Krisis Dalam Teori Ekonomi Konservatif dan Complex Adaptive System, Sebuah Alternatif
Proposal Permohonan Menjadi Student Di Bandung Fe Institute 8 September 2004
Rolan Mauludy Dahlan
[email protected] [email protected]
1. Latar Belakang Begitu banyak kritik terhadap teori ekonomi saat ini. Perekonomian tidak dimodelkan sebagai sebuah evolving system yang memuat perilaku emergence. Para ekonom menganggap perilaku agen ekonomi seragam dan dapat dikalkulasi lebih awal serta dapat diabaikan kemampuannya untuk belajar dan beradaptasi (Athur, 1997). Sebuah pemahaman yang datang dari asumsi yang tidak realistis melahirkan kesimpulan yang tidak realistis pula. Wajah ekonomi seringkali kaku dan solusi yang diberikan seringkali gagal menjawab masalah yang ada. Seringkali rekomendasi kebijakan yang dikeluarkan para ekonom tidak populer dan bertentangan common interest yang ada di dalam masyarakat. Sejumlah demonstrasi menolak kebijakan IMF, WTO dan institusi ekonomi lainnya marak di Washington, Seattle, Davos, Melbourne, Prague dan kotakota lainnya (Keen, 2002 : 1). Fenomena ini seharusnya menyetuh kita untuk kembali mempertanyakan teori ekonomi yang saat ini diyakini oleh banyak orang.
2. Hal Penting Yang Membuat Mereka Salah 2. 1 Ketepatan Asumsi dan Prediksi Beberapa rumusan dasar teori ekonomi dibangun secara deduktif, But it runs into difficulties when problems start to involve more than one decision maker and any degree of complication. Then heroic assumptions must be made. Otherwise well-definedness unravels, agent and problem become blurred, and pockets of uncertainty start to bulge (Athur, 1994).
model-model ekonomi yang ada saat ini, kebanyakan berdiri di atas sejumlah asumsi. Namun dengan dalih kerumitan, para ekonom seringkali melakukan simplifikasi secara berlebihan. Hal ini sangat dipengaruhi pemikiran Milton Friedman. That is the proposition first put by Milton Friedman, that theory cannot be judged by its assuptions, but only by the accuracy of its predictions. Leaving aside the question of whether economics has ever accurately predicted anything, the argument that “the more significant the theory, the more unrealistic [are] the assumptions” is simply bad philosophy (Keen, 2002).
Friedman menyatakan bahwa tingkat kerealistisan asumsi tidak begitu penting dibandingkan dengan akurasi ramalan yang dihasilkan. Ia mengklaim bahwa dalam membangun sebuah teori kita pasti akan melakukan simplifikasi dan abstraksi. Di sini akan dilakukan upaya untuk menggunakan informasi yang sesedikit mungkin, namun memberikan hasil prediksi yang seakurat mungkin. Menurut Friedman muara sebuah teori adalah kemampuan untuk melakukan prediksi (Alexander, 2003). Akan tetapi pernyataan Friedman yang menyatakan bahwa “teori bukan hanya jalan untuk mengetahui realita, bahkan realita tidak akan pernah didapatkan tanpa teori”, tidak hanya menunjukan penolakannya terhadap realisme tetapi juga menunjukan penolakannya terhadap realita itu sendiri (Alexander, 2003). Teori Friedman runtuh,
ketika ia gagal menjelaskan beberapa fenomena yang memuat unsur ketidakpastian, misalnya dalam meramalkan arah proses evolusi. Salah satu pemikiran Friedman yang berpengaruh banyak dalam ekonomi adalah expected utility. Ada tiga asumsi utama yang menjadi tulang punggung teori ini (Alexander, 2003). 1. Dalam 2 objek yang berbeda utilitas {ux
= waktu = agen ke-i
E[V(t+k)│It,i]
