Prosedur Penilaian Pasca Sedasi No. Dokumen ..../I/2015/OK
No. Revisi
Halaman
Tanggal terbit Mei 2015
Ditetapkan : Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR dr. Sri Handayani, MMRS AKBP. NRP 67100358
PENGERTIAN : Penilaian kondisi pasien yang sudah tidak terpengaruh obat anastesi. TUJUAN : Memberikan pelayanan dan penilaian pasca sedasi serta keputusan tindak lanjut pasien pasca sedasi. KEBIJAKAN: a. Kriteria yang digunakan untuk menilai waktu pemulangan/discharge pasca anastesi dan sedasi menggunakan SSPPPA (system Score Pemulangan Pasien Pasca Anastesi ) b. Wewenang untuk memutuskan pemulangan/discharge pasien pasca anastesi dan sedasi dapat dilakukan oleh DPJP Anastesiologi atau Peserta didik yang mempunyai kompetensi. c. Pemulangan/Discharge Pasien pasca anastesi dan sedasi dapat dilakukan oleh perawat ruang pulih sadar atau staff medis lain yang mempunyai kualifikasi yang setara dengan berdasarkan SSPPPA (system Score Pemulangan Pasien Pasca Anastesi ) d. Hasil penilaian SSPPPA (system Score Pemulangan Pasien Pasca Anastesi ) harus didokumentasikan. e. Kriteria yang digunakan untuk menilai waktu pemindahan pasca anastesi dan sedasi menggunakan Aldrete Score (dewasa), Steward Score (anak-anak), Bromage Score (Spinal Anastesi) f. Wewenang untuk memutuskan Pemindahan pasien pasca anastesi dan sedasi dapat dilakukan oleh DPJP Anastesiologi, penata anastesi, dan perawat pulih sadar. g. Pemindahan pasien pasca anastesi dan sedasi dapat dilakukan oleh perawat ruang pulih sadar atau staff medis lain. h. Hasil Penilaian Aldrete Score (dewasa), Steward Score (anak-anak), Bromage Score (Spinal Anastesi) harus didokumentasikan.
Prosedur Penilaian Pasca Sedasi No. Dokumen ..../I/2015/OK Tanggal terbit Mei 2015
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan : Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR dr. Sri Handayani, MMRS AKBP. NRP 67100358
i.
Untuk Pasien tertentu, dapat dipindahkan ke unit khusus (ICU) yang dapat memberikan layanan pasca anastesi atau sedasi sesuai kondisi pasien dan perintah DPJP Anastesiologi dan DPJP Bedah. PROSEDUR: 1. Pasien memenuhi SSPPPA (system Score Pemulangan Pasien Pasca Anastesi) Kriteria tanda vital : dalam 20% kondisi Preoperatif = 2, dalam 20%-40% kondisi preoperative = 1, > 40% dari kondisi preoperative = 0 Aktifitas : dapat, tegak tidak pusing, sama seperti kondisi preoperative = 2, dapat namun membutuhkan pertolongan = 1, tidak dapat beraktifitas = 0 Mual- Muntah : minimal, atau dapat diatasi dengan pengobatan secara oral saja = 2, moderat atau dapat diatasi obat parenteral = 1, tetap mual dan muntah setelah mendapat pengobatan mual dan muntah sencara kontinyu =0 Nyeri : minimal ada/tidak ada, pasien merasa nyaman, dapat dikontrol dengan pengobatan oral ( Ya = 2, Tidak = 1) Perdarahan dari daerah operasi : minimal tidak membutuhkan penggantian perban = 2, moderat membutuhkan pengantian perban sekali/dua kali = 1, berat membutuhkan pengantian perban tiga kali/lebih = 0 (jika jumlahnya > 9, pasien dapat diperbolehkan pulang) 2. Pasien memenuhi Skala Aldrete Nilai warna : merah muda = 2, pucat = 1, sianosis = 0 Pernafasan : dapat bernapas dalam dan batuk = 2, dangkal namun pertukaran udara adekuat = 1, apneu/obstruksi = 0 Sirkulasi : tekanan darah meyimpang 50% dari normal = 0 Kesadaran : sadar, siaga dan orientasi baik = 2, bangun namun cepat kembali tidur = 1, tidak berespon = 0 Aktifitas : seluruh ekstremitas dapat digerakan = 2, dua ekstremitas dapat digerakan = 1, tidak bergerak = 0 (jika jumlahnya > 8, pasien dapat dipindahkan keruangan)
