PROSES PENGEMBANGAN LIFE SKILL ANAK JALANAN DI SEKOLAH MASTER DEPOK
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : Muhammad Fariid NIM : 1111054000003
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JAKARTA 2016 M / 1437 H
PROSES PBNGEMBANGAN LIFE SKILL ANAI( JALANAN DI SEKOLAII MASTER DEPOK
Skripsi ini
Diajukan kepada lrakultas f)akrvah dan I(omunikasi untulc mernenuhi persayaratan mer.nperoIeh Gelar Sadana Komunikasi Islarn (S.I(OM.I)
Disusun Oleh: Muhammad Fariid
NrM. 1111054000003
Pembimbing
Muhtpdi, M.Si
NIP. 1975060120114
11
1001
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAI(ARTA 1437 H/201s
M
.
I'IINGIi,SAHAN PANIT I A Skripsi beri Lrclul I'IiNGENIIIANGAN
I-
IF
[,].I
Ii
[T\N
S K I I-
L i\N.'\ I(,1,\l-,\N.\N
DI SEKOLAH N{ASI'IiR DEPOK telah dia.lLrkan dalarn siclang
\,ltinaclasvalt
Fakultas Ilmu Dal<wah dan ilmr-r I(oninnikasi UIN S1'ari1' IliclatittLrilith .laliarta pada ltabr,r.30 Dcsentbcr 2015. Skripsi
ini telah clitcrinra scbagai salair slitt-t svaral
rlemperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islanr (S.l(onr.l) pada l'r'o9r'atl
StLrcli
Pengembangan Masyarakat Islam. .Ial<arta.
1
i
.ianLiari 2016
Siclang N4r"tnaqasvah
Ketria Sidarng
Ir4. I-ludri. \'1.r\
NIP. l 9720606 199803
NrP.'19710s20 199903 2 002
i
003
Anggota Penguji I
PerrgLr
ji
*v MLrlkanasir. RA.S.Pd. \{NI NIP. 19s5010i 1983021 101 I-1.
Dr. Tar-rtar-r)Hermansyah. M. S i NIP. 19760617 2005011 006
ng
Muhtadi. M.Si
NrP. 191506012 01141 1l 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang, diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar starata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Desember 2015
Muhammad Farid
ABSTRAK Muhammad Farid Proses Pengembangan Life Skill Anak Jalanan di Sekolah Master Depok Penaganan anak jalanan merupakan tanggung jawab Pemerintah. Sehingga penanganan pemerintah dianggap kurang maksimal. Penanagan anak jalanan kini oleh non-pemrintah, lembaga-lembaga ini bergerak untuk berbagai kegiatankegiatan sosial. Dari sini mulai banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau yayasan yang menampung anak jalanan, guna memperbaiki pendidikan dan pola hidup anak jalanan. Mereka mngadakan berbgai program,mulai dari ekstrakulikuler hingga sekolah formal dan life skill. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana proses yang berlangsung dalam penanganan anak jalanan, melalui program life skill. Melalui observasi diketahui bahwa permasalahan jalanan ini adalah: jauh dari orang tua, tidak memiliki biaya, dan tidak memiliki pendidikan. adapun peran yayasan bertindak menanggulangi anak jalana tersebut, mulai dari proses, faktor pendukung serta penghambatnya. Di sekolah Master, program pelatihan life skill ini, diawali dari keprihatinan terhadap anak-anak marjinal yang tidak bisa mengakses kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan mereka. Dengan tujuan untuk mendidik anak-anak marjianl menjadi cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi pekerti atau berakhlakul karimah, dan punya daya saing tinggi. Dalam pelatihan life skill ini, sekolah Master menyediakan beberapa, pelatihan, yakni pelatihan komputer, musik, dan wirausaha. Dalam menjalankan pelatihan tersebut, dilaksanakannya beberapa proses, pendekatan terhadap anak jalanan, identifikasi permasalahan dan kebutuhan anak jalanan, perencanaan program, penyiapan sarana dan prasarana, penyiapan SDM, hingga pelaksanaan program-program pelatihan tersebut. Dengan demikian Sekolah Master telah menjalankan proses pengembangan life skill anak jalanan.
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat beserta salam senantiasa terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya amin. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Judul yang penulis ajukan adalah “Proses Pengembangan Life Skill Anak Jalanan di Sekolah Master Depok”. Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini tidak luput dari bantuan, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negri Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, MA. 2. Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Ibu Wati Nilamsari, M.Si, yang selalu menasihati, mendukung, dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaikan skripsi ini. 3. Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam bpk. Hudri, M.Ag yang telah membantu secara administratif dalam memperlancar proses penulisan skripsi ini. 4. Segenap
dosen
jurusan
Pengembangan
membimbing saya dalam perkuliahan.
ii
Masyarakat
Islam
yang
5. Bpk. Muhtadi M.Si, selaku pembimbing dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Selalu sabar menghadapi saya, selalu menyemangati saya, meluangkan waktu untuk membimbing saya. Semoga Allah melancarkan beliau dalam meraih gelar Doktor. 6. Teruntuk orang tua tercinta Ayah H. Ahmad bin H. Syarbini dan Umi Hj. Muslihah binti H. Murtani, yang merawat dan membesarkan saya, yang selalu mendoakan saya, yang kerap kali emosi melihat kebandelan saya, yang tiada hentinya menyemangati saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan kepada beliau. 7. Untuk adik dan kakak saya, kak Fatih dan istri, kak Madihah dan Suami, Dinda, dan Umam. Selalu mendoakan, dan mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Untuk teman-teman jurusan Pengambangan Masyarakat Islam angkatan 2011, yang saling menolong, membantu satu sama lain, berbagi canda, dan sedih. Budhi, Wildan, Musthofa, Dzul Azmi, Luthfi, Fahrurrozi, Irhamni, Afandi, Iqbal (alm), Beni, Riri S.Kom.I, Aini S.Kom.I, Syifa S.Kom.I, Iis S.Kom.I, Halimah, Rizka, fevi. Semoga kelak kalian sukses semua. 9. Semua pihak yang tidak penulis cantumkan namanya satu persatu, yang telah mendukung, menyemangati, membantu, dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan dan melimpah ruahkan Rahmat dan karunia-Nya atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Sekian yang bisa penulis sampaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya.
iii
Jakarta, 28 Desember 2015 Penulis,
Muhammad Fariid
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................ i KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI................................................................................................... iii DAFTAR TABEL.......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang ............................................................................1 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah............................................5 C. Tujuan Penelitian........................................................................6 D. Manfaat Penelitian......................................................................7 E. Metode Penelitian .......................................................................7 F. Tinjauan Pustaka ......................................................................13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Pengembangan..........................................................................14 1. Definisi pengembangan ......................................................14 2. Proses pengembangan ........................................................16 B. Aanak Jalanan...........................................................................20 1. Pengertian Anak Jalanan ....................................................20 2. Permasalahan Anak Jalanan ...............................................23 3. Penanganan Anak Jalanan ..................................................24 C. Definisi Life Skill ......................................................................25 1. Pengertian Life Skill............................................................25 2. Klasifikasi Life Skill ...........................................................26
v
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI A. Profil Sekolah Master ...............................................................28 1. Sejarah Sekolah Master ......................................................28 2. Tujuan dan Tugas Pokok ....................................................30 3. Visi dan Misi ......................................................................31 4. Nilai Kemasteran ................................................................33 5. Kemitraan ...........................................................................33 6. Menjangkau Anak Marjinal................................................34 7. Struktur ...............................................................................35 B. Program Sekolah Master ..........................................................36 C. Kondisi Fisik dan Fasilitas Lembaga........................................38 BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS A. Temuan Lapangan ....................................................................41 1. Proses Pengembangan Life Skill Anak Jalanan ..................41 1.1 Pendekatan Terhadap Anak Jalanan .............................41 1.2 Dukungan Tokoh Masyarakat ......................................42 1.3 Perencanaan Program ...................................................43 1.4 Pelaksanaan Program....................................................44 1.5 Indikator Keberdayaan peserta Life Skill......................44 B. Analisis Data ............................................................................46 1. pengembangan Life Skill Anak Jalanan ..............................46 1.1 Pendekatan Terhadap Anak Jalanan .............................47 1.2 Dukungan Tokoh Masyarakat ......................................47 1.3 Perencanaan Program ...................................................48
vi
1.4 Pelaksanaan Program....................................................50 C. Faktor Pendukung dan Penghambat .........................................60 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan...............................................................................64 B. Saran .........................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................67 LAMPIRAN....................................................................................................70
vii
DAFTAR TABEL 1. Tabel 1 Sarana dan Prasarana Sekolah Master ..........................................38 2. Tabel 2 Jadwal Pelatihan musik Sekolah Master.......................................52 3. Tabel 3 Matriks Kegiatan...........................................................................57 4. Tabel 4 Matriks Indikator Keberdayaan Peserta Life Skill........................59 5. Tabel 5 Daftar Informan dan Jenis Informasi ..........................................116
viii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Gambar Kegiatan Sekolah Master .............................................................70 2. Hasil Wawancara .......................................................................................77
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan di dunia, khususnya di Tanah Air kita akan selalu menimbulkan masalah-masalah yang rumit. Salah satu persoalan serius akibat tingginya angka pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan adalah kemiskinan. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh migrasi desa ke kota sebagai faktor utama, yang pada umunya dicirikan oleh pelaku migrasi yang kurang terdidik atau terampil sehingga mereka tidak dapat bersaing untuk memperebutkan kesempatan ekonomi. Akibat selanjutnya adalah pendapatannya tidak dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak1. Masalah kemiskinan dan masalah kelaparan dalam manifestasinya yang ekstrem, merupakan masalah pelik bagi manusia sejak dahulu kala. Oleh karena itu penanggulangan bahaya kelaparan dan peningkatan kesejahteraan rakyat merupakan salah satu program penting bagi tiap-tiap negara di dunia2. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan serta 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan,
1 2
Mita Noveria, Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan. (Jakarta: LIPI) h. 138 Singarimbun Masri, Penduduk dan Perubahan. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996) h.
149
1
pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya. (BPS dan Depsos, 2002:4)3. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang, sekitar 11,25%. Kepala BPS Suryamin mengatakan, jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 0,32 juta orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2013 sebesar 28,60 juta orang. Menurut dia, selama periode September 2013-Maret 2014 jumlah penduduk miskin daerah perkotaan turun sebanyak 0,17 juta dari 10,68 juta pada September 2013 menjadi 10,51 juta pada Maret 2014. Sementara itu, di daerah pedesaan turun sebanyak 0,15 juta orang dari 17,92 orang pada September 2013 menjadi 17,77 juta pada Maret 20144. Masalah kemiskinan seperti di Indonesia ini dapat dikatakan sebagai masalah yang cukup kompleks. Sebab dari kasus kemiskinan itu bisa menjalar ke permasalahan lainnya. Permasalahan yang muncul dari kemiskinan yang berada di kota kota besar seperti Jakarta di antaranya, gelandangan, pengemis, pemulung, bahkan yang menjurus kriminal, seperti begal, perampokan, pencurian, hingga pembunuh bayaran. Inilah yang jadi fenomena di negara-negara berkembang, yang harus jadi perhatian khusus untuk diselesaikan. Ada fafktor internal yang disebabkan oleh dirinya sendiri, ada juga yang datang dari luar, seperti lingkungan, pemerintahan, keadaan perekonomian secara umum, kebijakan pemerintah yang tidak berpihak dan banyak hal lainnya.Kemiskinan juga
3
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Masyarakat Sosial Dan Pekerja Sosial. (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 133-134 4 http://www.beritasatu.com/nasional/193810-bps-maret-2014-jumlah-penduduk-miskinindonesia-capai-28-juta.html diakses pada 13 april 2015 pukul 6.34 wib
2
merupakan perhatian utama di Indonesia. Dari upaya pengentasan kemiskinan sampai upaya pencegahannya. Gelandangan dan pengemis merupakan masalah sosial yang akut. Fenomena ini berakar dari kemiskinan. Keduanya menjadi masalah sosial di perkotaan. Tidak hanya di kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil. Berbagai variabel fundamental yang memengaruhi peningkatan jumlah gelandangan dan pengemis di perkotaan, seperti kemiskinan, ledakan urbanisasi
karena
ketimpangan pembangunan kota dengan desa, kualitas sumber daya manusia yang rendah, angkatan kerja yang tidak terampil, keterbatasan daya serap angkatan kerja di sektor formal, tingginya angka putus sekolah pada tingkat sekolah dasar, dan etos kerja yang rendah, belum dapat diatasi5. Selain gelandangan dan pengemis, anak jalanan juga termasuk golongan yang sama hanya saja, mereka masih berusia dini. Permasalahan anak jalan ini juga termasuk permasalahan yang serius. Sebab anak usia dini seperti mereka merupakan generasi-generasi penerus bangsa. Bagaimana jadinya jika generasi penerus bangsa hidup di pinggiran jalan, nomaden, dan melakukan pekerjaan yang tidak seharusnya, seperti mengemis, mengamen, kerja serabutan, padahal seharusnya anak seusia mereka berada di kelas belajar bersama teman seusianya. Anak jalanan sesungguhnya anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak
5
Asep Usman Ismail, Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial. (Tangerang: Lentera Hati, 2012) h. 55
3
bersahabat6.Anak jalanan juga bisa disebabkan karena mereka terlantar.Terlantar disini baik disengaja maupun tidak. Sebenarnya penanganan anak jalan ini sudah menjadi tanggung jawab negara, seperti yang tercantum dalam pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Sementara itu pasal 34 ayat 2 menegaskan “negara mengembangkan sistem jaminan sosial begi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan maratabat kemanusiaan”7. Istilah “Anak terlantar” yang digunakan para “Bapak Bangsa” lebih dari setengah abad yang lalu itu telah didefinisikan pemerintah melalui pasal 1 ayat 7 UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Di sana disebutkan bahwa anak terlantar adalah
anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan
kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Selanjutnya pada pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa “anak yang tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh asuhan negara atau orang atau badan." Begitu juga dengan pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa “anak yang tidak mampu berhak memperoleh bantuan agar dalam lingkungan keluarganya dapat tumbuh dan berkembang secara wajar”8 Menurut Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia, Gelandangan dan pengemis adalah merupakan salah satu masalah yang menyangkut bidang kesejahteraan sosial yang berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 6
6
Dr. Bagong Suyanto, Masalah Sosial Aanak. (Jakarta : Kencana, 2013) h. 199 Asep Usman Ismail, Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial. (Tangerang: Lentera Hati, 2012) h. 56 8 http://suarakomunitas.net/baca/18685/anak-jalanan-dan-undang-undang-perlindungananak/. Diakses pada 13 januari 2016.09.45 WIB 7
4
Tahun 1974, penanggulangannya merupakan sebagian dari tugas pokok Departemen Sosial9. Namun kita sebagai manusia sudah sepatutnya membantu sesama.Dengan tenaga fikiran dan materi yang kita punya. Sekiranya kita dapat membantu anak jalanan yang hidupnya kurang dari berbagai aspek. Dewasa ini banyak lembaga yang menyediakan lahan untuk kita berbagi. Melihat dari yang disampaikan Jim dan Frank, kini banyak lembagalembaga yang andil dalam berbagai kegiatan sosial. Baik mengurusi anak jalanan, kaum miskin, dan penderita cacat mental maupun fisik. Lmebaga-lembaga ini biasanya telah memiliki donatur-donatur dalam menjalankan segala programprogramnya. Salah satu penanganan yang kerap kali digunakan adalah dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan. Dalam hal ini yaitu life skill, atau kecakapan hidup. Life Skill adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga dapat menyelesaikannya. Life skill yang diberikan diharapkan anak jalanan ini bisa memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya di kota besar, termasuk untuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikan yang selayaknya. Adanya pendidikan dan pelatihan sebagai bentuk penyaluran bakat anak jalanan.10
9
http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/fl37611/node/3107. Diakses pada 13 januari 2016.09.35 WIB 10
pelatihan life skill seni musik untuk meningkatkan taraf hidup anak jalanan di sanggar alang-alang surabaya http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-luar-sekolah/article/view/13230
5
Sekolah Master atau Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Kota Depok Jawa Barat, adalah lembaga yang bergerak dalam penanggulangan anak jalanan, dan kaum miskin. Untuk detailnya bergerak dalam bidang sekolah formal, life skill, dan juga keagamaan, yang mana setiap kegiatan yang berlangsung tidak dipungut biaya sedikitpun. Program-program yang ada semata-mata untuk menolong dan membantu menagangkat kualitas hidup dan kesejahteraan, anak jalanan dan kaum miskin. Dalam menjalankan program, lembaga ini membutuhkan proses, dan akan menghasilkan sesuatu dari proses tersebut. Dengan ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan sekaligus dijadikan sebagai pembahasan skripsi dengan judul : PROSES PENGEMBANGAN LIFE SKILL ANAK JALANAN DI SEKOLAH MASTER DEPOK. B. Pembatasan Masalah 1. Fokus Masalah Merujuk pada latar belakang masalah, terfokus pada penelitian Proses Pengembangan Skill Aanak Jalanan Di Sekolah Master (YABIM) Depok. Karena disana terdapat yayasan yang menanggulangi anak jalanan yang bernama Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) yang bergerak dalam bidang pendidikan, pelatihan skill, perlindungan anak jalanan, dan lain-lain. Dan saya memfokuskan pada pelatihan skill anak jalan yang bermacam-macam. Melihat bagaimana proses yang dijalankan dalam pengembangan skill anak jalanan, faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan skill tersebut. Dengan ini dalam penelitian penulis akan membahas tentang Proses dan faktor pendukung dan penghambat Skill Anak Jalanan Di Sekolah Master (YABIM) Depok. 6
2. Perumusan Masalah Dalam perumusan masalah ini, peneliti akan melakukan penelitian yang terkait dengan Proses Pengembangan Skill Anak Jalanan Di Sekolah Master (YABIM) Depok. Merujuk pada permasalahan yang ada dalam penelitain dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana proses pengembangan life skill anak-anak jalanan di Sekolah Master? b. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan life skill anak jalanan di sekolah master? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana proses yang dijalankan dalam melakukan pengambangan skill anak jalanan di Sekolah Master. 2. Untuk mengetahui apa yang menjadi pendukung dan penghambat dalam proses pengembangan life skill anak jalan di sekolah master.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih keilmuan dan pengetahuan tentang penanggulangan kemiskinan dan pengembangan anak-anak jalanan. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai rujukan refrensi dalam bidang pengembangan masyarakat. E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
7
Dalam skripsi ini penulis akan menerapkan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif berasal dari konsep kualitas “mutu” atau bersifat mutu. Pendekatan kualitatif berarti upaya menemukan kebenaran dalam wilayah-wilayah konsep mutu11. Moleong menyampaikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentu kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah12. Berdasarkan tujuan tersebut, peneliti akan menyampaikan setiap fakta temuan di lapangan, dan juga peneliti akan menggambarkan secara rinci bagaimana prsoses dalam kegiatan Sekolah Master (YABIM) dalam bidang pelatihan skill di Depok. Di samping itu menyampaikan juga apa yang jadi faktor pendukung dan penghambat dalam program pengembangan life skill anak jalanan di Sekolah Master (YABIM) Depok. 2. Sumber Data Data akan diperoleh dari berbagai sumber, yaitu : a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian tanpa perantara. Sumber ini dapat berupa benda, situs, ataupun manusia. Hubungannya dengan penelitian ini ialah dengan
11
Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Ciputat : UIN Jakarta Press, 2006) h. 37 12 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif : Untuk Ilmu-ilmu Sosial. (Jakarta : Salemba Humanika, 2012) h. 9
8
mewawancarai langsung anggota Sekolah Master (YABIM) yang terdiri dari ketua yayasan, staf yayasan, anak jalanan yang menjadi siswa di yayasan. b. Data sekunder, yaitu data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya.data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen (laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah). Atau seseorang mendapat informasi dari orang lain13. 3. Teknik pengumpulan data a. Observasi Observasi ini berasal dari bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran prilaku yang dituju (Banister, et al,1994). Cartwright & Cartwright mendefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis14. b. Wawancara Wawancara merupakan salah satu bentuk pengamatan atau pengumpulan data secara langsung. Pengumpulan data dengan wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan
13
Dr. Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian. (Jakarta : STIA-LAN, 1999) h.
