Progress and Post Plan of KOICA Project September, p m , 2012
Project Manager: Jin Sun-pil, Chairil Anwar Siregar
IV. REDD+ in Lombok
IV. REDD+ in Lombok Site Description
• 8,144ha Protected forest g, • Nothern p part of North Batukliang, Central Lombok • Bordered by 4 villages Aik Berik, B ik Karang K Sid Sidemen, Lantan & Se ling • Land use types: Natural Forest, Forest Agroforest, Agroforest Shrub, Shrub ect. ect Most of the primary forest • 1,810ha is Community forest(HKm) Farmers mostly cul vated Banana combined with Coffee or Cacao
IV. REDD+ in Lombok The results of Study on the forest land use change in Lombok
• The most dominant land cover classes: land agriculture (257,140 Ha or 56%), Secondary 61,484 Ha (13.45%) , Primaryy forest 47,056 Ha (10.29%) ( )
• During 1987 ~ 2010, LULC of Lombok has been suffering from substan al changes. Deforestation D fi off fforest area: 33%(151 33%(151,064ha) 064h ) 24%(110 24%(110,034ha) 034h ) 1st forest: 1,606ha(70ha/yr) / 2nd forest:39,454ha(1,715ha/yr) forest degrada on: 6,157ha of 1st forest (268ha /yr) Increase in dry land agriculture: 61%(279,819ha) 69%(315,506ha)
• Cause of deforesta on & forest degrada on in Lombok Illegal logging logging, Requirement of agricultural crops crops, Tobacco Industry, Infrastructure development(road, se lement)
IV. REDD+ in Lombok
IV. REDD+ in Lombok
IV. REDD+ in Lombok
IV. REDD+ in Lombok
IV. REDD+ in Lombok
IV. REDD+ in Lombok
Cropland
33%
Forest land
61%
2010
2000
1987
Other lands
Cropland
25%
Forest land
67%
Other lands
SeƩlement
SeƩlement
Wetlands
Wetlands
Cropland
24%
69%
Forest land Other lands Settlement Wetlands
IV. REDD+ in Lombok Carbon Stock Assessment of the Site Stratum
Description
Area(ha)
AF1
Mahogany based agroforestry
AF2
Carbon Stock (tc)
tCo e
476
48 792 48,792
178 906 178,906
MPTs based agroforestry
2,433
189,190
693,696
NF1
Natural forest(750 forest(750-1,500m) 1 500m)
3 484 3,484
596 182 596,182
2 186 001 2,186,001
NF2
Natural forest(higher than 1,500m)
1,482
497,656
1,824,737
12
-
-
2
-
-
555
-
-
8,444
1,331,820
4,883,340
Bare land
Bare land
Agriculture Agricultural land Shrub
S hu r b TOTAL
IV. REDD+ in Lombok Socio Economic Assessment of the Site • Population off North P l ti N th Batukliang B t kli - Population in 2009: 46,294 - Population density: 254persons/km²(Central Lombok 709 ) - Annual Population growth: 2.10%(2009-2010)
• Household Income - Average Household Income: around Rp21million - Around 60% are below poverty level of World Bank($2/day)
• LiveliHood Option - Farm labor(47%), Farmer(30%), Business entrepreneur(10%)
• Number of Tourist ( between 2003 and 2010 ) - Foreign: g around15,000 ,
40,000 ,
- Domestic: around 5,000
13,000
HKm in North Batukliang HKm Process
• (1982) Natural forest (Ɵmber producƟon)
ProtecƟon forest
No access for people to the forest • (2000) Community got temporary permit • (2007) MoF approval HKm permit(1,810ha) • (2010) Community got final permit by Regent of Central Lombok
HKm in North Batukliang General Information No
Number N b Area(ha) of HKm Groups
Permit Holder
Number N b off members in Groups
1
Gapoktan HKm Rimba Lestari-Desa Aik Berik
840
54
1261
2
Gapoktan HKm Desa KarangSidemen Sid
403
17
741
3
Koperasi Serba Usaha(KSU) Mele Maju-Desa Lantan
349
16
599
4
Majils Ta’lim Darus Shiddiqien-Desa Setiling
216
19
421
1810
106
3022
TOTAL
HKm in North Batukliang Results of HKm
• Income increase(Average income per household) Rp 4.5million/yr
Rp 17.9million/yr
• Environmental Benefit Over 10yrs bare land covered by vegeta on
• Source of Energy Fuel wood is as the main sources as the cooking fuel(87%) Fuel wood : from the fallen branch & twigs
