PROPOSAL PENELITIAN PROGRAM SEED RESEARCH GRANT John Hopkins School of Public Health – Muhammadiyah Tobacco Control Center
Dampak Paparan Asap Rokok Orang Lain terhadap Fungsi Paru dan Nikotin Urin Karyawan Café dan Restoran di Kota Semarang The Effect of Second Hand Smoke Exposure on Lung Function and Nicotine Urine of Café and Restaurant Employee of Semarang City
TIM PENGUSUL : Nurjanah SKM, M.Kes (Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro) dr. Lily Kresnowati, M.Kes ((Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro) Abdun Mufid (Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen/LP2K)
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG April 2012
1
1.
Judul : Dampak Paparan Asap Rokok Orang Lain terhadap Fungsi Paru dan Nikotin Urin Karyawan café dan restoran di Kota Semarang
Title
: The Effect of Second Hand Smoke Exposure on Lung Function and Nicotine Urine of Café and Restaurant Employee of Semarang City
2.
Abstrak penelitian Second Hand Smoke (SHS) atau Asap Rokok Orang Lain (AROL) telah banyak dibuktikan sebagai faktor resiko berbagai masalah kesehatan. Survei Air Quality Monitoring pada tahun 2011 pada 78 tempat-tempat umum di Kota Semarang dengan alat Sidepack Aerosol mendapatkan data bahwa rata rata kadar PM2.5 pada tempat tempat
yang boleh merokok adalah
3
sebesar 94,76µg/m , sementara pada tempat yang tidak diperbolehkan merokok 34,60µg/m3. Rata-rata PM2.5 pada tempat yang diperbolehkan merokok 3 kali lebih besar dibanding tempat yang tidak diperbolehkan merokok. Nilai tersebut jauh di atas nilai yang ditargetkan WHO (25µg/m3). Café dan restoran adalah tempat umum dengan kadar PM2.5 paling tinggi yaitu di café sebesar 164,84µg/m3 sedangkan di restoran 72,60µg/m3 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak paparan asap rokok orang lain terhadap fungsi paru dan kadar nikotin urin karyawan café dan restoran di Kota Semarang. Hasil penelitian ini akan memberikan bukti ilmiah tentang dampak asap rokok orang lain. Hasil penelitian ini sangat penting untuk disampaikan kepada DPRD Kota Semarang yang pada tahun 2012 ini mengagendakan pembahasan Raperda Kawasan Tanpa Rokok Kota Semarang.
2
Abstract Second Hand Smoke (SHS) has been widely demonstrated as a risk factor for various health problems. Air Quality Monitoring Survey in 2011 in 78 public places in the city of Semarang with Aerosol Sidepack tool result that that the average PM2.5 levels in places where smoking was allowed at 94.76 µg/m3, while in smoke free places was 34.60 µg/m3. The average PM2.5 in place that smoking was allowed 3 times higher than the smoke free places. This value was higher than WHO target (25 µg/m3). Cafes and restaurants are public places with the highest PM2.5 level, while in the café of 164.84 µg/m3 and at the restaurant 72.60 µg/m3 This study aims to determine the effects of second hand smoke exposure on lung function and urinary nicotine levels of café and restaurant employees in the city of Semarang. The results of this study will provide scientific evidence on the effect of second hand smoke. The results of this study is very important to be submitted to Semarang City Parliament that has plan to discuss draft of Smoke Free Area Regulation in 2012.
3.
Latar Belakang Masalah Second Hand Smoke (SHS) atau Asap Rokok Orang Lain (AROL) telah banyak dibuktikan sebagai faktor resiko berbagai masalah kesehatan. Menurut CDC, hampir 50.000 orang Amerika meninggal setiap tahun akibat kanker paru-paru dan jantung disebabkan paparan asap rokok orang lain1 Paparan SHS menyebabkan penyakit jantung dan meningkatkan resiko kematian akibat penyakit ini sebesar kira-kira 30%. Sementara dampak pada kehamilan dapat menyebabkan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan bayi lahir premature, Sindroma Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome [SIDS]), dan
efek pada bayi berupa
pertumbuhan janin dalam rahim terhambat dan keguguran spontan2,3. Asap Rokok mengandung 4000 bahan kimia beracun dan tidak kurang dari 69 diantaranya bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker.4 SHS juga menjadi permasalahan serius di tempat kerja. Menurut estimasi International Labor Organization (ILO) tahun 2005 tidak kurang dari 200.000 pekerja yang mati setiap tahun karena paparan asap rokok orang lain di tempat kerja. Kematian karena paparan asap rokok orang lain merupakan 1 dari 7 penyebab kematian akibat kerja.5
3
Di Indonesia pernah dilakukan analisis oleh Soewarta Kosen yang hasilnya menyatakan bahwa total tahun produktif yang hilang karena penyakit yang terkait dengan tembakau di Indonesia pada 2005 adalah 5.411.904 disability adjusted life year (DALYs). Jika dihitung dengan pendapatan per kapita per tahun pada 2005 sebesar US$ 900, total biaya yang hilang US$ 4.870.713.600.6 Prevalensi perokok pria di Indonesia 63,1% sedangkan perempuan 7
