Proses Komunikasi Masyarakat Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar Selatan, Bali dalam Mewariskan Nilai Tradisi Omed-omedan 1)
2)
Ni Made Ari Setia Sunari Merta , I Gusti Agung Alit Suryawati , Ade Devia Pradipta 1,2,3)
3)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana 1
2
Email:
[email protected] ,
[email protected] ,
[email protected]
3
ABSTRACT Communication and culture are two important things that are interrelated. Culture influences communication behaviour, while communication also determines, maintains, and bequeaths a culture. This research discusses how a culture, particularly a hereditary tradition, can be inherited through a process of communication within the society, in which the focus of tradition in this study is Omed-omedan in Banjar Kaja, Sesetan, South Denpasar, Bali. This study is aimed at observing and describing the process of communication in the society of Banjar Kaja, Sesetan, and also the ongoing strategy for bequeathing the value of this tradition. The method that used in this study was qualitative method, using descriptive approach. The technique of data analysis used was interactive model analysis, by Miles and Huberman, with the conclusion was done inductively through some steps, namely data collection was done through deep interview, supported by participatory observation technique and document study. The result of this study shows that the effort of people in Banjar Kaja, Sesetan in bequeathing the value of this tradition involves the process of value injection and the process of strengthening the tradition value in which those processes take place in three components, namely the family, sekaa truna, and the society. These communication process occurred in three components are the uniques strategy possessed by the people there to bequeath the tradition value to their generation in Banjar Kaja. The tradition value includes the value of fertility (the meeting of purusa and pradana), the value of purity (the use of water in tradition process), the value of belief in self-recovery, and the value of protection (the belief of any phenomenon happens). Keywords: Communication process, inheritance of value, omed-omedan
1.
PENDAHULUAN
bersifat fisik (tangible) adalah kebudayaan
Budaya merupakan suatu keseluruhan
berwujud
benda
konkret
yang
dapat
yang kompleks yang meliputi pengetahuan,
dipegang, misalnya pura, rumah, candi, dan
kepercayaan,
lain-lain.
seni,
serta
kebiasaan-
Kebudayaan
yang
tidak
bisa
kebiasaan yang dipelajari manusia sebagai
dipegang atau diraba dapat digolongkan
anggota masyarakat (Taylor, dalam Kusuma,
sebagai
kebudayaan
abstrak,
2004: 2). Secara umum, kebudayaan dapat
kearifan
lokal
berbentuk
dibedakan sebagai kebudayaan yang bersifat
kepercayaan,
fisik (tangible) dan yang bersifat non fisik
berperilaku, dan lain sebagainya (Rai Gria,
(intangible).
2008: 30).
Seperti
yang
diungkapkan
Cahyadinata (2013: 3), kebudayaan yang
1
yang
misalnya tradisi,
kebiasaan-kebiasaan
negara
Indonesia merupakan salah satu
Salah satu daya tarik ini adalah sinergi agama
kepulauan
dan
yang
terbentang
dari
budaya
di
Bali
yang
tidak
dapat
Sabang sampai Merauke. Berbagai corak dan
dipisahkan. “Hubungan agama Hindu, tradisi,
nilai kebudayaan dengan ciri khas yang
dan kebudayaan yang dianut masyarakat Bali
dimilikinya merupakan satu aset yang tidak
sangat erat, bahkan kebudayaan itu sangat
ternilai
(dalam
ditentukan oleh agama sehingga mampu
mengungkapkan,
memunculkan kearifan lokal” (Sukarelawanto,
beragam kekayaan budaya dimiliki Indonesia,
2014). Selain itu, Soetama, 2004: 167, dalam
termasuk 800 ragam bahasa yang digunakan
Putra,
penduduknya.
ditakdirkan untuk ditonton, ia sesuatu yang
harganya.
news.unpad.ac.id,
Situngkir
2013)
Selain sebagai potensi yang luar
2004)
menyatakan “Bali memang
gemerlap, menarik minat banyak orang untuk
biasa, kekayaan budaya nasional yang dimiliki
menatapnya berlama-lama.”
Indonesia
ini
daya tarik yang khas inilah yang pada
ancaman,
bahkan
juga
rentan
dapat
mengalami
menghancurkan
akhirnya
menjadikan
Bali
Keunikan dan
tidak
hanya
bangsa bilamana tidak dikelola dengan baik
dijadikan sebagai obyek wisata, melainkan
dan benar (Saiman, 2016: 59). Kerentanan ini
seperti tempat berkumpulnya orang-orang
salah satunya adalah akibat dari proses
dari seluruh penjuru dunia.
globalisasi.
Sebagaimana
diungkapkan
Bali yang kaya akan budaya dan
Mubah (2011: 302), semua golongan, suka
tradisi pun kini mengalami gempuran keras di
atau tidak suka, harus menerima kenyataan
era
bahwa di satu sisi globalisasi dapat membawa
mengandung nilai-nilai sosial-religius mulai
pengaruh buruk pada pudarnya eksistensi
mengalami
budaya-budaya lokal. Kekhawatiran terhadap
misalnya tradisi rumah Bali atau sistem
hilangnya budaya lokal sebagai aset budaya
undagi yang sudah mulai hilang yakni tradisi
nasional ini terlihat dari sejumlah budaya yang
bangunan
mulai
ancaman
tradisi
kepunahan,
penggak
(Apriyanta,
yang
seperti
2013).
bahasa,
Demikian halnya terhadap eksistensi desa
kekayaan
budaya
pakraman di Bali yang diwarnai dengan
Indonesia. Dari ratusan bahasa daerah yang
berbagai konflik antar kelompok (Antara News
ada di Indonesia, terdapat 139 yang terancam
Bali, 2010).
