Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
PENGARUH KONSENTRASI PENYIRAMAN AIR LIMBAH TEMPE TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens, L.) SEBAGAI BAHAN PENYUSUNAN PETUNJUK PRAKTIKUM MATA PELAJARAN BIOLOGI UNTUK SMA KELAS XII PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN The Influence Of Concentration Of Soybean Cake’s Water Basin On The Growth Of Cayenne (Capsicum frustescens, L) As An Ingredient Of Lab Work’s Guidelines Arrangement For The Biology Subject In Class XII Senior High School By The Matter Growth And Development Putri Nindy Tendy Program Studi Pendidikan Biologi, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No.5 Malang, 65145, Jawa Timur, Indonesia Email:
[email protected] Abstrak Cabai rawit umumnya dimanfaatkan sebagai bumbu masakan yang dapat menambah cita rasa pedas. Selain pelengkap dalam masakan, cabai bermanfaat untuk mengatasi kurangnya nafsu makan, sariawan, dan melancarkan peredaran darah karena termasuk buah yang mengandung vitamin C. Limbah tempe mengandung sejumlah unsur hara essensial terutama nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman sehingga dapat menyuburkan tanaman. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi penyiraman air limbah tempe terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens, L.) dan hasil penelitian digunakan sebagai bahan penyusunan petunjuk praktikum mata pelajaran Biologi untuk SMA kelas XII pada materi pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan rumah dari bulan Mei sampai dengan Juni 2012. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen dengan 5 kali pengulangan dan 1 faktorial yaitu macam-macam air limbah tempe dengan konsentrasi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%. Populasi dalam penelitian ini adalah 400 tanaman cabai rawit, dengan sampel sebanyak 200 tanaman. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Pengambilan data diperoleh dari data non destruktif yaitu pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah daun sedangkan untuk data destruktif yaitu penimbangan berat basah. Teknik analisis data menggunakan Analisis Varians satu jalur dengan taraf signifikasi 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan apabila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil analisis data dapat diperoleh bahwa konsentrasi penyiraman air limbah tempe berpengaruh nyata (signifikan) terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit yang meliputi tinggi tanaman (Fhit > Ftab = 205,1 > 3,06), jumlah daun (Fhit > Ftab = 48,33 > 3,48), dan berat basah tanaman (Fhit > Ftab = 355 > 2,87). Penyiraman air limbah tempe dengan konsentrasi 25% menunjukkan pengaruh tertinggi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat basah tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens, L.). Kata kunci : konsentrasi air limbah tempe, pertumbuhan, tanaman cabai rawit, petunjuk praktikum Abstract Generally, cayenne utilized as a seasoning cookery that can add spicy flavor. Besides as a complement of cookery, cayenne also useful to overcome a lack of appetite, thrush, and it launched circulatory, because it contains vitamin C. The water basin of soybean cake contains some essential element of the disturbances especially nitrogen 398
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