4,5%. WHO Report from the Global Tobacco Epidemic, 2008 menyebutkan Indonesia menduduki peringkat ke-3 konsumen rokok terbesar di dunia.8 Kondisi ini menyebabkan 97 juta orang Indonesa non-perokok secara reguler terpapar asap rokok orang lain.9 Asap rokok orang lain adalah polusi dalam ruangan yang sangat berbahaya karena lebih dari 90% orang menghabiskan waktu dalam ruangan.10 Peneliti pernah melakukan survei pada karyawan industri kayu di Kabupaten Jepara pada tahun 2010 dan mendapatkan data bahwa 86,5% perokok merokok di tempat kerja, bahkan di sela-sela waktu kerja. Sedangkan survei kepatuhan warga Kota Semarang pada tahun 2010 yang dilakukan oleh peneliti dan LP2K mendapatkan data bahwa dari 300 responden pengunjung tempat umum di Kota Semarang, 70% mengaku pernah merokok di tempat-tempat yang seharusnya adalah kawasan tanpa rokok seperti tempat ibadah, tempat pendidikan, sarana kesehatan, angkutan umum, tempat bermain anak, tempat kerja dan tempat umum. Survei Air Quality Monitoring yang dilakukan oleh LP2K bersama peneliti pada tahun 2011 pada 78 tempat-tempat umum di Kota Semarang dengan alat Sidepack Aerosol mendapatkan data bahwa rata rata kadar PM2.5 pada tempat tempat yang boleh merokok adalah sebesar 94,76µg/m3, sementara pada tempat yang tidak diperbolehkan merokok 34,60µg/m3. Rata-rata PM2.5 pada tempat yang diperbolehkan merokok 3 kali lebih besar dibanding tempat yang tidak diperbolehkan merokok. Nilai tersebut jauh di atas nilai yang ditargetkan WHO (25µg/m3) dan nilai ambang batas kualitas udara pada Permenkes Nomor 1077 tahun 2011 (35µg/m3). Pada tahun 2011 Komunitas Peduli Kawasan Tanpa Rokok Kota Semarang yang terdiri dari unsur LSM, Perguruan Tinggi dan organisasi masyarakat mendorong pemerintah melalui Dinas Kesehatan untuk membuat Perda KTR. Tim peneliti terlibat dalam pembuatan naskah
4
akademik dan penyusunan Raperda. Selanjutnya pada tahun 2012 ini, Raperda KTR sudah masuk dalam agenda pembahasan Legislatif. Namun demikian substabsi ideal dari Perda yaitu 100% KTR (tidak ada smoking room di dalam KTR) tampaknya banyak mendapatkan tantangan karena masih ada keinginan untuk membuat smoking room di tempat umum dan tempat kerja seperti yang sudah tercantum dalam Perwal Kota Semarang No. 12 tahun 2009. Apalagi tanggal 18 April 2012 lalu Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohonan pengujian Pasal 115 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mewajibkan pengelola gedung menyediakan ruang khusus merokok di tempat kerja, sarana umum, dan tempat lainnya. Padahal WHO sudah menyatakan bahwa tidak ada batas aman bagi paparan asap rokok orang lain dan pemisahan ruang merokok dan ventilasi tidak akan mengurangi polusi asap rokok menjadi level aman.11 Penelitian ini bertujuan mendapatkan bukti buruknya efek SHS khususnya bagi orang yang bukan perokok. Paru-paru adalah organ pernapasan vital pada tubuh manusia yang langsung terkena dampak ketika seseorang terkena paparan asap rokok. Oleh karena itu dampak paparan asap rokok orang lain dapat dibuktikan dengan pengukuran fungsi paru seseorang.12,13 Seorang yang bukan perokok tetapi menghisap SHS akan menghirup nikotin dan bahan beracun lain dalam asap rokok.14 Kandungan nikotin dalam tubuh orang non perokok dapat ditemukan bila orang tersebut menghirup SHS.15, 16 Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang dampak paparan asap rokok orang lain terhadap fungsi paru dan kandungan nikotin urin. Penelitian ini akan mengambil lokasi di café dan restoran di Kota Semarang karena berdasarkan survei Air Quality Monitoring yang sudah dilakukan oleh peneliti pada tahun 2011, menunjukkan kualitas udara café dan restoran adalah yang paling buruk dengan rata-rata kadar PM2.5 di café sebesar 164,84µg/m3 sedangkan di restoran 72,60µg/m3.
4.
Rumusan Masalah DPRD Kota Semarang akan memulai pembahasan Raperda Kota Semarang tentang Kawasan Tanpa Rokok pada tahun 2012 ini dan keputusan tentang 100% KTR perlu didukung dengan bukti-bukti ilmiah
5
tentang dampak buruk paparan asap rokok orang lain. Karyawan café dan restoran di Kota Semarang adalah orang yang mempunyai resiko besar terpapar asap rokok orang lain. Berdasarkan survei Air Quality Monitoring yang pada tahun 2011, kualitas udara café dan restoran adalah yang paling buruk dengan rata-rata kadar PM2.5 di café sebesar 164,84µg/m3 sedangkan di restoran 72,60µg/m3. Permasalahan penelitian ini adalah : bagaimana dampak paparan asap rokok orang lain terhadap fungsi paru dan kadar nikotin karyawan café dan restoran di Kota Semarang ?
