PROMOSI KESEHATAN PADA PENYAKIT HIPERTENSI PANGOLOMBIAN KECAMATAN TOMOHON SELATAN
DI
PUSKESMAS
Jessy A.Caroles* R.G.A. Massie** G. D. Kandou** *Puskesmas Pangolombian Kec. Tomohon Selatan Kota Tomohon **Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang mengganggu kesehatan masyarakat dan menjadi masalah kesehatan yang sangat serius. Prevalensi penyakit hipertensi ini tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Puskesmas sebagai salah satu unit kerja dari pengorganisasian dalam pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko penyakit hipertensi berperan untuk melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan promotif dan preventif masih terabaikan sehingga angka prevalensi penyakit hipertensi masih cukup tinggi. Oleh karena itu promosi kesehatan yang merupakan salah satu peran puskesmas sangat berperan penting dalam pencegahan penyakit hipertensi di masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi dan gambaran upaya promosi kesehatan pada penyakit hipertensi di Puskesmas Pangolombian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data primer penelitian ini diperoleh dari wawancara mendalam pada 10 informan. Data sekunder dari telaah dokumen. Informan peelitian ini yaitu Pemegang Program Promkes Dinkesos Kota Tomohon, Pemegang Program PTM Dinkesos Kota Tomohon, Pemegang Program Promkes Puskesmas Pangolombian, Pemegang Program PTM Puskesmas Pangolombian, Pemegang Program Perkesmas Puskesmas Pangolombian, Dokter Puskesmas Pangolombian, Kepala Puskesmas Pangolombian, Anggota Masyarakat, dan Tokoh Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Pangolombian. Data diolah secara manual dengan membuat transkrip kemudian disusun dalam bentuk matriks dan dilakukan teknik pemeriksaan dengan triangulasi sumber dan metode. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pangolombian. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan promosi kesehatan dengan upaya pemberdayaan, bina suasana, advokasi dan kemitraan pada penyakit hipertensi di Puskesmas Pangolombian belum berjalan dengan baik. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan pada penyakit hipertensi melalui upaya pemberdayaan individu sudah cukup baik, pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan kemitraan sudah terlaksana tetapi belum maksimal, sedangkan upaya advokasi belum terlaksana. Kata kunci: Promosi Kesehatan, Hipertensi ABSTRACT Hypertension is one of the non-communicable diseases (NCDs), which influences the health of the community and be a very serious health problem. The prevalence of hypertension continuesly increases year after year. Public Health Center as one unit of the organization in the implementation of prevention and control of hypertension disease risk factors play a role to perform promotive, preventive, curative and rehabilitative. Promotive and preventive activities are still neglected so that the prevalence of hypertension is still quite high. Therefore, health promotion is one of the role health centers play an important role in the prevention of hypertension in the community. The purpose of this research is to obtain information and an overview of health promotion efforts on hypertension in the Pangolombian Public Health Center. This study uses a qualitative method. The primary data obtained from in-depth interviews using 10 informants. Secondary data were taken from the study documents. This informant consists of a head programs such as Health promotion worker of Tomohon Health and Social Department, The noncommunicable diseases worker of Tomohon Health and Social Department, Health promotion worker of Pangolombian Public Health Center, The non-communicable diseases worker of Pangolombian Public Health Center, Community Health Care worker of Pangolombian Public Health Center, Doctor of Pangolombian Public Health Center, Head of Pangolombian Public Health Center, Community Members, and Community Leaders. Data were processed manually by making a transcript and then arranged in a matrix form and performed the examination with triangulation techniques and methods. This research was conducted at the Pangolombian Public Health Center. The results showed that the implementation of health promotion with empowerment, building atmosphere, advocacy and partnerships in hypertension in the Pangolombian Public Health Center not run well. It was concluded that health promotion on hypertension through the empowerment of individuals is quite good, as family empowerment, community empowerment, community development and partnerships atmosphere has been implemented but still not maximum, while advocacy efforts have not been implemented.
52
It is recommended that Dinkesos Tomohon should coordinate the health center for the implementation of the IEC program Pangolombian hypertension in individuals, families, and communities to coordinate and facilitate the establishment of Posbindu, providing leaflets, pamphlets, brochures, posters specifically hypertension, NCDs program monitoring and evaluation, training cadres of community empowerment , and socialization with potential community groups, advocacy to the stakeholder and regional governments, mobilize partnerships with community organizations and the private sector by creating MoU. Pangolombian Public Health Center could empower individuals, families optimally, forming Posbindu, media placement poster on the right spot, forming BPP whose function is to advocate for policy holders, and partnerships
53
Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)
PENDAHULUAN
tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia
Lebih dari 60 tahun arah pembangunan di bidang
kesehatan
menekankan
yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18
pengendalian
tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka
terhadap penyakit menular, kondisi yang ada
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan
ternyata belum dapat tertanggulangi, tetapi pada
(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa
satu sisi lain penyakit tidak menular (PTM)
Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia
datanya menunjukkan peningkatan sehingga akan
yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis
terjadi masalah baru bagi kesehatan masyarakat di
tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang
Indonesia (Anonim, 2006).
didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum Prevalensi penyakit hipertensi ini tahun demi
obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen
tahun terus mengalami peningkatan. Dampak dari
yang minum obat sendiri. Responden yang
hipertensi dan risikonya selain berpengaruh pada ketahanan
hidup
manusia
dan
mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang
penurunan
minum obat hipertensi sebesar 0,7 persen. Jadi
produktivitas kerja juga menambah beban biaya pelayanan
kesehatan.
