PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DAN PHYSICAL SELFASSESMENT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII.7 SMP N 5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012 Crisna Hari Yesti1), Mariani Natalina2), Raja Hussein Arief2), Purnawati3)
[email protected]/+ 081378329230 Program Study Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
ABSTRACT The purpose of classroom action research (CAR) is to improve the skills and learning outcomes VIII.7 biology students of SMP N 5 Pekanbaru on the application of direct instruction and physical self-assessment. The research was conducted in May 2012. The parameters in this study are the skills the students consisting of four indicators, such as observation, communication, prediction and inference. The results of biological studies students consisting of student’s capability and mastery learning students. Average process skills of students in the first cycle of 75.15% (average), increase in the second cycle to be 92.87% (good). Student’s capability in the first cycle is 77,32% (average) increase in the second cycle is 87,27% (good). Student mastry test scores daily visits from students in the first cycle is 70,97% (complete) increased in the second cycle to be 100% (complete). From the results of this study can be concluded that the implementation of direct instruction and physival self assessment process can improve their skills and learning outcomes VIII.7 biology SMP N 5 Pekanbaru in academic year 2011/2012. Keywords: direct instruction, physical self-assessment, process skills, learning outcomes biology. PENDAHULUAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berorientasi kepada pencapaian kompetensi, lebih menekankan pada tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, artinya dalam proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa (Student Center). Dalam KTSP, pembelajaran biologi sebagai ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran biologi tidak hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsipnya saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, yang dapat dilihat melalui observasi, dan eksperimen agar memiliki keterampilan proses. Keterangan: 1) Mahasiswa Prodi.Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau 2) Dosen Prodi. Pendidikan Biologi FKIP1Universitas Riau 3) Guru Biologi Kelas VIII.7 SMP N 5 Pekanbaru
Hasil pengamatan di SMP N 5 Pekanbaru, Pembelajaran biologi di kelas VIII.7 belum seperti yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar biologi siswa pada materi sebelumnya yang masih rendah yaitu 67,19 artinya tidak mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75. Berdasarkan observasi dan wawancara penulis terhadap siswa kelas VIII.7 SMP N 5 Pekanbaru, diketahui keterampilan proses siswa pada pembelajaran biologi masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang masih banyak kurang mampu dalam melakukan pengamatan, siswa kurang mampu dalam mendiskusiskan pembelajaran, siswa kurang mampu mendemonstrasikan hasil suatu pengamatan, bahkan siswa kesulitan dalam menyimpulkan pelajaran. Rendahnya keterampilan proses siswa inilah yang membuat siswa tidak mampu menilai diri mereka sendiri, sehingga siswa terlihat tidak percaya diri terhadap keterampilan atau kemampuan yang mereka miliki, dan akhirnya menyebabkan hasil belajar biologi siswa rendah. Rendahnya hasil belajar biologi siswa kelas VIII.7 SMP N 5 Pekanbaru, disebabkan karena guru sebagai salah satu komponen pembelajaran kurang memiliki fungsi utama dalam merancang, mengelola, dan melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru lebih mendominasi pada metode ceramah, guru belum menerapkan model-model pembelajaran, bahkan guru kurang dalam penggunaan media sebagai pendukung pembelajaran, guru lebih mengutamakan pemberian tugas/latihan kepada siswa, sehingga siswa kurang aktif, siswa menjadi kurang berusaha untuk memahami pembelajaran yang telah mereka dapatkan, serta pemahaman siswa sebatas dalam mengerjakan latihan saja dan waktu jam pelajaran biologi habis hanya untuk mengerjakan latihan atau tugas saja. Apabila ditinjau dari kelengkapan laboratoriumnya, SMP N 5 Pekanbaru tergolong baik, dimana tersedianya alat dan bahan untuk melakukan suatu pengamatan atau praktikum. Namun yang menjadi kelemahannya adalah guru kurang mampu dalam memanfaatkan fasilitas yang ada dilaboratorium. Berdasarkan