salah
seperti
Banyak
halnya
sebagai
tergerus,
globalisasi.
satu
punah. Bahkan, terdapat 15 bahasa daerah
Dari sekian banyak tradisi yang ada di
yang mulai punah (Bramantyo, 2012 dalam
Bali, salah satu tradisi budaya yang masih
www.infoindo.web.id).
bertahan adalah Tradisi Omed-omedan, yang
Melihat
kebudayaan
lokal
di
dilaksanakan
secara
Banjar
Kaja,
oleh
Indonesia, salah satunya adalah Budaya Bali.
masyarakat
Sebagai salah satu pulau kecil dengan luas
Sesetan, Denpasar Selatan. Tradisi Omed-
5.636,66 km2, Bali sangat kental dengan
omedan ini merupakan tradisi rutin yang
beragam nilai seni dan budaya (BPS Provinsi
dilaksanakan setiap tahun sekali, yakni sehari
Bali, 2010). Pulau yang disebut sebagai Pulau
setelah Hari Raya Nyepi atau yang disebut
Dewata, Bali memiliki daya tarik tersendiri.
sebagai Hari Ngembak Geni. Tradisi ini
2
di
turun-temurun
Kelurahan
dimulai
saat
penjajahan
Belanda,
yakni
keteguhan
sekitar tahun 1940 (Oka Putra, wawancara
seseorang.
Maret 2016).
dan
keyakinan
Mengakarnya nilai-nilai budaya di
Sebagaimana
diungkapkan
oleh
masyarakat
memegang
untuk
komunikasi
budaya
tenteram, dan harmonis. Di tengah gempuran
memberikan
era globalisasi dan pesatnya perkembangan
pemahaman bahwa budaya menjadi bagian
teknologi informasi dan komunikasi saat ini,
dari perilaku komunikasi dan pada gilirannya
ketahanan
komunikasi
budaya lokal adalah suatu kebutuhan. Hal ini
adalah
budaya
komunikasi.
Hal
pun
memelihara,
dan
ini
turut
menentukan,
mengembangkan,
dan
keadaan
penting
Edward T. Hall (dalam Soerjono, 1996: 45), adalah
terciptanya
peranan
terhadap
yang
pudarnya
tertib,
eksistensi
membawa
tantangan
tersendiri
untuk
mewariskan budaya, guna sebagai upaya
bagaimana
nilai-nilai
pelestarian nilai tradisi Omed-omedan ke
masyarakat dapat dipahami dan dipegang
generasi selanjutnya di banjar setempat.
teguh, termasuk nilai kebudayaan dalam
kebudayaan
suatu
bentuk tradisi. Tradisi turun-temurun di suatu masyarakat
2. KAJIAN PUSTAKA
diwariskan
dari
generasi
ke
Kebudayaan dan Pewarisan Nilai
generasi melalui suatu proses pewarisan nilai
Kultural
budaya. Dalam kehidupan bermasyarakat,
Setiap
kebudayaan
proses pewarisan nilai budaya melibatkan
mengandung
proses komunikasi di dalamnya. Bagaimana
nilai-nilai kultural yang dapat menjadi panutan
masyarakat
dan pedoman hidup manusia. Menurut Simon (1973:
213),
keyakinan
nilai
adalah
seseorang
menyebarluaskan
seperangkat
tentang
ide
dalam
dan
keluarga,
dan
nilai-nilai
serta dalam pergaulannya secara menyeluruh di masyarakat.
yang berorientasi pada tindakan dan makna
Menurut
kehidupan seseorang.Menurut Akbar (2013:
McQuail
(1987:
145),
proses pewarisan budaya meliputi tiga hal, di
24), dalam konsep nilai dan sistem budaya,
antaranya:
nilai memiliki ciri-ciri di antaranya;
a. Internalisasi, merupakan proses
a. Nilai yang membentuk dasar
pembelajaran sepanjang hidup
prilaku seseorang. yang
di
kultural dalam suatu kelompok/organisasi,
kebenaran,
keindahan, serta hal-hal yang diyakininya
b. Nilai
berbagi
manusia dan individu, dimulai
diperlihatkan
dari sejak lahir sampai akhir
seseorang melalui pola perilaku
hayatnya.
yang konsisten.
Hal
menyangkut
c. Menjadi sebuah kontrol internal
pula
emosi
dan
kepribadian seseorang.
bagi perilaku seseorang.
d. Merupakan komponen intelektual
b. Sosialisasi,
yakni
proses
interaksi
individu
yang
dan emosional yang memegang
berlangsung
peranan
konteks
penting
ini
dalam
3
dalam
suatu
masyarakat,
menurut
nilai, sistem norma, serta adat
melibatkan
istiadat
mencakup suatu proses komunikasi.
yang
berlaku
dalam
masyarakat setempat.
Proses
c. Enkulturasi, yakni proses belajar
serangkaian
komunikasi
komunikasi
dari
dua
kata
yang
adalah yang
saling
dan penyesuaian sikap individu
berkaitan. Menurut Eades (2005:33), proses
terhadap sistem adat, norma,
adalah serangkaian langkah sistematis, dapat
dan
ditempuh berulang kali untuk mencapai hasil
aturan-aturan
dalam
masyarakat.
yang
yang
ditandai
perkembangan
ilmu
dengan
pesatnya
pengetahuan
diinginkan.
