TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG PADA KEGIATAN PENGADAAN SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR
R. PRATAMA PRABAWAPUTRA C44104053
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG PADA KEGIATAN PENGADAAN SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR
R. PRATAMA PRABAWAPUTRA C44104053
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
SKRIPSI Judul Skripsi : Tingkat Partisipasi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung pada Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Nama : R. Pratama Prabawaputra NRP : C44104053
Disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Anna Fatchiya, M.Si NIP. 132 173 579
Ir. Gatot Yulianto, M.Si NIP. 131 999 589
Diketahui Wakil Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Sc. NIP. 131 953 476
Tanggal lulus :
SKRIPSI Judul Skripsi : Tingkat Partisipasi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung pada Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Nama : R. Pratama Prabawaputra NRP : C44104053
Disetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Anna Fatchiya, M.Si NIP. 132 173 579
Ir. Gatot Yulianto, M.Si NIP. 131 999 589
Diketahui Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 131 578 799
Tanggal lulus :
ABSTRAK R. PRATAMA PRABAWAPUTRA, 2009. Tingkat Partisipasi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung pada Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Dibawah bimbingan ANNA FATCHIYA dan GATOT YULIANTO. Partisipasi dalam kegiatan merupakan faktor penting untuk menjamin potensi keberlanjutan suatu program. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung pada Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan tersebut. Data dikumpulkan melalui metode survai dan dianalisis menggunakan uji korelasi peringkat Spearman dan uji Chi-Square untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung pada Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan tergolong rendah. Faktor internal yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam kegiatan Pengadaaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan adalah lama tinggal dan jenis pekerjaan. Sedangkan umur, lama pendidikan formal, pendapatan, banyaknya tanggungan keluarga, dan pengetahuan terhadap kegiatan tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi. Untuk faktor eksternal yaitu himbauan tokoh masyarakat, iuran sampah, dan fasilitas pengelolaan sampah tidak ada yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat.
Kata kunci : Partisipasi, Sungai Ciliwung, Kegiatan Lingkungan
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG PADA KEGIATAN PENGADAAN SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, KECAMATAN BOGOR TENGAH, KOTA BOGOR. adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2009
R. Pratama Prabawaputra C44104053
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 24 September 1987 dari Ayahanda Drh. R. P . Agus Lelana, Sp.MP, M.Si dan Ibunda Ir. Itasia Dina Sulvianti, M.Si. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh adalah SD Bina Insani Bogor pada tahun 1993 – 1999, SLTP Negeri 4 Bogor pada tahun 1999 – 2002, Program Akselerasi (kelas percepatan) SMU Negeri 3 Bogor pada tahun 2002 – 2004, dan pada tahun 2004 penulis diterima masuk di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) dan diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama melakukan studinya penulis aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan diantaranya Unit Kegiatan Mahasiswa Music Agriculture X-Pression!! (MAX!!) IPB tahun 2004 sampai sekarang dan menjadi General Manager pada tahun 2007 - 2008, Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan sebagai Public Relation dan anggota Divisi Eksternal pada tahun 2006 – 2007, Ketua Bidang PTKP Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Perikanan pada tahun 2007 – 2008, delegasi IPB pada “Dialog Antar Umat Beragama” yang diselenggarakan oleh Interfaith Dialouge Forum pada tahun 2008, anggota di Satuan Aksi Mahasiswa dan Pelajar Pemuda Pancasila (SAPMA PP) Kota Bogor pada tahun 2007 sampai sekarang. Penulis juga mendapatkan beberapa penghargaan dan prestasi diantaranya Piagam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai Penggagas dan Penyelenggara RAMPAK GITAR melalui UKM MAX!! IPB pada tahun 2006, Duta Seni dan Budaya Indonesia dalam The 2008 Indonesian Arts and Culture Scholarship oleh Departemen Luar Negeri Republik Indonesia pada tahun 2008, dan Mahasiswa Berprestasi 2008 oleh Rektor Institut Pertanian Bogor. Penulis juga pernah bekerja sebagai Marketing and Promotion di Cosmo Café Bogor pada tahun 2005 – 2006, Staf Pengajar SMK Wikrama Bogor pada tahun 2007 sampai sekarang, penulis menjadi President Director kelompok usaha entry data, teknologi informasi, dan web
“Patra Indonesia” pada tahun 2008 dan juga staf di MYT Event Organizer sampai sekarang. Selain kegiatan akademis dan organisasi penulis juga aktif berkecimpung di dunia kesenian. Penulis tergabung dalam grup band “abs3fussion” yang dirintisnya sejak di SMU sebagai keyboard player dan pianis. Pada tahun 2008 penulis melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Partisipasi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung terhadap Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor”. Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis dibimbing oleh Ir. Anna Fatchiya, M.Si dan Ir. Gatot Yulianto, M.Si.
KATA PENGANTAR Ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Partisipasi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung pada Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dalam menyelesaikan skripsinya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ir. Anna Fatchiya, M.Si dan Ir. Gatot Yulianto, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Kepala dan staf Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor dan Pejabat di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor. 3. Ayahanda Drh. R. P. Agus Lelana, Sp.MP, M.Si dan Ibunda Ir. Itasia Dina Sulvianti, M.Si, adik-adik Mutia Prawitasari, Sutera Pramitaratri, Ramadhan Agung Karyuto, Lik Ti dan seluruh keluarga besar tercinta. 4. Marsya Febrina untuk bantuan, semangat, dan keceriaannya selama ini. 5. Sahabat-sahabat di abs3fussion (Koing, Maul, Beru, Kura, Lala, Intan, Jodi, dan Lingga) beserta groupies-nya yang selalu ada dalam suka dan duka. 6. Rekan-rekan seperjuangan SEI 41 IPB yang penulis sangat banggakan. 7. Sahabat, abang dan teteh, serta adik-adik di MAX!! yang tak akan terganti dan telah banyak memberikan pelajaran hidup bagi penulis. 8. Teman-teman di MYT dan Tim Relawan SDA sebagai tempat memperoleh nafkah selama ini. 9. Keluarga besar SMK Wikrama Bogor, HMI, dan SAPMA PP
10. Rekan-rekan di DEPLU RI dan The Big Family of Indonesian Arts and Culture Scholarship 2008. 11. Semua pihak dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini dan mengisi hari-hari penulis selama menempuh studi di Institut Pertanian Bogor. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan.
Bogor, Mei 2009
R. Pratama Prabawaputra
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vii I.
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1.1. Latar Belakang ………………………………………………………… 1.2. Perumusan Masalah …………………………………………………… 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………...
1 1 2 3
II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5 2.1. Sungai Ciliwung dan Komponen Pendukungnya ................................... 5 2.2. Partisipasi ................................................................................................ 7 2.2.1. Pengertian Partisipasi ...................................................................... 7 2.2.2. Tipologi Partisipasi ......................................................................... 8 2.2.3. Peranan Partisipasi Masyarakat....................................................... 9 2.2.4. Bentuk Kegiatan Partisipasi ........................................................... 10 2.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ............................... 12 2.2.6. Manfaat Partisipasi dalam Pembangunan ....................................... 12 2.3. Sampah ................................................................................................... 13
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ....................................................... 15 IV. METODOLOGI ............................................................................................ 17 4.1. Metode Penelitian ................................................................................... 17 4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 17 4.3. Populasi dan Contoh ............................................................................... 17 4.4. Analisis Data ........................................................................................... 18 4.5. Definisi Operasional dan Pengukurannya................................................ 20 4.6. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 23 V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 24 5.1. Keadaan Umum Kelurahan Babakan Pasar ............................................ 24 5.1.1. Letak dan Kondisi Geografis ..................................................... 24 5.1.1.1. Kondisi Wilayah .............................................................. 24 5.1.1.2. Kondisi Geografis ............................................................ 25 5.1.2. Kependudukan ........................................................................... 25 5.1.2.1.Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin ............................................................. 25 5.1.2.2.Komposisi Penduduk Berdasarakan Tingkat Pendidikan Menurut Rata-rata Lama Sekolah .................. 26 5.1.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...... 27
Halaman
5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
5.6.
5.1.3. Sarana dan Prasarana Transportasi ............................................. 27 5.1.4. Peribadatan ................................................................................. 28 5.1.5. Sarana Kesehatan ....................................................................... 28 5.1.6. Sarana Pendidikan ..................................................................... 28 5.1.7. Sarana Ekonomi ......................................................................... 29 Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor ................. 29 Faktor Internal Responden ..................................................................... 31 5.3.1. Umur .......................................................................................... 31 5.3.2. Lama Tinggal ............................................................................. 32 5.3.3. Tingkat Pendidikan .................................................................... 33 5.3.4. Jumlah Pendapatan Rumah Tangga ........................................... 33 5.3.5. Banyaknya Tanggungan Keluarga ............................................. 35 5.3.6. Jenis Pekerjaan ........................................................................... 35 Faktor Eksternal Responden .................................................................. 37 5.4.1. Peran Tokoh Masyarakat ........................................................... 37 5.4.2. Iuran Pengangkutan Sampah ..................................................... 38 5.4.3. Fasilitas Pengelolaan Sampah ................................................... 39 Partisipasi Responden ............................................................................ 40 5.5.1. Partisipasi Responden dalam Perencanaan dan Pengambilan Keputusan ............................................................ 41 5.5.1.1. Kehadiran Rapat Perencanaan ..................................... 41 5.5.1.2. Keaktifan Menyampaikan Pendapat ............................ 42 5.5.1.3. Keaktifan Mengajukan Pertanyaan .............................. 43 5.5.1.4. Pengambilan Keputusan Mengenai Peletakan Tong Sampah Bantuan DLHK .................................... 44 5.5.2. Partisipasi Responden dalam Pelaksanaan Kegiatan ................. 45 5.5.2.1. Pemberian Bantuan terhadap Pelaksanaan Peletakan Bantuan Tong Sampah ................................... 45 5.5.2.2. Pembuatan Lubang Resapan Biopori .............................. 46 5.5.2.3. Pengolahan Sampah menjadi Barang Bernilai Ekonomis ........................................................... 47 5.5.3. Partisipasi Responden dalam Pemantauan dan Evaluasi ............ 48 5.5.4. Partisipasi Responden dalam Pemanfaatan dan Pemeliharaan ....................................................................... 49 5.5.4.1. Pemanfaatan Fasilitas Hasil Kegiatan .......................... 49 5.5.4.2. Pemeliharan Fasilitas Hasil Kegiatan .......................... 50 5.5.4.3. Memilah Sampah Organik dan Anorganik .................. 50 5.5.4.4. Partisipasi Responden dalam Menjaga Kebersihan Sungai Ciliwung ........................................................... 51 Tingkat Partisipasi Responden pada Kegiatan Pengadaan Sarana Prasana Pencegahan Pencemaran Lingkungan........................... 52
Halaman 5.7. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Internal Responden ....... 54 5.7.1. Umur .......................................................................................... 55 5.7.2. Lama Tinggal ............................................................................. 56 5.7.3. Tingkat Pendidikan .................................................................... 58 5.7.4. Jumlah Pendapatan Rumah Tangga ........................................... 59 5.7.5. Banyaknya Tanggungan Keluarga ............................................. 60 5.7.6. Jenis Pekerjaan ........................................................................... 62 5.8. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Eksternal Responden ..... 63 5.8.1. Peran Tokoh Masyarakat ........................................................... 63 5.8.2. Iuran Pengangkutan Sampah ..................................................... 64 5.8.3. Fasilitas Pengelolaan Sampah .................................................... 66 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 67 6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 67 6.2 Saran ...................................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 69 LAMPIRAN ............................................................................................................. 71
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Banyaknya RW, Banyaknya RT dan Luas Wilayah Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008 ........................................................... 24
2.
Komposisi Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008 ....................................................................................... 25
3.
Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan menurut Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2008 ............................................... 26
4.
Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2008 ..................................................................................................... 27
5.
Keragaan Umur Kepala Keluarga Responden di Kelurahan Babakan Pasar .. 31
6.
Lama Tinggal Responden di Kelurahan Babakan Pasar ................................. 32
7.
Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Babakan Pasar ........................ 33
8.
Keragaan Pendapatan Rumah Tangga Responden di Kelurahan Babakan Pasar ........................................................................... 34
9.
Keragaan Banyaknya Tanggungan Keluarga Responden di Kelurahan Babakan Pasar ........................................................................... 35
10.
Keragaan Jenis Pekerjaan Responden di Kelurahan Babakan Pasar ...........
11.
Pernyataan Responden mengenai Himbauan Tokoh Masyarakat ................... 37
12.
Pernyataan Responden dalam Membayar Iuran Sampah ................................ 38
13.
Keragaan Fasilitas Pengelolaan Sampah Menurut Persepsi Responden ......
14.
Banyaknya Kehadiran Responden dalam Rapat Perencanaan Kegiatan ........ 41
15.
Keaktifan dalam Menyampaikan Pendapat di Rapat Perencanaan Kegiatan .......................................................................................................... 42
16.
Keaktifan Responden Mengajukan Pertanyaan pada Rapat Perencanaan Kegiatan ..................................................................................... 43
17.
Partisipasi Responden dalam Pengambilan Keputusan Peletakan Tong Sampah .................................................................................................. 44
18.
Partisipasi Responden dalam Pemberian Bantuan terhadap Pelaksanaan Peletakan Bantuan Tong Sampah ................................................................... 45
19.
Partisipasi Responden dalam Pembuatan Lubang Resapan Biopori .............. 47
36
39
Halaman 20.
Partisipasi Responden dalam Pengolahan Sampah menjadi Barang Bernilai Ekonomis .......................................................................................... 48
21.
Jumlah Kehadiran Responden dalam Rapat Evaluasi .................................... 48
22.
Partisipasi Responden dalam Pemanfaatan Fasilitas Hasil Kegiatan ............. 49
23.
Partisipasi Responden dalam Pemeliharaan Fasilitas Hasil Kegiatan ............ 50
24.
Partisipasi Responden dalam Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik ................................................................................................ 51
25.
Partisipasi Responden dalam Menjaga Kebersihan Sungai Ciliwung ............. 51
26.
Partisipasi Responden terhadap Unsur-unsur Partisipasi ................................ 52
27.
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Internal Responden ................. 54
28.
Tingkat Partisipasi Responden Bedasarkan Umur .......................................... 55
29.
Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Lama Tinggal ........................... 57
30.
Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................. 58
31.
Tingkat Partisipasi Responden Bedasarkan Jumlah Pendapatan Rumah Tangga ............................................................................. 59
32.
Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Banyaknya Tanggungan Keluarga ..................................................................................... 61
33.
Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ......................... 62
34.
Hubungan Faktor Eksternal Responden dengan Tingkat Partisipasi .............. 63
35.
Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Peranan Tokoh Masyarakat ..... 64
36.
Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Iuran Pengangkuta Sampah ..... 65
37.
Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Fasilitas Pengelolaan Sampah .. 66
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Denah Lokasi Kelurahan Babakan Pasar ........................................................ 71
2.
Tabel Hasil Uji Korelasi Spearman terhadap Faktor Internal Responden dengan Tingkat Partisipasi ........................................................... 72
3.
Tabel Hasil Uji Korelasi Spearman terhadap Faktor Eksternal Responden dengan Tingkat Partisipasi ........................................................... 73
4.
Tabel Hasil Uji Chi Kuadrat terhadap Jenis Pekerjaan Responden dengan Tingkat Partisipasi ............................................................ 74
5.
Tabel Skor Tingkat Partisipasi Responden …………………………………. 75
6.
Dokumentasi Kegiatan .................................................................................... 76
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sungai merupakan sumber daya air yang memiliki banyak manfaat bagi
kehidupan. Selain menjadi ekosistem perairan mengalir, sungai berperan penting dalam mengatur tata air mulai dari hulu sampai ke hilir. Sungai juga dapat menjadi sumber kehidupan yang dibutuhkan oleh biota baik itu tumbuhan dan hewan. Selain fungsi ekologisnya, sungai juga memiliki fungsi ekonomi dan sosial. Air yang terdapat di dalam sungai merupakan salah satu sumber daya terbarukan dan dapat menunjang kegiatan-kegiatan perekonomian nasional. Sektor-sektor ekonomi itu meliputi pertanian, perikanan (antara lain karamba), peternakan, perindustrian, perdagangan, pariwisata, dan sebagainya. Oleh sebab itu fungsi sungai baik secara ekologis maupun ekonominya harus tetap terjaga dengan baik. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI (2004) kualitas air sungai dipengaruhi oleh limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan limbah peternakan. Besarnya tingkat pencemaran pada umumnya dilihat dari parameter biologi dengan melihat banyaknya fecal coli dan total coliform, banyaknya oksigen terlarut (dissolfed oxygen, DO), banyaknya kebutuhan oksigen biokimia (biochemical oxygen demand, BOD), serta banyaknya kebutuhan oksigen kimia (chemical oxygen demand, COD). Tingginya tingkat pencemaran sangat berpengaruh terhadap status mutu air sungai. Bila parameter itu dapat dikendalikan, status mutu air sungai dapat meningkat menjadi lebih baik. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI (2006) Sungai Ciliwung merupakan sungai yang terparah pencemarannya. Pencemaran ditemukan di hulu dan di hilir sungai berupa pencemaran limbah domestik, limbah industri, limbah peternakan, erosi, dan kurangnya resapan air. Cemaran fecal coli dan total coliform jauh melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan. Tidak ada segmen sungai yang mutu airnya memenuhi kriteria kelas I, sehingga air Sungai Ciliwung tidak layak digunakan sebagai bahan baku air minum. Standar baku air minum yang baik memiliki kandungan fecal coli sebesar 0 MPN/100 ml sedangkan air bersih sebesar 10 MPN/100 ml (Athena et al, 2004).