87 14
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif : Untuk Ilmu-ilmu Sosial. (Jakarta : Salemba Humanika, 2012) h.131
9
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan
pula.
Keuntungan
wawancara
adalah
dimungkinkannya
penggalian yang mendalam terhadap informasi yang dibutuhkan dari responden15. Menurut Moleong (2005), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam
penelitian
kualitatif,
wawancara
menjadi
metode
pengumpulan data yang utama.Sebagaian besar data diperoleh melalui wawancara16. Orang orang yang akan diwawancara untu sementara berjumlah 11 orang. Lihat lampiran. c. Studi dokumen Studi dokumentasi adalah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu
15
HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004) h. 71 16 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif : Untuk Ilmu-ilmu Sosial. (Jakarta : Salemba Humanika, 2012) h. 118
10
media terulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan (Herdiansyah)17. 4. Teknik analisis data Data kualitatif harus dianalisis dengan cara membaca baris demi baris, diberi koda dan dicari inti sari dari data itu18. Creswell (1994) mengemukakan beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis data kualitatif, antara lain : a. Analisis data kualitatif dapat dilakuakn secara simultan dengan proses pengumpulan data, intepretasi data, dan penuliasan naratif lainnya. b. Pastikan bahwa proses analisis data kualitatif yang telah dilakuakan berdasarkan pada proses reduksi data dan intepretasi c. Ubah data reduksi ke dalam bentuk matriks d. Identifikasi prosedur pengodean (coding) digunakan dalam mereduksi informasi ke dalam tema-tema atau kategori-kategori yang ada19 Mulanya saya mengumpulkan data terlebih dahulu. Kemudian mengintepretasi data tersebut. Dari hasil intepretasi saya reduksi data tersebut, lalu saya buat dalam bentuk mastriks sesuai dengan kategorikategori yang ada. 17
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif : Untuk Ilmu-ilmu Sosial. (Jakarta : Salemba Humanika, 2012) h.143 18 Dr. Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian. (Jakarta : STIA-LAN, 1999) h. 99 19 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif : Untuk Ilmu-ilmu Sosial. (Jakarta : Salemba Humanika, 2012) h. 161-162
11
5. Teknik pengecekan keabsahan data Untuk menentukan keabsahan data, penulis menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi ini merupakan pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Sesuai yang telah disampaikan Moleong dalam bukunya Metode Kualitatif. Untuk menentukan keabsahan data yaitu dengan melakukan triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data itu20. 6. Tempat dan waktu penelitian Adapun
waktu
peneliti
dalam
melaksanakan
penelitian
dilaksanakan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2015. Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Master, Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM), di Jl. Margonda Raya No. 58 kelurahan Depok kecamatan Pancoran Mas Terminal Terpadu Kota Depok Kode Pos 16431 Jawa Barat. F. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, sebelumnya telah ada beberapa penelitian skripsi. Maka penulis terlebih dahulu mengadakan tinjauan
20
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet-23, h. 330.
12
pustaka pada dua skripsi sebelumnya yang menjadi acuan penulisan karya ilmiah penulis, yaitu : 1. Fitteriya, PMI Judul skripsi : Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Keterampilan Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama V Duren Sawit Jakarta Timur Isi Pokok :pada skripsi ini penulis memfokuskan pada penyaluran bakat anak jalanan, dalam pelatihan-pelatihan keterampilan. Dengan begitu
anak
memiliki
modal
keilmuan
di
bidang
keterampilan.Sehingga anak-anak terdorong untuk belajar mandiri sesuai dengan kemampuannya. 2. Juli Antono, PMI Judul Skripsi : Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Daur Ulang Sampah Di Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Isi Pokok : dalam skripsi ini penulis memfokuskan pada anak jalanan dalam pengolahan sampah, yang mana bermaksud untuk memberikan penyadaran tentang kebersihan dan proses belajar kepada anak didik. Proses belajar tersebut sebagai bentuk hasil dari sebuah pemberdayaan Dari dua judul skripsi di atas, terdapat sisi perbedaan pada skripsi yang akan penulis tulis. Dalam skripsi yang akan ditulis membahas tentang bagaimana proses yang berlangsung dalam program-program life skill, melihat hasil dari program tersebut, dan tindak lanjut dari yayasan tersebut terhada anak-anak binaannya. Seperti diketahui
13
banyak bakat yang telah terlatih cendrung tidak tersalurkan ketika berada di dunia luar.
14
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengembangan 1. Definisi Pengembangan Secara etimologi, pengembangan berasal dari kata kembang, yang mempunyai proses, cara, perbuatan mengembangkan. 21 Sedangkan secara terminologi Pengembangan masyarakat adalah konsep dasar yang menggaris bawahi sejumlah istilah yang telah digunakan sejak lama, seperti community resource development, rural areas development, community economic development, rural revitalisation, dan community based development. Community development menggambarkan makna yang penting dari dua konsep : Community, bermakna kualitas hubungan sosial dan development, perubahan ke arah kemajuan yang terencana dan bersifat gradual. Makna ini penting untuk arti pengembangan masyarakat yang sesungguhnya (Blackburn, 1989)22. Menurut Shardlow sebagaimana yang dikutip oleh Isbandi, melihat bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan dengan sesuai keinginan mereka23.
21
Tim penyusun Kamus pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1995), h.44 22 Ferdian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Buku Obor, 2014) h. 30 23 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2001) h. 33
15
Pengembangan masyarakat adalah upaya mengembangkan sebuah kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif berlandaskan prinsip-prinsip keadilan sosial
dan
saling
menghargai.
Para
pekerja
kemasyarakatan
berupaya
memfasilitasi warga dalam proses terciptanya keadilan sosial dan saling menghargai melaluai program-program pembanguanan secara luas yang menghubungkan seluruh komponen masyarakat. Pengembangan masyarakat menerjemahkan nilai-nilai keterbukaan, persamaan, pertanggung jawaban, kesempatan, pilihan, partisipasi, saling menguntungkan, saling timbal balik, dan pembelajaran terus menerus. Inti dari pengembangan masyarakat adalah mendidik, membuat anggota masyarakat mampu mengerjakan sesuatu dengan memberikan kekuatan atau sarana yang diperlukan adan memberdayakan mereka (FCDL, 2003: 1)24 Menurut pendapat Isbandi Rukminto Adi dalam bukunya yang berjudul pemberdayaan, pengembangan dan Investasi Komunitas, menyebutkan bahwa pengembangan bisa disebut juga pemberdayaan25. Terkait dengan pengertian pemberdayaan, Mas’oed mendefinisikan pemberdayaan sebagai upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau penuatan (strengthening) kepada masyarakat. Empowerment yang dalam bahasa Indonesia “pemberdayaan” adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, utamanya adalah Eropa26.
24
Dr. Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada media Grup, 2014) h. 4 25 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2001) h. 32-33 26 Onny S. Prijono, Pemberdayaan Konsep, Kebujakan, dan Implementasi, (Jakarta: Centre for Strategis and International Studies, 1996) h.44
16
Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan dalam mencapai penguatan diri guna meraih keinginan yang ingin dicapai. Pemberdayaan akan melahirkan kemandirian, baik kemandirian berfikir, sikap, dan tindakan yang bermuara pada pencapaian harapan hidup yang lebih baik27. Parsons menjelaskan pemberdayaan merupakan sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan, dan mempengaruhi, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan
menekankan
bahwa
orang
memperoleh
keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Dengan demikian pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat 28 . Sebagai tujuan maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya 29. 2. Proses Pengembangan Pembangunan seringkali hanya memperlihatkan hasil yang dicapai, sehingga bagaimana cara mencapainya dianggap tidak penting. Dalam
27
Rofik A. dkk, Pemberdayaan Pesantren : Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2005) h. 33 28 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayaka Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005) h. 59 29 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayaka Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2005) h. 60
17
pengembangan masyarakat, proses dan hasil merupakan merupakan 2 hal yang tidak bisa dipisahkan dan saling menunjang sehingga keduanya menjadi penting30. Dalam pengembangan masyarakat proses merupakan hal yang penting. Seorang pekerja masyarakat tidak benar-benar tau kemana pengembangan masyarakat akan bermuara, demikian pula hasil pastinya. Seorang pekerja masyarakat yang sudah jelas pada permulaannya mengenai hasil yang diperoleh merupakan pekerja yang tidak memberdayakan masyarakat (disempowering community), karena hal ini menjauhkan masyarakat, kontrol atas proses, serta determinasi arah pengembangan31. Sebagai proses, proses pemberdayaan serangkaian kegiatan untuk memperkuat atau mengoptimalkan keberdayaan (dalam arti kemampuan atau keunggulan bersaing) kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individuindividu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai proses pemberdayaan merujuk pada kemampuan, untuk berpartisipasi memperoleh kesempatan atau mengakses sumberdaya dan layanan yang diperlukan guna memperbaiki mutu hidupnya (baik secara individual, kelompok, dan masyarakat dalam arti luas). Dengan pemahaman seperti ini pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses terencana gunan meningkatkan skala utilitas dari obyek yang diberdayakan32. Proses pemberdayaan masyarakat sebagaimana digambarkan oleh United Nations, meliputi :
30
Ferdian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Buku Obor, 2014) h. 55 Jim Ife & Frank Tesoriero, Community Development (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014) h. 337 32 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung : Alfabeta, 2012), h. 61 31
18
1. Getting to know the local community Mengetahui Masyarakat setempat (lokal) yang akan diberdayakan. 2. Gathering knowledge about the local community Mengumpulkan
pengetahuan
yang
menyangkut
informasi
mengenai masyarakat setempat 3. Identifying the local leaders Segala usaha pemberdayaan masyarakat akan sia-sia jika tidak memperoleh dukungan dari pimpinan/tokoh-tokoh masyarakat setempat\ 4. Stimulating the community to realize that it has problem Di dalam masyakat yang terikat terhadap adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar mereka tidak merasakan bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan. Karena itu, masyarakat perlu pendekatan persuasif agar mereka sadar bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan, dan kebutuhan yang perlu dipenuhi 5. Helping people to discuss their problem Memberdayakan masyarakat bermakna merangsang masyarakat untuk
mendiskusikan
masalahnya
serta
merumuskan
pemecahannya dalam suasana kebersamaan 6. Helping people to identify their most pressing problem Masyarakat perlu diberdayakan agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang paling menekan. Dana masalah yang paling menekan inilah yang harus diutamakan pemecahannya. 7. Fostering self-cofidence
19
Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah membangun rasa percaya diri masyarakat. Rasa percaya diri merupakan modal utama masyarakat untuk berswadaya. 8. Deciding on a program action Masyarakat perlu diberdayakan untuk menetapkan suatu program yang akan dilakaukan. Program action tersebut perlu ditetapkan menurut skala prioritas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tentunya program dengan skala prioritas tinggilah yang perlu didahulukan pelaksanaannya. 9. Recognition of strengths and resources Memberdayakan masyarakat berarti membuat masyarakat tahu dan mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan-kekuatan dan sumbersumber yang dapat dimobilisasi untuk memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhannya. 10. Helping people to continue to work on solving their problems Pemberdayaan
masyarakat
adalah
suatu
kegiatan
yang
kesinambungan. Karena itu, masyarakat perlu diberdayakan agar mampu bekerja memecahkan masalahnya secara kontinu. 11. Increasing people’s ability for self-help Salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat. Masyarakat
yang mandiri adalah
masyarakat yang sudah mampu menolong diri sendiri33.
33
Dr. Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2014) h. 77-79
20
Pengembangan masyarakat (community development) sebagai suatu perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas : (1) komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan; (2) mensinerjikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait (related parties) dan partisipasi warga; dan (4) mengubah prilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan gagasan warga komunitas (Ife, 1995)34. Dengan penjelasan-penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dalam sebuah pengembangan masyarakat sangat penting yang namanya proses, dan bukan semata-mata
hanya
mementingkan
hasil.
Dan
dalam
proses
tersebut
membutuhkan partisipasi masyarakat atau kelompok. Dengan demikian masyarakat bisa belajar dan mengontrol sendiri agar mereka berdaya. B. Anak Jalanan 1. Pengertian Anak Jalanan Anak Jalanan, mereka adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat35. Menurut Soedjiar, anak jalanan adalah anak usia 7 sampai dengan 17 tahun yang bekerja di jalan raya dan tempat umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman orang lain dan membahayakan bagi dirinya sendiri36.
34
Ferdian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Buku Obor, 2014) h. 46 Dr. Bagong Suyanto, Masalah Sosial Aanak. (Jakarta : Kencana, 2013) h. 199 36 A. Soedjiar Z.A, Profil Anak Jalanan di DKI, (Jakarta : Media Informatika, 1989), h. 35
33
21
Menurut Pandji Putranto, anak jalanan adalah mereka yang berusia 6-16 tahun yang tidak bersekolah dan tinggal tidak dengan orang tua mereka, dan bekerja seharian untuk memperoleh penghasilan di jalanan, persimpangan, dan tempat-tempat umum dan tinggal di Jakarta37. Menurut Rooestin Ilyas anak jalanan adalah anak-anak yang mana mereka bukan bermain di jalanan tetapi mereka hidup dari situ38. Ciri ciri yang dikategorikan sebagai anak terlantar adalah : a. Mereka biasanya berusia 5-18 tahunan merupakan anak yatim, piatu, atau anak yatim piatu. b. Anak yang terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan seks di luar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus karena orang tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi untuk memelihara anak yang dilahirkannya. c. Anak yang kelahirannya tidak tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cendrung diperlakukan salah. d. Kemiskinan sebagai salah satu ciri-ciri. Tekanan kemiskinan dan kerentanan ekonomi keluarga akan menyebabkan kemampuan mereka memberikan fasilitas yang dan memenuhi hak anaknya menjadi sangat terbatas. e. Anak yang berasal dari kelurga broken home, korban perceraian orang tuanya, anak yang hidup di tengah kondisi keluarga yang bermasalah 39. 37
DIA/YKAI dan Childhope, Penelitian Anak Jalanan: Kasus di WilayahSenen Jakarta Pusat, (Jakarta: 1990) 38 Rooestin Ilyas, “Anak-anakku di Jalanan”, (Jakarta : Pensil, 2004) h. 324
22
Adaapun UNICEF mendefinisikan anak jalanan sebagai berikut: a. Anak jalanan adalah mereka yang masih di bawah umur (minors) yang menghabiskan sebagian besar waktu terjaganya untuk bekerja atau menggelandang di jalan-jalanan kota b. Anak jalanan adalah mereka yang menjadikan jalanan (dalam arti luas, termasuk bangunan yang tidak berpenghuni) sebagai rumah mereka lebih dari pada rumah keluarga mereka, sehingga merupakan situasi di mana mereka tidak memiliki perlindungan, pengawasan atau pengarahan dari orang-orang dewasa yang bertanggung jawab40. Dari beberapa sudut pandang para ahli, dapat saya ambil kesimpulan bahwa, anak jalanan merupakan anak berumur antara 6-17 tahun, yang hidupnya dihabiskan di jalanan atau tempat umum, cendrung kurang kasih sayang orang tua, tidak bersekolah, dan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya di jalanan. Seperti yang tertulis diatas anak jalanan ini cendrung tak dapat kasih sayang orang tua, sebeb orang tua yang terjerat kemiskinan sehingga orang tua sibuk mencari pekerjaan atau bahakan meninggalkan anak-anak mereka, atau anak itu menjadi korban broken home. Dengan begitu anak-anak merasa tersendiri sehingga mereka memilih hidup di jalan. Dan kadang anak jalanan ini memiliki perkumpulan, seperti di terminal, halte, dan lain sebagainya. Mereka berkumpul dengan anak-anak jalanan lainnya untuk mencari uang. Kekhawatiran terhadap anak-anak seperti ini adalah mereka terjerumus dalam dunia obat-obatan 39
Dr. Bagong Suyanto, Masalah Sosial Aanak. (Jakarta : Kencana, 2013) h. 231 Abu Tandeng K, Maryam ”Pelaksanaan Program Peningkatan Kesejahteraan Anak Jalanan (Universitas Indonesi, Program Studi Sosiologi, 2002) h. 22 40
23
terlarang, mungkin itu membutuhkan uang besar, sehingga kerap kali anak jalan memilih jalan lain, seperti istilah ngelem yang mana ini bisa merusak syaraf mereka. 2. Permasalahan Pada Anak Jalanan Menjadi anak jalanan bukanlah keinginan bagi anak di manapun. Banyak sekali faktor faktor yang menyebabkan anak-anak tidak beruntung, harus menyandang kata-anak jalanan. Dengan keberadaan mereka di jalanan, tentu banyak sekali permasalahan yang akan dihadapi, seperti : a. Tidak adanya pendidikan b. Kesehatan yang tidak terjaga c. Ekonomi yang tidak mencukupi d. Tidak adanya keharmonisan dengan keluarga e. Bisa terjerumus ke dalam NAPZA f. Terlibat dengan kekerasan g. Tidak adanya tempat tinggal h. Dan lain-lain Mengapa mereka bisa berada di jalanan? Tentu ada faktor yang menyebabkan mereka memilih ada di jalanan. Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti : kesulitan keuangan keluarga atau tekanan
24
kemiskinan, ketidak harmonisan rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua41. 3. Penanganan Anak Jalanan Dalam menangani anak jalan, ada banyak macamnya, yakni disesuaikan dengan kondisi anak jalanan tersebut, menurut Sudrajat, ada 3 model penanganan anak jalan yaitu :42 1. Community Based, adalah model penanganan yang berpusat pada masyarakat dengan menitik beratkan pada fungsi-fungsi keluarga dan potensi seluruh masyarakat. Mencakup partisipasi masyarakat dalam semua fase perencanaan, pelaksanaan, monitoring terhadap kemampuan membangun dan penguatan masyarakat. Pendekatan ini bersifat preventif, yakni mencegah anak-anak turun ke jalan. Tujuan akhir adalah anak tidak menjadi anak jalanan mereka tetap berada di lingkungan keluarga. Kegiatannya biasanya meliputi : peningkatan pendapatan keluarga, pemyuluhan, dan bimbingan pengasuhan anak, kesempatan anak untuk memperoleh pendidikan dan kegiatan waktu luang dan sebagainya. 2. Street Based, adalah kegiatan di jalan, tempat di mana anak-anak jalanan beroperasi, penanganan yang berbasiskan jalanan adala program dan kegiatan yang dirancang untuk menjangkau dan melayani anak di lingkungan mereka sendiri yaitu jalanan. Pekerja
41
Dr. Bagong Suyanto, Masalah Sosial Aanak. (Jakarta : Kencana, 2013) h. 210 Lihat DEPSOS Direktorat kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, Pemgorganisasian dan Pengembangan Masyarakat, h. 9-10 dalam Siti Nurazizah, Skripsi: Peran Pekerja Sosial Di Rumah Singgah Anak Jalanan Yayasan Rumah Kita, (Jakarta:FDK, 2007) h.26 42
25
sosial
datang
mengunjungi,
menciptakan
perkawanan,
mendampingi dan menjadi sahabat untuk keluh kesah mereka. Anak-anak yang sudah tidak teratur berhubungan dengan keluarga, mereka memperoleh kakak atau orang tua pengganti dengan adanya pekerja sosial. 3. Center Based, adalah kegiatan di panti, untuk anak-anak yang sudah putus dengan keluarga. Panti menjadi lembaga pengganti keluarga untuk anak dan memenuhi kebutuhan anak seperti kesehatan, pendidikan, keterampilan, waktu luang, makan tempat tinggal, pekerjaan, dan sebagainya.