4.
Problem statement Semarang City Legislative will begin discussion of Semarang regulation draft on smoke free area in 2012. For the 100% KTR decisions, need to be supported by scientific evidence about the effects of second hand smoke. Employee of café and restaurant in the Semarang city has great risk of second hand smoke exposure. Based on a Air Quality Monitoring survey in 2011, cafes and restaurants were the worst place of second hand smoke exposure, with average levels of PM2.5 was 164.84 µg/m3 in the café and 72.60 µ g/m3 in the restaurant. This research problem is: how the effect of second hand smoke exposure on on Lung Function and Nicotine Urine of Café and Restaurant Employee of Semarang City ?
5.
Tujuan dan Manfaat terkait strategi MPOWER a. Tujuan 1) Tujuan Umum Mengetahui dampak paparan asap rokok orang lain terhadap fungsi paru dan kadar nikotin urin karyawan café dan restoran di Kota Semarang
2) Tujuan Khusus a) Mengetahui karakteristik karyawan café dan restoran di Kota Semarang, meliputi umur, jenis kelamin, lama kerja, tinggi badan, berat badan, riwayat penyakit paru, dan rata-rata paparan asap rokok orang lain dalam sehari. b) Mengetahui fungsi paru karyawan café dan restoran di Kota Semarang dengan pengukuran FVC, FEV1, dan FEV1/FVC
6
c) Mengetahui kadar nikotin urin karyawan café dan restoran di Kota Semarang d) Mengetahui kadar PM2.5 di tempat kerja (café dan restoran) di Kota Semarang e) Mengatahui pengaruh karakteristik dan paparan asap rokok orang lain terhadap fungsi paru karyawan café dan restoran di Kota Semarang f)
Mengetahui pengaruh karakteristik dan paparan asap rokok orang lain terhadap kadar nikotin urin karyawan café dan restoran di Kota Semarang
b. Manfaat Hasil penelitian ini akan dapat dimanfaatkan beberapa pihak, yaitu : 1) Pemerintah Kota Semarang, khususnya Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mendorong DPRD Kota Semarang membuat Perda KTR yang akan melindungi warga dari paparan asap rokok orang lain dan sebagai dasar membuat Perwal sebagai pelaksanaan jika Perda sudah disahkan. 2) Perguruan Tinggi dan Peneliti lain, sebagai referensi ilmiah tentang bahaya asap rokok orang lain dan landasan untuk merencanakan penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang pengendalian tembakau selanjutnya. 3) LP2K sebagai lembaga yang bergerak di bidang perlindungan konsumen untuk dasar memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan
advokasi
kepada
pemerintah
tentang
pelaksanaan
dan
pengawasan kawasan tanpa rokok di Kota Semarang
5. The Objectives and Benefits Related MPOWER Strategies a. The Objectives 1)
The General Objective To investigate the effect of second hand smoke exposure on lung function and urinary nicotine levels of café and restaurant employees of Semarang city
2) The Specific Objectives
7
a) To investigate the characteristics of the café and restaurant employee of Semarang city, such as age, sex, work time, height, weight, history of pulmonary disease, and the average of second hand smoke time exposure in a day. b) To investigate lung function of café and restaurant employees with the measurement of FVC, FEV1, and FEV1/FVC c) To investigate the nicotine urine levels of café and restaurant employee d) To investigate the PM2.5 levels in the workplace (cafes and restaurants) in Semarang e) To investigate the influence of the characteristics and second hand smoke exposure on lung function of café and restaurant employee of Semarang city f)
To investigate the influence of the characteristics and second hand smoke exposure on urinary nicotine levels of café and restaurant employees of Semarang city
b. The Benefit The results of this study can be used by: 1) The government of Semarang, specially Semarang City Health Office can use the result of this research to encourage Parliament to make Smoke Free Area regulation in Semarang (Perda) that will protect Semarang people from second hand smoke exposure to and for making Major Regulation (Perwal) implementation. 2) The researchers can use the result of this research as a scientific reference about the effect of second hand smoke and the background for next research planning in the field of tobacco control. 3) LP2K as an institution engaged in the field of consumer protection to provide the evidence of the effect of second hand smoke for socialization and advocacy to governments on the implementation and monitoring of the smoke free area in the Semarang city.
6.
