PROSES PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan / Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh : Cuk Hanarko H 0405002
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
PROSES PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR
yang dipersiapkan dan disusun oleh Cuk Hanarko H 0405002
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : April 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Anggota I
Anggota II
Ir. Sutarto, MSi NIP. 19530405 198303 1 002
Arip Wijianto, SP., MSi NIP. 19771226 200501 1 002
Ir. Supanggyo, MP NIP. 19471007 198103 1 001
Surakarta,
April 2010
Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta hidayahNya sehingga penulis
dapat
menyelesaikan
penulisan
skripsi
dengan
judul
“Proses
Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan Pertanian Di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar”. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Surakarta. 2. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, MSi, selaku Ketua Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Bapak Ir. Sutarto, MSi, selaku pembimbing utama skripsi yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Arip Wijianto, SP., MSi, selaku pembimbing pendamping skripsi yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Ir. Supanggyo, MP selaku dosen penguji tamu yang telah meluangkan waktu untuk menguji hasil skripsi. 6. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar dan Penyuluh Pertanian Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. 7. Perangkat desa dan segenap masyarakat Desa Jati atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian. 8. Ayah, ibu dan teman–teman yang telah memberikan banyak dukungan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan di masa mendatang. Surakarta,
April 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................. iii DAFTAR ISI ................................................................................................. iv DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii RINGKASAN ............................................................................................. viii SUMMARY .................................................................................................. ix I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5 B. Kerangka Berpikir ........................................................................... 21 C. Dimensi Penelitian ........................................................................... 22 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ................................................................. 25 B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 25 C. Teknik Cuplikan (Sampling)............................................................ 26 D. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 27 E. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 28 F. Pembuatan Catatan Lapang ............................................................. 29 G. Validitas Data .................................................................................. 29 H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 33 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ................................................................................. 36 B. Tata Guna Lahan Pertanian.............................................................. 36
iv
C. Keadaan Penduduk ......................................................................... 37 D. Keadaan Pertanian .......................................................................... 41 E. Profil Singkat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten ................. 41 F. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Jati .................................. 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perencanaan Penyuluhan ................................................................. 47 B. Pelaksanaan Penyuluhan ................................................................ 60 C. Hasil Penyuluhan ............................................................................ 69 D. Evaluasi Penyuluhan ........................................................................ 70 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................... 74 B. Saran ............................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Triangulasi Data .................................................................... 31 Tabel 2. Rincian Triangulasi Metode ................................................................ 32 Tabel 3. Rincian Triangulasi .............................................................................. 33 Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Jenis Lahan Sawah dan Lahan Kering di Desa Jati Tahun 2009 ..................................................................... 37 Tabel 5. Distribusi penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Jati Tahun 2009 .................................................................................................... 38 Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jati ............. 39 Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jati Tahun 2009 ........................................................................................ 40 Tabel 8. Daftar Kelompok Tani BPP Jaten ....................................................... 42 Tabel 9. Daftar Nama Petugas Penyuluhan Kecamatan Jaten ........................... 43 Tabel 10. Inventaris Barang BPP Kecamatan Jaten .......................................... 43 Tabel 11. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Jati .................................... 44
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ........................................................................ 21 Gambar 2. Catatan Lapang............................................................................. 29 Gambar 3. Struktur Organisasi BPP Jaten ............................................................42
vii
RINGKASAN
CUK HANARKO. H0405002. “PROSES PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR“. Di bawah bimbingan Ir. Sutarto, MSi dan Arip Wijianto, SP., MSi. Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang bertujuan untuk memberikan perubahan terhadap petani dan keluarganya. Dengan adanya perubahan yang terjadi maka diharapkan kesejahteraan akan terwujud. Sehingga hal ini akan mewujudkan pembangunan pertanian yang merata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan penyuluhan pertanian, mengetahui pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, mengetahui hasil dari penyuluhan pertanian, dan mengetahui proses evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Metode penelitian kualitatif digunakan sebagai metode dasar dari penelitian ini. Jenis dan sumber data menggunakan data primer dan data sekunder. Penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling atau disengaja. Untuk uji validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Sedangkan untuk analisis data melalui proses reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian didapatkan bahwa proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar meliputi perencanaan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan, hasil penyuluhan dan evaluasi penyuluhan. Perencanaan dituangkan dalam rencana kegiatan penyuluh pertanian Desa Jati. Perencanaan dibuat untuk lebih memudahkan dalam pelaksanaan penyuluhan. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati telah dilaksanakan rutin setiap bulannya di masing-masing kelompok tani yang ada di Desa Jati serta telah dapat memberikan perubahan bagi kesejahteraan sasaran penyuluhan di Desa Jati. Untuk memudahkan penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan berkelanjutan maka penyuluh di Desa Jati melakukan evaluasi dengan tujuan untuk meninjau ulang masalah apa saja yang belum tercapai sesuai tujuan. Evaluasi yang dilakukan meliputi dua proses yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan dengan mengevaluasi jalannya kegiatan penyuluhan. Evaluasi tersebut dilakukan juga dengan musyawarah antara penyuluh dengan sasaran yang dilakukan saat pertemuan. Sedangkan evaluasi hasil dilakukan oleh penyuluh dengan mengevaluasi dari hasil yang telah dicapai dalam penyuluhan. Hasil penyuluhan yang telah dicapai dituangkan penyuluh dalam laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian.
viii
SUMMARY
CUK HANARKO. H0405002. “PROCESS OF THE IMPLEMENTATION AGRICULTURAL EXTENSION ACTIVITY IN VILLAGE JATI SUBDISTRICT JATEN REGENCY KARANGANYAR”. Under guidances Ir. Sutarto, MSi and Arip Wijianto, SP., MSi. Agricultural extension is an non formal education to give a change to the farmers and their family. With the change occurring, it is expected that welfare will be realized. So, it will realize the agricultural development distributed evenly. This research aims to find out the planning process of agricultural extension, to find out the implementation process of agricultural extension, to find out the result of agricultural extension and to find out the evaluation process held in Village Jati, Subdistrict Jaten, Regency Karanganyar. The qualitative research method was employed as the basic method in this research. The data used are primary and secondary. The informan was determined using purposive sampling technique. The data validity test was done using source and method triangulations technique. Meanwhile, the data analysis was done through the process of data reduction, display and conclusion drawing. The research found that the process of implementation of outreach activities conducted in the village of Jati, District Jaten, Karanganyar District includes the extension planning, extension implementation, extension result and extension evaluation. Plan set forth in the plan of agricultural extension activities Jati village. Planning was made to better facilitate the implementation of the extension. Agricultural extension activities in the village of Jati has been carried out routinely every month in each of the existing farmers' groups in the village of Jati and have been able to provide for the welfare change targets in the village of Jati extension. To facilitate the extension implementation of extension education in the village of Jati an evaluation in order to review any issues that have not archieved the purpose. Evaluation includes two of the evaluation process and evaluation process results. The evaluation process is done by evaluating the course of counseling activities. The evaluation was conducted also with the discussion between the instructor with a target made at the meeting. While the evaluation results conducted by trainers with a view of the report of agricultural extension activities.
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian terpenting dari pembangunan ekonomi, karena pembangunan pertanian merupakan salah satu pemacu meningkatnya pertumbuhan perekonomian nasional. Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ke taraf yang lebih baik. Dalam
pembangunan ekonomi ini, sektor pertanian masih
diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam peningkatan pendapatan nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja dan penyediaan bahan pangan. Pertanian merupakan bagian dari perekonomian yang penting di Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia, yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, hingga saat ini masih menyandarkan mata pencahariannya pada sektor pertanian. Salah satu upaya untuk menciptakan pertanian yang berhasil adalah melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluhan akan dikatakan berhasil, apabila telah terjadi perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari sasaran sehingga akan tercipta kesejahteraan
bagi
sasaran
penyuluhan
tersebut.
Untuk
mendukung
terciptanya kegiatan penyuluhan yang berhasil maka perlu dilakukan persiapan sebelum dilakukan kegiatan penyuluhan. Tidak hanya itu saja, untuk mendukung kegiatan penyuluhan yang berkelanjutan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan. Penyuluhan diperlukan guna mensukseskan tercapainya pembangunan pertanian Indonesia yang menyeluruh. Untuk menciptakan kesuksesan pembangunan pertanian tersebut, maka penyuluhan pertanian di seluruh wilayah Indonesia harus dilakukan dengan benar. Semakin banyak penyuluhan pertanian yang berhasil maka harapan pembangunan pertanian akan mudah tercapai. Untuk itu perlu proses penyelenggaraan penyuluhan di masing-
1 x
masing daerah yang sesuai dengan programa penyuluhan yang telah diatur pemerintah. Desa Jati merupakan salah satu desa di Kecamatan Jaten yang melaksanakan kegiatan penyuluhan. Semua desa di Indonesia yang melakukan penyuluhan pertanian diharapkan akan berhasil menciptakan perubahan demi tercapainya pembangunan pertanian. Dari hal ini maka Desa Jati merupakan salah satu desa yang diharapkan dapat menciptakan pembangunan pertanian yang berhasil. Untuk mendukung tercapainya pembangunan pertanian, maka penyuluhan pertanian yang berhasil perlu dilaksanakan di Desa Jati. Sehingga untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan di Desa Jati maka perlu diketahui bagaimana proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan yang dilakukan di desa tersebut.
B. Perumusan Masalah Penyuluhan pertanian merupakan salah satu usaha pemerintah untuk mewujudkan terciptanya pembangunan pertanian. Melalui penyuluhan pertanian akan tercipta perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan. Dalam hal ini adalah petani dan keluarganya sehingga kesejahteraan pun akan dapat dirasakan. Hal ini berarti penyuluhan merupakan salah satu jalan yang penting dalam rangka mewujudkan pembangunan pertanian. Untuk itu keberhasilan kegiatan penyuluhan sangat penting untuk diperhatikan. Keberhasilan proses penyuluhan dapat tercapai apabila dilakukan persiapan melalui tahap perencanaan hingga tahap evaluasi. Perencanaan perlu dilakukan demi suksesnya penyelenggaraan kegiatan penyuluhan, sedangkan evaluasi diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan hal-hal yang dirasa masih kurang dalam penyelenggaraan penyuluhan sehingga evaluasi dilakukan demi keberlanjutan proses kegiatan penyuluhan itu sendiri. Semua hal tersebut akan tercakup dalam proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan.
xi
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten dilaksanakan
Karanganyar. setiap
Penyelenggaraan
bulan
yang
penyuluhan
masing-masing
di
Desa
berbeda
Jati
tanggal
pelaksanaannya antara kelompok tani yang satu dengan kelompok tani yang lain. Sehingga untuk memberikan jawaban tentang bagaimana proses menyelenggarakan kegiatan penyuluhan, maka peneliti berusaha untuk melakukan penelitian di Desa Jati tentang bagaimana penyelenggaraan kegiatan penyuluhan pertanian di desa tersebut dilakukan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar? 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar? 3. Bagaimana hasil dari penyuluhan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar? 4. Bagaimana evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai antara lain : 1. Mengetahui perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. 2. Mengetahui pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. 3. Mengetahui hasil dari penyuluhan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.
xii
4. Mengetahui evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang harus ditempuh untuk mendapatkan banyak pengetahuan tentang bagaimana proses menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir. 2. Bagi penyuluh, dapat sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan. 3. Bagi petani, dapat dijadikan informasi tentang manfaat diadakannya suatu penyuluhan pertanian. 4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan informasi untuk meneliti lebih lanjut mengenai proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan.
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan Pertanian Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana untuk
melaksanakan
ekonomi
dan
perbaikan
mutu
hidup
atau
kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka waktu panjang yang dilaksanakan masyarakatnya,
oleh
pemerintah
dengan
yang
menggunakan
didukung teknologi
oleh
partisipasi
yang
terpilih
(Departemen Kehutanan, 1996). Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai buah keberhasilan pembangunan telah menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Sebagai gambaran, sektor pertanian yang bertumpu pada potensi sumber daya alam banyak mengalami pengurasan sehingga ketersediaan dan kualitas sumber daya alam makin menurun. Akibatnya, setelah hampir empat dasawarsa pembangunan berlangsung, kondisi pertanian nasional masih dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain: 1. menurunnya kesuburan dan produktivitas lahan 2. berkurangnya daya dukung lingkungan 3. meningkatnya konversi lahan pertanian produktif 4. meluasnya lahan kritis 5. meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan 6. menurunnya nilai tukar, penghasilan dan kesejahteraan petani 7. meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran di pedesaan 8. terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat Pembangunan yang hanya berorientasi pada percepatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan telah mengakibatkan dampak negatif pada ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan (Saptana dan Ashari, 2007). 5 xiv
Pembangunan
pertanian
bertujuan
untuk
mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan hal tersebut ada beberapa strategi pembangunan pertanian yang perlu diperhatikan. Strategi pembangunan pertanian tersebut adalah : 1. Meningkatkan penyediaan air, benih, agrokimia, kredit, teknologi tepat guna,
jalan,
industri
pengolahan,
penyimpanan,
pemasaran,
penyuluhan, pelatihan, keamanan serta menyempurnakan peraturan pertanahan dan peraturan perundangan lainnya. 2. Mengembangkan usaha agribisnis on dan off farm terutama on farm agar layak kredit, menyejahterakan, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan. 3. Menghilangkan monopoli, mengatur pembagian kegiatan usaha, serta membangun kemitraan antara UKM, Koperasi dan Usaha Besar yang harmonis. Petani sebagai pengusaha kecil dibina agar memiliki sebagian saham pada perusahaan pertanian besar dan menengah. 4. Memproduktifkan semaksimal mungkin lahan-lahan terlantar dan mengembangkan lahan kering beririgasi dan lahan rawa pasang surut agar layak kredit, menyejahterakan, berkelanjutan dan berdaya saing tinggi. 5. Memperkuat
kelembagaan
dan
organisasi
kepastian
hukum
dan
meningkatkan
ekonomi
petani,
keterbukaan
dalam
penyelenggaraan kegiatan pembangunan. 6. Mengembangkan usaha atau industri terutama yang berbasis pertanian di pedesaan, dekat dengan sumber daya/bahan baku dan menyediakan ”off farm job” di kawasan pertanian. 7. Meneruskan kegiatan transmigrasi dari daerah berlahan sempit ke daerah berpenduduk jarang dengan sekaligus menerapkan strategi di atas. (Wisnusaputra, 2006) Pembangunan pertanian merupakan salah satu tulang punggung pembangunan nasional dan implementasinya harus sinergis dengan
xv
pembangunan sektor lainnya. Pelaku pembangunan pertanian meliputi departemen teknis terkait, pemerintah daerah, petani, pihak swasta, masyarakat,
dan
pemangku
kepentingan
(stakeholders)
lainnya.