Upaya
prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5
pengendalian
persen (25,8% + 0,7 %) (Anonim, 2014).
penyakit ini tidak mungkin dilakukan hanya oleh
Prevalensi ini dimungkinkan karena perubahan
sektor kesehatan saja akan tetapi harus melibatkan
gaya hidup masyarakat Indonesia.
sektor lain dan keterlibatan masyarakat secara aktif (Anonim, 2010).
Di Sulawesi Utara sendiri hasil Riset
Hipertensi sebenarnya merupakan penyakit
Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
yang lebih banyak dicetuskan karena gaya hidup
prevalensi
hipertensi
(Agusman, 2014). Perubahaan gaya hidup tidak
pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 27,1
mudah untuk dilakukan, karenanya memerlukan
persen prevalensi hipertensi di Sulawesi Utara
pendekatan komprehensif yang secara terus
yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis
menerus harus dilakukan untuk mencapai hasil
tenaga kesehatan sebesar 15,0 persen, yang
yang diharapkan. Fokus program pengendalian
didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum
hipertensi secara terintegrasi mencakup pelayanan
obat
yang komprehensif (promotif-preventif, kuratif-
prevalensi
rehabilitatif).
pengukuran pada umur 18 tahun angka yang
yang
tahun
didapat
2013 melalui
sebesar 15,2% (Anonim, 2014). Untuk hipertensi
yang
didapat
melalui
Menurut data WHO tahun 2011, satu milyar
menunjukan bahwa Sulawesi Utara menempati
orang di dunia menderita hipertensi, dua pertiga
posisi ke 8 tertinggi dibandingkan Provinsi yang
diantaranya berada di negara berkembang yang
lain.
berpenghasilan sedang sampai rendah. Prevalensi
Data surveilans terpadu penyakit tidak
hipertensi akan terus meningkat tajam sehingga
menular berbasis puskesmas untuk penyakit
diperkirakan pada tahun 2025 sekitar 29% orang
hipertensi diperoleh Kota Tomohon merupakan
dewasa di dunia menderita hipertensi (Anonim,
kota
2006). Itulah sebabnya hipertensi telah menjadi
hipertensi
masalah global yang perlu mendapat perhatian
kabupaten lain di Sulawesi Utara yaitu sebanyak
yang serius.
11.831 kasus
54
yang
paling
tinggi
dibandingkan
jumlah dengan
penderita kota
atau
(Anonim, 2014). Dengan angka
prevalensi 11,1 %. Faktor gaya hidup (life style)
Prinsip
yaitu kebiasaan pola makan yang tidak sehat turut
penelitian ini adalah jumlah informan tidak
berkontribusi terhadap
menjadi faktor penentu utama, akan tetapi
tingginya prevalensi
hipertensi di Kota Tomohon.
kecukupan
yang
dimaksud
dalam
kelengkapan data yang dipentingkan. Berdasarkan
Sedangkan data laporan penyakit hipertensi
prinsip tersebut diatas, maka informan dalam
tahun 2012 menyebutkan kasus baru hipertensi
penelitian ini berjumlah 10 orang informan yaitu
berjumlah 35 penderita hipertensi. Peningkatan
Pemegang Program Promkes Dinkesos Kota
jumlah kasus baru penderita hipertensi cukup
Tomohon (1 orang), Pemegang Program PTM
besar dan perlu mendapat perhatian khusus.
Dinkesos Kota Tomohon (1 orang), Pemegang
Berdasarkan
Program Promkes
data
register
Puskesmas
Puskesmas
Pangolombian
Pangolombian bulan Januari sampai Desember
(1 orang), Pemegang Program PTM Puskesmas
2014,
penderita
Pangolombian (1 orang), Pemegang Program
hipertensi dari 4833 total kunjungan berarti
Perkesmas Puskesmas Pangolombian (1 orang),
31,82% kunjungan dari total kunjungan pasien di
Dokter Puskesmas Pangolombian (1 orang),
Puskesmas
Kepala
sebanyak
1538
kunjungan
Pangolombian.
Angka
ini
Puskesmas di
(1
wilayah
orang), kerja
Anggota
menunjukkan penyakit hipertensi masih menjadi
Masyarakat
Puskesmas
penyakit yang mendominasi total kunjungan
Pangolombian (2 orang), Tokoh Masyarakat (1
Puskesmas Pangolombian.
orang).