Tinjauan Pustaka
8
a. Asap Rokok Orang Lain Asap rokok orang lain (AROL) atau second hand smoke (SHS) adalah asap yang keluar dari ujung rokok yang menyala atau produk tembakau lainnya, yang biasanya merupakan gabungan dengan asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.17 Asap rokok terdiri dari asap utama (main stream) yang mengandung 25% kadar bahan berbahaya dan asap sampingan
(side
stream)
yang
mengandung
75%
kadar
bahan
berbahaya. Perokok pasif mengisap 75% bahan berbahaya ditambah separuh dari asap yang dihembuskan keluar oleh perokok.18 Asap Rokok mengandung 4000 bahan kimia beracun dan tidak kurang dari 69 diantaranya bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker. Perempuan bukan perokok yang menikah dengan suami perokok memiliki resiko terkena kanker paru 30% lebih tinggi dibandingkan bila menikah dengan suami bukan perokok.4 Kebanyakan paparan asap rokok orang lain terjadi di rumah dan tempat kerja. Paparan asap rokok juga terjadi di tempat umum seperti restoran, bar, dan kasino dan dalam angkitan umum.19 Pada orang dewasa yang tidak pernah merokok, paparan asap rokok orang lain (perokok pasif) dapat menyebabkan penyakit jantung dan/atau kanker paru-paru.19 Untuk orang yang tidak merokok, menghirup asap rokok orang lain memiliki efek yang merugikan pada sistem kardiovaskuler yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung, apalagi orang yang sudah memiliki penyakit jantung beradampada resiko tinggi.19,20 Orang bukan perokok yang terpapar asap rokok di rumah atau di tempat kerja akan meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar 2530%.19 dan/atau kanker paru sebesar 20-30% .19 b. Kawasan Tanpa Rokok sebagai Perlindungan terhadap Asap Rokok Orang Lain Tidak ada batas aman terhadap Asap Rokok Orang Lain sehingga sangat penting untuk menerapkan 100% Kawasan Tanpa Asap Rokok untuk dapat menyelamatkan kehidupan.11 Menurut estimasi International Labor Organization (ILO) tahun 2005 tidak kurang dari 200.000 pekerja yang mati setiap tahun karena paparan asap rokok orang lain di tempat
9
kerja. Kematian karena paparan asap rokok orang lain merupakan 1 dari 7 penyebab kematian akibat kerja.5 100% kawasan yang bebas dari asap rokok merupakan satusatunya cara efektif dan murah untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok orang lain. Menurut WHO cost effectiveness akan naik apabila kawasan tanpa asap rokok dilaksanakan secara komprehesif dengan strategi pengendalian tembakau lainnya.5 Larangan merokok di tempat kerja memberikan dampak kesehatan bagi perokok maupun bukan perokok. Larangan ini akan (1) mengurangi paparan bukan perokok pada asap tembakau lingkungan, dan (2) mengurangi konsumsi rokok di antara para perokok. Penelitian dengan jelas menyimpulkan bahwa larangan atau pembatasan yang ketat terhadap merokok di tempat kerja memberikan keuntungan ekonomis. Hal ini mencegah tuntutan hukum bukan perokok/perokok pasif serta mengurangi biaya-biaya lainnya, termasuk diantaranya biaya untuk kebersihan, pemeliharaan peralatan dan fasilitas, disamping risiko kebakaran, absensi pekerja, dan kerusakan harta benda.5 Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 115, mengatur bahwa Kawasan tanpa rokok antara lain: fasilitas pelayanan kesehatan; tempat proses belajar mengajar; tempat anak bermain; tempat ibadah; angkutan umum;
tempat kerja; dan tempat
umum dan tempat lain yang ditetapkan.21 c. Fungsi Paru Fungsi utama paru adalah sebagai alat pernapasan yaitu melakukan pertukaran udara (ventilasi), yang bertujuan menghirup masuknya udara dari atmosfer kedalam paru-paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara dari alveolar ke luar tubuh (ekspirasi).22
Fungsi
pernapasan ada dua yaitu sebagai pertukaran gas dan pengaturan keseimbangan asam basa.23 Banyak faktor yang mempengaruhi gejala saluran pernapasan dan gangguan ventilasi paru. Khususnya aspek tenaga kerja, yaitu usia tenaga kerja, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan alat pelindung diri saat bekerja.24
10
Pemeriksaan faal paru sangat dianjurkan bagi tenaga kerja, yaitu menggunakan spirometer, karena pertimbangan biaya yang murah, ringan, praktis dibawa kemana-mana, akurasinya tinggi, cukup sensitif, tidak invasif dan cukup dapat memberi sejumlah informasi yang handal. Dengan pemeriksaan spirometri dapat diketahui semua volume paru kecuali volume residu, semua kapasitas paru kecuali kapasitas paru yang mengandung kompenen volume residu. Dengan demikian dapat diketahui gangguan fungsional ventilasi paru dengan jenis gangguan digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu : 1) Gangguan faal paru obstruktif, yaitu hambatan pada aliran udara yang ditandai dengan penurunan VC dan FVC/FEV1; 2). Gangguan faal paru restriktif, adalah hambatan pada pengembangan paru yang ditandai dengan penurunan pada