PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PEMBERDAYAAN KADER MELALUI POSYANDU MATERNAL DAN PATERNAL SEBAGAI UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK DAN MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DI INDONESIA
BIDANG KEGIATAN: PKM - GT
Diusulkan oleh: Sitha Ramadhani Amanatunnisa
G2B009031
Angkatan 2009
Harin Hidayahturochmah
22020110141064
Angkatan 2010
Selly Hning Pangastuti
22020110120007
Angkatan 2010
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012
HALAMAN PENGESAHAN USUL
1.
2. 3.
Judul Kegiatan : Pemberdayaan Kader melalui Posyandu Maternal dan Paternal sebagai Upaya Menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu di Indonesia. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (√ )PKM-GT Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Sitha Ramadhani Amanatunnisa b. Nomor Induk Mahasiswa : G2B009031 c. Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Ilmu Keperawatan d. Universitas : Diponegoro e. Alamat Rumah/No Telp. : Jl. dr. Cipto Mangunkusumo gg. Anggrek Nomor 68 A Rt 02 Rw 11 Sidamulya Selatan, Cirebon 45131 / 085224727151 f. Alamat Email :
[email protected] Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Sari Sudarmiati, M.Kep.,Ns. Sp.Kep.Mat b. NIP : 19790612 200212 2 001 c. Alamat Rumah/No Telp. : Jl. Gondangraya no 16 B (gang Patlot II) Tembalang Semarang/ 081325395656
4. 5.
Semarang, 28 Februari 2012 Menyetujui, Plt. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNDIP
(Agus Santoso, S.Kp., M.Kep) NIP.19720821 199903 1 002
Pembantu Rektor III Universitas Diponegoro
(Drs. Warsito,SU) NIP.19540202 198103 1 014
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Sitha R Amanatunnisa) NIM.G2B 009 031
Dosen Pendamping
(Sari Sudarmiati, M.Kep.,Ns. Sp.Kep.Mat) NIP.19790612 200212 2 001
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia dan pertolonganNya karya tulis yang berjudul „Pemberdayaan Kader melalui Posyandu Maternal dan Paternal sebagai Upaya Menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu di Indonesia‟ dapat diselesaikan. Penulisan karya tulis ini tidak luput dari bantuan banyak pihak. Penulis menyampaikan terima kasih kepadaIbu Sari Sudarmiati, M.Kep.,Ns. Sp.Kep.Mat selakudosen pendamping kami yang senantiasa memberikan bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Kelompok Studi Islam Ilmu Keperawatan (KSIK) UNDIP dan semua pihak yang telah menularkan semangat riset dan menulis kepada penulis. Tiada gading yang tak retak. Demikian pula apa yang terdapat dalam karya tulis ini, sebuah karya yang masih jauh dari sempurna. Karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan karya tulis ini.Semoga karya tulis ini bermanfaat dalam mengembangkan riset dan menjadi solusi bangsa sehingga mendorong generasi penerus untuk selalu berinovasi dan berpikir kritis terhadap berbagai problematika.Terima kasih.
Semarang, 25 Februari 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman Judul................................................................................................... Lembar Pengesahan.......................................................................................... Kata Pengantar.................................................................................................. Daftar Isi............................................................................................................ Daftar Gambar................................................................................................... Ringkasan.......................................................................................................... PENDAHULUAN Latar Belakang................................................................................................... TujuanPenulisan................................................................................................. Manfaat Penulisan............................................................................................. GAGASAN Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan................................................................. Solusi yang Pernah Diterapkan......................................................................... Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasandapat Diperbaiki.............. Pihak – pihak yang Dipertimbangkan............................................................... Langkah – langkah Strategis............................................................................. KESIMPULAN Gagasan yang Diajukan..................................................................................... Teknik Implementasi yang akan Dilakukan...................................................... Prediksi Hasil yang akan Diperoleh.................................................................. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ DAFTAR RIWAYAT HIDUP..........................................................................
i ii iii iv v vi 1 2 3 3 5 6 6 6 7 8 12 13 15
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar Pencapaian dan Proyeksi AKI ….. ………………………. 4
RINGKASAN Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia cukup tinggi. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu mencapai target kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDGs 2000) poin ke-4 untuk menurunkan kematian anak dan poin ke-5 untuk meningkatkan kesehatan ibu. Kesepakatan Global tersebut menargetkan agar pada tahun 2015 diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 KH dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 KH (Depkes RI, 2011). Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor risiko keterlambatan (“Tiga Terlambat”), yaitu terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi, serta “Empat Terlalu” yang meliputi terlalu muda saat melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak melahirkan (Depkes RI, 2011). Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk mendukung penurunan AKI dan AKB, misalnya dengan menempatkan bidan di desa di berbagai daerah dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011 (Menkes RI, 2011 & Manuaba, 1998). Namun, upaya tersebut belum tampak jelas memberikan kontribusi untuk menurunkan AKI dan AKB. Kendala yang ditemukan adalah hambatan faktor finansial untuk menggunakan jasa bidan desa dan implementasi Jampersal yang kurang efektif. Memperhatikan urgensi kesejahteraan ibu dalam pembangunan bangsa maka diperlukan suatu tindakan yang berguna. Posyandu maternal dan paternal adalah inovasi gagasan yang penulis ajukan. Bentuk kegiatan yang diimplementasikan berupa pengkajian, intervensi, pemberian pendidikan kesehatan, demonstrasi topik tertentu, sosialisasi informasi, sharing, dan konseling yang dilakukan oleh ibu-ibu kader daerah setempat yang mendapatkan bimbingan dari pihak Puskesmas. Posyandu ini memfasilitasi calon orang tua untuk mempersiapkan kematangan intelektual dan psikologis selama kehamilan, memudahkan diagnosis dini ibu hamil berisiko tinggi, membantu supervisi pengendalian AKI dan AKB, serta mempermudah alokasi anggaran Jampersal. Karena itu, penulis merekomendasikan agar posyandu ini dapat dilaksanakan secara rutin satu minggu satu kali di seluruh Indonesia sehingga mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan dan pencapaian MDGs poin ke-4 dan ke-5.
