HUBUNGAN PERAN ORANG TUA SEBAGAI FASILITATOR PEMBERIAN ASUPAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK PRA SEKOLAH TK/RA GUPPI 1 KALIJAMBE SRAGEN
Rizka Nurul Khasanah Program Strudi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT
Preschool children are those aged between 3-6 years old, which in this period the biological, psychosocial, cognitive and spiritual growths occur. The parental role is an important thing for preschool children, especially on their nutritional status. The purpose of this study is to find the correlation between parental role as a facilitator in providing food intake and nutritional status in preschool children at GUPPI 1 Kindergarten Kalijambe Sragen. This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The population in this study was parents and preschool children at GUPPI 1 kindergarten Kalijambe Sragen as many as 48 peoples, data sampling used total sampling technique, in which the number of samples was similar to population. The Z-score is an instrument that used child's bodyweight and age to measure the nutritional statuses in preschool children. The statistical analysis used chi-square test. The results of the statistical test obtained that χ2-value is 6.544 and p-value is 0.038, it can be concluded that there is a correlation between parental role as facilitator in providing food intake and nutritional status in preschool children at GUPPI 1 Kindergarten Kalijambe Sragen. The mothers should improve their knowledge and insights about nutrition for preschool children by seek information from health professionals and literatures so they knowing the benefits of balanced nutritional intake for optimal child nutrition fulfillment. Keywords: Parental role, facilitator, nutritional status, preschool children PENDAHULUAN Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif dan spiritual (Whaley dan Wong, 2005). Mereka biasanya mengikuti program prasekolah dan kinder-ganten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan - 5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak (Patmonodewo, 2008). Anak sehat atau normal inteligensinya dapat masuk sekolah biasa bahkan yang lambat belajarnya pun (slow learner) juga masuk sekolah biasa. Jika sejak usia prasekolah kesehatan anak terpelihara, maka dapat diharapkan dalam proses belajarnya juga berhasil. Faktor kesehatan ini berpengaruh pada keberhasilan belajar anak karena anak
dapat belajar dengan tenang, teratur, dan terus menerus (Santoso dan Ranti, 2009). Usia balita merupakan masa yang sangat menentukan hari depan anak. Kekurangan gizi pada saat ini akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, sehingga perlu perhatian khusus. Unsur gizi merupakan faktor yang penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan upaya perbaikan konsumsi pangan, baik kuantitas maupun kualitasnya (Istiany dan Rusilanti, 2013). Gangguan kesehatan pada anak usia prasekolah antara lain gangguan psikis seperti gangguan emosi, belajar, sosial, psikiatri dan khusus. Gangguan yang lain diantaranya gangguan sosial yang terjadi karena tidak adanya keseimbangan diri dengan lingkungan disekitarnya. Gangguan yang sering terjadi berikutnya adalah gangguan khusus yaitu gangguan yang bersifat organic dan umumnya
Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK / RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen
1
disebabkan oleh kebiasan. Gangguan psikiatri yang timbul akibat faktor psikososial yang dialami oleh anak misalnya gangguan dalam diri anak atau gangguan dalam interaksi sosial. Gangguan selanjutnya gangguan kurang atau kelebihan makanan (Santoso dan Ranti, 2009). Kesehatan yang baik tidak terjadi karena ada perubahan yang berupa kekurangan zat makanan tertentu atau berlebihan. Kekurangan zat makanan disebut defisiensi dan mengakibatkan tidak sehat bahkan sakit, kelebihan menyebabkan berbagai penyakit. Kekurangan umumnya mencakup protein dan karbohidrat serta vitamin dan mineral, sedangkan kelebihan umumnya berkaitan dengan konsumsi lemak, protein, dan gula. Umumnya menu yang berkaitan dengan kelebihan zat gizi adalah menu yang tinggi lemak, gula, protein, serta kurang serat (Santoso dan Ranti, 2009). Persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 5,35%. Persentase balita dengan gizi kurang tertinggi di Kota Tegal (50,98%) dan terendah di Kabupaten Kebumen (0,38%). Balita Gizi Buruk tahun 2011 berjumlah 3.187 (0,10%) menurun apabila dibandingkan tahun 2010 sejumlah 3.514 (0,18%). Demikian pula persentase Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan tahun 2011 sebesar 100% jauh lebih meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 93,28% (Dinkes Jateng, 2011) Status Gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi juga dinyatakan sebagai keadaan tubuh yang merupakan akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dengan 4 klasifikasi, yaitu status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2004). Konsumsi makanan seseorang berpengaruh terhadap status gizi orang tersebut. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara optimal. Sedangkan status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah yang berlebihan sehingga menimbulkan, efek toksis atau membahayakan (Istiany dan Rusilanti, 2013:5) 2
