Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
PENGARUH WAKTU APLIKASI DAN DOSIS INSEKTISIDA DALAM PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH (Noorda albizonalis) PADA TANAMAN MANGGA Effect Of Time And Dose Of Insecticide Application To Control Fruit Borer (Noorda albizonalis) In Mango Crop Wicaksono. RC, dan O. Endarto. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Jl. Raya Tlekung No.1, JunrejoKota Batu Jawa Timur (0341) 592683 kode pos 65301 HP. 0817 5323 92, email:
[email protected] ABSTRAK Mangga merupakan tanaman buah yang sangat banyak dibudidayakan .Produk mangga Indonesia bersaing dengan mangga dari Negara lain seperti Thailand, dan Australia. Dalam usaha tani mangga beberapa hal menjadi kendala diantaranya adanya serangan OPT, salah satunya penggerek buah mangga Noorda albizonalis. Untuk menjadikan mangga yang berkualitas, berpenampilan menarik dan aman untuk dikonsumsi hendaknya diterapkan cara-cara budidaya yang baik terutama pengendalian OPT. Penelitian ini adalah menguji pengaruh waktu aplikasi dan dosis insektisida yang berbahan aktif majemuk yaitu Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/l untuk mengendalikan hama penggerek buah mangga Noorda albizonalis.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu aplikasi dan dosis insektisida dalam pengendalian hama penggerek buah Noorda albizonalis pada tanaman mangga. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Kraton, Pasuruan, Jawa Timur. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 9 perlakuan yaitu Insektisida dosis 0,1 ml/l; 0,2 ml/l; 0,3 ml/l dan 0,4 ml/l yang masing-masing diaplikasikan dengan interval 7 haridan 14 haridan 1 kontrol. Penelitian diulang sebanyak 3 kali.Tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%. Pengolahan data dilakukan penghitungan tingkat efikasi insektisida (EI). Hasil uji pada semua konsentrasi insektisida yang digunakan baik pada interval 7 maupun 14 hari menunjukkan efektivitas yang cukup tinggi terhadap pengendalian hama penggerak buah Noorda albizonalis. Nilai EI yang dicapai dari 8 kali pengamatan nilai EI diatas 50% dicapai sebanyak 6-8 kali, berarti konsentrasi yang diuji efektif untuk pengendalian hama penggerek buah Noorda albizonalis pada tanaman mangga. Kata kunci : Mangga, Lamda sihalotrindanTiametoksam, Noorda albizonalis ABSTRACT Mango is a fruit plant that is cultivated largely. Mango fruit from Indonesian competes with mangoes from other countries such as Thailand, and Australia. In mango farming system, one of the problems found is pest attacks, one of which Noorda albizonalis, a fruit borer. To obtain high quality fruit, attractive and safe for consumption, goodagricultural practices particularly pest control should be implemented. In this study, the effect of application time and dose of insecticide with active ingredient Lamdacyhalothrin 106 g/l and Tiametoksam 140 g/l to control the fruit borer Noorda albizonaliswere investigated. This study aimed to determine the effect of time and dose of insecticide applications on the fruit borer. Research conducted at Kraton experimental field, Pasuruan, East Java. The study used randomized block design consisting of 9 treatments, insecticide dose of 0.1ml/l ; 0.2 ml/l ; 0.3 ml/l, and 0.4 ml/l which were applied each with an interval of 7 days and 14 days along with a control. The study was repeated 3 times. The degree of difference was expressed at the level of 5%. Data processing was level of insectisideefficacy (EI). Test results showed that all concentrations used in both intervals showed a fairly high 286
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
