PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN LIMBAH LEMI (Mustard) DAN TEPUNG SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SAUS RAJUNGAN BIDANG KEGIATAN: PKM-GT
Diusulkan oleh: Muhammad Nur Arkham
K2F 008 040/2008
Iqbal Mubarak
K2F 008 032/2008
Nur Arif Kurniawan
K2F 008 044/2008
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010 i
HALAMAN PENGESAHAN USUL PKM-GT 1. Judul Kegiatan
2. 3.
4. 5.
: Pemanfaatan Limbah Lemi (Mustard) dan Tepung Singkong sebagai Bahan Baku Pembuatan Saus Rajungan Bidang Kegiatan : ( )PKM-AI (√ )PKM-GT Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Muhammad Nur Arkham b. NIM : K2F 008 040 c. Jurusan : Perikanan d. Universitas : Universitas Diponegoro e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Ds. Ngemplak Rt.01/Rw.05 Lasem, Rembang (085641029997) f. Alamat Email :
[email protected] Anggota Pelaksana Penulis : 2 orang Dosen Pendamping a. Nama Lengkap : Putut Har Riyadi, SPi, MSi b. NIP : 197709132003121002 c. Alamat Rumah : Perum. Tembalang Pesona Asri Blok L No.11 Semarang d. No Telp/Hp : (024) 70767778 (Semarang, 18 Maret 2010)
Menyetujui Wakil/Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Ir. Nur Taufiq Spj, M.AppSc) NIP. 19600418 198703 1001
(Muhammad Nur Arkham) NIM. K2F 008 040
Pembantu atau Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
Dosen Pendamping
(Sukinta,SH,MHum) NIP.19600528 198803 1001
(Putut Har Riyadi, SPi, MSi) NIP.197709132003121002
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang tiada henti, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Mahasiswa bidang IPA yang berbasis keunggulan lokal yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Lemi (Mustard) dan Tepung Singkong sebagai Bahan Baku Pembuatan Saus Rajungan” Hasil karya tulis ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai proses pembuatan saus rajungan serta meningkatkan pemanfaatan limbah lemi pada rajungan dan tepung singkong menjadi produk yang bernilai ekonomis Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Putut Har Riyadi, S.Pi selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian karya tulis ini. 2. Semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan informasi yang berharga. Akhirnya segala kritik dan saran yang positif selalu penulis harapkan untuk menambah kesempurnaan karya tulis ini.
Semarang, Maret 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................... RINGKASAN...................................................................................... 1 PENDAHULUAN........................................................................................ Latar Belakang .............................................................................................. Perumusan Masalah ..................................................................................... Tujuan dan Manfaat Penulisan ...................................................................... TELAAH PUSTAKA .................................................................................. Rajungan ....................................................................................................... Ketela Pohon ................................................................................................ Saus ............................................................................................................... Tepung........................................................................................................... METODE PENULISAN ............................................................................. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... Sumber Data ................................................................................................. Metode Analisis Data .................................................................................... ANALISIS DAN SINTESIS ...................................................................... Pentingnya Pembuatan Saus Rajungan ......................................................... Potensi Tepung Singkong ............................................................................. Konsumsi Saus di Masyarakat ...................................................................... Penggunaan Zat Berbahaya pada Saus .......................................................... Saus Rajungan ............................................................................................... Cara Pembuatan Saus .................................................................................... Bahan Pembuat Saus Rajungan ..................................................................... Prospek Pasar Saus Rajungan ....................................................................... Ketersediaan Bahan Baku serta Pembuatannya Mudah ................................ Keuntungan Besar dan Bisa di Ekspor .......................................................... KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. Kesimpulan .................................................................................................. Saran .............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP
iiiv
i ii iii iv vi vii 3 3 4 4 5 4 5 6 8 9 9 9 9 9 10 11 11 12 12 13 13 13 14 14 14 14 14
DAFTAR TABEL Tabel Judul Halaman 1. Persyaratan Saus Tomat ................................................................................ 10 2. Komposisi Ubi Kayu (per 100 gram bahan) ................................................. 11
v
DAFTAR GAMBAR Gambar Judul Halaman 1. Rajungan Betina (Portunus pelagicus) ...................................................... 5 2. Ketela Pohon (Manihot utilissima) ............................................................ 6