Koordinasi di antara pelaku pembangunan pertanian merupakan kerangka mendasar yang harus diwujudkan guna mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan (Iqbal, 2007). Mosher (Mardikanto, 1994) menyatakan bahwa pembangunan pertanian pada hakekatnya merupakan turut campur tangan manusia di dalam perkembangan tanaman dan atau hewan untuk sebesar-besarnya kesejahteraannya. Artinya manusia dengan memanfaatkan pengetahuan, ketrampilan, modal dan kelembagaan yang ada berupaya memanfaatkan sumberdaya alam, terutama tanaman dan atau hewan untuk terus-menerus dapat memperbaiki kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Arti penting dan peranan pertanian bagi pembangunan suatu bangsa telah ditunjukkan oleh pengalaman nyata beberapa negara di dunia. Sehingga pembangunan pertanian menjadi suatu hal yang sangat penting, yang tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Meningkatkan taraf hidup petani, khususnya petani kecil melalui peningkatan pendapatan dan kegiatan usaha pertaniannya. 2. Meningkatkan kemampuan petani serta daya saing produk dan jasa pertanian nasional dalam menghadapi persaingan pasar bebas. 3. Mencegah degradasi lingkungan akibat kegiatan pertanian dan kegiatan sektor lain sehingga dapat menjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekologis. 4. Menjamin
ketahanan
pangan
nasional
yang
dinamis
secara
proporsional, bermutu dan aman. 5. Memanfaatkan sumberdaya alam secara rasional guna menjamin kegiatan pembangunan pertanian secara berkelanjutan. (Mangunwidjaja dan Sailah, 2005). Hadisapoetra (Mardikanto, 2009) dengan tegas menyatakan bahwa pelaku utama pembangunan pertanian di Indonesia pada dasarnya adalah
xvi
petani kecil, pekebun kecil, peternak skala kecil dan nelayan atau petambak berlahan sempit. Mosher dalam Mubyarto (1989) menyatakan bahwa ada lima syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan pertanian. Syarat-syarat mutlak tersebut adalah : 1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani. 2. Teknologi yang senantiasa berkembang. 3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani. 5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Disamping syarat-syarat mutlak yang lima itu ada lima syarat lagi yang adanya tidak mutlak tetapi kalau ada (atau dapat diadakan) benarbenar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar itu adalah : 1. Pendidikan pembangunan. 2. Kredit produksi. 3. Kegiatan gotong-royong petani. 4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian. 5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian.
2. Penyuluhan Pertanian Salah satu upaya pemerintah untuk mensukseskan jalannya pembangunan
pertanian
di
Indonesia
adalah
melalui
proses
penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya (Anonima, 2009). Beberapa pengertian lain dari proses yang disebutkan dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, proses merupakan runtutan
xvii
perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Proses merupakan rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk (Departemen Pendidikan Nasional, 2007). Sedangkan kata penyelenggaraan berasal dari kata selenggara yang artinya mengurus dan mengusahakan sesuatu (seperti memelihara, memiara, merawat). Sedangkan penyelenggaraan yaitu pemeliharaan, pemiaraan, proses, cara, perbuatan menyelenggarakan dalam berbagai arti (seperti pelaksanaan, penunaian) (Departemen Pendidikan Nasional, 2007). Extension is an essential pillar for research and development. However, unfortunately, a somewhat unhealthy perception of extension prevails in many developing countries, caused by a weak extension lobby, faulty initial organizational set-up, an inherent lack of trust in extension by most of the research organizations, and traditionally poor career development conditions in the profession of extension. Agricultural research agendas remain largely academic unless extension workers provide input in terms of the identified and as yet unsolved field problems of the farmers. Research focuses on the technical aspects for generating useful technologies, while extension focuses on the acceptance and adoption of those technologies by users. Applied research institutions need strong extension services to work in a field problems-oriented mode, and the extension services need the backstopping of strong applied agricultural research institutions to effectively serve the farming communities (Qamar, 2005). Pernyataan Qamar di atas menunjukkan bahwa penyuluhan merupakan pilar yang amat penting bagi pembangunan. Beberapa persepsi yang tidak bagus muncul dari beberapa negara berkembang terhadap penyuluhan. Hal ini karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena
kesalahan
dalam
membangun
organisasi
penyuluhan,
ketidakpercayaan antara penyuluhan oleh kebanyakan lembaga atau organisasi penelitian serta kondisi yang lemah dalam mengembangkan
xviii
profesi dari penyuluhan itu sendiri. Lembaga penelitian lebih fokus pada penciptaan dan pengembangan teknologi atau inovasi, sedangkan penyuluhan lebih fokus pada adopsi dan penerimaan dari teknologi atau inovasi tersebut. Sehingga dalam hal ini untuk mewujudkan pembangunan pertanian yang berhasil, maka lembaga penelitian membutuhkan penyuluhan sebagai penyalur dari inovasi atau teknologi kepada sasaran sehingga secara efektif dapat melayani masyarakat petani. Penyuluhan pertanian sebenarnya memiliki pengertian yang beragam antara yang satu dengan yang lain. Namun sebenarnya pada intinya adalah sama. Di dalam UU No 16 Tahun 2006 (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2006) disebutkan bahwa penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan merupakan proses pembelajaran bagi pelaku
utama
agar
mereka
mau
dan
mampu
menolong
dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Jack Ferner (Ibrahim et al., 2003) mengatakan bahwa penyuluhan pertanian merupakan ilmu terapan yang secara khusus mempelajari teori, prosedur dan cara yang dapat digunakan untuk menyampaikan teknologi baru kepada petani melalui proses pendidikan, sehingga petani mengerti, menerima dan menggunakan teknologi baru untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. In the past, extension services, largely public, were equated with the transfer of agricultural production technology in pre-determined “packages”. Extension systems are now understood to be much broader and more diverse, including public and private sector and civil society institutions that provide a broad range of services (advisory, technology transfer, training, promotional, and information) on a wide variety of subjects (agriculture, marketing, social organization, health and
xix
education) needed by rural people to better manage their agricultural systems and livelihoods (Miller, 2006). Pernyataan Miller di atas menunjukkan bahwa di masa lalu, jasa penyuluhan disamakan dengan transfer atau perpindahan teknologi produksi pertanian ke dalam sebuah paket. Namun sekarang sistem penyuluhan banyak dipahami oleh berbagai pihak mulai dari umum, masyarakat sipil dan sektor swasta yang memiliki kebutuhan akan jasa (penasehat, transfer teknologi, pelatihan, promosi dan informasi) dalam bidang yang lebih luas (pertanian, pemasaran, organisasi sosial, kesehatan dan pendidikan) yang dibutuhkan oleh orang-orang pedesaan untuk lebih baik dalam mengatur sistem pertanian mereka. The agricultural extension system is one of the primary vehicles for diffusing technologies and therefore clearly has an important role to play in the development process. By shifting development paradigm, experiences in agricultural extension and development have indicated that traditional approaches will need to transform in order to move toward sustainability (Allahyari, 2009). Pernyataan
Allahyari
di
atas
menunjukkan
bahwa
sistem
penyuluhan pertanian merupakan salah satu sarana utama dalam mendifusikan atau menyalurkan teknologi sehingga memiliki peran penting dalam proses pembangunan. Dengan bergesernya paradigma pembangunan, penyuluhan pertanian dalam pembangunan dibutuhkan untuk menciptakan perubahan ke arah ketahanan. Fungsi penyuluhan pada hakekatnya adalah memberikan jalan kepada para petani untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya (caracara dan teknologi baru). Fungsi penyuluh menimbulkan dan merangsang kesadaran para petani agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya
itu.
Fungsi
penyuluh
lainnya
adalah
menjembatani gap antara praktek yang harus dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang yang menjadi kebutuhan para petani tersebut. Penyuluhan dengan penyuluhnya
xx
merupakan jembatan (penghubung) yang bersifat dua arah (two way traffic) antara : a. Pengetahuan yang dibutuhkan para petani dan pengalaman yang biasa dilakukan para petani. b. Pengalaman baru dengan para ahli (Dunia Ilmu Pengetahuan), dalam hal ini para ahli memberikan cara pemecahannya. (Kartasapoetra, 1991). Extension is too often merely seen as a vehicle for spreading scientific and technical progress and technology transfer. Agricultural extension activity facilitates : a. Direct exchanges between producers as a way of diagnosing problems, capitalizing
on
existing
knowledge,
exchanging
experiences,
disseminating proven improvements, and even fashioning common projects. b. Relations between producers and service providers (including public extension services. Extension services give ongoing support to producer projects, evolving together with the clients. Extension provides sources of support, analysis, and methods to producers. Extension is advisory, not prescriptive. (Neuchatel Group, 1999). Neuchatel Group (1999) menyatakan bahwa penyuluhan sering dipandang sebagai sarana untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan transfer teknologi. Kegiatan penyuluhan pertanian memudahkan dalam : a. Pertukaran atau pertemuan langsung antara produsen sebagai jalan dalam menganalisa masalah, perluasan pengetahuan, pertukaran pengalaman, peningkatan dan membantu dalam menunjukkan proyek kepada khalayak umum. b. Penghubung antara produsen dan jasa pelayanan. Penyuluhan memberikan jasa pelayanan dalam mendukung proyek dari para produsen yang menghubungkan langsung dengan klien.
xxi
Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh dalam kegiatan penyuluhan dapat berfungsi sebagai jembatan antara produsen dengan sasaran yaitu masyarakat petani. Tyler dalam Mardikanto (1993) menyampaikan tahapan dalam perumusan programa penyuluhan pendidikan suatu model perumusan programa penyuluhan terdiri dari atas 5 tahapan yaitu : a. Pengenalan dan analisis keadaan. b. Penetapan tujuan program. c. Penetapan alternatif kegiatan. d. Penetapan kegiatan yang terpilih. e. Pelaksanaan kegiatan. Mereka yang berkecimpung dalam penyuluhan sering disebut dengan berbagai istilah yaitu “petugas penyuluhan”, “agen penyuluhan”, atau “pekerja penyuluhan”, “agen penyuluhan” harus dapat menganalisis situasi yang sedang berkembang agar mereka selalu siap untuk memberikan peringatan kepada petani secara “tepat waktu”. Agen penyuluhan dapat membantu petani menentukan tujuannya yang mantap (Van den Ban dan Hawkins, 2003). Sebagai agen perubahan, penyuluh memiliki beberapa peran. Ada dua peran yang berkaitan dengan adopsi inovasi. Pertama, peran menghubungkan sistem sumber perubahan dengan sistem sasaran perubahan. Dalam menghubungkan kedua sistem tersebut, penyuluh menyediakan saluran tempat diluncurkannya inovasi kepada sasaran. Kedua,
sebagai
akseleran
proses
adopsi.
Dalam
mempengaruhi
pengambilan keputusan adopsi inovasi, yaitu keputusan optional yang diambil secara individual, keputusan kolektif dan keputusan kekuasaan. Dasar penggolongan jenis keputusan tersebut adalah proses atau siapa yang harus berhak mengambil keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi. Keputusan yang diambil secara individual, relaitif lebih cepat daripada adopsi inovasi yang harus menunggu keputusan kelompok (kolektif) dan
xxii
lebih cepat lagi daripada keputusan yang hanya berhak diambil oleh penguasa (Rejeki dan Herawati, 1999). Penyuluh membantu petani dalam usaha meningkatkan produksi dan mutu hasil produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu para penyuluh mempunyai banyak peran antara lain penyuluh sebagai pembimbing petani, organisator, dinamisator, pelatih, teknisi dan jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi penelitian di bidang pertanian. Penyuluh juga berperan sebagai agen pembaharu yang membantu petani mengenal masalah-masalah yang mereka hadapi dan mencari jalan keluar yang diperlukan (Suhardiyono, 1992).
3. Perencanaan Penyuluhan Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan (Anonimb, 2010). Perencanaan dibuat untuk membantu memilih alternatif yang paling baik dan paling efisien. Jadi perencanaan merupakan kumpulan dari pengambilan keputusan. Secara prinsip, perencanaan dilakukan agar setiap kegiatan memiliki tujuan yang jelas dan ada cara yang paling tepat dan efisien untuk mencapai tujuan tersebut. Memang, prinsip utama setiap perencanaan adalah bahwa ia ditujukan untuk pencapaian tujuan. Perencanaan adalah suatu cara untuk membuat kesalahan di atas kertas. Perencanaan adalah suatu cara untuk merencanakan perjalanan kita dari satu tempat ke tempat berikutnya, dari satu kondisi atau keadaan ke kondisi atau keadaan yang diinginkan (Pratama, 2008). Perencanaan penyuluhan pertanian merupakan proses kegiatan yang mengandung pemilihan usaha-usaha yang akan dilakukan di masa
xxiii
mendatang berdasarkan kondisi saat ini yang meliputi identifikasi masalah-masalah yang dihadapi petani sasaran dan sumberdaya yang tersedia, penentuan materi penyuluhan, metode penyuluhan, personil, waktu
dan
tempat
penyuluhan
pertanian,
implementasi
rencana
penyuluhan pertanian, monitor dan mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian (Ibrahim et al., 2003). Pernyataan-pernyataan tentang perencanaan menurut Harold R Baker (Ibrahim et al., 2003) dijelaskan bahwa elemen-elemen proses perencanaan penyuluhan pertanian meliputi analisis situasi, identifikasi kebutuhan sasaran, inventarisasi sumber daya di tingkat petani, pemilihan metode dan alat bantu penyuluhan, implementasi program serta evaluasi proses dan hasil.
4. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pelaksanaan penyuluhan pertanian adalah tindakan-tindakan nyata dari apa-apa yang telah ditetapkan/dituliskan dalam programa penyuluhan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian perlu ditentukan materi apa yang perlu disampaikan, dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan, kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan, siapa yang melakukan penyuluhan dan bagaimana cara melakukan (Ibrahim et al., 2003). Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan dua kelompok yang aktif. Di satu pihak adalah kelompok penyuluh dan yang kedua adalah kelompok yang disuluh. Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu membawa sasaran penyuluhan pertanian kepada cita-cita yang telah digariskan. Sedangkan yang disuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu menerima paket penyuluhan pertanian (Sastraatmadja, 1993). Penyuluhan dapat berlangsung efektif, oleh karena itu hal yang harus selalu diutamakan adalah
“kejelasan komunikasi”, yang sangat
tergantung ketiga unsur komunikasi yaitu:
xxiv
1. Unsur pesan Pesan berisi hal-hal yang dengan mudah dipahami oleh sasaran, baik mengenai isi materi, bahasa yang digunakan dan disampaikan pada waktu dan tempat yang sesuai. 2. Unsur media/saluran komunikasi Saluran yang digunakan harus terbebas dari gangguan, baik gangguan teknis (jika menggunakan media massa) ataupun gagasan sosial budaya (jika menggunakan media antar pribadi). 3. Unsur penyuluh dan sasarannya. (Departemen Kehutanan, 1996) Pelaksanaan penyuluhan tidak akan pernah lepas dari metode penyuluhan. Sastraatmadja (1993) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan metode biasanya identik dengan prosedur, tata cara atau aturan main. Dalam kaitannya dengan kegiatan penyuluhan pertanian, maka yang disebut dengan metode penyuluhan pertanian adalah aturan main yang sebaiknya diterapkan guna mewujudkan cita-cita sakral dari penyuluhan pertanian itu sendiri. Metode penyuluhan pertanian, umumnya akan berhubungan dengan alat atau sistem apa yang seharusnya dilaksanakan. Soedarmanto (Ibrahim et al., 2003) mengemukakan bahwa metode penyuluhan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Sesuai dengan keadaan sasaran Apakah sasaran dalam tahap mengenal, menaruh minat, menilai, mencoba mengadopsi suatu inovasi. Apabila petani sasaran pada tahap ingin mengetahui dan menaruh minat, metode massal lebih sesuai digunakan. Apabila petani sasaran pada tahap menilai, mencoba, metode kelompok lebih sesuai digunakan. Sedangkan apabila dalam tahap
menerapkan
maka
metode
perseorangan
paling
sesuai
diterapkan. 2. Cukup kuantitas dan kualitas Artinya penyuluh menguasai banyak metode penyuluhan pertanian sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah-masalah penyuluhan.
