SISTEM PENGELOLAAN DAN KONTRIBUSI KEBUN CAMPURAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA SUKADAMAI, KECAMATAN CICANTAYAN, KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT
RAHADIAN ALIF RACHMAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRAK Rahadian Alif Rachman. E14104052. Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa barat. Dibawah bimbingan Dr.Ir.Iin Ichwandi, MSc.F.Trop dan Soni Trison, S.Hut.MSi. Agroforestry adalah salah satu bentuk hutan rakyat yang merupakan kombinasi antara kehutanan dengan usaha tani secara terpadu dan merupakan nama kolektif untuk sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palem, bambu, dan sebagainya) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian atau hewan untuk suatu tujuan tertentu. Kebun campuran merupakan salah satu bentuk agroforestry yang dilakukan masyarakat secara tradisional yang dibagi menjadi homegarden dan garden (pekarangan dan tegalan). Pengelolaan kebun campuran banyak dilakukan masyarakat desa sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dengan jenis tanaman yang diusahakan yaitu tanaman kayu, buah, dan pertanian. Minimnya potensi kayu yang terdapat di sekitar dapat menimbulkan tekanan terhadap kelestarian HPGW. Identifikasi sistem pengelolaan serta kontribusi pendapatan rumah tangga perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan kebijakan yang diambil dalam usaha pemberdayaan masyarakat sekitar HPGW. Penelitian dilaksanakan di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada bulan April sampai Mei tahun 2009 dengan unit contoh dibagi menjadi dua, yaitu petani (35 jiwa) dan kebun campuran (4 plot) yang dikelompokan menurut luas kebun campuran yang dimiliki. Data diolah dan dianalisis menggunakan metode kualitatif (pengumpulan data, mengelompokkan, dan identifikasi karakteristik responden dan kebun campuran) dan metode kuantitatif (perhitungan jumlah tanaman dan kontribusi pendapatan). Informasi yang diperoleh selanjutnya dikelompokan dan disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan gambar sesuai hasil yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian diketahui faktor petani mengelola kebun campuran yaitu faktor budaya (31 %), ekonomi (60 %), teknik pengelolaan (6 %), dan ekologi (3 %). Tahapan kegiatan pengelolaan kebun campuran yaitu pemilihan jenis tanaman; pengolahan tanah (penyiangan dan pendangiran); pengadaan benih dan bibit; penanaman; pemeliharaan (pembersihan lahan, pemupukan, dan pemberantasan hama/penyakit); pemanenan; dan pemasaran. Kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga yaitu sebesar Rp. 6.933.274/tahun (60,6 %) dengan pendapatan dari jenis tanaman kayu sebesar Rp. 1.289.464/tahun (16,3 %). Permasalahan utama yang dihadapi petani dalam kegiatan pengelolaan kebun campuran adalah modal (70 %), pembentukan organisasi/lembaga (23 %), keamanan (6 %), dan hama dan penyakit (1%). Perlu dilakukan pembentukan lembaga (kelompok tani/koperasi) oleh pihak berwenang dan penelitian lebih lanjut mengenai strategi pengembangan untuk meningkatkan pendapatan dari jenis tanaman kayu. Kata kunci : Kontibusi pendapatan, kebun campuran, Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW).
ABSTRACK Rahadian Alif Rachman. E14104052. Management System and Mixed Orchard Contribution Towards Farmers Income at Sukadamai Village, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, West Java. Under supervision Dr.Ir.Iin Ichwandi, MSc.F.Trop and Soni Trison, S.Hut.MSi. INTRODUCTION.Agroforestry is one of community forest design which is combining forestry and agriculture sector in a solid management. Agroforestry also the name that stands for land use system and technology where solid wood plant (trees, perdu, palm-trees, bamboo, etc) planting together with agriculture crops or animals for distinctive goals. Mixed planting is one of agroforestry construction that traditionally implement by society that also can divided into homegarden and garden. Mixed orchard management that organized by society around Gunung Walat Educational Forest (HPGW) including solid wood plants, fruits plants and agriculture crops. Wood potency with minimum quantity is belief will be a leading factor towards forest sustainability in HPGW. Management system identification and income contribution of farmers from mixed orchard need to ensure as strong consideration from policy that will be taken in order to establish society empowerment around HPGW. METHOD.Research is taken place at Sukadamai Village, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, West Java on April through Mai 2009 with two different plot samplings, which is farmers (35 people) and mixed orchard (4 plots) which grouped according to spacious of mixed orchard. Data is analyzed with qualitative method (data gathering, grouping, farmer’s characteristic identification and income contribution). After that, data is grouped and presented in a tabulation of numbers and images based on gathered data information. RESULTS.According to the research result, custom is the factors for farmers to manage their mixed orchards (31 %), technique of management (6 %), economy (60 %) and ecology (3 %). Mixed orchard management that farmers accomplished are; land management (weeding and land fertilizing); seed foundation; planting; breeding (land cleaning, fertilizing and cleaning of pest/disease); cutting; and marketing. The contribution of mixed orchard is Rp. 6.933.274/year (60,6 %) with the income of solid wood plant is Rp.1.289.464/year (16,3 %). The capital problems of mixed orchard management in Sukadamai Village are economy (70 %), establishment the organization (23 %), security (6 %), and pest/disease attack (1 %). CONCLUSIONS.Organization establishment and forwarding research about strategy to improving farmer’s wood income in Sukadamai Village. Keywords: Income contribution, mixed orchard, Gunung Walat Educational Forest (HPGW).
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 Juni 1986 dari pasangan Ir. Latief Mahir Rachman, MSc. MBA. Phd, dan Ina Roslina, SE. Penulis merupakan putra pertama dari lima bersaudara. Penulis
menyelesaikan
pendidikan
di
Sekolah
Menengah Umum Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) pada Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti organisasi formal maupun nonformal. Pada tahun 2005-2006 penulis aktif mengikuti organisasi ”Forest Management Student Club” di Departemen Media Komunikasi dan Hubungan Luar. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat”
yang
dibimbing oleh Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop dan Soni Trison, S.Hut M.Si.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat-Nya yang memberikan kemudahan kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul “SISTEM PENGELOLAAN DAN KONTRIBUSI KEBUN CAMPURAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA SUKADAMAI, KECAMATAN CICANTAYAN, KABUPATEN SUKABUMI, PROPINSI JAWA BARAT” ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membentu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa sehingga pehulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Sebagai bentuk rasa syukur kepa Allah SWT, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayah dan Mama tersayang yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang tulus, dukungan moril dan materil. Serta adik-adikku Chia, Ridha, Acit, Izal yang selalu memberikan semangat dan keceriaan dalam hidup. 2. Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.Sc.F.Trop dan Soni Trison, S,Hut.M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, saran serta waktu yang sangat berharga kepada penulis. 3. Prof.Dr.Ir. Fauzi Febrianto, MS dan Dr.Ir. Burhanuddin Masyoed, MS selaku dosen penguji dalam ujian komprehensif. 4. Dosen-dosen Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga kepada penulis. 5. Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala-kepala Urusan, dan staff Desa Sukadamai atas kesediaannya meluangkan waktu dan memberikan informasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian. 6. Farah Amanda, terima kasih banyak atas dukungan, motivasi, dan doa. 7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satupersatu.
iii
Seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Apabila dalam tulisan ini terdapat terdapat banyak kekurangan pada hakekatnya itu merupakan pantulan dari kekurangan penulis, namun jika sekiranya terdapat butir-butir yang berguna bagi pengembangan ilmu lebih lanjut maka hal ini tidak lain hasil dari bimbingan dan pengarahan dosen pembimbing dan pihak-pihak yang membantu. Namun demikian penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin...
Bogor, September 2009
Rahadian Alif Rachman
iv
DAFTAR ISI
Hal DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang................................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 2 1.3. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agroforestry .................................................................................... 5 2.1.1. Definisi Agroforestry .............................................................. 5 2.1.2. Ciri-ciri Agroforestry .............................................................. 5 2.1.3. Unsur-unsur Agroforestry ....................................................... 6 2.1.4. Jenis-jenis Agroforestry ........................................................... 7 2.2. Kebun Campuran ............................................................................. 8 2.2.1. Sistem Pengelolaan Kebun Campuran .................................... 8 2.2.2. Manfaat Kebun Campuran ...................................................... 9 2.2.3. Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga ....................................................................... 10 2.2.4. Faktor Sistem Pengelolaan yang Berpengaruh terhadap Pendapatan Rumah Tangga ..................................................... 11 2.2.5. Input-input Produksi Sistem Pengelolaan Kebun Campuran................................................................................ 12 2.3. Penelitian-penelitian Terdahulu........................................................ 13 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 14 3.2. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................ 14 3.3. Batasan Operasional Penelitian ........................................................ 14
v
3.4. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 15 3.5. Metode Pengambilan Contoh .......................................................... 16 3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 18 3.6.1. Analisis Deskriptif .................................................................. 19 3.6.2. Analisis Kuantitatif ................................................................. 19 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Tempat Penelitian ................................................... 20 4.1.1. Letak Administratif Wilayah .................................................. 20 4.1.2. Topografi dan Iklim ................................................................ 21 4.1.3. Luas Wilayah dan Pola Penggunaan Lahan ............................. 21 4.1.4. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk ........................................ 22 4.2. Karakteristik Responden ................................................................. 24 4.3. Sistem Pengelolaan Kebun Campuran ............................................. 26 4.3.1. Latar Belakang Kegiatan Pengelolaan ..................................... 26 4.3.2. Tahapan Kegiatan Pengelolaan ............................................... 27 4.3.2.1. Pemilihan Jenis Tanaman ............................................ 28 4.3.2.2. Pengolahan Tanah ....................................................... 31 4.3.2.3. Pengadaan Benih dan Bibit ......................................... 31 4.3.2.4. Penanaman .................................................................. 32 4.3.2.5. Pemeliharaan Tanaman ............................................... 35 4.3.2.6. Pemanenan Hasil ........................................................ 36 4.3.2.7. Pemasaran Hasil .......................................................... 37 4.4. Kontribusi Pendapatan .................................................................... 39 4.4.1. Kebun Campuran..................................................................... 39 4.4.1.1. Biaya Pengelolaan Kebun Campuran .......................... 39 4.4.1.2. Pendapatan Kebun Campuran ..................................... 40 4.4.2. Rumah Tangga ........................................................................ 43 4.4.2.1. Biaya Total Rumah Tangga ......................................... 43 4.4.2.2. Pendapatan Rumah Tangga ......................................... 44 4.5. Permasalahan Pengelolaan Kebun Campuran .................................. 47
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...................................................................................... 49 5.2. Saran ............................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 51 Lampiran
vii
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Jenis data, sumber data dan teknik pengambilan data .................................. 16 2. Jumlah responden tiap kategori luas kebun campuran .................................. 17 3. Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Sukadamai.......................... 21 4. Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Sukadamai ................................................................................................. 22 5. Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan pokok di Desa Sukadamai ....................................................................................... 23 6. Jumlah dan persentase responden menurut kelompok jenis umur ................. 24 7. Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan .................... 24 8. Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan pokok ............... 25 9. Latar belakang responden melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran .................................................................................................. 26 10. Latar belakang responden dalam memilih jenis tanaman .......................... 30 11. Rata-rata jumlah jenis tanaman menurut kategori luas kebun campuran .................................................................................................. 30 12. Asal benih dan bibit berbagai jenis tanaman kebun campuran ................... 32 13. Jumlah pohon/ha jenis tanaman kayu dan tanaman buah berbagai kategori luas kebun campuran ................................................................... 34 14. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan responden pada berbagai jenis tanaman kebun campuran .......................................................................... 36 15. Biaya pengelolaan kebun campuran rata-rata menurut kategori luas kebun campuran dan jenis biaya ................................................................ 40 16. Pendapatan total kebun campuran rata-rata menurut kategori luas kebun campuran dan jenis pendapatan ...................................................... 42 17. Pendapatan bersih kebun campuran rata-rata berbagai kategori luas kebun campuran ........................................................................................ 43 18. Biaya total rumah tangga rata-rata menurut luas kebun campuran dan jenis pengeluaran ...................................................................................... 44 19. Pendapatan total rumah tangga rata-rata menurut luas kebun campuran dan sumber pendapatan ............................................................................. 46 20. Pendapatan bersih rata-rata menurut kategori luas kebun campuran .......... 47 21. Permasalahan utama pengelolaan kebun campuran responden ................... 48
viii
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Diagram alir kerangka pemikiran penelitian ................................................ 3 2. Plot contoh penelitian ................................................................................. 17 3. Peta Desa Sukadamai .................................................................................. 20 4. Berbagai jenis tanaman kebun campuran responden .................................... 29 5. Pola penanaman kebun campuran ............................................................... 33 6. Pembagian strata tajuk kebun campuran ..................................................... 35 7. Saluran pemasaran hasil kebun campuran ................................................... 38
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil rekap kuisioner dan kepemilikan lahan responden .............. 54 Lampiran 2. Profil vertikal berbagai kategori luas kebun campuran ................. 55 Lampiran 3. Harga pupuk dan obat-obatan kebun campuran di Desa Sukadamai....................................................................... 56 Lampiran 4 Harga jual rata-rata berbagai komoditas hasil kebun campuran ..... 56 Lampiran 5 Pendapatan, pengeluaran, dan pendapatan bersih responden. ........ 58
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Agroforestry adalah salah satu bentuk hutan rakyat yang merupakan kombinasi antara kehutanan dengan usaha tani secara terpadu. Agroforestry merupakan suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palem, bambu, dan sebagainya) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian atau hewan untuk suatu tujuan tertentu. Salah satu bentuk agroforestry yang banyak dilakukan masyarakat desa pada lahan milik di wilayah sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) adalah kebun campuran. Kebun campuran merupakan salah satu bentuk agroforestry yang dilakukan masyarakat desa secara tradisional yang dapat dibagi menjadi homegarden dan garden (pekarangan dan tegalan). Foresta et al. (2000) menyatakan bahwa agroforestry dalam bentuk kebun merupakan sumber inspirasi dan model yang sangat menarik untuk pengembangan pola kehutanan dan pertanian berkelanjutan yang memadukan manfaat ekonomi, perlindungan kesuburan tanah, dan pelestarian keanekaragaman hayati. Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) yang terletak di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat dibangun sejak tahun 1950an dan dikelola Fakultas Kehutanan IPB sejak tahun 1970an telah berhasil menjadikan areal berhutan yang memberikan banyak manfaat. HPGW yang terletak di Desa Hegarmanah secara langsung berbatasan dengan beberapa desa seperti Desa Cicantayan, Desa Sukadamai, Desa Sekarwangi, Desa Batununggal, dan Desa Sukamulya. Sebagai sistem produksi skala kecil, pengelolaan kebun campuran dilakukan juga oleh masyarakat desa sekitar HPGW yang dijadikan sumber pendapatan dan menyediakan berbagai kebutuhan, yaitu kebutuhan nutrisi (sayur-sayuran dan buah-buahan), tanaman obat-obatan, bahan baku untuk perumahan dan pagar, serta kayu bakar. Minimnya potensi kayu yang terdapat di daerah sekitar HPGW karena sedikitnya jumlah
2
tanaman kayu yang diusahakan masyarakat desa sekitar menimbulkan tekanan terhadap HPGW. Pencurian dan perambahan yang dilakukan masyarakat desa sekitar HPGW dalam skala kecil maupun besar secara langsung dapat mengancam kelestarian HPGW. Desa Sukadamai yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu desa yang berada di sekitar HPGW. Seluas 281,325 ha wilayah Desa Sukadamai merupakan wilayah kebun milik masyarakat. Sistem pengelolaan kebun campuran dilakukan oleh sebagian besar masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Identifikasi sistem pengelolaan kebun campuran serta besarnya kontribusi yang diberikan terhadap pendapatan rumah tangga perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam usaha pemberdayaan masyarakat desa sekitar HPGW agar optimalisasi lahan dapat dilakukan sehingga tekanan terhadap HPGW dapat berkurang. 1.2. Perumusan Masalah Pengelolaan kebun campuran yang dilakukan oleh petani di Desa Sukadamai termasuk ke dalam pola agroforestry dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sumber pendapatan, baik sumber pendapatan utama maupun sebagai pendapatan tambahan. Hasil yang diperoleh dari kebun campuran dapat berupa kayu, buah-buahan dan hasil pertanian lainnya. Kajian mengenai sistem pengelolaan dan kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat dibutuhkan guna mengkaji bagaimana sistem pengelolaan kebun campuran yang dilakukan dan seberapa besar kontribusinya terhadap pemenuhan kebutuhan petani pengelola kebun campuran. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem pengelolaan dilakukan dan permasalahan yang terjadi dalam usaha pengelolaan kebun campuran yang dilakukan petani? 2. Besarnya kontribusi pendapatan dari kegiatan pengelolaan kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga petani?