pengamatan penelitian sebelumnya oleh Febrianto (2008), diketahui keterampilan proses siswa di SMP N 5 Pekanbaru masih tergolong rendah. Guru cenderung “subject matter oriented only” artinya pembelajaran biologi lebih difokuskan pada pembahasan materi pembelajaran tanpa melibatkan siswa, sehingga proses pembelajaran hanya berpusat pada guru sementara keterampilan- keterampilan sains siswa tidak diberi kesempatan untuk berkembang lebih baik dan kesempatan siswa untuk berinteraksi secara langsung dengan objek belajarnya kurang menjadi perhatian guru. Untuk dapat mengatasi permasalahan belajar ini, maka guru sangat diharapkan menciptakan proses pembelajaran yang kreatif dan berkualitas yang dapat meningkat keterampilan proses siswa, sehingga berdampak ke hasil belajar siswa yang memuaskan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penerapan pengajaran langsung dan physical self assesment. Menurut Trianto (2010) pengajaran langsung merupakan pengajaranyang bersifat modelling. Keunggulan melalui pengajaran langsung dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah, model yang paling efektif dalam mengajarkan konsep dan keterampilan – keterampilan yang sulit kepada siswa
2
yang berprestasi rendah, lebih menekankan pada pengamatan yang dapat memberikan tantangan kepada siswa. Serta melalui physical self asessment membuat siswa lebih percaya diri karena keterampilan/ kemampuan yang dimilikinya sehingga siswa mampu mengarahkan dirinya sendiri bahkan mampu menilai dirinya sendiri. Berdasarkan hal diatas, penelitian ini bertujuan untuk untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar biologi siswa kelas VIII.7 SMP N 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012 melalui penerapan pengajaran langsung dan physical self asessment METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di SMP N 5 Pekanbaru dimulai dari bulan Mei hingga Juni 2012. Subjek penelitian siswa adalah kelas VIII.7 yang berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 13 Siswa laki-laki dan 18 Siswa perempuan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkolaborasi dengan guru mata pelajaran biologi kelas VIII.7 SMP N 5 Pekanbaru. Guru sebagai model yang menerapkan pengajaran langsung dan physical self assessment dan peneliti sebagai observer yang mengamati proses pembelajaran. Tindakan yang diberikan pada penelitian adalah penerapan pengajaran langsung dan physical self assessment untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar biologi siswa. Parameter penelitian yang digunakan adalah keterampilan proses dengan indikator observasi, komunikasi, prediksi, dan inferensi. Hasil belajar biologi siswa yang meliputi daya serap siswa, serta ketuntasan belajar siswa. Instrument penelitian ini terdiri dari perangkat pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), lembar potongan kertas (stereform), lembar post tes dan ulangan harian. Instrument pengumpulan data untuk tes hasil belajar berupa post test dan ulangan harian pada akhir siklus, sedangkan untuk mengetahui keterampilan proses siswa dianalisa berdasarkan lembar observasi yang terdiri dari indikator observasi, komunikasi, prediksi dan inferensi. Penelitian dilaksanakan dengan dua siklus. Prosedur penelitian tindakan kelas ini untuk masing-masing mencakup beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Teknik pengumpulan data untuk keterampilan proses dapat dilihat selama pelaksanaan pembelajaran melalui lembar observasi yang telah disediakan, pengumpulan data untuk hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes belajar siswa pada setiap akhir pertemuan berupa post test dan pada setiap akhir siklus berupa ulangan harian. Data yang diperoleh dianalisis untuk mendapatkan gambaran mengenai keterampilan proses dan hasil belajar siswa.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN Keterampilam Proses Siswa pada Siklus I dan II Untuk melihat keterampilan proses siswa pada siklus I dan siklus II melalui penerapan pengajaran langsung dan physical self assessment dapat dilihat pada tabel 2. Data ini diperoleh berdasarkan lembar observasi yang dilaksanakan oleh observer. Tabel 2. Rata-rata Persentase keterampilan proses siswa kelas VIII.7 SMP N 5 Pekanbaru melalui penerapan pengajaran langsung dan physical self assessment pada siklus I dan siklus II SIKLUS I Pertemuan No
1 2 3 4
Indikator yang diamati
