i
PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN WONOTUNGGAL KABUPATEN BATANG
SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi
oleh Heri Setiawan 1550407024
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan pada kode etik ilmiah.
Semarang, 20 Agustus 2014
Heri Setiawan NIM.1550407024
ii
PENGESAHAN Skripsi yang berjudul Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar
di
Kecamatan
Wonotunggal
Kabupaten
Batang
telah
dipertahankan dalam sidang dihadapan panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, pada tanggal 27 Agustus 2014.
Panitia Ketua
Sekretaris
Drs. Budiyono, M.S. NIP 19631209 198703 1 002
Rahmawati Prihastuti, S.Psi., M.Si. NIP 19790502 200801 2 018
Penguji I
Penguji II
Rulita Hendriyani, S.Psi.,M.Si. NIP 19720204 200003 2 001
Sugiariyanti, S.Psi.,M.A. NIP 19780419 200312 2 001
Penguji III/ Pembimbing Utama
Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi., M.A NIP 19581125 198601 2 001
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto : Untuk Benar-Benar Menjadi Besar, Seseorang Harus Berdampingan dengan Orang Lain, Bukan di Atas Orang Lain. (Charles de Montesquieu) Esensi Menjadi Manusia Adalah Ketika Seseorang Tidak Mencari Kesempurnaan. (George Orwell)
PERSEMBAHAN : Karya sederhana ini aku persembahkan kepada: Keluargaku tercinta, bapak, ibu, kakak, dan adik Seluruh teman-teman Jurusan Psikologi angkatan 2007 Almamater Psikologi UNNES
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmatnya sehingga skripsi yang berjudul “Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang” dapat penulis selesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Edy Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. 3. Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi., M.A, sebagai Dosen Pembimbing Utama sekaligus sebagai Dosen Wali yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan petunjuk serta arahan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Rulita Hendriyani, S.Psi.,M.Si., sebagai Penguji I skripsi yang telah memberikan masukan dan penilaian terhadap skripsi yang disusun oleh peneliti. 5. Sugiariyanti, S.Psi.,M.A., sebagai Penguji II skripsi yang telah memberikan masukan dan penilaian terhadap skripsi yang disusun oleh peneliti.
v
6. Suparno, S.Pd., M.si. selaku Kepala UPTD Disdikpora Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang telah memberikan ijin serta membantu selama penulis melaksanakan proses penelitian. 7. Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang telah bersedia menjadi responden selama pelaksanaan penelitian. 8. Bapak Tumarjo, Ibu Rubinem, Bayu Setiaji, Shinta Aji Pratiwi dan seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi, doa, cinta serta kasih sayangnya kepada penulis. 9. Seluruh staf pengajar Jurusan Psikologi yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama proses kuliah. 10. Yang tercinta Astikha Lutfiana dan sahabat-sahabat penulis yang telah memberikan
dorongan
semangat,
dan
membantu
penulis
(Ari
Suryaman/Bolor, Indra Aji, Tyo, Singgih Kemput, Adi, Singgih Agung, Kulphunk, Budhe Mahardika, Agung, Gosong, Dheri, Cikal, Kak Ucup, Adam, Kak Cireng, Kak Indra, Latif, Jeje Sport). 11. Teman-teman Psikologi Universitas Negeri Semarang Angkatan 2007 terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, tetaplah berjuang kawan. Semoga segala kebaikan dan keikhlasan mendapat balasan dan rahmat Allah SWT. Akhir kata semoga karya ini bermanfaat. Semarang, 20 Agustus 2014
Penulis
vi
ABSTRAK Setiawan, Heri. 2014. Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Utama Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi., M.A Kata kunci: psychological well-being, guru honorer Guru honorer yang bekerja pada beberapa sekolah negeri maupun swasta, sampai saat ini belum memiliki standar gaji yang menitikberatkan pada bobot jam pelajaran, tingkatan jawaban, dan tanggung jawab masa depan siswanya. Rendahnya penghasilan tersebut membuat guru honorer tentunya akan mengalami beberapa hambatan dalam memenuhi kebutuhan fisik, seperti makanan dan tempat tinggal yang layak, serta mengalami akses untuk meningkatkan kemampuan, memuaskan minat, dan memelihara hubungan, dimana hal-hal tersebut dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan psikologis mereka. Pemenuhan kebutuhan psikologis ini berkaitan dengan Psychological Well-being seseorang, dimana semakin terpenuhinya kebutuhan psikologis orang tersebut, maka Psychological Well-being-nya pun akan semakin meningkat. Oleh karena itu, uang dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dapat meningkatkan akses terhadap sumber-sumber penting dalam memperoleh kesenangan dan merealisasikan diri (self-realization). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang berjumlah 67 orang. Penelitian ini menggunakan total sampling yang berjumlah 67 guru honorer sekolah dasar. Data penelitian diambil menggunakan skala psychological well-being, dengan jumlah item 57 yang valid dengan koefisien alpha cronbach reliabilitasnya sebesar 0,950. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif dengan metode statistik deskriptif prosentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar atau 61,2 persen (41 orang) menyatakan dirinya memiliki psychological well-being pada kategori sedang. Sedangkan yang termasuk dalam kriteria tinggi hanya sebesar 7,5 persen persen (5 orang), dan kriteria rendah sebesar 31,3 persen (21 orang). Dari enam dimensi psychological well-being yang diteliti, yaitu dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi berada pada kategori yang sedang. Kesimpulan yang dapat dilihat pada gambaran secara umum di Kecamatan Wonotunggal, guru honorer sekolah dasar yang berada pada kategori sedang. Berarti dengan gaji yang rendah dimungkinkan psychological well-being guru honorer sekolah dasar di kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang menjadi rendah juga.
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
PERNGESAHAN ...........................................................................................
ii
PERNYATAAN ......................................................................................................
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
ABSTRAK .......................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xv
BAB 1
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1
Latar belakang ......................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................
12
1.3
Tujuan Penelitian .................................................................................
12
1.4
Manfaat Penelitian ...............................................................................
13
2
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................
14
2.1
Psychological Well-Being ....................................................................
14
2.1.1
Pengertian Psychological Well-Being ..................................................
14
2.1.2
Teori-Teori Psychological Well-Being ................................................
17
2.1.3
Dimensi Psychological Well-Being......................................................
20
BAB
viii
2.1.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psychological Well-Being ..........
2.1.5
Dinamika Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-
24
being .....................................................................................................
26
Guru Honorer .......................................................................................
27
2.2.1 Pengertian Guru Honorer ......................................................................
27
2.2.2 Hak dan Kewajiban Guru Honorer.................................................. .....
28
2.2.
2.3
Psychological Well-Being Guru Honorer Sekolah Dasar Di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.......................................
29
3
METODE PENELITIAN .....................................................................
32
3.1
Jenis Penelitian .....................................................................................
32
3.2
Desain Penelitian .................................................................................
33
3.3
Variabel Penelitian ...............................................................................
33
3.3.1
Identifikasi Variabel Penelitian...................................................... ......
33
3.3.2
Definisi Operasional Variabel........................................................ ......
33
3.4
Populasi ................................................................................................
34
3.5
Metode Pengumpulan Data .................................................................
35
3.6
Validitas dan Reliabilitas ....................................................................
40
3.6.1
Validitas ..............................................................................................
40
3.6.2
Reabilitas ............................................................................................
40
3.7
Teknik Analisis Data ..........................................................................
41
BAB
ix
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................
43
4.1
Persiapan Penelitian ............................................................................
43
4.1.1
Orientasi Kancah Penelitian ................................................................
43
4.1.2
Proses Perijinan ...................................................................................
44
4.2
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................
44
4.2.1
Menyusun Instrumen Penelitian..........................................................
44
4.2.2
Pengumpulan Data ..............................................................................
45
4.2.3
Pelaksanaan Skoring ...........................................................................
46
4.2.4
Hasil Validitas dan Reliabilitas Skala Psychological Well-Being ......
46
4.3
Analisis Hasil Penelitian .....................................................................
49
4.3.1
Analisis Deskriptif ..............................................................................
49
4.3.1.1 Gambaran Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.....................
50
4.3.1.1.1 Gambaran Umum Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.....
50
4.3.1.1.2 Gambaran Spesifik Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Ditinjau dari Tiap Dimensi..............................................................
52
4.3.1.2 Ringkasan Analisis Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Ditinjau Dari Masing-Masing Dimensi........................................ .....
64
4.4
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang...............................................................................
67
4.4.1
Faktor Usia.........................................................................................
67
4.4.2
Faktor Jenis Kelamin..........................................................................
71
x
4.5
Pembahasan........................................................................................
76
4.6
Keterbatasan Penelitian ......................................................................
83
5
PENUTUP .........................................................................................
84
5.1
Simpulan ...........................................................................................
84
5.2
Saran..................................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
86
LAMPIRAN .....................................................................................................
89
BAB
xi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
: Definisi-definisi Pedoman Teori Psychological Well-Being ................
37
3.2
: Kriteria dan Nilai Alternatif Jawaban Skala Psikologis .......................
38
3.3
: Blue Print Skala Psychological Well-Being .........................................
38
4.1
: Skala Psychological Well-Being...........................................................
47
4.2
: Interpretasi reliabilitas ..........................................................................
49
4.3
: Penggolongan Kategori Analisis Berdasarkan Mean Teoritik .............
49
4.4
: Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar ........................................................................
51
: Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Penerimaan Diri .............................................
54
: Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Hubungan Positif Dengan Orang Lain ..........
56
: Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Otonomi .........................................................
57
: Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Penguasaan Lingkungan ................................
59
: Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Tujuan Hidup .................................................
61
4.10 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Pertumbuhan Pribadi .....................................
63
4.11 : Komposisi Ringkasan Analisis Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Ditinjau Dari Masing-Masing Dimensi .........
64
4.12 : Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological WellBeing.....................................................................................................
66
4.13 : Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 25-39............................
68
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
xii
4.14 : Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59............................
70
4.15 : Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria .........................................
73
4.16 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita ..................................................
75
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1
: Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being..................... ...
52
4.2
: Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Penerimaan Diri ...........................................................
54
: Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Hubungan Positif Dengan Orang Lain ........................
56
: Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Otonomi.................................................................... ...
58
: Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Penguasaan Lingkungan ............................................
60
: Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Tujuan Hidup ...............................................................
62
: Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Pertumbuhan Pribadi .....................................
64
: Diagram Analisis Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar .......................................................................................
65
: Diagram Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological Well-Being ....................................................................
66
4.10 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 25-35 Tahun.................................................................... ................................
69
4.11 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59..........................
71
4.12 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria .........................................
74
4.13 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita ...........................
76
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1 Instrumen Penelitian ....................................................................................
90
2 Tabulasi Data...............................................................................................
102
3 Hasil Uji ......................................................................................................
109
1. Hasil Uji Validitas Skala Psychological Well-Being ..............................
110
2. Hasil Uji Reliabilitas Skala Psychological Well-Being ..........................
115
4 Analisis Deskriptif............................................................................. ..........
116
1. Distribusi Statistik Deskriptif Instrumen............................................ ....
117
2. Distribusi Statistik Frekuensi............................................................ ......
118
5 Surat Penelitian............................................................................................
128
xv
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia senantiasa beperilaku dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Namun pencapaian kebutuhan setiap manusia berbeda-beda. Ada yang berhasil memenuhi kebutuhannya, namun ada pula yang belum bisa memenuhi kebutuhannya karena berbagai macam faktor penyebab. Pencapaian kebutuhan tentunya akan membuat manusia menjadi bahagia dan kegagalan dalam mencapai kebutuhan juga bisa menimbulkan permasalahan meskipun tidak sedikit orang yang juga berhasil melewati kegagalannya dengan baik, hal ini terkait dengan kemampuan individu dalam menerima kenyataan. Aristoteles (dalam Ryff, 1989: 1070) berpendapat bahwa pengertian bahagia bukanlah diperoleh dengan jalan mengejar kenikmatan dan menghindari rasa sakit, atau terpenuhinya segala kebutuhan individu, melainkan melalui tindakan nyata yang mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki individu. Hal inilah yang merupakan tugas dan tanggung jawab manusia sehingga merekalah yang menentukan apakah menjadi individu yang merasa bahagia, merasakan apakah hidupnya bermutu, berhasil, atau gagal. Teori hirarki kebutuhan Maslow menjadi salah satu tolak ukur yang bisa digunakan dalam memahami kebutuhan manusia yang sangat beragam. Maslow menyusun teori kebutuhan dalam bentuk hirarki yang dimulai dari kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia, seperti kebutuhan makan, minum, dan
1
2
sebagainya hingga kebutuhan yang dianggap tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri (http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow). Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara berkelanjutan seperti makan, minum, dan sebagainya manusia dituntut untuk memiliki pekerjaan yang layak dan mapan agar dalam memenuhi kebutuhan itu tercukupi. Kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu tidak akan pernah berhenti sepanjang hidupnya. Dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidup dan permasalahan yang dihadapi individu tersebut akan membuat individu mendapatkan pengalaman-pengalaman, baik pengalaman yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, yang selanjutnya akan mengakibatkan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan. Kebahagiaan dan tidak kebahagiaan itu juga disebut kesejahteraan psikologis atau psychological well-being (Halim & Atmoko, 2005). Menurut Ryff (1989: 1970) tingkat psychological well-being seseorang berkaitan dengan tingkat pemfungsian positif yang terjadi dalam hidup orang tersebut. Dengan kata lain, psychological well-being seseorang akan berkaitan dengan psychological functioning atau kemampuan berfungsi secara psikologis orang tersebut dalam menjalani hidupnya. Ketika individu memiliki kondisi psychological well-being yang baik maka ia mampu berfungsi secara psikologis dengan baik. Bila hal ini dispesifikasikan dengan dunia pekerjaan, maka tingkat psychological well-being seseorang akan berguna dalam komitmen individu, produktivitas kerja individu, target-target dalam pekerjaan hubungan dengan rekan kerja, serta penguasaan lingkungan kerja (Horn dkk, 2004: 367).
2
3
Orang dewasa menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan bekerja. Berbagai aktivitas yang terjadi ditempat kerja seperti rutinitas, supervisi, dan kompleksitas tugas mempengaruhi kemampuan kontrol seseorang sehingga ia mampu merasakan emosi dan persepsi yang positif mengenai tempat kerjanya. Penilaian yang positif ini merupakan indikator dari kesejahteraan. Kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dapat diketahui dari ada atau tidaknya perasaan bahagia. Ketika seseorang menilai lingkungan kerja sebagai lingkungan yang menarik, menyenangkan, dan penuh dengan tantangan dapat dikatakan bahwa ia merasa bahagia dan menunjukkan kinerja yang optimal. Pekerjaan yang banyak diminati oleh sebagian masyarakat Indonesia adalah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan bekerja sebagai PNS mereka akan digaji oleh Negara, bahkan sudah pensiun pun masih tetap mendapatkan gaji. Maka dari itu kebanyakan masyarakat Indonesia memilih bekerja sebagai PNS karena mereka berpikiran hidupnya akan sejahtera. Animo masyarakat yang tinggi dalam setiap penerimaan CPNS, baik yang sudah berstatus Pegawai Honorer sebelumnya ataupun yang baru melamar, mengindikasikan profesi tersebut masih begitu menjanjikan, sebagai sebuah asumsinya, menjadi CPNS akan menjadi titik aman, menerima uang pensiunan, mendapatkan gaji setiap bulan, dengan segala tunjangan keluarga, kesehatan, transportasi, dan hingga adanya gaji ke-13, dan akan lebih menjanjikan lagi apabila dihubungkan dengan kebijakan pemerintah yang meningkatkan gaji dan kesejahteraan PNS yang hampir setiap tahunnya, pantas saja jika profesi ini akan semakin banyak diminati. Tidak hanya dampak secara materi semata, namun
3
4
dampak dalam kehidupan bersosial, menjadi PNS biasanya status sosialnya meningkat, lebih percaya diri, dan sudah barang tentu lebih dihormati dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut KORAN SINDO pada hari Kamis, tanggal 24 April 2014, profesi pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi incaran nomor wahid masyarakat Indonesia. Tak heran, berjuta-juta pelamar selalu berebut posisi tersebut saat dibuka rekrutmen calon abdi masyarakat ini. Dari survei yang dilakukan Litbang KORAN SINDO, sebanyak 15% responden menyatakan mengidamkan menjadi PNS dalam hidupnya. Survei ini dilakukan terhadap penduduk Indonesia berusia 15-25 tahun. (m.koran-sindo.com/node/384472). Salah satu pekerjaan PNS yang paling banyak diminati masyarakat Indonesia adalah bekerja sebagai guru. Dengan bekerja sebagai guru yang sudah diangkat menjadi PNS hidup mereka akan tercukupi. Apalagi guru yang sudah mendapatkan sertifikasi, gajinya bisa dikatakan lebih banyak dan bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Menurut hasil survei Media Indonesia hari Selasa tanggal 9 November 2013, pekerjaan sebagai guru menduduki posisi kedua terbanyak pekerjaan yang paling diminati masyarakat Indonesia setelah Dokter. (forinsight.wordpress.com/2013/11/9/10-pekerjaan-tervaforit/) Dengan adanya UU Guru dan Dosen, saat ini profesi guru pun mulai dilirik orang, karena UU ini menjanjikan perbaikan kesejahteraan bagi para guru yang profesional, yaitu tunjangan sebesar satu kali gaji pokok dan tambahan tunjangan fungsional (Permendiknas RI Nomor 18 Tahun 2007).