xxv
3. Tepat mengenai sasaran dan waktunya Tepat sasaran dapat diartikan bahwa penyuluhan pertanian yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan daya serap petani sasaran. 4. Materi akan lebih mudah diterima dan dimengerti Artinya
materi
penyuluhan
harus
sederhana
dan
dapat
dikomunikasikan dengan bahasa petani, sehingga petani sasaran dapat memahami materi yang disuluhkan. 5. Murah pembiayaannya Artinya penyuluhan dapat dilaksanakan dengan biaya relatif murah sehingga dapat terlaksana secara kontinyu dan dapat merespon reaksi petani dari proses penyuluhan yang dilakukan. Metode penyuluhan dapat dibagi menjadi beberapa macam. Berdasarkan media yang digunakan maka metode penyuluhan dapat dibedakan menjadi tiga antara lain media lisan, media cetak dan media terproyeksi. Berdasarkan hubungan antara penyuluh dengan sasaran maka dapat dibedakan menjadi komunikasi langsung dan tidak langsung. Sedangkan berdasarkan kondisi psiko sosial sasarannya maka metode penyuluhan dapat dibedakan menjadi pendekatan perorangan, kelompok dan massal. Pelaksanaan
penyuluhan
juga
harus
memperhatikan
teknik
penyuluhan yang akan digunakan. Menurut Mardikanto dan Wijianto (2005) menyatakan bahwa teknik penyuluhan adalah cara penyuluh untuk mendekatkan materi dengan sasarannya. Ada banyak beragam teknik penyuluhan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan penyuluhan diantaranya dengan teknik individu kunci, surat-menyurat, kunjungan, karyawisata, dan juga demonstrasi. Selain itu teknik penyuluhan juga dapat dibagi lagi menjadi teknik ceramah, teknik kuliah, teknik kursus, kelompencapir, pameran, pertunjukan, radio, televisi.
xxvi
5. Hasil Penyuluhan Penyuluhan pertanian menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) berfungsi membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan, membantu menyadarkan petani terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut, meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani, membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan, membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal, meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya dan membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan ketrampilan dalam membentuk pendapat dan pengambilan keputusan yang tepat. Penyuluhan
diharapkan
terjadi
peningkatan
pengetahuan,
ketrampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Ketrampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi mau, memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan (Ibrahim et al., 2003). Seorang
penyuluh
pada
hakekatnya
tidak
hanya
bertugas
menyampaikan pesan, namun harus berinteraksi terus dengan khalayak sasaran hingga terjadi adopsi inovasi yang berupa perubahan perilaku dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam mengadopsi inovasi tersebut (Rejeki dan Herawati, 1999).
xxvii
6. Evaluasi Penyuluhan Kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis yang dilakukan dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu kegiatan pendidikan telah berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum (Wakhinuddin, 2009). Suharsimi Arikunto (Lababa, 2008) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Stake (Ibrahim et al., 2003) menyatakan evaluasi programa penyuluhan merupakan proses yang memerlukan pengumpulan, mengolah dan interpretasi data dalam proses penyuluhan. Secara khusus evaluasi penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai proses pemberian nilai (scoring) secara terus-menerus dan sistematis terhadap penyuluhan pertanian. Proses evaluasi meliputi pengembangan kriteria penilaian yang relevan dengan evaluasi penyuluhan, pengumpulan data dan informasi yang cukup guna memberikan penilaian terhadap kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan. Jenis evaluasi yang tepat untuk mengevaluasi penerapan metode dan teknik penyuluhan adalah evaluasi proses dan hasil. a. Evaluasi proses yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilakukan sesuai (dalam arti
xxviii
kuantitatif ataupun kualitatif dengan proses kegiatan yang seharusnya dilaksanakan sebagaimana telah dirumuskan dalam programnya). b. Evaluasi hasil, yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif. (Mardikanto dan Wijianto, 2005).
xxix
B. Kerangka Berpikir Suatu kegiatan penyuluhan akan dikatakan berhasil apabila telah terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sehingga nantinya diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan dari sasaran penyuluhan. Untuk itu dalam proses penyelenggaraannya harus memperhatikan beberapa langkah antara lain proses perencanaan sebelum pelaksanaan, proses jalannya kegiatan, proses akhir kegiatan dan tahap evaluasi kegiatan. Sehingga hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Perencanaan : 1. Analisis situasi dan khalayak 2. Kebijaksanaan pemerintah 3. Pembiayaan penyuluhan. 4. Pemilihan metode, teknik, alat bantu serta alat peraga penyuluhan.
Pelaksanaan penyuluhan : 1. Materi apa yang perlu disampaikan 2. Dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan 3. Kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan 4. Siapa yang melakukan penyuluhan 5. Bagaimana sistem kerja 6. Metode dan teknik penyuluhan.
Evaluasi : 1. Evaluasi proses 2. Evaluasi hasil.
Hasil penyuluhan : Perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Gambar 1. Kerangka Berpikir Proses Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar
xxx
C. Dimensi Penelitian 1. Perencanaan Perencanaan
merupakan
awal
dari
pelaksanaan
suatu
program.
Perencanaan penyuluhan pertanian merupakan proses kegiatan yang mengandung pemilihan usaha-usaha yang akan dilakukan di masa mendatang. Dalam kegiatan perencanaan dapat meliputi : a. Analisis situasi dan khalayak. Berfungsi untuk mengetahui karakteristik dari sasaran penyuluhan dan juga situasi yang berada di sekitar sasaran. b. Kebijaksanaan pemerintah. Menentukan
kelancaran
dari
proses
jalannya
penyelenggaraan
penyuluhan. Kebijakan ini berasal dari pejabat pemerintah setempat maupun pusat. c. Pembiayaan penyuluhan. Merupakan besarnya anggaran atau modal yang digunakan dalam penyuluhan termasuk sumber dari pembiayaan tersebut. d. Pemilihan metode, teknik dan alat bantu penyuluhan. Metode penyuluhan adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan sasaran penyuluhan. Teknik penyuluhan adalah cara penyuluh untuk mendekatkan materi dengan sasarannya. Sedangkan alat bantu penyuluhan yaitu alat atau sarana penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan dilaksanakan seperti kurikulum, alat tulis, papan tulis, lembar persiapan penyuluhan, sarana ruangan dan sarana lain yang dapat membantu penyuluh tersebut. 2. Pelaksanaan penyuluhan a. Materi apa yang perlu disampaikan. Menyangkut program yang akan diberikan dalam suatu kegiatan penyuluhan pertanian kepada sasaran yang telah disesuaikan dengan kebutuhan sasaran.
xxxi
b. Dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan. Tempat pelaksanaan dari kegiatan penyuluhan itu sendiri. Kegiatan penyuluhan bisa dilakukan di dalam ruang (rumah) ataupun di luar ruang (sawah atau lapang). c. Kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan. Meliputi hari, tanggal, jam diselenggarakannya kegiatan penyuluhan. d. Siapa yang melakukan penyuluhan. Petugas penyuluh yang telah ditunjuk untuk melakukan penyuluhan terhadap sasaran. e. Bagaimana sistem kerja. Meliputi kegiatan teori yang dilakukan dengan pemberian materi terlebih dahulu kepada sasaran. Kemudian praktek pelaksanaan dari materi yang telah dilaksanakan. f. Metode dan teknik penyuluhan. Meliputi metode dan teknik apa yang dipakai dalam pelaksanaan penyuluhan. 3. Hasil penyuluhan Penyuluhan yang telah dilakukan diharapkan dapat mewujudkan perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi mau, memanfaatkan kesempatakesempatan yang diciptakan. Ketrampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. 4. Evaluasi Ada dua evaluasi antara lain : a. Evaluasi proses yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilakukan sesuai (dalam arti kuantitatif ataupun kualitatif dengan proses kegiatan yang seharusnya dilaksanakan sebagaimana telah dirumuskan dalam programnya).
xxxii
b. Evaluasi hasil, yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif.
xxxiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Penelitian
kualitatif
merupakan
penelitian
dengan
pendekatan
fenomenologis berusaha untuk memahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia di dalam situasinya yang khusus. Penelitian dengan cara ini dimulai dengan sikap diam dan terbuka tanpa prasangka. Aritnya peneliti tidak menganggap dirinya mengetahui makna dari berbagai hal yang terjadi dan ada pada orang-orang yang sedang dipelajarinya. Sikap diam dan terbuka ini merupakan usaha untuk bisa menangkap segala kemungkinan (dengan pikiran tanpa prasangka dan tidak berpikir prodiktif) dari apa yang sedang dipelajari. Dengan demikian cara fenomenologis menekankan pada berbagai aspek subjektif dari perilaku manusia supaya dapat memahami tentang bagaimana dan apa makna yang mereka bentuk dari berbagai peristiwa di dalam kehidupan mereka sehari-harinya (Sutopo, 2002). Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri (Usman dan Akbar, 2008).
B. Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Desa Jati. Desa Jati memiliki tiga kelompok tani adalah Kelompok Tani Rukun Makarti, Mbangun Coro dan Rukun Makaryo. Dalam pelaksanaan penyuluhan di tiga kelompok tani di Desa Jati berbeda-beda tanggal pelaksanaannya dan dilaksanakan setiap bulan. Untuk Kelompok Tani Rukun Makarti pelaksanaannya setiap tanggal 1, Kelompok Tani Mbangun Coro setiap tanggal 5 dan Kelompok Tani Rukun Makaryo setiap tanggal 15. Hal tersebut membuktikan bahwa pelaksanaan 25 xxxiv
penyuluhan di Desa Jati rutin dilaksanakan setiap bulannya. Selain itu yang membuat Desa Jati menjadi desa yang unik dibandingkan dengan desa-desa lain di Kecamatan Jaten adalah Desa Jati dijadikan sebagai hulu saluran irigasi di Kecamatan Jaten. Hal ini karena Desa Jati berbatasan langsung dengan Kecamatan Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.
C. Teknik Cuplikan (Sampling) Penelitian kualitatif tidak memilih sampling (cuplikan) yang bersifat acak (random sampling) yang merupakan teknik sampling yang paling kuat digunakan dalam penelitian kuantitatif. Teknik cuplikannya cenderung bersifat “purposive” karena dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal. Pilihan sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Di dalam menghadapi subjek yang diteliti, peneliti kualitatif tidak memandangnya sebagai responden tetapi sebagai informan, karena yang terpenting bukan penelitinya dengan pikiran-pikirannya tetapi informasi yang diberikan oleh informan (narasumber). Jumlah sampling tidak ditentukan sebab yang penting bukan jumlahnya tetapi kelengkapan dan kedalaman informasi yang bisa digali sesuai dengan yang diperlukan bagi pemahaman masalahnya (Sutopo, 2002). Cuplikan dalam penelitian kualitatif sering juga dinyatakan sebagai internal sampling. Dalam cuplikan yang bersifat internal, cuplikan diambil untuk mewakili informasinya dengan kelengkapan dan kedalamannya yang tidak sangat perlu ditentukan oleh jumlah sumber datanya, karena jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih lengkap dan benar daripada informasi yang diperoleh dari jumlah narasumber yang lebih banyak yang mungkin kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya (Sutopo, 2002). Dalam penelitian kualitatif sampel lebih sering disebut sebagai informan. Informan dalam penelitian ini antara lain :
xxxv
1. Anna Maria Handariyati (Koordinator BPP Jaten (penyuluh senior)) 2. Indri Saptaningsih (PPL Desa Jati) 3. Mariman Bakri (Petani dan Ketua Kelompok Tani Mbanguncoro) 4. Suyanto (Petani dan Ketua Kelompok Tani Rukun Makaryo) 5. Suwanto (Petani dan Ketua Kelompok Tani Rukun Makarti) 6. Hariyanta (Tokoh Masyarakat dan Kepala Desa Jati) Informan kunci dalam penelitian ini adalah Ibu Anna Maria Handariyati. Informan kunci adalah informan awal yang ditentukan oleh peneliti yang dianggap memiliki pengetahuan lebih dari permasalahan yang digali. Penentuan informan kunci harus melalui beberapa pertimbangan di antaranya : 1. Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti. 2. Usia orang yang bersangkutan telah dewasa. 3. Orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani. 4. Orang yang bersangkutan bersifat netral, tidak mempunyai kepentingan pribadi untuk menjelekkan orang lain. 5. Orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti. (Bungin, 2003).
D. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini terdiri dari data yang diperoleh secara langsung dari informan dengan melakukan wawancara dan observasi. Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari data-data tertulis. Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari arsip atau dokumen. Arsip atau dokumen tersebut dapat diperoleh dari penyuluh yang bertugas di BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) setempat ataupun pejabat pemerintah setempat.
xxxvi
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi menggunakan 3 cara yaitu: 1. Observasi Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya). Keuntungan digunakan observasi yaitu sebagai alat langsung yang dapat meneliti gejala, observer yang selalu sibuk lebih senang diteliti melalui observasi daripada diberi angket atau mengadakan wawancara, memungkinkan pencatatan serempak terhadap berbagai gejala, karena dibantu oleh observer lainnya atau dibantu oleh alat lainnya, tidak tergantung pada self-report (Usman dan Akbar, 2008). 2. Wawancara Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai
disebut
interciewee.
Wawancara
berguna
untuk
mendapatkan data dari tangan pertama (primer), pelengkap teknik pengumpulan lainnya, menguji hasil pengumpulan data lainnya. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mempunyai keuntungan sebagai berikut salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan data pribadi, tidak terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat berbicara dengan baik saja, dapat dijadikan pelengkap teknik pengumpulan data lainnya, sebagai penguji terhadap data-data yang didapat dengan teknik pengumpulan data lainnya (Usman dan Akbar, 2008). 3. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data
yang
diperoleh
melalui
dokumen-dokumen.
Keuntungan
menggunakan dokumentasi ialah biayanya relatif murah, waktu dan tenaga lebih efisien. Sedangkan kelemahannya ialah data yang diambil dari
xxxvii
dokumen cenderung sudah lama. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder (Usman dan Akbar, 2008).
F. Pembuatan Catatan Lapangan Catatan lapangan dibuat untuk memberikan dokumentasi tentang pengumpulan data. Catatan lapangan dapat mempermudah dalam mengingat kembali informasi yang didapatkan, cara pandang informan terhadap informasi yang diberikan, waktu mendapatkan informasi dan peristiwa yang terjadi
pada
saat
mendapatkan
informasi.
Catatan
lapangan
dapat
mempermudah menganalisis keterkaitan antar peristiwa (Strauss dan Corbin, 2003). Pembuatan catatan lapang dilakukan dengan bantuan kartu catatan lapang. Bentuk dari catatan lapangan berisi tentang tempat dilakukan wawancara, informan yang diwawancara, kode atau nomor, hari dan tanggal pelaksanaan wawancara, waktu, judul, deskripsi wawancara, serta refleksi peneliti. Sehingga dapat disajikan pada gambar 2: Tempat Informan
: ………………. : ……………….
Ctt. Lapang no Hr/Tgl Waktu Disusun kembali jam
Judul/topik : ………………………. …………………..
:……….. : ………. : ………. : ……….
Refleksi peneliti :
Deskripsi wawancara : ……………. …………………………………….. Gambar 2. Kartu Catatan Lapang
G. Validitas Data Validitas data merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian. Data yang telah berhasil dikumpulkan, digali dan dicatat serta harus
xxxviii
diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Hal ini karena validitas ini merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (Sutopo, 2002). Data yang telah diperoleh kemudian diuji kevaliditasannya dengan menggunakan teknik triangulasi. Teknik ini menggunakan perbandingan datadata yang telah diperoleh antara data yang satu dengan yang lainnya. Triangulasi yaitu teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif yang artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Terdapat 4 teknik triangulasi yaitu triangulasi data (sumber), triangulasi metode, triangulasi peneliti dan triangulasi teori (Sutopo, 2002). Dalam penelitian ini akan menggunakan dua teknik triangulasi antara lain triangulasi data (sumber), dan triangulasi metode. Triangulasi sumber merupakan teknik triangulasi yang mana dalam mengumpulkan data, peneliti harus menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Tujuannya agar peneliti memperoleh informasi dari narasumber yang berbeda-beda posisinya, sehingga informasi dari narasumber yang satu dapat dibandingkan dengan narasumber yang lain. Sedangkan triangulasi metode adalah suatu teknik triangulasi dengan cara membandingkan hasil penggalian data dengan beberapa metode, dalam hal ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi (arsip). Sehingga lebih rinci dapat disajikan dalam tabel triangulasi pada tabel 1 dan tabel 2 :
xxxix
Tabel 1. Rincian Triangulasi Data No
Data
1.