• Agroforestry inside HKm area Jackfruit, Durian, Avocado, Coconut, Cacao, Banana, Coffee
IV. REDD+ in Lombok Land Change Modeling p Model development and parameterization
Model simulation
Reconstructing historical transition rules
Calculating probability of land to be converted
Identifying historical land changes
Measuring historical land change c a ge rate ae
Simulating land change
Spatial determinants
g degree g Measuring of impacts of some spatial determinants
Carbon measurement
Carbon data
Remote sensing/GIS
Estimating additionality and leakage Simulating carbon for unmeasured land cover type
IV. REDD+ in Lombok Land Change Modeling - Conclusion
• Additionality for 30 years: 1.43 Mt CO • Annual additionality: 6.11t 6 11t CO /ha /h • Leakage esƟmate for 30 years: 0.57 Mt CO
• Net Additionality : 0.86 Mt CO • Net Annual additionality; 3.68t CO /ha
IV. REDD+ in Lombok REDD+ Activity Plan(Considerations)
• Low income of local people • Expectation of livelihood improvement • Existing illegal logging • Population gradually increase • Tourism demand increase • Experience of significant deforestation • Distrust Di t t off governmentt policy li
IV. REDD+ in Lombok REDD+ Activity Plan(Draft)
• Organize REDD+ cooperation team -Local government, Farmer Group Leader, NGO, Local University, etc.
• HKm improvement - Management skill, Local rule, Quality control, etc.
• Capacity building & Training for farmer group • Development Local Business Model
Photo : Plantation
IV. REDD+ in Lombok Post Plan
• 2012. 8. - Making REDD+ Action Plan • 2012. 8 ~ - Implementation of the plan • ~ 2012.12 - Developing PDD • 2013 - Monitoring & Analysis of Effectiveness - Guide Book on REDD+ Implementation through HKm
V. Conclusion • In REDD+, tenure issue & livelihood of local people is very important - More than ¼ live in forests - Exist E i t various i stakeholders t k h ld • This project focus on Local Community - Participatory approach from planning to implementation • HKm is anticipated as a good system to treat REDD+ related to tenure & community • I will develop community – based REDD+ model through the HKm • In the future, I hope to try a various of REDD+ approaches in Indonesia
kasih T i Terima k ih
[email protected] om
KESIAPAN DAN TANTANGAN :
PENGEMBANGAN SISTEM MRV DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Oleh: Bappeda Provinsi NTB
ISU TERKAIT PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM M DII NTB
Lahan kritis Ilegal Logging Ti Tingginya i alih lih fungsi f i lahan l h Kerusakan ekosistem hutan, lahan dan pesisir Penurunan kuantitas dan kualitas sumberdaya air. Bencana banjir dan kekeringan
Perubahan Iklim & Pemanasan Globall meningkatnya suhu maksimum sebesar 0,70 C dan suhu rata-rata minimum terjadi peningkatan sebesar 1,20 C. Nusa Tenggara Barat merupakan Provinsi dengan kenaikkan suhu sangat tinggi di Indonesia.
Kemiskinan khususnya di daerah pertanian lahan kering, kawasan sekitar hutan dan pesisir
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI NTB
RPJPD 2005 - 2025 y
Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah, yaitu terwujudnya
kemampuan dinamis mengembangkan diri dan profesionalisme masyarakat yang didukung kelestarian dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta berkembangnya kearifan lokal, sebagai daya mampu k keunggulan l relatif l tif tterhadap h d wilayah il h llain. i
■ Mewujudkan pembangunan berkelanjutan,
yaitu pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam, lingkungan hidup dan sumberdaya buatan bagi keberhasilan pembangunan kesejahteraan generasi masa kini dengan g memperhitungkan p g secara cermat dan bertanggungjawab bagi kelangsungan hidup dan kehidupan generasi mendatang.
