1
RADIO PRAMBORS: RADIO KAWULA MUDA JAKARTA 1971-1998 Wahyu Ramadhan Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian yang berjudul “Radio Prambors: Radio Kawula Muda Jakarta 1971-1998” ini akan menitikberatkan fokus penelitiannya pada perkembangan Radio Prambors yang ditekankan pada tahun 1971-1998, dimana pada kurun waktu tersebut Radio Prambors muncul dan berkembang di Jakarta. Perkembangan Radio Prambors itu sendiri bisa dilihat dari program-program acaranya yang dalam penelitian ini menitik beratkan kepada enam program acara antara lain Obrol Santai di Warung Kopi, Lomba Cipta Lagu Remaja, Kuis, Konsultasi, Serius tapi Santai dan Catatan si Boy yang membuat Radio Prambors berkembang di Jakarta. Selain itu, dari penelitian ini juga diketahui bahwa Radio Prambors menjadi salah satu ikon populer bagi Kawula Muda khususnya Kawula Muda Jakarta. Penelitian ini menyuguhkan bagaimana kesuksesan program acara Radio Prambors dapat menajalar ke ranah lain, seperti panggung hiburan, ajang perlombaan, kaset rekaman dan film. Penelitian ini juga membahas dampak Radio Prambors terhadap Kawula Muda khususnya Kawula Muda Jakarta. Hasil temuan dari telaah sumber diketahui bahwa Radio Prambors memberikan dampak terhadap Kawula Muda Jakarta dari gaya bahasa hingga gaya hidup, Radio Prambors juga berperan dalam melahirkan musisi muda berbakat bagi belantika musik Indonesia. Kata kunci: Radio Prambors, program acara, Kawula Muda Jakarta.
PRAMBORS RADIO: RADIO OF KAWULA MUDA JAKARTA 1971-1998 Abstract Thesis entitled "Prambors Radio: Radio of Kawula Muda Jakarta 1971—1998” will focused on the development of Prambors Radio in year 1971—1998, the period where Prambors Radio was emerged and developed in Jakarta. The development of the Prambors Radio can be seen by the programs which is focused on six programs in this thesis, among others, are Obrolan Santai di Warung Kopi, Lomba Cipta Lagu Remaja, Kuis, Konsultasi, Serius tapi Santai and Catatan si Boy which makes Prambors Radio were developing in Jakarta. Furthermore, from this study also known that Prambors Radio became one of the popular icon for Kawula Muda especially for Kawula Muda Jakarta. This thesis presents how Prambors Radio programs success can spread to other domains, such as entertainment stage, competition event, cassettes and movies. This study also discusses the impact of the Prambors Radio to Kawula Muda, especially Kawula Muda Jakarta. The findings of the sources study is that Prambors Radio have an impact on the language and lifestyle of Kawula Muda Jakarta, and Prambors Radio was also contributing in the birth of reliable broadcasters and talented young musician for the Indonesia music scene. Keywords: Prambors Radio, programs, Kawula Muda Jakarta.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
2
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Radio merupakan sebuah media1 yang bisa didengarkan dimana saja dan sambil beraktifitas apa saja, seperti di mobil sambil menyetir, di sawah sambil membajak, di kantor sambil mengetik, di dapur sambil memasak ataupun ditempat tidur sebagai teman pengantar tidur. Radio biasa menyapa pendengarnya dengan idiom-idiom yang sangat personal dan akrab. Radio pun memiliki karakter yang bersifat lokal, karena lazimnya radio melayani segmen pendegar yang terbatas dan dengan jangkauan yang terbatas pula. Lokalitas memudahkan radio menjalin intensitas hubugan dengan pendengarnya, sehingga fanatisme pendengar mudah dibangkitkan. Lokalitas radio juga menjamin efektivitas pesan-pesan yang ditujukan oleh radio itu sendiri untuk segmen pendengar tertentu.2 Sebagai salah satu media komunikasi massa, radio mempunyai peranan yang penting karena mampu menyampaikan informasi secara cepat dan merata. Pada awal Orde Baru, peranan radio terasa semakin penting karena kegiatan membaca belum membudaya dalam masyarakat Indonesia. Sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia masih lebih suka mendengar daripada membaca.3 Pada era tersebut, biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan informasi dan hiburan melalui radio jauh lebih murah bila dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan informasi dan hiburan dari media lainnya seperti televisi yang harus merogoh kocek untuk iuran bulanan televisi, atau merogoh kocek untuk membeli sebuah koran harian, majalah serta tabloid mingguan. Media komunikasi massa khususnya elektronik, telah mampu menyebarkan informasi ke seluruh pelosok Tanah Air Indonesia. Oleh karena hal tersebut, dampak informasi yang berbagai ragam bentuk dan isinya sedikit banyak akan mempengaruhi kehidupan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa media komunikasi massa elektronik khususnya
1
Media adalah saluran komunikasi massa yang memiliki ciri-ciri khusus, yaitu mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instanteneous). Para ahli sependapat bahwa yang termasuk media massa adalah pers (media cetak), radio dan televisi. Dua yang disebut terakhir belakangan dikenal sebagai media elektronik. Riswandi, Dasar-Dasar Penyiaran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 2. 2 Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: Lkis, 2004), hal. 162. 3 Presiden Soeharto, “Sambutan Presiden pada Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional VII Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia pada Tanggal 1 Desember 1992 di Istana Negara”, (Jakarta: Istana Negara, 1 Desember 1992).
radio, memberikan peranan penting dalam memberikan informasi. Terlebih lagi peran siaran radio swasta di Indonesia yang tidak hanya sekedar memberikan informasi tetapi juga memberikan hiburan bagi masyarakat Indonesia. Radio swasta yang merupakan sebuah atau lembaga lembaga penyiaran swasta4 nonpemerintah, tentu saja memiliki ruang gerak yang lebih leluasa. Keleluasaan tersebut membuat radio swasta lebih mudah untuk menyajikan dan mengembangkan program-program siaran yang digemari oleh pendengarnya. Sama halnya dengan media komunikasi lainnya, media komunikasi radio khususnya radio swasta, memiliki tanggung jawab untuk menjadi media komunikasi massa yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Radio swasta memang tidak mungkin melepaskan tujuannya untuk mencari keuntungan. Namun, perlu ditekankan bahwa program apapun yang dirancang dan disiarkan oleh radio swasta hendaknya jangan sampai melepaskan diri dari tanggung jawab sosial seperti yang telah disebutkan diatas yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.5 Dalam setiap media komunikasi massa pasti memilik segmen untuk menargetkan siapa yang akan menjadi penikmat media massa tersebut. Segmen dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat penting bagi berlangsungnya sebuah media komunikasi massa khususnya radio. Dalam dunia radio sendiri, ada istilah segmentasi siaran yang digunakan untuk memilih sasaran pendengar, mencari peluang siapa saja yang akan menjadi pendengar, merumuskan pesanpesan komunikasi dari pendengar, melayani pendengar agar lebih baik lagi, menganalisis perilaku pendengar, mendesain produk dan lain sebagainya. Selain dinilai dari sudut pandang pendengar, segmentasi tersebut juga dapat digunakan untuk melihat radio mana saja yang memiliki segmentasi siaran yang sama. Hal tersebut dilakukan agar radio tersebut dapat menyusun strategi penyiaran yang berbeda dari radio-radio kompetitornya. Radio dalam media komunikasi massa merupakan sebuah media yang dapat diterima oleh massa dan merupakan media yang efektif untuk menyampaikan berita dan informasi kepada khalayak umum dan dapat dikatakan juga bahwa radio sangat efektif dalam menjangkau para pendengar dan
4
Lembaga penyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang menjalankan usaha penyiaran berdasarkan prinsip-prinsip komersial. Lembaga ini menjual usaha berupa waktu tayang (air time), iklan dan usaha lain yang sah terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Di Indonesia untuk menjalankan usaha penyiaran terlebih dahulu harus mendapatkan izin dari negara setelah memperoleh persetujuan dari Komisi Penyiaran Indonesia. Riswandi, op. cit., hal. 17. 5 Presiden Soeharto, loc. cit.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
3
penikmatnya. Terlihat dari sapaan radio kepada para pendengarnya dengan memberikan sebuah nama sapaan. Seperti Radio Prambors yang memberikan nama sapaan kepada para pendengarnya dengan sapaan Kawula Muda6, kepanjangan dari KaMu yang merupakan sebuah kata yang dianggap mewakili keakraban. Radio Prambors juga memberikan nama sapaan kepada para penyiarnya yang biasa dipanggil oleh Kawula Muda dengan sapaan Wadyabala7. Dari hal tersebut tercipta komunikasi dua arah lewat pesan, atensi, rikues serta salam dari para pendengar dan penikmat radio. Dalam sejarah sosial media, radio pun memberikan dampak yang cukup signifikan sebagai agen perubahan budaya bagi para pendengar dan penikmatnya, khususnya usia remaja. Radio Prambors merupakan salah satu radio swasta di Jakarta yang memperlihatkan berkembangnya pertumbuhan industri radio di Indonesia. Perjalanan radio yang diawali sejak tahun 1967 ini terus mengikuti perkembangan dan terus bertahan dalam industri radio swasta di Indonesia. Radio Prambors yang semula hanya radio amatir, beralih menjadi radio swasta yang berbadan hukum atas peraturan pemerintah tahun 1971. Radio yang semula hanya bersiaran di Jakarta, pasca runtuhnya rezim Orde Baru akhirnya dapat bersiaran di luar Jakarta dan terus setia menemani Kawula Muda-nya. 1.2. Tinjauan Literatur dan Studi Sebelumnya Sejauh pengamatan penulis, baru terdapat sebuah karya mengenai Radio Prambors dan Kawula Muda-nya. Karya tersebut merupakan buku terbitan dari Radio Prambors berjudul Tempat Anak Muda Mangkal: Prambors 102.30 Tahun (Radio Prambors, Jakarta: 2001). Buku tersebut di-release pada perayaan ulang tahun Radio Prambors yang ke-30 tahun pada tahun 2001. Pada buku tersebut, tim penulis dari Radio Prambors memaparkan secara singkat tentang potret Radio Prambors. Karya ini sesungguhnya buku yang didedikasikan kepada Wadyabala (crew) Radio Prambors yang sangat terlibat dan berperan membesarkan Radio Prambors. Perkembangan Radio Prambors dibahas secara singkat dan tidak mendalam dalam kurang lebih
91 halaman disertai pula foto-foto yang komposisinya mungkin 50:50 dengan pembahasannya. Pembahasannya Hanya sekilas untuk memberi tahu dan mengingatkan kembali tentang program-program acara, siaran, kegiatan dan lain sebagainya yang pernah digagas oleh Radio Prambors. Berbeda dengan karya skripsi ini yang juga menggambarkan tentang perjalanan program-program acara dan kegiatan dari Radio Prambors serta dampaknya bagi Kawula Muda Jakarta. 1.3. Masalah dan Hipotesis Tulisan ini dibuat untuk menjawab permasalahan mengenai bagaimana peranan Radio Prambors sebagai agen budaya hiburan dan pembentukan karakter bagi Kawula Muda Jakarta tahun 1971-1998. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka dibuat tiga pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana sejarah siaran radio di Indonesia? 2. Bagaimana perkembangan Radio Prambors di Jakarta tahun 1971-1998? 3. Bagaimana dampak Radio Prambors bagi Kawula Muda Jakarta tahun 1971-1998? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan skripsi ini berupaya menjelaskan tentang pentingnya Radio Prambors sebagai agen budaya bagi Kawula Muda Jakarta yang pada saat itu berdampak dengan pembentukan karakter Kawula Muda Jakarta. Memberi tahu kepada pembaca tentang dinamika program-program Radio Prambors yang pada zamannya menjadi populer di kalangan Kawula Muda Jakarta serta tokoh-tokoh yang menjadi terkenal akibat program-program yang di sajikan oleh Radio Prambors tersebut. Tujuan lainnya adalah juga ingin menunjukkan bahwa pentingnya Radio Prambors sebagai media hiburan bagi Kawula Muda Jakarta dan menunjukkan bahwa Radio Prambors berhasil dalam hal tersebut. Melalui hal-hal tersebut, perkembangan Radio Prambors sangat berpengaruh bagi media hiburan Kawula Muda Jakarta dan agen budaya bagi Kawula Muda Ibukota Jakarta khususnya pada tahun 1971 hingga 1998.