Kondisi ini akan disebut weak-form rational expectation jika memenuhi Et,i V(t+k) = E[V(t+k)│It,i] + ε t,i dimana ε t,i akan bersifat independen dan total galat per-informasi yang dihasilkan akan sama dengan nol (e [ε t,i)│It,i] = 0), untuk semua waktu dan agen (Tesfatsion, 2004a). Strong-form rational expectation adalah kondisi weak-form rational expectation yang memenuhi syarat dapat diidentifikasi struktur dan variabelnya dimana variabelnya bersifat deterministis dan dapat diketahui besaranya secara tepat pada waktu tertentu (Tesfatsion, 2004a). Strong-form rational expectation adalah usaha dari para ekonom konvensional untuk mengkontruksi model ekonominya, dimana diasumsikan data yang dikumpulkan mencukupi dan representatif. Kondisi strong-form rational expectation disertai penambahan asumsi nilai ekspektasi akan sama dengan realita ( Et,i V(t+k) = V(t+k) ) disebut perfect foresight rational expectation (PFRE). PFRE digunakan pada semua model ekonomi konvensional, misalnya pada model ekuilibrium walrasian. Di sini disebutkan bahwa semua rumah tangga akan mengoptimalkan utilitasnya dan semua perusahaan akan mengoptimalkan profitnya (Tesfatsion, 2004a). Semua rumusan ini (rational expectation atau RE) berlaku jika E[V(t+k)│It,i] eksis. Artinya dalam RE diasumsikan bahwa semua agen ekonomi akan mengoptimalkan informasi yang dimilikinya. Akan tetapi dalam kondisi dimana ada sekumpulan agen yang berperilaku berdasarkan proses belajar yang bersifat trial and error (ada sekumpulan agen i yang akan mengoptimalkan informasi yang dimilikinya dan ada sekumpulan agen j yang berperilaku berdasarkan proses belajar yang bersifat trial and error) maka akan dihasilkan karakteristik sistem yang berbeda dengan sifat yang diramalkan sistem full-RE. Adanya proses belajar yang bersifat trial and error di level mikro mengharuskan kita untuk merumuskan sebuah teori ekonomi yang tidak sederhana, If one sets up a problem and assumes rationality of decision making, a welldefined solution normally follows. Economics here is simple: From the Problem follows the Solution. But how agents get from Problem to Solution is a black box; and whether indeed agents can arrive at the Solution cannot be guaranteed unless we look into this box. If we open this box economics suddenly becomes difficult (Arthur, 2000).
Pendekatan yang kita kenal selama ini (ekonomi konservatif), yang didasarkan pada konsep perfect foresight rational expectation (PFRE) seringkali memberikan hasil yang bertentangan dengan fakta empiris (Tesfatsion, 2004a). 2. 3 General Equilibrium Walras dan Umpan Balik Positif General Equilibrium (GE) adalah kesetimbangan antara permintaan dan penawaran untuk setiap atau seluruh barang dan jasa yang ada dalam sistem perekonomian (Economic A-Z, 2004).
GE Walras adalah sebuah model yang merepresentasikan sebuah set kondisi yang mungkin dipenuhi/feasible (karena alokasi barang atau jasa dapat dipenuhi sistem harga) pada setiap pasar yang terdesentralisasi (Tesfatsion, 2004b). Walras membuat konsep GE-nya setelah merumuskan beberapa asumsi terlebih dahulu, yaitu - adanya nilai tetap konsumsi barang atau jasa - adanya jumlah konsumen yang tetap dan terhingga, ia dapat direpresentasikan sebagai fungsi utilitas dan cenderung memaksimalkan utilitas dari dana yang tersedia - adanya jumlah perusahaan yang tetap dan terhingga dan semua perusahaan akan memaksimalkan profit berdasarkan konstrain yang ada - pendapatan berasal dari deviden, gaji dan penjualan - semua transaksi akan memaksimalkan keuntungan GE Walras akan tercapai jika kondisi berikut terpenuhi 1. setiap