Istilah
komunikasi
berpangkal pada perkataan latin Communis
Wacana globalisasi sebagai suatu proses
unsur-unsur
yang artinya membuat kebersamaan atau
dan
membangun kebersamaan antara dua orang
teknologi mampu mengubah dunia secara
atau lebih (Cangara, 2011). Komunikasi juga
mendasar.
merupakan suatu transaksi, proses interaksi
Demikian
halnya
terhadap
pengikisan nilai kebudayaan lokal dalam
dengan
wacana kultural. Globalisasi yang umumnya
lingkungannya dalam upaya (1) membangun
bercirikan
hubungan
ekonomi
dan
mengacu
pada
terlibatnya
individu
antarsesamanya;
dengan
(2)
saling
sekumpulan aktivitas ekonomi, sebenarnya
bertukar informasi; (3) turut menguatkan
terkait pula dengan isu-isu makna kultural
sikap, perilaku, dan tingkah laku orang lain;
dengan adanya proses kultural global (Barker,
serta (4) upaya perubahan sikap dan tingkah
2005:150-151). Hal inilah pada akhirnya dapat
laku tersebut (Book, 1980).
berdampak
pada
bagaimana
masyarakat
Sebagai suatu proses, komunikasi
secara sadar teralihkan perhatiannya hingga
merupakan suatu kegiatan yang berlangsung
berkurangnya kepedulian dan kepekaannya
secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan
terhadap pemahaman makna tradisi dalam
sebagai proses, berarti unsur-unsur yang ada
melestarikan budaya lokal.
di dalamnya bergerak aktif, dinamis, dan tidak statis (Berlo, 1960). Menurut Effendy (1990), proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap,
Strategi dan Proses Komunikasi Strategi
komunikasi
yaitu primer dan sekunder.
merupakan
a. Proses Komunikasi Secara Primer
sebuah cara untuk bagaimana informasi dan pesan-pesan
komunikasi
Pada
tersampaikan
proses
ini,
kepada orang lain. Dalam pewarisan nilai
tersampaikan
budaya di suatu masyarakat, selalu ada cara
kepada komunikan melalui media
untuk bagaimana masyarakat memberikan
lambang, yang dalam hal ini berfngsi
pemahaman terhadap nilai-nilai dan tradisi di
sebagai
simbol,
yakni
masyarakat setempat, baik di dalam keluarga,
Bahasa
sebagai
media
kelompok,
Strategi-
karena bahasa secara langsung
strategi ini kemudian memunculkan pola
dapat menerjemahkan pikiran dan
komunikasi tertentu dalam suatu prosesnya.
perasaan ataupun pesan dimaksud
Dengan
dari
ataupun
demikian,
organisasi.
strategi
komunikasi
4
yang
dari
pesan
komunikator
bahasa.
disampaikan
primer
oleh
komunikator tersebut. Selanjutnya komunikan
Dalam
konsep
pemahaman
mengawa-sandi
komunikasi massa, model komunikasi dari
(decode) pesan komunikator. Hal ini
Harold Lasswell dianggap oleh para pakar
menandakan
komunikan
akan
komunikasi
sebagai
menafsirkan
lambang
yang
komunikasi
yang
salah
satu
paling
awal
teori dalam
mengandung pikiran atau perasaan
perkembangan teori komunikasi (Wiryanto,
komunikator
2000).
ke
dalam
konteks
pengertiannya. b. Proses
Lasswell
komunikasi
Komunikasi
menerangkan
adalah
dengan
pertanyaan: Who Says
Secara
proses menjawab
What
In Which
Sekunder
Channel To Whom With What Effect, yakni
Proses komunikasi secara sekunder
(Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa
merupakan
Kepada Siapa Dengan Efek Apa), dan hal ini
proses
penyampaian
pesan dengan menggunakan alat
merupakan
unsur-unsur
atau sarana sebagai media kedua
komunikasi,
yakni
setelah memakai lambang sebagai
(Komunikator),
media pertama. Sejalan dengan
(Media),
perkembangan
dan Effect (Efek).
kebudayaan, secara
peradaban proses
dan
proses
Communicator
Message
Receiver
dari
(Pesan),
Media
(Komunikan/Penerima),
komunikasi
sekunder
melibatkan
perpaduan penggunaan lambang, baik berupa bahasa, gambar, dan
Bagan 2.1
warna sebagai media pertama dan alat
komunikasi
seperti
Berikut sumbangan pemikiran Lasswell dalam
telepon,
kajian teori komunikasi massa merupakan
televisi, radio, dan internet sebagai media
kedua.
komunikasi
Dalam
mengalami
hal
identifikasi yang dilakukannya terhadap tiga
ini,
fungsi dari komunikasi massa, yakni;
kemajuan
1. Surveillance of the environment,
dalam menyebarkan pesan-pesan
yakni fungsi komunikasi massa
informatif secara efektif dan efisien.
sebagai
Sebagai suatu proses yang berjalan
kemampuan media massa dalam
pola komunikasi tertentu dalam perjalanan
memberikan informasi mengenai
aktifitasnya. Pola yang dimaksud adalah
hal-hal
bagaimana proses komunikasi ini berjalan
menyatakan
bahwa
Mulyana,
(2002:
komunikasi
di
lingkungan
sekitar
masyarakat.
menurut alur, bentuk, dan juga kontekstertentu.
lingkungan.
Fungsi ini juga berkaitan dengan
dinamis, proses komunikasi melahirkan pola-
konteks
pengamat
2. Correlation of the parts of society
69)
in responding to the environment,
tidaklah
yakni
berlangsung dalam suatu ruang hampa-
fungsi
menghubungkan
sosial, melainkan dalam suatu konteks atau
dari
situasi tertentu.