Observasi Komunikasi Prediksi Inferensi Jumlah Siswa Rata-Rata Kategori
RataRata (%)
I Jumlah (%)
II Jumlah (%)
78,49 65,59 61,29 86,02
83,87 69,89 66,67 89,35
81,17 67,74 63,98 87,69
31 72,85 Kurang Baik
31 77,45 Cukup
31 75,15
Kat egor i
SIKLUS II Pertemuan II I Jumlah Jumlah (%) (%)
RataRata (%)
C KB KB B
95,69 87,09 87,09 94,62
98,92 87,09 92,47 100
97,31 87,09 89,78 97,31
31 91,12 Baik
31 94,62 Baik
31
Cuk up
92,87
Kategor i
AB C B AB
Baik
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui persentase rata-rata keterampilan proses siswa pada siklus I pertemuan I adalah 72,85% (kurang baik), pada pertemuan II persentasenya mencapai 77,45% (cukup), secara keseluruhan siklus I rata-rata persentase keterampilan proses siswa mencapai 75,15 (cukup). Dan persentase keterampilan proses siswa pada siklus II pertemuan I adalah 91,12% (baik), pada pertemuan II mencapai 94,62 % (baik), secara keseluruhan rata-rata persentase ketreampilan proses siswa pada siklus II mencapai 92,87% (baik). data diatas didapat berdasarkan hasil analisa peneliti dalam lembar observasi keterampilan proses siswa. Masing-masing indikator memperlihatkan peningkatan angka persentase, baik dari peningkatan per pertemuan maupun peningkatan pada setiap siklus. Indikator observasi dapat dilihat terjadi peningkatan pada setiap pertemuannya, hal ini dikarenakan adanya interaksi siswa dengan objek langsung melalui pengamatan yang dilakukan. Melalui pengamatan dapat membantu siswa dengan mudah dalam memahami materi yang dipelajarinya. Keterampilan proses siswa pada indikator komunikasi juga memperlihatkan peningkatan, dimana peningkatan ini terjadi karena siswa mulai memberanikan dirinya dalam menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukannya, peningkatan ini sehubungan dengan strategi physical self assessment yang dilakukan setiap akhir pertemuan. Melalui strategi ini siswa merasa ditantang akan pemahaman yang didapatnya, dan menuntut siswa untuk aktif dan bertanggung jawab. Indikator memprediksikan juga mengalami peningkatan, keterampilan siswa dalam
4
memprediksikan ini dapat diketahui dengan siswa mulai memahami materi yang diajarkan secara mendalam sehingga siswa mampu meramalkan kemungkinankemungkinan yang terjadi. Untuk memperdalam materi yang dimiliki oleh siswa dilengkapi dengan referensi-referensi yang telah diberikan guru berupa print out slide pembelajaran yang didalam nya menyangkut kedalaman materi pelajaran. Keterampilan proses siswa dalam menginferensikan juga memperlihatkan peningkatan, dimana menurut analisa peneliti bahwa siswa telah dapat menuliskan kesimpulan pembelajaran dengan baik dan benar. Hal ini disebabkan karena pengaruh strategi physical self assessment yang melatih mental siswa lebih percaya diri dalam menyatakan argument atas sikap mereka dan dapat memberikan kontribusi pada pemahaman siswa, sehingga siswa semakin dimantapkan dalam memahami materi yang telah diajarkan. Secara keseluruhan ketrampilan proses siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuan ataupun siklusnya. Peningkatan keterampilan proses ini menunjukkan pengaruh yang baik dengan penerapan pengajaran langsung dan physical self assessment. Kontiriusi pengajaran langsung sangatlah besar terhadap peningkatan keterampilan proses siswa, yakni dalam melatih keterampilan proses siswa pelaksanaannya diawali dengan pemodelan guru, yang kemudian barulah siswa diminta bekerja dan berlatih sesuai petunjuk dan bimbingan guru. Sesuai dengan Dymyati dan Mudjiono (2006), bahwa mengajar dengan keterampilan proses berarti memberikan kesempatan pada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekadar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang pengetahuan tetapi langsung dipraktekkan baik dilapangan maupun dilaboratorium. Strategi physical self assessment yang juga memberikan kontribusi terhadap keberanian siswa dalam menyatakan pendapat, argument, bertanya, selama pelaksanaan pembelajaran.
Hasil Belajar biologi Siswa pada Siklus I dan II Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas VIII.7 SMP N Pekanbaru tahub ajaran 2011/2012 melalui penerapan pengajaran langsung dan physical self assessment dilihat dari hasil analisis daya serap dan ketuntasan belajar siswa secara individu. Daya Serap Daya serap siswa paad siklus I dan siklus II melalui penerapan pengajaran langsung dan physical self assessment dapat dilihat pada tabel 3 berikut.