VC, RV dan TLC.25 Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernafasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penuruna faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa per tahun adalah 28,721 ml untuk non perokok, 38,4 ml untuk bekas perokok dan 41,7 ml untuk perokok aktif. Pengaruh asap rokok dapat lebih besar daripada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok. Inhalasi asap tembakau baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan pada orang dewasa. Asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Kebiasaan merokok menurut aktifitas merokoknya dibedakan menjadi perokok aktif dan perokok pasif, berdasarkan cara menghisapnya dibedakan menjadi perokok inhaler dan non inhaler, serta berdasarkan jumlah batang yang dihisap dibedakan menjadi perokok ringan, sedang, dan berat. Perokok aktif yaitu orang yang langsung menghisap rokok sedangkan perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi terpapar langsung oleh asap tembakau dari orang lain yang merokok. Perokok inhaler adalah prokok aktif yang pada saat merokok menelan sampai dada tetapi yang non inhaler tidak sampai ditelan. Perokok ringan jika menghisap rokok kurang dari 10 batang perhari, sedang jika 11-20 rokok perhari, dan berat jika lebih dari 20 batang per hari.26
11
Hasil penelitian Kauffmann menunjukkan hubungan yang positif antara menjadi perokok pasif dengan gejala pernapasan dan fungsi paruparu (FEV1, FVC dan FEV1/FVC) pada 2220 AS dan 3855 wanita Perancis dari masyarakat umum diperiksa selama periode waktu yang sama menggunakan metode yang serupa.27 d. Nicotine Nikotin adalah zat adiktif yang membuat seseorang menjadi ketagihan untuk bisa selalu merokok. Nikotin menyerupai alkaline, tidak berbau dan tidak berwarna, bila masih dalam keadaan murni. Pada dasarnya nikotin itu berwujud minyak, namun akan berubah manjadi warna coklat atau agak kekuningan ketika terjadi pemanasan atau dibakar dan mengeluarkan bau khas tembakau saat bergabung denga udara.28 Zat ini sangat berbahaya, bagi kesehatan tubuh manusia maupun binatang. Selain itu, nikotin adalah satu penyebab penyakit jantung koroner dan kanker. Para peneliti menggunakan kelinci sebagai uji coba dan menyuntiknya dengan zat nikotin, kelinci tersebut terhunyung dan kemudian mati seketika. Satu gram nikotin cukup untuk membunuh sepuluh anjing dan suntikan satu cm nikotin mampu membunuh satu kuda. Sedangkan bila seseorang disuntik 7 mg nikotin, maka ia akan langsung mati di tempat, padahal satu batang rokok ukuran normal umumnya mengandung 2 mg nikotin.29 Dari sifat ketergantungan alami yang muncul itu, ditemukan bahwa nikotin mengaktifkan jaringan otak sehingga menimbulkan perasaan senang, tenang dan rileks. Sebuah bahan kimia otak termasuk dalam perantara keinginan untuk terus mengkonsumsi, yakni neurotransmitter dopamine, dalam penelitian menunjukkan bahwa nikotin meningkatkan kadar dopamine tersebut. Efek akut dari nikotin dalam beberapa menit menyebabkan perokok melanjutkan dosis secara frekuentif perharinya sebagai usaha mempertahankan efek kesenangan yang timbul dan mempertahankan diri dari efek ketergantungan.30 Dua puluh dua studi mengukur tingkat biologis nikotin yang berhubungan dengan paparan asap rokok orang lain dievaluasi. Hubungan positif antara paparan asap rokok orang lain dengan
12
konsentrasi nikotin dan / atau biomarker nikotin dalam tubuh yang sering dilaporkan. Dua studi menunjukkan bahwa paparan nikotin dari asap rokok orang lain dapat menimbulkan konsentrasi nikotin plasma yang setara dengan tingkat yang dihasilkan oleh perokok aktif.15 Sebuah review penelitian memperkirakan bahwa dosis nikotin total yang diterima oleh anak-anak yang orang tuanya merokok setara dengan mereka secara aktif merokok antara 60 dan 150 batang rokok per tahun. Artikel tersebut juga membuktikan hubungan antara merokok pasif dan gangguan seperti: kerusakan pralahir untuk janin; indikator pertumbuhan yang buruk; penyakit pernafasan; atopi dan asma; penyakit jantung koroner, dan sindrom kematian bayi mendadak.31 Cotinine, metabolit nikotin dalam urin, telah direkomendasikan sebagai ukuran kuantitatif asupan nikotin dan dengan demikian sebagai penanda untuk paparan second hand smoke pada manusia. Konsentrasi cotinine urine dari 57 wanita non perokok yang menghabiskan > 19 hari di rumah dan tingkat nikotin di udara kamar mereka hidup diukur selama periode 24 jam. Tingkat cotinine nikotin dan kemih dianalisis dengan GC / MS dan HPLC / UV, masing-masing. Selain itu, informasi dikumpulkan mengenai kebiasaan merokok keluarga subyek. Korelasi yang signifikan ditemukan antara kadar nikotin di udara dalam ruangan dan cotinine urine untuk rasio kreatinin dari perokok pasif. Kebiasaan merokok anggota keluarga subyek juga berkorelasi dengan tingkat cotinine urinedari perokok pasif.32 7.