5
masyarakat
dalam bagian-bagian agar
sesuai
dengan lingkungan. Fungsi ini berkaitan
dengan
Unit Analisis
kemampuan
Masyarakat Banjar Kaja, Sesetan,
media massa dalam memberikan
Denpasar Selatan merupakan unit analisis
alternatif
dari penelitian ini.
dalam
penyelesaian
masalah di masyarakat.
Teknik Penentuan Informan
3. Transmission culture from one
Dalam
generation to the next generation,
purposif dan prosedur snowball. Teknik
serta transmisi nilai dari satu
penggunaan prosedur purposif adalah dengan
generasi ke generasi selanjutnya.
menggunakan key person, yakni informan
berupaya
mengenai
penelitian
tradisi
dalam
selanjutnya
intensif
diminta
Omed-omedan.
dalam
2007:
108).
Teknik
dilakukan
interview terhadap
mereka secara bertahap atau berproses untuk
upaya
arahan,
saran/petunjuk,
untuk
informan berikutnya. Informan kunci dalam penelitian ini, diantaranya Kelihan Adat dan
proses daripada hasil, di mana peneliti akan secara
(Bungin,
informants) melalui prosedur purposif, yang
proses
Penelitian kualitatif lebih mengedepankan
terlibat
sebelum
atau beberapa orang informan kunci (key
menghadirkan
bagaimana
Sesetan,
nilai
ditetapkan
snowball ini dimulai dengan menetapkan satu
komunikasi yang berlangsung di masyarakat Kaja,
telah
daya dan waktu yang tersedia, serta tujuan
yang digunakan, yakni penelitian kualitatif yang
ditunjuk
pengumpulan data, tergantung pada sumber
Dalam penelitian ini, jenis penelitian
mewariskan
prosedur
masyarakat,
Jenis Penelitian
Banjar
melalui
tertentu
METODELOGI PENELITIAN
gambaran
informan
penelitian
kepada
ditetapkan
ini,
yakni fungsi pewarisan nilai-nilai
yang
deskriptif
penelitian
Kelihan Dinas Banjar Kaja, Sesetan, tokoh
proses
adat di Banjar Kaja, Sesetan, Ketua Sekaa
pengamatan dengan tujuan mendapatkan dan
Teruna Banjar Kaja Sesetan, Panglingsir Puri
menemukan apa yang dimaksud oleh peneliti
Oka (salah satu tetua dari Puri Oka dan yang
(Satori dan Komariah, 2013: 27).
terkait), serta beberapa anggota masyarakat Banjar Kaja, Sesetan yang dipandang perlu
Sumber Data
sebagai informan.
Data Primer dan Sekunder adalah sumber data yang digunakan dalam penelitian
Teknik Pengumpulan Data
ini.. Data primer merupakan data-data yang
Menurut
secara langsung didapatkan oleh peneliti
pengumpulan
dengan cara wawancara mendalam dan
Iqbal data
peristiwa-peristiwa
observasi di Banjar Kaja, Sesetan. Sumber
adalah atau
keterangan-keterangan
data sekunder dalam penelitian ini adalah
(2002:
pencatatan
hal-hal
atau
83),
atau
karakteristik-
karakteristik, sebagian atau seluruh elemen
referensi buku serta literatur-literatur lain
penelitian
yang relevan dengan tema penelitian ini.
yang
akan
menunjang
atau
mendukung penelitian. Teknik pengumpulan
6
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dengan subyek
Teknik Analisis Data
penelitian serta dilengkapi dan diperdalam
Teknik
dengan
menggunakan
teknik
observasi
analisis
penelitian
ini.
dokumentasi).
interactive
model,
1. Wawancara Mendalam
interview) memperoleh
informasi
Melalui
teknik
Miles
dan
analisis Huberman
dengan penarikan kesimpulan secara induktif
mendalam
merupakan
model
adalah teknik analisis yang digunakan dalam
partisipatoris dan penelusuran dokumen (studi
Wawancara
interactive
(in-depth
suatu untuk
ini
dilakukan bersamaan dengan proses
proses
pengumpulan data. Alur analisis dengan
kepentingan
menggunakan interactive model ini, terdiri
penelitian dengan cara dialog antara penulis
dari:
sebagai pewawancara dengan informan atau
penyajian data, serta penarikan kesimpulan
yang
dan verifikasi. Menurut Satori dan Komariah
memberi
informasi
(Satori
dan
Komariah, 2013). Dalam wawancara
pengumpulan
(2013: penelitian
mendalam
ini,
proses
dilakukan
218),
data,
aktivitas
reduksi
analisis
data,
dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara
untuk
terus
menerus.
Proses
analisis
dalam
memperoleh dan menggali informasi dari para
penelitian ini dilakukan dengan 4 tahap, yakni;
informan mengenai bentuk-bentuk dan proses
Pengumpulan Data, Reduksi Data (memilih,
komunikasi
menyusun
yang
berlangsung
dalam
secara
sistematis,
serta
pewarisan nilai kultural tradisi omed-omedan
menjabarkan hal-hal penting terkait temuan
di Banjar Kaja, Sesetan.
penelitian), Penyajian Data (menggabungkan
2. Observasi Partisipatoris (Participant
informasi
untuk
Observant)
berbagai
bentuk
Dalam hal ini, observasi dilakukan
gambar,
dan
penyajian seperti
teks
data
dalam
uraian
naratif),
singkat,
serta
tahap
dengan cara pengamatan langsung di daerah
Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (yakni
penelitian guna memperoleh
keterangan-
menggali dan mengumpulkan data serta
keterangan yang berkaitan dengan temuan
bukti-bukti yang valid dan konsisten untuk
penelitian.