KEBIJAKAN N PEMBANGUNAN N PROVINSII NTB
RPJMD D 2009 9 - 2013 y
Menumbuhkan Ekonomi Berbasis Sumberdaya Lokal dan Mengembangkan Investasi dengan Mengedepankan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan;
y
Melakukan Percepatan Pembangunan Infrastruktur Strategis dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI NTB
RTRW PROVINSI NTB
PROVINSI NTB SEBAGAI PUSAT T PENGEMBANGAN N AGROBISNIS S DAN N PARIWISATA
diwujudkan dalam bentuk : pusatt pengembangan b agrobisnis; bi i kawasan pengembangan pariwisata; pusat pengembangan kelautan dan perikanan; simpul transportasi regional, nasional i l dan d internasional. i t i l
Keterkaitan Kebijakan Pembangunan Provinsi NTB sebagai U Upaya M Mewujudkan j dk Pembangunan P b B k l j t Berkelanjutan selaras,, sinergi,, konsisten
SPASIAL NON SPASIAL
PENDEKATAN PULAU > 30% KAWASAN LINDUNG/RTH MEMBATASI EKSPLOITASI PERTAMBANGAN MULTI INFRASTRUKTUR BERBASIS PULAU KEUNGGULAN KOMPETITIF SEKTOR PARIWISATA & AGROBISNIS SUBSTITUSI PEMANFAATAN SDA ANTAR WILAYAH
LOMBOK as ECO CITY ISLAND
SUMBAWA ECO ZONE
PENDEKATAN KAWASAN/ZONA > 30% KAWASAN LINDUNG/RTH MULTI INFRASTRUKTUR BERBASIS KAWASAN KEUNGGULAN KOMPARATIF SEKTOR PARIWISATA & AGROBISNIS SUBSTITUSI PEMANFAATAN SDA ANTAR KAWASAN
Kebijakan pengembangan struktur ruang y y y
peningkatan i k peran d dan fungsi f i pusat pertumbuhan b h pengembangan struktur ruang berbasis pulau (Lombok) dan kawasan (Sumbawa) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan infrastruktur
K bij k pengembangan Kebijakan b pola l ruang y y y y y y y y
mempertahankan luas kawasan lindung mencegah alih fungsi lahan dalam kawasan lindung minimalisasi kerusakan kawasan lindung rehabilitasi h bl d dan konservasi k kawasan k lindung l d mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana pengembangan kegiatan budi daya berbasis potensi SDA dan daya dukung pemanfaatan sumberdaya alam berbasis pengembangan agrobisnis dan pariwisata pemantauan dan pengendalian kegiatan budidaya
Kebijakan pengembangan kawasan strategis provinsi y y y y y
•
penetapan kawasan strategis provinsi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan strategis pengembangan sarana dan prasarana optimalisasi pemanfaatan teknologi percepatan pembangunan kawasan tertinggal.
POKOK ARAHAN KAWASAN LINDUNG • PENETAPAN KAWASAN HUTAN (LINDUNG, SUAKA ALAM, PRODUKSI) ± 1.071.297,00 (53,09%) • TIDAK BOLEH DIGUNAKAN UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA KECUALI WISATA ALAM DAN PENELITIAN • BAGI KEGIATAN BUDIDAYA DI DALAM KAWASAN LINDUNG BERAKHIR, TIDAK DAPAT DIPERPANJANG DAN KAWASAN DIKEMBALIKAN KE FUNGSI LINDUNG.
•
POKOK ARAHAN KAWASAN BUDIDAYA • KEGIATAN BUDIDAYA DIKELOLA SESUAI POTENSI & DAYA DUKUNG LINGKUNGAN • MEMBATASI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN BERIRIGASI TEKNISÆ MEKANISME INSENTIF DAN DISINSENTIF • KEGIATAN PERTAMBANGAN DI SELURUH WILAYAH NTB SECARA SELEKTIF, SECARA TERBATAS, MEMPERHATIKAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN • IJIN USAHA PERTAMBANGAN YANG TELAH DITERBITKAN DAN MASIH BERLAKU TETAP DIAKUI SAMPAI MASA BERLAKUNYA HABIS DAN PERPANJANGANNYA MENYESUAIKAN DENGAN KETENTUAN PERATURAN DAERAH INI.