PENDAHULUAN Latar Belakang Kesejahteraan ibu selama periode perinatal memiliki pengaruh yang amat besar terhadap angka kematian maternal dan angka kematian perinatal. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan sedangkan angka mortalitas bayi mengindikasikan keadekuatan perawatan prenatal dan kesehatan suatu bangsa (Bobak, 2005). Kesejahteraan ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals, MDGs) poin ke5, yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi hingga ¾ risiko jumlah kematian ibu. Hal ini kemudian berhubungan dengan pencapaian poin ke-4, yaitu mengurangi tingkat kematian anak (www.menegpp.go.id). Target MDGs poin ke-4 dan poin ke-5 belum dapat tercapai di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2011). Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung. Penyebabnya terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan, meliputi perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetric 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11%. Kematian ibu juga diakibatkan beberapa faktor risiko keterlambatan (“Tiga Terlambat”), yaitu terlambat dalam pemeriksaan kehamilan, terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi, serta “Empat Terlalu” yang meliputi terlalu muda saat melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak melahirkan (Depkes RI, 2011). Selain itu, tingkat kemiskinan yang semakin tinggi, rendahnya pendidikan, kurangnya akses terhadap informasi, jarak tempuh menuju pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau, tingginya peranan dukun, dan terbatasnya layanan medis modern memberikan kontribusi pada tingginya AKI (www.lampungpost.com). Salah satu upaya yang telah dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada masyarakat (Manuaba, 1998). Namun, usaha ini kurang efektif mengingat banyak keluarga yang tidak mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan karena faktor finansial. Hal demikian justru akan menjadi stressor bagi calon orang tua. Selain faktor finansial, kehamilan dapat menjadi sumber stress maturasi dan situasional bagi keluarga sehingga setiap komponen dalam keluarga, khususnya suami sebagai orang terdekat, harus berusaha untuk beradaptasi terhadap kehamilan. Adaptasi ini merupakan proses sosial dan kognitif kompleks yang bukan didasarkan pada naluri tetapi dipelajari. Periode prenatal adalah periode persiapan, baik secara fisik maupun secara psikologis, yakni antisipasi menjadi orang tua. Kelahiran dan perawatan anak membutuhkan kematangan orang tua, kematangan psikologis, dan kematangan
intelektual. Calon orang tua perlu mendapatkan pelayanan yang mendukung pencapaian kematangan tersebut karena periode kehamilan merupakan masa belajar yang intensif bagi orang tua untuk mempersiapkan periode berikutnya (Bobak, 2005). Informasi yang diperlukan meliputi tanda-tanda kehamilan, perubahan fisiologis maupun psikologis maternal dan paternal, persiapan persalinan, perawatan paska persalinan, serta kebijakan pemerintah terkait kehamilan dan persalinan.Selain informasi, calon orang tua membutuhkan pelayanan pengkajian rutin tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu, intervensi pemberian suplemen zat besi dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT), dan konseling. Calon orang tua dapat memperoleh pelayanan kesehatan melalui program Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu sebagai forum komunikasi dan pelayanan kesehatan oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Sembiring, www.library.usu.ac.id.). Posyandu menjadi garda terdepan dalam meningkatkan kesehatan di tengah masyarakat (Saputra, www.antaranews.com). Namun, posyandu ada saat ini hanya ditujukan untuk balita dan lansia, dan tidak mendapat dukungan penuh dari pihak terkait. Beberapa kader posyandu dengan segala keterbatasannya harus melayani masyarakat tanpa mendapatkan bimbingan secara terpadu padahal kader posyandu ini merupakan pemberi pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan untuk melayani masyarakat (Wahab, www.ccde.or.id). Dengan demikian, pembinaan melalui pemberdayaan kader merupakan jalan keluar dari permasalahan tersebut. Memperhatikan urgensi pembinaan kader posyandu serta kesejahteraan ibu dalam pembangunan bangsa untuk mencapai MDGs poin ke-4 dan ke-5 maka diperlukan suatu tindakan yang berguna. Karena itu, penulis memiliki inovasi dengan mengajukan program Pemberdayaan Kader melalui Posyandu Maternal dan Paternal sebagai Upaya Menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu di Indonesia.
Tujuan Penulisan Tujuan Umum Mengimplementasikan program posyandu maternal dan paternal sebagai upaya pemberdayaan kader posyandu serta mengakselerasi pencapaian tujuan pembangunan millenium (MDGs, Millenium Development Goals) poin ke-4 untuk menurunkan angka kematian anak dan poin ke-5 untuk meningkatkan kesehatan ibu di Indonesia. Tujuan Khusus 1. Memberdayakan kader posyandu mengenai kesehatan ibu hamil dan janin agar menjadi garda terdepan dalam meningkatkan kesehatan di masyarakat. 2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada calon orang tua mengenai kesehatan ibu dan janin selama kehamilan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dalam memelihara kesehatan selama kehamilan dan persiapan menjelang persalinan. 3. Membantu calon orang tua dan kader posyandu untuk memantau perkembangan kehamilan dan mendeteksi diagnosis dini adanya komplikasi. 4. Memberikan intervensi sesuai tahapan usia kehamilan.
