PSYCHOLOGY OF MUSIC: THE ART OF CONDUCTING ON GADJAH MADA CHAMBER ORCHESTRA Afriza Animawan Arifin, Koentjoro Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Email :
[email protected] Abstract This study was intended to understand the role of conductor on Gadjah Mada Chamber Orchestra in terms of the psychological. The research was conducted in a qualitative approach through a phenomenological method. Sources of data consist of experienced of researchers on conducting Gadjah Mada Chamber Orchestra in the last two years. Subject were varying from 7 violinist I, 8 violinist II, 3 violist, 5 cellist, 2 contrabassist, 3 fluitist, 1 clarinetist, 3 alto saxophonist, 1 trumpeter, 4 accoustic guitarist, 2 electric guitarist, 2 drummer, 2 electric bassist, and 24 choirs. The rehearsal of the orchestra consist in three types: individual rehearsal, sectional rehearsals, and full orchestra rehearsals. During rehearsals, the conductor more interaction with verbal communication. During the concerts, the conductor pure communicated with nonverbal behavior. The conductor of Gadjah Mada Chamber Orchestra usedthe democratic leadership to conducted the orchestra. There was a relationship between conductor instruction, player perception, and the energy to the audiences. Keywords : Conductor, Gadjah Mada Chamber Orchestra, verbal, non-verbal, leadership PENDAHULUAN Segala perbuatan manusia yang menimbulkan perasaan indah dapat diartikan sebagai seni. Demikian makna sebuah seni yang dituturkan oleh Ki Hajar Dewantara. Seni dapat diungkapkan melalui berbagai medium, sehingga bermacam–macam bentuknya seperti seni musik, seni tari, seni lukis, seni bangunan, seni pertunjukan, dan lainlain. Seni adalah hasil daya cipta manusia, sehingga sangat erat kaitannya dengan psikologi. Saat seseorang melakukan aktivitas seni, maka seseorang sedang menjalankan
Jurnal Psikologi mandiri
segala aspek psikologisnya yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif digunakan untuk proses kreatifnya. Psikomotor digunakan dalam proses menuangkan proses kreatif ke dalam karya seni. Sedangkan afektif adalah aspek yang memberikan kesenangan dan kenyamanan dalam berkesenian. Musik memiliki tempat tersendiri di dalam otak manusia. Saat individu mulai mendengarkan musik, bagian sub-cortical terangsang melalui auditory cortices. Mengikuti alunan musik yang sudah familiar dengan individu akan menstimulus bagian hippocampus. 1
PSYCHOLOGY OF MUSIC: THE ART OF CONDUCTING ON GADJAH MADA CHAMBER ORCHESTRA
Saat seorang individu melakukan penampilan musik, hal ini mendorong frontal lobe untuk merencanakan hal-hal apa saja yang akan dilakukan sepanjang penampilan. Membaca partitur musik juga akan menstimulus bagian visual cortex. Mengingat kembali lirik lagu yang familiar kemudian melakukan recalling lirik mentimulus bagian broca dan wernicke untuk bekerja. Sedangkan saat individu merasakan gejolak emosi / merasakan emosi dalam suatu pengalaman musik maka akan merangsang bagian cerebellar vermis dan amygdala(Newscientist, 2008).Hal ini lah yang kemudian menjadikan alasan bahwa otak manusia memang dekat dengan berbagai unsur musik. Dengan menggunakan scanner medis, diketahui bahwa di dalam otak manusia terdapat respons yang cukup kompleks saat mempersepsi musik. Ada tempat-tempat tersendiri di dalam otak besar manusia untuk mempersepsi melodi, ritme, dan pola nada (Thompson, 2004). Djohan (2006) mengatakan bahwa kehadiran musik adalah sebagai bagian dari kehidupan manusia. Seperti dalam acara pernikahan, kelahiran, kematian, dan menyempurnakan beragam bentuk kesenian budaya setempat. Orkestra adalah salah satu bagian dari seni. Seni suara yang dikembangkan di Eropa. Menurut kamus Oxford, orkestra adalah satu kesatuan instrumen kombinasi dari string (gesek), woodwind (tiup kayu), brass (tiup logam), dan percussion (perkusi) yang memainkan lagu klasik. Seiring dengan perkembangan zaman orkestra tidak hanya memainkan lagu klasik, tetapi juga Jurnal Psikologi mandiri