Metode Penelitian a. Alur Penelitian Karakteristik (umur, jenis kelamin, lama kerja)
Fungsi Paru
Nicotine urine
Paparan Second hand smoke Gambar 1. Alur Penelitian
13
b. Definisi Operasional 1) Umur adalah Waktu sejak lahir sampai dilakukan penelitian, skala rasio 2) Lama kerja adalah lama kerja responden sejak awal menjadi karyawan café atau restoran sampai pelaksanaan penelitian, skala rasio 3) Tinggi badan adalah tinggi badan responden dalam centimeter yang dipakai dalam dalam pengukuran fungsi paru dengan spirometri, skala rasio 4) Berat badan adalah berat badan responden dalam kilogram yang dipakai dalam dalam pengukuran fungsi paru dengan spirometri, skala rasio 5) Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden yang dipakai untuk menentukan kategori jenis kelamin dalam pengukuran fungsi paru dengan spirometri, skala nominal 6) Paparan second hand smoke adalah lamanya waktu terpapar asap rokok orang lain yang diterima oleh responden setiap hari Rasio 7) Level paparan second hand smoke adalah kadar PM2.5 dalam ruangan tempat kerja karyawan Side pack aerosol Rasio 8) Fungsi paru adalah kategorian fungsi paru setelah mengukur dengan memperhatikan tinggi badan, berat badan, jenis kelamin dan etnis Indonesia berdasarkan Pneoumomobile Indonesia, Pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan data FVC, FEV1 dan FEV1/FVC FVC. Forced Vital Capacity (Kapasitas vital yang dipaksakan) adalah pengukuran kapasitas vital yang dihasilkan dengan ekspirasi yang cepat dan sekuat-kuatnya setelah inspirasi maksimal. FEV1 adalah Forced Expiratory Volume1 (Volume ekspirasi yang dipaksakan pada detik 1) Volume udara yang dapat diekspirasi dalam waktu 1 detik pertama. Alat pengukuran dengan Spirometer Spirobank II, skala nominal 9) Kadar nikotin Kandungan cotine dalam urine responden dengan satuan µg/ml Nicotine test, skala awal rasio, kemudian dikategorikan menjadi positif dan negatif (nominal).
14
c. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah explanatory research dengan desain crosssectional, yaitu mengukur semua variabel pada satu waktu saja. d. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan café dan restoran di Kota Semarang dengan sampel minimal dihitung menggunakan rumus:33 2
Zα + Zβ n =
+3 0,5 ln [(1+r)/(1-r)]
n
= ukuran sampel
Zβ = deviat baku beta
Zα
= deviat baku alfa
r
= korelasi penelitian sebelumnya
Sampel dipilih dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi : 1) Berumur 20 – 40 tahun 2) Tidak menderita penyakit saluran pernapasan dan paru kronik 3) Tidak merokok 4) Telah bekerja di café atau restoran selama minimal 3 bulan e. Pengumpulan Data & instrumen Data primer dikumpulkan dengan cara mengukur fungsi paru diketahui dari pemeriksaan fisik responden dengan alat spirometri, dengan jenis Spirobank II, produksi MIR. Nicotine urine diperiksa dengan Nicotine Test dan Kadar PM 2,5 udara tempat kerja diukur dengan alat sidepack aerosol. Karakteristik responden ditanyakan dengan kuesioner. Tinggi badan responden diukur dengan meteran dan berat badan dengan timbangan. f.
Analisa Data Analisis Data dengan menggunakan program SPSS yang terdiri dari : 1) Diskripsi karakteristik responden, dengan menyajikan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti. 2) Analisis
bivariat
digunakan
untuk
mencari
hubungan
dan
membuktikan hipotesis dua variabel. Uji statistik yang digunakan
15
adalah Chi-Square karena data variabel terikat berskala nominal. Untuk data variabel bebas yang berskala rasio akan diubah menjadi skala data nominal. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 95% dengan nilai kemaknaan 5%. 3) Analisis multivariat yang dilakukan untuk melihat hubungan satu variabel terikat dengan beberapa variabel bebas yang potensial. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi ganda logistik karena data dari variabel terikat berskala nominal.
7. Research Methods a. Framework Karakteristik (umur, jenis kelamin, lama kerja)
Fungsi Paru
Nicotine urine
Paparan Second hand smoke Figure 1. Framework
b. Operational Definitions 1) Age is the time from respondent birthday until the time when the research is conducted, the scale: ratio 2) The work period is the period from the first day respondent in a café or restaurant until the time when the research is conducted, the scale: ratio 3) Height is the respondent height in centimeters, this data is used in the measurement of lung function by spirometry, the scale: ratio 4) Weight is the respondent weight in kilograms, this data is used in the measurement of lung function by spirometry, the scale: ratio 5) Gender is the respondents gender, this data is used in the measurement of lung function by spirometry, the scale: nominal 6) Second hand smoke exposure to is the period of time respondent exposed to second hand smoke every day, the scale: ratio
16
7) Level exposure to second hand smoke is the PM2.5 (Particulate Matter 2.5µm) with the Side Pack aerosol instrument, the scale: ratio 8) Lung function was lung function status of respondent with height, weight, gender and ethnicity measurement (based Pneoumomobile Indonesia ), measurements are performed to obtain the data of FVC, FEV1 and FVC FEV1/FVC. Forced Vital Capacity (forced vital capacity) is the measurement of vital capacity produced by a rapid expiration after maximal inspiration. FEV1 is Forced Expiratory Volume1 (forced expiratory volume in one second), air volume that is taken out in 1 first second. Measurement tool with a spirometer Spirobank II, the scale: nominal 9) The urine nicotine levels is cotine of respondent urine with units µg/ml, with Nicotine test instrument, the scale: ratio scale, then categorized into positive and negative (nominal).
c. Research Design This is explanatory research with cross-sectional design, while all variables is measured in the same time.
d. Population and Sample he population in this study is
the café and restaurant employee of
Semarang city with minimal sample is calculated using the formula:34 2
Zα + Zβ n =
+3 0,5 ln [(1+r)/(1-r)]
n
= number of sample
Zβ = betha standart deviat
Zα
= alpha standart deviat
r
= last correlation
Sample is selected from population with the inclusion criteria: 1) Age 20-40 years 2) Not suffering from respiratory and chronic lung diseases 3) Non smoker 4) Has been working in the café or restaurant for at least 3 months
17
e. Data collection and instruments Primary data was collected by measuring lung function from the physical examination by spirometry, with Spirobank type II, produced by MIR. Nicotine Urine is tested by Nicotine test. the PM2.5 levels of the workplace is measured by aerosol sidepack. Characteristics of Respondents were asked by questionnaire. Respondent's height and weight was measured with a tape measure and weight scales. f.