2
Besarnya tingkat pencemaran Sungai Ciliwung dan sungai lain di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mencerminkan rendahnya tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas sungai bagi kehidupan. Menurut Anonim (2006) banyaknya limbah sungai di Jabodetabek ada hubungannya dengan sampah yang dihasilkan penduduk, yaitu sebanyak 25.000 meter kubik per hari. Jika tidak dilakukan upaya pengendalian, jumlah sampah diperkirakan menjadi dua kali lipat pada tahun 2010. Karena itu, besarnya partisipasi masyarakat memiliki arti yang strategis dalam pengendalian masalah sampah dan pencemaran lingkungan. Menurut Kumar (2002) partisipasi harus dinilai sebagai keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan atau sebagai proses dimana pihak-pihak yang berkepentingan saling mempengaruhi dan dapat memegang kendali atas kebijakan pembangunan, keputusan, dan sumberdaya yang mempengaruhi mereka sendiri. Partisipasi juga diperlukan untuk menjamin keberlanjutan program. Berdasarkan permasalahan tersebut, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor mengadakan Program Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Salah satu kegiatannya adalah “Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” berupa pemberian bantuan tempat sampah organik dan anorganik kepada masyarakat bantaran Sungai Ciliwung. Diantara kelompok masyarakat yang menerima bantuan tersebut adalah masyarakat di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Selain di Kelurahan Babakan Pasar, DLHK juga mengadakan kegiatan ini di Kelurahan Kedung Badak. Alasan memilih Kelurahan Babakan Pasar adalah wilayahnya yang berdekatan dengan Pasar Bogor dan merupakan pemukiman padat penduduk.
1.2
Perumusan Masalah Sungai merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat bantaran sungai.
Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar selain digunakan sebagai MCK (Mandi, Cuci, Kakus) oleh masyarakat, juga menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah bagi sebagian masyarakat. Hal ini menjadikan kondisi sungai menjadi kotor dan tercemar. Pencemaran sungai di hulu pada akhirnya akan berdampak ke
3
hilir, yaitu Teluk Jakarta. Pemerintah Kota Bogor melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) menyadari kondisi tersebut tidak baik bagi lingkungan, oleh karena itu DLHK membuat program pencegahan pencemaran lingkungan. Program tersebut dikemas dalam kegiatan ”Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan”. Bantuan tersebut bertujuan untuk mengurangi kuantitas sampah yang dibuang ke sungai dan merubah kebiasaan masyarakat bantaran sungai yang biasa membuang sampah ke sungai. Tujuan bantuan ini tidak akan tercapai, apabila tidak melibatkan masyarakat dalam pengelolaan bantuan. Dengan melibatkan masyarakat, maka keberlanjutan program bantuan sampah akan tetap berjalan baik meskipun program tersebut telah dihentikan. Untuk itu penelitian ini akan mencoba mengetahui, mempelajari, dan memahami permasalahan berikut ini: 1.
Profil masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di wilayah Kelurahan Babakan Pasar.
2.
Partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam kegiatan ”Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” di Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor.
3.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di wilayah Kelurahan Babakan Pasar pada kegiatan ”Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan”.
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui profil masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di wilayah Kelurahan Babakan Pasar.
2.
Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di wilayah Kelurahan Babakan Pasar dalam kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dari DLHK Kota Bogor di daerah aliran Sungai Ciliwung.
3.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di wilayah Kelurahan Babakan Pasar terhadap kegiatan dari DLHK.
4
Manfaat penelitian ini adalah : 1.
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
2.
Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
3.
Menjadi bahan masukan bagi stakeholder yang terlibat dalam institusi pengelolaan sampah di daerah aliran sungai Ciliwung.
4.
Menambah wawasan bagi penulis dalam bidang sosial ekonomi perikanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Sungai Ciliwung dan Komponen Pendukungnya Menurut William D Morris (1880), sungai dan lembahnya ibarat
organisme hidup. Sungai berubah dari waktu ke waktu, mengalami masa muda, dewasa, dan masa tua. Siklus kehidupan sungai dimulai ketika tanah baru muncul di atas permukaan laut. Hujan kemudian mengikisnya dan membuat parit, kemudian parit-parit itu bertemu sesamanya dan membentuk sungai. Danau menampung air pada daerah yang cekung, tapi kemudian hilang menjadi sungai dangkal. Kemudian memperdalam salurannya dan mengiris ke dasarnya membentuk sisi yang curam, lembah bentuk V. Anak-anak sungai kemudian tumbuh dari sungai utamanya seperti cabang tumbuh dari pohon. Semakin tua sungai, lembahnya semakin dalam dan anak-anak sungainya semakin panjang. Sungai merupakan aliran dari mata air hulu mencari jalan ke arah yang lebih rendah (hilir) untuk akhirnya bermuara ke laut. Sungai memiliki fungsi antara lain sebagai: 1. Sumber air 2. Pengendali banjir 3. Transportasi / pengangkutan 4. Daerah belakang, artinya pemukiman penduduk bantaran sungai yang membelakangi sungai 5. Daerah depan, artinya sungai merupakan milik bersama yang dapat dinikmati oleh siapa saja secara positif yang berpotensi meningkatkan citra kota dan pariwisata. Sungai Ciliwung sebagai salah satu sungai besar yang melintasi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, dan Jakarta, memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan karena mengalir melalui perkampungan dan perumahan padat. Sungai Ciliwung juga dianggap sungai yang paling rusak dibanding sungaisungai lain yang mengalir di Jakarta. Selain karena daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu di Bogor yang rusak, wilayah sungai di Jakarta juga banyak yang mengalami penyempitan dan pendangkalan. Kondisi ini mengakibatkan Sungai Ciliwung memiliki potensi terbesar menyebabkan banjir di Jakarta.
6
Sungai Ciliwung dibagi dalam lima segmen menurut wilayah administratif yang dilintasi, yakni segmen 1 (Kabupaten Bogor), segmen 2 (Kota Bogor), segmen 3 (Kabupaten Bogor), segmen 4 (Kota Depok), dan segmen 5 (DKI Jakarta). Pada segmen 1 pada titik pemantauan Cisarua (Kabupaten Bogor), air Sungai Ciliwung masuk kriteria kelas II. Artinya, kualitas airnya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, perikanan, peternakan, dan pertamanan. Segmen 2 dan 4, Ciawi (Kota Bogor) dan Cimanggis (Kota Depok), kondisi kualitas airnya kelas IV, hanya layak untuk mengairi pertamanan. Segmen 3 di Cibinong (Kabupaten Bogor) berkualitas kelas III, bisa untuk perikanan, peternakan, dan pertamanan. Sedangkan segmen 5 di wilayah DKI Jakarta, tidak termasuk dalam kelas mana pun. Artinya, tidak layak dimanfaatkan untuk kegiatan apa pun, sehingga memerlukan teknologi tertentu untuk meningkatkan kualitas air sungai tersebut, dan ini membutuhkan biaya yang sangat besar (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2006). Kondisi Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar pun sudah tercemar dengan sampah-sampah yang dibuang ke sungai dan limbah rumah tangga yang dibuang atau dialirkan ke sungai, mudah pasang karena sedikit daerah serapan yang sudah dipakai untuk perumahan dan pertokoan, arus yang sangat besar karena hanya sedikit batu sungai yang bisa menghadang arus sungai, luas sungai yang terus melebar karena tanah daerah aliran sungai sudah terkontaminasi oleh penduduk sekitar. Namun masih ada masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai sarana MCK (mandi, cuci, kakus) dan kegiatan budidaya karamba, karena masyarakat masih butuh keberadaan sungai. Sungai dan daerah sekitarnya (daerah aliran sungai) merupakan salah satu sumber daya air yang memiliki berbagai macam fungsi bagi kehidupan manusia. Secara hidrologis daerah aliran sungai merupakan bentang lahan yang dibatasi oleh pembatas topografi yang menangkap, menampung, dan mengalirkan air hujan ke suatu titik putusan (outlet) (wikipedia diakses 2008). Fungsi-fungsi sungai tersebut dapat berjalan dengan baik ataupun tidak sangat bergantung kepada bagaimana perilaku masyarakat bantaran sungai sebagai pelaku yang memanfaatkan sungai tersebut. Bantaran sungai diartikan dalam Keppres No. 32/1990 pasal 1 sebagai kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai termasuk
7
sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Peraturan Pemerintah (PP) No. 35/1991 pasal 1 menjelaskan bahwa bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi (palung) sampai dengan kaki tanggul (tepi sungai bagian bawah sebelah dalam). Kemudian Keppres No. 32/1990 pasal 16 menyebutkan bahwa kriteria bantaran sungai yaitu sekurang-kurangnya 100 meter di kiri dan kanan (dilihat dari aliran sungainya) sungai besar dan 50 meter di kiri dan kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman (Priambodo, 2005). Masyarakat bantaran sungai adalah masyarakat yang tinggal dari 0-100 meter dari sungai, yang masih memanfaatkan sumberdaya sungai, misalnya mandi, cuci, kakus (MCK), menangkap ikan, dan kegiatan ekonomi lainnya. Masyarakat di Kelurahan Babakan Pasar sebagian besar dapat dikatakan sebagai masyarakat bantaran sungai, karena karakteristiknya yang sesuai dengan definisi masyarakat bantaran sungai.
2. 2
Partisipasi
2. 2. 1. Pengertian Partisipasi Partisipasi adalah sebuah proses dimana pihak-pihak yang berkepentingan memberikan kontribusi secara sukarela dalam program masyarakat yang ditujukan untuk pembangunan nasional (Kumar, 2002). Selanjutnya Kumar (2002) menjelaskan di dalam partisipasi termasuk pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, penerapan program, diskusi mengenai manfaat dari program pembangunan, dan pelibatan mereka dalam rangka mengevaluasi beberapa program. Untuk partisipasi masyarakat dijelaskan sebagai proses aktif oleh pemegang kepentingan atau kelompok yang mempengaruhi arah dan keputusan dari proyek pembangunan dengan pandangan untuk menambah pendapatan mereka, pertumbuhan pribadi, self-reliance, atau nilai-nilai lainnya. Pretty et al (1995) menjelaskan partisipasi adalah sebuah proses dimana pihak-pihak yang berkepentingan mempengaruhi dan memegang kendali atas kebijakan pembangunan, keputusan, dan sumberdaya yang mempengaruhi mereka. Partisipasi meliputi pembagian informasi serta metode konsultasi untuk
8
mendukung kerjasama dan pemberian wewenang yang lebih memberikan pengaruh dan kendali pada pihak-pihak yang berkepentingan. Pada penelitian ini partisipasi dapat diartikan keikutsertaan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencemaran Lingkungan. Arti keikutsertaan dalam hal ini dapat berupa mempengaruhi, mengusulkan, dan hal-hal yang sifatnya melibatkan diri di dalam kegiatan.
2. 2. 2. Tipologi Partisipasi Pretty et al (1995) menjelaskan tipologoli partisipasi yang terbagi ke dalam tujuh jenis. Dijelaskan di dalamnya bagaimana partisipasi dapat menunjukkan perbedaan pemahaman dari partisipasi yang dimiliki masyarakat. Pembagian itu meliputi : 1. Partisipasi Pasif (Passive Participation). Masyarakat turut berpartisipasi dengan adanya pemberitahuan apa yang akan terjadi atau yang telah terjadi. Hal tersebut merupakan pemberitahuan umum oleh manajemen proyek tanpa mendengarkan respon dari masyarakat. 2. Partisipasi dalam Memberikan Informasi (Participation in Information Giving). Masyarakat berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti menggunakan kuesioner atau pendekatan yang serupa. Masyarakat tidak memiliki kesempatan dalam mempengaruhi proses seperti yang telah ditemukan oleh peneliti. 3. Partisipasi dengan Berkonsultasi (Participation by Consultation). Masyarakat berpartisipasi dengan berkonsultasi, dan masyarakat luar mendengar untuk mengetahuinya. Para profesional mendefinisikan kedua permasalahan dan solusi, dan mungkin merubah dalam respon masyarakat. 4. Partisipasi untuk Bantuan Materi (Participation for Material Incentives). Masyarakat berpartisipasi dengan menyediakan sumberdaya, contohnya buruh, dalam pengembalian untuk makanan, uang, atau materi lainnya. Kebanyakkan dari peneliti lapang jatuh dalam kategori ini, seperti para
9
petani menyediakan ladang namun tidak terlibat dalam percobaan atau proses belajar. Sangatlah umum untuk melihat ini sebagai sebuah partisipasi, sebelum masyarakat tidak memiliki kepentingan dalam aktivitas perpanjangan ketika bantuan usai. 5. Partisipasi Fungsional (Functional Participation). Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok untuk mencapai target yang berhubungan dengan proyek, dimana dapat melibatkan pembangunan atau promosi dari organisasi sosial. Pelibatan tidak menjaga untuk mencapai pada tahap awal dari siklus proyek atau perencanaan, namun sedikit setelah keputusan besar dibuat. 6. Partisipasi Interaktif (Interactive Participation). Masyarakat berpartisipasi dalam analisis bersama, pembangunan dari perencanaan, dan penguatan institusi lokal. Partisipasi dilihat sebagai sebuah hak, tidak hanya sebagai wacana untuk mencapai tujuan poyek. 7. Mobilisasi Diri (Self Mobilitation). Masyarakat berpartisipasi dengan mengambil inisiasi mandiri dari institusi luar untuk merubah sistem. Mereka mengembangkan hubungan dengan institusi luar untuk sumberdaya dan petunjuk-petunjuk teknis yang mereka butuhkan, namun mengendalikan penggunaan sumberdaya. Tipe partisipasi ini mungkin akan berhadapan dengan distribusi kemakmuran dan kekuatan yang telah ada sebelumnya.
2. 2. 3. Peranan Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat dirasakan sangat penting dalam sebuah program. Burns (2004) menjelaskan pentingnya partisipasi masyarakat sebagai berikut : 1. Partisipasi yang aktif dari penduduk lokal sangat penting untuk mengembangkan demokrasi dan akuntabilitas. 2. Partispasi masyarakat dapat menambah hubungan sosial karena masyarakat akan belajar mengenal bekerja dalam tim dan saling memahami satu dan yang lainnya. 3. Partisipasi masyarakat menambah keefektifan pengertian, pengetahuan, pengalaman penting masyarakat untuk proses regenerasi.
10
4. Partisipasi masyarakat memungkinkan lahirnya kebijakan yang relevan dengan masyarakat lokal. 5. Partisipasi masyarakat menambah nilai ekonomi baik melalui mobilisasi maupun melalui pembangunan. 6. Partisipasi masyarakat memberikan peluang bagi penduduk untuk mengembangkan kemampuan dan jejaring yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan. 7. Partisipasi masyarakat dapat menghasilkan keberlanjutan, karena pada anggota masyarakat tersebut akan timbul rasa memiliki terhadap lingkungannya dan dapat meningkatkan kepercayaan diri serta kemampuan untuk melanjutkan pembangunan ketika tidak ada lagi sumberdaya tambahan.
2. 2. 4. Bentuk Kegiatan Partisipasi Mardikanto (1988) membagi bentuk kegiatan partisipasi atas : 1. Menjadi anggota masyarakat 2. Melibatkan diri pada kegiatan kelompok 3. Melibatkan diri pada kegiatan organisasi untuk menggerakkan partisipasi masyarakat. 4. Menggerakkan sumberdaya masyarakat 5. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan 6. Memanfaatkan hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakat Empat macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan, yaitu: 1. Partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan 2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, 3. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan, dan 4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan Mardikanto (1988) mengemukakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Tumbuhnya interaksi dan komunikasi tersebut dilandasi oleh kesadaran yang dimiliki oleh yang bersangkutan terhadap : (a)
11
kondisi yang tidak memuaskan harus diperbaiki, (b) kondisi tersebut dapat diperbaiki melalui kegiatan masyarakat sendiri, (c) adanya kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan, (d) adanya kepercayaan diri bahwa ia dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat pada kegiatan yang bersangkutan. Untuk mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, beberapa hal yang perlu diperhatikan meliputi : 1. Menumbuhkan dan menanamkan kesadaran akan perubahan, dalam hal ini yang dimaksud dengan perubahan adalah perubahan ke arah yang lebih maju. 2. Adanya pendidikan pembangunan, yaitu yang dilakukan agar anggota masyarakat dapat menjadi subyek pembangunan. 3. Program pembangunan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat desa, karena adanya kebutuhan merupakan tenaga pendorong untuk melakukan kegiatan. 4. Memberikan dorongan dan semangat, misalnya dengan adanya perlombaan antar kelompok, antar desa sampai tingkat internasional. Slamet diacu dalam Lubis (1993), menyatakan bahwa syarat-syarat tumbuhnya partisipasi dalam masyarakat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Adanya kesempatan untuk membangun atau kesempatan untuk ikut dalam pembangunan. 2. Kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan itu. 3. Adanya kemauan untuk berpartisipasi. Indikator partisipasi dalam penelitian yaitu partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan, serta partisipasi dalam pemeliharaan dan pemanfaatan.
