PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIK DAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Development)
Editor: Dr. Munzil, M.Si Dr. Lia Yuliati, M.Pd Dr. Endang Suarsini Prof. Dr. Suhadi Ibnu Prof. Dr. Herawati Susilo Prof. Dr. Srini Murtinah Iskandar
Design Cover / Layout: Putut Januarto Diterbitkan Oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang ISBN 978-602-97895-5-3 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Hak Cipta © 2011 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
KATA PENGANTAR Segala pujian kami persembahkan kepada Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi, yang menciptakan, memelihara, dan mengatur alam semesta tanpa bantuan siapapun juga. Atas pertolongan dan karunia-Nya Prosiding Seminar Nasional Lesson Study 4 tahun 2011 ini dapat kami selesaikan pada waktunya. Seminar yang prosidingnya di tangan pembaca ini bertema: Peran Lesson Study Dalam Mengembangkan Keprofesionalan Pendidik dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran Secara Berkelanjutan (Continuing Profesional Development). Terpapar dalam prosiding ini bahwa implementasi Lesson study (Studi Pembelajaran) benar-benar mampu menumbuhkan kesadaran seorang guru untuk meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Tertulis dalam prosiding ini penuturan para guru, berdasarkan pengalamannya, tentang munculnya transformasi profesionalitas sebagai dampak dari implementasi Lesson Study. Sikap merasa paling hebat dari seorang guru berubah menjadi rendah hati, menghargai orang lain, dan memunculkan rasa kebersamaan. Sikap yang tak acuk kepada siswa, kurang mempedulikan pembelajaran siswa, berubah menjadi tanggung jawab dan penuh kasih sayang dalam membantu belajar siswa. Sikap yang sudah merasa cukup dengan bekal yang sudah dimiliki dalam mengajar, tidak perlu persiapan dalam pembelajaran, berubah menjadi haus prestasi dalam mengajar; perlu menambah bekal secara terus-menerus dalam mengajar, baik bekal ilmu, metodologi riset, maupun kompetensi pedagogis. Begitu seterusnya. Lesson study bukanlah model atau metode pembelajaran. Lesson Study hanyalah in service training model (model pelatihan guru dalam jabatan). Namun demikian, dalam kesederhanaan konsepnya ini, Lesson Study mampu memberikan kesempatan kepada para guru untuk merefleksi dirinya, merefleksi tanggung jawabnya, merefleksi kompetensinya, dan belajar menjadi guru yang lebih baik. Dalam Lesson Study, dalam melakukan refleksi seorang guru dibantu oleh guru-guru yang lain atau kadang-kadang dibantu oleh expert yang kompeten dari perguruan tinggi. Inilah kunci keberhasilan Lesson Study. Dengan cara ini, seorang guru lebih mudah mengetahui kelemahannya, seorang guru merasa membutuhkan orang lain, seorang guru perlu menyayangi murid-muridnya, seorang guru merasa perlu terus belajar, seorang guru merasa perlu berprestasi, dan seterusnya. Lesson Study memang lahir di Jepang pada tahun 1890-an. Namun demikian model pelatihan guru ini sekarang telah diterapkan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, Amerika Latin, Singapura, Korea, Vietnam dan yang lainnya, termasuk Indonesia. Para Expert JICA telah memperkenalkan Lesson Study di Indonesia sejak tahun 2004. Salah satu hasilnya adalah lahirnya semangat berkarya dan berprestasi para guru sebagaimana tertulis dalam prosiding ini. Perjuangan untuk mengimplementasikan Lesson Study di Indonesia tidaklah ringan. Dirintis melalui kegiatan follow-up IMSTEP (2004), dilanjutkan dengan Program SISTTEMS (2006-2008), dan sekarang dikembangkan melalui Program PELITA (2008-2012), Program Kerjasama dengan Sampurna Foundation (20082012) dan Program Perluasan Lesson Study untuk Penguatan LPTK (LEDIPSTI) (2008-2014). Makalah dalam Prosiding Seminar Nasional Lesson Study 4, merupakan bukti tertulis mengenai manfaat Lesson Study dalam meningkatkan kompetensi guru. Namun demikian, implementasinya tidak bisa dilaksanakan secara perorangan. Oleh karena itu, pengambil kebijakan, mulai dari kepala sekolah sampai pemerintah pusat, hendaknya mendorong diterapkannya Lesson Study di lembaga-lembaga pendidikan. Mudah-mudahan dengan cara ini kualitas pendidikan kita yang jauh di bawah kualitas pendidikan negara-negara ASEAN yang lain dapat segera terangkat. Seminar Nasional Lesson Study 4 ini mempresentasikan 190 makalah; 5 makalah dipresentasikan pada sesi pleno, sedangkan 185 yang lain dipresentasikan pada sesi paralel. Beberapa makalah yang belum sempat diselesaikan oleh penulisnya gagal masuk dalam prosiding ini. Makalah yang dipresentasikan pada sesi pleno sudah dimuat dalam BUKU PANDUAN SEMINAR. Pada bagian akhir dari pengantar ini kami mohon maaf atas keterbatasan Tim Editor yang belum mampu menyuguhkan prosiding yang lebih baik. Untuk mengurangi kelemahan Prosiding Seminar Lesson Study selanjutnya, kami mohon kepada semua penulis makalah hendaknya makalah
1
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
yang akan dipresentasikan dalam Seminar Lesson Study telah dilengkapi dengan abstrak dan ditulis dalam format artikel, bukan dalam format laporan penelitian. Akhirnya, Buku Panduan Seminar ini bisa hadir di hadapan pembaca atas jasa, jerih payah dan dukungan mental berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada semua pihak, khususnya Rektor Universitas Negeri Malang Bapak Prof. Dr. H. Suparno, Dekan FMIPA Universitas Negeri Malang Bapak Dr. H. Istamar Syamsuri, Para Pimpinan Fakultas LPTK se Indonesia, Pembantu Dekan I FMIPA Universitas Negeri Malang Bapak Dr. H. Subandi, Pembantu Dekan II FMIPA Universitas Negeri Malang Bapak Drs. H. Imam Supeno, M.S, Pembantu Dekan III FMIPA Universitas Negeri Malang Ibu Dra. H. Susilowati, M.Si., Ketua Jurusan Matematika FMIPA UM Bapak Prof. Dr. H. Toto Nusantoro, Ketua Jurusan Fisika FMIPA UM Bapak Dr. H. Arief Hidayat, Ketua Jurusan Kimia FMIPA UM Bapak Dr. H. Sutrisno, Ketua Jurusan Biologi FMIPA UM Bapak Dr. H. Abdul Ghofur. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan pada segenap tim panitia Seminar yang telah bekerja keras hingga selesainya Buku Panduan ini , diantaranya Dr. Ibrohim, M.Si selaku Ketua Panitia, Drs. Sukoriyanto, M.Si, selaku sekretaris, Ita, Wiwik, dan semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu dalam pengantar ini. Atas segala jasa dan jerih-payahnya kami sampaikan terima kasih yang setulusnya dan atas ketulusannya kami do’akan semoga dicatat oleh Allah yang Maha Tinggi dan Maha Suci sebagai amal sholeh. Amien. Malang, Nopember 2011 Panitia
2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
DAFTAR ISI Kata Pengantar .....................................................................................................................1 Daftar Isi .............................................................................................................................. 3 Daftar Makalah ....................................................................................................................7 Pengembangan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang Melalui Penerapan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis LS Dea Vindi Awalindah.........................................................................................................7 Peningkatan Kemampuan Pedagogik Guru dan Hasil Belajar Siswa Melalui Implementasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis Lesson Study Pristiana Aprilia Fiska Hutami .......................................................................................15 LS Berbasis MGMP SMA Non MIPA Kota Pasuruan Tahun Pertama Parno, Edi Supriana ...................................................................................................... 21 Lesson Study Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Matakuliah Metode Penelitian Hadi Suwono ................................................................................................................... 31 Penerapan Panduan Metode Numbered heads together Dan Student Team Achievement Divisions Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil belajar Kognitif Ardian Anjar Pangestuti ............................................................................................... 39 Kemandirian Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pada mata Kuliah Biologi Umum Melalui Lesson Study Mohammad Jamhari ......................................................................................................50 Implementasi Praktek Pengalaman Lapangan Berbasis LS untuk Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran Ana Rokhmawati .............................................................................................................. 56 Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Kegiatan LSBS Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Sukorejo Pasuruan Sumartono ....................................................................................................................... 68 Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar dan Pembentukan Karakter Mahasiswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek Jeffry Handhika ..............................................................................................................73 Meningkatkan Science Process Skills melalui Lesson Study pada Pembelajaran Sains Lilan Dama .......................................................................................................................79 Implementasi LS Berbasis MGMP Bagi Guru IPA SMP di Wilayah Surabaya Timur Wisanti, Ahmad Lutfi .....................................................................................................94
3
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Meningkatkan Karakter Mahasiswa Melalui Perkuliahan Sosiologi Umum Dewi Gunawati ..............................................................................................................107 Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Menggunakan Gadis 22 di SMPN 1 Bangil Siti Nurjanah ................................................................................................................114 Menjadi Guru Sains Profesional Melalui LS Berbasis Inkuiri Hadi Suwono .................................................................................................................123 Learn How To Learn Model Pembelajaran Inovatif Untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogis Calon Guru Melalui Lesson Study di UNIVERSITAS KHAIRUN Abdu Mas'ud, Sundari, Dharmawaty ........................................................................131 Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Asissted Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Jarak pada Trie Koerniawati .........................................................................................................140 Membangun Strategi Mental Aritmatika Siswa Kelas 2 Sekolah dasar Untuk Menjumlahkan Bilangan Sampai 100 Melalui Konteks Pengukuran Lathiful Anwar ...........................................................................................................147 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pecahan Senilai dan Menguatkan Pecahan Melalui Permainan Kartu Pecahan Milasari Renaningtiyas ............................................................................................... 153 Pengembangan Lembar kerja Peserta Didik Bercirikan Pendekatan Konstektual Pada Materi Balok dan Kubus Untuk Siswa SMP N 1 Bangil Ria Amalia ...................................................................................................................160 Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Pembelajaran Kooperatif Dalam Tahapan LS pada Mata Kuliah Aljabar Linier di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNMUL Ariantje Dimpudus ......................................................................................................168 Peningkatan Aktivitas Kolaboratif Kerja Kelompok Dalam Pembelajaran Kalkulus 2 Pada Mahasiswa Pendidikan Matematika Semester III FKIP UNILA Gimin Suyadi ..............................................................................................................177 Peningkatan Prestasi Belajar Geometri Nalitik II Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Berbasis LS Utami Murwaningsih .................................................................................................183 Implementasi LS Pada Perkuliahan Aljabar Linier Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester III Pendidikan Matematika FKIP Unram Tahun Ajaran 2011-2012 Sripatmi ...................................................................................................................... 193
4
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kinerja Dosen Dalam Perkuliahan Statistika Matematika I Berbasis LS Di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Andhika Ayu Wulandari, Erika Laras .................................................................... 202 Pembelajaran Analisis Real Melalui LS Darmadi .......................................................................................................................210 Pelaksanaan LS Mata Kuliah Program Linier Program Studi Pendidikan Matematika Di Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Erika Laras Astutiningtyas, Isna Farahsani ............................................................ 215 Pembinaan Nilai Estetika Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah (Pengalaman LS di SMP Pontianak) Agung Hartoyo ............................................................................................................224 Pendampingan Pembelajaran Matematika Di SMPN 4 Surabaya Melalui Lesson Study Manuharawati..............................................................................................................233 Pengembangan Assesmen Kinerja untuk Meningkatkan Kualitas Penilaian Praktikum Fisika Dasar II Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika FMIPA UM Hartatiek .....................................................................................................................240 Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Fisika MTs di Kota Malang Yudyanto ..................................................................................................................... 247 LS Penerapan LKS Metode Mendalam Pada Materi Pengukuran Suhu di SMPN 2 Pandaan Yoyok ............................................................................................................................ 253 Upaya Meningkatkan Kemampuan Representasi Mahasiswa Pendidikan Fisika melalui LS Sarwanto ......................................................................................................................263 Pelaksanaan PPL Keguruan Berbasis LS di Prodi Fisika FMIPA UM Dwi Haryoto ................................................................................................................270 Pembentukan Karakter Mahasiswa Dengan LS Pada Mata Kuliah Fisika Kuantum Prodi Pendidikan Fisika Yushardi ......................................................................................................................274 Pengembangan Media Pembelajaran Pada Materi Hukum II Newton Untuk Penanaman Pendidikan Karakter Bagi Siswa Kelas VIII SMPN di Kabupaten Pasuruan Endrawati ....................................................................................................................284 Analisis Belajar Mahasiswa Calon Guru Fisika Melalui LS Lia Yuliati ....................................................................................................................289 Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kinetika Kimia Mahasiswa Kimia FMIPA UM Tahun Pertama Menggunakan Strategi pembelajaran Standar Proses yang Dimodifikasi Muntholib ....................................................................................................................294
5
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kajian Tentang Pelaksanaan LS Dalam Proses Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri Dan Berpusat Pada Siswa Sri Rahayu ...................................................................................................................302 Perbaikan Pembelajaran Melalui PPL Berbasis Lesson Study Berdampak Pada Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Di SMA Laboratorium Universitas Ike Safitri Agustina ...................................................................................................311 LSBS Mata Pelajaran Biologi Kelas VII SMP Negeri 1 Sukorejo Pasuruan Yus Setriarini .............................................................................................................320 Implementasi LS Untuk Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan Sumber Belajar Oleh Mahasiswa Pendidikan Biologi dan Hasil Belajar Siswa SMAN 4 Malang Erni Purnamasari ......................................................................................................328 Penerapan Metode Role Playing Memudahkan Siswa Kelas IX F SMPN 2 Gempol Memahami Proses Terjadinya Ovulasi Lilis Suryani ...............................................................................................................339 Ecologies of Lesson Study Practice in an Indonesia Primary School Tatang Suratno ..........................................................................................................348 Pembelajaran IPA-Biologi Dengan Perpaduan Metode JIGSAW dan MAKE A-MATCH pada Open Class Lesson Study di SMP YAPENAS GEMPOL Sriningsih ....................................................................................................................359 Pengembangan Skripsi yang Ditulis Berdasarkan Program Penaglaman Lapangan (PPL) Berbasis LS di Jurusan Biologi FMIPA UM Herawati Susilo ..........................................................................................................368 Penggunaan LKM Berbasis Penemuan Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Pada Mahasiswa Semester I Pendidikan Biologi JPMIPA-FKIP UNILA Pramudiyanti ..............................................................................................................378 Perbaikan Pembelajaran Melalui PPL Berbasis Lesson Study Berdampak Pada Motivasi Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Di SMA Laboratorium Universitas Ike Safitri Agustina ...................................................................................................386
6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENGEMBANGAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG MELALUI PENERAPAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) BERBASIS LESSON STUDY
Dea Vindi Awalindah 1) Herawati Susilo 2) Amy Tenzer 3) 1)
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, E-mail:
[email protected] Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, E-mail:
[email protected] 3) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, E-mail:
[email protected]
2)
Abstract: This research’s purposes are to: a) describe the implementation of lesson study based Teaching Practise in SMA Laboratorium UM; b) develop the learning motivation of students XI IPA 1 SMA Laboratorium UM through the implementation of lesson study based Teaching Practise; c) develop the learning outcome of students XI IPA 1 SMA Laboratorium UM through the implementation of lesson study based Teaching Practise. This study is an action research with descriptive qualitative approach with students of XI IPA 1 in SMA Laboratorium UM, totally 31 students, a model teacher, and 12 observers as the subjects. The results of this study show that: a) the level of implementation of lesson study steps in The Teaching Practise in SMA Laboratorium UM is very suitable to the monitoring standard, level Plan, Do, and See, given by Ditjen Dikti; b) The lesson study based Teaching Practise can improve learning motivation of students XI IPA 1 SMA Laboratorium UM; c) The lesson study based Teaching Practise can improve learning outcome of students XI IPA 1 SMA Laboratorium UM. Based on the results of this study, that The lesson study based Teaching Practise need to be maintain. Keywords: Lesson study based Teaching Practise, learning motivation, learning outcome. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: a) mendeskripsikan pelaksanaan PPL berbasis lesson study di SMA Laboratorium UM; b) mengembangkan motivasi belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Laboratorium UM melalui penerapan PPL berbasis lesson study; c) mengembangkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Laboratorium UM melalui penerapan PPL berbasis lesson study. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian yaitu siswa kelas XI IPA 1 di SMA Laboratorium UM sebanyak 31 siswa, seorang guru model, dan 12 orang observer. Hasil penelitian adalah: a) taraf keterlaksanaan langkah-langkah lesson study dalam PPL di SMA Laboratorium UM sangat sesuai dengan standar monitoring tahap Plan, Do, dan See yang ditetapkan oleh Ditjen Dikti; b) PPL berbasis lesson study dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Laboratorium UM; c) PPL berbasis lesson study dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Laboratorium UM. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka PPL berbasis lesson study perlu untuk dipertahankan. Kata Kunci: PPL berbasis lesson study, motivasi belajar, hasil belajar.
PPL Universitas Negeri Malang bertujuan untuk meningkatkan keprofesionalan mahasiswa sesuai keahlian masing-masing terutama untuk seorang calon guru untuk melakukan pembelajaran di sekolah secara nyata (Susanto, 2009:33). Untuk meningkatkan keefektifan pencapaian tujuan PPL, Fakultas MIPA menerapkan PPL yang berbasis lesson study. 7
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Lesson study adalah suatu kegiatan pengkajian pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh sekelompok guru guna meningkatkan kualitas pembelajarannya (Ibrohim & Syamsuri, 2010:2). Lesson study dilakukan dengan tiga tahapan yaitu perencanaan (Plan) bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara efektif, pelaksanaan (Do) dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah direncanakan, dan refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Ketiga tahapan tersebut dilakukan secara berulang (Susilo, dkk., 2009:33—36). Lesson study dipilih sebagai salah satu alternatif pengembangan keprofesionalan guru di Indonesia, termasuk dalam mempersiapkan keterampilan mengajar calon guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan yaitu: a) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “Sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru; b) penekanan mendasar suatu lesson study adalah siswa memiliki kualitas belajar; c) tujuan pelajaran dijadikan fokus utama dalam pembelajaran di kelas; d) lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran; dan e) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis dalam Ibrohim & Syamsuri, 2010:6). Metode pembelajaran biologi yang digunakan di SMA Laboratorium UM sebelum pemberian tindakan adalah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Sebagian besar siswa kelas XI IPA 1 kurang memperhatikan pada saat kegiatan pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA 1 masih kurang memuaskan. Pada ulangan harian sistem pernapasan taraf ketuntasan klasikal baru mencapai 77% sehingga perlu ditingkatkan lagi hingga mencapai 85%. Motivasi belajar siswa perlu ditingkatkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar siswa memuaskan. Motivasi dan hasil belajar tersebut dapat ditingkatkan melalui lesson study dengan melakukan kolaborasi bersama guru lain untuk merancang, mengamati, dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: a) mendeskripsikan pelaksanaan PPL berbasis lesson study di SMA Laboratorium UM; b) mengembangkan motivasi belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Laboratorium UM melalui penerapan PPL berbasis lesson study; c) mengembangkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Laboratorium UM melalui penerapan PPL berbasis lesson study. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yaitu siswa kelas XI IPA 1 di SMA Laboratorium UM sebanyak 31 siswa, seorang guru model, dan 12 orang observer. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Laboratorium UM selama bulan Pebruari s.d. April 2011 sebanyak 4 kali tindakan dengan jadwal pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Melalui PPL Berbasis Lesson Study Tindakan 1 2 3 4
Pokok Bahasan/Subpokok Bahasan Praktikum Uji Urin Sistem Ekskresi pada Hewan Mekanisme Penginderaan dan Kelainan/Penyakit pada Organ Indera Manusia Sistem Saraf dan Hormon pada Manusia
Plan Senin, 7 Maret 2011
Waktu Pelaksanaan Do Selasa, 8 Maret 2011
Rabu, 23 Maret 2011
Jumat, 25 Maret 2011
Kamis, 30 Maret 2011
Jumat, 1 April 2011
Jumat, 1 April 2011
Rabu, 13 April 2011
Jumat, 15 April 2011
Jumat, 15 April 2011
See Selasa, 8 Maret 2011 Jumat, 25 Maret 2011
Data yang dikumpulkan berupa data pelaksanaan PPL berbasis lesson study, motivasi belajar siswa, dan hasil belajar (ranah kognitif). Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa angket, lembar observasi, dan tes hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, paparan data, dan kesimpulan/verifikasi data.
8
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis Lesson Study di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Keterlaksanaan langkah-langkah lesson study dalam PPL dilihat melalui pengamatan langsung observer menggunakan lembar monitoring tahap Plan, Do, dan See yang diisi oleh observer setiap pelaksanaan tahap-tahap dalam lesson study. Taraf dan kriteria keterlaksanaan langkah-langkah lesson study dalam PPL dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Taraf dan Kriteria Keterlaksanaan Langkah-langkah Lesson Study dalam PPL Pelaksanaan Lesson Study Tindakan 1 Tindakan 2 Tindakan 3 Tindakan 4 Rata-rata
Taraf (%) dan Kriteria Keterlaksanaan Plan Do See 100 (sangat sesuai) 79.9 (sangat sesuai) 90.6 (sangat sesuai) 92.5 (sangat sesuai) 82.2 (sangat sesuai) 82.3 (sangat sesuai) 100 (sangat sesuai) 85.1 (sangat sesuai) 91.0 (sangat sesuai) 100 (sangat sesuai) 75.5 (sesuai) 82.3 (sangat sesuai) 98.1 (sangat sesuai) 80.7 (sangat sesuai) 86.5 (sangat sesuai)
Tabel 2 menunjukkan bahwa langkah-langkah tahap Plan tindakan 1, 3, dan 4 terlaksana sangat sesuai dengan standar monitoring tahap Plan. Seluruh aspek dalam rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tahap Do didiskusikan bersama dengan baik. Segala sesuatu yang mungkin menjadi kendala dalam kegiatan pembelajaran didiskusikan untuk menemukan solusi, sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan yang diharapkan. Namun pada tindakan 2 taraf keterlaksanaan langkah-langkah pada tahap Plan sebesar 92.5%, hal ini disebabkan pada Plan tindakan 2 tidak didiskusikan agenda pertemuan untuk lesson study berikutnya. Kendala yang terdapat pada tahap Plan yaitu tidak semua observer yang telah ditetapkan mengikuti tahap Plan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap masukan atau saran para observer yang sangat berguna untuk perbaikan rencana pembelajaran yang dibuat. Langkah-langkah pada tahap Do juga terlaksana sangat sesuai dengan standar monitoring tahap Do. Terdapat beberapa langkah Do yang tidak terlaksana pada tindakan 1 yaitu guru model tidak memberikan apersepsi dalam kegiatan awal. Pada tindakan 1 ini menggunakan metode praktikum sehingga guru model menjadi kesulitan untuk mengelola kelas sehingga terdapat beberapa kelompok yang tidak dapat berdiskusi dengan baik, beberapa orang yang luput dari perhatian guru model, dan alokasi waktu yang digunakan tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan semula. Pada tahap Do tindakan 2 dan 3 juga masih terdapat beberapa langkah yang tidak terlaksana yaitu beberapa kelompok tidak dapat berdiskusi dengan baik. Alokasi waktu yang digunakan tidak sesuai dengan rencana pembelajaran. Pada tindakan 4 terdapat observer yang membantu siswa saat kegiatan pembelajaran karena masih belum memahami dengan baik tata tertib saat pengamatan di kelas, sehingga hal ini menjadi kendala pada tindakan 4. Langkah-langkah tahap See terlaksana sangat sesuai dengan standar monitoring tahap See. Pada tindakan 1 dan 3 moderator tidak menyampaikan tata tertib tahap See lesson study akan tetapi langsung mempersilakan guru model untuk menyampaikan refleksinya. Sedangkan pada tindakan 2 dan 4 moderator tidak memperkenalkan tim lesson study karena telah dianggap saling mengenal dan tidak menyampaikan tata tertib pelaksanaan See secara garis besar. Pada pelaksanaan PPL berbasis lesson study, persiapan rencana pembelajaran dilakukan secara kolaboratif. Rencana pembelajaran tersebut mendapatkan masukan dari banyak pihak, sehingga menjadi lebih baik. Selain itu guru model dan observer juga mendapatkan pelajaran berharga pada tahap refleksi kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan pedagogis seorang calon guru sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Pelajaran berharga yang didapatkan pada tindakan 1 yaitu metode praktikum dapat membuat siswa aktif dan belajar secara kontekstual sehingga konsep dapat melekat dengan kuat, media yang tersedia dengan lengkap dan menarik dapat meningkatkan motivasi siswa, persiapan yang baik dari guru model dapat meningkatkan kepercayaan diri, serta guru model harus dapat mengelola kelas dengan baik agar kegiatan 9
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pada tindakan 2, pelajaran berharga yang didapatkan yaitu pemberian tugas sebelum kegiatan pembelajaran dapat menambah pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dibelajarkan, model pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa untuk bekerjasama dan saling melengkapi dalam belajar namun siswa tampak bosan apabila tanpa dipadukan dengan pembelajaran kooperatif, media audiovisual dapat meningkatkan motivasi siswa, dan guru model harus dapat mengatur waktu dengan baik saat pembelajaran. Pelajaran berharga pada tindakan 3 yaitu pembelajaran kooperatif yang dipadu dengan permainan dan media audiovisual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, pemberian tugas untuk membuat pertanyaan pada siswa dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa dan memberikan pengetahuan tentang materi, namun guru model harus lebih tegas dalam pemberian tugas dan pemantapan materi. Pada tindakan 4, pelajaran berharga yang didapatkan yaitu pembelajaran kooperatif yang dipadu dengan permainan membuat suasana menyenangkan dan meningkatkan motivasi siswa, soal dengan taraf berpikir lebih tinggi dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, media audiovisual dapat membantu pemahaman siswa, namun peraturan dalam kegiatan pembelajaran harus lebih ditegaskan kepada siswa sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar. Lesson study merupakan suatu bentuk pelatihan jabatan yang dilakukan secara kolaboratif, mandiri, terus-menerus dengan mengkaji suatu topik, merencanakan skenario, melaksanakan KBM yang diobservasi dengan orang lain dan diikuti dengan refleksi dan revisinya. Jika hal ini dilakukan terus-menerus maka kemampuan pedagogis guru akan meningkat (Ibrohim & Syamsuri, 2010:7). B. MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG MELALUI PENERAPAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) BERBASIS LESSON STUDY Data motivasi belajar siswa yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran melalui penerapan PPL berbasis lesson study diambil sebelum pelaksanaan lesson study, saat OL (0pen lesson) pada pelaksanaan lesson study, dan saat OL akhir pelaksanaan lesson study dengan menggunakan angket motivasi belajar siswa model ARCS. Selain itu juga melalui pengamatan langsung oleh observer setiap OL selama pelaksanaan lesson study dan jawaban angket respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan lesson study. Skor dan kriteria motivasi belajar siswa sebelum pelaksanaan lesson study, saat OL pada pelaksanaan lesson study, dan saat OL akhir pelaksanaan lesson study dapat dilihat pada Tabel 3. Skor dan kriteria motivasi belajar siswa melalui pengamatan langsung observer pada saat OL selama pelaksanaan lesson study dapat dilihat pada Tabel 4. Skor dan kriteria respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran setiap OL pelaksanaan lesson study dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 3 Skor dan Kriteria Motivasi Belajar Siswa sebelum Pelaksanaan Lesson Study (sebelum tindakan 1) ), saat OL pada Pelaksanaan Lesson Study (setelah tindakan 2), dan saat OL Akhir Pelaksanaan Lesson Study (setelah tindakan 4) Indikator Motivasi
sebelum Pelaksanaan LS
Attention (A) Relevance (R) Confidence (C) Satisfaction (S) Rata-rata
4.0 (baik) 3.9 (baik) 3.8 (baik) 4.0 (baik) 3.9 (baik)
Skor dan Kriteria saat OL pada Pelaksanaan LS 4.1 (baik) 4.0 (baik) 3.9 (baik) 4.0 (baik) 4.0 (baik)
saat OL Akhir Pelaksanaan LS 4.2 (baik) 4.3 (baik) 4.1 (baik) 4.2 (baik) 4.2 (baik)
Tabel 4 Skor dan Kriteria Motivasi Belajar Siswa melalui Pengamatan Langsung Observer saat OL selama Pelaksanaan Lesson Study Aspek Motivasi
Skor (%) dan Kriteria
10
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Keaktifan Keantusiasan Keceriaan Skor Klasikal
Tindakan 1 76.0 (baik) 88.0 (sangat baik) 100 (sangat baik) 85.0 (sangat baik)
Tindakan 2 80.0 (sangat baik) 80.0 (sangat baik) 90.0 (sangat baik) 83.3 (sangat baik)
Tindakan 3 84.0 (sangat baik) 80.0 (sangat baik) 100 (sangat baik) 85.0 (sangat baik)
Tindakan 4 84.0 (sangat baik) 92.0 (sangat baik) 100 (sangat baik) 90.0 (sangat baik)
Tabel 5 Skor dan Kriteria Respons Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran setiap OL Pelaksanaan Lesson Study Aspek Respons Siswa Media Pembelajaran Penyampaian Pembelajaran oleh Guru Tugas yang Diberikan oleh Guru Kehadiran Observer Kegiatan Pembelajaran
Tindakan 1
Skor dan Kriteria Tindakan Tindakan 2 3
Tindakan 4
Jumlah
Rerata (Kriteria)
3.5 (baik)
3.0 (baik)
3.3 (baik)
3.2 (baik)
13.0
3.2 (baik)
3.0 (baik)
2.9 (baik)
2.6 (baik)
3.0 (baik)
11.5
2.9 (baik)
3.1 (baik)
2.8 (baik)
2.9 (baik)
2.8 (baik)
11.6
2.9 (baik)
3.2 (baik)
3.0 (baik)
2.8 (baik)
2.8 (baik)
11.8
3.0 (baik)
3.1 (baik)
3.0 (baik)
3.0 (baik)
3.0 (baik)
12.1
3.0 (baik)
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa mengalami kecenderungan untuk meningkat setelah pelaksanaan pembelajaran pada penerapan PPL berbasis lesson study. Attention (perhatian) siswa meningkat selama pelaksanaan lesson study. Pada kegiatan pembelajaran tindakan 1 sampai dengan tindakan 4 terdapat variasi pada model atau metode pembelajaran yang digunakan. Pada tindakan 1 menggunakan metode praktikum, tindakan 2 menggunakan metode diskusi dengan model pembelajaran STAD, tindakan 3 menggunakan model Problem Posing dipadu Talking Bottle, dan tindakan 4 menggunakan model Think Pair Share dipadu Talking Fruit. Variasi dalam kegiatan pembelajaran ini berpengaruh terhadap perhatian siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan dan selalu ingin tahu. Hal ini sejalan dengan pernyataan Mulyasa (2011:78) bahwa salah satu tujuan dari variasi tersebut adalah meningkatkan perhatian peserta didik. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan antara lain dengan variasi penggunaan metode pembelajaran, media dan sumber belajar, pemberian contoh dan ilustrasi, serta interaksi dan kegiatan peserta didik. Selain variasi dalam pembelajaran menumbuhkan rasa ingin tahu juga dapat meningkatkan motivasi siswa. Relevance (keterkaitan) meningkat selama pelaksanaan lesson study. Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang mereka pelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang (Suprijono, 2011:169). Pada kegiatan pembelajaran tindakan 3 dengan subpokok bahasan mekanisme penginderaan dan kelainan pada organ indera manusia. Pada kegiatan pembelajaran ini apersepsi yang digunakan guru yaitu dengan memanggil salah satu nama siswa kemudian dikaitkan dengan proses mendengar. Selain itu materi pada subpokok bahasan ini membahas mengenai kelainan pada organ indera yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu untuk membuat kaitan dengan pembelajaran guru dapat melakukannya dengan menghubungkan materi yang akan disampaikan dengan materi yang telah dikuasai peserta didik dan perlu dikaitkan dengan pengalaman, minat, dan kebutuhan peserta didik. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain mengajukan pertanyaan apersepsi dan mengaitkan materi yang diajarkan dengan lingkungan peserta didik (Mulyasa, 2011:87). Confidence (kepercayaan diri) meningkat selama pelaksanaan lesson study. Namun aspek motivasi ini paling rendah dibandingkan dengan aspek motivasi lainnya, karena siswa masih kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas. Hal ini dapat dimungkinkan karena siswa mengalami kegagalan berulang kali dalam mengerjakan tugas dan kurangnya dorongan dari guru untuk berhasil
11
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
dalam mengerjakan tugas atau tes hasil belajar. Kepercayaan diri terkait dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan (Suprijono, 2011:169). Satisfaction (kepuasan) meningkat selama pelaksanaan lesson study. Pada kegiatan pembelajaran tindakan 1, 2, 3 dan 4. Guru berusaha untuk selalu memberikan umpan balik atas kinerja siswa. Misalnya pada tahap Talking Bottle tindakan 3, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar mendapatkan penghargaan berupa tambahan nilai. Tindakan 4 merupakan perbaikan dari tindakan 3, siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar saat tahap Talking Fruit mendapatkan penghargaan berupa buah Apel dan tambahan nilai sehingga siswa semakin termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini memberikan dorongan kepada siswa untuk aktif dalam memberikan pertanyaan atau jawaban saat kegiatan pembelajaran di kelas karena siswa merasa puas dengan umpan balik yang diberikan oleh guru. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Sardiman (2005:92—94) bahwa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar di antaranya adalah memberi angka, pujian, dan hadiah. Berdasarkan pengamatan langsung observer selama kegiatan pembelajaran di kelas keaktifan siswa meningkat dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Model pembelajaran yang digunakan dalam setiap pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa. Keantusiasan juga meningkat pada setiap kegiatan pembelajaran. Keantusiasan merupakan perhatian yang lebih pada saat kegiatan pembelajaran. Keceriaan siswa mencapai 100% pada tindakan 1, 3, dan 4. Hal ini disebabkan siswa sangat senang dengan model pembelajaran pada tindakan 1, 3, dan 4 yaitu model pembelajaran praktikum dan kooperatif yang dipadu dengan permainan. Hal ini sejalan dengan pendapat Uno (2010:35) bahwa salah satu teknik motivasi dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan simulasi dan permainan yang sangat menarik bagi siswa yang menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara afektif dan emosional siswa. Sesuatu yang bermakna akan lestari diingat, dipahami, dan dihargai. Peningkatan motivasi belajar siswa juga terlihat dari siswa merespon positif kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan lesson study. Peningkatan motivasi belajar siswa merupakan hasil dari perbaikan yang dilakukan selama melaksanakan lesson study. Dengan demikian, PPL berbasis lesson study dapat meningkatkan kemampuan pedagogis mahasiswa sebagai calon guru sehingga menghasilkan pembelajaran berkualitas yang berdampak pada peningkatan motivasi belajar siswa. C. HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMA LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG MELALUI PENERAPAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) BERBASIS LESSON STUDY Hasil belajar diperoleh dari skor tes kognitif yang dilaksanakan pada akhir setiap pokok bahasan selama pelaksanaan PPL berbasis lesson study. Selama pelaksanaan lesson study diperoleh tiga skor tes kognitif yaitu pada pokok bahasan sistem ekskresi, organ indera pada manusia, serta sistem saraf dan hormon pada manusia. Taraf ketuntasan klasikal siswa pada pokok bahasan sistem ekskresi, organ indera pada manusia, dan sistem saraf dan hormon pada manusia dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Taraf Ketuntasan Klasikal Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Ekskresi, Organ Indera pada Manusia, dan Sistem Saraf dan Hormon pada Manusia Pokok Bahasan Hasil Belajar Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas Belajar Taraf Ketuntasan Klasikal (%)
Sistem Ekskresi
Organ Indera pada Manusia
20
27
Sisntem Saraf dan Hormon pada Manusia 29
11
4
2
64.5
87.1
93.5
12
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 6 menunjukkan bahwa taraf ketuntasan klasikal pada selama pelaksanaan lesson study semakin meningkat. Pada pokok bahasan sistem ekskresi digunakan model STAD yang membuat siswa merasa bosan, siswa masih belum terbiasa dengan cara mengajar guru model, dan juga dimungkinkan karena karakteristik pada pokok bahasan ini yang sangat kompleks. Pada pokok bahasan organ indera pada manusia digunakan model pembelajaran Problem Posing dipadu Talking Bottle. Pada pokok bahasan ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, misalnya proses melihat, mendengar, mencium bau, merasakan makanan, serta meraba. Pembelajaran pokok bahasan sistem saraf dan hormon menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dipadu Talking Fruit, pokok bahasan ini juga rumit yaitu sistem saraf dan sistem hormon pada manusia yang sangat kompleks, namun dengan pemantapan materi yang dilakukan oleh guru dan media audio visual yang berupa video animasi dapat membantu pemahaman siswa. Pembelajaran pokok bahasan organ indera, sistem hormon, dan sistem saraf pada manusia menggunakan model pembelajaran kooperatif yang dipadu dengan permainan, sehingga siswa tampak tertarik dan senang dengan model pembelajaran yang diterapkan pada kedua pokok bahasan tersebut. Hal ini terlihat dari motivasi belajar siswa yang meningkat pada pokok bahasan ini sehingga hasil belajar siswa juga meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Uno (2010:35) bahwa salah satu teknik motivasi dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan simulasi dan permainan yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara emosional siswa. Sesuatu yang bermakna akan lestari diingat, dipahami, dan dihargai. Pada pelaksanaan lesson study guru model secara kolaboratif merencanakan kegiatan pembelajaran. Setelah kegiatan pembelajaran guru model bersama observer kembali merefleksi kegiatan pembelajaran dan mencari solusi bersama untuk masalah-masalah yang muncul selama proses pembelajaran. Dengan demikian, PPL berbasis lesson study dapat meningkatkan kemampuan pedagogis mahasiswa sebagai calon guru sehingga kualitas pembelajaran meningkat yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini, dapat diperoleh kesimpulan yaitu: a) pelaksanaan praktik pengalaman lapangan (PPL) berbasis lesson study di SMA Laboratorium UM sebanyak empat tindakan sangat sesuai dengan standar monitoring tahap Plan, Do, dan See; b) PPL berbasis lesson study meningkatkan motivasi belajar biologi siswa kelas XI IPA 1 SMA Laboratorium UM; c) PPL berbasis lesson study meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA 1 SMA Laboratorium UM. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang bisa diberikan yaitu PPL berbasis lesson study perlu dipertahankan, karena terbukti dapat berdampak positif dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Ditjen Dikti. 2009. Program Perluasan Lesson Study untuk Penguatan LPTK (Lesson Study Dissemination Program for Strechtening Teacher Education in Indonesia-LEDIPSTI) Buku 4 Master Plan. Jakarta: Direktorat Ketenagaan, Ditjen Dikti, Depdiknas. Ibrohim & Syamsuri, I. 2010. Lesson Study sebagai Pola Alternatif untuk Meningkatkan Efektivitas Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)Mahasiswa Calon Guru. Makalah disajikan dalam Workshop Lesson Study untuk Mahasiswa, Guru, dan dosen FMIPA Universitas Negeri Malang Semester Genap 2010/2011, Jurusan Biologi FMIPA UM, Malang 7 januari 2011. Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
13
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning. Yokjakarta: Pustaka Belajar. Suryobroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Susilo, H., Chotimah, H., Joharmawan, R., Jumiati, Dwitasari, Y., Sunarjo. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Malang: Bayumedia. Susanto, P. 2010. Buku Petunjuk Teknis Praktik Pengalaman Lapangan Bidang Study Pendidikan Biologi. Malang: UPT PPL. Syamsuri, I & Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang: UM Press. Uno, H. B. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara 2010.
14
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEDAGOGIK GURU DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI IMPLEMENTASI PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) BERBASIS LESSON STUDY
Pristiana Aprilia Fiska Hutami 1) Prof. Dra.Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D., Dra. Amy Tenzer, M.S. 1) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, E-mail:
[email protected] 2) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
Abstract: One of the efforts the State University of Malang to prepare prospective teachers is implement the Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). PPL activity form has been many developments and advances the adoption of the lesson study. PPL activity based lesson study is expected to increase the effectiveness of PPL goal is to prepare prospective teachers to be able to improve pedagogical skills. With the increasing pedagogical skills to manage learning expected learning outcomes of students also increased. The purpose of this research is to know the implementation of PPL based lesson study to improve pedagogical skills of teachers and students learning outcomes. Research held at SMA Brawijaya Smart School Malang. The subject in this research is students of class X-2 SMA Brawijaya Smart School Malang and the researchers themselves who is student PPL. This research is a research action that use a qualitative descriptive approach. The results showed that implementation of PPL based lesson study can improve pedagogical skills of teacher. In an open class I value of teacher pedagogical skills is 68,6 while in open class V the value of teacher pedagogical skills increased to 77,25. Increasing pedagogical skills of teacher have an impact on students learning outcomes. In the first lesson study, level of completeness classical class X-2 is 69,23%, while the fourth level of completeness lesson study classical class X-2 increased to 88,46%. Based on these results can be concluded that the implementation of the PPL based lesson study can improve pedagogical skills of teacher and students learning outcomes. From the results of the open class, teacher can review and improve quality of learning and make a fun learning for student’s motivation so the results of their learning can increase. Implementation of lesson study in PPL better to be developed teacher to become professional teacher. Learning based lesson study will give positive affect to world of education if conducted by continue. Therefore, teacher hopely do the lesson study continously. Kata Kunci: Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), lesson study, kemampuan pedagogik guru, hasil belajar siswa
Berbagai lembaga pencetak calon guru di Indonesia termasuk Universitas Negeri Malang yang mempunyai program studi kependidikan terus berupaya untuk menyiapkan para calon guru agar lebih professional dalam menjalankan tugasnya sebagai guru kelak dengan melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). PPL merupakan salah satu wadah untuk mendapatkan pengalaman riil dalam dunia pendidikan. Bentuk kegiatan PPL telah mengalami berbagai perkembangan dan kemajuan. Salah satu perkembangan kegiatan PPL yang dilaksanakan Universitas Negeri Malang adalah diadopsinya lesson study. Dengan diadopsinya pola lesson study dalam kegiatan PPL, rencana pembelajaran dapat dilakukan secara kolaboratif dengan guru pamong, DPL, dan mahasiswa PPL lain. Ketika praktik mengajar di kelas oleh seorang mahasiswa PPL, mahasiswa PPL lain dan guru pamong serta DPL dapat ikut mengamati dan memberikan komentar dan masukan untuk perbaikan pembelajaran dalam forum yang lebih formal. Kegiatan PPL berbasis lesson study diharapkan mampu meningkatkan keefektifan pencapaian tujuan PPL, di antaranya menyiapkan calon guru untuk mampu meningkatkan kemampuan pedagogiknya. Hal ini dimungkinkan karena beberapa alasan, di antaranya dalam persiapan rencana pembelajaran yang selalu di15
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
laksanakan bersama-sama (kolaboratif) antara peserta PPL kemudian dikonsultasikan dengan guru pamong dan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Perencanaan yang dilakukan secara kolaboratif dapat menjadi suatu perencanaan yang lebih baik dan pelaksanaan yang lebih maksimal karena banyak mendapat masukan dari berbagai pihak. Dengan kegiatan PPL yang berpola lesson study, masing-masing peserta mahasiswa PPL, guru pamong, DPL, bahkan kepala sekolah bisa saling belajar banyak hal tentang pembelajaran (Ibrohim, 2010). Pelaksanaan pembelajaran yang selalu ada inovasi, akan berdampak positif pada hasil belajar siswa. Sekolah yang dijadikan penelitian implementasi PPL berbasis lesson study adalah SMA Brawijaya Smart School Malang khususnya di kelas X-2. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum menggunakan metode yang inovatif sehingga tidak melibatkan siswa aktif untuk bekerja sama dengan siswa lain. Pembelajaran kurang variatif mengakibatkan rendahnya motivasi belajar siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Sebelum pelaksanaan lesson study nilai rata-rata kelas X-2 pada mata pelajaran biologi adalah 70,6; sedangkan taraf ketuntasan klasikalnya adalah 57,69% . Nilai tersebut masih di bawah Standar Ketuntasan Minimal (SKM). Oleh karena itu, peneliti menerapkan suatu pembelajaran berbasis lesson study selama pelaksanaan PPL. Diharapkan dengan penerapan PPL berbasis lesson study hasil belajar siswa X-2 dapat mengalami peningkatan. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di SMA Brawijaya Smart School jalan Cipayung No. 10 Kota Malang, tempat peneliti menempuh Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Subjek penelitian adalah siswa X-2 SMA Brawijaya Smart School Malang serta peneliti sendiri yang merupakan mahasiswa PPL Universitas Negeri Malang jurusan biologi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya (1) lembar keterlaksanaan langkah-langkah lesson study yang meliputi 3 tahap lesson study yaitu tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see), (2) lembar observasi pembelajaran, (3) rubrik penilaian kemampuan pedagogik guru berisi aspek penilaian beserta indikator kemampuan pedagogik guru (mahasiswa PPL) selama proses pembelajaran, (4) Soal test kognitif yang digunakan adalah kuis (post test), (5) Data penunjang di antaranya berupa angket respons siswa dan catatan lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini data yang diperoleh merupakan hasil pengamatan para observer dalam kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) berbasis lesson study. Observer terdiri dari mahasiswa PPL jurusan biologi, guru pamong, dan dosen pembimbing yang telah mengikuti workshop lesson study sebelum pelaksanaan PPL berbasis lesson study. Hasil observasi dari para observer tersebut merupakan suatu gambaran mengenai implementasi lesson study, kemampuan pedagogik guru model (mahasiswa PPL), dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Brawijaya Smart School Malang. Penelitian dilaksanakan selama 4 siklus dengan 5 kali open class. Kemampuan Pedagogik Guru Dalam kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) berbasis lesson study, kegiatan perencanaan pembelajaran yang dilakukan secara kolaborarif diharapkan dapat meningkatkan kualitas calon pendidik dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan meningkatkan kemampuan pedagogik guru. Kemampuan pedagogik guru dinilai pada setiap kegiatan open class oleh para observer yang hadir melalui rubrik penilaian kemampuan pedagogik guru yang terdiri dari 4 aspek penilaian, yaitu membuka pelajaran, melaksanakan kegiatan inti, penilaian dan refleksi, serta faktor penunjang yang meliputi penggunaan bahasa, pengaturan waktu, rasa percaya diri dan penampilan. Penilaian para observer terkait kemampuan pedagogik guru dapat dilihat pada Tabel 1.1.
16
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 1.1 Penilaian Observer Terkait Kemampuan Pedagogik Guru Open lesson
Aspek Penilaian A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D
I
II
III
IV
V
Skor yang diperoleh 6,8 44,6 2,8 15,2 7,8 43,4 4,0 15,0 9,0 39,5 6,0 18,0 8,33 41,0 7,3 16,67 7,75 42,25 8,25 19,5
Nilai Kemampuan Pedagogik Guru 68,6
70,2
72,5
73,33
77,25
Keterangan: A : membuka pelajaran B : melaksanakan kegiatan inti C : penilaian dan refleksi D : faktor penunjang
Berdasarkan penilaian dari para observer pada setiap pelaksanaan lesson study dapat dilihat adanya kemampuan pedagogik guru. Untuk memperjelas adanya peningkatan kemampuan pedagogik guru dapat dilihat pada Gambar 1.1 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Membuka Pelajaran Melaksanakan Kegiatan Inti Penilaian dan Refleksi Faktor Penunjang Nilai Rata-rata OL I
OL II
OL III
OL IV
OL V
Gambar 1.1. Grafik Nilai Kemampuan Pedagogik Guru Pada Kegiatan Lesson Study Lesson study yang diterapkan dalam kegiatan PPL dapat meningkatkan kemampuan pedagogik mahasiswa calon guru dalam membelajarkan karena beberapa alasan. Lesson study merupakan suatu cara alternatif yang dapat meningkatkan kualitas membelajarkan dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena a) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil
17
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
“sharing” pengetahuan professional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan pada guru; b) penekanan mendasar suatu lesson study adalah kualitas belajar para siswa; c) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas; dan e) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002 dalam Syamsuri 2008:31). Lesson study yang didesain dengan baik akan menghasilkan guru yang professional dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study para guru dapat: a) menentukan tujuan pembelajaran (lesson) satuan (unit) pelajaran, metode pelajaran yang efektif; b) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; c) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru; d) menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai siswa; e) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; f) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; g) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan h) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002 dalam Syamsuri, 2008:32) sehingga guru dapat mengetahui pembelajaran yang dilakukan dengan refleksi dari sudut pandang observer maupun siswa untuk dapat melakukan suatu inovasi pembelajaran yang lebih baik. Berdasarkan pengalaman peneliti selama menjadi guru model dalam pelaksanaan PPL berbasis lesson study, semakin banyak kegiatan sharing antar kelompok lesson study dalam hal menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran termasuk persiapan materi dapat menambah kepercayaan diri dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dari masukan-masukan positif yang diberikan oleh para observer dapat memotivasi guru dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran dan memilih metode yang inovatif untuk peningkatan kualitas pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu, pola lesson study yang diterapkan dalam PPL diharapkan terus dikembangkan agar mahasiswa calon guru memiliki bekal untuk menjadi guru yang professional. Dampak positif dari penerapan lesson study pada kegiatan PPL bagi kelompok lesson study di antaranya: 1) guru pamong termotivasi untuk mencari metode-metode pembelajaran yang inovatif untuk diterapkan di kelas yang diajar dan untuk memberi masukan pada guru model, 2) mahasiswa PPL dapat berlatih untuk mengobservasi suatu pembelajaran, 3) mahasiswa PPL dapat menerapkan metode pembelajaran yang telah direfleksi untuk diterapkan di kelas yang diajarnya dengan lebih baik dan disesuaikan dengan kondisi kelas. Hal-hal positif dalam pembelajaran yang telah dilakukan dapat dijadikan contoh bagi para observer untuk diadopsi dalam proses pembelajarannya. Hasil Belajar Pada penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan di antaranya metode jigsaw, stay and stray, diskusi-presentasi, dan tebak kata. Metode tersebut masih tergolong baru diterapkan di kelas X-2. Masingmasing metode memiliki dampak berbeda terhadap keaktifan siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa. Tabel 1.2 menunjukkan nilai rata-rata dan taraf ketuntasan belajar siswa kelas X-2 selama pelaksanaan lesson study. Tabel 1.2 Nilai Rata-rata dan Taraf Ketuntasan Klasikal Siswa Kelas X-2 SMA Brawijaya Smart School Malang dalam Pelaksanaan Lesson Study Lesson Study ke-
Nilai Rata-rata Kelas
I II III IV
75,35 82,61 72,85 82,35
Taraf Ketuntasan Klasikal (%) 69,23 76,92 50 88,46
Peningkatan nilai rata-rata kelas dan taraf ketuntasan klasikal siswa kelas X-2 setelah dilaksanakan dua kali siklus lesson study terlihat pada Tabel 1.2. Pada lesson study II dengan materi filum Mollusca, nilai rata-rata kelas sebesar 82,61 dan taraf ketuntasan klasikal 76,92%. Nilai rata-rata kelas dan taraf ketuntasan klasikal setelah dilaksanakan lesson study III menurun menjadi 72,85 dan 50%. Nilai tersebut menurun dibandingkan dengan lesson study II. Penurunan hasil belajar siswa pada lesson study III menunjukkan 18
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
bahwa metode diskusi-presentasi kurang efektif ketika diterapkan pada materi filum Arthropoda. Dari angket respons siswa setelah pelaksanaan lesson study III, penyampaian materi dengan metode diskusipresentasi kurang dapat membantu siswa dalam memahami materi karena suasana kelas kurang menyenangkan dan siswa tidak mempunyai banyak kesempatan untuk bekerja dengan kelompok dan berdiskusi dengan teman. Cara guru dalam membelajarkan materi filum Arthropoda tidak bervariasi dan kurang jelas ketika menjelaskan pelajaran sehingga banyak materi yang belum dipahami siswa. Selain itu, ketika pelaksanaan tes kondisi siswa juga mempengaruhi, siswa terlihat kurang siap karena pada minggu tersebut banyak ulangan harian. Kurangnya motivasi ketika mempelajari materi filum Arthtopoda yang tergolong sangat banyak juga mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Menurut Uno (2006:28), seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain. Hal tersebut berarti bahwa motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar serta hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil refleksi pada lesson study III, guru mencoba memilih metode pembelajaran yang lebih variatif dan dapat membuat suasana kelas menjadi menyenangkan untuk digunakan pada lesson study IV sehingga siswa dapat termotivasi belajar. Variasi metode digunakan agar siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran. Diharapkan metode yang inovatif dapat membantu siswa dalam memahami materi yang dibahas sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, PPL berbasis lesson study dapat meningkatkan kemampuan padagogik guru model (mahasiswa PPL) dan hasil belajar siswa. Adanya komentar dan saran dari para observer pada tahap refleksi setelah pelaksanaan open class membuat guru model termotivasi untuk merencanakan suatu pembelajaran yang lebih baik sehingga kemampuan pedagogik guru lebih meningkat dan proses pembelajaran menjadi lebih baik pula. Kemampuan guru yang semakin meningkat dapat menimbulkan motivasi belajar siswa karena penggunaan metode-metode yang menarik sesuai materi yang akan dibahas dan sesuai karakteristik siswa. Motivasi belajar yang ada mendorong siswa untuk berusaha melakukan perbaikan untuk mendapatkan hasil terbaik. Adanya motivasi yang kuat baik dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstriksik) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian terkait yang menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah adanya open class yaitu penelitian Ibrohim (2009) yang berjudul: Pengaruh Model Implementasi Lesson Study dalam Kegiatan MGMP terhadap Peningkatan Kompetensi Guru dan Hasil Belajar Biologi Siswa. Dari analisis kovariansi diketahui adanya perbedaan sangat signifikan hasil belajar biologi siswa antar perlakuan model implementasi lesson study (p=0,010). Dengan kata lain macam-macam perlakuan lesson study berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar atau penguasaan konsep biologi siswa SMP di kabupaten Pasuruan. Sementara dari hasil uji lanjut diketahui bahwa model implementasi lesson study yang memberikan pengaruh paling besar terhadap peningkatan penguasaan konsep biologi siswa adalah lesson study yang dipadu dengan portofolio guru. Lesson study dapat memberikan dampak positif bagi siswa. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran yang baik dapat mendorong adanya peningkatan motivasi belajar siswa untuk belajar sehingga diharapkan hasil belajarnya juga mengalami peningkatan. Guru dituntut memiliki kemampuan pedagogik yang baik sehingga mampu melaksanakan pembelajaran yang lebih variatif dan kontekstual. Oleh karena itu, guru sebaiknya melaksanakan lesson study secara continue agar memperoleh hasil yang lebih maksimal dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran terutama aspek motivasi belajar siswa. Dengan adanya peningkatan motivasi belajar siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat membantu memperbaiki kualitas pendidikan. PENUTUP
Kesimpulan
19
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa implementasi praktik pengalaman lapangan (PPL) berbasis lesson study dapat meningkatkan kemampuan pedagogik guru dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Brawijaya Smart School Malang. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang diajukan dirumuskan sebagai berikut. Penerapan lesson study dalam kegiatan PPL diharapkan terus dikembangkan agar mahasiswa calon guru memiliki bekal untuk menjadi guru professional. Kegiatan lesson study akan benar-benar berdampak positif bagi dunia pendidikan jika dilakukan secara continue. Oleh karena itu, guru diharapkan melaksanakan lesson study secara rutin. DAFTAR RUJUKAN Ibrohim. 2009. Pengaruh Model Implementasi Lesson Study dalam Kegiatan MGMP terhadap Peningkatan Kompetensi Guru dan Hasil Belajar Biologi Siswa. Disertasi tidak diterbitkan. Malang:UM. Ibrohim dan Syamsuri, Istamar. 2010. Workshop Lesson Study untuk Mahasiswa, Guru, dan Dosen FMIPA UM Semester Genap, 28 Desember 2010. FMIPA:UM. Syamsuri, Istamar dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Study Pembelajaran) Model Pembinaan Pendidik secara Kolaboratif dan Berkelanjutan. Malang: FMIPA UM. Uno, Hamzah. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta:Bumi Aksara.
20
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
LS BERBASIS MGMP SMA NON-MIPA KOTA PASURUAN TAHUN PERTAMA
Parno 1) Edi Supriana 2) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang, e-mail:
[email protected] dan
[email protected] 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang, e-mail: e-mail:
[email protected]
Abstrak: Implementasi Lesson Study (LS) di Indonesia masih sangat baru, yaitu mulai tahun 2005 di tiga universitas (UPI, UNJ dan UM) melalui Program IMSTEP JICA. Sebagai perluasan, sejak tahun 2010, LS dilaksanakan oleh guru SMA/MA non-MIPA kota dan kabupaten Pasuruan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif model survei. Data pelaksanaan LS oleh guru didapatkan melalui angket dan lembar observasi pembelajaran, yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kegiatan guru SMA/MA non-MIPA kota Pasuruan dalam melaksanakan LS berbasis MGMP secara keseluruhan (Plan, Do, dan See) selama 2 semester berkategori sangat baik; dan (2) kegiatan guru SMA/MA non-MIPA kota Pasuruan dalam melaksanakan LS berbasis MGMP terdapat hal-hal positif yang terjadi selama pembelajaran, yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan pada pembelajaran berikutnya di sekolah masing-masing peserta; dan hal-hal yang perlu ditingkatkan agar LS dapat berjalan lebih baik lagi. Kata kunci: LS, MGMP, guru non-MIPA
Data Puslitbang Depdikbud menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1994/1995 sampai 2000/2001, rata-rata NEM tingkat nasional untuk IPA lebih rendah daripada bidang studi lain (PPKn, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris), dan khusus perolehan NEM pelajaran Fisika hanya mencapai 2,75 sampai 6,47 (Yuliati, 2005). Prestasi belajar fisika yang rendah mungkin disebabkan oleh kurangnya minat siswa terhadap matapelajaran fisika. Pelajaran fisika kurang diminati oleh siswa karena dianggap sulit dan susah dipahami. Penelitian Hassard (Handayanto, 2005) menunjukkan hampir 33% dari siswa berusia 9 tahun, 60% dari siswa berusia 13 tahun, dan 75% dari siswa berusia 17 tahun menyatakan bahwa pelajaran Fisika tidak menyenangkan. Rendahnya minat dan prestasi belajar siswa diduga karena aktivitas belajarnya yang belum optimal. Hal ini sangat berkait dengan guru, yang merupakan salah satu komponen sistem pendidikan yang menempati posisi sentral. Menurut Wasthon gurulah yang merupakan faktor utama untuk keberhasilan pembelajaran IPA; dan menurut Klopfer bagaimanapun pembelajaran IPA dilaksanakan, gurulah yang terutama menentukan apa yang dipelajari oleh siswa (Rustaman, dkk, 2003). Karena guru sebagai komponen utama dalam sistem pendidikan, maka peran guru tidak pernah dapat tergantikan oleh unsur lain seperti media pembelajaran. Guru menjadi ujung tombak dalam keberhasilan pendidikan. Sementara itu, masih banyak guru yang belum memiliki ketrampilan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses belajar mengajar, baru 18,1% guru menyusun sendiri silabus, 36,3% guru meyusun sendiri skenario pembelajaran, guru melakukan pembelajaran yang berpusat pada siswa sebesar 14,6%, dan guru menggunakan media pembelajaran sebesar 28,8% (Parno, 2007). Silabus dan skenario pembelajaran adalah kewenangan sekolah untuk mengembangkan. Hal ini berarti kualitas mengajar guru perlu ditingkatkan. Peran ganda dalam pendidikan dimiliki oleh guru. Disamping sebagai pendidik dan pembimbing, guru berperan sebagai pengajar (Natawidjaya, 2002). Tugas dan peran guru tersebut sangat berat. Tugas guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotor, melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan masalah, latihan dan ketrampilan. Menurut McKeachie salah satu 21
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
peran guru adalah guru sebagai expert (Yuliati, 2005). Guru sebagai expert bertujuan menyampaikan informasi, konsep dan perspektif bidang studi yang diajarkannya. Guru hendaknya memiliki penguasaan konsep yang mendalam dari bidang studi yang diajarkannya, mampu menyajikan bahan ajar dan mampu mengorganisasi kelas. Berdasarkan tugas dan peran guru di atas, maka guru merupakan pekerjaan profesi. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Undang-undang 14/2005). Pekerjaan profesional memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya tersebut, guru harus memiliki sejumlah kompetensi, yakni seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Undang-undang 14/2005). Guru dari beberapa sekolah yang berdekatan yang memegang matapelajaran yang sama bergabung ke dalam organisasi frofesi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) agar keprofesionalannya terus dapat ditingkatkan. MGMP sangat bermanfaat bagi guru-guru, terutama sebagai tempat bertukar pendapat atau gagasan dan pengalaman nyata yang dihadapi secara nyata dalam kelas sesama mereka (Dirjen PMPTK, 2007). Manfaat lain adalah membantu guru menguasai secara lebih dalam pengetahuan bidang studi, membekali guru dengan metode pembelajaran inovatif, memotivasi guru untuk meningkatkan mutu pembelajarannya, dan membantu guru dalam meningkatkan kemampuan akademiknya. Mereka menetapkan jumlah, hari dan tempat pertemuan selama satu semester. Kadang, mereka menetapkan sekolah tertentu sebagai home base (sekolah induk) tempat utama pertemuan. Selama satu semester biasanya jumlah pertemuannya adalah 12 kali. Dengan demikian mereka bertemu sekitar 2 kali dalam satu bulan. Depdiknas, Depag dan JICA secara bersama telah mengimplementasikan program untuk Memperkuat Pelatihan Guru dalam Jabatan untuk Pendidikan Matematika dan Sains di Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SISTTEMS) sejak bulan Mei 2006 (Dirjen PMPTK, 2007). Wujud implementasi tersebut adalah reorganisasi dan revitalisasi kegiatan-kegiatan MGMP dengan menerapkan metode Lesson Study (LS). LS secara sederhana dapat diartikan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun learning coomunity (Ibrohim, 2008). Pengenalan LS dan implementasinya di Indonesia masih sangat baru, yaitu mulai tahun 2005 di tiga universitas (UPI, UNJ dan UM) melalui Program SISTTEMS-JICA. UM memiliki target operasional guruguru IPA SMP/MTs daerah kabupaten Pasuruan. Tidak seluruhnya guru-guru IPA di kabupaten Pasuruan berlatar belakang pendidikan yang sesuai (Dirjen PMPTK, 2007). Dari 69 guru IPA terdapat 38 (55,1%) yang berlatar belakang pendidikan IPA (biologi, fisika atau kimia), 28 (40,6%) yang berlatar belakang pendidikan matematika, dan 3 (4,3%) yang berlatar belakang pendidikan lainnya. Tahun 2008 pendampingan diperluas terhadap guru-guru MIPA SMA/MA yang tergabung dalam MGMP kota dan kabupaten Pasuruan. Pendampingan terhadap LS berbasis MGMP untuk guru-guru IPA SMP/MTs dan guru-guru MIPA SMA/MA daerah kota dan kabupaten Pasuruan masih belangsung hingga sekarang, meskipun dengan intensitas yang makin berkurang. Setelah berpengalaman melakukan pendampingan terhadap guru-guru MIPA selama kurang lebih lima tahun, mulai tahun 2010 UM memperluas pendampingan LS berbasis MGMP terhadap guru-guru non-MIPA SMA kota dan kabupaten Pasuruan. Pada semester I dan II 2010/2011 penulis melakukan pendampingan LS tersebut pada beberapa matapelajaran, yaitu Ekonomi, Geografi, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia, baik pada kegiatan Plan maupun open class (OC) di kota Pasuruan. Tulisan ini bermaksud mendeskripsikan satu tahun 2010 hasil pelaksanaan LS berbasis MGMP guru-guru non-MIPA, yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi) dan Bahasa (Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia), kota Pasuruan. Pada tahap awal, LS dikenalkan memiliki tiga kegiatan utama, yaitu perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do), dan melihat/refleksi (See) (Saito, dkk, 2005). Rancangan pembelajaran secara menyeluruh dihasilkan 22
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
secara kolaboratif pada tahap Plan. Rancangan tersebut harus dibuat secara sungguh-sungguh sehingga diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif dan mampu membangkitkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Perwujudan pendampingan tahap ini adalah penyiapan RPP yang sistematikanya memenuhi Standar Proses yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Komponen RPP terdiri dari identitas matapelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup), penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Dalam kegiatan inti, metode hendaknya disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan matapelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (BSNP, 2007). Kegiatan guru-guru dalam MGMP, biasanya juga menyusun secara bersama-sama RPP. Umumnya, RPP tersebut disusun kurang didasarkan pada keadaan nyata siswa. Bahkan banyak guru yang langsung menerapkan RPP tersebut di sekolahnya tanpa melakukan penyesuaian terhadap keadaan siswanya. Hal ini tidak terjadi pada tahap Plan LS karena RPP yang disusun secara kolaboratif lebih banyak didasarkan pada keadaan siswa dan sekolah tempat guru model nanti menerapkannya. Implementasi rancangan pembelajaran dilakukan pada tahap Do. Tahap Do melibatkan guru-guru sebagai observer dan guru model. Rambu-rambu guru sebagai observer antara lain (1) hendaknya datang paling lambat 5 menit sebelum pembelajaran dimulai; (2) tidak melakukan hal-hal seperti mengaktifkan HP, makan, minum, buang hajat, keluar masuk ruang kelas, membantu guru model, mengganggu pandangan siswa/guru model, berbicara dengan observer lain, dan menyalakan lampu kamera; (3) mengamati satu kelompok, tetapi berusaha mengamati beberapa kelompok lain sehingga dapat mengetahui atmosfer kelas secara keseluruhan; (4) mengambil posisi yang tepat sehinga dapat mengamati gerak-gerik siswa; (5) menuliskan fakta tentang belajar siswa, sekaligus sebab-sebab mengapa dan solusi-solusinya; dan (6) memperhatikan bagaimana guru model dalam mengelola kelas, mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran, memanfaatkan media, dan membuat siswa kreatif. Sebelum pembelajaran, guru model hendaknya menyiapkan lembar observasi, RPP, LKS, denah duduk dan nomor siswa sekaligus membagikannya kepada seluruh observer. Disamping itu, guru model hendaknya melakukan hal-hal antara lain (1) tidak berbicara ataupun meminta bantuan kepada para pengamat dalam bentuk apapun; (2) meredesain proses pembelajaran berdasar kondisi siswa selama proses pembelajaran; (3) membentuk kelompok belajar secara heterogen dan pembelajaran kolaboratif (siswa yang kurang pandai akan bertanya kepada siswa yang lebih pandai, dan sebaliknya); (4) mengambil tempat di pojok atau tempat yang dapat mengamati seluruh ruang; (5) mendatangi kelompok yang sekiranya perlu pertolongan; (6) mengusahakan agar makin banyak siswa yang mengalami ”jump” (paham secara mendalam terhadap materi ajar, merasakan pencapaian keberhasilan, kepuasan atas pemahaman yang dicapai); (7) mengusahakan agar kegiatan kelompok cenderung tidak bertele-tele dan waktunya tidak terlalu panjang; (8) berusaha tidak harus seluruh kelompok melaporkan hasil diskusi kelompoknya jika memang bahan yang didiskusikan adalah sama; dan (9) menghentikan kegiatan kelompok dan mengubahnya menjadi klasikal ketika didapati sebagian besar kelompok mengalami hambatan atau sudah tidak dapat lagi belajar (Saito, dkk, 2005). Tahap See merupakan diskusi yang mengkaji data temuan selama observasi, kemudian menganalisis mengapa hal itu terjadi dan akhirnya dicarikan jalan pemecahannya. Dari tahap See setiap peserta akan memperoleh sesuatu yang berharga untuk peningkatan pembelajarannya masing-masing. Tahap See melibatkan guru-guru sebagai observer, guru model, dan moderator. Dalam tahap See, guru model hendaknya mengungkapkan antara lain perasaannya, menyampaikan hal-hal yang terkait dengan keterlaksanaan pembelajarannya, dan perkiraan persentase ketercapaian skenario pembelajarannya. Disamping itu, guru model hendaknya tidak terkesan ”terlalu membela diri” atau mencari pembenaran atas kejadian atau kekurangan yang ada saat memberikan tanggapan, merasa bahwa LS adalah sarana untuk ”mengkritik diri sendiri”, merasa bahwa LS ini adalah sarana untuk membuka diri terhadap masukan yang diberikan oleh orang lain sekaligus sarana untuk mau menggunakan ide orang lain. Observer hendaknya antara lain memuji guru model, menyampaikan komentar yang terfokus pada masalah belajar siswa disertai mengapa dan solusinya, dan menyampaikan pelajaran berharga yang didapatkan dari pembelajaran ini. Moderator hendaknya antara lain menyampaikan sanjungan kepada guru model, memberikan kesempatan berbicara pertama kepada guru model, mempersilahkan observer menyampaikan komentarnya berdasarkan 23
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
fakta konkrit, membahas satu masalah jika muncul sampai tuntas tentang mengapa dan solusinya, mempersilahkan dosen pendamping menyampaikan komentarnya, menyampaikan ringkasan refleksi dan menyarankan perbaikan/revisi RPP agar dapat digunakan di saat mendatang. Kegiatan refleksi seperti di atas tampaknya sangat jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan oleh guru dalam pembelajaran biasa. Hal ini terjadi karena memang akan sangat sulit bagi guru untuk merefleksi secara sendiri pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian perbaikan RPP untuk pertemuan berikutnya akan sangat jarang dilakukan. Revisi RPP dilakukan berdasarkan masukan dari diskusi refleksi untuk mendapatkan pembelajaran berikutnya yang lebih baik, yang dapat dipraktikkan oleh guru model sendiri maupun seluruh pengamat. Serangkaian kegiatan mulai tahap Plan sampai See dilakukan secara kolabratif. Hal ini secara nyata menghasilkan dampak sosiologis yang sangat positip, yaitu kolegalitas antarguru yang saling berbagi pengalaman dan saling belajar. Dengan demikian akan tercipta atmosfer akademik yang kondusif sehingga terciptalah mutual learning. Disamping itu, setiap guru yang terlibat dalam LS hendaknya dapat mengambil lesson learned (pelajaran berharga) sehingga terbangunlah learning community (Ibrohim, 2008). Dengan demikian guru-guru yang terlibat dalam LS berbasis MGMP diharapkan dapat mengalami kemajuan perkembangan pembelajarannya di masing-masing sekolahnya dalam hal berikut (Saito, dkk, 2005; Dirjen PMPTK, 2007). (1) Penyiapan dan revisi RPP dilakukan bersama-sama dengan guru lain yang sebidang. (2) Dalam pembelajaran, guru membentuk kelompok-kelompok diskusi, menggunakan media kontekstual dan metode inkuiri seperti demonstrasi atau eksperimen, serta tidak hanya berpikir apa materi yang disampaikan dalam pembelajaran, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana cara membelajarkan materi ajar tersebut kepada siswa. (3) Mendorong siswa untuk mendengarkan gagasan dan pikiran siswa lain. (4) Guru tertarik pada proses dan kemajuan belajar masing-masing siswa, dan bagaimana masing-masing siswa bekerja sama dalam pembelajaran. (5) Hasil belajar siswa yang mana mayoritas siswa dapat memahami, senang, lebih aktif dan tertarik dalam mengikuti materi pelajaran di kelas. (6) Mengembangkan pembelajaran sebagai ajang berlatih untuk melakukan penelitian tindakan kelas, dan menuliskannya dalam karya ilmiah untuk dipublikasikan dalam forum maupun jurnal ilmiah. Dengan demikian desain LS yang baik menghasilkan guru yang professional dan inovatif sehingga kualitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa meningkat. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, sehingga perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien (BSNP, 2007). Tahap perencanaan memerlukan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pokok penting dalam menyusun RPP antara lain hendaknya mengandung indikator hasil belajar untuk kebutuhan evaluasi, dilengkapi dengan media atau LKS, jadwal rencana pembelajaran remedial, dan sumber belajar yang dirasakan mendukung pembelajaran. Tahap proses pembelajaran mengandung kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Pokok penting dalam proses pelaksanaan pembelajaran antara lain membuka pembelajaran dengan sedapat mungkin menunjukkan sesuatu yang TIDAK HANYA VERBAL, yang mengkaitkan apa yang akan dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa; menyampaikan tujuan pembelajaran; menggunakan pendekatan, model dan teknik yang dapat mengembangkan siswa aktif dan kreatif, berpikir kritis, dan berlatih metakognitif. Penilaian pembelajaran antara lain mencakup penentuan ranah kemampuan, bentuk tes, dan asesmen alternatif. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil satu tahun semester I dan II 2010/2011 pelaksanaan LS berbasis MGMP oleh guru-guru non-MIPA kota Pasuruan. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain guru-guru non-MIPA peserta LS berbasis MGMP dan LC JICA UM. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif model survei, yang dimaksudkan untuk menggambarkan atau menerangkan gejala dengan cara mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada (Arikunto, 2005). Gejala yang dimaksud adalah pelaksanaan LS berbasis MGMP oleh guru-guru non-MIPA SMA kota Pasuruan., yang digambarkan menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 24
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Subyek penelitian adalah 61 guru-guru non-MIPA SMA/MA, yang terdiri dari 32 guru rumpun IPS (10 guru matapelajaran Geografi, 12 guru matapelajaran Ekonomi, 10 guru matapelajaran Sosiologi) dan 29 guru rumpun Bahasa (13 guru matapelajaran Bahasa Inggris, dan 16 guru matapelajaran Bahasa Indonesia), peserta Lesson Study berbasis MGMP semester I dan II 2010/2011 di home base kota Pasuruan. Kegiatan LS berbasis MGMP setiap semester di tingkat wilayah home base kota Pasuruan dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan, yang terdiri dari 2 kali tahap Plan, dan 3 kali OC. Pertemuan tahap Plan pertama maupun kedua mempersiapkan OC pertama, kedua, dan ketiga. Pendampingan tahap Plan pertama dilakukan terhadap tiap rumpun oleh dosen MIPA, sedangkan tahap Plan kedua dilakukan terhadap setiap matapelajaran oleh dosen bidang studi. Pendampingan tahap Do pertama dan kedua setiap matapelajaran dilakukan oleh dosen bidang studi. Pendampingan sekaligus evaluasi tahap Do ketiga setiap matapelajaran dilakukan oleh dosen MIPA. Instrumen penelitian ini berupa angket (Arikunto, 2005). Angket berupa angket tertutup dan skala berupa skala Likert dengan lima alternatif jawaban tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan selalu, yang mana masing-masing berurut-turut memiliki skor 1, 2, 3, 4, dan 5. Butir-butir pernyataan instumen ini disusun berdasarkan kajian pustaka atau rambu-rambu tentang apa yang harus atau bisa dilakukan oleh guru atau mahasiswa selama mengikuti LS. Instrumen angket untuk guru berupa skala meliputi dua hal, yakni kegiatan di sekolah selama setahun sebagai dampak mengikuti LS berbasis MGMP, dan kegiatan tahap Do dan See selama mengikuti LS berbasis MGMP. Angket kegiatan di sekolah terdiri dari (1) umum 23 butir, dan (2) membuat RPP 24 butir. Angket kegiatan LS tahap Do dan See meliputi (3) sebagai observer tahap Do 22 butir, (4) sebagai guru model tahap Do 16 butir, (5) sebagai observer tahap See 10 butir, (6) sebagai guru model tahap See 9 butir, dan (7) sebagai moderator tahap See 18 butir. Ketujuh instrumen ini diberikan kepada guru saat pertemuan terakhir, yaitu tahap Do dan See, semester II 2010/2011. Dengan demikian instrumen ini menjaring data kegiatan yang dilakukan oleh guru-guru selama setahun pertama mengikuti keseluruhan program LS berbasis MGMP non-MIPA. Instrumen penelitian lain berupa lembar observasi pembelajaran Lesson Study. Lembar observasi tersebut pada dasarnya menuntut guru-guru, termasuk peneliti, yang bertindak sebagai pengamat, untuk menuliskan semua fakta-fakta tentang perilaku siswa selama tahap Do pembelajaran yang harus disertai dengan mengapa hal itu terjadi serta sekaligus mencarikan solusinya. Perilaku siswa tersebut umumnya mencakup kapan siswa berkonsentrasi atau tidak berkonsentrasi, atau siswa mana yang belajar atau tidak belajar. Disamping itu, pengamat juga harus menuliskan tentang pembelajaran berharga apa yang diperoleh dari pengamatan pembelajaran hari ini. Hal-hal yang dituliskan dalam lembar observasi ini selanjutnya akan disampaikan oleh para pengamat di kegiatan tahap See LS. Penulis melakukan pendampingan LS SMA/MA non-MIPA ini pada beberapa matapelajaran, yaitu Ekonomi pada 24 Nopember 2010, Geografi pada 10 Nopember 2010 dan pada 23 Pebruari 2011, Bahasa Inggris pada 22 Maret 2010, dan Bahasa Indonesia pada 23 Nopember 2010. Teknik analisis terhadap data angket menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif (Arikunto, 2005). Pelaksanaan LS berbasis MGMP guru-guru SMA/MA non-MIPA di home base kota Pasuruan semester I dan II 2010/2011 dideskripsikan dengan menggunakan jumlah data atau persentase. Pendeskripsian skala Likert menggunakan lima tingkatan kategori, yaitu sangat baik (skala 4 – 5), baik (skala 3 – 4), kurang baik (skala 2 – 3), dan sangat kurang baik (skala 1 – 2). Selain itu dikemukakan juga tentang hal yang paling optimal dan yang paling harus mendapatkan perhatian dari keseluruhan pelaksanaan LS, serta yang sangat memerlukan perhatian (berkategori kurang baik dan sangat kurang baik) dari keseluruhan pelaksanaan LS. Teknik analisis terhadap data observasi pembelajaran LS menggunakan analisis deskriptif. Hasil observasi pembelajaran oleh para pengamat yang disampaikan dalam kegiatan tahap See LS, selanjutnya secara umum dideskripsikan ke dalam dua kategori, yaitu uraian tentang hal-hal positif yang terjadi selama pembelajaran, dan rincian tentang hal-hal yang perlu ditingkatkan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya di sekolah maisng-masing peserta.
25
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan LS berbasis MGMP untuk guru SMA/MA non-MIPA di kota dan kabupaten Pasuruan telah berlangsung sejak semester I 2010/2011. Dengan demikian saat diambil data penelitian ini, yaitu pada awal semester II 2010/2011, mereka telah melaksakan LS selama 2 semester. Kegiatan guru di sekolah disajikan dalam tabel berikut. Tabel 1. Kegiatan guru di sekolah No 1
Kegiatan guru Umum di sekolah
Kategori Rerata Paling optimal Paling memerlukan perhatian Sangat memerlukan perhatian
2
Membuat RPP di sekolah
Rerata Paling optimal Paling memerlukan perhatian Sangat memerlukan perhatian
Deskripsi 3,63 (baik) Tertarik pada proses dan kemajuan belajar masingmasing siswa dalam pembelajaran Melakukan metode eksperimen dalam pembelajaran Melakukan team teaching dengan guru lain Membagikan/mendiskusikan RPP yang telah direvisi kepada guru-guru lain Telah mencoba eksperimen terlebih dahulu sebelum pembelajaran yang sesungguhnya Melakukan metode eksperimen dalam pembelajaran 4,26 (sangat baik) Skenario/kegiatan pembelajaran memuat secara eksplisit langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang terdiri dari tiga tahap (kegiatan awal/pendahuluan, inti, dan penutup) LKS dibuat tidak rinci agar siswa berpikir untuk mengerjakan/ menyelesaikan -
Tampak bahwa guru telah memperhatikan proses dan kemajuan belajar setiap siswa. Hal ini penting karena sesungguhnya pembelajaran harus mampu menjamin setiap individu siswa bias belajar dengan nyaman. Guru non-MIPA belum tertarik untuk melakukan metode eksperimen dalam pembelajaran seperti yang sudah biasa dilakukan oleh guru MIPA. Tampaknya, team teaching belum menjadi alternatif pilihan bagi guru. Padahal, gabungan antara team teaching, Lesson Study dan PTK dapat dijadikan sebagai wahana peningkatan kinerja guru dan aktivitas belajar siswa (Parno, 2010a). Di samping itu, guru masih belum membiasakan diri untuk membagikan/mendiskusikan RPP yang telah direvisi kepada guru-guru lain, dan mencoba eksperimen terlebih dahulu sebelum pembelajaran yang sesungguhnya Kegiatan guru sebagai observer tahap Do disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2. Kegiatan guru sebagai observer tahap Do No 1
Kegiatan guru Sebagai observer tahap Do
Kategori
Deskripsi
Rerata
4,18 (sangat baik)
Paling optimal
Menuliskan data pengamatan tentang siswa belajar atau tidak belajar dalam LEMBAR OBSERVASI
Paling memerlukan perhatian
Tidak berbicara dengan pengamat yang lain
Sangat memerlukan perhatian
-
Tampak bahwa guru sudah memfokuskan diri pada bagaimana siswa belajar. Tetapi, guru masih belum bisa menghindari untuk tidak berbicara dengan pengamat yang lain. Hal yang demikian serupa dengan penelitian Parno (2010b) sebelumnya. Hal ini umumnya berakibat pada ketidaktajamannya dalam mengamati perilaku belajar siswa. Kegiatan guru sebagai guru model tahap Do disajikan dalam tabel berikut.
26
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 3. Perbandingan kemajuan guru dan mahasiswa sebagai guru model tahap Do No 1
Kegiatan guru Sebagai guru model tahap Do
Kategori Rerata Paling optimal Paling memerlukan perhatian Sangat memerlukan perhatian
Deskripsi 3,84 (baik) Membagikan LEMBAR OBSERVASI, RPP, LKS atau perangkat pembelajaran lainnya kepada seluruh para pengamat Menghentikan kegiatan kelompok dan mengubahnya menjadi klasikal ketika didapati sebagian besar kelompok mengalami hambatan atau sudah tidak dapat lagi belajar Menghentikan kegiatan kelompok dan mengubahnya menjadi klasikal ketika didapati sebagian besar kelompok mengalami hambatan atau sudah tidak dapat lagi belajar
Tampak bahwa guru sudah menyiapkan LS secara matang, yaitu tidak lupa untuk membagikan LEMBAR OBSERVASI, RPP, LKS atau perangkat pembelajaran lainnya kepada seluruh para pengamat. Hal yang demikian serupa dengan penelitian Parno (2010b) sebelumnya. Tetapi, guru tampaknya masih belum terbiasa untuk mengubah teknik kegiatan kelompok menjadi klasikal atau sebaliknya dalam pembelajaran. Kegiatan guru sebagai observer tahap See disajikan dalam tabel berikut. Tabel 4. Kegiatan guru sebagai observer tahap See No 1
Kegiatan guru Sebagai observer tahap See
Kategori Rerata Paling optimal Paling memerlukan perhatian
Sangat memerlukan perhatian
Deskripsi 4,21 (sangat baik) Menyampaikan komentar berdasarkan data (bukti-bukti konkret dan spesifik) pengamatan saat observasi Menggunakan kata ”pembelajaran kita” saat memberikan komentar atau mengomentari proses pembelajaran, dan bukannya menggunakan kata ”pembelajaran guru model A atau B” -
Tampak bahwa guru sudah bisa berusaha untuk menyampaikan komentar berdasarkan data (buktibukti konkret dan spesifik) pengamatan saat observasi mengambil manfaat dari pelaksanaan LS. Tetapi, guru belum bisa menggangap bahwa LS ini adalah milik bersama dan untuk meningkatkan profesionalisme seluruh pesertanya. Hal yang demikian serupa dengan sikap mahasiswa saat melakukan LS berbasis PPL dalam penelitian Parno (2010b) sebelumnya. Kegiatan guru sebagai guru model tahap See disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5 Kegiatan guru dan mahasiswa sebagai guru model tahap See No 1
Kegiatan guru Sebagai guru model tahap See
Kategori Rerata Paling optimal Paling memerlukan perhatian Sangat memerlukan perhatian
Deskripsi 4,28 (sangat baik) Merasa bahwa LS ini adalah sarana untuk mau saling memberi masukan yang jujur dan penuh respek Tidak terkesan ”terlalu membela diri” atau mencari pembenaran atas kejadian atau kekurangan yang ada saat memberikan tanggapan -
Guru sudah merasa bahwa LS merupakan wahana yang tepat untuk meningkatkan keterbukaan antar teman. Hal ini merupakan hal positif dalam rangka untuk meningkatkan profesional guru. Tetapi, terjadi sebaliknya guru masih terkesan ”membela diri” mencari pembenaran atas idenya. Kedua hal yang demikian serupa dengan penelitian Parno (2010b) sebelumnya. Kegiatan guru sebagai moderator tahap See disajikan dalam tabel berikut.
27
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 6 Kegiatan guru sebagai moderator tahap See No 1
Kegiatan guru Sebagai moderator tahap See
Kategori Rerata Paling optimal
Paling memerlukan perhatian Sangat memerlukan perhatian
Deskripsi 4,45 (sangat baik) Memulai diskusi sidang refleksi dengan memberikan komentar awal yang arahnya memberikan penghargaan atau sanjungan dan ucapan terima kasih kepada guru model dan meminta applaus dari peserta Memperkenalkan diri dan beberapa peserta atau tamu yang belum dikenal (menyebut nama dan yang disebut namanya memperkenalkan diri atau berdiri) -
Pada tahap See ini, guru sebagai moderator sudah memulainya dengan benar, yaitu dengan memberikan komentar awal yang arahnya memberikan penghargaan atau sanjungan dan ucapan terima kasih kepada guru model dan meminta applaus dari peserta. Hal ini penting untuk menyadarkan semua peserta LS bahwa tugas guru model telah selesai, yaitu sekedar mewakili mereka menjadi guru model, dan selanjutnya seluruh pembelajaran yang telah dilakukan kembali menjadi milik mereka. Keadaan yang demikian dimaksudkan agar guru model tidak merasa ”diadili” jika dalam tahap See ini ”diserang” oleh para observer. Hal yang belum dilakukan oleh moderator adalah memperkenalkan diri dan peserta baru LS. Hal yang demikian mungkin dianggap tidak penting karena antar mereka sudah saling kenal satu sama lain. Berdasarkan Tabel 1, 3, 4, 5, dan 6 kegiatan guru secara rerata keseluruhan disajikan dalam tabel berikut. Tabel 7 Kegiatan guru secara rerata keseluruhan No Kegiatan guru 1 Umum di sekolah 2 Membuat RPP di sekolah 3 Observer tahap Do 4 Guru model tahap Do 5 Observer tahap See 6 Guru model tahap See 7 Moderator tahap See Rerata keseluruhan
Deskripsi 3,63 (baik) 4,26 (sangat baik) 4,18 (sangat baik) 3,84 (baik) 4,21 (sangat baik) 4,28 (sangat baik) 4,45 (sangat baik) 4.12 (sangat baik)
Secara total terlihat bahwa guru memiliki kemajuan LS berbasis MGMP yang berategori sangat baik. Hal ayng demikian tentu saja sangat membanggakan karena guru-guru SMA/MA non-MIPA kota Pasuruan baru melakukan LS berbasis MGMP dalam waktu setahun. Hal ini merupakan pertanda bagus bagi guru dalam mengembangkan dirinya sebagai guru yang profesional. Selama penulis mengikuti OC terdapat hal-hal positif yang terjadi selama pembelajaran, yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan pada pembelajaran berikutnya di sekolah maisng-masing peserta. (1) Guru model telah menyiapkan rancangan pembelajaran secara matang, seperti menggunakan bahkan merevisi RPP hasil tahap Plan, LKS, pembentukan kelompok siswa, dan penyiapan disain kelas. (2) Guru model menyiapkan dan menggunakan multimedia selama pembelajaran. (3) Guru model melakukan apersepsi. (4) Guru model membelajarkan siswa secara kontekstual. (5) Guru model menggunakan metode kerja kelompok, presentasi kelompok, dan memberikan penghargaan bagi yang berprestasi. (6) Guru model bersama siswa menyimpulkan apa yang telah dinahas dalam pembelajaran. (7) Observer menyebar di berbagai kelompok untuk mengamati kegiatan belajar siswa dalam kelompokkelompok.
28
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Selama penulis mengikuti LS terdapat hal-hal yang perlu ditingkatkan agar LS dapat berjalan lebih baik lagi. (1) Guru model masih berbicara dengan para observer. (2) Observer cenderung hanya sajikan fakta saja saat tahap See. (3) Guru model masih cenderung “membela diri” saat tahap See. (4) Observer belum banyak yang mengemukakan pendapat saat tahap See. (5) Observer cenderung “menyerang” guru model saat tahap See. (6) Observer cenderung menggerombol dan berbicara sat sama lain saat tahap Do. (7) Observer cenderung membantu guru model saat tahap See. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan berikut. 1. Kegiatan guru SMA/MA non-MIPA kota Pasuruan dalam melaksanakan LS berbasis MGMP secara keseluruhan (Plan, Do, dan See) selama 2 semester berkategori sangat baik. 2. Kegiatan guru SMA/MA non-MIPA kota Pasuruan dalam melaksanakan LS berbasis MGMP terdapat hal-hal positif yang terjadi selama pembelajaran, yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan pada pembelajaran berikutnya di sekolah maisng-masing peserta; dan hal-hal yang perlu ditingkatkan agar LS dapat berjalan lebih baik lagi. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain guru-guru SMA/MA nonMIPA peserta LS berbasis MGMP dan LC JICA UM. Guru-guru dan sekolahnya dapat menggunakannya sebagai rujukan oleh dalam upaya lebih menggiatkan kegiatan LS dan LC JICA dalam upaya memperbaiki program pendampingan yang akan datang. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta BSNP. 2007. STANDAR PROSES untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Dirjen PMPTK. 2007. Laporan Survei Baseline untuk Program bagi Penguatan Pelatihan Guru dalam Jabatan untuk Pendidikan Matematika dan Sains di Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SISTTEMS). JICA: International Development Center of Japan Handayanto, SK. 2005. Perlunya Perubahan Perilaku Guru dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang pada 23 Maret 2005 Ibrohim. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Efektivitas PPL bagi Mahasiswa Calon Guru. Makalah disampaikan pada Semlok Pembimbingan dan Penilaian PKM Program Sertifikasi Guru Jalur Pendidikan oleh UPT PPL Universitas Negeri Malang pada 4 Juli 2008 Natawidjaya, R. 2002. Standar Profesi Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Parno. 2007. Deskripsi Implementasi Kurikulum Bidang Studi Fisika di SMA Negeri Se-Kota Malang. Jurnal FOTON Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Agustus 2007 Parno. 2010a. Team Teaching, Lesson Study dan PTK Dalam Pembelajaran IPA Terpadu: Suatu Gagasan Peningkatan Kinerja Guru dan Aktivitas Belajar Siswa. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Sains 2010: Pengembangan Sains Berwawasan Lingkungan dalam Upaya Mewujudkan Generasi Berkarakter melalui Pembelajaran IPA Terpadu oleh Prodi S-1 Pendidikan Sains FMIPA UNESA pada 24 April 2010 Parno. 2010b. Kemajuan Guru Beji Pasuruan dalam LS Berbasis MGMP dan Mahasiswa Pendidikan Fisika UM dalam PPL Berbasis LS. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lesson Study 3: Peran Lesson Study dalam Meningkatkan Profesionalisme Pendidik dan Kualitas Pembelajaran di FMIPA UM. 9 Oktober 2010 Rustaman, NY, Dirdjosoemarto, S, Yudianto, SA, Achmad, Y, Subekti, R, Rochintaniawati, D, Nurjhani, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UPI Bandung: IMSTEP JICA
29
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Saito, E, Imansyah, H, Ibrohim. 2005. Penerapan Studi pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus dari IMSTEP. Jurnal Pendidikan “Mimbar Pendidikan”, No. 3 Th XXIV:24-32 Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Yuliati, L. 2005. Pengembangan Program Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Awal Mengajar Calon Guru Fisika. Disertasi Doktor Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan
30
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
LESSON STUDY MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATAKULIAH METODE PENELITIAN
Hadi Suwono 1) Herawati Susilo 2) 1) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang, 65145, email:
[email protected] 2) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang, 65145, email;
[email protected]
Abstrak. Dampak lesson study (LS) terhadap hasil belajar matakuliah Metode Penelitian telah dikaji selama periode 2008/2009 sampai 2010/2011. Kegiatan LS dilakukan dalam 3 tahap, yaitu plan, do, see; tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see). Hasil studi menunjukkan bahwa LS meningkatkan hasil belajar mahasiswa, kemampuan mahasiswa menyusun proposal penelitian, dan kemampuan mahasiswa melaporkan hasil penelitian. Persentase mahasiswa yang mendapat nilai akhir A dan A- meningkat, sebaliknya mahasiswa yang mendapat nilai C dan E menjadi berkurang bahkan tidak ada pada Semester Ganjil 2010/2011. Nilai proposal penelitian dan laporan penelitian mengalami peningkatan sejak dilakukan LS. Kata kunci: Lesson Study, Hasil Belajar, Metode Penelitian. Abstract: The impact of lesson study (LS) on the learning outcomes at Research Methods course have been studied over the period 2008/2009 to 2010/2011. Lesson Study conducted in 3 stages, plan (planning of teaching and learning), do (implementation), see (reflection). The study showed that LS improve the student learning outcomes, the ability of students preparing research proposals, and the ability of students to report research results. Percentage of students who have the final score A and A- increase, the student who got score of C and E decrease and none at Odd Semester 2010/2011. The score of research proposals and research reports have increased since implementation of LS. Keyword:: Lesson Study, Learning Outcomes, Research Methodology.
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang wajib memprogram matakuliah Metode Penelitian pada Semester III. Matakuliah ini sebagai bekal bagi calon guru agar kelak jika menjadi guru mereka mampu melakukan penelitian. Tujuan matakuliah Metode Penelitian adalah menghasilkan mahasiswa yang menguasai konsep dasar penelitian dan terampil meneliti, termasuk mampu menghasilkan gagasan penelitian, menulis proposal penelitian, melaksanakan penelitian, mencatat data penelitian, menganalisis data penelitian, dan melaporkan hasil penelitian. Kompetensi matakuliah Metode Penelitian adalah mahasiswa mampu sebagai berikut. 1. Memahami konsep dasar penelitian 2. Mengidentifikasi ide-ide untuk dikembangkan menjadi disain penelitian 3. Menulis proposal penelitian 4. Menerapkan metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti 5. Terampil melaksanakan penelitian, termasuk mencatat data, menganalisis data, dan mensintesis temuan 6. Terampil menyusun laporan penelitian 7. Memiliki kepekaan dan mampu memonitor dan mengevaluasi hasil belajar sebagai pebelajar yang mandiri.
31
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
8. Mampu melakukan refleksi diri tentang praktik meneliti yang telah dilakukan melalui praktik menulis jurnal refleksi dan portofolio. Pelaksanaan LS pada matakuliah Metode Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi hasil belajar mahasiswa peserta kuliah Metode Penelitian yang masih perlu ditingkatkan. Nilai rata-rata pemahaman konsep dasar penelitian pada Semester Gasal 2008/2009 adalah 57,6. Selama kegiatan pembelajaran mahasiswa juga pasif, hal ini nampak dari sedikitnya mahasiswa yang bertanya kepada dosen maupun kepada mahasiswa lain. Proposal penelitian yang dihasilkan oleh mahasiswa masih banyak kelemahannya, yaitu identifikasi masalah yang belum jelas, perumusan masalah yang kurang operasional dan terukur, penyusunan definisi variabel penelitian belum operasional, metode penelitian dan analisis data yang kurang rinci. Laporan penelitian juga masih perlu ditingkatkan terutama dalam penyajian data, pembahasan, dan perumusan kesimpulan. Pembahasan pada umumnya belum didukung dengan literatur yang cukup. Perumusan kesimpulan belum sesuai dengan rumusan masalah. Rendahnya hasil belajar mahasiswa diduga disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut. 1. Metode yang digunakan dalam perkuliahan belum memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menelaah permasalahan penelitian dan belajar meneliti secara mendalam. 2. Mahasiswa kurang berdiskusi dengan dosen mengenai konsep dasar penelitian, sehingga pemahaman konsep dan keterampilan berpikir mahasiswa masih kurang. 3. Mahasiswa kurang mendapatkan masukan dari dosen dan mahasiswa lain selama menyusun proposal penelitian, melakukan penelitian, dan melaporkan hasil penelitian. Berdasarkan kelemahan tersebut dosen pembina matakuliah melakukan perbaikan proses belajar mengajar melalui kegiatan Lesson Study (LS). Kegiatan LS yang dilakukan ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar mahasiswa peserta matakuliah Metode Penelitian. METODE PELAKSANAAN LESSON STUDY
Kegiatan LS telah dilakukan pada matakuliah Metode Penelitian yang disajikan oleh Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang sejak Tahun Perkuliahan 2009/2010 sampai saat ini. Kegiatan LS yang diterapkan tersusun atas 3 tahap kegiatan, yaitu plan, do, see; tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see) seperti yang dikemukakan oleh Syamsuri dan Ibrohim (2008) dan Wikipedia 2 (tanpa tahun). Peserta kegiatan LS adalah dosen pembina matakuliah, Herawati Susilo dan Hadi Suwono; Asisten dosen, Ni Komang Ayu Wirastini; dan mahasiswa S2 yang melakukan Praktik Pengalaman Lapangan. Tahapan kegiatan dalam lesson study tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Perencanaan (Plan) Dalam tahap perencanaan, dosen yang tergabung dalam Lesson study berkolaborasi memperbaiki silabus perkuliahan dan membuat rencana pelaksanaan perkuliahan (RPP) berdasarkan silabus yang telah disusun. RPP yang disusun difokuskan pada proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Penyusunan RPP meliputi kegiatan menganalisis kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa, mengembangkan kompetensi dasar menjadi kegiatan pembelajaran aktif, mengembangkan proses pembelajaran atau cara membelajarkan mahasiswa, dan menyusun perangkat penilaian. 2. Pelaksanaan (Do) Pada tahapan pelaksanaan, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh dosen pembina matakuliah untuk mempraktikkan rencana pembelajaran yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh dosen anggota lesson study. 3. Refleksi (Reflection) Tahapan ketiga, refleksi, merupakan tahapan yang sangat penting karena merupakan upaya menelaah proses perkuliahan yang telah dilaksanakan serta usulan perbaikan proses perkuliahan selanjutnya. Dalam 32
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
proses refleksi ini diupayakan dilakukan analisis yang tajam terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta lesson study. Diskusi dimulai dari penyampaian refleksi dosen penyaji/yang telah mempraktikkan pembelajaran. Dalam kesempatan ini refleksi dilakukan dengan menyampaikan keseluruhan proses perkuliahan yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan rencana pembelajaran yang telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam menyampaikan saran-saran, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Selama kegiatan LS dilakukan pengamatan terhadap proses dan hasil belajar. Perubahan yang diamati dalam sebagai dampak dari kegiatan LS meliputi, (1) kegiatan belajar mengajar, (2) nilai akhir mahasiswa, (3) kemampuan mahasiswa menyusun proposal penelitian, (4) kemampuan mahasiswa melaporkan hasil penelitian. HASIL LESSON STUDY
Dampak kegiatan LS yang dilakukan pada matakulian Metode Penelitian terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa dijabarkan sebagai berikut. Proses Belajar Mengajar Proses perkuliahan sebelum pelaksanaan LS dilakukan tanpa menggunakan model yang jelas. Kegiatan belajar secara umum adalah membahas materi dan soal-soal dari buku Students and Research, Practical Strategies for Science Classroom and Competition yang ditulis oleh Julia H Cothron, dkk (1993). Berdasarkan hasil refleksi maka diputuskan model pembelajaran yang dilakukan adalah model pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek (PBP) dipilih karena PBP merupakan model pembelajaran autentik yang memfasilitasi pebelajar merencanakan, melaksanakan, melaporkan, dan mengevaluasi proyek yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Railsback, 2002). Melalui PBP mahasiswa didorong untuk melakukan proyek dan bekerja secara kolaboratif untuk menjalankan satu seri tugas yang menghasilkan produk pada akhir proyek (Anonim, 2009; Petrosina, 2009). Menurut Wikipedia 1 (http://en.wikipedia.org/wiki/Project-based_learning) pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang memfasilitasi pebelajar melaksanakan proyek sehingga menghasilkan hasil belajar keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan pendekatan pembelajaran yang komprehensif untuk membawa pebelajar pada pemahaman hasil belajar yang bermakna. Dalam PBP pebelajar berinkuiri untuk menjawab isu dan permasalahan yang relevan dengan kehidupannya, sehingga merupakan latihan bagi pebelajar (mahasiswa) untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam dunia kerja. Dalam perkuliahan Metode Penelitian, PBP memfasilitasi mahasiswa merancang, melaksanakan, melaporkan suatu proyek penelitian; serta merefleksikan hasil belajarnya. Dalam melakukan penelitian mahasiswa berlatih mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, mengembangkan disain penelitian, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan penemuan, serta menulis laporan penelitian. Dengan demikian, penelitian implementasi pembelajaran berbasis proyek ini bertujuan untuk, (1) meningkatkan pemahaman konsep dasar penelitian pada mahasiswa, (2) meningkatkan kemampuan mahasiswa merancang penelitian, dan (3) meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan dan mengkomunikasikan hasil penelitian, dan (4) mengetahui respons mahasiswa terhadap penerapan pembelajaran berbasis proyek. Model pembelajaran berbasis proyek yang digunakan memiliki 6 (enam) tahapan yang diadaptasi dari Colley (2008) sebagai berikut. a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan proyek. Dalam tahap ini mahasiswa membahas dan mendiskusikan konsep-konsep dasar Metode Penelitian secara kooperatif. Dalam tahap ini mahasiswa membentuk kelompok yang beranggotakan 2-3 mahasiswa. Setiap kelompok mengidentifikasi satu permasalahan untuk dikaji dan kemudian diteliti. Dalam tahap ini
33
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
dosen mengelola mahasiswa bekerja secara kolaboratif, memandu mahasiswa mendiskusikan konsepkonsep penelitian, membimbing mahasiswa menelaah konsep-konsep dasar, serta membantu mahasiswa mengidentifikasi permasalahan dan mengembangkan rencana pemecahan masalah melalui penelitian. b. Mencari informasi Setelah memperoleh permasalahan yang diteliti, mahasiswa secara individual mencari pustaka yang sesuai dengan tema permasalahan yang akan diteliti. Pustaka ini digunakan untuk mendukung penyusunan proposal proyek penelitian yang dipilih. Pustaka tersebut dianalisis secara kritis. Pustaka yang telah dianalisis kemudian didiskusikan dalam kelompok; dengan demikian mahasiswa menyaring informasi-informasi yang akan digunakan dalam mendukung perencanaan dan pelaksanaan proyek. Pada tahap ini dosen menugasi mahasiswa mencari pustaka, membimbing dan memfasilitasi mahasiswa melakukan analisis kritis, membimbing dan memfasilitasi mahasiswa dalam memilih informasi yang sesuai dengan tema proyeknya, dan memfasilitasi diskusi agar berdayaguna bagi perencanaan dan pelaksanaan proyek. c. Merencanakan proyek Berdasarkan informasi yang dikumpulkan mahasiswa secara kooperatif mendiskusikan perencanaan proyek dan dilanjutkan dengan penyusunan draf disain/proposal proyek. Draf proposal kemudian dipresentasikan dan didiskusikan untuk menerima masukan dari kelompok lain. Masukan dari kelompok lain dan dari dosen digunakan untuk perbaikan proposal. Selanjutnya mahasiswa memperbaiki proposal penelitiannya. Dosen memfasilitasi diskusi penyusunan proyek dan memastikan bahwa masing-masing proyek mendapatkan masukan, baik dari dosen maupun mahasiswa lainnya. d. Melaksanakan proyek Secara kooperatif mahasiswa melaksanakan proyek berdasarkan rencana yang telah disusun, mengumpulkan dokumen hasil pelaksanaan proyek, dan melaporkan perkembangan proyek secara terpogram. Dalam tahap ini dosen mengecek kemajuan pelaksanaan proyek, memfasilitasi terjadinya komunikasi kemajuan proyek mahasiswa, dan memfasilitasi pemecahan masalah jika ada hambatan dan kesulitan. e. Mendokumentasikan dan melaporkan penemuan Mahasiswa menganalisis data dan dokumen proyek, menyusun laporan proyek, mempresentasikan proyek dalam diskusi ilmiah di kelas. Dosen membantu mahasiswa menganalisis data dan dokumen proyek, membantu penyusunan laporan proyek, memfasilitasi komunikasi hasil proyek dalam bentuk diskusi ilmiah. f.
Mengevaluasi proyek Mahasiswa melakukan refleksi terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan proyek; mengidentifikasi hambatan dan kesulitan selama melaksanakan proyek untuk digunakan sebagai bahan belajar pada pelaksanaan proyek berikutnya. Dosen membimbing mahasiswa melakukan refleksi dan membantu mahasiswa mengidentifikasi hambatan dan kesulitan dalam melaksanakan proyek. Respons Mahasiswa terhadap Pembelajaran Respons mahasiswa terhadap model pembelajaran yang dilakukan yaitu pembelajaran berbasis proyek direkam menggunakan kuesioner. Temuan penting dalam penelitian ini adalah bahwa lebih dari 80% mahasiswa berpendapat pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang konsep-konsep penelitian, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang penelitian, membantu menemukan masalah dan mencari pemecahan masalah melalui penelitian, mengembangkan ide kreatif dalam memecahkan masalah, membantu menerapkan teori penelitian ke dalam praktik, membangkitkan kemauan untuk berkolaborasi dalam memecahkan masalah. Selain itu mahasiswa juga merasa senang diajar dengan pembelajaran berbasis proyek meskipun banyak tugas yang harus dipenuhi. Namun, persentase mahasiswa yang masih kesulitan dalam menyusun proposal masih cukup tinggi, yaitu mencapai 50%.
34
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Demikian pula dengan pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan penelitian, mahasiswa yang masih merasa kesulitan mencapai lebih dari 40%. Hasil Belajar Hasil belajar yang dimaksud dalam tulisan ini adalah nilai akhir perkuliahan. Nilai akhir perkuliahan dihitung berdasarkan nilai tes pemahaman konsep, tugas praktikum, nilai proposal, nilai aktivitas dalam pembelajaran, dan nilai laporan penelitian. Materi tes meliputi, definisi terminologi dalam lingkup penelitian, jenis-jenis penelitian, identifikasi masalah penelitian, variabel penelitian, perumusan hipotesis, disain eksperimen, menciptakan disain penelitian menggunakan strategi 4 (empat) pertanyaan, dan menciptakan desain penelitian didasarkan pada bahan-bahan yang disajikan. Praktikum digunakan untuk memperkuat pemahaman mahasiswa tentang konsep dasar penelitian. Dalam melaksanakan tugas praktikum ini mahasiswa diberi lembar kerja berupa prosedur eksperimen. Mahasiswa melaksanakan eksperimen menggunakan langkah-langkah yang sudah disiapkan dalam lembar kerja tersebut. Praktik eksperimen meliputi eksperimen menggunakan satu variabel bebas dan dua variabel bebas. Praktik ini sekaligus juga mewakili pelaksanaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Eksperimen dengan menggunakan satu variabel bebas sekaligus wakil pelaksanaan penelitian kualitatif temanya adalah menerbangkan pesawat terbang kertas. Eksperimen dengan dua variabel bebas sekaligus wakil pelaksanaan penelitian kuantitatif adalah pengaruh aktivitas dan jenis kelamin terhadap frekuensi detak jantung. Persentase nilai akhir mahasiswa, khususnya nilai A dan A- menunjukkan peningkatan dari Tahun 2008/2009 sampai 2010/2011. Data Tabel 1 menunjukkan bahwa ada peningkatan persentase mahasiswa yang mendapat nilai A dan A-; dari Semester Ganjil 2008/2009 (12,8%), Semester Ganjil 2009/2010 (22,9%), dan Semester Ganjil 2010/2011 (30,1%). Persentase mahasiswa yang mendapat nilai B- sampai E menurun dari 17,8% menjadi 3,3%, dan 0% pada Semester Ganjil 2010/2011. Data dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa LS memberikan dampak terhadap peningkatan nilai akhir mahasiswa Metode Penelitian. Proposal Penelitian Pada perkuliahan Metode Penelitian mahasiswa ditugaskan menyusun proposal penelitian. Penyusunan proposal penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi permasalahan, merumuskan masalah, mengemukakan hipotesis, merumuskan definisi operasional variabel, menelaah pustaka, dan merumuskan metode penelitian. Hasil proses perencanaan penelitian ini disusun menjadi proposal penelitian. Proposal penelitian terdiri dari tiga bagian utama yaitu Pendahuluan, Kajian Pustaka, dan Metode Penelitian. Pendahuluan terdiri atas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis, Definisi Operasional Variabel. Kajian Pustaka mengungkap masalah teori-teori yang mendasari pengajuan hipotesis. Metode Penelitian menjelaskan tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian, Prosedur Penelitian, Alat dan Bahan, Instumen Penelitian dan Pengumpulan Data, dan Analisis Data. Proposal penelitian ditulis dalam Bahasa Indonesia. Pada mahasiswa program PGMIPABI (Pendidikan Guru MIPA Bertaraf Internasional) proposalnya ditulis dalam bahasa Inggris. Tabel 1 Sebaran Persentase Nilai Mahasiswa Metode Penelitian Selama Tiga Tahun Sebaran Nilai Nilai A Nilai ANilai B+ Nilai B Nilai BNilai C+ Nilai C Nilai D Nilai E
Semester Ganjil 2008/2009 1,2 11,6 40,0 29,4 11,8 1,2 2,4 0,0 2,4
Persentase Semester Ganjil 2009/2010 1,6 21,3 52,5 21,3 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3
35
Semester Ganjil 2010/2011 3,2 26,9 48,4 21,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Pada tahun perkuliahan 2008/2009 mahasiswa ditugaskan untuk membuat proposal. Mahasiswa mempresentasikan proposal dalam diskusi kelas. Selama diskusi proposal mendapat masukan dari dosen dan mahasiswa. Cara pembelajaran demikian ternyata kurang baik karena proposal yang tidak dipresentasikan tidak mendapat masukan dari dosen dan mahasiswa. Berdasarkan hasil refleksi dalam LS diputuskan bahwa mahasiswa membuat draf proposal sebelum menjadi proposal yang siap diteliti. Draf proposal dan proposal mahasiswa tidak hanya dipresentasikan di kelas untuk mendapat masukan dari dosen dan mahasiswa, tetapi juga dikumpulkan dan diberi masukan oleh dosen. Rata-rata nilai proposal dapat dilihat pada Tabel 2. Data Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai proposal mengalami peningkatan dari tahun 2009/2010 ke tahun 2010/2011. Data dalam Tabel 2 ini juga menunjukkan bahwa LS dapat meningkatkan nilai proposal penelitian mahasiswa. Mahasiswa ditugaskan menyusun draf proposal terlebih dahulu sebelum membuat proposal juga menunjukkan hasil yang menarik. Sebagai contoh kasus pada Kelas A Semester Ganjil 2009/2010, rata-rata nilai draf proposal penelitian adalah 78,3. Rendahnya nilai draf proposal mahasiswa diakibatkan oleh kurangnya referensi yang dibaca mahasiswa sehingga kualitas bagian Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, dan Metode Penelitian masih kurang baik. Berdasarkan hasil refleksi ini diputuskan mahasiswa melengkapi proposalnya dengan memanfaatkan informasi dari pustaka. Para mahasiswa ditugaskan untuk mencari pustaka untuk dianalisis secara kritis dan digunakan sebagai sumber yang mendukung penelitian. Dalam melakukan analisis kritis terlebih dahulu mahasiswa diberi contoh. Mahasiswa menganalisis kritis 3 (tiga) referensi. Hasil analisis kritis didiskusikan di kelas dan dinilai oleh dosen. Tabel 2 Rata-rata Nilai Proposal Penelitian Kelas Kelas A Kelas AA Kelas B Kelas BB Rata-rata
2009/2010 83,4 70,1 76,75
2010/2011 86,9 83,3 84,0 85,0 84,8
Setelah melakukan analisis kritis pustaka mahasiswa memperbaiki proposal-nya. Proposal ini dikumpulkan dan dinilai. Data nilai proposal yang telah diperbaiki berdasarkan hasil analisis kritis rata-ratanya meningkat menjadi 83,4. Melaksanakan dan Mengkomunikasikan Penelitian Mahasiswa melaksanakan proyek penelitian berdasarkan proposal yang telah disusun. Proyek penelitian dilakukan mahasiswa secara berpasangan. Penelitian dilakukan selama 2-4 minggu tergantung perencanaan. Data hasil penelitian terlebih dahulu dipresentasikan dan didiskusikan sebelum ditulis menjadi laporan penelitian. Rata-rata nilai laporan penelitian menunjukkan peningkatan sejak dilakukannya LS (Tabel 2). Rata-rata nilai laporan penelitian pada 2008/2009 adalah 76,5, meningkat menjadi 78,4 pada 2009/2010, dan meningkat menjadi 86,3 pada 2010/2011. DISKUSI Matakuliah Metode Penelitian merupakan matakuliah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian. Perkuliahan Metode dirancang memberikan suasana akademik yang mendukung terciptanya kreativitas dan daya kritis mahasiswa, karena peneliti yang unggul mensyaratkan daya kritis dan kreatifitas. Sistem perkuliahan/pembelajaran Metode Penelitian juga dirancang agar mahasiswa belajar meneliti. 36
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 3 Nilai Laporan Penelitian
Kelas Kelas A Kelas AA Kelas B Kelas BB Rata-rata
Jumlah mahasiswa (N) 41 22 27
2008/2009 Nilai (NxNR) Ratarata (SR) 82,8 3394,8 72,7 1599,4 70,1 1892,7 76,.5
Jumlah mahasiswa (N) 35 26 -
2009/2010 Nilai (NxNR) Ratarata (SR) 81,7 2859,5 74,0 1924,0 78,4
Jumlah mahasiswa (N) 25 39 24 5
2010/2011 Nilai (NxNR) Ratarata (SR) 86,5 2162,5 84,4 3291,6 88,5 2124 89,2 446 86,3
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis projek yang telah disepakati dalam LS merupakan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam perkuliahan Metode Penelitian. Pembelajaran berbasis proyek meningkatkan kompetensi mahasiswa terutama dalam memahami konsep dasar penelitian, merencanakan penelitian, serta melaksanakan dan melaporkan hasil penelitian. Hasil penelitian Asan dan Haliloglu (2005) yang juga menunjukkan adanya peningkatan keterampilan meneliti pada siswa melalui penerapan pembelajaran berbasis proyek. Menurut Gaer (1998) Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk pebelajar usia dewasa, baik bagi mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi maupun yang sedang menjalani pelatihan transisional untuk memasuki lapangan kerja. Menurut Railsback (2002) PBP adalah model pembelajaran yang bertujuan agar pebelajar mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proyek-proyek yang memiliki aplikasi dalam dunia nyata. Pendapat Gaer (1998) dan Railsback (2002) menunjukkan bahwa model PBP sesuai untuk melatih kemampuan meneliti pada mahasiswa sehingga tepat digunakan sebagai model pembelajaran pada matakuliah Metode Penelitian. Lesson Study mengarahkan pembelajaran pada upaya peningkatan keterampilan meneliti pada mahasiswa. Peningkatan kemampuan meneliti dapat dicapai karena proses pembelajaran memfasilitasi mahasiswa mengidentifikasi masalah, mencari informasi pemecahan masalah dari berbagai sumber, merancang pemecahan masalah, melaksanakan pemecahan masalah melalui penelitian, mencatat data, menganalisis data, merumuskan simpulan, dan melaporkan hasil melalui aktivitas kolaboratif. Keberhasilan mahasiswa dalam menguasai kompetensi matakuliah Metode Penelitian tidak terlepas dari adanya proses kolaboratif. Hasil proyek yang ditampilkan oleh mahasiswa didukung oleh kerja kooperatif mulai dari penentuan tema proyek penelitian, perencanaan proyek, pelaksanaan proyek sampai pelaporan proyek. Proses belajar mengajar memfasilitasi kolaborasi antar anggota kelompok maupun antar kelompok. Dalam merencanakan penelitian pebelajar mengidentifikasi masalah dan merancang pemecahan masalah. Untuk menghasilkan rencana pemecahan masalah yang logis mereka harus mencari pustaka, menelaah dan mengkritisi pustaka, berhipotesis, dan kemudian menyusun rencana pemecahan masalah yang sistematis. Demikian pula pada saat menyusun laporan penelitian, mahasiswa harus menganalisis data, menguji hipotesis, dan akhirnya menyusun rumusan kesimpulan. Kegiatan merancang penelitian dan menyusun laporan penelitian ini melibatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan. Lesson Study mengarahkan pembelajaran agar membantu mahasiswa berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir logis dengan melibatkan kemampuan membandingkan, mengklasifikasi, membuat hubungan sebab akibat, berpikir deduktif dan induktif, merancang, berhipotesis, dan memberikan kritik. Kemampuan berpikir kritis dilatihan melalui pemberian tugas menganalisis kritis pustaka yang dijadikan sebagai sumber acuan dalam penelitian, menganalisis kritis data penelitian sendiri, menganalisis kritis penelitian mahasiswa lain melalui diskusi kelas, dan merefleksi hasil penelitian sendiri. Proyek penelitian membantu mahasiswa memecahkan masalah dengan pendekatan multidisiplin (Asan dan Haliloglu, 2005). Kwok dan Tan (2004) juga mengatakan bahwa proyek membantu pebelajar menyatukan pengetahuan dan keterampilan yang terpisah-pisah menjadi satu pemikiran yang utuh untuk mecahkan masalah. Bukti bahwa mahasiswa menggunakan pendekatan multidisiplin dalam pemecahan masalah melalui penelitian adalah mahasiswa belajar teknik analisis data, statistik, dan teknik menulis laporan; yang sebenarnya keterampilan tersebut tidak termasuk kompetensi dari matakuliah Metode Penelitian. 37
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Hasil studi ini menunjukkan bahwa LS memperbaiki proses belajar mengajar. Perbaikan proses belajar mengajar ini memberikan manfaat pada dosen maupun pada mahasiswa. LS mendorong dosen menjadi lebih terampil mengelola pembelajaran. Perbaikan proses belajar mengajar melalui perbaikan model pembelajaran dan peningkatan kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran selanjutnya berdampak pada peningkatkan hasil belajar mahasiswa. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian LS di matakuliah Metode Penelitian pada Semester Ganjil 2008/2009 sampai 2010/2011 menunjukkan bahwa lesson study meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Peningkatan hasil belajar ini didasarkan pada bukti-bukti sebagai berikut. 1. Persentase mahasiswa yang mendapat nilai akhir A dan A- meningkat, sebaliknya mahasiswa yang mendapat nilai C dan E menjadi berkurang bahkan tidak ada pada Semester Ganjil 2010/2011. 2. Nilai proposal penelitian dan laporan penelitian mengalami peningkatan dibanding sebelum dilakukan LS. Berdasarkan simpulan ini Penulis merekomendasikan penggunaan lesson study dalam perkuliahan Metode Penelitian. Penerapan lesson study pada perkuliahan Metode Penelitian akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya meningkatkan pemahaman konsep dasar penelitian serta kemampuan mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan penelitian. DAFTAR RUJUKAN Anonim. 2009. Project-Based Instruction and Learning in Adult Education. A Publication of Building Professional Development, Partnerships for Adult Educators Project (PRO-NET). Pelavin Research Institute of the American Institutes for Research, (Online), (http://search.conduit.com/Results.aspx? q=projectbased+instruction&hl=en&SelfSearch=1&SearchSourceOrigin =13&ctid=CT1392740. Diakses 29 Oktober 2009). Asan, Askin dan Haliloglu, Zeynep. 2005. Implementing Project Based Learning in Computer Classroom. The Turkish Online Journal of Educational Technology, 4 (3): 68-81, (Online), (http://www.tojet.net/articles/4310.pdf, diakses 22 November 2010). Colley, Kabba. 2008. Project-Based Science Instruction. The Science Teacher. 75 (8): 23-28. Gaer, S. 1998. What is Project-Based Learning? (Online) http://members.aol. com/ Culebra Mom/pblprt.html. Diakses 2 januari 2010 Kwok, Percy Lai Yin dan Tan, Christopher Yew Gee. 2004. Scaffolding Supports In Project-Based Learning Through Knowledge Community (KC): Collaborative Learning Strategies and Pedagogical Facilitation. Prosiding Seminar The 8th Global Chinese Conference on Computers Eeducation, 2004, (Online), (http://www.learningexpert.net/chris/Publication/GCCCE2004-2a.pdf, diakses 20 Agustus 2010). Petrosino, Anthony. 2009. Project-Based Learning: Background Knowledge and Theory. Madison: Wisconsin Center for Education Research, (Online), http://college. cengage.com/education/pbl/background.html, diakses 28 Oktober 2009). Railsback, Jennifer. 2002. Project-based instruction: Creating Excitement for Learning. Northwest Regional Educational Laboratory, (Online), (http://www. nwrel.org/request/ 2002aug/index.html, diakses 28 Oktober 2009). Syamsuri, I. dan Ibrohim. 2008. Lesson study (Studi Pembelajaran). Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Wikipedia 1. Lesson study. Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study. Diakses tanggal 3 Agustus 2009. Wikipedia 2. Project-Based Learning, (Online), (http://en.wikipedia.org/wiki/Project-based_ learning, diakses 28 Oktober 2009).
38
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENERAPAN PADUAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 13 MALANG
Ardian Anjar Pangestuti1) Siti Zubaidah1) Balqis1) 1)
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Absract: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar kognitif mata pelajaran Biologi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri Malang, melalui pembelajaran dengan menerapkan paduan metode Numbered Heads Together (NHT) dan Student Teams Achievement Divisions (STAD). Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan dua siklus, siklus I dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan dan siklus II dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII A dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang yang terdiri 18 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan paduan metode NHT dan STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif Biologi siswa kelas VIII A SMP 13 Malang. Data kemampuan berpikir kritis diperoleh dari hasil tes yang dianalisis dengan menggunakan rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis yang didasarkan pada keruntutan serta kaidah bahasa yang ditentukan sedangkan data hasil belajar kognitif diperoleh dari hasil tes yang dianalisis dengan menggunakan rubrik penilaian hasil belajar kognitif yang didasarkan pada kebenaran materi. Kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu ketuntasan belajarnya meningkat 28,9 % dan rata-rata nilai kelasnya meningkat dari 68,4 menjadi 74. Hasil belajar kognitif juga mengalami peningkatan dari kegiatan pembelajaran sebelum penelitian (pra penelitian) ke siklus II, yaitu ketuntasan belajarnya meningkat 28,9 % dan rata-rata nilai kelasnya meningkat dari 68,9 menjadi 78,7. Kata Kunci: Paduan Metode Numbered Heads Together dan Student Teams Achievement Divisions, Berpikir Kritis, Hasil Belajar Kognitif
Sebuah pembelajaran seharusnya dapat memberikan kesan yang baik, pengalaman berharga, serta keberhasilan bagi siswa maupun guru. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Amien (1985) dalam Susilo, dkk. (2009), yang menyatakan bahwa proses belajar mengajar yang efektif dan bermakna akan berlangsung bila proses belajar mengajar benar-benar dapat memberikan keberhasilan dan kepuasan, baik bagi siswa maupun guru. Dinyatakan pula oleh Susilo, dkk. (2009), hal itu hanya bisa terjadi bila guru menaruh perhatian pada keefektifan sistem pembelajarannya dan dipacu oleh suatu keinginan dan kemauan untuk selalu memperbaiki pembelajarannya. Berdasarkan penjabaran di atas, seharusnya pada saat berada di dalam kelas, setiap anak memiliki kesempatan untuk bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan pendapat, bahkan sampaiBmelakukan suatu eksperimen kegiatan lain untuk menjawab rasa ingin tahu seorang anak. Dengan demikian, pada saat proses belajar mengajar berlangsung anak tidak boleh diberlakukan seperti busa (spons) di dalam kelas yang hanya menyerap ilmu dari guru, serta dibatasi rasa ingin tahunya terhadap sesuatu yang tidak disampaikan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung. Apabila rasa ingin tahu seorang anak dibatasi, maka seorang anak akan mengalami kesulitan untuk 39
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, karena salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah dengan meningkatkan rasa ingin tahu. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Hassoubah (2004: 102), yang menyatakan bahwa salah satu cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah dengan meningkatkan rasa ingin tahu dan kemampuan bertanya. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2010 dan tanggal 7-8 Februari 2011 di kelas VIII A, ditemukan beberapa gejala yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa rendah. Gejala yang menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa rendah adalah pertama, siswa kurang memiliki inisiatif untuk mengeluarkan pendapat ataupun menjawab pertanyaan. Apabila terdapat pertanyaan yang disampaikan oleh guru, siswa lebih sering menjawab secara serempak ataupun diam apabila tidak ditunjuk secara langsung. Kedua, siswa terbiasa menyelesaikan soal yang menggunakan pola berpikir tingkat rendah. Hal ini diketahui dari hasil analisis sederhana pada soal yang terdapat pada uji kompetensi pada LKS dan soal ulangan harian pada KD mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Soal-soal tersebut terbatas pada tingkatan kognitif pemahaman (C2). Ketiga, siswa kurang bisa bekerjasama dengan teman satu kelompok. Siswa cenderung mengandalkan teman yang lebih pandai untuk menyelesaikan tugas kelompok tersebut, dan apabila siswa dalam satu kelompok dituntut untuk menyelesaikan tugas secara individu, maka siswa yang belum mengerjakan memilih untuk mencontek teman yang pandai. Sedangkan, gejala yang menunjukkan hasil belajar kognitif siswa rendah adalah hasil ujian akhir KD mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan, menunjukkan persentase ketuntasan belajar kelas adalah 57,9% dan rata-rata nilai kelas 68,92. Berpikir kritis menurut Bloom (1956) (dalam Filsaime, 2008: 74), memiliki arti sama dengan tingkat berpikir yang lebih tinggi, terutama “evaluasi”. Menurut Churches (2009: 9) pada taksonomi Bloom yang termasuk pada tingkatan berpikir tinggi adalah menggunakan (applying), menganalisis (analysing), evaluasi (evaluating) dan mencipta (creating). Sedangkan hasil belajar kognitif siswa merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu siswa yang terangkum dalam enam ranah kognitif yang terdapat dalam Taksonomi Bloom (1956) yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl. Keenam ranah kognitif tersebut terdiri atas mengingat (remembering), memahami (understanding), menggunakan (applying), menganalisis (analysing), mengevaluasi (evaluating), serta mencipta (creating) (Churches, 2009: 5). Kemampuan kognitif yang tinggi dapat memudahkan siswa untuk menerima materi pelajaran yang disampaikan pada saat kegiatan pembelajaran (Arikunto, 2008: 117121). Menurut Arikunto (2008: 121) dari keenam ranah kognitif yang telah disebutkan di atas, sebagian (tiga ranah, yang terdiri atas ingatan, pemahaman, serta aplikasi) hanya cocok diterapkan di Sekolah Dasar, sedangkan untuk analisis dan sintesis baru dapat dilatihkan di SLTP, SMU, dan Perguruan Tinggi secara bertahap. Urutan yang ada, memang menunjukkan semakin tinggi tingkat berpikir semakin berat pula usaha yang dilakukan oleh seseorang. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis penting dan sudah waktunya untuk diterapkan pada siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama. Selain kemampuan berpikir kritis yang perlu ditingkatkan, perlu juga dilakukan peningkatan hasil belajar kognitif pada siswa di kelas VIII A. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran tertentu. Hal ini seperti disampaikan oleh Hadi (2007) yang menyatakan bahwa pemberdayaan keterampilan berpikir kritis pada siswa sangat mendesak dilakukan yang dapat terintegrasi melalui metode-metode pembelajaran yang akan terbukti mampu memberdayakan keterampilan berpikir kritis siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dipilih untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa adalah paduan metode Numbered Heads Together (NHT) dan Student Teams Achievement Divisions (STAD). Alasan dipilihnya metode STAD untuk dipadukan dengan NHT adalah karena pendekatan ini adalah yang paling sederhana di antara pendekatan-pendekatan pembelajaran kooperatif lain yang dikembangkan oleh Slavin, sehingga cukup baik digunakan oleh guru yang pertama kali menggunakan pembelajaran kooperatif (Zubaidah, 2006: 9). Alasan lainnya adalah metode tersebut cocok diterapkan untuk seluruh materi pelajaran (Slavin, 2005) dalam (Zubaidah, 2006: 10). Pada metode ini juga
40
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
terdapat langkah yang mengharuskan siswa untuk melakukan diskusi bersama teman satu kelompok untuk menyelesaikan tugas. Kegiatan ini dapat merangsang meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Hassoubah (2004: 108) “untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memberikan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain adalah penting. Melibatkan diri dalam kegiatan diskusi dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis”. Alasan lainnya adalah pada metode NHT terdapat tahapan tanya jawab. Melalui tahapan ini siswa akan memiliki tanggung jawab secara individu untuk belajar lebih giat lagi dan turut aktif dalam kegiatan diskusi dengan teman satu kelompok. Pendapat tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Nur (2005: 78) dalam Azizah (2007: 21) menyatakan “dalam menunjuk siswa, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut, dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok”. Selain dapat meningkatkan tanggung jawab individual, kegiatan tanya jawab juga dapat digunakan untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Filsaime (2008: 94) yang menyatakan bahwa “di akhir pelajaran, sebuah latihan evaluatif singkat tentang hal paling penting yang telah mereka pelajari sebaiknya dilakukan, dengan cara ini, siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk berpikir secara kritis”. Selain alasan yang telah disampaikan di atas, kedua metode tersebut telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Winarti (2010) membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Revykawanti (2009) membuktikan bahwa NHT dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Malang. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII A semester genap tahun ajaran 2010-2011 yang berjumlah 38 orang yang terdiri atas 18 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 14 Februari sampai tanggal 23 Mei 2011. Jenis penelitian yang digunakan Classroom Action Research (CAR). Di Indonesia penelitian ini dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Arikunto, 2009: 4). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, adapun bagan untuk penelitian ini menurut Arikunto, 2009: 16 sebagai berikut. Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS
Pelaksanaan
II Pengamatan ?
Gambar 1. Bagan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009: 16) 41
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini terdiri atas empat macam. Pertama adalah soal tes, soal tes yang diberikan kepada siswa ada dua macam. Soal tes pertama adalah soal yang tercantum pada lembar daftar pertanyaan. Soal ini diberikan kepada siswa melalui pertanyaan lisan pada waktu kegiatan diskusi klasikal berlangsung. Tujuan dilakukannya kegiatan tanya jawab adalah untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Tujuan lainnya adalah untuk memunculkan rasa tanggung jawab siswa secara individu untuk belajar lebih giat lagi dan turut aktif dalam kegiatan diskusi dengan teman satu kelompok. Selain itu juga untuk mencari siswa yang aktif dalam kegiatan diskusi (tanya jawab) untuk diberikan penghargaan pada akhir kegiatan pembelajaran. Soal tes kedua adalah soal tes yang diberikan setelah siswa mengalami pembelajaran selama satu siklus. Soal tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar kognitif siswa. Soal tes yang disusun diupayakan mengacu pada tingkatan kognitif antara C3–C6 yang terdapat pada taksonomi Bloom. Instrumen kedua adalah lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran oleh guru, berisi tentang penilaian kegiatan guru selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berlangsung. Ketiga. lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran oleh siswa, berisi tentang penilaian kegiatan siswa selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berlangsung. Keempat, catatan lapangan, digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian yang belum tercatat pada lembar observasi seperti: nama-nama siswa yang tidak masuk, nama siswa yang aktif dan pasif, serta nama siswa yang membuat kegaduhan. Analisis data kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif dilakukan dengan Memberikan skor jawaban siswa dengan rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif yang diadaptasi dari Hart, 1994 dalam Muhfahroyin (2009). Selanjutnya skor yang telah diperoleh dijumlahkan dan dicari skor rata-rata kelas dengan rumus di bawah ini. Rata-rata nilai kelas =
nilai seluruh siswa seluruh siswa
Selanjutnya dicari persentase ketuntasan belajar kelas dengan rumus sebagai berikut. Persentase ketuntasan belajar kelas =
siswa yang tuntas seluruh siswa
X 100%
Langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil analisis data kemampuan berpikir kritis maupun hasil belajar kognitif siswa pada siklus 1 dan 2 untuk mengetahui perkembangan kemampuan berpikir kritis maupun hasil belajar kognitif siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan, terdiri atas 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dan 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 1 x 40 menit. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 21 Februari sampai dengan 29 Maret 2011. Kompetensi Dasar yang dipelajari siswa adalah mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Pada KD ini siswa melakukan kegiatan pengamatan struktur anatomi daun, batang dan akar tumbuhan dikotil dan monokotil. Berbeda dengan siklus I, pada siklus II kegiatan pembelajaran dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan, terdiri atas 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit dan 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 1 x 40 menit. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai 11 April sampai dengan 9 Mei 2011 dengan KD mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan transformasi energi pada tumbuhan hijau dan mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan. Pada KD ini siswa melakukan dua kegiatan pengamatan, yaitu pengamatan zat-zat yang dihasilkan serta dibutuhkan oleh proses fotosintesis melalui percobaan Sachs dan Ingenhouz serta pengamatan gerak yang terjadi pada tumbuhan tingkat tinggi yang ada di lingkungan sekitar siswa. 42
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kemampuan Berpikir Kritis Hasil penelitian menunjukkan bahwa paduan metode Numbered Heads Together (NHT) dan Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII A SMP Negeri 13 Malang. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil analisis tes akhir siklus siswa dan hasil catatan lapangan observer. Hasil analisis tes akhir siklus siswa menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I memiliki rata-rata nilai kelas 68,4 dan persentase ketuntasan belajarnya 47,4%, sedangkan pada siklus II memiliki rata-rata nilai kelas 74 dan persentase ketuntasan belajar 76,3%. Rangkuman data kemampuan berpikir kritis siswa tersaji pada Grafik 1. Grafik 1. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 80 70 60 50
Rata-rata Nilai Kelas
40 30
Persentase Ketuntasan Belajar Kelas (%)
20 10 0 Siklus I
Siklus II
Berdasarkan hasil catatan lapangan observer diketahui bahwa pada saat guru memberikan pertanyaan pada kegiatan pendahuluan beberapa siswa antusias untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada pertemuan pertama hingga pertemuan keempat siklus I, apabila terdapat pertanyaan yang disampaikan oleh guru, siswa lebih sering menjawab secara serempak ataupun diam apabila tidak ditunjuk secara langsung. Akan tetapi mulai pada pertemuan kelima pada siklus I hingga pertemuan kelima pada siklus II siswa selalu menjawab pertanyaan yang diberikan guru secara individu. Hal ini berarti siswa sudah memiliki inisiatif untuk mengeluarkan pendapat ataupun menjawab pertanyaan. Pada pertemuan keenam siklus I hingga pertemuan kelima siklus II, tidak ada kelompok yang membutuhkan bimbingan secara intensif dari guru untuk melakukan kegiatan diskusi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah dapat melakukan kegiatan diskusi kelompok dengan baik dan dapat menerima anggota kelompok dengan baik. Melalui kegiatan ini siswa dapat melakukan diskusi untuk menyelesaikan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan kepada kelompok. Selain dapat melakukan diskusi dengan baik, mulai pertemuan keenam siklus I hingga pertemuan kelima siklus II siswa dapat melakukan kegiatan pengamatan dengan baik. Kegiatan pengamatan yang telah dilakukan siswa antara lain pengamatan struktur anatomi daun, batang dan akar tumbuhan dikotil dan monokotil, pengamatan zat-zat yang dihasilkan serta dibutuhkan oleh proses fotosintesis melalui percobaan Sachs dan Ingenhouz serta pengamatan gerak yang terjadi pada tumbuhan tingkat tinggi yang ada di lingkungan sekitar siswa. Melalui kegiatan pengamatan akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini seperti yang disampaikan Hassoubah (2004: 100-101) “Meningkatkan kemampuan mengamati, berarti meningkatkan kemampuan berpikir kritis. … Dengan mengamati akan memudahkan seseorang untuk berpikir secara kritis”. Pada pembelajaran ini siswa juga mendapatkan kesempatan untuk menjawab atau mengajukan pertanyaan. Berdasarkan hasil catatan lapangan diketahui bahwa, pada saat guru memberikan pertanyaan hampir seluruh siswa antusias untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selanjutnya pada tahap evaluasi beberapa siswa antusias untuk menanyakan materi yang belum dipahami. Kegiatan tanya jawab ini juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. 43
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Menurut Hassoubah (2004: 102) salah satu cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah dengan meningkatkan rasa ingin tahu dan kemampuan bertanya. Paduan metode NHT dan STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis sejalan dengan beberapa hasil penelitian sekalipun pada penelitian tersebut kedua metode tersebut tidak dipadukan. Penelitian yang dilakukan Revykawanti (2009) membuktikan bahwa strategi pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, Fitri (2006) membuktikan bahwa STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir, dan Winarti (2010) membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Paduan metode NHT dan STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis seperti yang disampaikan Johnson & Johnson (1999) dalam Zubaidah (2006) mengemukakan salah satu keunggulan strategi pembelajaran kooperatif adalah mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis siswa. Pendapat lainnya disampaikan oleh Duplass (2006) dalam Zubaidah (2006) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif diketahui dapat mengembangkan penalaran tingkat tinggi, ….”. Selain itu, Lord (2001) dalam Zubaidah (2006) menemukan sebelas kategori yang tergolong kelebihan strategi kooperatif, salah satunya adalah meningkatkan kemampuan berpikir. Sanjaya (2008) juga menyatakan salah satu keunggulan dari pembelajaran kooperatif adalah menambah kepercayaan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis yang telah dicapai oleh siswa sebaiknya dijaga dengan baik agar kemampuan tersebut tidak hilang. Filsaime (2008: 95) menjelaskan sebagai berikut. Berpikir kritis hilang jika seseorang tidak bisa berjuang untuk menjaga sikap-sikap berikut: a) keingintahuan akan kecerdasan – mencari sebab-sebab dan jawabanjawaban pada setiap kesempatan; b) berpikiran terbuka – mencari dan menghargai pandangan-pandangan dan perspektif-perspektif alternatif; c) rasa yang kuat untuk bertanya dan bernalar kritis – giat atau tekun dan cakap dalam bertanya dan menalar isu apa pun yang muncul. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa menjaga kemampuan berpikir kritis adalah dengan menerapkan secara berkelanjutan metode pembelajaran yang diyakini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis atau metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat sikapsikap yang dapat menjaga kemampuan berpikir kritis sebagaimana yang disampaikan Filsaime (2008: 95). Berdasarkan penelitian ini, metode yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis sekaligus hasil belajar kognitif adalah “Paduan Metode NHT dan STAD”. Hasil Belajar Kognitif Hasil penelitian menunjukkan bahwa paduan metode NHT dan STAD dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas VIII A SMP Negeri 13 Malang. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil analisis tes akhir siklus siswa dan hasil catatan lapangan observer. Hasil analisis tes akhir siklus siswa menunjukkan bahwa pada pembelajaran sebelum dilakukan penelitian rata-rata nilai kelas 68,92 dan persentase ketuntasan belajar kelas adalah 57,9%. Pada siklus I rata-rata nilai kelas 70 dan persentase ketuntasan belajar 68,4%, sedangkan pada siklus II rata-rata nilai kelas 78,7 dan persentase ketuntasan belajar 86,8%. Rangkuman data hasil belajar kognitif siswa tersaji pada Grafik 2.
44
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Grafik 2. Data Hasil Belajar Kognitif Siswa
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Rata-rata Nilai Kelas Persentase Ketuntasan Belajar Kelas (%)
Pra Penelitian
Siklus 1
Siklus 2
Berdasarkan hasil catatan lapangan observer diketahui bahwa siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar pada tahap persentasi hasil diskusi kelompok dengan cara tanya jawab. Siswa juga dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru ataupun pertanyaan yang disampaikan oleh siswa lain dengan baik. Selain itu, siswa juga dapat menyelesaikan soal-soal yang terdapat pada LKS dengan baik. Paduan metode NHT dan STAD dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar kognitif sejalan dengan beberapa hasil penelitian sekalipun pada penelitian tersebut kedua metode tersebut tidak dipadukan. Penelitian yang dilakukan Rosyidah (2008), Kusumawati (2008), Pohashi (2009), Muftisyah (2010), Supriyanto (2009), Nisak (2009) dan Setiana (2010) membuktikan bahwa metode NHT dapat meningkatkan hasil belajar kognitif. Penelitian lainnya dilakukan oleh Prilatama (2008), Yunaningsih (2010), Karismawati (2009) dan Winarti (2010), membuktikan bahwa metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar kognitif. Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar kognitif sebagaimana disampaikan oleh Slavin, Abrani dan Chambers (1996) dalam Sanjaya (2008: 244) yang menjelaskan sebagai berikut. Belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif social, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif. …. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Selain itu, Slavin (1995) dalam Sanjaya (2008: 242) menyatakan bahwa “beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa”. Pendapat tersebut diperkuat pula oleh Arends (2004) dalam Zubaidah (2006) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya pada tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu meningkatkan hasil belajar akademik, mengembangkan penerimaan terhadap keberagaman, dan mengembangkan keterampilan sosial. Paduan Metode STAD dan NHT Penelitian ini berhasil memadukan metode NHT dengan metode STAD. Selanjutnya metode pembelajaran itu disebut dengan paduan metode NHT dan STAD. Sebelumnya belum pernah ada penelitian terkait penerapan metode ini. Meskipun demikian sudah ada penelitian terkait penerapan metode NHT maupun STAD untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis maupun hasil belajar. Berikut ini penjelasan terkait langkah-langkah pelaksanaan paduan metode NHT dan STAD.
45
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
a) Penyampaian tujuan dan memotivasi siswa Tahap ini dilaksanakan pada kegiatan pendahuluan. Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan ataupun pernyataan yang diharapkan dapat memunculkan motivasi siswa sehingga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran pada pertemuan tersebut dengan baik. Selain memunculkan motivasi siswa, tujuan dari pengajuan pertanyaan pada awal kegiatan pembelajaran juga merangsang berpikir kritis siswa. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Filsaime (2008: 94) yang menyatakan bahwa “di awal pelajaran, guru bisa mengajukan pertanyaan tentang suatu masalah yang berkaitan dengan topik untuk hari itu. Melalui cara ini, siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk berpikir secara kritis”. b) Persentasi kelas Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan gambaran singkat tentang materi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa pada pertemuan tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mengubah kebiasaan siswa dari yang biasanya kegiatan pembelajaran terpusat kepada guru (teacher centered) menjadi kegiatan pembelajaran yang terpusat kepada siswa (student centered). c) Pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Pada kegiatan ini siswa mendapatkan instruksi untuk berkumpul bersama teman satu kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 5-6 siswa. d) Penomoran (numbering) Pada kegiatan ini setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor dada. Nomor dada ini diberikan kepada setiap kelompok pada saat kegiatan pembelajaran akan dimulai. Setiap kelompok mendapatkan 5-6 nomor dada (sesuai dengan jumlah anggota kelompok). Pada nomor dada tersebut tercantum angka 1-5 atau 1-6. e) Pemberian tugas kepada siswa Pada tahap ini siswa mendapatkan tugas dari guru sesuai dengan materi yang akan didiskusikan oleh siswa pada pertemuan tersebut. f) Penyelesaian tugas melalui kegiatan diskusi kelompok Pada tahap ini siswa melakukan diskusi kelompok ataupun melakukan kegiatan percobaan terlebih dahulu, selanjutnya baru melakukan kegiatan diskusi berdasarkan atas data yang diperoleh pada kegiatan diskusi. Siswa dituntut untuk bekerjasama dengan teman satu kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa dapat menghilangkan kebiasaan untuk enggan berdiskusi dengan teman satu kelompok, dan terjadi tentor sebaya. Dengan demikian akan dapat memunculkan inisiatif siswa untuk bertanya, menjawab serta mengeluarkan pendapat, yang mana dapat merangsang meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Silverman dan Smith (2002) dalam Filsaime (2008: 89) yang menyatakan bahwa “interaksi di antara para siswa, dalam bentuk-bentuk diskusi-diskusi kelompok yang tersusun rapi memainkan peran utama di dalam merangsang daya berpikir kritis”. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Hassoubah (2004: 108) “untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memberikan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain adalah penting. Melibatkan diri dalam kegiatan diskusi dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis”. g) Persentasi hasil diskusi kelompok dengan cara tanya jawab Pada tahap ini siswa mendapatkan sebuah pertanyaan. Setelah pertanyaan disampaikan oleh guru, selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir sejenak selama ±15 detik, kemudian guru memanggil salah satu nomor siswa. Selanjutnya, siswa yang nomornya dipanggil akan bersaing (adu cepat) dengan teman lain yang memiliki nomor sama untuk mengangkat tangan. Siswa yang mengangkat tangan dengan cepat akan mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapatkan sebuah point. Tujuan dilakukannya kegiatan tanya jawab adalah untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Filsaime (2008: 94) yang menyatakan bahwa “di akhir pelajaran, sebuah latihan evaluatif singkat tentang hal paling penting yang telah mereka pelajari 46
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini, siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk berpikir secara kritis”. Selain yang telah disampaikan di atas, tujuan lain dari pemberian pertanyaan ini adalah untuk memunculkan rasa tanggung jawab siswa secara individu untuk belajar lebih giat lagi dan turut aktif dalam kegiatan diskusi dengan teman satu kelompok, karena apabila siswa tidak melakukan diskusi maka siswa tersebut tidak akan dapat belajar sehingga tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga tidak akan mendapatkan point. Pendapat tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Nur (2005: 78) dalam Azizah (2007: 21) menyatakan “dalam menunjuk siswa, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut, dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok”. Upaya yang telah dijelaskan di atas, bertujuan untuk menghilangkan salah satu sikap kurang buruk siswa, yaitu mengurangi kecenderungan siswa mengandalkan teman yang lebih pandai untuk menyelesaikan tugas kelompok. Atau pun jika penyelesaian tugas dituntut secara individu, maka siswa akan berusaha menyelesaikan tugas secara individu. h) Evaluasi Pada awal pelaksanaan tahap ini guru memberikan waktu kepada siswa selama ± 10 menit agar siswa dapat memikirkan serta mencerna beberapa informasi yang sudah diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat memperoleh ketenangan waktu untuk pengembangan daya berpikir kritis. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Filsaime (2008: 93) sebagai berikut. Ketenangan kadang-kadang bisa memberi kontribusi pada pengembangan daya berpikir kritis. Guru sebaiknya mengalokasikan sedikit waktu untuk refleksi atau interaksi. Mengalokasikan waktu tenang bisa mendorong dan memperdalam daya berpikir kritis siswa. Siswa memerlukan waktu untuk mempertimbangkan dan mencerna informasi, konsep-konsep dan metodologi-metodologi baru yang sedang direpresentasikan kepada mereka dan terutama sebelum periode bertanya. Setelah guru memberikan waktu kepada siswa, selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan tentang materi yang belum dipahami oleh siswa. Pertanyaan yang disampaikan oleh siswa pada tahap ini merupakan pertanyaan yang tidak terduga kemunculannya. Siswa sering menanyakan hal-hal yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang dipelajari pada pertemuan tersebut, atau pertanyaan yang merupakan hasil pengembangan berpikir dari materi yang dipelajari. Selain pengajuan pertanyaan oleh siswa, hal lain yang dapat dilakukan pada tahap ini apabila masih ada waktu yang tersisa adalah pengajuan pertanyaan dari guru, misalnya meminta salah satu siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari oleh siswa pada pertemuan tersebut. i) Pemberian penghargaan Tahap ini dilakukan dengan memberikan penghargaan kepada individu maupun kelompok terbaik selama kegiatan pembelajaran pada pertemuan tersebut berlangsung. Slavin (1995) dalam Zubaidah (2006) mengemukakan salah satu diantara tiga konsep pokok dalam kelompok belajar kooperatif adalah adanya penghargaan kelompok. Secara ringkas pemaduan antara metode NHT dan STAD ditunjukkan pada Tabel 1.
47
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 1. Pemaduan Metode NHT dengan STAD Sintaks NHT
Sintaks STAD Penyampaikan tujuan motivasi kepada siswa.
dan
Presentasi kelas. Pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Pembentukan kelompok
Penomoran (Numbering) Pemberian tugas Penyelesaian tugas melalui kegiatan diskusi kelompok. Pengajuan pertanyaan oleh guru Siswa berpikir bersama teman satu kelompok. (Heads Together) Guru memanggil salah satu nomor siswa.
Pelaksanaan kuis atau tes.
