PROSIDING FORUM NASIONAL PEMACUAN SUMBER DAYA IKAN III Hotel Grand Royal Panghegar Bandung, 18 Oktober 2011 Diterbitkan Oleh
: Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan
DEWAN REDAKSI Ketua
: Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc
Anggota
: Prof. Dr. Ir. M. F. Rahardjo, DEA Drs. Kunto Purnomo MS.
Redaksi Pelaksana : Yayuk Sugianti, S. St.Pi Nanang Widarmanto, S. Pi Andri Warsa, S. Si. Masayu Rahmia A.P., S. Si. Dimas Angga Hedianto, S. Pi. Agus Arifin S., S. Pi. Edita Eka Prasetia, S. MB. Santoso Dwi Atmojo Alamat Redaksi
: Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Jl. Cilalawi No. 1, Jatiluhur, Purwakarta
Hak Cipta Oleh
: Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan
Pengutipan
: Kartamihardja, E. S. et al., 2011. Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Yth. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, KP3K, KKP Yth. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran Yth. Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Yth. Ketua Masyarakat Iktiologi Indonesia Yth. Para Kepala Balai Lingkup Balitbang KP, serta Para Peneliti dan Pemerhati Konservasi Sumber Daya Ikan Yang saya Banggakan Assalamu’alaikum Wr. Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua Mengawali sambutan ini, saya ingin mengajak semua yang hadir untuk memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ijin dan rahmat-Nya kita dapat berada di sini untuk menghadiri acara Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan Ke 3. Saudara–saudara sekalian yang saya hormati Indonesia sebagai negara kepulauan sekitar 70% dari wilayahnya atau 5,8 juta km2 merupakan perairan laut dengan panjang pantai sekitar 95.181 km. Disamping perairan laut, Indonesia juga memiliki perairan umum daratan dengan luas 54 juta hektar yang terdiri dari sungai dan rawa banjiran, danau, waduk, dan rawa. Wilayah perairan Indonesia tersebut memiliki sumber daya produk kelautan dan perikanan yang besar. Perairan laut kita dihuni oleh lebih dari 2000 jenis ikan, sedangkan perairan umum daratan dihuni lebih dari 1000 jenis ikan. Potensi sumber daya ikan di perairan laut ditaksir sebesar 6,4 juta ton per tahun dengan produksi ikan yang telah dicpai pada tahun 2010 sebesar 4,8 juta ton, sedangkan potensi sumber daya ikan di perairan umum daratan ditaksir sebesar 3,1 juta ton per tahun dengan rata-rata produksi ikan yang telah dicapai sekitar 300.000 ton. Lemahnya pencatatan data produksi ikan di perairan umum daratan menyebabkan angka produksi yang tercatat masih jauh lebih rendah dari kenyataan di lapangan. Potensi sumber daya ikan yang cukup besar ini dapat diandalkan bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia jika dikelola secara rasional, i
dengan memperhatikan keseimbangan antara tingkat eksploitasi dengan tingkat rekrutmen
dari
jenis-jenis
ikan
yang
tersedia
serta
menjaga
kualitas
lingkungannya. Perairan umum daratan sebagai salah satu wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia juga berperan penting sebagai sumber protein dan ketahanan pangan, sumber ekonomi masyarakat, sumber lapangan kerja, sumber plasma nutfah dan genetik, sumber devisa negara dan pendapatan asli daerah serta objek wisata. Dewasa ini eksploitasi sumber daya ikan di perairan laut yang termasuk dalam 11 WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) RI, umumnya sudah menunjukkan tingkat ekploitasi yang optimum, bahkan tingkat eksploitasi beberapa stok ikan sudah menunjukkan tingkat eksploitasi berlebih (over exploitation). Kerusakan terumbu karang sebagai habitat penting bagi kelangsungan hidup sumber daya ikan yang terus meningkat di perairan laut juga memicu penurunan stok sumber daya ikan. Kondisi ini juga diperparah dengan maraknya IUU Fishing. Di perairan umum daratan, eksploitasi sumber daya ikan di beberapa badan air juga sudah menunjukkan eksploitasi berlebih sehingga beberapa jenis ikan ekonomis penting menjadi langka atau terancam punah. Penurunan sumber daya ikan tersebut juga dipercepat dengan menurunnya kualitas lingkungan perairan
karena
pencemaran,
perubahan
dan
hilangnya
habitat
karena
pembendungan sungai dan alih fungsi lahan rawa, serta penangkapan dengan menggunakan racun, listrik dan bahan peledak. Paradigma “pro-green” atau “pro-sustainability” dalam pembangunan perikanan yang merupakan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan perlu mendapatkan dukungan serta tindak lanjut pelaksanaan di lapangan. Oleh karena itu, upaya pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan merupakan strategi penting yang harus dilaksanakan bagi tercapainya pemanfaatan sumber daya ikan secara optimum dan lestari. Pemahaman mengenai perlunya pengelolaan sumber daya perikanan secara konferehensif dimana keterkaitan dengan aspek lingkungan dan manusia merupakan inti permasalahan keseimbangan yang perlu ditangani secara bijak. Upaya pengelolaan sumber daya perikanan tidak hanya berorientasi pada pemanfaatan sumber daya atau produksi saja, tapi harus dapat
ii
mengintegrasikan keseluruhan sub sistem dalam sistem pengelolaan sumber daya perikanan. Tiga komponen yang saling terkait dalam pengelolaan sumber daya perikanan yaitu habitat sebagai tempat hidup, ikan sebagai komoditas dan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan tersebut. Adapun prinsip pokok pengelolaan sumber daya perikanan adalah: 1. Pembangunan yang memperhatikan kelestarian lingkungan, sadar dan berbuat
untuk
memelihara
kelestarian
sumber
daya
alam
dan
lingkungannya 2. Pengelolaan perikanan, melaksanakan penataan kegiatan perikanan sehingga dicapai tingkat pemamfaatan sumberd aya ikan yang optimum dan lestari 3. Perencanaan pengelolaan perikanan, menentapkan rencana pengelolaan perikanan secara baik dan memenuhi kebutuhan pemanfaatan sumber daya ikan 4. Pemangku kepentingan, sebagai subjek utama yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan perikanan 5. Membentuk badan pengelola yang mempunyai otoritas dalam penyususan rencana, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi pengelolaan perikanan 6. Kesepakatan pengambilan keputusan di antara pemangku kepentingan, 7. Peraturan/perundangan, kesepakatan yang diterjemahkan dalam susunan aturan dalam rencana perikanan dalam hukum positif. Saudara – saudara yang saya hormati, Pengelolaan perikanan merupakan semua upaya, termasuk proses yang terintergrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan dan implementasi, serta penegakan hukum dari peraturan perundang – undangan di bidang perikanan yang dilakukan oleh otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.
iii
Konservasi sumber daya ikan dapat dilakukan dengan cara menetapkan kawasan konservasi baik ditujukan untuk konservasi kawasan, konservasi jenis maupun konservasi genetik. Di perairan laut, untuk meningkatkan stok ikan dan konservasi sumber daya ikan dilakukan dengan menetapkan daerah refugia, kawasan konservasi dan rehabilitasi habitat terumbu karang. Di perairan umum daratan, upaya pengelolaan perikanan secara rasional dan konservasi sumber daya ikan yang bertujuan untuk melestarikan sumber daya ikan dan meningkatkan hasil tangkapan ikan dapat dilakukan melalui beberapa opsi sebagai berikut: 1. peningkatan stok ikan (stock enhancement) yang dapat dilakukan melalui upaya penebaran (stocking), penebaran kembali (restocking) atau introduksi ikan dengan pendekatan kehati-hatian. 2. pemulihan sumber daya ikan melalui upaya rehabilitasi habitat dan atau pembentukan suaka perikanan (protected area) 3. penetapan regulasi penangkapan dan peraturan perikanan lainnya 4. pembentukan kelembagaan pengelolaan, pengawasan dan pengendalian yang diikuti dengan upaya penegakan hukum (law enfrocement) Opsi–opsi pengelolaan yang akan dipilih sangat bergantung pada kondisi perairan, sosial-ekonomi dan masyarakat nelayan setempat. Saudara-saudara yang saya banggakan, Pengelolaan perikanan tidak hanya mengelola sumber daya ikannya tetapi harus dilakukan secara terpadu, bersifat adaptif dan melibatkan pemanfaat di sektor non perikanan. Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) mengisyaratkan bahwa setiap Negara yang ikut serta dalam pengelolaan perikanan, melalui suatu kerangka kebijakan, hukum dan kelembagaan yang tepat harus mengadopsi langkah-langkah untuk konservasi jangka panjang dan pemanfaatan sumber daya ikan yang berkelanjutan. Langkah-langkah konservasi dan pengelolaan tersebut haruslah didasarkan pada bukti ilmiah yang akurat yang tersedia dan dirancang untuk menjamin kelestarian pada tingkat sasaran pemanfaatan yang optimum dan mempertahankan ketersediaannya untuk generasi
iv
kini dan mendatang. Di samping itu, agar sumber daya ikan, baik di laut maupun perairaan umum daratan ini tetap dapat menjadi andalan nasional, maka seluruh pemangku kepentingan harus bekerjasama untuk mengelolanya dengan rasional. Dalam hal ini, saya melihat, berkumpulnya para pakar, peneliti, pengambil kebijakan dan praktisi perikanan di sini sebagai pertanda baik bagi terjalinnya komunikasi, saling tukar menukar informasi ilmiah antar pemangku kepentingan untuk merumuskan strategi pemacuan stok dan konservasi sumber daya ikan. Hadirin yang berbahagia Dengan merujuk kepada hal di atas, maka saya menyambut baik Forum Pemacuan Sumber Daya Ikan III yang diadakan oleh Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) ini. Mengakhiri sambutan saya ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya acara forum ini. Semoga Tuhan senantiasa membimbing upaya kita dalam memajukan ilmu pengetahuan terutama di bidang kelautan dan perikanan demi kesejahteraan bangsa dan negara. Akhir kata, dengan mengucap ”Bismillahirohmannirahim”, saya buka secara resmi Forum Pemacuan Sumber Daya Ikan III ini. Selamat berdiskusi dan selamat berseminar. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 18 Oktober 2011 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan,
Dr. Ir. Endhay Kusnendar Mulyana Kontara
v
KATA PENGANTAR
Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III (FNPSI III) diselenggarakan di Hotel Grand Royal Panghegar, Bandung, pada tanggal 18 Oktober 2011 dengan tema “Konservasi Bagi Kelestarian Sumber Daya dan Kestabilan Produksi Ikan”. Penyelenggaraan FNPSI III oleh Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (BP2KSI) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Pusat Penelitian Biologi LIPI dan Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII).
Berdasarkan
Perjanjian
Kerjasama
No.
17.1/Balitbang
KP.1.3/
HM.430/06/2011, kegiatan FNPSI III ini dibiayai oleh APBN Tahun Anggaran 2011 dengan Nomor: SP.DIPA : 0180/032-11.0/XII/2010. FNPSI III merupakan lanjutan dari FNPSI I tahun 2007 dengan tema “Peningkatan Peran Pemacuan Stok Dalam Produksi dan Konservasi Sumber Daya Ikan” dan FNPSI II tahun 2009 dengan tema “Pemacuan Sumber Daya Ikan : Peluang dan Tantangan”. Makalah yang disajikan sebanyak 66 makalah oral dan poster yang merupakan hasil seleksi tim evaluator dari 108 abstrak yang masuk. Prosiding ini memuat makalah yang telah melalui proses perbaikan, penelaahan dan penyuntingan baik pada saat seminar dan setelah seminar dilaksanakan oleh peserta dan dewan redaksi. Dari proses tersebut, makalah yang dapat diterbitkan berjumlah 65 makalah. Kami berharap prosiding ini dapat bermanfaat sebagai acuan dan sumber informasi yang berguna bagi kelestarian sumber daya dan kestabilan produksi ikan dalam rangka mendukung pembangunan perikanan yang berkelanjutan di Indonesia. Purwakarta, 01 Desember 2011 Kepala Balai,
Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo vi
LAPORAN KETUA PANITIA FORUM NASIONAL PEMACUAN SUMBER DAYA IKAN III Yth. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Yth. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, KP3K, KKP atau yang mewakili Yth. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran atau yang mewakili Yth. Kepala Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Yth. Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Yth. Ketua Masyarakat Iktiologi Indonesia Yth. Kepala Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Yth. Kepala Balai Penelitian Perikanan Laut Yth. Kepala Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Yth. Kepala Dinas Kelautan Perikanan Provinsi, kabupaten dan kota seluruh Indonesia, Prof. Dr. Endi Setiadi Kartamihardja Para Peneliti dan Pemerhati Konservasi Sumber Daya Ikan Yang saya Banggakan Assalamu’alaikum Wr. Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ijinNya sehingga terlaksana kegiatan Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III pada hari ini Selasa tanggal 18 Oktober 2011 di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung. Selanjutnya kami Panitia melaporkan bahwa Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III dengan tema “Konservasi bagi Kelestarian Sumber Daya dan Kestabilan Produksi Ikan” merupakan lanjutan dari FNPSI II yang telah dilaksanakan pada tahun 2009 di Purwakarta dengan tema “Pemacuan Sumber Daya Ikan : Peluang dan Tantangan”. Perpindahan lokasi Forum ke Bandung dengan tujuan mempermudah transportasi bagi para peserta dengan demikian berharap akan meningkatkan kehadiran para peserta.
vii
Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III dilaksanakan dengan latar belakang kondisi sumber daya ikan saat ini cenderung menurun dan sebagian dalam kondisi kritis. Kondisi tersebut disebabkan oleh illegal loging dan tangkap lebih, penggunaan alat tangkap yang merusak lingkungan, pencemaran, perubahan habitat dan spesies asing yang merusak. Kesemuanya itu menunjukkan adanya pengelolaan perikanan yang tidak tepat sehingga menyebabkan penurunan biodiversitas. Kebijakan dan program konservasi sumber daya ikan memerlukan data dan informasi ilmiah hasil penelitian mengenai dinamika sumber daya ikan (termasuk pola distribusi spasial dan temporal), dampak perubahan iklim dan habitat, sosial ekonomi, kelembagaan dan kearifan lokal, introduksi spesies, penebaran kembali dan pengkayaan stok serta rehabilitasi habitat. Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III dilaksanakan atas kerjasama antara Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjajaran,
Masyarakat Iktiologi Indonesia dan Pusat Penelitian Biologi LIPI. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pendanaan dari APBN 2011 di Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Adapun Peserta dan Pemakalah di FNPSI III berjumlah 67 peserta: Ruang lingkup kegiatan FNPSI III terdiri dari : 1. Konservasi SDI : konservasi kawasan, jenis dan genetik 2. Konservasi sumber daya ikan dan perubahan iklim 3. Penebaran kembali ikan 4. Rehabilitasi dan Mitigasi serta 5. Kearifan lokal dalam konservasi sumber daya ikan, kelembagaan dan Sosial ekonomi Dalam FNPSI III telah terdaftar 108 abstrak dan abstrak yang terseleksi dari evaluasi 78 abstrak, sedangkan makalah yang disajikan pada pelaksanaan berjumlah 66 makalah. Kami panitia mengusahakan untuk mendistribuikan prosiding FNPSI III pada bulan Desember 2011, maka dengan berakhirnya forum ini, dewan redaksi akan melakukan evaluasi makalah.
Bagi makalah yang
memenuhi syarat maka dapat diajukan untuk dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah lainnya yang terakreditasi yang dikelola oleh penyelenggara FNPSI III yaitu
viii
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, BAWAL, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, Indonesian Fisheries Research Journal (IFRJ) dan Jurnal Iktiologi Indonesia (JII-MII). Pada kesempatan ini kami Panitia mengucapkan Terima kasih kepada : 1. Pemakalah utama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menghadiri acara ini yaitu : -
Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, KP3K, KKP dengan tema : “Arah Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumber Daya Ikan untuk Mendukung Visi KKP”
-
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran dengan tema :”Peran UNPAD dalam Penyediaan SDM di Bidang Konservasi Sumber Daya Ikan”
2. Kepala Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan ini . Setelah ini kami mohon kesediaan Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan Perikanan untuk membuka Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III dan selanjutnya memberikan pengarahan. Akhir kata atas nama panitia, kami memohon maaf atas segala kekurangan selama kegiatan ini berlangsung semoga kegiatan ini akan bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Bandung, 18 Oktober 2011. Ketua Panitia
Dra. Adriani Sri Nastiti, MS.
ix
RUMUSAN Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III Bandung, 18 Oktober 2011 Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III (FNPSI III) di Hotel Grand Royal Panghegar, Bandung, 18 Oktober 2011 dengan Tema :“ Konservasi bagi kelestarian sumber daya dan kestabilan produksi ikan “. FNPSI
III
diselenggarakan oleh Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (BP2KSI) bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD, Pusat Penelitian Biologi LIPI dan Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII). FNPSI III diikuti oleh 78 makalah yang telah terseleksi oleh tim evaluator dari 108 makalah yang masuk. FNPSI III dibuka oleh Kepala Badan Litbang Kelautan Perikanan KKP, dengan dua makalah utama yaitu 1. Peluang dan tantangan konservasi sumber daya ikan di Indonesia dari
KP3K KKP. 2. Peran UNPAD dalam penyediaan SDM di bidang Konservasi sumber daya
perikanan, dari UNPAD. Dalam arahan pembukaan Ka Balitbang menjelaskan bahwa dewasa ini eksploitasi sumber daya ikan di perairan laut yang termasuk dalam 11 WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) RI, umumnya sudah menunjukkan tingkat ekploitasi yang optimum, bahkan tingkat eksploitasi beberapa stok ikan sudah menunjukkan tingkat eksploitasi berlebih (over exploitation). Kerusakan terumbu karang sebagai habitat penting bagi kelangsungan hidup sumber daya ikan yang terus meningkat di perairan laut juga memicu penurunan stok sumber daya ikan.Kondisi ini juga diperparah dengan maraknya IUU Fishing. Di perairan umum daratan, eksploitasi sumber daya ikan di beberapa badan air juga sudah menunjukkan eksploitasi berlebih sehingga beberapa jenis ikan ekonomis penting menjadi langka atau terancam punah.Penurunan sumber daya ikan tersebut juga dipercepat dengan menurunnya kualitas lingkungan perairan karena pencemaran, perubahan dan hilangnya habitat karena pembendungan sungai dan alih fungsi lahan rawa, serta penangkapan dengan menggunakan racun, listrik dan bahan peledak.
x
Paradigma “pro-green” atau “pro-sustainability” dalam pembangunan perikanan yang merupakan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan perlu mendapatkan dukungan serta tindak lanjut pelaksanaan di lapangan.Oleh karena itu, upaya pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan merupakan strategi penting yang harus dilaksanakan bagi tercapainya pemanfaatan sumber daya ikan secara optimum dan lestari. Konservasi sumber daya ikan dapat dilakukan dengan cara menetapkan kawasan konservasi baik ditujukan untuk konservasi kawasan, konservasi jenis maupun konservasi genetik. Di perairan laut, untuk meningkatkan stok ikan dan konservasi sumber daya ikan dilakukan dengan menetapkan daerah refugia, kawasan konservasi dan rehabilitasi habitat terumbu karang. Di perairan umum daratan, upaya pengelolaan perikanan secara rasional dan konservasi sumber daya ikan yang bertujuan untuk melestarikan sumber daya ikan dan meningkatkan hasil tangkapan ikan dapat dilakukan melalui beberapa opsi sebagai berikut: 1. Peningkatan stok ikan (stock enhancement) yang dapat dilakukan melalui upaya penebaran (stocking), penebaran kembali (restocking) atau introduksi ikan dengan pendekatan kehati-hatian. 2. Pemulihan sumber daya ikan melalui upaya rehabilitasi habitat dan atau pembentukan suaka perikanan (protected area) 3. Penetapan regulasi penangkapan dan peraturan perikanan lainnya 4. Pembentukan kelembagaan pengelolaan, pengawasan dan pengendalian yang diikuti dengan upaya penegakan hukum (law enfrocement) Opsi–opsi pengelolaan yang akan dipilih sangat bergantung pada kondisi perairan, sosial-ekonomi dan masyarakat nelayan setempat. Pengelolaan perikanan tidak hanya mengelola sumber daya ikannya tetapi harus dilakukan secara terpadu, bersifat adaptif dan melibatkan pemanfaat di sektor non perikanan.Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) mengisyaratkan bahwa setiap Negara yang ikut serta dalam pengelolaan perikanan, melalui suatu kerangka kebijakan, hukum dan kelembagaan yang tepat harus mengadopsi langkah-langkah untuk konservasi jangka panjang dan
xi
pemanfaatan sumber daya ikan yang berkelanjutan. Rekomendasi Ka Balitbang pada FNPSI III adalah : 1. Pada FNPSI selanjutnya mengikutkan masyaraat pelaku Konservasi. 2. FNPSI diharapkan menghasilkan bahan kebijakan yang dapat digunakan oleh pemerintah. Peluang Konservasi Sumber Daya Ikan (KSDI) Kawasan konservasi perairan yang terlindungi dengan baik, secara ekologis akan mengakibatkan beberapa hal berikut terkait dengan perikanan: (1) habitat yang lebih cocok dan tidak terganggu untuk pemijahan induk; (2) meningkatnya jumlah stok induk; (3) ukuran (body size) dari stok induk yang lebih besar; dan (4) larva dan recruit hasil reproduksi lebih banyak. Sebagai akibatnya, terjadi kepastian dan keberhasilan pemijahan pada wilayah kawasan konservasi. Keberhasilan pemijahan di dalam wilayah Kawasan Konservasi perairan dibuktikan memberikan dampak langsung pada perbaikan stok sumber daya perikanan di luar wilayah kawasan konservasi laut. Peran Kawasan Konservasi perairan adalah melalui: (1) ekspor telur dan larva ke luar wilayah KKP yang menjadi wilayah Fishing Ground nelayan; (2) kelompok recruit; (3) penambahan stok yang siap ambil di dalam wilayah penangkapan. Indikator keberhasilan yang bisa dilihat adalah peningkatan hasil tangkapan nelayan di luar kawasan konservasi setelah beberapa saat setelah dilakukan penerapan KKP secara konsisten. Seberapa jauh efektivitas Kawasan Konservasi Perairan mampu memenuhi fungsi (peran) tersebut akan sangat tergantung pada pembatasan yang diterapkan pada kegiatan perikanan dan jenis pemanfaatan lainnya, model, bentuk maupun posisi/letak wilayahnya, khususnya ukuran zona/wilayah yang dijadikan perlindungan
(no
take
area)
dibandingkan
dengan
zona
pemanfaatan
(penangkapan). Selain penetapan status perlindungan jenis ikan, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi penurunan suatu populasi di alam, yaitu: (1) pembatasan perdagangan, (2) penebaran kembali (restocking), (3) pembatasan ukuran alat tangkap, (4) penetapan kuota perdagangan, dan (5) kampanye tidak mengkonsumsi ikan langka.
xii
Tantangan KSDI Kondisi Sumber Daya Ikan telah terdegradasi sehingga stok SDI menurun. Data Departemen kelautan dan perikanan (2007) menyatakan bahwa sebagian besar wilayah pengelolaan perikanan (WPP) Indonesia telah overfishing dan dalam kondisi kritis, yang disebabkan karena pengelolaan SDI yang tidak ramah lingkungan, yang menyebabkan stok SDI tidak berkelanjutan. Sehingga terjadinya penurunan produksi tersebut sangat merugikan masyarakat dan memerlukan waktu yang lama untuk pulih kembali. Oleh sebab itu wajar apabila terus-menerus dikembangkan upaya pengelolaan perikanan berkelanjutan, antara lain melalui pengembangan Konservasi Sumber daya Ikan (KSDI). Dengan adanya dukungan peraturan perundangan terkait KSDI (UU 31/2004, UU 27/2007, PP 60/2007), pembentukan kelembagaan KKP dan penunjukan sebagai otoritas pengelola (Management Authority) KSDI, kearifan lokal dalam KSDI, dan jejaring pengelolaan KSDI (SSME, CTI) memberikan peluang terselenggaranya KSDI di Indonesia. Tantangan lain dalam menjalankan KSDI, diantaranya yaitu :(1) Wilayah Indonesia yang sangat luas, (2) Data dasar dan kajian ilmiah KSDI masih terbatas (3) Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan belum dibarengi pengelolaan yang efektif (5) Pemanfaatan berlebih (over exploitation) terhadap sumber daya hayati, (6) perubahan iklim global serta bencana alam, (7) Implementasi Konservasi genetik ikan, (8) Minimnya SDM konservasi didaerah, (9) Pendanaan yang berkelanjutan. Rencana Strategis Direktorat Jenderal KP3K periode 2011-2014 adalah terkelolanya 4,5 juta Ha kawasan konservasi perairan secara berkelanjutan; dan penambahan 2 juta Ha kawasan konservasi perairan serta terkelolanya 15 jenis biota perairan yang terancam punah, langka, endemik dan dilindungi. Untuk mempelancar pencapaian sasaran strategis tersebut, Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan melaksanakan kegiatan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang konservasi kawasan dan jenis ikan. Keluaran yang diharapkan adalah: 1. Jejaring KKP dan database konservasi yang dikelola
xiii
2. Kawasan
Konservasi
yang
diidentifikasi,
dipetakan,
dilindungi,
dilestarikan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan 3. Jenis Ikan yang diidentifikasi, dipetakan, dilindungi, dilestarikan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan 4. NSPK bidang konservasi kawasan dan jenis ikan Progam prioritas yang dilakukan adalah: (1) Mengembangkan Kawasan Konservasi Perairan yang sudah ada, (2) Mengembangkan jejaring kerjasama dalam pengelolaan konservasi, (3) Mengembangkan Colaborative Management, (4) Peningkatan Kapasitas Pengelola KKP, (5) Pengembangan mekanisme pendanaan berkelanjutan untuk pengelolaan KKP, (6) Monitoring dan evaluasi kawasan konservasi yang sudah ditetapkan dan (7) Pengawasan daerah konservasi. Dekan Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD menyatakan bahwa UNPAD melalui (FPIK) menjadi institusi pendidikan yang mempunyai komitmen untuk konservasi sumber daya ikan, melalui penyediaan SDM
melalui dua
program studi yaitu : 1. Pengelolaan dan pemanfaatan perairan umum melalui perikanan budidaya. 2. Pemanfaatan biotknologi dalam pengelolaan sumber daya kelautan secara berkelanjutan Sarjana lulusan FPIK mempunyai kemampuan dalam menguasai dan memahami bidang perikanan dari berbagai aspek yaitu: 1. Perikanan budidaya 2. Perikanan tangkap 3. Teknologi pasca panen hasil perikanan 4. Pengelolaan sumber daya perairan 5. Manajemen bisnis perikanan Pada diskusi makalah dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok konservasi sumber daya ikan, kelompok penebaran/restoking, dan kelompok rehabilitasi, mitigasi & social eknomi. Kelompok konservasi sumber daya ikan membahas tentang : 1. Budidaya dengan pembenihan yang mendukung konservasi
xiv
2. Konservasi terumbu karang dan beberapa jenis ikan antara lain ikan hias, ikan langka, penyu, & ikan ekonomis penting 3. Penyelamatan ikan sidat di Danau Poso Kelompok penebaran/restoking membahas tentang : 1. Dampak penebaran dan spesies ikan asing 2. Keanekaragama jenis, potensi dan domestikasi 3. Dampak konservasi mangrove Kelompok rehabilitasi, mitigasi & sosial eknomi 1. Analisis dampak perubahan iklim 2. Evaluasi wilayah konservasi 3. Analisis kebijakan mengenai kelembagaan dan kearifan local REKOMENDASI FNPSI III 1. FNPSI III dapat menghasilkan antara lain satu bahan kebijakan untuk penyelamatan ikan sidat di Danau Poso. 2. Revitalisasi Forum Masyarakat Pemacuan dan Konservasi yang sudah terbentuk pada FNPSI II. 3. Kearifan lokal disarankan dapat menjadi dasar kebijakan bagi upaya konservasi sumber daya ikan, selain produk hukum yang telah ada. 4. Jenis ikan yang dilindungi berdasarkan beberapa kriteria antara lain apabila ikan tersebut terancam punah, langka, ikan endemik dan pemberian nama ikan langka harus menggunakan nama ilmiah selain nama daerah. 5. Meningkatkan adanya kerjasama antara KKP, LIPI, Perguruan tinggi. Instansi terkait dan masyarakat pengguna di bidang konservasi sumber daya ikan. Demikian rumusan ini telah disusun, kiranya dapat digunakan sebagaimana mestinya dan rumusan ini masih terbuka untuk perbaikan atau penyempurnaan. Terima kasih. Bandung, 18 Oktober 2011 Tim Perumus TIM PERUMUS: 1. Drs. Krismono, MS (Koordinator) 2. Prof. Dr. Ngurah N. Wiadnyana 3. Prof. Dr. Ir. H. Masyamsir, MS