which is very needed by plant so it drains the plants. This study conducted with the purpose to know the influence of concentration of soybean cake‘s water basin on the growth of cayenne (Capsicum frutescens, L.). The result of this study used as an ingredient of lab work guidelines in Biology for class XII senior high school by the matter Growth and Development. This study was conducted at home-lots from May till July 2012. The method of this study is experimental approach with 5 times repetition 1 factorial that is types of soybean cake‘s water basin with the different concentration, this is 0%, 25%, 50%, 75%, and 100%. The population in this study is 400 cayenne plants with the sample 200 plants. The samples collected with simple random sampling. The data collection obtained from non-destructive data is measurements of height plants and while the calculation of leaf, for destructive data is weighing wet plants. The used data analysis technique is Analysis of Variance (anava) one way with the significance extent 5% to know the influence of treatment when there is difference then followed by BNT test 5%. Result the analyzed data can be obtained that concentration of watering the water basin of soybean cake is having real impact (significant) to the growth of cayenne plants that includes the height of plant (Fhit>Ftab = 205,1 > 3,06), amount of leaf (Fhit>Ftab = 48,33 > 3,48), and heavy wetness of plant (Fhit>Ftab = 355 > 2,87). The watering of water basin of soybean cake with the concentration 25% shows highest influence on the height of plant, amount of leaf, and heavy wetness of cayenne (Capsicum frutescens, L). Keywords : concentration of water basin of soybean cake, growth, cayenne, practice guidelines PENDAHULUAN Cabai umumnya dimanfaatkan sebagai bumbu masakan yang dapat menambah cita rasa pedas. Selain pelengkap dalam masakan, cabai bermanfaat untuk mengatasi kurangnya nafsu makan, mengatasi sariawan, dan melancarkan peredaran darah, karena cabai termasuk buah yang mengandung vitamin C. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker. Tanaman cabai bisa ditanam di dua tempat yaitu di dalam polibag dan di tanah, masing-masing punya keunggulan tersendiri. Jenis tanaman cabai rawit dapat ditanam di segala musim. Selain itu, cabai rawit termasuk tanaman yang tahan terhadap penyakit layu bakteri Cercospora spp. yang mengakibatkan bercak daun dan Xanthomonas vesicatoria yang menyebabkan buah menjadi busuk (Adismal, 2011:15). Tempe merupakan makanan yang digemari oleh masyarakat, keberadaannya sudah lama diakui sebagai makanan yang sehat, bergizi, dan murah harganya. Pada proses pembuatan tempe terdapat limbah cair yang berasal dari proses pencucian, perendaman, dan perebusan kedelai. Limbah cair ini mengandung sejumlah unsur hara essensial terutama nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman dan dapat menyuburkan tanaman. Limbah tempe dibuang ke perairan atau ke sungai karena umumnya industri pabrik tempe tidak mempunyai alat untuk mengolah air limbah sehingga menyebabkan euterofikasi yaitu kelebihan nitrogen dan fosfor dalam air atau sungai tersebut (Maharani, L. P. & Nugroho, L. H., 2007:45) Berkaitan dengan masalah tersebut, maka peneliti tertarik akan melakukan penelitian tentang adakah pengaruh konsentrasi penyiraman air limbah tempe terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens, L.) dan hasil dari penelitian
399
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