C. Definisi Life Skill 1. Pengertian Life Skill Menurut penjelasan dari Direktorat pembinaan sekolah menengah Atas bahwa “kecakapan hidup (Life Skill) diartikan sebagai kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problem kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya”.43 Sedangakan (UNICEF) mendefinisikan: life skills as “a behaviour change or behaviour development approach designet to addres a balance of three areas: knowledge, attitude, skills” 44 . Artinya UNICEF memeaknai life skills sebagai suatu perubahan prilaku atau pendekatan pengembangan prilaku yang dirancang untuk mencapai keseimbangan 3 aspek: pengetahuan, sikap, dan keterampilan life 43
Direktorat pembinaan Sekolah Menengah Atas, Kecakapan Hidup (Life Skill) (http://www.clearinghouse.dikmenum.go.id, 26 Oktober 2010) 44 Pendidikan: Kecakapan Hidup http://www.undoc.org/pdf/youthnet/action/message/escap_peers_07.pdf
26
skills atau kecakapan hidup. Sedangkan menurut penulis life skills adalah pengetahuan atau keterampilan sebagai sebagai modal dasar intuk selamat, sejahtera dan sentosa dalam menjalani kehidupan di masa yang akan datang. Life Skill merupakan sub sistem dari konsep pendidikan berbasis masyarakat luas yang berorientasi pada kecakapan hidup.45 Sedangkan pernyataan lain yang menyatakan bahwa “program pendidikan life skill dimaksudkan sebagain pendidikan yang dapat memberikan bekal keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat”.46 2. Klasifikasi Life Skill Dalam hampir semua kegiatan untuk menjalani kehidupan, persoalan sehari-hari yang dihadapi oleh seorang pada umumnya berkisar pada empat persoalan besar yang sangat mendasar sebagai persoalan utama. Keempat persoalan besar itu adalah : pertama, persoalan yang berkaitan dengan dirinya sendiri, kedua persoalan yang berkaitan dengan keberadannya bersama-sama dengan orang lain, ketiga persoalan yang berkaitan dengan keberadaannya di suatu lingkungan alam tertentu, keempat persoalan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Keempat jenis pendidikan kecakapan hidup yang perlu diberikan untuk mempersiapkan anak didik agar dapat memiliki kemampuan menjalani kehidupan atau kemampuan menempuh perjalanan hidup, baik melalui pendidikan informal di dalam keluarga
45
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Konsep Karakteristik dan Iplementasi, (Bandung: Rosdakarya, 2004), hlm. 30. 46 Dr. Anwar, M.pd, pendidikan Kecakapan Hidup (Life skill Education), (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), hlm. 20.
27
dan masyarakat, maupun melalui pendidikan formal di sekolah yaitu mencakup personal skills, social skills, enviromental skills, vocational skills.47 Departemen pendidikan nasional membagi kecakapan hidup (life skill) menjadi empat jenis, yaitu : 1. Kecakapan Personal (personal skills), yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awarness) dan kecakapan berpikir rasional (social skill) 2. Kecakapan Sosial (social skills), kecakapan sosial dapat dipilah menjadi dua jenis utama, yaitu kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerjasama. 3. Kecakapan Akademik (Academic Skills), kecakapan akademik seringkali disebut juga kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir ilmiah yang pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir secara umum, namun mengarah kepada kegiatan yang bersifat keilmuan. 4. Kecakapan Vokasional (Vocational Skills), kecakapan ini sering kali disebut dengan kecakapan kejuruan, artinya suatu kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu, yang terdapat di masyarakat atau lingkungan peserta didik. 48
47
Media Informasi dan Komunikasi Guru Indonesia, persoalan Besar Dalam pendidikan Kecakapan Hidup (http:www.geocities.com, diakses 7 Januari 2016) 48 Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas, Komponen Kecakapan Hidup (http://www. puskur.net, diakses 7 Januari 2016)
28
BAB III GAMBARAN UMUM SEKOLAH MASTER A. Profil Sekolah Master (Yayasan Bina Insan Mandiri) 1.
Sejarah Yayasan Bina Insan Mandiri (Yabim) Sekolah Master atau Sekolah Masjid Terminal didirikan pada tahun 2000
akan tetapi pembelajaran baru bisa berjalan sekitar tahun 2002. Pendirian sekolah gratis itu berawal dari keprihatinan Nurrohim akan nasib para anak jalanan di sekitar terminal Depok yang tak tersentuh pendidikan karena keterbatasan yang ada pada mereka. Pria kelahiran Tegal pada 3 juli 1971 yang sempat mengenyam pendidikan formal sampai D-3 ini, tergugah ketika dia melihat banyaknya anakanak usia sekolah, remaja dan pemuda yang tidak bersekolah berkeliaran di terminal dan sekitarya. Nurrohim beruntung memiliki modal untuk membuka usaha warung tegal (warteg) di pasar dan terminal. Pasca krisis moneter 1998 dia turut merasakan dampaknya, dari 20 warteg miliknya, tinggal empat warung yang tersisa. Ketika itu terjadi pengangguran di mana-mana, termasuk di Terminal Depok. Anak-anak yang orang tuanya kena pemutusan hubungan kerja (PHK) terpaksa putus sekolah. Sebagian telantar di jalanan. Jadi berangkat dari keprihatinan itu di mana masih banyak anak-anak marjinal, kaum narginal yang belum bisa mengakses layanan pendidikan, yang terutama mereka adalah korban-korban ketidakberdayaan keluarga lah dalam pemenuhan kebutuhan dasar selain sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Jadi kami menginisiasi, menggagas sekolah master ini untuk masyarakat marginal, untuk pendidikan alternatif untuk masyarakat marginal, bagi mereka yang tidak terlayani, bagi mereka yang tidak bisa sekolah gitu kan. Jadi adalah program pemberdayaan masyarakat sebenrnya. Melalui pendidikan jadi tujuan kita seperti itu. Jadi untuk mendidik generasi bangsa supaya cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi pekerti atau berakhlakul karimah, dan punya daya saing tinggi. Itu yang kenapa master ini ada, jadi tujuannya itu. Jadi membuat sekolah, 29
bagi mereka yang tidak terlayani, dan ingin menjangkau yang tidak terjangkau begitu.”49
Dia berinisiatif menyelamatkan masa depan anak-anak korban krisis ekonomi ini dengan mendirikan lembaga pendidikan. Ketika itu dia berkenalan dengan empat sarjana di Masjid Al Muttaqien yang terletak di Terminal Depok. Bersama mereka kemudian pelan-pelan mengumpulkan orang yang ingin belajar. Lima orang ini kemudian membagi tugas mengembangkan menjadi PKBM Bina Insan Mandiri, tujuannya menampung mereka yang tidak mampu mendapat pendidikan yang layak. Kini PKBM Bina Insan Mandiri memiliki 18 pengurus inti dan 60 sukarelawan tetap. Sekolah dengan luas tanah sekitar 6.000 meter 12 ruang kelas —sebagian besar semi permanen, sebagian menempati bekas kontainer— memiliki sekitar 2.000 siswa. Pihak sekolah juga menyediakan ruangan untuk tidur bagi 200 anak yang tidak memiliki tempat tinggal. Bermula dari pengajaran yang dilakukan di masjid terminal Depok, kini di sekitar masjid tersebut sudah didirikan beberapa ruang kelas nonpermanen untuk kegiatan belajar mengajar dari bantuan beberapa donatur. Dengan motivasi yang kuat untuk membentuk masyarakat yang cerdas, mandiri, kreatif dan berbudi pekerti yang luhur PKBM Bina Insan Mandiri memberikan pendidikan gratis bagi para dhu'afa melalui pendidikan kesetaraan. Tercatat 1200 warga belajar yang sedang mengenyam pendidikan di PKBM Bina Insan Mandiri, mereka begitu antusias untuk mendapatkan hak-hak pendidikannya yang selama ini terabaikan. Kehadiran PKBM Bina Insan Mandiri telah menyelamatkan 49
Wawancara pribadi dengan Pak Nurrohim Pendiri Sekolah master, di Masjid Master, Kamis, 8 Oktober 2015, 13.30 PM
30
pendidikan
siswa-siswi
yang
terancam
tidak
dapat
melanjutkan
pendidikannya.dasar dan menengah. Dengan kerendahan hati PKBM Bina Insan Mandiri berusaha mengajak instansi yang memilki kepedulian terhadap pendidikan anak bangsa untuk bermitra demi mencerdaskan anak bangsa. Suasana belajar di Sekolah Masjid Terminal sangat berbeda dengan sekolah umum lainnya. Sekolah Masjid Terminal atau yang lebih dikenal dengan singkatan Master ini adalah sekolah gratis yang memang diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga dhuafa. Tak heran banyak anak-anak yang bersekolah adalah anak-anak jalanan atau anak-anak terminal yang sering kali sulit diatur. Sekolah Masjid Terminal Depok atau yang bernama resmi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Depok ini mengajarkan program Paket A, paket B dan Paket C mulai dari TK, SD, SMP dan SMA, serta berbagai kursus secara gratis kepada masyarakat. 2. Tujuan Khusus dan Tugas pokok50 Tujuan dari berdirinya Sekolah Master (Yayasan Bina Insan Mandiri) ini adalah: a. Menyiapkan masyarakat mandiri. b. Menyiapkan insan yang handal melalui keterampilan tepat guna dan berhasil guna. Tugas pokok dari Yayasan Bina Insan Mandiri adalah menyelenggarakan pendidikan gratis bagi masyarakat miskin kota (marginal) seperti pengamen,
50
Brosur Sekolah Master (Yayasan Bina Insan Mandiri)
31
pedagang asongan, anak jalanan, yatim, dan kalangan ekonomi terpinggirkan. Sedangkan fungsi dari PKBM YABIM adalah : a. Meningkatkan sumber daya mamnusia muslim. b. Menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas bagi dhuafa. c. Meningkatkan kemandirian bagi dhuafa. d. Menciptakan kader-kader masyarakat yang bersifat mengasuh dan membimbing anak-anak dhuafa dan terpinggirkan. 3. Visi Dan Misi51 a. Visi Menjadi sekolah unggulan di Indonesia bagi masyarakat marginal dalam rangka melahirkan dan menumbuhkan insan yang cerdas, kreatif, mandiri dan berbudi pekerti dan memiliki daya saing tinggi. b. Misi 1) Melahirkan
dan mengembangkan fasilitator pembelajaran yang
memiliki integritas, dedikasi dan berkompeten sesuai dengan pendekatan
dan
proses
belajar
yang
dijalankan
SMI
yaitu:
mendasarkan pada pola pengajaran mengasihi dan membimbing. 2) Mengembangkan kurikulum dan atau modul-modul pembelajaran yang berbasis pada kemandirian, kemanusiaan dan mampu menumbuhkan kreativitas serta inovasi warga belajar/siswa pembelajaran.
51
Brosur Sekolah Master (Yayasan Bina Insan Mandiri)
32
dan para fasilitator
3) Menumbuhkan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif bagi berkebngnya
partisipasi
warga
belajar/siswa
dan
fasilitator
pembelajaran serta rasa aman dan nyaman. 4) Mengembngkan laboratorium penelitian dan pengembangan model pendidikan berkualitas bagi masyarakat marginal 5) Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas SDM dan manajemen pendidikan yang handal 6) Mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak diseluruh tingkatan dalam rangka mewujudkan visi yang telah di tetapkan dan melakukan advokasi kebijakan untuk mendukung hak-hak dan kepentingan warga belajar/siswa dan masyarakat marjinal. 7) Memanfaatkan teknologi, informasi dan komunikasi untuk mendukung proses belajar-mengajar yang berkualitas. 4. Nilai Kemasteran52 Untuk memperkuat implementasi yang dijalankan oleh para MASTER, disusun nilai-nilai dan prinsip MASTER sebagai panduan dalam berpikir dan bertindak dalam proses pembelajaran, yaitu: a. Keyakinan : seluruh ucapan, pikiran, dan tindakan perjuangan yang bila dilakakan di MASTER pasti dapat diwujudkan bila dilakukan dengan spirit, optimisme, dan keyakinan, bahwa hal itu sebagai ibadah pada jalan yang benar. b. Kebersamaan : seluruh kerja dan sukses-sukses organisasi hanyalah mungkin bila dilakukan kerjasama tim yang solid, bukan kerja individu. 52
Brosur Sekolah Master (Yayasan Bina Insan Mandiri)
33
c. Kepedulian : seluruh kerjan dan kegiatan yang dilakukan senantiasa berorientasi pada pengabdian, kepekaan sosial, dan empati yang kuat bagi masyarakat marginal. d. Kebersihan dan kelestarian lingkungan : seluruh kerja dan upaya yang dilakukan sekolah MASTER merupakan wujud pengabdian dengan selalu mendasarkan pada kebersihan hati dan kelestarian lingkungan. e. Kepatuhan : konsistensi dan rasa tanggung jawab untuk melaksanakan keputusan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. f. Keharmonisan : keberagaman di sekolah MASTER merupakan kekuatan yang senantiasa perlu dirajut sebagai harmoni untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan. g. Kemandirian : di dalam mewujudkan visi dan misi sbesar-besarnya bertumpu pada kekuatan diri sendiri, dukungan dan kerjasama dengan pihak lain merupakan pelengkap. 5.
Kemitraan53
Yayasan Insan Mandiri bekerjasama dengan masyarakat, organisasi kemasyarkatan dan pemerintah dalam mengubah kehidupan anak dan keluarganya dengan meningkatkan kapasitas lokal untuk mencari pemecahan maslah mereka. Yayasan Bina Insan Mandiri berupaya membangun pendekatan yang efektif dan berkelanjutan untuk menyediakan sumber daya mendasar bagi pendidikan, kesehatan, dan peluang bagi anak dan keluarganya untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik.
53
Brosur Sekolah Master (Yayasan Bina Insan Mandiri)
34
Dalam menjalankan programnya Yayasan Bina Insan Mandiri telah melakukan kemitraandengan pemerintah melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan, kementrian sosial, kementrian kesehatan baik tingkat nasional, propinsi, maupun kabupaten. Yayasan Bina Insan Mandiri juga bermitra dengan asosiasi profesi dan berkolaborasi dengan donor dan juga badan Internasional. Yayasan Bina Insan Mandiri bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menjalankan program-program di bidang pendidikan dan perlindungan anak, hukum dan kesehatan, vocational training dan badan usaha. Kegiatan yayasan Bina Insan Mandiri didukung oleh beberapa donor, termasuk di antaranya adalah Alcatel-Lucent Foundation melalui World Education, Qatar Foundation, Antam, Tupperware Indonesia, Icon+, Bank Syariah Mandiri, Bank Mandiri, Bank Danamon, Group M, Master FE-UI, LP3I, Baznas, perusahaan swasta dan door perorangan lainnya. 6. Menjangkau Anak Marjinal Dalam konvensi PBB mengenai HAK anak ataupun undang-undang perlindungan anak no.23 tahun 2002, mempromosikan hak anak untuk hidup dan mengembangkan potensi mereka secara optimal. Yayasan Bina Insan Mandiri menempatkan anak-anak dan pemuda sebagai pusat dari seluruh kegiatannya. Yayasan Bina Insan Mandiri melibatkan anak dan pemuda sebagai peserta aktif dalam program-program organisasi, dan mencari cara untuk dapat mengembangkan potensi anak secara maksimal dengan cara menyesuaikan program agar sejalan dengan budaya yang berlaku dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
35
Yayasan Bina Insan Mandiri manaruh perhatian besar pada anak-anak dan masyarakat marginal, yang menekankan programnya pada pendidikan, pelatihan keterampilan hidup (life skill), program magang, kesehatan, bantuan hukum, dan bantuan bagi orang tua anak. Yayasan Bina Insan Mandiri juga memberikan dukungan bagi anak-anak dan kelompok remaja dalam hal pembentukan program psikososial, dan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi dan berkualitas, serta peluang usaha dan keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak bagi anak-anak dan kaum muda yang kurang beruntung. Struktur Organisasi54
7. Pelindung
: Yayasan Bina Insan Mandiri
Pembina
: Dinas Pendidikan/Penilik PLS Diknas
Penasehat
: Drs. Poerwandriyono
Pendiri
: Nurrohim
54
Data dari sekretariat Sekolah Master (Yayasan Bina Insan Mandiri)
36
Ketua Mustami'in
Sekretaris
Bendahara
Tonv Zulhendra
Roqib Bayni
program
pembinaan
Kemitraan
Sugeng R
Ekwanto
Ardian
Kordinator SMU Syamsul Ma'arif
Kordinator SMp Warga Belajar
Ghifar Maulana
Kordinator SD Lianti Miasi
Kordinator pAUD Ma'riffah
B. Program Sekolah Master55 Di sekolah Master ini terdapat 3 menu program, yaitu : 1. Program Pembinaan Mata-Qu a. Level 1 : Iqra’ 1, 2, dan 3 b. Lavel 2 : Iqra’ 4, 5, dan 6 c. Lavel 3 : Tahsin dan Tahfizh
55
Data dari sekretariat Sekolah Master (Yayasan Bina Insan Mandiri)
37
Divisi Keterampilan Triono
2. Program Kami Peduli Diperuntukkan bagi warga belajar cerdas 3, Mandiri 2, Paket B dan C a. Relawan PAUD b. Relawan Mata-Qu paket A (setara SD) c. Relawan Mata-Qu paket B (setara SMP) d. Relawan Pendamping Paket A e. Relawan Pendamping Paket B f. Relawan Pendamping Komputer g. Relawan Pendamping Master Lab Skill h. Relawan Kewirausahaan i. Relawan Seni dan Budaya j. Relawan Olah Raga dan Sahabat Alam k. Relawan The Masterian Post/ Mading l. Relwan Pioneer/ leader m. Relawan Divisi Sosial n. Relawan Kesehatan dan Advokasi o. Relawan PILTER 3. Program Bengel Kemandirian (Lab skill) a. Bengkel Teater b. Bengkel Menulis Kreatif c. Bengkel Disain Grafis d. Bengkel Video Shooting e. Bengkel Las f. Bengkel Landscape/Pertanaman
38
g. Bengkel Kewirausahaan h. Bengkel Optimasi Diri i. Bengkel Seni Musik j. Bengkel Bahasa Asing k. Bengkel Komputer l. Bengkel Disain Komunikasi Visual m. Bengkel Bisnis Online n. Bengkel Aksessoris o. Bengkel Disain Interior p. Bengkel Service Handphone q. Bengkel Service Sepeda Motor r. Bengkel Taekwondo s. Bengkel Akademis t. Pondo Master / Program Tahfizh C. Kondisi Fisik dan Fasilitas Lembaga56 Fasilitas yang tersedia di YABIM merupakan salah satu faktor pendukung bagi efektifitas kegiatan belajar mengajar bagi anak-anak. Dengan ini YABIM menyediakan berbagai macam fasilitas di dalamnya. Tabel : 1 Sarana dan prasarana Sekolah Master
56
NO
Sarana
Jumlah
Keterangan
1
Ruang Kelas
15
Baik
2
Ruang Guru
4
Baik
Data dari sekretariat Sekolah Master (Yayasan Bina Insan Mandiri)
39
digunakan untuk menjalankan kegiatan 3
Ruang Lab skill
2 keterampilan yang ada di yayasan
4
Ruang TU
1
Baik terdapat berbagai macam buku untuk membantu anak-anak
5
Perpustakaan
1
yayasan dalam belajar baik tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan Umum
6
lapangan Futsal
1
Baik
7
WC
16
Baik
8
Masjid
1
Baik
9
ruang kesehatan
2
Baik
10
asrama laki-laki
3
Baik
11
asrama perempuan
2
Baik
12
Ruang Komputer
1
Baik digunakan untuk menyediakan makanan
13
Dapur Umum
1
bagi anak-anak di yayasan dan juga untuk para staff dan juga
40
tutor
41
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS A. Temuan Lapangan Dalam bab ini penulis akan menjelaskan bagaimana proses pengembangan life skill di Sekolah Master Depok. Selain itu, penulis juga akan menjelaskan apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam proses pelaksanaan program life skill ini. 1. Proses Pengembangan Life skill Anak Jalanan 1.1 Pendekatan Terhadap Anak Jalanan Dalam proses pendekatannya, sekolah master menggunakan beberapa macam metode, yakni: Pertama, menggunakan jasa alumni, senior atau dalam istilah mereka abang-abangan yang sudah lebih dulu bergabung di sekolah master. Dengan cara senior mereka
mengajak, dan meyakini anak jalanan tersebut, untuk ikut
bergabung. Menjelaskan apa fasilitas yang akan diberikan. Dan semata-mata hanya untuk memperbaiki kehidupan yang sebelumnya terlantar di jalanan. Kedua, menemukan langsung di jalan, dan mengajak mereka bergabung ke sekolah master. Ketiga, ada pendekatan terhadap anak-anak yang bermasalah dengan hukum, nantinya akan didampingi. Keempat, ada juga orang tua yang langsung mendaftarkan anaknya ke sekolah master. Itulah beberapa metode yang digunakan sekolah master dalam pendekatan terhadap anak-anak jalanan. dengan pendekatan sosial, pendekatan hati, dengan pendekatan pertemanan, dan kekeluargaan.