3
1.3. Kerangka Pemikiran Kegiatan pengelolaan kebun campuran merupakan salah satu bentuk pola agroforestry yang dilakukan masyarakat sebagai sumber pendapatan dan pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan yang bersifat jangka pendek maupun kebutuhan yang bersifat jangka panjang. Pengambilan hasil dilakukan masyarakat dari kebun campuran yang mereka miliki dapat berupa kayu, buah-buahan dan hasil pertanian lainnya. Hasil kayu yang diperoleh dapat berupa kayu gelondongan sebagai bahan bangunan maupun kayu bakar sebagai bahan bakar. Studi mengenai sistem pengelolaan kebun campuran dan kontribusinya terhadap pendapatan perlu dilakukan guna mengetahui lebih jauh mengenai kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dilakukan sebagai alat pemenuhan kebutuhan. Analisis sistem pengelolaan dilakukan untuk memberikan informasi mengenai bagaimana sistem pengelolaan kebun campuran dan permasalahan yang terjadi, meliputi tahapan kegiatan pengelolaan yang dilakukan petani. Sedangkan analisis kontribusi pendapatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan yang berasal dari kebun campuran terhadap pendapatan total rumah tangga petani hutan rakyat di Desa Sukadamai.
Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Analisis Sistem Pengelolaan
Kebun Campuran
Tanaman Kayu
Tanaman Buah
Tanaman Pertanian Analisis Kontribusi Pendapatan
Rumah Tangga Petani
Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran penelitian.
4
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian mengenai “Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat” antara lain: 1. Identifikasi sistem pengelolaan kebun campuran dan permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dilakukan petani di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. 2. Analisis kontribusi pendapatan kebun campuran terhadap pendapatan rumah
tangga
petani
yang
meliputi
sumber-sumber
pendapatan,
pendapatan total yang diperoleh, biaya total yang dikeluarkan, dan pendapatan bersih petani. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan dan kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga petani dalam usaha pemenuhan kebutuhan sesuai dengan keberadaan dan prinsip kelestarian hutan untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan yang diambil pihak-pihak terkait dalam usaha pemberdayaan masyarakat desa sekitar HPGW melalui optimalisasi lahan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Agroforestry 2.1.1. Definisi Agroforestry Agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palem, bambu, dsb) ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan (Nair 1993). Menurut Satjapradja (1981) agroforestry adalah suatu sistem penggunaan lahan yang merupakan perpaduan kegiatan kehutanan, pertanian, peternakan dan/atau perikanan, ke arah usaha tani terpadu sehingga tercapai optimalisasi dan diversifikasi penggunaan lahan. Pengembangan sistem agroforestry diharapkan dapat memecahkan masalah penggunaan lahan seperti kebutuhan manusia yang beraneka macam diantaranya pangan, sandang, papan, obat-obatan, kayu dan lingkungan hidup yang sehat dapat terpenuhi Andayani (2002) mengatakan bahwa agroforestry merupakan salah satu bentuk pola tanam ganda diversifikasi jenis, dapat terdiri atas kombinasi jenis tanaman yang termasuk dalam kategori tanaman semusim dan tanaman tahunan/keras. Agroforestry sebagai suatu sistem usaha tani diduga dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan. 2.1.2. Ciri-ciri Agroforestry Beberapa ciri penting agroforestry yang dikemukakan dalam Hairiah et al. (2003) yaitu : a. Agroforestry biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan). Paling tidak satu diantaranya tanaman berkayu. b. Siklus sistem agroforestry selalu lebih dari satu tahun.
6
c. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu. d. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, dan obat-obatan. e. Minimal memiliki satu fungsi pelayanan jasa (service function), misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat. f. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis, agroforestry tergantung pada penggunaan dan manipulasi biomassa tanaman terutama dengan mengoptimalkan penggunaan sisa panen. g. Sistem agroforestry yang paling sederhana pun secara biologis (struktur dan fungsi) maupun ekonomis jauh lebih kompleks dibandingkan sistem budidaya monokultur. 2.1.3. Unsur-unsur Agroforestry Sistem-sistem agroforestry dipandang dari segi ekologi dan ekonomi lebih kompleks daripada sistem-sistem monokultur. Suatu sistem agroforestry produksinya selalu beraneka ragam, yang saling bergantung satu sama lainnya. Sekurang-kurangnya satu komponen merupakan tanaman keras berkayu, sehingga siklusnya selalu lebih dari satu tahun. Sistem agroforestry juga bersifat lokal, karena harus cocok dengan kondisi-kondisi ekologi dan sosial ekonomi setempat (Kartasubrata 1991). Unsur-unsur dalam agroforestry yang dikemukakan oleh Hairiah et al. (2003) adalah : a. Penggunaan lahan atau sistem penggunaan oleh manusia. b. Penerapan teknologi. c. Komponen tanaman semusim, tanaman tahunan, dan/atau ternak atau hewan. d. Waktu bisa bersamaan atau bergiliran dalam suatu periode tertentu. e. Ada interaksi ekologi, ekonomi, dan sosial.
7
2.1.4. Jenis-jenis Agroforestry Sistem agroforestry di Indonesia menurut Foresta dan Michon (1991) dalam Foresta et al. (2000) terbagi menjadi dua macam yaitu sistem agroforestry sederhana dan sistem agroforestry kompleks.
Sistem agroforestry sederhana
adalah perpaduan-perpaduan konvensional yang terdiri atas sejumlah kecil unsur, menggambarkan apa yang kini dikenal dengan skema agroforestry klasik. Contoh yang paling sering ditemui yaitu sistem tumpangsari antara jati dengan palawija. Sedangkan sistem agroforestry kompleks merupakan sistem-sistem yang terdiri dari sejumlah besar unsur pepohonan, perdu, tanaman musiman dan atau rumput. Penampakan fisik dan dinamika di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam primer atau sekunder. Contohnya adalah kebun pepohonan campuran, hutan buatan atau hutan rakyat, dan aneka kebun pekarangan. Satjapradja penggunaan
(1981)
lahan,
dalam
terdapat
rangka
berbagai
diversifikasi
bentuk
dan
agroforestry
optimalisasi yang
dalam
pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan keadaan fisik-ekologis dan sosial ekonomis setempat. Paling sedikit ada lima jenis agroforestry yang masingmasing dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Agrisilvikultur Agrisilvikultur adalah salah satu bentuk agroforestry tradisional yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan pertanian. Di Perhutani salah satu bentuk dan sistem ini lebih dikenal dengan nama tumpangsari, suatu cara pengelolaan tanah dimana para petani dapat mengusahakan lahan kehutanan dengan jenis tanaman pangan seperti padi, jagung, kayu, kol, dan kentang, di samping tanaman pokok kehutanan seperti jati, pinus, dan rasamala. b. Silvopastural Silvopastural adalah salah satu bentuk agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan peternakan, dimana di bawah tegakan hutan seperti Agathis sp., Pinus sp., dan Paraserienthes sp. ditanami rumput-rumputan dan hijauan makanan ternak lainnya secara bersamasama, tanpa merusak tegakan hutan. Bentuk silvopastural ini cocok
8
dikembangkan di daerah peternakan dan padang penggembalaan jadi masalah. c. Silvofishery Silvofishery adalah salah satu jenis agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan daerah pantai atau hutan payau dengan usaha perikanan. Beberapa pola penggunaan lahan yang termasuk sistem silvofishery antara lain pembuatan tambak yang memelihara udang dan ikan di hutan payau sekaligus menghutankan kembali dan merehabilitasi hutan payau. d. Agrosilvopastural Agrosilvipastural adalah salah satu jenis agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan, pertanian, dan peternakan dalam suatu lahan secara bersamaan. Dalam lahan tersebut terdapat tanaman berkayu beserta jenis tanaman pertanian lain dan rumput-rumputan atau hijauan sebagai bahan makanan ternak. e. Agrosilvofishery Agrosilvofishery adalah salah satu jenis agroforestry yang merupakan campuran kegiatan kehutanan, pertanian, dan usaha perikanan. 2.2. Kebun Campuran 2.2.1. Sistem Pengelolaan Kebun Campuran Menurut salah satu penelitian LP IPB (1990) mengemukakan bahwa sistem pengelolaan kebun campuran, hutan rakyat maupun lahan hak milik masyarakat pada dasarnya bertolak dari tiga sub sistem yang saling berkaitan yaitu sub sistem produksi, sub sistem pengelolaan hasil dan sub sistem pemasaran. Kebun campuran merupakan sebuah perubahan dari konsep lahan pertanian menjadi sebuah hutan atau kebun, namun dalam hal ini merupakan hutan hak milik. Hutan hak milik dalam pengertian menurut peraturan perundang-undangan (UU No. 41 tahun 1999), adalah hutan yang tumbuh di atas tanah dan dibebani hak milik. Definisi ini diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara.
9
Michon, Mary dan Bompard (1986) dalam Foresta et al. mengemukakan bahwa dalam mengelola kebun para petani sesungguhnya menerapkan praktik pertanian (menanam, menyiangi, memupuk dan memanen) dan berusaha mengintegrasikan proses alami bahan organik, perputaran unsur hara, dan regenerasi vegetasi. Faktor penentu utama dalam pengelolaan kebun adalah interaksi fungsional antar tanaman, antara tanaman dan tanah, dan antara siklus biologi masing-masing tanaman. Sistem kebun pekarangan di Pulau Jawa merupakan contoh pengelolaan lahan yang berasal dari daerah tropika. Sebagaimana kebun pekarangan lain di dunia, pekarangan di Pulau Jawa tetap bertahan sampai masa ini sebagai sistem produksi skala kecil yang memadukan berbagai fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Kebun-kebun tradisional menghasilkan dan berkembang secara alami, dan hanya memerlukan perawatan minimal. Praktik pengelolaannya sederhana, dan hampir-hampir tidak mengganggu proses-proses alami. Petani mengarahkan proses produksi semata-mata hanya untuk kebutuhan sendiri (buah atau kayu). Pengelolaan kebun tradisional tidak secara langsung memberikan perlakukan semaian dan pohon, yaitu pemangkasan pohon untuk meningkatkan hasil buah, pemilihan anakan pohon, penjarangan kanopi agar cahaya matahari masuk atau penyiangan tumbuhan bawah secara selektif untuk merangsang tumbuhnya spesies yang berharga (Michon dan Mary 1994 dalam Foresta et al.). 2.2.2. Manfaat Kebun Campuran Sudiyono (1994) mengemukakan bahwa walaupun hutan hak seperti hutan rakyat dan kebun campuran di Indonesia hanya merupakan sebagian kecil dari luasan total hutan, namun tetap penting karena selain fungsinya untuk perlindungan tata air pada lahan-lahan masyarakat, juga penting bagi pemiliknya sebagai sumber penghasil kayu maupun sumber pendapatan rumah tangga, disamping hasil-hasil lain seperti buah-buahan, daun, kulit kayu, biji dan sebagainya. Salah satu penelitian Michon dan Mary (1994) dalam Foresta et al. di Cibitung, Jawa Barat mengungkapkan bahwa kebun pekarangan campuran masyarakat secara komersil dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sebesar
10
15 – 25 % dari pendapatan total tahunan melalui produksi buah komersil seperti durian, petai dan juga produksi tanaman ekspor seperti cengkeh, pala, dan kopi. Nurhayati (2005) mengemukakan bahwa manfaat kebun campuran yang dirasakan banyak sekali, terutama dapat menambah pendapatan petani. Pola penanaman dengan sistem kebun campuran yang dilakukan dapat berperan sebagai pelindung tanaman lain, sebagai pakan ternak, dapat memperkuat tanah, sehingga tidak terjadi longsor, hasil pemangkasan dari tanaman pelindung (tajuk tinggi) maupun daun-daun yang berguguran juga dapat menyuburkan tanah bila sudah membusuk dan dapat mengurangi intensitas kegiatan penyiangan yang dilakukan karena penutupan tajuk relatif rapat. Masyarakat juga memanfaatkan pekarangan yang ada untuk budidaya sayuran dan beberapa tanaman obat yang juga bermanfaat sebagai bahan makanan dan bumbu masak. 2.2.3. Kontribusi Kebun Campuran Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Hernanto (1991) mengemukakan bahwa salah satu cara dalam menentukan ukuran pendapatan petani adalah jumlah penerimaan penjualan hasil ditambah penerimaan yang diperhitungkan dengan kenaikan nilai inventaris, dikurangi dengan pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan termasuk bunga modal. Pendapatan rumah tangga petani dapat berasal dari pendapatan usaha tani dan pendapatan non-usaha tani. Menurut salah satu penelitian LP IPB (1990) mengenai hutan rakyat, menerangkan bahwa pada dasarnya pengelolaan hutan rakyat merupakan upaya menyeluruh dari kegiatan-kegiatan merencanakan, membina, mengembangkan dan menilai serta mengawasi pelaksanaan kegiatan produksi, pengolahan hasil dan pemasaran secara terencana dan berkesinambungan. Tujuan akhir dari pengelolaan hutan rakyat ini adalah peningkatan peran kayu rakyat terhadap peningkatan pendapatan pemilik atau pengusahanya secara terus-menerus selama daur. 2.2.4. Faktor Sistem Pengelolaan Kebun Campuran yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Menurut Michon, Mary dan Bompard (1986) dalam Foresta et al. mengemukakan bahwa dalam sistem agroforestry kebun parak di Maninjau,
11
Sumatera Barat, hanya tenaga keluarga yang dipakai. Masa paling sibuk dalam pekerjaan yaitu pada musim panen durian, dan pada masa panen kulit manis. Tenaga kerja laki-laki bertugas menebang pohon sementara tenaga kerja perempuan mengupas kulit dan mengeringkannya di desa. Sebagian besar kegiatan pengelolaan agroforestry parak tidak tertentu waktunya dan bila perlu dapat diatur bergiliran. Pengumpulan kayu bakar dan penyiangan biasanya dilakukan oleh perempuan, penanaman oleh laki-laki, sedangkan pemetikan buah-buahan dikerjakan oleh seluruh anggota keluarga. Menebang dan menggergaji kayu dilakukan oleh pekerja khusus yang dibayar dengan barang atau uang tunai. Berdasarkan survei intensif yang dilakukan Suyanto et al. (2001) dalam Otsuka dan Place (2001) di Jambi terhadap para pemilik lahan kayu manis, memperlihatkan bahwa tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari keluarga, merupakan komponen biaya utama dalam produksi kayu manis. Penggunaan tenaga kerja pada tahun pertama penanaman kayu manis biasanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga lebih banyak digunakan pada tiga tahun awal, yang mana tenaga
kerja
luar
keluarga
(hired
labor)
biasanya
digunakan
untuk
pekerjaan-pekerjaan sederhana. Menurut Kasryno (1984), besar kecilnya bagian yang diterima oleh buruh tani dipengaruhi oleh : a. Perkembangan teknologi (yang diukur dengan produktifitas tanah) b. Luas tanah garapan. c. Tingkat pertambahan penduduk. d. Persentase rumah tangga tak bertanah dan petani bertanah sempit. e. Kesempatan kerja di luar sektor pertanian dan perpindahan. f. Tingkat pendapatan rumah tangga.