6
Kawula dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hamba sahaya, budak, abdi; bisa diartikan pula rakyat dr suatu negara, orang yg di bawah perintah suatu negara, pengikut; selain itu memiliki arti saya atau aku (untuk menghormati). Bila dipasangkan dengan kata “muda” menjadi kawula muda, maka kata kawula muda tersebut memiliki arti orang yg masih muda umurnya atau pemuda. http://kbbi.web.id/kawula diunduh tanggal 19 Desember 2013 pukul 02.15 WIB. 7 Wadyabala dalam bahasa jawa berarti serdadu. http://kamusjawa.info/?pilih=Jawakrama&hasil=wadya %20bala&Submit=Translate diunduh tanggal 19 Desember 2013, pukul 02.57 WIB.
2. Metode Penelitian 2.1. Heuristik Pada tahap pengumpulan data (heuristik), dilakukan upaya untuk mencari sumber-sumber tertulis dan wawancara. Sasaran utama penulisan skripsi ini adalah penelusuran sumber-sumber tertulis seperti buku. Sumber-sumber tersebut dapat diperoleh dari Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional, Pusat Informasi Kompas, Prambors Radio, koleksi pribadi serta perpustakaanperpustakaan lainnya yang menyediakan buku tentang
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
4
Radio Prambors. Kemudian penulis melakukan penelusuran melalui wawancara dengan dengan salah satu pendiri Radio Prambors yaitu Imran Amir. 2.2. Kritik Tahap kedua, penulis melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh. Tahap ini dibagi menjadi kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern adalah penilaian terhadap kredibilitas secara fisik dari data-data yang telah didapat untuk memperoleh fakta-fakta yang diperlukan. Kritik intern adalah penilaian terhadap kredibilitas isi dari data-data yang telah didapat untuk memperoleh fakta-fakta. 2.3. Interpretasi Tahap ketiga adalah interpretasi. Fakta-fakta yang telah didapat harus diinterpretasikan terlebih dahulu sebelum dilakukan rekonstruksi. Ada dua cara melakukannya, yaitu dengan analisa dan sintesa. Penulis akan menggunakan keduanya dalam menginterpretasikan fakta. Metode analisa digunakan misalnya untuk menganalisis buku-buku yang menulis tentang Radio Prambors untuk memperoleh intisari dari karya tersebut. Sedangkan metode sintesa digunakan untuk memperoleh interpretasi baru dengan melakukan sintesa dari intisari yang telah didapat dengan metode analisa. 2.4. Historiografi Tahap keempat adalah historiografi. Historiografi adalah proses rekonstruksi fakta-fakta yang telah diintepretasikan menjadi sebuah bentuk penulisan. Tulisan inilah yang disebut sebagai tulisan sejarah (historiografi).
3. Siaran Radio di Indonesia Tanggal 27 Juli 1896 menjadi tanggal yang penting karena pada saat itu terjadi penemuan penting yaitu ditemukannya telegraf radio atau telegraf tanpa kawat oleh Guglielmo Marconi. Penemuan tersebut telah memungkinkan hubungan antara dua tempat yang jaraknya sangat berjauhan dan dapat dilakukan dengan sangat cepat. Karena hal tersebut, kemudian mendorong keinginan Pemerintah Kolonial Belanda untuk memanfaatkannya dan akhirnya mulai dirintis pada tahun 1909. Pada tanggal 8 September 1911, stasiun pantai radio telegrafi pemerintah untuk pertama kalinya dibuka di Sabang. Stasiun ini pada mulanya hanya dipergunakan untuk keperluan hubungan dengan kapal-kapal yang sedang berlayar di laut. Kemudian pada tahun 1912 dan 1913 dibukalah stasiun radio pemerintah untuk umum di Situbondo, Kupang dan Ambon, sementara Departemen Angkatan Laut pun mendirikan stasiun radio sendiri di Weltevreden.8
8
Tim Penyusun Direktorat Jenderal Radio Televisi Film, Radio, Televisi dan Film dalam Era 50 Tahun
3.1. Stasiun Radio Masa Penjajahan Belanda Jika hendak mengetahui sejarah penyiaran radio di Indonesia, kita harus kembali ke zaman penjajahan Belanda. Pada masa itu, Hindia Belanda merasa sangat membutuhkan hubungan komunikasi yang cepat dan efektif dengan negeri Belanda untuk mendapatkan informasi mengenai peraturan-peraturan, kabar berita, perundang-undangan dan lain sebagainya. Sejak saat itu, pemerintah Belanda dan Hindia Belanda merasa kalau satu-satunya jalan yang paling tepat adalah melalui hubungan udara yaitu radio. Pasca perang dunia pertama, Prof. Dr. Ir. Koomans di Belanda dan Dr. C. J. de Groot di Hindia Belanda, setelah melakukan percobaan berulang-ulang akhirnya pada bulan Agustus 1917 berhasil membangun stasiun bertenaga besar di suatu dataran tinggi di daerah Malabar, kurang lebih 25 km sebelah selatan Bandung. Pemancar yang dipasang di Malabar tersebut ialah pemancar berkekuatan 100 kilowatt yang dibeli dari Federal Telegraph Company di Amerika. Berbekal kemauan yang kuat dan keuletan dari Dr. C. J. de Groot, akhirnya pada tanggal 5 Mei 1923 hubungan radio telegraf antara Hindia Belanda dengan negeri Belanda resmi dibuka untuk umum oleh Gubernur Jenderal Mr. D. Fock. Hubungan radio telegraf tersebut kemudian ditingkatkan menjadi hubungan radio telefoni antara negeri Belanda dengan tanah jajahannya di Asia.9 Pada masa ini, radio terbagi menjadi dua jenis kepemilikan, yaitu pertama, radio milik pemerintah Kolonial Belanda yang isinya berkaitan dengan kegiatan pemerintahan Kolonial Belanda seperti upacara kalangan istana kerajaan, berita-berita tentang negeri Belanda dan lain sebagainya. Jenis kedua, merupakan radio milik Indonesia yang isinya membangkitkan semangat nasionalisme dan alat perjuangan, karena pada tahun-tahun ini sedang maraknya pergerakan Indonesia akibat dari Politik Etis. 3.1.1. Stasiun Radio Milik Belanda Berawal dari munculnya stasiun radio Malabar di Indonesia, siaran radio pun semakin berkembang di Jawa. Dipelopori oleh pihak kolonial Belanda, pada tanggal 16 Juni 1925 mereka mendirikan radio dengan nama Batavia Radio Vereenging atau disingkat BRV yang didirikan di Weltevreden. BRV tersebut merupakan perkumpulan siaran radio pertama yang ada di Indonesia. Perkumpulan ini didirikan karena keinginan orang-orang Belanda untuk menyelenggarakan programa siaran. Anggotaanggotanya secara gotong royong mengumpulkan uang untuk membeli alat-alat dan dibuatlah sebuah pemancar kecil. Tempat siaran yang semula di salah
Indonesia Merdeka, (Jakarta: Departemen Penerangan RI, 1995), hal. 34. 9 Ibid.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
5
satu ruangan di Hotel des Indes, kemudian menjadi lebih besar dan mempunyai gedung sendiri.10 Siaran BRV ini mendapat dukungan biaya dari para hartawan dan pengusaha bangsa Belanda. Isi siarannya saja menggunakan bahasa Belanda dan mengandung segi-segi komersial berupa propaganda perusahaan dan perdagangan. Sesudah lahirnya BRV, pada tahun yang sama yaitu tahun 1925, di Tanjung Priok berdiri sebuah perkumpulan radio yang mengadakan percobaa-percobaan penyiaran dengan memutar musik-musik barat melalui pemancar yang berkekuatan 1000 watt. Perkumpulan ini pada tahun 1934 diberi nama NIROM (Nederlands Indische Radio Omroep Maatscappij).11 Pendirian NIROM ini kemudian memicu perorangan atau satu perusahaan untuk membangun stasiun penyiaran sendiri di daerahnya.12 Pada tahun yang sama yaitu tahun 1934, Pemerintah mengeluarkan Radiowet (Undang-Undang Radio), dalam upaya menertibkan organisasi penyiaran radio pada masa itu, terutama pemakaian frekuensi dan isi siaran. 3.1.2. Stasiun Radio Milik Indonesia Perkumpulan siaran radio dari kalangan bangsa Indonesia yang pertama kali lahir adalah Solosche Radio Vereniging (SRV), Perkumpulan siaran radio ini berdiri pada tanggal 1 April 1933 di Solo. Di Jakarta pada tahun 1934 didirikan Vereniging voor Oostersche Radio Omroep (VORO), kemudian muncul Mataramsche Vereniging voor Radio Omroep (MAVRO) di Yogyakarta. Pada tahun yang sama yaitu tahun 1934 berdiri pula Siaran Radio Indonesia (SRI) di Solo, Vereniging Oosterche Radio Luisteraars (VORL) di Bandung. Pada tahun 1936, di Surabaya berdiri Chineesche en Inheemsche Radio Luisteraars (Cirvo), di Madiun muncul Eerste Madioensche Radio
10
Dja’far H. Assegaf (Pengumpul), Bunga Rampai Sejarah Media Massa. (Jakarta: Mecon Press, 1978.), hal. 176. 11 Tim Penyusun Direktorat Jenderal Radio Televisi Film, op. cit., hal. 34. 12 Tercatat di Bandung berdiri Vereniging van Radio Amateurs Voor Bandoeng en Omstreeken pada 1926 yang lebih dikenal dengan sebutan PMY. Di Medan pada 1930, dipelopori oleh Meyer, didirikan badan penyiaran yang diberi nama Meyers Omroep Voor Allen (MOVA). Selanjutnya, pada 12 Juli 1934 di Surabaya berdiri AVRO (Algemene Radio Vereniging Omroep), dan masih banyak lagi institusi penyiaran yang didirikan. Atas inisiatif pimpinan ARVO dan PMY pada 26 Desember 1935 dibentuklah satu federasi institusi penyiaran: Federatie van Radio Omroep Vereniging in Nederlands Indie (disingkat Frone). Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional dan Regulasi, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 11.