12
2. 2. 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Soekanto (1983) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan, antara lain: 1. Faktor Sosial Budaya, terutama kondisi masih rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat desa, merupakan penghambat partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan. Faktor sosial budaya mempengaruhi partisipasi antara lain adanya kebiasaan/adat istiadat yang bersifat tradisional, statis dan tertutup untuk perubahan. Hal ini terjadi pada masyarakat yang tingkat pendidikan dan pengetahuannya masih rendah sehingga akan berimplikasi pada rendahnya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. 2. Faktor Sosial Politik, dimana proses pembangunan yang dilaksanakan baik perencananaan dan pelaksanaan maupun pemanfaatan dan penilaian hasilnya kurang melibatkan masyarakat. Faktor sosial politik akan berpengaruh pada partisipasi, apabila dalam proses pembangunan yang dilaksanakan tidak melibatkan masyarakat dari awal sampai akhir dari pembangunan.
2. 2. 6. Manfaat Partisipasi dalam Pembangunan Pemerintah selalu menekankan agar masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan. Berikut adalah beberapa hal yang menjelaskan peran penting partisipasi dalam pembangunan (Soekanto, 1983): 1. Pembangunan merupakan kegiatan jangka panjang, sehingga sangat perlu melibatkan sebanyak mungkin orang. Bila pembangunan hanya dilakukan atau dikerjakan oleh segelintir orang saja, pasti akan mengalami keterlambatan, atau bahkan gagal sama sekali. 2. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan pernyataan hak warga negara untuk menyatakan pendapat dan kehendaknya dalam menentukan nasibnya sendiri. 3. Suatu program pembangunan dimana masyarakat berpartisipasi dalam mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu akan menjamin
13
keberhasilan dari program tersebut, karena hal itu berarti bahwa masyarakat menyenangi kegiatan tersebut. 4. Adanya partisipasi masyarakat dalam menentukan program pembangunan yang dilakukan di dalam lingkungannya, berarti terjalin kerja sama dan saling pengertian antara anggota masyarakat. Partisipasi masyarakat ini akan membentuk rasa persatuan dan kesatuan pada tingkat lokal, regional, dan nasional. 5. Adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan juga berarti bahwa masyarakat ikut dalam proses pembangunannya, yang berarti akan mengembangkan keterampilan anggota masyarakat.
2.3
Sampah Sampah merupakan hasil sampingan dari sisa aktivitas manusia yang
sudah tidak terpakai lagi. Sampah dapat berupa bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, atau aktivitas manusia lainnya. Bahkan sampah dapat berasal dari puing-puing bahan bangunan dan besi-besi tua bekas kendaraan bermotor (Purwendro, Nurhidayat, 2007). Selanjutnya Purwendro menjelaskan bahwa besarnya sampah yang dihasilkan dalam suatu daerah tertentu sebanding dengan jumlah penduduk, jenis aktivitas, dan tingkat konsumsi penduduk tersebut terhadap barang atau material tertentu. Berdasarkan bahan dasarnya sampah dibagi menjadi tiga jenis yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3. 1. Sampah Organik Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organik kering. Istilah sampah organik basah sendiri dimaksudkan sampah yang memiliki kandungan air yang tinggi. Contohnya adalah kulit buah dan sisa sayuran. Sementara yang termasuk kategori sampah kering contohnya adalah ranting pohon, kertas, dan dedaunan kering.
14
2. Sampah Anorganik Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini dapat berasal dari bahan yang bisa terbaharui seperti plastik dan logam. 3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Sampah B3 merupakan jenis sampah yang dikategorikan beracun dan berbahaya bagi manusia. Pada umumnya sampah jenis ini mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi. Namun tidak menutup kemungkinan sampah yang mengandung jenis racun lain yang berbahaya.
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI Partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung merupakan salah satu unsur penunjang keberhasilan dari kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi anggota yang terbagi atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi partisipasi sebagai faktor yang berasal dari dalam individu untuk berpartisipasi. Faktor internal yang diduga akan mempengaruhi tingkat partisipasi berupa umur, tingkat pendidikan, lama tinggal, tingkat pendapatan per bulan, jumlah tanggungan keluarga, dan jenis pekerjaan. Faktor eksternal adalah faktor dari luar yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang terhadap program. Faktor eksternal yang diduga dapat mempengaruhi partisipasi ini, adanya peran tokoh masyarakat, iuran pengangkutan sampah, dan fasilitas pengangkutan sampah. Faktor internal dan eksternal tersebut dapat mempengaruhi tingkat partisipasi anggota dalam mengikuti kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor. Partisipasi dalam bentuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan pemanfaatan dan pemeliharaan. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara faktorfaktor internal dan eksternal responden dengan tingkat partisipasi masyarakat. Secara sederhana kerangka pendekatan studi dapat dilihat pada Gambar 1.
.
16
Sungai dan Peranannya
Sampah Rumah Tangga dan Pencemaran Sungai
Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dari DLHK Kota Bogor
Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung Kel. Babakan Pasar
Rumah Tangga Kel. Babakan Pasar
Partisipasi : 1. Perencanaan dan Pengambilan Keputusan 2. Pelaksanaan Kegiatan 3. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan 4. Pemanfaatan Hasil Kegiatan Faktor Internal : 1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Lama Tinggal 4. Tingkat Pendapatan Keluarga 5. Banyaknya Tanggungan Keluarga 6. Jenis Pekerjaan
Faktor Eksternal : 1. Peran Tokoh Masyarakat 2. Iuran Pengangkutan Sampah 3. Fasilitas Pengelolaan Sampah
Tingkat Partisipasi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung Keterangan : ---- = Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 1. Diagram Kerangka Pendekatan Studi Penelitian
IV. METODOLOGI 4.1
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai.
Menurut Singarimbun (1995) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
4.2
Jenis dan Sumber Data Berdasarkan sumbernya data yang digunakan meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara responden menggunakan kuesioner, informan, dan dengan observasi lingkungan. Data sekunder berasal dari (a) laporan kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor, (b) data potensi Kelurahan Babakan Pasar, dan (c) data kependudukan RT dan RW di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
4.3
Populasi dan Contoh Populasi penelitian ini adalah rumah tangga yang tinggal di dalam RT
(Rukun Tetangga) lokasi penempatan bantuan tong sampah dari DLHK Kota Bogor. Terdapat sebanyak 940 kepala keluarga dari 9 RT yang mendapatkan bantuan. Adapun untuk RT yang mendapat bantuan adalah RT 02/RW 10, RT 05/RW 04, RT 01/RW 04, RT 02/RW 04, RT 03/RW 05, RT 04/RW 05, RT 02/RW 08, RT 03/RW 04, dan RT 01/RW 08. Dari populasi tersebut diambil contoh 30 Rumah Tangga. Pengambilan contoh dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah metode teknik penentuan contoh dengan cara sengaja dan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Responden yang terpilih adalah responden yang bertempat tinggal dekat dengan lokasi bantuan tong sampah DLHK. Pertimbangannya adalah tempat tinggal responden berada dekat dengan tempat sampah bantuan kegiatan, sehingga diharapkan responden mengetahui keberadaan kegiatan.
18
4.4
Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini seringkali digunakan analisis statistik. Salah satu fungsi pokok analisis statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami (Singarimbun, 1989). Data yang sudah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif untuk disajikan dalam bentuk tabel dan secara kuantitatif. Data tingkat partisipasi masyarakat yang telah diperoleh pertama-tama dihitung menggunakan metode scoring dan ditabulasi. Setelah mengetahui jumlah akhir dari nilai tiap responden, data diurutkan dan dibuat kuartilnya. Dari quartil tersebut tingkat partisipasi dikelompokkan ke dalam kelompok partisipasi tinggi, sedang, atau rendah. Untuk mengetahui tingkat keterkaitan antara tingkat partisipasi dengan peubah-peubah faktor internal dan faktor eksternal dilakukan pengujian dengan menggunakan statistik uji korelasi peringkat Spearman. Uji korelasi peringkat Spearman merupakan uji korelasi antara dua peubah yang sekurang-kurangnya merupakan skala ordinal. Data yang digunakan merupakan sebuah sampel yang terdiri atas n pasangan hasil pengamatan numerik atau non numerik. Setiap pasangan hasil pengamatan berasal dari dua pengukuran terhadap obyek atau individu yang sama ( Daniel, 1978 ). Pada uji korelasi peringkat Spearman data sebanyak n pasangan yang didapatkan secara acak dapat dituliskan sebagai (X1, Y1), (X2, Y2), ..., (Xn, Yn). Setiap X ditetapkan peringkatnya relatif terhadap semua nilai X lain yang teramati, dari yang terkecil hingga terbesar. Peringkat nilai X ke-i diberi notasi R(Xi), dan R(Xi) = 1 untuk nilai X teramati yang paling kecil. Setiap Y ditetapkan peringkatnya relatif terhadap semua nilai Y lain yang teramati, dari yang terkecil hingga terbesar. Peringkat nilai Y ke-i diberi notasi R(Yi), dan R(Yi) = 1 untuk nilai Y teramati yang paling kecil. Jika di antara nilai X atau di antara nilai-nilai Y terdapat angka sama, masing-masing nilai yang sama diberi peringkat rata-rata dari posisi-posisi yang seharusnya. Jika data terdiri atas hasil-hasil pengamatan non numerik, data tersebut harus dapat diperingkat seperti yang telah dijelaskan.
19
Rumus koefisien korelasi peringkat Spearman adalah sebagai berikut : n
rs = 1 − keterangan :
6∑ d i2 i =1 3
n −n
…………………. (1)
rs
= koefisien korelasi peringkat Spearman.
di
= selisih antara peringkat Xi dan Yi yaitu R(Xi) - R(Yi).
n
= banyaknya pasangan data
Hipotesis untuk uji korelasi peringkat Spearman: H0 : rs = 0 ( tidak ada hubungan antara peubah X dan Y ) H1 : rs ≠ 0 ( ada hubungan antara peubah X dan Y ) Kaidah pengambilan keputusan dengan menggunakan taraf nyata α : Tolak H0 jika P(rs) < α/2 dan terima H0 jika P(rs) > α/2 Nilai α disebut taraf nyata atau tingkat signifikansi. Nilai α biasanya ditetapkan sebesar 0,05 atau 0,01. Jika α = 0,05 artinya 5 dari 100 kesimpulan akan menolak H0 yang seharusnya diterima. Nilai α = 0,01 artinya 1 dari 100 kesimpulan akan menolak H0 yang seharusnya diterima. Ukuran korelasi adalah sebagai berikut : •
0,70 – 1,00 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya hubungan yang tinggi.
•
0,40 - < 0,70 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya hubungan yang substansial.
•
0,20 - < 0,40 (baik plus atau minus) menunjukkan adanya hubungan yang rendah.
•
< 0,20 (baik plus atau minus) berarti dapat diabaikan. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan jenis pekerjaan terhadap
tingkat partisipasi digunakan uji χ2 . Uji χ2 ini digunakan untuk menguji hipotesis pembandingan dua atau lebih kelompok contoh (k kelompok) yang datanya merupakan data peubah berskala nominal. Hipotesis nol untuk uji ini ialah bahwa tidak ada perbedaan tingkat partisipasi pada setiap jenis pekerjaan yang ada. Sedangkan hipotesis tandingannya ialah terdapat perbedaan tingkat partisipasi pada jenis pekerjaan yang ada Pada uji χ2 ini diperlukan derajad bebas yang
20
besarnya sama dengan banyaknya kolom dikurangi satu dikali banyaknya baris dikurangi satu. Rumus dasar yang digunakan untuk pengujian yaitu sebagai berikut :
x =∑ 2
( f 0 − f e )2 fe
……………………………… (2)
dimana fo = frekuensi contoh yang diamati fe = frekuensi harapan jika H0 benar Kaidah pengambilan keputusan untuk uji χ2 ialah tolak H0 jika nilai χ2 hitung lebih besar dari nilai χ2 tabel dan terima H0 jika nilai χ2 hitung lebih kecil dari nilai χ2 tabel. 4.5
Definisi Operasional dan Pengukurannya Peubah yang diamati adalah faktor internal responden, faktor eksternal
responden dan partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung terhadap kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Berikut disajikan batasan pengukuran dari peubah-peubah tersebut : 1. Faktor internal adalah dorongan yang berasal dari dalam individu, yang meliputi kemampuan dan kemauan masyarakat bantaran sungai untuk berpartisipasi, meliputi : a. Umur : Jumlah tahun atau usia yang diukur dengan satuan tahun dari responden dilahirkan sampai penelitian ini dilakukan. b. Tingkat Pendidikan : Pendidikan formal terakhir responden sampai penelitian ini dilaksanakan (SD, SLP, dan SLA). c. Lama Tinggal : Jumlah tahun lama responden tinggal di tempat tersebut sampai penelitian ini dilaksanakan d. Pendapatan : Jumlah rupiah yang didapatkan oleh responden tiap bulannya. e. Banyaknya Tanggungan Keluarga : Banyaknya anggota keluarga responden yang menjadi tanggungan responden. f. Jenis Pekerjaan : Jenis pekerjaan tempat responden memperoleh pendapatan tiap bulannya.
21
2. Faktor Eksternal adalah faktor yang disebabkan adanya pengaruh dari luar yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang terhadap program, meliputi : a. Peran Tokoh Masyarakat : Ada atau tidaknya peran dari tokoh masyarakat lokal yang dirasakan oleh responden dalam menghimbau masyarakat untuk berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Bagi responden yang mendapatkan himbauan dari tokoh masyarakat diberi skor 2 (dua) sedangkan yang tidak mendapat himbauan diberi skor 1 (satu). b. Iuran Pengangkutan Sampah : Jumlah rupiah yang dibayarkan responden per harinya untuk iuran kebersihan. Bagi responden yang membayar iuran diberi skor 2 (dua) sedangkan yang tidak membayar diberi skor 1 (satu). c. Fasilitas Pengelolaan Sampah : Memadai atau tidaknya fasilitas sampah yang dipakai untuk mengelola sampah (gerobak sampah, tempat sampah, TPS) di lingkungan responden. Bagi responden yang mengungkapkan fasilitas sampah di lingkungannya memadai, diberi skor 2 (dua) sedangkan yang tidak diberi skor 1 (satu). 3. Tingkat Partisipasi Tingkat partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar pada kegiatan Pengadaan Sarana Prasana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu : •
tingkat partisipasi rendah dengan selang skor 7 - 11
•
tingkat partisipasi sedang dengan selang skor 12 - 16
•
tingkat partisipasi tinggi dengan selang skor 17 – 21 Skor tingkat partisipasi tersebut terdapat ke dalam empat unsur partisipasi.
Keempat unsur partisipasi kegiatan tersebut adalah partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi, serta pemanfaatan dan pemeliharaan. a. Partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan : Keikutsertaan seseorang dalam merencanakan kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan dengan indikator keaktifan responden dalam kehadiran rapat atau penyuluhan (diberi skor sesuai
22
banyaknya kehadiran ditambah 1), menyampaikan pendapat (selalu menyampaikan pendapat diberi skor 3, menyampaikan pendapat namun tidak di tiap kehadiran diberi skor 2, tidak pernah menyampaikan pendapat diberi skor 1), bertanya (selalu bertanya di tiap kehadiran diberi skor 3, bertanya namun tidak di tiap kehadiran diberi skor 2, tidak pernah bertanya diberi skor 1), dan pengambilan keputusan (ikut menentukan keputusan diberi skor 2, tidak ikut menentukan keputusan diberi skor 1). b. Partisipasi dalam pelaksanaan : Keikutsertaan seseorang dalam pelaksanaan kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Indikatornya adalah responden turut serta memberikan bantuan dalam pelaksanaan peletakan tong sampah bantuan (tidak memberikan bantuan diberi skor 1, sedangkan yang memberikan bantuan diberi skor sesuai dengan banyaknya bantuan yang responden berikan ditambah 1), pembuatan lubang resapan biopori (responden yang membuat lubang resapan biopori diberi skor 2 sedangkan yang tidak diberi skor 1), dan pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomis (responden yang mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomis diberi skor 2 sedangkan yang tidak diberi skor 1). c. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi : Keikutsertaan seseorang dalam memantau dan mengevaluasi program pengadaan sarana dan prasarana. Indikatornya adalah keaktifan responden dalam kehadiran rapat evaluasi (responden yang hadir diberi skor banyaknya kehadiran ditambah 1). d. Partisipasi dalam pemanfaatan dan pemeliharaan : Keterlibatan seseorang dalam pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana yang telah diadakan oleh kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Indikatornya adalah pemanfaaatan fasilitas hasil kegiatan (responden yang memanfaatkan fasilitas hasil kegiatan diberi skor 2 sedangkan yang tidak diberi skor 1), pemeliharaan fasilitas hasil kegiatan (skor 3 untuk yang selalu membersihkan tong sampah bantuan tiap hari, skor 2 untuk yang membersihkannya apabila timbunan sampah sudah menumpuk, skor 1 untuk yang tidak pernah membersihkannya sama
23
sekali), memilah sampah organik dan anorganik (skor 2 untuk responden yang memilah sampah dan skor 1 untuk responden yang tidak memilah sampahnya), dan menjaga kebersihan Sungai Ciliwung (skor 1 untuk responden yang selalu membuang sampahnya ke Sungai Ciliwung, skor 2 untuk responden yang kadang-kadang membuang sampahnya ke Sungai Ciliwung, skor 3 untuk responden yang tidak pernah membuang sampahnya ke Sungai Ciliwung).