12
2.2.5. Input-input Produksi Sistem Pengelolaan Kebun Campuran Pengelolaan kebun campuran masyarakat dapat dibagi menjadi empat input produksi, yaitu : a. Pemilihan jenis tanaman Jenis tanaman dapat dipilih berdasarkan kriteria tertentu, misalnya tanaman bersifat intoleran/toleran atau pinir atau sebagainya. Juga dapat menguntungkan baik dari segi ekologi dan ekonomi. Sedangkan dalam pertumbuhannya tanaman tersebut dipengaruhi oleh iklim, kondisi tanah, suhu dan kesesuaian lahan (Jumin 1994). b. Pengolahan tanah Secara umum pengolahan tanah bertujuan untuk menyediakan lahan agar siap tanam dengan meningkatkan kondisi fisik tanah dengan cara merubahnya. Hal ini dilakukan karena tanah merupakan faktor lingkungan yang merupakan sarana hubungan timbal balik dengan tanaman yang tumbuh padanya. Faktor lingkungan tanah meliputi faktor fisik (air, udara, struktur tanah, suhu) dan faktor kimiawi (kemampuan tanah dalam penyediaan nutrisi) (Jumin 1994). c. Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan penambahan energi bentuk kimia ke dalam tanah di sekitar tanaman budidaya agar tanaman dapat tumbuh sebaik dan setinggi mungkin. Terdapat dua jenis pupuk yang biasa digunakan,yaitu pupuk organik dan pupuk buatan. Penambahan pupuk yang mengandung unsur-unsur penting bagi pertumbuhan tanaman hakekatnya ialah menambahkan nutrisi (Soedyanto 1981). d. Pemasaran Produk yang dihasilkan oleh sejumlah besar petani kecil yang tersebar, dikumpulkan, diangkut, disimpan, diolah dan disalurkan melalui berbagai jalur sebelum sampai pada para konsumen yang beraneka ragam tingkat penghasilan, selera dan kesukaannya. Produk-produk itu dihasilkan mengikuti musim, mudah rusak dan bervolume besar. Pemasaran hasilhasil pertanian dapat melalui pemasaran langsung, pedagang dan pertanian kontrak.
13
2.3. Penelitian-penelitian Terdahulu Menurut penelitian Riva (1997) yang dilakukan di Kampung Naga, Kecamatan Selawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat menyimpulkan bahwa hasil usaha tani kebun campuran memberikan pendapatan rata-rata bagi petani sebesar Rp. 650.417/tahun atau sekitar 47,20 % dari pendapatan total petani. Kristiani (2001) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil usaha tani berupa kebun campuran di Desa Jlarem, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah memberikan kontribusi perdapatan terbesar kedua setelah pendapatan lain-lain dengan kontribusi rata-rata pada tahun 2001 yaitu sebesar Rp. 2.019.050/tahun atau sekitar 27,92 % dari pendapatan total. Ika dalam penelitiannya di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada tahun 2006 menyimpulkan bahwa kontribusi kebun campuran adalah sebesar Rp. 11.203.358/tahun (45,34%) terhadap pendapatan total rumah tangga petani. Kontribusi lainnya berasal dari dari usaha non-tani sebesar Rp. 6.385.968/tahun (35,84%), hasil pekarangan sebesar Rp. 4.569.502/tahun (18,49 %), sawah sebesar 2.322.850/tahun (9,40 %) dan ternak Rp. 228.957/tahun (0,93 %). Penelitian mengenai kontribusi kebun campuran juga dilakukan oleh Hutomo Tri di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi pada tahun 2007. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan total rumah tangga adalah 48,67 % dengan pendapatan
bersih
rata-rata
dari
kebun
campuran
sebesar
Rp. 2.308.367/ha/tahun. Sedangkan pendapatan total dari lahan monokultur sebesar 14,15 %, pekarangan 0,71 %, ternak 7,6 % dan pendapatan off farm sebesar 28,87 %.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada bulan April sampai Mei tahun 2009. 3.2. Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, alat hitung, kompas, meteran, alat tulis kantor, kamera digital, dan komputer. 3.3. Batasan Operasional Penelitian Batasan operasional diperlukan untuk memberikan pengertian yang seragam mengenai penelitian yang dilakukan. Batasan operasional tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kebun campuran adalah salah satu bentuk agroforestry di lahan milik petani yang merupakan campuran antara kegiatan kehutanan dan pertanian. 2. Pendapatan total kebun campuran adalah seluruh pendapatan yang diperoleh petani dari komoditas kebun campuran per tahun, meliputi hasil dari hasil kayu, buah-buahan dan tanaman pertanian. 3. Biaya pengelolaan kebun campuran adalah seluruh biaya yang dikeluarkan petani untuk pengelolaan kebun campuran per tahun, meliputi bahan (pupuk, obat dan bibit), tenaga kerja dan pajak lahan. 4. Pengeluaran total rumah tangga petani adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk mencukupi kebutuhan yang meliputi biaya pengelolaan kebun campuran, biaya pangan, sandang, pendidikan, transportasi, pajak dan lainnya.
15
5. Pendapatan bersih kebun campuran adalah hasil pengurangan pendapatan total kebun campuran dengan biaya pengelolaan kebun campuran. 6. Pendapatan total petani adalah pendapatan bersih yang diperoleh dari seluruh kegiatan termasuk sumber-sumber diluar pertanian. Sumber pendapatan petani antara lain usaha kebun campuran, sawah, ladang kolam, ternak, gaji karyawan/PNS, upah buruh, dagang, PNS dan jenis pekerjaan lain. 3.4. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder meliputi kondisi umum wilayah penelitian, batas administratif wilayah, kondisi fisik, suhu dan iklim, penggunaan lahan, dan data demografi penduduk diperoleh dari Buku Monografi Desa Sukadamai Tahun 2008, Peta Rupabumi Kabupaten Sukabumi dan website Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Data primer terdiri dari dua, yaitu karakteristik responden dan karakteristik sistem pengelolaan kebun campuran. Karakteristik responden meliputi nama, umur, jumlah tanggungan keluarga, kepemilikan lahan, pekerjaan pokok, pendapatan kebun campuran, biaya pengelolaan kebun campuran, pendapatan total rumah tangga, dan biaya total rumah tangga. Sedangkan karakteristik sistem pengelolaan kebun campuran responden meliputi : tahapan kegiatan pengelolaan, jenis tanaman yang diusahakan, dan permasalahan kegiatan pengelolaan kebun campuran. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden menggunakan kuisioner dan pengamatan langsung di kebun campuran responden. Jenis, sumber dan teknik pengambilan data selengkapnya disajikan pada Tabel 1.
16
Tabel 1 Jenis data, sumber data dan teknik pengambilan data Jenis Data
Parameter
Sekunder - Kondisi umum wilayah desa - Batas administratif wilayah - Penggunaan lahan - Data demografi penduduk Primer
Sumber Data
Teknik Pengambilan Data
Buku Monografi Desa Sukadamai,
Studi literatur
Peta Rupabumi
dan
dan website
pencatatan
Pemerintah
data
Kabupaten
sekunder.
Sukabumi
- Karakteristik responden (umur, tingkat pendidikan pekerjaan pokok, pendapatan kebun campuran, biaya
Wawancara,
pengelolaan kebun
observasi dan
campuran, pendapatan
Responden dan
pengukuran
total rumah tangga, dan
kebun campuran
langsung di
responden.
lapangan
biaya total rumah tangga. - Karakteristik kebun
menggunakan plot
campuran responden (sistem pengelolaan, jenis tanaman, dan permasalahan. 3.5. Metode Pengambilan Contoh Unit contoh yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu unit contoh responden dan unit contoh kebun campuran. Pengambilan unit contoh responden dilakukan terhadap petani pemilik kebun campuran yang berjumlah 35 jiwa yang selanjutnya dikelompokkan menurut kategori luas kebun campuran yang dimiliki. Jumlah responden yang diambil berbeda tiap kategori disesuaikan
17
dengan proporsi jumlah pemilik kebun campuran di Desa Sukadamai untuk menjamin keterwakilan tiap kategori. Jumlah responden yang diambil tiap kategori luas kebun campuran dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah responden tiap kategori luas kebun campuran Kategori Luas Jumlah Responden No. Kebun Campuran (jiwa) 1.
< 0,25 ha
15
2.
0,25 – < 0,5 ha
10
3.
0,5 – < 1 ha
7
4.
≥ 1 ha
3
Total
35 Pengambilan unit contoh kebun campuran dilakukan melalui pengukuran
langsung yang dilakukan di kebun campuran responden menggunakan plot berukuran 20 x 50 m (Gambar 2). Jumlah total plot yang dibuat adalah satu tiap kategori luas kebun campuran untuk memberikan gambaran mengenai komposisi jenis tanaman, pola penanaman, dan pembagian strata tajuk tiap kategori luas kebun campuran. Pengukuran yang dilakukan untuk jenis tanaman pertanian hanya meliputi jenis, sedangkan untuk jenis tanaman kayu dan tanaman buah meliputi jenis, jumlah masing-masing jenis, diameter, dan tinggi pohon.
20 m
50 m Gambar 2 Plot contoh penelitian. Soerianegara dan Indrawan (1982) menyatakan bahwa terdapat lima lapisan (stratum) tajuk pada hutan hujan tropis, yaitu lapisan A,B,C,D, dan E. Lapisan A,B, dan C merupakan lapisan tajuk dari tingkat pohon, lapisan D merupakan lapisan perdu dan semak, sedangkan lapisan E adalah lapisan tumbuh-
18
tumbuhan penutup tanah (ground cover). Ciri dan kriteria masing-masing lapisan adalah : 1. Lapisan A a. Lapisan teratas b. Tinggi total pohon > 30 m c. Pohon tinggi,lurus dan batang bebas cabang tinggi d. Semi-toleran 2. Lapisan B a. Lapisan kedua b. Tinggi total pohon 20 – 30 m c. Tajuk kontinu (rapat) d. Pohon banyak cabang, batang bebas cabang tidak terlalu tinggi dan jenis toleran. 3. Lapisan C a. Lapisan ketiga b. Tinggi pohon 4 – 20 m c Tajuk kontinu (rapat) d. Rendah kecil dan banyak cabang 4. Lapisan D a. Perdu dan semak b. Tinggi 1 – 4 m 5. Lapisan E a. Tumbuhan penutup tanah b. Tinggi 0 - 1 m 3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan pengumpulan data, mengelompokkan, dan identifikasi karakteristik responden dan kebun campuran responden. Sedangkan metode analisis
kuantitatif
dilakukan
dengan
menggunakan
perhitungan
dalam
hubungannya dengan jumlah jenis tanaman, dan kontribusi kebun campuran
19
terhadap pendapatan rumah tangga. Beberapa analisis yang digunakan dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai sistem pengelolaan kebun campuran yang meliputi latar belakang pengelolaan kebun campuran, tahapan kegiatan pengelolaan, jenis tanaman, latar belakang pemilihan jenis tanaman, dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kebun campuran. Informasi yang diperoleh selanjutnya dikelompokan dan disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan gambar sesuai dengan hasil yang diperoleh. 2. Analisis Kuantitatif Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai komposisi tanaman kebun campuran yang meliputi jumlah jenis dan jumlah tanaman, dan kontribusi pendapatan kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga responden yang meliputi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran responden dari kebun campuran dan di luar kebun campuran. Informasi selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan perhitungan untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi angka dan gambar sesuai dengan hasil yang diperoleh.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Letak Administratif Wilayah Desa Sukadamai merupakan desa pemekaran dari Desa Cicantayan yang diresmikan tanggal 3 Oktober 2005 oleh Bupati Sukabumi dan secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Desa Sukadamai berada di bagian timur Kabupaten Sukabumi yang sebelah Utara berbatasan langsung dengan wilayah Desa Cicantayan, sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Desa Bojong, sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Desa Hegarmanah, dan sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Desa Sirnaresmi. Desa Sukadamai berjarak 30 km dari ibukota kecamatan (Cikembar) dan 85 km dari ibukota kabupaten (Pelabuhan Ratu) (Buku Monografi Desa Sukadamai Tahun 2008).
Sumber : Peta Rupa Bumi Kabupaten Sukabumi.
Gambar 3 Peta Desa Sukadamai.
21
4.1.2. Topografi dan Iklim Desa Sukadamai memiliki topografi berbukit-bukit dan merupakan kawasan campuran dan industri dengan kemiringan lahan mencapai 15˚. Desa Sukadamai terletak pada ketinggian 400 – 1.000 mdpl dengan suhu rata-rata harian sebesar 35˚ C. Berdasarkan klasifikasi tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson, Desa Sukadamai termasuk ke dalam tipe iklim A yang memiliki curah hujan rata-rata sebesar 3.306 mm/tahun dengan bulan kering rata-rata 2,7 dan bulan basah rata-rata 9,8. Jumlah bulan hujan di Desa Sukadamai adalah 6 bulan per tahunnya (Buku Monografi Desa Sukadamai Tahun 2008). 4.1.3. Luas Wilayah dan Pola Penggunaan Lahan Luas Desa Sukadamai secara keseluruhan adalah 409,628 ha yang terbagi menjadi 4 dusun yang terdiri dari 16 rukun warga dan 29 rukun tetangga. Sebesar 371,743 ha atau sekitar 91 % wilayah Desa Sukadamai merupakan lahan milik individu yang terdiri dari 281,325 ha atau sekitar 68 % berupa kebun; 50,360 ha atau sekitar 12 % berupa persawahan; 40,058 atau sekitar 10 % berupa pemukiman; dan 12,285 ha atau sekitar 3 % adalah tanah kosong. Penggunaan lahan kebun yang relatif besar menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Desa Sukadamai merupakan lahan yang sangat cocok untuk kegiatan pengelolaan kebun campuran karena didukung oleh topografi dan iklim yang baik. Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Sukadamai selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Luas dan persentase penggunaan lahan di Desa Sukadamai Luas Persentase Penggunaan Lahan (ha) (%) Pemukiman 40,058 10 Persawahan
50,360
12
281,325
68
2,720
1
Tanah kosong
12,285
3
Prasarana umum
22,880
6
409,628
100
Kebun Perkantoran
Total Sumber : Monografi Desa Sukadamai tahun 2008.
