PROSIDING SEMINAR NASIONAL PEMODELAN DAN PERANCANGAN SISTEM
“Peningkatan Mutu Produk dan Jasa Berdasarkan Cara Pandang Sistem”
Magister Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan Bandung, 30 November – 1 Desember 2011
Editor: Romy Loice Yani Herawati
Sekretariat : Jl. Merdeka No. 30 Bandung – 40117 E-mail :
[email protected] Website : www.pps-mti.web.id
Cetakan Pertama November 2011
Penerbit Magister Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan Bandung
Hak cipta pada penulis, dilarang keras mengutip, menjiplak, mengopi baik sebagian atau keseluruhan dari isi buku ini tanpa mendapat ijin tertulis atau keseluruhan dari pengarang atau penerbit i
SISTEM PERBAIKAN DAN PENGENDALIAN MUTU Strategi Dimensi Teknologi dalam Mencapai Keunggulan Kompetisi
69
Diana S.Mandar, Leli Deswindi Perbaikan Manajemen Bencana Alam/Darurat di PT X Berdasarkan NFPA 1600:2010
77
Tika Resmitasari, Carles Sitompul Perancangan Sistem Pengendalian Kualitas Industri Tahu
85
Khamdi Mubarok, Dian Setiya Widodo, Nurkholis Abdi Pranata Pengurangan Jumlah Produk Cacat yang Memperhitungkan Biaya Produksi di Perusahaan
97
Garment PT X Gita Permata Liansari, Y. M Kinley Aritonang Pengembangan Model Kualitas Jasa Penjualan Online Tiket Penerbangan Berdasarkan Integrasi
107
HSQM dan Bauran Pemasaran Hanky Fransiscus, Paulus Sukapto, Carles Sitompul Six Sigma, Lean Management, dan Lean Six Sigma: Tinjauan Literatur Terhadap Konsep dan
117
Aplikasi Simon Herlambang, Y. M. Kinley Aritonang Pengembangan Model Pengukuran Kualitas Layanan e-Banking dengan Melibatkan Faktor-Faktor Bauran Pemasaran
127
Alfian, Paulus Sukapto, Carles Sitompul Upaya Meminimalisir Produk Cacat pada Proses Pengecatan Shell Helmet dengan Menggunakan
135
Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) di Departemen Painting PT Yasunli Abadi Utama Plastik Muhammad Kholil, Resa Taruna Suhada Analisis Peningkatan Kualitas pada Outsole dengan Menggunakan Metode Six Sigma
141
Siti Rohana Nasution, Sri Rusdiyanti Pemetaan Aktivitas Layanan Jurusan Teknik Industri Unpar dengan Menggunakan Value Stream
151
Map Cindy Marika Amalia, Catharina B. Nawangpalupi, Yogi Yusuf Wibisono
SISTEM PRODUK DAN JASA Pengujian Kriteria Efektivitas Toko Online Appleberryland
161
Andy Prasetio, Catharina Badra Nawangpalupi Rancangan Kursi Operator SPBU yang Ergonomis dengan Menggunakan Pendekatan Antropometri
169
Eko Prasetyo, Agri Suwandi Penggunaan Metode TRIZ Dalam Pemecahan Masalah: Sebuah Tinjauan Literatur terhadap Konsep dan Aplikasinya iii
179
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PADA OUTSOLE DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA Siti Rohana Nasution 1) Sri Rusdiyanti
2)
Jurusan Teknik Industri Universitas Pancasila, Jakarta Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta 12640 Email :
[email protected])
Abstrak Masalah kualitas dalam suatu perusahaan khususnya pabrik manufaktur, haruslah menjadi prioritas utama dalam berproduksi. Karena kualitas suatu produk akan menjadi persaingan bisnis dengan perusahaan lain yang mengutamakan kualitas dalam hasil produksinya.. Masalah kualitas tidak terlepas dari produk rusak ataupun cacat, dengan begitu harus dilakukan perbaikan guna meningkatkan produktivitas perusahaan. Dengan dilakukannya perbaikan tersebut dapat membantu perusahaan dalam mengatasi masalah sekaligus dapat mengantisipasi dan meminimasi produk cacat yang dihasilkan dalam produksi. Perbaikan yang diusulkan penulis dengan menggunakan metode Six Sigma yang tujuannya untuk menekan kerusakan hingga mencapai angka yang paling kecil mendekati zero defect yaitu 3.4 PPM/ Part Per Million. Metode ini memiliki tahapan untuk mencapai perbaikan yaitu DMAIC (Define – Measurement – Analyze – Improvement - Control). Langkah pertama adalah pendefinisian dan klarifikasi