42
“Istilahnya dengan pendekatan sosial, dengan pendekatan hati, dengan pendekatan pertemanan, dan kekeluargaan, bahwa
bahwa master ini
menjadi tempat berlindungnya mereka, tempat permintaan suaka politik lah ,perlindungan-perlindungan politik orang-orang yang bermasalah gitu. Jadi pendekatannya seperti itu”57
“ada yang anak jalanan yang sudah bergabung dengan kita mereka sudah gabung jadi relawan, dia akan ajak temen-temennya”58
1.2 Dukungan Tokoh Masyarakat Dalam melaksanakan kegiatannya Sekolah Master juga membutuhkan dukungan dari tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar. Dimana elemen-elemen masyarakat tersebut ikut berkontribusi di dalam membantu program-programnya. Bisa dukungan dalam finansial, bantuan tenaga, menyalurkan anak jalanan sekitar yang putus sekolah, untuk bergabung ke sekolah Master. 1.3 Perencanaan Program a. Identifikasi Analisis Masalah Dan kebutuhan anak jalanan Dalam tahap ini sekolah master sebelumnya mengidentifikasi terlebih dahulu apa yang menjadi permasalahan anak jalanan tersebut. Proses identifikasi itu diistilahkan oleh pendiri sekolah master dengan nama “Manajemen Rumah Sakit”. Sekolah master diistilahkan sebagai UGD. Ciri-ciri seperti anak yang bagaimana nantinya. Guru kelas, guru bimbingan konseling (BK) atau temen-
57
Wawancara pribadi dengan Pak Nurrohim Pendiri Sekolah master, di Masjid Master, Kamis, 8 Oktober 2015, 13.30 PM 58 Wawancara pribadi dengan Mustamin Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Sekolah master, di Klinik Master, Senin, 28 September 2015, 12.45 PM
43
temen pendamping itu bisa menggali mendalami masing-masing anak, potensinya ada di mana. Memang satu tempat, namun kebutuhannya berbeda beda. “Nah itu identifikasi maslah, artinya, guru kelas, guru bimbingan konseling (BK) atau temen-temen pendamping itu bisa menggali mendalami masing-masing anak, potensinya ada di mana. Jadi identifikasi masalahnya perpasien, kayak di rumah sakitkan walaupun tidur satu ruangan makanannya beda-beda begitu juga cara kita memberi materi anak-anak ini beda-beda.”59 “Ketika kami nengidentifikasi permasalahan ekonomi mulai dari warga belajar relawan dan lembaga pun butuh kemandirian untuk bisa mensuport tidak semata-mata hanya bertopang kepada dana-dana donatur.”60 b. Penyiapan sarana dan prasarana Setelah proses analasis dan klasifikasi tersebut, Sekolah Master menyiapkan
sarana-prasarana
yang
dibutuhkan,
untuk
mendukung
keberlangsungan program-program tersebut. Seperti pelatihan komputer disiapkan 2 laboratorium komputer berkapasitas 35 komputer. Pelatihan musik, disediakan 1 studio musik dengan peralatan yang lengkap. Wirausaha menyediakan barangbarang yang menunjang dalam kegiatannya, seperti termos, barang dagangan semacam air mineral, snack, tisu, dan lain-lain. c. Penyiapan SDM
59
Wawancara pribadi dengan Pak Nurrohim Pendiri Sekolah master, di Masjid Master, Kamis, 8 Oktober 2015, 13.30 PM 60 Wawancara pribadi dengan Kak Sugeng Tutor Program Kewirausahaan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Sekolah Master, di Ruang Kepres (kedai Aspirasi), senin 28 September 2015, 13.55 PM
44
Setelah tersedia sarana-dan prasarananya sekolah master menyiapkan SDM yang sesuai dengan program-program yang sudah ada. Sekolah Master akan mencari relawan yang bersedia menangani program yang disiapkan. 1.4 Pelaksanaan Program Pelaksanaan ini ada pada 3 program pelatihan, diantaranya pelatihan Musik, pelatihan Komputer, dan program Wirausaha. Karena ketiga program itulah yang hingga kini masih berjalan. Dari informasi yang saya dapatkan dari ketua yayasan program bengkel dan servis handphone saat ini tengah tidak berjalan, karena kurangnya relawan yang siap untuk melatih program tersebut. 1.5 Indikator Keberdayaan Peserta Life Skill Dari Indikator yang terkandung dalam life skill, dikelompokkan menjadi 4. Pelatihan life skill yang ada di sekolah master ini menjadi salah satu wadah mereka mengembangkan 4 hal tersebut. Yang mana penulis akan paparkan sebagai berikut : a. Self Awarness (Kecakapan Mengenal Diri) Dalam hal kecakapan mengenal diri, anak jalanan memiliki kepercayaan diri. Yang mana keingin tahuan mereka terhadap suatu hal yang baru, yang belum mereka dapatkan ketika di jalanan. dan juga adanya harapan besar dari program life skill ini, untuk masa depan mereka. Dari situlah kepercayaan diri mereka terbentuk. Dan dengan itu mereka memahami minat mereka. Dengan kepercayaan diri tersebut
45
mereka mampu mengeksplorasi kemampuan mereka, karena adanya kemauan dan kepercayaan diri tersebut. b. Social Skills (Kecakapan Sosial) Dengan program-program life skill yang mereka jalankan, terbentuklah sifat tanggung jawab mereka. Dengan disiplin terhadap jadwal yang ada, dan mengikuti pelatihan karena itu merupakan keinginan mereka. Di samping itu juga melatih kejujuran mereka dalam menjalankan program. Sebagaimana dikatakan oleh wariah siswa SMP Sekolah Master kelas 7 :
“Kita kan jualan, barang ga abis, bisa dibalikin. Yang penting intinya jujur.”61
c. Akademik Skills (Kecakapan Akademik) Dalam akademik siswa master bebas mengeksplorasi pengetahuan tentang program life skill yang ada. Mereka bebas mengikuti programprogram yang ada. Pengetahuan dari teori hingga prakteknya pun mereka bisa dapatkan dalam program life skill ini. Dengan begitu pengetahuan secara akademik, dan pengalaman mereka dapatkan.
Pengetahuan kademik dan pengalaman yang didapat dalam program life skill ini bisa mereka aplikasikan untuk jenjang mereka kedepan,
61
Wawancara pribadi dengan Wari’ah, siswa sekolah master kelas 1 SMP, di depan kepres (kedai aspirasi), Jum’at 2 Oktober 2015, 14.35 PM
46
seperti untuk masuk ke bangku kuliah, dan melanjutkan untuk mengasah skill yang mereka miliki.
d. Vocational Skills (Kecakapan Kejuruan) Dari semua program-program yang ada, anak-anak bebas memilih apa yang menjadi minat dan bakat mereka. Setelah mengikuti pelatihanpelatihan tersebut. Timbulah keinginan mendalami program yang mereka inginkan. Dengan begitu terfokus dengan apa yang menajdi minat dan bakat mereka. Dari situlah minat kejuruan mereka tersalurkan. Sehingga kelak ketika mereka ingin masuk ke dalam dunia kerja, seni dan usaha, yang sesuai dengan bidangnya, mereka akan siap menghadapinya. Karena mereka sudah memiliki bekal dasar dari sekolah master dalam pelatihan-pelatihan tersebut.
d. Analisis Data 1. Proses Pengembangan Life skill Anak Jalanan Berdasarkan
temuan
di
lapangan,
penulis
dapat
menyampaikan,
bahwasanya proses dalam program life skill di sekolah master ini melewati beberapa proses. Mulai dari pembuatan perencanaan hingga pada pelaksanaannya. Seperti yang ada pada United Nations, point 1-6, dalam pengembangan Masyarakat harus melakukan pendekatan hingga menyiapkan sarana dan prasarana. Sekolah master juga melakukan hal tersebut. Yang akan saya jelaskan dalam subu-sub di bawah ini. 47
1.1 Pendekatan terhadap anak jalanan Sekolah master (Yayasan Bina Insan Mandiri) melakukan pendekatan pada kalangan anak jalanan dengan beberapa cara. Pertama, menggunakan Jasa Alumni. Alumni mengajak adik-adik yang masih tersangkut di dunia jalanan dirangkul untuk bergabung. Kedua, menemukan Langsung di jalanan. pengurus Sekolah Master menemukan langsung di jalan, kemudian mengajaknya ke sekolah Master. Ketiga, pendampingan masalah hukum, ketika ada anak jalanan yang butuh perlindungan hukum, Sekolah Master akan mendampingi anak tersebut, dan lalu mengajak anak tersebut untuk bergbaung di Sekolah Master. Keempat, orang tuanya langsung mengajak ke Sekolah Master. 1.2 Dukungan Tokoh Masyarakat Seperti yang dijelaskan pada bab 2, poin 3, yang disampaikan oleh United Nations mengenai proses pemberdayaan masyarakat, mengenai dukungan dari tokoh masyarakat. Dimana elemen-elemen masyarakat tersebut ikut berkontribusi di dalam membantu program-programnya. Sedangkan cara dan bentuk kontribusinya antara lain; Pertama, seperti peran RT, RW, Majlis Ta’lim, dan pengurus Masjid, menyisir, mendata, lingkungan-lingkungan mereka, bila terdapat anak yang tidak bisa sekolah, lalu merekomendasikan ke Sekolah Master. Kedua, tokoh masyarakat yang memiliki basic pendidikan dan memiliki kepedulian terhadap pendidikan, bisa berbagi kepada anak-anak di sekolah Master sebagai guru tamu. Ketiga, para elemen masyarakat tersebut bisa membantu pada finansial mereka. Dan menyisihkan untuk Sekolah Master. Semua elemen masyarakat bisa
48
berkontribusi dan mendukung keberlangsungan Sekolah Master ini dengan, kepasitas dan kemampuan mereka. 1.3 Perencanaan program a. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan anak Jalanan Seperti yang dijelaskan oleh United Nations dalam bab 2 pada halaman 6 nomer 5 dan 6. Dalam poin 5 berisi Helping people to discuss their problem. Artinya bahwa memberdayakan masyarakat adalah bermakna merangsang masyarakat untuk mendiskusikan masalah serta merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan. Dan poin 6, yaitu helping people to identify their most pressing problem, dengan pengertian masyarakat perlu diberdayakan agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang paling menekan. Dan masalah yang paling menekan inilah yang harus diutamakan pemecahannya. Di sekolah master langkah-langkah itu telah dilakukan dalam rangka memahami apa yang menjadi permasalahan yang ada pada diri anak-anak jalanan, dan apa yang mereka butuhkan. Setelah itu, Sekolah Master menganalisis apa yang menjadi keinginan anak jalanan, apa yang kiranya bisa diterima oleh anak jalanan tersebut, sehingga minat dan bakat mereka tersalurkan dengan benar dan baik. “Kalo life skill dari perencanaannya pertama kita harus menyiapkan dulu, sistim dari sebuah skill itu, skill seperti apa yang anak-anak inginkan. Skill apa yang memang bisa nanti diterima di masyarakat, gitukan. Yang memang nanti pangsa pasarnya bisa terserap dengan baik. kemudian skill apa yang memang sesuai
49
dengan talenta-talenta anak itu, nanti kita harus udah mulai menganalisa menginventarisir, kita akan klasifikasikan mereka” 62
“Ada yang rajin ibadahnya, sosialnya bagus, tapi akademisnya rendah, jadi pendekatannya ada kelas akademis, kelas tahfizh, dan lain sebagainya. Identifikasi masalahnya itu per anak memang, nah nanti kita punya rumah tahfizh, kita punya pondok pesatren, kita punya kelas dagang, kelas bisnis, kelas otomotif, gitu. Dan itu supaya tujuan akhir dari pada potensi anak itu bisa tersalur gitu. Nanti kita magang-magangin ke beberapa mitra kita. Itu identifikasi
masalah
sesuai
dengan
problem-problemnya
mereka.”63 Seperti yang disebutkan dalam tinjauan teori pada halaman 6, nomer 8 yang merupakan gambaran proses yang disampaikan oleh United Nations, yaitu deciding on program action, Dengan maksud anak jalanan perlu untuk menetapkan suatu program yang mereka inginkan atau mereka butuhkan. Dari proses analisis tersebut tercetus beberapa program, yaitu : 1.
Pelatihan Komputer bagi anak jalanan
2.
Pelatihan servis Mobil/Motor bagi anak jalanan
3.
Pelatihan servis Handphone bagi anak jalanan
4.
Pelatihan Musik bagi anak jalanan
5.
Pelatihan Penataan Taman bagi anak jalanan
6.
Pelatihan Disain Interior bagi anak jalanan
7.
Pelatihan Wirausaha bagi anak jalanan
62
Wawancara pribadi dengan Mustamin Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Sekolah master, di Klinik Master, Senin, 28 September 2015, 12.45 PM 63 Wawancara pribadi dengan Pak Nurrohim Pendiri Sekolah master, di Masjid Master, Kamis, 8 Oktober 2015, 13.30 PM
50
Dari situlah sekolah Master bisa mengklasifikasi minat mana yang anakanak jalanan inginkan. Karena anak-anak jalanan tersebut bebas memilih program apa saja. b. Penyiapan sarana dan prasarana Setelah mengetahui minat dan bakat anak anak jalanan, kemudian sekolah Master menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalm program-program yang ada. c. Penyiapan SDM Setelah sarana dan prasarana siap barulah sekolah Master menyiapkan SDM. Melihat beberapa fasilitas belum terpenuhi, maka dari itu untuk yang belum tersedia sarana dan SDM nya, sekolah Master bermitra dengan beberapa lembaga di luar master untuk menunjang program yang ada sebagaimana dikatakan Bapak mustamin. Jadi sekolah master bekerjasama dengan beberapa lembaga di luar, seperti tupperware, World Education, dengan tujuan menunjang keberlangsungan setiap kegiatan yang ada di sekolah Master. Hal ini disebakan oleh fasilitas dan SDM yang yang belum memadai di sekolah master itu sendiri. d. Pelaksanaan program 1. Pelatihan Komputer Dalam program pelatihan komputer ini, ada beberpa proses yang dijalani. Pertama, pengenalan dan pemaparan ke NGO dari luar negri yang datang ke Sekolah Master untuk kerja sama di bidang life skill IT. Setelah itu di ACC, dan terbentuklah Laboratorium pertama yang terdiri dari 30 komputer.
51
Kedua dibuatlah materi pembelajaran yang sesuai dengan tingkatan masing masing, karena selain masuk dalam program life skill, program komputer ini juga masuk dalam kurikulum belajar, mulai dari PAUD hingga SMA. Di luar dari kurikulum sekolah master juga menyiapkan materi yang mungkin akan dipakai di dunia kerja nantinya, dan juga materi pengenalan komputer untuk siswa yang memang belum mengerti terhadap komputer. Kelas khusus ini pada hari selasa dan kamis, dan ada juga kelas malam, yaitu kelas move on. Di program life skill komputer di master ini ada 2 output nantinya. Ada yang ke dunia kerja, ada juga yang ke bidang akademis. Yang langsung ke dunia kerja bisa diperdalam skillnya. Dan yang untuk akademisnya akan diberikan bimbel-bimbel menganai IT. Ketiga mulailah pelaksanaan. Mulai dari PAUD dikenalkan dengan komputer, belajar game-game edukasi. “Kayak paud itu kayak semacam game-game pembelajaran edukasi, tujuannya sih bukan sekedar dia akan bisa menjawab 1+1=2. Tapi menggunakan mouse itu untuk ini ngeklik kesini, biar lancar menggunakan itu.”64 “Mulai SD itu pengenalan. Ini negtik. Nanti ada pendalaman, pengayaan, macem-macem. SMA mulai dipecah tuh, kalo bicara IT kan banyak, ga sekedar data entry.”65 Untuk tingkat SD mulai pengenalan ngetik. Masuk ke jenjang SMP dan SMA mulai banyak pelatihannya, seperti disain grafis, animasi, dan multimedia.
64
Wawancara pribadi dengan Kak Beni Tutor Program Komputer Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Sekolah master, di depan kantor, Senin, 21 September 2015, 11.55 AM 65 Wawancara pribadi dengan Kak Beni Tutor Program Komputer Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Sekolah master, di depan kantor, Senin, 21 September 2015, 11.55 AM
52
Untuk kelas khusus, seperti hari selasa, itu ada pelatihan dasar-dasar komputer. untuk hari kamis pelatihan disain grafis. Dan kelas move on atau kelas malam, dikhususkan untuk anak jalanan yang belum bisa mengoprasikan komputer, bagaimana mereka untuk bisa dan lincah menggunakan komputer. Banyak alumni yang sudah bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat dari sekolah master. Salah satunya kerja di MD Entertainment, dalam pembuatan animasi Sopo dan Jarwo di Indosiar. Sekarang dia juga mengajar animasi di sekolah master. Ada juga siswa yang masih sekolah namun sudah diterima di perusahaan internet nasional. Siswa sekolah master yang mengikuti program komputer, punya harapan di sini. Seperti yang disampaikan Diana, Zulfan, dan Regi yang ikut pelatihan komputer, Menurut mereka ketika di dunia kerja harus punya skill komputer. Sehingga dengan adanya program ini mereka ingin bisa mengoprasikan komputer, agar tidak gaptek lagi dengan komputer.
“Pengen banget bisa komputer, soalnya kalo udah lulus nanti nyari kerja harus bisa komputer.”66 “Komputer kak. (biar makin ngerti. Jadi orang bener juga. Biar ga kaget kalo megang komputer)”67
2. Pelatihan Musik
66
Wawancara pribadi dengan Regi Al-Farezi, siswa sekolah master kelas 3 SMP, di bawah ruang kelas, Selasa 29 September 2015, 13.15 PM 67 Wawancara pribadi dengan Zulfan, siswa sekolah master kelas 3 SMP, di Laboratorium Komputer
53
Dalam program life skill musik ini siswa sekolah master bebas mengikuti. Dalam artian mereka bebas menentukan jadwal, dan apa yang ingin mereka latih. seperti grup vokal, gitar, bass, keyboard (piano), drum, gendang jimbe, dan alat musik islami, seperti marawis dan hadroh (rebana). Dengan demikian siswa yang memiliki potensi di bidang-bidang tersebut bisa menyalurkan bakat mereka. Terus berlatih dan mengasah kemampuan yang mereka miliki. Dengan dibimbing oleh tutor dan alumni yang membantu dalam kelas musik. Siswa di sekolah master yang turut ikut berlatih, ada yang sudah memiliki grup. Ada juga yang solo. Selain siswa aktif Sekolah Master. Ada alumni yang masih mengikuti pelatihan musik di studio master ini. Ada yang sekedar latihan vokal bersama kelompoknya. Dengan basic anak-anak master yang merupakan pengamen, jadi mereka banyak yang minta jadwal untuk latihan. Hingga saat ini jadwal latihan sangat padat. Tabel : 2 Jadwal pelatihan musik Sekolah Mster Hari/Tanggal
Senin
Selasa
Jam 08.00 WIB 09.00 WIB 10.30 WIB 11.30 WIB 12.30 WIB 14.00 WIB 16.00 WIB 17.30 WIB 20.00 WIB 22.00 WIB 08.00 WIB
Nama Grup Band (Kelompok Belajar) Rolling Chield Band SMA kelas 1 SMA kelas 2 Rest Vocal Ceria 3 SMP kelas 1 SMP kelas 2 Rest kelas malam Close Q.M.I (Qasidah Modern Indonesia)
54
Rabu
Kamis
Jum'at
Sabtu
09.00 WIB 10.30 WIB 11.30 WIB 12.30 WIB 14.00 WIB 16.00 WIB 17.30 WIB 20.00 WIB 22.00 WIB 08.00 WIB 09.00 WIB 10.30 WIB 11.30 WIB 12.30 WIB 14.00 WIB 16.00 WIB 17.30 WIB 20.00 WIB 22.00 WIB 08.00 WIB 09.00 WIB 10.30 WIB 11.30 WIB 12.30 WIB 14.00 WIB 16.00 WIB 17.30 WIB 20.00 WIB 22.00 WIB 08.00 WIB 09.00 WIB 10.30 WIB 11.30 WIB 12.30 WIB 14.00 WIB 16.00 WIB 17.30 WIB 20.00 WIB 22.00 WIB 08.00 WIB 09.00 WIB 10.30 WIB 11.30 WIB
SMA kelas 3 SMA kelas 1 Rest gitar ceria 3 smp kelas 3 tradisional hadroh/rebana Rest Close El-Star Band SMA kelas 2 SMA kelas 3 Rest Drum dan Piano SD hebat 3 SMP kelas 1 SMP kelas 2 Rest Close Albamba Dut SMA kelas 1 The Sun Band (SMA 3) Rest SD SMP kelas 2 tradisional marawis Rest Close Rolling Chield Band SMA kelas 3 Dara Quin (SMA kelas 1) Rest SD SMP kelas 1 SMP kelas 2 Rest Alumni Close Traditional Java Band SMA kelas 2 SMA kelas 3 Rest
55
12.30 WIB 14.00 WIB 16.00 WIB 17.30 WIB 20.00 WIB 22.00 WIB
SD SMP kelas 3 Traditional rebana/marawis Rest Close
3. Pelatihan Wirausaha Program ini sudah bergulir selama 6 bulan dengan nama KEPRES (kedai apresiasi). Mulanya mengidentifikasi permasalahan perekonomian dari warga belajar, relawan, dan lembaga. Dengan ini 3 elemen tersebut lebih mandiri, tidak kebergantungan terhadap dana donatur. Sebuah perencanaan mengawali program ini
yaitu
pembelajaran
dalam
kewirausahaan.