Oomroep (EMRO) dan di Semarang didirikan Radio Semarang (RS).13 Perkumpulan-perkumpulan radio milik Indonesia tersebut hampir semuanya menggunakan bahasa Belanda. Hal tersebut merupakan taktik dan strategi dari stasiun radio milik Indonesia untuk mendapatkan kepercayaan serta memperoleh izin dari Belanda. Isi siaran radio milik bangsa Indonesia tersebut terpusat kepada acara-acara kesenian dan kebudayaan. Para tokoh pergerakan Indonesia pun tidak kuasa menahan siaran radio tersebut untuk dimanfaatkan sebagai alat perjuangan politik. 3.2. Monopoli Stasiun Radio Masa Pendudukan Jepang Ketika terjadinya Perang Dunia II, sekitar tahun 1940-an, Jepang menguasai wilayah Indonesia dan menandai berakhirnya masa pendudukan Belanda di Indonesia. Secara resmi Pemerintah Hindia Belanda telah menandatangani penyerahan kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942. Pada masa pendudukan Jepang, semua hal yang tidak berhubungan dengan kepentingan perang ditutup, termasuk juga siaran radio-radio amatir yang ada di Indonesia juga ikut ditutup. Namun, tetap ada beberapa radio amatir yang nekat menyiarkan radionya secara sembunyi-sembunyi atau istilah pada saat itu adalah gerakan bawah tanah. Pada masa Jepang, hanya satu radio yang boleh siaran secara bebas dan legal, itupun digunakan sebagai alat propaganda demi kepentingan perang. Masuknya tentara Jepang ke Indonesia berakibat dihentikannya semua kegiatan PPRK14 dan perkumpulan-perkumpulan radio nasional lainnya. Tugas dan pengelola radio diambil alih oleh Jepang.
13
Tim Penyusun Direktorat Jenderal Radio Televisi Film, op. cit., hal. 35. 14 PPRK (Perserikatan Perkumpulan Radio Ketimuran) merupakan suatu persatuan radio ketimuran yang didirikan di Bandung pada tanggal 28 Maret 1937. PPRK didirikan pada saat penyelenggaraan sebuah pertemuan yang diprakarsai oleh M. Soetardjo Kartohadikoesoemo yang nantinya menjabat sebagai ketua PPRK dan dihadiri oleh semua perkumpulan Radio Ketimuran antara lain oleh wakil-wakil dari VORO, VORL, Mavro, SRV dan Cirvo. PPRK bersifat nonkomersial dan bertujuan memajukan kesenian, kebudayaan nasional serta memikirkan kemungkinan berdirinya radio siaran di luar Pulau Jawa. Pada tanggal 1 Januari 1940, Siaran Ketimuran diserahkan dari NIROM ke PPRK dan kemudian pada tanggal 30 Juni 1940 dikeluarkan Surat Keputusan Pemerintah No. 1458/A yang menetapkan bahwa pemerintah menyetujui penyerahan pekerja dari NIROM kepada PPRK. Sebagai realisasi Surat Keputusan tadi, maka pada tanggal 1 November 1940 mulailah berkumandang di angkasa siaran yang diselenggarakan oleh PPRK. Ibid., hal. 38.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
6
Selanjutnya dibentuk suatu jawatan yang mengurus siaran radio yang disebut Hoso Kanri Kyoku atau Jawatan Urusan Radio. Pusat radio Jepang untuk pulau Jawa berada di Jakarta, sedangkan pusat radio Jepang untuk Sumatera berada di Bukittinggi. Selain di Jakarta dan Bukittinggi, di kota-kota besar lainnya juga didirikan cabang-cabang dari Hoso Kanri Kyoku antara lain di Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Surakarta, Malang, Surabaya, Semarang, Medan, Padang dan Makassar. Pada masa itu, siaran radio berada di bawah pengawasan Sendenbu yang merupakan badan yang mengurusi propaganda tentara Jepang.15 Selama enam bulan masa kekuasaan awal Jepang, bahasa siaran masih menggunakan bahasa Belanda, Inggris, Perancis dan Arab. Selanjutnya setelah enam bulan tersebut, kemudian bahasa siaran diganti dan hanya boleh menggunakan bahasa Indonesia dan Jepang. Musikmusik yang diputar pun diganti pula dari musik-musik barat menjadi musik-musik Jepang dan Indonesia. 3.3. Radio Republik Indonesia (RRI) Radio dalam perkembangan sejarah sosial media di Indonesia, juga berperan penting dalam perjuangan nasional. Radio-radio amatir Indonesia pada masa pergerakan nasional memberikan siaran yang membangkitkan semangat nasionalisme bahkan siaran radio pada saat itu juga dijadikan sebagai alat perjuangan. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, pada saat itu pula Indonesia membutuhkan adanya sebuah media yang dapat menyampaikan informasi tentang kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tokoh penting dalam situasi ini adalah Jusuf Ronodipuro dan Suprapto. Beliau menyebarkan berita tersebut melalui siaran radio luar negeri agar dunia tahu bahwa Indonesia telah merdeka. Pada pukul tujuh malam teks proklamasi dibacakan secara bergantian dalam bahasa Indonesia oleh Jusuf Ronodipuro dan dalam bahasa Inggris oleh Suprapto. Hal tersebut merupakan cikal bakal terbentuknya Radio Republik Indonesia (RRI) yang berdiri resmi pada tanggal 11 September 1945 dan para pengurusnya merupakan orang-orang yang sebelumnya telah berkecimpung dalam dunia radio selama masa pendudukan Jepang. 3.4. Persatuan Siaran Radio Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Pada Desember 1974, Pemerintah Republik Indonesia mendirikan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) sebagai wadah tunggal stasiun radio swasta di Indonesia, yang juga digunakan pemerintah sebagai alat pengendalian terhadap radio swasta yang ada di Indonesia.16 Ketika itu perwakilan 173 stasiun radio non-pemerintah dari 37 kota, secara
15 Ibid., hal. 39. 16
Ade Armando, Televisi Jakarta di Atas Indonesia, (Bandung: PT Mizan Publika, 2011), hal. 68.
resmi membentuk Persatuan Radio Siaran Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI), dengan tujuan memajukan siaran radio swasta di Indonesia dan membantu pemerintah menyukseskan pembangunan di bidang informasi pendidikan dan hal-hal sosial budaya. Untuk meningkatkan dampak dan pengaruh dari organisasi tersebut, istilah “Siaran Niaga” pada perkembangannya diubah menjadi “Siaran Nasional”. Sebagaimana praktik umum pemerintahan Orde Baru dengan badanbadan industrinya, pada tahun 1977 pemerintah secara resmi medeklarasikan PRSSNI sebagai satu-satunya asosiasi radio swasta yang resmi di Indonesia. Tahun 1985 Menteri Penerangan mengeluarkan sebuah Surat Keputusan yang meninggikan otoritas PRSSNI yaitu mewajibkannya radio swasta untuk membantu pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan Radioradio Siaran Swasta di Indonesia.17 3.5. Peningkatan Mutu Kualitas Siaran Stasiun Radio di Indonesia Seiring dengan kemajuan teknologi radio, terjadilah peningkatan mutu teknis dari teknologi radio itu sendiri. Gelombang radio yang semula adalah gelombang AM atau MW dengan kualitas suara mono, pada tahun 1980-an muncul gelombang baru di Indonesia yaitu gelombang FM18 (Frequenci Modulation) dengan kualitas suara stereo yang menghentak dan kualitas suara yang jauh lebih jernih. Namun, pengelolaan gelombang FM itu sendiri agak istimewa bila dibandingkan dengan pengelolaan gelombang AM atau MW. Semua peralatan dengan kualitas suara mono sama sekali tidak dapat digunakan, kecuali peralatan-peralatan tersebut dirombak total.