Perencanaan Penyuluhan a. Analisis situasi dan khalayak b. Kebijaksanaan pemerintah c. Pembiayaan penyuluhan. d. Pemilihan metode, teknik, alat bantu serta alat peraga penyuluhan.
2.
Pelaksanaan Penyuluhan a. Materi apa yang perlu disampaikan b. Dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan c. Kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan d. Siapa yang melakukan penyuluhan e. Bagaimana sistem kerja f. Metode dan teknik penyuluhan
3. 4.
Hasil Penyuluhan Evaluasi Penyuluhan a. Evaluasi proses b. Evaluasi hasil.
Suyanto
Mariman B
xl
Suwanto
Hariyanta
Indri S
Anna Maria H
Kesimpulan
Tabel 2. Rincian Triangulasi Metode No 1.
Data Perencanaan Penyuluhan a. Analisis situasi dan khalayak b. Kebijaksanaan pemerintah c. Pembiayaan penyuluhan. d. Pemilihan metode, teknik, alat bantu serta alat peraga penyuluhan.
2.
Pelaksanaan Penyuluhan a. Materi apa yang perlu disampaikan b. Dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan c. Kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan d. Siapa yang melakukan penyuluhan e. Bagaimana sistem kerja f. Metode dan teknik penyuluhan
3.
Hasil Penyuluhan
4.
Evaluasi Penyuluhan a. Evaluasi proses b. Evaluasi hasil.
Wawancara
Observasi
Dokumen
Kesimpulan
Data yang diperoleh dari kedua teknik triangulasi di atas kemudian akan dibandingkan antara triangulasi data dengan triangulasi metode untuk mendapatkan satu rangkaian informasi yang utuh mengenai proses penyelenggaraan penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel 3 :
xli
Tabel 3. Rincian Triangulasi No
Data
1.
Perencanaan Penyuluhan a. Analisis situasi dan khalayak b. Kebijaksanaan pemerintah c. Pembiayaan penyuluhan. d. Pemilihan metode, teknik, alat bantu serta alat peraga penyuluhan.
2.
Pelaksanaan Penyuluhan a. Materi apa yang perlu disampaikan b. Dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan c. Kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan d. Siapa yang melakukan penyuluhan e. Bagaimana sistem kerja f. Metode dan teknik penyuluhan
3.
Hasil Penyuluhan
4.
Evaluasi Penyuluhan a. Evaluasi proses b. Evaluasi hasil.
Triangulasi Data
Triangulasi Metode
Kesimpulan
H. Teknik Analisis Data Analisis data ialah proses pencarian dan penyusunan data yang sistematis melalui transkrip wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap yang ditemukan. Analisis data merujuk pada pengujian sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian-bagiannya, hubungan di antara bagian-bagian dan hubungan bagian-bagian itu dengan keseluruhan (Usman dan Akbar, 2008). Tujuan analisis data ialah untuk mengungkapkan data apa yang masih perlu dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab, metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa yang harus segera diperbaiki. Dalam suatu penelitian kualitatif,
xlii
proses analisis tidak dilakukan setelah data terkumpul seluruhnya, tetapi dilakukan pada waktu bersamaan dengan proses pengumpulan data. Hal ini dilakukan karena analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam permasalahan yang sedang diteliti. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini akan mengacu pada model analisa interaktif (interaktif model of analisis) oleh Miles dan Huberman, yang terdiri dari tiga komponen analisis data, antara lain: 1. Reduksi data Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul
dari
catatan-catatan
lapangan.
Reduksi
dilakukan
sejak
pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan lain sebagainya dengan maksud menyisihkan data/ informasi yang tidak relevan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengategorisasikan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat diversifikasi. 2. Penyajian data Adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan. Semunya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami. 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi Merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat
xliii
penelitian dilaksanakan. Makna yang dirumuskan dari data harus diuji kebenaran, kecocokan dan kekokohannya. (Usman dan Akbar, 2008).
xliv
BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam Desa Jati adalah sebuah desa kecil yang masuk dalam Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar dan terletak pada ketinggian 90 meter di atas permukaan air laut dengan suhu rata-rata 290 C, sehingga Desa Jati termasuk dalam topografi dataran rendah. Secara keseluruhan Desa Jati memiliki luas wilayah 265,47 ha, sedangkan batas-batas wilayah yang membatasi Desa Jati dengan desa lain yaitu: a. Sebelah Selatan : Kelurahan Suruhkalang b. Sebelah Timur
: Kelurahan Jungke
c. Sebelah Utara
: Kelurahan Papahan
d. Sebelah Barat
: Kecamatan Mojolaban
Secara administratif Desa Jati terdiri dari 4 kebayanan dengan jumlah dusun ada 14 Dusun yaitu Dusun Pundak, Dusun Pundungrejo, Dusun OcakAcik, Dusun Banaran, Dusun Mlori, Dusun Jati, Dusun Jetis, Dusun Sorobaon, Dusun Dukuh, Dusun Gotanon, Dusun Ngentak, Dusun Karangsono, Dusun Karang Duren dan Dusun Senden. Jarak Desa Jati dengan pusat pemerintahan kota kecamatan yaitu berjarak 3 kilometer, sedangkan jarak dengan kota kabupaten yaitu 4 kilometer. Banyaknya curah hujan yang terjadi di Desa Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar adalah 2000 milimeter per tahun. Sedangkan banyaknya hari hujan di Desa Jati adalah sebanyak 75 hari hujan dan banyaknya curah hujan banyak terjadi pada bulan Desember-Februari dan kejadian ini hampir terjadi pada setiap tahunnya, sehingga pada bulan tersebut termasuk ke dalam musim penghujan.
B. Tata Guna Lahan Pertanian Luas wilayah lahan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar adalah 265,47 Ha. Luas lahan tersebut digunakan 36 xlv
untuk mengusahakan berbagai usahatani. Usahatani di Desa Jati dibedakan menjadi dua macam yaitu usahatani lahan sawah dan usahatani lahan kering. Lebih jelasnya dapat disajikan pada tabel berikut : Tabel 4. Luas Wilayah menurut Jenis lahan sawah dan lahan kering di Desa Jati Tahun 2009 No 1
Lahan Lahan Sawah
Luas (Ha) 171,34
Prosentase (%) 64,54
2
Lahan Kering
76,58
28,85
3
Lain-lain
17,55
6,61
265,47
100
Jumlah lahan keseluruhan
Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009 Tabel 4 menunjukkan bahwa lahan sawah Desa Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar seluas 171,34 Ha. Jenis usahatani yang banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Jati adalah bercocok tanam padi. Sedangkan untuk lahan kering seluas 76,58 Ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang potensial untuk kegiatan usahatani padi. Lahan kering di Desa Jati digunakan oleh penduduk untuk pekarangan dan juga sebagai tempat bangunanbangunan seperti perumahan, gedung sekolah dan bangunan yang lain. Sedangkan lahan seluas 17,55 Ha digunakan untuk fasilitas umum seperti jalan, sungai atau tempat pemakaman.
C. Keadaan Penduduk 1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui sex ratio. Adapun keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat disajikan pada tabel 5.
xlvi
Tabel 5. Distribusi penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Jati Tahun 2009. No 1
Jenis Kelamin Laki-Laki
2
Jumlah 3.047
Perempuan
3.104
Jumlah
6.151
Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan sebanya 3.104 jiwa sedangkan untuk penduduk laki-laki berjumlah 3.047 jiwa. Dengan keadaan jumlah penduduk seperti ini maka dapat diketahui bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki, Sex ratio Desa Jati adalah : Jumlah penduduk laki-laki Sex Ratio =
x 100 Jumlah penduduk perempuan 3.047
=
x 100 3.104
=
98,16
= 98 Sex ratio sebesar 98 menunjukkan bahwa tiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Apabila angka SR (Sex Ratio) jauh di bawah 100, dapat menimbulkan berbagai masalah. Ini berarti di wilayah tersebut kekurangan penduduk laki-laki akibatnya antara lain kekurangan tenaga kerja laki-laki untuk melaksanakan pembangunan, atau masalah lain yang berhubungan dengan perkawinan. Apabila laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan ada kemungkinan penduduk ada yang tidak kawin karena jumlahnya tidak sepadan. Hal ini dapat terjadi apabila suatu daerah banyak penduduk laki-laki meninggalkan daerah atau kematian banyak terjadi pada penduduk laki-laki.
xlvii
2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan di suatu wilayah dapat menggambarkan kualitas penduduk di wilayah tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kualitas penduduk akan semakin baik jika diukur dari aspek pengetahuan. Namun hal ini belum tentu dapat menjamin kesadaran masyarakat. Apabila tingginya tingkat pendidikan diiringi dengan kesadaran yang tinggi pula, maka bukan hal yang mustahil jika dapat mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang semakin baik pula. Distribusi penduduk Desa Jati menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jati No 1 2 3 4 5 6
Uraian
Jumlah
Tamatan SD Tamatan SLTP Tamatan SLTA Belum Tamat SD Tamat Akademi/Perguruan Tinggi Tidak Sekolah Jumlah
2463 1228 1040 690 263 8 5692
Sumber: Monografi Desa Jati Tahun 2009 Tabel di atas menunjukkan bahwa kebanyakan penduduk Desa Jati rata-rata adalah tamatan SD yaitu sebesar 2463 orang. Sedangkan penduduk yang tidak sekolah sebanyak 8 orang. Ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk sudah menempuh jenjang pendidikan meskipun hanya sampai tingkat SD. Sehingga bisa dikatakan penduduk Desa Jati telah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan. 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pembangunan daerah merupakan usaha peningkatan pendapatan dan kesejahteraan warga masyarakat. Dalam upaya pembangunan daerah salah satunya adalah ketersediaan lapangan pekerjaan. Untuk mengetahui banyaknya jenis pekerjaan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar dapat disajikan pada tabel 7.
xlviii
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Jati Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mata pencaharian Petani Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Pengangkutan Pegawai Negeri Sipil Pensiunan
Jumlah 203 365 55 158 197 96 43 132 98
Jumlah
1347
Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009 Tabel 7 diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Desa Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar bermata pencaharian buruh tani yaitu 365 orang. Dengan demikian mayoritas penduduk Desa Jati bekerja di bidang pertanian. Mata pencaharian menunjukkan besarnya sumbangan pendapatan yang diperoleh penduduk dari kegiatan ekonomi, sehingga jenis mata pencaharian penduduk hanya semata-mata untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini bila dilihat dari mata pencaharian penduduk Desa Jati yang sebagian besar sebagai buruh tani maka penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan tersebut memang semata-mata hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari saja. Berbeda halnya dengan petani yang memiliki lahan sawah sendiri yang biasanya penghasilannya jauh lebih besar dari pada buruh tani sehingga penghasilan yang didapat pun selain untuk kebutuhan hidup sehari-hari juga bisa digunakan untuk kebutuhan yang lain seperti meningkatkan potensi pertanian yang dimiliki atau untuk kebutuhan yang lain.
xlix
D. Keadaan Pertanian Penduduk Desa Jati sebagian besar bekerja di sektor pertanian secara turun temurun. Hasil produksi pertanian di Desa Jati adalah komoditas padi dengan luas panen 533,10 Ha dapat menghasilkan produksi padi sebanyak 3.411,84 ton. Hal tersebut disebabkan karena lahan sawah yang digunakan sudah tergolong dalam sawah teknis, sehingga kebutuhan air tanah tetap terjaga dan dapat dipenuhi sesuai dengan kehendak petani itu sendiri.
E. Profil Singkat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten merupakan satu diantara 17 BPP yang ada di Kabupaten Karanganyar yang terletak di Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Pada mulanya nama BPP Jaten adalah kantor penyuluhan. Wilayah kecamatan awalnya dibagi menjadi WKPP (Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian) yang dikoordinatori oleh seorang koordinator penyuluh lapang. Kemudian berdasarkan UU No 16 Tahun 2006 dan diperkuat dengan PERDA No 5 Tahun 2009 akhirnya nama kantor penyuluhan diubah menjadi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). BPP Jaten membawahi kelompok tani sebanyak 24 kelompok tani yang tersebar di delapan desa. Adapun kelompok tani yang ada di wilayah BPP Jaten dapat disajikan pada tabel 8 :
l
Tabel 8. Daftar Kelompok Tani BPP Jaten No Nama
Luas Sawah Jumlah Anggota
Desa
1.
66,5 68,5 69,3 58 66 58,7 39 39 35 62 42 38 38 44 45 60 40 60 40 60 69 71 38 45
Suruh Kalang
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
Sari Dadi I Sari Dadi II Sari Dadi III Rukun Makarti Mbanguncoro Rukun Makaryo Ngudi Rejeki Ngudi Makmur Ngudi Subur Langgeng Mulyo Basuki Handoyo Tani Margo Tani Sumber Rejeki Kismo Rejo Marsudi Tani Subur Makmur Sido Makmur Ngudi Makmur Tani Makaryo Sumber Rejeki I Sumber Rejeki II Sumber Rejeki III Sumber Rejeki IV
152 148 164 164 172 166 45 60 60 51 39 74 96 150 60 100 120 98 121 162 121 142 67 62
Jati
Jaten
Dagen
Jetis
Brujul
Ngringo Sroyo
Sumber : BPP Jaten 2009 BPP Jaten memiliki struktur organisasi yang terdiri dari koordinator dan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL). Yang dapat disajikan pada gambar berikut : Koordinator BPP Jaten
Penyuluh atau THL
Penyuluh atau THL
Gambar 3. Struktur Organisasi BPP Jaten
li
Penyuluh atau THL
Koordinator BPP bertugas mengkoordinasi keseluruhan dari kinerja kegiatan penyuluhan yang diselenggarakan. Penyuluh bersama dengan THL (Tenaga Harian Lepas) bertugas melaksanakan penyuluhan di wilayah kerja yang telah ditetapkan. Adapun nama koordinator penyuluh BPP dan petugas penyuluhan di Desa Jati dapat disajikan pada tabel 9 sebagai berikut : Tabel 9. Daftar Nama Petugas Penyuluhan Desa Jati Tahun 2009 No Nama Petugas 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Anna Maria H, STP Widodo, SP Darwati, SP Suranto, SPT Sadino, STP Hariyono Ikhwan Hadi Dwi Hartati Ir.Tri Susityoatmoko Indri Saptaningsih
Jabatan Dalam Tim Koordinator PPL PPL PPL PPL PPL PPL PPL PPL PPL
Jabatan Dalam Dinas PNS PNS PNS PNS PNS THL THL THL THL THL
Wilayah Kerja Penyuluh Kec. Jaten Ds. Nglingo Ds. Jaten Ds. Mbrujul Kec. Jaten Ds. Suruhkalang Ds. Ndagen Ds. Jetis Ds. Sroyo Ds. Jati
Sumber : BPP Jaten 2009 BPP Jaten memiliki inventaris atau alat-alat penunjang untuk kegiatan penyuluhan baik untuk keperluan pribadi bagi penyuluh maupun untuk kegiatan lapang. Inventaris barang yang ada di kantor BPP Jaten dapat disajikan pada tabel 10 sebagai berikut : Tabel 10. Inventaris Barang BPP Kecamatan Jaten Tahun 2009 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Barang Meja kantor Almari Mesin ketik Data dinding Jam dinding Kipas angin Papan acara Kaca rias kursi Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)
Jumlah 5 1 1 2 1 1 1 1 10 1
Asal Pendanaan Dinas Pertanian BPP Jaten BPP Jaten BPP Jaten BPP Jaten BPP Jaten BPP Jaten BPP Jaten Kecamatan Jaten Pemerintah pusat
Sumber : BPP Jaten 2009
lii
F. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Jati Kelompok
tani
merupakan
kumpulan
petani
yang
terbentuk
berdasarkan keakraban dan keserasian serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Anggota kelompok tani adalah para petani sebagai pengelola usaha tani yang terdaftar sebagai anggota kelompok dapat berupa petani dewasa maupun petani muda. Pada dasarnya kelompok tani ditumbuhkan berdasarkan wilayah, satu dusun atau lebih yang dapat berupa kelompok hamparan atau kelompok domisili tergantung dari kondisi penyebaran penduduk
dan
lahan
usaha
taninya
di
wilayah
tersebut.
