PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA TERHADAP KERAGAMAN BUDAYA Oleh: Ulfah Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRACT The background of the study is there are boarding school phenomena with the students‘ that have cultural diversity or have different cultural background. The cultural diversity not only shows cultural property but also enables to bring bad prejudices that bring into the dispute among students, the violation of social norm because their own cultural selfishness. To grow the togetherness, tolerance and appreciation toward other cultures, students need to have the adaption ability, especially in facing the cultural diversity. The study used a descriptive quantitative method and research and development that are directed as sebagai a process used to develop and validate educational product (Borg dan Gall, 1989). The product of the study is the program of guidance and counseling of social individual to increase the ability of students’ adaption. The study was conducted in MAN Insan Cendikia Serpong Tanggerang that is included into a boarding school with students’ cultural diversity. The population was tenth grade. The results showed that the program of guidance and counseling of social individual is able to increase the ability of students’ adaption toward the cultural diversity. It means that the arranged program has been able to increase the understanding and awareness to own culture, other cultures, norm, or value system that are in their environment, and has the ability to behave well in their environment. Keywords: Adaptation, Cultural Diversity, Guidance and Counseling, Social Individual, Madrasah Aliyah ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi atas fenomena banyaknya bermunculan boarding school dengan siswa yang memiliki keragaman budaya atau memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Kergaman budaya tidak hanya menunjukkan kekayaan budaya tetapi memungkinkan munculnya prasangka-prasangka yang menjurus ke perselisihan antar siswa, pelanggaran norma sosial karena egois budaya masingmasing. Untuk menumbuhkan kebersamaan, toleransi dan penghargaan terhadap budaya lainnya siswa perlu memiliki kemampuan penyesusaian diri, terutama dalam menghadapi keragaman budayanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode deskriptif pengembangan (research and development) yang diarahkan sebagai a process used to develop and validate educational product (Borg dan Gall, 1989). Produk penelitian ini adalah program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa. Penelitian dilakukan di MAN Insan Cendikia Serpong Tanggerang yang tergolong boarding school dengan keragaman budaya siswa. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X. Temuan penelitian menunjukkan bahwa program bimbingan dan konseling pribadi sosial secara signifikan mampu meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa terhadap keragaman budaya. Artinya program yang disusun telah mampu meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap budaya sendiri, budaya lain, norma atau sistem nilai yang berlaku dalam lingkungannya, dan memiliki kemampuan bagaimana berperilaku dalam lingkungannya. Kata Kunci: Penyesuaian Diri; Keragaman Budaya; Bimbingan dan Konseling; Pribadi Sosial; Madrasah Aliyah.
PENDAHULUAN Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sosial mengacu kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat. Karena itu aspek ISSN 1412-565X
73
memfasilitasi individu dalam memahami dirinya,
orang lain tanpa prasangka, (b) terbebas dari
orang lain dan lingkungannya, pada sisi selanjutnya
rasa takut dan cemas, (c) menyadari kekurangan-
harus memfasilitasi pengalaman-pengalaman
kekurangan dirinya dengan mengusung kebesaran
individu dalam bekerjasama dengan orang lain
Allah, (d) tidak terlalu tergantung pada orang
untuk mencapai tujuan bersama sepanjang hayat.
lain, (e) pemberani dan bertanggung jawab, (f)
Proses bimbingan dan konseling seperti ini di
menggunakan ekspresi tubuh dengan tepat, dan (g)
dalamnya harus menyentuh kebutuhan pribadi dan
amanah dalam menerima kepercayaan.
sosial individu dalam bentuk layanan bimbingan
Masyarakat sering menuding bahwa
dan konseling pribadi sosial (Suherman.AS, 2009).
maraknya pelanggaran norma sosial oleh remaja
Kemampuan penyesuaian diri yang
yang diwujudkan dengan pembentukan genk motor,
baik akan memberikan sumbangan besar untuk
tawuran antarsiswa, dan perilaku menyimpang
mendukung kesuksesan seseorang karena di
lainnya karena kegagalan pendidikan dalam
dalamnya terdapat aspek-aspek yang menentukan
mengembangkan dan mengubah perilaku siswa.
seseorang mencapai kesuksesan. Kemampuan
Upaya sekolah lebih terpaku pada penjejalan
beradaptasi dan penyesuaian diri terhadap
konsep mata pelajaran melalui ceramah dan
lingkungan dan budaya yang berbeda mendorong
pemberian tugas-tugas pekerjaan rumah, yang
seseorang untuk memecahkan permasalahan dalam
kesemuanya itu tidak berdampak positif bagi
konteks-konteks tertentu, memiliki kecakapan
pengembangan kehidupan siswa selanjutnya.
untuk memilih tindakan-tindakan yang sesuai,
Akibatnya, keterampilan dan nilai-nilai kehidupan
serta memiliki kesadaran yang mendalam atas
lainnya termasuk kemampuan penyesuaian diri yang
segala konsekuensi semua tindakannya, baik yang
mengandung upaya saling memahami dan toleransi
berhubungan dengan harapan sendiri, masyarakat
agar mampu berinteraksi dengan orang lain secara
luas terutama berkenaan dengan norma-norma yang
efektif terabaikan.