22
4.1.4. Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk Jumlah penduduk di Desa Sukadamai seluruhnya adalah 4.272 jiwa yang terbagi menjadi 1.279 KK dengan jumlah penduduk laki-laki adalah 2.125 jiwa dan jumlah penduduk perempuan adalah 2.147 jiwa. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Sukadamai masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari hanya sekitar 37 % atau sebanyak 1.583 penduduk yang mengenyam pendidikan sampai tingkat menengah ke atas (SMP/SMU dan Perguruan Tinggi). Sebanyak 23 % atau sebanyak 983 penduduk memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah dan sebanyak 40 % atau sebanyak 1.713 penduduk adalah tamatan Sekolah Dasar (SD). Pengelompokkan penduduk menurut tingkat pendidikan selengkapnya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Sukadamai Jumlah Penduduk Persentase Tingkat Pendidikan (jiwa) (%) Tidak sekolah 983 23 SD
1.713
40
SMP/SMU
1.366
32
217
5
4.279
100
Perguruan Tinggi Total Sumber : Monografi Desa Sukadamai Tahun 2008.
Jenis pekerjaan pokok yang dipilih penduduk sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki. Penduduk yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan memilih tani dan buruh tani sebagai pekerjaan pokok karena jenis pekerjaan ini relatif mudah dilakukan dan tidak memerlukan keterampilan yang tinggi. Di beberapa wilayah tertentu, tanah di Desa Sukadamai mengandung belerang dan sangat baik sebagai bahan baku pembuatan bata merah. Hal ini yang menyebabkan sebanyak 175 jiwa (7 %) penduduk mendirikan industri pembuatan bata dalam usaha kecil dan menengah. Bata yang dihasilkan dari desa ini dikenal memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan produk dari daerah lain sehingga pendistribusiannya sudah sampai ke Kota Sukabumi, Cianjur, Tangerang, Bogor, dan Jakarta.
23
Terdapatnya beberapa pabrik garmen di sekitar Desa Sukadamai menyebabkan jenis pekerjaan pokok sebagai buruh swasta relatif tinggi (24 %). Sedangkan yang tergolong pekerjaan pokok yang termasuk ke dalam jenis pekerjaan lainnya (3 %) antara lain tukang ojek, montir, TNI/Polri, peternak, guru dan lain-lain. Pengelompokkan penduduk berdasarkan jenis pekerjaan pokok penduduk disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan pokok di Desa Sukadamai Jumlah Penduduk Persentase Pekerjaan Pokok (jiwa) (%) Tani 817 32 Buruh tani
321
12
Dagang
329
13
Pengrajin
241
9
Buruh swasta
620
24
PKM
175
7
72
3
2.575
100
Lainnya Total Sumber : Monografi Desa Sukadamai tahun 2008.
4.2. Karakteristik Responden Responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah para pemilik kebun campuran yang bertempat tinggal di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Hasil rekap kuisioner yang meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan, jumlah tanggungan keluarga, dan kepemilikan lahan selengkapnya disajikan pada Lampiran 1. Responden yang diteliti berjumlah 35 orang dengan kisaran umur antara 35 - 73 tahun. Menurut Bakir dan Maning (2005), kisaran umur produktif penduduk di negara berkembang adalah antara 15 - 55 tahun, jadi dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden termasuk kedalam usia produktif (68 %). Pengelompokan responden berdasarakan kelompok umur selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
24
Tabel 6 Jumlah dan persentase responden menurut kelompok jenis umur Kelompok Umur Jumlah Responden Persentase (tahun) (jiwa) (%) 35 – 44 13 37 45 – 49
7
20
50 – 54
4
11
55 – 59
7
20
60 – 64
1
3
65 – 69
1
3
70 – 74
2
6
35
100
Total Sumber : Data Primer Penelitian.
Jumlah responden yang memiliki tingkat pendidikan sampai tingkat menengah ke atas (SMP/SMU dan Perguruan Tinggi) hanya sebanyak 12 jiwa atau sekitar 34 %. Sebagian besar responden yang memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 14 jiwa atau sekitar 40 %. Sedangkan penduduk yang tidak bersekolah sebanyak 7 jiwa atau sekitar 20 % responden. Tingkat pendidikan responden yang relatif rendah disebabkan karena pendidikan belum menjadi prioritas. Pendidikan dinilai sebatas dapat membaca, menulis, dan berhitung. Biaya pendidikan yang tidak sedikit juga menjadi pertimbangan dalam menentukan sejauh mana tingkat pendidikan yang dapat dicapai responden. Pengelompokan responden berdasarkan tingkat pendidikan selengkapnya disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan Jumlah Responden Persentase Tingkat Pendidikan (jiwa) (%) Tidak sekolah 7 20 SD
14
40
SMP/SMU
12
34
2
6
35
100
Perguruan Tinggi Total Sumber : Data Primer Penelitian.
25
Pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang dilakukan dimana intensitas kegiatan yang dilakukan lebih tinggi dibanding pekerjaan lain. Pekerjaan lain dilakukan untuk menambah pendapatan dan termasuk ke dalam jenis pekerjaan sampingan. Pada umumnya pekerjaan pokok responden berhubungan langsung dengan lahan yang mereka miliki, baik sebagai petani ataupun buruh tani karena tingkat pendidikan yang dimiliki relatif rendah. Menurut hasil wawancara yang dilakukan diperoleh hasil sebanyak 29 jiwa atau sekitar 82 % responden memiliki pekerjaan pokok yang berhubungan langsung dengan lahan yang dimiliki, yaitu sebagai petani (54 %) dan buruh tani (28 %). Hanya sebanyak 6 jiwa atau sekitar 18 % responden memiliki pekerjaan pokok di luar tani, yaitu sebagai pedagang (9 %), peternak (3 %), dan pekerjaan lainnya (6 %). Jenis pekerjaan pokok responden yang tergolong pekerjaan lainnya adalah sebagai pengrajin dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pengelompokan responden menurut jenis pekerjaan pokok selengkapnya disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden menurut jenis pekerjaan pokok Jumlah Responden Persentase Pekerjaan Pokok (jiwa) (%) Tani 19 54 Buruh tani
10
28
Dagang
3
9
Peternak
1
3
Lainnya
2
6
35
100
Total Sumber : Data Primer Penelitian.
4.3. Sistem Pengelolaan Kebun Campuran 4.3.1. Latar Belakang Kegiatan Pengelolaan Sistem pengelolaan kebun campuran merupakan salah bentuk agroforestry yang termasuk ke dalam jenis agrisilvikultur. Agrisilvikultur merupakan salah satu bentuk agroforestry tradisional yang merupakan campuran kegiatan kehutanan dan pertanian dimana tanaman pertanian dan tanaman kehutanan dikelola bersamaan dalam suatu lahan milik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
26
sebagai sumber pendapatan. Petani dapat mengusahakan lahan kehutanan dengan jenis tanaman buah dan tanaman pangan seperti manggis, padi, jagung, tomat, kelapa, singkong dan ubi jalar, di samping tanaman kehutanan seperti sengon, suren dan afrika. Bentuk pola agrisilvikultur ini lebih dikenal dengan nama tumpangsari. Kegiatan pengelolaan kebun campuran yang terdapat di Desa Sukadamai telah dilakukan sejak dahulu dan masih dilakukan secara turun temurun sampai saat ini oleh petani kebun campuran karena besarnya manfaat yang diperoleh. Manfaat yang diperoleh antara lain manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan. Kebun campuran selain merupakan sumber penghasil kayu maupun sumber pendapatan rumah tangga, disamping hasil-hasil lain seperti buah-buahan, daun, dan bahan makanan lainnya, juga penting bagi lingkungan sebagai pelindung tata air pada lahan-lahan petani. Orientasi petani melakukan usaha pengolahan kebun campuran adalah bertujuan untuk memperoleh pendapatan materi (uang). Faktor lainnya yaitu disebabkan oleh kebutuhan keluarga, kesesuaian lahan, pengetahuan yang dimiliki, waktu dan modal (Suharjito 2002). Faktor yang melatarbelakangi
petani dalam
melakukan
kegiatan
pengelolaan kebun campuran antara lain faktor budaya, faktor ekonomi, faktor teknik pengelolaan, dan faktor ekologi. Faktor budaya merupakan latar belakang kegiatan pengelolaan kebun campuran responden yang disebabkan karena turunan/warisan dari orang tua mereka. Petani akan tetap melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran untuk menghormati dan melanjutkan usaha yang telah dijalankan. Faktor ekonomi berhubungan erat dengan tingkat pendapatan yang ingin diperoleh dan menjadi alasan utama sebagian besar petani kebun campuran. Hal ini sangat dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki petani karena berpengaruh terhadap jumlah jenis dan jarak antar tanaman. Untuk luas kebun campuran yang besar petani dapat memperbanyak jenis tanaman dengan tetap memperhatikan jarak antar tanaman agar dapat menghasilkan pendapatan yang maksimal. Sedangkan untuk luas kebun campuran yang kecil petani akan memaksimalkan
27
pendapatan
dengan
tetap
memperbanyak
jumlah
jenis
tanaman
tanpa
keunggulan
teknis
memperhatikan jarak antar tanaman. Faktor
teknik
pengelolaan
berkaitan
dengan
pengelolaan kebun campuran. Keunggulan teknis yang dimaksud antara lain pengelolaan yang mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai kegiatan atau usaha sambilan. Sedangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan manfaat yang diperoleh, kondisi fisik lahan meliputi tingkat struktur tanah, tingkat kecukupan unsur hara, kemiringan lahan dan tingkat kecuraman lereng merupakan faktor ekologi yang menjadi latar belakang kegiatan pengelolaan kebun campuran. Faktor ekonomi merupakan alasan utama petani melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran yaitu sebesar 60 %. Sebesar 31 % responden melakukan kegiatan pengelolaan kebun campuran karena faktor budaya turun temurun. Pengelompokan responden berdasarkan latar belakang pengelolaan kebun campuran disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Latar belakang responden melakukan pengelolaan kebun campuran Jumlah Responden Persentase Latar Belakang (jiwa) (%) Faktor budaya 11 31 Faktor ekonomi
21
60
Faktor teknik pengelolaan
2
6
Faktor ekologi
1
3
35
100
Total Sumber : Data Primer Penelitian.
4.3.2. Tahapan Kegiatan Pengelolaan Teknik pengelolaan kebun campuran di Desa Sukadamai pada dasarnya telah dikuasai oleh para petani walaupun secara sederhana. Hal ini dapat diartikan bahwa kebun campuran yang terdapat di Desa Sukadamai merupakan kebun campuran tradisional yang secara umum masih dikelola menggunakan alat dan pengetahuan yang sederhana. Pengetahuan yang dimiliki petani, dalam hubungannya dengan kegiatan pengelolaan kebun campuran sebagian besar diperoleh dari pengalaman orang tua mereka. Pemilik lahan akan mengelola
28
kebun campuran yang dimilikinya sendiri atau dengan bantuan keluarganya. Penggunaan jasa tenaga kerja (buruh) untuk kegiatan pengelolaan lahan akan dilakukan apabila pemilik lahan memiliki kesibukan lain yang dianggap dapat menghasilkan pendapatan lebih besar atau lahan yang dimiliki luas. Tahapan kegiatan pengelolaan yang dilakukan meliputi pemilihan jenis tanaman,
pengolahan
tanah,
pengadaan
benih
dan
bibit,
penanaman,
pemeliharaan, pemanenan hasil, dan pemasaran hasil. Tahapan kegiatan pengelolaan kebun campuran antara lain dijelaskan sebagai berikut : 4.3.2.1. Pemilihan Jenis Tanaman Jenis tanaman yang terdapat di kebun campuran petani dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu tanaman kayu, tanaman buah, dan tanaman pertanian. Sebagian besar petani memilih sengon sebagai tanaman keras penghasil kayu, baik kayu bakar sebagai bahan bakar maupun kayu gelondongan sebagai bahan baku furniture dan bangunan. Jenis sengon banyak dipilih karena budaya turun temurun yang diwariskan orang tua. Terdapat juga beberapa petani yang menanam tanaman kayu jenis afrika dan suren di kebun campuran yang mereka miliki karena nilai jual yang lebih tinggi. Jenis tanaman penghasil buah yang banyak terdapat di kebun campuran petani adalah manggis, pisang, dan kelapa. Sebagian besar petani memilih tanaman manggis sebagai pilihan utama karena harga jual yang relatif stabil dan banyaknya tengkulak yang membantu memasarkan hasil panen mereka. Sampai saat ini Desa Sukadamai merupakan salah satu desa penghasil manggis terbesar setelah
Desa
Hegarmanah
dengan
hasil
buah
mencapai
lebih
dari
5.000 ton/ha/tahun (Buku Monografi Desa Sukadamai 2008). Sedangkan untuk jenis tanaman pisang dan kelapa dipilih petani karena hasilnya dapat dipanen beberapa kali dalam satu tahun. Jenis tanaman pertanian yang menjadi komoditas yang paling utama dipilih petani adalah singkong. Hal ini disebabkan karena mudahnya kegiatan pemasaran hasil karena banyaknya industri kecil pembuatan enyé-enyé dan kripik singkong di wilayah Desa Sukadamai. Tanaman pertanian lain yang banyak ditanam petani antara lain ubi jalar, cabai, tomat, kacang merah, kacang buncis, kacang panjang, serai, dan petai. Jenis-jenis ini ditanam petani untuk memenuhi
29
kebutuhan sehari-hari rumah tangga sebagai bahan makanan dan tanaman obatobatan. Apabila dirasa telah cukup atau hasil panen besar petani akan menjual hasil dari jenis tanaman pertanian ke pasar, tengkulak, dan industri pengolahan.
Sumber : Dokumentasi Penelitian.
