PROSPEK 19 WILAYAH HUKUM ADAT DILIHAT DARI MENGUATNYA SISTEM KEKERABATAN PARENTAL BILATERAL DALAM BIDANG HUKUM KELUARGA Helwan Kasra Fakultas Hukum Universitas Muhamamdiyah Palembang E-mail:
[email protected] Abstrak Sistem kekerabatan dalam hukum adat mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya kedudukan anak terhadap kerabat dan sebaliknya dan masalah perwalian anak. Keberadaan 19 wilayah hukum adat dengan sistem kekerabatan patrilinial, matrilinial dan parentalnya akan tetap bertahan namun perlahan-lahan akan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman dan sistem kekerabatan parental bilateral akan semakin banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia. Kata kunci: 19 wilayah hukum adat, sistem kekerabatan, hukum keluarga
Pendahuluan
diberi Tuhan akal pikiran dan
Sebagaimana hukum
adat
adalah
dipahami
perilaku.
Perilaku
yang
aturan
menerus
dilakukan
terus
perorangan
kebiasaan manusia dalam hidup
menimbulkan “kebiasaan pribadi”.
bermasyarakat.
Apabila
Sejak
manusia
kebiasaan
pribadi
itu
ke
ditiru orang lain maka ia juga
muka bumi, maka ia memulai
akan menjadi kebiasaan orang itu.
hidupnya berkeluarga, kemudian
Lambat
bermasyarakat
yang satu dan orang yang lain
itu
diturunkan
bernegara.
Tuhan
dan
Terjadinya
kemudian hukum
dimulai dari pribadi manusia yang
di
laun
dalam
di
antara
orang
kesatuan masyarakat
ikut pula melakukan kebiasaan
itu, maka lambat laun kebiasaan
dengan “Kuburan Hukum” atau
itu menjadi adat dari masyarakat
“Rechtsgouw”. Kesembilan belas
itu.
wilayah hukum adat itu ialah : Hukum adat adalah sistem
hukum
yang
dikenal
dalam
lingkungan kehidupan sosial di Indonesia. hukum
Hukum
asli
Sumbernya peraturan yang
adat
adalah
bangsa Indonesia. adalah peraturan-
hukum tidak
tumbuh
dan
tertulis
berkembang
1. Aceh
(Aceh
Besar,
Pantai
Barat, Singkel, Semeulue). 2. Tanah Gayo, Alas, dan Batak. Tanah Gayo (Gayo Leus). Tanah Alas. Tanah
Batak
Tapanuli Pakpak
(Tapanuli).
a.
Utara:
1.
Batak
(Barus).
2.
Batak
dengan
Karo. 3. Batak Simelungun. 4.
kesadaran hukum masyarakatnya.
Batak Toba (Simsir, Balige,
dan
dipertahankan
Karena
peraturan-peraturan
tidak
tertulis
kembang,
dan
maka
tumbuh
hukum
memiliki
ini adat
kemampuan
menyesuaikan diri dan elastis. Hukum
Tapanuli Selatan: 1. Padang Lawas (Tano Sepanjang). 2. Angkola.
3.
Mandailing
(Sayurmatinggi). 3. Nias (Nias Selatan).
Indonesia
4. Tanah Minagkabau ( Padang,
memiliki beberapa wilayah hukum
Agam, Tanah Datar, Lima puluh
hukum adat, menurut Van Vollen
Kota, Tanah Kampar, Kerinci).
Hoven wlayah hukum adat terdiri
Mentawai (Orang Pagai).
dari
19
adat
Laguboti, Lumban, Julu). b.
wilayah
(Rechtskringen).
hukum Satu
adat daerah
dimana garis-garis besar, corak dan sifatnya hukum adat adalah seragam oleh Van Vollen Hoven disebut “rechtskring”.
5. Sumatera Selatan. a. Bengkulu (Rejang). b. Lampung ( Abung, Paminggir, Pubian, Gedongtataan,
tersebut
dibagi
lagi
kepada
beberapa
bagian
yang
disebut
Tulang
Bawang). c. Palembang
Tiap-tiap lingkaran hukum
Rebang,
(Anak
Lakitan,
Jelma Daya, Kubu, Pasemah, Semendo). d. Jambi (Batin dan Penghulu).
e. Enggano. 6. Tanah
Timur, Kodi, Flores, Ngada,
Melayu
Indragiri.
(Lingga-Riau,
Sumatera
Timur,
Orang Banjar).