Terjadinya kesenjangan antara apa yang terjadi dan apa yang diharapkan terhadap penyakit
HASIL DAN PEMBAHASAN
hipertensi menjadikan puskesmas sebagai garda
1.
terdepan memiliki peranan penting dalam upaya
Pemberdayaan sebagai salah satu strategi
pencegahan penyakit hipertensi khususnya dalam upaya
promosi
kesehatan
pada
Pemberdayaan
dasar utama promosi kesehatan, dikembangkan
penyakit
sesuai sasaran, kondisi puskesmas dan tujuan dari
hipertensi.
promosi
tersebut.
Pada
penyakit
hipertensi
pemberdayaan mengacu pada strategi dasar utama METODE
promosi kesehatan, yang meliputi pemberdayaan
Jenis Penelitian yang digunakan adalah Analisis
kualitatif
yang
bertujuan
individu,
untuk
pemberdayaan
keluarga
dan
pemberdayaan masyarakat.
mendapatkan informasi yang lebih mendalam
Hasil wawancara pada penelitian ini,
tentang bagaimana upaya promosi kesehatan pada
didapatkan bahwa pemberdayaan individu sebagai
penyakit hipertensi di Puskesmas Pangolombian.
promosi kesehatan pada penyakit hipertensi di
Penelitian
Puskesmas
Puskesmas Pangolombian sudah cukup baik,
Pangolombian Kecamatan Tomohon Selatan pada
dimana hampir semua informan menyatakan
bulan Maret s/d Mei 2015.
bahwa petugas puskesmas baik itu dokter, dan
ini
dilaksanakan
di
Informan dalam penelitian ini diambil
asisten dokter yang bertugas selalu melakukan
berdasarkan prinsip kesesuaian (appropriateness)
kegiatan KIE . Namun sasaran KIE hanya
dan kecukupan (adequacy). Kesesuaian adalah
dilakukan pada individu yang sudah menderita
informan dipilih berdasarkan pengetahuan yang
hipertensi, pada individu-individu yang tidak
dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian.
hipertensi tapi sudah memiliki faktor-faktor risiko
55
seperti individu-individu dengan usia 25 tahun
Pemberdayaan keluarga dalam bentuk kunjungan
keatas, yang mempunyai riwayat keluarga dengan
keluarga
hipertensi,
dilaksanakan, terlihat
alkoholik
yang dan
dislipidemia
obesitas, penderita
yang
dilakukan
aktif,
terdiagnosa
secara
maksimal
dari hasil wawancara
menggambarkan
bahwa
program
kunjungan keluarga dilakukan tetapi dilakukan
menderita
hanya oleh pemegang program PTM, padahal bila
hipertensi. Terbatasnya waktu pelayanan pada
dilihat sesuai tugas pokok dan fungsi harusnya
setiap pasien dan jumlah pasien yang datang
dilakukan oleh petugas pemegang program
memanfaatkan
perkesmas, kunjungan keluarga sebagai keluarga
preventif
supaya
KIE
mendalam
belum
sebagai
tindakan
belum
perokok
pun
tidak
pelayanan
Pangolombian
Puskesmas
memungkinkan
KIE
yang
binaan
yang
nantinya
bekerjasama
dilakukan tidak menjangkau semua sasaran
pemegang
program
promosi, pasien- pasien yang datang dengan
Walaupun
sudah
berbagai
perhatian
kunjungan
keluarga,
terhadap penyakit hipertensi bukan menjadi
terjangkau
pada
prioritas
lebih
individu yang hipertensi, kegiatan ini baru
gedung
dilakukan pada beberapa penderita hipertensi di
Puskesmas Pangolombian, tidak adanya ruangan
Kelurahan Pangolombian, kelurahan lain yang
khusus konseling untuk KIE ataupun poliklinik
menjadi wilayah kerja Puskesmas Pangolombian
khusus PTM turut mempengaruhi maksimal
belum terjangkau.
tidaknya pemberdayaan individu pada penyakit
Pemegang program yang berganti-ganti orang di
hipertensi di Puskesmas Pangolombian.
Puskesmas Pangolombian turut mempengaruhi
keluhan
pelayanan,
diprioritaskan
Pemberian
pada
menyebabkan
upaya pelayanan
KIE
kuratif di
dan
dilaksanakan kegiatan
semua
PTM. kegiatan
ini
keluarga
belum penderita
dapat
pelaksanaan program, pemegang program baik
memperkenalkan perilaku baru kepada individu
Promkes, PTM dan Perkesmas di Puskesmas
yang mungkin merubah perilaku yang selama ini
Pangolombian
dipraktikan oleh individu tersebut, dalam hal ini
menggantikan pemegang program yang lama,
informasi tentang penyakit hipertensi dan faktor-
penggantian ini disebabkan karna penilaian
faktor risikonya dapat tersosialisasi dengan baik
pimpinan puskesmas terhadap kinerja pemegang
pada individu tersebut sehingga pengetahuan akan
program
penyakit hipertensi meningkat dan mampu untuk
pemegang program yang baru, merekapun baru
melakukan perilaku yang disarankan untuk
beradaptasi dengan tugas pokok dan fungsi
mencegah
masing-masing pemegang program, hal inilah
penyakit
diharapkan
promkes
dengan
hipertensi
dan
mampu
yang
baru
2
belum
bulan
bertugas
maksimal.