individu mengoptimalkan tujuannya (konsumen memaksimalkan utilitas, perusahaan akan memaksimalkan profit) 2. Ep = f(Ap, Ed) 3. excess supply > 0 untuk setiap pasar jasa dan konsumsi 4. total excess supply sama dengan nol Economy efficient adalah kondisi dimana tidak ada lagi daerah fisibel yang memberikan output yang lebih besar jika konstrain yang ada tetap. Pareto efficient adalah kondisi dimana tidak ada lagi daerah fisibel yang memberikan utilitas yang lebih besar untuk masing-masing individu jika konstrain yang ada tetap. Dalam GE Walras berlaku kondisi pareto efficient (Tesfatsion, 2004b dan Hillas, 2002). Rumusan ini dibuat dengan asumsi tindakan yang dilakukan tiap agen ekonomi saling independen. Pada kenyataannya ada kondisi strategic relation yaitu kondisi dimana pilihan yang dilakukan satu agen akan mempengaruhi dan dipengaruhi agen yang lainnya (Tesfatsion, 2004b). Jika terdapat banyak alternatif strategi tiap agen, maka terdapat banyak kemungkinan solusi. Solusi yang ada dapat mengarah pada kondisi ekuilibrium nash atau pareto efficient (Tesfatsion, 2004b), atau mungkin juga menjadi dilema. Fenomena dilema gagal diterangkan oleh GE Walras. Selain itu, GE Walras juga sangat sensitif terhadap perubahan. Analisis ini membuat banyak orang percaya bahwa kondisi GE tidak akan pernah tercapai. Strategic relation sangat dipengaruhi jaringan yang ada pada setiap agen. Sehingga dimungkinkan harga dua buah barang yang seolah tidak berhubungan secara langsung satu sama lain, ternyata bertalian erat. Hal ini terjadi karena adanya efek berantai positif dalam jaringan agen. Ada banyak barang yang memiliki sifat ini. Economic actions eventually engender a negative feedback that leads to a predictable equilibrium for prices and market shares. Negative feedback tends to stabilize the economy because any major changes will be offset by the very reactions they generate (Arthur, 1989).
Hal ini seolah bertentangan dengan rumusan ekuilibrium yang tercipta karena interaksi umpan balik positif dan negatif. Positive feedback memungkinkan terdapat banyak titik ekuilibrium dalam perekonomian. Such an agreeable picture often does violence to reality. In many parts of the economy stabilizing forces appear not to operate. Instead, positive feedback
magnifies the effect of small economic shifts; the economic models that describe such effects differ vastly from the conventional ones. Diminishing returns imply a single equilibrium point for the economy, but positive feedback—increasing returns—make for multiple equilibrium points. There is no guarantee that the particular economic outcome selected from among the many alternatives will be the "best" one (Arthur, 1989).
Hal ini berarti tidak ada jaminan akan ada sebuah kondisi terbaik dalam ekonomi. Sejumlah fakta yang ada disini menimbulkan keraguan yang kuat dari banyak orang akan validitas general equilibrium. 2. 4 Apa Yang Bisa Kita Dapatkan Dari Tiga Fakta Di Atas Tiga topik diatas (teori Friedman, rational expectation, dan general equilibrium) adalah beberapa pemikiran utama yang menopang teori ekonomi konservatif. Krisis di tiga bagian ini menunjukan rapuhnya teori ekonomi konvensional. Hal ini seolah menjawab pertanyaan mengapa ilmu ekonomi yang ada saat ini senantiasa memberikan solusi yang tidak menjawab masalah yang ada di masyarakat. Kondisi ini seolah menantang kita untuk segera merumuskan sebuah teori ekonomi yang baru, yang lebih realistis dan mampu menjawab masalah di dalam masyarakat.