5
Tabel 3. Rata-rata Daya Serap siswa kelas VIII.7 SMP N 5 Pekanbaru melalui penerapan pengajaran langsung dan physical self assessment pada siklus I dan siklus II N o
Interval
1
95-100
2 3
85-94 75-84
4
< 75 Jumlah Ratarata Kategor i
Kategori Amat Baik Baik Cukup Kurang Baik
SIKLUS I Post Test Post Test I II N (%) N (%)
Ulangan Harian I (%)
SIKLUS II Post Test Post Test I II N (%) N (%)
Ulangan Harian II (%)
1 (3,22)
4 (12,90)
1 (3,23)
7 (22,58)
18 (58,06)
10 (3,23)
6 (19,35) 11 (35,48)
9 (29,03) 8 (25,81)
5 (16,13) 16 (51,61)
12 (38,71) 12 (38,71)
12 (38,71) 1 (3,22)
9 (16,13) 12 (38,71)
13 (41,93)
10 (32,26)
9 (29,03)
-
-
-
31 (100)
31 (100)
31 (100)
31 (100)
31 (100)
31 (100)
73,22
80,48
77,32
86,61
95,16
87,26
Kurang Baik
Cukup
Cukup
Baik
Amat Baik
Baik
Daya serap siswa pada siklus I adalah 77,32 (kategori cukup). Daya serap siswa pada siklus I menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum penerapan pengajaran langsung dan physical self assessment . Nilai rata-rata post test siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya. Siklus I pertemuan I nilai post test siswa dikategorikan kurang baik, namun pada pertemuan II nilai post test siswa dapat dikategorikan baik. Pada siklus II terjadi peningkatan pada daya serap siswa dengan rata-rata persentasenya mencapai 87,26. Nilai rata-rata post test siswa pada pertemuan pertama siklus II dikategorikan baik dan pada pertemuan kedua siklus II terjadi peningkatan yang baik sehingga nilai posttest siswa dikategorikan amat baik. Peningkatan nilai post tes ini, menunjukkan bahwa siswa sudah dapat saling berinteraksi dengan guru dan temannya selama proses belajar didalam kelompoknya dengan model pengajaran langsung yang digunakan serta dengan physical self assessment siswa dapat mempersiapkan diri didalam kelompoknya yang sesuai dengan pemahaman masing-masing siswa didalam kelompoknya, sehingga apabila ada siswa yang kurang memahami materi yang telah diajarkan dapat terbantu oleh siswa yang sudah memahami materi tersebut, dan juga mendapat pemantapan materi dari guru setelah melakukan strategi physical self assessment. Selanjutnya pada ulangan harian I diperoleh siswa yang dikategorikan amat baik hanya 1 siswa (3,23%), kategori baik sebanyak 5 siswa (16,13%), kategori cukup sebanyak 16 siswa (51,61%), dan kategori kurang baik sebanyak 9 siswa (29,03%). Adapun rata-rata daya serap siswa pada ulangan harian I adalah 77,32 dengan kategori cukup. Pada ulangan harian II siswa yang memiliki kategori baik berjumlah 10 siswa (3,23%), siswa yang dikategorikan baik siswa (16,13%) dan siswa yang dikategorikan cukup berjumlah 12 siswa (38,71%) serta tidak ditemukannya siswa yang tidak tuntas. Nilai ulangan siswa pada siklus I dan II memperlihatkan peningakat terhadap hasil belajar siswa. Peningkatan nilai 6
ulangan harian siswa ini dapat dilihat bahwa siswa lebih mudah memahami materi melalui penerapan pengajaran langsung dan physical self assessment, yang mana penerapan ini akan melatih siswa dalam membuktikan secara nyata tentang teori yang ada, sehingga penguasaan konsep siswa akan materi yang diajarkan dapat maksimal dikuasai oleh siswa karena selama pelaksanannya pembelajaran berlangsung secara bertahap, selain itu dapat melatih mental siswa akan keberaniannya menanggapai, mempertahankan pemahaman yang benar yang dimilikinya didalam kelompoknya secara khusus dan dilingkungan kelas secara umum. Sesuai dengan pendapat Faiq (2009), Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah yang berdampak bagi peningkatan kualitas hasil belajar siswa. Serta menurut Yurnalita dalam Annonimus (2012), strategi Physical self assessment, dapat membantu siswa untuk berani dalam mengemukaan pendapat atau argumentnya terhadap suatu permasalahan yang dihadapinya selama pembelajaran, serta dapat meningkatkan keaktifan siswa didalam kelas selama belajar. Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan analisis data, ketuntasan belajar siswa secara individu dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Tabel 4. Persentase Ketuntasan Belajar siswa kelas VIII.7 SMP N 5 Pekanbaru melalui penerapan pengajaran langsung dan physical self assessment pada siklus I dan siklus II No
1. 2.