berlaku pada lingkungannya. Dengan kata lain
Di lain pihak, biaya pendidikan semakin
individu yang memiliki kemampuan penyesuaian
mahal tetapi sekolah favorit dengan biaya
diri akan paham bagaimana harus bersikap dan
mahal semakin dikejar orang tua siswa untuk
berperilaku pada posisinya. Artinya orang yang
menyekolahkan putera-puterinya. Tempat bukan
memiliki kemampuan penyesuaian diri yang tinggi
merupakan persoalan yang menghadang bagi
akan mampu memahami siapakah dirinya, di mana
orang tua siswa untuk menyekolahkan putera-
tempatnya, harmonis dalam berinteraksi dengan
puterinya agar menjadi manusia yang memiliki
orang lain, dan selaras dengan lingkungannya.
kualitas maksimal. Munculnya sekolah-sekolah
Kaitannya dengan penyesuaian diri, Suherman.
sehari penuh atau berasrama (boarding school),
AS, (2006), mengemukakan bahwa individu yang
sekolah plus, sekolah kepribadian, bahkan sekolah
memiliki kmampuan penyesuaian diri akan selalu
yang menyediakan asrama pemondokan semakin
memilih tindakannya dengan: (1) konsisten pada
menarik para orang tua siswa dari berbagai kota,
nilai-nilai yang dimiliki, (2) dalam interaksi dengan
daerah, dan suku bangsa untuk menyekolahkan
orang lain akan: (a) menyenangi dan menghargai
putera-puterinya.
74
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
sosial melekat pada diri individu yang perlu
di antara mereka yang menyebabkan munculnya
dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta
kesulitan untuk menyesuaiakan diri mereka
didik agar menjadi matang, karena itu dalam
terhadap lingkungannya. Sehingga Suwanto (2010:
proses pendidikan pengembangan aspek sosial
55) mengemukakan bahwa dalam kehidupan
perlu diperhatikan. Sama halnya dengan sosial,
masyarakat majemuk, diperlukan toleransi dan
aspek budaya juga sangat berperan dalam proses
integrasi sosial sebagai usaha untuk menjalin
pendidikan. Selain sebagai individu, manusia
hubungan yang serasi dengan berbagai individu
juga sebagai makhluk sosial yang berbaur dalam
yang berasal dari lingkungan sosial budaya yang
satu kelompok masyarakat. Masyarakat sebagai
berbeda.
suatu kelompok juga memiliki keragaman dan
Perkembangan manusia tidak lepas dari
perbedaan dalam ras, suku, jenis kelamin, agama,
pengaruh lingkungan, baik secara sosial, ekonomi
status ekonomi, status sosial, budaya, daerah tempat
maupun budayanya. Sifat inherent lingkungan
tinggal yang membentuk keragaman dalam suatu
adalah perubahan, perubahan yang terjadi dalam
lingkungan sosial budaya tertentu.
lingkungan dapat mempengaruhi perilaku bahkan
Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus
gaya hidup (life style) individu yang ada di dalamnya.
merupakan potensi konflik. Keragaman budaya
Artinya aturan dan adat istiadat yang berlaku
daerah akan memperkaya khazanah budaya dan
pada suatu lingkungan akan mendasari perilaku
menjadi modal yang berharga untuk membangun
sebagian besar individu anggota lingkunganya.
Indonesia yang multikultural. Namun, disisi lain
Begitu juga dengan lingkungan-lingkungan yang
kondisi keragaman budaya itu sangat berpotensi
lainnya, sehingga tidak menutup kemungkinan
memecah belah dan menjadi lahan subur bagi
akan ditemukan kesamaan dan perbedaan perilaku
konflik kecemburuan sosial (Herimanto & Winarno,
seseorang karena keragamanan lingkungannya
2010: 110).
atau budaya lingkungannya. Dengan demikian,
Efek-efek negatif muncul dalam bentuk
apa yang dianggap normal dan wajar dalam suatu
gesekan-gesekan, pertentangan, dan konflik
lingkungan masyarakat tertentu belum tentu
terbuka antarlekompok masyarakat. Pertikaian
demikian dalam masyarakat yang lainnya, Adanya
antarkelompok masyarakat Indonesia seringkali
perbedaan dalam sikap, kebiasaan dan larangan
terjadi, bahkan di era reformasi sekarang ini.
(tabu) serta norma-norma sosial lainnya akan
Konflik itu bisa terjadi antarkelompok agama, suku,
menimbulkan kebingungan dan kesulitan dalam
daerah, bahkan antargolongan politik.
menyesuaikan perilakunya (menyesuaikan diri)
Terjadinya peristiwa negatif seperti:
bahkan menumbuhkan prasangka dan perselisihan
perseteruan antarkelompok, tawuran antar kelas
di antara individu atau warga suatu
atau antarsekolah, perkelahian antarkampung,
lingkungan.