Sebagai
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
yang menjadi penyebab belum terlaksananya
Seiring dengan penelitian ini, penelitian yang
program-program
dilakukan Suparni (2010), tentang pengaruh
penyakit hipertensi belum berjalan dengan baik.
penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap
Seharusnya untuk melihat keberhasilan program
pasien tentang penyakit hipertensi di Desa Beton
promosi kesehatan sebagai pencegahan pada
wilayah kerja Puskesmas Siman Kabupaten
penyakit hipertensi terlaksana dengan baik salah
Ponorogo didapatkan ada perubahan pengetahuan
satunya adalah dengan berhasilnya program
dan sikap tentang penyakit hipertensi sebelum dan
pemberdayaan keluarga yang bertujuan untuk
sesudah diberi penyuluhan.
memperkenalkan
56
berkaitan
perilaku
dengan
yang
promosi
baru
yang
mungkin mengubah perilaku yang selama ini
tidak menular (Posbindu PTM) dimana penyakit
dipraktikkan oleh keluarga tersebut yang mungkin
hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak
perilaku itu menjadi faktor risiko, misalnya pola
menular yang menjadi target dari kegiatan
makan yang salah dalam keluarga, konsumsi
posbindu. Kegiatan ini merupakan kegiatan
garam yang berlebihan pada setiap masakan yang
promotif dan preventif untuk mendeteksi dan
dimasak yang menjadi menu harian keluarga,
pengendalian dini
seringnya mengkonsumsi jenis makanan berlemak
penyakit tidak menular.
pada keluarga tersebut, kurangnya aktifitas fisik
mendalam, Posbindu PTM ini belum terbentuk di
dimana faktor faktor ini berisiko
wilayah
mencetus
kerja
keberadaan
faktor
risiko
Dari hasil wawancara
Puskesmas
Pangolombian,
terjadinya penyakit hipertensi pada individu dari
sementara yang berjalan hanya posyandu lansia
keluarga
keluarga tersebut
dengan kegiatan monitoring penyakit-penyakit
diperkenalkan pada perilaku yang sehat, maka
pada lansia dimana penyakit hipertensi termasuk
diharapkan keluarga ini mau melakukan apa yang
didalamnya.
sudah dipromosikan serta mampu melakukannya
hipertensi tidak berjalan karena sasaran preventif
dengan ketaatan sehingga program ini benar-
penyakit hipertensi justru pada
benar berhasil, dan insidens penyakit hipertensi
masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM
tidak
yang
atau orang dewasa yang berusia pertengahan
didapatkan belum terlaksana dengan baik sesuai
tahun keatas yang juga merupakan sasaran
tujuan dan sasaran promosi kesehatan penyakit
Posbindu. Oleh karena itu target preventif pada
hipertensi di Puskesmas Pangolombian.
penyakit hipertensi di Puskesmas Pangolombian
Penelitian yang hampir sama dilakukan Umah
yang diharapkan tidak tercapai.
(2012), tentang pengaruh pendidikan kesehatan
Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Tomohon sudah
terhadap perilaku diet rendah garam pada pasien
mengupayakan kegiatan program pengembangan
hipertensi di Desa Banjarsari RT 1 RW 01
daerah percontohan promosi kesehatan dalam
Manyar Gresik didapatkan bahwa ada pengaruh
pengendalian PTM seperti pembentukan Posbindu
pendidikan
PTM di Kota Tomohon tetapi baru terlaksana
tersebut.
meningkat
Ketika
tajam.
kesehatan
Hal
inilah
terhadap
perilaku
preventif
kecamatan Tomohon Selatan yang sebagian besar masyarakat,
merupakan
wilayah
kerja
Puskesmas
Pangolombian
hipertensi
membentuk
berjalan saat ini hanyalah posyandu lansia
kelompok masyarakat yang peduli pada bahaya
walaupun merupakan bagian dari posbindu PTM
hipertensi dengan melakukan berbagai kegiatan
namun tidak mencakup semua sasaran yang
untuk menurunkan risiko kejadian hipertensi.
diharapkan.
dengan
terlaksana,
Tomohon,
pendekatan komunitas masyarakat pada penyakit dilakukan
belum
Kota
kelompok
hipertensi. pemberdayaan
di
penyakit
pada
upaya
kecamatan
pada
(pengetahuan, sikap dan tindakan) pada pasien
Dalam
dua
Jadi
sementara
(Sutedja, 2010). Program
pemberdayaan
masyarakat
sebagai
2.