Gambar 4 Berbagai jenis tanaman kebun campuran responden Faktor utama pemilihan jenis tanaman kebun campuran adalah faktor budaya, faktor ekonomi, faktor teknik pemeliharaan tanaman, dan faktor morfologi tanaman. Berdasarkan penelitian sebesar 23 % responden memilih jenis tanaman karena faktor budaya, yaitu merupakan warisan turun temurun dari orang tua mereka. Jenis tanaman yang banyak dipilih responden karena faktor ini adalah sengon, manggis, dan singkong. Faktor ekonomi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan yang ingin diperoleh yang dipengaruhi oleh nilai jual, biaya pengelolaan dan waktu panen dan merupakan faktor tertinggi dalam memilih jenis tanaman (64 %). Sebagian besar responden memilih jenis tanaman buah dan tanaman pertanian karena harga jual yang tinggi dan dapat dipanen minimal 1 kali/tahun. Sebesar 9 % responden memilih jenis tanaman yang akan ditanam karena teknis pemeliharaan tanaman yang mudah. Tanaman tidak membutuhkan perlakuan pemeliharaan intensif agar tumbuh dengan baik. Jenis tanaman ini adalah sengon, manggis, pisang, kelapa, cabai, tomat, jahe, lengkuas, serai, dan petai. Faktor morfologi tanaman berhubungan dengan sifat fisik tanaman yang meliputi bentuk batang dan tajuk. Tanaman yang memiliki batang cukup besar dan penutupan tajuk renggang digunakan sebagai pelindung tanaman lain terhadap
30
angin dan sinar matahari yang berlebih. Jenis tanaman buah seperti manggis, mangga, dan alpukat yang memiliki batang besar dan penutupan tajuk tinggi dimanfaatkan sebagai tempat berteduh. Pengelompokan responden berdasarkan latar belakang pemilihan jenis tanaman disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10 Latar belakang responden dalam memilih jenis tanaman Jumlah Responden Persentase Latar Belakang (jiwa) (%) Faktor budaya 8 23 Faktor ekonomi
22
62
Faktor teknik pemeliharaan
3
9
Faktor morfologi tanaman
2
6
35
100
Total Sumber : Data Primer Penelitian.
Jenis tanaman yang terdapat pada berbagai macam kategori luas kebun campuran responden relatif sama dengan jumlah jenis tanaman rata-rata sebanyak 14 jenis tanaman dengan jumlah jenis tanaman rata-rata tertinggi berasal dari kategori ≥ 1 ha (16 jenis tanaman). Sedangkan jumlah jenis tanaman rata-rata terendah berasal dari kategori luas kebun campuran 0,25 - < 0,5 ha (12 jenis tanaman). Jumlah jenis tanaman rata-rata tertinggi berasal dari jenis tanaman pertanian, yaitu sebanyak 8 jenis tanaman. Jumlah jenis tanaman kayu rata-rata hanya sebanyak 1 jenis tanaman sedangkan jumlah jenis tanaman buah rata-rata sebanyak 5 jenis tanaman. Pengelompokan responden menurut jumlah jenis tanaman yang terdapat selengkapnya disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Rata-rata jumlah jenis tanaman menurut kategori luas kebun campuran Jumlah Jenis Tanaman Rata-rata Kategori Luas Tanaman Tanaman Tanaman Total Kebun Campuran Kayu Buah Pertanian < 0,25 ha 1 5 7 13 0,25 - < 0,5 ha
1
4
7
12
0,5 - < 1 ha
1
4
8
13
≥ 1 ha
2
5
9
16
Rata-rata
1
5
8
14
Sumber : Data Primer Penelitian.
31
4.3.2.2. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan petani untuk mempersiapkan kebun campuran agar siap tanam. Para petani melakukan pengolahan tanah menggunakan alat yang sederhana seperti cangkul, parang, dan golok. Kegiatan pengolahan tanah biasanya dilakukan paling lambat seminggu sebelum kegiatan penanaman dilakukan. Para pemilik kebun campuran, khususnya pemilik lahan yang luas, biasa mempekerjakan minimal satu orang buruh untuk mempercepat proses pengolahan tanah agar lahan dapat segera ditanam. Upah yang diberikan sebesar Rp 25.000/HOK untuk waktu kerja 6 - 7 jam dalam satu harinya. Kegiatan pengolahan tanah dilakukan pada seluruh lahan baik untuk penanaman jenis tanaman kayu, tanaman buah, maupun tanaman pertanian. Pengolahaan tanah yang dilakukan adalah penyiangan dan pendangiran. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumput liar yang dapat menggangu tanaman dan menutup permukaan tanah untuk memberi ruang pada tanaman yang akan ditanam agar tumbuh dengan baik tanpa adanya gangguan dari tanaman lain. Setelah dilakukan penyiangan, selanjutnya dilakukan kegiatan pendangiran. Pendangiran dilakukan dengan cara mencangkul tanah secara bolak-balik. Hal ini dilakukan agar tanah menjadi gembur sehingga sirkulasi udara dalam tanah dapat berlangsung dengan baik. 4.3.2.3. Pengadaan Benih dan Bibit Sebagian besar petani kebun campuran memperoleh benih dan bibit dari sekitar wilayah kebun campuran yang mereka miliki. Benih dan bibit yang akan ditanam di kebun biasanya didapatkan dari lahan kebun mereka sendiri atau dengan cara menemukan di lingkungan sekitar kebun, meminta atau membeli kepada petani lain. Jenis bibit dan benih yang biasa diperoleh petani dari lahan sendiri atau lingkungan sekitar kebun antara lain cabai, tomat, pisang, mangga, manggis, dan kelapa. Sedangkan bibit dan benih yang diperoleh dengan cara membeli atau meminta kepada petani lain adalah sengon, afrika, dan durian. Jenis benih dan bibit yang ditanam adalah jenis tanaman cepat tumbuh dan lambat tumbuh, tetapi keduanya sudah memiliki pasar. Pemilihan jenis tananam didasari atas kebutuhan petani dan petani dapat mengganti beberapa atau bahkan
32
seluruh jenis tanaman apabila dianggap tanaman pengganti memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Pengadaan benih dan bibit untuk jenis tanaman buah dan tanaman
pertanian
biasa
dilakukan
sendiri
oleh
para
petani
dengan
memaksimalkan tanaman yang sudah terlebih dahulu ditanam untuk menekan biaya pengelolaan kebun campuran yang dikeluarkan. Cara yang dilakukan untuk memperbanyak jenis tanaman buah, seperti manggis dan mangga yaitu dengan cara mencangkok pohon induk terpilih untuk kemudian ditanam di tempat lain. Sedangkan bibit untuk jenis tanaman singkong petani diperoleh dengan cara menyetek tanaman induk. Bibit untuk jenis tanaman kayu, seperti sengon, afrika, dan suren biasanya diperoleh petani dengan terlebih dahulu menyemaikan benih dalam polibag. Penanaman bibit dapat dilakukan setelah tanaman mencapai tinggi kurang dari 30 cm. Cara lain yang dilakukan yaitu dengan membeli bibit siap tanam. Pengadaan benih dan bibit yang dilakukan petani kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Asal benih dan bibit berbagai jenis tanaman kebun campuran Jenis Tanaman Asal Benih dan Bibit Cara Memperoleh Kayu Buah Pertanian
Petani lain, pasar, kebun
Menyemai, membeli
sendiri dan sekitarnya
atau meminta
Kebun sendiri dan
Mengambil biji,
sekitarnya
cangkok, dan stek
Sumber : Data Primer Penelitian.
4.3.2.4. Penanaman Kegiatan penanaman dilakukan petani kebun campuran untuk menambah jenis-jenis tananam tertentu guna meningkatkan pendapatan dan mengganti tanaman yang sudah mati atau telah dipanen. Kegiatan penamanan dalam intensitas besar akan dilakukan apabila petani telah memiliki benih dan bibit untuk ditanam minimal 1 minggu setelah panen besar untuk memberikan waktu istirahat bagi tanah agar unsur hara tetap terjaga. Sedangkan untuk kegiatan penamanan dalam intensitas yang kecil dapat dilakukan setiap saat apabila benih dan bibit telah tersedia.
33
Kegiatan penanaman untuk jenis tanaman kayu seperti sengon, afrika, dan suren diawali dengan pembuatan lubang tanam setelah tanah terlebih dahulu diolah. Lubang tanam yang dibuat berukutan 30 x 30 x 30 cm atau sesuai dengan ukuran polibag dengan jarak antar tanaman 10 x 10 m. Penanaman untuk jenis tanaman buah, seperti manggis, mangga, dan durian dilakukan dengan diawali pembuatan lubang tanam berukuran 10 x 10 x 10 cm dengan jarak antar tanaman minimal 5 x 5 m. Sedangkan untuk jenis tanaman pertanian, penanaman dilakukan pada lahan yang masih terbuka setelah tanah digemburkan terlebih dahulu dengan jarak antar tanaman maksimal 1 x 1 m. Kegiatan penanaman kebun campuran yang dilakukan petani tidak dapat dilakukan secara rutin. Hal ini disebabkan karena jumlah bibit yang dimiliki para petani sehingga rencana penanaman yang dilakukan tidak dapat dilakukan. Petani hanya akan melakukan kegiatan penanaman apabila bibit telah tersedia. Pola penanaman untuk jenis tanaman kayu dan tanaman buah yang memiliki batang besar dan penutupan tajuk lebar, seperti manggis dan sengon dilakukan petani di sekitar tanaman pertanian sebagai pelindung dari angin dan sinar matahari yang berlebih. Untuk tanaman pisang penanaman dilakukan petani di sela-sela pepohonan yang tajuknya belum rindang. Jenis tanaman yang digunakan sebagai tanaman pagar biasanya adalah kelapa, selain buahnya juga diambil untuk dijual. Gambaran umum pola penanaman kebun campuran di Desa Sukadamai selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Sumber : Dokumentasi Penelitian.
Gambar 5 Pola penanaman kebun campuran di Desa Sukadamai. Tingkat kerapatan tegakan pada tiap kategori luas kebun campuran terlihat berbeda. Kerapatan tertinggi terlihat pada kategori luas kebun campuran < 0,25 ha
34
yaitu sebesar 170 pohon/ha dengan jumlah pohon/ha tertinggi berasal dari jenis tanaman buah rata-rata sebesar 140 pohon/ha. Hal ini disebabkan karena jenis tanaman buah memiliki harga jual yang tinggi dan relatif stabil Kayu gelondongan yang diperoleh dari jenis tanaman kayu yang terdapat di kebun campuran hanya akan diambil apabila telah berumur 5 – 7 tahun atau terdapat kebutuhan yang sangat mendesak. Oleh karena itu jumlah tanaman kayu di kebun campuran relatif sedikit. Jumlah pohon/ha rata-rata yaitu sebesar 37 pohon/ha dengan jumlah pohon terendah pada kategori < 0,25 ha (30 pohon/ha). Jumlah pohon/ha jenis tanaman kayu dan tanaman buah berbagai kategori luas kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Jumlah pohon/ha jenis tanaman kayu dan tanaman buah berbagai kategori luas kebun campuran Kategori Luas Jumlah Pohon/ha Kebun Campuran
Tanaman Kayu
Tanaman Buah
Total
< 0,25 ha
30
140
170
0,25 - < 0,5 ha
40
120
160
0,5 - < 1 ha
40
120
160
≥ 1 ha
40
130
170
Rata-rata
37
128
165
Sumber : Data Primer Penelitian.
Secara umum tanaman kebun campuran di Desa Sukadamai ditanam secara tidak beraturan sedangkan untuk jenis tanaman relatif sama. Petani kurang memperhatikan jarak tanam sebagai ruang tumbuh bagi perkembangan tanaman. Sebagian besar petani beranggapan bahwa dengan menanam semakin banyak tanaman yang ditanam dengan tanpa memperhatikan jarak antar tanaman maka mereka akan memperoleh pendapatan yang tinggi. Hal ini menyebabkan tidak meratanya pembagian sinar matahari yang diperoleh tanaman. Berdasarkan pembagian lapisan strata tajuk menurut Soerianegara dan Indrawan (1982) di atas, kebun campuran di Desa Sukadamai memiliki lapisan tajuk C, D dan E dengan jenis tanaman yang termasuk ke dalam lapisan tajuk C adalah sengon, manggis, kelapa, dan bambu. Sedangkan jenis tanaman yang termasuk ke dalam lapisan D adalah pisang, dan singkong. Untuk lapisan tajuk E
35
jenis tanamannya adalah ubi jalar dan rumput sebagai tanaman penutup tanah (Gambar 6). Pembagian strata tajuk berdasarkan kategori luas kebun campuran selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.
C
4m D 1m
E Sumber : Data Primer Penelitian.
Gambar 6 Pembagian strata tajuk di kebun campuran. 4.3.2.5. Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan tanaman, baik jenis tanaman kayu, tanaman buah, maupun tanaman pertanian yang dilakukan petani kebun campuran adalah pembersihan lahan, pemupukan, dan pemberantasan hama dan penyakit. Kegiatan pembersihan lahan atau yang biasa disebut “ngored” dilakukan untuk membersihkan lahan dari tumbuhan bawah agar dapat mengurangi atau membatasi perkembangan tumbuhan liar yang tidak dikehendaki sehingga merangsang tumbuhnya jenis tanaman yang dinilai lebih berharga. Kegiatan ini biasa dilakukan sendiri oleh pemilik atau dengan menggunakan jasa buruh dengan frekuensi dua sampai empat kali dalam satu tahunnya. Sebagai pembasmi rumput pengganggu biasanya digunakan herbisida jenis Round up. Kegiatan pemupukan dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah agar tanaman dapat tumbuh optimal. Pupuk yang biasa digunakan adalah jenis pupuk kandang yang dicampur dengan pupuk kompos, Urea, TSP dan KCL dengan frekuensi pemupukan satu smpai empat kali dalam satu tahunnya. Pupuk yang diperoleh dapat berasal dari ternak peliharaan milik sendiri atau membeli dari petani lain. Jenis tanaman yang biasanya diberikan pupuk adalah tanaman buah dan tanaman pertanian. Kegiatan pemberantasan hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi kerusakan tanaman yang tumbuh di kebun campuran para
36
petani dengan frekuensi satu sampai empat kali dalam satu tahun. Jenis obat yang biasa dipakai adalah Decis karena harganya yang murah. Decis juga mengandung kadar residu yang rendah sehingga tidak terlalu membahayakan bagi petani tetapi cukup ampuh untuk mematikan hama. Harga pupuk dan obat-obatan yang biasa digunakan petani selengkapnya disajikan pada Lampiran 3. Menurut hasil wawancara langsung kepada responden diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden melakukan kegiatan pembersihan lahan, baik lahan untuk jenis tanaman kayu, tanaman buah, maupun tanaman pertanian. Pembersihan untuk jenis tanaman pertanian dilakukan oleh hampir seluruh responden (33 jiwa). Berbeda dengan jenis tanaman kayu dan buah, jenis tanaman pertanian memerlukan kegiatan pembersihan lahan yang intensif guna menjaga tanaman tumbuh dengan baik. Sama halnya dengan kegiatan pembersihan lahan, kegiatan pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit untuk jenis tanaman pertanian lebih banyak dilakukan daripada jenis tanaman kayu dan buah. Hal ini dilakukan karena jenis tanaman pertanian memerlukan kegiatan pemeliharaan yang lebih intensif dibandingkan dengan jenis tanaman kayu dan buah. Pengelompokan responden berdasarkan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada berbagai jenis tanaman kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan responden pada berbagai jenis tanaman kebun campuran Jumlah Responden dalam Kegiatan Pemeliharaan Jenis Pembersihan Pemberantasan Pemupukan Tanaman Lahan % % Hama/Penyakit % (jiwa) (jiwa) (jiwa) Kayu 11 31,4 6 17,1 8 22,9 Buah
15
42,9
9
25,7
7
20
Pertanian
33
94,3
27
77,1
19
54,3
Ket : Jumlah responden = 35 Sumber : Data Primer Penelitian.