5. Mensosialisasikan program pemerintah mengenai kehamilan, termasuk adanya Dana Alokasi Khusus (DAK) di bidang Kesehatan dan jaminan persalinan (Jampersal). Manfaat Penulisan Pemerintah 1. Membantu upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan serta kesejahteraan ibu dan bayi. 2. Mengefektifkan supervisi pengendalian angka kematian ibu dan bayi. 3. Mewujudkan pencapaian MDGs poin ke-4 dan ke-5. 4. Mempermudah alokasi dan transparansi anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) di bidang Kesehatan dan Jaminan Persalinan (Jampersal). Tenaga Kesehatan 1. Meningkatkan kompetensi dalam menjalankan program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. 2. Mengembangkan kapasitas melalui penemuan berbagai masalah yang terdapat di masyarakat. 3. Meningkatkan hubungan kolaborasi satu profesi dan lintas profesi kesehatan. Masyarakat 1. Memfasilitasi calon orang tua untuk memperoleh informasi dan keterampilan dalam mempersiapkan kematangan intelektual serta psikososial selama perkembangan kehamilan. 2. Mensosialisasikan program pemerintah dalam pemberian jaminan persalinan. 3. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam bidang kesehatan ibu dan anak. 4. Mencetak kader posyandu yang berkompeten dalam memberikan pelayanan kesehatan mengenai kehamilan. 5. Mendekatkan pelayanan kesehatan untuk mengakses pemantauan perkembangan kesehatan ibu dan janin kepada masyarakat tanpa terbebani masalah biaya. Penulis 1. Menstimulasi untuk berpikir kritis terhadap isu global. 2. Meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan ibu dan janin. 3. Meningkatkan pemahaman mengenai Millenium Development Goals (MDG’s), anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) di bidang Kesehatan, dan jaminan persalinan (Jampersal).
GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang sangat luas menunjukkan kesenjangan antara kaya dan miskin, baik antarnegara maupun dalam negeri.Risiko seorang wanita di negara berkembang meninggal akibat
penyebab yang berhubungan dengan kehamilan selama hidupnya adalah sekitar 36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju. Setiap tahun lebih dari satu juta bayi baru lahir meninggal dalam waktu 24 jam pertama mereka hidup karena kurangnya perawatan berkualitas (www.who.int). Setiap menit seorang wanita meninggal dalam kehamilan atau melahirkan, lebih dari 500.000 setiap tahun. Terdapat 560 dari 1000 kematian ibu terjadi di sub-Sahara Afrika dan 300 di Asia Selatan pada tahun 2008. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia cukup tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2011). Hasil survei yang dilakukan oleh SDKI, bahwa AKI di Indonesia telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu.Namun, dalam upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.
Gambar 1. Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015 (www.menegpp.go.id) Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, angka tersebut masih tertinggi di Asia dan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand (www.who.int). Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup (Manuaba, 2007). Selain itu, berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDGs 2000) pada tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 KH dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 KH (Depkes RI, 2011).
Solusi yang Pernah Diterapkan Upaya yang pernah diterapkan oleh pemerintah untuk dapat mencapai kesejahteraan ibu, meliputi : (Manuaba, 1998) 1. Mendekatkan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling. 2. Meningkatkan kemampuan rumah sakit dengan empat spesialis dasar (ahli bedah, ahli anak, ahli obstetri, dan ginekologi, dan ahli penyakit dalam), dengan ditambah kelengkapan sarana penunjangnya. 3. Menempatkan bidan di desa dengan upaya pondok bersalin desa. Pemerintah mengeluarkan program Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) pada tahun 1995 (www.eprints.undip.ac.id). Namun, terdapat kendala dalam implementasi program tersebut, meliputi terbatasnya sarana dan prasarana di setiap puskemas seperti ruang bersalin, Air Conditioner (AC) dan fasilitas lainnya, kurangnya tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter yang menangani masalah kelahiran, serta kurangnya partisipasi masyarakat terhadap PONED dikarenakan budaya yang lebih senang melahirkan di rumah (www.bisnis-jabar.com). Pemerintah menyediakan pula kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2011. DAK Bidang Kesehatan diberikan kepada daerah tertentu untuk membantu mendanai kegiatan bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun 2011 yang ditetapkan melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2011. Kebijakan DAK Bidang Kesehatan adalah meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dalam rangka percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan jaminan persalinan di sarana kesehatan milik pemerintah dan Angka Kematian Bayi (AKB), perbaikan status gizi masyarakat, pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan, melalui peningkatan sarana dan prasarana di Puskesmas dan Poskesdes, Rumah Sakit dan Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta penyediaan dan pengelolaan obat terutama obat generik dan perbekalan kesehatan, terutama untuk pelayanan kesehatan penduduk miskin dan penduduk di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan. (Depkes RI, www.depkes.go.id) Upaya pemerintah lainnya untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs poin ke-4 dan ke-5, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) di tahun 2011. Pelayanan kesehatan terhadap jaminan persalinan dilaksanakan sejak 1 Januari 2011. Jaminan persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan persalinan, yang di dalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru lahir (Depkes RI, 2011). Berbagai upaya di atas belum tampak jelas memberikan kontribusi untuk menurunkan AKI dan AKB. Kendala yang ditemukan seperti hambatan faktor finansial untuk menggunakan jasa bidan desa serta implementasi Jampersal dan DAK Bidang Kesehatan yang kurang efektif. Hingga kini masih ditemukan berbagai kendala dalam sosialisasi dan implementasi kebijakan tersebut. Misalnya, ketetapan dari Surat Keputusan Walikota dan Petunjuk Teknis yang
mengatur pelaksanaan Jampersal pada tingkat daerah belum ada (www.pikiranrakyat.com & www.equator-news.com), pemerintah belum melakukan pencairan dana (www.nu.or.id), masyarakat belum sepenuhnya mengetahui informasi tentang pelayanan program Jampersal, dan masa berlaku Kartu Tanda Penduduk (KTP) habis (www.suaranusantara.com).
Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki Sejauh ini, pemerintah Indonesia hanya memberikan fasilitas pelayanan kesehatan secara rutin untuk bayi di bawah lima tahun (balita) dan lanjut usia (lansia) yang dikenal sebagai posyandu balita dan posyandu lansia. Belum ada program pemerintah yang berfokus pada pelayanan ibu selama proses kehamilan. Karena itu, kehadiran program posyandu maternal dan paternal diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama calon orang tua, yang memerlukan informasi, monitoring, perawatan, dan intervensi selama proses kehamilan. Melalui program tersebut, status kesehatan ibu akan lebih terpantau sehingga apabila terdapat kelainan atau komplikasi, ibu dapat segera dirujuk untuk mendapatkan penanganan di pusat kesehatan terdekat. Hal tersebut dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi yang sering diakibatkan oleh faktor “Tiga Terlambat” dan “Empat Terlalu”, sejalan dengan program-program pemerintah dan MDGs yang berfokus pada tujuan penurunan angka kematian anak dan peningkatan kesehatan ibu. Posyandu maternal dan paternal menjadi sarana bagi calon orang tua agar mendapatkan pengetahuan yang cukup dan intervensi yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang janin. Pelayanan posyandu tidak terbatas bagi masyarakat yang mampu saja, melainkan bagi semua masyarakat termasuk masyarakat yang tidak mampu memeriksakan kandungannya ke bidan atau dokter kandungan, sehingga strata sosial dan ekonomi tidak menjadi penghambat bagi peningkatan kesehatan masyarakat. Pihak – pihak yang Dipertimbangkan Beberapa pihak yang diharapkan mampu untuk bekerjasama hingga program ini dapat terlaksana dengan baik antara lain Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi/Wilayah Kabupaten/Kota,Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) daerah/kecamatan, Ketua Rukun Warga (RW), dan masyarakat setempat. Selain itu, yayasan-yayasan peduli ibu dan anak serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mungkin juga dapat turut andil menjalankan program ini. Langkah – langkah Strategis Implementasi program posyandu maternal dan peternal dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut : Kebijakan Pemerintah Pemerintah, khususnya Departemen Kesehatan Republik Indonesia, menyusun kebijakan mengenai program posyandu maternal dan paternal. Kemudian,
kebijakan tersebut disosialisasikan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten agar dapat diimplementasikan ke seluruh wilayah di Indonesia. Pemerintah mempersiapkan sarana dan prasarana yang berasal dari anggaran Jaminan Persalinan (Jampersal) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan untuk didistribusikan ke program posyandu. Persiapan Tenaga Kesehatan dan Kader Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten memberikan sosialisasi dan pelatihan mengenai program posyandu maternal dan paternal kepada tenaga kesehatan yang merupakan delegasi dari setiap Puskesmas dan kader posyandu dari masyarakat. Sosialisasi Tingkat Rukun Warga Tenaga kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan berkoordinasi dengan Ketua RW setempat untuk mengadakan sosialisasi program posyandu maternal dan paternal.Kemudian, ketua RW menentukan delegasi masyarakat untuk dijadikan kader yang berkompeten dalam memberikan pelayanan kesehatan mengenai kehamilan. Sosialisasi kepada Masyarakat Ketua RW dan kader posyandu mengumpulkan masyarakat untuk hadir dalam sosialisasi program yang disampaikan oleh delegasi tenaga kesehatan dari Puskesmas. Pelaksanaan Program Posyandu Program posyandu maternal dan paternal dilaksanakan setiap minggu yang dilakukan oleh kader posyandu dan delegasi Puskesmas.Bentuk kegiatan yang dilaksanakan berupa pengkajian, intervensi, pendidikan kesehatan, demonstrasi, sosialisasi, sharing, dan konseling. Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan pembuatan laporan oleh tenaga kesehatan yang terlibat dalam program posyandu maternal dan paternal ini.Evaluasi dalam bentuk dokumentasi selama program berlangsung.Kemudian, dokumentasi tersebut dilaporkan dan dimonitor oleh Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten.
KESIMPULAN Gagasan yang Diajukan Gagasan yang diajukan adalah program posyandu maternal dan paternal yang diimplementasikan secara rutin setiap minggu pada tingkat RW di seluruh Indonesia. Program ini merupakan bentuk upaya untuk menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu.Sistem posyandu maternal dan paternal ini seperti posyandu balita dan posyandu lansia yang telah diterapkan di Indonesia. Posyandu mendatangkan tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, dan/atau bidan sebagai delegasi dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat untuk memberikan fasilitas kesehatan dan supervisi kesehatan ibu hamil dengan melakukan pemberdayaan pula kepada masyarakat yang telah dipilih dan dilatih untuk menjadi kader posyandu. Pelayanan kesehatan dalam posyandu ini berupa pengkajian kesehatan ibu dan janin, intervensi, pemberian pendidikan kesehatan beserta demonstrasi sesuai
topiknya, sosialisasi kebijakan pemerintah ataupun informasi mengenai kehamilan, sharing pengalaman dan perasaan antara tenaga kesehatan dengan calon orang tua dan antarcalon orang tua, serta konseling antara tenaga kesehatan dengan orang tua. Dengan demikian, program posyandu maternal dan paternal juga memberikan kontribusi dan manfaat untuk mempersiapkan kematangan intelektual dan psikologis calon orang tua.