Riti, Sayu Bima). 16. Bali
dan
Lombok
(Bali
Tanganan-Pagrisingan, Kastala,
7. Bangka dan Belitung.
Karang
8. Kalimantan (Dayak Kalimantan
Jembrana, Lombok, Sumbawa).
Barat,
Kapuas,
Dayak,
17. Jawa Pusat, Jawa Timur, serta
Kenya,
Dayak
Madura ( Jawa Pusat, Kedu,
Dayak
Maanyan
Puworejo, Tulungagung, Jawa
Siung, Dayak Ngaju, Dayak Ot Danum,
Dayak
Penyambung
Punan). 9. Gorontalo
(Bolaang
Timur, Surabaya, Madura). 18. Daerah
Kerajaan
Yogyakarta). 19. Jawa Barat (Pariangan, Sunda, Sistem kekerabatan dalam
10. Tanah Toraja (Sulawesi Tengah, Toraja, Toraja Baree. Toraja
hukum adat
Barat,
Sigi,
bagaimana
Toraja
Sadan,
Kaili,
Tawali,
To Mori,
To
Lainang, Kep. Banggai). 11. Sulawesi Selatan (Orang Bugis, Goa,
Mandar,
Laikang,
Makassar,
Ponre, Selayar,
Muna). 12. Kepulauan Ternate (Ternate, Tidore,
Halmahera,
(Surakarta,
Jakarta, Banten)
Mangondow, Boalemo).
Bone,
Buleleng,
Pasir,
Klemanten,
Hulu,
Asem,
Tobelo,
mengatur tentang kedudukan
seseorang
pribadi
sebagai
anggota
kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua
dan
sebaliknya
kedudukan anak terhadap kerabat dan
sebaliknya
perwalian
dan
anak.
kekerabatan
masalah
Hukum
mengatur
tentang
pertalian
sanak,
13. Maluku Ambon (Ambon, Hitu,
pertalian
darah
Bandar, Kep. Uliasar, Saparua,
pertalian
Buru, Seram, Kep. Kei, Kep.
perkawinan
Aru, Kisar).
Hadikusuma;2003, hal;201)
Kep. Sula).
14. Irian. 15. Kep. Timor (Kepulauan Timor Timor, Timor Tengah, Sumba
adat
berdasarkan (sekuturunan)
perkawinan
dan
adat.(Hilman
Dalam sistem kekerabatan masyarakat merupakan
adat, hal
keturunan
yang
penting
untuk meneruskan garis keturunan
Hukum
adat
kekerabatan
(clan) baik garis keturunan lurus
adalah hukum adat yang mengatur
atau
tentang
menyamping.
Seperti
di
bagaimana
kedudukan
masyarakat Bali dimana laki-laki
pribadi seseorang sebagai anggota
nantinya akan meneruskan Pura
kerabat, kedudukan anak terhadap
keluarga untuk menyembah para
orangtua
leluhurnya.
kedudukan anak terhadap kerabat
19
wilayah
hukum
adat
dan
dan
sebaliknya
sebaliknya dan
masalah
seperti yang dikemukakan oleh Van
perwalian anak. Jelasnya hukum
Vollen
adat
Hoven
memiliki
kekerabatannya namun
masing-masing,
seiring
zaman
perkembangan
terjadi
pemakaian
sistem
sistem
pergeseran kekerabatan
tersebut. Oleh karena itu menarik kiranya membahas masalah masingmasing sistem kekerabatan dan pergeserannya khususnya dalam hal
kekerabatan
tentang
mengatur
pertalian
berdasarkan
sanak,
pertalian
(sekuturunan)
darah pertalian
perkawinan dan perkawinan adat.1 Dalam sistem kekerabatan masyarakat
adat,
keturunan
merupakan hal yang penting untuk
hukum keluarga. Berdasarkan latar
meneruskan garis keturunan (clan)
belakang diatas, ada bebrapa hal
baik garis keturunan lurus atau
yang akan dikaji dalam makalah
menyamping.
ini, yaitu: (1) Bagaimanakah sistem
masyarakat Bali dimana laki-laki
kekerabatan dari 19 wilayah hukum
nantinya akan meneruskan Pura
adat
keluarga untuk menyembah para
dalam
bidang
hukum
keluarga? (2) Bagaimana prospek 19 sistem
kekerabatan
parental bilateral dalam bidang hukum keluarga? Pembahasan Sitem Kekerabatan 19 Wilayah Hukum Adat di Indonesia
di
leluhurnya.