xv
DAFTAR ISI Halaman SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN ............................... i KATA PENGANTAR......................................................................................vi LAPORAN KETUA PANITIA FORUM NASIONAL PEMACUAN SUMBER DAYA IKAN III .............................................................................vii RUMUSAN FNPSI III ................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xvi MAKALAH KUNCI : Peluang dan Tantangan Konservasi Sumber Daya Ikan di Indonesia (Toni Ruchimat, Syamsul Bahri Lubis, dan Syahrowi R Nusir) ................................... MU-1 Peran UNPAD dalam penyediaan SDM di Bidang Konservasi Sumber Daya Perikanan .......................................................................................................... MU-2 MAKALAH PARALEL: BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN Keberhasilan Pembenihan Ikan Kelabau (Osteochilus melanopleura Blkr) Sebagai Upaya Konservasi Ikan Lokal Melalui Manipulasi Lingkungan dan Hormon (Lies Setijaningsih dan Sidi Asih) ......................................................... KSI-01 Pelestarian Plasma Nutfah Sumber Daya Ikan di Perairan Umum Daratan (Asyari) .............................................................................................................. KSI-02 Peran Terumbu Karang Buatan dalam Konservasi Ikan Kepe-Kepe (Chaetodon sp.) dan Upaya Pengembangan dalam Budidaya Perikanan (Istiyanto Samidjan)............................................................................................ KSI-03 Budidaya Ikan Hias Botia (Chromobotia macracanthus BLEEKER) Sebagai Model Konservasi Ex-situ (Asep Permana, Ruby Vidia Kusumah dan Agus Priyadi)............................................................................................................... KSI-04 Gen Kelenturan Fenotipik: Manfaatnya bagi Konservasi dan Pemuliaan Ikan (Wartono Hadie) ................................................................................................. KSI-05 Konservasi Penyu di Pantai Batavia Kabupaten Bangka Propinsi Bangka Belitung (Priyo Suharsono Sulaiman, Uluq Silfia dan Andria Ansri Utama) ...... KSI-06
xvi
Konservasi Spesies Ikan Endemik Butini (Glossogobius matanensis) di Danau Towuti, Sulawesi Selatan (Jefry Jack Mamangkey)............................................. KSI-07 Keberhasilan Pembenihan Ikan Lokal Torsoro (Tor soro) Koleksi Dari Sumatera Utara (Aek Sirambe, Tarutung dan Bahorok) Sebagai Upaya Konservasi Ikan Lokal (Sidi Asih dan Lies Setijaningsih) ................................... KSI-08 Keragaman Morfometrik dan Gen Cytochrome B DNA Mitokondria Kryptopterus limpok di Sungai Batang Hari (Abdul Rahman Singkam, Dedy Duryadi Solihin dan Ridwan Affandi)................................................................. KSI-09 Struktur Komunitas Ikan Karang di Lokasi Terumbu Karang Buatan di Perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Hendra Satria dan Mujiyanto) ........ KSI-10 Peran Laguna Segara Anakan Sebagai Sumber Rekruitmen Udang dan Ikan (Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Riswanto) ....................................................... KSI-11 Tinjauan Beberapa Suaka Perikanan di Perairan Musi Banyu Asin (MUBA) Sumatera Selatan (Chairulwan Umar dan Aisyah)............................................... KSI-12 Penyelamatan Ikan Sidat (Anguilla sp) di Danau Poso (Krismono) ..................... KSI-13 Status Pemanfaatan dan Aspek Biologi Ikan Banggai Cardinal Fish (Pterapogon kauderni) di Kepulauan Banggai (Sri Turni Hartati dan Kamaluddin K) ................................................................................................... KSI-14 Budidaya Juvenil Karang Berbasis Penggunaan Terumbu Karang Buatan sebagai Upaya Konservasi di Perairan Kepulauan Karimunjawa Jepara (Istiyanto Samidjan)............................................................................................ KSI-15 Konservasi dengan Pendekatan Komunitas untuk Mendukung Budidaya Ikan Hias Berkelanjutan (Lies Emmawati Hadie)........................................................ KSI-16 Membangun Sistem Konservasi Habitat Ikan di Sungai Citarum Melalui Adopsi Sistem Lubuk Larangan (Triyanto dan Lukman) ..................................... KSI-17 Dukungan Pembenihan Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia boesemani) Terhadap Sumber Daya ikan di Depok (Tutik Kadarini dan Eni Kusrini) ............ KSI-18 Dukungan Pendederan Ikan Rainbow Kuromoi (Melanotaenia parva) terhadap Konservasi di Papua (Tutik Kadarini, Eka Prihandani) ........................ KSI-19 Potensi Genetik Induk Belut Sawah (Monopterus albus) Berdasar Uji Polimorfisme Menggunakan Marker Rapd (RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA) (Ibnu Dwi Buwono, Roffi Grandiosa dan Ujang Subhan) .............................................................................................................. KSI-20 Pemanfaatan Ikan Lokal Air Tawar di Sumatera Barat: Penekanan pada Konservasi Ikan Garing (Tor douronensis) (M. Fatuchri Sukadi dan Jojo Subagja) ............................................................................................................. KSI-21 xvii
Studi Domestikasi dan Pemijahan Ikan Pelangi Kurumoi (Melanotaenia parva) Sebagai Tahap Awal Upaya Konservasi Secara Ek-Situ (Bastiar Nur) ..... KSI-22 Kebutuhan dan Peluang Konservasi Sumber Daya Ikan di Perairan Estuari Selat Panjang Riau (Rupawan)............................................................................ KSI-23 Aspek Biologi Ikan Bada (Rasbora argyrotaenia) di Danau Maninjau, Sumatera Barat (Djamhuriyah S. Said, Triyanto, Lukman, Sutrisno dan A. Hamdani)............................................................................................................ KSI-24 Pengaruh Keberadaan Ikan Bawal (Colosomma macropomum) terhadap Komunitas Ikan yang Ada Di Waduk Cirata, Jawa Barat (Sri Endah Purnamaningtyas) ............................................................................................... KSI-25 Karakteristik Biologi Beberapa Jenis Ikan Introduksi di Danau Tempe, Sulawesi Selatan (Samuel dan Safran Makmur) .................................................. KSI-26 Restoking Ikan Mola Sebagai Upaya Peningkatan Sumber Daya Ikan dan Pengendalian Blooming Fitoplankton di Waduk Cirata (Zahidah, Heti Herawati dan Sri Umiati Sumeru) ....................................................................... KSI-27 Skenario Pemacuan Stok Kepiting Scylla serrata Berbasis Ko-Manajemen (Sulastri, Dede Irving Hartoto dan Sri Juwana) ................................................... KSI-28 Domestikasi dan Pemijahan Ikan Hias Rasbora Srigunting Sebagai Upaya Mendukung Kegiatan Konservasi (Mochammad Zamroni, Nurhidayat dan Rendy Ginanjar) ................................................................................................. KSI-29 Introduksi Spesies Asing, Apakah Mengancam Kelestarian Ikan-Ikan Di Sungai Ciliwung? (Ruby Vidia Kusumah, Eni Kusrini, Reza Samsudin, Sawung Cindelaras, Sudarto, Hapsoro) ............................................................... KSI-30 Spesies Akuatik Asing Invasif (MF. Rahardjo) ................................................... KSI-31 Studi Kebiasaan Makanan Jenis-Jenis Ikan di Beberapa Situ dan Waduk di Jawa Barat Sebagai Informasi Dasar dalam Upaya Pengkayaan Stok Ikan (Astri Suryandari dan Kunto Purnomo)............................................................... KSI-32 Laju Pertumbuhan, Mortalitas dan Laju Penangkapan Ikan Patin (Pangasius hyphothalmus) di Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (Siti Nurul Aida dan Agus Djoko Utomo) ........................................................... KSI-33 Beberapa Aspek Biologi Ikan-Ikan Introduksi di Danau Mooat Sulawesi Utara (Ni Komang Suryati, Safran Makmur dan Samuel) ............................................. KSI-34 Dampak Introduksi dan Penyebaran Ikan terhadap Populasi Spesies Ikan Asli di Perairan Umum Daratan (Asyari).................................................................... KSI-35 Perkembangan Keanekaragaman Jenis-Jenis Ikan Karang di Lokasi Terumbu Karang Buatan Perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Hendra Satria) ....... KSI-36 xviii
BIDANG PENEBARAN DAN RE-STOCKING Populasi Ikan Karang dan Biota Penempel di Sekitar Terumbu Buatan Perairan P. Kotok Kecil dan P. Harapan, Kepulauan Seribu (Amran Ronny Syam dan Mujiyanto).......................................................................................... PR-01 Pengelolaan Sumber Daya Ikan di Sungai Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan (Husnah) ................................................................................................ PR-02 Potensi Ekosistem Hutan Mangrove untuk Pengembangan Silvofishery di Taman Nasional Alas Purwo (Erny Poedjirahajoe).............................................. PR-03 Status Komunitas Ikan di Perairan Sungai Klawing dan Serayu, Somagede, Banyumas, Jawa Tengah: Upaya Pemantauan dalam Rangka Menjaga Kelestariannya (Suwarno Hadisusanto, Irma Rizqia dan Susanto) ....................... PR-04 Penyelamatan Habitat Ikan melalui Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Kutawaru, Cilacap (Soewarno Hasanbahri)......................................................... PR-05 Potensi Budidaya Ikan Hias Rasbora sp. untuk Mendukung Konservasi Sumber Daya Ikan di Perairan Umum (Nurhidayat, Mochammad Zamroni dan Tutik Kadarini) ................................................................................................... PR-06 Potensi Sumber Daya Perikanan Beberapa Perairan di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Kunto Purnomo dan Amula Nurfiarini) ................................................. PR-07 Status Pemulihan Stok Teripang di Perairan Kepulauan Seribu (Sri Turni Hartati, Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Kamaluddin Kasim) ............................ PR-08 BIDANG REHABILITASI DAN MITIGASI Komposisi dan Distribusi Larva Udang di Perairan Pemangkat dan Sekitarnya (Duranta D. Kembaren dan Suprapto) ................................................................. RM-01 Status Daerah Asuhan Udang Penaeid di Perairan Pemangkat - Kalimantan Barat (Wedjatmiko, Suprapto dan Pratiwi Lestari) .............................................. RM-02 BIDANG SOSIAL EKONOMI DAN KELEMBAGAAN Kajian Materi Perundang-Undangan Terkait Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Waduk Secara Berkelanjutan (Bayu Vita Indah Yanti, Zahri Nasution, dan Achmad Azizi) ............................................................................. SEL-01 Pengukuran Efektivitas Kelembagaan dalam Rangka Keberlanjutan Pemanfaatan dan Pengelolaan Perairan Waduk Malahayu, Jawa Tengah (Tajerin, Pujoyuwono Martosuyono dan Tikkyrino Kurniawan).......................... SEL-02 Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap Berbasis Budidaya (Culture Based Fishery; CBF) di Perairan Umum Waduk (Zahri Nasution) ................................................................................................. SEL-03 xix
Assessment Efektivitas Kelembagaan Eksisting dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Perairan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (Risna Yusuf dan Tikkyrino Kurniawan) ................................................ SEL-04 POSTER : Pengkajian “Impun” dalam Rangka Konservasi Sumber Daya Ikan di Teluk Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi (Adriani Sri Nastiti dan Hendra Saepulloh) .......................................................................................................... POS-01 Kondisi Oseanografi Sebagai Dasar Kelestarian Sumber Daya Ikan di Teluk Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Adriani Sri Nastiti)............. POS-02 Konservasi Sumber Daya Ikan Berod (Mastacembelus sp.) di Sungai Cimanuk Bagian Tengah, Kabupaten Sumedang (Agus Arifin Sentosa dan Andika Adisukma) .......................................................................................................... POS-03 Sebaran Kelimpahan Meroplankton di Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah (Agus Arifin Sentosa dan Yayuk Sugianti).......................................................... POS-04 Peran Fitoplankton bagi Ikan Patin (Pangasianodon hyphophtalmus) Introduksi di Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis - Jawa Barat (Andri Warsa dan Kunto Purnomo) ................................................................................................. POS-05 Biodiversitas Ikan Karang di Perairan Kepulauan Karimunjawa (Arip Rahman dan Yayuk Sugianti) ........................................................................................... POS-06 Penerapan Kurva ABC (Rasio Kelimpahan / Biomassa) untuk Mengevaluasi Dampak Introduksi terhadap Komunitas Ikan Di Waduk Ir. H. Djuanda (Dimas Angga Hedianto dan Sri Endah Purnamaningtyas).................................. POS-07 Perkembangan Populasi Ikan Golsom (Hemichromis elongatus, Guichenot 1861) di Waduk Ir. H. Djuanda (Dimas Angga Hedianto dan Sri Endah Purnamaningtyas) ............................................................................................... POS-08 Pemilihan Calon Kawasan Asuhan Udang Loreng (Parapenaeopsis sculptilis) di Teluk Jakarta (Masayu Rahmia Anwar Putri dan Adriani Sri Nastiti).............. POS-09 Aspek Biologi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) di Situ Cileunca (Masayu Rahmia Anwar Putri dan Didik Wahju Hendro Tjahjo) ....................................... POS-10 Pencemaran Perairan pada Lokasi Penempatan Modul Terumbu Karang Buatan di Pulau Kotok dan Pulau Harapan (Mujiyanto dan Amran Ronny Syam) ................................................................................................................. POS-11 Interaksi Spesies Ikan Indikator dengan Tipe-Tipe Karang di Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu (Mujiyanto).................................................................. POS-12
xx
Pengaruh Perkembangan Alat Tangkap terhadap Rekrutmen di Perairan Segara Anakan, Kabupaten Cilacap (Riswanto dan Didik Wahju Hendro Tjahjo)................................................................................................................ POS-13 Penangkapan Ikan Sidat (Anguilla marmorata) dan Upaya Pelestariannya di Sungai Poso, Sulawesi Tengah (Hendra Saepulloh dan Yayuk Sugianti) ............. POS-14 Keragaan Alat Tangkap Ikan dan Pengaruhnya terhadap Sumber Daya Ikan Sidat (Anguilla spp.) di DAS Poso (Yayuk Sugianti dan Hendra Saepulloh) ....... POS-15
xxi
LAMPIRAN 1. Jadwal Acara Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III A. Jadwal Acara Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III Hotel Grand Royal Panghegar, Bandung, Jawa Barat Selasa, 18 Oktober 2011 No 1 2 3 4
Waktu 07.00 – 08.30 08.30 – 09.00 09.00 – 09.10 09.10 – 09.15
5
09.15 – 09.40
6 7
09.40 – 09.45 09.45 – 10.00
Agenda Registrasi Peserta Penyambutan Peserta Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya” Laporan Ketua Panitia Pelaksana Sambutan & Pembukaan Forum: Kepala Badan Litbang KP Pembacaan Do’a Foto Bersama (Rehat Kopi)
8
10.00 – 11.30
Pemakalah Utama
9 10 11 12 13
11.30 – 12.30 12.30 – 13.30 13.30 – 15.00 15.00 – 15.15 15.15 – 16.30
14
16.30 – 17.00
Penyampaian Makalah Sesi I Ishoma Penyampaian Makalah Sesi II Rehat Kopi Penyampaian Makalah Sesi III Pembacaan Rumusan dan Penutupan Forum
Penanggung Jawab Panitia Panitia/MC Panitia Ketua Panitia Dr. Endhay Kusnendar Panitia Panitia 1. Direktur KP3K KKP 2. Dekan FPIK UNPAD Panitia Panitia Kepala P4KSI
B. Jadwal FNPSI III Berdasarkan Pembagian Ruangan Ruang A: Bidang Konservasi Sumber daya Ikan Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi I (Presentasi dan Diskusi) 11.15 - 11.25
Asyari
11.25 - 11.35
Lies Setijaningsih
11.35 - 11.45
Umi Chodrijah
PELESTASIAN PLASMA NUTFAH PERIKANAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN KEBERHASILAN PEMBENIHAN IKAN KELABAU (Osteochilus melanopleura blkr) SEBAGAI UPAYA KONSERVASI IKAN LOKAL MELALUI MANIPULASI LINGKUNGAN DAN HORMONAL ASPEK BIOLOGI PARI KEMBANG (Taeniura lymna) YANG DIDARATKAN DI TPI. TANJUNG LUAR, NUSA TENGGARA BARAT
11.45 - 11.55 Istiyanto Samidjan
PERAN ARTIFICIAL REEF DALAM KONSERVASI IKAN KLON (Amphiprion sp) DAN UPAYA PENGEMBANGAN DALAM BUDIDAYA PERIKANAN
11.55 - 12.05
Asep Permana
BUDIDAYA SEBAGAI MODEL KONSERVASI EKSITU IKAN HIAS BOTIA (Chromobotia macracanthus BLEEKER)
12.05 - 12.15
Wartono Hadie
PHENOTYPIC PLASTICITY GENES, MANFAATNYA BAGI KONSERVASI DAN PEMULIAAN IKAN
12.15 - 13.15
Krismono
ISHOMA
Dimas A. H & R. Sarbini
Triyanto
Panitia
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi II (Presentasi dan Diskusi) 13.15 - 13.25
13.25 - 13.35
13.35 - 13.45
Priyo Suharsono Sulaiman
Jefry Jack Mamangkey
FD Hukom
KONSERVASI PENYU DI PANTAI BATAVIA KABUPATEN BANGKA PROPINSI BANGKA BELITUNG KONSERVASI SPESIES IKAN ENDEMIK BUTINI (Glossogobius matanensis) BERDASARKAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERTUMBUHAN DI DANAU TOWUTI, SULAWESI SELATAN KEANEKARAGAMAN JENIS DAN DUGAAN POTENSI IKAN PANGAN (IKAN TARGET) DI PERAIRAN TERUMBU KARANG KEPULAUAN PADAIDO- BIAK PAPUA
13.45 – 13.55
Sidi Asih
KEBERHASILAN PEMBENIHAN IKAN ENDEMIK TORSORO (Tor soro) KOLEKSI DARI SUMATERA UTARA (Aek Sirambe, Tarutung dan Bahorok) SEBAGAI UPAYA KONSERVASI IKAN LOKAL
13.55 – 14.05
Abdul Rahman Singkam
KERAGAMAN MORFOMETRIK DAN GEN CYTOCHROME b DNA MITOKONDRIA Kryptopterus limpok DI SUNGAI BATANG HARI
Hendra Satria
STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI LOKASI TERUMBU KARANG BUATAN DI PERAIRAN TELUK SALEH, NUSA TENGGARA BARAT
14.05 - 14.15
14.15 - 14.25
Didik W.H.T.
PERAN LAGUNA SEGARA ANAKAN SEBAGAI SUMBER REKRUITMEN UDANG DAN IKAN
14.25 - 14.35
Chairulwan Umar
TINJAUAN BEBERAPA SUAKA PERIKANAN DI PERAIRAN MUSI BANYU ASIN (MUBA) SUMATERA SELATAN Coffee Break
14.35 - 14.50
Wartono Hadie
Dimas A. H & R. Sarbini
Danu Wijaya
Panitia
Sesi III (Presentasi dan Diskusi) Krismono
PENYELAMATAN IKAN SIDAT (Anguilla sp) DI DANAU POSO
15.00 - 15.10
Sri Turni Hartati
STATUS PEMANFAATAN DAN ASPEK BIOLOGI IKAN BANGGAI CARDINAL FISH (Pterapogon kauderni) DI KEPULAUAN BANGGAI
15.10 - 15.20
Istiyanto Samidjan
14.50 – 15.00
KONSERVASI TERUMBU KARANG MELALUI UPAYA BUDIDAYA JUVENIL KARANG BERBASIS PENGGUNANA ARTIFICIAL REEF DI KARIMUN JAWA KONSERVASI DENGAN PENDEKATAN KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG BUDIDAYA IKAN HIAS BERKELANJUTAN
15.20 – 15.30
Lies Emmawati Hadie
15.30 - 15.40
Triyanto
MEMBANGUN SISTIM KONSERVASI HABITAT IKAN DI SUNGAI CITARUM MELALUI ADOPSI SISTIM LUBUK LARANGAN
15.40 - 15.50
Tutik Kadarini
KONSERVASI IKAN RAINBOW BOESEMANI (Melanotaenia boesemani) MELALUI BUDIDAYA
Amran Ronny Syam
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Dimas A. H & R. Sarbini
Ruang B: Bidang Konservasi Sumber daya Ikan Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi I (Presentasi dan Diskusi) Tutik Kadarini
PENDEDERAN IKAN RAINBOW KUROMOI (Melanotaenia parva) DENGAN PAKAN BUATAN dan Tubifex sp UNTUK MENDUKUNG KONSERVASI
11.25 - 11.35
Ibnu Dwi Buwono
POTENSI GENETIK INDUK BELUT SAWAH (Monopterus albus) BERDASAR UJI POLIMORFISME MENGGUNAKAN MARKER RAPD (RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA)
11.35 - 11.45
M. Fatuchri Sukadi
PEMANFAATAN IKAN LOKAL AIR TAWAR DI SUMATERA BARAT: DENGAN PENEKANAN PADA KONSERVASI IKAN GARING (Tor douronensis)
Bastiar Nur
STUDI DOMESTIKASI DAN PEMIJAHAN IKAN PELANGI KURUMOI (Melanotaenia parva) SEBAGAI TAHAP AWAL UPAYA KONSERVASI SECARA EK-SITU
11.55 - 12.05
Rupawan
PELUANG KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN ESTUARI SELAT PANJANG RIAU
12.05 - 12.15
Djamhuriyah S. Said
ASPEK BIOLOGI IKAN BADA DI DANAU MANINAJAU, SUMBAR
11.15 - 11.25
11.45 - 11.55
ISHOMA
12.15 - 13.15
Herman
Agus A. S & Riswanto
Astri Suryandari
Panitia
Sesi II (Presentasi dan Diskusi)
13.15 - 13.25
Sri Endah Purnamaningtyas
13.25 - 13.35
Samuel
PENGARUH KEBERADAAN IKAN BAWAL (Colosomma macropomum) TERHADAP KOMUNITAS IKAN YANG ADA DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT KARAKTERISTIK BIOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN INTRODUKSI DI DANAU TEMPE, SULAWESI SELATAN
13.35 - 13.45
Zahidah
RESTOCKING IKAN MOLA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SUMBERDAYA IKAN DAN PENGENDALIAN BLOOMING FITOPLANKTON DI WADUK CIRATA
13.45 – 13.55
Sulastri
SKENARIO PEMACUAN STOCK KEPITING Scylla serrata BERBASIS KO-MANAGEMEN
13.55 – 14.05
Mochammad Zamroni
DOMESTIKASI IKA HIAS RASBORA SRIGUNTING
14.05 - 14.15
MF. Rahardjo
SPESIES ASING INVASIF
14.15 - 14.25
Ruby Vidia Kusumah
14.25 - 14.35
Hendra Saepulloh
14.35 - 14.50
INTRODUKSI SPECIES ASING, APAKAH MENGANCAM KELESTARIAN IKAN-IKAN DI SUNGAI CILIWUNG?
Lismining P
Iskandar
PENANGKAPAN IKAN SIDAT (Anguilla marmorata) DI DAS POSO, SULAWESI TENGAH Coffee Break
Panitia
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Agus A. S & Riswanto
Agus A. S & Riswanto
Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Zahidah
Agus A. S & Riswanto
Moderator
Notulis & Operator
Sesi III (Presentasi dan Diskusi) 14.50 – 15.00
15.00 - 15.10
15.10 - 15.20
15.20 – 15.30
FD Hukom
KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN P.ABANG DAN SEKITARNYA KOTA MADYA BATAM
Astri Suryandari
STUDI KEBIASAAN MAKANAN JENISJENIS IKAN DI BEBERAPA SITU DAN WADUK DI JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH SEBAGAI INFORMASI DASAR DALAM UPAYA PENGKAYAAN STOCK IKAN
Siti Nurul Aida
LAJU PERTUMBUHAN, MORTALITAS DAN LAJU PENANGKAPAN IKAN PATIN DI WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI, JATENG
Ni Komang Suryati
15.30 - 15.40
Asyari
15.40 - 15.50
Hendra Satria
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN-IKAN INTRODUKSI DI DANAU MOOAT SULAWESI UTARA DAMPAK INTRODUKSI DAN PENYEBARAN IKAN TERHADAP POPULASI SPESIES IKAN ASLI DI PERAIRAN UMUM DARATAN PERKEMBANGAN KEANEKARAGAMAN JENIS-JENIS IKAN KARANG DI LOKASI TERUMBU KARANG BUATAN PERAIRAN TELUK SALEH, NUSA TENGGARA BARAT
Ruang C: Bidang Penebaran/Restocking Waktu
Pemakalah
Judul
Sesi I (Presentasi dan Diskusi)
12.00 - 12.10
Amran Ronny Syam
12.10 - 12.20
Anton Mardiyono
12.20 - 12.30
Husnah
12.30 - 13.30
POPULASI IKAN KARANG DAN BIOTA PENEMPEL DI SEKITAR TERUMBU BUATAN SEBAGAI INDIKATOR PEMULIHAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN P. KOTOK KECIL DAN P. HARAPAN, KEP. SERIBU-DKI JAKARTA TANTANGAN DALAM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN WADUK IR.H.DJUANDA UNTUK PERIKANAN BUDIDAYA KJA
Kunto Purnomo
PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN DI SUNGAI MANNA, KABUPATEN BENGKULU SELATAN ISHOMA
Panitia
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Andri Warsa & Hendra Saepulloh
Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi II (Presentasi dan Diskusi) Erny Poedjirahajoe
POTENSI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE UNTUK PENGEMBANGAN SILVOFISHERY DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
13.40 - 13.50
Suwarno Hadisusanto
STATUS KOMUNITAS IKAN DI PERAIRAN SUNGAI KLAWING DAN SERAYU SOMAGEDE, BANYUMAS, JAWA TENGAH, DALAM RANGKA MENJAGA KELESTARIANNYA
13.50 - 14.00
Soewarno Hasanbahri
13.30 - 13.40
14.00 - 14.10
Nurhidayat
14.10 - 14.20
Kunto Purnomo
14.20 - 14.30
Brata Pantjara
14.30 - 14.40
Karsono Wagiyo
14.40 - 14.50
Sri turni Hartati
PENYELAMATAN HABITAT IKAN MELALUI REHABILITASI HUTAN MANGROVE DI DESA KUTAWARU, CILACAP POTENSI BUDIDAYA IKAN HIAS Rasbora sp UNTUK MENDUKUNG KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN UMUM POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN BEBERAPA PERAIRAN DI JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH DAMPAK KONSERVASI MANGROVE KAWASAN PERTAMBAKAN TERHADAP SUMBERDAYA PERIKANAN SEDIAAN DAN KONDISI HABITAT IKAN KARANG KONSUMSI DI KEPULAUAN SERIBU STATUS PEMULIHAN STOK TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU ISHOMA
14.50 - 15.15
Sri Turni Hartati
Andri Warsa & Hendra Saepulloh
Djamhuriyah S. Said
Panitia
Ruang D: Bidang Rehabilitasi, Mitigasi & Sosial Ekonomi Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi I (Presentasi dan Diskusi) KELIMPAHAN DAN SEBARAN LARVA UDANG PENAEID DI PERAIRAN PEMANGKAT DAN SEKITARNYA
12.00 - 12.10
Duranta D Kembaren
12.10 - 12.20
Wedjatmiko
PENELITIAN DAERAH ASUHAN UDANG PENAEID DI PERAIRAN PEMANGKAT (KALIMANTAN BARAT)
12.20 - 12.30
Tikkyrino Kurniawan
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KONDISI DAN STRUKTUR USAHA PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA DI KABUPATEN KAWARANG
12.30 - 13.30
ISHOMA
Amula N.
Panitia
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Arip Rahman & Dedi Sumarno
Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi I (Presentasi dan Diskusi)
13.30 - 13.40
13.40 - 13.50
13.50 - 14.00
14.00 - 14.10
14.10 - 14.20
14.20 - 14.30
14.30 - 14.40
14.40 - 14.50
14.50 - 15.15
Bayu Vita Indah Yanti
KAJIAN MATERI PERUNDANGUNDANGAN TERKAIT PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA WADUK SECARA BERKELANJUTAN
Amula Nurfiarini
PENILAIAN KELAYAKAN SOSIAL EKONOMI BAGI PENGEMBANGAN PERIKANAN BERBASIS BUDIDAYA DI PERAIRAN WADUK DI JAWA TENGAH
Tajerin
Zahri Nasution
PENGUKURAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN DALAM RANGKA KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN PERAIRAN WADUK MALAHAYU, JAWA TENGAH EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP BERBASIS BUDIDAYA (CULTURE BASED FISHERY) DI PERAIRAN UMUM WADUK
Sonny K
PERSPEKTIF SOSIAL EKONOMI PEMACUAN STOK IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN
Aisyah
EVALUASI KEBIJAKAN PENENTUAN SUAKA PERIKANAN DAN KAWASAN OBYEK LELANG DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, PROPINSI SUMATRA SELATAN
Risna Yusuf
Amula Nurfiarini
Sonny K
ASSESSMENT EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN EKSISTING DALAM PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH
Arip Rahman & Dedi Sumarno
Zahid
KEARIFAN LOKAL; PROFIL DAN PERANNYA DALAM PENINGKATAN PRODUKSI IKAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN BERKELANJUTAN ISHOMA
Panitia
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
LAMPIRAN 2. Susunan Panitia Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III SUSUNAN KEPANITIAAN FORUM NASIONAL PEMACUAN SUMBER DAYA IKAN III Pembina
:
Kepala Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan
Tim Pengarah Ketua
:
Kepala Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan
Anggota
:
1. Prof. Dr. Endi Setiadi Kartamihardja. 2. Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. 3. Prof. Dr. Ir. H. Dulmi’ad Iriana. 4. Drs. Budi Iskandar Prisantoso.
Nama Dra. Adriani Sri Nastiti, MS. Mujiyanto, S.St.Pi, M.Si Dyah Ika Kusumaningtyas, A.Md. Agus Koswara
Ketua Sekretaris Bendahara I Bendahara II
Jabatan
BP2KSI BP2KSI BP2KSI BP2KSI
Yayuk Sugianti, S.St.Pi. Nanang Widarmanto, S.Pi. Andri Warsa, S.S.i Masayu Rahmia A.P., S.Si. Dimas Angga Hedianto, S.Pi. Agus Arifin S., S.Pi. Dr. Ir. Iskandar, M.Si. Drs. Herman Hamdani, M.Si.
Koordinator Sekretariat Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
BP2KSI BP2KSI BP2KSI BP2KSI BP2KSI BP2KSI UNPAD UNPAD
Prof. Dr. Endi Setiadi Kartamihardja. Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. Drs. Kunto Purnomo, MS.
Dewan Redaksi Dewan Redaksi Dewan Redaksi
P4KSI MII BP2KSI
Danu Wijaya, S.Pi. Arip Rahman, S.Pi. Ahmad Zahid, S.Pi., M.Si.
Koordinator Seksi Acara Anggota Anggota
BP2KSI BP2KSI MII
Sri Endah Purnamaningtyas, A.Pi. Uswatun Hasanah, A.Md. Rakhmat Sarbini.
Koordinator Seksi Akomodasi & Konsumsi Anggota Anggota
BP2KSI BP2KSI BP2KSI
Edit Eka Prasetya, S.MB.
BP2KSI
Santoso Dwiatmojo Dedi Sumarno, A.Md.
