PROLOG
Alvin dan Ariel atau yang lebih akrab dipanggil Iel terduduk dipinggir lapangan dengan desauan napas yang tidak teratur juga dengan keringat yang membanjiri tubuh mereka sesaat setelah mereka memutuskan untuk mengakhiri pertandingan One On One diantara mereka. Setelah selama satu jam bermain basket, anak laki-laki berusia 13 tahun itu akhirnya memilih untuk berhenti setelah sebelumnya merasa bosan dengan hasil seri diantara mereka.
“payah nih! Masa baru satu jam maen udah nyerah gitu aja?” cibir seorang Gadis yang tiba-tiba saja duduk disamping Ariel. Gadis yang berusia satu tahun dibawah mereka itu hanya memamerkan senyum meremehkannya. Secara bersamaan, Alvin dan Ariel melirik kearah Gadis tadi.
Alvin menatap Gadis itu dengan pandangan menyipit, dan membuat kedua matanya yang semula sipit kini semakin tenggelam. Melihat ekspresi Alvin yang menurutnya sangat lucu malah membuat Gadis itu terkekeh geli.
“Hahahaha…. Mata lo kemana, Pin?” ledeknya sambil terus terkekeh dan membuat Alvin jengkel. Sementara Ariel, ia hanya menatap Gadis itu sambil berusaha menahan tawanya.
Alvin lalu bangkit dari duduknya dan kembali mendrible bola yang sejak tadi ada ditangannya. Alvin melirik nakal kearah Ariel lalu mengalihkan perhatiannya pada Alyssa. Gadis berdagu tirus yang sejak tadi menertawainya.
“kalo gue menang ngelawan Abang lo, lo harus panggil gue dengan panggilan KAKAK” ucap Alvin sembari memberi penekanan pada kata terakhirnya. Alyssa mengernyit dan langsung melayangkan protes. “Ogah! Lebih baik gue disuruh nelen beling daripada manggil lo Kakak”
“oke, gue ganti! Kalo gue menang, lo jadi cewek gue ya, Al?” Alyssa dan Ariel kontan membelalak secara bersamaan. Dan sebelum Alyssa sempat mengeluarkan protes untuk yang kedua kalinya, Alvin malah sudah menarik Ariel bangkit dari duduknya.
“ayo Kakak Ipar! Kita lanjutin pertandingan One On One kita…” Ucap Alvin yang sebenarnya hanya ingin menggoda Alyssa saja. Hanya sebatas menggoda dan tidak lebih dari itu. Ariel tersenyum dan langsung meladeni tantangan Alvin. Sementara Alyssa, ia hanya bisa menahan kejengkelannya melihat tingkah Kakak serta Sahabatnya yang sangat amat menyebalkan itu.
“KALIAN BERDUA RESEEEEE!!!” Teriak Alyssa dari pinggir lapangan yang malah tidak mendapatkan respon apapun dari Alvin dan Ariel.
♥♥♥
BAB 1
3 Tahun Kemudian…
Alvin hanya menatap roti isi yang tersedia dimeja makannya dengan tidak berselera. Bagaimana mau berselera, jika pagi ini ia dipaksa oleh Papa nya untuk ikut sarapan bersama dengan Adik serta Mama tirinya. Catat! Adik serta Mamanya yang sama-sama berstatus TIRI. Dan perlu dicatat lagi, Alvin sangat membenci kedua makhluk itu, lebih-lebih Mama tirinya. Bagi Alvin, sepasang Ibu dan Anak itu tidak lebih dari sebuah benalu yang hanya menyusahkan kehidupannya sejak kehadiran mereka dirumah ini 3 tahun yang lalu. 3 tahun yang lalu? Damn! Alvin semakin benci pada sepasang Ibu dan Anak ini jika mengingat kejadian 3 tahun yang lalu, sebuah kejadian yang telah menjungkir balikan