wilayah hukum adat dilihat dari menguatnya
Seperti
Pada umumnya keturunan mempunyai hubungan hukum yang didasarkan pada hubungan darah, antara
lain
antara
orangtua
dengan anak-anaknya. Juga ada 1
Ibid, hal. 201.
akibat hukum yang berhubungan
orang lain yang diangkat menjadi
dengan
tegak tegi diambil dari anak yang
keturunan
yang
bergandengan dengan ketunggalan
masih
leluhurnya, tetapi akibat hukum
bapak angkatnya.
tersebut
tidak
semuanya
bertali
kerabat
dengan
sama
Individu sebagai keturunan
diseluruh daerah. Meskipun akibat
(anggota keluarga ) mempunyai
hukum yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban tertentu yang
ketunggalan
berhubungan
leluhur
diseluruh
dengan
daerah tidak sama, tapi dalam
kedudukannya
kenyataannya
satu
yang
bersangkutan.
sama
boleh
ikut
pandangan
terdapat pokok
yang
dalam
keluarga Misalnya,
menggunakan
nama
terhadap masalah keturunan ini
keluarga (marga) dan boleh ikut
diseluruh
menggunakan
daerah,
keturunan
yaitu
adalah
bahwa
dan
berhak
atas
merupakan
kekayaan keluarga, wajib saling
unsure yang hakiki serta mutlak
membantu, dapat saling mewakili
bagi suatu klan, suku ataupun
dalam
melakukan
kerabat yang menginginkan agar
hukum
dengan pihak ketiga dan
garis keturunannya tidak punah,
lain sebagainya.2
sehingga ada generasi penerusnya. suku
perbuatan
Menurut Bushar Muhammad
Apabila dalam suatu klan,
keturunan dapat bersifat :
ataupun kerabat
a. Lurus, apabila orang seorang
khawatir
akan menghadapi kepunahan klan,
merupakan
suku ataupun kerabat ini pada
keturunan dari
yang
umumnya
misalnya
bapak
melakukan
(pengangkatan meneruskan
anak) garis
adopsi
langsung antara
lain, dan
untuk
anak; antara kakek, bapak dan
keturunan,
anak, disebut lurus kebawah
maupun pengangkatan anak yang
apabila
dilakukan dengan perkawinan atau
dari kakek, bapak ke anak,
pengangkatan
anak
untuk
penghormatan.
Seperti
dalam
masyarakat Lampung dimana anak
2
rangkaiannya dilihat
Bushar Muhammad, PokokPokok...Op.Cit, Hal. 4.
sedangkan
disebut
lurus
perkawinan , kewajiban memberi
kebawah apabila rangkaiannya
nafkah, penghormatan, pewarisan.
dilihat dari anak, bapak ke
Dalam susunan parental ini seorang
kakek.
anak hanya memperoleh semenda
b. Menyimpang atau apabila atau
antara lebih
bercabang, kedua orang
terdapat adanya
dengan jalan perkawinan, maupun langsung
oleh
perkawinannya
sendiri,
maupun
secara
tak
ketunggalan leluhur, misalnya
langsung oleh perkawinan sanak
bapak ibunya sama (saudara
kandungnya,
sekandung),
perkawinan
atau
sekakek
nenek dan lain sebagainya. Dalam struktur masyarakat
memang antara 3
ayahnya sendiri.
kecuali ibu
dan
Susunan sistem
kekerabatan parental berlaku pada
adat kita menganut adanya tiga
masyarakat
jawa,
madura,
(3) macam sistem kekerabatan,
Kalimantan dan sulawesi.
yaitu : 1.
sistem kekerabatan parental
2.
sistem
kekerabatan
matrilineal 3.
Sistem kekerabatan patrilineal Anak dengan
sistem
kekerabatan
patrilineal
menghubungkan diri
ayahnya
garis keturunan lakii-laki). Sistem kekerabatan
ini
menghubungkan Sistem kekerabatan parental. Anak
(berdasarkan anak diri
juga dengan
kerabat ayah berdasarkan garis
menghubungkan diri
keturunan
dengan kedua orangtuanya. Anak
unilateral.
juga menghubungkan diri dengan
masyarakat
Patrilineal
kerabat
secara
berdasarkan
garis
sistem
bapak (laki-laki), keturunan dari
ayah-ibunya
bilateral.