Koordinator Seksi Perlengkapan & Dokumentasi Anggota Anggota
Sukamto Rahmat Sutoto
Koordinator Seksi Transportasi Anggota Anggota
BP2KSI BP2KSI BP2KSI
Drs. Krismono, MS. Prof. Dr. Ir. Ngurah Nyoman W.,DEA Prof. Dr. Ir. H. Masyamsir, MS Drs. Haryono, M.Si Charles P.H. Simanjuntak, M.Si
Koordinator Tim Perumus Anggota Anggota Anggota Anggota
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Instansi
BP2KSI BP2KSI
BP2KSI BPPPU UNPAD Puslit Biologi - LIPI MII
LAMPIRAN 4. Daftar Peserta Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III No
Nama
Instansi
1
Abdul Rahman Singkam
FKIP Universitas Bengkulu
2
Adriani Sri Nastiti
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
3
Agus Arifin Sentosa
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
4
Agus Koswara
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
5
Agus Syarifuddin
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan DJPB
6
Ahmad Zahid
Masyarakat Iktiologi Indonesia
7
Amran Ronny Syam
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
8
Andri Warsa
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
9
Arip Rahman
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
10
Asep Permana
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
11
Astri Suryandari
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
12
Asyari
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
13
Bangbang Prayuda
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
14
Bastiar Nur
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
15
Bayu Vita Indah Yanti
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP)
16
Brata Pantjara
Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Payau
17
Budi Iskandar Prisantoso
18
Chairulwan Umar
19
Danu Wijaya
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
20
Dedi Sumarno
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
21
Derri Dwima
22
Didik Wahju Hendro Tjahjo
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
23
Dimas Angga Hedianto
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
24
Dina Muthmainnah
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
25
Djamhuriyah S. Said
Pusat Penelitian Limnologi LIPI
26
Donny Juliandri Prihadi
27
Dulmi’ad Iriana
28
Duranta D. Kembaren
Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL)
29
Edita Eka Prasetya
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
30
Endi Setiadi Kartamihardja
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI)
31
Erny Poedjirahajoe
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (FKT UGM)
32
Evi Sirvianingsih
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
33
Fonny J. L. Risamasu
Universitas Nusa Cendana, Kupang NTT
34
Hendra Saepulloh
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
35
Hendra Satria
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
36
Henra Kuslani
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
No
Nama
Instansi
37
Herman Hamdani
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
38
Husnah
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
39
Ibnu Dwi Buwono
40
Ike Rustikawati
41
Iqbal Meinizar Adjam
42
Iskandar
43
Istiyanto Samidjan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP)
44
Jefry Jack Mamangkey
Universitas Negeri Manado
45
Kamaluddin Kasim
46
Krismono
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
47
Kunto Purnomo
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
48
Lies Emmawati Hadie
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya (P4B)
49
Lies Setijaningsih
Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Tawar (BPPBAT)
50
Lismining Pujiyani Astuti
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
51
M. F. Rahardjo
Masyarakat Iktiologi Indonesia
52
M. Fatuchri Soekadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya (P4B)
53
Masayu Rahmia Anwar Putri
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
54
Masyamsir
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
55
Mochammad Zamroni
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
56
Muhamad Yamin
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
57
Mujiyanto
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
58
Nabila Anisya Charisty
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
59
Nanang Widarmanto
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
60
Ngurah Nyoman Wiadnyana
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
61
Ni Komang Suryati
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
62
Nuary Hanifah
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
63
Nurhidayat
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
64
Otong Suhara Djunaedi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
65
Prabowo
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Ditjen KP3K
66
Pratiwi Lestari
Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL)
67
Prawira Atmaja R.P. Tampubolon
Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII)
68
Priyo S. Sulaiman
69
Pulih Nugraha
70
Putra Febriandy
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan DJPB
71
R. Pandoe Prahoro
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
72
Rakhmat Sarbini
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
73
Rezha Adviana R.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
No
Nama
Instansi
74
Riswanto
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
75
Rohmat Supriyadi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
76
Ruby Vidia Kusumah
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
77
Rupawan
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
78
Samuel
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
79
Santoso Dwiatmojo
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
80
Sidi Asih
Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Tawar (BPPBAT)
81
Siti Nurani
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
82
Siti Nurul Aida
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
83
Soewarno Hasanbahri
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (FKT UGM)
84
Sonny Koeshendrajana
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP)
85
Sri Astuti
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
86
Sri Endah Purnamaningtyas
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
87
Sri Turni Hartati
88
Sriati
89
Sulastri
Pusat Penelitian Limnologi LIPI
90
Suwarno Hadisusanto
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
91
Syahrowi R. Nusir
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Ditjen KP3K
92
Syifa Karunia
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
93
Tajerin
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP)
94
Tikkyrino Kurniawan
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP)
95
Titin Herawati
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
96
Triyanto
Pusat Penelitian Limnologi LIPI
97
Tutik Kadarini
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
98
Uswatun Hasanah
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
99
W. Gunawan
SITH Institut Teknologi Bandung
100
Wartono Hadie
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya (P4B)
101
Wildan Kusuma Putra
102
Yayat Dhahiyat
103
Yayuk Sugianti
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
104
Zahidah
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
105
Zahri Nasution
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP)
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
LAMPIRAN 5. Notulensi Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III NOTULENSI ACARA FORUM NASIONAL PEMACUAN SUMBER DAYA IKAN III 18 OKTOBER 2011 I. SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN, KKP (Oleh : Dr. Ir. Endhay Kusnendar Mulyana Kontara) 1. Dari beberapa forum termasuk FNPSI apakah sudah ada yang menjadi bahan kebijakan pengelolaan perikanan di perairan umum dan laut. 2. Belum terlihat hasil dari forum-forum tersebut yang nyata untuk kebijakan pengelolaan. 3. Potensi perairan umum darat sangat besar. Perairan umum darat sangat penting dalam perikanan tangkap & member kontribusi yang cukup besar bagi kesejateraan rakyat. Namun sampai saat ini data dan informasi mengenai perairan umum ini sering kali tidak lengkap. Sehingga sampai saat ini kita belum memiliki model pengelolaan untuk perairan umum. Oleh sebab itu penting untuk membuat status terkini perairan umum daratan. 4. Dibuat kebijakan pengelolaan perairan umum daratan termasuk WPP di perairan umum daratan. 5. Seharusnya pemangku kepentingan (Pemda) juga ikut serta dalam forum ini untuk mensinergikan dalam pengelolaan perairan umum berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari penelitian. 6. Perlu ditingkatkan upaya agar perairan umum memberi kontribusi besar untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. 7. Seminar /forum ini hendaknya tidak hanya menghasilkan tulisan untuk jurnal bagi kepentingan para peneliti saja namun harus memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. II. MAKALAH UTAMA a. Direktur Konservasi Kawasan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, KKP Diwakili oleh : Dr. Ir. Syahrowi R. Nusir, MM Tema :“Peluang Dan Tantangan Konservasi Sumber Daya Ikan Di Indonesia” KKP dalam forum ilmiah sudah memprakarsai CTI yang beranggotakan 6 negara, tujuan menjadikan sebagian dari wilayah laut menjadi wilayah konservasi. Masalah yang dihadapi wilayah pesisir : perikanan ilegal dan merusak, produksi ikan menurun, tangkap lebih. PP 60 tahun 2007 : upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan termasuk ekosistem, jenis, dan genetik.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Prinsip konservasi : ekosistem, jenis, dan genetik. Perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan Dilakukan di habitat asli dan luar Konservasi dilakukan dengan konsep : study it, save it, use it Tugas dari Direktorat Konservasi kawasan jenis ikan : mensikronisasiikan UU 31 tahun 2004, UU 32 tahun 2004 dan UU 27 tahun 2007 KKP memiliki grand strategi pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan dan tertuang dalam renstra direktorat : pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi perairan sasaran terkelolanya 4,5 juta hektar kawasan konservasi perairan secara berkelanjutan, serta terkelolanya 15 jenis biota perairan terancam punah. Tipe kawasan konservasi menurut undang-undang yang berlaku : UU 5 tahun 1990 : kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. UU 31 tahun 2004 dan turunannya : taman nasional, taman wisata perairan, suaka alam perairan, suaka perikanan. UU 27 tahun 2007. Sampai tahun 2010 konservasi kawasan perairan 13,9 juta hektar. Namun luasan ini belum memenuhi dari ketentuan dimana kawasan konservasi sebaiknya 10% dari luas perairan yang ada. Target sampai 2014 diharapkan 15,5 juta hektar, dan 2020 mencapai 20 juta hektar. Tantangan konservasi kawasan perairan: 1. Pengembangan luas kawasan konservasi. 2. Pengelolaan KKP yang sudah ada dengan melengkapi input pengelolaan : dokumen perencanaan, kelembagaan, infrastruktur. 3. Pengembangan jejaring KKP. 4. Meningkatkan peran serta swasta dalam pengelolaan KKP. Konservasi dilakukan melalui penggolongan jenis ikan dan penetapan status perlindungan, pemeliharaan, pengembanganbiakan, penelitian. Kriteria jenis ikan yang dilindung: CITES, IUCN, PP No. 60 tahun 2007 PP No. 7 tahun 1999. Selama kurun waktu 2010-2014 ada 15 jenis spesies target pengelolaan : terubuk (2011), banggai (2011) cardinal fish, sidat, hiu, penyu, dugong, arwana, bamboo laut, pasu, kima, lola, Napoleon, Kuda laut, Labi-labi. Tantangan konservasi jenis ikan : 1) bahwa kepunahan jenis jenis ikan karena belum terintegrasinya pengelolaan perairan antara KSDI dengan kementerian lain seperti PU dalam pembuatan ruaya ikan
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
2) Pendekatan sosial budaya dalam upaya KSDI. Local wisdom terbukti paling efektif dalam konservasi kawasan dan jenis ikan. 3) Minimnya data dan informasi dinamika populasi jenis ikan terancam punah 4) Pengembangbiakan jenis ikan terancam punah 5) Jenis ikan terancam punah masih banyak yang belum memliki status perlindungan. b. DEKAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN, UNIVERSITAS PADJAJARAN Diwakili oleh : Prof. Dr. Otong Suhara Tema : “Peran Unpad dalam penyediaan SDM dalam bidang konservasi sumberdaya perikanan” UNPAD memiliki komitmen konservasi sumberdaya ikan yang dituangkan dalam kurikulum yang ditawarkan baik program studi perikanan maupun studi ilmu kelautan tercakup dalam sejumlah mata kuliah yang materi perkuliahan membahas konservasi. Mata Kuliah yang memasukan topik konservasi sumberdaya perikanan : 1) 2) 3) 4)
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut Konservasi sumberdaya dan lingkungan laut Eksplorasi sumberdaya hayati laut Pemetaan dan tata ruang lingkugan pesisir
Beberapa topik konservasi : 1) Hubungan antara kualitas air dengan pakan dan parasit, 2) Konsep manajeman sumberdaya perairan, konsep daerah tangkapan air, pencegahan penyuburan, dinamika ekosistem, model pengelolaan 3) Ada pengelolaan pesisir yang berkelanjutan, isu dan permasalahan daerah pesisir, bahaya yang terdapat dalam kawasan pesisirr 4) Rencana tata ruang pesisir, kelembagaan, perencanaan penataan ruang pesisir dan laut 5) Konsep-konsep pengelolaan sumberdaya perikanan Pengembangan pengembangan
pelestarian
produksi
perikanan
dan
budidaya
melalui
Beberapa topik penelitian: Konservasi dan rehabilitasi sumberdaya perairan yang meliputi danau, rawa, pesisir dan pulau-pulau kecil Teknologi perikanan tepat guna dan berkelanjutan Peningkatan nilai tambah secara kualitas Pengembangan model ekonomi sumberdaya perikanan berkelanjutan Akuakultur berbasis trophic level Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Konservasi dan rehabilitasi syarat mutlak pembangunan perikanan yang berkelanjutan Usulan : masyarakat konservasi sumberdaya ikan DISKUSI a. Direktur Konservasi Kawasan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, KKP PERTANYAAN : 1. Prof. Dr.M.F. Raharjo (MII): Beberapa hal yang harus diperhatikan : - Begitu banyak peningkatan yang dilakukan untuk melindungi laut namun masalah perawatan, penjagaan dan pengamanan masih kurang. Bagaimana memelihara masih kurang - Ada beberapa ikan sudah mulai dilindungi, mohon dilihat PP ada beberapa hal yang harus dicermati yaitu hanya ada 7 jenis sedangkan dari IUCN ada puluhan jenis yang harus dilindungi. Nama ilmiah dalam PP tersebut tidak diperhatikan contoh Latimeria , Rasbora tawarensis yang sudah masuk dalam IUCN tapi belum diperhatikan oleh kita 2. Dra. Sri Turni Hartati, MS (P4KSI) - Dasar pertimbangan perluasan kawasan apakah sudah didahului oleh penelitian sebelumnya? - Indicator dari penetapan konservasi peningkatan rekrutemen ikan namun di Taman Nasional P. Seribu hal tersebut belum terlihat nyata bahkan masih ada degradasi baik habitat maupun jenis, kira-kira apa penyebabnya? - Apabila sudah ada kebijakan pengelolaan, berapa lama kebijakan tersebut dicermati kembali menyesuaikan dengan kondisi terkini. 3. Suwarno (Fak. Biologi UGM) - Pengendalian eceng gondok di perairan Danau Kerinci berhasil, namun muncul masalah baru hilangnya ikan-ikan aslinya. - Masalah status jenis punah harus hati-hati. Karena ada jenis yang dikatakan punah namun ternyata di tempat lain masih ada - Bagaimana perlu menstimulasi kebijakan lokal dari masyarakat itu sendiri. 4. Dr. Istianto Samidjan (UNDIP) Sejauh mana konsep pemerintah membina masyarakat dalam menunjang konservasi kawasan maupun konservasi jenis? 5. Doni (UNPAD) Bagaimanan memilih spesies yang masuk untuk dilindungi. Kenapa ikan molamola belum dijadikan spesies yang dilindungi karena spesies tersebut memiliki nilai ekonomis?
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
6. Sulastri (LIPI) Sejauh mana kearifan lokal dijadikan unsur dalam konservasi? Perlu diperhatikan bagaimana model pengelolaan sehingga identifikasi kearifan lokal di setiap lokasi kawasan diperlukan untuk mendapatkan model tersebut. JAWABAN : Sudah dilakukan identifikasi kearifan lokal di 18 propinsi sekaligus menginisiasi dan merevitalisasi kearifan lokal tersebut. Pada saat Sail banda juga dilakukan workshop kearifan lokal. Hampir sebagian besar propinsi memiliki kearifan lokal yang dapat diimplementasikan untuk konservasi dan pengelolaan sumberdaya ikan. Contoh sasi (Maluku), eha (sultra), lamba (Wakatobi). Di Sumbar : hampir seluruh wilayah memiliki kawasan yang sudah ditetapkan sebagai lubuk larangan. Memang masih banyak ikan yang harus dilindungi oleh sebab itu kami juga melakukan identifikasi jenis ikan yang terancam punah. Ikan napoleon harus dilakukan perindungan berdasarkan hasil penelitian di beberapa kawasan dimana dalam satu kawasan tersebut hanya ditemukan beberapa. Untuk saat ini masih kesulitan untuk mengetahui jumlah stok terkini dari ikan napoleon tersebut. Oleh sebab itu kita lakukan moratorium dulu untuk ikan napoleon.
b. Dekan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjajaran PERTANYAAN : 1. Dra. Sri Turni Hartati Kerjasama antar UNPAD dengan Balai-balai di P4KSDI 2. Istianto (UNDIP) Kurikulum berbasis kompetensi JAWABAN : - Kelemahan dari kita adalah pengawasan dan perlindungan dari kawasan konservasi - Untuk menstimulasi kearifan lokal memang merupakan bukan pekerjaan yang mudah diperlukan ketelatenan. Diperlukan pembinaan yang berkesinambungan agar partisipasi masyarkat juga meningkat dalam pengelolaan dan konservasi sumberdaya ikan. - Sarjana S1 yang dihasilkan sebenarnya bukan siap pakai namun siap latih.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
III. NOTULENSI RUANGAN PARALEL a. RUANG A : KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN JUDUL
:
Budidaya Exsitu Ikan Hias Botia (Chromobotia macracanthus BLEEKER) Sebagai Model Konservasi Asep Permana
PENYAJI : 1. Lies Emmawati Pertanyaan : Hasil pembenihan botia 20% digunakan untuk restocking. Bagaimana mekanisme restocking botia dilakukan? Apakah sudah bekerjasama dengan dinas-dinas terkait? Jawaban : - Mekanisme restocking baru wacana ke depan dan perlu pembahasan lebih lanjut. - Proporsi 80% ekspor dan 20% restocking diharapkan dapat saling menguntungkan bagi pembudidaya dan kelestarian alam. 2. Lies Setijaningsih Pertanyaan : - Penyebab gangguan plasma nutfah berdasarkan pengalaman bapak mana yang lebih besar? - Sejauh mana perkembangan introduksi ikannya? Jawaban : - Kita mulai produksi masal dan keberhasilannya samapai 20.000 s/d 40.000/tahun. - Persentasi restockingnya masih banyak dibudidaya, tidak dilepas ke alam. JUDUL
: Tinjauan Beberapa Suaka Perikanan di Perairan Musi Banyu Asin Sumatera Selatan PENYAJI : Chairulwan Umar 1. Lies Setijaningsih Pertanyaan : Hasil kegiatan survei disebutkan dua danau yang dijadikan suaka perikanan di perairan Musi Banyu Asin. Dari dua danau tersebut, mana yang lebih tepat untuk dijadikan sebagai suaka perikanan? Dasarnya apa? Jawaban : Dari kedua danau yang dijadikan suaka perikanan yang cukup tepat adalah suaka Danau Cala. Hal ini karena di Danau Cala kedalaman airnya cukup dalam walaupun saat musim kering. Luasan danau ini cukup luas sekitar 100 ha. Kriteria limnologi dan habitat pemijahan, asuhan, dan nursery ground cukup sesuai. Kawasan ini memiliki konektivitas ekologi atau saluran penghubung dengan kawasan penangkapan. Di sekitar daerah suaka Danau Cala banyak terdapat hutan, rawa, dan vegetasi air lainnya sebagai tempat mencari makan dan pemijahan. 2. Rezha Adviana (FPIK Unpad) Pertanyaan : Pelelangan yang terjadi di Kab. Musi Banyu Asin seperti apa? Jawaban : Pelelangan/objek lelang untuk perikanan biasanya dilakukan oleh pemda setempat/kecamatan untuk meningkatkan pendapatan anggaran daerah (PAD) daerah dan ini berdasarkan perda daerah setempat. Lokasi yang dilelang adalah anak-anak sungai dan lebak Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
lebung. Cara lelang dilakukan oleh kepala desa dengan penawaran tertinggi dan yang menang akan mengelola lokasi objek lelang selama satu tahun. Pemenang lelang disebut pengemin. Objek lelang bisa mencapai sekitar Rp 5 juta-100 juta. 3. Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo (BRPSI) Pertanyaan : 1. Suaka aktif 2, tidak aktif 4, maksudnya apa? 2. Kenapa nelayan di suaka banyak? 3. Restocking menjadi salah satu opsi, apakah efektif? Jawaban : 1. Suaka ada 6 sesuai perda yang ada dan yang aktif hanya 2 buah. hal ini karena yang lain itu keadaan airnya saat musim kemarau surut/kering da nada juga hampir seluruhnya ditumbuhi tanaman air di lain pihak ada yang airnya digunakan untuk minum. 2. Jumlah nelayan di danau Cala cukup banyak, hal ini karena lokasi Suaka Danau Cala terbatas sesuai zonasi yang telah ditetapkan dan tidak seluruhnya sehingga nelayan bisa menangkap ikan di luar dari zonasi yang telah ditetapkan. 3. Dalam rangka meningkatkan SDI dapat dilakukan melalui restocking atau introduksi. selain itu diwajubkan menyiapkan lokasi suaka dari menebarkan ikan setiap tahun sesuai perda yang ada. JUDUL
:
Struktur Komunitas Ikan Karang di Lokasi Terumbu Karang Buatan di Perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat PENYAJI : Hendra Satria 1. Rezha Adviana (FPIK Unpad) Pertanyaan : Pengaruh transplantasi terumbu karang di NTB apakah ada pengaruhnya bagi lingkungan? Apakah cukup baik untuk direkomendasikan bagi daerah-daerah lain? Jawaban : 2. Didik Wahju Hendro Tjahjo (BRPSI) Pertanyaan : 1. Apa yang disebut spesies mayor, target dan indicator? dan untuk apa pengukuran-pengukuran tersebut? 2. Kesimpulan dan grafik agak berbeda? 3. Data hampir sama! Jawaban : 1. Spesies mayor : spesies yang sering dijumpai, spesies target : disenangi masyarakat untuk dikonsumsi, spesies indicator : bisa dijadikan suatu indicator keberhasilan. 2. Kita hanya memberi masukan kepada Pemda, dari 2 tahun pengamatan ada peningkatan. JUDUL
:
Keragaman Morfometrik dan Gen Cytochrome B DNA Mitokondria Kryptopterus limpok di Sungai Batang Hari PENYAJI : Abdul Rahman Singkam 1. Dimas Angga H. (BRPSI) Pertanyaan : Apakah adanya mutasi gen pada salah satu lokasi di Batang Hari akan berpengaruh negatif terhadap populasi alamiah ikan limpok? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban
Jika mutasi gen mengakibatkan perubahan asam amino yang disandikan, maka besar kemungkinan akan berpengaruh terhadap populasi suatu organisme di alam. Mutasi yang terdeteksi di alam lebih banyak mutasi positif, karena jika mutasi negatif lebih banyak maka organisme akan mati, sehingga mutasinya tidak terlacak. 2. Didik Wahju Hendro Tjahjo (BRPSI) Pertanyaan : 1. Dari tampilan PCA, parameter yang diperhatikan hanya arus? 2. PCA tidak hanya dengan PCA 1 dan 2 namun bisa 3 jika komponennya masih rendah. Jawaban : 1. Keragaman yang terwakili pada PCA struktur morfometrik sebesar 56%. akan lebih bagus jika ditampilkan PCA 1,2 dan 3. tetapi menurut saya tidak efektif karena harus ada 3 grafik (PCA 1& 2, 2&3, 3&4) 2. Tidak ada batasan pasti pada parameter yang berpengaruh. 3. Faktor fisika kimia memang tidak berbeda tetapi ada perbedaan pada struktur morfometrik dan gen, sehingga menimbulkan dugaan pada parameter lain yang belum diukur. JUDUL
:
:
Konservasi Spesies Ikan Endemik Butini (Glossogobius matanensis) di Danau Towuti, Sulawesi Selatan PENYAJI : Jefry Jack Mamangkey 1. Ir. Sriati, M.Si (FPIK Unpad) Pertanyaan : - Bagaimana laju eksploitasi ikan butini di danau Towuti? - Apa bisa diestimasi kepadatan ikan butini per m2 (jumlah individu/m2) - Konservasi in situ seperti apa yang paling mendesak untuk dilakukan? Jawaban : - Untuk laju eksploitasi tidak dibahas dalam makalah ini - Untuk estimasi kepadatan per m2 tidak dapat dilakukan karena ikan adalah organisme bergerak jadi sulit untuk memprediksinya. - Konservasi yang harus dilakukan adalah mencegah penangkapan ikan pada tahap-tahap tertentu dari siklus hidupnya. Contoh pada saat ikan berkumpul pada suatu masa untuk berpijah, dlll. 2. Kamaluddin K. (P4KSI) Pertanyaan : - Faktor apa yang dominan sehingga ikan lebih banyak tertangkap pada kedalaman 100 m? - Berapa umur teoritis ikan dengan panjang maksimum 46,2 cm? Jawaban : - Kedalaman 100 m dianggap lebih stabil dalam mendukung pertumbuhan ikan butini, karena pada kedalaman ini parameter lingkungan baik berupa pH, suhu, dan oksigen terlarut. - Umur teoritis ikan dengan panjang maksimal 46,2 cm berdasarkan ukuran ikan yang tertangkap adalah t0 = 0,11 per tahun
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Keberhasilan Pembenihan Ikan Endemik Torsoro (Tor soro) Koleksi Dari Sumatera Utara PENYAJI : Sidi Asih 1. Chairulwan Umar (P4KSI) Pertanyaan : Ikan Tor soro sudah dapat dipijahkan, apakah sudah mendukung konservasi, restocking di Danau Toba sudah dilakukan dan dapat disediakan produksi benihnya dalam jumlah massal? Jawaban : Sudah, benih Tor soro F2 sekarang dapat diproduksi secara massal. Balai/Instalasi Riset Cijeruk sudah mampu memproduksi sekitar 500 ribu ekor atau sesuai permintaan. JUDUL
:
JUDUL
: Peran Terumbu Karang Buatan dalam Konservasi Ikan Klon (Amphiprion sp) dan Upaya Pengembangan dalam Budidaya Perikanan PENYAJI : Istiyanto Samidjan 1. Triyanto (P4KSI) Pertanyaan : Berapa produksi tangkapan ikan klon dari satu unit terumbu karang buatan (TKB) agar didapatkan informasi estimasi besaran produksi yang dapat didukung oleh terumbu karang buatan tersebut? Jawaban : Dari terumbu karang buatan ukuran 75 x 75 x 125 cm, tertangkap jumlah ikan 241 ekor/unit-terumbu/bulan. JUDUL
: Gen Kelenturan Fenotipik : Manfaatnya bagi Konservasi dan Pemuliaan Ikan PENYAJI : Wartono Hadie 1. Triyanto (Puslit Limnologi LIPI) Pertanyaan : - Apakah gen kelenturan yang diciptakan dapat diwariskan kepada keturunan berikutnya terutama pada gen kelenturan akibat seleksi kondisi lingkungan? - Berapa lama untuk menciptakan gen kelenturan pada suatu jenis ikan? Mohon diberikan contoh aplikasinya? Jawaban : - Gen kelenturan fenotipik adalah seperangkat gen yang mengontrol karakter suatu organisme pada lingkungan yang tidak optimal (stress) - Gen tersebut bisa muncul jika genotype berada pada linngkungan yang menimbulkan stress sepanjang hidupnya dengan cara mengekspresikan gen kelenturan - Gen kelenturan dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya sehingga dapat diseleksi dengan siklus pemunculan genotype yang memiliki gen kelenturan makan banyak dalam populasi
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
: Keberhasilan Pembenihan Ikan Kelabau (Osteochilus melanopleura Blkr) Sebagai Upaya Konservasi Ikan Lokal Melalui Manipulasi Lingkungan dan Hormon PENYAJI : Lies Setijaningsih 1. Chairulwan Umar (P4KSI) Pertanyaan : Umumnya ikan kelabau mendapatkan makanan secara alami atau makanan yang terdapat di alam sebagai habitatnya. bagaimana proses adaptasi pakan buatan terhadap ikan kelabau? Jawaban : Dalam proses adatasi pakan, pada pemeliharaan awal (aklimatisasi) dilakukan polikultur dengan ikan nilem rationya 8 ekor ikan kelabau dengan 2 ekor ikan nilem dengan harapan ikan nilem dapat dijadikan pemandu agar ikan kelabau mau makan makanan buatan. JUDUL
JUDUL PENYAJI 1. Sriyati Pertanyaan
Jawaban
: Pelestasian Plasma Nutfah Sumber Daya Ikan Di Perairan Umum Daratan : Asyari :
-
:
-
-
Gangguan pelestarian, apa penyebab turunnya plasma nutfah? Upaya dengan introduksi agar pelestarian baik, misalnya ikan koan menyebabkan ikan asli terancam. Penyebab terganggunya plasma nutfah antara lain : penangkapan berlebih, tidak ramah lingkungan, penggundulan hutan, sedimentasi. Tindakan introduksi sering berakibat baik, karena dapat meningkatkan sumberdaya alternative yang memperkaya jenis ikan-ikan di perairan. namun memang ada dampak negative seperti hilangnya jenis-jenis ikan asli. Tetapi tetap dampak positifnya lebih banyak da’ri dampak negatifnya.
JUDUL : Penyelamatan Ikan Sidat (Anguilla sp) di Danau Poso PENYAJI : Krismono 1. Ngurah Wiadnyana Pertanyaan : Jika hasil penelitian sudah fix dan final agar membuat draft hasil dan rekomendasi kepada Ka. P4KSI dan Ka. Balitbang KP untuk kemudian dilaporkan kepada Pemda Poso. Jawaban : Hasil sudah disampaikan kepada Sekertaris Balitbang KP dan disarankan untuk secepatnya dipresentasikan. Rencana hasil ini akan disampaikan kepada Dinas Poso.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
b. RUANG B : KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN : Potensi Genetik Induk Belut Sawah (Monopterus albus) Berdasar Uji Polimorfisme Menggunakan Marker Rapd (RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA) PENYAJI : Ibnu Dwi Bawono 1. Sulastri (Puslit Limnologi LIPI) Pertanyaan : Bagaimana keterkaitan sampel yang digunakan dengan morfologinya berdasarkan uji polimerisme menggunakan marker RAPD? Jawaban : Sampel tidak diuji secara morfologi dan morfometri karena yang dilihat adalah berdasarkan kekerabatannya. RAPD cukup efektif dalam mengidentifikasi sampel karena reaksi berlangsung terusmenerus. Dari semua jenis yang sudah dianalisis hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan kekerabatan yang erat antara sampel belut sawah dari Tasikmalaya dan Sumedang. 2. Ike Rustikawati (FPIK UNPAD) Pertanyaan : - Bagaimana hubungan antara faktor lingkungan dengan genetiknya? Mengapa perbedaan karakteristik belut antara daerah yang masih baik kondisi lingkungannya dengan yang tidak (telah terpolusi atau tidak/belum) memberikan hasil yang berbeda? - Bagaimana cara mengatasi rata-rata belut yang ditangkap dengan “uoek” lebih disukai daripada yang dibudidayakan karena pada hasil budidaya banyak mengandung lendir? Jawaban : - Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap genetik ikan belut sawah, karena akan mempengaruhi kenampakan alel dominan yang ada. - Lingkungan akan mempengaruhi karakteristik individu yang ada dengan kenampakan fenotipnya sehingga keberadaan polutan akan mempengaruhi kondisi individunya. - Umumnya hasil tangkapan di alam cenderung lebih disukai karena belut sawah tersebut berada pada habitat yang disukainya, sedangkan pada hasil budidaya berada pada kondisi lingkungan yang terkondisikan sehingga karakternya dapat berbeda. Cara mengatasinya terkait dengan pola hidup masyarakat setempat dan pengawasan serta konservasi sumberdaya ikan. JUDUL
JUDUL
: Pemanfaatan Ikan Lokal Air Tawar di Sumatera Barat: dengan Penekanan Pada Konservasi Ikan Garing (Tor douronensis) PENYAJI : M. Fatuchri Sukadi 1. Sulastri (Puslit Limnologi LIPI) Pertanyaan : - Contoh konservasi ex situ & in situ? - Bagaimana keterkaitan konservasi ex situ dan in situ hubungannya dengan nilai ekonomisnya? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
-
Seharusnya konservasi ex situ mendukung keberlanjutan konservasi in situ karena jika hanya untuk usaha budidaya prosesnya masih terlalu panjang. Berdasarkan pertimbangan ekonominya, perlu juga dievaluasi aspek ekonomi bagi konservasi ikan secara ex situ dan in situ. Jawaban : Contoh konservasi in situ adalah konservasi Lubuk Larangan di Aur Semayang, sedangkan konservasi ex situ dengan budidaya melalui perbenihan. Evaluasi ekonomi mengenai kedua jenis konservasi tersebut tidak dilakukan. 2. Ike Rustikawati (FPIK UNPAD) Pertanyaan : Apakah konservasi ikan langka dapat mendukung secara ekonomis, misalnya pembudidayaan ikan garing di berbagai daerah dapat dilakukan uji di daerah Sumatera lalu diterapkan di daerah lain, Jawa misalnya agar dapat dikembangkan dan dinikmati oleh semua masyarakat? Jawaban : Upaya tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang, utamanya didukung dengan hasil riset terkait dan alih teknologi. JUDUL
: Peluang Konservasi Sumberdaya Ikan di Perairan Estuari Selat Panjang Riau PENYAJI : Rupawan 1. Sulastri (Puslit Limnologi LIPI) Pertanyaan : Upaya apa yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat untuk pengembangan upaya konservasi sumberdaya ikan? Saran dapat dilakukan dengan Focus Group Discussion dan melakukan penelitian secara detail karena hasilnya masih umum. Ada upaya alternatif selain pengaturan penangkapan. Jawaban : Penelitian hanya berupa evaluasi hasil tangkapan ikan dan memang belum difokuskan secara khusus untuk konservasinya. Upaya yang ada memang baru sebatas pengaturan pembatasan operasional penangkapan dengan jaring trawl dan sejenisnya, serta pembatasan upaya penangkapan alat tangkap yang tidak selektif seperti trammel net. Regulasi pembatasan penangkapan cukup sulit penerapannya karena terkait dengan lapangan pekerjaan. Alternatifnya dengan melakukan penutupan area tangkap secara menyeluruh di kawasan estuari sungai Panjang. JUDUL
: Restocking Ikan Mola Sebagai Upaya Peningkatan Sumberdaya Ikan dan Pengendalian Blooming Fitoplankton di Waduk Cirata PENYAJI : Zahidah 1. Prawira Atmaja R.P. Tampubolon Pertanyaan : Saran, pengkelasan ukuran sebaiknya berdasarkan ukuran panjang, tidak dengan bobot. - Bagaimana metode yang digunakan untuk mengukur kelimpahan plankton (individu/mL) yang ada di dalam saluran pencernaan? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
-
Jawaban
:
Apa asumsi yang digunakan dalam penentuan jumlah 8 juta ekor, apakah dengan tidak memperhitungkan keberadaan ikan lain? Saran diterima, data panjang ikan tersedia jika ingin digunakan. Perhitungan yang dilakukan dilakukan dengan asumsi bahwa hanya terdapat ikan mola di perairan. Pengukuran kelimpahan plankton di saluran pencernaan dilakukan berdasarkan volume isi saluran pencernaan, selanjutnya jenis dan kelimpahan plankton yang ada di dalamnya dianalisis.
: Skenario Pemacuan Stock Kepiting Scylla serrata Berbasis KoManagemen PENYAJI : Sulastri 1. Astri Suryandari (BRPSI) Pertanyaan : Apakah kelompok nelayan sudah ada atau perlu diinisiasi terlebih dahulu.? Penyediaan benih perlu dukungan panti benih dalam rangka ko-management, apakah sudah cukup tersedia panti benih? Jawaban : Di Muara Kayang sudah ada kelompok nelayan dan panti benih untuk kepiting bakau, namun di tempat lain perlu diperkenalkan sistem konservasi dan inisiasi pembentukan kelompok nelayan. Pemacuan stok diharapkan dapat mendukung bisnis pemacuan stok, misalnya adanya usaha pendederan, pembenihan secara alami, pengumpulan benih kepiting dengan jaring di mangrove untuk menekan biaya pembenihan. JUDUL
JUDUL
: Karakteristik Biologi Beberapa Jenis Ikan Introduksi di Danau Tempe, Sulawesi Selatan PENYAJI : Samuel 1. Astri Suryandari (BRPSI) Pertanyaan : Klarifikasi mengapa di Danau Tempe ada ikan belanak dan ikan sidat mengingat jaraknya yang jauh dengan laut? Jawaban : Jenis-jenis ikan yang berkembang di Danau Tempe didominasi oleh ikan-ikan introduksi. Belanak ada namun jumlah tidak banyak. Kualitas ikan introduksi di Danau Tempe tidak berkembang, cenderung kurus walaupun jumlahnya melimpah. Jarak dengan laut tidak terlalu jauh namun ada ikan sidat karena adanya aliran Sungai. JUDUL : Spesies Asing Invasif PENYAJI : M.F. Rahardjo 1. Ahmad Zahid Pertanyaan : Bagaimana langkah ke depan untuk menanggulangi fenomena ikan introduksi? Bagaimana menyikapi anggapan sebagian besar masyarakat terkait dengan ikan mas dan ikan nila yang telah dianggap sebagai ikan lokal? Jawaban : Perlu diperhatikan bahwa introduksi ikan harus membawa manfaat, Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
jika ternyata merugikan sedapat mungkin dihindari atau dicegah. Perlu melihat relung yang kosong dalam lingkungan untuk melakukan introduksi ikan ke suatu badan perairan. Istilah ikan asli dan ikan introduksi di Indonesia kadang rancu. JUDUL
: Dampak Introduksi dan Penyebaran Ikan Terhadap Populasi Spesies Ikan Asli di Perairan Umum Daratan : Asyari
PENYAJI 1. Rupawan Pertanyaan
:
Jawaban
:
2. Sriati Saran
JUDUL PENYAJI 1. Sulastri Pertanyaan Jawaban
:
Apa dampak ikan introduksi terhadap sumberdaya ikan di perairan umum daratan? Mengapa upaya penebaran ikan pada masa lalu seperti ikan sepat siam, tawes, dan lain-lain relatif lebih berhasil dibandingkan dengan pada saat sekarang? Bukan ikan introduksi yang menjadi masalah, tapi apakah ikan introduksi tersebut menjadi invasif (mengganggu ikan asli). Diduga relung ekologi pada zaman dahulu masih banyak yang kosong dan ikan yang ditebar bersifat planktivor dan omnivor sehingga peluang keberhasilannya tinggi. Introduksi ikan pada masa sekarang relatif banyak yang kurang berhasil karena ikan yang ditebar cenderung bersifat karnivora. Introduksi selama ini terkesan lebih berorientasi pada keuntungan dan produksi. Keberhasilan introduksi (mas, dan lain-lain). Kebetulan ikan tersebut tidak berdampak negatif terhadap ikan asli. Saran saya, prioritas pemilihan jenis ikan introduksi adalah keterancaman (untuk tujuan konservasi) dan ekologi.
: Beberapa Aspek Biologi Ikan-Ikan Introduksi di Danau Mooat Sulawesi Utara : Ni Komang Suryati : :
Bagaimana ketersediaan pakan terkait dengan faktor kondisi yang bersifat allometrik? Kesimpulan yang diambil terkait dengan data suhu yang rendah sehingga pertumbuhannya lambat, Kondisi danau yang kurang subur diduga berpengaruh terhadap faktor kondisi yang allometrik negatif.
