri 6.1 Pemetaan Karakteristik Mahasiswa Teknik Industri angkatan 2012 peta
Dari informasi yang di peroleh dari 10 karakteristik kewirausahan untuk
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 18
Mahasiswa Teknik Industri angkatan 2012 yang paling kuat adalah karakteristik Perencanaan yang sistematis dan monitoring (PSM), untuk karakter yang sedang adalah faktor Persuasi dan Penciptaan Jaringan Kerja (PPJU), dan karakter yang lemah adalah Pengambilan Risiko (PR). Karakter yang paling kuat adalah Perencanaan yang sistematis dan monitoring (PSM), itu artinya bahwa mahasiswa angkatan 2012 kuat dalam hal perencanaan yang sistematis sebab sudah mengambil banyak mata kuliah inti Teknik Industri dan kuat dalam monitoring, membuktikan bahwa sistem penerapan Praktikum Perancangan Industri Manufaktur pada saat mahasiswa melakukan praktikum dan bimbingan kepada para asisten laboratorium mempunyai dampak yang sangat kuat bagi karakter mahasiswa.
6.2 Pemetaan Karakteristik Mahasiswa Teknik Industri angkatan 2015 Dari informasi yang di peroleh dari 10 peta karakteristik kewirausahan untuk Mahasiswa Teknik Industri angkatan 2015 menunjukkan bahwa karaktr yang paling kuat adalah Penetapan Tujuan (PT), untuk karakter yang sedang adalah faktor Kegigihan dan Ketekunan (PK), dan faktor yang lemah adalah faktor Pencarian Peluang (PP). Karakter yang paling kuat adalah karakter Penetapan Tujuan (PT), itu artinya bahwa mahasiswa angkatan 2015 kuat dalam menetapkan tujuannya setelah lulus kuliah yaitu ingin bekerja, ukan berwirausaha, hal tersebut di karenakan angkatan 2015 belum mendapat mata kuliah yang menunjang kewirausahaan dan belum menjalankan Praktikum Perancangan Industri Manufaktur. Karakter kegigihan ketekunan (PK) yang sudah dimiliki oleh mahasiswa Teknik Industri angkatan 2015 perlu di pertahankan terus hingga mereka lulus kuliah. Dan karakter yang lebih adalah Pencarian peluang (PP), hal ini mengidentifikasikan bahwa mahasiswa angkatan 2015 belum bisa memanfaatkan peluang bisnis yang ada saat ini.
6.3
Identifikasi
Karakteristik
Mahasiswa Identifikasi kaarakter mahasiwa di gunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh karakteristik kewirausahaan pada
Rancang bangun model (Dita M, dkk)
mahasiswa teknik industri yang sudah mengambil mata kuliah yang berkaitan dengan kewirausahaan dan yang sudah mengambil Praktikum Industri Manufaktur di bandingkan dengan mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah yang berkaitan dengan kewirausahaan dan belum mengambil Praktikum Industri manufaktur, di lihat dengan 10 faktor atau karakteristik kewirausahaan Tabel 2 Hasil Uji T Karakteristik Kewirausahaan Pada Mahasiswa Teknik Industri Faktor
Pencarian (PP)
Peluang
Sig (2tailed)
Kesimpulan
0,011
0,011 < 0,05 Signifikan
Kegigihan, Ketekunan (PK)
0,000
0,000 < 0,005 Signifikan
Ketaatan Kontrak (KTK)
pada Kerja
0,006
0,006 > 0,005 Tidak signifikan
Tuntutan terhadap Kualitas dan Efisiensi (TKE)
0,201
0,201 > 0,005 Tidak signifikan
Pengambilan Risiko (PR)
0,147
0,147 > 0,005 Tidak signifikan
Penetapan (PT)
Tujuan 0,310
0,310 > 0,005 Tidak signifikan
Pencarian Informasi (PI)
0,790
0,790 > 0,005 Tidak signifikan
Perencanaan yang Sistematis dan Monitoring (PSM) Persuasi dan Penciptaan Jaringan Kerja (PPJU)
