PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
REVITALISASI POTENSI LOKAL MENUJU KEJAYAAN INDONESIA
PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN SEKTOR PARIWISATA LOKAL MELALUI PROGRAM “ONE VILLAGE ONE ATTRACTION”
BIDANG KEGIATAN: ESAI KRITIS
Diusulkan Oleh: CITRA YUDA NUR FATIHAH NPM 1006761502
Universitas Indonesia Depok 2012
Surat Pernyataan Sumber Essai Kritis
Saya yang menandatangani Surat Pernyataan ini: Nama:
CITRA YUDA NUR FATIHAH
NPM:
1006761502
1) Menyatakan bahwa Essai yang saya buat adalah benar hasil karya sendiri, dengan rincian; · Judul Essai: PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN SEKTOR PARIWISATA LOKAL MELALUI PROGRAM “ONE VILLAGE ONE ATTRACTION” . Tema Essai: REVITALISASI POTENSI LOKAL MENUJU KEJAYAAN INDONESIA . Perspektif Essai: Merevitalisasi potensi lokal dengan mengembangkan dan memanfaatkan sektor pariwisata lokal yang ada pada masing-masing daerah di Indonesia melalui program “One Village One Attraction” dalam rangka mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi nasional menuju kejayaan Indonesia. · Tahun Pembuatan: Tahun 2012 2) Naskah ini belum pernah diterbitkan/dipublikasikan dalam bentuk prosiding maupun jurnal sebelumnya. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan pihak manapun juga untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Depok, 19 Juli 2012
CITRA YUDA NUR FATIHAH NPM 1006761502
REVITALISASI POTENSI LOKAL MENUJU KEJAYAAN INDONESIA PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN SEKTOR PARIWISATA LOKAL MELALUI PROGRAM “ONE VILLAGE ONE ATTRACTION”1 Oleh: Citra Yuda Nur Fatihah2 Lahir dan besar di sebuah negara yang menyandang predikat sebagai “Jamrud Khatulistiwa”, dengan kekayaan hayati dan non-hayati serta sumber daya (baik manusia maupun alam) yang sangat melimpah dibandingkan negara-negara lainnya di belahan bumi ini, mulai dari kekayaan laut, hutan, hingga barang tambang yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, merupakan rahmat dan berkah tersendiri dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga sudah sepatutnya manusia Indonesia bersyukur atas apa yang telah dimiliki saat ini. Namun, tidak kemudian kita lantas hanya berdiam diri sembari menunggu hasil kekayaan alam itu terolah sendiri atau tiba-tiba dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai, seperti halnya lirik lagu favorit, “Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman…”. Salah besar jika kemudian kita mengintepretasikan lirik lagu lamanya Koes Ploes tersebut dengan hanya menggunakan “sebelah mata”. Dahlan Iskan dalam bukunya yang berjudul “Dua Tangis Ribuan Tawa” pernah menyebutkan bahwa cara bersyukur yang paling baik adalah dengan bekerja keras. Dengan demikian, cara terbaik bagi kita sebagai manusia Indonesia dalam bersyukur kepada Tuhan adalah dengan bekerja keras memanfaatkan dan mengolah kekayaan alam dan sumber daya itu sendiri. Kita sadari bahwa keberadaan kekayaan alam yang melimpah ini tentunya sangat menguntungkan Indonesia sebagai potensi dan keunggulan dibandingkan dengan negara-negara lain. Bumi yang kaya tersebut jika dikelola dengan baik pastilah akan memberikan peluang yang baik pula bagi setiap rakyat Indonesia untuk memperoleh kemakmuran yang luar biasa dan menjayakan Indonesia menjadi suatu negara yang sejahtera dan makmur. Namun, apa yang menjadi realitas saat ini ternyata masih jauh dari harapan dan cita-cita para pendiri Bangsa. Ironinya, keberadaan kekayaan alam tersebut 1 Esai ini ditulis dalam rangka mengikuti kegiatan Olimpiade Ilmiah Mahasiswa (OIM) Fakultas Hukum UI bidang Esai Kritis tahun 2012. 2 Pebulis adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan 2010.
