PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM TRANSFORMASI PENGETAHUAN TRADISI CAROK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN INFORMAL DI MADURA BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh: Wiwin Januaris Anny Zahra Mahfudhoh Santosa Ilham
NIM.120141411501 NIM.120141411502 NIM.130731615678
Angkatan Tahun 2012 Angkatan Tahun 2012 Angkatan Tahun 2013
UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG 2014
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN 1. Judul Kegiatan : Transformasi Pengetahuan Tradisi Carok dalam Perspektif Pendidikan Informal di Madura. 2. Bidang Kegiatan : PKM-P 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Wiwin Januaris b. NIM : 120141411501 c. Jurusan : Pendidikan Luar Sekolah d. Universitas/ Institut/ Politeknik : Universitas Negeri Malang e. Alamat Rumah dan No Tel./ HP : Jl.Purworejo no.8 RT.2 RW.3 Desa Balong, Kel.Tunjungtirto Kec.Singosari, Kab.Malang. f. Alamat Email :
[email protected] 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/ Penulis : 2 orang 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Sopingi S.Sos, M.Pd b. NIDN : 0010026705 c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Perum Puncak Permata Sengkaling, Malang/ 082141515361/ 082231606363 6. Biaya Kegiatan Total a. Dikti : Rp 12.201.000 b. Sumber dana lain :7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 bulan
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR ISI RINGKASAN BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Khusus 1.4 Urgensi Penelitian BAB II :TINJAUAN PUSTAKA BAB III : METODE PENELITIAN BAB IV : BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1 Anggaran Biaya 4.2 Jadwal Kegiatan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
i ii iii iv 1 2 2 2 4 6 8 8 9 10
i
RINGKASAN Carok adalah tradisi masyarakat Madura berupa tindakan atau upaya pembunuhan yang dilatarbelakangi pelecehan harga diri. Harga diri bagi orang Madura adalah malo dan todus. Malo merupakan rasa malu yang timbul akibat orang lain yang menyangkut harga diri individu dalam lingkup keluarga dan masyarakat. Todus adalah perasaan malu akibat pelanggaran norma atau nilai yang dilakukan oleh diri sendiri. Carok dilatarbelakangi oleh malo, yang disebabkan oleh gangguan terhadap istri (perselingkuhan), sengketa tanah, tuduhan mencuri, perebutan warisan dan pembalasan dendam. Carok sah dilaksanakan apabila memenuhi prasyarat, yaitu kadigdajan (kesiapan diri secara fisik maupun mental), tampeng sereng (kekuatan supranatural berupa mantra atau azimat), dan banda (dana). Sebelum melakukan carok, pelaku carok bermusyawarah dengan keluarganya. Carok dilaksanakan dengan perjanjian, berhadap-hadapan, dan diketahui oleh tokoh masyarakat setempat. Carok bergeser dari tradisi menjadi kriminalitas. Contoh kasus carok yang terjadi pada tahun 2014, rata-rata dilatarbelakangi oleh perselingkuhan, dan dilakukan dengan cara nyelep (melukai lawan yang tidak memiliki persiapan atau menusuk lawan dari belakang). Pelaku carok tidak menyerahkan diri kepada pihak berwajib, dan melarikan diri. Kasus seperti ini kemudian memicu pembalasan dendam. Transformasi pengetahuan carok terjadi dalam pendidikan informal. Pendidikan informal adalah pendidikan keluarga dan lingkungan. Tradisi carok merupakan tradisi yang dituturkan oleh generasi tua, dan diamati oleh generasi muda. Generasi muda juga belajar carok dari kasus carok yang terjadi, dan dari pengaruh lingkungan sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami konsepsi carok yang sebenarnya (asli) dan menelaah dari perspektif pendidikan informal bagaimana transformasi pengetahuan dari generasi tua pada generasi muda, sehingga terjadi pergeseran makna budaya. Urgensi (keutamaan) penelitian ini adalah karena hal ini penting dilakukan untuk tetap melestarikan konsep asli carok sehingga carok dapat bisa diterima dan dipahami sebagai tradisi yang luhur tanpa bertentangan dengan hukum. Target Penelitan ini adalah untuk membantu memberikan pemahaman mengenai konsep asli carok sebagai tradisi luhur dan tidak bertentangan dengan hukum.Luaran Penelitian adalah terdeskripsikannya konsep asli carok, dan terdeskripsikannya cara mentransformasikan pengetahuan lokal (carok) kepada generasi berikutnya dalam perspektif pendidikan informal. Manfaat Penelitian dari penelitian ini diharapkan dapat membuat transformasi pengetahuan carok dari generasi ke generasi menjadi lebih baik sehingga mengurangi potensi pelanggaran hukum yang diakibatkan oleh carok. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan desain rancangan penelitian studi kasus. Penelitian dilakukan melalui tahapan: (1) melakukan wawancara dan studi dokumentasi, (2) memilih beberapa sampel yang menarik, (3) menentukan satu wilayah dengan kasus paling menarik, (4) melakukan indepth interview, (5) konseptualisasi dan kategorisasi, dan (6) review melalui diskusi terfokus.