viii
1
RINGKASAN
Rajungan kini mendominasi nilai ekspor hasil perikanan Jawa Tengah. Peluang ekspor rajungan tersebut cukup baik karena banyak diminati konsumen luar negeri. Ekspor daging rajungan dalam kaleng dari Jawa Tengah dengan tujuan pasar Amerika Serikat itu sekarang menjadi komoditas andalan ekspor perikanan Jawa Tengah dan memberikan andil yang cukup berarti dalam perolehan devisa, bahkan menggeser udang yang semula menjadi primadona ekspor perikanan daerah ini. Industri pengalengan daging rajungan menghasilkan limbah lemi (mustard) yang masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Rasa lemi yang lezat dan mempunyai cita rasa khas rajungan membuat limbah ini cocok untuk dibuat saus. Penambahan beberapa bahan seperti tepung dan beberapa bumbu diperlukan untuk menghasilkan saus yang dapat diterima oleh konsumen. Penelitian ini merupakan studi pendahuluan untuk menghasilkan jenis saus alternatif berbahan baku limbah. lemi (mustard) adalah bahan berwarna kekuningan yang ditemukan di bawah permukaan cangkang rajungan yang telah direbus. Bahan ini mempunyai rasa yang lezat seperti rasa daging rajungan. Lemi ini harus dibuang pada saat pengambilan daging rajungan karena jika tercampur dengan daging akan dapat mengubah warna daging rajungan dan berarti akan menurunkan mutu daging rajungan yang telah dikalengkan. Pemanfaatan limbah cangkang rajungan untuk menghasilkan chitin dan chitosan sudah banyak dilakukan, tetapi pemanfaatan limbah lemi rajungan belum banyak diteliti. Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Di Indonesia banyak daerah yang menanam ketela pohon. Sentra utama ketela pohon di Indonesia adalah Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebagai salah satu upaya untuk memanfaatkan limbah lemi rajungan maka diperlukan suatu teknik untuk mengkonversinya menjadi produk pangan. Pada penulisan ini akan membahas konversi limbah tersebut melalui penambahan karbohidrat yang bersumber dari tepung singkong. Penggunaan lemi dimaksudkan untuk menambah rasa rajungan pada saus dan warna kuning, sedangkan tepung selain berfungsi sebagai pengental juga sebagai penambah nilai gizi saus berupa karbohidrat. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan penyelesaian masalah mengenai peningkatan pemanfaatan limbah rajungan berupa lemi dan ketela pohon menjadi produk saus rasa rajungan yang berbasis keunggulan lokal. Sedangkan manfaat dari penulisan yaitu lemi (mustard) sebagai alternatif penganekaragaman makanan yang bersumber dari pemanfaatan limbah dan tepung singkong sebagai alternatif penganekaragaman makanan yang berbasis ketela pohon. Saus adalah cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah berwarna menarik (biasanya merah) atau bubur daging, mempunyai aroma dan rasa yang merangsang (sama dengan tanpa rasa pedas). Walaupun mengandung air dalam jumlah besar, saus mempunyai daya simpan panjang karena mengandung asam, gula, garam dan seringkali diberi pengawet. Saus telah menjadi salah satu
2
kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini baik yang hidup di perkotaan maupun di pedesaan. Saat ini saus telah digunakan sebagai penyedap beragam makanan atau masakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Tingkat kekentalan saus cabai sangat ditentukan oleh jumlah pati yang ditambahkan. Makin banyak pati yang ditambahkan, makin kental saus yang dihasilkan. Intensitas warna merah pada saus cabai sangat tergantung kepada banyaknya zat pewarna yang ditambahkan. Tingkat keawetannya sangat ditentukan oleh proses pengolahan yang diterapkan dan jumlah bahan pengawet yang digunakan. Jika proses pengolahan (terutama pemasakan) dilakukan secara benar, dengan sendirinya produk menjadi awet, sehingga tidak diperlukan bahan pengawet yang berlebih. Tidak bisa dipungkiri, saus telah menjadi salah satu kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini baik yang hidup di perkotaan maupun di pedesaan. Saat ini saus telah digunakan sebagai penyedap beragam makanan atau masakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Rasa, aroma, tekstur, serta warna saus yang khas dan menarik menyebabkan masyarakat menjadikannya sebagai bagian dari menu kesehatan. Banyaknya penggunaan saos pada makanan di masyarakat menyebabkan banyaknya permintaan saos dipasaran, baik saos cabe ataupun saos tomat. Namun saos yang ada saat ini hanya terbuat dari cabe dan tomat belum ada alternatif lain bahan baku pembuat saos. Saus rajungan dapat dijadikan alternatif baru, karena terbuat dari rajungan yang memiliki kandungan gizi yang sehat dan jauh bermanfaat daripada saus cabe atau saus tomat. Saus rajungan ini juga dapat digunakan sebagai pengganti saus tiram pada masakan-masakan cina dan masakan sea food. Saus rajungan ini terbuat dari limbah rajungan yaitu lemi (Mustard), selain memanfaatkan limbah rajungan pembuatan saus ini juga menambah nilai ekonomi dari hasil limbah. Modal yang digunakan untuk pembuatan saus rajungan juga tergolong sedikit karena bahan baku yang digunakan yaitu lemi (mustard) merupakan limbah dari rajungan yang harganya relatif murah karena biasanya lemi dibuang dan tidak dimanfaatkan. Sedangkan singkong banyak terdapat di Jawa Tengah sehingga harga jualnya murah. Dengan modal yang sedikit karena bahan baku yang relatif murah dan kreatifitas dalam pengolahannya maka dapat menghasilkan saus yang enak dan disukai oleh masyarakat. Dengan modal yang sedikit akan mendapatkan keuntungan yang besar karena saus banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan penyedap beragam makanan dan masakan. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah lemi (mustard) pada rajungan dan limbah hasil perikanan sehingga bisa menjadi alternatif produk hasil olahan perikanan.