Prosedur Penilaian Pasca Sedasi No. Dokumen .... /I/2015/OK
No. Revisi
Halaman
Tanggal terbit Mei 2015
Ditetapkan : Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR dr. Sri Handayani, MMRS AKBP. NRP 67100358 3. Pasien memenuhi Steward Score (anak-anak) Pergerakan : gerak bertujuan = 2, gerak tak bertujuan = 1, tidak bergerak = 0 Pernafasan : batuk, menangis = 2, pertahankan jalan nafas = 1, perlu bantuan = 0 Kesadaran : Menangis 2, bereaksi terhadap rangsangan= 1, tidak bereaksi= 0 (jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan) 4. Pasien memenuhi Bromage Score ( spinal Anastesi) Kriteria nilai : Gerakan penuh dari tungkai = 3, tak mampu ekstensi tungkai = 2, tak mampu fleksi lutut = 1, tak mampu fleksi pergelangan kaki = 0 (jika jumlah 3, penderita dapat dipindahkan ke ruangan) 5. Observasi perdarahan 15 menit selama 2 jam untuk pasien obgyn 6. Untuk kasus obgyn menghubungi bidan jaga jika terjadi perdarahan pervaginam yang berlebih. 500cc atau 2 underpad penuh selama 2 jam observasi post operasi. 7. Jika selama 2 jam post operasi tidak terdapat perdarahan berlebih maka dapat dipindahkan keruangan. UNIT TERKAIT 1. IKO 2. ICU 3. INSTALASI RAWAT INAP 4. INSTALASI RAWAT JALAN 5. SMF – BAGIAN
Transportasi Pasien Pasca Bedah No. Dokumen ..../I/2015/OK
No. Revisi
Halaman
Tanggal terbit Mei 2015
Ditetapkan : Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR dr. Sri Handayani, MMRS AKBP. NRP 67100358
PENGERTIAN : Proses perpindahan pasien dari kamar bedah ke ruang rawat khusus dan ruang rawat inap sesuai dengan kondisi medis pasien. TUJUAN : 1. Untuk optimalisasi proses pemindahan pasien 2. Untuk memantau kondisi medis pasien selama pembedahan KEBIJAKAN: 1. Transpor pasien pasca bedah keruang rawat inap dilakukan oleh perawat ruangan. 2. Pada kondisi khusus, transportasi pasien didampingi oleh dokter anastesia atau asisten anastesia. 3. Untuk pasien kondisi khusus atau perlu ruangan khusus ( ICU) pemindahan tanpa menunggu pemulihan pasca sedasi diruang pulih sadar. 4. Untuk pasien rawat jalan, pasien pulang dengan keluarga. PROSEDUR: 1. Perawat ruang pulih sadar menghubungi ruang rawat untuk menjemput pasien, pada kondisi khusus diinformasikan kebutuhan alat medic tambahan seperti oksigen dan monitor. 2. Sebelum transportasi pasien, dilakukan serah terima antara Petugas ruang pulih sadar dengan Perawat ruang rawat. 3. Penjemputan pasca bedah dilakukan oleh perawat rawat inap. 4. Pada kondisi khusus seperti pasien dengan alat bantu nafas, pasien dengan pemantauan ketat, transportasi diketahui oleh DPJP Anastesi dan DPJP Bedah. 5. Transportasi dilakukan oleh perawat yang bersangkutan.
Transportasi Pasien Pasca Bedah No. Dokumen ..../I/2015/OK Tanggal terbit Mei 2015
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan : Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR dr. Sri Handayani, MMRS AKBP. NRP 67100358
6. Transportasi pasien dari kamar bedah ke ruang ICU harus dilakukan DPJP atau residen anastesiologi, tanpa atau dengan oksigen dan monitor transport bila diperlukan sesuai indikasi 7. Transpotasi pasien keruang rawat inap dilakukan oleh perawat ruang rawat. 8. Untuk pasien rawat jalan, setelah pembedahan pulang diantar oleh keluarga. UNIT TERKAIT: 1. Kamar operasi 2. Ruang Rawat Inap