ii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Carok sebuah tradisi Madura yang masih hidup di era globalisasi. Seperti yang penulis ketahui bahwa carok merupakan tradisi bertarung yang disebabkan karena alasan tertentu yang berhubungan dengan harga diri. Carok merupakan jalan terakhir yang di tempuh oleh masyarakat suku Madura dalam menyelesaikan suatu masalah. Carok biasanya dipicu karena masalah-masalah seperti adanya gangguan terhadap istri, salah paham, persengketaan tanah, balas dendam,dll yang menyangkut harga diri seseorang di Madura. Sampai ada pepatah yang mengatakan lebbi bagus pote tollang, atembang pote mata. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata). Prinsip untuk mempertahankan harga diri inilah yang melahirkan tradisi carok pada masyarakat Madura. Masyarakat Madura meyakini harga diri merupakan hal yang harus dijunjung tinggi oleh seorang laki-laki. Dalam budaya Madura, laki-laki bertanggungjawab atas kehormatan dan keselamatan keluarganya. Apabila kehormatan dan keselamatan keluarganya dilukai, maka laki-laki berkewajiban untuk membela kehormatan keluarganya. Carok dianggap sebagai jalan paling ksatria, dan jalan akhir untuk merebut kembali kehormatan seseorang yang telah dilecehkan. Carok pada mulanya adalah duel satu orang atau lebih yang dikarenakan karena alasan harga diri. Carok hanya dilakukan apabila terjadi permasalahan yang dianggap sangat serius, seperti perselingkuhan, sengketa tanah, atau membalas dendam atas kematian saudara kandung karena carok. Sesungguhnya dalam pelaksanaan carok ada beberapa hal yang menjadi prasyarat, yaitu memiliki kesiapan fisik, kesiapan mental, kesiapan spiritual, dan kesiapan dana . Carok hanya terjadi apabila ada kesepakatan diantara dua belah pihak yang akan melakukan carok, dan sebelum melakukan carok harus dilaporkan kepada kepala desa, sesepuh, atau pemuka agama setempat. Orang yang membunuh lawannya dalam carok, secara sadar akan menyerahkan diri untuk diadili sesuai dengan hukum. Realita saat ini menunjukkan telah terjadi pergeseran makna carok. Banyak kasus carok yang ditemui di beberapa media massa memiliki motif yang berbeda, selain itu juga tidak memenuhi prasyarat carok. Sebagai contoh kasus carok yang terjadi pada 25 Juni 2014 di Bogor, dan kasus 11 Agustus 2014 di Sampang yang bermotif perselingkuhan. Dalam kasus tersebut, carok dilakukan dengan cara nyelep. Banyak kasus carok yang terjadi tanpa adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, atau nyelep (melukai lawan yang tidak memiliki persiapan atau menusuk lawan dari belakang). Pelaku carok banyak yang melarikan diri, dan apabila tertangkap oleh pihak kepolisian, maka pelaku seringkali melakukan tindakan suap untuk meringankan hukuman. Carok dapat menjadi kasus yang berkepanjangan apabila keluarga korban membalaskan dendam kepada pelaku, namun hal ini dapat diselesaikan melalui surat perjanjian damai.
2
Perbedaan carok yang sebenarnya, dan carok yang terjadi saat ini menunjukkan adanya pergeseran makna dalam carok. Maka dari itu, penelitian ini dimaksudkan untuk menelaah bagaimana transformasi pengetahuan dari generasi tua pada generasi muda, sehingga terjadi pergeseran makna tradisi. Tradisi yang menjadi warna budaya suatu masyarakat, sejatinya merupakan hal perlu dijaga keberlangsungannya, namun dalam proses pewarisannya bisa terjadi pergeseran makna. Proses pewarisan tradisi dan budaya, merupakan transformasi pengetahuan yang terjadi dalam iklim pendidikan informal. Pendidikan informal yang dimaksud adalah pendidikan dalam keluarga, dan lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, pendidikan keluarga dan lingkungan yang dimaksud adalah proses transformasi tradisi dan budaya dalam keseharian melalui interaksi sosial. Penelitian ini, diharapkan dapat menjelaskan proses transformasi pengetahuan terkait budaya carok dalam perspektif pendidikan nonformal, dan informal. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan baru dalam ranah pendidikan, sosial, dan budaya. 1.2 Tujuan Khusus 1. Memahami konsepsi carok yang sebenarnya (asli) 2. Menelaah dari perspektif pendidikan informal bagaimana transformasi pengetahuan dari generasi tua pada generasi muda, sehingga terjadi pergeseran makna budaya. 1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian Penelitian ini penting dilakukan untuk tetap melestarikan konsep asli carok sehingga carok dapat bisa diterima dan dipahami sebagai tradisi yang luhur tanpa bertentangan dengan hukum. 