JUDUL
: Laju Pertumbuhan, Mortalitas dan Laju Penangkapan Ikan Patin di waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri, Jateng PENYAJI : Siti Nurul Aida 1. Ngurah Wiadnyana Pertanyaan : - Jadwal penelitian di metodologi apakah dilakukan di tahun 2010 atau 2011? - Pembahasan sebaiknya dikaitkan dengan topik FNPSI III Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban
:
- Data yang digunakan adalah data tahun 2010. - Pembahasan akan ditambahkan sesuai dengan tema FNPSI III. 2. Kunto Purnomo (BRPSI) Pertanyaan : K’ adalah kecepatan mencapai asimtut, jadi ‘K’ bukanlah laju pertumbuhan. Kenapa pertumbuhannya alometrik? Apakah ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi ikan tersebut? Jawaban : Perubahan pertumbuhan dikarenakan pada saat penebaran awal ikan memiliki ukuran yang sama. JUDUL
: Studi Kebiasaan Makanan Jenis-Jenis Ikan di Beberapa Situ dan Waduk di Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai Informasi Dasar Dalam Upaya Pengkayaan Stok PENYAJI : Astri Suryandari 1. Ngurah Wiadnyana Pertanyaan : Apakah jenis ikan yang sama dapat berubah jenis makanannya? Jawaban : Bisa, tergantung dari kondisi lingkungan dimana ikan tersebut hidup. JUDUL : Domestikasi Ikan Hias Rasbora Srigunting PENYAJI : Mochammad Zamroni 1. Ngurah Wiadnyana Pertanyaan : Urgensi dari ikan tersebut apakah sudah langka atau kita dapat melakukan pengelolaannya? Apakah untuk usia ikan yang lebih panjang dapat dilakukan domestifikasi? Jawaban : - Ikan ini belum langka tetapi trend perdaganagn ikan ini mulai meningkat. Data tersebut didapatkan dari jejaring sosial yang oleh Balai Riset Ikan Hias, Depok. - Siklus di alam sampai sekarang belum diketahui. 2. Kunto Purnomo (BRPSI) Pertanyaan : Tolong diklarifikasi dalam penamaan cacing darah, apakah Chironomus sp ataukah tubifex? Jawaban : Ralat diterima
c. RUANG C : BIDANG PENEBARAN / RESTOCKING JUDUL
: Populasi Ikan Karang dan Biota Penempel di Sekitar Terumbu Buatan Perairan P. Kotok Kecil dan P. Harapan, Kep. Seribu PENYAJI : Amran Roni Syam 1. Suwarno Hadi Susanto (Fak. Biologi, UGM) Pertanyaan : - Berapa nilai kualitas air pada saat sebelum dan sesudah penanaman terumbu karang buatan? - Berapa Luas terumbu karang buatan yang layak? - Berapa nilai indeks diversitas plankton? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban
:
-
Luasan terumbu karang buatan yang layak adalah 6 x 6 m, tinggi 0,4 m dan jarak 300 m 2. Sri Turni Hartati (P4KSI) Pertanyaan : - Berapa nilai kualitas air pada saat sebelum dan sesudah penanaman terumbu karang buatan? - Berapa Luas terumbu karang buatan yang layak? - Berapa nilai indeks diversitas plankton? Jawaban : - Perbandingan terumbu karang buatan yang di Bali dan NTB sudah ada yang dipilah-pilah berdasarkan usia - Terumbu karang buatan pada saat pengamatan adalah 1 bulan. JUDUL
: Potensi Ekosistem Hutan Mangrove Untuk Pengembangan Silvofishery di Taman Nasional Alas Purwo PENYAJI : Erni Poedjirahayu 1. Suwarno Hadi Susanto (Fak. Biologi, UGM) Pertanyaan : Bagaimana kondisi kerapatan hutan mangrove yang di luar dan di dalam hutan lindung? Jawaban : Sejak lama masyarakat di sekitar alas purwo sudah memanfaatkan hutan mangrove untuk perumahan dan ada juga yang mencuri kayu 2. Dulmiat Iriana (FPIK, UNPAD) Pertanyaan : - Bagaimana nilai kualitas air bisa tinggi, seperti DO bisa jenuh, Ph kurang asam? - Apakah memang ada hubungan antara pelestarian hutan mangrove dengan keperluan masyarakat atas hutan mangrove? Jawaban : - Sifat kimia yang tinggi karena pasokan dari sungai yang tinggi, seperti salinitas payau nilainya 10-20. - Konversi hutan mangrove 1:4, artinya 1 hektar hutan mangrove untuk perikanan, seperti tambak, dan 4 hektar untuk kelestarian hutan. 3. Sri Turni Hartati (P4KSI, BALITBANG KP) Pertanyaan : - Apa yang dimaksud silvofihery - Nilai Indeks diversitas plankton yang dipakai siapa? Kenapa nilainya bisa 3! Jenis planktonnya apa fito atau zoo? Jawaban : - Hutan mangrove yang dimanfaatkan untuk perikanan tambak. JUDUL
: Status Komunitas Ikan di Perairan Sungai Klawing dan Serayu Somagede, Banyumas, Jawa Tengah, dalam Rangka Menjaga Kelestariannya PENYAJI : Suwarno Hadi Susanto (Fak. Biologi-UGM) 1. Kunto Purnomo (BRPSI) Pertanyaan : Di Ecyclopedia fishery ada banyak jenis ikan spesies tor dan rasbora. Jawaban : Terima kasih atas masukannya 2. Pandoe Prahoro (BRPSI) Pertanyaan : Apa hubungannya alat tangkap elektrik dengan status komunitas ikan? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban : Alat tangkap elektrik dipakai pada kondisi lapangan yang sulit 3. Dulmiat Iriana Pertanyaan : Populasi ikan yang tinggi pada kondisi lingkungan seperti apa? Jawaban : Penurunan keragaman spesies ikan tertentu, seperti di Jawa Barat, ikan uceng sudah punah tapi di Banyumas, ikan uceng masih banyak. : Potensi Budidaya Ikan Hias Rasbora sp untuk Mendukung Konservasi Sumberdaya Ikan di Perairan Umum PENYAJI : Nurhidayat (BRBIH-Depok) 1. Kunto Purnomo (BRPSI) Pertanyaan : Di Ecyclopedia fishery ada banyak jenis ikan spesies tor dan rasbora. Jawaban : Terima kasih atas masukannya 2. Erni Poedjirahajoe Pertanyaan : Perlu dipikirkan cara pembudidayaan ikan Rasbora sp. secara cepat. Jawaban : Cara pembudidayaan secara cepat sedang diteliti dan diusahakan. 3. Pandoe Prahoro (BRPSI) Pertanyaan : Objek penelitian tidak jelas sebab data potensi ikan hias yang ditampilkan banyak dilaut bukan dari air tawar? Ditampilan yang banyak koq tentang biologi ikannya? Jawaban : Ya memang mengarah ke biologi ikannya 4. Dulmiat Iriana Pertanyaan : Apakah ikan Rasbora sp. bisa hidup pada kondisi perairan yang tercemar oleh limbah industri? Jawaban : Bisa hidup di perairan yang tercemar JUDUL
JUDUL
: Penyelamatan Habitat Ikan Melalui Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Kutawaru, Cilacap. PENYAJI : Suwarno Hasanbahri 1. Erni Poedjirahajoe Pertanyaan : Masyarakat sudah maju tentang perikanan maka konservasi sudah berjalan tapi hutan mangrove-nya sudah berfungsi dengan baik atau tidak? Menurut kamus kehutanan yang disebut hutan mangrove berfungsi untuk menahan gelombang besar laut bukan yang tumbuh di paritparit sekitar tambak. Jawaban : Mangrove yang ada di petak-petak belakang kampung merupakan kompensasi bagi masyarakat agar tidak mengganggu hutang mangrove yang ada di pinggir pantai. 2. Pandoe Prahoro (BRPSI) Pertanyaan : Pokok bahasannya tentang penyelamatan ikan tapi koq tampilannya tentang rehabilitasi hutan mangrove dan perilaku masyarakat. Jawaban : Judulnya tidak terbalik, rehabilitasi mangrove dalam rangka Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
penyelamatan ikan dan ada korelasinya dengan perilaku manusia yang sering memanfaatkan hutan mangrove. 3. Dulmiat Iriana Pertanyaan : Apa betul mangrove tidak bisa dibudidayakan dalam petak khusus? Jawaban : Tidak betul, pengalaman di Lahat, Sumbar, parit-parit yang ada di tambak ikan dijadikan lahan percontohan pohon mangrove. JUDUL
: Potensi Sumberdaya Perikanan Beberapa Perairan Di Jawa Barat Dan Jawa Tengah PENYAJI : Kunto Purnomo 1. Suwarno Hadi Susanto Pertanyaan : Danau di betawi namanya empang, di Jabar namanya situ dan di Jatim namanya ranu. Secara limnologis, danau dan waduk itu berbeda, danau umumnya, Ph nya bisa diukur sedangkan di waduk, Ph nya tidak bisa diukur. Jawaban : Betul, Ph bisa diukur di semua danau tapi penelitian ini terbatas hanya 1 tahun. : Status Pemulihan Stok Teripang Pasir (Holothuria scabra) di Perairan Kepulauan Seribu PENYAJI : Sri Turni Hartati 1. Suwarno Hadi Susanto Pertanyaan : Apa ada teripang yang sulit ditangkap? karena di tampilan ada kata “teripang yang mudah ditangkap”. Jawaban : Ya pak, akan ada perbaikan penulisan. 2. Istiyanto Samidjan Pertanyaan : - Teripang yang kecil sering mati, seperti yang terjadi pada budidaya teripang di Pulau Karimun Jawa karena adanya predator - Kondisi perairan seperti apa yang sesuai untuk budidaya teripang yang kecil maupun besar? - Apakah jenis makanan berpengaruh terhadap pertumbuhan teripang? Jawaban : - Tujuan kegiatan ini bukan untuk budidaya tapi untuk restocking teripang di alam. Ukuran kurang dari 200 gr sangat riskan di alam. - Persyaratan perairan yang jernih untuk jenis teripang yang lain tapi teripang yang di Kep. Seribu, perairannya keruh dan lempung - Ya betul, jenis makanan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan teripang JUDUL
JUDUL
: Status Pemanfaatan dan Aspek Biologi Ikan Banggai Cardinal Fish (Pterapogon kauderni) di Kepulauan Banggai. PENYAJI : Kamaludin 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : - Rata-rata hasil tangkapan sekarang dan hasil sebelumnya berbeda. Bagaimana dengan length of maturity nya? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban
:
-
Apakah grafik yang ditampilkan itu total length atau fork length? Untuk analisis tersebut sudah dihitung Grafik panjang cagak bukan panjang total
JUDUL
: Membangun Sistim Konservasi Habitat Ikan di Sungai Citarum Melalui Adopsi Sistim Lubuk Larangan PENYAJI : Triyanto 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : - Jenis-jenis ikan Citarum, sebelum pembendungan Cirata dan Saguling tahun 1983 sudah ada datanya. Untuk lubuk larangan sangat sulit diterapkan di sungai citarum karena adanya pencemaran dan pembendungan sungai jadi habitat aslinya hilang! Tapi bisa juga lubuk larangan untuk ikan-ikan kecil saja, terutama di Cirata. Jawaban : Terima kasih atas masukannya 2. Muhyamin Pertanyaan : Persoalan yang krusial apabila konservasi di suatu tempat atau daerah diterapkan di tempat lain karena adanya perbedaan hukum adat dan akan menjadi kendala sosial yang baru. Jawaban : Kendala sosial dapat diatasi secara bertahap dan usaha konservasi dapat dipadukan dengan bisnis perikanan, seperti untuk pemancingan. : Konservasi Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia boesemani) Melalui Budidaya PENYAJI : Tutik Kadarini 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : Di Papua ikan rainbow belum dimanfaatkan sebagai ikan hias jadi tidak termasuk ikan yang dilindungi. Data darimana yang mengatakan ikan rainbow sudah hampir punah? Sarannya lebih baik membuat konservasi kawasan (in situ); menetapkan kawasan pemijahan. Jawaban : Acuannya dari buku “Ikan langka….” terbitan KTNL-KP3K. JUDUL
JUDUL
: Konservasi dengan Pendekatan Komunitas untuk Mendukung Budidaya Ikan Hias Berkelanjutan PENYAJI : Lies Emmawati 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : Komunitas yang dimaksud itu, komunitas ikan atau masyarakat? Jawaban : Komunitas yang dimaksud adalah komunitas ikan dan lingkungannya. 2. Muhyamin Pertanyaan : - Apa yang dimaksud dengan komunitas sama dengan konservasi atau tidak?
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban
:
- Harus ada isu besar yang menjadi landasan bagi penentuan kawasan konservasi - Jawaban sama dengan Pak Endi - Ya pak, terima kasih atas masukannya
d. RUANG D : BIDANG REHABILITASI, MITIGASI DAN SOSIAL EKONOMI JUDUL
: Kelimpahan dan Sebaran Larva Udang Penaeid di Perairan Pemangkat dan Sekitarnya PENYAJI : Duranta D. Kembaren 1. Ngurah Widanyana & Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : - Perlu diluruskan kalo Lucifer bukan larva udang - Satuan dari fitoplankton bukan ind/l tapi sel/l. - Apakah lokasi tersebut bisa disebut sebagai daerah
Jawaban
:
-
refugia? Berapa luasannya dan apa korelasi larva dengan O2 dan pH? Ada keraguan antara larva udang dengan Lucifer karena ukurannya yang sangat kecil.
Stasiun tersebut merupakan daerah penangkapan tapi armadanya kecil sehingga nelayan tidak berani menangkap udan lebih jauh kearah laut lepas. Sedangkan korelasi antara larva dengan O2 dan pH adalah korelasi negatif.
JUDUL
: Pengukuran Efektivitas Kelembagaan Dalam Rangka Keberlanjutan Pemanfaatan dan Pengelolaan Perairan Waduk Malahayu, Jawa Tengah PENYAJI : Tajerin 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : Apa kelemahan pemasaran, monitoring dan evaluasi? Jawaban : - Restoking sebagai upaya mengatasi kelemahan tersebut diatas. - Penyediaan benih untuk restoking, penyedia benih oleh
UPR untuk restoking dan sebagian lagi untuk dijual. JUDUL
: Penelitian Daerah Asuhan Udang Penaeid di Perairan Pemangkat Kalimantan Barat PENYAJI : Widjatmiko 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : Apa satuan komposisi hasil tangkapan beam trawl? Jawaban : Komposisinya dalam berat
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
PROSIDING FORUM NASIONAL PEMACUAN SUMBER DAYA IKAN III Hotel Grand Royal Panghegar Bandung, 18 Oktober 2011 Diterbitkan Oleh
: Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan
DEWAN REDAKSI Ketua
: Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc
Anggota
: Prof. Dr. Ir. M. F. Rahardjo, DEA Drs. Kunto Purnomo MS.
Redaksi Pelaksana : Yayuk Sugianti, S. St.Pi Nanang Widarmanto, S. Pi Andri Warsa, S. Si. Masayu Rahmia A.P., S. Si. Dimas Angga Hedianto, S. Pi. Agus Arifin S., S. Pi. Edita Eka Prasetia, S. MB. Santoso Dwi Atmojo Alamat Redaksi
: Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Jl. Cilalawi No. 1, Jatiluhur, Purwakarta
Hak Cipta Oleh
: Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan
Pengutipan
: Kartamihardja, E. S. et al., 2011. Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Yth. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, KP3K, KKP Yth. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran Yth. Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Yth. Ketua Masyarakat Iktiologi Indonesia Yth. Para Kepala Balai Lingkup Balitbang KP, serta Para Peneliti dan Pemerhati Konservasi Sumber Daya Ikan Yang saya Banggakan Assalamu’alaikum Wr. Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua Mengawali sambutan ini, saya ingin mengajak semua yang hadir untuk memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ijin dan rahmat-Nya kita dapat berada di sini untuk menghadiri acara Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan Ke 3. Saudara–saudara sekalian yang saya hormati Indonesia sebagai negara kepulauan sekitar 70% dari wilayahnya atau 5,8 juta km2 merupakan perairan laut dengan panjang pantai sekitar 95.181 km. Disamping perairan laut, Indonesia juga memiliki perairan umum daratan dengan luas 54 juta hektar yang terdiri dari sungai dan rawa banjiran, danau, waduk, dan rawa. Wilayah perairan Indonesia tersebut memiliki sumber daya produk kelautan dan perikanan yang besar. Perairan laut kita dihuni oleh lebih dari 2000 jenis ikan, sedangkan perairan umum daratan dihuni lebih dari 1000 jenis ikan. Potensi sumber daya ikan di perairan laut ditaksir sebesar 6,4 juta ton per tahun dengan produksi ikan yang telah dicpai pada tahun 2010 sebesar 4,8 juta ton, sedangkan potensi sumber daya ikan di perairan umum daratan ditaksir sebesar 3,1 juta ton per tahun dengan rata-rata produksi ikan yang telah dicapai sekitar 300.000 ton. Lemahnya pencatatan data produksi ikan di perairan umum daratan menyebabkan angka produksi yang tercatat masih jauh lebih rendah dari kenyataan di lapangan. Potensi sumber daya ikan yang cukup besar ini dapat diandalkan bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia jika dikelola secara rasional, i
dengan memperhatikan keseimbangan antara tingkat eksploitasi dengan tingkat rekrutmen
dari
jenis-jenis
ikan
yang
tersedia
serta
menjaga
kualitas
lingkungannya. Perairan umum daratan sebagai salah satu wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia juga berperan penting sebagai sumber protein dan ketahanan pangan, sumber ekonomi masyarakat, sumber lapangan kerja, sumber plasma nutfah dan genetik, sumber devisa negara dan pendapatan asli daerah serta objek wisata. Dewasa ini eksploitasi sumber daya ikan di perairan laut yang termasuk dalam 11 WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) RI, umumnya sudah menunjukkan tingkat ekploitasi yang optimum, bahkan tingkat eksploitasi beberapa stok ikan sudah menunjukkan tingkat eksploitasi berlebih (over exploitation). Kerusakan terumbu karang sebagai habitat penting bagi kelangsungan hidup sumber daya ikan yang terus meningkat di perairan laut juga memicu penurunan stok sumber daya ikan. Kondisi ini juga diperparah dengan maraknya IUU Fishing. Di perairan umum daratan, eksploitasi sumber daya ikan di beberapa badan air juga sudah menunjukkan eksploitasi berlebih sehingga beberapa jenis ikan ekonomis penting menjadi langka atau terancam punah. Penurunan sumber daya ikan tersebut juga dipercepat dengan menurunnya kualitas lingkungan perairan
karena
pencemaran,
perubahan
dan
hilangnya
habitat
karena
pembendungan sungai dan alih fungsi lahan rawa, serta penangkapan dengan menggunakan racun, listrik dan bahan peledak. Paradigma “pro-green” atau “pro-sustainability” dalam pembangunan perikanan yang merupakan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan perlu mendapatkan dukungan serta tindak lanjut pelaksanaan di lapangan. Oleh karena itu, upaya pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan merupakan strategi penting yang harus dilaksanakan bagi tercapainya pemanfaatan sumber daya ikan secara optimum dan lestari. Pemahaman mengenai perlunya pengelolaan sumber daya perikanan secara konferehensif dimana keterkaitan dengan aspek lingkungan dan manusia merupakan inti permasalahan keseimbangan yang perlu ditangani secara bijak. Upaya pengelolaan sumber daya perikanan tidak hanya berorientasi pada pemanfaatan sumber daya atau produksi saja, tapi harus dapat
ii
mengintegrasikan keseluruhan sub sistem dalam sistem pengelolaan sumber daya perikanan. Tiga komponen yang saling terkait dalam pengelolaan sumber daya perikanan yaitu habitat sebagai tempat hidup, ikan sebagai komoditas dan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan tersebut. Adapun prinsip pokok pengelolaan sumber daya perikanan adalah: 1. Pembangunan yang memperhatikan kelestarian lingkungan, sadar dan berbuat
untuk
memelihara
kelestarian
sumber
daya
alam
dan
lingkungannya 2. Pengelolaan perikanan, melaksanakan penataan kegiatan perikanan sehingga dicapai tingkat pemamfaatan sumberd aya ikan yang optimum dan lestari 3. Perencanaan pengelolaan perikanan, menentapkan rencana pengelolaan perikanan secara baik dan memenuhi kebutuhan pemanfaatan sumber daya ikan 4. Pemangku kepentingan, sebagai subjek utama yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan perikanan 5. Membentuk badan pengelola yang mempunyai otoritas dalam penyususan rencana, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi pengelolaan perikanan 6. Kesepakatan pengambilan keputusan di antara pemangku kepentingan, 7. Peraturan/perundangan, kesepakatan yang diterjemahkan dalam susunan aturan dalam rencana perikanan dalam hukum positif. Saudara – saudara yang saya hormati, Pengelolaan perikanan merupakan semua upaya, termasuk proses yang terintergrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan dan implementasi, serta penegakan hukum dari peraturan perundang – undangan di bidang perikanan yang dilakukan oleh otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.
iii
Konservasi sumber daya ikan dapat dilakukan dengan cara menetapkan kawasan konservasi baik ditujukan untuk konservasi kawasan, konservasi jenis maupun konservasi genetik. Di perairan laut, untuk meningkatkan stok ikan dan konservasi sumber daya ikan dilakukan dengan menetapkan daerah refugia, kawasan konservasi dan rehabilitasi habitat terumbu karang. Di perairan umum daratan, upaya pengelolaan perikanan secara rasional dan konservasi sumber daya ikan yang bertujuan untuk melestarikan sumber daya ikan dan meningkatkan hasil tangkapan ikan dapat dilakukan melalui beberapa opsi sebagai berikut: 1. peningkatan stok ikan (stock enhancement) yang dapat dilakukan melalui upaya penebaran (stocking), penebaran kembali (restocking) atau introduksi ikan dengan pendekatan kehati-hatian. 2. pemulihan sumber daya ikan melalui upaya rehabilitasi habitat dan atau pembentukan suaka perikanan (protected area) 3. penetapan regulasi penangkapan dan peraturan perikanan lainnya 4. pembentukan kelembagaan pengelolaan, pengawasan dan pengendalian yang diikuti dengan upaya penegakan hukum (law enfrocement) Opsi–opsi pengelolaan yang akan dipilih sangat bergantung pada kondisi perairan, sosial-ekonomi dan masyarakat nelayan setempat. Saudara-saudara yang saya banggakan, Pengelolaan perikanan tidak hanya mengelola sumber daya ikannya tetapi harus dilakukan secara terpadu, bersifat adaptif dan melibatkan pemanfaat di sektor non perikanan. Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) mengisyaratkan bahwa setiap Negara yang ikut serta dalam pengelolaan perikanan, melalui suatu kerangka kebijakan, hukum dan kelembagaan yang tepat harus mengadopsi langkah-langkah untuk konservasi jangka panjang dan pemanfaatan sumber daya ikan yang berkelanjutan. Langkah-langkah konservasi dan pengelolaan tersebut haruslah didasarkan pada bukti ilmiah yang akurat yang tersedia dan dirancang untuk menjamin kelestarian pada tingkat sasaran pemanfaatan yang optimum dan mempertahankan ketersediaannya untuk generasi
iv
kini dan mendatang. Di samping itu, agar sumber daya ikan, baik di laut maupun perairaan umum daratan ini tetap dapat menjadi andalan nasional, maka seluruh pemangku kepentingan harus bekerjasama untuk mengelolanya dengan rasional. Dalam hal ini, saya melihat, berkumpulnya para pakar, peneliti, pengambil kebijakan dan praktisi perikanan di sini sebagai pertanda baik bagi terjalinnya komunikasi, saling tukar menukar informasi ilmiah antar pemangku kepentingan untuk merumuskan strategi pemacuan stok dan konservasi sumber daya ikan. Hadirin yang berbahagia Dengan merujuk kepada hal di atas, maka saya menyambut baik Forum Pemacuan Sumber Daya Ikan III yang diadakan oleh Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) ini. Mengakhiri sambutan saya ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya acara forum ini. Semoga Tuhan senantiasa membimbing upaya kita dalam memajukan ilmu pengetahuan terutama di bidang kelautan dan perikanan demi kesejahteraan bangsa dan negara. Akhir kata, dengan mengucap ”Bismillahirohmannirahim”, saya buka secara resmi Forum Pemacuan Sumber Daya Ikan III ini. Selamat berdiskusi dan selamat berseminar. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 18 Oktober 2011 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan,
Dr. Ir. Endhay Kusnendar Mulyana Kontara
v
KATA PENGANTAR
Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III (FNPSI III) diselenggarakan di Hotel Grand Royal Panghegar, Bandung, pada tanggal 18 Oktober 2011 dengan tema “Konservasi Bagi Kelestarian Sumber Daya dan Kestabilan Produksi Ikan”. Penyelenggaraan FNPSI III oleh Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (BP2KSI) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Pusat Penelitian Biologi LIPI dan Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII).
Berdasarkan
Perjanjian
Kerjasama
No.
17.1/Balitbang
KP.1.3/
HM.430/06/2011, kegiatan FNPSI III ini dibiayai oleh APBN Tahun Anggaran 2011 dengan Nomor: SP.DIPA : 0180/032-11.0/XII/2010. FNPSI III merupakan lanjutan dari FNPSI I tahun 2007 dengan tema “Peningkatan Peran Pemacuan Stok Dalam Produksi dan Konservasi Sumber Daya Ikan” dan FNPSI II tahun 2009 dengan tema “Pemacuan Sumber Daya Ikan : Peluang dan Tantangan”. Makalah yang disajikan sebanyak 66 makalah oral dan poster yang merupakan hasil seleksi tim evaluator dari 108 abstrak yang masuk. Prosiding ini memuat makalah yang telah melalui proses perbaikan, penelaahan dan penyuntingan baik pada saat seminar dan setelah seminar dilaksanakan oleh peserta dan dewan redaksi. Dari proses tersebut, makalah yang dapat diterbitkan berjumlah 65 makalah. Kami berharap prosiding ini dapat bermanfaat sebagai acuan dan sumber informasi yang berguna bagi kelestarian sumber daya dan kestabilan produksi ikan dalam rangka mendukung pembangunan perikanan yang berkelanjutan di Indonesia. Purwakarta, 01 Desember 2011 Kepala Balai,
Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo vi
LAPORAN KETUA PANITIA FORUM NASIONAL PEMACUAN SUMBER DAYA IKAN III Yth. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Yth. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, KP3K, KKP atau yang mewakili Yth. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran atau yang mewakili Yth. Kepala Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Yth. Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Yth. Ketua Masyarakat Iktiologi Indonesia Yth. Kepala Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Yth. Kepala Balai Penelitian Perikanan Laut Yth. Kepala Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Yth. Kepala Dinas Kelautan Perikanan Provinsi, kabupaten dan kota seluruh Indonesia, Prof. Dr. Endi Setiadi Kartamihardja Para Peneliti dan Pemerhati Konservasi Sumber Daya Ikan Yang saya Banggakan Assalamu’alaikum Wr. Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ijinNya sehingga terlaksana kegiatan Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III pada hari ini Selasa tanggal 18 Oktober 2011 di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung. Selanjutnya kami Panitia melaporkan bahwa Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III dengan tema “Konservasi bagi Kelestarian Sumber Daya dan Kestabilan Produksi Ikan” merupakan lanjutan dari FNPSI II yang telah dilaksanakan pada tahun 2009 di Purwakarta dengan tema “Pemacuan Sumber Daya Ikan : Peluang dan Tantangan”. Perpindahan lokasi Forum ke Bandung dengan tujuan mempermudah transportasi bagi para peserta dengan demikian berharap akan meningkatkan kehadiran para peserta.
vii
Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III dilaksanakan dengan latar belakang kondisi sumber daya ikan saat ini cenderung menurun dan sebagian dalam kondisi kritis. Kondisi tersebut disebabkan oleh illegal loging dan tangkap lebih, penggunaan alat tangkap yang merusak lingkungan, pencemaran, perubahan habitat dan spesies asing yang merusak. Kesemuanya itu menunjukkan adanya pengelolaan perikanan yang tidak tepat sehingga menyebabkan penurunan biodiversitas. Kebijakan dan program konservasi sumber daya ikan memerlukan data dan informasi ilmiah hasil penelitian mengenai dinamika sumber daya ikan (termasuk pola distribusi spasial dan temporal), dampak perubahan iklim dan habitat, sosial ekonomi, kelembagaan dan kearifan lokal, introduksi spesies, penebaran kembali dan pengkayaan stok serta rehabilitasi habitat. Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III dilaksanakan atas kerjasama antara Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjajaran,
Masyarakat Iktiologi Indonesia dan Pusat Penelitian Biologi LIPI. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pendanaan dari APBN 2011 di Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Adapun Peserta dan Pemakalah di FNPSI III berjumlah 67 peserta: Ruang lingkup kegiatan FNPSI III terdiri dari : 1. Konservasi SDI : konservasi kawasan, jenis dan genetik 2. Konservasi sumber daya ikan dan perubahan iklim 3. Penebaran kembali ikan 4. Rehabilitasi dan Mitigasi serta 5. Kearifan lokal dalam konservasi sumber daya ikan, kelembagaan dan Sosial ekonomi Dalam FNPSI III telah terdaftar 108 abstrak dan abstrak yang terseleksi dari evaluasi 78 abstrak, sedangkan makalah yang disajikan pada pelaksanaan berjumlah 66 makalah. Kami panitia mengusahakan untuk mendistribuikan prosiding FNPSI III pada bulan Desember 2011, maka dengan berakhirnya forum ini, dewan redaksi akan melakukan evaluasi makalah.