4
5
Disisi lain di Indonesia terdapat juga guru honorer yang statusnya belum Pegawai Negeri Sipil. Kebanyakan guru honorer di Indonesia belum memiliki kesejahteraan karena gajinya bisa dikatakan sangat sedikit yaitu antara RP. 200.000,00 sampai Rp. 500.000,00. Banyak guru di Indonesia yang belum diangkat menjadi PNS. Mereka kebanyakan hanya berperan menjadi Guru honorer yang digaji sangat sedikit. Hal ini sangat memprihatinkan karena dengan pendapatan gaji yang sedikit itu tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dari keadaan yang terjadi tersebut maka Guru honorer mengharapkan untuk diangkat menjadi PNS. Menurut Ketua Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjamin Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Syawal Gultom kepada harian Kompas pada hari Senin, tanggal 5 Maret 2012, bahwa jumlah guru honorer di Indonesia tahun 2012 mencapai 904.378 orang. (http://edukasi.kompas.com/2012/03/06/06420188/Guru.Honorer.Membengkak). Guru honorer yang bekerja pada beberapa sekolah negeri maupun swasta, sampai saat ini belum memiliki standar gaji yang menitikberatkan pada bobot jam pelajaran, dan tanggung jawab masa depan siswanya. Banyak diantara mereka yang bekerja melebihi dari imbalan yang mereka terima. Dengan kata lain, insentif atau gaji yang mereka terima tidak sebanding dengan pekerjaan yang mereka laksanakan dan tanggung jawab yang mereka terima terhadap masa depan siswanya. Berbeda kondisi dengan para guru yang telah diangkat statusnya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain kenaikan gaji pokok, pemerintah juga
5
6
memberikan gaji bulan ke-13 bagi PNS dan pensiunan. Bahkan PNS yang berstatus guru, selain mendapatkan kenaikan gaji setiap tahunnya, mereka juga mendapatkan tunjangan perbaikan kesejahteraan bagi mereka yang sudah lolos sertifikasi. Minimnya kesejahteraan guru honorer telah menyebabkan konsentrasi guru honorer terpecah menjadi beberapa sisi. Disatu sisi seorang guru harus menambah kapasitas akademis pembelajaran dengan terus memperbaharui dan berinovasi dengan media, metode pembelajaran, dan kapasitas dirinya. Disisi lain, seorang guru honorer dituntut memenuhi kesejahteraannya dengan melakukan usaha atau kegiatan lain seperti katering, bimbingan belajar, dan lain-lain. Di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang memiliki cukup banyak guru honorer, khususnya guru honorer Sekolah Dasar, menurut kepala UPTD Kecamatan Wonotunggal memiliki 67 guru honorer di Sekolah Dasar. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 4 guru honorer sekolah dasar yang ada di kecamatan Wonotunggal pada hari Senin tanggal 22 Juli 2013, mereka rata-rata hanya digaji Rp. 250.000,00 per bulan. Ada juga yang digaji tiap jam pelajaran. Mereka mengatakan dengan gaji yang rendah tersebut membuat guru honorer mengalami beberapa hambatan dalam memenuhi kebutuhan fisik, seperti makanan dan tempat tinggal yang layak, serta mengalami akses untuk meningkatkan kemampuan, memuaskan minat, dan memelihara hubungan, dimana hal-hal tersebut dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan psikologis mereka.
6
7
Ryan & deci (2001: 146) mengatakan, pemenuhan kebutuhan psikologis ini berkaitan dengan psychological well-being seseorang, dimana semakin terpenuhinya kebutuhan psikologis orang tersebut, maka psychological wellbeing-nya pun akan semakin meningkat. Oleh karena itu, uang dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dapat meningkatkan akses terhadap sumbersumber penting dalam memperoleh kesenangan dan merealisasikan diri (selfrealization). Menurut Ryff dan Singer (dalam Ryan & Deci, 2001:146), perealisasian diri terhadap potensi yang sebenarnya dimiliki ini merupakan gambaran untuk mencapai psychological well-being. Ryff kemudian mengemukakan adanya enam dimensi yang membangun psychological well-being seseorang. Dimensi yang Petama adalah penerimaan diri (self-acceptance), yaitu kepemilikan sikap yang positif terhadap diri. Kedua adalah hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others), yaitu kemampuan seseorang untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain. Ketiga adalah kemandirian (autonomy), yaitu kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri berdasarkan standart pribadi dan tidak bergantung pada pandangan orang lain. Keempat adalah penguasaan lingkungan (environmental mastery), yaitu kemampuan seseorang untuk memilih atau membentuk lingkungan yang sesuai dengan keadaan dirinya. Kelima adalah tujuan hidup (purpose in life), yaitu kepercayaan yang menimbulkan perasaan bahwa hidup itu berarti dan memiliki tujuan, dimensi yang terakhir adalah untuk pertumbuhan
pribadi
(personal
growth),
mengembangkan potensi diri (Ryff, 1989: 1070).
7
yaitu
kemampuan
untuk
8
Penelitian mengenai psychological well-being dinilai penting untuk dilakukan karena tidak hanya memberikan manfaat yang bersifat teoritis, tetapi juga manfaat yang bersifat praktis. Meskipun demikian, penelitian mengenai psychological well-being pada guru honorer belum banyak dilakukan di Indonesia. Sebuah penelitian yang dianggap paling mendekati penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumule dan Taganing (2008) mengenai “Psychological Well-Being pada Guru di Yayasan PESAT Nabire, Papua”, yaitu sebuah yayasan yang terletak diwilayah pedalaman Papua. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sejumlah guru yang menjadi subjek dalam penelitian tersebut memiliki tingkat psychological well-being yang beragam. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kondisi dimensi-dimensi psychological wellbeing yang beragam terutama dipengaruhi oleh faktor spiritualitas, pengalaman masa lalu, dan dukungan sosial. Selebihnya peneliti belum menemukan penelitian psychological well-being lain yang dilakukan terhadap guru honorer atau subjek lain yang serupa. Padahal, penelitian mengenai psychological well-being pada guru honorer dinilai dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan dunia pendidikan. Penelitian yang dilakukan Ryff dkk. (dalam Ryan & Deci, 2001:154) menunjukan adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkatan Psychological Well-being seseorang. Biasanya seseorang dengan status ekonomi yang rendah cenderung, memiliki Psychological Well-being yang rendah pula, khususnya pada dimensi penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan pribadi. Hal ini kerena mereka sering membandingkan diri
8
9
sebagai orang yang lebih buruk dibandingkan orang lain dan merasa mereka tidak mampu untuk mengumpulkan sumber-sumber yang dapat membantu dalam menghadapi kelemahan mereka. Dalam penelitian yang dipaparkan diatas menunjukan adanya pengaruh spiritualitas, pengalaman masa lalu, dukungan sosial budaya, dan status sosial ekonomi terhadap psychological well-being. Sayangnya, berbagai penelitian tersebut juga menunjukan hasil yang berbeda dan penelitian mengenai psychological well-being guru honorer di Indonesia belum banyak dilakukan. Namun, penelitian di Barat mengenai psychological well-being dan status social ekonomi ini menunjukan bahwa semakin rendah status sosial ekonomi seseorang, maka psychological well-being pun semakin rendah. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar. Penelitian ini difokuskan terhadap guru honorer sekolah dasar karena guru honorer yang mengajar di Sekolah Dasar dianggap memiliki beban kerja yang lebih berat daripada guru honorer di Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Menengah Atas. Dengan pendapatan yang relatif rendah, guru honorer Sekolah Dasar dituntut untuk mengerjakan hampir semua mata pelajaran sebagaimana guru yang telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Perbedaan beban kerja dengan jumlah pendapatan yang relatif sama dinilai akan berpengaruh terhadap psychological well-being guru honorer. Menurut salah satu guru yang ada di Purwokerto pada harian Pikiran Rakyat hari Sabtu tanggal 23 Agustus 2014:
9
10
Padahal guru honorer SD juga membutuhkan kesejahteraan. Sebab honor saya terima hanya dari sekolah. Sebulan yang saya terima hanya Rp. 300.000,00 saja sementara beban pekerjaan saya lebih besar dari pada guru SMP atau SMA....(www.pikiranrakyat.com/node/127787) Sementara itu, Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Batang dengan jumlah guru honorer sekolah dasar yang banyak, yaitu mencapai 67 guru honorer dengan 21 sekolah dasar terdapat rata-rata 2 sampai 3 guru honorer disetiap sekolah dasar. Menurut studi pendahuluan awal yang dilakukan, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kehidupan yang dialami sebagian besar guru honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal terbilang cukup berat dimana dengan gaji dibawah RP. 500.00,00 mereka belum merasa bahagia lantaran keadaan keluarganya pas-pasan, merasa terbebani dengan status sosialnya sekarang, merasa malu karena hanya sebagai guru honorer tetapi mereka berusaha bekerja demi menghidupi keluarganya, kurang harmonis, ada rasa iri ketika melihat guru yang sudah PNS karena gajinya yang lebih tinggi, dan mereka belum bisa mencapai apa yang mereka inginkan. Namun ada pula guru honorer yang merasa sudah cukup bahagia walaupun dengan keadaan serupa. Cara yang mereka pilih ketika menghadapi masalah atau keadaan tersebut beragam, diantaranya: ada yang merasa lega setelah bercerita pada teman, minta masukan pada seseorang yang berpengalaman, dan ada pula yang memilih untuk mendekatkan diri pada Allah. Selain itu dari hasil studi pendahuluan dengan metode wawancara kepada 3 kepala sekolah dasar yang ada di kecamatan Wonotunggal, peneliti
10
11
mendapatkan informasi bagaimana keadaan psychological well-being guru honorer yang ada di kecamatan Wonotunggal. Dari hasil wawancara tersebut peneliti mendapatkan informasi kalau sebagian besar guru hororer SD di kecamatan Wonotunggal belum bisa menerima keadaan dirinya, belum bisa menerima berbagai aspek baik dan buruk, hal ini menunjukkan kalau dimensi penerimaan diri masih rendah. Selain itu sebagian guru honorer juga merasa kurang bisa menggunakan kesempatan secara efektif disekitarnya, belum bisa menguasai dan mengatur lingkungan tujuan, hal ini menunjukkan dimensi penguasaan lingkungan masih rendah. Dan yang terakhir sebagian besar guru honorer masih rendah dalam pertumbuhan pribadi, hal ini ditunjukkan dengan merasa jenuh dan tidak tertarik dengan kehidupan, serta tidak mampu mengembangkan sikap serta tingkah lakunya, dan tidak bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya. . Bagi guru honorer yang mampu melewati dan menghadapi masalah yang dihadapi dan berkompetensi mengatur lingkungan, maka akan mengarah pada kondisi psikologis yang positif dan terbentuklah kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dalam dirinya. Jiwa yang sejahtera menggambarkan seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi psikologisnya. Peneliti psychological well-being, Ryff & Keyes (1995: 721) menyatakan, seseorang yang jiwanya sejahtera apabila ia tidak sededar bebas dari tekanan atau masalah mental yang lain. Lebih dari itu, ia juga memiliki penilaian positif terhadap dirinya dan mampu bertindak secara otonomi, serta tidak mudah hanyut oleh pengaruh lingkungan.
11
12
Dari hasil wawancara guru honorer dan beberapa kepala sekolah SD di Kecamatan Wonotunggal, menunjukkan bahwa sebagian besar guru honorer SD memiliki psychological well-being yang rendah, sedangkan dari informasi beberapa kepala sekolah menunjukkan kalau sebagian besar guru honorer di kecamatan Wonotunggal memiliki psychological well-being rendah juga. Jika melihat tentang fenomena rendahnya kesejahteraan psikologis guru honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal, kabupaten Batang seperti yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai: “Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang”.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana tingkat psychological well-being guru honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang?
1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui tingkat psychological well-being guru honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan pemikiran terhadap perkembangan teori keilmuan psikologi pada umumnya, dan keilmuan psikologi pendidikan dan psikologi sosial pada khususnya.
12
13
1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini mengungkap tentang tingkat psychological well-being pada guru honorer. Dan diharapkan penelitian ini bisa memberikan kontribusi yang yang nyata pada dunia pendidikan. Khususnya dapat memberikan masukan yang positif kepada pemerintah di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang untuk lebih memperhatikan nasib dan mensejahterakan guru honorer. Sehingga kehidupan guru honorer layak dan sejahtera, dan psychological wellbeing guru honorer dapat meningkat.
13
14
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Psychological Well-Being 2.1.1 Pengertian Psychological Well-Being Psychological Well-being merupakan suatu gambaran kualitas kehidupan dan kesehatan mental yang dimiliki seseorang. Para ahli psikologi mengemukakan bahwa penelitian mengenai kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dikenal sebagai psychological well-being. Psychological Well-being sendiri memiliki banyak definisi dari masing-masing tokoh psikologi. Menurut Stern (2007: 40) konsep psychological well-being adalah konsep yang secara kontemporer banyak dikembangkan dari konsep utamanya yakni “Well-Being”. Secara umum, psychological well-being digunakan sebagai hasil dalam studi penelitian secara empiris. Ryff dan Singer (2002: 542) mendefinisikan psychological well-being sebagai hasil evaluasi/penilaian individu terhadap dirinya yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Evaluasi terhadap pengalaman akan dapat menyebabkan individu menjadi pasrah terhadap keadaan yang membuat kesejahteraan psikologis menjadi rendah atau berusaha memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat kesejahteraan psikologisnya meningkat. Ryan & Deci (dalam Stern 2007: 40) mengidentifikasi dua pendekatan pokok untuk memahami well-being. Pertama difokuskan pada kebahagiaan,
14
15
dengan memberi batasan dengan “batas-batas pencapaian kebahagiaan dan mencegah dari kesakitan”. Fokus yang kedua adalah batasan menjadi orang yang fungsional secara keseluruhan / utuh, termasuk cara berfikir yang baik dan fisik yang sehat. Definisi psychological well-being yang berkembang selama ini ada dua. Definisi pertama berdasarkan pendapat Bradburn (Ryff, 1989: 1069), berdasarkan penelitian yang dilakukan Bradburn untuk meneliti perubahan sosial pada level makro (perubahan yang terjadi akibat tekanan politik, urbanisasi, pekerjaan, dan pendidikan), serta rujukan Bradburn pada buku terkenal karangan Aristoteles yang berjudul “Nichomachean Ethics”. Ia menerjemahkan kesejahteraan psikologis (psychological well-being) menjadi kebahagiaan (happines). Dalam Nichomachean Ethics dijelaskan bahwa tujuan tertinggi yang ingin diraih individu adalah kebahagiaan. Kebahagiaan berdasarkan pendapat Bradburn berarti adanya keseimbangan afek positif dan negatif. Pendapat Bradburn tersebut ditentang oleh Waterman (Ryff, 1989: 1070). Waterman merujuk pada kata yang sama dengan yang digunakan Bradburn dalam buku Nichomachean Ethics, yaitu “Eudaimonia”. Ia menerjemahkan kata tersebut sebagai usaha individu untuk memberikan arti dan arah dalam kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa eudaimonia adalah realisi potensi-potensi yang ada dalam individu. Ryff (1989: 1070) mencoba merumuskan pengertian psychological wellbeing bahwa individu berusaha berpikir positif tentang dirinya meskipun sadar akan keterbatasan-keterbatasan dirinya (penerimaan diri). Individu tersebut juga
15
16
mencoba mengembangkan dan menjaga kehangatan dan rasa percaya dalam hubungan interpersonal (hubungan positif dengan orang lain) dan membentuk lingkungan mereka, sehingga kebutuhan pribadi
(personal needs) dan
keinginannya dapat terpenuhi (penguasaan lingkungan). Ketika mempertahankan individualitas dalam konteks sosial makro, individu juga mengembangkan self determination dan kewibawaan (otonomi). Upaya yang paling penting adalah menemukan makna dari tantangan yang telah dilalui dari upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapinya (tujuan hidup). Terakhir, mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal (pertumbuhan pribadi) merupakan paling utama dalam psychological well-being. Diener (dalam Leddy, 2006: 140) mengemukakan bahwa psychological well-being adalah evaluasi manusia secara kognitif dan afektif terhadap kehidupan yang menjadi komponen kualitas hidup seseorang. Persepsi dari kesehatan dipengaruhi oleh kesejahteraan yang terdiri dari pengaruh positif, pengaruh negatif, dan kepuasan hidup. Latipun (2005: 3) mengungkapkan bahwa orang yang memiliki psychological well-being yang tinggi juga disebut sebagai orang yang memiliki mental yang sehat. Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat dirasakan dan diamati keadaanya. World Health Organization (WHO) dalam bukunya Latipun (2005: 3) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas tentang konsep sehat, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”.
16
17
Pengertian kesehatan yang dikemukakan WHO merupakan suatu keadaan ideal, dari sisi biologis, psikologis, sosial. Berdasarkan
beberapa
definisi
diatas,
maka
peneliti
mengambil
kesimpulan bahwa kesejahteraan psikologis (psychological well-being) adalah suatu keadaan dimana individu mampu menerima keadaan dirinya, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, mampu mengontrol lingkungan, memiliki kemandirian, memiliki tujuan hidup dan mampu mengembangkan bakat serta kemampuan untuk perkembangan pribadi. 2.1.2 Teori-Teori Psychological Well-Being Dalam bagian ini dijelaskan mengenai model psychological well-being yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu teori Ryff mengenai enam dimensi psychological well-being, model pendekatan kesejahteraan Oishi mengenai kebudayaan dan dukungan sosial, serta model kesejahteraan Marcus dan Kitayama mengenai psikologi kebudayaan. Penjelasan secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut : 2.1.2.1 Model Psychological Well-Being Ryff Ryff (1989: 1070) menyarankan bahwa keberfungsian psikologis seharusnya dinilai dalam pola-pola yang terkonsep. Enam dimensi kunci yang memulai titik konsep untuk instrumen penilaian perkembangan manusia tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan diri. Indikatornya adalah Memiliki perilaku positif pada diri seperti mengakui dan menerima berbagai aspek diri, termasuk kualitas baik dan buruk, dan perasaan positif dengan kehidupan yang dijalani.
17
18
2. Hubungan positif dengan orang lain. Indikatornya adalah Mempunyai hubungan yang hangat dan intim dengan orang lain, dapat dipercaya orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, dan empati 3. Otonomi (kemandirian). Indikatornya Menentukan diri dan mandiri, mampu menghadapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku sendiri, dan mengevaluasi diri dengan patokan sendiri. 4. Penguasaan lingkungan. Indikatornya adalah Memiliki perasaan menguasai dan mampu mengatur lingkungan, mengontrol kegiatan luar yang kompleks, menggunakan secara efektif kesempatan disekitarnya. 5. Tujuan hidup. Indikatornya adalah Memiliki tujuan hidup dan arah hidup, dan merasakan adanya makna dalam hidup masa kini dan masa lampau. 6. Pertumbuhan
pribaadi.
Indikatornya
adalah
Merasakan
adanya
pengembangan potensi yang berkelanjutan, terbuka pada pengalaman baru, menyadari potensi diri, dan melihat peningkatan dalam diri dan perilaku dari waktu ke waktu. 2.1.2.2. Teori Pendekatan Kesejahteraan Oishi Oishi (dalam Leddy, 2006: 143) beranggapan bahwa menandai kesejahteraan seperti kemandirian mengubah individu secara tepat bergantung pada cita-cita dan nilai-nilai. “values, which are guiding principles in life, are considered higher order goals. Lower order goals include personal strivings, which are defined as the activities done in daily life. Oishi assums that markers of well-being (e.g., autonomy) varu across individuals, depending on their goals and values” (dalam Leddy, 2006: 143).
