Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Proses Berpikir Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Masalah Bentuk Molekul Berdasarkan Pengaturan DiriMetakognitif Bambang Sugiarto Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses berpikir mahasiswa dalam menyelesaikan masalah bentuk molekul berdasarkan pengaturan diri metakognitif dan peringkat mahasiswa kelompok yang mempunyai IPK ≥ 3,0 dan IPK <3,00. Jenis penelitian ini adalah eksploratif dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Subyek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang dengan instrumen utamanya adalah peneliti sendiri (human instrument). Metode untuk melihat proses berpikir mahasiswa adalah dengan menerapkan metode think aloud dan deep interview. Sebagai pendukung untuk mengeksplorasi proses berpikir mahasiswa digunakan audio recorder,handycam, dan buku catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa subyek dengan IPK ≥ 3,00 memiliki dinamika pengaturan diri metakognisi yang lebih tinggi daripada subyek lainnya. Kata kunci:Pengaturan Diri Metakognitif, Penyelesaian Masalah. A. PENDAHULUAN Penyelesaian masalah materi kimia yang bersifat abstrak seringkali membingungkan mahasiswa dalam berpendapat, sehingga seringkali terjadi kesalahan dalam memahami konsep.Bentuk suatu molekul merupakan bagian dari konsep-konsep kimia yang termasuk abstrak dan sulit dicerna oleh mahasiswa. Temuan awal pada pembelajaran ini antara lain: (1) Ketika mahasiswa diminta menentukan bentuk molekul dengan menggunakan teori valence shell electron pair repulsion (VSEPR), ternyata mahasiswa menyelesaikan dengan menggunakan teori hibridisasi, demikian sebaliknya, (2) pada saat mahasiswa diminta menyelesaikan masalah tentang penentuan bentuk molekul dimer, seperti Al2Br6 dan Be2Cl4 mahasiswa salah dalam menentukan ikatan jembatan yang ada, dan (3) mahasiswa tidak dapat menentukan bentuk molekul yang terdiri atas dua atau tiga atom pusat, misalnya bentuk molekul dalam propena. Dalam penyelesaiannya mereka tampak tidak melakukan analisis terlebih dahulu terhadap masalah yang diberikan. Ketidakpahaman atau kesalahan
mahasiswa tersebut tidak saja berakibat fatal dalam mempelajari mata kuliah yang sedang ditekuni, tetapi juga pada mata kuliah lain. Adanya permasalahan di atas tidak saja disebabkan karena kegiatan proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, tetapi ditengarai adanya penyebab lain yang terdapat di dalam diri mahasiswa. Tobias dan Everson (2002) menemukan, bahwa kemampuan untuk membedakan antara apa yang diketahui (atau apa yang telah dipelajari) dan yang tak diketahui (atau tidak dipelajari) adalah suatu hal yang penting untuk meraih keberhasilan dalam semua seting akademis. Schunk dan Zimmerman (1994) menemukan, bahwa pebelajar dengan kemampuan metakognitif yang tinggi mengetahui apakah mereka sudah tuntas atau tidak dalam menguasai tugas akademis dan dapat menyesuaikan belajarnya.Temuan Schunk dan Zimmerman (1994),bahwa pebelajar dengan kemampuan metakognitif yang tinggi tahu apakah pebelajar sudah tuntas atau tidak dalam menguasai tugas akademis dan pebelajar dapat menyesuaikan belajarnya. Proses berpikirdalam penyelesaian
B - 140
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
masalah kimia yang mengikuti aturan-aturan metode ilmiah telah banyak diteliti, sedangkan proses berpikir dalam penyelesaian masalah kimia yang bersifat abstrak masih jarang dilakukan penelitian. Penelitian ini mengkaji proses berpikir mahasiswa dalam menyelesaikan masalah kimia yang bersifat abstrak khususnya materi bentuk molekul sebagai salah satu dari pokok bahasan yang terdapat dalam mata kuliah ikatan kimia. Piaget mengatakan, bahwa ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungan (termasuk kimia), maka akan terjadi proses adaptasi, seseorang mengalami dua proses kognitif, yaitu akomodasi atau asimilasi.Namun banyak kritik ditujukan pada teori Piaget. Kritik tersebut didasarkan pada banyak penelitian yang menunjukkanbahwafungsiseseorang padausia