Bagi makalah yang
memenuhi syarat maka dapat diajukan untuk dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah lainnya yang terakreditasi yang dikelola oleh penyelenggara FNPSI III yaitu
viii
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, BAWAL, Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, Indonesian Fisheries Research Journal (IFRJ) dan Jurnal Iktiologi Indonesia (JII-MII). Pada kesempatan ini kami Panitia mengucapkan Terima kasih kepada : 1. Pemakalah utama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menghadiri acara ini yaitu : -
Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, KP3K, KKP dengan tema : “Arah Kebijakan dan Strategi Konservasi Sumber Daya Ikan untuk Mendukung Visi KKP”
-
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjajaran dengan tema :”Peran UNPAD dalam Penyediaan SDM di Bidang Konservasi Sumber Daya Ikan”
2. Kepala Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan ini . Setelah ini kami mohon kesediaan Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan Perikanan untuk membuka Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III dan selanjutnya memberikan pengarahan. Akhir kata atas nama panitia, kami memohon maaf atas segala kekurangan selama kegiatan ini berlangsung semoga kegiatan ini akan bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Bandung, 18 Oktober 2011. Ketua Panitia
Dra. Adriani Sri Nastiti, MS.
ix
RUMUSAN Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III Bandung, 18 Oktober 2011 Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III (FNPSI III) di Hotel Grand Royal Panghegar, Bandung, 18 Oktober 2011 dengan Tema :“ Konservasi bagi kelestarian sumber daya dan kestabilan produksi ikan “. FNPSI
III
diselenggarakan oleh Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (BP2KSI) bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD, Pusat Penelitian Biologi LIPI dan Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII). FNPSI III diikuti oleh 78 makalah yang telah terseleksi oleh tim evaluator dari 108 makalah yang masuk. FNPSI III dibuka oleh Kepala Badan Litbang Kelautan Perikanan KKP, dengan dua makalah utama yaitu 1. Peluang dan tantangan konservasi sumber daya ikan di Indonesia dari
KP3K KKP. 2. Peran UNPAD dalam penyediaan SDM di bidang Konservasi sumber daya
perikanan, dari UNPAD. Dalam arahan pembukaan Ka Balitbang menjelaskan bahwa dewasa ini eksploitasi sumber daya ikan di perairan laut yang termasuk dalam 11 WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) RI, umumnya sudah menunjukkan tingkat ekploitasi yang optimum, bahkan tingkat eksploitasi beberapa stok ikan sudah menunjukkan tingkat eksploitasi berlebih (over exploitation). Kerusakan terumbu karang sebagai habitat penting bagi kelangsungan hidup sumber daya ikan yang terus meningkat di perairan laut juga memicu penurunan stok sumber daya ikan.Kondisi ini juga diperparah dengan maraknya IUU Fishing. Di perairan umum daratan, eksploitasi sumber daya ikan di beberapa badan air juga sudah menunjukkan eksploitasi berlebih sehingga beberapa jenis ikan ekonomis penting menjadi langka atau terancam punah.Penurunan sumber daya ikan tersebut juga dipercepat dengan menurunnya kualitas lingkungan perairan karena pencemaran, perubahan dan hilangnya habitat karena pembendungan sungai dan alih fungsi lahan rawa, serta penangkapan dengan menggunakan racun, listrik dan bahan peledak.
x
Paradigma “pro-green” atau “pro-sustainability” dalam pembangunan perikanan yang merupakan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan perlu mendapatkan dukungan serta tindak lanjut pelaksanaan di lapangan.Oleh karena itu, upaya pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan merupakan strategi penting yang harus dilaksanakan bagi tercapainya pemanfaatan sumber daya ikan secara optimum dan lestari. Konservasi sumber daya ikan dapat dilakukan dengan cara menetapkan kawasan konservasi baik ditujukan untuk konservasi kawasan, konservasi jenis maupun konservasi genetik. Di perairan laut, untuk meningkatkan stok ikan dan konservasi sumber daya ikan dilakukan dengan menetapkan daerah refugia, kawasan konservasi dan rehabilitasi habitat terumbu karang. Di perairan umum daratan, upaya pengelolaan perikanan secara rasional dan konservasi sumber daya ikan yang bertujuan untuk melestarikan sumber daya ikan dan meningkatkan hasil tangkapan ikan dapat dilakukan melalui beberapa opsi sebagai berikut: 1. Peningkatan stok ikan (stock enhancement) yang dapat dilakukan melalui upaya penebaran (stocking), penebaran kembali (restocking) atau introduksi ikan dengan pendekatan kehati-hatian. 2. Pemulihan sumber daya ikan melalui upaya rehabilitasi habitat dan atau pembentukan suaka perikanan (protected area) 3. Penetapan regulasi penangkapan dan peraturan perikanan lainnya 4. Pembentukan kelembagaan pengelolaan, pengawasan dan pengendalian yang diikuti dengan upaya penegakan hukum (law enfrocement) Opsi–opsi pengelolaan yang akan dipilih sangat bergantung pada kondisi perairan, sosial-ekonomi dan masyarakat nelayan setempat. Pengelolaan perikanan tidak hanya mengelola sumber daya ikannya tetapi harus dilakukan secara terpadu, bersifat adaptif dan melibatkan pemanfaat di sektor non perikanan.Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) mengisyaratkan bahwa setiap Negara yang ikut serta dalam pengelolaan perikanan, melalui suatu kerangka kebijakan, hukum dan kelembagaan yang tepat harus mengadopsi langkah-langkah untuk konservasi jangka panjang dan
xi
pemanfaatan sumber daya ikan yang berkelanjutan. Rekomendasi Ka Balitbang pada FNPSI III adalah : 1. Pada FNPSI selanjutnya mengikutkan masyaraat pelaku Konservasi. 2. FNPSI diharapkan menghasilkan bahan kebijakan yang dapat digunakan oleh pemerintah. Peluang Konservasi Sumber Daya Ikan (KSDI) Kawasan konservasi perairan yang terlindungi dengan baik, secara ekologis akan mengakibatkan beberapa hal berikut terkait dengan perikanan: (1) habitat yang lebih cocok dan tidak terganggu untuk pemijahan induk; (2) meningkatnya jumlah stok induk; (3) ukuran (body size) dari stok induk yang lebih besar; dan (4) larva dan recruit hasil reproduksi lebih banyak. Sebagai akibatnya, terjadi kepastian dan keberhasilan pemijahan pada wilayah kawasan konservasi. Keberhasilan pemijahan di dalam wilayah Kawasan Konservasi perairan dibuktikan memberikan dampak langsung pada perbaikan stok sumber daya perikanan di luar wilayah kawasan konservasi laut. Peran Kawasan Konservasi perairan adalah melalui: (1) ekspor telur dan larva ke luar wilayah KKP yang menjadi wilayah Fishing Ground nelayan; (2) kelompok recruit; (3) penambahan stok yang siap ambil di dalam wilayah penangkapan. Indikator keberhasilan yang bisa dilihat adalah peningkatan hasil tangkapan nelayan di luar kawasan konservasi setelah beberapa saat setelah dilakukan penerapan KKP secara konsisten. Seberapa jauh efektivitas Kawasan Konservasi Perairan mampu memenuhi fungsi (peran) tersebut akan sangat tergantung pada pembatasan yang diterapkan pada kegiatan perikanan dan jenis pemanfaatan lainnya, model, bentuk maupun posisi/letak wilayahnya, khususnya ukuran zona/wilayah yang dijadikan perlindungan
(no
take
area)
dibandingkan
dengan
zona
pemanfaatan
(penangkapan). Selain penetapan status perlindungan jenis ikan, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi penurunan suatu populasi di alam, yaitu: (1) pembatasan perdagangan, (2) penebaran kembali (restocking), (3) pembatasan ukuran alat tangkap, (4) penetapan kuota perdagangan, dan (5) kampanye tidak mengkonsumsi ikan langka.
xii
Tantangan KSDI Kondisi Sumber Daya Ikan telah terdegradasi sehingga stok SDI menurun. Data Departemen kelautan dan perikanan (2007) menyatakan bahwa sebagian besar wilayah pengelolaan perikanan (WPP) Indonesia telah overfishing dan dalam kondisi kritis, yang disebabkan karena pengelolaan SDI yang tidak ramah lingkungan, yang menyebabkan stok SDI tidak berkelanjutan. Sehingga terjadinya penurunan produksi tersebut sangat merugikan masyarakat dan memerlukan waktu yang lama untuk pulih kembali. Oleh sebab itu wajar apabila terus-menerus dikembangkan upaya pengelolaan perikanan berkelanjutan, antara lain melalui pengembangan Konservasi Sumber daya Ikan (KSDI). Dengan adanya dukungan peraturan perundangan terkait KSDI (UU 31/2004, UU 27/2007, PP 60/2007), pembentukan kelembagaan KKP dan penunjukan sebagai otoritas pengelola (Management Authority) KSDI, kearifan lokal dalam KSDI, dan jejaring pengelolaan KSDI (SSME, CTI) memberikan peluang terselenggaranya KSDI di Indonesia. Tantangan lain dalam menjalankan KSDI, diantaranya yaitu :(1) Wilayah Indonesia yang sangat luas, (2) Data dasar dan kajian ilmiah KSDI masih terbatas (3) Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan belum dibarengi pengelolaan yang efektif (5) Pemanfaatan berlebih (over exploitation) terhadap sumber daya hayati, (6) perubahan iklim global serta bencana alam, (7) Implementasi Konservasi genetik ikan, (8) Minimnya SDM konservasi didaerah, (9) Pendanaan yang berkelanjutan. Rencana Strategis Direktorat Jenderal KP3K periode 2011-2014 adalah terkelolanya 4,5 juta Ha kawasan konservasi perairan secara berkelanjutan; dan penambahan 2 juta Ha kawasan konservasi perairan serta terkelolanya 15 jenis biota perairan yang terancam punah, langka, endemik dan dilindungi. Untuk mempelancar pencapaian sasaran strategis tersebut, Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan melaksanakan kegiatan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang konservasi kawasan dan jenis ikan. Keluaran yang diharapkan adalah: 1. Jejaring KKP dan database konservasi yang dikelola
xiii
2. Kawasan
Konservasi
yang
diidentifikasi,
dipetakan,
dilindungi,
dilestarikan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan 3. Jenis Ikan yang diidentifikasi, dipetakan, dilindungi, dilestarikan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan 4. NSPK bidang konservasi kawasan dan jenis ikan Progam prioritas yang dilakukan adalah: (1) Mengembangkan Kawasan Konservasi Perairan yang sudah ada, (2) Mengembangkan jejaring kerjasama dalam pengelolaan konservasi, (3) Mengembangkan Colaborative Management, (4) Peningkatan Kapasitas Pengelola KKP, (5) Pengembangan mekanisme pendanaan berkelanjutan untuk pengelolaan KKP, (6) Monitoring dan evaluasi kawasan konservasi yang sudah ditetapkan dan (7) Pengawasan daerah konservasi. Dekan Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD menyatakan bahwa UNPAD melalui (FPIK) menjadi institusi pendidikan yang mempunyai komitmen untuk konservasi sumber daya ikan, melalui penyediaan SDM
melalui dua
program studi yaitu : 1. Pengelolaan dan pemanfaatan perairan umum melalui perikanan budidaya. 2. Pemanfaatan biotknologi dalam pengelolaan sumber daya kelautan secara berkelanjutan Sarjana lulusan FPIK mempunyai kemampuan dalam menguasai dan memahami bidang perikanan dari berbagai aspek yaitu: 1. Perikanan budidaya 2. Perikanan tangkap 3. Teknologi pasca panen hasil perikanan 4. Pengelolaan sumber daya perairan 5. Manajemen bisnis perikanan Pada diskusi makalah dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok konservasi sumber daya ikan, kelompok penebaran/restoking, dan kelompok rehabilitasi, mitigasi & social eknomi. Kelompok konservasi sumber daya ikan membahas tentang : 1. Budidaya dengan pembenihan yang mendukung konservasi
xiv
2. Konservasi terumbu karang dan beberapa jenis ikan antara lain ikan hias, ikan langka, penyu, & ikan ekonomis penting 3. Penyelamatan ikan sidat di Danau Poso Kelompok penebaran/restoking membahas tentang : 1. Dampak penebaran dan spesies ikan asing 2. Keanekaragama jenis, potensi dan domestikasi 3. Dampak konservasi mangrove Kelompok rehabilitasi, mitigasi & sosial eknomi 1. Analisis dampak perubahan iklim 2. Evaluasi wilayah konservasi 3. Analisis kebijakan mengenai kelembagaan dan kearifan local REKOMENDASI FNPSI III 1. FNPSI III dapat menghasilkan antara lain satu bahan kebijakan untuk penyelamatan ikan sidat di Danau Poso. 2. Revitalisasi Forum Masyarakat Pemacuan dan Konservasi yang sudah terbentuk pada FNPSI II. 3. Kearifan lokal disarankan dapat menjadi dasar kebijakan bagi upaya konservasi sumber daya ikan, selain produk hukum yang telah ada. 4. Jenis ikan yang dilindungi berdasarkan beberapa kriteria antara lain apabila ikan tersebut terancam punah, langka, ikan endemik dan pemberian nama ikan langka harus menggunakan nama ilmiah selain nama daerah. 5. Meningkatkan adanya kerjasama antara KKP, LIPI, Perguruan tinggi. Instansi terkait dan masyarakat pengguna di bidang konservasi sumber daya ikan. Demikian rumusan ini telah disusun, kiranya dapat digunakan sebagaimana mestinya dan rumusan ini masih terbuka untuk perbaikan atau penyempurnaan. Terima kasih. Bandung, 18 Oktober 2011 Tim Perumus TIM PERUMUS: 1. Drs. Krismono, MS (Koordinator) 2. Prof. Dr. Ngurah N. Wiadnyana 3. Prof. Dr. Ir. H. Masyamsir, MS
xv
DAFTAR ISI Halaman SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN ............................... i KATA PENGANTAR......................................................................................vi LAPORAN KETUA PANITIA FORUM NASIONAL PEMACUAN SUMBER DAYA IKAN III .............................................................................vii RUMUSAN FNPSI III ................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xvi MAKALAH KUNCI : Peluang dan Tantangan Konservasi Sumber Daya Ikan di Indonesia (Toni Ruchimat, Syamsul Bahri Lubis, dan Syahrowi R Nusir) ................................... MU-1 Peran UNPAD dalam penyediaan SDM di Bidang Konservasi Sumber Daya Perikanan .......................................................................................................... MU-2 MAKALAH PARALEL: BIDANG KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN Keberhasilan Pembenihan Ikan Kelabau (Osteochilus melanopleura Blkr) Sebagai Upaya Konservasi Ikan Lokal Melalui Manipulasi Lingkungan dan Hormon (Lies Setijaningsih dan Sidi Asih) ......................................................... KSI-01 Pelestarian Plasma Nutfah Sumber Daya Ikan di Perairan Umum Daratan (Asyari) .............................................................................................................. KSI-02 Peran Terumbu Karang Buatan dalam Konservasi Ikan Kepe-Kepe (Chaetodon sp.) dan Upaya Pengembangan dalam Budidaya Perikanan (Istiyanto Samidjan)............................................................................................ KSI-03 Budidaya Ikan Hias Botia (Chromobotia macracanthus BLEEKER) Sebagai Model Konservasi Ex-situ (Asep Permana, Ruby Vidia Kusumah dan Agus Priyadi)............................................................................................................... KSI-04 Gen Kelenturan Fenotipik: Manfaatnya bagi Konservasi dan Pemuliaan Ikan (Wartono Hadie) ................................................................................................. KSI-05 Konservasi Penyu di Pantai Batavia Kabupaten Bangka Propinsi Bangka Belitung (Priyo Suharsono Sulaiman, Uluq Silfia dan Andria Ansri Utama) ...... KSI-06
xvi
Konservasi Spesies Ikan Endemik Butini (Glossogobius matanensis) di Danau Towuti, Sulawesi Selatan (Jefry Jack Mamangkey)............................................. KSI-07 Keberhasilan Pembenihan Ikan Lokal Torsoro (Tor soro) Koleksi Dari Sumatera Utara (Aek Sirambe, Tarutung dan Bahorok) Sebagai Upaya Konservasi Ikan Lokal (Sidi Asih dan Lies Setijaningsih) ................................... KSI-08 Keragaman Morfometrik dan Gen Cytochrome B DNA Mitokondria Kryptopterus limpok di Sungai Batang Hari (Abdul Rahman Singkam, Dedy Duryadi Solihin dan Ridwan Affandi)................................................................. KSI-09 Struktur Komunitas Ikan Karang di Lokasi Terumbu Karang Buatan di Perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Hendra Satria dan Mujiyanto) ........ KSI-10 Peran Laguna Segara Anakan Sebagai Sumber Rekruitmen Udang dan Ikan (Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Riswanto) ....................................................... KSI-11 Tinjauan Beberapa Suaka Perikanan di Perairan Musi Banyu Asin (MUBA) Sumatera Selatan (Chairulwan Umar dan Aisyah)............................................... KSI-12 Penyelamatan Ikan Sidat (Anguilla sp) di Danau Poso (Krismono) ..................... KSI-13 Status Pemanfaatan dan Aspek Biologi Ikan Banggai Cardinal Fish (Pterapogon kauderni) di Kepulauan Banggai (Sri Turni Hartati dan Kamaluddin K) ................................................................................................... KSI-14 Budidaya Juvenil Karang Berbasis Penggunaan Terumbu Karang Buatan sebagai Upaya Konservasi di Perairan Kepulauan Karimunjawa Jepara (Istiyanto Samidjan)............................................................................................ KSI-15 Konservasi dengan Pendekatan Komunitas untuk Mendukung Budidaya Ikan Hias Berkelanjutan (Lies Emmawati Hadie)........................................................ KSI-16 Membangun Sistem Konservasi Habitat Ikan di Sungai Citarum Melalui Adopsi Sistem Lubuk Larangan (Triyanto dan Lukman) ..................................... KSI-17 Dukungan Pembenihan Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia boesemani) Terhadap Sumber Daya ikan di Depok (Tutik Kadarini dan Eni Kusrini) ............ KSI-18 Dukungan Pendederan Ikan Rainbow Kuromoi (Melanotaenia parva) terhadap Konservasi di Papua (Tutik Kadarini, Eka Prihandani) ........................ KSI-19 Potensi Genetik Induk Belut Sawah (Monopterus albus) Berdasar Uji Polimorfisme Menggunakan Marker Rapd (RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA) (Ibnu Dwi Buwono, Roffi Grandiosa dan Ujang Subhan) .............................................................................................................. KSI-20 Pemanfaatan Ikan Lokal Air Tawar di Sumatera Barat: Penekanan pada Konservasi Ikan Garing (Tor douronensis) (M. Fatuchri Sukadi dan Jojo Subagja) ............................................................................................................. KSI-21 xvii
Studi Domestikasi dan Pemijahan Ikan Pelangi Kurumoi (Melanotaenia parva) Sebagai Tahap Awal Upaya Konservasi Secara Ek-Situ (Bastiar Nur) ..... KSI-22 Kebutuhan dan Peluang Konservasi Sumber Daya Ikan di Perairan Estuari Selat Panjang Riau (Rupawan)............................................................................ KSI-23 Aspek Biologi Ikan Bada (Rasbora argyrotaenia) di Danau Maninjau, Sumatera Barat (Djamhuriyah S. Said, Triyanto, Lukman, Sutrisno dan A. Hamdani)............................................................................................................ KSI-24 Pengaruh Keberadaan Ikan Bawal (Colosomma macropomum) terhadap Komunitas Ikan yang Ada Di Waduk Cirata, Jawa Barat (Sri Endah Purnamaningtyas) ............................................................................................... KSI-25 Karakteristik Biologi Beberapa Jenis Ikan Introduksi di Danau Tempe, Sulawesi Selatan (Samuel dan Safran Makmur) .................................................. KSI-26 Restoking Ikan Mola Sebagai Upaya Peningkatan Sumber Daya Ikan dan Pengendalian Blooming Fitoplankton di Waduk Cirata (Zahidah, Heti Herawati dan Sri Umiati Sumeru) ....................................................................... KSI-27 Skenario Pemacuan Stok Kepiting Scylla serrata Berbasis Ko-Manajemen (Sulastri, Dede Irving Hartoto dan Sri Juwana) ................................................... KSI-28 Domestikasi dan Pemijahan Ikan Hias Rasbora Srigunting Sebagai Upaya Mendukung Kegiatan Konservasi (Mochammad Zamroni, Nurhidayat dan Rendy Ginanjar) ................................................................................................. KSI-29 Introduksi Spesies Asing, Apakah Mengancam Kelestarian Ikan-Ikan Di Sungai Ciliwung? (Ruby Vidia Kusumah, Eni Kusrini, Reza Samsudin, Sawung Cindelaras, Sudarto, Hapsoro) ............................................................... KSI-30 Spesies Akuatik Asing Invasif (MF. Rahardjo) ................................................... KSI-31 Studi Kebiasaan Makanan Jenis-Jenis Ikan di Beberapa Situ dan Waduk di Jawa Barat Sebagai Informasi Dasar dalam Upaya Pengkayaan Stok Ikan (Astri Suryandari dan Kunto Purnomo)............................................................... KSI-32 Laju Pertumbuhan, Mortalitas dan Laju Penangkapan Ikan Patin (Pangasius hyphothalmus) di Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (Siti Nurul Aida dan Agus Djoko Utomo) ........................................................... KSI-33 Beberapa Aspek Biologi Ikan-Ikan Introduksi di Danau Mooat Sulawesi Utara (Ni Komang Suryati, Safran Makmur dan Samuel) ............................................. KSI-34 Dampak Introduksi dan Penyebaran Ikan terhadap Populasi Spesies Ikan Asli di Perairan Umum Daratan (Asyari).................................................................... KSI-35 Perkembangan Keanekaragaman Jenis-Jenis Ikan Karang di Lokasi Terumbu Karang Buatan Perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (Hendra Satria) ....... KSI-36 xviii
BIDANG PENEBARAN DAN RE-STOCKING Populasi Ikan Karang dan Biota Penempel di Sekitar Terumbu Buatan Perairan P. Kotok Kecil dan P. Harapan, Kepulauan Seribu (Amran Ronny Syam dan Mujiyanto).......................................................................................... PR-01 Pengelolaan Sumber Daya Ikan di Sungai Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan (Husnah) ................................................................................................ PR-02 Potensi Ekosistem Hutan Mangrove untuk Pengembangan Silvofishery di Taman Nasional Alas Purwo (Erny Poedjirahajoe).............................................. PR-03 Status Komunitas Ikan di Perairan Sungai Klawing dan Serayu, Somagede, Banyumas, Jawa Tengah: Upaya Pemantauan dalam Rangka Menjaga Kelestariannya (Suwarno Hadisusanto, Irma Rizqia dan Susanto) ....................... PR-04 Penyelamatan Habitat Ikan melalui Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Kutawaru, Cilacap (Soewarno Hasanbahri)......................................................... PR-05 Potensi Budidaya Ikan Hias Rasbora sp. untuk Mendukung Konservasi Sumber Daya Ikan di Perairan Umum (Nurhidayat, Mochammad Zamroni dan Tutik Kadarini) ................................................................................................... PR-06 Potensi Sumber Daya Perikanan Beberapa Perairan di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Kunto Purnomo dan Amula Nurfiarini) ................................................. PR-07 Status Pemulihan Stok Teripang di Perairan Kepulauan Seribu (Sri Turni Hartati, Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Kamaluddin Kasim) ............................ PR-08 BIDANG REHABILITASI DAN MITIGASI Komposisi dan Distribusi Larva Udang di Perairan Pemangkat dan Sekitarnya (Duranta D. Kembaren dan Suprapto) ................................................................. RM-01 Status Daerah Asuhan Udang Penaeid di Perairan Pemangkat - Kalimantan Barat (Wedjatmiko, Suprapto dan Pratiwi Lestari) .............................................. RM-02 BIDANG SOSIAL EKONOMI DAN KELEMBAGAAN Kajian Materi Perundang-Undangan Terkait Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Waduk Secara Berkelanjutan (Bayu Vita Indah Yanti, Zahri Nasution, dan Achmad Azizi) ............................................................................. SEL-01 Pengukuran Efektivitas Kelembagaan dalam Rangka Keberlanjutan Pemanfaatan dan Pengelolaan Perairan Waduk Malahayu, Jawa Tengah (Tajerin, Pujoyuwono Martosuyono dan Tikkyrino Kurniawan).......................... SEL-02 Efektivitas Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap Berbasis Budidaya (Culture Based Fishery; CBF) di Perairan Umum Waduk (Zahri Nasution) ................................................................................................. SEL-03 xix
Assessment Efektivitas Kelembagaan Eksisting dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Perairan Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah (Risna Yusuf dan Tikkyrino Kurniawan) ................................................ SEL-04 POSTER : Pengkajian “Impun” dalam Rangka Konservasi Sumber Daya Ikan di Teluk Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi (Adriani Sri Nastiti dan Hendra Saepulloh) .......................................................................................................... POS-01 Kondisi Oseanografi Sebagai Dasar Kelestarian Sumber Daya Ikan di Teluk Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Adriani Sri Nastiti)............. POS-02 Konservasi Sumber Daya Ikan Berod (Mastacembelus sp.) di Sungai Cimanuk Bagian Tengah, Kabupaten Sumedang (Agus Arifin Sentosa dan Andika Adisukma) .......................................................................................................... POS-03 Sebaran Kelimpahan Meroplankton di Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah (Agus Arifin Sentosa dan Yayuk Sugianti).......................................................... POS-04 Peran Fitoplankton bagi Ikan Patin (Pangasianodon hyphophtalmus) Introduksi di Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis - Jawa Barat (Andri Warsa dan Kunto Purnomo) ................................................................................................. POS-05 Biodiversitas Ikan Karang di Perairan Kepulauan Karimunjawa (Arip Rahman dan Yayuk Sugianti) ........................................................................................... POS-06 Penerapan Kurva ABC (Rasio Kelimpahan / Biomassa) untuk Mengevaluasi Dampak Introduksi terhadap Komunitas Ikan Di Waduk Ir. H. Djuanda (Dimas Angga Hedianto dan Sri Endah Purnamaningtyas).................................. POS-07 Perkembangan Populasi Ikan Golsom (Hemichromis elongatus, Guichenot 1861) di Waduk Ir. H. Djuanda (Dimas Angga Hedianto dan Sri Endah Purnamaningtyas) ............................................................................................... POS-08 Pemilihan Calon Kawasan Asuhan Udang Loreng (Parapenaeopsis sculptilis) di Teluk Jakarta (Masayu Rahmia Anwar Putri dan Adriani Sri Nastiti).............. POS-09 Aspek Biologi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) di Situ Cileunca (Masayu Rahmia Anwar Putri dan Didik Wahju Hendro Tjahjo) ....................................... POS-10 Pencemaran Perairan pada Lokasi Penempatan Modul Terumbu Karang Buatan di Pulau Kotok dan Pulau Harapan (Mujiyanto dan Amran Ronny Syam) ................................................................................................................. POS-11 Interaksi Spesies Ikan Indikator dengan Tipe-Tipe Karang di Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu (Mujiyanto).................................................................. POS-12
xx
Pengaruh Perkembangan Alat Tangkap terhadap Rekrutmen di Perairan Segara Anakan, Kabupaten Cilacap (Riswanto dan Didik Wahju Hendro Tjahjo)................................................................................................................ POS-13 Penangkapan Ikan Sidat (Anguilla marmorata) dan Upaya Pelestariannya di Sungai Poso, Sulawesi Tengah (Hendra Saepulloh dan Yayuk Sugianti) ............. POS-14 Keragaan Alat Tangkap Ikan dan Pengaruhnya terhadap Sumber Daya Ikan Sidat (Anguilla spp.) di DAS Poso (Yayuk Sugianti dan Hendra Saepulloh) ....... POS-15
xxi
LAMPIRAN 1. Jadwal Acara Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III A. Jadwal Acara Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III Hotel Grand Royal Panghegar, Bandung, Jawa Barat Selasa, 18 Oktober 2011 No 1 2 3 4
Waktu 07.00 – 08.30 08.30 – 09.00 09.00 – 09.10 09.10 – 09.15
5
09.15 – 09.40
6 7
09.40 – 09.45 09.45 – 10.00
Agenda Registrasi Peserta Penyambutan Peserta Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya” Laporan Ketua Panitia Pelaksana Sambutan & Pembukaan Forum: Kepala Badan Litbang KP Pembacaan Do’a Foto Bersama (Rehat Kopi)
8
10.00 – 11.30
Pemakalah Utama
9 10 11 12 13
11.30 – 12.30 12.30 – 13.30 13.30 – 15.00 15.00 – 15.15 15.15 – 16.30
14
16.30 – 17.00
Penyampaian Makalah Sesi I Ishoma Penyampaian Makalah Sesi II Rehat Kopi Penyampaian Makalah Sesi III Pembacaan Rumusan dan Penutupan Forum
Penanggung Jawab Panitia Panitia/MC Panitia Ketua Panitia Dr. Endhay Kusnendar Panitia Panitia 1. Direktur KP3K KKP 2. Dekan FPIK UNPAD Panitia Panitia Kepala P4KSI
B. Jadwal FNPSI III Berdasarkan Pembagian Ruangan Ruang A: Bidang Konservasi Sumber daya Ikan Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi I (Presentasi dan Diskusi) 11.15 - 11.25
Asyari
11.25 - 11.35
Lies Setijaningsih
11.35 - 11.45
Umi Chodrijah
PELESTASIAN PLASMA NUTFAH PERIKANAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN KEBERHASILAN PEMBENIHAN IKAN KELABAU (Osteochilus melanopleura blkr) SEBAGAI UPAYA KONSERVASI IKAN LOKAL MELALUI MANIPULASI LINGKUNGAN DAN HORMONAL ASPEK BIOLOGI PARI KEMBANG (Taeniura lymna) YANG DIDARATKAN DI TPI. TANJUNG LUAR, NUSA TENGGARA BARAT
11.45 - 11.55 Istiyanto Samidjan
PERAN ARTIFICIAL REEF DALAM KONSERVASI IKAN KLON (Amphiprion sp) DAN UPAYA PENGEMBANGAN DALAM BUDIDAYA PERIKANAN
11.55 - 12.05
Asep Permana
BUDIDAYA SEBAGAI MODEL KONSERVASI EKSITU IKAN HIAS BOTIA (Chromobotia macracanthus BLEEKER)
12.05 - 12.15
Wartono Hadie
PHENOTYPIC PLASTICITY GENES, MANFAATNYA BAGI KONSERVASI DAN PEMULIAAN IKAN
12.15 - 13.15
Krismono
ISHOMA
Dimas A. H & R. Sarbini
Triyanto
Panitia
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi II (Presentasi dan Diskusi) 13.15 - 13.25
13.25 - 13.35
13.35 - 13.45
Priyo Suharsono Sulaiman
Jefry Jack Mamangkey
FD Hukom
KONSERVASI PENYU DI PANTAI BATAVIA KABUPATEN BANGKA PROPINSI BANGKA BELITUNG KONSERVASI SPESIES IKAN ENDEMIK BUTINI (Glossogobius matanensis) BERDASARKAN KONDISI LINGKUNGAN DAN PERTUMBUHAN DI DANAU TOWUTI, SULAWESI SELATAN KEANEKARAGAMAN JENIS DAN DUGAAN POTENSI IKAN PANGAN (IKAN TARGET) DI PERAIRAN TERUMBU KARANG KEPULAUAN PADAIDO- BIAK PAPUA
13.45 – 13.55
Sidi Asih
KEBERHASILAN PEMBENIHAN IKAN ENDEMIK TORSORO (Tor soro) KOLEKSI DARI SUMATERA UTARA (Aek Sirambe, Tarutung dan Bahorok) SEBAGAI UPAYA KONSERVASI IKAN LOKAL
13.55 – 14.05
Abdul Rahman Singkam
KERAGAMAN MORFOMETRIK DAN GEN CYTOCHROME b DNA MITOKONDRIA Kryptopterus limpok DI SUNGAI BATANG HARI
Hendra Satria
STRUKTUR KOMUNITAS IKAN KARANG DI LOKASI TERUMBU KARANG BUATAN DI PERAIRAN TELUK SALEH, NUSA TENGGARA BARAT
14.05 - 14.15
14.15 - 14.25
Didik W.H.T.
PERAN LAGUNA SEGARA ANAKAN SEBAGAI SUMBER REKRUITMEN UDANG DAN IKAN
14.25 - 14.35
Chairulwan Umar
TINJAUAN BEBERAPA SUAKA PERIKANAN DI PERAIRAN MUSI BANYU ASIN (MUBA) SUMATERA SELATAN Coffee Break
14.35 - 14.50
Wartono Hadie
Dimas A. H & R. Sarbini
Danu Wijaya
Panitia
Sesi III (Presentasi dan Diskusi) Krismono
PENYELAMATAN IKAN SIDAT (Anguilla sp) DI DANAU POSO
15.00 - 15.10
Sri Turni Hartati
STATUS PEMANFAATAN DAN ASPEK BIOLOGI IKAN BANGGAI CARDINAL FISH (Pterapogon kauderni) DI KEPULAUAN BANGGAI
15.10 - 15.20
Istiyanto Samidjan
14.50 – 15.00
KONSERVASI TERUMBU KARANG MELALUI UPAYA BUDIDAYA JUVENIL KARANG BERBASIS PENGGUNANA ARTIFICIAL REEF DI KARIMUN JAWA KONSERVASI DENGAN PENDEKATAN KOMUNITAS UNTUK MENDUKUNG BUDIDAYA IKAN HIAS BERKELANJUTAN
15.20 – 15.30
Lies Emmawati Hadie
15.30 - 15.40
Triyanto
MEMBANGUN SISTIM KONSERVASI HABITAT IKAN DI SUNGAI CITARUM MELALUI ADOPSI SISTIM LUBUK LARANGAN
15.40 - 15.50
Tutik Kadarini
KONSERVASI IKAN RAINBOW BOESEMANI (Melanotaenia boesemani) MELALUI BUDIDAYA
Amran Ronny Syam
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Dimas A. H & R. Sarbini
Ruang B: Bidang Konservasi Sumber daya Ikan Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi I (Presentasi dan Diskusi) Tutik Kadarini
PENDEDERAN IKAN RAINBOW KUROMOI (Melanotaenia parva) DENGAN PAKAN BUATAN dan Tubifex sp UNTUK MENDUKUNG KONSERVASI
11.25 - 11.35
Ibnu Dwi Buwono
POTENSI GENETIK INDUK BELUT SAWAH (Monopterus albus) BERDASAR UJI POLIMORFISME MENGGUNAKAN MARKER RAPD (RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA)
11.35 - 11.45
M. Fatuchri Sukadi
PEMANFAATAN IKAN LOKAL AIR TAWAR DI SUMATERA BARAT: DENGAN PENEKANAN PADA KONSERVASI IKAN GARING (Tor douronensis)
Bastiar Nur
STUDI DOMESTIKASI DAN PEMIJAHAN IKAN PELANGI KURUMOI (Melanotaenia parva) SEBAGAI TAHAP AWAL UPAYA KONSERVASI SECARA EK-SITU
11.55 - 12.05
Rupawan
PELUANG KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN ESTUARI SELAT PANJANG RIAU
12.05 - 12.15
Djamhuriyah S. Said
ASPEK BIOLOGI IKAN BADA DI DANAU MANINAJAU, SUMBAR
11.15 - 11.25
11.45 - 11.55
ISHOMA
12.15 - 13.15
Herman
Agus A. S & Riswanto
Astri Suryandari
Panitia
Sesi II (Presentasi dan Diskusi)
13.15 - 13.25
Sri Endah Purnamaningtyas
13.25 - 13.35
Samuel
PENGARUH KEBERADAAN IKAN BAWAL (Colosomma macropomum) TERHADAP KOMUNITAS IKAN YANG ADA DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT KARAKTERISTIK BIOLOGI BEBERAPA JENIS IKAN INTRODUKSI DI DANAU TEMPE, SULAWESI SELATAN
13.35 - 13.45
Zahidah
RESTOCKING IKAN MOLA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SUMBERDAYA IKAN DAN PENGENDALIAN BLOOMING FITOPLANKTON DI WADUK CIRATA
13.45 – 13.55
Sulastri
SKENARIO PEMACUAN STOCK KEPITING Scylla serrata BERBASIS KO-MANAGEMEN
13.55 – 14.05
Mochammad Zamroni
DOMESTIKASI IKA HIAS RASBORA SRIGUNTING
14.05 - 14.15
MF. Rahardjo
SPESIES ASING INVASIF
14.15 - 14.25
Ruby Vidia Kusumah
14.25 - 14.35
Hendra Saepulloh
14.35 - 14.50
INTRODUKSI SPECIES ASING, APAKAH MENGANCAM KELESTARIAN IKAN-IKAN DI SUNGAI CILIWUNG?