Dalam
penelitian
memperoleh kesimpulan yang kredibel)
observasi
yang
digunakan
ini,
teknik
observasi
partisipatoris.
Teknik Penyajian Data
3. Metode Dokumentasi Metode
dokumentasi
Hasil penelitian ini akan disajikan merupakan
dalam bentuk laporan ilmiah hasil penelitian,
suatu cara untuk mengumpulkan data melalui
yaitu model narasi yang disertai dengan data-
literatur, dokumendokumen serta data lainnya
data
yang berhubungan dengan permasalahan
model/bagan, dan lain sebagainya. Penyajian
penelitian yang diungkap. Dalam penelitian
hasil ini disusun dalam sebuah tulisan yang
ini, metode dokumentasi ini menjadi penting
tercakup
dalam memperkaya data tambahan dalam
penelitian skripsi.
penelitian.
7
pendukung
dalam
berupa
suatu
bentuk
gambar,
laporan
awal pemahaman mereka untuk kemudian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
disampaikan
Dalam suatu proses komunikasi dan
saat
sudah
berkeluarga,
budaya yang saling mempengaruhi, proses
sehingga para orang tua yang dahulunya
komunikasi
tergabung dalam sekaa truna ini akhirnya
masyarakat
Banjar
Kaja
tergambar dalam suatu proses yang unik.
memberikan
Upaya
tersebut di keluarga masing-masing.
mengkomunikasikan
nilai
Tradisi
pengetahuan
sejarah
tradisi
Omed-omedan ini tidak lepas dari peran
Keberadaan sejarah dan fenomena-
tokoh-tokoh adat yang dituakan. Para tetua
fenomena yang muncul dalam kaitannya
dan tokoh adat di Banjar setempat ini telah
dengan tradisi ini menjadi kunci utama dalam
menerapkan upaya baik secara langsung
menyampaikan
maupun tidak langsung dalam mewariskan
omedan ini. Berdasarkan temuan penelitian
nilai tradisi ini. Adat dan budaya di Banjar
pula, dapat dianalisa bahwa pengetahuan
setempat
dalam
sejarah inilah yang mengantarkan masyarakat
mempengaruhi bagaimana pesan-pesan serta
untuk memaknai lebih dalam terkait nilai
makna dan nilai tradisi ini diterima oleh
tradisi
masyarakat Banjar Kaja. Hal ini terlihat dari
mendorong masyarakat untuk bagaimana nilai
bagaimana
tradisi ini harus diwariskan dan diteruskan.
masih
sangat
kental
masyarakat
menempatkan
ini.
nilai
dan
Selanjutnya,
makna
omed-
pemahaman
ini
Panglingsir Puri Oka sebagai tokoh yang sangat penting dan dipercaya sebagai sumber
Proses Komunikasi
pertama dalam menyampaikan pengetahuan
Sebagai suatu proses, pewarisan nilai
sejarah tradisi ini. Dalam
Tradisi Omed-omedan ini melibatkan dua mengkomunikasikan
tahapan proses, yakni secara primer dan
nilai Tradisi Omed-omedan ini, keberadaan
sekunder. Hal ini sejalan dengan konsep
Ida Panglingsir Puri Oka, I Gusti Ngurah Oka
Effendy (1990). Proses komunikasi secara
Putra
ini
primer ini merupakan penyampaian pikiran
merupakan sumber pertama yang mewarisi
atau perasaan kepada orang lain dengan
pengetahuansejarah
dan
menggunakan
lambang
pengalaman
berkaitan
media.
Tradisi
sebagai
upaya
tokoh
yang
yang
dituakan
pengalamandengan
Pada
(simbol)
sebagai
Omed-omedan
ini,
kemunculan Tradisi Omed-omedan ini. Dalam
lambang
hal inilah adat/ budaya masyarakat Banjar
primer adalah melalui penggunaan bahasa.
Kaja
mereka.
Dalam hal ini, bahasa digunakan dalam
keyakinan
mengkomunikasikan makna pesan melalui
mempengaruhi
Terlihat
pula
dari
komunikasi besarnya
masyarakat akan apa yang disampaikan
media
primer ini pula komunikator akan menyandi
Penuturan-penuturan sejarah diterima manakala
sebagai
Melalui proses komunikasi secara
masyarakat akan nilai tradisi ini.
masyarakat
dimaksud
penuturan sejarah dari tradisi ini.
Panglingsir yang mempengaruhi pemahaman
oleh
yang
pesan
pelaksanaan
yang
selanjutnya
omed-omedan, yakni dari ketika masih belia
(decode)
(tergabung dalam sekaa truna). Inilah menjadi
pemahaman
8
dikirim komunikan
pesan
oleh
komunikan,
mengawa-sandi
komunikator. ini,
Dalam
komunikator
memformulasikan pikiran atau perasaannya
menyebarkan
ke dalam bahasa yang diperkirakan akan
masyarakat Banjar Kaja setempat.
dimengerti oleh komunikan, dan selanjutnya komunikan
menafsirkan
mengandung
lambang
pikiran
komunikator
tersebut
pengertiannya.