permasalahan, kedua yaitu measurement meliputi perhitungan prosentase produk cacat, uji kenormalan dengan hipotesis Chi-Square, menghitung nilai sigma dan hasilnya adalah 3.69, langkah ketiga yaitu analisis permasalahan cacat pada outsole yang dimulai dari mengumpulkan penyebab masalah dengan brainstorming untuk digunakan dalam cause and effect analysis yang dilanjutkan dengan cause failure modes effect (CFME) untuk mencari akar dari permasalahannya. Langkah keempat yaitu melakukan perbaikan dengan menggunakan bantuan alat dari six sigma yaitu failure modes and effect analysis (FMEA) yang selanjutnya dibuat tindakan perbaikan dari penyebab permasalahan tersebut, lalu mencegah terjadinya permasalahan cacat dengan menggunakan Poka-Yoke. Langkah terakhir yaitu mengontrol dan memonitoring hasil perbaikannya dengan teratur dan terjadwal. Kata kunci : Defect, Definisi, Pengukuran, Analisis, Perbaikan, Kontrol
PENDAHULUAN Dewasa ini dalam dunia perindustrian khususnya di Indonesia menghadapi tantangan yang semakin ketat dalam persaingan perdagangan. Untuk itu setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan yang terbaik kepada setiap konsumennya, agar perusahaan dapat mempertahankan eksistensinya dalam persaingan di pangsa pasar nasional dan internasional. Tantangan tersebut haruslah diperhatikan perusahaan apabila ingin tetap bertahan diantara perusahaan lain. Perusahaan akan mampu bertahan diantara ketatnya persaingan apabila produk yang dihasilkan masih dapat diterima dipasaran. Selain itu, Perusahaan juga harus dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan/ keinginan konsumen, sehingga nantinya Perusahaan akan mampu bertahan dan bersaing dengan Perusahaan lain. ISBN 978-602-19492-0-7
PPS – MTI 141
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Dalam pembuatan sepatu ada dua proses produksi yang harus diketahui yaitu proses produksi UPPER (bagian atas sepatu) dan BOTTOM (bagian bawah sepatu). Di sini dari produk yang dihasilkan pada bagian bottom banyak terdapat produk cacat berupa outsole pada proses out pressnya. Apabila banyak terdapat cacat pada produk outsole yang dihasilkan dapat menyebabkan kualitas produk akan jelek atau tidak memenuhi standart. Selain itu dengan banyaknya produk yang kualitasnya di bawah standard akan menyebabkan banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk perbaikannya dan tentu saja hal ini dapat merugikan perusahaan. Agar pengendalian kualitas dapat terlaksana dengan baik maka dibutuhkan upaya-upaya perbaikan (improvement) dalam perusahaan. Upaya perbaikan tersebut dapat di lakukan dengan salah satu metode yaitu metode six sigma. Metode six sigma merupakan metoda improvement dengan pendekatan statistik, yang pertama kali mengenalkan adalah Motorola dan kemudian terus dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan lainnya di dunia. Tujuan dari metoda ini adalah untuk menekan kerusakan hingga mencapai angka yang paling kecil mendekati zero defect yaitu 3.4 PPM/ Part Pert Million. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk membantu perusahaan ini untuk mengendalikan jumlah produk reject khususnya pada outsole dengan metoda six sigma. Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka pokok persoalan yang akan dianalisis adalah bagaimana caranya untuk meminimasi jumlah cacat yang terjadi pada outsole sepatu. Outsole di sini merupakan salah satu bagian dari produk yang dihasilkan di departemen bottom yaitu alas/ bagian bawah dari sepatu. Fungsi outsole sendiri adalah sebagai alas sepatu karena apabila tidak ada outsole maka sepatu tidak akan terbentuk dan berfungsi sebagaimana mestinya pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan metoda six sigma dalam meminimasi / mengurangi dan juga mengantisipasi terjadinya masalah defect pada outsole.