IMTAQ RPJP NTB 2005-2025
• HAN PANGAN • HAN ENERGI • PERUB IKLIM
RPJMD NTB 2009-2013
NTB BERSAIN G
RTRW NTB 2010-2030
ISU STRATEGIS
KETERKAITAN DOKUMEN PERENCANAA
VISI VISI
PENDIDIKAN
ABSANO, ABSANO ADONO
KESEHATAN
AKINO
AGRIBISNIS
PIJAR
PARIWISATA
VLS-2012
IPM & DAYASAING
RUANG HIJAU
INFRASTRUKTUR
(PERHUB, SD AIR, LISTRIK & TELKOM)
LH
NTB HIJAUPERMATA
SEKTOR SEKTOR UNGGULAN UNGGULAN
PIN
PROGRAM PROGRAM UNGGULAN UNGGULAN
KRITERIA KRITERIA
SASARAN SASARAN STRATEGIS STRATEGIS
Program Pembangunan Daerah NTB BERBASIS SDA BERKELANJUTAN Tahun 2009 – 2013 ■ Gerakan NTB Hijau Program Sekolah h Hijau u dan pengembangan Hutan n Cadangan n Energi. ■ Gerakan Ruang Hijau Ruang g Hijau merupakan singkatan dari “Ruang Ruang Hunian Ideal (yang dibentuk dengan) Jalan mantap, Air lestari, dan Utilitas yang memadai” ■ Gerakan Kawasan PERMATA Gerakan Kawasan PERMATA adalah suatu upaya PERlindungan MATa Air (PERMATA) ■ Memantapkan program "Desa Mandiri Pangan“ ■ Pengembangan P b D Desa M Mandiri di i E Energii (DME) ■ Pencanangan NTB sebagai Provinsi Bumi Sejuta Sapi. ■ Meluncurkan "Pasar Tani", sebagai model pengembangan pasar khusus bagi produk unggul ■ Revitalisasi penyuluh pertanian, kehutanan, peternakan, perkebunan dan perikanan.
Peningkatan hasil hutan bukan kayu & jasa lingkungan Pendukungg pembangunan sektor lain
Peningkatan lapangan kerja 400 ribu orang Penutupan lahan kritis meningkat 315 ribu Ha (HTR, HKm Ha, HTI, Sylopasture dll
Peningkatan kualitas & kuantitas y air sumberdaya
Pengurangan pemanasan global & efek rumah kaca
SEKILAS TENTANG MRV Measurement, Reporting dan Verifying atau disingkat MRV merupakan istilah yang g ((UNFCCC)) digunakan g oleh United Nation Framework Convention on Climate Change dalam melaksanakan inventarisasi gas-gas rumah kaca. Sistem pelaksanaannya dilakukan melalui pengukuran dan pengumpulan data yang dilaporkan ke UNFCCC dan diverifikasi oleh panel ahli UNFCCC. Konsep MRV pertama kali diperkenalkan di Bali Action Plan (BAP) 2007 di Konferenci Para Pihak (COP-13). Konsep MRV dapat dianggap sebagai sebuah pelengkap kegiatan dan proses yang diikuti oleh sebuah negara untuk memperkirakan emisi GRK, mengembangkan dan melaksanakan aksi mitigasi, dan memonitor dan melaporkan dukungan berbasis finansial, teknologi dan kapasitas yang diterima dari negara lain. Pada strategi nasional, sistem MRV akan dilakukan oleh suatu badan independen namun tetap berkoordinasi dengan Badan REDD+ sebagai governing council. Dalam konteks program UN-REDD, telah menetapkan seperangkat pertimbangan utama untuk pengembangan sistem nasional MRV. lk data d setiap i tipe i B k i Berkaitan d dengan k h kehutanan, MRV dilakukan dil k k untukk mengumpulkan hutan dan penutupan hutan dan besaran kandungan karbon yang terdapat didalamnya yang berbeda untuk setiap tipe hutan. Alat yang disarankan oleh IPCC untuk kegiatan seperti ini adalah (1) Monitoring melalui Satelit untuk memantau perubahan tipe hutan yang ada (2) Melaksanakan inventarisasi hutan nasional untuk mengetahui kandungan karbon di setiap tipe hutan yang ada di seluruh Indonesia.
KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN IKLIM, SEKTOR KEHUTANAN DAPAT BERFUNGSI SEBAGAI PENGEMISI KARBON ((EMITTER EMITTER)) DAN PENYERAP KARBON (SINKER SINKER), ),
Sumber : emisi dan serapan GRK untuk sektor Agriculture, Forestry and Land Use (AFOLU) (Sumber: IPCC 2006)
KEBIJAKAN J NASIONAL Peraturan Presiden No. 61, tentang g Rencana Aksi Nasional Indonesia untuk p pengurangan p g g GRK ((RAN-GRK), ) dapat dianggap sebagai Strategi g nasional y yang g Rendah Pembangunan Emisi. Peraturan Presiden No.71 sebagai g Pelaksanaan Inventarisasi Gas Rumah g Nasional. Kaca tingkat
PERAN PEMERINTAH DALAM MRV y y y y y
y
Meningkatkan g koordinasi lembaga g Meningkatkan pengumpulan, kualitas, kehandalan, dan ketepatan waktu dari data Menjamin efektifitas lingkungan, efisiensi biaya dan integritas aksi-aksi mitigasi M b ik informasi Memberikan i f i relevan l untukk mendukung d k proses pembuatan kebijakan Membantu mengkaji apakah aksi-aksi mitigasi berkontribusi bagi tujuan dan komitmen dalam negeri dan internasional Memungkinkan akses terhadap dukungan finansial
“TASK FORCE”
RAD GRK PROV. NTB y
Amanat Perpres No. 61 tahun 2011 tentang RAN GRK dan Perpres No. 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventaris GRK Nasional
y
Pembentukan Gugus Tugas Penyusunan RAD GRK Provinsi NTB melalui SK Gubernur NTB No. 243 Tahun 2012 tanggal 9A Aprilil 2012
y
Pembentukan Sekretariat RAD GRK Provinsi NTB di Bappeda Prov. Prov NTB
y
Penyusunan draft Bab I dan Bab II RAD GRK (April 2012)
y
Rapat di masing-masing Pokja
Lanjutan ……… y
Pelatihan penyusunan Baseline Emisi GRK (Mei dan Juni 2012)
y
P Penyusunan d f B draft Bab b III dan d Bab B b IV RAD GRK
y
Pelatihan finalisasi RAD GRK (September 2012)
y
Perekrutan Tim Ahli untuk percepatan dan mempertajam dokumen RAD GRK (17 September s.d 3 Oktober 2012)
TANTANGAN & KENDALA y
ASPEK TEKNIS ◦ Keterbatasan ketersediaan dan sumber data yang dibutuhkan dalam penyusunan substansi inti RAD GRK ◦ Keterbatasan K b waktu k penyusunan (efektif ( f k if waktu k hanya h 5 bulan dan harus selesai September 2012) ◦ Keterbatasan SDM dalam pengolahan dan analisa data dan informasi, termasuk dalam penggunaan software ◦ Belum dilibatkannya y Biro Hukum dalam pproses penyusunan, sedangkan RAD GRK diamanatkan oleh Perpres 61 Tahun 2012 dalam bentuk Peraturan G b Gubernur
Lanjutan j y
ASPEK NON TEKNIS ◦ Anggaran untuk kegiatan penyusunan belum terealisasi hingga saat ini, baik APBD maupun APBN ◦ Adanya disparitas pemahaman para pihak terhadap RAD GRK ◦ Koordinasi dan pembagian tugas dalam masingmasing i Pokja P kj masih ih belum b l sinkron i k d belum dan b l optimal.
PROGRESS & SOLUSI y
y y y y
Untuk p percepatan p penyusunan p y dibentuk Tim Ahli yang bertugas mensinkronkan dan mengkompilasi data (BAU, aksi mitigasi dan MRV dll) dari masingmasing Pokja Dukungan anggaran yang memadai (APBN/APBD) dan dukungan dana dari pihak lain (GIZ) Perekrutan SDM di bidang hukum sebagai bagian dari Sekretariat RAD GRK. P Penguatan t Tim Ti Sekretariat S k t i t RAD GRK melalui l l i pelatihan, Dll.