ternyata bukanlah suatu jaminan. Masih banyak manusia Indonesia yang jauh dari kata sejahtera dan makmur. Bahkan, negara Indonesia sendiri masih sangat tertinggal dengan negara-negara lainnya, terutama dari sektor perekonomian. Sebagian besar rakyat Indonesia masih hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Sulit dimengerti memang. Negara yang memiliki kekayaan alam melimpah justru terbebani dengan masalah kemiskinan dan kesengsaraan bangsa. Ternyata benar jika kaya saja namun tidak mampu mengolah belum cukup. Bahkan, pengalaman saya berada di beberapa negara sangat maju yang notabene tidak memiliki kekayaan alam dan baru merdeka seumur jagung, telah menyadarkan saya bahwa ada suatu sektor teramat vital yang terlupakan pada negara ini (atau mungkin dilupakan?), dan belum begitu maksimal dalam pengembangan dan pemanfaatannya. Sektor vital ini, tidak lain dan tidak bukan adalah sektor pariwisata. Mengapa saya katakan “vital”? Sektor pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit3. Berdasarkan data tahun 2010, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar 10,74% dibandingkan tahun sebelumnya4, dan menyumbangkan devisa bagi negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat5. Data-data “hitam di atas putih” seperti yang telah saya kemukakan sebelumnya telah membuktikan kepada kita semua bahwa betapa pentingnya sektor pariwisata dalam mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Kini, saya akan berbagi sedikit cerita sekaligus memberikan ilustrasi berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan mengenai dahsyatnya sektor pariwisata bagi suatu negara, jika pandai dalam mengolah dan memanfaatkannya. Kesempatan saya mengunjungi beberapa negara sangat maju di kawasan Timur Tengah yang berdiri di atas tanah berpasir yang sangat tandus, gersang, dan tidak subur, telah 3 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Ranking Devisa Pariwisata Terhadap
Komoditas Ekspor Lainnya Tahun 2004-‐2009, diakses pada 18 Juli 2012 pada http://www.budpar.go.id/filedata/5436_1695-‐Rankingdevisa.pdf. 4 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Rekapitulasi Wisatawan Mancanegara Tahun 2004-‐2010, diakses pada 18 Juli 2012 pada http://www.budpar.go.id/filedata/5436_1695-‐Rankingdevisa.pdf. 5 Ibid.
membuka mata saya dengan sangat lebar bahwa kekayaan alam yang melimpah saja ternyata belum cukup. Ditambah lagi, negara-negara muda ini baru saja merdeka jika dibandingkan dengan bangsa kita yang sudah melewati separuh abad. Lantas apa yang kemudian membuat bangsa-bangsa seumur jagung ini kini menjadi sangat maju, kaya, makmur dan sejahtera? Sektor pariwisata adalah jawabannya! Uni Emirat Arab (UEA), dalam hal ini Dubai sebagai salah satu emiratnya yang paling maju, adalah salah satu contoh negara “tidak subur” di kawasan Timur Tengah yang berhasil memakmurkan dan mensejahterakan rakyatnya lewat persinggahan wisatawan mancanegara. Produk Domestik Bruto (PDB) Dubai pada tahun 2005 mencapai US$37 miliar 6 . Meskipun ekonomi Dubai dibangun dengan latar belakang industri minyak, pendapatan dari minyak dan gas alam hanya menyumbang kurang dari 6% pendapatan emirat ini7. Sektor pariwisatalah yang menyumbang PDB terbesar, mengingat posisi Dubai saat ini yang telah menjadi salah satu kota tujuan wisata terkemuka di dunia, dimana pada tahun 2011 tercatat 9,3 juta wisatawan asing berkunjung ke Dubai, dengan peningkatan rata-rata 10% setiap tahun8. Hal ini tentu saja berimbas dengan tingginya volume lalu lintas manusia dari berbagai bangsa yang berkunjung atau melewati Dubai dan semakin meningkatnya GDP per kapita - tahun 2011 mencapai US$.49 ribu9. Sungguh merupakan sebuah fenomena yang patut kita pelajari dan jadikan contoh. Penting juga untuk kita garisbawahi bahwa kemajuan pembangunan sektor pariwisata Dubai serta berbagai capaian yang telah berhasil diraih dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, sehingga negara yang baru merdeka tahun 1974 ini kini terlihat sangat makmur dan sejahtera. Visi dan fokus pembangunan yang kuat dari pemerintah lokal Dubai dalam mendorong sektor bisnis yang dikolaborasi dengan pariwisata telah menjadi faktor utama keberhasilan Dubai. Satu hikmah yang dapat kita petik dari Dubai adalah bahwa pemerintahnya memilki visi dan misi yang kuat serta fokus terarah pada keberhasilan sektor pariwisata lokalnya. 6 D. Long and B. Reich, The Government and Politics of the Middle East and North Africa, hlm.