0,314
0,314 > 0,005 Tidak signifikan
0,691
0,691 > 0,005
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 19
Tidak signifikan Kepercayaan (KD)
Diri 0,002
0,002 < 0,005 Signifikan
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 10 karakteristik kewirausahaan hanya ada 3 faktor yang berpengaruh signifikan dan ada 7 faktor yang tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelajaran yang ada di Teknik Industri. 3 faktor yang berpengaruh signifikan adalah: • Pencarian Peluang • Kegigihan, Ketekunan • Kepercayaan Diri 7 faktor yang tidak berpengaruh signifikan adalah: • Ketaatan pada Kontrak Kerja • Tuntutan terhadap Kualitas dan Efisiensi • Pengambilan Risiko • Penetapan Tujuan • Pencarian Informasi • Perencanaan yang Sistematis dan Monitoring • Kepercayaan Diri 7. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Jurusan Teknik Industri Analisa mengenai kekuatan Faktor Internal dan Faktor Eksternal dari Jurusan Teknik Industri dilakukan untuk mengetahui posisi saat ini. Analisa Faktor Internal dan Eksternal ini juga dapat memberikan gambaran dan juga melihat peluang dari untuk mencapai visi di masa yang akan datang. Analisa Faktor Internal adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang akan di lakukan oleh Jurusa. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan meminimalisasi kelemahan (Weaknesses) dari dalam Jurusan Teknik Industri Trisakti. Berikut Faktor Internal dari Jurusan Teknik Industri Trisakti:
Rancang bangun model (Dita M, dkk)
Kekuatan (S) : • Lingkungan yang kondusif • Terselenggaranya Industrial Business Fair setiap tahun • Adanya praktikum yang terintegrasi • Mahasiswa yang baru masuk sudah dapat menetetapkan tujuannya, itu artinya Jurusan bisa menumbuhkembangkan mindset atau pola pikir tentang entrepreneur • Adanya inkubator bisnis (MAIRA) Kelemahan (W) • Kurangnya informasi mengenai dunia kewirausahaan yang di berikan kepada mahasiswa • Keterbatasan dosen dalam membimbing mahasiswa untuk berwirausaha • Rendahnya minat mahasiswa untuk berwirausaha, lulusan TI yang berwirausaha hanya 10% • Mahasiswa yang akan lulus belum berani mengambil risiko untuk berwirausaha. • Belum terbentuknya organisasi yang secara kontinu melakukan kegiatan rutin yang terkait dengan kewirausahaan Opportunity (O) • Bekerjasama dengan pihak yang mensupport entrepreneur berbasis kampus, seperti yang yang sedang berjalan saat ini yaitu bekerjasama dengan Wadhwani Foundation, Komunitas Bisnis yaitu TDA • Adanya workshop tentang kewirausahaan yang diadakan reguler oleh Wadhwani Foundation, TDA dengan Teknik Industri Trisakti • Dosen yang di training oleh Wadhwani Foundation • Ada bentuk kerjasama dengan pihak lain seperti dengan pemerintah, perusahaan dll • Perekonomian global yang terbuka lebar bagi siapa aja yang memiliki keterampilan yang tinggi
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 20
Threats (T) • Kurangnya pengalaman mahasiswa dalam dunia usaha • Tidak mengetahui waktu yang tepat untuk masuk pasar (startup) tidak bisa mencari peluang bisnis yang ada • Menurunnya daya beli konsumen • Kurangnya pemahaman mahasiswa tentang usaha • Keinginan pasar yang cepat berubah seiring dengan perkembangan teknologi informasi.
