Bimtek Penyusunan Peta Situs Arkeologi, Pusat Arkeologi Nasional Bogor, 2 - 4 Desember 2013
RAGAM MODEL APLIKASI GIS UNTUK ARKEOLOGI (upload: geoarkeologi.blog.ugm.ac.id, tanggal 6 Maret 2014)
Oleh: J. Susetyo Edy Yuwono Arkeologi UGM Geographic Information System (GIS) adalah sebuah sistem informasi berbasis geografis (spasial) yang tersimpan, terolah, dan tersaji secara computerize (digital). Apa yang diolah oleh GIS adalah beragam data yang nantinya menghasilkan informasi-informasi spasial yang sama sekali baru. GIS juga merupakan sebuah proyek kolaboratif yang melibatkan banyak unsur, pihak, dan kepentingan secara sistemik. GIS, baik sebagai perangkat, sistem, maupun pengetahuan analisis spasial, sudah merambah banyak bidang dan kepentingan. Secara ringkas, pantas dinyatakan bahwa GIS sudah menjadi tuntutan kebutuhan bagi banyak kalangan, mulai tingkat operator/teknisi hingga manajer dan pengambil keputusan. Hal ini diperkuat kenyataan bahwa semua fenomena, peristiwa, dan entitas apa pun dan kapan pun yang berlangsung di bumi ini memiliki dimensi spasialnya masing-masing. Hampir tidak ada entitas yang tidak memiliki atribut spasial, apakah itu entitas kebumian, budaya, sosial, ekonomi, religi, atau politik. Keterikatan akan ruang (space) inilah yang menuntut adanya analisis spasial secara cepat, akurat, dan menyeluruh (holistik). Berkembangnya GIS yang kemudian berkembang ke arah bidang keilmuan tersendiri (Geographic Information Science) (Suharyadi & P Danoedoro, 2004), menjadi jawaban atas semua permasalahan keruangan di atas. Luasnya peran GIS memberikan keleluasaan dalam peng-aplikasiannya, khususnya bagi arkeologi yang memiliki banyak ragam kajian, mulai dari kajian murni hingga terapan. Secara garis besar, terdapat tiga model atau penekanan aplikasi GIS yang dimaksud, mulai dari tingkat paling sederhana dengan kemampuan analisis paling rendah (visual) hingga yang paling rumit dan handal (digital), yaitu model geovisualization, geodatabase, dan geoprocessing.
| jse yuwono | arkeologi ugm |
1
Bimtek Penyusunan Peta Situs Arkeologi, Pusat Arkeologi Nasional Bogor, 2 - 4 Desember 2013
GEOVISUALIZATION Pengertian
:
GIS is a set of information transformation tools that derive new information from existing datasets.
Peran
:
GIS sebagai TOOL untuk membantu visualisasi.
Kriteria
: ◦ Menekankan pada kekuatan visualisasi bentanglahan (eksisting) untuk menggambarkan lokasi situs atau kumpulan situs. ◦ Semakin nyata gambaran bentanglahan yang divisualkan (semakin mirip dengan kondisi medan), maka hasilnya semakin bagus.
Visual Analisis
:
Citra satelit, foto udara, dan model-model 3D (TIN dan DEM) apa adanya, dengan pembacaan secara visual.
: ◦ Kemampuan analisis paling rendah, karena hanya bersifat membantu deskripsi bentanglahan/lokasi situs (Bersifat Deskriptif). ◦ Subyektivitas di dalam deskripsi sangat kuat, karena dipengaruhi oleh familier atau tidaknya pembuat peta terhadap lokasi bersangkutan. ◦ Variabel yang dianalisis tidak begitu jelas atau tidak eksplisit (bahkan terkadang tidak dilakukan analisis sama sekali), tetapi semata-mata mementingkan kekuatan naratif dalam deskripsi. ◦ Untuk mengoptimalkan peran geovisualization dari konfigurasi spasial yang tampak diperlukan pengetahuan tambahan tentang bentanglahan (dan variasi bentuklahannya), yang berhubungan dengan kesan topografi, morfologi, genesa, litologi dan struktur, pola aliran, proses geomorfologis, stadium, serta aspek-aspek budaya, sesuai dengan cakupan areanya.
Kedudukan
:
Penguat latar belakang penelitian, langkah awal perancangan sample lokasi, menegaskan batasan area penelitian, atau sekedar peta lampiran .
GEODATABASE Pengertian
: ◦ GIS is a spatial database containing datasets that represent geographic information in terms of a generic GIS data model (features, rasters, attributes, topologies, networks, and so forth). ◦ Basisdata adalah kumpulan data grafis dan atribut yang terstruktur dan saling terkait menjadi satu kesatuan, yang dapat ditambah, diperbaiki, dan dipanggil kembali secara tepat untuk berbagai keperluan. Basisdata meliputi data ttg posisi dan atribut dari kenampakan geografis, yang disimpan dlm bentuk titik, garis, area (vektor), dan piksel atau grid (raster). ◦ Basisdata spasial: Basisdata yang ber georeferensi | jse yuwono | arkeologi ugm |
2
Bimtek Penyusunan Peta Situs Arkeologi, Pusat Arkeologi Nasional Bogor, 2 - 4 Desember 2013
Peran
:
Kriteria
: ◦ Lebih mengutamakan kekuatannya sebagai sistem basisdata dibandingkan tampilan/visualnya.
GIS sebagai sistem (SYSTEM) (GIS= Geographic Information System) untuk menyimpan, mengorganisasikan, dan mengelola basisdata spasial berukuran besar dari sejumlah besar situs, dengan ragam informasi (field) yang lengkap dan terstruktur, yang mudah diakses dan di-update.