18
19
Nilai-nilai yang menuntun prinsip-prinsip hidup dan menganggap cita-cita yang diinginkan lebih tinggi. Cita-cita yang diinginkan lebih rendah termasuk kerja keras pribadi, yang didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Oishi menemukan perbedaan dalam menghubungkan dengan kesejahteraan. Hasil yang menggambarkan keberfungsian yang baik individu
yang
menunjukan
beragam
sistematika
kebudayaan
yang
mengindikasikan bahwa perbedaan kebudayaan dan lingkungan sosial memiliki perbedaan cara-cara tingkah laku, menilai, dan bersikap yang cocok dengan penyesuaian fakta-fakta dimasyarakat. Ini berarti, teori-teori konteks sosial dari kesejahteraan perlu untuk dikembangkan yang didasarkan pada pemahaman yang jelas tentang pola-pola kebudayaan dalam membentuk kesejahteraan perasaan individu. 2.1.2.3. Model Kesejahteraan Marcus dan Kitayama Marcus dan Kitayama mengutarakan bahwa ”Based on cultural psychology, maintains that the nature of “good feelings” differs from culture to culture, depending on each culture’s view of the self” (dalam Leddy, 2006: 143). Model keseahteraan Marcus dan Kitayama (dalam Leddy, 2006: 143) didasarkan pada psikologi kebudayaan, yang mempertahankan bahwa sifat dasar dari “good feelings” berbeda dari kebudayaan ke kebudayaan, bergantung pada pandangan masing-masing kebudayaan tentang diri. Baik model kesejahteraan Marcus dan Kitayama maupun model pendekatan Oishi memperkirakan ragam kebudayaan dalam menentukan perasaan
19
20
kesejahteraan. Tetapi ada perbedaan penting masing-masing model pendekatan dengan pola kebudayaan. Marcus dan Kitayama menyarankan kebudayaan menentukan penerimaan tingkah laku, dan ketika individu mengikuti tingkah laku tersebut mereka merasa puas. Model ini tidak menyarankan banyak ragam individu yang didalamnya ada kebudayaan yang sama. Di lain pihak, model pendekatan Oishi menyarankan bahwa kebudayaan mempengaruhi cita-cita individu tersebut dan puas dengan kehidupan yang meningkat karena mereka bergerak, kearah cita-cita yang meraka inginkan. Model ini juga membolehkan perbuatan
individu
dalam
sumber-sumber
kesejahteraan
dalam
sebuah
kebudayaan. 2.1.3 Dimensi Psychological Well-Being Dalam bagian ini diterangkan mengenai dimensi-dimensi psychological well-being menurut Ryff dalam (Blechman & Brownell 1998: 184) yang terdiri dari enam dimensi yaitu dimensi penerimaan diri, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi otonomi (kemandirian), dimensi penguasaan lingkungan, dimensi tujuan hidup, serta dimensi pertumbuhan pribadi. 2.1.3.1 Penerimaan diri (self-acceptance) Sikap positif terhadap diri sendiri dan merupakan ciri penting dari psychological well-being. Skor tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif tentang kehidupan yang telah dijalani. Skor rendah menunjukkan individu merasa tidak puas dengan diri sendiri, merasa kecewa terhadap kehidupan yang dijalani,
20
21
mengalami kesukaran karena sejumlah kualitas pribadi dan ingin menjadi orang yang berbeda dari dirinya saat ini. Dimensi ini dicirikan dengan aktualisasi dan dapat berfungsi secara optimal, kedewasaan, dan penerimaan kehidupan yang dilewati. Faktor-faktor dalam aspek ini mencakup evaluasi diri yang positif, penerimaan diri, dan orang lain. 2.1.3.2 Hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others) Kemampuan seseorang dalam membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Seseorang yang memiliki psychological well-being yang baik digambarkan sebagai seseorang yang mempunyai empati dan bersahabat. Faktorfaktor dalam dimensi ini mencakup hubungan yang dekat, hangat, dan intim dengan orang lain, membangun kepercayaan dalam suatu hubungan, memiliki rasa empati, dan perhatian kepada orang lain. Dimensi hubungan positif dengan orang lain dapat dioperasionalisasikan ke dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina hubungan yang hangat dengan orang lain. Skor tinggi menunjukkan individu mempunyai hubungan yang hangat, saling percaya dengan orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, dan mampu melakukan empati yang kuat. Skor rendah menunjukkan individu hanya mempunyai sedikit hubungan yang dekat dan saling percaya dengan orang lain, merasa kesulitan untuk bersikap hangat, terbuka, dan memperhatikan orang lain, merasa terasing dan frustasi dalam hubungan interpersonal, tidak bersedia menyesuaikan diri mempertahankan hubungan yang penting dengan orang lain.
21
22
2.1.3.3 Otonomi (autonomy) Kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri, kemandirian, dan kemampuan mengatur tingkah laku. Faktor-faktor dalam dimensi ini mencakup kemandirian, self determined kemampuan untuk melawan atau menghadapi tekanan sosial, dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku. Konsep otonomi berkaitan dengan kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri, kemandirian, dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku. Skor tinggi menunjukkan bahwa individu mampu mengarahkan diri dan mandiri, mampu menghadapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku sendiri dan mengevaluasi diri dengan
standar
pribadi.
Skor
rendah
menunjukkan
bahwa
individu
memperhatikan pengharapan dan evaluasi orang lain, bergantung pada penilaian orang lain dalam membuat keputusan, menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial dalam berfikir dan bertingkah laku. 2.1.3.4 Penguasaan lingkungan (environmental mastery) Kemampuan individu untuk memilih atau mengubah lingkungan sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Faktor-faktor dalam dimensi ini mencakup memiliki kemampuan untuk mengatur dan memilih lingkungan yang kondusif untuk mencapai tujuan. Skor tinggi menyatakan bahwa individu mempunyai sense of mastery dan mampu mengatur lingkungan, mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang kompleks, dan menggunakan kesempatan yang ada secara efektif. Skor rendah menunjukkan bahwa individu mengubah atau meningkatkan konteks di sekitar,
22
23
tidak waspada akan kesempatan-kesempatan yang ada di lingkungan, dan kurang mempunyai kontrol terhadap dunia luar. 2.1.3.5 Keyakinan memiliki tujuan hidup (purpose in life) Kemampuan pemahaman seseorang akan tujuan dan arah hidupnya. Faktor-faktor dalam Dimensi ini mencakup memiliki makna dan arti hidup, serta memiliki arah dan tujuan hidup. Dimensi tujuan hidup dapat dioperasionalisasikan dalam tinggi rendahnya pemahaman individu akan tujuan dan arah hidupnya. Skor tinggi menyatakan bahwa individu mempunyai tujuan dan arah hidup, merasakan adanya arti / makna dalam hidup masa kini dan masa lampau. Individu yang berfungsi secara positif memiliki tujuan, misi, dan arah yang mebuatnya merasa hidup ini memiliki makna. Skor rendah menunjukkan bahwa individu kurang mempunyai arti hidup, tujuan, arah hidup dan cita-cita yang jelas, serta tidak melihat adanya tujuan dari kehidupan masa lalu. 2.1.3.6 Pertumbuhan pribadi (personal growth) Kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan. Faktor-faktor dalam dimensi ini mencakup kapasitas untuk bertumbuh dan mengembangkan potensi, perubahan personal atau pribadi sepanjang hidup yang mencerminkan pengetahuan diri dan efektivitas yang bertambah, keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman baru, dapat menerima kenyataan, mampu membela diri, dan menghargai diri sendiri. Dimensi pertumbuhan pribadi dapat dioperasionalisasikan dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi diri secara
23
24
berkelanjutan. Skor yang tinggi menunjukkan bahwa individu merasakan adanya pengembangan potensi diri yang berkelanjutan, terbuka terhadap pengalamanpengalaman baru, menyadari potensi diri, dan dapat melihat kemajuan diri dari waktu ke waktu. Skor yang rendah menunjukkan bahwa individu tidak merasakan adanya kemajuan dan potensi diri dari waktu ke waktu, merasa jenuh dan tidak tertarik dengan kehidupan, serta merasa tidak mampu untuk mengembangkan sikap atau tingkah laku baru. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi psycholohgical wellbeing meliputi 6 dimensi, yaitu: penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, keyakinan memiliki tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. 2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being Melalui berbagai penelitian yang dilakukan, Ryff (1989: 1070) menemukan bahwa faktor-faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan budaya mempengaruhi perkembangan psychological wellbeing seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being dapat dijelaskan sebegai berikut: 2.1.4.1 Usia Perbedaan rentang usia berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian Ryff menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) seiring dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring
24
25
dengan bertambahnya usia. Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan positif dengan orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia. 2.1.4.2 Jenis Kelamin Merupakan adanya suatu perbedaan gender pria atau wanita. Faktor jenis kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria. 2.1.4.3 Status sosial ekonomi Adanya perbedaan status ekonomi maupun perbedaan status pekerjaan memicu terbentuknya kelas-kelas sosial. Hal ini akan mempengaruhi seberapa baik kondisi psikis seseorang dalam menjalani hidup. Perbedaan status sosial juga mendukung seberapa mandiri seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hasil penelitian Ryff (dalam Leddy, 2006: 143) menunjukan bahwa orang dengan status pekerjaan yang tinggi memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi, serta kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang. 2.1.4.4 Budaya Menurut Ryff & Keyes (1995: 720) mengatakan bahwa sistem nilai individualisme-kolektivisme memberi dampak terhadap psychological well-being yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat memiliki skor yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan dimensi otonomi, sedangkan budaya timur yang menjunjung tinggi nilai kolektivisme, memiliki skor yang tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain.
25
26
2.1.5 Dinamika Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being Penelitian yang dilakukan, Ryff (1989: 1070) menemukan bahwa faktorfaktor demografis seperti usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan budaya mempengaruhi perkembangan psychological well-being seseorang. Perbedaan rentang usia berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian Ryff menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) seiring dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan positif dengan orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia. Adanya suatu perbedaan gender pria atau wanita. Faktor jenis kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria. Perbedaan status ekonomi maupun perbedaan status pekerjaan memicu terbentukya kelas-kelas sosial. Hal ini akan mempengaruhi seberapa baik kondisi psikis seseorang dalam menjalani hidup. Perbedaan status sosial juga mendukung seberapa mandiri seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hasil penelitian Ryff (dalam Leddy, 2006: 143) menunjukan bahwa orang dengan status pekerjaan yang tinggi memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi, serta kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang. Status pekerjaan yang tinggi atau tingginya tingkat pendidikan seseorang
26
27
menunjukan bahwa individu memiliki faktor pengaman (misalnya: uang, ilmu, dan keahlian) dalam hidupnya untuk menghadapi masalah, tekanan dan tantangan. Sistem nilai individualisme-kolektivisme memberi dampak terhadap psychological well-being yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat memiliki skor yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan dimensi otonomi, sedangkan budaya timur yang menjunjung tinggi nilai kolektivisme, memiliki skor yang tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain.
2.2 GURU HONORER 2.2.1 Pengertian Guru Honorer Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal tetapi bisa juga di lembaga pendidikan nonformal seperti masjid, surau, dirumah dan sebagainya (Djamarah, 2000: 34). Sedangkan guru honorer adalah guru tidak tetap yang belum berstatus minimal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan digaji per-jam pelajaran. Seringkali mereka digaji secara sukarela, dan bahkan di bawah gaji minimum yang telah ditetapkan secara resmi. Secara kasat mata, mereka sering nampak tidak jauh berbeda dengan guru tetap, bahkan mengenakan seragam Pegawai Negeri Sipil layaknya seorang guru tetap. Hal tersebut sebenarnya sangat menyalahi aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Secara fakta, mereka berstatus pengangguran terselubung. Pada umumnya, mereka menjadi tenaga sukarela demi diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil melalui jalur
27
28
honorer, ataupun sebagai penunggu peluang untuk lulus tes Calon Pegawai Negeri Sipil formasi umum. (http://id.wikipedia.org/wiki/Guru) 2.2.2 Hak dan Kewajiban Guru Honorer Ada beberapa hak yang dapat diterima oleh guru honorer (Mulyasa, 2006: 52) yaitu : a. Honorarium perbulan b. Cuti berdasarkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan c. Perlindungan hukum Ada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang guru honorer (Mulyasa, 2006: 53), yaitu : a. Melaksanakan tugas mengajar, melatih, membimbing dan unsur pendidikan lainnya kepada peserta didik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Melaksanakan tugas-tugas administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku c. Mematuhi segala ketentuan yang berlaku disekolah tempat tugasnya. d. Mematuhi ketentuan yang diatur dalam Surat Perjanjian Kerja (SPK). Keputusan Gubernur nomor 8 tahun 2004 guru honorer berhak mendapatkan gaji. Gaji adalah hak yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemerintah daerah kepada guru honorer. Gaji yang diberikan sesuai dengan jenis kedudukannya. Guru honorer dapat diberikan kesejahteraan yang bersifat materiil dan non materiil. Kesejahteraan yang bersifat materil adalah tunjangan profesi, tunjangan transport dan uang makan, tunjangan kecelakaan apabila mengalami kecelakaan pada saat melaksanakan tugas, uang
28
29
duka terhadap keluarga guru yang meninggal dunia dan pakaian dinas. Kesejahteraan
2.3 Psychological Well-Being Guru Honorer Sekolah Dasar Di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Sesuai dengan tugas perkembangannya, seorang individu dewasa harus memiliki pekerjaan. Pada saat sekarang ini untuk mendapatkan suatu pekerjaan sangatlah sulit karena jumlah lapangan pekerjaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan pencari kerja. Untuk mendapatkan pekerjaan setiap individu harus berusaha dengan keras karena persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah ketat. Oleh karena itu diperlukan keterampilan yang baik untuk memenangkan persaingan tersebut. Sekarang ini masih banyak guru yang hanya menjadi guru honorer. Guru honorer diangkat secara resmi oleh pemerintah untuk mengatasi kekurangan guru. Fasilitas yang diperoleh oleh guru honorer tidak sama dengan yang diperoleh oleh guru tetap. Selain itu status kepegawaiannya pun juga belum jelas karena hanya dikontrak saja. (Anoraga, 2001: 41). Selain itu gaji yang diterima guru honorer juga terbilang rendah sehingga menyebabkan guru honorer kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Kekurangan materi ini membuat orang-orang yang mengalaminya mendapat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan yang layak, air bersih, rasa
29
30
aman dari perlakuan dan ancaman tindak kekerasan, dan lain sebagainya (Sahdan, 2005). Menurut studi pendahuluan awal terlihat kondisi tersebut terlihat pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Kehidupan guru honorer terbilang cukup berat sekali dimana dengan gaji dibawah RP. 500.00,00 mereka belum merasa bahagia lantaran keadaan keluarganya paspasan, merasa terbebani dengan status sosialnya sekarang, merasa malu karena hanya sebagai guru honorer tetapi mereka berusaha bekerja demi menghidupi keluarganya. Penelitian yang dilakukan Ryff dkk. (dalam Ryan & Deci, 2001: 154) menunjukan adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkatan psychological well-being seseorang. Biasanya seseorang dengan status ekonomi yang rendah cenderung , memiliki psychological well-being yang rendah pula, khususnya pada dimensi penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan pribadi. Hal ini kerena mereka sering membandingkan diri sebagai orang yang lebih buruk dibandingkan orang lain dan merasa mereka tidak mampu untuk mengumpulkan sumber-sumber yang dapat membantu dalam menghadapi kelemahan mereka. Hasil penelitian Ryff (dalam Leddy, 2006: 143) menunjukan bahwa orang dengan status pekerjaan yang tinggi memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi, serta kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang. Status pekerjaan yang tinggi atau tingginya tingkat pendidikan seseorang menunjukan bahwa individu memiliki faktor pengaman
30
31
(misalnya: uang, ilmu, dan keahlian) dalam hidupnya untuk menghadapi masalah, tekanan dan tantangan.
31
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah masalah yang penting dan syarat utama dalam pelaksanaan suatu penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah merupakan kegiatan yang bertujuan untuk atau berusaha menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah dan metode tertentu yang sistematik. Penggunaan metode penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, khususnya untuk menjawab permasalahan yang diajukan. Bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis, desain penelitian, variabel penelitian yang meliputi identifikasi variabel, definisi operasional variabel, subjek yang meliputi populasi, metode pengumpulan data, validitas, reliabilitas dan metode analisis data.
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto (2010: 27) penelitian kuantitatif yaitu jenis pendekatan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari hasil. Hasil penelitian dengan pendekatan kuantitatif menjadi lebih baik apabila disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar, atau tampilan lain yang dapat menjelaskan gambaran di lapangan secara ringkas namun jelas dan mudah dipahami.
32
33
3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif prosentase (Azwar, 2012: 7) yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu. Penyajian hasil analisis penelitian deskriptif dalam penelitian ini berupa frekuensi dan persentase, yaitu dengan menggunakan tabel frekuensi dan grafik untuk memberikan kejelasan serta pemahaman keadaan data yang disajikan (Azwar, 2012: 126).
3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian Arikunto (2010: 161) menyatakan bahwa variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Identifikasi variabel merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama dalam penelitian dan fungsi masing-masing variabel Azwar (2010: 61). Pengidentifikasian membantu dalam menemukan alat pengumpulan data dan teknik analisis yang digunakan. Variabel yang diteliti harus sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Adapun variabel pada penelitian ini
adalah
psychological well-being. 3.3.2 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang diamati (Azwar, 2010:74). Definisi operasional variabel digunakan untuk menghindari salah pengertian terhadap variable-variabel penelitian serta menghindari
34
ambiguitas arti suatu variabel penelitian dan memudahkan peneliti dalam pelaksanaan penelitian maupun dalam proses analisisnya. Psychological well-being adalah suatu keadaan dimana individu mampu menerima keadaan dirinya, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, mampu mengontrol lingkungan, memiliki kemandirian, memiliki tujuan hidup dan mampu mengembangkan bakat serta kemampuan untuk perkembangan pribadi.
Dalam penelitian ini, psycholagical well-being akan
diukur menggunakan alat ukur yang berupa skala psychological well-being melalui beberapa dimensi-dimensi tersebut antara lain penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.