sampai peperangan antargolongan dan antarsuku
Proses pendidikan termasuk layanan
(Madura dan Sampit di Kalimantan dan Muslim
bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya
dengan Kristen di Maluku), merupakan bukti
menempuh dua sisi yang saling melengkapi. Pada
nyata adanya perbedaan persepsi atau pemahaman
satu sisi, layanan bimbingan dan konseling harus
ISSN 1412-565X
75
Tabel 1 Gambaran Umum Kemampuan Penyesuaian Diri Siswa MAN Insan Cendikia Serpong Tangerang
budaya secara baik akan memiliki: (1) kesadaran dan pemahaman yang kuat tentang budayanya sendiri dan budaya orang lain, (2) ketahanan emosi dalam menyikapi suatu perbedaan; (3) fleksibilitas dan keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan memiliki kekuatan otonomi pribadi agar mampu mengorganisasikan perilaku positif sehingga
Seluruh aspek kemampuan penyesuaian diri siswa MAN Insan Cendikia Serpong
memunculkan keharmonisan baik bagi budayanya sendiri maupun budaya orang lain di sekitarnya.
tergolong tinggi, bahkan aspek pemahaman dan kesadaran tentang budaya sendiri dan
Bahkan bila diperhatikan lebih seksama, pemahaman dan kesadaran siswa tentang potensi
bagaimana berperilaku pada lingkungannya dirinya sangat tinggi. Seseorang yang memiliki memiliki kecenderungan lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman dan kesadaran teng dirinya aspek penyesuaian diri yang lainnya, sedangkan dengan baik memungkinkan dapat memahami pemahaman dan kesadaran tentang budaya orang lain dan aturan-aturan di sekitarnya dengan lain lebih rendah. Untuk melihat gambaran baik juga. Tingkat kemampuan pemahaman dan kemampuan penyesduaian diri pada masing- kesadaran diri dan lingkungan dapat mempengaruhi masing aspek, dapat diperhatikan Tabel 2 pencapaian kesuksesan akademis, perilaku sosial berikut. dan hubungan keluarga, serta keterlibatan di dalam Tabel 2 Gambaran Kemampuan Setiap Aspek Penyesuaian Diri Siswa MAN Insan Cendikia Serpong Tangerang
aktivitas ekstrkurikuler. Sebagai sarana untuk mencapai pemahaman diri, maka siswa perlu memiliki keterampilanketerampilan pribadi (personal skill) yang
Pada umumnya siswa telah memiliki kemampuan memahami dan menyadari budaya sendiri dan budaya orang lain secara baik. Sehubungan dengan kemampuan penyesuaian diri siswa terhadap keragaman budaya, Suherman AS., (2011) mengemukakan bahwa individu yang memiliki adaptasi budaya (cultural adaptation) tidak memiliki dorongan melenyapkan budaya lain demi kelangsungan budayanya sendiri, tetapi memiliki kesadaran penuh bahwa budaya orang lain tidak bisa dibendung sementara budayanya harus tetap
dapat membantu individu dalam memfasilitasi pemahaman dririnya. Individu (siswa) diharapkan mampu membantu dirinya sendiri (self-helping) dengan cara mengembangkan keterampilan berpikir (thinking skills/inner games of living) dan bertindak (action skills/outer games of living) sehingga dapat mengatasi masalah yang dialaminya sekarang dan mampu mencegah terjadinya masalah di masa depan. Keterampilan berpikir (thinking skills/ inner games of living) merujuk kepada sesuatu yang sedang dipikirkan individu (siswa) yang sifatnya
hidup (surfive). Individu yang memiliki adaptasi
76
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
Berdasarkan fenomena munculnya sekolah yang melaksanakan proses pendidikan bagi para
PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN
siswa yang berasal dari berbagai daerah dan suku
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan
bangsa serta budaya yang berbeda (multicultural)
penelitian, Metode yang digunakan adalah
mendorong peneliti untuk menelaah layanan
deskripsit dan pendekatan penelitian menggunakan
bimbingan dan konseling pribadi sosial sebagai
rancangan penelitian pengembangan (research and
bagian dari upaya sekolah dalam mempersiapkan
development) yang diarahkan sebagai a process
para siswanya agar memiliki pemahaman positif
used to develop and validate educational product
tentang diri dan teman-temannya, kemampuan
(Borg dan Gall, 1989). Produk dimaksud adalah
untuk memilih tindakan-tindakan yang sesuai
program bimbingan dan konseling pribadi-sosial
dengan ragam norma kehidupan siswa lain; memiliki
untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri
kesadaran yang mendalam atas segala konsekuensi
siswa MAN Insan Canedikia Serpong Tanggerang.
semua tindakannya; baik yang berhubungan dengan
Populasi dalam penelitian ini adalah
harapan sendiri, orang tua, sekolah dan masyarakat
seluruh siswa kelas X MAN Insan Cendikia
luas berdasarkan norma kehidupannya.