Evaluasi Penghargaan
Sintaks NHT dan STAD Penyampaikan tujuan dan motivasi kepada siswa. (Sintaks STAD) Presentasi kelas (Sintaks STAD) Pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. (Sintaks NHT = STAD) Penomoran (Numbering) (Sintaks NHT) Pemberian tugas. (Sintaks STAD) Penyelesaian tugas melalui kegiatan diskusi kelompok. (Sintaks STAD) Persentasi hasil diskusi kelompok dengan cara tanya jawab. (Sintaks NHT + STAD)
Evaluasi (Sintaks STAD) Pemberian penghargaan (Sintaks STAD)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Penerapan paduan metode Numbered Heads Together (NHT) dan Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran Biologi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 13 Malang. Saran Guru mata pelajaran biologi dapat menerapkan paduan metode NHT dan STAD yang terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa. Selain itu, paduan metode NHT dan STAD hendaknya tidak hanya diterapkan pada kegiatan penelitian saja, tetapi diterapkan juga pada kegiatan pembelajaran sehari-hari, dengan demikian diharapkan berpikir kritis siswa tidak hilang. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:Bumi Aksara Arikunto, S., Suhardjono & Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Azizah, N. 2007. Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-HeadsTogether) dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: FMIPA UNNES Churches, A. 2009. Bloom’s Digital Taxonomy (Online), (http://edorigami.wikispaces.com), (diakses tanggal 15 Juni 2011) Filsaime, D.K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis & Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Fitri, M. L. 2006. Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Strategi Kooperatif STAD pada Mata Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Kemampuan Berpikir Siswa Kelas X D SMA Negeri 1 Ngantang. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang
48
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Hadi, S. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran Cooperative Script terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis, Ketrampilan Metakognisi, dan kemampuan Kognitif Biologi pada Siswa Laboratorium Universitas Negeri Malang. Tesis tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Hassoubah, Z.I. 2004. Developing Creative & Critical Thinking Skills (Cara Berpikir Kreatif dan Kritis). Bandung: Nuansa Karismawati, Indah. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif model Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 SMAN 9 Malang. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Kusumawati, H. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII C MTs Negeri 1 Malang. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Muftisyah, A. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Sukolilo II Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Muhfahroyin. 2009. Pengaruh Strategi Pembelajaran Intergrasi STAD dan TPS dan Kemampuan Akademik terhadap Hasil Belajar Kognitif Biologi, kemampuan Berpikir Kritis, dan Keterampilan Proses Siswa SMA di Kota Metro. Disertasi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Nisak, K. 2009. Efektivitas Metode Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMAN 9 Malang). Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Prilatama, A. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD (Student Teams-Achievement Division) untuk Meningkatkan Aktivitas Kooperatif dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X-A MAN 1 Malang pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Pohashi, D.S.M. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas III SDN Kasembon 03 Kab. Malang. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Revykawanti, D. 2009. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Pagak Kecamatan Pagak Kabupaten Malang. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Rosyidah, A. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kepanjen. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Setiana. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X-5 SMAN 1 Pagak. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Supriyanto. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model NHT (Numbered Head Together) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Sejarah Kelas VIII E SMP Negeri 18 Malang. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Susilo, H., Chotimah, H. & Sari, Y.D. 2009. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing Winarti. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achivement Division (STAD) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X-5 Madrasah Aliyah Al Ma’arif Singosaro Kab. Malang. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Yunaningsih, E. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pengukuran Sudut Melalui Pendekatan Cooperatif Learning Tipe STAD bagi Siswa Kelas V-B di SDN Pakunden 2 Kecamatan Sukorejo Kota Blitar. Skripsi tidak diterbitkan . Malang: Universitas Negeri Malang Zubaidah, S. 2006. Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Teams Achievement Divisions). Makalah dipresentasikan pada Seminar dan Lokakarya Persiapan PTK PHK A2 Setting wilayah Pertanian, Jurusan Biologi FMIPA UM, Malang, 16 Juli 2006
49
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATAKULIAH BIOLOGI UMUM MELALUI LESSON STUDY
Mohammad Jamhari Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tadulako, email:
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika pada Biologi Umum melalui Lesson Study. Adapun subyek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan 2011 yang menempuh mata kuliah Biologi Umum berjumlah 46 orang. Pengimplementasian lesson study ini dilakukan dalam 2 kali putaran. Model pembelajaran yang dipilih yaitu model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Shaer (TPS) untuk diterapkan pada putaran pertama. Sedangkan putaran kedua menerapkan metode ceramah interaktif, diskusi dan tanya jawab. IndikatorkKemandirian belajar yang diamati adalah hasil aktifitas belajar yang meliputi mempelajari materi yang akan dipelajari dengan sendirinya, bertanya kepada dosen bila merasa kesulitan dan menjawab pertanyaan dosen, berdiskusi dengan kelompok, menanggapi dan bertanya saat presentasi. Hasil penelitian pada putaran I menunjukkan bahwa Terdapat 37 orang (80,43%) mempelajari materi yang akan didiskusikan dengan teman. Sementara itu ada 7 orang (15,22%) yang bertanya kepada dosen karena mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Ada 42 orang (91,30%) melakukan diskusi dengan teman yang menjadi pasangannya. Pada saat presentasi terdapat 14 orang (30,43%) yang menanggapi dan bertanya. Hasil penelitian putaran, ada 39 orang (84,78%) mahasiswa mempelajari materi yang akan dipelajari dengan sendirinya. Terdapat 44 orang (95,65%) mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompoknya, dan terdapat 17 orang (36,96%) mahasiswa mengemukakan tanggapan dan bertanya pada saat baik kelompok sendiri maupun kelompok lain mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat tanya jawab, ada 18 orang (39,13%) mengajukan pertanyaan dan 12 orang (26.09%) mahasiswa menjawab pertanyaan. Kata kunci: Kemandirian belajar, lesson study
Proses pembelajaran merupakan proses pengembangan potensi-potensi mahasiswa sebagai peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. Dosen dituntut untuk mampu menyampaikan materi kuliah dan juga harus mampu mengaktualisasi peran strategisnya dalam upaya membentuk watak mahasiswa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang berlaku. Aunurrahman (2009) mengemukakan bahwa secara substansi, arah pendidikan dan pembelajaran harus dapat membekali peserta didik dengan kompetensi mata pelajaran kompetensi lintas kurikulum yang terarah pada kemampuan memecahkan masalah, komunikasi, hubungan sosial dan interpersonal, kemandirian, etika dan estetika yang harus diperoleh secara holistik dan integratif melalui proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran setiap mahasiswa atau peserta didik selalu diarahkan agar menjadi mahasiswa yang mandiri, dan untuk menjadi mandiri seseorang individu harus belajar, sehingga dapat dicapai suatu kemandirian belajar. Dalam perkembangannya kemandirian muncul sebagai hasil proses belajar dan pengalaman. Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri, yaitu suatu keadaan yang memungkinkan seseorang mengatur dan mengarahkan diri sendiri sesuai tingkat perkembangannya. Darajat (1983) mengemukakan bahwa kemandirian adalah kecenderungan anak untuk melakukan sesuatu yang diingini tanpa minta tolong pada orang lain, juga dapat mengarahkan kelakuannya tanpa tunduk pada orang lain. Dulkheim (1992) dalam Asrori (2007:129) berpendapat kemandirian itu tumbuh dan berkembang karena adanya dua faktor yang merupakan elemen prasyarat bagi kemandirian, yaitu (1) adanya 50
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
disiplin yaitu adanya aturan bertindak dan otoritas, (2) adanya komitmen terhadap kelompok. Ali dan Asrori (2004:114), menyatakan kemandirian merupakan suatu kekuatan internal yang diperoleh melalui proses realisasi kedirian dan proses menuju kesempurnaan. Sedangkan kemandirian menurut Basri (2000:53) adalah keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil pengertian bahwa kemandirian adalah kemampuan yang ada pada seseorang untuk memikirkan, merasakan, dan melakukan sesuatu dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, mengatasi masalah, dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya serta tidak bergantung pada orang lain. Kemandirian belajar dalam penelitian ini adalah kemandirian seseorang dalam kegiatan belajarnya. Kemandirian belajar mendorong seseorang mengambil prinsip terhadap kegiatan serta segala aspek kegiatan belajarnya. Dari beberapa pendapat tersebut diatas, kemandirian belajar adalah perilaku yang ada pada seseorang, yang belajar diwujudkan dengan adanya kreatif dalam belajar, kebebasan dan keyakinan dalam bertindak sesuai nilai yang diajarkan dan bertanggung jawab dalam setiap aktivitas belajarnya. Pembelajaran sebagai suatu sistem bertujuan untuk membantu proses belajar mahasiswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar mahasiswa yang bersifat internal. Dalam pembelajaran, situasi atau kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh dosen. Pembelajaran dapat dirancang secara sistematis melalui kegiatan lesson study. Dalam kegiatan lesson study sekelompok dosen secara kolaboratif dan berkesinambungan merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Menurut Sudrajat (2008), Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. Bacon Bill Cerbin & Bryan Kopp (Tanpa Tahun) mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 tujuan utama, yaitu untuk : (1) mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mahasiswa belajar dan dosen mengajar, (2) mendapatkan suatu hasil yang dapat dimanfaatkan oleh para dosen lainnya, di luar lesson study, (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif, (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogik, dimana seorang dosen dapat memperoleh pengetahuan dari dosen lainnya. Tahapan lesson study yaitu (1) perencanaan (plan) bertujuan menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan mahasiswa secara efektif dan membangkitkan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran, (2) pelaksanaan (do) dimaksudkan untuk menerapkan rangcangan pembelajaran yang telah direncanakan. Salah satu anggota tim lesson study sebagai model dan yang lainya sebagai pengamat, (3) pengamatan dan refleksi (see) tujuannya untuk menemukan kelebihan dan kelemahan pelaksanaan pembelajaran (Susilo, dkk., 2009) Kemandirian belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi masih perlu ditingkatkan. Sebagian besar mahasiswa masih cenderung menganggap dosen sebagai satu-satunya sumber ilmu. Mahasiswa hanya menerima dan mendengarkan ilmu yang diberikan oleh dosen. Selain itu mahasiswa cenderung kurang aktif dalam mencari sumber-sumber pendukung ilmu yang dipelajarinya. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa sekitar 80% mahasiswa kurang mandiri dan terlalu bergantung dengan apa yang diajarkan dosen. Mahasiswa baru akan mengerjakan tugas yang diberikan ketika diberitahukan bahwa besok harus dikumpulkan. Jika tidak ada pemberitahuan bahwa tugas tersebut dikumpulkan maka kebanyakan mahasiswa tidak mengerjakan tugas tersebut. Sehingga perlu adanya upaya yang dilakukan untuk mendorong kemandirian mahasiswa dalam belajar. Mahasiswa kurang aktif dalam belajar bisa disebabkan perencanaan dan implementasi pembelajaran yang tidak sistematis. Untuk itu telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika pada Biologi Umum melalui Lesson Study.
51
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan mengimplementasikan lesson study. Adapun subyek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan 2011 yang menempuh mata kuliah Biologi Umum berjumlah 46 orang. Pengimplementasian lesson study ini dilakukan dalam 2 kali putaran. Tahapan pelaksanaan lesson study terdiri dari 3 tahapan yaitu: (1) tahap perencanaan (plan), perencanaan dilakukan bersama tim lesson study untuk menentukan materi yang akan diajarkan, dosen model dan instrumen pengamatan. materi yang dipilih untuk diajarkan adalah sel sebagai satuan unit fungsi; dan struktur dan organisasi tubuh organisme. Model pembelajaran yang dipilih yaitu model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Shaer (TPS) untuk diterapkan pada putaran pertama. Sedangkan putaran II menerapkan metode ceramah interaktif, diskusi dan tanya jawab. Pembelajaran Biologi Umum di Program Studi Pendidikan Matematika tahun sebelumnya, dosen pengampu mayoritas menggunakan metode pembelajaran ceramah. Suwarna dkk (2005:106) mengemukakan bahwa dalam metode ceramah maka dosen sebagai subyek penyampai informasi serta sebagai pusat perhatian. Dosen lebih banyak bicara sedangkan mahasiswa hanya mendengarkan atau mencatat hal-hal yang penting. Komunikasi yang terjadi cenderung satu arah (one way traffic communication). Sehingga proses pembelajaran menjadi membosankan dan kurang menarik. Kemandirian belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan terhadap aktifitas belajar yang meliputi mempelajari materi yang akan dipelajari dengan sendirinya, bertanya kepada dosen bila merasa kesulitan dan menjawab pertanyaan dosen, berdiskusi dengan kelompok, menanggapi dan bertanya saat presentasi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Putaran I a. Perencanaan (Plan) Tim lesson study menyusun rencana pembelajaran yang bernuansa kontekstual dengan model yang digunakan adalah Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), menyusun Lembar Kerja Mahasiswa, menyiapkan instrumen penilaian dan menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Materi yang diajarkan adalah sel sebagai satuan unit fungsi. b. Implementasi (Open class) dan Observasi 1) Dosen memotivasi mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan “siapa yang masih ingat pelajaran di SMA tentang sel?” 1 orang mahasiswa yang menjawab benar. Dosen melanjutkan pertanyaan “mengapa sel dikatakan sebagai satuan unit fungsi dari makhluk hidup?” ada 3 orang yang berusaha menjawab tapi jawabannya masih kurang sempurna. 2) Dosen menulis pokok bahasan mengenai sel sebagai satuan unit fungsi di papan tulis. Dilanjutkan dengan menulis tujuan pembelajaran, sebagian besar mahasiswa memperhatikan. 3) Dosen menjelaskan model pembelajaran tipe TPS (secara tertulis model pembelajaran tipe TPS dibagikan pada mahasiswa), sebagian besar mahasiswa menyatakan jelas dan paham tentang metode tersebut. 4) Dosen membagi materi tentang sel sebagai satuan unit fungsi pada setiap mahasiswa, dan mahasiswa dalam posisi sudah berpasangan, materi dibaca selama kurang lebih 10 menit sambil memikirkan apa isi materi tersebut. Terdapat 37 orang (80,43%) mempelajari materi yang akan didiskusikan dengan teman. Sementara itu ada 7 orang (15,22%) yang bertanya kepada dosen karena mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. 5) Dosen menulis pertanyaan di papan tulis. Pertanyaan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 6) Mahasiswa berpasangan, untuk mencari jawaban dengan cara diskusi. 42 orang (91,30%) melakukan diskusi dengan teman yang menjadi pasangannya. 7) Mahasiswa melakukan sharing dimana dosen menunjuk 6 orang secara bergantian maju ke depan kelas untuk mempresentasikan secara singkat hasil diskusi dengan pasangannya. Pada saat presentasi terdapat 14 orang (30,43%) yang menanggapi dan bertanya. 52
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
8) Mahasiswa dan dosen menyimpulkan materi tentang sel sebagai satuan unit fungsi. 9) Dosen melakukan evaluasi. Aktifitas yang menunjukkan adanya kemandirian belajar mahasiswa pada putaran I dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kemandirian Belajar Pada Putaran I No 1 2 3 4 5
Indikator Kemandirian Belajar Mempelajari materi yang akan dipelajari dengan sendirinya, Bertanya kepada dosen bila merasa kesulitan Menjawab pertanyaan, Berdiskusi dengan kelompok, Menanggapi dan bertanya saat presentasi.
Jumlah Mahasiswa 37
% 80.43
7 6 42 14
15.22 13.04 91.30 30.43
c. Refleksi Hasil refleksi (see) pada putaran 1 menunjukkan mahasiswa sudah aktif mempelajari materi yang diberikan, melakukan diskusi kelompok. Tetapi hanya sebagian kecil saja yang bertanya kepada dosen bila menemui kesulitan dalam mempelajari materi pelajaran maupun dalam presentasi. Selain itu masih kurang mahasiswa yang menjawab pertanyaan dan member tanggapan pada saat temannya mempresentasikan hasil diskusinya. Hambatan yang masih ditemui yaitu waktu pembelajaran belum optimal karena melebihi waktu seharusnya. Putaran II a. Perencanaan (Plan) Berdasarkan hasil refleksi, hambatan yang perlu diselesaikan adalah waktu pembelajaran melebihi alokasi waktu yang telah ditetapkan. Untuk mengantisipasi kelebihan waktu, masih kurangnya mahasiswa bertanya dan menjawab pertanyaan, maka Tim lesson study menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah interaktif, diskusi, dan tanya jawab. Adapun media pembelajaran yang digunakan adalah powerpoint. Materi yang diajarkan adalah struktur dan organisasi tubuh organisme. b. Implementasi (Open class) dan Observasi 1) Pembentukan kelompok dengan mempertimbangkan kemampuan dan jenis kelamin mahasiswa. Pelita (2009:15, 36) mengemukakan bahwa alasan kegiatan kelompok yaitu bagi mahasiswa yang lambat dapat belajar lebih baik dengan bantuan mahasiswa yang cepat menangkap pelajaran, mahasiswa yang cepat menangkap pelajaran dapat memperdalam pemahaman dengan memberi penjelasan atas subyek pada mahasiswa yang lambat, bagi seluruh mahasiswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan mendengarkan dan memanfaatkan pemikiran dan gagasan mahasiswa lain serta dapat membangun hubungan yang lebih baik satu sama lain. Setiap kelompok beranggotakan 5 orang. 2) Dosen menggunakan metode ceramah interaktif untuk memberi motivasi kepada mahasiswa, menyampaikan konsep-konsep penting yang dipelajari sehingga memungkinkan mahasiswa melihat lebih jelas hubungan antara materi satu dengan yang lain. 3) Dosen membagikan materi kepada setiap kelompok sebagai bahan diskusi. Setiap 3 kelompok memperoleh materi diskusi yang sama. Ada 39 orang (84,78%) mahasiswa mempelajari materi yang akan dipelajari dengan sendirinya. Setiap kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan materi yang diberikan dan berkewajiban mempresentasikan hasil diskusi dalam kelompoknya. Terdapat 44 orang (95,65%) mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompoknya, dan terdapat 17 orang (36,96%) mahasiswa mengemukakan tanggapan dan bertanya pada saat baik kelompok sendiri maupun kelompok lain mempresentasikan hasil diskusinya.
53
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
4) Untuk memberdayakan kemampuan mahasiswa untuk bertanya maka digunakan metode tanya jawab. Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya sehingga dosen mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh mahasiswa, serta komunikasi dan interaksi yang terjadi tidak hanya satu arah. Pada saat tanya jawab, ada 18 orang (39,13%) mengajukan pertanyaan dan 12 orang (26.09%) mahasiswa menjawab pertanyaan. 5) Mahasiswa bersama dosen menyimpulkan materi tentang struktur dan organisasi tubuh organism. Selanjutnya dilakukan evaluasi. Aktifitas yang menunjukkan adanya kemandirian belajar mahasiswa pada putaran II dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kemandirian Belajar Pada Putaran II No 1 2 3 4 5
Indikator Kemandirian Belajar Mempelajari materi yang akan dipelajari dengan sendirinya, Bertanya kepada dosen bila merasa kesulitan Menjawab pertanyaan, Berdiskusi dengan kelompok, Menanggapi dan bertanya saat presentasi.
Jumlah Mahasiswa 39
% 84.78
18 12 44 17
39.13 26.09 95.65 36.96
c. Refleksi Hasil refleksi (see) pada putaran II menunjukkan adanya peningkatan aktifitas belajar mahasiswa dalam melakukan diskusi kelompok, kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan. Namun demikian masih ada adanya anggota kelompok yang tidak aktif mengikuti diskusi. Sehingga untuk perencanaan berikutnya perlu adanya perhatian khusus pada mahasiswa yang kurang aktif dalam diskusi dan mahasiswa yang tidak pernah mengajukan pertanyaan serta menjawab pertanyaan. Kemandirian belajar mahasiswa yang ditunjukkan pada aktifitasnya ketika proses pembelajaran berlangsung selama 2 putaran mengalami kenaikan. Hal ini terlihat pada jumlah mahasiswa yang melakukan berbagai aktifitas yang meliputi mempelajari materi yang akan dipelajari dengan sendirinya, bertanya kepada dosen bila merasa kesulitan dan menjawab pertanyaan dosen, berdiskusi dengan kelompok, menanggapi dan bertanya saat presentasi. Pembelajaran dengan metode diskusi merupakan salah satu sarana untuk melatih para mahasiswa mengembangkan kemandiriannya. Ryan (2002) dalam Muna (2009:12) cara belajar di dalam kelas dapat dikembangkan jika suasana belajardidasarkan pada prinsip kemandirian. Desain kelas yang berdasarkan prinsip kemandirtan tidak akan membuat siswa jenuh belajar di dalam kelas melainkan mahasiswa dapat lebih bersemangat dalam belajar karena selalu ada suasana baru dalam belajar. Kemandirian di kampus, berkaitan dengan metode yang dipakai oleh dosen saat mengajar di dalam kelas. Dosen yang mendukung perkernbangan kemandirian mahasiswa, menerapkan cara belajar yang demokratis seperti, memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk berpendapat dan mempertahankan pendapatnya saat proses belajar di dalam kelas. Metode pembelajaran yang dapat mendukung kemandirian mahasiswa tidak hanya melalui diskusi, namun metode dalam menyelesaikan tugas juga bisa menjadi salah satu alternatif untuk menerapkan kemandirian. Tugas merupakan salah satu sarana untuk mengevaluasi serta mengetahui seberapa banyak pemahaman yang telah dimiliki oleh para mahasiswa dari penjelasan yang diberikan oleh dosen. Ames (1995) dalam Muna (2009:12) salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk memotivasi mahasiswa dalam belajar adalah dengan memberikan kemandirian pada mahasiswa dalam mengerjakan tugas. Kemandirian dalam mengerjakan tugas akan melatih para mahasiswa untuk bertanggung jawab pada tugas, melatih kreativitas dalam mengerjakan tugas, dan melatih mahasiswa mengevaluasi hasil belajar.
54
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
KESIMPULAN
Kemandirian belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi dapat ditingkatkan melalui Lesson Study. Peningkatan terlihat dari hasil pengamatan berbagai aktifitas mahasiswa dalam perkuliahan yang meliputi mempelajari materi yang akan dipelajari dengan sendirinya, bertanya kepada dosen bila merasa kesulitan dan menjawab pertanyaan dosen, berdiskusi dengan kelompok, menanggapi dan bertanya saat presentasi. DAFTAR RUJUKAN Ali, M. dan Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara. Asrori, M. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung.- Wacana Prima. Aunurrahman. 2009. Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta Bacon Bill. Corbin & Bryan Kopp. Tanpa Tahun. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson Study Project. online: http ://www.uwlax.edu/sotlAsplindex2.htm Basri, H, 2000. Remaja Berkualitas (Problem Remaja dan Solusinya) Yogyakarta: Pustaka Pelajar Darajat. 1983. Perawatan Jiwa Untuk Anak. Jakarta: Bulan Bintang Muna, N. F. 2009. Hubungan antara Kemandirian dengan Motif Berkompetensi pada Siswa kelas VII RSBI. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. (Online: http://eprint.Undip.ac.id/11107/1/Jurnalku. diakses 1 April 2011) Pelita. 2009. Buku Petunjuk Guru untuk pembelajaran yang lebih baik. Depdiknas/Depag-JICA. Jakarta Sudrajat, A. 2008. Lesson study untuk meningkatkan hasil dan proses pembelajaran.. www.duniaguru.com Susilo, Herawati., Husnul Chotimah, Ridwan Joharwan, Jumiati, Yuyun Dwita Sari, dan Sunarjo. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah. Bayumedia Publishing. Malang Suwarna. 2005. Pengajaran Mikro, pendekatan praktis menyiapkan pendidik profesional. Tiara Wacana, Yogyakarta
55
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
IMPLEMENTASI PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN BERBASIS LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA DALAM MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN
Ana Rokhmawati 1) 1) Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, email:
[email protected]
Abstract: Implementasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) berbasis lesson study bertujuan untuk mengetahui: 1) keterlaksanaan penerapan PPL berbasis lesson study; 2) keterampilan mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam menggunakan media pembelajaran; dan 3) hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang pada penerapan keterampilan mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam memanfaatkan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson study. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan yang dilakukan pada empat kelas dengan dua guru model mahasiswa PPL. Guru model Ana Rokhmawati mengajar di kelas X.5 dan X.6 sedangkan guru model Arga Tryandana mengajar di kelas X.7 dan X.4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan penerapan PPL berbasis lesson study oleh mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM di SMA Negeri 9 Malang mengalami peningkatan pada setiap tahapan plan, do, dan see materi Arthropoda dan Echinodermata. Keterampilan mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam menggunakan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson study di SMA Negeri 9 Malang juga mengalami peningkatan pada setiap open class materi Arthropoda dan Echinodermata. Hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang pada penerapan keterampilan mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam memanfaatkan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson study mengalami peningkatan baik hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada setiap kelas X.5, X.7, X.4, dan X.6 memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar sebelum penerapan keterampilan memanfaatkan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson study. Kata kunci: PPL berbasis lesson study, keterampilan memanfaatkan media pembelajaran, media pembelajaran riil (konkret), hasil belajar.
Mutu pendidikan merupakan dampak dari keprofesionalan pendidik. Undang-undang guru dan dosen Nomor 14 Tahun 2005 dan PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan bagi pendidik profesional. Namun demikian, untuk menjadi pendidik profesional diperlukan usaha yang sistemik dan konsisten serta berkesinambungan dari pendidik itu sendiri. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan melaksanakan lesson study. Lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegilitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Agar menjadi tenaga pendidik yang profesional maka mahasiswa calon tenaga guru harus melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) keguruan. PPL keguruan merupakan matakuliah yang mengembangkan kompetensi mahasiswa dalam melaksanakan praktik keguruan agar mahasiswa siap menjadi tenaga pendidikan yang profesional. Untuk lebih meningkatkan keefektifan PPL keguruan maka dilaksanakan PPL berbasis lesson study. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi SMA Negeri 9 Malang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan PPL tahun lalu meskipun telah menerapkan PPL berbasis lesson study namun dalam pelaksanaan open class hanya dilakukan selama kurang lebih dua kali oleh mahsiswa PPL sehingga dirasa kurang maksimal. Melalui penelitian ini diharapkan bahwa pelaksanaan open class 56
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
lebih dari dua kali. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan PPL berbasis lesson study tahun ini menjadi lebih maksimal. Bedasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa SMA Negeri 9 Malang menyatakan bahwa materi Filum Mollusca, Arthropoda dan Echinodermata dirasa sulit bagi mereka karena materi tersebut terlalu banyak hafalan mengenai perbedaan masing-masing filum maupun ciri-ciri khusus morfologi pada masing-masing kelas dan ordonya. Dengan diadakan lesson study diharapkan guru menjadikan materi tersebut menarik untuk dipelajari oleh siswa karena dilaksanakan dengan memanfaatkan media pembelajaran yang menarik dan bersifat konkret berdasarkan perencanaan bersama tim guru Biologi. Lesson study menjadikan guru sering mendapatkan masukan untuk perbaikan pada pembelajaran berikutnya khususnya dalam penelitian ini adalah media pembelajaran sehingga kualitas pemanfaatan media pada pertemuan selanjutnya menjadi lebih baik. Selain itu pemanfaatan media pembelajaran berupa benda-benda atau kejadian asli yang alami sangat berperan untuk membentuk pemahaman siswa dengan cara memberikan pengalaman langsung. Dengan demikian, pemanfaatan media pembelajaran berdasarkan perbaikan-perbaikan dari proses lesson study diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan PPL berbasis lesson study oleh mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM di SMA Negeri 9 Malang; (2) untuk mengetahui keterampilan mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam menggunakan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson study di SMA Negeri 9 Malang; (3) untuk mengetahui hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang pada penerapan keterampilan mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam memanfaatkan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson study. METODE
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan yang bertujuan untuk mengungkap pelaksanaan kegiatan lesson study, mengkaji kegiatan pelaksanaan dan mengkaji kualifikasi pengalaman mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM peserta PPL berbasis lesson study tahun ajaran 2010/2011 dalam memanfaatkan media pembelajaran di SMA Negeri 9 Malang. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 9 Malang, Kabupaten Malang. Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM peserta PPL berbasis lesson study tahun ajaran 2010/2011 yang mengajar di kelas X. Pada penelitian ini lesson study dilaksanakan sebanyak 2 siklus pada materi kelas X yaitu Filum Arthropoda dan Echinodermata. Dalam siklus tersebut meliputi plan, do, see yang dilaksanakan pada empat kelas yaitu X.5, X.7, X.4, dan X.6. Siklus kegiatan pelaksanaan lesson study dalam penelitian ini yaitu dalam Gambar 1.
Gambar 1. Siklus Kegiatan Pelaksanaan Lesson Study (Diadaptasi dari Hopkins dalam Isman, 2010)
57
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterlaksanaan Lesson Study Pada penelitian ini lesson study dilaksanakan pada tiga materi yaitu Mollusca, Arthropoda, dan Echinodermata. Pada materi Mollusca sebagai pra lesson study. Pelaksanaan lesson study yang sesungguhnya dilaksanakan pada materi Arthropoda dan Echinodermata. Berikut ini dijabarkan mengenai pelaksanaan pra lesson study materi Mollusca dan lesson study materi Arthropoda serta Echinodermata. Pelaksanaan Pra Lesson Study Materi Mollusca Plan dilakukan oleh empat orang mahasiswa PPL Biologi pada tanggal 5 Maret 2011 mulai pukul 09.00 – 10.00 WIB yang kemudian dikonsultasikan pada guru pamong. Berdasarkan hasil plan maka pembelajaran materi Mollusca menggunakan metode diskusi kelompok, peta konsep, dan demonstrasi. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru pamong memberikan masukan agar pembelajaran berikutnya ditampilkan video letak kantong tinta pada kelas Cephalopoda. Refleksi dari para mahasiswa yaitu pembelajaran materi Mollusca kurang maksimal karena siswa kurang memperhatikan saat demonstrasi maka direncanakan untuk pembelajaran selajutnya praktikum. Pelaksanaan Lesson Study Materi Arthropoda Plan materi Arthropoda dilaksanakan tanggal 19 Maret 2011. Saat plan, para mahasiswa merencanakan tentang metode pembelajaran dan media yang tepat yang digunakan untuk pembelajaran materi Arthropoda. Berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran materi Mollusca, maka disepakati untuk pembelajaran materi Arthropoda dilaksanakan praktikum karena hal tersebut membuat siswa lebih tertarik dan termotivasi dengan adanya benda amatan pada masing-masing kelompok. Pada pelaksanaan praktikum, siswa diberi tugas agar membawa bahan praktikum yang mudah didapatkan yaitu belalang dan udang. Setiap kelompok wajib membawa kedua bahan amatan tersebut. Selain itu di akhir pembelajaran guru harus menampilkan gambar maupun video untuk menyatukan dan menegaskan konsep berdasarkan hasil praktikum. Evaluasi untuk kegiatan praktikum ini akan dilaksanakan post test selain ada penilaian psikomotor saat praktikum berlangsung. Data persentase dan kriteria keterlaksanaan tahap plan ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap Plan Arthropoda No. 1. 2. 3. 4.
∑
Observer Arga Triandana Ana Rokhmawati Nuril Hidayati Dini Safitri
13 15 15 14
PK (%) 76,5 88,2 88,2 82,4
Rerata (%)
Kriteria
83,8
Terlaksana
Catatan: ∑ = Jumlah butir yang terlaksana PK = Persentase keterlaksnaan
𝑃𝐾
=
∑ 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
Jumlah seluruh butir = 17
Kegiatan do pertama dilakukan pada hari Senin di kelas X.5 yang selanjutnya hari Selasa di kelas X.4 dan X.7 dan hari Rabu di kelas X.6. Metode yang dipakai adalah praktikum. Kegiatan do berlangsung selama dua jam pelajaran. Data persentase dan kriteria keterlaksanaan tahap do dapat dilihat pada Tabel 2. Pada pelaksanaan tahap do di kelas X.5, kegiatan awal guru menyuruh siswa untuk melaksanakan persiapan praktikum. Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam kelompok kemudian setiap kelompok melakukan pengamatan pada hewan belalang dan udang. Setelah 58
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
praktikum diadakan diskusi kelas untuk mengetahui ciri-ciri masing-masing hewan. Kegiaan akhir pembelajaran ini dilakukan post test. Kegiatan do di X.7 tidak melaksanakan praktikum karena siswa tidak membawa bahan amatan sehingga praktikum dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Pada kegiatan awal guru melakukan apresepsi. Setelah itu, guru menampilkan slide yang berisi gambargambar hewan Arthropoda dan memberikan permasalahan pada siswa. Pada kegiatan inti, guru model menerapkan metode think pair share. Setelah diskusi kelompok selesai maka dilakukan diskusi kelas. Setiap kelompok membacakan hasil diskusinya dan guru memberikan penguatan jawaban siswa. Pada kegiatan akhir, guru menyuruh siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini dan meminta pertemuan selanjutnya membawa bahan amatan udang, belalang, keluwing, dan laba-laba. Tabel 2. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap Do Arthropoda Hari, Tanggal Senin, 28/3/2011 Selasa, 29/3/2011
Kelas X.5
X.7
X.4 Rabu, 30/3/2011
X.6
Waktu 07.3009.00
Guru Model Ana R.
06.4508.15
Arga T.
10.1511.45 08.1509.45
Arga T. Ana R.
Observer
∑
Bu As Arga T. Dini S. Bu As Ana R. Dini S. Ana R. Nuril H. Bu Sofia Bu As Arga T. Nuril H.
17 15 18 18 15 16 17 18 17 18 18 19
PK (%) 89,5 79,0 94,7 94,7 79,0 84,2 89,5 94,7 89,5 94,7 84,2 100,0
Rerata (%)
Kriteria
87,7
Terlaksana
86,0
Terlaksana
92,1
Sangat Terlaksana
92,1
Sangat Terlaksana
Catatan: ∑ = Jumlah butir yang terlaksana PK = Persentase keterlaksnaan
𝑃𝐾
=
∑ 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
Jumlah seluruh butir = 19
Pada kegiatan do di kelas X.4 melaksanakan praktikum, siswa membawa bahan amatan udang dan belalang. Kegiatan inti dan kegiatan akhir sama dengan pelaksanaan pada saat pembelajaran di kelas X.5. Pada kegiatan awal, guru langsung memerintah siswa untuk melaksanakan praktikum. Pada kegiatan do di kelas X.6 juga sama dengan kelas sebelumnya namun pada kegiatan inti yaitu saat praktikum, media bahan amatan asli yang digunakan lebih lengkap yang melipiti udang, belalang, laba-laba, dan keluwing. Selain itu pada kelas X.6 dituntut presentasi tentang bahan amatannya setelah melaksanakan praktikum. Kegiatan do oleh guru model Ana Rokhmawati di kelas X.6 mengalami peningkatan persentase yaitu sebesar 92,1% jika dibandingkan dengan kegiatan do di kelas X.5 yaitu sebesar 87,7%. Begitu juga dengan kegiatan do oleh guru model Arga Triyandana di kelas X.4 mengalami peningkatan persentase yaitu sebesar 92,1% jika dibandingkan dengan kegiatan do di kelas X.7 yaitu sebesar 86,0%. Ini terjadi karena pembelajaran dilaksanakan sesuai masukan-masukan pada saat refleksi dari proses pembelajaran sebelumnya. Pelaksanaan tahap terakhir yaitu see. Refleksi pembelajaran di kelas X.5 yaitu umumnya siswa putri risih dengan bau amis dan tidak berani memegang bahan amatan sehingga guru memberi contoh cara memegang bahan amatan. Bahan amatan sebaiknya ditambah dengan keluwing dan laba-laba. Akhir pembelajaran sebaiknya digunakan untuk mengerjakan LKS. Refleksi pembelajaran di kelas X.7 yaitu beberapa siswa yaitu Dwi Nugrahayu, Putri Desnia, Rifqi Riski belum termotivasi belajar (banyak melamun) kemudian guru model memberikan pertanyaan kepada mereka agar lebih termotivasi. Video cara reproduksi hewan Arthropoda dan siklus hidup kupu-kupu sangat menarik 59
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
sehingga banyak pertanyaan. Sebaiknya guru melemparkan pertanyaan tersebut kepada siswa dahulu sebelum menjawabnya. Refleksi pembelajaran di kelas X.4 yaitu bahan amatan belum lengkap, siswa antusias melakukan pengamatan namun ada siswa laki-laki menakuti teman perempuan dengan hewan amatan. Sebaiknya guru tegas memperingatkan tata tertib praktikum dan kebersihan. Selain itu pembagian kelompok lebih heterogen. Sebaiknya juga dilakukan persentasi bahan amatan setelah praktikum. Refleksi pembelajaran di kelas X.6 yaitu pada saat kelompok Aldo melakukan pengamatan namun ada anggota kelompok yang menggunakan lup untuk mengamati pensil. Lup yang tersedia hanya satu. Dua siswa mengerjakan laporan praktikum dari buku pustaka seharusnya sesuai dengan pengamatan yang dilakukan. Bahan amatan laba-laba lebih besar. Gambar kumbang tanduk dan udang bagian dorsal harus diperbaiki.Sebaiknya membawa lipan untuk mengetahui beda Chilopoda dan Diplopoda. Data persentase dan kriteria keterlaksanaan tahap see materi Arthropoda dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap See Arthropoda Hari, Tanggal Senin, 28/3/2011 Selasa, 29/3/2011
Kelas X.5
X.7
X.4
Rabu, 30/3/2011
X.6
Peserta See Ana R. Arga T. Dini S. Arga Ana Dini Arga Ana Nuril Nuril Arga Ana
Waktu 09.1509.45 09.5010.15 12.0012.30 10.0010.30
PK (%) 94,1 82,4 94,1 94,1 88,2 100,0 100,0 94,1 88,2 94,1 94,1 94,1
∑ 16 14 16 16 15 17 17 16 15 16 16 16
Rerata (%)
Kriteria
90,2
Terlaksana
94,1
Sangat Terlaksana
94,1
Sangat Terlaksana
94,1
Sangat Terlaksana
Catatan: ∑ = Jumlah butir yang terlaksana PK = Persentase keterlaksnaan
𝑃𝐾
=
∑ 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
Jumlah seluruh butir = 17
Berdasarkan Tabel 3 berturut-turut menunjukkan bahwa kegiatan see mengalami peningkatan setelah kegiatan see di kelas X.5, X.7, X.4, dan X.6. Pelaksanaan Lesson Study Materi Echinodermata Kegiatan plan materi Echinodermata dilaksanakan pada hari Kamis, 31 Maret 2011 mulai pukul 12.00 – 12.40 WIB di ruang OSIS SMA Negeri 9 Malang. Data persentase dan kriteria keterlaksanaan tahap plan materi Echinodermata dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap Plan Echinodermata No. 1. 2. 3. 4.
Observer Arga Triandana Ana Rokhmawati Nuril Hidayati Dini Safitri
∑ 13 16 16 15
PK (%) 76,5 94,1 94,1 88,2
Rerata (%)
Kriteria
88,2
Terlaksana
60
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Catatan: ∑ = Jumlah butir yang terlaksana PK = Persentase keterlaksnaan
𝑃𝐾
=
∑ 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
Jumlah seluruh butir = 17
Kegiatan plan Echinodermata berdasarkan pada pembelajaran materi sebelumnya yaitu Arthropoda. Pada materi Arthropoda siswa sangat termotivasi untuk belajar dengan adanya praktikum (penggunaan media amatan asli). Siswa juga termotivasi dengan penyajian gambar maupun video yang berfungsi untuk memperkuat konsep materi yang mereka dapatkan. Hal ini terlihat pada hasil angket yang dibagikan pada siswa saat pembelajaran Arthropoda. Siswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan praktikum menarik karena dapat lebih mengetahui dan memahami bagian-bagian tubuh Arthropoda secara jelas. Berdasarkan hal tersebut maka rencana para guru PPL Biologi untuk pembelajaran materi Echinodermata tetap menggunakan metode praktikum. Setelah praktikum, siswa presentasi sesuai bahan amatan yang diamati. Evaluasi pembelajarannya adalah post test dan tetap ada penilaian aspek psikomotor saat praktikum. Tahap kedua yaitu do. Kegiatan do dengan guru model Ana Rokhmawati di kelas X.5 melaksanakan praktikum. Pada kegiatan awal, guru menjelaskan secara singkat prosedur kerja yang harus dilakukan siswa kemudian guru membagikan bahan amatan untuk praktikum. Pada kegiatan inti, siswa melaksanakan praktikum. Namun di kelas X.5 bahan amatan masih meliputi bintang ular, bulu babi, dan teripang. Setelah praktikum siswa melakukan persentasi hasil amatannya. Pada kegiatan akhir guru menyuruh siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini. Post test dilakukan pada pertemuan selanjutnya karena jam pelajaran sudah berakhir. Pada pelaksanaan do dengan guru model Arga Tryandana di kelas X.7 dilakukan juga dengan kegiatan praktikum. Pada kegiatan awal guru menjelaskan prosedur praktikum kemudian membagikan bahan amatan dan LKS sesuai dengan refleksi pembelajaran di kelas X.5. Pada kegiatan inti dan penutup sama dengan kegiatan pembelajaran di kelas X.5. Bahan amatan pada kelas X.7 sudah cukup lengkap karena terdapat tambahan bintang laut. Pada pembelajaran di kelas X.4 juga melaksanakan praktikum. Kegiatan awal, inti, dan penutup sama dengan kegiatan pembelajaran di kelas X.7. Pembelajaran dengan metode praktikum terakhir di kelas X.6 dengan guru model Ana Rokhmawati. Pada kegiatan pembelajaran di kelas X.6 juga sama dengan kegiatan X.4. Namun bahan amatan yang digunakan saat pembelajaran di kelas ini banyak yang sudah mati sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Pada Tabel 5 ditunjukkan data persentase dan kriteria pelaksanaan tahap do materi Echinodermata. Tabel 5. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap Do Echinodermata Hari, Tanggal Senin, 4/4/2011 Selasa, 5/4/2011
Kelas X.5
X.7
X.4
Rabu, 6/4/2011
X.6
Waktu 07.3009.00
Guru Model Ana R.
06.4508.15
Arga T.
10.1511.45
Arga T.
08.1509.45
Ana R.
Observer
∑
PK (%)
Arga T. Jihan. Eka P. Nuril H. Ana R Dini S. Bu Sofia Bu As Ana R. Nuril H. Bu As Jihan
16 14 12 18 16 16 15 19 16 18 17 18
84,2 73,7 63,2 94,7 84,2 84,2 79,0 100,0 84,2 94,7 89,5 94,7
Catatan: ∑ = Jumlah butir yang terlaksana
61
Rerata (%)
Kriteria
73,7
Terlaksana
87,7
Terlaksana
89,5
Terlaksana
92,1
Sangat Terlaksana
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PK
= Persentase keterlaksnaan
𝑃𝐾
=
∑ 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
Jumlah seluruh butir = 19
Pelaksanaan tahap terakhir yaitu see. Refleksi pembelajaran di kelas X.5 yaitu siswa antusias dengan media asli, guru memperperhatikan siswa secara adil, siswa banyak yang mengutarakan pendapat dan bertanya. Terdapat siswa yang terlalu santai sebaiknya guru memberi instruksi awal tegas dan terdapat LKS sehingga lebih aktif. Refleksi pembelajaran di kelas X.7 yaitu siswa menjadikan bahan amatannya sebagai mainan. Untuk mengatasinya guru masuk pada tiap-tiap kelompok. Terdapat konsep rancu yaitu permukaan tubuh Echinodermata bagian dorsal dan ventral seharusnya dibedakan menjadi bagian oral dan aboral. Konsep autogami pada LKS masih membingungkan siswa. Refleksi pembelajaran di kelas X.4 yaitu ada siswa yang tidak mencari jawaban LKS tetapi berbicara dgn temannya yang sibuk mencari info di internet. Di LKS tertulis autogami, guru lebih menekankan lagi prbedaan autogami dan autotomi. Sebaiknya lebih ditekankan dan diperjelas mengenai gambar sistem ambulakral. Refleksi pembelajaran di kelas X.6 yaitu kendala praktikum adalah bahan amatan yang sudah mati dan bau sehingga siswa jijik. Siswa tidak berkonsentrasi penuh dengan kegiatan pembelajaran, sebaiknya guru mengajak siswa agar tetap bisa melaksanakan praktikum dengan baik. Video sudah jelas sehingga memperkuat konsep berdasarkan praktikum. Data persentase dan kriteria keterlaksanaan tahap see materi Echinodermata pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap See Echinodermata Hari, Tanggal Senin, 4/4/2011
Selasa, 5/4/2011
Kelas X.5
X.7
X.4
Rabu, 6/4/2011
X.6
Waktu 09.1509.40
09.5010.15
12.0012.30 10.0010.25
Peserta See Ana R. Arga T. Eka P. Jihan Arga Ana Nuril Dini Arga Nuril Ana Jihan Ana
∑ 16 14 16 15 16 16 16 15 16 16 16 16 16
PK (%) 94,1 82,4 94,1 88,2 94,1 94,1 94,1 88,2 94,1 94,1 94,1 94,1 94,1
Rerata (%)
Kriteria
89,7
Terlaksana
92,7
Sangat Terlaksana
94,1
Sangat Terlaksana
94,1
Sangat Terlaksana
Catatan: ∑ = Jumlah butir yang terlaksana PK = Persentase keterlaksnaan
𝑃𝐾
=
∑ 𝑥 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
Jumlah seluruh butir = 17
Berdasarkan lesson study materi Arthropoda dan Echinodermata, keterlaksanaan penerapan PPL berbasis lesson study oleh mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM di SMA Negeri 9 Malang mengalami peningkatan persentase keterlaksanaan pada setiap tahapan plan, do, dan see. Rata-rata keterlaksanaan tahap plan sebesar 86,0% (terlaksana), do sebesar 87,6% (terlaksana), dan see sebesar 92,9% (sangat terlaksana). Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa lesson study yang mengandalkan kerjasama dan proses kolaboratif dalam kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tahap plan (melakukan perencanaan pembelajaran), do (melaksanakan dan mengamati pembelajaran), dan 62
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
see (melakukan refleksi pembelajaran) dari waktu ke waktu. Menurut Styler dan Hiebert dalam Susilo (2010), lesson study adalah suatu proses kolaboratif. Dalam kegiatan ini, sekelompok guru mengidentifikasi suatu masalah pembelajaran; merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan dibelajarkan); membelajarkan siswa sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati); mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran; membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi. Sehingga dengan lesson study menjadikan suatu adanya perbaikan-perbaikan pembelajaran yang dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para guru. Oleh karena itu dalam penelitian ini keterlaksanan tahap plan, do, dan see mengalami peningkatan dari waktu ke waktu karena adanya suatu perbaikan-perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil refeleksi bersama teman kolega. Senada dalam penelitian yang dilakukan oleh Noormayasanti (2009) menyatakan bahwa keterlaksanaan lesson study dari perspektif pemberdayaan media pembelajaran oleh MPF FMIPA UM peserta PPL sudah cukup terlaksana (67,5%) dan mengalami peningkatan dari tahap 1 ke tahap 2 lesson study baik pada plan, do, maupun see. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Purnasari (2011) yang juga menyatakan bahwa keterlaksanaan implementasi lesson study dari tahap plan, do, dan see mengalami peningkatan dari lesson study ke-1 sampai ke-9 dengan rata-rata keterlaksanaan 92,1 % dengan kategori sangat terlaksana. Kemampuan Memanfaatkan Media Pembelajaran Hasil data penelitian kemampuan memanfaatkan media pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Persentase dan Kriteria Kemampuan Memanfaatkan Media Pembelajaran Materi Arthropoda
Kelas X.5
X.7
X.4 X.6
Echinodermata
X.5
X.7
X.4
X.6
Catatan: ∑ PPKM
Guru Model Ana R.
Arga T. Arga T. Ana R.
Ana R.
Arga T. Arga T.
Ana R.
Observer
∑
Bu As Arga T. Dini S. Bu As Ana R Dini S. Ana R. Nuril H. Bu Sofie Bu As Arga T. Nuril H. Arga T. Jihan. Eka P. Nuril H. Ana R Dini S. Bu Sofie Bu As Ana R. Nuril H. Bu As Jihan
30 33 31 31 32 29 31 32 34 31 31 32 32 32 33 33 32 33 34 32 33 33 31 34
PKMM (%) 85,7 94,3 88,6 88,6 91,4 82,9 88,6 91,4 97,1 88,6 88,6 91,4 91,4 91,4 94,3 94,3 91,4 94,3 97,1 91,4 94,3 94,3 88,6 97,1
= Jumlah skor yang tercapai = Persentase kemampuan memanfaatkan media pembelajaran
63
Rerata (%)
Kriteria
89,5
Sangat Mampu
87,6
Sangat Mampu
90,0
Sangat Mampu
91,4
Sangat Mampu
92,4
Sangat Mampu
93,3
Sangat Mampu
94,3
Sangat Mampu
92,9
Sangat Mampu
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
𝑃𝑃𝐾𝑀 Skor maksimal
=
∑ 𝑥 100% 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
= 35
Kemampuan memanfaatkan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson study dalam penelitian ini dilihat berdasarkan persentase kemampuan memanfaatkan media pembelajaran oleh masing-masing guru model. Persentase kemampuan memanfaatkan media pembelajaran oleh guru model Ana dan Arga semakin meningkat pada setiap kegiatan open class. Rata-rata kemampuan memanfaatkan media pembelajaran oleh guru model Ana sebesar 91,6% (sangat mampu) sedangkan guru model Arga sebesar 91,3% (sangat mampu). Adanya peningkatan persentase kemampuan memanfaatkan media pembelajaran terjadi karena dengan melaksanakan kegiatan lesson study menjadikan guru mendapatkan banyak masukan tentang kekurangan maupun kelebihan media pembelajaran yang dimanfaatkan sehingga hal tersebut dapat memperbaiki pemanfaatan media pembelajaran pada kegiatan pembelajaran berikutnya.Dengan demikian, lesson study menjadikan keterampilan mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam memanfaatkan media pembelajaran meningkat. Penelitian pemanfaatan media pembelajaran melalui lesson study sebelumnya pernah dilakukan oleh Noormayasanti (2009) dengan penelitian kemampuan memberdayakan media pembelajaran mahasiswa Pendidikan Fisika FMIPA UM peserta PPL dengan penerapan lesson study. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan MPF peserta PPL dalam memberdayakan media pembelajaran selama 14 kali lesson study adalah pada tahap 1 (6 putaran pertama) sebesar 20,3% (kurang mampu) dan meningkat pada tahap 2 (8 putaran terakhir) menjadi 40,3% (mampu). Demikian juga pada penelitian yang dilakukan oleh Purnasari (2011) tentang pemanfaatan sumber belajar yaitu kemampuan memanfaatkan sumber belajar oleh guru model mahasiswa program studi pendidikan Biologi FMIPA UM melalui implementasi lesson study pada sub variabel kemampuan memilih sumber belajar memperoleh skor rata-rata sebesar 95,6 % dengan kategori sangat baik dan sub variabel kemampuan menggunakan sumber belajar memperoleh skor rata-rata sebesar 91,0 % dengan kategori sangat baik. Berdasakan hal tersebut dapat diketahui bahwa dengan adanya lesson study dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan media pembelajaran. Karena lesson study adalah suatu proses kolaboratif dimana sekelompok guru mengidentifikasi suatu masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan dibelajarkan), membelajarkan siswa sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran, membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran (Putro, 2008). Lewis (2005) dalam Cerbin dan Kopp (2006) dalam Ibrohim (2009) menyatakan bahwa lesson study menciptakan “multiple pathways of learning” yang meningkatkan pengajaran guru, yakni salah satunya adalah meningkatkan kualitas rencana pembelajaran. Dengan lesson study, pada tahap plan banyak masukan dari teman kolega untuk meningkatkan rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Begitu juga dengan pada tahap refleksi, hasil refleksi berdasarkan observasi pembelajaran di kelas digunakan untuk perencanaan pembelajaran pada open class berikutnya sehingga dengan demikian kualitas rencana pembelajaran terus meningkat. Hasil Belajar Biologi Hasil belajar Biologi siswa yang didapatkan dilapangan meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor dirumuskan pada Tabel 8 berikut. Tabel 8 Rerata Nilai Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
64
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
No.
Kelas
1. 2. 3. 4.
X.5 X.7 X.4 X.6
Rerata Nilai Kognitif UH I UH II 71,2 74,9 74,1 77,4 66,9 74,4 72,7 80,0
Rerata Nilai Afektif 77,1 79,1 77,7 79,2
Rerata Nilai Psikomotor 82,8 84,5 83,1 84,9
Hasil belajar yang diukur pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar kognitif siswa kelas X.5, X.7, X.4, dan X.6 menunjukkan peningkatan setelah dilaksanakan lesson study. Rerata nilai hasil belajar kognitif ke-4 kelas tersebut adalah 76,7. Rerata nilai hasil belajar kelas X.6 lebih tinggi daripada kelas X.5. Hal ini terjadi karena pembelajaran di kelas X.6 dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari pembelajaran open class di kelas sebelumnya yaitu kelas X.5 sehingga banyak mendapatkan masukan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas X.6. Rerata nilai hasil belajar X.4 lebih rendah daripada kelas X.7 meskipun pembelajaran di kelas X.4 adalah hasil refleksi dari pembelajaran di kelas X.7. Hal ini disebabkan karena waktu yang singkat untuk refleksi dari pembelajaran di kelas X.7. Setelah pembelajaran di kelas X.7 langsung diteruskan pada kelas X.4 pada hari itu juga sehingga guru tidak sempat melakukan banyak perbaikan berdasarkan hasil refleksi. Namun berdasarkan temuan penelitian, secara keseluruhan hasil belajar kognitif siswa meningkat. Hasil belajar afektif siswa juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki hasil belajar afektif yang baik dengan rerata nilai hasil belajar afektif sebesar 78,3. Demikian juga dengan hasil belajar psikomotor siswa yang pada umumnya tergolong kriteria baik dengan rerata nilai hasil belajar psikomotor sebesar 83,8. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan lesson study dengan memanfaatkan media pembelajaran yang bersifat nyata dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Dalam hal ini siswa terlibat secara langsung dalam proses pengamatan dan mengidentifikasi bahan amatan asli. Pemanfaatan media pembelajaran yang bersifat nyata dan yang ada di lingkungan sekitar membuat siswa lebih mudah memahami suatu konsep. Hardjito (2004) menyatakan bahwa proses pembelajaran yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung yang bisa didapat dari lingkungan sekitar. Siswa akan belajar dengan melakukan, mengamati, menyentuh, membaui, dan meraba hal-hal secara nyata (konkret), merasakan emosi dari berbagai fenomena dan bukannya menghapal hal-hal yang sesungguhnya masih abstrak bagi siswa (Diadaptasi dari Hardjito, 2004). Pemanfaatan media pembelajaran asli yang dimanfaatkan oleh guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa tidak lepas dari proses kegiatan lesson study. Lesson study menjadikan guru melakukan perbaikan-perbaikan penggunaan media pembelajaran berdasarkan refleksi dari pembelajaran sebelumnya. Kekurangan pemanfaatan media akan selalu diperbaiki pada pelaksanaan open class berikutnya sehingga dapat memperbaiki kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa. Garfield (2006) dalam Ibrohim (2010) menyatakan bahwa lesson study (jugyokenkyu) adalah proses sistematis yang digunakan guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarnya dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran. Penelitian pemanfaatan media pembelajaran melalui lesson study sehingga meningkatkan hasil belajar sebelumnya pernah dilakukan oleh Fatmawati (2010) dengan memanfaatkan media poster pada konsep Plantae dan Avertebrata. Evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan psikomotor peserta didik pada konsep Plantae dan Avertebrata di kelas X-3 SMA LABORATORIUM UM. Pada siklus I (materi Plantae) dari 40 peserta didik ada 10 orang tidak tuntas dengan rata-rata nilai ulangan harian 76. Pada siklus II (materi avertebrata) dari 40 peserta didik ada 3 orang tidak tuntas dengan rata-rata nilai ulangan harian 80. Kemampuan psikomotor siswa X-3 pada siklus I 70% aktif mengikuti kegiatan diskusi, dan meningkat menjadi 90 % pada siklus II. Demikian pula penelitian yang telah dilakukan oleh Zubaidah, Masniyah, dan Suryani (2010) dengan penerapan metode eksperiment dan STAD pada materi ekskresi pada manusia pengalaman open class lesson study menunjukkan bahwa hasil refleksi setelah pembelajaran menunjukkan bahwa metode pembelajaran eksperiment dan model STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa. Diketahui 65
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
bahwa ketuntasan belajar siswa melalui post-tes juga cukup tinggi setelah menggunakan metode eksperiment dan STAD dengan nilai 70-100, hanya dua orang siswa yang perlu mendapat remidi karena mendapat nilai 60. Penelitian yang dilakukan oleh Ibrohim (2009) yaitu pengaruh model implementasi lesson study dalam kegiatan MGMP terhadap peningkatan kompetensi guru dan hasil belajar biologi siswa menunjukkan bahwa model implementasi lesson study, lesson study dipadu portofolio, dan lesson study dipadu PTK dalam kegiatan MGMP berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar Biologi siswa SMP di Kabupaten Pasuruan. Dengan adanya penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan keterampilan mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam memanfaatkan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson study dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang. Lesson study memiliki banyak manfaat, bukan hanya untuk meningkatkan keprofesionalan seorang guru yaitu dalam pemanfaatan media pembelajaran namun juga untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal itu terjadi karena dengan meningkatnya kompetensi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran maka akan berakibat pada proses pembelajaran yang lebih baik dan akan meningkatkan pula pemahaman siswa terhadap materi sehingga dengan begitu kompetensi siswa akan meningkat. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) keterlaksanaan penerapan PPL berbasis lesson study oleh mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM di SMA Negeri 9 Malang mengalami peningkatan pada setiap tahapan plan, do, dan see materi Arthropoda dan Echinodermata; 2) keterampilan mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam menggunakan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson study di SMA Negeri 9 Malang mengalami peningkatan pada setiap open class materi Arthropoda dan Echinodermata; 3) hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang pada penerapan keterampilan mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam memanfaatkan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson study mengalami peningkatan baik hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada setiap kelas X.5, X.7, X.4, dan X.6 memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar sebelum penerapan keterampilan memanfaatkan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson study. Saran pemanfaatan lebih lanjut dari hasil penelitian ini adalah: 1) penelitian ini dikembangkan lebih lanjut yaitu dengan melaksanakan lesson study lebih banyak lagi sehingga melatih tenaga pendidik agar lebih terampil dalam memanfaatkan media pembelajaran; 2) hendaknya penjadwalan pelaksanaan lesson study direncanakan jauh sebelum kegiatan open class agar observer lebih konsisten dalam melaksanakan kegiatan lesson study; 3) setiap mahasiswa PPL sebaiknya melaksanakan kegiatan lesson study untuk memecahkan hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran. Dengan lesson study, mahasiswa PPL akan mendapatkan banyak masukan dari para observer baik pada saat tahap plan, do, maupun see. DAFTAR RUJUKAN Fatmawati, Evi. 2010. Pengembangan Teknik Pembelajaran dengan Permainan Meja Letter O Dipandu dengan Media Poster pada Konsep Plantae dan Avertebrata Kelas X-3 Semester II Tahun 2009/2010 SMA Laboratorium UM. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Hardjito. 2004. Peran Guru dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Ditinjau dari Prespektif Pendidikan Progresif. Jurnal Teknodik, 8 (14): 85-108. Ibrohim. 2009. Pengaruh Model Implementasi Lesson Study dalam Kegiatan MGMP terhadap Peningkatan Kompetensi Guru dan Hasil Belajar Biologi Siswa. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPs UM. Isman, Baitur. R. 2010. Upaya Peningkatan Kualitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan (5), (Online), (http://forumsejawat.wordpress.com/2010/11/11/upaya-peningkatan-kualitas-pendidik-dan-tenagakependidikan-5/, diakses tanggal 10 Agustus 2011).
66
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Noormayasanti. 2009. Kemampuan Memberdayakan Media Pembelajaran Mahasiswa Pendidikan Fisika FMIPA UM Peserta PPL dengan Penerapan Lesson Study di SMA Widyagama Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Purnasari, Erni. 2011. Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan Kemampuan Memanfaatkan Sumber Belajar oleh Guru Model Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM dan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 4 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Susanto, Pudyo. 2010. Buku Petunjuk Teknis Praktik Pengalaman Lapangan Bidang Studi Pendidikan Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang. Susilo, Herawati. 2010. Lesson Study Berbasis MGMP Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru. Malang: Surya Pena Gemilang. Susilo, Herawati. 2010. Peran Lesson Study Dalam Meningkatkan Profesionalitas Pendidik Dan Kualitas Pembelajaran. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Lesson Study 3, FMIPA UM, Malang, 9 Oktober. Susilo, Herawati. 2011. Pengembangan Potensi Siswa melalui Pembelajaran Sains yang Inovatif: Apa, Mengapa, dan Bagaimana? Makalah disajikan dalam Seminar Nasional bertema Inovasi Pembelajaran Sains dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia, Universitas Ronggolawe. Tuban, 22 Mei. Zubaidah, Masniyah, dan Suryani. 2010. Penerapan Metode Eksperimen dan STAD pada Materi ekskresi pada manusia pengalaman Open Class Lesson Study di SMP Negeri 2 Gempol. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Lesson Study 3, FMIPA UM, Malang, 9 Oktober.
67
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI KEGIATAN LSBS PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 SUKOREJO PASURUAN1)
Sumartono 1) Yus Setriarini 1) SMPN 1 Sukorejo Kabupaten Pasuruan
Abstrak: Motivasi belajar merupakan hal yang amat penting bagi kelangsungan belajar dan peningkatan prestasi belajar. Motivasi belajar ini dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku peserta didik yang menyangkut minat, perhatian, konsentrasi, ketekunan, aktivitas, dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Ternyata motivasi untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dalam menerima materi pelajaran juga merupakan permasalahan guru sebagai tonggak dalam suatu proses pembelajaran.Oleh karenanya guru harus terus berupaya mencari cara yang paling tepat untuk memecahkan permasalahan yang ada. Dalam upaya peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) khususnya guru, Kabupaten Pasuruan bersama dengan Sisttem-JICA mulai tahun 2006 mengkoordinir kegiatan pengembangan pendidikan, kearah kualiatas pendidikan yang lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional melalui kegiatan Lesson study. Kegaitan Lesson study ini mulai tahun 2008/2009 dikembangkan di SMPN 1 Sukorejo melalui program LSBS. Pengambilan data dengan mengggunakan lembar observasi dilaksanakan pada saat kegiatan LSBS matapelajaran matematika berlangsung. Dari lembar observasi pada saat pelaksanaan LSBS ini, di dapatkan kesimpulan hasil bahwa pada deskriptor terakhir yaitu keaktifan peserta didik menyelesaikan semua tugas pada saat pembelajaran mendapatkan rerata tertinggi yaitu 93%. Meskipun demikian pada deskriptor yang lain juga tidak menunjukkan begitu mengecewakan yaitu berkisar pada rerata 75%-80%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya LSBS memberikan motivasi yang sangat tinggi pada peserta didik saat proses pembelajaran. Kata Kunci: Motivasi, LSBS, Matematika
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Sumberdaya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisbiologisi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan. Pekerjaan mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana. Tidak pula dapat dicapai dalam waktu singkat. Hal itu memerlukan dukungan seluruh komponen bangsa dan usaha yang direncanakan secara matang, berkelanjutan, serta berlangsung seumur hidup. Ini berarti bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang utuh dan berkualitas melalui pendidikan dibutuhkan seperangkat prasarana dan sarana pendukung yang memadai. Dalam sistem pendidikan, kurikulum merupakan komponen esensial dan utama yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintah, pengembangan kurikulum, dan para guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum dimaksud (Sudrajat, 2008). Perubahan sistem pendidikan di Indonesia merupakan implikasi dari perubahan paradigma pendidikan yaitu pendidikan yang bersifat behavioristik menjadi pendidikan yang bersifat kontruktivistik. Dalam hal ini telah terjadi perubahan suasana dalam proses belajar mengajar, yaitu
68
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
pembelajaran yang semula berpusat pada guru mengalami perubahan menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Di era globalisasi sekarang ini, informasi dan perkembangan jaman diakses dengan begitu mudahnya. Kadangkala hal itu dapat menyebabkan dampak negatif yang sangat merugikan bagi bangsa kita. Kesiapan dalam menghadapi era globalisasi sangat diperlukan bagi negara yang sedang berkembang seperti bangsa Indonesia. Perlu adanya mental dan moral yang baik untuk dapat menyaring informasi yang masuk. Dampak negatif tersebut antara lain adanya gejala lunturnya nilai moral dan nilai luhur bangsa sendiri, serta adanya dekadensi moral yang cenderung mengarah kedehumanisasi. Motivasi belajar penting bagi peserta didik dan guru. Bagi peserta didik pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar. (3) Mengarahkan kegiatan belajar. (4) Membesarkan semangat belajar. (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di sela-selanya istirahat atau bermain) yang berkesinambungan; individu dilatih untuk mnggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Dalam upaya melaksanakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif maka guru dituntut untuk tidak selalu mengajar secara konvensional tetapi guru dapat menjadi fasilitator yang mampu memberikan petunjuk kepada peserta didik sehingga guru hendaknya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencari, bertanya dan mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam mencapai tujuan belajarnya. Dalam upaya peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) khususnya guru, Kabupaten Pasuruan bekerjasama dengan FMIPA-UM dalam proyek Sisttem-JICA mulai tahun 2006 mengkoordinir kegiatan pengembangan pendidikan, ke arah kualitas pendidikan yang lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional melalui kegiatan Lesson study. Lesson Study yang didesain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa ”kedudukan” guru adalah sebagai tenaga “profesional”. Kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah merupakan sarana tepat untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah yang dapat meningkatkan mutu sekolah dan mencetak guru yang professional. SMP Negeri 1 Sukorejo merupakan sekolah kesekian di kabupaten Pasuruan yang menerapkan lesson study berbasis sekolah (LSBS). Dalam menjalankan program tersebut, tim pengembang terus mengupayakan adanya perubahan mutu pembelajaran di sekolah melalui kegiatan LSBS. Frekuensi pelaksanaan lesson study yang semula dua minggu hanya seorang guru yang tampil sebagai guru model, menjadi dua orang guru sebagai guru model (Hendayana, 2007). Kegiatan Pengambilan data pada Lesson Study Berbasis Sekolah dilaksanakan pada matapelajaran matematika materi persamaan linear satu varibel dengan menerapkan metode pembelajaran STAD. Matapelajaran matematika dipilih karena matapelajaran ini merupakan “momok” bagi sebagian besar peserta didik. Mendengar nama matematika saja timbul imajinasi yang bermacammacam pada diri peserta didik dengan membayangkan semua hal yang berkaitan dengan rumus-rumus yang bermacam-macam. Untuk membuktikan hal tersebut maka dilaksanakan do-see matapelajaran matematika dan diamati oleh beberapa guru sebagai observer. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam upaya memperoleh data yang akurat serta refleksi terhadap kegiatan lesson study yang dijadikan salah satu program unggulan di Kabupaten Pasuruan, penulis dan rekan penulis menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui motivasi peserta didik. Kegiatan pengisian lembar observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada saat dilakukan observasi dilakukan seperti biasa, dengan menerapkan RPP dengan perangkatnya yang sudah direncanakan dan dengan menggunakan metode STAD pada materi Persamaan Linear Satu Varibel. Semua aktivitas
69
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
yang dilakukan peserta didik di rekam dalam lembar observasi tersebut. Secara lengkat format tabel lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Format Lembar Observasi No
Aspek Motivasi
Deskriptor
% 1
Σ Peserta didik 2 3 4
5
1. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru 1
Perhatian
2
Lama belajar
3
Usaha (ketekunan)
4
Irama Perasaan
5
Ekstensi
6
Penampilan
2. Peserta didik tidak berbincang-bincang saat guru memberi penjelasan 3. Peserta didik bertahan dalam kelas atau tetap berkonsentrasi dalam kegiatan belajar 4. Peserta didik belajar atau diskusi secara sungguhsungguh 5. Peserta didik berusaha mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan 6. Peserta didik bertanya jika ada yang tidak mengerti 7. Peserta didik tampak gembira atau tidak tertekan pada saat pembelajaran berlangsung 8. Peserta didik tidak mengantuk atau tertidur pada saat pembelajaran berlangsung 9. Peserta didik menyelesaikan tugas rumah yang diberikan guru 10. Peserta didik aktif menyelesaikan semua tugas yang diberikan guru saat pembelajaran atau menjawab pertanyaan guru
(Sumber: Chotimah, SMA LAB UM) Skor Klasikal: 1 = Jika deskriptor tampak atau ditunjukkan oleh 1-20% peserta didik 2 = Jika deskriptor tampak atau ditunjukkan oleh 21-40% peserta didik 3 = Jika deskriptor tampak atau ditunjukkan oleh 41-60% peserta didik 4 = Jika deskriptor tampak atau ditunjukkan oleh 61-80% peserta didik 5 = Jika deskriptor tampak atau ditunjukkan oleh 81-100% peserta didik PEMBAHASAN
Hasil yang didapat dari lembar observasi disusun secara naratif menjadi sekumpulan informasi yang diperoleh dari hasil reduksi sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Informasi yang dimaksud adalah uraian proses kegiatan pembelajaran yang sudah direkam dalam lembar observasi. Penyusunan informasi tersebut memadukan data dari berbagai isi catatan lapangan pada lembar observasi. Dari hasil lembar observasi yang direkam selama proses pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut: perhatian peserta didik terhadap pembelajaran matematika sebanyak 80%, tetap berkonsentrasi selama proses pembelajaran 78%, ketekunan peserta didik dalam belajar penuh dengan kesungguhan, mengerjakan tugas/menjawab pertanyaan dan bertanya jika tidak mengerti sekitar 80%. Peserta didik tampak gembira atau tidak tertekan pada saat pembelajaran berlangsung dan juga tidak mengantuk pada saat pembelajaran adalah sekitar 80%. Peserta didik yang menyelesaikan tugas rumah yang diberikan guru sekitar 80%. Dan deskriptor terakhir yaitu tentang keaktifan peserta didik menyelesaikan semua tugas pada saat pembelajaran yaitu sekitar 93%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya LSBS memberikan motivasi yang sangat tinggi pada peserta didik terhadap matapelajaran matematika. Selengkapnya hasil penjaringan data pada lembar observasi direkap pada Tabel 2 berikut.
70
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 2. Hasil Rekap Lembar Observasi No
Aspek Motivasi/Deskriptor
% Hasil
1 2 3 4 5 6
Perhatian peserta didik terhadap pembelajaran matematika Lama belajar/tetap konsentrasi Usaha/ketekunan dalam mengerjakan tugas dan menjawab pertanyaan Irama perasaan/peserta didik Tidak tertekan dan tidak mengantuk Ekstensi/Menyelesaikan tugas rumah dengan baik Penampilan/Keaktifan menyelesaikan semua tugas dengan baik
80 78 80 80 80 93
Berdasarkan hasil lembar observasi, maka persentase tingkat ketercapaian peningkatan motivasi pada tiap deskriptor dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Hasil Rekap Lembar Observasi Pembelajaran Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa pada deskriptor penampilan/keaktifan menyelesaikan semua tugas dengan baik terlihat mendapatkan persentase rerata tertinggi yaitu sebesar 93% dibanding deskriptor yang lain. Tetapi meskipun demikian terlihat dari semua deskriptor menunjukkan persentase di atas 75% hampir pada semua deskriptor. Hal ini menyimpulkan bahwa ternyata matapelajaran matematika dalam kegiatan LSBS mampu meningkatkan motivasi peserta didik pada semua deskriptor dan dengan adanya LSBS memberikan motivasi yang sangat tinggi pada peserta didik. PENUTUP
Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) di SMPN 1 Sukorejo harus senantiasa terus dilaksanakan dan ditingkatkan, yaitu dengan melibatkan para pakar pendidikan (dosen) sehingga guruguru lebih termotivasi dan mendapatkan pengetahuan atau ide-ide baru terkait dengan penyusunan rencana pelajaran yang lebih baik lagi. Dengan adanya keterlibatan dari para pakar pendidikan, maka memudahkan guru dalam membuat perencanaan, melakukan pemantauan/monitoring terhadap pembelajaran, serta melakukan penilaian proses pembelajaran. Hal ini nantinya akan lebih mampu memberdayakan kemampuan guru-guru SMPN 1 Sukorejo pada khususnya dan semua guru pada umumnya. DAFTAR RUJUKAN Chotimah, Husnul. 2005. Perjalanan Panjang menuju Kegiatan Lesson Study. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya dan Exchange Experioence of IMSTEP di Universitas Negeri Malang September 2005.
71
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Asdi Mahasatya Sudrajat, Akhmad. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran. Artikel Diterbitkan Februari 22, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Diakses 2 Desember 2008. Hendayana, Sunar, dkk. 2007. Lesson Study Suatu Strategi Untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik. Bandung: UPI PRESS.
72
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Jeffry Handhika IKIP PGRI Madiun,
[email protected]
Abstract: During this study conducted in the classroom, for my instructional tend intellectual aspect and ignore aspects of character formation and learning activities of students. This is certainly a problem for lecturers in teaching and students in their lessons. Researchers want to turn the issue into a force in the management of teaching and learning activities effectively and efficiently so that will get satisfactory results. To solve this problem researchers choose a project-based learning. The purpose of this research is to increase the activity of learning and foster student character using project-based learning. The method used in research is a classroom action research carried out in 2 cycles. Project-based learning is implemented in 5th semester student of class A, amounting to 37 people in odd semester academic year 2010/2011. The results showed that the application of project-based learning can increase average initial cognitive learning outcomes as a base line of 65.40, on the first cycle amounted to 68.23 and on second sycle amounted to 76.20. The average score of students' learning activities also increased from 78.40 in the first cycle, 84.30 on the second cycle. Key Word : learning activities, character, project-based learning
Selama ini pembelajaran yang dilakukan di kelas, untuk matakuliah media pembelajaran cenderung mngedepankan aspek intelektual dan mengesampingkan aspek pembentukan karakter dan aktivitas belajar mahasiswa. Hal ini tentu suatu masalah bagi dosen dalam mengajar dan mahasiswa dalam menerima pelajaran. Peneliti ingin mengubah masalah tersebut menjadi sebuah kekuatan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti memilih pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi permasalahan yang telah kami paparkan. “Project-Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang mahasiswa bekerja secara mandiri membangun cara belajar sendiri dan menghasilkan produk yang bernilai. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) ini merupakan adaptasi dari pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning.) Keduanya menitiberatkan pada kerjasama dan authentic assessment hanya objeknya saja yang berbeda. Kalau dalam problem-based learning melakukan kegiatan perumusan masalah, pengumpulan data, dan analisis data dalam projectbased learning kegiatan yang dilakukan meliputi perancangan (desain): merumuskan kerja, merancang (designing), mengkalkulasi, melaksanakan pekerjaan, dan mengevaluasi hasil. Seperti didefinisikan oleh Buck Institute fo Education (1999), bahwa belajar berbasis proyek memiliki karakteristik: (a) pembelajar membuat keputusan, dan membuat kerangka kerja, (b) terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya, (c) pebelajar merancang proses untuk mencapai hasil, (d) pebelajar bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan, (e) melakukan evaluasi secara kontinu, (f) pebelajar secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan, (g) hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya, dan (i) kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan. Dalam pembelajaran berbasis proyek dilakukan 73
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan mahasiswa atau kebutuhan masyarakat atau industri lokal. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi usia dewasa: siswa SMA, mahasiswa, atau pelatihan tradisional untuk membangun keterampilan kerja (Gaer,1998). Struktur tujuan kolaboratif dicirikan oleh jumlah saling ketergantungan yang begitu besar antar mahasiswa dalam kelompok. “Dalam pembelajaran kolaboratif, siswa mengatakan “we as well as you”, dan siwa (mahasiswa) akan mencapai tujuan hanya jika siswa (mahasiswa) lain dalam kelompok yang sama dapat mencapai tujuan mereka bersama (Arends, 1998). Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran (technology for instruction), pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para mahasiswa dan meminimisasi perbedaanperbedaan antar individu. Pembelajaran yang mampu memfasilitasi mahasiswa menuju pencapaian pemahaman terhadap realitas alam adalah model pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif diterapkan sebagai hasil refleksi mahasiswa atau dosen untuk melakukan pembelajaran berbasis pada konteks, kebebasan, dan menyenangkan. Pembelajaran berbasis proyek dapat mengakomodiasi kedua ciri tersebut, kolaboratif dan inovatif. Menurut Eggen dan Kauchak (Sunaryo, 2004), “siswa(mahasiswa) belajar secara efektif bila siswa (mahasiswa) secara aktif terlibat dalam pengorganisasian dan penemuan pertalian-pertalian (relationships) dalam informasi yang dihadapi”. Aktivitas mahasiswa ini menghasilkan kemampuan belajar dan peningkatan kemampuan pengetahuan serta pengembangan ketrampilan berpikir (thinking skills). Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas mahasiswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Media Pembelajaran merupakan matakuliah yang menitiberatkan pada aktivitas mahasiswa. Berdasarkan buku pedoman akademik program studi P. Fisika IKIP PGRI Madiun, Tujuan matakuliah ini adalah “mahasiswa dapat memahami definisi, fungsi dan jenis media pembelajaran serta mampu mengaplikasikannya dalam pembelajaran”. Dalam rangka mengajarkan proses pengaplikasian media pembelajaran mahasiswa perlu dilibatkan dalam serangkaian aktivitas dalam membuat media sampai pada tahap evaluasi penggunaan media. Pembelajaran berbasis proyek, sesuai dengan karakteristik matakuliah ini. Selama ini penelitian pendidikan mengarah pada perbaikan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian yang mengarah pada pembentukan karakter mahasiswa jarang dilakukan. Pendidikan karakter merupakan proses kegiatan yang mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budaya harmoni yang selalu mengajarkan, membimbing, membina, setiap manusia untuk memiliki kompetensi intelektual (kognitif), karakter (affective), dan kompetensi ketrampilan mekanik (psychomotoric) (Yahya Khan:2010). Karakter adalah “sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan” (Yahya Khan:2010). Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara befikir dan prilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama”. Penerapan pendidikan karakter tidak hanya membangun sikap dan pola pikir mahasiswa, secara sinergis juga mengarah pada pembangunan ranah kognitf, afektif dan psikomotor. Menurut M. Nuh “implementasi penguatan pendidikan karakter tidak dalam bentuk mata pelajaran baru, melainkan penguatan dari mata pelajaran yang ada serta membangun kultur sekolah”(Tempo Interaktif:2011). Diharapkan dengan pendidikan berbasis proyek dapat membangun kultur kampus dalam hal ini karakter positif mahasiswa, aktivitas belajar meningkat karena proses belajar tidak hanya dilakukan dikelas, tetapi mahasiswa dapat melakukan pembelajaran di luar kelas. Pembelajaran dikelas digunakan untuk sharing terkait permasalahan yang ditemukan mahasiswa 74
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
ketika mengerjakan proyek. Pemberian proyek mandiri dan kelompok diharapkan dapat menumbuhkan karakter mahasiswa terutama kemandirian, tanggungjawab dan kejujuran. Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan aktivitas belajar dan menumbuhkan karakter mahasiswa pada matakuliah media pembelajaran? METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK (penelitian tindakan kelas). Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan, mengembangkan keterampilan fasilitator; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti. PTK diawali oleh suatu kajian terhadap masalah secara sistematis. Hasil pengkajian kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah, dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Untuk lebih jelasnya kami paparkan dalam bagan 1 berikut.
Bagan 1. Bagan PTK Moder Kurt Lewin (Sa’dun Akbar:2010:27) Pengambilan aktivitas belajar mahasiswa diperoleh dari angket, pada siklus kedua, untuk memperkuat hasil angket ditambahkan kuisioner. Data pembentukan karakter mahasiswa dilakukan melalui observasi dan wawancara. Data prestasi belajar mahasiswa merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Adapun indikator ketercapaian dari penelitian ini adalah skor angket aktivitas belajar > 70, ,dan rata-rata hasil belajar >70. Untuk data observasi dan wawancara pembentukan karakter kami ungkapkan secara kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan berupa siklus-siklus pembelajaran. Dalam penelitian ini kegiatan pembelajaran dilakukan peneliti yang bertindak sebagai dosen, Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklusnya 3 pertemuan dengan waktu 120 menit tiap pertemuan. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rata-rata prestasi belajar Ranah Kognitif dan Skor Angket Aktivitas Belajar Variabel Rata-rata Prestasi belajar ranah kognitif Skor Angket Aktivitas Belajar
Base Line 65,40 70
Siklus I 68,23 78,40
Siklus II 76,20 84,30
Berdasarkan observasi dan evaluasi maka hasil penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut: 75
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
1. Siklus pertama Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi serta planning. Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah sebagai berikut : a. Hasil Evaluasi pada siklus pertama mengalami peningkatan untuk rata-rata hasil belajar kognitif base line 65,4 menjadi 68,23 b. Skor angket Aktivitas belajar mahasiswa meningkat dari baseline 70 menjadi 78,40 Kesimpulam pelaksanaan dan evaluasi dari observer: 1) Jawaban mahasiswa cenderung sama. 2) Tugas proyek yang dikerjakan tidak sistematis, cenderung hanya memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen. 3) Terdapat 8 mahasiswa mengumpulkan tugas tidak tepat waktu. Temuan diatas memperlihatkan bahwa karakter mahasiswa belum terbentuk, yakni terkait masalah kejujuran, tanggung jawab dan kemandirian. Nilai prestasi belajar ranah kognitif belum mencapai indikator. 2. Siklus Kedua Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada siklus kedua ini peneliti memberikan proyek individu maupun kelompok. Tugas individu yang diberikan tidak seragam, dan tugas kelompok diarahkan pada pembuatan produk berupa alat peraga yang ditentukan oleh dosen. Alat peraga yang dibuat masing-masing kelompok juga berbeda satu sama lain. Peneliti juga menambahkan instrumen kuisioner terkait masalah penerapan pembelajaran berbasis proyek dan aktivitas belajar untuk memperkuat hasil angket. Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah: a. Meningkatnya nilai prestasi belajar mahasiswa dari 68,23 menjadi 76,20. b. Skor aktivitas belajar meningkat dari 78,40 menjadi 84,30. c. Jawaban hasil belajar mahasiswa bervariasi. Ini menunjukkan bahwa dalam mengerjakan soal, mahasiswa sudah percaya diri dan bersikap jujur. d. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa : 2,63% berpendapat bahwa pembelajaran berbasis proyek tidak meningkatkan aktivitas belajar, 71,05% berpendapat bahwa pembelajaran berbasis proyek meningkatkan aktivitas belajar, 7,89% ragu-ragu, dan 18,42% tidak mengisi kuisioner. Selain keberhasilan yang kami ungkapkan diatas, hasil produk berupa alat peraga yang dibuat mahasiswa lebih sistematis dan memiliki nilai guna. Berdasarkan hasil wawancara, tiap kelompok mahasiswa sudah mampu menjelaskan fungsi dan kegunaan alat serta menganalisa permasalahan cara membuat alat. Selain itu, kelemahan alat yang mereka buat juga diungkapkan. Tugas individu yang dikerjakan mahasiswa juga beragam. 8,10 % mahasiswa menampilkan simulasi, 67,57% mahasiswa menampilkan animasi dan 24,32% hanya mengkoneksikan antar frame, scene dan movie (tanpa animasi dan simulasi). Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa, dalam pengerjaan proyek kelompok, karakter mahasiswa mulai terbentuk. Masing-masing individu dalam kelompok sudah mampu menganalisa permasalahan dalam pembuatan alat. Dalam menyelesaikan tugas individu mahasiswa sudah mampu menyampaikan hasil yang mereka dengan jujur. Sebagian besar mahasiswa menyatakan dalam pembuatan tugas individu didampingi teman, download, serta dibuatkan oleh penjaga warnet. Contoh proyek kelompok yang dibuat oleh mahasiswa pada gambar 1: Kejujuran ini menunjukkan bahwa ada penumbuhan karakter pada diri mahasiswa. Dalam pengumpulan tugas indivudu, dari 37 mahasiswa, hanya 4 mahasiswa yang terlambat dalam mengumpulkan tugas. Dari empat mahasiswa, setelah dilakukan klarifikasi, ternyata 2 orang tidak dapat mengumpulkan tugas tepat waktu karena kerja. Jadi hanya 2 orang yang terlambat. Hal ini juga menunjukkan penumbuhan karakter mahasiswa, yakni tanggungjawab. Terkait masalah kemandirian, memang masih belum nampak. Dari 37 mahasiswa, 4 diantaranya mengerjakan tugas individu secara mandiri, 32 didampingi rekan sejawat, dan 1 mahasiswa dibuatkan. Dengan diterapkannya 76
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
pembelajaran berbasis proyek, ternyata dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar media pembelajaran.
Gambar 1. Proyek Mahasiswa Kelemahan-kelemahan metode proyek selama pembelajaran berdasarkan hasil kuisioner adalah sebagai berikut : 1) Membutuhkan waktu lama (6 pendapat), 2) Pembagian Kelompok tidak merata (2 pendapat), 3) Biaya Mahal, Fasilitas tempat, alat dan financial (13 pendapat), 4) Perlu diimbangi penyampaian materi yang lebih mendalam (4 pendapat), 5) Peninjauan secara intensif dari dosen kepada kelompok (pemantauan dosen) (3 pendapat), 6) Peningkatan koordinasi antar anggota (1 pendapat), 7) Cara mendapatkan bahan dan alat sulit (3 pendapat) KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, dapat disimpulkan sebagai berikut : Penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan Rata-rata hasil belajar ranah kognitif awal sebagai base line sebesar 65,40, pada siklus I sebesar 68,23 dan pada sikus II sebesar 76,20. Rata-rata skor aktivitas belajar mahasiswa juga mengalami peningkatan dari 78,40 pada siklus I, 76,20 pada siklus II dengan baseline 70. DAFTAR RUJUKAN Akbar Sa’dun.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Cipta Media Aksara. Jogjakarta. Agustia Ririn, Pendidikan Karakter Juga Masuk Ke Ekstrakurikuler. http://www.tempointeraktif.com/hg/pendidikan/2011/05/02/brk,20110502-331544,id.html Arends, R. I. 1998. Learning to teach. Singapore: McGraw-Hill book Company. Buck Institutute for Education. 1999. Project-Based Learning. http://www.bgsu.edu/organizations/etl/proj.html. Gaer, S. 1998. What is project based learning? http://members.aol.com/CulebraMom/ pblprt.html.2010,Pedoman Akademik P.Fisika IKIP PGRI Madiun, IKIP PGRI Madiun
77
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Sunaryo, PVM. Penerapan Prinsip-prinsip Cara Belajar Siswa Aktif dalam Meningkatkan Keefektifan Proses Pembelajaran IPA di SD. {http ://202.159.18.43/ip/21Sunaryo.Htm}
78
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
MENINGKATKAN SCIENCE PROCESS SKILLS MELALUI LESSON STUDY PADA PEMBELAJARAN SAINS (Suatu Kajian Hasil Penelitian Tindakan (Action Research) pada Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Gorontalo)
Lilan Dama Fakultas Matematika & IPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
Abstract: This study aims to assess the implementation process of lesson study in increasing science process skills in science instractional at the Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State University of Gorontalo in 2011. The study is an action research. Three subjects were selected in the learning of science in Mathematics and Natural Sciences, State University of Gorontalo (Microtechnique, Basic Physics II and Basic Chemistry II subjects) indicate a significant change in the achievement of the science process skills which is due to that lesson study can increasing the quality of learning and able to be the foundation for the development of learning; also, lesson study will put the role of the lecturer as a learning researcher; and lesson study which is designed properly will make a professional and innovative lecturer. In order to achieve the target of science process skills to the maximum, a number of aspects need to be considered in the implementation of lesson study which are: Plan, the delivery of content should be well comprehended by the students, preparation of alternative materials and there should be a commitment of the lesson study collaborator (lecturer). Do, the phase (implementation) that students should be ready in order to be able to create flow charts, analyze and report the final practicum and See, the readiness from whole components of lesson study to present the findings and problems during the implementation of lesson study which will be followed up in further subsequent planning. For recommendations and suggestions on science instractional, it is essential to take into account that the implementation of lesson study needs the readiness of infrastructure tools and institutional policies that encourage the creation of a conducive atmosphere. In addition, lesson study can be documented by each collaborator (lecturer), so that it can be published and disseminated. Key words: lesson study, science process skills, science instractional.
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara yang berperan penting dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara”. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999, Pendidikan Tinggi menjelaskan bahwa tujuan pendidikan tinggi adalah: menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian. (Hasbullah, 2008:131) Namun demikian, dalam rangka penerapan otonomi perguruan tinggi sejumlah permasalahan ditemui misalnya: 1) pembelajaran selama ini belum mampu meningkatkan penguasaan mahasiswa secara fokus misalnya pada aspek keterampilan proses walau metode/strategi yang dilaksanakan sudah bervariasi, namun belum memilih strategi-strategi yang benar-benar sesuai untuk pokok-pokok 79
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
bahasan tertentu. Selain itu juga metode ceramah masih cukup banyak mendominasi sebanyak (50%) dari jam tatap muka, 2) kinerja mahasiswa untuk meraih nilai maksimal belum terwujud. Hal ini nampak dari hasil kerja yang asal masuk atau hanya sekedar untuk memenuhi tugas dari dosen; kualitas belajar yang belum maksimal, 3) kolaborasi dosen sebagai tim pengajar dalam matakuliah yang belum maksimal dalam hal proses belajar, 4) kolaborasi dosen dan mahasiswa yang masih kurang dalam menerapkan konsep-konsep selama proses dalam pembelajaran. Selama ini yang terjadi bahwa permasalahan dipecahkan diantara tim pengampu matakuliah saja, namun kurang melibatkan kolega lainnya yang dapat membantu memberikan masukan dan saran lainnya untuk perbaikan, misalnya dosen dari luar jurusan. Di lain pihak dalam proses pembelajaran, dosen dituntut mampu menunjukkan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan kompetensi sosialnya. Kompetensi pedagogik meliputi kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Guna mewujudkan kompetensi yang dituntut, sekaligus untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada maka ditawarkan cara atau pendekatan yang lebih berfokus pada upaya pemberdayaan guru atau dosen sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Pendekatan tersebut adalah lesson study. Lesson study yaitu suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip- prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. (Hendayana, 2007:3) Lesson study bukan hanya metoda atau strategi pembelajaran, tetapi lebih pada penerapan berbagai metoda/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi dan permasalahan yang dihadapi guru. Pada lesson study, dosen berkolaboratif merumuskan tujuan pembelajaran dan tujuan pengembangan peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan dan mengamati research lesson, mendiskusikan untuk kemudian menyempurnahkan dan membelajarkan lagi di kelas. Lesson study ini telah dikembangkan oleh tiga Universitas eks Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) terkemuka di Indonesia yakni Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Malang dan Universitas Negeri Yogyakarta selama tahun 2005-2007. Lesson study ini telah diikuti oleh tim FMIPA Universitas Negeri Gorontalo pada program pelatihan dan study banding di Malang pada 2024 Juli 2007. Keberhasilan lesson study ini ditindaklanjuti oleh fakultas MIPA UNG disetiap jurusan yaitu jurusan Pendidikan Biologi, Pendidikan Fisika, Pendidikan Kimia dan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Gorontalo. Melalui kegiatan lesson study ini diharapkan dapat menghasilkan rencana pembelajaran yang meliputi silabus, kontrak perkuliahan, Satuan Acara Perkuliahan (SAP), dan LKS. Penyusunan rencana pembelajaran harus mengacu kepada kurikulum perguruan tinggi yakni kurikulum berbasis kompetensi (KBK) untuk mendukung proses pembelajaran yang relevan dan optimal pada masingmasing program studi. Selain itu kegiatan ini lebih difokuskan pada proses pelaksanaan perkuliahan yang lebih meningkatkan kualitas dosen tim matakuliah dan dosen lainnya serta mahasiswa itu sendiri dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan uraian diatas penelitian ini dilaksanakan dengan judul ‘Meningkatkan Science Process Skills melalui Lesson Study pada Pembelajaran Sains’ (Suatu Penelitian Tindakan (action research) pada mahasiswa di Fakulats Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo).
80
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Area dan Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada peningkatan kualitas belajar mahasiswa yaitu keterampilan proses sains dengan menggunakan lesson study. Kegiatan lesson study ini sangat penting dilaksanakan karena lesson study akan mengoptimalkan peran tim matakuliah dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam hal ini pembelajaran sains. Lesson study merupakan kegiatan yang bermanfaat untuk memotivasi dosen dalam merancang pembelajaran yang efektif yakni mandiri, inovatif, dan memberikan iklim yang kondusif bagi warga belajarnya untuk mengembangkan sikap kritis, kreatif dan secara bersama-sama mewujudkan pembelajaran sains untuk mencapai pendidikan yang bermutu. Dengan menggunakan lesson study, upaya meningkatkan ketrampilan proses sains pada pembelajaran sains kepada mahasiswa akan meningkat. Dalam hal ini, lesson study sebagai upaya dalam hal memotivasi dan memberi iklim kondusif bagi mahasiswa untuk mengembangkan sikap kritis, kreatif dalam belajar. Sub Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi di atas, dapat dikatakan bahwa area dan fokus penelitian cukup luas. Untuk melihat peningkatan ketrampilan proses sains pada mahasiswa, maka sub fokus penelitian ini adalah pada proses pelaksanaan/ penerapan lesson study dalam upaya peningkatan science process skills (keterampilan proses sains) mahasiswa pada pembelajaran sains. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian maka masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah proses pelaksanaan/ penerapan lesson study dalam meningkatkan science process skills (keterampilan proses sains) mahasiswa pada pembelajaran sains. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan peneliti, dosen dan mahasiswa. Secara khusus bagi kelembagaan di FMIPA, melalui lesson study dapat diciptakan budaya membangun komunikasi diantara dosen baik sebidang maupun lintas bidang untuk mendapatkan masukan yang baik dalam mengembangkan pembelajaran yang berkualitas. Lesson study dapat menjadi sarana yang baik dalam aktifitas pendidikan lainnya seperti research grant dan pengembangan profesi lainnya. Untuk itu perlu disosialisasikan dan terus dikembangkan. Landasan Teoritik Lesson Study adalah suatu proses kolaboratif pada sekolompok guru ketika mengidentifikasi masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan dibelajarkan); membelajarkan peserta didik sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran, membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain (mendiseminasikannya) (Susilo, 2009:2-3) Lesson study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Dengan demikian lesson study bukan metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan lesson study dapat menerapkan berbagai metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi dan permasalahan yang dihadapi guru. Lesson study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksi) yang berkelanjutan. Dengan kata lain lesson study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continuous improvement) yang dapat dilihat dalam skema dalam gambar 2.3. tentang siklus pengkajian dalam kegiatan lesson study berikut ini.(Hendayana, 2007:10) Lesson study sebagai suatu kegiatan yang diawali dengan pengembangan perencanaan secara bersama yakni proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sangat potensial untuk menciptakan proses interaksi antara berbagai pihak yaitu guru, dosen, kepala sekolah, pejabat Dinas Pendidikan, dan lain-lain. Melalui interaksi yang dapat terjadi dalam berbagai tahapan kegiatan, maka sangat dimungkinkan terjadinya sharing pengetahuan serta tacit knowledge yang diperoleh melalui pengamatan secara konstruktif, maka selain masing-masing pihak yang terkait memperoleh input dan 81
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
umpan balik, sebagai tindak lanjutnya tidak mustahil memunculkan berbagai inovasi pembelajaran. (Hendayana, 2007:33). Oleh karena itu banyak manfaat yang diperoleh dari pelaksanan Lessons Study diantarnya: a) meningkatkan keprofesionalan guru, sebab dengan studi pembelajaran guru melakukan pengkajian kurikulum, merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan metode pembelajaran yang sesuai dan menentukan media. Selain itu guru melakukan penelitian/ pengkajian terhadap proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran, serta menganalisis dan melakukan refleksi, dan b) meningkatkan mutu pembelajaran di kelas karena guru mengembangkan studi pembelajaran berdasarkan sharing dan berkolaborasi dengan guru lain, melakukan penelitian dengan mengkaji pembelajaran, mendasarkan pada kelas nyata dan memfokuskan pada belajar siswa (Syamsuri & Ibrohim, 2007). Lesson study pada dasarnya merupakan upaya inovatif guru-guru dalam mengatasi berbagai masalah pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan melalui lesson study di dalamnya terdapat aspek penelitian dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk itu, hasil-hasil terbaik dari kegiatan lesson study perlu disebar luaskan dengan berbagai cara misalnya melalui seminar melalui tingkat kabupaten, provinsi, nasional, atau bahkan tingkat internasional. Selain itu hasil-hasil tersebut dapat juga ditulis dalam bentuk karya ilmiah yang bisa dipublikasikan melalui jurnal. Untuk menjamin terjadinya proses continous improvment dikalangan para guru, maka penyediaan wahana berbentuk seminar berbagai tingkatan serta jurnal ilmiah yang dapat menampung hasil-hasil karya ilmiah para guru yang merupakan hal yang perlu diupayakan oleh pihak-pihak terkait. Hal tersebut perlu dilakukan demi menjamin keberlanjutan pelaksanaan lesson study oleh para guru/ dosen serta menjamin terjadinya proses peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Keterampilan proses dalam pembelajaran sains dalam hal ini adalah sejumlah keterampilan dasar yang harus dikuasai dan ditargetkan dalam konteks pembelajaran sains, yang menekankan pada kemampuan berpikir individu. Nugraha mengemukakan bahwa ada beberapa keterampilan proses yang telah dimodifikasi oleh para ahli sains, keterampilan proses tersebut dikelompokkan menjadi; mengamati (observasi), mengklasifikasikan (menggolongkan), meramalkan (memprediksi), mengkomunikasikan, penggunaan alat dan pengukuran. (Nugraha, 2008 :122-123). METODOLOGI PENELITIAN
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menilai proses pelaksanaan lesson study dalam meningkatkan science process skills (keterampilan proses sains) pada pembelajaran sains. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada mahasiswa semester Genap Fakultas Matematika & IPA Universitas Negeri Gorontalo tahun akademik 2010-2011. Objek penelitian di fokuskan tiga jurusan yakni: Jurusan Pendidikan Kimia, Pendidikan Biologi, dan Jurusan Pendidikan Fisika. Ketiga Jurusan ini dipilih atas pertimbangan karakterteristik sains yang menjadi orientasi pengembangan keilmuan dalam proses pembelajaran, serta tujuan khusus penelitian ini yaitu menitik beratkan pada keterampilan proses sains dan praktikum perkuliahan. Mahasiswa sebagai subjek pokok dan dosen lainnya sebagai observer atau subjek pendukung. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) melalui pendekatan metode kualitatif, karana terjadinya interaksi dengan subjek penelitian secara alamiah, dalam arti bahwa penelitian berjalan sesuai dengan jalannya proses belajar mengajar dengan cara mengadakan pengamatan, melalui inkuiri secara sistematis dan menarik kesimpulan sebagaimana layaknya dilakukan oleh peneliti kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai active participant observer, dalam arti sebagai pengamat dan berkolaborasi dalam membuat perencanaan, tindakan dalam proses pembelajaran dalam hal ini sebagaimana berperan sebagai pengamat dalam pendekatan kualitatif.
82
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Desain Intervensi & Rencana Tindakan Adapun desain dan rencana tindakan dapat dilihat dalam rancangan Siklus Action Research, Lesson Study dan Science Process Skills sebagaimana gambar berikut ini: Siklus Action Research
Science Process Skills
Siklus I
Plan
Science Process Skills
Science Process Skills
Siklus II
Plan
Siklus III
Plan
See
See
Do
See Do
Do
Gambar 1. Siklus Action Research, Lesson Study dan Science Process Skills. Sumber : Di adaptasi dari Geoffrey E. Mills, Action Research: A Guide for The Teacher Researcher (New Jersey : Pearson Education, 2003), p. 18. Penelitian tindakan ini dilakukan melalui tiga siklus yang masing- masing mencakup kegiatankegiatan perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see) dalam proses lesson study. Perencanaan yang dilakukan merupakan perencanan untuk tiga siklus. Masing-masing perencanaan terdiri dari tahapan-tahapan dan langkah-langkah. Perencanaan pada siklus I merupakan perencanaan tentang bagaimana proses penerapan lesson studi dan bagaimana pengaruh lesson study untuk meningkatkan kualitas belajar mahasiswa. Perencanaan dalam siklus II adalah perencanaan ulang atau replaning dari pencapaian siklus I. Rencana pada siklus II akan mencakup bagaimana pengaruh lesson study. Perencanaan dalam siklus III juga perencanaan ulang dan perencanaan yang mencakup tentang pelaksanaan lesson study. Dengan merencanakan tindakan dengan tiga siklus, diharapkan pelaksanaan program aksi dapat selesai dalam waktu satu semester yang akan disesuaikan dengan jadwal perkuliahan dan jumlah tatap muka yang ditentukan. Sumber dan Jenis Data Sumber data utama dalam penelitian ini aspek-aspek yang berkaitan dengan proses penerapan lesson study dalam pembelajaran pada mahasiswa maupun dosen/ kolaborator di jurusan pendidikan biologi, jurusan pendidikan fisika dan jurusan pendidikan kimia Fakultas Matematika & IPA Universitas Gorontalo. Selain itu aspek-aspek yang berkaitan dengan kompetensi mahasiswa baik dalam proses pembelajaran yang mencakup sikap keterampilan proses dalam pembelajaran melalui observasi maupun penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran.Sedangkan jenis data penelitian berupa kata, sumber tertulis atau melalui perekaman video, pengambilan foto, dan dokumen lainnya.
83
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian Data penelitian diperoleh melalui sejumlah instrumen yang disusun oleh peneliti yang terkait dengan objek dan tujuan penelitian. Instrumen dimaksud diantaranya; lembar observasi pelaksanaan lesson study dan instrumen ketrampilan proses. Lesson Study Secara Konseptual yang dimaksud lesson study dalam penelitian adalah suatu pendekatan proses kolaboraif pada sekelompok dosen untuk merancang suatu skenaria pembelajaran. Secara Operasional yang dimaksud lesson study dalam penelitian adalah suatu pendekatan proses kolaboraif pada sekelompok dosen untuk merancang suatu skenaria pembelajaran yang diukur melalui; perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap ketrampilan proses sains pada pembelajaran sains. Ketrampilan Proses Sains Secara Konseptual yang dimaksud Ketrampilan Proses Sains dalam penelitian adalah sejumlah keterampilan dasar yang yang perlu dikuasai dan ditargetkan oleh seorang dalam pembelajaran sains. Secara Operasional yang dimaksud Ketrampilan Proses Sains dalam penelitian adalah sejumlah keterampilan dasar yang harus dikuasai dan ditargetkan oleh seorang dosen dalam pembelajaran sains yang ditunjukan oleh indikator-indikator; mengamati, mengklasifikasikan, meramalkan, mengkomunikasikan dan penggunaan alat dan pengukuran. Adapun instrumen dan kisi-kisi penilaian pelaksanaan ketrampilan proses sains disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 1 . Instrumen & Kisi-kisi Pertanyaan No 1. 2. 3. 4. 5.
Butir Pertanyaan
Indikator Mengamati (observasi) Mengklasifikasikan (menggolongkan) Meramalkan (memprediksi) Mengkomunikasikan Penggunaan alat dan pengukuran Jumlah
1, 2, 3, 4, 5, 6 7, 8, 9,10, 11, 12, 13 14, 15 16, 17,18,19, 20, 21, 22 23, 24, 25, 26, 27
Jumlah Pertanyaan 6 7 2 7 5 27
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian meliputi: pengamatan atau observasi, tanya jawab, hasil tes, wawancara, rekaman, video, catatan hasil observasi dari kolaborator dalam penelitian ini. Selain itu data diperoleh dari pengamatan pengajar (catatan harian), catatan kolaborator dan catatan wawancara dengan mahasiswa. Informasi ini digunakan dalam melakukan refleksi bagi peneliti untuk memperbaiki proses belajar mengajar pada tatap muka berikutnya, untuk kemudian merencanaan kegiatan pada siklus berikutnya. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Data (Trustworthyness) Keabsahan data diperiksa melalui triangulasi, yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan ‘sesuatu yang lain’ diluar data itu sebagai pembanding. Salah satu teknik triangulasi adalah penggunaan penyidik atau pengamat lainnya untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Subyek penelitian (mahasiswa) merupakan pengamat lain dari data yang diperoleh. Diskusi bersama teman sejawat atau para kolaborator merupakan pemeriksaan terhadap keabsahan data. Subyek penelitian (mahasiswa) juga merupakan pengamat data. Dengan kata lain, pemeriksaan terhadap keabsahan data dapat dilihat dari tiga sumber data yakni; 1) catatan harian peneliti yang mencatat segala sesuatu yang terjadi di ruang kelas, 2) catatan dari para kolaborator sebagai masukan, dan 3) catatan mahasiswa tentang pembelajaran (Moleong, 2005:330). Analisis dan Interpretasi Data 84
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dalam satuan- satuan putaran (siklus) yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari tindakan- tindakan dalam tahapan penelitian. Setiap siklus dianalisis berdasarkan display temuan dan penjelasan sesuai permasalahan dalam penelitian ini. Untuk mengetahui proses pelaksanaan lesson study data dianalisis deskriptif kualitatif. Interpretasi data dijabarkan dalam 1) tujuan, 2) prosedur, 3) peranan hubungan kunci, 4) pengecekan data, dan 5) langkah penafsiran data. (Moleong, 2005:257). Sebagaimana hal di atas maka interpretasi data penelitian ini adalah hasil analisis dilakukan dengan cara memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, menghubungkan temuan- temuan penelitian dengan pengalaman-pengalaman selama proses pengumpulan data atau mengkomparasikannya dan mengkontekstuali-sasikan temuan- temuan dengan teori. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pelaksanaan Sebelum penentuan objek penelitian diawali dengan secara administrasi untuk kepentingan penelitian yakni dengan mengurus surat izin penelitian ke fakultas MIPA dibagian Tata Usaha yang dilakukan pada bulan April 2011. Orientasi ini berlangsung dengan mengkondisikan waktu dan kesempatan baik oleh pimpinan jurusan maupun dosen yang terlibat dalam pelaksanaan lesson study. Adapun pelaksana yang dimaksud dalam penelitian ini secara umum adalah semua tim team teaching matakuliah yang terlibat dalam pelaksanaan lesson study di tiga jurusan, masing- masing jurusan diwakili oleh satu matakuliah yang di lesson study kan. Waktu pelaksanaan penelitian dalam hal ini pengumpulan data secara keseluruhan mulai dari bulan April 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011 pada semester Genap tahun akademik 2010/2011. Observer ataupun kolabolator dalam penelitian ini disamping observer dari tim teaching matakuliah dari ketiga jurusan; jurusan Biologi, jurusan Kimia, dan jurusan Fisika, juga peneliti sebagai observer aktif selama dalam pelaksanaan penelitian. Pengamatan terhadap pencapaian Science Process Skills pada pembelajaran sains di FMIPA Universitas Negeri Gorontalo didasarkan pada ketersediaan perangkat-perangkat dasar lesson study. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pencapaian indikator SPS benar-benar diperoleh melalui pelaksanaan lesson study sesuai dengan kriteria dan prosedur. Pencapaian Science Process Skills pada tiga mata kuliah terpilih dalam penelitian ini merupakan reprentasi dari telah dilaksanakannya lesson study pada proses pembelajaran. Tabel 2. Kelengkapan Perangkat Lesson Study pada Pembelajaran Sains FMIPA Universitas Negeri Gorontalo No 1 2
3
Perangkat Lesson Study
Mikroteknik
Lembar Observasi LS Perangkat Pembelajaran : Kesesuaian Waktu a. Ketersediaan RPP/SAP b. Ketersediaan LKM c. Kegiatan Penutup; Evaluasi – Review d. handout/buku teks e. media pembelajaran f. Apersepsi g. Kegiatan Inti; Pembelajaran bersifat elaboratif, eksplanatif dan eksploratif Tabel Pemantauan Pembelajaran (Flinders)
Kimia Dasar II
Tersedia Tersedia
Fisika Dasar II Tersedia Tersedia
Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia Tersedia
Sumber : Data lapangan
Kemampuan Science Process Skills pada Pembelajaran Sains di Fakultas Matematika & IPA Universitas Negeri Gorontalo
85
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada lesson study dalam action research, maka diperoleh beberapa temuan penelitian mengenai kemampuan ketrampilan proses sains pada pembelajaran sains. Kemampuan Science Process Skills tersebut masing-masing pada pembelajaran mata kuliah (1) Mikroteknik, (2) Fisika Dasar II dan (3) Kimia Dasar II. 1.
Kemampuan Science Process Skills Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi
Kemampuan science proces skills pada jurusan Pendidikan Biologi dalam penelitian ini diterapkan pada mata kuliah Mikroteknik. Pemilihan ini didasarkan atas hasil Musyawarah jurusan pada bulan Maret 2011 dengan beberapa pertimbangan yakni; minimnya penguasaan strategi pembelajaran, pengalaman pelaksanaan lesson study dan kompetensi dosen yang dimiliki. Selain itu terdapat beberapa usulan lainnya mengenai mata kuliah yakni perkembangan Hewan dan Mokrobiologi. Berdasarkan pelaksanaan lesson study pada mahasiswa semester VI (enam), maka diperoleh bahwa secara umum rata-rata capaian kemampuan science process skills (mahasiswa pada mata kuliah mikroteknik menunjukkan peningkatan signifikan pada setiap siklus. Perolehan skor pada tiga tahapan siklus peningkatannya berkisar antara 37 persen sampai dengan 100 persen. Intervensi perlakuan perbaikan tahapan lesson study pada setiap siklus memberikan perolehan skor science proces skills pada matakuliah Mikroteknik. Jika dicermati pencapaian sub-sub indikator science proces skills maka peningkatan terbesar terjadi pada aspek pengamatan selanjutnya pada sub indikator klasifikasi, sub indikator menafsirkan, menggunakan alat dan pengukuran serta mengkomunikasikan. Kemampuan science process skills mahasiswa jika ditelaah pada kelompok materi setiap siklus menunjukkan perbedaan Skor pada setiap indikator science process skills. Meskipun demikian secara keseluruhan pencapaian indikator science process skills pada akhir siklus (Siklus III) makin sempurna. Adapun pencapaian sub-indikator science process skills pada tiga siklus dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Capaian Science Process Skills Matakuliah Mikroteknik 8.0 6.0 4.2 4.0 2.0
2.8
2.0
0.0
Siklus I
Siklus II
Rata-rata SPS Klasifikasi Mengkomunikasikan
Siklus III Pengamatan Menafsirkan Alat & pengukuran
Gambar 2. Kemampuan Science Proces Skills Matakuliah Mikroteknik Sumber : Data Lapangan Kemampuan science proces skills mahasiswa jika ditelaah pada kelompok materi setiap siklus menunjukkan perbedaan science proces skills Skor pada setiap indikator science proces skills. Meskipun demikian secara keseluruhan pencapaian indikator science proces skills pada akhir siklus (Siklus III) makin sempurna. Adapun pencapaian indkator science proces skills berdasarkan materi Mikroteknik dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Kemampuan Science Process Skills Materi Pembelajaran Mikroteknik 86
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Siklus
Pencapaian Indikator Science Process Skills Rata2 B C D E SPS
Materi A
I
Preparat Apus (untuk hewan)
50%
29%
50%
29%
40%
39,6%
II
Preparat Rentang
67%
43%
50%
43%
60%
52,6%
III
Preparat Embrio Preparat Embrio (embrio ayam lanjut)
83%
71%
100%
71%
80%
81%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
Keterangan : A= Pengamatan B=Mengklasifikasi C=Menafsirkan D=Mengkomunikasikan dan E= menggunakan alat & Pengukuran 2. Kemampuan Science Process Skills Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Berdasarkan pelaksanaan lesson study pada mahasiswa semester II (dua), maka diperoleh bahwa secara umum rata-rata capaian kemampuan science process skills mahasiswa pada matakuliah Fisika Dasar II menunjukkan peningkatan signifikan pada setiap siklus. Perolehan skor pada tiga tahapan siklus peningkatannya berkisar rata- rata antara 30% sampai dengan 100%. Intervensi perlakuan perbaikan tahapan lesson study pada setiap siklus memberikan peningkatan perolehan skor science process skills pada matakuliah Fisika Dasar II. Peningkatan perolean skor juga terjadi pada setiap materi pembahasan pada setiap pelaksanaan Siklus I sampai dengan Siklus III. Kemampuan science process skills mahasiswa jika ditelaah pada kelompok materi setiap siklus menunjukkan perbedaan Skor pada setiap indikator science process skills. Meskipun demikian secara keseluruhan pencapaian indikator science process skills pada akhir siklus (Siklus III) makin sempurna. Adapun pencapaian sub-indikator science process skills pada tiga siklus dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Capaian Science Process Skills Matakuliah Fisika Dasar II 8.0 7.0
5.4
skor Capaian
6.0 5.0 4.0
3.6
4.2
3.0 2.0 1.0 0.0
Siklus I
Siklus II
Rata-rata SPS Klasifikasi
Siklus III Pengamatan Menafsirkan
Gambar: 3 Capaian Science Process Skills pada Matakuliah Fisika Dasar II Sumber : Data Lapangan
87
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kemampuan science process skills mahasiswa jika ditelaah pada kelompok materi setiap siklus menunjukan perbedaan Skor pada setiap indikator science process skills. Meskipun demikian secara keseluruhan pencapaian indikator pada akhir siklus (Siklus III) makin sempurna. Adapun pencapaian indkator science process skills berdasarkan materi Fisika Dasar II dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4. Kemampuan Science Process Skills Materi Pembelajaran Fisikan Dasar II Siklus
Materi
Pencapaian Indikator Science Process Skills A
B
C
D
E
Rata-rata SPS
Hukum Ohm Karakteristik Rangkaian Seri R-L-C
33%
29%
50%
29%
20%
32,2%
67%
43%
50%
43%
40%
48,6%
II
Transformator
67%
57%
100%
43%
40%
61,4%
83%
71%
50%
57%
60%
64,2%
III
Difraksi: celah dan Kisi Pembiasan pada Permukaan Ganda
83%
86%
50%
71%
80%
74%
Lensa
100%
100%
100%
100%
100%
100%
I
Keterangan: A= Pengamatan B=Mengklasifikasi C=Menafsirkan D=Mengkomunikasikan dan alat & Pengukuran
E= Menggunakan
3. Kemampuan Science Process Skills Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Secara umum rata-rata capaian kemampuan science process skills mahasiswa pada matakuliah Kimia Dasar II menunjukkan penambahan point pengamatan pada setiap indikator science process skills. Dalam (III) tiga Siklus yang dilakukan diperoleh peningkatan. Kelima indikator science process skills pada setiap Siklus menunjukkan peningkatan perolehan skor. Jika pada Siklus pertama keseluruhan skor yang diperoleh hanya 7 sub indikator maka pada Siklus akhir (Siklus III) pelaksanaan lesson study pada mata kuliah Kimia Dasar II memperoleh skor hingga 27. Skor ini merupakan skor tertinggi/sempurna dari rubrik pengamatan science process skills. Dengan demikian maka seluruh Indikator science process skills pada pelaksanaan lesson study mata kuliah Kimia Dasar dapat dicapai. Adapun pencapaian sub-indikator science process skills pada tiga siklus dapat dilihat grafik berikut ini:
10.0
Capaian Science Process Skills Matakuliah Kimia Dasar II 6.4
5.2
3.8 0.0 Siklus I
Siklus II
Rata-rata SPS Klasifikasi
Siklus III Pengamatan Menafsirkan
Gambar: 4 Capaian Science Process Skills pada Matakuliah Kimia Dasar II (Sumber : Data Lapangan)
88
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kemampuan science process skills mahasiswa jika ditelaah pada kelompok materi Kimia Dasar II pada setiap siklus menunjukan perbedaan Skor pada setiap indikator science process skills. Meskipun demikian secara keseluruhan pencapaian indikator science process skills pada akhir siklus (Siklus III) makin sempurna. Adapun pencapaian indkator science process skills SPS berdasarkan materi Kimia Dasar II dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. Kemampuan Science Process Skills Materi Pembelajaran Kimia Dasar II Siklus
I II
IV V
Pencapaian Indikator Science Process Skills
Materi
A
B
C
D
E
Rata-rata SPS
Penurunan Titik Beku Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit
33%
14%
0%
29%
40%
23,2%
67%
29%
50%
43%
60%
49,8%
Titrasi Asam Basa Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi Laju Reaksi, Senyawa Karbon dan Gugus Fungsi
67%
43%
50%
57%
80%
59,4%
83% 100%
86% 100%
100% 100%
71% 100%
80% 100%
84% 100%
Keterangan: A= Pengamatan B=Mengklasifikasi C=Menafsirkan D=Mengkomunikasikan dan E= Menggunakan alat & Pengukuran Kemampuan science process skills mahasiswa jika ditelaah pada kelompok materi Kimia Dasar II pada setiap siklus menunjukkan perbedaan Skor pada setiap indikator science process skills. Meskipun demikian secara keseluruhan pencapaian indikator science process skills pada akhir siklus (Siklus III) makin sempurna. 4. Kemampuan Science Process Skills Mahasiswa FMIPA pada Pembelajaran Sains. Berdasarkan pengamatan terhadap 3 (tiga) matakuliah yang di lakukan lesson study masing-masing matakuliah Mikroteknik (jurusan Biologi), Fisika Dasar II (Jurusan Fisika) dan Kimia Dasar II (jurusan Kimia) menunjukkan bahwa kemampuan science process skills mahasiswa meningkat pada pembelajaran sains. Penerapan lesson study yang baik dan didukung dengan kesiapan administrasi pembelajaran dan kesigapan dosen memberikan konstribusi terhadap peroleh skor mahasiswa terhadap penguasaan science process skills. Tabel 6. Kemampuan Science Process Skills pada Pembelajaran Sains Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo Indikator Pengamatan Science Process Skill A. Pengamatan B. Klasifikasi C. Menafsirkan D. Mengkomunikasikan E. Penggunaan alat & pengukuran Rata-rata SPS
Mikroteknik Siklus Siklus DeI III viasi 50% 91,5% 41,5% 29% 85,5% 56,5% 50% 100% 50% 29% 85,5% 56,5% 40% 90% 50%
Fisika Dasar II Siklus Siklus DeI III viasi 50% 91,5% 41,5% 36% 93% 57% 50% 75% 25% 36% 85,5% 49,5% 30% 90% 60%
Kimia Dasar II Siklus Siklus Deviasi I III 33% 91,5% 58,5% 14% 93% 79% 0% 100% 100% 29% 85,5% 56,5% 40% 90% 50%
39,6%
64,2%
23,3%
90,5%
50,9%
Ket : Data lapangan diolah peneliti
89
87%
22,8%
92%
68.,8%
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Berdasarkan pengamatan terhadap komponen-komponen lesson study pada keseluruhan Siklus pembelajaran sains di Fakultas Matematika & IPA Universitas Negeri Gorontalo, maka diperoleh sejumlah temuan untuk penyempurnaan lesson study penelitian. Prosedur yang telah disempurnakan ini pada akhir siklus berkonstribusi terhadap perolehan skor terhadap komponen-komponen science process skills mahasiswa pada pembelajaran sains. Adapun permasalahan awal dan langkah-langkah perbaikan prosedur lesson study pada proses pembelajaran sains diuraikan sebagai berikut: Tabel 7. Penyempurnaan Prosedur Lesson Study Pada Pembelajaran Sains (Hasil Tindakan) Tahapan Lesson Study Plan
Do
See
Siklus Awal
Siklus Akhir
Belum dikuasainya materi bahan praktikum oleh praktikan Sumber belajar dari dosen Praktikan tidak menyiapkan bahan alternatif saat praktikum Praktikan belum disiplin Rendahnhya komitmen kolaborator
Minimnya amahasiswa menjawab materi dan presedur kerja kuis. Praktikan sangat tergantung pada panduan praktikum Keterbatasan penguasaan konsep dasar sains sehingga menyulitkan saat analisis /interpretasi data dan presentase hasil Kendala teknis mis; Listrik dan jaringan Keterbatasan fasilitas yakni bahan dan alat Keterbatasan waktu melaksana-kan Releksi Ketidakhadiran sebagian kola-borator karena waktu yang sangat terbatas
Penyampaian materi (teori) dilaksanakan secara maksimal Mahasiswa mengupayakan sumber lain yang relevan melalui layanan internet di perpustakaan jurusan. Praktikan menyiapkan bahan alternatif saat praktikum dan dapat digunakan Kedisiplinan praktikan Kesadaran kolaborator dalam pelaksanaan LS Komitmen dan dukungan kelembagaan (jurusan) Mahasiswa mempunyai kesiapan melakukan praktikum serta menguasai materi Praktikan mampu membuat bagan alir praktikum Praktikan mampu membedakan, menganalisis hasil pengamatan Praktikan dapat memperesen-tasikan hasil pengamatan dengan baik. Penyiapan infrastruktur jaringan dan sumberdaya alternatif. Penyiapan dan ketersediaan bahan & alat yang memadai Pengaturan waktu LS yang lebih efisien Kehadiran kolaborator saat refleksi agar masalah pembelajaran dapat segera ditindaklanjuti.
Sumber : Data lapangan (diolah) KESIMPULAN DAN SARAN REKOMENDASI
Kesimpulan Berdasarkan penilaian terhadap pelaksanaan Lesson Study dalam pembelajaran sains di Fakultas Matematika & IPA Universitas Negeri Gorontalo, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa penerapan pembelajaran melalui Lesson Study yang sesuai dengan standard dan prosedur dapat meningkatkan pencapaian pada pembelajaran sains. Tiga matakuliah yang terpilih pada kelompok pembelajaran sains di FMIPA Universitas Negeri Gorontalo menunjukkan adanya perubahan siginifikan pada pencapaian science process skills, hal ini dapat dilihat pada peningkatan perolehan skor pada setiap siklus. 2. Lesson study sangat strategis untuk pencapaian science process skills pada pembelajaran sains dengan pertimbangan bahwa; pertama, lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan dosen dan aktivitas belajar mahasiswa. Hal ini karena; pertama, pengembangan lesson study didasarkan atas berbagai pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para dosen. Kedua, bahwa
90
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
pelaksanaan lesson study dapat meningkatkan kualitas belajar serta mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan ketiga, lesson study akan menempatkan peran para dosen sebagai peneliti pembelajaran. Keempat, lesson study yang didesain dengan baik akan menjadikan dosen yang profesional dan inovatif. 3. Lesson study memberikan pelajaran bermakna bagi terciptanya proses kerjasama yang terjadi antar dosen dalam matakuliah sains baik proses pengembangan rencana pembelajaran, keterlibatan pimpinan jurusan, proses pembelajaran, proses observasi laboratorium, refleksi pasca pembelajaran, tindak lanjut setelah implementasi pembelajaran, serta dampak yang dirasakan baik oleh mahasiswa, dosen, dan pimpinan jurusan. Kecenderungan yang tergambar dari hasil analisis data monitoring menjadi balikan sangat berharga bagi semua pihak yang terlibat baik dalam kaitannya dengan aspek manajemen juga efektivitas proses plan, do dan see. Balikan tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk melakukan perbaikan-perbaikan sehingga proses plan, do dan see pada putaran berikutnya menjadi lebih berkualitas serta efektif mencapai sasaran yang diharapkan. Saran Rekomendasi Beberapa saran dan rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah : Pertama, pembelajaran lesson study dapat direplikasi pada kelompok pembelajaran sains lainnya dan dapat dilakukan pada proses pembelajaran di laboratorium yakni pelaksanaan praktikum.Pada tahap implementasinya perlu memperhatikan kesiapan perangkat-perangkat lesson study. Kedua, karena lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalisme dosen maka pada implementasi lesson study perlu didukung oleh infrastruktur dan kebijakan kelembagaan yang mendorong terciptanya suasana kondusif pelaksanaan lesson study, pada konteks pembelajaran sains hal ini sangat dibutuhkan karena melibatkan berbagai komponen dan perangkatperangkat praktikum lainnya. Ketiga, pelaksanaan lesson Sstudy hendaklah dapat didokumentasikan oleh setiap kolaborator (dosen) guna memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, serta dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari lesson study. Keempat, mekanisme pembelajaran lesson study secara praktek dapat meningkatkan science process skills pada pembelajaran sains (IPA, Matematika, Fisika, dll). Oleh karena itu dapat diterapkan pada seluruh tingkatan pendidikan (TK, SD,SLTP,SMA). Para guru dapat memperoleh manfaat lesson study berupa; (a). Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya, (b). Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum, (c) Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa, (d) Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa, (e) Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru, (f) merencanakan pelajaran secara kolaboratif, (g) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa, (h) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan, dan (i) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya. Kelima, bahwa penelitian ini mempunyai keterbatasan baik pada aspek isi maupun cakupan objek penelitian. Fokus penelitian ini adalah penilaian pada pencapaian science process skills melalui pelaksanaan lesson study oleh karena itu penelitian ini dapat ditindaklanjuti pada aspek lainnya misalnya pelaksanaan lesson study untuk pencapaian hasil belajar, aspek inovasi, kolegialitas maupun kreatifitas pada pembelajaran sains. DAFTAR PUSTAKA Bishop Keith dan Paul Denley, Learning Science Teaching; Developing a Professional Knowledge Base. New York: Open University Press, 2007. Bloom, Benyamin S, Max D. Engelhart, Edward J. Furst, Walker H. Hill dan David R. Krathwohl. Taxonomi of Educational Objectives Handbook I Cognitive Domain. New York: Longman, 1981. Carin, Arthur A dan Robert B Sund. Teaching Science Through Discovery. Ohio: Charles E.MP Co, 1980.
91
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Dick, Walter dan Lou Carey. The Systematic Design of Instruction. New York: Harper Collins College Publishers, 1996. Elliot, John. Action Research for Educational Change. Philadelphia: Open University Press, 1991. Gagne, Robert M, dan Leslie J Briggs. Principles of Instructional Design. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1979. Hall, Gene E, Linda F. Quinn, dan Donna M. Gollnick. The Joy of Teaching (Mengajar dengan Senang), terjemahan Soraya Ramli. Jakarta: Indeks, 2008. Hardijopuro, Siswo. Action Research Sintetik Teoritik. Jakarta: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 1997. Hasbullah. Otonomi Pendidikan Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. Hendayana, Sumar. Pedoman Implementasi Lesson Study. Bandung: PMIPA UPI dan JICA, 2007. Isjoni. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta, 2010. Jacobsen, David A, Paul Eggen dan Donald Kauchak. Methods for Teaching, terjemahan Achmad Fawaid & Khoirul Anam. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009. Jamaris, Martini. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2010. Johnson, Elaine B. Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, terjemahan Ibnu Setiawan Bandung: MLC, 2007. Johnson, David W. Roger T. Johnson, dan Edythe Johnson Holubec, Colaborative Learning Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama, terjemahan Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media, 2010. Kemmis, Stephen dan Robin Mc Taggart. The Action Research Planner. Australia: Deakin University Press, 1999. Kesuma, Dharma, Dody Hermana, Dadang Supardan dan Gunawan Undang. Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan Awal dalam Pengembangan PBM. Yogyakarta: Rahayasa, 2010. Khine Myint Swe dan Issa M Saleh, Models and Modeling in Science Education; Cognitive Tools for Scientific Enquiry: volume 6. New York: Business Media B.V., 2011. Liem, Tik L. Invitations to Science Inquiry Asyiknya Meneliti Sains. Bandung: PUDAK Scientific, 2007. McNiff, Jean. Action Research: Principles and Practice. London: Routledge, 1992. Mills, Geofferey E. Action Research A Guide For The Teacher Researcher. New Jersey: Pearson Education, 2003. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. Nugraha, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains pada Usia Dini. Bandung: JILSI Foundation, 2008. Osborne Jonathan dan Justin Dillon, Good Practice in Science Teaching. New York: Open University Press,2010. Psillos Dimitris dan Hans Niedderer, Teaching and Learning in The Science Laboratory. New York: Kluwer Academic Publishers, 2003. Silberman, Melvin L. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia, 2010. Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, terjemahan Nurulita. Bandung: Nusa Media, 2009. Soedijarto. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2008. ____. Pendidikan sebagai Sarana Reformasi Mental dalam Upaya Pembangunan Bangsa. Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Stringer, Ernest T. Action Research. California: Sage Publication Inc, 2007. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya offset, 2009. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010. Suparman, Atwi. Desain Instruksional. Jakarta: PAU Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995. Suparno, Paul. Action Research Riset Tindakan Untuk Pendidik. Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2008. Susilo, Herawati. Lesson Study Berbasis Sekolah Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Malang: Bayumedia Publishing, 2009. Syamsuri, Istamar dan Ibrohim. Studi Pembelajaran (Lesson Study), Model Pembinaan Pendidik secara Kolaboratif dan Berkelanjutan. Malang: FMIPA UM, 2008. Saito, E., H. Imansyah, dan Ibrohim. 2005. Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus dari IMSTEP . Jurnal Pendidikan “Mimbar Pendidikan”, No.3. Th. XXIV: 24-32. Saito, E., (2006). Development of school based in-service teacher training under the Indonesian Mathematics and Science Teacher Education Project . Improving Schools. Vol.9 (1): 47-59 Tilaar, H.A.R. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
92
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. _____ . Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Uno, Hamzah B dan Abdul K Rauf. Desain Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
93
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
IMPLEMENTASI LESSON STUDY BERBASIS MGMP BAGI GURU IPA SMP di WILAYAH SURABAYA TIMUR
Wisanti 1) Achmad Lutfi 2) 2)
1) Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Surabaya,
[email protected] Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Surabaya,
[email protected]
Abstract: Lesson study dilaksanakan di SMPN Surabaya Timur dengan sasaran guru IPA SMP. Tujuannya adalah untuk mengetahui tentang bagaimana implementasi lesson study di SMP wilayah Surabaya Timur, bagaimana partisipasi guru selama implementasi lesson study, dan bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran. Lesson study diimplementasikan pada semester gasal TA 2009/2010. Tahap pelaksanaan lesson study meliputi plan, do dan see. Tahapan plan dilakasanakan dua kali pertemuan, sedangkan tahapan do dan see dua kali pertemuan. Pengambilan data dari tiap tahapan dengan metode observasi, angket dan wawancara. Hasil pengambilan data dan pembahasan menunjukkan bahwa emplementasi lesson study di SMP wilayah Surabaya Timur sudah sesuai dengan prinsip-prinsip lesson study, guru berpartisipasi sebagai guru model dan observer serta siswa memberikan respon yang baik terhadap pembelajaran. Kata kunci: lesson study, guru IPA SMP, Surabaya Timur Abstract: Lesson study was conducted in State Junior High School in East Surabaya, the target was the science teachers of junior high school. The purpose is to know how the implementation of lesson study in junior high school in East Surabaya, how the participation of the teachers during the implementation of lesson study, and how the students’ response to learning. Lesson study was implemented in the odd semester (TA) 2009/2010. The implementation phase of lesson study includes plan, do and see. These phases were conducted in twice meeting. The data retrieval of each phase was taken by using observation methode, questionnaire and interview. Based on the data and discussion, it shows that the implementation of lesson study in junior high school in East Surabaya was appropriate with the principles of lesson study, teachers participated as an observer and the model of teachers (guru model) and the students responded well to learning. Keywords: lesson study, junior high school science teachers, East Surabaya
Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi professional. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Tentunya, kompetensi ini secara terus menerus dan berkelanjutan perlu diasah dan ditingkatkan. Salah satu cara yang sekarang banyak dilakukan untuk meningkatkan kualitas profesi guru yang professional adalah lesson study. Pengembangan lesson study di Indonesia diawali “Piloting” melakukan inovasi pembelajatan MIPA berbasis hands-on activity, daily life, dan local materials di beberapa sekolah di Bandung oleh UPI, di Malang oleh UM dan di Yogyakarta oleh UNY sejak tahun 2001. Pertamakali lesson study diterapkan di Jepang untuk sekolah dasar. Guru di Jepang membentuk kelompok kerja kecil untuk merencanakan, mengajar, mengamati, menganalisa dan merang94
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
kum/menyimpulkan pembelajaran. Serangkaian kegiatan ini disebut dengan research lesson (Cerbin & Bryan, 2006). Lesson study merupakan model pembinaan profesi guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Apabila dicermati, definisi lesson study, terdapat 7 kata kunci yaitu pembinaan profesi, pengkajian pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan, kolegalitas, mutual learning dan komunitas belajar. Pada dasarnya lesson study meliputi 3 kegiatan utama yaitu Plan (perencanaan), Do dan See (implementasi dan refleksi). Untuk mempersiapkan sebuah lesson study hal pertama yang sangat penting adalah melakukan Plan. Pada tahap ini dilaksanakan identifikasi masalah, materi ajar, strategi pembelajaran, dan siapa yang berperan sebagai guru model. Apabila secara kolaboratif dan kolegalitas perangkat pembelajaran sudah disetujui maka untuk pertemuan beikutnya dilaksanakan tahap do dan see. Pada tahap do diawali dengan pertemuan singkat (briefing) yang dipandu oleh narasumber. Oleh narasumber guru model diberi kesempatan untuk mengemukakan rencana pembelajaran yang akan diimplementasikan secara singkat. Selanjutnya guru mengiplementasikan pembelajaran dan selama kegiatan diamati teman sejawat (obsever). Observer menetapkan apa yang akan diamati berdasarkan gambaran dan penjelasan guru model saat briefing. Setelah tahap implementasi segera dilakukan kegiatan refleksi. Lesson study juga menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan pembelajaran. Seorang guru yang mengamati pelaksanaan pembelajaran yang diteliti (research lesson) akan mengadopsi pembelajaran sejenis setelah mengamati respon siswa yang tertarik dan termotivasi untuk belajar dengan cara seperti yang dilaksanakan. Melalui pengamatan langsung terhadap pembelajaran yang diteliti maupun laporan tertulis, video, ataupun berbagai pengalaman kolega, telah tersebarluas berbagai rancangan pembelajaran yang telah dikembangkan. Lesson study juga menjunjung tinggi nilai guru karena lesson study mengenali pentingnya dan sulitnya mengajar, yaitu secara nyata menerjemahkan standar pendidikan, kerangka dasar pendidikan dan praktek pembelajaran terbaik di kelas. Atas dasar uraian di atas ingin diketahui tentang: 1. Bagaimana implementasi lesson study di SMP wilayah Surabaya Timur? 2. Bagaimana partisipasi guru SMP wilayah Surabaya Timur dalam pelaksanaan lesson study? 3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang merupakan implementasi pembelajaran dengan menerapkan lesson study? METODE Guru yang menjadi peserta lesson study adalah guru IPA SMP di wilayah Surabaya Timur. Lesson study dilaksanakan pada semester gasal tahun akademik 2009/2010, bulan Oktober dan November 2009. Tahapan lesson study meliputi Plan, Do dan See. Tahapan ini dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan untuk Plan dan dua kali pertemuan untuk Do dan See (open lesson).
95
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PLAN 1. 2. 3. 4.
Partisipasi Kolegalitas Kolaboratif Pembelajaran Hands-Ot act,.Daily life, local material.
DO 1. 2. 3.
SEE
Proses pembelajaran Aktivitas mahasiswa Pertisipasi observer
1. Partisipasi 2. Komunitas belajar 3. Kolegalitas
OBSERVASI DAN
OBSERVASI
WAWANCARA Tiap tahapan diamati dengan menggunakan instrument pengamatan dan direkam melalui video. Selain itu juga diadakan wawancara dengan guru observer dan siswa pada saat open lesson dan pengisian angket oleh guru observer dan siswa. Hasil pengamatan, rekapitulasi pengisian angket dan wawancara dianalisis secara deskriptif. Adapun tempat dan jadual pelaksanaan plan, do dan see, bisa dilihat di Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Lesson Study di SMP Wilayah Surabaya Timur No Tempat pelaksanaan lesson study
Peserta lesson study
Kegiatan Lesson Study Plan 1 dan Plan 2 Open Lesson (1)
Nama Sekolah SMPN 19 Jl. Arief Rahman Hakim 103 SMPN 37
Open Lesson (2)
SMPN 18 Jl. Bambang Sutoro, Kenjeran
Plan 1 dan Plan 2 Open Lesson (1) Open Lesson (2)
SMPN 45 SMPN 17 Jl.Raya Tenggilis mejoyo 1 SMPN 23 Jl Baruk Barat Permai 1 SMPN 29 Jl.Prof Mustopo 4 SMPN 9 Jl.Taman Putro Agung 1 SMPN 11
Keterangan Sabtu/10 Oktober 2009 Sabtu/17 Oktober 2009 Guru model: Anik Wismiarti, SPd. Materi: Biologi (Topik Tranformasi Energi pada Tumbuhan Hijau) Hari/tanggal: Sabtu/31 Oktober 2009. Guru observer: 19 orang Fasilitator MGMP: 2 orang Narasumber: 3 orang Guru model: Haryuni, SPd Materi: Fisika (Topik: Energi Listrik) Hari/Tanggal: Sabtu/7 November 2000 Guru observer : 25 orang Fasilitator MGMP: 3 orang Narasumber: 3 orang Guru observer Guru observer Guru observer Guru observer Guru observer Guru observer
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lesson study dilaksanakan di SMPN Surabaya Timur bertujuan utama untuk pembinaan profesi guru, agar mutu pembelajaran menjadi lebih baik. Dengan keterlibatan guru sebagai guru model, guru peserta, dan observer pada setiap kegiatan lesson study nampak bahwa guru benar-benar ingin
96
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
berbagi pengalaman agar mutu pembelajaran menjadi baik. Pembinaan profesi ini meliputi pengkajian pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan, kolegalitas, mutual learning dan komunitas belajar. Berdasarkan hasil observasi dari tahap plan, open lesson dan refleksi diperoleh data sebagai berikut. 1.
Plan
Kegiatan ini diawali dengan pemaparan RPP oleh guru model, selanjutnya dibahas dan dipandu oleh guru MGMP sebagai moderator, selanjutnya pada pertemuan Plan II dilakukan peer teaching. Tabel 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Plan II RPP Topik/kelas/ jam pertemuan Penyusunan
Model dan pendekatan Media pembelajaran Prosedur asesmen Instrumen asesmen Berbasis masalah
Hands on activity
Local material Daily life Hasil Analisis Sementara
Plan (Anik Wismiarti) Transformasi energi pada tumbuhan hijau/kelas VIII/ 2 X 40 menit. Guru belum menyiapkan RPP dan LKS, namun guru sudah mempunyai ide pembelajaran yang akan diimplementasikan Tidak ada keterlibatan tim lain. Namun pada saat kegiatan ini berlangsung ada diskusi dengan teman sejawat dari sekolah lain dan narasumber LS serta wakil MGMP. Inkuiri. Narasumber mengingatkan guru untuk mencermati sintaks inkuiri dan RPnya menyesuiakan dengan sintaks tersebut. Tanaman hidrylla Belum memuat prosedur asesmen proses maupun produk Test tulis Berbasis masalah. Walaupun agak dipaksakan oleh narasumber agar guru model merencanakan RP dan mengimplementasikan pendekatan inkuiri. Karena pada pelaksanaan Lesson study periode pertama, implementasi pembelajaran selalu dengan model pembelajaran kooperatif, sedangkan metode ilmiah terdapat dalam kurikulum mapel IPA. Selama ini tidak ada keberanian guru untuk mencoba pendekatan inkuiri, sedangkan inkuiri melatih siswa untuk berpikir ilmiah Dalam RP terdapat kegiatan praktikum yang dilaksanakan oleh siswa dengan metode ilmiah, walaupun tidak murni siswa melaksanakan sendiri, selalu di bawah bimbingan guru. Dalam kegiatan siswa merangkai alat-alat sendiri dan melakukan eksperimen dalam rangka memecahkan masalah yang telah disusun dengan metode ilmiah. Berupa tanaman yang tumbuh di kolam atau di sungai yaitu Hidrylla. Berkelompok, bersosialisasi, bekerjasama, bersikap hati-hati dan cermat. RP sangat baik jika disusun sesuai dengan sintaks Inkuiri serta dilengkapi seperti hasil diskusi. Demikian pula implementasi RP akan berjalan dengan optimal jika perangkat pembelajaran diperbaiki dan guru benar-benar memahami tentang konsep fotosintesis dan metode ilmiah serta strategi membimbing siswa dengan pendekatan inkuiri. Namun, disayangkan guru model tidak melakukan peer teaching. Jika peer teaching dilakukan akan langsung nampak kendala-
97
Plan (Haryuni) Energi Listrik/kelas IX/waktu 2 x40 menit. Guru sendiri bersama tim guru
Kooperatif STAD Baterei, lampu, jam tangan, kabel, sakelar, ampermeter, voltmeter Sudah dicantumkan , perlu direvisi/dilengkapi Test pilihan ganda/non test-test kinerja Tidak berbasis masalah
Merangkai alat
Lampu, baterei, jam tangan Berkelompok, bersosialisasi, bekerjasama, bersikap hati-hati dan cermat. RP sudah lengkap, baik dan gayut dengan SK-KD. Guru antusias untuk mengimplementasikan RP dengan baik. Hal ini nampak adanya diskusi untuk tiap tahap kegiatan (pendahuluan, inti, penutup). Apersepsi dibahas agar diubah menjadi guru memperlihatkan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
RPP
Catatan tambahan
Plan (Anik Wismiarti) kendala yang mungkin muncul pada saat implementasi sehingga bisa segera dicari solusinya.
Narasumber minta guru model dan partisipan untuk menjawab pertanyaan-peratanyaan yang terdapat di LKS, dengan tujuan agar saat implementasi tidak mengalami kesulitan dalam membimbing diskusi siswa. Narasumber lesson study selama kegiatan juga menekankan pada kesalahan konsep materi fotosintesis. Guru sangat merespon karena mereka merasa ada kesalahan yang telah berlangsung pada proses belajar di sekolah. LKS inkuiri: Fotosintesis. Narasumber mengarahkan diskusi tentang LKS inkuiri. Guru diminta menyusun hipotesis, prosedur, variabel. Narasumber memberikan kata kunci dalam menyusun komponen-komponen eksperimen. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara diskusi. Yang dibahas juga tentang teknis pelaksanaan, seperti alat-alat praktikum diletakkan pada satu tempat, siswa memilih/mengambil sendiri dan merangkai; cara menghitung gelembung yang dihasilkan pada eksperimen fotosintesis; alat perlengkapan yang sesuai dengan fasilitas sekolah seperti ember, stopwatch dan kardus. Narasumber selalu mengingatkan tentang ”clue” agar dapat mengarahkan siswa untuk menyelesaikan setiap kegiatan.
Plan (Haryuni) gambar atau alat rangkaian listrik paralel atau seri yang dilanjutkan dengan pemberian pertanyaan. Pertanyaan ini diarahkan pada kehidupan siswa sendiri atau bersifat kontekstual. Contoh mengapa kita harus mematikan lampu jika tidak dipakai. Pada kegiatan Inti, belum mencerminkan fase-fase/sintaks model pembelajaran kooperatif. Kegiatan yang mencerminkan fase menginformasikan materi belum ada. -----------
Partisipasi Satu guru model masih belum siap dengan bahan rencana kegiatan pembelajaran. Partisipasi guru yang hadir sebagai peserta sudah baik. Masing-masing memberikan masukan agar RPP yang dibuat berorientasi pada aktivitas siswa. Kolegalitas Selama kegiatan Plan baik guru model maupun guru partisipan serius membahas RPP yang akan diimplementasikan dalam hubungan kolegalitas. Fasilitator MGMP berperan sebagai moderator yang mengarahkan diskusi tentang RPP, sedangkan narasumber sebagai pendamping memperhatikan dan memberikan masukan terutama ketika ada kesalahan konsep (contoh: fotosintesis) dan RPP pada aktivitas siswa. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa narasumber memberikan motivasi ke guru untuk menerapkan pembelajaran yang inovatif, agar siswa berpikir tingkat tinggi, contoh guru diminta menerapkan model pembelajaran inkuiri, atau menyusun LKS inkuiri untuk diterapkan dalam pembelajaran. Kolaboratif Rencana pembelajaran disusun dengan menekankan pada aktivitas siswa dengan cara kolaboratif. Oleh karena itu, salah aspek yang dibahas selama kegiatan Plan adalah pembentukan kelompok siswa. Dengan membentuk kelompok siswa diharapkan ada kolaboratif siswa untuk melaksanakan praktikum dan diskusi hasil praktikum. Jumlah siswa tiap kelompok disesuaikan dengan jumlah alat yang ada untuk melaksanakan kegiatan praktikum. Pembelajaran Hands-On act, Daily life, local material 98
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Berdasarkan tabel di atas RPP yang telah dibahas terdapat aspek hands on activity yaitu merangkai alat percobaan fotosintesis dan pengukuran dengan ampremeter dan voltmeter. Selain itu Daily life yang diharapkan muncul pada saat implementasi RPP adalah berkelompok, bersosialisasi, bekerjasama, bersikap hati-hati dan cermat. Local material yang tercantum dalam RPP adalah tanaman Hydrilla yang merupakan tanaman asli Indonesia. 2.
Do (Open Lesson/Implementasi Pembelajaran)
Implementasi Rencana Pembelajaran untuk open lesson I dan II sesuai dengan yang telah direncanakan pada kegiatan Plan. Berikut ini disajikan dalam bentuk tabel hasil pengamatan kegiatan Do I dan II. Tabel 3. Hasil Pengamatan Kegiatan Open Lesson I dan II Kegiatan pembelajaran Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
Open Lesson I
Open Lesson II
Siswa memperhatikan guru pada kegiatan apersepsi dan penggalian konsep awal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya 3 siswa yang menjawab pertanyaan apa arti fotosintesis. Ada 4 siswa yang menjawab tentang proses fotosintesis. Tidak ada siswa yang memberikan pertanyaan yang menantang kepada guru pada kegiatan awal pembelajaran. Posisi duduk siswa sudah diatur sejak masuk ke kelas dan kegiatan pembelajaran dimulai. Tidak terjadi interaksi antara kelompok satu dengan yang lain. Siswa mampu mengamati dengan cermat dan teliti yaitu menghitung gelembung udara yang dihasilkan tanaman hydrilla Siswa mampu mengolah data yang diperoleh dalam percobaan LKS memungkinkan siswa membangun pengetahuan dan berpikir tingkat tinggi. Di LKS siswa diminta menyususn masalah, hipotesis, dan prosedur penelitian’ Selama siswa melakukan eksperimen, siswa berkesempatan untuk mengamati tanaman yang mendapat perlakuan berbeda. Selain itu siswa menghitung gelembung udara yang dihasilkan oleh tanaman hydrilla. Siswa terstimulasi untuk berpikir tingkat tinggi yaitu menganalisa data yang diperoleh setelah kegiatan eksperimen. Siswa yang mendapat kesulitan tidak segan bertanya Siswa yang mengalami kesulitan mendapat bantuan dari guru. Siswa memperesentasikan hasil kerja kelompok secara lisan, sehingga sulit untuk memberikan penilaian. Dengan demikian papan tulis tidak dimanfaatkan. Siswa penyaji bukan siswa yang aktif dalam kelompoknya. Siswa memberikan tanggapan mengenai hasil kerja kelompok lainnya. Siswa mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lainnya.
99
Siswa memperhatikan guru pada kegiatan apersepsi dan penggalian konsep awal. Ada beberapa siswa yang memberikan jawaban tepat atas pertanyaan guru. Tidak ada siswa yang memberikan pertanyaan yang menantang kepada guru pada kegiatan awal pembelajaran. Posisi duduk siswa sudah diatur sejak masuk ke kelas dan kegiatan pembelajaran dimulai. Kelas dibentuk menjadi 8 kelompok. Tiap kelompok terdiri 3 sampai dengan 5 siswa. Kegiatan dalam kelompok didominasi 1 sampai dengan 3 orang siswa saja. Hal ini nampak pada saat merangkai alat. Namun demikian, sebagian besar siswa antusias bekerja dalam kelompoknya. Tidak terjadi interaksi antara kelompok satu dengan yang lain Tidak semua siswa trampil merangkai alat percobaan dengan tepat dan teliti Siswa mampu mengamati dengan cermat dan teliti yaitu nyala lampu, mencatat tegangan dan kuat arus dari beberapa perlakuan (jumlah baterai). Kelompok yang berhasil, mampu mengolah data yang diperoleh dalam percobaan yang tepat. LKS memungkinkan siswa membangun pengetahuan dan berpikir tingkat tinggi. Di LKS siswa diminta menyususn masalah, hipotesis, dan prosedur penelitian Siswa terstimulasi untuk berpikir tingkat tinggi yaitu menganalisa data yang diperoleh setelah kegiatan eksperimen. Siswa yang mendapat kesulitan tidak segan bertanya Siswa yang mengalami kesulitan mendapat bantuan dari guru. Siswa bersama guru mengulas untuk menyimpulkan konsep yang telah dipelajari.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan penutup
Open Lesson I
Open Lesson II
Tidak ada siswa/kelompok yang mengalami kesalahan konsep Siswa bersama guru mengulas untuk menyimpulkan konsep yang telah dipelajari Siswa bersama-sama guru mereview materi yang telah dipelajari. Pada kegiatan ini tidak muncul pertanyaan evaluatif.
Pada akhir kegiatan siswa bersama-sama guru mereview materi yang telah dipelajari. Pada kegiatan ini tidak muncul pertanyaan evaluatif
Proses pembelajaran Pelaksanaan implementasi pembelajaran efektif .Kualitas pembelajaran meningkat baik dalam hal model pembelajaran demikian juga aktivitas siswa, karena dalam pembelajaran menerapkan model pembelajaran inkuiri atau LKS inkuiri. Aktivitas siswa Aspek collaborative learning masih perlu ditingkatkan. Pada diskusi kelompok perlu diperhatikan pembagian kelompok yang heterogen, jumlah anggota kelompok, posisi duduk siswa dalam satu kelompok. Partisipasi observer Secara kuantitas guru obeserver mengalami penurunan (17.5%) tetapi secara kualitas meningkat. Guru observer mengamati aktivitas belajar siswa dari dekat tanpa intervensi. Bila ada yang intervensi, guru lainnya mengingatkan. Guru observer hadir tidak tepat waktu. Sebagian besar terlambat.Guru observer yang datang adalah guru yang benar-benar termotivasi dan tertarik dengan lesson study. Walaupun ruang open lesson sama sekali kurang ideal, namun guru model, siswa, guru observer dan narasumber antusias sampai pada akhir kegiatan. 3.
See (Refleksi)
Kegiatan See diawali dengan pembentukan kelompok guru partisipan, tiap kelompok terdiri 3 sampai dengan 5 orang. Diskusi diawali dengan diskusi kelompok, selanjutnya tiap kelompok mengemukakan issue dan ditanggapi oleh kelompok lain. Dengan demikian diskusi tentang hasil observasi pembelajaran berlangsung optimal. Berikut ini disajikan hasil pengamatan selama kegiatan See berlangsung dalam bentuk tabel.
100
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kegiatan Refleksi Setelah Open Lesson (See) Tanggapan dari Guru model
Guru observer
Narasumber.