Secara garis besar, masalah gizi merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di samping kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap. Buah dari ketergangguan ini utamanya berupa penyakit kronis, berat badan lebih dan kurang, pica, karies dentis, serta alergi (Istiany dan Rusilanti, 2013). Satus gizi anak usia balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Indikator BB/U memberikan gambaran tentang status gizi yang sifatnya umum dan tidak spesifik. TB/U dinyatakan dalam tinggi badan normal, pendek dan sangat pendek. Indikator lain yang digunakan untuk menilai status gizi balita idalah BB/TB, yang menggambarkan status gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam jangka waktu pendek, seperti menurunnya nafsu makan akibat sakit atau karena menderita diare. Indikator BB/TB digunakan untuk menyatakan kurus, sangat kurus dan gemuk (Istiany & Rusilanti, 2013). Menurut Apriadji (2006), ada dua faktor yang berperan dalam menentukan status gizi seseorang yaitu faktor gizi internal dan eksternal. Faktor gizi internal adalah faktorfaktor yang menjadi dasar pemenuhan tingkat kebutuhan gizi seseorang, yaitu nilai cerna makanan, status kesehatan, status fisiologis, kegiatan, umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh. Faktor gizi eksternal adalah faktorfaktor yang berpengaruh di luar diri seseorang, yaitu daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan, pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga dan kebersihan lingkungan serta peran keluarga. Menurut Mubarak, dkk (2009), terdapat dua peran yang mempengaruhi oran tua yaitu peran formal dan peran informal. Peran informal orang tua bagi anak pra sekolah diantaranya sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Sebagai fasilitator, orang tua mampu membimbing, membantu, dan mengalokasikan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi anak pra sekolah. Upaya ini juga dapat berfungsi sebagai rehabilitatif maupun kuratif. Peran orang tua terhadap anak pra sekolah sebagai upaya rehabilitatif dan kuaratif antara lain membantu mencukupi kebutuhan makanan
Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK / RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen
hingga membantu memenuhi sumber-sumber makanan, (Maryam, dkk, 2008). Peran orang tua sangatlah penting bagi anak usia pra sekolah, terutama terhadap status gizi mereka. Adapun perannya adalah sebagai failitator. Anak-anak pra sekolah pada umumnya berperilaku makan yang tidak sehat dan mereka makan supaya tidak lapar. Tetapi pilihan makanan mereka masih berubah-ubah. Masa prasekolah ditandai dengan perkembangan sosial dan kognitif. Kelompok anak prasekolah (berusia antara 3-5 tahun) dan kelompok anak mulai bersekolah memiliki dua faktor yang sama, yaitu semakin mandiri dan mudah terpengaruh faktor luar orang tua. Kedua faktor ini bisa menyebabkan mereka kekurangan gizi. Oleh karena itu, peran orang tua sebagai fasilitator kebutuhan anak berupa makanan yang bergizi sangat menentukan perkembangan mereka (anak prasekolah ) (Promise Gold,2006). Penelitian Lubis (2008) tentang hubungan pola asuh ibu dengan status gizi anak balita menunjukkan ada hubungan pola asuh ibu dengan status gizi anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat dengan nilai p value 0,000 (α = 0,05). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen diperoleh jumlah siswa untuk TK A sebanyak 21 siswa dan TK B sebanyak 27 siswa. Hasil pengukuran status gizi dengan melakukan penimbangan berat badan dan wawancara dengan wali murid yang menunggu anaknya disekolah, dari 10 siswa yang diukur diperoleh 6 siswa dengan status gisi kurus dimana 4 anak dengan orang tua yang menyediakan sayuran dan buah setiap hari dan 2 anak dengan orang tua yang tidak menyediakan sayuran dan buah setiap hari. Diperoleh pula 4 anak dengan status gizi normal dimana 2 anak dengan orang tua yang menyediakan telur, sayuran dan buah setiap hari dan 2 anak dengan orang tua yang tidak menyediakan telur, sayuran dan buah setiap hari. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden dengan status gizi yang kurang sementara orang tua mereka mempunyai peran yang baik sebagai fasilitator pemberian asupan makanan. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang, “Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan
dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen”. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dengan status gizi pada anak prasekolah. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan cross sectional. Metode cross sectional dalam penelitian ini variabel sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian di ukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Variabel dalam penelitian ini yaitu peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dan status gizi diukur dalam waktu yang bersamaan. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dan anak prasekolah di TK/RA GUPPI Kalijambe Sragen yaitu sebanyak 48 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari obyek yang diteliti atau wakil populasi yang diteliti. Jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 1000 orang, maka bisa diambil 10 – 15 % dari jumlah populasinya Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara total sampling. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Adapun kriteria untuk menentukan layak atau tidaknya sampel sesuai dengan tujuan penelitian digunakan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu: 1) Ibu yang memiliki anak usia prasekolah berusia 4 – 6 tahun di TK RA Guppi 1 Kalijambe, 2) Anak Prasekolah yang tinggal satu rumah bersama dengan orang tua atau ibu, 3) Ibu yang bisa membaca dan menulis, 4) Anak tidak mengalami gangguan
Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK / RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen
3
retardasi mental, 5) Ibu yang bersedia dijadikan responden. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: 1) Anak yang sedang sakit, 2) Orang tua yang sedang sakit sehingga tidak dapat berpartisipasi dalam penelitian, 3) Orang tua yang menolak untuk dijadikan responden pada saat penelitian, 4) Anak yatim piatu Pengumpulan Data Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel dalam rangka mengumpulkan data instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Upaya untuk mendapatkan data yang relevan dengan masalah yang diteliti maka diperlukan alat pengumpulan data atau instrumen yang tepat. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan standar baku status gizi WHONCHS yang digunakan untuk menentukan status gizi dalam empat kategori yaitu kategori gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Selain itu, juga digunakan kuesioner untuk mengetahui peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan. Kuesioner ini dibagi menjadi beberapa bagian, bagian A berisi karakteristik balita, bagian B berisi data status gizi balita yang diperoleh dari KMS yaitu berat badan balita, bagian C berisi pertanyaan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan. Analisis Data Analisis univariat dan bivariat digunakan dalam penelitian ini. Analisis univariat dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi setiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan cara membuat tabel frekuensi dari masing-masing variabel. Analisis univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi. Adapun variabel yang di analisis dalam penelitian ini adalah gambaran peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dan status gizi. Analisis bivariat pada penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dengan status gizi. Analisis data dilakukan dengan chi-square melalui bantuan program komputer. Bila data yang diambil dari kedua variabel (variabel dependent dan independent) adalah kategorik, maka uji statistik yang digunakan adalah chi-square 4
untuk membuktikan hipotesis, tetapi tidak memberikan informasi apapun tentang kekuatan hubungan kedua variabel tersebut. Analisis univariat dan bivariat dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan program pengolahan data Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 17.0. Rumus menghitung chi-square adalah sebagai berikut:
x2
f 0 f h 2 fh
Keterangan : χ2 : chi square f0 : Frekuensi yang diobservasi fh : Frekuensi yang diharapkan Ketentuan menentukan hubungan antar variabel sebagai berikut bila χ2 hitung sama atau lebih besar dari χ2 tabel maka H0 ditolak dan bila nilai χ2 hitung lebih kecil dari nilai χ2 tabel, maka H0 diterima. Tingkat kemaknaan hubungan yang digunakan adalah 0,05 (5%). Dikatakan ada hubungan apabila nilai p ≤ α, sebaliknya jika p > α maka diputuskan tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Gambaran Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan pada Anak Prasekolah Tabel 1 Distribusi Frekuensi Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan pada Anak Prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen Peran Orang Frekuensi Persentase Tua (n) (%) Kurang 13 27,1 Cukup 24 50,0 Baik 11 22,9 Jumlah 48 100,0 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 24 orang (50,0%).
Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK / RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen
Gambaran Status Gizi pada Anak Prasekolah Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen Frekuensi Persentase Status Gizi (n) (%) Kurang baik 22 46,0 Baik 26 54,0 Jumlah 48 100,0
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa status gizi pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen dalam kategori kurang baik 22 orang (46%)dan baik masing-masing sebanyak 26 orang (54,0%).
Analisis Bivariat Tabel 3 Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen Status Gizi Peran Kurang baik Baik Total χ2 p-value Orangtua f % F % f % Kurang 7 69,2 4 30,8 11 100,0 6,544 0,038 Cukup 13 54,2 11 45,8 24 100,0 Baik 2 18,2 11 81,8 13 100,0 Jumlah 22 50,0 26 50,0 48 100,0 Berdasarkan hasil analisis hubungan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dengan status gizi pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen diperoleh hasil, responden yang dengan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dalam kategori kurang baik sebanyak 13 orang dimana sebagian besar mereka mempunyai status gizi kategori kurang baik yaitu 7 orang (69,2%) lebih banyak dari pada yang mempunyai status gizi kategori baik yaitu 4 orang (30,8%). Responden yang dengan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dalam kategori cukup baik sebanyak 24 orang dimana sebagian besar mereka mempunyai status gizi kategori kurang baik yaitu 13 orang (54,2%) lebih banyak dari pada yang mempunyai status gizi kategori baik yaitu 11 orang (45,8%). Responden yang dengan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dalam kategori baik sebanyak 11 orang dimana sebagian besar mereka mempunyai status gizi kategori baik yaitu 9 orang (81,8%) lebih banyak dari pada yang mempunyai status gizi kategori kurang baik yaitu 2 orang (18,2%). Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2 sebesar 6,544 dan nilai p value sebesar 0,038 maka dapat disimpulkan ada hubungan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dengan status gizi pada anak
prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen. Artinya jika peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan baik maka status gizi pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen juga baik. PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan pada Anak Prasekolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen dalam kategori kurang sebanyak 13 orang (27,1%). Responden mempunyai peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan pada anak prasekolah kategori kurang ditunjukkan dengan perilaku mereka yang kurang dalam membimbing anak dalam menentukan jumlah makanan yang konsumsi (63,9%). Mereka memberikan makanan tidak sesuai dengan kebutuhan asupan makanan yang dibuthkan, di mana cenderung memberikan makanan sesuai dengan kehendak anak. Orang tua kurang membimbing jenis makanan yang dikonsumsi anak (63,9%). Mereka tidak mengendalikan jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak terutama ketika
Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK / RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen
5
dilingkungan sekolah. Mereka mengkonsumsi makanan sesuai dengan keinginan anak atau sekedar mengikuti teman yang jajan sembarangan. Peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dalam kategori kurang salah satunya disebabkan oleh faktor kelas sosial orang tua. Pekerjaan orang tua anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen sebagian besar adalah pekerja swasta, dimana mereka bekerja di sector industry sebagai karyawan pabrik atau perusahaan kecil. Sebagai seorang karyawan pendapatan yang mereka terima terbatas karena ditentukan oleh pemerintah daerah yang sering dinamakan upah minimal regional. Sementara upah yang diterima tidak seimbangan dengan kenaikkan harga kebutuhan pokok, sehingga mereka tidak mempuyai pilihan dalan menentukan makanan yang dikonsumsi oleh anak mereka. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan peran mereka dalam memenuhi kebutuhan anak menjadi kurang baik. Kelas sosial ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial akan mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan sehingga yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya (Notoatmodjo, 2003). Keluarga dengan status ekonomi kurang, peran orang tua merupakan hal paling penting dari sang Ibu, di mana Ibu lebih jauh bersifat tradisional dalam pandangannya terhadap pengasuhan anak dengan suatu penekanan yang lebih besar pada kehormatan, kepatuhan, kebersihan, dan disiplin bila dibandingkan dengan keluarga menengah keatas yang lebih menitik beratkan pada pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan kemandirian prinsip perkembangan dan psikologi dengan orang tua dan anak (Friedman, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen dalam kategori cukup sebanyak 24 orang (50,0%). Peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dalam kategori cukup ditunjukkan dengan peran mereka dalam membimbing anak ketika makan (65,3%). 6