Serpong, sedangkan teknik pengambilan sampel
Bertolak atas pemikiran tentang peran
yaitu dengan purposive sampling (penentuan
bimbingan dan konseling, khususnya bimbingan
sampel secara bertujuan). Asumsi pemilihan siswa
dan konseling pribadi sosial dalam upaya
kelas X pada MAN Insan Cendikia Serpong adalah
peningkatan kemampuan penyesuaian diri siswa,
sebagai berikut: (1) Siswa di kelas X adalah siswa
maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai
yang sudah mengalami proses interaksi dengan
berikut: “Bagaimana meningkatkan kemampuan
teman sebayanya selama hampir satu tahun; (2)
penyesuaian diri siswa terhadap keragaman
Belum adanya program bimbingan dan konseling
budaya?”
di MAN Insan Cendikia Serpong Tanggerang yang
Tujuan Penelitian; Tujuan studi ini adalah
cerara khusus untuk meningkatkan kemampuan
untuk menghasilkan program bimbingan dan
penyesuaian diri; dan (3) Pembinaan bisa dilakukan
konseling pribadi sosial yang dapat meningkatkan
lebih lama karena masih memiliki masa studi dua
kemampuan penyesuaian diri siswa terhadap
tahun ke depan.
keragaman budaya. Untuk sampai kepada tujuan
Temuan dan Pembahasan
yang ingin dicapai, terlebih dahulu akan dihimpun
1. Kemampuan Penyesuain Diri Siswa
berbagai informasi mengenai: (1) Profil kemampuan
Kemampuan penyesuaian diri siswa
penyesuaian diri siswa terhadap keragaman budaya
terhadap keragaman budaya tergolong tinggi.
MAN Insan Cendikia Serpong Tanggerang; (2)
Tingginya kemampuan penyesuaian diri siswa
Upaya MAN Insan Cendikia Serpong Tanggerang
terhadap keragaman budaya tersebut pada semua
dalam peningkatan kemampuan penyesuaian diri
aspek. Untuk memperoleh gambaran mengenai
siswa terhadap kergaman budaya; dan (3) Program
kualifikiasi kemampuan penyesuaian diri siswa
Bimbingan dan konseling pribadi sosial yang dilaksanakan di MAN Insan Cendikia Serpong Tanggerang.
ISSN 1412-565X
terhadap keragaman budaya tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
77
dirinya (eksistensial), kesadaran merasakan,
yang self motivated. Bimbingan dan Konseling
kesadaran terhadap motivasinya, dan peka terhadap
digunakan sebagai upaya proaktif dan sistematik
kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh dirinya;
dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat
(b) Perilakunya lebih mengacu kepada penalaran;
perkembangan yang lebih tinggi, pengembangan
(c) Memiliki kelebihan dalam keterampilan
perilaku efektif, pengembangan lingkungan
berbicara, mengungkap, mendengarkan, empati,
perkembangan, dan peningkatan keberfungsian
bekerja sama, dan mengelola konflik batin; (d)
individu di dalam lingkungannya (Kartadinata,
Menghargai kecakapan yang dimiliki seperti:
1999).
minat, keterampilan dalam bekerja dan belajar,
Kedua, bimbingan dan konseling
menjaga kondisi fisik dan psikis yang sehat, serta
menggunakan pendekatan konseling yang dipandang
menampilkan suasana yang menyenangkan; dan (e)
efektif seperti pendekatan konseling perkembangan
Memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
(developmental counseling approach) dan konseling
Dengan memperhatikan kenyataan itu,
keterampilan hidup (life skills counseling approach)
bagaimana peran dan fungsi layanan Bimbingan
sebagai sistem layanan pribadi yang lebih proaktif
dan Konseling di sekolah sebagai salah satu upaya
dibandingkan dengan pendekatan lainnya. Dalam
pendidikan berusaha agar proses perkembangan
konseling perkembangan konselor mengidentifikasi
(developmental) individu itu berjalan dalam alur
keterampilan-keterampilan dan pengalaman-
yang linier, lurus, atau searah dengan potensi,
pengalaman khusus yang perlu dimiliki siswa
harapan, dan nilai-nilai yang berlaku pada diri dan
agar berhasil dalam hidupnya (Myricks, 1993).
lingkungannya sehingga munculnya siswa-siswa
Sedangkan dalam konseling keterampilan hidup
yang memiliki sifat keunggulan, baik keunggulan
tujuan konseling diarahkan untuk membantu
secara individualistik (personal skills) partisipatoris
siswa agar dapat mengembangkan kemampuan
(social skills) maupun secara budaya (multicultural
membantu dirinya sendiri (self-helping) dengan cara
skill).
mengembangkan keterampilan berpikir (thinking Berdasarkan kajian konseptual-teoretis,
skills/inner games of living) dan keterampilan
ditemukan beberapa upaya yang dapat dilakukan
bertindak (action skills/outer games of living)
untuk membantu siswa mengembangkan
(Nelson & Jones, 1995).