Open Lesson I (Anik Wismiarti) Guru model sedikit nervous, karena baru pertamakali menerapkan model pembelajaran inkuiri. Namun lega, karena sudah mengimplementasikan pembelajaran sesuai rencana. Guru merasa bahwa menerapkan RP dan LKS yang sudah disiapkan oleh orang lain (dalam hal ini narasumber) sulit, sehingga butuh waktu, tenaga, dan pemikiran untuk mencermati dan menjiwai isi perangkat tersebut. Sudah sesuai dugaan guru, bahwa setting posisi duduk tidak nyaman bagi siswa. Guru tidak dapat berbuat apa-apa karena terbatasnya ruang kelas. Guru belum menjelaskan tentang cara merangkai alat, bahwa tabung reaksi harus terisi air. Konsep fotosintesis terlalu dalam, tidak sesuai dengan tingkat berpikir siswa SMP. Guru sangat telaten membimbing dan membantu siswa pada saat siswa melaksanakan eksperimen. Kelompok IV dan VIII yang benar-benar diskusi hasil pengamatan sesuia dengan kerja eksperimen. Sebagian siswa tidak konsentrasi, karena posisi duduk yang tidak nyaman. Tidak semua siswa mendapat kesempatan membaca LKS, karena tiap kelompok hanya dapat LKS 2 eksemplar. Hasil eksperimen kelompok VI, tidak sesuai dengan konsep fotosintesis yang telah diterima. Tanaman Hydrilla yang diletakkan di kardus berlubang kecil menghasilkan gelembung lebih banyak. Sebagian besar siswa aktif dan terus meningkat pada saat praktikum. Siswa menjawab pertanyaan selalu serentak bersama-sama. Sebaiknya siswa diberikan kesempatan menjawab secara individual dan yang baik jawabannya diberi reward. Adanya manfaat model pembelajaran inkuiri, siswa berlatih merumuskan masalah dan hipotesis sampai merangkai alat. Dengan demikian siswa belajar mengadakan eksperimen. Menghargai guru model: upayanya mengembangkan perangkat pembelajaran, dan kepercayaan diri mengimplementasikan model pembelajaran inkuiri. Posisi duduk siswa tidak nyaman karena ruang kelas terlalu sempit. Hal ini nampak pada kelompok IV dan V. Pada saat diskusi kelompok sebelum praktikum, siswa tidak diberi kesempatan menyusun masalah dan hipótesis sendiri, namun dipandu oleh guru. Diskusi siswa dalam menjawab pertanyaan di LKS kurang optimal. Mungkin waktu pembelajaran sudah berakhir. Apresiasi untuk guru model, karena berusaha un-
101
Open Lesson II (Haryuni) Pelajaran IPA (Fisika) materi listrik sering mengalami kendala pada alat. Siswa yang tidak berhasil, diberi kesempatan untuk praktikum sendiri pada waktu lain. Idealnya pembagian kelompok, tiap kelompok terdiri 3 orang. Namun karena alat sangat terbatas, tiap kelompok terdiri 4-5 orang.
Semua siswa sudah berperan aktif dalam KBM, setelah guru model menayangkan media dengan LCD proyektor. Kelompok tidak aktif adalah kelompok 3 dan 4 Guru mendekati tiap kelompok, guru membimbing cara merangkai alat listrik Kelompok aktif: kelompok 5 dan 6 Siswa dapat menyimpulkan dan menyelesaikan soal dengan benar. Siswa yang tidak bisa menjangkau (tidak dekat) dengan alat praktikum cenderung pasif. Ada alat yang rusak. Saran: dicoba lebih dulu sebelum praktikum Siswa yang tidak aktif berani bertanya Penghematan energi dalam kehidupan sehari-hari memang tidak dibahas dalam pembelajaran. Materi ini disampaikan pada kegiatan pembelajaran berikutnya. Guru hendaknya memberikan motivasi dengan reward pada kelompok terbaik. Siswa yang maju presentasi adalah siswa yang dominan. Kelompok kurang heterogen Jumlah siswa di tiap kelompok tidak sama.
Mengingatkan tentang salah satu prinsip Lesson study yaitu kolegalitas. LKS dan RPP merupakan hasil kerja versama saat kegiatan Plan 2. Test kinerja sebaiknya dilengkapi dengan rubrik. LKS sudah baik yaitu LKS inkuiri. Siswa antusias saat bekerjasama. Setting tempat duduk perlu diperbaiki. Siswa dalam 1 kelompok tidak duduk berdampingan tetapi berhadapan.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tanggapan dari
Fasilitator MGMP
Open Lesson I (Anik Wismiarti) tuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang sudah disediakan oleh narasumber (baca laporan Plan 2). Contohnya: penambahan kawat untuk rangkaian alat, kardus berlubang, jumlah cabang tanaman. Selain itu, guru model mengajak siswa berkehidupan sosial dan peka terhadap lingkungan yaitu guru menekankan pentingnya arti fotosíntesis dalam kehidupan kita. Langkah-langkah metode ilmiah dikenalkan oleh guru ke siswa. Konsep reaksi gelap dan reaksi terang tidak sulit Bagi siswa SMP, karena yang diberikan ke siswa bukan prosesnya namun hanya berkaitan denga substrat, produk dan lokasi berlangsung dari kedua proses tersebut. Semua siswa aktif dan antusias dengan model pembelajaran inkuiri.
Open Lesson II (Haryuni)
Semua siswa aktif dan antusias dengan LKS inkuiri. Sebagus apapun RPP , saat open lesson akan muncul kelemahan dari yang telah direncanakan. Guru sabar dan telaten. Memberikan simpulan pada kegiatan praktikum.
Partisipasi Pada kegiatan open lesson I, ruang kelas untuk implementasi RPP kurang ideal, namun guru model, siswa, guru observer dan narasumber antusias sampai pada akhir kegiatan. Ruang kelas open lesson I sangat sempit, tidak ada ruang gerak guru observer. Sebaliknya pada open lesson II, guru observer yang hadir pada saat open lesson 25 orang, pada saat kegiatan See terjadi penurunan sebesar 20 %. Dengan demikian menunjukkan adanya penurunan partisipasi dalam tahap Do ke tahap See.
Komunitas belajar Pada saat diskusi tentang hasil observasi dan pengalaman guru model tentang implementasi pembelajaran nampak sudah tercipta komunitas belajar antar guru model dan guru observer. Guru model dan guru observer membahas tentang issue yang muncul dalam pembalajaran yaitu pembagian kelompok dan setting tempat duduk yang dikaitkan dengan aktivitas siswa. Selain itu perhatian guru observer dalam refleksi hanya pada aktivitas siswa bukan aktivitas model. Dengan demikian terjadi perubahan perilaku observer dalam memberikan komentar atau masukan ke arah yang lebih produktif. Hal ini menunjukkan tumbuhnya komunitas belajar.
Kolegalitas Secara kolegalitas guru model, guru observer, narasumber dan fasilitator MGMP membahas hasil observasi pembelajaran selama kegiatan refleksi. Fasilitator MGMP aktif menjadi moderator dan trampil mengarahkan koleganya yaitu guru model dan guru observer dalam memberikan tanggapan serta mengarahkan diskusi. Selain itu guru observer memberikan tanggapan tentang aktivitas siswa serta memberikan masukan agar pembelajaran berikutnya lebih optimal. Peran narasumber (dalam hal ini dosen) adalah sebagai pendamping, jika ada kesalahan baik konsep materi pelajaran atau penerapan prinsip lesson study, narasumber akan memberikan arahan ketika diskusi antara guru model dan guru observer telah berakhir. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa selama lesson study telah berlangsung pengkajian pembelajaran secara kolaboratif. Pada saat do dan see terdapat perubahan persepsi guru pembelajaran teacher center ke arah student center. Kualitas pembelajaran menunjukkan peningkatan, baik dalam hal model pembelajaran dan aktivitas siswa, serta memberi kesempatan kepada siswa untuk kreatif. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa apresiasi guru terhadap mutual learning sangat baik. 102
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
4.
Respon Siswa
Gambar 1. Respon Siswa Terhadap Materi Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa pada open lesson I dan II, semua siswa setuju bahwa materi pelajaran yang baru saja dipelajari menarik dan mudah dipahami. Hal yang menarik dari tanggapan ini adalah ketidaksesuaian dengan pernyataan bahwa materi pelajaran menuntut mereka untuk berpikir keras. Ada 40 % siswa yang setuju dengan pernyataan tersebut. Dari hasil wawancara, siswa menyatakan bahwa materi pelajaran menarik karena ada kegiatan praktikum, namun konsep yang dipelajari sulit. Baik open lesson I dan II, hampir semua siswa menyatakan bahwa materi pelajaran yang baru dipelajari sulit. Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa siswa belum pernah melaksanakan kegiatan praktikum dengan menerapkan metode ilmiah inkuiri.
Gambar 2. Respon Siswa Terhadap Kegiatan Belajar Semua siswa setuju dengan pernyataan bahwa kegiatan belajar menyenangkan, semangat belajar tinggi dan kegiatan belajar dapat meningkatkan kreativitas mereka. Hal ini didukung dengan hasil wawancara bahwa mereka senang dengan adanya kegiatan dengan membentuk kelompok sehingga ada kerjasama, merangkai alat dan melakukan percobaan. Namun demikian, ada 10% pada open lesson I dan 40% pada open lesson II yang menyatakan bahwa kegiatan belajar berlangsung lambat. Hal ini disebabkan bahwa siswa menyatakan melalui wawancara bahwa mereka mengalami kesulitan menghitung gelembung dan merangkai alat.
103
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Gambar 3. Aktivitas Siswa 1
Gambar 4. Aktivitas Siswa 2 Pernyataan yang perlu diperhatikan adalah “siswa lebih banyak mendengarkan daripada melakukan sesuatu.” Pada open lesson I dan II ada 20 % siswa yang setuju dengan pernyataan tersebut. Kemungkinan ini dialami oleh siswa yang pasif. Dari hasil pengamatan dan tanggapan observer pada open lesson I, ada sebagian siswa tidak konsentrasi, karena posisi duduk yang tidak nyaman. Selain itu, tidak semua siswa mendapat kesempatan membaca LKS, karena tiap kelompok hanya dapat LKS 2 eksemplar. Dengan demikian mereka tidak memperoleh kesempatan melaksanakan praktikum, karena tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Pada open lesson II, ada siswa yang tidak bisa menjangkau (tidak dekat) dengan alat praktikum sehingga cenderung pasif dan tidak bisa mengerjakan kegiatan praktikum; terdapat alat yang rusak, sehingga ada kelompok siswa yang juga tidak bisa melaksanakan kegiatan praktikum.
104
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Gambar 5. Suasana Belajar Pada open lesson I 25 % siswa menyatakan bahwa tidak senang dengan susunan tempat duduk, namun demikian semua siswa setuju kalau suasana nyaman selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan dan tanggapan observer saat refleksi bahwa posisi duduk siswa tidak menyenangkan karena ruang kelas terlalu sempit sehingga posisi duduk siswa tidak nyaman. Hal ini nampak pada kelompok IV dan V yang tidak aktif saat diskusi karena mereka duduk dengan posisi membelakangi papan tulis. Kenyataan ini sebenarnya telah diprediksi oleh guru model, yang pada saat refleksi menyatakan bahwa ruang kelas tidak ada yang berukuran besar.
Gambar 6. Sikap Guru Ada 80 % siswa (open lesson I) dan 22 % siswa (open lesson II) yang menyatakan tidak setuju kalau kegiatan belajar dan cara mengajar yang telah berlangsung sering dilakukan. Hal ini sesuai dengan tanggapan yang diberikan guru model pada saat refleksi bahwa guru model sedikit nervous, karena baru pertamakali menerapkan model pembelajaran inkuiri. Namun lega, karena sudah mengimplementasikan pembelajaran sesuai rencana. KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan angket serta pembahasan dapat disimpulkan. 105
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
1. 2. 3.
Implementasi Lesson Study di SMP Negeri wilayah Surabaya Timur terlaksana dengan baik dan sudah sesuai dengan prinsip kolegalitas, kolaboratif dan tercipta komunitas belajar. Partisipasi guru sebagai guru model dan guru observer sudah sesuai dengan prinsip lesson study. Siswa memberikan respon baik terhadap implementasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang meliputi aspek materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, aktivitas dan sikap guru.
DAFTAR RUJUKAN ……..2008. Buku Panduan Implementasi Lesson Study Program Pengembangan Profesionalitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Kabupaten Karawang, Kabupaten dan Kota Pasuruan dan Kota Surabaya. Bandung: UPI, Teacher Institut. Cerbin William & Bryan Kopp. 2006. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education vol 18, Number 3. P 250-257. Direktorat Ketenagaan Direktorat Jendral DIKTI Depdiknas. 2008. Program Perluasan Lesson Study untuk Penguatan LPTK Panduan Pelaksanaan Lesson Study Buku 3. Jakarta: Depdiknas DIKTI. Hendayana, Sumar. 2008. Model Pembinaan Guru MIPA Profesional Berbasis Lesson Study dan Implikasinya Terhadap Pembinaan Dosen FPMIPA UPI; Study Kasus di Kabupaten Sumedang (Makalah seminar dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia VI di Denpasar Bali). Denpasar: Undikksha. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
106
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
MENINGKATKAN KARAKTER MAHASISWA MELALUI PERKULIAHAN SOSIOLOGI HUKUM
Dewi Gunawati Pendidikan Kewarganegaraan FKIP UNS
Abstrak: Kritik yang terlontar mengenai gagalnya pendidikan mengantarkan para pembelajarnya untuk bermetamorfosis diluar lingkungan kampus. Untuk melahirkan pribadi yang profesional, berkarakter merupakan bahan refleksi terhadap model pembelajaran yang selama ini dilakukan. Mata kuliah Sosiologi Hukum membelajarkan berbagai metode: diskusi, demonstrasi bahkan simulasi. Untuk melaksanakan pembelajaran sosiologi hukum dengan baik perlu disusun desain pembelajaran yang baik dan direview oleh dosen sejawat. Review terhadap perencanaan (plan), pelaksanaan (do) dan pemberian umpan balik (see) dilakukan dalam bentuk lesson study. Telah dilakukan 4 putaran lesson study dalam mata kuliah Sosiologi Hukum selama satu semester. Hasilnya, selain menunjukkan peningkatan keterampilan proses mahasiswa pada setiap tahapan lesson study, juga peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh dosen, keterampilan melaksanakan pembelajaran, dan perangkat pembelajarannya. Namun demikian, masih perlu dilanjutkan pelaksanaan lesson study ini untuk memberikan jaminan kualitas pembelajaran yang lebih baik lagi. Kata Kunci: sosiologi hukum, lesson study, keterampilan proses sosial
Pola pembelajaran tradisional membentuk alur pembelajaran satu arah, dan menempatkan dosen sebagai pusat pembelajaran. Artinya seluruh pengetahuan menjadi monopoli dosen untuk kemudian disampaikan kepada peserta didik dalam wujud materiyang dipersiapkan secara matang. Pembelajaran dengan metode demikiaan tentu saja dapat disampaikan secara berkelanjutan dari generasi ke generasi tanpa harus memikirkan filsafat yang melandasinya. Artinya dengan menjaga keajegan pola pembelajaran satu arah dengan materi yang tersaji matang,maka perguliran proses pembelajaran dalam rangkaiannya tidak lagi memerlukan perenungan yang ”neko-neko” untuk mengimplementasikannya.(Muh Rustamaji & Dewi Gunawati, 2011). Proses pendidikan harus dilangsungkan dengan berpangkal pada pengalaman anak sendiri meski harus disadari bahwa tidak semua pengalaman itu berfaedah. Oleh karena itu sekolah harus memberkan ”bahan pelajaran” berupa pengalaman-pengalaman yang berfaedah demi hari depan anak didik dan sekaligus pengalaman itu dapat dialami anak didik pada masa sekarang. Sosiologi hukum merupakan cabang ilmu hukum yang mempelajari pengaruh timbal balik antara hukum dan gejala sosial masyarakat. Ruang lingkup sosiologi hukum meliputi (1) dasar sosial dari hukum, bahwa hukum timbul serta tumbuh dari proses sosial”The Genetic Sociology of Law”(2)Efek hukum terhadap gejala-gejala sosial dalam masyarakat”The Operational Sociology of Law”.(Soerjono Soekanto,1999). Hukum tumbuh dari interaksi masyarakat,untuk mengetahui hukum yang berlaku, harus menganalisis gejala-gejala hukum dalam masyarakat.Warga masyarakat menggunakan, menerapkan dan menafsirkan hukum dengan memahami proses dan barulah dapat dimengerti bagaimana hukum berfungsi dan bagaimana struktur sosia memberi bentuk dalam proses hukum. Diskripsi Mata Kuliah Sosiologi Hukum memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk mengemas materi sosiologi hukum yang disesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Berdasarkan diskripsi tersebut, materi pokok yang dipelajari pada mata kuliah Sosiologi Hukum adalah: Permasalahan yang dikaji sosiologi hukum, Aliran-aliran yang mempengaruh sosiologi hukum, Struktur sosial dan hukum, Perubahan sosial dan hukum, Kesadaran Hukum masyarakat. Besar Satuan Kredit Semester (SKS) yang dis107
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
ediakan untuk mata kuliah ini adalah 2 SKS. Jumlah SKS ini sangat kurang jika disesuaikan dengan pengalaman belajar dan kompetensi yang diharapkan dari perkuliahan ini. Oleh karena itu diperlukan inovasi pembelajaran agar mata kuliah ini menjadi bermakna bagi mahasiswa. Pengalaman beberapa kali perkuliahan Sosiologi Hukum 2010/2011 menunjukkan ada kelemahan dalam penguasaan konsep dasar ilmu hukum. Sedangkan berdasarkan need assessment, mahasiswa merasa kesulitan dalam mengaplikasikan konsep-konsep hukum di kehidupan sehari-hari khususnya bila nanti terjun dimasyarakat. Oleh karena itu, melalui perkuliahan ini mahasiswa perlu diberi keterampilan mengemas materi pembelajaran yang memadukan antara konsep hukum dan pengalaman empiris /permasalahan hukum dimasyarakat Model ini harus ditunjukkan siswa selama proses pembelajaran di kelas. Melalui pembelajaran sosiologi hukum tidak hanya memberikan konten bidang sosiologi hukum saja, tetapi juga membangun karakter peserta didik. Yang meliputi Olah pikir (cerdas), Olah hati (jujur, bertanggungjawab), Olah raga (sehat dan bersih), Olah rasa dan karsa(peduli dan kreatif). Model ini sangat disarankan dan sejalan dengan visi pendidikan tahun 2009 – 2014 yaitu pendidikan budaya dan karakter (Sunaryo, 2010). Jadi dalam pembelajaran Sosiologi Hukum merupakan: (1) pengintegrasian konsep hukum dalam KBM di mata pelajaran, (2) Pembiasaan pengalaman menganalisis kasus dalam kehidupan bermasyarakat di satuan pendidikan, (3) Penerapan konsep hukum dalam kehidupan bermasyarakat. Agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan berkualitas, perlu dilakukan observasi pembelajaran di dalam kelas (what is going on in the classroom). Ini perlu dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme dosen dalam melakukan pembelajaran. Observer tidak berlaku sebagai supervisor tetapi bersifat sebagai kolega yang ikut bertanggung jawab terhadap proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu observer harus terlibat ketika dosen menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pembuatan evaluasi dan media pembelajaran. Selama observasi, bukan mengobservasi dosen yang sedang melakukan pembelajaran, tetapi mengobservasi kegiatan yang dilakukan siswa selama mengikuti pembelajaran. Ini perlu disadari, kelemahan sistem supervisi adalah menilai guru, member komentar terhadap proses yang dilakukan guru, ini sering membuat guru tidak suka. Setelah observasi dilanjutkan dengan diskusi refleksi, yang bertujuan untuk mengungkap kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dengan demikian dosen yang melakukan pembelajaran tidak merasa dinilai oleh observer. Kegiatan seperti ini perlu dilakukan terus menerus di perkuliahan. Kegiatan ini dinamakan lesson study. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan karakter mahasiswa yang menempuh mata kuliah Sosiologi Hukum ydang dibelajarkan melalui lesson study. METODE
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Prodi Pendidikan Kewarganegaraan FKIP UNS untuk mata kuliah Sosiologi Hukum. Jumlah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini adalah 76 orang. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research). Kegiatan diawali dengan analisis kemampuan representasi mahasiswa, penyusunan rencana pembelajaran dan perangkatnya yang direview oleh dosen sejawat (PLAN), Pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi oleh dosen sejawat (DO), dan refleksi kegiatan pembelajaran (SEE) untuk memperbaiki rencana pembelajaran dan perbaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Data dianalisis secara kualitatif untuk menemukan pola karakter yang khas dari mahasiswa PPKN dan perkembangannya setelah mengikuti perkuliahan dengan lesson study. HASIL DAN PEMBAHASAN Lesson Study ke-1 Penyusunan dan Pembahasan RPP (tanggal 15 Maret 2011)
Kegiatan penyusunan dan pembahasan RPP ini masuk pada kegiatan planning. Dalam tahapan ini dosen model menyusun RPP dan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana RPP tersebut akan dilakukan. Materi yang akan dibahas pada putaran I ini adalah Permasalahan yang dikaji dalam Sosiologi Hukum. Plan dalam Lesson Study ini meliputi kegiatan: 1) Penyusunan rencana
108
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan Proses dengan model pembelajaran Cooperative Learning. 2) Menyusun Lembar Kerja Siswa dengan ciri khas keterampilan proses dan Cooperative Learning. 3) Menyiapkan instrument penilaian kemampuan kegiatan kelompok serta instrument penilaian kinerja psikomotorik.4). Menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Setelah RPP disusun oleh dosen model, lalu dipresentasikan dihadapan dosen observer (Rima Vien PH, Erna Yuliandari, Triana Rejekiningsih). Observer banyak memberikan masukan untuk memperbaiki RPP sebelum diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas. Masukan tersebut antara lain: 1) melengkapi dengan media powerpoint; 2) memperbaiki indicator pembelajaran. Berdasarkan masukkan dari observer, dosen model memperbaiki RPP dan melengkapi dengan media. Pelaksanaan Open Lesson (tanggal 29 Maret 2011)
Pelaksanaan open lesson dibuka oleh Ketua Prodi PPKn Sri Haryati. Pembukaan dilakukan di ruang prodi PPKn dan dihadiri oleh 3 orang observer. Dokumenter menyerahkan instrument observasi yang dibuat oleh tim observer. Setelah semua siap, dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Perkuliahan diawali dengan menyimak film tentang realitas social yang merupakan salah satu permasalahan yang dikaji dalam sosiologi hukum. Mahasiswa mengamati kejadian ini dan memberikan deskripsi film tersebut. Pertanyaan diarahkan pada permasalahan apa yang dikaji dalam sosiologi hukum serta latihan mengidentifikasi masalah dari pokok kajian. Kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran jurisprudential yang meliputi empat tahapan, yaitu: 1. Orientasi terhadap fenomena sosial dan hukum,disini dosen memperkenlkan materi dan meriview materi, 2. Mengidentifikasi fenomena sosial dan hukum disini meliputi tahapan: (1) peserta didik memilih fakta dalam konstelasi masalah yang dikaji, (2) peserta didik memilih salah satu bidang kajian, (3) peserta didik mengidentifikasi fenomena sosial dan korelasinya dengan hukum,(4) peserta didik melatarbelakangi isu. 3. Menetapkan posisi. 4. Mengeksplorasi contoh dan pola argumentasi.Berdasarkan kegiatan ini, mahasiswa diminta diskusi dan membuat kesimpulan. Tidak banyak siswa yang memberikan argument atau mengkomunikasikan hasil diskusinya. Ini menunjukkan masih ada permasalahan dengan keterampilan proses mahasiswa. Kegiatan diakhiri dengan menyimpukan permasalahan yang dikaji sosiologi hukum dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan Refleksi (tanggal 30 Maret 2011)
Kegiatan Refleksi dilakukan di Ruang Kuliah PPKn setelah perkuliahan selesai. Refleksi diawali dengan pandangan dari dosen model (Dewi Gunawati) terhadap pelaksanaan perkuliahan yang baru saja dilakukan. Dosen model mengalami kendala dalam penguasaan kelas karena jumlah mahasiswa yang banyak 76 siswa ruangan sempit sehingga siswa gaduh dan kurang konsentrasi, hal penataan posisi duduk mahasiswa ketika melatihkan keterampilan proses yang berkaitan dengan kreativitas mahasiswa, yaitu saat proses belajar mengajar di kelas. Erna Yuliandari, mengungkapkan pada prinsipnya proses pembelajaran telah dilakukan dengan baik, meskipun siang hari mahasiswa cukup responsip dengan perkuliahan. Tetapi pada pendahuluan mahasiswa kurang mendapatkan arahan sehingga agak bingung. Dosen harus selalu mendorong memotivasi siswa dari awal sampai akhir sehingga minat siswa belajar bisa konsentrasi dari awal sampai akhir. Triana rejekiningsih, menjelaskan bahwa pembelajaran yang diberikan dosen dengan menyajikan contoh kasus sosial sangat menarik siswa namun media yang ada kurang mendukung suara kurang kerasatau tidak jelas sehingga mahasiswa paling belakang tidak mampu menangkap dengan jelas. Rima Vien PH, memberikan refleksi Dosen harus menjaga ritme/mood mahasiswa sehingga mulai dari awal sampai akhir perkuliahan bisa aktif. Berdasarkan pengalaman ini, dosen model memperbaiki Tayangan Film dan power point yang disajikan agar bisa ditangkap secara jelas dan dapat digunakan pada perkuliahan tahun berikutnya. Lesson Study ke-2 Penyusunan dan Pembahasan RPP (tanggal 5 April 2011) Kegiatan penyusunan dan pembahasan RPP ini masuk pada kegiatan planning. Dalam tahapan ini dosen model menyusun RPP dan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana RPP tersebut akan dilakukan. Ini berkaitan dengan hasil pelaksanaan open lesson yang pertama. Ma109
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
teri yang akan dibahas pada putaran II ini adalah Struktur Social dan Hukum. Kegiatan plan dalam Lesson Study ini meliputi: 1) Penyusunan rencana pembelajaran yang menggunakan pendekatan Keterampilan Proses yang berkaitan dengan kreativitas mahasiswa. 2) Menyusun Lembar Kerja Siswa dengan ciri khas keterampilan proses dan kreativitas. 3) Menyiapkan instrument penilaian kemampuan kegiatan kelompok serta instrument penilaian kinerja psikomotorik. 4) Menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Setelah RPP disusun oleh dosen model, lalu dipresentasikan dihadapan dosen observer (Triana Rejekiningsih, Erna Yuliandari, Rima Vien) Observer banyak memberikan masukan untuk memperbaiki RPP sebelum diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas. Masukan tersebut antara lain: 1) penyusunan media pembelajaran; 2) memperbaiki indikator pembelajaran; 3) evaluasi pembelajaran. Berdasarkan masukkan dari observer, dosen model memperbaiki RPP dan melengkapi dengan media dan evaluasi. Pelaksanaan Open Lesson dan Refleksi (tanggal 6 April 2011) Pelaksanaan open lesson dibuka oleh Ketua Prodi PPKn Sri Haryati. Pembukaan dilakukan di ruang prodi PPKn dan dihadiri oleh 3 orang observer. Rima Vien PH, Erna Yuliandari, Triana Rejekiningsih, Dokumenter (Triyanto) menyerahkan instrument observasi yang dibuat oleh tim observer. Setelah semua siap, dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Kuliah diawali dengan pemutaran film tentang fenomena kelompok sosial yaitu PMS (Perkumpulan masyarakat Surakarta). Durasi pemutaran film ini membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Peserta didik ditunjuk oleh dosen untuk menanggapi fenomena dalam tampilan film tersebut. Bagian inti perkuliahan adalah mengimlementasikan model embelajaran interaksi sosial oleh Richard Anderson, Pendekatan Social Inquiry dengan menekankan pada terbentuknya hubungan antara siswa sehingga dalam konteks yang luas terjadi hubungan sosial individu dengan masyarakat. Model yang digunakan adalah model mencari pasangan. Adapun langkah-langkah yang ditempuh meliputi: Dosen menjelaskan wacana struktur sosial mahasiswa memperdalam wacana atau materi dengan membaca buku literatur. Dosen menyediakan beberapa pertanyaan dan jawaban dalam bentuk kertas kecil dibagikan kepada siswa. Siswa mencoba berpikir mencari dan menelusuri terhadap obyek yang dikaji. Siswa yang membawa pertanyaan satu persatu secara bergiliran maju didepan kelas untuk membacakan pertanyaannya selanjutnya mahasiswa lain yang mencari jawaban dari pertanyaan. Siswa yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar akan diberikan reward sedangkan yang jawabannya salah mendapat sanksi harus menyanyi atau membaca puisi. Bagian penutup mahasiswa diminta untuk menyimpukan kajian materi struktur sosial dan hukum dalam bnetuk dialog tanya jawab ini dilakukan sebagai kontrol sebagai indicator keberhasilan belajar. Kegiatan Refleksi (tanggal 6 April 2011) Kegiatan Refleksi dilakukan di Ruang Kuliah setelah perkuliahan selesai. Refleksi diawali dengan pandangan dari dosen model (Dewi Gunawati) terhadap pelaksanaan perkuliahan yang baru saja dilakukan. Observer pertama (Triana Rejekiningsih) Dosen memberikan materi suara kurang jelas terdengar karena gangguan dari luar.Mahasiswa terlalu cepat mendapat bantuan dari dosen dan terlalu cepat dosen memberikan arahan. Rima Vien mengungkapkan bahwa variasi tempat duduk sangat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran lebih efektif. Dosen harus dengan sengaja mendesain interaksi positif dalam pembelajaran. Erna Yuliandari, mengungkapkan, Posisi siswa KBM sudah bagus bentuk U jadi konsentrasi siswa bisa sepenuhnya pada pembelajaran. Dosen harus tetap memotivasi dan menjaga konsentrasi mhasiswa dari awal hingga akhir perkuliahan. Lesson Study ke-3 Penyusunan dan Pembahasan RPP (tanggal 19 April 2011) Kegiatan penyusunan dan pembahasan RPP ini masuk pada kegiatan planning. Dalam tahapan ini dosen model menyusun RPP dan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana RPP tersebut akan dilakukan. Ini berkaitan dengan hasil pelaksanaan open lesson yang kedua. Materi yang akan dibahas pada putaran III ini adalah Perubahan social dan hukum. Kegiatan plan dalam Lesson Study ini meliputi: 1). Penyusunan rencana pembelajaran yang menggunakan pendekatan Keterampilan 110
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Proses yang berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi ilmiah. 2). Menyusun Lembar Kerja Siswa dengan ciri khas komunikasi ilmiah. 3). Menyiapkan instrument penilaian kemampuan kegiatan kelompok serta instrument penilaian kinerja psikomotorik. 4). Menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Setelah RPP disusun oleh dosen model, lalu dipresentasikan dihadapan dosen observer (observer banyak memberikan masukan untuk memperbaiki RPP sebelum diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas. Masukan tersebut antara lain: 1) memperbaiki indikator pembelajaran; 2) evaluasi pembelajaran. Berdasarkan masukkan dari observer, dosen model memperbaiki RPP dan melengkapi dengan media dan evaluasi. Pelaksanaan Open Lesson dan Refleksi (tanggal 20 April 2011) Pelaksanaan open lesson dibuka oleh Ketua Prodi PPKn Sri Haryati. Pembukaan dilakukan di ruang prodi PPKn dan dihadiri oleh 3 orang observer. Dokumenter (Triyanto) menyerahkan instrument observasi yang dibuat oleh tim observer. Setelah semua siap, dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Kuliah diawali dengan mengingatkan kembali Struktur Sosial dan hukum. Dosen model menunjukkan fenomena kasus globalisasi yang merupakan salah satu bentuk perubahan sosial. Ternyata banyak mahasiswa kesulitan untuk menunjukkan perubahan sosial yang ada termasuk lingkup perubahan sosial bidang kajian mana. Bagian inti penerapan model problem centered group, dosen menyajikan materi, dosen membuka diskusi tanya jawab terhadap materi yang disampaikan, Dosen menyajikan daftar pertanyaan yang terpampang dalam layar LCD, mahasiswa secara bergiliran maju untuk menjawab pertanyaan. Bagian penutup mahasiswa diminta untuk menyimpulkan kajian perubahan sosial dan hukum. Kegiatan Refleksi (Tanggal 20 april 2011) Kegiatan Refleksi dilakukan di Ruang Prodi setelah perkuliahan selesai. Refleksi diawali dengan pandangan dari dosen model (Dewi Gunawati) terhadap pelaksanaan perkuliahan yang baru saja dilakukan. Observer pertama (Sri haryati) open lesson ketiga ini jauh lebih baik dari open lesson sebelumnya, mahasiswa sangat antusias mengikuti perkuliahan. Sedangkan Triana Rejekiningsih menyampaikan hasil pengamatannya cukup bagus dan eksploratif meskipun peserta banyak 76 tetapi mahasiswa dapat antusias mengikuti perkuliahan. Lesson Study ke-4 Penyusunan dan Pembahasan RPP (tanggal 4 Mei 2011) Kegiatan penyusunan dan pembahasan RPP ini masuk pada kegiatan planning. Dalam tahapan ini dosen model menyusun RPP dan menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana RPP tersebut akan dilakukan. Ini berkaitan dengan hasil pelaksanaan open lesson yang ketiga. Materi yang akan dibahas pada putaran IV ini adalah Kesadaran Hukum Masyarakat kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan proses melalui Diskusi. Kegiatan plan dalam Lesson Study ini meliputi: 1). Penyusunan rencana pembelajaran yang menggunakan pendekatan Keterampilan Proses yang berkaitan dengan kreativitas mahasiswa. 2). Menyusun Lembar Kerja Siswa dengan ciri khas keterampilan proses dan kreativitas. 3). Menyiapkan instrument penilaian kemampuan kegiatan kelompok serta instrument penilaian kinerja psikomotorik. 4). Menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Observer banyak memberikan masukan untuk memperbaiki RPP sebelum diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas. Masukan tersebut antara lain: 1) penyusunan media pembelajaran; 2) memperbaiki indikator pembelajaran; 3) konten termodinamika diganti dengan pemuaian udara. Berdasarkan masukkan dari observer, dosen model memperbaiki RPP dan melengkapi dengan media dan evaluasi. Pelaksanaan Open Lesson dan Refleksi (tanggal 5 Mei 2011) Kuliah diawali dengan menggali informasi tentang masalah kesadaran hukum. Dosen menyajikan fenomena illegal loging, pembalakan liar, VCD bajakan. Mahaiswa mengamati dengan sangat antusias terhadap ilustrasi tersebut.
111
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Bagian inti perkuliahan adalah dosen menerapkan pembelajaran kooperatif (STAD). Langkah yang ditempuh: Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 7 atau 8 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan lepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggungjawab untuk mempelajari semua bagian dari bahan. para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajarisatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam ini disebut kelompok pakar (ekspert). Selanjutnya para pakar yang berada dalam kelompok pakar kembali kekelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam ‘home teams” siswa mempresentasikan hasil diskusi selanjutnya dievaluasi oleh kelompok lain. Berdasarkan pengalaman ini, mahasiswa terlatih untuk bekerja sama dan toleransi dengan teman lain. Bagian penutup mahasiswa diminta untuk menjelaskan kembali kesadaran hukum masyarakat. Kegiatan Refleksi (Tanggal 5 Mei 2011) Kegiatan Refleksi dilakukan di Ruang Prodi setelah perkuliahan selesai. Refleksi diawali dengan pandangan dari dosen model (Dewi Gunawati) terhadap pelaksanaan perkuliahan yang baru saja dilakukan. Observer pertama (Sri Jutmini) penataan cursi untuk diskusi membutuhkan waktu yang lama. Pada awal diskusi perlunya dosen menjelaskan alokasi waktu,indikator yang akan dicapai. (Rima vien) ada kekurangan dalam proses pembelajaran banyak berpusat pada dosen, meskipun ada upaya melibatkan mahasiswa. (Triana Rejekiningsih), media kurang jelas ,mahasiswa yang dusuk paling belakang sukar menangkap dengan jelas. (Erna Yuliandari), kurangnya brainstorming oleh karena itu perlu dilakukan brainstorming dahulu. Jumlah atau kapasitas siswa tidak sepadan dengan ruang kelas yang ada sehingga wajar jira kelas Gadus atau dosen kesulitan menguasai kelas. Pembelajaran yang diberikan dosen sudah bagus tayangan sudah direspon siswa, tetapi ceramah dosen terlalu lama dan dosen perlu lebih selektif dalam pemilihan kata misalnya mengganti debutan ‘adik” dengan “saudara” agar dosen lebih berwibawa. Drs.Joko Mulyono, M.Pd, bahwa situasi dan kondisi memaksimalkan apa yang ada secara maksimal, power point sedikit sebagai media yang penting dapat menangkap pesan yang ditampilkan. Kondisi psikologis siswa memiliki karakteristik individu yang berbeda hendaknya dosen mengetahui hal tersebut dan memberian tugas atau latihan yang berdasarkan kemampuan tersebut. Bahwa Lesson Study bukanlah ajang untuk mengorek kelemahan dosen model tetapi merupakan sarana instrospeksi dosen untuk mengetahuikondisi diri serta menjalain hubungan yang harmonis antara dosen,siswa yang selama ini dirasa ada kesenjangan. Berdasarkan pengalaman melaksanakan lesson study selama satu semester, dosen model menyadari kekurangan dalam melakukan pembelajaran. Kekurangan tersebut antara lain: sering kali pembelajaran yang dilakukan kurang terstruktur, sehingga sulit dipahami mahasiswa. Dosen model terlalu dominan dalam pembelajaran, meskipun sudah merencanakan untuk melakukan student centre. Perintah dari dosen model sering tidak bisa dikerjakan mahasiswa karena tidak jelasnya dosen dalam mengungkapkan perintah. Selain itu, dosen model memiliki perangkat pembelajaran yang lengkap, yang sebelumnya tidak pernah diadministrasikan dengan baik. Memahami bentuk kolegialitas sesame dosen dalam satu prodi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalisme dosen. Mahasiswa mendapatkan pembelajaran yang berkualitas, karena perkuliahan terkontrol oleh dosen lain, sehingga memberikan jaminan kualitas pembelajaran yang baik. Mahasiswa mendapatkan pengalaman model-model pembelajaran inovatif yang sebelumnya tidak pernah diperoleh dalam perkuliahan lain. Kemampuan Keterampilan proses sains mahasiswa mengalami perkembangan yang cukup baik, ditandai dengan keterampilan berkomunikasi, mengidentifikasi permasalahan, bertukar pikiran, membuat analisis serta menyimpulkan. Mahasiswa mendapatkan pengalaman empirs serta praktis dari semua materi sosiologi hokum terutama mengenai interaksi dalam masyarakat dan melihat perspektif hukum di dalam masyarakat dan ini dilakukan dengan pendekatan keterampilan proses.
112
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
KESIMPULAN Melalui perkuliahan Sosiologi Hukum mahasiswa dikenalkan pembelajaran keterampilan proses sosial yang dilakukan di dalam kelas dengan berbagai metode: diskusi, demonstrasi bahkan problem solving. Untuk melaksanakan pembelajaran keterampilan proses sosial dengan baik perlu disusun desain pembelajaran yang baik dan direview oleh dosen sejawat. Review terhadap perencanaan (plan), pelaksanaan (do) dan pemberian umpan balik (see) dilakukan dalam bentuk lesson study. Telah dilakukan 4 putaran lesson study dalam mata kuliah Sosiologi Hukum selama satu semester. Hasilnya, selain menunjukkan peningkatan keterampilan proses mahasiswa pada setiap tahapan lesson study, juga peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh dosen, keterampilan melaksanakan pembelajaran, dan perangkat pembelajarannya. Namun demikian, masih perlu dilanjutkan pelaksanaan lesson study ini untuk memberikan jaminan kualitas pembelajaran yang lebih baik lagi. DAFTAR RUJUKAN Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Muhammad Rustamaji & Dewi gunawati. 2011. Moot Court Membedah Peradilan Pidana dalam Kelas Pendidikan Hukum Progresif. Surakarta: Mefi Caraka. Permendiknas No 22 th 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Depdiknas. Soejono Soeanto. 1999. Pokok-pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: RajaGrafindo Persada Sunaryo, K. 2010. Redesigning Profesional Teacher Education. International Conference of Teacher Education. Bandung, 6-8 April 2010.
113
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN GADIS 22 DI SMP NEGERI I BANGIL
Siti Nurjanah SMP Negeri I Bangil Jalan Patimura 309, Email:
[email protected]
Abstrak: Belajar bahasa pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi, baik secara tertulis maupun lisan. Belajar bahasa menjadi sangat penting karena interaksi dalam masyarakat membutuhkan bahasa. Keterampilan yang dibutuhkan dalam komunikasi mencakup keterampilan reseptif (mendengar dan membaca) dan produktif (menulis dan berbicara). Nelajar bahasa menjadi sangat penting. Fakta di lapangan menunjukkan, bahwa ketrampilan produktif siswa terutama terkait kemampuan menulis, masih rendah. Siswa sulit mengungkapkan ide/gagasan. Terutama terkait dengan menulis karangan narasi dari segi pengembangan topik, pengembangan isi, dan kronologis cerita. Siswa kesulitan menemukan gagasan/ide kreatif dalam mengembangkan imajinasi maupun mengungkapkan kembali pengalaman yang menarik. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan gadis 22. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Untuk menjaring data kemampuan menulis karangan narasi menggunakan rangsangan berupa pemanfaata gadis 22. Data dalam penelitian ini adalah skor kemampuan menulis cerpen (karangan narasi) dari segi pengembangan topik, pengembangan isi, dan kronologis cerita. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan dapat disimpulkan, bahwa partisipasi siswa meningkat dari siklus 1 (45,50%) ke siklus 3 (85,37%) mengalami peningkatan sebesar (39,87%). Minat siswa meningkat dari (50%) pada siklus 1 menjadi (95%) pada siklus 3. Demikian halnya dengan perhatian siswa meningkat dari (50%) pada siklus 1 menjadi (95%) pada siklus 3. Kemampuan menulis narasi siswa juga mengalami peningkatan dari (70,17%) pada siklus 1 menjadi (97,50%) pada siklus 3. Siswa dapat menemukan gagasan kreatif, pemilihan kata yang tepat, pengembangan paragraph yang baik dan penggunaan tanda baca dan ejaan yang tepat. Kata Kunci: peningkatan kemampuan, menulis cerpen, gadis 22
Dalam standar isi disebutkan, bahwa salah satu kompetensi dasar yang ada pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX semester 1 adalah siswa dapat menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami (Depdikanas,2003:52). Namun demikian untuk dapat menulis cerpen dengan baik tentunya siswa terlebih dahulu memahami unsur-unsur intrinsik yang harus ada di dalam sebuah cerpen. Yakni meliputi: alur, setting/latar, tokoh, perwatakan, sudut pandang pengarang, amanat, dan tema. Kondisi nyata di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan siswa berkaitan dengan menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami, secara umum belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Kenyataan tersebut bisa diakibatkan oleh minimnya perbendaharaan kata atau kurangnya pembiasaan menulis bagi siswa sehingga berpengaruh pada kemampuan siswa dalam mengungkapkan pikiran maupun pengalamannya dalam bentuk tulis. Hal tersebut juga bukan tidak mungkin karena kurangnya kreativitas guru dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana amanat kurikulum yang tertuang dalam ungkapan ‘alam tak ambang jadi guru’. Memanfaatkan seluruh potensi lingkungan yang tergelar di sekitar sebagai sumber belajar. Berpijak dari masalah di atas, penulis mencoba untuk menentukan solusi yang dirasa tepat dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami. Yang pertama dilakukan penulis adalah dengan memberi kesempatan siswa untuk bekerja dalam kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 4 siswa. Dalam proses kerja kelompok ini memungkinkan 2 siswa tinggal dan 2 siswa berkunjung (two stay, two stray) atau mengunjungkan karyanya ke kelompok lain untuk menda-
114
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
patkan tanggapan. Dalam penelitian ini diistilahkan dengan 22. Yang kedua adalah dengan memanfaatkan gadis (gambar diam seri) sebagai sarana/media untuk merangsang daya imajinatif siswa dalam menemukan rangkaian kata. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan, bahwa pembelajaran yang selama ini diterapkan masih bersifat konvensional berupa penerapan kombinasi ceramah, Tanya jawab, dan pemberian tugas. Tidak memberi kesempatan siswa untuk bekerja dalam kelompok, melakukan curah pendapat, kurang mengeksplorasi potensi yang dimiliki siswa, dan kurang memberikan pengalaman yang nyata dalam menuangkan konsep pembelajaran. Wright menyatakan bahwa gambar memiliki beberapa peran dalam keterampilan menulis, seperti dapat memotivasi siswa, berkontribusi terhadap konteks bahasa yang digunakan, digunakan untuk menjelaskan secara objektif atau menginterpretasikan, dan dapat memberi informasi (dalam Putra, 2001 : 35). Sedangkan menurut Elly, bahwa media dalam hal ini gadis merupakan gambar seri dimensi yang dapat mewakili orang, tempat, dan benda-benda (dalam Marhamah, 1989 : 37). Dale (dalam Marhamah, 1989 : 37) mengemukakan bahwa gadis dapat memberikan aksi bila disusun dalam satu seri yang menghasilkan suatu percakapan atau cerita. Wright (dalam Marhamah, 1989: 37) mendefinisikan gadis sebagai urutan gambar yang mengikuti suatu percakapan dalam hal memperkenalkan atau menyajikan arti yang terdapat pada gambar dan memberikan latar belakang yang dapat dipercaya. Gadis (gambar diam seri) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah urutan gambargambar yang mewakili orang, tempat atau benda-benda serta latar terjadinya suatu peristiwa yang mengisyaratkan percakapan. Fungsi gadis berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Wright di muka pada dasarnya adalah untuk membantu menyajikan suatu peristiwa yang kronologis dengan menghadirkan orang, benda, dan latar. Oleh karena itu, penggunaan gadis 22 dalam pembelajaran keterampilan menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami, diharapkan dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan gadis 22 dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa sebagai perantara atau saluran untuk menuangkan ide kreatif mereka menjadi bahasa tulis dalam bentuk karangan narasi. Namun demikian, pembelajaran keterampilan menulis narasi dengan pendekatan gadis 22 dapat berhasil bila cara siswa memandang dan mengintepretasikan gambar seri dapat dibimbing atau diarahkan. Sehingga perhatian siswa terarah pada konteks yang relevan dan tidak akan mengarah pada tanda-tanda yang tidak relevan. Berdasarkan alasan tersebut, penulis mengangkat judul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Menggunakan gadis 22 pada Siswa Kelas IX-D SMPN I Bangil Tahun Pelajaran 2010-2011. Diharapkan, penggunaan gadis 22 dalam pembelajaran ini dapat memberikan kostribusi yang segnifikan kepada siswa dalam hal meningkatkan kemampuan menulis cerpen, baik secara individu maupun kelompok. Selain itu akan membuat siswa aktif dan kreatif, serta pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan, yang merupakan salah satu ciri paradigma baru pembelajaran dalam dunia pendidikan kita. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: (1)Bagaimanakah penerapan penggunaan gadis 22 untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas IX-D SMPN I Bangil tahun pelajaran 2010-2011?; (2)Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX-D SMPN I Bangil tahun pelajaran 2010-2011 setelah penerapan pembelajaran menggunakan gadis 22? Tujuan penelitian antra lain: (1)Untuk mengetahui bagaimanakah penerapan penggunaan gadis 22 untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX-D SMPN I Bangil tahun pelajaran 2010-2011?; (2)Untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX-D SMPN I Bangil setelah penerapan pembelajaran menggunakan gadis 22? Diharapkan dalam penelitian ini bermanfaatai bagi guru untuk lebih memahami tentang pemanfaatan gadis 22 untuk sebagi salah satu alternatif model pembelajaran khususnya matapelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kemampuan siswa menulis. juga bagi sekolah dalam rangka perbaikan penngkatan mutu pembelajaran
115
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
METODE Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan mengunakan model penelitian tindakan kelas berdasarkan teori Kemmis dan Tagart yang terdiri atas 4 langkah, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri I Bangil yang terletak di jalan Patimura 309 Bangil Pasuruan. Pemilihan kelas yang dipakai untuk penlitian dilakukan secara acak. Jumlah siswa yang diteliti sebanyak 40 siswa terdiri atas 16 siswa dan 24 siswi. Subjek pada penelitian itu adalah guru bahasa Indonesia kelas IX-D SMP Negeri I Bangil Kabupaten Pasuruan. Dalam hal ini adalah penulis sendiri. Kegiatan ini juga melibatkan satu kolaborator yang berasal dari SMP Negeri I Bangil Kabupaten Pasuruan. Fokus yang diteliti adalah kemampuan siswa dalam menulis cerpen dan penerapan pembelajaran yang dilakukan guru. Penelitian dilaksanakan pada 1 September sampai dengan 28 September 2010 Alat pemantauan meliputi (1) GBPP, (2) Program Tahunan, (3) Program Semester, (4) Silabus, (5) Desain Pembelajaran, (6) Sisnil, (7) Buku Penunjang, (8) Lembar Kerja Siswa, (9) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sedangkan teknik pemantauannya melibatkan kehadiran kolaborator bersama peneliti melakukan rekaman data dengan cara: (1)Guru dan kolaborator membuat jadwal waktu penelitian; (2)Kolaborator mencatat semua aktivitas guru, dan direkam pada lembar 1;(3)Kolaborator mencatat semua aktivitas siswa, data yang diperoleh direkam pada lembar 2;(4)Guru dan kolaborator mencatat semua kejadian proses tindakan kelas; dan (5)Guru dan kolaborator membuat jadwal waktu penelitian. Adapun Teknik Pengumpulan data meliputi: 1)Teknik observasi dan catatan lapangan digunakan menilai proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan apresiasi sastra, 2)Metode gadis 22 dalam pembelajaran menulis cerpen digunakan untuk memudahkan siswa mengalami pembelajarannya, sehingga pembelajaran lebih bersifat alami dan terasa kebermaknaannya, 3)Studi dokumen digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Instrumen penelitian penelitian ini antara lain meliputi Lembar pengamatan untuk merekam aktivitas siswa dan guru untuk merekam setiap kejadian dalam kegiatan pembelajaran di kelas, catatan lapangan, kesioner untuk mengukur perubahan sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia, dan tes tulis untuk mengukur peningkatan kemampuan siswa. 1 untuk mencatat aktivitas guru dalam proses belajar mengajar. Analisis data secara deskriptif kualitatif berdasar hasil observasi terhadap minat siswa menulis sebuah cerpen dan hasil belajar siswa, dilaksanakan dengan melakukan reduksi data-data yang telah terkumpul. Melakukan interpretasi, menafsirkan dalam bentuk pertanyaan. Melakukan inferensi, yaitu menyimpulkan apakah dalam pembelajaran ini terjadi peningkatan minat siswa terhadap kegiatan menulis cerpen (narasi) dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen (narasi) ditunjukkan dengan hasil belajarnya atau tidak. Tahap tindak lanjut, yaitu merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya atau dalam pelaksanaan di lapangan setelah berakhir berdsarkan inferensi yang telah ditetapkan. Pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan analisis hasil-hasil observasi yang disesuaikan dengan tujuan penelitian ini. Peningkatan hasil belajar ditandai dengan indikator hasil belajar (nilai hasil evaluasi), dengan ketentuan sebagai berikut: Jika nilai yang diperoleh siswa naik, maka dapat dikategorikan hasil belajar siswa meningkat dan jika nilai yang diperoleh siswa menurun, maka dapat dikategorikan hasil belajar siswa rendah atau menurun HASIL Perencanaan tindakan dirancang sama mulai siklus I sampai siklus 3 dengan sedikit perubahan, sedangkan bahan gambar diam seri disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dengan variasi keluasan gambar yang memungkinkan perluasan pengembangan cerita. Perencanaan yang di116
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
maksud meliputi: (1) guru peneliti mempersiapkan perangkat mengajar; (2)mempersiapkan bahan gambar diam seri; (3)mempersiapkan lembar kerja siswa (LKS); (4)mengelompokkan siswa menjadi 10 kelompok; (4)memilih metode pengajaran diskusi dengan bantuan bahan gambar diam yang telah disediakan; (5) bersama kolaborator menyiapkan instrumen penelitian. Berikut ini tabel hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran menggunakan gadis 22 pada siklus 1, 2, dan 3. Tabel yang dimaksud menunjukkan berapa jumlah siswa siswa yang siap dan memperhatikan kegiatan pembelajarn yang dipersiapkan guru hari itu. Tabel tersebut juga menjelaskan berapa jumlah siswa yang aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilatihkan guru. Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Saat Penerapan Pembelajaran menggunakan gadis 22 (%) No.
1
Indikator (%)
SIKLUS 2 (%)
3 (%)
1
Siswa membawa perlengkapan untuk kegiatan belejar mengajar
95
95
95
2
Siswa memperhtikan infonnasi dari guru
95
88
95
3
Siswa melakukan diskusi antar sesama siswa dalam satu kelolnpok
69
75
90
4
Siswa mengerjakan tugas secara berkelompok
60
80
80
5
Siswa menjawab pertanyaan secara individual
17
12
20
6
Siswa menjawab pertanyaan secara kelompok
60
80
80
7
14
12
100
90
100
7 8
Siswa mengajukan pertanyaan tentang Menulis cerpen dengan pendekatan gadis 22 Siswa melaporkan hasil pekerjaannya
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Keaktifan Guru dalam Pembelajaran (%) No 1 2 3 4 5
SIKLUS 1 (%)
Uraian Kegiatan
2 (%)
8 9
Menulis judul dan tujuan KBM di papan 100 Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam KBM 100 Membentuk kelompok-kelompok 100 Menjelaskan cara kerja dalam kelompok 100 Membimbing kelompok pada saat berdiskusi 95 Mengajukan pertanyaan yang dapat membangkitkan minat rasa 70 ingin tahu siswa Mengupayakan variasi dalam pembelajaran 50 guna menghilangkan rasa bosan dalam KBM Menggunakan media pengajaran secara efekti 85 Mengoptimalkan pemanfaatan buku teks siswa 95
10
Bertindak sebagai moderator/ fasilitator
50
80
11 12 13 14
Memberikan Reward kepada siswa yang menonjol Memafaatkan waktu secara optimal Memberi tes akhir pada siswa Memberi tugas lanjutan sebagai tugas rumah
70 80 100 100
80 65 100 100
6 7
3 (%)
100 100 100 100 90
100 100 100 100 95
60
70
75
75
70 95
85 95 80 80 80 100 100
Keaktifan guru saat melaksanakan pembelajaran menggunakan gadis 22 pada siklus 1, 2, dan siklus 3 dapat terlihat pada tabel berikut ini. Apakah guru menuliskan kompetensi dasar yang akan dicapai,
117
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
membentuk kelompok, menjelaskan cara kerja kelompok, mengupayakan variasi dalam pelaksanaan pembelajaran sampai dengan apakah guru memberikan tugas rumah diakhir pembelajaran. Hasil kuesioner yang diberikan kepada siswa setelah dilaksanakan siklus I dan hasil kuesioner setelah akhir kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel yang dimaksud memberikan gambaran bahwa dengan penggunaan gadis 22, pembelajaran menulis cerpen menjadi lebih mudah, menyenangkan, dan sangat membantu siswa dalam menemukan gagasan dan merangsang siswa lebih mudah mengurutkan cerita. Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Pasca siklus I (%) No I 2 3 4
Sikap Siswa (%) Setuju Tidak
Pernyataan Kegiatan menulis cerpen dengan pendekatan gadis 22 sangat menyenangkan
93
7
Menulis cerpen dengan pendekatan gadis 22 memudahkan siswa dalam memahami 84 ide pokok paragraf Menulis cerpen dengan pendekatan gadis 22 memudahkan siswa dalam menentukan 35 tema cerita Menulis cerpen dengan pendekatan gadis 22 memudahkan siswa menyimpulkan 80 tema cerita
16 65 20
5
Menulis cerpen dengan pendekatan gadis 22 meningkatkan aktivitas siswa di kelas
86
14
6
Menulis cerpen dengan pendekatan gadis 22 meningkatkan minat siswa dalam 85 menulis
15
7
Menulis cerpen dengan pendekatan gadis 22 sangat membosankan
93
7
8
Menulis cerpen dengan pendekatan gadis 22 menghabiskan waktu
55
45
9
Menulis cerpen dengan pendekatan gadis 22 perlu diteruskan
92
8
Tabel 4.5 Hasil Rekapan Kuesioner Pasca Penelitian (%) Hasil Kuisioner (%) No 1
Pernyataan Siswa
Suka / Se- Kadanglalu kadang 78 21
Tidak/ Biasa 1
69
-
31
78 58
-
22 42
82
-
18
6 7 8
Siswa suka mata pelajaran bahasa Indonesia Siswa suka cara guru mengajar bahasa Indonesia Siswa suka penampilan guru di kelas Siswa suka penampilan guru di luar kelas Guru menjelaskan tujuan materi di awal pelajaran ° Guru menggunakan media pembelajaran Guru mengajar secara bervariasi Guru membimbing diskusi di kelas
9
Guru memberi kesempatan bertanya
86
10
Cara menulis yang menyenangkan menurut siswa
Hasil Kuisioner
2 3 4 5
63 69 76
(a). Dengan pendekatan gadis 22 (b) Dengan menulis catatan harian (c) Dengan menulis hasil pengalaman
100 -
118
37 31 24 14
-
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Data berdasarkan pengamatan tentang proses kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dengan diterapkannya pendekatan gadis 22 pada proses belajar mengajar untuk kompetensi dasar menulis cerpen, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel tersebut mencerminkan aktivitas siswa, penilain terkait kemampuan siswa dalam menulis cerpen, juga tentang pemahaman isi tulisan. Adapun data hasil hasil tes formatif siswa setelah kegiatan pembelajaran pada siklus 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada table berikut. Data tersebut menunjukkan adanya perkembangan dari siklus 1 sampai ke siklus 3. Perkembangan yang dimaksudkan tidak saja pada rata-rata hasil yang diperoleh siswa tetapi juga peningkatan terhadap ketuntasan siswa secara klasikal. Tabel 4.6 Hasil Pengamatan pada Kegiatan Menulis di Kelas (%) No
Indikator
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1
Aktivitas penulisan a. Keseriusan b. Keterlibatan dalam diskusi c. Memperhatikan detail
36 29 35
77 65 76
30 35
75 82
34
80
25 25 33
60 60 78
2
3
Penilaian Isi a. Dapat membedakan unsur-unsur alur b. Ketepatan dalam menemukan karakter tokoh c. Mampu mengembangkan ide-ide pokok menjadi cerpen Pemahaman isi tulisan a. Pengembangan gagasan menjadi tema b. Ketepatan pilihan kata c. Ketepatan pemakaian tanda baca dan ejaan.
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I (%) No 1 2 3
URAIAN
Hasil (%) Siklus I
Siklus 2
Siklus 3
Nilai rata-rata tes formatif
70,73
75,12
80,46
Jumlah siswa yang tuntas belajar
30
34
39
Persentase ketuntasan belajar
75
85
97,50
Berdasarkan analisis data tentang Minat, Perhatian, dan Partisipasi diperoleh hasil: 1)sebanyak 20 anak (50,00%) memiliki minat baik, 10 anak (25,00%) memiliki perhatian cukup, dan 10 anak (25,00%) memiliki minat kurang; (2) sebanyak 20 anak (50,00%) memiliki perhatian baik, 10 anak (25,00%) memiliki perhatian cukup, dan 10 anak (25,00%) memiliki perhatian kurang; (3) sebanyak 19 anak (45,50%) memiliki partisipasi baik, 11 anak (27,50%) memiliki partisipasi cukup, dan 10 anak (25,00% memilik pastisipasi kurang pada siklus 1. Refleksi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi, bahwa guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu. Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung. Revisi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I antara lain, guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan 119
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Berdasarkan analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi diperoleh hasil: Sebanyak 28 anak (70,00%) memiliki minat baik, 6 anak (15,00%) memiliki minat cukup, dan 6 anak (15,00%) memiliki minat kurang. Sebanyak 27 anak (67,50%) memiliki perhatian baik, 6 anak (15,00%) memiliki perhatian cukup dan 7 anak (17,50%) memiliki perhatian kurang. Sebanyak 27 anak (67,50%) memiliki partisipasi baik, 7 siswa (17,50%) memiliki partisipasi cukup, dan 6 anak (15,00%) memiliki partisipasi kurang. Refleksi dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi, bahwa dalam memotivasi siswa sudah cukup baik. Demikian halnya dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, serta dalam hal pengelolaan waktu cukup. Revisi rancangan pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini antara lain(1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung, (2)Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya; (3)Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep; (4)Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan; (5) Guru sebaiknya menambah bobot tugas dengan jalan menambah jumlah gambar diam seri untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. Analisis data Minat, Perhatian, Partisipasi pada siklus diperoleh hasil sebagai berikut: (1) dari analisis data diperoleh hasil sebanyak 39 anak (97,50%) memiliki minat baik, 0 anak memiliki minat cukup dan 1 anak (2,25%) memiliki minat kurang; (2) sebanyak 38 anak (95.00%) memiliki perhatian baik, 1 anak (2,25%) memiliki perhatian cukup, dan 1 anak (2,25%) memiliki perhatian kurang;(3)sebanyak 37 anak (92,50%) memiliki partisipasi baik, 2 anak (4,50%) memiliki partispasi cukup, dan 1 anak (2,25%) memiliki partisipasi kurang. Refleksi pada tahap ini dapat disimulkan bahwa kegiatan pembelajaran sudah memenuhi target yang diharapkan. Untuk itu maka penelitian tindakan kelas dianggap selesai dan tidak perlu lagi dilakukan revisi ataupun perbaikan lagi. Berikut ulasannya: (1)Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar; (2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung; (3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Revisi Pelaksanaan siklus III, guru telah menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran menggunakan gadis 22 dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran menggunakan gadis 22 dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. PEMBAHASAN
1.
Keterlaksanaan Pelaksanaan Penerapan Gadis 22 pada Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan analisis data, dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada kompetensi dasar menulis cerpen dengan gadis 22 berjalan sangat baik dan menggairahkan. Keaktifan siswa ini menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru. Untuk dapat mengukur keterlaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan gadis 22 diukur berdasarkan data hasil pengamatan terhadap minat, perhatian, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.data yang dimaksud adalah: a. Minat
120
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Pada siklus I diperoleh hasil sebanyak 20 siswa (50,00 %) memiliki minat baik, 6 siswa (25,00%) memiliki minat cukup dan 10 siswa (25,00%) memiliki minat kurang. Siklus II sebanyak 28 siswa (70,00%) memiliki minat baik, 6 siswa (15,00%) memiliki minat cukup dan 6 siswa (15,00%) memiliki minat kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 38 anak (95.00%) memiliki perhatian baik, 1 anak (2,25%) memiliki perhatian cukup,dan 1 anak (2,25%) memiliki perhatian kurang. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia pada kompetensi dasar menulis cerpen menggunakan gadis 22 dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen b. Perhatian Berdasarkan perolehan data pada siklus I diperoleh hasil sebanyak 20 siswa (50,00%) memiliki perhatian baik, 10 siswa (25.00%) memiliki perhatian cukup, 10 siswa (25,00%) memiliki perhatian kurang. Siklus II diperoleh hasil sebanyak 27 siswa (67,50%) memiliki perhatian baik, 6 siswa (15,00%) memiliki perhatian cukup dan 7 siswa (17,500%) memiliki perhatian kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 38 anak (95.00%) memiliki perhatian baik, 1 anak (2,25%) memiliki perhatian cukup, dan 1 anak (2,25%) memiliki perhatian kurang. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran menulis cerpen, salah satu kompetensi dasar mata pelajarn Bahasa Indonesia yang dilaksanakan dengan menggunakan gadis 22 dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran. c. Partisipasi Dari analisis data siklus I diperol hasil sebanyak 19 siswa (45,50%) memiliki partisipasi baik, 11 siswa(27,50 %) memiliki perhatian cukup, dan 10 siswa (25,00%) memiliki perhatian kurang. Siklus II diperoleh hasil sebanyak 27 siswa (67,50%) memiliki perhatian baik, 7 siswa (17,50%) memiliki perhatian cukup dan 6 siswa (15,00%) memiliki perhatian kurang. Dan siklus III diperoleh hasil sebanyak 35 siswa (85,37%) memiliki perhatian baik, 4 anak (9,76%) memiliki partisipasi cukup dan 2 siswa (4,88%) memiliki perhatian kurang. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran menulis cerpen menggunakan gadis 22 tidak hanya dapat meningkatkan minat dan perhatian, tetapi juga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia. Peningkatan ini diharapkan juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. 2. Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Cerpen Pembelajaran menulis cerpen dengan model pengajaran menggunakan gadis 22 memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Ketuntasan belajar secara klasikal meningkat dari siklus I, II, dan III yaitu masing-masing 73,17%, 82,93%, dan 97,50%. pada siklus III. Peningkatan ketuntasan belajar siswa juga terlihat dari peningkatan perolehan hasil belajar siswa. Siklus satu rata-rata skor yang diperoleh siswa adalah 70,73, siklus 2 sebesar 75,12, dan siklus 3 sebesar 80,46. KESIMPULAN Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan pembelajaran menggunakan gadis 22 dapat terlaksana dengan baik. Hal ini terbukti dengan peningkatan minat, perhatian, dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. 2. Peningkatan kemampuan siswa terhadap kompetensi dasar menulis cerpen juga terlihat meningkat. Peningkatan ini ditandai dengan meningkatnya skor perolehan siswa dan jumlah siswa yang tuntas pada kompetensi dasar tersebut Dalam pembelajaran yang berhubungan dengan kegiatan menulis cerpen hendaknya menggunakan pendekatan gadis 22, agar siswa lebih terarah dalam menulis dan lebih mudah memahami isi cerpen. Guru hendaknya secara aktif memotivasi anak untuk menulis cerpen dengan memberikan feed back bagi yang telah menulis¸ seperti tugas menulis sinopsis. Diharapkan perpustakaan dapat menun121
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
jang kegiatan siswa dengan mengoptimalkan pengadaan buku sesuai dengan selera siswa, sehingga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan minat bacanya terutama berkaitan dengan kemampuan menulis sebuah cerpen. DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, Abu .H, Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setya. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, S. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Rineka Cipta. BSNP. 2006. Standar Isi (Keputusan Menteri No. 22, 22, dan 24 Tahun 2006). Jakarta: BSNP Atrup,1992. Strategi Penyampaian Teknik Belajar Berkelompok (Tesis): IKIP Malang Depdiknas, (2004). Kurikulum Sekolah Menengah pertama, Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, 2004. Media Pembelajaran, Jakarta Lilyana,2002. Pengembangan Kemampuan Menulis Siswa Kelas II SLTPN 1 Sempol Bondowoso dengan Menggunakan Visualisasi Kata dalam
122
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
MENJADI GURU SAINS PROFESIONAL MELALUI LESSON STUDY BERBASIS INKUIRI
Hadi Suwono Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang,(
[email protected])
Abstract: Lesson Study-based inquiry is aims to improve the quality of learning of students meaningful and measurable. The concept of inquiry in LS is a teacher (including LS participant) as learners conduct inquiry over the implementation of LS. Teachers identify questions or problems related to learning, then they create lesson plan. The lesson plan is hypothetical design to solve learning problem. Under the plan the teacher carry out learning. During the teaching and learning process teachers collect learning outcomes data. After teaching teachers analyze data, formulate conclusions of learning, conduct evaluation and reflection, and using the results of reflection to improve learning. LS-based inquiry will improve the quality of learning in meaningful and measurable by considering the variables, namely student learning outcome, student reflections, teacher reflection, learning theory and the philosophy, curriculum context, the latest findings of science and technology, current issues, the condition of students and school. Key words: Science Teachers, Lesson Study-Based Inquiry, Learning Process
Guru sains profesional adalah guru sains yang memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dan muncul sebagai perilaku, sikap, dan tindakan guru dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Agar guru dapat membelajarkan peserta didik (siswa) secara efektif guru harus sering melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. Hasil refleksi ini bermanfaat rangka peningkatan keprofesionalan guru maupun meningkatkan hasil belajar siswanya. Pembelajaran yang efektif merupakan inti pembelajaran yang baik. Guru harus pandaipandai memilih teknik pembelajaran mana yang paling efektif dan kontekstual agar siswanya dapat menguasai kompetensi yang dipelajari dan memiliki keterampilan berpikir yang terus berkembang. Implementasi pembelajaran yang efektif membutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang efisien, dan refleksi yang membangun. Selain itu, guru juga harus mengenal siswanya agar bisa memperkirakan kemampuan awal tiap kelas sehingga proses pembelajaran dan bahan ajar sesuai dengan kondisi kelas. Guru seharusnya tidak takut mencoba berbagai macam teknik/metode/model pembelajaran agar tujuan belajar tercapai. Guru menggunakan pertimbangan profesi-onalnya untuk memilih, menyesuikan, dan merombak cara pembelajaran sehingga siswanya akan benar-benar memahami kompetensi yang dibelajarkan. Hal yang juga penting adalah mensinergikan antara cara pembelajaran yang baik dengan keterampilan mengajar, pendekatan belajar dari disiplin ilmu, ketersediaan literatur dan sumber belajar, dan teknik penilaian. Pembelajaran efektif dilakukan dengan mengaitkan desain kurikulum, penilaian, proses pembelajaran, fasilitas, dan lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini Guru dapat dilihat sebagai desainer pembelajaran. Sebelum memilih teknik pembelajaran, guru harus mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Desain pembelajaran harus mencai tujuan yang diinginkan. Selanjutnya, penilaian harus digunakan untuk menentukan mana pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Pembelajaran yang efektif mengharuskan guru untuk berani mengambil risiko untuk mencoba hal-hal baru dalam rangka perbaikan praktik mengajar secara terus menerus. 123
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Lesson study merupakan kegiatan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan (Syamsuri dan Ibrohim, 2008). Peningkatan mutu pembelajaran terjadi karena guru yang ber-LS merencanakan pembelajaran bersama, melaksanakan dan mengobservasi proses pembelajaran, serta mengevaluasi dan merefleksi pembelajaran untuk digunakan sebagai bahan perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Lesson study bukan kegiatan sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti, sehingga jika LS dilakukan terus menerus merupakan sebuah upaya memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa. Lesson study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual, kelompok, maupun manajemen sekolah. Lesson study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Permasalahan yang muncul dalam perbaikan pembelajaran saat ini adalah bagaimana perubahan/peningkatan pembelajaran secara bermakna dan terukur. Bermakna dalam arti bahwa perubahan tersebut mengarah pada peningkatan kualitas proses yang mengarahkan pada penguasaan konseptual, pengembangan keterampilan berpikir, pengembangan karakter, dan membangun siswa sebagai pebelajaram mandiri. Perubahan terukur memiliki makna bahwa peningkatan pembelajaran dapat direncanakan dan diukur berdasarkan variable-variabel tertentu. Proses membangun kualitas pembelajaran yang bermakna dan terukur utamanya adalah menguatkan kemampuan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian dalam proses LS, guru atau kelompok guru peserta LS perlu merancang kegiatan pembelajaran sebaik-baiknya berdasarkan teori-teori belajar, materi ajar, kondisi siswa dan lingkungannya. Dalam melaksanakan pembelajaran guru mencatatat data dan menelaah proses yang terjadi selama pembelajaran. Dalam proses refleksi guru menganalisis dan menyimpulkan apakah pembelajaran telah terlaksana seperti yang direncanakan, menelaah kekurangan dan meremcanakan perbaikan kegiatan pembelajaran berikutnya. Kegiatan siklik, merencanakan pembelajaran; melaksanakan, mencatat data pembelajaran; serta merefleksi dan merencanakan perbaikan pembelajaran; yang dilakukan secara bermakna dan terukur akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar. METODE
Inkuiri Mengajar Inkuiri merupakan proses belajar aktif dengan cara mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan, mengumpulkan data dan melakukan analisis untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan atau pemecahan permasalahan, serta berpikir kritis (Bell, dkk. 2005). Lebih lanjut Garrison (tanpa tahun) menyatakan bahwa kegiatan inkuiri didorong oleh adanya masalah atau pertanyaan, prosesnya diarahkan oleh pebelajar, pemecahan masalah secara multidisiplin, dan pebelajar mengintegrasikan pemecahan masalah dengan metode penelitian misalnya ada pengumpulan data dan sintesis ide. Inkuiri mengembangkan keterampilan proses pebelajar; baik keterampilan proses sederhana yaitu observasi, inferensi, klasifikasi, prediksi, mengukur, bertanya, menginterpretasi, dan menganalisis data; maupun keterampilan proses kompleks, misalnya berpikir kritis dan mengembangkan pengetahuan saintifik (Lederman, 2009). Inkuiri merupakan aktivitas belajar yang penting untuk semua pebelajar, baik siswa maupun guru. Guru adalah pebelajar dan guru juga dapat melakukan inkuiri ketika mengajar. Konsep inkuiri mengajar adalah guru sebagai pebelajar melakukan inkuiri selama mengajar (Suwono, 2010). Guru mengidentifikasi pertanyaan atau permasalahan terkait pembelajaran, kemudian guru menyusun rancangan pembelajaran sebagai rancangan pemecahan masalah atau mencari alternatif jawaban pertanyaan. Berdasarkan rencana tersebut guru melaksanakan pembelajaran, 124
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
guru mengumpulkan data hasil belajar, menganalisis data, merumuskan kesimpulan pembelajarannya, melakukan evaluasi dan refleksi, serta menggunakan hasil refleksi untuk perbaikan pembelajaran. Konsep ikuiri mengajar berbeda dengan mengajar menggunakan inkuiri. Inkuiri sebagai metode mengajar merupakan cara mengajar agar pebelajar dapat menemukan konsep, menemukan jawaban pertanyaan, dan menemukan solusi pemecahan masalah, melalui kerja ilmiah (Lederman, 2009). Inkuiri mengajar adalah guru berinkuiri selama proses pembelajaran. Dalam berinkuiri guru meneliti proses pembelajaran yang dilakukannya agar kualitas pembelajaran meningkat sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran yang dimaksud ini adalah meliputi proses merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Inkuiri mengajar merupakan penggunaan cara berpikir inkuiri untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga diharapkan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Inkuiri mengajar menempatkan guru sebagai pebelajar mandiri. Guru berpikir aktif melakukan eksplorasi cara mengajar yang sesuai dengan situasi kelas. Guru yang berinkuiri merupakan guru yang melakukan eksperimentasi terhadap cara mengajar yang diputuskan untuk menemukan cara mengajar terbaik. Eksperimentasi mengajar ini dilakukan secara terus menerus sehingga inkuiri mangajar membangun intelektual dan keterampilan yang diperlukan dalam mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran dan upaya pemecahannya. Guru yang mengajar tentu memiliki rencana mengajar. Rencana mengajar merupakan seperangkat instrumen yang akan diuji dalam proses belajar mengajar. Layaknya seorang peneliti, rencana pembelajaran merupakan proposal riset yang berisi proposisi yang akan diuji. Jadi rencana pembelajaran merupakan proposisi hipotetik yang akan diuji oleh guru melalui pelaksanaan pembelajaran. Dengan istilah lain Suryadi (2010) menyatakan bahwa rencana mengajar guru adalah disain didaktis hipotetis. Proposisi dalam rencana mengajar antara lain penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah meningkatkan hasil belajar siswa, pembentukan kelompok dengan jumlah yang lebih kecil mengefektifkan pemerolehan hasil belajar individual, demonstrasi eksperimen pemicu meningkatkan jumlah pertanyaan yang dirumuskan siswa. Proposisi-proposisi ini selanjutnya akan diuji dalam proses pembelajaran di kelas. Inkuiri dengan pebelajar mengajukan hipotesis merupakan inkuiri tingkat tinggi (Wenning, 2004). Dalam inkuiri mengajar rencana mengajar merupakan perangkat penelitian. Hasil penelitian utamanya adalah siswa mencapai hasil belajar. Guru ketika memfasilitasi proses pembelajaran guru berperan sebagai peneliti. Dalam proses pembelajaran guru juga mengendalikan variabel, agar beberapa variable terutama variable yang menghambat proses belajar, tidak mempengaruhi hasil belajar siswa. Selama proses pembelajaran guru mengumpulkan data yang akan dianalisis untuk menjawab sejauh mana keefektifan rencana pembelajaran dan bagaimana siswa memperoleh hasil belajar. Data dikumpulkan dari guru dalam berbagai bentuk, hasil belajar siswa, respons siswa, komentar siswa, refleksi siswa, catatan proses pembelajaran guru, dan catatan observer jika ada. Data-data ini dianalisis dan diinferensi untuk menghasilkan kesimpulan yang merupakan keputusan guru terhadap hasil belajarnya. Kesimpulan hasil belajar merupakan jawaban permasalahan yang diidentifikasi guru pada saat perencanaan. Jika hasil belajar telah dicapai oleh siswa maka guru dapat menggunakan pengalaman mengajar ini untuk digunakan pada proses pembelajaran berikutnya. Sebaliknya, jika hasil belajar tidak tercapai guru mengidentifikasi ketidakberhasilannya berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan selama pembelajaran. Hasil identifikasi ini kemudian direfleksi sehingga ditemukan permasalahan apa yang masih perlu diperbaiki. Guru membuat perencanaan baru untuk digunakan dalam pemecahan masalah. Inkuiri merupakan proses siklik, identifikasi masalah atau pertanyaan, proses menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah, dan perumusan solusi (Gambar 1). Proses inkuiri melibatkan dua proses belajar yang penting, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. 125
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Guru yang melakukan inkuiri mengajar juga belajar dua proses tersebut. Inkuiri mengajar merupakan proses siklik dan spiral. Proses inkuiri mengajar merupakan proses yang sikluk melibatkan identifikasi masalah dan pertanyaan, pemecahan masalah, dan perumusan kesimpulan. Siklus inkuiri mengajar ini akan meningkatkan kualitas pembelajaran jika dilakukan secara berkelanjutan. Inkuiri mengajar merupakan proses yang berkelanjutan dan didasarkan pada refleksi bukti keberhasilan dan kekurangan proses pembelajaran. Rencana Pembelajaran Sebagai Desain Diktatik Hipotetik Inkuiri mengajar menempatkan guru dalam posisi strategis dalam menentukan apa dan bagaimana guru mengajar berdasarkan kebutuhan siswanya, membuat keputusan strategi apa yang tepat untuk memenuhi kebutuhan siswa tersebut, dan meneliti bagaimana respons siswa terhadap proses pembelajaran tersebut. Inkuiri mengajar menempatkan guru dan siswa sebagai subjek belajar. Guru menggunakan keterampilan berpikir di dalam proses pembelajaran. Proses berpikir dilakukan guru sebelum pembelajaran, selama pembelajaran, maupun sesudah pembelajaran. hasil proses berpikir tersebut menghasilkan disain didaktis inovatif. Menurut Suryadi (2010) proses berpikir inovatif tersebut dapat menghasilkan suatu disain didaktis baru, sehingga rangkaian tiga proses berpikir tersebut diformulasikan sebagai Penelitian Disain Didaktis (Didactical Design Research). Lesson Study Berbasis Inkuiri Lesson Study dilakukan oleh guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan merefleksi hasil pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Menurut Cerbin dan Kopp (tanpa tahun) LS mampu memiliki empat tujuan utama, yaitu (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pebelajar belajar dan pengajar mengajar, (2) memperoleh hasil-hasil yang dapat dimanfaatkan oleh para pengajar lainnya, di luar peserta LS, (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif, dan (4) membangun pengetahuan pedagogis, dimana seorang pengajar dapat menimba pengetahuan dari pengajar lainnya. Selain itu LS memfasilitasi pengajar melakukan perbaikan pembelajaran secara kolaboratif (Easton, 2009) dan mendorong guru melakukan refleksi secara kolaboratif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar (Lewis, 2002). Lesson study berbasis inkuiri merupakan kegiatan LS di mana para peserta LS (guru) melakukan inkuiri selama pembelajaran dan pelaksanaan LS. Proses berpikir yang dikembangkan dalam inkuiri mengajar diterapkan dalam proses LS. Pada awal perencanaan LS Guru (kelompok guru anggota LS) mengidentifikasi pertanyaan atau permasalahan terkait pembelajaran, kemudian menyusun rancangan pembelajaran sebagai rancangan pemecahan masalah atau mencari alternatif jawaban pertanyaan. Berdasarkan rencana tersebut guru melaksanakan pembelajaran; guru mengumpulkan data hasil belajar, menganalisis data, merumuskan kesimpulan pembelajarannya, melakukan evaluasi dan refleksi, serta menggunakan hasil refleksi untuk perbaikan pembelajaran. Dalam siklus LS guru bekerja secara kolaboratif, memformulasikan tujuan belajar siswa, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengumpulkan bukti-bukti hasil belajar siswa dan perkembangan siswa, mendiskusikan bukti-bukti yang dikumpulkan selama pembelajaran dan menggunakannya untuk memperbaiki pembelajaran (Lewis, 2002; Easton, 2009).
126
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Menyusun rencana Pembelajaran Ide ntifikasi masalah/ pertanyaan pem-
sebagai kegiatan merancang pemecahan masalah/ menjawab pertanyaan Refleksi dan
belajaran
solusi
Pembelajara n sebagai Proses pemecahan masalah/menjawab pertanyaan
pemecahan masalah atau jawaban pertanyaan
Gambar 1: Siklus Inkuiri Mengajar Dalam LS berbasis inkuiri guru (kelompok guru peserta LS) meneliti proses pembelajaran yang dilakukannya agar kualitas pembelajaran meningkat sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran yang dimaksud ini adalah meliputi proses merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Proses berpikir dalam LS berbasis inkuiri sebelum pembelajaran melibatkan tiga pertanyaan kunci. Pertama, apa yang dibelajarkan kepada siswa. Pertanyaan ini mengacu pada tujuan pembelajaran. Dalam hal ini guru perlu menentukan tujuan pembelajaran apa yang esensial. Kedua, strategi/model/ metode pembelajaran, pengelolaan kelas, sarana, dan sumber belajar apa yang digunakan untuk memfasilitasi siswa belajar di dalam kelas. Ketiga, bagaimana menentukan keefektifan pembelajaran, data apa yang dikumpulkan dan dianalisis sehingga hasil belajar menjadi bermakna. Rencana pembelajaran, mengutip istilah yang dikemukakan Suryadi (2010) merupakan Disain Didaktis Hipotetik. Lewis (2002) mengataan bahwa rencana pembelajaran yang disusun oleh guru merupakan ”research lesson” yang didesain agar siswa mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan rancangan pembelajaran tidak hanya didasarkan pada Standar Isi saja tetapi juga mempertimbangkan kondisi siswa, analisis respons siswa, pengalaman guru, juga pengetahuan dan teori-teori pendidikan yang dimiliki guru. Dengan kata lain rencana pembelajaran merupakan rancangan yang didasarkan tidak hanya fakta-fakta empirik tetapi juga teori-teori pendidikan. Proses pembelajaran merupakan siklus dari tiga tahapan, yaitu plan, do, dan reflection. Ketiga tahapan ini jika dilakukan secara berkelanjutan dan berbentuk spiral dengan ketiga tahapan tersebut sebagai tiang utama, maka kualitas pembelajaran akan meningkat sekaligus kualitas hasil belajar siswa juga akan meningkat. Ketiga tahapan tersebut merupakan siklus yang tidak dapat dipisahkan, perencanaan ditentukan oleh refleksi, refleksi menggunakan data yang dihasilkan dari pelaksanaan, dan pelaksanaan merupakan ekspresi dari perencanaan. Dalam menyusun rencana pembelajaran, pertama-tama guru akan menentukan tujuan pembelajaran. Berdasarkan tujuan tersebut ditentukan cara mengajar (metode/ strategi/metode/pendekatan/teknik) untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru juga menentukan cara menilai keterlaksanaan tujuan pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan cara yang dipilih, akan ditentukan media, sumber belajar, alat dan bahan, yang diperlukan. Dalam lesson study berbasis inkuiri rencana pembelajaran yang disusun guru didasarkan tidak hanya pada standar isi semata (standar kompetensi dan kompetensi dasar) tetapi juga ada 127
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
variabel lain yang dijadikan pertimbangan. Variabel-variabel yang juga menentukan mutu rencana pembelajaran adalah (1) Data hasil belajar siswa sebelumnya, (2) Refleksi siswa, (3) Refleksi guru, (4) Teori belajar dan Filosofi pembelajaran yang digunakan sebagai pondasi proses belajar, (5) Konteks kurikulum (SK, KD, visi dan misi sekolah), (6) Temuan IPTEK terkini, (7) Isu saat ini, (8) Kondisi siswa, dan (9) Kondisi sekolah. Kedudukan dari variabelvariabel di atas dalam menentukan pembelajaran digambarkan pada Gambar 2. Dari 9 (Sembilan) variabel di atas paling tidak ada tiga variabel yang penting dan paling menentukan kualitas rencana pembelajaran, yaitu data hasil belajar siswa, refleksi siswa, dan refleksi guru. Dalam LS berbasis inkuiri data hasil belajar siswa, refleksi siswa, dan refleksi guru yang dikumpulkan selama proses pembelajaran, akan dianalisis untuk menjawab hipotesis. Sebagai contoh, jika hasil belajar dicapai oleh siswa secara optimal berarti rencana pembelajaran yang telah dirancang dan diterapkan merupakan cara yang tepat dalam mengajar. Sebaliknya, jika hasil belajar tidak optimal berarti rencana pembelajaran perlu diperbaiki. Jadi, data hasil belajar siswa, refleksi siswa, dan refleksi guru variabel utama yang menentukan perkembangan kualitas pembelajaran. Data untuk menjawab pertanyaan/hipotesis dalam rencana pembelajaran bukan hanya hasil belajar siswa, tetapi juga refleksi guru, dan refleksi siswa. Rencana pembelajaran sebenarnya berisikan prediksi guru terhadap situasi pembelajaran. Sebagai contoh, pada rencana pembelajaran guru merencanakan mendemonstrasikan perilaku bernapas ikan di air yang diberi deterjen dengan konsentrasi yang semakin meningkat. Dari demonstrasi ini diharapkan siswa dapat menyusun pernyataan bahwa respirasi ikan akan meningkat berkaitan dengan peningkatan konsentrasi deterjen.
1. Kondisi siswa 2. Kondisi sekolah
Merancang
1. 2. 3. 4.
1. Hasil belajar siswa 2. Refleksi siswa 3. Refleksi guru
Melaksanakan
Merefleksi
Teori belajar dan Filosofi pembelajaran Konteks kurikulum Temuan IPTEK Isu saat ini
Gambar 2: Variabel yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Pembelajaran Pada saat demonstrasi ini diterapkan dalam pembelajaran, terdapat tiga kemungkinan kejadian; respons siswa sesuai prediksi guru, sebagaian sesuai, atau tidak ada satupun siswa yang sesuai prediksi guru. Situasi seperti ini tentu perlu dicatat guru untuk dua kepentingan. Kepentingan pertama adalah untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan perubahan strategi dalam pembelajaran; kedua, dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan rencana pembelajaran yang akan digunakan selanjutnya. Oleh sebab itu sebuah rencana pembelajaran yang pada dasarnya berisikan prediksi guru, menuntut guru untuk mengidentifikasi kemungkinan respons siswa sehingga guru dapat mengambil tindakan secara cepat dan tepat.
128
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Dalam mengobservasi pembelajaran banyak para guru atau pengamat (Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah) yang hanya terfokus pada keterampilan mengajar guru. Padahal dalam pembelajaran fokus utamanya adalah siswa telah belajar apa, bukan guru mengajar apa. Oleh sebab itu dalam proses LS observasi harus difokuskan pada siswa. Dalam konsep LS berbasis inkuiri Penulis berpendapat bahwa siswa menjadi sumber data utama dalam proses perbaikan pembelajaran. Hal ini juga sesuai dengan prinsip fungsi guru sebagai fasilitator. Hasil belajar siswa dapat didefinisikan antara lain, pengetahuan dan pemahaman konsep, kemampuan menerapkan konsep, keterampilan proses, kinerja memecahkan masalah, keterampilan bertanya, kinerja berpikir kritis, metakognitif, sikap, keterampilan laboratorium dan motorik. KESIMPULAN
Lesson study merupakan kegiatan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan. LS berbasis inkuiri bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara bermakna dan terukur. Konsep inkuiri dalam LS adalah guru (termasuk peserta LS) sebagai pebelajar melakukan inkuiri selama ber-LS. Siklus LS, plan, do, see, merupakan aktivitas inkuiri. Guru mengidentifikasi pertanyaan atau permasalahan terkait pembelajaran, kemudian menyusun rancangan pembelajaran sebagai rancangan pemecahan masalah. Berdasarkan rencana tersebut guru melaksanakan pembelajaran. Selama proses pembelajaran guru mengumpulkan data hasil belajar. Setelah pembelajaran guru menganalisis data, merumuskan kesimpulan pembelajaran, melakukan evaluasi dan refleksi, serta menggunakan hasil refleksi untuk perbaikan pembelajaran. LS berbasis inkuiri meningkatkan kualitas pembelajaran secara bermakna dan terukur dengan mempertimbangkan variabel, yaitu data hasil belajar siswa, refleksi siswa, refleksi guru, teori belajar dan filosofi pembelajaran yang digunakan sebagai pondasi proses belajar, konteks kurikulum, temuan IPTEK terkini, isu saat ini, kondisi siswa, dan kondisi sekolah. Keberhasilan LS diukur berdasarkan peningkatan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Bell, Randy L., Smetana, Lara., Binns, Ian. 2005. Simplifying Inquiry Instruction. The Science Teacher, October 2005, P. 30-33. Online, http://Tccl.Rit.Albany. Edu/Knilt/Images/Archive/6/6f/20090424031839!SimplifyingInquiry_Instruction.Pdf. diakses tangal 29 Oktober 2011. Cerbin, Bill & Kopp, Bryan. Tanpa Tahun. A Brief Introduction to College Lesson study. Online, http://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm, diakses tanggal 16 Oktober 2011. Easton, Lois Brown. 2009. An Introduction to Lesson Study. Florida: Florida and the Islands Regional Comprehensive Centre. Online, http://www.ets.org/flicc/pdf/ Nov4LessonStudyPacketOne.pdf. diakses tanggal 2 Nopember 2011. Garrison, D.R. Tanpa tahun. Inquiry and Critical Thinking - Reflective Inquiry. Online, http://commons.ucalgary.ca/documents/ReflectiveInquiry.pdf. diakses tanggal 29 Oktober 2011. Lederman, Judith Sweeney. 2009. Teaching Scientific Inquiry: Exploration, Directed, Guided, and Opened-Ended Levels. http://www.ngsp.com/Portals/0/ downloads/SCL22-0439A_AM_Lederman.pdf. diakses tanggal 16 Oktober 2011. Lewis, Catherine C. 2002. Brief Guide to Lesson Study. Online: http://www. Lesson research.net/briefguide.pdf. diakses tanggal 16 Oktober 2011. Suryadi, D. 2010. Didactical Design Research (DDR) dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Peran MIPA dalam Pengembangan Teknologi dan Pendidikan Berkarakter Menuju Bangsa Mandiri, di FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 November 2010.
129
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Suwono, Hadi. 2011. Inkuiri Mengajar. Dimuat dalam Blog Inovasi Belajar Mangajar, Online, http://hadisuwono.blogspot.com. Diakses tanggal 16 Oktober 2011. Syamsuri, I. dan Ibrohim. 2008. Lesson study (Studi Pembelajaran). Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Wenning, Carl J. 2004.Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Normal: Department of Physics Illinois State University. Online, http://www.dlsu.edu.ph/offices/asist/documents/Levels_of_Inquiry. pdf. diakses tanggal 2 Nopember 2011.
130
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
LEARN HOW TO LEARN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIS CALON GURU MELALUI LESSON STUDY DI UNIVERSITAS KHAIRUN
Abdu Mas’ud 1) Sundari, Dharmawaty MT 1)
[email protected]
Abstrak. Upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan proses pembelajaran dewasa ini dilakukan dengan menerapkan model-model pembelajaran inovatif. Melalui kegiatan Lesson study ini tim teaching matakuliah Strategi Belajar Mengajar Biologi berupaya memahami apa itu Lesson study melalui workshop dan sosialisasi, melaksanakan bagaimana berLesson study dan melaporkan pengalaman berharga setelah melaksanakan Lesson study. Bagaimana membelajarkan dosen dan mahasiswa melalui Lesson study merupakan masalah yang akan ditulis melalui Learn How to learn model pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kompetensi pedagogis calon guru di Universitas Khairun. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Lesson Study pada matakuliah Strategi Belajar Mengajar Biologi adalah dengan rancangan tahap Lesson Study yaitu Plan Do See. Subyek yang dikaji dalam pelaksanaan Lesson Study adalah mahasiswa Biologi semester 6 tahun pelajaran 2010-2011 sejumlah 68 mahasiswa. Rancangan pelaksanaan Plan Do See dilaksanakan sebanyak 4 siklus. Hasil pelaksanaan lesson study pada matakuliah SBM BIO dapat diketahui bahwa : 1) Melalui Lesson Studi dapat dilakukan Learn How to Learn bagi dosen dan mahasiswa ; bagi dosen learn how to learn tentang apa dan bagaimana melakukan Lesson study untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. ; bagi mahasiswa learn how to learn materi yang dipelajari melalui Lesson Study dalam hal ini learn how to learn model-model pembelajaran inovatif dalam Strategi Belajar mengajar Biologi, 2) Melalui Lesson study dapat meningkatkan aktivitas, pemahaman (hasil belajar) serta motivasi mahasiswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Kata Kunci: learn how to learn, model pembelajaran inovatif, kompetensi pedagogik
Upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan proses pembelajaran dewasa ini dilakukan dengan menerapkan model-model pembelajaran inovatif. Model dan metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh dosen agar materi pelajaran dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh mahasiswa dengan baik. Metode mengajar yang digunakan hendaknya metode yang dapat memotivasi mahasiswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk tujuan agar mahasiswa mampu berfikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri dalam menghadapi masalah. Model pembelajaran merupakan kerangka berpikir yang menjadi panduan guru untuk mengembangkan dan mengimplementasikan pembelajaran dikelasnya. Oleh karena itu setiap model pembelajaran harus memiliki dukungan teoritik yang kuat dan sintaks atau tahapan implementasinya serta manajemen kelas yang diperlukan untuk berlangsungnya model pembelajaran itu (Mas’ud, 2009) Tidak ada satupun model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua jenis pengetahuan dengan sama baiknya. Semua model-model pembelajaran dikembangkan untuk mengajarkan jenis pengetahuan tertentu. Oleh karena itu model pembelajaran tertentu akan cocok jika digunakan untuk mengajarkan jenis pengetahuan tertentu, misalnya model pembelajaran prosedural sangat cocok untuk jenis pengetahuan keterampilan, tetapi tidak cocok 131
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
untuk mengajarkan jenis pengetahuan yang lain. Atas dasar itu maka model pembelajaran biasanya juga hanya baik untuk mencapai tujuan tertentu tetapi tidak cukup baik untuk mencapai tujuan yang lain (Sanjaya, 2006). Tujuan pembelajaran bervariasi, mulai dari keterampilan kognitif, keterampilan psikomotor, keterampilan proses, sampai kepada keterampilan bekerja ilmiah dan keterampilan sosial. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, model mengajar yang digunakan juga berbeda-beda. Oleh karena itu apabila kita ingin mengembangkan dan menerapkan suatu model pembelajaran, maka perlu dikaji dan diaplikasikan secara terintegrasi berbagai model pembelajaran itu dalam suatu. Proses Belajar Mengajar misalnya model pembelajaran langsung, model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, model pembelajarn kooperatif dan lain sebagainya. Kalau model pembelajaran dilakukan oleh guru saat mengajar, maka seorang guru/pengajar pada saat mengajar juga harus mengembangkan strategi bagaimana siswa belajar, yang dikenal dengan strategi-strategi belajar (Nurhadi, 2004). Matakuliah Strategi Belajar Mengajar Biologi adalah matakuliah wajib bagi mahasiswa pendidikan Biologi pada semester 6. Matakuliah ini bertujuan membekali mahasiswa calon guru untuk dapat memahami tentang strategi yang digunakan dalam melaksanakan tugas mengajar di sekolah. Selama ini proses perkuliahan yang dilaksanakan lebih bersifat teoritis dan berpusat pada dosen selaku sumber informasi. Materi yang menjadi kajian matakuliah ini sudah representatif muatannya, namun kompetensi mahasiswa untuk berfikir tingkat tinggi (sintesis dan analisis) terhadap implementasi materi kuliah masih sangat kurang, hal ini dapat diketahui saat mahasiswa menyusun rencana pembelajaran mereka belum mampu memuat sintak setiap model pembelajaran yang dipilih berdasarkan analisa pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan.Selain itu pada saat mahasiswa melaksanakan mikroteahing pada matakuliah PPL 1 rata-rata mereka juga kurang dapat mengimplementasikan sintak dari model pembelajaran yang ditulis dalam RPP. Fenomena ini berlangsung sampai pada saat mahasiswa PPL di sekolah. Berdasarkan hasil observasi dapat ditengarai bahwa aspek proses dan hasil pembelajaran merupakan salah satu penyebab perlunya ditingkatkan mutu pendidikan. Kualitas proses dan hasil belajar mengajar yang rendah menunjukkan bahwa interaksi antara mahasiswa dengan sumber belajar seperti dengan dosen dan lingkungan, tidak berjalan efektif sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal (PLP-BIO UNK, 2009). Oleh karena itu dalam proses pembelajaran diupayakan agar lingkungan belajar dapat mendukung berlangsungnya pembelajaran efektif dan berpusat pada mahasiswa. Pada tahun 2011 Jurusan MIPA FKIP universitas Khairun mendapatkan Hibah Perluasan Lesson Study Batch III yang dilaksanakan pada jurusan PMIPA pada program studi Pendidikan Matematika, Fisika, kimia dan Biologi. Susilo (2006) menyatakan Lesson Study adalah suatu bentuk utama pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru Jepang. Dalam melaksanakan Lesson Study, guru-guru secara kolaboratif 1) merumuskan tujuan pembelajaran (yang berkaitan dengan materi pokok pembelajaran) dan tujuan pengembangan siswanya (yang berkaitan dengan pengembangan kecakapan hidupnya), 2) merancang pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut, 3) melaksanakan dan mengamati serta mendiskusikan suatu research lesson (saya terjemahkan sebagai “pembelajaran yang teliti”) untuk kemudian disempurnakan dan kalau perlu dibelajarkan lagi di kelas yang lain untuk dikaji ulang. Lebih lanjut Lewis (2002) menguraikan bagaimana Lesson Study dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan guru yaitu dengan menguraikan delapan pengalaman yang diberikan Lesson Study kepada guru sebagai berikut. Lesson Study memungkinkan guru untuk 1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok, dan pembelajaran bidang studi, 2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang dapat dikembangkan, 3) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan, 4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai yang berkaitan dengan siswa, 5) merancang pembelajaran secara kolaboratif, 6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa, 7) men-
132
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
gembangkan pengetahuan pedagogis yang sesuai untuk membelajarkan siswa, dan 8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega. Pelaksanaann Lesson study ditekankan pada 3 tahap yaitu Plan (merencanakan atau merancang), Do (melaksanakan), dan See (mengamati, dan sesudah itu merefleksikan hasil pengamatan) (Sutopo dan Ibrohim, 2006). Melalui kegiatan Lesson study ini tim teaching matakuliah Strategi Belajar Mengajar Biologi berupaya memahami apa itu Lesson study melalui workshop dan sosialisasi, melaksanakan bagaimana berLesson study dan melaporkan pengalaman berharga setelah melaksanakan Lesson study. Bagaimana membelajarkan dosen dan mahasiswa melalui Lesson study merupakan masalah yang akan ditulis melalui Learn How to learn model pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kompetensi pedagogis calon guru. METODE
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Lesson Study pada matakuliah Strategi Belajar Mengajar Biologi adalah dengan rancangan tahap Lesson Study yaitu Plan Do See. Subyek yang dikaji dalam pelaksanaan Lesson Study adalah mahasiswa Biologi semester 6 tahun pelajaran 2010-2011 sejumlah 68 mahasiswa. Rancangan pelaksanaan Plan Do See dilaksanakan sebanyak 4 siklus, dengan rincian tim pelaksana seperti tabel 1:
Tabel 1. Tim Pelaksana Lesson Study Matakuliah SBM-Bio Siklus 1
Tahap Plan Do See
2
Plan Do See
3
Plan Do See
4
Plan Do See
Dosen Model Sundari, MPd/ Abdu Mas’ud M Pd Sundari, MPd/ Sundari, MPd/ Abdu Mas’ud M Pd Sundari, MPd/ Abdu Mas’ud M Pd Abdu Mas’ud M Pd Sundari, MPd/ Abdu Mas’ud M Pd Sundari, MPd/ Abdu Mas’ud M Pd Sundari, MPd Sundari, MPd/ Abdu Mas’ud M Pd Sundari, MPd/ Abdu Mas’ud M Pd Abdu Mas’ud M Pd Sundari, MPd/ Abdu Mas’ud M Pd
Observer Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si Arini ZN MPd/ AR Tolangara S Pd M si
Tim Monev in Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si Rasid Saraha,S Pd Msi/ Ilham Madjid S Pd M Si
Teknik dan instrumen Pengumpulan data yang digunakan dalam Lesson study ini adalah Observasi dan angket. Analisa data menggunakan Triangulasi Data yang terdiri dari reduksi data, paparan data dan pemaknaan data.
133
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi Pelaksanaan Plan Do See dalam Lesson Study. Siklus 1 Pelaksanaan Siklus 1 dengan materi Pendekatan dan Model pengajaran dalam pembelajaran Biologi dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Script modifikasi TPS a. Plan (Perencanaan) Plan dilakukan pada hari sabtu tanggal 19 Maret 2011 yang dihadiri oleh tim observer dan membicarakan tentang model pembelajaran yang akan diterapkan serta SAP yang disampaikan oleh dosen model. Setelah berdiskusi, tim sepakat untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif Scrip modifikasi TPS b. Do (Pelaksanaan) Do dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21Maret 2011 yang dihadiri oleh 2 orang observer dan 1 orang dari tim monev in untuk memantau jalannya proses perkuliahan dengan materi Pendekatan dan Model pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Scrip modifikasi TPS, aktivitas mahasiswa dan situasi belajar di kelas. c. See (Reflkesi) See dilakukan pada hari senin anggal 21 Maret 2011 setelah perkuliahan berakhir. Pada tahap see, dosen model beserta tim observer yang hadir pada saat itu mendiskusikan hasil temuan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi, mahasiswa antusias dalam belajar tetapi masih ada sebagian yang tidak serius dalam berdiskusi karena diskusi didominasi oleh mahasiswa yang berkemampuan saja sedangkan yang masih lemah, mereka cenderung mengharapkan temannya untuk presentase. Pada saat dosen klarifikasi materi, masih ada mahasiswa yang tidak memperhatikan ke depan tetapi sibuk bermain hp. Siklus 2 Siklus kedua dengan materi Konsep SBM di SMA dengan menggunakan model pembelajaran Modeling. a. Plan (Perencanaan) Plan dilakukan pada hari sabtu tanggal 2 april 2011 yang dihadiri oleh tim observer. Berdasarkan hasil tahap see pada pertemuan pertama, maka tim observer dan dosen model bersepakat untuk mengganti model pembelajaran yang digunakan pada pertemuan pertama karena masih banyak mahasiswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran. Tim observer menyetujui SAP yang disampaikan oleh dosen model dengan harapan semua peserta bisa lebih aktif dalam proses pembelajaran. b. Do (Pelaksanaan) Do dilaksanakan pada hari senin tanggal 4 april 2011 yang dihadiri oleh 2 orang observer dan tim monev untuk memantau jalannya proses perkuliahan dengan materi konsep SBM di SMA dengan menggunakan model pembelajaran Modeling. Model ini sangat baik digunakan pada materi ini karena diharapkan dapat memacu keaktifan semua mahasiswa dalam mengamati sintak dari modelmodel pembelajaran di SMA. Pada pertemuan ini mahasiswa menyaksikan tayangan video pembelajaran dengan model PBL di SMPN 1 kota Ternate. Setelah itu mahasiswa dalam kelompok mendeteksi sintak dalam video, presentase dan refleksi
134
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
c. See (Reflkesi) See dilakukan pada hari senin tanggal 4 april 2011 setelah proses perkuliahan berakhir, dengan mendiskusikan hasil temuan obeserver yang dilakukan oleh 2 orang tim. Hasil temuan observer menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa sudah aktif dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang diterapkan, dan mereka sangat senang karena model ini dapat memacu semangat mahasiswa untuk lebih aktif dalam bekerja sama dengan anggota kelompok .
Siklus 3 Siklus ketiga dengan materi Model-Model Pembelajaran Inovatif dengan menggunakan model pembelajaran Simulasi, dengan harapan tim ingin melihat perkembangan hasil belajar mahasiswa dan ingin melihat efektifitas dari model tersebut a. Plan (Perencanaan) Plan dilakukan pada tanggal 9 April 2011 yang dihadiri oleh tim observer dan dalam diskusi tersebut disetujui menggunakan model Simulasi dengan harapan mahasiswa dapat lebih meningkatkan kemampuan mengidentifikasi dan menerapkan model-model pembelajaran inovtif, serta bisa mempertanggungjawabkan hasil diskusi sesuai dengan yang ditugaskan oleh dosen model dengan harapan semua peserta bisa lebih aktif dalam berdiskusi. b. Do (Pelaksanaan) Do dilaksanakan pada tanggal 11 april 2011 pagi yang dihadiri oleh 2 orang observer untuk memantau jalannya proses perkuliahan dengan materi Model-model pembelajaran inovatif. Pada siklus ketiga ini, dosen model lebih memperhatikan aktivitas siswa dalam mensimulasikan model pembelajaran dalam kelompok dan presentasi. Dosen model juga menunjuk mahasiswa yang akan maju mewakili kelompoknya untuk simulasi dan menunjuk kelompok lain memberikan komentar, dengan harapan semua anggota kelompok memahami dan mampu menerapkan model. Mahasiswa sangat senang dengan model tersebut karena mereka sudah mengenal dan lebih mengetahui tentang model pembelajaran inovatif . c. See (Reflkesi) See dilakukan pada tanggal 11 April 2011 setelah proses perkuliahan berakhir agar apa yang ditemukan oleh observer pada saat proses pembelajaran tidak lupa karena langsung disampaikan ke dosen model. Pada saat berdiskusi, observer menyampaikan bahwa proses perkuliahan sudah berjalan dengan baik, jumlah mahasiswa yang kurang aktif semakin berkurang karena pembelajaran tersebut sangat menyenangkan bagi mahasiswa sehingga hasil yang diperoleh juga baik. Mahasiswa lebih cepat, lebih terampil dan lebih kreatif dalam memahami model pembelajaran inovatif.
Siklus 4 Siklus keempat dengan materi Metode Khusus dalam pembelajaran Biologi dengan menggunakan model pembelajaran koperatif Group investigasi. a. Plan (Perencanaan) Plan dilakukan oleh tim observer dan dosen model pada hari sabtu tanggal 23 april 2011. Pada diskusi ini disetujui menggunakan modelGroup investigasi, sesuai dengan SAP yang disampaikan oleh dosen model dengan harapan semua mahasiswa bisa lebih mengenal dan mengetahui serta merasakan bagaimana model pembelajaran GI dalam meningkatkan keaktifan mahasiswa. Keaktifan yang dimaksud di sini adalah aktif dalam melakukan investigasi informasi dan pencarian pustaka. b. Do (Pelaksanaan) Do dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 April 2011 yang dipantau oleh 2 orang observer dengan materi Metode khusus dalam pembelajaran Biologi dengan menggunakan model 135
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
pembelajaran koperatif GI. Model ini dilaksanakan dengan cara membagi mahasiswa dalam 16 kelompok disesuaikan dengan cakupan materi. Dosen model menerapkan model ini dengan lebih baik, berdasarkan masukan yang diberikan oleh tim observer pada pertemuan sebelumnya, dosen model memberikan langkah-langkah investigasi dan format laporan hasil investigasi. c. See (Reflkesi) See dilakukan pada tanggal 25 April 2011, dengan mendiskusikan hasil temuan observer yang dilakukan oleh tim observer. Berdasarkan masukan yang diberikan oleh tim observer menunjukkan bahwa pada tahap do untuk siklus keempat, hampir semua mahasiswa aktif dan serius dalam mengikuti proses pembelajaran. Adapun ringkasan hasil pelaksanaan Plan Do See dalam Lesson Study dan implementasi model pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan pedagogis calon guru seperti table 2 berikut: Tabel 2. Implementasi dan kemampuan Pedagogis calon guru Siklus
Tahap
1
Plan
2
Model pembelajaran Kooperatif Script dimodifikasi TPS
Konsep
Aktivitas mahasiswa
Hasil Belajar
Pendekatan dan model pengajaran
Sebelum LS dalam berdiskusi hanya didominasi beberapa orang saja
Rata-rata kemampuan meyelesaikan masalah mencapai 60%
Do
Mahasiswa berdiskusi dalam 8 kelompok 4 pasangan dengan 4 sub konsep
See
Dalam pasangan kelompok presentase diskusi masih didominasi oleh mahasiswa tertentu, (68%) dan masih ada sebagian mahasiswa yang tidak konsentrasi
Plan Do
Direct Intruction dan Modeling
Konsep SBM SMA
See
3
Plan
Simulasi
di
Mahasiswa mengamati model pembelajaran PBL melalui tayangan vidio dan menganalisa model yang dilihat melalui diskusi kelompok (78%) mahasiswa aktif terlibat dalam diskusi Mahasiswa semua terlibat aktif mulai dari mengamati tayangan vidio analisa model pembelajaran dan presentasi
Model-
136
Motivasi
Motivasi rendah, indikator masih banyak mahasiswa yang datang terlambat sehingga tidak dapat mengikuti perkuliahan Setelah diberikan Motivasi meningkat tugas rata-rata hanya sebagian kecil menyelesaikan mahasiswa yang masalah mencapai terlambat dan 78% mereka merespon senang dan semangat dengan model perkuliahan (78%) Perlu ditingkatkan pengelolaan kelas khususnya mengkondisikan mahasiswa untuk konsentrasi
Setelah presentasi dan diberikan tugas kemampuan ratarata mahasiswa dalam menyelesaikan masalah mencapai 80%
Motivasi mahasiswa dalam mengikuti proses perkuliahan meningkat karena pada siklus 2 presensi mahasiswa nihil (90%)
Perlu disosialisasikan penerapan model pembelajaran modeling untuk mengkondisikan pengalaman mengamati dan menganalisa model pembelajaran
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Do
model pembelajaran inovatif
See
4
Plan
Do
See
Group Investigasi
Metode khusus dalam mengajar Biologi
Mahasiswa melakukan simulasi 4 model pembelajaran terpilih di sekolah menengah yaitu PBL, DI, Kooperatif dan Inquiry Mahasiswa melalui diskusi kelompok dalam perkuliahan menjadi lebih aktif dan semangat karena penasaran untuk mensimulasikan model pembelajaran terpilih dan memberikan komentar/refleksi (90%) Mahasiswa perlu diberikan pengalaman mandiri dalam mencari informasi melalui penerapan model pembelajaran Group investigasi Melalui tim investigasi kelompok mahasiswa membedah berbagai pustaka sebagai sumber presentasi dalam diskusi kelas
Mahasiswa sangat percaya diri dalam menyampaikan pendapat hasil investigasi hampir 95% mahasiswa
Seluruh mahasiswa hampir 85% aktif dalam perkuliahan
Motivasi mahasiswa tetap terpelihara sampai pada siklus 3 semangat untuk terlibat dalam diskusi perkuliahan tetap bertahan (90%). Perlu diterapkan dan dipertahankan model pembelajaran yang memberikan kesempatan mahasiswa untuk terlibat langsung fisik dan psikologis.
Kemampuan Motivasi mahasiswa mahasiswa dalam dapat dikatakan menginvestigasi sudah tinggi pustaka, terhadap perkuliahan memprasentasikan SBM (95%) dan mengkomentari pendapat orang lain sangat bagus karena mereka sudah terbiasa (85%) Perlu adanya sosialisasi model pembelajaran investigasi dalam rangka membudayakan paradigma konstruktivisme dalam pendidikan.
Sumber: angket observasi dosen dan mahasiswa Berdasarkan paparan tabel di atas dapat diketahui bahwa melalui hasil observasi dan respon angket mahasiswa pada pelaksanaan Lesson study matakuliah SBM Biologi dapat meningkatkan aktivitas, motivasi dan pemahaman mahasiswa (hasil belajar) mahasiswa. Deskripsi kualitas pembelajaran berdasarkan pelaksanaan Lesson Study pada matakuliah SBM Biologi seperti gambar 1 berikut :
137
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Deskripsi Pelaksanaan LS
kualitas
100 80
siklus 1
60
siklus 2
40
siklus 3
20
siklus 4
0 aktivitas
hasil belajar
motivasi
indikator output
Gambar 1. Grafik deskripsi Pelaksanaan Lesson Study Berdasarkan Grafik di atas dapat diketahui bahwa pada pelaksanaan LS yang dilaksanakan sebanyak 4 siklus dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam berdiskusi dengan teman sejawat. Pada siklus 1 aktivitas masih rendah (68%) dengan indikator pelaksanaan diskusi hanya didominasi oleh mahasiswa tertentu, siklus 2 dengan penerapan model pembelajaran bervariasi aktivitas mahasiswa meningkat menjadi 78% pada siklus 3 dan siklus 4 mencapai 95%. Hasil belajar melalui pemberian tugas pada akhir pertemuan dan pelaksanaan model pembelajaran pada siklus 1 masih rendah (60%) pada siklus 2 sampai siklus ke 4 meningkat rata-rata mencapai 85%. Motivasi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan pada pelaksanaan siklus 1 cukup (78%) pada pelaksanaan siklus 2, 3 dan siklus 4 meningkat mencapai 95%. Deskripsi Peningkatan aktivitas, hasil belajar dan motivasi mahasiswa dalam perkuliahan SBM Biologi dilaksanakan melalui tahap Plan Do See sebanyak 4 siklus.. Pelaksanaan siklus 1 menunjukkan kualitas yang masih relatif rendah karena mahasiswa dan tim dosen masih dalam fase adaptasi melaksanakan Plan Do See dalam Lesson study, namun pada siklus 2 sampai siklus 4 mahasiswa dan tim dosen sudah mulai menemukaan trik mengelola pembelajaran melalui Plan Do see. Hal ini dapat diketahui berdasarkan kualitas dari aktivitas, hasil belajar dan motivasi mahasiswa meningkat. Lesson Study mengembangkan pengetahuan pedogogis yang sesuai untuk membelajarkan mahasiswa karena melalui Lesson Study tim dosen terus menerus berupaya untuk mengembangkan dan meningkatkan strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menterjemahkan kurikulum. Tim dosen misalnya terus memikirkan bagaimana memberikan masalah untuk dipecahkah mahasiswa dalam pembelajaran yang dapat mempertahankan minat mahasiswa untuk terus belajar, bagaimana menggunakan debat untuk memaksimalkan partisipasi mahasiswa dalam diskusi, dan bagaimana mendorong mahasiswa untuk dapat membuat catatan yang baik dan melakukan refleksi diri. Lesson Study memberi kesempatan Tim dosen melihat hasil pembelajarannya sendiri melalui mata mahasiswa dan kolega. Data yang diberikan kolega menjadi “cermin” bagi dosen model pelaksana Lesson Study. Kolega dapat membantu dosen model mencatat kegiatan diskusi dalam kelompok kecil, menghitung jumlah mahasiswa yang angkat tangan atau mencatat pertanyaan dan jawaban dosen model; atau dapat juga dosen memilih beberapa mahasiswa dengan prestasi berbeda dan meminta kolega mencatat interaksi yang melibatkan mahasiswa tadi, karya mereka dan seterusnya. Dengan cara ini dosen dapat melihat bagaimana mahasiswa mengalami pembelajaran yang dilaksanakannya. Lebih lanjut lagi Lewis (2002) mengadaptasi
138
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
tulisan Darling-Hammond (1999) mengenai bagaimana Pengembangan Guru/dosen yang efektif yang dapat dilaksanakan melalui Lesson Study.
Keprofesionalan
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan Uraian di atas maka kesimpulan dalam makalah ini adalah : 1. Melalui Lesson Studi dapat dilakukan Learn How to Learn bagi dosen dan mahasiswa ; bagi dosen learn how to learn tentang apa dan bagaimana melakukan Lesson study untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. ; bagi mahasiswa learn how to learn materi yang dipelajari melalui Lesson Study dalam hal ini laern how to learn model-model pembelajaran inovatif dalam Strategi Belajar mengajar Biologi 2. Melalui Lesson study dapat meningkatkan aktivitas, pemahaman (hasil belajar) serta motivasi mahasiswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas.
Saran yang dapat direkomendasikan dari pelaksanaan Lesson Study pada matakuliah Strategi Belajar mengajar Biologi adalah : 1. Sebaiknya dilakukan assesmen autentik dalam melaksanakan Lesson Study. 2. Pengembangan teaching material perlu di fokuskan dalam Lesson study. DAFTAR RUJUKAN Lewis, Catherine C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, Inc. Mas’ud, Abdu, 2009. Buku Ajar Strategi Belajar Mengajar Biologi. Disiapkan Untuk Pendidikan Profesi Guru & Calon Guru(teori & Praktik). Unkhair Ternate. Nurhadi, Agus Gerrad Senduk.2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL). Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang Sanjaya, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bumiaksara Susilo, Herawati. 2006. Lesson Study Sebagai Pilihan Sarana Peningkatan Keprofesionalan Dosen Dan Guru, Makalah disajikan dalam Seminar Peningkatan Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA melalui Lesson Study di Singaraja, 25 Nopember 2006. Sutopo dan Ibrohim. 2006. Pengalaman IMSTEP dalam Implementasi Lesson Study. Makalah disajikan dalam Pelatihan Pengembangan Kemitraan LPTK-Sekolah dalam rangka Peningkatan Mutu Pembelajaran MIPA di Yogyakarta, 27-29 Juli 2006.
139
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASISSTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH JARAK PADA DIMENSI TIGA SISWA SMAN I BANGIL
Trie Koerniawati 1) Cholis Sa’dijah 2) Swasono Rahardjo 3) * Santi Irawati 4) SMA Negeri 1 Bangil,
[email protected] Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang,
[email protected] Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang,
[email protected] Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang,
[email protected]
Abstract: One of the problems in mathematics learning at Senior High School is Three Dimension problem. This study aims to determine how the Team Asissted Individualization (TAI) learning as a cooperative learning model can increase students' activity and ability in problem solving on the distance concept in three dimension. The results showed that the criteria for students’ activity had been reached and the final test results was increased from 68.6% (in the first cycle) into 85.7% (in the second cycle) which means the implementation of TAI learning can increase students' activity and ability in problem solving on the distance concept in three dimension. Kata Kunci: Team Asissted Individualization (TAI) learning, problem solving.
Penalaran keruangan dalam geometri merupakan suatu bentuk pemecahan masalah yang penting dan pemecahan masalah merupakan alasan penting untuk mempelajari matematika. Dengan demikian, dapat disadari bahwa pembelajaran geometri sangat perlu dilakukan siswa SD sampai Perguruan Tinggi dengan harapan dapat mempelajari dan memahami ide-ide geometri dengan baik. Materi Jarak pada bangun ruang antara lain bertujuan untuk mengembangkan kemampuan spasial siswa, hal ini siswa diharapkan tidak sekedar mampu memahami konsep-konsep yang disajikan tetapi juga mampu mempresentasikan dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Konsepsi siswa pada materi ini bahwa geometri merupakan suatu pelajaran yang sulit, beberapa kelompok bahkan mengatakan bahwa geometri adalah pelajaran tersulit. Kurangnya penguasaan materi akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mempelajarinya karena mereka menganggap bahwa geometri hanya sebagai sesuatu yang sangat teoritis atau abstrak, dan merasa bahwa geometri itu rumit untuk dipahami dan membutuhkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi, padahal yang sebenarnya siswa diharapkan mengetahui rumus dan dapat mengaplikasikan rumus itu “knowing the formula and which formula to apply“ (Barrantes M. dan Lorenzo J. B.: 2006). Model Pembelajaran kooperatif tipe TAI menggunakan bauran kemampuan empat anggota yang berbeda dan memberikan sertifikat untuk tim dengan kinerja terbaik dan mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa 140
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas kese- luruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama dan kemudian dipresentasikan ke depan kelas. Keunggulan dari tipe ini, terletak pada kombinasi pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Dengan melihat penggunaan materi dimensi tiga yang berarti untuk menunjang masa depan, peneliti sebagai guru matematika di kelas, menginginkan perubahan dalam pembelajaran, karena selama ini metode pembelajaran yang digunakan masih klasikal, keterlibatan guru selama pembelajaran masih dominan, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif selama pembelajaran. Siswa cenderung selalu menerima apa saja yang diberikan guru, kurang berani untuk bertanya dan tidak termotivasi untuk berpartisipasi aktif selama pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu meningkatkan aktivitas siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization). Peneliti berharap, dengan digunakannya pembelajaran tersebut akan dapat meningkatkan aktivitas dan kemampuan siswa untuk bekerja bersama (kooperatif) dalam memecahkan masalah dan mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Di samping itu, sesuai dengan tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa memperoleh rasa percaya diri mengenai kemampuan matematika, menjadi pemecah masalah yang baik, dapat berkomunikasi secara matematik, dan dapat bernalar secara matematik khususnya materi tentang jarak. METODE Penelitian ini mendiskripsikan penerapan pembelajaran melalui pemecahan masalah bersetting kooperatif tipe TAI. Penelitian dilakukan dalam tatanan kelas regular. Peneliti bertindak sebagai instrumen kunci karena peneliti yang merencanakan, merancang, melaksanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesim - pulan, dan membuat laporan. Dipilihnya jenis penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini karena ingin memperbaiki praktik pembelajaran khususnya materi tentang jarak pada dimensi tiga melalui pembelajaran kooperatif tipe TAI. Prosedur langkah-langkah penelitian ini akan mengikuti model Kemmis dan Mc Taggart. Langkah-langkah tersebut terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (refflection) (Wardhani, 2003) Penelitian ini dilaksanakan di SMA NEGERI I Bangil dan dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2009/2010, Subyek penelitian adalah siswa kelas Xd tahun ajaran 2009/2010. Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah: (1) Pengembangan Tes (tes awal, kuis, dan tes akhir) (2) Lembar Observasi Aktivitas Siswa (dilaksanakan oleh dua observer) (3) Wawancara (memilih siswa yang bermasalah mengenai hasil belajar) (4) Catatan lapangan. Pengumpulan data diperoleh dari skor hasil validasi instrumen penelitian, skor hasil validasi perangkat pembelajaran, nilai hasil tes awal, nilai kuis, nilai tes akhir, skor pada lembar observasi aktivitas siswa, hasil wawancara dengan siswa dan hasil catatan lapangan oleh observer. Sedangkan Kriteria keberhasilan tindakan meliputi dua komponen: Kriteria keberhasilan proses yaitu aktivitas siswa dan kriteria keberhasilan kemampuan pemecahan masalah. Kriteria keberhasilan proses, ditentukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data hasil observasi aktivitas siswa setiap pertemuan direkap, skor pada lembar observasi kedua observer dijumlahkan, kemudian dihitung persentase nilai rata-ratanya dengan rumus: NR
jumlah skor perolehan x 100% jumlah skor maksimal
Kriteria taraf keberhasilan proses ditentukan sebagai berikut (Arikunto S.: 2002).
141
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
90% NR 100% 80% NR 90% 70% NR 80% 60% NR 70% 0% NR 60%
: : : : :
sangat baik baik cukup kurang sangat kurang
Proses dikatakan berhasil jika memperoleh kriteria baik atau sangat baik dan NR pada setiap pertemuan menunjukkan peningkatan. Sedangkan keberhasilan kemampuan pemecahan masalah ditentukan berdasarkan skor tes tertulis tentang kemampuan pemecahan masalah yang menggunakan kriteria ketuntasan belajar. Jika persentase banyaknya siswa tuntas belajar lebih besar atau sama dengan 85% yaitu siswa yang memperoleh nilai minimal 65 (sesuai KKM sekolah) maka kemampuan pemecahan masalah dikatakan berhasil. Untuk menentukan persentase banyaknya siswa yang mendapat nilai minimal 65 dari skor total yang diperoleh siswa pada saat tes, digunakan rumus ( Arikunto: 2002).
TB
t x 100% n
Keterangan : TB : persentase tuntas belajar t : banyak siswa yang mendapat nilai minimal 65 n : banyak siswa yang mengikuti tes
Tindakan ini dikatakan berhasil apabila kriteria keberhasilan proses dan kemampuan pemecahan masalah telah tercapai. Pada model pembelajaran melalui Pemecahan Masalah bersetting kooperatif tipe TAI ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut. a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh siswa b. Guru memberikan tes awal kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa pada bangun ruang kubus, balok, dan limas (Mengadopsi komponen Placement Test). c. Guru memberikan materi secara singkat pada setiap pokok bahasan baru (Mengadopsi komponen Teaching Group). d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berda- sarkan nilai ulangan harian siswa pada materi-materi sebelumnya, setiap kelompok 4-5 siswa (Mengadopsi komponen Teams). e. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya (Mengadopsi komponen Team Study). f. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompok dengan mempre - sentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru (Mengadopsi komponen Student Creative). g. Guru memberikan tes akhir untuk dikerjakan secara individu (Mengadopsi komponen Fact Test). h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang ber -hasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition). i. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. HASIL Berikut ini adalah hasil observasi secara lengkap tindakan I dan II. Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tindakan I dan II Skor siklus I
Persentase nilai rata-rata
142
Kategori
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
No
Observer
P1
P2
P3
P4
P1
P2
P3
P4
P1
1
I
18
21
38
22
72%
84%
84%
88%
Baik
2
II
18
21
39
22
72%
84%
87%
88%
Baik
P2
P3
P4
Sangat Sangat baik baik Sangat Sangat baik baik
Sangat baik Sangat baik
Keterangan: 𝑃𝑖 adalah pertemuan ke-i.
Hasil observasi aktivitas siswa pada tindakan I dan tindakan II dari laporan kedua observer terlihat adanya peningkatan hingga memenuhi kriteria keberhasilan proses yaitu peningkatan aktivitas siswa memperoleh kriteria baik atau sangat baik dan NR pada setiap pertemuan menunjukkan peningkatan. Sealnjutnya, hasil tes siklus I hingga siklus II disajikan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil Tes awal, kuis I, kuis II, tes akhir siklus I, dan tes akhir siklus II Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Rerata
Nilai Nilai kuis I tes awal 77 78 50 77 48 48 25 33 57 64 39 64 65 77 69 74 58 58 63 76 42 45 27 81 38 39 35 40 30 60 39 48 62 74 75 77 55 63 76 80 48 58 34 58 34 49 56 80 46 56 40 46 72 76 28 33 29 38 30 50 64 84 29 30 40 56 74 77 64 74 48 60,6 Ketuntasan tes akhir
Nilai kuis II 80 83 55 47 66 67 80 80 64 83 60 83 50 50 65 67 78 88 67 91 66 60 55 86 70 60 80 60 60 66 90 55 68 88 80 67,66
Nilai tes akhir I 85 85 57 50 70 65 82 80 68 88 50 85 50 46 68 68 77 90 78 95 60 57 54 92 73 55 85 65 61 67 92 50 67 90 87 71,2
143
Nilai tes akhir II Keterangan 90 Meningkat 88 Meningkat 77 Meningkat 64 Meningkat 88 Meningkat 65 Tetap 90 Meningkat 87 Meningkat 77 Meningkat 92 Meningkat 64 Meningkat 88 Meningkat 77 Meningkat 64 Meningkat 77 Meningkat 77 Meningkat 80 Meningkat 100 Meningkat 80 Meningkat 100 Meningkat 76 Meningkat 75 Meningkat 60 Meningkat 100 Meningkat 76 Meningkat 77 Meningkat 90 Meningkat 77 Meningkat 77 Meningkat 77 Meningkat 98 Meningkat 60 Meningkat 77 Meningkat 94 Meningkat 100 Meningkat 79,5 Meningkat 85,7%
Ketuntasan tes kuis I Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Dari hasil tes pada tabel 2, secara umum terlihat adanya peningkatan skor tes tentang kemampuan pemecahan masalah. Dari seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TAI, 97% siswa menunjukkan peningkatan walaupun masih ada 5 siswa yang tidak tuntas. Nilai rata-rata telah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu 85,7% siswa mendapatkan nilai minimal 65. Berdasarkan data pada tabel 1 dan tabel 2, disimpulkan bahwa criteria keberhasilan tindakan telah tercapai. PEMBAHASAN Dari hasil observasi, aktivitas siswa meningkat hingga memenuhi kriteria keberhasilan proses. Peningkatan aktivitas siswa dikatakan berhasil karena rata-rata skor dari semua aspek yang dinilai berada pada kategori baik atau sangat baik dan persentase nilai rata-rata dari pertemuan I hingga pertemuan IV menunjukkan peningkatan. Sedangkan untuk menentukan keberhasilan tindakan dari hasil belajar, yaitu dengan tes tertulis tentang kemampuan pemecahan masalah yang menggunakan kriteria belajar tuntas. Jika prosentase banyaknya siswa tuntas belajar lebih besar atau sama dengan 85% siswa memperoleh nilai minimal 65 maka tindakan dikatakan berhasil. Seperti yang sudah dipaparkan pada tabel diatas, untuk tes akhir I dengan materi jarak titik ke garis dan jarak titik ke bidang, hanya 68,5% siswa yang mendapat nilai minimal 65 yang menandakan keberhasilan tindakan belum tercapai. Pada tindakan perbaikan yaitu siklus II, diperoleh tes akhir II yaitu 85,7% siswa mendapat nilai minimal 65 dan sebanyak 97% siswa menunjukkan peningkatan hasil belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini memberikan kekuatan yang mampu mendukung peningkatan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah dari siswa. Setting kooperatif tipe TAI yang dilakukan dalam proses pemecahan masalah dimaksudkan agar siswa dapat saling membantu sesama anggota kelompoknya apabila mengalami kesulitan sehingga pemecahan masalah lebih mudah diselesaikan. Dengan interaksi kooperatif tipe TAI akan memungkinkan siswa menjadi sumber belajar bagi sesamanya. Konsep ini dikembangkan dari teori Vigotsky yang mengajarkan bahwa setiap siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona terdekat mereka. Zona perkembangan terdekatnya pada saat mereka terlibat dalam tugas-tugas yang tidak dapat diselesaikan sendiri, tetapi dapat diselesaikan bila dibantu oleh teman sebayanya (Slavin,1994). Secara umum dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization dikembangkan keterampilan berpikir kritis dan kerja sama, hubungan antara pribadi yang positif dari latar belakang yang berbeda, menerapkan bimbingan antar teman, dan tercipta lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah yang dapat membangun motivasi belajar pada siswa. Melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe Team Assisted Individualization keaktivan siswa lebih tinggi sebab siswa lebih mendapatkan pengalaman langsung daripada kelompok lain. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Johnson dan Johnson (dalam Nurhadi: 2003) yang mengemukakan berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut: (1) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, (2) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati, (3) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan, (4) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, (5) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, (6) Meningkatkan motivasi belajar instrinsik, (7) Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar. Beberapa temuan penelitian dalam proses pembelajaran kooperatif tipe TAI dan kemampuan pemecahan masalah pada materi jarak adalah sebagai berikut: 1. Pada awal pertemuan, siswa masih belum aktif bertanya pada guru mengenai materi yang belum mereka pahami. Mereka tidak memberikan respon ketika guru menanyakan kesulitan dalam mengerjakan LKS secara individu, tetapi pada pertemuan berikutnya siswa berani bertanya kepada guru ketika guru mendekati saat berkeliling 2. Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe TAI sangat positif, hal ini didasarkan hasil pengamatan saat pembelajaran berlangsung, siswa sangat antusias dalam melaksanakan diskusi. Terutama saat diskusi kelompok menyampaikan hasil di depan kelas, siswa aktif untuk bertanya, memberikan komentar, atau memberikan sanggahan. 3. Pada saat diskusi berlangsung banyak hal yang muncul dari pemikiran siswa mengenai cara mengukur jarak, misalnya bagaimana cara mengukur jarak antara dua benda berbeda bentuk. Hal ini terjawab 144
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
dalam forum diskusi dengan cara seorang siswa menggambarkan seekor kucing dan gajah di papan dan menunjukkan jarak antara keduanya. Pembelajaran pemecahan masalah dimaksudkan untuk memfokuskan pada siswa agar mampu untuk memahami masalah, merencanakan terbaik menyelesaikan masalah, melaksanakan rencana memecahkan masalah dan memeriksanya kembali solusi yang diperoleh. Kemampuan memahami masalah berarti kemampuan siswa dalam menafsirkan perintah soal kemudian menggambarkan dengan benar dan tepat bangun ruang yang dimaksud dalam soal. Belajar merencanakan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah berarti kemampuan siswa menggambarkan garis / bidang bantu kemudian menentukan langkah yang akan digunakan. Kesalahan yang terjadi pada siswa adalah ketidakmampuannya dalam menggambarkan garis / bidang bantu sebagai langkah awal dalam menyelesaikan suatu persoalan, dalam hal ini menghitung jarak. Guru dituntut berpikir kreatif yang mampu mengarahkan siswa untuk dapat merencanakan penyelesaian masalah. Merencanakan menyelesaikan masalah ini penting, seperti yang dikemukakan Troutman (dalam Retna: 2009) bahwa “seorang anak yang dapat menyusun rencana penyelesaian akan mampu mengklasifikasikan objek-objek atau ide-ide dan dapat menemukan hubungan antar objek atau model masalah. Melaksanakan rencana penyelesaian yaitu menghitung jarak antara 2 titik pada bangun ruang kubus, langkah-langkahnya adalah 1. Gambarlah bangun ruang yang dimaksud yaitu kubus 2. Letakkan nama-nama titik sudutnya dengan benar 3. Hubungkan kedua titik 4. Rencanakan membuat garis bantu dengan memilih yang termudah, sehingga membentuk sebuah segitiga, namakan segitiga bantu 5. Keluarkan segitiga bantu dari bangun ruang kubus, berikan tanda sesuai dengan sifat segitiga bantu yang terbentuk (nama titik sudut, panjang sisi, sudut-sudutnya) 6. Hitunglah sesuai dengan rumus yang sudah pernah dipelajari Melaksanakan rencana penyelesaian untuk menghitung jarak titik dengan garis pada bangun ruang kubus, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 1. Gambarlah bangun ruang yang dimaksud yaitu kubus 2. Letakkan nama-nama titik sudutnya dengan benar 3. Hubungkan titik dengan ujung-ujung garis, akan terbentuk segitiga, namakan segitiga bantu 4. Keluarkan segitiga bantu dari bangun ruang kubus, berikan tanda sesuai dengan sifat segitiga bantu yang terbentuk (nama titik sudut, panjang sisi, sudut-sudutnya) 5. Proyeksikan titik pada garis tersebut 6. Hitunglah garis proyeksi yaitu jarak titik ke garis tersebut dengan rumus yang sudah pernah dipelajari sebelumnya Melaksanakan rencana penyelesaian untuk menghitung jarak titik ke bidang pada bangun ruang kubus, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 1. Buat bidang yang memuat titik dan berpotongan dengan bidang yang diketahui, misal garis potongnya l 2. Proyeksikan titik ke garis l, garis proyeksi tersebut adalah jarak titik ke bidang yang dicari 3. Hubungkan titik ke ujung-ujung garis l, akan terbentuk segitiga bantu 4. Keluarkan segitiga bantu dari bangun ruang kubus, berikan tanda sesuai dengan sifat segitiga bantu yang terbentuk (nama titik sudut, panjang sisi, sudut-sudutnya) 5. Hitunglah sesuai dengan rumus yang sudah pernah dipelajari sebelumnya. Memeriksa kembali pekerjaan yang telah diperoleh, dimulai dengan memeriksa pekerjaannya dari awal, misalkan dimulai dengan menjawab pertanyaan diri sendiri 1. Sudah benarkah gambar yang dibuat? 2. Sudah benarkah garis bantu yang dibuat? 3. Sudah benarkah nama segitiga yang terbentuk? 4. Sudah benarkah perhitungan yang dibuat?
145
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Pada tahap memeriksa pekerjaan ini biasanya jarang sekali dilakukan oleh siswa, siswa terburu-buru keluar kelas saat melihat teman-temannya keluar setelah selesai mengerjakan, atau malas untuk mengulangi perhitungan kembali dari awal sehingga sering terjadi kesalahan-kesalahan sepele yang akhirnya membuat kesalahan di akhir penyelesaian. KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan aktivitas siswa dan kemampuan pemecahan masalah pada materi jarak pada dimensi tiga. Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan adalah: (1). Sebaiknya dalam pengamatan aktivitas siswa menggunakan lebih dari dua observer, agar pengamatan aktivitas selama pembelajaran berlangsung lebih teliti, (2) LKS pada tiap selesai pembelajaran hendaknya diberikan siswa untuk membantu belajar kembali di rumah, sebagai persiapan mengikuti kuis atau tes akhir, dan (3). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat digunakan oleh guru sebagai alternatif model pembelajaran di kelas. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Kusumaningrum R., 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Melalui Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) Terhadap Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belahketupat Pada Siswa Kelas VII SMPN 11 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Tesis tidak diterbitkan. Malang : Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang Manuel Barrantes and Lorenzo J. Blanco, 2006. A Study of Prospective Primary Teachers’Conceptions of Teaching and Learning School Geometry. Journal of Mathematics Teacher Education Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning /CTL). Malang: Universitas Negeri Malang. Slavin, Robert E. 1994 , Educational Psychology Theory and Practice. Needham Heights, Massachusetts 02194 Wardhani, I.G.A K. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
146
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
MEMBANGUN STRATEGI MENTAL ARITMATIKA SISWA KELAS 2 SEKOLAH DASAR UNTUK MENJUMLAHKAN BILANGAN SAMPAI 100 MELALUI KONTEKS PENGUKURAN
Lathiful Anwar FMIPA, Universitas Negeri Malang, Malang.
[email protected]
Abstrak : Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan desain pembelajaran untuk membantu siswa mengembangkan mental aritmatika dalam penjumlahan bilangan hingga 100 melalui konteks pengukuran. Fokus dari tulisan ini adalah mengamati bagaimana siswa membangun strategi mental aritmatika untuk memecahkan masalah penjumlahan bilangan sampai 100 menggunakan garis bilangan sebagai model. Mental aritmatika dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu cara menangani bilangan secara fleksibel dan bermakna dalam pikiran mereka dengan melihat hubungan sejumlah bilangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa membangun strategi aritmatika menggunakan garis bilangan yang mereka buat yang pada awalnya sebagai visualisasi/representasi masalah pengukuran (model-of) yang ingin diselesaikan, selanjutnya model ini berkembang sebagai model untuk (model-for) mendukung strategi menghitung siswa secara lebih formal. Secara umum dalam penjumlahan bilangan secara mental aritmatika yang dikembangkan siswa, tedapat dua metode penjumlahan yang muncul yakni metode jump-of-ten dan jump-via-ten. Kata kunci: desain pembelajaran, mental aritmatika, garis bilangan, jump-of-ten, jump-via-ten
Beberapa peneliti di bidang pendidikan matematika mulai tertarik menggunakan mental aritmatika sebagai sebuah terobosan baru yang harus mendahului algoritma dalam melakukan operasi hitung untuk siswa sekolah dasar (Treffers, 1991; Beishuizen, 1993). Selain itu, beberapa manfaat dari melakukan perhitungan dengan mental adalah menghitung di kepala adalah keterampilan kehidupan praktis dan kemahiran dalam mental matematika memberikan kontribusi untuk peningkatan keterampilan estimasi dan pemahaman yang lebih baik tentang nilai tempat, operasi matematika serta sifat dasar bilangan (Hope, et al, 1988). Namun, strategi mental aritmatika harus diperkenalkan melalui proses berpikir dengan situasi kontekstual yang mendorong siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan pemahaman mereka melalui bimbingan guru. Selain itu, Gravemeijer (1994) menunjukkan bahwa garis bilangan merupakan model yang ‘powerful’ untuk melakukan strategi mental aritmatika dan untuk membantu perkembangan strategi yang lebih canggih, dan dapat mewakili strategi informal siswa secara bersamaan. Selain itu, penelitian lain menyimpulkan bahwa membekali siswa dengan model yang ‘tepat’ seperti garis bilangan, menyadari aspek kognitif dan motivasi belajar, membangun budaya kelas yang terbuka di mana solusi siswa sangat dihargai, akan membantu setiap siswa lebih fleksibel dalam menyelesaikan masalah kontekstual (Klein, 1998). Oleh karena itu, situasi kontekstual, penggunaan model, peran proaktif dari guru dan budaya kelas memainkan peran penting dalam pengembangan pembelajaran siswa dalam sebuah komunitas kelas. Kondisi pendidikan matematika di Indonesia saat seperti yang telah dilaporkan oleh Sembiring, Hadi dan Dolk (2008) menunjukkan bahwa masalah dalam pendidikan dasar bahwa siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep-konsep matematika, untuk membangun dan memecahkan representasi matematis dari masalah kontekstual. Masalah ini disebabkan oleh metode belajar-mengajar tradisional di mana guru sebagai pusat pembelajaran dan pengetahuan ditransfer dengan cara mencerita147
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
kan (satu arah). Dalam metode ini, siswa belajar algoritma standar sebagai prosedur tetap memecahkan masalah. Armanto (2002) mengungkapkan beberapa kesalahpahaman yang dihasilkan setelah siswa belajar algoritma standar. Beberapa guru berpendapat bahwa dengan belajar algoritma standar, siswa dapat menerapkannya untuk memecahkan masalah dengan mudah. Hal ini menunjukkan guru matematika dalam mengajar myakini bahwa matematika adalah satu set prosedur tetap. Hal ini akan menyebabkan ketidakbebasan dalam melakukan matematika dengan cara-cara siswa sendiri. Di sisi lain, program inovasi progresif, yaitu PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia), yang telah berjalan selama lebih dari delapan tahun, memiliki tujuan utama untuk reformasi pendidikan matematika di Indonesia. Program inovasi ini diadaptasi dari RME (Realistic Mathematics Education) di Belanda yang memandang matematika sebagai ‘human activity’, (Freudenthal, 1991) di mana siswa membangun pemahaman mereka sendiri dalam melakukan matematisasi di bawah bimbingan guru. Berbeda dengan pendidikan matematika tradisional yang menggunakan matematika siap pakai sebagai titik awal untuk pembelajaran, RME menekankan pendidikan matematika sebagai suatu proses melakukan matematika dalam realitas yang terara yang pada akhirnya matematika sebagai produk. Sembiring, et al (2008) merangkum dari semua studi RME di Indonesia bahwa pendekatan RME dapat dimanfaatkan di Indonesia dan merangsang reformasi dalam pendidikan matematika. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan teori dan perbaikan proses belajar dan sarana (means) yang didesain untuk mendukung proses belajar siswa dalam penjumlahan bilangan bulat menggunakan strategi mental aritmatika. METODE PENELITIAN
Metodologi kami berada di bawah judul umum "Design Research" yang pertama kali diusulkan sebagai "penelitian pengembangan (Developmental research)" oleh Freudenthal di Belanda untuk mengembangkan apa yang disebut teori instruksi domain-spesifik RME_domain-specific instruction theory of RME (Gravemeijer & Cobb, 2006; Freudenthal, 1991) Tujuan dari Design Research ini adalah untuk mengembangkan teori tentang proses belajar dan cara (means) yang dirancang untuk mendukung pembelajaran, baik itu belajar secara individu, komunitas kelas, komunitas pengajaran profesional, atau dari sekolah atau distrik sekolah dipandang sebagai sebuah organisasi (Cobb et al, 2006). Pada dasarnya, desain penelitian memiliki tiga fase penting, yang merupakan tahap desain dan persiapan (percobaan berpikir), fase percobaan mengajar (percobaan instruksi), dan tahap analisis retrospektif (Gravemeijer & Cobb, 2006;. Cobb et ul, 2006) . Masing-masing membentuk proses siklus baik dalam dirinya dan dalam desain penelitian keseluruhan. Oleh karena itu desain percobaan terdiri dari proses siklik eksperimen pemikiran dan percobaan instruksi (Freudenthal, 1991).
Gambar 1. Refleksif hubungan antara teori dan eksperimen (Gravemeijer & Cobb, 2006) Pada tahap pertama dari desain penelitian ini, dugaan teori instruksi lokal dikembangkan di bawah bimbingan teori instruksi domain-spesifik RME, kemudian diuji pada tahap percobaan mengajar, dan akhirnya dugaan baik terbukti atau tidak terbukti di tahap analisis untuk merekonstruksi teori instruksi 148
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
lokal. Dalam hal ini, dugaan teori instruksi local mengarahkan secara siklis eksperiment pengajaran sementara percobaan memberikan kontribusi pada pengembangan teori instruksi lokal. Tahap 1: Persiapan dan Desain
Tujuan dari fase awal dari perspektif desain adalah untuk merumuskan dugaan teori instruksi lokal yang dapat diuraikan dan disempurnakan ketika melakukan percobaan, sementara isu krusial untuk menyorot dari sudut pandang penelitian adalah bahwa menjelaskan maksud teoritis studi tersebut (Gravemeijer & Cobb, 2006). Oleh karena itu, dugaan teori instruksi lokal dalam domain matematika penjumlahan sampai 100 menggunakan strategi mental aritmatika pada garis bilangan dirancang dengan terlebih dahulu menguraikan kerangka teori, kemudian penjelasan tujuan pembelajaran matematika serta eksperimen pemikiran antisipatif di mana urutan pembelajaran kegiatan dan sarana dirancang untuk mendukung perkembangan pemikiran siswa. Di samping itu, kegiatan mental siswa dan tingkat berpikir mereka dalam melakukan kegiatan itu dibayangkan/diduga. Tahap 2: Percobaan Mengajar
Tahap kedua adalah benar-benar melaksanakan eksperimen desain sendiri dengan tujuan untuk memperbaiki dugaan teori instruksi lokal yang dikembangkan pada tahap pertama, dengan menguji dan merevisi dugaan seperti yang diinformasikan oleh analisis berkelanjutan penalaran baik siswa dan lingkungan belajar (Gravemeijer & Cobb, 2006; Cobb et al, 2006). Data seperti rekaman video, siswa bekerja, dan catatan lapangan dikumpulkan di setiap pelajaran, sedangkan penilaian siswa diadakan sebelum dan pada akhir penelitian. Peran guru dan budaya kelas juga aspek penting dalam melakukan percobaan mengajar. Tahap 3: Analisis Retrospektif
Tujuan pokok saat melakukan analisis retrospektif adalah menempatkan desain eksperimen dalam konteks teoritis yang lebih luas, sehingga membingkai sebagai kasus paradigma fenomena yang ditentukan di awal (Cobb et al, 2003.).Transaksi analisis retrospektif dengan satu set data yang dikumpulkan selama percobaan mengajar dimana HLT tersebut dibandingkan dengan fakta pembelajaran di kelas PEMBAHASAN HASIL
Ide garis bilangan muncul secara alami sebagai representasi atau model dari situasi aktivitas pengukuran. Ketika siswa mengukur dan kemudian mencatat hasil pengukuran dengan menggunakan manik-manik yang dirangkai pada kertas string yang diletakkan secara sejajar denga manik-manik tersebut. Meskipun awalnya banyak siswa melakukan perhitungan dengan cara one-by-one (satu-satu), namun melalui diskusi kelas untuk membandingkan strategi menghitung yang digunakan siswa mampu menyimpulkan bahwa strategi penghitungan dengan mengelompokkan, puluhan, dapat mempermudah penghitungan.
Gambar 2. (a) siswa mengukur panjang kotak pensil menggunakan tali manik-manik (b) siswa mencatat hasil pengukuran pada paper-string.
149
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Pada aktivitas berikutnya, siswa diajak beramain untuk menebak banyaknya manik yang harus ditambahkan untuk membuat puluhan dan menempatkan bilangan pada garis bilangan. Tujuan dari aktivitas ini adalah siswa dapat mengingat kombinasi membuat sepuluh melalui permainan kombinasi, dapat memperkirakan posisi bilangan pada garis bilangan dan dapat menempatkan bilangan-bilangan pada garis bilangan kosong menggunakan hubungan bilangan. Kemampuan tersebut menjadi kemampuan bersyarat dalam menggunakan garis bilangan sebagai model untuk menggunakan strategi mental aritmatika untuk menjumlahkan bilangan. Perhatikan gambar 3 di bawah ini:
Gambar 3. Siswa memperkirakan dan menempatkan bilangan pada garis bilangan Berdasarkan pengamatan di kelas, hampir semua siswa dapat memperkirakan dan menempatkan bilangan pada garis bilangan. Dengan demikian, siswa punya dasar yang kuat untuk menggunakan garis bilangan sebagai model untuk menjumlahkan bilangan dengan strategi mental aritmatika. Pada pertemuan ke-empat, siswa diberikan masalah kontekstual yang memuat konsep penjumlahan bilangan. Soal yang diberikan adalah sebagai berikut: Suatu hari Joko latihan lari untuk mempersiapkan diri mengikuti lomba lari. Pertama-tama, Joko berlari sejauh 45 meter dengan kecepatan normal dan kemudian berlari lagi sejauh 37 meter dengan sangat cepat. Gambarlah pada lintasan dimana Joko berlari secara normal dan dimana joko berlari sangat cepat. Hitunglah berapa meter Joko berlari? Gunakan Gambar yang kamu buat untuk membantu menjawab!. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 4 siswa. Perhatikan hasil kerja kelompok siswa berikut ini:
Gambar 4. Hasil kerja kelompok siswa (Hafids) dalam memecahkan masalah kontekstual penjumlahan bilangan menggunakan garis bilangan sebagai model dengan metode berhitung jump-of-ten Hasil kerja siswa tersebut menunjukkan bahwa representasi dari situasi masalah yang kemudian disebut sebagai model-of situasi dapat membantu strategi berhitung siswa. Dalam hal ini, cara berhitung yang digunakan siswa dikenal sebagai jump-of-ten, karena untuk menjumlahkan 45 + 37, siswa menjumlahkan 45 dengan 10 (sebanyak 3 kali) dan menambahkan lagi dengan 7 sehingga total yang ditambahkan genap menjadi 37, sehingga diperoleh hasil penjumlahannya adalah 82. Namun ada siswa, Bathara, yang menggunakan cara berhitung yang lain, yakni cara jump-via-ten. Sebagai contoh, 52 + 38 = (52 + 8) + 10 + 10 + 10 = 90. Perhatikan gambar hasil kerja siswa berikut ini:
150
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Gambar 5. Hasil kerja kelompok siswa (Bathara) dalam memecahkan masalah kontekstual penjumlahan bilangan menggunakan garis bilangan sebagai model dengan metode berhitung jump-via-ten Berdasarkan hasil pengamatan selama implementasi pembelajaran pada aktivitas ke-empat ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa representasi situasi masalah dalam hal ini garis bilangan (model-of) yang dibuat siswa dapat mendukung proses berpikir dan membantu strategi berhitung siswa untuk menjumlahkan bilangan dengan mental aritmatika. Ada dua cara berhitung yang muncul dan digunakan siswa yakni cara jump-of-ten dan jump-via-ten. Pada pertemuan kelima, guru memberikan soal penjumlahan bilangan (formal matematika) sebagai contoh 37 + 56, dst. Dalam sesi pertama, guru memberi satu soal untuk setiap kelompok untuk dikerjakan didepan kelas secara spontan. Setiap grup, memilih salahsatu anggotanya untuk mengerjakan soal tersebut didepan kelas. Dalam hal ini, ada pemberian reward bagi kelompok yang berhasil mengerjakan secara benar. Berdasarkan hasil kerja siswa, dapat disimpulkan bahwa memecahkan masalah penjumlahan bilangan, siswa menggunakan garis bilangan sebagai model (model-for) untuk membantu berpikir dan beragumentasi (menjelaskan) cara mereka dalam menjumlahkan bilangan dengan strategi mental aritmatika. Secara umum, cara berhitung yang dipakai oleh siswa adalah cara jump-of-ten, hanya Bathara yang menggunakan cara jump-via-ten. KESIMPULAN
Aktivitas merangkai dan menghitung manik-manik dapat mendukung proses berpikir siswa dalam membangun ide pengelompokan, sepuluhan, untuk mempermudah berhitung. Aktivitas mengukur dan mencatat hasil pengukuran dengan menggunakan tali manik-manik yang dibuat siswa menjadi titik awal munculnya ide garis bilangan. Selanjutnya, aktivitas kemampuan siswa dalam mengkombinasikan bilangan untuk membuat puluhan dan menempatkan bilangan pada garis bilangan menjadi kemampuan yang dapat mendukung siswa dalam menggunakan garis bilangan sebagai model untuk strategi berhitung siswa dengan mental aritmatika. Penggunaan masalah kontekstual pengukuran yang memuat konsep penjumlahan bilangan, mampu memunculkan garis bilangan sebagai representasi situasi masalah pengukuran (model-of) dan kemudian model ini bertindak sebagai alat (tools) untuk membantu strategi berhitung mereka (modelfor). Secara umum, ada dua metode berhitung yang digunakan siswa yakni metode jump-of-ten dan jump-via-ten. Oleh karena itu, desain pembelajaran dengan pendekatan realistik melalui strategi mental aritmatika pada garis bilangan disarankan sebagai alternatif untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah penjumlahan bilangan secara fleksibel dan bermakna.