mulai merambah ke musik – musik populer, jazz, dan bahkan musik rok. Kepemimpinan dalam orkestra sering dikaitkan dengan figur seorang konduktor. Istilah dirigen diambil dari bahasa Jerman „Dirigent‟ yang berarti orang yang mengarahkan. Sedangkan konduktor dari bahasa Inggris yang berarti menyalurkan. Pada dasarnya fungsi kedua istilah ini tepat karena orang tersebut bertugas mengarahkan dan juga menyalurkan isi musik kepada para musisi. (Carnicer, Garrido, & Oriola, 2015). Konduktor memiliki peranan yang cukup vital dalam proses / jalannya latihan dalam orkestra. Proses conducting sendiri juga memiliki berbagai macam aspek psikologis di dalamnya. Kemampuan seorang konduktor dalam membahasakan tulisan not di partitur terhadap para pemain musik dihadapanya agar memiliki persepsi dan interpretasi yang sama. Konduktor juga dapat membahasakan berbagai macam bentuk not di partitur melalui kontak mata dan gerakan tubuh untuk kemudian dapat dipersepsi oleh para pemain musik di hadapannya. Penyampaian informasi dari seorang konduktor dapat melalui proses verbal dan non-verbal. Proses seni dalam latihan dan conducting orkestra inilah yang kemudian memiliki nilai – nilai seni dan psikologis di dalamnya. Dalam latihan orkestra, komunikasi verbal berperan sebesar 40 – 60 persen dari keseluruhan waktu latihan. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa komunikasi verbal memang jauh lebih efektif dalam menyampaikan koreksi kepada para pemain dibandingkan 2
PSYCHOLOGY OF MUSIC: THE ART OF CONDUCTING ON GADJAH MADA CHAMBER ORCHESTRA
dengan instruksi melalui gestur (Skadesm, 1996). Dalam sebuah orkestra, konduktor cenderung untuk fokus memperhatikan ritme dan tempo. Konduktor yang berpengalaman rata – rata cenderung untuk membahas tentang suara instrumen, baik itu intonasi, atau memberikan pengarahan untuk mendengarkan instrumen lain. Seorang konduktor yang sudah berpengalaman juga akan mengutamakan balancing, style, dan tone daripada mereka yang pemula. Konduktor pemula / yang masih kurang berpengalaman akan lebih banyak mengulang lagu pada bagian yang sama tanpa memberikan instruksi yang membangun dan kurang efisien (Goolsby, 1997). Untuk memudahkan konduktor dalam memberikan instruksi, biasanya diterapkan metode aural-modeling. Hal ini dapat memberikan efektivitas konduktor dalam memberikan instruksi secara verbal. Aural modeling adalah salah satu cara memberikan instruksi melalui MIDI atau pun perangkat lain yang dapat dipersepsi melalui pendengaran. Atau biasanya konduktor juga bisa melafalkan bunyi yang diharapkan dari sebuah not sehingga pemain dapat mengerti bunyi yang diharapkan dari seorang konduktor dengan lebih mudah. (Weeks, 1996). Penelitian tentang komunikasi interpersonal menunjukkan bahwa ekspresi wajah adalah cara berkomunikasi nonverbal yang primer dalam menyampaikan enam emosi dasar manusia yakni bahagia, sedih, marah, takut, terkejut, dan jijik. Ekspresi wajah konduktor secara sederhana Jurnal Psikologi mandiri
dapat digunakan sebagai suatu approving, disapproving, dan ekspresi netral dari permainan yang dibawakan pemain orkestra. Kontak mata adalah salah satu cara berkomunikasi yang cukup efektif dalam orkestra. Konduktor disarankan untuk lebih banyak melihat kepada para pemain dibandingkan dengan melihat not dalam partitur. Sebuah penelitian menyatakan bahwa cara terbaik seorang penyanyi mengubah dinamika adalah ketika melihat respons non-verbal seorang konduktor (Skadesm, 1996). Sebuah penelitian menyatakan bahwa konduktor yang ekspresif memberikan efek terhadap performansi yang bagus dibandingkan dengan konduktor yang kurang ekspresif (Grechesky, 1985). Gestur seorang konduktor mempengaruhi para pemain dalam membawakan sebuah lagu. Perpindahan dinamik seperti piano, forte, subito forte, mezzo-forte, dan sebagainya perlu instruksi gerakan non-verbal dari konduktor agar para pemain dapat menginterpretasikannya. Gerakan konduktor juga sangat berpengaruh dalam hal tempo. Terutama lagu yang dibawakan dengan tempo „rubato‟ yang tentu harus memperhatikan gerak dari konduktor. Gadjah Mada Chamber Orchestra (GMCO) sebagai sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Gadjah Mada berfungsi untuk mewadahi minat, bakat, serta hobi dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam bidang seni musik orkestra. Anggota atau kepengurusan GMCO dipegang oleh 3