1.4 Target Penelitan Target penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk membantu memberikan pemahaman mengenai konsep asli carok sebagai tradisi luhur dan tidak bertentangan dengan hukum. 1.5 Luaran Penelitian 1. Terdiskripsikannya konsep asli carok 2. Terdiskripsikannya cara mentransformasikan pengetahuan lokal (carok) kepada generasi berikutnya.dalam perspektif pendidikan informal 3. Dapat diterbitkannya berupa jurnal hasil penelitian dengan terakreditasi nasional. 1.6 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat membuat transformasi pengetahuan carok dari generasi ke generasi menjadi lebih baik sehingga mengurangi potensi pelanggaran hukum yang diakibatkan oleh carok.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makna dan Konteks Sosial Tradisi Carok Carok merupakan tradisi yang identik dengan kekerasan dan masyarakat Madura. Carok lahir pada saat zaman kolonial Belanda yaitu abad 18. Wiyata (2006: 69-72) menyatakan bahwa sejarah carok bermula sekitar tahun 1700 saat VOC menerapkan pemerintahan feodalisme (pemerintahan tidak langsung). Pada saat itu kekuasaan Belanda dipasrahkan pada raja-raja Madura. Raja-raja di Madura diberi wewenang untuk mengatur pemerintahan di wilayahnya sendiri termasuk seperti memerintahkan rakyat Madura untuk melakukan kerja paksa dan memungut pajak secara paksa. Raja dan kalangan keraton hidup dengan bergelimang harta sedangkan rakyat hidup sengsara bahkan terjadi kesenjangan sosial cukup tinggi antara rakyat dengan penguasa. Hal inilah yang membuat rakyat tidak lagi percaya kepada penguasa di Madura, penguasa Madura mulai kehilangan wibawanya. Penguasa tidak peduli dengan penderitaan rakyat. Pulau Madura memberi kesan tidak terurus, pengadilan tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rakyat memilih mengadili perkaranya sendiri dengan jalur kekerasan yaitu carok. Latief Wiyata dalam bukunya “Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura” menyebutkan bahwa kasus carok diawali dengan konflik yang mengakar pada perasaan malo karena pelecehan harga diri. Wiyata (2006: 179) menyebutkan: “...Pelecehan harga diri sama artinya dengan pelecehan kapasitas diri. Padahal, kapasitas diri seseorang secara sosial tidak dapat dipisahkan dengan peran dan statusnya (social role and social status) dalam struktur sosial.” Perasaan malu dalam masyarakat Madura terbagi menjadi dua yaitu todus dan malo. Todus merupakan perasaan malu dalam diri seseorang akibat pelanggaran terhadap aturan normatif seperti tatakrama, sedangkan malo merupakan rasa malu yang timbul akibat orang lain yang menyangkut harga diri individu orang tersebut dalam lingkup keluarga dan masyarakat. Masyarakat Madura merupakan masyarakat yang menganut sistem pernikahan matrilokal dan uxorilokal atau kombinasi keduanya. Pernikahan matrilokal dan uxorilokal ini mengharuskan pihak suami tinggal dilingkungan keluarga/kerabat istri. Budaya Madura memberikan proteksi lebih kepada seorang perempuan yang tercermin pada pola pemukiman dengan ditunjukkan dengan desain rumah dengan satu pintu. Hal ini menunjukkan sikap orang Madura yang selalu was-was dan tanggap terhadap bahaya ancaman kejahatan. Berdasarkan pola pernikahan dan pemukiman tersebut bisa disimpulkan bahwa laki-laki Madura memiliki tanggung jawab penuh terhadap keamanan keluarganya. Pernikahan bagi masyarakat Madura tidak hanya berfungsi untuk melanjutkan keturunan namun juga sebagai
4
simbol manifestasi maskulinitas. Sehingga orang laki-laki Madura akan merasa harga dirinya terluka ketika keluarganya mendapat gangguan seperti terjadinya gangguan terhadap istri (perselingkuhan), sengketa tanah, tuduhan mencuri, perebutan warisan dan pembalasan dendam. Setiap tindakan yang mengakibatkan rasa malo selalu berakhir dengan carok (Wiyata, 2006:177-185). Wiyata (2006:186) menyebutkan “...Carok juga berarti salah satu cara orang Madura untuk mengekspresikan identitas etnisnya.” Masyarakat Madura telah menganggap carok sebagai tradisi budaya mereka. Carok juga mempengaruhi status kedudukan seseorang. Wiyata (2006:191) menyatakan “...carok menjadi semacam media kultural bagi pelakunya untuk memperoleh predikat sebagai oreng jago atau mempertegas predikat itu.” Carok dapat diartikan sebagai tindakan atau upaya pembunuhan yang dilatarbelakangi pelecehan harga diri yang terkait kehormatan perempuan, perasaan malu,adanya dorongan,dukungan serta persetujuan sosial, dan perasaan puas serta bangga bagi pemenangnya (Wiyata, 2006:193). Prasyarat carok yang termuat dalam buku “Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura” karya