dan ke
pesan-pesan
di
kalangan
Dalam kaitannya dengan budaya dan
yang
tradisi suatu masyarakat khususnya Banjar
perasaan
Kaja ini, peranan media massa dan saluran
dalam
konteks
sebagaimana
pemikiran
dalam
Lasswell, dalam Wiryanto (2000), upaya
mengkomunikasikan Tradisi Omed-omedan
pewarisan nilai Tradisi Omed-omedan ini
ini. Komunikator yang dalam hal ini adalah Ida
melibatkan salah satu fungsi dari komunikasi
Panglingsir Puri Oka sebagai sumber sejarah
massa itu sendiri, yakni fungsi Transmission
berupaya menyampaikan nilai dan makna dari
social heritage from one generation to the
tradisi
next generation. Berperan sebagai pewarisan
ini
Demikian
antarpribadi
melalui
dianggapnya
pesan
sejarah
mampu
yang
memberikan
sosial
dan
nilai-nilai
tertentu
kepada
kemudahan pemahaman terhadap generasi di
masyarakat, serta transmisi nilai dari satu
Banjar ini, yakni melalui cerita-cerita dan
generasi ke generasi selanjutnya. Hal ini
penuturan dari sejarah dan fenomena yang
menjadi penting untuk bagaimana tradisi ini
diketahui
secara
dalam
Selanjutnya,
bingkai
generasi
pengalamannya.
di
Banjar
dapat
yang
pernah
diketahui
dalam
Sejalan
oleh
dengan
konsep
McQuail
dalam pewarisan budaya, masyarakat Banjar
Selanjutnya pada tahapan sekunder. Proses komunikasi secara
dengan
diterima
selanjutnya.
pengalamannya itu.
merupakan
dapat
masyarakat untuk diteruskan ke generasi
menerima makna pesan ini melalui kata bermakna
menyeluruh
proses
mewariskan nilai-nilai tradisi omed-omedan
sekunder ini
penyampaian
menggunakan
Kaja telah melalui tiga tahapan proses dalam
alat
atau
pesan
ini,
yakni
Internalisasi,
Sosialisasi,
dan
sarana
Enkulturasi. Ketiga tahapan proses ini adalah
sebagai media kedua setelah menggunakan
menyangkut penanaman nilai tradisi ini yang
lambang sebagai media pertama. Sejalan
terjadi
dengan
penguatan nilai tradisi ini yang terjadi di ruang
berkembangnya
peradaban
masyarakat,
upaya
dalam
mengkomunikasikan
nilai
masyarakat mensyaratkan
Banjar
tradisi Kaja,
perpaduan
ini
di
ruang
lingkup
keluarga,
dan
lingkup masyarakat.
oleh
a. Internalisasi
Sesetan
Sebagai
penggunaan
suatu
berlangsung
proses
yang
sepanjang
hidup
bahasa sebagai media pertama dengan alat-
individu, proses pembelajaran ini
alat komunikasi yang dalam hal ini adalah
telah dimulai sejak individu lahir
media massa, seperti televisi, radio dan
hingga akhir hayatnya. Dalam
internet sebagai media kedua. Dalam proses
tahap inilah generasi di Banjar
ini, media massa sebagai alat komunikasi ini
Kaja mulai diinisiasi, dan pada
turut berperan sebagai media informatif dalam
tahap inilah terjadi internalisasi pesan-pesan dari makna Tradisi
9
Omed-omedan
itu
sendiri.
melakukan
demikian,
proses
mempertahankan nilai dan makna
penanaman nilai dari tradisi ini
tradisinya. Inilah yang mendorong
adalah dimulai dari keluarga itu
upaya pewarisan nilai ini dalam
sendiri.
sebuah bingkai komunikasi, yang
b. Sosialisasi
pada gilirannya tata cara dan
Dengan
c.
upaya
dalam
Proses sosialisasi ini terjadi pula
pokok-pokok pelaksanaan tradisi
ketika generasi muda di Banjar
ini tetap berpijak pada makna
baik yang tergabung dalam sekaa
sebenarnya, makna yang diyakini
truna ataupun akan menginjak
masyarakat Banjar Kaja.
pada tahap ini melangsungkan
Sebagaimana diungkapkan oleh Book
pertemuan pada forum-forum baik
(dalam Cangara, 2011), model adalah suatu
yang diadakan secara langsung
gambaran
ataupun dalam program yang
dimana
telah
Melalui
tertentu yang berkaitan dengan berbagai
proses ini kemudian komunikasi
aspek dari sebuah proses. Oleh karena
dapat berlangsung secara terus-
proses komunikasi masyarakat Banjar Kaja
menerus
persiapan
Sesetan ini menjadi unik, terdapat pula model
pelaksanaan tiap tahunnya yang
lain sebagai hasil analisa peneliti dalam
disesuaikan terhadap sistem nilai,
menambah temuan pemahaman terhadap
sistem norma, serta adat istiadat
proses komunikasi di Banjar Kaja, Sesetan
yang terdapat dalam masyarakat.
ini. Berdasarkan temuan dan analisa, model
Enkultrasi
proses
Pada tahap ini, menjadi tahap
digambarkan sebagai berikut.
dalam
diagendakan.