Lismining P
Iskandar
PENANGKAPAN IKAN SIDAT (Anguilla marmorata) DI DAS POSO, SULAWESI TENGAH Coffee Break
Panitia
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Agus A. S & Riswanto
Agus A. S & Riswanto
Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Zahidah
Agus A. S & Riswanto
Moderator
Notulis & Operator
Sesi III (Presentasi dan Diskusi) 14.50 – 15.00
15.00 - 15.10
15.10 - 15.20
15.20 – 15.30
FD Hukom
KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN P.ABANG DAN SEKITARNYA KOTA MADYA BATAM
Astri Suryandari
STUDI KEBIASAAN MAKANAN JENISJENIS IKAN DI BEBERAPA SITU DAN WADUK DI JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH SEBAGAI INFORMASI DASAR DALAM UPAYA PENGKAYAAN STOCK IKAN
Siti Nurul Aida
LAJU PERTUMBUHAN, MORTALITAS DAN LAJU PENANGKAPAN IKAN PATIN DI WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI, JATENG
Ni Komang Suryati
15.30 - 15.40
Asyari
15.40 - 15.50
Hendra Satria
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN-IKAN INTRODUKSI DI DANAU MOOAT SULAWESI UTARA DAMPAK INTRODUKSI DAN PENYEBARAN IKAN TERHADAP POPULASI SPESIES IKAN ASLI DI PERAIRAN UMUM DARATAN PERKEMBANGAN KEANEKARAGAMAN JENIS-JENIS IKAN KARANG DI LOKASI TERUMBU KARANG BUATAN PERAIRAN TELUK SALEH, NUSA TENGGARA BARAT
Ruang C: Bidang Penebaran/Restocking Waktu
Pemakalah
Judul
Sesi I (Presentasi dan Diskusi)
12.00 - 12.10
Amran Ronny Syam
12.10 - 12.20
Anton Mardiyono
12.20 - 12.30
Husnah
12.30 - 13.30
POPULASI IKAN KARANG DAN BIOTA PENEMPEL DI SEKITAR TERUMBU BUATAN SEBAGAI INDIKATOR PEMULIHAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN P. KOTOK KECIL DAN P. HARAPAN, KEP. SERIBU-DKI JAKARTA TANTANGAN DALAM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN WADUK IR.H.DJUANDA UNTUK PERIKANAN BUDIDAYA KJA
Kunto Purnomo
PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN DI SUNGAI MANNA, KABUPATEN BENGKULU SELATAN ISHOMA
Panitia
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Andri Warsa & Hendra Saepulloh
Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi II (Presentasi dan Diskusi) Erny Poedjirahajoe
POTENSI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE UNTUK PENGEMBANGAN SILVOFISHERY DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
13.40 - 13.50
Suwarno Hadisusanto
STATUS KOMUNITAS IKAN DI PERAIRAN SUNGAI KLAWING DAN SERAYU SOMAGEDE, BANYUMAS, JAWA TENGAH, DALAM RANGKA MENJAGA KELESTARIANNYA
13.50 - 14.00
Soewarno Hasanbahri
13.30 - 13.40
14.00 - 14.10
Nurhidayat
14.10 - 14.20
Kunto Purnomo
14.20 - 14.30
Brata Pantjara
14.30 - 14.40
Karsono Wagiyo
14.40 - 14.50
Sri turni Hartati
PENYELAMATAN HABITAT IKAN MELALUI REHABILITASI HUTAN MANGROVE DI DESA KUTAWARU, CILACAP POTENSI BUDIDAYA IKAN HIAS Rasbora sp UNTUK MENDUKUNG KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN UMUM POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN BEBERAPA PERAIRAN DI JAWA BARAT DAN JAWA TENGAH DAMPAK KONSERVASI MANGROVE KAWASAN PERTAMBAKAN TERHADAP SUMBERDAYA PERIKANAN SEDIAAN DAN KONDISI HABITAT IKAN KARANG KONSUMSI DI KEPULAUAN SERIBU STATUS PEMULIHAN STOK TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU ISHOMA
14.50 - 15.15
Sri Turni Hartati
Andri Warsa & Hendra Saepulloh
Djamhuriyah S. Said
Panitia
Ruang D: Bidang Rehabilitasi, Mitigasi & Sosial Ekonomi Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi I (Presentasi dan Diskusi) KELIMPAHAN DAN SEBARAN LARVA UDANG PENAEID DI PERAIRAN PEMANGKAT DAN SEKITARNYA
12.00 - 12.10
Duranta D Kembaren
12.10 - 12.20
Wedjatmiko
PENELITIAN DAERAH ASUHAN UDANG PENAEID DI PERAIRAN PEMANGKAT (KALIMANTAN BARAT)
12.20 - 12.30
Tikkyrino Kurniawan
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KONDISI DAN STRUKTUR USAHA PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA DI KABUPATEN KAWARANG
12.30 - 13.30
ISHOMA
Amula N.
Panitia
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Arip Rahman & Dedi Sumarno
Waktu
Pemakalah
Judul
Moderator
Notulis & Operator
Sesi I (Presentasi dan Diskusi)
13.30 - 13.40
13.40 - 13.50
13.50 - 14.00
14.00 - 14.10
14.10 - 14.20
14.20 - 14.30
14.30 - 14.40
14.40 - 14.50
14.50 - 15.15
Bayu Vita Indah Yanti
KAJIAN MATERI PERUNDANGUNDANGAN TERKAIT PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA WADUK SECARA BERKELANJUTAN
Amula Nurfiarini
PENILAIAN KELAYAKAN SOSIAL EKONOMI BAGI PENGEMBANGAN PERIKANAN BERBASIS BUDIDAYA DI PERAIRAN WADUK DI JAWA TENGAH
Tajerin
Zahri Nasution
PENGUKURAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN DALAM RANGKA KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN PERAIRAN WADUK MALAHAYU, JAWA TENGAH EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP BERBASIS BUDIDAYA (CULTURE BASED FISHERY) DI PERAIRAN UMUM WADUK
Sonny K
PERSPEKTIF SOSIAL EKONOMI PEMACUAN STOK IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN
Aisyah
EVALUASI KEBIJAKAN PENENTUAN SUAKA PERIKANAN DAN KAWASAN OBYEK LELANG DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, PROPINSI SUMATRA SELATAN
Risna Yusuf
Amula Nurfiarini
Sonny K
ASSESSMENT EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN EKSISTING DALAM PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH
Arip Rahman & Dedi Sumarno
Zahid
KEARIFAN LOKAL; PROFIL DAN PERANNYA DALAM PENINGKATAN PRODUKSI IKAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN BERKELANJUTAN ISHOMA
Panitia
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
LAMPIRAN 2. Susunan Panitia Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III SUSUNAN KEPANITIAAN FORUM NASIONAL PEMACUAN SUMBER DAYA IKAN III Pembina
:
Kepala Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan
Tim Pengarah Ketua
:
Kepala Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan
Anggota
:
1. Prof. Dr. Endi Setiadi Kartamihardja. 2. Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. 3. Prof. Dr. Ir. H. Dulmi’ad Iriana. 4. Drs. Budi Iskandar Prisantoso.
Nama Dra. Adriani Sri Nastiti, MS. Mujiyanto, S.St.Pi, M.Si Dyah Ika Kusumaningtyas, A.Md. Agus Koswara
Ketua Sekretaris Bendahara I Bendahara II
Jabatan
BP2KSI BP2KSI BP2KSI BP2KSI
Yayuk Sugianti, S.St.Pi. Nanang Widarmanto, S.Pi. Andri Warsa, S.S.i Masayu Rahmia A.P., S.Si. Dimas Angga Hedianto, S.Pi. Agus Arifin S., S.Pi. Dr. Ir. Iskandar, M.Si. Drs. Herman Hamdani, M.Si.
Koordinator Sekretariat Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
BP2KSI BP2KSI BP2KSI BP2KSI BP2KSI BP2KSI UNPAD UNPAD
Prof. Dr. Endi Setiadi Kartamihardja. Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. Drs. Kunto Purnomo, MS.
Dewan Redaksi Dewan Redaksi Dewan Redaksi
P4KSI MII BP2KSI
Danu Wijaya, S.Pi. Arip Rahman, S.Pi. Ahmad Zahid, S.Pi., M.Si.
Koordinator Seksi Acara Anggota Anggota
BP2KSI BP2KSI MII
Sri Endah Purnamaningtyas, A.Pi. Uswatun Hasanah, A.Md. Rakhmat Sarbini.
Koordinator Seksi Akomodasi & Konsumsi Anggota Anggota
BP2KSI BP2KSI BP2KSI
Edit Eka Prasetya, S.MB.
BP2KSI
Santoso Dwiatmojo Dedi Sumarno, A.Md.
Koordinator Seksi Perlengkapan & Dokumentasi Anggota Anggota
Sukamto Rahmat Sutoto
Koordinator Seksi Transportasi Anggota Anggota
BP2KSI BP2KSI BP2KSI
Drs. Krismono, MS. Prof. Dr. Ir. Ngurah Nyoman W.,DEA Prof. Dr. Ir. H. Masyamsir, MS Drs. Haryono, M.Si Charles P.H. Simanjuntak, M.Si
Koordinator Tim Perumus Anggota Anggota Anggota Anggota
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Instansi
BP2KSI BP2KSI
BP2KSI BPPPU UNPAD Puslit Biologi - LIPI MII
LAMPIRAN 4. Daftar Peserta Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III No
Nama
Instansi
1
Abdul Rahman Singkam
FKIP Universitas Bengkulu
2
Adriani Sri Nastiti
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
3
Agus Arifin Sentosa
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
4
Agus Koswara
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
5
Agus Syarifuddin
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan DJPB
6
Ahmad Zahid
Masyarakat Iktiologi Indonesia
7
Amran Ronny Syam
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
8
Andri Warsa
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
9
Arip Rahman
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
10
Asep Permana
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
11
Astri Suryandari
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
12
Asyari
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
13
Bangbang Prayuda
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
14
Bastiar Nur
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
15
Bayu Vita Indah Yanti
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP)
16
Brata Pantjara
Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Payau
17
Budi Iskandar Prisantoso
18
Chairulwan Umar
19
Danu Wijaya
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
20
Dedi Sumarno
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
21
Derri Dwima
22
Didik Wahju Hendro Tjahjo
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
23
Dimas Angga Hedianto
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
24
Dina Muthmainnah
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
25
Djamhuriyah S. Said
Pusat Penelitian Limnologi LIPI
26
Donny Juliandri Prihadi
27
Dulmi’ad Iriana
28
Duranta D. Kembaren
Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL)
29
Edita Eka Prasetya
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
30
Endi Setiadi Kartamihardja
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI)
31
Erny Poedjirahajoe
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (FKT UGM)
32
Evi Sirvianingsih
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
33
Fonny J. L. Risamasu
Universitas Nusa Cendana, Kupang NTT
34
Hendra Saepulloh
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
35
Hendra Satria
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
36
Henra Kuslani
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
No
Nama
Instansi
37
Herman Hamdani
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
38
Husnah
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
39
Ibnu Dwi Buwono
40
Ike Rustikawati
41
Iqbal Meinizar Adjam
42
Iskandar
43
Istiyanto Samidjan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK UNDIP)
44
Jefry Jack Mamangkey
Universitas Negeri Manado
45
Kamaluddin Kasim
46
Krismono
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
47
Kunto Purnomo
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
48
Lies Emmawati Hadie
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya (P4B)
49
Lies Setijaningsih
Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Tawar (BPPBAT)
50
Lismining Pujiyani Astuti
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
51
M. F. Rahardjo
Masyarakat Iktiologi Indonesia
52
M. Fatuchri Soekadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya (P4B)
53
Masayu Rahmia Anwar Putri
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
54
Masyamsir
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
55
Mochammad Zamroni
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
56
Muhamad Yamin
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
57
Mujiyanto
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
58
Nabila Anisya Charisty
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
59
Nanang Widarmanto
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
60
Ngurah Nyoman Wiadnyana
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
61
Ni Komang Suryati
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
62
Nuary Hanifah
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
63
Nurhidayat
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
64
Otong Suhara Djunaedi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
65
Prabowo
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Ditjen KP3K
66
Pratiwi Lestari
Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL)
67
Prawira Atmaja R.P. Tampubolon
Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII)
68
Priyo S. Sulaiman
69
Pulih Nugraha
70
Putra Febriandy
Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan DJPB
71
R. Pandoe Prahoro
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
72
Rakhmat Sarbini
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
73
Rezha Adviana R.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
No
Nama
Instansi
74
Riswanto
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
75
Rohmat Supriyadi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
76
Ruby Vidia Kusumah
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
77
Rupawan
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
78
Samuel
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
79
Santoso Dwiatmojo
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
80
Sidi Asih
Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Tawar (BPPBAT)
81
Siti Nurani
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
82
Siti Nurul Aida
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BPPPU)
83
Soewarno Hasanbahri
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (FKT UGM)
84
Sonny Koeshendrajana
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP)
85
Sri Astuti
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
86
Sri Endah Purnamaningtyas
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
87
Sri Turni Hartati
88
Sriati
89
Sulastri
Pusat Penelitian Limnologi LIPI
90
Suwarno Hadisusanto
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
91
Syahrowi R. Nusir
Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Ditjen KP3K
92
Syifa Karunia
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
93
Tajerin
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP)
94
Tikkyrino Kurniawan
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP)
95
Titin Herawati
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
96
Triyanto
Pusat Penelitian Limnologi LIPI
97
Tutik Kadarini
Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias (BPBIH)
98
Uswatun Hasanah
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
99
W. Gunawan
SITH Institut Teknologi Bandung
100
Wartono Hadie
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya (P4B)
101
Wildan Kusuma Putra
102
Yayat Dhahiyat
103
Yayuk Sugianti
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)
104
Zahidah
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
105
Zahri Nasution
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP)
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK UNPAD)
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
LAMPIRAN 5. Notulensi Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III NOTULENSI ACARA FORUM NASIONAL PEMACUAN SUMBER DAYA IKAN III 18 OKTOBER 2011 I. SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN, KKP (Oleh : Dr. Ir. Endhay Kusnendar Mulyana Kontara) 1. Dari beberapa forum termasuk FNPSI apakah sudah ada yang menjadi bahan kebijakan pengelolaan perikanan di perairan umum dan laut. 2. Belum terlihat hasil dari forum-forum tersebut yang nyata untuk kebijakan pengelolaan. 3. Potensi perairan umum darat sangat besar. Perairan umum darat sangat penting dalam perikanan tangkap & member kontribusi yang cukup besar bagi kesejateraan rakyat. Namun sampai saat ini data dan informasi mengenai perairan umum ini sering kali tidak lengkap. Sehingga sampai saat ini kita belum memiliki model pengelolaan untuk perairan umum. Oleh sebab itu penting untuk membuat status terkini perairan umum daratan. 4. Dibuat kebijakan pengelolaan perairan umum daratan termasuk WPP di perairan umum daratan. 5. Seharusnya pemangku kepentingan (Pemda) juga ikut serta dalam forum ini untuk mensinergikan dalam pengelolaan perairan umum berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari penelitian. 6. Perlu ditingkatkan upaya agar perairan umum memberi kontribusi besar untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. 7. Seminar /forum ini hendaknya tidak hanya menghasilkan tulisan untuk jurnal bagi kepentingan para peneliti saja namun harus memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. II. MAKALAH UTAMA a. Direktur Konservasi Kawasan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, KKP Diwakili oleh : Dr. Ir. Syahrowi R. Nusir, MM Tema :“Peluang Dan Tantangan Konservasi Sumber Daya Ikan Di Indonesia” KKP dalam forum ilmiah sudah memprakarsai CTI yang beranggotakan 6 negara, tujuan menjadikan sebagian dari wilayah laut menjadi wilayah konservasi. Masalah yang dihadapi wilayah pesisir : perikanan ilegal dan merusak, produksi ikan menurun, tangkap lebih. PP 60 tahun 2007 : upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan termasuk ekosistem, jenis, dan genetik.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Prinsip konservasi : ekosistem, jenis, dan genetik. Perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan Dilakukan di habitat asli dan luar Konservasi dilakukan dengan konsep : study it, save it, use it Tugas dari Direktorat Konservasi kawasan jenis ikan : mensikronisasiikan UU 31 tahun 2004, UU 32 tahun 2004 dan UU 27 tahun 2007 KKP memiliki grand strategi pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan dan tertuang dalam renstra direktorat : pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi perairan sasaran terkelolanya 4,5 juta hektar kawasan konservasi perairan secara berkelanjutan, serta terkelolanya 15 jenis biota perairan terancam punah. Tipe kawasan konservasi menurut undang-undang yang berlaku : UU 5 tahun 1990 : kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. UU 31 tahun 2004 dan turunannya : taman nasional, taman wisata perairan, suaka alam perairan, suaka perikanan. UU 27 tahun 2007. Sampai tahun 2010 konservasi kawasan perairan 13,9 juta hektar. Namun luasan ini belum memenuhi dari ketentuan dimana kawasan konservasi sebaiknya 10% dari luas perairan yang ada. Target sampai 2014 diharapkan 15,5 juta hektar, dan 2020 mencapai 20 juta hektar. Tantangan konservasi kawasan perairan: 1. Pengembangan luas kawasan konservasi. 2. Pengelolaan KKP yang sudah ada dengan melengkapi input pengelolaan : dokumen perencanaan, kelembagaan, infrastruktur. 3. Pengembangan jejaring KKP. 4. Meningkatkan peran serta swasta dalam pengelolaan KKP. Konservasi dilakukan melalui penggolongan jenis ikan dan penetapan status perlindungan, pemeliharaan, pengembanganbiakan, penelitian. Kriteria jenis ikan yang dilindung: CITES, IUCN, PP No. 60 tahun 2007 PP No. 7 tahun 1999. Selama kurun waktu 2010-2014 ada 15 jenis spesies target pengelolaan : terubuk (2011), banggai (2011) cardinal fish, sidat, hiu, penyu, dugong, arwana, bamboo laut, pasu, kima, lola, Napoleon, Kuda laut, Labi-labi. Tantangan konservasi jenis ikan : 1) bahwa kepunahan jenis jenis ikan karena belum terintegrasinya pengelolaan perairan antara KSDI dengan kementerian lain seperti PU dalam pembuatan ruaya ikan
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
2) Pendekatan sosial budaya dalam upaya KSDI. Local wisdom terbukti paling efektif dalam konservasi kawasan dan jenis ikan. 3) Minimnya data dan informasi dinamika populasi jenis ikan terancam punah 4) Pengembangbiakan jenis ikan terancam punah 5) Jenis ikan terancam punah masih banyak yang belum memliki status perlindungan. b. DEKAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN, UNIVERSITAS PADJAJARAN Diwakili oleh : Prof. Dr. Otong Suhara Tema : “Peran Unpad dalam penyediaan SDM dalam bidang konservasi sumberdaya perikanan” UNPAD memiliki komitmen konservasi sumberdaya ikan yang dituangkan dalam kurikulum yang ditawarkan baik program studi perikanan maupun studi ilmu kelautan tercakup dalam sejumlah mata kuliah yang materi perkuliahan membahas konservasi. Mata Kuliah yang memasukan topik konservasi sumberdaya perikanan : 1) 2) 3) 4)
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut Konservasi sumberdaya dan lingkungan laut Eksplorasi sumberdaya hayati laut Pemetaan dan tata ruang lingkugan pesisir
Beberapa topik konservasi : 1) Hubungan antara kualitas air dengan pakan dan parasit, 2) Konsep manajeman sumberdaya perairan, konsep daerah tangkapan air, pencegahan penyuburan, dinamika ekosistem, model pengelolaan 3) Ada pengelolaan pesisir yang berkelanjutan, isu dan permasalahan daerah pesisir, bahaya yang terdapat dalam kawasan pesisirr 4) Rencana tata ruang pesisir, kelembagaan, perencanaan penataan ruang pesisir dan laut 5) Konsep-konsep pengelolaan sumberdaya perikanan Pengembangan pengembangan
pelestarian
produksi
perikanan
dan
budidaya
melalui
Beberapa topik penelitian: Konservasi dan rehabilitasi sumberdaya perairan yang meliputi danau, rawa, pesisir dan pulau-pulau kecil Teknologi perikanan tepat guna dan berkelanjutan Peningkatan nilai tambah secara kualitas Pengembangan model ekonomi sumberdaya perikanan berkelanjutan Akuakultur berbasis trophic level Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Konservasi dan rehabilitasi syarat mutlak pembangunan perikanan yang berkelanjutan Usulan : masyarakat konservasi sumberdaya ikan DISKUSI a. Direktur Konservasi Kawasan Jenis Ikan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, KKP PERTANYAAN : 1. Prof. Dr.M.F. Raharjo (MII): Beberapa hal yang harus diperhatikan : - Begitu banyak peningkatan yang dilakukan untuk melindungi laut namun masalah perawatan, penjagaan dan pengamanan masih kurang. Bagaimana memelihara masih kurang - Ada beberapa ikan sudah mulai dilindungi, mohon dilihat PP ada beberapa hal yang harus dicermati yaitu hanya ada 7 jenis sedangkan dari IUCN ada puluhan jenis yang harus dilindungi. Nama ilmiah dalam PP tersebut tidak diperhatikan contoh Latimeria , Rasbora tawarensis yang sudah masuk dalam IUCN tapi belum diperhatikan oleh kita 2. Dra. Sri Turni Hartati, MS (P4KSI) - Dasar pertimbangan perluasan kawasan apakah sudah didahului oleh penelitian sebelumnya? - Indicator dari penetapan konservasi peningkatan rekrutemen ikan namun di Taman Nasional P. Seribu hal tersebut belum terlihat nyata bahkan masih ada degradasi baik habitat maupun jenis, kira-kira apa penyebabnya? - Apabila sudah ada kebijakan pengelolaan, berapa lama kebijakan tersebut dicermati kembali menyesuaikan dengan kondisi terkini. 3. Suwarno (Fak. Biologi UGM) - Pengendalian eceng gondok di perairan Danau Kerinci berhasil, namun muncul masalah baru hilangnya ikan-ikan aslinya. - Masalah status jenis punah harus hati-hati. Karena ada jenis yang dikatakan punah namun ternyata di tempat lain masih ada - Bagaimana perlu menstimulasi kebijakan lokal dari masyarakat itu sendiri. 4. Dr. Istianto Samidjan (UNDIP) Sejauh mana konsep pemerintah membina masyarakat dalam menunjang konservasi kawasan maupun konservasi jenis? 5. Doni (UNPAD) Bagaimanan memilih spesies yang masuk untuk dilindungi. Kenapa ikan molamola belum dijadikan spesies yang dilindungi karena spesies tersebut memiliki nilai ekonomis?
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
6. Sulastri (LIPI) Sejauh mana kearifan lokal dijadikan unsur dalam konservasi? Perlu diperhatikan bagaimana model pengelolaan sehingga identifikasi kearifan lokal di setiap lokasi kawasan diperlukan untuk mendapatkan model tersebut. JAWABAN : Sudah dilakukan identifikasi kearifan lokal di 18 propinsi sekaligus menginisiasi dan merevitalisasi kearifan lokal tersebut. Pada saat Sail banda juga dilakukan workshop kearifan lokal. Hampir sebagian besar propinsi memiliki kearifan lokal yang dapat diimplementasikan untuk konservasi dan pengelolaan sumberdaya ikan. Contoh sasi (Maluku), eha (sultra), lamba (Wakatobi). Di Sumbar : hampir seluruh wilayah memiliki kawasan yang sudah ditetapkan sebagai lubuk larangan. Memang masih banyak ikan yang harus dilindungi oleh sebab itu kami juga melakukan identifikasi jenis ikan yang terancam punah. Ikan napoleon harus dilakukan perindungan berdasarkan hasil penelitian di beberapa kawasan dimana dalam satu kawasan tersebut hanya ditemukan beberapa. Untuk saat ini masih kesulitan untuk mengetahui jumlah stok terkini dari ikan napoleon tersebut. Oleh sebab itu kita lakukan moratorium dulu untuk ikan napoleon.
b. Dekan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjajaran PERTANYAAN : 1. Dra. Sri Turni Hartati Kerjasama antar UNPAD dengan Balai-balai di P4KSDI 2. Istianto (UNDIP) Kurikulum berbasis kompetensi JAWABAN : - Kelemahan dari kita adalah pengawasan dan perlindungan dari kawasan konservasi - Untuk menstimulasi kearifan lokal memang merupakan bukan pekerjaan yang mudah diperlukan ketelatenan. Diperlukan pembinaan yang berkesinambungan agar partisipasi masyarkat juga meningkat dalam pengelolaan dan konservasi sumberdaya ikan. - Sarjana S1 yang dihasilkan sebenarnya bukan siap pakai namun siap latih.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
III. NOTULENSI RUANGAN PARALEL a. RUANG A : KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN JUDUL
:
Budidaya Exsitu Ikan Hias Botia (Chromobotia macracanthus BLEEKER) Sebagai Model Konservasi Asep Permana
PENYAJI : 1. Lies Emmawati Pertanyaan : Hasil pembenihan botia 20% digunakan untuk restocking. Bagaimana mekanisme restocking botia dilakukan? Apakah sudah bekerjasama dengan dinas-dinas terkait? Jawaban : - Mekanisme restocking baru wacana ke depan dan perlu pembahasan lebih lanjut. - Proporsi 80% ekspor dan 20% restocking diharapkan dapat saling menguntungkan bagi pembudidaya dan kelestarian alam. 2. Lies Setijaningsih Pertanyaan : - Penyebab gangguan plasma nutfah berdasarkan pengalaman bapak mana yang lebih besar? - Sejauh mana perkembangan introduksi ikannya? Jawaban : - Kita mulai produksi masal dan keberhasilannya samapai 20.000 s/d 40.000/tahun. - Persentasi restockingnya masih banyak dibudidaya, tidak dilepas ke alam. JUDUL
: Tinjauan Beberapa Suaka Perikanan di Perairan Musi Banyu Asin Sumatera Selatan PENYAJI : Chairulwan Umar 1. Lies Setijaningsih Pertanyaan : Hasil kegiatan survei disebutkan dua danau yang dijadikan suaka perikanan di perairan Musi Banyu Asin. Dari dua danau tersebut, mana yang lebih tepat untuk dijadikan sebagai suaka perikanan? Dasarnya apa? Jawaban : Dari kedua danau yang dijadikan suaka perikanan yang cukup tepat adalah suaka Danau Cala. Hal ini karena di Danau Cala kedalaman airnya cukup dalam walaupun saat musim kering. Luasan danau ini cukup luas sekitar 100 ha. Kriteria limnologi dan habitat pemijahan, asuhan, dan nursery ground cukup sesuai. Kawasan ini memiliki konektivitas ekologi atau saluran penghubung dengan kawasan penangkapan. Di sekitar daerah suaka Danau Cala banyak terdapat hutan, rawa, dan vegetasi air lainnya sebagai tempat mencari makan dan pemijahan. 2. Rezha Adviana (FPIK Unpad) Pertanyaan : Pelelangan yang terjadi di Kab. Musi Banyu Asin seperti apa? Jawaban : Pelelangan/objek lelang untuk perikanan biasanya dilakukan oleh pemda setempat/kecamatan untuk meningkatkan pendapatan anggaran daerah (PAD) daerah dan ini berdasarkan perda daerah setempat. Lokasi yang dilelang adalah anak-anak sungai dan lebak Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
lebung. Cara lelang dilakukan oleh kepala desa dengan penawaran tertinggi dan yang menang akan mengelola lokasi objek lelang selama satu tahun. Pemenang lelang disebut pengemin. Objek lelang bisa mencapai sekitar Rp 5 juta-100 juta. 3. Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo (BRPSI) Pertanyaan : 1. Suaka aktif 2, tidak aktif 4, maksudnya apa? 2. Kenapa nelayan di suaka banyak? 3. Restocking menjadi salah satu opsi, apakah efektif? Jawaban : 1. Suaka ada 6 sesuai perda yang ada dan yang aktif hanya 2 buah. hal ini karena yang lain itu keadaan airnya saat musim kemarau surut/kering da nada juga hampir seluruhnya ditumbuhi tanaman air di lain pihak ada yang airnya digunakan untuk minum. 2. Jumlah nelayan di danau Cala cukup banyak, hal ini karena lokasi Suaka Danau Cala terbatas sesuai zonasi yang telah ditetapkan dan tidak seluruhnya sehingga nelayan bisa menangkap ikan di luar dari zonasi yang telah ditetapkan. 3. Dalam rangka meningkatkan SDI dapat dilakukan melalui restocking atau introduksi. selain itu diwajubkan menyiapkan lokasi suaka dari menebarkan ikan setiap tahun sesuai perda yang ada. JUDUL
:
Struktur Komunitas Ikan Karang di Lokasi Terumbu Karang Buatan di Perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat PENYAJI : Hendra Satria 1. Rezha Adviana (FPIK Unpad) Pertanyaan : Pengaruh transplantasi terumbu karang di NTB apakah ada pengaruhnya bagi lingkungan? Apakah cukup baik untuk direkomendasikan bagi daerah-daerah lain? Jawaban : 2. Didik Wahju Hendro Tjahjo (BRPSI) Pertanyaan : 1. Apa yang disebut spesies mayor, target dan indicator? dan untuk apa pengukuran-pengukuran tersebut? 2. Kesimpulan dan grafik agak berbeda? 3. Data hampir sama! Jawaban : 1. Spesies mayor : spesies yang sering dijumpai, spesies target : disenangi masyarakat untuk dikonsumsi, spesies indicator : bisa dijadikan suatu indicator keberhasilan. 2. Kita hanya memberi masukan kepada Pemda, dari 2 tahun pengamatan ada peningkatan. JUDUL
:
Keragaman Morfometrik dan Gen Cytochrome B DNA Mitokondria Kryptopterus limpok di Sungai Batang Hari PENYAJI : Abdul Rahman Singkam 1. Dimas Angga H. (BRPSI) Pertanyaan : Apakah adanya mutasi gen pada salah satu lokasi di Batang Hari akan berpengaruh negatif terhadap populasi alamiah ikan limpok? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban
Jika mutasi gen mengakibatkan perubahan asam amino yang disandikan, maka besar kemungkinan akan berpengaruh terhadap populasi suatu organisme di alam. Mutasi yang terdeteksi di alam lebih banyak mutasi positif, karena jika mutasi negatif lebih banyak maka organisme akan mati, sehingga mutasinya tidak terlacak. 2. Didik Wahju Hendro Tjahjo (BRPSI) Pertanyaan : 1. Dari tampilan PCA, parameter yang diperhatikan hanya arus? 2. PCA tidak hanya dengan PCA 1 dan 2 namun bisa 3 jika komponennya masih rendah. Jawaban : 1. Keragaman yang terwakili pada PCA struktur morfometrik sebesar 56%. akan lebih bagus jika ditampilkan PCA 1,2 dan 3. tetapi menurut saya tidak efektif karena harus ada 3 grafik (PCA 1& 2, 2&3, 3&4) 2. Tidak ada batasan pasti pada parameter yang berpengaruh. 3. Faktor fisika kimia memang tidak berbeda tetapi ada perbedaan pada struktur morfometrik dan gen, sehingga menimbulkan dugaan pada parameter lain yang belum diukur. JUDUL
:
:
Konservasi Spesies Ikan Endemik Butini (Glossogobius matanensis) di Danau Towuti, Sulawesi Selatan PENYAJI : Jefry Jack Mamangkey 1. Ir. Sriati, M.Si (FPIK Unpad) Pertanyaan : - Bagaimana laju eksploitasi ikan butini di danau Towuti? - Apa bisa diestimasi kepadatan ikan butini per m2 (jumlah individu/m2) - Konservasi in situ seperti apa yang paling mendesak untuk dilakukan? Jawaban : - Untuk laju eksploitasi tidak dibahas dalam makalah ini - Untuk estimasi kepadatan per m2 tidak dapat dilakukan karena ikan adalah organisme bergerak jadi sulit untuk memprediksinya. - Konservasi yang harus dilakukan adalah mencegah penangkapan ikan pada tahap-tahap tertentu dari siklus hidupnya. Contoh pada saat ikan berkumpul pada suatu masa untuk berpijah, dlll. 2. Kamaluddin K. (P4KSI) Pertanyaan : - Faktor apa yang dominan sehingga ikan lebih banyak tertangkap pada kedalaman 100 m? - Berapa umur teoritis ikan dengan panjang maksimum 46,2 cm? Jawaban : - Kedalaman 100 m dianggap lebih stabil dalam mendukung pertumbuhan ikan butini, karena pada kedalaman ini parameter lingkungan baik berupa pH, suhu, dan oksigen terlarut. - Umur teoritis ikan dengan panjang maksimal 46,2 cm berdasarkan ukuran ikan yang tertangkap adalah t0 = 0,11 per tahun
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Keberhasilan Pembenihan Ikan Endemik Torsoro (Tor soro) Koleksi Dari Sumatera Utara PENYAJI : Sidi Asih 1. Chairulwan Umar (P4KSI) Pertanyaan : Ikan Tor soro sudah dapat dipijahkan, apakah sudah mendukung konservasi, restocking di Danau Toba sudah dilakukan dan dapat disediakan produksi benihnya dalam jumlah massal? Jawaban : Sudah, benih Tor soro F2 sekarang dapat diproduksi secara massal. Balai/Instalasi Riset Cijeruk sudah mampu memproduksi sekitar 500 ribu ekor atau sesuai permintaan. JUDUL
:
JUDUL
: Peran Terumbu Karang Buatan dalam Konservasi Ikan Klon (Amphiprion sp) dan Upaya Pengembangan dalam Budidaya Perikanan PENYAJI : Istiyanto Samidjan 1. Triyanto (P4KSI) Pertanyaan : Berapa produksi tangkapan ikan klon dari satu unit terumbu karang buatan (TKB) agar didapatkan informasi estimasi besaran produksi yang dapat didukung oleh terumbu karang buatan tersebut? Jawaban : Dari terumbu karang buatan ukuran 75 x 75 x 125 cm, tertangkap jumlah ikan 241 ekor/unit-terumbu/bulan. JUDUL
: Gen Kelenturan Fenotipik : Manfaatnya bagi Konservasi dan Pemuliaan Ikan PENYAJI : Wartono Hadie 1. Triyanto (Puslit Limnologi LIPI) Pertanyaan : - Apakah gen kelenturan yang diciptakan dapat diwariskan kepada keturunan berikutnya terutama pada gen kelenturan akibat seleksi kondisi lingkungan? - Berapa lama untuk menciptakan gen kelenturan pada suatu jenis ikan? Mohon diberikan contoh aplikasinya? Jawaban : - Gen kelenturan fenotipik adalah seperangkat gen yang mengontrol karakter suatu organisme pada lingkungan yang tidak optimal (stress) - Gen tersebut bisa muncul jika genotype berada pada linngkungan yang menimbulkan stress sepanjang hidupnya dengan cara mengekspresikan gen kelenturan - Gen kelenturan dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya sehingga dapat diseleksi dengan siklus pemunculan genotype yang memiliki gen kelenturan makan banyak dalam populasi
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
: Keberhasilan Pembenihan Ikan Kelabau (Osteochilus melanopleura Blkr) Sebagai Upaya Konservasi Ikan Lokal Melalui Manipulasi Lingkungan dan Hormon PENYAJI : Lies Setijaningsih 1. Chairulwan Umar (P4KSI) Pertanyaan : Umumnya ikan kelabau mendapatkan makanan secara alami atau makanan yang terdapat di alam sebagai habitatnya. bagaimana proses adaptasi pakan buatan terhadap ikan kelabau? Jawaban : Dalam proses adatasi pakan, pada pemeliharaan awal (aklimatisasi) dilakukan polikultur dengan ikan nilem rationya 8 ekor ikan kelabau dengan 2 ekor ikan nilem dengan harapan ikan nilem dapat dijadikan pemandu agar ikan kelabau mau makan makanan buatan. JUDUL
JUDUL PENYAJI 1. Sriyati Pertanyaan
Jawaban
: Pelestasian Plasma Nutfah Sumber Daya Ikan Di Perairan Umum Daratan : Asyari :
-
:
-
-
Gangguan pelestarian, apa penyebab turunnya plasma nutfah? Upaya dengan introduksi agar pelestarian baik, misalnya ikan koan menyebabkan ikan asli terancam. Penyebab terganggunya plasma nutfah antara lain : penangkapan berlebih, tidak ramah lingkungan, penggundulan hutan, sedimentasi. Tindakan introduksi sering berakibat baik, karena dapat meningkatkan sumberdaya alternative yang memperkaya jenis ikan-ikan di perairan. namun memang ada dampak negative seperti hilangnya jenis-jenis ikan asli. Tetapi tetap dampak positifnya lebih banyak da’ri dampak negatifnya.