Dalam
pertumbuhannya tersebut perlu diperhatikan kondisi-kondisi kesamaan kepentingan sumber daya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling mempercayai dan keserasian hubungan antar petani sehingga setiap anggota kelompok dapat merasakan, memiliki dan menikmati manfaat sebesarbesarnya apa yang ada dalam kelompok. Desa Jati memiliki kelompok tani sebanyak tiga kelompok yaitu Kelompok Tani Mbangun Coro, Kelompok Tani Rukun Makarti dan Kelompok Tani Rukun Makaryo. Secara umum kelompok tani di Desa Jati dapat disajikan pada tabel 11. Tabel 11. Kelompok Tani Desa Jati Tahun 2009 Wilayah Kelompok Tani Dusun Jati Dusun Ndukuh Dusun Banaran
Nama Kelompok Tani Mbangun Coro Rukun Makarti Rukun Makaryo
Kelas Kelompok Madya Lanjut Lanjut
Jumlah Anggota 172 164 166
Sumber : BPP Jaten Tahun 2009 Ketiga kelompok tani di Desa Jati didirikan pada tahun 1980. Pembentukan kelompok tani di Desa Jati pada mulanya dimulai dengan diadakannya pertemuan-pertemuan biasa antara petani dan masyarakat setempat. Karena pertemuan-pertemuan yang dilakukan ternyata dirasa sangat penting. Akhirnya pembentukan pengurus pun dilakukan yaitu sekitar tahun 1980. Dalam pembentukannya akhirnya dipilihlah nama untuk masing-masing
liii
kelompok tani. Pada mulanya eksistensi dari kelompok tani di Desa Jati tidak begitu jelas. Dalam artian kadang aktif dilakukan penyuluhan atau pertemuan dan kadang tidak dilakukan sama sekali. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum begitu menganggap penting terhadap manfaat penyuluhan itu sendiri. Kemudian mulailah ditetapkan jadwal tetap bagi masing-masing kelompok tani. Untuk lebih jelasnya maka ketiga kelompok tani di Desa Jati dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kelompok Tani Mbangun Coro Kelompok tani ini berada di Dusun Jati berdiri tanggal 21 Oktober 1980. Dengan susunan organisasi antara lain : Pelindung
: Hariyanta
Penasehat
: Sarimin
Sesepuh
: Suparjo, Suwarno
Ketua
: Mariman Bakri
Sekretaris
: Sumarno, Suwardi
Bendahara
: Mulyono, Samadi
Seksi : - Pengamat Lingkungan
: Martosuwiryo
- Wanita tani
: Sunarti
- Peternakan/pengairan
: Samadi, Wiknyo Suratno, Jumadi
- Penghubung
: Suwarto
2. Kelompok Tani Rukun Makarti Kelompok tani ini berdiri tanggal 25 Februari 1980 bertempat di Dusun Ndukuh. Dengan kepengurusan antara lain sebagai berikut : Pelindung
: Hariyanta
Penasehat
: Sarimin
Ketua
: Suwanto
Sekretaris
: Wagiman
Bendahara
: Sutarman
Seksi : -
Pengairan
: Wiyono, Hadi Sukimin
liv
-
Peternakan dan perikanan : Suroto, Mitro Suroso
-
Penghubung
: Suradi, Mitromidi
-
Pengamat hama
: Citro Rebo, Ngatno
-
Wanita tani
: Sunarmi, Nunuk
3. Kelompok Tani Rukun Makaryo Kelompok Tani ini berdiri tanggal 14 Februari 1980 bertempat di Dusun Banaran. Dengan kepengurusan sebagai berikut : Pelindung
: Hariyanta
Penasehat
: Sarimin
Sesepuh
: Suwardi
Ketua
: Suyanto
Sekretaris
: Mulato
Bendahara
: Supardi
Seksi : -
Pengairan
: Ngatno, Sardi
-
Penghubung
: Suwarto
-
Pengamat hama
: Tulus
-
Lingkungan
: Prasetyono
-
Saprodi
: Tulus Suroyo
lv
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perencanaan Penyuluhan Perencanaan merupakan modal awal dalam setiap pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam setiap kegiatan baik itu kegiatan yang dibuat oleh suatu individu maupun program yang dikoordinasi secara kelompok, hampir semua memiliki suatu perencanaan. Meskipun perencanaan tidak secara mutlak harus dibuat namun untuk mewujudkan hasil yang sesuai dengan tujuan maka perencanaan menjadi komponen yang tidak mungkin untuk ditinggalkan. Perencanaan dibuat karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Dalam penyuluhan, tujuan utama yang ingin dicapai adalah menciptakan perubahan. Baik itu perubahan pengetahuan, sikap maupun ketrampilan dari sasaran. Namun pada kenyataannya tidaklah mudah untuk menciptakan suatu perubahan. Perubahan dapat tercapai melalui suatu proses. Begitu juga dengan keberhasilan penyuluhan pertanian. Penyuluhan yang berhasil harus melalui tahap yang penting. Diantara tahap-tahap tersebut yaitu tahap perencanaan. Beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar perencanaan penyuluhan dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan menurut Compton (Ibrahim et al., 2003) antara lain : 1. Pengembangan programa penyuluhan pertanian merupakan program yang tidak pernah berakhir, artinya bila suatu program berakhir maka dilanjutkan dengan penyusunan programa penyuluhan pertanian lainnya 2. Programa penyuluhan pertanian merupakan cara untuk memecahkan masalah dan memperbaiki kualitas hidup manusia tanpa memperhatikan darimana sumber programa penyuluhan tersebut berasal. 3. Dengan adanya perencanaan penyuluhan pertanian memungkinkan dipilih, diorganisir dan diatur sumberdaya pengetahuan, teknologi, personal, kondisi lingkungan fisik dan metode penyuluhan yang dapat membantu masyarakat mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
47 lvi
4. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga professional perlu diimbangi dengan pengetahuan dan ketrampilan petani sasaran untuk memperoleh solusi optimal mengenai masalah-masalah yang dihadapinya. 5. Selain mencapai perubahan yang diinginkan kadang-kadang terdapat perubahan yang tidak diinginkan. Dengan demikian perencanaan penyuluhan pertanian harus membantu mengarahkan petani sasaran untuk memperbaiki perilakunya guna mencapai masa depan yang lebih baik. 6. Perencanaan penyuluhan tidak bersifat kaku dan ketat tetapi diusahakan fleksibel dan bersifat hati-hati. 7. Masyarakat seringkali dapat menerima pola-pola pemikiran yang baru dan dapat dikerjakan khususnya bagi seseorang yang memperoleh manfaat dari penerapan pola-pola pemikiran baru tersebut. 8. Dalam proses belajar seringkali dari perencanaan yang baik dapat dicapai hasil terbaik dan tidak menutup kemungkinan hasil terbaik ini disebabkan dari interaksi pada kondisi dan lingkungan yang kondusif dari proses belajar yang tidak direncanakan. 9. Programa
penyuluhan
pertanian
harus
memungkinkan
diciptakan
kesempatan-kesempatan dan dorongan-dorongan yang kondusif yang sportif guna menciptakan usaha-usaha produktif. 10. Pendidikan non formal melalui penyuluhan
pertanian harus dapat
bertindak sebagai pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas hidup petani sasaran. Perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar meliputi analisis situasi dan khalayak, kebijakan pemerintah dalam programa penyuluhan, pembiayaan penyuluhan serta pemilihan metode, teknik dan alat peraga serta alat bantu penyuluhan. Tahapan dalam perencanaan 1. Analisis situasi, khalayak dan identifikasi masalah Analisis situasi dan khalayak sangat penting dilakukan sebelum dilakukan perencanaan. Analisis situasi dan khalayak merupakan
lvii
identifikasi kondisi sasaran dan lingkungannya. Analisis ini berguna untuk mengetahui gambaran dari sasaran dan kondisi lingkungan disekitarnya. Sehingga dari gambaran tersebut akan dapat diidentifikasi masalah apa saja yang sedang terjadi pada sasaran. Identifikasi masalah berguna untuk mengetahui secara lebih dalam masalah apa yang sedang dihadapi. Sehingga dari identifikasi akan dapat diketahui penyebab serta solusi yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Analisis yang dilakukan di Desa Jati melibatkan tiga komponen yaitu dari penyuluh, pemerintah setempat, dan petani. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh penyuluh Desa Jati yang sekarang menjabat menjadi Kepala BPP Jati Ibu Anna Maria Handariyati : ”biasanya ya penyuluh, kaurbang karena tugas kaurbang juga berkaitan dengan pertanian, juga ada masukan dari pengurus kelompok tani yang melapor jika ada masalah yang perlu dipecahkan”. (wawancara 15 September 2009). Proses analisis situasi dan khalayak yang dilakukan di Desa Jati adalah penyuluh terjun ke lapang untuk melakukan survei dan melakukan pengamatan tentang kondisi pertanian di desa tersebut. Kemudian akan didapat informasi tentang masalah yang sedang dihadapi. Namun terkadang penyuluh mendapatkan informasi tentang masalah tidak hanya dari survei saja, juga mendapat laporan langsung dari pemerintah desa setempat yaitu dari Kaur Pembangunan (Kaurbang). Karena fungsi kaurbang tidak hanya dalam hal pembangunan desa saja namun juga dalam hal pertanian. Sehingga kaurbang juga sering melakukan analisis dan pengamatan. Tidak hanya itu informasi yang didapatkan pun bisa langsung dari laporan petani setempat kepada penyuluh. Sehingga kesimpulannya ada tiga komponen yang terlibat dalam analisis situasi khalayak yaitu dari penyuluh, pemerintah desa dan petani. Setelah informasi tentang permasalahan didapat maka dari pihak penyuluh akan mencari impact point. Impact point yaitu pokok-pokok permasalahan yang
lviii
terjadi di suatu daerah. Setelah didapat impact point kemudian penyuluh akan melakukan identifikasi masalah yang lebih mendalam guna mencari sebab dan solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Pada saat analisis di lapang ternyata hanya didapati penyuluh saja yang
melakukan
analisis.
Penyuluh
melakukan
analisis
dengan
mengunjungi lokasi. Diawali dari pos penyuluhan desa hingga sampai ke pos kelompok tani kemudian penyuluh meninjau ke lapang atau sawah secara langsung. Dalam proses analisis ini, tidak dijumpai kaurbang yang melakukan analisis seperti yang telah diungkapkan Kepala BPP Jati Ibu Anna Maria Handariyati di atas. Selain juga tidak menjumpai adanya petani yang melapor langsung ke penyuluh tentang masalah yang sedang dihadapi. Biasanya petani mau melapor dari masalah yang dihadapinya ketika diadakan pertemuan atau pelaksanaan penyuluhan. Sehingga dari hal tersebut maka dapat diketahui dan disimpulkan bahwasanya penyuluhlah yang bertugas pokok sebagai analisator utama untuk melakukan analisa situasi dan khalayak. Sedangkan kaurbang dan petani hanya membantu penyuluh untuk mempermudah dalam masalah analisis. Kendala yang dihadapi penyuluh Desa Jati sendiri dalam melakukan analisis yaitu kurangnya pengalaman dalam praktek di lapang. Hal ini seperti yang diungkapkan penyuluh baru Desa Jati yang masih berstatus Tenaga Harian Lepas atau penyuluh kontrak yaitu Indri Saptaningsih : ”belum begitu banyak pengalaman dalam praktek di lapang”. (wawancara 27 Agustus 2009). Dari pernyataan penyuluh Jati di atas bahwa kendala yang dihadapi adalah kurangnya pengalaman. Hal ini dikarenakan Ibu Indri adalah penyuluh kontrak atau berstatus Tenaga Harian Lepas yang belum lama bekerja di Desa Jati. Sedangkan pernyataan dari mantri tani BPP Jaten yang dulu juga sebagai penyuluh Desa Jati menyatakan bahwa untuk menganalisis situasi dan khalayak yang sudah dilakukan selama ini tidak pernah mengalami kendala atau pun permasalahan.