dalam
berlangsungnya
proses
yang
sistematis
menggambarkan
komunikasi
dan
abstrak,
potensi-potensi
tersebut
dapat
1. Model Komunikasi di Keluarga
belajar secara terus –menerus dengan
penyesuaian
terhadap
sistem nilai, sistem norma, dan adat-istiadat
dalam
masyarakat
yang
disesuaikan
dengan
perkembangan. tradisi
yang
bentuk
festival
SHOOF
senantiasa dinamika
Pelaksanaan dikemas yang
(Sesetan
Omed—omedan
suatu
dalam
Gambar 4.11 Model Komunikasi di Keluarga
bertajuk
Sumber: data diolah
Heritage Festival)
Komunikasi yang terjadi di dalam
sebagai heritage kota Denpasar
keluarga sebagai upaya transfer nilai tradisi
dan world heritage ini menjadikan
ini berperan dalam proses penanaman nilai
masyarakat Banjar Kaja selalu
dan makna dari tradisi itu sendiri. Pada model
10
komunikasi di dalam keluarga ini, upaya
yang
trasnfer pesan dari sumber (yang dalam hal
menyampaikan pesan dan nilai tradisi ini
ini adalah Panglingsir Puri) kepada para
melalui
orang tua (yang dalam model disebut sebagai
pengalamannya. Pesan ini disampaikannya
komunikan 1) ini menjadi pesan yang akan
dalam sebuah forum rapat sekaa truna yang
disampaikan kepada generasi di keluarga.
diadakan setiap pelaksanaan omed-omedan.
Proses ini berlangsung ketika para orang tua
Proses ini berlangsung secara terus-menerus,
ini telah melewati masa sebagai sekaa truna,
dimana dalam lingkungan sekaa truna, pesan
sehingga setelah masuk dalam lingkungan
yang
keluarga, para orang tua ini berperan sebagai
komunikan ini selanjutnya akan diteruskan
sumber ke-2 untuk kemudian menyampaikan
dan
pesan nilai dan makna ini kepada anak-anak
komunikan lainnya (dalam hal ini adalah
mereka. Proses komunikasi dalam model ini
rekan-rekan sekaa truna yang lain) untuk
berlangsung
selanjutnya
secara
satu
arah,
dimana
secara
langsung
pengetahuan
disampaikan
disebarkan
dapat
oleh
hadir
sejarah
sumber
kepada
terus
dalam
dan
kepada
komunikan-
dilaksanakannya
komunikan (generasi di keluarga) menerima
tradisi ini. Demikian proses ini berlangsung
pesan
dan
secara dinamis. Dalam model komunikasi ini
pengalaman yang diterima oleh Panglingsir,
pula dijelaskan bahwa pemahaman nilai yang
yang selanjutnya berdasarkan pengetahuan
diterima oleh generasi di banjar melalui forum
dan pengalamannya pula diteruskan oleh
sekaa truna ini diterjemahkan dalam sebuah
orang
untuk
action, yakni dilaksanakannya tradisi ini,
menceritakan dan menyampaikan nilai serta
sehingga memahami nilai Tradisi Omed-
makna
omedan ini adalah melaksanakan tradisi ini
berdasarkan
tua
dari
dalam
tradisi
pengetahuan
kapasitasnya
ini
untuk
kemudian
dipahami oleh anak-anak mereka. 2. Model
Komunikasi
di
dan berpartisipasi dalam pelaksanaannya itu. Lingkungan
sekaa truna
4. KESIMPULAN Upaya komunikasi masyarakat Banjar Kaja, Sesetan, dalam mewariskan nilai Tradisi Omed-omedan terbingkai dalam suatu proses yang
unik.
Keberadaan
fenomena-fenomena
yang
sejarah muncul
dan dalam
kaitannya dengan tradisi ini menjadi kunci
Gambar 4.12 Model Komunikasi dalam
dalam
lingkungan sekaa truna
mewariskan
bagaimana
nilai
dan
makna tradisi ini diteruskan oleh generasi di
Sumber: data diolah
Banjar. Proses komunikasi dalam pewarisan nilai tradisi ini tercakup dalam dua hal, yakni
Pada lingkungan sekaa truna, upaya
upaya pengenalan nilai tradisi yang terjadi di
komunikasi berlangsung melalui sangkep atau rapat
sekaa
truna.
Dalam
proses
ruang lingkup keluarga, dan penguatan nilai
ini,
tradisi yang terjadi di lingkungan sekaa truna
Panglingsir Puri berperan sebagai sumber
dan
11
lingkungan
masyarakat
setempat.
Berdasarkan temuan dan analisa, terdapat
Saran
beberapa kesimpulan dalam penelitian ini, di
Komunikasi merupakan bagian yang
antaranya; 1.
2.
sangat penting dalam upaya pewarisan nilai
Sebagai suatu proses yang terjadi di
sebuah tradisi, terlebih kepada generasi
masyarakat, pewarisan nilai tradisi ini
mendatang. Demikian halnya pada Tradisi
melibatkan tiga komponen, yakni di
Omed-omedan yang hingga saat ini masih
keluarga, kelompok pemuda (sekaa
diwariskan dan dilaksanakan secara turun-
truna), serta masyarakat setempat
temurun
dalam
Sesetan. Untuk itu, beberapa saran yang
kehidupan
mabanjaran
di
masyarakat
Banjar
Kaja,
Banjar Kaja.
diberikan melalui penelitian skripsi ini, di
Terdapat beberapa model komunikasi
antaranya;
yang muncul dari proses komunikasi ini,
diantaranya
tertulis terkait dengan sejarah tradisi,
komunikasi (model komunikasi yang
karena hal ini merupakan dokumen
bersifat satu arah/ linear yang terjadi
yang sangat penting untuk nantinya
di
dapat menjadi sumber sejarah yang
keluarga),
analisis
1. Perlu adanya upaya dokumentasi
dasar
(yakni
proses
berlangsung
komunikasi terus-
semakin dibutuhkan oleh masyarakat
menerus/ simultan, dan para pelaku
setempat di tengah perkembangan
komunikasi
peradaban yang begitu cepat.