Dalam
kekerabatan parental kedua orang
pihak
laki-laki Di
bapak
secara
dalam
susunan yang
keturunan
(laki-laki) dinilai
tua maupun kerabat dari ayah-ibu itu yang
berlaku sama
peraturan-peraturan baik
tentang
3
Van Dijk, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Bandung, Mandar Maju, 2006, hal. 40.
mempunyai kedudukan lebih tinggi
keturunan menurut garis bapak.4.
serta
Susunan
hak-haknya
mendapatkan Susunan
juga
lebih
sistem
Patrilineal
akan banyak.
kekerabatan
berlaku
sistem
kekerabatan
Matrilinel berlaku pada masyarakat minangkabau.
pada
masyarakat Batak dan Bali. Ad.
Prospek 19 Wilayah Hukum Adat Dilihat dari Menguatnya Sistem
Sistem kekerabatan Matrilineal Anak
Kekerabatan
menghubungkan diri perempuan).
kekerabatan
ini
menghubungkan kerabat
ibu
Sistem
anak
juga
diri
dengan
Setiap
masyarakat
atau
kebudayaan pasti akan mengalami perubahan,
baik
itu
perubahan
sebagian ataupun perubahan secara
garis
keseluruhan. Sebuah kebudayaan
secara
adalah campuran antara yang tua
unilateral. Dalam masyarakat yang
dan yang baru seiring sisa-sisa ciri
susunannya
tradisional
keturunan
berdasarkan
Bilateral
dalam Bidang Hukum Keluarga
dengan ibunya (berdasarkan garis keturunan
Parental
perempuan
matrilineal,
keturunan
menurut
dipandang
sangat
garis
penting,
sehingga menimbulkan pergaulan diantara
hubungan
kekeluargaan
jauh lebih rapat para
ibu
tampak
tertinggal
dalam sebuah kebudayaan. Begitu juga
sistem
kekerabatan
dipakai oleh 19 wilayah hukum di
yang
Indonesia.
Sistem
dan meresap
patrilinial,
matrilinial
warganya
yang
yang
sistem
parental
kekerabatan maupun
telah
terjadi
seketurunan menurut garis ibu,
pergeseran menyesuaikan dengan
hal
perkembangan zaman. Perubahan
mana
yang menyebabkan
tumbuhnya (misalkan,
konsekuensi
dapat
terlihat
dari
makin
masalah
melemahnya
keluarga
luas
dan
warisan) yang jauh lebih banyakk
menguatnya
keluarga
inti
dan
dan
lebih
dalam
ini
penting
daripada 4
Bushar Muhammad, Pokok-Pokok..... Op.Cit, Hal.5
perubahan
sistem
istilah
kekerabatan. Sistem kekerabatan memiliki arti
penting
masyarakat, sederhana
dalam baik
maupun
banyak
Kontemporer:
Suatu
Perubahan
Keberlangsungan
Sistem
dan
Kekerabatan
Kajian Matrilineal
Minangkabau, terdapat beberapa
masyarakat
hal
masyarakat
perubahan antara lain, yakni:5
yang sudah maju, hubungan dengan
yang
diteliti
mengalami
a. Perubahan
kelompok
nenek moyang dan kerabat adalah
kekerabatan dan peran Mamak
kunci
Kelompok
hubungan
dalam
struktur
kekerabatan
sosial. Hubungan dengan kerabat
Minangkabau
tersebut
menjadi
dianggap paling penting adalah
berbagai
interaksi,
poros
dari
kewajiban-
paruik
dulu
di
yaitu
yang
kelompok
kewajiban, loyalitas dan sintimen-
kekerabatan yang dihitung tiga
sintimen.
masyarakat
atau empat generasi diatas ego
dimana kekerabatan sangat penting
dan satu generasi dibawahnya,
loyalitas
mereka
Dalam pada
kerabat
biasanya
tinggal
rumah
gadang.
menggantikan loyalitas pada orang
disebuah
lain. Artinya sitem kekerabatan
Sekarang rumah gadang sudah
sangat
semakin
erat
kaitannya
dengan
ditinggalkan
dan
struktur sosial yang dibangunnya
masing-masing
lebih lanjut. Sistem kekerabatan
kelompok masyarakat tersebut
menentukan posisi seseorang dalam
membuat rumah sendiri-sendiri
masyarakat, yaitu posisi laki-laki
untuk keluarga kecil mereka.
dan posisi perempuan.