4.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2008 - Juni 2008 yang bertempat di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Keadaan Umum Kelurahan Babakan Pasar
5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis 5.1.1.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor memiliki wilayah seluas 42 Ha. Secara administratif Kelurahan Babakan Pasar terbagi menjadi 9 RW dan 39 RT. Luas wilayah dan jumlah RT dengan jumlah penduduk pada setiap RW dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Banyaknya RW, Banyaknya RT, dan Luas Wilayah Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
RW
01 02 03 04 05 06 07 08 09 Jumlah
Luas Wilayah (Ha)
Banyaknya RT
5 4,5 4,5 5 4,5 4,5 4,5 4,5 5 42
7 5 4 5 3 4 3 3 5 39
Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar , 2008
Kelurahan Babakan Pasar berada di ketinggian 247 meter dpl. Jarak Kelurahan Babakan Pasar ini dari pusat pemerintah kecamatan sejauh 3 km, jarak dari pusat pemerintahan kota sejauh 2 km, jarak dari ibukota provinsi sejauh 120 km, dan jarak dari ibukota negara sejauh 60 km. Batas-batas administratif wilayah Kelurahan Babakan Pasar sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Paledang, sebelah Selatan dengan Kelurahan Sukasari, sebelah Barat dengan Kelurahan Gudang, dan sebelah Timur dengan Kelurahan Baranang Siang (Lampiran 1).
25
5.1.1.2 Kondisi Geografis Kelurahan Babakan Pasar memiliki kontur berlembah. Hal ini terjadi karena letaknya yang berdekatan dengan wilayah aliran Sungai Ciliwung, sehingga banyak terdapat perbedaan ketinggian. Kelurahan Babakan Pasar tergolong wilayah dengan pemukiman yang padat, dan tidak ditemui adanya lapangan atau wilayah hijau sebagai daerah resapan air. 5.1.2 Kependudukan 5.1.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin Penduduk di Kelurahan Babakan Pasar pada tahun 2008 sebesar 11.317 jiwa yang terdiri dari 5.782 jiwa laki-laki dan 5.535 jiwa perempuan, dengan 3058 kepala keluarga. Berikut disajikan pada Tabel 2 komposisi penduduk Kelurahan Babakan Pasar berdasarkan umur pada tahun 2008.
Tabel 2. Komposisi Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008 Penduduk Kelompok Umur No Laki-laki Perempuan Jumlah Presentase (tahun) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (%) 1 0-4 405 407 812 7,18 2 5-9 479 478 957 8,46 3 10-14 429 387 816 7,21 4 15-19 249 417 666 5,88 5 20-24 473 416 889 7,86 6 25-29 416 393 809 7,15 7 30-34 435 400 835 7,38 8 35-39 432 456 888 7,85 9 40-44 512 420 932 8,24 10 45-49 446 457 903 7,98 11 50-54 442 345 787 6,95 12 54-59 413 368 781 6,90 13 60-64 379 313 692 6,11 14 65 keatas 265 285 550 4,86 Total 5.775 5.542 11.317 100,00 Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar , 2008
26
Berdasarkan kewarganegaraan, terdapat 11.314 jiwa WNI dan 3 WNA. Bila dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kelurahan Babakan Pasar, sex ratio sebesar 104. Artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk di Kelurahan Babakan Pasar adalah 26.938 jiwa/km2. Ini menunjukkan bahwa pemukiman di Kelurahan Babakan Pasar merupakan pemukiman padat penduduk.
5.1.2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Ratarata Lama Sekolah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar menurut presentase rata-rata sekolah terbesar yaitu pada tingkat tamat SLA yaitu sebesar 32,38%. Namun, ada pula yang sekolah tidak sampai tamat, baik itu di tingkat SD, SLP, maupun SLA. Salah satu faktor tidak menamatkan sekolah adalah ketidakmampuan secara finansial. Untuk lebih lengkapnya sebaran penduduk berdasarkan tingkat pendidikan menurut rata-rata lama sekolah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Rata - rata Lama Sekolah Tahun 2008 Jumlah Presentase No Jenjang Sekolah (Jiwa) (%) 1 Tamat SD 1.182 30,37 2 Tidak Tamat SD 38 0,98 3 Tamat SLP 831 21,35 4 Tidak Tamat SLP 65 1,67 5 Tamat SLA 1.266 32,53 6 Tidak Tamat SLA 17 0,44 7 Tamat D-III 183 4,70 8 Tamat Sarjana 310 7,97 Total 3.892 100,00 Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar , 2008
5.1.2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Menurut data monografi kelurahan, nilai presentase terbesar mata pencaharian yang digeluti penduduk Kelurahan Babakan Pasar adalah wiraswata sebanyak 868 jiwa (39,94%). Sedangkan mata pencaharian sebagai TNI/ Polri memiliki presentase
27
yang terkecil yaitu 0,05% atau sebanyak 1 jiwa. Wilayah Babakan Pasar yang berdekatan dengan pasar tradisional merupakan tempat yang potensial untuk mengembangkan kegiatan wirausaha, sehingga wiraswasta merupakan pekerjaan dengan presentase tertinggi. Adapun jumlah sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2008 Jumlah Presentase No Mata Pencaharian (jiwa) (%) 1 Pegawai Negeri Sipil 24 1,10 2 TNI/ Polri 1 0,05 3 Swasta/ BUMN/ BUMD 692 31,85 4 Wiraswasta 868 39,94 5 Pertukangan 97 4,46 6 Pensiunan 58 2,67 7 Jasa 433 19,93 Total 2.173 100,00 Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar , 2008
Usaha perikanan terutama budidaya keramba merupakan pekerjaan yang sudah lama dilakukan oleh sebagian penduduk Kelurahan Babakan Pasar. Daerah aliran Sungai Ciliwung dengan arusnya yang deras, merupakan tempat yang potensial sebagai tempat budidaya keramba. Selain itu wilayah kelurahan yang berdekatan dengan Pasar Bogor, membuat penduduk banyak yang bekerja sebagai pedagang di pasar, kuli panggul, dan membuka toko sendiri di rumah dengan sumber stok barang dagangan dari Pasar Bogor. Lokasi yang strategis karena berdekatan dengan pasar, dimanfaatkan penduduk untuk menekan biaya distribusi sehingga merupakan lokasi yang potensial sebagai daerah perdagangan.
5.1.3 Sarana dan Prasarana Transportasi Sarana dan prasarana transportasi merupakan infrastruktur dasar bagi pelaksanaan kegiatan masyarakat di segala bidang, baik ekonomi, sosial maupun pertahanan dan keamanan. Sistem transportasi akan menunjang dan mendorong laju
28
pertumbuhan ekonomi, sehingga penyelenggaraan sistem transportasi tidak dapat lepas dari rencana pengembangan ekonomi wilayah. Sarana transportasi Kelurahan Babakan Pasar terdiri dari 169 buah sepeda, 336 buah sepeda motor, 103 buah mobil penumpang, 8 buah mobil penumpang umum, 24 buah mobil barang dan 1 buah mobil bus. Wilayah pemukiman yang padat dan jalan yang berupa lorong-lorong menjadikan sepeda dan sepeda motor sarana transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat di Kelurahan Babakan Pasar.
5.1.4 Peribadatan Sarana peribadatan di Kelurahan Babakan Pasar terdiri atas 7 buah masjid, 5 buah mushola, 2 buah gereja dan 3 buah vihara. Keberadaan sarana peribadatan menunjukkan bahwa komposisi masyarakat yang terdiri dari berbagai macam agama dan kepercayaan dapat hidup berdampingan secara rukun. Mereka juga memiliki toleransi yang tinggi dalam perbedaan agama dan kepercayaan.
5.1.5 Sarana Kesehatan Kelurahan Babakan Pasar memiliki sarana kesehatan yaitu 1 buah Puskesmas dan praktek bidan, 2 buah poliklinik, serta 4 buah laboratorium dan apotek. Aksesibilitas terhadap sarana kesehatan baik dan mudah dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
5.1.6 Sarana Pendidikan Terdapat beberapa sarana pendidikan di Kelurahan babakan Pasar, yaitu 4 gedung Taman Kanak-kanak (TK), 1 gedung Sekolah Dasar (SD) dan 3 gedung Madrasah Iftidaiyah (MI). Dibandingkan dengan jumlah penduduk usia sekolah di Kelurahan Babakan Pasar, sarana pendidikan sudah mewakili persyaratan wajib belajar 9 tahun yaitu adanya sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama.
29
5.1.7 Sarana Ekonomi Sektor ekonomi yang ada di Kelurahan Babakan Pasar adalah sektor perikanan dan sektor perdagangan. Pada sektor perikanan terdapat 20 kepala keluarga yang mempunyai budidaya karamba dan pada sektor perdagangan terdapat 2.560 toko serta 66 warung. Sektor perikanan dapat dikembangkan karena Kelurahan Babakan Pasar berada di daerah aliran Sungai Ciliwung. Penduduk Kelurahan Babakan Pasar lebih memilih sektor perdagangan dengan membuka toko atau warung, dengan alasan lokasi Kelurahan Babakan Pasar yang strategis untuk sektor perdagangan.
5.2 Kegiatan “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan” oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor Kegiatan
Pengadaan
Sarana
dan
Prasarana
Pencegahan
Pencemaran
Lingkungan dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret tahun 2008 dan bertempat di beberapa wilayah di Kota Bogor, diantaranya Kelurahan Babakan Pasar dan Kelurahan Kedung Badak. Bentuk kegiatan ini berupa pengadaan sarana prasarana kebersihan berupa tong sampah yang memilah sampah organik dan anorganik, papan petunjuk daur ulang sampah, dan gerobak sampah. Melalui kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan ini diharapkan dapat mengurangi beban sampah dan merubah kebiasaan masyarakat yang mempunyai kebiasaan membuang sampah ke sungai, sesuai dengan tujuan dari DLHK yaitu untuk meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan hidup terutama kualitas air (sungai). Sasaran dari kegiatan ini adalah masyarakat bantaran sungai dan hasil dari kegiatan ini dapat memberikan dampak berupa: 1. Tersedianya informasi atau data kualitas lingkungan hidup Kota Bogor. 2. Tersedianya tong sampah organik dan anorganik 3. Tersedianya gerobak sampah 4. Tersedianya sarana pembinaan/sosialisasi berupa papan informasi 5. Perubahan perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai. Proses perencanaan kegiatan dilakukan secara perwakilan yaitu dengan mengundang ketua RT/RW dan organisasi kepemudaan di Kelurahan Babakan Pasar.
30
DLHK Kota Bogor menggunakan jasa kontraktor sebagai pelaksana kegiatan secara fisiknya. Namun, DLHK belum menggunakan jasa konsultan atau penyuluh untuk melakukan sebuah pendampingan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Dari hasil pengamatan di lapangan, kegiatan ini belum memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnya dari jumlah tempat sampah yang masih kurang untuk ukuran kelurahan, daya tampung tempat sampah yang terlalu kecil untuk menampung sampah, dan penempatan tempat sampah yang kurang melibatkan masyarakat. Bantuan yang diberikan cenderung bersifat top down yang tidak melibatkan masyarakat dalam mekanisme bantuan ini dan hanya memberikan bantuan tanpa ada pembangunan kelembagaan pengelolaan sampah. DLHK belum memberikan pendamping atau fasilitator untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat yang berkelanjutan di lapangan. Kegiatan atau kebijakan yang bersifat top down biasanya tidak sebaik kegiatan yang bersifat bottom up karena dalam kegiatan yang bersifat top down masyarakat hanya menjadi obyek dari kegiatan. Dalam kasus ini, masyarakat kurang diberi peran dalam turut serta menentukan arah dari kegiatan yang dilaksanakan. DLHK sebagai pemberi bantuan juga kurang memahami apa yang tepat dibutuhkan oleh masyarakat. Contohnya seperti ada beberapa gerobak sampah yang ditujukan untuk penduduk di Pulo Geulis yang tidak dapat digunakan karena lebar gerobak sampahnya lebih lebar dari badan jembatan untuk menuju ke Pulo Geulis. Keadaan dan kondisi yang terjadi di lapangan dapat menggambarkan bahwa kegiatan yang bersifat top down kurang efektif untuk diterapkan dalam kasus ini. Solusinya adalah pelibatan masyarakat dalam setiap unsur kegiatan, sehingga kegiatan yang dilaksanakan tidak menjadi sia-sia dan tepat sasaran. Untuk itu DLHK perlu mengajak masyarakat untuk berpartisipasi. DLHK perlu menunjukkan kepada masyarakat manfaat dari kegiatan ini, sehingga masyarakat akan tertarik dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan. Selain itu pemberian pendampingan atau penyuluh kepada masyarakat merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan.
31
5.3
Faktor Internal Responden Faktor internal responden masyarakat bantaran Sungai Ciliwung adalah
gambaran dari karakteristik masing-masing responden. Faktor internal responden ini dibagi ke dalam umur, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, lama tinggal, banyaknya tanggungan keluarga, dan jenis pekerjaan.
5.3.1 Umur Umur atau usia seseorang merupakan aspek internal yang diduga mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi seseorang terhadap program. Umur dapat berperan besar pada seseorang dalam menerima atau mengadopsi berbagai perubahan termasuk perubahan lingkungan dan perubahan sosial (Hurlock, 1980). Umur juga berpengaruh pada seseorang dalam memberikan kontribusinya terhadap suatu kegiatan. Tingkat umur seseorang menggambarkan keadaan fisik yang berbeda. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mengurangi partisipasi sosialnya. Data umur kepala keluarga responden ditampilkan pada Tabel 5 berikut..
Tabel 5. Keragaan Umur Kepala Keluarga Responden di Kelurahan Babakan Pasar Banyaknya Persentase No Selang Umur (tahun) Reponden (%) 1 27 – 35 12 40,0 2 36 – 43 6 20,0 3 44 – 51 3 10,0 4 52 – 59 5 16,7 5 60 – 67 3 10,0 6 68 – 75 1 3,3 Total 30 100,0 Tabel 5 menunjukkan bahwa umur kepala keluarga responden di Kelurahan Babakan Pasar berada pada usia produktif. Umur kepala keluarga responden terbanyak pada selang umur 27 tahun sampai 35 tahun. Menurut Hurlock (1980) tahap perkembangan manusia terdiri dari tahap anak-anak periode awal (2 – 6 tahun),
32
anak-anak periode akhir (6 – matang secara seksual), remaja awal (13 – 16 tahun), remaja akhir (16 -18 tahun), dewasa dini (18 – 40 tahun), dewasa madya (40 – 60 tahun), dan dewasa lanjut (>60 tahun). Jadi kisaran umur responden berada pada tahap dewasa dini hingga dewasa lanjut. Rata-rata umur responden adalah 43 tahun, berada pada tingkat dewasa madya.
Lama Tinggal Lama tinggal responden didasarkan pada lamanya responden tinggal di Kelurahan Babakan Pasar dalam hitungan tahun. Lama tinggal diduga memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi responden terhadap program. Lama tinggal reponden dapat membuat responden merasa semakin memiliki lingkungan tempat tinggalnya dan peduli akan pentingnya kebersihan lingkungan tinggalnya. Data lama tinggal responden di Kelurahan Babakan Pasar disajikan.pada Tabel 6.