Latief Wiyata menyebutkan bahwa ada tiga prasyarat carok yaitu: kadigdajan (kapasitas diri) yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapan diri secara fisik maupun mental, persyaratan kedua yaitu tampeng sereng yaitu kekuatan supranatural berupa mantra atau azimat. Prasyarat ketiga yaitu banda (dana) untuk persiapan carok seperti pembelian senjata, keperluan ritual sebelum carok, dan apabila pelaku carok mati maka dana tersebut diperlukan untuk penyelenggaraan ritual keagamaan dan apabila pelaku carok menang maka diperlukan biaya untuk menghidupi keluarga pemenang carok selama ditinggal dalam penjara. Smith (dalam Wiyata, 2006:210) menyebutkan bahwa: “Pada zaman sebelum kemerdekaan orang Madura yang akan melakukan carok didahului oleh perjanjian tentang kapan dan dimana carok carok akan dilaksanakan, serta senjata jenis apa yang akan dipergunakan. Bahkan ketika carok berlangsung, orang-orang desa dapat menyaksikannya”. Pelaksanaan carok dewasa ini jauh berbeda dengan realita yang ada. Banyak diantara kasus carok yang terjadi tidak sesuai dengan konsep carok yang telah diuraikan diatas. Hal ini menunjukkan terjadinya pergeeseran makna dalam transformasi pengetahuan tentang carok dari generasi ke generasi. 2.2 Temuan Kasus-Kasus Carok di Era Modern Beserta Motifnya Temuan kasus carok pada kurun waktu 2010-2014 masih ada walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak. Diantaranya adalah karena adanya ganngguan terhadap istri, persaingan bisnis,cemburu dengan tetangga,mempertahankan martabat, merebut harta warisan,dan membalas dendam keluarga. Data-data ini kami temukan di beberapa situs berita online Madura dan surat kabar. Hingga pertengahan tahun 2014, beberapa situs berita online melaporkan berita terkait
5
kasus carok pada bulan Januari, Mei, Juni, Juli, dan Agustus. Rata-rata peristiwa carok yang terjadi disebabkan oleh permasalahan perselingkuhan. Carok telah menjadi tradisi yang mendarah daging. Bahkan masyarakat Madura yang tidak berdomisili di Madura masih menggunakan carok untuk mempertahankan harga dirinya, seperti peristiwa carok pernah terjadi di Kota Bogor pada 25 Juni 2014 sebagaimana diberitakan oleh okezone.com. Peristiwa carok lain yang terjadi adalah kasus carok yang menewaskan dua (2) orang di Sampang, pada 11 Agustus 2014 sebagaimana diberitakan oleh antaranews.com. Seluruh peristiwa carok yang diberitakan, rata-rata sang pelaku melarikan diri, dan carok ada yang dilakukan dengan tidak seimbang. Sebagai contoh, pada peristiwa carok di Bogor dalam berita “Pembunuhan Dalam Angkot Terkait Tradisi Carok Madura” yang diberitakan okezone.com tanggal 25 Juni 2014, sang pelaku merangsek masuk kedalam angkot, dan membacok korbannya secara membabibuta sebelum akhirnya berhasil membunuh korban yang sempat memberikan perlawanan. Pada kasus ini korban tidak memiliki persiapan secara fisik maupun mental, dan serangan dilakukan secara mendadak. Pelaku yang telah merencanakan carok, sudah memiliki persiapan yang matang. Carok yang dilandasi faktor cemburu karena perselingkuhan istri pelaku dengan korban, akhirnya berujung pada pembunuhan berencana yang sadis. Setelah membacok korban hingga tewas dalam kondisi penuh luka bacok dan usus terburai, sang pelaku melarikan diri. Carok yang dilatarbelakangi selain kasus perselingkuhan, pernah terjadi pada tahun 2013. Kasus ini dilatarbelakangi karena kesalahpahaman yang akhirnya memicu carok, dan berlanjut dengan carok yang dilatarbelakangi motif balas dendam akibat kekalahan pada carok sebelumnya. Kasus tersebut diberitakan oleh lensaindonesia.com pada Rabu, 24 April 2014. Dalam kasus ini terjadi balas dendam yang dilakukan oleh Marzuki kepada Mat Ikhsan atas kematian Manaf, ayah Marzuki. Peristiwa ini diawali ketika terjadi kesalahpahaman antara Manaf dan Lukman, keponakan B. Lukman merasa tersinggung atas teguran Manaf, lau Lukman melaporkan peristiwa tersebut kepada Mat Ikhsan. Manaf mendatangi kediaman Mat Ikhsan untuk meminta maaf, namun Mat Ikhsan merasa tidak terima dan menantang Manaf untuk melakukan carok. Manaf menerima tantangan carok dari Mat Ikhsan, kemudian carok dimenangkan oleh Mat Ikhsan. Manaf tewas di rumah sakit setelah mengalami luka parah akibat carok. Marzuki yang tidak terima atas kematian ayahnya, akhirnya membalas dendam dengan menantang Mat Ikhsan untuk carok. Mat Ikhsan akhirnya tewas di tangan Marzuki. setelah berhasil membunuh Mat Ikhsan, Marzuki melarikan diri dan berhasil ditangkap oleh polisi 8 bulan kemudian.