151
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
DAFTAR RUJUKAN Armanto, D. (2002). Teaching multiplication and division realistically in Indonesian primary schools: A prototype of local instructional theory. University of Twente, Enschede: Doctoral dissertation. Beishuizen, Meindert. July 1993. ‘Mental Strategies and Materials or models for Addition and Subtraction Up to 100 in Dutch Second Grades’, Journal for Research in Mathematics Education, Vol.24, No.4, pp. 294 – 323 Cobb, Paul & Gravemeijer, Koeno. (2006) Educational Design Research, London & New York: Routledge (Taylor & Francis group). Freudenthal, H. (1991). Revisiting mathematics education. China lecture, Doordrecht: Kluwer Academic Publisher. Gravemeijer, Koeno. 1994. ‘Educational Development and Educational Research in Mathematics Education’, Journal for Research in Mathematics Education 25: 443-71. Gravemeijer, K. P. E., & Cobb, P. (2006). Design research from a learning design perspective, In J. Van Den Akker, K. Gravemeijer, S. McKenney, & N. Nieveen (Eds.), Educational Design Research (pp. 17-51). New York: Routledge. Hope, J.A., Leutzinger, l., Reys, B.J. & Reys, R.E. (1988) Mental Math in the Primary Grades, Dale Seymour Publications, Palo Alto. Klein, A., & Starkey, P. (1998). Universals in the development of early arithmetic cognition, Children’s Mathematics New Direction for Child Development, no.4.Gravemeijer, Koeno;; Cobb, Paul. 2006. ‘Design Research from a Learning Design Perspective’, Educational Design Research. London and New York: Routledge, pp.17-51 Sembiring, R. K., Hadi, S., & Dolk, M. (2008). Reforming mathematics learning in Indonesian classroom through RME, ZDM Mathematics Education,DOI 10.1007/s11858-008-0125-9. Treffers, A. 1991. ‘Meeting Innumeracy at Primary School’, Educational Studies in Mathematics , 22, 333-352
152
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PECAHAN SENILAI DAN MENGURUTKAN PECAHAN MELALUI PERMAINAN KARTU PECAHAN
Milasari Renaningtiyas 1) Ummu Fikriyah 2) Lathiful Anwar 3) 1) SMP Negeri 2 Rejoso 2) SMP Negeri 4 Nguling 3) Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang
Abstrak: Penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Menentukan Pecahan Senilai Dan Mengurutkan Pecahan Melalui Permainan Kartu” yang telah dilaksanakan semester gasal 2011/2012 di SMP Negeri Rejoso, Pasuruan untuk matapelajaran matematika materi pecahan senilai dan mengurutkan pecahan. Fokus penelitian tindakan kelas ini adalah menginvestigasi bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu dapat meningkatkan tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran pecahan khususnya menentukan pecahan senilai dan mengurutkan pecahan. Alat permainan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kartu-kartu yang berisi angka–angka pecahan. Kemudian dimainkan seperti bermain kartu remi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajharan dengan permainan kartu pecahan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan senilai dan mengurutkan pecahan. Kata kunci: permainan kartu,pecahan senilai,mengurutkan pecahan,hasil belajar
Terdapat tiga sudut pandang yang bisa digunakan untuk mengetahui mutu sebuah sekolah yaitu input,proses dan output. Mengingat ketiga sudut tersebut saling berkaitan dalam pembelajaran matematika harus memperhatikan secara cermat agar memperoleh hasil yang optimal. Beberapa hal akan yang berkaitan dengan ketiga sudut pandang tersebut akan diuraikan sebagai berikut. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Rejoso berada di desa Kawisrejo kecamatan Rejoso kabupaten Pasuruan. Input berasal dari sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah di sekitarnya. Para siswa masuk tanpa tes dan hanya 10 % yang mempunyai nilai UNAS matematika khususnya diatas 6,00. Namun tetap diharapkan sekaligus diusahakan para siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam proses pembelajaran ada satu komponen yang tidak dapat diabaikan begitu saja yaitu media /alat pembelajaran. Hal ini terjadi karena dengan media pembelajaran proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. Peranan media/alat pembelajaran sekecil apapun bentuknya memerlukan kreatifitas dari guru dalam memilih jenis dan karakteristiknya sesuai dengan kondisi siswa dan materi yang disampaikan. Penulis beinisiatif untuk membuat Permainan Kartu dengan memanfaatkan pengetahuan siswa dalam bermain kartu dalam permainan mereka sehari-hari. Penggunaan media atau alat peraga tidak dilihat dari kecanggihannya tapi yang paling penting dipilih karena sesuai dengan kondisi di lapangan dan peranannya dalam membantu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (Sadiman,1993). Dari penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk memberikan judul dalam karya tulis ini adalah” Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Menentukan Pecahan Senilai Dan Mengurutkan Pecahan Melalui Permainan Kartu”. Berdasarkan hal tersebut maka fokus penelitian
153
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
ini adalah menginvestigasi bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu dapat meningkatkan tingkat hasil belajar siswa dalam pembelajaran pecahan khususnya menentukan pecahan senilai dan mengurutkan pecahan. A. Belajar Matematika itu Menyenangkan Menurut Djamarah (2002), belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsure yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan bukan perubahan fisik , tetapai perubahan jiwa akibat masuknya kesan-kesanyang baru sehingga membawa perubahan tingkah laku seseorang. Dengan demikian belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan Hudojo (1988:3) mengatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalaran yang deduktif. Hal ini berdampak pada terjadinya proses belajar matematika. Belajar matematika itu menyenangkan merupakan salah satu aspek yang ingin diwujudkan melalui metode PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Agar proses belajar matematika dapat berlangsung menyenangkan, ada beberapa pemikiran untuk mengurangi ketakutan atau persepsi negative terhadap matematika yaitu : 1. Pembelajaran matematika dikemas dengan berorientasi pada lingkungan sekitar. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah RME (Realistic Mathematics Education) yaitu dengan mengaitkan dan melibatakn lingkungan sekitar, pengalaman nyata peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan matematika sebagai aktivitas peserta didik. Peserta didik diajak berpikir cara menyelesaikan masalah yang pernah dialaminya, misalnya tentang uang jajannya, jadwal keberangkatan kereta api dan lain-lain. 2. Pembelajaran di luar ruangan merupakan variasi strategi pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan sekitar secara langsung, sekaligus menggunakannya sebagai sumber belajar. Pilihlah topic yang sesuai misalnya mengukur tinggi pohon, panjang daun dan sebagainya. 3. Menuntaskan materi. Ada keyakinan sebagian filosof dan pakar pendidikan bahwa “peserta didik lebih baik mempelajari sedikit materi sampai tuntas daripada belajar banyak namun dangkal”. Jadi , pendidik hberupaya menuntaskan peserta didik dalam belajar sebelum ke materi selanjutnya agar tidak terjadi miskonsepsi yang akan membelenggu peserta didik dalam belajar matematika. 4. Belajar sambil bermain. Bagi kebanyakan peserta didik , belajar matematika merupakan beban berat dan membosankan, sehingga mereka kurang termotivasi, cepat bosan dan lelah. Untuk mengatasi hal tersebut pendidik dapat melakukan berbagai inovasi pembelajaran, misalnya memberikan kuis atau teka-teki yang harus ditebak baik secara kelompok atau individu, membuat puisi matematika dan peserta didik mendeklamasikan didepan kelas secara bergantian, memberikan permainan di kelas, dan sebagainya tergantung kreativitas pendidik. 5. Mensinergikan hubungan pendidik, peserta didik dan orangtua. Diakui atau tidak, banyak orangtua kurang memperhatikan perkembangan dan kesulitan belajar anak di kelompok belajar. Orangtua tidak mau tahu perkembangan belajar anak-anaknya, yang penting nilainya bagus. Oleh karena itu sinergisitas hubungan antara pendidik-peserta didik, orangtua anak dan anak, serta orangtu anak dan pendidik diberbagai kesempatan perlu ditingkatkan. Orangtua memantau kesulitan belajar anaknya dengan cara berkonsultasi dengan pendidk secara rutin. Sebalaiknya pendidik menginformasikan perkembangan peserta didik yang sebenarnya kepada orangtua anak. B. Permainan Matematika Salah satu karakteristik peserta didik adalah gemar membentukkelompok sebaya untuk bermain bersama. Melihat sifat khas ini maka sangat tepat jika dalam penyampaian materi pelajaran menggunakan metode permainan. Permainan dengan membentuk tim lebih baik daripada permainan yang dilakukan secara individu, mereka memberikankesempatan pada teman-temanya satu kelompok untuk saling membantu. Jika kelompok terdiri dari peserta didik yang mempunyai kemampuan berbe154
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
da dan dicampur, maka semuanya mempunyai kesempatan untuk sukses. Mayke dalam Sudono (2000:3) mengemukakan bahwa belajar dengan bermain member kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Dsinilah proses pembelajaran terjadi, melalui permainan memberikan pengalamn pada peserta didik. Dalam suatu proses belajar mengajar terdapat dua unsure yang amat penting yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Pemilihan metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai. Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, peserta didik dapat memanfaatkan seluruh alat indranya. Pendidik berupaya untuk menimbulkan rangsangan/stimulus yang dapat diproses alat indranya. Semakin banyak alat indranya yang dapat digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan (long term memori) sehingga dapat dengan mudah menerima dan menyerap pesan-pesan yang diberikan. Permainan yang menggunakan kartu, misalnya untuk mengenalkan konsep dan pemahaman peserta didik kelas VII khususnya terhadap materi pecahan. Konsep yang dapat dipahami yaitu mengenal berbagai bentuk pecahan (pecahan biasa dan pecahan desimal), pecahan senilai, menjumlahkan pecahan serta mengurutkan pecahan. Alat permainan yang dimaksud adalah kartu-kartu yang berisi angka – angka pecahan. Kemudian dimainkan seperti bermain kartu remi. Untuk mempermudah pemahaman peserta didik dipersiapkan daftar angka-angka pecahan. Setelah pendidik menjelaskan materi pelajaran, peserta didik diarahkan untuk melaksanakan permainan. Kemudian peserta didik melaksanakan permainan sesuai dengan aturan permainan. Diakhir permainan ada pemberian hukuman/penghargaan sesuaidengan kesepakatan bersama. Selanjutnya pendidik dapat memberikan soal-soal latihan ataupun tugas mandiri dan tes penilaian hasil belajar untuk mengetahuidaya serap peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sedangkan jenis penelitian termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 1. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII A SMPN 2 Rejoso, Pasuruan. Penelitian ini dilaksanakan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran geografi. Subyek penelitian yang di ambil adalah kelas VII A. Waktu pelaksanaan semester 1 tahun pelajaran 2011 / 2012.Kelas VII A berjumlah 38 siswa, laki-laki 18 dan perempuan 20 siswa. Dengan karakteristik siswa yang lebih menyukai proses pembelajaran dengan metode bervariasi, tidak hanya di dalam ruangan kelas saja. Siswa cepat merasa jenuh jika harus terus memperhatikan ceramah guru, siswa lebih senang proses pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk eksistensi diri melihat tampilan teman-temannya. Namun siswa yang aktif dalam diskusi hanya siswa tertentu saja, sebagian besar masih kurang aktif dan kurang kreatif dalam belajar. Latar belakang sosial-ekonomi siswa mayoritas anak petani dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Buku-buku pembelajaran yang dimiliki sendiri masih terbatas, namun rata-rata mereka memanfaatkan sarana perpustakaan sekolah yang cukup memadai. Kemampuan akademik siswa masih terbatas karena motivasi belajar siswa yang rendah. Situasi kelas saat pembelajaran masih belum optimal, siswa masih belum seluruhnya mempunyai hasil belajar yang tinggi. 2. Persiapan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran kontekstual dengan persiapan : a. Pembuatan lembar instrumen penelitian b. Mempersiapkan materi pembelajaran untuk tugas observasi dan diskusi.
155
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
c. Mempersiapkan model pembelajaran dan media pembelajaran atau membuat Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar menarik dan mudah dipahami siswa. d. Mempersiapkan dan menentukan lokasi pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran. e. Persiapan pre test, post tes dan pembuatan perangkat penilaian. f. Lembar penilaian hasil belajar siswa. 3. Siklus Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan tiga siklus. Menurut model classroom action research Kemmis dan Tanggart, maka tahap awal atau siklus 1 yang kita lakukan adalah : a. Perencanaan. 1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau scenario Pembelajaran dengan menggunakan permaianan kartu. 2. Mempersiapkan media pembelajaran sebagai model dalam pembelajaran dan lokasi pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. 3. Membuat lembar observasi atau instrumen penelitian untuk memantau proses pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu. 4. Membuat alat evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran atau penilaian proses pembelajaran. b. Pelaksanaan dan Pengamatan (Action dan Observasi) Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (10’) a. Penyampaian motivasi sebagai berikut : Pecahan bentuk apa saja yang kalian kenal selama ini? Dimana kalian menemukan bentuk pecahan? Terdiri dari apa sajakah pecahan? b. Kegiatan Inti (60’) Menulis topic pembelajaran di papan tulis yaitu menentukan pecahan senilai dan mengurutkan pecahan Menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu agar siswa senang belajar matematika dan mengasah ketrampilan siswa dalam menentukan pecahan senilai dan mengurutkan pecahan Membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 5 orang secara heterogen dan mengatur tempat duduk melingkar dengan urutan nomor dada terbesar searah jaru jam (disiplin) Membagi Lembar Kerja untuk tiap kelompok (disiplin) Meminta masing-masing ketua kelompok membaca langkah-langkah kegiatan(Lembar Kerja Siswa) (disiplin) Meminta setiap anggota kelompok membaca materi pecahan senilai dan mengurutkan pecahan yang telah dibuat pada pembelajaran sebelumnya (disiplin) Menyiapkan permainan kartu sebagai media pembelajaran yang terdiri dari kartu yang berisi bermacam-macam pecahan biasa Permainan dimulai dengankelompok memilih materi pecahan senilai atau mengurutkan pecahan dahulu yang dimainkan. Pemain dengan nomor dada terbesar mengocok kartu terlebih dahulu ,kemudian membagikan kepada tiap anggota kelompok (pemain) secara merata.Kartu di meja kelompok habis, sisakan satu kartu sebagai pembuka. (kerja keras) Permainan dilakukan sesuai dengan urutan diatas. (jujur,disiplin) Apabila dalam permainan ada pemain yang tidak bisa menemukan kartu yang sesuai,maka ada satu kartu yang mati, dan ditutup (jujur,kreatif)
156
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Permainan ini dilakukan sampai selesai. Pemain yang habis terlebih dahulu kartunya adalah pemenang. (kreatif) Kemudian guru meminta kelompok membuat kesimpulan dengan menjawab beberapa pertanyaan pada format penilaian kelompok, dan dikumpulkan (demokrasi,kerja keras,kreatif,disiplin) Guru memberi penguatan pada jawaban yang benar c. Kegiatan Akhir (20’) Setiap siswa mendapat format evaluasi siswa untuk dikerjakan (kerja keras) c. Refleksi Guru memberikan penilaian kelompok-kelompok siswa yang melakukan diskusi dan presentasi. Selain itu guru menyimpulkan hasil analisa yang diamati pada siklus pertama. Dalam siklus pertama ini apabila masih kurang maksimal maka akan dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus 2 dengan tetap dengan permainan kartu pecahan. Pelaksanaan siklus 2 tetap melalui tiga tahap yaitu perencanaan, action/observasi dan refleksi. Jika hasil masih belum maksimal maka dilaksanakan siklus 3 juga melalui tahap perencanaan, action/observasi dan refleksi. Pada Penelitian ini kami membatasi 3 siklus saja. 4. Pembuatan Instrumen Pengamatan yang dilakukan secara kolaboratif yang melibatkan guru mata pelajaran yang sejenis sebagai pengamat di kelas ini menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut : a. Lembar pertanyaan atau wawancara b. Lembar Observasi dan Lembar Cek list c. Lembar evaluasi atau penilaian 5. Analisis dan refleksi Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah memanfaatkan analisa deskriptif dari proses dan hasil belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil observasi dan wawancara. Analisis berdasarkan siklus yang secara bertahap. Analisis 1 dalam siklus 1 yang hasilnya direfleksikan ke siklus 2 begitu juga ke siklus 3. Sedangkan refleksi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Data kuantitatif berupa data yang diperoleh dari nilai tes tertulis dan lembar kerja kelompok. Untuk menentukan nilai ketuntasan setiap siswa dari setiap indicator maka data ini dibandingkan dengan nilai ketuntasan Sekolah yaitu 68%. Data kualitatif diperoleh dari lembar pengamatan siswa saat pembelajaran berlangsung yaitu dari aspek afektif. Data ini dianalisa dengan analisa deskriptif. Penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetemsi mengacu ke indicator-indikator yang telah ditetapkan. Minimal 70% indicator-indikator yang dianggap sangat penting dan mewakili masing-masing kompetensi dasar untuk dinilai. Untuk mengumpulkan informasi apakah suatu indicator telah tampil pada diri peserta didik, dilakukan penilaian sewaktu pembelajaran berlangsung dan sesudah pembelajaran. Kriteria ketuntasan belajar setiap indicator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0% - 100% . Apabila mengacu pada Sekolah Standar Nasional Kriteria Ketuntasan Belajar 75%. Mengacu pada KKM sekolah adalah 68%. Teknik penilaian dilakukan dalam 3 tahap yaitu Penilaian berdasarkan siklus I, Penilaian berdasarkan siklus II, Penilaian beerdasarkan siklus III. PEMBAHASAN
Beberapa hasil yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kegiatan menghadirkan permainan kartu dalam mencari pecahan senilai dan mengurutkan pecahan adalah sebagai berikut : 1. Siklus I
157
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Metode pembelajaran yang telah dilaksanakan adalah menghadirkan permainan kartu pada materi pecahan senilai.Hasil pembelajaran kelompok melalui pengamatan afektif dan tes kelompok diperoleh: Siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran karena didorong rasa ingin tahu yang besar terhadap materi pembelajaran Dari hasil tes tertulis diperoleh Skor pengerjaan Lembar Kerja Kelompok 93,75%. Kegiatan pengamatan dapat meningkatkan keaktifan siswa berdasarkan pengamatan guru yaitu tingkat kedisiplinan 95,55%,kejujuran 97,77%,kerja keras 100% dan kerjasama kelompok(kooperatif) 95,55% Dari hasil tes tertulis individu diperoleh skor pengerjaan lembar kerja siswa diperoleh 94,32% dengan 5 siswa belum mencapai skm 2. Siklus II Metode pembelajaran yang telah dilaksanakan adalah menghadirkan permainan kartu pada materi mengurutkan pecahan. Hasil pembelajaran kelompok melalui pengamatan afektif dan tes kelompok diperoleh: Siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran karena didorong rasa ingin tahu yang besar terhadap materi pembelajaran Dari hasil tes tertulis diperoleh Skor pengerjaan Lembar Kerja Kelompok 90,91%. Kegiatan pengamatan dapat meningkatkan keaktifan siswa berdasarkan pengamatan guru yaitu tingkat kedisiplinan 100%,kejujuran 90,90%,kerja keras 100% dan kerjasama kelompok(kooperatif) 100% Dari hasil tes tertulis individu diperoleh skor pengerjaan lembar kerja siswa diperoleh 90,91% dengan 8 siswa belum mencapai skm 3. Siklus III Metode pembelajaran yang telah dilaksanakan adalah menghadirkan permainan kartu pada materi mengurutkan pecahan. Hasil pembelajaran kelompok melalui pengamatan afektif dan tes kelompok diperoleh: Siswa cukup aktif dalam proses pembelajaran karena didorong rasa ingin tahu yang besar terhadap materi pembelajaran Dari hasil tes tertulis diperoleh Skor pengerjaan Lembar Kerja Kelompok 97,73%. Kegiatan pengamatan dapat meningkatkan keaktifan siswa berdasarkan pengamatan guru yaitu tingkat kedisiplinan 97,77%,kejujuran 100%,kerja keras 100% dan kerjasama kelompok(kooperatif) 95,55% Dari hasil tes tertulis individu diperoleh skor pengerjaan lembar kerja siswa diperoleh 97,77% dengan 3 siswa belum mencapai skm PENUTUP
A. KESIMPULAN 1. Dari hasil lembar kerja kelompok pada siklus I 93,75%, pada siklus II 90.91% dan pada siklus III 97,73% dan hasil penilaian Lembar Kerja Siswa, diperoleh Skor pengerjaan LKS pada siklus I 94,32%, pada siklus kedua 90,91% dan pada siklus ketiga 97,77%. Ini berarti pembelajaran tersebut menghasilkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran cukup tinggi 2. Kegiatan pengamatan dapat meningkatkan keaktifan siswa berdasarkan pengamatan guru pada siklus I yaitu tingkat kedisiplinan 95,55%, kejujuran 97,77%,kerja keras 100% dan kerjasama kelompok(kooperatif) 95,55%. pada siklus II yaitu tingkat kedisiplinan 100%, kejujuran 90,90%,kerja keras 100% dan kerjasama kelompok(kooperatif) 100%.dan pada siklus III yaitu tingkat kedisiplinan 97,77%, kejujuran 100%,kerja keras 100% dan kerjasama kelompok(kooperatif) 95,55%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menghadirkan permai-
158
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
nan kartu juga dapat meningkatkan aspek afektif yaitu disiplin , kerja keras , jujur , kreatif dan kerjasama dalam proses pembelajaran B. SARAN Guru sebagai ujung tombak bangsa perlu untuk selalu meningkatkan profesionalisme di bidangnya.Melalui inovasi dan kreativitasnya guru diharapkan menemukan berbagai strategi baru atau menggali pengetahuan baru demi kemajuan anak didiknya. DAFTAR PUSTAKA Buku Petunjuk (2003). Pendekatan Kontekstual (contextual Teaching and Learning / CTL). Jakarta : Depdiknas. Nurhadi, dkk (2004). Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL dan penerapannya dalam KBK.)Malang : Universitas Negri Malang. Enjah Takari R(2008).Penelitian Tindakan Kelas (pada kegiatan Pendidikan Profesi Guru IPA SD/MI,SMP/MTs,SMA/MA dan SMK)Bandung:PT.Genesindho. Andrian Loedji SW.Pelajaran Matematika Bilingual untuk SMP/MTs kelas VII.Bandung:CV.YRAMA WIDYA
159
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERCIRIKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI BALOK DAN KUBUS UNTUK SISWA SMP NEGERI 1 BANGIL
Ria Amalia 1) Santi Irawati 2) 1)
2)
SMA Negeri 1 Bangil, e-mail.
[email protected] Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang, e-mail.
[email protected]
Abstract: Contextual Teaching and Learning (CTL) is one approach to learning based on the views of constructivism. In its application, CTL emphasizes higher-order thinking, knowledge transfer, as well as collecting, analyzing information and data from various sources and views. Therefore, contextual learning and teaching is taken as an alternative to develop Worksheet of Students. The research was done to answer the problem "How are the process and results of development of students worksheet based on CTL for cuboids and cubes at SMP Negeri1 Bangil that are valid, practical and effective? " In line with this, the research aims to obtain students worksheet which are valid, practical and effective. Kata kunci: Contextual Teaching and Learning (CTL), constructivism
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu bahan ajar yang sering digunakan dalam pembelajaran karena LKPD membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. LKPD memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembelajaran, karena LKPD dapat membantu pendidik untuk mengarahkan peserta didiknya menemukan konsep-konsep melalui aktivitas yang terjadi. Di samping itu LKPD juga dapat mengembangkan ketrampilan proses, meningkatkan aktivitas peserta didik sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar. Akan tetapi pada kenyataannya keberadaan LKPD yang beredar masih belum efektif sebagai sarana pembelajaran; baik dari segi tampilan, isi maupun kepraktisannya. Berdasarkan pengamatan pengembang, antara Buku teks dan LKPD yang banyak beredar, dari segi isi kurang lebih hampir sama. Hanya saja materi dalam buku teks lebih banyak. Hal ini diperkuat oleh pendapat seorang pengamat pendidikan Wibowo (2010) yang mengatakan bahwa LKPD cetak yang ada belum sesuai dengan kurikulum yang ada, seringkali terjadi tumpang tindih fungsional antara LKPD dan buku teks. Hal ini tentu saja mengakibatkan rendahnya efektifitas dan efisiensi pembelajaran matematika di kelas. Berkaitan dengan belajar dan mengajar kontekstual, sudah banyak peneliti yang melakukan penelitian dengan pendekatan kontekstual tersebut diantaranya hasil penelitian (Mulyati, 2008) yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh positif terhadap hasil belajar matematika. Armiya (2006) berpendapat bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran volum tabung dan kerucut. Dari beberapa penelitian tersebut dapat dilihat bahwa belajar dan mengajar kontekstual efektif dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar matematika peserta didik. Meskipun penelitian mengenai belajar dan mengajar kontekstual telah banyak dilakukan, namun belum banyak dikembangkan secara khusus lembar kerja yang beracuan pada belajar dan mengajar kontekstual, bagaimana lembar kerja yang kontekstual yang valid, praktis dan efektif untuk 160
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
membantu peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar dan pemahaman matematika. Dalam penelitian Mulyati (2008) dikatakan bahwa motivasi belajar peserta didik mengalami penurunan. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh bentuk fisik dari LKPD yang digunakan dalam penelitian yang kurang menyertakan gambar-gambar menarik. Oleh karena itu, pengembang tertarik untuk mengkaji tentang pengembangan lembar kerja kontekstual matematika. Lembar Kerja Peserta Didik yang dimaksudkan pengembang adalah lembaran-lembaran yang memuat aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini jauh berbeda dengan isi LKPD pada umumnya yang berupa ringkasan materi, contoh soal dan soal-soal latihan. Setelah menggunakan LKPD tersebut, peserta didik diharapkan lebih menguasai materi yang diajarkan oleh pendidik dan motivasi belajar mereka terhadap matematika meningkat. Disisi lain, salah satu peran pendidik dalam proses pembelajaran di kelas meliputi menyiapkan fasilitas pembelajaran antara lain berbagai sumber belajar, alat belajar dan bantuan belajar. Pendidik yang kreatif adalah pendidik yang dapat memilih, memilah dan menyajikan sumber belajar, alat belajar serta bantuan belajar yang diberikan pada peserta didik. Dengan memahami karakteristik peserta didik kemudian membuat sendiri rancangan aktivitas yang efektif untuk digunakan dalam pembelajaran di kelas maka akan menunjukkan profesionalitas seorang pendidik. Berdasarkan hal di atas, maka seorang pendidik perlu untuk mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Oleh karena itu, pengembang melakukan Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik yang Kontekstual pada Materi Balok dan kubus di SMP Negeri 1 Bangil. METODE
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan LKPD sebagai produk penelitian. Untuk mengembangkan produk, model penelitian yang digunakan adalah desain penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang sering disebut penelitian pengembangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiono (2010) yang menyatakan bahwa penelitian yang menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut termasuk penelitian pengembangan. Selain itu, penelitian ini memenuhi karakteristik penelitian pengembangan seperti berikut. 1. Masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran. 2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi peserta didik. 3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan,validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. 4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas Model pengembangan ADDIE merupakan model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini. Model pengembangan ADDIE merupakan suatu model dalam mendesain suatu perangkat pendidikan yang terbagi dalam 5 fase, yaitu:1) Fase Analisis, 2) Fase Desain, 3) Fase Pengembangan, 4) Fase Implementasi 5) Fase Evaluasi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis yang dilakukan pada fase analisis ini meliputi mengidentifikasi karakteristik pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Bangil, mengidentifikasi masalah peserta didik dalam
161
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
pembelajaran, serta mengidentifikasi ketrampilan yang harus dimiliki peserta didik. Analisis dilakukan dengan cara peneliti mewawancarai pendidik mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1 Bangil. Hal-hal yang dilakukan dalam fase design ini antara lain memilih media yang paling tepat untuk menyesuaikan dengan jenis keterampilan yang telah ditentukan sebelumnya misalnya untuk memudahkan peserta didik memahami sifat-sifat balok dan kubus digunakan suatu model yang terbuat dari potongan tusuk sate dan plastisin. Untuk memahamkan sub pokok bahasan luas permukaan balok dan kubus kepada peserta didik digunakan model balok dan kubus dari kertas karton. Sedangkan untuk sub pokok bahasan volume balok dan kubus digunakan pendekatan melalui kubus satuan. Dalam fase pengembangan, Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu 1) Lembar Validasi, 2) Lembar Observasi, 3) Angket dan 4) Tes. Sebelum digunakan untuk menilai produk, seluruh instrumen dalam penelitian ini selain dikonsultasikan dengan dosen pembimbing juga divalidasi oleh seorang pakar/ahli. Berikut ini adalah disajikan instrumen yang dikembangkan dan aspek yang diukur. Tabel 1. Instrumen yang dikembangkan Instrumen
Lembar Validasi
Lembar Observasi Angket Tes
Aspek yang diukur Kevalidan RPP Kevalidan LKPD Kevalidan Lembar Observasi Kevalidan Tes Kevalidan Angket Keterlaksanaan LKPD Aktivitas Peserta Didik Respon Peserta Didik Penguasaan Materi Balok dan kubus
Hasil fase development (pengembangan) berupa hasil validasi Draft LKPD yang telah dihasilkan pada fase desain. Hasil validasi digunakan untuk menentukan kevalidan dari LKPD sebelum pelaksanaan uji coba. Selain itu, hasil validasi tersebut yang mendasari apakah LKPD telah siap untuk diuji coba. Berdasarkan hasil validasi LKPD di atas diperoleh skor Va (rata-rata seluruh aspek) yaitu 2.87 maka sesuai dengan kriteria kevalidan yang telah ditetapkan pada penelitian ini yaitu 2 ≤ 𝑉𝑎 ≤ 3 (valid), disimpulkan bahwa draft LKPD dikategorikan valid. Hasil dari fase ini adalah hasil uji coba draf LKPD yang valid. Uji coba yang dilakukan yaitu uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Berdasarkan uji coba kelompok kecil yang telah dilaksanakan diperoleh hasil yaitu: 1. Peserta didik dapat menyelesaikan seluruh aktivitas dalam LKPD dalam kurun waktu kurang lebih 40 menit 2. Peserta didik mengerjakan LKPD dengan antusias, karena masalah yang diberikan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari 3. Terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan peserta didik mengenai maksud dari kalimat dalam LKPD. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disajikan dalam tabel berikut ini.
162
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 2. Daftar Pertanyaan yang Muncul pada Uji Coba Kelompok Kecil LKPD ke1 2 3 4
Pertanyaan/Komentar a. Apakah yang dimaksud dengan “stabil/kokoh”? a. Pada pertanyaan dan kesimpulan no 2, cara menjawabnya bagaimana ? b. Pada pertanyaan dan kesimpulan no 3, terdapat dua pilihan yang sama yaitu pilihan gambar ke (3). a. Apakah maksud dari kalimat “berapa banyak lebihnya” pada soal no 4 a.? b. Pada tugas no 2 hasil pengukuran panjang, lebar dan tingginya bukan bilangan bulat ya? a. Pada bagian aktivitas pokok nomor 2, apakah ukuran cetakan yang dicari harus beda?
Berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika uji coba kelompok kecil, maka dilakukan revisi terhadap draft LKPD. Di bawah ini akan disajikan tabel mengenai daftar revisi yang dilakukan untuk perbaikan LKPD. Tabel 3. Revisi Uji Coba Kelompok Kecil LKPD Ke1
2
Sebelum Revisi Kata “stabil/kokoh”
Setelah Revisi Diganti “kuat/kokoh” Ditambahkan kalimat perintah “Lingkarikah pada pilihan nomor yang kamu anggap menunjukkan jawaban paling tepat
Sebelum bagian pertanyaan dan kesimpulan nomor 2 tidak ada kalimat perintah Terdapat pilihan nomor (3) ganda
3 4
Pada soal no 4 a terdapat kalimat “berapa banyak lebihnya” Kalimat “Temukan dua ukuran cetakan yang diperlukan Rina dan Lidya sehingga hanya memuat tepat satu liter cairan lilin”
Salah satu pilihan nomor (3) diganti dengan nomor (4), kemudian pilihan nomor berikutnya menyesuaikan Kalimat tersebut diganti “berapakah selisih kubus satuan yang termuat pada keduanya?” Diubah menjadi “Bantu Rina dan Lidya untuk menemukan dua ukuran cetakan berbeda yang memuat tepat satu liter cairan lilin”
Respon peserta didik pada uji coba lapangan dapat diamati melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta didik setelah memperoleh LKPD. selain itu, juga dapat diamati melalui hasil dari angket yang diberikan kepada peserta didik di akhir pembelajaran. Berikut ini beberapa pertanyaan yang diajukan peserta didik selama pelaksanaan uji coba lapangan berlangsung. Tabel 4. Daftar Pertanyaan yang Muncul Pada Uji Coba Lapangan LKPD ke1 2 3
Pertanyaan/Komentar Apakah maksud dari soal no 7. “Tunjukkan bagaimana kamu dapat membedakannya?” Apa yang dimaksud dari “Gambarlah bentuk yang kamu lihat?” Apakah kubus-kubus ini harus dibentuk seperti gambar di LKPD 3? Apakah maksud dari “banyak permukaan terlihat”
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul mengindikasikan bahwa kalimat yang ada dalam LKPD masih kurang komunikatif, oleh karena itu dilakukan revisi guna perbaikan LKPD yang disusun pengembang seperti berikut. Tabel 5. Revisi Uji Coba Lapangan LKPD ke1 2 3
Sebelum Revisi Kata “Tunjukkan bagaimana kamu dapat membedakannya?” Kata “Gambarlah bentuk yang kamu lihat?” Pada aktivitas pokok terdapat kalimat “Perhatikan gambar di bawah ini” Pada soal no 1 kalimat “Apabila rusuk kubus 5 cm”
Setelah Revisi Diubah menjadi “Bagaimana kamu membedakan antara Balok dan kubus?” Diubah menjadi “Gambarlah bangun datar yang kamu lihat?” Diubah menjadi “Susunlah model kubus seperti gambar di bawah ini!” Ditambahkan kalimat “ …dan permukaan terlihat adalah permukaan yang dapat kalian lihat dari segala arah”
163
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Di akhir pembelajaran uji coba lapangan, peserta didik diberi angket yang menggali respon terhadap penggunaan LKPD dalam pembelajaran. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata prosentase tiap pernyataan yaitu 93.5% . Ini berarti 93.5% persen peserta didik menyukai penggunaan LKPD dalam pembelajaran dengan kata lain respon peserta didik terhadap LKPD positif. Fase evaluasi tidak hanya dilakukan di akhir penelitian melainkan selalu dilakukan pengembang sepanjang pengembangan LKPD yaitu di akhir tiap fase untuk mengetahui apakah fase yag dilakukan berhasil atau tidak. Berikut ini akan diuraikan evaluasi data kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Data kevalidan Berdasarkan hasil pada fase pengembangan melalui penilaian pakar/ahli yang meliputi pengembangan instrumen, pengembangan perangkat dan pengembangan produk (LKPD), diperoleh hasil yaitu instrumen penelitian yang meliputi Lembar validasi, Lembar observasi, angket dan tes dinyatakan memenuhi syarat validitas. Perangkat pembelajaran yaitu RPP dinyatakan telah memenuhi syarat validitas. Demikian juga dengan produk pengembangan yaitu LKPD yang telah memenuhi kriteria kevalidan atau valid. Rangkuman mengenai data kevalidan disajikan dalam tabel berikut. Tabel 6. Rangkuman Data Kevalidan Data kevalidan Lembar validasi
Hasil Skor Va dari Lembar validasi RPP, LKPD, Lembar observasi keterlaksanaan, Lembar observasi aktivitas serta tes berturut-turut 2.6, 2.8, 2.6, 2.4, 2.75
Keterangan Memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu
Lembar Observasi
Diperoleh skor Va Lembar observasi keterlaksanaan dan Lembar aktivitas berturut-turut 2.9 dan 2.83
Memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu
Perangkat (RPP)
Hasil validasi ketiga ahli diperoleh skor Va yaitu 2.9
2 ≤ 𝑉𝑎 ≤ 3 (valid) Memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu
2 ≤ 𝑉𝑎 ≤ 3
2 ≤ 𝑉𝑎 ≤ 3 Produk (LKPD)
Hasil validasi ketiga ahli diperoleh skor Va yaitu 2.87
(valid)
(valid)
Memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu
2 ≤ 𝑉𝑎 ≤ 3
(valid)
Data kepraktisan Data kepraktisan produk diperoleh melalui Lembar observasi keterlaksanaan LKPD dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil uji coba lapangan mengenai observasi keterlaksanaan LKPD diperoleh skor Va (rata-rata seluruh aspek) yaitu 2.34 sehingga dapat disimpulkan bahwa LKPD yang dikembangkan memiliki tingkat kepraktisan yang tinggi. Rekap hasil observasi keterlaksanaan LKPD dapat dilihat pada lampiran. Data keefektifan Keefektifan LKPD diamati melalui: a) Hasil tes materi Balok dan kubus, b) angket dan c) Lembar observasi aktivitas peserta didik. Berdasarkan pada pengembangan yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu sebanyak 81.8% peserta didik telah menguasai materi Balok dan kubus, 93.5% peserta didik memberikan respon yang positif mengenai penggunaan LKPD dalam pembelajaran serta peserta didik tergolong aktif dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan indikator-indikator tersebut dapat disimpulkan bahwa LKPD yang dikembangkan memenuhi syarat keefektifan atau dengan kata lain LKPD efektif untuk digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil dari evaluasi yang telah dilakukan yang meliputi analisis data kevalidan, data kepraktisan dan data keefektifan maka draft LKPD dapat dikatakan telah memenuhi kriteria
164
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
sebagai LKPD yang valid, praktis dan efisien. Sehingga draft yang diperoleh dinyatakan sebagai draft final. Proses pengembangan yang telah dilakukan untuk menghasilkan LKPD yang valid, praktis dan efisien menjumpai berbagai temuan di lapangan yaitu munculnya berbagai pertanyaan mengenai LKPD pada saat pembelajaran berlangsung seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Selain itu juga ditemukan variasi jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik seperti di bawah ini.
Gambar 1. Hasil Kerja Peserta Didik 1 Berdasarkan hasil kerja peserta didik di atas dapat diamati bahwa peserta didik tersebut menyatakan bahwa kardus B membutuhkan kertas stiker/sampul paling sedikit karena berbentuk kubus. Hal ini berarti peserta didik beranggapan bahwa bentuk kubus selalu memiliki luas permukaan yang lebih kecil daripada bentuk balok. Masih dengan soal yang sama peserta didik 2 menjawab seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 2. Hasil Kerja Peserta Didik 2 Hasil kerja peserta didik di atas berpendapat bahwa kardus B membutuhkan kertas stiker/sampul paling sedikit karena jumlah sisinya 24. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik masih belum bisa membedakan antara luas permukaan dengan sisi. Melalui kedua temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa LKPD yang dikembangkan ternyata dapat merepresentasikan pemahaman peserta didik mengenai sisi dan luas permukaan suatu bangun. Berbagai variasi jawaban peserta didik dijumpai ketika mereka membuat kesimpulan mengenai pengertian luas permukaan. Hasil kerja peserta didik tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
165
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Gambar 3. Hasil Kerja Tiga Peserta Didik Ketiga pekerjaan peserta didik tersebut mengindikasikan bahwa mereka dapat mengemukakan ide/pendapat mengenai pengertian luas permukaan melalui kalimat mereka sendiri. Dari ketiga ide tersebut, ide peserta didik pertama dan kedua benar, sedangkan ide yang peserta didik ketiga masih kurang tepat karena pada ide tersebut belum jelas luas apakah yang dimaksud. Ide tersebut menjadi benar apabila ditambahkan menjadi luas daerah yang menutupi setiap sisi/permukaan suatu bangun. Dapat dikatakan bahwa LKPD yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengkomunikasikan ide/pendapat secara tertulis. 1) Terhadap akuntabilitas Mou dengan pihak PELITA JICA 2) Kepala Sekolah diharapkan loyal terhadap kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan 3) Pengawas selalu memonitoring dan mengevaluasi implementasi LSBS di Kabupaten Pasuruan. KESIMPULAN
Terdapat keunggulan dan kelemahan pada pengembangan LKPD yang kontekstual ini. Keunggulan dari LKPD yaitu a) adanya komponen-komponen yang meliputi topik, pendahuluan, aktivitas pokok serta pertanyaan dan kesimpulan yang secara keseluruhan merupakan komposisi yang ideal untuk suatu LKPD selain itu LKPD yang dikembangkan mendukung kecakapan kompetensi dan koheren dengan rumusan tujuan pembelajaran dan indikator sehingga pendidik dan peserta didik mudah untuk menggunakannya dalam pembelajaran, b) LKPD yang dikembangkan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik di SMP Negeri 1 Bangil serta, c) LKPD yang dikembangkan memuat masalah-masalah kontekstual. Dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh LKPD menjadikan LKPD yang disusun potensial untuk pembelajaran kontekstual. LKPD yang dikembangkan telah direview oleh ahli dan praktisi ternyata hasilnya sudah cukup terbaca menurut peserta didik, baik keterbacaan istilah-istilah maupun kalimat yang digunakan dalam LKPD. LKPD yang dikembangkan bukan hanya memuat latihan soal melainkan merupakan suatu panduan bagi peserta didik untuk belajar secara optimal. LKPD yang dikembangkan telah dinilai valid oleh ahli.sehingga dapat dikatakan bahwa LKPD potensial untuk digunakan dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Paidi (2008) yang mengatakan bahwa Emphirical validation yang dilakukan melalui uji coba mampu meningkatkan validitas instrumen yang mencakup komponen keterbacaan dan tidak munculnya miskonsepsi. Meskipun LKPD yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif akan tetapi LKPD tersebut belum mampu untuk membawa seluruh peserta didik tuntas dalam materi balok dan kubus. Hal ini ditunjukkan dengan adanya enam peserta didik dari tiga puluh tiga peserta yang memperoleh skor dibawah Standar Ketuntasan Minimum (SKM) yaitu 75. Indikasi lain yaitu masih terdapat hasil kerja LKPD yang belum benar seperti pada temuan di bab IV. Keberagaman peserta didik diduga sebagai salah satu faktor penyebabnya. Degeng (2005) menyatakan bahwa banyaknya karakteristik yang teridentifikasi dalam diri peserta didik memberikan pengaruh pada pelaksanaan dan hasil pembelajaran secara keseluruhan. Karakteristik peserta didik tersebut meliputi pengetahuan awal dan cara belajar. Berbagai macam jawaban muncul mengenai definisi luas permukaan dari suatu bangun yang dikemukakan oleh peserta didik. Hal tersebut menunjukkan bahwa definisi suatu istilah tidak tunggal. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (2000) bahwa suatu istilah dapat memiliki beberapa definisi asalkan memiliki ekstensi definisi yang sama.
166
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Berdasarkan uji coba terbatas yang telah dilakukan terhadap peserta didik di SMP Negeri 1 Bangil, LKPD yang dikembangkan memiliki beberapa kelemahan yaitu karakteristik LKPD yang disesuaikan dengan karakter peserta didik di SMP Negeri 1 Bangil sehingga belum tentu sesuai untuk digunakan di sekolah lain. DAFTAR RUJUKAN
Armiya. 2006. Pembelajaran volum tabung dan kerucut dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas 1 sma negeri 1 samudra. Tesis tidak diterbitkan. Malang: program pasca sarjana UM. Degeng. 2005. Teori Pembelajaran 1: Taksonomi Variabel untuk Pengembangan Teori dalam Penelitian. Buku Teks PPS Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Hobri. 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan: Aplikasi pada Penelitian Pendidikan Indonesia. Jember: Pena Salsabila. Hudoyo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press. Midawati, 2010. Penyusunan dan Penerapan Bahan Ajar Mathematic Worksheet dan Game Puzzle pada Pembelajaran Bilingual Topik Probability di kelas XI IPA-3 SMA Katolik St. Albertus Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana UM. Mulyati, Sri. 2008. Pengaruh Pendekatan Kontekstual Dalam Proses Belajar Mengajar Matematika Terhadap Sikap, Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMP. Disertasi tidak diterbitkan.Malang: Program Pasca Sarjana UM. Paidi. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi yang Mengimplementasikan PBL dan Strategi Metakognitif serta Efektivitasnya terhadap Kemampuan Metakognitif, Pemecahan Masalah dan Penguasaan Konsep Biologi Siswa SMA di Sleman Yogyakarta. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana UM. Soedjadi, R. 1999/2000. Kiat Pendidikan Indonesia (Konstalasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Sugiono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet
167
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM TAHAPAN LESSON STUDY PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNMUL
Dra. Ariantje Dimpudus, M.Pd Abstrak: Kualitas pembelajaran yang rendah merupakan kendala yang dihadapi oleh Prodi Pendidikan Matematika FKIP UNMUL. Kendala tersebut memberikan dampak pada penguasaan materi Aljabar Linier yang rendah dan aktivitas mahasiswa/dosen yang tidak baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif dalam tahapan Lesson Study pada mata kuliah Aljabar Linier 2. Metode penelitian adalah penelitian tindakan mengikuti tahapan Lesson Study, yaitu plan, do, dan see. Tahapan ini dilaksanakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data adalah menggunakan lembar pengamatan untuk mengumpulkan data aktivitas mahasiswa/dosen dan tes hasil belajar untuk mengumpulkan data hasil belajar mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus 1, semua indikator aktivitas mahasiswa masih dirasakan kurang. Hal yang sama juga terlihat pada kemampuan dosen yang belum optimal. Data hasil belajar pun menunjukkan hal yang serupa, yaitu rerata hasil belajar (59,74) masih pada kriteria kurang dan persentasenya belum mencapai 70%. Sedangkan pada siklus 2 telah terjadi perbaikan. Hampir semua indikator untuk aktivitas mahasiswa dan dosen mengalami perbaikan. Data hasil belajar juga mengindikasikan adanya perbaikan, yaitu rata-rata hasil belajar (62.26) mencapai kriteria cukup dan persentasenya mencapai lebih dari 70%. Berdasarkan uraian ini, kesimpulan penelitian ini adalah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran melalui Pembelajaran Kooperatif dalam Tahapan Lesson Study pada Mata Kuliah Aljabar Linier di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNMUL tahun akademik 2010/2011 Kata Kunci: pembelajaran kooperatif, tahapan lesson study
Kompetensi profesional dan kompetensi sosial merupakan dua kompetensi yang harus melekat pada guru professional berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 16 Tahun 2007. Kompetensi profesional berhubungan dengan penguasaan materi keilmuan sedangkan kompetensi sosial berhubungan dengan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama di dalam masyarakat. Mengarah pada guru yang profesional sesuai amanat Permendiknas No. 16 Tahun 2007, Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Mulawarman terus berbenah diri. Berbagai upaya dilaksanakan untuk membentuk guru matematika yang profesional. Namun dalam penyelenggaraan upaya-upaya tersebut, berbagai hambatan muncul menghadang. Hambatan-hambatan tersebut berhubungan dengan penguasaan materi dan proses pembelajaran, serta muncul pada hampir semua mata kuliah, termasuk Aljabar Linier. Kendala yang berkaitan dengan penguasaan materi Aljabar Linier adalah tingkat kemampuan yang rendah terhadap penguasaan materi yang telah dipelajari. Tingkat kemampuan yang rendah ini ditunjukkan oleh banyaknya mahasiswa yag memperoleh nilai hasil belajar di bawah standar yang telah ditetapkan, yaitu 60. Adapun distribusi perolehan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Aljabar Linier 1 disajikan pada tabel 1 di bawah ini.
168
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 1. Distribusi Nilai Hasil Belajar Pada Mata Kuliah Aljabar Linier 1 Nilai (x) 80 ≤ x ≤ 100 70 ≤ x < 80 60 ≤ x < 70 40 ≤ x < 60 0 ≤ x < 40 Rerata Nilai = 53.17
Persentase Mahasiswa (%) 6.15 7.23 25.06 30.77 20.79
Rerata hasil belajar yang kurang dari 60 dan persentase mahasiswa yang mencapai nilai minimal 60 hanya 38.44% menunjukkan bahwa secara keseluruhan materi Aljabar Linier 1 belum dikuasai dengan baik oleh mahasiswa. Mengingat penguasaan materi bidang studi adalah syarat untuk memiliki kompetensi profesional maka hambatan ini harus segera dituntaskan. Penguasaan materi Aljabar Linier yang rendah merupakan dampak dari kendala yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan penulis, kebanyakan pembelajaran yang diselenggarakan oleh dosen-dosen di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNMUL, termasuk dosen mata kuliah Aljabar Linier lebih berorientasi pada hapalan dan bersifat klasikal. Konsekuensi dari pembelajaran tersebut adalah mahasiswa cenderung duduk pasif mendengarkan dan mencatat materi. Keadaan ini diperparah dengan keengganan mahasiswa untuk bertanya pada dosen tentang materi yang belum dimengerti. Konsekuensi bahwa mahasiswa pasif dan jarang bertanya di dalam pembelajaran tentu menghambat pembiasaan kompetensi sosial mahasiswa. Dalam rangka membiasakan kompetensi sosial kepada mahasiswa, seharusnya pembelajaran yang diselenggarakan oleh dosen membuat mahasiswa aktif berdiskusi dan bekerjasama, serta berani bertanya. Untuk memfasilitasi terjadinya hal-hal tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh dosen adalah model pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif, mahasiswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan mahasiswa lainnya dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Kemudian, dengan adanya diskusi dan kerjasama tersebut, mahasiswa memiliki kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dikuasainya kepada temannya yang lebih pintar. Sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penguasaan materi. Hal ini tentu saja dapat terjadi karena dengan belajar bersama dalam sebuah kelompok kooperatif, mahasiswa akan saling mendapatkan dukungan yang tidak hanya bersifat intelektual melainkan juga dukungan emosional (Safrudiannur dan Suriaty, 2008). Dengan demikian mahasiswa yang terlibat dalam belajar bersama akan memungkinkan mereka mencapai lebih dari keterampilan atau ilmu yang diharapkan (Silberman, 2006). Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa penerapan pembelajaran kooperatif akan dapat membiasakan kompetensi sosial dan meningkatkan kompetensi profesional mahasiswa. Kompetensi sosial diperoleh melalui keterampilan bekerjasama dan berdiskusi, sedangkan kompetensi professional diperoleh melalui peningkatan kemampuan penguasaan materi. Guna menjaga kualitas pembelajaran (mengingat dosen sudah terbiasa dengan pembelajaran klasikal), peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif tahapan dalam lesson study. Melalui tahapan lesson study dimungkinkan adanya aktivitas bersama antar dosen dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan observasi pembelajaran dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran. Selain itu, melalui tahapan Lesson Study akan memberikan pencerahan bagi semua dosen yang terlibat tentang perbaikan kualitas pembelajaran, sehingga diharapkan untuk ikut menerapkan pembelajaran kooperatif pada mata kuliah yang diampu. Masalah-masalah yang teridentifikasi di dalam uraian latar belakang adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan kompetensi profesional dan kompetensi sosial mahasiswa melalui pembelajaran kooperatif dalam tahapan Lesson Study pada mata kuliah Aljabar Linier 2 di Program Studi Pendidikan Mahasiswa FKIP UNMUL Tahun Akademik 2010/2011?
169
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
2.
Bagaimana peningkatan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif dalam tahapan Lesson Study pada mata kuliah Aljabar Linier 2 di Program Studi Pendidikan Mahasiswa FKIP UNMUL Tahun Akademik 2010/2011? 3. Bagaimana dampak penerapan pembelajaran kooperatif dalam tahapan Lesson Study untuk mata kuliah Aljabar Linier 2 terhadap Kinerja Dosen-dosen di Program Studi Pendidikan Mahasiswa FKIP UNMUL Tahun Akademik 2010/2011? Identifikasi masalah memperlihatkan bahwa permasalahan perbaikan kualitas pembelajaran merupakan masalah yang utama karena perbaikan kualitas pembelajaran akan berdampak pada kompetensi mahasiswa dan dosen. Oleh karena itu, penelitian ini hanya difokuskan pada perbaikan kualitas pembelajaran pada mata kuliah Aljabar Linier 2 di Program Studi Pendidikan Mahasiswa FKIP UNMUL Tahun Akademik 2010/2011 Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif dalam tahapan Lesson Study pada mata kuliah Aljabar Linier 2 di Program Studi Pendidikan Mahasiswa FKIP UNMUL Tahun Akademik 2010/2011?” Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif dalam tahapan Lesson Study pada mata kuliah Aljabar Linier 2 di Program Studi Pendidikan Mahasiswa FKIP UNMUL Tahun Akademik 2010/2011. a) Kualitas Pembelajaran Indikator untuk menetapkan kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari ketercapaian tujuan pembelajaran (Mulyasa, 2004). Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat diukur dari banyaknya pengetahuan atau keterampilan dalam pembelajaran yang dapat dikuasai oleh mahasiswa. Pengukuran tersebut dapat dilakukan melalui evaluas hasil belajar. Indikator lainnya yang menjadi penentu kualitas pembelajaran adalah aktivitas mahasiswa. Trianto (2009) mengungkapkan bahwa peserta didik diharapkan dapat menggunakan waktu dengan baik untuk dicurahkan sepenuhnya terhadap kegiatan belajar mengajar. Harapan ini berdasarkan pemikiran bahwa keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran meningkatkan peluang mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain kedua indikator di atas, hal penting yang menjadi perhatian dalam keefektifan pembelajaran adalah guru/dosen, karena guru/dosen berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (Arikunto, 2005). Berdasarkan uraian di atas, yang merupakan indikator kualitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah (1) hasil belajar, (2) aktivitas mahasiswa, dan (3) kemampuan dosen. b) Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling ketergantungan antar mahasiswa, sehingga sumber belajar bagi mahasiswa bukan hanya dosen dan buku ajar tetapi juga sesama mahasiswa. Terdapat enam fase utama di dalam penerapan pembelajaran kooperatif (Trianto, 2007), yaitu: (1) fase pertama, Penyampaian tujuan dan memotivasi mahasiswa, yaitu dosen menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi mahasiswa untuk belajar; (2) fase kedua, Penyajian informasi, dosen menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan; (3) fase ketiga, Pengorganisasikan mahasiswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, dosen menjelaskan bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien; (4) fase keempat, Pembimbingan kelompok bekerja dan belajar, dosen membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka; (5) fase kelima, Evaluasi, dosen mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya; dan (6) fase keenam, Pemberian penghargaan, dosen memberi penghargaan baik terhadap upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. c) Tahapan Lesson Study
170
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Hendayana, dkk (dalam Safrudiannur dan Suriaty, 2008) memaparkan bahwa Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Berdasarkan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa lesson study adalah sebuah model pembinaan yang di dalamnya dapat diterapkan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran untuk kemudian untuk dikaji secara bersama-sama dengan tujuan menciptakan pembelajaran yang bermutu. Melalui kegiatan kajian bersama dalam lesson study, akan terjadi pertukaran pengalaman (sharing experience) antar dosen. Seorang dosen yang telah mengimplementasikan kegiatannya akan mendapat saran dari para pengamatnya. Dosen tersebut mendapatkan berbagai masukan tentang kekurangan dan kelemahan yang muncul selama proses pembelajaran sehingga dapat diperbaiki untuk pembelajaran selanjutnya. Begitu pula bagi para pengamat. Mereka memperoleh manfaat jika dosen yang diamati menampilkan kinerja yang baik sebab dapat menjadi acuan untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas sendiri. Lesson study terdiri dari tiga tahap utama yaitu plan (merencanakan), do (melaksanakan) dan see (merefleksikan) yang dilakukan secara berkesinambungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema gambar 1 di bawah ini. PLAN
DO
(merencana-
(melaksanakan/
kan)
men-
gimplementasikan) SEE (merefleksi)
Gambar 1. Skema kegiatan lesson study dari Hendayana, dkk (dalam Safrudiannur dan Suriaty, 2008) Tahapan lesson study dimulai dari perencanaan (plan). Dalam perencanaan diawali dengan identifikasi permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran. Kemudian didiskusikan bersama mencari solusi terhadap permasalahan untuk dituangkan dalam perencanaan pembelajaran. Dalam perencanaan juga dibahas mengenai lembar kerja yang akan digunakan, serta lembar observasi untuk pengamatan. Tahapan kedua adalah pelaksanaan (do). Perencanaan yang telah dibuat diimplementasikan pada tahapan ini. Para pengamat yang mengamati jalannya pelaksanaan berpedoman pada lembar observasi yang dibuat. Selain itu para pengamat juga diminta mencatat kejadian-kejadian penting yang terjadi selama proses pembelajaran. Tahapan ketiga adalah refleksi (see). Pada tahapan ini dilangsungkan diskusi antara guru yang tampil dan para pengamat. Kebaikan dan kelemahan dalam proses pembelajaran akan dibahas bersama untuk dituangkan kembali pada perencanaan guna perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. METODE
1.
Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah mahasiswa semester V Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNMUL tahun akademik 2010/2011 yang mengambil mata kuliah Aljabar Linier 2. Sedangkan objeknya adalah penerapan pembelajaran kooperatif dalam tahapan lesson study. Materi penunjang pe171
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
laksanaan penelitian adalah (1) materi Ortogonal-Ortonormal dan (2) materi Proses Gram-Schmidt dan Dekomposisi QR. 2. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini mengikuti tahapan dalam Lesson Study dan dilaksanakand dalam dua siklus. Adapun tahapan tersebut adalah dalam penelitian ini adalah plan (merencanakan), do (melaksanakan) dan see (merefleksikan) yang dilakukan secara berkesinambungan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap plan adalah dosen-dosen yang terlibat dalam penelitian duduk bersama mendiskusikan perencananaan perkuliahan. Perencanaan tersebut meliputi pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang bersesuaian dengan karakteristik mahasiswa beserta perangkat pendukung pembelajaran tersebut. Adapun produk dari tahap plan adalah (1) Rencana pembelajaran, (2) Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), (3) instrumen evaluasi hasil belajar, dan (4) lembar pengamatan beserta indikator-indikatornya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap do adalah implementasi pembelajaran kooperatif yang telah direncanakan oleh dosen model, sedangkan dosen lainnya bertugas mengamati dengan menggunakan lembar observasi serta mencatat peristiwa-peristiwa penting selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap see adalah Dalam dosen model bersama para pengamat melakukan diskusi berdasarkan hasil observasi dan hasil belajar. Perihal yang didiskusikan mengenai kekurangan dan kebaikan proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan acuan untuk melakukan perbaikan pada perencanaan pembelajaran berikutnya. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan instrumen pengumpul data sebagai berikut: (1) Tes Hasil Belajar untuk mengumpulkan data tentang pencapaian tujuan belajar mahasiswa, dan (2) Lembar observasi untuk mengumpulkan data tentang proses belajar mengajar. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, yaitu hanya memaparkan data yang diperoleh melalui instrumen penelitian dan catatan-catatan penting saat proses pembelajaran. Paparan disajikan dengan terlebih dulu melakukan reduksi data. Perolehan nilai hasil belajar akan didistribusikan berdasarkan tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Kriteria Hasil Belajar Nilai Hasil Belajar 80 – 100 70 – 79 60 – 69 50 – 59 0 – 49
Nilai Huruf A B C D E
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Persentase jumlah mahasiswa untuk tiap kriteria didapatkan melalui formula berikut:
Persentase
Jumlah mahasiswa dalam satu kriteria 100% Jumlah seluruh mahasiswa
Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa keseluruhan menggunakan rumus rerata. Tolak ukur telah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran adalah (1) Peningkatan rerata hasil belajar dan mencapai kriteria cukup, (2) Persentase mahasiswa yang memperoleh nilai paling sedikit dengan kriteria cukup minimal 70%, dan (3) Hasil observasi menunjukkan aktivitas mahasiswa dan dosen sudah baik. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Siklus 1 172
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tahapan Plan Pada tahap Plan (Perencanaan), dosen model bersama dengan 7 dosen yang terlibat dalam pengamatan duduk bersama mendiskusikan perencananaan perkuliahan. Perencanaan tersebut meliputi pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang bersesuaian dengan karakteristik mahasiswa beserta perangkat pendukung pembelajaran tersebut. Adapun perangkat pendukung tersebut adalah (1) Rencana pembelajaran, (2) Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), (3) instrumen evaluasi hasil belajar, dan (4) lembar pengamatan beserta indikator-indikatornya. Indikator-indikator yang disepakati untuk aktivitas mahasiswa meliputi perhatian, keaktifan bertanya dan menjawab, keaktifan bekerjasama, pemahaman, dan kondisi psikologis yang berkaitan dengan ketenangan/kesenangan. Indikator-indikator untuk kemampuan dosen meliputi kemampuan menjalankan perkuliahan sesuai perencanaan dan ketepatan penggunaan teknik/metode pembelajaran. Sedangkan indikator untuk ketercapaian tujuan pembelajaran adalah perolehan nilai hasil belajar mahasiswa. Tahapan Do Pada tahapan do, dosen model melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan, sedangkan dosen lainnya bertugas mengamati proses pembelajaran. Dosen yang mengamati proses pembelajaran tidak dibenarkan melakukan intervensi terhadap proses pembelajaran. Peristiwa-peristiwa penting yang menjadi perhatian saat proses pembelajaran disajikan pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Hasil Pengamatan dari Lembar Observasi dan Catatan Penting No
Komponen yang Diamati
Rangkuman Hasil Pengamatan
1.
Perhatian mahasiswa
2.
Keaktifan pengajuan pertanyaan
3.
Keaktifan menjawab pertanyaan
4.
Keaktifan bekerjasama
5. 6.
Ketenangan mahasiswa Kesenangan mahasiswa
7.
Pemahaman mahasiswa
8. 9.
Kesesuaian antara tindakan dengan perencanaan. Ketepatan teknik/metode
10.
Ketercapaian tujuan pembelajaran
dosen
Tidak semua mahasiswa memperhatikan dan konsentrasi pada bahasan yang dibahas/dipelajari. Hanya dua mahasiswa yang bertanya langsung kepada dosen dan mahasiswa yang bertanya kepada teman juga jarang. Mahasiswa tidak aktif menjawab pertanyaan dosen dan menunggu perintah dan mahasiswa belum banyak menjawab pertanyaan temannya. Kalaupun mahasiswa menjawab pertanyaan dosen, penjawaban dilakukan secara klasikal sehingga tidak jelas. Masih terlihat mahasiswa suka bekerja sendiri-sendiri dan terjadi diskusi lintas kelompok. Mahasiswa terlihat masih canggung dan tegang dalam pembelajaran. Ketegangan menyebabkan beberapa mahasiswa menjadi tidak senang sehingga terlihat banyak mahasiswa melihat jam dan kondisi di luar ruangan. Beberapa mahasiswa mengalami kesulitan dengan penjelasan dosen dan pengisian LKM. Semua perencanaan sudah terlaksana namun pelaksanaannya masih terlihat kaku. Penggunaan teknik/metode pembelajaran masih belum tepat dan belum bervariasi Perolehan Hasil Belajar belum sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan perolehan nilai hasil belajar disajikan pada tabel 4 berikut. Tabel 4. Distribusi Kriteria Nilai Hasil Belajar Pada Siklus 1 Kriteri Nilai Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Rerata Nilai = 59.74 (Kriteria kurang)
Persentase Mahasiswa (%) 13.79% 20.69% 24.14% 27.59% 13.79%
173
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tahapan See Pada tahapan see, dosen model dan para dosen pengamat mendiskusikan hal-hal yang terjadi pada siklus 1 dan menentukan perbaikan pada hal-hal yang dirasakan masih kurang. Adapun hasil diskusi untuk perbaikan tindakan dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Hasil Refleksi Siklus 1 No
Komponen yang Diamati
1.
Perhatian mahasiswa
2.
Keaktifan pengajuan pertanyaan
3.
Keaktifan menjawab pertanyaan
4.
Keaktifan bekerjasama
5.
Ketenangan mahasiswa
6.
Kesenangan mahasiswa
7.
Pemahaman mahasiswa
8.
Kesesuaian antara tindakan dosen dengan perencanaan. Ketepatan teknik/metode Ketercapaian tujuan pembelajaran
9. 10.
Saran Perbaikan Dosen sebaiknya memberikan motivasi tentang manfaat dan peranan penting penguasaan materi yang akan dipelajari. Dosen juga diharapkan membangun ide-ide tentang pemahaman materi. Pertanyaan-pertanyaan pada LKM seharusnya berbobot agar mahasiswa merasa harus berdiskusi/bertanya pada teman sekelompoknya. Dosen sebaiknya lebih sering memberikan pertanyaan menantang yang merangsang mahasiswa untuk berpikir tingkat tinggi. Dosen menegaskan kepada mahasiswa untuk bekerjasama/berdiskusi karena semua anggota kelompok harus menguasai materi yang dipelajari dan penghargaan kelompok bergantung pada nilai individu. Ketegangan mahasiswa terjadi karena kehadiran banyak dosen di kelas. Oleh karena itu dosen model memotivasi mahasiswa untuk tidak menghiraukan keberadaan dosen di kelas. Dosen model sebaiknya menyelingi presentasinya dengan sedikit humor/cerita dan terus memberikan pujian penguatan atas perilaku positif mahasiswa. Penjelasan dosen sebaiknya tidak terlalu cepat dan bahasa/tulisan yang digunakan dalam LKM sebaiknya yang mudah dipahami. Dosen juga sebaiknya membimbing lebih intensif setiap kelompok/ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan. Dosen model sebaiknya fleksibel dalam pelaksanaan pembelajaran melihat kondisi dan situasi. Bervariasi dalam penggunaan teknik/metode pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan
Berdasarkan hasil pengamatan yang masih banyak kekurangan dan perolehan nilai hasil belajar yang belum sesuai target maka dosen model dan para dosen pengamat menyetujui untuk melanjutkan penelitian ke siklus 2. 2. Siklus 2 Tahapan Plan Pada tahap Plan (Perencanaan), dosen model bersama dengan dosen yang terlibat dalam pengamatan duduk bersama mendiskusikan perencananaan perkuliahan. Perencanaan tersebut memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada siklus 1 dan saran-saran perbaikan pada tahapan see (refleksi). Adapun perangkat pendukung tersebut adalah (1) Rencana pembelajaran, (2) Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), (3) instrumen evaluasi hasil belajar, dan (4) lembar Pengamatan Tahapan Do Pada tahapan do, dosen model melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan, sedangkan dosen lainnya bertugas mengamati proses pembelajaran. Dosen yang mengamati proses pembelajaran tidak dibenarkan melakukan intervensi terhadap proses pembelajaran. Peristiwa-peristiwa penting yang menjadi perhatian saat proses pembelajaran disajikan pada tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Hasil Pengamatan dari Lembar Observasi dan Catatan Penting No 1.
Komponen yang Diamati Perhatian mahasiswa
Rangkuman Hasil Pengamatan Hampir semua mahasiswa memperhatikan materi dan bimbingan dari dosen
174
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
No
Komponen yang Diamati
2.
Keaktifan pengajuan pertanyaan
3.
Keaktifan menjawab pertanyaan
4.
Keaktifan bekerjasama
5.
Ketenangan mahasiswa
6.
Kesenangan mahasiswa
7.
Pemahaman mahasiswa
8.
Kesesuaian antara tindakan dosen dengan perencanaan. Ketepatan teknik/metode Ketercapaian tujuan pembelajaran
9. 10.
Rangkuman Hasil Pengamatan Banyak mahasiswa yang aktif bertanya, baik mengenai materi maupun tentang pengerjaan LKM. Pertanyaan tersebut ada yang langsung ditujukan untuk dosen, tetapi lebih banyak ditujukan untuk teman dalam satu kelompok. Banyak mahasiswa yang aktif menjawab pertanyaan dosen dan menjawab pertanyaan teman sekelompoknya Hampir semua mahasiswa aktif berdiskusi dan bekerjasama mengerjakan LKM Ketegangan hanya terjadi pada awal pembelajaran sekitar 5-10 menit, tetapi selanjutnya mahasiswa sudah relaks dan tidak terganggu dengan kehadiran dosen pengamat Mahasiswa tampak senang dan beberapa bahkan tertawa saat dapat menyelesaikan masalah. Selain itu antusiasme belajar sudah meningkat. Bimbingan secara langsung baik individu/ kelompok memperlihatkan bahwa mahasiswa tampak memahami apa yang harus dipelajari/dikerjakan Semua perencanaan sudah terlaksana dan tidak kaku. Penggunaan teknik/metode pembelajaran sudah bervariasi Perolehan Hasil Belajar sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan perolehan nilai hasil belajar disajikan pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Distribusi Kriteria Nilai Hasil Belajar Pada Siklus 1 Kriteri Nilai Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Rerata Nilai = 62.26 (Kriteria Cukup)
Persentase Mahasiswa (%) 17.24% 24.14% 29.31% 13.79% 15.52%
Tahapan See Pada tahapan see, dosen model dan para dosen pengamat mendiskusikan hal-hal yang terjadi pada siklus 2. Hasil diskusi mengindikasikan bahwa telah terjadi perbaikan proses pembelajaran pada siklus 2 dibandingkan proses pembelajaran pada siklus 1. Penilaian ini menunjukkan bahwa proses belajar mengajar pada siklus 2 dinilai baik karena telah sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Hasil yang baik juga diperlihatkan oleh perolehan nilai hasil belajar. Rerata nilai hasil belajar telah mencapai kriteria cukup dan persentase mahasiswa yang memperoleh nilai dengan kriteria minimal cukup sudah lebih dari 70%. Berdasarkan uraian hasil pada siklus 2 maka dosen model dan para dosen pengamat memutuskan telah terjadi perbaikan proses pembelajaran. Oleh karena itu disepakati untuk menghentikan siklus penelitian. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran melalui Pembelajaran Kooperatif dalam Tahapan Lesson Study pada Mata Kuliah Aljabar Linier di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNMUL tahun akademik 2010/2011. Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut terlihat dari hasil belajar yang meningkat serta aktivitas mahasiswa dan dosen yang membaik. Saran
175
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
a) b)
Sebaiknya dosen-dosen melaksanakan pembelajaran kooperatif dalam perkuliahan karena pembelajaran kooperatif tidak hanya meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap materi yang diajarkan tetapi juga memperbaiki aktivitas mahasiswa. Perbaikan kemampuan dosen dalam melaksanakan pembelajaran sebaiknya dilakukan melalui tahapan Lesson Study karena melalui pelaksanaan tahapan Lesson Study secara berkesinambungan dosen memperoleh evaluasi dari teman sejawat (dosen-dosen lainnya).
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Safrudiannur dan Suriaty. 2008. Penerapan Belajar Kelompok dalam Tahapan Lesson Study pada Materi Teknik Integral. Jurnal Didaktika. Volume 9 Nomor 3 Edisi September 2008. Samarinda: FKIP Universitas Mulawarman. Silberman, M.L., 2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Penerbit Nuansa dan Penerbit Nusamedia Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Pranada Media Group.
176
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENINGKATAN AKTIVITAS KOLABORATIF KERJA KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN KALKULUS 2 PADA MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA SEMESTER III FKIP UNILA
Oleh: Gimin Suyadi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung
ABSTRAK: Aktivitas dan partisipasi mahasiswa selama pembelajaran reguler selama ini relatif rendah. Untuk itu diperlukan upaya untuk memperbaikinya melalui pembelajaran berkelompok dilengkapi lembar kerja mahasiswa. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar mahasiswa. Program ini diawali dengan perencanaan yang didiskusikan bersama beberapa teman, menyiapkan rencana pembelajaran dan lembar kerja mahasiswa, kemudian dilaksanakan. Hasil dari program ini adalah aktivitas dan partisipasi mahasiswa selama proses pembelajaran meningkat, tetapi hasil belajarnya tidak. ABSTRACT: The present lesson study was aimed to inprove the students activity and partisipations in learning mathematics and to increase their mathematics learning achievement through cooperative learning model. The results show that the model could improve the students’ learning activities, but not to increase their learning achievement. Key Words: activities, achievement, cooperative learning model.
Pembelajaran yang monoton dapat mengakibatkan kejenuhan bagi pengajar dan juga mahasiswa. Kebiasaan pembelajaran yang didominasi oleh aktivitas dosen menyebabkan mahasiswa cenderung pasif dan lebih sebagai pendengar dari pada menjadi pebelajar. Kebiasaan seperti tersebut sudah berlangsung lama dan masih berlangsung sampai sekarang untuk sebagian pembelajar, termasuk pada pembela-jaran Kalkulus di FKIP Unila. Dengan pembelajaran seperti itu, pengalaman sela-ma ini menunjukkan cukup banyak mahasiswa yang gagal, lebih dari 25% dapat nilai E, dan kurang dari 70% yang lulus dengan nilai A, B, atau C. Alasan ruang yang sempit, mahasiswa yang cenderung pasif, dan banyak alasan lain menjadikan proses pembelajaran cenderung didominasi pembelajar. Apalagi selama proses pembelajaran berlangsung pembelajar tidak diawasi oleh orang lain, sehingga kesalahan yang dilakukan tidak pernah terkoreksi. Padahal seperti yang diungkapkan oleh David Ausubel (Suparno, 2000) mengajar pada dasarnya manipulasi proses belajar untuk meningkatkan hasil belajar. Ini berarti diperlukan upa-ya tertentu agar proses pembelajaran tidak monoton dan membosankan. Juga di-perlukan pengamat yang sekaligus mampu memberi masukan terhadap kekurang-an yang terjadi selama proses pembelajaran. Lebih-lebih untuk mata kuliah mate-matika yang memerlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat menguasai suatu pokok bahasan. Belajar matematika tidak cukup hanya melalui mendengar dan kemudian mencatat apa yang didengarnya. Dalam pembelajaran matematika diperlukan partispasi atau keterlibatan mahasis-wa dalam membahas suatu masalah. Partisipasi yang dimaksudkan disini adalah partisipasi seperti yang dikemukakan Bloom (Suparno, 2000) yaitu sebagai kegiat-an di mana subyek belajar ikut serta mempraktikkan sesuatu baik secara terbuka maupun secara tertutup. Jumlah keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar merupakan indeks yang baik bagi kualitas pembelajaran.
177
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi dan aktivitas pebelajar adalah pembelajaran berkelompok. Menurut Nur dan Wikandari (2000) siswa lebih mudah mempelajari konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusi-kannya bersama teman dalam kelompoknya. Dalam belajar berkelompok akan ter-bangun suatu komunikasi yang memudahkan mereka membangun suatu pengerti-an. Dalam banyak iklan pencari kerja hampir selalu disyaratkan kepada calon pelamar tentang kemampuannya bekerja dalam team. Ini berarti sejak dini para pebelajar harus dibiasakan bekerja dalam kelompok. Menurut Nurhadi (2004) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Demikian juga As’ari (2003) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif proses merekonstruksi pengetahuan cenderung kepada terjadinya interaksi sosial di dalam kelompoknya. Proses mengonstruksi pengetahuan ini dapat dilakukan dengan memberikan lembar kerja kepada mahasiswa yang membimbing mereka menemukan sendiri suatu kosep pokok bahasan yang sedang dipelajari. Oleh karenanya melalui Lesson Study, dimana proses pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil dan menggunakan lembar kerja, kemudian pelaksana-annya juga diobservasi oleh sesama pembelajar diharapkan dapat meningkatkan aktivitas kolaboratif dalam kerja kelompok mahasiswa yang pada gilirannya ber-dampak pada peningkatan hasil belajar. Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah kegiatan ini adalah: Apakah pem-belajaran kooperatif yang dilengkapi dengan lembar kerja mahasiswa dapat meningkatkan aktivitas kolaboratif kerja kelompok dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Kalkulus 2? Tujuan dari Lesson Study, adalah meningkatkan aktivitas kolaboratif dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Kalkulus 2 melalui pembelajaran kooperatif. METODE
Diawali dengan pembahasan rencana kegiatan bersama beberapa teman, diputuskan akan dilakukan lesson study untuk mata kuliah kalkulus 2. Ditetapkan pula pokok bahasan yang akan dibahas adalah Aplikasi Integral yang meliputi Luas Bidang Datar, Volum Benda Putar metode cincin, Volum Benda Putar Metode Kulit Tabung, serta Panjang Busur. Selanjutnya dibuatlah silabus dan rencana pembelajaran. Sebelum kegiatan dimulai, disiapkan dahulu lembar kerja mahasiswa (LKM) yang memberi arah kepada mahasiswa bagaimana menemukan suatu rumus atau membuktikan teorema. Lesson study ini direncanakn untuk empat siklus, setiap siklus membahas pokok bahasan lengkap dengan latihannya. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini dipantau oleh dua orang observer tetap, dan kadang-kadang juga dihadiri oleh observer lain. Di akhir siklus observer memberi masukan tentang kejadian yang telah terjadi dan sekaligus saran perbaikannya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Siklus 1. Siklus 1 dilaksanakan sesuai jadual kuliah yaitu pada hari Kamis tanggal 13 Okto-ber 2011, pukul 15.00 s.d. 17.00. Materi yang dibahas adalah menemukan rumus Luas Bidang Datar yang dibatasi sebuah kurva dengan sumbu-sumbu koordinat dan luas daerah yang dibatasi dua kurva. Sebelum memulai kegiatan, mahasiswa diberi penjelasan tentang model pembelajarannya dan materi yang akan dibahas. Kemudian mahasiswa diingatkan kembali tentang Jumlahan dan Integral Rieman yang akan menjadi dasar bagi pembahasan hari itu. Setelah itu mahasiswa dike-lompokkan, dengan setiap kelompok terdiri dari empat atau lima orang. Pada seti-ap kelompok ditemaptkan satu orang yang berdasarkan hasil kuis sebelumnya memperoelh nilai baik, selanjut yang lain dipersilahkan memilih teman berke-lompoknya. Setelah mahasiswa berkelompok, kemudian dibagikan LKM yang berisi petunjuk tentang hal-hal yang harus mereka kerjakan. Ada tiga subpokok bahasan dalam materi ini, yaitu mencari rumus luas yang dibatasi kurva y = f(x), sumbu x dan garis-garis x =a dan x = b, kemudian mencari rumus luas area yang dibatasi 178
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
kurva x = g(y), sumbu y, dan garis y = c dan y = d, terakhir menemukan rumus luas area yang dibatasi dua kurva. Selama kegiatan berlangsung baik pengajar maupun observer memantau dan men-cermati kegiatan setiap kelompok mahasiswa. Sekali-sekali pengajar menjelaskan secara sepintas jika ada kelompok yang kesulitan memahami perintah LKM. Kegiatan ini selesai sekitar 30 menit hampir semua kelompok telah menemukan rumus luas bidang datar yang dibatasi kurva f(x), sumbu x, dan garis x=a dan x=b. Kemudian ditawarkan kepada mahasiswa untuk mepresentasikan hasil diskusinya ke depan, dengan motivasi diberi bonus tambahan nilai akhir ½, jika dia dapat menjelaskan dengan benar. Setelah presentasi mahasiswa, pembelajar memberi penguatan diperolehnya rumus tersebut. Untuk pendalaman, selanjutnya semua kelompok diminta mengerjakan salah satu soal yang ada di buku teks. Sekitar lima menit ditawarkan kepada mereka yang telah selesai dan bersedia mengerjakan di depan. Untuk memberi motivasi agar mahasiswa mau mengerjakan didepan, seperti tadi dijanjikan bonus berupa penambahan nilai akhir mereka sebesar ½. Untuk kegiatan ini dapat diselesaikan mahasiswa sebanyak dua soal. Selanjutnya masing-masing kelompok diminta berdiskusi kembali untuk menemukan rumus luas, jika pembatasnya adalah sumbu y. Kagiatan ini berlangsung sekitar 10 menit, sebab mereka tinggal mengembangkan konsep yang sudah ada. Selanjutnya meereka diminta mengerjakan soal kembali yang ada di buku teks. Kemudian kepada mahasiswa juga ditawarkan untuk mengerjakan di depan dengan motivasi bonus yang sama. Dalam hal ini dapat diselesaikan satu soal. Kemudian pada bagian ketiga, mahasiswa diminta mencari rumus luas jika dibatasi oleh dua buah kurva. Untuk memperoleh rumusnya tidak terlalu lama. Seperti pada dua bagian sebelumnya setelah rumus diperoleh mahasiswa diminta mengerjakan satu soal. Pada bagian ini diperlukan waktu cukup lama, bahkan banyak mahasiswa yang tidak berhasil menemukan jawabnya. Hal ini diseebabkan mahasiswa harus mengintegralkan terhadap variabel y, sedangkan fungsinya disajikan dengan variabel bebas x. Sehingga untuk memotivasi, mahasiswa yang bersedia maju dan mengerjakan dengan benar diberi bonus nilai C (jika ingin dapat A atau B, dia harus ikut kuliah dan ujian seperti yang lain), sementara anggota kelompoknya mendapat tambahan nilai akhir ½. Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, dibuat kesimpulan dan penguatan tentang hasil yang diperoleh pada hari itu, dan kepada mahasiswa diingatkan agar membaca lebih dahulu pokok bahasan yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya. Setelah mahasiswa keluar ruangan, diadakan diskusi refleksi antara pengajar dan observer. Beberapa catatan dan saran dari observer sebagai berikut: Observer 1: 1. Penggunaan ruangan terlalu luas, sehingga menyulitkan pemantauan. 2. Masih ada anggota kelompok yang pasif, tidak terlibat dalam diskusi kelompoknya 3. Mahasiswa ketika presentasi harus sambil menjelaskan, jangan hanya menulis saja 4. Waktu diskusi tidak sesuai dengan yang ditentukan Observer 2: 1. Ketika menugasi mahasiswa untuk mempresentasikan temuannya, masih ada kelompok yang belum selesai bekerja, sehingga mereka tidak memperhatikan presentasi temannya. 2. Masih ada mahasiswa yang tidak punya perhatian serius pada kerja kelompoknya 3. Sebaiknya waktu kerja ditetapkan dahulu, sebelum menyuruh mahasiswa presentasi ke depan 4. Sebaiknya ketika mengerjakan soal di depan mahasiswa jangan hanya menulis saja, tetapi sambil menjelaskan langkah-langkah yang diambilnya Siklus 2 Siklus kedua dilaksanakan pada Kamis 20 Oktober 2011, mulai pk. 15.00. Kegiatan diawali dengan apersepsi dan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan konsep yang belum jelas atau soal yang belum mereka temu-kan jawabnya. Kegiatan ini berlangsung tidak sampai 10 menit, karena seperti biasanya yang mau bertanya hanya satu atau dua orang saja. Selanjutnya pembelajar menjelaskan sepintas materi yang akan dibahas, dilanjut-kan dengan meminta siswa membentuk kelompok belajar. Setelah terbentuk, pem-belajar memindah beberapa orang ke kelom179
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
pok lain untuk mengurangi ketidak-seriusan seperti yang terjadi pada siklus 1. Setelah selesai barulah LKM dibagikan. Pokok bahasan yang dibahas pada siklus 2 adalah Volum Benda Putar yang diperoleh dengan metode cincin. Ada tiga subpokok bahasan dalam materi ini, pertama mencari rumus volum benda putar yang diperoleh dari memutar area yang dibatasi kurva y = f(x) sumbu x, garis x = a dan x = b mengelilingi sumbu x, kedua mencari rumus benda putar yang diperoleh dari memutar area yang dibatasi kurva x = g(y), sumbu y, garis y = c dan y = d diputar mengelilingi sumbu y, dan terakhir mencari volum benda putar yang dibatasi dua kurva. Pada waktu mahasiswa bekerja dalam kelompok baik pembelajar maupun observer mendatangi setiap kelompok untuk memantau aktivitas mereka.Waktu yang dibe-rikan untuk membahas materi pertama sekitar 30 menit, setelah selesai mahasiswa diminta secara sukarela untuk menjelaskan ke depan. Setelah selesai, pembelajar memberi penguatan, selanjutnya menugasi semua kelompok mengerjakan satu soal yang di buku teks. Setelah selesai, salah seorang mahasiswa diminta mengerjakan di depan. Kemudian kegiatan dilakukan untuk membahas subpokok bahasan berikutnya. Dalam penugasan mengerjakan soal ke depan tidak selalu diberi bonus, kadang ditunjuk dengan agak memaksa agar mahasiswa mau ke depan. Hal ini dilakukan agar mereka lebih berusaha menyiapkan materinya dalam diskusi. Refleksi Setelah semua kegiatan tuntas dan mahasiswa keluar ruangan, observer memberi masukan: Observer 1: 1. Tingkat partisipasi/aktivitas sudah baik, hampir tidak terlihat ada yang bengong saja. 2. Ketika menggambar grafik, mengapa tidak diharuskan menggunakan peng-garis. Dikhawatirkan kebiasaan ini terbawa nanti ketika menjadi guru. Observer 2: 1. Tingkat partisipasi/aktivitas sangat tinggi, semua kelihatan aktif berdiskusi, interaksi lebih baik dari siklus 1, tetapi masih ada yang mau enaknya saja 2. Ketika mahasiswa mengerjakan soal di depan ada penulisan simbol yang tidak lazim, seharusnya ditegur untuk perbaikan. Yaitu penulisan simbol π dengan menggunakan simbol mirip omega. Siklus 3 Siklus 3 dilaksanakan sesuai jadual yaitu Kamis, 27 Oktober 2011, pk 15.00-17.00. Setelah apersepsi dilanjutkan dengan mengerjakan dua soal oleh mahasiswa, disampaikan materi yang akan dibahas pada hari itu, kemudian mahasiswa diminta membentuk kelompok kecil. Karena hasil refleksi 2 menunjukkan partisipasi yang sudah baik, maka mahasiswa bebas memilih kelompoknya. Selanjutnya setiap kelompok diberi LKM yang membahas pokok bahasan Volum Benda Putar dengan metode kulit tabung. Kesempatan yang diberikan untuk memperoleh rumus tersebut 30 menit. Setelah waktu dianggap cukup, mahasiswa diminta menjelaskan hasil diskusinya. Seorang maju ke depan setelah dijanjikan dapat bonus C jika presentasinya benar. Setelah itu pembelajar memberi penguatan, dilanjutkan menugasi semua kelompok untuk mengerjakan soal yang ada di buku teks. Berikutnya, tanpa melalui proses partisi semua kelompok ditugasi mencari bentuk rumusnya, jika areanya diputar mengelilingi sumbu y. Mahasiswa ternyata mampu menemukan bentuk rumus dengan menggunakan analogi. Selanjutnya mereka diminta mengerjakan beberapa soal untuk pendalaman konsep yang diperoleh. Ada 4 mahasiswa secara bergantian mengerjakan soal di depan kelas, yang berarti ada empat macam soal yang telah dibahas. Sekitar pk.17.10 kegiatan berakhir, dilanjutkan refleksi bersama oberver. Masukan dan saran dari observer: Observer 1: 1. Konsep cukup sulit, sehingga ada 2 kelompok yang pasif. 5 kelompok lain bagus.
180
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
2. Ketika ada yang presentasi ke depan yang lain kurang konsentrasi, tetapi ketika dijelaskan oleh pembelajar, konsentrasi penuh 3. Langkah LKM kurang detil, sehingga kelompok lemah bingung 4. Sebaiknya pembagian kelompok diarahkan, jangan dibebaskan 5. Perlu perhatian khusus untuk penempatan posisi duduk Observer II 1. Interaksi lebih kaku jika dibandingkan dengan siklus 2 2. Masih ada kelompok yang lemah Siklus 4 Siklus 4 dilaksanakan pada hari Kamis, 3 November 2011, mulai pk.15.00, materi yang dibahas adalah Panjang kurva y = f(x), yang terdiri dari dua subpokok bahasan yaitu menghitung panjang busur dengan menggunakan variabel utama x dan y, dan menghitung panjang busur dengan menggunakan fungsi parameter. Seperti pada siklus sebelumnya, kegiatan diawali dengan apersepsi dan menugasi mahasiswa untuk mengerjakan beberapa soal ke depan. Selanjutnya dijelaskan materi yang akan dibahas pada hari tersebut. Setelah itu, mahasiswa dikelompokkan dengan memperhatikan heteroginitas mahasiswa dari segi kompetensinya. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kelompok bengong seperti yang terjadi pada siklus 3. Seterusnya LKM dibagikan, semua kelompok diberi waktu sekitar 20 menit untuk membahas materi panjang busur dengan menggunakan variabel utama x dan y. Seperti pada siklus sebelumnya, selama kegiatan berlangsung pembelajar dan observer mengamati kegiatan semua kelompok. Setelah waktu dianggap cukup, salah satu kelompok diminta menunjuk seorang anggotanya untuk presentasi ke depan, sementara yang lain diminta untuk memperhatikan. Setelah selesai pembelajar memberi penguatan, dan kemudian meminta maha-siswa mengerjakan satu soal yang ada di buku teks. Setelah hal tersebut dianggap tuntas, semua kelompok diminta mendalami LKM berikutnya yaitu mengubah rumus panjang busur yang telah diperoleh dengan menggantinya dalam bentuk parameter x = f(t) dan y = g(t). Sekitar 15 menit hal tersebut selesai, kemudian ditawarkan kepada mahasiswa untuk menjelaskan di depan. Seperti biasa, setelah selesai pembelajar memberi penguatan, kemudian menugasi semua kelompok mengerjakan soal yang ada di buku teks. Kegiatan ini diakhiri sekitar pk. 16.30, selanjutnya mahasiswa mengerjakan soal secara mandiri. Setiap mahasiswa mengerjakan sebanyak 4 soal yang mencakup semua pokok bahasan sejak siklus 1 sampai siklus 4. Ketika mahasiswa mengerjakan soal, pembelajar dan observer melakukan refleksi. Catatan dan saran dari observer adalah: Observer 1 LKM kurang detil, sehingga memerlukan banyak intervensi dari pembelajar Akibatnya ada kelompok yang menunggu didatangi pembelajar Aktivitas cukup tinggi Observer 2 Partisipasi sudah bagus Pengaturan waktu baik Dapat dicoba untuk kelompok kecil (2 – 3 orang), agar komunikasi lebih lancar Pembahasan Pembelajaran berkelompok bukan baru kali ini saja dilaksanakan. Tetapi sela-ma ini tidak pernah menggunakan LKS, dan bersifat sporadis saja. Demikian juga kemandirian belajar mahasiswa sudah sering dilakukan, pembelajar sudah banyak mengurangi aktivitas ceramahnya, namun kemauan mahasiswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh masih perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat pada siklus 1, masih ada kelompok yang bengong yang tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Pada siklus 2, pengelompokannya diperbaiki yaitu dengan menyebar mahasis-wa yang sering bengong ke beberapa kelompok, hasilnya adalah partisipasi serta aktivitas meningkat dibandingkan dengan 181
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
siklus 1. Masih adanya kelom-pok bengong, karena mereka datangnya terlambat dan hampir berbarengan, sehingga mereka diminta membentuk kelompok sendiri. Karena pada siklus 2, partisipasi dan aktivitas belajar mahasiswa sudah baik, maka pengelompokan pada siklus 3 dibebaskan kepada mahasiswa untuk memilih temannya berkelompok. Namun yang terjadi adalah, yang pandai cenderung memilih yang pandai, sedangkan yang kurang cenderung juga berkelompok dengan yang kurang. Akibatnya ada dua kelompok bengong kembali muncul, tetapi 5 kelompok lain aktivitas tinggi. Ini berarti kelompok heterogen harus tetap dipertahankan agar semua kelompok dapat berjalan sama. Dan hal ini dilakukan pada siklus 4, ternyata memang tingkat partisipasi lebih baik. Dari segi peningkatan aktivitas dan partisipasi lesson study ini dapat dikatakan berhasil. Demikian juga suasana belajar terlihat tidak tegang, terlihat santai tapi serius. Biasanya kelas Kalkulus sering tegang, apalagi ketika sedang membahas soal. Sedangkan dari segi hasil belajar, jika dibandingkan dengan hasil kuis pertama, sebelum lesson studi Partisipasi dan aktivitas mhs meningkat Hasil belajar: nilai rata-rata 57,5, dengan 13 orang yang memperoleh nilai ≥ 60 Dibandingkan hasil kuis sebelum LS (kuis bab V): nilai rata-rata 59,3 dengan 20 orang yang memperoleh nilai ≥ 60 Dibandingkan dengan hasil sebelum lesson study, ternyata tidak terjadi pening-katan hasil belajar. Hal ini kemungkinan kurang banyak latihan mengerjakan soal, karena waktu lebih banyak digunakan untuk mencari rumus. Sedangkan pada pembelajaran reguler, pembelajar lebih aktif dalam mendapatkan rumus, baru kemudian pebelajar diajak mmengrjakan soal Masukan dari observer memang membantu pembelajar untuk memperbaiki kekurangannya, masalahnya setelah program lesson study berakhir, siapa yang bersedia secara sukarela menjadi observer, agar mendapatkan hasil maksimal. KESIMPULAN
Lesson study dapat meningkatkan partisipasi dan aktivitas belajar, tetapi belum meningkatkan hasil belajar. REFERENSI As’ari, Abdurrahman, 2003. Pembelajaran Matematika dengan Cooperative Learning, makalah disajikan pada Seminar Pendidikan MIPA FKIP Unila Nur, M dan Wikandari, 2000. Pembelajaran berpusat pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran, Unesa, Surabaya Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual, UM Press, Malang Suparno, A. Suhaenah, 2000. Membangun Kompetensi Belajar, Ditjen Dikti, Jakarta.
182
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR GEOMETRI NALITIK II MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS LESSON STUDY
Utami Murwaningsih 1) Herry Agus Susanto 2) 1)
2)
[email protected] [email protected]
ABSTRAK Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbasis lesson study dapat meningkatkan prestasi belajar Geometri Analitik II pada mahasiswa semester III tahun akademik 2011/ 2012”. Model penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat komponen, yaitu 1) rencana, 2) tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Data diperoleh dengan cara tes, interview/ wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif yang dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbasis lesson study dapat meningkatkan prestasi belajar Geometri Analitik II pada mahasiswa semester III tahun akademik 2011/ 2012. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan rata-rata nilai post test. Dari rekapitulasi nilai post test, dapat disimpulkan rata-rata nilai tertinggi pada Open Lesson/ siklus kedua, yaitu penggunaan modifikasi model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), The Windows, dan TPS (Think Pair Share) berbasis Lesson Study. Ketika mahasiswa dikelompokkan menjadi lima kelompok secara heterogen kemudian masing-masing kelompok dibagi lagi secara berpasangan, memungkinkan mahasiswa belajar mandiri. Presentasi materi secara garis besar dengan powerpoint yang dipersiapkan dengan The Windows membantu mahasiswa memahami materi. Kata kunci: NHT, lesson study, prestasi belajar mahasiswa.
Dewasa ini nampaknya telah terjadi penerapan yang keliru atas konsep pengajaran yang berorientasi pada siswa, sehingga berdampak pada pelaksanaan pembelajaran yang kurang berorientasi pada siswa. Siswa sering mengalami kesulitan dalam menerapkan rumus-rumus, memahami teorema-teorema bahkan kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal. Kesulitan-kesulitan diatas tidak hanya terjadi didalam pendidikan dasar dan menengah saja, tetapi juga pada pendidikan tinggi. Sebuah jenjang pendidikan yang lebih memprioritaskan pengembangan dan penerapannya didalam masyarakat nantinya. Tak terkecuali hal ini dialami mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Univet Bantara Sukoharjo dalam perkuliahan Geometri Analitik II. Berdasarkan pengalaman dosen melaksanakan pembelajaran pada tahun akademik sebelumnya, kegiatan belajar dan kegiatan berpikir mahasiswa pada mata kuliah Geometri Analitik II, dirasa kurang optimal. Hal ini dapat diindikasikan dengan beberapa indikator sebagai berikut.
183
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
1. Pada kegiatan pembelajaran mahasiswa kurang berani mengajukan pertanyaan, serta kurang berani menyampaikan gagasan/ide tentang sesuatu materi ajar, sehingga kegiatan belajar mahasiswa dalam kelas terasa kurang optimal. 2. Pada kegiatan pembelajaran mahasiswa kurang aktif melakukan proses berpikir untuk mendiskusikan dengan teman yang berdekatan temapt duduknya, sehingga kegiatan belajar mahasiswa dalam kelas terasa kurang optimal. 3. 37% mahasiswa memperoleh nilai C pada semester III tahun akademik 2010/ 2011. Dengan mengetahui prestasi belajar anak, kita dapat mengetahui kedudukan anak di dalam kelas, apakah anak tersebut termasuk dalam kategori pandai, sedang atau kurang. Syaiful Bahri Djamarah (1991: 78) mengatakan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Dari kedua pendapat di atas, disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf sebagai hasil dari aktivitas belajar. Pendidikan matematika mencakup proses belajar, proses mengajar dan pemikiran kreatif. Kesulitan yang dialami mahasiswa tidak hanya bersumber dari kemampuan mahasiswa yang kurang tetapi ada faktor yang turut menentukan keberhasilan mahasiswa dalam belajar Geometri Analitik II, yaitu faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa, yang antara lain meliputi keadaan sosial ekonomi, lingkungan sarana atau fasilitas, model pembelajaran yang dipakai oleh dosen, dan sebagainya. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan terjadi interaksi antar mahasiswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model belajar yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling membagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Anita Lie, 2008: 37). Selain itu, model pembelajaran ini dapat mendorong mahasiswa untuk meningkatkan kerja sama mereka dan meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Di lain pihak, salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran/ perkuliahan di Perguruan Tinggi adalah dengan melaksanakan lesson study. Lesson Study merupakan suatu model merupakan pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsipprinsip kolegialitas yang saling membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar. Prinsip kolegialitas dan mutual learning (saling belajar) diterapkan dalam berkolaborasi ketika melaksanakan kegiatan Lesson Study (Friedkin, 2005:3). Dengan kata lain, peserta kegiatan Lesson Study tidak boleh merasa superior (merasa paling pintar) atau inferior (merasa rendah diri) tetapi semua peserta kegiatan Lesson Study harus mempunyai niat untuk saling belajar. Peserta yang sudah paham atau memiliki ilmu lebih harus mau berbagi dengan peserta yang belum paham, sebaliknya peserta yang belum paham harus mau bertanya kepada peserta yang sudah paham. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lesson study pada hakikatnya merupakan pendekatan yang komprehensif menuju pembelajaran profesional serta mensuport dosen menjadi pembelajar sepanjang hayat dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran pada mata kuliah Geometri Analitik II, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbasis lesson study menjadi sesuatu yang menarik untuk dilaksanakan. Agar tidak luas jangkauannya, maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbasis lesson study dibatasi dan difokuskan pada mata kuliah Geometri Analitik II mahasiswa semester III tahun akademik 2011/ 2012 di Program Studi Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Mata Kuliah Geometri Analitik II merupakan bagian dari matematika yang memainkan peranan penting dalam penataan nalar dan menciptaan kedisiplinan. Geometri analitik pada hakekatnya 184
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
mempelajari geometri dengan menggunakan simbol-simbol dan perhitungan aljabar, sehingga menuntut mahasiswa menggunakan penalaran dan kedisiplinan. Geometri Analitik II erat dengan mata kuliah vektor, kalkulus, dan geometri analitik I. Geometri Analitik II dengan vektor berhubungan timbal balik, yakni saling mendukung dalam memahami materi satu dengan yang lain. Geometri Analitik IIbanyak memberikan dukungan dalam memahami materi-materi kalkulus. Geometri Analit I sebagai prasyarat dalam mempelajari Geometri Analit II. Geometri Analitik II mempelajari sifat-sifat geometri dari hubungan fungsional antara absis (x), ordinat (y), dan aplikat (z). Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbasis lesson study dapat meningkatkan prestasi belajar Geometri Analitik II pada mahasiswa semester III tahun akademik 2011/ 2012. METODE
Model penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat komponen, yaitu 1) rencana, 2) tindakan, 3) observasi, 4) refleksi (Soedarsono, 1997:16). Dengan demikian prosedur penelitian ini memiliki siklus, rencana – tindakan – observasi – refleksi dan revisi dan seterusnya yang dilaksanakan secara kolaboratif antar anggota Tim Lesson Study mata kuliah Geometri Analitik II sehingga tercapai tujuan yang diinginkan dengan tindakan yang paling efektif. Data diperoleh dengan cara tes, interview/ wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi. Data yang diperoleh disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dirumuskan. Peneliti dan narasumber di sini memiliki posisi yang sama, oleh karena itu narasumber bukan sekadar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki (Sutopo, 2006:57-58). Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester III F tahun akademik 2011/ 2012 dan tim lesson study mata kuliah Geometri Analitik II sebanyak 6 dosen. Peneliti sebagai dosen model, secara aktif berinteraksi secara langsung dengan subjek penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif yang dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan simpulan. Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini, diharapkan pada akhir siklus keempat, terjadi peningkatan prestasi belajar mahasiswa yaitu dari nilai rata-rata postes Geometri Analitik II yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbasis lesson study terjadi peningkatan. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Open Lesson I/ Siklus I Fokus : kemandirian belajar mahasiswa Materi : Persamaan bidang; Persamaan sederhana bidang; Persamaan Normal Hesse; dan Merubah persamaan umum ax + by + cz + d = 0 ke bentuk normal Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut. Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut. a. Penyusunan metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan. Berkaitan dengan fokus yang ditetapkan, maka pembelajaran direncanakan menggunakan model pembelajaran NHT dan The Windows (jendela-jendela yang akan menampilkan blok informasi yang mendampingi kertas kerja dari pokok bahasan yang sedang diterangkan blok tersebut bukan bagian dari kertas kerja, tapi adalah kotak samping yang berisi rumus, batasan-batasan atau teorema pendahulu yang memberikan daya dukung pekerjaan yang sedang dikerjakan). The Windows dipersiapkan dalam bentuk media visual berupa powerpoint untuk menunjang proses pembelajaran. b. Evaluasi perangkat pembelajaran yang dibuat dosen model seperti RMP, dan Silabus. 185
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Pelaksanaan (Do) Proses perkuliahan yang berlangsung adalah sebagai berikut. Metode : NHT dan The Windows Langkahnya : a. Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor yang berbeda satu sama lain. b. Dosen mempresentasikan materi secara garis besar di depan kelas. c. Dosen memberikan tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok. d. Mahasiswa memposisikan dirinya sehingga duduk berdekatan dengan teman yang sekelompok. e. Mahasiswa mendiskusikan persoalan yang diberikan dan bersama-sama memecahkan persoalan yang diberikan. f. Selama diskusi kelompok, dosen bertindak sebagai motivator. g. Kelompok merangkum semua hasil diskusi dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui atau memahami hasil diskusi tersebut. h. Dosen memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. i. Mahasiswa dari kelompok lain yang masih belum paham atau berbeda pendapat menyampaikan pertanyaan atau pendapatnya, yang dibimbing oleh dosen. j. Dosen bersama dengan mahasiswa membuat rangkuman tentang hasil presentasi mahasiswa. k. Dosen memberikan pujian kepada kelompok terbaik. l. Post test individu dengan hasil sebagai berikut. Tabel 1. Rangkuman hasil penilaian Open Lesson I/ Siklus I Rentang Nilai (x) x < 55 55 x < 70 70 x < 85 85 x < 100 Rata-rata
Banyak Mahasiswa 0 1 10 24 88,83
Refleksi (See) Hasil dari refleksi adalah sebagai berikut. a. Ada satu kelompok yang anggotanya hampir semuanya pasif, sehingga perlu pembagian kelompok yang lebih heterogen. b. Mahasiwa secara umum sudah aktif dan mandiri, indikatornya adalah masing-masing mahasiswa berinisiatif diskusi memecahkan masalah dan ketika disuruh untuk presentasi hasil diskusi, tidak ada mahasiswa yang menolak untuk maju. c. Dosen model lupa untuk memberikan reward kepada mahasiswa yang aktif atau mandiri. 2.
Open Lesson II/ Siklus II Fokus : kemandirian belajar mahasiswa Materi : Jarak titik ke bidang; Sudut arah, cos arah dan bilangan arah bidang Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut. Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut. a. Tim lesson study membentuk kelompok mahasiswa secara heterogen. Direncanakan modifikasi model NHT, The Windows, dan TPS (Think Par Share). The Windows dipersiapkan dalam bentuk media visual berupa powerpoint untuk menunjang proses pembelajaran. b. Evaluasi perangkat pembelajaran yang dibuat dosen model seperti RMP, dan Silabus. 186
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Pelaksanaan (Do) Proses perkuliahan yang berlangsung adalah sebagai berikut. Metode : NHT, The Windows, dan TPS (Think Pair Share) Langkahnya : a. Dosen mempresentasikan materi secara garis besar dengan powerpoint yang dipersiapkan dengan The Windows. b. Mahasiswa dikelompokkan menjadi lima kelompok secara heterogen kemudian masingmasing kelompok dibagi lagi secara berpasangan dan masing-masing diberi soal untuk didiskusikan. Setelah selesai, setiap kelompok kembali menyatu dan mendiskusikan semua soal yang didiskusikan bersama. Kemudian dosen memanggil nomor tertentu untuk mempresentasikan hasil diskusi mengerjakan soal. c. Post Test dengan hasil sebagai berikut. Tabel 2. Rangkuman Hasil Penilaian Open Lesson II/ Siklus II Rentang Nilai (x) x < 55 55 x < 70 70 x < 85 85 x < 100 Rata-rata
3.
Banyak Mahasiswa 1 1 4 25 91,13
Refleksi (See) Hasil dari refleksi adalah sebagai berikut. a. Ruangan panas b. Penggunaan power point membuat mahasiswa lebih mudah memahami materi. c. Tim lesson study Geometri Analitik II tampak kompak d. Kemandirian belajar meningkat, indikatornya ketika diberi pertanyaan, mahasiswa bersedia memberi tanggapan. e. Ketika post test, posisi duduk masih saling berdekatan. f. Pembagian tugas kelompok tidak sesuai Plan, tugas ditentukan dosen untuk masing-masing pasangan. Open Lesson III/ Siklus III Fokus : kemandirian belajar mahasiswa Materi : a. Syarat dua bidang sejajar, berimpit, dan tegak lurus. b. Persamaan bidang melalui satu titik (x1, y1, z1) dengan bilangan arah A, B, C; bidang yang memotong sumbu-sumbu koordinat sejauh a, b, c dari O; bidang melalui tiga titik (x1 ,y1 ,z1) , (x2 , y2, z2) , (x3, y3, z3); dan bidang melalui empat titik yang sebidang Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut. Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut. a. Direncanakan modifikasi model NHT dan STAD. Mahasiswa sudah dibagi ke dalam lima kelompok heterrogen dan sudah diberikan persoalan untuk masing-masing kelompok pada pertemuan sebelum Open Lesson III. b. Evaluasi perangkat pembelajaran yang dibuat dosen model seperti RMP, dan Silabus. Pelaksanaan (Do) Hari, tanggal: kamis, 20 Oktober 2011 Proses perkuliahan yang berlangsung adalah sebagai berikut. Metode : NHT dan STAD Langkahnya : 187
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
a. Mahasiswa maju presentasi dengan power point per kelompok masing-masing 10 menit, ditunjuk oleh dosen. b. Mahasiswa yang belum paham, menanyakan kepada kelompok yang maju sehingga diperoleh kesimpulan. c. Post Test dengan hasil sebagai berikut. Tabel 3. Rangkuman Hasil Penilaian Open Lesson III/ Siklus III Rentang Nilai (x) x < 55 55 x < 70 70 x < 85 85 x < 100 Rata-rata
4.
Banyak Mahasiswa 7 6 6 11 67,33
Refleksi (See) Hasil dari refleksi adalah sebagai berikut. a. Ruangan lebih baik daripada open lesson II. b. Mahasiswa lebih mandiri, indikatornya adalah beberapa mahasiswa yang belum bisa menyelesaikan persoalan yang ditugaskan, menemui dosen untuk konsultasi dan diskusi, selain itu semua mahasiswa aktif dalam mengikuti presentasi kelompok, jika ada yang tidak paham langsung menanyakan. c. Ada mahasiswa yang melalkukan kegiatan sendiri di luar proses pembelajaran. Open Lesson IV/ Siklus IV Fokus : kemandirian belajar mahasiswa Materi : Bendel dan Jaringan Bidang Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut. Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut. a. Tim lesson study merencanakan modifikasi model NHT, The Windows, dan Quantum Learning. The Windows dipersiapkan dalam bentuk media visual berupa powerpoint untuk menunjang proses pembelajaran. b. Tim lesson study mempersiapkan musik yang tepat untuk mengiringi mahasiswa masuk kelas, diskusi, dan keluar kelas. c. Evaluasi perangkat pembelajaran yang dibuat dosen model seperti RMP, dan Silabus. Pelaksanaan (Do) Hari, tanggal : rabu, 26 Oktober 2011 Proses perkuliahan yang berlangsung adalah sebagai berikut. Metode : NHT, The Windows, dan Quantum Learning Langkahnya : a. Ketika mahasiswa masuk kelas atau sebelum proses belajar mengajar dimulai, diputarkan musik atau lagu-lagu kesukaan mahasiswa dengan volume tinggi (tetapi tidak terlalu keras). b. Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen. Setiap mahasiswa dalam kelompok mendapat nomor yang berbeda satu sama lain. c. Mahasiswa diminta duduk berdekatan dengan teman yang sekelompok. d. Setelah semua mahasiswa siap dan duduk sesuai dengan tempat kelompoknya, musik dimatikan. e. Dosen mempresentasikan materi secara garis besar di depan kelas. f. Dosen memberikan tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok. g. Selama mahasiswa berdiskusi, diputarkan musik-musik slow dengan volume kecil. h. Mahasiswa mendiskusikan persoalan yang diberikan dan bersama-sama memecahkan persoalan yang diberikan. 188
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
i. Selama diskusi kelompok, dosen bertindak sebagai motivator. j. Kelompok merangkum semua hasil diskusi dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui atau memahami hasil diskusi tersebut. k. Setelah diskusi kelompok selesai, musik dimatikan. l. Dosen memanggil salah satu nomor. Mahasiswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. m. Mahasiswa dari kelompok lain yang masih belum paham atau berbeda pendapat menyampaikan pertanyaan atau pendapatnya, yang dibimbing oleh dosen. n. Dosen bersama dengan mahasiswa membuat rangkuman tentang hasil presentasi mahasiswa. o. Dosen memberikan pujian kepada kelompok terbaik. p. Post Test dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Penilaian Open Lesson IV/ Siklus IV Rentang Nilai (x) x < 55 55 x < 70 70 x < 85 85 x < 100 Rata-rata
Banyak Mahasiswa 3 5 12 11 71,61
Refleksi (See) Hasil dari refleksi adalah sebagai berikut: a. Diskusi sudah hidup. b. Mahasiswa meningkat aktivitas dan kemandiriannya, indikatornya adalah ada mahasiswa yang bisa langsung memberi penjelasan kepada mahasiswa lain yang kurang paham, mahasiswa sudah bisa memberi tanggapan ketika ada kekeliruan pada presentasi dosen c. Ada observer yang ngobrol sendiri sehingga mengganggu proses pembelajaran d. Ketika mahasiswa presentasi ke depan, ada mahasiswa yang aktif mengikuti prersentasi dan mencatat, ada yang pasif. e. Pada waktu post test, masih ada mahasiswa yang kurang percaya diri (tanya pada temannya). f. Power point masih ada yang salah. Berikut ditampilkan rekapitulasi modifikasi model pembelajaran NHT berbasis Lesson Study beserta prestaasi belajar yang dicapai mahasiswa pada mata kuliah Geometri Analitik II tiap Open Lesson/ tiap Siklus. Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Penilaian Tiap Open Lesson/ Siklus Open Lesson/ Siklus I II III IV
Modifikasi Model Pembelajaran NHT, The Windows NHT, The Windows, TPS NHT, STAD NHT, The Windows, Quantum Learning
Rata-Rata Prestasi Belajar 88,83 91,13 67,33 71,61
Tabel di atas menunjukkan bahwa prestasi mahasiswa dari silkus I ke siklus II meningkat, dari siklus II ke siklus III turun, dan dari siklus III ke siklus IV meningkat lagi, rata-rata prestasi belajar tertinggi pada siklus II, yaitu 91,13, dilakukan modifikasi model NHT, The Windows, dan TPS (Think Pair Share) berbasis lesson study. Pada waktu dosen mempresentasikan materi secara garis besar dengan powerpoint yang dipersiapkan dengan The Windows, mahasiswa secara aktif menyimak penjelasan dosen, menjawab pertanyaan yang diajukan dosen, menanyakan materi yang belum dipahami, dan 189
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
menghitung kalkulasi yang ada pada power point sehingga ketika ada kalkulasi yang salah, mahasiswa membetulkannya. Mahasiswa dikelompokkan menjadi lima kelompok secara heterogen kemudian masing-masing kelompok dibagi lagi secara berpasangan dan masing-masing diberi soal yang berbeda untuk didiskusikan, sehingga memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling membagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Diskusi hidup, mahasiswa secara aktif menyelesaikan persoalan dan berusaha memahaminya sehingga dapat saling menyampaikan hasil diskusi ke teman lain yang bukan pasangannya tetapi masih dalam satu kelompok. Hal ini mendorong mahasiswa untuk meningkatkan kerja sama mereka dan meningkatkan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Setelah selesai, setiap kelompok kembali menyatu dan mendiskusikan semua soal yang didiskusikan bersama, sehingga setiap anggota dalam satu keompok dapat memahami dan menyelesaikan semua soal. Kemudian dosen memanggil nomor tertentu untuk mempresentasikan hasil diskusi mengerjakan soal, mahasiswa tidak ada yang menolak untuk maju mempresentasikan hasil diskusi. Penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar yang tidak sesuai dengan materi tertentu berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Dosen yang hanya menguasai satu atau beberapa model pembelajaran tertentu saja akan mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar dan dapat dipastikan bahwa prestasi belajar peserta didik akan rendah. Untuk itu dosen harus memiliki pengetahuan mengenai jenis-jenis model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi kuliah. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang didasarkan pada teori belajar konstruktivisme, dimana peserta didik secara aktif membina pengetahuannya dan dapat menemukan sendiri konsep-konsep pengetahuan yang sulit dan mentransformasi informasi yang kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak sesuai lagi. Modifikasi model pembelajaran NHT dan TPS melibatkan banyak mahasiswa dalam mereview materi kuliah serta memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model ini juga mendorong mahasiswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Model ini juga bisa digunakan dalam semua mata kuliah dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Modifikasi model pembelajaran NHT dan TPS terdiri beberapa tahap, yaitu penomoran, pemberian tugas kelompok, diskusi (berpikir bersama), menjawab pertanyaan dengan presentasi di depan kelas, dan kuis/tugas individu. Dengan adanya tahap diskusi (berpikir bersama) secara berpasangan, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk saling berinteraksi, bekerjasama, dan saling berdiskusi untuk memahami materi dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Mahasiswa yang belum memahami materi bisa bertanya kepada teman lain yang sudah lebih mengerti sedangkan mahasiswa yang sudah paham bisa menjelaskan kepada teman lain yang belum mengerti materi yang diajarkan. Dengan demikian ada interaksi positif dalam proses bembelajaran. Adanya tahap kuis individual membuat mahasiswa bertanggung jawab atas dirinya sendiri, berusaha memahami materi kuliah yang diberikan supaya bisa mengerjakan kuis, dengan demikian mengurangi mahasiswa yang hanya menjadi pembonceng dalam tim. Modifikasi model pembelajaran NHT dan TPS dapat membuat pembelajaran menjadi lebih baik. Model pembelajaran TPS melengkapi model pembelajaran NHT sehingga menjadikan proses pembelajaran secara berkelompok yang menyenangkan serta dapat membuat mahasiswa untuk saling aktif dalam belajar dan saling bekerja sama antara satu sama lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dengan memodifikasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan model The Windows dan TPS berbasis lesson study, dapat meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar mahasiswa menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil angket respon mahasiswa terhadap pembelajaran, rata-rata 92% pada sikius I, 90% pada siklus II, dan 87% pada siklus III dan IV, mahasiswa menyatakan pembelajaran menarik, menyenangkan, mudah dimengerti, memotivasi mahasiswa untuk belajar, mendorong untuk bekerja
190
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
sama dengan teman, dan mendorong dalam kemandirian belajar. Persentase tertinggi yaitu pada siklus I, sebanyak 92% mahasiswa, dilakukan modifikasi model NHT dan The Windows. The Windows pada siklus I digunakan dalam bentuk media visual berupa power point. The windows menekankan pada upaya memperoleh kesinambungan langkah, terutama pada saat menyelesaikan soal-soal matematika. Selain sebagai salah satu metode penyelesaian soal, the windows lebih efektif dalam menanamkan pengertian atau menjelaskan konsep. Mahasiswa benar-benar aktif, sebab dengan belajar aktif dapat menyebabkan ingatan mahasiswa mengenai apa yang dipelajarinya akan lebih lama dan akan menimbulkan sikap kreatif pada diri mahasiswa. Pada kegiatan belajar tersebut mahasiswa diarahkan pada latihan menyelesaikan masalah dengan membuka jendela-jendela (the windows) yang akan menampilkan blok informasi yang mendampingi kertas kerja dari materi yang sedang dibahas, blok tersebut bukan bagian dari kertas kerja, tapi adalah kotak samping yang berisi rumus, batasan-batasan atau teorema pendahulu yang memberikan daya dukung pekerjaan yang sedang dikerjakan. Mahasiswa dilatih menyelesaikan masalah dengan membuka the windows yang melatih daya analisis sehingga mahasiswa mampu mengambil keputusan karena telah memiliki keterampilan didalam mengumpulkan informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil belajar yang diperolehnya, sehingga aktivitas belajar mahasiswa ini akan mempengaruhi prestasi belajar yang dicapainya. Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa modifikasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan model The Windows berbasis lesson study merupakan model pembelajaran yang menarik, menyenangkan, mudah dimengerti, memotivasi mahasiswa untuk belajar, mendorong mahasiswa untuk bekerja sama dengan teman, dan mendorong dalam kemandirian belajar pada mata kuliah Geometri Analitik II pada mahasiswa semester III tahun akademik 2011/ 2012. Dilihat dari penggunaan media pembelajaran, 77% pada sikul I, 75% pada siklus II, 79% pada siklus III, dan 82% pada siklus IV, mahasiswa menyatakan media menarik dan membantu dalam memahami materi. Persentase tertinggi yaitu pada siklus IV, sebanyak 82% mahasiswa, dilakukan modifikasi model NHT, The Windows, dan Quantum Learning. The Windows pada siklus I digunakan dalam bentuk media visual berupa power point. Ketika mahasiswa masuk kelas atau sebelum proses belajar mengajar dimulai, diputarkan musik atau lagu-lagu kesukaan mahasiswa dengan volume tinggi (tetapi tidak terlalu keras), hal ini menumbuhkan motivasi dan semangat mahasiswa. Selama mahasiswa berdiskusi, diputarkan musik-musik slow dengan volume kecil, mahasiswa merasa nyaman dan menikmatik musik sehingga diskusi hidup. Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sangat dibutuhkan situasi yang kondusif yang akhirnya siswa mencapai prestasi belajar yang baik, modifikasi model pembelajaran NHT dengan pendekatan quantum learning merupakan suatu metode yang memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Lingkungan belajar yang menyenangkan serta munculnya emosi sebagai keterlibatan otak dapat menciptakan sebuah interaksi yang baik dalam proses belajar, sehingga dapat menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang yang akhirnya dapat mempengaruhi proses belajar. Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa modifikasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan quantum learning berbasis lesson study merupakan model pembelajaran yang menarik dan membantu dalam memahami materi pembelajaran Geometri Analitik II pada mahasiswa semester III tahun akademik 2011/ 2012. KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berbasis lesson study dapat meningkatkan prestasi belajar Geometri Analitik II pada mahasiswa semester III tahun akademik 2011/ 2012. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan rata-rata nilai post test. Dari rekapitulasi nilai post test, dapat disimpulkan rata-rata nilai tertinggi pada Open Lesson/ siklus kedua, yaitu penggunaan modifikasi 191
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
2.
model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), The Windows, dan TPS (Think Pair Share) berbasis Lesson Study. Ketika mahasiswa dikelompokkan menjadi lima kelompok secara heterogen kemudian masing-masing kelompok dibagi lagi secara berpasangan, memungkinkan mahasiswa belajar mandiri. Presentasi materi secara garis besar dengan powerpoint yang dipersiapkan dengan The Windows membantu mahasiswa memahami materi. Saran Dari hasil penelitian ini dapat diberikan saran sebagai berikut. a. Sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di Perguruan Tinggi, model pembelajaran NHT, TPS, The Windows, dan Quantum Learning berbasis lesson study diharapkan dapat digunakan sebagai model pembelajaran pada mata kuliah lain. b. Untuk memberikan hasil yang lebih mudah untuk diinterpretasikan kedepan disarankan untuk pengukuran indikator-indikator pelakasanaan lesson study dapat dirancang secara kuantitatif. c. Hendaknya penerapan kegiatan lesson study dilaksanakan 1 semester sehingga dapat dihasilkan penngembangan perangkat pembelajaran Geometri Analitik II melalui kegiatan lesson study dan akhirnya dapat dihasilkan bahan ajar yang telah diujicobakan.
DAFTAR RUJUKAN Anita Lie. 2008. Cooperative Learning, Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo. Friedkin, Shelley. 2005. What is Lesson Study?. http://www.lessonresearch.net/. Diakses pada 11 November 2007. Isjoni. 2009. Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: CV Alfabeta. Janzen, Heidi. 2005. Using the Japanese Lesson Study in Mathematics. http://www. Glencoe.com/. Diakses pada 11 November 2007. Syaiful Bahri Djamarah. 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Wikipedia.2007.Lesson Study. Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study. Diakses pada 2 Juni 2011.
192
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA PERKULIAHAN ALJABAR LINIER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNRAM TAHUN AJARAN 2011-2012
Sripatmi 1) 1) Program Studi Pendidikan Matematika PMIPA FKIP Universitas Mataram
Abstrak. Pembelajaran merupakan proses di mana lingkungan seseorang yang secara sengaja dikelola sehingga memungkinkan pebelajar ikut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi – kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Pembelajaran tidak dapat berlangsung seketika, melainkan melalui 3 tahapan yaitu perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Mahasiswa keguruan sebagai calon tenaga pendidik seyogjanya diperkenalkan sejak awal bebarapa pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran dengan cara mengalami/merasakan langsung saat perkuliahan. Oleh karenanya pada semester gasal 2011-2012, beberapa pertemuan pada perkuliahan aljabar linier dilaksanakan dengan mengiplementasikan lesson study. Tujuan implementasi lesson study pada perkuliahan aljabar linier adalah: i) meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar mahasiswa semester IIIA pendidikan matematika FKIP Unram tahun ajaran 2011-2012; ii) secara kolaboratif dosen pengampu matakuliah aljabar linier terbiasa merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses dan hasil perkuliahan, serta mengenal karakteristik sebagian besar mahasiswanya. Dari dua siklus open lesson dapat disimpulkan aktivitas mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan meningkat, demikian juga prestasi belajarnya. Dosen menjadi terbiasa menyusun perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi perkuliahan dengan baik melalui kegiatan plan, do dan see. Dosen dapat mengidentifikasi beberapa karakter mahasiswa peserta matakuliah aljabar linier. Kata kunci: Lesson study, aljabar linier, aktivitas dan prestasi belajar
Pembelajaran merupakan proses di mana lingkungan seseorang yang secara sengaja dikelola sehingga memungkinkan pebelajar ikut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi – kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu (AECT,1986). UU RI Nomor 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1, menyebutkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikdan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran tidak dapat berlangsung seketika, melainkan melalui tahap perencanaan. Menurut Knirk dan Gustafson (1986), pembelajaran meliputi 3 tahap, yaitu perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran dilakukan untuk mendapatkan strategi pembelajaran yang tepat agar diperoleh hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan belajar. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari perencanaan pembelajaran dan harus dapat diukur atau dievaluasi keberhasilannya. Keberhasilan belajar antara lain ditentukan oleh pemahaman karakteristik isi materi pelajaran, karakteristik pebelajar, dan proses pembelajaran. Bloom (1976) mengemukakan kaitan antara karakteristik pebelajar, kualitas pembelajaran, dan hasil belajar. Bloom (1979) juga mengelompokkan hasil belajar menjadi 3, yaitu: (1) kognitif; (2) afektif; dan (3) psikomotorik. Salah satu syarat keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh karakteristik pebelajar sebagai salah satu komponen dalam mendesain pengajaran. Dick, et al., (2001) menyatakan bahwa: “information 193
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
about the group’s general characteristics can be very helpful in planning instruction tailored to group needs”. Karakteristik pebelajar adalah seluruh latar belakangyang dibawa ketika hadir di kelas sebelum pembelajaran dimulai. Soedijarto (1993) menyatakan bahwa kualitas pembelajaran di kelaslah yang menentukan kualitas pendidikan. Tingkat kualitas pembelajaran dapat diperlihatkan oleh tingginya keterlibatan pebelajar dalam pembelajaran antara guru dan pebelajar. Salah satu cara yang dapat membantu guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan penerapan model atau strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran tidak semata – mata hanya kegiatan guru mengajar, tetapi menitikberatkan pada aktivitas pebelajar, dan bukan hanya guru yang selalu aktif memberikan pembelajaran, guru membantu pebelajar jika memperoleh kesulitan, membimbing diskusi agar mampu membuat kesimpulan yang benar. Memperhatikan uraian di atas, dirasa sangat sesuai apabila mahasiswa keguruan diperkenalkan salah satu pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran dengan cara mengalami/merasakan langsung pada perkuliahan. Dengan harapan, saat menjadi pendidik dapat mengimplementasikan apa yang dialaminya dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya pada semester gasal tahun ajaran 2011-2012, pada perkuliahan Aljabar Linier diterapkan salah pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran, yaitu Lesson Study. Lesson study berkembang di Jepang sejak awal tahun 1900an. Lesson study merupakan terjemahan langsung dari bahasa Jepang jugyokenkyu, yang berasa dari dua kata jugyo yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau pengkajian terhadap pembelajaran (Suryadi, 2007). Lesson study dapat diselenggarakan oleh kelompok guru – guru di suatu distrik atau diselenggarakan oleh sekelompok atau sebidang, semacam MGMP di Indonesia. Kelompok guru dari beberapa sekolah berkumpul untuk melaksanakan lesson study. Lesson study yang sangat popular di Jepang adalah lesson study yang diselenggarakan oleh suatu sekolah dan dikenal sebagai konaikenshu yang berkembang sejak awal tahun 1960an. Konaikenshu juga dibentuk oleh dua kata yaitu konai yang berarti di sekolah dan kata kenshu yang berarti training. Jadi istilah konaikenshu berarti school-basesd in-service training atau in-service education within the school atau in-house workshop (Fernadez, 2004). Menurut Styler dan Hiebert (dalam Herawati, 2009) lesson study adalah suatu proses kolaboratif pada sekelompok guru ketika mengidentifikasi masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenahi topik yang akan dibelajarkan), membelajarkan peserta didik sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran, membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain (mendiseminasikannya). Lebih lanjut Herawati (2009) menggungkapkan, lesson study adalah suatu bentuk utama peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru Jepang. Dalam melaksanakan lesson study guru secara kolaboratif 1) mempelajari kurikulum dan merumuskan tujuan pembelajaran dan tujuan pengembangan peserta didiknya (pengembangan kecakapan hidupnya), 2) merancang pembelajaran untuk mencapai tujuan, 3) melaksanakan dan mengamati suatu research lesson (pembelajaran yang dikaji) dan, 4) melakukan refleksi untuk mendiskusikan pembelajaran yang dikaji, menyempurnakan dan merencanakan pembelajaran berikutnya. Sesuai dengan pengertian di atas, lesson study dapat dipandang sebagai penelitian instruksional yang tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan mendokumentasikan proses pembelajarannya. Lewis (2002) dalam Herawati (2009) menjelaskan enam tahapan, bagaimana memulai kegiatan lesson study di suatu wilayah atau sekolah sebagai berikut: 1) Membentuk kelompok lesson study. Ada empat kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, meliputi: merekrut anggota kelompok, membuat komitmen untuk menyediakan waktu khusus, menyusun jadwal pertemuan, menyetujui “aturan main” kelompok. 194
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
2)
Memfokuskan lesson study. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: menyepakati tema penelitian/research theme (fokus penelitian atau tujuan utama penelitian), memilih mata pelajaran, dan memilih topik/unit mata pelajaran. 3) Merencanakan research lesson. Dalam merencanakan research lessons terdapat tiga tahapan kegiatan, yaitu: mengkaji pelajaran yang sedang berlangsung atau yang sudah ada, mengembangkan suatu rencana untuk memandu peserta didik belajar (plan to guide learning), dan kalau mungkin mengundang pakar. 4) Membelajarkan dan mengamati research lesson. Research lesson yang sudah direncanakan dapat diimplementasikan dan diamati. Guru anggota kelompok yang sudah ditunjuk dan disepakati dapat melaksanakan tugas untuk membelajarkan lesson yang sudah ditetapkan, sedangkan anggota lain mengamati lesson tersebut. Pengamat mengumpulkan data yang diperlukan selama pembelajaran berlangsung. 5) Mendiskusikan dan menganalisis research lesson. Research lesson yang sudah diimplemtasikan perlu didiskusikan dan dianalisis. Hal ini perlu dilakukan karena hasil diskusi dan analisis dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perbaikan atau revisi research lesson. Dengan demikian, research lesson diharapkan menjadi lebih sempurna, efektif dan efisien. 6) Merefleksi lesson study dan merencanakan tahap-tahap berikutnya. Hal yang perlu dilakukan dalam merefleksi lesson study yaitu memikirkan tentang apa yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa yang masih perlu diperbaiki. Pada tahap ini, tiba saatnya berpikir tentang apa yang harus dikerjakan selanjutnya oleh kelompok lesson study. Memperhatikan uraian apa dan bagaimana lesson study di atas, implementasi lesson study pada perkuliahan aljabar linier diharapkan memberikan manfaat sangat berarti bagi mahasiswa semester IIIA pendidikan matematika FKIP Universitas Mataram tahun ajaran 2011-2012. Tujuan yang diharapkan dari implementasi lesson study pada perkuliahan aljabar linier adalah: i) Meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar mahasiswa semester IIIA pendidikan matematika FKIP Unram tahun ajaran 2011-2012. ii) Secara kolaboratif dosen pengampu matakuliah aljabar linier terbiasa merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses hasil perkuliahan, serta mengenal karakteristik sebagian besar mahasiswanya. RANCANGAN
Standar kompetensi (SK) yang diharapkan dicapai mahasiswa peserta matakuliah aljabar linier ada 4, yaitu: 1. Menentukan operasi matriks, determinan matriks, sifat determinan, minor dan kofaktor, rank matrik, matrik adjoin serta matriks invers. 2. Menyelesaikan sistem persamaan linier (SPL) serta menemukan syarat SPL kosisten dengan penyelesaian tunggal atau tak hingga 3. Menentukan ruang vektor umum, subruang vektor, kebebasab linier, basis dan dimensi, ruang baris dan ruang kolom sebuah matriks, rank matriks serta pemakaianya untuk menentukan basis. 4. Menentukan suatu transforasi linier serta matrik transformasi linier, sifat transformasi linier, kernel dan jangkauan, transformasi linier dari Rn ke Rm Sebagian konsep untuk mencapai SK 1 dan 2 sudah pernah dipelajari mahasiswa di SMA. Untuk mencapai SK 1 perkuliahan dilaksanakan dengan metode tanya jawab. Open lesson dilaksanakan untuk mencapai SK 2, sebanyak 2 siklus dengan menerapkan metode diskusi berpasangan dan diskusi kelas. Pasangan ditetapkan berdasarkan rangking hasil evaluasi capaian SK 1. Ada 26 mahasiswa peserta matakuliah aljabar linier, oleh karenanya ada 13 pasangan. Pasangan pertama mahasiwa rangking pertama dan rangking terakhir, pasangan kedua mahasiswa rangking kedua dan ke duapuluh lima, dan seterusnya, pasangan ketiga belas mahasiswa rangking ketiga belas dan keempat be195
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
las. Adapun materi, tanggal pelaksanaan, dosen model, observer aktivitas mahasiswa serta observer aktivitas dosen model, tiap siklus seperti pada tabel 1 berikut: Tabel 1: Jadwal kegiatan Open Lessson mata kuliah Aljabar Linier Siklus Plan Do dan See Materi Dosen Model Observer I Observer II
Pertama 15 Oktober 2011 22 Oktober 2011 Pengertian dan macam-macam SPL, Himp. Penyelesaian SPL Dra. Sripatmi, M. Si Drs. Arjudin, M. Si Nani Kurniati, S. Pd., M. Sc
Kedua 17 Oktober 2011 24 Oktober 2011 Karakteristik SPL konsisten dan SPL Homogen Dra. Sripatmi, M. Si Drs. Arjudin, M. Si Nani Kurniati, S. Pd., M. Sc
Pada kegiatan plan, dosen model dan observer membahas RPP dan perangkat pembelajaran yang sudah disusun oleh dosen model. Perangkat pembelajaran, meliputi: Lembar Kerja Mahasiswa, soal latihan, dan pedoman observasi aktivitas mahasiswa dan pedoman observasi aktivitas dosen model. Sesuai dengan metode pembelajaran yang dipilih, indikator pada lembar pengamatan pembelajaran/pedoman observasi aktivitas mahasiswa meliputi: 1) kesiapan mahasiswa untuk menerima pelajaran, 2) antusiasme mahasiswa dalam mengikuti pelajaran, 3) interaksi dengan dosen, 4) interaksi mahasiswa dengan mahasiswa, 5) kemampuan pemahaman mahasiswa, 6) kerjasama mahasiswa dalam diskusi kelompok 7) kemampuan mahasiswa berdiskusi kelompok, 8) partisipasi dalam menyimpulkan materi. Indikator pada lembar pengamatan pembelajaran/ pedoman observasi aktivitas dosen model meliputi: 1) membangkitkan minat dan motivasi belajar mahasiswa, 2) pemberian apersepsi (pendahuluan), 3) kejelasan penyampaian materi, 4) pelaksanaan tugas rutin dosen, 5) pengaturan waktu belajar, 6) sebagai fasilitator untuk diskusi kelompok, 7) pengorganisasian siswa, 8) melakukan evaluasi proses (authentic assessment) dalam kelompok, 9) mengarahkan/membimbing diskusi kelompok, 10) interaksi dengan mahasiswa, 11) membuat ulasan dan kesimpulan, 12) melakukan penilaian hasil, 13) pemberian penguatan/pujian, 14) pemberian tugas rumah (PR). Pada kegiatan do, dosen model melaksanakan perkuliahan perpedoman RPP dan memanfaatkan perangkat perkuliahan yang telah mendapatkan masukan/saran dari tim saat plan. Setelah kegiatan do langsung dilaksanakan see/refleksi. Indikator untuk menentukan ketercapaian tujuan implementasi adalah terjadinya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar mahasiswa semester IIIA pendidikan matematika FKIP Unram. Aktivitas belajar mahasiswa meningkat apabila lebih dari setengah indikator aktivitas belajar mahasiswa berkatagori baik dan baik sekali dan tidak ada indikator berkatagori kurang. Prestasi belajar mahasiswa meningkat apabila rata-rata nilai evaluasi SK 2 lebih dari 65. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rangkaian kegiatan lesson study dua siklus pada perkuliahan aljabar linier terlaksana sesuai jadual yang telah disusun, kecuali pada kegiatan see siklus II dilaksanakan sehari setelah do karena observer ada kegiatan lain yang tidak dapat ditinggalkan. Hasil kegiatan plan, do, dan see tiap siklus sebagai berikut. 1. Siklus I a. Plan Pada kegiatan ini dibahas RPP dan perangkat perkuliahan yang telah disusun oleh dosen model. Tujuan perkuliahan yang ingin dicapai, mahasiswa dapat: i) penyebutkan pengertian dan macam-macam SPL dan pengertian himpunan penyelesaian SPL; ii) menuliskan persamaan matriks dan matriks diperbesar dari SPL; iii) mencari himpunan penyelesaian SPL dengan metode eliminasi. Perangkat pembelajaran meliputi: Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), soal latihan, serta 196
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
lembar obsevasi kegiatan dosen dan mahasiswa. Dosen model memilih medode diskusi berpasangan dan diskusi klasikal untuk melaksanakan perkuliahan. Pada perkuliahan sebelumnya dosen model melaksanakan perkuliahan dengan metode tanya jawab dan latihan. Dari 26 mahasiswa pendidikan matematika semester IIA, hanya 2 sampai 6 mahasiswa saja yang aktif menjawab pertanyaan yang diajukan dosen, demikian juga saat mengerjakan latihan soal. Hasil evaluasi SK 1 tidak memuaskan, nilai tertinggi 100 dan terendah 13, tetapi yang memperoleh nilai ≥ 55 hanya 4 mahasiswa dengan rata-rata nilai 38. Secara umum tim sepakat dengan RPP dan perangkat perkuliahan yang disusun dosen model, beberapa hal yang perlu disempurnakan dan diperbaiki yaitu melengkapi SPL dan matriks diperbesar pada LKM yang harus dikerjakan untuk mendukung tercapainya tujuan yang mengerjakan LKM. Pada RPP dan lembar observasi masih ada beberapa kata yang salah tulis, seperti LKM tertulis LKS, pertemuan ke V tertulis IX. Perangkat pembelajaran ditambah power poin untuk memberikan penegasan apersepsi. b. Do Perkuliahan dilaksanakan selama 150 menit, semua mahasiswa hadir tepat waktu, sedangkan observer I dan monevin datang setelah perkuliahan berlangsung sekitar 10 menit. Dosen melaksanakan perkuliahan sesuai langkah-langkah di RPP, mengatur tempat duduk mahasiswa berpasangan dan terurut dari pasangan satu hingga pasangan tigabelas. Semua pasangan tidak dapat mengerjakan LKM 3 sesuai waktu yang direncanakan, 15 menit. Bahkan setelah ditambah 5 menit hanya 5 pasangan yang dapat menyelesaikan semua permasalahan di LKM 3. Semua pasangan aktif kerjasama menyelesaikan LKM, bahkan berdiskusi juga dengan pasangan didekatnya, mereka enggan bertanya pada dosen. Setiap pasangan mendapatkan giliran mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat pasangan presenatasi, beberapa mahasiswa kurang memperhatikan, mereka masih sibuk diskusi dengan pasangannya atau teman sebelahnya. Karena waktu yang dialokasikan untuk mengerjakan masing-masing LKM sangat terbatas, maka terlihat semua pasangan berlomba untuk dapat menyelesaikan LKM tepat waktu. Sebagian besar mahasiswa terlibat dalam menyimpulkan hasil perkuliahan dan membuat catatan hasil diskusinya. Hasil observasi kegiatan mahasiswa sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8
Inkikator Kesiapan mahasiswa untuk menerima pelajaran Antusiasme mahasiswa dalam mengikuti pelajaran Interaksi mahasiswa dengan dosen Interaksi mahasiswa dengan mahasiswa Kemampuan pemahaman mahasiswa Kerjasama mahasiswa dalam diskusi dengan pasangannya. Kemampuan mahasiswa berdiskusi kelompok Partisipasi dalam menyimpulkan materi
Katagori Baik sekali Baik Baik Baik sekali Baik Baik Cukup Baik sekali
Indikator 2 dan 3 berkatagori baik, karena hanya beberapa mahasiswa yang berani bertanya pada dosen tentang hal yang belum jelas, sebagian besar mahasiswa cenderung bertanya dengan temannya atau karena memang mereka tidak ada masalah . Demikian pula dengan indicator 5 dan 6 berkatagori baik, karena hanya beberapa pasangan yang dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu dan tidak ada pembagian tugas dalam melaksanakan diskusi. Sesuai dengan indicator ketercapaian yang telah ditetapkan, implementasi lesson study pada perkuliahan aljabar linier siklus I dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa pendidikan matematika semester IIIA tahun ajaran 2011-2012 Hasil observasi kegiatan dosen sebagai berikut: No 1 2 3 4 5
Inkikator Membangkitkan minat dan motivasi belajar mahasiswa Pemberian apersepsi Kejelasan penyampaian materi Pelaksanaan tugas rutin dosen Pengaturan waktu belajar
197
Katagori Baik Baik sekali Baik Baik sekali Cukup
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sebagai fasilitator untuk diskusi kelompok/pasangan Pengorganisasian mahasiswa dalam kelompok/pasangan Mengarahkan/membimbing diskusi kelompok/pasangan Melakukan evaluasi proses Interaksi dengan mahasiswa Membuat ulasan dan kesimpulan Melakukan penilaian hasil Pemberian penguatan/pujian Pemberian tugas rumah
Baik Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Cukup Baik
Indikator 1 dan 3 berkatagori baik, karena observer mencatat dosen tidak menyampaikan tujuan pembelajaran dan tidak memberikan contoh-contoh untuk memantapkan pemahaman materi. Sebenarnya dosen menyampaikan tujuan pembelajaran tetapi tidak disampaikan pada tahap pendahuluan melainkan saat membagikan LKM pada mahasiswa. Contoh soal tidak diberikan secara khusus karena untuk menanaman konsep pada KLM digunakan tehnik contoh dan bukan contoh. Indikator 5 berkatagori cukup, karena sebagian besar pasangan tidak dapat menyelesaikan LKM sesuai waktu yang direncanakan sehingga dosen dan mahasiswa juga tidak dapat menyimpulkan/merumuskan hasil diskusi sesuai waktu yang direncanakan. Indikator 6 dan 14 berkatagori baik, karena dosen tidak menjelaskan system penilaian dalam diskusi kelompok dan tidak menginformasikan bahwa PR akan dinilai pada pertemuan berikutnya. Indikator 13 berkatagori cukup, karena dosen tidak segera memberikan penguatan/pujian terhadap mahasiswa yang telah menyelesaikan aktivitasnya. c. See Kegiatan see dilaksanakan pada hari yang sama dengan kegiatan do, dimulai dengan dosen model menyampaikan pengalaman dan catatan saat melaksanakan perkulihan. Dosen model merasakan bahwa mahasiswanya mengikuti perkulian dengan semangat dan aktivitas yang lebih baik dari pada kegiatan perkuliahan sebelumnya. Semua mahasiswa terlihat melakukan diskusi dengan pasangannya untuk sesegera menyelesaikan LKM, tidak ada yang termenung atau diam tidak beraktivitas, juga tidak ada mahasiswa yang menolak saat ditujuk untuk menyampaikan hasil diskusinya. Berdasarkan hasil pengamatannya observer memberikan beberapa saran untuk perbaikan di perkuliahan selanjutnya. Agar dosen menginformasikan kepada mahasiswa angkat tangan saat mau merespon pertanyaan yang disampaikan dan dosen menunjuk salah satu, agar respon mahasiswa jelas dan tidak ribut. Mengalokasikan waktu untuk diskusi kelompok dengan mempertimbangkan permasalahan yang diselesaikan. Mengingatkan pada mahasiswa untuk memperhatikan temannya yang presentasi. Mahasiswa perlu menggunakan namepad agar mudah dipantau dan dicatat aktivitasnya oleh observer. Berdasarkan pengalaman/pengamatan dosen model dan pengamatan observer dapat disimpulkan sementara bahwa mahasiswa belum cukup terampil dalam melakukan operasi baris elementer untuk mereduksi matriks ke bentuk matriks lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tidak setiap mahasiswa mempelajari kembali konsep-konsep yang diperoleh pada perkuliahan sebelumnya. Faktanya masih ada beberapa mahasiswa yang mempertanyakan beberapa konsep yang telah disampaikan sebelumnya. 2. Siklus II a. Plan Seperti pada siklus I, plan pada siklus II dibahas RPP dan perangkat perkuliahan dan baru lembar observasi yang telah disusun oleh dosen model. Tujuan perkuliahan yang ingin dicapai, mahasiswa dapat: i) menemukan syarat SPL konsisten dengan penyelesaian tunggal, banyak penyelesaian, dan SPL tidak konsisten; ii) mencari himpunan penyelesaian SPL hompogen dengan metode eliminasi. Dosen model tetap memilih medode diskusi berpasangan dan diskusi klasikal dalam melaksanakan perkuliahan, do siklus II direncanakan untuk dilaksanakan 100 menit . Dengan pasangan sama pada siklus I
198
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Secara umum tim sepakat dengan RPP dan pedoman lembar observasi yang disusun dosen model. Meskipun LKM dan soal latihan belum tersusun, tim menyepakati rancangan LKM dan soal latihan yang akan dipergunakan saat do. Dosen model akan menggunakan dua LKM, LKM 1 untuk mencapai tujuan i) dan LKM 2 untuk mencapai tujuan ii), soal latihan bertujuan untuk mengecek pemahaman mahasiswa pada konsep/materi yang dikembangkan pada LKM 1 b. Do Perkuliahan dilaksanakan selama 150 menit tidak sesuai dengan yang direncanakan 150 menit, seorang mahasiswa(anggota pasangan kesepuluh) tidak hadir dan seorang mahasiswa(salah satu anggota pasangan pertama) hadir pada saat diskusi LKM 1 telah dimulai, semua observer dan monevin datang setelah perkuliahan berlangsung sekitar 15 menit. Dosen melaksanakan perkuliahan sesuai langkah-langkah di RPP. Mengatur tempat duduk mahasiswa berpasangan dan terurut dari pasangan satu hingga pasangan tigabelas, pasangan 10 tidak ada, salah satu anggotanya bergabung dengan pasangan pertama yang salah satu anggotanya dating terlambat. Pengaturan/setting kursi setengah lingkaran. Semua pasangan tidak dapat mengerjakan LKM 1 sesuai waktu yang direncanakan, 10 menit. Setelah ditambah 5 menit setiap pasangan yang dapat menyelesaikan semua permasalahan di LKM 1. Soal latihan juga tidak dapat diselesaikan oleh semua pasangan sesuai waktu yang direncanakan, demikian juga dengan LKM 2 dapat terselesaikan oleh semua pasangan lebih dari waktu yang direncanakan. Semua pasangan aktif kerjasama menyelesaikan LKM, bahkan berdiskusi juga dengan pasangan didekatnya, mereka enggan bertanya pada dosen. Setiap pasangan mendapatkan giliran mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saat pasangan presentasi, beberapa mahasiswa msih saja kurang memperhatikan, mereka masih sibuk diskusi dengan pasangannya atau teman sebelahnya. Sebagian besar mahasiswa terlibat dalam menyimpulkan hasil perkuliahan dan membuat catatan hasil diskusinya. Hasil observasi kegiatan mahasiswa sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8
Inkikator Kesiapan mahasiswa untuk menerima pelajaran Antusiasme mahasiswa dalam mengikuti pelajaran Interaksi mahasiswa dengan dosen Interaksi mahasiswa dengan mahasiswa Kemampuan pemahaman mahasiswa Kerjasama mahasiswa dalam diskusi dengan pasangannya. Kemampuan mahasiswa berdiskusi kelompok Partisipasi dalam menyimpulkan materi
Katagori Baik sekali Baik sekali Baik Baik sekali Baik sekali Baik sekali Cukup Baik
Indikator 3 dan 8 berkatagori baik, karena hanya beberapa mahasiswa yang berani bertanya pada dosen tentang hal yang belum jelas, sebagian besar mahasiswa cenderung bertanya dengan temannya atau karena memang mereka tidak ada masalah dan hanya beberapa mahasiswa yang mampu mengemukakan pendapat kepada dosen dalam penyimpulan. Indikator 7 berkatagori cukup, karena tidak setiap kelompok dapat mengerjakan atau menyelesaikan tugasnya dan beberapa mahasiswa tidak dapat menggunakan waktunya secara efisien sesuai dengan yang ditetapkan. Sesuai dengan indikator ketercapaian yang telah ditetapkan, implementasi lesson study pada perkuliahan aljabar linier siklus II dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa pendidikan matematika semester IIIA tahun ajaran 2011-2012 Hasil observasi kegiatan dosen sebagai berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Inkikator Membangkitkan minat dan motivasi belajar mahasiswa Pemberian apersepsi (pendahuluan) Kejelasan penyampaian materi Pelaksanaan tugas rutin dosen Pengaturan waktu belajar Sebagai fasilitator untuk diskusi kelompok/pasangan Pengorganisasian mahasiswa dalam kelompok/pasangan Mengarahkan/membimbing diskusi kelompok/pasangan Melakukan evaluasi proses
199
Katagori Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Cukup Baik Baik sekali Baik Baik sekali
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
10 11 12 13 14
Interaksi dengan mahasiswa Membuat ulasan dan kesimpulan Melakukan penilaian hasil Pemberian penguatan/pujian Pemberian tugas rumah
Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik
Indikator 5 berkatagori cukup, karena dosen memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran tidak tepat waktu, sebagian besar pasangan tidak dapat menyelesaikan LKM sesuai waktu yang direncanakan sehingga dosen dan mahasiswa juga tidak dapat menyimpulkan/merumuskan hasil diskusi sesuai waktu yang direncanakan. Indikator 6 dan 8 berkatagori baik, karena observer mencatat dosen tidak menjelaskan sistem penilaian dalam diskusi kelompok dan dosen tidak memantau atau mengamati jalannya diskusi setiap kelompok, misalnya dengan berkeliling. Indikator 14 berkatagori baik karena, observer mencatat jika dosen tidak menginformasikan bahwa PR akan diperiksa dan dinilai pada pertemuan berikutnya. c. See Kegiatan see dilaksanakan satu hari setelah kegiatan do, karena setelah kegiatan do observer ada kegiatan lain yang tidak dapat ditunda atau diwakilkan. Kegiatan see dimulai dengan dosen model menyampaikan pengalaman dan catatan saat melaksanakan perkulihan. Dosen model merasakan bahwa mahasiswanya mengikuti perkulian dengan semangat dan aktivitas yang sama baiknya dengan kegiatan siklus I, mahasiswa sudah mulai terbiasa berdiskusi dengan pasangannya. kecuali pasangan pertama yang beranggotakan 3 orang kadang-kadang orang ketiga tidak terlibat dalam diskusi. Semua mahasiswa terlihat melakukan diskusi dengan pasangannya untuk sesegera menyelesaikan LKM, tidak ada yang termenung atau diam tidak beraktivitas, juga tidak ada mahasiswa yang menolak saat ditujuk untuk menyampaikan hasil diskusinya. Berdasarkan hasil pengamatannya observer memberikan beberapa saran untuk perbaikan perkuliahan selanjutnya. Pengaturan/setting tempat duduk setengah lingkaran tidak perlu dilakukan lagi karena menyulitkan dosen model mendekati/membimbing setiap pasangan dan observer tidak dapat mengamati setiap pasangan. Mahasiswa belum trampil dan memiliki trik tertentu dalam melakukan operasi baris elementer sehingga perlu diberikan banyak latihan, dikerjakan secara berkelompok maupun individu. Berdasarkan pengalaman/pengamatan dosen model dan pengamatan observer terlihat mahasiswa belum cukup terampil dalam melakukan operasi baris elementer untuk mereduksi matriks ke bentuk matriks lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tidak setiap mahasiswa mempelajari kembali konsep-konsep yang diperoleh pada perkuliahan sebelumnya. Faktanya masih ada beberapa mahasiswa yang mempertanyakan beberapa konsep yang telah disampaikan sebelumnya. Evaluasi untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa pada SK 2 dilaksanakan satu minggu setelah open lesson siklus II. Soal evaluasi ada 6 item untuk dikerjakan 90 menit. Diperoleh hasil yang sangat memuaskan, semua peserta/mahasiswa dapat menyelesaikan < 90 menit, 10 mahasiswa menyelesaikan dalam waktu < 60 menit. Delapan mahasiswa memperoleh nilai 100, nilai terendah 64 dengan nilai rata-rata 91. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Implementasi lesson study pada perkuliahan aljabar linier dapat meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa semester IIIA Pendidikan Matematika jurusan PMIPA FKIP Universitas Mataram. 2. Melalui kegiatan diskusi berpasangan dengan media LKM, sebagian besar mahasiswa dapat menyelesaikan sistem persamaan linier (SPL) serta menemukan syarat SPL kosisten dengan penyelesaian tunggal atau tak hingga 3. Implementasi lesson study pada perkuliahan aljabar linier dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa semester IIIA Pendidikan Matematika jurusan PMIPA FKIP Universitas Mataram.
