Pusat Pelatihan Fotografi Di Gorontalo Adrianus A. Polimango1, Abdul Mannan2 1
Mahasiswa Universitas Ichsan Gorontalo Dosen, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Ichsan Gorontalo
2
Abstrak Pusat Pelatihan Fotografi di Gorontalo merupakan wadah bagi para peminat fotografi yang ingin menekuni lebih dalam bidang fotografi menjadi tenaga fotografi professional yang siap bersaing di dunia kerja Dunia fotografi membutuhkan tenaga fotografi yang berkompeten serta kreatif di bidangnya. Oleh sebab itu Pusat Pelatihan Fotografi di Gorontalo dirancang dengan menggunakan konsep mengekspresikan kreativitas dimana kreativitas dalam fotografi menjadi salah satu kunci penting keberhasilan seorang fotografer. Pusat Pelatihan Fotografi.Selain sebagai tempat pelatihan juga menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan fotografi seperti galeri pameran foto dan area workshop yang dapat digunakan oleh umum.Permasalahan pada Pusat Pelatihan Fotografi yaitu Bagaimana wujud rancangan Pusat Pelatihan Fotografi di Gorontalo yang mengekspresikan kreativitas melalui pengolahan bentuk bangunan? Melalui pendekatan gagasan desain menjadikan bentuk bangunan, Diharapkan melalui wujud tampilan bangunan mampu merangsang kreativitas siswa pelatihan sehingga mampu menumbuhkan kreativitas siswa pelatihan. Dunia visual makin menemukan tempatnya saat ini, banyak hal yang berkaitan dengan visual diproduksi dan diapresiasi oleh masyarakat. Fotografi salah satunya. Saat ini semua orang bisa dan mampu memotret, dengan handphone pun bisa menjadi sebuah karya fotografi. Apresiasi memerlukan sebuah ruang bersama untuk bertemu antara fotografer, penikmat foto dan industri.Disinilah Pusat Pelatihan Fotografi hadir di kota gorontalo.
Kata kunci: Desain, bangunan, pusat pelatihan fotografi 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Diera modern ini sebagai bidang pekerjaan membutuhkan tenaga fotografer professional seperti media cetak, fashion, arsitektur dan pekerjaan di bidang fotografi sendiri, seperti jasa pemotretan untuk event tertentu. Di harapkan dengan adanya pusat pelatihan fotografi ini generasi muda mampu bersaing dalam dunia kerja, serta mampu untuk menciptakan peluang berwirausaha dalam dunia fotografi. Pusat pelatihan fotografi sebagai wadah yang dikelola oleh swasta.Pusat pelatihan fotografi adalah institusi pendidikan yang khusus berfokus pada dunia fotografi. Sistem pembelajaran menggunakan kurikulum yang sama dengan tempat pendidikan fotografi secara formal, sehingga ditempat ini peserta
didik diajarkan teori – teori mendasar dalam fotografi dan diterapkan dengan praktek langsung dilapangan. Seiring di harapkan dengan adanya pusat pelatihan fotografi ini peserta didik mampu memperoleh pengetahuan dan kemampuan dalam bidang fotografi secara mendalam.Oleh karena itu pusat pelatihan fotografi ini harus dapat mengakomodasi kegiatan teori dan praktek dalam program ruangnya.
Kontak: 1.Adrianus A. Polimango, ST, Mahasiswa Teknik Arsitektur Universitas Ichsan Gorontalo, Jl. Kalimantan 005/002 , Gorontalo, email:
[email protected] 2.Abdul Mannan, ST.,MT, Dosen Teknik Arsitektur Universitas Ichsan Gorontalo Tlp: 081523919792
1.3. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mendapatkan lokasi yang strategis untuk perancangan Pusat Pelatihan Fotografi. b. Untuk mendapatkan penataan massa dan penapilan penampilan bangunan yang sesuaikreativitas.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas maka ada beberapa masalah yang harus dipecahkan dalam perencanaan dan perancangan pusat pelatihan fotografi di Gorontalo. Adapun permasalahannya sebagai berikut: a. Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai untuk perancangan Pusat pelatihan fotografi ? b. Bagaimana penataan massa dan penampilan bangunan Pusat pelatihan fotografi ?