PSYCHOLOGY OF MUSIC: THE ART OF CONDUCTING ON GADJAH MADA CHAMBER ORCHESTRA
mahasiswa S1 dan / atau S2 UGM. Berdasarkan hasil observasi peneliti, pada 2 tahun terakhir kepengurusan GMCO terdapat 56 orang player masuk yang terdiri dari 32 player angkatan VI dan 24 player angkatan VII. Menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi konduktor GMCO untuk melatih orang – orang yang disamping memiliki hobi bermusik namun mempunyai kewajiban lainnya di bidang akademik masing – masing. Hal ini yang nantinya akan menjadi fokus peneliti, tritmen apa yang digunakan konduktorGMCO dalam melatih para pemainnya yang notabene adalah seorang mahasiswa aktif non jurusan musik yang dipersatukan melalui hobi yang sama dalam bermusik. Dalam hal ini, GMCO sesuai dengan visi nya yakni memberikan musik yang edukatif baik bagi para pemain untuk menambah skill dan para penonton / masyarakat umum berupa edukasi musikal atas repertoar yang dibawakan GMCO. Di sini peran konduktor sangatlah penting karena ia berfungsi sebagai perantara antara interpretasi komposisi musik yang ditulis oleh komposer, kemudian membahasakan kepada pemain orkestra, kemudian menyampaikan kepada audiens (Carnicer, Garrido, & Oriola, 2015). Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian fenomenologi.Fenomenologi adalah landasan pokok yang digunakan oleh peneliti kualitatif untuk menunjuk pada pengalaman subyektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang diteliti. Penelitian fenomenologi Jurnal Psikologi mandiri
adalah penelitian yang berorientasi pada pengalaman subjektif atau pengalaman yang mengungkap fenomena khusus. Penelitian fenomenologi menyelidiki pengalaman dengan berusaha memahami arti peristiwa (Creswell, 2010). Penelitian ini didasari pada pengalaman peneliti yang dalam 2 tahun terakhir menjadi konduktor di GMCO. Penelitian akan difokuskan pada event Grand Concert Volume 5 Gadjah Mada Chamber Orchestra “The Story of Our Life” yang mana proses latihannya berjalan sejak Bulan Juli hingga November 2015. Total terdapat 52 kali pertemuan latihan per 2 jam. Jumlah pemain asli UGM (non-additional) yang ikut dalam event tersebut terdiri dari 7 pemain violin I, 8 pemain violin II, 3 pemain viola, 5 pemain cello, 2 pemain contrabass, 3 pemain flute, 1 pemain klarinet, 3 pemain alto saxophone, 1 pemain trumpet, 4 pemain gitar akustik, 2 pemain gitar elektrik, 2 pemain piano, 2 pemain drum set, 2 pemain bass elektrik, dan 24 pemain sebagai paduan suara. Total ada 69 pemain asli UGM dari total 94 pemain dalam event tersebut. Sehingga 25 pemain lainnya adalah pemain additional baik diambil dari profesional maupun universitas lain. Ke-69 pemain lah yang lebih menjadi fokus dalam penelitian ini. Dalam event ini GMCO memainkan 14 lagu yang diaransemen oleh 5 arranger yang berbeda. Aspek yang akan digunakan adalah aspek role of conductor yang dikemukakan oleh Guy-Kummer (1989) yaitu during rehearsals yang terdiri dari 3 indikator yakni the 4
PSYCHOLOGY OF MUSIC: THE ART OF CONDUCTING ON GADJAH MADA CHAMBER ORCHESTRA