tersebut dapat digunakan sebagai bahan penyusunan petunjuk praktikum mata pelajaran Biologi untuk SMA kelas XII pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan. Tanaman cabai rawit (Capsicum frustescens, L.) Tanaman cabai menurut sejarahnya berasal dari Ancon dan Huaca Prieta di Peru. Jenis cabai rawit (Capsicum frustescens, L.) berkembang pesat ke berbagai negara berkat bantuan burung sehingga seolah-olah telah menjadi tanaman asli di daerah negara tropis. Tanaman cabai rawit sampai saat ini merupakan salah satu jenis sayuran yang telah membudaya di kalangan petani. Sentra produsen cabai tidak hanya di pulau jawa, tetapi juga dikembangkan di luar pulau jawa (Rukmana, 2006:14-15). Menurut Ashari (2006:239), tanaman cabai rawit lebih tahan panas daripada tanaman tomat dan terung. Temperatur yang sesuai untuk pertumbuhannya antara 16-23º C. Temperatur malam di bawah 16º C dan temperatur siang di atas 23º C. Temperatur optimum untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman cabai rawit adalah 15-20º C. Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan dalam arti sempit berarti pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran). Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak dapat berbalik (Gardner, Pearce, dan Mitchell, 1985, terjemahan Herawati Susilo, 1991:247-248). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman ada 6 yaitu tanah, air dan kelembaban, unsur-unsur hara, suhu, cahaya, dan pH tanah. Menurut Harjadi (2002:103), fase vegetatif pada tanaman terjadi pada perkembangan akar, daun, dan batang baru. Fase ini berhubungan dengan 3 proses penting, yaitu (1) pembelahan sel, (2) perpanjangan sel, dan (3) tahap diferensiasi sel. Pada proses pembelahan sel diperlukan banyak karbohidrat, saat perpanjangan sel atau pembesaran sel dibutuhkan hormon dan air yang cukup, selanjutnya ketika diferensiasi sel juga diperlukan karbohidrat dalam jumlah yang banyak sesuai pernyataan Edmond et al dalam Ashari (2006:16). Karakteristik Air Limbah Tempe Kandungan air limbah umumnya terdiri dari 40-60% protein, 25-50% karbohidrat, dan 10% berupa lemak atau minyak (Sugiharto, 2005:25). Dalam proses pembuatan tempe banyak menghasilkan air limbah dalam setiap tahapnya. Limbah yang diperoleh dari proses tersebut dapat berupa limbah cair maupun padat. Limbah cair berupa air bekas rendaman kedelai dan air bekas rebusan kedelai yang masih dibuang langsung ke perairan sekitarnya (Wiryani, 2009:3). Sedangkan menurut Komala dkk (2009:104), limbah tempe merupakan salah satu limbah yang masih memiliki nilai ekonomis karena kandungan senyawa organik dan nutrien yang terdapat di dalamnya masih relatif tinggi. Sedangkan menurut Abel (dalam Maharani, L. P. & Nugroho, L. H., 2007:45), limbah cair tempe yang berasal dari hasil pencucian, perendaman, dan perebusan kedelai mengandung sejumlah besar unsur hara esensial terutama nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman dan menyuburkan tanaman.
400
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Petunjuk Praktikum Petunjuk adalah ketentuan yang memberi arah atau bimbingan bagaimana sesuatu itu bisa dilakukan dengan baik. Sedangkan praktikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata tentang apa yang diperoleh dari teori pelajaran (Depdiknas, 2008:1098 dan 1506). Berdasarkan pengertian petunjuk dan praktikum tersebut, dapat dijelaskan bahwa petunjuk praktikum adalah suatu pedoman atau panduan yang terdapat arahan dan bimbingan dalam melaksanakan praktikum agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan teori pada materi pelajaran yang sudah ada. METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan pendekatan eksperimen untuk mengetahui pengaruh konsentrasi air limbah tempe terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens, L.) dengan 5 kali pengulangan dan satu faktorial. Konsentrasi air limbah tempe yang digunakan mengacu pada penelitian Maslikatun (dalam Rosalina, 2008:24) menyatakan bahwa penyiraman air limbah tempe dengan konsentrasi 25% menghasilkan pertumbuhan terbaik pada tanaman sawi. Variabel dalam penelitian ini ada variabel bebas yaitu macam-macam konsentrasi air limbah tempe (0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%) dan variabel terikat yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat basah tanaman. Populasi dalam penelitian adalah tanaman cabai rawit sebanyak 400 tanaman dan jumlah sampel sebanyak 200 tanaman sesuai dengan pendapat Yamane (dalam Israel, 1992:3) mengemukakan bahwa jika jumlah populasinya besar, maka dapat diambil jumlah sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