lix
Setelah analisis situasi dan khalayak dilakukan maka kemudian akan dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi dari sasaran penyuluhan serta mencari solusi untuk pemecahan permasalahannya. Identifikasi masalah di Desa Jati dilakukan dengan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil yang didapat dari wawancara dengan kuesioner kemudian diidentifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi. Masalah yang sudah didapatkan kemudian oleh penyuluh dituangkan dalam buku harian penyuluh untuk dicari impact pointnya. Hal ini dilakukan
untuk
memudahkan
penyuluh
dalam
mencari
solusi
permasalahannya. Penuangan dalam buku harian penyuluh ini hanyalah bersifat sementara. Selanjutnya setelah penyuluh mendapatkan semua data tentang permasalahan yang dihadapi (impact point), kemudian dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Penyuluh Pertanian (RKPP). RKPP disusun oleh masing-masing penyuluh yang diberi tugas untuk melakukan penyuluhan di wilayah kerja penyuluhan. Penyusunan RKPP oleh penyuluh Jati memerlukan waktu kurang lebih satu minggu untuk penyusunannya. Dalam RKPP berisi tentang point-point diantaranya keadaan sasaran, permasalahan yang dihadapi, tujuan dari penyuluhan, metode yang digunakan, sasaran penyuluhan, lokasi penyuluhan, waktu pelaksanaan dan dana kegiatan penyuluhan. Dari RKPP tersebut maka kegiatan penyuluhan di Desa Jati akan lebih tersistem dan terarah sesuai dengan tujuan. Sehingga pencapaian tujuan pun akan lebih mudah. 2. Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah merupakan salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam proses penyelenggaraan penyuluhan. Karena pada hakekatnya fungsi dari kebijakan itu adalah untuk mengatur dan mempermudah kegiatan penyuluhan itu sendiri. Pemerintah sendiri sebenarnya telah mengatur kebijakan untuk penyuluhan itu sendiri yang tertuang dalam kebijakan penyuluhan. Hal tersebut telah diatur dalam UU No 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan
lx
kehutanan yaitu pada bab IV pasal 6 tentang kebijakan dan strategi. Yang antara lain berisi sebagai berikut : a. Kebijakan penyuluhan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan memperhatikan asas dan tujuan sistem penyuluhan. b. Dalam menetapkan kebijakan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah dan pemerintah daerah memperhatikan ketentuan sebagai berikut: 1. Penyuluhan dilaksanakan secara terintegrasi dengan subsistem pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan; dan 2. Penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku utama dan atau warga masyarakat lainnya sebagai mitra pemerintah dan pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama, yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan programa pada tiap-tiap tingkat administrasi pemerintahan. 3. Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
kebijakan
penyuluhan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan menteri, gubernur, atau bupati/walikota. Kebijakan di atas dapat dijadikan patokan bagi semua penyuluh di seluruh wilayah Indonesia untuk dapat melaksanakan penyuluhan dengan baik. Hal itu diterapkan pula di Desa Jati. Penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Jati tidak lepas dari peran pemerintah setempat. Program-program
penyuluhan
yang
berasal
dari
program
pemerintah telah dilaksanakan di Desa Jati. Hal ini seperti program SLPTT, program SRI, Jajar Legowo maupun program-program yang lain. Pemerintah sangat mendukung sekali kegiatan penyuluhan
yang
diselenggarakan. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh salah satu penyuluh desa Jati yang sudah bertahun-tahun bekerja di Jati yang sekarang menjadi kepala BPP Jati yaitu Ibu Anna Maria Handariyati :
lxi
”pemerintah desa Jati mendukung sekali bahkan dari pemerintah desa sudah menganggarkan kelompok tani setiap kelompok taninya 500 ribu”. (wawancara 15 September 2009). Pemerintah Desa Jati telah menjalin kerjasama dengan penyuluh setempat untuk mensukseskan jalannya penyuluhan. Penyuluh di Desa Jati telah bekerjasama dengan pemerintah desa. Dalam perizinannya tidaklah dibuat surat tertulis atau formal namun hanya melalui pemberitahuan lisan dari penyuluh kepada kepala desa bahwa akan diadakan penyuluhan. Seperti yang telah diungkapkan oleh Kepala Desa Jati Bapak Hariyanta : ”dalam hal perizinan hanya melalui informasi lisan saja karena antara pemerintah desa dengan penyuluh sudah menjadi rekan dan tidak ada perizinan dalam tulisan resmi”. (wawancara 1 September 2009) Pelaksanaan penyuluhan di Desa Jati memang telah mendapat dukungan dari pemerintah setempat baik pemerintah desa maupun pusat. Hal ini dibuktikan dengan adanya kontribusi dari pemerintah yang diberikan untuk kegiatan penyuluhan di Desa Jati. Pemerintah Desa Jati telah menganggarkan dana sebesar Rp. 500.000,- untuk masing-masing kelompok tani yang nantinya akan masuk ke kas kelompok tani yang kemudian akan digunakan untuk berbagai hal termasuk pelaksanaan penyuluhan. Sedangkan dari pemerintah pusat juga telah memberikan kontribusinya berupa bantuan dana, benih, pupuk bersubsidi, training atau pelatihan seperti yang telah diungkapkan oleh penyuluh yang membawahi Desa Jati sendiri yaitu Ibu Indri Saptaningsih : ”biasanya pemerintah memberikan pelatihan (training), proyekproyek, serta bantuan lain yang berupa dana, bibit maupun pupuk”. (wawancara Rabu 27 Agustus 2009). 3. Pembiayaan penyuluhan Pembiyaan penyuluhan adalah komponen yang tidak bisa dilepaskan dalam kegiatan penyuluhan. Biaya penyuluhan digunakan untuk membiayai kegiatan operasional penyuluh serta untuk memenuhi
lxii
sarana dan prasarana yang sekiranya akan dibutuhkan. Dalam UU No 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yaitu pada bab IX pasal 32 tentang pembiayaan telah diatur tentang masalah pembiayaan penyuluhan yang isinya antara lain : a. Untuk menyelenggarakan penyuluhan yang efektif dan efisien diperlukan tersedianya pembiayaan yang memadai untuk memenuhi biaya penyuluhan. b. Sumber pembiayaan untuk penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik provinsi maupun kabupaten/kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral, maupun sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. c. Pembiayaan penyuluhan yang berkaitan dengan tunjangan jabatan fungsional dan profesi, biaya operasional penyuluh PNS, serta sarana dan prasarana bersumber dari APBN, sedangkan pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya disesuaikan dengan programa penyuluhan. d. Jumlah tunjangan jabatan fungsional dan profesi penyuluh PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada jenjang jabatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. e. Dalam hal penyuluhan yang diselenggarakan oleh penyuluh swasta dan penyuluh swadaya, pembiayaannya dapat dibantu oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Pembiayaan penyuluhan yang ada di Desa Jati juga tidak lepas dari komponen-komponen yang tertuang dalam UU penyuluhan di atas. Sumber biaya penyuluhan di Desa Jati berasal dari APBN, APBD serta dari pihak-pihak luar. Sumber biaya yang berasal dari pemerintah pusat (APBN) biasanya disalurkan jika ada proyek-proyek atau programprogram penyuluhan yang memang berasal dari pemerintah pusat. Seperti program SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu), pemberian pupuk bersubsidi, dan juga bantuan benih. Biaya yang berasal
lxiii
dari pemerintah pusat berupa dana yang kemudian masuk ke kas kelompok tani Desa Jati. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala BPP Jati Ibu Anna Maria Handariyati sebagi informan kunci (key informan) : ”dari kas kelompok tani, kas kelompok tani tersebut didapat dari Anggaran Pemerintah Desa, dari formulator-formulator dan dari hasil bantuan pemerintah selain itu juga ada dari promosi obat, pupuk serta dari bantuan pemerintah”. (wawancara 15 September 2009). Biaya penyuluhan yang bersumber dari pemerintah desa sendiri diambilkan dari APBD yaitu Pemerintah Desa Jati sudah menganggarkan dana kepada masing-masing kelompok tani Desa Jati sebesar Rp. 500.000,-. Hal ini diungkapkan oleh kepala desa yang sekaligus menjadi tokoh masyarakat Desa Jati yaitu Bapak Hariyanta : ”kontribusi dalam penyuluhannya sendiri pemerintah desa hanya memberikan dana berupa uang rapat yang mana masing-masing kelompok tani dianggar sebesar Rp. 500.000,-/kelompok tani”. (wawancara 1 September 2009). Serta juga diungkapkan oleh informan kunci Ibu Anna Maria Handariyati: ”pemerintah desa Jati mendukung sekali bahkan dari pemerintah desa sudah menganggarkan kelompok tani setiap kelompok taninya 500 ribu”. (wawancara 15 September 2009). Sedangkan sumber biaya penyuluhan yang berasal dari pihak-pihak luar berasal dari penyuluh swasta yang biasanya berasal dari agen obat, pestisida dan agen-agen yang lain yang biasanya disebut formulator yang ikut andil bagian
dalam penyuluhan di Desa Jati. Seperti yang
diungkapkan Bapak Hariyanta : ”sumber biayanya biasanya dari pemerintah, pihak luar seperti formulator maupun juga dari kas kelompok tani”. (wawancara 1 September 2009). Biaya atau dana yang berasal dari pemerintah kemudian nantinya akan masuk ke dalam kas kelompok tani yang ada di Desa Jati.
lxiv
Dilihat dari pembiayaan penyuluhan yang ada di Desa Jati maka dapat diambil kesimpulan bahwa hampir seluruh biaya yang digunakan untuk kegiatan penyuluhan ditanggung oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Sedangkan dari penyuluh sendiri tidak mengeluarkan biaya untuk kegiatan penyuluhannya sendiri. Sehingga hal ini sesuai dengan UU No 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan yaitu pada bab IX pasal 32 tentang pembiayaan. Tepatnya pada bagian c yang menyatakan bahwa biaya operasional penyuluh PNS, serta sarana dan prasarana bersumber dari APBN, sedangkan
pembiayaan
penyelenggaraan
penyuluhan
di
provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya disesuaikan dengan programa penyuluhan. 4. Pemilihan metode, teknik, alat bantu serta alat peraga penyuluhan a. Metode Penyuluhan Metode merupakan cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya dengan sasaran. Ada banyak ragam metode yang bisa digunakan penyuluh. Namun metode dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok. Yaitu metode yang berdasarkan media yang digunakan maka akan meliputi media lisan, media cetak, media terproyeksi. Berdasarkan hubungan antara penyuluh dengan sasaran maka metode dapat dibedakan menjadi komunikasi langsung dan tak langsung. Sedangkan jika dikelompokkan berdasarkan kondisi psiko sosial dari sasaran
maka
metode
dapat
dibedakan
menjadi
pendekatan
perorangan, kelompok dan massal. Jika dilihat dari hal ini maka penyuluhan di Desa Jati termasuk ke dalam semua kategori metode tersebut. Penyuluh desa Jati Ibu Indri Saptaningsih mengungkapkan bahwa : ”Metodenya menggunakan komunikasi langsung dengan tatap muka langsung antara penyuluh dengan sasaran. Tekniknya menggunakan
teknik
lxv
kunjungan
dan
demonstrasi.
Alat
peraganya ya leaflet biasanya dari formulator dan dari penyuluh”. (wawancara 27 Agustus 2009). Penyuluh menggunakan metode komunikasi langsung. Hal ini dikarenakan metode ini lebih tepat diterapkan untuk masyarakat Desa Jati. Dengan komunikasi langsung maka diskusi akan dapat berjalan antara penyuluh dengan sasaran penyuluhan. Karena penyuluh dan sasaran dalam hal ini bertatapan secara langsung sehingga umpan balik akan dapat terjadi secara ringkas dan cepat. Sehingga hal ini telah memenuhi syarat-syarat metode penyuluhan pertanian yang baik seperti yang telah diungkapkan oleh Soedarmanto (Ibrahim, et al., 2003) yaitu sebagai berikut : 1. Sesuai dengan keadaan sasaran, apakah sasaran dalam tahap mengenal, menaruh minat, menilai, mencoba mengadopsi suatu inovasi. 2. Cukup kuantitas dan kualitas, artinya penyuluh menguasai banyak metode penyuluhan pertanian sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah-masalah penyuluhan. 3. Tepat mengenai sasaran dan waktunya. Tepat sasaran dapat diartikan bahwa metode penyuluhan pertanian yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan daya serap petani sasaran. Dilihat dari teori yang diungkapkan oleh Soedarmanto tersebut, metode komunikasi langsung yang digunakan di Desa Jati telah sesuai dengan keadaan sasaran. Selain itu metode yang digunakan juga tepat mengenai sasaran dan waktunya. Hal ini disesuaikan oleh penyuluh dengan tingkat pendidikan dan daya serap dari petani Desa Jati. Karena rata-rata penduduk Desa Jati telah menempuh jenjang pendidikan meskipun kebanyakan hanya menempuh sampai jenjang SD. b. Teknik Penyuluhan Teknik penyuluhan pertanian yang digunakan di Desa Jati adalah teknik kunjungan dan demonstrasi. Teknik kunjungan
lxvi
dilakukan oleh seorang penyuluh dengan melakukan kunjungan kepada sasarannya secara perorangan atau kelompok baik di rumah tempat tinggal atau di tempat mereka melakukan kegiatan sehari-hari. Penyuluh memilih teknik ini karena teknik itu lebih mudah diterapkan oleh penyuluh kepada sasaran. Teknik kunjungan dipilih karena lebih efektif dan efisien karena dengan teknik ini penyuluh bisa melihat langsung perilaku dari sasaran sehingga dengan teknik ini diharapkan sasaran telah sampai pada tahapan adopsi menilai. Penyuluh juga menggunakan teknik demonstrasi. Karena dengan teknik ini sasaran akan dapat melihat langsung inovasi apa yang ingin disampaikan oleh penyuluh di lapang. Sehingga sasaran akan menjadi lebih percaya dan diharapkan cepat terdorong untuk mencoba dan menerapkannya. Selain itu teknik demonstrasi dilakukan untuk membuktikan keunggulan dari suatu inovasi serta menunjukkan cara yang benar yang seharusnya dilakukan. c. Alat Bantu Penyuluhan Alat bantu merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan dilaksanakan. Penggunaan alat bantu penyuluhan di Desa Jati sendiri oleh penyuluh hanya menggunakan beberapa alat bantu saja. Penyuluh Desa Jati hanya menggunakan lembar persiapan penyuluhan, alat tulis, serta sarana ruangan. Lembar persiapan penyuluhan biasanya oleh penyuluh Desa Jati hanya dituangkan dalam buku harian penyuluh saja. Alat tulis yang digunakan berupa bolpoin dan sarana ruangannya menggunakan rumah tempat tinggal dari sasaran penyuluh. Yang biasanya berada di pos kelompok tani Desa Jati. d. Alat Peraga Penyuluhan Penyuluh
menggunakan
brosur
untuk
alat
peraganya.
Mardikanto (Mardikanto dan Wijianto, 2005) mengartikan alat peraga sebagai alat atau benda yang dapat diamati, didengar diraba atau
lxvii
dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi sebagai alat untuk memeragakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar sasaran penyuluhan agar materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan. Brosur digunakan karena brosur cukup mudah dan murah untuk dibuat. Jika dilihat dari penggunaan alat peraga untuk penyuluhan di Desa Jati maka penggunaannya sangat kurang. Brosur digunakan hanya dalam program-program tertentu atau bahkan brosur diberikan hanya pada saat formulator datang pada kegiatan penyuluhan dan sedang mempromosikan produknya. Brosur terkadang dibuat sendiri oleh penyuluh namun terkadang penyuluh tidak menggunakan brosur sama sekali. Jika dilihat dari pernyataan-pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode komunikasi langsung dipakai pada saat penyuluhan berlangsung. Sedangkan media cetak digunakan saat penyuluhan
dengan
menggunakan
media
brosur.
Seperti
yang
diungkapkan oleh ketua kelompok tani Rukun Makaryo Bapak Suyanto saat ditanya tentang media yang digunakan saat penyuluhan yaitu : ”Yang jelas menggunakan leaflet yang biasanya dari sponsorsponsor dan juga formulator yang datang”. (wawancara 26 Agustus 2009). Selain itu diungkapkan juga oleh Ibu Anna yaitu : ”menggunakan penyuluhan dan demplot. Untuk alat bantunya menggunakan brosur-brosur. Cara menentukannya kita suluhkan dan kalau ada fasilitas maka akan dilakukan demplot. Sedangkan untuk alternatif pemilihan metode, tekniknya gak ada. Kendala yang dihadapi dalam hal ini yang pengennya kami menyuluh menggunakan
LCD
namun
sampai
saat
ini
belum
bisa
terealisasikan karena minimnya fasilitas penyuluhan”. (wawancara 15 September 2009).
lxviii
Sedangkan metode yang berdasarkan kondisi psiko sosial sasaran yang digunakan penyuluh di Desa Jati yaitu dengan melalui pendekatan kelompok. Ini dibuktikan melalui pertemuan-pertemuan rutin yang diadakan setiap bulannya yaitu pada saat penyuluhan itu sendiri penyuluh mendatangi langsung masing-masing kelompok tani. Perencanaan penyuluhan yang dilakukan penyuluh di Desa Jati kemudian dituangkan dalam Rencana Kegiatan Penyuluh Pertanian (RKPP) Desa Jati. Di dalam RKPP tertuang semua point-point perencanaan di atas yang meliputi analisis keadaan, masalah yang telah diidentifikasi, tujuan penyuluhan, metode penyuluhan, sasaran penyuluhan, serta dana yang akan digunakan. Dengan adanya RKPP maka ini mengindikasikan bahwa perencanaan penyuluhan yang dilakukan penyuluh Desa Jati memang sudah direncanakan secara matang.