saving of time, the saving of words, dan expression dan aspekduring concert. Serta peneliti ingin mengungkapkan style kepemimpin konduktor yang diterapkan di GMCO melalui teori kepemimpinan Goleman (2011). Aplikasi a. During Rehearsal Latihan adalah kunci utama kesuksesan sebuah pagelaran konser. GMCO yang di dalamnya terdapat para pemain dari latar belakang pendidikan yang berbeda – beda (non-musik) menjadikan tantangan tersendiri bagi konduktor yang menangani. Secara umum, para pemain yang mengikuti event Grand Concert Volume 5 adalah para pemain yang sudah pernah mendapatkan dasar – dasar musik serta pernah tampil dalam konser GMCO sekurang - kurangnya untuk 2 kali penampilan. Dalam kaitanya dengan latihan Grand Concert Volume 5, jenis latihan dibedakan menjadi 3 yaitu latihan individu, latihan seksional, dan latihan full orkes. Dalam hal ini konduktor berperan dalam latihan full orkes. Karena dalam hal ini fungsi konduktor adalah menyatukan persepsi para pemain musik menjadi satu kesatuan ansamble yang harmoni. 1) The Saving of Time Pengefektifan penyampaian konduktor melalui gestur tubuh. Dalam hal ini konduktor memberikan kesepakatan kepada para pemain tentang gerakan tangan konduktor dan ketukan yang dihasilkan. Kesepakatan tentang bentuk ketukan pertamanya, atau gestur tubuh Jurnal Psikologi mandiri
atau lambaian tangan konduktor apabila ada bagian dinamika seperti piano, forte, mezzo-piano, crescendo, decrescendo, dsb. Sehingga para pemain akan memahami dan mampu menerjemahkan apa yang disampaikan konduktor. Dalam konteks ini, para pemain GMCO harus diberi kesepakatan dan tutorial terlebih dahulu antara konduktor dan pemain. Sehingga dalam penyampaiannya tetap dengan verbal terlebih dahulu. Ini lah fungsinya latihan, untuk memberikan kontrak terlebih dahulu antara konduktor dan pemain tentang instruksi – instruksi yang nantinya akan diberikan. 2) The Saving Words Dalam hal ini konduktor dituntut untuk menghemat kata – kata melalui verbal, akan tetapi pada kenyataannya dalam latihan GMCO sendiri hampir sebagian besar instruksi yang disampaikan oleh konduktor adalah berupa instruksi verbal. Apalagi saat pertemuan di bulan – bulan awal Juli hingga Oktober. Hal ini disebabkan karena para pemain bukanlah para pemain profesional yang sudah memiliki jam terbang tinggi. Sehingga cara melatihnya pun berbeda. Baru pada Bulan November segala instruksi diberikan melalui kode bahasa tubuh untuk menggantikan bahasa lisan. 3) Expression Secara singkat ekspresi yang disampaikan konduktor dipersepsi oleh para pemain 5
PSYCHOLOGY OF MUSIC: THE ART OF CONDUCTING ON GADJAH MADA CHAMBER ORCHESTRA
kemudian energi tersebut disalurkan kepada para penonton. Dalam hal ekspresi, konduktor terlebih dahulu meneritakan secara verbal terlebih dahulu tentang apa interpretasi atau makna dari sebuah lagu yang akan dibawakan. Ekspresi dibahas setelah hal – hal teknis seperti dinamika lagu dan lain – lain yang berkaitan dengan konten sudah terselesaikan. Pada Grand Concert Volume 5 ini contohnya adalah pada lagu pertama yakni “Medley Petualangan Sherina”. Konduktor menceritakan kisah dari lagu tersebut serta dalam pembawaan emosinya. OST Petualangan Sherina ini akan membawa kita kembali ke masa kecil yang indah dan menyenangkan. Kepolosan dan keceriaan akan mengawali rangkaian kisah ini. Kisah ini diawali dari rasa bahagia seorang anak masuk ke sekolah barunya dan bertemu kawan – kawan barunya. Keceriaan masa kanak – kanak digambarkan melalui kecintaanya terhadap alam, bermain di luar bersama kawan – kawan dengan suka cita. Saking menggambarkan rasa senangnya, si anak sampai lupa waktu saat bermain. Hingga pada akhirnya sang Ibu (Bu Santi) mencari nya untuk segera pulang ke rumah karena hari sudah malam. Di sini secara singkat digambarkan rasa kasih dan sayang seorang anak terhadap ibunya yang selama ini sudah mencintai dan merawat / peduli terhadap dirinya. Hal ini digambarkan lewat si naura yang minta maaf dan menyanyikan lagu kasih sayang terhadap ortu. Proses peralihan antara masa kanak – kanak menuju remaja digambarkan lewat lagu lihatlah lebih dekat. Dimana melalui lagu ini dia menanggalkan sedikit demi sedikit sifat ke kanak – kanakannya menuju tahap yang lebih bijaksana. Rangkuman tahap
Jurnal Psikologi mandiri
perkembangan masa kanak-kanak seseorang. _______________________________