Jurnal Arsitektur dan Desain Vol.1 No.1 Des. 201441
1.4. Manfaat penelitian Untuk manfaat praktis nantinya dapat menjadi suatu bahan pertimbangan untuk merencanakan Pusat Pelatihan Fotografidi Gorontalo, selain itu manfaat lainnya untuk pemerintah dapat menjadi tolak ukur apakah perencanaan dan perancangan pusat pelatihan fotografi yang ada saat ini diminati oleh masyarakat Gorontalo sendiri yang diharapkan mampu menjadikan Gorontalo dikenal dengan dunia pendidikan, formal atau non formal.. Secara arsitektural dapat mewujudkan daerah dengan fasilitas yang memadai yang dapat menunjang aktivitas pembelajaran,. Secara non arsitektural dapat tersedianya suatu rancangan fasilitas pelatihan yang mampu menarik perhatian masyarakat untuk menjadikan masyarakat berwira usaha sendiri dan mampu menjadikan Gorontalo sebagai Provinsi yang dikenal luas melalui Pendidikan . 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Fotografi Istilah „fotografi‟ berasal dari Bahasa Yunani, yaitu „photos‟ yang berarti cahaya dan ‟graphein‟ yang berarti tulisan, dengan demikian „fotografi‟ dapat diartikan dengan “menulis atau melukis dengan cahaya”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian fotografi adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya dalam film. Sedangkan menurut Hasif Hamini, fotografi adalah sejenis ingatan yang aneh, peristiwa yang terus bergerak menjadi masa lalu, distop, disergap dan diamankan‟dalam selembar gambar. Fotografi merupakan alat visual efektif yang mampu memvisualisasikan suatu keadaan menjadi lebih konkret dan akurat. Suatu keadaan yang terjadi ditempat lain dapat dilihat oleh orang yang berada jauh dari tempat kejadian dan setelah kejadian tersebut berlalu melalui sebuah foto. 2.2. Tinjauan Perkembangan Fotografi Perintis penemuan fotografi dimulai dengan penemuan dibidang ilmu fisika dan ilmu kimia yang menjadi prinsip – prinsip dasar fotografi. Seorang ilmuwan dari Cina bernama Moti, pada abad 5 SM mencatat bahwa observasi terhadap sinar yang memancar dari suatu objek melalui suatu lubang kecil kedalam ruang gelap, akan menghasilkan bayangan objek tersebut terbalik, tepat sesuai dengan aslinya. Seorang ilmuwan Arab yaitu Al–Haltham (Al–Hazen) mengembangkan penelitian yang telah dirintis oleh Aristoteles. Beliau menyatakan bahwa bayangan yang terbentuk dari suatu objek akan terlihat dalam ruang gelap, jika sinar dari objek tersebut masuk menembus melalui lubang kecil, dan bila lubang tersebut di perbesar maka bayangannya akan semakin kabur.
42Jurnal Arsitektur dan Desain Vol.1 No.1 Des 2014
Prinsip–prinsip gejala optic tersebut mulai di kembangkan pada jaman Renaissance oleh Leonardo da Vinci sekitar abad ke – 15, pada masa itu gejala optic tersebut dikenal dengan nama efek camera obscura (camera : kamar, obscura : gelap ) atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan efek kamar gelap. Deskripsi yang paling baik mengenai camera obscurea dinyatakan oleh Giovani Battista della Porta pada tahun 1558 yaitu penggunaan camera obscura sebagai alat untuk membantu menggambar.