4.3.2.6. Pemanenan Hasil Pemanenan hasil dari kebun campuran tidak dapat dilakukan pada waktu yang bersamaan karena kebun campuran merupakan kebun yang ditanami berbagai jenis tanaman dengan waktu pemanenan yang berbeda-beda. Kegiatan
37
pemanenan yang dilakukan pun berbeda untuk tiap jenis tanaman. Pemanenan untuk jenis tanaman kayu, baik kayu gelondongan maupun kayu bakar akan dilakukan bila petani sangat membutuhkan saja. Kayu gelondongan ditebang dengan sistem tebang pilih setelah pohon berumur lima sampai sepuluh tahun atau diameter minimal 7 cm menggunakan golok atau kapak. Petani kebun campuran hanya akan menjual pohon apabila sudah ada penawaran dari petani lain atau tengkulak sebagai pengumpul. Sedangkan untuk kayu bakar petani akan mengambil sesuai dengan kebutuhan dengan memotong ranting pohon menggunakan golok atau kapak atau mengumpulkan ranting yang telah jatuh. Hasil yang diperoleh dari jenis tanaman buah antara lain buah, kayu, dan daun. Hasil buah dan daun dari jenis tanaman buah ini tidak dapat dilakukan secara menyeluruh walaupun buah berasal dari pohon yang sama. Hal ini disebabkan karena tingkat kematangan buah yang tidak sama. Dengan begitu, petani akan mengambil hasil buah secara bertahap. Sedangkan untuk hasil kayu biasa dilakukan dengan menebang pohon buah yang dianggap sudah tidak produktif atau terkena penyakit. Kayu yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat jembatan, berbagai macam furniture, dan bahan bakar. Sebagian besar petani melakukan kegiatan pemanenan hasil tanaman pertanian sendiri oleh pemilik lahan atau menggunakan jasa tenaga kerja minimal 1
orang
buruh
untuk
mempercepat
proses
pemanenan
dengan
upah
Rp 25.000,-/HOK. Penggunaan jasa buruh banyak dilakukan pada waktu panen singkong dan ubi jalar. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan parang, cangkul, dan golok. 4.3.2.7. Pemasaran Hasil Petani kebun campuran di Desa Sukadamai sebagian besar merupakan petani kecil. Produk yang dihasilkan pun beragam dan tersebar hampir di seluruh wilayah desa. Proses pengumpulan dan pengangkutan dibutuhkan guna memudahkan kegiatan pemasaran dan menekan biaya transportasi. Tengkulak adalah pengumpul hasil panen petani kebun campuran untuk kemudian disalurkan ke pasar, industri pengolahan, dan atau ke konsumen langsung. Kegiatan pemasaran hasil kebun campuran dari jenis tanaman buah dan tanaman pertanian yang banyak dilakukan petani adalah penjualan ke tengkulak
38
langsung setelah proses tawar-menawar. Tengkulak datang langsung ke kebun campuran petani dengan tujuan agar dapat melihat dengan jelas jumlah dan kondisi hasil kebun campuran yang selanjutnya akan dipasarkan. Namun terdapat sebagian kecil petani yang langsung memasarkan hasil kebun campuran yang dimilikinya dengan cara menjualnya di warung sendiri dan pasar. Saluran pemasaran hasil kebun campuran di Desa Sukadamai selengkapnya disajikan pada Gambar 7. Petani Kebun Campuran
Pasar atau Konsumen
Pengumpul
Industri Pengolahan Gambar 7 Saluran pemasaran hasil kebun campuran. Selain sistem pembayaran secara langsung, beberapa sistem pembayaran yang biasa digunakan oleh para petani sebelum kegiatan pemanenan adalah sistem tebasan, sistem kontrak, dan sistem borongan. Sistem tebasan yaitu petani menawarkan kepada pembeli pohon jenis tanaman buah-buahan atau tanaman pertanian ketika tanaman tersebut sedang berbunga sedangkan sistem kontrak yaitu petani menawarkan kepada pembeli untuk mengontrak tanamannya tanpa melihat apakah tanaman tersebut berbunga atau tidak. Kedua sistem ini kerap dipakai karena petani sudah memperoleh uang sebelum panen dilakukan sehingga petani dapat menggunakan uang yang telah diperoleh untuk keperluan lain. Pemasaran hasil untuk jenis tanaman kayu biasanya tengkulak sudah memesan ketika masih berumur muda karena jumlah pohon yang terdapat di kebun campuran responden terbatas. Sistem borongan biasa dilakukan petani untuk jenis tanaman manggis, pisang, kelapa, mangga, dan alpukat. Sistem borongan yang dilakukan yaitu pembeli akan menawarkan suatu harga tertentu dengan penilaian menurut hasil yang dapat diperoleh secara keseluruhan dari tiap pohon.
39
4.4. Kontribusi Pendapatan Kontribusi pendapatan kebun campuran adalah besarnya pendapatan total tiap kategori luas kebun campuran responden dibandingkan dengan jumlah pendapatan total rumah tangga yang diterima responden. Pendapatan total kebun campuran adalah jumlah seluruh pendapatan dari seluruh kategori luas kebun campuran yang diperoleh dari hasil tanaman kayu, tanaman buah, dan tanaman pertanian. Sedangkan pendapatan total rumah tangga adalah jumlah seluruh pendapatan yang diperoleh dari berbagai sumber pendapatan, baik dari lahan (kebun campuran, sawah, ladang, dan kolam) maupun yang berasal dari pekerjaan lainnya (dagang, ternak, karyawan/PNS, buruh dan pengrajin). Harga jual ratarrata dan hasil rekap kuisioner yang meliputi pendapatan, pengeluaran, dan pendapatan bersih responden selengkapnya disajikan pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. 4.4.1. Kebun Campuran 4.4.1.2. Biaya Pengelolaan Kebun Campuran Kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dilakukan responden pada umumnya dilakukan secara sederhana. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan walaupun terlihat sederhana namun membutuhkan biaya. Para petani mengalami kesulitan ketika menjelaskan mengenai besarnya biaya pengelolaan kebun campuran setiap tahunnya karena tidak pernah dilakukan perhitungan secara rinci. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengelolaan kebun campuran dibagi menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya variabel pengelolaan. Biaya investasi meliputi biaya pembelian lahan dan alat. Biaya kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dihitung dalam penelitian ini adalah biaya total yang dikeluarkan petani yang berasal dari biaya variabel pengelolaan, meliputi pembelian bahan (bibit, pupuk dan obat-obatan), penggunaan jasa tenaga kerja, dan pengeluaran pajak lahan yang sebelumnya tidak diperhitungkan oleh petani. Menurut hasil wawancara dan perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa biaya pengelolaan kebun campuran pada masing-masing kategori luas kebun campuran memiliki nilai yang bervariasi dengan biaya pengeluaran rata-rata total Rp. 3.023.135/tahun dimana biaya pengelolaan
40
tertinggi berasal dari pengeluaran untuk penggunaan jasa tenaga kerja dengan pengeluaran rata-rata sebesar Rp. 1.832.679/tahun (57,3 %). Biaya pengelolaan rata-rata yang dikeluarkan responden untuk pembelian bahan, meliputi pembelian bibit, pupuk dan obat adalah sebesar Rp. 1.130.595/tahun (36,3 %) dan untuk pajak lahan sebesar Rp. 59.862/tahun (3,7 %). Biaya pengelolaan yang dikeluarkan responden sangat dipengaruhi oleh luas kebun campuran yang dimiliki. Semakin luas kebun campuran yang dimiliki, maka semakin tinggi biaya pengelolaan yang meliputi pembelian bahan, penggunaan jasa tenaga kerja dan pembayaran pajak lahan. Biaya pengelolaan rata-rata tertinggi dikeluarkan responden dari kebun campuran yang termasuk dalam kategori luas kebun campuran ≥ 1 ha yaitu sebesar Rp. 6.494.617/tahun. Jenis pengeluaran terbesar pada kategori ini berasal dari penggunaan jasa tenaga kerja, yaitu sebesar Rp. 4.000.000/tahun (61,6 %). Hal ini disebabkan karena besarnya luas kebun campuran yang dimiliki sehingga responden menggunakan jasa buruh untuk mengelola kebun campurannya. Biaya pengelolaan rata-rata pada kategori luas kebun campuran < 0,25 ha merupakan yang terendah yaitu sebesar Rp. 616.760/tahun dengan jenis pengeluaran terendah berasal dari biaya bahan, yaitu Rp. 220.000/tahun (35,7 %). Hal ini disebabkan karena responden tidak melakukan pembelian bahan yang tinggi karena luas lahan yang kecil. Biaya pengelolaan kebun campuran rata-rata responden menurut berbagai kategori luas kebun campuran dan jenis pengeluaran selengkapnya disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Biaya pengelolaan kebun campuran rata-rata menurut kategori luas kebun campuran dan jenis biaya Kategori Luas Kebun Campuran < 0,25 ha 0,25 - < 0,5 ha
Biaya Pengelolaan Rata-rata Kebun Campuran (Rp/tahun) Tenaga Pajak Bahan* % % % Kerja Lahan 220.000 35,7 350.000 56,7 46.760 7,6
Total 616.760
600.000
45,2
675.000
50,8
53.365
4,0
1.328.365
0,5 - < 1 ha
1.285.714
38,0
2.035.714
60,2
61.371
1,8
3.382.800
≥ 1 ha
2.416.667
37,2
4.000.000
61,6
77.950
1,2
6.494.617
Rata-rata
1.130.595
39,0
1.832.679
57,3
59,862
3,7
3.023.135
Keterangan : * = Pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan.
41
Sumber : Diolah dari data primer penelitian.
4.4.1.2. Pendapatan Kebun Campuran Pendapatan yang diperoleh responden dari kebun campuran terdiri atas pendapatan dari hasil tanaman kayu, tanaman buah, dan tanaman pertanian. Pendapatan terbesar kebun campuran diperoleh petani dari jenis tanaman buahbuahan seperti pisang, manggis, kelapa, mangga dan alpukat karena harga yang relatif tinggi dan stabil. Tanaman buah yang dinilai paling menguntungkan petani adalah manggis dengan kisaran produksi tanaman buah manggis per pohon dapat mencapai 100 - 150 kg/tahun dan harga jual rata-rata Rp. 6.000/kg. Jenis tanaman pertanian, seperti singkong, kacang buncis, kacang panjang, ubi jalar, bambu dan cabai, menghasilkan pendapatan yang cukup tinggi karena pemanenan dapat dilakukan 3 - 4 kali/tahun. Pendapatan terbesar kebun campuran dari tanaman pertanian berasal dari tanaman singkong dengan kisaran produksi 500 – 6.000 kg dalam satu tahun dengan harga jual rata-rata Rp. 500/kg. Pendapatan responden dari jenis tanaman kayu berasal dari kayu gelondongan karena hasil kayu bakar biasa digunakan sendiri oleh responden sebagai
bahan
bakar
dengan
hasil
yang
diperoleh
responden
antara
2 - 25 pohon/tahun dan harga jual Rp. 90.000 - 100.000/pohon. Pengambilan hasil kayu akan dilakukan petani apabila pohon telah mencapai umur 5 - 10 tahun atau sudah adanya permintaan penebangan oleh pembeli. Harga jual rata-rata berbagai komoditas hasil kebun campuran selengkapnya disajikan pada Lampiran 3. Menurut hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pendapatan total kebun campuran rata-rata tertinggi diperoleh dari jenis tanaman buah yaitu sebesar Rp. 3.104.167/tahun (46,2 %). Pendapatan total rata-rata dari jenis tanaman pertanian merupakan yang tertinggi kedua dengan pendapatan total rata-rata sebesar Rp. 2.539.643/tahun (37,4 %). Pendapatan total rata-rata terendah diperoleh dari jenis tanaman kayu, yaitu sebesar Rp. 1.289.464/tahun (16,3 %). Tingginya pendapatan yang diperoleh dari jenis tanaman buah disebabkan oleh karena harga jual yang tinggi dan banyaknya jumlah tanaman buah di kebun campuran responden. Pendapatan yang diperoleh responden dari jenis tanaman pertanian yang tidak terlalu tinggi disebabkan oleh karena sebagian hasil tanaman
42
pertanian dikonsumsi sendiri oleh responden untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan rendahnya pendapatan yang diperoleh responden dari jenis tanaman kayu disebabkan oleh karena sedikitnya jumlah pohon di kebun campuran yang diakibatkan karena waktu panen yang relatif lama. Pendapatan total rata-rata tertinggi diperoleh responden dari kategori luas kebun campuran ≥ 1 ha, yaitu sebesar Rp. 10.300.000/tahun dengan kisaran pendapatan Rp. 8.000.000/tahun - Rp. 12.900.000/tahun. Pendapatan rata-rata tertinggi pada kategori ini dihasilkan dari jenis tanaman buah yaitu sebesar Rp. 4.466.667/tahun (43,4 %). Pendapatan rata-rata terendah pada kategori ini diperoleh dari jenis tanaman kayu yaitu sebesar Rp. 2.666.667/tahun (25,9%). Sedangkan pendapatan rata-rata dari jenis tanaman pertanian pada kategori ini adalah sebesar Rp. 3.166.667/tahun (30,7 %). Pendapatan total rata-rata pada kategori luas kebun campuran < 0,25 ha merupakan
yang
terendah
dengan
pendapatan
total
rata-rata
sebesar
Rp. 2.526.667/tahun dengan kisaran pendapatan Rp. 1.050.000/tahun Rp. 4.000.000/tahun. Pendapatan tertinggi pada kategori ini diperoleh dari jenis tanaman buah dengan pendapatan rata-rata Rp. 1.320.000/tahun (52,2 %). Sedangkan pendapatan dari jenis tanaman kayu merupakan yang terkecil yaitu sebesar Rp. 273.333/tahun (10,8%). Pendapatan total yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh luas kebun campuran yang dimiliki. Semakin luas kebun campuran yang dimiliki, maka semakin besar pula pendapatan total yang diperoleh responden. Pendapatan total rata-rata kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Pendapatan total kebun campuran rata-rata menurut kategori luas kebun campuran dan jenis pendapatan Kategori
Pendapatan Total Kebun Campuran Rata-rata
Luas Kebun
(Rp/tahun)
10,8
Tanaman Buah 1.320.000
675.000
11,1
0,5 - < 1 ha
1.542.857
≥ 1 ha Rata-rata
Campuran < 0,25 ha 0,25 - < 0,5 ha
Tanaman Kayu 273.333
Total
52,2
Tanaman Pertanian 933.333
36,9
2.526.667
2.780.000
45,7
2.630.000
43,2
6.085.000
17,5
3.850.000
43,6
3.428.571
38,9
8.821.429
2.666.667
25,9
4.466.667
43,4
3.166.667
30,7
10.300.000
1.289.464
16,3
3.104.167
46,2
2.539.643
37,4
6.933.274
%
%
%
43
Sumber : Diolah dari data primer penelitian.