N = jumlah populasi n = jumlah sampel e = ketetapan presisi (ditentukan oleh peneliti, yaitu 5% = 0,05)
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak sehingga setiap tanaman cabai rawit dari populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel penelitian. Berdasarkan Fatimah & Handarto (2008:137) teknik pengumpulan data terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Data Non Destruktif Data non destruktif merupakan data yang diperoleh dari pengamatan dengan tidak merusak sampel. Parameter data yang diukur meliputi: a) Tinggi tanaman. Pengambilan data tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur panjang tanaman mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 hari setelah tanam. Pengukuran tinggi tanaman menggunakan penggaris dalam satuan centimeter (cm). 401
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
b) Jumlah daun. Pengambilan data jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah seluruh daun yang telah terbuka sempurna. Perhitungan dilakukan pada hari ke 10, 20, dan 30 hari setelah tanam. 2. Data Destruktif Data destruktif merupakan data yang diperoleh dari pengamatan dengan merusak sampel. Parameter data destruktif yang diukur adalah berat basah. Pengambilan data berat basah dapat dihitung pada akhir pengamatan yaitu 30 HST (hari setelah tanam) dengan menimbang keseluruhan bagian-bagian tanaman (akar, batang, dan daun) yang terlebih dahulu dibersihkan dari tanah yang menempel. Penimbangan berat basah menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 gram. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan digital dengan ketelitian 0,1 gram, penggaris, polibag, gelas ukur/erlenmeyer ukuran 250 ml, aqua gelas bekas, dan drigen bekas. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah biji cabai rawit, tanah, pupuk organik, air biasa, dan air limbah tempe. Prosedur kerja dalam penelitian ini meliputi: 1) Persiapan media tanam Menyiapkan media tanam dengan komposisi tanah dan pupuk organik mempunyai perbandingan 1:1. Menyiapkan polibag yang telah diberi label, selanjutnya diisi media tanam. 2) Persemaian biji dan penanaman cabai rawit Biji cabai rawit disemaikan pada media tanam yang telah disiapkan. Persemaian dilakukan pada tempat yang terlindung dari panas matahari langsung. Penyiraman menggunakan limbah tempe dimulai saat masa penyemaian. Satu minggu setelah tanam, bibit tanaman cabai rawit dapat dipindah atau diletakkan di luar ruangan, agar memperoleh intensitas cahaya matahari yang banyak. 3) Perlakuan penyiraman Perlakuan dalam penelitian ini terdapat lima macam yaitu: a. Konsentrasi 0% (kontrol) yaitu perlakuan dengan penyiraman air biasa sebanyak 200ml. b. Konsentrasi 25% yaitu perlakuan dengan penyiraman air limbah tempe sebanyak 50 ml dicampur dengan 150 ml air biasa.Konsentrasi 50% yaitu perlakuan dengan penyiraman air limbah tempe sebanyak 100 ml dicampur dengan 100 ml air biasa. c. Konsentrasi 75% yaitu perlakuan dengan penyiraman air limbah tempe sebanyak 150 ml dicampur dengan 50 ml air biasa. d. Konsentrasi 100% yaitu perlakuan dengan penyiraman air limbah tempe sebanyak 200 ml. 4) Pemeliharaan tanaman Membuang gulma atau tumbuhan pengganggu tanaman cabai rawit yang ada di dalam polibag yaitu cukup dengan mencabutnya. 5) Pengamatan Pengamatan dilakukan pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 hari setelah tanam untuk tinggi tanaman cabai rawit, hari ke 10, 20, dan 30 hari setelah tanam untuk jumlah daun tanaman 402