Bina Suasana
promosi kesehatan di tingkat puskesmas yang menjadi andalan kegiatan preventif penyakit
Pada hasil penelitian, diketahui bahwa bina
hipertensi
adalah
suasana di Puskesmas Panggolombian khususnya
pembentukan pos pembinaan terpadu penyakit
dalam program PTM penyakit hipertensi ini
berbasis
masyarakat
57
pelaksanaannya belum maksimal
penyebaran
kesalahan
persepsi,
memperjelas
informasi,
media tentang penyakit hipertensi secara khusus
mempermudah pengertian dapat
belum ada. Di Puskemas Pangolombian baru
komunikasi yang verbalistik dan memperlancar
tersedia media cetak dalam bentuk poster-poster
komunikasi.
yang berkaitan dengan faktor-faktor pencetus hipertensi
seperti
poster
tentang
mengurangi
Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat atau
merokok,
komunitas yang lebih luas dapat dilakukan
aktivitas fisik dan poster tentang jantung sehat,
melalui media massa, sedangkan untuk komunitas
namun poster-poster ini pun tidak memberi
yang lebih kecil seperti di lingkup rumah sakit,
dampak yang berarti bagi masyarakat, dari hasil
puskesmas atau dokter praktek dapat dibuat
wawancara kepada masyarakat terlihat bahwa
brosur atau leaflet ataupun poster.
masyarakat tidak mengetahui ada poster poster
Dalam upaya menciptakan suasana yang
tersebut di Puskesmas Pangolombian, maka
kondusif yang menunjang terbentuknya perilaku
sesuai dengan observasi langsung di Puskesmas
yang sehat sebagai tindakan preventif terhadap
Pangolombian ditemukan bahwa poster-poster
penyakit hipertensi, program kegiatan pelatihan
tersebut ada namun ditempel pada tempat yang
kepada petugas pemegang program pun turut
kurang tepat, dimana poster tersebut hanya
memegang peranan penting, dari wawancara
ditempel di dalam ruangan rawat inap sementara
didapatkan bahwa program pelatihan bagi tenaga
fasilitas rawat inap jarang terpakai karena jumlah
kesehatan yang berkaitan dengan pengendalian
pasien yang dirawat sangat minim, otomatis pesan
penyakit hipertensi yakni pemegang program
yang disampaikan lewat poster tersebut tidak
PTM dan Promkes sudah pernah dilaksanakan,
sampai pada sasaran.
tetapi kegiatan itupun adalah kegiatan yang
Tidak tersedianya leaflet, pamphlet, brosur
diselenggarakan oleh Dinkes Provinsi lewat
khusus penyakit hipertensi turut mempengaruhi
Dinkesos Kota Tomohon. Sosialisasi-sosialisasi
keberhasilan upaya bina suasana. Media ini
sebagai upaya bina suasana terkait PTM sudah
diharapkan
yang
dilaksanakan dengan baik walaupun baru sebatas
penting bagi masyarakat, karena ketika mereka
organisasi lansia di gereja maupun di kelurahan,
diberikan
berbarengan dengan kegiatan posyandu lansia di
dapat
KIE,
memberi
akan
lebih
informasi
maksimal
jika
didukung dengan pemberian leaflet, pamphlet
tiap kelurahan.
atau brosur untuk dibaca kapan saja dimana saja
Bina Suasana adalah upaya menciptakan
mereka mau, dan merekapun dapat melanjutkan
lingkungan sosial yang mendorong individu
informasi tersebut kepada orang lain disekitar
anggota
mereka, ketika mereka terlibat pembicaraan-
perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan
pembicaraan
khususnya
terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila
penyakit hipertensi media ini bisa membantu
lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga
mereka mendapatkan informasi yang benar dan
di rumah, organisasi siswa/mahasiswa, serikat
tepat tentang penyakit hipertensi.
pekerja/karyawan, orang-orang yang menjadi
tentang
kesehatan
masyarakat
untuk
mau
melakukan
Menurut Notoatmodjo (2003), penyuluhan
panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama
kesehatan tidak dapat lepas dari media, pesan-
dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum)
pesan disampaikan dengan mudah dipahami dan
menyetujui atau mendukung perilaku tersebut.
lebih menarik. Media juga dapat menghindari
Oleh karena itu, untuk memperkuat proses
58
pemberdayaan,
khususnya
dalam
upaya
mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik
meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase
dari segi materi maupun nonmateri. Dalam
mau, perlu dilakukan bina suasana (Anonim,
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah
2011).
pendekatan kepada para pembuat keputusan atau
Demikian halnya penelitian ini sejalan
penentu
kebijakan
diberbagai
diberbagai
(2013) di Puskesmas Talaga menunjukkan bahwa
tersebut mau mendukung program kesehatan yang
sebagian
kita inginkan. Dukungan dari para pejabat
pengunjung
tertarik
dan
sehingga
tersebut
penjabat
memahami poster hipertensi. Penyakit hipertensi
pembuat
perlu mendapat perhatian, karena apabila tidak
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam
terkendali dapat menjadi faktor risiko munculnya
bent uk
penyakit lain yang lebih berat. Salah satu cara
pemer int ah, surat keputusan, surat instruksi
yang dapat dilakukan dengan promosi kesehatan
dan sebagainya.(Anonim, 2011)
dengan menggunakan media. Media yang banyak
keputusan
para
dan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Amalia
besar
tingkat,
sektor
dapat
undang-undang,
berupa
peraturan
Sasaran dari kebijakan mengenai hipertensi
digunakan di Puskesmas Talaga ialah poster.
ialah sebagai berikut: penentu kebijakan baik di pusat maupun di daerah provinsi dan kabupaten
3.