Setelah konduktor menceritakan interpretasi / mau dibawa kemana arah lagunya diharapkan dapat memberikan satu kesatuan arah dalam membawakan suasana lagu Sherina tersebut. Setelah semua pemain paham, baru kemudian konduktor memancing ekspresi pemain baik melalui kontak mata, gestur, dan kode – kode lainnya yang sudah disepakati antara konduktor dan pemain. Tahap bermain dengan berekspresi diterapkan setelah para pemain benar – benar sudah terlepas dari masalah teknis. Sehingga dalam membawakan lagu pemain tidak terlalu berfokus ke kognitifnya membaca partitur atau pun menghafalkan bagian – bagian dinamika lagu yang akan dibawakan. Saat bermain menggunakan ekspresi, yang menjadi fokus adalah bermain musik dengan afeksi / soul. Sehingga sebuah lagu memiliki nyawa dan energi yang nantinya akan disalurkan kepada audiens. b. During Concert Saat Grand Concert Volume 5 “The Story of Our Life”, fungsi konduktor hampir 98% nya adalah bahasa non-verbal yang sudah berupa kode. Semua kode sudah dipelajari saat latihan bersama – sama. Penyampaian semuanya diwakilkan melalui gerakan tangan, gestur tubuh, mimik wajah, dan kontak mata. Sehingga bisa dikatakan bahwa konduktor adalah seorang musisi 6
PSYCHOLOGY OF MUSIC: THE ART OF CONDUCTING ON GADJAH MADA CHAMBER ORCHESTRA
yang tidak mengeluarkan suara. Karena saat di pagelaran, ia berfungsi sebagai pengatur keluarnya musik dari keseluruhan 94 pemain yang ada. c. Leadership Style in Music Grand Concert Volume 5 “The Story of Our Life” dipimpin menggunakan sistem the democratic leader. Konduktor memberikan serangkaian tujuan dan arahan yang ingin dicapai oleh tim. Tetapi adakalanya konduktor menyerahkan dan mempercayakan kepemimpinan kepada masing – masing principal section dan concert master dalam menjalankan latihan. Terutama saat latihan sectional, konduktor membebaskan para principal untuk bisa berinteraksi dengan para bawahannya di dalam section. Selain itu, melalui sesi evaluasi setiap selesai latihan konduktor mendengarkan masukan, kritikan, dan saran melalui principal section dan concert master perihal metode dalam pelatihan yang dilakukan. Sehingga roda kelompok dijalankan secara bersama – sama dan semua orang berhak bersuara jika memang ada hal – hal yang kurang sesuai saat konduktor memberikan instruksi. Bahkan dalam hal teknis pun konduktor tidak jarang untuk menanyakan kepada para pemainnya. Menurut kalian bagian ini lebih enak dikasih cresscendo atau decreecendo ? Jurnal Psikologi mandiri
Hal ini dapat memancing pemain untuk berpikir kreatif dan tidak hanya menuruti perintah saja. Akan tetapi mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan pikiran kreatif mereka juga. Sehingga antara konduktor dan pemain terjadi komunikasi 2 arah. Diskusi Proses latihan dalam orkestra melibatkan 3 aspek psikologis yakni kognitif, psikomotor, dan afektif. Dalam hal ini, konduktor memiliki peran yang besar. Konduktor yang menentukan arah latihan dan tujuan dari tim untuk kemudian dijalankan bersama –sama. Berlatih orkestra dalam konteks GMCO dibagi menjadi 3 jenis latihan yaitu latihan individu, seksional, dan full orkes. Ketiganya memiliki porsinya masing – masing dan memiliki tingkat kepentingan yang sama besarnya. Latihan individu digunakan untuk melatih skill – skill individual seperti fingering dan etude, agar saat latihan bersama – sama tidak menghambat jalannya latihan. Setiap repertoar memiliki kesulitannya masing – masing. Konduktor berkoordinasi dengan para principal kemudian melakukan pembahasan tentang satiap lagu yang akan dimainkan untuk dilatihkan dalam section masing – masing. Latihan sectional digunakan untuk melakukan pendetail-an pada tiap tiap bagian section sehingga saat nantinya latihan gabungan full orkes dalam kondisi sudah setengah matang secara teknis. Pada intinya, konduktor pada awal pertemuannya akan memfokuskan kepada teknis 7
PSYCHOLOGY OF MUSIC: THE ART OF CONDUCTING ON GADJAH MADA CHAMBER ORCHESTRA