6
3.3 Konsep Transformasi Pengetahuan dalam Pendidikan Informal Pendidikan Informal merupakan bagian dari pendidikan yang memliki porsi besar dalam proses pendidikan yang berlangsung sehari-hari. Berdasarkan UU Sisdiknas Pasal 1 Ayat 13 menyebutkan bahwa “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan”. Konsep Pendidikan Informal dikemukakan oleh Philip Coombs, yang menerangkan bahwa pendidikan informal merupakan proses sepanjang hayat di mana seseorang memperoleh dan menghimpun pengetahuan, keterampilan, sikap dan pandangan dari pengalaman dan terpaan lingkungan di rumah, tempat kerja, tempat bermain; dari contoh perilaku dan sikap-sikap keluarga dan teman, dalam kondisi yang umumnya tidak terorganisir dan tidak sisematik (Supriyono, 2014:4). Mark K. Smith (dalam Supriyono, 2014:4) mengartikan pendidikan informal sebagai proses atau cara membantu orang belajar, berlangsung dan dikendalikan oleh perbincangan, mencakup penggalian dan perluasan pengalaman, dan dapat terjadi dalam setting apapun. Pendidikan Informal merupakan semua kegiatan yang kebetulan, tidak terstruktur, tidak diniatkan, dan merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana pendapat Alan Rogers (dalam Supriyono, 2014:4). Dari pandangan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan informal adalah proses memeroleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan dari keluarga dan lingkungan, dimana proses tersebut berlangsung dalam suasana yang tidak terencana, tidak terstruktur, dan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja serta berlangsung sepanjang hayat. Dalam pendidikan informal, sikap, norma, nilai, perilaku, tradisi, dan budaya lebih banyak diwariskan melalui pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal berlangsung dan dikendalikan oleh perbincangan mengenai pengalaman. Proses pendidikan yang menggunakan media simbol verbal, berupa perbincangan dapat menghasilkan pengalaman belajar yang bersifat abstrak sebagaimana dijelaskan dalam kerucut pengalaman Edgar Dale. Pengalaman yang bersifat abstrak dapat memicu timbulnya banyak persepsi mengenai pengetahuan oleh seseorang, sehingga menimbulkan potensi kesalahan tafsir atau pergeseran makna pengetahuan yang diserap atau diterima oleh seseorang. Artinya, dapat terjadi sebuah kesalahpahaman dalam proses transformasi pengetahuan, yang menyebabkan pergeseran makna. Hal ini terjadi pada transformasi pengetahuan carok, dimana tradisi ini diwariskan melalui pendidikan informal yaitu cerita (simbolisasi verbal) yang dituturkan secara turun temurun dan dari cerita yang berdar.
7
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif dengan rancangan desain studi kasus. Karakteristik pokok pendekatan ini adalah: (1) Mengutamakan makna, konteks, dan perspektif emik.: (2) Proses penelitian lebih berbentuk siklus daripada linier dimana pengumpulan dan analisis data berlangsung simultan (3) Lebih mengutamakan kedalaman daripada keluasan cakupan penelitian (4) Observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam proses pengumpulan data (5) Peneliti merupakan instrumen utama untuk menjawab masalah dan mencapai tujuan penelitian (Supriyono, 2014: 16). Tahapan metode penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Studi wawancara bebas dan studi dokumentasi
Menentukan beberapa sampel untuk diteliti lebih lanjut
Menentukan sampel utama
Melakukan peer review melalui diskusi terfokus
konseptualisasi dan kategorisasi
melakukan wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan kunci
1. Studi wawancara bebas dan studi dokumentasi Tim akan melakukan wawancara bebas dan mengambil data-data terkait carok dengan menghubungi Divisi Kriminal Polres Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep untuk memetakan wilayah dengan frekuensi kasus carok tertinggi dengan motif penyebabnya. 2. Menentukan beberapa sampel untuk diteliti lebih lanjut Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan, maka akan ditentukan beberapa sampel yang dinilai paling unik dan menarik untuk diteliti lebih dalam. 3. Menentukan sampel utama Menentukan satu sampel wilayah (desa) dengan fenomena transformasi carok yang dinilai sangat menarik
8
4. Melakukan wawancara mendalam (indepth interview) Wawancara ini ditujukan kepada informan kunci tentang fenomena carok untuk menemukan transformasi pengetahuan yang berkembang. Proses ini bergulir dari informan yang satu ke informan yang lain. Wawancara dilakukan dengan maksud menemukan pemahaman transformasi pengetahuan tentang carok termasuk menelusuri semacam life history yang mengisahkan perkembangan proses transformasi pengetahuan tentang carok pada masyarakat Madura. 5. Menerapkan prinsip dan teknik konseptualisasi dan kategorisasi Tim akan memilah data berdasarkan data, baik untuk mendiskripkan jenis fenomena carok, motif pelaku dan proses transformasi pengetahuan antar generasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukenali realitas keberlangsungan transformasi tradisi carok dalam perspektif pendidikan informal. 6. Melaksanakan Review dan Focus Group Discussion Selanjutnya untuk memenuhi standar kebenaran hasil dan temuan penelitian, hasil akhir kajian lapangan akan di review oleh segenap informan sehingga kemungkinan kesalahan pemahaman bisa dihindari. Kemudian dilakukan pula peer review melalui diskusi terfokus untuk mendapatkan penajaman penemuan penelitian khususnya pada pola transformasi pengetahuan carok dalam perspektif pendidikan informal.