200
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
4. Dosen menjadi terbiasa menyusun perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi perkuliahan dengan baik melalui kegiatan plan, do dan see. 5. Dosen dapat mengidentifikasi beberapa karakter mahasiswa peserta matakuliah aljabar linier. Diantaranya mahasiswa cenderung enggan bertanya pada dosen apabila mengalami masalah, lebih senang bertanya pada temannya. Sebagian besar mahasiswa tidak mempelajari kembali materi yang sudah diterima bila tidak akan ujian, mereka juga jarang mengerjakan soal-soal latihan apabila tugas/latihan tidak dikumpulkan. DAFTAR PUSTAKA AECT. 1986. Instructional Technology: The definition and Domains of The Fieid. Terjemahan Yusufhadi, dkk. Jakarta: IPTPI dan LPTK. Bloom, B.S. 1976. Human Characteristics and School Learning. New York: Mc. Graw-Hill Book Company. Bloom. B.S. (ed). 1979. Taxonomy of Educational Objectives. London: Longman Group Ltd. Chotimah, Husnul. 2009. Strategi-Strategi Pembelajaran untuk PTK. Malang: Surya Pena Gemilang. Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O. 2001. The Systematic Design of Instruction. Fifth Edition. New York: Longman. Fernandez, C., and Yoshida, M. (2004). Lesson Study: A Japanese Approach to Improving Mathematics Teaching and Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers. Herawati, dkk. 2009. Lesson Study berbasis Sekolah. Malang: Banyumedia Publishing. Knirk, F.G. & Gustafson. 1986. Instructional Technology, A Systematic Approach to Education. New York: Hlt Rinehart and Winston. Sanjaya, Vina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Perdata Media. Suryadi, D. 2007. Pengalaman IMSTEP dan SISTTEMS dalam Implementasi Lesson Study (UPI). Yogyakarta: Materi diklat PKP, Assesment dan Lesson study di Hotel Sahid Yogyakarta, 12-17 Desember 2007. Soedijarto. 1993. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.
201
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
KINERJA DOSEN DALAM PERKULIAHAN STATISTIKA MATEMATIKA I BERBASIS LESSON STUDY DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO
Andhika Ayu Wulandari 1) Erika Laras Astutiningtyas 2) 1) 2)
Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, email
[email protected] Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, email
[email protected]
Abstrak. Tujuan pendidikan di perguruan tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta mengembangkan dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Demi mencapai tujuan tersebut, pendidikan di perguruan tinggi perlu diimplementasikan sebagai pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan. Konteks ini harus dapat diaplikasikan secara nyata dalam kegiatan perkuliahan. Untuk itu diperlukan perbaikan sistem perkuliahan yang lebih memfokuskan mahasiswa sebagai subyek belajar bukan sebagai obyek belajar. Lesson study sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok dosen secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan melaporkan hasil pembelajaran dicobakan untuk mata kuliah Statistika Matematika I. Tujuan kegiatan ini adalah : 1. Meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah Statistika Matematika I, baik dari perencanaan, pelaksanaan, dan ketercapaian standar kompetensi, 2. Memberikan pembelajaran bersama antar sesama dosen dalam memberikan pembelajaran terhadap mahasiswa. Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo sebanyak 4 kali yang masing-masing tahapan meliputi kegiatan plan, do, dan see. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kinerja dosen terus meningkat, baik dalam proses pembelajaran ataupun dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran , (2) pembelajaran lesson study dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan akademis, kecakapan personal, dan kecakapan sosial mahasiswa, (3) lesson study dapat dijadikan ajang bersama bagi para dosen untuk meningkatkan kualitas perkuliahan. Kata kunci: lesson study, profil kinerja.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan di perguruan tinggi memiliki beban yang tidak ringan karena mahasiswa dituntut mampu mengaplikasikan ilmu yang diterimanya dan diharapkan apa yang dilakukan mahasiswa mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya. Seperti yang dikemukakan oleh Pongtuluran (2008) bahwa tujuan pendidikan di perguruan tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan,
202
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
teknologi dan seni serta mengembangkan dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Demi mencapai tujuan tersebut di atas, pendidikan di perguruan tinggi perlu diimplementasikan sebagai pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan. Proporsi pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan sebaiknya proporsional mengingat mahasiswa dituntut siap terjun ke masyarakat. Konteks ini harus diimbangi dengan peningkatan kinerja dosen dalam merancang perangkat dan proses pembelajaran. Salah satu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh dosen adalah dengan mengimplementasikan Lesson Study yang didesain dengan baik sehingga akan menjadikan dosen profesional dan inovatif. Agar tidak luas jangkauannya, maka penerapan lesson study di Program Studi Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo dibatasi dan difokuskan pada mata kuliah Statistika Matematika I mahasiswa semester IV tahun akademik 2010/ 2011. Mata Kuliah Statistika Matematika I merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika. Mata kuliah ini merupakan rumpun mata kuliah kajian statistika. Statistika Matematika I mempelajari ilmu peluang yang merupakan dasar dari teori statistika. Dinamakan Statistika Matematika, karena apa yang dipelajari merupakan dasar-dasar matematis bagi pengembangan statistika. Jadi dapat pula secara sederhana dikatakan bahwa Statistika Matematika adalah matematika untuk statistik. Tujuan pembelajaran Statistika Matematika I adalah agar mahasiswa mengerti konsep teori peluang, mengenali model-model distribusi peluang yang terkenal, dan dapat menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengamatan pembelajaran statistika matematika pada tahun-tahun sebelumnya, mahasiswa banyak yang kesulitan untuk mengikuti tuntutan kurikulum dari mata kuliah ini. Mata kuliah ini menuntut penguasaan kalkulus dan aljabar yang memadai, dan tingkat logika yang cukup. Sementara dapat dipahami bahwa tingkat penguasaan mahasiswa mengenai aljabar dan kalkulus dapat dikatakan kurang dan bahkan sangat kurang. Hal ini berakibat pada kurangnya partisipasi mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran Statistika Matematika I. Partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi dalam mengikuti perkuliahan, serta aktivitas atau keterlibatan mahasiswa selama perkuliahan. Akibat dari kurangnya partisipasi dalam perkuliahan ini adalah prestasi belajar mahasiswa rendah. Selain itu materi perkuliahan sampai akhir semester sering tidak terselesaikan. Untuk mengatasi hal-hal tersebut dosen membentuk tim melakukan lesson study dalam mengembangkan pembelajaran sehingga dosen dapat melakukan review terhadap kinerjanya yang selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan untuk perbaikan sehingga termotivasi untuk selalu berinovasi yang selanjutnya akan menjadi dosen yang profesional. Sehingga perlu dilakukan penelitian yang mengkaji penerapan lesson study dalam mengembangkan pembelajaran mata kuliah Statistika Matematika I semester IV tahun akademik 2010/ 2011. Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Sumar Hendayana, dkk: 2006). Lesson study merupakan pendekatan yang komprehensif menuju pembelajaran yang profesional serta menopang dosen menjadi pembelajar sepanjang hayat dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Lesson study bukan merupakan suatu metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan lesson study dapat menerapkan berbagai metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi dosen. Lesson study dapat diartikan sebagai program in-service training dosen yang dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan. Lesson study dilakukan di dalam kelas dengan tujuan untuk memahami mahasiswa dengan lebih baik dan dilakukan secara bersama-sama dengan dosen lain (Rahayu, 2005). Lesson study merupakan strategi pengembangan profesionalisme dosen. Melalui aktivitas lesson study, pembelajaran dikembangkan secara bersama-sama dengan menentukan salah satu dosen untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, sedangkan dosen lainnya mengamati aktivitas belajar mahasiswa 203
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
dan jalannya proses pembelajaran. Pada akhir kegiatan, dosen berkumpul kembali dan melakukan diskusi tentang pembelajaran yang telah berlangsung, merevisi dan menyusun program pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil diskusi. Lesson study memberi dorongan kepada dosen untuk mengembangkan dan memperbaiki pembelajaran di kelas. Melalui lesson study dosen akan terbantu dalam hal (1) mengembangkan pemikiran kritis tentang belajar dan mengajar di kelas, (2) merancang program pembelajaran (RPP) yang berkualitas, (3) mengobsevasi bagaimana mahasiswa berpikir dan belajar serta melakukan tindakan yang cocok, (4) Mendiskusikan dan merefleksikan aktivitas pembelajaran, dan (5) mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan praktek pembelajaran. Dalam lesson study para dosen bekerjasama dalam hal (1) memformulasi tujuan pembelajaran dan pengembangan jangka panjang, (2) secara kolaboratif merancang suatu “research lesson”, (3) melaksanakan pembelajaran dengan menugaskan seorang dosen untuk mengajar dan yang anggota tim yang lain melakukan observasi untuk mengumpulkan data tentang kejadian belajar di kelas, (4) mendiskusikan kejadian-kejadian belajar yang telah diobservasi selama proses pembelajaran, menggunakan informasi itu untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, dan (5) mengimplementasikan program pembelajaran yang telah direvisi pada kelas lain, dan jika perlu mengkaji dan memperbaiki kembali program pembelajaran tersebut. Lesson study dapat digambarkan sebagai suatu siklus kegiatan kelompok dosen yang bekerja bersama dalam menetukan tujuan pembelajaran, melakukan research lesson dan secara berkolaborasi mengamati, mendiskusikan dan memperbaiki pembelajaran tersebut (Lewis, 2002). Siklus lesson study digambarkan sebagai berikut. 2. Research Lesson Salah seorang dosen melaksanakan pembelajaran berdasarkan desain yang telah disusun, sedangkan dosen yang lain mengamati dan mengumpulkan data tentang belajar mahasiswa, pola berpikir mahasiswa, perilaku mahasiswa, penguasaan terhadap pengetahuanand danPlanning keterampilan, miskonsepsi, motivasi bela1. Goal-Setting jar, dan lainnya. tujuan Mengidentifikasi
belajar
Discussion
mahasiswa dan pengembangan jangka panjang. Merencanakan desain pembelajaran yang meliputi
3. Lesson
Menganalisis data yang
dikumpulkan
dapa
“research lesson” yang diamati secara kolaborasi. saat research lesson secara 4. Consolidation of Learning bersama-sama Gambar 1. Siklus Lesson Study Menulis laporan yang mencakup perencanaan pembelajaran, data hasil pengamatan, dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Jika diperlukan dosen memperbaiki dan mengulang kembali pembelajaran
Bagan 1. Siklus lesson study Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lesson study pada hakikatnya merupakan pendekatan yang komprehensif menuju pembelajaran yang profesional serta mensuport dosen menjadi pembelajar sepanjang hayat dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah (1) Meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah Statistika Matematika I, baik dari perencanaan, pelaksanaan, dan ketercapaian standar kompetensi, (2) Memberikan pembelajaran bersama antar sesama dosen dalam memberikan pembelajaran terhadap mahasiswa. METODE 204
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Data diperoleh dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dirumuskan yaitu mendeskripsikan penerapan dan manfaat lesson study dalam meningkatkan kinerja dosen pada mata kuliah Statistika Matematika I semester IV tahun akademik 2010/ 2011. Peneliti dan narasumber di sini memiliki posisi yang sama, oleh karena itu narasumber bukan sekadar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki (Sutopo, 2006:57-58). Subjek penelitian ini adalah dosen mata kuliah Statistika Matematika I. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan mengimplementasikan lesson study. Selain melibatkan 35 mahasiswa, yang ikut terlibat dalam penelitian ini adalah seluruh tim lesson study Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Peneliti sebagai observer, secara aktif mengamati secara langsung subyek penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengamati secara mendalam agar data yang diperoleh lebih lengkap. Peneliti menggunakan cara pengamatan langsung kepada subyek penelitian dengan tujuan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya agar dalam pelaporan nanti dapat dideskripsikan secara jelas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, Focus Group Discussion (FGD), dan dokumentasi. Dalam analisis data, peneliti menggunakan model interactive model. Alur teknik analisis data dapat dilihat pada gambar berikut:
Data col-
Data dis-
lection
play
Conclu-
Data re-
sion:
duction
Draw-
Bagan 2. Komponen dalam analisis data (interactive model) (Spradley, 2007: 247)
ing/verifying HASIL DAN PEMBAHASAN A. Open Lesson I Materi : Pengantar Peluang dan Ruang Sampel Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut. c. Mengevaluasi perangkat pembelajaran seperti RPP, silabus, kontrak pembelajaran, dan bahan pembelajaran yang telah dibuat dosen model terlebih dahulu. d. Bersama dosen model menyiapkan lembar observasi, angket, dan instrumen-instrumen lain yang digunakan dalam pengamatan selama kegiatan berlangsung. e. Penyusunan metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan. Berkaitan dengan fokus yang ditetapkan, maka pembelajaran direncanakan dalam bentuk diskusi kelompok. Pelaksanaan (Do) Sebelum pelaksanaan open lesson pertama ini tim lesson study berkoordinasi (briefing) untuk memantapkan peran dan tugas masing-masing anggota tim. Dosen model melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP. Pada pertemuan ini dibahas kontrak pembelajaran dan penjelasan pada mahasiswa bahwa perkuliahan bersifat terbuka, artinya ada pengamat dari bapak/ 205
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
ibu dosen lain yang ikut di dalam kelas perkuliahan. Selain itu dijelaskan pula pada mahasiswa bahwa perkuliahan didokumentasikan dengan video shooting. Para pengamat melakukan pengamatan terhadap jalannya kegiatan baik mengamati aktivitas mahasiswa maupun aktivitas dosennya. Diakhir pelaksanaan pembelajaran, mahasiswa diminta tinggal sejenak untuk menanggapi angket yang telah disiapkan tim lesson study. Refleksi (See) Akhir pembelajaran pada open lesson I dilanjutkan pertemuan tim untuk melakukan refleksi. Hal-hal penting yang dapat diamati dalam kegiatan pelaksanaan (do) dibahas dalam forum ini. Beberapa komentar diantaranya menyatakan bahwa mahasiswa masih kurang berperan aktif dalam diskusi dan beberapa mahasiswa belum masuk kuliah, dimungkinkan karena perkuliahan baru pertama kali. Observasi terhadap dosen model, sebagai berikut : Pada awal pembelajaran dosen menyajikan materi dengan ceramah interaktif diselingi tanya jawab. Waktu untuk menjelaskan cukup panjang, kemudian mahasiswa diberi lembar kerja yang harus didiskusikan, dan dipresentasikan. Waktu presentasi yang cukup lama menjadi bahan untuk refleksi karena ternyata mahasiswa menunjukkan minat belajar pada saat diskusi dengan kelompoknya. Meskipun dosen model telah memberikan motivasi dan pesan moral di awal pembelajaran agar mahasiswa lebih giat dalam belajar, akan tetapi dosen model kurang persiapan, dan terlalu fokus pada materi pembelajaran sehingga pembelajaran kurang bermakna. Beberapa saran perbaikan pada open lesson selanjutnya adalah sebaiknya ditekankan pada fokus pembelajaran mahasiswa (keaktifan atau kreatifitas atau motivasi menyampaikan pendapat) dan perlu dilakukan review terhadap RPP agar waktu pembelajaran lebih terancang. Komentar positif justru datang dari mahasiswa, sebagian besar mahasiswa menyampaikan bahwa pembelajaran cukup menarik, menyenangkan, dan merangsang untuk belajar lebih giat. B. Open Lesson II Fokus : Aktivitas Mahasiswa Materi : Menggunakan kaidah-kaidah penghitungan titik sampel untuk menghitung peluang suatu kejadian. Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut. c. Bersama dosen menyiapkan pembelajaran dan menentukan fokus pembelajaran yaitu keaktifan mahasiswa. d. Karena pada open lesson sebelumnya mahasiswa masih kurang berperan aktif dalam diskusi, maka direncanakan untuk open lesson berikutnya digunakan pendekatan pembelajaran diskusi disertai dengan tanya jawab serta latihan menyelesaikan masalah (problem based learning). e. Bersama dosen perlu merancang kembali pengaturan waktu yang proporsional antara kegiatan dosen dalam menyampaikan materi ajar dan kegiatan diskusi kelompok oleh mahasiswa. f. Evaluasi perangkat pembelajaran yang dibuat dosen model seperti RMP, dan Silabus. Pelaksanaan (Do) Berdasarkan pengalaman pada open lesson I, kelemahan-kelemahan pada pelaksanaan pembelajaran diperbaiki pada open lesson II. Adapun pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah diskusi dan tanya jawab serta latihan menyelesaikan masalah (problem based learning). Karena beratnya materi bagi sebagian besar mahasiswa, ada kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan diskusi dan tanya jawab ini. Oleh sebab itu perkuliahan masih sering didominasi oleh dosen untuk memberikan penjelasan pada mahasiswa. Seperti pada open 206
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
lesson I peran pengamat melaksanakan tugas sesuai rencana dengan menggunakan instrumen pengamatan. Dan di akhir pelaksanaan pembelajaran mahasiswa diminta untuk memberikan tanggapan terhadap angket yang telah disiapkan tim lesson study. Refleksi (See) Seperti halnya pada open lesson I, setelah pelaksanaan pembelajaran dilanjutkan dengan refleksi. Beberapa masukan untuk open lesson II ini adalah: persentase mahasiswa yang bertanya masih sedikit, keaktifan mahasiswa saat di dalam kelas kurang, namun saat diskusi di luar kelas sebagian besar mahasiswa telah aktif berpartisipasi dalam diskusi. Observasi terhadap dosen model pada kegiatan open lesson ke dua sebagai berikut: pada awal pembelajaran, dosen menyajikan materi dengan ceramah interaktif diselingi tanya jawab, akan tetapi waktu untuk menjelaskan masih belum sesuai dengan plan¸dimungkinkan karena beratnya materi bagi mahasiswa sehingga dosen masih lebih dominan. Selanjutnya mahasiswa diberi lembar kerja yang harus didiskusikan, dan dipresentasikan. Beberapa saran yang disampaikan adalah pembagian kelompok sebaiknya tidak saat pembelajaran sehingga lebih efisien dan tidak menyita waktu pembelajaran, saat dosen menyampaikan teori-teori sebaiknya jangan ditampilkan ke slide lebih dulu sehingga akan merangsang mahasiswa untuk aktif berpikir. C. Open Lesson III Fokus : Aktivitas Mahasiswa Materi : Mendefinisikan konsep peubah acak dan distribusi peluang peubah acak Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut. 1. Pada open lesson sebelumnya sudah mulai ada mahasiswa yang berani berpendapat, akan tetapi masih ada mahasiswa yang kurang berpartisipasi pada saat diskusi. Oleh karena itu, direncanakan untuk mengubah kembali sistem diskusi. Metode yang dipilih masih sama dengan open lesson 2 yaitu problem based learning, akan tetapi dikombinasi dengan diskusi di luar kelas dilokasi tempat-tempat “nongkrong” mahasiswa. Model pembelajaran di luar kelas ini diharapkan dapat menumbuhkan atmosfir akademik di lingkungan kampus. 2. Evaluasi RPP sehingga mempunyai tujuan pembelajaran yang jelas. Pelaksanaan (Do) Proses perkuliahan yang berlangsung adalah sebagai berikut. Metode : Problem Based Learning dikombinasi dengan diskusi informal Seperti pada pelaksanaan open lesson sebelumnya, pada open lesson III ini sebelumnya tim telah berkoordinasi untuk merencanakan pelaksanaan open lesson III. Dosen model memberikan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan, dan memperhatikan hasil evaluasi pada pelaksanaan open lesson sebelumnya. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih sama dengan open lesson II yaitu problem based learning. Selain itu dengan cara belajar kombinasi antara di dalam kelas dan diskusi di luar kelas di lokasi tempat-tempat ”nongkrong” mahasiswa telah memberikan motivasi mahasiswa untuk berpartisipasi dalam diskusi pada kelompoknya masing-masing. Seperti pada pelaksanaan open lesson sebelumnya pengamat melakukan tugasnya untuk mengamati aktivitas mahasiswa, mencatat hal-hal yang perlu guna memberikan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Di akhir pembelajaran mahasiswa diminta menanggapi angket yang telah disiapakan tim lesson study. Refleksi (See) Pelaksanaan pembelajaran pada open lesson III ini telah berjalan dengan baik walaupun masih dijumpai beberapa kelemahan. Beberapa kelemahan yang dapat dicatat adalah bahwa dosen 207
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
model tidak dapat hadir pada saat perencanaan (plan) pembelajaran, sehingga praktis pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai dengan plan, terutama waktu pembelajaran yang kurang sesuai dengan harapan. Akan tetapi dosen model secara aktif bertindak sebagai fasilitator saat diskusi di luar kelas dengan berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Segi positif dari pelaksanaan open lesson III ini adalah bahwa partisipasi mahasiswa dalam belajar baik secara individu maupun kelompok sudah semakin baik. Selain itu tingkat pemahaman mahasiswa mengenai materi pembelajaran semakin baik, dengan demikian capaian kompetensi dasar tentunya akan meningkat pula. D. Open Lesson IV Fokus : Aktivitas Mahasiswa Materi : Mengenali distribusi peluang diskrit Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut. 1. Pada tahap sebelumnya, metode problem based learning yang dikombinasi dengan diskusi di luar kelas sudah dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa. Akan tetapi, menyita waktu pembelajaran yang cukup banyak. Sehingga pembelajaran pada open lesson 4 dirancang dengan metode pemberian latihan secara individu. 2. Evaluasi perangkat pembelajaran yang dibuat dosen model seperti RMP, dan Silabus. Pelaksanaan (Do) Langkahnya : 1. Mengulas kembali tentang definisi distribusi peluang. 2. Memberikan gambaran tentang distribusi peluang peubah acak diskrit. 3. Memberi contoh soal sederhana. 4. Meminta mahasiswa mengerjakan satu soal pada lembar kerja yang telah disiapkan. 5. Waktu untuk mengerjakan soal berakhir jika sudah ada satu mahasiswa yang mengumpulkan. 6. Memberikan reward pada mahasiswa yang mengerjakan soal paling cepat dan benar. 7. Meminta mahasiswa yang sudah selesai mengerjakan soal untuk menjelaskan secara klasikal. Refleksi (See) Open lesson IV merupakan periode akhir dari rangkaian kegiatan lesson study semester genap tahun akademik 2010/2011. Akhir pembelajaran pada open lesson IV ini dilanjutkan dengan koordinasi tim untuk mengadakan refleksi. Beberapa catatan yang dapat dipetik dari open lesson IV ini adalah bahwa kelemahan-kelemahan pada periode sebelumnya telah mampu diatasi. Atmosfer akademik, manajemen waktu dalam pembelajaran telah berjalan dengan baik, demikian pula mengenai partisipasi mahasiswa juga telah meningkat. Sementara kelemahan yang dapat dicatat adalah penataan tempat duduk. Tempat duduk ditata sedemian rupa membuat leluasa bagi pengamat untuk bergerak, namun membawa dampak negatif kurang leluasanya dosen model untuk memantau mahasiswa. Dosen model memberikan materi dengan waktu yang tidak terlalu lama dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing mahasiswa untuk berpikir secara kritis. Secara umum pelaksanaan pembelajaran ini telah berjalan dengan baik, pemberian motivasi sebagai pendidikan karakter bagi mahasiswa cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kinerja dosen terus meningkat bahkan pada akhir siklus sudah menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan, baik dalam proses pembelajaran ataupun dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran, (2) pembelajaran lesson study dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan akademis, kecakapan personal, dan kecakapan sosial mahasiswa, (3) lesson study dapat dijadikan ajang bersama bagi para dosen untuk meningkatkan kualitas perkuliahan. 208
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Penerapan lesson study di prodi matematika FKIP Univet Bantara Sukoharjo mata kuliah Statistika Matematika I mahasiswa semester IV E tahun akademik 2010/ 2011 dilaksanakan sesuai tahapan-tahapan lesson study dengan hasil baik. b. Kegiatan open lesson dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, baik dari segi persiapan pembelajaran, ketercapaian standar kompetensi, dan akademik atmosfer. c. Kegiatan open lesson dapat digunakan sebagai media pembelajaran tidak saja bagi mahasiswa tetapi juga pembelajaran semua pihak yang terlibat dalam kegitan itu, termasuk dosen model dan dosen lain yang bertindak sebagai pengamat. Saran Dari hasil penelitian ini dapat diberikan saran sebagai berikut: d. Kepada para dosen disarankan agar selalu mengembangkan materi ajar dan model perkuliahan, sehingga perkuliahan benar benar dapat membekali mahasiswa sebagai guru. e. Kepada Pimpinan Program Studi, Jurusan dan Fakultas agar dapat memfasilitasi dan mendorong kegiatan perkuliahan secara kolegial, baik dengan kegiatan lesson study atau yang lain sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di Perguruan Tinggi. f. Untuk memberikan hasil yang lebih mudah untuk diinterpretasikan kedepan disarankan untuk pengukuran indikator-indikator pelaksanaan lesson study dapat dirancang secara kuantitatif. DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, O. 1993. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Lewis, C. 2002. Lesson Study: A Handbook of Teacher-led Instructional Change. Philadelphia: Research for Better Schools. Pongtuluran. 2008. Student Centered Learning: The Urgency and Possibellities. Petra Christian University. Slavin, R.E. 1995. An Introduction to Cooperative Learning Research. (Robert Slavin, Learning to Cooperate, Cooperativing to Learn). London: Plenum Press. Usman, U. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
209
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PEMBELAJARAN ANALISIS REAL MELALUI LESSON STUDY
Darmadi IKIP PGRI Madiun, email:
[email protected]
Abstrak. “Semua materi analisis real susah. Tidak ada materi yang mudah. Karena semua materi susah”. Sepertinya analisis real itu benar-benar susah. Persepsi awal mahasiswa seperti ini merupakan salah satu faktor penghambat proses belajar. Ketika ditanya mulai mana tidak pahamnya atau mendapatkan kesulitan? Beberapa mahasiswa diam dan beberapa menjawab “Dari awal”. Jika dicek kemampuan awalnya ternyata memang mereka pada lupa. Jika ditanya apakah tadi malam tidak belajar? Jawabannya “tidak karena sudah capek sampai rumah sudah malam” atau “sibuk mengerjakan tugas lain”. Pembelajaran terasa kurang optimal. Akibatnya, kualitas perkuliahan pun tidak baik. Melalui kolegalitas pada kegiatan Lesson Study ini diharapkan permasalahan-permasalahan tersebut dapat dibahas untuk diatasi bersama sehingga kualitas perkuliahan analisis real jadi lebih baik.
Kata kunci: Lesson Study Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas yang saling belajar untuk membangun masyarakat belajar. Pada kegiatan Lesson Study, kolegalitas membicarakan praktik pembelajaran, saling mengobservasi kelas pembelajaran, membuat gagasan bersama mengenai kelas, dan saling mendorong satu sama lain dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Fungsi perencanaan antara lain penyusunan skenario pembelajaran beserta perangkat dan panduan observasinya yang dapat dipahami sesama dosen, pelatihan pembelajaran dan langsung diterapkan di kelas, pengimbasan pengetahuan secara kolaboratif dari pakar atau sesama dosen, penerapan suatu hasil penelitian pembelajaran yang telah dilakukan, dan penyusunan awal proposal penelitian tindakan kelas jika diperlukan. Lesson Study bukan suatu metode/model pembelajaran, tetapi merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik dengan kebersamaan dan saling belajar di antara para pendidik. Para dosen bekerjasama secara kolaboratif dalam membuat perencanaan (Plan) pembelajaran yang meliputi brieffing singkat tentang rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh dosen model, menyiapkan lembar observasi, SAP, LKM, atau perangkat lain yang diperlukan, dan memastikan agar pada waktu pengamatan nanti tidak keluar masuk kelas, karena akan mengganggu konsentrasi mahasiswa. Pelaksanaan dan observasi (Do dan See) meliputi seorang dosen model dan dosen lain sebagai observer. Observer mengambil tempat sedemikian hingga dapat leluasa mengamati jalannya proses pembelajaran tanpa mengganggu aktivitas dan konsentrasi mahasiswa. Observer tidak diperkenankan melakukan intervensi pada pembelajaran, seperti menegur dosen dan membantu atau bertanya kepada mahasiswa. Fokus observasi ditekankan pada aktivitas belajar mahasiswa, baik secara individual maupun kelompok, sesuai dengan pokok permasalahan yang diambil. Pengamat melakukan pengamatan secara penuh sejak awal sampai akhir pembelajaran. Selain mengamati siswa belajar, pengamat juga perlu memperhatikan teknik pengelolaan kelas yang dilakukan dosen, teknik mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran, pemanfaatan media pembelajaran, dan upaya dosen membuat mahasiswa kreatif. Dalam diskusi refleksi mempunyai tahapan: 1) refleksi penyaji/dosen model tentang strategi pembelajaran yang telah dilakukan; 2) tanggapan/usul/saran dari observer yang difo-
210
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
kuskan pada aktivitas pembelajaran mahasiswa sebagai hasil observasi dan bukan didasarkan pada opini/teori; 3) tanggapan balik dari penyaji/dosen model; dan 4) menarik kesimpulan dan saran untuk perbaikan/perencanaan pembelajaran pada putaran berikutnya. Melalui kolegalitas pada kegiatan Lesson Study diharapkan permasalahan-permasalahan yang ada pada pembelajaran analisis real dapat dibahas bersama dan kualitas perkuliahan analisis real jadi lebih baik. PELAKSANAAN
Terdapat empat putaran dalam pelaksanaan Lesson Study rumpun analisis real. Pada putaran pertama, Plan dilaksanakan mulai tanggal 4 sampai 11 Oktober 2010 sedangkan Do dan See dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 Oktober 2010. Putaran kedua, Plan dilaksanakan mulai tangga 18 sampai 25 Oktober 2010 sedangkan Do dan See dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2010. Pada putaran ketiga, Plan dilaksanakan mulai tanggal 1 sampai 8 Nopember 2010 sedangkan Do dan See dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8 Nopember 2010. Pada putaran keempat, Plan dilaksanakan tanggal 15 sampai 22 Nopember 2010 sedangkan Do dan See dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22 Nopember 2010. Pada waktu Plan dilakukan: 1) Penyusunan RPP; 2) Penyusunan LKM; sampai 3) Mengatur tempat duduk mahasiswa. Sementara waktu Do dan See meliputi: 1) Pelaksanaan pembelajaran; 2) Observasi pembelajaran; 3) Diskusi tentang pembelajaran; dan 4) Refleksi untuk perbaikan. Materi pada putaran pertama adalah mendapatkan prosedur untuk membuktikan keterintegralan fungsi real. Metode Pembelajaran yang digunakan Picture and Picture. Hasil observasi menunjukkan: 1) Beberapa mahasiswa SMS-an; 2) Mahasiswa kurang termotivasi dan kurang siap; 3) Dalam pengerjaan LKM ada mahasiswa yang tidak berpikir tapi hanya tengok kanan, tengok kiri, dan tidak berusaha untuk menjawab; dan 4) Ada mahasiswa yang hanya diam, melamun, dan tidak mengerjakan LKM yang diberikan dosen model. Untuk itu perlu dilakukan refleksi yang menghasilkan: 1) Keaktifan mahasiswa dapat ditingkatkan dari pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh dosen model; 2) Pentingnya melihat ke semua mahasiswa dan pentingnya mengingatkan materi prasyarat; dan 3) Kurang persiapan sebelum perkuliahan berlangsung, hal ini dikarenakan mahasiswa tersebut sedang sibuk persiapan ujian PPL disekolah. Solusinya: menyarankan mahasiswa untuk pandai-pandai membagi waktu. Materi pada putaran menghitung integral riemaan atas dan integral riemaan bawah. Metode Pembelajaran yang digunakan adalah (Problem Based Instruction) PBI. Hasil observasi menunjukkan: 1) Banyak mahasiswa yang mengami kesulitan mengerjakan; 2) Mahasiswa tidak memahami konsep awal seperti partisi, supremum, infimum, dan sigma; dan 3) Persiapan mahasiswa kurang. Hasil refleksi diperoleh: 1) Penjelasan hanya dengan menampilkan jawaban pada lembar-lembar slide kurang optimal; 2) Soal-soal mungkin jangan terlalu sulit apalagi dengan operasi-operasi penyelesaian yang terlalu sulit ternyata dapat mengurangi motivasi belajar mahasiswa; 3) Perlu penjelasan dosen dengan menuliskannya dalam papan tulis; dan 4) Perlu memotivasi mahasiswa dengan memberikan suatu hadiah dan sebagainya sehingga mahasiswa berani maju. Materi pada putaran ke tiga adalah membuktikan ketidakterintegralan fungsi real sederhana. Metode Pembelajaran yang digunakan PBI termodifikasi. Hasil observasi menunjukkan: 1) Masih banyak mahasiswa yang mengalami kesukaran karena konsepnya belum dikuasai dengan benar; 2) Pembelajaran sudah baik, hal ini terlihat pada saat dosen model bertanya tentang materi yang lalu mahasiswa bisa menjawab semua; 3) Sebagian besar mahasiswa sudah belajar, hal ini terlihat dari jawaban-jawaban mahasiswa yang lebih baik dari yang lesson studi sebelumnya; dan 4) Mahasiswa sudah belajar dengan baik, hal ini terlihat pada saat pelajaran dimulai mahasiswa kelihatan antusias tentang materi yang disampaikan dosen model. Hasil refleksi diperoleh: 1) Mahasiswa perlu mendapat dorongan untuk meningkatkan masa percaya diri misalkan memaksa mahasiswa untuk mau menjawab dengan memberikan hadiah; 2) Memberikan semangat kepada mahasiswa agar mengerjakan LKM dan usaha tersebut berhasil; 3) Membantu mengerjakan dengan mendekati masing-masing kelompok. Usaha tersebut berhasil; 4) Mahasiswa belum paham menghitung integral Rieman. Solusinya: pada 211
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
saat mahasiswa mengerjakan LKM dosen model sedikit mengarahkan tentang bagaimana menyelesaikan integral Rieman; dan 5) Selalu memotivasi mahasiswa. Materi pada putaran ketiga adalah membuktikan keterintegralan fungsi tangga (sebagai contoh keterintegralan fungsi diskontinu). Metode Pembelajaran yang digunakan PBI termodifikasi. Hasil observasi dari tim menunjukkan: 1) Semua mahasiswa telah belajar tentang topik pembelajaran hari ini, terbukti dari mereka sudah dapat mengikuti perkuliahan dengan baik; 2) Mahasiswa sudah belajar dengan baik; 3) Secara umum, pembelajaran sangat baik sekali. Buktinya tidak ada mahasiswa yang bicara sendiri, ketika dosen mengingatkan materi prasyarat; 4) Pembelajaran sangat baik, terlihat dengan cara mereka mengerjakan, meskipun dengan melihat catatan; 5) Pembelajaran baik, hal ini terlihat mahasiswa sangat aktif mengikuti perkuliahan dan pada saat dosen bertanya mahasiswa dapat menjawabnya. Sedangkan hasil observasi observer luar menunjukkan: 1) Kelompok yang ada dipojok hanya bengong, yang depan hanya mencontoh punya temannya (Vivit, Yunita, Jumani, Rudi); 2) Hampir semua mahasiswa tidak mengerti materi baru tersebut dan bingung karena contohnya berbeda dengan soal; 3) Semua mahasiswa telah mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi ada beberapa hal yang masih perlu dikaji antara lain: koopertif intern kelompok belum maksimal. Mahasiswa cenderung membagi masalah/soal sesuai yang diberikan dosen. Mahasiswa A menganggap soal No 1, mahasiswa B menganggap soal No. 2 dan mahasiswa C menganggap soal No. 3. Hal ini terjadi karena mungkin observer luar lebih teliti namun belum memahami karakterik mahasiswa dan model/metode pembelajaran yang digunakan dalam perkuliahan. Namun, penilaian dan masukan tersebut memang perlu untuk dipertimbangkan. HASIL YANG DIPEROLEH
Banyak hasil yang dapat diperoleh dari kegiatan lesson study diantaranya: 1) Perbaikan kualitas perkuliahan Analisis Real; 2) Metode pembelajaran Picture and Picture termodifikasi untuk mendapatkan prosedur pembuktian keterintegralan fungsi real; 3) Metode pembelajaran (Problem Based Instruction) PBI termodifikasi yang sesuai dengan karakteristik materi dan mahasiswa; dan 4) Perangkat pembelajaran yang memuat LKM untuk mahasiswa dan petunjuk penggunaan untuk dosen disertai kunci jawabannya yaitu buku/modul untuk metode Picture and Picture dan buku/modul untuk metode PBI. Berdasarkan pengalaman dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yang sering ditemui pada proses pembelajaran Analisis Real antara lain: 1) Kemampuan mahasiswa terhadap matakuliah Kalkulus, Aljabar, dan Pengantar Dasar Matematika sebagai prasyarat Analisis Real kurang memenuhi standar. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya pemahaman konsep, kesalahan prosedur penyelesaian, dan kesulitan dalam penentuan strategi penyelesaian; 2) Kemampuan analisis dasar, menuliskan, membaca, menyampaikan, atau menjelaskan masih kurang. Kompetensi-kompetensi ini harus dicapai mahasiswa dan perlu untuk ditingkatkan; dan 3) Perlunya pengembangan aspek afektif mahasiswa dalam pembelajaran seperti kreativitas dalam menyelesaikan soal, keterbukaan mahasiswa jika mengalami kesukaran, dan motivasi belajar mahasiswa. Dengan adanya kegiatan Lesson Study ini tampak adanya perbaikan kualitas perkuliahan analisis real seperti: 1) Mahasiswa semakin terbuka yaitu berani bertanya jika mendapatkan suatu permasalahan; 2) Mahasiswa semakin percaya diri sehingga berani maju kedepan untuk mempresentasikan karyanya; dan 3) Respon positif mahasiswa semakin baik untuk pembelajaran analisis real. Langkah-langkah metode pembalajaran Picture and Picture menurur Departemen Pendidikan Nasional (2008) adalah: 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Menyajikan materi sebagai pengantar; 3) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi; 4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambargambar menjadi urutan yang logis; 5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut; 6) Dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai; dan 7) Kesimpulan/rangkuman. Dengan adanya kegiatan Lesson Study diperoleh metode pembelajaran Picture and Picture termodifikasi yaitu: 1) Dosen memberi motivasi 212
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
dan menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Dosen memberikan pretes dan dilanjutkan dengan menyajikan materi sebagai pengantar; 3) Dosen meminta mahasiswa membentuk kelompok dimana masing-masing kelompok beronggotakan 3 mahasiswa; 4) Dosen memberikan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi pada masing-masing kelompok; 5) Dosen menunjuk mahasiswa secara untuk mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis; 6) Dosen menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut pada mahasiswa yang presentasi; 7) Dari alasan/urutan gambar tersebut dosen memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai; 8) Kesimpulan/rangkuman. Langkah-langkah pemebalajaran metode pembelajaran PBI menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) adalah: 1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih; 2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.); 3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah; 4) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya; dan 5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Selanjutnya dengan perubahan guru menjadi dosen, siswa menjadi mahasiswa, perlunya mengingatkan kembali tentang materi yang telah diperoleh pada pertemuan sebelumnya, dan mengingat karakteristik materi yang membutuhkan perhitungan-perhitungan yang mungkin agak lama digunakan media pembelajaran komputer untuk membantu proses pembelajaran maka diperoleh metode pemblajaran PBI sebagai berikut: 1) Dosen menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Mengingatkan materi yang telah diperoleh. Memotivasi mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang terpilih; 2) Dosen membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.); 3) Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah; 4) Dosen membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya; dan 5) Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan dengan menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi bersama ternyata penggunaan media pembelajaran komputer saja kurang dan akan lebih baik jika ditulis tangan supaya mahasiswa dapat mengetahui prosesnya, dalam pembelajaran matematika sebaiknya papan tulis jangan sampai kosong, perlu memotivasi mahasiswa supaya bersedia mempresentasikan hasilnya di depan kelas, dan perlu juga menyimpulkan apa yang telah dipelajari dan untuk tugas jika memang belum selesai dalam pengerjaannya. Oleh karena dikembangkan metode pembajaran PBI menjadi: 1) Dosen menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Mengingatkan materi yang telah diperoleh. Memotivasi mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang terpilih; 2) Dosen membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.); 3 Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah; 4) Dosen membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya; 5) Dosen meminta mahasiswa mempresentasikan karyanya di depan kelas secara bergantian; 6) Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan; dan 7) Dosen bersama mahasiswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama. Hasil observasi menunjukkan bahwa metode sudah cukup baik sehingga diperoleh metode pembelajaran PBI termodifikasi yaitu: 1) Dosen menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Mengingatkan materi yang telah diperoleh. Memotivasi 213
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang terpilih; 2) Dosen membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.); 3) Dosen mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah; 4) Dosen membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya; 5) Dosen meminta mahasiswa pada kelompok pertama untuk mempresentasikan karyanya di depan kelas; 6) Dosen memberi contoh penyelesaian dalam menyelesaikan permasalahan pertama; 7) Dosen meminta mahasiswa-mahasiswa lain untuk mempresentasikan karyanya di depan kelas secara bergantian; 8) Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan; dan 9) Dosen bersama mahasiswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan kegiatan Lesson Study ini adalah: 1. Kolegalitas sesuai konsep pada Lesson Study dalam pembelajaran sangat membantu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Dalam kegiatan ini diperlukan kerjasama tim yang solid supaya dapat dampaknya dapat dirasakan. Oleh karena itu, akan lebih baik jika setiap matakuliah digunakan untuk kegiatan Lesson Study supaya dapat diperoleh model atau metode beserta perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi, mahasiswa, dan dosennya. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional (2008). Model-Model Pembelajaran yang Efektif: Surabaya
214
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PELAKSANAAN LESSON STUDY MATA KULIAH PROGRAM LINIER PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO
Erika Laras Astutiningtyas 1) Isna Farahsanti 2) 1)
Dosen Pendidikan Matematika Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo,
[email protected], 2) Dosen Pendidikan Matematika Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo,
[email protected]
Abstrak. Adanya pergeseran paradigma dari “teacher centered” ke “student centered“ menjadikan peran dosen di kelas berubah, dari peran sebagai penyampai informasi (transformator) menjadi peran sebagai perantara (fasilitator dan mediator). Kemampuan akademik mahasiswa progdi pendidikan matematika FKIP Univet Bantara Sukoharjo pada umumnya masih sangat terbatas, Kekurangan yang sangat menonjol yaitu dalam hal kualitas mahasiswa yang menjadi input. Berdasarkan pengamatan pembelajaran Program Linear pada tahun-tahun sebelumnya, mahasiswa banyak yang kesulitan untuk mengikuti tuntutan kurikulum dari mata kuliah ini. Mata kuliah ini menuntut penguasaan kalkulus dan aljabar yang memadai, dan tingkat logika yang cukup. Sementara dapat dipahami bahwa tingkat penguasaan mahasiswa mengenai aljabar dan kalkulus dapat dikatakan kurang. Untuk mengatasi hal-hal tersebut dosen perlu melakukan upaya perbaikan. Salah satunya adalah kegiatan lesson study dalam mengembangkan pembelajaran mengaktifkan mahasiswa belajar sehingga dosen dapat melakukan review terhadap kinerjanya sehingga dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga termotivasi untuk selalu berinovasi menjadi dosen yang profesional. Tahap pelaksanaan lesson study meliputi perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan dan manfaat lesson study dalam mengembangkan pembelajaran mata kuliah Program Linear semester II tahun akademik 2010/ 2011. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, Focus Group Discussion (FGD), dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model interactive model, yang unsur-unsurnya meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), conclutions drowing/verifiying. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) penerapan lesson study di prodi matematika FKIP Univet Bantara Sukoharjo mata kuliah Program Linear mahasiswa semester II tahun akademik 2010/ 2011 dilaksanakan sesuai tahapan-tahapan Lesson Study dengan hasil baik, dan (2) manfaat lesson study dalam mengembangkan pembelajaran mata kuliah Program Linear semester II tahun akademik 2010/ 2011 adalah: Pertama, Lesson Study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan dosen dan aktivitas belajar mahasiswa; Kedua, Lesson Study merupakan kegiatan yang dirancang dengan baik akan menjadikan dosen menjadi profesional dan inovatif. Kata kunci: lesson study.
Paradigma pembelajaran di kelas dewasa ini telah mengalami pergeseran orientasi. Semula, orientasi pembelajaran itu tidak lebih sekedar penyampaian informasi kepada peserta didik. Namun sekarang, pembelajaran lebih diutamakan untuk menggali potensi peserta didik, sehingga memancar 215
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
daripadanya pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilannya (psikomotor). Adanya pergeseran paradigma itu menjadikan peran dosen di kelas berubah, dari peran yang hanya penyampai informasi (transformator) kepada peran sebagai perantara (fasilitator dan mediator). Dengan kata lain, pergeseran dari “teacher centered” ke “student centered“. Sehingga menuntut dosen untuk lebih meningkatkan kompetensinya, baik sebagai seorang profesionalisme maupun sebagai seorang craftmant (tenaga ahli dan terampil). Kekurangan yang sangat menonjol mahasiswa progdi matematika FKIP Univet Bantara Sukoharjo yaitu dalam hal kualitas mahasiswa yang menjadi input, kemampuan akademik pada umumnya masih sangat terbatas sehingga perlu pembinaan yang intensif dan terencana. Akibat terbatasnya informasi dan pergaulan, sebagian mahasiswa tidak memiliki wawasan yang luas dan baik tentang pentingnya pendidikan. Sebagian mahasiswa kurang menyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka kelak. Akibatnya aktivitas belajar dan berprestasi mahasiswa juga rendah. Aktivitas belajar tidak hanya penting untuk menjadikan seorang mahasiswa terlibat dalam kegiatan belajar tetapi juga penting dalam menentukan seberapa jauh mahasiswa tersebut akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran. Agar tidak luas jangkauannya, maka penerapan lesson study di Program Studi Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo dibatasi dan difokuskan pada mata kuliah Program Linier mahasiswa semester II A tahun akademik 2010/ 2011. Mata Kuliah Program Linear merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika. Mata kuliah ini merupakan rumpun mata kuliah aljabar. Program linear adalah salah satu cabang dari matematika yang dipelajari mulai dari sekolah menengah sampai tingkat perguruan tinggi. Program linear mempelajari tentang metode optimasi untuk menentukan nilai optimum dari fungsi tujuan linear pada kondisi pembatasan-pembatasan (constrains) tertentu. Persoalan pemrograman linear dapat ditemukan pada berbagai bidang dan dapat digunakan untuk membantu membuat keputusan, memilih suatu alternatif yang paling tepat. Aplikasi program linear misalnya untuk keperluan : perencanaan produksi, produksi campuran, penjadwalan, relokasi sumber daya, dan masalah transportasi. Suatu perusahaan atau organisasi harus membuat keputusan mengenai cara mengalokasikan sumber-sumbernya dan tidak ada organisasi yang beroperasi secara permanen dengan sumber yang tidak terbatas, akibatnya manajemen harus secara terus menerus mengalokasikan sumber langka untuk mencapai tujuan yang optimal. Berdasarkan kegunaan tersebut, dapat dikatakan bahwa program linear dapat melatih pola fikir siswa untuk cermat, teliti, dan membiasakan mengambil keputusan berdasarkan pemikiran yang matang, didasarkan pada berbagai aturan dan pembatasan yang harus dipatuhi. Program linear dapat dikatakan sebagai cabang matematika aplikatif yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga melihat kemanfaatannya, program linear harus dikuasai dengan baik. Akan tetapi tingkat penguasaan mahasiswa mahasiswa pada materi program linear belum begitu baik. Hal ini terlihat pada nilai akhir mata kuliah Program Linear mahasiswa pendidikan matematika Univet Bantara Sukoharjo untuk mata kuliah program linear, khususnya pada pokok bahasan Metode Grafik rata-ratanya adalah 55,6.Hal ini disebabkan oleh kurangnya aktivitas mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran Program Linier. Aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas atau keterlibatan mahasiswa selama perkuliahan. Akibat dari kurangnya aktivitas dalam perkuliahan ini adalah prestasi belajar mahasiswa rendah. Selain itu materi perkuliahan sampai akhir semester sering tidak terselesaikan. Untuk mengatasi hal-hal tersebut dosen melakukan lesson study dalam mengembangkan pembelajaran sehingga dosen dapat melakukan review terhadap kinerjanya yang selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga termotivasi untuk selalu berinovasi yang selanjutnya akan menjadi dosen yang profesional. Sehingga perlu dilakukan penelitian yang mengkaji penerapan dan manfaat lesson study dalam mengembangkan pembelajaran mata kuliah Program Linier semester II A tahun akademik 2010/ 2011. Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Sumar Hendayana, dkk: 2006). Lesson study merupakan pendekatan 216
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
yang komprehensif menuju pembelajaran yang profesional serta menopang dosen menjadi pembelajar sepanjang hayat dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Lesson study bukan merupakan suatu metode atau strategi pebelajaran tetapi kegiatan lesson study dapat menerapkan berbagai metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi dosen. Lesson study dapat diartikan sebagai program in-service training dosen yang dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan. Lesson study dilakukan di dalam kelas dengan tujuan untuk memahami mahasiswa dengan lebih baik dan dilakukan secara bersama-sama dengan dosen lain. Lesson study merupakan strategi pengembangan profesionalisme dosen. Melalui aktivitas lesson study, pembelajaran dikembangkan secara bersama-sama dengan menentukan salah satu dosen untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, sedangkan dosen lainnya mengamati aktivitas belajar mahasiswa selama pembelajaran berlangsung. Pada akhir kegiatan, dosen berkumpul kembali dan melakukan diskusi tentang pembelajaran yang telah berlangsung, merevisi dan menyusun program pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil diskusi. Lesson study memberi dorongan kepada dosen untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat tentang bagaimana mengembangkan dan memperbaiki pembelajaran di kelas. Melalui lesson study dosen akan terbantu dalam hal (1) mengembangkan pemikiran kritis tentang belajar dan mengajar di kelas, (2) merancang program pembelajaran (RMP) yang berkualitas, (3) mengobsevasi bagaimana siswa berpikir dan belajar serta melakukan tindakan yang cocok, (4) Mendiskusikan dan merefleksikan aktivitas pembelajaran, dan (5) mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkna praktek pembelajaran. Dalam lesson study para dosen bekerjasama dalam hal (1) memformulasi tujuan pembelajaran dan pengembangan jangka panjang, (2) secara kolaboratif merancang suatu “research lesson”, (3) melaksanakan pembelajaran dengan menugaskan seorang dosen untuk mengajar dan yang anggota tim yang lain melakukan observasi untuk mengumpulkan data tentang kejadian belajar di kelas, (4) mendiskusikan kejadian-kejadian belajar yang telah diobservasi selama proses pembelajaran, menggunakan informasi itu untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, dan (5) mengimplementasikan program pembelajaran yang telah direvisi pada kelas lain, dan jika perlu mengkaji dan memperbaiki kembali program pembelajaran tersebut. Lesson study dapat digambarkan sebagai suatu siklus kegiatan kelompok dosen yang bekerja bersama dalam menetukan tujuan pembelajaran, melakukan research lesson dan secara berkolaborasi mengamati, mendiskusikan dan memperbaiki pembelajaran tersebut (Lewis, 2002). Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa lesson study pada hakikatnya merupakan pendekatan yang komprehensif menuju pembelajaran yang profesional serta mensuport dosen menjadi pembelajar sepanjang hayat dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah “Mendeskripsikan pelaksanaan lesson study di prodi matematika FKIP Univet Bantara Sukoharjo mata kuliah Program Linier mahasiswa semester II A tahun akademik 2010/ 2011". METODE
Data diperoleh dengan cara interview/ wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dirumuskan mendeskripsikan penerapan dan manfaat lesson study dalam mengembangkan pembelajaran mata kuliah Program Linier semester II A tahun akademik 2010/ 2011. Sumber data yang berupa manusia disebut responden (respondent). Dalam penelitian kualitatif, sumber data manusia disebut narasumber. Peneliti dan narasumber di sini memiliki posisi yang sama, oleh karena itu narasumber bukan sekadar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester II tahun akademik 2010/ 2011 dan tim lesson study mata kuliah Program Linier sebanyak 6 dosen.
217
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Peneliti sebagai observer, secara aktif berinteraksi secara langsung dengan kegiatan penelitian. Hal ini bertujuan untuk ‘memotret dan melaporkan’ secara mendalam agar data yang diperolah lebih lengkap. Peneliti menggunakan cara pengamatan langsung kepada objek penelitian dengan tujuan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya agar dalam pelaporan nanti dapat dideskripsikan secara jelas. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, Focus Group Discussion (FGD), dan dokumentasi. Dalam analisis data, peneliti menggunakan model interactive model, yang unsur-unsurnya meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan conclutions drowing/verifiying. Alur teknik analisis data dapat dilihat pada gambar berikut. Data collection Data display
Data reduction
Conclution:
drow-
ing/verifiying
Bagan 1. Komponen dalam analisis data (interactive model) (Spradley, 2007: 247) HASIL DAN PEMBAHASAN
OPEN LESSON I Fokus : Aktivitas Mahasiswa Materi : Metode Grafik dengan Teknik Isoline Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut. a. Penyusunan metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan. Berkaitan dengan fokus yang ditetapkan, maka pembelajaran direncanakan dalam bentuk diskusi kelompok. Media visual juga dipersiapkan untuk menunjang proses pembelajaran. b. Evaluasi perangkat pembelajaran yang dibuat dosen model seperti RMP, dan Silabus. Pelaksanaan (Do) Proses perkuliahan yang berlangsung adalah sebagai berikut. Metode : The Learning Cell Langkahnya : 1. Dosen memberikan contoh permasalahan program linear dan penyelesaiannya menggunakan metode grafik dengan teknik isoline dalam bentuk modul. 2. Membentuk mahasiswa menjadi beberapa kelompok. 3. Meminta mahasiswa untuk memahami contoh yang ada pada modul. 4. Memberikan permasalahan baru kepada mahasiswa untuk diselesaikan secara berkelompok. 5. Meminta perwakilan kelompok (secara acak) untuk mendemonstrasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas. 6. Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk berkomentar dan bertanya. 7. Membahas secara klasikal tentang metode grafik dengan teknik isoline. 8. Post test individu dengan hasil sebagai berikut :
218
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 1. Rangkuman hasil penilaian Open Lesson I Rentang Nilai (x) x < 55 55 x < 70 70 x < 85 85 x < 100 Rata-rata
Banyak Mahasiswa 2 5 24 0 71,7742
Refleksi (See) Hasil dari refleksi adalah sebagai berikut: a. Karena Lesson Study baru pertama kali dilakukan, mahasiswa terlihat kaku, lebih suka diam. Hal ini kemungkinan disebabkan karena banyak observer. b. Belum ada mahasiswa yang berinisiatif untuk memaparkan hasil pekerjaannya kepada temanteman sekelas tanpa diperintah oleh dosen model. c. Belum ada siswa yang mau bertanya pada saat diberi kesempatan bertanya. d. Ketika berdiskusi kelompok, masih terlihat ada beberapa mahasiswa yang hanya menyimak pekerjaan teman. OPEN LESSON II Fokus : Aktivitas Mahasiswa Materi : Kejadian Khusus Metode Grafik Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut. a. Karena pada Open Lesson sebelumnya keterampilan siswa untuk mengemukakan pendapat di kelas kurang, maka direncanakan modifikasi model diskusi, yaitu dengan menambahkan kewajiban presentasi hasil diskusi untuk setiap kelompok. b. Evaluasi perangkat pembelajaran yang dibuat dosen model seperti RMP, dan Silabus. Pelaksanaan (Do) Proses perkuliahan yang berlangsung adalah sebagai berikut. Metode : The Study Group Langkahnya : 1. Memberikan gambaran tentang kejadian khusus permasalahan program linear, karena kemungkinan ada permasalahan yang tidak memiliki penyelesaian atau bahkan penyelesaiannya tidak tunggal. 2. Memberikan berbagai permasalahan program linear yang memuat kejadian khusus. 3. Membentuk siswa dalam beberapa kelompok 4. Setiap kelompok diminta menentukan nilai optimum dari berbagai permasalahan pemrograman linear. 5. Menunjuk perwakilan dari setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya, untuk kemudian dibahas secara klasikal. 6. Post Test dengan hasil sebagai berikut : Tabel 2. Rangkuman hasil penilaian Open Lesson II Rentang Nilai (x) x < 55 55 x < 70 70 x < 85 85 x < 100 Rata-rata
Banyak Mahasiswa 1 13 10 7 72,0968
219
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Refleksi (See) Hasil dari refleksi adalah sebagai berikut: 1. Mulai ada mahasiswa yang berinisiatif untuk memaparkan hasil pekerjaannya kepada temanteman sekelas tanpa diperintah oleh dosen model. 2. Ada siswa yang mau bertanya pada saat diberi kesempatan bertanya. 3. Diskusi kelompok lebih hidup. 4. Ketika berdiskusi kelompok, masih terlihat ada beberapa mahasiswa yang tidak aktif, hal ini mungkin disebabkan karena pada metode diskusi yang dipakai, ada penggabungan kelompok, sehingga anggota diskusi bertambah. OPEN LESSON III Fokus : Aktivitas Mahasiswa Materi : Metode Big M / Metode Penalti Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Pada Open Lesson sebelumnya sudah mulai ada mahasiswa yang berani berpendapat, akan tetapi masih ada mahasiswa yang kurang berpartisipasi pada saat diskusi. Oleh karena itu, direncanakan untuk mengubah kembali sistem diskusi. Metode yang dipilih adalah Two Stay Two Stray dengan strategi Gallery of Learning. Metode ini memberika kewajiban kepada setiap anggota kelompok untuk menguasai materi kemudian menyampaikannya kepada kelompok lain. 2. Evaluasi perangkat pembelajaran yang dibuat dosen model seperti RMP, dan Silabus. Pelaksanaan (Do) Proses perkuliahan yang berlangsung adalah sebagai berikut. Metode : Two Stay Two Stray dengan strategi Gallery of Learning Langkahnya : 1. Mengulas algoritma simpleks dan memberikan permasalahan yang penyelesaian awalnya semu 2. Memberi penjelasan tentang metode simpleks dengan teknik M untuk menyelesaiakan permasalahan yang penyelesaian awalnya semu. 3. Memberikan permaslahan program linear yang penyelesaian awalnya semu. 4. Meminta mahasiswa secara berkelompok untuk menentukan penyelesaiannya menggunakan metode simpleks dengan teknik M 5. Setiap kelompok menempelkan hasil diskusinya pada tempat yang telah disediakan. 6. Tiga orang anggota kelompok diberi tugas untuk tetap berada di posisi semua untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan atau koreksi yang nantinya diberikan kelompok lain. 7. Tiga orang yag lain ditugaskan untuk berkeliling dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk mengomentari dan bertanya pekerjaan kelompok lain. 8. Diskusi kelas untuk membahas beberapa permasalahan yang sudah dibuat dikerjakan mahasiswa. 9. Post Test dengan hasil sebagai berikut : Tabel 3. Rangkuman hasil penilaian Open Lesson III Rentang Nilai (x) x < 55 55 x < 70 70 x < 85 85 x < 100 Rata-rata
Banyak Mahasiswa 3 10 9 9 75,0645
Refleksi (See) Hasil dari refleksi adalah sebagai berikut: 220
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
1. 2. 3. 4.
Mahasiswa mulai banyak yang aktif bertanya. Banyak mahasiswa yang berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok, maupun pada saat bertamu pada kelompok yang lain. Mahasiswa antusias dengan metode pembelajaran yang digunakan. Tetap ada beberapa mahasiswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, tetapi lebih sedikit daripada dua Open Lesson sebelumnya.
OPEN LESSON IV Fokus : Aktivitas dan Kreativitas Mahasiswa Materi : Metode Dua Tahap Hasil pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Perencanaan (Plan) Pada tahap plan, tim melakukan hal-hal sebagai berikut. 1. Pada tahap sebelumnya, Two Stay Two Stray dengan strategi Gallery of Learning dirasa sudah mengaktifkan siswa, maka pada Open Lesson ke empat fokus ditambah dengan kreativitas siswa. Pembelajaran dirancang untuk memancing mahasiswa berfikir kreatif, yaitu siswa tidak diberi materi, akan tetapi langsung diberi permasalahan, dan hanya dibantu petunjuk dalam LKM. 2. Evaluasi perangkat pembelajaran yang dibuat dosen model seperti RMP, dan Silabus. Pelaksanaan (Do) Proses perkuliahan yang berlangsung adalah sebagai berikut. Metode : Practice Rehearsal Pairs Langkahnya : 1. Mengulas kembali tentang metode penalti. 2. Memberikan permasalahan program linear yang penyelesaian awalnya semu 3. Mengungkapkan kesulitan yang dialami pada saat menyelesaikan permasalahan program linear denga metode penalti 4. Memberikan wawasan tentang metode dua tahap sebagai salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan program linear. 5. Memberi penjelasan tentang metode simpleks dua tahap untuk menyelesaiakan permasalahan yang penyelesaian awalnya semu. 6. Memberikan permaslahan program linear yang penyelesaian awalnya semu. 7. Meminta mahasiswa berkelompok. Setiap kelompok dibagi menjadi dua tim, dan setiap tim harus menyelesaiakan permassalahan meggunakan metode simpleks dua tahap dan menjawab pertanyaan yang ada pada LKM. 8. Setelah selesai, salah satu tim diminta menjelaskan kepada tim yang lain. Pada tahap berikutnya kedua tim bertukar peran. 9. Dosen memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang konsep yang harus dipahami mahasiswa. 10. Menunjuk perwakilan dari setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya, untuk kemudian dibahas secara klasikal. Refleksi (See) Hasil dari refleksi adalah sebagai berikut: a. Karena pada diskusi sebelumnya yang anggotanya terdiri dari 6 orang ternyata masih ada mahasiswa yang tidak aktif, maka kelompok diskusi diperkecil mejadi 3 orang. b. Aktivitas mahasiswa lebih baik dari tiga Open Lesson sebelumnya. Akan tetapi masih ada salah satu siswa yang tidak ikut berdiskusi dengan teman sekelompoknya. c. Untuk kreativitas siswa sudah terlihat selama proses perkuliahan. Pada awal perkuliahan, mahasiswa tidak diberi materi, akan tetapi mahasiswa mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan. 221
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
d.
Berikut ini adalah hasil penilaian yang dilakukan pada pertemuan selanjutnya:
Tabel 4. Rangkuman hasil penilaian Open Lesson IV Rentang Nilai (x) x < 55 55 x < 70 70 x < 85 85 x < 100 Rata-rata
Banyak Mahasiswa 0 7 18 6 75,8952
Berikut ini adalah rangkuman proses yang terjadi selama 4 kali Open Lesson beserta hasil penilainnya. Diagram 1. Perubahan metode pembelajaran yang dilakukan (modifikasi model diskusi) dan hasilnya
The Learning Cell
•Aktivitas mahasiswa masih sangat rendah. •Belum ada mahasiswa yang memiliki keberanian untuk menyampaikan gagasannya di depan kelas tanpa ditunjuk.
Open Lesson I
Two Stay Two Stray dengan strategi Gallery of Learning
The Study Group
•Mahasiswa sudah terlibat aktif dalam proses diskusi. •Mahasiswa memiliki kemauan untuk bertanya dan bertukar pendapat tentang materi yang dipelajari.
Open Lesson II •Aktivitas mahasiswa mulai terlihat adanya peningkatan. •Ada beberapa siswa yang mulai berani bertanya dan mengenukakan pendapat.
Open Lesson III
Practice Rehearsial Pairs
Open Lesson IV •Aktivitas mahasiswa terlihat baik. Hanya ada 1 mahasiswa yang sangat terlihat kurang terlibat dalam proses perkuliahan. •Kreativitas mahasiswa juga terlihat cukup baik
Diagram di atas menunjukkan adanya modifikasi metode pembelajaran yang digunakan untuk mengaktifkan mahasiswa. Karena pada Open Lesson III keaktifan mahasiswa dirasa sudah baik, maka fokus pembelajaran ditambah dengan kreativitas mahasiswa untuk Open Lesson ke empat. Tabel 5. Rangkuman hasil penilaian Open Lesson I sampai dengan Open Lesson IV Rentang Nilai (x)
Open Lesson I
Banyak Mahasiswa Open Les- Open Lesson II son III
222
Open Lesson IV
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
x < 55 55 x < 70 70 x < 85 85 x < 100 Rata-rata
2 5 24 0 71,7742
1 13 10 7 72,0968
3 10 9 9 75,0645
0 7 18 6 75,8952
Berdasarkan tabel di atas, terlihat adanya peningkatan rata-rata nilai tes untuk setiap materi pada masing-masing Open Lesson. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. a. Penerapan lesson study di prodi matematika FKIP Univet Bantara Sukoharjo mata kuliah Program Linier mahasiswa semester IV E tahun akademik 2010/ 2011 dilaksanaka sesuai tahapantahapan Lesson Study dengan hasil baik. b. Manfaat lesson study dalam mengembangkan pembelajaran mata kuliah Program Linier semester II A tahun akademik 2010/ 2011 adalah: Pertama, Lesson Study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan dosen dan aktivitas belajar mahasiswa. Hal ini karena (a) dilakukan dan didasarkan pada hasil sharing pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para dosen, (b) tujuan utama dalam pelaksanaan agar kualitas belajar mahasiswa meningkat, (c) kompetensi yang diharapkan dimiliki mahasiswa, dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (d) berdasarkan pengalaman real di kelas, dapat dijadikan dasar untuk pengembangan pembelajaran, dan (e) menempatkan peran para dosen sebagai peneliti pembelajaran. Kedua, Lesson Study merupakan kegiatan yang dirancang dengan baik akan menjadikan dosen menjadi profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study para dosen dapat (a) menentukan kompetensi yang perlu dimiliki mahasiswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif; (b) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi mahasiswa;(c) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan dosen; (d) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai mahasiswa; (e) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (f) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku mahasiswa; (g) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (h) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan mahasiswa dan koleganya. SARAN Dari hasil penelitian ini dapat diberikan saran sebagai berikut. a. Sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran di Perguruan Tinggi, kegiatan lesson study diharapkan dapat digunakan sebagai ajang penelitian dosen dan mahasiswa, sehingga pada saat plan, perlu dirancang instrumen penelitian. b. Untuk memberikan hasil yang lebih mudah untuk diinterpretasikan kedepan disarankan untuk pengukuran indikator-indikator pelakasanaan lesson studi dapat dirancang secara kuantitatif. DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Silberman, Mel. 2009. Active Learning. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani Hamalik, O. 1993. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Slavin, R.E. 1985. An Introduction to Cooperative Learning Research. (Robert Slavin, Learning to Cooperate, Cooperativing to Learn). London: Plenum Press. Usman, U. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Bukhori, M. 1989. Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan. Bandung: Jemmars 223
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENANAMAN NILAI ESTETIKA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH (Pengalaman Lesson Study di SMP Pontianak)
Agung Hartoyo JPMIPA FKIP UNTAN ,
[email protected]
Abstrak. Matematika diyakini sebagai pengetahuan penting yang diperlukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Sebaliknya, setiap aktivitas manusia hampir selalu dapat dikaitkan dengan matematika. Sayangnya, hingga kini para guru matematika masih senang membelajarkan matematika berbasis isi. Sementara kurikulum yang berlaku mengamanatkan agar guru membelajarkan matematika berbasis kompetensi dan unsur lokal atau budaya setempat. Dalam pembelajaran matematika berbasis budaya, akan membuat situasi belajar menjadi lebih menarik, menyenangkan bagi guru maupun siswa. Bahkan pembelajaran berbasis budaya dapat dimanfaatkan untuk mengasah potensi afektif, seperti pembinaan nilai estetik, kewira-usahaan, kreativitas, dan psikomotor, maupun sosial. Key words: budaya, pembelajaran matematika berbasis budaya, pembinaan nilai estetik
Dalam laporan penelitian National Research Council di Amerika Serikat (NRC, 1989:1) dinyatakan bahwa “Mathematics is the key to opportunity” (NRC, 1989:1). Cockcroft (1986:1) menyatakan pentingnya pengetahuan matematika bagi kehidupan manusia dengan kalimat, “It would be very difficult – perhaps impossible – to live a normal life in very many parts of the world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind.” Sayangnya, prestasi belajar matematika para siswa hingga kini masih belum menggembirakan (Wardani, 2009:1), di tingkat internasional kemampuan penguasaan matematika siswa sekolah menengah pertama berada pada urutan rendah (Nanang, 2009:1), kegiatan pembelajaran di sekolah umumnya cenderung monoton, kurang disenangi dan tidak menarik (Depdiknas, 2010). Pada hasil penelitian yang dilakukan Marten (2009:3) terungkap bahwa sebagian guru matematika belum melakukan pembelajaran yang berfokus pada siswa aktif karena berbagai alasan. Padahal, kurikulum KTSP diberlakukan di sekolah-sekolah mengamanatkan kepada guru agar membelajarkan siswa secara aktif untuk mencari, menyelidiki, merumuskan, dan membuktikan pengetahuannya, serta mengaplikasikan hasil belajarnya pada situasi lain, memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun makna dari objek-objek yang dipelajari. Guru juga diamanatkan untuk memberdayakan kekayaan lokal, termasuk nilai-nilai dan budaya yang berkembang dalam masyarakat “as an educational process that aims to help student see meaning in the academic material they are studying by connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is, with the context of their personal, social, and cultural circumstances (Johnson, 2002: 25). Dengan proses yang dikemukakan Johnson tersebut diharapkan pembelajaran berlangsung dengan berwawasan lingkungan (kontekstual) dan para siswa memiliki kecakapan menerapkan prosedur dan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Siswa-siswa terbiasa dengan perilaku yang didasari oleh 224
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
berbagai kecakapan yang diperoleh melalui belajar. Proses ini akan membangun perilaku dan sikap peserta didik sebagai cerminan dari sikap dan perilaku makhluk yang berbudaya. Dalam kaitan dengan hal itu, para guru matematika perlu mengembangkan kurikulum dengan memberikan porsi yang seimbang antara aspek penguasaan konsep, aspek kecakapan proses, metode pemerolehan konsep dan aspek penerapannya dalam konteks kehidupan siswa-siswa. Indonesia sebagai negara yang dibangun oleh masyarakat yang majemuk dengan berbagai suku bangsa telah melahirkan banyak kebudayaan yang dikagumi di dalam maupun luar negeri. Beraneka produk budaya begitu melekat pada setiap daerah dengan menonjolkan keaslian daerah masing-masing untuk mewakili ciri khas kehidupan masyarakat dan bernilai estetik tinggi. Produk budaya Indonesia tersebut perlu dilestarikan dan dipertahankan demi menjaga identitas negara dan martabat bangsa. Dengan demikian, pendidikan nilai-nilai estetik dapat menjadi strategi budaya untuk menangkal dan memfilter produk budaya asing yang tidak sesuai. Strategi tersebut berupa penanaman nilai-nilai estetik dan budaya melalui proses belajar mengajar di sekolah serta pelibatan masyarakat secara luas dan menyeluruh. Penanaman nilai-nilai estetika dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan melakukan ekspresi, kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni oleh para siswa. Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan serta harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual agar mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan agar mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Pengalaman estetik dianggap penting karena manusia merupakan makhluk estetikus (Wahyu, 2009:3), yakni makhluk yang berkeindahan. Dalam upaya penanaman nilai-nilai estetik ditawarkan pendekatan kontekstual dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran matematika sekaligus untuk menopang struktur kurikulum dalam pembinaan nilai-nilai estetik dengan skenario pembelajaran yang memberdayakan konteks kehidupan nyata siswa (daily life). Dalam pembelajaran, guru memfasilitasi siswa untuk menghubungkan objek dalam kehidupan nyata yang bersumber pada budaya lokal ke dalam konsep matematika, melalui eksplorasi-diskusi-inkuiri-eksperimen, agar siswa dapat mengkonstruksi (reconstruct) atau menemukan (reinvent) konsep-konsep matematika. Proses belajar seperti itu memungkinkan bagi siswa untuk belajar melalui “doing math, hands on activity” yang merangsang aktivitas dan kreativitas mereka. Bila para siswa dapat melihat hubungan antara konteks kehidupan sehari-hari yang bersumber pada budaya lokal masyarakat dan pengetahuan matematika yang dipelajari di sekolah, mereka bukan hanya mendapat pengetahuan matematika tetapi juga dapat mengapresiasi produk budaya dan kearifan lokal masyarakat. Selain itu, pembelajaran matematika yang menarik dan mencakup kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor ditujukan untuk menumbuhkan sikap, minat dan memotivasi para generasi muda untuk mewarisi budaya leluhur. MASALAH
Pada bagian latar belakang telah dikemukakan bahwa praktek pembelajaran matematika kontekstual dipandang berpotensi mengembangkan potensi peserta didik dan sebagai wahana membina nilai estetik dengan memanfaatkan produk budaya lokal masyarakat setempat sebagai sumber belajar. Pembinaan nilai estetika berbasis produk budaya masyarakat belum terakomodasi sebagai standar kompetensi lulusan pada kurikulum yang berlaku di sekolah, sehingga hal ini merupakan masalah substansial yang perlu mendapat perhatian karena pendidikan estetika termuat dalam standar nasional pendidikan Suku-suku bangsa yang berdiam di Kalimantan Barat seperti suku-suku bangsa lainnya memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dengan filosofinya masing-masing. Berbagai produk budaya dan aktivitas-aktivitas masyarakat antara lain : produk berbagai jenis kerajinan anyaman, penggunaan berbagai jenis dan alat permainan anak; benda-benda (hidup atau mati sebagai peninggalan warisan, modern) yang digunakan oleh masyarakat adat; dan berbagai aktivitas sehari-hari masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, banyak memuat konsep-konsep matematika. Keanekaragaman pro225
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
duk kerajinan masyarakat mempunyai nilai budaya dan seni yang sangat tinggi serta merupakan aset bangsa yang harus dipertahankan dan perlu dikembangkan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Aneka produk anyaman berbahan baku rotan, bambu, enceng gondok, kulit pohon, atau bemban telah dikerjakan secara turun-temurun. Hingga saat ini berbagai jenis produk masih diproduksi tanpa meninggalkan keunikan dan kekhasannya. Produk kerajinan anyaman Dayak dengan pewarna alami dan dihiasi beragam motif memiliki makna tersendiri dan mengandung pesan-pesan moral tertentu. Saat ini motif tersebut banyak diterapkan pada produk hasil industri kreatif dan memiliki nilai tambah yang cukup berarti. Keindahan anyaman, tenunan, pemilihan motif merupakan keahlian yang tidak sembarangan, kemampuan ini diakui masyarakat sebagai prestasi yang patut diapreasiasi. Sayangnya, kepiawaian para pengrajin dalam menganyam atau menenun kini agak sulit ditemukan. Perlu ada upaya untuk mewariskan keterampilan-keterampilan masyarakat yang mulai langka tersebut kepada para generasi muda. Keunikan fenomena masyarakat Dayak Kalimantan Barat tersebut menjadi pendorong untuk turut mengambil bagian mempersiapkan beranda depan bangsa Indonesia di bidang pendidikan, khususnya pendidikan matematika yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat. Dalam kegiatan Lesson Study ini, salah satu produk budaya masyarakat berupa produk-produk anyaman yang mengandung konsep-konsep geometri dikembangkan menjadi sumber belajar matematika bagi siswa sekolah menengah pertama. Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan suatu produk model pembelajaran matematika yang sarat dengan nilai didik dan pesan moral. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan ini adalah mengembangkan pembelajaran pembinaan nilai estetika pada pembelajaran matematika di SMP agar terjadi iklim belajar yang kondusif bagi berkembangnya potensi siswa dalam ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor, dan ranah sosial, secara proporsional. Produk dari kegiatan Lesson Study ini meliputi : 1) model pembelajaran pembinaan nilai estetika yang sesuai kondisi setempat, tersedia pada lingkungan budaya lokal dan potensi sumberdaya sekolah, 2) mengembangkan perangkat pembelajaran yang meliputi: (a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran; (b) hand on activity (c) LKS (Lembar Kegiatan Siswa); dan (d) media pembelajaran matematika yang terintegrasi dengan pembinaan nilai estetik. Model pembinaan nilai estetik berbasis pada budaya masyarakat diharapkan dapat digunakan secara praktis dan efektif oleh anggota tim lainnya di kelasnya masing-masing, meningkatkan kualitas pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan para siswa dalam memahami konsep-konsep matematika, sekaligus mengembangkan potensi afektif, psikomotor dan sosial siswa. METODE
A. Tahapan Lesson Study Pada kegiatan lesson study yang dikembangkan untuk bidang studi matematika sekolah oleh Jurusan Pendidikan Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak mengacu pada langkah-langkah atau tahapan yang disarankan Lewis (2002) seperti berikut. Mula-mula dilakukan pembentukan kelompok lesson study bidang studi matematika dengan merekrut beberapa orang guru atau calon guru matematika. Kedua, penetapan fokus (research theme) lesson study. Ketiga, mmembuat rencana pembelajaran dengan kesepakatan untuk mengintegrasikan pembinaan nilai estetik sebagai bagian dari pendidikan karakter dalam pembelajaran matemátika. Keempat, pelaksanaan rencana pembelajaran di kelas yang dibarengi pengamatan (observasi). Kelima, berdiskusi dan menganalisis pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan terakhir merefleksi pembelajaran dan merencanakan siklus berikutnya. 1. Setting Kegiatan
226
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Pada kegiatan Lesson Study untuk bidang studi matematika ini dilaksanakan dengan setting yang meliputi tempat, waktu, dan jumlah siklus yang dilakukan seperti berikut. a. Basis Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pada kegiatan perluasan Lesson Study yang diemban oleh JPMIPA FKIP UNTAN tahun ketiga berfokus pada pelaksanaan Lesson Study di sekolah-sekolah. Guru-guru yang dilibatkan dalam kegiatan ini meliputi guru-guru bidang matematika, bidang studi IPA, bidang studi IPS, bidang studi Bahasa dari beberapa sekolah menengah pertama dan guru-guru bidang studi Fisika SMA yang aktif dalam berkegiatan MGMP di kota Pontianak. Sebagai basis untuk pelaksanaan Lesson Study empat bidang studi di sekolah menengah pertama adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pontianak yang berlokasi di Jalan Selayar, Kota Baru Pontianak. Alasan pemilihan sekolah ini adalah berlokasi pada center di antara empat sekolah lainnya dan berprestasi sedang diantaranya. b. Waktu Pelaksanaan Kegiatan perluasan Lesson Study pada tahun ketiga ini berfokus pada pelaksanaan di sekolah-sekolah. Pelaksanaannya mulai dilakukan pada bulan Maret 2011 tahun pelajaran 2010/2011 semester genap sampai dengan bulan Desember 2011. Penentuan waktu open lesson mengacu pada kalender akademik sekolah. Hingga Oktober 2011 ini, khusus bidang studi matematika telah melakukan open lesson sebanyak empat kali. c. Subjek Kajian Sebagai Sumber Data 1). Dalam kegiatan lesson study ini, subjek-subyek yang terlibat adalah para siswa di sekolah-sekolah yang melaksanakan open lesson, seperti SMP Negeri 2, dan SMP Negeri 3 Kota Pontianak. Para siswa yang ikut dalam pembelajaran open lesson menjadi sumber data tentang berbagai aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Para siswa ini menjadi sumber data utama dan pelaku terjadinya fenomena didaktik dalam pembelajaran matematika. 2). Kelompok subyek yang kedua adalah para guru yang bertindak sebagai guru model dalam melaksanakan rencana pembelajaran beserta para guru yang berperan sebagai observer. Kelompok subyek ini menjadi sumber data yang merekam fakta-fakta yang terjadi selama berlangsungnya pembelajaran. d. Siklus Lesson Study Sebagaimana dikemukakan pada bagian waktu pelaksanaan Lesson Study, siklus yang dilakukan pada kegiatan ini sebanyak empat kali. Dari keempat siklus tersebut, tiga diantaranya difokuskan untuk mengintegrasikan pembinaan nilai-nilai estetik pada pembelajaran matematika. Ketiga siklus tersebut, organisasi pelaksanaannya dapat dilihat pada tabel berikut. Siklus 1.
Kegiatan Planning Do and See
2.
Planning Do and See
3.
Planning Do and See
Topik Pelajaran
Model
Bangun datar, kelas 7
Rohana, S.Pd
Pelaksanaan Jum’at, 1 April 2011 Sabtu, 2 April 2011
Kubus dan Balok, kelas 8
Yan Sando, S.Pd
Jum’at, 8 April 2011 Senin, 11 April 2011
Benda Bangun Ruang, kelas 7
Luna, M., S.Pd
Jum’at, 20 Mei 2011 Senin, 21 Mei 2011
2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik dan alat pengumpul data yang digunakan pada kegiatan lesson study ini antara lain: a. Teknik Langsung melalui Observasi Pembelajaran Pada kegiatan lesson study ini, teknik observasi merupakan alat pengumpul data utama. Observasi dilakukan untuk merekam fenomena didaktis atau fakta-fakta pembelajaran yang berlangsung di kelas. Observer yang terlibat pada open lesson ini adalah guru-guru bidang studi matematika dan beberapa orang siswa pendidikan matematika semester akhir. Sebelum memainkan peran sebagai observer, mereka mendapat penjelasan tentang fungsi, anjuran, dan larangan yang perlu diperhatikan selama periode pembelajaran berlangsung. Fokus pengamatan 227
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa sesuai dengan sintaks pembelajaran yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya (plan). Dalam perannya melaksanakan observasi, mereka dibekali dengan lembar observasi terbuka. Dengan lembaran ini para observer mempunyai kebebasan dan leluasa untuk membuat catatan berbagai aktivitas-aktivitas siswa. b. Teknik pengumpulan data secara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa sejumlah angket untuk para siswa maupun para guru (observer). Sejumlah angket tersebut adalah: 1). Lembar Monitoring Kegiatan Plan dalam Lesson Study 2). Lembar Monitoring Kegiatan See (Refleksi) Dalam Lesson Study 3) Lembar Monitoring Kegiatan Do (Pelaksanaan) Dalam Lesson Study 4) Kuesioner Kegiatan Pembelajaran bagi Siswa Dalam Lesson Study 5) Notulen diskusi antara guru model dan observer selama pelaksanaan lesson study baik pada tahap perencanaan maupun pada tahap refleksi. 6) Dokumentasi hasil rekaman audio-visual dalam bentuk gambar bergerak maupun rekaman suara. 3. Teknik Analisis Data Dari teknik dan alat pengumpul data di atas diketahui bahwa data yang dikumpul kan untuk menjawab pertanyaan tulisan ini adalah data kualitatif. Dengan demikian, untuk menganalisis data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. HASIL-HASIL YANG DICAPAI
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil pengalaman pelaksanaan pembelajaran matematika berbasis budaya dengan mengintegrasikan pembinaan nilai estetik berkaitan dengan metode, teknik pengelolaan kelas, dan aktivitas-aktivitas siswa seperti berikut. Pembelajaran matematika berbasis budaya merupakan program yang ditujukan untuk membantu guru menggunakan benda produk budaya dalam mengajarkan bidang ilmu matematika, di samping untuk membangkitkan kesadaran dan apresiasi terhadap nilai estetik dalam komunitas budaya. Pada kegiatan lesson study ini, guru berperan sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran. Dalam proses perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, guru dibantu oleh para teman sejawat untuk berkolaborasi merancang pembelajaran. Secara kelompok dan berkelanjutan, guru dan fasilitatornya mengembangkan rancangan dan juga melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan beragam produk kerajinan anyaman. Dalam pelaksanaannya, guru model berserta teman-teman kolaboratornya bersepakat pada siklus pertama membelajarkan bangun-bangun geometri bidang datar menggunakan produk budaya masyarakat berupa anyaman topi bermotif, bakul atau ragak, dan tikar lampit bermotif sebagai media. Pada siklus berikutnya, mengangkat topik bangun ruang tentang kubus dan balok dengan menggunakan media berupa benda-benda hasil kebudayaan modern sebagai media, dan pada siklus ketiga membelajarkan terapan bangun ruang dari kubus – balok sampai kepada tabung limas, maupun kerucut pada berbagai model bangunan yang indah. Unit ini menghubungkan pelajaran geometri dengan produk budaya masyarakat. Siswa mengeksplorasi bentuk dan konsep-konsep geometri dengan menggunakan media bantu belajar hasilhasil kerajinan tersebut beserta media lain seperti papan atau kertas geometri berpetak. Siswa bebas mengamati media pembelajaran yang tersedia untuk menemukan motif, atau tipe yang terkandung pada anyaman yang diamatinya. Mereka bebas mengeksplorasi bangun-bangun geometri yang terkandung pada motif-motif kerajinan anyaman dan merepresentasikannya pada papan berpetak dan membuat rancangan motif sebagai karya-karya desain mereka sesuai dengan keinginan, pengetahuan dan kreativitasnya sendiri. Metode pembelajaran yang digunakan bervariasi dari tanya jawab, ceramah singkat untuk memotivasi siswa, penugasan kepada siswa mengeksplorasi bangun-bangun geometri, dan diskusi. 228
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Teknik berkarya untuk memberikan pengalaman estetik kepada siswa memakai teknik kering dengan menggunakan bahwa pewarna berupa krayon pastel. Secara umum, guru-guru model menggunakan model belajar kooperatif dengan setting kelompok yang terdiri dari lima sampai enam siswa pada setiap kelompok. Namun demikian, guru juga mengelola kelas secara individu maupun klasikal yang dilakukan secara integratif-variatif antar segmen pembelajaran. Barkaitan dengan proses pembelajaran dapat dikemukakan hal-hal tentang memulai pelajaran, melaksanakan kegiatan inti pembelajaran, dan melakukan konfirmasi atas kesesuaian pemahaman siswa atas materi yang dipelajari dengan konsep-konsep matematika dalam uraian berikut. 1. Melakukan perencanaan pembelajaran Para guru beserta anggota tim lesson study yang berkolaborator sebelum melaksanakan pembelajaran mempersiapkan material pembelajaran dalam forum planning program, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mengacu pada kurikulum KTSP untuk semester genap tahun pelajaran 2011, media pembelajaran, instrumen observasi, dan instrumen pembelajaran lainnya. Hal ini sesuai dengan saran yang dikemukakan oleh Hulburt, bahwa langkah-langkah yang ditawarkan dalam menumbuhkan kreativitas melalui pengalaman estetik salah satunya adalah set the goal, yaitu merancang tujuan yang akan dicapai sebagai langkah penentuan materi dan media yang diinginkan. Dalam tahap plan siklus I sampai III dari rangkaian rencana tiga siklus ini bertemakan ”Penciptaan Suasana Belajar Matematika yang Menyenangkan Dengan Materi Geometri yang Bermuatan Nilai Didik dan Estetik”. Anggota tim lesson study duduk bersama pendamping mendiskusikan dan merevisi draft material pembelajaran beserta komponen-komponen pendukungnya. Pada siklus I, anggota tim bersepakatan untuk menunjuk Rohana, S.Pd berperan sebagai guru model. Di akhir kegiatan perencanaan guru model mensimulasikan pembelajaran untuk memprediksi kendala-kendala yang mungkin akan dihadapi di dalam kelas sesungguhnya. 2. Menetapkan materi pembelajaran matematika Materi pembelajaran matematika yang lebih dekat dan sesuai untuk pembinaan nilai estetik serta menumbuhkan kreativitas dalam pribadi anak adalah topik-topik geometri, karena geometri merupakan materi matematika banyak diterapkan orang dalam mengkerasi karya-kaya yang sarat dengan unsur estetik. Penciptaan karya siswa dengan menggunakan lembar kerja siswa dalam dimensi dua cukup mudah dikuasai dan dikerjakan oleh anak usia sekolah menengah pertama untuk menyatakan objek dengan karakter yang diinginkannya dapat dicapai dengan nuansa-nuansa warna yang diinginkannya. 3. Pengelolaan kelas, mengembangkan diskusi menggiatkan partisipasi siswa Penerapan phase diskusi pada model pembelajaran kooperatif sebagaimana dirancang dalam kegiatan plan dimaksudkan untuk mengaktifkan dan menggiatkan partisipasi siswa dalam belajar. Penggunaan ruang laboratorium IPA dengan perabot (meja kursi) yang berukuran lebih besar dari ukuran meja ruang kelas pada saat do yang pertama, membuat pelaksanaan diskusi tidak berjalan seperti direncanakan. Ukuran panjang meja yang tersedia di ruang laboratorium ini berdampak pada posisi duduk siswa dalam kelompok. Seyogyanya posisi duduk para siswa yang berdiskusi saling berhadapan atau membentuk lingkaran yang memudahkan interaksi antar siswa, namun pada pembelajaran ini posisi duduk kelompok diskusi adalah memanjang sesuai dengan ukuran meja yang ada. Setiap kelompok terdiri dari lima sampai enam siswa dengan posisi duduk berdampingan satu sama lain. Sudah barang tentu, posisi duduk memanjang ini menjadi kendala bagi anggota kelompok diskusi dan interaksi menjadi kurang lancar. Ada dua kelompok, dari enam kelompok, yang anggotanya tidak leluasa berpartisipasi dalam diskusi. Pada siklus berikutnya, kendala ini telah dapat diatasi dengan menggunakan ruang media yang mempunyai perabot standar kelas. 4. Membangkitkan motivasi siswa di awal pembelajaran
229
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Ketika memulai pelajaran, setelah mempersiapkan siswa-siswa agar menaruh perhatian pada kegiatan pembelajaran, motivasi siswa dibangkitkan dengan memberikan penjelasan manfaat dan contoh terapan matematika dalam aktivitas kehidupan masyarakat, khususnya dalam mengintegrasikan motif-motif geometris pada produk-produk anyaman. Untuk merangsang keinginan tahu siswa, media anyaman digunakan untuk melakukan pengamatan langsung bagi siswa terhadap objek nyata, atau model-model motif. Kegiatan eksploratif yang dilakukan siswa sangat berpotensi untuk meningkatkan pengetahuan siswa maupun guru. Dengan melakukan kegiatan seperti itu, siswa terkondisi untuk terlibat dalam proses berpikir tingkat tinggi yang tidak mustahil dapat memunculkan gagasan inovatif yang orisinil atau pertanyaan yang mendorong terjadinya konflik kognitif lebih lanjut yang seringkali memerlukan jawaban ilmiah tidak sederhana. 5. Pengembangan kreativitas, mengungkapkan ekspresi estetik, dan mengasah berbagai ranah Hasil karya siswa yang berwarna-warni sesuai dengan keinginan siswa merupakan salah satu indikator yang menunjukkan adanya tingkat kreativitas yang didasari dengan pengungkapan ekspresi yang murni belum terpengaruh oleh teori-teori yang mempengaruhi karyanya. Hasil karya kelompok siswa pada penugasan siklus berikutnya berhasil memberikan tantangan yang memerlukan kerja keras untuk pengembangan kreativitas. Pada siklus dua, secara kelompok ditugaskan untuk membuat kubus dan balok lengkap dengan jaring-jaringnya dalam tampilan yang menarik. Adapun penugasan pada suruhan siklus ketiga, kelompok siswa ditugaskan membuat maket dari suatu bangunan yang menerapkan bangun-bangun geometris, seperti balok, kubus, tabung, kerucut, atau limas. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa menggunakan bahan-bahan bekas yang terdapat di sekitar tempat tinggal masing-masing. Secara kognitif, para siswa diminta untuk menentukan ukuran-ukuran bangun-bangun yang diciptakan, dan ukuran bahan baku yang digunakan. Dalam ranah afektif, para siswa mereka mengembangkan rasa kebersamaan dalam bekerja kelompok, menghargai pemikiran orang lain, memanfaatkan barang-barang bekas pakai dan perhatian terhadap kebersihan lingkungan, menumbuhkembangkan kedisiplinan dalam bekerja, mengajarkan sikap ekonomi kreatif (wirausaha), dan tentu mereka berusaha menghasilkan karya yang paling baik dan indah (estetik). Tugas-tugas tersebut dikerjakan di luar jam belajar, tetapi sebagian besar pekerjaan dikerjakan di sekolah pada sore hari. Pada ranah psikomotor dikembangkan pada keterampilan siswa dalam pendesainan, penggunaan berbagai alat, kecermatan dalam melakukan hitungan, kerapihan, penyusunan bangun, dan pekerjaan finishing yang melibatkan unsur seni. 6. Fakta belajar yang ditemukan ketika siswa bereksplorasi Fenomena yang teramati pada pelaksanaan pembelajaran topik geometri ini siswa memperlihatkan berbagai gaya meskipun di kelas terdapat banyak orang asing yang melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar mereka. Bahkan beberapa orang melakukan pengamatan dengan mendekati para siswa secara dekat. Pada awal pembelajaran, para siswa nampak terheran-heran dengan kehadiran banyak orang di kelasnya. Namun, setelah beberapa saat mereka mulai dapat mengabaikan kehadiran para pengamat. Perhatian para siswa mulai mengarah kepada pelajaran ketika guru memanfaatkan berbagai media sebagai sarana berkomunikasi dengan siswa. Para siswapun terlibat secara aktif selama periode pembelajaran, meskipun ada beberapa siswa yang perlu mendapat perhatian dari guru pada kesempatan pembelajaran berikutnya. Mereka tidak memperlihatkan rasa takut salah untuk menjawab pertanyaan guru, atau mengajukan pertanyaan, mengikuti pembelajaran dalam situasi tenang memperhatikan penjelasan – keterangan guru, tidak tegang, tidak ramai, mendapat kebebasan mengerjakan suruhan guru, sebagian besar aktif berkegiatan dan tetap menjunjung dan mendukung proses pembelajaran. Pembahasan karya dilakukan oleh guru dan siswa, serta memberi penghargaan bagi yang berhasil mendapat penilaian terbaik. 7. Menumbuhkan toleransi, menenggang gagasan orang lain Salah satu tugas menantang yang diberikan kepada siswa pada siklus ketiga adalah membuat maket yang menarik dan indah dari bahan-bahan bekas untuk mengetahui penguasaan siswa pada 230
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
materi bangun ruang, sekaligus mengasah potensi-potensi non-kognitifnya. Di antara kelompokkelompok yang dibentuk oleh guru model, terdapat dua hasil bentukan kelompok heterogen berdasarkan kemampuan sehari-hari, gender, ras dan agama. Salah satu kelompok terdiri dari empat siswa yang diketuai seorang anak keturunan Chines yang non-muslim, satu orang anggota keturunan Batak yang non-muslim juga, sedang dua orang lainnya keturunan Melayu dan muslim. Keunikan dari kelompok ini adalah mereka membuat karya maket berupa bangunan masjid. Dari hasil penelusuran terhadap kelompok ini diperoleh keterangan bahwa bangunan paling indah yang mereka temukan di sekitar sekolah atau di sepanjang perjalanan dari rumah ke sekolah adalah bangunan salah satu masjid yang sering dilewati oleh anggota kelompok. Menurut penilaian kelompok, setelah membandingkan beberapa objek bangunan yang diamati, mereka mengambil keputusan untuk membuat maket dari masjid. Keunikan yang ditemukan pada kelompok lainnya, kebetulan kelompok kedua ini diketuai oleh siswa yang menjabat sebagai ketua Osis di sekolah dan beragama Islam. Dari empat anggota kelompok, salah satu diantaranya non-muslim, dan sisanya muslim. Setelah melalui proses yang hampir sama dengan kelompok sebelumnya, mereka mengambil keputusan untuk membuat maket dari bangunan gereja. Alasan yang dikemukakan oleh kelompok ini adalah gereja yang berlokasi di depan sekolah mereka merupakan bangunan yang masuk dalam kategori indah, memuat bentuk-bentuk bangun geometri yang cukup lengkap seperti yang ditugaskan guru dan dapat dilihat setiap saat bila mereka mengalami kesulitan menuangkannya ke bentuk maket. Anggota yang lain dapat menerima keputusan tersebut, meskipun karya mereka tidak sesuai dengan bangunan rumah ibadah dari sebagian besar anggota kelompok. Pelajaran yang dapat dipetik dari aktivitas kedua kelompok tersebut antara lain: dalam pengambilan keputusan mereka menggunakan proses yang cukup ilmiah dengan dukungan data yang relevan, mengajukan gagasan kepada anggota kelompok lain dengan mendahulukan musyawarah yang disertai dengan mengemukakan argumentasi untuk mendukung gagasannya, ketimbang memaksakan gagasan kepada orang lain. Dalam diri siswa sekolah menengah pertama masih murni, tulus, berpikir lurus, tidak terpengaruh oleh kepentingan kelompok tetapi bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. KESIMPULAN DAN SARAN
1. a. b. c.
d. e. f.
Kesimpulan Dari hasil analisis dikemukakan simpulan seperti berikut. Perencanaan pembelajaran yang dipersiapkan secara kolaboratif dengan orang lain yang sebidang atau serumpun berhasil membelajarkan siswa secara lebih aktif. Di awal pembelajaran ada keheranan para siswa ketika di kelasnya hadir banyak orang asing, namun mereka tidak menampakkan rasa gugup, rasa takut menjawab pertanyaan guru model atau mengajukan pertanyaan. Penggunaan media pembelajaran berbasis unsur lokal atau yang diperoleh dari lingkungan setempat, yang dipadukan dengan penggunaan metode belajar yang variatif sesuai dengan karakter media dan situasi mampu membangkitkan motivasi dan mengembangkan kreativitas siswa dalam berkarya. Media pembelajaran berbasis unsur lokal (etnomedia) selain dapat digunakan untuk tujuan membelajarkan ranah kognitif, juga dapat diintegrasikan untuk mengasah potensi-potensi afektual, psikomotor maupun sosial siswa. Pembelajaran matematika, khususnya pada topik-topik geometri sangat relevan untuk memberikan pengalaman estetik dan membina nilai-nilai estetik yang merupakan kebutuhan primer manusia yang merupakan makhluk estetikus. Kreativitas guru dalam membelajarkan geometri untuk memberdayakan unsur budaya lokal juga dapat dikembangkan menjadi wahana pendidikan karakter, antara lain menumbuhkan kemampuan ekonomi praktis, kebersamaan dan disiplin dalam penyelesaian pekerjaan, keterampilan komunikasi, tenggang rasa, mengahargai orang lain. 231
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
2. a.
Saran Guru perlu meningkatkan perhatiannya kepada para siswa agar semua siswa mendapat hak mereka atas layan belajar di kelas. Setiap siswa dapat menuntaskan belajarnya, dan mampu mengembangkan potensi-potensi dirinya sehingga mampu mencapai rumusan kompetensi pembelajaran. b. Pengalaman dari pembelajaran ini perlu diadaptasi pada kelas-kelas lain tanpa pengamatan dari orang lain untuk melihat aktivitas-aktivitas siswa selama pembelajaran. c. Perlu diupayakan tambahan media yang sejenis agar masing-masing siswa mendapat kesempatan yang sama untuk melakukan pengamatan atau eksplorasi dan waktu curah siswa pada topik pembelajaran lebih kontinyu. d. Perlu kerjasama berbagai bidang studi, misalnya Muatan Lokal, IPS-Ekonomi, atau Kegiatan Ekstrakurikuler, dan lainnya untuk mengembangkan potensi-potensi siswa. DAFTAR PUSTAKA Cockcroft, W.H (1986). Mathematics Counts. London: HMSO Johnson, E. (2002). Contextual Teaching and Learning. Corwin Press. Marten, T. (2009). Pengembangan Kemampuan Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kontekstual Dengan Pendekatan REACT. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung : PPs UPI. NRC (1989). Everybody Counts. A Report to the Nation on the Future of Mathematics Education. Washington DC: National Academy Press. Nanang. (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Pada Kelompok Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Pendekatan Kontekstual dan Metacognitif Serta Konvensional. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung : PPs UPI. Wardani, S. (2009). Pembelajaran Inkuiri Model Silver Untuk Mengembangkan Kreativitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung : PPs UPI. Wahyu, A.,R. (2009). Nilai-nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Medan : F. Sastra, USU.
232
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENDAMPINGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 4 SURABAYA MELALUI LESSON STUDY
Manuharawati 1) dan Hainur Rasyid Achmadi 2) 1) Jurusan Matematika FMIPA Unesa Surabaya-e-mail:
[email protected] *) 2) Jurusan Fisika FMIPA Unesa Surabaya-e-mail:
[email protected] **)
Abstrak. Salah satu program dalam Hibah Pendalaman dan Perluasan Lesson study tahun 20092011 di FMIPA Unesa adalah pendampingan pembelajaran MIPA di SMP. Untuk program ini, FMIPA Unesa memilih SMPN 4 Surabaya dengan alas an antara lain: (a) SMPN 4 Surabaya belum pernah melakukan kegiatan Lesson Study, (b) letak sekolah tidak terlalu jauh dari FMIPA Unesa, sehingga pendampingan yang dilakukan oleh beberapa Dosen yang tergabung dalam Tim Lesson Study FMIPA Unesa Surabaya dapat dilakukan tanpa mengganggu kegiatan perkuliahan. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru-guru SMPN 4, khususnya Guru-guru pelajaran Matematika, mereka sering melakukan pembelajaraa dengan metode ceramah, hanya mentransfer konsep Matematika kepada siswa tanpa memperhatikan aktivitas yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran, yang penting materi yang telah dittargetkan dalam kurikulum selesai. Salah satu akibat dari pembelajaran ini adalah: jika pada akhir pembelajaran suatu topik tertentu ada siswa tidak dapat memenuhi ketuntasan yang telah ditargetkan oleh sekolah, khususnya yang telah menjadi tujuan pembelajaran yang direncanakan oleh Guru, guru masih mengalami kesulitan dalam mencari penyebab kegagalan tersebut, yang ujung-ujungnya, Guru masih kesulitan memilih strategi yang sesuai dalam perbaikan pembelajaran yang dilakukannya.. Melalui Lesson Study yang mempunyai tahapan plan – do – see masalah yang dialami guru SMPN 4 Surabya dapat diminimalkan. Makalah ini memaparkan hasil pendampingan Lesson Study di SMPN 4 Surabaya tahun 2011. Data pemaparan diambil dari hasil diskusi saat plan, observasi pada saat do, pendapat siswa melalui angket siswa, diskusi dengan guru model dan pengamat pada saat see, serta angket guru setelah pendampingan berakhir. Katakunci: lesson study
Hasil diskusi guru-guru dari beberapa SMPN di Surabaya dengan Dosen FMIPA UNESA pada pelatihan Lesson Study Tahun 2007 dan juga hasil diskusi Tim Lesson Study FMIPA dengan guru-guru SMPN 4 pada awal tahun 2011, mencatat bahwa kemampuan siswa yang kurang dalam memahami konsep-konsep penting atau menerapkan konsep Matematika selama ini tidak terlepas dari peran guru dalam proses pembelajarannya. Selama ini guru masih kurang memperhatikan minds on activity siswa. Selain itu disadari bahwa guru lebih memfokuskan diri pada penuangan konsep-konsep jadi kepada siswanya. Metode yang digunakan oleh guru selama ini dalam melaksanakan pembelajaran adalah metode ceramah, dengan pelaksanaan pembelajaran berpusat pada guru, sehingga interaksi yang terlihat hanya satu arah dan guru sangat mendominasi pembelajaran, tanpa memperhatikan aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini membawa dampak siswa sukar untuk berpikir logis dan komprehensif, yang berarti siswa tidak terbiasa berpikir dengan menggabungkan pengetahuan yang mereka miliki untuk memecahkan masalah. 233
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Pengajaran di atas menurut Nur (2002) masih terbatas pada produk, konsep dan teori. Disebutkan pula bahwa pembelajaran yang ideal menghendaki siswa menggunakan semua potensinya terutama proses mentalnya untuk menentukan konsep atau prinsip ilmiah. Menurut teori konstruktivis, guru tidak dapat begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswanya. Agar pengetahuan yang diberikan kepada siswa dapat bermakna, maka siswa sendirilah yang harus memproses informasi yang diterimanya, mengkonstrukturnya kembali dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian pengetahuan tersebut menjadi bagian integral dari struktur kognitifnya, bermakna dan bermanfaat dan dapat digunakan untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik lagi terhadap lingkungannya (Slavin, 1997). Melalui Lesson Study yang mempunyai tahapan plan – do – see masalah yang dialami guru pada umumnya dan khususnya guru-guru Matematika SMPN 4 Surabya dapat diminimalkan. Paparan hasil kegiatan pendampingan Lesson Study di SMPN 4 Surabaya ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada Dosen maupun Guru dalam meningkatkan kulitas pembelajarannya, yang dimungkinkan meningkatkan kualitas hasil belajar anak didiknya. Alasan mengapa Lesson study menjadi pilihan dalam memecahkan permasalahan yang dialami oleh Dosen ataupun Guru dalam pembelajaran dapat dilihat dari langkah-langkah kegiatan Lesson Study. Cuplikan tentang filisopi Lesson Study yang diambil dari beberapa pendapat ahli diuraikan sebagai berikut. Apa Lesson Study dan Bagaimana Melaksanakannya Lesson Study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar yang mempunyai 3 tahap dalam pelaksanaannya, yaitu plan, do, dan (Sumar: 2006, 2007) . Jadi Lesson Study bukanlah suatu metode atau strategi pembelajaran, namun kegiatan pada Lesson Study dapat menggunakan/menerapkan berbagai macam strategi/metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi. Ada tiga tahapan yang harus dilakukan dalam kegiatan Lesson Study, yaitu: merencanakan (plan), melaksanakan (do), dan merefleksi (see). Ketiga tahapan ini dilaksanakan secara berkelanjutan (berkesinambungan). Tahap perencanaan (plan) bertujuan untuk merancang rencana pembelajaran (lesson plan) yang dapat mendorong siswa belajar dalam suasana menyenangkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai secara efektif melalui aktivitas belajar secara aktif dan kreatif. Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama oleh para guru. Beberapa orang guru dapat berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide. Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Permasalahan dapat berupa materi bidang studi atau bagaimana menjelaskan suatu konsep. Permasalahan dapat juga menyangkut aspek pedagogi tentang metoda pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan efisien atau permasalahan fasilitas belajar yakni, bagaimana menyiasati kekurangan fasilitas pembelajaran. Tahap kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan pembelajaran (do) untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan bersama. Langkah ini bertujuan untuk mengujicoba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang. Para pendidik lain bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran. Kepala sekolah terlibat dalam pengamatan pembelajaran dan memandu kegiatan ini. Fokus pengamatan ditujukan pada interaksi para peserta didik dengan bahan atau materi pelajaran, dengan guru, dengan peserta didik yang lain, dan juga lingkungannya. Semua aspek yang diamati tersebut diorientasikan untuk melihat apakah semua siswa benar-benar telah belajar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara obyektif. Para pengamat dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto untuk keperluan dokumentasi sebagai bahan/data refleksi maupun sebagai bahan studi lebih lanjut. Tahap ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi (see). Setelah selesai pembelajaran, langsung dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah atau 234
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
seseorang yang ditunjuk untuk membahas pembelajaran. Dalam diskusi guru model mengawali kegiatan diskusi dengan menyampaikan refleksi terhadap pelaksanaan dan capaian pembelajaran, ataupun menambahkan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran tersebut. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson learned dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas belajar peserta didik dan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Tentunya, kritik dan saran untuk pendidik disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Sebaliknya, pendidik harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya. Dari kegiatan Lesson Study ini diharapkan semua peserta, guru model dan pengamat, dapat memperoleh pengalaman berharga yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualiatas pembelajarannya. Jika kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus (kontinu) secara berkala, maka para guru, atau pendidik pada umumnya, akan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pemebelajarannya. Ini artinya layanan pendidikan kepada para siswa akan meningkat, dan ini artinya profesionalisme para pendidik akan meningkat secara bertahap dan terus-menerus. Ini berarti sebuah proses “Continuing Professional Development“ akan terlangsung. (Ibrohim: 2010) Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah suatu upaya membantu Siswa untuk mengkonstruksi (membangun) konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip tersebut terbangun kembali. Jadi dalam pembelajaran matematika, peranan guru bukan sebagai pemberi jawaban akhir atas pertanyaan siswa, melainkan bertindak sebagai motivator, organisator, dan moderator dalam membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika. Pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat beradaptasi dengan siswa (Tim MKPBM; 2001: 20). Soedjadi (2001:102), membedakan pendekatan pembelajaran tersebut menjadi dua, yaitu: (a) pendekatan materi: proses menjelaskan topik matematika tertentu dengan menggunakan materi lain; (b) pendekatan pembelajaran: proses penyampaian atau penyajian topik matematika tertentu agar mempermudah siswa memahami. Jadi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, seorang guru harus dapat memilih pendekatan yang sesuai dalam mengolah kelasnya. Dalam makalah ini yang dimaksut kualitas pembelajaran meliputi: penyiapan materi ajar, penyiapan RPP, penyiapan perangkat pembelajaran, mengevaluasi proses pembelajaran. Selanjutnya juga dilihat bagaimana guru sering berdiskusi untuk mencari solusi dari masalah yang ada dalam pembelajaran HASIL PENGAMATAN
Pendandampingan pelaksanaan Lesson Study di SMPN 4 Surabaya dilakukan pada Semester Genap 2010-201, yang dimulai dengan sosialisasi tentang apa, mengapa harus Lesson Study, dan bagaimana pelaksanaannya yang dilakukan di FMIPA Unesa (14 Januari 2011) dengan nara sumber Dr. Ibrahim, dari UM dan beberapa Dosen MIPA yang merupakan Tim Lesson Study FMIPA Unesa, sedangkan implementasinya dilakukan di SMPN 4 Surabaya. Adapun hasil pendampingan yang diperoleh dipaparkan sebagai berikut. F1. Plan Telah dilakukan workshop perangkat pembelajaran pada 26 Pebruari 2011 dan tanggal 7 Maret 2011, yang diikuti oleh Kepala Sekolah, guru IPA dan Matematika SMPN 4 Surabaya yang berjumlah 11 orang serta 3 dosen dari MIPA sebagai pendamping. Workshop diawali dengan diskusi kesulitakesulitan yang dialami siswa, konsep-konsep matematika yang dialami oleh guru dan straegi yang digunakan agar pembelajaran yang dilakukan nanti adalah pembelajaran yang efektif dan effisien serta berpusat pada siswa. Berdasarkan hasil diskusi, materi yang dipilih untuk implementasi adalah 235
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
geometri, yang meliputi: unsur-unsur kubus dan balok, jaring-jaring balok dan kubus, dan luas permukaan balok dan kubus, kelas yang dipilih adalah kelas VIIE dan VIIG. Workshop diakhiri dengan ujicoba perangkat yang dilakukan dengan mendemokan perangkat yang dihasilkan yang dilakukan oleh calon guru model di depan Kepala Sekolah, guru lain dan tim pendamping dari MIPA, yang dilanjutkan refisi perangkat berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh. Beberapa masukan yang diperoleh dari kegiatan plan ini adalah sebagai berikut: Kepala Sekolah: (i) Ternyata pada penyusunan perangkat, yang dimulai dari diskusi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa maupun guru sangat menarik dan benar-benar bermanfaat, guru-guru kami bertambah wawasannya dalam memilih strategi dan metode, bahkan sampai alat peraga dan media. (ii) Dalam menyusun perangkat pembelajaran untuk mengajar 2 jam pelajaran saja ternyata memerlukan waktu yang lama. Tidak seperti yang saya bayangkan selama ini. (iii) Dalam kegiatan ini, sesuatu yang baru dan merupakan pangalaman yang sangat berharga bagi saya adalah: sebelum menyalhkan seseorang, ternyata saya harus mempunyai alternatif solosinya terlebih dahulu, tidak melulu menyalahkan. Ibu Endah Hidayati (guru Matematika): (i) Saya senang kegiatan ini, sekarang saya bisa memberi masukan kepada teman dan saya bisa mencari kesalahan apa dan bagaimana yang belum sesuai dalam perangkat pembelajaran yang telah saya buat sebelum mengikuti kegiatan ini. (ii) Waktu ngajar kita tidak sama dan waktu ngajar saya maupun teman yang lain terlalu padat sehingga kita mungkin kesulitan mencari waktu yang teman-teman bisa bersama-sama diskusi seperti ini. Ibu Endang Hartini (guru Matematika): (i) Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi saya, khususnya pada pembuatan perangkat pembelajaran maupun pandalaman materi; materi yang semula saya masih bingung atau masih ragu bagaimana cara menjelaskannya ke siswa, saya menjadi percaya diri. (ii) Waktu ngajar kita tidak sama dan waktu ngajar saya maupun teman yang lain terlalu padat sehingga kita mungkin kesulitan mencari waktu yang teman-teman bisa bersama-sama diskusi seperti ini. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum (Rr.Suhartini) (i) Meskipun waktu kita padat, jika kita atur di awal-awal semester kita pasti bisa, yang penting kometmen kita. F2. Do-See Pelaksanaan do dalam kegiatan pendampingan ini dilakukan 4 kali, 2 kali di kelas VIIE (36 siswa) dan 2 kali di VIIG (37 siswa) dan dilaksanakan pada hari Selasa dan Jumat tanggal 8 Maret, 11 Maret, 18 Maret, dan 25 Maret dengan guru model berganti-ganti setiap pelaksanaan. Guru model pada kegiatan ini adalah: Endang Hartini, Endah Hidayat, Suprihatin, dan Lilis Sundariyati. . Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran, seluruh tim fasilitator melakukan pertemuan singkat di ruang pertemuan (perpustakaan) SMP Negeri 4 Surabaya, dengan peserta implementasi dan kepala Sekolah untuk menjelaskan secara umum kegiatan implentasi perangkat pembelajaran yang telah disusun pada tahap plan. Selanjutnya, kegiatan see dilaksanakan langsung setelah pelaksanaan do selesai, kecuali untuk hari Jum’at dilaksanakan mulai pk 13.00. Hasil yang diperoleh dari kegiatan do-see secara ringkas adalah sebagai berikut. Ringkasan Angket siswa adalah sebagai berikut 236
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
1. Apakah pembelajaran hari ini menarik? Beri Penjelasan Jawaban siswa
Sangat Menarik
Rata-rata Banyaknya jawaban 87%
Biasa-biasa saja
10,5%
Tidak menarik
3,5%
Alasan -
Karena bisa bertukar pikiran dengan teman sekelompok Karena dilihat guru-guru lain, jadi tambah semangat Bangga bisa maju ke depan kelas dan dilihat guru lain Karena Bu Guru ngajarnya bersemangat Meskipun pada waktu ke depan salah, Bu Guru tidak marah Tidak mengantuk, karena direkam. Karena tidak ada bedanya dengan pelajaran sehari-hari
- Ada guru lain di kelas - Tidak bisa bebas karena ada guru-guru lain
2. Apa yang Anda dapatkan dari pembelajaran hari ini? a. Pengalaman berdiskusi dengan teman b. Maju ke depan dan dilihat guru lain. c. Gemetar pada saat ke depan kelas, takut salah dilihat guru lain c. Lebih semangat, karena cara Bu Guru ngajar lain d. Tambah percaya diri, karena sering ditanya dan menjelaskan ke teman-teman 3. Apa yang sebaiknya ditingkatkan pada pembelajaran hari ini? a. Lebih sering lagi disuruh maju ke depan untuk latihan b. Pemberian contoh-contoh soal dan latihan diperbanyak c. Menggunakan LCD 4. Komentar/ Masukan lain a. Yang masuk ke kelas jangan banyak-banyak, terasa panas b. Lebih senang pelajaran hari ini, karena banyak yang melihat, membuat saya lebih semangat belajar c. Pertama ada guru lain yang ikut di dalam kelas saya grogi, tetapi sekarang tidak. d. Saya lebih senang jika waktu pelajaran lain juga diamati oleh guru lain.. Hasil refleksi sebagai berikut: Kepala Sekolah (Sofia Nurbaya): (i) Saya sangat senang ikut terlibat pada pembelajaran, melihat langsung bagaimana usaha yang dilakukan guru agar siswanya mengerti materi yang diajarkan. (ii) Tidak sia-sia dengan perencanaan yang disusun sebelumnya, yang memerlukan waktu lebih disbanding biasanya. (iii) Jika kegiatan ini dilakukan ke semua pelajaran, mungkin hasilnya sangat memuaskan, tetapi karena kesibukan dan tugas saya yng banyak, mungkin saya tidak selalu bisa mengikuti. (iv) Kegiatan (acara) ini dapat saya gunakan sebagai penilaian terhadap kompetensi guru dan sebagai ajang pembinaan. Guru Model: (i) Keempat guru model selalu mengatakan merasa grogi pada awal pembelajaran, meskipun hal ini dapat diatasi setelah pembelajaran berlangsung 5 - 10 menit. (ii) Bu Endang (guru model): Karena ini pengalaman pertama mungkin saya agak grogi, tetapi jika ini diulang, mungkin saya sudah menjadi biasa.
237
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
(iii) (iv)
Bu Endah (guru model): saya merasa senang ada teman yang mengamati, sehingga masukan-masukannya dapat membantu saya dalam pembelajaran berikutnya menjadi lebih mantap. Komentar Bu Suprihatin dan Bu Lilis sebagai guru model, tidak jauh berbeda dari pengalaman yang dialami guru model sebelumnya.
Pengamat lain (i) Managemen waktu belum baik, sehingga dapat merugikan pelajaran berikutnya jika selesainya tidak waktu istirahat. Mungkin lebih baik jika guru membawa jam meja dan seringsering melihatnya atau memperhatikan jam dinding di kelas. (ii) Pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, karena adanya breafing pada saat akan masuk kelas (iii) Adanya interaksi antar kelompok siswa yang kurang dikarenakan LKS yang dibagikan ke setiapa anak. Alternatif penyelesaiannnya: mungkin lebih baik jika LKS tidak dibagi ke setiap siswa, sehingga ada diskusi antar siswa, tidak bekerja mandiri. (iv) Pada do-see ke tiga dan ke empat komentar seperti no (i) – (iii) tidak ada dan diskusi hanya berkisar bagaimana perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan berikutnya yang berfokus pada bagaimana konsep yang benar, bagaimana bentuk LKS dan penilaiannya, bagaimana strategi yang digunakan agar pembelajaran direncanakan behasil sesuai harapan. F3. Hasil Akhir Pendampingan Tanggapan guru (11 guru) terhadap angket yang diberikan setelah pendampingan selesai adalah sebagai berikut 1. Apakah Bapak/Ibu pernah melakukan kegiatan Lesson Study sebelum kegiatan pendampingan ini? Jika pernah kapan dan dimana? 100% menjawab belum pernah 2. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelaksanaan Lesson Study yang telah Bapak/Ibu lakukan? (i) Sangat menyenangkan (ii) Menambah wawasan (iii) Menjadi terampil memberi masukan ke teman dalam hal pembelajaran (iv) Berdiskusi yang menyenangkan (v) Waktu di sekolah semakin padat (vi) Bersedia didampingi lagi jika ada kegiatan seperti ini 3. Apa kekurangan dan apa kelebihan kegiatan Lesson Study yang telah Bapak/Ibu lakukan? (i) Kekurangan: Waktunya tidak mulai awal semester, jadi sulit mencari waktu untuk kegiatan ini (ii) Kelebihan: wawasan bertambah, saling memperbaiki kekurangan, bertambah teman 4. Berapa kali Bapak/Ibu menjadi pemakalah/peserta dalam suatu seminar/ pertemuan ilmiah? Di mana dan Kapan? Belum pernah 5. Berikan Saran/masukan untuk perbaikan pelaksanaan Lesson Study: (i) Sebaiknya tidak hanya untuk pelajaran MIPA (ii) Dilakukan setiap sebulan sekali dan semua kelas berganti-ganti REKOMENDASI
Berdasarkan hasil fleksi tersebut, dengan kegiatan Lesson Study dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
238
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
(i) Jika managemen waktu baik, Lesson Study dapat meningkatkan keprofesioanalan guru, khususnya guru matematika SMPN 4 Surabaya. (ii) Wawasan guru dalam hal merefleksi pembelajaran yang dilakukan oleh diri sendiri maupun oleh teman lain meningkat (iii) Menambah kolegalitas antar guru di SMPN 4 Surabaya. (iv) Meningkatnya semangat belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Hendrayana, Sumar (2006). Strategi Untuk meningkatkan Keprofesionalan Pendidik. Makalah Seminar Exchange Experience of Lesson Study di UPI Bandung Hendrayana, Sumar (2007). Lesson Study : Suatu Strategi Untuk meningkatkan Keprofesionalan Pendidik. Bandung : UPI Press Ibrohim, 2010, Refleksi Perjalanan dan Capaian Hasil Pengembangan Lesson Study dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran MIPA Indonesia Berdsasarkan Kasus di Kota Madang dan Kabupaten Pasuruan Jawa Timar, Jurusan Biologi UM Malang Indonesia (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional Nur, Mohamad. 2002. Butir-butir Penting Pandangan belajar Menurut Teori Konstruktivis. Makalah dalam Overseas fellowship program Contextual Learning Material Development Proyek Peningkatan Mutu SLTP Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional in collaboration with University of Washington College of Education, State University of Surabaya. Slavin, Robert E. 1997. Educational Psychology Theory and Practice. Boston: Allyn and Bacon. Soedjadi, R., 2000.Kiat Pendidikan Matematika Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti. Tim MKPBM, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
239
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENGEMBANGAN ASESMEN KINERJA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN FISIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Hartatiek Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model asesmen kinerja untuk mengukur kinerja melaksanakan praktikum Fisika Dasar II bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Asesmen kinerja yang dikembangkan meliputi lima topik praktikum yaitu: Polarimeter, Ampermeter dan Volmeter DC, Melde dan Sonometer, Jembatan Wheatstone, serta Pemantulan dan Pembiasan. Model asesmen kinerja yang dikembangkan diharapkan dapat digunakan oleh para pembimbing untuk mengases kinerja mahasiswa melaksanakan praktikum sehingga kualitas penilaian praktikum FisikaDasar II dapat ditingkatkan. Pengembangan model asesmen kinerja dilakukan dengan rancangan penelitian dan pengembangan (Research and Development, R & D) yang terdiri lima tahap yakni: studi pendahuluan, penyusunan draf awal, judgment, uji coba awal dan uji coba akhir (validasi produk). Metode penelitian yang digunakan adalah metode evaluatif. Penelitian dilaksanakan di Jurusan Fisika FMIPA UM dengan subjek uji coba mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika yang menempuh matakuliah praktikum Fisika Dasar II pada semester genap 2010/2011 terdiri dua offering yang berjumlah 61 orang. Hasil ujicoba empiris menunjukkan bahwa model asesmen kinerja yang dikembangkan telah memenuhi reliabilitas kesesuaian pengamat yang ditunjukkan dari nilai reliabilitas rata-rata sebesar 0,76 yang berada pada klasifikasi tinggi. Hal ini berarti bahwa asesmen yang dikembangkan layak (valid) digunakan untuk mengukur kinerja mahasiswa dalam melaksanakan Praktikum Fisika Dasar II.. Kata kunci: asesmen kinerja, praktikum Fisika Dasar II
Fisika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan bagian dari sains yang selalu berkembang berdasarkan fakta dan hasil eksperimen ( Druxes, 1986). Oleh karena itu, dalam mengajarkan fisika harus memperhatikan hakekat fisika sebagai ilmu eksperimentasi. Sesuai hakekat fisika, salah satu strategi pembelajaran yang sesuai adalah berciri hands on activities ( berbasis aktivitas) yaitu berupa kegiatan praktikum di laboratorium. Di Jurusan Fisika FMIPA UM, matakuliah Fisika Dasar II sebagai matakuliah teori selalu diikuti oleh matakuliah Praktikum Fisika Dasar II sebagai satu kesatuan yang utuh. Dalam pelaksanaannya Praktikum Fisika Dasar II dilakukan secara terpisah dari perkuliahan teori, memiliki bobot 1 sks/2 js dimaksudkan agar mahasiswa memiliki ketrampilan laboratorium dalam bidang Fisika Dasar ( katalog FMIPA UM, 2010). Untuk menunjang kegiatan praktikum di laboratorium telah disusun buku panduan praktikum dalam bentuk modul dan format penilaian kegiatan praktik-um. Penilaian kegiatan praktikum Fisika Dasar II didasarkan pada nilai yang terdiri dari: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pelaporan dan (4) nilai tahap akhir praktikum(tes final). Penilaian tahap akhir praktikum sebagai bagian dari nilai akhir (NA) untuk menentukan kelulusan matakuliah praktikum Fisika Dasar II belum memiliki model yang jelas, sehingga dimungkinkan antar pembimbing memberikan tes dengan cara dan bobot (tingkat kesukaran) yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan selama mebimbing praktikum Fisika Dasar II, penilaian kegiatan tahap akhir praktikum ada yang dilakukan dengan tes tulis, tanya-jawab langsung diikuti tes praktek dan ada yang tes praktek
240
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
murni. Untuk mengatasi hal ini, dilakukan penelitian untuk mengembangkan suatu model asesmen kinerja melaksanakan praktikum Fisika Dasar II. Hal ini dilakukan atas pertimbangan bahwa kegiatan praktikum Fisika Dasar diberikan kepada mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa memiliki ketrampilan laboratorium. Oleh karena itu penilaian tahap akhir kegiatan praktikum semestinya lebih ditekankan pada hasil kinerja mahasiswa (tes perbuatan) yang memiliki standar yang jelas sehingga penilaian dapat dipertanggung jawabkan. TINJAUAN PUSTAKA
Asesmen kinerja didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja mengharuskan siswa mendemonstrasikan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban dari sede-retan kemungkinan jawaban yang sudah tersedia. Asesmen ini berlaku bagi siswa yang bekerja secara individual maupun secara kelompok (Rahayu, S., 2002). Asesmen kinerja dikembangkan berdasarkan adanya kebutuhan untuk memperbaiki sistem evaluasi yang selama ini dilakukan. Asesmen kinerja berkaitan de-ngan berbagai tugas dan situasi dimana mahasiswa diberi kesempatan untuk menun-jukkan pemahaman dan untuk menerapkan pengetahuan, ketrampilan dan proses berpikirnya dalam berbagai konteks. Asesmen kinerja ini diperlukan dalam penilaian yang didasarkan pada observasi kegiatan. Asesmen kinerja mendorong terjadinya evaluasi diri dan introspeksi atas kesalahan yang diberbuat. Dalam mendisain assesmen kinerja, ada enam komponen yang perlu dipertim-bangkan (Vos, 2001) yaitu: (1) konteks asesmen dan tujuan; (2) tugas asesmen; (3) asesmen kinerja; (4) interpretasi kinerja dan evaluasi; (5) gambaran dan laporan hasil dan (6) keputusan dan tindak lanjut. Pengembangan asesmen kinerja dimulai dari mengidentifikasi bukti-bukti belajar atau indikator pencapaian hasil belajar. Indikator ini merupakan dasar untuk membuat pedoman yang dimulai dengan menggambarkan bagaimana kualitas kerja siswa akan nampak. Deskriptor kualitas kinerja harus spesifik terhadap tugas dan ditunjukkan dengan tingkat-tingkat kualitas kinerja. Asesmen kinerja terdiri dari dua bagian, yaitu tugas kinerja (performance taks) dan kriteria penskoran atau rubrik (rubric). Tugas-tugas kinerja dapat berupa proyek, pameran, portofolio, atau tugas-tugas yang mengharuskan siswa memperlihatkan kemampuan menangani hal-hal yang kompleks melalui penerapan pengetahuan dan ketrampilan tentang sesuatu bentuk yang nyata. Kriteria (rubric) merupakan panduan untuk memberi skor (pedoman penilaian). Dasar asesmen kinerja ditunjukkan melalui tugas-tugas kinerja. Tugas-tugas kinerja dipresentasikan mahasiswa sebagai bagian dari tujuan pembelajaran. Penggunaan tugas kinerja didasarkan pada model tugas kinerjaa. Model ini merupakan langkah-langkah dalam membuat tugas kinerja. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mengembangkan tugas-tugas dan rubrik asesmen kinerja adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh mahasiswa setelah mengerjakan atau menyelesaikan tugas. 2. Merancang tugas-tugas untuk asesmen kinerja yang memungkinkan mahasiswa dapat menunjukkan kemampuan berfikir dan bertindak. 3. Menetapkan kriteria keberhasilan yang dijadikan tolok ukur untuk menyatakan seorang mahasiswa telah mencapai tingkat ketuntasan pengetahuan atau ketrampilan yang diharapkan (Glencoe, 1999). Tugas-tugas kinerja tidak memilki satu jawaban yang benar. Pada tugas-tugas kinerja terdapat suatu rentangan asesmen untuk memperoleh keberhasilan suatu tugas.Oleh karena itu asesmen kinerja tidak menggunakan kunci jawaban yang menentukan suatu kinerja benar atau salah. Untuk menjamin reliabilitas keadilan dan kebenaran penilaian, dikembangkan kriteria atau rubrik yang digunakan sebagai alat atau pedoman penilaian kinerja mahasiswa. Rubrik menggambarkan tingkat kinerja yang menunjukkan apa yang diketahui mahasiswa dan apa yang dapat dilakukan mahasiswa. Pemberian skor dalam rubrik terdiri atas skala-skala tertentu yang 241
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
mendeskripsikan kinerja tiap aspek dalam skala, yang bergradasi mutu mulai dari tingkat sempurna sampai pada tingkat tidak sempurna (jelek). Ada dua jenis pedoman penilaian yaitu rubrik analitik dan rubrik holistik. Rubrik analitik memfokuskan pada kemampuan mahasiswa untuk menunjukkan kecakapannya dalam kompetensi tertentu atau materi pokok khusus. Sedangkan rubrik holistik memberikan skor tunggal dan menyeluruh untuk kinerja atau produk yang dihasilkan mahasiswa. Matakuliah Praktikum Fisika Dasar II merupakan matakuliah yang berdiri sendiri memiliki bobot 1sks/2js, biasanya disajikan secara bersamaan dengan matakuliah Fisika Dasar II pada semester II. Matakuliah ini dimaksudkan agar mahasiswa memiliki keterampilan laboratorium dalam bidang Fisika Dasar Pada matakuliah Praktikum Fisika Dasar II terdapat lima topik utama praktikum yang harus diselesaikan oleh mahasiswa dalam satu semester yang meliputi: (1) Polarimeter, (2) Ampermeter dan Vvolmeter DC, (3) Melde dan Sonometer, (4) Jembatan Wheatstone serta (5) Pemantulan dan Pembiasan. Dengan melakukan kelima kegiatan praktikum ini diharapkan mahasiswa memiliki keterampilan laboratorium bidang Fisika Dasar yang memadai. Setiap topik praktikum memiliki tujuan masing-masing sesuai keterampilan yang ingin dilatihkan. Setelah dicermati dari tujuan yang tercantum dalam modul praktikum Fisika Dasar II terdapat 3 aspek pokok yaitu: (1) mahasiswa memperoleh penguatan konsep, (2) mahasiswa memperoleh keterampilan laboratorium (mampu menggunakan set percobaan), dan (3) mahasiswa mampu menyajikan hasil pengukuran beserta ralatnya secara benar. Kaitannya dengan penelitian ini, maka aspek kedua yang akan mendapat perhatian khusus, yakni aspek keterampilan laboratorium karena secara langsung dapat diamati menggunakan asesmen kinerja (perbuatan). Asesmen kinerja ini dirancang untuk mengukur keterampilan laboratorium mahasiswa secara individual dan menggunakan rubrik analitik kinerja melaksanakan praktikum Fisika Dasar II sehingga dihipotesiskan bahwa instrumen asesmen kinerja yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengukur kinerja mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Fisika Dasar II. METODE PENELITIAN
Untuk mengembangkan produk, rancangan penelitian yang digunakan adalah disain penelitian dan pengembangan (Research and Development, R & D). Penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan diarahkan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode evaluatif, yang digunakan dalam ujicoba pengembangan produk. Secara garis besar penelitian dan pengembangan terdiri dari tiga langkah (Borg, W.R & Gall, M.D. 2001) yaitu (1) studi pendahuluan meliputi studi pustaka dan survai lapangan untuk mengamati produk atau kegiatan yang ada, (2) melakukan pengembangan produk meliputi penyusunan draf model atau produk, judgment, dan ujicoba model, (3) validasi produk. Berikut model rancangan R & D yang digunakan dalam penelitian ini (Sukmadinata N.Y., 2005).
Uj i Coba e mpiris
242
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Gambar 1. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Secara rinci penelitian ini dilakukan dalam 5 tahap yaitu: Tahap 1 (Studi pendahuluan) Pada tahap ini dilakukan kegiatan berupa pemilihan materi praktikum. Materi praktikum yang dipilih adalah materi praktikum Fisika Dasar II yang meliputi lima topik praktikum: Polarimeter, Ampermeter dan Voltmeter DC, Melde dan Sonometer, Jembatan wheatstone dan Pemantulan dan Pembiasan. Pemilihan materi diperlukan sebagai acuan untuk penyusunan asesesmen kinerja dan pedoman asesmen. Tahap 2 (Penyusunan draft produk) Pada tahap ini disusun draf model asesmen kinerja melaksanakan praktium Fisika Dasar II yang dilaksanakan dalam tiga kegiatan yaitu: penyusunan rumusan tujuan asesmen, penyusunan pedoman asesmen dan penyusunan kriteria asesmen. Rumusan tujuan asesmen didasarkan pada tujuan praktikum Fisika Dasar II. Untuk masing-masing materi tercantum dalam setiap modul praktikum Fisika Dasar II. Pedoman dan kriteria asesmen disusun berdasarkan indikator yang muncul sesuai dengan tujuan asesmen. Pedoman asesmen menggunakan kriteria 0, 1 dan 2. Skala 0 menunjukkan bahwa deskriptor tidak muncul/muncul salah, skala 1 menunjukkan bahwa deskriptor muncul kurang sempurna dan skala 2 menunjukkan bahwa deskriptor muncul benar/sempurna. Setiap deskriptor yang muncul akan dijumlahkan dan diwujudkan dalam bentuk skor. Kriteria skor didasarkan pada buku pedoman penilaian di UM. Tahap 3 (Judgment) Pada tahap ini dilakukan judgment terhadap model yang telah disusun. Judgment ini merupakan kegiatan asesmen terhadap model yang telah disusun. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan validitas teoritis instrumen. Judgment dilakukan oleh 2 orang pakar pendidikan yang memiliki kompetensi menilai model asesmen kinerja yang dikembangkan. Judgment ini dilakukan sebelum ujicoba empiris. Berdasarkan hasil judgment dilakukan revisi untuk menyem-purnakan model asesmen kinerja yang dikembangkan. Tahap 4 Ujicoba Produk (awal) Pada tahap ini dilakukan ujicoba asesmen kinerja. Ujicoba produk dilakukan pada mahasiswa prodi pendidikan fisika off M Jurusan Fisika FMIPA UM yang mengikuti perkuliahan praktikum Fisika Dasar II. Ujicoba awal ini dimaksudkan untuk memperoleh validitas isi terutama dari segi bahasa dan urutan kegiaatan yang diamati, oleh pembimbing praktikum. Ujicoba dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Setiap pembimbing membawa asesmen kinerja untuk topik yang sesuai dengan bimbingannya (termasuk tim peneliti). 2. Setiap pembimbing melakukan bimbingan kepada mahasiswa dengan benar. 3. Mahasiswa secara berkelompok bekerja bersama untuk memperoleh data, pada saat ini dilakukan asesmen kinerja oleh pembimbing menggunakan asesmen yang telah disusun untuk mengetahui kejelasan bahasa dan urutan kegiatan yang diamati. 4. Pada akhir praktikum dilakukan diskusi dengan semua pembimbing untuk memperoleh masukan terhadap instrumen asesmen kinerja. 5. Melakukan revisi dengan anggota peneliti terhadap masukan yang diperoleh. Tahap 5 Pengujian Produk (Ujicoba empiris) Pada tahap ini dilakukan ujicoba empiris terhadap produk yang telah disempurnakan. Pengujian produk dilakukan pada mahasiswa prodi Pendidikan Fisika off C. Pada penelitian ini pengujian produk
243
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
dilakukan pada saat tes final praktikum (tes perbuatan). Secara teknis praktek asesmen dilakukan dengan cara berikut. 1. Pada setiap modul praktikum ada 3 pengamat yang akan melaksanakan asesmen kinerja pada setiap mahasiswa (individual). 2. Setiap mahasiswa diberi tugas kinerja sebagai bentuk dari tes kinerja dengan bobot yang sama. Tugas kinerja untuk setiap modul praktikum berisi 4 komponen pokok yaitu :(1) perintah menyusun/merangkai set percobaan, (2) mengambil 2 atau 3 data percobaan dan menampilkan data pada tabel pengamatan dilengkapi dengan satuan dan nst alat ukur, (3) melakukan analisis data dan, (4) menuliskan hasil ukur beserta ralatnya. 3. Secara bersamaan 3 pengamat mengamati kinerja mahasiswa melaksanakan praktikum dan berpedoman pada rubrik asesmen kinerja yang telah disusun. 4. Setiap pengamat memberikan skor pada lembar asesmen sebagai wujud kinerja yang dicapai mahasiswa. Selanjutnya skor dari 3 pengamat diuji reliabelitasnya untuk mengetahui kesesuaian hasil pengamatan. Sebagai subjek penelitian adalah mahasiswa prodi pendidikan Fisika Jurusan Fisika FMIPA UM yang menempuh matakuliah praktikum Fisika Dasar II pada semester genap tahun 2010/2011, sebanyak 2 offering M (30 orang) dan C (31 orang). Data dalam penelitian ini berupa skor kinerja mahasiswa melaksanakan praktikum. Data ini dapat diperoleh melalui asesmen kinerja yang telah dibuat. Data diperoleh dengan cara tes perbuatan melalui langkah-langkah: 1. Menyebarkan asesmen kinerja yang telah divalidasi kepada pembimbing praktikum Fisika Dasar II. 2. Pembimbing melakukan penilaian menggunakan asesmen kinerja berdasarkan pedoman dan kriteria asesmen kepada semua mahasiswa yang mengikuti praktikum Fisika Dasar II, secara individual. 3. Setiap mahasiswa akan dinilai oleh 3 orang pengamat. Pengamat terdiri dari 2 orang mahasiswa asisten yang telah lulus matakuliah asistensi, diambil mahasiswa yang sudah senior dan 1 orang dosen pembimbing matakuliah praktikum Fisika Dasar II. 4. Pembimbing (pengamat) melakukan penskoran berdasarkan kriteria asesmen dengan menggunakan rumus: (skor yang diperoleh/skor maksimum) x 100 Untuk mengetahui kesesuaian skor dari 3 pengamat digunakan persamaan yang direkomendasikan oleh Djaali dan Muljono, P. (2008), yaitu:
r
RJKb RJK e RJKb
r = reliabilitas kesesuaian pengamat
Klasifikasi reliabilitas kesesuaian pengamat mengikuti persyaratan: reliabilitas tinggi jika nilai r ≥ 0,7 reliabilitas sedang jika nilai r antara 0,3 sampai dengan 0,7 reliabilitas rendah jika nilai r ≤ 0,3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum disusun draft model asesmen dilakukan kajian yang mendalam tentang materi yang digunakan dalam penelitian. Hasil kajian menetapkan lima topik yaitu: Polarimeter, Ampermeter dan Voltmeter DC, Melde dan Sonometer, Jembatan wheatstone, Pemantulan dan Pembiasan. Pemilihan dan identifikasi materi diperlukan sebagai acuan dalam penyusunan rumusan tujuan asesmen dan pedoman asesmen. Rumusan tujuan asessmen disajikan pada Lampiran1. 244
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Pedoman asesmen rubrik, yaitu pedoman pelaksanaan asesmen menggu-nakan sejumlah kriteria tertentu. Pada penelitian ini menggunakan rubrik dengan skala penilaian 0, 1 dan 2. Skala 0 menunjukkan indikator tidak muncul/ muncul salah. Skala 1 menunjukkan indikator muncul kurang sempurna. Skala 2 menunjukkan indikator muncul benar/sempurna. Setiap indikator yang muncul akan dijumlahkan dan diberi skor. Berdasarkan tujuan dan kriteria asesmen disusunlah indikator yang tertuang pada asesmen kinerja. Pada tahap judgment terhadap model asesmen yang telah disusun, dilakukan untuk meningkatkan validitas instrument. Hasil judgment memperoleh masukan tentang kejelasan bahasa, urutan kegiatan, dan kriteria asesmen. Selanjutnya dilakukan revisi terhadap model asesmen kinerja. Ujicoba awal dilakukan pada 30 mahasiswa prodi pendidikan fisika off M yang sedang mengikuti perkuliahan praktikum Fisika Dasar II. Ujicoba dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap kinerja mahasiswa saat melaksa-nakan praktikum. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa asesmen kinerja dengan skala 5 secara praktek sulit dilakukan. Pembimbing sulit membedakan antara kemampuan skala 1 dan skala 2, dan seterusnya sampai skala 5. Selanjutnya dilakukan revisi terhadap pedoman dan kriteria asesmen. Untuk memudahkan dalam membedakan kemampuan antar skala, kriteria asesmen diubah hanya dengan skala 3 yaitu 2, 1, dan 0. Skala 2 menunjukkan indikator muncul benar , skala 1 menunjukkan indikator muncul kurang sempurna dan skala 0 menunjukkan indikator tidak muncul/muncul salah. Dengan skala ini diharapkan efek subjektivitas penilai dapat diminimalkan. Akibat dari penetapan skala 3 ini, maka rumusan indikator pada asesmen kinerja juga mengalami revisi. Ujicoba akhir (empiris) dilakukan pada 30 mahasiswa prodi pendidikan fisika yang sedang mengikuti perkuliahan praktikum Fisika Dasar II ( 0ff C). Ujicoba empiris ini dilakukan pada saat tes final praktikum. Sebelum ujicoba dilakukan, mahasiswa diberitahu bahwa tes praktikum dalam bentuk asesmen terhadap kinerja mahasiswa dalam melaksanakan praktikum yang dilakukan secara individu. Ujicoba empiris ini dilakukan untuk mengetahui tingkat reliabilitas kesesuaian pengamat. Hasil ujicoba empiris terhadap asesmen kinerja melaksanakan praktikum Fisika Dasar II disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Data Hasil Uji Reliabilitas Asesmen Kinerja Praktikum Fisika Dasar II No. 1 2 3 4 5
Topik Praktikum Polarimeter Ampermeter-Voltmeter DC A. Ampermeter B. Voltmeter Melded dan Sonometer A. Melde B. Sonometer Jembatan Wheatstone Pemantulan dan Pembiasan A. Pemantulan B. Pembiasan r rata-rata
r 0,72
Klasifikasi Tinggi
0,85 0,81
Tinggi Tinggi
0,70 0,65 0,70
Tinggi Sedang Tinggi
0,90 0,72 0,76
Tinggi Tinggi Tinggi
Dari Tabel 1 tampak bahwa reliabilitas rata-rata untuk perangkat asesmen kinerja praktikum Fisika Dasar II ada pada klasifikasi tinggi dengan nilai 0,76. Hal ini berarti bahwa terdapat kesesuaian antar pengamat terhadap hasil kinerja yang diamati, dengan kata lain perangkat asesmen kinerja yang dikembangkan layak/valid untuk mengukur kinerja mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Fisika Dasar II. Salah satu contoh analisis reliabilitas disajikan pada Lampiran 2 Berdasarkan hasil judgment dan ujicoba, model yang dikembangkan me-ngalami beberapa kali revisi dan penyempurnaan, terutama dalam hal bahasa, tulisan, kejelasan maksud dan tujuan setiap indikator yang dikembangkan. Revisi dan penyempurnaan diperlukan untuk memperjelas maksud dan tujuan setiap kata dan kalimat pada setiap indikator. Selain itu, agar tidak terjadi interpretasi ganda atau kesalahan interpretasi
245
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
dari pihak pengamat. Revisi dan penyempurnaan dila-kukan secara berkesinambungan dan bertahap sesuai setiap kondisi dan masukan yang diperoleh selama model diujicobakan. Berdasarkan hasil analisis data dan masukan-masukan, revisi dan penyem-purnaan model asesmen terjadi pada hampir semua topik praktikum khususnya pada tujuan, pedoman dan kriteria asesmen dan rumusan indikator . Model rubrik analitik mengalami perubahan berdasarkan masukan dari ujiciba awal dari skala 5 menjadi skala 3. Pada skala 5 pengamat merasakan kesulitan untuk membedakan kemampuan untuk masingmasing skala. Dipilih skala 3 dengan penilaian lebih sederhana yakni indikator muncul benar di ceklis angka 2, indikator muncul kurang sempurna diceklis skala 1, dan indikator tidak muncul/muncul salah di ceklis skala 0. Selain itu, revisi dan penyempurnaan lebih banyak dilakukan pada kejelasan tulisan serta kalimat pada setiap indikator. Kemajuan model yang dikembangkan diperoleh selama pengamatan ter-hadap pelaksanaan praktikum pada ujicoba akhir. Berbagai masukan diperoleh dari tim peneliti maupun mahasiswa pembimbing praktikum. Berdasarkan masukan-masukan tersebut, model mengalami beberapa kali revisi dan penyempurnaan untuk memperbaiki setiap kemungkinan kekeliruan yang terjadi. Salah satu model assesmen yang telah mengalami validasi disajikan pada Lampiran 3. Kejelian setiap pengamat terhadap kinerja mahasiswa pada setiap kegiatan praktikum akan sangat menentukan ketepatan penilaian. Dengan skala 3 (0,1 dan 2) ternyata sangat memudahkan bagi pengamat untuk menilai kinerja mahasiswa sehingga diharapkan model asesmen yang disusun dapat digunakan bagi semua pembimbing sebagai standar untuk menilai kinerja mahasiswa melaksanakan praktikum Fisika Dasar II. KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah melalui proses penelitian dan pengembangan, akhirnya dapat dikembangkan model asesmen kinerja melaksanakan praktikum Fisika Dasar II untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Model asesmen ini berisi rumusan tujuan asesmen, identitas mahasiswa, tugas asesmen, pedoman dan kriteria asesmen serta pedoman penskoran untuk menilai kemampuan mahasiswa melaksanakan praktikum Fisika Dasar II. Model asesmen kinerja (instrumen) yang dikembangkan layak/valid digunakan untuk mengasses kamampuan mahasiswa melaksanakan praktikum Fisika Dasar II karena model ini sudah diujicobakan dan sudah mengalami penyempurnaan. Ketersediaan model asesmen kinerja ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas penilaian praktikum Fisika Dasar II. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Perolehan dari peneli-tian ini berupa model asesmen kinerja. Model ini dapat disempurnakan lebih lanjut melalui pengujian yang lebih teliti dengan menggunakan subjek yang lebih luas. Pengembangan model asesmen semacam ini masih dimungkinkan untuk praktikum yang lain seperti Eldas I, Eldas II, gelombang dan optik, listrik-magnet. DAFTAR RUJUKAN Druxes, Herbert. Et. Al. 1986. Kompendium Didaktik Fisika, Bandung: CV Remaja Karya. Djaali dan Muljono, P. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Jakarta: PT Grasindo. Graffin, P. Dan Nix, P. 1991. Educational Assessment And Reporting, Sidney: Harcourt Brace Publiser. Glencoe. 1999.Alternate Assessment in The Classrom. New York: Mc. Graw-Hill Rahayu, S. 2002. Assmen Performansi Sebagai Kebutuhan Nyata Dalam Pembelajaran Kimia, Makalah Natinal Science Education Seminar, FMIPA-UM, 5 Agustus 2002. Sukmadinata, N. Y., 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Program. Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT Remaja Rosdakarya Vos, B.E. 2001. Alternative Assessment in K-12 Science Education (http://www.enc.org/professional/research/journal/science/documents, diakses 12 Januari 2008. ........Katalog FMIPA UM Tahun 2010
246
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU-GURU FISIKA MADRASAH TSANAWIYAH DI KOTA MALANG MELALUI WORKSHOP LESSON STUDY
Yudyanto
Dwi Haryoto Hartatiek Sugiyanto Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Abstrak: Makalah ini berisi hasil kegiatan workshop lesson study bagi guru-guru Madrasah Tsanawiyah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan para guru Fisika Madrasah Tsanawiyah tentang Lesson Study. Selama ini, kegiatan Lesson Study sering dilakukan bekerja sama dengan Diknas, sedangkan dengan Depag jarang sekali dilakukan. Sebagai upaya untuk memperluas sasaran Lesson Study khususnya di Kota Malang, maka dipilihlah guru-guru Fisika Madrasah Tsanawiyah sebagai khalayak sasaran.Kegiatan workshop ini diikuti oleh 20 orang guru Fisika/IPA dari 10 Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Swasta yang ada di Kota Malang. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi 3 tahap yakni: pelatihan, pendampingan dan simulasi. Pada tahap pelatihan para guru dibekali materi tentang: lsson study yang mencakup: apa lesson study, mengapa lesson study dan langkah-langkah lesson study. Pada tahap pendampingan para guru dibimbing merencanakan pembelajaran dalam bentuk RPP sebagai langkah Plan. Pada tahap simulasai, dipilih satu guru peserta sebagai guru model, tiga guru sebagai observer, dan guru yang lain sebagai siswa sebagai langkah Do, See dan diakhiri dengan refleksi. Metode evaluasi dilakukan dengan cara memberikan assesmen tentang materi lesson study dan respon peserta terhadap pelaksanaan workshop yang diberikan pada akhir kegiataan. Krieria keberhasilan apabila peserta memahami materi tentang lesson study minimal 75% dinyatakan tuntas. Hasil dari kegiatan workshop ini adalah: (1) peserta memahami materi lesson study dengan rata-rata ketuntasan 86,6 %, (2) peserta dapat merancang pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk RPP sebagai langkah Plan, (3) peserta dapat melakukan open-class dan melakukan observasi, sebagai langkah Do dan See, (4) peserta dapat melakukan refleksi menggunakan lembar observasi. Selain itu respon peserta terhadap materi tentang lesson study direspon positif oleh 91,7% ( 58,3 menyatakan baik dan 33,4 menyatakan sangat baik) sedangkan pelaksanaan kegiatan direspon positif oleh peserta sebanyak 91,7% ( 41,7% menyatakan baik dan 50% sangat baik). Kegiatan workshop ini sangat baik apabila dilanjutkan dengan implementasi di kelas pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah masing-masing. Kata kunci: profesionalisme, guru Fisika Madrasah Tsanawiyah, lesson study
Di kota Malang ada 26 Madrasah Tsanawiyah yang terdiri 2 Negeri dan 24 swasta yang perlu dikembangkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kemampuan (profesinalisme) pengajarnya. Kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan yang melibatkan guru-guru di bawah naungan Depag jarang sekali dilakukan. Keadaan lain yang mendukung kegiatan penerapan Iptek ini adalah; (1) pada umumnya letak sekolah dekat dengan kampus UM sehingga hemat waktu dan biaya; (2) pada umumnya guru-guru Madrasyah banyak yang tidak tahu tentang Lesson-Study; (3) jumlah guru memadai, tetapi kualitasnya perlu ditingkatkan (hasil observasi). Pengembangan profesi guru merupakan suatu proses pendidikan yang terencana, kolaboratif dan berkelanjutan yang bertujuan untuk membantu guru dalam (1) memperdalam materi bidang studi; (2) mengasah ketrampilan mengajar di kelas; (3) menghasilkan dan menyumbang pengetahuan baru terhadap profesi; (4) meningkatkan kemampuan memonitor belajar siswa; (5) melanjutkan studi dalam bidang ilmunya dan pendidikan pada umumnya (Glenn, 2000). 247
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Ada berbagai cara untuk membantu guru mengembangkan profesinya, salah satunya adalah lesson study. Lesson study merupakan proses pengembangan profesi guru di Jepang yang mana para guru terlibat dalam pengujian secara sistematis tentang praktek-praktek pembelajaran di kelas dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Lesson study berpotensi untuk meningkatkan pembelajaran karena dalam kegiatannya para guru bekerja secara kolaboratif (dalam satu bidang studi yang sama) dalam pembuatan perencanaan pengajaran secara rinci, mengadakan pengamatan pembelajaran di kelas, serta melakukan diskusi dan refleksi (Beauchamp dan Zoller, 2002). Di Indonesia khususnya di Jurusan Fisika FMIPA UM, kegiatan lesson study telah diterapkan dalam perkuliahan fisika dasar pada tahun 2006. Secara kolaboratif sejumlah dosen yang mengampu matakuliah yang sama membuat perencanaan pembelajaran secara rinci, mengadakan pengamatan pembelajaran di kelas, dan diakhiri diskusi dan refleksi untuk selanjutnya dilakukan revisi terhadap perencanaan tersebut untuk perbaikan. Hasil kegiatan lesson study ternyata sangat positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus profesionalisme para dosen serta yang tak kalah penting adalah sikap saling asah, asih, asuh antar sejawat. Melalui kegiatan lesson study, guru sangat diuntungkan karena memberikan kesempatan pada guru untuk memikirkan pembelajarannya sendiri yang dikaitkan dengan apa yang dilakukan guru lain, sehingga guru dapat saling membelajarkan. Menurut Herawati, S. (2005), lesson study dilakukan karena memberikan kontribusi terhadap pengembangan keprofesionalan guru dan peningkatan sistem pendidikan secara luas. Tujuan dari kegiatan workshop ini adalah: meningkatkan kualitas (pofesionalitas) para guru fisika Madrasyah Tsanawiyah melalui Lesson-Study , secara rinci diungkapkan sebagai berikut. 1. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan para guru fisika Madrasyah Tsanawiyah dalam merancang pembelajaran kolaboratif (Plan) melalui lesson study. 2. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan para guru fisika Madrasyah Tsanawiyah dalam mengimplementasikan rancangan pembelajaran (Do dan See) melalui lesson study 3. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan para guru fisika Madrasyah Tsanawiyah dalam melakukan refleksi pembelajaran melalui lesson study. Lesson study adalah suatu pendekatan peningkatan pembelajaran yang awal mulanya berasal dari Jepang. Istilah jepang untuk ini adalah “jugyo-kenkyu”(Yoshida, 1999 dalam Lewis, 2002). Lesson study ini mulai dipelajari di Amerika sejak dilaporkannya hasil Thir International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 1996, disebutkan bahwa siswa Jepang punya rangking tinggi dalam matematika dan diduga salah satu faktor pendukungnya adalah jugyokenkyu tersebut. Lesson study atau dalam bahasa Indonesia istilahkan “kaji pembelajaran” adalah suatu bentuk utama pengembangan profesi yang dipilih oleh guru-guru Jepang. Dalam melaksanakan lesson study, guru secara kolaboratif merumuskan tujuan pembelajaran, merancang pembelajaran, melaksanakan, mengamati, serta mendiskusikan suatu research lesson untuk kemudian disempurnakan dan bila perlu dibelajarkan lagi di kelas yang lain untuk dikaji ulang. Lewis (2002) menggambarkan daur kaji pembelajaran (lesson study cycle) seperti Gambar 1. Menurut Lewis (2002), lesson study memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan perubahan sistemik karena ada lima jalur yang dapat ditempuh lesson study yaitu; (1) membawa tujuan standar pendidikan ke alam nyata di kelas; (2) menggalakkan perbaikan dengan dasar data; (3) mentargetkan berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar; (4) menciptakan tuntutan mendasar perlunya peningkatan pembelajaran dan (5) menjujung tinggi nilai guru. Lewis (2002), mengelompokkan langkah-langkah dalam lesson study menjadi sebuah siklus yang terdiri dari 4 langkah yaitu: (1) perencanaan dan penetapan tujuan ; (2) melaksanakan research lesson (pengamatan mendalam di kelas); (3) melaksanakan diskusi hasil pengamatan dan (4) konsolidasi belajar. Masing-masing langkah diuraikan sebagai berikut.