B. Pelaksanaan penyuluhan Pelaksanaan penyuluhan pertanian merupakan tahapan kedua setelah dilakukan perencanaan. Pelaksanaan penyuluhan harus disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Keberhasilan dari pelaksanaan penyuluhan bisa dilihat dari hasil yang akan dicapai setelah sasaran menerapkan apa yang disampaikan dalam pelaksanaan penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan. Komponen tersebut antara lain : a. Materi Kegiatan Penyuluhan Materi merupakan komponen utama yang wajib dikuasi oleh seorang penyuluh. Karena dengan materi itulah nantinya seorang penyuluh bisa memberikan informasi kepada sasaran. Materi penyuluhan sendiri sebenarnya juga sudah diatur dalam UU No 16 Tahun 2006 pada Bab VII tentang penyelenggaraan yakni pada bagian ketiga pasal 27 dan 28. Yang berisi sebagai berikut :
lxix
Pasal 27 1. Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumber daya pertanian, perikanan, dan kehutanan. 2. Materi penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi, manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan. Pasal 28 1. Materi penyuluhan dalam bentuk teknologi tertentu yang akan disampaikan kepada pelaku utama dan pelaku usaha harus mendapat rekomendasi dari lembaga pemerintah, kecuali teknologi yang bersumber dari pengetahuan tradisional. 2. Lembaga pemerintah pemberi rekomendasi wajib mengeluarkan rekomendasi segera setelah proses pengujian dan administrasi selesai. 3. Teknologi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh menteri. 4. Ketentuan mengenai pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemilihan materi penyuluhan di Desa Jati dilakukan oleh penyuluh berdasarkan hasil dari analisis dan identifikasi situasi dan kondisi yang telah dilakukan. Seperti yang telah diungkapkan oleh informan kunci Ibu Anna Maria Handariyati bahwa : ”pemilihan materi disesuaikan dengan analisis terus ditulis di buku harian penyuluh. Materi hanya dibuat point-pointnya saja nanti pada saat penyuluhan baru dikembangkan”. (wawancara 15 September 2009). Selanjutnya materi dituangkan ke dalam tulisan namun hanya berupa point-point saja yang selanjutnya akan dikembangkan lagi pada saat penyuluhan berlangsung. Hal ini mengindikasikan bahwa materi tidak
lxx
harus dituangkan dalam bentuk tulisan secara lengkap. Namun cukup point penting saja yang dirasa penyuluh penting. Materi disesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan sasaran saat itu. Materi penyuluhan yang disuluhkan tidak hanya diambil dari analisis saja atau bersumber dari sasaran saja. Namun materi juga bisa berasal dari programa penyuluhan baik dari daerah maupun pusat. Programa penyuluhan adalah suatu pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Penyusunan programa penyuluhan untuk penyuluhan di Desa Jati meliputi beberapa tahapan. Seperti yang telah diungkapkan mantri tani BPP Jaten Ibu Anna Maria bahwa tahapan tersebut antara lain : 1. Tahap I: Penetapan keadaan Keadaan, adalah fakta-fakta yang ditunjukkan oleh data pada saat akan disusunnya suatu program. Data terdiri atas data aktual dan data potensil. Data aktual merupakan data yang nyata saat itu; Data potensial merupakan data yang mungkin akan dicapai. Dalam tahap ini dilakukan dengan melihat potensi sasaran antara lain potensi Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia serta program intensifikasi atau programa penyuluhan yang pernah dilaksanakan. 2. Tahap II: Penetapan masalah Masalah, adalah faktor-faktor
penyebab keadaan tidak
memuaskan. Masalah diidentifikasi dengan menggunakan wawancara dengan kuesioner yang ditujukan kepada sasaran penyuluhan. 3. Tahap III: Penetapan tujuan Tujuan, adalah pernyataan pemecahan masalah atau pernyataan apa yang ingin dicapai. Tujuan ada dua yaitu tujuan program dan tujuan kegiatan. Tujuan program merupakan pernyataan secara umum apa yang ingin dicapai, sedangkan tujuan kegiatan merupakan pernyataan secara khusus apa yang ingin dicapai.
lxxi
4. Tahap IV: Penetapan cara mencapai tujuan Cara mencapai tujuan adalah penyususnan suatu rencana kegiatan yang bentuknya berupa sebuah daftar tentang: a. masalah khusus b. tujuan kegiatan c. metode d. lokasi e. unit f. frekuensi g. volume Yang penting dalam hal ini adalah penetapan metode penyuluhan pertanian yang tepat, yang akan digunakan dalam mencapai tujuan. b. Tempat Pelaksanaan Penyuluhan Desa Jati merupakan desa yang memiliki 3 kelompok tani. Sehingga kegiatan penyuluhan dilakukan di 3 kelompok tani tersebut. Kelompok tani tersebut antara lain Kelompok Tani Mbangun Coro, Kelompok Tani Rukun Makarti dan Kelompok Tani Rukun Makaryo. Ketiga kelompok tani tersebut dulunya ditangani oleh penyuluh lapang yang bernama Ibu Anna Maria Handariyati. Namun sekarang Ibu Anna telah menjabat menjadi kepala BPP di kecamatan Jaten. Sehingga sekarang penyuluh yang bertugas khusus di Desa Jati adalah Ibu Indri Saptaningsih yang merupakan penyuluh kontrak atau Tenaga Harian Lepas (THL). Tempat pelaksanaan penyuluhan di Desa Jati dilakukan di dalam ruangan (in door) dan terkadang dilaksanakan di luar ruang atau di lapang (out door). Seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu Indri Saptaningsih selaku penyuluh yang sekarang bertugas di Desa Jati : ”penyuluhan biasa dilaksanakan di dalam ruangan di salah satu rumah pengurus atau anggota kelompok tani namun terkadang dilaksanakan juga di luar ruangan seperti di sawah. Penyuluhan di Kelompok Tani Mbangun Coro dilaksanakan di rumahnya Bapak
lxxii
Mulyono, Kelompok Tani Rukun Makaryo di rumahnya Bapak Sriyono, sedangkan Kelompok Tani Rukun Makarti di rumah Bapak Suwanto”. (wawancara 27 Agustus 2009). Pelaksanaan penyuluhan yang berada di dalam ruang (in door), tempat pelasanaannya berada di masing-masing pos kelompok tani yang meliputi 3 dusun antara lain Dusun Jati, Dusun Ndukuh dan Dusun Pundungrejo. Kelompok Tani Mbangun Coro bertempat di Dusun Jati. Pos Kelompok Tani Mbangun Coro berada di rumah Bapak Mulyono yang bertugas sebagai bendahara kelompok tani tersebut. Yang kedua adalah Dusun Ndukuh yang merupakan tempat bagi Kelompok Tani Rukun Makarti. Yang pelaksanaannya dilakukan di rumah Bapak Suwanto yang bertindak sebagai Ketua Kelompok Tani Rukun Makarti. Sedangkan Kelompok Tani Rukun Makaryo bertempat di Dusun Banaran. Pelaksanaan kegiatan penyuluhannya dilakukan di rumah Bapak Sriyono. Tempat pelaksanaannya pun cukup sederhana. Hanya dilakukan di dalam rumah salah seorang pengurus yang telah ditunjuk serta hanya menggunakan meja dan kursi-kursi yang disediakan bagi para undangan dan bagi penyuluh. Dengan disajikan hidangan dan minuman yang kemudian diselingi dengan penyuluhan yang langsung diberikan oleh penyuluh setempat. Sedangkan tempat pelaksanaan yang berada di luar ruangan (out door) dilakukan di sawah. Hal ini dilakukan jika ada proyek atau program penyuluhan dari pemerintah seperti program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). c. Waktu Pelaksanaan Penyuluhan Penyuluhan di Desa Jati dilaksanakan setiap bulannya sekali secara rutin. Masing-masing kelompok tani telah memiliki jadwal penyuluhan sendiri-sendiri. Untuk Kelompok Tani Mbangun Coro setiap tanggal 5, Kelompok Tani Rukun Makaryo setiap tanggal 15, sedangkan Kelompok Tani Rukun Makarti setiap tanggal 1. Namun penetapan waktu tersebut terkadang bisa berubah sesuai dengan kesepakatan bersama dari penyuluh dan sasaran. Hal ini bisa terjadi dikarenakan ada kesibukan antara
lxxiii
penyuluh maupun dari pihak sasaran. Seperti yang telah diungkapkan oleh Ketua Kelompok Tani Rukun Makaryo Bapak Suyanto : ”yang pasti tanggal 15 dalam setiap bulannya kecuali jika ada kesibukan lain dari penyuluh maupun dari anggota ataupun pengurus kelompok tani maka acara penyuluhan diundur sesuai kesepakatan bersama”. (wawancara 26 Agustus 2009). Juga diungkapkan pula oleh penyuluh Desa Jati Ibu Indri Saptaningsih : ”penyuluhan dilaksanakan setiap bulan masing-masing kelompok beda tanggalnya. Untuk Kelompok Tani Mbangun Coro setiap tanggal 5, Kelompok Tani Rukun Makaryo setiap tanggal 15, sedangkan Kelompok Tani Rukun Makarti setiap tanggal 1. Namun penetapan tanggalnya terkadang bisa mengalami perubahan jika ada keperluan yang mendadak dari salah satu pihak baik dari pihak penyuluh maupun dari kelompok tani”. (wawancara 27 Agustus 2009). Hal tersebut terjadi saat peneliti melakukan observasi. Pelaksanaan penyuluhan tidak sesuai dengan penetapan tanggal yang telah ditetapkan yaitu tanggal 1, 5 dan 15. Peneliti melakukan observasi mulai pada bulan Agustus tahun 2009. Ternyata didapatkan bahwa penyuluhan di Desa Jati mengalami kevakuman karena banyaknya kegiatan yang dilakukan penyuluh dan pejabat pemerintah setempat dalam persiapan menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) RI. Sehingga di bulan Agustus penyuluhan belum sempat diadakan. Kemudian memasuki bulan September tahun 2009. Penyuluhan pun mengalami kendala dan tidak dilakukan penyuluhan pula di bulan ini. Hal ini karena di bulan September tahun 2009 bertepatan dengan Bulan Suci Ramadhan. Sehingga banyak penduduk Desa Jati dan penyuluh Jati yang berpuasa. Hal ini menjadikan pelaksanaan penyuluhan diundur sampai Bulan Suci Ramadhan berakhir. Memasuki bulan Oktober tahun 2009. barulah kegiatan penyuluhan mulai dilaksanakan. Namun pelaksanaannya pun tidak sesuai dengan penetapan kesepakatan tanggal yang sudah ditetapkan sesuai dengan rencana kegiatan penyuluhan yaitu
lxxiv
setiap tanggal 1, 5 dan 15. Pelaksanaan penyuluhan baru diselenggarakan pada minggu-minggu terakhir bulan Oktober tahun 2009. Hal ini dikarenakan dari pihak penyuluh mengalami banyak kesibukan. d. Petugas Yang Melakukan Penyuluhan Penyuluh pertanian dalam UU Nomor 16 Tahun 2006 BAB I tentang ketentuan umum pada pasal 1 nomor 19, 20 dan 21 dibagi menjadi 3 antara lain : 1. Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. 2. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. 3. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. Petugas penyuluh yang melakukan penyuluhan di Desa Jati adalah Penyuluh Pertanian Lapang (PPL). Dimana PPL memiliki tugas yaitu: 1. mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi petani, nelayan dan keluarganya dalam berusahatani. 2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya yang dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam penetapan materi penyuluhan pertanian. 3. Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian 4. Menggali dan mengembangkan sumber daya. 5. Mengembangkan
swadaya
dan
swakarsa
petani
nelayan
dan
keluarganya. 6. Mengikhtiarkan kemudahan bagi para petani, nelayan dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian.
lxxv
7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani, nelayan da keluarganya dalam penerapan berbagai teknologi produksi, teknologi pasca panen, teknologi pengolahan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi. 8. Menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikasi. PPL sendiri masih dibagi menjadi dua golongan antara lain: 1. PNS Yaitu tenaga penyuluhan pertanian yang sudah masuk dalam jabatan Pegawai Negeri Sipil. 2. THL (Tenaga Harian Lepas)/ TBPP (Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian) Yaitu tenaga penyuluhan pertanian yang masih berstatus kontrak. PPL yang bertugas di Desa Jati sekarang adalah Ibu Indri Saptaningsih yang mana statusnya adalah masih sebagai penyuluh kontrak atau Tenaga Harian Lepas. Sedangkan yang sudah lama bertugas di Desa Jati adalah Ibu Anna Maria Handariyati yang dulu adalah PPL Desa Jati namun sekarang telah diangkat menjadi Kepala BPP Jaten. Pada saat penyuluhan dilaksanakan peneliti menjumpai bahwa Kepala BPP Ibu Anna Maria masih menemani Ibu Indri sebagai penyuluh Jati dalam melaksanakan penyuluhannya. Hal ini dikarenakan status Ibu Indri yang masih dalam kategori penyuluh kontrak dan belum lama bertugas di Desa Jati. Jadi pengalaman penyuluh dalam hal ini adalah faktor utama yang mendasarinya. Selain dari pengalaman faktor image penyuluh di mata petani sasaran juga sangat berpengaruh. Hal ini diungkapkan oleh beberapa petani di Jati bahwa jika penyuluhan tidak dihadiri oleh Ibu Anna maka para petani merasa ada yang kurang dan kurang berani untuk mengungkapkan permasalahannya pada penyuluh yang lain. Hal ini sangat wajar karena Ibu Anna yang sekarang menjabat sebagai Kepala BPP Jaten telah menjadi penyuluh di Desa Jati sudah cukup lama sehingga para petani di Desa Jati lebih terbiasa dengan Ibu Anna dibanding dengan penyuluh lain.
lxxvi
e. Sistem Kerja Penyuluhan Sistem kerja penyuluhan di Desa Jati menerapkan teori dan juga praktek. Teori diberikan pada saat pertemuan penyuluhan berlangsung. Yaitu pada saat penyuluhan yang dilakukan setiap bulan di masing-masing kelompok tani. Pemberian teori diberikan kepada sasaran dengan maksud agar memberikan pemahaman dari materi yang disampaikan. Sehingga dengan pemberian materi ini diharapkan perubahan pengetahuan dari sasaran penyuluhan bisa terjadi peningkatan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Selanjutnya untuk lebih memperdalam pemahaman dari teori yang telah diberikan, maka praktek dari teori tersebut terkadang dilaksanakan di lapang. Dilakukan praktek jika materi yang disuluhkan memang diperlukan praktek di lapang untuk lebih memperjelas teori seperti kegiatan demplot, SLPHT, dan kegiatan lain yang membutuhkan praktek. Dengan adanya praktek di lapang ini diharapkan akan terjadi perubahan ketrampilan dari sasaran. Dari yang semula tidak mampu menjadi mampu. Penentu keberhasilan dari pelaksanaan kinerja penyuluhan di Desa Jati sendiri tidak lepas dari kemampuan penyuluh itu sendiri. Untuk menciptakan kemampuan penyuluh yang baik maka di Desa Jati menerapkan teknik latihan dan kunjungan. Yang mana teknik ini merupakan transformasi dari sistem latihan dan kunjungan (LAKU) yang sempat menjadi sistem kerja penyuluhan di masa dulu. Namun sekarang sistem LAKU sudah tidak digunakan lagi. Latihan dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan melatih para penyuluh. Latihan tersebut diberi nama training penyuluh. Trainingnya diikuti oleh penyuluh-penyuluh dari 5 kecamatan yang dikumpulkan menjadi satu. Tempat pelaksanaannya berada di BPP Kebakkramat. Untuk topik yang memutuskan juga dari 5 kecamatan tersebut. Pihak yang memberikan pelatihan berasal dari tingkat kabupaten BP4K (Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan). Materi dari Latihan disesuaikan dengan topic of training yang mana topik tersebut ditentukan sebelum tahun anggaran baru. Kunjungan yaitu penyuluh
lxxvii
berkunjung setiap minggu dari senin sampai kamis ke kelompok tani atau GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani). Untuk Kunjungan penyuluh sekarang berkantor di poslohdes (pos penyuluhan desa) yaitu di Balai Desa.
C. Hasil Penyuluhan Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan perubahan. Perubahan yang terjadi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi sasaran penyuluhan. Perubahan tersebut meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak mau menjadi mau, memanfaatkan kesempatankesempatan yang diciptakan. Ketrampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Penyuluhan yang dilakukan di Desa Jati sendiri telah memberikan perubahan. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang informan yang merupakan ketua kelompok tani rukun makarti Bapak Suwanto: ”dengan adanya penyuluhan selama ini ya telah ada perubahan. Hasil produktivitas pun cukup meningkat dibandingkan 3 tahun yang lalu sebelum ada penyuluhan”. (wawancara 1 September 2009). Hasil penyuluhan yang telah di capai kemudian oleh penyuluh ditulis dalam Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Seperti yang telah diungkapkan oleh informan kunci yaitu Ibu Anna : ”ditulis dalam Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Selain itu juga dalam pertemuan dirembugkan lagi apa saja yang telah dicapai dengan sasaran”. (wawancara 15 September 2009). Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian merupakan laporan yang dibuat oleh penyuluh dalam akhir bulan setelah melaksanakan kegiatan penyuluhan. Dalam laporan hasil kegiatan penyuluhan berisi tentang point-point antara lain
lxxviii
kegiatan yang telah dilakukan, waktu pelaksanaan penyuluhan, tempat tujuan penyuluhan, jumlah kehadiran peserta penyuluhan dan hasil yang telah dicapai. Laporan hasil dibuat oleh masing-masing penyuluh yang diberikan tugas menyuluh di wilayah kerja penyuluhan. Laporan hasil akan memberikan gambaran bagi penyuluh terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan. Pengetahuan dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan di Desa Jati oleh penyuluh dilihat dari hasil yang telah dicapai. Dan hasil dapat tercapai bila sasaran penyuluhan mau memiliki sikap untuk menerapkan apa yang telah disampaikan dalam penyuluhan. Apabila hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan dari penyuluhan yang ditetapkan maka penyuluh menganggap telah terjadi perubahan pengetahuan dan ketrampilan dari sasaran penyuluh. Hal ini karena petani telah mengambil sikap untuk mau menerapkan apa yang telah disampaikan dalam penyuluhan sehingga hal ini akan mempengaruhi pengetahuan dari sasaran. Ketrampilan akan dibuktikan pada saat sasaran melaksanakan kegiatan dari informasi yang telah disampaikan penyuluh. Ketrampilan sasaran penyuluhan akan meningkat ketika sasaran juga mempraktekannya di lapang. Jika dilihat dari hasil yang telah dicapai dalam penyuluhan di Desa Jati maka di Desa Jati telah terjadi perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal ini berarti jika dihubungkan dengan teori maka telah sesuai.