KONSEP DASAR SIX SIGMA Pokok persoalan yang terjadi dalam suatu pengontrolan proses ada dua yaitu: yang pertama adalah tepat namun tidak akurat yang menggambarkan suatu proses memiliki variasi yang kecil tetapi tidak tepat pada target. Yang kedua adalah akurat namun tidak tepat,yakni suatu proses yang tepat pada target, tapi memiliki variasi yang besar. Six sigma di sini berperan untuk menangani kedua masalah tersebut, dengan kata lain six sigma berperan untuk mengecilkan variasi, dan menggeser rata-rata proses menuju target yang diinginkan sampai tingkat kemungkinan kerusakan sekecil mungkin yaitu 3.4 PPM (Part Per Million). Untuk lebih jelasnya lihat ilustrasi di bawah ini.
Gambar 1 Ilustrasi Six Sigma Sumber : Six Sigma for Electronics Design and Manufacturing, 2002 Tabel 1 Tingkat Sigma dengan Jumlah PPM σ 1 2 3
RPM RPM σ 690000 → 68.96% barang diretur 4 6210 → 0.0621% barang diretur 308000 → 30.8% barang diretur 5 233 → 0.0233% barang diretur 66800 6 3.4 → 6.6% barang diretur → 0.00034% barang diretur Sumber Six Sigma Quality, Productivity & Quality Management Consultants 2002
Six sigma diartikan sebagai metode berteknologi canggih yang digunakan oleh para insinyur dan statistikawan dalam memperbaiki / mengembangkan proses atau produk. Six sigma diartikan demikian ISBN 978-602-19492-0-7
PPS – MTI 142
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
karena kunci utama perbaikan six sigma menggunakan metode-metode statistic, meskipun tidak secara keseluruhan membicarakan tentang statistic.
Pengertian six sigma yang lain adalah tujuan yang mendekati kesempurnaan dalam mencapai kebutuhan pelanggan atau peningkatan kualitas dengan cara mengurangi cacat (defects) dan berbagai penyebabnya dalam aktivitas proses bisnis. Definisi secara lengkap dan jelas mengenai six sigma adalah suatu system yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman akan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data dan analisis statistic serta terus-menerus memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji ulang proses usaha. ( Miranda, S.T., Dra amin Widjaja Tunggal, Ak, MBA, Six Sigma GE Motorola, Harvarindo, 2002). Keuntungan dari penerapan six sigma ini berbeda untuk tiap perusahaan. Tergantung pada usaha apa yang dijalankannya, dan biasanya pengunaan metode ini akan memberikan perbaikan pada hal-hal berikut : 1. 2. 3. 4.
pengurangan biaya perbaikan produktivitas pertumbuhan pangsa pasar pengurangan waktu siklus
5. retensi pelanggan 6. pengurangan produk cacat 7. perubahan budaya kerja 8. pengembangan produk/ jasa
PENERAPAN SIX SIGMA DI PERUSAHAAN Six sigma dapat diterapkan di perusahaan pada segala bidang. Pengembangan dari metode ini dapat dipakai sebagai peralatan analisis yang dapat diaplikasikan ke seluruh sistem bisnis, desain, manufacturing, sales, service, dan lain-lain. Pada manufacturing six sigma berjalan sebagai jaringan kualitas barang atau produk yang akan dihasilkan dengan perbaikan secara serius dan terus menerus serta memonitoring CTQ (Critical to Quality) secara real time. Pada disain, metoda ini berperan sebagai jaminan konsumen terhadap kelengkapan disain pada tahap pengembangan produk dengan cara: pemilihan CTQ yang tepat guna memenuhi kebutuhan konsumen, keputusan yang tepat dalam hal toleransi dari suatu karakteristik serta jaminan terhadap analisis kapabilitas dari CTQ. Penerapan yang lain untuk six sigma adalah untuk data atau proses yang bersifat transaksional, tujuannya adalah untuk memaksimalkan penjualan dan menekan biaya service.