Siklus
Siklus I Siklus II
Nilai rata- rata
77,32 87,26
Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Jumlah (%) Jumlah (%) 70,97% 29,03% 100% -
Berdasarkan tabel dapat dilihat terjadinya peningatan persentase ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I siswa yang dikategorikan tuntas hanya mencapai 70,97% (22 siswa) dan siswa yang tidak tuntas mencapai 29,03% (9 siswa). Pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat baik dimana ketuntasan belajar siswa mencapai 100%. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa jika dibandingkan antara hasil belajar siswa sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah penerapan pengajaran langsung dan physical self assessment ini terjadi, sangat dipengaruhi oleh perubahan cara belajar siswa dari pembelajaran yang bersifat ceramah kepada pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih mandiri (student-centered learning), apalagi dihadapkan pada beberapa siswa yang memiliki kemampuan akademis yang rendah berdasarkan intake/masukannya. Peningkatan ketuntasan
7
belajar siswa pada siklus II ini tentunya sejalan dengan peningkatan kemampuan siswa dalam keterampilan proses siswa tersebut, serta kemampuan siswa dalam belajar secara mandiri, sehingga berkorelasi positif terhadap daya serap serta ketuntasan belajar siswa. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang telah ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa, dengan demikian melalui pengajaran langsung siswa dapat mengembangkan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu) dan pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu) secara terstruktur (Lanang, 2012). Strategi physical self assesment menurut Abidin (2005), suatu strategi pembelajaran yang bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa atas materi yang telah diberikan atau untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang telah dicapai siswa, serta dapat melihat kemampuan siswa dalam menyatakan pendapat nya dan berargumen tentang pendapat nya. Sehingga penerapan pengajaran langsung dan physical self assesment dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran biologi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterampilan proses siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Persentase keterampilan proses siswa pada siklus I adalah 75,15% (cukup) dan pada siklus II keterampilan proses siswa adalah 92,87% (baik). 2. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Ratarata daya serap siswa pada siklus I adalah 77,32 (cukup) dan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 70,97% , sedangkan rata-rata daya serap siswa pada siklus II adalah 87,26 (baik) dan persentase ketuntasan belajar siswapada siklus II adalah 100%. 3. Pengajaran langsung dan physical self assessment dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar biologi siswa kelas VIII.7 SMP N 5 Pekanbaru tahun ajaran 2011/2012. Saran Penerapan pengajaran langsung dan physical slef assessment dapat dijadikan salah satu alternative dalam pelaksanaan pembelajaran sains dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar biologi siswa.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zainal. 2005. Strategi Pembelajaran Perguruan Tinggi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal SUHUF Volume XVII Nomor 01/Mei/2005: 75-85. Diakses tanggal 16 Agustus 2012.
8
Annonimus. 2012. Penerapan Strategi Physical Self Assessment sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran Biologi pada Siswa Kelas IXA SMP Muhammadyah 8 Surakarta Tahun 2010. Skripsi Yurnalita. Diakses tanggal 2 Oktober 2012. http://skripsilogspot.com/2010/03/strategi-physical-self-asessment.html Faiq, M. 2009. Model pengajaran langsung. Diakses tanggal 21 September 2012. http://penelitiantiandakankelas/2009/03/model-pengajaran-langsungdirect.html. Febrianto, R. 2008. Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Biologi di SMP N 5 Pekanbaru dengan Pendekatan Kontruktivisme. Universitas Riau. Skripsi. Pekanbaru. Tidak dipublikasikan Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Innovative-Progresif. Prenada media group. Jakarta.
9