3
PEMANFAATAN LIMBAH LEMI (Mustard) DAN TEPUNG SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SAUS RAJUNGAN Muhammad Nur Arkham, Iqbal Mubarak, Nur Arif Kurniawan Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275 Email :
[email protected]
PENDAHULUAN Latar Belakang Rajungan kini mendominasi nilai ekspor hasil perikanan Jawa Tengah. Peluang ekspor rajungan tersebut cukup baik karena banyak diminati konsumen luar negeri. Ekspor daging rajungan dalam kaleng dari Jawa Tengah dengan tujuan pasar Amerika Serikat itu sekarang menjadi komoditas andalan ekspor perikanan Jawa Tengah dan memberikan andil yang cukup berarti dalam perolehan devisa, bahkan menggeser udang yang semula menjadi primadona ekspor perikanan daerah ini. Ekspor daging rajungan itu hingga Juni 2003 mencapai 1.362,2 ton dengan nilai ekspor 7,4 juta dolar AS. Secara keseluruhan ekspor perikanan Jawa Tengah hingga Juni 2003 mencapai 7.285,8 ton dengan nilai penjualan 27,1 juta dolar AS dengan tujuan antara lain Amerika Serikat, Jepang dan Singapura (Republika, 2003). Dengan demikian 27,34 % nilai ekspor perikanan di JawaTengah berasal dari rajungan. Secara garis besar pengolahan rajungan dengan cara dikalengkan adalah melalui tahap mengukus rajungan, mengambil dagingnya mengupas (picking), mengalengkan dan mempasteurisasinya. Daging yang terambil dari tubuh rajungan berkisar 20 – 25% dan menghasilkan limbah berkisar 75 – 80% yang terdiri dari cangkang (shell), insang (gills), jeroan (viscera) dan lemi (mustard) (Flick dan Martin, 1990). Sedangkan lemi (mustard) adalah bahan berwarna kekuningan yang ditemukan di bawah permukaan cangkang rajungan yang telah direbus. Bahan ini mempunyai rasa yang lezat seperti rasa daging rajungan. Lemi ini harus dibuang pada saat pengambilan daging rajungan karena jika tercampur dengan daging akan dapat mengubah warna daging rajungan dan berarti akan menurunkan mutu daging rajungan yang telah dikalengkan. Menurut Flick dan Martin (1990), lemi tidak boleh terikut ke dalam daging rajungan yang dikalengkan karena akan menyebabkan perubahan warna (discoloration) selama penyimpanan dalam jangka waktu tertentu. Perubahan warna daging rajungan kaleng ini tidak dapat diterima oleh konsumen. Oleh karena itu, pembersihan lemi pada saat proses picking harus dilakukan dengan baik menggunakan pisau khusus yang terbuat dari bahan stainless steel. Perusahaan-perusahaan pengalengan rajungan di Jawa Tengah pada umumnya menerima dan membeli rajungan yang sudah di-picking dari para pemasok. Proses pengupasan daging rajungan di tingkat pemasok inilah yang
4
menghasilkan limbah. Jumlah limbah yang cukup besar ini tentu saja memerlukan terobosan-terobosan baru dalam pemanfaatannya sehingga mempunyai nilai ekonomis. Pemanfaatan limbah cangkang rajungan untuk menghasilkan chitin dan chitosan sudah banyak dilakukan, tetapi pemanfaatan limbah lemi rajungan belum banyak diteliti (Sukoso, 2002). Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Di Indonesia banyak daerah yang menanam ketela pohon. Sentra utama ketela pohon di Indonesia adalah Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, sampai saat ini pemanfaatan dan pengolahan ketela pohon masih belum optimal, misalnya hanya digunakan untuk kudapan (ketela goreng, ceriping singkong maupun ”mentho”). Untuk itu perlu dilakukan diversivikasi produk makanan berorientasi ekspor yang berbahan baku ketela pohon yang berbasis keunggulan lokal.
Perumusan Masalah Sebagai salah satu upaya untuk memanfaatkan limbah lemi rajungan maka diperlukan suatu teknik untuk mengkonversinya menjadi produk pangan. Pada penulisan ini akan membahas konversi limbah tersebut melalui penambahan karbohidrat yang bersumber dari tepung singkong. Penggunaan lemi dimaksudkan untuk menambah rasa rajungan pada saus dan warna kuning, sedangkan tepung selain berfungsi sebagai pengental juga sebagai penambah nilai gizi saus berupa karbohidrat. Pengolahan limbah ini menjadi saus didasari pemikiran bahwa lemi mempunyai rasa yang lezat dan cita rasa khas rajungan meskipun bukan termasuk daging (meat) rajungan. Rasa (flavour) yang khas menjadi syarat bagi suatu bahan untuk dibuat saus, seperti misalnya saus tiram. Penulisan ini diharapkan dapat menghasilkan saus alternatif berupa saus rajungan dengan nilai gizi yang memadai dari bahan baku yang sebelumnya tidak termanfaatkan, baik lemi dari rajungan maupun ketela pohon yang belum optimal pemanfaatannya.
Tujuan dan Manfaat Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk mendapatkan penyelesaian masalah mengenai peningkatan pemanfaatan limbah rajungan berupa lemi dan ketela pohon menjadi produk saus rasa rajungan yang berbasis keunggulan lokal. Penulisan ini diharapkan bermanfaat: 1. Sebagai alternatif penganekaragaman makanan yang bersumber dari pemanfaatan limbah. 2. Sebagai alternatif penganekaragaman makanan yang berbasis ketela pohon.
5
TELAAH PUSTAKA Rajungan Rajungan di Indonesia sampai sekarang masih merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi yang diekspor terutama ke negara Amerika, yaitu mencapai 60 % dari total hasil tangkapan rajungan. Rajungan juga diekspor ke berbagai negara dalam bentuk segar yaitu ke Singapura dan Jepang, J sedangkan yang dalam bentuk olahan (dalam kaleng) diekspor ke Belanda. Komoditas ini merupakan komoditas ekspor urutan ketiga dalam arti jumlah setelah udang dan ikan (Anonim, 1988). Sampai saat ini seluruh kebutuhan ekspor rajungan masih mengandalkan mengandalkan dari hasil tangkapan di laut, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi populasi popula di alam (Supriyatna, 1999). Alternatif yang sangat bijaksana untuk menghindari kepunahan jenis kepiting ini melalui pengembangan embangan budi daya (Juwana dan Romimohtarto, 2000). 2000 Rajungan (Portunus Portunus pelagicus)) memiliki karapas berbentuk bulat pipih, sebelah kiri-kanan kanan mata terdapat duri sembilan buah, di mana duri yang terakhir berukuran lebih panjang. Rajungan mempunyai 5 pasang kaki, yang terdiri atas 1 pasang kaki (capit) berfungsi berfungsi sebagai pemegang, 3 pasang kaki sebagai kaki jalan, dan 1 pasang kaki berfungsi sebagai dayung untuk berenang. Nontji (1986) menyatakan rajungan mempunyai 5 pasang kaki jalan, di mana kaki jalan pertama ukurannya besar, memiliki capit dan kaki jalan terakhir terakhir mengalami modifikasi sebagai alat berenang. Kaki jalan pertama tersusun atas daktilus yang berfungsi sebagai capit, propodos, karpus, dan merus. Sedangkan pada kaki kelima yang mengalami modifikasi pada daktilus menyerupai dayung untuk berenang dan berbentuk pipih. Secara umum morfologi rajungan berbeda dengan kepiting bakau, di mana rajungan (Portunus Portunus pelagicus) pelagicus) memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dengan capit yang lebih panjang dan memiliki berbagai warna yang menarik pada karapasnya. Duri akhir akhir pada kedua sisi karapas relatif lebih panjang dan lebih runcing. Rajungan hanya hidup pada lingkungan air laut dan tidak dapat hidup pada kondisi tanpa air. Dengan melihat warna dari karapas dan jumlah duri pada karapasnya, maka dengan mudah dapat dibedakan dibedakan dengan kepiting bakau (Juwana dan Romimohtarto, 2000). 2000 Klasifikasi Dilihat dari sistematikanya sistematikanya rajungan termasuk ke dalam Phylum Arthropoda dan Class Crustacea.