Orang tua mau membimbing anak ketika makan yang ditunjukkan menyuapi anak ketika makan atau mendampingi anak ketika makan. Mereka memilihkan lauk yang dikonsumsi yang disesuaikan dengan kebutuhan merka. Orang tua memenuhi jumlah protein bagi anak (65,3%). Mereka selalu menyediakan lauk yang mengandung protein baik nabati maupun hewani setiap harinya yang diberikan berselingan setiap harinya. Peran orang tua dalam ketegori cukup baik tersebut didukung oleh faktor bentuk keluarga Keberadaan orang tua di rumah setiap harinya akan menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi anak. Mereka merasa mendapat perhatian dalam pemenuhan kebutuhan makan mereka. Mereka dapat mengajak orang tua untuk berdiskusi mengenai berbagai hal termasuk pemenuhan gizi anak dengan memberi kesempatan kepada anak menentukan menu yang akan dikonsumsi pada hari berikutnya. Keluarga dengan orang tua lengkap yaitu dengan adanya ayah dan Ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga terutama anak, dimana anggota keluarga dengan adanya ayah dan ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman dalam mengembangkan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan social dibandingkan dengan keluarga dengan orang tua tunggal yang hanya mengenal salah satu sosok orang tua sehingga anggota keluarga atau anak mengalami kesulitan mencari identitas diri (Friedman, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen dalam kategori baik sebanyak 11 orang (22,9%). Responden mempunyai peran sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dengan kategori baik di mana orang tua membantu anak menentukan menu makanan setiap hari (66,7%). Mereka menawarkan jenis makan yang akan dikonsumsi pada hari berikutnya. Orang tua juga terus memberikan variasi menu bagi anak agar mereka tidak bosan dengan menu yang dikonsumsi setiap harinya. Orangtua juga memenuhi banyaknya makanan bagi anak (68,1%). Mereka memenuhi kebutuhan makanan bagi anak sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Mereka juga menawarkan jumlah makanan yang akan dikonsumsi oleh anak sebelum mereka makan.
Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK / RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen
Peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan pada anak prasekolah dalam kategori baik tersebut di dukung oleh faktor peristiwa situasional khususnya masalah kesehatan. Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan keluarga dengan pengaruh sehat-sakit terhadap peran keluarga. Peran sentral ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama, pendidik, konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga (Friedman, 2008). Gambaran Status Gizi pada Anak Prasekolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen dalam kategori kurang baik sebanyak 24 orang (50,0%). Anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen dengan status gizi dalam kategori kurang baik terjadi pada anak usia 48 bulan dengan berat badan 11,5 kg yaitu sebanyak 4 anak, anak usia 52 bulan dengan berat badan 12 kg yaitu sebanyak 4 anak, anak usia 56 bulan dengan berat badan 12 kg yaitu sebanyak 3 anak dan berat badan 14 kg sebanyak 3 kg. Hal tersebut disebabkan oleh besarnya keluarga. Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makanan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut (Suhardjo, 2003). Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Sebab seandainya besar keluarga bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian anak-anak yang muda mungkin tidak diberi cukup makan (Suhardjo, 2003). Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga sangat penting untuk mencapai gizi yang baik. Pangan harus
dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap orang dalam keluarga. Anak, wanita hamil dan menyusui harus memperoleh sebagian besar pangan yang kaya akan protein. Semua anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan perorangan, harus mendapat bagian energi, protein dan zat-zat gizi lain yang cukup setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Suhardjo et.,al, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen dalam kategori baik sebanyak 24 orang (50,0%). Anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen dengan status gizi dalam kategori baik terjadi pada anak usia 48 bulan dengan berat badan 18 kg yaitu sebanyak 4 anak, anak usia 59 bulan dengan berat badan 16 kg yaitu sebanyak6 anak. Hal tersebut disebabkan oleh pendapatan keluarga Dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya dengan gaji,upah, serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu (Sumardi, 2008). Menurut Badan Pusat Statistik sesuai dengan konsep dan definisi (2009) pengertian pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatandan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota RumahTangga Ekonomi (ARTE). Sedangkan menurut Sumardi (2008), pendapatan adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Umumnya, jika pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung ikut membaik juga (Suhardjo, 2006). Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang akan dibeli dengan adanya tambahan uang. Semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur dan berbagai jenis bahan pangan lainnya. Jadi penghasilan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas.Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain yang mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlawanan hampir universal (Sediaoetama, 2005). Ahli ekonomi berpendapat bahwa dengan perbaikan taraf ekonomi maka tingkat gizi pendukung akan meningkat. Namun ahli gizi
Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK / RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen
7
dapat menerima dengan catatan, bila hanya faktor ekonomi saja yang merupakan penentu status gizi. Kenyataannya masalah gizi bersifat multikompleks karena tidak hanya factor ekonomi yang berperan tetapi faktor-faktor lain ikut menentukan. Oleh karena itu perbaikan gizi dapat dianggap sebagai alat maupun sebagai sasaran daripada pembangunan (Suhardjo, 2003). Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah Hasil penelitian menunjukkan responden yang dengan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dalam kategori kurang baik sebanyak 13 orang dimana sebagian besar mereka mempunyai status gizi kategori kurang baik yaitu 9 orang (69,2%) lebih banyak dari pada yang mempunyai status gizi kategori baik yaitu 4 orang (30,8%). Peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan pada anak prasekolah kategori kurang dimana mereka yang kurang dalam membimbing anak dalam menentukan jumlah makanan yang konsumsi. Mereka memberikan makanan tidak sesuai dengan kebutuhan asupan makanan yang dibuthkan, di mana cenderung memberikan makanan sesuai dengan kehendak anak. Hal tersebut menyebabkan seorang anak usia 56 bulan berat badannya hanya 12 kg dan seorang anak usia 56 bulan berat badannya hanya 14 kg. hal tersebut disebabkan oleh besarnya keluarga. Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makanan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut (Suhardjo, 2003). Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Sebab seandainya besar keluarga bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda 8
memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua. Dengan demikian anak-anak yang muda mungkin tidak diberi cukup makan (Suhardjo, 2003). Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga sangat penting untuk mencapai gizi yang baik. Pangan harus dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap orang dalam keluarga. Anak, wanita hamil dan menyusui harus memperoleh sebagian besar pangan yang kaya akan protein. Semua anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan perorangan, harus mendapat bagian energi, protein dan zat-zat gizi lain yang cukup setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Suhardjo et.,al, 2006). Hasil penelitian menunjukkan responden yang dengan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dalam kategori cukup baik sebanyak 24 orang dimana sebagian besar mereka mempunyai status gizi kategori kurang baik yaitu 13 orang (54,2%) lebih banyak dari pada yang mempunyai status gizi kategori baik yaitu 11 orang (45,8%). Peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dalam kategori cukup ditunjukkan dengan peran mereka dalam membimbing anak ketika makan. Orang tua mau membimbing anak ketika makan yang ditunjukkan menyuapi anak ketika makan atau mendampingi anak ketika makan. Mereka memilihkan lauk yang dikonsumsi yang disesuaikan dengan kebutuhan merka. Hal tersebut menyebabkan anak usia 48 bulan berat badannya 11,5 kg sebanyak 4 anak dan anak usia 59 bulan berat badannya 12 kg sebanyak 4 anak. Hal tersebut didukung oleh asupan makanan atau pola konsumsi makan. Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat asupan makanan. Asupan akanan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Jika susunan hidangannya memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang baik (Sediaoetama, 2006). Hasil penelitian menunjukkan responden yang dengan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dalam kategori baik sebanyak 11 orang dimana sebagian besar mereka mempunyai status gizi kategori baik yaitu 9 orang (81,8%) lebih banyak dari pada yang mempunyai status gizi kategori kurang baik yaitu 2 orang (18,2%). Hal tersebtu
Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK / RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen
didukung oleh factor pengetahuan ibu yang baik tentang status gizi pada anak. Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak pengetahuan gizi seseorang, maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Sediaoetama, 2006). Semakin bertambah pengetahuan ibu maka seorang ibu akan semakin mengerti jenis dan jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk pada anak balitanya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gangguan gizi pada keluarga (Suhardjo, 2006). Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap Negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi, penyebab lain yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang dan mengetahui kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003). Hasil uji statistik dengan analisis chi square didapatkan nilai χ2 sebesar 6,544 dan nilai p value sebesar 0,038 maka dapat disimpulkan ada hubungan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dengan status gizi pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen. Artinya jika peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan baik maka status gizi pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen juga baik. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam orang tua didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam orang tua, kelompok dan masyarakat. Peran orang tua sangatlah penting bagi anak usia pra sekolah, terutama terhadap status gizi mereka. Adapun perannya adalah sebagai pendidik dan penyedia. Anakanak pra sekolah pada umumnya berperilaku makan yang tidak sehat dan mereka makan supaya tidak lapar. Tetapi pilihan makanan mereka masih berubah-ubah. Tetapi pada kenyataannya masih banyak orang tua kurang memperhatikan status gizi anak,khususnya
pada orang tua yang sibuk bekerja di luar.mereka hanya memberikan uang saku tanpa membekali makanan yang bergizi dari rumah (Thamrin dan Nurhalijah, 2005). Mereka terpengaruh iklan makanan dan makanan ringan yang kelihatan menarik tetapi miskin gizi. Mereka makin sering makan di luar,karena itu orang tua harus lebih memperhatikan gizi anak dan memberikan gizi yang seimbang dan tidak membiasakan anak jajanan di luar (Thamrin dan Nurhalijah, 2005). Masa prasekolah ditandai dengan perkembangan sosial dan kognitif. Kelompok anak prasekolah (berusia antara 3-6 tahun) dan kelompok anak mulai bersekolah memiliki dua faktor yang sama, yaitu semakin mandiri dan mudah terpengaruh faktor luar orang tua. Kedua faktor ini bisa menyebabkan mereka kekurangan gizi. Oleh karena itu, peran orang tua sebagai fasilitator kebutuhan anak berupa makanan yang bergizi sangat menentukan perkembangan mereka (anak prasekolah ) (Thamrin dan Nurhalijah, 2005). Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat di tempuh dengan penyajian hidangan yang bervariasi dan dikombinasi, ketersediaan pangan, macam serta jenis bahan makanan mutlak diperlukan untuk mendukung usaha tersebut. Disamping itu jumlah bahan makanan yang dikonsumsi juga menjamin tercukupinnya kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Supariasa, dkk, 2004). Besar kecilnya konsumsi kalori atau energi selama masa pertumbuhan awal, yaitu sewaktu sel-sel berbagai alat tubuh yang sedang giat-giatnya melakukan pembelahan, dapat memengaruhi bahkan mengubah laju pembelahan sel tersebut, akibatnya suatu alat tubuh dapat mempunyai sel-sel yang lebih sedikit atau lebih banyak dari pada yang diharapkan terjadi secara normal (Winarno, 2007). Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak lepas dari adanya keterbatasan – keterbatasan menurut teori yaitu faktor – faktor yang mempengaruhi asupan makanan sehingga dimungkinkan hasil penelitian ini di pengaruhi oleh konsumen aktif
Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK / RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen
9