Tabel 6. Lama Tinggal Responden di Kelurahan Babakan Pasar Banyaknya Persentase No Lama Tinggal (Tahun) Responden (%) 1 1 – 11 3 10,0 2 12 – 21 3 10,0 3 22 – 31 8 26,7 4 32 – 41 6 20,0 5 42 – 51 5 16,7 6 52 – 61 5 16,7 Total 30 100,0 Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa lama tinggal responden berkisar dari 1 61 tahun. Rata-rata lama tinggal responden adalah 33,6 tahun. Dari data dapat dilihat bahwa wilayah bantaran Sungai Ciliwung sudah didiami sejak lama dan merupakan wilayah pemukiman tua di Kota Bogor. Pengamatan lapangan juga menunjukkan bahwa banyak ditemui bangunan-bangunan atau rumah yang sudah tua, sehingga dapat disimpulkan pemukiman di Kelurahan Babakan Pasar sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
33
Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan merupakan salah satu unsur yang diduga sebagai salah satu faktor internal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi responden terhadap program. Tingkat pendidikan menggambarkan kemampuan seseorang dalam memahami dan menerapkan fungsi mereka sebagai masyarakat yang mendiami Kelurahan Babakan Pasar. Oleh karena itu pendidikan akan mampu mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang. Berikut tingkat pendidikan yang digambarkan melalui lamanya pendidikan formal yang ditempuh responden dan ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Responden di Kelurahan Babakan Pasar Persentase No Tingkat Pendidikan Banyaknya Responden (%) 1 SD 10 33,3 2 SLP 13 43,3 3 SLA 7 23,3 Total 30 100,0 Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa lama pendidikan yang paling banyak ditemui adalah pendidikan dasar yaitu SLP sebanyak 13 responden dan SD sebanyak 10 responden. Rata-rata lama pendidikan formal yang ditempuh responden adalah 8,7 tahun. Data menunjukkan masih ada 10 responden yang tidak memenuhi program wajib belajar 9 tahun dari pemerintah. Tingkat pendidikan responden yang relatif rendah disebabkan oleh unsur keluarga mereka yang umumnya kurang mampu dan berpandangan sempit mengenai pentingnya pendidikan.
Jumlah Pendapatan RumahTangga Jumlah pendapatan rumah tangga responden tiap bulannya merupakan salah satu faktor internal yang diduga memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi seseorang. Tingkat pendapatan merupakan jumlah rupiah yang diterimanya per bulan dari pekerjaannya. Pendapatan dapat mempermudah seseorang melakukan kegiatan sehari-hari, baik kegiatan ekonomi maupun sosial termasuk untuk berpartisipasi aktif
34
pada kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Berikut data pendapatan responden yang disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8. Keragaan Pendapatan Rumah Tangga Responden di Kelurahan Babakan Pasar Jumlah Pendapatan Rumah Tangga Banyaknya Persentase No (Rupiah) Responden (%) 1 pendapatan ≤ 500.000 4 13,3 2 500.000 < pendapatan ≤ 1.000.000 12 40,0 3 1.000.000 < pendapatan ≤ 1.500.000 7 23,3 4 1.500.000 < pendapatan ≤ 2.000.000 4 13,3 5 2.000.000 < pendapatan ≤ 2.500.000 1 3,3 6 2.500.000 < pendapatan ≤ 3.000.000 1 3,3 7 pendapatan > 3.000.000 1 3,3 Total 30 100,0 Berdasarkan data pada Tabel 8 responden pada umumnya memiliki pendapatan rumah tangga dengan kisaran Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 per bulannya yaitu 12 responden (40,0%) diikuti dengan Rp 1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00 per bulannya yaitu 7 responden (23,3%). Rata-rata pendapatan adalah Rp 1.269.000,00. Jika dikaitkan dengan nilai UMR Kota Bogor per 2007 yang sebesar Rp 873.271,00 per bulan (Wikipedia 2007), maka masih ada sebanyak 8 responden (26,7%) yang memiliki pendapatan rata-rata per bulan dibawah UMR Kota Bogor. Mereka umumnya bekerja serabutan sebagai buruh atau pembantu rumah tangga. Standar baku yang ditetapkan oleh Walikota Bogor dan beberapa wilayah di Indonesia masih dirasakan kurang sesuai dengan standar kemiskinan dunia. Standar baku dari ILO-PBB misalnya, rakyat disebut belum sejahtera apabila pendidikan minimal (tamat SMA sederajat) anggota keluarga belum tercapai, konsumsi gizi masih di bawah 2.000 kalori, belum punya rumah layak huni dan pendapatannya masih di bawah US$2,00 per harinya. Sedang di Indonesia, belum semua standar itu dipakai walaupun banyak negara telah mengikuti standar yang ditetapkan PBB (Wikipedia 2007).
35
Banyaknya Tanggungan Keluarga Banyaknya tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor internal yang diduga mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi responden. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan dari rumah tangga tersebut. Berikut dapat dilihat jumlah tanggungan keluarga responden yang disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Keragaan Banyaknya Tanggungan Keluarga Responden di Kelurahan Babakan Pasar Banyaknya Tanggungan No Jumlah Responden Persentase (%) Keluarga 1 1-3 14 46,7 2 4-6 13 43,3 3 7-9 3 10,0 Total 30 100,0 Berdasarkan data pada Tabel 9 terlihat jumlah tanggungan keluarga responden yang terkecil adalah satu orang dan terbanyak adalah sembilan orang. Pada umumnya tanggungan keluarga responden berada dalam selang 1 - 3 orang (46,7%) diikuti oleh responden dengan selang 4 – 6 orang (43,3%). Pengkategorian keluarga di Kelurahan Babakan Pasar menurut Koentjaraningrat (2004) menunjukkan beberapa responden tergolong ke dalam keluarga inti (konjugal) yaitu keluarga dari suami, istri dan anak-anak kandung mereka, anak adopsi atau keduanya. Namun ada beberapa juga keluarga yang dihuni oleh orang tua, mertua, ipar, atau saudara lain yang disebut dengan keluarga batih.
Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor internal responden yang diduga memiliki korelasi dengan tingkat partisipasi responden. Kegiatan dan kesibukan berbeda yang dimiliki oleh masing-masing responden akan menimbulkan kebutuhan dan kepentingan yang berbeda pula. Berikut data jenis pekerjaan responden yang disajikan melalui Tabel 10.
36
Tabel 10. Keragaan Jenis Pekerjaan Responden di Kelurahan Babakan Pasar Banyaknya No Jenis Pekerjaan Persentase (%) Responden 1 PNS 1 3,3 2 Buruh 8 26,7 3 Karyawan 4 13,3 4 Pedagang 4 13,3 5 Pensiunan 3 10,0 6 Purnawirawan 1 3,3 7 Supir 3 10,0 8 Wiraswasta 6 20,0 Total 30 100,0 Jenis pekerjaan yang paling banyak ditemui di seluruh responden adalah buruh yaitu sebanyak 8 responden (26,7%). Data ini menunjukkan lingkungan bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar banyak dihuni oleh masyarakat kelas buruh dan pekerja serabutan. Suami atau kepala rumah tangga menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga responden. Lokasi yang berdekatan dengan pasar memberikan keuntungan bagi penduduk di Kelurahan Babakan Pasar. Hal ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuka toko, usaha, atau pun menjadi pedagang di pasar. Kegiatan wirausaha pun banyak dijalani warga, karena mereka dapat menghemat biaya distribusi. Untuk jenis pekerjaan karyawan, penduduk mendapatkan keuntungan karena wilayah tempat tinggalnya yang berdekatan dengan Terminal Bus Baranangsiang, sehingga bagi mereka yang harus bekerja di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi maupun Bogor mendapat keuntungan dari kemudahan transportasi umum.
37
5.4
Faktor Eksternal Responden Disamping faktor internal, terdapat beberapa faktor ekternal yang merupakan
faktor di luar individu responden dan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat adalah adanya peran tokoh masyarakat, frekuensi pengangkutan sampah, iuran pengangkutan sampah, dan fasilitas pengelolaan sampah.
5.4.1 Peran Tokoh Masyarakat Tokoh masyarakat sebagai agen perubahan di suatu daerah atau wilayah memiliki beberapa peran yang dapat dilaksanakan (Adi, 2002). Dalam penelitian ini tokoh masyarakat yang memiliki peran dalam masyarakat adalah Kepala Lurah, Ketua RT dan RW, pemuka agama, pengusaha, dan pedagang. Peran mereka menggerakkan masyarakat dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan merupakan salah satu faktor eksternal yang dirasakan oleh masyarakat.
Tabel 11. Pernyataan Responden Mengenai Himbauan Tokoh Masyarakat Pernyataan Responden Banyaknya Persentase No Mengenai Himbauan Responden (%) 1 Mendapat Himbauan 27 90,0 2 Tidak Mendapat Himbauan 3 10,0 Total 30 100,0 Salah satu peran tokoh masyarakat untuk kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan adalah memberikan himbauan kepada warga di Kelurahan Babakan Pasar untuk berpartisipasi pada kegiatan. Tabel 11 menunjukkan tokoh masyarakat cukup aktif menghimbau warganya yang ditunjukkan oleh pernyataan responden bahwa sebanyak 27 responden (90%). Tokoh masyarakat menyampaikan himbauannya melalui kegiatan RT/RW, pengajian, arisan dan pertemuan warga. Responden mengungkapkan setiap ada
38
kesempatan pertemuan dengan warga, himbauan selalu disampaikan. Himbauan yang disampaikan berupa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, aktif berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan, dan tidak membuang sampah ke sungai. Harapannya dengan adanya himbauan ini masyarakat peduli akan kebersihan dan kelestarian lingkungan.
5.4.2 Iuran Pengangkutan Sampah Iuran merupakan kompensasi yang dibayarkan responden untuk petugas pengangkutan sampah. Kondisi di lapangan sebelum adanya bantuan ini menunjukkan bahwa iuran pengangkutan sampah belum berjalan dengan baik, karena mekanisme pengangkutan sampah yang belum tertata rapi. Pengertia tertata rapi adalah sistem manajemen yang baik, jadwal pengangkutan sampah yang teratur, dan fungsi petugas kebersihan sudah dapat berjalan sebagaimana mestinya. Setelah adanya kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan, masyarakat kembali membangun mekanisme iuran pengangkutan sampah yang baik.
Tabel 12. Pernyataan Responden dalam Membayar Iuran Sampah Pernyataan Responden dalam Banyaknya Persentase No Membayar Iuran Sampah Responden (%) 1 Membayar Iuran Sampah 26 86,7 Tidak Membayar Iuran 2 4 13,3 Sampah Total 30 100,0 Pada Tabel 12 menunjukkan pada umumnya responden membayar iuran sampah yaitu 26 responden (86,7%). Adapun beberapa responden yang tidak membayar iuran sampah mengungkapkan mereka melakukan pengelolaan sendiri terhadap sampah rumah tangga yang mereka hasilkan seperti dibakar, dibuang langsung ke TPS, maupun ada yang membuang sampahnya ke Sungai Ciliwung. Berdasarkan banyaknya responden yang membayar iuran sampah untuk manajemen pengelolaan sampah, menunjukkan bahwa kesadaran untuk menjaga kebersihan
39
masyarakat sudah baik. Responden pada umumnya berpendapat bahwa membayar iuran sampah sudah seharusnya menjadi kesadaran tiap warga di Kelurahan Babakan Pasar karena pengelolaan sampah yang baik membutuhkan biaya tertentu dalam membayar sumber daya manusianya. Mekanisme pembayaran sampah dengan cara membayarkannya langsung setiap kali pengangkutan sampah kepada petugas kebersihan. Berdasarkan pemantauan di lapangan, responden membayar iuran secara sukarela kepada petugas sampah yang bertugas di lingkungannya dengan besar biaya berkisar antara Rp 500,00 sampai Rp 1.000,00 per pengangkutan sampah. Besarnya iuran tidak ditentukan oleh petugas sampah, namun ditentukan sendiri secara sukarela oleh masyarakat.
5.4.3 Fasilitas Pengelolaan Sampah Fasilitas pengelolaan sampah di lingkungan responden merupakan faktor eksternal yang diduga memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Peran fasilitas pengelolaan sampah sangat penting dirasakan oleh warga di Kelurahan Babakan Pasar, karena padatnya penduduk di wilayah tersebut maka fasilitas pengelolaan sampah yang baik sangat membantu dalam menjaga kebersihan. Fasilitas pengelolaan sampah yang terdapat di Kelurahan Babakan Pasar berupa tong sampah, TPS (tempat penampungan sementara), gerobak sampah, dan petugas kebersihan. Untuk melihat keragaan fasilitas pengelolaan sampah di Kelurahan Babakan Pasar dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Keragaan Fasilitas Pengelolaan Sampah Menurut Persepsi Responden Banyaknya Persentase No Fasilitas Pengelolaan Sampah Responden (%) 1 Memadai 15 50,0 2 Tidak Memadai 15 50,0 Total 30 100,0 Berdasarkan pemantauan di lapangan terlihat beberapa fasilitas pengelolaan sampah yang rusak dan tidak dapat dimanfaatkan lagi. Bahkan tong sampah bantuan
40
dari kegiatan DLHK ini pun banyak yang sudah tidak layak pakai. Ada yang sudah dirusak oleh warga karena menyebabkan tumpukan sampah, dicuri, rusak karena pemakaian yang tidak hati-hati dan sampai ada yang ditutup oleh isolasi karena menimbulkan bau tak sedap. Fasilitas pengelolaan sampah belum merata di tiap RT di Kelurahan Babakan Pasar. Salah satunya dalam hal penggunaan gerobak sampah, beberapa responden mengungkapkan gerobak sampah bantuan dari DLHK tidak bisa masuk melayani RT/RW yang berada di Pulo Geulis karena lebar badan jembatan menuju Pulo Geulis yang sempit dan tidak dapat dilewati oleh gerobak sampah bantuan DLHK. Untuk mengatasinya gerobak sampah dimodifikasi bentuknya sehingga dapat digunakan di wilayah Pulo Geulis. Kegiatan untuk masyarakat hendaknya dikaji terlebih dahulu untuk kesesuaian dengan lokasi. Bantuan akan menjadi sia-sia bila fasilitas yang diberikan tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat karena ketidak sesuaian dengan lokasi.
5.5
Partisipasi Responden Partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar
dalam Program Pengadaan Sarana Prasana Pencegahan Pencemaran Lingkungan merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan dan keberlanjutan program. Partisipasi aktif masyarakat juga harus diusahakan oleh pemerintah agar peran dan partisipasi aktif masyarakat semakin baik dan meningkat. Partisipasi aktif masyarakat Babakan Pasar dilihat dari berbagai unsur dalam kegiatan Pengadaan Sarana Prasana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Berbagai unsur tersebut meliputi partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, pelaksanaan program, pemantauan dan evaluasi, serta pemanfaatan dan pemeliharaan.
41
5.5.1 Partisipasi Responden dalam Perencanaan dan Pengambilan Keputusan 5.5.1.1 Kehadiran Rapat Perencanaan Kegiatan Rapat Perencanaan Kegiatan merupakan bagian dari unsur partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Perencanaan yang dimaksud adalah menentukan tempat-tempat peletakan tong sampah, waktu kegiatan, sasaran kegiatan, dan kebutuhan fasilitas kebersihan masyarakat lainnya. Rapat perencanaan kegiatan memfasilitasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Rapat perencanaan kegiatan ini difasilitasi oleh DLHK dan RT/RW setempat. Tabel 14 menyajikan banyaknya kehadiran responden dalam rapat perencanaan kegiatan.
Tabel 14. Banyaknya Kehadiran Responden dalam Rapat Perencanaan Kegiatan Banyaknya Kehadiran dalam Banyaknya Persentase No Rapat Perencanaan Responden (%) 1 Tidak pernah hadir 22 73,3 2 Hadir satu kali 1 3,3 3 Hadir dua kali 5 16,7 4 Hadir tiga kali 0 0,0 5 Hadir empat kali 0 0,0 6 Hadir lima kali 2 6,7 Total 30 100,0 Menurut informasi dari salah seorang Ketua RW di Kelurahan Babakan Pasar, rapat perencanaan dilaksanakan sebanyak lima kali. Pada lazimnya proses perencanaan suatu kegiatan dilakukan oleh perwakilan masyarakat seperti ketua RT/RW, anggota karang taruna, dan pengurus organisasi warga lainnya. Hal ini juga terjadi di Kelurahan Babakan Pasar, dimana responden yang menghadiri rapat perencanaan adalah ketua RT, ketua RW, dan pengurus karang taruna di Kelurahan Babakan Pasar. Proses perencanaan yang terjadi pada Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan tidak melibatkan masyarakat banyak, karena DLHK sebagai fasilitator kegiatan hanya mengundang beberapa ketua RT/RW dan pengurus karang taruna. Sehingga untuk proses perencanaan kegiatan dalam hal
42
ini yang menjadi fokus utama yaitu responden yang diundang untuk menghadiri rapat perencanaan kegiatan sebanyak 8 responden (26,7%) dari 30 responden yang ada. Sosialisasi dan informasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh DLHK sebelum mengadakan rapat perencanaan. Peran masyarakat yang baik dalam perencanaan akan mempengaruhi efektifitas dari kegiatan, karena dengan melibatkan masyarakat DLHK sebagai fasilitator dapat mengetahui kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam kasus ini. Tidak adanya perencanaan yang baik akan menimbulkan pemborosan dalam anggaran, ketidakefektifan, bahkan sampai kegagalan dalam kegiatan.
5.5.1.2 Keaktifan Menyampaikan Pendapat Keaktifan menyampaikan pendapat di rapat perencanaan kegiatan merupakan salah satu bentuk partisipasi responden dalam unsur perencanaan dan pengambilan keputusan. Dari 30 responden terdapat 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencanaan kegiatan. Tabel 15 akan menyajikan keaktifan responden dalam menyampaikan pendapat di rapat perencanaan kegiatan.