Gambar 1. Rajungan Betina (Portunus ( pelagicus))
6
Rajungan (Portunus pelagicus) mempunyai rasa daging yang lezat dan khas. Pada umumnya dagingya dagingya dikalengkan dan dipasteurisasi. Proses pasteurisasi bertujuan untuk mempertahankan mutu dengan tetap menjaga cita rasa khasnya. Pengalengan dilakukan terpisah untuk tiap jenis daging yaitu claw law meat (bagian kaki renang, kaki jalan, capit), jumbo (bagian daging putih yang berbentuk bulat yang berhubungan langsung dengan kaki renang) dan lump (daging putih bagian dalam). Pengupasan (picking picking) dilakukan pada rajungan yang telah dikukus. Pada proses es ini dilakukan pengambilan daging (meat) dan pembuangan cangkang (shell), insang (gills)), jeroan (viscera) dan lemi (mustard) (Flick dan Martin, 1990). Ketela Pohon Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot Spesies : Manihot utilissima Pohl
Gambar 2. Ketela Pohon (Manihot utilissima)) Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Di Indonesia banyak daerah yang menanam ketela pohon. Sentra utama ketela pohon di Indonesia adalah Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Syarat pertumbuhan ketela pohon meliputi : curah hujan yang yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500 1.500 2.500 mm/tahun, suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela pohon adalah sekitar 10oC. Bila suhunya dibawah 10oC menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Udara optimal untuk ketela pohon
7
antara 60-65 %. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya. Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal (Rukmana, 1997). Saus Saus adalah cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah berwarna menarik (biasanya merah) atau bubur daging, mempunyai aroma dan rasa yang merangsang (sama dengan tanpa rasa pedas). Walaupun mengandung air dalam jumlah besar, saus mempunyai daya simpan panjang karena mengandung asam, gula, garam dan seringkali diberi pengawet. Saus telah menjadi salah satu kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini baik yang hidup di perkotaan maupun di pedesaan. Saat ini saus telah digunakan sebagai penyedap beragam makanan atau masakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Rasa, aroma, tekstur, serta warna saus cabai yang khas dan menarik menyebabkan masyarakat menjadikannya sebagai bagian dari menu kesehatan. Makanan berupa ayam goreng, burger, spageti atau pizza di restoran cepat saji, akan terasa hambar tanpa kehadiran saus (sauce). Makan mi instan bakso, mie ayam, mie instan, mie goreng , tahu, dan siomay di warung-warung tenda, juga akan terasa kurang nikmat tanpa kehadiran saus. Berbagai macam produk saus yang ada di pasaran adalah saus cabai, saus tomat, saus cabai lampung maupun saus yang lain (Astawan, 2007). Saus tomat yang beredar di pasaran saat ini beragam jenisnya. Berbagai perusahaan industri makanan biasanya mengeluarkan produk saos tomat buatan mereka masing-masing. Banyaknya merek yang ada di pasaran kadang membuat orang bingung untuk memilih mana yang terbaik. Meski secara umum saos tomat yang ada sudah didaftarkan di Departemen Kesehatan tapi disinyalir ada beberapa jenis saos tomat yang patut diwaspadai komposisi bahan pembuatannya. Seperti saus tomat yang biasa digunakan oleh para pedagang makanan kaki lima. Biasanya saos tomat yang mereka gunakan adalah saos tomat yang merupakan hasil olahan industri rumah tangga yang tidak terdaftar di Depkes. Harganya memang murah karena bahan pembuatanya sendiri bukanlah dari buah tomat asli melainkan sudah dicampur dengan bahan-bahan lain seperti ubi jalar. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI-01-2891-1992), saus cabai didefinisikan sebagai saus yang diperoleh dari pengolahan bahan utama cabai (Capsicum sp) yang telah matang dan bermutu baik, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain, serta digunakan sebagai penyedap makanan. Selain cabai, bahan yang diperlukan dalam pembuatan saus cabai adalah: air, gula, garam, cuka, bawang putih dan pengental (tepung). Sedangkan saus tomat menurut SNI-01-3546-2004 adalah produk yang dihasilkan dari campuran bubur tomat atau pasta tomat atau padatan tomat yang diperoleh dari tomat yang masak, yang diolah dengan bumbu-bumbu, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diijinkan. Kadang-kadang juga ditambahkan zat pewarna, penyedap, dan pengawet makanan. Zat pewarna tekstil dan pengawet non pangan tentu tidak boleh digunakan.