7.1 Perumusan Hasil Strategi SWOT Strategi S-O: (S-O strategies) Memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal (David, 2011) Berikut adalah hasil dari Kekuatan dan Peluang yang di miliki oleh Jurusan Teknik Industri Trisakti: 1. Membuat kelompok mahasiswa yang memiliki potensi kewirausahaan yang sama (S2, O5) 2. Mengadakan kerja sama dengan investor, kampus lain, dan pengusaha mikro (S5, O4, O1) 3. Menciptakan jalinan kerjasama antara Jurusan TI dengan jurusan yang lain dalam memproduksi sebuah produk yang siap jual di pasaran (S4, S5, O5, O3) Strategi W-O: (W-O strategies) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengancara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. (David, 2011) Berikut adalah hasil dari Kelemahan dan Peluang yang di miliki oleh Jurusan Teknik Industri Trisakti: 1. Memberikan pembekalan lebih mendalam mengenai dunia wirausaha kepada para dosen (W2, O3) 2. Memberikan pendampingan jangka panjang dalam bentuk mentoring sehingga mahasiswa berani menciptakan suatu produk dan
Rancang bangun model (Dita M, dkk)
memasarkan langsung ke pasaran (W3, W4, O4) 3. Mewajibkan mahasiswa mengikuti workshop yang diselenggarakan oleh pihak luar, Wadhwani Foundation dan TDA (W1, O1, O2) Strategi S-T: (S-T strategies) Menggunakan kelemahan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. (David, 2011) Berikut adalah hasil dari Kekuatan dan Peluang yang di miliki oleh Jurusan Teknik Industri Trisakti: 1. Melakukan survey pasar dengan di dampingi oleh MAIRA (S5, T2, T3, T5) 2. Menambah jangka waktu dan kapasitas produksi untuk di pasarkan pada Industrial Bussines Fair (S2, S3, T1, T4) Strategi W-T (W-T strategies) Merupakan taktik defensif yang di arahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. (David, 2011) 1) Membuat kerjasama dengan pengusaha pemula (startup) dalam bentuk magang, agar mahasiswa dapat berkontribusi langsung berwirausaha tanpa menanggung resiko 8.KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat dilakukan penarikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada model pengukuran kualitas kewirausahaan pribadi di dapatkan data bahwa perbandingan antara rata-rata 10 karakteristik kewirausahaan mahasiswa angkatan 2012 lebih tinggi daripada angakatan 2015 2. Dari uji perbedaan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kegiatan belajar mengajar kepada mahasiswa angkatan 2012 yang sudah mengambil mata kuliah yang penunjang kewirausahaaan dan sudah menjalani PIM dibandingkan dengan mahasiswa angkatan 2015 yang belum
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 21
mendapatkan mata kuliah penunjang dan belum mendapatkan PIM, didapatkan hasil bahwa 3 karakter yang signifikan yaitu Pencarian Peluang, Kegigihan, Ketekunan dan Kepercayaan Diri. 7 karakter yang tidak signifikan yaitu Ketaatan pada Kontrak Kerja, Tuntutan terhadap Kualitas dan Efisiensi, Pengambilan Risiko, Penetapan Tujuan, Pencarian Informasi, Perencanaan yang Sistematis dan Monitoring, Kepercayaan Diri 3. Didapat 9 perumusan strategi yang didapatkan dari analisa SWOT: • Membuat kelompok mahasiswa yang memiliki potensi kewirausahaan yang sama • Mengadakan kerja sama dengan investor, kampus lain, dan pengusaha mikro • Menciptakan jalinan kerjasama antara Jurusan TI dengan jurusan yang lain dalam memproduksi sebuah produk yang siap jual di pasaran • Memberikan pembekalan lebih mendalam mengenai dunia wirausaha kepada para dosen • Memberikan pendampingan jangka panjang dalam bentuk mentoring sehingga mahasiswa berani menciptakan suatu produk dan memasarkan langsung ke pasaran • Mewajibkan mahasiswa mengikuti workshop yang diselenggarakan oleh pihak luar, Wadhwani Foundation dan TDA • Melakukan survey pasar dengan di dampingi oleh MAIRA • Menambah jangka waktu dan kapasitas produksi untuk di pasarkan pada Industrial Bussines Fair Membuat kerjasama dengan pengusaha pemula (startup) dalam bentuk magang, agar mahasiswa dapat berkontribusi langsung berwirausaha tanpa menanggung resiko Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian antara lain: 1. Sebaiknya pengukuran kualitas kewirausahaan pribadi dilanjutkan