Di
mana
siswa
dilatih
kemandiriannya, keberanian mentalnya, dan pengalamannya, melihat kondisi real dilapangan. Program ini masuk ke dalam jadwal pelajaran dengan materi kewirausahaan di SMP dan SMA. Pembekalan teori-teori di dalam kelas nantinya menjadikan sebuah pegangan siswa untuk turun ke lapangan. Di samping itu sekolah juga memberikan surat kepada orang tua murid, tentang program kewirausahaan ini. Apa yang menjadi maksud dan tujuan dari program ini. Setelah mereka dapat pembekalan di kelas, mereka akan melakukan praktek langsung ke lapangan namun bukan dalam konteks mengasong, dan juga tidak semua siswa yang mengikuti pelajaran kewirausahaan ini mau ikut prkatek ke lapangan. “Kita juga merencanakan sebuah usaha yang nantinya dia coba akan rintis. Karena memang harapan kami, mereka harus mandiri, punya sebuah rencana usaha yang ketika dia sudah melihat kondisi di
56
lapangan, melihat sekeliling usaha-usaha apa yang ada di wilayah strategis di kawasan terminal stasiun dan sebagainya di sekitar master ini yang kami melihat potensi pasar yang begitu besar ekonomi yang begitu besar juga hingga satu hal, kami berharap mereka punya sebuah mimpi sebuah keinginan untuk memiliki usaha apa secara kelompoknya gitu loh. Nah dari situ kami tidak bisa memberikan modal tapi dengan tabungan ini harapan kami kita arahkan mereka untuk bisa menabung dan bisa mewujudkan mimpi-mimpi mereka dalam proses merintis usaha yang dia ingin jalankan.”68 “Itu bayangan-bayangan kita supaya mereka bisa refresh terhadap citacitanya mereka dan
mudah-mudahan dengan kita memberikan
kesempatan mereka ya untuk langsung turun ke lapangan dengan mereka berwirauasaha ini iyakan, degan berdagang mudah-mudahan di situ menambah keyakinan bahwasanya “gua pernah bisa gituloh, dan gua pernah lakukan itu”69 Di dalam prakteknya, siswa bebas memilih barang apa saja yang ingin dijual, seperti tisu, minuman, makanan ringan, dan lain sebagainya. Mereka akan terjun ke lapangan, menjual barang yang dia ambil dari kepres tersebut. Hasil yang mereka dapatkan pun untuk mereka. Namun demikian kepres membuat sebuah program dengan cara menabung. Yang mana hasil keuntungan dari penjualan yang mereka dapatkan akan dibagi 80:20 kepada kepres. Nah dari hasil 80% itu akan dimasukkan ke dalam tabungan. Dari hasil tabungan ini bisa menjadi jangka panjang untuk anak-anak. Dengan harapan suatu saat mereka dapat merintis usaha sendiri dengan hasil tabungan yang mereka kumpulkan dari program kewirauasahaan ini. 68
Wawancara pribadi dengan Kak Sugeng Tutor Program Kewirausahaan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Sekolah Master, di Ruang Kepres (kedai Aspirasi), senin 28 September 2015, 13.55 PM 69 Wawancara pribadi dengan Kak Wildan, Staff Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Sekolah Master, di Ruang Kepres (kedai Aspirasi), senin 5 November 2015, 15.25 PM
57
Tabel : 3 Matriks Kegiatan No Kegiatan 1
Analisis Proses
Pendekatan Terhadap Anak
a. Menggunakan Jasa Alumni
Jalanan
Alumni mengajak adik-adik yang masih tersangkut di dunia jalanan dirangkul untuk bergabung b. Menemukan Langsung di jalanan Ditemukan langsung oleh pengurus master di jalan. c. Pendampingan masalah hukum Ketika ada anak jalanan yang butuh perlindungan hukum, Sekolah Master akan mendampingi anak tersebut, dan lalu mengajak anak tersebut untuk bergbaung di Sekolah Master
2
Dukungan
Dari
Tokoh
a. Pendataan lingkungan sekitar. Bila
Masyarakat
ada anak marjinal bisa disalurkan ke Sekolah Master b. Tokoh masyarakat yang memiliki basic pendidikan bisa menjadi guru tamu c. Membantu dalam finansial
3
Perencanaan Program
a. Identifikasi
58
analisis
masalah
dan
kebutuhan anak jalanan 1. Mengidentifikasi menjadi
apa
yang
permasalahan
anak
jalanan. mulai dari permasalahan ekonomi, masalah hukum. 2. Menganalisis bakat, minat dan kebutuhan anak jalanan. 3. Mengklasifikasi minat anak-anak jalanan. minat musik, komputer dan bidang usaha. b. Penyiapan
sarana
dan
prasarana.
Berupa : Ruang kelas, Studio musik, Lab Komputer, klinik, asrama. c. Penyiapan manusia).
SDM
(sumber
daya
Relawan-relawan
yang
bersedia mengabdi di Sekolah Master. 4
Pelaksanaan Program
a. Pelatihan Komputer 1. Pemaparan program 2. Pembuatan materi pembelajaran 3. Pelaksanaan
program
sesuai
dengan tingkatan masing-masing b. Pelatihan Musik Siswa sekolah master bebas mengikuti pelatihan
59
musik.
Dengan
artian
mereka bebas membentuk grup, solo, ataupun grup vokal. Dan mereka juga yang menyesuaikan jam latihannya. c. Wirausaha 1. Mengidentifikasi ekonomi
dari
permasalahan warga
belajar,
relawan, dan lembaga 2. Pembekalan materi di dalam kelas mengenai kewirausahaan. 3. Praktik kelapangan 4. Melatih kemandirian, keberanian mental,
dan
pengalaman
para
siswa. Sumber : diolah hasil wawancara dengan informan
Tabel : 4 Matriks Indikator Keberdayaan Peserta Life Skill No Indikator Life skill 1
Hasil Temuan
Self Awarness (Kecakapan
Kepercayaan diri yang tinggi, karena setiap
Mengenal Diri)
pelatihan yang diikuti merupakan kemauan mereka. Dengan begitu meeeka mengenal dirinya sendiri.
2
Akademik Skills (Kecakapan
a. Mengeksplorasi pengetahuan tentang
Akademik)
pelatihan yang diikuti b. Memahami teori di dalam kelas
60
c. Siap praktik di lapangan 3
a. Bertanggung jawab dengan menjaga
Social Skills (kecakapan Sosial)
fasilitas
life
skill,
dan
juga
bertanggung jawab atas keinginan mengikuti life skill b. Disiplin dalam mengikuti kegiatan life skill. Datang tepat waktu, selalu menghadiri kegiatan c. Meningkatkan diberikan
kejujuran,
dengan
kepercayaan
dalam
menggunakan fasilitas yang ada. 4
Vocational Skills (Kecakapan
Memahami bidang apa yang mereka anggap
Kejuruan)
sesuai dengan minat mereka dan lebih spesifik. Sehingga ketika mereka ingin masuk dalam dunia kerja, seni dan usaha, sesuai
dengan
bidangnya,
yang
mereka
anggap
mereka
akan
siap
menghadapinya Sumber: diolah hasil wawancara dengan informan
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelatihan Life Skill Setelah semua berjalan, ada faktor pendukung dan penghambat dalam program-programnya. Baik dari luar maupun dari dalam lembaga itu sendiri, baik dari dalam diri sendiri dan juga dari luar.
61
Dengan ini penulis akan menyampaikan beberapa faktor pendukung dan penghambat dari tiap-tiap programnya. 1. Komputer a. Faktor pendukung : Dalam keberlangsungan pelatihan komputer, dari sisi internalnya, lab sangat dibutuhkan. Dengan adanya 2 lab komputer saat ini, sangat mendukung program pelatihan komputer tersebut. Kemudian kamuan anak-anak yang tinggi terhadap pelatihan komputer, juga menjadi pendukung. Disamping itu tidak luput dukungan dari orang tua, dan tutor yang dalam pelaksanaan program tersebut hingga anak-anak makin semangat. b. Faktor penghambat : Dengan laboratorium yang sudah mencukupi, namun tutor yang kurang menjadi penghambat dalam pelaksanaan program pelatihan komputer ini. Sebab jumlah tutor dan siswa yang banyak tidak sebanding, sehingga kerap kali tutor yang ada kesulitan. Selain itu tutor juga kadang tidak datang, sehingga siswa tidak melaksanakan kegiatan ini, dan hanya main komputer saja. Kegaduhan di dalam kelas juga kerap mengganggu berjalannya program, karena membuat siswa lainnya terasa mengganggu. Lalu ada juga yang terbentur oleh waktu, sebab masih ada siswa yang turun ke jalan, untuk mencari uang, dalam artian ngamen dan lain sebagainya. 2. Musik a. Faktor Pendukung :
62
Studio dan alat musik yang ada menjadi salah satu pendukung dalam berjalannya program musik ini. Dan juga bantuan dari luar sangat mendukung keberlangsungan pelatihan. Alumni juga menjadi salah satu faktor pendukung. Antusias mereka terhadap musik, dan bakat yang memang sudah ada pada anak jalanan tersebut juga menjadi salah satu faktor pendukung dalam keberlangsungan program musik ini. b. Faktor penghambat : Di samping alat musik dan studio yang ada menjadi faktor pendukung, hal ini juga jadi faktor penghambat. Karena alat musik yang seadanya, bila ada masalah tidak ada alat pengganti sehingga pelatihan musik ini diliburkan. Selain itu ada jadwal pelatihan yang bentrok dengan jadwal sekolah. Ini disebakan jadwal studio yang padat, sehingga pemilihan waktu yang tidak fleksibel. Berlatar belakang anak-anak jalanan juga menjadi salah satu faktor penghambat, sebab sikap semau mereka masih urung bisa dihindari. Terjadilah kegaduhan di dalam ruang studio latihan. 3. Kewirausahaan a. Faktor pendukung: Lembaga yang menjadi pendukung terdepan terhadap program ini, dengan mefasilitasi, mulai dari pemberian modal, hingga penyampaian teorinya. Kemudian dukungan dari orang tua terhadap program kewirausahaan ini. Keinginan untuk bisa usaha menjadi faktor pendukung terkuat. Sebab walaupun program kewirausahaan ini masuk dalam jadwal pelajaran, tidak semua siswa mau turun langsung ke jalan untuk menjajakan barang. Dan disamping menambah
63
pengalaman dalam berwirausaha, siswa sekolah master juga bisa menambah uang jajan, ataupun tabungan mereka. Kemudian pendukung dari luar yaitu lingkungan, yang termasuk ramai, ada pasar, terminal, stasiun yang mana menjadi sasaran utama dalam program kewirausahaan tersebut.
b. Faktor penghambat : Karena program ini berlangsung di luar ruangan, hujan menjadi salah satu penghambat dalam pelaksanaan program ini. Selain hujan ada juga sifat malas yang mengganggu beberapa siswa dalam manjalankan kegiatan tersebut. Meskipun orang tua sudah diberikan surat mengenai program kewirausahaan ini, ada juga orang tua yang kurang mendukung. Karena siswa jadi pulang telat, dan pandangan orang tua yang menganggap anak mereka diminta untuk mengasong. Selain itu Satpol PP juga menjadi penghalang bagi anak-anak dalam melaksanakan program. Karena Satpol PP menganggap anak-anak tersebut sedang mengasong, yang mengakibatakan 3 orang siswi SMP sekolah Master yang tengah menjalani praktek wirausaha diciduk Satpol PP. Dengan dimikian jelas Satpol PP menjadi penghalang besar bagi kegiatan anak-anak dalam menjalankan program tersebut.
64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Meninjau pada maksud dari tujuan yang diutarakan pada BAB I, untuk mengetahui bagaimana proses, faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan life skill anak jalanan yang berlangsung di Sekolah Master Depok, kemudian berdasarkan teori-teori yang tercantum dalam BAB II, dan dari hasil temuan lapangan penulis dapat menyimpulkan bhawa dalam proses pengembangan life skill anak jalanan sudah berjalan dengan baik. Pasalnya dalam prosesnya tersebut sangat sesusai dengan teori-teori dalam pengemabangan masyarakat. Mulai dari pembentukan Sekolah Master, Kemudian adanya dukungan dari tokoh masyarakat. Lalu sekolah master melakukan pendekatan-pendekatan terhadap anak jalanan, mengidentifikasi masalah dari anak jalanan, menganalisis kebutuhannya, kemudian menyiapkan sarana dan prasarananya untuk keberlangsungan kegitan, menyiapkan SDM untuk menunjang kegiatannya, hingga dalam pelaksanaan kegitan pelatihan life skillnya. Dengan demikian dalam prosesnya sekolah Master menjalankan beberapa proses. 1. Melakukan pendekatan terhadap anak jalanan 2. Dukungan dari tokoh masyarakat dalam menjalankan sekolah Master (Yayasan Bina Insan Mandiri)
65
3. Perencanaan program, Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan anak-anak jalanan, penyiapan sarana dan prasarana, penyiapan SDM. 4. Pelaksanaan program. Dengan adanya program pengembangan life skill ini, sekolah master menyiapkan dua output yang pertama untuk bidang akademis, dan yang kedua untuk tenaga kerja. Di mana bidang akademis bisa berlangsung ke jenjang perkuliahan dan adanya beasiswa yang disediakan. Dan untuk tenaga keraja, pelatihan life skill ini untuk menambah daya saing anak jalanan ketika mereka sudah lulus dan ingin langsung mencari pekerjaan. Pada dasarnya dua output tersebut tujuannya sama, yakni untuk memperbaiki taraf kehidupan mereka. Baik secara ekonomi, sosial dan agama. Dengan memperbaiki tiga elemen tadi akan menciptakan yang namanya hidup sejahtera. Mereka sudah tidak lagi bergantung hidup pada jalanan dan bisa memanfaatkan pendidikan dan bekal pelatihan life skill ketika sudah di luar lingkup Sekolah Master. Kemudian yang menjadi faktor pendukung dalam kegiatan, mulai dari fasilitas yang ada, namun tidak dipungkiri di lain sisi fasilitas yang ada juga kurang dan masuk dalam bagian penghambat dari kegiatan pelatihan life skill di sekolah Master. Faktor mendukung dalam kegiatan yaitu alumni yang mengabdi menjadi salah satu bentuk pendukung keberlangsungan kegiatan, dan juga kemauan anak-anak yang memiliki kemauan untuk berubah, mau maju, dan hidup lebih baik dari sebelumnya, yang mana mereka memulai hidup di jalan, menjadi pendukung terkuat dalam kegiatan tersebut. Namun masih adanya siswa
66
yang aktif di jalan seperti mengamen dan mengasong, menjadi salah satu pengahmabat. Karena mengganggu kegiatan-kegiatan mereka. B. Saran Merujuk dari apa yang ditemukan di lapanagn oleh penulis, mengenai sekolah master sejak tahun 2000. Penulis menyarankan : 1. Mempertahankan sekolah Master agar tidak digusur untuk pendirian apartemen. 2. Mempertahankan kegiatan-kegiatan yang ada. terus berinovasi agar sekolah Master berkembang kedepannya. 3. Mengenai fasilitas, ada beberapa fasilitas yang nampaknya kurang layak. Maka penulis menyarankan, memperbaiki setiap fasilitas yang ada, untuk kenyamanan dalam proses kegiatan di sekolah Master. 4. Ada beberapa SDM yang tidak sesuai dengan bidangnya, dan juga kurangnya SDM. Maka dari itu lebih giat mencari SDM untuk menunjang kegiatan-kegiatan di sekolah Master. 5. Lebih banyak melibatkan dan meluaskan jaringan kepada mahasiswa
bidang sosial, untuk hal monitoring, dan bisa
membantu sekolah Master dalam kegiatan-kegiatan sosialnya.
67
DAFTAR PUSTAKA Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayaan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Masyarakat Sosial Dan Pekerja Sosial. (Bandung : PT Refika Aditama, 2005) Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif (Ciputat : UIN Jakarta Press, 2006)
Hidayatullah Jakarta.
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif :Untuk Ilmu-ilmu Sosial. (Jakarta : Salemba Humanika, 2012) HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia. (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2004) Onny S. Prijono, Pemberdayaan Konsep, Kebujakan, dan Implementasi, (Jakarta: Centre for Strategis and International Studies, 1996) Rofik
A.
dkk, Pemberdayaan Pesantren :Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta : PustakaPesantren, 2005)
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayan, Pengembangan Masyarakat dan Intervens iKomunitas, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI, 2001) Dr. Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacanadan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2014) DIA/YKAI dan Childhope, Penelitian Anak Jalanan : Kasus di Wilayah Senen Jakarta Pusat, (Jakarta: 1990) Abu Tandeng K, Maryam ”Pelaksanaan Program Peningkatan Kesejahteraan Anak Jalanan (UniversitasIndonesi, Program StudiSosiologi, 2002) Lihat DEPSOS Direktorat kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat, h. 9-10 dalam Siti Nurazizah, Skripsi: Peran Pekerja Sosial Di Rumah Singgah Anak Jalanan Yayasan Rumah Kita, (Jakarta : FDK, 2007) Noveria Mita, Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan. (Jakarta: LIPI) Singarimbun Masri, Penduduk dan Perubahan. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996) Ismail Asep Usman, Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial. (Tangerang : Lentera Hati, 2012)
68
Dr. Bagong Suyanto, Masalah Sosial Aanak. (Jakarta : Kencana, 2013) Drs. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan (Jakarta : Pustaka Jaya, 1995) Jim Ife & Frank Tesoriero, Community Development (Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2014) Dr. Prasetya Irawan, Logik adan Prosedur Penelitian. (Jakarta : STIA-LAN, 1999) Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007) Ferdian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: BukuObor, 2014) Rooestin Ilyas, “Anak-anakku di Jalanan”, (Jakarta :Pensil, 2004)
Sumber Internet http://www.beritasatu.com/nasional/193810-bps-maret-2014-jumlah-pendudukmiskin-indonesia-capai-28-juta.html diakses pada 13 april 2015 pukul 6.34 wib http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/perkembangan-tingkatkemiskinan/ diakses pada 28 maret 2015 pukul 12.21 wib https://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=5di akses pada 28 Maret 2015 pukul 10.45 wib https://pkbmpls.wordpress.com/2008/02/06/pengertian-pendidikan-kecakapanhidup-life-skills/ Pendidikan: Kecakapan Hidup http://www.undoc.org/pdf/youthnet/action/message/escap_peers_07.pdf
Sumber Wawancara Wawancara pribadi dengan Pak Nurrohim, Pendiri Sekolah Master, di Masjid Master, Kamis, 8 Oktober 2015, 13.30 PM
69
Wawancara pribadi dengan Mustamin Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Sekolah master, di Klinik Master, Senin, 28 September 2015, 12.45 PM Wawancara pribadi dengan Kak Sugeng Tutor Program Kewirausahaan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Sekolah Master, di Ruang Kepres (kedaiAspirasi), senin 28 September 2015, 13.55 PM Wawancara pribadi dengan Kak Beni Tutor Program Komputer Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Sekolah Master, di depan kantor, Senin, 21 September 2015, 11.55 WIB Wawancara pribadi dengan Regi Al-Farezi, siswas ekolah master kelas 3 SMP, di bawah ruangkelas, Selasa 29 September 2015, 13.15 WIB Wawancara pribadi dengan Zulfan, siswa sekolah master kelas 3 SMP, di Ruang Komputer, 2 Oktober 2015, 13.44 WIB Wawancara pribadi dengan Kak Wildan, Staff Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Sekolah Master, di Ruang Kepres (kedai Aspirasi), senin 5 November 2015, 15.25 PM Wawancara pribadi dengan Wari’ah, siswa sekolah master kelas 1 SMP, di depan kepres (kedai aspirasi), Jum’at 2 Oktober 2015, 14.35 PM
70
LAMPIRAN
Wawancara dengan pendiri Sekolah Master Bapak Nurrohim
Wawancara dengan ketua yayasan Pak Mustamin
Wawancara dengan Tutor pelatihan Musik Kak Elias
71
Kegiatan latihan musik
72
Kegiatan Pelatihan Kewirausahaan
73
PERTANYAAN WAWANCARA PENDIRI SEKOLAH MASTER 1. Apa landasan utama dan tujuan didirikannya sekolah Master ini? 2. Siapa saja yang menjadi objek pemberdayaan di sekolah Master? 3. Bagaimana melakukan pendekatan terhadap anak jalanan? 4. Bagaimana cara mengidentifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat sekitar? 5. Bagaimana bentuk dukungan tokoh dan masyarakat sekitar? 6. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam berjalannya sekolah Master? 7. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam berjalannya sekolah Master? 8. Apa harapan Bapak untuk sekolah Master?