KEUNGGULAN SIX SIGMA Pada awalnya perusahaan hanya puas dengan konsep 3 sigma. Tabel berikut menunjukkan perbandingan perusahaan 3-sigma dan 6-sigma
• • • • • • • •
Tabel 2 Perbandingan Perusahaan 3σ dan 6σ Perusahaan 3 σ Perusahaan 6 σ Menghabiskan 15 – 25% dari hasil • Menghabiskan 5% dari hasil penjualan terhadap penjualan terhadap failure cost. failure cost Menghasilkan 66.807 PPM • Menghasilkan 3.4 PPM Menyadari bahwa dengan inspeksi • Menyadari bahwa dengan proses yang capable tidak dapat menemukan defect akan memproduksi barang cacat. Percaya bahwa kualitas tinggi adalah • Percaya bahwa menghasilkan produk berkualitas mahal adalah murah Tiadak ada metoda pendekatan yang • Menggunakan tahap define, measure, analyze, tepat untuk mengumpulkan data improve, control. Benchmarks agar dapat lebih baik dari • Benchmarks guna mencapai yang terbaik di dunia competitornya. • Percaya 99% belum cukup bisa diterima Percaya 99% cukup bagus • Menemukan CTQ secara external Menemukan CTQ secara internal Sumber: Six sigma for manufacture, LGEIN 2003
ISBN 978-602-19492-0-7
PPS – MTI 143
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Six sigma juga mampu menggeser paradigma kita tentang berbagai hal mengenai indeks, data, target, range, metoda, action, dan aplikasi pada perusahaan. Tabel 3 Perbedaan Traditional Approach dan Six Sigma Approach Issue Index Data Target Range Method Action Application
Traditional Approach % (Defect rate) Data diskrit Kepuasan terhadap manufacturing process Spec outlier Experince + job Bottom up Manufacturing process
6σ approach σ (Sigma) data diskrit dan kontinyu Kepuasan konsumen Variation improvement Experince + job + statistical ability Top down Design, manufacturing, sales, service Sumber: Six sigma for manufacture, LGEIN 200
TAHAPAN SIG SIGMA 1. Define Pada tahap ini dilakukan identifikasikan masalah dengan mencari jenis cacat paling ter tinggi pada proses outsole, merumusan tujuan dan permasalahan yang terjadi dan analisis untuk mencari pemecahan masalahnya. Usulan dilakukan dengan penerapan metode Six Sigma yang akan ditujukan kepada perusahaan yaitu : 1. Mengurangi jumlah cacat yang terjadi pada outsole sepatu pada bagian bottom dengan analisa faktor potensialnya. 2. Mengantisipasi terjadinya cacat produk outsole selama proses produksi berlangsung. 3. Mencari kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan (error) yang mengakibatkan timbulnya cacat pada outsole, sekaligus memberikan usulan perbaikan pada proses yang dilakukan. Pada tahap akhir dari define, yaitu membuat pernyataan masalah yang dapat membantu penulis dalam menganalisa permasalahan yang akan diteliti (lihat tabel 4).
Pernyataan What Where When Who Why How
ISBN 978-602-19492-0-7
Tabel 4 Tabel Pernyataan Masalah Jawaban Banyaknya cacat pada produk outsole sepatu Terdapat 12 opportunity (jenis cacat) yang sering muncul pada outsole. Permasalahan muncul pada departemen bottom yang melibatkan outsole, yaitu bagian press Pengamatan dilakukan pada periode April – Mei 2006 Yang terlibat dalam penelitian ini adalah operator, staff bottom yaitu sebagai pemberi saran Kebutuhan pelanggan akan produk outsole sepatu dengan tingkat cacat rendah Usulan penerapan six sigma untuk perbaikan kualitas sebagai bahan pertimbangannya.