8
Menurut Badan Standardisasi Nasional (2004), Persyaratan saus tomat seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Persyaratan saus tomat No Uraian Satuan Persyaratan 1 Keadaan 1.1 Bau Normal 1.2 Rasa Normal khas tomat 1.3 Warna Brix, 200C Min. 30 2 Jumlah padatan terlarut % b/b Min. 0,8 3 Keasaman, dihitung sebagai asam asetat 4 Bahan tambahan makanan 4.1 Pengawet Sesuai dengan SNI-010222-1995 dan peraturan dibidang makanan yang berlaku 4.2 Pewarna tambahan Sesuai dengan SNI-010222-1995 dan peraturan dibidang makanan yang berlaku 5 Cemaran logam 5.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1.0 5.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 50,0 5.3 Seng (Zn) mg/kg Maks. 40,0 5.4 Timah (Sn) mg/kg Maks. 40,0*/ 250,0** 5.5 Raksa (Hg) mg/kg Maks. 0,03 6 Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0 7 Cemaran mikroba 7.1 Angka lempeng total Koloni/g Maks. 2 x 102 7.2 Kapang dan khamir Koloni/g Maks. 50
Tepung Beberapa komoditas pertanian seperti gandum, singkong, jagung dan pisang merupakan bahan pembuat tepung yang merupakan sumber zat pati. Penambahan tepung ke dalam makanan bertujuan sebagai pengisi, pengeras, pengental makanan serta sebagai sumber karbohidrat dan zat makanan lainnya. Penambahan tepung dalam industri makanan komersial juga bertujuan untuk mengurangi ongkos produksi (Mujamil, 1990). Komposisi ubi kayu (per 100 gram bahan) adalah sebagai berikut : Tabel 1. Komposisi Ubi Kayu (per 100 gram bahan) Komponen Kadar Kalori 146,00 kal Air 62,50 gram Phosphor 40,00 mg Karbohidrat 34,00 gram
9
Kalsium 33,00 mg Vitamin C 30,00 mg Protein 1,20 gram Besi 0,70 mg Lemak 0,30 gram Vitamin B1 0,06 mg Berat dapat dimakan 75,00 Sumber: Pusat Pengembangan Teknologi Pangan IPB (1989) Tepung singkong dibuat dari potongan ubi kayu (Manihot utilisima) yang telah kering, kemudian dihaluskan. Ubi kayu yang digunakan harus baik dan sudah tua, sehingga tepung yang dihasilkan pun baik. Ubi kayu yang berumur 6 bulan kadar airnya masih sangat tinggi sehingga zat tepungnya hanya sedikit (Pusat Pengembangan Teknologi Pangan IPB, 1989). Tepung singkong mempunyai kandungan karbohidrat paling tinggi dibandingkan dengan tepung kacang tunggak dan jagung tetapi mempunyai kandungan lemak yang lebih rendah dan kandungan abu lebih tinggi daripada tepung jagung.Makin tinggi kandungan abu, warna tepung menjadi gelap. Tepung dengan kandungan lemak tinggi lebih cepat mengalami kerusakan. Tepung dengan kandungan lemak tinggi lebih cepat mengalami kerusakan. METODE PENULISAN Metode Pengumpulan Data Metode yang dipakai dalam penulisan karya tulis ini adalah deskriptif dengan analisis dari hasil studi yang ada dan pustaka penunjang (library research) serta pustaka lewat internet. Sumber-sumber data tertulis penulis mengumpulkannya dari sumber buku, majalah perikanan, internet, dan jurnal penelitian teknologi pangan. Data-data maupun informasi yang penulis gunakan dapat penulis pertanggungjawabkan dalam penulisan.
Sumber Data Sumber data yang diperoleh dapat dibagi menjadi : 1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan yang ada yaitu studi kepustakaan.
Metode Analisis Data Analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif yaitu suatu analisa untuk menggambarkan atau menerangkan hasil penulisan tentang berbagai gejala atau kasus yang hanya dapat diuraikan dalam kalimat-kalimat logis. Kesimpulan
10
yang ada di bagian akhir dirumuskan secara induktif, yaitu suatu metode perumusan yang bertolak dari pemikiran tentang hal yang bersifat khusus menjadi hal yang bersifat umum. Saran dan rekomendasi yang diajukan diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan penulis dengan cara mengkaji dan mencermati uraian yang ada.
ANALISIS DAN SINTESIS Pentingnya Pembuatan Saus Rajungan Tidak bisa dipungkiri, saus telah menjadi salah satu kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini baik yang hidup di perkotaan maupun di pedesaan. Saat ini saus telah digunakan sebagai penyedap beragam makanan atau masakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Rasa, aroma, tekstur, serta warna saus yang khas dan menarik menyebabkan masyarakat menjadikannya sebagai bagian dari menu kesehatan. Banyaknya penggunaan saos pada makanan di masyarakat menyebabkan banyaknya permintaan saos dipasaran, baik saos cabe ataupun saos tomat. Namun saos yang ada saat ini hanya terbuat dari cabe dan tomat belum ada alternatif lain bahan baku pembuat saos. Saus rajungan dapat dijadikan alternatif baru, karena terbuat dari rajungan yang memiliki kandungan gizi yang sehat dan jauh bermanfaat daripada saus cabe atau saus tomat. Saus rajungan ini juga dapat digunakan sebagai pengganti saus tiram pada masakan-masakan cina dan masakan sea food. Saus rajungan ini terbuat dari limbah rajungan yaitu lemi (Mustard), selain memanfaatkan limbah rajungan pembuatan saus ini juga menambah nilai ekonomi dari hasil limbah. Salah satu limbah rajungan yang sudah umum dimanfaatkan yaitu chitosan. Chitosan adalah produk turunan dari polimer chitin, yakni produk samping (limbah) dari pengolahan industri perikanan, khususnya udang dan rajungan. Peneliti dari Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (FPIK-IPB) telah berhasil memanfaatkan limbah dari udang dan rajungan sebagai bahan pengawet makanan. Tetapi pemanfaatan limbah rajungan yaitu lemi belum banyak dimanfaatkan (Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2003). Potensi Tepung Singkong Pembuatan tepung singkong banyak dilakukan oleh masyarakat karena melimpahnya bahan baku yaitu ubi kayu. Pemanfaatan ubi kayu salah satunya adalah tepung singkong. Pembuatan ubi kayu menjadi tepung singkong adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis dari ubi kayu. Dengan pengolahan ubi kayu menjadi tepung singkong, maka penggunaannya akan lebih praktis dan dapat diolah lagi sebagai bahan baku pada pembuatan makanan ringan maupun kue-kue. Kandungan air dari ubi kayu tinggi, sehingga kualitas rebus kurang baik, meskipun daya hasil dan kandungan Ubi kayu tersebut ditanam sebagai bahan
11