Tabel 15. Keaktifan dalam Menyampaikan Pendapat di Rapat Perencanaan Kegiatan Banyaknya No Keaktifan dalam Menyampaikan Pendapat Persentase (%) Responden Selalu menyampaikan pendapat di tiap 1 2 25,0 kehadiran Menyampaikan pendapat namun tidak di 2 2 25,0 tiap kehadiran 3 Tidak pernah menyampaikan pendapat 4 50,0 Total 8 100,0 Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa sebanyak 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencanaan kegiatan pada umumnya tidak pernah menyampaikan pendapat yaitu 4 responden (50%). Keempat responden tersebut merupakan warga di Kelurahan Babakan Pasar yang secara sukarela menghadiri rapat perencanaan. Mereka sudah dapat dikatakan berpartisipasi dalam rapat perencanaan walaupun berpartisipasi secara pasif. Responden mengungkapkan rapat perencanaan sering
43
dikuasai oleh elit-elit lokal dan tokoh masyarakat seperti ketua RT/RW, sehingga bagi mereka mengungkapkan pendapat dipandang tidak perlu lagi. Pendapat masyarakat merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan kegiatan karena dengan menerima pendapat dari masyarakat, DLHK sebagai penyelenggara kegiatan akan dapat mengetahui kondisi dan keadaan masyarakat sesungguhnya. Adanya partisipasi masyarakat dalam berpendapat akan membantu DLHK dalam perencanaan kegiatan. Pendapat masyarakat akan mempengaruhi penyelenggara kegiatan dalam mengambil keputusan. Partisipasi masyarakat dalam menyampaikan pendapat di rapat perencanaan juga merupakan salah satu indikator kepedulian masyarakat akan kegiatan ini. Masyarakat yang menyampaikan pendapat merasa memiliki kepentingan dalam kegiatan ini, sehingga mereka tidak mau bila kegiatan ini tidak berjalan dengan baik.
5.5.1.3 Keaktifan Mengajukan Pertanyaan Keaktifan mengajukan pertanyaan di rapat perencanaan kegiatan merupakan salah satu bentuk partisipasi responden dalam unsur perencanaan dan pengambilan keputusan. Dari 30 responden terdapat 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencananaan kegiatan. Tabel 16 akan menyajikan keaktifan responden dalam mengajukan pertanyaan di rapat perencanaan kegiatan.
Tabel 16. Keaktifan Responden Mengajukan Pertanyaan pada Rapat Perencanaan Kegiatan Banyaknya Persentase No Keaktifan dalam Mengajukan Pertanyaan Responden (%) 1 Selalu mengajukan pertanyaan di tiap kehadiran 1 12,5 Mengajukan pertanyaan namun tidak di tiap 2 4 50,0 kehadiran 3 Tidak pernah mengajukan pertanyaan 3 37,5 Total 8 100,0 Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa sebanyak 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencanaan kegiatan pada umumnya mengajukan pertanyaan
44
namun tidak di setiap kehadiran yaitu 4 responden (50,0%). Dalam mengajukan pertanyaan responden menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan yang tidak mereka pahami, namun belum tentu di tiap kehadiran mereka mengajukan pertanyaan. Pengajuan pertanyaan menunjukkan kepedulian responden terhadap kegiatan yang diadakan oleh DLHK. Responden yang ingin berpartisipasi membutuhkan informasi dan perencanaan mengenai pelaksanaan kegiatan, sehingga informasi dan perencanaan yang tidak jelas akan menimbulkan stimulus bagi responden untuk bertanya. Pertanyaan responden merupakan indikator keaktifan responden dalam perencanaan. Responden yang kritis dan peduli dengan kegiatan ini akan mengajukan pertanyaan apabila menjumpai hal-hal yang belum jelas dalam perencanaan.
5.5.1.4 Pengambilan Keputusan Mengenai Peletakan Tong Sampah Bantuan DLHK Pengambilan keputusan peletakan tong sampah merupakan salah satu bentuk partisipasi dalam unsur perencanaan dan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan sendiri terdapat dalam rapat perencanaan kegiatan. Dari 30 responden terdapat 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencananaan kegiatan. Tabel 17 menunjukkan partisipasi responden dalam pengambilan keputusan peletakan tong sampah bantuan DLHK.
Tabel 17. Partisipasi Responden dalam Pengambilan Keputusan Peletakan Tong Sampah Pengambilan Keputusan Peletakan Tong Banyaknya Persentase No Sampah Bantuan DLHK Responden (%) 1 Ikut menentukan 4 50,0 2 Tidak ikut menentukan 4 50,0 Total 8 100,0 Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa sebanyak 4 responden (50,0%) ikut menentukan peletakan tong sampah bantuan DLHK dan 4 responden (50,0%) tidak ikut menentukan dari total 8 responden yang pernah menghadiri rapat perencanaan
45
kegiatan. Hal ini menggambarkan responden cukup berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Pertimbangan pemilihan lokasi peletakan tong sampah adalah wilayah yang berdekatan dengan sungai dan wilayah yang aksesibilitasnya bagus. Partisipasi masyarakat dalam menentukan keputusan mengenai peletakan tong sampah menunjukkan adanya kepentingan masyarakat yang dipengaruhi oleh hasil keputusan. Lokasi tong sampah merupakan hal yang penting bagi masyarakat mengingat dampak positif dan negatif yang dihasilkan dari keberadaan tong sampah. Untuk dampak positif misalnya kemudahan akses untuk membuang sampah bagi masyarakat, sedangkan dampak negatif yang dihasilkan adalah bau tak sedap di sekitar tong sampah, pemandangan yang tidak bagus akibat tumpukan sampah, dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri-bakteri sampah.
5.5.2 Partisipasi Responden dalam Pelaksanaan Kegiatan 5.5.2.1 Pemberian Bantuan terhadap Pelaksanaan Peletakan Bantuan Tong Sampah Pengadaan sarana dan prasarana dari DLHK dilakukan dengan diborongkan kepada sebuah kontraktor. Namun, ada sebagian warga yang turut serta memberikan bantuan pada pelaksanaan kegiatan ini. Bantuan tersebut berupa konsumsi, uang, jasa, dan menggerakkan masyarakat yang ditunjukkan dalam Tabel 18. Tabel 18. Partisipasi Responden dalam Pemberian Bantuan terhadap Pelaksanaan Peletakan Bantuan Tong Sampah Pemberian Bantuan terhadap Peletakan Bantuan Banyaknya No Tong Sampah Responden 1 Konsumsi 4 2 Uang 3 3 Jasa 2 4 Menggerakkan Masyarakat 1 5 Konsumsi, Uang, dan Menggerakkan Masyarakat 1 6 Konsumsi, Jasa, dan Menggerakkan Masyarakat 1 Konsumsi, Jasa, Menggerakkan Masyarakat, dan 7 1 Lainnya 8 Jasa dan Menggerakkan Masyarakat 1 9 Tidak Memberikan Bantuan 16 Total 30
Persentase (%) 13,3 10,0 6,7 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 53,3 100,0
46
Responden yang tidak memberikan bantuan di kegiatan ini (53,3%) mengatakan DLHK kurang melakukan sosialisasi dalam peletakan tong sampah bantuan, sehingga banyak warga yang tidak mengetahui akan pelaksanaan kegiatan ini. Pada dasarnya masyarakat memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Namun akibat kurangnya komunikasi yang baik menyebabkan banyak masyarakat yang tidak berpartisipasi. Komunikasi yang baik sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan sebuah kegiatan. Pemberian bantuan dalam peletakan tong sampah menunjukkan sikap partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini. Konsumsi disediakan oleh ibu-ibu rumah tangga pada saat pelaksanaan peletakan tong sampah. Uang diberikan secara sukarela kepada para pekerja yang turut serta dalam peletakan tong sampah. Responden ada juga yang memberikan tenaganya atau jasa dalam pelaksanaan kegiatan dengan turut serta membantu peletakan tong sampah. Sedangkan beberapa responden ada yang berpartisipasi dengan menggerakkan masyarakat di lingkungannya.
5.5.2.2 Pembuatan Lubang Resapan Biopori Lubang Resapan Biopori merupakan sebuah teknologi baru dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan terminologinya biopori bermakna pori berbentuk liang (terowongan-terowongan kecil) di dalam tanah yang dibuat oleh akar tanaman dan fauna tanah (Brata, 2007). Proses pembuatan lubang resapan biopori relatif mudah, karena dapat dikerjakan sendiri oleh masyarakat dalam waktu 10 menit per lubangnya. Pembuatan lubang resapan biopori dapat meringankan jumlah sampah yang harus diproses lebih lanjut, selain itu pembuatan lubang resapan biopori di kawasan pemukiman memiliki manfaat yaitu : 1. Memelihara biodiversitas tanah 2. Mengurangi emisi gas rumah kaca 3. Menyuburkan tanah 4. Menjadi tempat resapan air sehingga dapat mencegah genangan air dan banjir.
47
Pembuatan lubang resapan biopori sudah sering dikampanyekan kepada masyarakat oleh pemerintah dan khususnya kepada warga di Kelurahan Babakan Pasar. Sebagai wilayah bantaran sungai yang digunakan pemukiman, tentu diperlukan pembuatan lubang resapan biopori untuk memenuhi daerah resapan air. Diharapkan tiap keluarga di Kelurahan Babakan Pasar dapat membuat lubang resapan biopori. Tabel 19 menunjukkan partisipasi responden dalam pembuatan lubang resapan biopori.
Tabel 19. Partisipasi Responden dalam Pembuatan Lubang Resapan Biopori Banyaknya Persentase No Pembuatan Lubang Resapan Biopori Responden (%) 1 Membuat lubang 3 10,0 2 Tidak membuat lubang 27 90,0 Total 30 100,0 Tabel 19 menunjukkan pada umumnya responden tidak membuat lubang resapan biopori yaitu 27 responden (90%). Hal ini terjadi karena banyaknya responden yang tidak mengerti bagaimana cara pembuatan lubang resapan biopori. Sosialisasi dari pemerintah dirasakan kurang dan masih bersifat parsial sehingga banyak warga di Kelurahan Babakan Pasar yang tidak mengerti akan fungsi dan pentingnya lubang resapan biopori.
5.5.2.3 Pengolahan Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis Sampah tidak selamanya menjadi komoditas yang tidak memiliki nilai ekonomis. Apabila dilakukan pengolahan terhadap beberapa jenis sampah akan didapatkan barang-barang bernilai ekonomis. Dalam kasus ini sampah rumah tangga dapat diolah menjadi pupuk kompos, kerajinan tangan, dan barang rumah tangga lainnya. Pada Tabel 20 disajikan partisipasi responden dalam pengelolaan sampah menjadi barang bernilai ekonomis.
48
Tabel 20. Partisipasi Responden dalam Pengolahan Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis Pengolahan Sampah Menjadi Barang Banyaknya No Persentase (%) Bernilai Ekonomis Responden 1 Mengolah 1 3,3 2 Tidak mengolah 29 96,7 Total 30 100,0 Tabel 20 menunjukkan bahwa pada umumnya responden tidak melakukan pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomis yaitu sebanyak 29 responden (96,7%). Hal ini terjadi karena responden tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengolah sampah meskipun berdasarkan pengamatan lapangan sudah ada sosialisasi dari DLHK melalui papan-papan petunjuk dan poster mengenai cara mengolah sampah menjadi kompos dan barang-barang ekonomis lainnya. Namun ada satu responden yang mengungkapkan mengolah sampahnya menjadi kerajinan tangan seperti tas, sampul buku, dan asesoris.
5.5.3 Partisipasi Responden dalam Pemantauan dan Evaluasi Rapat evaluasi sebagai forum untuk melihat apakah kegiatan yang sudah dilaksankan bermanfaat atau tidak, sampai sasaran atau tidak, dan efektif atau tidak. Forum ini memfasilitasi masyarakat untuk menyampaikan hal-hal yang ditemui di lapangan yang berhubungan dengan kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Pada Tabel 21 dapat dilihat partisipasi responden dalam rapat pemantauan dan evaluasi.
Tabel 21. Jumlah Kehadiran Responden dalam Rapat Evaluasi Jumlah Kehadiran dalam Rapat Banyaknya No Evaluasi Responden 1 Tidak Pernah Hadir 26 2 Hadir satu kali 0 3 Hadir dua kali 2 4 Hadir tiga kali 0 5 Hadir empat kali 0 6 Hadir lima kali 2 Total 30
Persentase (%) 86,7 0,0 6,7 0,0 0,0 6,7 100,0
49
Tabel 21 menunjukkan pada umumnya responden tidak pernah hadir dalam rapat evaluasi yaitu sebanyak 26 responden (86,7%). Responden mengungkapkan mereka tidak mengetahui adanya rapat evaluasi. Selain itu banyak dari mereka yang mengungkapkan tidak peduli akan hasil dari kegiatan tersebut, karena mereka merasakan kegiatan ini hanya bersifat formalitas saja dan tidak adanya implementasi lebih lanjut dari pemerintah.
5.5.4 Partisipasi Responden dalam Pemanfaatan dan Pemeliharaan 5.5.4.1 Pemanfaatan Fasilitas Hasil Kegiatan Pemanfaatan fasilitas hasil kegiatan oleh masyarakat merupakan salah satu tujuan dari kegiatan ini. Kegiatan ini akan dirasakan berhasil apabila masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas hasil kegiatan dengan menggunakannya. Fasilitas hasil kegiatan ini berupa tong sampah, gerobak sampah, dan TPS. Pada Tabel 22 dapat dilihat bagaimana partisipasi responden dalam penggunaan fasilitas hasil kegiatan. Tabel 22. Partisipasi Responden dalam Pemanfaatan Fasilitas Hasil Kegiatan Pemanfaatan Fasilitas Hasil Banyaknya Persentase No Kegiatan Responden (%) 1 Menggunakan 22 73,3 2 Tidak Menggunakan 8 26,7 Total 30 100,0 Tabel 22 menunjukkan bahwa pada umumnya responden menggunakan fasilitas hasil kegiatan yaitu sebanyak 22 responden (73,3%). Responden mengungkapkan mereka merasakan manfaat dari kegiatan ini. Mereka menilai lingkungan menjadi lebih bersih dan teratur sejak kegiatan ini dilaksanakan. Namun bagi responden yang tidak menggunakan fasilitas kegiatan mengungkapkan bahwa fasilitas kegiatan banyak yang sudah tidak berfungsi lagi dengan baik. Padahal kegiatan ini baru saja dilaksanakan dalam beberapa bulan, sehingga mereka tidak dapat menggunakan fasilitas hasil kegiatan.
50
5.5.4.2 Pemeliharaan Fasilitas Hasil Kegiatan Fasilitas hasil kegiatan merupakan properti milik umum, sehingga dalam kesehariannya perlu pemeliharaan dari masyarakat agar fungsinya tetap berjalan dengan baik. Pemeliharaan disini dengan cara membersihkan dan menjaga agar timbunan sampah tidak melebihi kapasitas. Pada Tabel 23 dapat dilihat bagaimana partisipasi responden dalam pemeliharaan fasilitas hasil kegiatan.
Tabel 23. Partisipasi Responden dalam Pemeliharaan Fasilitas Hasil Kegiatan Banyaknya Persentase No Pemeliharaan fasilitas Responden (%) 1 Selalu membersihkan setiap hari 0 0,0 Membersihkannya hanya apabila 2 6 20,0 timbunan sampah sudah menumpuk Tidak pernah membersihkannya sama 3 24 80,0 sekali Total 30 100,0 Tabel 23 menunjukkan pada umumnya responden tidak pernah membersihkan fasilitas kegiatan sama sekali yaitu sebanyak 24 responden (80,0%). Hal ini menunjukkan bahwa responden kurang peduli terhadap kebersihan dan pemeliharaan fasilitas hasil kegiatan. Mereka hanya senang menggunakannya saja tanpa berpartisipasi untuk membersihkannya.
5.5.4.3 Memilah Sampah Organik dan Anorganik Sampah yang telah dibuang oleh masyarakat dapat menyisakan pekerjaan yang sulit bagi institusi pengelolaan sampah apabila tidak ditangani dengan baik. Oleh sebab itu DLHK melalui kegiatannya memberikan bantuan tong sampah yang memisahkan sampah organik dan anorganik. Diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan tong sampah ini dengan memilah sampahnya menjadi organik dan anorganik sebelum membuangnya ke tempat pembuangan sampah dari DLHK. Pada Tabel 24 dapat dilihat partisipasi responden dalam memilah sampah sebelum dibuang.
51
Tabel 24. Partisipasi Responden dalam Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik Banyaknya Persentase No Pemilahan Sampah Responden (%) 1 Memilah Sampah 0 0,0 2 Tidak Memilah Sampah 30 100,0 Total 30 100,0 Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa seluruh responden tidak melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik sebelum dibuang. Alasan yang banyak dikemukakan oleh responden adalah repotnya memilah sampah organik dan anorganik sebelum dibuang, meskipun hampir di setiap lokasi tong sampah terdapat papan petunjuk apa saja yang tergolong dalam sampah organik dan anorganik.