PPS – MTI 144
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
2. Measurement
a. Identifikasi Defect per Unit (DPU) Data jumlah cacat Outsole dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Data jumlah Cacat Outsole Jenis cacat
Banyaknya
Hasil Produksi
DPU
Kotor
109
27599
0.00396
Lewat Warna
3749
27599
0.1358
Kurang Matang Total
892
27599
0.0323 0.17206
Sumber : pengolahan data
b. Defect per Opportunity (DPO) DPO
0.17206 = 0.014338333 12
c. Defect per Million Opportunities (DPMO) DPMO = 0.014338333 x 1.000.000 = 14338.33 d. Menghitung Sigma Level Dari tabel konversi six sigma, nilai DPMO berada pada kisaran nilai 12200 sampai 16800 atau nilai kisaran 3.75 sampai 3.625. sehingga perhitungan nilai sigma dengan bantuan perhitungan interpolasi adalah : 3.75
14338.33 − 12200 (3.625 − 3.75) = 3.69 16800 − 12200
3. Analysis a. Sumbang Saran ( Brainstorming) Dilakukannya dengan brainstorming berdasar pada pareto chart yang diketahui jenis cacat yang paling tinggi nilainya adalah mengenai colour migration, selanjutnya akan dibuat ke dalam cause and effect diagram. Hasil sumbang saran dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Hasil Brainstorming cacat Colour migration/ lewat warna No. Hasil Brainstorming 1 Penempatan karet kompond/ komposisi warna di dalam mould tidak sesuai 2 Kompond karet terlalu tebal 3 Mould rusak 4 Kurangnya skill dari operator 5 Scorch time dari kompon karet terlalu tinggi 6 Zat kimia atau material yang dipakai terlalu berlebih 7 Pengamatan hanya dilakukan oleh para operatornya saja 8 Air penyemprot untuk membersihkan mould kurang berfungsi dengan baik 9 Kompond karet yang digunakan terlalu lembek 10 Ketidakseragaman tebalnya mould Sumber : Pengumpulan Data
ISBN 978-602-19492-0-7
PPS – MTI 145
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
b. Identifikasi faktor penyebab Dilakukannya Cause and Effect Diagram dapat membantu penulis dalam memuat daftar dari penyebab potensial terhadap masalah. Jenis cacat pada outsole yang menjadi objek penelitian yaitu mengenai Colour migration/ lewat warna. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2. c. Cause Failure Mode Effect (CFME) Cause Failure Mode Effect (CFME) merupakan pengembangan dari diagram sebab akibat dan digunakan untuk mendeteksi akar penyebab permasalahan. Data yang digunakan untuk membuat CFME juga merupakan data yang digunakan pada diagram sebab akibat. CFME di buat dari hasil brainstorming dan bentuknya sangat sederhana. Untuk tiap penyebab pada diagram sebab akibat di cari lagi apa penyebabnya sebagai akar penyebab, dan untuk akar penyebab tersebut di cari lagi penyebabnya dengan terus bertanya mengapa hal tersebut terjadi hingga tidak ada lagi jawaban yang dapat diberikan (lihat gambar 3).
Gambar 2 Cause and Effect Diagram untuk cacat outsole lewat warna
Gambar 3 Cause Failure Mode Effect diagram untuk cacat outsole lewat warna d. FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) FMEA adalah sekumpulan petunjuk, sebuah proses, dan form untuk mengidentifikasi dan mendahulukan masalah-masalah potensial (kegagalan). FMEA pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 7. ISBN 978-602-19492-0-7
PPS – MTI 146
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Tabel 7 FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) 1 Karakteristik produk yang diharapkan ‘outsole yang bebas cacat colour migration tanpa pengerjaan ulang (repair)
2 Mode of failure
Operator kurang memiliki skill dan pengalaman kerja Operator tidak memahami prosedur kerja Operator tidak memahami standar kualitas
Zat penambah yang berlebih
Setting mesin roll yang kurang akurat dan tidak tepat
outsole yang bebas cacat colour migration tanpa pengerjaan ulang (repair) 1
3 Cause of failure Sistem rektrutmen yang langsung tanpa uji coba atau training Kurangnya pelatihan untuk operator dalam hal kerjanya Kurangnya pengawaasan dan penilaian standar produk dari perusahaan Kurang teliti pada saat penimbangan dan juga timbangan yang digunakan sudah tua Kurang pengetahuan & belum ada prosedur baku
4 Effect of failure
5 Frequency of Occurance (1-10)
6 Degree of Severity (1-10)