industri saus. Kandungan air yang tinggi kurang disukai untuk konsumsi, tetapi dibudidayakan un-tuk industri saus Permintaan ketela pohon dalam bentuk tapioka maupun gaplek pada tahuntahun yang akan datang diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk usaha agribisnis ketela pohon. Konsumsi Saus di Masyarakat Masyarakat pada umumnya mengkonsumsi saus cabai dan saus tomat . Saus cabai sering juga disebut sebagai sambal cabai, sambal saus, atau sambal botolan. Saus cabai bermacam-macam jenisnya antara lain, seperti pedas, ekstra pedas, atau super pedas. Rasa pedas tersebut bisa berasal dari cabai yang ditambahkan atau hanya dari senyawa flavor. Makan ayam goreng, burger, spageti atau pizza di restoran cepat saji, akan terasa hambar tanpa kehadiran saus cabai (chili sauce). Kehadiran saus cabai telah menjadi peningkat cita rasa dan pembangkit selera. Dengan demikian saus cabai sudah begitu melegenda pada berbagai jenis makanan, baik tradisional maupun modern. Saus yang dikonsumsi masyarakat sebagian besar menggunakan bahan baku cabe busuk. Selain itu warna saus yang merah menyala dengan menambahkan pewarna buatan yang lazim digunakan di industri tekstil. Sedangkan untuk menambahkan rasa manis pada saus ditambahkan sakarin. Sakarin merupakan pemanis buatan, di samping harganya murah, rasa manisnya 300x dari manis gula. Artinya manisnya satu sendok teh sakarin idem dengan 300 sendok teh gula. Saat ini, sakarin masih dapat digunakan sampai batas-batas tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Tapi penggunaan dalam jumlah banyak atau jangka panjang menyebabkan gangguan di janin dan kanker. Sebagai unsur pengawetnya diberikan sodium benzoat. Zat ini efektif sebagai pengawet karena dapat mencegah timbulnya bakteri spora, bakteri pembusuk dll di makanan. Tapi apbila di konsumsi dalam jangka panjang, bisa mengakibatkan rasa mual, muntah, bahkan kematian. Walaupun tujuan utama penggunaan saus cabai adalah sebagai penyedap masakan atau makanan, ada baiknya untuk selalu memperhatikan komposisi gizi yang terkandung di dalamnya. Kandungan gizi utama pada saus cabai tentu saja berupa karbohidrat (berasal dari tepung dan gula). Selain karbohidrat juga terkandung sejumlah kecil vitamin dan mineral, yang berasal dari bahan yang diguakan seperti cabai, tepung, bawang putih dan cuka. Beberapa produsen saus cabai ada yang melakukan fortifikasi yaitu penambahan zat-zat gizi tertentu biasanya berupa vitamin dan mineral, sehingga kandungan keduanya menjadi lebih tinggi dari saus cabai pada umumnya. Hal tersebut dapat dilihat pada label kemasannya. Dengan demikian walaupun penampilan produk hampir sama, kandungan gizi di dalamnya bisa sangat berbeda. Saus tomat yang baik berwarna merah tomat, tidak pucat atau bahkan cenderung berwarna orange. Biasanya saos tomat yang bagus adalah yang bila dituang di atas piring tidak langsung jatuh ke dalam piringnya, melainkan agak lambat karena sedikit kental dan tidak encer.
12
Penggunaan Zat Berbahaya pada Saus Pengolahan saus kadang-kadang juga ditambahkan zat pewarna, penyedap, dan pengawet makanan. Sebagai pewarna makanan yang lazim digunakan adalah pewarna makanan buatan yang food grade, tidak boleh menggunakan pewarna makanan di industri tekstil. Bahkan, untuk membuat warna merah menyala yang menggiurkan, dibutuhkan cukup banyak pewarna tekstil. Penambahan berbagai bahan sebagai campuran dalam membuat saus sendiri sebenarnya sudah mengurangi mutu saus tersebut. Apalagi bila salah satu bahannya mengandung zat berbahaya. Yang harus diwaspadai, adalah penambahan zat aditif seperti pewarna. Penambahan bahan lain seperti ubi, tentu tidak mudah untuk mendapat warna merah alami, sewarna tomat. Untuk itu, dibutuhkan zat pewarna merah. Kalau tidak, warnanya akan berubah menjadi lebih pucat bahkan hampir tidak bisa di sebut “berwarna” tomat lagi. Saus Rajungan Saus rajungan dibuat dari campuran bubur limbah daging rajungan, tepung dan garam. Pasta ini berwarna kecoklatan, kemerahan atau kekuningan sesuai dengan warna bubur limbah daging rajungan yang digunakan. Bahan yang digunakan untuk membuat saus rajungan adalah : 1. Bubur limbah daging rajungan (lemi) 2. Tepung 3. Garam Mengingat penelitian tentang pembuatan saus dari limbah rajungan ini belum pernah dilakukan maka mutu saus akan dibandingkan dengan mutu saus tiram menurut SNI 01-4275-1996 (Badan Standarisasi Nasional, 1996). Cara Pembuatan Saus Proses pembuatan saus cabai adalah sebagai berikut : 1. Pencucian, pemotongan tangkai, dan pembuangan biji cabai. 2. Cabai tanpa biji selanjutnya dikukus pada suhu 100°C selama 1 menit, untuk mematikan sejumlah besar mikroba pembusuk dan perusak. 3. Selanjutnya dilakukan proses penggilingan sampai halus serta penambahan garam, bahan pengawet, gula, asam cuka 25 persen, penyedap rasa, tepung, dan air. 4. Setelah itu dilakukan pengadukan bahan, pemasakan hingga mendidih dan mengental. Dalam keadaan panas saus dimasukkan ke dalam botol steril, kemudian dilakukan proses exhausting (pengeluaran sejumlah udara) dan penutupan botol. Bahan Pembuatan Saus Rajungan Bahan yang digunakan dalam pembuatan saus adalah: a. Bahan baku Bahan baku berupa lemi rajungan (Portunus pelagicus) diperoleh dari para pemasok perusahaan pengalengan rajungan di daerah Semarang. Lemi
13
dimasukkan ke dalam toples bertutup dan selanjutnya dies untuk menjaga kesegarannya. b. Bahan pembantu Bahan pembantu yang digunakan berupa air bersih yang berasal dari PDAM dan tepung. Perbandingan bahan baku dengan air adalah 30% : 70%. Tepung yang digunakan adalah tepung gandum, tepung singkong, tepung jagung dan tepung pisang dengan penambahan sebesar 5%, 10% dan 20% dari berat bahan baku. c. Bahan tambahan Bahan tambahan yang digunakan adalah garam halus (garam meja) beryodium sebanyak 1% dari berat bahan baku. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan saus terdiri dari: toples plastik bertutup, stereofoam, blender, kompor, wajan, pengaduk dari kayu, timbangan dapur, timbangan analitik dan thermometer. Prosedur pembuatan saus adalah sebagai berikut: 1. Lemi diblender hingga homogen dan dicampur dengan air dengan perbandingan lemi : air adalah 30% : 70%. 2. Campuran lemi dan air direbus selama 7 jam pada suhu 70 – 80o C. 3. Setelah direbus selama 7 jam kemudian ditambahkan garam dan tepung. 4. Adonan dipanaskan lagi selama 1 jam. 5. Saus yang sudah matang selanjutnya ditempatkan pada botol bertutup.