kehidupannya, sebuah kejadian yang telah melemparnya pada posisi yang tidak pernah ia inginkan selama hidupnya. 3 tahun yang lalu, tepatnya setahun setelah kepergian Mamanya, Papa nya memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang janda beranak dua, dan sejak saat itulah Alvin merasa hidupnya benar-benar seperti di neraka. Jika kalian berpikir Alvin disiksa oleh Ibu Tirinya seperti di sinetron-sinetron kebanyakan, maka kalian salah besar. Tidak, Alvin tidak mengalami penyiksaan norak semacam itu. Justru jika ingin jujur, Ibu Tirinya begitu perhatian pada Alvin dan bahkan sangat menyayangi Alvin, begitu juga dengan adik tirinya , tapi Alvin hanya menganggap semua kasih sayang itu hanya sandiwara belaka. Dan hingga detik ini, tidak pernah sekalipun Alvin menganggap mereka ada. Bagi Alvin, Adik bersama Mama tiri nya itu tidak lebih dari semilir angin berlalu. Ya… hanya angin yang berlalu dan tak berarti. Dan pagi ini, sepulangnya Papa dan Mama tirinya yang menyebalkan itu dari perjalanan bisnis mereka di Eropa selama 1 bulan, Papa nya malah memaksa Alvin untuk ikut sarapan bersama dengan mereka. Diawal Alvin sempat menolak, tapi ancaman dari Papanya yang hendak mencabut semua fasilitas nya selama ini membuat Alvin tidak bisa berkutik sama sekali dan terpaksa mengikuti permintaan Papanya. Toh hanya sarapan, kan? Pria berkulit putih dan berwajah oriental itu semakin merasa kesal, saat Mama Tirinya menceritakan bagaimana serunya perjalanan mereka di Eropa selama 1 bulan. Dan kelamaan Alvin semakin merasa muak ketika 3 orang yang ada disekelilingnya ini tertawa lepas. Alvin serta merta melepaskan sendok beserta garpunya dengan kasar diatas meja makan yang terbuat dari kaca itu. Suara dentuman yang cukup keras itu langsung menyentak 3 orang yang sejak tadi asyik bercengkrama tanpa tahu bagaimana muaknya Alvin berada ditengahtengah mereka. Johan Bramantya –Papa Alvin- menatap Alvin dengan pandangan bertanya, begitu juga dengan Adik dan Mama nya. Untuk beberapa saat hening menyelimuti keadaan itu. Alvin membuang napasnya kasar lalu balas menatap Papanya. “aku udah kenyang, Dad. dan aku harus berangkat kesekolah. Sekarang!”
Sebelum mendapat persetujuan dari Papa nya, Alvin malah sudah bangkit dari meja makan lalu berjalan keluar dengan emosi memuncak. Dan Alvin sama sekali tidak menghiraukan panggilan Papa nya yang memintanya untuk berhenti dan kembali ke meja makan. Alvin sudah tidak ingin peduli lagi.
♥♥♥ “Shit!!” umpat Alvin sambil membanting kedua tangannya diatas setir. Mood-nya pagi ini benar-benar berantakan gara-gara kepulangan Papa serta Mama tirinya dari perjalanan bisnis mereka. Jika diperbolehkan, Alvin tidak ingin mereka pulang. Selama mereka berada di Eropa, Alvin merasa hidupnya bebas tanpa tekanan apapun dari Papanya, dan sekarang mereka pulang. Itu artinya, kadar kebebasannya akan berkurang, dan Alvin sangat membenci semua ini. Emosi yang sedang mendekap erat Alvin membuat Alvin sama sekali tidak focus dengan jalanan yang ada didepannya. Dan saat emosi itu semakin mencapai puncak klimaks, Alvin semakin menambahkan kecepatan laju Ferarri merah kesayangannya hingga diatas rata-rata, untunglah kondisi jalanan yang sedikit lengang membuat Alvin merasa bebas. Tapi tiba-tiba saja, sesuatu yang diluar perkiraan Alvin terjadi. Semuanya terjadi begitu cepat, Alvin menyerempet seorang pengendara sepeda hingga terjatuh bersama sepedanya. Alvin yang kaget langsung mengerem mendadak Ferarri nya. Dengan sigap ia menoleh kebelakang dan mendapati seorang Gadis yang berseragam putih abu terduduk dijalanan dengan sepeda yang menindihnya. Alvin berdecak kesal, ia membuka sabuk pengamannya dengan kasar lalu keluar dari dalam Ferarri merahnya dan membanting pintu mobil sekeras mungkin. Alvin melangkah menghampiri gadis itu lalu berdiri dihadapan gadis itu dengan angkuhnya tanpa berniat meminta maaf apalagi menolong.