Teknik Implementasi yang Akan Dilakukan Program posyandu ini memiliki berbagai bentuk kegiatan yang diikuti bersama-sama secara berurutan oleh calon orangtua, meliputi : Pengkajian Kegiatan ini dilakukan dengan mengkaji dan memantau aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual calon ibu dan keluarga. Aspek pengkajian dapat berbeda-beda pada setiap calon ibu tergantung usia kehamilannya. Berikut adalah klasifikasi pengkajian calon ibu : (Huliana, 2001) 1. Trimester Pertama Meliputi pengkajian status nutrisi melalui Indeks Massa Tubuh (IMT), status sosial, riwayat medis, dan riwayat keluarga.Kemudian, memeriksa tanda-tanda vital (temperatur, nadi, pernapasan, tekanan darah) serta tinggi dan berat badan. Data yang diperoleh dari pemeriksaan spesimen di laboratorium menambah informasi penting tentang gejala kehamilan dan status kesehatan. 2. Trimester Kedua Pemantauan tanda-tanda vital, berat badan, dan penetapan apakah peningkatan berat sesuai dengan rencana peningkatan berat yang secara keseluruhan dievaluasi. Pemeriksaan fisik lainnya juga dilakukan. Jika terdapat temuan mencurigakan, dilakukan pemeriksaan yang lebih mendalam. 3. Trimester Ketiga Selama pemeriksaan fisik pada trimester ketiga, tanda-tanda vital dan berat badan dikaji dan dicatat. Pemeriksaan pelvis mingguan dimulai pada minggu ke-36 sampai ke-38 dan dilanjutkan sampai aterm. Pemeriksaan urine untuk mendeteksi glukosa dan protein albumin juga dapat dilakukan. Pengkajian janin dilakukan dengan mengukur tinggi fundus uteri. Pengukuran ini sebagai suatu indikator kemajuan pertumbuhan janin, memperkirakan usia janin, dan mengidentifikasi faktor-faktor resiko tinggi. Tinggi fundus yang stabil atau menurun dapat mengindikasikan retardasi pertumbuhan intrauterine dan peningkatan yang berlebihan dapat menunjukkan adanya kehamilan kembar (Huliana, 2001). Palpasi abdomen dengan metode Leopold I,II, III, dan IV juga dapat dilakukan untuk mengetahui tinggi fundus uteri, lokasi bagian tubuh tertentu janin, dan menentukan posisi janin melintang (sungsang) atau normal, dan mengetahui seberapa jauh kepala janin sudah masuk panggul (Sulistiyawati, 2009). Pengkajian status kesehatan janin meliputi pertimbangan gerakan janin dan denyut jantung janin (DJJ). Gerakan janin (quickening) biasanya dirasakan oleh multigravida pada sekitar minggu ke-16 kehamilan. Denyut jantung janin (DJJ) diperiksa pada setiap kunjungan rutin sejak pertama kali terdengar (12
minggu dengan alat Doppler; 18 sampai 20 minggu dengan fetoskop (Huliana, 2001). Intervensi Intervensi yang dilakukan kepada ibu berupa pemberian suntikan imunisasi maternal untuk mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah Tetanus Toxoid (TT) untuk mencegah penyakit tetanus (Sulistyawati, 2009) dan memberikan kekebalan kepada bayi secara pasif alamiah terhadap Tetanus neonatorum yang didapat dari ibunya (Ilyas, 1995). Imunisasi TT pertama (TT1) diberikan kepada ibu sejak sebelum usia kehamilan atau pada usia kehamilan 3 sampai 7 bulan kemudian suntikan kedua (TT2) diberikan dalam jangka waktu 4 sampai 6 minggu setelah suntikan pertama (Sulistiyawati, 2009 & Ilyas, 1995). Kekebalan ini dapat bertahan hingga tiga bulan setelah kelahiran (Ilyas, 1995). TT3 diberikan setelah interval minimal 6 bulan dari dosis ke-2 dengan lama perlindungan 5 tahun, TT4 pada interval minimal 1 tahun dari dosis ke-3 dengan perlindungan selama 10 tahun, dan TT5 dengan interval minimal 1 tahun dari dosis ke-4 untuk perlindungan seumur hidup (Sulistyawati, 2009). Intervensi lain yang dapat diberikan adalah memberikan tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis satu tablet setiap harinya atau tablet zat besi 325 mg dua kali sehari ditambah 1 mg asam folik satu kali sehari (Sulistiyawati, 2009 & Burns, 2009). Fe dibutuhkan wanita hamil untuk pembentukan Hb dan mencegah anemia. Asam folat untuk pembentukan sel-sel darah, sintesis DNA, serta untuk pertumbuhan janin dan placenta (Gill, 2004). Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan memberikan informasi dan diskusi mengenai hal-hal yang perlu diketahui oleh calon orang tua selama periode kehamilan (gestasi). Informasi yang diberikan dapat berlaku umum untuk segala jenis usia gestasi ataupun disesuaikan khusus untuk usia gestasi tertentu. Pendidikan kesehatan berkaitan dengan hal-hal berikut : 1. Tanda Kehamilan Calon orang tua perlu mengetahui tipe tanda kehamilan yang mungkin muncul, meliputi : (Huliana, 2001) a. Tanda-tanda dugaan kehamilan Menstruasi terlambat atau tidak menstruasi, merasa mual dan muntah, ngidam, payudara besar dan tegang, perubahan warna kulit pada bagianbagian tertentu, epulis (pembengkakan pada gusi), dan varises (munculnya pelebaran pembuluh darah, misalnya di bagian betis). b. Tanda-tanda kehamilan yang tidak pasti Rahim membesar dan test kehamilan positif c. Tanda-tanda kehamilan yang pasti Terasa adanya gerakan janin dalam rahim, teraba adanya bagian-bagian janin, terdengar adanya denyut jantung janin, dan terlihat adanya gambaran janin melalui USG (ultrasonografi). 2. Perubahan psikologis Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga karena konsepsi merupakan awal bukan saja bagi janin tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga baru (Bobak, 2005). Kehamilan dapat menjadi
3.