effectiveness to control Noorda albizonalis. It was shown that od 8 observations, EI value above 50% was achieved as much as 6-8 times, which means that all the tested concentrations were effective in controlling the borer Noorda albizonalis. Key words: Mango, Lamda cyhalothrin and Tiametoksam, Noorda albizonalis PENDAHULUAN Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Komoditas pertanian Indonesia termasuk mangga sudah memasuki era perdagangan bebas, status pasarnya sudah mendunia. Produk mangga Indonesia harus bersaing dengan mangga dari negara lain seperti Thailand, Philipina, India, dan Australia. Lebih jauh, arena persaingan tidak saja terjadi di pasar ekspor tetapi juga terjadi di pasar dalam negri terutama pasar moderen seperti supermarket, hypermarket, fruitshop, dan hotel berbintang, sejalan dengan terbukanya pintu impor mangga luar (Sumarno, 2003). Selama ini pemasaran mangga Indonesia menjumpai beberapa permasalahan yaitu produk tidak seragam ukurannya, penampilan kurang menarik, tingkat kematangan tidak menentu, kehilangan hasil sekitar 5-15 persen, dan belum ada karakterisisasi patologi untuk menentukan perlakuan pasca panen/pestisida. Kusumo (1989) Hama Noorda albizonalis menggerek pada bagian ujung buah dan umumnya meninggalkan bekas kotoran yang sering menyebabkan buah pecah. Ulat ini langsung menggerek biji buah akibatnya buah busuk dan jatuh. (Natural Nusantara, 2005). Noorda albizonalis disebut juga penggerek bergaris merah, karena larva tuanya bergaris-garis merah. Pada mangga panjang larva 2 cm. Pembentukan pupa terjadi di tanah. Serangga dewasa (ngengat) berwarna abu-abu dan berukuran panjang 1,2 cm (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994). Penggunaan pestisida untuk mengendalikan suatu hama pada tanaman terutama mangga masih berpedoman pada frekuensi tertentu, dimana jangka panjang dari pola aplikasi seperti itu akan menimbulkan dampak negatif seperti kerusakan lingkungan dan residu pada produk atau buah yang dikonsumsi. Oleh karena itu perlu dicari alternatif jenis dan cara aplikasi pestisida yang lebih bijaksana agar proses budidaya mangga tidak merusak lingkungan dan produk buah mangga yang dihasilkan berkualitas baik dan aman dikonsumsi. Insektisida diujikan untuk mengendalikan hama penggerek buah mangga Noorda albizonalis adalah insektisida yang berbahan aktif majemuk yaitu Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/l. Insektisida ini merupakan racun kontak dan lambung berbentuk pekatan yang larut dalam air, berdaya kerja luas untuk mengendalikan hama kutu-kutuan dan ulat-ulatan. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu aplikasi dan dosis insektisida dalam pengendalian hama penggerek buah Noorda albizonalis pada tanaman mangga. METODE PENELITIAN Percobaan dilaksanakan di lapangan yang dilaksanakan di Kebun Percobaan Kraton, Pasuruan. Jenis mangga yang digunakan untuk percobaan adalah Gadung. Tanaman yang digunakan berjarak tanam 12 x 12 m. Selama berlangsungnya percobaan tanaman dipelihara secara optimal menurut kebiasaan yang dilakukan. 287
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 9 perlakuan dengan 3 ulangan seperti tercantum pada Tabel 1. Pengolahan data sesuai dengan rancangan pecobaan yang digunakan. Analisa data lanjutan menggunakan uji Duncan dengan tingkat perbedaan dinyatakan pada taraf 5%.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tabel 1. Perlakuan pengaruh waktu aplikasi dan dosis insektisida yang diuji. Perlakuan Kode Konsentrasi (ml/l) Waktu Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/l. Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/ Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/ Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/ Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/ Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/ Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/ Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/ Kontrol Air
A
0.1
7 hari
B
0.2
7 hari
C
0.3
7 hari
D
0.4
7 hari
E
0.1
14 hari