tertentudapatsangat bervariasi, sepertipemahamankonsep-konsep sosial, matematika, dan ruang/spasial, sehingga tidakmungkin menempatkanseseorang dalam satu fase tertentu. Untuk menghapuskelemahan-kelemahan ini, sekelompokpenelitiyang dikenalsebagai ilmuwan neo-Piagetmemperkenalkan modelcanggihyang mengintegrasikankonsepkonsep dariteori Piagetdengankonsep-konsep psikologikognitif dandiferensial. Dengan memperhatikan teori neo-Piaget di atas yaitu adanya proses berpikir orang yang beragam, maka penelitian ini juga memperhatikan proses berpikir mahasiswa kelompok IPK ≥ 3,0 dan IPK <3,00 dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses berpikir mahasiswa kelompok IPK ≥ 3,0 dan IPK <3,00 dalam menyelesaikan masalah bentuk molekul berdasarkan pengaturan diri metakognisi. B. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini akan mengungkap proses berpikir mahasiswa dalam B - 141
menyelesaikan masalah bentuk molekul. Proses berpikir yang dikaji menggunakan kerangka aktivitas pengaturan dirimetakoginsi yang terdiri atas dimensi planning, monitoring, dan reflection. Oleh karena itu jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif, sedangkan pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. 2. Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Malang dan sebagai subyek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang yang memprogram mata kuliah Ikatan Kimia. Proses pemilihan subjek penelitian diperoleh dari IPK mahasiswa pada semester 1 dan semester 2, yakni: kelompok denganIPK ≥ 3,00 dan kelompok IPK < 3,00 Langkah berikutnya adalah memilih beberapa orang mahasiswa sebagai calon subjek yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan.Calon subjek yang terpilih terdiri atas tiga orang yang berasal dari masing-masing kelompok. Terhadap ke 6 orang mahasiswa yang telah dipilih tersebut, selanjutnya dilakukan tanya jawab berdasarkan tes yang sudah dikerjakannya untuk mengetahuiproses berpikir mahasiswa dalam menjawab tes. Wawancaramendalam dilakukan terhadap salah satu kelompok subyek penelitian untuk mengetahui proses berpikirnya dalam menjawab soal bentuk molekul. Kemudian anggota kelompok lainnya juga diminta untuk mendeskripsikan bagaimana proses berpikirnya dalam menjawab soal secara lisan. Ketika diperoleh deskripsi yang mempunyai banyak kemiripan dengan kunci jawaban, maka subjek yang memberikan deskripsi terhadap soal tersebut dianggap mampu mengemukakan pikirannya yang dapat
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
dimengerti oleh orang lain, sehingga dapat dipilih sebagai subjek penelitian. Hasil tanya jawab untuk mengemukakan pikiran ini menjadi penyaring terakhir untuk memperoleh subjek penelitian. Subjek penelitian yang dipilih adalah satu orang berasal dari kelompok IPK ≥ 3,00(subyek 01) dan satu orang dari kelompok IPK < 3,00 (subyek 02). 3. Instrumen Penelitian Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Kedudukan peneliti sebagai instrument (human instrument) dan sebagai pendukung untuk mengeksplorasi proses berpikir mahasiswa digunakan audio recorder,handycam, dan buku catatan lapangan. Untuk melihat proses berpikir, mahasiswa diminta untuk mengatakan apa yang sedang dipikirkan dalam menyelesaikan masalah kimia dengan menerapkan metode think aloud dan
wawancara mendalam (deep interview). Wawancara mendalam dilakukan dengan tujuan untuk lebih mendalami apa yang sedang dipikirkan oleh mahasiswa. Untuk mengetahui strategi pengaturan diri metakognitif mahasiswa digunakan wawancara yang bertujuan untuk mendalami strategi mahasiswa dalamdimensi planning, monitoring, dan reflectionyang dirinci menjadisejumlah aktivitas menurut Cohors-Fresenborg, E. and Kaune, C. 2007 dengan beberapa modifikasi. C. Hasil Penelitian dan Analisisnya 1.1 Penyelesaianmasalah nomor 1 oleh subyek 01. Berikut disajikan hasil penyelesaian masalah 1 oleh subyek 01. Masalah yang harus diselesaikan berbunyi:Berikan bentuk beserta perkiraan besarnya sudut ikatan dari ammonium asetat Jawaban yang diberikan oleh subyek 01 adalah
Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh subyek 01 selanjutnya dilakukan wawancara berbasis masalah yang hasilnya disajikan berikut ini. Analisis proses metakognisi subyek 01 pada penyelesaian masalah 1. 1. Subyek mengawali penyelesaian masalah dengan menganalisis
masalah (PM1) untuk memahami hakekat masalahnya. Subyek dapat menyadari tujuan yang hendak dicapai dengan melakukan aktivitas metakognisi menetapkan tujuan (P1).Subyekmengingatingatpengetahuan sebelumnya kemudianmerencanakan suatu
B - 142
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
representasi (PM2 dan P4) dengan menuliskan terlebih dulu rumus molekul ammonium asetat, kemudian menguraikannya menjadi ion ammonium dan ion asetat. Di sini tampak bahwa subyek menghubungkan masalah yang ada dengan pengetahuan yang telah dimiliki tentang nama dan rumus molekul. Hasil wawancara terkait hal ini disajikan berikut ini. P: Begitu ada nama tadi ya... mbak Vita langsung mencari rumusnya ya? S: He-em Dalam hubungannya dengan pengaturan diri metakognisi, subyek juga menggunakan proses berpikirnya untuk menetapkan strategi penyelesaian masalah (P2), 2. Pada penulisanreaksi ionisasi tampak bahwa subyek membuat rencana (PM2) terlebih dulu sebelum menjawab apakah bentuk molekul yang dimiliki olehammonium asetat. Hal ini dapat diperhatikan pada hasil wawancara di bawah ini yang berkaitan dengan hal tersebut. P: Bagaimana Anda memahami soal ini? S: Yang ini (menunjuk rumus NH4+) dicariikatannya terus dikurangi muatannya. Terus ketemu BK-nya 4, PEB-nya nol P: Jadisudah ketemu ya bentuknya S:He-em P: Terusyang ini (menunjuk rumus ion asetat) lalu mencari BK-nya dan ketemu bentuknya? S: He-em Hasil wawancaramenunjukkan, bahwa subyek telah menggunakan rencana untuk menyelesaikan masalah(PM3).Rencana tersebut adalah dengan memisahkan menjadi ion-ion pembentuk molekul asam asetat, sehingga dapat ditentukan B - 143
bentuk ion-ion tersebut melalui penentuan bilangan koordinasi (BK), sedang penentuan sudut ikatan ditentukan selain oleh BK dan juga ditentukan oleh PEB (pasangan elektron bebas) (R5)..Hal ini tapak wawancara berikut. P: kalau menentukan sudutnya itu berpikirnya itu...? S: berpikirnya ke PEB-nya. P:jadi yang menentukan itu PEB ya, terus rangkapnya? S: rangkapnya (maksudnya ikatan rangkap). Rangkapnya juga kadangkadang bingung,kan antara tolakan PEB sama tolakan rangkapnya. Kalau tolakan PEB itu kan sama dengan tolakan rangkapnya P: setelah itu nggak bingung S: setelah itu bingungnya itu pak PEB sama ikatan rangkapnya karena ada ikatan seperti ini (menunjuk struktur HC=O-O- yang memliki ikatan tunggal dan ikatan rangkap 2) Di sini berarti subyek berpendapat, bahwa bentuk molekul ammonium asetat tidak dapat ditentukan, tetapi yang dapat ditentukan adalah masing-masing ion pembentuknya.Dengan demikian, berarti subyek telah menetapkan strategi penyelesaian berupa penetapan rumus molekul untuk mendukung pemahamnnya dengan baik dalam pengaturan diri metakognitifnya melalui pilihan yang disengaja dalam bentuk suatu representasi (R5).Strategi penyelesaian yang digunakan oleh subyek tidak hanya untuk menjawab bagaimanakah bentuk molekul ammonium asetat, tetapi juga untuk menentukan sudut ikatannya. 3. Dalam menyelesaikan masalah bagaimana bentuk molekul dan berapa besar sudut-sudut ikatandalam
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
molekul, tampak bahwa aktivitas metakognisiyang dilakukan subyek adalah melakukan analisis terhadap struktur pengambilan keputusan (R3) serta mengontrol kecermatan penyelesaian masalah(M3). Ditinjau dari lembar jawaban tampak bahwa setelah subyek berhasil menghitung BK dan PEB ammonium dan asetat maka ditentukan bentuk molekul dan sudutnya. 4. Setelah pelaksanaan serangkaian proses penyelesaian di atas, selanjutnya subyek melakukan penilaian/refleksi (PM4). Refleksiini dilakukan untuk menyimpulkan apakah konsep-konsep atau tujuan telah tercapai (R1). Melalui wawancara, subyek mengemukakan pendapatnya terkait dengan penyelesaian masalah yang telah dilakukan.