9
4.1
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN Anggaran Biaya Ringkasan anggaran biaya Jenis
Kebutuhan
1. Peralatan Penunjang
Rp 3.100.000
2. Biaya Habis Pakai
Rp 4.263.000
3. Perjalanan
Rp 3.120.000
4. Lain-lain (Workshop)
Rp 1.718.000 Jumlah
Rp 12.201.000
4.2 Jadwal Kegiatan No
1
2
3 4 5
6 7 8 9 10
Jenis Kegiatan Wawancara dengan Divisi Kriminal Polres Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Menentukan sampel desa dengan kasus carok tertinggi yang paling unik dan menarik untuk diteliti Observasi dan wawancara dengan informan kunci pada setiap sampel Melakukan wawancara mendalam (indepth interview) Menerapkan prinsip dan teknik konseptualisasi dan kategorisasi berdasarkan data Memenuhi standar kebenaran hasil dan temuan melalui review oleh informan Melakukan peer review Mengusulkan hasil penelitian menjadi jurnal ilmiah Mengusulkan hasil penelitian menjadi jurnal internasional Evaluasi
1
Bulan 2 3 4
5
10
DAFTAR PUSTAKA
Creswell. 1998. Qualitative Design and Research Method. Terjemahan oleh Djauzi Moedzakir. Malang:Universitas Negeri Malang Supriyono,dkk.2014. “Model Revitalisasi Best Practice Sistem Pendidikan Informal Sebagai Media Tranfer Of Knowledge Kearifan Lokal di Jawa Timur” Proposal Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Wiyata,Latief. 2001. Carok: Konflik kekerasan dan harga Diri Orang Madura. Jember: LKIS _________.2014. Dua Orang Tewas Akibat “Carok” di Sampang. (Online) (http//www.antaranews.com) diakses pada 12 Agustus 2014 _________.2014. Carok Berdarah Kampung Kemuning, Bangkalan. (Online) (http//www. Lensa Indonesia.com) diakses pada 12 Agustus 2014
10
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. A. Identitas Diri (Ketua) 1 2 3 4 5 6 7
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin L/P Program Studi NIM Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Nomor Telepon/HP
Wiwin Januaris Perempuan Pendidikan Luar Sekolah 120141411501 Malang, 17 Januari 1994
[email protected] 085736001642
B. Riwayat Pendidikan Nama Institusi Jurusan Tahun Masuk-Lulus
SD MI- Almaarif 7 Singosari -
SMP
SMA
SMPN 1 Singosari
SMKN 2 Malang
-
Pekerjaan sosial
2001-2006
2007-2009
2010-2012
A. PEMAKALAH SEMINAR ILMIAH (Oral Presentation) No 1
Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar SEMNAS HIV/AIDS
Judul Artikel Ilmiah Save ourself from HIV/AIDS for better future
Waktu dan Tempat UMM inn
B. PENGHARGAAN DALAM KURUN 10 TAHUN TERAKHIR (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No 1 2 3 4
Jenis Penghargaan Juara 2 Menulis Berita Malang Post Juara 1 Telling Story Se-Jatim Juara 1 Mendongeng di Malang Tempoe Doeloe Juara 2 essay “The beauty of muslimah”
5
Duta HIV/AIDS kota Malang
6
Juara Harapan 2 Debat SMK Jatim
7
Best Speaker Debat SMK
Institusi Pemberi Pemghargaan
Tahun
Malang Post
2009
STIBA MALANG
2010
RADIO KOSMONITA
2010
Muslimah Study Center 2010 Fak. Kedokteran Univ.Brawijaya KEMENDIKBUD Prov.Jatim KEMENDIKBUD Prov.Jatim
2010 2011 2011
8
Juara 1 Menulis Surat Hari Ibu
9
Juara 2 Cerpen
10
Juara 2 Essay Nasional MAWAPRES (Mahasiswa Berprestasi) FIP UM PKM-M didanai DIKTI Peserta PIMNAS
11 12 13
Dinas Pendidikan Kota Batu Dinas Pendidikan Kota Batu UII YOGYAKARTA Universitas Negeri Malang DIKTI DIKTI
2012 2012 2013 2014 2014 2014
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Usulan Program Kreativitas Mahasiswa bidang kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Biodata Anggota 1 A. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin L/P Program Studi NIM Tempat dan Tanggal Lahir E-mail Nomor Telepon/HP
Anny Zahra Mahfudhoh Perempuan Pendidikan Luar Sekolah 120141411500 Sampang, 18 Agustus 1994
[email protected] 085736455208