artinya pada usia 3 - 6 tahun makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya, status kesehatan anak dan tingkat ekonomi keluarga sehingga dimungkinkan hasil penelitian ini dipengaruhi oleh faktor – faktor tersebut. Peneliti tidak dapat mengendalikan faktor lain yang mempengaruhi asupan makanan anak secara keseluruhan sehingga secara tidak langsung mempengaruhi hasil penelitian. KESIMPULAN Peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 24 orang (50,0%), kategori baik yaitu sebanyak 11 orang (22,9 %) dan kurang yaitu sebanyak 13 (27,1 %) . Status gizi pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen dalam kategori kurang baik dan baik masing-masing sebanyak 24 orang (50,0%). Ada hubungan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dengan status gizi pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen, p value sebesar 0,038. SARAN Anak pra sekolah usia 3-6 tahun, khususnya di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen hendaknya menjaga pola makan terutama ketika mengkonsumsi jajan sebagai antisipasi masalah gizi dapat ditangani sedini mungkin agar tidak berdapak terhadap aktifitas anak. Bagi ibu yang memiliki anak prasekolah, hendaknya menambah pengetahuan, pemahaman, dan wawasan mengenai gizi bagi anak prasekolah dengan aktif menggali informasi baik dari tenaga kesehatan maupun literature-literatur sehingga mengetahui manfaat pemberian gizi seimbang untuk pemenuhan gizi optimal anak. Bagi sekolah dan guru TK, hendaknya lebih aktif memberikan data informasi tentang status gizi pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen kepada orang tua. Selain itu menambah atau menyisipkan materi
10
gizi pada anak prasekolah sehingga mereka memahami masalah gizi sejak usia dini. Bagi praktisi kesehatan, hendaknya lebih aktif dan memperdalam memberikan pendidikan atau promosi di bidang kesehatan kepada ibu-ibu tentang gizi seimbang, sehingga ibu-ibu dapat meningkatkan perilaku mereka dalam pemenuhan gizi untuk anaknya. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya lebih dapat mengendalikan factor lain yang mempengaruhi penelitian ini dengan menambahkan variabel independennya misalnya pendapatan orangtua sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, 2004. Prinsip dasar ilmu gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Apriadji, 2006. Gizi keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya Arikunto, 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dinkes Jateng, 2011. Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011. Semarang Friedman, 2008. Keperawatan keluarga teori dan praktik. edisi 3. Jakarta : EGC Harmoko, 2012. Asuhan keperawatan keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Istian, Ari dan Rusilanti, 2013. Gizi terapan. Bandung : Remaja Rosdakarya Offset Kardjati et.,al,2006. Aspek kesehatan dan gizi anak balita. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Kartasapoetra dan Marsetyo, 2001. Ilmu gizi (korelasi gizi, kesehatan dan. produktivitas kerja). Jakarta : Rineka Cipta. Lubis, Ely, S., 2006. Hubungan kecukupan konsumsi seng (zink) dengan pertumbuhan anak balita di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Maryam, dkk, 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika Moehji, 2005. Pemeliharaan gizi bayi dan balita. Jakarta: Bharata.
Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK / RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen
Mubarak, dkk, 2009. Buku ajar kebutuhan manusia : teori dan aplikasi. praktik. Jakarta : EGC Muhlisin, 2012. Keperawatan keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing Notoatmodjo, 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional 1999/ 2000, Jakarta. Soetjiningsih, 2004. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta : EGC Sophia R. 2010. Penyelenggaraan Makanan Ditinjau Dari Konsumsi Energi Protein Dan Pengaruhnya Terhadap Status Gizi Santri Putri Usia 10-18 Tahun (Karya Tulis Ilmiah). Semarang: Universitas Diponegoro.
Patmonodewo, 2008. Pendidikan anak usia prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Sediaoetama. 2005. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi di Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat
Pudjiadi, 2003.Ilmu gizi klinis pada anak, edisi ke-4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penerbit: Gaya Baru, Jakarta.
Sugiyono, 2007. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Santoso, Soegeng dan Ranti, Annel, S., 2009. Kesehatan dan gizi. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Sediaoetama, 2005. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.
Suhardjo, 2006. Berbagai cara pendidikan gizi. Jakarta : Bumi Aksara. Supariasa , I.D.N., Bakri, B, dan Fajar, I., 2004. Penilaian status gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Setiadi, 2008. Keperawatan keluarga. Jakarta : EGC.
Thamrin dan Nurhalijah, 2005. Peran orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar anak, Jakarta: BPK Agung Mulia
Soekirman, 2006. Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Winarno, 2007. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hubungan Peran Orang Tua sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan dengan Status Gizi pada Anak Prasekolah di TK / RA GUPPI 1 Kalijambe Sragen
11