5.5.4.4 Partisipasi Responden dalam Menjaga Kebersihan Sungai Ciliwung Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah menjaga kebersihan Sungai Ciliwung. Kebersihan Sungai Ciliwung sendiri ditentukan oleh perilaku masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam membuang sampahnya. Setelah dilaksanakannya kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan ini diharapakan masyarakat tidak lagi membuang sampahnya ke sungai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 25 tentang partisipasi responden dalam menjaga kebersihan Sungai Ciliwung.
Tabel 25. Partisipasi Responden dalam Menjaga Kebersihan Sungai Ciliwung Partisipasi Responden dalam Menjaga Banyaknya Persentase No Kebersihan Sungai Ciliwung Responden (%) Selalu membuang sampah 1 2 6,7% ke sungai Kadang-kadang membuang sampah 2 10 33,3% ke sungai Tidak pernah membuang sampah 3 18 60,0% ke sungai Total 30 100,0% Tabel 25 menunjukkan pada umumnya responden tidak pernah membuang sampah ke sungai yaitu sebanyak 18 responden (60%) setelah adanya kegiatan dari
52
DLHK. Responden mengungkapkan membuang sampah di sungai dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Selain itu juga timbunan sampah-sampah tersebut dapat menyumbat saluran air dan menimbulkan banjir. Mereka sadar kebersihan lingkungan khususnya wilayah bantaran sungai merupakan tanggung jawab mereka.
5.6
Tingkat Partisipasi Responden pada Kegiatan Pengadaan Sarana Prasana Pencegahan Pencemaran Lingkungan Berdasarkan hasil penelitian terhadap unsur-unsur partisipasi program dengan
30 responden yang diambil dari masyarakat bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar, dapat dijelaskan empat unsur partisipasi kegiatan. Keempat unsur partisipasi kegiatan tersebut adalah partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi, serta pemanfaatan dan pemeliharaan. Perolehan skor terkecil partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar adalah 7 dan skor tertinggi adalah 15. Pada Tabel 26 berikut ditampilkan partisipasi responden terhadap unsur-unsur partisipasi.
Tabel 26. Partisipasi Responden terhadap Unsur-unsur Partisipasi Tingkat Partisipasi No Unsur Partisipasi Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Perencanaan dan 1 3 37,5 2 25,0 3 37,5 Pengambilan Keputusan 2 Pelaksanaan Kegiatan 27 90,0 3 10,0 0 0 3 Pemantauan dan Evaluasi 4 50,0 2 25,0 2 25,0 Pemanfaatan dan 4 15 50,0 15 50,0 0 0 Pemeliharaan Tingkat Partisipasi Masyarakat 24 80,0 6 20,0 0 0,0 terhadap kegiatan
Total n 8 30 8 30 30
Tabel 26 menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat pada kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan mayoritas tergolong rendah yaitu sebanyak 80%. Kurangnya kepedulian responden terhadap kegiatan dan kondisi
53
lingkungan tempat tinggal adalah faktor-faktor utama yang menjadi penyebab utama rendahnya partisipasi masyarakat. Dari keempat unsur partisipasi tersebut unsur pelaksanaan kegiatan merupakan unsur yang paling banyak memiliki tingkat partisipasi rendah (90%). Untuk unsur pelaksanaan kegiatan, kurangnya sosialisasi dan himbauan kepada masyarakat menjadi penyebab dari rendahnya tingkat partisipasi. Selain itu pengerjaan kegiatan yang ditenderkan kepada kontraktor juga menjadi alasan rendahnya tingkat partisipasi masyarakat pada unsur pelaksanaan kegiatan. Untuk partisipasi responden yang paling tinggi di antara keempat unsur partisipasi tersebut adalah unsur perencanaan dan pengambilan keputusan (37,5% dalam partisipasi tinggi). Hal ini disebabkan di antara para responden ada yang merupakan tokoh masyarakat setempat seperti ketua RT dan RW, sehingga mereka banyak berperan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Dari hasil pengamatan di lapangan, kegiatan ini belum memenuhi kebutuhan masyarakat, misalnya dari jumlah tempat sampah yang masih kurang untuk ukuran kelurahan, daya tampung tempat sampah yang terlalu kecil untuk menampung sampah, dan penempatan tempat sampah yang kurang melibatkan masyarakat. Bantuan yang diberikan cenderung bersifat top down yang tidak melibatkan masyarakat dalam mekanisme bantuan ini dan hanya memberikan bantuan tanpa ada pembangunan kelembagaan pengelolaan sampah. Kegiatan atau kebijakan yang bersifat top down biasanya tidak sebaik kegiatan yang bersifat bottom up karena dalam kegiatan yang bersifat top down masyarakat hanya menjadi obyek dari kegiatan. Dalam penelitian ini, masyarakat kurang diberi peran dalam turut serta menentukan arah dari kegiatan yang dilaksanakan. DLHK sebagai pemberi bantuan juga kurang memahami apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Contohnya seperti ada beberapa gerobak sampah yang ditujukan untuk penduduk di Pulo Geulis yang tidak dapat digunakan karena lebar gerobak sampahnya lebih lebar dari badan jembatan untuk menuju ke Pulo Geulis. Keadaan dan kondisi yang terjadi di lapangan dapat menggambarkan bahwa kegiatan yang bersifat top down kurang efektif untuk diterapkan dalam kasus ini.
54
Solusinya adalah pelibatan masyarakat dalam setiap unsur kegiatan, sehingga kegiatan yang dilaksanakan tidak menjadi sia-sia dan tepat sasaran. Untuk itu dibutuhkan kejelian DLHK dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi. DLHK harus mampu menunjukkan kepada masyarakat manfaat dari kegiatan ini, sehingga masyarakat akan tertarik dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan. Masyarakat seharusnya dapat lebih bersikap pro-aktif dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk kemaslahatan bersama. Partisipasi masyarakat dapat membantu suksesnya kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pemerintah. Rendahnya tingkat partisipasi menunjukkan masyarakat tidak memiliki sense of belonging terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Beberapa warga yang ditemui mengungkapkan bahwa jarang ada masyarakat yang mau peduli terhadap lingkungannya. Mereka sudah disibukkan dengan aktivitas mereka masing-masing.
5.7
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Internal Responden Tingkat Partisipasi Responden terhadap kegiatan Pengadaan Sarana dan
Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah dapat dilihat hubungannya dengan faktor internal responden yang disajikan dalam Tabel 27. Hubungan ini dapat menggambarkan pengaruh faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan.
Tabel 27. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Internal Responden Koefisien Korelasi No Faktor Internal Responden P – Value Peringkat Spearman (rs) 1 Umur 0,276 0,140 2 Lama Tinggal 0.384* 0,036 3 Tingkat Pendidikan -0,153 0,421 Banyaknya Tanggungan 4 Keluarga 0,231 0,219 5 Jenis Pekerjaan 6 Pendapatan -0,120 0,526 keterangan* : terdapat hubungan yang nyata dengan α = 5%
55
Peubah yang memiliki P-Value kurang dari 0,05 menunjukkan adanya hubungan nyata dengan tingkat partisipasi. Tabel 27 menunjukkan bahwa hubungan tingkat partisipasi dengan faktor internal responden hanya berhubungan nyata dengan peubah lama tinggal. Sedangkan peubah umur, lama pendidikan, banyaknya tanggungan keluarga, dan pendapatan tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi (Lampiran 2). Adapun untuk mengetahui ada atau tidaknya pegaruh jenis pekerjaan terhadap perbedaan tingkat partisipasi digunakan uji hipotesis Chi Square. Hipotesis nol pada uji Chi Square (khi kuadrat) ialah tidak ada perbedaan tingkat partisipasi untuk jenis pekerjaan yang berbeda atau dengan kata lain jenis pekerjaan tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, dan hipotesis tandingannya ialah ada perbedaan tingkat partisipasi untuk jenis pekerjaan yang berbeda atau dengan kata lain jenis pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa jenis pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi.
5.7.1 Umur Umur merupakan salah satu faktor internal yang diduga mempunyai korelasi atau hubungan yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang. Hasil analisis uji korelasi peringkat Spearman menunjukkan bahwa umur tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi. Berikut distribusi umur reponden dan tingkat partisipasinya yang dapat dilihat melalui Tabel 28.
Tabel 28. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Umur Tingkat Partisipasi No Umur Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 1 27 - 35 12 40,0 0 0,0 0 0,0 2 36 - 43 4 13,3 2 6,7 0 0,0 3 44 - 51 1 3,3 2 6,7 0 0,0 4 52 - 59 5 16,7 0 0,0 0 0,0 5 60 - 67 1 3,3 2 6,7 0 0,0 6 68 - 75 1 3,3 0 0,0 0 0,0 Total 24 6 0
n 12 6 3 5 3 1 30
Total % 40,0 20,0 10,0 16,7 10,0 3,3 100,0
56
Tabel 28 menunjukkan bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana mayoritas responden berada pada selang umur 27 - 35 tahun. Hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara peubah tingkat partisipasi dengan umur responden, diperoleh nilai koefisien korelasi peringkat Spearman (rs) sebesar 0,276 dan P-value sebesar 0,140. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara umur dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan umur tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Tidak berpengaruhnya umur terhadap tingkat partisipasi menggambarkan partisipasi tidak dipengaruhi oleh perbedaan tingkat umur. Umur tidak menjadi pembeda bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Meskipun adanya perbedaan umur dapat menyebabkan perbedaan pola berpikir, namun pada kasus ini perbedaan umur tidak menjadikan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Jika dilihat rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dapat disimpulkan bahwa masyarakat dari segala lapisan umur kurang peduli terhadap kesuksesan kegiatan. Seharusnya dengan bertambahnya umur, bertambah pula kedewasaan seseorang pola berpikirnya. Hal tersebut dapat membuat orang yang mempunyai umur lebih tua seharusnya bisa lebih berpartisipasi daripada yang masih muda. Namun pada kasus ini tidak terlihat adanya hubungan nyata, berarti masyarakat berpartisipasi tidak terpengaruh oleh status umur yang terdapat dalam dirinya. Masyarakat dari semua lapisan umur sama-sama berpartisipasi dalam kegiatan walaupun rata-rata tingkat partisipasinya rendah.
5.7.2 Lama Tinggal Lama tinggal didasarkan pada lamanya responden tinggal di Kelurahan Babakan Pasar dalam hitungan tahun. Angka yang didapatkan akan langsung dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dengan uji korelasi peringkat
57
Spearman. Berikut ditampilkan distribusi lama tinggal responden dan tingkat partisipasinya pada Tabel 29.
Tabel 29. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Lama Tinggal Tingkat Partisipasi Lama No Tinggal Rendah Sedang Tinggi (tahun) n % n % n % n 1 1 – 11 2 6,7 1 3,3 0 0,0 3 2 12 – 21 3 10,0 0 0,0 0 0,0 3 3 22 – 31 8 26,7 0 0,0 0 0,0 8 4 32 – 41 5 16,7 1 3,3 0,0 6 0 5 42 – 51 2 6,7 3 10,0 0,0 5 0 6 52 – 61 4 13,3 1 3,3 0,0 5 0 Total 24 6 0 30
Total % 10,0 10,0 26,7 20,0 16,7 16,7 100,0
Tabel 29 menunjukkan distribusi lama tinggal responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dengan kelompok lama tinggal 22 – 31 tahun merupakan jumlah terbanyak yaitu 8 responden (26,7%). Hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan umur responden, diperoleh nilai koefisien korelasi peringkat Spearman (r s) sebesar 0,384 dan P-value sebesar 0,036. Meskipun koefisien korelasi yang dihasilkan tidak besar, berdasarkan hasil analisis ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara umur dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan kurang dari α = 0,05. Adanya hubungan yang nyata menggambarkan lama tinggal mempengaruhi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Masyarakat yang tinggal lebih lama akan lebih mengenal pula karakterisitik dan kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Tentu mereka menginginkan kondisi lingkungan yang lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya. Rasa kecintaan dan rasa memiliki terhadap lingkungan, masyarakat yang sudah tinggal lebih lama tentu akan lebih besar daripada masyarakat yang baru tinggal di lingkungan tersebut. Kepentingan-kepentingan terhadap lingkungan juga akan berbeda, karena masyarakat
58
yang tinggal lebih lama akan memandang bahwa kebersihan lingkungan adalah sebuah investasi jangka panjang. Salah seoarang warga yang sudah tinggal di Kelurahan Babakan Pasar mengungkapkan kebersihan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan keluarga, sehingga berpartisipasi dalam kegiatan adalah sebuah kesadaran atas dasar kecintaan terhadap lingkungannya. Berbeda dengan salah seorang warga yang baru tinggal selama satu tahun mengungkapkan berpartisipasi dalam kegiatan tidak terlalu penting karena dirasakan seharusnya sudah ada petugas atau pihak yang berwenang untuk menangani masalah kebersihan di lingkungannya.
5.7.3 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang ditempuh akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir, bersikap, dan memandang suatu masalah yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada pengambilan keputusan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan program. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan membuat anggota tersebut semakin mudah mengetahui dan menyerap pentingnya program bagi mereka. Berikut distribusi persentase tingkat pendidikan responden dan tingkat partisipasinya pada Tabel 30. Tabel 30. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Partisipasi Tingkat No Rendah Sedang Tinggi Total Pendidikan n % n % n % n % 1 SD 8 26,7 2 6,7 0 0,0 10 33,3 2 SLP 10 33,3 3 10,0 0 0,0 13 43,3 3 SLA 6 20,0 1 3,3 0 0,0 7 23,3 Total 24 6 0 30 100,0 Tabel 30 menunjukkan distribusi tingkat pendidikan yang ditempuh responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana tingkat pendidikan SD merupakan jumlah terbanyak yaitu 10 responden (33,3%). Hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan tingkat pendidikan yang ditempuh responden, diperoleh nilai koefisien
59
korelasi Spearman (rs) sebesar -0,153 dan P-value sebesar 0,421. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan yang ditempuh dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan tingkat pendidikan yang ditempuh tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Pendidikan formal yang ditempuh responden membuat responden memiliki bekal lebih untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pekerjaan mereka menyita waktu yang lebih banyak sehingga responden tidak memiliki waktu lebih untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Selain itu responden yang tingkat pendidikannya lebih rendah umumnya memiliki waktu lebih banyak karena mereka bekerja serabutan. Sehingga terjadi perbandingan terbalik antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi.
5.7.4 Jumlah Pendapatan Rumah Tangga Tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor internal yang diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat pendapatan merupakan jumlah rupiah yang diterima oleh responden per bulan dari pekerjaannya. Distribusi persentase pendapatan responden dan tingkat partisipasinya dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Rumah Tangga No
Pendapatan (Rupiah)
1 2 3 4 5 6 7
pendapatan ≤ 500.000 500.000 < pendapatan ≤ 1.000.000 1.000.000 < pendapatan ≤ 1.500.000 1.500.000 < pendapatan ≤ 2.000.000 2.000.000 < pendapatan ≤ 2.500.000 2.500.000 < pendapatan ≤ 3.000.000 pendapatan > 3.000.000 Total
Rendah n % 2 6,7 11 36,7 7 23,3 2 6,7 1 3,3 1 3,3 1 3,3 24
Tingkat Partisipasi Sedang Tinggi n % n % 2 6,7 0 0,0 1 3,3 0 0,0 0 0,0 0 0,0 2 6,7 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 6 0
Total n % 4 13,3 12 40,0 7 23,3 4 13,3 1 3,3 1 3,3 1 3,3 30 100,0
60
Tabel 31 menunjukkan distribusi jumlah pendapatan keluarga responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana jumlah pendapatan keluarga dengan selang Rp 500.000,00 sampai Rp 1.000.000,00 merupakan jumlah terbanyak yaitu 11 responden (36,7%) diikuti oleh selang Rp 1.000.000,00 sampai Rp 1.500.000,00 yaitu 7 responden (23,3%). Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan lamanya pendidikan formal yang ditempuh responden, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar -0,120 dan P-value sebesar 0,526. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara lama pendidikan formal yang ditempuh dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan pendapatan tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Sama halnya dengan lama pendidikan formal, tingkat pendapatan yang lebih tinggi disebabkan oleh pekerjaan responden yang lebih baik dan tentunya menyita waktu lebih banyak. Mereka yang mempunyai pendapatan lebih tinggi akan cenderung berpikir untuk membayar petugas daripada mereka turun langsung berpartisipasi. Sehingga terjadi hubungan yang berbanding terbalik antara tingkat pendapatan dan tingkat partisipasi.
5.7.5 Banyaknya Tanggungan Keluarga Banyaknya tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor internal yang diduga mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi. Angka yang didapat akan langsung dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat melalui uji korelasi peringkat Spearman. Berikut ditampilkan distribusi persentase banyaknya tanggungan keluarga dan tingkat partisipasi responden pada Tabel 32.