4. Radio Prambors: Radio Kawula Muda Jakarta 1971-1998 Ketika Radio Prambors resmi berdiri pada tanggal 18 Maret 1971, Malik Sjafei yang merupakan salah satu pendiri Radio Prambors masih berusia 18 tahun atau sedang menduduki bangku sekolah di kelas III SMA. Malik Sjafei mulai “main” radio dengan teman sebayanya seperti Imran Amir, Temmy Lesanpura, Mursid Rustam, Mohammad Noor,
17 Agus Sudibyo, op. cit., hal. 216. 18
Gelombang radio yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1933 oleh pria berkebangsaan Amerika yaitu Edwin Howard Armstrong (18 Desember 189031 Januari 1954). Untuk memperkenalkan temuannya tersebut kepada dunia, pada tahun 1940 Armstrong mendapatkan izin untuk mendirikan stasiun radio FM pertama yang didirikan di Alpine, New Jersey. Berkat temuannya tersebut, pada tahun 1941 Institut Franklin memberi penghargaan kepada Armstrong berupa medali Franklin, salah satu penghargaan tertinggi dari komunitas ilmuwan.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
7
Bambang Wahyudi, Tritunggal dan lainnya. Mereka adalah kawan satu RT (Rukun Tetangga) di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, tepatnya di Jalan Prambanan, Mendut, Borobudur dan sekitarnya yang kemudian mereka singkat menjadi Prambors. Nama Prambors itu sendiri sebenarnya sudah ada sebelum radionya berdiri. Remaja di RT tersebut membuat geng yang namanya “Prambors”. Awalnya motivasi anak-anak geng Prambors tersebut membuat radio adalah agar mereka menjadi terkenal. Menurut Malik Sjafei, “Soalnya, geng yang tak punya pemancar radio tak bakal ngetop”. Pada saat itu sekitar tahun 1967, geng-gengan lagi ngetop. Dimana-mana anak muda bersaing keras merebut popularitas, ada yang unjuk gigi lewat kebutkebutan dan adapula yang gagah-gagahan lewat adu jotos.19 4.1. Sejarah Lahirnya Radio Prambors Pada tahun 1967, di Jakarta sedang kejangkitan demam radio amatir. Demam tersebut merangsang banyak anak muda di Jakarta terutama remaja sekolah untuk berlomba-lomba membuat pemancar radio sendiri. Ada pemancar yang resmi dengan izin dan ada pemancar radio yang gelap tanpa izin. Mereka saling bersaing masuk di udara dan bersaing mengadu perbendaharaan musik rekaman yang mereka miliki. Demam radio amatir ini juga berdampak kepada sekelompok anak muda yang tinggal di bilangan Menteng yang juga tak mau ketinggalan. Di kawasan elite itu, mereka membangun kerajaan hura-hura dengan papan nama Prambors yang merupakan singkatan dari Prambanan, Mendut dan Borobudur yang jalan tersebut letaknya tidak jauh dari Gedung Pola di jalan Proklamasi. Huruf “s” sengaja dipasang diakhir agar terdengar keinggris-inggrisan atau bisa diartikan pula dengan “sekitarnya”.20 Anak muda tersebut antara lain adalah Imran Amir, Malik Sjafei, Mursid Rustam, Temmy Lesanpura, Mohammad Noor, Tritunggal, Bambang Wahyudi dan lain-lain. Sekelompok remaja pria dengan bekal semangat hura-hura tersebut juga bermain-main dengan pemancar radio amatir. Menurut Mohammad Noor, “Walaupun cuma bisa kedengeran dari sini sampai ke lapangan, waktu itu rasanya sudah seneng bukan main”.21 Pemancar liar Prambors hanya bertahan hingga tahun 1969 karena pada tahun tersebut pemerintah daerah Jakarta, Ali Sadikin yang menjadi Gubernur saat itu, mengeluarkan sebuah ketentuan bahwa untuk mendapatkan izin siaran, radio amatir
harus bernaung di bawah yayasan. Kebetulan di kawasan Prambanan, Mendut, Borobudur dan sekitarnya terdapat dua buah pemancar amatir yaitu Prambors I dan Prambors II. Karena radius pemancarnya yang terlampau berdekatan dan hal tersebut tidak diperbolehkan dalam ketentuan, maka kedua pemancar tersebut akhirnya bergabung. Karena hal tersebut, pada tahun 1969 Prambors pun kemudian menjadi sebuah yayasan. Kemudian pada tahun 1970, terjadi perubahan terhadap ketentuan pemerintah tentang radio amatir bahwa radio amatir haruslah berbentuk PT (Perseroan Terbatas).22 Maka Prambors pun mengikuti ketentuan pemerintah tersebut dengan menjadi sebuah radio yang berbentuk PT dengan modal dua juta rupiah yang didapat dari ayah Bambang Wahyudi.23 Ketentuan yang terakhir ini membuat anakanak muda Prambors tidak lagi main-main dan mulai serius dalam usahanya untuk mengurus PT Radio Prambors Broadcasting Service sejak 18 Maret 1971. Dan menjadikan tanggal tersebut sebagai tanggal lahirnya Radio Prambors. Pada tahun 1969, Prambors juga membuat sebuah logo yang sangat melekat dengan nama Prambors itu sendiri. Logo tersebut berupa seraut wajah perempuan berambut keriting, gambar vinyet dan logo ini belum ada waktu Prambors masih zaman “geng”. Awalnya logo Prambors mucul saat mereka membuat stiker bertuliskan “Prambors”. Dalam setiap stiker yang mereka buat itupun berbeda-beda dan tidak seragam logo Pramborsnya. Pada saat Radio Prambors harus menjadi berbadan hukum, saat itulah Prambors mau tidak mau harus memiliki logo sendiri. Logo Si Jabrik tersebut sebenarnya berasal dari sebuah sampul album kelompok musik asal Belanda bernama The Ekseption. Agar logo Si Jabrik tidak sama, maka logo dalam sampul album tersebut dimodifikasi dengan menghadapkan kearah bawah gambar cewek dalam logo tersebut. Orang yang mengubah gambar tersebut adalah salah satu penyiar Radio Prambors saat itu yang bernama Wimi. Logo Si Jabrik mulai digunakan sekitar tahun 1969, saat Radio Prambors sudah berbentuk yayasan. Cewek keriting dalam logo tersebut begitu populer, sampai-sampai banyak yang meniru dan memasangnya di kaca mobil. Pada tahun 1980-an, ukuran Si Jabrik mengecil dan hanya ada di dalam huruf “o” dalam tulisan “Prambors”. Namun, logo ini benar-benar tidak dipakai saat Prambors memperkenalkan stiker kuningnya yang bertajuk “102,3 FMania” pada awal tahun 1990-an. Si Jabrik juga tidak diikutsertakan dalam logo ketika Prambors
19
Budiono Darsono dan Moebanoe Moera, “Tak Sudi Jadi Dewasa”, Tempo, (Sabtu, 17 Desember 1988). Hal. 72. 20 Budiono Darsono dan Moebanoe Moera, loc. cit., hal. 72. 21 “Main-main Jadi Sungguhan”, Kompas, (Sabtu, 28 Oktober 1978), hal. 4.
22 Ibid. 23
Budiono Darsono dan Moebanoe Moera, loc. cit., hal. 72.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
8
mengganti logonya dalam bentuk biru oval berbingkai hitam.24 Ketika pertama kali Radio Prambors berdiri, kebanyakan anggota-anggotanya masih duduk di bangku SMA, hanya Temmy Lesanpura sajalah yang waktu itu telah duduk di bangku kuliah tepatnya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Temmy merupakan tokoh yang mencetuskan istilah Kawula Muda sebagai idiom untuk pendengar Radio Prambors yang merupakan anak muda. Selain itu, Temmy juga banyak menciptakan istilah-istilah yang nantinya dipopulerkan oleh Radio Prambors seperti istilah tembang. Dari awal, sejak Radio Prambors mengkalim bahwa dirinya radio anak muda pada tahun 1971, Radio Prambors memang sudah memanggil segmen pendengar anak mudanya dengan panggilan Kawula Muda. Idiom Kawula Muda tersebut pada awalnya diciptakan karena Radio Prambors ingin terdengar beda dari radio-radio lain. Radio Prambors pun memanggil pendengarnya dengan panggilan Kawula Muda yang kemudian akhirnya menjadi trend di kalangan anak muda.25 4.2. Program Acara Radio Prambors Sebagai Ikon Kawula Muda Jakarta Radio Prambors Jakarta yang mulai mengembangkan sayapnya sejak tahun 1971 sudah menghasilkan berbagai program acara yang menjadi ikon26 dan digandrungi oleh anak muda Jakarta. Dari banyaknya program acara yang disiarkan oleh Radio Prambors dari tahun 1971 hingga 1998, ada enam acara yang sangat melekat di hati para Kawula Muda sebagai produk yang menjadi ikon dan trade mark dari Radio Prambors dan besar karena Radio Prambors itu sendiri. Program-program acara tersebut antara lain adalah Obrol Santai di Warung Kopi, Lomba Cipta Lagu Remaja, Kuis, Konsultasi, Serius Tapi Santai serta Catatan Si Boy. 4.2.1. Warung Kopi Prambors Bermula dari obrolan santai gaya anak muda lewat corong radio Prambors Rasisonia yang diisi oleh grup Warung Kopi Prambors sejak tahun 1973,
24
http://www.pramborsfm.com/index.php?option=com _content&view=article&id=256&Itemid=347 diunduh tanggal 12 Desember 2013, pukul 12.30 WIB. 25 Wawancara lisan dengan Imran Amir pada hari Senin, 16 Desember 2013, pukul 14.14 WIB. Berlokasi di kantor Masima Corporation Jalan Sungai Sambas III No. 12, Jakarta Selatan. 26 Ikon berasal dari kata eikon yang dalam bahasa Yunani berarti gambar. Ikon adalah penggambaran sesuatu secara audio dan visual yang sesuai dengan kenyataan. Ikon dirancang atau diciptakan agar mirip dengan sumber acuannya. Rene Dirven dan Marjolijn Vespoor, Cognitieve Inleiding tot Taal en Taalwetenschap, (Leuven: Aeco, 2001), hal. 3.