P: terus untuk yang berikutnya... tapi kan nggak bingung kan ya? S: tapi kadang-kadang yang bingung mencari sudutnya pak Pernyataan subyek tersebut tampak pada lembar jawaban, bahwa besarnya sudut dari bentuk trigonal planar pada asetat tidak dituliskan. Dalam hal ini aktivitas metakognisi yang diterapkan oleh subyek adalah mengungkapkan kekurang pengertian terhadapapa yang telah dikerjakan (M5). Berdasarkan hasil analisis proses berpikir subyek di atas, maka dapat disusun Gambar 1 tentang keterlaksanaan aktivitas metakognisi yang dilakukan oleh subyek 01 pada penyelesaian masalah 1 sebagai berikut
Tahap Penyelesaian Masalah
Aktivitas Pengaturan Diri Metakognisi
Analisis Masalah (PM1)
Planning P1 P2 P3 P4 Monitoring M3 M5
Rencana (PM2)
Reflection R1 R3 R5
Penyelesaian Masalah (PM3)
Penilaian (PM4)
Gambar 1. Skema Proses Pengaturan Diri Metakognisi Subyek 01 pada Pemecahan Masalah 1 Hasil di atas menunjukkan proses pengaturan diri metakognisi subyek 01 dalam menyelesaikan masalah nomor 1. B - 144
Untuk menjamin kredibilitas data, maka dilakukan triangulasi dengan menggunakan masalah yang setara (masalah nomor 2)
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
pada waktu yang berbeda.Bentuk triangulasi ini merupakan triangulasi waktu. 1.2 Penyelesaianmasalah nomor 2 oleh subyek 01. Masalah nomor 2 yang harus
Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh subyek 01 selanjutnya dilakukan wawancara berbasis masalah yang hasilnya disajikan berikut ini. Analisis proses metakognisi subyek 01 pada penyelesaian masalah nomor 2. 1. Subyek memahami tujuan dari masalahnya (P1) diawali menganalisis masalah (PM 1) dengan memperhatikan rumus molekul yang diberikan. Dari sini kemudian subyek langsung merencanakan penyelesaiannya (PM2) dengan menuliskan rumus strukturnya. Di sini tampak bahwa subyek menggunakan aktivitas metakognisi dengan menetapkan strategi pemecahan (P2) dan merencanakan suatu representasi berupa rumus struktur (P4). Pada penulisan rumus struktur, subyek mengambil atom S sebagai atom pusat dari molekul OSF4. Penetapan atom S sebagai atom pusat ini tanpa mempertimbangkan atau menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya, artinya hanya menggunakan kebiasaan saja karena kekurang pengertiannya (M5). Hal ini tampak pada wawancara berikut. P: kalau yang ini, OSF4? Bagaimana menentukan atom pusatnya, koq S bukan O itu lho? B - 145
diselesaikan berbunyi: “Ramalkan bentuk beserta besarnya sudut ikatan dariOSF4.” Jawaban yang diberikan oleh subyek adalah