Data Analysis SPSS program program is used for data analysis of: 1) Description of the respondents characteristics of by presenting the frequency distribution of each variable studied. 2) The bivariate analysis is used to find the relationship and prove the hypothesis of two variables. Chi-Square is used for nominal-scale data. For the data of independent variables in the scale ratio is converted into nominal scale. Significance level used was 95% with a significance value of 5%. 3) Multivariate analysis performed to see the relationship of the dependent variable with several potential independent variables. The logistic regression analysis is used because the dependent variables data is in nominal scale.
8.
Jadwal Kegiatan
Bulan No
Kegiatan Mei
1
Persiapan (perijinan tempat)
2
Persiapan enumerator
3
Pengambilan data
4
Monitoring
5
Pengolahan dan analisis data
6
Pembuatan laporan
Juni
Juli
Juli
Agst
18
Sep
Rancangan Komponen Biaya
No. 1
Komponen Biaya
Volume & Satuan
Biaya (Rp)
Honorarium
Jumlah 9,600,000
a. Ketua b. Anggota (2 orang) 2
@ Rp
6
orang bulan
600,000
3,600,000
12
orang bulan
500,000
6,000,000
Bahan habis pakai & sewa alat
13,180,000
a. Sewa spirometri
1
paket
1,000,000
1,000,000
b. Pembelian mouth-piece
100
pcs
10,000
1,000,000
c. Pembelian Nicotine Test
100
pcs
90,000
9,000,000
d. Biaya pengukuran
100
orang
10,000
1,000,000
e. Souvener untuk responden
100
orang
10,000
1,000,000
f. Kertas HVS
1
Rim
30,000
30,000
g. Tinta Perjalanan
1
paket
150,000
150,000
3
4
Transportasi dalam kota untuk pengambilan data Lain-lain
5,000,000 50
b. Komunikasi (pulsa handphone)
d. Publikasi ilmiah pada jurnal nasional terakreditasi e. Seminar hasil
100,000
5,000,000 5,000,000
a. Perijinan
c. Pembuatan laporan
tempat
1
paket
1,000,000
1,000,000
1
paket
1,000,000
1,000,000
1
paket
1,000,000
1,000,000
1
paket
1,000,000
1,000,000
1
paket
1,000,000
1,000,000
TOTAL BIAYA
32,780,000
Jumlah
References : 1
U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC), “Annual Smoking Attributable Mortality, Years of Potential Life Lost, and Productivity Losses in United States 2000-2004,” Morbidity and Mortality Weekly Report
(MMWR)
57(45),
November
14,
2008,
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5745a3.htm. diakses tanggal 19 April 2012 2
California Environmental Protection Agency 2005, Proposed Identification of Environmental Tobacco Smoke as a Toxic Air Contaminant, SRP Approved Version. Part B: Health Effects, viewed 4 January 2007,
19
http://www.arb.ca.gov/toxics/ets/finalreport /finalreport.htm, diakses tanggal
19 April 2012 3
Smoking and Women’s Health: A Report of the Surgeon General 2001, United States Department of Health and Human Services, Public Health Service, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and Health, Atlanta
4
International Agency for Research on Cancer 2004, ‘Tobacco Smoke and Involuntary Smoking: Summary data reported and Evaluation’, IARC Monographs, Vol. 831
5
Takala J, Introductory report: decent work, safe work, International Labor Organization,
Geneva,
2005
Available
online
at:
http://www.ilo.org/public/english/protection/safework/wdcongrs17/intrep.pdf. Diakses 11 April 2012 6
Kosen, Soewarta. An Economic Analysis on Tobacco Use in Indonesia. National Institute of Health Research & Development. Jakarta. 2004
7
Barber, S, Adioetomo SM, Ahsan A, Setyonaluri D. Tobacco Economic in Indonesia. MPOWER. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union). 2008
8
WHO Report from the Global Tobacco Epidemic. Geneva. 2008
9
Republic of Indonesia Ministry of Health (Indonesia MOH). The tobacco source book: data to support a national tobacco control strategy. Jakarta: Indonesia MOH; 2004.
10
Aila Haris, Mukhtar Ikhsan, Rita Rogayah, Asap Rokok sebagai Bahan Pencemar dalam Ruangan. CDK-189/vol. 39 no. 1 th 2012. Available on http://www.kalbemedical.org/Portals/6/07_189Asap %20Rokok%20sebagai%20Bahan%20Pencemar%20dalam%20Ruangan.pdf, diakses 20 Maret 2012
11
WHO, Protection from Exposure to Second Hand Tobacco Smoke, WHO,Geneva, 2007
20
12
Mark D. Eisner, M.D., M.P.H., Secondhand Smoke and Obstructive Lung Disease, A Causal Effect?, American Journal of Respiratory and Critical Medicine,
June
1,
2009
vol.