D. Evaluasi Penyuluhan Evaluasi merupakan tahap akhir dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Evaluasi dibutuhkan untuk perbaikan dari pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalam penyuluhan, evaluasi dibutuhkan karena kegiatan penyuluhan dilakukan tidak cukup hanya sekali kegiatan kemudian selesai. Akan tetapi kegiatan penyuluhan diharapkan dapat dilakukan secara continue atau berkelanjutan. Sehingga untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan yang lebih baik di masa mendatang maka evaluasi sangat penting untuk dilakukan.
lxxix
Ceepersad dan Handerson (Ibrahim, et al., 2003) menyebutkan bahwa ada beberapa alasan yang menyatakan perlunya evaluasi dalam proses penyuluhan yaitu: 1. Evaluasi memberikan petunjuk dan mengarahkan tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Evaluasi penting dilakukan untuk melihat manfaat dari implementasi programa penyuluhan secermat mungkin. Evaluasi formal penyuluhan pertanian dapat mengurangi efek-efek bisa penilaian. 2. Evaluasi dapat membantu pelaksanaan-pelaksanaan proyek yang sedang berlangsung. Informasi-informasi yang diperoleh dari evaluasi dapat digunakan untuk memodifikasi atau menyesuaikan bagian-bagian tahapan programa penyuluhan pertanian. 3. Evaluasi dapat digunakan sebagai dasar perencanaan program di masa yang akan datang. 4. Evaluasi formal yang terukur secara jelas diperlukan untuk memperoleh sumber-sumber pembiayaan dari luar. 5. Evaluasi formal menjamin hubungan-hubungan fungsional dengan lembaga lainnya dapat dilakukan secara lancar. 6. Evaluasi formal sangat diperlukan dalam membuat keputusan secara sistematis
guna
mengembangkan
sikap
profesionalisme
penyuluh
pertanian. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Yang mana dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Evaluasi Proses Evaluasi
proses
adalah
evaluasi
yang
dilakukan
untuk
mengevaluasi seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilakukan. Di Desa Jati, evaluasi proses dilakukan melalui musyawarah antara penyuluh dengan sasaran yang dilakukan saat pertemuan. Yang dievaluasi dalam evaluasi proses dalam hal ini adalah mengevaluasi jalannya kegiatan penyuluhan yang ada di Desa Jati. Evaluasi dilakukan saat penyuluhan berlangsung. Evaluasi dilakukan terhadap kegiatan penyuluhan yang telah selesai sebelumnya.
lxxx
Penyuluh mengevaluasi dari jalannya kegiatan penyuluhan yang telah berlangsung dengan melihat dari jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan penyuluhan. Penyuluh menanyakan kepada para petani yang sebelumnya tidak datang untuk dimintai keterangan alasan kenapa tidak menghadiri kegiatan penyuluhan. Selain itu evaluasi juga dilakukan pada hasil yang telah dicapai masing-masing petani peserta penyuluhan yang telah menerapkan apa yang telah disuluhkan. Seperti diungkapkan oleh PPL Desa Jati Indri Saptaningsih : ”evaluasi dilakukan dengan bersumber dari laporan dari sasaran yang kemudian akan dicatat dalam catatan tertulis”. (wawancara 27 Agustus 2009). Juga diungkapkan oleh salah satu ketua kelompok tani Desa Jati Bapak Suwanto : ”evaluasi dilakukan saat pertemuan jadi hasil-hasil yang telah dipraktekkan para petani diulas kembali bagaimana hasilnya. Selain itu juga ada dokumen tertulis entah dari dinas pertanian atau penyuluh sendiri”. (wawancara 1 September 2009). 2. Evaluasi Hasil Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai. Evaluasi hasil yang dilakukan di Desa Jati dilakukan penyuluh dengan berpedoman pada laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian yang telah dibuat oleh penyuluh. Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian dibuat berdasarkan laporan tertulis dari sasaran penyuluhan. Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian berisi tentang nama kegiatan
atau
tema
saat
penyuluhan,
waktu
diselenggarakannya
penyuluhan, tempat tujuan, jumlah yang hadir dalam penyuluhan, serta hasil dari penyuluhan itu sendiri. Dari laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian itulah, penyuluh akan dapat mengidentifikasi kembali atau meninjau ulang balik apa saja yang masih kurang atau tidak sesuai dengan perencanaan dan tujuan penyuluhan. Evaluasi yang didapat kemudian
lxxxi
sebagian dirundingkan kembali dengan sasaran penyuluhan saat pertemuan berikutnya. Hal itu dilakukan untuk keberhasilan kegiatan penyuluhan kedepan serta agar masalah-masalah yang belum terselesaikan dapat dicapai sesuai tujuan. Karena kegiatan penyuluhan di Desa Jati dilaksanakan secara berlanjut (continue) sehingga kegiatan penyuluhan yang akan datang diharapkan lebih baik dari kegiatan penyuluhan sebelumnya. Jika dilihat dari proses evaluasi di Desa Jati baik evaluasi proses maupun hasil, maka bisa dikategorikan evaluasi di atas termasuk juga ke dalam evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Taylor (Ibrahim et al., 2003) mengungkapkan bahwa evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang berusaha mengidentifikasi dan memperbaiki pelaksanaan programprogram dalam jangka pendek. Dengan demikian evaluasi ini dilaksanakan sebelum program tersebut berakhir atau selama program tersebut berjalan. Hal ini sesuai dengan evaluasi proses dimana penyuluh melakukan evaluasi terhadap jalannya proses atau programa penyuluhan. Evaluasi yang dilakukan di Desa Jati sendiri sudah sesuai dengan teori dari evaluasi ini. Evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang ditujukan untuk menilai hasil akhir dari pelaksanaan program-program penyuluhan. Jadi evaluasi sumatif dilakukan setelah suatu program telah berkhir. Hal ini juga sesuai dengan evaluasi hasil yang dilakukan penyuluh di Desa Jati. Penyuluh mengevaluasi dengan melihat dari hasil yang telah dicapai dari laporan hasil kegiatan penyuluhan. Evaluasi dilakukan sendiri oleh penyuluh yang bertugas di Desa Jati. Sehingga dalam hal ini penyuluh bertindak juga sebagai evaluator. Evaluasi yang dilakukan di Desa Jati hanya penyuluh catat dalam buku harian penyuluh saja tidak dituangkan dalam catatan resmi atau formal khusus laporan evaluasi. Dengan adanya laporan khusus evaluasi, diharapkan penyuluh akan lebih mudah mengidentifikasi program mana saja yang belum tercapai sesuai tujuan dari penyuluhan.
lxxxii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perencanaan penyuluhan pertanian di Desa Jati meliputi analisis situasi dan khalayak, kebijakan pemerintah dalam kegiatan penyuluhan, pembiayaan penyuluhan serta pemilihan metode, teknik, alat bantu dan alat peraga penyuluhan. Kesemua hal tersebut kemudian dituangkan dalam Rencana Kegiatan Penyuluh Pertanian (RKPP). 2. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati dilaksanakan dengan menggunakan materi yang disesuaikan dengan kondisi lapang sasaran, tempat pelaksanaanya dilakukan di dalam ruangan (in door) ataupun di luar ruangan (out door). Penyuluhan dilaksanakan di Kelompok Tani Mbangun Coro, Rukun Makarti dan Rukun Makaryo. Dan pelaksana penyuluhannya yaitu dari penyuluh Jati yaitu Ibu Indri dan Kepala BPP Jaten yaitu Ibu Anna. Metode yang digunakan adalah tatap muka langsung dan teknik kunjungan dan demonstrasi. Sedangkan alat bantu yang digunakan yaitu lembar persiapan penyuluh, sarana ruangan dan alat tulis. Alat peraga yang digunakan adalah leaflet. 3. Penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di Desa Jati telah dapat memberikan perubahan bagi kesejahteraan sasaran penyuluhan di Desa Jati. Perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan di Desa Jati oleh penyuluh dilihat melalui laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian yang penyuluh buat di akhir bulan setelah penyuluhan. 4. Proses evaluasi yang dilakukan di Desa Jati ada dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan melalui musyawarah antara penyuluh dengan sasaran yang dilakukan saat pertemuan. Yang dievaluasi dalam evaluasi proses dalam hal ini adalah mengevaluasi jalannya 74 lxxxiii
kegiatan penyuluhan yang ada di Desa Jati. Sedangkan evaluasi hasil dilakukan oleh penyuluh dengan melihat dari laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian.
B. Saran 1. Pemilihan alternatif metode dan teknik penyuluhan perlu penyuluh lakukan dan cantumkan dalam rencana kegiatan penyuluh agar apabila penerapan metode dan teknik ternyata tidak sesuai rencana maka dapat diganti dengan metode yang lain. Sehingga kegiatan penyuluhan masih bisa tetap berjalan. 2. Pelaksanaan penyuluhan di Desa Jati akan lebih baik lagi jika pertemuan penyuluhannya ditingkatkan dari sebulan sekali menjadi satu atau dua minggu sekali. Hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi yang lebih cepat sehingga masalah yang dihadapi lebih cepat ditanggapi dan tujuan pun tercapai. 3. Hasil yang dicapai dalam penyuluhan yang biasanya dituangkan dalam laporan hasil kegiatan penyuluhan akan lebih baik jika diklasifikasikan lagi dalam tiga aspek meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Sehingga akan memudahkan penyuluh untuk bisa lebih fokus dan terarah dalam mengidentifikasi hal mana yang belum sesuai tujuan. 4. Dalam proses evaluasi akan lebih baik jika dibuat laporan khusus untuk evaluasi secara tertulis. Sehingga hal ini akan dapat membedakan antara laporan hasil kegiatan penyuluhan dan laporan evaluasi. Dengan dibuatnya laporan evaluasi maka diharapkan nantinya akan dapat diketahui masalahmasalah atau hal-hal mana saja dari hasil yang kurang memuaskan yang belum sempat untuk dilakukan evaluasi atau perbaikan dari masalah tersebut.
lxxxiv
DAFTAR PUSTAKA
Allahyari, M.S., 2009. Reorganization of Agricultural Extension toward Green Agriculture. Terdapat pada http://www.google.co.id/url?sa = t&source = web & ct = res & cd = 12&ved = 0 CAoQFjABOAo&url = http%3A%2F%2Fwww.scipub.org%2Ffulltext%2FAJAB%2FAJAB421 05109.pdf&rct=j&q=agriculture+extension+.pdf&ei=836ESWgO9CvrA fV29GJAw&usg=AFQjCNEnvhgtEr58iF4GdnGEtolHERgHhg. Diakses tanggal 24 Februari 2010. Anonima, 2009. Proses. Terdapat pada http://id.wikipedia.org/wiki/Proses. Diakses tanggal 25 februari 2010. Anonimb,
2010. Perencanaan. Terdapat pada http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan. Diakses tanggal 20 April 2010.
Bungin, B., 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Departemen Kehutanan, 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Terdapat pada http://www.deptan.go.id/bpsdm/uu.pdf. Diakses tanggal 5 Desember 2009. Ibrahim, J.T., A. Sudiyono, dan Harpowo, 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. Bayumedia Publishing dan UMM Press, Malang. Iqbal, M., 2007. Analisis Peran Pemangku Kepentingan dan Implementasinya Dalam Pembangunan Pertanian. Terdapat pada http://www.pustakadeptan.go.id/publikasi/p3263071.pdf. Diakses tanggal 24 maret 2010. Kartasapoetra, A.G., 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Lababa, D. 2008. Evaluasi Program: Sebuah Pengantar. Terdapat pada http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-programsebuah-pengantar.html. Diakses tanggal 20 April 2010. Mangunwidjaja, D. dan I. Sailah, 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Bogor. Mardikanto, T., 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press, Surakarta.
lxxxv
____________, 1994. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian. UNS Press, Surakarta. ____________, 2009. Membangun Pertanian Modern. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press), Surakarta. Mardikanto, T. dan A. Wijianto, 2005. Metode dan Teknik Penyuluhan. Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian UNS, Surakarta. Miller, D., 2006. Building a new agricultural research and extension system In afghanistan: initial thoughts. Terdapat pada http://www.google.co.id/ url? Sa = t & source = web & ct = res & cd = 22 & ved = 0CAsQFjABOBQ&url = http % 3A % 2F% 2F www.usaid.gov% 2Flocations%2Fasia%2Fdocuments%2Fcountries%2Fafghanistan%2Fra mp%2FAgExtension_concepts_Feb142006.pdf&rct=j&q=agriculture+e xtension+.pdf&ei=0H-ES8mLM8HBrAePt63nAg&usg = AFQjCNfo DwH1 Gh3 bicgo FwMakb06IfHrZg. Diakses tanggal 24 Februari 2010. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. LP3S, Jakarta. Neuchatel Group, 1999. Common framework On agricultural extension. Terdapat pada http://www.neuchatelinitiative.net/images/cf_en.pdf. Diakses tanggal 22 Februari 2010. Pratama,
L.H., 2008. Perencanaan. Terdapat pada http://trustco.or.id/perencanaan.htm. Diakses tanggal 20 April 2010.
Qamar, M.K., 2005. Modernizing national agricultural Extension systems: A practical guide for policy-makers of Developing countries. Terdapat pada http :// www. google.co.id / ur l? Sa = t& source = web&ct = res&cd =3&ved = 0CBUQFjAC&ur = ftp%3A%2F % 2Fftp.fao.org % 2Fdocrep %2Ffao % 2F008 % 2Fa0219e%2Fa0219e00.pdf&rct = j&q =agriculture+extension+pdf&ei=fXuES7CrKYW1rAeU_ZiNAw&usg =AFQjCNFynkTpoRsIaR3ChWKIIhg-9ReS7w. Diakses tanggal 24 Februari 2010. Rejeki, M.C.N.S dan F.A. Herawati, 1999. Dasar-Dasar Komunikasi Untuk Penyuluhan. Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta. Saptana dan Ashari, 2007. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha. Terdapat pada http://www.pustakadeptan.go.id/publikasi/p3264071.pdf. Diakses tanggal 24 Maret 2010. Sastraatmadja, E., 1993. Penyuluhan Pertanian: Falsafah, Masalah dan Strategi. Penerbit Alumni, Bandung. Strauss, A. dan J. Corbin, 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
lxxxvi
Suhardiyono, L., 1992. Penyuluhan: Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga, Jakarta. Sutopo, H.B., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. UNS Press, Surakarta. Usman, H. dan P.S. Akbar, 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara, Jakarta. Van den Ban, A.W. dan H.S. Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Yogyakarta. Wakhinuddin, 2009. Definisi Evaluasi (Dalam Konteks Program dan Pendidikan). Terdapat pada http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/definisi-evaluasi. Diakses tanggal 20 April 2010. Wisnusaputra, H.M., 2006. Pembangunan Pertanian, Pedesaan dan Pendidikan. Yayasan Pangeran Aria Adipati Ewangga, Jakarta.
lxxxvii