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
cabai rawit. Sedangkan untuk penimbangan berat basah tanaman cabai rawit dilakukan pada akhir pengamatan yaitu hari ke 30. Teknik analisis data penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengolah data-data yang sudah terkumpul dengan menggunakan uji statistik analisis varians satu jalur dan jika hasil uji anava signifikan dilanjutkan dengan uji BNT 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Data hasil pengamatan ditujukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi penyiraman air limbah tempe terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit, adapun hasil rata-ratanya dapat dilihat pada Tabel 1, 2, dan 3. Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Cabai Rawit Ulangan Umur Perlakuan U1 U2 U3 K0 3,7 3,2 3,3 K1 4,3 3,9 3,8 K2 3,7 3,2 3,3 7 hari K3 3,1 3,1 3,0 K4 3,2 2,9 2,8 K0 7,9 7,4 7,3 K1 8,4 8,1 8,0 K2 7,6 7,1 7,3 14 hari K3 6,9 7,0 7,1 K4 6,9 6,8 6,7 K0 11,1 10,5 10,5 K1 11,8 11,4 11,2 K2 10,5 10,2 10,5 21 hari K3 10,2 10,3 9,9 K4 9,7 9,8 9,4 K0 14,0 13,4 13,5 K1 14,5 14,5 14,3 K2 13,7 13,3 13,3 28 hari K3 12,5 13,0 13,0 K4 12,8 12,5 12,4
U4 3,3 3,9 3,4 3,0 2,7 7,3 8,1 7,3 7,0 6,8 10,4 11,3 10,3 10,0 9,8 13,3 14,2 13,3 12,8 12,8
U5 3,2 3,8 3,2 3,0 2,8 7,4 7,9 7,3 7,1 6,7 10,5 11,4 10,3 10,2 9,7 13,4 14,4 13,3 13,2 12,6
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit Ulangan Umur Perlakuan U1 U2 U3 U4 K0 1,25 1,50 1,50 1,50 K1 2,00 2,00 1,75 2,00 K2 1,50 1,25 1,25 1,25 10 hari K3 1,00 1,25 1,00 0,75 K4 0,50 0,75 0,50 0,50 K0 3,63 3,75 3,75 3,75 K1 4,00 4,00 3,88 4,00 20 hari K2 3,75 3,63 3,63 3,63
U5 1,25 1,75 1,25 0,75 0,50 3,63 3,88 3,63
403
Rataan 3,3 3,9 3,4 3,0 2,9 7,4 8,1 7,3 7,0 6,8 10,6 11,4 10,4 10,1 9,7 13,5 14,4 13,4 12,9 12,6
Rataan 1,40 1,90 1,30 0,95 0,55 3,70 3,95 3,65
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
30 hari
K3 K4 K0 K1 K2 K3 K4
3,38 2,75 5,75 6,25 5,88 5,38 4,88
3,63 3,13 5,88 6,25 5,63 5,63 5,25
3,38 2,75 5,75 6,13 5,63 5,38 5,00
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Cabai Rawit Ulangan Umur Perlakuan U1 U2 U3 K0 1,50 1,51 1,51 K1 1,64 1,69 1,69 K2 1,51 1,51 1,51 30 hari K3 1,31 1,40 1,39 K4 1,18 1,19 1,18
3,13 2,75 5,88 6,38 5,75 5,25 4,88
3,25 2,88 5,63 6,13 5,63 5,50 5,13
U4 1,53 1,69 1,51 1,33 1,19
U5 1,53 1,68 1,51 1,36 1,16
3,35 2,85 5,78 6,23 5,70 5,43 5,03
Rataan 1,52 1,68 1,51 1,36 1,18
Hasil Pengujian Hipotesis Hasil penelitian tentang pengaruh konsentrasi penyiraman air limbah tempe terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit dalam deskripsi data dianalisis dengan uji analisis varians satu jalan yang disajikan pada Tabel 4, 5, dan 6. Tabel 4. Tabel Sidik Ragam Anava Satu Jalur Tinggi Tanaman Cabai Rawit Sumber Keragaman db JK KT Fhitung Ftabel Perlakuan 4 278,86 69,72 205,1 5% = 3,06 Galat 15 5,11 0,34 Umum 19 Keterangan: signifikan (Fhitung > Ftabel) Tabel 4.5 Tabel Sidik Ragam Anava Satu Jalur Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit Sumber Keragaman db JK KT Fhitung Ftabel Perlakuan 4 48,72 12,18 48,33 5% = 3,48 Galat 10 2,52 0,25 Umum 14 Keterangan: signifikan (Fhitung > Ftabel) Tabel 4.6 Tabel Sidik Ragam Anava Satu Jalur Berat Basah Tanaman Cabai Rawit Sumber Keragaman db JK KT Fhitung Ftabel Perlakuan 4 0,71 0,1775 355 5% = 2,87 Galat 20 0,01 0,0005 Umum 24 Keterangan: signifikan (Fhitung > Ftabel) Setelah data dianalisis dengan uji anava satu jalur dan hasilnya menunjukkan bahwa hasil dari Fhitung > Ftabel maka dapat disimpulkan hasilnya adalah signifikan dan