S: kalau ini, saya biasanya S gitu saja P: langsung S gitu saja ya, nggak dilihat atom yang besar itu yang mana, lalu yang substituen itu yang mana? S:enggak pak (sambil tertawa) P:dari biasanya ya. Jadi O mesti rangkap ya S:he-em 2. Berikutnya subyek menghubungkan rencana untuk menyelesaikan masalahnya (PM3) dengan mamanfaatkan atom S yang ditentukan sebagai atom pusat untuk menghitung BK dan PEBnya.Selanjutnya dari hasil penghitungan BK dan PEB, subyek memperoleh bentuk molekul (R5). Hasil wawancara terkait hal ini disajikan berikut ini. P: Setelah itu apa yang dipikirkan? S: Ehm ... itu pak menghitung BKnya S P: Terus ...? S: Ketemunya 5 pak, jadi ya trigonal bipiramida. 3. Langkah berikutnya subyek menentukan sudut ikatan dengan memanfaatkan gambar/struktur. Aktivitas metakognitif subyek adalah melakukan analisis terhadap gambar/struktur (R3) tentang gambar bentuk
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
molekuldan ikatan rangkap dua pada atom O (dalam hal ini PEB=0) untuk menentukan besarnya sudut. P: Nah ... ini bisa terdistorsi kenapa? (menunjukan jawaban yang bertuliskan trigonal bipiramida terdistorsi) S: Ehmm... tolakan O.
terdistorsi
sama
P: He-em..sama PEB tadi ya (maksudnya seperti soal sebelumnya) S: Iya.
S: Ya pak, sama dengan PEB tadi. P: jadi sudutnya berapa? S: sudutnya lebih dari 120o (menunjuk letak sudut O=S-Fek) P: lalu yang ini (menunjuk letak sudut Fek-S-Fek) sudutnya ...? S: Ehmm ... yang ini kurang (maksudnya kurang dari 120o) Dari analisis proses berpikir subyek di atas, maka keterlaksanaan aktivitas metakognisi yang dilakukan oleh subyek 01 pada penyelesaian masalah 2 tampak pada Gambar 2 berikut
P: Apa tolakan ini mendorong S? Tahap Penyelesaian Masalah
Aktivitas Pengaturan Diri Metakognisi
Analisis Masalah (PM1)
Planning P1 P2 P4 Monitoring M5
Rencana (PM2)
Reflection R3 R5
Penyelesaian Masalah (PM3)
Gambar 2. Skema Proses Pengaturan Diri Metakognisi Subyek 01 pada Pemecahan Masalah 2 2.1 Penyelesaianmasalah nomor 1 oleh bentuk beserta perkiraan besarnya sudut subyek 02. ikatan dari ammonium asetat Berikut disajikan hasil penyelesaian Jawaban yang diberikan oleh subyek 02 masalah 1 oleh subyek 01. Masalah yang adalah harus diselesaikan berbunyi: Berikan
B - 146
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh subyek 02 selanjutnya dilakukan wawancara berbasis masalah yang hasilnya disajikan berikut ini. Analisis proses metakognisi subyek 02 pada penyelesaian masalah nomor 1. 1. Dalam memahami masalah subyek terlebih dulu menganalisisnya dengan mencermati nama ammonium asetat (PM1) kemudian menetapkan tujuannya (P1) dengan menghubungkan masalah yang dihadapi dengan pegetahuan awal yang telah dimiliki yaitu hubungan antara nama dengan rumus molekulnya (PM2 dan P2). Selanjutnya subyek merencanakan denganmenggambarkan strukturnya (P4). Sekalipun sudah benar, tetapi subyek masih ragu kebenarannya (subyek menjawab dengan cobacoba, M5). Hal ini tampak pada hasil wawancara berikut. P: Begitu lihat soal apa yang dipikirkan? S: Anu pak ammonium asetat kan NH4COOH, lalu nuliskan rumusnya seperti ini (menunjuk rumus struktur ammonium asetat) P: Apa sudah benar rumus strukturnya seperti ini S: Saya ... kan disini COO tapi mengikat NH4 (sambil menunjuk letak C yang berikatan dalam COOH dalam rumus struktur) P: NH4 ya ini (sambil menunjuk atom H yang diikat oleh atom N). Kalau asam asetat CH3COOH B - 147