F
0.2
14 hari
G
0.3
14 hari
H
0.4
14 hari
I
-
-
Satuan petak adalah 1 (satu) pohon mangga yang berada pada stadia peka terhadap serangan hama tersebut. Jarak antar petak dibatasi oleh 1 (satu) baris pohon mangga. Pengaturan letak petak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa agar pada awal percobaan penyebaran hama lebih kurang merata. Apikasi insektisida yang diuji dilakukan dengan menggunakan alat semprot power sprayer dengan volume semprot 100 liter air untuk 50-60 tanaman. Aplikasi pertama dilakukan setelah ditemukan cukup hama sasaran atau mendekati stadia pembungaan. Waktu aplikasi yaitu 7 & 14 hari sekali sesuai dengan perlakuan, banyaknya aplikasi adalah 4 - 6 kali. Jumlah contoh yang diambil dari setiap petak adalah 1 (satu) pohon sebanyak 20 contoh buah yang tersebar dalam empat arah mata angin. Dari setiap tanaman, contoh buah dihitung gejala serangannya. Pengamatan berikutnya dilakukan pada cluster dan buah yang sama. Pengamatan dilakukan dengan interval seminggu sekali. Sebagai data penunjang diamati juga kerusakan tanaman atau fitotoksisitas karena insektisida yang diuji. Lebih lanjut, dalam percobaan pengaruh waktu aplikasi dan dosis insektisida ini pengolahan data juga dilakukan penghitungan terhadap tingkat efikasi insektisida yang diuji. Cara perhitungan tingkat efikasi insektisida (EI) yang diuji adalah sebagai berikut: a. Jika pada pengamatan pertama populasi hama sasaran atau kerusakan tanaman yang ditimbulkannya tidak berbeda nyata, maka pengolahan data untuk mengentahui efikasi insektisida yang diuji dilakukan sebagai berikut :
288
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
-
Dihitung tingkat efikasi insektisida yang diuji dengan humus menurut Abbott (Ciba-Geigy 1981) : Ca - Ta EI = ( ----------- ) x 100% Ca EI = Efikasi insektisida yang diuji (%) Ta = Populasi hama sasaran atau persentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan insektisida yang diuji setelah penyemprotan insektisida. Ca = Populasi hama sasaran atau persentase kerusakan tanaman pada kontrol setelah penyemprotan insektisida
b. Jika pada pengamatan pertama populasi hama sasaran atau kerusakan tanaman yang ditimbulkannya berbeda nyata, maka pengolahan data untuk mengetahui efikasi insektisida yang diuji dilakukan sebagai berikut : Tb Cb EI = (1 - ----- x ----- ) x 100 % Ca Tb Keterangan : EI = Efikasi insektisida yang diuji (%) Tb = Populasi hama sasaran atau presentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan insektisida yang diuji sebelum penyemprotan insektisida Ta = Populasi hama sasaran atau presentase kerusakan tanaman pada petak perlakuan insektisida yang diuji setelah penyemprotan insektisida. Cb = Populasi hama sasaran atau peresentase kerusakan tanaman pada kontrol sebelum penyemprotan insektisida. Ca = Populasi hama sasaran atau presentase kerusakan tanaman pada control setelah penyemprotan insektisida. Suatu formulasi insektisida dikatakan efektif bila pada sekurang-kurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI) ≥ 50 % dengan syarat : a. Populasi hama atau tingkat kerusakan tanaman pada petak perlakuan yang diuji lebih rendah atau tidak beda nyata dengan populasi hama/tingkat kerusakan pada petak pembanding (taraf 5 %). b. Populasi hama/tingkat kerusakan pada petak perlakuan yang diuji nyata lebih rendah dari petak kontrol (taraf nyata 5 %). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh waktu aplikasi dan dosis insektisida Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/l pada beberapa konsentrasi terhadap tingkat kerusakan buah mangga disajikan pada Gambar 1. Tingkat kerusakan buah antar perlakuan sebelum aplikasi 289
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
% Serangan
insektisida uji terlihat merata dan tidak berbeda nyata antar perlakuan, yaitu antara 0 sampai 10 % per cluster.