3.4 Populasi Menurut Azwar (2010: 77) populasi adalah sekelompok subjek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian. Arikunto (2010: 173) mendefinisikan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi menunjukan sejumlah individu-individu yang mempunyai ciri dan karakter yang sama. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah guru honorer SD di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Populasi ini merujuk pada sejumlah individu yang paling sedikitnya mempunyai sifat atau karakteristik yang sama. Untuk menentukan populasi, terlebih dahulu perlu ditentukan luas dan karakteristik populasi serta memberikan batas yang tegas agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan kesalahpahaman generalisasi hasil penelitian.
35
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode total sampling dikarenakan jumlah subjek penelitian kurang dari 100, maka keseluruhan populasi akan digunakan sebagai subjek penelitian menjadi penelitian populasi. (Arikunto, 2006: 134).
3.5 Metode Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala psikologi selalu mengacu pada alat ukur aspek atau atribut afektif. Sebagai alat ukur, skala memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan alat ukur yang lain, karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi. Data akan dikumpulkan melalui skala psikologis. Skala psikologis selalu mengacu kepada alat ukur aspek atau atribut afektif. Skala terdiri dari daftar pertanyaan atau pernyataan yang diajukan agar dijawab oleh responden dan interpretasi jawaban responden dapat merupakan proyeksi dari perasaan responden. Alasan
peneliti
menggunakan
skala
psikologi
sebagai
metode
pengumpulan data adalah sebagai berikut: (1). Data yang diungkap berupa konstrak atau konsep psikologi yang menggambarkan kepribadian individu. (2). Pertanyaan sebagai stimulus tertentu pada indikator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi keadaan dari diri subjek yang tidak disadari oleh responden. (3). Responden tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut (Azwar , 2005: 5).
36
Azwar (2005: 3) menyebutkan karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi, yaitu: (1). Stimulus berupa
pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung
mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. Dalam hal ini, meskipun subjek yang diukur memahami pertanyaan atau pernyataan namun tidak mengetahui arah jawabannya yang dikehendaki oleh pertanyaan yang diajukan sehingga jawaban yang diberikan akan tergantung pada interpretasi subjek terhadap pertanyaan tersebut dan jawabannya lebih bersifat proyektif, yaitu berupa proyeksi diri perasaan atau kepribadiannya. (2). Atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku tetapi indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk item-item, maka skala psikologi selalu berisi banyak item. Jawaban subyek terhadap suatu item baru merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat dicapai bila semua item telah direspons. (3). Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguhsungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula. Penelitian ini menggunakan try out terpakai dimana hasil uji coba instrumen sekaligus digunakan sebagai data penelitian. Hal ini dikarenakan
37
memiliki keunggulan dalam hal efisiensi dan kepraktisan, disamping itu juga mempertimbangkan jumlah subjek dan waktu penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala psychological wellbeing. Skala ini disusun untuk mengungkap psychological well-being yang dialami guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Bagaimana gambaran psychological well-being yang dialami guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, Indikator dalam skala psychological well-being ini meliputi : Tabel 3.1 Definisi-definisi Pedoman Teori Dimensi-dimensi psychological well-being menurut Ryff dan Singer (2002: 543) No.
Dimensi
Indikator
1.
Penerimaan diri
Memiliki sikap positif pada diri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, perasaan positif terhadap kehidupan yang dijalani.
2.
Hubungan positif dengan orang lain
Mempunyai hubungan yang intim dan hangat, dapat dipercaya orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, mampu berempati yang kuat.
3.
Otonomi (kemandirian)
Menentukan diri dan mandiri, dapat melawan tekanan sosial, mengatur tingkah laku dari dirinya, mengevaluasi diri dengan patokan sendiri.
4.
Penguasaan lingkungan
Memiliki perasaan menguasai dan mampu mengatur lingkungan, mengontrol kegiatan luar yang kompleks, menggunakan secara efektif kesempatan disekitarnya.
5.
Tujuan hidup
Memiliki tujuan hidup dan tujuan hidup, Perasaan akan makna dimasa sekarang dan dimasa lalu.
6.
Pertumbuhan pribaadi
Mengalami proses-proses perkembangan diri yang berkelanjutan, terbuka pada pengalaman baru, menyadari potensi diri, melihat peningkatan dalam diri dan perilaku dari waktu ke waktu.
38
Skala psychological well-being guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ini menggunakan model skala Likert, di mana terdapat item favourable dan item unfavorable dengan respon jawaban mulai dari Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor untuk aitem favorable adalah skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), dan skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS). Sedangkan skor-skor jawaban untuk aitem unfavorable berlaku sebaliknya, yaitu skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Tabel 3.2 Kriteria dan Nilai Alternatif Jawaban Skala Psikologi No
Kriteria
Favorable
Unfavorabel
1.
Sangat Sesuai (SS)
4
1
2.
Sesuai (S)
3
2
3.
Tidak Sesuai (TS)
2
3
4.
Sangat Tidak Sesuai (STS)
1
4
Menurut Azwar (2005:26) yang dimaksud dengan pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung gagasan, memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur. Sebaliknya, item yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur disebut item unfavorable. Sedangkan sebaran nomor item pada instrument psychological well-being terdapat pada tabel berikut ini: Tabel 3.3 Blue-print Skala Psychological Well-being
39
No.
1.
2.
Dimensi-dimensi psychological wellbeing Penerimaan diri
Hubungan positif dengan orang lain
Sebaran item Indikator
Jumlah F
UF
a. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.
1, 2
34, 35
b. Menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk.
3, 4
36, 37
c.
Merasa positif dengan kehidupan yang dijalani
5, 6
38, 39
a. Mempunyai hubungan yang intim dan hangat.
7, 8
40, 41
b. Saling percaya dengan orang lain.
9, 10
42
c. Memperhatikan
11, 12
43
d. Empati
13, 14
44
a. Mengarahkan diri dan mandiri
15, 16
45
17
46, 47
c. Mengatur tingkah laku sendiri.
18, 19
48, 49
d. Mengevaluasi dengan standar pribadi.
20
50, 51
a. Menguasai dan mengatur lingkungan.
21, 22
52, 53
b. Mengontrol kegiatan luar yang kompleks.
23,24
54, 55
c. Menggunakan secara efektif kesempatan disekitarnya.
25
56, 57
a. Memiliki tujuan dan arah
26
58, 59
12
13
kesejahteraan orang lain.
3.
Otonomi (kemandirian)
b. Menghadapi tekanan sosial.
4.
5.
Penguasaan lingkungan
Tujuan hidup
13
11
40
hidup
6.
Pertumbuhan pribaadi
7
b. Merasakan adanya arti / makna dalam hidup masa kini dan masa lampau.
27, 28
60, 61
a.
29, 30
62
31
63, 64
Merasakan ada pengembangan potensi yang berkelanjutan.
b. Terbuka terhadap pengalaman baru.
10 c. Menyadari potensi diri.
32
65
d. Melihat kemajuan diri dari waktu ke waktu
33
66
33
33
Jumlah Total
20
66
3.6 Validitas dan Reliabilitas 3.6.1
Validitas Azwar (2011: 5) mengatakan bahwa validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Berdasarkan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini maka validitas yang digunakan adalah validitas konstrak. Azwar (2011: 48) menyatakan bahwa validitas konstrak yaitu tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya. Untuk menguji validitas tiap-tiap item dalam instrumen dugunakan teknik product moment. Adapun rumus product moment adalah sebagai berikut:
41
rxy
N( N.
XY ) (
X2 (
X )( Y )
X )2 N. Y 2 ( Y )2
Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y X = Jumlah sampel X Y = Jumlah sampel Y N = Jumlah responden Kemudian harga rxy yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel ProductMoment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga rhitung > rtabel, maka butir soal yang diuji bersifat valid. 3.6.2 Reliabilitas Azwar (2011: 4) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2011: 4). Dalam penelitian ini reliabilitas dihitung dengan menggunakan teknik analisis reliabilitas dengan formula alpha dari Cronbach, dengan rumus:
Keterangan: rn : Reliabilitas instrument k : Banyaknya pertanyaan ∑σb2 : Jumlah varian butir 2 t : Varian total
42
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas dengan rentang angka 0 sampai 1,00. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti alat ukur yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi, dan sebaliknya angka yang mendekati 0 berarti memiliki reliabilitas alat ukur yang rendah (Azwar, 2010: 83).
3.7
Teknik Analisis Data Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis data
deskriptif dengan metode statistik deskriptif prosentase. Analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 2012: 126).
Adapun rumus statistik deskriptif prosentase adalah sebagai berikut: n Presentase Skor =
× 100 % N
Keterangan: n = Jumlah skor jawaban responden N = Jumlah skor jawaban ideal
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hal yang berkaitan dengan proses penelitian, hasil analisis data dan pembahasan. Penelitian ini diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, oleh karenanya diperlukan analisis data yang tepat serta pembahasan secara jelas agar tujuan dari penelitian yang telah ditetapkan dapat tercapai. Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala psikologi. Data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut.
4.1
Persiapan Penelitian
4.1.1
Orientasi Kancah Penelitian Orientasi kancah penelitian dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui kesamaan karakteristik subjek penelitian dengan lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan semua sekolah dasar yang berjumlah 21 di daerah Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Subjek yang digunakan adalah guru-guru honorer yang mengajar sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang berjumlah 67 guru honorer. Penelitian yang bertempat di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang bertujuan untuk mengetahui tingkat psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar. Pertimbangan melakukan penelitian pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan
43
44
Wonotunggal Kabupaten Batang adalah ciri-ciri subjek yang akan diteliti memenuhi syarat tercapainya tujuan penelitian dan lokasi penelitian sesuai dengan fenomena yang telah dipaparkan dalam bab satu. 4.1.2 Proses Perijinan Proses perijinan terhadap pihak-pihak terkait merupakan salah satu hal yang paling penting dalam penelitian demi kelancaran sebuah penelitian. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus mempersiapkan proses perijinan. Pertama, peneliti melakukan wawancara atau studi pendahuluan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya. Kemudian peneliti meminta surat ijin untuk melaksanakan penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang No 3183/UN37.1.1/KM/2014 yang ditujukan kepada Kepala UPTD Disdikpora Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang. Kemudian UPTD Disdikpora Kecamatan Wonotunggal membuat surat balasan yang menyatakan bahwa peneliti di ijinkan untuk melakukan penelitian yang ditandatangani oleh Kepala UPTD Disdikpora kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.
4.2 Pelaksanaan Penelitian 4.2.1 Menyusun Instrumen Penelitian Penelitian membutuhkan suatu alat pengumpulan data yang tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat dan terpercaya. Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari satu skala psikologi yaitu skala psychological well-being. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psychological wellbeing yang dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi psychological well-being yaitu
45
penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi (kemandirian), penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Berdasarkan pada dimensi psychological well-being tersebut kemudian dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator perilaku untuk selanjutnya dijadikan pernyataan-pernyataan. Pernyataan yang disusun sebanyak 66 item pernyataan yang terdiri dari pernyataan 33 favorable dan 33 pernyataan unfavorable. 4.2.2 Pengumpulan Data Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2014 sampai selesai pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal. Pengumpulan data ini menggunakan skala psychological well-being yang memiliki empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai(STS). Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala, peneliti datang ke tiap sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal sebagai tempat subjek penelitian dan peneliti membawa bukti surat ijin penelitian dari kantor UPTD Disdikpora Kecamatan Wonotunggal untuk diperlihatkan kepada tiap kepala sekolah. Kemudian peneliti membagikan skala dan menjelaskan kembali mengenai petunjuk cara pengisian skala tersebut kepada para guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang untuk menyelesaikan mengisi skala. Setelah guru honorer sekolah dasar selesai mengisi skala, peneliti langsung mengumpulkan kembali skala-skala yang sudah diisi. 4.2.3 Pelaksanaan Skoring Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya skala yang telah diisi responden kemudian dilakukan skoring atau penyekoran. Langkah-langkah penyekoran
46
dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh responden dengan rentang skor satu sampai dengan empat pada skala psychological wellbeing yang selanjutnya ditabulasi. Setelah dilakukan tabulasi langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data yang meliputi pengujian statistik deskriptif. 4.2.4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Skala Psychological Well-Being 4.2.4.1 Validitas Instrumen Berdasarkan uji validitas yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan menggunakan skala terpakai (try-out terpakai), skala psychological well-being yang telah disusun oleh peneliti dengan bantuan program SPSS versi 20 for Windows menunjukkan bahwa dari 66 item yang diuji validitasnya dengan N = 67, terdapat 57 item yang valid dan 9 item yang tidak valid, diketahui hasil koefisien validitas skala psychological wellbeing memiliki rentang antara 0,248 sampai 0,792, item-item tersebut dikatakan valid karena tingkat signifikansinya lebih kecil dari
= 0,05 atau
= 0,01. Sementara item
yang tidak valid dinyatakan tidak valid karena tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 atau
=
= 0,01. Adapun sebaran item yang valid dan yang tidak valid dapat dilihat
pada tabel berikut : Tabel 4.1 Skala Psychological Well-being
No.
1.
Dimensi-dimensi psychological wellbeing Penerimaan diri
Sebaran item Indikator
Jumlah F
UF
a. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri.
1*, 2
34, 35
b. Menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk.
3, 4
36, 37*
12
47
c.
2.
Hubungan positif dengan orang lain
Merasa positif dengan kehidupan yang dijalani
5, 6
38, 39
a. Mempunyai hubungan yang intim dan hangat.
7, 8
40*, 41
b. Saling percaya dengan orang lain.
9, 10
42
c. Memperhatikan
11, 12
43
d. Empati
13, 14*
44
a. Mengarahkan diri dan mandiri
15, 16
45
17
46, 47
c. Mengatur tingkah laku sendiri.
18, 19
48, 49
d. Mengevaluasi dengan standar pribadi.
20*
50*, 51
a. Menguasai dan mengatur lingkungan.
21, 22
52, 53
b. Mengontrol kegiatan luar yang kompleks.
23,24
54*, 55
c. Menggunakan secara efektif kesempatan disekitarnya.
25
56, 57
a. Memiliki tujuan dan arah hidup
26
58, 59
b. Merasakan adanya arti / makna dalam hidup masa kini dan masa lampau.
27, 28
60, 61*
a.
29, 30
62
31
63, 64
13
kesejahteraan orang lain.
3.
Otonomi (kemandirian)
b. Menghadapi tekanan sosial.
4.
5.
6.
Penguasaan lingkungan
Tujuan hidup
Pertumbuhan pribaadi
Merasakan ada pengembangan potensi yang berkelanjutan.
13
11
7
10 b. Terbuka terhadap
48
pengalaman baru. c. Menyadari potensi diri.