Advokasi
kota, penentu kebijakan pada sektor terkait baik di
Wawancara mendalam pada penelitian ini
pusat dan di daerah provinsi dan kabupaten kota.
didapati bahwa kebijakan untuk pengendalian
Organisasi profesi yang ada seperti lembaga
PTM khususnya penyakit hipertensi, belum
swadaya
tersosialisasi
masyarakat.
dengan
baik.
Pernyataan
ketidaktahuan petugas tentang kebijakan PTM mendukung
tidak
terlaksananya
masyarakat,
sektor
swasta
serta
Penelitian yang dilakukan oleh Wibawati,
sosialisasi
Zauhar dan Riyanto (2013) di Puskesmas Dinoyo
kebijakan PTM di tingkat puskesmas maupun
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang tentang
masyarakat. Advokasi ini padahal sangat penting
Implementasi
Kebijakan
untuk
menjelaskan
bahwa
mendapatkan bantuan dan dukungan
pendanaan
terkait
dalam
Kesehatan
implementasi
penyakit
kebijakan promosi kesehatan Puskesmas Dinoyo
hipertensi, belum adanya advokasi kepada DPRD
melaksanakan di dalam puskesmas dan di luar
Kota Tomohon dalam pengaanggaran dana APBD
puskesmas
Puskesmas Pangolombian mungkin disebabkan
bidang kesehatan di wilayah kerjanya. Promosi
program ini belum menjadi prioritas dalam
kesehatan yang dilaksanakan Puskesmas Dinoyo
pendanaan APBD di Puskesmas Pangolombian.
menggunakan
Advokasi
pengendalian
Promosi
strategi
pengetahuan
pemberdayaan,
bina
suasana dan advokasi dengan didukung media
menyukseskan bina suasana dan pemberdayaan
promosi. Promosi yang dilakukan oleh Puskesmas
atau proses pembinaan PHBS secara umum. Perlu
Dinoyo khususnya pada bidang Advokasi yaitu
disadari bahwa komitmen dan dukungan yang
dalam bentuk kerjasama antara masyarakat
diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh
dengan Dinas Kesehatan dalam rangka pemberian
dalam
informasi kesehatan.
singkat.
upaya
memberikan
untuk
waktu
merupakan
untuk
Advokasi
adalah
pendekat an dan mot ivasi t erhadap pihak pihak tertentu
yang
diperhitungkan
dapat
59
4.
Kemitraan
kesehatan berbasis masyarakat yaitu program kolaboratif dengan gereja-gereja dan organisasi
Berdasarkan
hasil
wawancara,
Puskesmas
keagamaan
Pangolombian bermitra dengan Badan Usaha
lainnya.
Departemen
Kesehatan
bermitra dengan gereja dan kelompok luar
Milik Negara (BUMN) yaitu Pertamina, tapi
menjadi proyek yang saat ini dikembangkan
kemitraan ini terjadi bukan atas dasar advokasi
sebagai program kolaboratif di 16 gereja Asia
dari pihak puskesmas ataupun Dinkesos kepada
Afrika, menunjukkan tingginya antusias dan
pihak Pertamina, tetapi kemitraan ini berlangsung
partisipasi dari para peserta. Program CBHP ini
sebagai bentuk bantuan dari pihak Pertamina
juga mendapat perhatian lebih dari para pembuat
kepada masyarakat dimana BUMN ini melakukan
kebijakan.
pengeboran yaitu di dua kelurahan yang menjadi bagian wilayah kerja Puskesmas Pangolombian
KESIMPULAN
yaitu Kelurahan Pangolombian dan Kelurahan Tondangow,
bantuan
terkait
Berdasarkan
pengendalian
Selatan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
penyakit PTM, tidak adanya advokasi dari pihak
berikut:
Puskemas bahkan dari Dinkesos kepada pihak
1.
organisasi kemasyarakatan dan swasta/ dunia
sudah cukup baik, pemberdayaan keluarga
pengendalian PTM khususnya penyakit hipertensi
juga
menyebabkan kemitraan tidak terjalin dengan
2.
Pertamina merupakan pihak yang potensial
media
brosur,
dengan pihak manapun untuk pengendalian PTM.
kelompok
atau
individu-individu,
kelompok
organisasi-organisasi
belum
untuk
cetak
baik,
khusus
ketersediaan
untuk
penyakit
tidak
ada.
Pelatihan
petugas
dilakukan.