157. 7 Dubai Healthcare City, An Economic Profile of Dubai, 2000. 8 Pikiran Rakyat, Dubai Jadi Kota Tujuan Wisata Terkemuka, Edisi Selasa 24 April 2012. 9 Ibid.
Demikian halnya dengan negara tetangga kita, Singapura, yang luas wilayahnya tidak lebih besar dari Jakarta dan masih harus mengimpor semua jenis bahan baku kebutuhan makanan (negeri tersebut tidak mampu menghasilkan sumber daya hayati, dikarenakan luas lahannya yang sangat sempit) juga sangat menggantungkan kelangsungan hidupnya dari sektor pariwisata. Menurut data Dinas Pariwisata Singapura, pendapatan dari sektor pariwisata Singapura sepanjang tahun 2010 mencapai US$ 18,8 miliar atau sekitar US$ 14,6 miliar10, mencapai rekor tertinggi. Jumlah wisatawan yang datang ke negara itu tahun lalu tercatat sebanyak 11,6 juta orang, lebih tinggi daripada tahun 200911. Hal ini membuat Singapura menempati urutan pertama negara ASEAN dengan sektor pariwisata yang paling menarik bagi investor disusul oleh Malaysia dan Thailand. Dengan demikian, sampailah kita pada kesimpulan bahwa sektor pariwisata di Indonesia harus dimanfaatkan dan dikelola dengan lebih baik lagi. Terutama sektor pariwisata lokal haruslah yang terutama direvitalisasi dan dikembangkan, mengingat bangsa dan negara kita yang terbentang dari Sabang sampai Merauke ini memiliki karakteristik wilayah yang berbeda-beda serta potensi pariwisata lokal yang beragam, yang kesemuanya akan melebur menjadi satu komponen penting dalam mendukung pariwisata nasional Indonesia. Dan, pada akhirnya kelak pariwisata nasional Indonesia akan mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia, seperti halnya UEA dan Singapura. Bila negara Jepang memajukan perekonomian lokalnya melalui program One Village One Product (OVOP), maka sempat tersirat di dalam benak saya bagaimana bila kemudian pemerintah daerah (lokal) mencanangkan sebuah program One Village One Attraction (OVOA), atau kasarnya saya artikan sebagai “satu daerah satu daya tarik/atraksi”. Daya tarik atau atraksi ini tidak harus berupa tempat wisata, tetapi juga dapat merupakan makanan khas daerah, lagu, kesenian, tarian daerah, maupun pertunjukan daerah, yang menjadi ciri khas dan karakteristik masing-masing daerah di Indonesia yang tentunya tidak sama, memiliki keunikan tersendiri, dan bernilai tinggi. 10 AntaraNews.com, Pariwisata Singapura, Malaysia, Thailand, Terdepan di ASEAN, diakses pada tanggal 18 Juli 2012 pada http://www.antarakalbar.com/berita/303058/pariwisata-‐ singapura-‐malaysia-‐thailand-‐terdepan-‐di-‐asean. 11 Ibid.
Dalam program OVOP yang ada di Jepang, dituntut paling sedikit satu kecamatan menghasilkan satu produk unggulan yang unik khas daerah masingmasing dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Dengan produk-produk unggulan tersebut, diharapkan dapat bersaing sacara global tidak hanya dengan produk nasional taetapi juga dengan produk-produk mancanegara. Dengan mengambil perbandingan OVOP yang ada di Jepang ini, maka OVOA yang ada di Indonesia ini akan menghasilkan satu potensi pariwisata unggulan yang paling unik dan khas dari daerah masing-masing yang juga dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Dengan demikian, akan semakin terlihat bahwa kekayaan dan keanekaragaman bangsa yang ada dan hidup di Indonesia. Tentu saja hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri, mengingat negaranegara seperti UEA maupun Singapura tidak ada yang se-Bhinneka seperti halnya di Indonesia. Sektor pariwisata UEA dan Singapura maju dan berkembang sangat pesat saat ini tidak lebih hanya karena kelengkapan sarana dan prasarana, serta infrastruktur yang sangat memadai, faktor keamanan dan kenyamanan serta ditambah keunikan negara-negara kecil itu dengan icon yang serba “ter”, terbesar, termahal, termegah, dan sebagainya. Namun, tidak ada keunikan tersendiri maupun corak khas yang berbeda dari sektor pariwisata negara-negara tersebut. Dengan begitu, apabila kita melihat kesuksesan dari negara-negara tersebut, seharusnya Indonesia juga bisa maju bahkan harus bisa jauh lebih maju dari negara-negara lainnya, terutama dalam mengembangkan dan memanfaatkan sektor pariwisata lokal. Dengan kekayaan dan keberagaman sektor pariwisata lokal yang ada pada masing-masing daerah di Indonesia, ditambah dengan potensi sumber daya alam dan manusia yang dimiliki, serta kondisi lahan yang subur dan mendukung,
menjadikan
Indonesia
tidak
hanya
memiliki
keunggulan
Comparative, tetapi juga keunggulan Competitive dibandingkan negara-negara lainnya. Negara ini hanya perlu kemandirian dari masyarakatnya untuk memanfaatkan potensi pariwisata lokal sekaligus mendayagunakan sumber daya yang dimiliki untuk pada akhirnya menghasilkan berbagai produk unggulan. Masyarakat harus memiliki kesadaran yang tinggi dan pemahaman tentang OVOA, sehingga diharapkan mereka dapat mengetahui dan kemudian menggali potensi yang tersembunyi dari wilayah/daerahnya masing-masing.