Prospek Pasar Saus Rajungan Saus yang beredar dipasaran saat ini banyak jenisnya dan umumnya saus cabe dan saus tomat. Dengan adanya saus rajungan yang terbuat dari lemi (mustard) yang merupakan bahan berwarna kekuningan yang ditemukan di bawah permukaan cangkang rajungan yang telah direbus akan menjadi alternatif produk bagi masyarakat yang bisa digunakan sebagai pengganti saus tiram. Selain itu masyarakat cenderung menyukai produk yang baru karena sifat dasar manusia yang mempunyai keinginan untuk mencoba produk-produk yang baru. Ketersediaan Bahan Baku serta Pembuatannya yang Mudah Bahan baku untuk pengolahan saus rajungan sangat mudah untuk didapat, terutama di Jawa Tengah. Luas areal ubi di Indonesia pada tahun 1997 adalah 195.436 ha dengan produksi 1.847.492 t dan rata-rata hasil 9,5 t/ha (BPS, 1997). Penyebaran terluas terdapat di Pulau Jawa (35,5%); Sumatera (23,7%); Maluku dan Irian Jaya (15,2%); Bali, Nusa Tenggara dan Timor Timur (12,3%); Sulawesi (8,9%); dan Kalimantan (4,4%). Sedangkan rajungan banyak terdapat di Jawa Tengah terutama di Semarang, Cilacap dan Pekalongan. Pembuatan saus rajungan tergolong mudah karena proses pembuatannya hampir sama dengan pembuatan saus-saus lainnya, yang membedakan antara saus satu dengan saus yang lain yaitu bahan bakunya, saus tomat bahan bakunya tomat, saus cabe bahan bakunya cabe kalau saus rajungan bahan baku yang digunakan adalah lemi (mustard) dari rajungan.
14
Keuntungan Besar dan Bisa di Ekspor Modal yang digunakan untuk pembuatan saus rajungan juga tergolong sedikit karena bahan baku yang digunakan yaitu lemi (mustard) merupakan limbah dari rajungan yang harganya relatif murah karena biasanya lemi dibuang dan tidak dimanfaatkan. Sedangkan singkong banyak terdapat di Jawa Tengah sehingga harga jualnya murah. Dengan modal yang sedikit karena bahan baku yang relatif murah dan kreatifitas dalam pengolahannya maka dapat menghasilkan saus yang enak dan disukai oleh masyarakat. Dengan modal yang sedikit akan mendapatkan keuntungan yang besar karena saus banyak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan penyedap beragam makanan dan masakan. Penggunaan saus umum digunakan oleh masyarakat baik masyarakat lokal maupun internasional sebagai penambah rasa masakan. Apabila ditunjang dengan penanganan yang baik maka akan menghasilkan produk yang berkualitas tinngi sehingga bisa untuk di ekspor. Dengan demikian maka pengolahan saus rajungan dapat menjadi alternatif untuk menambah pemasukan devisa negara. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari penulisan ini adalah pembuatan penting sebagai alternatif penganekaragaman makanan pemanfaatan limbah serta penganekaragaman makanan pohon. Ketersediaan bahan baku yang mudah didapat dan tidak terlalu sulit serta modal yang dikeluarkan sedikit keuntungan yang besar.
saus rajungan sangat yang bersumber dari yang berbasis ketela murah, pembuatannya maka akan diperoleh
Saran Saran dari penulis adalah perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah lemi pada rajungan dan limbah hasil perikanan sehingga bisa menjadi alternatif produk hasil olahan perikanan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, Made. 2007. Teknologi Pangan dan http://kulinerkita.multiply.com/reviews/item/115. [15 April 2008]
Gizi.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI No. 01-2891-1992 tentang Saus Cabai. BSN. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 1996. SNI No. 01-4275-1996 tentang Saus Tiram. BSN. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 2004. SNI No. 01-3546-2004 tentang Saus Tomat. BSN. Jakarta Flick, G.J. dan Martin, R.E. 1990. The Seafood Industry. Published by Van Nostrand Renhold. New York. Juwana, S. Dan Romimohtarto, K.. 2000. Rajungan, Perikanan, Cara Budidaya dan Menu Masakan. Djambatan. Jakarta. Mujamil, L.N. 1990. Pengaruh Penggunaan Tepung Arean (Arenga pinata) terhadap Mutu Kerupuk Udang. Skripsi Jurusan Pengolahan Hasil Perikanan, IPB. Bogor. Nontji, Anugerah.1986. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. PPTP IPB. 1989. Tepung Singkong dalam Paket Industri Pangan. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan IPB. Bogor. Sukoso. 2002. Peran Bioteknologi Molekuler dalam Pembangunan Bidang Perikanan dan Kelautan Indonesia. Orasi Ilmiah dalam Rangka Dies Natalis XXXIX Universitas Brawijaya. Malang. Winardi. 1986. Pengantar Metodologi Riset. Alumni. Bandung. 254 hlm. Rahmat Rukmana. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, Made. 2007. Teknologi Pangan dan http://kulinerkita.multiply.com/reviews/item/115. [15 April 2008]
Gizi.