Gambar 1.Camera Obscura
Deskripsi ini terus di kembangkan oleh beberapa ilmuwan dengan penambahan lensa cembung, penambahan ukuran diafragma, penggabungan lensa dengan panjang fokus yang beragam dan pengembangan mengenai ukuran dan bentuk lensa. 2.3. Penilaian Pokok Fotografi Menurut Soekojo (1984) penilaian fotografi dalam menghasilkan suatu gambar yang berkualitas terdiri dari dua pokok penting yaitu kualitas teknik dan kualitas visual. 3. Tinjauan Pelatihan 3.1. Pengertian Pelatihan Latihan didefinisikan sebagai pelajaran membiasakan diri) adalah suatu tindakan (exercise) yang dilakukaatau memperoleh kecakapan, Selain itu latihan (practice) secara dan berulang–ulang untuk mempelajarinya.
untuk tugas suatu teratur
3.2. Tujuan Pelatihan Pada dasaranya tujuan program pelatihan adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap atau perilaku.Melalui pendidikan dan pelatihan, peserta didik diharapkan memahami peran dan fungsi pendidikan dan pelatihan serta mempersiapkan diri
Adrianus A. polimango
untuk program pelatihan berdasarkan kebutuhan. 3.3. Pengertian Pusat Pelatihan Fotografi Sesuai dengandefinisi fotografi dan pelatihan diatas maka pusat pelatihan fotografi dapat didefinisikan sebagaitempatuntuk mewadahi proses pengembangan pikiran dan karakter melalui pengajaran serta proses membiasakan diri untuk memperoleh suatu kecakapan di bidang fotografi. 4. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana dalam hal ini penelitian mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks pengumpulan data latar alami yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisa pendekatan induktif sehingga dikatakan analisis data deskriptif yang tujuannya membuat deskripsi atau gambar yang sistematif, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, situasi-situasi dan kejadian-kejadian yang berlangsung dilapangan. Adapun langkah-langkah analisa data pada penelitian ini adalah: - Mencari dan mengumpulkan data dari segala informasi yang faktual dan mendetail yang menerangkan gejala-gejala yang ada dilapangan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek penelitian. - Mengidentifikasikan permasalahan yang ada untuk mendapatkan solusi pada keadaan yang sedang berlangsung di lapangan. - Memverifikasi dan menginterprestasi data dan mensistensikan data atau sumber informasi yang didapatkan dari hasil pengumpulan data. - Membuat evaluasi dan komparasi data untuk kemudian diajukan sebagai acuan perancangan. 5. Hasil, Pembahasan dan Rekomendasi Objek bangunan “Pusat Pelatihan Fotografi” di Gorontalo ini merupakan suatu wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai penunjang. Oleh karena itu, kehadiran objek ini di harapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat khususnya para pemuda yang mempunyai bakat di bidang Fotografi. Perencanaan objek ini didasarkan atas kondisi umum, serta melalui studi komparatif, prediksi terhadap jumlah pengguna, aktifitas pemakai, kebutuhan dan besaran ruang, serta analisa terhadap bentuk tapak untuk mendapatkan konsep rancangan yang diharapkan. Oleh karena itu dengan adanya konsep perencanaan ini, diharapkan dapat menjadi suatu wadah penyaluran kegiatan baik kegiatan
Jurnal Arsitekturdan Desain Vol.1 No.1 Des. 2014
akademik maupun kegiatan non akademik yang benar-benar representatif, sehingga dapat membantu pemerintah dalam hal peningkatan mutu Sumber Daya Manusia khususnya yang ada di Propinsi Gorontalo. Sehingga usaha pembangunan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan. Tabel 1. Klasifikasi bangunan. Unit bangunan Fasilitas pembelajaran Fasilitas pameran Fasilitas administrasi Fasilitas pengelola Fasilitas pendukung Fasilitas rekreatif Sumber: Analisis penulis,2014
6. Konsep dasar penentuan lokasi Dalam penentuan lokasi Pusat pelatihan fotografi di Gorontalo ini dilakukan pengamatan terhadap lokasi yag memiliki potensi dan prospek yang baik saat ini dan di waktu yang akan datang. Lokasi bangunan dipertimbangkan lewat pendekatan tentang hal yang menunjang sebagai fasilitas pendidikan dan seni.