4.
5.
6.
sumber stress maturasi dan situasional bagi keluarga sehingga setiap komponen dalam keluarga harus berusaha untuk beradaptasi terhadap kehamilan. Karena itu, melalui pendidikan kesehatan ini diharapkan akan membantu calon orang tua untuk dapat saling memahami dan mendukung sehingga mencegah munculnya stres. Nutrisi Selama kehamilan, terjadi peningkatan kalori sekitar 80.000 kilokalori sehingga dibutuhkan penambahan kalori sebanyak 300 kilokalori per hari. Kebutuhan protein pada ibu hamil adalah 9 gram per hari, atau totalnya 925 gram selama 9 bulan untuk pertumbuhan janin dan persiapan laktasi. Asupan mineral ibu hamil berupa antara lain ferum (Fe), Kalsium (Ca), dan Natrium (Na). Total Ca yang dibutuhkan ibu hamil sebanyak 1200 mg/hari untuk membantu pertumbuhan tulang dan gigi, sedangkan kadar natrium normal pada ibu hamil bertambah 1,6-88 g/minggu sehingga cenderung akan timbul edema karena natrium bersifat mengikat cairan yang mengganggu keseimbangan cairan tubuh. Oleh karena itu, dianjurkan mengurangi makanan yang mengandung natrium. Nutrisi lain seperti vitamin A, D, E, K, C, dan B kompleks perlu diperhatikan asupannya guna membantu metabolisme dalam tubuh selama masa kehamilan (Gill, 2004). Aktivitas Jenis olahraga yang boleh dilakukan sejak awal kehamilan adalah berenang dan berjalan kaki pada pagi hari karena dapat memperbaiki suasana hati ibu yang buruk akibat mual dan muntah.Selain itu, ibu dapat melakukan senam hamil dengan gerakan yang relatif lambatuntuk membiasakan ibu dengan beberapa jenis posisi sehingga ibu tidak mudah mengalami gangguan otot seperti kram dan mengurangi heartburn atau nyeri ulu hati akibat desakan rahim yang berlebihan pada bagian lambung (Emilia, 2010). Istirahat tidur Posisi tidur ibu hamil merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan tidur.Kehamilan tak akan menghalangi kenyamanan ibu hamil pada trimester pertama. Namun memasuki trimester kedua, posisi tengkurap yang biasa dilakukan tidak lagi nyaman dilakukan, sedangkan tidur telentang bagi sebagian ibu hamil akan merasakan sesak nafas, meningkatkan risiko sakit pinggang, wasir, serta gangguan pernafasan dan sirkulasi. Posisi tidur yang dianjurkan bagi ibu hamil adalah tidur miring sehingga bayi mampu memperoleh aliran darah dan nutrisi yang maksimal ke plasenta.Berpindah posisi antara miring kanan dan kiri dapat mengurangi pegal pada pungun.Jika kaki bengkak, ibu bisa mengangkat kaki dan mengganjalnya dengan bantal guna memperlancar peredaran darah (Yulaikhah, 2008). Masalah ketidaknyamanan dan cara mengatasinya Proses kehamilan mengakibatkan munculnya berbagai perubahan sistem dalam tubuh ibu sehingga membutuhkan suatu adaptasi. Selama proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu mengalami ketidaknyamanan yang meskipun hal itu adalah fisiologis tetapi tetap perlu diberikan suatu pencegahan dan perawatan. Ketidaknyamanan pada trisemester I berupa kelelahan, mual, dan muntah; trisemester II dan III berupa sesak napas, nyeri ligamentum, peningkatan produksi keringat, munculnya striae gravidarum, konstipasi, hemoroid, kram dan varises pada kaki, serta sakit punggung (Sulistyawati, 2009).