Badan Standarisasi Nasional. 1992. SNI No. 01-2891-1992 tentang Saus Cabai. BSN. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 1996. SNI No. 01-4275-1996 tentang Saus Tiram. BSN. Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 2004. SNI No. 01-3546-2004 tentang Saus Tomat. BSN. Jakarta Flick, G.J. dan Martin, R.E. 1990. The Seafood Industry. Published by Van Nostrand Renhold. New York. Juwana, S. Dan Romimohtarto, K.. 2000. Rajungan, Perikanan, Cara Budidaya dan Menu Masakan. Djambatan. Jakarta. Mujamil, L.N. 1990. Pengaruh Penggunaan Tepung Arean (Arenga pinata) terhadap Mutu Kerupuk Udang. Skripsi Jurusan Pengolahan Hasil Perikanan, IPB. Bogor. Nontji, Anugerah.1986. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. PPTP IPB. 1989. Tepung Singkong dalam Paket Industri Pangan. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan IPB. Bogor. Sukoso. 2002. Peran Bioteknologi Molekuler dalam Pembangunan Bidang Perikanan dan Kelautan Indonesia. Orasi Ilmiah dalam Rangka Dies Natalis XXXIX Universitas Brawijaya. Malang. Winardi. 1986. Pengantar Metodologi Riset. Alumni. Bandung. 254 hlm. Rahmat Rukmana. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.
HALAMAN PENGESAHAN USUL PKM-GT 6. Judul Kegiatan
: Pemanfaatan Limbah Lemi (Mustard) dan Tepung Singkong sebagai Bahan Baku Pembuatan Saus Rajungan 7. Bidang Kegiatan : ( )PKM-AI (√ )PKM-GT 8. Ketua Pelaksana Kegiatan g. Nama Lengkap : Muhammad Nur Arkham h. NIM : K2F 008 040 i. Jurusan : Perikanan j. Universitas : Universitas Diponegoro k. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Ds. Ngemplak Rt.01/Rw.05 Lasem, Rembang (085641029997) l. Alamat Email :
[email protected] 9. Anggota Pelaksana Penulis : 2 orang 10. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap : Putut Har Riyadi, SPi, MSi b. NIP : 197709132003121002 c. Alamat Rumah : Perum. Tembalang Pesona Asri Blok L No.11 Semarang d. No Telp/Hp : (024) 70767778 (Semarang, 18 Maret 2010) Menyetujui Wakil/Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Ir. Nur Taufiq Spj, M.AppSc) NIP. 19600418 198703 1001
(Muhammad Nur Arkham) NIM. K2F 008 040
Pembantu atau Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
Dosen Pendamping
(Sukinta,SH,MHum) NIP.19600528 198803 1001
(Putut Har Riyadi, SPi, MSi) NIP.197709132003121002
Daftar Riwayat Hidup 1. Nama Jenis Kelamin Tempat/Tanggal Lahir Agama Alamat Nomor Telepon Nama Orang Tua Ayah Ibu Alamat Orang Tua Pendidikan
: : : : : : : : : :
Muhammad Nur Arkham Laki-Laki Rembang, 19 Februari 1990 Islam Jl. Gondang Barat I Bulusan, Tembalang 085641029997
Subandi Yulzaini Andriani Ds. Ngemplak Rt 01/Rw 05 Lasem, Rembang - TK Aisyah Sumbergirang - SD N 01 Sumbergirang - SMP N 1 Lasem - SMA N 1 Lasem - Masih kuliah di Teknologi Hasil Perikanan, UNDIP Pengalaman Organisasi : - OSIS - PRAMUKA - KMP Hobi : Main Footsal, Basket, Membaca Motto : Hari Besok Lebih Baik Dari Hari
2.Nama Jenis Kelamin Tempat/Tanggal Lahir Agama Alamat Nomor Telepon Nama Orang Tua Ayah Ibu Alamat Orang Tua
: : : : :
Nur Arif Kurniawan Laki-laki Semarang, 1 Februari 1990 Islam Jl. Koptu suyono, Rt 2/V Wonosari Ngaliyan Semarang : 085740651113
: Bibit Suwardi : Sri Wahyuni : Jl. Koptu suyono, Rt 2/V Wonosari Ngaliyan Semarang Pendidikan : - TK Bustanul Atfal 31 - SD N wonosari 03 Semarang - Mts Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta - SMA N 6 Semarang - Masih kuliah di Teknologi Hasil Perikanan, UNDIP Pengalaman Organisasi : - FORMASI (Forum Mahasiswa Islam Perikanan) Bem (Kesma ) Hobi : - Berenang Mendengarkan Pengajian Motto : Hidup adalah perjuangan menuju kemenangan abadi
3.Nama Jenis Kelamin Tempat/Tanggal Lahir Agama Alamat Nomor Telepon Nama Orang Tua Ayah Ibu Alamat Orang Tua
: : : : :
Iqbal Mubarak Laki-Laki Semarang, 23 Januari 1990 Islam Jl. Banjar Sari, Gang Tirta Sari No.127 Semarang : 085642599532
: Herfaruk : Proborini : Ds. Randusanga Kulon, Rt.04/Rw.01 Brebes Pendidikan : - Tk. H. Isriati Semarang - SDN Randusanga Kulon - SMPN 01 Brebes - SMAN 02 Brebes - Masih kuliah di Teknologi Hasil Perikanan, UNDIP Pengalaman Organisasi : - KMP UNDIP Hobi : - Futsal Motto : - Jalani, Berusaha dan berdoa