61
Tabel 32. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Banyaknya Tanggungan Keluarga Tingkat Partisipasi Banyaknya No Tanggungan Rendah Sedang Tinggi Total Keluarga n % n % n % n % 1 1-3 13 43,3 1 3,3 0 0,0 14 46,7 2 4-6 10 33,3 3 10,0 0 0,0 13 43,3 3 7-9 2 6,7 1 3,3 0 0,0 3 10,0 Total 24 6 0 30 100,0 Tabel 32 menunjukkan distribusi banyaknya tanggungan keluarga responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana banyaknya tanggungan keluarga dengan selang 1 – 3 orang merupakan jumlah terbanyak yaitu 13 responden (43,3%) diikuti oleh responden dengan tanggungan keluarga dengan selang 4 - 5 orang dalam partisipasi rendah yaitu 10 responden (33,3%). Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan banyaknya tanggungan keluarga responden, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar 0,056 dan P-value sebesar 0,731. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara lama pendidikan formal yang ditempuh dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan banyaknya tanggungan keluarga tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Jumlah tanggungan keluarga ternyata tidak menjadi hal yang signifikan dalam mempengaruhi responden dalam berpartisipasi. Bisa dikatakan masyarakat tidak melihat terhadap tanggungan keluarganya dalam berpartisipasi.
62
5.7.6 Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh responden pada umumnya adalah buruh. Berikut distribusi persentase jenis pekerjaan responden dan tingkat partisipasinya ditampilkan pada Tabel 33.
Tabel 33. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tingkat Partisipasi No Jenis Pekerjaan Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % 1 PNS 0 0,0 1 3,3 0 0,0 1 3,3 2 Buruh 7 23,3 1 3,3 0 0,0 8 26,7 3 Karyawan 4 13,3 0 0,0 0 0,0 4 13,3 4 Pedagang 3 10,0 1 3,3 0 0,0 4 13,3 5 Pensiunan 3 10,0 0 0,0 0 0,0 3 10,0 6 Purnawirawan 0 0,0 1 3,3 0 0,0 1 3,3 7 Supir 3 10,0 0 0,0 0 0,0 3 10,0 8 Wiraswasta 4 13,3 2 6,7 0 0,0 6 20,0 Total 24 6 0 30 100,0 Tabel 33 menunjukkan distribusi jenis pekerjaan responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana jenis pekerjaan buruh merupakan jumlah terbanyak yaitu 7 responden (23,3%) diikuti oleh responden dengan jenis pekerjaan karyawan yaitu 4 responden (13,3%). Uji Chi Square (khi kuadrat) untuk hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan tingkat partisipasi pada jenis pekerjaan yang berbeda, menghasilkan χ2 hitung sama dengan 11,5104. Karena banyaknya jenis pekerjaan adalah 8 dan banyaknya tingkat partisipasi 2 maka derajad bebas yang digunakan untuk titik kritis χ2 ialah 7. Sedangkan titik kritis χ2 dengan derajad bebas 7 dan α = 0,05 adalah 14,067. Karena nilai kritis tersebut lebih besar dari nilai hitung maka dapat diputuskan bahwa hipotesis nol diterima yang berarti bahwa jenis pekerjaan tidak berhubungan nyata terhadap tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan ini (Lampiran 4).
63
5.8
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Eksternal Tingkat partisipasi responden pada kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana
Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah dapat dilihat hubungannya dengan faktor eksternal responden yang disajikan dalam Tabel 34.
Tabel 34. Hubungan Faktor Eksternal Responden dengan Tingkat Partisipasi Koefisien Korelasi No Faktor Eksternal Responden P - Value Spearman (rs) 1 Peran Tokoh Masyarakat 0,099 0,604 2 Iuran Pengangkutan Sampah 0,145 0,444 3 Fasilitas Pengelolaan Sampah 0,055 0,772 Peubah yang memiliki P-Value kurang dari 0,05 menunjukkan adanya hubungan nyata dengan tingkat partisipasi. Tabel 36 menunjukkan bahwa hubungan tingkat partisipasi dengan faktor eksternal yaitu peran tokoh masyarakat, iuran pengangkutan sampah, dan fasilitas pengelolaan sampah tidak ada yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi (Lampiran 3). Untuk penjelasan lengkapnya akan dijelaskan melalui penjelasan di bawah ini.
5.8.1 Peran Tokoh Masyarakat Peran tokoh masyarakat merupakan salah satu faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Peran tokoh masyarakat yang dimaksud adalah mendapat atau tidaknya responden himbauan dari tokoh masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Apabila mendapatkan himbauan diberi skor 2 dan skor 1 untuk yang tidak mendapatkan himbauan. Angka yang didapatkan akan langsung dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat menggunakan uji korelasi koefisien Spearman. Selanjutnya distribusi persentase himbauan tokoh masyarakat dan tingkat partisipasinya dapat dilihat pada Tabel 35.
64
Tabel 35. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Peran Tokoh Masyarakat Tingkat Partisipasi Peran Tokoh No Rendah Sedang Tinggi Total Masyarakat n % n % n % n % Mendapat 1 21 70,0 6 20,0 0 0,0 27 90,0 himbauan Tidak mendapat 2 3 10,0 0 0,0 0 0,0 3 10,0 himbauan Total 24 6 0 30 100,0 Tabel 35 menunjukkan distribusi pernyataan responden mengenai himbauan dari tokoh masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana sebanyak 21 responden (70%) mendapat himbauan dari tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan peran tokoh masyarakat, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar 0,099 dan P-value sebesar 0,604. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara peubah peran tokoh masyarakat dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan peran tokoh masyarakat tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Peran tokoh masyarakat merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi responden untuk berpartisipasi, karena masyarakat yang belum memiliki kesadaran diharapkan terinspirasi untuk berpartisipasi dengan adanya himbauan. Namun pada kasus ini tidak terdapat hubungan yang nyata karena disebabkan kurang kuatnya pengaruh dari himbauan tokoh masyarakat untuk berpartisipasi.
5.8.2 Iuran Pengangkutan Sampah Iuran pengangkutan sampah merupakan salah satu faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Iuran pengangkutan
65
sampah merupakan membayar atau tidaknya responden untuk iuran pengangkutan sampah. Apabila membayar diberi skor 2 dan skor 1 untuk yang tidak membayar. Angka yang didapatkan akan langsung dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat menggunakan uji korelasi koefisien Spearman. Selanjutnya distribusi persentase iuran pengangkutan sampah dan tingkat partisipasinya dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Iuran Pengangkutan Sampah Tingkat Partisipasi No Iuran Sampah Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % 1 Membayar iuran 20 66,7 6 20,0 0 0,0 26 86,7 Tidak 2 0,0 0 0,0 4 13,3 4 13,3 0 membayar iuran Total 24 6 0 30 100,0 Tabel 36 menunjukkan distribusi pernyataan responden mengenai membayar iuran sampah dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana sebanyak 20 responden (66,7%) membayar iuran pengangkutan sampah. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan iuran pengangkutan sampah, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar 0,145 dan P-value sebesar 0,444. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara iuran pengangkutan sampah dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan iuran pengangkutan sampah tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Iuran sampah yang dibayarkan responden secara sukarela tidak dapat dikatakan sebagai sebuah faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi.
66
5.8.3 Fasilitas Pengelolaan Sampah Fasilitas pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Fasilitas pengelolaan sampah merupakan persepsi responden terhadap memadai atau tidaknya fasilitas pengelolaan sampah di lingkungan responden tinggal. Apabila memadai diberi skor 2 dan skor 1 untuk yang tidak memadai. Angka yang didapatkan akan langsung dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Selanjutnya distribusi persentase fasilitas pengelolaan sampah dan tingkat partisipasinya dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Fasilitas Pengelolaan Sampah Tingkat Partisipasi Fasilitas No Rendah Sedang Tinggi Total Pengelolaan Sampah n % n % n % n % 1 Memadai 14 46,7 1 3,3 0 0,0 15 50,0 2 Tidak memadai 10 33,3 5 16,7 0 0,0 15 50,0 Total 24 6 0 30 100,0 Tabel 37 menunjukkan distribusi pernyataan responden mengenai fasilitas pengelolaan sampah dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana sebanyak 14 responden (46,7%) menyatakan fasilitas pengelolaan sampah memadai. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan fasilitas pengelolaan sampah, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar 0,055 dan P-value sebesar 0,772. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara iuran pengangkutan sampah dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan iuran pengangkutan sampah tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.2
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
berupa : 1. Profil masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah untuk rata-rata umur adalah 43 tahun (dewasa madya), rata-rata lama tinggal adalah 32,3 tahun, rata-rata lama pendidikan formal yang ditempuh adalah 8,7 tahun, rata-rata jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4 orang, rata-rata jumlah pendapatan keluarga adalah Rp 1.269.000,00 per bulan, dan jenis pekerjaan pada umumnya adalah buruh. 2. Tingkat partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan tergolong kategori rendah karena mayoritas reponden (80%) memiliki tingkat partisipasi rendah. 3. Faktor internal yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam kegiatan Pengadaaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan adalah lama tinggal, sedangkan umur, lama pendidikan formal, pendapatan, banyaknya tanggungan keluarga, dan jenis pekerjaan, tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi. Untuk faktor eksternal yaitu peran tokoh masyarakat, iuran pengangkutan sampah, dan fasilitas pengelolaan sampah tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat.
68
6.3
Saran Pembangunan masyarakat dengan kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana
Pencegahan Pencemaran Lingkungan di wilayah Kota Bogor tidak cukup hanya dengan pemberian bantuan secara fisik. Perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada upaya penyadaran masyarakat bantaran Sungai Ciliwung melalui : 1. Peningkatan sosialisasi kegiatan dan penyuluhan kepada masyarakat. 2. Identifikasi lapangan, stakeholders, dan potensi masyarakat dalam penerapan kegiatan. 3. Perencanaan yang matang sesuai dengan hasil identifikasi kegiatan. 4. Pendampingan masyarakat dalam kegiatan untuk menjamin keberlangsungan kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2006. Sungai Ciliwung 2026. http://www.menlh.go.id (diakses 12-062008). Adi, Isbandi Rukminto. 2002. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI. Athena et al. 2004. The Number of Total Coli and Escherechia coli at Refill Drinking Water in Jakarta, Tangerang, and Bekasi. http://www.litbang.depkes.go.id. (diakses 1-03-2009). Brata, Kamir R. 2007. Lubang Resapan Biopori Sebagai Alternatif Untuk Penanggulangan Air Tanah dan Sampah di DKI Jakarta. Power Point Slide. Bogor : Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Burns, Danny et al. 2004. Making Community Participation Meaningful. Bristol : University of the West of England. Daniel, Wayne W. 1978. Apllied Nonparametric Statistic. Georgia State University: Houghton Mifflin Company. Depdikbud. 1986. Kamus Lengkap Sosiologi. Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta : Rajawali Press. Gunawan et al. 2008. Pedoman Penyajian Karya Ilmiah. Bogor : IPB Press Hurlock, Elizabeth B. 1980. Tahapan-tahapan Perkembangan Manusia. http://makalahdanskripsi.blogspot.com (diakses 17-11-2008). Hoshmand, A Reza. 1998. Statistical Methods for Environmental and Agricultural Sciences. New York : CRC Press. Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2006. Sungai Ciliwung Tahun 2026. http://www.menlh.go.id (diakses 12-06-2008). Koentjaraningrat. 2004. Pranata Sosial Keluarga. http://depsos.go.id (diakses 1-032009). Kumar, Somesh. 2002. Methods for Community Participation, A Complete Guide for Practitioners. London : ITDG Publishing. Lubis. 1993. Partisipasi Anggota Koperasi Primkopti Swakerta (Skripsi). Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
70 Lugiarti, Eppy. 2004. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Proses Perencanaan Program Pengembangan Masyarakat di Komunitas Desa Cijayanti. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Mardikanto, T. 1988. Komunikasi Pembangunan. Surakarta: Sebelas Maret Univesity Press. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Morris, William Davis. 1880. River. http://www.lablink.or.id (diakses 5-5-2008). Nugroho, Obed Agung 2008. Word Press. http://obedan.wimamadiun.com (diakses 14-2-2009). Pretty, Jules et al. 1995. A Trainer’s Guide for Participatory Learning and Action, IIED Participatory Methodology Series. London : IIED. Priambodo, A. 2005. Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung Terhadap Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur (tidak dipublikasikan). [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Purwendro, S. Nurhidayat. 2007. Mengelola Sampah untuk Pupuk Pestisida Organik. Jakarta : Gramedia. Pustekkom. 2005. Pencemaran Air. http://www.e-dukasi.net (diakses 5-5-2008). Singarimbun M, Sofian E. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Wikipedia. 2007. Upah Minimum Regional. http://id.wikipedia.org (diakses 10-42009).
LAMPIRAN
72 Lampiran 1. Denah Lokasi Kelurahan Babakan Pasar
Sumber : Google Earth, http://www.google.com
keterangan
: Lokasi Penelitian
Gambar 2. Denah Lokasi Kelurahan Babakan Pasar
73
Lampiran 2. Tabel Hasil Uji Korelasi Spearman terhadap Faktor Internal Responden dengan Tingkat Partisipasi
Correlations Spearman's rho
TkPartisipasi
Umur
LamaTinggal
TkPendidikan
BynkKeluarga
Pendapatan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
TkPartisipasi 1,000 . 30 ,276 ,140 30 ,384* ,036 30 -,153 ,421 30 ,231 ,219 30 -,120 ,526 30
Umur LamaTinggal TkPendidikan BynkKeluarga Pendapatan ,276 ,384* -,153 ,231 -,120 ,140 ,036 ,421 ,219 ,526 30 30 30 30 30 1,000 ,712** -,379* ,246 -,091 . ,000 ,039 ,189 ,631 30 30 30 30 30 ,712** 1,000 -,262 ,058 -,080 ,000 . ,161 ,763 ,675 30 30 30 30 30 -,379* -,262 1,000 -,202 ,060 ,039 ,161 . ,284 ,754 30 30 30 30 30 ,246 ,058 -,202 1,000 ,374* ,189 ,763 ,284 . ,042 30 30 30 30 30 -,091 -,080 ,060 ,374* 1,000 ,631 ,675 ,754 ,042 . 30 30 30 30 30
74
Lampiran 3. Tabel Hasil Uji Korelasi Spearman Spearman terhadap Faktor Eksternal Responden dengan Tingkat Partisipasi Correlations
Spearman's rho
TkPartisipasi
TkhMasy
IuranSampah
FasilitasSampah
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
TkPartisipasi 1,000 . 30 ,099 ,604 30 ,145 ,444 30 ,055 ,772 30
TkhMasy ,099 ,604 30 1,000 . 30 -,131 ,491 30 ,111 ,559 30
IuranSampah ,145 ,444 30 -,131 ,491 30 1,000 . 30 -,196 ,299 30
Fasilitas Sampah ,055 ,772 30 ,111 ,559 30 -,196 ,299 30 1,000 . 30
75 Lampiran 4. Tabel Hasil Uji Chi Square Jenis Pekerjaan Birokrat Buruh Karyawan Pedagang Pensiunan Purnawirawan Supir Wiraswasta Total
Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi 0 1 0 7 1 0 4 0 0 3 1 0 3 0 0 0 1 0 3 0 0 4 2 0 24 6 0
Total 1 8 4 4 3 1 3 6 30
Perhitungan Khi Kuadrat Baris-Kolom 1-1 1-2 2-1 2-2 3-1 3-2 4-1 4-2 5-1 5-2 6-1 6-2 7-1 7-2 8-1 8-2
f nol 0 1 7 1 4 0 3 1 3 0 0 1 3 0 4 2
f nol - f fe e 0,8 -0,8 0,2 0,8 6,4 0,6 1,6 -0,6 3,2 0,8 0,8 -0,8 3,2 -0,2 0,8 0,2 2,4 0,6 0,6 -0,6 0,8 -0,8 0,2 0,8 2,4 0,6 0,6 -0,6 4,8 -0,8 1,2 0,8 Khi Kuadrat =
(f nol - f e)2 0,64 0,64 0,36 0,36 0,64 0,64 0,04 0,04 0,36 0,36 0,64 0,64 0,36 0,36 0,64 0,64 Total =
(f nol - f e)2/f e 0,8 3,2 0,05625 0,225 0,2 0,8 0,0125 0,05 0,15 0,6 0,8 3,2 0,15 0,6 0,133333333 0,533333333 11,51041667
76 Lampiran 5. Tabel Skor Tingkat Partisipasi Responden Pelaksanaan No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pene mpata n Tong 4 2 1 1 1 2 5 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3 4 1 1 1 1 2
Pemanfaatan dan Pemeliharaan
Pengolah an Sampah
Lubang Biopori
Mengg unakan
Pemeliha raan
Pemila han
Buang ke sungai
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 1 2 2 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2
Total
13 10 9 9 10 10 14 11 12 10 11 11 10 8 10 10 12 9 8 7 9 9 11 13 15 10 10 9 8 10
77 Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
Kondisi Sungai Ciliwung yang Tercemar Sampah
Tempat Pembuangan Sampah Sementara di Kelurahan Babakan Pasar
.
Tong Sampah Bantuan dari DLHK
Gerobak Sampah yang Digunakan di Kelurahan Babakan Pasar