7. Teknik relaksasi Penyebab utama nyeri melahirkan adalah rasa takut dan tegang. Semua metode berupaya mengurangi kedua faktor tersebut dan meredakan nyeri dengan cara meningkatkan pengetahuan ibu tentang hal-hal yang akan terjadi pada suatu persalinan, meningkatkan kepercayaan diri dan rasa dapat mengendalikan keadaan, mempersiapkan individu yang akan mendampingi wanita saat melahirkan, serta melatih melakukan persiapan fisik dan relaksasi pernapasan. Terdapat berbagai teknik relaksasi yang perlu diajarkan, misalnya teknik relaksasi pasif, relaksasi sentuhan, dan relaksasi aktif (Simkin, et all). 8. Komplikasi Komplikasi yang sering dijumpai oleh ibu hamil adalah hemoragi atau perdarahan selama masa kehamilan; eklamsia atau keadaan dimana keberadaan bayi meracuni tubuh ibu yang ditandai dengan kenaikan tekanan darah ibu secara tiba-tiba pada usia kehamilan 20 minggu; infeksi dalam kehamilan yang meliputi infeksi virus, bakteri, dan jamur. Ibu hamil yang tergolong risiko tinggi diharapkan dikenal lebih dini sehingga dapat diupayakan penanganan yang lebih intensif (Ilyas, 1995). 9. Persiapan persalinan Mempersiapkan persalinan sejak jauh hari agar calon orang tua dapat mempersiapkan segala kebutuhan dan mengantisipasi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Pendidikan kesehatan melalui pemberian informasi mengenai tanda-tanda persalinan dan beberapa hal pendukung lainnya yang harus dipersiapkan, misalnya penentuan tempat persalinan, surat-surat fasilitas kesehatan (asuransi kesehatan, jaminan persalinan, kartu sehat), dan pembagian peran anggota keluarga ketika ibu berada di tempat persalinan (Sulistyawati, 2009). 10. Perawatan payudara Perawatan payudara (breast care) yang dimaksud adalah perawatan selama prenatal dan post natal. Perawatan payudara prenatal sangat penting sebagai persiapan menyambut kelahiran sang bayi dalam proses menyusui. Adapun perawatan post natal bertujuan untuk meningkatkan produksi air susu ibu (ASI). Hal ini merupakan tindakan preventif mengantisipasi kemungkinan ibu memproduksi ASI dalam jumlah terbatas (Sulistyawati, 2009).Teknik menyusui dengan posisi yang tepat juga perlu diberikan. 11. Keluarga Berencana Berikan informasi dan pemahaman kepada calon orang tua bahwa perlu waktu dua tahun untuk ibu hamil lagi agar menjaga kesehatan ibu dan bayinya.Anjurkan calon orang tua untuk menjalankan program Keluarga Berencana (KB) dengan mengunjungi pelayanan KB terdekat dan memilih alat kontrasepsi yang tepat (Burns, 2009). Penggunaan kontrasepsi juga merupakan usaha untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk sehingga mendukung program gerakan Keluarga Berencana Nasional serta Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia (Siregar, 2003). Demonstrasi Demonstrasi dilakukan sesuai dengan topik pendidikan kesehatan, misalnya teknik mengkombinasikan menu diet ibu, senam hamil, teknik relaksasi, posisi persalinan (intranatal), breast care, dan posisi menyusui dengan tepat.
Sosialisasi informasi Tenaga kesehatan mensosialisasikan informasi kebijakan mengenai jaminan atau asuransi kesehatan. Salah satu program pemerintah Indonesia sejak Januari 2011 adalah jaminan persalinan (Jampersal). Jaminan persalinan adalah jaminan pembiayaan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir (Depkes RI, 2011). Dengan demikian, calon orang tua tidak perlu mengkhawatirkan mengenai masalah biaya dan dapat memenuhi persyaratan kelengkapan administrasi jampersal sebelum proses persalinan berlangsung. Pemerintah mengalokasikan anggaran Jampersal untuk 2,6 juta ibu hamil di seluruh Indonesia pada tahun 2012 (www.rakornas.demokrat.or.id).Pemerintah menganggarkan Rp 1,5 triliun untuk program Jampersal tahun 2012 sedangkan tahun 2011 dana yang dikucurkan sebanyak Rp 1,2 triliun (www.health.kompas.com). Peningkatan jumlah anggaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan upaya peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian anak. Masyarakat perlu mengetahui informasi tersebut agar masyarakat semakin kritis mengenai transparansi alokasi dana dan merasakan manfaat Jampersal. Sharing Sharing yang dapat dilakukan adalah berbagi pengalaman dan perasaan antara tenaga kesehatan dengan para calon orang tua ataupun antarcalon orang tua yang mengikuti program posyandu maternal dan paternal. Hal ini dapat memberikan kematangan psikologis melalui aktivitas sosialisasi dengan calon orang tua lain. Mendengarkan pengalaman melahirkan juga membantu wanita hamil mengantisipasi dan mempersiapkan diri menghadapi persalinan dan kelahiran (Bobak, 2005). Konseling Selama kehamilan, memiliki peluang besar bagi setiap komponen anggota keluarga menghadapi stres, khususnya calon ibu. Apabila ditemui masalah psikologis hendaknya segera dicari solusi sehingga tidak berpengaruh buruk terhadap kehamilan dan persalinan (Ilyas, 1995). Proses konseling ini dilakukan secara tertutup antara tenaga kesehatan dengan calon ibu dan/atau calon ayah. Calon ayah perlu memahami tindakan ataupun sikap yang perlu dilakukan. Apabila calon ayah menunjukkan perhatian kepada istrinya maka calon ibu akan merasa lebih nyaman, secara jasmaniah maupun rohaniah (Burns, 2009). Dukungan emosi dari pasangan merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan perkembangan ibu hamil (Bobak, 2005).Selain itu, pemberian dukungan dan konseling psikologis juga akan memfasilitasi proses koping klien dan keluarga (Simamora, 2009). Prediksi Hasil yang akan Diperoleh Program posyandu maternal dan paternal memberikan pembinaan terhadap pemberdayaan kader posyandu sebagai jalan keluar dari permasalahan yang saat ini ditemukan dimana kader posyandu balita dan lansia tidak mendapatkan bimbingan dari pihak Puskesmas. Selain itu, posyandu maternal dan paternal mampu memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan selama kehamilan tanpa terbebani faktor finansial dan jarak yang sult dijangkau. Hal ini