32
65*
d. Melihat kemajuan diri dari waktu ke waktu
33
66
33
33
Jumlah Total
20
66
Keterangan: (*) merupakan item yang tidak valid Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah total dari item valid yang ada pada skala psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang adalah 57 item. Dari 66 item yang ada pada skala, terdapat 9 item yang tidak valid. Implikasi dari banyaknya item yang tidak valid adalah dikhawatirkan skala tersebut tidak mampu mengukur dengan baik apa yang seharusnya diukur, yakni variabel psychological well-being. Namun, jika dicermati lebih lanjut sebaran item yang valid pada skala tersebut mampu merepresentasikan dimensi-dimensi yang terdapat pada variabel tersebut. Artinya, sebaran item yang valid mampu mewakili tiap dimensi yang ada pada variabel psychological well-being. Dengan tidak adanya dimensi yang tidak terwakili oleh item yang ada pada psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, maka validitas konstruk dari variabel tersebut dapat dipertanggungjawabkan. 4.2.4.2 Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas skala psychological well-being diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,950, sehingga instrumen tersebut dinyatakan memiliki reliabilitas dengan taraf baik. Interpretasi reliabilitas didasarkan pada tabel berikut: Tabel 4.2 Interpretasi reliabilitas
49
Besarnya Linear r
Interpretasi
0,800-1,00
Tinggi
0,600-0,800
Cukup
0,400-0,600
Agak Rendah
0,200-0,400
Rendah
0,000-0,200
Sangat Rendah
4.3 Analisis Hasil Penelitian 4.3.1 Analisis Deskriptif Berdasarkan data skala yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui psychological well-being. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik untuk menganalisis hasil penelitian. Metode statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya Mean Teoritik (µ) dan Standar Deviasi (σ) dengan mendasarkan pada jumlah item, skor maksimal, serta skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban. Kategori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi berdasarkan model distribusi normal. Menurut Azwar (2009: 108) penggolongan subjek kedalam tiga kategori adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Penggolongan Kategori Analisis Berdasarkan Mean Teoritik Interval
Kategori
X ≤ (µ - 1,0 σ)
Rendah
50
(µ - 1,0 σ) < X ≤ (µ + 1,0 σ)
Sedang
(µ + 1,0 σ) ≤ X
Tinggi
Keterangan: µ
: Mean Teoritik
σ
: Standar Deviasi
X
: Skor
Adapun deskripsi hasil penelitian berdasarkan penggolongan Kategori analisis tersebut adalah sebagai berikut: 4.3.1.1 Gambaran Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psychological well-being, dimana skala tersebut disusun berdasarkan oleh beberapa dimensi yang menyusun psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar. Gambaran psychological wellbeing pada guru honorer sekolah dasar ini dapat ditinjau baik secara umum maupun secara spesifik (ditinjau dari tiap dimensi). Berikut adalah gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang ditinjau secara umum maupun spesifik. 4.3.1.1.1 Gambaran Umum Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang
51
Gambaran secara umum psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang dapat dilihat dari analisis data dengan perhitungan statistik. Skala psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang terdiri dari 57 item yang valid dengan skor tertinggi empat dan skor terendah satu. Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological wellbeing pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang: Jumlah item
= 57
Skor tertinggi
= 57 x 4 = 228
Skor terendah
= 57 x 1 = 57
Mean Teoritik
= ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2 = ( 228 + 57 ) : 2 = 142,5
Standar Deviasi
= ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6 = ( 228 – 57 ) : 6 = 28,5
Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114
52
µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang sebagai berikut: Tabel 4.4 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Kriteria
Interval
Frekuensi Subjek
Persentase (%)
Tinggi
171 ≥ X
5
7,5
Sedang
114 ≤ X < 171
41
61,2
Rendah
X < 114
21
31,3
67
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang berada pada kategori tinggi sebanyak 7,5% (5 orang), kategori sedang sebanyak 61,2% (41 orang), kategori rendah 31,3% (21 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
53
100% 80%
61,20%
60% 31,30%
40% 7,50%
20% 0%
Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.1 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar 4.3.1.1.2 Gambaran Spesifik Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Ditinjau dari Tiap Dimensi Psychological Well-being terdiri dari enam dimensi, yaitu dimensi penerimaan diri, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi otonomi (kemandirian), dimensi penguasaan lingkungan, dimensi tujuan hidup, serta dimensi pertumbuhan pribadi. Gambaran dari masing-masing dimensi psychological well-being dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dimensi Penerimaan Diri Gambaran psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar berdasarkan dimensi penerimaan diri dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item
= 10
Skor tertinggi
= 10 x 4 = 40
Skor terendah
= 10 x 1 = 10
54
Mean Teoritik
= ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2 = ( 40 + 10 ) : 2 = 25
Standar Deviasi
= ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6 = ( 40 – 10 ) : 6 =5
Perhitungan gambaran dimensi penerimaan diri di atas diperoleh µ = 20 dan σ = 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 25 – (1,0 x 5) = 20 µ + 1,0 σ = 25 +(1,0 x 5) = 30
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi penerimaan diri sebagai berikut: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Penerimaan Diri Kriteria
Interval
Frekuensi Subjek
Persentase (%)
Tinggi
30 ≥ X
3
4,5
Sedang
20 ≤ X < 30
47
70,1
55
Rendah
X < 20
Jumlah
17
25,4
67
100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi penerimaan diri yang berada pada kategori tinggi sebanyak 4,5% (3 orang), kategori sedang sebanyak 70,1% (47 orang), kategori rendah 25,4% (17 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada dimensi penerimaan diri. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
100% 70,10%
80% 60%
25,40%
40% 20%
4,50%
0% Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.2 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi penerimaan b. Dimensi Hubungan positif dengan orang lain Gambaran
psychological
well-being guru
honorer
sekolah
dasar
berdasarkan dimensi hubungan positif dengan orang lain dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item
= 11
56
Skor tertinggi
= 11 x 4 = 44
Skor terendah
= 11 x 1 = 11
Mean Teoritik
= ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2 = ( 44 + 11 ) : 2 = 27,5
Standar Deviasi
= ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6 = ( 44 – 11 ) : 6 = 5,5
Perhitungan gambaran dimensi hubungan positif dengan orang lain di atas diperoleh µ = 27,5 dan σ = 5,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 27,5 – (1,0 x 5,5) = 22 µ + 1,0 σ = 27,5 +(1,0 x 5,5) = 33 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi hubungan positif dengan orang lain sebagai berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Hubungan Positif dengan Orang Lain Kriteria
Interval
Frekuensi Subjek
Persentase (%)
Tinggi
33 ≥ X
4
6
Sedang
22 ≤ X < 33
39
58,2
57
Rendah
X < 22
Jumlah
24
35,8
67
100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi hubungan positif dengan orang lain yang berada pada kategori tinggi sebanyak 6% (4 orang), kategori sedang sebanyak 58,2% (39 orang), kategori rendah 35,8% (24 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada dimensi hubungan positif dengan orang lain. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
100% 80%
58,20%
60% 35,80% 40% 20%
6,00%
0% Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.3 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi hubungan positif dengan orang lain b. Dimensi Otonomi
58
Gambaran
psychological
well-being guru
honorer
sekolah
dasar
berdasarkan dimensi otonomi dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item
= 11
Skor tertinggi
= 11 x 4 = 44
Skor terendah
= 11 x 1 = 11
Mean Teoritik
= ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2 = ( 44 + 11 ) : 2 = 27,5
Standar Deviasi
= ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6 = ( 44 – 11 ) : 6 = 5,5
Perhitungan gambaran dimensi otonomi di atas diperoleh µ = 27,5 dan σ = 5,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 27,5 – (1,0 x 5,5) = 22 µ + 1,0 σ = 27,5 +(1,0 x 5,5) = 33
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi otonomi sebagai berikut:
59
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Otonomi Kriteria
Interval
Frekuensi Subjek
Persentase (%)
Tinggi
33 ≥ X
19
28,3
Sedang
22 ≤ X < 33
31
46,3
Rendah
X < 22
17
25,4
67
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi otonomi yang berada pada kategori tinggi sebanyak 28,3% (19 orang), kategori sedang sebanyak 46,3% (31 orang), kategori rendah 25,4% (17 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung tinggi pada dimensi otonomi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
100% 80%
46,30%
60% 40%
28,30%
25,40%
20% 0% Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.4 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi otonomi
60
d. Dimensi Penguasaan Lingkungan
Gambaran
psychological
well-being guru
honorer
sekolah
dasar
berdasarkan dimensi penguasaan lingkungan dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item
= 10
Skor tertinggi
= 10 x 4 = 40
Skor terendah
= 10 x 1 = 10
Mean Teoritik
= ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2 = ( 40 + 10 ) : 2 = 25
Standar Deviasi
= ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6 = ( 40 – 10 ) : 6 =5
Perhitungan gambaran dimensi penguasaan lingkungan di atas diperoleh µ = 20 dan σ = 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 25 – (1,0 x 5) = 20 µ + 1,0 σ = 25 +(1,0 x 5) = 30 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi penguasaan lingkungan sebagai berikut:
61
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Penguasaan Lingkungan Kriteria
Interval
Frekuensi Subjek
Persentase (%)
Tinggi
30 ≥ X
14
21
Sedang
20 ≤ X < 30
34
50,7
Rendah
X < 20
19
28,3
67
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi penguasaan lingkungan yang berada pada kategori tinggi sebanyak 21% (14 orang), kategori sedang sebanyak 50,7% (34 orang), kategori rendah 28,3% (19 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada dimensi penguasaan lingkungan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
100% 80% 50,70%
60% 40%
28,30% 21,00%
20% 0% Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.5 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi penguasaan lingkungan
62
63
e. Dimensi Tujuan Hidup
Gambaran
psychological
well-being guru
honorer
sekolah
dasar
berdasarkan dimensi tujuan hidup dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item
=6
Skor tertinggi
= 6 x 4 = 24
Skor terendah
=6x1=6
Mean Teoritik
= ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2 = ( 24 + 6 ) : 2 = 15
Standar Deviasi
= ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6 = ( 24 – 6 ) : 6 =3
Perhitungan gambaran dimensi tujuan hidup di atas diperoleh µ = 15 dan σ = 3. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 15 – (1,0 x 3) = 12 µ + 1,0 σ = 15 +(1,0 x 3) = 18 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi tujuan hidup sebagai berikut:
64
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Tujuan Hidup Kriteria
Interval
Frekuensi Subjek
Persentase (%)
Tinggi
18 ≥ X
19
28,3
Sedang
12 ≤ X < 18
30
44,8
Rendah
X < 12
18
26,9
67
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi tujuan hidup yang berada pada kategori tinggi sebanyak 28,3% (19 orang), kategori sedang sebanyak 44,8% (30 orang), kategori rendah 26,9% (18 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung tinggi pada dimensi tujuan hidup. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
100% 80% 60% 40%
44,80% 28,30%
26,90%
20% 0% Tinggi
Sedang
Rendah
65
Gambar 4.6 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi tujuan hidup
66
f. Dimensi Pertumbuhan Pribadi
Gambaran
psychological
well-being guru
honorer
sekolah
dasar
berdasarkan dimensi pertumbuhan pribadi dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item
=9
Skor tertinggi
= 9 x 4 = 36
Skor terendah
=9x1=9
Mean Teoritik
= ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2 = ( 36 + 9 ) : 2 = 22,5
Standar Deviasi
= ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6 = ( 36 – 9 ) : 6 = 4,5
Perhitungan gambaran dimensi pertumbuhan pribadi di atas diperoleh µ = 22,5 dan σ = 4,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 22,5 – (1,0 x 4,5) = 18 µ + 1,0 σ = 15 +(22,5 x 4,5) = 27 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi pertumbuhan pribadi sebagai berikut:
67
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Pertumbuhan Pribadi Kriteria
Interval
Frekuensi Subjek
Persentase (%)
Tinggi
27 ≥ X
13
19,4
Sedang
18 ≤ X < 27
35
52,2
Rendah
X < 18
19
28,4
67
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi pertumbuhan pribadi yang berada pada kategori tinggi sebanyak 19,4% (13 orang), kategori sedang sebanyak 52,2% (35 orang), kategori rendah 28,4% (19 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada dimensi pertumbuhan pribadi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
100% 80% 52,20%
60% 40%
28,40% 19,40%
20% 0% Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.7 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi pertumbuhan pribadi
68
69
4.3.1.2 Ringkasan Analisis Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Ditinjau dari Masing-masing Dimensi Secara keseluruhan, ringkasan hasil perhitungan psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari masing-masing dimensi lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Komposisi Ringkasan Analisis Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Ditinjau dari Masing-masing Dimensi Kategorisasi Kelompok
Tinggi
Sedang
Rendah
(%)
(%)
(%)
4,5
70,1
25,4
6
58,2
35,8
28,3
46,3
25,4
21
50,7
28,3
Dimensi Tujuan Hidup
28,3
44,8
26,9
Dimensi Pertumbuhan Pribadi
19,4
52,2
28,4
Dimensi Penerimaan Diri Dimensi
Hubungan
Positif
dengan Orang lain Dimensi Otonomi Dimensi
Penguasaan
Lingkungan
70
Berdasarkan penjelasan di atas dari tiap-tiap dimensi psychological well-being di atas, secara lebih jelas dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:
80%
70,10%
70%
58,20%
60%
52,20%
50,70% 46,30%
50%
44,80%
35,80%
40% 25,40%
30%
28,30%
28,30% 28,30%
25,40%
26,90%
21%
28,40%
19,40%
20% 10%
4,50%
6,00%
0% Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.8 Diagram Analisis Psychological Well-being pada guru Honorer Sekolah Dasar
Penjelasan kategorisasi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di atas disusun berdasarkan kategorisasi distribusi normal, sedangkan untuk menentukan dimensi psychological well-being mana yang paling berpengaruh terhadap tinggi rendahnya variabel psychological well-being dapat ditentukan dengan membandingkan mean empirik tiap dimensi. Untuk menetukan nilai mean empirik dapat dicari dengan membagi jumlah skor item pada tiap dimensi dengan jumlah subjek, dalam hal ini dibantu program SPSS (Statistical Product and Service Sollutions) versi 20 for Windows. Adapun perbandingan mean empirik tiap bentuk dapat dilihat pada tabel berikut :
71
Tabel 4.12 Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological Well-Being
Mean Empirik
Penerimaan Diri
Hubungan Positif dengan Orang Lain
Otonomi
Penguasaan Lingkungan
Tujuan Hidup
Pertumbuhan Pribadi
22,21
24,42
27,78
24,75
14,96
21,64
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dimensi psychological well-being yang mempunyai nilai mean empirik terbesar adalah dimensi Otonomi dengan mean empirik sebesar 27,78 yang berarti dimensi otonomi mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan tinggi rendahnya psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar. Diagram perbandingan mean empirik dari tiap dimensi psychological well-being dijelaskan sebagai berikut:
Mean Empirik 22,21
24,42
27,78
24,75
14,96
21,64
20 15 10 5 0
Gambar 4.9 Diagram Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological Wellbeing
72
4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Setelah dilakukan penelitian ternyata tidak hanya faktor status sosial ekonomi saja yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being, tetapi faktor usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi. 4.4.1 Faktor Usia Perbedaan rentang usia berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian Ryff (1989: 1070) menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) seiring dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan positif dengan orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia. Di Kecamatan Wonotunggal terdapat 59 guru honorer sekolah dasar yang mempunyai usia rentang usia antara 25-39 tahun, sementara untuk rentang usia 40-59 terdapat 8 guru honore sekolah dasar, dan untuk usia 60-74 tidak ada. a. Usia 25-39 Tahun Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological wellbeing pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari rentang usia antara 25-39 tahun: Jumlah item
= 57
73
Skor tertinggi
= 57 x 4 = 228
Skor terendah
= 57 x 1 = 57
Mean Teoritik
= ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2 = ( 228 + 57 ) : 2 = 142,5
Standar Deviasi
= ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6 = ( 228 – 57 ) : 6 = 28,5
Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114 µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang untuk rentang usia antara 25-39 tahun sebagai berikut: Tabel 4.13 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 25-39 tahun Kriteria
Interval
Frekuensi Subjek
Persentase (%)
Tinggi
171 ≥ X
5
8,48
Sedang
114 ≤ X < 171
33
55,93
74
Rendah
X < 114
Jumlah
21
35,59
67
100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang rentang usia 25-39 tahun yang berada pada kategori tinggi sebanyak 8,48% (5 orang), kategori sedang sebanyak 55,93% (33 orang), kategori rendah 35,59% (21 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berusia antara 25-39 tahun tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
100% 80% 55,93% 60% 35,59% 40% 20%
8,48%
0% Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.10 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 29-35 Tahun b. Usia 40-59 Tahun Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological wellbeing pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari rentang usia antara 40-59 tahun: Jumlah item
= 57
75
Skor tertinggi
= 57 x 4 = 228
Skor terendah
= 57 x 1 = 57
Mean Teoritik
= ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2 = ( 228 + 57 ) : 2 = 142,5
Standar Deviasi
= ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6 = ( 228 – 57 ) : 6 = 28,5
Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114 µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang untuk rentang usia antara 40-59 tahun sebagai berikut: Tabel 4.14 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59 Tahun Kriteria
Interval
Frekuensi Subjek
Persentase (%)
Tinggi
171 ≥ X
0
0
Sedang
114 ≤ X < 171
8
100
76
Rendah
X < 114
Jumlah
0
0
8
100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang rentang usia 40-59 tahun yang berada pada kategori tinggi sebanyak 0% (0 orang), kategori sedang sebanyak 100% (8 orang), kategori rendah 0% (0 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berusia antara 40-59 tahun tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
100,00% 100% 80% 60% 40% 20%
0,00%
0,00%
0% Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.11 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59 Tahun
Dari hasil analisis deskriptif di atas dapat di simpulkan bahwa guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang dengan rentang usia antara
77
25-39 tahun memiliki psychological well-being lebih tinggi dibandingkan guru honorer sekolah dasar dengan rentang usia antara 40-59 tahun.
78
4.4.2 Faktor Jenis Kelamin Merupakan adanya suatu perbedaan gender pria atau wanita. Menurut Ryff (1989: 1070) faktor jenis kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria. Di Kecamatan Wonotunggal terdapat 25 guru honorer sekolah dasar yang berjenis kelamin pria, sementara untuk jenis kelamin wanita terdapat 42 guru honorer sekolah dasar. a. Jenis Kelamin Pria Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological wellbeing pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari jenis kelamin pria: Jumlah item
= 57
Skor tertinggi
= 57 x 4 = 228
Skor terendah
= 57 x 1 = 57
Mean Teoritik
= ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2 = ( 228 + 57 ) : 2 = 142,5
79
Standar Deviasi
= ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6 = ( 228 – 57 ) : 6 = 28,5
Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114 µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang untuk jenis kelamin pria sebagai berikut: Tabel 4.15 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria Kriteria
Interval
Frekuensi Subjek
Persentase (%)
Tinggi
171 ≥ X
1
4
Sedang
114 ≤ X < 171
20
80
Rendah
X < 114
4
16
25
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang jenis kelamin pria yang berada pada kategori tinggi sebanyak 4% (1 orang), kategori sedang sebanyak 80% (20 orang), kategori rendah 16% (4 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin pria
80
tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
100%
80,00%
80%
60% 40% 16,00% 20%
4,00%
0% Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.12 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria
b. Jenis Kelamin Wanita Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological wellbeing pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari jenis kelamin wanita: Jumlah item
= 57
Skor tertinggi
= 57 x 4 = 228
Skor terendah
= 57 x 1 = 57
Mean Teoritik
= ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2 = ( 228 + 57 ) : 2
81
= 142,5
82
Standar Deviasi
= ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6 = ( 228 – 57 ) : 6 = 28,5
Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114 µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang jenis kelamin wanita sebagai berikut: Tabel 4.16 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita Kriteria
Interval
Frekuensi Subjek
Persentase (%)
Tinggi
171 ≥ X
4
9,5
Sedang
114 ≤ X < 171
21
50
Rendah
X < 114
17
40,5
42
100
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten jenis kelamin wanita yang berada pada kategori tinggi sebanyak 9,5% (4 orang), kategori sedang sebanyak 50% (21 orang), kategori rendah 40,5% (17 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin wanita
83
tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
100% 80% 50,00%
60%
40,50%
40% 20%
9,50%
0% Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 4.13 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita Dari hasil analisis deskriptif di atas dapat di simpulkan bahwa guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang berjenis kelamin wanita memiliki psychological well-being lebih tinggi dibandingkan guru honorer sekolah dasar yang berjenis kelamin pria.