S: Nggak tahu pak apa sudah benar apa tidak rumus ini P: Waktu itu ketika baca soal yang dilihat apanya dulu. Baca soal beberapa kali setelah itu terus... S: Saya kan ini, kalau ditanya soal bukan berupa rumus kayak gini (menunjuk soal lain,. XeO3F2) saya terus nulis rumusnya kayak ginian (menunjuk rumus molekul ammonium asetat yang ditulis dalam jawabannya) Ammonium itu kan NH4 pak, terus saya bingung asetat itu apa benar COOH terus saya buat kayak gini. 2. Berikutnya subyek menggunakan rencananya untuk menyelesaikan masalahnya (PM3) dengan mamanfaatkan atom-pusat pada ammonium dan asetat untuk menghitung BK dan PEB-nya. Selanjutnya dari hasil penghitungan BK dan PEB, subyek memperoleh bentuk molekul (R5). Hasil wawancara terkait hal ini disajikan berikut ini. P: Kok tahu ini (NH4) bentuknya trigonal pyramidal dan yang ini segitiga planar darimana? S: Menghitung BK-nya N dan C pak P: Menghitung BK ya? S: Iya P: Kok nggak ada di sini? S: Di anu pak ... di kertas oretoretan 3. Selanjutnya subyek menentukan sudut ikatan dengan memanfaatkan gambar/struktur. Aktivitas
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
metakognitif subyek adalah pilihan yang disengaja dalam bentuk gambar (R5), yaitu mengalokasikan data atau informasi tentang BK dan atom Nyang mengikat substituent yang berbeda untuk menentukan besarnya sudut.
menunjuk N yang mengikat H dan COOH)
P: Kenapa ini kok terdistorsi (maksudnya rigonal pyramidal terdistorsi)
Berikut disajikan gambar keterkaitan aktivitas metakognisi yang dilakukan oleh subyek 02 pada penyelesaian masalah nomor 1 sebagai berikut
S: Kan itu pak ... N-nya kan mengikatnya berbeda (sambil
P: Lalu terdistorsi?
apa
pengaruhnya
S: Jadinya ya sudutnya yang ada di N nggak sama
Tahap Penyelesaian Masalah
Aktivitas Pengaturan Diri Metakognisi
Analisis Masalah (PM1)
Planning P1 P2 P4 Monitoring M5
Rencana (PM2)
Reflection R5
Penyelesaian Masalah (PM3)
Gambar 3. Skema Proses Pengaturan Diri Metakognisi Subyek 02 pada Pemecahan Masalah 1. Untuk menjamin kredibilitas data dari subyek 02, maka dilakukan triangulasi dengan menggunakan masalah yang setara (masalah nomor 2) pada waktu yang berbeda. 2.2 Penyelesaianmasalah nomor 2oleh subyek 02.
Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh subyek 02 selanjutnya dilakukan wawancara berbasis masalah B - 148
Masalah nomor 2 yang harus diselesaikan oleh subyek 2 berbunyi: “Ramalkan bentuk beserta besarnya sudut ikatan dariOSF4.” Jawaban yang diberikan oleh subyek adalah
yang hasilnya disajikan berikut ini. Analisis proses metakognisi subyek 02 pada penyelesaian masalah nomor 2.