Kelompok
Pada masyarakat matrilinial seperti
yang
masyarakat sudah
diterapkan
oleh
Minangkabau
juga
banyak
mengalami
perubahan. Seperti hasil penelitian Syahrizal dan Sri Meyenti tentang Sistem Kekerabatan Miangakabau
terpenting masyarakat 5
anggota
kekerabatan sekarang
dalam
Miangkabau
Syahrizal dan Sri Meyenti, Sistem Kekerabatan Miangakabau Kontemporer: Suatu Kajian Perubahan dan Keberlangsungan Sistem Kekerabatan Matrilineal Minangkabau, Prosiding the 4th International Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity dan Future”
mengarah kepada keluarga inti.
secara
Keluarga
titik
aturan keras dalam penentuan
sangat
jodoh yaitu harus keluar dari
menentukan dalam kehidupan
clan, begitu juga masyarakat
anak.
dekat
Minangkabau memiliki aturan
dengan ayah, ibu dan kerabat-
yang ketat mengenai hal ini.
kerabatnya.
Perkawinan
inti
sentral
menjadi
yang Anak
paling Peran
laki-laki
otomatis
melakukan
sekarang
juga lebih besar sebagai ayah
kebayakan tidak lagi terikat
jika
dengan
dibandingkan
berperan
sebagai Mamak. b. Perubahan
kecuali
sistem
istilah
kekerabatan Telah
banyak
sistem
istilah
tradisional
kecuali
dengan
gadis
berbeda.
terjadi
perubahan
aturan
menikah suku
yang
Perjodohan
juga
sudah jarang dilakukan artinya masalah
pernikahan
lebih
kekerabatan pada masyarakat
diserahkan pada pasangan yang
Minangkabau. Misalnya untuk
ingin
istilah sapaan untuk ayah dan
biasanya akan menyetujui yang
ibu
sudah
mengalami
kali
penting sama-sama beragama
perubahan
dari
Islam.
amai
amak
menjadi
menjadi
papa
apak,
Penelitian
lain
tentang
ayah,
ibu
sistem kekerabatan matrilinial dari
mama
dan
masyarakat
terakhir menjadi papi mami. c. Perubahan
orangtuan
beberapa
abak,
menjadi
menikah,
pola
pemilihan
pernah Zavera
Minangkabau
dilakukan
juga
oleh
Monica
tentang
jodoh
Keberlanjutan
Pola pemilihan jodoh dalam
Keluarga
masyarakat
Globalisasi.6 Dalam penelitiannya
minangkabau
Muda
Sistem
Stella
Matrilinial
Minang
di
Era
sebagian boleh dikatakan telah mengalami Masyarakat
perubahan. yang
memiliki
sistem garis keturunan unlineal
6
Stella Zavera Monica tentang Keberlanjutan Sistem Matrilinial Keluarga Muda Minang di Era Globalisasi, Proseding Seminar Internasional Multikultural dan Globalisasi Tahun 2012.
sistem keturunan menurut garis
agama
keturunan ibu yang membedakan
mengenai warisan.
sistem matrilinial dengan patrilinial
dan
hukum
Hal yang tidak jauh berbeda
masih diterapkan oleh masyarakat
juga
muda minang namun dalam hal
patrilinial
yang
perkawinan
yang
keturunan
dari
hasil
terjadi
berbeda,
dengan maka
suku anak
nasional
terjadi
pada
pada
masyarakat
menganut bapak.
garis
Seperti
masyarakat
batak
perkawinannya akan ikut suku dari
seperti yang pernah diteliti oleh
keduannya.
Bolmer
Karena
istri
yang
Hutasuit
dengan
judul
berasal dari minangkabau maka
penelitian Sistem Patrilinial dan
secara adat harus tetap mengikuti
Implimentasinya pada suku Batak
ketetapan adat, yaitu anak harus
Toba di Sumatera Utara7, walaupun
mengikut garis keturunan ibunya.
sistem patrilinial masih dijalankan
Sedangkan suami yang menganut
di suku Batak Toba tetapi dalam
sistem
pelaksanaanya
patrilinial
juga
akan
telah
mengalami
memberikan suku dari etnisnya
perubahan
sesuai dengan ketentuan adatnya
kondisi di lapangan karena jika
yang juga merupakan budaya dari
tidak dilakukan penyesuaian makan
anaknya
akan menimbulkan permasalahan.
kelak.