JUDUL : Penyelamatan Ikan Sidat (Anguilla sp) di Danau Poso PENYAJI : Krismono 1. Ngurah Wiadnyana Pertanyaan : Jika hasil penelitian sudah fix dan final agar membuat draft hasil dan rekomendasi kepada Ka. P4KSI dan Ka. Balitbang KP untuk kemudian dilaporkan kepada Pemda Poso. Jawaban : Hasil sudah disampaikan kepada Sekertaris Balitbang KP dan disarankan untuk secepatnya dipresentasikan. Rencana hasil ini akan disampaikan kepada Dinas Poso.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
b. RUANG B : KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN : Potensi Genetik Induk Belut Sawah (Monopterus albus) Berdasar Uji Polimorfisme Menggunakan Marker Rapd (RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA) PENYAJI : Ibnu Dwi Bawono 1. Sulastri (Puslit Limnologi LIPI) Pertanyaan : Bagaimana keterkaitan sampel yang digunakan dengan morfologinya berdasarkan uji polimerisme menggunakan marker RAPD? Jawaban : Sampel tidak diuji secara morfologi dan morfometri karena yang dilihat adalah berdasarkan kekerabatannya. RAPD cukup efektif dalam mengidentifikasi sampel karena reaksi berlangsung terusmenerus. Dari semua jenis yang sudah dianalisis hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan kekerabatan yang erat antara sampel belut sawah dari Tasikmalaya dan Sumedang. 2. Ike Rustikawati (FPIK UNPAD) Pertanyaan : - Bagaimana hubungan antara faktor lingkungan dengan genetiknya? Mengapa perbedaan karakteristik belut antara daerah yang masih baik kondisi lingkungannya dengan yang tidak (telah terpolusi atau tidak/belum) memberikan hasil yang berbeda? - Bagaimana cara mengatasi rata-rata belut yang ditangkap dengan “uoek” lebih disukai daripada yang dibudidayakan karena pada hasil budidaya banyak mengandung lendir? Jawaban : - Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap genetik ikan belut sawah, karena akan mempengaruhi kenampakan alel dominan yang ada. - Lingkungan akan mempengaruhi karakteristik individu yang ada dengan kenampakan fenotipnya sehingga keberadaan polutan akan mempengaruhi kondisi individunya. - Umumnya hasil tangkapan di alam cenderung lebih disukai karena belut sawah tersebut berada pada habitat yang disukainya, sedangkan pada hasil budidaya berada pada kondisi lingkungan yang terkondisikan sehingga karakternya dapat berbeda. Cara mengatasinya terkait dengan pola hidup masyarakat setempat dan pengawasan serta konservasi sumberdaya ikan. JUDUL
JUDUL
: Pemanfaatan Ikan Lokal Air Tawar di Sumatera Barat: dengan Penekanan Pada Konservasi Ikan Garing (Tor douronensis) PENYAJI : M. Fatuchri Sukadi 1. Sulastri (Puslit Limnologi LIPI) Pertanyaan : - Contoh konservasi ex situ & in situ? - Bagaimana keterkaitan konservasi ex situ dan in situ hubungannya dengan nilai ekonomisnya? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
-
Seharusnya konservasi ex situ mendukung keberlanjutan konservasi in situ karena jika hanya untuk usaha budidaya prosesnya masih terlalu panjang. Berdasarkan pertimbangan ekonominya, perlu juga dievaluasi aspek ekonomi bagi konservasi ikan secara ex situ dan in situ. Jawaban : Contoh konservasi in situ adalah konservasi Lubuk Larangan di Aur Semayang, sedangkan konservasi ex situ dengan budidaya melalui perbenihan. Evaluasi ekonomi mengenai kedua jenis konservasi tersebut tidak dilakukan. 2. Ike Rustikawati (FPIK UNPAD) Pertanyaan : Apakah konservasi ikan langka dapat mendukung secara ekonomis, misalnya pembudidayaan ikan garing di berbagai daerah dapat dilakukan uji di daerah Sumatera lalu diterapkan di daerah lain, Jawa misalnya agar dapat dikembangkan dan dinikmati oleh semua masyarakat? Jawaban : Upaya tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang, utamanya didukung dengan hasil riset terkait dan alih teknologi. JUDUL
: Peluang Konservasi Sumberdaya Ikan di Perairan Estuari Selat Panjang Riau PENYAJI : Rupawan 1. Sulastri (Puslit Limnologi LIPI) Pertanyaan : Upaya apa yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat untuk pengembangan upaya konservasi sumberdaya ikan? Saran dapat dilakukan dengan Focus Group Discussion dan melakukan penelitian secara detail karena hasilnya masih umum. Ada upaya alternatif selain pengaturan penangkapan. Jawaban : Penelitian hanya berupa evaluasi hasil tangkapan ikan dan memang belum difokuskan secara khusus untuk konservasinya. Upaya yang ada memang baru sebatas pengaturan pembatasan operasional penangkapan dengan jaring trawl dan sejenisnya, serta pembatasan upaya penangkapan alat tangkap yang tidak selektif seperti trammel net. Regulasi pembatasan penangkapan cukup sulit penerapannya karena terkait dengan lapangan pekerjaan. Alternatifnya dengan melakukan penutupan area tangkap secara menyeluruh di kawasan estuari sungai Panjang. JUDUL
: Restocking Ikan Mola Sebagai Upaya Peningkatan Sumberdaya Ikan dan Pengendalian Blooming Fitoplankton di Waduk Cirata PENYAJI : Zahidah 1. Prawira Atmaja R.P. Tampubolon Pertanyaan : Saran, pengkelasan ukuran sebaiknya berdasarkan ukuran panjang, tidak dengan bobot. - Bagaimana metode yang digunakan untuk mengukur kelimpahan plankton (individu/mL) yang ada di dalam saluran pencernaan? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
-
Jawaban
:
Apa asumsi yang digunakan dalam penentuan jumlah 8 juta ekor, apakah dengan tidak memperhitungkan keberadaan ikan lain? Saran diterima, data panjang ikan tersedia jika ingin digunakan. Perhitungan yang dilakukan dilakukan dengan asumsi bahwa hanya terdapat ikan mola di perairan. Pengukuran kelimpahan plankton di saluran pencernaan dilakukan berdasarkan volume isi saluran pencernaan, selanjutnya jenis dan kelimpahan plankton yang ada di dalamnya dianalisis.
: Skenario Pemacuan Stock Kepiting Scylla serrata Berbasis KoManagemen PENYAJI : Sulastri 1. Astri Suryandari (BRPSI) Pertanyaan : Apakah kelompok nelayan sudah ada atau perlu diinisiasi terlebih dahulu.? Penyediaan benih perlu dukungan panti benih dalam rangka ko-management, apakah sudah cukup tersedia panti benih? Jawaban : Di Muara Kayang sudah ada kelompok nelayan dan panti benih untuk kepiting bakau, namun di tempat lain perlu diperkenalkan sistem konservasi dan inisiasi pembentukan kelompok nelayan. Pemacuan stok diharapkan dapat mendukung bisnis pemacuan stok, misalnya adanya usaha pendederan, pembenihan secara alami, pengumpulan benih kepiting dengan jaring di mangrove untuk menekan biaya pembenihan. JUDUL
JUDUL
: Karakteristik Biologi Beberapa Jenis Ikan Introduksi di Danau Tempe, Sulawesi Selatan PENYAJI : Samuel 1. Astri Suryandari (BRPSI) Pertanyaan : Klarifikasi mengapa di Danau Tempe ada ikan belanak dan ikan sidat mengingat jaraknya yang jauh dengan laut? Jawaban : Jenis-jenis ikan yang berkembang di Danau Tempe didominasi oleh ikan-ikan introduksi. Belanak ada namun jumlah tidak banyak. Kualitas ikan introduksi di Danau Tempe tidak berkembang, cenderung kurus walaupun jumlahnya melimpah. Jarak dengan laut tidak terlalu jauh namun ada ikan sidat karena adanya aliran Sungai. JUDUL : Spesies Asing Invasif PENYAJI : M.F. Rahardjo 1. Ahmad Zahid Pertanyaan : Bagaimana langkah ke depan untuk menanggulangi fenomena ikan introduksi? Bagaimana menyikapi anggapan sebagian besar masyarakat terkait dengan ikan mas dan ikan nila yang telah dianggap sebagai ikan lokal? Jawaban : Perlu diperhatikan bahwa introduksi ikan harus membawa manfaat, Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
jika ternyata merugikan sedapat mungkin dihindari atau dicegah. Perlu melihat relung yang kosong dalam lingkungan untuk melakukan introduksi ikan ke suatu badan perairan. Istilah ikan asli dan ikan introduksi di Indonesia kadang rancu. JUDUL
: Dampak Introduksi dan Penyebaran Ikan Terhadap Populasi Spesies Ikan Asli di Perairan Umum Daratan : Asyari
PENYAJI 1. Rupawan Pertanyaan
:
Jawaban
:
2. Sriati Saran
JUDUL PENYAJI 1. Sulastri Pertanyaan Jawaban
:
Apa dampak ikan introduksi terhadap sumberdaya ikan di perairan umum daratan? Mengapa upaya penebaran ikan pada masa lalu seperti ikan sepat siam, tawes, dan lain-lain relatif lebih berhasil dibandingkan dengan pada saat sekarang? Bukan ikan introduksi yang menjadi masalah, tapi apakah ikan introduksi tersebut menjadi invasif (mengganggu ikan asli). Diduga relung ekologi pada zaman dahulu masih banyak yang kosong dan ikan yang ditebar bersifat planktivor dan omnivor sehingga peluang keberhasilannya tinggi. Introduksi ikan pada masa sekarang relatif banyak yang kurang berhasil karena ikan yang ditebar cenderung bersifat karnivora. Introduksi selama ini terkesan lebih berorientasi pada keuntungan dan produksi. Keberhasilan introduksi (mas, dan lain-lain). Kebetulan ikan tersebut tidak berdampak negatif terhadap ikan asli. Saran saya, prioritas pemilihan jenis ikan introduksi adalah keterancaman (untuk tujuan konservasi) dan ekologi.
: Beberapa Aspek Biologi Ikan-Ikan Introduksi di Danau Mooat Sulawesi Utara : Ni Komang Suryati : :
Bagaimana ketersediaan pakan terkait dengan faktor kondisi yang bersifat allometrik? Kesimpulan yang diambil terkait dengan data suhu yang rendah sehingga pertumbuhannya lambat, Kondisi danau yang kurang subur diduga berpengaruh terhadap faktor kondisi yang allometrik negatif.
JUDUL
: Laju Pertumbuhan, Mortalitas dan Laju Penangkapan Ikan Patin di waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri, Jateng PENYAJI : Siti Nurul Aida 1. Ngurah Wiadnyana Pertanyaan : - Jadwal penelitian di metodologi apakah dilakukan di tahun 2010 atau 2011? - Pembahasan sebaiknya dikaitkan dengan topik FNPSI III Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban
:
- Data yang digunakan adalah data tahun 2010. - Pembahasan akan ditambahkan sesuai dengan tema FNPSI III. 2. Kunto Purnomo (BRPSI) Pertanyaan : K’ adalah kecepatan mencapai asimtut, jadi ‘K’ bukanlah laju pertumbuhan. Kenapa pertumbuhannya alometrik? Apakah ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi ikan tersebut? Jawaban : Perubahan pertumbuhan dikarenakan pada saat penebaran awal ikan memiliki ukuran yang sama. JUDUL
: Studi Kebiasaan Makanan Jenis-Jenis Ikan di Beberapa Situ dan Waduk di Jawa Barat dan Jawa Tengah sebagai Informasi Dasar Dalam Upaya Pengkayaan Stok PENYAJI : Astri Suryandari 1. Ngurah Wiadnyana Pertanyaan : Apakah jenis ikan yang sama dapat berubah jenis makanannya? Jawaban : Bisa, tergantung dari kondisi lingkungan dimana ikan tersebut hidup. JUDUL : Domestikasi Ikan Hias Rasbora Srigunting PENYAJI : Mochammad Zamroni 1. Ngurah Wiadnyana Pertanyaan : Urgensi dari ikan tersebut apakah sudah langka atau kita dapat melakukan pengelolaannya? Apakah untuk usia ikan yang lebih panjang dapat dilakukan domestifikasi? Jawaban : - Ikan ini belum langka tetapi trend perdaganagn ikan ini mulai meningkat. Data tersebut didapatkan dari jejaring sosial yang oleh Balai Riset Ikan Hias, Depok. - Siklus di alam sampai sekarang belum diketahui. 2. Kunto Purnomo (BRPSI) Pertanyaan : Tolong diklarifikasi dalam penamaan cacing darah, apakah Chironomus sp ataukah tubifex? Jawaban : Ralat diterima
c. RUANG C : BIDANG PENEBARAN / RESTOCKING JUDUL
: Populasi Ikan Karang dan Biota Penempel di Sekitar Terumbu Buatan Perairan P. Kotok Kecil dan P. Harapan, Kep. Seribu PENYAJI : Amran Roni Syam 1. Suwarno Hadi Susanto (Fak. Biologi, UGM) Pertanyaan : - Berapa nilai kualitas air pada saat sebelum dan sesudah penanaman terumbu karang buatan? - Berapa Luas terumbu karang buatan yang layak? - Berapa nilai indeks diversitas plankton? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban
:
-
Luasan terumbu karang buatan yang layak adalah 6 x 6 m, tinggi 0,4 m dan jarak 300 m 2. Sri Turni Hartati (P4KSI) Pertanyaan : - Berapa nilai kualitas air pada saat sebelum dan sesudah penanaman terumbu karang buatan? - Berapa Luas terumbu karang buatan yang layak? - Berapa nilai indeks diversitas plankton? Jawaban : - Perbandingan terumbu karang buatan yang di Bali dan NTB sudah ada yang dipilah-pilah berdasarkan usia - Terumbu karang buatan pada saat pengamatan adalah 1 bulan. JUDUL
: Potensi Ekosistem Hutan Mangrove Untuk Pengembangan Silvofishery di Taman Nasional Alas Purwo PENYAJI : Erni Poedjirahayu 1. Suwarno Hadi Susanto (Fak. Biologi, UGM) Pertanyaan : Bagaimana kondisi kerapatan hutan mangrove yang di luar dan di dalam hutan lindung? Jawaban : Sejak lama masyarakat di sekitar alas purwo sudah memanfaatkan hutan mangrove untuk perumahan dan ada juga yang mencuri kayu 2. Dulmiat Iriana (FPIK, UNPAD) Pertanyaan : - Bagaimana nilai kualitas air bisa tinggi, seperti DO bisa jenuh, Ph kurang asam? - Apakah memang ada hubungan antara pelestarian hutan mangrove dengan keperluan masyarakat atas hutan mangrove? Jawaban : - Sifat kimia yang tinggi karena pasokan dari sungai yang tinggi, seperti salinitas payau nilainya 10-20. - Konversi hutan mangrove 1:4, artinya 1 hektar hutan mangrove untuk perikanan, seperti tambak, dan 4 hektar untuk kelestarian hutan. 3. Sri Turni Hartati (P4KSI, BALITBANG KP) Pertanyaan : - Apa yang dimaksud silvofihery - Nilai Indeks diversitas plankton yang dipakai siapa? Kenapa nilainya bisa 3! Jenis planktonnya apa fito atau zoo? Jawaban : - Hutan mangrove yang dimanfaatkan untuk perikanan tambak. JUDUL
: Status Komunitas Ikan di Perairan Sungai Klawing dan Serayu Somagede, Banyumas, Jawa Tengah, dalam Rangka Menjaga Kelestariannya PENYAJI : Suwarno Hadi Susanto (Fak. Biologi-UGM) 1. Kunto Purnomo (BRPSI) Pertanyaan : Di Ecyclopedia fishery ada banyak jenis ikan spesies tor dan rasbora. Jawaban : Terima kasih atas masukannya 2. Pandoe Prahoro (BRPSI) Pertanyaan : Apa hubungannya alat tangkap elektrik dengan status komunitas ikan? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban : Alat tangkap elektrik dipakai pada kondisi lapangan yang sulit 3. Dulmiat Iriana Pertanyaan : Populasi ikan yang tinggi pada kondisi lingkungan seperti apa? Jawaban : Penurunan keragaman spesies ikan tertentu, seperti di Jawa Barat, ikan uceng sudah punah tapi di Banyumas, ikan uceng masih banyak. : Potensi Budidaya Ikan Hias Rasbora sp untuk Mendukung Konservasi Sumberdaya Ikan di Perairan Umum PENYAJI : Nurhidayat (BRBIH-Depok) 1. Kunto Purnomo (BRPSI) Pertanyaan : Di Ecyclopedia fishery ada banyak jenis ikan spesies tor dan rasbora. Jawaban : Terima kasih atas masukannya 2. Erni Poedjirahajoe Pertanyaan : Perlu dipikirkan cara pembudidayaan ikan Rasbora sp. secara cepat. Jawaban : Cara pembudidayaan secara cepat sedang diteliti dan diusahakan. 3. Pandoe Prahoro (BRPSI) Pertanyaan : Objek penelitian tidak jelas sebab data potensi ikan hias yang ditampilkan banyak dilaut bukan dari air tawar? Ditampilan yang banyak koq tentang biologi ikannya? Jawaban : Ya memang mengarah ke biologi ikannya 4. Dulmiat Iriana Pertanyaan : Apakah ikan Rasbora sp. bisa hidup pada kondisi perairan yang tercemar oleh limbah industri? Jawaban : Bisa hidup di perairan yang tercemar JUDUL
JUDUL
: Penyelamatan Habitat Ikan Melalui Rehabilitasi Hutan Mangrove di Desa Kutawaru, Cilacap. PENYAJI : Suwarno Hasanbahri 1. Erni Poedjirahajoe Pertanyaan : Masyarakat sudah maju tentang perikanan maka konservasi sudah berjalan tapi hutan mangrove-nya sudah berfungsi dengan baik atau tidak? Menurut kamus kehutanan yang disebut hutan mangrove berfungsi untuk menahan gelombang besar laut bukan yang tumbuh di paritparit sekitar tambak. Jawaban : Mangrove yang ada di petak-petak belakang kampung merupakan kompensasi bagi masyarakat agar tidak mengganggu hutang mangrove yang ada di pinggir pantai. 2. Pandoe Prahoro (BRPSI) Pertanyaan : Pokok bahasannya tentang penyelamatan ikan tapi koq tampilannya tentang rehabilitasi hutan mangrove dan perilaku masyarakat. Jawaban : Judulnya tidak terbalik, rehabilitasi mangrove dalam rangka Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
penyelamatan ikan dan ada korelasinya dengan perilaku manusia yang sering memanfaatkan hutan mangrove. 3. Dulmiat Iriana Pertanyaan : Apa betul mangrove tidak bisa dibudidayakan dalam petak khusus? Jawaban : Tidak betul, pengalaman di Lahat, Sumbar, parit-parit yang ada di tambak ikan dijadikan lahan percontohan pohon mangrove. JUDUL
: Potensi Sumberdaya Perikanan Beberapa Perairan Di Jawa Barat Dan Jawa Tengah PENYAJI : Kunto Purnomo 1. Suwarno Hadi Susanto Pertanyaan : Danau di betawi namanya empang, di Jabar namanya situ dan di Jatim namanya ranu. Secara limnologis, danau dan waduk itu berbeda, danau umumnya, Ph nya bisa diukur sedangkan di waduk, Ph nya tidak bisa diukur. Jawaban : Betul, Ph bisa diukur di semua danau tapi penelitian ini terbatas hanya 1 tahun. : Status Pemulihan Stok Teripang Pasir (Holothuria scabra) di Perairan Kepulauan Seribu PENYAJI : Sri Turni Hartati 1. Suwarno Hadi Susanto Pertanyaan : Apa ada teripang yang sulit ditangkap? karena di tampilan ada kata “teripang yang mudah ditangkap”. Jawaban : Ya pak, akan ada perbaikan penulisan. 2. Istiyanto Samidjan Pertanyaan : - Teripang yang kecil sering mati, seperti yang terjadi pada budidaya teripang di Pulau Karimun Jawa karena adanya predator - Kondisi perairan seperti apa yang sesuai untuk budidaya teripang yang kecil maupun besar? - Apakah jenis makanan berpengaruh terhadap pertumbuhan teripang? Jawaban : - Tujuan kegiatan ini bukan untuk budidaya tapi untuk restocking teripang di alam. Ukuran kurang dari 200 gr sangat riskan di alam. - Persyaratan perairan yang jernih untuk jenis teripang yang lain tapi teripang yang di Kep. Seribu, perairannya keruh dan lempung - Ya betul, jenis makanan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan teripang JUDUL
JUDUL
: Status Pemanfaatan dan Aspek Biologi Ikan Banggai Cardinal Fish (Pterapogon kauderni) di Kepulauan Banggai. PENYAJI : Kamaludin 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : - Rata-rata hasil tangkapan sekarang dan hasil sebelumnya berbeda. Bagaimana dengan length of maturity nya? Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban
:
-
Apakah grafik yang ditampilkan itu total length atau fork length? Untuk analisis tersebut sudah dihitung Grafik panjang cagak bukan panjang total
JUDUL
: Membangun Sistim Konservasi Habitat Ikan di Sungai Citarum Melalui Adopsi Sistim Lubuk Larangan PENYAJI : Triyanto 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : - Jenis-jenis ikan Citarum, sebelum pembendungan Cirata dan Saguling tahun 1983 sudah ada datanya. Untuk lubuk larangan sangat sulit diterapkan di sungai citarum karena adanya pencemaran dan pembendungan sungai jadi habitat aslinya hilang! Tapi bisa juga lubuk larangan untuk ikan-ikan kecil saja, terutama di Cirata. Jawaban : Terima kasih atas masukannya 2. Muhyamin Pertanyaan : Persoalan yang krusial apabila konservasi di suatu tempat atau daerah diterapkan di tempat lain karena adanya perbedaan hukum adat dan akan menjadi kendala sosial yang baru. Jawaban : Kendala sosial dapat diatasi secara bertahap dan usaha konservasi dapat dipadukan dengan bisnis perikanan, seperti untuk pemancingan. : Konservasi Ikan Rainbow Boesemani (Melanotaenia boesemani) Melalui Budidaya PENYAJI : Tutik Kadarini 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : Di Papua ikan rainbow belum dimanfaatkan sebagai ikan hias jadi tidak termasuk ikan yang dilindungi. Data darimana yang mengatakan ikan rainbow sudah hampir punah? Sarannya lebih baik membuat konservasi kawasan (in situ); menetapkan kawasan pemijahan. Jawaban : Acuannya dari buku “Ikan langka….” terbitan KTNL-KP3K. JUDUL
JUDUL
: Konservasi dengan Pendekatan Komunitas untuk Mendukung Budidaya Ikan Hias Berkelanjutan PENYAJI : Lies Emmawati 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : Komunitas yang dimaksud itu, komunitas ikan atau masyarakat? Jawaban : Komunitas yang dimaksud adalah komunitas ikan dan lingkungannya. 2. Muhyamin Pertanyaan : - Apa yang dimaksud dengan komunitas sama dengan konservasi atau tidak?
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
Jawaban
:
- Harus ada isu besar yang menjadi landasan bagi penentuan kawasan konservasi - Jawaban sama dengan Pak Endi - Ya pak, terima kasih atas masukannya
d. RUANG D : BIDANG REHABILITASI, MITIGASI DAN SOSIAL EKONOMI JUDUL
: Kelimpahan dan Sebaran Larva Udang Penaeid di Perairan Pemangkat dan Sekitarnya PENYAJI : Duranta D. Kembaren 1. Ngurah Widanyana & Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : - Perlu diluruskan kalo Lucifer bukan larva udang - Satuan dari fitoplankton bukan ind/l tapi sel/l. - Apakah lokasi tersebut bisa disebut sebagai daerah
Jawaban
:
-
refugia? Berapa luasannya dan apa korelasi larva dengan O2 dan pH? Ada keraguan antara larva udang dengan Lucifer karena ukurannya yang sangat kecil.
Stasiun tersebut merupakan daerah penangkapan tapi armadanya kecil sehingga nelayan tidak berani menangkap udan lebih jauh kearah laut lepas. Sedangkan korelasi antara larva dengan O2 dan pH adalah korelasi negatif.
JUDUL
: Pengukuran Efektivitas Kelembagaan Dalam Rangka Keberlanjutan Pemanfaatan dan Pengelolaan Perairan Waduk Malahayu, Jawa Tengah PENYAJI : Tajerin 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : Apa kelemahan pemasaran, monitoring dan evaluasi? Jawaban : - Restoking sebagai upaya mengatasi kelemahan tersebut diatas. - Penyediaan benih untuk restoking, penyedia benih oleh
UPR untuk restoking dan sebagian lagi untuk dijual. JUDUL
: Penelitian Daerah Asuhan Udang Penaeid di Perairan Pemangkat Kalimantan Barat PENYAJI : Widjatmiko 1. Endi Setiadi Kartamihardja (P4KSI) Pertanyaan : Apa satuan komposisi hasil tangkapan beam trawl? Jawaban : Komposisinya dalam berat
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
PR-03
POTENSI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE UNTUK PENGEMBANGAN SILVOFISHERY DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Erny Poedjirahajoe Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Salah satu pemanfaatan ekosistem mangrove untuk menambah pendapatan masyarakat adalah silvofishery. Pengelola ingin menjadikan kawasan tersebut untuk pembuatan silvofishery, sehingga diperlukan penelitian potensi ekosistem yang diprediksi mampu menunjang silvofishery, antara lain adalah potensi plankton dan nekton sebagai sumber energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekosistem mangrove untuk penggunaan silvofishery, dengan cara mengetahui struktur vegetasi, kepadatan dan keanekaragaman plankton dan nekton. Penelitian dilakukan dengan cara menentukan kawasan yang akan diteliti berdasarkan pertimbangan luas zona pemanfaatan yang akan digunakan silvofishery dan dominansi jenis penyusun. Dari kawasan tersebut kemudian ditentukan jalur-jalur dan titik pengamatan secara sistematis (intensitas sampling 1%). Pada setiap titik dibuat petak ukur 5x5 meter, kemudian dilakukan pengukuran terhadap vegetasi, plankton dan nekton serta faktor lingkungan habitat. Data dianalisis dengan menggunakan formula kerapatan/kepadatan species serta Indeks Diversitas dari Simpson (Ludwig dan Reynold 1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Taman Nasional Alas Purwo masih mempunyai kerapatan vegetasi yang tinggi (ratarata 4800 individu/hektar) yang terdiri dari enam jenis mangrove sejati (mayor) yang didominasi oleh Rhizophora sp. dan dua jenis mangrove minor (Lumnitzera sp. dan Xylocarpus sp.). Jenis Ceriops tagal yang melimpah di zona darat menunjukkan indikasi bahwa salinitas perairan stabil pada angka sedang (11,92‰). Komponen ekosistem plankton dan nekton dijumpai dengan kepadatan dan keanekaragaman jenis yang tinggi. Terdapat 43 jenis plankton dan 10 jenis nekton dengan nilai keanekaragaman jenis masing-masing adalah 0,89 dan 0,93. Tingginya potensi plankton dan nekton serta faktor habitat yang sesuai mengindikasikan bahwa kawasan tersebut layak digunakan untuk pengembangan silvofishery. Kata kunci : mangrove, silvofishery PENDAHULUAN Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia. Namun demikian data luas mangrove di Indonesia sangat bervariasi. Menurut Ditjen RLPS Departemen Kehutanan tahun 1999 potensi mangrove di Indonesia dengan mendasarkan pada sebaran sistem lahan yang ditumbuhi mangrove adalah seluas 9,2 hektar, luasan tersebut terdiri atas kawasan hutan negara 3,7 hektar dan non hutan 5,5 hektar. Data Intag (1993), menyebutkan bahwa luas mangrove di Indonesia sebesar 3.393.620 hektar. Bagian dari kawasan hutan negara tersebut, salah satunya ada di Taman Nasional Alas Purwo. Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan salah satu Taman Nasional di Indonesia yang memiliki luas sekitar 2000 ha. Taman nasional tersebut terbagi dalam dua kawasan yang hampir sama, yaitu kawasan mangrove Teluk Pangpang dan kawasan mangrove Segoro Anak. Sesuai dengan pembagian zonasi TNAP, maka kawasan mangrove di dua lokasi tersebut masuk pada zona pemanfaatan, artinya merupakan zona Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
1
yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif, dengan tetap melestarikan ekosistem mangrove. Beberapa pemanfaatan mangrove yang sudah dilaksanakan di beberapa kawasan antara lain pemanfaatan untuk ekowisata. Pengelola berencana menggunakan sebagian kawasan tersebut untuk silvofishery. Penentuan pemanfaatan untuk silvofishery harus mempertimbangkan kondisi ekosistem, kesesuaian lahan dan kondisi masyarakat sekitar.