◦ Semakin lengkap dan terstruktur data yang dapat dikelola, maka hasilnya semakin bagus. Visual
:
Semua ragam representasi bumi dan kekuatan simbolisasi.
Analisis
:
Kemampuan analisisnya lebih tinggi, dan memungkinkan diterapkannya berbagai metode statistik dan pemodelan.
Kedudukan
:
Sebagai esensi dari sebuah penelitian, yang memerlukan diagram dan model struktur basisdata yang matang pada tahap conceptual design (Lihat: Baganalir pemetaan area).
GEOPROCESSING & GEOMODELING Pengertian
: GIS is a set of intelligent maps and other views that show features and feature relationships on the earth’s surface. Various map views of the underlying geographic information can be constructed and used as “windows into the geographic database” to support query, analysis, and editing of geographic information. Each GIS has a series of two-dimensional (2D) and threedimensional (3D) map applications that provide rich tools for working with geographic information through these Geoprocessing involves the ability to program your work and to automate workflows by assembling an ordered sequence of operations.
Peran
:
Kriteria
: ◦ Mengutamakan pada hasil pengolahan spasial terhadap hubungan antar variabel melalui model-model seperti query builder.
GIS sebagai SCIENCE (GISc = Geographic Information Science) yang mengintegrasikan berbagai pengetahuan baik yang bersifat spasial maupun non spasial, untuk menghasilkan pengetahuan baru.
◦ Tampilan-tampilan 3D (seperti TIN) tidak lagi diperlukan (hanya sebagai data awal untuk pemrosesan lebih lanjut, misal diturunkan/diolah menjadi peta lereng (slope map) dengan kriteria klasifikasi tertentu, kemudian dianalisis dengan variabel-variabel spasial lainnya.
| jse yuwono | arkeologi ugm |
3
Bimtek Penyusunan Peta Situs Arkeologi, Pusat Arkeologi Nasional Bogor, 2 - 4 Desember 2013
Visual
:
Analisis
: ◦ Kemampuan analisisnya paling tinggi, dan memungkinkan diterapkannya berbagai metode statistik dan pemodelan (misal: LCLP - Land Classification and Landuse Planning, Land Suitability Analysis - periksa: Murayama & Thapa ed., 2011).
Visual peta bukan hasil pengolahan secara manual, tetapi dihasilkan secara otomatis melalui berbagai teknik pengolahan data spasial.
◦ Penerapan model ini otomatis sudah dilandasi struktur basisdata yang handal. ◦ Logika-logika topologis dibangun sejak awal melalui berbagai pengujian, sebelum dilakukan pengumpulan data di lapangan (lebih bersifat Deduktif). Kedudukan
:
Sebagai esensi dari sebuah penelitian, yang memerlukan kerangka pikir, diagram alir, model struktur basisdata, topologi pemodelan, serta sistem skoring yang matang sejak tahap conceptual design, operational design, hingga cartographic design (Lihat: Baganalir pemetaan area).
Ketiga model di atas hanyalah satu dari sekian banyak pilar-pilar aplikasi GIS untuk arkeologi, terutama untuk penelitian yang berskala ruang makro (berbasis bentanglahan) (Yuwono, 2007 dan 2009). Mengingat bahwa arkeologi berhubungan dengan keragaman paradigma, dimensi kajian, diversitas dan distribusi data, transformasi data, kondisi kontekstual dan proses-proses lingkungan, serta PSA, maka peran GIS sangat besar, mulai dari tingkatan analisis yang paling sederhana hingga proses-proses yang paling sulit dan kompleks, tergantung pada sasaran penelitian yang ingin dicapai. Daftar Bacaan (untuk teks dan bahan ilustrasi): Brimicombe A, 2010, GIS, Environmental Modeling and Engineering, 2nd edition, Taylor and Francis Group, LLC., New York. Murayama Y & Rajesh B. Thapa (ed.), 2011, Spatial Analysis and Modeling in Geographical Transformation Process: GIS-based Applications, The GeoJournal Library vol. 100, University of Tsukuba, Ibaraki, Japan. Prahasta E., 2004, Sistem Informasi Geografis: Tools dan Plug-Ins, cetakan 1, Informatika, Bandung. Puspics UGM, 2004, Teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG), Materi Pelatihan SIG Operator, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta. Suharyadi & P Danoedoro, 2004, “Sistem informasi geografis: Konsep dasar dan beberapa catatan perkembangannya saat ini”, dalam Projo Danoedoro (ed.), Sains Informasi Geografis: Dari Perolehan dan Analisis Citra hingga Pemetaan dan Pemodelan Spasial, Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh Fak. Geografi UGM, Yogyakarta, hlm. 41-54. | jse yuwono | arkeologi ugm |
4
Bimtek Penyusunan Peta Situs Arkeologi, Pusat Arkeologi Nasional Bogor, 2 - 4 Desember 2013
Wheatley D & M Gillings, 2002, Spatial Technology and Archaeology: The Archaeological Applications of GIS, Taylor & Francis Inc., London. Yuwono JSE, 2007, “Kontribusi aplikasi sistem informasi geografis (SIG) dalam berbagai skala kajian arkeologi lansekap”, Berkala Arkeologi Th. XXVII edisi no.2/November 2007, Balai Arkeologi, Yogyakarta, hlm. 81-102. ------------, 2009, "Pilar-pilar utama aplikasi GIS dalam Arkeologi", makalah lepas.
| jse yuwono | arkeologi ugm |
5
Bimtek Penyusunan Peta Situs Arkeologi, Pusat Arkeologi Nasional Bogor, 2 - 4 Desember 2013
(Sumber: Brimicombe A, 2010)
| jse yuwono | arkeologi ugm |
6