Namun
pemakainnya nanti akan dipakai menurut
kebutuhannya.
Pada
disesuaikan
sistem
dengan
Parental
Ketika
Bilateral dimana garis keturunan
anak sedang mengikuti adat dari
mengikuti kedua belah pihak yaitu
ibunya maka akan mengikuti adat
ayah dan ibu seperti yang dipakai
dari ibunya dan ketika si anak
oleh masyarakat suku Jawa lebih
mengikuti adat bapaknya maka
diterima
akan menggunakan adat bapaknya.
masyarakat
Dalam soal pembagian harta warisan
juga
sudah
mengalami
pergeseran yang tidak serta merta berdasarkan pembagian adat tetapi sudah menyesuaikan dengan hukum
7
secara
umum
karena
oleh tidak
Bolmer Hutasuit dengan judul penelitian Sistem Patrilinial dan Implimentasinya pada suku Batak Toba di Sumatera Utara, dalam https://bolmerhutasoit.wordpress.com/tag/siste m-patrilineal-dan-implementasinya-dalamsuku-batak-toba-di-sumatera-utara/, dikases 20 Mei 2015
membeda-bedakan antara keluarga
dimana anak menghubungkan
bapak dan keluarga ibu. Kedudukan
diri dengan bapaknya.
keluarga bapak dan keluarga ibu setara dan seimbang.
dimana anak menghubungkan
Dalam kondisi Indonesia yang terdiri
dari
beraneka untuk
suku
ragam,
c. sistem kekerabatan Matrilineal, diri dengan ibunya.
bangsa
yang
Prospek 19 wilayah hukum
memang
sulit
adat dengan sistem kekerabatan
menerapkan
ketentuan
patrilinial,
matrilinial
dan
adatnya secara kaku. Perkawinan
parentalnya akan tetap bertahan
antar suku akan sering terjadi dan
namun
batas-batas garis kekerabatan akan
mengalami
semakin
dengan perkembangan zaman dan
tidak
kedepan
jelas
sehingga
walaupun
sistem
perlahan-lahan perubahan
akan sesuai
sistem
kekerabatan
kekerabatan baik secara matrilinial
bilateral
akan
maupun patrilinial masih dipakai
dipakai oleh masyarakat Indonesia.
semakin
parental banyak
oleh masing-masing masyarakatnya namun
akan
pergeseran kekerabatan yang
tidak
terus
mengalami
kearah
sistem
parental/bilateral membedakan
garis
Daftar Pustaka Bushar Muhammad, Pokok-pokok Hukum Adat, Jakarta, PT Pradnya Paramita, 2006.
keturunan ayah atau ibu. Penutup Dalam struktur masyarakat adat kita menganut adanya tiga (3) macam sistem kekerabatan, yaitu : a. sistem kekerabatan parental, dimana anak menghubungkan diri dengan kedua orangtuanya. b. sistem kekerabatan Patrilineal,
Bolmer Hutasuit dengan judul penelitian Sistem Patrilinial dan Implimentasinya pada suku Batak Toba di Sumatera Utara, dalam https://bolmerhutasoit.wor dpress.com/tag/sistempatrilineal-danimplementasinya-dalamsuku-batak-toba-disumatera-utara/, dikases 20 Mei 2015. Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat
Indonesia, Bandung, Mandar Maju, 2003. Iman Sudiyat , Hukum Adat (sketsa asas), Yogyakarta, Liberty, 2007. Siti Erlania, Hukum Perkawinan Adat, dalam http://serlania.blogspot.co m/2012/01/hukumperkawinan-adat.html, diakses 20 Mei 2015. Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta, PT. Radjagrafindo Persada, 2008. ------------------------, Intisari Hukum Keluarga, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1992. Stella
Zavera Monica Keberlanjutan
tentang Sistem
Matrilinial Keluarga Muda Minang di Era Globalisasi, Proseding Seminar Internasional Multikultural dan Globalisasi Tahun 2012. Syahrizal dan Sri Meyenti, Sistem Kekerabatan Miangakabau Kontemporer: Suatu Kajian Perubahan dan Keberlangsungan Sistem Kekerabatan Matrilineal Minangkabau, Prosiding the 4th International Conference on Indonesian Studies: Unity, Diversity dan Future” Purwadi, Upacara Tradisional Jawa, Menggali Untaian Kearifan Lokal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Van Dijk, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Bandung, Mandar Maju,2006.