7 Chance of Detection (1-10)
8
9
RPN Rank
Pekerja kurang kompeten dalam bekerja
5
6
4
120
3
Dalam hal penilaian hasil produk hanya berdasarkan intuisi (penilaian pribadi)
2
5
4
40
6
2
5
3
30
7
Kompond karet yang digunakan terlalu lembek
3
5
4
60
4
Ketebalan dari lembaran karet kompond tidak akurat
3
6
3
54
5
Pekerja hanya mengandalkan penilaian pribadi
Setting temperatur pada mesin press yang kurang teliti
Operator kurang mengerti kinerja mesin
Scorch time dari kompond karet terlalu tinggi
3
4
2
24
9
Kurangnya pemahaman dalam mensetting mesin press
training kurang dilakukan untuk kinerja operator pada bagian tersebut
Operator dalam mensetting temperatur pada mesin kurang teliti
4
5
3
60
4
Penempatan karet kompond di dalam mould tidak rata
Model outsole yang sulit
Cacat colour migration pada outsole
6
7
5
210
1
Ketidakseragaman tebalnya mould dalam satu size group
3
3
3
27
2
4
5
6
7
8
9
Mould tidak bersih sepenuhnya
2
3
1
6
11
Pemeliharaan pada mesin tidak teratur
4
3
2
24
9
Mesin yang digunakan kurang akurat dan presisi
3
3
2
18
10
Banyak produk cacat yang terjadi
7
6
4
168
2
Banyak produk cacat yang terjadi
5
6
4
120
3
Design mould jelek 2 Air penyemprot untuk membersihkan mould kurang berfungsi
Kurangnya inspeksi pada kinerja mesin press
Tiap pekerja/Operator tidak melakukan inspeksi atau antisipasi langsung pada waktu proses berjalan
ISBN 978-602-19492-0-7
Kurang inpeksi pada saat pembelian 3 Pemeliharaan bagian-bagian mesin tidak teratur Pengawasan dari perusahaan tidak teliti dan kurangnya maintenance schedule Kurangnya inspeksi dari maintenance department Kurang memahami dari jenis cacat yang timbul Kurangnya training dari perusahaan mengenai jenis cacat
PPS – MTI 147
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Tabel 8. Action Planning for Failure Modes Rank 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Failure Mode
Actionable Cause
Design Action/ Potensial Solutions Design Validation Sebelum melakukan proses produksi Semua operator harus mengerti Penempatan karet kompond Model outsole yang sulit sebaiknya dilakukan briefing pengerjaan tentang proses kerja yang akan di dalam mould tidak rata terlebih dahulu dilakukan Pembuatan standar kualitas terutama untuk Dokumen standar kualitas tiap Tiap pekerja/ operator tidak hasil outsole model dengan art berbeda Penekanan untuk kesadaran nilai melakukan inspeksi atau Kurang memahami dari sebelum memulai produksi pentingnya antisipasi cacat langsung antisipasi cacat secara jenis cacat Laporan ke masing-masing melalui briefing sebelum melakukan langsung pengawas/ kepala regu aktifitas Pemberian training yang memadai dan dilakukannya briefing pada waktu Sistem rekrutmen yang Operator kurang memiliki langsung tanpa uji coba atau rekrutmen Laporan performance kerja skill dan pengalaman kerja training operator Pemberlakuan sistem uji coba bagi para pekerja/ operator yang baru direktut Tiap pekerja/ operator tidak Kurangnya training yang Operator harus memahami dengan benar melakukan inspeksi atau dilakukan perusahaan mengenai jenis cacat melalui penjelasan Laporan hasil produksi antisipasi cacat secara mengenai jenis cacat dari kepala regu langsung Kurang teliti pada saat Zat penambah yang penimbangan dan Usahakan memakai zat penambah Gunakan timbangan yang berlebih timbangan yang sesuai takaran/keperluan otomatis digunakan sudah tua Kurangnya pemahaman dalam mensetting mesin press
Training percobaan tata cara kerja mesin press kurang dilakukan
Setting mesin roll yang tidak tepat dan kurang akurat
Pemahaman ttg mesin kurang dan tidak adanya prosedur baku
Training proses press kpd operator baru, dan pemahaman kinerja mesin press Pembuatan sop setting mesin roll Pemberian materi tentang setting mesin roll kepada para operator
Dibuat SOP pada proses press Dokumen SOP setting mesin roll
Operator tidak memahami Kurangnya pelatihan prosedur kerja untuk operator
Harus dilakukan briefing sebelum proses produksi dimulai
Semua operator harus mengerti tentang proses kerja
Operator tidak memahami standar kualitas
Kurangnya pengawasan dan penilaian standar produk dari perusahaan
Pembuatan standar kualitas produk
7.