keterampilan pribadi (personal skills), antara lain:
Ketiga, proses konseling dirancang dengan
Pertama, penggunaan perspektif baru
mengikuti tahapan berikut: (1) Mengembangkan
bimbingan dan konseling yang lebih berorientasi
hubungan, identifikasi dan klarifikasi masalah
pada kemudahan individu dalam mengembangkan
(Develop the relationships, identify and clarify
keterampilan pribadi (personal skills) berupa
problems; (2) Menilai masalah dan mendefinisikan
kemudahan dalam: (1) mengakses informasi
kembali dalam bentuk keterampilan-keterampilan
bermutu tentang belajar; (2) memberikan bantuan
(Asses problems and redifine in skills terms); (3)
pribadi untuk mengintegrasikan hidup, belajar,
Tetapkan tujuan-tujuan kegiatan dan rencanakan
dan bekerja; (3) menumbuhkembangkan individu
intervensi-intervensinya (State working goals
sebagai pribadi, profesional, dan warga negara
and plan interventions); (4) Intervensi untuk
78
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
tertutup. Keterampilan berpikir (thinking skills/
(personal skills) dalam menghadapi masalah akan
inner games of living) ditandai dengan: (a) memiliki
memiliki inisiatif untuk menyusun berbagai pilihan
tanggung jawab sendiri untuk melakukan pilihan
alternatif penyelesaian masalah dari yang sederhana
sesuai dengan yang dipikirkan dan dirasakannya; (b)
sampai yang kompleks, fleksibel menggunakan
melakukan self-talk atau self statement secara positif
alternatif penyelesaian masalah tersebut, serta
yang dapat menuntun dirinya ke arah pemecahan
dilandasi oleh kemandirian (tanpa bergantung pada
masalah; (c) berpikir realistik atau rasional; (d)
kelompok sebaya, orang tua, dan significant others
memiliki persepsi yang akurat berdasarkan fakta
lainnya) dan rasa bertanggung jawab.
yang tepat; (e) memberikan penjelasan tentang
Nelson & Jones (1995:435), Nelson & Jones
penyebab suatu peristiwa secara akurat; (f) dapat
(Yusuf, 2003:69-70) mengatakan bahwa individu
memprediksi sesuatu (peluang, tantangan, dan/
(siswa) yang telah mencapai kualitas ‘the skilled
atau ancaman) secara realistik; (g) merumuskan
person” memiliki karakteristik sebagai berikut:
tujuan secara realistik; (h) memiliki keterampilan
(a) Responsiveness, yaitu keterampilan pribadi
menggunakan visualisasi; (i) mampu mengambil
(personal skills) yang terkait dengan kesadaran
keputusan secara realistik; (j) dapat mencegah
eksistensial, kesadaran perasaan, kesadaran motivasi
dan mengelola masalah (Nelson-Jones, 1995:435;
intrinsik (inner motivation), dan sensitivitas
Nelson-Jones dalam Sukartini, 2005:529; Nelson-
terhadap kecemasan dan perasaan bersalah; (b)
Jones dalam Yusuf, 2003: 69).
Realism, yaitu keterampilan pribadi (personal skills)
Keterampilan bertindak (action skills/outer
yang terkait dengan keterampilan berpikir realistis;
games of living) merujuk kepada sesuatu yang
(c) Realting, yaitu keterampilan dalam berinisiatif,
sedang berlangsung di luar diri individu (siswa)
mendengarkan, memberikan perhatian, kerja sama,
yaitu sesuatu yang sedang dilakukan dan sifatnya
asersi, serta mengelola bahaya dan konflik; (d)
terbuka. Keterampilan bertindak (action skills/outer
Rewarding activity, yaitu keterampilan pribadi
games of living) dapat dikelompokkan ke dalam
(personal skills) yang terkait dengan keterampilan
lima kelompok keterampilan, yaitu : (a) pesan
mengidentifikasi minat, keterampilan belajar,
verbal; (b) pesan suara; (c) pesan non-verbal; (d)
keterampilan bekerja, keterampilan memanfaatkan
pesan melalui sentuhan; (e) pesan melalui tindakan.
waktu luang, dan keterampilan memelihara
Indidivu (siswa) yang memiliki keterampilan
kesehatan fisik; dan (e) Right and wrong, yaitu
pribadi (personal skills) diharapkan mampu
keterampilan pribadi (personal skills) yang terkait
menjalani hidup secara efektif dan produktif, yaitu
dengan keterampilan menerapkan etika dalam
hidup yang dipenuhi dengan refleksi potensi dirinya
kehidupan sosial kemasyarakatan.
dalam berbagai aspek dan bidang kehidupan. Siswa
Senada dengan pendapat Nelson-Jones,
yang memiliki keterampilan pribadi (personal skills)
Grinder & Bandler (Najelah Naqiyah, 2003)
biasanya mampu beradaptasi secara maksimal
berpendapat bahwa individu (siswa) yang memiliki
dengan lingkungannya dan akan memperoleh
keterampilan pribadi (personal skills) ditandai
kemudahan sehingga kehidupannya menjadi lebih
dengan: (a) Respon yang ditampilkan selalu
baik. Siswa yang memiliki keterampilan pribadi
penuh dengan kesadaran terhadap keberadaan
ISSN 1412-565X
79
mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang
Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu
lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan
akan semakin meningkat kebutuhannya untuk
terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam
berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui
berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan
kekuatan dan kelemahannya. Sehingga ia akan
adalah tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi
menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sesuai
idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut
dengan potensi yang dimilikinya.
untuk mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan yang mendukung hal tersebut.
c) Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan
Hasil interaksi dengan keluarganya individu
informasi, tetapi mencakup tanggungjawab
juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan
pendidikan secara luas. Demikian pula dengan
makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara,
guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga
duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga
berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk
masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam
masa depan, ia adalah langkah pertama dalam
proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri
pembentukan kehidupan yang menuntut individu
yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau
untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi,
Pendidikan modern menuntut guru atau
kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan
pendidik untuk mengamati perkembangan individu
rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna
dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai
bagi masa depannya.
dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian
b) Teman Sebaya. Dalam kehidupan
ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan
pertemanan, pembentukan hubungan yang erat di
penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang
antara kawan-kawan semakin penting pada masa
diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan
siswa dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu yang
perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan
sulit bagi siswa adalah menjauh dari temannya,
proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan
individu mencurahkan kepada teman-temannya
metode yang digunakan oleh pendidik dalam
apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-
penyesuaian tersebut. Jadi di sini peran guru sangat
angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan
berperan penting dalam pembentukan kemampuan
kepada mereka secara bebas tentang rencananya,
penyesuaian diri individu.
cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam
Dalam kaitannya dengan mutu atau kualitas
semua itu individu menemukan telinga yang mau
lingkungan sekolah, MAN Insan Cendikia Serpong
mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati
menerapkan pendidikan dan pembelajaran dengan
yang terbuka untuk bersatu dengannya. Dengan
menempuh dua sisi yang saling melengkapi,
demikian pengertian yang diterima dari temanya
pada satu sisi pembelajaran diarahkan untuk
akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap
meningkatkan prestasi belajar secara maksimal,
keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri
pada sisi selanjutnya pembelajaran diarahkan kepada
individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri
upaya memfasilitasi pengalaman-pengalaman siswa
yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain.
dalam bekerjasama dan berhubungan dengan orang
80
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
mengembangkan keterampilan-keterampilan
susunan jasmaniah, sistem syaraf, kelenjar otot,
menolong diri (Intervene to develop self-helping
kesehatan, dan lain-lain; (2) perkembangan dan
skills); dan (5) Akhiri dan konsolidasikan
kematangan yang meliputi kematangan intelektual,
keterampilan-keterampilan menolong diri (End
sosial, moral, dan emosional; (3) penentu psikologis
and consolidate self-helping skills) (Nelson &
yang meliputi pengalaman belajar, pembiasaan,
Jones, 1995).
frustasi, dan konflik; (4) kondisi lingkungan yang
Keempat, dalam melaksanakan konseling, seorang konselor yang akan mengembangkan
meliputi rumah, sekolah, dan masyarakat, (5) penentu kultural berupa kebudayaan dan agama.
keterampilan pribadi (personal skills) klien
Selanjutnya Mutadin (2002),
seyogianya memenuhi persyaratan berikut: (1)
mengemukakan bahwa pada dasarnya penyesuaian
memiliki keterampilan berpikir dan bertindak
diri melibatkan individu dengan lingkungannya,
yang efektif; (2) menggunakan bahasa sehari-
pada penulisan ini beberapa lingkungan yang
hari untuk mengkonseptualisasikan berbagai
dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang
masalah dalam berbagai bentuk keterampilan; (3)
cukup sehat bagi siswa, di antaranya adalah:
memiliki keterampilan bergaul dan melatih yang
a) Keluarga yang aman, cinta, respek, toleran,
memadai; (4) memerlukan suatu rentang intervensi
dan memiliki kehangatan. Lingkungan keluarga
khusus yang berhubungan dengan masalah dan
juga merupakan lahan untuk mengembangkan
keterampilan problematik kliennya, yang hanya
berbagai kemampuan, yang dipelajari melalui
dapat dimiliki melalui pengalaman dan upaya yang
permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-
berkelanjutan; dan (5) memiliki kesadaran bahwa
pengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Tidak
pemberian bantuan melalui konseling keterampilan
diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan
hidup merupakan tantangan sepanjang hayat
persaingan antara anggota keluarga yang dilakukan
(Sukartini, 2005:546).
secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam
Kemampuan penyesuasian diri siswa,
perkembangan kejiwaan seorang individu. Oleh
sangat erat hubungannya dengan mutu atau
sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan
kualitas suatu lingkungan, baik keluarga,
individu pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya
maupun lingkungan masyarakat secara luas.
atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan
Sebab kemampuan penyesuasian diri yang
olehnya, sebab hal tersebut memupuk rasa putus
dimiliki individu dihasilkan melalui interaksi dan
asa pada jiwa individu
pengamatan sehari-hari mereka dengan orang atau
tersebut.
lingkungan di sekelilingnya. Sehubungan dengan
Dalam keluarga individu juga belajar agar
faktor penentu kemampuan penyesuaian diri,
tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi
Surya (1985:18), menjelaskan bahwa penentu-
dengan anggota keluarga yang lain. Individu
penentu penyesuaian diri identik dengan faktor
belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara
yang menentukan perkembangan kepribadian,
penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai
adapun penentu-penentu yang dimaksud adalah:
orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu.
(1) kondisi jasmaniah yang melipti pembawaan,
Kemudian dalam lingkungan keluarga individu
ISSN 1412-565X
81
c) Dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua unsur petugas.
1. Kemampuan Penyesuain Diri Siswa Pada umumnya siswa MAN Insan Cendikia
d) Mempunyai tujuan yang ideal tetapi realistis.