Gambar 2.Konsep pemilihan lokasi
a. Potensi kawasan Lokasi yang direncanakan berada pada kawasan pendidikan dan rencana kawasan strategis pertumbuhan ekonomi serta kemungkinan prospek yang cerah untuk pengembangan. b. Aksesibilitas Lokasi tepat berada pada kawasan yang strategis dalam pencapaian yang terjangkau oleh sarana dan prasaran transportasi kota. c. Fasilitas penunjang Direncanakan berada pada kawasan yang dilengkapi fasilitas penunjang kegiatan di dalam Pusat pendidikan Gorontalo.
Adrianus A.Polimango43
d. Fasilitas Utilitas Berada pada kawasan yang terjangkau sarana dan prasarana utilitas kota (Jaringan air bersih, saluran pembuangan air kotor, jaringan listrik, telekomunikasi, sarana pembuangan sampah, dan sebagainya). e. Kondisi Lingkungan Lokasi yang direncanakan berada di pusat kec. Kotatengah sehingga kawasan bisa dijadikan sebagai ruang publik untuk masyarakat Gorontalo khususnya dan luar Gorontalo pada umumnya. Selain itu lokasi juga memiliki potensi untuk dapat diolah lingkungannya sebagai lingkungan pendidikan. Berdasarkan pertimbangan di atas, lokasi untuk perencanan dan perancangan pusat pelatihan fotografi di Gorontalo berada di kota Gorontalo, tepatnya di kota tengah, kel. Dulalowo timur yaitu Mengingat kondisi kawasan tersebut masih memiliki lahan yang luas serta penataannya belum terlalu maksimal, masih ada lahan kosong yang tidak terpakai. 7. Mempertimbangkan peraturan kota yang berlaku untuk lokasi tapak Dalam menentukan lokasi untuk tapak bangunan, maka ditinjau regulasi yang terkait dengan proses pembangunan, antara lain: a. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Sempadan bangunan merupakan daerah batas bangunan baik dari depan, samping maupun belakang bangunan dengan persil/lahan diatasnya. Sempadan bangunan dimaksud sebagai daerah bebas atau ruang antar bangunan dengan bangunan lainnya. b. GSB Jalan Lebar daerah milik jalan (Damija) pada site adalah 22 meter.Menurut ketentuan daerah khususnya Kota Gorontalo untuk bangunan adalah setengah dari lebar damija.Jadi GSB pada site adalah 11 meter. Digunakan sebagai pintu keluar site
Lokasi site
Digunakan
sebagai
pintu masuk site
Gambar 3.Sirkulasi dalam site .
44Jurnal Arsitektur dan Desain Vol.1 No.1 Des 2014
8. Pola Tata letak Massa Bangunan Penempatan massa bangunan direncanakan dengan mempertimbangkan: a. Sirkulasi dalam tapak dan sirkulasi jalan raya b. Kebisingan suara c. Arah pandang terbaik keluar dan kearah bangunan. d. Orientasi matahari e. Arah, kecepatan dan tekanan angin 9. Sirkulasi dan pencapaian Sirkulasi dan pencapaian dari luar dan ke dalam bangunan begitu pun sebaliknya perlu adanya kejelasan yang tegas bagi kegiatan umum dan servis serta kemudahan dan keamanan dari masing-masing kegiatan serta pemisahan sirkulasi kendaraan dan manusia dengan memanfaatkan pedestrian. Sistem sirkulasi yang ada pada Pusat pelatihan fotografi ini direncanakan dibagi dalam: 1. Sirkulasi di luar bangunan Sistem sirkulasi di luar bangunan adalah sirkulasi di luar tapak, yaitu kondisi keadaan diluar tapak yang dapat mempengaruhi pencapaian ke dalam tapak bangunan dan perencanaan sistem sirkulasi di dalam bangunan. Penentuan sirkulasi di dalam tapak di dalam tapak harus dipertimbangkan terhadap pelaku sirkulasi yaitu kendaraan, barang dan manusia. a. Sirkulasi kendaraan Sirkulasi kendaraan