Semua pekerja mengerti standar kualitas dan dapat langsung menggantisipasi cacat
8.
Design mould jelek
Kurang inspektion pada saat pembelian mould
Harus memiliki standar mould yang akan digunakan
4.
Sosialisasi standar kualitas kepada semua operator
Design dari mould harus disesuaikan dengan model outsole yang akan dikerjakan
Rencana Perbaikan Mengatasi Colour Migration pada outsole.
Langkah-langkah perbaikan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menangani colour migration dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Langkah perbaikan mengatasi colour migration No 1
Faktor Machine
What Apa rencana perbaikan - Perawatan mould sebaiknya 2 minggu sekali - Mensetting Hotpress machine - Mengganti mould yang lama
Why Mengapa perlu diperbaiki - Kotoran sisa kompond karet yang ada di mould lama sudah melekat di permukaan - Agar sesuai dengan proses kerja yang akan dikerjakan - Mould yang sudah lama terpakai, bentuk per bagiannya tidak akurat
2
Man
- Standarisasi skill operator (qualification of skill)
- Agar operator lebih terampil dan teliti dalam bekerja
3
Material
- Mengurangi parts yang rusak
Parts yang masuk ke proses selanjutnya dalam kondisi tidak rusak
ISBN 978-602-19492-0-7
How Bagaimana perbaikan - Buat schedule maintenance - Operator dituntut untuk selalu membersihkan mould - Resetting ulang hotpress machine sebelum pemakaian - Dept. maintenance harus menjadwalkan penggantian mould yang baru - Training ulang/memberikan instruksi mengenai proses kerja di Hot Press - Informasi ke QC untuk selalu dilakukan inspection
PPS – MTI 148
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Tabel 9. Langkah perbaikan mengatasi colour migration (lanjutan) No
4
Faktor
Method
What Apa rencana perbaikan - Cara kerja diperbaiki - Penambahan proses kerja
Why Mengapa perlu diperbaiki
How Bagaimana perbaikan
Mengantisipasi terjadinya peluang cacat - Selalu dilakukan pengawasan Lebih memudahkan pengaturan pada waktu langsung pada proses produksi yang kompond karet akan di press sedang berjalan. -Penggunaan tricoat oil
5. Memberikan Usulan Pencegahan Terjadinya Cacat Dengan Poka-Yoke (Mistake Proofing). Poka Yoke adalah suatu metode untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan resiko kegagalan. Pada industri manufaktur penggunaan poka yoke bertujuan untuk mengurangi cacat pada produk. Poka yoke dilakukan pada area yang diyakini sering terjadinya kegagalan dalam berproduksi. Poka yoke yang diusulkan di sini berupa peringatan yang bertujuan untuk mengingatkan kepada operator agar terhindar dari kesalahan pada saat proses produksi berlangsung (lihat tabel 10). Tabel 10. Poka Yoke Untuk Mengurangi Cacat Pada Outsole. Area Proses Bagian Rolling
Peringatan
- Mixing bahan material
Setting mesin kneader/banbury mixing sebelum memulai proses pencampuran bahan materialnya. Pada saat melakukan proses open mill/roller mixing, usahakan zat kimia tersebut sudah tercampur rata. Saat pendinginan bahan kompond, suhu digunakan harus sesuai standart
- Mixing kompond dengan sulfur dan accelerator untuk pewarnaan
Kontrol temperatur mesin Roll 18 sesuai ketentuan.
- Callendering Roll Bagian Cutting
Bagian Press
Telitilah dalam menset kebutuhan mesin agar ketebalan dan kelebaran kompond yang diinginkan sesuai. Pakai cetakan untuk cutting sesuai kebutuhan, dan telitilah dalam memotong kompond tersebut agar tidak terjadi kemiringan pada bahan. Sebelum memulai proses usahakan periksa kompond karet apakah terlalu tebal atau tipis. Setting hot press machine sesuai kebutuhan. Selalu periksa besarnya tekanan pada mesin.