4.5 Pembahasan Psychological Well-being merupakan suatu gambaran kualitas kehidupan dan kesehatan mental yang dimiliki seseorang. Ryff dan Singer (2002: 542) mendefinisikan psychological well-being sebagai hasil evaluasi atau penilaian individu terhadap dirinya yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Evaluasi terhadap pengalaman akan dapat menyebabkan individu menjadi pasrah terhadap keadaan yang
84
membuat psychological well-being menjadi rendah atau berusaha memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat psychological well-being nya meningkat. Secara umum psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang berada dalam kategori sedang. Hal ini .dapat dimungkinkan bahwa dengan pendapatan gaji guru honorer yang rendah dapat menyebabkan psychological well-being individu berada dalam kategori sedang cenderung rendah. Penelitian yang dilakukan Ryff dkk. (dalam Ryan & Deci, 2001:154) menunjukan adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkatan psychological well-being seseorang. Biasanya seseorang dengan status ekonomi yang sedang, memiliki psychological well-being pada tingkatan sedang cenderung rendah. Hal ini dapat dimungkinkan bahwa sebagian dari guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang sudah cukup mampu menerima keadaan dirinya, sudah cukup memiliki tujuan hidup, cukup memiliki hubungan yang hangat dan positif dengan orang lain, cukup memiliki kemandirian, cukup memiliki penguasaan lingkungan, dan cukup memiliki kemampuan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan untuk perkembangan pribadi. Terlihat dalam studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa kehidupan yang dialami sebagian besar guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal terbilang cukup berat, dimana dengan gaji rendah mereka belum merasa bahagia lantaran keadaan keluarganya pas-pasan, merasa terbebani dengan status sosialnya sekarang, merasa malu karena hanya sebagai guru honorer tetapi mereka berusaha bekerja demi menghidupi keluarganya, kurang harmonis, ada rasa iri ketika melihat guru yang sudah PNS karena gajinya yang lebih tinggi, dan mereka belum bisa mencapai apa yang mereka inginkan. Namun ada pula guru honorer yang merasa sudah cukup bahagia walaupun dengan keadaan serupa. Cara yang mereka pilih ketika menghadapi masalah atau keadaan
85
tersebut beragam, diantaranya: ada yang merasa lega setelah bercerita pada teman, minta saran pada seseorang yang berpengalaman, ada pula yang memilih mendekatkan diri pada Allah. Dari hasil yang ditemukan dalam studi pendahuluan dimungkinkan bahwa keadaan psychological well-being guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten batang berada pada kategori sedang cenderung rendah karena sebagian guru honorer sekolah dasar ada yang belum bisa mencapai psychological wellbeing dan ada yang sudah cukup bisa mencapai psychological well-being tersebut. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruth Priscilla Sumule dan Ni Made Taganing (2008) mengenai “Psychological Well-Being pada Guru di Yayasan PESAT Nabire, Papua”, yaitu sebuah yayasan yang terletak diwilayah pedalaman Papua. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sejumlah guru yang menjadi subjek dalam penelitian tersebut memiliki tingkat psychological well-being yang beragam. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tinggi rendahnya kondisi psychological well-being dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, spiritualitas, pengalaman masa lalu, dan dukungan sosial. Selain itu dari hasil temuan di lapangan terdapat juga faktor usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Untuk rentang usia 25-39 memiliki psychological well-being yang lebih tinggi dari rentang usia antara 40-59. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Ryff (1989: 1070), menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) seiring dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring dengan bertambahnya usia.
86
Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan positif dengan orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia. Selain itu jenis kelamin juga mempengaruhi tinggi rendahnya psychologigal wellbeing pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, dari hasil temuan di lapangan guru honorer dengan jenis kelamin wanita memiliki psychological well-being lebih tinggi dari pada guru honorer sekolah dasar dengan jenis kelamin wanita. Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan Ryff (1989: 1070), faktor jenis kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria. Setelah diuraikan secara umum psychological well-being seperti di atas berikut pembahasan psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari dimensi-dimensi yang ada. Pada dimensi penerimaan diri sebagian besar subjek penelitian mempunyai penerimaan diri yang berada pada kategori sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum bisa mempunyai sikap positif terhadap dirinya sendiri, belum bisa mengakui dan menerima berbagai aspek positif dan negatif dalam dirinya yang relatif cukup, dan belum memiliki perasaan negatif tentang kehidupan masa lalu, sehingga dapat menyebabkan dimensi penerimaan diri berada pada kategori sedang cenderung rendah (Ryff dan Singer, 2002: 543). Pada dimensi hubungan positif dengan orang lain sebagian besar subjek penelitian mempunyai hubungan positif dengan orang lain yang berada pada kategori
87
sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum mempunyai sikap hangat dan percaya dalam hubungan dengan orang lain, belum memiliki empati, afeksi, dan keintiman yang kuat, belum memiliki pemahaman mengenai pemberian dan penerimaan dalam suatu hubungan yang relatif rendah/sedang, sehingga dapat menyebabkan dimensi hubungan positif dengan orang lain berada pada kategori sedang cenderung rendah (Ryff dan Singer, 2002: 543). Pada dimensi otonomi sebagian besar subjek penelitian mempunyai otonomi yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji rendah yang diterima guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang tidak mempengaruhi mereka untuk menjadi mandiri dalam keadaan apapun sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka mempunyai pengharapan, tidak terlalu bergantung pada penilaian orang lain dalam mengambil keputusan, cukup mampu menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial dalam berfikir dan bertingkah laku, sehingga dapat menyebabkan dimensi otonomi berada pada kategori sedang cenderung tinggi (Ryff dan Singer, 2002: 543). Pada dimensi penguasaan lingkungan sebagian besar subjek penelitian mempunyai penguasaan lingkungan yang berada pada kategori sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum mempunyai kemampuan dan berkompetensi mengontrol lingkungan, belum mampu menyusun kontrol yang kompleks terhadap aktivitas eksternal, belum mampu menggunakan secara efektif kesempatan dalam lingkungan, dan belum mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan
88
kebutuhan, sehingga dapat menyebabkan dimensi penguasaan lingkungan berada pada kategori sedang cenderung rendah (Ryff dan Singer, 2002: 543).
Pada dimensi tujuan hidup sebagian besar subjek penelitian mempunyai tujuan hidup yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji rendah yang diterima guru honorer sekolah dasar di kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang tidak mempengaruhi akan tujuan hidup dari mereka sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka mempunyai keyakinan-keyakinan yang memberikan perasaan bahwa terdapat tujuan dan makna didalam hidupnya, baik masa lalu maupun yang sedang dijalaninya kini, sehingga dapat menyebabkan dimensi tujuan hidup berada pada kategori serang cenderung tinggi (Ryff dan Singer, 2002: 543). Pada dimensi pertumbuhan pribadi sebagian besar subjek penelitian mempunyai pertumbuhan pribadi yang berada pada kategori sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum berkeinginan untuk beraktualisasi diri dan belum mampu menyadari bahwa potensi diri merupakan perspektif utama dari dimensi pertumbuhan pribadi, belum memiliki keterbukaan akan pengalaman baru, sehingga dapat menyebabkan dimensi pertumbuhan pribadi berada pada kategori serang cenderung rendah (Ryff dan Singer, 2002: 543). Berdasarkan hasil pembahasan di atas dari tiap-tiap dimensi psychological well-being yaitu dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain,
89
otonomi, penguasaan lingkugan, dan pertumbuhan pribadi semuanya berada pada kategori sedang cenderung rendah. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ratarata guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang memiliki psychological well-being pada kategori sedang cenderung rendah. Psychological well-being yang mengindikasikan bahwa sebagian besar guru honorer sekolah dasar belum mampu menerima keadaan dirinya, belum mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, belum mampu mengontrol lingkungan, dan belum mampu mengembangkan bakat serta kemampuan untuk perkembangan pribadi. Hasil berbeda ditunjukkan pada dimensi otonomi dan dimensi tujuan hidup yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Psychological wellbeing yang mengindikasikan bahwa sebagian besar guru honorer sekolah dasar sudah memiliki kemandirian dan memiliki tujuan hidup yang positif.
4.6 Keterbatasan Penelitian Hal-hal yang dapat menggangu validitas konstruk dari sebuah instrumen penelitian sekaligus menjadi kekurangan dalam instrumen penelitian dapat disebabkan antara lain oleh: 1) Pada saat melakukan studi pendahuluan peneliti kurang cermat dalam menganalisa fenomena yang ada di tempat penelitian, sehingga masih jauh dari keterpenuhannya terhadap dimensi-dimensi psychological well-being yang diungkap sehingga hasil studi pendahuluan dan hasil penelitian berbeda. 2) Pada saat mengisi skala mungkin responden sedang tidak berminat sehingga kurang bisa berkonsentrasi.
90
Kelemahan dalam penelitian ini nantinya dapat dijadikan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.
BAB 5 PENUTUP
5.1
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut: 1. Gambaran secara umum guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang mempunyai psychological well-being yang berada pada kategori sedang.
5.2
Saran Merujuk pada simpulan penelitian di atas, peneliti mengajukan saran-saran
sebagai berikut: 1. Guru Honorer Guru honorer disarankan untuk lebih bisa mempunyai sikap positif terhadap dirinya sendiri, bisa menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, bisa menggunakan kesempatan secara efektif, mampu mengembangkan diri mereka sehingga psychological well-being nya meningkat. 2. Pemerintah Sebaiknya
pemerintah
di
Kecamatan
Wonotunggal
lebih
memperhatikan
kesejahteraan guru honorer, khususnya untuk guru honorer sekolah dasar, karena dengan tugas yang sama dengan guru PNS mereka kurang diperhatikan.
84
85
3. Peneliti Untuk peneliti selanjutnya diharapakan mampu menggali lebih dalam mengenai informasi yang berkaitan dengan psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.
86
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. 2001. Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta ___________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar _____________. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar _____________. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar _____________. 2012. Metode Penelitian. Cetakan ke-13. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Blechman & Brownell. 1998. Behavioral Medicine & Women: A Comprehensive Handbook. New York: The Guilford Press Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta Gregorius Sahdan, 2005. Menanggulangi Kemiskinan Desa. Artikel Ekonomi Rakyat dan Kemiskinan, Maret 2005. Halim, SM & Atmoko W.D. 2005. Hubungan antara kecemasan akan HIV/AIDS dan psychological well-being pada waria yang menjadi pekerja seks komersial. Jurnal Psikologi. Volume 15, No. 1. 2005. Universitas Padjajaran Bandung Horn, J.E.V., Taris, T.W., Schaufeli, W.B., & Schteurs, P.J.G. 2004. “The Structure of Occupational Well-Being: A Study Among Dutch Theachers”. Journal of Occupational and Organizational Psychology, Vol. 77, 365375 Latipun. 2005. Kesehatan Mental. Malang : UMM Press Leddy, Susan. 2006. Health Promotion : Mobilizing Strengths to Enhance Health, wellness, and Well-being. Philadelphia : F. A. Davis Company
87
Mulyasa, H.E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Ryan, R. M., & Deci, E. L. 2001. On Happiness and Human Potentials: A Review of Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being. Annual Review Psychology. Ryff, Carol, & Singer, Burton. 2002. From social structure to biology: integrative science in persuit of human health and well-being. In C. R. Snyder, & Lopes (Eds.), Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press. Ryff, D. Caroll. 1989. “Happines is Everyting, or is it? Exploration on The Meaning of Psychological Well-Being”. Journal of Personality Social Psychology. Vol. 56, No. 6, 1069-1081 Ryff & Keyes. 1995. “The Structure of Psychological Well-Being Revisited”. Journal of Personality and Social Psychologi. Vol. 69, No. 4, 719-727 Stern, Samantha, 2007. Factor That Impact The Health and Psychological WellBeing of Older Adults Shortly Following Institutionalization. Case Western Reserve University Sumule, R.P & Taganing, N.M. 2008. Psychological Well-Being pada Guru yang bekerja di Yayasan PESAT Nabire, Papua. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Permendiknas RI Nomor 18 Tahun 2007 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Abraham Maslow @http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow (di unduh pada
26 /04/2014) Guru @(http://id.wikipedia.org/wiki/Guru) (di unduh pada 26/04/2014) Guru
Honorer Membengkak @http://edukasi.kompas.com/read/2012/03/06/ 06420188/Guru.Honorer.Membengkak (di unduh pada 26/04/2014)
Guru Wiyata Bakti Kecewa Batal Diangkat Jadi PNS @(www.pikiranrakyat.com/node/127787) (di unduh pada 27/08/2014) Just for insight @(forinsight.wordpress.com/2013/11/9/10-pekerjaan-tervaforit/) (di unduh pada 27/08/2014)
88
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA @http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/guru (di unduh pada 26/04/2014) PNS
Profesi Paling Diidamkan Orang Indonesia sindo.com/node/384472) ( di unduh pada 27/08/2014)
@(m.koran-
LAMPIRAN
10
90
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN
91
Skala Psikologis
Ψ Universitas Negeri Semarang Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Psikologi 2014
92
PENGANTAR Dengan hormat, Perkenankan saya Nama
: Heri Setiawan
Nim / Jurusan : 1550407024 / Psikologi Memohon bantuan saudara untuk bersedia menjadi responden penelitian dalam rangka penyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi. Mengingat pentingnya data tersebut maka saya berharap saudara dapat mengisi skala psikologi ini sesuai dengan keadaan saudara. Tidak ada jawaban yang salah dan benar, jawaban yang benar adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan saudara. Dalam penelitian ini kerahasiaan identitas dan privasi subyek terjamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan kerja sama saudara, saya ucapkan terima kasih.
93
Identitas subjek Nama ( Inisial) : Jenis kelamin Umur
: :
Petunjuk Pengisisan : Berikut ini adalah sejumlah pernyataan mengenai keadaan perasaan yang mungkin anda alami. Anda diminta menggunakan pernyataan-pernyataan tersebut untuk melukiskan diri anda sendiri, dengan memberikan tanda centang (√) pada jawaban yang anda pilih. Adapun pilihan jawaban tersebut sebagai berikut: SS
:bila pernyataan Sangat Sesuai dengan kondisi anda.
S
:bila pernyataan Sesuai dengan kondisi anda.
TS
:bila pernyataan Tidak Sesuai dengan kondisi
STS
:bila pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan kondisi anda.
Contoh : Pernyataan
No 1
SS
Menolong merupakan hal yang menyenangkan bagi saya
√
S
TS
STS
94
Pernyataan
No 1
Secara umum saya merasa percaya diri dan positif terhadap diri saya.
2
Ketika saya membandingkan diri saya dengan teman dan kenalan, saya merasa bangga.
3
Saya bahagia dengan keadaan hidup sekarang ini walau hanya sebagai guru honorer.
4
Sedikit atau banyak upah yang saya terima tidak jadi masalah bagi saya.
5
Meskipun penghasilan sebagai guru honorer rendah, tetapi saya bangga bisa mendapatkan penghasilan sendiri.
6
Saya bangga terhadap keluarga dan merasa tidak perlu ada yang disesali dari perjalanan hidup saya.
7
Saya merasa nyaman mengobrol dengan siapa saja termasuk dengan guru/orang yang baru saya kenal.
8
Saya senang cerita dengan anggota keluarga dan teman-teman.
9
Saya percaya pada teman-teman, begitu juga sebaliknya mereka percaya pada saya.
10
Teman, tetangga, dan keluarga sering menceritakan masalahnya kepada saya, karena mereka
SS
S
TS
STS
95
percaya kepada saya. 11
Meskipun hidup saya pas-pasan, tapi saya senang membantu jika ada teman atau orang yang membutuhkan.
12
Banyak teman menilai saya sebagai orang yang penyayang, perhatian, dan pengertian.
13
Saya akan berusaha menghibur teman apabila sedang ditimpa musibah.
14
Orang-orang disekitar saya menganggap saya sebagai pendengar yang baik dan mau meluangkan waktu untuk berbagi cerita dengan mereka.
15
Saya mampu mengambil keputusan sendiri yang menurut saya benar.
16
Keputusan yang saya ambil pada umumnya tidak dipengaruhi orang lain.
17
Saya berani menyampaikan pendapat saya meski bertentangan dengan kebanyakan pendapat orang lain.
18
Saya enggan menanggapi masalah yang berpengaruh pada pekerjaan saya.
19
Saya yakin dengan pendapat saya meskipun bertentangan dengan
96
pendapat orang pada umumnya.
20
Saya enggan melakukan kecurangan seandainya ada kesempatan untuk melakukannya.
21
Sehabis selesai bekerja, saya berusaha mengajak teman untuk meluangkan waktu berkumpul atau sekedar mengobrol.
22
Saat berkumpul dengan guru, teman, atau tetangga, saya yakin ucapan saya didengar mereka.
23
Saya mampu mengelola tanggung jawab dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
24
Saya mengajak tetangga untuk ikut aktif dalam kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, dll.
25
Saya mampu mengatur waktu, oleh karena itu saya bisa menyesuaikan segala kebutuhan yang harus dikerjakan.
26
Saya adalah orang yang aktif dalam merencanakan hidup.
27
Saya senang membuat rencana untuk masa depan dan berusaha mewujudkannya.
28
Saya sekarang sebagai guru honorer, tetapi suatu saat nanti saya pasti akan diangkat menjadi PNS.
97
29
Saya merasa bahwa saya telah berkembang seperti kenbanyakan orang pada umumnya.
30
Saya berusaha menggali potensi yang saya miliki agar bisa dijadikan untuk mencari penghasilan.
31
Saya merasa perlu untuk memiliki pengalaman baru yang menantang seperti yang orang lain pikirkan.
32
Saya suka berada pada situasi baru yang dapat merubah kebiasaan lama saya dalam melakukan sesuatu.
33
Saya mencari informasi agar bisa mengikuti kegiatan seminar untuk menambah pengalaman dan keahlian.
34
Sikap saya terhadap diri sendiri tidak sepositif sikap orang lain terhadap mereka.
35
Dalam banyak hal, saya kecewa dengan prestasi dalam hidup saya.
36
Dalam keadaan serba kekurangan saya sering merasa putus asa.
37
Saya merasa orang-orang yang saya kenal mempunyai / mendapat sesuatu yang lebih dibanding dengan yang saya punya.
38
Saya menganggap sebagai orang yang penuh kekurangan dan
98
kelemahan dibandingkan orang lain. 39
Saya merasa malu karena pekerjaan saya hanya sebagai guru honorer.
40
Saya tidak memiliki banyak teman seperti yang dimiliki orang lain.
41
Saya jarang mengikuti perkumpulan guru karena saya lebih senang menyendiri.
42
Saya tidak mempunyai banyak teman yang mau mendengarkan saat saya curhat, karena saya tidak mudah percaya pada orang lain.
43
Saya memilih cuek ketika ada teman/tetangga membutuhkan bantuan.
44
Saya merasa enggan untuk mengikuti bakti sosial.
45
Kalau teman sekantor saya sesama guru honorer tidak berangkat bekerja, saya juga tidak berangkat.
46
Saya sering berubah pikiran tentang apa yang jadi keputusan saya jika teman-teman dan keluarga tidak menyetujuinya.
47
Saya akan menolak jika ada teman atau guru yang lebih senior menyuruh yang bukan menjadi tanggung jawab saya.
99
48
Sulit bagi saya mengemukakan pendapat ketika sedang ada diskusi.
49
Banyak sedikitnya hasil yang didapat tergantung dari hasil kinerja saya.
50
Saya berangkat ke sekolah jika ingin mengajar saja.
51
Saya mudah terpengaruh dengan pendapat orang lain.
52
Ketika berkumpul dengan siapa saja ketika tidak diminta bicara, saya lebih baik diam.
53
Saya tidak bisa menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan di sekitar saya.
54
Saya enggan ditunjuk sebagai pengurus kegiatan apa saja.
55
Saya sering merasa kewalahan dengan tanggung jawab yang saya hadapi.
56
Saya takut memberikan pendapat ketika mengikuti perkumpulan yang diadakan sekolah.