Sosialisasi
penyakit
hipertensi sudah terlaksana namun belum maksimal. 3.
Dodani (2011) dalam penelitiannya tentang Masyarakat
dengan
terlaksana
pelatihan kader pemberdayaan masyarakat
PTM di masyarakat (Anonim 2007).
Berbasis
belum
pelaksana program sudah dilakukan, namun
mencapai pengendalian PTM dan faktor risiko
Partisipatif
pemberdayaan
hipertensi dan pembuatan leaflet, pamphlet,
MOU yang dibuat oleh Dinkesos Tomohon
antara
hipertensi
programnya
pengendalian
penyakit hipertensi secara maksimal. Belum ada
formal
sedangkan
belum
Bina Suasana pada promosi kesehatan penyakit
menjadi mitra bagi Puskesmas Pangolombian
kerjasama
tetapi
belum mencakup semua sasaran.
wilayah Puskesmas Pangolombian, padahal pihak
suatu
terlaksana
masyarakat sudah terlaksana juga namun
untuk menunjang program pengendalian PTM di
merupakan
sudah
maksimal,
baik, dan belum mendapat dukungan yang berarti
Kemitraan
Pemberdayaan individu tentang penyakit hipertensi di Puskesmas Panggolombian
usaha untuk mendapatkan dukungan mitra dalam
program
tentang
Puskesmas Pangolombian Kecamatan Tomohon
darah Nesco sebagai alat pantau dan deteksi dini
melaksanakan
penelitian
promosi kesehatan pada penyakit hipertensi di
penyakit PTM baru berupa pemberian alat periksa
untuk
hasil
Advokasi untuk mendapatkan dukungan kebijakan pengendalian PTM khususnya
untuk
penyakit
Pengendalian dan Pencegahan Hipertensi di
hipertensi
di
Pangolombian belum terlaksana.
Gereja-gereja Afrika Amerika. Community Basic Health Promotion (CBHP) atau program promosi
60
Puskesmas
4.
Kemitraan untuk mendukung pengendalian
pertemuan-pertemuan kemitraan dalam
penyakit hipertensi baru terlaksana dengan
mendukung
pihak Pertamina.
khususnya penyakit hipertensi .
pengendalian
PTM
3. Untuk Puskesmas:
SARAN
a. 1. Untuk Dinas Kesehatan dan Sosial Kota
Perlu dilakukan pemberdayaan individu dengan melakukan KIE tentang penyakit
Tomohon
hipertensi tidak hanya pada individuindividu yang sudah terkena hipertensi
a.
Dapat
mengkoordinasi
Pangolombian
Puskesmas
untuk
tetapi juga pada individu-individu yang
pelaksanaan
berisiko
program KIE pada individu, keluarga, dan
masyarakat
hipertensi,
tentang
kerja
keluarga sebagai bentuk pemberdayaan keluarga perlu dilakukan pada semua
Puskesmas
keluarga
Pangolombian. b.
Posbindu PTM di kelurahan-kelurahan Puskesmas Pangolombian sebagai wadah
Puskesmas Pangolombian, melakukan
untuk mencegah dan memantau penyakit
monitoring dan evaluasi program PTM
tidak menular termasuk hipertensi.
secara rutin tiap bulan bagi setiap
b.
petugas pemegang program, melakukan pelatihan
kader
masyarakat,
dan
sosialisasi
ruang
dengan
potensial
kepada
c.
menggalang
aktif
kemitraan
di
organisasi
gereja,
di
masyarakat
wilayah
organisasi
seperti lansia
kerja
Puskesmas
Bersama-sama Dinkesos Kota Tomohon melakukan
khusus penyakit hipertensi. peran
Puskesmas
Pangolombian.
untuk
program pengendalian PTM dan secara
Diperlukan
poliklinik
potensial
ada
tambahan anggaran yang lebih bagi
d.
tunggu
kelurahan, dan organisasi lainnya yang
mendapatkan
Pangolombian
berkaitan
efektif lagi dengan kelompok-kelompok
Walikota, Bappeda, DPRD dan Pemda pentingnya
yang
Tomohon melakukan sosialisasi lebih
Pangolombian. advokasi
poster
Pangolombian. Bersama dengan Dinkes
di
masyarakat wilayah kerja Puskesmas
peningkatan
Penempatan
faktor-faktor risiko penyakit hipertensi di
pemberdayaan
kelompok-kelompok
Puskesmas
dan
Puskesmas Pangolombian. Pembentukan
petugas pelaksana program PTM di
terkait
hipertensi
risiko di semua kelurahan wilayah kerja
hipertensi, melakukan pelatihan bagi
Perlu
penderita
keluarga individu yang memiliki faktor
Diharapkan dapat menyediakan leaflet, pamphlet, brosur, poster khusus penyakit
c.
dengan
Puskesmas Pangolombian. Kunjungan
dan
menfasilitasi pembentukan Posbindu di wilayah
hipertensi
disediakan poliklinik khusus PTM di
penyakit
mengkoordinasi
terkena
Pertamina dalam
stakeholders
dengan
advokasi dan
juga supaya
kepada kepada
pihak para
mendapatkan
dukungan dari mereka sebagai pembuat
organisasi kemasyarakatan dan swasta
keputusan atau penentu kebijakan di
dengan membuat Mou dan melakukan
61
masyarakat. d.