Gambar 1. Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Kawasan Mangrove Segoro Anak TNAP mempunyai permasalahan yang kompleks, yaitu intervensi masyarakat setempat yang menjadikan mangrove sebagai lahan pemukiman dan tambak. Oleh karena itu, pemilihan kawasan sebagai lokasi silvofishery diperkirakan mampu mengurangi permasalahan di atas. Namun demikian sebelum pembuatan silvofishery, perlu penelitian yang lebih mendalam tentang faktor pendukung keberhasilannya. Faktor tersebut adalah kondisi mangrove, kepadatan dan keanekaragaman jenis plankton dan nekton sebagai sumber energi bagi tambak silvofishery. Keberhasilan silvofishery diharapkan mampu menambah penghasilan masyarakat sekitar yang hidup berdampingan dengan hutan mangrove, dengan tetap mempertahankan kelestarian mangrove. BAHAN DAN METODE Lokasi penelitian berada di kawasan ekosistem mangrove Segoro Anak Taman Nasional Alas Purwo, seluas 6,5 ha. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk menentukan titik-titik contoh sebagai titik pengamatan (sample plot). Berdasarkan hasil observasi dan pertimbangan luas zona pemanfaatan serta dominansi jenis penyusun, maka dengan intensitas sampling 1% didapatkan titik-titik contoh sebanyak 26 plot. Plot-plot tersebut ditempatkan dengan rincian bahwa sembilan plot diletakkan di sebelah timur laut Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
2
Sungai Segara Anak, sembilan plot di sebelah barat laut sungai (dibatasi oleh juluran tanah yang dibuat masyarakat sekitar sebagai dermaga kecil), empat plot di sebelah barat daya sungai dan empat plot di sebelah tenggara Sungai Segara Anak. Peletakan 18 plot di sebelah utara sungai disebabkan karena luas mangrove di sebelah utara sungai lebih besar daripada di sebelah selatan. Pada setiap plot dibuat petak ukur 5x5 meter, kemudian dilakukan pengukuran terhadap kerapatan vegetasi dan kepadatan plankton serta nekton, diukur pula faktor lingkungan habitat perairan yang meliputi: salinitas, pH, suhu, ketebalan lumpur, dan oksigen terlarut. Kualitas habitat yang terukur kemudian disesuaikan dengan kriteria yang ada, sehingga diperoleh kesimpulan tentang kelayakan lokasi untuk silvofishery. Data hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk mendapatkan nilaikerapatan maupun keanekaragaman jenis dari berbagai biota, terutama plankton dan nekton. Angka kerapatan diperoleh dengan menggunakan rumus : Kerapatan/kepadatan = jumlah individu (n)/satuan luas Angka keanekaragaman jenis diperoleh dengan menggunakan rumus indeks diversitas dari Simpson (Ludwig & Reynold, 1988): λ = ∑ ni (ni – 1)/ N(N – 1) indeks diversitas (ID) = 1 – λ Pedoman (kriteria) nilai kepadatan plankton dan nekton serta faktor lingkungan kawasan mangrove yang layak digunakan untuk silvofishery mengacu pada penelitian Poedjirahajoe (2006) yang telah membuat kriteria terhadap faktor-faktor biotik dan abiotik pada keberhasilan pengembangan silvofishery di Desa Mojo Pemalang. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut: Peruntukan Disarankan unt silvofishery Ditingkatkan supaya dpt digunakan silvofishery Tidak disaran-kan untuk silvofishery
Kerapatan vegetasi/ha > 2500
1500-2500
< 1500
Plankton (indv/lt) >10.000 ID> 0,80
Nekton (indv/m2) >8 ID > 0,80
6000-10.000 5-8 ID=0,6-0,8 ID=0,6-0,8 < 6000 ID < 0,60
<5 ID < 0,60
Kriteria DO Suhu (mg/l) ( 0C)
pH
Salinitas Ketebalan (‰) lumpur (cm)
> 12
< 30
6-7,5
12-20
> 50
8-12
31-32
5-6 atau7,6-8
10-12
30-50
<8
> 32
<5 atau > 8
< 10
< 30
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan dan pengukuran terhadap vegetasi mangrove di TNAP dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Vegetasi Mangrove di Taman Nasional Alas Purwo No. PU
K
Am t
d
K
Bg t
d
K
t
d
K
t
d
K
t
d
K
t
d
K
t
d
K
t
d
1.
-
-
-
-
-
-
4
4,9
6,3
-
-
-
-
-
-
5
7,6
12,6
-
-
-
-
-
-
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
1 1 1 5 2
6 5 2,5 3,7 11
9 13 3 7,2 16
-
-
-
4 9 2 1 7 5 -
2,4 2,1 3 2,5 4,6 5 -
4,5 4,1 4,5 4 6,1 6,8 -
1 -
8 -
10 -
3 2 7 3 1 3
6,5 4,5 7,3 9,3 8 4,5
3,9 6,5 22,3 12,7 23 3,7
2 9 15 -
7 6,5 6,8 -
16,5 20,4 9,1 -
1 5
10 5,3
12 7,2
1 1 1 2 -
5 3 3 8 -
7 6 7 7 -
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
1 1 1 1 2 -
19 2,5 4 4 5,2 -
18 3 5 6 7 -
1 -
10 -
23 -
14 25 14 7 6 5 2 7 1 4
3,1 2,5 2,1 1,9 3,9 3,7 1,5 2,7 3 2,2
15 4 3,4 3,1 3,2 3,2 2,3 8,6 3 3,2
-
-
-
3 3 3 3 1 6 7 2 -
11 8,7 8,7 8,7 6 5,8 7,3 6 -
9,3 12,7 13 12,7 9 15,8 16,6 22,5 -
1 3 3 6 4 7 2 4 2
5 4 6,8 9 6,7 9,3 46,7 16 6,9 15,2 6,8 9,1 7,5 20,5 6,5 18 7 20,5
1 2 2 3 1 1 -
8 10 10 9,7 12 10 -
19 13,5 13,5 12 36 11 -
5 1 1 1 2
4 7 3 3 5
15,4 16 9 7 19
26.
-
-
-
-
-
-
5
2,3
3,2
-
-
-
4
8,1
16,5
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : Av : Avicennia marina Bg : Bruguiera gymnorhiza Ct : Ceriops tagal Li : Lumnitzera littorea
Ct
Li
Ra
Ra : Rhizophora apiculata Rm : Rhizophora mucronata Sa : Sonneratia alba Xm : Xylocarpus muloccensis
Rm
-
Sa
-
Xm
K : Kerapatan t : rata-rata tinggi d : rata-rata diameter
Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat delapan jenis mangrove, yang terdiri dari enam jenis mangrove sejati, yaitu Avicennia marina, Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Ceriops tagal, dan Sonneratia alba. Selain itu, ditemukan dua jenis lain yang termasuk dalam jenis mangrove minor, yaitu Lumnitzera littorea dan Xylocarpus moluccensis. Jenis-jenis mangrove asosiasi dijumpai di luar habitat, misalnya Hibiscus tiliaceus dan sedikit Ipomoea pescaprae. Pada umumnya jenis Rhizophora apiculata dan R. mucronata mendominasi hampir di zona laut (proximal zone) maupun tengah (medial zone) (Gambar 2), sedangkan di zona darat (distal zone) didominasi oleh jenis Ceriops tagal. Kerapatan vegetasi mencapai 4.800 individu/ha, dengan diameter rata-rata antara 20-24 cm yang pada umumnya merupakan tingkat pohon, sedangkan anakan (poles) mempunyai kerapatan sekitar 10.000 individu/ha dengan diameter rata-rata 8-15 cm.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
4
Gambar 2. Kawasan Mangrove TNAP yang didominasi jenis Rhizophora Kerapatan vegetasi yang tinggi sangat memungkinkan kawasan tersebut digunakan untuk silvofishery khusunya model empang parit, karena hal ini menunjukkan ketersediaan bahan organik yang cukup. Selain itu kerapatan yang tinggi menyebabkan gelombang air laut sangat minimal. Kawasan seperti ini sangat sesuai untuk berlindungnya jenis nekton seperti ikan. Dominasi jenis Ceriops tagal merupakan indikator perubahan kualitas habitat, khususnya salinitas. Poedjirahajoe (2006) menyebutkan bahwa salinitas di zona Ceriopssp. menunjukkan angka yang lebih rendah dibanding dengan zona Rhizophorasp. Pada umumnya mangrove berada pada kisaran 9-17‰. Mangrove di Pantai Utara Jawa Tengah ditemukan pada perairan dengansalinitas antara 15-20‰, sedangkan hasil pengukuran di mangrove Segara Anak menunjukkan angka salinitas 11,92‰. Angka salinitas tersebut disebabkan karena posisi sungai Segara Anakan yang relatif jauh dari laut, meskipun bermuara di laut. Salinitas di atas masih berada pada kisaran batas normal bagi kehidupan biota perairan, sehingga tidak akan membawa pengaruh signifikan terhadap kehidupan nekton. Mangrove di kawasan TNAP masih berada dalam kondisi yang utuh, belum ada indikasi pencurian atau penebangan vegetasi. Keadaan ini disebabkan karena masyarakat masih banyak yang memanfaatkan ikan-ikan di sungai yang membelah mangrove. Hal ini merupakan simbiosis yang sangat baik. Keberadaan mangrove dapat meningkatkan produksi perikanan dan masyarakat dapat memanfaatkan perikanan tersebut tanpa mengganggu mangrove. Dengan demikian jika perikanan dikembangkan melalui model silvofishery, maka akan membawa manfaat yang lebih besar lagi terhadap masyarakat sekitar. Potensi lain dari kawasan ekosistem mangrove TNAP berkaitan dengan vegetasinya adalah plankton dan nekton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian mangrove TNAP terdapat 10 jenis nekton, yaitu Periopthalmussp., Penaeussp., Ucaspp., Dendrophyllasp., Pleorecera ceutra, Anadarasp., Kalomang, Telescopiumsp., Dotillasp., dan scylla serrata. Jenis yang dominan adalah Telescopium sp. (keong) dan Periopthalmussp., sedangkan Scylla serrata (kepiting bakau) cukup banyak dijumpai hanya saja yang tampak adalah lubang-lubang lumpur sebagai tempat untuk melindungi diri dari predatornya atau deras arus pasang surut. Berdasarkan jumlah lubang-lubang kecil di lumpur menunjukkan bahwa Scylla serrata merupakan jenis dominan pula (Gambar 3). Kepadatan masing-masing jenis berkisar antara 50-200 ekor pada setiap petak ukur. Tingginya jumlah jenis dan kepadatan ini memberikan gambaran ketersediaan pakan dan habitat masih baik, sehingga kawasan mangrove tersebut sesuai jika digunakan Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
5
untuk silvofishery. Scylla serrata merupakan jenis kepiting komersial yang sekarang ini dikembangkan di pantai utara Jawa. Harganya yang mahal dan proses pengembangannya dalam waktu yang singkat (20-30 hari) dengan teknik yang sangat mudah dan sederhana, menyebabkan jenis kepiting ini selalu dicari untuk dikembangkan. Oleh karena itu jenis ini perlu dikembangkan di TNAP.
Gambar 3. Kawasan Populasi Scylla serrata dan Telescopium,sp. Plankton merupakan produsen primer perairan. Meskipun biota ini mikroskopis akan tetapi perannya dalam ekosistem perairan sangat besar, yaitu merupakan produsen primer perairan, mampu menyuplai energi dari proses fotosintesis. Seringkali tingkat kesuburan perairan ditentukan oleh kepadatan dan keanekaragaman jenis plankton. Pada penelitian ini dijumpai 43 jenis plankton yang terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Jumlah jenis yang cukup tinggi (jumlah jenis plankton di perairan keseluruhan ada 52 jenis). Tingginya jumlah jenis dapat disebabkan karena kawasan ekosistem mangrove ini adalah alami dan hampir tidak dijumpai gangguan terhadap ekosistemnya. Dengan melihat keanekaragaman jenis dan kepadatan plankton, maka ekosistem mangrove di TNAP dalam kondisi tingkat kesuburan yang tinggi. Tingkat kesuburan yang tinggi di ekosistem ini tentu akan berhubungan dengan pola pemanfaatannya. Segala pengelolaan dan pemanfaatan hendaknya diperhitungkan secara matang, agar ekosistem tetap lestari. Plankton harus damati secara periodik untuk mengetahui perkembangan ekosistem mangrove. Secara keseluruhan mangrove di TNAP merupakan ekosistem yang sangat stabil. Komponen-komponen ekosistem masih lengkap dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Faktor lingkungan yang terukur juga menunjukkan kstabilan kondisi lingkungan. Suhu perairan pada siang hari rata-rata menunjukkan angka 34,54oC; pH 6,99; salinitas 11,92‰; oksigen terlarut 12,71 mg/l dan ketebalan lumpur rata-rata 111,19 cm. Kestabilan kondisi lingkungan nampak dari densitas plankton dan nekton sebagai biota indikator. Plankton yang berjumlah 43 jenis menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi (ID=0,89), karena keanekaragaman plankton di Indonesia dilaporkan sejumlah 52 jenis. Selain itu, nekton juga menunjukkan keanekaragaman yang tinggi pula (ID=0,93). Keanekaragaman jenis biota merupakan indikasi dari kestabilan ekosistem perairan.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
6
KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan terhadap vegetasi penyusun mangrove, keanekaragaman jenis plankton dan nekton serta faktor lingkungan habitat, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan mangrove Segara Anak TNAP layak digunakan untuk silvofishery. SARAN Model-model Silvofishery perlu disesuaikan dengan kondisi kawasan agar tetap lestari dan berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1994. Laporan Telaah Tata Guna Ekosistem Mangrove Pantai Utara Jawa Barat. Tim Ekosistem Mangrove. MAB-LIPI dan PT.Perhutani. Jakarta. Intag. 1993. Hasil Penapsiran Luas Areal Mangrove dari Citra Lansat MSS Liputan 19861991. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Inventarisasi dan Tata Guna Hutan.Ludwig, JA and JF. Reynold. 1988. Statistical Ecology. John Wiley & Sons. New York. Chichester. Brisbane. Toronto. Singapore. Poedjirahajoe, E 2002. Peran Faktor Fisik Kimia Habitat terhadap Pertumbuhan Mangrove di Delta Cisanggarung. DPP Fakultas Kehutanan UGM. ----------------. 2006. Klasifikasi Lahan Potensial Untuk rehabilitasi mangrove Di Pantai Utara Jawa Tengah : rehabilitasi mangrove Menggunakan Jenis Rhizophora Mucronata. Universitas Gadjah Mada. Disertasi. ----------------. 2003. Peran Faktor Fisik-Kimia Substrat pada Pertumbuhan Mangrove di Lahan Tambak Pantai Utara Jawa Tengah. DPP Fakultas Kehutanan UGM. ----------------. 1996. Peran Akar Bakau sebagai Penyangga Kehidupan Biota Laut di Pantai Utara Kabupaten Pemalang. Buletin Fakultas Kehutanan No. 29 ISSN.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
7
PR-03
POTENSI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE UNTUK PENGEMBANGAN SILVOFISHERY DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Erny Poedjirahajoe Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Salah satu pemanfaatan ekosistem mangrove untuk menambah pendapatan masyarakat adalah silvofishery. Pengelola ingin menjadikan kawasan tersebut untuk pembuatan silvofishery, sehingga diperlukan penelitian potensi ekosistem yang diprediksi mampu menunjang silvofishery, antara lain adalah potensi plankton dan nekton sebagai sumber energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi ekosistem mangrove untuk penggunaan silvofishery, dengan cara mengetahui struktur vegetasi, kepadatan dan keanekaragaman plankton dan nekton. Penelitian dilakukan dengan cara menentukan kawasan yang akan diteliti berdasarkan pertimbangan luas zona pemanfaatan yang akan digunakan silvofishery dan dominansi jenis penyusun. Dari kawasan tersebut kemudian ditentukan jalur-jalur dan titik pengamatan secara sistematis (intensitas sampling 1%). Pada setiap titik dibuat petak ukur 5x5 meter, kemudian dilakukan pengukuran terhadap vegetasi, plankton dan nekton serta faktor lingkungan habitat. Data dianalisis dengan menggunakan formula kerapatan/kepadatan species serta Indeks Diversitas dari Simpson (Ludwig dan Reynold 1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Taman Nasional Alas Purwo masih mempunyai kerapatan vegetasi yang tinggi (ratarata 4800 individu/hektar) yang terdiri dari enam jenis mangrove sejati (mayor) yang didominasi oleh Rhizophora sp. dan dua jenis mangrove minor (Lumnitzera sp. dan Xylocarpus sp.). Jenis Ceriops tagal yang melimpah di zona darat menunjukkan indikasi bahwa salinitas perairan stabil pada angka sedang (11,92‰). Komponen ekosistem plankton dan nekton dijumpai dengan kepadatan dan keanekaragaman jenis yang tinggi. Terdapat 43 jenis plankton dan 10 jenis nekton dengan nilai keanekaragaman jenis masing-masing adalah 0,89 dan 0,93. Tingginya potensi plankton dan nekton serta faktor habitat yang sesuai mengindikasikan bahwa kawasan tersebut layak digunakan untuk pengembangan silvofishery. Kata kunci : mangrove, silvofishery PENDAHULUAN Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia. Namun demikian data luas mangrove di Indonesia sangat bervariasi. Menurut Ditjen RLPS Departemen Kehutanan tahun 1999 potensi mangrove di Indonesia dengan mendasarkan pada sebaran sistem lahan yang ditumbuhi mangrove adalah seluas 9,2 hektar, luasan tersebut terdiri atas kawasan hutan negara 3,7 hektar dan non hutan 5,5 hektar. Data Intag (1993), menyebutkan bahwa luas mangrove di Indonesia sebesar 3.393.620 hektar. Bagian dari kawasan hutan negara tersebut, salah satunya ada di Taman Nasional Alas Purwo. Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan salah satu Taman Nasional di Indonesia yang memiliki luas sekitar 2000 ha. Taman nasional tersebut terbagi dalam dua kawasan yang hampir sama, yaitu kawasan mangrove Teluk Pangpang dan kawasan mangrove Segoro Anak. Sesuai dengan pembagian zonasi TNAP, maka kawasan mangrove di dua lokasi tersebut masuk pada zona pemanfaatan, artinya merupakan zona Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
1
yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif, dengan tetap melestarikan ekosistem mangrove. Beberapa pemanfaatan mangrove yang sudah dilaksanakan di beberapa kawasan antara lain pemanfaatan untuk ekowisata. Pengelola berencana menggunakan sebagian kawasan tersebut untuk silvofishery. Penentuan pemanfaatan untuk silvofishery harus mempertimbangkan kondisi ekosistem, kesesuaian lahan dan kondisi masyarakat sekitar.
Gambar 1. Kawasan Taman Nasional Alas Purwo Kawasan Mangrove Segoro Anak TNAP mempunyai permasalahan yang kompleks, yaitu intervensi masyarakat setempat yang menjadikan mangrove sebagai lahan pemukiman dan tambak. Oleh karena itu, pemilihan kawasan sebagai lokasi silvofishery diperkirakan mampu mengurangi permasalahan di atas. Namun demikian sebelum pembuatan silvofishery, perlu penelitian yang lebih mendalam tentang faktor pendukung keberhasilannya. Faktor tersebut adalah kondisi mangrove, kepadatan dan keanekaragaman jenis plankton dan nekton sebagai sumber energi bagi tambak silvofishery. Keberhasilan silvofishery diharapkan mampu menambah penghasilan masyarakat sekitar yang hidup berdampingan dengan hutan mangrove, dengan tetap mempertahankan kelestarian mangrove. BAHAN DAN METODE Lokasi penelitian berada di kawasan ekosistem mangrove Segoro Anak Taman Nasional Alas Purwo, seluas 6,5 ha. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk menentukan titik-titik contoh sebagai titik pengamatan (sample plot). Berdasarkan hasil observasi dan pertimbangan luas zona pemanfaatan serta dominansi jenis penyusun, maka dengan intensitas sampling 1% didapatkan titik-titik contoh sebanyak 26 plot. Plot-plot tersebut ditempatkan dengan rincian bahwa sembilan plot diletakkan di sebelah timur laut Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
2
Sungai Segara Anak, sembilan plot di sebelah barat laut sungai (dibatasi oleh juluran tanah yang dibuat masyarakat sekitar sebagai dermaga kecil), empat plot di sebelah barat daya sungai dan empat plot di sebelah tenggara Sungai Segara Anak. Peletakan 18 plot di sebelah utara sungai disebabkan karena luas mangrove di sebelah utara sungai lebih besar daripada di sebelah selatan. Pada setiap plot dibuat petak ukur 5x5 meter, kemudian dilakukan pengukuran terhadap kerapatan vegetasi dan kepadatan plankton serta nekton, diukur pula faktor lingkungan habitat perairan yang meliputi: salinitas, pH, suhu, ketebalan lumpur, dan oksigen terlarut. Kualitas habitat yang terukur kemudian disesuaikan dengan kriteria yang ada, sehingga diperoleh kesimpulan tentang kelayakan lokasi untuk silvofishery. Data hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk mendapatkan nilaikerapatan maupun keanekaragaman jenis dari berbagai biota, terutama plankton dan nekton. Angka kerapatan diperoleh dengan menggunakan rumus : Kerapatan/kepadatan = jumlah individu (n)/satuan luas Angka keanekaragaman jenis diperoleh dengan menggunakan rumus indeks diversitas dari Simpson (Ludwig & Reynold, 1988): λ = ∑ ni (ni – 1)/ N(N – 1) indeks diversitas (ID) = 1 – λ Pedoman (kriteria) nilai kepadatan plankton dan nekton serta faktor lingkungan kawasan mangrove yang layak digunakan untuk silvofishery mengacu pada penelitian Poedjirahajoe (2006) yang telah membuat kriteria terhadap faktor-faktor biotik dan abiotik pada keberhasilan pengembangan silvofishery di Desa Mojo Pemalang. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut: Peruntukan Disarankan unt silvofishery Ditingkatkan supaya dpt digunakan silvofishery Tidak disaran-kan untuk silvofishery
Kerapatan vegetasi/ha > 2500
1500-2500
< 1500
Plankton (indv/lt) >10.000 ID> 0,80
Nekton (indv/m2) >8 ID > 0,80
6000-10.000 5-8 ID=0,6-0,8 ID=0,6-0,8 < 6000 ID < 0,60
<5 ID < 0,60
Kriteria DO Suhu (mg/l) ( 0C)
pH
Salinitas Ketebalan (‰) lumpur (cm)
> 12
< 30
6-7,5
12-20
> 50
8-12
31-32
5-6 atau7,6-8
10-12
30-50
<8
> 32
<5 atau > 8
< 10
< 30
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan dan pengukuran terhadap vegetasi mangrove di TNAP dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Vegetasi Mangrove di Taman Nasional Alas Purwo No. PU
K
Am t
d
K
Bg t
d
K
t
d
K
t
d
K
t
d
K
t
d
K
t
d
K
t
d
1.
-
-
-
-
-
-
4
4,9
6,3
-
-
-
-
-
-
5
7,6
12,6
-
-
-
-
-
-
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
1 1 1 5 2
6 5 2,5 3,7 11
9 13 3 7,2 16
-
-
-
4 9 2 1 7 5 -
2,4 2,1 3 2,5 4,6 5 -
4,5 4,1 4,5 4 6,1 6,8 -
1 -
8 -
10 -
3 2 7 3 1 3
6,5 4,5 7,3 9,3 8 4,5
3,9 6,5 22,3 12,7 23 3,7
2 9 15 -
7 6,5 6,8 -
16,5 20,4 9,1 -
1 5
10 5,3
12 7,2
1 1 1 2 -
5 3 3 8 -
7 6 7 7 -
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
1 1 1 1 2 -
19 2,5 4 4 5,2 -
18 3 5 6 7 -
1 -
10 -
23 -
14 25 14 7 6 5 2 7 1 4
3,1 2,5 2,1 1,9 3,9 3,7 1,5 2,7 3 2,2
15 4 3,4 3,1 3,2 3,2 2,3 8,6 3 3,2
-
-
-
3 3 3 3 1 6 7 2 -
11 8,7 8,7 8,7 6 5,8 7,3 6 -
9,3 12,7 13 12,7 9 15,8 16,6 22,5 -
1 3 3 6 4 7 2 4 2
5 4 6,8 9 6,7 9,3 46,7 16 6,9 15,2 6,8 9,1 7,5 20,5 6,5 18 7 20,5
1 2 2 3 1 1 -
8 10 10 9,7 12 10 -
19 13,5 13,5 12 36 11 -
5 1 1 1 2
4 7 3 3 5
15,4 16 9 7 19
26.
-
-
-
-
-
-
5
2,3
3,2
-
-
-
4
8,1
16,5
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan : Av : Avicennia marina Bg : Bruguiera gymnorhiza Ct : Ceriops tagal Li : Lumnitzera littorea
Ct
Li
Ra
Ra : Rhizophora apiculata Rm : Rhizophora mucronata Sa : Sonneratia alba Xm : Xylocarpus muloccensis
Rm
-
Sa
-
Xm
K : Kerapatan t : rata-rata tinggi d : rata-rata diameter
Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat delapan jenis mangrove, yang terdiri dari enam jenis mangrove sejati, yaitu Avicennia marina, Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Ceriops tagal, dan Sonneratia alba. Selain itu, ditemukan dua jenis lain yang termasuk dalam jenis mangrove minor, yaitu Lumnitzera littorea dan Xylocarpus moluccensis. Jenis-jenis mangrove asosiasi dijumpai di luar habitat, misalnya Hibiscus tiliaceus dan sedikit Ipomoea pescaprae. Pada umumnya jenis Rhizophora apiculata dan R. mucronata mendominasi hampir di zona laut (proximal zone) maupun tengah (medial zone) (Gambar 2), sedangkan di zona darat (distal zone) didominasi oleh jenis Ceriops tagal. Kerapatan vegetasi mencapai 4.800 individu/ha, dengan diameter rata-rata antara 20-24 cm yang pada umumnya merupakan tingkat pohon, sedangkan anakan (poles) mempunyai kerapatan sekitar 10.000 individu/ha dengan diameter rata-rata 8-15 cm.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
4
Gambar 2. Kawasan Mangrove TNAP yang didominasi jenis Rhizophora Kerapatan vegetasi yang tinggi sangat memungkinkan kawasan tersebut digunakan untuk silvofishery khusunya model empang parit, karena hal ini menunjukkan ketersediaan bahan organik yang cukup. Selain itu kerapatan yang tinggi menyebabkan gelombang air laut sangat minimal. Kawasan seperti ini sangat sesuai untuk berlindungnya jenis nekton seperti ikan. Dominasi jenis Ceriops tagal merupakan indikator perubahan kualitas habitat, khususnya salinitas. Poedjirahajoe (2006) menyebutkan bahwa salinitas di zona Ceriopssp. menunjukkan angka yang lebih rendah dibanding dengan zona Rhizophorasp. Pada umumnya mangrove berada pada kisaran 9-17‰. Mangrove di Pantai Utara Jawa Tengah ditemukan pada perairan dengansalinitas antara 15-20‰, sedangkan hasil pengukuran di mangrove Segara Anak menunjukkan angka salinitas 11,92‰. Angka salinitas tersebut disebabkan karena posisi sungai Segara Anakan yang relatif jauh dari laut, meskipun bermuara di laut. Salinitas di atas masih berada pada kisaran batas normal bagi kehidupan biota perairan, sehingga tidak akan membawa pengaruh signifikan terhadap kehidupan nekton. Mangrove di kawasan TNAP masih berada dalam kondisi yang utuh, belum ada indikasi pencurian atau penebangan vegetasi. Keadaan ini disebabkan karena masyarakat masih banyak yang memanfaatkan ikan-ikan di sungai yang membelah mangrove. Hal ini merupakan simbiosis yang sangat baik. Keberadaan mangrove dapat meningkatkan produksi perikanan dan masyarakat dapat memanfaatkan perikanan tersebut tanpa mengganggu mangrove. Dengan demikian jika perikanan dikembangkan melalui model silvofishery, maka akan membawa manfaat yang lebih besar lagi terhadap masyarakat sekitar. Potensi lain dari kawasan ekosistem mangrove TNAP berkaitan dengan vegetasinya adalah plankton dan nekton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian mangrove TNAP terdapat 10 jenis nekton, yaitu Periopthalmussp., Penaeussp., Ucaspp., Dendrophyllasp., Pleorecera ceutra, Anadarasp., Kalomang, Telescopiumsp., Dotillasp., dan scylla serrata. Jenis yang dominan adalah Telescopium sp. (keong) dan Periopthalmussp., sedangkan Scylla serrata (kepiting bakau) cukup banyak dijumpai hanya saja yang tampak adalah lubang-lubang lumpur sebagai tempat untuk melindungi diri dari predatornya atau deras arus pasang surut. Berdasarkan jumlah lubang-lubang kecil di lumpur menunjukkan bahwa Scylla serrata merupakan jenis dominan pula (Gambar 3). Kepadatan masing-masing jenis berkisar antara 50-200 ekor pada setiap petak ukur. Tingginya jumlah jenis dan kepadatan ini memberikan gambaran ketersediaan pakan dan habitat masih baik, sehingga kawasan mangrove tersebut sesuai jika digunakan Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
5
untuk silvofishery. Scylla serrata merupakan jenis kepiting komersial yang sekarang ini dikembangkan di pantai utara Jawa. Harganya yang mahal dan proses pengembangannya dalam waktu yang singkat (20-30 hari) dengan teknik yang sangat mudah dan sederhana, menyebabkan jenis kepiting ini selalu dicari untuk dikembangkan. Oleh karena itu jenis ini perlu dikembangkan di TNAP.
Gambar 3. Kawasan Populasi Scylla serrata dan Telescopium,sp. Plankton merupakan produsen primer perairan. Meskipun biota ini mikroskopis akan tetapi perannya dalam ekosistem perairan sangat besar, yaitu merupakan produsen primer perairan, mampu menyuplai energi dari proses fotosintesis. Seringkali tingkat kesuburan perairan ditentukan oleh kepadatan dan keanekaragaman jenis plankton. Pada penelitian ini dijumpai 43 jenis plankton yang terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Jumlah jenis yang cukup tinggi (jumlah jenis plankton di perairan keseluruhan ada 52 jenis). Tingginya jumlah jenis dapat disebabkan karena kawasan ekosistem mangrove ini adalah alami dan hampir tidak dijumpai gangguan terhadap ekosistemnya. Dengan melihat keanekaragaman jenis dan kepadatan plankton, maka ekosistem mangrove di TNAP dalam kondisi tingkat kesuburan yang tinggi. Tingkat kesuburan yang tinggi di ekosistem ini tentu akan berhubungan dengan pola pemanfaatannya. Segala pengelolaan dan pemanfaatan hendaknya diperhitungkan secara matang, agar ekosistem tetap lestari. Plankton harus damati secara periodik untuk mengetahui perkembangan ekosistem mangrove. Secara keseluruhan mangrove di TNAP merupakan ekosistem yang sangat stabil. Komponen-komponen ekosistem masih lengkap dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Faktor lingkungan yang terukur juga menunjukkan kstabilan kondisi lingkungan. Suhu perairan pada siang hari rata-rata menunjukkan angka 34,54oC; pH 6,99; salinitas 11,92‰; oksigen terlarut 12,71 mg/l dan ketebalan lumpur rata-rata 111,19 cm. Kestabilan kondisi lingkungan nampak dari densitas plankton dan nekton sebagai biota indikator. Plankton yang berjumlah 43 jenis menunjukkan tingkat keanekaragaman yang tinggi (ID=0,89), karena keanekaragaman plankton di Indonesia dilaporkan sejumlah 52 jenis. Selain itu, nekton juga menunjukkan keanekaragaman yang tinggi pula (ID=0,93). Keanekaragaman jenis biota merupakan indikasi dari kestabilan ekosistem perairan.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
6
KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan terhadap vegetasi penyusun mangrove, keanekaragaman jenis plankton dan nekton serta faktor lingkungan habitat, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan mangrove Segara Anak TNAP layak digunakan untuk silvofishery. SARAN Model-model Silvofishery perlu disesuaikan dengan kondisi kawasan agar tetap lestari dan berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1994. Laporan Telaah Tata Guna Ekosistem Mangrove Pantai Utara Jawa Barat. Tim Ekosistem Mangrove. MAB-LIPI dan PT.Perhutani. Jakarta. Intag. 1993. Hasil Penapsiran Luas Areal Mangrove dari Citra Lansat MSS Liputan 19861991. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Inventarisasi dan Tata Guna Hutan.Ludwig, JA and JF. Reynold. 1988. Statistical Ecology. John Wiley & Sons. New York. Chichester. Brisbane. Toronto. Singapore. Poedjirahajoe, E 2002. Peran Faktor Fisik Kimia Habitat terhadap Pertumbuhan Mangrove di Delta Cisanggarung. DPP Fakultas Kehutanan UGM. ----------------. 2006. Klasifikasi Lahan Potensial Untuk rehabilitasi mangrove Di Pantai Utara Jawa Tengah : rehabilitasi mangrove Menggunakan Jenis Rhizophora Mucronata. Universitas Gadjah Mada. Disertasi. ----------------. 2003. Peran Faktor Fisik-Kimia Substrat pada Pertumbuhan Mangrove di Lahan Tambak Pantai Utara Jawa Tengah. DPP Fakultas Kehutanan UGM. ----------------. 1996. Peran Akar Bakau sebagai Penyangga Kehidupan Biota Laut di Pantai Utara Kabupaten Pemalang. Buletin Fakultas Kehutanan No. 29 ISSN.
Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III, 18 Oktober 2011
7