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
1. Subyek memahami tujuan masalahnya (P1) diawalidengan menganalisis masalah (PM1) dengan memperhatikan rumus molekul yang diberikan. Dari sini kemudian subyek langsung merencanakan penyelesaiannya dengan menghitung BK atom S sebagai atom pusat dari molekul OSF4. Penetapan atom S sebagai atom pusat oleh subyektanpa jelasproses berpikirnya (M5). Hal ini tampak pada wawancara berikut. P: Apa yang dipikirkan begitu mbaca soal ini? S: Ngitung BK-nya pak. P: Menghitung BK-nya atom apa? S: Atom S pak. P: Kenapa kok atom S, kok bukan O atau lainnya ... F. S: Kan yang ditengah pak P: Jadi yang di tengah ya. Kenapa yang ditengah bukan yang lain S: Ya ... (sambil tertawa) molekul yang ada atom O itu kan di tengah. 2. Berikutnya subyek merencanakan penyelesaian (PM2) dengan menghitung BK dan PEB atom pusat untuk menentukan bentuk molekul OSF4dan menandai sebagi molekul dengan geometri AX5. Hal ini berarti subyek menggunakan metakognisi merencanakan representasi suatu rumus (P4). Selanjutnya subyek menerapkan rencananya untuk menentukan bentuk molekul.
B - 149
P: Ok ... ketemunya BK-nya 5 ya? S: He-em. Bentuknya trigonal bipiramidal 3. Selanjutnya subyek menyelesaikan masalahnya (PM3) untuk menentukan sudut ikatan. Dalam wawancara muncul kesadaran subyek untuk melakukan analisis terhadap struktur (R3). Di akhir wawancara tampak bahwa subyek juga melakukan analisis terhadap keputusan atas jawaban yang telah dibuatnya (R4). P: Kok bisa jadi terdistorsi? Kenapa kok gitu? S: Kan ada ikatan rangkapnya pak. Itu yang di O. P: Dampaknya apa? S: Itu pak sudutnya. Kan O mendorong yang F-S-F (menunjuk sudut Feq-S-Feq) jadi lebih kecil. P: Jadi lebih kecil ya sudutnya? Terus ... S: Terus yang dengan O yang jadi lebih besar (menunjuk sudut FeqS-O) P: Apakah sempat memeriksa kembali jawabannya? S: Ya pak. P: Sudah yakin jawabannya? S: Eemm ... (sambil memeriksa pekerjaannya) insya Allah pak. Dari analisis proses berpikir di atas maka keterlaksanaan aktivitas metakognisi yang dilakukan oleh subyek 02 pada penyelesaian masalah 2 tampak pada Gambar 4 berikut
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 Tahap Penyelesaian Masalah
Aktivitas Pengaturan Diri Metakognisi
Analisis Masalah (PM1)
Planning P1 P4 Monitoring M5
Rencana (PM2)
Reflection R3 R4
Penyelesaian Masalah (PM3)
Gambar 4. Skema Proses Pengaturan Diri Metakognisi Subyek 02 pada Pemecahan Masalah 2 and Categorizing Discursive and D. Simpulan Berdasarkan analisis data di atas Metacognitive Activities.In Proceeding dapat diungkapkan bahwa subyek 01 yang of CERME 5, 1180 – 1189. berasal dari kelompok dengan IPK ≥ 3,00 Gama, C. A., 2004, Integrating memiliki dinamika pengaturan diri Metacognition Instruction in Interactive metakognisi yang lebih tinggi daripada Learning Environment, D. Phil subyek 02. Hal ini tampak pada Dissertation, University of Sussex. keragaman jenis pengaturan diri Miles, Matthew B. and A. Michael metakognisi.Semua tahapan penyelesaian Huberman, 1994.Qualitative Data masalah pada subyek 01 dilalui dengan Analysis : An expanded baik dan banyak terkait dengan aktivitasSourcebook.Second edition. California: aktivitas dalam pengaturan diri Sage Publication. metakognisi.Sekalipun demikian, kalau ditinjau dari hasil penyelesaian Schunk D.H. and Zimmerman B.J., 1994. masalahnya (lembar jawaban) tidak Self-regulation of learning and berbeda, demikian juga kedua subyek performance: Issues and educational memiliki kelemahan dalam melakukan applications. Mahwah, NJ: Erlbaum. monitoring (M5), yaitu adanya Tobias, S., and Everson, H. 2002.Knowing kekurangan pengertian dalam menentukan what you know and what you don’t atom pusat suatu molekul. further research on metacognitive knowledge monitoring. College Board Daftar Pustaka Report No.2002-3., NY. Cohors-Fresenborg, E. and Kaune, C. 2007.Modelling Classroom Discussion
B - 150