74
PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK KETUA YAYASAN 1. Apa yang menggerakkan hati Bapak/Ibu gabung di Sekolah Master? 2. Apa Landasan utama dari program lifeskill di Sekolah Master? 3. Bagaimana tahapan dalam pembuatan program itu? 4. Apa saja program life skill yang ada? 5. sejak kapan sekolah Master dinaungi lembaga?
75
PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK STAFF SEKOLAH MASTER 1. Apa yang menggerakkan hati bapak/ibu gabung di Sekolah Master? 2. Bagaimana tahapan-tahapan yang dilakukan dalam program pengembangan Life Skill ini? 3. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program? 4. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program?
76
PERTANYAAN WAWANCARA
UNTUK SISWA SEKOLAH MASTER
1. Apa yang mendorong adik untuk gabung ke sekolah Master? 2. Apa program life skill yang diikuti? 3. Apa yang dipelajari dari program itu? 4. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program? 5. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program? 6. Apa yang membuat kamu percaya diri? 7. Bagaimana cara kamu bertanggung jawab dalam pelaksanaan program itu? 8. Apa harapan adik untuk sekolah master? 9. Apa kesan berada di sekolah Master?
77
Pak Nurrohim Pendiri Sekolah Master Sabtu, 8 Oktober 2015 Di Masjid Baru Sekolah Master 13.22 PM 1. Apa landasan utama dan tujuan didirikannya sekolah Master ini? Jadi kita berangkat dari keprihatinan ya. Jadi ketika saya baru datang ke depok ini, sekitar tahun 1995 lah. Saya punya usaha di terminal, punya kioskios. Dan depok itu baru mendeklarasikan sebuah kota yang memisahkan diri dari kabupaten bogor, persisnya 27 april 1999. Jadi depok ini kota yang visi misinya adalah kota pendidikan, kota perdagangan kota jasa, dan kota pemukiman yang nuansanya religi, dan perguruan tinggi ini banyak di depok ini bertebaran, ada UI, Gunadarma gitu. Tapi di sisi lain anak-anak yang usia sekolah itu, yang ga sekolah banyak, yang putus sekolah banyak gitu. Jadi berangkat dari keprihatinan itu di mana masih banyak anak-anak marjinal, kaum narginal yang belum bisa mengakses layanan pendidikan, yang terutama mereka adalah korban-korban ketidak berdayaan keluarga lah dalam pemenuhan kebutuhan dasar selain sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Jadi kami menginisiasi, menggagas sekolah master ini untuk masyarakat marginal, untuk pendidikan alternatif untuk masyarakat marginal, bagi mereka yang tidak terlayani, bagi mereka yang tidak bisa sekolah gitu kan. Jadi tujuannya ini kita melayani yang tidak terlayani, dan kita punya harapan mereka ketika sudah bergabung di sini, sekolah di sini, mereka menjadi orang-orang yang punya, kwalitas dirinya nambah, akhlaknya bagus, sehingga mereka-mereka ini, adek-adek kita punya daya saing, di dunia kerja, 78
bisa wirausaha. Sehingga akan memutus mata rantai kemiskinan salah satunya bermuara dari pendidikan. Jadi adalah program pemberdayaan masyarakat sebenrnya. Melalui pendidikan jadi tujuan kita seperti itu. Jadi untuk mendidik generasi bangsa supaya cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi pekerti atau berakhlakul karimah, dan punya daya saing tinggi. Itu yang kenapa master ini ada, jadi tujuannya itu. Jadi membuat sekolah, bagi mereka yang tidak terlayani, dan ingin menjangkau yang tidak terjangkau begitu. 2. Siapa saja yang menjadi objek pemberdayaan di sekolah Master? Kita ada 5 cluster selain anak jalanan, anak terlantar, anak kebutuhan khusus, anak-anak yang berhadapan hukum, dan anak-anak cacat dari keluarga miskin. Jadi semua jenis semua anak, dari mulai usia anak sampe yang punya anak bahkan. Jadi 5 cluster ini kalo pengertian anak terlantar itu, bukan berarti anak jalanan aja. Anak dalam lingkungan keluarga, ketika pemenuhan gizinya tidak terpenuhi standar, terus pendidikannya ga maksimal, itu sebenarnya anak terlantar juga gitu, jadi itu yang menjadi dasar dan target fokus garapan kita 5 cluster ini. Walaupun ada tambahan cluster dari keluarga yang mampu tapi secara pendidiakn mereka bermasalah, karena model pendidikan kita kan dibuat sama rata, artinya formal semua, nah mereka yang ingin informal dan non formal bisa bergabung dengan kita juga. Itu yang menajdi target kita juga, pokoknya semua jenis model pendidikan informal non formal yang tidak bisa terakomodir lewat sekolah negri dan swasta bisa ke sini, tapi kita lebih fokus ke 5 tadi. 3. Bagaimana melakukan pendekatan terhadap anak jalanan?
79
Jadi kalau fokus untuk anak jalanan, itu ada 3 katagori. Ada anak jalanan yang memang dia tumbuh besar dari keluarga jalanan, ibu bapaknya anak jalanan. Bapaknya ngamen, ngasong, mulung juga. Terus beranak pinak gitu kan. Itu pendekatannya beda. Ada anak jalanan yang memang sudah liar, jalan yang tadinya pelarian tapi menjadi kehidupan, dia sudah ngga ada lagi hubungan dengan keluarganya, sanak familinya, dia sudah bertahun-tahun di jalan. Jadi aktifitas ekonomi sosial di jalan. Tapi ada anak jalanan dari keluarga-keluarga miskin dia punya rumah punya kontrakan, sepetak gitu kan, nah itu yang sering, kadang-kadang, dijadikan komoditi, dieksploitasi dan sebagainya. Jadi pendekatannya di sini ada yang namanya sistim jemput bola. Ada yang melalui, teemen-temen mahasiswa yang bikin kegiatan dengan kita nanti kita ajak mereka main musik main bola, sanggar dan sebagainya. pendekatannya yang jelas berfariasi, ada yang anak jalanan yang sudah bergabung dengan kita mereka sudah gabung jadi relawan, dia akan ajak temen-temennya. Karena anak jalanan itu hidupnya kayak predator, istilahnya kayak lele dumbo, saling makan yang gede makan yang kecil gitu kan, jadi kayak gitu. Jadi kalo kita lihat peternakan lebah, sama merpati itu kayak gitu. Ada rumahnya, jamnya makan ada makanan, ada yang udah jinak 2 3 pasang, nanti dia pergi kemana-mana ajak temennya, oo itu ada tempat tinggal, kayak burung dara gimana sih, yang lain juga akan ikut. Ikut gabung nimbrung di situ. Jadi ada yang udah jinak pergi kemana diajak temen-temennya “noh tinggal di sono aja, ada tempat tinggal, dikasih makan, bisa sekolah, ada kegiatan ekskulnya selain otomotif, elektro, ada futsal, ada yang lain-lain
80
gitu”. Yaa dunia anak-anak lah dunia remaja bagaimana. Nah itu pendekatannya seperti itu. Istilahnya dengan pendekatan sosial, dengan pendekatan hati, dengan pendekatan pertemanan, dan kekeluargaan, bahwa bahwa master ini menjadi tempat berlindungnya mereka, tempat permintaan suaka politik lah, jadi master Ini kayak KBRI, perlindungan-perlindungan politik orang-orang yang bermasalah gitu. Jadi pendekatannya seperti itu. Variasi lah tergantung situasi kondisi dan psikologis anak itu bagaimana. Ada yang pendampingan hukum, kalo dia bermasalah, ada yang diobatin kalo dia lagi sakit gitu, jadi berbagai macam metode lah gitu pendekatannya. Ada yang kita deketin abang-abangannya dulu, kayak ternak lebah kan, kalo ratunya udah kita taro di sarang kita, yang laen akan ikut, kayak gerbong kereta. Nah itu, begitu juga ada. senyaman mungkin lah dibuatnya gitu. Jadi bahwa mereka ada sebuah tempat komunitas yang menerima segala kelebihan dan kekurangannya, selama ini kan mereka kayak orang asing di negrinya sendiri, mereka tidak diberikan tempat, tidak pernah diberikan kepercayaan, dan kesempatan. Bahkan mereka dicaci maki, dicemo’oh, dan diberikan label-label yang negatif gitu. Ya itu yang membuat apa istilahnya, rasa frustasi. Jadi sulit untuk membangkitkan semangat dan kepercayaan diri bahwa dia dianggap tidak berguna, dan orang-orang yang bermasalah. Sehingga udah ketelanjuran lah bahasa kasarnya begitu. Nah kita bagaimana meyakinkan bahwa masih ada orang yang peduli sama kalian. Kamu tuh masih muda, kamu tuh masih punya harapan, masih punya masa depan gitu kan. Jadi kita dorong bagaimana mereka berani bermimpi, ketika mereka berani bermimpi bagaimana istilahnya mereka punya harapan, punya mimpi,
81
itu tugas kita semua adalah memfasilitasi untuk mewujudkan harapan dan impian anak-anak itu sendiri. Itu yang kita lakukan seperti itu. 4. Bagaimana cara mengidentifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat sekitar? Jadi gini, pada umumnya kan manajemen pendidikan itu kan manajemen apa istilahnya manajemen global ya. Kalo kita kan manajemennya manajemen rumah sakit. Ada satu ruangan, katakanlah ini yang terutama master yang di sini nih, yang di depok ini terminal sbenernya ini kayak rumah sakit yang ugdnya. Dia masuk ke sini ya kan, ada kelas uji coba, percobaan ya kan, kita ada reka medis. Tipe anak ini, kucing garong, belatung nangka, atau uler kadut istilahnya begitu. Kalo emang dia udah jinak nanti kelasnya di sini, gitu kan. Kalo memang dia mau masuk kelas tahfiz kelas akademis nanti kita proyeksikan masuk perguruan tinggi favorit. Bahkan banyak anak-anak jalanan yang bisa keterima di UI, di UIN, UNJ, banyak gitu kan. Nah itu kita fasilitasin beasiswanya. Nah itu identifikasi maslah, artinya, guru kelas, guru bimbingan konseling (BK) atau temen-temen pendamping itu bisa menggali mendalami masing-masing anak, potensinya ada di mana. Jadi identifikasi masalahnya perpasien, kayak di rumah sakitkan walaupun tidur satu ruangan makanannya beda-beda begitu juga cara kita memberi materi anak-anak ini beda-beda. Ini anak ni pinter, Cuma agak bangor ni, sholatnya agak males misalnya, itu pendekatannya beda lagi. Ada yang rajin ibadahnya, sosialnya bagus, tapi akademisnya rendah, jadi pendekatannya ada kelas akademis, kelas tahfizh, dan lain sebagainya. Identifikasi masalahnya itu per anak memang, nah nanti kita punya rumah tahfizh, kita punya pondok pesatren, kita punya kelas dagang, kelas bisnis, kelas otomotif, gitu. Dan itu supaya
82
tujuan akhir dari pada potensi anak itu bisa tersalur gitu. Nanti kita magangmagangin ke beberapa mitra kita. Itu identifikasi masalah sesuai dengan problem-problemnya mereka. Kita sadar bahwa untuk mencapai gol ini, tujuan visi misi master ini, kita tidak akan mungkin kerja sendiri, jadi untuk mewujudkan impian harapan mereka, kita membangun kemitraan, baik dengan para praktisi, kademisi, kalangan dunia usaha, ikut terlibat, kalangan perguruan tinggi, dan dinas-dinas terkait gitu kan, yang ada hubungannya dengan pelayanan sosial anak itu tadi. Dan program-program pemberdayaan keluarga. 5. Bagaimana bentuk dukungan tokoh dan masyarakat sekitar? Jadi contohnya ketika anak ini mau daftar misalkan, itu ada rekomendasi tokoh masyarakat, RT, RW, pengurus Majlis Ta’lim, pengurus masjid gitu kan. Itu peranan mereka bagaimana menyisisr, mendata, lingkunganlingkungan dia yang anak-anak yang ga bisa sekolah, terus dia merekomendasikan itu satu. Yang kedua tokoh-tokoh masyarakat yang punya basic dan punya kepedulian, basic pendidikan, atau ilmu-ilmu yang bisa dibagi untuk adek-adek kita, mereka kita kasih kesempatan ikut terlibat untuk menjadi guru-guru tamu, di sini. Terus bisa jadi mereka berperan dari sisi secara selain sodaqoh ilmu, dia bisa bantu apa dalam bentuk lain, bisa jaringan, bisa tadi infaq dia atau sebagainya, gaji mereka sebagian disisihkan kesini, atau dia misalkan orang-orang yang punya aqiqah apa sering kirim ke sini. Jadi banyak bentuk-bentuknya keterlibatan mereka gitu. Selain mereka sebagai orang tua asuh juga sebagai guru tamu juga sebagai peran-peran yang bisa memberikan kontribusi dalam sekecil apapun lah. Artinya mereka
83
dengan membawa anak dibawa kesini itu udah bagian dari kontribusi menurut saya. Jadi bahwa kita menjadikan sebuah isu, pendidikan problem kesejahteraan ini adalah musuh utama yang harus kita perangi, bagaimana kita memerangi kebodohan, memerangi kemiskinan, itu adalah musuh kita semua. Kita jadikan sebuah isu sehingga semua orang akan tergerak sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki. Yang kita gaungkan, yang kita sebarkan persoalan-persoalan kepada maasyarakat. 6. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam berjalannya sekolah Master? Kita, master ini sudah menjadi laboratorium kehidupan, yakan. Itu dari mulai perguruan tinggi negri, swasta, dan luar negri. Kita beberapa kali dapet kesempatan, konsep pemberdayaan masyarakat marjinal, keluarga sejahtera, dan sebagainya itu kita, selalu dapet pemenang dari proposal pengajuan pemberdayaan itu sendiri, bahkan perusahaan-perusahaan dari luar negri, berapa kali kita menang itu, itu dari perusahaan world education itu sebuah pendampingan LSM luar yang ada di Indonesia, yang disponsori oleh perusahaan alcatelusa itu perusahaan telekomunikasi dari prancis dan amerika, itu mesupport kegiatan kita dari sisi programnya gitu. Itu salah satunya. Jadi karena kita boleh dibilang kalo bahasa guyon di sini kita ini ngumpulin orang bingung. Dari mulai yang bingung mau ngelahirin, mau sekolah, mahasiswa bingung mau tugas penelitian, media bingung cari berita, akhirnya dia dapet berita bagus dan dibaca oleh komisaris perusahaanperusahaan, jadi perusahaan bingung pun dateng ke sini minta kerja sama, jadi sama-sama orang bingung di sini. Sehingga kita bingung mau bikin program ga ada duitnya, dia mau konsepnya banyak tapi sasarannya
84
bagaimana ya akn, jadi semuanya terselesaikan di sini. Itu Alhamdulillahnya begitu bentuknya. Jadi semuanya orang-orang bingung yang ada di sini. Kalo kita kan birokrasinya mudah kapan aja, terserah lu mau ngapain, lu main akrobat kek, main topeng monyet di sini, boleh aja, yang penting kamu membawa manfaat, bisa berbagi ilmu, dengan adek-adek yang ada di sini. Jadi di sini belajarnya merkayat. Ujian aja di mana aja, di kebon juga jadi. Kita ga mau kalah sama kambing. Saya bilang, kalo lo ga bisa hidup di kota kalah sama kambing, kambing taro di kebon aja hidup iya kan. Makanya ini, gini-gini yang ngatur orang kaya ini, kalo ga jadi tukang pijit, jadi tukang parkir, diatur tu orang kaya. 7. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam berjalannya sekolah Master? Kendala udah pasti ada, Cuma kita justru banyak belajar dari persoalanpersoalan itu sendiri. Kita yakin barang yang berkualitas itu melaluai proses perjalanan panjang yang rumit, yang njelimet, itu baru dia akan dikatakan barang yang mahal, atau yang punya spek kualitasnya bagus gitu. Justru kita bisa bertahan sampe hari ini, orang menyebutnya kita bisa eksis, karena pertama kita banyak mengalami rintangan dan hambatan, tapi kita bisa melewati masa sulit itu. Dari mulai birokrasi, legalitas, mulai persoalan peserta didiknya, ada juga hambatan dari guru-guru itu sendiri, yang mereka berangkat, istilahnya apa ya, relawan ya, melalui gerakan sosial ini kan sifatnya relawan, jadi dia tulus, dia mau bergabung Cuma basic pendidikan penguasaan terhadap materi pembelajaran juga kurang, terus kalo toh ada yang bagus, bongkar pasang gitu kan. Jadi banyak anak-anak yang model kayak jelangkung gitu, dateng ga diundang, pergi ga dianter gitu, relawannya
85
juga begitu bongkar pasang gitu. Jadi hambatan-hambatan itu banyak. Mulai relawannya juga bongkar pasang, terus anak-anaknya juga, terus kita mau ikut ujian juga, anak-anak itu harus diminta akte kelahiran, apa identitas, jadi persoalan-persoalan itu banyak, belum bicara nanti kalau di sini lembaga yang boleh dibilang agak unik, manajemennya kayak manajemen keluarga. Artinya semua yang ada di sini ya keluarga kita. Jadi dari mulai mati hidupnya kita yang ngurusin gitu, mulai dari alam rahim sampe alam barzah gitu. Dari urusan sejadah sampe yang haram jadah. Jadi orang tu keluarganya mau ngelahirin bingung dateng kesini, sakit datang ke sini, sementara dia ga punya identitas. Kalo toh ada identitas mereka ga punya bpjs, tapi dia keluarga miskin, sementara sakit harus diobatin, operasi, apa semua harus kita bayar. Ini bagaimana hambatan-hambatan itu kita lalui. Kita lobi bagaimana ke dinas sosial, dinas kesehatan, ke rumah sakit rumah sakit, yang menampung anak-anak ini, yang merawat anak ini gitu kan. Itu banyak persoalan. Belum nanti bicara anak-anak ini yang dimanfaatkan oleh beberapa sindikat, yang dijadikan kurir, kadang-kadang suruh jualin narkoba, berurusan dengan hukum dan sebagainya. jadi persoalan-persoalan ini yang kadang-kadang menjadi hambatan. relawan itu tidak fokus ngajar atau pendampingan, tapi bagaimana para relawan di sini menjadi fasilitator bagaimana bisa menginspirasi dan memotivasi anak ini dan tugasnya bagaimana mendalami potensi anak ini. Apa minat bakatnya ada di mana gitu kan, nah itu ga mudah untuk saya. Jadi butuh relawan yang bener-bener udah lulus S3, yang Sangat Sabar Sekali. Ga cuman cukup S1, Cuma sabar doang kayaknya belum bisa. Itu hambatan juga, karena tidak semua relawan punya
86
jiwa seperti ini, kalo cuman dateng ngajar mungkin selesai gitu. Tapi bagaimana kita bisa memberikan pendampingan motivasi terus bisa mengawasi, jadi pengasuhan juga. Selain keteladanan dan pengasuhan itu butuh keikhlasan dan kesabaran yang tinggi. Dan keikhlasan dan doa-doa itulah yang isnyaAllah membawa perubahan kepada anak-anak itu menjadi dekat menjadi nyaman dengan diri kita, sehingga master ini menjadi rumah ke 2 bagi mereka. Itu satu hambatan yang ngga mudah. Karena sekolah master ini kita jadikan tempat mereka berlindung, kita jadikan mereka bernaung yang bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan dan itu ga mudah, untuk membentuk lembaga seperti itu, karena semuanya harus punya kesepahaman yang sama gitu kan, bahwa mereka adalah sodara kita, mereka adalah adek-adek kita yang harus kita sentuh dengan ketulusan dan kekeluargaan, atau pertemanan gitu. Jadi para relawan, guru-guru ini harus bisa berteman, bisa bersahabat dengan adek-adek kita ini, supaya mereka kalo ada masalah tidak mengadu ke orang lain yang ngga bisa bertanggung jawab. Jadi orang-orang yang terdekat itu yang seharusnya membimbing mengarahkan, justru kadang-kadang mereka orang-orang yang dewasa ini yang mengeksploitasi dan merusak masa depan anak itu sendiri. Nah harapannya nanti kalo relawan itu sudah mau bergabung siap menghadapi anak-anak yang bermasalah ini, itu mereka ga akan jauh, jadi kalo ada maslah ya sama kita aja gitu. Sehingga kita bisa membimbing, mengarahkan yang lebih baik, supaya meminimalisir anak-anak yang berhadapan dengan hukum anak-anak yang tadi keluarganya yang udah cerai berai, sudah berantakan, bapaknya bang toyib. Jadi mereka tidak punya tempat berlindung, bernaung
87
lagi dia sudah ngga betah di rumahnya, sementara lingkungannya, masyarakatnya acuh, nah tugas kita bagaimana membuat satu komunitas yang bagus, di sini ada sebuah gerakan sosial, nah itulah yang lagi kita benahi, supaya makin tau, makin kesini, pelayananan ini makin baik gitu. Sehingga anak-anak nyaman din sini. Itu banyak hambatannya di situ. Kita butuhorang-orang yang sepesial yang super relawan. Sementara RHB kita kan bukan dollar bukan rupiah, tapi pake yen, pake uang jepang, yen ono ya dibayar, yen ono dikasih, yen ga ono ya terima kasih gitu kan, jadi bukan kayak NGO yang lain, punya anggaran besar, kita bisa bayar orang itu gede, gitu kan. Tugasnya kerjaannya banyak, sementara dapet Cuma makan doang ibaratnya, sekedar transport gitu kan. Paling yaa, jalur-jalur beasiswa kuliah, makanya di sini kita, untungnya kita mengkader dari peserta didik ini, dari kalangan SPDI, sarjana-sarjana penuh derita yang gabung di sini yang kesulitan bayar kost, bayar kuliah ya kita tampung di sini nanti mereka jadi kakak-kakak asuh di sini. 8. Apa harapan Bapak untuk sekolah Master? Saya berharap master ini bisa menjadi percontohan ya, bisa menginspirasi dan memotivasi semua kalangan masyarakat, untuk bisa menularkan. Sehingga model-model sekolah seperti ini bisa dikembangkan di setiap wilayah. Dan kahirnya nantinya tidak ada lagi anak-anak di negeri ini yang kebingungan untuk mendapatkan akses layanan pendidikan. Dan saya berharap juga kedepan pemkot ini, kita bisa bergandengan tangan, bisa jadi mitra gitu. Harapan kami master ini bisa jadi mitranya pemkot dalam pelayanan kesejahteraan sosial anak. Apa lagi depok ini lagi-lagi kota yang
88
mencanangkan kota layak anak. Jadi salah satu indikator kota layak anak itu kan elemen-elemen yang ada di dalam kota itu baik akademisinya, para praktisinya, kalangan dunia usaha, tokoh masyarakat itu berperan serta memberikan kontribusi nyata terhadap pelayanan kesejahteraan sosial anak. Itu yang kita harapkan, kita bisa menjadi mitra. Dan secara kelembagaannya harus disupport. Dari pemkot itu sendiri, baik infra struktur sampe sarana prasarana penunjangnya maupun sumber daya manusianya (SDM) jadi bisa dikirim orang dinsos kemari, orang disdik kemari, orang dinkes kemari. Jadi ini kan kalo bicara tentang anak-anak ini luas. Kita akan bicara hak-hak sipilnya, kesejahteraannya, pendidikannya, pembinaannya, itu banyak gitu. Jadi ini akan menjadi sebuah wadah gerakan sosial yang sifatnya kolektif gitu. Nah itu yang kita harapkan. Untuk anak-anak ya saya berharap nantinya meraka bisa berdaya lah, punya skill, punya kapasitas, punya akhlak yang baik, sehingga mereka bersaing di dunia kerja, bisa wirausaha, sehingga nantinya tidak ada keluarga-keluarga yang di bawah garis kemiskinan. Itu minimal dia sejahtera lah. Secara kebutuhan dasarnya, makannya layak, sehingga mereka bisa boleh dibilang, ga menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial lagi, mereka bisa mandiri. Kekuatan finansialnya, dengan kekuatan intelektual dan spiritualnya. Itu yang kita harapkan.