57
Saya menolak apabila disuruh jadi pembina pramuka di sekolah.
58
Aktifitas saya sehari-hari seringkali nampak biasa saja dan tidak penting untuk saya.
100
59
Saya tidak punya tujuan dari apa yang saya jalani dalam hidup ini.
60
Saya cenderung fokus pada masa sekarang, karena memikirkan masa depan selalu membawa saya pada masa lalu.
61
Melihat kondisi ekonomi saya sekarang yang rendah, rasanya citacita hidup saya tidak akan tercapai.
62
Ketika saya mencoba hal baru saya tetap tidak bisa mengembangkan diri saya.
63
Saya tidak tertarik dengan kegiatan yang dapat memperluas wawasan saya.
64
Saya tidak bisa mengubah kebiasaan - kebiasaan lama dengan kebiasaan/pengalaman baru.
65
Hidup saya berjalan baik sesuai dengan apa adanya, oleh karena itu saya tidak ingin mencoba cara atau hal baru untuk merubahnya.
66
Saya banyak menghabiskan waktu luang untuk berkumpul dengan tetangga dan santai.
-Terima Kasih-
101
LAMPIRAN 2 TABULASI DATA
102
ITEM PERNYATAAN
No. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
G_1
2
4
2
1
4
3
4
2
3
4
2
2
1
2
3
4
2
4
1
2
4
3
3
4
4
2
2
1
2
4
4
3
4
G_2
3
2
2
4
3
3
4
2
3
4
2
3
4
1
3
4
2
4
4
1
3
3
3
3
4
2
3
4
1
4
3
3
1
G_3
3
3
2
2
4
4
3
3
3
3
3
3
1
1
3
3
3
3
1
1
4
4
3
4
3
3
3
1
1
3
3
3
1
G_4
4
3
3
2
2
3
3
3
4
3
3
3
1
2
4
3
3
4
1
2
2
3
4
3
3
3
3
1
2
3
4
2
1
G_5
3
4
2
3
2
2
4
2
2
4
3
2
1
1
3
4
2
3
1
1
4
3
3
3
4
2
2
1
1
4
2
2
1
G_6
4
2
3
3
2
2
2
3
4
2
2
2
1
2
4
2
3
3
1
2
2
3
4
3
2
3
2
1
2
2
1
3
2
G_7
2
1
2
1
2
1
2
2
2
3
3
3
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
1
2
3
2
2
1
3
2
3
G_8
3
3
2
3
4
4
3
3
3
1
2
2
3
2
3
3
2
3
3
2
4
4
3
4
3
2
2
3
2
3
3
2
1
G_9
4
3
4
3
4
3
3
3
3
2
2
2
1
1
4
3
4
3
1
1
4
3
4
3
3
4
2
1
1
3
2
2
3
G_10
2
2
1
2
1
2
2
1
3
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
1
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
4
2
G_11
3
2
3
3
3
4
2
3
3
3
3
4
2
3
3
2
3
3
2
3
3
4
4
2
2
3
4
2
3
2
3
2
2
G_12
3
3
4
4
2
3
3
4
3
4
3
3
2
2
3
3
4
4
2
2
2
3
4
3
3
4
2
2
2
3
2
3
3
G_13
4
2
2
4
3
3
2
2
4
3
2
3
3
2
4
2
2
4
3
2
3
3
3
3
2
2
3
3
2
2
2
1
1
G_14
2
3
3
1
2
1
2
2
2
2
1
1
1
4
2
2
2
1
1
4
2
1
1
1
2
2
1
1
4
2
4
3
2
G_15
3
4
3
3
3
3
4
4
3
4
1
3
3
2
3
4
4
3
2
2
3
3
4
3
4
4
3
2
2
3
3
2
2
G_16
4
3
3
4
3
3
3
3
4
3
2
2
3
3
4
3
3
4
2
1
3
3
3
4
3
3
2
2
1
3
3
3
2
G_17
2
3
4
3
3
4
3
4
3
3
2
1
2
4
3
3
4
3
2
2
3
4
4
4
3
4
1
2
2
3
3
2
1
G_18
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
2
2
1
2
3
3
3
4
1
2
4
3
3
3
3
3
2
1
2
3
3
1
1
G_19
2
3
4
4
3
3
3
4
3
3
2
1
1
3
3
3
4
4
1
1
4
3
3
3
3
4
1
1
1
3
3
2
2
G_20
4
3
3
3
4
3
3
3
3
4
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
4
4
3
3
3
3
2
2
3
3
3
2
1
G_21
3
3
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
1
2
3
3
4
4
1
2
4
4
3
3
3
4
2
1
2
3
3
2
2
G_22
4
3
4
4
3
3
3
4
3
3
1
2
2
2
4
3
4
4
2
2
3
3
3
4
3
4
2
2
2
3
3
2
1
103
G_23
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
1
2
1
2
4
3
3
3
1
2
4
3
4
4
3
3
2
1
2
3
2
2
1
G_24
3
2
3
3
3
3
2
3
4
3
1
2
1
3
3
2
3
3
1
3
3
3
3
3
2
3
2
1
3
2
3
1
1
G_25
3
3
4
4
2
4
3
4
4
3
2
1
1
1
3
3
4
3
1
1
2
4
3
3
3
4
1
1
1
3
4
1
1
G_26
3
4
4
3
4
2
4
4
3
4
2
1
1
2
3
4
4
3
1
2
4
2
3
4
4
4
1
1
2
4
3
2
1
G_27
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
2
1
2
4
3
3
3
3
3
4
4
3
2
3
3
2
1
2
3
4
1
1
G_28
3
4
3
4
4
3
4
3
4
2
2
1
1
4
3
4
3
4
1
1
4
3
3
3
4
3
1
1
1
4
3
3
1
G_29
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
2
3
1
4
4
3
3
3
1
4
4
3
4
3
3
3
3
1
4
3
4
3
1
G_30
2
4
2
3
3
3
4
2
3
2
1
3
1
2
2
4
2
3
1
2
3
3
3
4
4
2
3
1
2
4
3
3
3
G_31
2
4
4
3
2
4
2
2
3
4
3
4
2
2
3
3
4
3
4
2
3
3
4
2
4
4
3
2
4
3
4
3
3
G_32
2
4
3
3
2
4
2
3
3
3
3
4
3
1
3
3
3
3
4
3
3
3
4
2
4
3
3
2
3
3
3
4
4
G_33
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
4
3
4
2
3
G_34
3
4
2
3
3
4
3
3
4
3
4
3
3
2
3
4
3
4
3
3
4
4
3
3
4
2
3
3
2
4
3
4
3
G_35
2
3
4
3
2
3
3
2
3
3
2
4
2
3
3
3
3
2
4
2
3
3
4
2
3
4
3
3
4
3
3
2
3
G_36
4
3
2
3
3
3
2
2
4
3
4
3
2
2
3
4
3
4
3
2
4
4
2
3
3
2
3
2
2
4
1
2
1
G_37
2
1
2
1
2
1
3
3
2
1
2
3
3
3
2
2
1
2
3
3
2
2
1
2
1
2
1
3
2
2
3
4
4
G_38
1
1
4
3
3
3
4
2
2
1
1
4
3
4
2
3
4
3
1
2
3
3
3
2
3
4
4
2
4
3
3
4
3
G_39
1
2
2
3
4
3
2
3
2
1
2
2
3
2
2
4
3
3
2
2
4
4
3
4
3
4
3
2
4
4
2
1
2
G_40
2
2
2
1
2
1
1
2
3
2
2
1
3
3
2
1
3
1
3
2
3
2
3
1
3
1
3
2
1
1
3
3
4
G_41
3
2
4
4
3
4
3
2
2
3
2
3
2
3
2
4
2
3
3
4
4
3
2
3
3
3
4
2
3
4
4
2
3
G_42
1
1
4
3
4
3
3
4
2
1
1
3
3
2
1
4
3
3
4
2
4
3
3
4
4
2
3
2
2
4
4
3
3
G_43
2
1
1
2
1
2
2
1
2
2
1
2
4
4
1
3
3
4
3
3
3
4
2
2
4
3
3
2
3
3
1
2
1
G_44
2
3
3
4
4
2
2
3
4
2
3
2
3
3
2
1
1
2
2
1
1
2
2
2
1
2
1
1
2
1
3
3
3
G_45
2
2
2
3
4
3
3
4
4
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
4
3
3
3
1
3
4
4
3
3
G_46
3
2
3
4
3
3
2
2
3
3
4
3
3
3
3
3
4
4
3
2
3
4
3
3
4
3
3
2
3
3
3
3
4
104
G_47
1
4
2
3
3
1
2
2
4
3
3
3
4
2
3
4
4
3
3
1
4
3
3
4
3
3
4
2
3
4
4
4
3
G_48
2
2
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
3
4
4
2
3
3
3
3
4
4
3
2
4
3
2
2
3
G_49
2
2
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
1
3
4
3
4
4
4
3
2
4
3
3
4
4
G_50
2
2
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
1
4
3
3
3
4
2
3
4
3
3
3
4
4
2
4
3
4
4
4
G_51
1
2
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
2
3
3
3
3
2
2
3
3
3
4
4
4
4
1
4
3
4
3
3
G_52
1
1
4
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
2
3
4
3
4
4
3
3
1
3
3
3
4
3
G_53
2
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
4
4
3
3
2
4
4
3
3
3
3
4
3
4
2
3
3
3
G_54
1
2
4
4
3
3
3
4
2
2
4
3
1
2
1
3
3
4
3
2
3
3
2
3
3
3
3
1
3
3
3
2
3
G_55
2
2
3
3
3
4
3
4
3
4
2
4
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
2
G_56
4
3
4
2
4
3
2
1
4
4
4
3
3
4
3
3
4
3
4
1
3
3
4
4
3
4
2
2
4
3
3
4
3
G_57
2
3
3
4
3
3
1
3
4
4
3
4
3
1
3
3
2
4
3
2
3
4
3
3
3
4
4
2
4
3
4
4
3
G_58
3
4
4
3
3
4
2
1
3
4
3
3
1
2
3
3
3
4
3
1
3
3
4
3
4
4
3
2
4
3
3
4
3
G_59
3
3
4
3
3
3
2
3
4
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
3
2
4
4
3
3
3
G_60
1
4
3
3
2
3
1
3
3
4
3
2
3
2
3
3
4
3
2
3
3
2
4
2
3
3
3
1
3
3
4
3
3
G_61
2
4
3
2
3
3
3
4
3
3
2
3
3
3
2
4
3
3
3
4
3
4
3
1
4
3
3
3
3
1
3
3
3
G_62
4
4
4
2
3
4
3
3
3
3
1
3
3
4
2
4
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
4
3
4
4
4
3
G_63
3
4
3
3
3
1
3
4
3
3
1
3
3
3
2
3
4
4
3
4
3
3
3
1
4
4
3
4
3
1
2
3
4
G_64
4
3
3
4
4
1
4
3
4
3
2
4
4
3
3
4
2
3
4
3
4
3
4
1
2
3
4
3
4
1
4
3
3
G_65
3
4
4
4
3
1
3
3
2
2
1
3
2
1
2
3
4
3
3
3
2
4
3
1
4
3
3
3
2
1
2
3
4
G_66
3
2
2
2
3
1
2
3
2
2
2
4
2
4
2
3
2
2
4
3
2
3
4
1
2
3
4
1
4
1
2
1
2
G_67
3
4
2
3
2
2
4
2
2
4
3
2
1
1
3
4
2
3
1
1
4
3
3
3
4
2
2
1
1
4
2
2
1
105
ITEM PERNYATAAN
No. G_1 G_2 G_3 G_4 G_5 G_6 G_7 G_8 G_9 G_10 G_11 G_12 G_13 G_14 G_15 G_16 G_17 G_18 G_19 G_20 G_21 G_22 G_23
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
1 1 2 1 2 2 2 1 3 3 2 2 4 2 1 2 2 1 3 2 2 2 3
3 4 3 3 3 1 4 3 2 4 3 3 1 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3
3 3 4 3 4 2 3 4 1 4 4 3 1 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3
3 4 3 3 3 1 4 3 2 2 3 3 1 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3
3 3 4 2 4 2 3 3 1 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4
2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1
3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 2 3 1 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2
4 1 1 1 1 2 3 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1
1 1 2 1 2 2 2 1 1 3 2 2 4 2 1 2 2 1 3 2 2 2 3
3 3 3 2 2 3 2 2 2 4 2 3 1 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2
4 3 3 4 2 1 3 3 2 2 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2
2 3 3 2 3 2 2 4 1 3 4 2 2 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3
4 3 4 3 3 1 3 3 2 3 4 4 1 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3
4 3 3 4 2 1 3 3 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2
3 1 3 1 3 3 4 3 4 3 3 3 1 4 3 2 2 3 3 1 3 4 4
3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 2 3 3 1 3 3 4 2 3 4 3
3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 2 3 1 3 2 1
4 3 4 4 3 3 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 3 2 2 4 2 1 2
2 4 3 2 3 2 3 3 3 4 3 4 2 3 4 1 4 4 3 1 4 3 4
4 1 2 1 3 3 3 3 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3
3 2 2 1 4 2 3 4 3 3 4 3 3 1 2 2 3 4 3 2 4 3 3
3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 4 1 3 4 2 2 4 3 4
3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 1 3 3 2 3 4 4 1 3 4 3
3 4 2 3 3 4 3 3 4 2 4 2 2 4 4 1 3 2 3 2 3 3 3
3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 1 4 3 2 4 3 3 1 3 3 4
3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3 1 4 3 4 3 2 3 3 3 4 3
4 1 1 1 1 2 3 1 3 2 3 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1
2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4
2 3 2 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4
2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 1 2 3 3 2 3
3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 2 3 2 2 4 1 3
4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 1 3 3 2 3
4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 2 2 4 4 1 3
106
G_24 G_25 G_26 G_27 G_28 G_29 G_30 G_31 G_32 G_33 G_34 G_35 G_36 G_37 G_38 G_39 G_40 G_41 G_42 G_43 G_44 G_45 G_46 G_47 G_48
1 2 2 1 4 2 3 3 3 4 3 4 2 3 4 1 4 4 3 1 4 3 4 3 3
4 2 4 3 3 3 3 4 1 2 1 1 2 2 1 3 2 2 3 1 2 2 2 1 2
3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 2 1 3 3 2 2 3 2 2 4 3 3 3 3
3 4 2 3 4 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 4 2 3 1 3 2 1 2 3
4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 1 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 2
2 2 1 2 2 1 3 3 4 2 4 2 2 4 4 1 3 2 3 2 3 3 3 4 4
1 1 2 1 3 3 1 4 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 1
1 1 1 1 1 1 3 2 3 3 2 3 2 2 4 1 3 4 2 2 4 3 4 3 4
1 2 2 1 4 2 2 2 3 2 2 3 2 3 4 2 3 4 2 2 4 3 4 3 4
1 1 2 1 3 3 3 3 4 3 3 3 1 4 3 2 4 3 3 1 3 3 4 3 3
3 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 4 2 3 4 1 4 4 3 1 4 3 4 3 3
4 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 1 4 3 2 2 3 3 1 3 4 4 3 3
3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 2 1 3 3 2 2 3 2 2 4 3 3 3 3
3 4 3 4 3 4 2 2 3 3 2 3 2 2 4 1 3 4 2 2 4 3 4 3 4
3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 4 2 4 2 3 3 4 3 3
4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2
2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 2
2 1 3 2 2 2 3 1 2 2 1 4 2 3 4 1 1 1 1 2 3 4 2 2 2
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 3 2
4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 4 2
4 3 4 2 3 3 3 3 4 3 2 3 2 4 4 3 3 4 2 1 3 3 2 2 3
3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 4 1 3 4
4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 1 3 3 2 3 4
4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2 1 3 3 2 2 3
3 3 4 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 4 2
3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 4 2 3 3 1 3 3 4 2 3 4 3 4 3
3 3 1 2 1 1 3 3 4 3 3 3 1 4 3 2 4 3 3 2 1 4 2 3 3
2 3 4 1 4 4 3 1 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2
2 3 4 1 4 4 3 1 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 4 3 3
2 2 4 1 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 4 2 3 3 1 4
4 2 2 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3
4 4 1 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3
2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3
107
G_49 G_50 G_51 G_52 G_53 G_54 G_55 G_56 G_57 G_58 G_59 G_60 G_61 G_62 G_63 G_64 G_65 G_66 G_67
3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 1 2
2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 4 1 2 1 1 2 3
3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 2 2 3 3 2 3 1 4
2 2 2 2 2 1 3 2 1 3 3 3 4 4 4 4 4 1 3
3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 4 2 2 4
4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 1 2
2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 3 3 3 4 3 4 2 2
3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 2 4 3 4 2 4 2 2 1
3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 1 2
4 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 1 2
3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 1 2
3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3
3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 2 2 3 3 2 3 2 3
3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 1 2
4 2 3 4 3 3 3 4 1 4 3 4 3 3 4 4 4 1 3
2 1 1 2 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4
3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 1 2 3
3 3 2 2 3 2 2 4 2 2 4 3 4 3 3 4 4 1 3
2 4 2 1 2 3 4 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 1 3
3 2 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3
2 2 4 3 2 2 3 2 2 2 2 4 2 4 3 3 3 1 4
2 2 4 3 4 3 4 4 3 3 4 2 2 3 3 2 3 2 3
4 1 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 1 4
2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 3 3 1 3
3 1 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 1 3
3 3 3 3 1 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4
1 4 3 3 1 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 1
2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4
2 3 4 3 2 2 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 3
4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3
3 4 4 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1
3 4 3 3 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 3
3 4 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3
LAMPIRAN 3 1. HASIL UJI VALIDITAS 2. HASIL UJI RELIABILITAS
108
109
1. Hasil Uji Validitas Skala Psychological Well-Being Total VAR00001
Pearson Correlation
,237
Sig. (2-tailed)