3. Ekonomi Sebagai Complex Adaptive System (CAS) CAS diasosiasikan dengan banyak hal mulai dari sistem kekebalan tubuh, organisme multi-sel, koloni, ekologi, robot hingga perekonomian dalam pasar yang terdesentralisasi. Lalu apakah CAS sebenarnya? Sistem sering diartikan sebagai sekumpulan entitas yang saling berhubungan satu sama lain. Sistem komplek adalah sistem yang terdiri atas unit-unit yang saling berinteraksi dan memiliki sifat emergence. CAS adalah sebuah sistem komplek yang memiliki struktur internal untuk merespon kondisi lingkungan, dimana struktur internal dan tujuannya dapat berubah, dan unit sistem ini akan melakukan beberapa usaha untuk mencapai tujuannya (Tesfatsion, 2004). Elemen penyusun CAS adalah agen. Setiap agen bersifat semi-autonomous yang berarti perilaku didasarkan pada aturan internal yang dimiliki dengan atau tanpa pengaruh agen lain. Proses penyerapan informasi dan proses belajar dari lingkuangan, tersusun dalan schema, semacam mental template (Dooley, 1996). Schema bersifat boundedly rational, artinya tindakannya dibatasi ketersediaan dan bias informasi yang dimiliki (Dooley, 1996). Kondisi ini terjadi karena schema set tiap individu tidak sama dengan informasi yang ada didalam sistem. Schema dipengaruhi observasi dan ia dapat berubah akibat termutasi atau karena berhubungan dengan schema lain (Dooley, 1996). Aliran schema bersifat nonlinear (Dooley, 1996), baik pada agen maupun pada meta-agen (fasilitas yang dapat menyimpan dan menyebarkan elemen-elemen schema atau informasi). CAS memiliki karakteristik sebagai berikut (Morell, 2004): 1. adanya agen yang bereaksi karena pengaruh lingkungan
2. CAS agen bersifat semi-autonomous, berarti perilaku agen didasarkan pada aturan internal yang dimiliki dengan atau tanpa pengaruh agen lain 3. cakupan interaksi luas, sehingga terdapat banyak peluang terpengaruhnya satu agen akibat tindakan agen lain 4. agen dapat dibedakan berdasarkan level kompleksitas internalnya Ekonomi disusun atas agen-agen, ia dapat berupa konsumen maupun perusahaan. Setiap agen bereaksi terhadap perubahan lingkungan, misalnya perubahan harga. Setiap agen ekonomi bersifat semi-autonomous. Cakupan interaksi sistem ekonomi luas. Agen ekonomi dapat dibedakan berdasarkan berdasarkan level kompleksitas internalnya. Keempat karakteristik ini telah dijelaskan baik secara eksplisit maupun implisit pada bagian sebelumnya ditulisan ini. Dari keempat faktor ini, maka dapat kita simpulkan bahwa sistem perekonomian dapat dipandang sebagai CAS. Memandang ekonomi sebagai CAS, memberikan kacamata yang berbeda dengan pendekatan ekonomi konservatif. Misalnya dalam konsep invisible hand Adam Smith, yang berasal dari sifat self interested behavior yang terdapat pada semua agen ekonomi (Vriend, 1998). Sifat self interested behavior dipercaya akan memberika output yang maksimum bagi sistem secara keseluruhan, namun Smith tidak merumuskan mekanismenya sehingga Vriend menyebut invisible hand Adam Smith sebagai sesuatu yang bersifat transenden (Vriend, 1998). Namun dari kacamata CAS, invisible hand lebih kepada mekanisme setiap agen untuk belajar dan mengubah schema yang dimilikinya berdasarkan informasi yang masuk. Konsep invisible hand Adam Smith diformalkan oleh Gerard Debreu dua abad kemudian. Ia membuktikan validitas invisible hand Adam Smith secara matematis, tentu saja dengan terlebih dahulu membuat sejumlah asumsi (Vriend, 1998). Akan tetapi GE Debreu gagal dalam menjelaskan fenomena desentralisasi yang terjadi dalam perekonomian (Vriend, 1998). Sedangkan CAS, yang memiliki asumsi yang lebih realistis, melihat bahwa tingkah laku agen dipengaruhi schema set tiap individu yang besarnya tidak sama dengan informasi yang ada didalam sistem. Dengan kacamata ini terlihat bahwa ekonomi dapat saja, bahkan seringkali, tidak mencapai kondisi ekuilibrium (Vriend, 1998). Adanya proses belajar pada agen ekonomi membuat Hayek gelisah ditahun 1948. Ia bahkan mengatakan bahwa “perilaku global (makro) tidak dapat dilihat secara sederhana berdasarkan perilaku komponen-komponennya” (Vriend, 1998). Dimungkinkan munculnya sifat emergence atau sifat yang keluar dilevel makro dan tidak terdapat dilevel mikro akibat proses interaksi agen-agen di dalam sistem. Sifat ini banyak kita temui di dunia nyata. Sifat ini sulit diterangkan dengan pendekatan formal, untuk menerangkannya diperlukan pendekatan yang lebih bersifat bottom-up (Vriend, 1998). Daripada mencari titik ekuilibrium, lebih baik kita menganalisis struktur dan melihat pola yang muncul karena interaksi. Dari deskripsi tersebut, nampak bahwa CAS lebih realistis dibandingkan dengan teori ekonomi konservatif dalam mengambarkan fenomena yang terjadi. CAS seolah memberikan jawaban yang mampu menjawab masalah dan fenomena yang gagal dijelaskan oleh teori ekonomi konservatif.