89
Ka mustamin Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri Senin, 28 September 2015 Klinik Sekolah Master 12.45M 1. Apa yang menggerakkan hati Bapak/Ibu gabung di Sekolah Master? Saya gabung 2003, awalnya mau sekedar bantuin ngajar, tapi setelah kita ngeliat bahwa banyak anak-anak yang putus sekolah, ga bisa mengenyam pendidikan, kemudian kondisi anak jalanan yang secara hidupnya jauh dari normal seperti anak-anak yang sebagaimana mestinya, akhirnya menjadi sebuah panggilan ya. Saya yakin panggilan nurani panggilan batin untuk memperkuat mereka, terus tantangan juga bagaimana bisa mengantarkan mereka pada suatu kemandirian, mereka bisa hidup dan bisa tampil hidup sebagaimana orang-orang lain. Karena ya bahwa fitrah manusia untuk mendapatkan pendidikan untuk bisa hidup lebih baik lagi seperti itu. Cuma memang karena mereka belum ketemu orang-orang yang bisa mengantarkan dia, sehingga eee mereka pada saat itu masih belum bisa untuk itu tadi yaaa boro-boro cita-cita yang tinggi, untuk lebih baik aja bersyukur. Jadi ya itu panggilan, sama seperti relawan-relawan yang lain seperti itu. Dan lama-lama bergerak ternyata ni kita harus menjadi sebuah eeee kekuatan yang kuat untuk itu sehingga ga jatoh, dimanage, ditata, diarahkan sehingga visi kita jelas. 2. Apa Landasan utama dari program lifeskill di Sekolah Master? Jadi anak-anak kita pada dsarnya memang memiliki kecerdasan yang luar biasa, nahhh kalo kita pahami bahwa kecerdasan itu bermacam-macam ya, ada
90
kecerdasan
akademis,
kecerdasan
motorik,
dan
sebagainya.
ternyata
kebanyakan dari mereka lebih banyak kecerdasan motorik skill, maka kita bekali mereka dengan life skill itu. Walaupun life skill tapi mereka tetep dapet ijazah sekolah seperti itu. Sehingga ijazah dan skill menjadi sebuah keniscayaan, untuk mereka dapat tadi, hidup normal kembali. Bisa kita gerakkan mereka untuk bisa hidup di sektor formal maupun non formal. Formal misalnya dia jadi karyawan, misal non formal dia bisa bikin usaha. Tapi ya memang hampir anak-anak kita itu cendrungnya kesitu life skill. Nanti outputnya itu bisa kerja atau bisa mandiri dengan usaha. Sehingga kita ya harus perkuat di life skill. 3. Bagaimana tahapan dalam pembuatan program itu? Kalo life skill dari perencanaannya pertama kita harus menyiapkan dulu, sistim dari sebuah skill itu, skill seperti apa yang anak-anak ingini iyakan. Skill apa yang memang bisa nanti diterima di masyarakat, gitukan. Yang memang nanti pangsa pasarnya bisa terserap dengan baik. kemudian skill apa yang memang sesuai dengan talenta-talenta anak itu, nanti kita harus udah mulai menganalisa menginventarisir, kita akan klasifikasikan mereka. Makanya kita siapkan tadi, apa wadah-wadah untuk mereka, seperti itu. Ada yang berlatih musik, nanti dia larinya seperti ini, ada yang bengkel nanti seperti ini. Yang jelas skill itu diberikan sesuai dengan kebutuhan mereka gitu. Setelah kita siapkan itu, setelah kita sudah klasifikasikan, maka ada beberapa yang prosesnya, mana yang sudah bisa kita lakukan, untuk siap dijalani. Misalkan yang udah ada komputer disain grafis, misalkan studio, berarti musik udah siap. SDMnya kemudian perangkat sarana prasarananya. Kalo yang belum gimana? Kalo yang
91
belum, mungkin kita bermitra, ke beberapa lembaga-lembaga. Sampe nanti kita minta tahapan pemagangan buat mereka. 4. Apa saja program life skill yang ada? a. Komputer b. Ngetik dasar c.
Disain grafis
d.
Animasi
e.
multimedia
f.
bengkel
g.
servis handphone
h.
penataan taman
i.
disain interior
j.
musik
5. sejak kapan sekolah Master dinaungi lembaga? yayasan itu ada de facto, de jure, de factonya itu kami tahun 2000 sudah melakukan proses pembelajaran. Nah pada tahun 2005 itu udah berbentuk yayasan. Tapi memang kalo bicara de facto, lahirnya itu memang sekolah dulu. Bary timbul yayasan. Terbentuk pada 28 oktober, awalnya kita Cuma beberpa tim ya, 4 atau 5 orang, ketua sekretaris bendahara, karena memang pada saat itu, belum banyak yang mau bergabung. Sehingga yaa apa adanya lah. Istilahnya jangan sampai gara-gara ga ada orang kita ga jalan gitu. Kita jalan dengan kondisi yaa semangat. Sampe terus akhirnya kita kebentuk yayasan, buat mengembangkan bagaimana pengembangan-pengembangan terhadap yayasan, secara ekonominya, program-programnya diperkuat, termasuk
92
penguatan terhadap kelembagaan. Kan lembaganya ada divisi sosial, keterampilan, ekonomi, pendidikan seperti itu.
93
ka Beni Tutor Komputer Senin, 21 September 2015 11.55 AM 1. Apa yang menggerakkan hati bapak/ibu gabung di Sekolah Master? Jadi gini, awalnya dulu. Awalnya kan emang saya datang kesini tuh untuk pendaftaran kerja. Nah datang kesini barang-barang saya ilang di terminal. Abis itu saya diajak orang untuk ke yayasan. Sampe sini lama-kelamaan ngeliat proses belajarnya, ngeliat karakter anak-anaknya, di situ mulai tertarik untuk gabung tuh tahun 2008. Nah tahun 2009 saya mulai memberanikan diri untuk gabung. Kan memang waktu itu relawan kan kadang pas kalo lagi ada ya ada, kalo lagi kosong kosong. Akhirnya masuk tuh ganti, kelas pertama yang saya masukin tuh SMA saya mulai bantu-bantu ngajar SMA, abis itu banyak tuh antusias anak-anak yang luar biasa bahwa pengennya kedepan jadi apa, karena saya amatin dari tahun 2008 2009 kebanyakan Cuma sekedar sekolah terus lulus dapet ijazah dan dia kerja sebagai cleaning service, atau pelayan toko, biasanya seperti itu polanya. Basic saya teknik, saya dulu anak STM terus saya kuliah di Tangerang, karena saya ikut demo waktu itu saya dikeluarin di Tangerang dari kuliah. Akhirnya saya pengen daftar kerja kan, kerja di astra selesai saya daftar TKI ke Jepang keterima, makanya saya disini tuh seleksinya di Jakarta, itu diskip aja. Nah ijazah saya sama tas saya ilang, Ijazah STM ijazah lainnya. Dah akhirnya Pak Rohim kasih jalan keluar, saya disuruh ikut sekolah kejar paket di sini, sebenernya saya bisa ngurus di sekolah saya asal. Tapi saya males pulangnya, ga enak sama orang tua kan.
94
Dah saya ikut kejar paket C, ikut kejar paket C, sembari belajar, sembari ngajar. Selesai paket C ada dari LP3I datang kesini, nawarin beasiswa kuliah. Akhirnya saya ikut seleksi tuh 5 orang ikut seleksi di sana. Alhamdulillah saya masuk, nah mulai dari situ lah saya pikir, setahun saya kuliah di sana, lulusannya diarahinnya kan kerja ya, akhirnya di situ saya mikir, perasaan kalo sekedar data entri, sekedar disain grafis anak-anak master juga bisa, ketimbang dia lulusan larinya ke klining service, jaga toko gitu kan, kalo dia punya keahlian sedikit aja sebagai komputer dasar, office minimal, nah dia akan lebih baik lagi tuh. Di data entry, atau disain grafis. Mulai dari situ lah sering beberapa donatur itu menawarkan kerja sama, untuk bidang teknologi informasi. Pertama ketemu sama, lupa saya namanya, itu ngasih komputer 4. Awal-awal saya ngajar 4 komputer. Dateng lagi ngasih komputer 10. Tapi karena waktu itu memang masih terlalu liar bagi saya ngeliat anak-anaknya. Jadi maintenance komputernya itu terbengkalai. Sampe akhirnya datang NGO dari luar negri, yang memang benr-bener dia konsen pengen membangun pendidikan melalui life skill itu, tapi dikhususkan ke bidang IT. Nah dari situ saya paparin tuh programnya. Cuma ngisi 2 lembar terus saya presentasi, yaudah disetujui bikinlah lab komputer pertama. Kita dikasih 30 komputer. Jadwal saya bikin. Selalu padet, udah kontener, padet, ACnya kurang adem. Akhirnya saya diminta untuk ngajuin yang kedua. Saya bikin lagi speknya saya tinggiin lagi biar mumpuni buat disain grafis kan. Alhamdulillah sekarang informasinya ada yang keterima di perusahaan internet nasional. Walaupun dia belum lulus, tapi dia udah keterima di situ. Karena memang yang dibutuhkan skill bukan, ijazah. Terus yang kedua sama
95
juga, lulusan SMP, dia jago disai grafis. Dia keterima di perusahaan MD Entertainment. Kalo pernah nonton film jarwo, salah satunya anak master ada di situ. Sekarang dia ngajar animasi di Master. Cuma paling 10-15 orang aja yang minat. 2. Yang ikut program komputer? Untuk TK SD SMP itu semuanya wajib ikut, karena itu masuk ek dalam jadwal pelajaran. SMA sempat jadi pilihan, kan banyak ketermapilan biar mereka fokus, tapi akhirnya dialihkan masuk ke dalam jadwal lagi. Ada kelas khusus, hari selasa komputer dasar, kamis disain grafis. Karena kita memang ga memungkiri bahwa, anak-anak yang usianya udah SMA atau lebih dari SMA belum tentu bisa. Pegang mouse aja dia masi takut-takut gitu. Makanya saya bikin kelas move on. Untuk anak kelas malam. Mereka yang komputer masih takut, giamana caranya mereka bisa lincah, ga gaptek lagi. Saya bilang, “pokonya jangan minder, dan mau belajar”. 3. Bagaimana tahapan-tahapan yang dilakukan dalam program pengembangan Life Skill ini? Perencanaan : Awalnya kan pengenalan, pemaparan dulu. Akhirnya diACC. Perencanaannya ya itu tadi, bahwa ketika diACC dan ada lab komputer. Akhirnya bikin tuh materi bahan pembelajaran, materi-materi apa yang akan disampaikan. Dan kemungkinan apa yang akan dipakai di dunia kerja. Karena memang outputnya lari ke dunia kerja sama wirausaha. Kan memang di Master ada 2 yang mau ke dunia kerja sama yang mau ke akademis. Kalo akademis berarti mereka fokus buat kuliah, ada bimbel-bimbel dan macemmacem. Tapi kalo mau ke dunia kerja ya dibekalin skillnya.
96
Pelaksanaan : sebelumnya ya itu tadi, penyusunan materi itu, masuk di klasifikasi berdasarkan, tingkatan-tingkatan. Kayak paud itu kayak semacam game-game pembelajaran edukasi, tujuannya sih bukan sekedar dia akan bisa menjawab 1+1=2. Tapi menggunakan mouse itu untuk ini ngeklik kesini, biar lancar menggunakan itu. Mulai SD itu pengenalan. Ini negtik. Nanti ada pendalaman, pengayaan, macem-macem. SMA mulai dipecah tuh, kalo bicara IT kan banyak, ga sekedar data entry. Belakangan ini saya lagi ngajar, jaringan. Saya bilang “kalian harus berfikir warnet itu kayak apa” tapi apa kalian tau cara menghubungkan internet. Itu saya mulai mengajarkan seting pengkabelan, seting komputernya, biar terkoneksi internet, seting weirlesnya, wifinya, itu pelan-pelanlah mereka akan menerima itu semua. 4. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program? Adanya lab kompuer tersebut, terus sama semangat mereka. 5. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program? Dari anak itu sendiri, ada yang sekedar pengen gaduh doang di kelas, karena memang dia sebenernya minatnya bukan di situ. Jadi ada kesan belajar itu dipaksa. Komposisi siswa sama tutornya kebanting. Ruangan sempit. Satu ruangan maksimal 35 komputer. Siswa yang masuk 4050 oke gamasalah. Kalo dia fokus enak, tapi kalo ada yang ga fokus ga enak.
97
Mas Bro ( Elias) Tutor Musik Senin, 28 September 2015 Depan Studio Musik 12.25 PM 1. Apa yang menggerakkan hati bapak/ibu gabung di Sekolah Master? Saya sampe ke master, sebenernya saya sih kalo dikatakan niat ga ada. Cuma bahasa gampangnya tuh, dilalah lah. Jadi dengan sendirinya. Karena saya begitu di jakarta, ketemu teman, kemudian temen saya ini ingin menyekolahkan anaknya. Kebetulan sampe ke master ini. Nah akhirnya kita ngobrol-ngobrol nyambung ke musik, ama kepala sekolahnya. Jadilah saya sampe sini. Terus sebenernya sih ada niat, Cuma ga terfokus di master, jadi niatnya itu ada petunjuknya ke kota depok. Cuma sampe depok ternyata master yang menampung kita. 2. Suka dukanya ka? Alhamdulillah saya pribadi dengan fasilitas yang di miliki master ini sangat membantu saya dalam menelurkan album pribadi. Saya bisa mengaransemen, bisa menciptakan lagu di sini. Itu secara pribadi. Nah kalo secara mengajar anak-anak ya suka, mereka antusias sekali. Untuk vokalnya, gitarnya, dan lainnya, itu mereka antusias mengambil jam itu. Dukanya ya secara umum karena kita faham, bahwa lingkungan master ini marginal kan, berbagai karakter yang ada tentu akan sangat sulit bagi kami untuk memanage program studi ini. Program studi ini sudah saya mange, saya terapkan, ya kendala pasti ada, yang ga bisa diatur, dan perkenalan yang
98
begitu singkat. Rata-rata mereka pengamen, rata-rata mereka bisa musik, dan suka musik. Maka jam yang saya terapkan di studio ini sampe sekarang tu sangat padat sekali. Jadi hampir-hampir ga ada jam kosong gitu. Baik yang secara formalnya, ataupun yang sudah lulus, alumni dan para anak jalanan suka pakai studio kita. 3. Bagaimana tahapan-tahapan yang dilakukan dalam program pengembangan Life Skill ini? Perencanaan : Untuk perencanaan bahkan saya membuat perencanaan itu, bukan hanya mereka yang sudah bisa musik. Sudah saya rencakan mulai dari dini. Di kelas paud sudah saya bikin programnya. SD SMPnya. Sudah saya atur semua, tinggal penerapannya yang belum maksimal. Untuk SD SMP sudah berani masuk studio. Latihan dengan temannya. 4. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program? Jelas alat musik, saya kira cukup lah untuk belajar, walaupun 1,2 masih sudah mengalami kerusakan, jadi ada kendala. Kemudian pendukung yang lain, secara kerja sama, kadang, kadang kita masih kesulitan untuk misalnya mengambil les biola, nah ini kan kita memerlukan, tutor selain yang ada di sini, misalnya ada orang lain yang bisa, dan mau mengabdikan diri di sini bisa kami bekerja sama. Kadang-kadang jamnya ada yang ngambil gitr, bass, drum, kan kita jadi kewalahan sulit kalo kita jadikan satu. Pasti mengalami kesulitan. Suaranya kan bercampur gitu. Sudah saya atur senin vokal, selasa gitar, dan seterusnya. 5. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program?