60.00
A. 7 hr 0,1ml/l
50.00
B. 7 hr 0.2 ml/l
C. 7 hr 0.3 ml/l
40.00
D. 7 hr 0.4 ml/l
30.00
E. 14 hr 0.1 ml/l
20.00
F. 14 hr 0.2 ml/l
10.00
G. 14 hr 0.3 ml/l H. 14 hr 0.4 ml/l
0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
I. Kontrol
9
Pengamatan Ke.. Gambar 1. Pengaruh waktu aplikasi dan dosis insektisida terhadap tingkat serangan pada buah mangga. Setelah perlakuan, pada minggu minggu awal tingkat kerusakan buah mangga pada perlakuan cenderung mengalami peningkatan dimana pada perlakuan yang diuji antara 1,7 hingga 16,7%, demikian juga pada kontrol tingkat serangan buah mencapai 26.7%. Hingga minggu ketiga setelah aplikasi perbedaan tingkat serangan buah pada perlakuan dan kontrol belum memperlihatkan pengaruh yang nyata. Tabel 2. Pengaruh waktu aplikasi dan dosis insektisida terhadap tingkat serangan hama penggerak buah Noorda albizonalis pada tanaman mangga. Pengamatan minggu ke... Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
A. 7 hr 0,1ml/l
10.0 a
15.0ab
16.7ab
16.7 b
16.7 b
16.7 b
16.7 b
18.3 b
18.3 b
B. 7 hr 0.2 ml/l
3.3 a
5.0 ab
6.7 ab
6.7 b
6.7 b
6.7 b
6.7 b
6.7 b
6.7 b
C. 7 hr 0.3 ml/l
5.0 a
8.3 ab
8.3 ab
8.3 b
8.3 b
8.3 b
8.3 b
8.3 b
8.3 b
D. 7 hr 0.4 ml/l
1.7 a
3.3 ab
3.3
b
3.3 b
3.3 b
3.3 b
3.3 b
3.3 b
3.3 b
E. 14 hr 0.1 ml/l F. 14 hr 0.2 ml/l
5.0 a
6.7 ab
6.7
b
6.7 b
8.3 b
10.0 b
10.0 b
10.0 b
10.0 b
0.0 a
1.7
b
1.7
b
1.7 b
1.7 b
1.7 b
1.7 b
1.7 b
1.7 b
G. 14 hr 0.3 ml/l
1.7 a
3.3
b
3.3
b
3.3 b
3.3 b
3.3 b
3.3 b
3.3 b
3.3 b
H. 14 hr 0.4 ml/l
1.7 a
1.7
b
1.7
b
1.7 b
1.7 b
3.3 b
3.3 b
3.3 b
3.3 b
I. Kontrol
6.7 a
20.0 a
26.7 a
40.0 a
43.3 a
46.7 a
48.3 a
48.3 a
48.3 a
Insektisida uji yang diaplikasikan dengan waktu 7 hari dan 14 hari memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kerusakan buah mangga pada minggu keempat. Hal tersebut terlihat dengan adanya peningkatan kerusakan yang relatif tinggi pada kontrol hingga 40% per cluster dan pada perlakuan yang diuji tidak terjadi peningkatan kerusakan 290
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
pada buah. Kondisi tingkat serangan buah pada semua perlakuan insektisida baik yang diaplikasikan waktu 7 hari maupun 14 hari cukup stabil atau tidak mengalami peningkatan mulai minggu keempat hingga minggu kesembilan dengan tingkat kerusakan berkisar 1,7 hingga 16,7% per cluster. Sedangkan pada kontrol peningkatan kerusakan buah terus terjadi hingga minggu ketujuh mencapai 48,3% dan konsisten hingga minggu kesembilan. Hal tersebut dapat dijelaskan karena pada minggu ketujuh sebagian besar buah sudah memasuki tahap pemasakan fisiologis sehingga stadia peka terhadap hama penggerek batang Noorda albizonalis sudah terlewati. Lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas insektisida yang diuji dilakukan penghitungan terhadap nilai efikasi insektisida yang diuji (EI). Pada percobaan ini karena pada pengamatan awal (sebelum aplikasi) tingkat kerusakan buah pada semua perlakuan tidak berbeda nyata maka penghitungan nilai EI menggunakan rumus menurut Abbott (Ciba-Geigy 1981). Berikut disajikan hasil dari nilai efikasi insektisida yang diuji. Tabel 3. Pengaruh insektisida yang diujikan terhadap tingkat efikasi (EI) terhadap hama penggerak buah Noorda albizonalis pada tanaman mangga (Pasuruan, 2010) NILAI EFIKASI INSEKTISIDA (EI) Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
A. 7 hr 0,1ml/l