4. Kesimpulan Beberapa konsep dasar teori ekonomi konservatif mengalami krisis, antara lain teori Friedman, rational expectation, dan general equilibrium. Krisis tiga bagian ini menunjukan bahwa teori ekonomi konvensional sedang rapuh. Untuk itu kita perlu mencari pendekatan baru yang lebih dapat menjelaskan. Ekonomi memenuhi empat karakteristik CAS, sehingga perekonomian dapat dipandang sebagai CAS. Pendekatan CAS lebih realistis dibandingkan dengan teori ekonomi konservatif dalam menjelaskan perekonomian. CAS memberikan peluang untuk menjawab sejumlah masalah dan fenomena yang gagal dijelaskan teori ekonomi konservatif.
5. Penutup Sepengetahuan penulis, Bandung Fe Institute (BFI) adalah sebuah lembaga penelitian yang mengusung pendekatan kompleksitas dalam ilmu sosial. Dalam proposal ini penulis mencoba menunjukan sejumlah krisis dalam teori ekonomi konvensional dan fenomena ekonomi sebagai sebuah CAS. Disini penulis juga mencoba menunjukan minat yang besar untuk belajar membedah ekonomi dengan pisau kompleksitas. Untuk itu penulis ingin bergabung menjadi student di BFI. Saya percaya disini penulis dapat tumbuh dan mengembangkan diri.
Bandung, 8 September 2003 Tertanda,
Rolan Mauludy Dahlan
Daftar Pustaka Alexander, Marcus. 2003. Unrealistic individualism: The Strange Case of Milton Friedman’s As-Ifness. Arthur, Brian. 2000. Cognition : The Black Box Of Economics. Arthur, Brian. Steven Durlauf and David Lane. 1997. Macroeconomics and Complexity: Inflation Theory. Arthur, Brian. 1994. The End of Certainty in Economics. Talk delivered at the Conference Einstein Meets Magritte, Free University of Brussels. Arthur, Brian. 1989. Positive Feedbacks in the Economy. BFI. 2003. Menuju Ilmu Sosial Berbasis Kompleksitas. Tidak Dipublikasikan. Dooley, K. 1996. Complex Adaptive Systems: A Nominal Definition. Arizona State University. Economic A-Z. 2004. General Equilibrium. http://www.economist.com/research/Economics/ Hillas, John. 2002. Inroduction to General Equilibrium Theory. University of Auckland. Keen, Steve. 2002. Debunking Economics, The Naked Emperor Of The Social Sciences. Pluto Press. Morell, Jonathan. 2004. Complex Adaptive System. Altarum Institute Tesfatsion, Leigh. 2004a. Introduction to Rational Expectation. Tesfatsion, Leigh. 2004b. Walrasian Equilibrium: A Critique. Tesfatsion, Leigh. 2004. Complex Adaptive System. Vriend, Nicolaas and Sreekala Kochugovidan. 1998. Is the Study of Complex Adaptive Systems Going to Solve the Mystery of Adam Smith’s “Invisible Hand”? The Independent Review.