Serpong Tanggerang memiliki kemampuan
e) M e n c e r m i n k a n k o m u n i k a s i y a n g
penyesuaian diri cenderung tinggi. Artinya, siswa
berkesinambungan di antara semua staf
telah memiliki pemahaman dan kesadaran yang
pelaksana.
tinggi tentang budaya sendiri, budaya lain, norma
f) Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.
atau sistem nilai yang berlaku dalam lingkungannya;
g) Penyusunannya disesuaikan dengan program
dan telah memiliki kemampuan bagaimana
pendidikan dan pengajaran di sekolah yang
berperilaku dalam lingkungannya. Bahkan aspek
bersangkutan.
pemahaman dan kesadaran tentang budaya sendiri
h) Memberikan kemungkinan pelayanan kepada i) j)
dan bagaimana berperilaku pada lingkungannya
seluruh siswa.
memiliki kecenderungan lebih tinggi daripada
Memperlihatkan peran yang penting dalam
aspek penyesuaian diri yang lainnya, sedangkan
menghubungkan sekolah dengan masyarakat.
pemahaman dan kesadaran tentang budaya lain
Berlangsung sejalan dengan proses penilaian
lebih rendah.
baik mengenai program itu sendiri, kemajuan
Kemampuan penyesuaian diri terhadap
siswa yang dibimbing, dan kemajuan
keragaman budaya ditandai dengan: (1) kesadaran
pengetahuan, keterampilan serta sikap para
dan pemahaman yang kuat tentang budayanya
petugas pelaksananya.
sendiri dan budaya orang lain, (2) ketahanan emosi
k) Menjamin keseimbangan dan kesinambungan
dalam menyikapi suatu perbedaan; (3) fleksibilitas
pelayanan bimbingan dalam hal: (a) pelayanan
dan keterbukaan terhadap pengalaman baru; dan
kelompok dan individual; (b) pelayanan yang
memiliki kekuatan otonomi pribadi agar mampu
diberikan oleh berbagai guru pembimbing;
mengorganisasikan perilaku positif sehingga
(c) penggunaan alat ukur yang objektif dan
memunculkan keharmonisan baik bagi budayanya
subjektif; (d) penelaahan tentang siswa dan
sendiri maupun budaya orang lain di sekitarnya. 2. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri Siswa
pemberian konseling; (e) pelayanan yang diberikan dalam berbagai jenis bimbingan; dan (f) pemberian konseling umum dan khusus.
terhadap Keragaman Budaya Program bimbingan dan konseling
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Memperhatikan hasil analisis data empiris penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai, yaitu dengan diperolehnya program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa terhadap keragaman budaya. Akan tetapi terdapat beberapa kesimpulan lain yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, yaitu sebagai berikut.
82
pribadi sosial yang dikembangkan telah mampu meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siwa terhadap keragaman budaya secara signifikan. Keberhasilan peningkatan kemampuan penyesuaian diri siswa terhadap keragaman budaya ini tidak terlepas dari kualitas program yang dikembangkan. Sebab program bimbingan dan konseling yang dikembangkan secara baik akan mendorong pelaksanaan layanannya dengan lancai sejumlah Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
lain. Sehingga bukan merupakan hal yang aneh apabila kemampuan penyesuaian diri siswa terhadap
Terhadap Keragaman Budaya Siswa MAN Insan Cendikia Serpong
keragaman budaya begitu tinggi dan sangat tinggi.
2. Implementasi Program Bimbingan Pribadi Sosial Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling pribadi
Berdasarkan tabel di atas didapatkan thitung
sosial, baik melalui layanan dasar maupun responsif
sebesar 7,817 dengan df = 22, dengan tingkat
secara umum mampu meningkatkan kemampuan
signifikansi 5 % didapatkan ttabel sebesar 1,717
penyesuaian diri siswa terhadap keragaman budaya
dan pada tingkat signifikansi 1 % didapatkan
secara signifikan. Untuk melihat uji signifikansi
ttabel sebesar 1,321. Karena t hitung lebih besar dari
layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial,
t tabel baik pada taraf signifikan 5% maupun 1%
disajikan padaa tabel 3 dan 4 berikut ini.
maka Ho ditolak. Ha = μ1 > μ2 diterima, sehingga
Tabel 3 Hasil Uji t Layanan Dasar Berpasangan Data Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri terhadap Keragaman Budaya Siswa MAN Insan Cendikia Serpong
Rata-rata data pretest dan data postest layanan responsif adalah berbeda secara signifikan. Keberhasilan untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa terhadap keragaman budaya ini tidak terlepas dari kualitas program yang dikembangkan. Suherman AS., (2010) mengemukakan program bimbingan yang dikembangkan secara baik akan mendorong pelaksanaan layananya dengan lancai sejumlah
Berdasarkan tabel di atas didapatkan thitung
kegiatanbimbingan. efektif, efisien, serta dapat
sebesar 7,281 dengan df = 198, dengan tingkat
dilakukan evaluasi baik terhadap program, proses,
signifikansi 5 % didapatkan ttabel sebesar 1,658
maupun hasil. Program bimbingan yang disusun
dan pada tingkat signifikansi 1 % didapatkan ttabel
secara baik dan matang memberikan banyak
sebesar 1,289. Karena t hitung lebih besar dari t
keuntungan, baik bagi siswa yang mendapatkan
tabel
baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%
maka Ho ditolak. Ini berarti Ha = μ1 > μ2 diterima,
pelayanan maupun bagi guru pembimbing atau
staf bimbingan yang melaksanakannya.
sehingga Rata-rata data pretest dan data postest
Berikut ciri-ciri program bimbingan dan
layanan dasar adalah berbeda secara signifikan.
konseling yang baik, seperti yang dikemukakan
Tabel 4 Hasil Uji t Layanan Responsif Berpasangan Data Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri
oleh Miller dalam Suherman AS., (2010). a) Disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata siswa. b) Diatur menurut skala prioritas berdasarkan kebutuhan siswa.