,054
N VAR00002
,269
Sig. (2-tailed)
,027
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00004
Pearson Correlation
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00009
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00010
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00011
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00012
67 *
,043
Sig. (2-tailed)
VAR00008
,000
Sig. (2-tailed)
N
VAR00007
**
,485
,248
Sig. (2-tailed) VAR00006
67
Pearson Correlation N
VAR00005
*
Pearson Correlation
N VAR00003
67
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
67 **
,436
,000 67 **
,495
,000 67 **
,590
,000 67 **
,336
,005 67 **
,501
,000 67 **
,560
,000 67 **
,681
,000 67 **
,660
,000
110
N VAR00013
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00014
,109
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00018
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00019
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00020
Pearson Correlation
Pearson Correlation N
,000 67 **
,707
,000 67 **
,697
,000 67 **
,534
,000 67
67 **
,636
,000 67 **
,671
,000 67 *
,298
Sig. (2-tailed)
,014
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00026
**
Pearson Correlation N
VAR00025
67 ,782
,076
Sig. (2-tailed)
VAR00024
,000
Sig. (2-tailed)
N
VAR00023
**
,792
,218
Sig. (2-tailed) VAR00022
67
Pearson Correlation N
VAR00021
67
Sig. (2-tailed)
N
VAR00017
,000 ,198
Sig. (2-tailed) VAR00016
**
,429
Pearson Correlation N
VAR00015
67
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
67 **
,399
,001 67 **
,761
,000 67 **
,699
,000
111
N VAR00027
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00028
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00029
Pearson Correlation
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00034
Pearson Correlation
Pearson Correlation N
,000 67 **
,578
,000 67 **
,463
,000 67 **
,326
,007 67 *
67 **
,466
,000 67 **
,426
,000 67 ,225
Sig. (2-tailed)
,067
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00040
**
Pearson Correlation N
VAR00039
67 ,629
,042
Sig. (2-tailed)
VAR00038
*
Sig. (2-tailed)
N
VAR00037
67
,249
Sig. (2-tailed) VAR00036
,000
Pearson Correlation
N VAR00035
**
,578
,016
Sig. (2-tailed)
VAR00033
67
Sig. (2-tailed)
N
VAR00032
,000
,294
Sig. (2-tailed) VAR00031
**
,601
Pearson Correlation N
VAR00030
67
Pearson Correlation
67 **
,474
,000 67 **
,314
,010 67 ,236
112
Sig. (2-tailed) N VAR00041
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00042
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00043
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00044
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00045
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00046
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00047
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00048
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00049
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00050
,002 67 **
,462
,000 67 **
,424
,000 67 **
,383
,001 67 **
,474
,000 67 **
,359
,003 67 **
,544
,000 67 **
,385
,001 67 **
,438
,000 67
Sig. (2-tailed)
,074
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00053
**
,219
Sig. (2-tailed)
VAR00052
67 ,364
Pearson Correlation N
VAR00051
,054
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
67 **
,331
,006 67 **
,425
,000 67 **
,463
,000 67
113
VAR00054
Pearson Correlation
,226
Sig. (2-tailed)
,066
N VAR00055
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00056
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00057
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00058
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00059
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00060
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00061
Pearson Correlation
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
,000 67 **
,552
,000 67 **
,520
,000 67 **
,566
,000 67 **
,330
,006 67
67 **
,548
,000 67 **
,535
,000 67 **
,531
,000 67
Pearson Correlation
,208
Sig. (2-tailed)
,091
N VAR00066
**
,129
Sig. (2-tailed)
VAR00065
67 ,586
Sig. (2-tailed)
N
VAR00064
,000
,187
Sig. (2-tailed) VAR00063
**
,514
Pearson Correlation N
VAR00062
67
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
N
67 **
,631
,000
67
114
Total
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
67
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Hasil Uji Reliabilitas Skala Psychological Well-Being Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded
a
Total
67
% 100,0
0
0,0
67
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,950
N of Items 57
115
LAMPIRAN 4 ANALISIS DESKRIPTIF 1. Distribusi Statistik Deskriptif 2. Distribusi Statistik Frekuensi
116
ANALISIS DESKRIPTIF 1. Distribusi Statistik Deskriptif Instrumen Statistics
Penerim aan Diri 67
Hubung an Positif dengan Orang Lain 67
0
Mean
22,2090
Median
22,0000
Otono mi 67
Penguas aan Lingkung an 67
Tujua n Hidup 67
Pertumbu han Pribadi 67
Psychol ogy WellBeing 67
0
0
0
0
0
0
24,417 9 25,000 0
27,77 61 29,00 00
24,7463
14,95 52 15,00 00
21,6418
135,746 3 145,000 0
24,00
29,00
32,00
17,00
15,00
17,00
98,00
Std. Deviatio n Varianc e
4,11773
5,6142 4
6,655 64
5,66045
4,061 77
5,12777
27,4581 5
16,956
31,520
44,29 8
32,041
16,49 8
26,294
753,950
Skewne ss Std. Error of Skewne ss Kurtosis
,007
,072
-,388
-,375
-,143
-,210
-,427
,293
,293
,293
,293
,293
,293
,293
-,431
-,895
-,964
-1,217
-,886
-1,096
-1,297
,578
,578
,578
,578
,578
,578
,578
18,00
23,00
26,00
21,00
16,00
19,00
88,00
Minimu m
13,00
15,00
14,00
14,00
7,00
11,00
89,00
Maximu m Percenti les
31,00
38,00
40,00
35,00
23,00
30,00
177,00
10
16,0000
96,0000
17,0000
98,0000
25
19,0000
17,0000
99,0000
30
20,0000
18,0000
40
21,0000
50
22,0000
60
24,0000
70
24,0000
75
24,0000
9,000 0 11,00 00 11,00 00 12,00 00 15,00 00 15,00 00 16,00 00 17,00 00 18,00
14,0000
18,0000
17,00 00 20,60 00 21,00 00 23,00 00 28,00 00 29,00 00 31,80 00 32,00 00 33,00
16,8000
20
17,000 0 18,000 0 19,000 0 20,000 0 23,200 0 25,000 0 26,800 0 28,000 0 29,000
110,800 0 137,000 0 145,000 0 150,800 0 153,000 0 157,000
N
Valid Missi ng
Mode
Std. Error of Kurtosis Range
27,0000
17,0000 19,0000 21,0000 24,0000 27,0000 28,0000 29,0000 29,0000
22,0000
20,0000 22,0000 24,0000 25,0000 26,0000
117
80
25,0000
90
28,0000
0
00
29,000 0 31,200 0
34,00 00 35,00 00
00 30,0000 31,0000
0
19,00 00 20,20 00
26,4000 28,2000
2. Distribusi Statistik Frekuensi 2.1. Distribusi Statistik Frekuensi Responden Keseluruhan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
89,00
1
1,5
1,5
1,5
94,00
1
1,5
1,5
3,0
96,00
5
7,5
7,5
10,4
97,00
3
4,5
4,5
14,9
98,00
6
9,0
9,0
23,9
99,00
1
1,5
1,5
25,4
101,00
1
1,5
1,5
26,9
102,00
1
1,5
1,5
28,4
110,00
1
1,5
1,5
29,9
112,00
1
1,5
1,5
31,3
132,00
1
1,5
1,5
32,8
133,00
1
1,5
1,5
34,3
135,00
2
3,0
3,0
37,3
136,00
1
1,5
1,5
38,8
137,00
2
3,0
3,0
41,8
140,00
1
1,5
1,5
43,3
141,00
2
3,0
3,0
46,3
143,00
1
1,5
1,5
47,8
144,00
1
1,5
1,5
49,3
145,00
1
1,5
1,5
50,7
146,00
2
3,0
3,0
53,7
147,00
1
1,5
1,5
55,2
149,00
1
1,5
1,5
56,7
150,00
2
3,0
3,0
59,7
151,00
1
1,5
1,5
61,2
152,00
5
7,5
7,5
68,7
Valid
159,400 0 166,400 0
118
153,00
2
3,0
3,0
71,6
156,00
2
3,0
3,0
74,6
157,00
2
3,0
3,0
77,6
158,00
1
1,5
1,5
79,1
159,00
1
1,5
1,5
80,6
160,00
1
1,5
1,5
82,1
162,00
1
1,5
1,5
83,6
163,00
3
4,5
4,5
88,1
164,00
1
1,5
1,5
89,6
166,00
1
1,5
1,5
91,0
168,00
1
1,5
1,5
92,5
172,00
1
1,5
1,5
94,0
173,00
1
1,5
1,5
95,5
175,00
1
1,5
1,5
97,0
176,00
1
1,5
1,5
98,5
177,00
1
1,5
1,5
100,0
67
100,0
100,0
Total
2.2. Distribusi Statistik Frekuensi Responden Tiap Dimensi a. Penerimaan Diri Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
13,00
1
1,5
1,5
1,5
15,00
2
3,0
3,0
4,5
16,00
4
6,0
6,0
10,4
17,00
3
4,5
4,5
14,9
18,00
5
7,5
7,5
22,4
19,00
2
3,0
3,0
25,4
20,00
5
7,5
7,5
32,8
21,00
6
9,0
9,0
41,8
22,00
7
10,4
10,4
52,2
23,00
1
1,5
1,5
53,7
24,00
15
22,4
22,4
76,1
25,00
5
7,5
7,5
83,6
Valid
119
27,00
3
4,5
4,5
88,1
28,00
4
6,0
6,0
94,0
29,00
1
1,5
1,5
95,5
30,00
1
1,5
1,5
97,0
31,00
2
3,0
3,0
100,0
Total
67
100,0
100,0
b. Hubungan positif dengan orang lain Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
15,00
2
3,0
3,0
3,0
16,00
3
4,5
4,5
7,5
17,00
3
4,5
4,5
11,9
18,00
6
9,0
9,0
20,9
19,00
5
7,5
7,5
28,4
20,00
4
6,0
6,0
34,3
21,00
1
1,5
1,5
35,8
22,00
1
1,5
1,5
37,3
23,00
2
3,0
3,0
40,3
24,00
4
6,0
6,0
46,3
25,00
6
9,0
9,0
55,2
26,00
3
4,5
4,5
59,7
27,00
1
1,5
1,5
61,2
28,00
7
10,4
10,4
71,6
29,00
8
11,9
11,9
83,6
30,00
3
4,5
4,5
88,1
31,00
2
3,0
3,0
91,0
32,00
2
3,0
3,0
94,0
33,00
1
1,5
1,5
95,5
34,00
1
1,5
1,5
97,0
35,00
1
1,5
1,5
98,5
38,00
1
1,5
1,5
100,0
Total
67
100,0
100,0
120
c. Otonomi Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
14,00
1
1,5
1,5
1,5
16,00
2
3,0
3,0
4,5
17,00
4
6,0
6,0
10,4
19,00
5
7,5
7,5
17,9
20,00
1
1,5
1,5
19,4
21,00
4
6,0
6,0
25,4
22,00
2
3,0
3,0
28,4
23,00
2
3,0
3,0
31,3
24,00
2
3,0
3,0
34,3
26,00
1
1,5
1,5
35,8
27,00
2
3,0
3,0
38,8
28,00
2
3,0
3,0
41,8
29,00
6
9,0
9,0
50,7
30,00
3
4,5
4,5
55,2
31,00
3
4,5
4,5
59,7
32,00
8
11,9
11,9
71,6
33,00
5
7,5
7,5
79,1
34,00
7
10,4
10,4
89,6
35,00
4
6,0
6,0
95,5
38,00
1
1,5
1,5
97,0
40,00
2
3,0
3,0
100,0
Total
67
100,0
100,0
Valid
d. Penguasaan Lingkungan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
14,00
1
1,5
1,5
1,5
16,00
5
7,5
7,5
9,0
17,00
9
13,4
13,4
22,4
18,00
1
1,5
1,5
23,9
Valid
121
19,00
3
4,5
4,5
28,4
21,00
3
4,5
4,5
32,8
23,00
2
3,0
3,0
35,8
24,00
4
6,0
6,0
41,8
25,00
1
1,5
1,5
43,3
26,00
3
4,5
4,5
47,8
27,00
6
9,0
9,0
56,7
28,00
7
10,4
10,4
67,2
29,00
8
11,9
11,9
79,1
30,00
5
7,5
7,5
86,6
31,00
5
7,5
7,5
94,0
32,00
1
1,5
1,5
95,5
33,00
2
3,0
3,0
98,5
35,00
1
1,5
1,5
100,0
Total
67
100,0
100,0
e. Tujuan Hidup Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7,00
1
1,5
1,5
1,5
8,00
2
3,0
3,0
4,5
9,00
7
10,4
10,4
14,9
10,00
2
3,0
3,0
17,9
11,00
6
9,0
9,0
26,9
12,00
3
4,5
4,5
31,3
13,00
1
1,5
1,5
32,8
14,00
3
4,5
4,5
37,3
15,00
10
14,9
14,9
52,2
16,00
6
9,0
9,0
61,2
17,00
7
10,4
10,4
71,6
18,00
5
7,5
7,5
79,1
19,00
6
9,0
9,0
88,1
20,00
2
3,0
3,0
91,0
Valid
122
21,00
3
4,5
4,5
95,5
22,00
2
3,0
3,0
98,5
23,00
1
1,5
1,5
100,0
Total
67
100,0
100,0
f. Pertumbuhan pribadi Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
11,00
1
1,5
1,5
1,5
13,00
3
4,5
4,5
6,0
14,00
3
4,5
4,5
10,4
15,00
4
6,0
6,0
16,4
16,00
1
1,5
1,5
17,9
17,00
7
10,4
10,4
28,4
18,00
3
4,5
4,5
32,8
19,00
2
3,0
3,0
35,8
20,00
4
6,0
6,0
41,8
21,00
1
1,5
1,5
43,3
22,00
6
9,0
9,0
52,2
23,00
4
6,0
6,0
58,2
24,00
3
4,5
4,5
62,7
25,00
6
9,0
9,0
71,6
26,00
6
9,0
9,0
80,6
27,00
4
6,0
6,0
86,6
28,00
3
4,5
4,5
91,0
29,00
4
6,0
6,0
97,0
30,00
2
3,0
3,0
100,0
Total
67
100,0
100,0
Valid
123
2.3 Distribusi Statistik Frekuensi Responden Faktor Usia a. Usia25-39
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
89,00
1
1,7
1,7
1,7
94,00
1
1,7
1,7
3,4
96,00
5
8,5
8,5
11,9
97,00
3
5,1
5,1
16,9
98,00
6
10,2
10,2
27,1
99,00
1
1,7
1,7
28,8
101,00
1
1,7
1,7
30,5
102,00
1
1,7
1,7
32,2
110,00
1
1,7
1,7
33,9
112,00
1
1,7
1,7
35,6
132,00
1
1,7
1,7
37,3
133,00
1
1,7
1,7
39,0
135,00
1
1,7
1,7
40,7
137,00
1
1,7
1,7
42,4
140,00
1
1,7
1,7
44,1
141,00
2
3,4
3,4
47,5
143,00
1
1,7
1,7
49,2
144,00
1
1,7
1,7
50,8
145,00
1
1,7
1,7
52,5
146,00
1
1,7
1,7
54,2
147,00
1
1,7
1,7
55,9
149,00
1
1,7
1,7
57,6
150,00
2
3,4
3,4
61,0
151,00
1
1,7
1,7
62,7
152,00
5
8,5
8,5
71,2
153,00
2
3,4
3,4
74,6
156,00
1
1,7
1,7
76,3
157,00
1
1,7
1,7
78,0
158,00
1
1,7
1,7
79,7
159,00
1
1,7
1,7
81,4
Valid
124
160,00
1
1,7
1,7
83,1
162,00
1
1,7
1,7
84,7
163,00
2
3,4
3,4
88,1
164,00
1
1,7
1,7
89,8
166,00
1
1,7
1,7
91,5
172,00
1
1,7
1,7
93,2
173,00
1
1,7
1,7
94,9
175,00
1
1,7
1,7
96,6
176,00
1
1,7
1,7
98,3
177,00
1
1,7
1,7
100,0
59
100,0
100,0
Percent
Valid Percent
Total
b. Usia 40-59
Frequency
Cumulative Percent
Valid
Missing Total
135,00
1
1,7
12,5
12,5
136,00
1
1,7
12,5
25,0
137,00
1
1,7
12,5
37,5
146,00
1
1,7
12,5
50,0
156,00
1
1,7
12,5
62,5
157,00
1
1,7
12,5
75,0
163,00
1
1,7
12,5
87,5
168,00
1
1,7
12,5
100,0
Total
8
13,6
100,0
51
86,4
59
100,0
System
125
2.4 Distribusi Statistik Frekuensi Responden Faktor Jenis Kelamin a. Jenis Kelamin Pria
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
89,00
1
2,4
4,0
4,0
94,00
1
2,4
4,0
8,0
97,00
1
2,4
4,0
12,0
101,00
1
2,4
4,0
16,0
133,00
1
2,4
4,0
20,0
135,00
1
2,4
4,0
24,0
136,00
1
2,4
4,0
28,0
137,00
1
2,4
4,0
32,0
140,00
1
2,4
4,0
36,0
146,00
2
4,8
8,0
44,0
149,00
1
2,4
4,0
48,0
152,00
1
2,4
4,0
52,0
153,00
1
2,4
4,0
56,0
156,00
1
2,4
4,0
60,0
157,00
2
4,8
8,0
68,0
158,00
1
2,4
4,0
72,0
160,00
1
2,4
4,0
76,0
163,00
3
7,1
12,0
88,0
164,00
1
2,4
4,0
92,0
168,00
1
2,4
4,0
96,0
173,00
1
2,4
4,0
100,0
Total
25
59,5
100,0
System
17
40,5
42
100,0
Valid
Missing Total
126
b. Jenis Kelamin Wanita
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
96,00
5
11,9
11,9
11,9
97,00
2
4,8
4,8
16,7
98,00
6
14,3
14,3
31,0
99,00
1
2,4
2,4
33,3
102,00
1
2,4
2,4
35,7
110,00
1
2,4
2,4
38,1
112,00
1
2,4
2,4
40,5
132,00
1
2,4
2,4
42,9
135,00
1
2,4
2,4
45,2
137,00
1
2,4
2,4
47,6
141,00
2
4,8
4,8
52,4
143,00
1
2,4
2,4
54,8
144,00
1
2,4
2,4
57,1
145,00
1
2,4
2,4
59,5
147,00
1
2,4
2,4
61,9
150,00
2
4,8
4,8
66,7
151,00
1
2,4
2,4
69,0
152,00
4
9,5
9,5
78,6
153,00
1
2,4
2,4
81,0
156,00
1
2,4
2,4
83,3
159,00
1
2,4
2,4
85,7
162,00
1
2,4
2,4
88,1
166,00
1
2,4
2,4
90,5
172,00
1
2,4
2,4
92,9
175,00
1
2,4
2,4
95,2
176,00
1
2,4
2,4
97,6
177,00
1
2,4
2,4
100,0
42
100,0
100,0
Valid
Total
127
LAMPIRAN 4 SURAT IJIN PENELITIAN
128