Rancang bangun model (Dita M, dkk)
dengan tahap wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai potensi kewirausahaan dari masing-masing mahasiswa 2. Uji perbedaan dapat digunakan untuk menguji kegiatan pembelajaran lain yang ada di Jurusan 3. Perumusan model strategi dapat digunakan untuk Universitas lain REFERENSI
Alberti, F., Sciascia, S and Poli, A (2004). Entrepreneurship Edication: Notes on an Ongoing Debate. In: 14th Annual IntEnt Conference, Italy, July 4-7. Amanda, F. (2008). Analisis Kompetensi Kewirausahaan Industri Kecil Suku Cadang di Kota Padang. Fakultas Teknik Universitas Andalas. Amran, Gustina. (2013). Jurnal Partnership Strategy to Build Technopreneurship as a Mean to Achieve the Entrepreneurial University hal 1-7. Bulsara, H. D.; Gandhi, S.; dan Porey, P. D. 2010. A Comparative Study of Enterprising Tendency with the help of Selected Case in India. International Journal of Trade , Economics and Finance 1(4): 392-399. Bozeman, B. (2000), Technology transfer and public policy: a review of research and theory, Research Policy, Vol. 29 No. 4, pp. 627-655. BPPT, (2009). Kajian Pengembangan Pendidikan Technopreuneurship. Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, Jakarta. Caiazza, Rosa (2014), Benchmarking of business incubators, Benchmarking: An International Journal, Vol. 21 Iss 6 pp. 1062 – 1069. Caiazza, R. and Audretsch, D.B. (2013), A general framework for classifying spinoff, International Entrepreneurship Review, Vol. 11 No. 1, pp. 15-30. Clark, T., Alexander, O., dan Pigneur, Y. (2012). Business Model You, PPM Manajemen. Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 22
David, R.F. (2009). Strategic Management. Jakarta: Salemba Empat. David, F. (1997). Faktor Eksternal. Jakarta: Salemba Empat. Etzkowitz, H (2002). Incubation of Incubators: Innovation as A Triple Helix Of University-IndustryGovernment Networks, Science And Public Policy, April 29 (2): 115-128, Beech Tree Publishing. Edward, L.J and Muir, E.J. (2005). Promoting Entrepreneurship at the University of Glamorgan through Formal and Informal Learning. Journal of Small Business and Entreprise Development; 12,4; ABI/INFORM Gobal. Pg.613. Ferrridiyanto, Eko. (2012), Pengaruh efikasi diri (Self Efficacy) dan prestasi belajar kewirausahaan terhadap motivasi bertechnopreneurship. Yogyakarta: Smk 1 Sedayu. Freddy Rangkuti. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2006),19. Freel, M.S. (2003), Sectoral patterns of small firm innovation, networking and proximity, Research Policy, Vol. 32 No. 5, pp. 751-770. Gutterman, A.S. 2012. Definitions of Entrepreneurship. Hantoro, Sirod. (2005). Kiat Sukses Berwirausaha. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Hafizah, Yulia. (2014). Kuliah Entrepreneurship dan Relevansi nya Terhadap Bersemangat Berwirausaha. Mahasiswa Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam. Hamid (2011), pengembangan Technopreneurship di Perguruan Tinggi dan implementasi kebijakannya, Jakarta. Umar. (2003). Tahapan Pembuatan Matriks IFE. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. UPT – Penerbitan IKOPIN. (1994). Buku Pegangan Kewirausahaan. Katundu, Mangasini Atanasi. Entrepreneurial Tendencies of Rancang bangun model (Dita M, dkk)