ISSN 1412-565X
83
kegiatan bimbingan.efektif, efisien, serta dapat
yang lebih baik serta mampu penghargaan terhadap
dilakukan evaluasi baik terhadap program, proses,
perbedaan siswa yang lainnya.
maupun hasil. Program bimbingan yang disusun
4. Pelaksanan Perkuliahan Prodi Bimbingan
secara baik dan matang memberikan banyak
dan Konseling
keuntungan, baik bagi siswa yang mendapatkan pelayanan maupun bagi guru pembimbing atau staf bimbingan yang melaksanakannya.
Keragaman budaya pada setiap lingkungan menuntut guru bimbingan dan konseling atau
Berdasarkan kesimpulan yang telah
konselor memiliki pemahaman dan kesadaran yang
dikemukakan, maka sebagai akhir laporan penelitian
tinggi. Karena itu akan lebih baik apabila kurikulum
ini penulis menyampaikan beberapa rekomendasi:
perkulihan pada jenjang S2 menyertakan perkuliahan
1) pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
konseling multikultural yang menitikberatkan
pribadi sosial; 2) pelaksanan perkuliahan di Prodi
kemampuan pemahman dan kesadaran mahasiswa
Bimbingan dan Konseling; dan 3) penelitian
akan adanya keragaman budaya di lapangan.
selanjutnya.
5. Penelitian Selanjutnya
3. Sekolah dan Guru Bimbingan dan Konseling
Penelitian ini dilakukan di sekolah yang memiliki siswa dari berbagai daerah dan suku
Secara statistik, program bimbingan dan
bangsa serta budaya yang beragam, tetapi memiliki
konseling pribadi sosial dapat meningkatkan
homogenitas dalam bentuk keyakinan, yaitu
kemampuan penyesuaian diri siswa terhadap
beragama Islam. Kemudian yang ditelaah baru
keragaman budaya secara signifikan. Karena itu,
dalam bentuk profil umum tidak sampai kepada
implementasi layanan bimbingan dan konseling
penelaahan berdasarkan keragaman budayanya
pribadi sosial di sekolah tidak hanya dilakukan
sendiri. Karena itu untuk penelitian selanjutnya, ada
dengan dipadukan dalam aktivitas lain, seperti
beberapa tema yang dapat diteliti, yaitu kemampuan
dengan kegiatan akademis dan ekstrakurikuler tetapi
penyesuaian diri siswa berdasarkan keragaman
akan lebih baik apabila dilakukan secara khusus dan
anggota populasi sendiri, seperti tingkatan kelas,
fokus agar ke depannya siswa tidak hanya memiliki
sosial ekonomi, agama, dan jender. Bahkan kalau
kemampuan memahami diri secara positif, tetapi
memungkinkan dilakukan di sekolah internasional.
memiliki orientasi kehidupan pribadi dan sosial DAFTAR PUSTAKA Borg. Walter.R & Gall Meredith, D. (1989). Educational Research: An Introduction. Fifth Edition. New York: Longman. Herimanto, & Winarno. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. (2010). Jakarta: Bumi Aksara. Kartadinata. Sunaryo. (b). (1999), Bimbingan dan Konseling Perkembangan: Pendekatan Alternatif Bagi Perbaikan Mutu dan Sistem Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Mutadin, Zainudin. (2002). Penyesuaian Diri Remaja. Jakarta: tersesia dalam http://www.e-psikologi.com/epsi/ individual_detail.asp?id=390. [9 April 2002]. Myrick, Robert D. (1993). Developmental Guidance and Counseling : A Practical Approach (Second Edition). Minneapolis: Educational Media Coorporation. Naqiyah, Najelah. (2003). E-Counseling Menuju Keberhasilan Hidup. Makalah ABKIN. Nelson-Jones, R. (1995). Counseling and Personality : Theory and Practice. Singapura : South Wind Production.
84
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
Suherman,AS. Uman. (b). (2006), Pendekatan Konseling Qur’ani Untuk Mengembangkan Keterampilan Hubungan Sosial, Disertasi, Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Suherman, AS. Uman. (c). (2009). Manajmen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani. Sukartini, S.P. (2005). Konseling Keterampilan Hidup. dalam mamat Supriatna dan Ahmad Juntika Nurihsan (Eds). Pendidikan dan Konseling Di Era Global Perspektif Prof. Dr. Djawad Dahlan. Bandung : Rizqi Press. Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta Wahjosumidjo. Surya, M. (a). (1985). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pembangunan Jaya. Yusuf, LN. Syamsu (a). (2003). Konseling Keterampilan Hidup. Makalah ABKIN.
BIODATA SINGKAT Penulis adalah Mahasiswa S2 Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
ISSN 1412-565X
85