404
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
kemudian dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf signifikan 5%. Berikut ini adalah pengurutan data uji BNT yang dapat dilihat pada Tabel 7, 8, dan 9. Tabel 7. Pengurutan Data Rerata Tinggi Tanaman Cabai Rawit Pada Uji BNT 5% Jarak Nyata Perlakuan Rata-rata K0 K1 K2 K3 K0 8,7 K1 9,5 0,8tn K2 8,6 0,1tn 0,9* tn K3 8,3 0,4 1,2* 0,3tn K4 8,0 0,7tn 1,5** 0,6tn 0,3tn Nilaitabel 0.05 (15) 1,753 Nilai BNT 5% 1,753 x 0,37 = 0,65 Keterangan: tn = tidak berbeda nyata, ⃰ = berbeda nyata, ⃰ ⃰ = sangat berbeda nyata Tabel 8. Pengurutan Data Rerata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit Pada Uji BNT 5% Jarak Nyata Perlakuan Rata-rata K0 K1 K2 K3 K0 3,63 K1 4,03 0,40tn K2 3,55 0,08tn 0,48tn K3 3,24 0,39tn 0,79* 0,31tn K4 2,81 0,82* 1,22** 0,74tn 0,43tn Nilaitabel 0.05 (10) 1,812 Nilai BNT 5% 1,812 x 0,32 = 0,58 tn Keterangan: = tidak berbeda nyata, ⃰ = berbeda nyata, ⃰ ⃰ = sangat berbeda nyata Tabel 9. Pengurutan Data Rerata Berat Basah Tanaman Cabai Rawit Pada uji BNT 5% Jarak Nyata Perlakuan Rata-rata K0 K1 K2 K3 K0 1,52 K1 1,68 0,16* K2 1,51 0,01tn 0,17* K3 1,36 0,16* 0,32* 0,15* K4 1,16 0,36* 0,52** 0,35* 0,20* Nilaitabel 0.05 (20) 1,725 Nilai BNT 5% 1,725 x 0,014 = 0,02 Keterangan: tn = tidak berbeda nyata, ⃰ = berbeda nyata, ⃰ ⃰ = sangat berbeda nyata Hasil pengujian hipotesis tersebut dapat dikatakan bahwa ada pengaruh penyiraman konsentrasi air limbah tempe terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit. K1 dengan konsentrasi 25% menunjukkan nilai yang sangat berbeda nyata.
405
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Tinggi Tanaman
Gambar 1. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Cabai Rawit Berdasarkan Gambar 1. dapat diketahui bahwa K1 pada hari ke 28 menunjukkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 14,4 cm yang ditandai warna garis merah. Hal ini disebabkan kandungan air limbah tempe pada konsentrasi 25% sangat ideal dan cocok untuk pertumbuhan tanaman. Kandungan 25% air limbah tempe memiliki nitrogen yang cukup untuk memenuhi kandungan unsur hara dari tanah. Menurut Rinsema (dalam Fatimah & Handarto, 2008: 139), adanya peningkatan tinggi tanaman itu terjadi dari pertumbuhan tanaman yang menyebabkan perpanjangan ruas-ruas tanaman akibat memanjang dan memperbesarnya sel-sel seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Selain itu, dengan penyiraman air limbah tempe memungkinkan adanya hormon yang bekerja secara aktif dalam dinding sel sehingga dapat mempercepat pertumbuhan batang, daun, dan sistem perakaran. Jumlah Daun
Gambar 2. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit Berdasarkan Gambar 2. dapat diketahui bahwa K1 pada hari ke 30 menunjukkan jumlah daun tanaman paling banyak yaitu 6,23 yang ditandai warna garis merah. Hal ini disebabkan kandungan air limbah tempe pada konsentrasi 25% terdapat jumlah nitrogen yang cukup sehingga dapat meningkatkan sintesis protein untuk pembelahan dan pembesaran sel sehingga jumlah daun meningkat. Nitrogen diangkut dalam xylem menuju kanopi daun sebagai ion-ion anorganik atau bisa direduksi oleh akar serta diangkut dalam bentuk organik misalnya asam amino. Nitrogen bersifat mobil dalam floem tanaman 406
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Berat basah (gram)