menuju bangunan dibagi menjadi dua bagian, yakni sirkulasi untuk pengunjung.Dimana untuk sirkulasi pengelola telah disediakan parkir khusus untuk pengelola, dan untuk sirkulasi pengunjung disediakan khusus pengunjung.Selain parkir mobil juga disediakan parkir kendaraan roda dua serta parkir khusus untuk bus. b. Sirkulasi manusia Sirkulasi manusia merupakan salah satu sistem sirkulasi yang menentukan pencapaian manusia menuju tapak. Sirkulasi manusia ini dapat dibagi atas: - Pengunjung dan pengguna jasa pusat pelatihan fotografi. - Pengelola serta karyawan yang melakukan kegiatan administrasi pengelola dan pelayanan. c. Sirkulasi barang Sirkulasi barang erat kaitannya dengan gudang. Sirkulasi barang di dalam tapak harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: - Sebaiknya terpisah dari sirkulasi manusia - Mudah di capai - Tidak mengganggu sirkulasi di luar tapak - Tersedia pool kendaraan bongkar muat
Adrianus A. polimango
2. Sirkulasi di dalam bangunan Sirkulasi dalam bangunan dipertimbangkan terhadap kemudahan, kecepatan, kelancaran, dan kejelasan. Sirkulasi di dalam bangunan dapat dibedakan atas: a. Sirkulasi pengunjung Arus sirkulasi pengunjung lainnya merupakan arus sirkulasi utama di dalam bangunan.Karena pengunjung merupakan pemakai bangunan yang terbesar. Dalam menentukan sirkulasi perlu diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi penentuan sistem sirkulasi yaitu: - Kelancaran dan kejelasan sirkulasi - Kenyamanan dan keamanan, terutama dalam keadaan darurat perlu diperhatikan emergency exit. - Besaran jalur sirkulasi di dalam bangunan. Untuk kelancaran dan kejelasan sirkulasi, maka pola yang dipakai harus jelas sehingga tidak membingungkan peneliti maupun pengunjung yaitu sebagai pusat orientasi terhadap sirkulasi dan kegiatan yang diantaranya adalah: - Sistem sirkulasi vertical Menhubungkan antara lantai dalam bangunan dengan tangga dan lainnya. - Sistem sirkulasi horizontal Menghubungkan antara unit-unit kegiatan dalam satu lantai bangunan.Sarana penghubung ini berupa selasar dan koridor. b. Sirkulasi pengelola dan karyawan Sirkulasi ini terjadi pada waktu dan kondisi tertentu dan relatif tidak besar.Yang perlu diperhatikan adalah kemudahan dan kelancaran dalam kegiatan pengelolaan bangunan dan fasilitas-fasilitas bangunan dan jalur yang tidak saling mengganggu dengan yang lainnya. Dalam rangka memberikan pelayanan bagi pengguna dan pengunjung, haruslah di dukung oleh personil/tenaga yang bekerja dalam pengelolaan Pusat Pelatihan fotografi di Gorontalo, serta penataan ruang publik hijau yang nyaman untuk aktivitas pendidikan masyarakat Gorontalo. Hal ini di pertegas dengan pembagian aktivitas ruang luar yang memungkinkan perencanaan Pusat Pelatihan fotografi di Gorontalo ini terjadi keseimbangan aktivitas yang tersinkronisasi dengan baikantara civitas pelajar dan lingkungan publik di sekitar. 10. Sirkulasi dan pencapaian Konsep penataan ruang luar digunakan dengan maksud untuk membuat penataan kawasan agar dapat menciptakan kesan ruang luar yang sesuai dengan suasana lingkungan yang alami agar terkesan nyaman. Fungsi ruang luar/lansekap adalah sebagai berikut: a. Sebagai ruang transisi antara lingkungan luar dengan lingkungan dalam tapak. b. Dapat mengarahkan arus sirkulasi kendaraan dan
Jurnal Arsitekturdan Desain Vol.1 No.1 Des. 2014