248
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Gambar 1. Daur Kaji Pembelajaran (Lewis, 2002) 1. Merencanakan dan Menetapkan Tujuan Langkah pertama ini meliputi pembentukan tim perencana, melakukan analisis/kajian materi pembelajaran dan membuat rencana pembelajaran secara kolaboratif untuk merealisadikan tujuan-tujuan belajar ke dalam research lesson. a. Membentuk Tim Perencana Lesson Study Kegiatan lesson study diawali dengan membentuk tim lesson study. Tim ini biasanya terdiri dari 3 sampai 6 orang guru yang berminat untuk bekerja sama meningkatkan pembelajaran mereka. Anggota tim umumnya berasal dari bidang studi yang sama. Namun dapat juga berasal dari peserta yang berminat dengan bidang studi tersebut walaupun tidak mengajarkan materi pelajaran yang sedang dikembangkan. Tugas tim adalah mengembangkan rencana pembelajaran yang terperinci untuk direalisasikan dalam research lesson. b. Melakukan Analisis/Kajian Materi Pembelajaran (kyozaikenkyu) 1) Kajian Materi Pelajaran Meningkatkan pemahaman guru terhadap materi bidang studi merupakan tujuan utama lesson study dan dapat membantu menggali materi lebih dalam. Ada tiga hal utama yang dianalisis yaitu: (i) materi pelajaran, ruang lingkup dan urutannya; (ii) status pemahaman siswa saat ini dan (iii) tujuan dan hasil belajar yang diharapkan. (i) Materi pelajaran, ruang lingkup, dan urutannya
249
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Untuk memulai analisis materi (kyozaikenkyu) tim dapat mengkaji standar kompetensi, buku pelajaran, manual guru yang biasanya digunakan untuk merencanakan pelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa didiskusikian misalnya: Konsep-konsep apa yang akan diajarkan dalam pokok bahasan ini? Konsep mana yang akan menjadi fokus untuk menjadi research lesson ? Apa artinya konsep ini? Kapan konsep ini akan diajarkan ? Apa alasan untuk mengajarkan konsep ini pada pokok bahasan tertentu? Konsep apa yang telah dipelajari siswa yang dapat digunakan sebagai landasan untuk memahami konsep ini? Ide baru apakah yang diharapkan akan dibangun siswa dengan mengguna-kan konsep ini dimasa mendatang? Salah satu tujuan kyozaikenkyu adalah mentransformasi ruang lingkup pelajaran dan urutan penyajiannya ke dalam bentuk flow chart yang menggambarkan hubungan antara berbagai topik pelajaran dan menekankan saling keterkaitannya. Menganalisis materi pelajaran, lingkup, dan urutannya akan membantu guru untuk merencanakan pelajaran yang lebih koheren dan berfikir maju dalam konteks keseluruhan pokok bahasan, bidang studi dan kurikulum. (ii) Status pemahaman siswa saat ini Memahami pengetahuan awal siswa secara konkrit yang terkait dengan topik pelajaran yang akan digunakan dalam research lesson merupakan langkah berikutnya dalam kyozaikenkyu. Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan adalah: Pengetahuan awal atau pengalaman belajar apakah yang diperlukan siswa untuk mencapai tujuan? Kemungkinan miskonsepsi apakah yang pada umumnya dimiliki siswa pada topik ini? Bagaimana kemungkinan respon siswa ketika dihadapkan dengan pertanyaan atau pertanyaan tertentu? Selanjutnya, pengetahuan materi yang lebih baik tersebut dapat memunculkan lebih banyak ide-ide tentang apa yang dipelajari siswa. Dari pengetahuan tentang materi pelajaran dan pengetahuan tentang pemahaman siswa tersebut guru dapat membuat asumsi tentang rute belajar siswa yang bisa diikuti. Ketika pemahaman guru tentang materi pelajaran meningkat, maka guru perlu memusatkan hanya pada konsep yang paling penting untuk siswa, sehingga guru tidak kehilangan perhatian pada tujuan khusus pelajaran. (iii) Tujuan dan hasil belajar yang diharapkan Setelah mempelajari materi pelajaran dan urutannya serta mengidentifikasi status pemahaman siswa, langkah berikutnya adalah menetapkan pemahaman yang jelas terhadap tujuan dan outcome yang diharapkan dari research lesson dan juga dari pokok bahasan secara keseluruhan. Tujuan dapat diidentifikasi dengan cara menempatkan pemahaman siswa saat ini dalam lingkup dan urutan materi pelajaran. Guru mungkin bertanya, “Apa yang akan kami ajarkan? Apakah hasil yang diharapkan dalam pembelajaran ini? Dengan mengidentifikasi tujuan secara jelas dan eksplisit yang sejalan dengan status pemahaman siswa, tim lesson study kemudian dapat menggunakannya untuk tujuan evaluasi. 2) Kajian Perangkat Pembelajaran (i) Perangkat pembelajaran Langkah ini meliputi menganalisis, memilih, dan memodifikasi tugas-tugas belajar atau aktivitas pembelajaran yang potensial untuk digunakan mengembangkan tugas-tugas baru. Tim perlu mengkaji apakah aktivitas dalam buku pelajaran ditinjau dari sudut siswa sebagai pebelajar, dapat mendorong belajar siswa. Proses ini menantang guru untuk mencari keterkaitan antar konsep dan mencari sumber-sumber belajar yang lain jika tugas dalam buku pelajaran tersebut kurang memadai dalm memfasilitasi belajar siswa.
250
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Biasanya kehadiran seorang ahli dalam materi bidang studi sekaligus berpengalaman dalam lesson study diperlukan di sini terutama saat-saat mengawali kegiatan lesson study. (ii) Menulis rencana pembelajaran Membuat rencana pembelajaran untuk kegiatan lesson study merupakan tujuan kyozaikenkyu. Rencana pembelajaran menjabarkan tujuan dan hasil belajar yang diharapkan, rasional, langkah-langkah pembelajaran, antisipasi respon siswa, dan proses asesmen. Rencana pembelajaran yang dikembangkan oleh tim guru biasanya memberikan informasi yang cukup rinci kepada peserta lesson study. 2. Melaksanakan Research Lesson dan Mengumpulkan Bukti-bukti Belajar Sekarang research lesson yang sudah direncanakan dapat diimplementasi-kan dan diamati. Guru anggota kelompok yang sudah ditunjuk dan disepakati melaksanakan tugas untuk mengajar lesson yang sudah ditetapkan, sedangkan anggota kelompok yang lain mengamati lesson tersebut. Pengamat akan mengumpulkan data (bukti-bukti belajar) yang diperlukan selama pelajaran berlangsung. Untuk mendokumetasikan research lesson biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan audiotape, videotape, handycam, kamera, karya siswa dan catatan observasi naratif. Peranan pengamat selama lesson study adalah mengumpulkan data dan bukan membantu siswa. Para siswa harus diberitahu lebih dahulu bahwa pengamat atau para guru lain di kelas itu hanya bertugas untuk mempelajari pelajaran yang berlangsung dan bukan untuk membantu mereka. 3. Mendiskusikan dan Menganalisis Research Lesson Research lesson yang sudah diimplementasikan perlu didiskusikan dan dianalisis. Hal ini diperlukan karena hasik diskusi dan analisis tersebut dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perbaikan atau revisi research lesson. Diskusi dan analisis research lesson sebaiknya memuat butir-butir: (1) refleksi instruktur, (2) latar belakang kelompok lesson study, (3) presentasi dan diskusi tentang data dari research lesson, (4) diskusi umum, (5) komentator dari luar, dan (6) ucapan terimakasih. Beberapa bagian penting dari panduan diskusi memuat hal-hal berikut. Pertama, guru yang mengajar research lesson diberi kesempatan menjadi pembicara pertama dan mempunyai kesempatan untuk mengemukakan semua kesulitan dalam pelajarannya. Kedua, sebagai aturan main, pelajaran yang disampaikan merupakan milik semua anggota kelompok lesson study, Ketiga para guru yang merencanakan itu,sebaiknya menceritakan mengapa mereka merenca-nakan itu, perbedaan antara apa yang mereka rencanakan dan apa yang sesungguhnya terjadi, serta aspek-aspek pelajaran yang mereka inginkan agar para pengmat mengevaluasinya. Keempat, diskusi berfokus pada data yang dikumpul-kan pengamat. Para pengamat membicarakan secara spesifik tentang percakapan dan karya siswa yang mereka catat. Pengamat tidak membicarakan tentang kualitas pelajaran berdasarkan kesan mereka tetapi mereka membicarakan fakta yang ditemukan. Kelima, waktu diskusi bebas terbatas Diskusi dan analisis research lesson ini dilaksanakan segera, pada hari yang sama, setelah research lesson diimplementasikan. Karena hasil diskusi ini dapat digunakan dan dipertimbangkan sebagai bahan untuk merevisi pelajaran/ pendekatan pembelajaran. 4. Merefleksikan Lesson Study dan Merencanakan Tahap-tahap Berikutnya (Konsolidasi Belajar) Dalam merefleksikan lesson study hal yang perlu dilakukan adalah memikirkan tentang apa-apa yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa yang masih perlu diperbaiki. Sekarang tiba saatnya untuk berfikir tentang apa yang harus dikerjakan selanjutnya oleh kelompok lesson study. Apaakah anggota kelompok berkeinginan untuk meningkatkan agar pelajaran ini menjadi lebih baik? Apakah anggota yang lain berkeinginan untuk menguji-cobakan pelajaran ini pada kelas mereka sendiri? Tim memutuskan perlu tidaknya pembelajaran yang telah didiskusikan hasilnya diajarkan dan diamati lagi. Jika tim merasa perlu mengajarkan kembali pelajaran tersebut, maka ttim akan mengulang kembali siklus lesson study dengan terlebih dahulu merevisi rencana pembelajaran yang ada berdasarkan informasi251
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
informasi yang diperoleh dalam diskusi maupun saran-saran untuk meningkatkan-nya. Jika tidak perlu, maka tim akan menulis laporan yang rinci tentang apa yang telah mereka pelajari melalui proses lesson study dan kemudian membagikan laporan ini kepada semua anggota tim atau orang lain yang berminat. Pada umumnya lesson study menghasilkan tiga produk ilmiah yaitu: 1. Rencana Pembelajaran. Rencana pembelajaran merupakan deskripsi pelajaran dengan informasi (termasuk hand out dan bahan-bahan suplemen) yang diperlukan untuk mengajarkan pelajaran. Rencana mencakup catatan yang membantu pengajar lain untuk memahami bagaimana mengajarkan pelajaran itu, apa yang diharapkan pada siswa selama belajar dan saran-saran tentang bagaimana merespon siswa saat pembelajaran. 2. Panduan Pengamatan. Panduan menunjukkan bagaiman mengamati pem-belajaran, termasuk siapa yang mengamati dan bukti-bukti apa yang harus dikumpulkan selama pembelajaran. 3. Laporan research lesson. Laporan menyimpulkan bagaimana kinerja siswa dan mengevaluasi pembelajara berdasarakan bukti belajar siswa. Laporan mencakup rencana pembelajaran, data siswa, dan refleksi tentang apa yang telah dipelajari yaitu menjelaskan bagaimana siswa belajar topik pelajaran, bagaimana kesulitan yang dialaminya dan memberikan pemikiran yang lebih luas bagaimana siswa mempelajari materi pelajaran. Laporan juga menyarankan modifikasi lebih lanjut dari materi yang bersangkutan. METODE
Secara garis besar metode yang digunakan dalam kegiatan workshop ini meliputi 3 tahap: pelatihan, pendampingan dan simulasi. (1) Pelatihan: untuk mencapai tujuan meningkatkan pemahaman guru tentang lesson study diberikan pelatihan dengan materi tentang lesson study yang mencakup : (a) apa itu lesson study, (b) mengapa harus lesson study, (c) langkah-langkah lesson study dan diakhiri dengan tanya-jawab. (2) Pendampingan: setelah materi tentang lesson study dipahami, langkah selanjutnya adalah merancang pembelajaran secara kolaboratif (tahap Plan). Pada tahap ini peserta dibagi menjadi empat kelompok masing-masing beranggotakan 5 orang. Setiap kelompok akan berdiskusi untuk menetapkan materi apa yang dianggap sulit bagi siswa, metode pembelajaran yang sesuai untuk materi tersebut, media apa yang digunakan, menyusun LKS, dan membuat RPP. Masing-masing kelompok didampingi oleh satu orang dosen pendamping. (3) Simulasi Implementasi Lesson Study: setelah RPP kolaboratif dibuat secara kelompok, diberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk open-class (tahap Do). Dari kelompok yang open-class, dipilih salah seorang dari kelompok itu sebagai guru model, tiga orang anggota kelompok sebagai observer ditambah dua orang dosen pendamping sebagai observer (tahap See). . Sedangkan tiga kelompok lainnya sebagai siswa. Setelah open-class selesai dilanjutkan dengan refleksi. Pada tahap refleksi dilakukan diskusi antara guru model dan observer yang diatur oleh seorang moderator dan seorang notulen (diperankan oleh dosen pendamping). Pada tahap refleksi ini kesempatan pertama diberikan kepada guru model untuk merefleksi pembelajaran yang baru saja dilakukan, dilanjutkan ungkapan para observer tentang bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar. Berdasarkan kegiatan yang telah ditetapkan, evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan dengan cara memberikan tes dengan judul Assesmen Materi tentang lesson study. Kriteria keberhasilan ditentukan apabila peserta workshop telah memahami minimal 75% materi yang disampaikan, dianggap tuntas. Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan workshop ini, pada akhir kegiatan peserta diberi angket tentang respon peserta. Kegiatan workshop ini dikatakan berhasil apabila respon positif peserta yakni yang memilih baik dan sangat baik lebih dari 75%. Model angket respon peserta disajikan pada Lampiran 2 Kegiatan workshop ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 8 Oktober 2011, bertempat di ruang seminar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Yang menjadi sasaran dalam kegiatan workshop lesson study ini adalah guru-guru fisika Madrasah Tsanawiah yang tergabung dalam KKM di 252
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kota Malang. Berdasarkan jumlah dan lokasi Madrasah Tsanawiyah yang ada di Kota Malang, pada kegiatan workshop ini ditetapkan 10 sekolah sebagai mitra dengan setiap sekolah diambil 2 orang sehingga ada 20 (duapuluh) orang guru yang dilatih tentang lesson study. Apabila berhasil, guru memiliki potensi untuk menyebarluaskan ilmu yang diperoleh dari kegiatan ini kepada teman sejawat yang belum pernah mengikuti kegiatan serupa. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pemahaman Peserta tentang Materi Lesson Study Dari hasil assesmen tentang lesson study yang diberikan kepada peserta workshop pada akhir kegiatan diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Pemahaman Peserta Workshop tentang Materi Lesson Study Aspek yang dinilai 1. Pemahaman pengertian lesson study 2. Pemahaman langkah-langkah pada tahap Plan 3. Pemahaman langkah-langkah pada tahap Do 4. Pemahaman langkah-langkah pada tahap See 5. Pemahaman langkah-langkah pada tahap refleksi Rata-rata
Tuntas (%) 100 83 75 92 83 86,6
Tidak Tuntas (%) 0 17 25 8 17 13,4
Berdasarkan data pada Tabel 1 tampak bahwa pada semua materi tentang lesson study yakni: pengertian lesson study, langkah-langkah tahap Plan, Do, See dan refleksi dipahami secara tuntas oleh peserta dengan rata-rata ketuntasan 86.6% dan hanya 13,4% yang tidak tuntas. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan peserta telah memahami materi tentang lesson study. Sebanyak 13,4% peserta yang tidak tuntas ini mungkin disebabkan materi tentang lesson study masih baru bagi mereka, atau mungkin belum membaca secara keseluruhan materi yang disajikan. Apabila materi ini dibaca lagi dirumah atau dipelajari lagi maka mereka akan bisa mencapai ketuntasan mengingat materi ini bersifat pengetahuan prosedural. 2. Simulasi Lesson Study pada Tahap Plan Pada tahap plan, peserta workshop dibagi dalam lima kelompok masing-masing beranggotakan 4 orang. Pada tahap ini, guru melakukan diskusi untuk menetapkan materi apa yang dianggap sulit bagi siswa. Setelah materi ditetapkan, dilanjutkan mencari solusi bagaimana materi tersebut dapat diajarkan dengan mudah bagi siswa. Membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dilengkapi dengan: bahan ajar, media pembelajaran, LKS, dan assesmen. Kegiatan diskusi dalam rangka membuat RPP ditunjukkan dengan foto-foto kegiatan pada tahap Plan disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan Gambar berupa foto-foto kegiatan pada tahap Plan yang disajikan pada Lampiran 3., tampak bahwa semua peserta serius dalam diskusi dalam merancang RPP. Bagi guru-guru dari MTs Swasta sangat banyak hal-hal yang diperoleh karena interaksinya dengan guru-guru dari MTs Negeri seperti metode pembelajaran, media dan LKS sehingga mereka bisa saling sharing. 3. Simulasi Lesson Study pada Tahap Do dan See Pada tahap do, ditetapkan salah satu kelompok sebagai kelompok yang akan mensimulasikan openclass/do. Salah satu anggota dari kelompok ditetapkan sebagai guru model dan 3 anggota kelompok yang lain sebagai observer (See). Sedangkan 4 kelompok lainnya sebagai siswa .Observer mengamati aktivitas belajar siswa bukan aktivitas guru mengajar. Observer mengamati kegiatan belajar siswa dipandu dengan
253
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
lembar observasi. Model Lembar observasi disjikan pada Lampiran 4. RPP dari kelompok open-class yang diimplementasikan dan merupakan RPP bersama bukan RPP dari guru model. Foto-Foto kegiatan tahap Do dan See disajikan pada Lampiran 5. Berdasarkan Gambar berupa foto-foto kegiatan pada tahap Do dan See yang disajikan pada Lampiran 5, tampak bahwa guru model menjelaskan tentang peristiwa konveksi dengan peralatan sederhana. Siswa disuruh melakukan eksperimen tentang proses konveksi yang dipandu dengan LKS. Tampak observer mengamati kegiatan yang dilakukan siswa dipandu dengan lembar observasi, hal-hal yang diobservasi meliputi: apakah semua siswa telah belajar, bila ada yang belum apa penyebabnya? Bagaimana interkasi siswa-siswa, siswa-guru, siswa-media, siswa-sumber belajar. Hal ini menunjukkan bahwa peserta telah dapat memperagakan lesson study pada tahap Do dan See. 4. Simulasi Lesson-Study pada Tahap Refleksi Pada tahap refleksi, guru model, para observer duduk dengan pola melingkar saling sharing/berdiskusi tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan oleh guru model, yang dipandu oleh seorang moderator dan seorang notulen. Moderator memberi kesempatan pertama kali pada guru model untuk mengungkapkan apakah pembelajaran yang baru dilakukan sesuai dengan RPP, kalau belum bagian mana yang kurang. Selanjutnya moderator mempersilahkan observer 1 untuk mengungkapkan hasil observasinya, dilanjutkan observer 2 dan observer 3. Hasil diskusi pada tahap refleksi disajikan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Hasil Observasi pada Tahap Refleksi No 1 2 3
Peran Moderator (Dosen) Notulen (Guru) Guru Model
4
Obsever 1 (Guru)
5
Observer 2 (Guru)
6
Observer 3 (Guru)
7
Observer 4 (Dosen)
8
Observer 5 (Dosen))
Hasil Observasi Memandu jalannya diskusi Mencatat hal-hal penting yang didiskusikan Waktu singkat, sebelum mengajar perlu persiapan matang Apabila siswa aktif, akan mudah dalam pembelajaran Siswa tidak konsentrasi secara maksimal, ada yang mainan Hp, ada yang mainan api Perhatian guru terus tertuju pada kelompok 1 Interaksi guru-siswa lancar Interaksi kelompok sudah muncul kerjasama antar anggota kelompok Interaksi antar kelompok belum ada Dari kesalahan, siswa bisa berhati-hati Siswa aktif bekerjasama Siswa ada yang terburu-buru LKS tidak ada gambar, ada siswa yang bingung Pertanyaan dilempar dulu ke siswa Rasa penasaran yang tinggi Melalui praktikum dapat tahu hasilnya dan evaluasi Guru sudah memberi tantangan kepada siswa Kelompok belakang ada yang kurang terlibat Kelemahan menyusun LKS Kelompok 1,saling diskusi tentang langkah kerja dalam LKS Kelompok 1, sulit mengalirkan asap kertas yang dibakar kedalam cerobong Aktivitas belajar siswa sangat tinggi Pembelajaran yang dapat dipetik, bahwa dengan alat sederhana siswa dapat melakukan praktikum yang dibuat sendiri
Berdasarkan gambar yang berupa foto-foto kegiatan pada tahap Do dan See yang disajikan pada Lampiran 6, tampak bahwa peserta memeragakan tahapan refleksi. Hasil refleksi disajikan pada Tabel 3, dari tabel ini tampak bahwa beberapa observer telah melakukan observasi seperti pada rambu-rambu pada lembar observasi, sedangkan satu observer masih melihat bagaimana guru mengajar. Setelah dilakukan 254
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
diskusi yang dipandu oleh moderator hal ini langsung diluruskan. Guru model mendapatkan masukan berdasarkan aktivitas belajar yang dilakukan siswa bersumber data pengamatan bukan opini atau pikiran observer. Guru model menjadi terbuka menanggapi masukan dari observer karena berdasarkan data pengamatan. Aktivitas inilah yang disebut komunitas belajar yang merupakan salah satu tujuan dari lesson study. 5. Respon Peserta terhadap Pelaksanaan Kegiatan Workshop Lesson Study Pada akhir kegiatan workshop ini, peserta diberi angket untuk mengevaluasi kegiatan dari segi materi yang disampaikan dan pelaksanaan kegiatan. Hasil angket respon peserta disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Respon Peserta terhadap Pelaksanaan Kegiatan Workshop Lesson Study No
Aspek yang dinilai
1 2
Materi yang disajikan Pelaksanaan kegiatan
Sangat Kurang (%) 0 0
Kurang (%) 0 0
Cukup (%) 8,3 8,3
Baik (%) 58,3 41,7
Sangat Baik (%) 33,4 50
Berdasarkan data pada Tabel 3, tampak bahwa peserta merespon secara positif terhadap kegiatan workshop ini. Untuk materi direspon sebanyak 91.7% demikian juga pada pelaksanaan kegiatan juga mendapat respon sebanyak 91,7% . Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru, khususnya guru dari naungan Depag masih membutuhkan bimbingan dan tambahan pengetahuan baru. Selain itu berdasarkan angket yang disebarkan untuk menintaklanjuti kegiatan ini, guru masih memerlukan implementasi lesson study di kelas pembelajaran nyata. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Pemahaman guru-guru fisika/IPA Madrasah Tsanawiyah di Kota Malang tentang lesson study semakin baik hal ini ditunjukkan oleh nilai ketuntasan rata-rata sebesar 86,6%. Keadaan ini diharapkan dapat memotivasi para guru untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajarannya melalui kegiatan lesson study. 2. Melalui lesson study para guru Madrasah Tsanawiyah secara kolaboratif dapat merancang pembelajaran yang sulit dipahami oleh siswa yang diwujudkan dalam bentuk RPP 3. Melalui lesson study para guru Madrasah Tsanawiyah dapat melakukan open-class sebagai upaya meningkatkan profesionalisme (kualitas pembelajaran). 4. Melalui lesson study para guru Madrasah Tsanawiyah dapat melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan sebagai upaya meningkatkan profesionalime 5. Kegiatan workshop ini direspon secara positif oleh 91,7% peserta terhadap materi maupun pelaksanaannya. Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini disarankan hal-hal berikut. 1. Untuk kegiatan pengabdian berikutnya, sebaiknya ditindaklanjuti dengan kegiatan implementasi lesson study di kelas pembelajaran nyata. 2. Melibatkan lebih banyak lagi Madrasah Tsanawiyah, sehingga penyebarluasan lesson study di Kota Malang lebih cepat mengingat manfaatnya yang baik bagi guru. DAFTAR RUJUKAN Anderson, R. D., & Helms, J. V. 2001. The ideal of standards and the reality of schools: Needed research. Journal of Research in Science Teaching, 38(1), 3-16.
255
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Anderson, R. D., & Mitchener, C. P. 1994. Research on science teacher education In D. L. Gabel (Ed), Handbook of research on science teaching and learning: A project of the National Science Teachers Association (pp. 3-44). New York: Macmillan Beauchamp, A and Zoller, K. 2002. The opportunity and challenge of lesson study. CPS Connection. Vol. 2, No. 6. Glenn, John. 2000. Before it’s Too late. A Report to the Nation from the National Commision of Mathematics and Science Teaching for the 21st Century. Washington: US Department of Education. Herawati. S., 2005. “Lesson study apa dan mengapa” makalah yang diseminarkan di FMIPA UM tanggal 21 Juni 2005. Lewis, C. 2002. Lesson study: A handbook of teacher-led instructional change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools.
256
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
LESSON STUDY PENERAPAN LKS METODE MENDALAM PADA MATERI PENGUKURAN SUHU DI SMPN 2 PANDAAN
Yoyok Adisetio Laksono 1) Ustadi 2) 1)
Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang,
[email protected] 2) SMPN 2 Pandaan Pasuruan,
[email protected]
Abstrak: Telah dilaksanakan open class di SMPN 2 Pandaan pada materi suhu dengan menerapkan LKS metode mendalam. LKS dibuat sedemikian rupa sehingga sangat sederhana dan instruksi pengisian dilakukan secara oral di kelas. Pada akhir pembelajaran siswa diharapkan dapat membuat skala suhu sendiri. Metode utama yang digunakan adalah diskusi kelompok dengan pengaturan meja berbentuk U. Secara umum pembelajaran berlangsung dengan baik dan sebagian besar siswa sangat termotivasi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Saat menjumpai kelompok yang kesulitan, diterapkan teknik tutor teman sebaya dengan memanggil salah satu anggota kelompok yang sukses mengerjakan LKS untuk membimbing kelompok lain. Dari hasil pembelajaran ini dari 10 kelompok hanya dua kelompok yang skala buatannya dianggap sukar dibaca oleh kelompok lain. Dalam refleksi terungkap beberapa fakta diantaranya apakah tujuan pembelajaran harus selalu disampaikan. Beberapa usulan perbaikan tentang materi suhu adalah perlunya diberikan alasan kenapa terdapat berbagai skala suhu. Selain itu pengaturan tempat duduk kelompok agar diatur sedemikian sehingga tempat duduk anak laki-laki dan perempuan saling bersilang agar tidak terjadi diskusi sesama gender. Kata kunci: lesson study, LKS metode mendalam, pengukuran suhu, SMPN 2 Pandaan.
Menurut Anderson dalam Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah (2009) terdapat dua jenis pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan mendalam dan dangkal. Salah satu ciri pembelajaran dengan pendekatan dangkal adalah adanya LKS yang berisi petunjuk rinci untuk melaksanakan kegiatan dimana siswa tinggal mengisi titik-titik yang sudah disediakan. Cara ini tidak melatih siswa berfikir atau bertindak dengan cara yang berbeda didalam menyelesaikan tugas sehingga bisa memasung kreativitasnya. Adapun pendekatan pembelajaran mendalam dicirikan dengan LKS yang hanya menyajikan tugas dan tujuan yang akan dicapai tanpa atau sedikit panduan dengan mengisi titik-titik. Pendekatan mendalam akan menyebabkan siswa berfikir dan mengeksplor segala kemungkinan untuk memecahkan permasalahan sehingga memicu kreativitas siswa. Berdasarkan hal tersebut maka tim MGMP SMP IPA Pandaan mencoba menerapkan metode tersebut kedalam pembelajaran tentang pengukuran suhu dengan LKS yang dibuat sesederhana mungkin. LKS berupa sebuah tabel nilai suhu yang harus diisi siswa berdasar gambar skala suhu Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin yang disusun berdampingan. Setelah mereka bisa mengisi skala suhu tersebut siswa diminta untuk membuat skala suhu sendiri. Untuk mengetahui keberhasilan metode ini maka diputuskan melakukan open class di SMPN 2 Pandaan dengan guru model adalah Ustadi. Open class dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 Oktober 2011. PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh anggota Lesson Study (LS) Pandaan mata pelajaran IPA. Perencanaan pembelajaran IPA-Fisika disepakati mengambil kompetensi dasar 1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya dengan 3 tujuan pembelajaran yaitu: (1) membandingkan skala pada termometer Celsius dengan termometer skala Kelvin, Reamur, dan Fahrenheit dengam menggunakan gambar termometer dengan berbagai skala, (2) membuat gambar termometer dengan skala buatan sendiri 257
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
dan (3) membandingkan nilai suhu suatu benda dengan termometer standar dan skala termometer buatan sendiri dengan menggunakan gambar. Perdebatan tentang perbandingan terjadi pada kelompok LS. Pembelajaran materi ini biasanya dilakukan dengan memulai menjelaskan titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer kemudian menemukan perbandingan skala pada masing-masing termometer. Pembelajaran diteruskan dengan menemukan rumus konversi antar skala termometer dan diakhiri dengan siswa menerapkan rumus konversi untuk menyelesaikan soal. Seorang peserta mengungkapkan bahwa esensi dari pembelajaran termometer adalah siswa dapat menggunakan dan membaca termometer berbagai skala, bukan membandingkannya. Hal ini karena termometer sebagai alat ukur. Skenario pembelajaran disepakati menggunakan metode mendalam dengan media gambar perbandingan skala termometer dan meminimalisir LKS yang hanya berbentuk tabel isian. Gambar perbandingan skala dan LKS dapat dilihat pada Gambar 1.
Reamur 160 Suhu benda 10
Fahrenheit 1400
Celcius 900
0
Kelvin
2500
Gambar 1. (a) Gambar Perbandingan Skala, (b) LKS siswa yang berupa tabel isian Rencananya saat pembukaan guru meminta 2 siswa membaca termometer dinding untuk menemukan suhu udara ruang, diharapkan siswa menuliskan nilai suhu dengan dua skala seperti yang tertera pada termometer dinding, yaitu skala Celcius dan skala Fahrenheit. Pendahuluan ini diharapkan siswa memahami bahwa pada masing-masing skala yang berbeda adalah jenis skalanya bukan termometernya. Kegiatan inti pembelajaran dilanjutkan dengan Guru membagikan lembar yang berisi gambar perbandingan sakala termometer C, R dan F pada kelompok dan selanjutnya siswa mengisi tabel isian. Siswa bekerja dalam kelompok ,saling bekerjasama dan menghargai pendapat membaca saka termometer dan membandingkan dengan menggunakan gambar perbandingan skala termometer untuk mengeksplorasi dan mengeksplanasi pengetahuan setelah menerima penjelasan guru. SEBELUM OPEN CLASS
Sebelum open class dimulai guru model menyampaikan hal penting yang akan menjadi tujuan dari pembelajaran dimana dinyatakan adanya ketertarikan tim untuk mengetahui kesuksesan LKS dengan metode mendalam. Ada kekhawatiran yang diungkap guru model bahwa karena pembelajaran berlangsung agak lama dari biasanya maka waktu istirahat siswa terpaksa ditiadakan. Guru model khawatir para siswa tidak berkonsentrasi lagi saat istirahat tiba.
258
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Didalam open class ini terdapat dua tamu, yaitu guru SMPN 1 Ponorogo sebanyak 10 orang yang ingin belajar tentang lesson study, dan tamu kedua satu orang dari LPMP Jawa Timur. OPEN CLASS
Sedianya guru model akan menyampaikan tujuan pembelajaran di kegiatan pendahuluan melalui LCD. Namun rupanya terjadi gangguan sehingga rencana ini tidak terlaksana. Sebagai gantinya maka guru model menyampaikan secara oral. Selanjutnya setelah menguraikan tujuan dari pembelajaran serta memberikan apersepsi, siswa dikelompokkan menjadi 8 kelompok dimana pada setiap kelompok rata-rata berjumlah 4 siswa. Namun karena komposisi siswa laki-laki dan perempuan tidak sama maka ada beberapa kelompok yang terdiri dari satu jenis kelamin saja. Bangku siswa dibuat berhadap-hadapan dan secara klasikal berbentuk U. Secara umum siswa tertantang untuk menyelesaikan tugas yang disampaikan secara oral. Saat menghadapi kelompok yang kesulitan menyelesaikan tugas maka guru model menggunakan metode tutor teman sebaya dengan meminta salah satu anggota kelompok yang sudah menyelesaikan tugas dengan baik untuk membantu kelompok tersebut. Sempat terjadi koreksi nilai suhu skala Kelvin dari 250 menjadi 280. Hal ini terjadi karena nilai 250 tidak tertera pada gambar perbandingan skala. Setelah menyelesaikan tugas pertama selanjutnya siswa diminta untuk membuat skala suhu sendiri. Didalam tugas ini siswa menentukan sendiri suhu minimum dan maksimum lalu memilih salah satu skala suhu pembanding yang tersedia. Selain itu siswa boleh menamakan skala suhu sesuai dengan nama mereka sendiri. Setelah selesai maka oleh guru model hasilnya diserahkan ke kelompok lain untuk dipelajari dan dicoba. Selanjutnya setiap kelompok ditanya apakah mereka dapat menggunakan skala suhu kelompok temannya dengan jawaban sulit atau mudah. Hasilnya dari 8 kelompok ada 2 (dua) kelompok yang menilai bahwa skala suhu temannya sulit dibaca sedang 6 (enam) kelompok lain mudah dibaca. Gambar 2 menunjukkan salah satu hasil karya siswa yang memberi nama skala termometer-nya dengan nama Agik yang disandingkan dengan skala Reamur.
Gambar 2. Perbandingan Reamur dan skala buatan siswa. Kegiatan pembelajaran kemudian diakhiri dengan pemberian sedikit kesimpulan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Hal menarik yang perlu dicatat bahwa sebagian besar siswa sangat antusias didalam pembelajaran. Hal ini nampak meskipun saat itu ada bel tanda istirahat tidak ada tanda-tanda konsentrasi siswa terganggu. 259
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
REFLEKSI DAN DISKUSI Kesan dari guru model adalah kendala pada matinya LCD saat tahap pendahuluan sehingga tidak tersampaikannya tujuan secara visual. Terjadi ralat angka dari 250 menjadi 280 pada skala suhu Kelvin sehingga menyebabkan siswa mengalami kesulitan. Kesulitan terjadi karena angka 280 pada gambar skala tidak tepat pada garis skala. Masalah sepele seperti kekurangan gunting juga menjadi perhatian guru model. Pada moving class seharusnya kertas yang bergerak bukan siswanya. Waktu pelaksanaan juga melebihi batas waktu yang seharusnya. Guru model harus memilih segera mengakhiri pembelajaran saat siswa masih antusias mengerjakan tugas karena kehabisan waktu atau membiarkan siswa untuk menemukan jawaban masalahnya. Diskusi yang menarik yang menjadi semacam berkah tak terduga adalah terkait dengan matinya LCD yang sedianya dipakai oleh guru model untuk menyampaikan tujuan pembelajaran. Sebagian guru memandang bahwa tujuan pembelajaran harus disampaikan secara tertulis dalam arti guru harus menulis di papan tulis saat LCD mati. Guru lain berpendapat bahwa tujuan pembelajaran bisa disampaikan secara oral. Sementara guru model sendiri berpendapat bahwa tidak perlu tujuan pembelajaran selalu harus dituliskan mengacu kepada hasil open class saat itu yang tidak menyebabkan kendala bagi siswa untuk menerima pelajaran. Pendapat guru model sejalan dengan apa yang ditulis dalam buku Panduan untuk Peningkatan Proses Belajar dan Mengajar (2009) pada poin (5-3) halaman 37 yang berjudul Tidak Perlu Menjelaskan Tujuan Pembelajaran yang menyatakan bahwa: “Banyak dari kita yang berpikir bahwa kita harus menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa di awal pelajaran. Namun, tidak harus selalu seperti itu setiap waktu, sebab sebuah pelajaran yang baik secara alami akan mengarahkan siswa untuk belajar dengan baik sehingga mereka dapat mencapai tujuan pada akhir pelajaran. Dalam hal ini, lebih baik untuk menjelaskan kepada siswa tentang sasaran pembelajaran secara singkat, seperti “Hari ini kita akan belajar tentang cara mengukur lingkaran,” tetapi tidak perlu menjabarkan tujuan pembelajaran dalam format yang sama seperti yang kita tuliskan di dalam rencana pembelajaran.”
Dari buku tersebut maka tujuan pembelajaran untuk siswa sebaiknya adalah tujuan yang sederhana dan mudah dipahami siswa tanpa perlu menuliskan secara lengkap seperti di dalam RPP yang harus dituliskan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan. Lebih lanjut dalam buku tersebut dinyatakan bahwa yang paling penting adalah bagaimana pelajaran tersebut diimplementasikan. Sementara itu menurut Masaaki Sato dalam Syamsuri (2011) 10 menit pertama di saat kelas dimulai merupakan saat dimana motivasi siswa tinggi sehingga jika guru harus menulis tujuan pembelajaran maka motivasi tersebut akan hilang percuma. Guru hendaknya segera menyampaikan materi pembelajaran. Saat tahap kegiatan inti beberapa guru mendapati beberapa siswa masih belum bisa membaca skala suhu di LKS. Pada saat proses pembacaan skala guru model menggunakan metode tutor sebaya dengan memanggil salah satu anggota kelompok yang sudah menyelesaikan tugasnya dengan benar untuk membantu kelompok lain yang belum bisa menyelesaikan tugas. Dosen pendamping berinisiatif menanyakan kelompok yang telah diajari dan mendapati bahwa semua siswa ternyata memahami tentang apa yang telah diajarkan oleh temannya. Semula ada satu kelompok yang masih belum memahami apa yang diajarkan oleh temannya, namun ketika beberapa saat kemudian ditanyakan kembali ternyata mereka sudah memahami maksud dari tugas yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa metode tutor teman sebaya cukup berhasil membantu kelompok yang bermasalah. Struktur tempat duduk antar gender tidak dibuat menyilang sehingga siswa bergender sama cenderung berdiskusi sendiri-sendiri. Gambar 3.a menunjukkan bagaimana siswa laki-laki dan perempuan saling berdiskusi diantara sesama gender. Gambar 3.b menunjukkan kondisi yang lebih parah dimana siswa laki-laki menghadap ke bangkunya sendiri sehingga mereka bekerja sendirian.
260
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
(a)
(b)
Gambar 3. Suasana kerja kelompok (a) diskusi sesama gender, (b) satu kelompok tampak salingmemisah meja antar gender. (Sumber: Dokumentasi Yoyok Adisetio Laksono, 2011)
Dari hal tersebut maka disarankan agar pengaturan tempat duduk siswa berselang-seling antar gender agar tidak terjadi diskusi sesama gender yang menyebabkan tidak terjadinya kerja kelompok. Saran lain diantaranya adalah perlunya disampaikan ke siswa latar belakang kenapa sampai terjadi berbagai macam skala suhu yang menurut sejarahnya perbedaan tersebut terjadi karena adanya titik pandang yang berbeda dari masing-masing ilmuwan pada penerapan pengukuran suhu. Tamu dari LPMP Jawa Timur menyampaikan tentang penyampaian tujuan pembelajaran yang sempat diperdebatkan oleh para guru yang intinya kita harus menaati standar proses dan teknik penyampaian diserahkan ke guru. Menurut pendapatnya guru model sudah menyampaikan secara oral. Didalam kesempatan ini para guru tamu dari SMPN 1 Ponorogo diperkenankan menyampaikan pertanyaan atau saran tentang pelaksanaan lesson study. Pertanyaan yang dilontarkan adalah tipikal dari para guru yang baru pertama kali melihat lesson study, yaitu apakah kritik dan saran dari para guru observer tidak membuat guru model tersinggung dan pengaruh negativ terhadap siswa dengan adanya banyak observer di ruangan. Jawaban dari para guru dan dosen pendamping yang mengikuti lesson study tentang kritik dan saran tidak membuat guru model tersinggung adalah karena para guru di Pasuruan sudah lama mengikuti lesson study sehingga sudah bisa menerima kritik dan saran dari teman sejawat. Pada awalnya di masa lalu memang sempat juga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, yaitu menjadi ajang balas dendam karena dulu pernah dikritik dan begitu ada kesempatan ganti mengkritik. Namun dengan adanya bimbingan dari pakar lesson study dari Jepang dan dosen dari Universitas Negeri Malang maka hal-hal tersebut dapat diminimalisir. Selain itu diungkap juga bahwa lesson study di Pasuruan dilakukan secara bertahap tidak sekaligus dipraktekkan langsung, namun melalui workshop-workshop dengan peserta terbatas yang melibatkan personil dari diknas, kepala sekolah, ketua MGMP, dan akhirnya ke guru sekolah. Adapun tentang efek negativ dari banyaknya pengamat dijawab bahwa memang pada mulanya siswa terpengaruh sehingga tingkah laku mereka cenderung dibuat-buat atau grogi, namun seiring dengan seringnya dilaksanakan lesson study maka efek tersebut lama kelamaan menghilang sehingga tidak lagi mempengaruhi mereka. KESIMPULAN
Pembelajaran dengan pendekatan metode mendalam yang diwujudkan dalam LKS yang sederhana namun memiliki tugas yang jelas dan menantang serta mampu diselesaikan membuat siswa terus berkonsentrasi dalam pembelajaran. Meskipun tujuan pembelajaran tidak ditampilkan secara visual tetapi secara oral namun siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diberikan. Metode tutor teman sebaya 261
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
terbukti mampu meningkatkan pengertian siswa yang kurang atau kesulitan menyelesaikan tugas yang diberikan. Selain itu saat bekerja kelompok seyogyanya tempat duduk siswa dibuat silang antar gender agar tidak terjadi kerja ekslusiv gender. DAFTAR RUJUKAN --. (2009). Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis Sekolah. Program Peningkatan Kualitas SMP/MTs Kerjasama Teknis Depdiknas/Depag-JICA. --. (2009). Panduan untuk Peningkatan Proses Belajar dan Mengajar. Program Peningkatan Kualitas SMP/MTs Kerjasama Teknis Depdiknas/Depag-JICA. --. (2011) Notulen refleksi lesson study SMPN 2 Pandaan Pasuruan. Tim MGMP SMP IPA Pandaan Pasuruan. Syamsuri, I., Ibrohim. (2011). Lesson Study (Studi Pembelajaran). Cetakan II. Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press).
262
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA MELALUI LESSON STUDY
Sarwanto Pendidikan Fisika PMIPA FKIP UNS e-mail
[email protected]
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kemampuan representasi mahasiswa dan upaya untuk meningkatkannya. Hasil analisis awal (pretest) menunjukkan mahasiswa memiliki kelemahan dalam merepresentasikan gejala alam secara visual dan matematis. Selanjutnya dilakukan upaya perbaikan melalui pembelajaran dengan model CTL. Dosen pengampu mata kuliah membuat perangkat pembelajaran yang direview oleh dosen sejawat kelompok lesson study, perbaikan perangkat pembelajaran, implementasi dalam pembelajaran, pengamatan terhadap kemampuan representasi mahasiswa, refleksi dan rekomendasi untuk kegiatan pembelajaran berikutnya. Hasilnya terjadi peningkatan pada kemampuan mahasiswa dalam representasi verbal, visual, dan matematis. Review dan refleksi dari dosen tim lesson study sangat membantu dosen pengampu mata kuliah untuk merancang pembelajaran yang lebih baik dari pada sebelumnya, sehingga pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih efektif. Kata kunci: representasi verbal, representasi visual, representasi matematis, contextual teaching and learning. PENDAHULUAN
Hasil survei pembelajaran IPA oleh TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) tahun 2007 menunjukkan Indonesia menempati peringkat 36 dari 48 negara yang terlibat, dengan rerata 397 dibawah rerata semua peserta sebesar 452 (timss.bc.edu/timss2007/release.html). Ini menunjukkan rendahnya kualitas pembelajar IPA di Indonesia, bahkan jauh lebih rendah dibanding Malaysia. Indikator lain yang digunakan orang untuk menunjukkan rendahnya mutu pendidikan IPA di sekolah adalah laporan United Nations Development Project (UNDP) yang mengumumkan bahwa dalam Human Development Index (HDI), Indonesia tahun 2007 menduduki peringkat ke 98 di antara berbagai negara di dunia (id.wikipedia.org/wiki/ Indeks_Pembangunan_Manusia). Rendahnya kualitas pembelajaran IPA tidak hanya ditinjau dari hasil survei aspek kognitif saja, tetapi juga diindikasikan perilaku masyarakat yang telah belajar IPA. Banyak tingkah laku anggota masyarakat yang menunjukkan seakan-akan mereka belum pernah menerima pendidikan IPA. Atau, pendidikan IPA di sekolah-sekolah di Indonesia seakan-akan tidak ada dampaknya dalam cara hidup dan cara berpikir sebagian besar masyarakat Indonesia (Hinduan, 2005). Menurut Hinduan (2002) rendahnya kualitas pembelajaran IPA salah satunya disebabkan oleh kecenderungan siswa Indonesia menganggap IPA terutama fisika sebagai mata pelajaran yang sulit, sehingga mereka kurang/tidak menyukainya. Meskipun demikian ada juga siswa yang menyenangi IPA termasuk fisika, tetapi diduga proporsinya kecil. Kesulitan siswa dalam mempelajari fisika karena selama ini pengajaran fisika lebih banyak menggunakan pendekatan matematik dan terlalu banyak menghabiskan waktu untuk masalah matematika (Budhy, 2004; Lindenfeld, 2002). Padahal, dalam mempelajari fisika semestinya berhubungan dengan fenomena alam, kehidupan sehari-hari dan kemajuan iptek (Budhy, 2004). Proses pembelajaran fisika sesuai dengan Permendiknas no 22 tahun 2006 adalah inkuiri, bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Meskipun demikian, ditemukan banyak penyimpangan dalam implementasinya di tataran pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran fisika tidak memiliki “jiwa” (Budhy, 2004). Jiwa yang dimaksudkan adalah hakekat IPA yaitu proses, produk dan sikap ilmiah (NSES, 1996). 263
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Hasil penelitian Prabowo (1992) mengungkapkan kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran siswa untuk menguasai konsep dan membudayakan sikap ilmiah adalah : a). kesalahan guru dalam visualisasi konsep dan kurangnya penjelasan arti fisis dari setiap perumusan matematik dalam kegiatan belajar mengajar Fisika; b). belum tersedianya media cetak tentang pokok bahasan yang diajarkan dan dibuat oleh guru; c). tidak digunakannya kerja kelompok oleh guru sebagai pengalaman belajar siswa; d). digunakannya oleh guru konstruksi soal yang memacu pada linieritas taksonomi Bloom tanpa ditunjang keterampilan proses; e). guru belum menyadari dan memberlakukan evaluasi kemajuan belajar siswa sebagai kegiatan penelitian; f). kegiatan demostrasi (peragaan) dan pemecahan masalah yang tidak memenuhi syarat yang dilakukan oleh guru dengan konsentrasi pada pemenuhan target materi; g). belum diantisipasina lingkungan belajar oleh guru dalam menentukan strategi belajar mengajar. Kelemahan tersebut sebagian besar berkaitan dengan proses pembelajaran fisika yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu diperlukan inovasi dalam proses pembelajaran, misalnya media, metode, model, strategi, maupun pendekatan pembelajaran, dan salah satunya melalui penggunaan strategi representasi. Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara (Goldin, 2002). Representasi merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbulkan obyek atau proses (Waldrip, 2008). Representasi dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain verbal, gambar, grafik dan matematik (Prain dan Waldrip, 2007). Penggunaan representasi dalam pembelajaran fisika dapat digunakan untuk meminimalisasi kesulitan siswa dalam belajar fisika (Dolin, 2002), juga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA (Waldrip, 2008). Berbagai penelitian telah dilakukan pada siswa yang belajar melalui interpretasi dan membangun representasi dengan model yang berbeda, termasuk di SD (Russell dan McGuigan, 2001) dan fisika SLTA (Dolin, 2001), dengan menggunakan beberapa bentuk representasi diteliti secara mendalam, (Glynn & Takahashi, 1998), seperti penggunaan analogi dalam pembelajaran sains (Coll & Treagust, 2000) dan peran model ilmiah dalam proses pembelajaran (Treagust, Chittleborough, & Mamiala, 2002). Berbagai hasil penelitian pada mahasiswa menunjukkan bahwa umumnya mahasiswa yang performansnya bagus dalam ujian, mengalami kesulitan dalam IPA akibat ketidakmampuan memvisualisasikan struktur dan proses pada level submikroskopik dan tidak mampu menghubungkannya dengan level representasi IPA yang lain. (Devetak, 2004; Chittleborough & Tregust, 2007; Orgill, MaryKay & Sutherland, 2008;). Hasil penelitian ini juga sama dengan pengalaman empiris yang ditemukan pada mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP UNS yang menempuh mata kuliah Fisika Sekolah Menengah. Mata kuliah Fisika Sekolah Menengah merupakan matakuliah yang mendasari kemampuan mengemas Konten Fisika menjadi materi pembelajaran fisika di SMP dan SMA. Agar terjadi kesinambungan antara pengetahuan konten Fisika dan pembelajarannya (Pedagogical Content Knwoledge / PCK) (Shulman, 1986), maka mahasiswa calon guru fisika harus mampu merepresentasikan Fisika baik secara verbal, gambar, grafik dan matematik maupun penggabungan dari berbagai representasi ini (representasi jamak). Hasil study awal yang dilakukan pada bulan Agustus 2011 menunjukkan kemampuan mahasiswa merepresentasikan konten fisika lemah dalam representasi visual dan matematis. Meskipun demikian, kemampuan representasi verbal juga ada kelemahan tetapi tidak sebesar dua representasi di atas. Melalui kegiatan lesson study, pengampu mata kuliah Fisika Sekolah Menengah akan meningkatkan profesionalitasnya sehingga mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan dengan lebih baik dan kelemahaman kemampuan representasi dapat berangsur-angsur direduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil representasi mahasiswa, upaya meningkatkan kemampuan representasi mahasiswa melalui pengkajian proses pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif, dan menemukan factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan representasi mahasiswa, serta kendala-kendala yang dihadapi dalam kegiatan lesson study. METODE
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa pendidikan Fisika di Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNS untuk mata kuliah Fisika Sekolah Menengah I. Jumlah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini adalah 34 orang. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research). Kegiatan diawali dengan anal264
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
isis kemampuan representasi mahasiswa, penyusunan rencana pembelajaran dan perangkatnya yang direview oleh dosen sejawat (PLAN), Pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi oleh dosen sejawat (DO), dan refleksi kegiatan pembelajaran (SEE) untuk memperbaiki rencana pembelajaran dan perbaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif secara inferensial dengan menggunakan uji beda rerata. HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Profil Awal Kemampuan Representasi
Data awal kemampuan representasi mahasiswa sebelum diberi perlakuan diambil dengan menggunakan test konsep-konsep sederhana tentang mekanika dan gelombang. Mahasiswa diminta untuk menjawab soal pretes dengan kalimat verbal, gambar visual, dan perumusan persamaan matematis. Hasil analisis menunjukkan keadaan awal kemampuan representasi mahasiswa yang perlu ditingkatkan adalah: a). representasi verbal; yaitu kemampuan berkomunikasi, frekuensi berkomunikasi, isi komunikasi, dan memberikan response; b). representasi visual; yaitu kerapian menggambar, kelengkapan gambar, logis, kejelasan gambar; dan c). representasi matematis; yaitu membedakan variabel, menyatakan hubungan antar variabel, keruntutan dan kesederhanaan. Mengacu pada keadaan tersebut, disusun rencana pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan representasi mahasiswa. Pembelajaran buka kelas yang pertama direncanakan dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi gerak. Kelengkapan rencana pembelajaran terdiri dari media, lembar kerja mahasiswa dan alat evaluasi. b. Pelaksanaan Lesson Study Lesson study pada perkuliahan kelompok kompetensi pertama (KK1) Diskusi Plan Rencana pembelajaran yang dilengkapi dengan media, lembar kerja mahasiswa, dan alat evaluasi dirancang oleh dosen pengampu mata kuliah berdasarkan keadaan awal mahasiswa yang perlu diperbaiki. Produk RPP ini dipresentasikan didepan tiga orang dosen sejawat (dua orang dosen senior, satu orang dosen muda). Materi pokok RPP yang disusun adalah gerak. Dosen sejawat mereview RPP dan memberikan saran-saran perbaikan. Saran perbaikan tersebut antara lain: a). untuk gerak diperlambat, gambaran pesawat yang sedang mendarat kurang sesuai, diganti dengan gerak bola tenes yang dipukul; b). memisahkan pengamatan benda yang bergerak dan tidak bergerak dalam dua pertemuan yang berbeda; c) memperbaiki perangkat penilaian dan melengkapi dengan penilaian aspek representasi verbal, visual dan matematis. Berdasarkan hasil review ini dilakukan revisi RPP dan perangkat pendukung pembelajaran. Pelaksanaan Do Pada awal perkuliahan, mahasiswa sudah dikondisikan untuk membentuk kelompok, belajar dengan anggota kelompoknya, mempresentasikan hasil belajarnya. Sehingga saat dosen masuk kelas mahasiswa sudah siap di kelas dengan kelompoknya. Kehadiran dosen lain di kelas untuk mengamati proses perkuliahan dikondisikan agar tidak mempengaruhi konsentrasi mahasiswa. Proses pendahuluan diawali dengan menyajikan video permainan tenes. Mahasiswa diminta menganalisis gerak bola tenes sebelum dan sesudah dipukul. Video digerakkan secara perlahan-lahan, mahasiswa diminta menggambar gerak bola di lembar kerja mahasiswa, memberikan koordinat benda tiap satuan waktu, membuat hubungan antara sumbu horizontal dan vertikal, mengungkapkan hubungan gerak tersebut dalam persamaan matematis. Pada umumnya mahasiswa menggambar kedudukan bola tenes masih sembarang, akibatnya memiliki kesulitan saat diminta menyatakan dalam persamaan matematis. Kemampuan mengungkapkan secara verbal sudah lebih baik, ada keberanian dalam mengungkapkan analisisnya, namun masih kurang dalam menyusun kalimat secara runtut. Kegiatan Refleksi (See)
265
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Dosen sejawat yang mengamati proses pembelajaran memberikan refleksinya sebagai berikut: a). waktu untuk kegiatan awal terlalu lama (15 menit); b). keberanian mahasiswa untuk presentasi secara verbal masih perlu ditingkatkan; c). kemampuan representasi visual masih sangat lemah, mahasiswa menggambar fenomena fisis belum dengan pola pikir yang runtut; d). tidak adanya pola gambar yang runtut mengakibatkan mahasiswa kesulitan mengungkapkan secara matematis. Hasil refleksi ini digunakan untuk memperbaiki perangkat pembelajaran yang telah dibuat. Perbaikan tersebut antara lain terletak pada manajemen waktu, pembagian kegiatan, kejelasan LKM dan perbaikan alat evaluasi. Selain itu dosen sejawat menyarankan untuk memperbaiki proses penyajian fenomena agar mudah dimengerti oleh mahasiswa pada perkuliahan berikutnya. Lesson Study pada kelompok kompetensi kedua (KK2) Diskusi Plan Materi pokok RPP yang disusun adalah tekanan. Dosen sejawat mereview RPP dan memberikan saran-saran perbaikan antara lain: a). untuk dicoba dulu demonstrasi sebelum pelaksanaan perkuliahan; b). memanaj waktu sebaik-baiknya agar tidak seperti perkuliahan tentang gerak; c) memperbaiki perangkat penilaian dan melengkapi dengan penilaian aspek representasi verbal, visual dan matematis. Berdasarkan hasil review ini dilakukan revisi RPP dan perangkat pendukung pembelajaran. Pelaksanaan Do Berbeda dengan pelaksanaan buka kelas yang pertama, buka kelas yang kedua dihadiri oleh sepuluh orang dosen pengamat. Namun mahasiswa terlihat santai dalam proses pembelajaran, ini dapat dilihat dari improvisasi mahasiswa, keberanian mahasiswa dalam memberikan komentar, tanggapan, dan presentasi. Penyajian fenomena masuknya telur ke dalam Erlenmeyer secara fisis, dapat digambar dengan baik oleh mahasiswa. Kemampuan mahasiswa menggambar suatu percobaan dalam gambar dua dimensi sudah lebih baik, namun ada 3 kelompok dari 11 kelompok menggambarnya tidak menggunakan alat gambar yang disarankan (penggaris, jangka, busur). Informasi gambar sudah lebih lengkap, dan memudahkan mahasiswa untuk membuat kesimpulan. Kemampuan matematis sudah lebih baik, karena peristiwanya lebih sedehana dibanding materi gerak. Sedangkan kemampuan representasi verbal yang berakitan dengan mengungkapkan permasalahan dengan kualitas isi komunikasi tidak ada kenaikan. Kegiatan Refleksi (See) Dosen sejawat yang mengamati proses pembelajaran memberikan refleksinya sebagai berikut: a). masih ada beberapa mahasiswa yang kesulitan menirukan kegiatan dosen pengampu, meskipun sudah dicontohkan, dan ini tidak teramati oleh dosen pengampu; b). keberanian mahasiswa untuk presentasi secara verbal masih perlu diperbaiki kualitas isinya; c). kemampuan representasi visual perlu ditingkatkan lagi dengan mendisiplinkan mahasiswa menggambar menggunakan alat gambar yang sesuai; Hasil refleksi ini digunakan untuk memperbaiki perangkat pembelajaran yang telah dibuat. Perbaikan tersebut antara lain terletak pada manajemen waktu, pembagian kegiatan, kejelasan LKM dan perbaikan alat evaluasi. Selain itu dosen sejawat menyarankan untuk memperbaiki proses penyajian fenomena agar mudah dimengerti oleh mahasiswa pada perkuliahan berikutnya. Aktivitas mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Fisika Sekolah Menengah I, disajikan pada table 1 di bawah ini. Tabel 1. Hasil Uji Beda Rerata Kemampuan Representasi Sebelum, KK1 dan KK2 A.
Kemampuan representasi Sebelum
B.
Representasi Verbal Kemampuan berkomunikasi Frekuensi berkomunikasi
1.971
Rerata Hasil Pengamatan KK I KK 2 2.324
266
2.353
Hasil Pengujian Fhitung F 1.409
3.088
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Isi komunikasi Memberi response
C.
Representasi visual Kerapian menggambar Kelengkapan gambar Logis Kejelasan gambar
Representasi matematis Membedakan variable Menyatakan hubungan antar variable Keruntutan Kesederhanaan
2.324
2.206
2.559
1.190
3.088
2.029
2.471
2.471
2.062
3.088
1.735
2.529
2.853
12.744
3.088
2.000
2.294
2.382
2.430
3.088
2.176
2.765
2.794
3.762
3.088
2.206
2.324
2.500
0.674
3.088
2.147
2.059
2.559
2.338
3.088
1.882
2.206
2.588
3.990
3.088
1.853
2.441
2.706
7.152
3.088
2.029
2.294
2.500
1.941
3.088
1.794
2.265
2.559
5.081
3.088
Jika dilihat dari rata-rata kemampuan representasi mahasiswa, selalu mengalami kenaikan dari keadaan awal, kelompok kompetensi 1, dan kelompok kompetensi 2, kecuali pada isi komunikasi. Pengamat melaporkan isi komunikasi mahasiswa semester 3 masih seperti siswa SMA, sebagian besar dari bahasa buku bukan dari fenomena yang teramati. Kemampuan representasi verbal mahasiswa calon guru Fisika selama ini ditengarai bermasalah, dengan kenyataan banyak guru fisika ketika mengajar diawali dengan memberikan definisi, rumus, contoh soal, latihan dan terakhir ulangan. Guru lebih banyak memberikan contoh soal yang berkaitan dengan rumus matematis, sehingga sangat minim kuantitas dan kualitas komunikasi verbalnya. Ini sejalan dengan penilaian awal terhadap kemampuan verbal mahasiswa Pendidikan Fisika yang sangat rendah. Penggunaan CTL memicu mahasiswa untuk berlatih berkomunikasi mengungkapkan hasil pengamatannya (inquiry), berdiskusi dengan sebayanya (learning community), bertanya (questioning), memberikan evaluasi (authenthic assessment). Akibatnya kemampuan berkomunikasi verbal mahasiswa mengalami peningkatan secara rata-rata pada aspek kemampuan komunikasi, frekuensi komunikasi dan menanggapi response. Namun sempat terjadi penurunan rerata frekuensi komunikasi ketika pertama kali dilakukan lesson study. Salah satunya disebabkan mahasiswa malu dan ragu bertanya, berdiskusi, presentasi ketika di kelas hadir dosen lain selain dosen pengampu mata kuliah, serta mahasiswa merasa diamati oleh dosen tersebut. Sebaliknya setelah buka kelas yang kedua frekuensi komunikasi meningkat lagi. Dari empat jenis kemampuan representasi verbal, kemampuan memberikan tanggapan berbeda secara signifikan. Ini menunjukkan perubahan yang sangat bagus kemampuan kritis mahasiswa. Kemampuan representasi visual secara rerata juga mengalami peningkatan. Kemampuan menggambar pada mahasiswa mengalami penurunan pada pertemuan buka kelas pertama materi tentang gerak. Ini berkaitan dengan penggunaan media video dan mentransfer gambar video ke lembar kerja mahasiswa. Penggunaan benda kongkrit pada buka kelas yang kedua memudahkan mahasiswa mengamati gejala fisis dibanding penggunaan video. Demikian juga ketika mahasiswa menggambar peristiwa fisis tersebut ke dalam bukunya. Mahasiswa dapat menggambar dengan lebih baik, lebih lengkap, dan lebih rapi ketika disajika peristiwa fisis dengan benda kongkrit disbanding video atau animasi. Memang animasi dapat memberikan gambaran peristiwa alam yang berlangsing sangat cepat atau sangat lambat. Berdasarkan data hasil penggambaran secara visual, kelengkapan gambar terjadi perbedaan yang signifikan. Semula mahasiswa dalam menggambar sesukanya, terkesan asal jadi bentuk gambarnya, dengan menggunakan CTL mahasiswa calon guru fisika harus mampu menggambar dengan baik khususnya gambar dua dimensi yang langsung menggambarkan peristiwa fisis.
267
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kemampuan representasi matematis relatif yang paling banyak mengalami peningkatan, sehingga secara statistik inferensial tiga dari empat jenis representasi matematis teramati berbeda secara signifikan. Hasil ini sesuai dengan dugaan semula mahasiswa pendidikan fisika lebih cenderung ke rumus-rumus disbanding mengungkapkannya dalam bentuk visual atau verbal. Kemampuan ini perlu dipertahankan bahkan perlu di tingkatkan lagi. Tetapi yang lebih penting kepada mahasiswa calon guru senantiasa diingatkan dan diberikan contoh pembelajaran bahwa fisika bukan lah rumus-rumus tetapi peristiwa fisis yang reproduksibel, sehingga dapat disusun dengan bahasa yang lebih sederhana yaitu representasi matematis. Sering kali mahasiswa memiliki kelemahan dalam menuliskan secara runtut. Dalam pembelajaran dilatihkan dan selalu diingatkan bahwa mereka adalah calon guru, yang belajar fisika untuk orang lain bukan hanya dirinya sendiri. Sehingga kemampuan mengungkapkan langkah-langkah matematis secara runtut perlu untuk selalu diperhatikan. Hasil ini sejalan dengan penelitian bahwa keruntutan dalam mengungkapkan matematis masih harus ditingkatkan.
KESIMPULAN Kelemahan calon guru fisika adalah pada aspek komunikasi verbal dan representasi visual, karena pengalaman belajar sebelumnya guru fisika dalam mengajar secara monoton diawali dengan memberikan definisi, menjelaskan rumus, memberikan contoh soal, mengerjakan latihan dan terakhir ulangan, yang tidak banyak melakukan komunikasi verbal dan visual. Penggunaan model CTL dalam pembelajaran Fisika Sekolah Menengah I memberikan dampak pada pengingkatan rerata kemampuan representasi mahasiswa. Perbedaan yang signifikan kemampuan representasi mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan CTL terletak pada aspek: memberikan response, kelengkapan gambar, membedakan variable, menghubungkan variable, dan kesederhanaan persamaan matematis. Penggunaan media kongkrit memberikan dampak lebih baik dari pada media video atau virtual pada representasi verbal dan visual. Penggunaan media kongkrit juga mendukung kelancaran pembelajaran dengan model CTL. DAFTAR RUJUKAN Budhy Kurniawan. 2000. Metoda Berfikir Nalar dalam Pengajaran Fisika di SMA: Materi Listrik Magnet Makalah dalam Wisata Iptek Medan 22 Juli 2004. Devetak, Richard. 2004. Postmodernisme, dalam Theories of International Relations 3rd Ed. London: Palgrave Macmillan Dolin, J. 2001. Representational forms in physics dalam makalah Third International Conference of the European Science Education Research Association, August. Glynn, S. M., & Takahashi, T. 1998. Learning from analogy-enhanced science text. Journal of Research in Science Teaching, Vol 35, 1129-1149. Hinduan, A. A. 2002. Pengembangan Kurikulum Program Sarjana Fisika Berdasarkan Kompetensi. Makalah disajikan pada seminar Lokakarya V MIPA net di Jakarta, 2-4 September 2002. Lindenfeld.2002. Format and content in introductory physics. American Journal of Physics, Vol 70, No 12 Prabowo. 1992. Unjuk Kerja Guru dalam Pembelajaran Siswa untuk Menguasai Konsep dan Membudayakan Sikap Ilmiah. Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung: IKIP Negeri Bandung Prain, V., & Waldrip, B.G. 2006. An exploratory study of teachers’ and students’ use of multi-modal representations of concepts primary science. International International Journal of Science Education, Vol 28, No 15 hal 1843–1866. Russell, T. & McGuigan, L. 2001. Promoting understanding through representational redescription: an illustration referring to young pupils’ ideas about gravity. In D. Psillos, P. Kariotoglou, V. Tselfes, G. Bisdikian, G. Fassoulopoulos, E. Hatzikraniotis, E. Kallery (Eds.) Science Education Research in the Knowledge-Based Society. Proceedings of the Third International Shulman, L. S. 1986. Those who understand: Knowledge growth in teaching. Educational Researcher Feb. 1986: 4-14. (AERA Presidential Address).
268
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Timss. 2007. TIMSS 2007 International Press Release. timss.bc.edu/timss2007/release.html diakses 28 April 2011 Treagust, D. F., Chittleborough, G. D., & Mamiala, L. T. 2002. Students' understanding of the role of scientific models in learning science, International Journal of Science Education, Vol 24, 357-368. Treagust, David F. 2008. The Role Of Multiple Representations In Learning Science: Enhancing Students’ Conceptual Understanding And Motivation. In Yew-Jin And Aik-Ling (Eds).Science Education At The Nexus Of Theory And Practice. Rotterdam -Taipei : Sense Publishers. p. 7-23. Waldrip, B. 2008. Improving Learning Through Use of Representations in Science. Proceeding The 2nd International Seminar on Science Education. UPI Bandung. Waldrip, B., V. Prain & Carolan. 2007. Learning Junior Secondary Science through Multi-Modal Representations. Electronic Journal of Science Education Preview Publication. Vol. 11, No. 1.
269
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PELAKSANAAN PPL BERBASIS LESSON STUDY DI PRODI PENDIDIKAN FISIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Dwi Haryoto 1) 1)
Prodi Pendidikan Fisika UM, e-mail.
[email protected]
Abstrak: Lesson study telah dikembangkan oleh FMIPA UM, UPI, dan UNY, baik itu di sekolah, perkuliahan, maupun pelatihan. Di Prodi Pendidikan Fisika FMIPA UM beberapa matakuliah setiap semester telah mengadakan open class dalam rangka lesson study. Pada tiga semester terakhir telah dicoba pula lesson study untuk matakuliah PPL Keguruan. Kegiatan lesson study ini dilaksanakan baik di kampus maupun di sekolah. Lesson study ini melibatkan mahasiswa, guru pamong, dan dosen pembimbing. Hasilnya menunjukkan bahwa PPL Keguruan berbasis lesson study memperoleh tanggapan positif baik dari guru, mahasiswa, maupun dosen. Dengan demikian PPL Keguruan berbasis lesson study ini dapat disebarluaskan dan terus disempurnakan pelaksanaannya. Kata kunci: PPL, lesson study, prodi pendidikan fisika
Lesson study sudah berkembang beberapa tahun di beberapa kampus, utamanya di UM, UNY, dan UPI. Pelaksanaan lesson study sudah dilaksanakan di sekolah (SMP, SMA), pelatihan, dan perkuliahan. Lesson study di perkuliahan sudah bdilaksanakan pada kuliah yang sifatnya teori. Perkuliahan sendiri ada yang sifatnya teori, praktikum, dan kerja lapangan (Universitas Negeri Malang, 2009). Bagaimana implementasi lesson study di Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Keguruan? Berikut akan diceritakan pelaksanaan PPL Keguruan berbasis lesson study di Prodi Pendidikan Fisika FMIPA UM. Lesson study (jugyokenyu) adalah suatu proses sistematis yang digunakan oleh guru-guru Jepang untuk mengkaji keefektifan pengajarannya dalam rangka meningkatkan hasil belajar. Proses sistematis yang dimaksud adalah kerja guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan perangkat pembelajaran, melakukan observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajaran secara bersiklus dan terus menerus. Tim Pengembang lesson study yang bekerja untuk program SISTTEMS JICA di Indonesia mengartikan lesson study sebagai suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun learning community (Hendayana, dkk., 2006). Penggunaan lesson study di PPL keguruan ini dengan harapan, mulai menempatkan mahasiswa sebagai kolega bagi guru pamong maupun dosen pembimbing dalam proses pembeljaran. Namun pada saat tertentu dosen dan guru pamong tetap memberi bimbingan sebagaimana seorang dosen kepada mahasiswa. Tahap-tahap lesson study yang digunakan di PPL keguruan ini seperti tahap-tahap lesson study yang dikembangkan Saito, dkk. (2005) yaitu terdiri dari perencanaan (plan), pelaksanaan (do) dan refleksi (see). PPL Keguruan di UM terdiri dari dua tahap yaitu PPL I (di kampus dan sekolah latihan) dan PPL II (di sekolah latihan) (UPT PPL UM, 2010). PPL I berlangsung selama 12 hari dan PPL II berlangsung selama tiga bulan. PPL kampus berlangsung dengan tahapan-tahapan: pembekalan dari UPT PPL dan pengelola PPL Jurusan, pembekalan lesson study oleh Tim LS FMIPA, pertemuan dengan instruktur matapelajaran, pertemuan dengan guru pamong, pembekalan oleh instruktur matapelajaran, peerteaching dengan pendamping dosen pembimbing. PPL I dilanjutkan di sekolah dengan materi tentang persekolahan oleh kepala sekolah dan bimbingan konseling oleh guru BP. PPL II dilaksanakan di sekolah latihan dengan bimbingan guru pamong dan dosen pembimbing. 270
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PPL I
Penerapan lesson study dimulai dengan pengenalan apa dan bagaimana lesson study itu selama satu hari. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa, guru pamong, dan dosen pembimbing. Bagi mahasiswa, lesson study merupakan pengetahuan yang baru, tetapi bagi guru pamong dan dosen pembimbing yang telah beberapa kali mengikuti PPL berbasis LS kegiatan ini merupakan penyegaran dan kesempatan bertemu antara mahasiswa, guru pamong, dan dosen pembimbing. Selama sehari tersebut, mahasiswa diberi informasi tentang lesson study dan penayangan cuplikan pelaksanaannya di sekolah. Setelah diberi informasi, mahasiswa diajak mempraktekkan lesson study secara klasikal dengan masingmasing kelas sebanyak 40 orang. Kelas mahasiswa tersebut kemudian dibentuk kelompok dengan masing-masing kelompok sebanyak 10 orang. Masing-masing kelompok diajak menyusun RPP untuk tampilan selama 30 menit. Sehari sebelumnya mahasiswa sudah diminta untuk mempersiapkan RPP, sehingga pada kegiatan ini kelompok mahasiswa tersebut tinggal memilih salah satu RPP yang dipandang layak untuk ditampilkan dan dilakukan penyempurnaan. Kegiatan ini sebagai simulasi plan. Di antara kelompok tersebut ditunjuk satu kelompok untuk bertindak sebagai pengamat dan guru model, sedangkan yang lain bertindak sebagai siswa. Kelompok yang ditunjuk sebagai pengamat dan guru model ini juga menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cepat karena pelaksanaan simulasi lesson study ini dilakukan di gedung Lab Fisika tepatnya di Lab pembelajaran. Kegiatan berikutnya adalah melaksanakan praktek pembelajaran sesuai durasi waktu yang telah ditentukan. Kegiatan ini sebagai simulasi do. Pada kegiatan ini yang menjadi pengamat selain mahasiswa dari kelompok yang ditunjuk adalah dosen pembimbing dan guru pamong. Sebagai latihan pada waktu kerja kelompok, masing-masing pengamat konsentrasi pada satu kelompok. Pengamat berdiri di tempat yang sesuai dengan aturan lesson study dan melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan. Walaupun kegiatan ini hanya simulasi karena siswanya bukan siswa yangf sesungguhnya, namun dapat melatih pengamat bagaimana seharusnya yang dilakukan oleh seorang pengamat. Selesai do, mahasiswa diajak mensimulasikan see dengan peserta pengamat yang terdiri dari guru model, mahasiswa pengamat, guru pamong, dan dosen pendamping. Sebagai moderator adalah dosen pendamping. Mahasiswa yang tadinya sebagai siswa ikut mengamati pelaksanaan refleksi. Tempat duduk diskusi diatur sesuai dengan tatacara diskusi lesson study, yaitu dibuat melingkar (oval) dan guru model, moderator, notulen duduk berdekatan. Mahasiswa yang bertindak sebagai siswa duduk di belakang peserta diskusi. Pada kesempatan ini mahasiswa bisa belajar bagaimana pelaksanaan do yang baik sesuai dengan kaidah lesson study. Model lesson study ini dipraktekkan lagi pada waktu peer teaching dengan dosen pembimbing walaupun jumlahnya hanya 3 orang atau 6 orang. Bagi dosen yang mahasiswanya hanya 3 orang, lesson study dilaksanakan hanya mempraktekkan plan dan see saja. Kegiatan do dilaksanakan dengan dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat. Bagi dosen yang mahasiswanya 6 orang bisa menunjuk satu mahasiswa untuk bertindak sebagai observer bersama dosen. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok bimbingan. Kegiatan peer teaching ini tidak semuanya menggunakan lesson study. Beberapa dosen pembimbing menggunakan kesempatan ini juga untuk memperbaiki konsep yang masih salah dan mengkritisi keterampilan dasar mengajar mahasiswa. Pada kegiatan ini tidak dipergunakan lesson study. PPL II
Model lesson study dipraktekkan secara real di sekolah pada waktu kegiatan PPL II di sekolah. Setelah mahasiswa mengikuti observasi guru pamong ke kelas, mahasiswa diberi kesempatan untuk mulai praktek mengajar di kelas dibawah pengawasan guru pamong. Setelah melaksanakan praktek mengajar dua-tiga kali, mahasiswa diajak guru pamong untuk mulai mempraktekkan lesson study. Langkah pertama adalah mahasiswa diminta menyusun RPP berkelompok kemudian dikonsultasikan dengan guru pamong dan ada juga yang dikonsultasikan dengan dosen. Setelah itu diadakan kesepaka271
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
tan tanggal pelaksanaan lesson study dengan dosen. Pada saat itu ditentukan pula siapa yang akan jadi guru model, pengamat, moderator, dan paralatan media yang diperlukan. Pelaksanaan lesson study ini ada juga yang tidak diikuti oleh dosen tetapi cukup dengan guru pamong . Pada waktu pelaksanaan lesson study, mahasiswa yang bertindak sebagai observer mengamati pelaksanaan pembelajaran bersama-sama guru pamong dan dosen. Sebagai awal latihan mengobservasi, masing pengamat berbagai tugas kelompok mana yang harus diamati. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang sederhana. Selesai kegiatan do dilanjutkan dengan kegiatan refleksi dengan tata cara refleksi pada lesson study. Kegiatan lesson study ini tidak mengurangi guru memberi bimbingan, kritikan pada mahasiswa. Sebab kegiatan lesson study tidak dilakukan setiap hari, tetapi ditargetkan selama 3 bulan paling tidak semua mahasiswa sudah pernah melakukan open class sekali. Hanya saja pada waktu rekleksi guru tetap bertindak sebagai pengamat, sehingga kritikan, masukan, bimbingan secara individu dilakukan setelah kegiatan refleksi. Dari angket yang diberikan ke mahasiswa diperoleh balikan sebagai berikut. Dengan PPL berbasis lesson study mahasiswa memperoleh masukan-saran yang sangat membangun pada saat refleksi, mengetahui kelemahan RPP yang telah dirancang dan berkesempatan memperbaiki di kelas yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Lewis (dalam Syamsuri dan Ibrohim, 2008) yang yang mengatakan bahwa lesson study dapat meningkatkan keprofesionalan guru. Menurut mereka pelaksanaan lesson study sudah bagus. Kendala yang dialami adalah sulitnya mencocokkan waktu antara mahasiswa, guru pamong dan dosen pembimbing dan banyaknya jam tidak efektif di sekolah karena adanya UTS, ujicoba UAS. Dari wawancara dengan guru pamong diperoleh masukan bahwa PPL berbasis lesson study diberi tanggapan positif. BELAJAR DARI PENGALAMAN
Pada tahun pertama pelaksanaan lesson study di FMIPA UM telah terjadi pengalaman berharga yang harus ditindaklanjuti untuk pelaksanaan PPL selanjutnya. Pengalaman tersebut adalah di awal kegiatan PPL II langsung dilaksanakan kegiatan lesson study dengan guru pamong sebagai guru model. Pada saat refleksi, mahasiswa memberikan kritikan sesuai dengan fakta penampilan guru secara objektif. Namun hal ini diterima secara emosional oleh guru pamong, sehingga menimbulkan kesalahpahaman antara guru dan mahasiswa. Hal ini terjadi karena mahasiswa dan guru sama-sama belum memahami bagaimana lesson study harus dilaksanakan. Oleh karena itu pada awal-awal kegiatan PPL II dimana mahasiswa ikut guru pamong mengajar di kelas tidak menggunakan model lesson study. Sebagai guru model pada lesson study pada kegiatan PPL II ini adalah mahasiswa setelah beberapa kali melakukan praktik mengajar. HAL-HAL YANG BELUM TERCAPAI
Berdasarkan prosedur operasional standar (POS) PPL berbasis lesson study (Tim Pengembang PPL Berbasis LS, 2011), sebenarnya direncanakan ada kegiatan openclass yang dilakukan oleh seluruh mahasiswa MIPA, namun sejauh ini masih sulit terlaksana. Sebagai contoh yang bertindak sebagai guru model adalah mahasiswa Fisika, pada waktu plan cukup dilakukan oleh mahasiswa Fisika, guru pamong saja. Namun pada saat do yang bertindak sebagai pengamat adalah semua mahasiswa MIPA lain yang ada di sekolah tersebut, bahkan kalau bisa juga melibatkan guru lain di sekolah tersebut. Kegiatan ini belum bisa terlaksana karena kesulitan waktu penyelenggaraan dan belum adanya dukungan dari pihak sekolah. Berdasarkan POS tersebut seharusnya setiap mahasiswa tampil sebagai guru model minimal tiga kali. Namun dalam pelaksanaanya masih sulit untuk dipenuhi, karena waktu pembelajaran efektif yang kurang dan sulitnya menyesuaikan waktu antara mahasiswa dan dosen pembimbing. KESIMPULAN 272
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PPL Keguruan berbasis lesson study di Prodi Pendidikan Fisika telah dilaksanakan. Kegiatan lesson study ini dilaksanakan baik di PPL I maupun PPL II. Kegiatan PPL berbasis lesson study ini masih perlu terus disempurnakan pada semester berikutnya. DAFTAR RUJUKAN Hendayana, dkk. 2006. Lesson Study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press. Saito, E., Imansyah, H., dan Ibrohim. 2005. Penerapan Studi pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus dari IMSTEP. Jurnal Mimbar Pendidikan, XXIV(3): 24-32. Syamsuri, I. & Ibrohim. 2008. Lesson Study (study pembelajaran). Malang: FMIPA UM. Tim Pengembang PPL berbasis LS. 2011. Prosedur Operasional Standar PPL berbasis Lesson Study FMIPA UM. Malang: FMIPA UM. Universitas Negeri Malang. 2009. Pedoman Pendidikan UM. Malang: BAAKPSI UM. UPT PPL UM. 2010. Buku Petunjuk Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan Keguruan UM. Malang: UPT PPL UM.
273
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA DENGAN LESSON STUDY PADA MATA KULIAH FISIKA KUANTUM PRODI PENDIDIKAN FISIKA
Yushardi 1) Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Jember Jl. Kalimantan No. 37 Kompleks Kampus Tegalboto Jember, Jawa Timur 68121, Telp/Fax: 0331 334988,
[email protected]
Abstract : The Objective lecture quantum physics is formed character student, so able to think logically, consistent and responsbilities of the materials that they have leant. But still many students don’t have character positive. They only focuseses on the process of proof like to book. Efforts tacle the problem is implementing measures step lesson study in the activities of lecture quantum physics. The Ojective is to establish three positive character in a student. Subject in this research consisit of student who tread a lecture quantum physics as much as sixteen person on semester turn 2010/2011 at education physics, faculty of teacher traning and education University of Jember. Implementation of lesson study consisting of two cycle. Respectively cycle conducted on the two meeting.Implementation of the lesson study involves a lecturer as model lecturer, and two lecturer as observer, and a employees as video shooting. Each observer observes three characters appears when resolution procedings a matter.or proof teorema at work sheet student.Observer one observes the character in first groub and second group, whereas another observer observes in third groub and fourth group.On the first cycle, after the lecturer about Schrongdinger Equation, Purpose of learning is not archieved, still far from hopes. But on the second cycle, purpose of learning is archieved, all the students have the ability to think logically, consistent and responsibility towards sciience. That can be concluded that the step used in lesson study. Be applied to establish character positive ones student, for student to the lecture quantum physics at Program Study of Education Physics, Faculty of Teacher Traning and Education, University of Jember. Keywords : Lesson Study, cycle, think logically, consistent, responsibility
Mata kuliah Fisika Kuantum merupakan salah satu mata kuliah yang tidak diminati oleh mahasiswa, khususnya di FKIP Universitas Jember, tetapi merupakan mata kuliah wajib yang harus ditempuh. Salah satu alasan bahwa mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib adalah karena materi yang terdapat pada mata kuliah ini mengajak mahasiswa untuk berpikir secara runtut dan konsisten dalam pembuktian teorema-teorema. Kegiatan tersebut secara tidak langsung akan melatih dan menata proses berpikir mahasiswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya pada mata kuliah lain, bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai mata kuliah wajib, maka mahasiswa peserta mata kuliah Fisika Kuantum ini mempunyai kemampuan akademik yang beragam. Hal tersebut didukung hasil pengamatan dosen pengampu mata kuliah ini, yang menyatakan bahwa ada beberapa mahasiswa yang dapat dengan mudah menerima penjelasan yang disampaikan Dosen pada saat tatap muka, tetapi tidak sedikit yang belum dapat memahami penjelasan yang diberikan pada saat itu. Mereka membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menerima suatu materi, dibandingkan teman-temannya yang lebih beruntung. Oleh karena itu, kegiatan perkuliahan Fisika Kuantum yang awalnya berfokus pada penjelasan dosen akan dirubah yaitu berfokus pada mahasiswa. Artinya bahwa setiap mahasiswa diharapkan dapat memahami definisi dan teorema yang ada dengan cara menjelaskan definisi atau membuktikan teoremateorema berdasarkan definisi atau teorema sebelumnya. Sehingga karakter mahasiswa yang akan muncul
274
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
ketika mereka memahami definisi dan teorema yang ada adalah berfikir logis, konsisten, dan tanggung jawab terhadap materi yang telah mereka pelajari. Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak mahasiswa yang belum mampu berfikir logis, konsisten, dan tanggung jawab ketika mereka mendefinisikan ataupun membuktikan teorema. Mereka hanya berfokus pada proses pembuktian yang ada pada buku/modul Fisika Kuantum yang digunakan. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa hanya mampu berfikir secara statis dan tidak kritis. Upaya untuk mengatasi permasalahan di atas, maka lesson study dipandang perlu untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar pada mata kuliah Fisika Kuantum. Ada beberapa alasan mengapa lesson study dipilih sebagai salah satu cara untuk mengatasi karakter mahasiswa yang belum mampu berfikir logis, konsisten dan tanggung jawab, yaitu : (1) lesson study merupakan suatu cara efektif untuk meningkatkan kualitas belajar dan mengajar di kelas, (2) lesson study mendorong para dosen untuk belajar sepanjang hayat dalam upaya meningkatkan profesionalismenya, (3) lesson study dirancang secara kolaboratif dalam kurun waktu tertentu melalui suatu studi yang intensif terhadap materi ajar, karakteristik mahasiswa, dan strategi pembelajaran, (4) lesson study menawarkan suatu proses dalam menumbuhkembangkan motivasi belajar mahasiswa, (5) lesson study memberi dorongan untuk memberi fokus pada pola berpikir mahasiswa melalui observasi kelas, (6) lesson study memunculkan perpektif baru tentang belajar dan mengajar (Sadian, 2008). Dengan menerapkan lesson study, maka tim teaching mata kuliah Fisika Kuantum ini akan selalu berupaya bersama-sama mengatasi karakter negatif yang dimiliki mahasiswa. Akibatnya, mahasiswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi, sehingga karakter berfikir logis, konsisten dan tanggung jawab akan muncul setelah mereka menempuh mata kuliah Fisika Kuantum. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam artikel ini akan dibahas : bagaimanakah lesson study mampu membentuk karakter positif dari mahasiswa yang menempuh mata kuliah Fisika Kuantum ?. Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Sumar Hendayana, dkk: 2006). Lesson study merupakan pendekatan yang komprehensif menuju pembelajaran yang profesional serta menopang dosen menjadi pembelajar sepanjang hayat dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas Lesson study dilakukan di dalam kelas dengan tujuan untuk memahami mahasiswa dengan lebih baik dan dilakukan secara bersama-sama dengan dosen lain (Rahayu, 2005). Melalui aktivitas lesson study, pembelajaran dikembangkan secara bersama-sama dengan menentukan salah satu dosen untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, sedangkan dosen lainnya mengamati aktivitas belajar mahasiswa selama pembelajaran berlangsung. Pada akhir kegiatan, dosen berkumpul kembali dan melakukan diskusi tentang pembelajaran yang telah berlangsung, merevisi dan menyusun program pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil diskusi. Sehingga segala sesuatu yang ditemukan dalam kegiatan belajar mengajar mampu dicarikan solusinya. Lesson study memberi dorongan kepada dosen untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat tentang bagaimana mengembangkan dan memperbaiki pembelajaran di kelas. Melalui lesson study dosen akan terbantu dalam hal (1) mengembangkan pemikiran kritis tentang belajar dan mengajar di kelas, (2) merancang program perkuliahan (SAP) yang berkualitas, (3) mengobsevasi bagaimana mahasiswa berpikir dan belajar serta melakukan tindakan yang cocok, (4) Mendiskusikan dan merefleksikan aktivitas pembelajaran, dan (5) mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan praktek pembelajaran. Dalam hal ini, Dosen berusaha melakukan perbaikan pembelajaran secara terus menerus melalui kegiatan Lesson Study. Dosen berusaha memikirkan atau memprediksi respon mahasiswa dalam tahap Plan. Dalam tahap do, dosen berusaha untuk memfasilitasi mahasiswa belajar secara menyenangkan dan menantang melalui latihan berpikir untuk memecahkan persoalan dan membangun pengetahuan baru. Kepekaan dosen terhadap kesulitan mahasiswa dilatih melalui tahapan do. Tahap see, melatih dosen melakukan refleksi diri sehingga tidak puas dengan pekerjaan yang biasa. Setelah tahapan tersebut dilakukan, keprofesionalan dosen akan meningkat yang mengakibatkan kemampuan mahasiswa dalam berfikir logis, konsisten dan tanggung jawab terhadap ilmu akan terwujud. Menurut Lewis, Perry dan Murata (dalam Herawati, 2010 : 4), adapun daur kaji pembelajaran atau siklus lesson study dapat ditunjukkan pada gambar 1: 275
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
1. Mempelajari kurikulum dan merumuskan tujuan Mengidentifikasi tujuan jangka panjang pendidikan peserta didik dan tujuan pengembangan diri peserta didik (karakteristik peserta didik yang diinginkan) 4. Melakukan Refleksi Diskusi formal mengenai pembelajaran dimana observer : Berbagi data mengenai pembelajaran yang dikaji Menggunakan data untuk menjelaskan bagaimana peserta didik belajar, mempertanyakan bukti bahwa tujuan jangka panjang pendidikan dan pengembangan diri peserta didik telah diupayakan pencapainnya dan isu-isu PBM lainnya. Mendokumentasikan hasil pengamatan, menggabungkan dan melancarkan pembelajaran berikutnya. Menyusun pertanyaan baru menuju daur kaji pembelajaran berikutnya.
2. Merancang pembelajaran Memilih atau merevisi Research Lesson. Merancang pembelajaran yang meliputi : Tujuan jangka panjang Perkiraan mengenai apa yang dipikirkan peserta didik Rancangan mengenai bagaimana mengumpulkan data Model dan strategi pembelajaran Rasional mengapa meilih pendekatan itu 3.Melaksanakan Pembelajaran Salah seorang dosen melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan/skenario yang telah dibuat. Dosen lainnya mengamati dan mengumpulkan data mengenai kegiatan peserta didik (berfikir, belajar, berpartisipasi, berperilaku)
Gambar 1. Siklus Lesson Study menurut Lewis, Perry dan Murata (dalam Herawati, 2010 : 4) Kegiatan perkuliahan Fisika Kuantum dirancang sedemikian sehingga hasil yang akan diperoleh dari kegiatan perkuliahan tersebut adalah membentuk karakter mahasiswa yang positif yaitu mampu berfikir logis, konsisten dan tanggung jawab terhadap materi yang telah dipelajari. Adapun maksud dari berfikir logis adalah mahasiswa mampu memberikan alasan dari setiap langkah-langkah dalam proses pembuktian teorema, sedangkan konsisten yaitu mahasiswa mampu membuktikan suatu teorema berdasarkan definisi atau teorema sebelumnya. Selain itu, karakter yang akan dibentuk adalah tanggung jawab, yaitu mahasiswa mampu menggunakan teorema atau definisi yang telah dipelajari untuk menyelesaikan permasalahan lainnya. Materi yang disampaikan pada mata kuliah Fisika Kuantum meliputi Persamaan Schrongdinge, Partikel dalam Potensial, Nilai Eigen,Operator dalam Masalah Eigen, dan Persamaan Schrongdinger dalam Atom Hidrogen. METODE
276
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Subyek dalam penelitian ini adalah 16 mahasiswa yang menempuh mata kuliah Fisika Kuantum semester Genap Tahun akademik 2010/2011 di Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember. Dalam kegiatan perkuliahan ini, dibentuk secara acak kelompok belajar dengan setiap kelompok beranggotakan 4 mahasiswa. Sehingga terbentuk 4 kelompok dengan setiap kelompok mempresentasikan hasil pembuktian satu teorema atau satu definisi beserta contohnya. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Persamaan Schrondinger, karena materi ini merupakan materi yang pertama disajikan dalam mata kuliah Fisika Kuantum. Harapan dipilihnya materi pertama tersebut adalah supaya mahasiswa terbiasa dari awal untuk mendefinisikan definisi atau membuktikan teorema secara logis dan konsisten, serta mampu memecahkan masalah yang berkaitan dnegan teori tersebut. RANCANGAN PELAKSANAAN LESSON STUDY
Penerapan lesson study pada perkuliahan Fisika Kuantum ini dilakukan sebanyak 2 siklus dengan setiap siklusnya dilakukan pada dua pertemuan. Hal ini dilakukan karena presentasi dari semua kelompok belajar yang terbentuk baru berakhir pada pertemuan kedua. Sehingga, perkembangan karakter mahasiswa akan dapat diketahui setelah mereka semua presentasi materi yang telah dibagi. Siklus pertama dilakukan pada tanggal 14 dan 16 Februari 2011, sedangkan siklus kedua dilakukan pada tanggal 21 dan 23 Februari 2011, masing-masing pada jam 08.50 – 10.30 WIB di ruang kuliah 18. Pelaksanaan Lesson Study untuk mata kuliah ini melibatkan tiga orang dosen dan satu orang karyawan yaitu satu orang dosen sebagai dosen model, dua orang dosen sebagai observer, dan satu orang karyawan sebagai pengambil gambar selama KBM berlangsung. Observer tersebut mengamati ketiga karakter yang muncul ketika proses penyelesaian contoh soal atau pembuktian teorema pada Lembar Kerja Mahasiswa serta ketika mahasiswa presentasi ke depan kelas. Observer pertama mengamati karakter mahasiswa di kelompok 1 dan 2, sedangkan observer yang kedua mengamati karakter mahasiswa di kelompok 3 dan 4. Adapun 3 (tiga) tahapan perancangan pelaksanaan lesson study pada mata kuliah Fisika Kuantum ini secara garis besar mengacu pada siklus Lesson Study menurut Lewis, yaitu perencanaan (planing), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection). Rincian dari tiga tahap tersebut adalah sebagai berikut : SIKLUS 1
1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada pada kelas mata kuliah Fisika Kuantum dan alternatif pemecahannya. Identifikasi masalah dan pemecahan tersebut berkaitan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari yaitu Persamaan Schrongdinger, karakter awal yang dimiliki mahasiswa dan suasana kelas, metode pembelajaran, serta perangkat evaluasi. Selanjutnya dilakukan diskusi tentang pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter mahasiswa serta jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada saat tersebut akan muncul pendapat dan sumbang saran dari para dosen tim mata kuliah Fisika Kuantum. Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi, terutama penentuanpenentuan indikator-indikator selama proses perkuliahan berlangsung, baik ketika mengerjakan Lembar Kerja Mahasiswa maupun selama presentasi. Indikator-indikator tersebut disusun berdasarkan pada Satuan Acara Perkuliahan 1 yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan yang akan dimiliki siswa setelah mengikuti proses perkuliahan. Dari hasil identifikasi masalah dan pemecahan tersebut, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas: a) Satuan Acara Perkuliahan 1 (SAP 1) b) Lembar kerja mahasiswa 1 (LKM 1) untuk definisi 1.1 a sequence of ral numbers is said to be bounded, teorema 1.2 sampai dengan teorema 1.5 c) Lembar observasi 277
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
d) Soal Tes-1 2. Tahap Implementasi dan Observasi Pada tahap ini, seorang dosen model melakukan perkuliahan berdasarkan SAP yang telah disusun bersama-sama dengan tim. Dua dosen lainnya melakukan pengamatan terhadap ketiga karakter yang muncul ketika proses penyelesaian contoh soal atau pembuktian teorema pada Lembar Kerja Mahasiswa 1 serta ketika mahasiswa presentasi ke depan kelas. Sedangkan satu karyawan melakukan perekaman terhadap kegiatan mahasiswa selama perkuliahan berlangsung. 3. Tahap Refleksi Pada tahap ini dosen model yang melakukan implementasi SAP diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan perkuliahan, baik terhadap dirinya maupun mahasiswa yang dihadapi. Selanjutnya observer menyampaikan hasil analisa data observasinya, terutama menyangkut karakter yang muncul pada diri mahasiswa selama berlangsung perkuliahan yang disertai dengan pemutaran video hasil rekaman. Akhirnya, dosen yang melakukan implementasi tersebut akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting pula dalam tahap refleksi ini, adalah mempertimbangkan kembali SAP tersebut, apakah telah sesuai dan dapat membentuk karakter yag positif pada diri mahasiswa, khususnya : berfikir logis, konsisten dan tanggung jawab terhadap materi yang telah dipelajari. Jika belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam LKM, atau lainnya?. Pertimbangan–pertimbangan ini selanjutnya digunakan untuk perbaikan SAP selanjutnya. SIKLUS 2
1. Tahap Perencanaan Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada berdasarkan hasil pada siklus 1. Selanjutnya dilakukan diskusi tentang pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter mahasiswa yang muncul pada siklus 1 serta jenis evaluasi yang akan digunakan. Pada saat tersebut akan muncul pendapat dan sumbang saran dari para dosen tim mata kuliah Fisika Kuantum. Hal yang penting pula untuk didiskusikan adalah penyusunan lembar observasi, terutama penentuan-penentuan indikator-indikator selama proses perkuliahan berlangsung, baik ketika mengerjakan Lembar Kerja Mahasiswa maupun selama presentasi. Indikator-indikator tersebut disusun berdasarkan pada Satuan Acara Perkuliahan 2 yang dibuat serta kompetensi dasar yang ditetapkan yang akan dimiliki siswa setelah mengikuti proses perkuliahan. Dari hasil identifikasi masalah dan pemecahan tersebut, selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri atas: a) Satuan Acara Perkuliahan 2 (SAP 2) b) Lembar kerja mahasiswa 2 (LKM 2) untuk teorema 1.6 sampai dengan teorema 1.9 c) Lembar observasi d) Soal Tes ke-2 2. Tahap Implementasi dan Observasi Pada tahap ini, seorang dosen model melakukan perkuliahan berdasarkan SAP yang telah disusun bersama-sama dengan tim. Dua dosen lainnya melakukan pengamatan terhadap ketiga karakter yang muncul ketika proses penyelesaian contoh soal atau pembuktian teorema pada Lembar Kerja Mahasiswa 2 serta ketika mahasiswa presentasi ke depan kelas. Sedangkan satu karyawan melakukan perekaman terhadap kegiatan mahasiswa selama perkuliahan berlangsung. 3. Tahap Refleksi Pada tahap ini dosen model yang melakukan implementasi SAP 2 diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan perkuliahan, baik terhadap dirinya maupun mahasiswa yang dihadapi. Selanjutnya observer menyampaikan hasil analisa data observasinya, terutama menyangkut karakter yang muncul pada diri mahasiswa selama berlangsung perkuliahan yang disertai dengan pemutaran video hasil rekaman. Akhirnya, dosen yang melakukan implementasi tersebut akan memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting pula dalam 278
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
tahap refleksi ini, adalah mempertimbangkan kembali SAP 2 tersebut, apakah telah sesuai dan dapat membentuk karakter yag positif pada diri mahasiswa, khususnya : berfikir logis, konsisten dan tanggung jawab terhadap materi yang telah dipelajari. Jika belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai, metode pembelajarannya, materi dalam LKM, atau lainnya?. Pertimbangan– pertimbangan ini selanjutnya digunakan untuk perbaikan SAP selanjutnya. Kegiatan siklus ini dilakukan seterusnya sampai tujuan yang akan dicapai yaitu pembentukan ketiga karakter positif dari mahasiswa yang menempuh mata kuliah Fisika Kuantum terpenuhi. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya dilakukan 2 kali siklus karena diharapkan setelah siklus kedua, tiga karakter positif mahasiswa akan dapat muncul secara maksimal.
Teknik dan Istrumen Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini antara lain: 1) kolaborasi antara dosen model dengan pengamat, 2) observasi terhadap tiga karakter positif dalam diri mahasiswa 3) dokumentasi 4) feedback record, dan 5) daftar nilai tes akhir sub pokok bahasan Sedangkan instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1) lembar observasi terhadap tiga karakter yang muncul selama kegiatan perkuliahan berlangsung, yaitu berfikir logis, konsisten, dan tanggung jawab terhadap materi yang telah dipelajari. Indikator dalam instrumen ini disusun sedemikian sehingga pengamat/observer mampu membedakan ketiga karakter yang muncul pada diri mahasiswa. Setiap observer dapat memberikan penilaian dengan cara memberikan centang pada kolom dan baris yang sesuai. 2) Soal tes akhir sub pokok bahasan. Soal tersebut masing-masing terdiri dari 2 soal yang dalam proses pengerjaaan/penyelesaian mampu menumbuhkan kemampuan berfikir secara logis, konsisten dan tanggung jawab. Soal tes ini wajib dilakukan oleh 16 mahasiswa yang menempuh Fisika Kuantum secara individu. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan interpretasi data hasil tes akhir sub pokok bahasan dan deskripsi data hasil pengamatan karakter positif yang muncul pada diri mahasiswa selama perkuliahan. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Tahap Perencanaan (Plan) Pada siklus I di tahap perencanaan ini, tim dosen mata kuliah fisika kuantum bersama-sama menyusun perangkat perkuliahan yang diperlukan pada tanggal 11 Februari 2011 di ruang dosen Fisika pada jam 12.00 – 14.00 WIB. Adapun perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Satuan Acara Perkuliahan 1 (SAP 1) SAP ini disusun berdasarkan tujuan yang akan dicapai setelah perkuliahan, yaitu mahasiswa mampu menanamkan karkater berfikir logis, konsisten dan tanggung jawab terhadap ilmunya. Untuk mencapai tujuan tersebut, tim dosen Fisika Kuantum sepakat untuk menggunakan metode diskusi kelompok, presentasi dan tugas individu. Selain itu, penyusunan SAP juga mengacu pada karakter awal yang dimilki mahasiswa, yaitu mereka cenderung tidak konsisten dan tidak mampu berfikir logis dalam setiap pembuktian teorema. b. Lembar Kerja Mahasiswa 1 (LKM 1)
279
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
LKM 1 ini terdiri dari 5 permasalahan yang harus dikerjakan oleh mahasiswa yaitu definisi 1.1, teorema 1.2, teorema 1.3, teorema 1.4 dan teorema 1.5. Adapun rincian dari masingmasing materi yang harus diselesaikan adalah : definisi 1.1 dan teorema 1.2 diselesaikan oleh kelompok 1, teorema 1.3 dibuktikan oleh kelompok 2, teorema 1.4 dibuktikan oleh kelompok 3, sedangkan teorema 1.5 dibuktikan oleh kelompok 4. LKM ini disusun sedemikian sehingga setiap kelompok mampu mendefinisikan sebuah defini atau membuktikan suatu teorema dengan runtut, jelas, dan konsisten. Setiap kelompok diminta untuk mengisi titik-titik yang ada pada LKM dan memberikan alasan dari setiap langkah yang mereka gunakan untuk membuktikan teorema/menyelesaikan contoh soal. Sehingga observer dapat melihat kemampuan berfikir logis dan konsisten dari diri mahasiswa setelah mereka mengerjakan LKM tersebut dengan benar. c. Lembar Observasi Lembar observasi ini digunakan oleh observer untuk menuliskan hasil pengamatan mereka terhadap tiga karakter positif yang muncul ketika kegiatan perkuliahan berlangsung. Adapun tiga karakter yang dimaksud adalah kemampuan berfikir logis, kosisten dan tanggungjawab terhadap penyelesaian yang berkaitan dengan definisi 1.1., teorema 1.2 sampai dengan teorema 1.5. d. Tes akhir sub pokok bahasan 1. Tes ini terdiri dari dua soal uraian, dengan setiap mahasiswa mengerjakan soal tersebut secara individu. 2. Tahap Pelaksanaan (Do) dan Observasi Tahap pelaksaaan ini dilakukan pada tanggal 14 dan 16 Februari 2011 jam 08.50-10.30 WIB. Pada tahap ini, seorang dosen menjadi dosen model, dua orang dosen sebagai observer, dan satu orang karyawan sebagai perekam kegiatan perkuliahan. Dosen model tersebut mengajar berdasarkan pada SAP yang telah disepakati bersama, sedangkan observer melakukan pengamatan terhadap perilaku mahasiswa dalam kelompok. Setiap tim dosen dan dokumentasi tersebut sudah datang di kelas sekitar jam 08.40 WIB, sehingga mahasiswa tidak terganggu konsentrasinya dalam kegiatan perkuliahan materi Persamaan Schrongdinger. Selama perkuliahan berlangsung, observer mendapatkan data tentang karakter mahasiswa ketika mereka membuktikan suatu teorema yaitu sebagai berikut : a. Tiga kelompok atau 12 mahasiswa masih mengalami kesulitan dalam membuktikan teorema. Kesulitan ini terjadi karena mereka belum memahami inti dari teorema / definisi sebelumnya, sehingga mereka belum mampu menghubungkan antara teorema yang akan dibuktikan dengan teorema / definisi sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa 12 mahasiswa tersebut belum memiliki karakter konsisten terhadap ilmu yang dipelajari. b. Semua mahasiswa yang menempuh mata kuliah Fisika Kuantum belum memiliki kemampuan berfikir secara logis. Hal ini terbukti ketika mahasiswa mengerjakan LKM, mereka hanya berpedoman pada pembuktian yang ada di buku. Mereka tidak dapat mengembangkan sendiri langkah-langkah dalam proses pembuktian. Selain itu, mahasiswa juga belum bisa memberikan alasan teorema/definisi manakah yang digunakan dalam setiap langkah pembuktian. c. Terdapat lima mahasiswa yang belum tuntas dalam tes akhir sub pokok bahasan yang pertama. Hal ini menunjukkan bahwa kelima mahasiswa tersebut belum menunjukkan karaker bertanggung jawab terhadap materi yang telah dipelajari. Karena mereka belum mampu menerapkan ilmu yang telah dipelajari pada sub pokok bahasan pertama dalam menyelesaikan soal-soal tes. d. Beberapa mahasiswa masih terlihat pasif ketika bekerja kelompok untuk membuktikan teorema dan tidak mau bertanya kepada dosen model jika mengalami kesulitan. 3. Tahap Refleksi (See) Tahap refleksi ini dilakukan pada tanggal 16 Februari 2011 jam 12.00 – 13.00 WIB di ruang dosen Fisika . Pada siklus pertama ini, tujuan yang ingin dicapai setelah mahasiswa belajar 280
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Persamaan Schrongdinger masih jauh dari harapan, khususnya dari karakter berfikir positif, konsisten dan tanggung jawab. Pada tahap refleksi ini, dosen model menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi selama kegiatan perkuliahan berlangsung yaitu : a. mahasiswa masih bingung terhadap langkah-langkah pembuktian yang digunakan beserta alasan yang diberikan terhadap setiap langkah tersebut b. mahasiswa masih belum memahami maksud dari definisi 1.1, sehingga mereka kesulitan dalam membuktikan suatu barisan bilangan real yang terbatas c. mahasiswa masih belum memahami maksud dari teorema yang harus mereka buktikan Setelah dosen model menjelaskan kendala yang dihadapi, dua orang observer juga menjelaskan hasil pengamatan mereka dengan ditampilkan pula rekaman kegiatan mahasiswa selama berkelompok dan presentasi. Hasil pengamatannya adalah mahasiswa belum mampu berfikir secara logis, konsisten dan tanggung jawab terhadap materi yang telah dipelajari. Selain itu mahasiswa tidak mau bertanya kepada dosen jika mereka mengalami kesulitan dalam pembuktian dan beberapa mahasiswa hanya berdiam diri ketika berdiskusi. Hasil refleksi tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan SAP untuk kegiatan perkuliahan berikutnya yaitu pada tanggal 21 dan 23 Februari 2011. Siklus II 1. Tahap Perencanaan (Plan) Tahap perencanaan di siklus 2 ini dilakukan pada tanggal 18 Februari 2011 jam 12.00-14.00 WIB. Pada siklus II di tahap perencanaan ini, seorang dosen model dan dua orang pengamat merancang bersama-sama perangkat pembelajaran dengan mengacu pada temuan di siklus I. Temuan tersebut adalah mahasiswa kurang memiliki kemampuan berfikir logis, konsisten dan bertanggung jawab terhadap materi yang telah dipelajari (definisi 1.1 dan contohnya, serta teorema 1.2 sampai dengan teorema 1.5). Selain itu, mahasiswa juga bersikap pasif dalam membuktikan suatu teorema serta tidak bertanya jika mereka mengalami kesulitan. Oleh karena itu, perangkat yang akan disusun harus membuat mahasiswa lebih aktif selama kegiatan perkuliahan sehingga mereka mampu berfikir secara logis, konsisten dan tanggung jawab terhadap ilmunya setelah mempelajari teorema 1.6 sampai dengan teorema 1.9. Berdasarkan tujuan tersebut, maka tim dosen mata kuliah Fisika Kuantum sepakat akan menerapkan model penemuan terbimbing dengan metode diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan dalam kegiatan perkuliahan di siklus ke 2 ini. Diharapkan dengan penemuan terbimbing tersebut, mahasiswa terbiasa belajar menemukan sesuau berdasarkan konsep atau prinsip yang telah mereka miliki. Selain itu, dosen model juga sangat berperan aktif untuk membimbing mahasiswa dengan cara berkeliling ke semua kelompok untuk membantu mereka ketika mengalami kesulitan. Dosen model juga dapat melakukan tanya jawab secara langsung kepada setiap kelompok, sehingga mereka akan termotivasi untuk membuktikan teorema yang diberikan di LKM 2. Adapun perangkat pembelajaran yang telah disepakati bersama oleh tim dosen mata kuliah Fisika Kuantum pada siklus ke 2 ini adalah sebagai berikut : a. Satuan Acara Perkuliahan 2 (SAP 2) Langkah-langkah perkuliahan yang dituliskan ada SAP yang disusun dalam siklus 2 ini mengacu pada langkah-langkah penemuan terbimbing, yaitu : 1) pemberian masalah berupa teorema 2) pengembangan data : mahasiswa diminta untuk menuliskan langkah awal yang akan digunakan untuk membuktikan teorema tersebut 3) penyusunan data : mahasiswa diminta untuk mengamati apa yang diketahui dari teorema, yang akan dibuktikan, serta langkah awal yang telah mereka tetapkan. Kemudian mahasiswa diminta untuk menyusun keruntutan dari proses-proses pembuktian yang mereka gunakan. 281
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
4) penambahan data : mahasiswa diminta untuk menambahkan langkah-langkah pembuktian sehingga akan menghasilkan suatu pembuktian yang benar. Selain itu, dalam proses kegiatan perkuliahan, diterapkan pula metode diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan. Yang dimaksud dengan diskusi kelompok yaitu 4 mahasiswa membentuk kelompok, kemudian mereka saling menyampaikan ide untuk menentukan konsep atau prinsip apa yang diperlukan untuk pembuktian teorema yang mereka buktikan. Mahasiswa juga diharapkan melakukan tanya jawab kepada sesama teman dalam satu kelompok atau dengan dosen model ketika terjadi kesulitan dalam pembuktian. Diharapkan dengan kegiatan perkuliahan seperti di atas, tiga karakter positif yang akan dibentuk dalam diri mahasiswa terwujud. b. Lembar Kerja Mahasiswa 2 (LKM 2) Langkah-langkah penyelesaian masalah pada LKM 2 ini mengacu pada setiap langkah yang ada di penemuan terbimbing. Sehingga mahasiswa akan menuliskan setiap langkah pembuktian pada baris yang telah ditentukan di LKM 2 ini. Mahasiswa akan dipandu dengan berbagai macam pertanyaan yang mengarah pada hasil akhir sebuah pembuktian yang benar. c. Lembar Observasi Lembar observasi ini digunakan oleh observer untuk menuliskan hasil pengamatan mereka terhadap tiga karakter positif yang muncul ketika kegiatan perkuliahan berlangsung. Adapun tiga karakter yang dimaksud adalah kemampuan berfikir logis, kosisten dan tanggungjawab terhadap penyelesaian yang berkaitan dengan teorema 1.6 sampai dengan teorema 1.9. d. Tes akhir sub Pokok Bahasan 2 Tes ini terdiri dari dua soal uraian, dengan setiap mahasiswa mengerjakan soal tersebut secara individu. 2. Tahap pelaksanaan (Do) dan Observasi Tahap pelaksaaan ini dilakukan pada tanggal 21 dan 23 Februari 2011 jam 08.50-10.30 WIB. Pada tahap ini, seorang dosen menjadi dosen model, dua orang dosen sebagai observer, dan satu orang karyawan sebagai perekam kegiatan perkuliahan. Dosen model tersebut mengajar berdasarkan pada SAP yang telah disepakati bersama, sedangkan observer melakukan pengamatan terhadap perilaku mahasiswa dalam kelompok. Setiap tim dosen dan dokumentasi tersebut sudah datang di kelas sekitar jam 08.40 WIB, sehingga mahasiswa tidak terganggu konsentrasinya dalam kegiatan perkuliahan materi Persamaan Schrongdinger bagian teorema 1.6 sampai dengan teorema 1.9. Selama perkuliahan berlangsung, observer mendapatkan data tentang karakter mahasiswa ketika mereka membuktikan suatu teorema yaitu sebagai berikut : a. Semua mahasiswa sudah mampu membuktikan teorema berdasarkan definisi atau teorema sebelumnya, sehingga mereka sudah dapat menghubungkan kekonsistensian antara teorema yang akan dibuktikan dengan teorema yang telah dibuktikan sebelumnya. b. Semua mahasiswa yang menempuh mata kuliah Fisika Kuantum sudah memiliki kemampuan berfikir secara logis. Hal ini terbukti ketika mahasiswa mengerjakan LKM 2, mereka sudah dapat mengembangkan sendiri langkah-langkah dalam proses pembuktian dan tidak terpaku pada buku. Selain itu, mahasiswa juga sudah mampu memberikan alasan teorema/definisi manakah yang digunakan dalam setiap langkah pembuktian. c. Semua mahasiswa terkategori tuntas dalam tes akhir sub pokok bahasan yang kedua. Hal ini menunjukkan bahwa semua mahasiswa tersebut sudah menunjukkan karaker bertanggung jawab terhadap materi yang telah dipelajari. Mereka sudah mampu menerapkan ilmu yang telah dipelajari pada sub pokok bahasan kedua dalam menyelesaikan soal tes. d. Sebagian besar mahasiswa sudah terlihat aktif dalam kegiatan berdiskusi kelompok dan juga tanya jawab dengan dosen model maupun sesama teman dalam satu kelompok. 3. Tahap refleksi (See)
282
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tahap refleksi ini dilakukan pada tanggal 23 Februari 2011 jam 12.00 – 13.00 WIB di ruang dosen fisika. Pada siklus kedua ini, tujuan yang ingin dicapai setelah mahasiswa belajar Persamaan Schrongdinger sudah sesuai dengan harapan yaitu terbentuknya karakter berfikir logis, konsisten dan tanggung jawab terhadap ilmu yang telah mereka pelajari pada diri mahasiswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil refleksi dan pembahasan terhadap pelaksanaan Lesson Study, dapat disimpulkan bahwa setiap mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan berfikir logis mereka, mampu bersikap konsisten dan bertanggung jawab terhadap ilmu yang telah dipelajari. Sehingga dapat dikatakan bahwa langkah-langkah yang digunakan dalam kegiatan lesson study ini dapat diterapkan untuk membentuk karakter positif mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember yang menempuh mata kuliah Fisika Kuantum. DAFTAR RUJUKAN Hendayana,S.2006. LESSON STUDY Suatu Strategi untuk Meningkatkan Kepropesionalan Pendidik. Bandung:UPI Press. Rahayu, Sri. 2005. Lesson Study Sebagai Model Pengembangan Profesi Guru dalam Upaya Meningkatkan Pembelajarn MIPA. Makalah disajikan pada seminar dan workshop Lesson Study di FMIPA UM, 21 Juni 2005. Susilo, Herawati dkk. 2010. Lesson Study Berbasis Sekolah, Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif. Bayumedia Publishing. Malang. . 2011. Pedoman Penulisan Makalah Lesson Study Seminar Exchange of Experience. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Jakarta.
283
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI HUKUM II NEWTON UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER BAGI SISWA KELAS VIII SMPN DI KABUPATEN PASURUAN
Endrawati, S.Pd 1) Sutarman 2) 1)
Guru IPA di SMP Negeri 1 Beji Pasuruan, Email:
[email protected] 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang
Abstrak. Pendidikan karakter merupakan suatu system penanaman nilai-nilai perilaku kepada warga sekolah yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilainilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Artikel ini memuat mengenai pengembangan media pembelajaran pada materi Hukum II Newton yang mengembangkan pendidikan karakter melalui pembelajaran. Sehingga, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengembangan dan hasil pengembangan media pembelajaran pada materi Hukum II Newton untuk mengembangkan pendidikan karakter bagi siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Pasuruan. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah media “Kereta Newton” yang digunakan dalam pembelajaran Hukum II Newton. Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan mengenai observasi keterlaksanaan media diperoleh skor rata-rata seluruh aspek yaitu 2.91 dari skor tertinggi 3 maka dapat disimpulkan bahwa LKPD yang dikembangkan memiliki tingkat kepraktisan yang baik. Berdasarkan uji coba lapangan yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu sebanyak 91% siswa memberikan respon positif dan skor rata-rata seluruh aspek dari lembar observasi pendidikan karakter yaitu 2.88 dari skor tertinggi 3 maka dapat disimpulkan bahwa LKPD yang dikembangkan memiliki tingkat keefektifan yang baik Kata Kunci: Media Pembelajaran, Pendidikan Karakter
Dalam proses belajar mengajar, terdapat dua unsur yang sangat berpengaruh, yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Pemilihan salah satu metode mengajar akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru (Arsyad, 2005). Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Yunus (1942:78) dalam bukunya Attarbiyatu watta’liim mengungkapkan bahwasannya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman. Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pamahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya. Selama ini, pembelajaran Hukum 2 Newton disampaikan kepada peserta didik secara konvensional tanpa penggunaan media. Sehingga peserta didik kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengembangkan suatu media pembelajaran untuk Hukum 2 Newton. Saat ini, pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Pendidikan karakter adalah suatu system penanaman nilai-nilai perilaku kepada warga sekolah yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan 284
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama,lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. (Effendy, 2010). Guru sebagai maestro dalam pembelajaran seyogyanya dapat merancang pembelajaran yang memuaskan gaya belajar siswa, memanfaatkan serangkaian kecerdasan mereka, melejitkan motivasi dan menyiapkan siswa untuk meraih kesuksesan. Oleh karena itu, guru perlu untuk menanamkan nilai-nilai dalam setiap pembelajaran yang dilakukannya. Sebagaimana pendapat Setyosari (2008) yang menyatakan bahwa memilih dan menggunakan media merupakan salah satu tugas guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana pengembangan dan hasil pengembangan media pembelajaran pada materi Hukum II Newton untuk mengembangkan pendidikan karakter bagi siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Pasuruan ?”. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran pada materi Hukum II Newton untuk mengembangkan pendidikan karakter bagi siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Pasuruan. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan yaitu penelitian yang menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk (Sugiono, 2010). Pada penelitian ini model yang digunakan untuk mengembangkan media adalah model 4D (four-D models) yang disarankan oleh Thiagarajan, dkk (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu: pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate). Pertimbangan utama pemilihan model 4D sebagai model pengembangan media pembelajaran karena model ini lebih terperinci dan sistematis. Hal ini terlihat pada setiap tahap yang diuraikan dengan jelas kegiatan apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu memudahkan untuk melakukan proses pengembangan. Uji coba produk ini dilakukan pada siswa kelas VIII-D SMP Negeri 1 Beji, kelas VIII-C SMP Negeri 1 Prigen, VIII-B SMP Negeri 2 Pandaan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) , Sebelum digunakan dalam uji coba produk, RPP yang dikembangkan didiskusikan dengan teman sebaya. 2. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD), LKPD yang dikembangkan disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan yaitu mengenai Hukum II Newton yang dilakukan dengan metode eksperimen. 3. Media pembelajaran Hukum 2 Newton Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat media pembelajaran Hukum II Newton antara lain: kotak kardus bekas, karet gelang, balok kayu/batu kecil, meja, penggaris. 4. Angket Respon Peserta Didik Angket respon peserta didik digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta didik mengenai penggunaan media pembelajaran Hukum II Newton dalam pembelajaran. 5. Lembar Observasi keterlaksanaan media Lembar Observasi keterlaksanaan media berfungsi untuk mengamati kepraktisan penggunaan media Hukum II Newton dalam pembelajaran. 6. Lembar Observasi Pendidikan Karakter Lembar Observasi Pendidikan Karakter berfungsi untuk mengamati nilai-nilai karakter bangsa yang muncul pada peserta didik ketika melakukan pembelajaran. Tentunya, tidak semua nilai-nilai dari pendidikan karakter dapat dimunculkan ketika pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti hanya membatasi pada 5 nilai yaitu 1) Jujur, 2) Tidak purba sangka, bersifat toleransi, 3) Mempunyai rasa ingin tahu, teliti dan hati-hati, 4) Kreatif, kerja keras dan disiplin, 5) Tanggung jawab dan peduli lingkungan. Kriteria produk yang dihasilkan yaitu media pembelajaran untuk Hukum II Newton yang praktis dan efektif. Kepraktisan produk diamati melalui keterlaksanaan media yang dirancang. Sedangkan keefektifan produk diamati melalui a) respon peserta didik, dan b) observasi keterlaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran. 285
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini didasarkan pada hasil skor lembar observasi keterlaksanaan media dan lembar observasi pendidikan karakter dalam pembelajaran sekurang-kurangnya baik. Respon peserta didik positif artinya sekurang-kurangnya 80% peserta didik mendukung penggunaan produk dalam pembelajaran Hukum II Newton. Berikut ini kriteria batasan penskoran lembar observasi. Tabel 1. Kriteria penskoran lembar Observasi
0 ≤ 𝑉𝑎 < 1 1 ≤ 𝑉𝑎 < 2
Rata-Rata Skor
Ket Kurang Baik Cukup Baik
2 ≤ 𝑉𝑎 ≤ 3
Baik
Diadaptasi dari Hobri 2010 HASIL
Produk yang dikembangkan dinamakan “Kereta Newton”. Alat dan bahan yang digunakan untuk membuat Kereta Newton yaitu kardus bekas berukuran 20 cm x 10 cm x 5 cm , karet gelang dengan panjang 17 cm, batu kecil/balok kayu, meja, penggaris. Berikut ini gambar media “Kereta Newton” ketika digunakan siswa dalam pembelajaran.
Gambar 1. Penggunaan Kereta Newton dalam pembelajaran Guna mengetahui keefektifan dan kepraktisan media pembelajaran dilakukan uji coba penggunaan produk yang dilakukan di tiga SMP yaitu SMPN 1 Prigen, SMPN 2 Pandaan serta SMPN 1 Beji. Jadwal pelaksanaan uji coba dapat dilihat pada berikut ini: Tabel 2. Jadwal pelaksanaan uji coba produk J am -4 -4 -8
K
Hari/Tanggal
V
Senin, 25-9-2011
Ket
elas 3 III-C 3 III-B 7 III-D
SMPN 1 Prigen
V
Selasa, 26-9-2011
SMPN
2
Pandaan V
Kamis,29-9-2011
SMPN 1 Beji
Uji coba di SMPN 1 Prigen Pelaksanaan pembelajaran Hukum II Newton dengan RPP yang telah peneliti rancang hasilnya luar biasa, ini terbukti dari refleksi siswa yang menulis kesan terhadap pembelajaran. Dari 32 siswa, 29 siswa menyatakan senang terhadap pembelajaran dan dapat memahami tentang Hukum II Newton. Hal ini artinya bahwa 90% siswa mempeberikan respon positif terhadap penggunaan media pembelajaran untuk 286
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Hukum II Newton. Berdasarkan pengamatan dua observer, pendidikan karakter yang dapat dikembangkan peserta didik antara lain: 1) Jujur, 2) Tidak purba sangka, bersifat toleransi, 3) Mempunyai rasa ingin tahu, teliti dan hati-hati, 4) Kreatif, kerja keras dan disiplin, 5) Tanggung jawab dan peduli lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata dari lembar observasi pendidikan karakter yaitu 2.85 dan skor rata-rata dari lembar observasi keterlaksanaan media yaitu 2.91 Uji coba di SMPN 2 Pandaan Peneliti sebelumnya sudah menduga bahwa siswa di SMPN 2 Pandaan (SBI) lebih pandai dari SMPN 1 Prigen. Oleh karena itu, tingkat kesulitan soal latihan ditingkatkan. Ternyata perubahan itu nampaknya tidak begitu berarti, siswa tetap merasa senang dengan pembelajaran. Siswa dalam mempresentasikan karya dan diskusi kelompok lebih bagus, hal ini dibuktikan dalam pembuatan laporan ilmiah ketika terdapat salah satu kelompok melakukan kesalahan dalam penulisan cara kerja penelitian, kelompok lain mampu menanggapi serta kelompok yang salah juga tidak malu ketika mengalami kesalahan. Berdasarkan refleksi siswa dari 30 siswa, 28 siswa menyatakan senang terhadap proses pembelajaran dan memahami tentang Hukum II Newton. Artinya 93% siswa memberikan respon yang positif terhadap penggunaan media pembelajaran untuk Hukum II Newton. Menurut dua observer, RPP yang telah dirancang dapat menciptakan pendidikan karakter. Karakter bangsa yang muncul antara lain: 1) Jujur, 2) Tidak purba sangka, bersifat toleransi, 3) Mempunyai rasa ingin tahu, teliti dan hati-hati, 4) Kreatif, kerja keras dan disiplin, 5) Tanggung jawab dan peduli lingkungan. Berdasarkan hasil pengamatan observer diperoleh skor rata-rata dari lembar observasi pendidikan karakter yaitu 2.9 dan skor rata-rata dari lembar observasi keterlaksanaan media yaitu 2.91 Uji coba di SMPN 1 Beji Meskipun pembelajaran di SMPN 1 Beji dilakukan disiang hari, tetapi terdapat 28 anak dari 35 siswa yang menyatakan senang dan memahami tentang Hukum II Newton. Ini berarti 90% siswa memberikan respon yang positif terhadap penggunaan media pembelajaran untuk Hukum II Newton. Pada pembelajaran kali ini terdapat 4 siswa tidak hadir, dikarenakan mengikuti peringatan HAORNAS di GOR Raci, Pasuruan. Pendidikan karakter yang tercipta menurut dua observer antara lain: 1) Jujur, 2) Tidak purba sangka, bersifat toleransi, 3) Mempunyai rasa ingin tahu, teliti dan hati-hati, 4) Kreatif, kerja keras dan disiplin, 5) Tanggung jawab dan peduli lingkungan. Berdasarkan hasil pengamatan observer diperoleh skor rata-rata dari lembar observasi pendidikan karakter yaitu 2.9 dan skor rata-rata dari lembar observasi keterlaksanaan media yaitu 2.91 PEMBAHASAN Pembelajaran Fisika tentang Hukum II Newton dengan menggunakan media pembelajaran yang sederhana menjadi lebih mudah untuk dipahami oleh siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim (196:432) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran, karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat. Selain itu dapat memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran (Arsyad, 2005). Selain itu, melalui pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran dapat menanamkan nilainilai karakter bangsa diantaranya yaitu 1) Jujur, 2) Tidak purba sangka, bersifat toleransi, 3) Mempunyai rasa ingin tahu, teliti dan hati-hati, 4) Kreatif, kerja keras dan disiplin, 5) Tanggung jawab dan peduli lingkungan. Pada dasarnya nilai-nilai pendidikan karakter sejalan dengan sikap ilmiah yang harus dimiliki ketika melakukan kerja ilmiah yaitu jujur, teliti, bertanggung jawab,kepedulian terhadap lingkungan alam, mengembangkan rasa ingin tahu, berani dan santun dalam berargumen (Sugiyanto, 2008). Berikut ini rekapitulasi data kepraktisan dan keefektifan media “Kereta Newton” yang disajikan melalui tabel berikut.
287
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 3. Rekapitulasi data keefektifan Data Keefektifan Observasi keterlaksanaan pendidikan karakter
Hasil Skor Va dari masing-masing uji coba yaitu 2.85, 2.9, 2.9
Respon peserta didik
Presentase respon dari masing-masing uji coba 90%, 93% dan 90%
Ket Memenuhi kriteria yang telah ditetapkan yaitu 2≤𝑉𝑎≤3 baik Memenuhi kriteria yang telah ditetapkan yaitu respon positif
Tabel 4. Rekapitulasi data kepraktisan Data Keefektifan Observasi keterlaksanaan Media
Hasil Skor Va dari masing-masing uji coba yaitu 2.91, 2.91, 2.91
Ket Memenuhi kriteria yang telah ditetapkan yaitu 2≤𝑉𝑎≤3 baik
Oleh karena itu, Meskipun dalam pembelajaran Hukum II Newton dengan menggunakan media “Kereta Newton” memperoleh respon yang positif akan tetapi dalam penelitian ini belum diamati mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Media pembelajaran Hukum II Newton memiliki keunggulan yaitu bahan yang digunakan sederhana dan mudah didapat. 2. Media yang dikembangkan telah memenuhi kriteria praktis dan efektif untuk pembelajaran. 3. Media yang dikembangkan telah menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas. B. Saran Berdasarkan temuan hasil penelitian ini, dapat disarankan sebagai berikut: 1. Kepada guru IPA hendaknya menggunakan media “Kereta Newton” untuk pembelajaran Hukum II Newton 2. Kepada peneliti lain disarankan untuk meneliti dampak penggunaan media terhadap hasil belajar siswa 3. Guru perlu mendesain media pembelajaran guna penanaman pendidikan karakter untuk materi yang lain. DAFTAR PUSTAKA Arsyad. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada Hobri. 2010. Metodologi Penelitian Pengembangan: Aplikasi pada Penelitian Pendidikan Indonesia. Jember: Pena Salsabila Effendy. 2010. Kegiatan Pembelajaran IPA Sebagai Sarana untuk Mengambangkan Karakter Religius Siswa. Makalah: Disajikan dalam Seminar Nasional dan Workshop MIPA: Universitas Negeri Malang Punaji Setyosari. 2008. Pemanfaatan Media. Malang: Universitas Negeri Malang. Sugiyanto, Teguh. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII. Jakarta: CV Putra Nugraha Sugiono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
288
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
ANALISIS BELAJAR MAHASISWA CALON GURU FISIKA MELALUI LESSON STUDY
Lia Yuliati Jurusan Fisika FMIPA UM. Jl. Semarang No 5 Malang,
[email protected]
Abstrak. Peningkatan kualitas pendidikan dimulai dari usaha meningkatkan kualitas persiapan calon guru di perguruan tinggi. Kemampuan yang harus dikembangkan calon guru fisika adalah kemampuan terhadap konsep fisika dan pembelajaran fisika. Salah satu upaya yang dilakukan dosen di Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan Lesson Study. Kegiatan ini melibatkan 30 mahasiswa, dosen model dan dosen lain yang berperan sebagai observer pembelajaran. Pembelajaran dilaksanakan pada matakuliah Kapita Selekta Fisika Sekolah. Kegiatan lesson study yang dilaksanakan meliputi kegiatan DO dan SEE. Hasil lesson study menunjukkan perlunya kesamaan persepsi tentang “belajar” pada observer dan adanya “lompatan belajar” pada mahasiswa dari kelompok rendah. Kata kunci: analisis belajar fisika, lesson study
Upaya pemerintah dalam bidang pendidikan terus dilakukan. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah menerbitkan kurikulum berbasis kompetensi mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Kurikulum berbasis kompetensi untuk perguruan tinggi telah ditetapkan pada tahun 2008 dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi. Hal tersebut diharapkan akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dimulai dari usaha meningkatkan kualitas persiapan calon guru di perguruan tinggi. Kualitas guru pertama-tama ditentukan oleh pendidikan calon guru di LPTK (Jalal & Supriadi, 2001:245). Semakin baik kualitas lulusan LPTK, semakin besar peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan modal kemampuan dan sikap-sikap keguruan calon guru yang terbina secara mantap sejak awal maka usaha-usaha lanjutan untuk meningkatkan kualitas guru dengan pembinaan yang berkelanjutan akan semakin mudah. Secara ideal, guru yang profesional mampu mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang telah dibuatnya menjadi sebuah pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Depdiknas, 2001:13; Samana, 1994:28). Agar menjadi guru yang profesional, calon guru sains hendaknya memiliki pengetahuan dan kemampuan tentang sains, belajar sains dan mengajar sains (NRC, 1996:28). Pengembangan kemampuan calon guru sains hendaknya mengintegrasikan kemampuan bidang studi dan kemampuan mengajar (Gabel, 1993:11; Adair & Chiaverina, 2000). Integrasi kemampuan bidang studi dan kemampuan mengajar sangat diperlukan karena efektifitas penggunaan strategi pembelajaran sering terjadi pada konsep tertentu (McDermott, 1990; McDermott, dkk., 2000). Calon guru perlu dipersiapkan di perguruan tinggi, khususnya di LPTK, agar calon guru tersebut memiliki wawasan, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan profesi guru (Depdiknas, 2002c:5). Penyiapan calon guru sangat diperlukan didesain agar setelah menjadi guru kelak calon guru memiliki kemampuan mengajar yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Masalah penyiapan calon guru ini perlu perhatian khusus karena masalah ini berdampak pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kemampuan calon guru dalam penguasaan materi/bahan ajar diberikan dalam kelompok mata kuliah bidang studi. Kemampuan dalam bidang sains/fisika hendaknya menekankan pada pemahaman proses ilmiah yang diperoleh melalui pengalaman langsung. Cara yang efektif untuk memberikan pengalaman langsung adalah memberi kesempatan kepada calon guru untuk membangun model konseptual dari observasi yang dilakukannya. Calon guru seyogianya melalui proses step-by-step dari melakukan 289
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
observasi, menyusun inferensi, mengidentifikasi asumsi, menyusun, menguji dan memodifikasi hipotesis (McDermott, 1990; McDermott, et al., 2000). Dengan penguasaannya terhadap materi bidang studi, calon guru dapat mengantisipasi kesulitan-kesulitan konseptual yang sering muncul pada siswa. Upaya peningkatan kemampuan calon guru terhadap konsep fisika sekolah terus dilakukan oleh dosen-dosen di Jurusan Fisika FMIPA UM. Berbagai upaya dilakukan dengan melakukan penelitian dan pengembangan, workshop dan lokakarya untuk meningkatkan kemampuan calon guru fisika. Salah satu upaya yang dilakukan dosen di Jurusan Fisika adalah dengan Lesson Study. Lesson study merupakan salah satu strategi pengembangan profesional pendidik, termasuk dosen. Kelompok dosen mengembangkan pembelajaran secara bersama-sama dan menentukan salah satu pendidik untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, sedangkan dosen lainnya mengamati belajar mahasiswa selama pembelajaran berlangsung. Pada akhir kegiatan, dosen tersebut berkumpul dan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran yang dilakukan, merevisi dan menyusun pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil diskusi (Richardson, 2004). Kegiatan lesson study merupakan suatu strategi pembinaan profesi pendidik secara terencana dan berkelanjutan melalui prinsip-prinsip kolegalitas, mutual learning, dan learning community. Lesson study merupakan siklus kegiatan kelompok pendidik yang bekerja bersama dalam menentukan tujuan pembelajaran, melakukan “research lessons,” dan secara berkolaborasi mengamati, mendiskusikan dan memperbaiki pembelajaran tersebut (Lewis, 2002:1). Lesson study adalah kegiatan bersama yang melibatkan sejumlah dosen, pakar terkait, dan pihak lain yang relevan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang efektif melalui rangkaian siklus PlanDo-See. Plan merupakan kegiatan merencanakan pembelajaran yang akan diimplementasikan di kelas pembelajaran. Termasuk dalam tahap ini adalah membuat kesepakatan seorang dosen yang diberi tugas mengimplementasikan rancangan pembelajaran. Do merupakan kegiatan mengimplemntasikan rancangan pembelajaran yang dihasilkan pada tahap plan di kelas pembelajaran oleh seorang atau tim dosen yang ditunjuk. See merupakan kegiatan mengamati proses pembelajaran yang dilanjutkan dengan refleksi. Refleksi dilakukan dengan tanya jawab atau diskusi untuk membahas kekurangan dan kelebihan yang ditemukan selama pengamatan pembelajaran. Fokus pengamatan kegiatan ini adalah perilaku mahasiswa selama pembelajaran. Meskipun fokus pengamatan dilakukan pada perilaku mahasiswa, hasil refleksi merupakan perbaikan terhadap cara dosen untuk membelajarkan mahasiswa. Artikel ini merupakan paparan pelaksanaan lesson study di Jurusan fisika FMIPA yang difokuskan pada analisis belajar mahasiswa dalam belajar fisika di perguruan tinggi. METODE
Artikel ini merupakan hasil kegiatan lesson di Jurusan Fisika FMIPA dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Oktober 2011. Kegiatan ini melibatkan 24 mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika angkatan 2009/2010, 1 dosen model, dan 8 dosen yang berperan sebagai observer pembelajaran. Pembelajaran dilaksanakan pada matakuliah Kapita Selekta Fisika Sekolah. Kegiatan lesson study yang dilaksanakan meliputi kegiatan DO dan SEE. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif untuk mengungkap temuan tentang belajar mahasiswa calon guru Fisika di Prodi Pendidikan Fisika FMIPA UM HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Do Matakuliah Kapita Selekta Fisika Sekolah merupakan matakuliah wajib bagi mahasiswa calon guru Fisika. Matakuliah ini memiliki bobot 2 sks dengan 4 js dan termasuk pada kelompok Matakuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK). Matakuliah Kapita Selekta Fisika Sekolah diberikan agar mahasiswa calon guru fisika memiliki landasan penguasaan konsep-konsep fisika di sekolah. Kompetensi yang ingin dicapai pada matakuliah ini adalah mahasiswa menguasai bahan ajar fisika SMA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan menghilangkan miskonsepsi mahasiswa terhadap konsep-konsep fisika.
290
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Pembelalajaran matakuliah Kapita Selekta Fisika Sekolah yang digunakan dalam lesson study dilaksanakan selama 2 x 50 menit. Berdasarkan perencanaan pembelajaran yang disusun dosen model, pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam memahami konsep dasar gerak melingkar. Strategi pembelajaran dirancang agar mahasiswa menemukan sendiri konsep-konsep dasar gerak melingkar melalui permasalahan dan diskusi. Pembelajaran dilaksanakan dengan kelompok belajar mahasiswa. Pengelompokan mahasiswa didasarkan hasil analisis kemampuan mahasiswa dalam matakuliah sebelumnya yaitu matakuliah Fisika Dasar dan Mekanika. Mahasiswa dibagi dalam 6 kelompok kecil dengan anggota 4 mahasiswa masingmasing kelompok. Kemampuan mahasiswa pada masing-masing kelompok berbeda. Kelompok 1 merupakan kelompok mahasiswa dengan kemampuan rendah, kelompok 2 merupakan kelompok mahasiswa dengan kemampuan tinggi. Kelompok 3, 4, 5,6 merupakan kelompok dengan kemampuan menengah, kecuali pada kelompok terdapat 1 mahasiswa yang termasuk kemampuan rendah. Denah kelompok mahasiswa selama pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 1.