langsung menjadi acara yang paling ditunggu-tunggu oleh Kawula Muda Ibukota saat itu. Dalam ruang remang-remang studio radio, corong radio itu sendiri menjadi bulan-bulanan obrolan yang ngalor-ngidul dari anak-anak Warkop Prambors. Sejak tahun 1973 hingga 1976, acara malam Jumat Warkop Prambors menjadi program acara yang paling digemari oleh pendengar setia Radio Prambors. “Kami muncul seminggu sekali di malam-malam seram”, kenang Rudy Badil pada acara yang dulu muncul setiap malam Jumat tersebut.27 Saat itu, kecuali teman-teman dekat Warkop Prambors, tidak ada yang tahu siapa pemilik suara pemeran Mas Bei, Pak Slamet, Si Tullo, Bang Holil, Babah Acong, John Batak, Ubai dan tokoh lain yang serba mendadak muncul dalam program Obrol Santai tersebut. Namun, Anggota Warkop Prambors yang awalnya masih takut tengsin dan takut ketahuan identitasnya yang gokil dalam program Obrol Santai di Prambors, akhirnya tidak dapat membendung ketakutan mereka tersebut karena lama-kelamaan berita kebocoran tentang identitas mereka menyebar dan publik pendengar tahu bagaimana tampang sebenarnya dari pemilik suara konyol dalam siaran Warkop Prambors.28 Langkah berikut yang dilakukan oleh Warkop Prambors setelah program acara Obrol Santai-nya di Radio Prambors adalah panggung hiburan. Dalam aksiaksi panggung hiburan, Warkop Prambors diisi oleh formasi yang berbeda dari awal karir mereka antara lain oleh Nanu Mulyono, Kasino, Dono dan Indro. Formasi tersebut membawa lawakan Warkop Prambors ke kancah pementasan panggung dan bahkan ke dalam dunia perfilman. Lawakan mereka sering dianggap “seram”, apalagi bagi orang-orang yang tidak suka dengan banyolan-banyolan yang menyerempet pada kritik sosial serta pada hal-hal yang cabul. Pernah seorang pejabat buru-buru pulang ketika sedang menyaksikan grup lawak ini menyinggung-nyinggung tentang korupsi dan kebocoran biaya pembangunan.29 Tercatat sejak tahun 1979, Warkop Prambors telah melebarkan sayap mereka dalam dunia perfilman Indonesia. Hal yang mereka peroleh dari film cukup lumayan, sejak “Mana Tahan” hingga “Maju Kena Mundur Kena” di tahun 1983, mereka telah menyelesaikan sepuluh film khas Warkop Prambors. Artinya, film-film komedi yang diolah untuk Warkop Prambors dan dimainkan oleh Warkop Prambors. Satu hal, film-film Warkop Prambors rata-rata sukses dalam meraih keuntungan finansial karena rata-rata susunan cerita yang dibangun cukup sederhana, dan juga berkesan “dangkal”. Belum lagi soal daya akting yang
27
“Nanu “Warkop Prambors” Meninggal”, Kompas, (Rabu, 23 Maret 1983), hal. 6. 28 “Warung Kopi Prambors: Yang Mereka Anggap Lucu Sering Tak Ada Reaksi”, Kompas, (Minggu, 19 Juni 1983), hal. 4. 29 “Nanu “Warkop Prambors” Meninggal”, loc. cit., hal. 6.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
9
memerlukan kemampuan khusus, mengingat sifat perekaman film yang terputus-putus.30 4.2.2. Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors atau yang biasa dipanggil LCLR Prambors merupakan sebuah ajang perlombaan mencipta lagu bagi para remaja dan sebuah gebrakan dari Radio Prambors karena sampai saat ini tercatat sebagai sebuah event nasional yang dilangsungkan pertama kali pada tahun 1977. Sejak acara ini dilangsungkan pertama kali, sejumlah musikus pun mulai mengorbit. Seperti Junaedi Salad yang mencuat lewat lagu “Kemelut” yang menjadi lagu tercantik31, dan James F. Sundah, yang mencuat lewat lagu “Lilin-Lilin Kecil”32. Kemudian muncul “Kidung” karya Chris Manusama dengan Pahama Grup-nya. Kemudian, Ikang Fawzi dan Harry Sabar, Fariz Rustam Munaf atau yang biasa dipanggil Fariz RM ikut pula mencuat namanya setelah tiga lagu ciptaannya masuk dalam Lomba Cipta Lagu Remaja. Menyusul kesuksesan penyelenggaraan pertama pagelaran Lomba Cipta Lagu Remaja ini, pada tahun berikutnya yaitu tahun 1978 Lomba Cipta Lagu Remaja diadakan kembali untuk yang kedua kalinya. Pada penyelenggaraan lomba yang kedua kalinya tersebut, panitia lomba membuka pendaftaran sejak awal Januari 1978 dan ditutup sampai dengan 15 Maret 1978.33 Dalam keterangan tertulis dari Mohammad Noor selaku Ketua Umum penyelenggara Lomba Cipta Lagu Remaja, mengatakan bahwa “penilaian juri dalam memilih lagu terbaiknya adalah berdasarkan lirik,
30
“Sepuluh Film Warkop: Letak Masalah Pada Sutradara dan Skenario”, Kompas, (Minggu, 19 Juni 1983), hal. 5. 31 “Dari Diskusi Tentang LCLR dan LPR: Penyanyi Kita Memang Suka Mengekor”, Monitor, 10 Januari 1990, Bonus, hal. VIII. 32 Dalam Lomba Cipta Lagu Remaja yang pertama kali diadakan oleh Radio Prambors pada tahun 1977, LilinLilin Kecil merupakan lagu yang meraih juara harapan II dan dinyanyikan oleh Chrisye. Lagu yang diciptakan oleh James F. Sundah tersebut yang pada saat itu hanya menjadi peserta lomba, telah melejitkan nama James sebagai komposer handal di Indonesia. Lagu-lagu ciptaannya tidak hanya ditunggu pendengar musik saat itu, tapi para penyanyi juga sangat mengharapkan untuk dapat menyanyikan lagu ciptaan James F. Sundah tersebut. “Masa Kecil James F. Sundah Sering Dipaksa-Paksa Orangtua”, Monitor, No. 135/III, 31 Mei-6 Juni 1989, hal. 7. 33 Lomba Cipta Lagu Remaja kedua tahun 1978 ini terdiri dari babak penyisihan yang berlangsung tanggal 16-25 Maret 1978. Semifinal diadakan pada tanggal 26 Maret-3 April 1978 dan finalnya berlangsung mulai 4 April 1978 hingga malam final dan penyerahan hadiah pada tanggal 4 Mei 1978.
melodi dan harmonisasi”.34 Keunikan dari Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors ini adalah bahwa lagu yang peserta ciptakan tidak perlu ditulis dalam not dan tidak perlu juga ditulis dengan membubuhi khord untuk aransemennya. Peserta boleh mengirimkan lagu ciptaannya hanya dalam bentuk rekaman dalam kaset dengan cara penyajiaannya yang bebas. Yang terpenting dari karya yang dikirimkan peserta tersebut adalah suaranya jelas didengar serta mengirimkan juga lirik lagu ciptaannya yang ditulis dalam huruf cetak. Pada tahun 1979, Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors Rasisonia diadakan kembali untuk yang ketiga kalinya. Lomba ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya diadakan dengan maksud untuk menampung kreativitas penciptaan lagu bagi para remaja. Lomba yang telah dilaksanakan sejak tahun 1977 dan diikuti oleh 228 lagu dan pada tahun berikutnya yaitu tahun 1978 pesertanya membludak dari tahun pertamanya hingga diikuti oleh 1.295 lagu, pada tahun 1979 diadakan kembali. Juri Lomba Cipta Lagu Remaja tahun 1979 antara lain adalah Achmad Albar, Gito, Yockie, Keenan Nasution, Dondi, Chrisye, Imran Amir, Guruh Soekarno, A. Rianto, Remy Silado dan Bens Leo. Ajang lomba yang diadakan tahun 1979 ini melebarkan kerja sama yang lebih banyak dengan radio-radio di luar Jakarta bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Terlihat dari tempat pendaftarannya, selain di radio Prambors, Kawula Muda yang ingin mengikuti lomba juga bisa daftar di radio-radio lain di kota-kota di luar Jakarta antara lain di Radio Mara (Bandung), Radio Geronimo (Yogyakarta), Radio Jatayu (Semarang), Radio S.A.S (Salatiga), Radio La Victor (Surabaya), Radio Bonsita (Medan), Radio Santana (Palembang), Radio Diah Rasanti (Pontianak), Radio Continental (Manado), Radio Relstar (Makassar), Radio Arbes (Padang), Radio Ramona Jelita (Balikpapan) dan Radio Ramona (Denpasar). Waktu pendaftaran di Jakarta tanggal 1 Desember 1978 sampai dengan 3 Maret 1979, sedangkan di kota-kota di luar Jakarta tanggal 1 Desember 1978 sampai dengan 24 Februari 1979.35 Bila dilihat dari waktu pendaftaran diatas, jangka waktu pendaftaran bagi Kawula Muda Ibukota lebih panjang bila dibandingkan jangka waktu pendaftaran di kota-kota luar Jakara. Hal tersebut dapat berarti bahwa radio Prambors tetap dan lebih mengutamakan peserta dari Kawula Muda yang berasal dari Ibukota Jakarta. Untuk keempat kalinya, Radio Prambors mengadakan Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors pada tahun 1980. Pada tanggal 5 Juli 1980, diadakanlah Malam Pagelaran Dasa Tembang Tercantik Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors Rasisonia 1980 di Balai Sidang Senayan, Jakarta. Dalam pagelaran tersebut
34
“Lomba Cipta Lagu Prambors”, Kompas, (Senin, 13 Februari 1978), hal. 6. 35 “Lomba Cipta Lagu Remaja”, Kompas, (Rabu, 17 Januari 1979), hal. 7.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
10
Wakil Presiden Adam Malik telah menyatakan kesediaannya untuk memberikan Piala Wakil Presiden kepada pemenangnya. Kesediaan Wakil Presiden Republik Indonesia tersebut disampaikan kepada enam orang pimpinan Prambors dan Panitia Lomba Cipta Lagu Remaja, pimpinan drs. Aib Syariffudin yang datang menemui Wakil Presiden Adam Malik di kediamannya di jalan Diponegoro, Jakarta. Menurut Aib Syariffudin, sepuluh finalis dari 1.264 peserta lomba cipta tahun 1980 ternyata hanya dua yang berasal dari DKI Jakarta. Delapan finalis lainnya berasal dari daerah diluar Ibukota Jakarta. Dari Surabaya tiga orang, selebihnya masing-masing berasal dari Kertosono, Semarang, Singaraja, Bandung dan Yogyakarta.36 Pada tahun 1981, Lomba Cipta Lagu Remaja diadakan kembali. Dari empat Lomba Cipta Lagu Remaja yang sudah diadakan, ternyata Lomba Cipta Lagu Remaja tahun 1978 adalah ajang perlombaan yang paling berhasil, karean mampu menelorkan empat hingga enam buat lagu yang nge-hits dengan “Kidung” sebagai lagu tersayang. Yang menyebabkan Lomba Cipta Lagu Remaja tahun 1979 dan 1980 belum sanggup mengulangi kesuksesan tersebut barangkali karena adanya perolehan selera di kalangan pendengar. Temmy Lesanpura yang saat itu menjadi anggota Prambors Bina Management yang bergerak sebagai lembaga penelitian ekonomi, psikologi dan kemasyarakatan, menambahkan “Kalau minta lagulagu yang hit jangan pada kami, karena LCLR Prambors diadakan untuk melahirkan lagu-lagu yang manis, tapi bisa dipertanggungjawabkan dari segi musiknya”.37 Pada tahun 1982, Radio Prambors mengadakan kembali ajang Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors. Pada penyelenggaraan Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors yang keenam ini, Radio Prambors mengadakan “Pagelaran Dasa Tembang Tercantik Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors 1982” dibarengi dengan pelaksanaan “Nonstop Musical Show”. Dua paket acara tersebut berlangsung semalam suntuk di Balai Sidang Senayan Jakarta pada tanggal 31 Desember 1982, bertepatan dengan malam pergantian tahun baru. Dalam pagelaran tersebut, Prambors seperti biasa mempagelarkan sepuluh lagu finalis yang akan memperebutkan tempat pertama. Kesepuluh lagu yang akan dipentaskan tersebut antara lain adalah lagu karangan Samuel Bobo dari Jakarta, Suti Karno/Alfons dari Jakarta, Aki Adisakti dari Yogyakarta, Didiek Sujarwadi dari Semarang, Koes Poerwedi cs dari Semarang, Nova Catherina dari Surabaya dengan dua lagunya yang masuk sepuluh besar dan Teuku Awaluddin dari Jakarta dengan tiga lagunya yang
36
“Pagelaran Dasa Tembang Tercantik”, Kompas, (Kamis, 26 Juni 1980), hal. 6. 37 “Wawasan Nusantara, Lagu Tersayang LCLR 1980”, Kompas, (Minggu, 11 Januari 1981), hal. 5.