Sumber : Pengolahan Data
6. Control Pada tahap control ini, hal yang dilakukan hanya mengontrol dan monitoring dari hasil analisa yang dilakukan. Hal ini dilakukan agar dalam jalannya proses perbaikan mengenai produk cacat pada outsole dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Untuk itu, dalam melakukan pengontrolan dan monitoring harus benar-benar dilakukan oleh pihak manajemen pabrik ataupun para pekerja yang berhubungan dengan masalah tersebut. Adanya control dan monitoring pada saat proses produksi berlangsung, akan membantu kita dalam mengantisipasi terjadinya produk cacat pada hasil produksinya. Karena apabila pada waktu control dan monitoring di area yang di yakini sering terjadinya masalah tersebut, kita dapat mengatasinya secara langsung dan mencari pemecahan masalah secara cepat dan tepat. Sehingga produk cacat yang terjadi dapat di minimasi dari hasil produksinya. Untuk itu, penulis mengusulkan agar dibuat checksheet (lembar pengecekan) pada waktu dilakukannya pengontrolan dan monitoring untuk bagian press.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Define, mengidentifikasi masalah apa yang akan dijadikan objek penelitian yaitu mencari jenis cacat paling tinggi nilainya yang terjadi pada outsole model panther, yang kemudian akan dianalisis untuk mencari pemecahan masalahnya. ISBN 978-602-19492-0-7
PPS – MTI 149
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop Pemodelan dan Perancangan Sistem 2011 Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
2. Measurement, hasil uji hipotesis dengan Chi-square menandakan berdistribusi normal, hasil DPU cacat outsole adalah 0.17206, DPO = 0.014338333, DPMO = 14338.33 sehingga nilai sigmanya adalah sebesar 3.69. 3. Analyze, pada pengumpulan factor potensial dengan brainstorming yang dibuat dalam cause and effect diagram diketahui bahwa cacat pada outsole mengenai colour migration banyak disebabkan oleh faktor human error dan material. Dilanjutkan dengan pembuatan cause failure mode effect (CFME) guna mengetahui akar penyebab dari factor potensial yang sudah di dapat. 4. Improvement, dilakukan perbaikan dengan menggunakan failure mode effect analysis (FMEA) dengan nilai RPN paling tinggi yaitu mengenai penempatan karet kompon di dalam mould tidak rata dan ini disebabkan karena model outsole yang sulit dikerjakan oleh operator. Dan hal ini dapat dikatakan menjadi faktor human error. Hasil FMEA di dapat guna melakukan Action planning for failure modes, untuk mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan guna mengantisipasi atau memeinimasi produk cacat pada outsole. Selanjutnya memberikan pencegahan mengenai cacat dengan poka yoke untuk dilakukan pada tempat atau area yang sering diyakini terjadinya produk rusak atau cacat. 5. Control, yaitu melakukan kontrol atau pengawasan dan memonitoring dari hasil perbaikan secara teratur dan terjadwal.
DAFTAR PUSTAKA Augustine A. Stagliano,. (2005). Rath & Strong’s Six Sigma Advanced Tools Pocket Guide, penerbit ANDI, Yogyakarta. Ariani. Dorothea Wahyu, Pengendalian Kualitas Statistik, penerbit ANDI,
Yogyakarta, 2004
Miranda, Amin Widjaja Tunggal, Six Sigma GE Motorola, Harvarindo, 2002 Spiegel. Murray R, Statistik, Penerbit Erlangga, 1994 Pande. Peter S, Robert P. Neuman, Roland R. Cavanagh, The Six Sigma Way,
Penerbit Andi
-------------, Minitab 13 for windows, Minitab inc, 2000 (software) -------------, Six Sigma Quality, Productibility & Quality Management
Consultant, LGEIN, Jakarta, 2002
-------------, Six Sigma For Manufacture, LGEIN, 2003 -------------, www.tech.Volvo.se/Standard/sv/fmea
ISBN 978-602-19492-0-7
PPS – MTI 150