Tanzanian University Graduates: Evidence from University of Dar-esSalaam. European Academic Research, Vol 1, Issue 12/March 2014. Khan, S.A (2007-2008). Entrepreneurship Education in Pakistani Universities. University of Essex Southend-on-Sea, School of Entrepreneurship and Business. Marti’ah, Siti. (2014). Persepsi Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Kewirausahaan. UNINDRA. Mazzarol, T. 2007. Awakening the Entrepreneur: An Examination of Entrepreuril Orientaton among MBA Students. Paper presented at the EFMD 37TH Entrepreneurship, Innovation and Small Business (EISB) Annual Conference, 13-14 September 2007, Ljubljana, Slovenia. Muslichah, Siti. dkk. (2013). Penerapan Kurikulum Technopreneurship Berbasis Teknologi Farmasi Pada Mata Kuliah Pengantar Manajemen dan Kewirausahaan. Modul Praktikum Statistik Industri, 2013. Universitas Islam Indonesia Pearce Robinson, Manajemen Strategik Formulasi, Implementasi dan Pengendalian Jlid 1, (Jakarta: Binarupa Aksara, 1997), 231. Phan, P.H., Siegel, D.S. and Wright, M. (2005), Science parks and incubators: observations, synthesis and future research, Journal of Business Venturing, Vol. 20 No. 2, pp. 165-182. Shane, S.A. 2003. A General Theory of Entrepreneurship: The IndividualOpportunity Nexus. Edward Elgar Publising Sharma, Subhash. (1995), Applied Multivariate Techniques, New York. Sudarsih, Endang. (2013). Pendidikan Technopreneurship: Meningkatkan Daya Inivasi Mahasiswa Teknik dalam Berbisnis. Soeryanto, Eddy. (2009). Entrepreneurship: Menjadi pebisnis ulung, Elex Media Komputindo, Jakarta. Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 23
Solomon, GT., Duffy, S and Tarabishy, A (2002). The State of Entrepreneurship Education in the United States: A Nationwide Survey and Analysis. International Journal of Entrepreneurship Education, Vol. 1 No.1, pp.1-22. Sutanto, Adi. (2002). Kewiraswastaan. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia. ----, (2012) Modul Perancangan Industri Manufaktur I Perencanaan Produk dan Proses, Laboratorium Sistem Produksi, Rekayasa Kualitas, Jurusan Teknik Industri. Universitas Trisakti. ----, (2012) Modul Perancangan Industri Manufaktur II Pengendalian Proses Dan Perancangan Organisasi, Laboratorium Sistem Produksi, Rekayasa Kualitas, Jurusan Teknik Industri. UniversitasTriakti. ----, (2012) Modul Perancangan Industri Manufaktur III Perencanaan Tata Letak Pabrik, Laboratorium Sistem Produksi, Sistem Simulasi. Jurusan Teknik Industri, Universitas Trisakti. ----, Modul Perancangan Industri Manufaktur IV Perencanaan Bisnis, Laboratorium Sistem Produksi, Sistem dan Simulasi, Desain Sistem Kerja dan Ergonomi. Thoni, A. Dian, A dan Johan. (2013). Jurnal Gema Aktualita: Analisis Pengaruh Entrepreneurship Education Terhadap Perilaku Entrepreneur Mahasiswa, Vol. 2 No 1. Perancangan Organisasi, Rekayasa Kualitas. Jurusan Teknik Industri Universitas Trisakti (2012). Kasih, Yulizar. (2003). Mewujudkan Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi Melalui Proses Pembelajaran yang Berkelanjutan, Vol 2 No 2. Zimmerer, Thomas and Scarborough, Norman (2008). Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management. Prentice Hall. ----, (2008) Technopreneurship. Direktorat Akademik, Direktorat Rancang bangun model (Dita M, dkk)
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Yoga, H. Jokowi Cari Pelatih Startup dari Silicon Valley. (Online). http://tekno.kompas.com/read/2016/02/ 18/14150037/Jokowi.Cari.Pelatih.Start up.dari.Silicon.Valley, diakses 18 Februari 2016: 15.00 WIB). Mohammad, A. Data BPS: Pengangguran di Indonesia 7,56 juta orang. (Online). https://beritagar.id/artikel/berita/databps-pengangguran-di-indonesia-756juta-orang, diakses 05 November 2015: 16.30 WIB).
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 24