masuk finalis sepuluh lagu dalam ajang tersebut.38 Sejak tahun 1983 hingga 1986 Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors tidak diadakan sampai akhirnya pada tahun 1987 ajang lomba tersebut dihidupkan kembali. Pada tahun 1987, akhirnya diadakan kembali Lomba Cipta Lagu Remaja. Sejak masa hibernasinya dari tahun 1983 hingga 1986, Pada tahun 1987 Lomba Cipta Lagu Remaja diadakan kembali untuk yang ketujuh kalinya dan langsung melahirkan “Keraguan” lagu ciptaan Edwin Saladin bersama Adelan Syah dan dinyanyikan oleh Trie Utami. Seperti dalam Lomba Cipta Lagu Remaja, lagu ciptaan Edwin dan Adelan tersebut menjadi panutan bagi para pencipta lagu. Karena lagu tersebut muncul warna baru dalam belantika musik yang diberi nama dengan “pop kreatif” yang mulai menggejala saat itu.39 Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors diadakan kembali pada tahun 1988. Ada yang berbeda pada penyelenggaraan kali ini karena dibarengi pula ajang perlombaan bernama Lomba Penyanyi Remaja atau yang biasa dipanggil dengan singkatan LPR. Ajang perlombaan ini masih sama seperti pendahulunya, dilaksanakan untuk menghasilkan karya cipta lagu dan musik bermutu bagi para remaja di seluruh Indonesia. Pencipta lagu dalam ajang ini diharapkan dapat menjadi musisi muda yang berhasil dan dihargai dalam belantika musik Indonesia. Pada penyelenggaraan kali ini, panitia lomba diketuai oleh Firman Bakhtiar. Pendaftaran peserta Lomba Cipta Lagu Remaja tahun 1988 ini dimulai di seluruh Indonesia bekerjasama dengan 50 stasiun radio swasta di daerah pada tanggal 15 Juli 1988. Khusus untuk Lomba Penyanyi Remaja pendaftarannya dimulai 16 April 1988 dan berakhir pada tanggal 20 November 1988. Peserta terbuka bagi remaja asalkan usianya tidak lebih dari 27 tahun. Lomba Cipta Lagu Remaja dan Lomba Penyanyi Remaja kali ini diselenggarakan oleh Prambors dengan bekerjasama dengan Gabungan Industri Coca-Cola.40 4.2.3. Sajian Kuis Prambors Di tahun 1980-an Prambors memiliki seorang penyiar yang sangat populer saat itu, yaitu Marwan Alkatiri. Ia membawakan acara “Kuiz” dimana para pendengar Prambors bisa langsung menjawab pertanyaan dari kuis tersebut lewat saluran telepon. Marwan mampu membawa para pendengarnya dalam sebuah percakapan yang bernada santai, spontan dan akrab. Kata seorang teman Marwan, “Marwan itu mahasiswa Departemen Sinematografi LPKJ Jurusan
38
“LCLR dan Nonstop Musical Show”, Kompas, (Minggu, 19 Desember 1982), hal. 8. 39 “Dari Diskusi Tentang LCLR dan LPR: Penyanyi Kita Memang Suka Mengekor”, loc. cit., Bonus hal. VIII. 40 “Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors 1988”, Kompas, (Selasa, 19 April 1988), hal. 3.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
11
Fotocopy”.41 Dalam acara kuiz tersebut terjadilah sebuah interaksi tanya jawab yang dilontarkan oleh pendengar dan ditanggapi oleh pembawa acara dengan logat tertentu dan menjadi sebuah sajian yang menarik sekaligus konyol, kocak dan kadang-kadang nyerempet ke hal-hal yang porno. Selain itu, acara tersebut menghadirkan suasana yang segar, akrab dan spontan. Keterlibatan pendengar Radio Prambors secara aktif tidak hanya sekedar dalam acara yang berbau candaan. Selain acara Kuiz berhadiah yang pada dekade 1980-an disiarkan setiap hari antara pukul dua siang hingga pukul tiga sore, ada acara-acara lain yang juga melibatkan pendengar secara aktif melalui telepon dan membicarakan seputar masalah-masalah yang lebih serius. Malik Sjafei yang merupakan kepala bagian siaran Radio Prambors saat itu mengemukakan pendapatnya bahwa “Acara bisa berbentuk apa saja, tapi dasar pemikiran kami, pendengar harus dilibatkan dan menjadi pihak yang aktif”. Acara Kuiz yang dibawakan Marwan dan berlangsung selama satu jam ini dapat menerima 110 telepon masuk, itu baru jumlah telepon yang berhasil masuk saluran telepon Prambors. Menurut keluhan pihak Witel IV (Wilayah Telepon IV) yang ada di Jatinegara, jumlah telepon yang berusaha mencoba memasuki saluran telepon Prambors bisa sampai 20.000 orang dan itupun hanya di wilayah tersebut yaitu Jatinegara. Karena ketenaran acara tersebut, pihak telekomunikasi khawatir bahwa beban yang berat di satu saluran telepon dapat memutuskan sekering telepon tersebut.42 Radio Prambors pada akhir tahun 1980-an masih menyajikan berbagai macam acara kuis yang semuanya mengandung hadiah yang cukup menggiurkan. Bahkan ada sebuah kuis yang hanya dengan menebak judul lagu dan siapa penyanyinya, melalui pesawat telepon, seorang pendengar berhak mendapatkan hadiah berupa sebuah mobil sedan seharga 54 juta rupiah jika pendengar tersebut beruntung dan menjawab dengan tepat. Untuk acaraacara kuis dan permainan lainnya, hadiah-hadiahnya dapat berupa uang, dari yang besarnya 20 ribu rupiah hingga 100 ribu rupiah. Dan kabarnya bila pertanyaan dari kuis dan permainan tersebut tidak sempat tertebak, maka hadiahnya akan bertambah jumlahnya dan terkadang bisa mencapai jutaan rupiah. Bahkan ada juga hadiah yang berupa makan gratis di rumah makan tertentu selama satu tahun.43
41
“Penyiar: Sebagian Atraksi Radio”, Kompas, (Minggu, 26 Juni 1983), hal. 5. 42 “Membangun Kontak Hangat Antarpribadi”, Kompas, (Minggu, 26 Juni 1983), hal. 5. 43 “Di Radio Prambors Menebak Lagu Bisa Dapat Mobil Baru”, Monitor, (Selasa, 6 Juni 1989), Bonus hal. VII.
4.2.4. Konsultasi Lewat Udara Bersama Prambors Sejak Februari 1984, radio Prambors sengaja mengudarakan acara Fenomena Kamu (Kawula Muda) yang khusus diperuntukkan bagi kaum remaja yang tengah mengahadapi berbagai macam problem. “Wah, macam-macam yang mereka tanyakan. Mayoritas anak-anak SMP dan SMA. Tapi yang paling banyak adalah masalah percintaan, hubungan dengan orang tua atau guru yang kurang harmonis dan masalah kesulitan menghadapi pelajaran di sekolah”, kata Purnama Kosasih, pengasuh acara Fenomena Kamu yang biasa mengudara tiap hari Minggu pukul 09.00-11.00 WIB. Acara yang dibawakan oleh salah satu penyiar yaitu Cici Lestari dan bekerjasama dengan sebuah biro konsultasi psikologi ini, dapat menerima puluhan dering telepon dari pesawat telepon bernomor 881110. Cici menyatakan “Tapi banyak juga yang menghubungi kami setelah acara selesai. Maklum, waktu mengudara memang terbatas sekali”.44 Lepas dari semua itu, pada kenyataannya radio swasta pada saat itu telah bergerak selangkah lebih maju. Dengan peralatan yang dapat dirakit sendiri, Radio Prambors telah berhasil mengadakan komunikasi dua arah antara penyiar dan pendengarnya. Hal tersebut menambah semarak dunia peradioan di Indonesia khususnya di Jakarta pada saat itu. Sebelumnya, dalam acara ucapan ulang tahun, penyiar hanya bisa menyebutkan siapa-siapa saja dari pendengar yang sedang berulang tahun. Namun, dengan hadirnya teknologi komunikasi telepon dalam dunia peradioan saat itu, penyiar dapat langsung menghubungi pendengar yang berulang tahun dan mengadakan percakapan yang lebih akrab. Tentunya dengan catatan bahwa si pendengar memiliki pesawat telepon. Gejala seperti ini di Jakarta saat itu bisa dibilang hal biasa, namun untuk perkembangan selanjutnya bukan hal yang mustahil bila hal tersebut juga akan diikuti oleh stasiun-stasiun radio di daerah lain. Dan pada saat itu, di Bandung dan Surabaya ternyata sudah ada yang mengikuti gejala tersebut. 4.2.5. Kelompok Canda Sersan Prambors Setelah Warkop Prambors berpisah dengan Prambors dan mengganti namanya menjadi Warkop DKI pada tahun 1985, kemudian di Prambors munculah Kelompok Canda Sersan Prambors. Nama Sersan tersebut diambil dari salah satu acara di Radio Prambors, yang judul aslinya Serius tapi Santai yang juga merupakan kepanjangan dari Sersan. Personilnya antara lain adalah Sys Ns, Nana Krip, Muklis Gumilang, Krisna Purwana dan Pepeng Ferasta. Grup ini terbentuk setelah pementasan “Perek-Perek
44
“Konsultasi Lewat Udara dan Tulisan: Daripada Dipendam Sendiri”, Kompas, (Minggu, 23 September 1984), hal. 4.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
12
Iseng”45. Grup ini didirikan dari sebuah ide yang iseng, unik dan konyol yaitu “tersenyumlah dengan serius dan cemberutlah dengan santai”. Salah satu anggota Sersan yaitu Sys Ns kerap tak ikut muncul saat grup Sersan ini manggung dan mentas keliling. Hal tersebut dikarenakan Sys Ns merasa kalau dirinya bukan pelawak atau tidak bisa melawak. Mengulang sukses Warkop Prambors, grup Sersan Prambors juga coba-coba ikut terjun ke film, akan tetapi gagal. Namun pada saat Sersan Prambors terjun dalam dunia film tersebut, Sys Ns terlibat penuh tidak seperti pada saat pementasan Sersan Prambors. Saat bermain film, Sys Ns lebih banyak mengurus halhal yang berbau manajemen seperti mengatur jadwal siaran, menulis naskah, mendesain kostum, mengatur strategi pemasaran, bikin kaset dan masih banyak lagi pekerjaan yang Ia kerjakan. Lama-lama Sys Ns merasa keteteran dan kerepotan dengan pekerjaannya tersebut. Menurut Sys Ns, “anak-anak yang lain cuma enak aja. Siaran jarang nongol, duit dapet terus. Ya udah, bubaran aja. Karena sudah melenceng dari falsafah. Karena masing-masing anggotanya juga udah sibuk. Muklis pegang majalah Prospek, Pepeng di Pelita Jaya. Tinggal Krisna (di Radio Prambors) dan Bang Nana (di Radio DMC) yang masih aktif ngelawak”.46 Tapi dari pernyataannya tersebut, Sys Ns juga meluruskan bahwa “Namun, anggota Sersan (Sys Ns, Nana Krip, Muklis Gumilang, Krisna Purwana dan Pepeng Ferasta) memang sudah sepakat sejak awal untuk berkiprah dua tahun saja, setelah itu bubar baekbaek”.47 Acara Sersan Prambors memang tak tahan lama, awal tahun 1988 menghilang dari udara karena anggota Sersan Prambors lebih mementingkan kegiatannya tersebut di luar radio daripada di radio. 4.2.6. Catatan si Boy Dari sejumlah acara Prambors, ada satu acara andalan yang paling memasyaratkan anak muda Indonesia khususnya Jakarta pada masa itu, tidak bukan dan tidak lain adalah Catatan si Boy. Program ini disiarkan seminggu sekali, setiap Kamis malam mulai pukul 22.00 sampai 24.00 WIB. Peminat acara ini pun trus membludak, padahal tak ada bayangan dari Prambors termasuk pencetus ide Catatan si Boy, Marwan Alkatri48, kalau acara ini bakal sukses besar