179
no.
11
973-974,
available
on
http://ajrccm.atsjournals.org/content/179/11/973.full, diakses pada 20 April 2012 13
Flouris, Andreas D. , et all, Acute and Short-term Effects of Secondhand Smoke on Lung Function and Cytokine Production, American Journal of Respiratory and Critical Medicine, June 1, 2009 vol. 179 no. 11 1029-103, available on http://ajrccm.atsjournals.org/content/179/11/1029.short, diakses pada 20 April 2012
14
American Cancer Society, Why Second Hand Smoke Cause Cancer, http://www.cancer.org/Cancer/CancerCauses/TobaccoCancer/secondhandsmoke, diakses tanggal 21 April 2012
15
Okoli, Chizimuzo T.C., Thomas Kelly, Ellen J. Hahn, Secondhand smoke and nicotine exposure: A brief review, Addictive Behaviors 32 (2007) 1977– 1988,http://www.mc.uky.edu/tobaccopolicy/ResearchProduct/secondhandsm okeandNicotine.pdf, diakses pada 21 April 2012
16
James Repace, M.Sc., Elizabeth Hughes, M.Ed. RRT and Neal Benowitz, M.D, Exposure to Second-Hand Smoke Air Pollution Assessed from Bar Patrons' Urinary Cotinine, Nicotine Tob Res (2006) 8 (5): 701-711. http://ntr.oxfordjournals.org/content/8/5/701.abstract diakses 21 April 2012
17
National Toxicology Program. Report on Carcinogens, Twelfth Edition. Research Triangle Park (NC): U.S. Department of Health and Human Sciences, National Institute of Environmental Health Sciences, National Toxicology Program, 2011, diakses 1 April 2012
18
TCSC-IAKMI, Paket Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok Pedoman untuk Advokator,
available
on:
http://www.indofbh.org/tcscindo/assets/applets/
KTR_Kit_Seri_1_Perlindungan_terhadap_paparan_Asap_Rokok_orang_Lain _MENGAPA_PERLU_.pdf, diakses 20 April 2012 19
U.S. Department of Health and Human Services. The Health Consequences of Involuntary Exposure to Tobacco Smoke: A Report of the Surgeon General. Atlanta: U.S. Department of Health and Human Services, Centers
21
for Disease Control and Prevention, Coordinating Center for Health Promotion, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion,
Office
on
Smoking
and
Health,
2006
http://www.surgeongeneral.gov/library/secondhandsmoke/report/chapter9.pd f, diakses 11 Maret 2012 20
Institute of Medicine. Secondhand Smoke Exposure and Cardiovascular Effects: Making Sense of the Evidence. Washington: National Academy of Sciences, Institute of Medicine, 2009 http://www.iom.edu/~/media/Files/ Report%20Files/2009/Secondhand-Smoke-Exposure-and-CardiovascularEffects-Making-Sense-of-theevidence/Secondhand%20Smoke%20% 20Report%20Brief%203.pdf, diakses 11 Maret 2012
21
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. http://www.legalitas.org. Diakses tanggal 3 Maret 2010
22
Rahajoe.N, Boediman.I, Said.M, Wirjodiarjo.M, Supriyatno.B. Perkembangan dan Masalah Pulmonology Anak Saat Ini. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta,1994
23
Wahyu.A. Higiene Perusahaan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanundin. Makassar, 2004.
24
Epler.G.R. Environmental and Occupational Lung Disease. In : Clinical Overview Of Occupational Lung Diseases. Return To Epler.Com, 2000; 19.
25
Amin.M. Penyakit Paru Obstruksif Kronik. Laboratorium-SMF Penyakit Paru. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD DR. Sutomo,2000.
26
27
Triswanto Sugeng, Stop Smoking, Progressif Books, Yogyakarta, 2007 Kauffmann, Francine, Douglas W. Dockery, Frank E. Speizer, Benjamin G. Ferris Jr, Respiratory Symptoms and Lung Function in Relation to Passive Smoking: A Comparative Study of American and French Women, International
Journal of
Epidemiology. (1989) 18 (2): 334-344.
http://ije.oxfordjournals.org/content/18/2/334.abstract 28
Amstrong, Sue. Pengaruh Rokok terhadap Kesehatan. Arcan. Jakarta. 1991
22
29
Salman, Hasan. Mansyur. Rokok Sang Pembunuh Berdarah Dingin. Daarul Iman. 2003
30
Smet, Bart. Psikologi Kesehatan. PT Grasindo. Jakarta. 1994
31
Hawamdeh, A, F.A. Kasasbeh, and M.A. Ahmad, Review Effects of passive smoking on children’s health: a review, Eastern Mediterranean Health Journal, Vol. 9, No. 3, 2003, 441
32
Kim, Hyojin, Youngwook Lim, Seokju Lee, Soungeun Park, Changsoo Kim, Cheinsoo Hong, and Dongchun Shin, Relationship between environmental tobacco smoke and urinary cotinine levels in passive smokers at their residence, Journal of Exposure Analysis and Environmental Epidemiology, 2004, 14, S65–S70.
33
Dahlan, M. Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. 2009
23