Pendapatan bersih responden dari kebun campuran diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan total dengan biaya pengelolaan yang dikeluarkan. Pendapatan bersih rata-rata responden sebesar Rp. 3.903.066/tahun. Pendapatan bersih rata-rata tertinggi diperoleh dari kategori luas 0,5 - < 0,1 ha yaitu sebesar Rp. 5.438.629/tahun yang disebabkan karena tingginya pendapatan yang diperoleh akibat lahan yang dimiliki cukup luas. Sedangkan pendapatan bersih rata-rata terendah diperoleh dari kategori luas kebun campuran < 0,25 ha yaitu sebesar Rp. 2.063.933/tahun yang disebabkan karena rendahnya pendapatan yang diperoleh akibat lahan yang dimiliki kecil. Pendapatan bersih rata-rata kebun campuran responden disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Pendapatan bersih kebun campuran rata-rata berbagai kategori luas kebun campuran Pendapatan Biaya Pendapatan Kategori Luas Total Pengelolaan Bersih Kebun Campuran (Rp/tahun) (Rp/tahun) (Rp/tahun) < 0,25 ha 2.526.667 616.760 2.063.933 0,25 - < 0,5 ha 6.085.000 1.328.365 4.206.635 0,5 - < 1 ha ≥ 1 ha Rata-rata
8.821.429
3.382.800
5.438.629
10.300.000
6.494.617
3.805.383
6.933.274
3.023.135
3.903.066
Sumber : Diolah dari data pimer penelitian.
4.4.2. Rumah Tangga 4.4.2.1. Biaya Total Rumah Tangga Biaya total rumah tangga adalah jumlah total biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pengelolaan kebun campuran ditambah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga meliputi biaya pangan, sandang, pendidikan, transportasi dan biaya lainnya seperti cicilan motor, dan tabungan. Besarnya biaya rumah tangga sangat dipengaruhi oleh jumlah tanggungan keluarga responden. Biaya pangan merupakan biaya rumah tangga yang dikeluarkan petani untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari keluarganya dan biaya sandang merupakan biaya yang dikeluarkan petani dalam memenuhi kebutuhan pakaian
44
keluarganya, biasa dikeluarkan petani satu kali dalam satu tahun, yaitu pada saat Idul Fitri. Sebagian besar petani tidak menganggarkan biaya untuk pendidikan dan transportasi. Biaya pendidikan yang dianggarkan biasanya hanya sampai tingkat menengah (SMP/SMU). Menurut hasil wawancara dan pengolahan data yang telah dilakukan biaya total rata-rata tertinggi dihasilkan dari biaya pangan dengan biaya total rata-rata Rp. 3.999.048/tahun (47,0 %). Biaya total rata-rata yang dikeluarkan untuk biaya pengelolaan kebun campuran merupakan yang tertinggi kedua dengan biaya total rata-rata Rp. 2.993.135/tahun (26,7 %). Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk non-pangan, yang terdiri dari biaya untuk sandang, pendidikan, transportasi, cicilan motor dan tabungan, merupakan yang terendah dengan biaya total rata-rata Rp. 2.598.774/tahun (26,3 %). Biaya total rumah tangga rata-rata tertinggi dikeluarkan responden dari kategori luas kebun campuran ≥ 1 ha yaitu sebesar Rp. 14.094.617/tahun dengan pengeluaran tertinggi berasal dari biaya pengelolaan kebun campuran yaitu sebesar Rp. 6.494.617/tahun (46,1%). Sedangkan biaya total rumah tangga ratarata terendah dikeluarkan responden dari kategori luas kebun campuran < 0,25 ha yaitu sebesar Rp. 5.558.760/tahun. Biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan kebun campuran pada kategori ini merupakan yang terendah yaitu sebesar Rp. 616.760/tahun (11,7%). Biaya total rumah tangga rata-rata yang dikeluarkan responden selengkapnya disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Biaya total rumah tangga rata-rata menurut luas kebun campuran dan jenis pengeluaran Biaya Total Rumah Tangga Rata-rata (Rp/tahun)
Kategori Luas Kebun
Pengelolaan Kebun Campuran 616.760
%
Pangan
%
Non Pangan*
%
Total
11,7
3.653.333
69,0
1.018.667
19,3
5.558.760
0,25 - < 0,5 ha
1.328.365
18,7
4.200.000
53,3
2.205.000
28,0
7.733.365
0,5 - < 1 ha
3.382.800
30,5
4.142.857
37,3
3.571.429
32,2
11.097.086
≥ 1 ha
6.494.617
46,1
4.000.000
28,4
3.600.000
25,5
14.094.617
Rata-rata
2.993.135
26,7
3.999.048
47,0
2.598.774
26,3
9.590.957
Campuran < 0,25 ha
Ket : * = biaya sandang, pendidikan, transportasi, cicilan motor, dan tabungan. Sumber : Data Primer Penelitian.
45
4.4.2.2. Pendapatan Rumah Tangga Beragamnya jenis pekerjaan petani secara langsung akan berpengaruh terhadap jumlah pendapatan rumah tangga yang diperoleh. Sumber-sumber pendapatan petani dapat berasal dari lahan maupun pekerjaan lain. Sumber pendapatan dari lahan berasal dari kebun campuran, sawah, ladang, dan kolam. Sedangkan sumber pendapatan lain berasal dari jenis pekerjaan dagang, pengrajin, upah buruh, dan karyawan/PNS. Menurut hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pendapatan total responden tertinggi diperoleh dari kebun campuran yaitu sebesar Rp. 6.933.274/tahun (60,6%). Pendapatan dari jenis pekerjaan lainnya merupakan tertinggi kedua yaitu sebesar Rp. 3.103.810/tahun (28,9 %). Pendapatan dari kolam
merupakan
yang terendah
dengan
pendapatan
rata-rata sebesar
Rp. 143.385/tahun (1,8 %). Tingginya kontribusi pendapatan dari kebun campuran terhadap pendapatan total rumah tangga responden disebabkan karena sebagian besar responden memiliki pekerjaan pokok sebagai petani dan kebun campuran merupakan sumber pendapatan utama responden. Pendapatan rata-rata responden tertinggi diperoleh dari kategori luas kebun campuran ≥ 1 ha yaitu sebesar Rp.15.933.333/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki luas kebun campuran yang besar dapat memperoleh pendapatan yang besar pula karena jumlah tanaman yang tinggi dan jenis tanaman yang ditanam dapat relatif bervariasi. Pendapatan rata-rata responden terendah diperoleh dari kategori luas kebun campuran < 0,25 ha dengan pendapatan rata-rata Rp. 6.626.667/tahun. Hal ini menjadikan kebun campuran merupakan usaha sampingan karena kecilnya luas yang dimiliki (jumlah dan jenis tanaman yang ditanam terbatas). Responden akan memilih jenis pekerjaan pokok lain untuk meningkatkan pendapatan sehingga pendapatan tertinggi kategori ini dari jenis pekerjaan lainnya yaitu Rp. 2.600.000/tahun. Pendapatan yang diperoleh tergantung dari luas kebun campuran yang dimiliki. Responden yang memiliki kebun campuran yang besar akan memperoleh pendapatan yang besar karena mereka dapat memperbanyak jenis dan jumlah tanaman. Pendapatan rata-rata
46
rumah tangga responden menurut luas kebun campuran selengkapnya disajikan pada Tabel 19.
46
Tabel 19 Pendapatan total rumah tangga rata-rata menurut kategori luas kebun campuran dan sumber pendapatan Pendapatan Total Rumah Tangga Rata-rata Kategori Luas Kebun Campuran
(Rp/tahun) Kebun Campuran
%
Sawah
%
Ladang
%
Kolam
%
Pekerjaan Lainnya*
%
Total
< 0,25 ha
2.526.667
38,1
966.667
14,6
142.857
2,0
461.538
6,0
2.600.000
39,2
6.626.667
0,25 - < 0,5 ha
6.085.000
69,1
320.000
3,6
410.000
4,7
120.000
1,4
1.870.000
21,2
8.805.000
0,5 - < 1 ha
8.821.429
70,5
571.429
4,6
142.857
1,1
0
0,0
2.978.571
23,8
12.514.286
10.300.000
64,6
666.667
4,2
0
0,0
0
0,0
4.966.667
31,2
15.933.333
6.933.274
60,6
631.190
6,7
173.929
2,0
143.385
1,8
3.103.810
28,9
10.969.821
≥ 1 ha Rata-rata
Ket : * = Non-farm (dagang, pengrajin, buruh, dan karyawan/PNS). Sumber : Data Primer Penelitian.
47
Pendapatan bersih rumah tangga adalah jumlah seluruh pendapatan total yang diperoleh responden dikurangi dengan biaya total rumah tangga yang dikeluarkan responden. Menurut pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh hasil pendapatan bersih rata-rata responden sebesar Rp. 1.378.865/tahun. Pendapatan bersih rata-rata terbesar diperoleh dari kategori luas kebun campuran ≥ 1 ha yaitu sebesar Rp. 1.838.717/tahun karena pendapatan total yang diperoleh memiliki kenaikan yang sangat tinggi (2,4 kali) dibandingkan pendapatan total pada kategori < 0,25 ha. Sedangkan pendapatan bersih pada kategori luas kebun campuran 0,25 - < 0,5 ha merupakan yang terendah yaitu sebesar Rp. 1.071.635/tahun karena biaya total yang dikeluarkan meningkat (1,4 kali) dibandingkan biaya total pada kategori 0,25 - < 0,5 ha. Pendapatan bersih rata-rata responden dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Pendapatan bersih rata-rata menurut kategori luas kebun campuran Pendapatan Kategori Luas Biaya Rumah Total Rumah Pendapatan Bersih Kebun Tangga Tangga (Rp/tahun) Campuran (Rp/tahun) (Rp/tahun) < 0,25 ha 6.626.667 5.558.760 1.337.907 0,25 - < 0,5 ha
8.805.000
7.733.365
1.071.635
0,5 - < 1 ha
12.514.286
11.097.086
1.417.200
≥1 ha
15.933.333
14.094.617
1.838.717
Rata-rata
10.969.821
9.590.957
1.378.865
Sumber : Data Primer Penelitian.
4.5. Permasalahan Pengelolaan Kebun Campuran Petani kebun campuran masih mempertahankan usaha kebun campuran karena usaha kebun campuran dapat memberikan jaminan bagi kelangsungan hidup mereka sehari-hari. Kebun campuran yang mereka miliki telah memberikan kontribusi bagi pemenuhan kebutuhan material dan pangan sepanjang tahun yang dapat dikonsumsi sendiri atau dijual. Hal ini sangat berarti terutama bagi keluarga yang memiliki pendapatan rendah karena memberikan pendapatan tambahan. Manfaat yang didapatkan dari kebun campuran selain manfaat ekonomi antara lain manfaat ekologi dan sosial. Manfaat ekologi seperti menjaga keseimbangan
48
distribusi hara tanah, pencegahan erosi tanah dan penyediaan oksigen bagi lingkungan sekitar. Sedangkan manfaat sosial dari adanya kebun campuran yaitu dapat membantu petani lain dari hasil kebunnya dan penyedia lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Kegiatan pengelolaan kebun campuran yang dilakukan petani di Desa Sukadamai tidak lepas dari berbagai macam permasalahan atau kendala yang harus dihadapi. Permasalahan utama yang dihadapai sebagian besar petani adalah terbatasnya modal yang dimiliki. Menurut hasil wawancara kepada responden diperoleh hasil sebanyak 24 jiwa atau sekitar 70 % responden menganggap faktor ekonomi, yaitu terbatasnya modal merupakan permasalahan utama pengelolaan kebun campuran. Sebanyak 8 jiwa atau sekitar 23 % responden menganggap bahwa belum adanya organisasi/lembaga yang mewadahi para petani kebun campuran,
seperti
pembentukan
koperasi
sebagai
permasalahan
utama
pengelolaan. Hanya sebanyak 2 jiwa atau sekitar 6 % responden yang menganggap bahwa faktor keamanan yaitu masih adanya pencurian terhadap hasil kebun campuran sebagai permasalahan utama. Permasalahan utama pengelolaan kebun campuran di Desa Sukadamai selengkapnya disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Permasalahan utama pengelolaan kebun campuran responden Jumlah Responden Persentase Permasalahan Utama (jiwa) (%) Modal 24 70 Pembentukan koperasi/kelompok tani Pencurian
8 2
23 6
Hama/penyakit
1
1
35
100
Total Sumber : Data Primer Penelitian.
Para petani berharap dengan modal yang cukup mereka dapat lebih mengembangkan usaha kebun campuran untuk dapat meningkatkan pendapatan. Pembentukan sebuah organisasi/lembaga sebagai wadah para petani bertukar informasi dan pengalaman juga dianggap dapat meningkatkan tingkat keamanan karena dapat dibentuk satuan petugas keamanan yang akan mengawasi lahan para petani dengan lebih terorganisasi.
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Sistem Pengelolaan Dan Kontribusi Kebun Campuran Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat” diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem pengelolaan kebun campuran di Desa Sukadamai termasuk kedalam pola penggunaan lahan agroforestry jenis agrisilvikultur dengan tahapan kegiatan pengelolaan yang dilakukan yaitu pemilihan jenis tanaman, pengolahan tanah (penyiangan dan pendangiran), pengadaan benih
dan
pemupukan,
bibit,
penanaman,
dan
pemberantasan
pemeliharaan
(pembersihan
hama/penyakit),
pemanenan,
lahan, dan
pemasaran. 2. Latar belakang petani dalam mengelola kebun campuran antara lain faktor budaya (31 %), faktor ekonomi (60 %), faktor teknik pengelolaan (6 %), dan faktor ekologi (3 %). 3. Jenis tanaman kayu yang banyak ditanam adalah sengon karena budaya turun temurun. Jenis tanaman buah yang banyak ditanam adalah manggis, pisang, dan kelapa karena nilai jual yang tinggi dan harga yang stabil. Sedangkan jenis tanaman pertanian yang banyak ditanam adalah singkong karena banyak terdapat usaha pengolahan enyek-enyek dan keripik. 4. Kontribusi kebun campuran terhadap pendapatan rumah tangga yaitu sebesar 60,6 % (Rp. 6.933.274/tahun) dan pendapatan tertinggi dari jenis tanaman buah sebesar 46,2 % (Rp. 3.104.167/tahun). Pendapatan dari jenis tanaman kayu hanya sebesar 16,3 % (Rp. 1.289.464/tahun). 5. Permasalahan utama yang dihadapi petani dalam kegiatan pengelolaan kebun campuran adalah modal (70 %), pembentukan koperasi/kelompok tani (23 %), pencurian (6 %), dan hama/penyakit (1%).