45
Seno M. Hardjo, Hilman dan Denny MR, Sepuluh Tokoh Showbiz Musik Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991), hal. 17. 46 Ibid., hal. 18. 47 N. Syamsudin Ch. Haesy dan Gauri Nasution, Sys Ns: Yesterday, Today dan Tomorrow, (Jakarta: PT Gramedia Pustakan Utama, 2005), hal. 76. 48 Marwan Alkatiri bergabung dengan Prambors sejak tahun 1974. Sebelum terkenal dengan Catatan si Boy, Marwan yang pada tahun 1988 berusia 30 tahun merupakan penyiar di Radio Prambors. Penyiar yang suka keceplosan ini ngetop dalam acara Playboy Kabel
ketika acara ini pertama kali disiarkan pada tahun 1985. Acara Catatan si Boy ini awalnya merupakan sebuah program acara di Radio Prambors bertajuk “Playboy Kabel”. Acara tersebut merupakan sebuah program yang dibuat oleh Sys Ns khusus untuk Marwan Alkatiri. Ide awalnya muncul karena Sys Ns sering melihat Marwan Menelepon cewek berjamberjam dengan rayuan mautnya, maka dibuatlah program acara Playboy Kabel yang selanjutnya menjadi program acara drama radio Catatan si Boy.49 Drama yang mengudara di gelombang AM 666 KHz Radio Prambors Jakarta ini. Pengisi suaranya adalah penyiar-penyiar radio Prambors. Boy pada awalnya diisi suaranya oleh sang penulis Catatan si Boy, Marwan Alkatri. Namun, setelah pengisi suaranya diganti oleh suara empuk Edy Pribadi alias Epri Daryaatmaja, ternyata Boy lebih populer dengan karakter suara tersebut. Andi si Kutu Kuya, sahabat dekatnya Boy, diisi oleh suara garingnya Artha Bangun. Adik Boy, Ina, diisi oleh suara centil Ida Arimurti. Dan si Comel Emon, diisi suaranya oleh Eko “Monyong”.50 Dalam drama Catatan si Boy ini dialognya tentu saja didominasi oleh suara Boy karena dia juga berperan sebagai narator dalam drama radio ini. Sementara, tokoh-tokoh yang lain muncul dalam dialog-dialog yang memerlukan peran dari masingmasing tokoh tersebut. Setelah sukses lewat drama radio, PT Bola Dunia Film bersama gabungan tiga produser sepakat untuk mengangkat Catatan si Boy ke bioskop dan disutradarai oleh Nasri Cheppy. Ternyata film Catatan si Boy yang dibintagi oleh Onky Alexander yang berperan sebagai Boy, Merian Bellina sebagai Vera kekasih Boy dan Didi Petet sebagai Emon tersebut laku keras. Kawula Muda saat itu penasaran ingin membandingkan sosok Boy dalam radio dengan yang di dalam film. Tak terlalu berbeda maupun tak terlalu sama persis, namun penonton mengaku puas. Menurut catatan PT Bola Dunia Film, Catatan si Boy I yang diproduksi pada tahun 1987 menelan sekitar 400 ribu penonton Jakarta.51 Tak hanya di Jakarta, daerah-
yang merupakan sebuah acara yang disiarkan oleh Radio Prambors pada tahun 1979. Marwan memiliki bakat dalam “menggombalin”cewek-cewek via kabel alias telepon. Tapi hanya lima tahun Marwan jadi playboy kabel. Alasannya sederhana karena pacarnya di rumah cemburu dengan wanita-wanita yang digombalin oleh Marwan. Moebanoe Moera dan Budiono Darsono, “Dia yang Boy Asli”, Tempo, (Jakarta, 17 Desember 1988), hal 73. 49 Seno M. Hardjo, Hilman dan Denny MR, loc. cit., hal. 17. 50 Q Baihaqi, Gaul Jadul: Biar Memble Asal Kece, (Jakarta: Gagas Media, 2009), hal. 176. 51 Putu Wijaya dan Yusroni Hendridewanto, “Sebuah Catatan Buat si Boy”, Tempo, (Jakarta, 17 Desember 1988), hal. 68.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
13
daerah lain pun juga memutar film tersebut. Prambors pun ikut kecipratan rezeki. Pada tahun 1988 tercatat kalau Prambors dari Catatan si Boy I, menerima sebesar Rp 15 juta, dan dari Catatan si Boy II, mendapatkan royalti sebesar Rp 25 juta.52 Berawal dari main-main, Radio Prambors akhirnya menjadi radio sungguhan yang memiliki pendengar setia yaitu Kawula Muda. Radio Prambors juga sukses menyajikan program-program acara yang menarik minat Kawula Muda. Dari banyaknya program yang disajikan oleh Radio Prambors dari tahun 1971 hingga 1998, terdapat enam program acara Radio Prambors yang menjadi ikon Kawula Muda khususnya Kawula Muda Jakarta. Keenam program tersebut telah dibahas pada subbab-subbab diatas yang antara lain adalah Obrolan Santai di Warung Kopi, Lomba Cipta Lagu Remaja, Kuis, Konsultasi, Serius Tapi Santai serta Catatan Si Boy. Bila dilihat dari perjalanannya yang singkat dan dari enam program acara yang menjadi ikon Kawula Muda tersebut, Radio Prambors tentu saja telah memiliki dampak yang besar bagi Kawula Muda khususnya Kawula Muda Jakarta. Seperti peribahasa “sedikit hujan banyak yang basah”.
5. Dampak Radio Prambors Terhadap Kawula Muda Jakarta 1971-1998 Radio sebagai trendsetter kehidupan remaja dan muda-mudi terus berlangsung hingga sekarang. Pada radio pula disebarkan dominasi “bahasa Jakarta”. Kalau kita mendengar siaran radio swasta dari Sabang sampai Merauke, dapat dipastikan bahwa semua penyiarnya berbicara dalam logat Jakarta. Dengan demikian, radio bisa kita anggap sebagai media yang mewakili “subkultur” remaja. Radio menjadi sebuah referensi gaya hidup pendengarnya. Radio swasta yang ada sekarang adalah kelanjutan dari radio di masa lalu, yang pada awal perkembangannya bernama “radio amatir”. Yang disebut “awal perkembangan” di sini adalah masa-masa seputar awal Orde Baru. Pada masa itu, seiring dengan dibukanya pintu untuk masuknya kebudayaan barat yang pada zaman Orde Lama sangat dilarang sekali, radio amatir pun menjamur di berbagai kota. Musik dan acara-acara yang ada di radio-radio, jelas mempengaruhi gaya hidup generasi pada zamannya.53
5.1. Radio Prambors dan Gaya Bahasa Kawula Muda “Subkultur Remaja” dengan sifat-sifatnya yang dangkal, kekanak-kanakan, sangat dinamis dan trendy, bisa kita simak dalam penyajian Radio Prambors. Sejumlah acara obrolan santai, kuis, konsultasi, obrolan canda dan drama radio digemari oleh Kawula Muda. Di sinilah idiom-idiom remaja menemukan tempat penyebarannya. Gaya bahasa Kawula Muda Jakarta yang dibawakan oleh para penyiar Radio Prambors menjadi trend yang langsung diikuti oleh remaja ataupun pekerja muda yang menjadi pendengar. Para penyiar Radio Prambors memposisikan diri sebagai bagian dari pendengarnya. Bagaimana para Kawula Muda berkomunikasi dan bersosialisasi sehari-hari, menjadi patokan gaya penyiar Radio Prambors tanpa menghilangkan karakter pribadi masing-masing.54 Karena hal tersebut, suara penyiar menjadi “akrab” di telinga dan Kawula Muda tidak akan merasa kesepian meski tengah sendirian di kamar, di mobil atau dimanapun mereka berada. 5.2. Radio Prambors dan Musik serta Musisi Pada dekade akhir 1970-an, Radio Prambors telah mengukir sejarah baru dalam industri musik Pop Indonesia. Radio Prambors mengadakan sebuah ajang kompetisi cipta lagu yang bertajuk Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors (LCLR Prambors). Disebut sejarah baru karena dari ajang perlombaan ini terjaring sederet lagu yang memiliki karakter berbeda dengan musik pop yang tengah merajai industri musik pop Indonesia pada dekade 1970-an. Pada paruh dekade tersebut, musik pop Indonesia didominasi oleh grup-grup Pop seperti Koes Plus, Favorites Group, Panbers, The Mercy’s hingga D’Lloyd. Warna musik mereka cenderung sama yaitu kesederhanaan dalam melodi, akord hingga pola penulisan lirik lagu. Remy Silado, yang merupakan seorang pengamat musik Indonesia, mengkritik bahwa saat itu terjadi pendangkalan tema dalam musik pop Indonesia. Remy juga menulis dalam sebuah majalah bahwa, “hampir semua lagu, liriknya dipenuhi dengan kata mengapa”. Lomba Cipta Lagu Remaja selain ingin menggalang potensi kreativitas anak muda dalam penciptaan lagu, Imran Amir berpendapat bahwa kompetisi ini juga diadakan untuk mendobrak stagnasi dalam industri musik pop Indonesia yang cenderung memihak pada sisi komersial belaka. Musik pop Indonesia cenderung menjadi tunggal nada dan mencapai titik kulminasi. Hampir tidak ada terobosan baru.55
52
Yusroni Hendridewanto, Moebanoe Moera dan Budiono Darsono, “Dari Puncak Stupa Borobudur”, Tempo, (Sabtu, 17 Desember 1988), hal. 71. 53 “Radio, “Trendsetter” Kawula Muda”, Kompas, (Minggu, 27 Agustus 2000), hal. 13.