“Heh! Udik! Lo udah bosen hidup ya?” hardiknya keras dan membuat kedua mata sipit Gadis berpipi chubby dan berlesung pipi itu membelalak maksimal. “kalo mau bunuh diri jangan disini! Cari tempat yang sepi sana!!” lanjutnya sinis lalu mendengus kesal. Gadis berambut sebahu itu memejamkan matanya untuk beberapa saat. Dalam kecelakaan ini, dia adalah korban, dan Si Arrogant ini adalah pelaku, tapi kenapa malah dia yang kena damprat? Mana pakai dihina-hina segala lagi. Benar-benar keterlaluan dan gak bisa dibiarkan. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ia miliki, Gadis itu mencoba berdiri meskipun harus bersusah payah, ia juga berusaha menahan rasa sakit pada luka yang terdapat diderah lutut dan sikunya. Tanpa takut, Gadis tadi menantang tatapan angkuh Pria sengak yang ada dihadapannya ini. “Elo yang salah, kenapa elo yang marah? Bawa mobil kok kayak orang kesetanan? Lain kalo gak bisa nyetir, gak usah sok-sokan bawa mobil deh. Liat nih lutut sama siku gue luka garagara ulah lo, dan sepeda gue satu-satunya jadi ancur lebur kayak gini” omel Gadis itu sambil menunjuk kearah sepedanya yang tergeletak malang dipinggir jalan. Alvin menghela napas beratnya. Seumur hidupnya, ini baru pertama kalinya ia ditentang, oleh seorang cewek pula! “Berani-beraninya ya lo?!” “Kenapa gue harus takut sama lo? Jelas-jelas elo yang salah malah nyalahin gue. Dan sekarang bukannya minta maaf malah marah-marah. Dasar cowok gak bertanggung jawab! PENGECUT!!” Cercanya yang sudah benar-benar tidak bisa mengontrol diri lagi. “Lo bilang apa? Hm? Coba ulangi!” “lo gak bertanggung jawab. Lo pengecut! Mau apa lo? Hah??” ujarnya semakin menantang.
Alvin mencoba meredam emosinya dan berusaha menahan diri untuk tidak melayangkan pukulannya pada Gadis ini. Biar bagaimana pun, saat ini yang sedang ia hadapi adalah seorang cewek, dan Alvin tidak boleh seenaknya main tangan jika tidak ingin benar-benar menyandang predikat „PENGECUT‟ seperti apa yang baru saja diucapkan oleh cewek ini. “terus lo mau apa sekarang?” putus Alvin pada akhirnya yang tidak ingin memperpanjang perseteruan diantara mereka. “gue mau lo tanggung jawab dan minta maaf sama gue” jawabnya enteng. Apa? Minta maaf? Seumur-umur Alvin tidak akan pernah sudi melakukan hal itu. Alvin yang sudah benar-benar buntu akhirnya mengeluarkan dompetnya. Ia mengeluarkan beberapa lembar pecahan uang seratus ribu dan lima puluh ribu. Cewek tadi hanya melihat tanpa berusaha mengeluarkan komentar apapun. Alvin menatap cewek itu untuk beberapa saat. Sesaat kemudian, dengan tidak berperasaannya Alvin melemparkan uang itu tepat ke muka gadis tadi. Gadis yang ternyata bernama Via itu kaget setengah mati. Jantungnya seakan terbakar ketika menerima perlakuan Alvin yang bisa dibilang benar-benar menghinanya. “Lo ambil semuanya! Gue rasa itu cukup buat ngobatin luka dan ngeganti sepeda rongsokan lo ini” ujar Alvin penuh dengan nada keangkuhan lalu menendang kecil sepeda milik Via yang tergeletak dipinggir jalan. Via makin sakit hati. Dalam hidupnya, ini pertama kalinya ia merasa seterluka seperti sekarang ini. Via berusaha keras menahan laju air matanya agar tidak keluar dihadapan Pria Arrogant ini. Tidak, Via tidak ingin menangis dihadapan Pria ini. Tidak setelah pria ini melukai perasaannya dengan cara menghinanya. Alvin mendengus lalu berbalik dan berjalan kearah Ferarri merahnya. Dan tepat saat tangan Alvin akan membuka pintu mobil, seseorang tiba-tiba menahan lengannya dengan kasar hingga tubuh Alvin berbalik dan berhadapan langsung dengan si Pelaku yang telah menarik lengan Alvin. Via.
Via menatap Alvin tajam dengan mata memerah. “GUE-GAK-BUTUH-UANG-LO!!” Ucap Via penuh penekanan disetiap kata. Lalu tanpa babibu lagi, Via langsung melemparkan uang tadi ke muka Alvin, persis seperti apa yang Alvin lakukan padanya.