Meja Dosen
Kelompok 4
Kelompok 5
Kelompok 3
Kelompok 6
Kelompok 1
Kelompok 2
Gambar 1. Denah Kelompok Belajar Mahasiswa Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan penyajian masalah melalui power point. Selanjutnya dosen membagikan worksheet kepada masing-masing mahasiswa dan selanjutnya mahasiswa melakukan diskusi kelompok. Kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan diksui kelompok dan diskusi kelas. Pada saat diskusi kelompok, mahasiswa memecahkan permasalahan pada worksheet dengan saling memberikan gagasan, menyelesaikan permasalahan dengan membuat gambar digram bebas dari gerak melingkar. Mahasiswa diberi kesempatan untuk mencari penyelesaian masalah melalui sumber lain, seperti buku cetak dan buku elektronik yang dimiliki mahasiswa. Selama mahasiswa melakukan diskusi kelompok, dosen model memberikan bimbingan dan pancingan pada mahasiswa untuk berpikir secara mandiri dalam kelompoknya masing-masing. Pada saat diskusi kelas, mahasiswa diberi kesempatan untuk presentasi secara individu mewakili kelompoknya masing-masing. Kesempatan presentasi pertama diberikan pada perwakilan kelompok 1, selanjutnya diberikan pada kelompok 3 dan 4. Presentasi dilakukan mahasiswa dengan menunjukkan cara penyelesaian masalah dengan vektor. Kegiatan observasi pembelajaran dilaksanakan dengan pengamatan langsung oleh observer, perekaman dengan kamera dan audio-video. Pengamatan langsung dilaksanakan oleh 8 dosen di Jurusan Fisika yang memiliki bidang keahlian yang berbeda. Pelaksanaa See (Refleksi) 291
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kegiatan refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran selesai. Kegiatan refleksi diikuti oleh 9 dosen yang meliputi 1 dosen model dan 8 dosen observer. Diskusi dalam kegiatan refleksi oleh moderator. Moderator bertugas untuk mengatur pelaksanaan diskusi, mengarahkan munculnya permasalahan dan menemukan penyelesaian permasalahan. Pada kegiatan awal, moderator memberi kesempatan pertama pada dosen model untuk mengemukan refleksi diri (self-reflection) terhadap pelaksanaan pembelajarannya. Dosen model menginformasikan bahwa pembelajaran yang dilakukannya merupakan pembelajaran ketiga dengan Problem Based Learning. Mahasiswa mulai terbiasa berdiskusi dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Dosen model merasa bahwa untuk melatihkan kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan konsep dasar fisika memerlukan ketelatenan dan kesabaran untuk membimbingnya. Dosen model juga mengaku tidak dapat membimbing mahasiswa secara penuh di tiap kelompoknya. Moderator selanjutnya memberi kesempatan pada dosen observer untuk mengemukakan hasil observasinya. Berikut beberapa temuan observer dalam pembelajaran. Mahasiswa terlihat belajar sejak mulai sampai akhir pembelajaran. Analisis terjadinya “belajar” pada mahasiswa menjadi topik awal dalam kegiatan refleksi. Analisis bahwa seseorang dikatakan belajar sangat dipengaruhi oleh persepsi observer. Belajar dapat dianalisis dari perilaku mahasiswa pada saat diskusi, cara mahasiswa berbicara, cara mahasiswa menyelesaikan masalah, dan antusias mahasiswa melakukan presentasi. Berdasarkan hal tersebut, perlu kesamaan persepsi tentang belajar dan indikator belajar pada observer. Mahasiswa aktif belajar dengan melakukan diskusi kelompok. Setiap kelompok menyelesaikan permasalahan dengan menggambar vektor untuk gerak melingkar pada lembar kerja yang disediaka. Beberapa mahasiswa mengalami kesulitan. Berdasarkan pengamatan pembelajaran, observer menemukan bahwa mahasiswa di kelompok 4 mengalami kesulitan menentukan vektor. Pada saat refleksi, observer memberikan masukan bahwa semua mahasiswa memiliki hak yang sama untuk memperoleh bimbingan dari dosen. Mahasiswa dari kelompok rendah dapat menyelesaikan permasalahan dengan cara yang “tidak biasa”. Mahasiswa kelompok tersebut merasa lebih mudah menyelesaikan masalah dengan cara yang dianggap sulit oleh mahasiswa kelompok lainnya. Hal ini menunjukkan kreativitas mahasiswa kelompok rendah dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain, mahasiswa dari kelompok rendah mengalami “lompatan belajar”. Fenomena ini tidak terjadi pada mahasiswa dari kelompok sedang dan tinggi. Sejak awal pembelajaran, mahasiswa diajak dosen untuk berpikir dan menggunakan konsep yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah. Mahasiswa lebih berkonsentrasi untuk belajar, baik secara mandiri maupun kelompok. Situasi pembelajaran yang demikian membuat mahasiswa lebih tertantang untuk menyelesaikan permasalahan yang lebih sulit. Oleh karena itu, pembelajaran dengan pemberian masalah dan pemberian kesempatan untuk mengungkapkan gagasannya secara luas memberi peluang belajar lebih baik. Pembelajaran di perguruan tinggi sangat mempengaruhi cara belajar calon guru dan cara mahasiswa tersebut membelajarkan siswanya (Yuliati, 2008). Pembelajaran yang mengajak mahasiswa untuk berpikir dan menyelesaikan masalah fisika dengan konsep-konsep dasar fisika sangat membantu belajar calon guru. Pembelajaran dengan memberikan pengalaman langsung adalah memberi kesempatan kepada calon guru untuk membangun model konseptual dari observasi yang dilakukannya melalui proses step-by-step dari melakukan observasi, menyusun inferensi, mengidentifikasi asumsi, menyusun, menguji dan memodifikasi hipotesis (McDermott, 1990; McDermott, et al., 2000). Hal inilah yang menyebabkan dosen model menerapkan problem based learning pada Matakuliah Kapita Selekta Fisika Sekolah. Kelompok belajar mahasiswa di kelas dapat dilakukan secara heterogen dan homogeny. Selama ini, pengelompokan mahasiswa yang sering dilakukan adalah pengelompokan heterogen. Hal ini dimaksudkan adanya transfer belajar dari mahasiswa berkemampuan tinggi ke mahasiswa berkemampuan rendah. Hasil analisis belajar pada kegiatan lesson study pada matakuliah Kapita Selekta Fisika Sekolah menunjukkan bahwa pengelompokan mahasiswa secara homogen memungkinkan mahasiswa mengalami 292
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
“lompatan belajar”. Mahasiswa yang termasuk memiliki kemampuan kurang dalam konsep fisika ternyata mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang “tidak biasa” tetapi justru menunjukkan kemampuannya yang unik. Temuan lesson study menunjukkan bahwa terjadi perbedaan persepsi tentang “belajar” pada mahasiswa. Perbedaan persepsi ini menunjukkan hasil pengamatan yang berbeda. Pemahaman tentang belajar sangat dipengaruhi oleh teori belajar yang dianut seseorang. Berdasarkan teori behavioristik, belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan perilaku, sedangkan menurut teori kognitivistik, belajar didefinisikan sebagai proses mental secara internal. Perbedaan pemahaman tentang belajar menjadikan obyek amatan lesson study tentang kesiapan belajar mahasiswa menjadi berbeda. Oleh karena itu, perlu ada pemahaman tentang belajar pada observer. Salah satu definisi belajar yang diakui saat ini berdasarkan pada teori belajar konstruktivistik yang menekankan pengetahuan awal mahasiswa, aspek berpikir dan bertindakn selama pembelajaran. Berbagai temuan pembelajaran pada Matakuliah Kapita Selekta Fisika Sekolah oleh observer menunjukkan peran lesson study. Lesson study merupakan siklus kegiatan kelompok dosen yang bekerja bersama dalam menentukan tujuan pembelajaran, melakukan “research lessons,” dan secara berkolaborasi mengamati, mendiskusikan dan memperbaiki pembelajaran tersebut (Lewis, 2002:1). Melalui lesson study, permasalahan pada pembelajaran dapat ditemukan dan dapat ditemukan penyelesaiannya. KESIMPULAN
Lesson study memberi kesempatan pada dosen matakuliah untuk menemukan dan melakukan perbaikan terhadap pembelajaran. Lesson study juga membuka peluang terbentuknya komunitas belajar di antara dosen baik satu bidang keahlian maupun dengan bidang keahlian yang berbeda. Pengamatan observer tentang belajar dalam lesson study memungkinkan terjadi perbedaan. Hal ini sangat bergantung pemahaman observer pada belajar itu sendiri. Pengelompokan belajar mahasiswa berdasarkan kemampuan sangat diperlukan. Pengelompokan mahasiswa berdasarkan kemampuan rendah secara homogen memungkinkan terjadinya “lompatan belajar” disbanding mahasiswa berkemampuan tinggi.
DAFTAR RUJUKAN Adair, L. M. & Chiaverina, C. J. 2000. Preparation of Excellent Teachers at All Levels. Canada: AAPT Planning Meeting, 27-28 Juli 2000. Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Taman Kanakkanak dan Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21 (SPTK-21). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Jalal, F. & Supriadi, D. (editor). 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Bappenas – Adicita Karya Nusa. Lewis, C. C. 2002. Lesson study: A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philedelphia, PA: Research for Better School, Inc. McDermott, L.C. 1990. A Perspective on Teacher Preparation in Physics and Other Sciences: The Need for Special Science Course for Teacher. American Journal of Physics. 58 (8). p. 734-742. McDermott, L. C., Shafferi, P. S., & Constantinou, C. P.. 2000. Preparing Teachers to Teach Physics and Physical Science by Inquiry. Physics Education. 35(6). p. 411-416. National Research Council. 1996. National Science Education Standard. Washington DC: National Academy Press. National Research Council. 2002. Inquiry and the National Science Education Standard: A Guide for Teaching and Learning. Washington DC: National Academy Press. Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Richardson, J.. 2004. Lesson study: Teacher learn how to improve instruction. National Staff Development Council (NSDC) (tersedia http://www.nsdc.org).
293
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM MAHASISWA KIMIA FMIPA UM SEMESTER I TAHUN 2011/2012 MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN STANDAR PROSES YANG DIMODIFIKASI
Muntholib Aman Santoso Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, 65145, e-mail:
[email protected]
Abstrak: Perkuliahan tahun pertama merupakan masa transisi bagai pebelajar, dari kehidupan sekolah (SLTA) menuju kehidupan kampus (PT). Pada tahun pertama prestasi belajar mahasiswa untuk mata kuliah bidang studi biasanya kurang memuaskan. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti mencoba menerapkan strategi pembelajaran standar proses yang dimodifikasi, disesuaikan dengan strategi pembelajaran di perguruan tinggi. Tujuan studi ini adalah mengetahui efektifitas strateri pembelajaran standar proses yang dimodifikasi dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar Kinetika Kimia mata kuliah Praktikum Kimia Umum Mahasiswa Kimia FMIPA UM tahun perkuliahan 2011/2012.Studi ini menggunakan design classroom action research berbasis Lesson Study dalam dua siklus. Observer penelitian ini adalah empat orang asisten yang terdiri atas satu orang mahasiswa pendidikan kimia tingkat akhir, dua orang sarjana pendidikan kimia fresh graduate, dan satu orang mahasiswa pasca sarjana pendidikan kimia.Intrumen study ini mencakup pretes, lembar kerja, lembar pengamatan aktifitas mahasiswa, dan postes. Hasil studi menunjukkan bahwa strategi pembelajaran standar proses yang dimodifikasi dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar mahasiswa; rata-rata skor tes Laju Reaksi (siklus I) meningkat dari 62,1 (pretes) menjadi 85,2 (postes) dan Kesetimbangan Kimia (siklus II) meningkat dari 63,6 (pretes) menjadi 88,3 (postes). Kata kunci: proses belajar, hasil belajar, pembelajaran standar proses yang dimodifikasi
Tahun pertama merupakan masa transisi bagi pebelajar, dari kehidupan sekolah (SLTA) ke kehidupan kampus (Perguruan Tinggi), dari sistem pembelajaran di mana pebelajar sangat tergantung pada pembelajar ke pembelajaran yang lebih mandiri. Pada masa ini, prestasi belajar pebelajar biasanya masih cukup baik. Namun demikian sering kali prestasi ini semu. Prestasi yang sekilas tampak baik ini belum tentu benarbenar baik. Pada tahun pertama, beban kuliah mahasiswa masih didominasi oleh matakuliah umum seperti Agama, Pancasila, Bahasa, Ilmu Sosial / Alamiah Dasar, atau matakuliah umum yang lain. Sementara matakuliah bidang studi belum terlalu dominan dan isinyapun masih pendalaman dari materi pelajaran SMA. Oleh karena itu, tidak jarang prestasi belajar mahasiswa yang terlihat bagus yang sesungguhnya bagus adalah prestasi matakuliah umum, bukan matakuliah bidang studi. Matakuliah bidang studi tahun pertama, meskipun sifatnya masih berupa pendalaman materi pelajaran SMA, sangat penting bagi keberhasilan studi mahasiswa. Materi kuliah matakuliah-matakuliah ini adalah dasar-dasar pengetahuan yang akan dipelajari mahasiswa pada tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, setiap mahasiswa dituntut untuk menguasai materi kuliah bidang studi tahun pertama dengan baik. Salah satu matakuliah bidang studi yang wajib diikuti oleh mahasiswa kimia tahun pertama adalah Praktikum Kimia Umum. Matakuliah ini memiliki bobot 1 satuan kredit semester (sks) 3 jam semester (js).Salah satu materi pelajaran matakuliah ini adalah kinetika kimia yang mencakup kecepatan reaksi dan kesetimbangan kimia.
294
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Dari tahun ke tahun prestasi belajar mahasiswa untuk matakuliah ini relatif tetap, pada kisaran skor 56 – 80 atau C sampai B+. Design perkuliahan praktikum yang biasa dilakukan di laboratorium kimia adalah penjelasan awal, pelaksanaan praktikum, dan penutup. Penjelasan awal menyangkut tujuan perkuliahan, dasar teori, cara kerja, dan cara analisis data. Pada pelaksanaan praktikum mahasiswa melaksanakan praktikum di bawah bimbingan asisten dan dosen. Sedangkan pada bagian penutup mahasiswa melaporkan hasil praktikumnya kepada asisten atau dosen. Di tengah dan akhir semester biasanya dosen melakukan review praktikum yang telah dilakukan mahasiswa, dan mengadakan ujian tulis atau ujian praktek. Design perkuliahan praktikum di atas sangat berbeda dengan design pembelajaran standar proses yang ditetapkan pemerintah untuk sekolah dasar dan menengah. Menurut design pembelajaran standar proses (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2011), pembelajaran dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu: (1) pendahuluan, (2) inti pembelajaran, dan (3) penutup. Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk memfokuskan perhatian dan membangkitkan motivasi pebelajaruntuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini dapat berupa: (1) penarikan perhatian siswa dengan cara menunjukkan specimen/gambar yang menarik, memberikan illustrasi atau menampilkan animasi; (2) mengaitkan pengetahuan awal pebelajar dengan materi yangakan dipelajari; (3) memotivasi pebelajar dengan cara menggambarkan manfaat materi yang akan dipelajari; dan (4) menjelaskan mekanisme pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan sesuai dengan skenario pembelajaran. Kegiatan inti pembelajaran dapat mencakup 3 bagian, yaitu: (1) eksplorasi, (2) elaborasi, dan (3) konfirmasi. Dalam eksplorasi pembelajar (1) membimbing pebelajar mencari informasi yang luas dan dalam tentang materi kuliah yang akan dipelajari secara kontekstual dengan melibatkan berbagai sumber belajar; 2) menggunakan beragam pendekatan dan media pembelajaran;3)mendorong terjadinya interaksi pebelajar-pebelajar dan antara pebelajardengan pembelajar, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;4) melibatkan pebelajar secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan5) membimbing pebelajar melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. Dalam elaborasi pembelajar (1) mendorong pebelajarmembiasakan diri untuk membaca dan menulis; (2) membimbing pebelajar mengemukakan gagasan baik lisan maupun tulisan; (3) membimbing pebelajar menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak; (4) membimbing pebelajar untuk belajar dan bekerja secara kooperatif dan kolaboratif; (5) membimbing pebelajar untuk berkompetisi secara sehat dalam meningkatkan prestasi belajar; (6) membimbing pebelajar untuk membuat laporan eksplorasi, baik lisan maupun tertulis, baik individual maupun kelompok; (7) membimbing pebelajar untuk menyajikan hasil kerjanya, baik kerja individu maupun kelompok; (8) membimbing pebelajar untuk melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan; dan (9) membimbing pebelajar untuk melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. Dalam konfirmasi pembelajar (1) memberikan umpan balik dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun dalam bentuk hadiah; (2)memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi pebelajar; (3) membimbing pebelajar untuk melakukan refleksi guna memperoleh pengalaman belajar; dan (4) membimbing pebelajar untuk memperoleh pengalaman bermakna. Sedangkan dalam kegiatan penutup pembelajar (1) membimbing pebelajar untuk membuat rangkuman/simpulan; (2) melakukan penilaian dan/atau refleksi; (3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan (4)menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya. Meskipun perbedaan antara design perkuliahan praktikum dengan standar proses pembelajaran di atas tidak terlalu jauh, tetapi elaborasi langkah-langkah pembelajarannya jauh berbeda. Pada design perkuliahan praktikum, pendahuluan tidak mementingkan orientasi, apersepsi, motivasi, dan penjelasan skenario pembelajaran, sebab skenario pembelajaran sudah menjadi aktifitas rutin. Biasanya elaborasi konsep dan prosedur praktikum menjadi menu wajib pada tahap pendahuluan. Eksplorasi tahap inti pembelajaran terfakus pada penggalian data melalui kegiatan percobaan dan sangat sedikit, kalo ada, elaborasi. Konfirmasi juga sedikit sekali, kalau ada, dan dilakukan pada tahap penutup kegiatan pembelajaran. Penelitian ini memperluas elaborasi setiap tahap perkuliahan praktikum mengikuti standar proses pembelajaran sesuai Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 yang disesuaikan dengan kondisi pebelajar, yaitu mahasiswa tahun pertama. Meskipun tidak seluas standar proses, penelitian ini mencoba menghadirkan tahap-tahap pembelajaran yang mencakup pendahuluan, inti pembelajaran, dan penutup dengan merinci inti pembelajaran menjadi tiga bagian, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 295
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research) berbasis Lesson Study.Penelitian ini berusaha mengkaji dan merefleksi beberapa aspek pembelajaran yang mencakup partisipasi pebelajar, interaksi pembelajar-pebelajar, interaksi pebelajar-pebelajar, dan hasil pembelajaran. Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus yang disesuaikan dengan alokasi waktu dan materi pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari empat langkah (Kemmis dan McTaggart, 1988), yaitu: 1) Perencanaan; perumusan masalah, penentuan tujuan dan metode penelitian serta pembuatan rencana tindakan. 2) Tindakan; upaya perubahan yang dilakukan dalam pembelajaran. 3) Obeservasi; pengamatan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran yang dilakukan secara sistematis. 4) Refleksi; pengkajian terhadap dampak dari tindakan yang dilakukan. Secara operasional prosedur penelitian yang dilakukan pada siklus pertama penelitian ini adalah: 1) Perencanaan; peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: materi kuliah, rencana pembelajaran, alat evaluasi, worksheet, quis, dan lembar observasi. 2) Pelaksanaan; pembelajar mengimplementasikan strategi pembelajaran standar proses yang dimodifikasi. Pembelajaran dimulai dengan tanya jawab kontekstual yang diikuti dengan pertanyaan pokok yang hanya bisa dijawab setelah pembelajaran berakhir (kegiatan pendahuluan), tanya jawab tentang materi kuliah (eksplorasi), pembentukan kelompok secara heterogen yang diikuti dengan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah (elaborasi), dan diskusi kelas / presentasi (konfirmasi). Kegiatan pembelajaran ditutup dengan kesimpulan dan evaluasi. 3) Observasi; peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan pebelajar menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. 4) Refleksi; peneliti melakukan: (a) Analisis hasil observasi yang mencakup keaktifan pebelajar dalam pembelajaran, kemampuan pebelajar dalam menerapkan konsep, hasil diskusi kelompok pebelajar, hasil postes, dan kualitas presentasi. Hasil-hasil yang diperoleh dan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan pertama dipakai sebagai dasar dalam melakukan perencanaan siklus berikutnya. (b) Analisis beberapa kekurangan/ kelemahan perencanaan dan pelaksanaan. Beberapa indikator keberhasilan siklus I dan II disajikan pada Tabel 1. Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Kimia FMIPA UM. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa kimia tahun pertama yang mengikuti perkuliahan Praktikum Kimia Umum pada Semester I tahun 2011/2012 yang berjumlah 39 orang. Materi kuliah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinetika kimia. Penelitian dilaksanakan pada bulan Julisampai dengan Nopember2011. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan bulan September sampai Nopember2011. Tabel 1.Indikator Keberhasilan Proses Siklus I dan Siklus II Aspek Keaktifan pebelajar mengajukan pertanyaan Ketepatan waktu melakukan kegiatan eksplorasi dan elaborasi (mengerjakan LKS) Interaksi antar pebelajar dalam kerja kelompok Kemampuan pebelajar menjelaskan pemecahan masalah
Indikator Keberhasilan siklus I (%) siklus II (%) 40 50 60 60 60
75 80 75
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: rencana pembelajaran, lembar observasi, worksheet, kuis, dan tes hasil belajar. Instrumen observasi disusun berdasarkan komponen standar proses Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Kuis dan tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan tes. Teknik observasi digunakan untuk merekam kualitas pembelajaran. Sedangkan tes digunakan untuk mengetahui kualitas hasil belajar. HASIL DAN PEMBAHASAN
296
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Siklus I berlangsung 3jam pelajaran @ 50 menit. Pada setiap pertemuandilaksanakan pretes dan pos tes @ 15 menit. Pembelajaran dilakukan secara klasikal (pendahuluan, eksplorasi, konfirmasi dan penutup) dan kelompok (eksplorasi dan elaborasi). Pada pembelajaran kelompok, pebelajar dibagi menjadi 8kelompok yang masing-masing terdiri atas 4 atau 5 orang.Dengan komposisi tersebut pembelajarmasih dapat mengontrol kegiatan pembelajaran. Pembelajar selalu memantau aktifitas setiap pebelajardalam pembelajaran sehingga mereka berpartisipasi dengan sangat baik. Pada saat kerja kelompok, hampir semua anggota kelompok dapat bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang terdapat dalam worksheet. Tetapi masih ada anggota kelompok yang belum bisa bekerja sama dan tampak kebingungan. Demikian juga pada sesi konfirmasi, masih ada anggota kelompok yang sama sekali tidak berani berargumentasi, meskipun pembelajar sudah memandunya dengan pertanyaan-pertanyaan pemandu. Hal ini tampak dari perolehan poin aktifitas pebelajaryang bervasiasi mulai dari 1 sampai dengan 40. Kelompok poin yang menunjukkan tingkat partisipasi pebelajar dalam pembelajaran disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Partisipasi Pebelajar dalam Pembelajaran Siklus I Kriteria Kurang aktif Cukup aktif Aktif Sangat aktif Jumlah
Kelompok Poin 1-9 10-19 20-29 30-40
Jumlah pebelajar 7 16 12 4 39
Persentase (%) 17,95 41,03 30,76 10,26 100
Berdasarkan data Tabel 2 dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I 32 dari 39pebelajar (82%) berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar pebelajar mengikuti pelajaran dengan baik namun belum banyak mangajukan, menjawab, atau menanggapi pertanyaan temannya dalam diskusi. Pebelajar yang benar-beanr aktif 16orang dan 4 orang di antaranya sangat aktif dalam pembelajaran. Mungkin karena subjeknya mahasiswa tahun pertama yang masih berada pada keadaan transisi dari kehidupan sekolah ke kehidupan kampus. Aktifitas belajar yang baik ini perlu dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap pembelajar sehingga masa studi mahasiswa dapat dikurangi dan dengan kualitas yang memuaskan. Hasil belajar pebelajar diukur dengan tiga jenis kegiatan evaluasi yaitu penyelesaian tugas, pretes, dan postes. Tabel 3 menyajikan ringkasan hasil belajar.Pada tugas 1 semua kelompok pebelajar mengumpulkan tepat waktu, meskipun belum semua pebelajar bekerja dengan baik. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pebelajarsudah dapat bekerja sama. Pada pertemuan berikutnya, tugas 2, semua kelompok pebelajar bekerjasama dengan lebih baik sehingga mereka dapat menyelesaikan praktikum lebih cepat. Namun demikian masih ada tiga pebelajaryang skor postesnya cukup rendah, yakni kurang dari 60. Hasil penelusuran menunjukkan bahwa ketiga mahasiswa tersebut belum dapat beradaptasi dengan baik, masih suka menyendiri dan kurang percaya diri. Tabel 3. Hasil Belajar Pebelajar pada Siklus I Kriteria Tugas Kuis 1 (Pretes) Kuis 2 (Postes)
Skor rerata 82,55 62,1 85,3
Penggunaan strategi pembelajaran standar proses yang dimodifikasi dalam pembelajaran laju reaksi dapat meningkatkan aktifitas pebelajar dalam tanya jawab, praktikum, diskusi, dan presentasi. Peningkatan aktifitas ini juga diikuti oleh peningkatan hasil belajar di mana skor pretes pada siklus I adalah 62,1 sedangkan skor postesnya adalah angka 85,3. Capaian siklus I yang lain disajikan pada Tabel 4.
297
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 4 menunjukkan bahwa pembelajaran yang berlangsung pada siklus I ini berjalan cukup baik. Dari 4 aspek yang diukur, 3 aspek dapat mencapai target dan 1 yang lain mendekati target. Namun demikian kualitas proses ini masih perlu terus ditingkatkan sehingga dicapai pembelajaran yang benarbenar berkualitas. Berdasarkan hasil siklus I, siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut: 1) memperluas elaborasi dan konfirmasi. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi keraguan pebelajar akan kebenaran jawaban temannya; dan 2) Memantau dan memverifikasi pemahaman setiap pebelajar dengan pertanyaan pemantau sehingga setiap pebelajar mempunyai rasa percaya diri untuk mengemukakan pendapat, baik dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Dua perbaikan di atas diterapkan pada siklus II dengan strategi pembelajaran yang sama dengan siklus I. Di samping penambahan dua perbaikan di atas, materi kuliahnya juga baru, yaitu kesetimbangan kimia. Pembelajaran dilakukan 3 jam pelajaran @ 50 menit. Pada akhir pembelajaran dilaksanakan postes selama 15 menit. Tabel 4. Capaian Pelaksanaan Tindakan Siklus I Aspek Keaktifan pebelajar mengajukan atau merespon pertanyaan Ketepatan waktu melakukan kegiatan eksplorasi dan elaborasi (mengerjakan LKS) Interaksi antar pebelajar dalam kerja kelompok Kemampuan pebelajar menjelaskan pemecahan masalah
Target (%) 40 60 60
Capaian (%) 38 100 82
60
74
Tabel 5. Partisipasi Pebelajar dalam Pembelajaran Siklus II Kriteria Kurang aktif Cukup aktif Aktif Sangat aktif Jumlah
Kelompok Poin 1-9 10-19 20-29 30-40
Jumlah pebelajar 3 16 16 4 39
Persentase (%) 7,69 41,03 41,03 10,26 100
Partisipasi pebelajar pada tiap-tiap pertemuan berjalan dengan lebih baik dan lebih interatif dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus ini pembelajarjuga dapat memantau kinerja setiap pebelajar dengan baik. Setiap pebelajar merasa lebih yakin dengan pemahamannya karena setiap respon yang dikemukakannya selalu di konfirmasi dan diverifikasi oleh pembelajar. Pada saat presentasi, pembelajar menunjuk anggota kelompok yang akan presentasi sehingga semua anggota kelompok siap menjadi presenter. Demikian juga pada tanggapan masing-masing kelompok, pembelajar menugaskan/menunjuk salah satu anggota kelompok untuk memberikan komentar sehingga aktifitas pebelajaran dalam pembelajaran menjadi lebih merata. Deskripsi partisipasi pebelajar dalam proses pembelajaran yang dihitung berdasarkan poin yang diperoleh pebelajar disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa 36 dari 39pebelajar (92%) berpartisipasi aktif dalam pembelajaran siklus II. Angka ini lebih baik dari pada siklus I yang besarnya 82%. Pada siklus II ini banyaknya pebelajar yang benar-benar aktif juga bertambah menjadi 51% dari siklus I yang besarnya 41%. Pebelajar lainnya mengikuti pelajaran dengan baik namun tidak mengajukan pertanyaan, menjawab, atau menanggapi pertanyaan dalam diskusi. Di samping kualitas proses pembelajaran, kualitas hasil belajar siklus II juga sedikit lebih baik dari pada siklus I. Tiga jenis evaluasi yang dilakukan pada siklus II, yaitu penyelesaian tugas, pretes, dan postes, memberikan angkat yang lebih baik dari pada siklus I. Ringkasan hasil belajar pebelajarpada siklus II disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Belajar Pebelajar pada Siklus II
298
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kriteria Tugas Kuis 1 (Pretes) Kuis 2 (Postes)
Skor rerata 90,50 63,6 88,3
Pada siklus II pebelajarjuga diberikan tugas, pretes dan postes. Tabel 6 menunjukkan bahwa motivasi pebelajardalam menyelesaikan tugas-tugas juga tetap tinggi seperti pada siklus I. Semua pebelajar mengerjakan tugas dengan baik dan mengumpulkan tepat waktu. Skor rerata postes pada siklus II (88,3) sedikit lebih tinggi dari pada siklus I (85,2). Penggunaan standar proses yang dimodifikasidengan penekanan pada aspek konfirmasi dapat meningkatkan aktifitas pebelajardalam pembelajaran dan meningkatkan kualitas presentasi dan diskusi kelas. Capaian pebelajar pada siklus II disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Capaian Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II Aspek Keaktifan pebelajar mengajukan pertanyaan Ketepatan waktu melakukan kegiatan eksplorasi dan elaborasi (mengerjakan LKS) Interaksi antar pebelajar dalam kerja kelompok Kemampuan pebelajar menjelaskan pemecahan masalah
Capaian siklus I (%) 38
Target siklus II (%) 50
100 82 74
75 80 75
Capaian siklus II (%) 51 100 87 77
Dari 4 aspek yang diukur pada siklus II, semuanya dapat melampaui target. Kemampuan menjelaskan sesuatu memang tidak mudah, tidak hanya membutuhkan kompetensi dalam memahami materi pelajaran tetapi juga kompetensi dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Namun demikian rasa percaya diri yang besar akibat bekal pengetahuan yang dimilki dapat mendorong pebelajar untuk mengemukakan pendapatnya, mengemukakan penyelesaian masalah yang diketahuinya. Penerapan standar proses yang dimodifikasi dalam pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran sangat baik,pebelajartidak saja berpartisipasi aktif dalam pembelajaran tetapi juga memperlihatkan aktifitas mental yang menjadi indikator berlangsungnya proses belajar. Pebelajar menelaah setiap masalah yang dihadapi, mendiskusikan penyelesaiannya, dan menelaah bahan ajar untuk menemukan jawabannya.Kualitas hasil belajar mendukung analisis yang terjadi pada kualitas proses, skor rerata postes siklus II menunjukkan angka 88,3. Suatu angka hasil belajar yang luar biasa. Kombinasi metode pembelajaran ceramah, tanya jawab, praktikum, diskusi dan presentasi yang diramu secara proporsional membantu mahasiswa memahami materi kuliah dengan sempurna. Kinetika kimia merupakan bagian penting dari kimia fisik, bahan kajian kimia yang ditakuti mahasiswa.Namun demikian, dengan strategi pembelajaran yang baik materi kuliah yang sulit ini bisa dipahami mahasiswa dengan baik. Alur penyajian materi perkuliahan yang baik, dimulai dari orientasi, motivasi dan apersepsi guna membentuk pemahaman awal pebelajar, diikuti dengan eksplorasi dan elaborasi guna memperkaya pemahaman, dilanjutkan dengan presentasi dan konfirmasi guna membentuk pemahaman yang benar, dan diakhiri dengan penutup guna merangkum dan menyimpulkan hasil belajar, melahirkan rasa percaya diri yang tinggi pebelajar sehingga mereka merasa dapat memahami materi kuliah dengan baik. Dengan overview yang jelas mahasiswa dapat memahami arah dan sasaran perkuliahan. Di setiap tahap dalam introdusir konsep (istilah), deskripsi atau mekanisme pembelajar selalu menyelinginya dengan tanya jawab guna memantau dan mengkonfirmasi pemahaman setiap mahasiswa. Dengan cara ini pembelajar mengetahui siapa di antara peserta mata kuliah ini yang bisa mengikuti kuliah dengan baik, bisa mengikuti kuliah dengan bantuan, dan tidak bisa mengikuti kuliah. Apabila mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep, deskripsi atau mekanisme yang pembelajar jelaskan, pembelajar meminta mereka membuka hand out. Pembelajar beri waktu sejenak untuk membaca sendiri materi kuliahnya. Pembelajar keliling kelas untuk memantau pemahaman mahasiswa sambil menjelaskan kosa kata yang barang kali 299
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
maknanya belum diketahui. Pada akhir tahap elaborasi pembelajar minta mahasiswa berkelompok untuk mendiskusikan penyelesaian worksheets dan mempresentasikan hasilnya. Dengan cara ini pembelajar berharap mahasiswa dapat menerapkan pemahamannya dalam menyelesaikan soal-soal. Akhirnya, setiap perkuliahan selalu diakhiri dengan kesimpulan dan rangkuman yang berisi inti materi perkuliahan. Dengan cara ini mahasiswa yang lambat belajar minimal memahami materi kuliah secara global, sedangkan yang cepat belajar dapat memahami materi kuliah secara detail. Temuan-temuan penting dari implementasi standar proses yang dimodifikasiini adalah: (1) pembelajaran yang dilakukan dengan memadukan berbagai metode dengan pendekatan tanya jawab untuk meningkatkan proses mental pebelajar memerlukan waktu yang panjang; (2) Bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup yang diperoleh pebelajar dari proses belajar sebelumnya, khusunya kegiatan eksplorasi, memudahkan dan meningkatkan motivasi pebelajar pada kegiatan elaborasi. Bekal pengetahuan yang dimaksud di sini adalah pemahaman konsep terkait, sedangkan bekal keterampilan adalah keterampilan melaksanakan praktikum; (3) Implementasi standar proses yang dimodifikasi memerlukan kemampuan pengelolaan kelas yang baik sehingga dinamika dan kinerja setiap pebelajar dapat berjalan baik; dan (4) Pemahaman individu pebelajar perlu dipantau dan dikonfirmasi dengan pertanyaan-pertanyaan konfirmer, baik pebelajar yang cepat belajar apalagi yang lambat belajar. KESIMPULAN Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Standar proses yang dimodifikasidapat diterapkan pada pembelajaran kinetika kimia mata kuliah Praktikum Kimia Umum. Optimasi standar proses dengan pertanyaan pemantau dan pemverifikasi pemahaman dapat menumbuhkan motivasi belajar, keberanian mengemukakan pendapat, dan hasil belajar pebelajar. (2) Implementasi standar proses yang dimodifikasi dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Penggunaan strategi ini meningkatkan partisipasi pebelajar dalam pembelajaran (bertanya, menjawab, dan menanggapi), penyelesaian tugas, interaksi pebelajaran dalam kelompok, dan pemecahan masalah secara kelompok. (3) Implementasi standar proses yang dimodifikasi dapat meningkatkan kualitas hasil belajar pebelajar dari skor rata-rata 62,1 (pretes) menjadi 85,2(postes) (siklus I) dan 63,2 (pretes) menjadi 88,3 (postes) (siklus II). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disarankan: 1) standar proses yang dimodifikasiperlu diimplementasikan dalam pembelajaran guna meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran, dan 2) perlu penelitian lanjutan untuk meningkatkan keefektifan penggunaan standar proses yang dimodifikasi dan mengetahui keefektifannya untuk mata kuliah atau materi kuliah yang lain. DAFTAR RUJUKAN Arends, R.I. 1988. Clasroom Instructional Management. New York: MacGraw Hill Book Companies, Inc. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Dasna, I.W.,Kartini, Setyowati, I. 2009. Penggunaan Model Siklus Belajar Group Investigation untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa dalam Mempelajari Kimia. Jurnal SAINS. 38(1):30039-48. Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Katalog Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. Malang: Universitas Negeri Malang. Gabel, D. 1999. Improving Teaching and Learning Through Chemistry Education Research. A look to The Future.Journal of Chemical Education, 76:548-553. Kemmis, S. & McTaggart, R. 1988. The Action Research Planner. Third Edition. Victoria: Deakin University Press. Muntholib. 2011. Increasing Learning Quality of Metabolism for International Level of Teacher Tradining Students Using Standar proses yang dimodifikasi. International Conference Proceeding on Learning Technology. FIP, Universitas Negeri Malang. Rohandi, R. 2001. Menuju Kebiasaan Bertanya Dalam Pembelajaran Sains Di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
300
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Senjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Winarni, E.W. 2006. Peningkatan Penguasaan Konsep IPA Siswa melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 35(2):211-225.
301
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
KAJIAN TENTANG PELAKSANAAN LESSON STUDY DALAM PROSES PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS INKUIRI DAN BERPUSAT PADA SISWA
Sri Rahayu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang (UM), Email:
[email protected]
Abstract. Many efforts have been done by Indonesian government to reform science education. The essence of the reform lies on decentralized educational system, competence-based curriculum, and reform of learning paradigm. The new curriculum 2006 suggests that pedagogy at all educational levels should be student-centered. In fact, however, many new instructional strategies haven’t really implemented in teachers’ profession. This because teachers don’t have supporting teaching culture dan there is no adequate system for teachers’ professional development. The purpose of this research is to examine the process of lesson study as an innovative approach dan to see its effectiveness in practice. Research subjects were 19 persons of MGMP chemistry teachers in Pasuruan City. The research was conducted in semester II 2008/2009 and semester II 2009/2010. Research design was descriptive qualitatively. Data was collected by observation, field note, interview and documentation and data in the form of interview transcript, field note, observation record and document. The data was content-analised, triangulated with other data and the results were described qualitatively and narratively. Results reveal that the lesson study activities done are effective in improving students’ active participation, instructional practice for students and teachers’ acquisition in professional development, teachers’ skills in classroom management, and teachers have positive perceptions towards the lesson study. Keywords: chemistry teacher, chemistry instruction, inquiry, lesson study, professional development, student-centered
Prestasi belajar siswa Indonesia dibandingkan dengan siswa dari negara-negara lain, misalnya Jepang, dalam bidang studi matematika dan sains relatif rendah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata siswa dalam PISA (Program for International Student Assessment) 2003 and TIMSS (Third International Mathematics and Science Study) 1999 seperti nampak dalam Tabel 1 di bawah ini. Hasil PISA dan TIMSS ini merupakan salah satu pencetus untuk mereformasi pendidikan sains di Indonesia. Tabel 1. Perolehan skor rata-rata siswa Indonesia dan Jepang dalam bidang matematika dan sains (Lemke et al., 2004; Gonzales et al., 2000) Indonesia 360 403 435
PISA 2003 (Matematika) TIMSS 1999 (Matematika) TIMSS 1999 (Sains)
Jepang 534 579 550
Salah satu upaya untuk mereformasi pendidikan sains yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah reformasi kurikulum sekolah. Kurikulum yang diberlakukan saat ini adalah kurikulum baru 2006. Esensi dari berbagai program pembaharuan pendidikan sains terletak terletak pada diterapkannya sistem pendidikan desentralisasi, kurikulum berbasis kompetensi dan reformasi paradigma belajar (Sidi, 2008). Kurikulum baru 2006 menyarankan agar pedagogi yang diterapkan di seluruh level sekolah sebaiknya berpusat pada siswa dengan menekankan kreativitas, kompetensi, kecakapan hidup dan pengalaman handson (Badan Nasional Standar Pendidikan, 2007). Oleh karena itu, guru bidang studi sains baik di level SD,
302
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
SMP maupun SMA diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi siswa dalam membangun pemahaman konsep dan ketrampilan sains serta sikap ilmiah. Selama ini, berbagai strategi pembelajaran baru yang dipandang inovatif tidak pernah benar-benar diterapkan dalam profesi mengajar. Hal ini disebabkan karena kultur mengajar guru tidak mendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi mengajar guru yang digunakan saat ini bergantung pada pengalamannya saat pertama kali mengajar di sekolah. Praktek pengajaran ini tetap bertahan selama karirnya sebagai guru. Strategi pembelajaran yang digunakan guru saat pertama kali mengajar di sekolah digunakan oleh guru sebagai fondasi bagaimana guru mengajar di kelas saat ini. Bahkan seringkali guru tergantung pada strategi pembelajaran yang kurang efektif yang dicontohkan guru kepada mereka saat mereka masih duduk di bangku SMA. Kegiatan pembelajaran yang kurang mendukung pelaksanaan kurikulum baru 2006 harus diubah agar apa yang diharapkan oleh kurikulum dapat terwujud. Salah satu cara adalah mengubah strategi pembelajaran yang biasanya berpusat pada guru ke arah strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sehingga siswa menjadi lebih diberdayakan dalam proses belajarnya. Perubahan ini hanya dapat dilakukan dengan cara mengkaji praktek pengajaran itu dan melihat dampaknya terhadap belajar siswa. Agar supaya perubahan ini terjadi maka sekolah perlu menciptakan suatu proses bagi guru untuk mengkaji secara sistematik strategi-strategi pembelajaran dan mengambil contoh pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Sayangnya, sejauh ini para guru belum memiliki cara yang sistematik untuk melakukan kolaborasi dan untuk mengubah praktek pembelajaran. Dengan adanya desentralisasi pendidikan maka perubahan yang harus dilakukan tersebut menjadi tanggungjawab guru dan sekolah. Guru seringkali menghadapi kesulitan dalam menemukan strategi pembelajaran dan pembelajaran yang ‘efektif’ dan yang lebih jelek lagi para guru hanya mengandalkan pemerintah dalam upaya-upaya reformasi pendidikan. Sangat sering guru-guru yang berpengalaman hanya menunggu gerakan reformasi semacam ini. Guru melanjutkan mengimplementasikan metode-metode pembelajaran yang telah mereka gunakan saat memulai karir sebagai guru. Keadaan ini terjadi bukan karena guru malas atau ingin menggunakan strategi mengajar yang tidak efektif, namun karena tidak ada pilihan lain yang disediakan oleh sistem di sekolah. Program pengembangan profesi guru masih menjadi fokus reformasi pendidikan sampai saat ini. Misalnya, adanya pelatihan dan workhop yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam mengenalkan berbagai inovasi pembelajaran. Namun, walaupun kegiatan ini masih tetap berlanjut sampai sekarang, hasil belajar siswa masih kurang memuaskan. Menurut Stigler & Heibert (1999: 12-13) program pengembangan profesi seharusnya memberikan kesempatan bagi guru untuk belajar tentang pembelajaran. Pengembangan profesi guru merupakan suatu proses pendidikan yang terencana, kolaboratif dan berkelanjutan yang bertujuan untuk membantu guru dalam (1) memperdalam materi bidang studi; (2) mengasah ketrampilan mengajar di kelas; (3) menghasilkan dan menyumbang pengetahuan baru terhadap profesi; (4) meningkatkan kemampuan memonitor belajar siswa, sehingga mereka dapat memberikan umpan balik yang konstruktif pada siswa dan membantu mengarahkan mengajarnya sendiri (5) melanjutkan studi dalam bidang ilmunya dan pendidikan pada umumnya (Glenn, 2000: 18). Salah satu cara pengembangan profesi guru adalah melalui kegiatan lesson study. Dalam kegiatan lesson study guru secara sistematis meningkatkan pembelajaran dan mengurangi keterasingan guru jika lesson study dapat dipertahankan secara terus menerus (sustainable). Lesson study merupakan sebuah proses bagi guru untuk melakukan kolaborasi dalam mendesain pembelajaran sekaligus menguji tingkat keberhasilannya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Pada dasarnya lesson study meliputi langkah-langkah Plan (merencanakan), Do (melaksanakan pembelajaran) dan See (merefleksikan pembelajaran). Dalam proses ini, sekelompok guru bekerja sama dalam melakukan perencanaan untuk menyiapkan antara lain RPP, LKS, dan media pembelajaran, kemudian salah seorang guru mengimplementasikan pembelajaran yang telah dikembangkan secara kolaboratif di ruang kelas atau laboratorium sementara para guru yang lain mengamati kegiatan pembelajaran tersebut sambil mengumpulkan buktibukti belajar siswa. Setelah pembelajaran yang diamati berakhir, kelompok kolaboratif ini mendiskusikan dan merefleksikan tentang pembelajaran yang baru mereka amati di dalam suatu ruangan yang dipimpin oleh seorang moderator. Menurut Lewis (2000), mengembangkan ‘pembelajaran yang ideal’ bukanlah komponen yang paling penting dalam proses lesson study. Namun, fokus pada belajar siswa dan kolaborasi 303
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
secara professional merupakan penggerak proses kelompok lesson study. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji proses lesson study, sebagai pendekatan inovatif, dan melihat efektivitasnya dalam praktek pembelajarannya. Rumusan masalah penelitian adalah bagaimanakah gambaran keberhasilan proses lesson study yang diterapkan dalam penelitian ini? METODE PENELITIAN
Subyek Subyek penelitian adalah guru-guru Kimia MGMP Kota Pasuruan. Jumlah guru MGMP Kimia yang terlibat dalam kegiatan lesson study adalah 19 orang yang terdiri dari 11 guru dari SMAN, 5 orang dari MAN dan 3 orang dari SMA Swasta. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan pada semester II tahun 2008/2009 (tahap I) dan semester II tahun 2009/2010 (tahap II). Tabel 2 berikut menunjukkan jadwal dan kegiatan lesson study dan topik-topik kimia yang diangkat sebagai pembelajaran yang diamati (open lesson). Tabel 2. Kegiatan pada Tahap-Tahap Lesson Study dan Topik Kimia Yang Dikaji Tanggal 21 Feb 2009 28 Feb 2009 14 Mar 2009 21 Mar 2009
11 April 2009
Semester II 2008/2009 (tahap I)
Tanggal
Plan Plan Do &See di kelas 11 dengan topik “titrasi asam basa” (sesi 1). Guru model adalah Bpk Munadi dan kegiatan dilakukan di SMA Muhammadiyah Do & See di kelas 11 dengan topik “titrasi asam basa” (sesi 2). Guru model adlah Ibu Nita dan pembelajaran dilakukan di MAN Pasuruan
27 Feb 2010 6 Maret 2010 10 April 2010 24 April 2010
Do & See di kelas 10 dengan topik “Identifikasi 8 mei 2010 unsur C, H, O dalam senyawa karbon”.
Semester II 2009/2010 (tahap II) Plan Plan Do & See di kelas 11 dengan topik ‘minyak bumi’ Do & See di kelas 11 dengan topik Titrasi asam basa (sesi 3). Guru model adalah pBpk Rochim dan pembelajaran dilakukan di MAN Pasuruan Do & See di kelas 11 dengan topik ‘kelarutan dan pengaruh ion senama”.
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian dikumpulkan dengan cara observasi, catatan lapangan (field note), wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data penelitian berupa transkrip interview, catatan lapangan, catatan observasi dan dokumen. Data ini dianalisis kontennya, ditriangulasikan dengan data yang lain dan hasilnya dideskripsikan secara kualitatif dan naratif. Sebenarnya, keberhasilan lesson study dapat ditinjau dari partisipasi siswa dalam pembelajaran, hasil belajar siswa yang mencakup aspek kognitif, psikomotor dan afektif, praktek pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam pengembangan profesi, dan kemampuan guru dalam mengelola managemen kelas serta persepsi guru terhadap lesson study. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti maka data yang bisa dikumpulkan dan dianalisis dari kedua semester pelaksanaan lesson study ditunjukkan dalam Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Kriteria Keberhasilan Lesson Study Kriteria Keberhasilan
Data yang Dikumpulkan
304
Sumber Data
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
a. Siswa berpartisipasi secara aktif. b. Meningkatnya praktek pembelajaran yang dilakukan siswa dan perolehan guru dalam pengembangan profesi c. Meningkatnya ketrampilan mengelola kelas guru. d.
Persepsi guru yang positif terhadap kegiatan lesson study
Partisipasi siswa di dalam kelas dengan respon siswa terhadap pertanyaan guru dan aktivitas yang diamati. Komentar-komentar dalam melaporkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran, umpan balik dari kolega/observer. Catatan tentang alur pembelajaran dan interaksi dgn siswa. Umpan balik dari para observer secara keseluruhan, catatan tentang alur pembelajaran
Catatan lapangan peneliti dan para observer.
Pendapat dan komentar guru selama proses diskusi dan transkrip wawancara
Guru, catatan diskusi dan refleksi
Catatan lapangan peneliti , dokumen guru, catatan diskusi dan refleksi. Catatan lapangan peneliti, catatan diskusi dan refleksi.
Pelaksanaan Lesson study Lesson study yang diterapkan dalam kegiatan ini mencakup langkah-langkah Plan-Do-See, setiap semester kegiatan plan dilakukan 2 kali pertemuan sedangkan kegiatan Do-See dilakukan 3 kali seperti nampak dalam Tabel 2. Kegiatan ini dilakukan oleh team lesson study MGMP Kimia Kota Pasuruan yang terdiri dari 19 orang. Dalam Kegiatan Plan semester II 2008/2009, team guru diberikan pemahaman tentang lesson study, model pembelajaran inovatif learning cycle yang berbasis konstruktivistik dan berbasis inkuiri oleh peneliti selaku pendamping lesson study. Selanjutnya, para team guru tersebut memilih sendiri topik yang ingin mereka open class-kan dan ingin ditingkatkan kualitas pembelajarannya. Selanjutnya team membuat RPP dan perangkatnya untuk setiap topik-topik kimia yang dipilih dengan dipandu oleh peneliti/pendamping. Topik-topik yang dipilih adalah topik – topik yang sesuai dengan kharakteristik model pembelajaran learning cycle. Pada semester II 2009/2010 kegiatan juga diawali dengan plan 2 kali namun guru sudah paham dengan learning cycle sehingga RPP pada semester II 2009/2010 ini menjadi lebih baik dan sempurna dalam model pembelajaran itu dan pendamping tidak banyak memberikan input dalam keputusan-keputusan yang diambil oleh team guru. Topik –topik yang dipilih adalah topik yang bisa dilakukan inkuiri atau kegiatan berbasis laboratorium, antara lain titrasi asam basa, identifikasi unsur C, H, O dalam senyawa karbon, minyak bumi dan kelarutan dan pengaruh ion senama”. Selanjutnya ditetapkan sekolah dan guru yang akan tampil dikelas dengan menggunakan RPP yang telah dibuat di sekolah asalnya. Selain itu, disepakati pula oleh team bahwa pembelajaran yang telah diimplementasikan di kelas oleh guru model di sekolahnya akan diterapkan lagi di kelas yang lain pada topik yang sama namun dengan RPP yang telah diperbaiki berdasarkan diskusi dan refleksi yang dilakukan setelah pembelajaran tersebut diamati bersama. Selain mempersiapkan RPP dan perangkatnya serta alat evaluasi pembelajaran, team guru juga menyiapkan peta lokasi duduk siswa lengkap dengan nama masing-masing siswa. Langkah selanjutnya adalah kegiatan Do (open class). Seorang guru model mengajar di kelas dengan RPP yang sudah dibuat secara kolaboratif. Sementara anggota team lesson study yang lainnya menempatkan diri sebagai observer untuk mengumpulkan bukti-bukti belajar siswa. Masing-masing observer membawa RPP, LKS dan daftar nama siswa/denah tempat duduk siswa. Dalam kegiatan mengamati pembelajaran, seorang observer diberi rambu-rambu pertanyaan-pertanyaan berikut agar pengamatannya menjadi terfokus: Apakah tujuan pembelajaran jelas bagi siswa? Apakah aktivitas yang dikerjakan oleh siwa efektif menyumbang tercapainya tujuan pembelajaran? Apakah alur pembelajaran koheren dan mendukung siswa belajar konsep? Apakah masalah dan bahan ajar membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran? Apakah diskusi kelas membantu pemahaman siswa? Apakah materi pembelajaran cocok dengan tingkat pemahaman siswa? Apakah siswa menerapkan pengetahuan awalnya untuk memahami materi pelajaran? Apakah pertanyaan yang diajukan guru menarik perhatian dan memfasilitasi siswa dalam berfikir? Apakah ide-ide siswa dihargai dan dikaitkan dengan pelajaran? Apakah kesimpulan pelajaran mengaitkan ide-ide siswa? 305
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Apakah kesimpulan pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran? Bagaimanakah guru memberikan penguatan terhadap apa yang sudah dipelajari siswa selama pembelajaran?
Langkah terakhir dalam kegiatan lesson study adalah diskusi dan refleksi. Guru model beserta observer melakukan diskusi dan refleksi di sebuah ruangan atau di laboratorium tentang pembelajaran yang baru saja diamati dan dipandu oleh seorang moderator. Yang bertindak sebagai moderator adalah fasilitator lesson study. Kunci keberhasilan tahap diskusi adalah apabila refleksi dan komentar-komentar yang dilontarkan oleh observer bersifat mendukung dan tidak menghakimi guru model (Stepanek dkk., 2007). Hal yang paling penting adalah para pengamat mempertimbangkan bukti-bukti yang akan mereka sampaikan dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan selama diskusi. Dengan menuliskan refleksi personal dari pengamat setelah melakukan pengamatan akan memfokuskan dan mempertajam pembicaraan dalam diskusi dan meningkatkan nilai/manfaat untuk team lesson study. Observer diarahkan untuk memberikan komentar yang bisa memberikan pengaruh paling besar terhadap belajar siswa. Hal ini disebabkan karena mendiskusikan beberapa komentar lebih efektif daripada sekedar membaca daftar panjang pengamatan masing-masing observer. Moderator mendorong observer untuk memberikan komentarnya berlandasakan bukti-bukti yang dikumpulkan selama pengamatan. Agenda yang dilakukan dalam diskusi dan refleksi adalah: Guru memberikan komentar tentang pembelajaran. Moderator mengundang guru model untuk memberikan kesan-kesannya tentang pembelajaran yang direncanakan oleh team dan menggambarkan tantangan yang dijumpai selama pembelajaran. Anggota team lesson study memberikan komentar tentang pembelajaran. Moderator mengundang anggota team untuk berkomentar. Mengingat bahwa pembelajaran itu adalah milik seluruh anggota team maka setiap anggota berbagi satu atau dua komentar yang memfokuskan pada bukti-bukti seputar pemahaman siswa. Komentar akan berguna jika mengungkap kekuatan pembelajaran kemudian diikuti oleh tantangan atau kelemahan pembelajaran. Team juga dapat berbagi tentang sesuatu yang mengejutkan atau menarik yang mereka perhatikan selama alur proses pembelajaran berlangsung. Komentar dari peneliti/pendamping. Moderator meminta komentar dari pendamping berdasarkan data yang dikumpulkannya dari percakapan di kelas, tugas-tugas siswa dan kegiatan siswa. Pendamping tidak serta merta memberikan solusi untuk memperbaiki pembelajaran, namun menunjukkan kekuatan pembelajaran berdasarkan bukti-bukti sebelum berbagi tentang aspek/bidang yang perlu mendapat perhatian. Pendamping adalah patner dalam lesson study, dengan keahlian dan pengalaman, pendamping dapat menambahkan nilai tambah pada kegiatan team. Jadi peran peneliti di sini adalah berbagi data yang dikumpulkan, membantu team memahami data, dan membantu mereka mempertimbangkan upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengarahkan usaha perbaikan. Setelah diskusi dan refleksi berakhir, maka langkah berikutnya adalah team lesson study merevisi pembelajaran dengan cara memperbaiki RPP dan LKS atau aspek-aspek lain yang perlu diperbaiki. Kemudian anggota team mengajarkan kembali topik tersebut di kelas mereka sendiri kemudian mencatat hasilnya untuk kegiatan diskusi dan refleksi pada kegiatan berikutnya. Pembelajaran yang sudah direvisi pada semester II 2008/2009 selanjutnya diajarkan kembali di tahun berikutnya yaitu semester II 2009/2010. Topik yang direvisi dan diterapkan di tahun berikutnya adalah ‘titrasi asam basa’ menggunakan model pembelajaran yang tetap yaitu learning cycle berbasis inkuiri dan berpusat pada siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari Beberapa Open Class dan Diskusi-Refleksi
306
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Dari analisis field note tentang pembelajaran dalam open class yang dilakukan oleh peneliti dan guru pada tahap I semsester II 2008/2009 dan tahap II semester II 2009/2010 dalam mengajarkan topik-topik kimia, dokumen persiapan mengajar berupa RPP dan LKS yang telah dibuat oleh team, dan catatan hasil diskusi dan refleksi, nampak bahwa: a) pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada tahap II lebih berpusat pada siswa dan lebih banyak menggunakan kegiatan inkuiri baik dilakukan di laboratorium seperti titrasi asam basa dan topik kelarutan dan pengaruh ion senama dan pembelajaran inkuiri yang dilakukan di kelas seperti topik minyak bumi. Kemampuan guru dalam mengelola kelas dengan menggunakan strategi pembelajaran learning cycle menjadi lebih baik dan guru lebih memikirkan bagaimana caranya supaya siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk membangun konsepnya sendiri. Praktek pembelajaran siswa dan perolehan guru dalam kegiatan pengembangan profesi ini menjadi semakin meningkat. Sebagai case study, RPP yang dibuat team pada tahap II pada topik titrasi asam basa (sesi 3) mempertimbangkan pengalaman open class di tahap I dan juga masukan dari hasil diskusi dan refleksi. Sedangkan pada tahap I sendiri, team melakukan perbaikan terhadap RPP yang di open class-kan di sesi 1 untuk kemudian diterapkan lagi di kelas sendiri oleh masing-masing guru dan juga untuk diterapkan di open class sesi 2 pada semester yang sama. Berikut adalah beberapa aspek yang didiskusikan dan direfleksikan sebagai dasar perubahan dan revisi pembelajaran yang dilakukan oleh team lesson study: Aspek waktu pembelajaran yang direncanakan di RPP untuk titrasi asam basa. RPP pada topik titrasi asam basa untuk open class sesi 1 menggunakan strategi learning cycle direncanakan waktunya 2 x 45 menit. Pada fase engage, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang memotivasi siswa. Pada fase explore guru meminta siswa untuk membaca buku teks dan melengkapi LKS yang baru diberikan saat pembelajaran. Setelah itu, siswa dipersilahkan melakukan kegiatan titrasi asam HCl dan basa NaOH. Pada fase explain, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil percobaan dan fase extent siswa diberi beberapa soal untuk dikerjakan. Kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran molor waktunya sekitar 30 menit walaupun tujuan pembelajaran 70% sudah tercapai. Siswa kurang terampil dalam berinkuiri karena mereka baru pertama kali mengalami pembelajaran inkuiri sehingga ketika diajak untuk menggali informasi dari buku paket untuk mengisi LKS mereka nampaknya kebingungan selain itu mereka kurang terampil dalam melakukan titrasi, banyak kesalahan yang dibuat oleh siswa sehingga waktunya menjadi molor. Berikut ini cuplikan komentar guru pada saat diskusi dan refleksi: “pada awalnya siswa merasa kebingungan apa yang harus dilakukan (saat diminta untuk melengkapi LKS) seperti pada kelompok 7, namun setelah siswa melihat kelompok lain mereka mencoba walaupun agak kesulitan” (Ibu Nita) “sekali titrasi siswa dalam kelompok yang saya amati membutuhkan waktu sekitar 20 menit sehingga kalau 3x titrasi maka waktu kegiatan explorasi hanya habis digunakan untuk melakukan titrasi saja”(Ibu susi). “ menurut pemantauan saya sebaiknya waktu untuk eksplorasi ditambah, tidak 30 menit tetapi 60 menit sehingga pada fase ini siswa diberi penekanan-penekanan yang harus dilakukan sehingga tidak mengalami kebingungan” (Ibu Tantri) Berdasarkan hasil diskusi dan refleksi pada sesi 1, maka team lesson study merevisi RPP yang ada untuk digunakan kembali pada sesi 2. Aspek waktu pada RPP sesi 2 tetap dibuat 2x45 menit, namun kegiatan menggali informasi dalam buku teks untuk melengkapi LKS dilakukan oleh siswa dalam kelompoknya di luar jam saat open class dan guru membimbing siswa bagaimana mengisi LKS tersebut dan bagaimana menentukan titik ekivalen. Kegiatan ini dicobakan membutuhkan waktu 40 menit. Selain itu, dilakukan juga pemodelan bagaimana melakukan titrasi di awal kegiatan eksplorasi pada sesi 2 dan diberi penekanan oleh guru. RPP yang sudah direvisi ini diterapkan pada sesi 2 yaitu di MAN Pasuruan. Hasil diskusi dan refleksi pada sesi 2 ini mengungkap bahwa jika guru model melakukan pertemuan di luar open class sesi 2 selama 40 menit hanya 307
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
membicarakan bagaimana siswa melakukan titrasi, mengisi LKS dan menentukan titik ekivalen, maka bisa disimpulkan bahwa titrasi asam basa dengan menggunakan learning cycle sebenarnya membutuhkan waktu 3 x 45 menit agar tujuan pembelajaran benar-benar tercapai. Apalagi siwa di Pasuruan belum pernah melakukan inkuiri seperti yang ada dalam pembelajaran open class. Oleh karena itu team lesson study merevisi RPP yang digunakan pada sesi 2 menjadi RPP baru untuk sesi 3 dengan perubahan waktu menjadi 3x 45 menit. RPP untuk sesi 3 ini diterapkan di pembelajaran sesi 3 pada tahap II dan nampaknya masalah waktu tidak menjadi isu diskusi dan refleksi lagi. Dari ilustrasi ini disimpulkan bahwa penggunaan waktu untuk pembelajaran topik titrasi asam basa dengan strategi pembelajaran learning cycle yang berbasis inkuiri dan berpusat pada siswa sudah teruji secara empiris membutuhkan waktu efektif 3 x 45 menit dengan kondisi siswa berkemampuan rata-rata dan belum terbiasa dengan model pembelajaran tersebut. Aspek ketrampilan siswa dalam melakukan titrasi. RPP untuk pembelajaran topik titrasi asam basa menggunakan learning cycle yang merupakan pembelajaran berbasis inkuiri (guided inquiry). Berdasarkan catatan hasil pengamatan dan diskusi dan refleksi pada sesi 1, 2 dan 3 disimpulkan bahwa titrasi merupakan ketrampilan proses mengukur dan oleh karena ketrampilan ini merupakan pengalaman baru bagi siswa di kelas XI maka ketrampilan ini harus diajarkan dulu kepada siswa. Ketrampilan pokok yang ada dalam kegiatan melakukan titrasi adalah memasang buret, memasukkan larutan NaOH kedalam buret, mengukur larutan HCl, melakukan titrasi, membaca buret, menentukan titik ekivalen sampai pada menghitung konsentrasi asam yang dititrasi. Pada sesi 1, siswa sama sekali belum paham tentang titrasi sehingga ketika diberikan tugas melengkapi LKS dan melakukan titrasi banyak sekali dijumpai kesalahan dan tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan maksimmal serta memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang telah direncanakan. Aspek ini ditingkatkan lagi oleh team lesson study dengan cara memberikan pelatihan bagaimana mengisi LKS dan memodelkan cara melakukan titrasi sebelum kegiatan eksplorasi dilakukan sehingga RPP untuk sesi 2 dan juga aktivitas yang akan dilakukan oleh siswa menjadi lebih meningkat. Sehingga pada sesi 3 pembelajaran sudah lebih sempurna dibandingkan dengan pembelajaran sesi 1 dan 2. Dari ilustrasi ini dapat disimpulkan bahwa praktek pembelajaran yang dilakukan siswa dan perolehan guru dalam pengembangan profesi semakin meningkat. b) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih meningkat. Hal ini disebabkan karena: a) strategi pembelajaran dengan learning cycle yang diterapkan berbasis konstruktivistik memang pada hakekatnya mengajak siswa untuk aktif berfikir, tugas-tugas siswa dirancang dengan inkuiri yang berbasis hands-on activity dan diarahkan kontekstual sehingga dari tuntutan strategi ini sendiri siswa dapat menjadi lebih aktif. Karena strategi ini merupakan strategi pembelajaran baru bagi guru-guru MGMP Kota Pasuruan nampaknya mereka tertantang untuk menguasai langkah-langkah pembelajaran ini dengan baik; b) kemampuan guru dalam mengelola kelas menjadi semakin meningkat sehingga siswa dapat lebih berpartisipasi dalam belajar. Hal ini dilihat dari alur pembelajaran menjadi lebih baik dan lebih lancar dan guru lebih memposisikan siswa sebagai subyek belajar. Berikut ini cuplikasn komentar para observer pada sesi 1 yang digunakan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan partisipasi siswa pada kegiatan berikutnya: “sebenarnya siswa sudah nampak termotivasi terbukti anak-anak menjawab pertanyaan pancingan dari guru model tetapi sangat disayangkan guru model tidak merespon jawaban siswa, terus melanjutkan dengan membagikan LKS “(Ibu Nidar sesi 1) “kerjasama kelompok sudah sangat bagus sekali misalnya ada kelompok siswa yang bertanya bu ini kelompoknya dibagi? Terus saya jawab silahkan. Jadi mau melakukan diskusi kelompok sepertinya siswa mau membagi diri/tugas dulu” (Ibu Nita pada sesi 2). Dari uraian di atas ini dapat disimpulkan bahwa guru-guru MGMP Kimia Kota Pasuruan mengalami peningkatan dalam hal partisipasi siswa dalam pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola kelas, praktek pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan perolehan guru dalam kegiatan lesson study yang antara lain adalah guru menjadi praktisi yang lebih reflektif, lebih mengorientasikan pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered) kearah pembelajaran yang ber308
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
pusat pada siswa (student-centered) dan segala keputusan yang diambil terkait pembelajaran lebih mempertimbangkan pada aspek bagaimana siswa belajar, dan lebih terampil dalam melakukan kolaborasi. Selain itu, siswa menjadi lebih berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dengan learning cycle. Persepsi Guru Tentang Lesson Study Berdasarkan pendapat dan komentar guru yang diperoleh selama proses diskusi dan refleksi dan didukung oleh wawancara bebas dengan beberapa guru serta kehadiran guru dalam setiap kegiatan lesson study diperoleh kesimpulan bahwa guru memiliki persepsi yang positif tentang lesson study. Berikut ini beberapa cuplikan dari hasil wawancara dengan sekelompok guru: “Bagaimanapun juga guru yang maaf cara ngajarnya konvensional guru hanya duduk dan menjelaskan..maaf ya, itu anak khan muak. Dengan adanya lesson study mau tidak mau guru khan nggak bisa duduk aja….” “Kalau dulu RPP hanya pinjam dan fotokopi saja, sekarang dengan adanya lesson study kita harus membuat sendiri dan merasa ikut memiliki RPP itu” “guru-guru MGMP merasa tertantang dengan adanya lesson study karena betul-betul menekankan pada siswa yang belajar” “Dulu saya sering mengikuti kegiatan MGMP tapi lama-lama bosen dan saya jadi tidak suka, sekarang ada lesson study dan tahu manfaatnya, saya senang datang kemari”. “Dengan adanya lesson study itu kita dipaksa untuk tampil bu dan kita diwarnai oleh banyak orang. Kita jadi senang”. KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan lesson study yang telah dilakukan di semester II 2008/2009 dan semester II 2009/2010 memberikan hasil yang efektif ditinjau dari meningkatnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, meningkatnya praktek pembelajaran yang dilakukan siswa dan perolehan guru dalam pengembangan profesi, meningkatnya ketrampilan guru dalam mengelola kelas, dan persepsi guru yang positif tentang kegiatan lesson study. Adanya lesson study, sebagai cara mengembangkan profesi, memiliki pengaruh positif seperti: 1. Meningkatkan kolaborasi antar guru sehingga perasaan keterasingan guru menjadi semakin berkurang, rasa saling percaya (trust) menjadi meningkat, dan meningkatkan keinginan guru agar dapat membuka kelasnya untuk diamati dan kemampuan guru untuk belajar bersama. 2. Membantu guru untuk menjadi praktisi yang reflektif untuk menemukan ide-ide baru. Hal ini disebabkan karena adanya forum yang mendiskusikan tentang perbedaan pendapat diantara para guru dan mungkin menguji pendekatan-pendekatan yang berbeda dan mengumpulkan data tentang pengaruhnya terhadap belajar siswa. 3. Mengajak guru untuk belajar bagaimana cara menginvestigasi dan memperoleh pengetahuan dari praktek pembelajaran sehari-hari dan juga dari mengamati siswa belajar. 4. Membantu guru untuk mencari dan memikirkan tentang bagaimana siswa belajar sehingga dalam merencanakan pembelajaran guru bisa mengantisipasi bagaimana kemungkinan respon siswa terhadap sebuah pembelajaran misalnya pertanyaan atau tugas-tugas yang akan diberikan. Oleh karena itu, pada prinsipnya adalah membantu guru dalam memperoleh pemahaman yang baik tentang siswa dan kebutuhan siswa. 5. Membantu guru dalam menemukan pendekatan yang efektif dalam merencanakan kegiatan pembelajaran di masa-masa mendatang bila mereka bisa mempertahankan keberlanjutan dari kegiatan lesson study .
309
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Oleh karena itu, kegiatan lesson study perlu dilakukan secara terus menerus dalam praktek pembelajaran di sekolah. DAFTAR RUJUKAN Badan Nasional Standar Pendidikan. 2007. Standar Proses. Jakarta: BNSP Glenn, John. 2000. Before It’s Too Late. A Report to the Nation from the National Commision of Mathematics and Science Teaching for the 21st Century. Washington: US Department of Education. Gonzales P., Calsyn, C., Jocelyn L., Mak K., Kastberg D., Arafeh S., Williams T., & Tsen, W. (2000). Pursuing excellence: Comparisons of international eighth-grade mathematics and science achievement from a U.S. perspective, 1995 and 1999 (NCES 2001-028). Washington, DC: U.S. Department of Education, National Centre for Education Statistics. Retrieved November 15, 2008, from http://nces.ed.gov/timss/timss-r. Lemke, M., Sen, A., Pahlke, E., Partelow, L., Miller, D., Williams, T., Kastberg, D. & Jocelyn, L. (2004). International outcomes of learning in mathematics literacy and problem solving: PISA 2003 results from the U.S. perspective (NCES 2005-003). Washington, DC: U.S. Department of Education, National Centre for Education Statistics. Lewis, Chatherine. 2002a. What are theessential elements of lesson study? The CPS Connection, Vol. 2 (6), 1-4 Sidi, I. J. (2008). Synergy of curriculum and the national examination. Paper presented at national seminar on the national examination conducted by the Quality Insurance Board, Middle East of Java, Semarang, Indonesia. http://sawali.info/2008/08/30/ujian-nasional-un-jalan-terus/. Stigler J. & Hiebert J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World's Teachers for Improving Education in the Classroom, New York, Free Press. Stepanek, J., Appel, G., Leong, M., Mangan, M.T. & Mitchell, M. 2007. Leading Lesson Study: A Practical Guide fo Teachers and Facilitators. California, USA: Corwin Press
310
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
PERBAIKAN PEMBELAJARAN MELALUI PPL BERBASIS LESSON STUDY BERDAMPAK PADA MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Ike Safitri Agustina Herawati Susilo Eko Sri Sulasmi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
Abstrak: PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) merupakan mata kuliah yang memberikan latihan keterampilan mengajar bagi mahasiswa program studi kependidikan. Kompetensi utama kegiatan PPL adalah agar mahasiswa menjadi calon tenaga pendidik yang profesional yang dicapai melalui pemberian pengalaman langsung di lapangan, untuk menciptakan tenaga pendidik yang professional LPTK mengagas pola PPL berbasis lesson study. Pengalaman PPL berbasis lesson study dilaksanakan di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang di kelas X semester genap tahun ajaran 2010/2011. PPL berbasis lesson study dilakukan sebanyak 7 siklus, setiap siklus menggunakan tahapan Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan), dan See (Refleksi). Implementasi PPL berbasis lesson study dapat meningkatkan kualitas mahasiswa dalam mengajar melalui perbaikan pembelajaran setiap kali akan melakukan open lesson. Setiap kali open lesson guru model mendapatkan beragam masukan seperti pemilihan strategi pembelajaran, media pembelajaran, penilaian pembelajaran, pengelolaan kelas dan solusi untuk mengatasi masalah di kelas. Perbaikan pembelajaran berdampak peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Kesuksesan dalam memotivasi dan meningkatkan hasil belajar siswa akan menjadi faktor tercapainya kepuasan kerja dan kebanggaan profesinya sebagai pendidik. Kata kunci: Perbaikan Pembelajaran, PPL Berbasis LS, Motivasi Belajar, Hasil Belajar Biologi Siswa
PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) merupakan mata kuliah intrakurikuler dengan bobot 4 sks yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa program studi kependidikan untuk mengintegrasikan pengalaman belajar yang diperoleh di kampus dengan pengalaman langsung di sekolah. Tujuan PPL adalah mengembangkan kompetensi mahasiswa agar mahasiswa siap menjadi tenaga pendidik yang profesional. Pelaksanaan PPL diharapkan seorang calon guru mampu menjadi guru yang dapat mengembangkan kompetensi keprofesionalan guru, oleh sebab itu fakultas MIPA Universitas Negeri Malang menerapkan PPL berbasis Lesson Study. Implementasi PPL berbasis lesson study memberikan sumbangan yang sangat besar bagi mahasiswa sebagai calon pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Pelaksanaan PPL berbasis lesson study, mahasiswa (guru model) dapat merencanakan kegiatan pembelajaran secara bersama (antara guru pamong, dosen pembimbing, dan rekan sejawat), menerapkan pembelajaran dan selama pembelajaran setiap observer mengamati siswa selanjutnya secara kolaboratif melakukan refleksi. Lesson study dilakukan dengan tiga tahapan yaitu perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do), dan melihat kembali atau refleksi (See) yang dilakukan secara berulang (siklus). Tahap Plan dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa orang guru yang termasuk dalam suatu kelompok lesson study untuk merencanakan pembelajaran di kelas. Tahap Do dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah direncanakan. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai guru model dan anggota kelompok lainnya berperan sebagai observer untuk mengamati aktivitas siswa. Tahap See adalah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran yang akan diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya baik pada kelas, materi dan guru model yang berbeda. 311
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Menurut Lewis dalam Ibrohim dan Syamsuri (2010:6) beberapa alasan lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa, karena a) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “Sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, b) penekanan mendasar suatu lesson study adalah siswa memiliki kualitas belajar, c) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, d) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan e) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran. Menurut Hendayana, dkk. (2007:47) pada kegiatan lesson study guru memperoleh kesempatan untuk melakukan identifikasi masalah pembelajaran, mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan, memilih alternatif model pembelajaran yang akan digunakan, merancang rencana pembelajaran, mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang dipilih, melaksanakan pembelajaran, mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa di kelas, melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas, serta mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, motivasi dan hasil belajar biologi siswa selama implementasi PPL berbasis lesson study di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tindakan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah tahapan Plan, Do, dan See yang dilakukan secara berkesinambungan baik pada kelas, materi, dan guru model yang berbeda seperti pada Gambar 1. Pada saat open lesson yang berperan sebagai observer adalah mahasiswa biologi, mahasiswa selain jurusan biologi, guru pamong dan dosen pembimbing lapangan jika datang. Penelitian dilaksanakan di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang yang beralamat di Jl. Bromo No. 16 Malang. Pengambilan data dilaksanakan di kelas X, yaitu X-5, X-6, X-7, dan X-8. Penelitian dilakukan selama tiga bulan sesuai dengan pelaksanaan PPL II, yaitu mulai bulan Februari s.d April 2011. Jabaran data dan sumber data penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penjelasan Data, Sumber Data dan Instrumen Penelitian No 1 2. 3.
Data Motivasi Belajar Hasil Belajar Pelaksanaan lesson study
Sumber data Siswa Siswa Tim lesson study
4.
Refleksi siswa terhadap Pembelajaran
Siswa
312
Instrumen Angket motivasi belajar siswa Lembar Kerja Siswa, kuis dan tes hasil belajar Lembar Observasi pembelajaran dalam lesson study Angket siswa terhadap pembelajaran selama kegiatan lesson study.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Gambar 1. Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam lesson study (Susilo, dkk., 2010:22) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Implementasi PPL berbasis lesson study dilaksanakan sebanyak 7 siklus di kelas X. Selama implementasi PPL berbasis lesson study terdapat dua mahasiswa praktikan yang bertugas sebagai guru model, yaitu Ike Safitri Agustina dan Kharis Setiawan. Ike Safitri Agustina bertugas sebagai guru model sebanyak 5 kali dan Kharis Setiawan bertugas sebagai guru model 2 kali. Pelaksanaan lesson study yang dilakukan oleh mahasiswa praktikan selama PPL berlangsung dapat dilihat pada Tabel 2. Daftar nama observer pada setiap open lesson dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Pelaksanaan Lesson Study selama Melaksanakan PPL Materi Vermes (Platyhelminthe s, Nemathelminthe s, Annelida) Mollusca
Kelas X-8
Ike A.
X-7
Ike Safitri A. Ike Safitri A. Ike Safitri A. Kharis Setiawan Ike Safitri A. Kharis Setiawan
X-8 X-7 X-5
Arthropoda
Guru Model
X-7 X-6
Safitri
Tanggal Pelaksanaan
Metode
Plan 24 Februari 2011
Do 28 Februari 2011
See 28 Februari 2011
28 Februari 2011 4 Maret 2011
2 2011 7 2011 9 2011 9 2011 30 2011 31 2011
Maret
4 Maret 2011
Maret
8 Maret 2011
Maret
9 Maret 2011
Maret
9 Maret 2011
Maret
30 Maret 2011
Maret
31 Maret 2011
8 Maret 2011 9 Maret 2011 28 2011 30 2011
Maret Maret
TPSS (Think Pair Square Share) TPSS (Think Pair Square Share) Pengamatan dan diskusi kelompok Pengamatan dan diskusi kelompok. Pengamatan dan diskusi kelompok STAD dengan Pendekatan Kontekstual STAD dengan pendekatan Kontekstual
Tabel 3. Daftar Nama Observer pada Setiap Open Lesson Tanggal Open lesson 28 Februari 2011
Materi
Kelas
Vermes (Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida)
X-8
Guru Model Ike Safitri A.
313
Nama Observer Kharis Setiawan*, Dea Vindi Awalindah*, Evi Fatmawati, S.Pd**, Gea Elramada A., Agung wahyu Hidayat, Anis Sa’idah, dan Septa Agustina.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
2 Maret 2011
X-7
Ike Safitri A.
X-8
Ike Safitri A.
9 Maret 2011
X-7
Ike Safitri A.
9 Maret 2011
X-5
Kharis Setiawan
X-7
Ike Safitri A.
X-6
Kharis Setiawan
7 Maret 2011
30 Maret 2011
Mollusca
Arthropoda
31 Maret 2011
Keterangan: * ** *** Tidak ada tanda “*”
Dr. Hj. Dahlia, M.S. ***, Dea Vindi Awalindah*, Elan Frido Rinda*, Kharis Setiawan*, Agung Setiaji, Rhizal Hartarto, Ahmad Subagiyono, dan Abidah Dr. Hj. Dahlia, M.S. ***, Dea Vindi Awalindah*, Elan Frido Rinda*, Kharis Setiawan*, Binti Afifah, Novita Indrayani S., dan Farid S. Dr. Hj. Dahlia, M.S. ***, Dea Vindi Awalindah*, Elan Frido Rinda*, Kharis Setiawan*, Abdul Rahman Sofyan, dan Ahmad Subagiyono. Elan Frido Rinda*, Ike Safitri Agustina*, Anis Surahman, dan Rihzal Hartarto. Dea Vindi Awalindah*, Kharis Setiawan*, Abidah, Agung Setiaji, dan Abdul Rahman Sofyan. Ike Safitri Agustina*, Dea Vindi Awalindah*, Evi Fatmawati, S.Pd**., C. Sri Murdo Yuwono, Femmy Kawuwung dan Nur Efendi.
= Mahasiswa Biologi = Guru Pamong = Dosen Pembimbing Lapangan = Selain Mahasiswa Biologi
A. PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Lesson Study Materi Vermes Kegiatan LS materi Vermes dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu di kelas X-8 dan selanjutnya diperbaiki di kelas X-7 (2 siklus lesson study). Kegiatan plan, do, dan see siklus 1 dapat dilihat pada Gambar 2. Selama melakukan pembelajaran yang berperan sebagai guru model adalah Ike Safitri Agustina. Di kelas X-8 pembelajaran berlangsung selama 2 JP dengan menggunakan metode TPSS (Think Pair Square Share). Kegiatan inti metode TPSS adalah guru model memberikan tugas kepada siswa untuk melengkapi tabel perbedaan ciri-ciri, cara reproduksi, cara hidup Vermes meliputi filum Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida. Berdasarkan hasil jawaban angket siswa secara umum dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode TPSS menarik untuk diikuti, tetapi perlu diberikan unsur permainan dagar pembelajaran lebih menyenangkan. Berdasarkan pengamatan observer pengelolaan kelas di kelas X-8 sudah cukup baik dan siswa mengerjakan seluruh tugas dengan baik, namun pelaksanaan TPSS di kelas X-8 perlu ditambah alokasi waktunya pada waktu Think dan untuk menghindari siswa saling mencontek pada tahap Think sebaiknya soal antar teman sebangku dibuat berbeda sehingga pada tahap Pair siswa benar-benar saling bertukar pendapat.
314
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Gambar 2. Kegiatan Plan, Do, dan See Siklus 1 Berdasarkan masukan selama refleksi, tim lesson study merancang pembelajaran dengan metode yang sama (TPSS), namun lembar kerja siswa diganti dengan soal analisis, setiap bangku mendapatkan soal yang berbeda sehingga suasana saling membelajarkan antar siswa dapat tercipta, dan agar siswa lebih paham selama memberikan penguatan guru model menampilkan beberapa video mengenai perkembangbiakan Planaria, Nemathelminthes, dan Annelida. Rancangan pembelajaran baru diterapkan di kelas X-7 dengan alokasi 3 JP. Berdasarkan hasil pengamatan observer di kelas X-7 dapat disimpulkan bahwa siswa dapat belajar dengan baik dan dapat berdiskusi, namun waktu untuk Think perlu ditambah lagi agar tahap Pair, Square dan Share lebih efektif. Hasil refleksi selama pembelajaran materi Vermes akan digunakan untuk perbaikan pembelajaran materi Mollusca. 2. Kegiatan Lesson Study Materi Mollusca Kegiatan LS materi Mollusca dilakukan sebanyak 3 kali dengan metode pengamatan dan diskusi kelompok, yaitu di kelas X-8 diperbaiki di kelas X-7 dan selanjutnya metode tersebut digunakan lagi oleh guru model lain di kelas X-5 sebagai perbaikan setelah pembelajaran di kelas X-7 (3 siklus lesson study). Metode pengamatan dan diskusi kelompok dipilih agar siswa melakukan pengamatan langsung pada hewan amatan mengenai Mollusca dan siswa sudah ditugasi membaca terlebih dahulu dari rumah sebagai refleksi pertemuan sebelumnya agar siswa mempunyai bekal. Pembelajaran di kelas X-8 berlangsung selama 2 JP, selama pembelajaran siswa melakukan pengamatan dengan menggunakan satu hewan amatan yaitu bekicot/siput, sedangkan contoh hewan yang lain hanya diberikan gambar dan siswa melihat di slide saja. Berdasarkan hasil jawaban angket refleksi siswa secara umum dapat disimpulkan banyak siswa yang merasa takut dengan hewan amatan, namun siswa tetap mengatakan pembelajaran menarik karena bisa melakukan pengamatan secara langsung. Menurut hasil observasi, pada saat pembelajaran di kelas X-8 sangat ramai akibat waktu pengamatan yang cukup lama tetapi hewan amatan hanya satu dan siswa melakukan pengamatan dengan mencentang lembar kerja sesuai hasil pengamatan dan pertanyaan yang bersifat analisis belum begitu muncul. Berdasarkan hasil refleksi, pembelajaran selanjutnya guru merancang pembelajaran dengan setiap kelompok diberikan bahan amatan yang berbeda dari tiga kelas dalam filum Mollusca yaitu kelas Gastropoda, Cephalopoda, dan Pelecypoda, selain itu lembar kerja siswa juga diperbaiki dengan beberapa tambahan soal bersifat analisis dan beberapa soal bersifat melaporkan.
315
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Hasil refleksi pembelajaran di kelas X-8, selanjutnya diterapkan di kelas X-7. Di kelas X-7 kegiatan pembelajaran berlangsung selama 3 JP. Selama proses pembelajaran siswa melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan observer siswa sudah melakukan pengamatan dan diskusi dengan baik, selain itu observer juga menemukan ada kelompok yang menggunakan Hand Phone untuk Browsing sebagai sarana untuk mencari literatur selain buku paket. Menurut hasil jawaban angket siswa dapat disimpulkan siswa merasa pembelajaran dengan menggunakan model pengamatan menarik untuk diklakukan karena siswa dapat mengamati hewan topik Mollusca secara langsung. Perbaikan selanjutnya diterapkan di kelas X-5 oleh guru model yang berbeda. Berdasarkan pengamatan observer, siswa kelas X-5 antusias melakukan pengamatan karena pada pembelajaran sebelumnya kelas X-5 tidak pernah diajak melakukan praktikum sehingga kegiatan praktikum menjadi kegiatan yang manarik untuk dilakukan. Kegiatan pembelajaran di kelas X-5 dilakukan selama 2 JP sehingga semua langkah pembelajaran belum dapat dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran berakhir sampai dengan presentasi kelompok, namun belum semua kelompok yang mewakili setiap bahan amatan maju di depan kelas. Kegiatan pembelajaran topik Mollusca tidak dapat dilanjutkan karena pada pertemuan selanjutnya siswa sudah menghadapi UTS, sehingga guru meminta siswa untuk setiap kelompok yang membahas bahan amatan yang berbeda harus memiliki hasil laporan kelompok hewan yang lain. Hasil pengamatan observer di kelas X-5 dapat disimpulkan pembelajaran dengan mengunakan metode pengamatan dapat menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa dan selama pembelajaran peran guru dalam membimbing siswa praktikum harus cukup tlaten, sehingga siswa menjadi termotivasi. Berdasarkan hasil jawaban angket siswa dapat disimpulkan pembelajaran dengan menngunakan cara pengamatan menarik untuk dilakukan, walaupun siswa masih ada yang tidak memegang hewan amatan secara langsung karena takut. 3. Kegiatan Lesson Study Materi Arthropoda Kegiatan LS materi Arthropoda dilakukan sebanyak 2 kali (2 siklus lesson study) menggunakan metode STAD dengan pendekatan kontekstual. Metode STAD dipilih karena memiliki langkah-langkah pembelajaran paling sederhana dibandingkan TPSS, sehingga siswa lebih mudah untuk belajar yang dipadukan dengan pengamatan langsung sehingga siswa lebih mudah memahami konsep dan terdapat unsur kompetisi karena siswa akan memperebutkan kelompok terbaik di kelas. Pembelajaran dilakukan di kelas X-7 oleh Ike Safitri Agustina yang berlangsung selama 3 JP. Berdasarkan pengamatan observer selama pembelajaran di kelas X-7, sebagian besar siswa dapat belajar dibuktikan dengan siswa dapat mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru dan selama pembelajaran siswa lebih termotivasi belajar karena adanya tes pada awal dan akhir pembelajaran ada penghargaan, namun hal yang perlu diperhatikan adalah teknis guru dalam mengelola kelas saat presentasi. Berdasarkan hasil jawaban angket siswa, secara umum disimpulkan pada materi Arthropoda siswa lebih banyak mengamati hewan sehingga siswa lebih tertarik, penasaran dan contoh hewan-hewan yang diamati mudah ditemukan siswa di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran selanjutnya dilakukan di kelas X-6 dengan guru model yang berbeda, yaitu Kharis Setiawan. Rancangan pembelajaran yang diterapkan di kelas X-6 sama seperti di kelas X-7. Selama proses pembelaajaran banyak perwakilan kelompok yang tidak membawa bahan amatan yang ditugaskan oleh guru, sehingga setelah tes pada awal pembelajaran guru model merasa gugup. Setelah itu guru pamong meminta untuk setiap kelompok mengambil awetan basah di laboratorium. Berdasarkan hasil refleksi guru model, pada awal kegiatan guru model belum menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, sehingga pada pertemuan selanjutnya guru model akan memperbaiki pembelajarannya. Menurut hasil pengamatan observer, secara umum siswa belajar namun ada siswa yang kehilangan konsentrasi saat presentasi klasikal dan guru model sudah berusaha untuk membimbing siswa saat diskusi degan mendatangi setiap kelompok dan menanyai kesulitan dalam kelompok. Pelajaran berharga yang didapat adalah pada saat proses pembelajaran berlangsung, kondisi kelas dapat berubah setiap saat sehingga sebagai guru harus dapat mengatasinya dan mengelola kelas dengan baik. Hasil refleksi di kelas X-6 akan dijadikan pengalaman untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya baik saat open lesson maupun tidak open lesson.
316
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
B. DAMPAK PERBAIKAN PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Motivasi belajar siswa diambil dengan menggunakan angket motivasi belajar siswa berdasarkan model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum dan selama pelaksanaan lesson study. Berikut ini data hasil angket motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas X-5, X-6, X-7, X-8 Sebelum dan Selama Pelaksanaan Lesson Study di SMA Laboratorium UM Pelaksanaan LS Sebelum
Selama
Aspek Motivasi
Kelas X-5 3.9 4.2 4.2 4.2 16.5 4.1 4.0 4.0 4.1 4.2 16.3 4.1
Attention (A) Relevance (R) Confidence (C) Satisfaction (S) ∑ Motivasi Belajar Siswa Attention (A) Relevance (R) Confidence (C) Satisfaction (S) ∑ Motivasi Belajar Klasikal
X-6 4.0 4.1 4.0 4.2 16.3 4.1 4.1 4.1 4.2 4.1 16.5 4.1
X-7 4.0 4.2 4.2 4.2 16.6 4.2 4.2 4.2 4.3 4.3 17 4.3
X-8 4.0 4.0 4.1 4.2 16.3 4.1 4.2 4.2 4.3 4.3 17 4.3
Berdasarkan Tabel 4 motivasi belajar siswa kelas X-5 dan X-6 yang hanya dilakukan satu open lesson tidak mengalami peningkatan dari sebelum dan selama lesson study. Di kelas X-8 dilakukan 2 open lesson mengalami peningkatan sebesar 0.1 dibandingkan sebelum pelaksanaan lesson study dan X-7 dilakukan 3 open lesson mengalami peningkatan sebesar 0.2 dibandingkan sebelum lesson study. Peningkatan motivasi belajar siswa terjadi karena perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru model berdasarkan hasil refleksi, sehingga semakin sering guru melakukan open lesson di suatu kelas maka guru akan lebih peka terhadap karakteristik dan kondisi kelas. Kepekaan guru terhadap karakteristik dan kondisi kelas akan memudahkan guru dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan siswanya, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. Menurut Syamsuri dan Ibrohim (2008: 69—70) studi pembelajaran dilaksanakan tanpa henti untuk meningkatkan kepekaan guru terhadap siswa belajar dan memperbaiki proses pembelajaran di kelas nyata. Melalui studi pembelajaran guru dapat menerapkan berbagai pendekatan, metode dan media pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif, kreatif, dan saling membelajarkan (collaborative learning). C. DAMPAK PERBAIKAN PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI Selama implementasi PPL berbasis lesson study terdapat tiga materi yang dibelajarkan, yaitu Vermes, Mollusca, dan Arthropoda. Pada setiap materi yang dibelajarkan penilaian hasil belajar menggunakan LKS, kuis, dan tes. Rekapitulasi skor hasil belajar klasikal pada materi Vermes, Mollusca dan Arthropoda dapat dilihat pada Tabel 5, 6 dan 7. Tabel 5. Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Klasikal pada Materi Vermes Kelas X-8 X-7
Skor Rata-rata Kelas LKS Tes 79.0 69.0 79.3 77.4
Ketuntasan Belajar Tes Kognitif (%) 51.3 53.9
317
Kategori Ketuntasan Belajar Tes Kognitif Tidak Tuntas Tidak Tuntas
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 6. Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Klasikal pada Materi Mollusca Kelas X-8 X-7 X-5
Skor Rata-rata Kelas LKS Tes 75.5 77.2 83.3 80.0 86.5 79.5
Ketuntasan Belajar Tes Kognitif (%) 71.8 74.4 76.9
Kategori Ketuntasan Belajar Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
Tabel 7. Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Klasikal pada Materi Arthropoda Kelas X-7 X-6
LKS 78.5 75.4
Skor Rata-rata Kelas Kuis Tes 88.7 81.8 86.8 78.8
Ketuntasan Belajar Tes Kognitif (%) 87.2 82.1
Kategori Ketuntasan Belajar Tuntas Tidak tuntas
Selama implementasi PPL berbasis lesson study dari tiga materi yang dibelajarkan, yaitu Vermes, Mollusca, dan Arthropoda. Ketuntasan belajar siswa paling tinggi adalah materi Arthropoda karena contoh hewan pada materi Arthropoda lebih mudah ditemukan oleh siswa di kehidupan sehari-hari, dibelajarkan pada akhir siklus selama kegiatan PPL berbasis Lesson Study sehingga metode dan media pembelajaran lebih bervariasi berdasarkan masukan pada siklus Lesson Study sebelumnya. Skor LKS di setiap kelas sebelum refleksi dan sesudah refleksi mengalami peningkatan karena guru merancang LKS yang lebih mudah dipahami oleh siswa. Ketuntasan belajar setiap kelas berbeda karena memang setiap kelas memiliki kemampuan akademis yang berbeda. Berdasarkan data Tabel 5, 6, dan 7 kelas yang dilakukan dua dan tiga open lesson hasil belajarnya mengalami peningkatan, namun pada kelas yang hanya dilakukan satu open lesson tidak terlihat peningkatannya. Semakin sering open lesson, beragam masukan yang didapatkan selama PPL berbasis LS berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. PENUTUP
Perbaikan pembelajaran selama Implementasi PPL berbasis lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru model dan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa, karena semakin sering guru model melakukan open lesson, semakin mudah guru model menentukan rancangan pembelajaran yang sesuai untuk peserta didiknya di suatu kelas. Sebaiknya kegiatan PPL berbasis Lesson Study dilakukan lebih dari dua Open Lesson agar kualitas pembelajaran lebih baik lagi dan dapat meningkatkan keprofesionalan mahasiswa sebagai calon guru. DAFTAR RUJUKAN Agustina, Ike Safitri. 2011. Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Selama Implemantasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis Lesson Study di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Hendayana, Sumar., Suryadi, Didi., Abdul Karim, Muchtar., Sukirman., Ariswan., Sutopo., Supriatna, Asep., Sutiman., Santoso., Imansyah, Harun., Paidi., Ibrohim., Sriyati, Siti., Permanasari, Anna., Hikmat., Nurjanah. & Joharmawan, Ridwan. 2006. Lesson Study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan (Pengalaman IMPSTEP-JICA). Bandung: UPI Press. Ibrohim & Syamsuri, Istamar. 2010. Lesson Study: Sebagai Pola alternatif untuk Meningkatkan Efektivitas Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa calon Guru. Makalah disajikan dalam Workshop Lesson Study untuk Mahasiswa, Guru, dan Dosen FMIPA Universitas Negeri Malang Semester Genap, FMIPA UM, Malang, 28 Desember. Susanto, Pudyo. 2009. Buku Petunjuk Teknis Praktik Pengalaman Lapangan Bidang Studi Pendidikan Biologi. Malang: UPT PPL. Susilo, Herawati., Chotimah, Husnul., Sulistyawati, Kabut., Kartini, R., Ikhsan, Mohammad. & Heriningsih, Puspa Dwi. 2010. Lesson Study Berbasis MGMP Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru. Malang: Surya Pena Gemilang. 318
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Syamsuri, Istamar & Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran) Model Pembinaan Pendidik secara Kolaboratif dan Berkelanjutan; dipetik dari Program SISTTEMS-JICA di Kabupaten pasuruan-Jawa Timur (20062008). Malang: UM Press. Tim UPT PPL. 2009. Buku Petunjuk Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Keguruan Universitas Negeri Malang. Malang: UPT PPL.
319
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
LSBS MATAPELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 1 SUKOREJO PASURUAN
Yus Setriarini SMPN 1 Sukorejo Kabupaten Pasuruan
Abstrak: Materi Mikroskop merupakan materi yang diajarkan kepada peserta didik kelas VII semester 1. Materi ini merupakan materi prasarat sebelum peserta didik mempelajari materi ciriciri makhluk hidup dan keanekaragaman makhluk hidup ataupun menuju materi pada tingkat yang lebih tinggi. Peserta didik harus dapat mengidentifikasi nama-nama bagian dan fungsi masingmasing bagian dari mikroskop. Dalam pembelajaran materi tersebut penulis mengalami beberapa hambatan antara lain: 1) kesulitan memilih metode yang tepat untuk materi, 2) kesulitan mencari gambar mikroskop sesuai dengan contoh mikroskop yang tersedia di sekolah 3) Terbatasnya jumlah dan jenis mikroskop yang tersedia sehingga hasil belajar peserta didik rendah. Metode TPS (Think Pair Share) merupakan metode yang dapat digunakan pada peserta didik untuk bermain sekaligus belajar. Metode TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi peserta didik waktu lebih banyak, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Pada kegiatan pembelajaran dengan metode TPS dengan LSBS yang diterapkan pada proses pemebelajaran tampak peserta didik mampu memenuhi kebutuhan intelektualnya dan mengembangkannya sebagai individu berpotensi, karena dalam proses pembelajaran lebih melibatkan peserta didik sebagai pemikir dari pada pengumpul pengetahuan. Dari aspek afektif yaitu bekerjasama, berinisiatif, penuh perhatian dan bekerja sistematis menunjukkan 79 % peserta didik mendapat nilai baik. Respons peserta didik secara umum tentang pembelajaran dengan metode TPS ini membuat mereka lebih senang belajar, dan bersemangat. Kata Kunci: LSBS, TPS, Biologi
Proses pembelajaran formal yang dilaksanakan saat ini dikembangkan berdasarkan strategi pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik. Strategi ini muncul berdasarkan premis yang umum diterima bahwa peserta didik akan belajar lebih efektif ketika mereka terlibat secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan antara informasi-informasi yang mereka pelajari daripada ketika mereka hanya menerima secara pasif pengetahuan yang diberikan oleh guru ketika mengajar. Harapannya adalah pembelajaran yang efektif ini akan menuntun peserta didik pada ketercapaian pemahaman yang mendalam mengenai isi pelajaran (Eggen dan Kauchak, 1996). Untuk mencapai pemahaman mendalam peserta didik mengenai pelajaran yang disampaikan, biasanya guru menghabiskan waktu lebih banyak dalam menyampaikan fakta dan konsep. Schafersman (1991) menganggap pembelajaran yang berpusat pada pengajaran fakta semata adalah pengajaran yang sia-sia dengan alasan fakta dan konsep yang dipelajari dalam suatu bidang ilmu akan berkembang setiap harinya, sehingga apa yang harus disampaikan pada peserta didik juga akan bertambah dengan sendirinya. Cara yang lebih efektif dalam pemberian pembelajaran adalah dengan mengajarkan pada peserta didik bagaimana berpikir, yakni bagaimana menggunakan fakta dan konsep yang diketahuinya untuk membangun satu ide baru. Sudrajat (2008) juga menyatakan bahwa proses berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep dalam diri seseorang. Proses berpikir tidak dapat berkembang dengan sendirinya, melainkan harus selalu dilatih. Ini pula yang menjadi alasan pentingnya membelajarkan berpikir pada peserta didik di sekolah, karena proses berpikir harus dilatih 320
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
(Sudrajat, 2008). Salah satu elemen berpikir yang saat ini dikembangkan adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan ini terutama dikembangkan pada peserta didik yang berada di kelas menengah (SMP-SMA). Seorang guru yang profesional dalam menjalankan tugasnya sehari–hari tidak hanya dituntut untuk mengajar dan mendidik saja. Terdapat tuntutan lain yang sangat penting dalam mengembangkan profesinya yaitu selalu mempertanyakan pada dirinya sendiri tentang pelaksanaan tugasnya sehari– hari. Menurut Trisnaldi (2003) beberapa pertanyaan yang dapat digunakan sebagai acuan agar kita selalu mengembangkan diri antara lain: 1) Apakah materi yang saya sajikan dapat diterima oleh peserta didik dengan efisien? 2) Apakah metode yang saya gunakan sudah sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang saya berikan? 3) Apakah media yang saya gunakan dapat membantu peserta didik memahami materi yang saya sajikan? 4) Apakan saya sudah melaksanakan pengelolaan kelas dengan baik? Dan seterusnya dan seterusnya. Semua pertanyaan di atas harus kita jawab. Salah satu cara untuk menjawabnya adalah dengan melakukan penelitian dan meningkatkan kreatifitas/ inovasi dalam pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar tugas seorang guru tidak hanya mengajar atau menyampaikan materi saja, tetapi juga bertugas menumbuhkan minat peserta didik, oleh karenanya dalam menyampaikan materi perlu dilakukan secara menarik. Hal ini seiring dengan terjadinya perubahan atau trend dari penyajian dengan metode ceramah ke arah penggunaaan banyak media pembelajaran/multi media (Suyanik, 2010). Dalam upaya peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) khususnya guru, Kabupaten Pasuruan bekerjasama dengan FMIPA-UM dalam proyek Sisttem-JICA mulai tahun 2006 mengkoordinir kegiatan pengembangan pendidikan, ke arah kualitas pendidikan yang lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional melalui kegiatan Lesson study. Lesson Study yang didesain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa ”kedudukan” guru adalah sebagai tenaga “profesional”. Seseorang yang menyatakan dirinya profesional harus terus menerus meningkatkan layanan profesinya untuk meningkatkan kemaslahatan anak didiknya. Kegiatan Lesson Study diharapkan mampu melatih guru untuk melakukan perencanaan pembelajaran dengan baik, melakukan pemantauan terhadap pembelajaranya dengan baik, serta mampu melakukan evaluasi/penilaian terhadap proses pembelajarannya. LSBS DI SMPN 1 SUKOREJO
Lesson Study diartikan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Lesson study bukan metode atau strategi pembelajaran tetapi dalam kegiatan lesson study dapat diterapkan metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan, sekolah yang berstandar nasional (SSN) wajib untuk melaksanakan Lesson study berbasis sekolah. SMP Negeri 1 Sukorejo adalah salah satu sekolah yang berstandar nasional sehingga wajib mendukung program tersebut dengan melaksanakan kegiatan Lesson Study Berbasis SMPN 1 Sukorejo. Lesson Study Berbasis Sekolah telah dilaksanakan di SMPN 1 Sukorejo mulai tahun ajaran 2008/2009 hingga sekarang (2011/2012). Dalam program ini guru-guru SMPN 1 Sukorejo telah mendapatkan pengarahan, panduan, pelatihan dan juga pendampingan dari Kepala Bidang Pendidikan tentang kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan dan Fasilitator JICA dalam kegiatan Workshop Lesson Study Berbasis Sekolah di SMPN 1 Sukorejo. Atas komitmennya dalam melaksanakan LSBS, maka SMPN 1 Sukorejo menjadi ‘wadah atau tempat belajar’ bagi pihak luar (guru, pengawas, dosen baik dari pulau Jawa sendiri maupun dari Luar pulau jawa). Dari tahun ke tahun implementasi Lesson Study di SMPN 1 Sukorejo mengalami perkembangan. Hal ini memberikan dampak positif bagi guru-guru dan mem321
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
berikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan pembelajaran khususnya di SMPN 1 Sukorejo (Setriarini, 2007). Sudrajat (2008) menyatakan bahwa proses berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep dalam diri seseorang. Proses berpikir peserta didik tidak dapat berkembang dengan sendirinya, melainkan harus selalu dilatih. Kegiatan pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik untuk mengembangkan kemampuan berpikir merupakan faktor yang sangat penting. Penggunaan pendekatan, strategi, motode, serta teknik pembelajaran yang tepat dan memang disengaja akan mampu menumbuh dan mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Guru yang profesional selalu melakukan perbaikan-perbaikan, yakni dalam hal: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam proses pembelajaran. Kegiatan Lesson Study diharapkan mampu melatih guru untuk melakukan perencanaan pembelajaran dengan baik, melakukan pemantauan terhadap pembelajarannya dengan baik, mampu melakukan evaluasi/penilaian terhadap proses pembelajarannya serta memiliki kemampuan berpikir kritis sehingga mampu memecahkan segala kendala yang terjadi di sekitarnya. Lesson Study yang didesain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif. LSBS MATAPELAJARAN BIOLOGI
Guru yang profesional selalu melakukan perbaikan-perbaikan, yakni dalam hal: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam proses pembelajaran. Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See ( merefleksi). Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tak pernah berakhir (continous improvement). Selengkapnya langkah tiga tahapan yang telah dilaksanakan dalam Lesson Study berbasis sekolah sebagai berikut. 1. Perencanaan Perencanaan (Plan) bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan peserta didik dan berpusat pada peserta didik, bagaimana supaya peserta didik berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama, beberapa guru dapat kolaborasi atau guru-guru dan dosen dapat pula berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide. Pada tahapan ini penulis menyusun RPP dan perangkatnya dibantu oleh teman-teman matapelajaran serumpun. RPP beserta perangkat lain termasuk di dalamnya LKPD disusun disesuaikan dengan karakteristik materi maupun karakteristik peserta didik. Materi yang dipilih saat open class pada semester gasal ini yaitu materi Mikroskop. Materi mikroskop merupakan materi yang biasa dianggap gampang-gampang susah oleh peserta didik. Peserta didik memberi julukan seperti itu dikarenakan materi ini terlihat mudah tetapi ternyata hasil belajar yang diharapkan masih rendah. Sedangkan metode yang dipilih yaitu kooperatif TPS. Metode TPS dipilih karena memiliki kelebihan antara lain: 1) peserta didik dilatih untuk bekerjasama dan mempertahankan pendapat, 2) semua peserta didik terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, dan 3) metode TPS merupakan suatu cara yang efektif di dalam berlatih diskusi bagi peserta didik (Chotimah, 2009). Selengkapnya RPP beserta perangkatnya dapat di lihat di bawah ini: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP) KD 5.3 Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Sukorejo Mata Pelajaran : IPA (Biologi) Kelas/Semester : VII/ 1 Standar Kompetensi : 5. Mamahami gejala-gejala alam melalui pengamatan
322
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kompetensi Dasar
: 5.3 Menggunakan mikroskop dan peralatan pendukung lainnya untuk mengamati gejala-gejala kehidupan
I. Indikator 1. Menjelaskan fungsi mikroskop 2. Menyebutkan nama bagian-bagian mikroskop 3. Menunjukkan nama bagian-bagian mikroskop 4. Menyebutkan fungsi bagian-bagian mikroskop II. Materi Pembelajaran Materi pokok : Gejala Alam Sub materi : > mikroskop
Perkembangan biologi didukung oleh penemuan peralatan yang digunakan para ahli. Misalnya, pada tahun 1600-an Antonie van Leeuwenhoek menemukan mikroskop. Mikroskop sangat penting dalam kerja ilmiah karena dengan mikroskop, ilmuwan dapat mengamati mikroorganisme dan bagian-bagian organisme yang sangat kecil, misalnya sel dan jaringan. Saat ini orang telah menggunakan mikroskop elektron. Bagian-bagian mikroskop Sebelum menggunakan mikroskop, kamu harus mengetahui bagian-bagiannya terlebih dahulu. Bagian-bagian mikroskop antara lain: penyangga, sistem penglihat, meja benda, cermin, kondensor dan diafragma. a. Penyangga Penyangga terdiri dari lengan mikroskop dan kaki mikroskop. Bagian ini memiliki fungsi sebagai berikut: Sebagai pengatur kedudukan mikroskop saat digunakan. b. Sistem penglihat Unit penglihat terdiri atas 2 jenis lensa yang terletak pada ujung atas dan bawah badan mikroskop yaitu lensa okuler dan lensa obyektif. Lensa okuler : Letaknya dekat dengan mata pada saat mikroskop dipakai. Lensa Mikroskop ini berfungsi untuk memperbesar bayangan dari lensa obyektif Lensa obyektif terletak berdekatan dengan obyek yang sedang diamati. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar bayangan benda atau sediaan (preparat). Lensa ini terpasang pada cakram pemutar (revolver) yang dapat digerakkan sesuai dengan lensa obyektif yang diinginkan. c. Meja benda Berfungsi untuk tempat meletakkan sediaan (preparat) yang diamati. Meja benda dilengkapi dua alat penjepit untuk mempertahankan letak kaca obyak atau sediaan. Ditengah meja benda terdapat lubang masuknya sinar setelah melalui kondensor dan diafragma.
III. Pendekatan Pembelajaran: Kontekstual Model Pembelajaran : Kooperatif Metode Pembelajaran : Think Pair and Share (TPS)
323
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
IV. Langkah-langkah Pembelajaran Tujuan pembelajaran: Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta didik dapat: 1. Menjelaskan fungsi mikroskop 2. Menyebutkan nama bagian-bagian mikroskop 3. Menunjukkan nama bagian-bagian mikroskop 4. Menyebutkan fungsi bagian-bagian mikroskop Setelah berakhirnya pembelajaran ini diharapkan peserta didik mampu mengembangkan karakter: Santun, tekun, mandiri, percaya diri, jujur, cerdas, aktif/kreatif, bekerjasama Kegiatan No. 1
Guru Kegiatan Awal (±10’) Memotivasi peserta didik dengan mengajukan pertanyaan” pada pertemuan yang lalu kita telah mempelajari gejala alam, masih ingatkah kalian ada berapa gejala alam pada pembelajaran yang lalu? Melanjutkan pertanyaan “apa yang dimaksud dengan gejala alam biotik dan juga abiotik?
Menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu “ Mikroskop” Menyebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam belajar 2
Kegiatan Inti (±65’) a. Eksplorasi Mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik melalui pertanyaan “ dapatkah kita mengamati semua jenis makhluk hidup baik yang berukuran besar maupun sangat kecil? Menjelaskan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran Membagi peserta didik menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 2- 4 orang Membagikan LKPD pada setiap peserta didik dan meminta membaca cara
Peserta didik Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, peserta didik menjawab ” ada dua yaitu gejala alam biotik dan abiotik”)
Karakter Yang dikembangkan Santun, cerdas, aktif, percaya diri
Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, peserta didik menjawab ” gejala alam biotik yang berkaitan dengan makhluk hidup & gejala alam abiotik yang berkaitan dengan benda mati (sesuai jawaban peserta didik) Menulis topik yang akan dipelajari Menulis tujuan pembelajaran Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, peserta didik membuka berbagai sumber belajar yang dimiliki dan menjawab sesuai dengan pengetahuan masingmasing yang mereka miliki) Mendengarkan penjelasan guru Berkelompok sesuai pembagian Menerima LKPD dan membaca petunjuk yang ada
324
Jujur, aktif, mandiri, tekun, cerdas/kreatif, bekerjasama, dan percaya diri
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
kerja/petunjuk kerja b. Elaborasi Memotivasi peserta didik untuk mengerjakan LKPD dengan berpikir secara individu atau mandiri Memotivasi peserta didik untuk memikirkan kembali jawaban LKPD masingmasing dengan teman sebangkunya Memotivasi peserta didik untuk membentuk kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang untuk mendiskusikan dan memikirkan kembali hasil/jawaban LKPD Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar dan harus percaya diri Meminta agar setiap kelompok membuat rekap/laporan dari tugas yang dikerjakan Meminta agar mempersiapkan diskusi kelas c. Konfirmasi Meminta wakil kelompok mempresentasikan hasil tugasnya Memberikan umpan balik posistif dan penguatan melalui berbagai sumber dalam bentuk lisan, tulisan setelah diskusi kelas Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan Membimbing peserta didik menyusun kesimpulan 3
Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut (±5’) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya yaitu mempelajari tentang cara penyimpanan & perawatan mikroskop
Mendengarkan saran guru untuk mengerjakan LKPD secara mandiri (tahap think ±15’) Mendiskusikan hasil jawaban LKPD dengan teman sebangku (tahap pair ±15’) Mendiskusikan jawaban LKPD dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang (tahap share ±20’)
Berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, dan percaya diri Menulis laporan hasil tugas. bersiap untuk presentasi/ diskusi kelas Presentasi dan diskusi kelas Mencatat penguatan yang diberikan oleh guru
Mendengarkan dan mencatat
Menyusun kesimpulan, mencatat kesimpulan
Mendengarkan dan mencatat tugas yang diberikan
V. Media Pembelajaran Alat/Bahan : Alat tulis,LCD/OHP, LKPD 325
Tekun dan mandiri
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Sumber Belajar : Syamsuri, dkk. 2007. IPA Biologi VII. Jakarta: Erlangga Winarsih, dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: BSE VI. Penilaian Penilaian terhadap LKPD Penilaian Proses Belajar Peserta Didik Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Bidang Studi
Drs.Widianto Eko, W. M.Pd NIP. 19590603 198303 1009
Yus Setriarini, M.Pd NIP. 19720129 200604 2010
LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK KD 5.3
A. Tujuan : 1. Menjelaskan fungsi mikroskop 2. Menyebutkan nama bagian-bagian mikroskop 3. Menunjukkan nama bagian-bagian mikroskop 4. Menyebutkan fungsi bagian-bagian mikroskop B. Alat dan bahan : Gambar mikroskop Alat tulis Kertas Buku Biologi Kelas VII LKPD C. Cara Kerja/Petunjuk Kerja 1. Perhatikan gambar mikroskop di bawah ini! 2. Jawablah pertanyaan secara mandiri ( 15 menit) 3. Berdiskusilah dengan teman sebangku (15 menit) 4. Bentuklah kelompok kecil terdiri atas 4 orang, berdiskusilah untuk menyelesaikan LKPD 5. Setelah selesai bersiaplah presentasi di depan kelas
D. Bahan Diskusi 1. Apakah fungsi dari mikroskop? 2. Sebutkan 2 jenis mikroskop berdasarkan sumber cahayanya? 3. Sebutkan nama bagian-bagian mikroskop sesuai dengan abjad yang ada! 4. Jelaskan pula fungsi bagian-bagian tersebut!
326
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Rubrik Jawaban LKPD KD 5.3 N
Jawaban
S
o
kor Fungsi 1 mikroskop yaitu untuk mengamati mikroorganisme dan bagian-bagian organisme yang sangat kecil, misalnya sel dan jaringan 2 jenis 2 mikroskop berdasarkan sumber cahayanya: Mikroskop cahaya: sumber cahaya dari cahaya lampu/matahari Mikroskop elektron: sumber cahaya menggunakan elektron sebagai sumber pengganti cahaya 3 Bagian-bagian mikroskop a. Lensa okuler b. Makrometer/sekrup pemutar kasar c. Lengan mikroskop/pegangan d. Cakram pemutar lensa/revolver e. Lensa obyektif f. Diafragma g. Penjepit/pemegang h. Pemutar kondensor 4 Fungsi bagian mikroskop a. Untuk memperbesar bayangan dari lensa obyektif b. Alat pemutar kasar berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan badan mikroskop secara cepat c. Untuk memegang mikroskop d. Tempat menempelnya lensa obyektif e. Memperbesar bayangan benda / sediaan f. Mengatur cahaya sehingga cahaya dari cermin menuju ke sediaan yang diamati g. Mempertahankan alat obyek/sediaan h. Memusatkan cahaya sehingga cahaya dari cermin menuju kesediaan/preparat Total skor
2
2
8
8
2 0
Skor yang diperoleh Nilai =
Nilai: ………….
x 100 Total skor maksimal (20)
Penilaian Proses Belajar Peserta Didik
O/ KLP
N
PERILAKU
N
Beke rjasama
Beri nisiatif
Pen uh perhatian
Beke rja Sistematis
ilai
N AMA PESERTA DIDIK
Format Tabel Pengamatan Afektif
1 2 3 dst
Keterangan: a. Nilai afektif diperoleh ketika peserta didik mengerjakan LKPD secara berkelompok
327
Keter angan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Kolom perilaku diisi sesuai dengan kriteria berikut: 1. = sangat kurang 2. = kurang 3. = sedang 4. = baik 5. = amat baik Nilai merupakan jumlah dari skor- skor tiap indikator perilaku Keterangan diisi dengan kriteria berikut: 1) Nilai 18 – 20 berarti amat baik 2) Nilai 14 – 17 berarti baik 3) Nilai 10 – 13 berarti cukup 4) Nilai 6 – 9 berarti kurang 5) Nilai 0 – 5 berarti sangat kurang 2. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan. Dalam perencaan telah disepakati siapa guru yang akan mengimplementasikan pembelajaran. Langkah ini bertujuan untuk menguji coba efektifitas metode pembelajaran yang telah dirancang. Sebelum pembelajaran dimulai sesuai dengan yang direncanakan sebaiknya dilakukan briefieng kepada para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran dan mengingatkan bahwa selama pembelajaran berlangsung pengamat tidak mengganggu kegiatan pembelajaran tetapi mengamati aktifitas peserta didik selama pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan ini RPP dan perangkat yang sudah jadi diterapkan pada acara LSBS yang memang sudah terjadwal rutin tiap dua minggu sekali. Pada setiap kegiatan LSBS, beberapa guru baik guru matapelajaran yang serumpun maupun guru-guru matapelajaran lain bertindak sebagai observer untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Di awal pembelajaran guru melakukan motivasi dengan mengingatkan materi pelajaran sebelumnya yang berhubungan dengan pembelajaran yang akan dilakukan, terlihat peserta didik sudah mulai berkonsentrasi untuk menerima pelajaran. Saat masuk kegiatan inti guru membagikan LKPD pada peserta didik dimana 2 orang peserta didik hanya mendapatkan satu LKPD. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca petunjuk yang ada dan memberi kesempatan bertanya jika belum memahami petunjuk di LKPD. Setelah beberapa saat guru meminta peserta didik untuk mengerjakan bahan diskusi yang ada secara mandiri selama 10 menit. Kemudian mengerjakannya secara berpasangan dan terakhir mengerjakan secara berkelompok (4 orang). Pada tiap tahap baik Think, Pair, maupun tahap Share lembar jawaban dari peserta didik dikumpulkan. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat terus mengembangkan kemampuan berpikir dan dapat melaksanakan diskusi dengan lebih baik. Pada tahap think terlihat masih banyak peserta didik yang belum memahami bahan diskusi yang dikerjakan, ini terbukti dari lembar jawaban yang sudah dikumpulkan masih banyak terlihat kesalahan dalam pengerjaan. Pada tahap kedua yaitu tahap Pair aktivitas peserta didik dalam berdiskusi dengan teman sebangkunya terlihat sangat baik dalam menyelesaikan permasalahan di LKPD. Sedangkan pada tahap terakhir yaitu tahapan Share aktivitas peserta didik bertambah aktif dan dapat menyelesaikan permasalahan dengan lebih baik sehingga pada tahapan ini diharapkan hasilnya juga akan semakin optimal. Foto-Foto selama pembelajaran antara lain sebagai berikut.
328
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Gambar 1: Peserta Didik sedang dalam Proses Pembelajaran 3. Refleksi Setelah pembelajaran selesai dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh guru yang bertindak sebagai moderator untuk membahas pembelajaran yang telah berlangsung. Seperti biasa guru mengawali kegiatan refleksi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson learnt dari pembelajaran terutama berkenaan dengan aktivitas peserta didik. Tentunya, kritik dan saran untuk guru disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Dari hasil refleksi yang telah dilakukan didapatkan banyak masukan yang positif dan negatif dari pembelajaran yang telah berlangsung. Di antaranya banyak observer yang kagum dan tertarik dengan metode yang dipilih oleh guru pengajar yang mampu membangkitkan minat, aktivitas, dan perhatian peserta didik selalu pada materi pelajaran. Guru pengajar menguasai kelas dengan baik, hal ini dapat diketahui dari kemampuan guru untuk mengenal nama peserta didik hampir seluruhnya. Dengan mengenal peserta didik satu persatu akan lebih mendekatkan hubungan antara guru dengan peserta didiknya. Tapi ada beberapa juga masukan yang bersifat mengkritik (negatif) terhadap pembelajaran yang dilakukan misalnya: tidak setuju dengan penerapan metode-metode dalam pembelajaran, kritik yang disampaikan contoh sebagai berikut: materi pembelajaran yang disampaikan guru sebenarnya sangat mudah, dengan guru membuat/memilih metode TPS/metode-metode yang lain akan membuat peserta didik tambah kebingungan dan tidak menguasai materi yang diajarkan/metode yang diterapkan akan tambah mempersulit peserta didik dalam belajar. Masukan yang bernada positif maupun negatif harus kita terima dengan lapang dada, karena tidak ada pembelajaran yang sempurna. Kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran yang satu bisa diperbaiki pada pembelajaran-pembelajaran yang berikutnya jika kita ingin meningkatkan kinerja dan keprofesioanalan kita dalam mencerdaskan anak bangsa. Dari hasil lembar observasi yang dilakukan selama pembelajaran didapatkan hasil aspek afektif yaitu bekerjasama, berinisiatif, penuh perhatian dan bekerja sistematis menunjukkan 79% peserta didik mendapat nilai baik. Respons peserta didik secara umum tentang pembelajaran dengan metode TPS ini membuat mereka lebih bersemangat, peserta didik lebih senang, lebih meningkatkan kemampuan berpikir, dan belajar menjadi lebih menarik. PENUTUP
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas, dalam hal ini guru, perlu diberi keleluasaan dan diharapkan mampu menyiapkan seluruh perangkat pembelajaran dengan baik, sesuai dengan kondisi objektif peserta didik dan sarana prasarana yang tersedia. 329
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Mengingat Lesson Study sangat bermanfaat bagi proses pembelajaran, diharapkan kegiatan ini dapat diimplementasikan di setiap sekolah, seperti LSBS yang sudah diterapkan di SMPN 1 Sukorejo. Diharapkan juga LSBS dilaksanakan pada setiap matapelajaran bukan hanya pada mata pelajaran MIPA sehingga tidak menimbulkan kecemburuan bagi guru matapelajaran lain serta menghapus image yang berkembang di masyarakat bahwa Lesson Study hanya cocok untuk matapelajaran MIPA saja tidak untuk matapelajaran lain. DAFTAR RUJUKAN Chotimah, Chusnul. 2009. Strategi-Strategi Pembelajaran untuk PTK. Malang: Surya Pena Gemilang. Eggen, Paul D. dan D. P. Kauchak. 1996. Strategies for Teachers: Teaching Content and Thinking Skills. Allyn & Bacon: Boston, USA. pp: 1-55. Schafersman, S.D. 1991. An Introduction To Critical Thinking. http://www.proquestumi.com/pqdweb/critical_thinking, diakses tanggal 29 November 2008 Setriarini, Yus. 2009. Implementasi LSBS di SMP Negeri 1 Sukorejo. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lessson Study di FMIPA-UM, Oktober 2009. A. Sudrajat, A. 2008. Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran. Artikel Diterbitkan Februari 22, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Diakses 2 Desember 2008. Suyanik. 2010. Upaya Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Materi Reproduksi Sel di SMA N 1 Bontang dengan Bermain Sambil Belajar Menggunakan Model Sel dan Puzle Mitosis – Meiosis. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lessson Study di FMIPA-UM, 9 Oktober 2010. Trisnaldi, Cecep. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Padang: LPMP Padang
330
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
IMPLEMENTASI LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMANFAATKAN SUMBER BELAJAR OLEH MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA NEGERI 4 MALANG
Erni Purnasari 1) Herawati Susilo 2) Susriyati Mahanal 3) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang 1) e-mail.
[email protected] 2) email.
[email protected] 3) email.
[email protected]
Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan lesson study, kemampuan memanfaatkan sumber belajar melalui implementasi lesson study oleh guru model mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM di SMA Negeri 4 Malang, serta perkembangan kemampuan memanfaatkan sumber belajar dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian yaitu mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM angkatan 2007 yang melaksanakan PPL semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah mahasiswa 3 orang sebagai guru model. Penelitian dilakukan di kelas X-1, X-2, dan X-3 yang diamati oleh 3—5 orang observer. Hasil penelitian adalah keterlaksanaan implementasi lesson study dari tahap plan, do, dan see mengalami peningkatan dari lesson study ke-1 sampai ke-9, kemampuan memanfaatkan sumber belajar oleh guru model mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM melalui implementasi lesson study dengan sub variabel kemampuan memilih dan menggunakan sumber belajar tergolong dalam kategori sangat baik, perkembangan kemampuan memanfaatkan sumber belajar oleh guru model mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM melalui implementasi lesson study dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas ulangan harian Vermes mengalami peningkatan sebesar 37,7 untuk kelas X-1, 30,9 untuk kelas X-2, dan 36,8 untuk kelas X-3. Kata kunci: lesson study, sumber belajar, guru model, hasil belajar
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan sehingga dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Harapannya, dengan berbagai upaya yang dilakukan mampu meningkatkan pembelajaran serta menjadikan para guru Indonesia sebagai profesional dalam bidang kependidikan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, terdapat satu kompetensi pedagogik yang menyatakan bahwa guru mata pelajaran diharapkan mampu menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.
331
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu (Depdiknas, 2004). Penguasaan kemampuan calon guru atau guru dalam memilih dan menggunakan berbagai sumber belajar serta mengintegrasikannya ke dalam desain pembelajaran akan meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Pembelajaran biologi bisa lebih bermakna dan mudah dipahami jika sumber belajar yang digunakan relevan dan bervariasi. Sumber belajar bervariasi meliputi buku teks, situs internet, dan sumber belajar dari lingkungan sekitar (alam). Garfield (2006) menyatakan bahwa lesson study merupakan sebuah proses sistematis yang digunakan oleh para guru di Jepang untuk menguji keefektifan pembelajaran dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Hendayana, dkk (2006:10) menyatakan bahwa lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Stigler & Hiebert (1999) dalam Burroughs (2010) menyatakan jika mahasiswa calon guru dikenalkan dengan perencanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran secara kolaboratif maka para calon guru akan lebih siap melaksanakan perannya sebagai pengajar. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan lesson study sangat efektif dilakukan oleh para calon guru untuk meningkatkan kinerja serta keprofesionalannya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, lesson study sudah pernah dilaksanakan di SMA Negeri 4 Malang pada saat praktik pengalaman lapangan (PPL) oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang. Namun lesson study yang diterapkan masih belum memenuhi kaidah-kaidah yang sesungguhnya karena hanya dilaksanakan sekali sebagai tuntutan tugas dari pelaksanaan PPL. Selain itu, pembelajaran di SMA Negeri 4 Malang masih belum memanfaatkan sumber belajar secara optimal baik bahan, lingkungan maupun teknik sehingga masih ada siswa yang belum termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan lesson study, kemampuan memanfaatkan sumber belajar melalui implementasi lesson study oleh guru model mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM di SMA Negeri 4 Malang, serta perkembangan kemampuan memanfaatkan sumber belajar dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian yaitu mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM angkatan 2007 yang melaksanakan PPL semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah mahasiswa 3 orang sebagai guru model, siswa kelas X-1, X-2, dan X-3, serta 3—5 observer. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 4 Malang yang terletak di Jalan Tugu Utara No. 1 Malang pada bulan Maret s.d April sebanyak 9 siklus lesson study dengan jadwal pelaksanaan dapat dilihat di Tabel 1. Penelitian dilakukan di kelas X-1, X-2, X-3, diamati oleh 3—5 orang observer di antaranya teman sejawat peneliti, guru bidang studi, serta dosen pembimbing. Data yang dikumpulkan berupa data keterlaksanaan lesson study, kemampuan memanfaatkan sumber belajar (kemampuan memilih dan menggunakan sumber belajar) dan perkembangan memanfaatkan sumber belajar kaitannya dengan hasil belajar. Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa lembar observasi, lembar penilaian, dan lembar angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi, paparan data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi data. Pada penelitian ini, setiap satu siklus (plan, do, dan see) tidak selalu dalam 1 plan, 1 do, dan 1 see, akan tetapi dalam penelitian ini memiliki variasi tahapan di tiap siklusnya antara lain 1 kali plan, 1 kali do, dan 1 kali see. Ada pula 1 kali plan, 2 kali do, dan 1 kali see, dan 1 kali plan, 3 kali do, dan 1 kali see
332
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keterlaksanaan Lesson Study oleh Guru Model Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM Keterlaksanaan lesson study untuk meningkatkan kemampuan memanfaatkan sumber belajar oleh guru model mahasiswa pendidikan Biologi merupakan gabungan skor rata-rata pada tahapan lesson study yaitu: 1) perencananaan (plan), 2) pelaksanaan (do), dan 3) refleksi (see) yang dilaksanakan oleh 3 mahasiswa pendidikan Biologi selama 9 siklus lesson study. Keterlaksanaan LS dilihat melalui pengamatan langsung dengan menggunakan lembar observasi tahap plan, do, dan see yang diisi oleh observer pada setiap pelaksanaan tahapan dalam LS. Sebaran keterlaksanaan LS oleh guru model mahasiswa Pendidikan Biologi dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Keterlaksanaan Lesson Study N o
Tahapan Lesson Study
1 Perencanaan (plan) 2 Pelaksanaan (do) 3 Refleksi (see) Rata-rata Keterlaksanaan
Skor Rata-rata Keterlaksanaan (%) 93,9 93,1 89,4 92,1
Kategori Sangat tinggi Sangat tinggi Tinggi Sangat tinggi
Tabel 1 menunjukkan bahwa keterlaksanaan langkah-langkah tahap plan, tahap do sangat tinggi dan tahap see tinggi sesuai dengan standar monitoring pada lembar observasi. Keterlaksanaan tahap plan mulai dari tahap plan awal hingga tahap plan akhir dalam penelitian ini tergolong sangat tinggi di mana indikator keterlaksanaannya didasarkan oleh kemampuan memanfaatkan sumber belajar. Beberapa indikator keterlaksanaannya antara lain tim LS merencanakan rencana pembelajaran dengan pemanfaatan sumber belajar berupa buku paket, bahan praktikum (cacing tanah, awetan basah), gambar dan video dari internet. Selain itu, tim LS juga mendiskusikan kesesuaian sumber belajar yang akan digunakan serta permasalahan-permasalahan yang sekiranya muncul ketika pembelajaran berlangsung. Meskipun tergolong sangat tinggi, pada tahap plan sangat dibutuhkan sebuah komitmen bersama salah satunya kesediaan komunitas belajar untuk hadir pada saat perencanaan (plan). Adanya kolaborasi antar mahasiswa calon guru dan guru mampu meningkatkan kinerja dalam menyusun sebuah rancangan pembelajaran yang lebih operasional berdasarkan pemikiran banyak orang. Keterlaksanaan tahap do sangat tinggi, guru model dalam hal ini mahasiswa calon guru semakin terampil dalam memanfaatkan sumber belajar yang relevan untuk siswa. Guru model cakap dalam memilih berbagai video tentang vermes sebagai ganti bahan amatan yang belum bisa didapatkan. Selain itu, guru model sudah aktif membimbing siswa untuk menggunakan sumber belajar yang tersedia (buku paket, bahan amatan). Adanya pengamatan oleh para observer dapat membantu guru model dalam memahami situasi kelas serta melaksanakan perbaikan di pembelajaran selanjutnya. Masing-masing guru model serta para observer saling berbagi pengalaman mengenai pembelajaran yang pernah dilakukan. Hal ini didukung oleh temuan dari Murata (Tanpa tahun) yang menyatakan bahwa dengan lesson study calon guru belajar untuk mendalami pemahaman tentang belajar dan membelajarkan serta satu aspek penting dalam lesson study yang bernilai yaitu kolaborasi. Tahap pelaksanaan (do) merupakan tahap di mana peran observer sangat diperlukan. Tahap pelaksanaan (do) akan berjalan dengan baik jika jumlah observer sebanding dengan jumlah kelompok siswa yang ada di kelas sehingga setiap observer dapat mengamati satu kelompok tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa setiap pengamat dapat mengamati satu kelompok tertentu, terutama bagi pengamat pemula. Akan tetapi, pengamat juga dapat mengamati siswa/kelompok lain sehingga dapat mengetahui kondisi dan situasi secara keseluruhan (Syamsuri dan Ibrohim, 2008:89). Keterlaksanaan tahap see tergolong dalam kategori tinggi, meskipun awalnya moderator tidak mengenalkan tim LS karena dianggap sudah saling kenal, kemudian moderator belum menyampaikan susunan acara dan tata tertib refleksi serta belum memberi saran untuk pembelajaran yang lebih sesuai 333
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
untuk pertemuan mendatang. Moderator selanjutnya menunjukkan perbaikan yaitu mengenalkan tim LS, menyampaikan susunan acara dan tata tertib refleksi, memberi saran untuk pembelajaran yang lebih sesuai untuk pertemuan selanjutnya. Para observer akhirnya terlatih untuk menyampaikan masukan yang membangun. Hal-hal menarik muncul saat pelaksanaan pembelajaran untuk materi Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Annelida. Pelaksanaan pembelajaran pada materi Platyhelminthes menggunakan model TPS dipadu dengan Role Playing. Ternyata dengan mengajak siswa untuk bermain peran dapat memotivasi siswa untuk konsentrasi belajar dan menciptakan sebuah pembelajaran yang menyenangkan. Selain model role playing, dalam penelitian ini juga digunakan model make a match dipadu praktikum untuk materi Annelida, dan NHT untuk materi Nemathelminthes. Usaha tim LS menggunakan beberapa model pembelajaran inovatif membuahkan hasil, ternyata siswa lebih tertarik dengan model make a match yang dipadu dengan praktikum serta role playing. Model make a match digunakan untuk memotivasi siswa agar lebih bersemangat mengikuti pelajaran. Adanya sumber belajar yang berupa bahan asli (cacing tanah) menjadikan siswa lebih termotivasi dalam belajar karena wujud asli cacing tanah bisa diamati langsung oleh siswa. Sumber belajar berupa teknik atau lebih tepatnya model pembelajaran (role playing dan make a match) dapat mendukung pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa bisa menyerap informasi dari kegiatan tersebut. Penelitian ini banyak memberikan manfaat bagi guru model. Lesson study mampu mengurangi isolasi guru, menciptakan keterbukaan guru model terhadap saran dan masukan dari para observer demi terwujudnya pembelajaran yang lebih baik. Lesson study secara otomatis akan meningkatkan kinerja guru model dalam pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan refleksi. Catherine Lewis (2002) menyatakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: 1) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan lesson study), 2) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, 3) mengembangkan keahlian dalam mengajar, 4) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, 5) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dengan dihadirkannya para observer, pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas. B. Kemampuan Memanfaatkan Sumber Belajar oleh Guru Model Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM melalui Implementasi Lesson Study Kemampuan guru model dalam memanfaatkan sumber belajar terdiri dari dua variabel yaitu kemampuan memilih sumber belajar dan kemampuan menggunakan sumber belajar yang dilaksanakan pada tiap siklus. Sebaran kemampuan guru model dalam memanfaatkan sumber belajar jika dideskripsikan berdasarkan sub variabel adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Distribusi Kemampuan Guru Model Mahasiswa Pendidikan Biologi dalam Memanfaatkan Sumber Belajar No Sub Variabel 1 Kemampuan memilih sumber belajar 2 Kemampuan menggunakan sumber belajar Nilai Rata-rata
Skor Rata-rata (%) 95,6 91,0 93,3
Kategori Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Penjabaran kemampuan guru model dalam memilih sumber belajar dan menggunakan sumber belajar pada tiap siklus LS dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
334
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Tabel 3. Distribusi Kemampuan Guru Model Mahasiswa Pendidikan Biologi dalam Memilih Sumber Belajar No 1 2 3
Guru Model LS I Eva Nurul M (GM I) 91,7 Erni Purnasari (GM II) 94,4 Sulistyawati (GM III) 94,4 Nilai Rata-rata
LS II 94,4 97,2 95,6
LS III 97,2 97,8 97,8
Skor Rata-rata (%) 94,4 96,5 95,9 95,6
Kategori Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebaran kemampuan memilih sumber belajar pada setiap guru model mengalami peningkatan selama kegiatan lesson study. Guru model semakin hari semakin mampu memilih sumber belajar baik bahan, alat, teknik maupun lingkungan. Guru model mengetahui buku paket biologi apa yang isinya lebih lengkap sehingga bisa dipadukan dengan buku paket bilingual yang cenderung sedikit materinya. Selain itu, pemilihan video pembelajaran digunakan untuk melengkapi sumber belajar yang mungkin sulit diamati secara langsung misalnya faring pada Planaria sp, wujud asli Fasciola hepatica, Taenia solium, Ascaris lumbricoides, contoh lain dari kelas Polychaeta yang ada di laut. Semua sumber belajar yang dimanfaatkan sangat membantu siswa dalam belajar di kelas dan mampu merangsang siswa untuk bertanya. Sumber belajar berupa teknik (role playing, make a match, dan praktikum) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa serta mengaktifkan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran bisa lebih bermakna bagi siswa. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya learning community serta kolaborasi dalam lesson study mampu meningkatkan kinerja guru model dalam memilih sumber belajar. Model pengembangan profesional ini digunakan secara sistematis untuk memperdalam pengetahuan, meningkatkan pemahaman pedagogis, dan mengembangkan kemampuan untuk mengobservasi dan memahami pembelajaran siswa (Murata & Takahashi, 2002) dalam Burroughs (2010). Hasil penelitian ini sependapat dengan Stigler & Hiebert (1999) dalam Burroughs (2010) yang menyatakan bahwa jika mahasiswa calon guru dikenalkan dengan perencanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran secara kolaboratif maka para calon guru akan lebih siap melaksanakan perannya sebagai pengajar. Tabel 4. Distribusi Kemampuan Guru Model Mahasiswa Pendidikan Biologi dalam Menggunakan Sumber Belajar No 1 2 3
Guru Model LS I Eva Nurul M (GM I) 80,0 Erni Purnasari (GM II) 95,8 Sulistyawati (GM III) 93,1 Nilai Rata-rata
LS II 96,3 92,6 94,4
LS III 83,3 98,1 85,2
Skor Rata-rata (%) 86,5 95,5 90,9 91,0
Kategori Baik Sangat baik Sangat Baik Sangat baik
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebaran kemampuan menggunakan sumber belajar pada setiap guru model mengalami peningkatan selama kegiatan lesson study. Setiap guru model memiliki gaya mengajar yang berbeda serta kelas yang diajar juga berbeda. Selain itu setiap materi pelajaran yang diajarkan membutuhkan sumber belajar yang berbeda. Meskipun guru model meniru kemampuan guru model lainnya namun masing-masing guru model tetap memiliki ciri khas dalam mengajar. Seperti pendapat guru Jepang yang secara kontinyu melakukan kolaborasi dalam Lewis (2000:25): .... your lesson must become your own original thing, not simply imitation of others. Dapat dilihat bahwa dengan lesson study yang dilaksanakan selama 9 siklus, guru model mampu memanfaatkan sumber belajar dengan sangat baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilo (2010:3) bahwa diperlukan banyak sekali ”research lesson” atau ”open class” untuk diamati oleh banyak orang dalam waktu yang relatif panjang. Sembilan siklus lesson study dikatakan sudah cukup mampu meningkatkan kemampuan memanfaatkan sumber belajar pada akhir lesson study. Proses ini akan lebih baik, jika kegiatan lesson study bisa dilaksanakan secara kontinyu, paling tidak seminggu 1 kali melakukan open class.
335
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
C. Perkembangan Kemampuan Memanfaatkan Sumber Belajar oleh Guru Model Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM melalui Implementasi Lesson Study dalam Hubungannya dengan Hasil Belajar Siswa Perkembangan kemampuan memanfaatkan sumber belajar merupakan perubahan kemampuan memanfaatkan sumber belajar oleh 3 guru model dengan masing-masing 3 siklus LS. Kemampuan guru model dalam memanfaatkan sumber belajar terdiri dari sub variabel yaitu kemampuan memilih sumber belajar dan kemampuan menggunakan sumber belajar. Penjelasan data hasil penelitian perkembangan kemampuan memanfaatkan sumber belajar adalah sebagai berikut. a.
Grafik Perkembangan Kemampuan Memilih Sumber Belajar
Berdasarkan analisis data pada Tabel 3, apabila digambarkan dengan grafik perkembangan kemampuan memilih sumber belajar pada masing-masing guru model terlihat seperti Gambar 1.
Skor Kemampuan (%)
100 80 60
GM I
40
GM II
20
GM III
0
LS 1
LS 2
LS 3
Gambar 1. Grafik Perkembangan Kemampuan Memilih Sumber Belajar oleh Masing-Masing Guru Model Berdasarkan grafik perkembangan kemampuan memilih sumber belajar menunjukkan bahwa masing-masing guru model mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan lesson study guru model dapat meningkatkan kinerjanya sehingga mutu pembelajaran juga meningkat. Aspek penting dalam lesson study yaitu kolaborasi antar guru senior, calon guru, dan dosen pendamping. Peneliti sependapat dengan Sitepu (2008:81), yang menyatakan bahwa penguasaan kemampuan calon pendidik dalam mengenali dan menggunakan aneka sumber belajar serta mengintegrasikannya ke dalam desain pembelajaran meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar dan membelajarkan peserta didik ketika mereka kelak melaksanakan tugasnya. b. Grafik Perkembangan Kemampuan Menggunakan Sumber Belajar Berdasarkan analisis data pada Tabel 4 apabila digambarkan dengan grafik perkembangan kemampuan menggunakan sumber belajar masing-masing guru model terlihat seperti Gambar 2.
336
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
Skor Kemampuan (%)
100 80 60
GM I
40
GM II GM III
20 0 LS 1
LS 2
LS 3
Gambar 2. Grafik Perkembangan Kemampuan Menggunakan Sumber Belajar oleh MasingMasing Guru Model Berdasarkan grafik perkembangan kemampuan menggunakan sumber belajar menunjukkan bahwa kemampuan masing-masing guru model mengalami peningkatan. Masing-masing guru model mengajar di kelas yang berbeda dengan kondisi klasikal yang berbeda pula serta materi yang diajarkan juga memiliki karakteristik penggunaan sumber dan media belajar yang berbeda. Hal ini menyebabkan kemampuan masing-masing guru model berbeda. Sesuai dengan pendapat Maurer dalam artikel yang berjudul Lessons Learned menyatakan bahwa tidak semua rancangan dapat diaplikasikan pada kondisi kelas yang berbeda meskipun desain rancangannya sama (Maurer, 2010:33). Kemampuan memanfaatkan sumber belajar oleh guru model diukur pula dengan hasil belajar siswa sebelum dan setelah LS. Nilai rata-rata kelas ulangan harian siswa mengalami peningkatan sebesar 37,7 untuk kelas X-1, 30,9 untuk kelas X-2, dan 36,8 untuk kelas X-3. Hasil belajar siswa masih perlu ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas pembelajaran yang dirancang dengan baik salah satunya dengan kemampuan guru memanfaatkan aneka sumber belajar yang relevan untuk siswa agar dapat belajar dengan baik. Hasil Angket Respons Siswa Terhadap Pembelajaran Persentase ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran Biologi diperoleh dari 10 angket siswa untuk tiap materi pelajaran dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Data Hasil Respons Siswa terhadap Pembelajaran Materi
Pela-
jaran Platyhelminthes Nemathelminthes Annelida
Tidak Menarik 0 0 0
Respons Siswa (%) Cukup Menari Menarik k 10 90 20 70 0 60
Sangat Menarik 0 10 40
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, dapat diperoleh kesimpulan yaitu: a) keterlaksanaan implementasi lesson study dari tahap plan, do, dan see mengalami peningkatan dari lesson study ke-1 sampai ke-9; b) kemampuan memanfaatkan sumber belajar oleh guru model mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM melalui implementasi lesson study dengan sub variabel kemampuan memilih dan menggunakan sumber belajar tergolong dalam kategori sangat baik; 337
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4 PERAN LESSON STUDY DALAM MENGEMBANGKAN KEPROFESIONALAN PENDIDIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN
(Continuing Professional Development)
c) perkembangan kemampuan memanfaatkan sumber belajar oleh guru model mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM melalui implementasi lesson study dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. DAFTAR RUJUKAN Burroughs, E. A. & Luebeck, J. L. 2010. Pre-service Teachers in Mathematics Lesson Study. The Montana Mathematics Enthusiast, 7 (2&3): 391-400. (Online), (http://www.math.umt.edu/tmme/vol7no2and3/14_burroughsluebeck_TMME_vol7nos2and3_pp.pdf, diakses 29 Mei 2011. Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta. Garfield, Joan. 2006. Exploring the Impact of Lesson Study on Developing Effective Statistics Curriculum. (Online), (http://www.stat.auckland.ac.nz/~iase/publications/11/Garfield.doc), diakses 31 Mei 2011. Hendayana, dkk. 2006. Lesson Study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan (Pengalaman IMPSTEP-JICA). Bandung: UPI Press. Lewis, C. 2002. Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Nagoya Journal of Education and Human Development, 2002 (1):1-23. (Online), (http://www.lessonstudygroup.net/lg/readings/DoeslessonstudyhaveafutureintheUSLewisC/Doeslessonstu dyhaveafutureintheUSLewisC.pdf), diakses 31 Mei 2011. Maurer, J.M. 2010. Lessons Learned. Science and Children 47 (9): 33. Murata, A. dan Photen, B.E. Tanpa tahun. Lesson Study In Preservice Elementary Mathematics Methods Courses: Connecting Emerging Practice And Understanding. (Online), (http://www.lessonresearch.net/Murata.Pothen.pdf), diakses 29 Mei 2011. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru. 2007. Staff UGM (Online), (http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/Permen16-2007Kompetensi Guru.pdf), diakses 16 Januari 2011. Sitepu, BP. 2008. Pengembangan Sumber Belajar. Jurnal Pendidikan Penabur, (Online), 7 (11):79-92, (http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%2079-92%20Pengembangan%20Sumber%20Belajar.pdf), diakses 31 Mei 2011. Susilo, Herawati. Dkk. 2010. Lesson Study Berbasis MGMP Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru. Malang: Surya Pena Gemilang. Syamsuri, I. dan Ibrohim. 2008. Studi Pembelajaran (Lesson Study): Model Pembinaan Pendidikan Pendidik Secara Kolaboratif dan Berkelanjutan, Dipetik dari Program SISTTEMS-JICA di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur (2006-2008). Malang: FMIPA UM. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 2005. Ditjen Dikti (Online), (http://www.dikti.go.id/tatalaksana/upload/uu_14_2005.pdf), diakses 16 Januari 2011.
338
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
PENERAPAN METODE ROLE PLAYING MEMUDAHKAN SISWA KELAS IXF SMP NEGERI 2 GEMPOL MEMAHAMI PROSES TERJADINYA OVULASI
Lilis Suryani 1 1) Siti Zubaidah 2 2) 1) SMP Negeri 2 Gempol Pasuruan 2) Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, e-mail.
[email protected]
Abstrak: Pada pembelajaran biologi, siswa sering mengalami kesulitan menguasai konsep dasar dan menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh tentang proses terjadinya ovulasi. Proses ovulasi telah diketahui oleh siswa melalui bacaan sebagai sumber informasi, tetapi bagaimana proses terjadi ovulasi, merupakan hal yang sulit bagi siswa jika membayangkan bagaimana proses terjadinya, karena prosesnya melibatkan dua proses yaitu menstruasi dan fertilisasi. Pada kegiatan lesson study di SMP Negeri 2 Gempol telah dilaksanakan open class dengan menggunakan metode role playing pada konsep ovulasi. Penerapan metode ini telah membuat siswa merasa senang karena berperan secara langsung dalam pembelajaran dan nampak aktivitas siswa secara individu meningkat. Kerja sama dalam kelompok nampak berjalan baik. Penerapan metode juga memudahkan pemahaman siswa tentang proses terjadinya ovulasi pada manusia, melalui pengamatan secara langsung terhadap peran yang dimainkan teman-teman sekelasnya. Kata kunci: role playing, pemahaman siswa, ovulasi
Materi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), khususnya biologi berkaitan dengan cara memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Salah satu kompetensi yang ingin ditanamkan kepada siswa adalah penguasaan pengetahuan,yang berupa fakta-fakta dan konsep. Pada umumnya siswa hanya tahu saja tentang sesuatu hal melalui fakta tetapi tak berpikir bagaimana hal itu terjadi. Sebagai contoh, tentang mengapa perempuan mengalami proses menstruasi sedangkan laki-laki tidak mengalami proses tersebut. Konsep ovulasi merupakan salah satu konsep yang telah diketahui oleh siswa melalui bacaan sebagai sumber informasi, tetapi bagaimana proses terjadi ovulasi, merupakan hal yang sulit bagi siswa jika membayangkan bagaimana proses terjadinya, karena prosesnya melibatkan dua proses yaitu menstruasi dan fertilisasi. Masalah tersebut dicoba diatasi melalui kegiatan lesson study di SMP Negeri 2 Gempol telah dilaksanakan open class dengan menggunakan metode role playing pada konsep ovulasi. Role playing atau bermain peran merupakan suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial (Sudjana, 2009:89 dalam La Ode,
339
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
2010). Pada metode role playing ini, proses pembelajaran ditekankan pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi, baik guru maupun siswa. Menurut Palupi (2010), bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Menurut Alhafidzh (2010:1 dalam La Ode, 2010), metode role playing memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, dan dapat digunakan apabila: (1) Pelajaran dimaksudkan untuk melatih dan menanamkan pengertian dan perasaan seseorang. (2) Pelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial dan rasa tanggung jawab dalam memikul amanah yang telah dipercayakan. (3) Jika mengharapkan partisipasi kolektif dalam mengambil suatu keputusan. (4) Apabila dimaksudkan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu sehingga diharapkan siswa mendapatkan bekal pengalaman yang berharga, setelah mereka terjun dalam masyarakat kelak. (5) Dapat menghilangkan malu, di mana bagi siswa yang tadinya mempunyai sifat malu dan takut dalam berhadapan dengan sesamanya dan masyarakat dapat berangsur-angsur hilang, menjadi terbiasa dan terbuka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (6) Untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga amat berguna bagi kehidupannya dan masa depannya kelak, terutama yag berbakat bermain drama, lakon film dan sebagainya. Sadali (2010) menjelaskan empat asumsi yang mendasari model mengajar ini yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut ialah: Pertama, secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menekankan dimensi "di sini dan kini" (here and now) sebagai isi pengajaran. Kedua, bermain peran memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang lain. Ketiga, model ini mengasumsikan bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Keempat, model mengajar ini mengasumsikan bahwa proses-proses psikologis yang tersembunyi (covert) berupa sikap-sikap nilai-nilai, perasaan-perasaan dan sistem keyakinan dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara spontan dan analisisnya. Sebagaimana dengan metode-metode pembelajaran yang lain, metode role playing memiliki kelebihan dan kelemahan, karena secara prinsip tidak ada satupun metode pembelajaran yang sempurna. Semua metode pembelajaran saling melengkapi satu sama lain. Penggunaannya di dalam proses pembelajaran dapat dikolaborasikan, bergantung dari karakteristik materi pokok pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Kelebihan maupun kelemahan metode role playing sebagaimana dijelaskan Makhrufi (2009:3 dalam La Ode, 2010) adalah berikut ini. Kelebihannya: (1) dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan; (b) sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias; (c) membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi; (d) dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri; (e) dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan atau membuka kesempatan bagi lapangan kerja. Kelemahannya antara lain: (a) jika siswa tidak dipersiapkan secara baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sunguguh-sungguh; (b) bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung; (c) bermain peran tidak selamanya menuju arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkan; (d) siswa sering mengalami kesulitas untuk memerankan peran secara baik, khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang diperankannya; (e) bermain membutuhkan waktu yang banyak/lama; (f) untuk lancarnya bermain 340
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal hingga bekerjasama dengan baik. Mujiman (2007:86 dalam La Ode, 2010) mengemukakan kelemahan metode role playing dan bermain peranan ini terletak pada: (a) memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak; (b) memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid, dan ini tidak semua guru memilikinya; (c) kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu; (d) apabila pelaksanaan role playing dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai; (e) tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini. METODE
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Gempol. Populasi penelitian adalah siswa kelas IX F SMA Negeri 2 Gempol sebanyak 45 siswa. Metode penulisan ini merupakan deskriptif dengan mengimplementasikan lesson study. Menurut Wahab (2007:109 dalam La Ode, 2010), secara rinci proses pembelajaran di kelas bagi guru dan siswa adalah berikut ini. (1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan melalui metode ini. Tujuan tersebut diupayakan tidak terlalu sulit/berbelit-belit, akan tetapi jelas dan mudah dilaksanakan. (2) Melatar belakang cerita role playing dan bermain peranan tersebut. Hal ini agar materi pelajaran dapat dipahami secara gamblang dan mendalam oleh siswa. (3) Guru menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan role playing dan bermain peranan melalui peranan yang harus siswa lakukan/mainkan. (4) Menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang pantas memainkan/melakonkan jalannya suatu cerita. Dalam hal ini termasuk peranan penonton. (5) Guru dapat menghentikan jalannya permainan apabila telah sampai titik klimaks. Hal ini dimaksudkan agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara seksama. (6) Sebaiknya diadakan latihan-latihan secara matang, kemudian diadakan uji coba terlebih dahulu, sebelum role playing dipentaskan dalam bentuk yang sebenarnya. TAHAPAN LESSON STUDY
1. Plan Kegiatan plan (perencanaan) dilaksanakan di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 September 2010 yang dihadiri oleh kelompok guru Biologi dan Fasilitator Biologi. Pada tahap ini dilakukan penyusunan dan pengembangan rancangan pembelajaran yang diharapkan mampu membelajarkan peserta didik secara efektif dan membangkitkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran. Rancangan tersebut dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Standar Kompetensi “Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia ”, Materi “Sistem Reproduksi pada manusia ”. Metode pembelajaran yang dipilih adalah role playing. RPP disusun bukan hanya oleh guru model, tetapi oleh kelompok guru Biologi . Kegiatan yang dilakukan pada penyusunan RPP ini tidak hanya menyusun saja, tetapi juga membahas tentang kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan RPP yang disusun. Kelompok guru Biologi juga membahas alternatif-alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kekurangan-kekurangan itu, sehingga menghasilkan RPP yang diharapkan dapat diterapkan dan dilaksanakan sehingga tujuan awal yakni membelajarkan siswa, membangkitkan partisipasi aktif siswa akan tercapai, yang pada akhirnya siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Berikut ini beberapa masukan pada saat penyusunan dan pembahasan RPP. a. RPP disusun dengan menggunakan metode diskusi dan model STAD, dan materi yang akan dibahas ada dua yaitu sistem reproduksi pada manusia dan penyakit atau gangguan pada sistem reproduksi manusia. b. Fasilitator menyarankan bagaimana kalau yang dibahas hanya satu materi sistem reproduksi manusia saja. 341
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
c. Penggunaan metode tetap yaitu diskusi dan model diganti dengan Role Playing, karena selama ini dalam Proses Belajar Mengajar pada materi sistem Reproduksi Manusia selalu menggunakan gambar atau carta saja, maka kali ini dicoba dengan cara memerankan siswa sebagai obyek langsung dalam pembelajaran. Berikut ini adalah rancangan pembelajaran berdasarkan hasil kegiatan plan. Pembelajaran dilaksanakan 2 jam pelajaran (2 x 40 menit) di kelas IX F. Siswa dibagi dalam 10 kelompok yang heterogen. Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5. Sebagai prasyarat siswa ditanya tentang reproduksi pada manusia yang sudah dibaca dibuku kemudian memotivasi bagaimana proses terjadinya reproduksi pada manusia terutama pada wanita? Diharapkan siswa memberikan jawaban bervariasi seperti dengan menikah, dengan kawin, atau dengan hubungan seks. Guru memberikan penghargaan pada siswa atas jawaban yang diberikan siswa. Kemudian guru memberitahukan tujuan belajaran yaitu siswa memahami proses terjadinya ovulasi dan menstruasi. Setelah itu guru masuk dalam kegiatan inti, guru menjelaskan cara kerjanya seperti berikut ini. (1) Guru meminta kepada siswa-siswa yang sudah terpilih sebagai pemeran yaitu sebagai narator, ovarium, ovum, oviduk, uterus,s perma, vagina dan zigot untuk maju di depan kelas dan memperagakan proses ovulasi dan menstruasi. (2) Siswa-siswa yang tidak berperan diharapkan sebagai pengamat dalam memperhatikan proses ovulasi dan menstruasi yang diperankan oleh teman-teman sekelasnya. (3) Setelah selesai bermain peran (drama satu babak) siswa-siswa tersebut kembali duduk di kelompoknya masingmasing. (4) Semua siswa mengerjakan soal yang ada di LKS, jawaban disesuaikan dengan hasil pengamatan dengan bimbingan guru. (5) Siswa melaksanakan presentasi di depan kelas dengan perwakilan kelompok yang di moderatori oleh guru sampai diketemukan hasil kesimpulan pembelajaran hari ini. (6) Siswa mengerjakan post tes.