Anonim. 2014a. Register Pasien Puskesmas
Menggalang kemitraan, membuat nota kesepahaman,
melakukan
pertemuan
kemitraan
dengan
organisasi
Pangolombian. Tidak diterbitkan.
Anonim. 2014b. Panduan Klinis PROLANIS
kemasyarakatan dan swasta/ dunia usaha
Hipertensi BPJS Kesehatan.
untuk mendapatkan dukungan mitra
Anonim.
dalam pengendalian PTM.
Konsensus
Perhimpunan
Dokter
Hipertensi Indonesia (PERHI) 20072014c.
3.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
Anonim.
2014d.
Riset
meneliti ruang lingkup yang sama dengan
(Riskesdas)
variabel berbeda sebagai salah satu variabel
Penelitian dan
penelitian
Kesehatan
dan
menggunakan
metode
penelitian kuantitatif.
2013.
Kesehatan
Dasar
Jakarta :
Badan
Pengembangan Departemen
Republik Indonesia. Candrasari dan Widyasari.
2010.
Pengaruh
Pendidikan tentang Hipertensi terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Perubahan
Amalia, I.S. 2013. Evaluasi Media Poster
Pengetahuan
dan
Sikap
Lansia di Desa Makamhaji Kartasura
Hipertensi Pada Pengunjung Puskesmas
Sukoharjo.
Talaga Kabupaten Majalengka. Jurnal
Program Studi Ilmu
Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Volume 9, No 1
Fakultas
Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tahun 2013.
Dodani, S. 2011. Partisipatif Berbasis Masyarakat
Anonim, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Nomor
128/MENKES/SK/II/2004
tentang
Kebijakan
Kesehatan,
Dasar
Pusat
untuk Pengendalian dan Pencegahan Hipertensi
Afrika
2308 W, 127 Street, Leawood, KS 66209, USA
Indonesia. Jakarta.
Ginting, M. 2008. Determinan Tindakan
Anonim. 2006. Pedoman Teknis, Penemuan dan Penyakit
Gereja-gereja
Amerika. Pusat Pos Polio Rehabilitasi,
Kesehatan
Masyarakat Menteri Kesehatan Republik
Tatalaksana
di
Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit
Hipertensi.
Hipertensi Di Kecamatan Belawan.
Jakarta: DepKes RI.
Gondodiputro, S. 2007. Perencanaan Promosi
Anonim. 2007. Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan Pencegahan Penyakit Tidak
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta.
Menular di Puskesmas.
Anonim. 2010. Rencana Operasional Promosi
Irianto, K. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular
Kesehatan dalam Pengendalian Penyakit
dan Tidak Menular Panduan Klinis
Tidak Menular. Jakarta.
Bandung : Alfabeta.
Anonim. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah
Kohlmeir, L. 2006. Penyakit
Bermasalah Kesehatan. Jakarta.
Jantung dan
Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: PT.
Anonim. 2013. Profil Puskesmas Pangolombian.
Prestasi pustakaraya.
Tidak diterbitkan.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
62
Purwati, Bidjuni dan Babakal. 2014. Pengaruh Penyuluhan
Terhadap
dini faktor risiko penyakit jantung dan
Pengetahuan Perilaku Klien Hipertensi
pembuluh darah berbasis masyarakat di
Di Puskesmas Bahu Manado. Program
Kabupaten Bireun Provinsi Aceh.
Studi
Kesehatan
Wandra T, Rufaunama dan Hidayat S. Deteksi
Ilmu
Keperawatan
Fakultas
Wibawati,
dan
Riyanto.
2013.
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Implementasi
Kebijakan
Promosi
Manado
Kesehatan di
Puskesmas
Dinoyo
Roslina, 2007. Analisa Determinan Hipertensi Esensial
di
Wilayah
Kerja
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
Tiga
Program Studi D IV
Puskesmas Kabupaten Deli Serdang.
Preventif
dan
Kuratif
Kejadian
Hipertensi/Stroke bagi warga di Dukuh Majan Desa Kwandungan Kecamatan Kerjo Kabupten karanganyar. Asmawati Perbedaan
dan
Nur
Tingkat
Elly.
2011.
Pengetahuan
Penderita Hipertensi Setelah Diberikan Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas Air Lais
Kabupaten
Bengkulu
Utara.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat
Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Setiadi, N dan Muhtadi. 2009. Upaya Promotif,
Suhardi,
Zauhar
Volume 1, No. 1 Juli
2014. Suyono. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Pustaka. Syarif. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru. Sutedja.2010. Aspek Promotif dan Preventif Penyakit Kardiovaskuler.
63