25.0
B. 7 hr 0.2 ml/l
KET
37.5
58.3
61.5
64.3
65.5
62.1
62.1
6X
75.0
75.0
83.3
84.6
85.7
86.2
86.2
86.2
8X
C. 7 hr 0.3 ml/l
58.3
68.8
79.2
80.8
82.1
82.8
82.8
82.8
8X
D. 7 hr 0.4 ml/l
83.3
87.5
91.7
92.3
92.9
93.1
93.1
93.1
8X
E. 14 hr 0.1 ml/l
66.7
75.0
83.3
80.8
78.6
79.3
79.3
79.3
8X
F. 14 hr 0.2 ml/l
91.7
93.8
95.8
96.2
96.4
96.6
96.6
96.6
8X
G. 14 hr 0.3 ml/l
83.3
87.5
91.7
92.3
92.9
93.1
93.1
93.1
8X
H. 14 hr 0.4 ml/l
91.7
93.8
95.8
96.2
92.9
93.1
93.1
93.1
8X
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari perhitungan nilai EI maka dapat dinyatakan bahwa pengaruh waktu dan dosis insektisida Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/l yang diaplikasikan pada tanaman mangga dapat mengendalikan hama penggerak buah Noorda albizonalis dengan memberikan hasil yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai efikasi yang tinggi (diatas 50%) sebanyak 6 kali pada perlakuan konsentrasi 0,1 ml/l waktu 7 hari, sedangkan pada perlakuan yang lain nilai efikasi diatas 50% dicapai pada semua pengamatan yaitu 8 kali. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa waktu aplikasi dan dosis insektisida dapat berpengaruh positif dalam pengendali hama penggerek buah Noorda albizonalis pada tanaman mangga. Noorda albizonalis altif pada sore hari, gejala serangan di tandai dengan bintik bintik di permukaan buahyang merupakan bekas tusukan hama saat meletakkan telurnya, larva menggerek buah di bawah jaringan kulit. Noorda albizonalis menyrang pada sat buah mangga sebesar bola pimpong Insektisida yang diaplikasikan untuk mengendalikan hama penggerek buah mangga (Noorda albizonalis) merupakan insektisida yang berbahan aktif majemuk yaitu Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/l. Lamda Sihalotrin merupakan insektisida dari golongan piretroid. Dilapang waktu paruh bahan ini dinyatakan sekitar 9 hari, sedangkan 291
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
pada permukaan tanaman waktu paruhnya 5 hari. Lamda Sihalotrin terdegradasi oleh paparan sinar matahari, baik di tanaman, ditanah maupun di air (Anonymous, 2010). Lamda sihalotrin bekerja mengganggu fungsi normal dari sistem saraf dalam suatu organisme termasuk serangga, sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan atau kematian (Anonymous, 2001). Kandungan pestisida dapat berkurang dengan pencucian atau akibat paparan sinar matahari. Menurut Amstrong (1974), reaksi kimia oleh radiasi gelombang elektromagnetik merupakan salah satu faktor penting dalam penguraian pestisida. Untuk mengalami dekomposisi, molekul pestisida harus menyerap energi cahaya yang akhirnya menimbulkan ikatan kimia pada pestisida menjadi tidak stabil dan membentuk radikal bebas yang lebih reaktif. Thiamethoxam adalah generasi kedua dari insektisida dari golongan neonicotinoid, termasuk ke subkelas thianicotinyl kimia, dan memiliki sifat kimia yang unik. (Cruiser dan Helix, 2010). Insektisida ini bekerja sebagai racun kontak, perut dan sistemik. Insektisida ini menyerang sistem saraf pusat dari serangga. Meskipun tergolong insektisida baru namun penggunaann insektisida ini sudah dilakukan dalam skala luas. Insektisida ini digunakan sebagai pengendali berbagai macam hama diantaranya kutu daun, kutu kebul, thrips, belalang, kumbang, ulat-ulatan dan sebagainya. Aplikasi pada tanaman dapat melalui