manusia dengan baik. c. Mampu berfungsi sebagai filter terhadap berbagai polusi yang berasal dari lingkungan sekitarnya, diantaranya sinar matahari, polusi udara, debu, dan sebagainya. d. Mampu menabah kualitas view dalam tapak e. Penataan ruang luar/lansekap difungsikan juga untuk memberi kesempurnaan dan keharmonisan terhadap bangunan. Unsur penting dalam penataan ruang luar adalah soft material (bahan penutup tanah, semak, pohon) dan hard material (pengerasan untuk pembatas dan elemen pengarah, lampu taman dan parker. 3.4 Bentuk Dan Tampilan Dimana Pusat Pelatihan Fotografi
ini selain
melakukan pertunjukan yang bernilai seni juga sangat erat kaitannya dengan dunia pendidikan sehingga digunakan juga bentuk dasar persegi dan segitiga yang mencerminkan kesan formal. 1. Bentuk dasar
Gambar 4.Analogi Desain pada bentuk denah kawasan
2. Alternatif bentuk
Gambar 5.alternatif bentuk
Bentuk di atas adalah bentuk yang akan
Adrianus A.Polimango45
diterapkan pada Bangunan Pusat Pelatihan Fotografi. sedangkan untuk ruang-ruang lainnya diperoleh dari penggabungan bentuk persegi yang mencerminkan kesan formal. Dimana ruang-ruang ini terbagi dalam tiga bagian yaitu ruang utama, entrance serta ruang persiapan, yang digabungkan dalam satu kesat. 4. Desain
Gambar 6.Tampak mata burung
Gambar 7. Perspektif 1
Gambar 8. Perspektif 2 dan 3
Gambar 9. Perspektif 4
46Jurnal Arsitektur dan Desain Vol.1 No.1 Des 2014
5. Kesimpulan Perencanaan Bangunan Pusat Pelatihan Fotografidirencanakan berdasarkan kekhawatiran peneliti akan punahnya bakatlokal karena perkembangan dunia modern. Dengan adalanya wadah untuk pusat pelatihan fotografi di daerah khsusnya gorontalo dapat menjadi salah satu alternatif untuk tetap mempertahankan kreatifitas lokaldi Gorontalo.Tepatnya, di kec,kota tengah di kel. Dulalowo timur..Lokasi di sekitar kampus UNG yang strategis dan sesuai dengan peruntukannya. Analogi tata massa dan bentuk bangunan pada bentuk pena dan bentukkamera agar representasi pada pusat pelatihan fotografi. Rancangan ini lebih ditekankan pada visi perencanaan serta untuk mengungkapkan suatu gagasan dengan didasari oleh pemikiran bahwa arsitektur sebagai seni bangunan.Berdasarkan pemikiran tersebut maka bangunan harus dapat mengungkapkan ekspresinya serta mampu menggugah perasaan dan logika pengamat. Perencanaan objek ini didasarkan atas kondisi umum, serta melalui studi komparatif, prediksi terhadap jumlah pengguna, aktifitas pemakai, kebutuhan dan besaran ruang, serta analisa terhadap bentuk tapak untuk mendapatkan konsep rancangan yang diharapkan. Oleh karena itu dengan adanya konsep perencanaan ini, diharapkan dapat menjadi suatu wadah penyaluran kegiatan baik kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik yang benar-benar representatif, sehingga dapat membantu pemerintah dalam hal peningkatan mutu Sumber Daya Manusia khususnya yang ada di Propinsi Gorontalo. Sehingga usaha pembangunan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan. Referensi Ernst Neufert.2002.Archtecture Data jilid I & II Edisi 33, terjemahan, Jakarta: Erlangga. Haryanto, Goenadi. 2010. Buku Fotografi “64”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: Erlangga. Soelarko, R. M. 1990. Komposisi Fotografi. Jakarta: Balai Pustaka White. Edward T. 1987. Buku Sumber Konsep. Bandung: Intermatra.
Adrianus A. polimango