penerima yang
baik
secara
sumber
mempunyai
sama,
pemuda/
terjadi
sekaa
komunikasi
maupun
kedudukan di
2. Oleh karena dalam penelitian ini
kelompok
truna),
hanya
dan
berfokus
komunikasi
yang
pada
proses
berlangsung
di
partisipasi
(yang
masyarakat setempat sebagai upaya
proses
yang
transfer nilai tradisi, kiranya menjadi
mencerminkan berlangsungsecara
3.
oleh
interaktif,
referensi
menarik
bagi
penelitian
menyatu, dan partisipatif, terjadi di
selanjutnya untuk dapat melihat dari
lingkungan masyarakat Banjar Kaja
sisi pergeseran nilai sebuah tradisi,
secara lebih luas).
khususnya
Sebagai suatu proses yang berjalan
seperti omed-omedan ini. Hal ini
dinamis, upaya dalam meneruskan
sebagai salah satu upaya untuk tetap
dan mewariskan nilai Tradisi Omed-
menjaga kelestarian nilai-nilai tradisi
omedan
yang adiluhung di tengah inovasi dan
Kaja,
oleh Sesetan
masyarakat ini
Banjar
menunjukkan
perkembangan
kemantapan dalam melestarikan nilainilai
budaya,
terhadap
demikian
komunikasi
dan
tradisi
turun-temurun
eksistensi
budaya
yang semakin pesat.
kaitannya
3. Perlu
budaya
ditingkatkannya
upaya
penyebaran informasi dan proses
serta budaya dan komunikasi yang
komunikasi
saling mempengaruhi.
terukur, dan terencana terkait nilai-
yang
lebih
intensif,
nilai tradisi ini, baik di lingkungan
12
keluarga, kelompok/ sekaa truna, dan
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rahmad. 1993. Komunikasi Antar budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
masyarakat.
5. DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Dedy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Barker, Chris. 2005. Cultural Studies: Theory and Practice. Australia: Sage Publications.
Munggah, Made. 2008. Med-medan Tradisi Unik dari Sesetan. Denpasar: Pustaka Bali Post.
Berlo, David K. 1960. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2013. Metodelogi penelitiankualitatif. Bandung: Alfabeta.
Book,
Scholte, JA. (2001). The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press.
Cassandra L. 1980.Human Communication: Principles, Contexs and Skills. New York: St. Martins’s Press.
Sudarsana, Wayan. (2015, Maret 23). Omedomedan Bukan Sekedar Tradisi Berciuman Massal. Bali Tribune
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.
____________ 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Tylor, E.B. 1974. Primitive culture: researches into the development of mythology, philosophy, religion, art, and custom. New York: Gordon Press.
Cahyadinata, Aditya. (2013). Persfektif SosioBudaya dan Religius terhadap Tradisi Med- medan di Banjar Kaja, Desa Pakraman Sesetan, Denpasar, Bali. Artikel Skripsi.
Warna, I Wayan, dkk. 1991. Kamus BaliIndonesia. Denpsar: Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Bali.
Cangara, Hafied. 2001. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Wiana, I Ketut. 2002. Memelihara Tradisi Weda. Denpasar: PT BP.
Effendy.1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Windhu, I Dewa Gede, dkk. 2016. Tradisi Med-medan di Banjar KajaSesetan. Denpasar: Dinas Kebudayaan Kota Denpasar.
_______. 2002. Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumber Online
Margono. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Semarang: Rineka Cipta.
Apriyanta. 2013. Penggak Men Mersi Puri Agung Kesiman dan Fungsinya Bagi Pendidikan Kebudayaan Bali. Diakses pada 23 Februari 2015 dari http://ejournal.undiksha.ac.id/i ndex.php/JCS/article/view/286/241
Mubah, Safril. 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi. 24(4), 302-308. Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik. McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.
Bahtera, Eka. 2013. Kekayaan Budaya Indonesia Juga Merupakan Tanggung Jawab Dunia. Diakses pada 23
13
Februari 2015 dari http://news.unpad.ac.id/?p=37420 Bramantyo. 2012. 139 Bahasa Daerah di Indonesia Terancam Punah. Diakses pada 23 Februari 2015 dari http://news.okezone.com/read/2012/1 0/11/373/702667/139- bahasadaerah-di-indonesia-terancam-punah Cahyadinata, Andrew. 2013. Hasil penelitiannya Persfektif Sosio-Budaya dan Religius Terhadap Tradisi Omed-omedan di Banjar Kaja, Kelurahan Sesetan, Kota Denpasar Bali. http://ejournal.undiksha.ac.id/index.ph p/JJPP/article/download/621/500 Kodiran. 2004. Pewarisan Budaya dan Kepribadian.Vol. 16. Hal 10-16. Diaksespada 14 Oktober 2014 darihttp://jurnal.ugm.ac.id/jurnalhumaniora/article/view/802 Djambatan. Marbun, J. 2011. Keterlibatan Masyarakat dalam Pelestarian Warisan Budaya. (http://digilib.unimed.ac.id) Sudharma, Made. 2014. Med-medan Sebuah Tradisi untuk Kebersamaan. Diakses pada 21 Februari 2015 darihttp://ejournal.stahngdepudja.web .id/ojs/index.php/sd/article/download/2 4/17. Sukarelawanto, Ema. 2004. Benteng Budaya: Bali Berdayakan Desa Pakraman. Diaksespada 3 Oktober 2014 darihttp://bali.bisnis.com/m/read/2014 0818/12/46425/benteng-budaya-baliberdayakan-desa-pakraman
14