50
5.2. Saran Adapun
saran
yang
dapat
dijadikan
rekomendasi
dalam
usaha
pengembangan pengelolaan kebun campuran di Desa Sukadamai antara lain : 1. Perlu dibentuk suatu lembaga (koperasi atau kelompok tani) sebagai wadah para petani hutan rakyat untuk mempermudah akses petani dalam menjalin kerjasama dengan pihak luar (kelompok tani lainnya, HPGW, mitra usaha, dan LSM) oleh pihak desa dan pihak lain yang berwenang. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai analisis strategi pengembangan untuk meningkatkan pendapatan petani di Desa Sukadamai dari jenis tanaman kayu.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani W. 2002. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Usaha Tani Pola Agroforestry. Jurnal Hutan Rakyat. Vol. 4 No. 1 : 55-67. Departemen Kehutanan. 1982. Manual Kehutanan. Jakarta : Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Fauzi A. 2001. Prinsip-prinsip Sosial Ekonomi. Panduan singkat. Bogor : Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Foresta et all. 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan – Agroforest khas Indonesia – Sumbangan masyarakat bagi pembangunan berkelanjutan, International Centre of Research in Agroforestry, Bogor Indonesia; Institut de Recherche pour le Development France; dan Ford Foundation, Jakarta Indonesia. Hairiah K, Sardjono M A, Sabarnurdin S. 2003. Pengantar Agroforestry. Bahan Ajaran I. Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF). Hernanto F. 1991. Ilmu Usaha Tani. Jakarta : Penebar Swadaya. Hutomo T. 2006. Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Hegarmanah, Kecamtan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. [skripsi]. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Ika R. 2006. Sistem Pengelolaan Kebun Campuran dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. [skripsi]. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Jumin H B. 1994. Dasar-dasar Agronomi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Kartasubrata J. 1991. Agroforestry. Bogor : Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitan. Institut Pertanian Bogor. Kasryno. 1984 Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Kristiani H. 2001. Kajian Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran terhadap Pendapatan Rumah Tangga pada Masyarakat Desa Jlarem, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. [skripsi]. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Kumpulan Informasi. 1997. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia. Jakarta. Lembaga Penelitian IPB. 1990. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat. Bogor : Lembaga Penelitian IPB. Nair. 1993. An Introduction to Agroforestry. Kluwer Academis Publishers. The Netherlands, 499 pp. Nurhayati. 2005. Mengurangi Sistem Ijon dengan Perbaikan Pola Tanam. Majalah Salam. Edisi No. 8, tanggal 13 Desember 2005. Hal 22 – 23. Riva W F. 1997. Kajian Pengelolaan Kebun Campuran Tradisional dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Kampung Naga, Kecamatan Selawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat). [skripsi]. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Satjapradja O. 1981. Agroforestry di Indonesia : Pengertian dan Implementasinya Bogor : Balai Penelitian Hutan Soedyanto et al. 1981. Bercocok Tanam (Jilid III). Yogyakarta : CV. Yasaguna. Simon H. 1999. Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat: Teori dan Aplikasi pada Hutan Jati di Jawa. Yogyakarta : BIGRAF Publishing. Soedyanto et all. 1981. Bercocok Tanam (Jilid III). Jakarta : CV.Yasaguna. Soerianegara I dan A Indrawan. 1982. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor : Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Subroto I H. 2002. Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Sosial Ekonomi Hutan Rakyat. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Suharjito D. (Penyunting). 2000. Hutan Rakyat di Jawa. Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat (P3KM). Fakultas Kehutanan Institut Petanian Bogor.
52
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil rekap kuisioner dan kepemilikan lahan responden No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 total Rata-rata
Umur (tahun) 37 42 38 55 42 44 73 46 54 57 69 43 57 58 62 39 44 47 53 41 44 55 73 45 51 56 45 48 56 38 35 45 46 44 52
Pendidikan tamat SMP/SMU tamat SD tamat SMP/SMU tamat SMP/SMU Perguruan Tinggi tamat SD tidak sekolah tamat SMP/SMU tamat SMP/SMU tamat SD tidak sekolah tamat SD tidak sekolah tidak sekolah tidak sekolah tamat SD tamat SD tamat SD tamat SD Perguran Tinggi tamat SD tamat SMP/SMU tidak sekolah tamat SD tamat SMP/SMU tidak sekolah tamat SMP/SMU tamat SD tamat SMP/SMU tamat SD tamat SMP/SMU tamat SMP/SMU tamat SD tamat SMP/SMU tamat SD 50
Pekerjaan Pokok Sampingan Buruh Tani Tani Lainnya Buruh Tani Tani Dagang Tani Dagang Buruh Tani Tani Lainnya Tani Peternak Tani Dagang Buruh Tani Tani Lainnya Buruh Tani Tani Peternak Tani Lainnya Tani Dagang Tani Lainnya Tani Dagang Buruh Tani Dagang Tani Tani Dagang Buruh Tani Tani Dagang Dagang Tani Tani Dagang Tani Lainnya Tani Dagang Tani Dagang Buruh Lainnya Buruh Dagang Peternak Buruh Buruh Dagang Lainnya Tani Tani Lainnya Dagang Tani Lainnya Peternak
Tanggungan Keluarga 3 4 3 3 2 3 2 5 4 3 3 4 1 2 2 3 4 2 3 3 4 4 5 3 3 2 4 3 3 3 4 2 3 2 5 3
Kebun Campuran 0,2 0,1 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 0,25 0,25 0,3 0,25 0,25 0,25 0,3 0,4 0,3 0,25 0,5 0,5 0,5 0,8 0,5 0,5 0,6 1 1,5 1 12 0,35
Luas Kepemilikan Lahan (ha) Sawah Ladang Kolam 0,2 0,1 0,1 0,2 0,05 0,1 0,01 0,5 0,05 0,25 0,05 0,05 0,5 0,25 0,1 0,2 0,25 0,1 2 0,41 0,20 0,26 0,08 0,07
Lainnya 0,25 0,2 0,25 0,1 1 0,20
54
Lampiran 2 Profil vertikal berbagai kategori luas kebun campuran
< 0,25 ha
0,5 - < 1 ha
0,25 - < 0,5 ha
> 1 ha
55
Lampiran 3 Harga pupuk dan obat-obatan kebun campuran di Desa Sukadamai No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Pupuk dan Obat Urea KCl TSP Pupuk kandang Decis Round Up
Satuan Kg Kg Kg Karung Botol Liter
Harga Satuan (Rp) 1.500,2.500,2.000,3.000,10.000,40.000,-
Lampiran 4 Harga jual rata-rata berbagai komoditas hasil kebun campuran No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Jenis Komoditas Pisang Kelapa Manggis Durian Padi Singkong Sengon Kacang buncis Kacang panjang Cabai Timun Kacang tanah Kunyit Lengkuas Serai Petai Mangga Kacang merah Jagung Tomat Ubi jalar Bambu Talas Alpukat Rumput Afrika Suren
Satuan tandan buah kg buah kg kg pohon kg kg kg kg kg kg kg kg papan kg kg kg buah kg buah kg kg karung pohon pohon
Harga Jual (Rp) 5.000 1.000 6.000 3.000 - 6.000 1.000 - 2.000 100 - 500 90.000 - 100.000 500 - 600 1.000 3.000 - 7.000 1.500 2.500 - 4.000 1.000 - 1.500 1.000 - 1.500 1.000 - 1.500 500 - 1.500 3.500 - 5.000 1.000 - 1.500 2.000 - 5.000 100 - 500 500 - 1.500 3.000 - 10.000 500 2.000 - 3.500 8.000 90.000 150.000
56
Lampiran 5 Pendapatan, pengeluaran, dan pendapatan bersih responden No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 ē
Luas 0,2 0,1 0,2 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 0,25 0,25 0,3 0,25 0,25 0,25 0,3 0,4 0,3 0,25 0,5 0,5 0,5 0,8 0,5 0,5 0,6 1 1,5 1 0,6
Kayu Sengon Sengon Sengon Sengon,Suren Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon,Suren Sengon Sengon,Afrika Sengon Sengon,Afrika Sengon Sengon Sengon Sengon,Afrika Sengon Sengon,Suren Sengon Sengon Sengon Sengon Sengon,Afrika Sengon
Jenis Tanaman Buah-buahan Manggis,Kelapa Manggis,Pisang Pisang Manggis,Pisang Manggis Kelapa Manggis,Pisang,Kelapa Manggis Manggis,Pisang Pisang Manggis,Pisang Manggis,Pisang,Durian Manggis Pisang,Kelapa Manggis Manggis,Pisang Kelapa,Mangga Manggis,Kelapa,Pisang Manggis Alpukat,Manggis, Manggis,Kelapa,Pisang Manggis,Pisang Manggis,Kelapa,Pisang Kelapa,Pisang Manggis,Pisang Manggis,Pisang,Kelapa,Mangga Manggis,Pisang Pisang Pisang,Kelapa Manggis Manggis,Kelapa,Pisang,Alpukat Manggis,Pisang,Mangga Manggis,Pisang Manggis,Kelapa,Duria,Alpukat Manggis
Pertanian Singkong,Ubi Singkong Singkong Singkong,Jagung Singkong Singkong,Tomat Singkong Tomat,Jagung Ubi jalar Singkong,Padi Singkong,Cabai Bambu,Padi Cabai,Tomat Singkong Kacang2an Singkong,Cabai Singkong,Jagung,Petai,Padi Singkong Cabai,Kacang2an, Singkong,Padi Singkong,Cabai,Bambu Singkong,Jagung Singkong,Ubi jalar,Padi Singkong Rumput Singkong Singkong,Ubijalar,Kacang2an Singkong,Tomat,Cabai Ubi jalar,Cabai,tomat Singkong,Padi,Kacang2an Singkong,Ubi jalar Singkong Singkong,Ubi jalar Singkong,Tomat,Cabai,Ubi Singkong
Kayu 200000 100000 300000 500000 300000 200000 300000 100000 300000 200000 100000 400000 300000 500000 300000 500000 400000 1000000 300000 400000 650000 1000000 1500000 500000 500000 1500000 1900000 1000000 2400000 1000000 2000000 1000000 2000000 3500000 2500000 847142,86
Pendapatan (Rp/tahun) Buah-buahan Pertanian Lainnya 2000000 500000 2500000 1050000 250000 4000000 500000 250000 4000000 1800000 500000 5000000 1500000 1500000 2500000 500000 1500000 2500000 2000000 500000 2400000 1500000 1000000 7000000 2200000 1500000 7000000 1000000 1500000 2800000 1500000 500000 4100000 800000 1500000 3000000 1200000 0 4000000 750000 1500000 7200000 1500000 1500000 3500000 3000000 2000000 3000000 2500000 3000000 3500000 3000000 2000000 1500000 1800000 2300000 6000000 3000000 2000000 1200000 2500000 2500000 1500000 3000000 3000000 4000000 3000000 3000000 3500000 2500000 2500000 2400000 3500000 4000000 600000 4600000 3500000 1200000 3750000 4000000 3300000 4000000 4500000 2200000 4800000 3500000 2400000 1800000 3000000 10000000 4200000 3000000 3150000 3800000 2500000 3600000 3500000 2500000 5000000 5400000 4000000 5400000 4500000 3000000 6500000 2512857,14 2108571,43 3755714,29
Total 5200000 5400000 5050000 7800000 5800000 4700000 5200000 9600000 11000000 5500000 6200000 5700000 5500000 9950000 6800000 8500000 9400000 7500000 10400000 6600000 7150000 11000000 11000000 7900000 8600000 10800000 12950000 11700000 13100000 15800000 12350000 10900000 13000000 18300000 16500000 9224285,71
57
…lanjutan Lampiran 5 Bahan 250000 200000 0 500000 300000 0 500000 250000 300000 0 0 500000 0 500000 0 500000 1000000 500000 0 1000000 500000 750000 1000000 0 750000 1500000 1500000 2000000 1500000 0 1500000 1000000 2000000 3250000 2000000 730000
Biaya Pengelolaan (Rp/tahun) Tenaga Kerja Pajak 0 33000 0 45000 0 42000 0 47800 0 33200 0 35400 750000 53200 0 73300 750000 77100 0 48300 0 52000 0 63200 1500000 28400 4800000 32000 1500000 37500 1500000 47500 0 68700 750000 52300 750000 45000 0 74300 750000 42050 1500000 55400 750000 53350 0 48350 750000 46700 1500000 56850 2250000 53400 1500000 55100 1500000 73350 4500000 68300 1500000 66500 1500000 56100 3000000 77150 6000000 82100 3000000 74600 1208571,43 54242,86
Total 283000 245000 42000 547800 333200 35400 1303200 323300 1127100 48300 52000 563200 1528400 5332000 1537500 2047500 1068700 1302300 795000 1074300 1292050 2305400 1803350 48350 1546700 3056850 3803400 3555100 3073350 4568300 3066500 2556100 5077150 9332100 5074600 1992814,29
Pangan 3600000 3600000 3600000 4800000 3600000 2400000 2000000 6000000 4800000 3600000 3600000 3600000 2400000 3600000 3600000 3600000 6000000 2400000 3600000 3600000 3600000 6000000 6000000 3600000 3600000 3600000 5000000 4800000 3600000 3600000 4800000 3600000 3600000 3600000 4800000 3937142,86
Pengeluaran Rumah Tangga (Rp/tahun) Sandang Pendidikan Transport Lainnya 500000 0 240000 0 300000 0 0 250000 0 0 0 1000000 500000 500000 0 500000 0 1000000 0 300000 1000000 500000 0 500000 0 300000 0 750000 0 1200000 0 500000 500000 1200000 0 300000 0 240000 0 0 0 0 0 500000 500000 300000 0 500000 0 0 0 500000 0 0 0 300000 0 600000 0 500000 1000000 500000 0 500000 0 1200000 0 300000 1000000 1200000 0 500000 1000000 600000 2000000 400000 0 0 0 500000 500000 600000 0 1000000 500000 600000 500000 1000000 1000000 500000 0 500000 0 1200000 1000000 300000 500000 600000 550000 500000 500000 1000000 0 1000000 500000 500000 0 500000 1000000 600000 0 500000 2500000 1200000 1200000 500000 3500000 2400000 0 500000 1500000 1200000 0 500000 1000000 2400000 0 500000 500000 1200000 0 300000 0 2400000 0 1000000 2500000 2400000 0 514285,71 614285,71 834705,88 150000
Total 4340000 3900000 3850000 6800000 5100000 4200000 2800000 7950000 7000000 4140000 3600000 4900000 2900000 4100000 4500000 5600000 7700000 4900000 7700000 4000000 5200000 8600000 8500000 6300000 5550000 5600000 7000000 6900000 9000000 10000000 8000000 7500000 5800000 6300000 10700000 6026571,4
Pendapatan bersih (Rp/tahun) Kebun Campuran Rumah Tangga 2417000 577000 1155000 1255000 1008000 1158000 2252200 452200 2966800 366800 2164600 464600 1496800 1096800 2276700 1326700 2872900 2872900 2651700 1311700 2048000 2548000 2136800 236800 1500000 1071600 2250000 518000 1762500 762500 3452500 852500 831300 631300 4697700 1297700 3605000 1905000 4325700 1525700 4357950 657950 4694600 94600 5696650 696650 5451650 1551650 6453300 1503300 6543150 2143150 5846600 2146600 5944900 1244900 7626650 1026650 1231700 1231700 6133500 1283500 4743900 843900 2922850 2122850 3567900 2667900 4925400 725400 3543197,14 1204900
58
58