akan mewujudkan pemerataan pelayanan kesehatan untuk calon orang tua sehingga mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan kematian anak yang merupakan target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) poin keempat dan kelima.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 25 Maret 2011.“Pemkab Cirebon Kesulitan Realisasikan Jampersal”. www.pikiran-rakyat.com. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Anonim. 9 Mei 2011.“Bupati: Dana Jampersal Belum Cair”.www.equatornews.com. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Anonim. 8 Juli 2011.“Jampersal Tekan AKI dan AKB”. www.suaranusantara.com. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Anonim. 9 Februari 2012. “RAKERDA IBI : Bidan Tekan Risiko Kematian Ibu”. www.lampungpost.com. [Diakses pada 23 Februari 2011]. Anonim. “Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)”. www.menegpp.go.id. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Anonim.“Maternal Health”.www.who.int. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Anna, Lusiana Kuss. 17 Oktober 2011. “Dana Rp 1,5 Triliun untuk Jampersal 2012”. www.health.kompas.com. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Bobak; Lowdermilk; & Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Terj. Maria A Wijayarini. Jakarta : EGC. Burns, August, et all. 2009. Sehat Saat Hamil, Melahirkan, dan Menyusui. Terj.Omi Intan Naomi.Yogyakarta : Insist Press. Emilia, Ova & Freitag, Harry.2010. Tetap Bugar dan Energik Selama Hamil. Agromedia. Gill, Thorn. 2004. Kehamilan Sehat : Panduan Praktis Diet, Olahraga, dan Relaksasi bagi Ibu Hamil. Jakarta :Erlangga. Handayani, Sri. www.eprints.undip.ac.id. [Diakses pada 25 Februari 2012] Huliana, Mellyna. 2001. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa Swara, Anggota IKAPI Ilyas, Jumiarni; Sri Mulyati; & Nurlina.1995. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Repubblik Indonesia. 2011. “Bahan Paparan Menko Kesra pada Rakornas Partai Demokrat 2011 : Menuju Rakyat Sejahtera”. www.rakornas.demokrat.or.id. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Leveno, Kenneth. 2009. Obstetri Williams : Panduan Ringkas, Edisi 21. Terj. Brahm U. Pendit.Jakarta : EGC. Manuaba; Chandranita; & Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. “Jaminan Persalinan”. www.gizikia.depkes.go.id. [Diakses pada 1 Februari 2012].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. “Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2011”.www.depkes.go.id. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Niam, Mukafi. 26 Juli 2011.“Lakpesdam NU Jombang Desak Dinkes Sosialisasikan Jampersal”.www.nu.or.id. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Saputra, Desy. 22 November 2011. “Kader Posyandu jadi Garda Depan Kesehatan”.www.antaranews.com. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Sembiring, Nasap. 2004. “Posyandu sebagai Sarana Peran Serta Masyarakat dalam Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat”. www.library.usu.ac.id. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Simamora, Roymond. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC. Simkin, Penny; Jannet Whalley; & Ann Kepler.Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi. Jakarta : EGC. Siregar, Fazidah. 2003. “Pengaruh Nilai dan Jumlah Anak pada Keluarga terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)”. www.library.usu.ac.id. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan.Jakarta : Salemba Medika. Wage, Wisnu. 10 Februari 2012. “Puskesmas PONED di Sukabumi Masih Banyak Kendala”. www.bisnis-jabar.com.[Diakses pada 25 Februari 2012] Wahab, Abdul. 26 Agustus 2011.“Kader Posyandu yang Tidak Dipadu”. www.ccde.or.id. [Diakses pada 1 Februari 2012]. Yulaikhah, Lily. 2008. Seri Asuhan Kebidanan : Kehamilan. Jakarta : EGC.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Ketua NamaLengkap : Sitha Ramadhani Amanatunnisa Tempat, TanggalLahir : Jakarta, 29 Maret 1992 Karya yang Pernah Disusun 2008 : - Nutrisi bagi Penderita Diabetes dan Hipertensi (KTI Nasional, IPB) Penghargaan Karya Ilmiah : - Usaha Lesehan „WarCir (Warung Cirebon) Kelingan Maning Kelingan Maning‟ sebagai Upaya Pengenalan Kuliner dan Budaya Cirebon (Pendanaan PKM-K 2012) Sitha R A G2B009031 Anggota I Nama : Harin Hidayahturochmah Tempat, tanggal lahir : Purwokerto, 30 Desember 1992 Karya yang Pernah Disusun 2011
: - Optimalisasi Gelombang Musik Klasik (7-14 Hz) dalam Menyikapi Metode Pembelajaran Konservatif (Sebuah Analisa Budaya Metode Pendidikan) (PKM-GT) Penghargaan Karya Ilmiah :- Pesantren Lansia di Balai Rehabilitasi Sosial Lansia Unit II Pucang Gading Semarang. (Pendanaan PKM-M 2012) Harin Hidayahturochmah 22020110141064 Anggota II Nama Tempat, Tanggal Lahir Penghargaan Karya Ilmiah
: Selly Hning Pangastuti : Purwokerto, 26 Mei 1992 : - Efektivitas Hypnodiet Terapi Nursing dalam Mengatur Pola Makan Pasien Diabetes (Juara Harapan II, Tingkat PSIK FK UNDIP 2011)
Selly Hning Pangastuti 22020110120007 Dosen Pendamping Nama Bidang Keahlian
: Sari Sudarmiati, M.Kep.,Ns. Sp.Kep.Mat : Keperawatan Maternitas dan Anak Dosen Pendamping
(Sari Sudarmiati, M.Kep.,Ns. Sp.Kep.Mat) NIP.19790612 200212 2 001