99
Faktor penhambatnya jelas perlatan musiknya, kalo kita lagi ada trouble, gangguan, atau senarnya yang putus, apa mesinnya yang trouble, itu sangat mengganggu, pasti mereka akan libur. Tidak bisa latihan. Di sisni bebas masuk, mereka dari pada ada jam ga ada tutornya, terus dari pada main kesana kemari masuk studio. Mengembangkan bakat, dari pada main. Peserta : Mereka yang dengan sendirinya yang punya bakat, otomatis akan kesini, bilang “ka minta jam latihan”. Mereka ada yang punya grup sendiri, ada yang ngambil solo. SMA saja grupnya lebih dari 4, belum alumninya, kalo SD masih belajar perkelompok 5 orang, kadang ada yang sendiri dateng minta latihan gitar.
100
Bang Sugeng Rianto Tutor Kewirausahaan Senin, 28 September 2015 Di Koprasi Sekolah Master 13.55M 1. Apa yang menggerakkan hati bapak/ibu gabung di Sekolah Master? Yang jelas bicara pengabdian saya belajar. Banyak hal yag tidak didapatkan di dunia luar. Ketika kita melihat keberpihakan lembaga ini, melihat sebuah keprihatinan lingkungan yang ada di terminal, komunitas dan seterusnya dengan latar belakang adek-adek kita ini, di situlah akhirnya saya melihat ada hal yang berbeda di sini, dan ada hal yang disemangati spiritnya oleh lembaga itu sendiri bang rohim dan bang mus terhadap proses yang dijalankan di master ini. Sehingga satu hal membangun kesadaran kita, terhadap hakikat kehidupan dan seterusnya, akhirnya kelihatannya sejalan dengan visi ataupun pribadi yang ada di diri saya. Akhirnya saya jalan dengan mereka barengbareng selama prosesnya. Jadi itulah yang mengawali hadirnya kita di master ini. Kalo saya sih ngeliatnya hal yang positif, banya hal yang positif, kalo duka itu adalah saya pikir itu tidak ada, itu bagian dari tantangan. Banyak hal yang gua dapetin di sini. Bagaimana melihat sebuah keberpihakan pendidikan terhadap mereka-mereka yang marjinal itu sendiri, yang dalam tanda kutip “ tidak pada umumnya”, sekolah-sekolah ataupun warga belajar di tempattempat yang lain. Dan yang kedua juga lingkungan, dan sebagainya, dengan memilik akses dan seterusnya. Nah di situ saya berpikir sebuah tantangan,
101
latar belakang silih bergantinya relawan degan latar belakang relawan yang beragam dan seterusnya, saya pikir itu tantangan dunia sosial yang notabenenya menghadapi realita dengan anak-anak marjinal. Nah itu yang saya pikir tantangan yang luar biasa buat saya. 2. Bagaimana tahapan-tahapan yang dilakukan dalam program pengembangan Life Skill ini? Berjalan sejak 6 bulan silam Perencanaan: Kedai apresiasi atau “kepres” di sekolah master Indonesia ini, bergulir 6 bulan yang lalu, mengawali sebuah langkah kemandirian. Ketika kami nengidentifikasi permasalahan ekonomi mulai dari warga belajar relawan dan lembaga pun butuh kemandirian untuk bisa mensuport tidak semata-mata hanya bertopang kepada dana-dana donatur. Harapan kami kepres ini memiliki sebuah orientasi jangka panjang, dalam rangka membentuk kemandirian dari 3 elemen tersebut ya, kondisi warga belajar, relawan, dan lembaga. Ya itu harapan kami untuk di dalam. Tapi kalo untuk keluar expand adanya kemitraan-kemitraan dan seterusnya. Yang pertama kami tidak muluk-muluk ya ini adalah proses pembelajaran dalam kewirausahaan. Tidak dalam konteks mengasong. Di sini belajar, orang mungkin melihatnya, “kok ni anak diminta mengasong” dan sebagainya. Namun idak demikian karena apa, kami memiliki sebuah perencanaan yang masuk ke dalam jadwal belajar dengan materi kewirausahaan. Nah dalam kewirausahaan itu kami coba berikan arahan adalah tetap bagaimana kita belajar yang namanya kewirausahaan butuh teori. Namun tida sebatas teori, misalnya definisi
102
kewirausahaan, jenis-jenis usaha pokonya segala macem, saya pikir itu terlalu dasar, pokoknya yang penting pondasi dan nilai-nilai itu tertanam di dalam diri kita, teori-teori itu yang membekali kita untuk melangkah bagian dari sebuah pilihan, dan menguatkan sinyal-sinyal yang kita mungkin masih ragu, masih malu dan seterusnya dalam melangkah untuk usaha. Nah akhirnya kita buat sebuah materi pembelajaran, yang terencana dalam sebuah kegiatan seminggu sekali di setiap kelompok belajar. Khususnya di tingkat SMP dan SMA. Seluruh kelompok itu kita belajar tentang wira usaha. Dan dari situ ya, ada yanag namanya praktek, praktek dagang atau praktek berwirausaha kenapa kita coba untuk masuk ke ranah, mereka masuk ke dalam testimoni sebuah proses, stimulan mereka untuk belajar, untuk melatih keberanian mereka, mengasah ketajaman mereka dan ya banyak hal yang mereka harus dapat di lapangan langsung turun melihat sebuah realita tantangan dan seterusnya, termasuk mental. Nah dari situ memang bukan semata mata mereka hanya mengasong dapat uang terus dapat uang, tidakk. Tapi kita programkan ada sebuah perencanaan strategis yang kita lakukan dengan meareka menabung. Dari hasil mereka berdagang akhirnya mereka bisa menyisihkan uang tabungan dari hasil keuntungan yang dia peroleh degan bagi hasil dengan koprasi atau kepres, 80:20. Misalkan modal dari kami 1500 dia jual silahkan ada yang 2000 ada yang 3000 terserah, nanti omzet berapa, nanti kita bagi hasil 80:20. Dan dari 80 itu kita berikan mereka buku tabungan tetapi tidak menutup kemungkinan kalo toh mereka membutuhkan untuk transport untuk misalkan uang jajan, nah itu kita bisa 50:50. Tapi itu juga ada yang sifatnya kelompok. Ada kelompok yang dibangun. Ya komunitas
103
sehingga saling mengingatkan kontrol di antara mereka. Selain dari pada itu sudah berjalan, bergulir. Kita juga merencanakan sebuah usaha yang nantinya dia coba akan rintis. Karena memang harapan kami, mereka harus mandiri, punya sebuah rencana usaha yang ketika dia sudah melihat kondisi di lapangan, melihat sekeliling usaha-usaha apa yang ada di wilayah strategis di kawasan terminal stasiun dan sebagainya di sekitar master ini yang kami melihat potensi pasar yang begitu besar ekonomi yang begitu besar juga hingga satu hal, kami berharap mereka punya sebuah mimpi sebuah keinginan untuk memiliki usaha apa secara kelompoknya gitu loh. Nah dari situ kami tidak bisa memberikan modal tapi dengan tabungan ini harapan kami kita arahkan mereka untuk bisa menabung dan bisa mewujudkan mimpi-mimpi mereka dalam proses merintis usaha yang dia ingin jalankan. Ditambah lagi kami berharap dengan adanya materi pembelajaran kewirausahaan itu kita memiliki program. Program yang sifatnya itu tidak sekedar teoritis tapi bagaiman mengundang dari para praktisi usaha yang punya pengalaman dan memahami karakteristik anak itu bisa membangun motivasi dan orientasi mereka lebih menguatkan terhadap frekuensi kewirausahaan yang ada, termasuk juga mungkin kita berharap nantinya program kegiatan mereka malakukan kunjungan ke dunia usaha mana yang kiranya membuka peluang kita untuk nisa belajar dari mereka. Itu bayanganbayangan kita supaya mereka bisa refresh terhadap cita-citanya mereka dan mudah-mudahan dengan kita memberikan kesempatan mereka ya untuk langsung turun ke lapangan dengan mereka berwirauasaha ini iyakan, degan
104
berdagang mudah-mudahan di situ menambah keyakinan bahwasanya “gua pernah bisa gituloh, dan gua pernah lakukan itu”. 3. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program? Yang jelas memang ya dukungan dari keluarga itu kita tidak bisa pungkiri, ketika mereka berdagang di luar waktu jam belajar. Kami tidak mengijinkan mereka untuk berdagang pada waktu jam belajar ketika waktu istirahat ataupun ketika pulang sekolah. Kalo pas waktunya belajar kita tidak ijinkan mereka. Jadi seperti itu. Dukungan dari orang tua, dukungan dari ya lembaga, master memberikan ruang kita YABIM, membuka ruang untuk kita bergerak gitu ya, walaupun tantangannya pasti ada gitu ya. Dari dalam maupun dari luar khususnya. Pihak-pihak yang ketika berhadapan dengan satpol PP, atau apa dan seterusnya. 4. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program? Yang jelas hambatan yang ada kami sadari itu adalah bagia dari sebuah penguat. Niat dan sinyal yang ingin kita jalankan. Jadi saya pikir hambatanhambatan yang kadang ada juga pihak orang tua yang tidak setuju dengan program ini. Karena memang ya anaknya jadi pulang larut, atau mungkin juga faktor “anak saya kok disuruh dagang” kita bisa terima hal tersebut, kemampuan dan pemahaman mereka tapi Insya Allah diprosesnya kita sudah berikan mereka informasi tentang, surat mengenai keterangan tentang program ini, ya bahwasanya kita membuat sebuah perencanaan dengan program kewirausahaan yang notabenenya arah dan tujuannya kita paparkan di dalam surat untuk orang tua ataupun kalo diperjalanan berjualan dan seterusnya.
105
Regi (15 tahun) Siswa kelas 3 SMP Selasa, 29 September 2015 13.15M 1. Apa yang mendorong adik untuk gabung ke sekolah Master?
Diajak abang, soalnya dulu pernah di master juga
2. Apa program life skill yang diikuti?
TIK
3. Apa yang dipelajari dari program itu?
Baru belajar Microsoft
4. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program?
Pengen banget bisa komputer, soalnya kalo udah lulus nanti nyari kerja harus bisa komputer.
5. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program?
Waktunya kak. Kadang harus bantu orang tua.
6. Apa yang membuat kamu percaya diri?
Saya percaya diri soalnay saya yakin pasti bisa belajar komputer. Biar jago.
10. Bagaimana cara kamu bertanggung jawab dalam pelaksanaan program itu?
106
Bertanggung jawab saya harus ikut latiahan, karena itu kemauan saya sendiri kak.
8. Apa harapan adik untuk sekolah master?
Ada isu mau digusur, untuk pembangunan apartemen, mudah-mudahan master ga digusur, dana tetep bisa sekolah.
9. Apa kesan berada di sekolah Master?
Seneng, saya udah dari kecil di master, anak-anaknya gampang bergaul.
107
Diana (15 tahun)
Siswa sekolah Master (2 SMP)
Selasa, 29 September 2015
12.48M 1. Apa yang mendorong adik untuk gabung ke sekolah Master?
Saya dateng sama orang tua, soalnya dikasih tau ada sekolah gratis. Tadinya saya ngamen di daerah Harmoni.
2. Apa program life skill yang diikuti?
Saya ikut komputer kak, yang disain grafis
3. Apa yang dipelajari dari program itu?
Gambar-gambar kak
4. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program?
Saya didukung orang tua, guru dan temen kak
5. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program?
Saya masih suka sibuk nyari duit kak, ngamen. Jadi suka gabisa ikut, soalnya latihannya malem.
6. Apa yang membuat kamu percaya diri?
108
Pengen coba-coba kak, pengen bisa disain baju. Siapa tau punya butik sendiri. hehe
7. Bagaimana cara kamu bertanggung jawab dalam pelaksanaan program itu?
Harus tanggung jawab kak, ikutin latihan, jangan males-malesan.
8. Apa harapan adik untuk sekolah master?
Saya pengen master lebih bagus, jangan sampe digusur kayak kata orangorang. Mau dibangun apartemen kak katanya. Padahal kan kita bisa sekolah geratis di master.
9. Apa kesan berada di sekolah Master?
Seneng kenal banyak temen, bisa nyari ilmu.
109
Zulfan (17 tahun)
Siswa sekolah master kelas 3 SMP
Jum’at, 2 Oktober 2015
13.30M 1. Apa yang mendorong adik untuk gabung ke sekolah Master?
Saya gabung tahun 2005, diajak ka wanto. Aslinya rumah di Citayem. Tapi biasanya kan ngamen di pocin. Terus pas maen ke master diajak gabung.
2. Apa program life skill yang diikuti?
Komputer kak. (biar makin ngerti. Jadi orang bener juga. Biar ga kaget kalo megang komputer)
3. Apa yang dipelajari dari program itu?
4. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program?
Sebelumnya kan sering main warnet, jadi makin seneg, pengen belajar, pengen lebih ngerti.
5. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program?
Gurunya suka ngga ada kak. Jarang-jarang kak beni, sibuk terus. Kak roji juga sibuk. Gara-gara begadang juga.
110
6. Apa yang membuat kamu percaya diri?
Udah lumayan sering main komputer, jadi percaya diri kalo saya bisa kak.
7. Bagaimana cara kamu bertanggung jawab dalam pelaksanaan program itu?
Selalu dateng kalo latihan komputer.
8. Apa harapan adik untuk sekolah master?
Makin lebar tanahnya, makin maju, makin banyak donaturnya. Relawannya makin bae, ga sombong-sombong.
9. Apa kesan berada di sekolah Master?
Enak kak semua ditanggung di sini, makan, baju, alat mandi, sekolah geratis, tempat tinggal, ampe duit juga dikasih. Sekarang udah ngga, nyarin sendiri, ngamen. Sekarang lagi kepepet.
111
Akbar (12 tahun) Siswa sekolah master kelas 6 SD Selasa, 29 September 2015 10.22 AM 1. Apa yang mendorong adik untuk gabung ke sekolah Master?
Saya gabung waktu itu diajak sama ka wanto (salah satu relawan Master).
2. Apa program life skill yang diikuti?
Saya ikut pelatihan musik kak
3. Apa yang dipelajari dari program itu?
Saya belajar musik jimbe (gendang)
4. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program?
Saya didukung sama abang-abangan saya di master
5. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program?
Bentrok sama jam sekolah saya kak. Soalnya latihannya pagi.
6. Apa yang membuat kamu percaya diri? iya kak, soalnya saya seneng main musik. jadi saya percaya diri pasti bisa. 7. Bagaimana cara kamu bertanggung jawab dalam pelaksanaan program itu? 8. Apa harapan adik untuk sekolah master?
Saya pengen sekolah master maju terus, ga kena gusur
112
9. Apa kesan berada di sekolah Master?
Seneng di sekolah master, soalnya saya punya banyak temen.
113
Fakhrul Siswa Sekolah Master (YABIM) Jum’at 2 Oktober 2015 09.21M 1. Apa yang mendorong adik untuk gabung ke sekolah Master? Kan dulu awalnya saya di medan. Terus tahun 2012 saya diajak sama bapak ke jakarta. terus disekolahin di sini, sekalian ngamen. 2. Apa program life skill yang diikuti? Wirausaha. Ikut gabung di kepres. 3. Apa yang dipelajari dari program itu? 4. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program? Pengen bisa usaha, sekalian cari uang buat jajan. Lumayan soalnya. 5. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program? Suka males ka. 6. Apa yang membuat kamu percaya diri? Percaya dong ka, soalnya biar berani usaha, ga ngamen lagi 7. Bagaimana cara kamu bertanggung jawab dalam pelaksanaan program itu? Harus dateng terus ka 8. Apa harapan adik untuk sekolah master? Suapaya master ga digusur ka, makin bagus sekolahnya. 9. Apa kesan berada di sekolah Master? Seneng banyak temen di sini. Biasa main bareng.
114
Wari’ah (13 tahun) Siswa sekolah master kelas 1 SMP Jum’at, 2 Oktober 2015 14.35 PM 1. Apa yang mendorong adik untuk gabung ke sekolah Master?
Aku gabung tahun 2015 ka, pas bulan puasa baru masuk. Kan tadinya SD sekolah di luar. Pengennya sekolah di negri, karena ga ada biaya, SKTM abis, jadinya yaudah ke master aja. Yang geratis ga mikirin apa-apa, udah terjamin.
2. Apa program life skill yang diikuti?
KWH, kewirausahaan. Udah 3 bulan yang lalu.
3. Apa harapan adik untuk program program ini?
Pengennya sih ya kalo jualan-jualan gitu, dibolehin, jangan diusir. Jadi bisa nabung. Pengen beli apa-apa ga minta sama orang tua.
Kemaren saya ditangkep satpol PP.
4. Apa yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan program?
Bisa ngehasilin duit, untungnya bisa buat kita sendiri. Modalnya dari kepres, kita ngambil keuntungan. Jadi kita ga beban. Cuma jual-jualin. Bisa mandiri juga.
5. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program?
115
Kadang ketua kelompoknya nyebelin. Kadang-kadang ngomel mulu. Salah dikit ngomel. Mendung atau ujan ka, jadi ga jualan. Terus jadi ngojek payung.
6. Apa yang membuat kamu percaya diri?
Percaya diri kak, karena ini kemauan sendiri.
7. Bagaimana cara kamu bertanggung jawab dalam pelaksanaan program itu?
Kita kan jualan, barang ga abis, bisa dibalikin. Yang penting intinya jujur.
8. Apa harapan adik untuk sekolah master?
Pengennya ni ya, katanyakan master mau digusur. Pengennya ni, jangan digusur gitu. Soalnya kan master kan tempat banyak nolong orang. Mau orang kaya, orang miskin, kan di sini bukan Cuma orang yang sekolah doang, ada yang anak ngamen. Tidur di sini apa di sini. Nyediain buat orang yang ga mampu.
116
Tabel : 5 Daftar informan dan jenis informasi yang akan diambil informasi yang ingin didapat Informasi mengenai sejarah, dan tujuan didirikan Sekolah Master Informasi pengelolaan program, dan proses program tersebut informasi mengenai proses, faktor pendukung, dan penghambat dalam program wirausaha informasi mengenai proses, faktor pendukung, dan penghambat dalam pelatihan Komputer informasi mengenai proses, faktor pendukung, dan penghambat dalam pelatihan Musik informasi mengenai pelatihan komputer
no
nama
Posisi
1
Bapak Nurrohim
Pendiri sekolah Mater
2
Bapak Mustamin
Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri (Sekolah Master)
3
Kak Sugeng Rianto
Tutor program Kewirausahaan
4
Kak Beni Setiawan
Tutor pelatihan Komputer
5
Kak Elias (Mas Bro)
tutor pelatihan Musik
6
Zulfan Akbar
siswa SMP Kelas 9
7
Regi AlFarezi
siswa SMP kelas 9
informasi mengenai pelatihan komputer
8
Diana
siswa SMP kelas 9
informasi mengenai pelatihan komputer
9
Akbar
siswa SD kelas 6
10
Fakhrul
Siswa SD kelas 5
11
Wari'ah
Siswa SMP kelas 7
117
informasi mengenai pelatihan musik informasi mengenai pelatihan kewirausahaan informasi mengenai pelatihan kewirausahaan