Gambar 1. Suasana kegiatan plan di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan. 2. Do Tahapan do dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gempol . Open class dihadiri oleh kelompok guru Biologi dan fasilitator Biologi. Pada tahap pelaksanaan (do), kegiatan yang dilakukan adalah menerapkan rancangan pembelajaran yang telah dibuat pada tahap plan. Penulis pertama bertindak sebagai guru model dan penulis kedua sebagai pembimbing dalam penulisan makalah, sedangkan guru-guru yang lain dan pendamping
342
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
bertindak sebagai pengamat (observer). Pengamatan yang dilakukan oleh para observer diarahkan pada aktivitas belajar siswa dengan berpedoman pada tata tertib menjadi observer dan pedoman pengamatan yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Observer bukan untuk mengevaluasi penampilan guru yang sedang bertugas mengajar, tetapi mengamati siswa dalam proses pembelajaran. Sebelum pembelajaran berlangsung, dua hari sebelumnya peserta didik yang bertugas sebagai pemeran sudah diberi teks skenario tentang ovulasi dan menstruasi, peserta didik yang terlibat sebanyak 13 siswa heterogen, mereka ada yang berperan sebagai narator satu orang, ovarium dua orang, oviduk dua orang, ovum dua orang, uterus dua orang, vagina dua orang, sperma satu orang, dan zigot satu orang. Pada saat pembelajaran yang paling berperan adalah narator karena kunci keberhasilan ada pada saat narator membacakan teks skenario pembelajaran. Lantai kelas digunakan sebagai panggungnya. Siswa yang tidak berperan dalam permainan, mengamati jalannya pertunjukkan sambil mencatat, karena setelah cerita berakhir, semua akan kembali ke kelompoknya masing-masing, termasuk siswa yang ikut bermain peran. Mereka akan mendiskusikan pembelajaran hari itu ke dalam lembar kerja siswa dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Skenario pembelajaran sebagai berikut: Teman-teman hari ini saya punya cerita yang unik dan menarik, maka dari itu kalian harus memperhatikan, agar tidak ketinggalan alur ceritanya. Cerita ini saya beri judul “OVULASI” , sebelum cerita saya awali maka saya perkenalkan dulu sahabat-sahabatku, yaitu: 1. OVARIUM : Hai …….? (peran) Saya OVARIUM berfungsi sebagai tempat memproduksi sel telur. 2. OVIDUK : Hai juga ........? (peran) Saya OVIDUK berfungsi membawa sel telur dari ovarium menuju uterus/rahim. 3. OVUM/SEL TELUR : Hai, hai, hai ........? (peran) Aku adalah sel telur yang cantik. 4. UTERUS/RAHIM : Apa kabar ……..? (peran) Saya UTERUS / RAHIM berfungsi sebagai tempat sel telur yang telah dibuahi atau tempat tumbuh dan berkembangnya zygote. 5. VAGINA : Hai ……..? (peran) Aku VAGINA merupakan tempat saat kopulasi untuk melakukan pembuahan juga merupakan saluran kelahiran. 6. SPERMA : Hai, hai, hai……..? (peran) Aku adalah sperma yang hebat. 7. ZYGOTE : Hallo …….? (peran) Aku adalah zygote yang paling ganteng. Cerita yang pertama adalah “PERISTIWA MENSTRUASI PADA WANITA”. a. Cerita ini diawali dengan terlepasnya sel telur yang sudah masak dari ovarium ke oviduk yang dinamakan “OVULASI”. b. Peristiwa / siklus menstruasi ini terjadi pada seorang wanita setiap 28 hari sekali. c. Bila tidak terjadi fertilisasi / pembuahan, maka dinding rahim akan mengalami peluruhan, hingga mengeluarkan darah yang disebut “MENSTRUASI”. d. Biasanya menstruasi seorang wanita terjadi selama kurang lebih 7 hari dalam satu bulan. Inilah cerita pertamaku, mengasyikkan ya ..? OK .....? Sekarang kita lanjutkan cerita kedua yaitu “PERISTIWA FERTILISASI / PEMBUAHAN”. a. Cerita ini diawali sel telur dibentuk pada ovarium. setiap bulan satu ovarium melepaskan telur. Biasanya hanya satu sel telur yang dilepaskan setiap kurang lebih 28 hari.Ovarium 343
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
itu biasanya secara bergantian melepaskan sel telur. Peristiwa pelepasan sel telur dari ovarium disebut “OVULASI”. Pada saat terlepas dari ovarium, sel telur bergerak menuju saluran yang disebut OVIDUK, yaitu organ berbentuk saluran yang menghubungkan antara ovarium dan uterus / rahim. b. Pada waktu kontak seksual / kopulasi terjadi, sperma akan disuntikkan oleh serangkaian otot-otot yang mengalami kontraksi dari uretra laki-laki menuju ke vagina. Meskipun jumlah sperma mencapai jutaan yang dapat masuk ke dalam vagina, tetapi yang sampai ke uterus hanya beberapa ratus saja. Beberapa sperma itu seterusnya akan masuk ke oviduk dan proses fertilisasi akan terjadi jika di dalam oviduk ada sel telur yang sudah siap dibuahi. Meskipun demikian hanya satu sperma yang dapat melakukan fertilisasi / pembuahan.Sperma yang sampai pada sel telur akan melakukan penetrasi. Sel sperma dan sel telur yang tadinya bersifat haploid setelah bergabung (fertilisasi) akan menjadi zigote diploid. c. Setelah terjdi fertilisasi, telur yang telah dibuahi menjadi ZIGOTE. Setelah 5 hari (120 jam) dari fertilisasi, zigote bergerak dari oviduk menuju ke uterus. Selanjutnya zigote akan menempel pada dinding uterus / rahim. Di tempat ini zigote akan berkembangbiak selama 40 minggu untuk menjadi bayi. Setelah itu bayi dilahirkan. d. Hai ....... aku bayi paling ganteng sedunia ha .... ha .... ha .... ( peran ) Inilah cerita-cerita yang saya persembahkan pada hari ini. Sampai jumpa ..........? Da a a.............? Menurut guru model sebagai penulis, guru IPA Biologi yang menyampaikan materi tersebut, pembelajaran tersebut dimulai dengan persiapan, yaitu penyusunan skenario yang akan ditampilkan. Setelah skenario dibuat, dimulailah proses pemilihan pemain. Proses ini cukup menarik, karena ternyata siswa menyambut dengan cukup antusias, dengan ikut mendaftar sebagai calon pemain. Setelah melalui proses casting, akhirnya terpilih para pemain yang nantinya akan berperan di pertunjukkan tersebut. Lalu mulailah mereka berlatih sesuai skenario yang akan dimainkan. Setelah pembelajaran usai, saat para siswa ditanya tentang kesan mereka tentang pembelajaran yang baru saja mereka dapatkan, ternyata mereka cukup senang, karena mereka memperoleh pengalaman belajar yang baru dan belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. Masih menurut mereka, dengan model pembelajaran seperti ini, materi lebih mudah dimengerti. Berikut ditunjukkan beberapa Gambar 2 dan Gambar 3 di kelas saat open class.
344
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Gambar 2. Lantai kelas yang dipakai sebagai panggung, digambar sesuai dengan jalan cerita yang dimainkan.
Gambar 3. Para pemain sedang memainkan peran, dipandu narator yang membacakan jalannya cerita. 3. See Setelah kegiatan do, dilanjutkan dengan kegiatan see untuk melakukan refleksi pembelajaran. Pada kegiatan ini, moderator memberi kesempatan terlebih dulu pada guru model untuk mengungkapkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru model menjelaskan bahwa Rancangan Pembelajaran yang disusun saat plan bersama-sama dengan kelompok guru Biologi telah terlaksana dengan baik, walaupun sebelum kegiatan do guru model merasa kawatir kalau siswa-siswa yang memerankan lakon drama satu babak itu tidak sesuai yang di inginkan oleh guru model, tetapi kekawatiran guru model hilang saat siswa-siswa tersebut sangat menjiwai peran yang ditugaskan. Guru model berharap para observer memberi komentar tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Kesempatan refleksi berikutnya, moderator memberikan kesempatan kepada para observer untuk memberikan komentar atau hasil refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil pengamatan para observer yang didasarkan pada pedoman tata tertib dan rubrik pengamatan, dipaparkan pada bagian selanjutnya pada tulisan ini. Situasi kegiatan see ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Suasana kegiatan see di SMP Negeri 2 Gempol. HASIL DAN DISKUSI
345
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
A. Hasil Observasi Hasil observasi berikut didasarkan pada lembar pengamatan lesson study dengan pertanyaan berikut. 1. Apakah semua siswa benar-benar belajar tentang topik pembelajaran hari ini? Sebagian besar siswa benar-benar belajar tentang topik pembelajaran hari ini, terbukti bahwa mulai dari kegiatan apersepsi semua siswa dalam keadaan tenang dan mendengarkan guru, pada waktu guru model menuliskan tujuan pembelajaran dan memerintahkan siswa untuk mencatat semua siswa mencatat dengan baik di buku tulisnya masing-masing. 2. Siswa mana yang tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran pada hari ini? Siswa nomor 4 pada kelompok 8, waktu mengisi LKS masih belum bisa menjawab dengan baik. Hampir semua siswa di setiap kelompok sangat antusias mengikuti pembelajaran karena mereka memperhatikan atau mengamati temannya yang sedang memainkan dua cerita di depan kelas yaitu proses ovulasi dan proses menstruasi, mungkin kegiatan seperti ini dapat menyenangkan siswa sehingga dapat belajar dengan baik. 3. Mengapa siswa tersebut tidak dapat belajar dengan baik? Menurut Anda apa penyebabnya dan bagaimana alternative solusinya menurut Anda? Pada siswa nomor 4, mungkin siswa ini belum memahami dengan baik topic pembelajaran hari ini, solusinya meminta siswa untuk belajar lagi di rumah,dan juga adanya tutor sebaya, dan dimungkinkan siswa nomor 4 tersebut dijadikan pemain dalam cerita yang ditampilkan di depan teman-temannya sehingga beliau bersemangat untuk untuk mempelajari materi reproduksi. 4. Pembelajaran berharga apa yang dapat anda petik dari pengamatan pembelajaran hari ini? Bagaimana membuat siswa belajar berkomunikasi atau bekerja sama dalam kelompoknya. Siswa merasa senang dengan metode diskusi dan pengamatan pada model Role Playing, sehingga dapat memahami dan membuktikan hasil reproduksi pada manusia. Dengan melakukan kegiatan bermain peran secara langsung, siswa dapat dengan mudah memahami suatu pembelajaran dan siswa menjadi senang dalam belajar. B. Hasil Test Pada Tabel 1. ditunjukkan hasil test siswa setelah pembelajaran dengan metode role playing pada materi Reproduksi pada manusia. Pada table tersebut nampak bahwa sebagian besar siswa menunjukkan ketuntasan belajar, hanya dua siswa yang perlu remidi. Remidi dilakukan di luar jam pelajaran IPA Biologi. Tabel 1. Nilai Test No 1. 2. 3. 4. 5.
Nilai 100 95 85 75 70
Jumlah siswa 20 9 11 2 2 44
C. Manfaat Lesson Study
346
Keterangan
Remidi
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Lesson Study dirasakan banyak membawa manfaat bagi penulis yang bertugas sebagai guru model untuk menerapkan metode metode role playing pada materi Reproduksi Pada Manusia di SMP Negeri 2 Gempol. Berikut adalah manfaat yang diperoleh. 1. Bagi Guru a. Di antara guru biologi terjadi suasana saling belajar dan membutuhkan, terutama dalam proses pembuatan RPP pada waktu kegiatan plan (perencanaan). Terjadi saling melengkapi kekurangan dan kritik yang membangun sehingga tersusun RPP yang mendekati sempurna, yang nanti akan dilaksanakan pada saat open class oleh guru model. Sedangkan guru yang lain membantu sebagai observer. b. Guru yang menjadi observer selain mengamati proses pembelajaran juga melihat cara guru mengajar, yang mana nantinya bisa diterapkan di sekolahnya masing-masing, sehingga guru bisa memakai metode pembelajaran yang cocok untuk sekolahnya. 2. Bagi Siswa a. Meningkatkan semangat belajar dan kualitas belajar siswa di dalam kelas, terutama dengan menggunakan metode role playing semua siswa bisa melaksanakan tugas masing-masing dalam proses pembelajaran,ada yang sebagai pemain dan pengamat yang baik. b. Terjadi kerja sama yang baik antar siswa dalam kelompok. c. Membuat siswa berani bertanya pada guru, teman, dan berani mengemukakan pendapat dalam mempertahankan hasil pekerjaannya, serta mau menerima pendapat orang lain. KESIMPULAN
Lesson study sangat bermanfaat bagi guru sebagai wahana belajar untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas yang mana dapat mengubah proses pembelajaran yang monoton menjadi proses proses yang menarik dan memotivasi belajar siswa secara maksimal. Pada akhirnya, proses tersebut dapat meningkatkan kompetensi siswa. Pembelajaran dengan menggunakan metode role playing, ternyata dapat meningkatkan aktivitas siswa dan memotivasi siswa belajar aktif, khususnya pada materi Reproduksi pada manusia. Pemahaman siswa juga dipermudah, yang ditunjukkan oleh hasil penilaian individu pada akhir pembelajaran melalui test. DAFTAR RUJUKAN La Ode, Deden. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Role Playing dalam Mata Pelajaran PKN untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Murid Kelas V SD Inpres Maccini Kota Makasar. D. http://dedenbinlaode.blogspot.com/2010/11/pengaruh-metode-role-playing-terhadap.html. Palupi, Diyah Retno. 2010. Penerapan Strategi Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Drama. http://www.smpn17surakarta.net/wp-content/uploads/2010/ 08/. Sadali. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing terhadap Aktifitas Guru dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas di SD Negeri Lemah Abang 2 Tanjung, Kabupaten Brebes). http://lppm.ut.ac.id/jp/21sadali.htm/ C.
347
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
ECOLOGIES OF LESSON STUDY PRACTICE IN AN INDONESIA PRIMARY SCHOOL
Tatang Suratno Universitas Pendidikan Indonesia
Abstract: This paper describes the ‘practice architectures’ of Lesson Study in an Indonesia private primary school. It aims at drawing on Lesson Study as professional practice from contemporary practice theory perspective (e.g. Kemmis et al. 2009; Kemmis, 2009). This case study discusses the distinctive features of ecologies of Lesson Study practice at that school. Firstly, the author highlights the context of Lesson Study (January-June 2010), as part of School Improvement Program at the school, which aimed to develop participating teachers’ capacities, i.e. teacher learning, through studying the nature of teaching and learning processes. Aligning with school vision to develop a learning community, the program developed two main activities: 1) Leadership for Learning workshop that focused on exploring the nature of learning, teaching and the role of teacher in Lesson Study activity; and 2) Lesson Study workshop that involved a ‘plan-do-see’ cycle for designing, implementing and reflecting upon teaching and learning activities. Data were collected through focus group discussion, field observation and document study. Secondly, the author discusses the practice theory to describe distinctive ‘saying’, ‘doing’ and ‘relating’ characteristics of Lesson Study practice in terms of interconnected ‘metapractices’ of learning community, leadership, teaching and learning. Finally, the paper argues that those metapractices are mutually interdependent within ecologies of Lesson Study practice: each influencing and being influenced by the others. Keywords: lesson study, practice architecture, ecologies of practice.
Lesson Study, as an approach to teacher professional development, has been introduced to Indonesian educators for almost a decade. A team of Japanese experts work collaboratively with partnering institutions, including ministry of education offices, local education offices, universities and schools to develop, implement and evaluate the practice of Lesson Study. In Indonesian context, Lesson Study is defined as a model of professional development for educators by studying teaching and learning activities collaboratively and continually, based on the principles of collegiality and mutual learning to develop a learning community among educators (Hendayana et al., 2007; Suratno and Cock, 2009). Therefore, Lesson Study is a process by which teachers and teacher educators work collaboratively to critically improve the quality of classroom practice through a planning (Plan), implementation and observation (Do) and reflection (See) cycles for lesson planning and delivery (Suratno and Cock, 2009). In addition, lesson study can be implemented by means of subject teacher group level (e.g. science teacher groups’ lesson study) and of school level (whole school lesson study involving all subject teachers). Currently, Lesson Study in Indonesia is gaining popularity and is spreading from its original sites to where this paper highlights one of its initial experience of Lesson Study practice in a private primary school in Indonesia. While a considerable amount has been written concerning on how to develop teacher capacities and collaboration to develop an engaging lesson through Lesson Study, there have been limited attempts to theorise such practice in a detailed theory of practice. In the sense of professional development studies, literature review shows that there are many researches that differentiate the mode of pro348
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
fessional learning (e.g. Hawley and Valli, 1999) and the extended research on learning occurring in what so called professional learning community (e.g. Cochran-Smith and Lytle, 2004). The author argues that those types of researches are prescriptive in their orientation and needs additional insights by viewing teacher learning from practice theory perspective of which still has a scant regard (e.g. Kemmis et al., 2009). This study draws upon data collected on a case study of manifestation of school improvement initiative in a primary school in Jakarta, Indonesia. The school conducted Lesson Study as professional learning approach in which it was being part of the School Improvement Program, hereafter called SIP-LS program (Suratno, 2010). Thus, this paper aims to describe how the notion of practice may be illustrated to explain why Lesson Study as professional learning approach exhibits certain characteristics, at given sites of implementation. The author argues that Lesson Study as a form of professional practice is manifested in particular social sites in which involved particular participants and their influential roles to achieve particular purposes. The interest to study the practice of Lesson Study is based on the notion that professional learning should focus on studying the very aspects of practices (Ball & Cohen, 1999). Thus, it is aimed at studying the practice of particular practices and how such practices change and improve the very basic practices of education, from policy making to teaching and learning (Kemmis, 2009; Kemmis et al., 2009). By using Stephen Kemmis’ ideas of practice research (2009), the author identifies two important stances of Lesson Study as practice. First is Lesson Study as practice-based practice of professional learning. This idea considers Lesson Study practices have particular ‘practice architectures’, that is the changing practitioners’ practice (doing), their understanding (thinking/saying) of their practice, and the conditions (relating) in which they practice. Second is Lesson Study as practice-changing practice. This relates to what so called as ‘ecologies of practice’. One would view such ecologies as living things in which Lesson Study practices shape and shaped by other practices, called ‘metapractices’, such as teaching, learning and leadership. This paper focuses on those two issues by describing initial observation of Lesson Study practices in the context of SIP-LS. By using interpretative approach to data gathered through focus group discussion, field observation and document study, the author aims to explain: 1) what are distinctive features of practice architectures of Lesson Study (i.e. the sayings, doings and relating)?; and 2) How do Lesson Study practices shape and shape by other practices, such as teaching, learning and leadership? The Context of Lesson Study Practice: SIP-LS in an Indonesian Primary School The school is a private primary school located in urban area of central Jakarta, the capital of Indonesia. Founded about 150 years ago, the school still exists among the progressively developing schools. One of the key School features is its vision that is to build a critical, creative and innovative learning community. School vision, as a strategy used by the learning community, involves not only the learning process of student, but also teacher learning and school learning as the system (Knapp et al., 2003). This paper describes current effort implemented by the School in enacting its vision through a program called School Improvement Program: A Lesson Study Approach (SIP-LS) (Suratno, 2010). The program started from January to June 2010 and involved seven participating teachers. SIP-LS was developed by means of current development in teaching and learning literatures (e.g. Bransford et al., 2000) and in the area of Lesson Study development, particularly that of in Asian countries and specifically in the Indonesian setting (Hendayana et al,, 2007; Suratno & Cock, 2009). As Stigler & Hiebert (1999) stated that teaching is a culture, so is the learning process of the teacher. Therefore, a professional learning approach should represent the notion of teaching and learning, of the teacher, as cultural activities that are closely related to practical-daily work of teacher by means of: 1) school-based approach or work-based approach; 2) collaboration and collegiality form of relation; 349
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
3) focus on the needs of student learning and on how to provide learning situation for diverse learners; 4) analysis of curriculum, and teaching and learning practices; and 4) long term orientation (DarlingHammond and Sykes, 1999; Loucks-Horsley et al., 1998). The program aimed at designing teacher learning situation to improve participating teachers’ capacities, i.e. learning and leadership, through the nature of teaching and learning processes. The program developed several activities: 1) Leadership for Learning workshop that focused on exploring the nature of learning, teaching and leadership of teacher; 2) Lesson Study workshop that involved a plando-see cycle for designing, implementing and reflecting upon teaching and learning activities; and 3) School Forum in which the Lesson Study Team shared experiences with other fellow teachers (Suratno, 2010). Within a learning community, there exist numerous dimensions. They are relation, agency, content, problem and context. In the Leadership for Learning workshop, participating teachers discussed those dimensions. Agreed norms are needed to develop the context of teacher learning. During the workshop, participating teachers discussed and agreed upon the following norms: 1) collegiality: to value diverse experiences and expertise of participating teachers; 2) focus: to focus on student learning and on how to develop an effective learning and to avoid criticising teacher’s teaching;; 3) vision of effective teacher and teaching; 4) individual and collective improvement; and 5) valueable ethics and polite behaviour during discussion (Suratno, 2010). The agreed norms were important as they had formed the context of teacher learning through Lesson Study implementation. The triangle of learning situations demand strong leadership to be put in practice. To articulate this leadership into Lesson Study activities, the participating teachers identified several roles they had to play, namely: 1) coordinator of the Lesson Study team; 2) moderator of Lesson Study activity/discussion; 3) model teacher -a teacher who is appointed to implement the planned lesson; 4) observers who observe the teaching and learning processes, take notes and collect documents and data of the classroom activities. The participating teachers agreed that those roles promote teacher leadership in the area of responsibilities: coordination, collaboration and consolidation of the teaching and learning activities. The identified roles and responsibilities represent the determined relation within the Lesson Study Team (Suratno, 2010). During the program implementation, the Team conducted two Lesson Study cycles. Plan phase was done once while Do-See phases twice. Do-See phase was carried out twice to provide an opportunity for revision after the first open lesson had been done. The team discussed and prepared the tools to be used. The chosen tools would enable participating teachers to understand the substantive aspects of Lesson Study, i.e. teacher thinking. The following sections highlight each implemented phase and focus on the tools used respectively. During Plan phase, the discussion focused on designing teaching sequences based on the identification of student needs and learning styles, as well as the conceptual structure of content to be taught. The Team used the ‘Content Representation (CoRe)’ framework for analysing pedagogical content knowledge developed by Loughran et al. (2006) at Monash University. The Team also adopted the lesson design commonly used by Japanese teachers (Suratno, 2010). Both tools were used to develop two important aspects: teaching sequences and student learning trajectories. Do-See phase consisted of three following activities: 1) briefing (pre-class discussion); 2) open lesson (classroom observation); and 3) debriefing (post-class discussion/reflection). Do-See sessions were lead by a moderator who designed the flow of the discussion. In briefing, the moderator started the session and explained the focus and guideline for the classroom observation. Then the model teacher was given an opportunity to explain his/her teaching sequences and share the prediction over his/her student’s response, the teaching materials used and the ultimate goal of the lesson. During observation and reflection sessions, the Team followed the guiding questions as follows 1) How does student respond to the problems? 2) Is there any student who finds difficulties in understanding the problem and the concept being taught? 3) Do worksheet, group discussion and other ac350
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
tivities enable and engage student to learn? 4) Do planned prediction and anticipation emerge? Is there any change made by teacher and why? 5) Is the learning goal achieved? Does the lesson run effectively? Those guiding questions were developed to dig into a broader context of teaching and learning practices. The result provided evidence used subsequently for analysing problems and formulating alternative solutions. The guiding questions were initially used to measure the overall processes of teaching and learning but they were too general. Therefore, the following Do-See practices applied the chronological observation. The open lesson was observed in a chronological way. The guiding questions were integrated into teaching sequences step by step. The teacher reflection was developed under the following principles: 1) to build a self-reflection mechanism; 2) to identify the problems found in the class observation; 3) to focus on the factual observation based analysis; 4) to emphasize the lessons learnt and to find alternative solutions. Seeing the analysis and the content of teacher reflection, the author summarises the lessons learnt as follows 1) To understand student learning was of paramount important for teacher; 2) To understand the principle, substantive and procedural aspects of Lesson Study enabled participating teachers to articulate the nature of learning for both student and teacher; 3) Developing and applying the patterns of relation, norms and tools improved teacher’s understanding of Lesson Study substantive aspects; and 4) Participating teachers improved in knowledge, experience and belief about the powerful teaching and learning. Finally, during School Forum participating teachers had a chance to share with their fellow teachers the capacity improvement of the Team. Model teacher, moderator and observer identified and shared the positive changes, as well as the challenges they had encountered. The analysis result shows that 1) The participating teachers were more reflective in understanding the need and the process of student learning; and 2) there was a relating link between the teacher learning norms, relation patterns and tools used for improving the roles of participating teachers. Other contributing factors found were the principal leadership and the role of facilitators (Suratno, 2010). Practice Architectures and Ecologies of Practice The aforementioned manifestation of SIP LS shows that Lesson Study as professional development or professional learning approach involves participants and other things in various roles and actions. They interact and relate each other to shape particular practices, i.e Lesson Study practices. In this case, thus, Lesson Study can be seen as social practices. Derived from Schatzky’s works, Kemmis et al. (2009) argue that practices are shaped not solely by the intentional action and practice knowledge of participants, but also by circumstances and conditions that ‘external’ to the participants. They altogether form the web of practices that are situated in the particular ‘social site’ where people and other things meet and interact with one another. Kemmis & Grootenboer (2008) develop a theory of practice as embedded in what they called ‘practice architectures’. They define the nature of practice architectures that has the culturaldiscursive, material-economic and social-political orders and arrangement that prefigure and shape the conduct of practice. Furthermore, they argue that those orders and arrangements shape what they called as distinctive characteristic of a particular practice, that is ‘sayings’, ‘doings’, and ‘relatings’. Those characteristics represent practice architectures and, as described by Kemmis et al. (2009), give practices, like education: Their meaning and comprehensibility (in the cultural-discursive dimension, in semantic space, and in the medium of language). Their productiveness (in material-economic dimension, in physical space-time, and in the medium of work or activity).
351
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Their value in establishing solidarity among the people involved in and affected by a practice of a particular kind (in social-political dimension, in social space and in the medium of power). By referring to the work of Theodore Schatzki, Kemmis et al. (2009) argue that these practice architecture ‘hang together’ in ‘teleoaffective structures’ that give a sense of purpose (the ‘teleo’ element) and shape participants’ commitment (the ‘affective’ element) to achieving particular purpose of that practice. In addition, Kemmis and his collegues (Kemmis et al., 2009) argue that not only they see practices as embedded in practice architectures, but also they see them as clustered together in relationship with other practices which they mentioned it as ‘metapractices’. They define metapractices as practices that shape other practices. For example, the practice of education shapes the practice of commercial and political life in a community. In his international collaboration research group of ‘Pedagogy, Education and Praxis, Kemmis and colleagues (Kemmis et al., 2009) explore the complex nature of metapractices in the field of education, in which each of which shapes and influences the others. They describe it as follow (Kemmis et al., 2009): The academic and social practices of students in a group of primary schools are shaped and shape New and innovatory educational practices of the teachers in these schools, which in turn are shaped and shape Metapractices of initial and continuing teacher education which form and shape teachers’ practices (e.g. formal and informal professional development and professional learning), and how these, in turn, are shaped and shape Metapractices of educational policy and administration which determine the resources, infrastructure and policies that influence the conditions for education practice (e.g. leadership), and how all of these are shaped and shape Metapractices of educational research and evaluation that shape and are shaped by the practice of education and the other metapractices by suggesting how these other metapractices can be understood, and by monitoring the conduct and consequences of the other metapractices (e.g. learning communities, principles of effective practice as perceived by educational consultant or researcher). Considering the complex of metapractices, Kemmis and colleagues argue practices and metapractices as living things, as connected to one another in ‘ecologies of practice’. They exemplify that compulsory schooling practice in the West shape the complex of metapractices of education, teacher education, educational policy and administration, and educational research and evaluation that have been mutually interdependent; each influencing and being influenced by the others. In addition, Kemmis and colleagues also identify the ecological relationships that exist in the detailed local connections between different kinds of ‘subsidiary practices’ below the level of large-scale practice of education. They describe that there are particular kind interconnections and interdependence between particular subsidiary practices of ‘teaching’ and particular corresponding practices of ‘learning’. Furthermore they exemplify that the idea of learning community is realized in one set of practices of ‘community’ and collaboration between teachers, in another similar set of collaborative academic and social practices among groups of learners, and also in changed relationships between teachers and students. To describe practices as living ecological relationships, Kemmis and colleagues use a set of criteria developed by Fritjof Capra such as ‘principles of ecology, principles of sustainability, principles of community, or even the basic facts of life’. They analyse eight key concepts of ecological relationship to measure whether practice (by analogy with species) and ecologies of practice (by analogy with eco-
352
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
system) meet each criterion. The following table highlights Capra’s principles of ecology as criteria for determining whether practices and ecologies of practice are living systems. Table 1. Capra’s principles of ecology as criteria for determining whether practices and ecologies of practice are living systems Concept Networks Nested systems Interdependence
Diversity Cycles Flows
Development Dynamic balance
If ecologies of practice are living systems, then Different practices would derive their essential properties and their existence from their relationship with other practices. Different level and networks of practice would be nested within one another. The sustainability of different practices (understood as different species of practice, manifested in reality in particular individual instances of that practice) would be dependent on one another in ecology of practice (understood as an ecosystem), and the sustainability of this ecology of practice would be dependent upon relationships with other ecologies. An ecology of practices would include many different practices with partially overlapping ecological functions that can partially replace one another. It would be possible to observe some kind of matter cycling through practice –for example, as in a food chain (which is in fact a cycle in which the predators at the top of the food chain die and are eaten by creatures further down) Energy would flow through the ecology of practices and the practices within it, being transformed from one kind of energy to another (in the way that solar energy is converted into chemical energy by photosynthesis) and eventually being dissipated (as heat is lost from the bodies of living creatures). Practices would develop through stages and ecologies of practice would also develop through stages. An ecology of practice would regulate itself through processes of self organisation, and would maintain its continuity in relation to internal and outside pressures.
By determining that practices are living systems, Kemmis and colleagues are attempting: 1) to explore the notion that they are particular kinds of ‘entities’ that come into existence in particular places (sites) at particular times; and 2) to show that they are situated within ecologies of practice that are sustainable (or not sustainable) because of their relationships of interdependence with other practices in an ecology of practices. Although both attempts represent spectator point of view, like naturalist observers, it aims to show that practices are ‘inside’ the sites in which they are situated, and that practitioners, too, are inside these sites. Lesson Study as Professional Practice In this section, the author describes the two main issues of Lesson Study practice: 1) practice architectures; and 2) ecologies of practice. It is important to note that the following descriptions mostly represent the participants’ point of view. Practice Architectures of Lesson Study Practice architectures are the cultural-discursive, material-economic, and social-political orders and arrangements that prefigure and shape the conduct of practice, that is, that shape the distinctive ‘sayings’, ‘doings’, and ‘relating’ characteristic of a particular practice (Kemmis et al, 2009). Central to ‘sayings’ characteristic of Lesson Study practice is the idea and articulation on how to achieve school vision as a learning community by implementing Lesson Study. The following ‘sayings’ (Table 2) represent how participants think about and make a meaning of Lesson Study as manifestation to their school vision.
353
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Table 2. Distinctive ‘sayings’ of achieving learning community through Lesson Study Participants Principal
School Foundation Leader Lesson Study Team Coordinator Model Teacher or Research Lesson Teacher Teacher (Observer)
Student Lesson Study Facilitator
Their meaning and comprehensibility “When I looked back at the process (of LS implementation), I was really convinced that LS strengthens our vision mission. The team was much involved and they experienced how a learning community works.” “The LS team has carried out innovation that forms the innerpower of learning community.” “LS is a program for articulating our school vision that is to build a learning community. We realise the important principle of collegiality and collaboration among us the members of the community. The principle serves as our basic foundation in understanding how students learn.” “At the beginning I was not confident enough and not sure to undertake this task. As the team fully supported in designing and preparing the open lesson, I was much helped and I got so much valuable and constructive feedback from them.” “We had a wonderful process of LS and it was different from the common activities we used to do... 1) the teamwork was very good ... 2) respected the opinion of team members ... 3) attempted to follow the agreed norm ... 4) the team commitment was extraordinary ... 5) each (member) supported one another ... 6) each role was played well and seriously ... 7) amazing resource persons ... 8) full support and trust from school management and school foundation.” “Today we learned in a different way ... Got excited to learn in groups but at the same time got a bit uneasy for so many teachers were observing in the class ... but we liked much to be observed.” “The LS team worked to fulfil the school vision that is to build a learning community. That was wonderful! I was really involved in learning how a learning community takes its learning.”
In addition to their meaning of Lesson Study based on their experiences to do so, it is also identified some emerging vocabularies that represent additional ‘sayings’ characteristic. Those are: 1) the role and responsibility (distributed works) of Lesson Study member; 2) norms of teacher learning; 3) tools for teacher learning; 4) prediction and anticipation of student learning. The following (Table 4) presents ‘sayings’ characteristic of emerging vocabularies. Table 3. ‘Sayings’ characteristic of emerging vocabularies. Emerging Vocabularies
Their meaning and comprehensibility
Role of LS Team Members
“The important roles in lesson study are 1) coordinator, 2) moderator, 3) role teacher, 4) observer, and 5) recorder.”
Responsibility of LS Team Members Norms of teacher learning
“A few tasks to carry out LS are coordination, collaboration, consolidation and documentation.” “The whole process taken in the LS implementation went well as we put our common learning agreement into practice... 1) collegiality ... 2) focus on the student’s meaningful learning ... 3) mutual learning ... 4) politeness as the means of good manners.” “We had a set of tools to implement LS;; they are 1) general agreement/norm in the plan-do-see phase as guidelines for the moderator, 2) observation sheet that focuses on the chronological steps of instruction, 3) clinic interview used for deepening student’s knowledge, 4) PCK based analysis, and 5) analysis on student’s learning, prediction and anticipation.” “We did something new that is likely often forgotten in our planning. We analysed our student’s response, which in the plan phase is often called prediction and anticipation.”
Tools for teacher learning Prediction and Anticipation of student learning
As it is the first time experience of implementing Lesson Study, field observation reveals some ‘doings’ characteristic of such practices in the school. These can be seen from emerging formation of activities and actions and the flow of the work undertook by the participants.
354
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Initially, the principal forms the structure of Lesson Study team which is informal in nature. This team consists of several roles and responsibilities that in fact quite different with their main role as a teacher: Lesson Study coordinator, moderator of Lesson Study meetings, model teacher or research lesson teacher, observer and note taker. This team works closely in each SIP-LS activity, from preparation to implementation and evaluation of each activity: Leadership for Learning workshop, Lesson Study implementation and School Forum. In so doing, each participant play key role and support each other to deliver many kind of action such as coordination, collaboration, consolidation and documentation. The following table highlights the workflow within the Lesson Study team in which shows a kind of distributed works. Table 4. Distributed work within Lesson Study Team LS team coordinator Leading LS team in planning, implementing and evaluating LS activities.
Roles and responsibilities Coordination (action planning, monitoring, resourcing, reporting). Collaboration (working closely with school leaders and collaborating resource person). Consolidation (preparing and directing the learning process of teacher and student). Model teacher Roles and responsibilities Leading LS team to design lesson Coordination (leading lesson planning preparation, implementation and im(Plan) and to scrutinize teaching and provement). learning practice in his/her classroom. Collaboration (structuring discussion of lesson planning and teaching preparation with other participating teachers). Consolidating (organizing teaching preparation and other supporting things ready before open lesson implementation). Modelling (providing case for teacher learning through observing his/her classroom). Moderator Roles and responsibilities Leading teacher discussion in each Coordination and collaboration (developing the focus of discussion and its Do-See sessions of Lesson Study. guideline). Consolidation (organizing teacher learning tool ready to use: forms, guideline) Moderating the flow of talk and directing to analysing evidence, framing problems and formulating alternative solutions. Observer Roles and responsibilities Collecting data and evidence to be Applying observation guidance and rule during classroom observation. discussed and reflected. Taking note and conveying findings in reflection session. Taking active participation during discussion Supporting other roles in coordination, collaboration and consolidation. Note taker Roles and responsibilities Documenting the results of LS dis Taking note of each discussion session. cussion. Documenting all Lesson Study activities (notes, artefacts, photos, videos, etc.).
In addition to undertake the actions and activities, the principal also support adequate resources. It relates to providing time and other materials needed to conduct Lesson Study (e.g. budget, recording devices and rooms for meetings). Finally, in order to experiencing how learning community works, the Team establishes the space of learning situation by setting the sitting arrangement, a group work style, both for teacher discussion and classroom interaction. Those workflows, resources, and space arrangements, along with their growing understanding of the principles of Lesson Study, shape specific relations in conducting Lesson Study. In overall process, the participants use agreed norms and pattern of relations to sustain their interaction. From participants’ point of view, the norms and pattern of relation manifested are based on the following aspects: 1) articulation of school vision into agreed norms; 2) principal leadership and support; 3) interdependence of each role in an informal structure (to some extent represent the so called teacher leader355
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
ship manifestation); 4) commitment and inner-power of participants to undertake their responsibilities; and 5) social conduct such as conveying comments in a polite manner. Central to ‘relatings’ characteristic is interaction among participants’ roles. Each role contained leadership aspects which were structurally working in distributed ways: a combination of roles and responsibilities of each agency. Such informal distribution of roles is shown as follow: School Leader
LS coordinator
Moderator
Model Teacher
Observer
Note taker
The flow of such distributed tasks provides data and evidence about learning that underpins decision making process both by school leader (school policy) and teachers (pedagogical policy) (Suratno et al., 2010). For example, Lesson Study coordinator made policy for coordinating, collaborating and consolidating Lesson Study implementation such as providing appropriate resources (e.g. time scheduling) that needed support from school leaders. Another example is the role of model teacher that represented how pedagogical decision making works. This can be seen from the way model teacher lead his/her small team in preparing the lesson (e.g. lesson planning, teaching materials, classroom arrangement) and to provide modelling by implementing the lesson. Through observing teaching and learning activities conducted by model teacher, observers learned and collected data objectively in which framed learning problems and explored alternative solution to improve the lesson during See stage. Finally, the role of moderator represents Lesson Study coordinator and school leaders in leading teacher learning. The role of moderator is really important because he/she must organize the turn of talk and structure the flow of talk. In this case, the talk itself, i.e. discussion and reflection, is the key feature of ‘relatings’ characteristic of teaching learning. To summarize, the author observes the changes in practice architectures. In terms of ‘sayings’, there are growing understanding regarding to making new meaning of teaching, learning, leading and learning community. In ‘doings’, providing resources, space arrangement and manifestation of roles and responsibility shape the mode of purposive actions in conducting Lesson Study activities. Finally, ‘sayings’ characteristic is represented by the flow of distributed works and pattern of relations. Thus, how these hang together is manifested by the agreed norms, committed leaders and participants and their articulation to school vision as a learning community. Ecologies of Practice of Lesson Study In this study, ecologies of practice of Lesson Study involve ‘metapractices’ in which each of which shapes and influences the others in a primary school learning community. There are, at least, three metapractices identified: learning, teaching and leadership. The learning process involves both the teacher and student learning that underpin the notion of teaching and leadership. It relates the notion of understanding teacher learning through student learning as basis for enhancing teaching practice through sharing roles and responsibilities between teachers. These roles and responsibilities, in essence, represent teacher commitment to learn, thus it can be seen as a particular aspect of teacher leadership. However, such changing nature of teaching and learning needs powerful leadership of principal. The interdependence of leadership, teaching and learning of principal and teachers shape the learning, teaching and leadership of student. These can be seen from the nature of collaborative learning established by the Lesson Study team. This arrangement includes grouping and classroom setting. Students learn in group in which students help each other to solve the presented problems. The followings show the interaction among metapractices that shape ecological relationships of ecologies of practice that exist in SIP LS: • Distributed leadership in the learning community by sharing roles and responsibility and developing norms and relations
356
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
•
Lesson Study as professional learning community approach by establishing Collegiality, Collaborative learning, and Reflexivity • Developing teaching materials and classroom setting that promote meaningful learning condition (collaborative and reflective learning) • Students learn in groups to discuss and solve problems and to reflect upon their learning. Those relationships describe that there are particular kind interconnections and interdependence between particular subsidiary practices of ‘teaching’ and particular corresponding practices of ‘learning’ and ‘leading’. Their existence underlines the manifestation of learning community realized in collaborative academic and social practices among groups both of teachers and of learners, and also in changed relationships between teachers and students. One would argue that in a detailed sense the notion of collaborative academic and social practices represent the nature of Lesson Study as teacher learning community that consists of the notion of learning (collaborative academic practice) and leadership (collaborative social practice). These shape the feature of ecological relationship in Lesson Study practice: • Learning and Leadership are the essential properties. Their existence influences highly the practice of teaching. • Learning how student learn underpin learning ‘teaching’ from practice settings. • Learning community is manifested through distributed leadership in a collegial nature of relationships. It represented the interdependence of roles of responsibilities of participants. • Learning community involves different participants’ ideas, interest and experience. Their diversities constitute how they learn, teach and lead. • Learning and Leading is cyclical in nature such as in Lesson Study there are Plan-Do-See cycle and changing role of participants. • Norms, common languages and pattern of relations energize the Lesson Study practice. • Improved learning is facilitated by the improvement of intellectual tools being used. A changing approach of lesson planning and observation tolls enhances the development of reflective practice. • Collaborative learning experienced by the Lesson Study team lead their understanding in managing resources needed (time), playing important role and approaching their works (workflow). These represent the nature of the dynamic balance of Lesson Study: learning, teaching and leadership. CONCLUDING REMARKS Lesson Study practice is shaped not solely by the intentional action and practice knowledge of participants but also by circumstances and conditions which are external to them: 1) practice architectures (prefigure and pre-form) and metapractices (create conditions); and 2) ecologies of practice (different subsidiary practices are interconnected in ecological relationships to sustain whole complex of practices). Thus, Lesson Study practice, in this case and to some points, demonstrates itself as a living system: each influencing and being influenced by the others. BIBLIOGRAPHY Ball, D., Cohen, D. (1999). Developing practice, developing practitioners: Toward a practice-based theory of professional education. In Linda Darling-Hammond & Garry Sykes (Eds). Teaching as the learning profession. San Francisco: Jossey-Bass. Bransford, J., Brown, A., & Cocking, R. (2000). How people learn: Brain, mind, experience, and school. Washington, DC: National Academy Press.
357
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Cochran-Smith, M., & Lytle, S. L. (2004). Practitioner inquiry, knowledge, and university culture. In J. Loughran, M. L. Hamilton, V. Laboskey, & T. Russel (Eds), International handbook of research of self study of teaching and teacher education practices. Amsterdam: Kluwer. Darling-Hammond, L., & Sykes, G. (1999). Teaching as the Learning Profession: Handbook of Policy and Practice. San Francisco: Jossey Bass Hawley, W., and Valli, L. (1999). The essentials of effective professional development: A new consensus. In L. Darling-Hammond and G. Sykes (Eds)., Teaching as the Learning Profession. San Francisco: JosseyBass Hendayana, S., Suryadi, D., Karim, M. A., Sukirman., Ariswan., Sutopo., …. & Joharmawan, R.. (2007), Lesson Study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press. Kemmis, S. (2009). Action research as a practice-based practice. Educational Action Research Vol. 17, No. 3, September 2009, 463-474. Kemmis, S., and P. Grootenboer. (2008). Situating praxis in practice. In Enabling praxis: Challenges for education, ed. Stephen Kemmis and Tracey J. Smith, 37–62. Rotterdam: Sense. Kemmis, S., Wilkinson, J., Hardy, I., & Edwards-Groves, C. (2009). Leading and learning: Developing ecologies of educational practice. Paper presented at AARE Conference 2009. Knapp, M., Copland, M., Ford., B., Markholt, A., McLaughlin, M., Milliken, M., & Talbert, J. (2003). Leading for learning: Sourcebook. Concepts and Examples. Center for the Study of Teaching and Policy. University of Washington. Loucks-Horsley, S., Hewson, P., Love, N., & Stiles, K. (2003), Designing professional development for teachers of mathematics and science. Thousand Oaks, CA: Corwin. Loughran, J., Berry, A., & Mulhal, P. (2006). Understanding and developing science teachers’ pedagogical content knowledge. Rotterdam: Sense Publisher. Stigler, W. S., & Hiebert, J. (1999). The teaching gap: Best ideas from the world’s teachers for improving education in the classroom. New York: The Free Press. Suratno, T. (2010). Teacher learning through lesson study: Lessons learnt from a School Improvement Program in an Indonesian primary school. Paper presented at AARE Conference, Melbourne 28 November-2 December 2010. Suratno, T., and Cock, K. (2009). A school-university partnership in Indonesia. Lessons learnt from Lesson Study. In C. P. Lim, K. Cock, G. Lock, and C. Brook (Eds.), Innovative Practices in Pre-service Teacher Education: An Asia-Pacific Perspectives. Rotterdam: Sense Publisher.
358
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
PEMBELAJARAN IPA-BIOLOGI DENGAN PERPADUAN METODE JIGSAW DAN MAKE A-MATCH PADA OPEN CLASS LESSON STUDY DI SMP YAPENAS GEMPOL
Sriningsih1) Vita Krisnawati2) Siti Zubaidah3)
1) SMP Yapenas Gempol SMP Islam Al-Hidayah Pasuruan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang 2)
3)
Abstrak: Pembelajaran IPA-Biologi yang menggunakan perpaduan metode jigsaw dengan make a-match telah dilaksanakan pada saat open class lesson study di SMP Yapenas Gempol dengan materi Alat Indera pada Manusia. Pemberian kartu pertanyaan dan kartu jawaban untuk menemukan pasangannya, ternyata membuat siswa bisa menemukan pasangan antara pertanyaan dan jawaban. Metode ini juga dapat menumbuhkan rasa sosial di antara teman. Menurut para observer, pembelajaran menggunakan dua metode pembelajaran jigsaw dan make a-match bisa membawa suasana kelas hidup dan aktif sehingga pembelajaran menjadi efektif dan materi bisa dipahami oleh masing-masing siswa, apalagi disertai media dan metode pembelajaran yang bervariasi. Nilai yang dapat diambil dalam kegiatan ini adalah bahwa guru harus kreatif dalam membuat media dan memilih metode yang cocok untuk proses pembelajaran. Kata kunci: pembelajaran IPA-biologi, metode jigsaw, metode make a-match
Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV pasal 19 ayat 1, menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran, seorang guru dituntut untuk dapat memiliki sebuah pendekatan, metode, dan teknik-teknik tertentu yang dapat menciptakan kondisi kelas pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan, sehingga pada akhirnya akan diperoleh kondisi kelas yang termotivasi, aktivitas yang tinggi serta hasil belajar yang memuaskan. Hal-hal penting yang perlu dilakukan oleh guru dalam pengembangan pembelajaran di antaranya berikut ini: (1) Bagaimana guru merencanakan tahapan-tahapan pembelajaran yang akan dilakukan di kelas, (2) Bagaimana guru merencanakan interaksi guru-siswa dan siswa-siswa sehingga terjadi proses belajar yang optimal, (3) Bagaimana guru merencanakan suatu stimulus sehingga siswa belajar, (4) Bagaimana perilaku belajar siswa dalam suatu sistem pengolaan kelas, (5) Bagaimana menyiapkan bahan pendukung (antara lain: buku, lembar kerja siswa, media, dan asesmen), (6) Dampak apa yang diharapkan pada siswa dengan pelaksanaan pembelajaran tersebut. Agar bisa melaksanakan pembelajaran yang baik,
359
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
guru merencanakan hal-hal penting tersebut secara matang. Tidak cukup jika guru hanya menyampaikan apa yang ada di buku. Guru harus menyiapkan dan mengkondisikan siswa sehingga mau dan mampu belajar dengan baik. Dengan kata lain, guru harus belajar menjadi guru profesional. Selama ini, sebagian guru di SMP Yapenas mengajar dengan cara instan, maksudnya dalam mengajar tidak melakukan persiapan terlebih dahulu. Ada yang mengajar dengan apa adanya, yang di bawa buku dan LKS yang sudah diberikan kepada siswa (yang dibeli dari penerbit). Ada pula guru yang mengajar dengan materi mengacu pada materi LKS, bukan dari standar isi yang telah digariskan oleh BSNP, yang kemudian dikembangkan oleh guru yang bersangkutan. Guru profesional sangat diharapkan untuk memperbaiki mutu pendidikan di sebuah sekolah. Guru professional harus bisa mengembangkan pembelajaran yang konstruktif yaitu mulai dari Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran dan Pelaksanaan Penilaian. Dengan demikian perlu adanya perubahan cara mengajar para guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip koligalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas. Cara mengatasi masalah tersebut adalah guru harus berubah cara mengajarnya yaitu dengan cara pembelajaran yang konstruktif. Salah satu caranya, adalah melalui kegiatan lesson study. Lesson study adalah suatu program pengembangan profesionalisme guru berbasis kolaborasi, yang pada awalnya dikembangkan di Jepang (Lewis et al., 2006), kemudian di Amerika, dan berbagai negara lain setelah mengetahui keberhasilannya di Jepang (Murata, 2009). Pada Lesson study, sekelompok guru menetapkan tujuan pembelajaran (dapat menyertakan hasil pra-asesmen siswa), merencanakan pembelajaran (dengan memeriksa kurikulum, standar kompetensi, dan materi pelajaran), melakukan pembelajaran (dilakukan oleh salah seorang guru, sementara guru-guru yang lain mengamati dan mengumpulkan data), mendiskusikan pembelajaran (berdasarkan data yang dikumpulkan), dan melakukan refleksi pembelajaran terhadap pembelajaran tersebut. Pada proses tersebut, para guru memiliki kesempatan ganda untuk berpikir secara mendalam tentang berbagai aspek pembelajaran, mengekspresikan atau mengungkapkan apa yang mereka mungkin tidak yakin, mengajukan pertanyaan dan mendapatkan jawaban dari rekan-rekan mereka dan orang lain yang lebih berpengetahuan, terus membahas dan mempelajari lebih lanjut tentang proses dan materi belajar siswa secara bersama-sama (Murata dan Takahashi, 2002). Pada kegiatan lesson study MGMP Wilayah Beji-Gempol mencoba melakukan pembelajaran dengan menerapkan perpaduan pembelajaran kooperatif metode jigsaw dan make and match. Menurut Zubaidah et al. (2011), metode kooperatif jigsaw pada awalnya dikembangkan pada 1978 oleh Elliot Aronson di Austin, Texas sebagai respons terhadap kinerja yang buruk dan rendah diri anak-anak Afrika-Amerika. Metode ini telah diadaptasi secara luas, dan dapat digunakan dalam berbagai macam konteks. Secara singkat, pada metode kooperatif jigsaw setiap siswa merupakan anggota dari dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Prinsip pembelajaran jigsaw, guru membagi topik besar ke bagian-bagian kecil atau sub-sub topik. Siswa memulai pelajaran dalam kelompok-kelompok asal. Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok belajar (tim) yang terdiri dari empat sampai enam siswa. Pada kelompok jigsaw, setiap anggota tim memilih atau diberi tanggungjawab untuk menyelesaikan dan memahami salah satu sub topik. Setiap anggota tim harus berbagi pengetahuan secara efektif dengan anggota tim lain untuk menyelesaikan tugas atau memahami topik. Dengan kata lain, setiap siswa menjadi "ahli" dan mengajarkan ke anggota lain dalam tim. Metode pembelajaran make and match dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Menurut Anonim (2009), penerapan metode ini dimulai dari siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Secara rinci sintaks metode ini adalah sebagai berikut: (1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban, (2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban, (3) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan 360
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
kartunya, (4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban), (5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, (6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama, (7) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya demikian seterusnya, (8) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran, (9) Penutup. METODE Kegiatan lesson study diawali dengan pelaksanaan plan yang dilaksanakan di home base lesson study SMP Negeri I Beji Pasuruan pada tanggal 24 September 2011 yang dihadiri oleh guru-guru peserta lesson study bidang IPA-Biologi, fasilitator MGMP Wilayah Beji-Gempol, dosen pembimbing dari UM, Kepala Sekolah SMP Negeri I Beji. Penulis pertama mendapat kesempatan untuk menjadi guru model yang akan mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang disusun pada saat kegiatan plan ini. Adapun bahan ajar yang dipilih adalah Standar Kompetensi 1. Memahami Berbagai Sistem dalam Kehidupan Manusia, Kompetensi Dasar 1.3. Sistem Koordinasi dan Alat Indera pada Manusia dan Hubungannya dengan Kesehatan. Tujuan yang diharapkan pada saat pembelajaran nanti adalah sebagai berikut. a. Siswa dapat menyebutkan bagian-bagian organ penyusun 5 alat indera b. Siswa dapat mendiskripsikan fungsi bagian-bagian organ penyusun 5 alat indera c. Siswa dapat memberi contoh macam-macam penyakit yang menyerang 5 alat indera dan bagaimana cara mencegah dan mengatasinya. Pada saat plan dihasilkan seperangkat rencana pelaksanaan pembelajaran beserta lembar kerja siswa yang digunakan pada saat open class. Metode yang dipilih untuk pelaksanaan pembelajaran adalah perpaduan antara jigsaw dan make a-match. Untuk keperluan tersebut guru model menyiapkan media gambar 5 alat indera yaitu gambar mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah yang diberi warna sejumlah banyak anggota kelompok ahli. Juga menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban sebanyak jumlah siswa satu kelas yaitu 28 siswa yaitu 14 kartu soal dan 14 kartu jawaban untuk kegiatan make a-match. Tahapan do-see dilaksanakan di sekolah penulis pertama, yaitu di SMP Yapenas Gempol, pada tanggal 15 Oktober 2011. Pembelajaran IPA-Biologi dilaksanakan di kelas IX pada semester gasal 2011/2012. Open class dihadiri oleh guru-guru peserta lesson study IPA baik dari Biologi, Fisika maupun Kimia dan fasilitator MGMP Wilayah Beji-Gempol, dosen pendamping dari UM (Drs. Suwolo, M.Pd.), dan guru Biologi SMP Yapenas lainnya. Proses pembelajaran diawali dengan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan materi yang telah dipelajari minggu yang lalu yaitu Sistem saraf pada manusia. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah pembelajaran dan menyampaikan materi yang akan di bahas hari ini. Setelah menyampaikan materi yang akan dibahas, guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok ahli ada 5 kelompok ahli yaitu ahli mata, ahli telinga, ahli kulit, ahli hidung,dan ahli lidah masing-masing kelompok ahli mendiskusikan sesuai dengan materinya. Setelah selesai mengerjakan materi pada kelompok ahli disuruh untuk kembali ke kelompok asal untuk memberikan informasi yang dipelajari dari kelompok ahli ke teman-teman kelompok asal. Setelah masing-masing memberikan informasinya guru menunjuk secara acak pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil belajar dari kelima indera yang sudah dipelajari. Dari lima kelompok satu per satu untuk mempresentasikan kelima indera tersebut setelah mempresentasikan setiap kelompok diberi reward. Setelah semua kelompok diberi kesempatan presentasi, guru memberi penguatan jawaban dan menjelaskan penyakit dan gangguan yang menyerang 5 indera serta bagaimana cara mencegah dan mengatasinya dengan memakai CD berupa animasi. Setelah dijelaskan kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada penjelasan yang kurang dimengerti, dan bila sudah dimengerti guru menjelaskan langkah selanjutnya tentang perlakuan make a-match antara lain dalam satu kelas di bagi
361
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
menjadi 7 putaran, satu putaran terdiri dua pasangan yang menemukan pasangan putaran pertama mendapatkan nilai 100, putaran kedua mendapatkan nilai 96, putaran ke tiga mendapat nilai 92, putaran ke empat mendapat nilai 88, putaran ke lima mendapat nilai 84, putaran ke enam mendapat nilai 80, dan putaran ke tujuh mendapat nilai 76. Kriteria pengelompokan penyekoran didasarkan pada ketuntasan minimal. Jalannya make a-match sebagai berikut putaran pertama dua pasangan menemukan lebih dahulu diberi skor, kemudian yang sudah menemukan pasangan disuruh duduk dan yang belum menemukan pasangan disuruh mengumpulkan kartu untuk diacak kembali agar mendapatkan soal dan jawaban yang berbeda, kemudian kartu soal/jawaban diberikan lagi ke siswa yang belum mendapatkan pasangan, dan disuruh untuk mencari pasangan, dua pasangan yang duluan menemukan diberi skor dan seterusnya hingga putaran terakhir. Metode make a-match bertujuan untuk konfirmasi atau evaluasi belajar, sampai dimana materi dapat dipahami oleh siswa. Setelah selesai make a-match guru mengumumkan hasil yang diperoleh oleh siswa yang mendapatkan nilai tertinggi dan yang terendah yang bertujuan untuk memotivasi belajar siswa. Terakhir, guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah dan ditutup dengan salam. Kegiatan lesson study selanjutnya adalah tahapan see untuk merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Gambaran pembelajaran saat open class lesson study ditunjukkan pada Gambar 1 Gambar 6.
Gambar 1. Siswa Berdiskusi dalam Kelompok Ahli
Gambar 2. Guru sedang Membimbing Siswa dalam Berdiskusi Kelompok
362
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Gambar 3. Guru sedang Memberi Penguatan Jawaban dengan Media Animasi
Gambar 4. Guru sedang Membagikan Kartu Soal/Jawaban Make A-Match
363
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Gambar 5. Siswa sedang Melaporkan ke Guru telah Mendapatkan Pasangan Kartu
Gambar 6. Guru Memerintahkan Untuk Bermain Putaran Berikutnya HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran IPA-Biologi materi Alat Indera pada Manusia dengan perpaduan dua metode pembelajaran yaitu jigsaw dan make a-match ternyata sangat menyenangkan dan sangat menarik perhatian siswa. Pada saat pendahuluan, dilakukan apersepsi dengan tanya jawab untuk mengaitkan hal-hal yang telah dipahami siswa dengan hal-hal yang akan dipelajari hari ini. Siswa sangat aktif dan berebut menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Dalam tahap pembelajaran jigsaw siswa aktif berdiskusi kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok ahli secara bersama-sama, setelah itu kembali ke kelompok asal saling menginformasikan pengalaman belajarnya di kelompok ahli dengan penuh semangat. Lebih antusias lagi pada tahap make a-match siswa nampak aktif bergerak untuk mencari pasangan dan berlomba untuk menemukan jawaban paling awal untuk mendapatkan nilai paling bagus yang sudah diumumkan oleh guru sebelum kegiatan make a-match dimulai. Menurut observer, satu kelemahan dari perpaduan jigsaw dengan make a-match adalah waktu yang digunakan cukup lama sehingga memakan waktu untuk pelajaran selanjutnya. Menurut guru model 364
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
kelebihan waktu yang digunakan karena pada saat tahap make a-match siswa mencari pasangan dengan semangat dan pada saat temannya sudah menemukan pasangan, guru memerintahkan untuk berhenti dan untuk memulai putaran selanjutnya siswa tidak mendengarkan aba-aba tersebut, mereka tetap mencari pasangan kartu yang dipegangnya sehingga guru model membutuhkan banyak tenaga untuk pembelajaran tersebut. Sebenarnya masalah tersebut dapat diatasi dengan komando lebih keras dari guru model. Beberapa hal yang menjadi hasil pengamatan para observer pada saat refleksi adalah sebagai berikut: 1. Metode perpaduan pembelajaran jigsaw dengan make a-match bisa membawa suasana kelas hidup dan aktif, sehingga pembelajaran berjalan efektif dan materi bisa dipahami oleh masing-masing siswa apalagi disertai dengan media dan metode pembelajaran yang bervariasi. 2. Siswa bisa tanya jawab antar temannya, untuk saling memberikan masukan tentang bidang pembelajaran yang dipelajarinya dari kelompok ahli 3. Siswa terlatih untuk berani maju mempresentasikan hasil belajarnya 4. Siswa saling memberikan koreksi pada jawaban presentasi 5. Media animasi sangat menarik perhatian siswa 6. Metode dan media yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan mengaktifkan konsentrasi belajar siswa pada saat pembelajaran berlangsung 7. Pemanfaatan IT berbentuk ilustrasi bagi siswa akan mudah dimengerti karena adanya animasi, dan siswa sangat tertarik. 8. Penjelasan macam-macam gangguan dan penyakit pada panca indera dapat menjadikan siswa lebih berhati-hati dalam memperlakukan inderanya 9. Metode pembelajaran yang bervariasi disertai media pembelajaran yang menarik, bisa menarik minat siswa untuk mencari jawaban/solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran 10. Siswa lebih termotivasi untuk lebih memahami materi pembelajaran jika pembelajarannya menarik 11. Penerapan jigsaw membuat diskusi kelompok ahli lebih hidup, siswa lebih terbebani untuk menginformasikan hasilnya ke kelompok asal Pada saat refleksi pembelajaran, para guru juga dapat mengambil nilai bahwa, apabila pembelajaran direncanakan dengan media dan dapat menerapkan metode-metode yang bervariasi seperti pembelajaran perpaduan jigsaw dengan make a-match dan dijelaskan dengan media animasi siswa tampak termotivasi belajar, aktif dan mudah menghafal bagian-bagian panca indera beserta fungsinya. Hasil yang dicapai dalam make a-match setelah proses pembelajaran berakhir dengan menunjukan hasil yang menggembirakan. Pada saat pembelajaran, sebagian besar siswa aktif dan antusias mengikuti kegiatan, kecuali seorang siswa no.14 (Rachma Putri) agak pasif. Menurut guru model yang mengajar di kelas itu anak tersebut memang tipe anak pendiam, walaupun demikian anaknya pintar, rajin mengerjakan tugas. Dapat dipahami karena memang gaya belajar siswa itu berbeda-beda. Masukan lain yang dapat dikembangkan adalah untuk menghemat waktu make a-match dapat digunakan kertas manila ditempel di papan berisi soal. Siswa diberi jawaban dengan jumlah dua kali jumlah soal dan siswa disuruh pasangkan di papan sehingga semua bisa belajar bila jenis soal berbeda. Namun ada obsever lain yang memberi penguatan bahwa sebenarnya waktu untuk make a-match cukup hanya siswanya kalau diberi aba-aba stop oleh guru model mereka tetap asyik mencari pasangan soal/jawaban sehingga ada obsever yang menyarankan kalau memberi aba-aba bisa pakai peluit agar siswa bisa mendengarkan. Ada pula obsever lain yang mengemukakan make a-match memang banyak macamnya, untuk yang metode cari pasangan tiap anak ini menumbuhkan rasa sosial dari teman yang tidak dekat menjadi lebih dekat dengan mencari pasangan soal/jawaban tersebut dan sesuai dengan gaya belajar siswa kinestetik (aktif bergerak). Namun demikian, tidak seluruh rancangan pembelajaran dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu, yaitu dengan banyaknya waktu untuk proses pembelajaran terutama pada tahap make a-match karena siswa asyik dengan mencari pasangan jawaban dan soal yang dipegangnya, sehingga tidak menghiraukan aba-aba dari guru. 365
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Nilai lain yang dapat diambil dalam refleksi adalah guru dituntut untuk kreatif membuat media dan mengaplikasikan metode-metode pembelajaran yang di sesuaikan dengan materi yang akan diberikan agar siswa tidak merasa bosan didalam kelas. Sebagai guru kita harus sadar bahwa kita harus kreatif dalam pembelajaran siswa kita Strategi pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang didesain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengembangan strategi pembelajaran perlu menentukan: (1) urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa; (2) metode pembelajaran, yaitu cara guru mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien dan efektif; (3) media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran; dan (4) waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada pembelajaran ini, siswa nampak memiliki motivasi yang besar untuk belajar. Motivasi belajar adalah sebagai dorongan atau keinginan untuk mencapai prestasi yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Motivasi belajar memiliki landasan yang cukup kokoh, dan perilaku ini telah banyak diamati pada bidang bisnis, pembelajaran di sekolah, dan latar lainnya. Kajian Keller Kelly, dan Dodge yang dikutip oleh Degeng (2000), menyimpulkan ada 6 karakteristik motivasi berprestasi yang tampak konsisten ditemukan dalam konteks pembelajaran sekolah yaitu : 1. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih menyukai terlibat dalam situasi di mana ada resiko gagal atau “. . . there is a moderate probability of succes’’. Ia menyukai keberhasilan, tetapi keberhasilan yang penuh tantangan. Sebaliknya, individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah cenderung memilih tugas-tugas yang memiliki peluang untuk berhasil dikerjakan, atau yang hampir tidak mungkin berhasil jika dikerjakan. Kedua situasi ini memungkinkan seseorang menghindari rasa cemas. 2. Faktor kunci yang memotivasi individu untuk berprestasi tinggi adalah kepuasan instrinsik dari keberhasilan itu sendiri, bukan pada ganjaran ekstrinsik, seperti using atau prestise lainnya. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan bekerja keras agar berhasil terlepas dari apakah akan mendapat tambahan uang atau tidak sebagai imbalannya. 3. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung membuat pilihan atau tindakan yang realistis. Mereka cenderung realistis dalam menilai kemampuannya itu dengan tugas-tugas yang dikerjakannya. 4. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menyukai situasi dimana ia dapat menilai sendiri kemajuan dan pencapaian tujuannya. Ia lebih suka melakukan kontrol pribadi atas pelaksanaan tugastugasnya, menilai sendiri keberhasilannya, dan membuat pertimbangan sendiri dalam mengambil keputusan daripada dilakukan oleh orang lain. 5. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki perspektif waktu jauh ke depan. Ia lebih memproyeksikan tujuan-tujuannya jauh ke depan. Ia juga merasa bahwa waktu berjalan begitu cepat. 6. Individu yang memiliki motivsi berprestasi tinggi tidak selalu menunjukan rata-rata nilai yang tinggi di sekolah. Ini mungkin disebabkan bahwa nilai di sekolah banyak terkait dengan motivasi ekstrinsik. Atas dasar itu maka, dapat dikatakan bahwa tidak selalu ditemukan korelasi yang signifikan antara nilai dengan motivasi berprestasi. KESIMPULAN
366
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Pembelajaran IPA-Biologi dengan perpaduan metode jigsaw dengan make a-match yang telah dilaksanakan pada saat open class lesson study di SMP Yapenas Gempol dengan materi Alat Indera pada Manusia ternyata dapat menciptakan suasana menyenangkan dan aktif dalam belajar, memupuk rasa sosial, saling membantu dan akrab untuk kerja sama mencari pasangan. DAFTAR RUJUKAN Anonim. 2009. Model Pembelajaran Make a Match. Diarsipkan oleh Lenny Kuncoro pada http://lennykuncoro.wordpress.com/2009/03/29/make-a-match-2/. Diakses 19 September 2009. Suparno, Prof. Dr. H, dan Dr. Waras Kamdi. M.Pd. 2011. Modul Pengembangan Profesional Guru. Universitas Negeri Malang. Lewis, C., Perry, R., and Murata, A. 2000. How should research contribute to instructional improvement: The case of lesson study. Educational researcher, 35(3). 3- 14. Murata, A. 2009. Individual and Group Learning Paths in Lesson Study. Notes for STRIDE conference, May 2009. Murata, A. and Takahashi, A. (2002). District-level lesson study: How Japanese teachers improve their teaching of elementary mathematics. Paper presented at the research presession of National Council of Teachers of Mathematics annual meeting. Las Vegas, NV. Zubaidah, S., Yuliati, L., dan Mahanal, S. 2011. Ragam Model Dan Metode Pembelajaran IPA. UM: program TEQIP (Teacher Quality Improvement).
367
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
PENGEMBANGAN SKRIPSI YANG DITULIS BERDASARKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) BERBASIS LESSON STUDY (LS) DI JURUSAN BIOLOGI FMIPA UM
Herawati Susilo Jurusan Biologi FMIPA dan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Telah dilaksanakan penelitian tindakan yang melibatkan 11 orang dosen Biologi dan 9 orang mahasiswa Biologi FMIPA UM pada semester genap 2010/2011 berkenaan dengan pengembangan skripsi yang ditulis berdasarkan PPL berbasis LS. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan alternatif macam penelitian yang dapat dilaksanakan sebagai dasar menyusun skripsi mahasiswa, sekaligus untuk memaksimalkan kegiatan belajar menjadi guru yang reflektif, yang terampil berkolaborasi sebagai sarana berlatih mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan, yang dapat dialami mahasiswa dalam PPL berbasis LS selama tiga bulan di sekolah. Masalah yang dapat diangkat sebagai masalah utama penelitian bervariasi mulai dari bagaimana meningkatkan keterampilan guru praktikan dalam membelajarkan siswa, bagaimana meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, dan bagaimana memanfaatkan berbagai media maupun sumber belajar biologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik memaksimalkan pengalaman PPL mahasiswa bervariasi bergantung pada lingkungan sekolah, guru pamong yang terlibat, dosen pembimbing lapangan (DPL), dosen pembimbing skripsi, maupun mahasiswa lain peserta PPL di sekolah. Jumlah kelas yang dapat digunakan untuk melaksanakan penelitian sebagai dasar penyusunan skripsi mahasiswa bervariasi dari 1-4 kelas, jumlah guru model praktikan juga bervariasi dari 1 hingga 4 orang, dan jumlah “buka kelasnya” juga bervariasi antara 4-16 kali. Disimpulkan bahwa PPL berbasis LS dapat dijadikan salah satu alternatif penelitian yang dapat dilakukan mahasiswa sebagai dasar menyusun skripsi sekaligus sebagai sarana memaksimalkan pengalaman PPLnya. Kata-kata kunci: PPL, lesson study, skripsi, mahasiswa, biologi
Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi di Universitas Malang (UM) adalah mata kuliah Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Mahasiswa harus menempuh PPL pada semester VII atau VIII program studinya, bergantung kebijakan jurusannya. PPL adalah mata kuliah yang memberikan latihan keterampilan mengajar bagi mahasiswa. Dalam mata kuliah tersebut, mahasiswa berlatih untuk menerapkan teori kependidikan, konsep, prinsip dan teknologi pembelajaran, serta sistem penilaian belajar dalam rangka menguasai keterampilan mengajar nyata di sekolah (Susanto, 2009:3). Menurut Tim UPT PPL (2009:3), PPL keguruan adalah matakuliah yang mengembangkan kompetensi mahasiswa dalam melaksanakan praktik keguruan agar mahasiswa siap menjadi tenaga pendidik yang profesional. Jadi kegiatan PPL memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa agar kompeten dalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidang keahliannya dan siap menjadi tenaga profesional dalam bidang keahliannya. Dengan kata lain, PPL dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa menjadi calon guru yang mampu menguasai kompetensi keprofesionalan guru. 368
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Pencapaian tujuan PPL bagi mahasiswa peserta mata kuliah PPL sangat ditentukan oleh banyak faktor, yaitu siapa dosen pembimbing lapangannya, siapa guru pamongnya, dan bagaimana pengembangan kolegialitas dengan guru pamong maupun antarmahasiswa PPL di suatu sekolah. Mahasiswa tidak boleh memilih tempat PPLnya, karena sekolah tempat PPLnya ditetapkan oleh Unit Pengelola PPL. Mahasiswa juga tidak bisa memilih dosen pembimbingnya, karena dosen pembimbing juga ditetapkan oleh Unit Pengelola PPL berdasarkan daftar nama yang diberikan oleh jurusan. Mahasiswa juga tidak dapat memilih guru pamongnya karena guru pamong juga ditetapkan oleh Unit Pengelola PPL berdasarkan daftar nama guru pamong yang diberikan oleh sekolah. Ketercapaian tujuan PPL sangat ditentukan oleh ketersediaan (kuantitas) waktu tatap muka dengan dosen pembimbing maupun guru pamong, serta kualitas pembimbingan PPL yang terjadi dalam waktu yang tersedia tersebut. Di Universitas Negeri Malang (UM), dosen pembimbing lapangan (DPL) diharapkan paling sedikit empat kali mengunjungi sekolah tempatnya membimbing tiga hingga enam orang mahasiswa bimbingannya. Oleh karena itu waktu yang tersedia dari DPL untuk membimbing mahasiswa PPL pada saat mahasiswa praktik membelajarkan siswa di kelas sangatlah sedikit. DPL seringkali juga memiliki jam mengajar di kampus yang bersamaan dengan jam mengajar mahasiswa bimbingannya sehingga praktis DPL jarang sekali dapat mengamati kegiatan pembelajaran di kelas mahasiswa bimbingannya, kecuali kalau jam mengajarnya tidak bersamaan dengan jam praktik mahasiswa bimbingannya atau bila dia mengurbankan jam kuliahnya di kampus untuk datang ke sekolah tempatnya membimbing mahasiswa PPL. Pembimbingan penyusunan RPP tetap dapat dikonsultasikan kepada dosen di kampus. Pembimbingan mahasiswa PPL dalam tatap muka di kelas oleh karenanya lebih banyak diharapkan dapat diperoleh dari guru pamong yang kelasnya digunakan mahasiswa untuk PPL. Waktu yang disediakan guru pamong untuk membimbing mahasiswa PPL sangat bervariasi, bergantung dari sikap guru pamong yang bersangkutan. Ada guru pamong yang dengan sabar selalu menghadiri pembelajaran tatap muka yang dilakukan mahasiswa bimbingannya, dan setelah itu memberikan komentar dan saran perbaikan mengenai kinerja mahasiswa bimbingannya. Namun, ada juga guru pamong yang malah merasa beruntung ada mahasiswa bimbingan di kelasnya sehingga dia dapat meninggalkan kelas untuk melaksanakan kegiatan lainnya. Bahkan lebih ekstrim lagi, ada mahasiswa bimbingan yang walaupun sudah diserahi untuk melaksanakan PPL misalnya di satu atau dua kelas, masih ditambah jam membelajarkannya di kelas lain yang seharusnya adalah tanggung jawab guru pamong tersebut. Karena adanya hal-hal seperti ini, perlu dipikirkan cara bagaimana memaksimalkan kegiatan PPL agar mahasiswa dapat belajar sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya mengenai bagaimana menjadi calon guru yang profesional dari kegiatan PPL di sekolah. Sejak tahun 2008-2009, FMIPA UM mengambil kebijakan untuk memberlakukan pelaksanakan PPL berbasis Lesson Study (LS). Kebijakan ini diambil dengan tujuan agar meningkatkan efektivitas PPL untuk menyiapkan calon guru (Ibrohim, 2010). Menurut peneliti dengan PPL berbasis LS, mahasiswa memperoleh pengalaman ganda, yaitu dapat meningkatkan kemampuan membelajarkan siswa di kelas, sekaligus dapat melatih diri untuk melaksanakan Lesson Study sebagai sarana untuk meningkatkan keprofesionalan diri. Mahasiswa peserta PPL diminta untuk melaksanakan buka kelas (open class) paling sedikit tiga kali selama tiga bulan sebagai guru model dalam kegiatan Lesson Study berbasis bidang studi yaitu Lesson Study yang pesertanya terdiri atas guru, dosen, dan mahasiswa dari satu program studi tertentu. Selain itu mahasiswa dianjurkan juga melaksanakan buka kelas (open class) dalam kegiatan Lesson Study berbasis rumpun matapelajaran MIPA yaitu Lesson Study yang pesertanya terdiri atas guru, dosen, dan mahasiswa dari beberapa program studi Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi atau bidang studi lain yang ada di sekolah itu. Melakukan kegiatan Lesson Study pola ini penting untuk memberikan wawasan yang lebih luas kepada para mahasiswa, khususnya tentang praktik pembelajaran di bidang studi lain (FMIPA UM, 2010). 369
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Sebelum kegiatan PPL kampus dan PPL sekolah dimulai, mahasiswa, guru pamong dan dosen pembimbing lapangan (DPL) diberi pelatihan atau workshop mengenai bagaimana melaksanakan LS untuk menyamakan persepsi mengenai pelaksanaan LS di sekolah agar dapat melaksanakan PPL berbasis LS (Ibrohim, 2011). Selama kegiatan PPL I di kampus, diharapkan para dosen pendamping PPL kampus yang nota bene akan menjadi DPL di sekolah juga melatih mahasiswa berLS. Pada saat pelaksanaan PPL I, para mahasiswa diharap berlatih mempersiapkan rencana pembelajaran dan latihan praktik mengajar dalam skala kecil, dalam pendekatan Lesson Study. Artinya ketika mahasiswa berlatih menyusun RPP dilaksanakan dalam suasana sharing untuk mahasiswa sebidang studi dengan bimbingan dosen atau Guru Inti. Demikian juga pada saat micro teaching atau peer teaching juga dikemas dalam konteks Lesson Study. Artinya ada mahasiswa yang bertindak sebagai guru model (pengajar), sebagai siswa, dan sebagai pengamat (observer). Setelah pembelajaran berlangsung dilanjutkan dengan diskusi refleksi bersama. Komentar atau masukan terhadap pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer, guru pamong dan atau dosen pembimbing (FMIPA UM, 2010). Menurut peneliti, ketentuan agar mahasiswa melakukan open class paling sedikit tiga kali dalam tiga bulan itu masih sangat sedikit, karena berarti sekali dalam satu bulan. Oleh karena itu peneliti ingin tahu apakah kegiatan melaksanakan LS itu dapat dimaksimalkan dalam bentuk menjadikan PPL berbasis LS sebagai dasar menyusun skripsi mahasiswa. Peneliti ingin melihat seberapa banyak PPL berbasis LS dapat dilaksanakan di suatu sekolah, karena itu pada awal pelaksanaan PPL semester genap 2010/2011, peneliti mencetuskan ide kepada para mahasiswa peserta mata kuliah PPL untuk menjadikan PPL berbasis LSnya sebagai sarana berlatih LS, berlatih membelajarkan siswa, berlatih mengamati teman membelajarkan siswa dan mengamati siswa belajar (mengobservasi), sekaligus menuliskannya sebagai bagian dari pengembangan skripsinya. Ada sekitar 15 mahasiswa yang menyatakan keinginannya, tetapi dengan adanya tuntutan untuk segera menyusun proposalnya, hanya 9 orang yang kemudian berhasil mengembangkan proposal skripsi mengenai PPL berbasis LS, dan menindaklanjuti proposal tersebut dengan pengumpulan data di sekolah tempatnya PPL. Tujuan penelitian ini adalah melaksanakan tindakan untuk memaksimalkan dilakukannya Lesson Study dalam kegiatan PPL oleh mahasiswa PPL di sekolah selama kurun waktu 3 bulan (1 Februari – 30 April 2011) dilihat dari segi apakah PPL berbasis Lesson Study dapat digunakan sebagai sarana membantu mahasiswa untuk belajar membelajarkan siswa, belajar melakukan refleksi sebagai sarana mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan, dan belajar menulis skripsi. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan yang mendeskripsikan hasil tindakan memaksimalkan dilakukannya Lesson Study dalam kegiatan PPL di sekolah. Subjek penelitiannya adalah mahasiswa program studi Pendidikan Biologi yang terlibat dalam penyusunan skripsi yang ditulis berdasarkan PPL berbasis LS sejumlah 9 orang, yaitu banyaknya mahasiswa yang berhasil menyelesaikan penyusunan skripsinya pada waktu yang ditetapkan, yaitu awal semester genap 2010/2011 sampai akhir semester pendek 2010/2011. Pengumpulan data dilaksanakan melalui tindakan membimbing skripsi sebagai pembimbing pertama kesembilan mahasiswa penyusun skripsi. Data yang dikumpulkan berupa macam masalah penelitian yang dikembangkan, macam kegiatan pengumpulan data yang dilakukan, dan sumber data yang digunakan mahasiswa. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.
Peneliti berhasil mengajak 9 orang mahasiswa untuk menyusun skripsi berdasarkan data yang diperoleh selama PPL yang berbasis LS. Peneliti menganggap bahwa melalui sembilan mahasiswa 370
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
yang menulis skripsi berdasarkan kegiatan PPL berbasis LS ini peneliti dapat membantu mahasiswa belajar menjadi guru (membelajarkan siswa), melakukan refleksi mengenai pembelajaran (berlatih mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan) , dan menyusun skripsinya. Berikut ini disajikan data mengenai macam masalah penelitian, macam kegiatan pengumpulan data, dan sumber data penelitian mahasiswa. Macam Masalah Penelitian. Kegiatan awal yang harus dilakukan mahasiswa adalah melaksanakan kegiatan membelajarkan siswa di sekolah tempat PPL untuk menemukan masalah yang akan mereka jadikan fokus untuk diteliti dan ditulis menjadi skripsi selama melaksanakan Lesson Study di sekolah tempat PPL. Nama mahasiswa menurut urutan abjad beserta judul penelitian yang dipilih, tempat melaksanakan penelitian, nama dosen pembimbing skripsi kedua, nama dosen pembimbing lapangan (DPL) dan nama guru pamongnya dapat diamati pada Tabel 1. Nama dosen pembimbing skripsi pertama semuanya sama yaitu Prof. Dra. Herawati Susilo, M. Sc, Ph. D., yaitu peneliti sendiri. Tabel 1. Data Mengenai Mahasiswa Penyusun Skripsi PPL berbasis LS tahun 2010/2011. N o .
Nama Mahasiswa
Judul Skripsi
Dosen Pembimbing Skripsi II
1 .
Ana Rokhmawati
Dra. Sofia Ery Rahayu, M. Si
2 .
Anindita Hangesti Kusuma
3 .
Aprillia Rahmadhany
4 .
Dea Vindi Awal Indah
5 .
Erni Purnasari
Implementasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 9 Malang Implementasi Pembelajar-an Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII B SMPN 5 Malang Penerapan Lesson Study untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 1 Malang Pengembangan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 1 di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang pada Implementasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis Lesson Study Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan Ke-mampuan Memanfaatkan Sumber Belajar oleh
Suliya Mandra
371
Dosen Pembi m-bing Lapang -an (DPL) Dra. Sofia Ery Rahayu , M. Si
Guru Pamong
Drs. Fatchurrahman
Dra. Hawa Tuarita , M. Si
Wiwik Mudji Rahayu
Dra. Sunarmi , M. Pd.
Dra. Sunar mi, M. Pd.
Hj. Rr. Arie Harjiwan-tin
Dra. Amy Tenzer, M.Si
Dr. Dahlia
Yuyun Dwita Sari, S.Pd., M.Pd.
Dr. Susriyati Mahanal
Dr. Susriya ti
Drs. Gunarta
Dra. Sri Asminat i
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
6 .
Ike Safitri Agustina
7 .
Nina Farizia
8 .
Pristiana
9 .
Syafaatul Udhmah
Guru Model Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA UM di SMA Negeri 4 Malang Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Selama Implementasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis Lesson Study di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang Implementasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis Lesson Study dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi di SMA Negeri 1 Singosari Malang Implementasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis Lesson study untuk Meningkatkan Kemampuan Pedagogik dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 SMA Brawijaya Smart School Malang Implementasi PPL Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Purwosari
, M. Pd
Mahan al, M. Pd Dr. Dahlia
Dra. Eko Sri Sulasmi, M. Si
Evi Fatmaw ati, S.Pd
Dra. Sri Rahayu Effendi, M. Si
Dr. Ibrohi m, M. Si
Panca Setyawa ti, S. Pd.
Dra. Amy Tenzer, M. Si
Dra. Amy Tenzer, M. Si
Abdul Nurul Hadi, S.Pd
Drs. Sarwono , M. Pd.
Drs. Sarwon o, M. Pd.
Dra. Sumarmi
Macam Kegiatan Pengumpulan Data Penelitian. Kegiatan pengumpulan data yang dikembangkan oleh kesembilan mahasiswa penyusun skripsi berdasarkan PPL berbasis LS bervariasi berdasarkan masalah penelitian mereka. Pengumpulan Data Penelitian yang dilaporkan dalam makalah ini berupa: Macam data yang dikumpulkan, dan bentuk instrumen pengumpul data penelitian, dan Macam prosedur pengumpulan data. Macam data yang dikumpulkan mahasiswa secara umum dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu keterlaksanaan Lesson Study, peningkatan kemampuan guru model, peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Macam data yang dikumpulkan kesembilan mahasiswa penyusun skripsi berdasarkan PPL berbasis LS dapat diamati dalam Tabel 2. Tabel 2. Macam Data yang dikumpulkan Mahasiswa Penyusun Skripsi PPL Berbasis LS tahun 2010/2011 No 1
Data Keterlaksanaan penerapan PPL berbasis lesson study
Instrumen Lembar observasi keterlaksanaan kegiatan plan dalam lesson study
Lembar observasi keterlaksanaan kegiatan do dalam lesson study Lembar observasi keterlaksanaan kegiatan see dalam lesson study
372
Pada Skripsi Nomor Urut* 3 4 5 6 7 8 v v v v v v
1 v
2 v
9 v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Sri
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development) Lembar observasi pembelajaran dalam kegiatan lesson study 2. 3.
4.
5.
Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru Kemampuan mengajar
Kemampuan memanfaatkan sumber belajar
Motivasi Siswa
Belajar
6.
Hasil belajar siswa
7.
Respons Siswa mengenai pelaksanaan pembelajaran
v
v
v
Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran oleh Guru Lembar Penilaian Kemampuan Mempersiapkan Pembelajaran (RPP) Lembar Penilaian Kemampuan Mengajar Lembar observasi keterampilan menggunakan media pembelajaran
v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v v v v
v v
v v
Lembar Penilaian Kemampuan Memilih Sumber Belajar
v
Lembar Penilaian Kemampuan Menggunakan Sumber Belajar
v
Angket Motivasi Belajar model ARCS Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Tes kognitif Angket hasil belajar afektif Lembar hasil belajar psikomotor Lembar Angket Respons Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Selama Lesson Study
v
v v v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
*Keterangan nomor urut skripsi oleh: 1. Ana Rokhmawati 2. Anindita 3. Aprillia 4. Dea Vindi 5. Erni Purnasari 6. Ike Safitri Agustina 7. Nina Farizia 8. Pristiana 9. Syafaatul Udhmah Pemilihan fokus masalah dan pengumpulan datanya dilakukan untuk memaksimalkan pengalaman PPL mahasiswa. Namun pemilihan fokus masalah ini bervariasi bergantung pada lingkungan sekolah, guru pamong yang terlibat, dosen pembimbing lapangan (DPL), dosen pembimbing skripsi, maupun mahasiswa lain peserta PPL di sekolah. Lingkungan sekolah memberikan ide mengenai masalah apa yang dapat diteliti. Guru pamong yang terlibat menentukan seberapa intensif masukan yang dapat diberikan oleh guru pamong sebagai mitra peneliti yang sudah lebih banyak berpengalaman. Dosen pembimbing lapangan (DPL) masih ada yang belum memahami hakikat Lesson Study sehingga hal itu bisa mempengaruhi pilihan jumlah kelas dan jumlah guru model yang datanya akan dijadikan dasar menyusun skripsi. Mahasiswa lain peserta PPL di sekolah juga menentukan berapa jumlah guru model yang dipilih maupun bagaiman kualitas pengembangan LS karena ada mahasiswa yang tidak bersedia menjadi guru model untuk penyusunan skripsi temannya karena dia sendiri sedang melakukan penelitian PTK di kelasnya sendiri, atau karena pada hari tertentu itu bersamaan dengan hari liburnya. Bentuk instrumen pengumpul data penelitian. Bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat berupa: (1) lembar observasi, (2) lembar penilaian, (3) lembar angket dan (4) tes. Penjelasan mengenai instrumen-instrumen tersebut disampaikan sebagai berikut. 1. Lembar observasi 373
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Lembar observasi yang digunakan pada kesembilan penelitian ini ada 2 macam yaitu pertama, lembar keterlaksanaan lesson study yang harus diisi oleh observer mulai dari perencanaan (plan), pelaksanaan (do) dan pengamatan, serta refleksi (see). Kedua, lembar observasi pembelajaran dalam kegiatan lesson study digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa, yaitu apakah siswa benar-benar belajar pada saat dilaksanakan pembelajaran oleh guru. 2. Lembar penilaian Lembar penilaian merupakan lembar yang digunakan untuk menilai sesuatu. Pada kesembilan penelitian ini lembar penilaian yang digunakan bervariasi berdasarkan variasi masalah mereka. Contoh lembar penilaian yang digunakan adalah lembar penilaian RPP, lembar penilaian kemampuan memilih sumber belajar, dan kemampuan menggunakan sumber belajar. Penelitian terhadap RPP dilakukan oleh guru pamong. Ada juga mahasiswa yang mengembangkan Lembar penilaian kemampuan mengajar guru. 3. Lembar angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan (respons) atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (Sugiyono, 2009:199). Angket yang digunakan pada penelitian ini yaitu angket respons siswa terhadap pembelajaran. Angket ini diberikan kepada 5-10 siswa setiap kali hampir selesai mengajar untuk memperoleh contoh respons siswa terhadap pembelajaran saat itu. Macam Prosedur Pengumpulan Data. Terdapat beberapa macam prosedur pengumpulan data yang dilaksanakan oleh kesembilan mahasiswa penyusun skripsi PPL berbasis LS. Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini meliputi kegiatan wawancara, observasi, penilaian, dokumentasi, dan penyebaran angket. Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur yang ditujukan kepada siswa dan guru bidang studi. Pelaksanaan wawancara bebas dan tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis. Hal pokok yang ditanyakan pada saat kegiatan wawancara yaitu gambaran pelaksanaan penerapan lesson study sebelumnya, respons siswa dan guru terhadap penerapan lesson study dan kebiasaan proses pembelajaran di kelas yang dijadikan kelas penelitian Observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Pelaksanaan observasi secara sistematis partisipan, artinya observer terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang diamati berdasarkan sebuah pedoman sebagai instrumen pengamatan. Objek observasi yang pertama yaitu keterlaksanaan lesson study yang meliputi perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (see). Observer mengumpulkan data tentang pelaksanaan lesson study. Observasi berikutnya dilakukan terhadap para siswa di kelas, yaitu apakah siswa benar-benar belajar. Guru akan menerima berbagai masukan mengenai bagaimana dapat membelajarkan siswa lebih baik lain waktu berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pengamat pada saat open class. Beberapa mahasiswa juga menggunakan observasi untuk mengumpulkan data berupa motivasi belajar siswa yang ditunjukkan oleh keaktifan, keantusiasan, dan keceriaan siswa selama pembelajaran berlangsung yang diamati oleh observer. Penilaian dilaksanakan terhadap beberapa kemampuan/keterampilan guru model, yaitu kemampuan menyusun RPP dan kemampuan praktik mengajar. Penilaian kemampuan menyusun RPP dilakukan oleh guru pamong saja dan ada juga yang oleh guru pamong dan dosen pembimbing lapangan (DPL). Kemampuan praktik mengajar dinilai oleh para observer. Ada dua orang mahasiswa yang menilai kemampuan memanfaatkan sumber belajar dan pemanfaatan media oleh dirinya sendiri dan temannya. Penyebaran angket dilakukan kepada siswa untuk mengetahui respons siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis lesson study. Peneliti memberikan angket respons siswa di akhir pembelajaran kepada 5-10 orang responden. Lembar angket yang telah diisi dikumpulkan untuk dianalisis.
374
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Pembuatan dokumentasi dilakukan untuk merekam pelaksanaan masing-masing tahap lesson study dalam bentuk foto dan catatan tertulis. Foto-foto ini bisa dijadikan bukti autentik bahwa penelitian benar-benar telah dilakukan dan telah dilaksanakan seluruh tahapannya. Setelah mencermati macam-macam instrumen yang dikembangkan mahasiswa, dapat dikatakan bahwa mahasiswa sudah berhasil dilatih memikirkan apa saja data yang harus dikumpulkan, bagaimana mengumpulkannya, dan siapa yang menjadi sumber data penelitiannya sebagai latihan melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi. Kalau dibandingkan dengan isi SOP PPL berbasis LS (FMIPA UM, 2010), maka semua kegiatan yang diharapkan dilakukan mahasiswa sebagai peserta PPL berbasis LS (yaitu melakukan plan, do, dan see) juga sudah dilakukan oleh para penyusun skripsi ini. Dengan demikian penyusunan skripsi berdasarkan PPL berbasis LS, tidak mengganggu kegiatan PPL berbasis LS, tetapi malah memperkuat kegiatan tersebut. Sumber Data Penelitian Sumber data penelitian berupa data berapa orang yang dapat menjadi guru model, data berapa kelas yang dijadikan kelas untuk membuka kelas (open class), dan jumlah open class yang dilakukan sebagai dasar penyusunan skripsi. Sajian mengenai sumber data ini diharapkan dapat memberikan gambaran seberapa banyak mahasiswa berlatih untuk melakukan Lesson Study di kelasnya yang menjadi binaannya, sekaligus seberapa banyak mereka dapat melaksanakan refleksi mengenai pembelajaran yang diamati, sehingga dapat dikatakan bahwa mereka telah berlatih menjadi guru reflektif. Sumber data penelitian yang dijadikan landasan penyusunan skripsi kesembilan mahasiswa dapat diamati dalam Tabel 3. Tabel 3. Sumber Data Penelitian yang Dijadikan Landasan Penyusunan Skripsi PPL Berbasis LS Tahun 2010/2011. Skripsi oleh Ana Rokhmawati Anindita Aprillia Ramadhany Dea Vindi Awal I. Erni Purnasari Ike Safitri Agustina Nina Farizia Pristiana Syafaatul Udhmah
Jumlah Guru Model 2 1 4 1 3 2 2 1 2
Jumlah Kelas 4 1 4 1 3 4 4 1 8
Jumlah Open Class 12 6 16 4 9 7 8 5 8
Jumlah Materi Pokok 2 2 4 4 3 3 4 4 3
Dari data di dalam Tabel 3 dapat diketahui bahwa dengan dijadikannya PPL berbasis LS sebagai dasar menyusun skripsi, mahasiswa dapat mengalami kegiatan Lesson Study yang lebih banyak, pada jumlah kelas yang lebih banyak pula, yaitu dari 1 hingga 4 kelas, oleh guru model yang lebih banyak juga, yaitu dari 1 hingga 4 orang, berdasarkan open class yang lebih banyak juga, yaitu mulai dari 4 open class hingga 16 kali open class. Hal ini berarti bahwa mereka dapat lebih ditingkatkan latihannya dalam belajar membelajarkan siswa, dalam melaksanakan pengamatan apakah siswa belajar, dan kalau tidak belajar mengapa, serta dalam memikirkan bagaimana lain kali dapat membelajarkan siswa lebih baik. Setelah mencermati macam fokus penelitian yang dipilih mahasiswa, peneliti menyadari bahwa ada kemungkinan fokus masalah yang dipilih mahasiswa bisa berbeda dengan fokus masalah yang seharusnya dipikirkan mahasiswa, yaitu bagaimana meningkatkan keterampilan mengajar mereka.
375
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Dari sembilan mahasiswa penyusun skripsi yang dilaporkan, hanya ada tiga orang yang memusatkan perhatian pada peningkatan keterampilan mengajar dan sekaligus melatih diri untuk menilai keterampilan mengajar teman mereka. Hal ini menurut peneliti tidak menjadi masalah karena walaupun mahasiswa tidak memfokuskan diri untuk menilai keterampilan mengajarnya, guru pamong masih tetap bertanggung jawab untuk menilai perkembangan keterampilan mengajar mereka. Berdasarkan uraian pembahasan di atas, peneliti setuju dengan Ibrohim (2010) mengenai PPL berbasis LS yang dikatakan meningkatkan keefektifan pencapaian tujuan PPL yaitu melatih keterampilan mengajar calon guru, yang dimungkinkan karena beberapa alasan: a. Dalam penyiapan rencana pembelajaran selalu dilaksanakan bersama atau setidak-tidaknya rencana yang dibuat oleh masing-masing peserta PPL didiskusikan dengan kelompoknya dan dikonsultasikan dengan Guru Pamong dan DPL (kolaboratif). b. Rencana pembelajaran yang dihasilkan melalui proses kolaborasi akan menjadi lebih baik karena mendapatkan pencermatan dan masukan dari banyak pihak, mahasiswa PPL, Guru Pamong dan juga DPL. c. Kalau selama ini dalam praktik KBM seorang mahasiswa PPL hanya mendapatkan pengamatan dari Guru Pamong, DPL, atau keduanya, maka dengan pola Lesson Study akan mendapat pengamatan dari teman-teman yang sekelompok. Dengan demikian akan banyak mendapat masukan dari setiap pasang mata yang mengamatinya. d. Kalau selama ini masukan untuk mahasiswa PPL yang sedang berlatih mengajar berasal dari guru pamong atau dosen pembimbing dalam forum yang kurang formal, maka dengan pola Lesson Study komentar dan masukan disampaikan dalam forum diskusi yang lebih formal. Dalam diskusi refleksi Lesson Study ada yang betugas sebagai moderator, notulis, refleksi diri guru model (mahasiswa yang praktik KBM), dan komentar pakar/ahli pada akhir diskusi (guru dan dosen). Dalam konteks ini Guru Pamong dan DPL memposisikan diri sebagai narasumber atau expert dalam bidang pembelajaran dan Lesson Study. e. Dengan kegiatan PPL yang berpola Lesson Study seperti ini maka sesungguhnya masing-masing peserta mahasiswa PPL, Guru Pamong, DPL, bahkan kepala sekolah bisa saling belajar banyak hal tentang pembelajaran. Bagi guru-guru Pamong yang mungkin belum paham dan kurang terampil melaksanakan Lesson Study, inilah kesempatan yang baik untuk saling belajar bersama DPL dan mahasiswa PPL. Selain itu kalau PPL berbasis LS ini dijadikan dasar untuk menyusun skripsi, maka hal ini juga memberikan lebih banyak keuntungan bagi mahasiswa yaitu sebagai berikut: a. memungkinkan mahasiswa melakukan kegiatan penelitian lebih awal, tidak menunggu hingga mahasiswa selesai kegiatan PPLnya baru melakukan penelitian skripsi. b. Kegiatan penelitian yang dilakukan pada saat PPL juga memungkinkan mahasiswa untuk melaksanakan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan kalau dilakukan setelah melakukan PPL, yang biasanya dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). c. Kegiatan penelitian untuk skripsi yang dilakukan dalam bentuk Lesson Study memungkinkan mahasiswa memilih berbagai macam strategi pembelajaran untuk membelajarkan siswa, disesuaikan dengan masing-masing materi pokok yang dibelajarkan. d. Kegiatan penelitian untuk skripsi yang dilakukan dalam bentuk Lesson Study memungkinkan mahasiswa melaksanakan penelitian di lebih dari satu kelas, oleh beberapa guru model, yang sekaligus melatih mahasiswa untuk berkolaborasi dengan sesama teman yang ikut PPL. e. Kegiatan penelitian untuk skripsi yang dilakukan dalam bentuk Lesson Study memungkinkan mahasiswa juga berlatih mengamati kegiatan siswa selain juga mengamati kegiatan guru model membelajarkan siswa.
376
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
f. Kegiatan penelitian untuk skripsi yang dilakukan dalam bentuk Lesson Study memungkinkan mahasiswa menggabungkan antara penelitian Tindakan kelas (PTK) dengan Lesson Study yaitu dengan memilih suatu alternatif tindakan untuk digunakan sebagai sarana pemecahan masalah di salah satu kelas, kemudian melaksnakan PTK seperti yang biasa dilakukan, hanya saja untuk setiap pertemuan dilaksanakan kegiatan Plan, Do, dan See, seperti yang dilaksanakan pada kegiatan LS. PENUTUP
Ide untuk mengajak mahasiswa menyusun skripsi berdasarkan PPL berbasis Lesson Study merupakan suatu ide yang muncul karena sudah ada kebijakan bahwa PPL dilaksanakan berbasis Lesson Study. Penyusunan skripsi berdasarkan PPL berbasis LS ini dapat dijadikan salah satu alternatif baru yang dapat dipilih mahasiswa pada saat melaksanakan kegiatan PPL. Contoh masalah yang dijadikan fokus penelitian sembilan mahasiswa jurusan Biologi FMIPA UM ini dapat makin diperluas dan diperkaya oleh dosen-dosen dari jurusan lain di FMIPA UM maupun di jurusan dan fakultas lain di UM, maupun di LPTK lain yang mulai memberlakukan PPL berbasis LS di kampusnya. DAFTAR RUJUKAN FMIPA UM, 2010. Prosedur Operasional Standar (POS) PPL berbasis Lesson Study FMIPA UM. Bahan untuk Workshop Lesson Study bagi Mahasiswa PPL, Guru Pamong dan DPL FMIPA UM, 11 Januari, 2010. Ibrohim, 2011. Lesson Study Implementation to Improve the Learning Quality for Pre-Service Teachers in the Faculty of Mathematics and Science - State University of Malang. Makalah disajikan dalam 4th International Conference on Lesson Study di UPI Bandung, 21-23 July, 2011. Ibrohim, dan Syamsuri, I. 2010. Lesson Study sebagai Pola Alternatif untuk Meningkatkan Efektivitas Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)Mahasiswa Calon Guru. Makalah disajikan dalam Workshop Lesson Study untuk Mahasiswa, Guru, dan dosen FMIPA Universitas Negeri Malang Semester Genap 2010/2011, Jurusan Biologi FMIPA UM, Malang 7 Januari 2011.
377
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
PENGGUNAAN LKM BERBASIS PENEMUAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MAHASISWA SEMESTER I PENDIDIKAN BIOLOGI JPMIPA-FKIP UNILA
Pramudiyanti Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA-FKIP Universitas Negeri Lampung
Abstrak: Berdasarkan refleksi dan diskusi yang penulis lakukan ditemukan permasalahan bahwa (1) dalam proses pembelajaran dosen telah menggunakan multi media interaktif namun dalam penggunaannya belum melibatkan mahasiswa; (2) pada saat presentasi aktivitas mahasiswa terasa kontras yakni mahasiswa yang sedang presentasi saja yang aktif sedangkan yang mendengarkan menjadi pasif dan melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan pembelajaran. Untuk itu perlu dikembangkan media berupa Lembar Kerja Mahasiswa diharapkan media mampu memfasilitasi mahasiswa untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Metode penelitian ini yakni penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dilakukan dalam 4 siklus, setiap siklus terdiri dari plan, do, dan see. Subjek yang dikaji sebagai sumber data yaitu mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Biologi Dasar. Instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi aktivitas mahasiswa dan dosen, dan angket tanggapan mahasiswa. Data hasil observasi dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas mahasiswa meningkat melalui penggunaan LKM. Indikator yang ditunjukkan adalah kemampuan presentasi, bertanya, berdiskusi, mampu menanggapi presentasi. LKM setiap siklus mengalami perbaikan ke arah kemajuan sehingga perannya dalam memfasilitasi kegiatan belajar mahasiswa lebih optimal.
Kata kunci: LKM berbasis penemuan, aktivitas Belajar, lesson study
Mata kuliah Biologi dasar merupakan mata kuliah pokok untuk program studi Pendidikan Biologi. Mata kuliah ini membahas mengenai dasar-dasar Biologi yang sangat penting untuk dipahami oleh setiap peserta kuliah sebagai bekal untuk mengikuti matakuliah berikutnya. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, pembelajaran yang selama ini dilakukan belum mampu membangkitkan aktivitas mahasiswa dalam belajar. Meskipun proses pembelajaran telah dilakukan dengan menganut pembelajaran berpusat pada siswa namun aktivitas mahasiswa belum seperti yang diharapkan. Aktivitas merupakan kunci dalam proses pembelajaran, pada prinsipnya mahasiswa belajar bila telah berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi suatu kegiatan, oleh karena itu menurut Sardiman, (2001; 93) aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Mahasiswa dalam proses belajar dipandang sebagai individu yang berusaha untuk mencapai tujuan belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap (Abdurrahman, 1999:28). Berdasarkan refleksi dan diskusi yang penulis lakukan ditemukan permasalahan sebagai berikut: (1) dalam proses pembelajaran dosen hanya menggunakan multi media interaktif dan dalam pengunaannya belum melibatkan mahasiswa; (2) pada saat presentasi aktivitas mahasiswa terasa kontras yakni mahasiswa yang sedang presentasi saja yang aktif sedangkan yang mendengarkan menjadi pasif dan melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan pembelajaran. Untuk itu perlu dikembangkan suatu media yang dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran. Media tersebut diharapkan mampu meningkatkan aktivitas mahasiswa yang 378
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
berorientasi pada interaksi social, interaksi dengan media belajar, dan interaksi dengan dosen, sehingga dalam proses pembelajaran mahasiswa benar-benar telah belajar sesuatu. Dalam mencapai harapan tersebut maka media yang dikembangkan hendaklah didasari oleh metode pembelajaran sehingga memudahkan dalam penggunaannya. Media yang akan dikembangkan pada lesson studi ini adalah media Lembar Kerja Mahasiswa yang berbasis penemuan, media ini merupakan media yang dianggap tepat untuk memfasilitasi mahasiswa untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Melalui metode penemuan ini mahasiswa akan mampu melakukan kegiatan belajar yang dituntut dalam lembar kerja tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan lesson studi sebagai berikut: Bagaimanakah aktivitas belajar mahasiswa melalui penggunaan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) berbasis penemuan? Biknell-Holmes dan Hoffman (Castronova, 2002: 2) yang dikutip oleh Sudrajat dalam Ramlan (2010:6) menjelaskan tiga ciri utama belajar menemukan yaknia; 1) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan. 2) Berpusat pada mahasiswa. 3) Kegiatannya untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengatahuan yang sudah ada. Pada metode penemuan konsep dan prosedur yang dipelajari mahasiswa merupakan hal yang baru, belum diketahui sebelumnya. Oleh karena itu beberapa instruksi atau petunjuk perlu diberikan kepada mahasiswa apabila mereka belum mampu menunjukkan ide atau gagasan. Dalam menemukan konsep dan prosedur yang dipelajari, sebaiknya mahasiswa tidak dilepas begitu saja bekerja untuk menemukan, tetapi diberikan bimbingan agar mahasiswa tidak tersesat. Bimbingan tersebut dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Untuk sampai kepada konsep yang harus ditemukan, sangat tergantung kepada pengetahuan siap mahasiswa dan pengetahuan baru mahasiswa yang baru saja diperolehnya. Oleh karena itu metode penemuan yang diterapkan dalam proses pembelajaran adalah metode penemuan terbimbing dan dibawakan melalui bekerja dalam kelompok. Dengan kata lain metode penemuan terbimbing dengan setting belajar kooperatif (Sudrajat dalam Ramlan, 2010:1). Media pembelajaran menurut Heinich seperti yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2004: 3) dalam Wijayanti (2008:1) adalah media yang membawa pesan atau informasi dengan tujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Menurut Slamet (dalam Sumarni: 2004:15) yang dikutip oleh Wijayanti (2008:1) pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal berupa kemampuan awal siswa dan faktor eksternal berupa pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan media Lembar Kerja Siswa. Aktivitas belajar menurut Paul B. Diedrich yang dikutip oleh Sardiman (2004:99) meliputi kegiatan sebagai berikut: a. Visual activities, meliputi kegiatan membaca, melihat gambar, mengamati, dan bermain. b. Oral activities, meliputi kegiatan menyatakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengjaukan pertanyaan dan memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. c. Listening activities, meliputi kegiatan mendengarkan, penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan suatu permainan. d. Writing activities, meliputi kegiatan menulis laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, menulis cerita, atau mengisi angket. e. Drawing activies, meliputi kegiatan menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola. f. Motor activities, meliputi kegiatan percobaan, membuat konstruksi, dan melaksanakan pameran. g. Mental activities, meliputi kegiatan mengingat, memecahkan soal Tujuan Lesson study ini adalah: meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa melalui penggunaan LKM berbasis penemuan. 379
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
METODE 1.
Subyek Lesson study Subjek lesson study adalah mahasiswa mata kuliah Biologi Dasar, semester 1 program studi pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP UNILA tahun akademik 2011/2012. 2. Rancangan Lesson Study Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, menggunakan Lembar Kerja Mahasiswa berbasis metode penemuan. Lesson study dilaksanakan dalam 4 siklus yang dilaksanakan sebagai berikut: Siklus 1 Pada siklus ini dilakukan dalam tiga tahap yakni tahap plan, tahap do, dan tahap see. Ketiga tahapan diuraikan sebagai berikut: Tahap plan : Dosen model dan tim lesson study mendiskusikan hal-hal yang akan dilakukan yaitu menyusun SAP, merancang LKM, dan apa yang akan diamati, yaitu aktivitas belajar mahasiswa. Tahap Do : Dosen model melaksanakan hasil diskusi yaitu menggunakan LKM berbasis penemuan dalam pembelajaran. Sedangkan observer mengamati dosen model dan aktivitas mahasiswa. Tahap See : Dosen model bersama-sama dengan observer merefleksi pelaksanaan pembelajaran dan mendiskusikan temuan-temuan, setelah itu menyusun rancangan pembelajaran untuk siklus berikutnya.
Plan
See
Do
Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Lesson studi dalam
satu siklus Gambar 1. Tahapan pelaksanaan Lesson Study dalam satu siklus.
3.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Adapun teknik dan instrument pengumpulan data sebagai berikut:
Tabel 1. Teknik pengumpulan data dan Instrumen Data Aktivitas mahasiswa Tanggapan mahasiswa terhadap penggunaan LKM
Instrumen Lembar observasi Angket
Petugas Observer Dosen
Aktivitas mahasiswa diamati yang relevan dengan pembelajaran dengan mengacu pada Hopkins (993) dengan teknik scanning tiap 10 menit mengacu pada dan menggunakan Lembar observasi aktivitas mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Lembar observasi aktivitas mahasiswa (%) NO
Aktivitas Mahasiswa 10
380
20
30
40
Menit ke: 50 60 70
80
90
100
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development) 1 2 3 4 5 6
4.
Mendengarkan penjelasan dosen Mengerjakan LKM Berdiskusi Bertanya presentasi Menyimak presentasi
Teknik analisis data Data aktivitas dan hasil angket tanggapan mahasiswa yang diperoleh dipersentasikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Lesson study Berdasarkan pelaksanaan lesson study diperoleh hasil sebagai berikut: Siklus 1 Plan : pada tahap ini perencanaan dihadiri oleh satu dosen anggota lesson study, membicarakan mengenai LKM yang akan digunakan dan hal yang akan diamati. Materi yang akan diajarkan adalah Transport zat melewati membran sel. Do : dilaksanakan pada hari senin tanggal 17 Oktober 2011 pukul 13.00 WIB, di gedung G ruang G8. Dihadiri oleh 4 orang anggota lesson study. Aktivitas mahasiswa yang diperoleh sebagai berikut: Tabel 3. Rerata aktivitas mahasiswa siklus 1 No 1 2 3 4 5 6
a. b.
c. d.
Aktivitas Mendengarkan penjelasan dosen Mengerjakan LKM Berdiskusi Bertanya Presentasi Menyimak presentasi
10 100 100 100
20
30
40
50
100 100
100 100
50 50 50
50 50 50
60
70
5 50
5 50
80
90
100
See : tahap ini dilakukan langsung setelah pelaksanaan open lesson. Diperoleh temuan bahwa: Mahasiswa belajar pada saat mendengarkan penjelasan dosen di awal pertemuan, dan pada kegiatan inti mengerjakan LKM Mahasiswa berhenti belajar pada saat berganti posisi tempat duduk untuk berkumpul dalam kelompok, pada saat tidak memahami maksud pertanyaan dalam LKM, pada saat tidak menemukan jawaban dan pada saat temannya menuliskan jawaban di papan tulis; dosen perlu mengingatkan kepada mahasiswa untuk memperhatikan temannya yang sedang menuliskan jawaban di papan tulis; presentasi hendaknya beberapa kelompok saja untuk efisiensi waktu belajar, dan mencegah kegiatan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar. Aktivitas mahasiswa dalam presentasi dan menyimak presentasi masih rendah. Untuk presentasi mahasiswa masih ada yang ragu dan saling tunjuk antar teman. Dosen perlu memotivasi. LKM yang digunakan belum memandu mahasiswa untuk menemukan jawaban yang dituntut dalam LKM (Lihat lampiran LKM Siklus 1). Hal-hal yang ditemukan adalah mahasiswa tidak memahami pertanyaan yang diberikan di LKM. Berdasarkan angket tanggapan mahasiswa bahwa 4 orang mahasiswa yang tidak memahami maksud pertanyaan dalam LKM. Menurut observer LKM hanya berisi pertanyaan perlu dijabarkan lebih detil. Perlu dilakukan perbaikan pada LKM. Sumber belajar hendaknya divariasikan atau ditambah. Siklus 2 381
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Plan
Do
: pada tahap ini perencanaan dihadiri oleh dua dosen anggota lesson study, membicarakan mengenai perbaikan LKM yang akan digunakan dan bagaimana presentasi dilaksanakan. Materi yang akan diajarkan adalah Jaringan Meristem. : dilaksanakan pada hari senin tanggal 26 Oktober 2011 pukul 15.00 WIB, di gedung G ruang G8. Dihadiri oleh 4 orang anggota lesson study.
Tabel 4. Aktivitas mahasiswa pada siklus 2(%) NO 1 2 3 4 5 6
Aktivitas Mahasiswa Mendengarkan penjelasan dosen Mengerjakan LKM Berdiskusi Bertanya presentasi Menyimak presentasi
10 80 80 80
20
30
40
100 100
100 100
50 50
Menit ke: 50 60 50 50 70
70
80
5 70
5 70
90 100
100 100
50 50 70
See : tahap ini dilakukan tanggal 27 oktober, satu hari setelah pelaksanaan open lesson. Diperoleh temuan bahwa: a. Mahasiswa belajar pada saat mendengarkan penjelasan dosen di awal pertemuan, mengerjakan LKM dan berhenti belajar pada saat berganti posisi tempat duduk untuk berkumpul dalam kelompok, dan pada saat temannya menuliskan jawaban di papan tulis, mahasiswa berhenti belajar pada saat tidak menemukan jawaban pada sumber belajar, pada pertemuan kedua ini mahasiswa banyak yang terlambat masuk dikarenakan sholat ashar terlebih dahulu sehingga pada awal perkuliahan mahasiswa tidak siap; b. Presentasi dilakukan oleh semua kelompok dengan cara satu kelompok mempresentasikan satu pertanyaan, masih dijumpai mahasiswa yang tidak menyimak presentasi temannya, masih saling tunjuk untuk maju ke depan, dosen memberikan motivasi, dosen perlu mengingatkan kepada mahasiswa untuk memperhatikan temannya yang sedang presentasi; c. LKM yang digunakan belum memandu mahasiswa untuk menemukan jawaban yang dituntut dalam LKM (Lihat lampiran LKM Siklus 2), berdasarkan angket tanggapan mahasiswa, terdapat dua orang yang menyatakan gambar tidak jelas, namun demikian mahasiswa mulai aktif bertanya kepada dosen dan saling berdiskusi setelah mendapatkan bimbingan dari dosen. Perlu dilakukan perbaikan pada LKM. Hal-hal yang ditemukan pada LKM yaitu gambar pada LKM belum kontras, pertanyaan masih ada yang belum terjawab. Siklus 3 Plan : pada tahap ini perencanaan dihadiri oleh 4 dosen anggota lesson study, membicarakan mengenai LKM yang akan digunakan. Materi yang akan diajarkan Jaringan pengangkut. Do : dilaksanakan pada hari senin tanggal 31 Oktober 2011 pukul 13.00 WIB, di gedung G ruang G8. Dihadiri oleh 1 orang anggota lesson study. Pada tahap ini diperoleh data sebagai berikut:
382
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Tabel 5. Rata-rata aktivitas belajar mahasiswa pada siklus 3 (%) NO 1 2 3 4 5 6
Aktivitas Mahasiswa Mendengarkan penjelasan dosen Mengerjakan LKM Berdiskusi Bertanya presentasi Menyimak presentasi
See
10 100 100 100
20
30
40
100 100
100 100
100 100
Menit ke: 50 60 50 70 50
70
80
5 70
5 70
90 100
100 100
50 70 50
: tahap ini dilakukan satu hari setelah pelaksanaan open lesson. Diperoleh temuan
bahwa: a. Mahasiswa belajar pada saat mendengarkan penjelasan dosen di awal pertemuan, mengerjakan LKM dan berhenti belajar pada saat berganti posisi tempat duduk untuk berkumpul dalam kelompok, dan pada saat temannya mempresentasikan jawaban di depan kelas; b. Aktivitas mahasiswa menyimak presentasi belum bertambah dosen perlu mengingatkan kepada mahasiswa untuk memperhatikan temannya yang sedang menuliskan jawaban di papan tulis; c. LKM yang digunakan telah memandu mahasiswa untuk menemukan jawaban yang dituntut dalam LKM (Lihat lampiran LKM Siklus 3). Masih ditemukan kelompok yang belum menjawab pertanyaan dalam LKM. Siklus 4 Plan : pada tahap ini perencanaan dihadiri oleh satu dosen anggota lesson study, membicarakan mengenai LKM yang akan digunakan. Materi yang akan diajarkan adalah Organ tumbuhan. Do : dilaksanakan pada hari Rabo tanggal 2 November 2011 pukul 15.00 WIB, di gedung G ruang G8. Dihadiri oleh 4 orang anggota lesson study. Pada tahap ini diperoleh data sebagai berikut: Tabel 6. Rata-rata aktivitas belajar mahasiswa siklus 4 (%) NO 1 2 3 4 5 6
Aktivitas Mahasiswa Mendengarkan penjelasan dosen Mengerjakan LKM Berdiskusi Bertanya presentasi Menyimak presentasi
10 100 100 100
20
30
40
100 100
100 100
100 100
Menit ke: 50 60 100 90 70
70
80
5 80
5 80
90 100
100 100
90 90 70
See : tahap ini dilakukan satu hari setelah pelaksanaan open lesson. Diperoleh temuan bahwa: a. mahasiswa belajar pada saat mendengarkan penjelasan dosen di awal pertemuan, mengerjakan LKM dan berhenti belajar pada saat berganti posisi tempat duduk untuk berkumpul dalam kelompok, dan pada saat temannya mempresentasikan jawaban di depan kelas; b. aktivitas belajar mahasiswa pada saat presentasi mulai bertambah, tidak saling tunjuk lagi, bahkan sudah ada mahasiswa yang menambahkan temuan kelompok lain, c. LKM yang digunakan telah memandu mahasiswa untuk menemukan jawaban yang dituntut dalam LKM (Lihat lampiran LKM Siklus 4). Masih ditemukan kelompok yang tidak menemukan jawaban pada LKM.
383
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
PEMBAHASAN Lesson study telah dilakukan dalam 4 siklus, dan ditemukan adanya peningkatan aktivitas seiring dengan perbaikan yang dilakukan pada LKM. Upaya pencapaian aktivitas yang diinginkan dilakukan dengan merevisi 2 aspek, yaitu aspek aspek media pembelajaran yang digunakan, dan aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran. Dari aspek media pembelajaran, revisi LKM dilakukan tiap siklus, revisi meliputi tujuan pembelajaran, tampilan gambar, dan kejelasan instruksi. Revisi ini telah dilakukan dan dihasilkan LKM yang mencapai tujuan yang dikehendaki yakni dapat memandu mahasiswa dalam menemukan konsep materi perkuliahan. Seperti yang diungkapkan oleh wijayanti (2008) dalam makalahnya bahwa LKM merupakan sarana belajar yang memudahkan siswa dalam belajar. Selain itu ditemukan bahwa 94% mahasiswa menyatakan bahwa LKM yang menarik mampu menimbulkan minat belajar mahasiswa ( angket tanggapan mahasiswa). Melalui LKM 91.9% mahasiswa dapat terpandu dalam mempelajari materi perkuliahan, dan 94.5% mahasiswa menyatakan telah benar-benar belajar. Pernyataan tersebut didukung dengan rata-rata aktivitas mahasiswa selama 4 siklus yang dapat dilihat pada grafik berikut: 100
80
SIKLUS 1
60
SIKLUS 2 SIKLUS 3
40
SIKLUS 4 20 0
1 3 Keterangan: 1. Mendengarkan penjelasan2 dosen; 2. Mengerjakan LKM; 4 3. Berdiskusi; 4.Bertanya; 5. Presentasi; 6. Menyimak presentasi. Gambar 2. Rata-rata aktivitas mahasiswa dari siklus 1 sampai 4. Dari gambar ditemukan bahwa aktivitas belajar mahasiswa mengalami fluktuasi, misalnya aktivitas mengerjakan LKM , aktivitas ini menurun pada siklus 2 dan naik kembali pada siklus 3 dan 4. Berdasarkan pengamatan ditemukan bahwa dalam mengerjakan LKM terkadang mahasiswa menemukan kendala seperti tidak mengerti maksud pertanyaan pada LKM (4 orang) atau tidak menemukan jawaban karena tidak mensurvai pada sumber belajar, jadi mahasiswa ini tidak mempunyai akses terhadap sumber belajar yakni buku teks dan netbook atau ( Handphone). Namun pada siklus berikutnya aktivitas tersebut naik, karena mahasiswa tersebut memiliki sumber belajar dan LKM telah mengalami revisi. Disinilah peran dosen dibutuhkan mahasiswa untuk membimbing sehingga mahasiswa mampu menemukan konsep, seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (2004: 45) bahwa aktivitas belajar akan timbul secara alamiah akibat adanya dorongan atau motivasi untuk mencapai tujuan.
384
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
KESIMPULAN Aktivitas mahasiswa meningkat melalui penggunaan LKM. Indikator yang ditunjukkan adalah kemampuan presentasi, bertanya, berdiskusi, mampu menanggapi presentasi. LKM setiap siklus mengalami perbaikan ke arah kemajuan sehingga perannya dalam memfasilitasi kegiatan belajar mahasiswa lebih optimal. DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman. 1999. Metode Pembelajaran Tindakan Kelas. Grafindo. Jakarta. Akhmad Sudrajat, M.Pd. 2010. Lesson study untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. http://ramlannarie.blogspot.com/2010/06/lesson-study-untuk-meningkatkan-proses.html akses pk 08.50WIB. Hopkins. D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Open University Press: Philadelphia. Sardiman. 2004. Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Wijayanti. 2008. Pelatihan Penyusunan LKS Mata pelajaran Kimia Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bagi Guru SMK/MAK. Makalah ini disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat di Ruang Sidang Kimia FMIPA UNY pada tanggal 22 Agustus 2008
385
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
PERBAIKAN PEMBELAJARAN MELALUI PPL BERBASIS LESSON STUDY BERDAMPAK PADA MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X DI SMA LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Ike Safitri Agustina Herawati Susilo Eko Sri Sulasmi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
Abstrak: PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) merupakan mata kuliah yang memberikan latihan keterampilan mengajar bagi mahasiswa program studi kependidikan. Kompetensi utama kegiatan PPL adalah agar mahasiswa menjadi calon tenaga pendidik yang profesional yang dicapai melalui pemberian pengalaman langsung di lapangan, untuk menciptakan tenaga pendidik yang professional LPTK mengagas pola PPL berbasis lesson study. Pengalaman PPL berbasis lesson study dilaksanakan di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang di kelas X semester genap tahun ajaran 2010/2011. PPL berbasis lesson study dilakukan sebanyak 7 siklus, setiap siklus menggunakan tahapan Plan (Perencanaan), Do (Pelaksanaan), dan See (Refleksi). Implementasi PPL berbasis lesson study dapat meningkatkan kualitas mahasiswa dalam mengajar melalui perbaikan pembelajaran setiap kali akan melakukan open lesson. Setiap kali open lesson guru model mendapatkan beragam masukan seperti pemilihan strategi pembelajaran, media pembelajaran, penilaian pembelajaran, pengelolaan kelas dan solusi untuk mengatasi masalah di kelas. Perbaikan pembelajaran berdampak peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Kesuksesan dalam memotivasi dan meningkatkan hasil belajar siswa akan menjadi faktor tercapainya kepuasan kerja dan kebanggaan profesinya sebagai pendidik. Kata kunci: Perbaikan Pembelajaran, PPL Berbasis LS, Motivasi Belajar, Hasil Belajar Biologi Siswa
PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) merupakan mata kuliah intrakurikuler dengan bobot 4 sks yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa program studi kependidikan untuk mengintegrasikan pengalaman belajar yang diperoleh di kampus dengan pengalaman langsung di sekolah. Tujuan PPL adalah mengembangkan kompetensi mahasiswa agar mahasiswa siap menjadi tenaga pendidik yang profesional. Pelaksanaan PPL diharapkan seorang calon guru mampu menjadi guru yang dapat mengembangkan kompetensi keprofesionalan guru, oleh sebab itu fakultas MIPA Universitas Negeri Malang menerapkan PPL berbasis Lesson Study. Implementasi PPL berbasis lesson study memberikan sumbangan yang sangat besar bagi mahasiswa sebagai calon pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Pelaksanaan PPL berbasis lesson study, mahasiswa (guru model) dapat merencanakan kegiatan pembelajaran secara bersama (antara guru pamong, dosen pembimbing, dan rekan sejawat), menerapkan pembelajaran dan selama pembelajaran setiap observer mengamati siswa selanjutnya secara kolaboratif melakukan refleksi. Lesson study dilakukan dengan tiga tahapan yaitu perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do), dan melihat kembali atau refleksi (See) yang dilakukan secara berulang (siklus). Tahap Plan dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa orang guru yang termasuk dalam suatu kelompok lesson study untuk merencanakan pembelajaran di kelas. Tahap Do dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah direncanakan. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai guru model dan anggota kelompok lainnya 386
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
berperan sebagai observer untuk mengamati aktivitas siswa. Tahap See adalah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran yang akan diperbaiki pada pembelajaran selanjutnya baik pada kelas, materi dan guru model yang berbeda. Menurut Lewis dalam Ibrohim dan Syamsuri (2010:6) beberapa alasan lesson study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa, karena a) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “Sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, b) penekanan mendasar suatu lesson study adalah siswa memiliki kualitas belajar, c) tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, d) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan e) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran. Menurut Hendayana, dkk. (2007:47) pada kegiatan lesson study guru memperoleh kesempatan untuk melakukan identifikasi masalah pembelajaran, mengkaji pengalaman pembelajaran yang biasa dilakukan, memilih alternatif model pembelajaran yang akan digunakan, merancang rencana pembelajaran, mengkaji kelebihan dan kekurangan alternatif model pembelajaran yang dipilih, melaksanakan pembelajaran, mengidentifikasi hal-hal penting yang terjadi dalam aktivitas belajar siswa di kelas, melakukan refleksi secara bersama-sama atas hasil observasi kelas, serta mengambil pelajaran berharga dari setiap proses yang dilakukan untuk kepentingan peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran lainnya. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, motivasi dan hasil belajar biologi siswa selama implementasi PPL berbasis lesson study di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tindakan yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah tahapan Plan, Do, dan See yang dilakukan secara berkesinambungan baik pada kelas, materi, dan guru model yang berbeda seperti pada Gambar 1. Pada saat open lesson yang berperan sebagai observer adalah mahasiswa biologi, mahasiswa selain jurusan biologi, guru pamong dan dosen pembimbing lapangan jika datang. Penelitian dilaksanakan di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang yang beralamat di Jl. Bromo No. 16 Malang. Pengambilan data dilaksanakan di kelas X, yaitu X-5, X-6, X-7, dan X-8. Penelitian dilakukan selama tiga bulan sesuai dengan pelaksanaan PPL II, yaitu mulai bulan Februari s.d April 2011. Jabaran data dan sumber data penelitian yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penjelasan Data, Sumber Data dan Instrumen Penelitian No 1 2. 3.
Data Motivasi Belajar Hasil Belajar Pelaksanaan lesson study
Sumber data Siswa Siswa Tim lesson study
4.
Refleksi siswa terhadap Pembelajaran
Siswa
387
Instrumen Angket motivasi belajar siswa Lembar Kerja Siswa, kuis dan tes hasil belajar Lembar Observasi pembelajaran dalam lesson study Angket siswa terhadap pembelajaran selama kegiatan lesson study.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Gambar 1. Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam lesson study (Susilo, dkk., 2010:22) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Implementasi PPL berbasis lesson study dilaksanakan sebanyak 7 siklus di kelas X. Selama implementasi PPL berbasis lesson study terdapat dua mahasiswa praktikan yang bertugas sebagai guru model, yaitu Ike Safitri Agustina dan Kharis Setiawan. Ike Safitri Agustina bertugas sebagai guru model sebanyak 5 kali dan Kharis Setiawan bertugas sebagai guru model 2 kali. Pelaksanaan lesson study yang dilakukan oleh mahasiswa praktikan selama PPL berlangsung dapat dilihat pada Tabel 2. Daftar nama observer pada setiap open lesson dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Pelaksanaan Lesson Study selama Melaksanakan PPL Materi Vermes (Platyhelminthe s, Nemathelminthe s, Annelida) Mollusca
Kelas X-8
Ike A.
X-7
Ike Safitri A. Ike Safitri A. Ike Safitri A. Kharis Setiawan Ike Safitri A. Kharis Setiawan
X-8 X-7 X-5
Arthropoda
Guru Model
X-7 X-6
Safitri
Tanggal Pelaksanaan
Metode
Plan 24 Februari 2011
Do 28 Februari 2011
See 28 Februari 2011
28 Februari 2011 4 Maret 2011
2 2011 7 2011 9 2011 9 2011 30 2011 31 2011
Maret
4 Maret 2011
Maret
8 Maret 2011
Maret
9 Maret 2011
Maret
9 Maret 2011
Maret
30 Maret 2011
Maret
31 Maret 2011
8 Maret 2011 9 Maret 2011 28 2011 30 2011
Maret Maret
TPSS (Think Pair Square Share) TPSS (Think Pair Square Share) Pengamatan dan diskusi kelompok Pengamatan dan diskusi kelompok. Pengamatan dan diskusi kelompok STAD dengan Pendekatan Kontekstual STAD dengan pendekatan Kontekstual
Tabel 3. Daftar Nama Observer pada Setiap Open Lesson Tanggal Open lesson
Materi
Kelas
Guru Model
388
Nama Observer
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development) 28 Februari 2011
Vermes (Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida)
X-8
Ike Safitri A.
X-7
Ike Safitri A.
X-8
Ike Safitri A.
9 Maret 2011
X-7
Ike Safitri A.
9 Maret 2011
X-5
Kharis Setiawan
X-7
Ike Safitri A.
X-6
Kharis Setiawan
2 Maret 2011
7 Maret 2011
30 Maret 2011
Mollusca
Arthropoda
31 Maret 2011
Keterangan: * ** *** Tidak ada tanda “*”
Kharis Setiawan*, Dea Vindi Awalindah*, Evi Fatmawati, S.Pd**, Gea Elramada A., Agung wahyu Hidayat, Anis Sa’idah, dan Septa Agustina. Dr. Hj. Dahlia, M.S. ***, Dea Vindi Awalindah*, Elan Frido Rinda*, Kharis Setiawan*, Agung Setiaji, Rhizal Hartarto, Ahmad Subagiyono, dan Abidah Dr. Hj. Dahlia, M.S. ***, Dea Vindi Awalindah*, Elan Frido Rinda*, Kharis Setiawan*, Binti Afifah, Novita Indrayani S., dan Farid S. Dr. Hj. Dahlia, M.S. ***, Dea Vindi Awalindah*, Elan Frido Rinda*, Kharis Setiawan*, Abdul Rahman Sofyan, dan Ahmad Subagiyono. Elan Frido Rinda*, Ike Safitri Agustina*, Anis Surahman, dan Rihzal Hartarto. Dea Vindi Awalindah*, Kharis Setiawan*, Abidah, Agung Setiaji, dan Abdul Rahman Sofyan. Ike Safitri Agustina*, Dea Vindi Awalindah*, Evi Fatmawati, S.Pd**., C. Sri Murdo Yuwono, Femmy Kawuwung dan Nur Efendi.
= Mahasiswa Biologi = Guru Pamong = Dosen Pembimbing Lapangan = Selain Mahasiswa Biologi
A. PERBAIKAN PEMBELAJARAN 1. Kegiatan Lesson Study Materi Vermes Kegiatan LS materi Vermes dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu di kelas X-8 dan selanjutnya diperbaiki di kelas X-7 (2 siklus lesson study). Kegiatan plan, do, dan see siklus 1 dapat dilihat pada Gambar 2. Selama melakukan pembelajaran yang berperan sebagai guru model adalah Ike Safitri Agustina. Di kelas X-8 pembelajaran berlangsung selama 2 JP dengan menggunakan metode TPSS (Think Pair Square Share). Kegiatan inti metode TPSS adalah guru model memberikan tugas kepada siswa untuk melengkapi tabel perbedaan ciri-ciri, cara reproduksi, cara hidup Vermes meliputi filum Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida. Berdasarkan hasil jawaban angket siswa secara umum dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode TPSS menarik untuk diikuti, tetapi perlu diberikan unsur permainan dagar pembelajaran lebih menyenangkan. Berdasarkan pengamatan observer pengelolaan kelas di kelas X-8 sudah cukup baik dan siswa mengerjakan seluruh tugas dengan baik, namun pelaksanaan TPSS di kelas X-8 perlu ditambah alokasi waktunya pada waktu Think dan untuk menghindari siswa saling mencontek pada tahap Think sebaiknya soal antar teman sebangku dibuat berbeda sehingga pada tahap Pair siswa benar-benar saling bertukar pendapat.
389
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Gambar 2. Kegiatan Plan, Do, dan See Siklus 1 Berdasarkan masukan selama refleksi, tim lesson study merancang pembelajaran dengan metode yang sama (TPSS), namun lembar kerja siswa diganti dengan soal analisis, setiap bangku mendapatkan soal yang berbeda sehingga suasana saling membelajarkan antar siswa dapat tercipta, dan agar siswa lebih paham selama memberikan penguatan guru model menampilkan beberapa video mengenai perkembangbiakan Planaria, Nemathelminthes, dan Annelida. Rancangan pembelajaran baru diterapkan di kelas X-7 dengan alokasi 3 JP. Berdasarkan hasil pengamatan observer di kelas X-7 dapat disimpulkan bahwa siswa dapat belajar dengan baik dan dapat berdiskusi, namun waktu untuk Think perlu ditambah lagi agar tahap Pair, Square dan Share lebih efektif. Hasil refleksi selama pembelajaran materi Vermes akan digunakan untuk perbaikan pembelajaran materi Mollusca. 2. Kegiatan Lesson Study Materi Mollusca Kegiatan LS materi Mollusca dilakukan sebanyak 3 kali dengan metode pengamatan dan diskusi kelompok, yaitu di kelas X-8 diperbaiki di kelas X-7 dan selanjutnya metode tersebut digunakan lagi oleh guru model lain di kelas X-5 sebagai perbaikan setelah pembelajaran di kelas X-7 (3 siklus lesson study). Metode pengamatan dan diskusi kelompok dipilih agar siswa melakukan pengamatan langsung pada hewan amatan mengenai Mollusca dan siswa sudah ditugasi membaca terlebih dahulu dari rumah sebagai refleksi pertemuan sebelumnya agar siswa mempunyai bekal. Pembelajaran di kelas X-8 berlangsung selama 2 JP, selama pembelajaran siswa melakukan pengamatan dengan menggunakan satu hewan amatan yaitu bekicot/siput, sedangkan contoh hewan yang lain hanya diberikan gambar dan siswa melihat di slide saja. Berdasarkan hasil jawaban angket refleksi siswa secara umum dapat disimpulkan banyak siswa yang merasa takut dengan hewan amatan, namun siswa tetap mengatakan pembelajaran menarik karena bisa melakukan pengamatan secara langsung. Menurut hasil observasi, pada saat pembelajaran di kelas X-8 sangat ramai akibat waktu pengamatan yang cukup lama tetapi hewan amatan hanya satu dan siswa melakukan pengamatan dengan mencentang lembar kerja sesuai hasil pengamatan dan pertanyaan yang bersifat analisis belum begitu muncul. Berdasarkan hasil refleksi, pembelajaran selanjutnya guru merancang pembelajaran dengan setiap kelompok diberikan bahan amatan yang berbeda dari tiga kelas dalam filum Mollusca yaitu kelas
390
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Gastropoda, Cephalopoda, dan Pelecypoda, selain itu lembar kerja siswa juga diperbaiki dengan beberapa tambahan soal bersifat analisis dan beberapa soal bersifat melaporkan. Hasil refleksi pembelajaran di kelas X-8, selanjutnya diterapkan di kelas X-7. Di kelas X-7 kegiatan pembelajaran berlangsung selama 3 JP. Selama proses pembelajaran siswa melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan observer siswa sudah melakukan pengamatan dan diskusi dengan baik, selain itu observer juga menemukan ada kelompok yang menggunakan Hand Phone untuk Browsing sebagai sarana untuk mencari literatur selain buku paket. Menurut hasil jawaban angket siswa dapat disimpulkan siswa merasa pembelajaran dengan menggunakan model pengamatan menarik untuk diklakukan karena siswa dapat mengamati hewan topik Mollusca secara langsung. Perbaikan selanjutnya diterapkan di kelas X-5 oleh guru model yang berbeda. Berdasarkan pengamatan observer, siswa kelas X-5 antusias melakukan pengamatan karena pada pembelajaran sebelumnya kelas X-5 tidak pernah diajak melakukan praktikum sehingga kegiatan praktikum menjadi kegiatan yang manarik untuk dilakukan. Kegiatan pembelajaran di kelas X-5 dilakukan selama 2 JP sehingga semua langkah pembelajaran belum dapat dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran berakhir sampai dengan presentasi kelompok, namun belum semua kelompok yang mewakili setiap bahan amatan maju di depan kelas. Kegiatan pembelajaran topik Mollusca tidak dapat dilanjutkan karena pada pertemuan selanjutnya siswa sudah menghadapi UTS, sehingga guru meminta siswa untuk setiap kelompok yang membahas bahan amatan yang berbeda harus memiliki hasil laporan kelompok hewan yang lain. Hasil pengamatan observer di kelas X-5 dapat disimpulkan pembelajaran dengan mengunakan metode pengamatan dapat menjadi pengalaman yang bermakna bagi siswa dan selama pembelajaran peran guru dalam membimbing siswa praktikum harus cukup tlaten, sehingga siswa menjadi termotivasi. Berdasarkan hasil jawaban angket siswa dapat disimpulkan pembelajaran dengan menngunakan cara pengamatan menarik untuk dilakukan, walaupun siswa masih ada yang tidak memegang hewan amatan secara langsung karena takut. 3. Kegiatan Lesson Study Materi Arthropoda Kegiatan LS materi Arthropoda dilakukan sebanyak 2 kali (2 siklus lesson study) menggunakan metode STAD dengan pendekatan kontekstual. Metode STAD dipilih karena memiliki langkah-langkah pembelajaran paling sederhana dibandingkan TPSS, sehingga siswa lebih mudah untuk belajar yang dipadukan dengan pengamatan langsung sehingga siswa lebih mudah memahami konsep dan terdapat unsur kompetisi karena siswa akan memperebutkan kelompok terbaik di kelas. Pembelajaran dilakukan di kelas X-7 oleh Ike Safitri Agustina yang berlangsung selama 3 JP. Berdasarkan pengamatan observer selama pembelajaran di kelas X-7, sebagian besar siswa dapat belajar dibuktikan dengan siswa dapat mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru dan selama pembelajaran siswa lebih termotivasi belajar karena adanya tes pada awal dan akhir pembelajaran ada penghargaan, namun hal yang perlu diperhatikan adalah teknis guru dalam mengelola kelas saat presentasi. Berdasarkan hasil jawaban angket siswa, secara umum disimpulkan pada materi Arthropoda siswa lebih banyak mengamati hewan sehingga siswa lebih tertarik, penasaran dan contoh hewan-hewan yang diamati mudah ditemukan siswa di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran selanjutnya dilakukan di kelas X-6 dengan guru model yang berbeda, yaitu Kharis Setiawan. Rancangan pembelajaran yang diterapkan di kelas X-6 sama seperti di kelas X-7. Selama proses pembelaajaran banyak perwakilan kelompok yang tidak membawa bahan amatan yang ditugaskan oleh guru, sehingga setelah tes pada awal pembelajaran guru model merasa gugup. Setelah itu guru pamong meminta untuk setiap kelompok mengambil awetan basah di laboratorium. Berdasarkan hasil refleksi guru model, pada awal kegiatan guru model belum menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, sehingga pada pertemuan selanjutnya guru model akan memperbaiki pembelajarannya. Menurut hasil pengamatan observer, secara umum siswa belajar namun ada siswa yang kehilangan konsentrasi saat presentasi klasikal dan guru model sudah berusaha untuk membimbing siswa saat diskusi degan mendatangi setiap kelompok 391
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
dan menanyai kesulitan dalam kelompok. Pelajaran berharga yang didapat adalah pada saat proses pembelajaran berlangsung, kondisi kelas dapat berubah setiap saat sehingga sebagai guru harus dapat mengatasinya dan mengelola kelas dengan baik. Hasil refleksi di kelas X-6 akan dijadikan pengalaman untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya baik saat open lesson maupun tidak open lesson. B. DAMPAK PERBAIKAN PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA Motivasi belajar siswa diambil dengan menggunakan angket motivasi belajar siswa berdasarkan model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) untuk mengetahui motivasi belajar siswa sebelum dan selama pelaksanaan lesson study. Berikut ini data hasil angket motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas X-5, X-6, X-7, X-8 Sebelum dan Selama Pelaksanaan Lesson Study di SMA Laboratorium UM Pelaksanaan LS Sebelum
Selama
Aspek Motivasi
Kelas X-5 3.9 4.2 4.2 4.2 16.5 4.1 4.0 4.0 4.1 4.2 16.3 4.1
Attention (A) Relevance (R) Confidence (C) Satisfaction (S) ∑ Motivasi Belajar Siswa Attention (A) Relevance (R) Confidence (C) Satisfaction (S) ∑ Motivasi Belajar Klasikal
X-6 4.0 4.1 4.0 4.2 16.3 4.1 4.1 4.1 4.2 4.1 16.5 4.1
X-7 4.0 4.2 4.2 4.2 16.6 4.2 4.2 4.2 4.3 4.3 17 4.3
X-8 4.0 4.0 4.1 4.2 16.3 4.1 4.2 4.2 4.3 4.3 17 4.3
Berdasarkan Tabel 4 motivasi belajar siswa kelas X-5 dan X-6 yang hanya dilakukan satu open lesson tidak mengalami peningkatan dari sebelum dan selama lesson study. Di kelas X-8 dilakukan 2 open lesson mengalami peningkatan sebesar 0.1 dibandingkan sebelum pelaksanaan lesson study dan X-7 dilakukan 3 open lesson mengalami peningkatan sebesar 0.2 dibandingkan sebelum lesson study. Peningkatan motivasi belajar siswa terjadi karena perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru model berdasarkan hasil refleksi, sehingga semakin sering guru melakukan open lesson di suatu kelas maka guru akan lebih peka terhadap karakteristik dan kondisi kelas. Kepekaan guru terhadap karakteristik dan kondisi kelas akan memudahkan guru dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan siswanya, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar. Menurut Syamsuri dan Ibrohim (2008: 69—70) studi pembelajaran dilaksanakan tanpa henti untuk meningkatkan kepekaan guru terhadap siswa belajar dan memperbaiki proses pembelajaran di kelas nyata. Melalui studi pembelajaran guru dapat menerapkan berbagai pendekatan, metode dan media pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif, kreatif, dan saling membelajarkan (collaborative learning). C. DAMPAK PERBAIKAN PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI Selama implementasi PPL berbasis lesson study terdapat tiga materi yang dibelajarkan, yaitu Vermes, Mollusca, dan Arthropoda. Pada setiap materi yang dibelajarkan penilaian hasil belajar menggunakan
392
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
LKS, kuis, dan tes. Rekapitulasi skor hasil belajar klasikal pada materi Vermes, Mollusca dan Arthropoda dapat dilihat pada Tabel 5, 6 dan 7. Tabel 5. Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Klasikal pada Materi Vermes Kelas X-8 X-7
Skor Rata-rata Kelas LKS Tes 79.0 69.0 79.3 77.4
Ketuntasan Belajar Tes Kognitif (%) 51.3 53.9
Kategori Ketuntasan Belajar Tes Kognitif Tidak Tuntas Tidak Tuntas
Tabel 6. Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Klasikal pada Materi Mollusca Kelas X-8 X-7 X-5
Skor Rata-rata Kelas LKS Tes 75.5 77.2 83.3 80.0 86.5 79.5
Ketuntasan Belajar Tes Kognitif (%) 71.8 74.4 76.9
Kategori Ketuntasan Belajar Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
Tabel 7. Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Klasikal pada Materi Arthropoda Kelas X-7 X-6
LKS 78.5 75.4
Skor Rata-rata Kelas Kuis Tes 88.7 81.8 86.8 78.8
Ketuntasan Belajar Tes Kognitif (%) 87.2 82.1
Kategori Ketuntasan Belajar Tuntas Tidak tuntas
Selama implementasi PPL berbasis lesson study dari tiga materi yang dibelajarkan, yaitu Vermes, Mollusca, dan Arthropoda. Ketuntasan belajar siswa paling tinggi adalah materi Arthropoda karena contoh hewan pada materi Arthropoda lebih mudah ditemukan oleh siswa di kehidupan sehari-hari, dibelajarkan pada akhir siklus selama kegiatan PPL berbasis Lesson Study sehingga metode dan media pembelajaran lebih bervariasi berdasarkan masukan pada siklus Lesson Study sebelumnya. Skor LKS di setiap kelas sebelum refleksi dan sesudah refleksi mengalami peningkatan karena guru merancang LKS yang lebih mudah dipahami oleh siswa. Ketuntasan belajar setiap kelas berbeda karena memang setiap kelas memiliki kemampuan akademis yang berbeda. Berdasarkan data Tabel 5, 6, dan 7 kelas yang dilakukan dua dan tiga open lesson hasil belajarnya mengalami peningkatan, namun pada kelas yang hanya dilakukan satu open lesson tidak terlihat peningkatannya. Semakin sering open lesson, beragam masukan yang didapatkan selama PPL berbasis LS berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. PENUTUP
Perbaikan pembelajaran selama Implementasi PPL berbasis lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru model dan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa, karena semakin sering guru model melakukan open lesson, semakin mudah guru model menentukan rancangan pembelajaran yang sesuai untuk peserta didiknya di suatu kelas. Sebaiknya kegiatan PPL berbasis Lesson Study dilakukan lebih dari dua Open Lesson agar kualitas pembelajaran lebih baik lagi dan dapat meningkatkan keprofesionalan mahasiswa sebagai calon guru. DAFTAR RUJUKAN
393
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LESSON STUDY 4
PERAN LESSON STUDY DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALITAS PENDIDIKDAN KUALITAS PEMBELAJARAN SECARA BERKELANJUTAN (Continuing Development)
Agustina, Ike Safitri. 2011. Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Selama Implemantasi Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Berbasis Lesson Study di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Hendayana, Sumar., Suryadi, Didi., Abdul Karim, Muchtar., Sukirman., Ariswan., Sutopo., Supriatna, Asep., Sutiman., Santoso., Imansyah, Harun., Paidi., Ibrohim., Sriyati, Siti., Permanasari, Anna., Hikmat., Nurjanah. & Joharmawan, Ridwan. 2006. Lesson Study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan (Pengalaman IMPSTEP-JICA). Bandung: UPI Press. Ibrohim & Syamsuri, Istamar. 2010. Lesson Study: Sebagai Pola alternatif untuk Meningkatkan Efektivitas Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa calon Guru. Makalah disajikan dalam Workshop Lesson Study untuk Mahasiswa, Guru, dan Dosen FMIPA Universitas Negeri Malang Semester Genap, FMIPA UM, Malang, 28 Desember. Susanto, Pudyo. 2009. Buku Petunjuk Teknis Praktik Pengalaman Lapangan Bidang Studi Pendidikan Biologi. Malang: UPT PPL. Susilo, Herawati., Chotimah, Husnul., Sulistyawati, Kabut., Kartini, R., Ikhsan, Mohammad. & Heriningsih, Puspa Dwi. 2010. Lesson Study Berbasis MGMP Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru. Malang: Surya Pena Gemilang. Syamsuri, Istamar & Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran) Model Pembinaan Pendidik secara Kolaboratif dan Berkelanjutan; dipetik dari Program SISTTEMS-JICA di Kabupaten pasuruan-Jawa Timur (20062008). Malang: UM Press. Tim UPT PPL. 2009. Buku Petunjuk Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Keguruan Universitas Negeri Malang. Malang: UPT PPL.
394