penyemprotan atau melalui tanah pada tanaman sayuran, kentang, padi, kapas, jeruk, tanaman buah-buahan, tembakau, kacang-kacangqan dan sebagainya. Untuk perlindungan terhadap benih thiametoksam digunakan pada jagung, sorgum, sereal, tebu, kapas, buncis, kedelai, padi dan sebagainya (Kingtai, 2009). Berdasarkan hasil dari percobaan yang dilakukan direkomendasikan bahwa penggunaan insektisida berbahan aktif Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/l pada tanaman mangga sebaiknya diberikan cukup pada konsentrasi yang rendah yaitu 0,1 – 0,2 ml/l dengan interval aplikasi 14 hari. Pada percobaan ini insektisida yang diaplikasikan untuk mengendalikan hama penggerak buah Noorda albizonalis tidak menimbulkan fototoksisitas pada tanaman mangga. Hal ini dicerminkan dengan tidak terjadinya klorosis atau gejala daun maupun buah yang kering atau terbakar, rontok serta tidak ditemukannya batang yang pecah. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan : 1. Insektisida Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/l pada semua konsentrasi yang diuji yaitu 0,1; 0,2; 0,3 dan 0,4 ml/l mampu menekan serangan penggerek buah Noorda albizonalis pada tanaman mangga. 2. Insektisida Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/l yang diaplikasikan dengan waktu 7 hari maupun 14 hari dapat menekan serangan penggerek buah Noorda albizonalis pada tanaman mangga. 3. Rekomendasi aplikasi insektisida Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/l untuk mengendalikan hama penggerek buah Noorda albizonalis pada tanaman mangga adalah pada konsentrasi 0,1 – 0,2 ml/l dengan interval 14 hari. 4. Insektisida Lamda sihalotrin 106 g/l dan Tiametoksam 140 g/l yang diaplikasikan untuk mengendalikan hama penggerak buah Noorda albizonalis tidak menimbulkan fototoksisitas pada tanaman mangga. 292
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
5. Dalam pengujian pestisida hendaknya sekaligus dilakukan analisa residunya, dan merupakan bagian yang menyatu dan tercantum pada laporan. DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2000. http://www.ristek.go.id. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan, Bappenas. Kantor deputi Menristek Bidang Pembangunan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta. Anonymous, 2001. http://www.nptn.orst.edu. National Pesticide Telecomunication Network. Oregon State University, Oregon. Anonimus, 2005. https://books.google.com/books?isbn Buku Pintar: Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia Anonymous, 2008. Budidaya tanaman mangga (Mangifera indica). Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor, 2008 Dibyantoro, A.L.H. 1990. Kontrol droplet aplikator barky : Satu upaya pengurangan insektisida untuk mengandalikan S. exigua Hbn. pada tanaman bawang merah (Allium cepa var ascalonicum L.) Bull. Penel. Hort 18(2) : 109 – 118. Kingtai Chemicals Co.,Ltd. 2009. Thiametoxa. diunduh dari http://www.kingtaichem.com/pro i THIAMETOXAM.html Sumarno. 2003. Potensi dan Peluang Usaha Agribisnis Buah Tropika dalam Era Pasar Bebas. Dalam Prosiding Seminar Prospek Sub-Sektor Pertanian Menghadapi Era AFTA Tahun 2003. Ed. Roesmijanto. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Kusumo Surachmat, Ismiyati, Hendro.S, dan Ria Riati. 1989. Produksi Mangga di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta.
293