HASIL SEMENTARA BAU BASELINE BERBASIS LAHAN POKJA KEHUTANAN (dlm dl proses di Ti Tim Ahli Ahli))
HUTAN TANAMAN Berkisar antara 0,11 – 344,73 ton C/ha Cadangan karbon hutan tanaman < hutan alam Produktivitas menyimpan karbon (persatuan luas dan per satuan waktu) lebih besar >>>> daur pendek
22
KAWASAN NON HUTAN Berkisar antara 0,14 – 723,09 ton C/ha Savana atau padang rumput dan semak se a be belukar u a Hutan uta kota ota dan da Ruang ua g Terbuka e bu a Hijau jau Agroforestri g 23
TANAH Berkisar antara 5,70 5 70 – 6.045 6 045 tonC/ha Lahan gambut : potensi simpanan karbon paling besar >>>>>>> tergantung tingkat dekomposisi dan kematangan gambut Upaya konservasi lahan gambut
24
EMISI DARI LAND BASE DENGAN SOFTWARE ABACUS
No. o Zone o e
Original Land Use New Land Use System Sys e System Sys e
Emissi SUMBAN on o RANK G GAN
1
Hutan Lindung
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
406,575
1
23.26%
2
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
262,969
2
15.05%
4
Hutan Suaka dan Wisata
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
132,700
4
7.59%
5
Hutan Penggunaan Lain
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
128,894
5
7.37%
7
Hutan Produksi
Hutan Lahan Kering Primer
Hutan Lahan Kering Sekunder
61,216
7
3.50%
23
Hutan Lindung
Hutan Lahan Kering Primer
Pertambangan
11,903
23
0.68%
28
Hutan Suaka dan Wisata
Hutan Lahan Kering Primer
Tanah Terbuka
6,864
28
0.39%
33
Hutan Lindung
Hutan Lahan Kering Primer
Tanah Terbuka
5,834
33
0.33%
36
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Lahan Kering Primer
Semak Belukar
5,537
36
0.32%
47
Hutan Lindung
Hutan Lahan Kering Primer
Semak Belukar
2,908
47
0.17%
49
H t P Hutan Penggunaan Lain L i
H t L h K i Pi Hutan Lahan Kering Primer
P t i L h K i C Pertanian Lahan Kering Campur 2 296 2,296
49
0 13% 0.13%
53
Hutan Suaka dan Wisata
Hutan Lahan Kering Primer
Semak Belukar
1,759
53
0.10%
58
Hutan Penggunaan Lain
Hutan Lahan Kering Primer
Semak Belukar
1,177
58
0.07%
EMISI BASELINE DARI LAND BASE DENGAN SOFTWARE ABACUS Baseline (net emission komulatif) 25,000,000
20 000 000 20,000,000
15,000,000
Baseline (net emission) 10,000,000
5,000,000
2006-2011
2011-2016
2016-2021
Upaya MITIGASI MENURUNKAN EMISI 1.
2.
3. 4.
Aktivitas mitigasi, g , rehabilitasi hutan dan lahan ppada Zona Hutan Lindung, dengan cara mengembalikan tutupan lahan sekunder menjadi primer seluas sebanyak 50% menurunkan emisi sebanyak y 539,273 ton Co2 eqq Upaya rehabilitasi hutan dan lahan pada kawasan suaka dan wisata dengan cara membuat hutan lahan kering sekunder menjadi hutan primer menurunkan emisi sebesar 103,233 t CO2 ton Upaya mempertahankan lahan pertanian campuran atau ladang agar tidak menjadi sawah dalam waktu sepuluh tahun mampu menurunkan emisi sebesar 131,383 131 383 DARI TIGA AKTIVITAS MITIGASI TERSEBUT SAJA DAPAT MENGURANGI EMISI PADA TAHUN 2021 DI PROVINSI NTB SEBESAR 16%
EMISI DARI UPAYA MITIGASI 25000000
20000000
15000000
Baseline Emission (ton CO2-eq/year) CO2 eq/year) Mitigasi 2 Emission (ton CO2-eq/year)
10000000
5000000
0 2006-2011
2011-2016
2016-2021