54 Ibid. 55
Komunitas Pencinta Musik Indonesia, Musisiku, (Jakarta: Penerbit Republika, 2007), hal. 231.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
14
5.3. Radio Prambors dan Gaya Hidup Kawula Muda Program acara Prambors lainnya seperti Catatan si Boy dapat membentuk gaya hidup Kawula Muda pada masanya. Kawula Muda meniru sosok Boy yang keren, playboy, dan bermobil mewah. Hal tersebut terlihat dari pemandangan Kawula Muda yang bergaya dengan mobil kerennya dan kantung tebalnya, rutin terlihat di bagian Jalan Melawai, Kebayoran Baru. Jalan tersebut merupakan rute ngeceng para “Boy Ibukota” dengan mobil-mobilnya yang bagus seperti anak-anak pejabat. Lokasi tersebut juga menjadi tempat cuci mata dan pamer kehebatan mereka. Di malam hari, setelah waktu melewati pukul sepuluh malam, para Boy Ibukota tersebut kemudian nongkrong di pusat-pusat keramaian, disko, pub serta di restoran kelas satu di hotel berbintang lima. Di tempat tersebut para Boy Ibukota membaur dengan para pegawai dan pengusaha. Penampilannya pun tak kalah hebat dengan para direktur dari perusahaan besar. Boy Ibukota tersebut juga menggunakan pakaian buatan negeri seberang, tata rambut salon dan mobil bermerek.56 Demam Boy saat itu memang sangat cepat menular ke kalangan Kawula Muda Jakarta. Hal-hal tersebut menandakan bahwa begitu berpengaruhnya tokoh Boy yang semula hanya merupakan tokoh rekaan dalam drama yang disiarkan oleh Radio Prambors. 5.4. Radio Prambors dan Penyiarnya Radio Prambors banyak menciptakan “manusia Prambors” dan jarang sekali merekrut penyiar yang sudah “jadi” atau sudah handal dalam bersiaran. Untuk merekrut penyiar baru, Radio Prambors pertama kali melihat kemampuan dan pergaulan dari orang tersebut, kemudian barulah dilatih teknik vokalnya sehingga mereka bisa menjadi penyiar radio. Radio Prambors tidak mengambil penyiar dari radio lain, karena menurut Imran, “kalau Radio Prambors mengambil penyiar dari radio lain, mereka sudah punya warna dan itu sudah susah untuk ditekuk istilahnya. Kalau didengar Penyiar Radio Prambors memang mempunyai ciri khas dan warna tersendiri dalam bersiaran”. Untuk melayani pendengar dengan segmen remaja, penyiar Radio Prambors juga harus memiliki kriteria gaul yang bisa mengakomodir segmen pendengarnya yaitu anak muda.57 Radio Prambors memang merupakan sebuah radio yang awalnya hanya radio iseng-iseng bagi sekalangan remaja dan sebuah radio di daerah di Jakarta. Namun, dalam perkembangannya radio ini menjadi sebuah radio yang memiliki massa pendengar
remaja yang berjuluk “Kawula Muda” dan bergaya ala “gaya Prambors” ini menjadi sebuah agen budaya bagi kalangan Kawula Muda Jakarta. Radio yang berawal dari obrolan santai para penyiarnya ini juga akhirnya menyajikan acara-acara yang sangat laku di pasaran anak muda seperti Warkop Prambors, Lomba Cipta Lagu Remaja, Kuis, Konsultasi, Sersan Prambors hingga Catatan si Boy dan menginspirasi radio-radio swasta lainnya dan Kawula Muda Jakarta untuk menjadi lebih kreatif. Sejak awal resmi berdirinya Radio Prambors, para punggawa Radio Prambors memang merupakan anak-anak muda yang berani mengklaim dirinya sebagai radio anak muda. Radio-radio lain saat itu segmen pendengarnya adalah untuk semua kalangan dan hanya Radio Prambors yang berani mengkalim dirinya merupakan radio yang segmen pendengarnya adalah anak muda. Hal tersebut tidak direncanakan sebelumnya, namun terjadi karena para punggawa Radio Prambors yang masih remaja saat itu hanya tahu tentang dunia anak muda. Modal Radio Prambors saat itu, apa yang sedang trend di kalangan anak muda, itulah yang nantinya menjadi acara yang disiarkan oleh Radio Prambors. Untuk segmen anak muda, Radio Prambors banyak membuat terobosan-terobosan dalam acara-acaranya sehingga banyak produk anak muda yang masuk sebagai sponsor dan pengiklan di Radio Prambors yang tentunya menghasilkan pemasukan dana bagi Radio Prambors itu sendiri.58 Radio Prambors tidak bisa mengkalim dirinya sebagai radio anak muda kalau Radio Prambors sendiri tidak memahami, terjun dan tahu persis apa yang terjadi di kalangan anak muda. Banyak radio yang mengklaim dirinya radio anak muda tapi pengelolanya sendiri sudah tua dan tidak memiliki referensi tentang anak muda. Hal tersebut membuat radio tersebut tidak akan bisa mengakomodir anak muda, tidak seperti yang dilakukan oleh Radio Prambors yang bisa mengakomodir trend-trend yang sedang berkembang di kalangan anak muda. Radio Prambors juga harus cepat melihat gejala yang sedang berkembang di kalangan anak muda seperti musik dan hobi apa yang sedang digandrungi anak muda, telat sedikit bisa dikatakan ketinggalan zaman dan sudah tidak trend lagi di kalangan anak muda.59 Radio Prambors hingga saat ini juga tetap menjalani tulisan yang terpampang di pintu masuk ruang siaran Radio Prambors yang saat ini terletak di jalan Adityawarman nomor 71, Kebayoran Baru, Jakarta, yang berbunyi “Age (is) just the number. Young is Forever”.
56
Putu Wijaya dan Praginanto, “Wajah Sebagian BoyBoy Ibukota”, Tempo, (Jakarta, 17 Desember 1988), hal. 74. 57 “Radio, “Trendsetter” Kawula Muda”, loc. cit., hal. 13.
58
Wawancara lisan dengan Imran Amir pada hari Senin, 16 Desember 2013, pukul 14.14 WIB. 59 Ibid.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014
15
6. Daftar Acuan Buku Armando, Ade. Televisi Jakarta di Atas Indonesia. Bandung: PT Mizan Publika, 2011. Assegaf, Dja’far H., (Pengumpul). Bunga Rampai Sejarah Media Massa. Jakarta: Mecon Press, 1978. Baihaqi, Q. Gaul Jadul: Biar Memble Asal Kece. Jakarta: Gagas Media, 2009. Djamal, Hidajanto, dan Andi Fachruddin. Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana, 2011. Haesy, N. Syamsudin Ch., dan Gauri Nasution. Sys Ns: Yesterday, Today dan Tomorrow. Jakarta: PT Gramedia Pustakan Utama, 2005. Hardjo, Seno M., dan Hilman, Denny MR. Sepuluh Tokoh Showbiz Musik Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991. Komunitas Pencinta Musik Indonesia. Musisiku. Jakarta: Penerbit Republika, 2007. Riswandi. Dasar-Dasar Penyiaran. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Sudibyo, Agus. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: Lkis, 2004. Tim Penyusun Direktorat Jenderal Radio Televisi Film. Radio, Televisi dan Film dalam Era 50 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: Departemen Penerangan RI, 1995. Surat kabar “Konsultasi Lewat Udara dan Tulisan: Daripada Dipendam Sendiri”, Kompas, 23 September 1984. “LCLR dan Nonstop Musical Show”, Kompas, 19 Desember 1982. “Lomba Cipta Lagu Prambors”. Kompas, 13 Februari 1978. “Lomba Cipta Lagu Remaja”, Kompas, 17 Januari 1979. “Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors 1988”, Kompas, 19 April 1988. “Main-main Jadi Sungguhan”. Kompas, 28 Oktober 1978. “Membangun Kontak Hangat Antarpribadi”. Kompas, 26 Juni 1983. “Nanu ‘Warkop Prambors’ Meninggal”, Kompas, 23 Maret 1983. “Pagelaran Dasa Tembang Tercantik”, Kompas, 26 Juni 1980. “Penyiar: Sebagian Atraksi Radio”. Kompas, 26 Juni 1983. “Radio, “Trendsetter” Kawula Muda”. Kompas, Minggu, 27 Agustus 2000. “Sepuluh Film Warkop: Letak Masalah Pada Sutradara dan Skenario”, Kompas, 19 Juni 1983.
“Warung Kopi Prambors: Yang Mereka Anggap Lucu Sering Tak Ada Reaksi”. Kompas, 19 Juni 1983. “Wawasan Nusantara, Lagu Tersayang LCLR 1980”, Kompas, 11 Januari 1981. Jurnal Ecip, S. Sinansari Ecip. “Regulasi Penyiaran di Indonesia”. Jurnal Dinamika Masyarakat, Vol. IV, No. 3, November 2005. Majalah Darsono, Budiono, dan Moebanoe Moera. “Tak Sudi Jadi Dewasa”. Tempo, 17 Desember 1988. Hendridewanto, Yusroni, dan Moebanoe Moera, Budiono Darsono. “Dari Puncak Stupa Borobudur”. Tempo, 17 Desember 1988. Moera, Moebanoe, dan Budiono Darsono. “Dia yang Boy Asli”. Tempo, Jakarta, 17 Desember 1988. Wijaya, Putu, dan Praginanto. “Wajah Sebagian BoyBoy Ibukota”. Tempo, 17 Desember 1988. Wijaya, Putu, dan Yusroni Hendridewanto. “Sebuah Catatan Buat si Boy”. Tempo, 17 Desember 1988. Tabloid “Dari Diskusi Tentang LCLR dan LPR: Penyanyi Kita Memang Suka Mengekor”, Monitor, 10 Januari 1990. “Di Radio Prambors Menebak Lagu Bisa Dapat Mobil Baru”. Monitor, 6 Juni 1989. “Masa Kecil James F. Sundah Sering Dipaksa-Paksa Orangtua”. Monitor, No. 135/III. 31 Mei-6 Juni 1989. Sambutan Presiden Soeharto. “Sambutan Presiden pada Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional VII Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia pada Tanggal 1 Desember 1992 di Istana Negara”. (Jakarta: Istana Negara, 1 Desember 1992). Internet http://www.pramborsfm.com/index.php?option=com_c ontent&view=article&id=256&Itemid=347 diunduh tanggal 12 Desember 2013, pukul 12.30 WIB. http://kbbi.web.id/kawula diunduh tanggal 19 Desember 2013 pukul 02.15 WIB. http://kamusjawa.info/?pilih=Jawakrama&hasil=wadya %20bala&Submit=Translate diunduh tanggal 19 Desember 2013, pukul 02.57 WIB. Wawancara Wawancara lisan dengan Imran Amir pada hari Senin, 16 Desember 2013, pukul 14.14 WIB. Berlokasi di kantor Masima Corporation Jalan Sungai Sambas III No. 12, Jakarta Selatan.
Radio Prambors..., Wahyu Ramadhan, FIB UI, 2014