Pengembangan sistem OVOA ini dalam penerapannya kemudian dapat disesuaikan dengan potensi yang dimiliki masing-masing daerah/wilayah, baik itu potensi pertanian, potensi budaya, potensi energi maupun potensi alam yang bisa dijadikan sebagai kawasan wisata. Selain itu, pengembangan potensi pariwisata lokal melalui OVOA ini, dapat pula dilakukan sekaligus untuk meningkatkan daya saing wilayah. Hal ini karena setiap daerah/wilayah dengan potensi alam dan hasil produksinya masing-masing memiliki keterkaitan dan saling ketergantungan (hubungan pemasok dan pembeli) dalam suatu jaringan produksi dan penjualan produk. Dengan kata lain, ada daerah yang menjadi pemasok bahan baku (pengembangan pertanian) dan ada daerah yang menjadi pembeli dari bahan baku tersebut yang kemudian diolah untuk menjadi suatu produk dan jasa yang memiliki daya saing (pengembangan industri maupun pariwisata). Dengan adanya rantai produksi tersebut, tentunya akan memberikan keuntungan yang berlipat bagi masing-masing wilayah. Tidak hanya dari sektor pariwisata, tetapi juga pengembangan daya saing wilayah dari sektor yang lain. Demikian pula peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan akan produk dan jasa dari kegiatan ekonomi setempat pula (domestic demand). Demikian selanjutnya, mata rantai ini jika berhasil diperluas akan mengembangkan lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga bukan tidak mungkin melalui revitalisasi potensi lokal, dengan mengembangkan dan memanfaatkan sektor pariwisata lokal yang ada pada masing-masing daerah di Indonesia melalui program “One Village One Attraction (OVOA)”, ini pada akhirnya mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi nasional menuju kejayaan Indonesia yang makmur dan sejahtera, mengalahkan UEA dan Singapura. Namun, dalam pengembangan sektor pariwisata lokal baik melalui sistem OVOA ini, salah satu hal yang perludiperhatikan adalah masyarakat sebagai sumber daya manusia. Dalam mengembangkan potensi lokalnya, masyarakat harus memiliki kemandirian dan kesadaran yang tinggi terhadap program OVOA. Untuk itu, dalam pengembangan potensi lokal, pemberdayaan dan pembinaan masyarakat merupakan salah satu upaya yang perlu dilakukan. Masyarakat harus kreatif mampu melakukan inovasi-inovasi dan usaha secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas produk unggulan sehingga dapat bersaing secara global.
DAFTAR PUSTAKA David Long and Bernard Reich. Government and Politics of the Middle East and North Africa. Geriya, I Wayan. 1995. Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Lokal, Nasional, dan Global: Bunga Rampai Antropologi Wisata. The Socio-Cultural Development in Bali Province. Halliday, Fred. 2005. The Middle East in International Relations: Power, Politics and Ideology. Cambridge. Hinnebusch, Raymond. 2003. International Politics of the Middle East. Manchester University Press. Prasetyantoko, A. 2010. Ponzi Ekonomi: Prospek Indonesia Di Tengah Instabilitas Global. Jakarta: Penerbit Kompas. Santoso, Budi. 2004. Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata; Perspektif Manajemen Strategis Sektor Publik. Yayasan Pembaruan Administrasi Publik Indonesia. Spillane, James. 1991. Ekonomi Pariwisata, Sejarah, dan Prospeknya. Jakarta: Penerbit Kanisius. Yoeti, Oka. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Kompas.