sehingga pada kondisi kekurangan nitrogen dapat diangkut dari daun-daun tua menuju daun-daun muda (Sutrisno dalam Ifadah, 2000: 12). Selain nitrogen, ada unsur lain yang mempengaruhi peningkatan jumlah daun yaitu fosfor, kalium, dan faktor lingkungan seperti suhu dan cahaya. Menurut Sutedjo (1988: 54), unsur hara makro sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan pada fase vegetatif tanaman seperti akar, batang, dan daun. Apabila ketersediaan unsur hara makro dan mikro tidak lengkap dapat terjadi penghambatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penambahan nitrogen yang cukup pada tanaman akan mempengaruhi laju pembelahan dan pemanjangan akar, batang, dan daun. Berat Basah 1.80 1.60
K0
1.40
K1
1.20
K2 K3
1.00 U1
U2
U3
U4
U5
K4
Ulangan Gambar 3. Grafik Rata-rata Berat Basah Tanaman Cabai Rawit Berdasarkan Gambar 3. dapat diketahui bahwa K1 menunjukkan rata-rata berat basah tanaman paling banyak yaitu 1,68 gram yang ditandai warna garis merah. Proses pembentukan dan perkembangan organ tanaman (daun, akar, dan batang) sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dan unsur hara dalam tanah. Menurut Fatimah & Handarto (2008:144), adanya unsur hara tersebut diangkut melalui air yang terserap oleh tanaman melalui proses difusi osmosis. Semakin baik unsur hara yang terserap, maka ketersediaan bahan dasar untuk proses fotosintesis akan semakin baik pula sehingga dapat memacu penimbunan karbohidrat dan protein (khususnya nitrogen) pada organ tubuh tanaman cabai rawit. Penimbunan karbohidrat dan protein sebagai akumulasi hasil proses fotosintesis akan berpengaruh pada berat basah tanaman. Petunjuk Praktikum Hasil penelitian pengaruh konsentrasi penyiraman air limbah tempe terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens, L.) dapat digunakan sebagai bahan penyusunan petunjuk praktikum mata pelajaran Biologi untuk SMA kelas XII pada materi pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan Standar Kompetensi yang ke 1, yaitu Melakukan percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, Kompetensi Dasar 1.2 Melaksanakan percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tanaman. Fungsi dari penelitian adalah sebagai dasar untuk mengembangkan pengetahuan dengan metode praktikum. Sistematika penyusunan petunjuk praktikum terdiri dari (1) Ringkasan materi, berisi tentang ringkasan dasar teori dari materi yang akan dijadikan bahan praktikum, (2) Tujuan praktikum, berisi tentang tujuan yang harus dicapai dari pelaksanaan praktikum, (3) Alat dan Bahan, berisi tentang alat dan bahan yang harus dipersiapkan dan digunakan 407
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
dalam praktikum, (4) Cara kerja, berisi tentang langkah-langkah pelaksanaan praktikum, (5) Data hasil pengamatan, berisi tentang hasil dari praktikum yang dibuat dalam bentuk tabel, (6) Pembahasan, berisi tentang pembahasan dari hasil praktikum dan menjawab pertanyaan sesuai materi dengan menghubungkan dasar teori yang sudah ada, (7) Sistematika laporan praktikum, berisi tentang sistematika atau urutan dari laporan praktikum yang dimulai dari judul sampai dengan daftar pustaka. PENUTUP Kesimpulan Konsentrasi penyiraman air limbah tempe yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai rawit karena memberikan hasil yang signifikan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat basah. Hasil penelitian tentang pengaruh konsentrasi penyiraman air limbah tempe terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit dapat dijadikan bahan penyusunan petunjuk praktikum materi pertumbuhan dan perkembangan untuk mata pelajaran Biologi SMA Kelas XII. Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penyiraman air limbah tempe dengan konsentrasi yang berbeda. Air limbah tempe pada penelitian ini yang dapat digunakan untuk menyiram tanaman adalah konsentrasi 25%. Perlu diteliti juga penelitian air limbah tempe yang berasal dari pencucian dan perendaman kedelai sehingga kita dapat mengurangi pencemaran air dan tanah akibat buangan limbah organik yang menyebabkan euterofikasi. DAFTAR PUSTAKA AAK. 2007. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius. Adismal, Y. 2011. Agrihome: Panen 17 Tanaman dari Teras Rumah. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI-Press. Cahyadi, W. 2007. Kedelai, Khasiat dan Teknologi. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Fatimah, S. & Handarto, B. M. 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata, Ness). Jurnal Embryo, 5(2): 133-148. Gardner, Pearce, dan Mitchell. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan oleh Herawati Susilo. 1991. Jakarta: UI-Press. Hanafiah, K. A. 2001. Rancangan Percobaan Teori & Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Harjadi, S. S. 2002. Pengantar Agronomi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Heddy, S. 2003. Ekofisiologi Pertanaman. Bandung: Sinar Baru Algensindo Herlambang, A. 2001. Pengaruh Pemakaian Biofilter Struktur Sarang Tawon Pada Pengolah Limbah Organik Sistem Kombinasi Anaerob-Aerob. Jurnal Teknologi Lingkungan, 2(1): 28-36. 408
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Ifadah. 2000. Pengaruh Kombinasi Bentuk Urea Dengan Frekuensi Pemupukan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens, L.). Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro. Israel, Glenn D. 1992. Determining Sample Size. (Online). (edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/PD/ PD00600.pdf, diakses 10 April 2012). Jumin, H. B. 2008. Dasar-dasar Agronomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Junaidi. 2010. Titik Persentase Distribusi F Probabilita = 0,05. (Online). (http://junaidichaniago.files.wordpress.com/2010/04/tabel-f-0-05.pdf, diakses 20 Juli 2012). Karno. 2011. Teknik Pemanfaatan Limbah. Madiun: IKIP PGRI Madiun. Komala, P. S., dkk. 2009. Penggunaan Limbah Tempe Dalam Biodegradasi Zat Warna Azo Menggunakan Bioreaktor Membran Aerob-Anaerob. Jurnal Teknik Kimia Indonesia, 8(3): 104-110. Lukitasari, M. 2011. Diktat Kuliah Ekologi Tumbuhan. Madiun: IKIP PGRI Madiun. Maharani, L. P. & Nugroho, L. H. 2007. Pengaruh Limbah Cair Industri Tempe Terhadap Anatomi Dan Kandungan β-Caroten Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans, Poir) yang Ditumbuhkan Secara Hidroponik. Jurnal Sigma, 10(1): 45-53. Manik, K. E. S. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Rosalina, R. 2008. Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Penyiraman Air Limbah Tempe Sebagai Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tomat (Lycopersicum esculentum, Mill). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Islam Negeri Malang. Rukmana, R. 2006. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Yogyakarta: Kanisius. Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1992. Fisiologi Tumbuhan jilid 3. Terjemahan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. 1995. Bandung: Penerbit ITB. Setiadi. 1999. Jenis dan Budi Daya Cabai Rawit. Jakarta: Penebar Swadaya. Steenis, van C. G. G. J. et al. 2002. FLORA. Terjemahan oleh Moeso Surjowinoto, dkk. 2008. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Sugiharto. 2005. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI-Press. Sutedjo, M. M. & Kartasapoetra, A. G. 1988. Pengantar Ilmu Tanah, Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Jakarta: Bina Aksara. Wiryani, E. 2009. Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe. (Online). (eprints.undip.ac.id/2121/1/ANALISIS_KANDUNGAN_LIMBAH_CAIR_PABRI K_TEMPE.pdf, diakses 1 Maret 2012).
409