permainan / berfokus pada proses kognitif dalam bermusik.Setelah 80% teknis diselesaikan, barulah mereka digabungkan latihan dalam satu tim full orkestra. Hal ini dirasa cukup efektif dalam pelaksanaan Grand Concert Volume 5 pada Bulan November lalu. Tritmen yang sesuai untuk melakukan pelatihan terhadap pemain yang memang nonprofesional lebih baik perbanyak fokus dalam pendetailan melalui latihan sectional terlebih dahulu sebelum digabung dalam full orkes agar tidak terlalu banyak membuang waktu dan energi dalam latihan. Setelah proses kognitif selesai barulah konduktor menyentuh ke ranah psikologis lainnya yakni afeksi / soul para pemain. Di sini konduktor bertanggungjawab penuh terhadap penyampaian interpretasi pada setiap repertoar yang dibawakan sekaligus menanamkan ekspresi apa yang harus para pemain keluarkan dalam setiap lagunya. Hal ini penting dilakukan karena seni pertunjukkan melibatkan audio dan visual. Sehingga dalam pelaksanaannya antara keluarnya tone musikal harus dibarengi dengen bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan visualisasi yang harmonis pula agar energi yang disampaikan melalui lagu tersebut dapat utuh tersampaikan kepada audiens. Setelah semua hal baik yang bersangkutan dengan kognitif, afektif, dan psikomotor sudah terlatih dengan baik. Maka tugas konduktor saat berada dalam konser adalah menyalurkan energi dari komposisi yang dimainkan melalui bahasa – bahasa non-verbal seperti ekspresi wajah dan kontak mata kepada para pemain untuk kemudian Jurnal Psikologi mandiri
diterjemahkan ke dalam bahasa musik dan visualisasi gerak ekspresif untuk kemudian dinikmati oleh audiens. Instruksi Kondukto r
Persepsi Pemain
Energi kepada Audiens
KESIMPULAN Dalam proses latihan GMCO, konduktor banyak melakukan komunikasi verbal kepada para pemainya agar mereka dapat memahami instruksi yang akan diberikan selanjutnya. Selama proses latihan, proses kognitif menjadi tahapan awal dalam penyelesaian teknis musik untuk kemudian dilanjutkan ketahap afeksi melalui interpretasi dari konduktor kepada pemain. Saat konser berjalan, konduktor murni mengeluarkan instruksi melalui bahasa non-verbal. Instruksi tersebut kemudian diterjemahkan oleh para pemain untuk kemudian disalurkan energinya kepada audiens. Sistem kepemimpinan demokrasi seorang konduktor di GMCO digunakan agar merangsang kreatifitas para pemainnya agar tidak hanya menerima perintah satu arah saja. Hubungan yang saling membangun antara konduktor dan pemain akan menciptakan iklim latihan yang kondusif dan efektif. REFERENSI Carnicer, J. G., Garrido, D. C., & Oriola, S. (2015). Music and Leadership: Role of the Conductor. International 8
PSYCHOLOGY OF MUSIC: THE ART OF CONDUCTING ON GADJAH MADA CHAMBER ORCHESTRA
Journal of Music and Performing Arts, 84-88. Creswell, J. W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djohan. (2006). Terapi Musik: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress. Goleman, D. (2011). Leadership. The Power of Emotional Inteligence. New York: More thanSound LLC.
choral stimuli on singers performance response to dynamic changes in music. Missouri Journal Research in Music Education, 28-44. Thompson, A. (2004). The Human Body: Volume 3 Weeks. (1996). A rehearsal of a Beethoven passage: An analysis of correction talk. Research on Language and Social Interaction, 247-290.
Goolsby. (1997). Verbal instruction in instrumental rehearsals: A comparison of three career levels and preservice teachers. Journal of Research in Music Education, 174-187. Grechesky. (1985). An analysis of nonverbal and verbal conducting behaviors and their relationship to expressive musical performance. Disertation Abstract International, 2956A. Guy-Kummer, E. (1989). Algunas cualidades del buen director de coro. Musica y Educacion, 463-464. Newscientist. (2008, Februari 23). it's just an illusion. weekly news idea innovation, hal. 3438. Skadesm. (1996). The effect of verbal, writtern, gestural, and Jurnal Psikologi mandiri
9
PSYCHOLOGY OF MUSIC: THE ART OF CONDUCTING ON GADJAH MADA CHAMBER ORCHESTRA
Jurnal Psikologi mandiri
10