B. Riwayat Pendidikan Nama Institusi Jurusan Tahun Masuk-Lulus
SD MI Sailul Ulum -
SMP MTsN Sewulan -
SMA MAN 2 Madiun IPA
2000-2006
2006-2009
2009-2012
C. PEMAKALAH SEMINAR ILMIAH (Oral Presentation) No
Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah
Waktu dan Tempat
1
D. PENGHARGAAN DALAM KURUN 10 TAHUN TERAKHIR (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No 1
Jenis Penghargaan Bintang Pramuka
Institusi Pemberi Penghargaan MAN Madiun
Tahun 2011
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Usulan Program Kreativitas Mahasiswa bidang kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Biodata Anggota 2 A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap (dengan gelar) 2 Jenis Kelamin L/P 3 Program Studi 4 NIM 5 Tempat dan Tanggal Lahir 6 E-mail 7 Nomor Telepon/HP
Santosa Ilham Laki-laki Pendidikan Sejarah 130731615678 Sumenep, 13 Juli 1994
[email protected] 087801881684
B. Riwayat Pendidikan Nama Institusi Jurusan Tahun Masuk-Lulus
SD SDI Nurul Huda Sumenep -
SMP MTs Al-Mardliyah Pamekasan -
SMA SMA Al-Mardliyah Pamekasan -
2001-2007
2007-2010
2010-2013
E.
PEMAKALAH SEMINAR ILMIAH (Oral Presentation) Nama Pertemuan No Judul Artikel Ilmiah Ilmiah/Seminar 1
F.
PENGHARGAAN DALAM KURUN 10 pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya)
No
Jenis Penghargaan
1
Ketua OSIS MTs Al Mardliyah
2
Presenter terbaik ke 2
3 4 5 6 7
Ketua Pramuka Ketua Klinik Peduli Remaja Ketua OSIS MA Al Mardliyah Juara 3 Debat Antar Pelajar SLTA Se-Madura Anggota HMJ Sejarah UM
TAHUN
Waktu dan Tempat
TERAKHIR
Institusi Pemberi Penghargaan MTs Al Mardliyah PonPes Ummul Quro’ Pamekasan MTs Al Mardliyah MA Al Mardliyah MA Al Mardliyah UNIRA UM
(dari Tahun 2008-2009 2008 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2011 2013-2014
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Usulan Program Kreativitas Mahasiswa bidang kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Biodata Dosen Pembimbing A. Identitas Diri 1 2
Nama Lengkap (dengan gelar) Jenis Kelamin L/P
3
Program Studi
4 5
NIDN Tempat dan Tanggal Lahir
6
E-mail
7
Nomor Telepon/HP
Sopingi S.Sos, M.Pd Laki-laki Pendidikan Luar Sekolah Dosen Pengampu Mata Kuliah Sosiologi Antropologi 0010026705 Kediri, 10 Pebruari 1967
[email protected] //
[email protected] 082231606363
B. Riwayat Pendidikan
Nama Institusi Bidang Ilmu/Jurusan Tahun MasukLulus
SD SDN Jarak -
SMP SMPN Gurah -
SMA SMAN 2 Pare -
S-1 UGM Antropologi
1981-1984
1984-1987
1987-1990
1990-1995
S-2 UNJ Penelitian dan Evaluasi Pendidikan 2006-2012
C. PEMAKALAH SEMINAR ILMIAH (Oral Presentation) No 1
2
3
4
5
Nama Pertemuan Ilmiah/ Seminar Workshop Penetapan Model-model Pendekatan Pendidikan dan Strategi Penguatan Kelembagaan Penyelenggaraan Keaksaraan Fungsional di Jawa Timur Seminar Model Keaksaraan Kewirausahaan Sosial bagi Masyarakat Sekitar Hutan Reginal Seminar on the Development of Media Literacy for the Remote Area Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Tahap I
Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Tahap III
Judul Artikel Ilmiah Model Pemberantasan Buta Aksara Berbasis Komunitas
Waktu dan Tempat 19 Pebruari 2010 Hotel Agro Wisata Batu
Tinjauan Kritis atas Model Pembelajaran Keaksaraan BATUNGBINGAR ACM, An Effective Model for Developing the Adult Literacy Competency Aku Cepat Membaca Plus: Model, Implementasi dan Permasalahan bagi Upaya Pemberantasan Buta Aksara di Jawa Timur Strategi Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan dengan
18 Januari 2011 BPPNFI Regional IV Surabaya 10-13 Des 2012, Hotel Pandanaran Semarang 29 Pebr – 1 Maret 2012, Hotel Santika Pandegiling Surabaya 18 – 19 April 2012, Hotel Aryaduta
6
Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Tahap IV
7
Seminar Kepemudaan dalam Rangka Penyiapan Generasi Muda Berprestasi
Model Aku Cepat Membaca Plus (ACM Plus) Aku Cepat Membaca: Model dan Strategi Pembelajaran Keaksaraan bagi Penyandang Buta Aksara Motivasi Berprestasi
Makasar 17 -18 Juli 2012 Hotel Gumilang Regency Bandung 7 September 2014 Kampus PP2 UM
D. PENGHARGAAN DALAM KURUN 10 TAHUN TERAKHIR (dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya) No 1 2
Jenis Penghargaan Pembimbing PKM-M Pendamping PIMNAS
Institusi Pemberi Penghargaan DIKTI DIKTI
Tahun 2013 2014
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Usulan Program Kreativitas Mahasiswa bidang kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan 1. Peralatan Penunjang Material Sewa LCD Sewa Soundsystem Sewa Mic
Justifikasi Pemakaian 1 buah 2 buah 2 buah
Kuantitas 2 kali 2 kali 2 kali
Harga Satuan (Rp) 200.000/hari
Total (Rp) 1.000.000
150.000/hari
1.500.000
50.000/hari SUB TOTAL (Rp)
600.000 3.100.000
2. Bahan Habis Pakai Material
ATK
Konsumsi Seminar Publikasi ( Review) di Malang Konsumsi Seminar Publikasi (Review) di Madura
Justifikasi Pemakaian
Kuantitas
Kertas HVS Print Kuisioner Bolpoin Spidol Kecil Spidol Besar
1 Rim 200 lembar 2 Pak 10 buah 5 buah
Harga Satuan (Rp) 45.000 200 24.000 2000 5000
100 Orang
50 Kotak
15.000
1.500.000
100 Orang
150 Kotak
15.000
2.225.000
SUB TOTAL (Rp)
Total (Rp) 45.000 400.000 48.000 20.000 25.000
4.263.000
3. Perjalanan Material Survey lokasi sasaran Penggalian data ke pelaku terkait carok, korban, keluarga,tentangga dan masyarakat Madura Penggalian data ke kantor kepolisian Madura
Justifikasi Pemakaian
Kuantitas
Harga Satuan (Rp)
3 Orang
8 kali
100.000
3 Orang
20 kali
Total (Rp)
2.400.000
Penggalian data ke informan kunci di daerah Sampang, Pamekasan,Bangkalan , dan Sumenep Konsumsi Peneliti
12.000 SUB TOTAL (Rp)
720.000 3.120.000
4. Lain-lain Material Keperluan Seminar Publikasi Hasil Penelitian Transportasi Publikasi Surat Izin Meneliti
Laporan Hasil Penelitian
200
Harga Satuan (Rp) 1000
Hand out
200 bendel
5000
3 Orang
3 kali
Justifikasi Pemakaian Undangan seminar
Kuantitas
Ke Polres Kabupaten Bangkalan, Sampang, 4 Eksemplar Pamekasan, dan Sumenep 2Laporan kemajuan 50 lembar 2Laporam akhir 60 lembar 2Logbook 40 lembar Penjilidan 6 jilid SUB.TOTAL TOTAL KESELURUHAN(RP)
Keterangan 200.000 1.000.000
20.000
180.000
5.000
20.000
200/lembar 318.000 3000 1.718.000 12.201.000
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas No
Nama/ NIM
Program Studi
Bidang Ilmu
1
Wiwin Januaris Anny Zahra Mahfudhoh
PLS
Sosial Kemasyarakatan Sosial kemasyarakatan
Santosa Ilham
Sejarah
2
3
PLS
Sejarah Lokal dan Internasional
Alokasi Waktu (Jam/ Minggu) 6 jam 6 jam
6 jam
Uraian Tugas
Kordinator dan humas kegiatan Berfokus pada adiministrasi, penyusunan laporan, korespodensi atau surat menyurat. Fokus pada keuangan kegiatan dan perlengkapan serta dokumentasi
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti/Pelaksana KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM) Jalan Semarang 5, Malang 65145 Telp: (0341) 565-307 Laman: www.um.ac.id SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/PELAKSANA Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Wiwin Januaris NIM : 120141411501 Program Studi : Pendidikan Luar Sekolah Fakultas : Ilmu Pendidikan Dengan ini menyatakan bahwa usulan PKM Penelitian saya dengan judul: TRANSFORMASI PENGETAHUAN TRADISI CAROK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN INFORMAL DI MADURA yang diusulkan untuk tahun anggaran 2014 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain. Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenarbenarnya.