PROFIL PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS PEMBANTU WATES PINGGIRREJO MAGELANG JULI 2013 Riska Dwi Utomo, Elmiawati Latifah Program Studi Farmasi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Magelang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan obat di Puskesmas Pembantu Wates yang meliputi pendistribusian obat, penyimpanan obat, penggunaan obat dan pencatatan serta pelaporan obat. Penelitian ini menggunakan pendekatan observasi cross sectional. Pengumpulan data menggunakan pengamatan terstruktur dalam bentuk check list. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif-kualitatif dengan prosentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan obat di Puskesmas cukup baik dengan prosentase sebesar 73,02%. Abstract The reasearch aimed to know drug supply management in the public health centre of wates maid that included drug distribution, drug storage, drug use and recording and reporting of drug. This research used cross sectional observation approach. The data collection used structured observation in the form of check list. The data analysis tecnique used was descriptive quantitative-qualitative analysis with percentage. The result showed that drug supply management in the public health centre of wates was good enough with percentage of 73,02%. Keyword: Drug supply management, Public health centre
1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Munurut undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar
terwujud kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional2. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan memberikan pelayanan pengobatan (kuratif), pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Pengobatan
merupakan kegiatan penting Puskesmas sehingga obat-obatan pun jadi unsur penting1. Upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan ketersediaan obat dan kualitas pelayanan obat di puskesmas dan sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan puskesmas adalah melaksanakan berbagai aspek pengelolaan obat antara lain dalam sistem manajemen informasi obat. Terjadinya ketidakcukupan obat atau penyediaan stok obat yang berlebihan merupakan suatu masalah yang sering di jumpai di puskesmas, dimana masalah tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh faktor dana tetapi juga dipengaruhi oleh proses pengelolaan obat1. Pengelolaan obat di puskesmas perlu diteliti karena pengelolaan obat yang efisien sangat menentukan keberhasilan manajemen puskesmas secara keseluruhan, untuk menghindari perhitungan kebutuhan obat yang tidak akurat dan tidak rasional sehingga perlu dilakukan pengelolaan obat yang sesuai. Pengelolaan obat bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efisien, efektif, dan rasional. Aspek pengelolaan obat yang perlu dikaji diantaranya meliputi perencanaan obat, pengadaan obat, penerimaan obat, penyimpanan obat, distribusi obat, pemakaian obat, pencatatan dan pelaporan obat1. Terjaminnya ketersediaan obat di pelayanan kesehatan akan menjaga citra pelayanan kesehatan itu sendiri, sehingga sangatlah penting menjamin ketersediaan dana
yang cukup untuk pengadaan obat esensial, namun lebih penting lagi dalam mengelola dana penyediaan obat secara efektif dan efisien7. 2. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari data kegiatan pengelolaan obat, yaitu pendistribusian, penyimpanan, penggunaan serta pencatatan dan pelaporan obat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah check list dan data sekunder. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode analisis kuantitatif-kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pada tahap ini data akan dianalisis dan dideskripsikan dalam bentuk katakata untuk memperjelas hasil yang diperoleh. Data tersebut meliputi: pendistribusian, penyimpanan, penggunaan serta pencatatan dan pelaporan obat. Menganalisis data dari checklist dilakukan sebagai berikut: 1. Mengkuantitatifkan hasil checking sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” untuk masing-masing tahapan. Untuk kolom “Ya” nilainya 1 dan untuk kolom “Tidak” nilainya 0 2. Membuat tabulasi data. 3. Menghitung persentase dari tiaptiap subvariabel dengan rumus: P = S/N x 100% (s)
Keterangan: P = persentase sub variabel (s)
S = jumlah skor tiap sub variabel N = jumlah skor maksimum 4. Dari persentase diperoleh ditransformasikan
No 1 2 3 4
yang telah kemudian secara
kualitatif ke dalam tabel supaya pembacaan hasil penelitian menjadi mudah. Berdasarkan perhitungan di atas, maka range persentase dan kriteria kualitatif dapat ditetapkan sebagaimana dalam Tabel 1.
Tabel 1. Range Persentase Dan Kriteria Kualitatif10 Interval Kriteria 76% ≤ skor ≤ 100% Baik 51% ≤ skor ≤ 75% Cukup Baik 26% ≤ skor ≤ 50% Kurang Baik 0% ≤ skor ≤ 25% Tidak Baik
3. Hasil dan Pembahasan
obat dari Gudang Farmasi Kota/Kabupaten (GFK) ke Puskesmas atau dari Puskesmas ke unit-unit pelayanan kesehatan.
Berikut hasil penelitian pengelolaan obat di Puskesmas Pembantu Wates yang secara khusus di pecah menjadi 4 bagian yaitu Distribusi obat bertujuan untuk bagian pendistribusian, bagian mendekatkan obat dan alat kesehatan penyimpanan, bagian penggunaan kepada pemakai di unit pelayanan dan bagian pencatatan serta kesehatan sehingga setiap saat pelaporan obat: tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis a. Pendistribusian Obat dan efektif4. Puskesmas Pembantu Wates Pendistribusian obat merupakan kegiatan menyalurkan . Tabel 2. Hasil Pengamatan Pendistribusian Obat Persyaratan Pendistribusian No. Ya Tidak Skor Catatan Obat 1. Tersedia buku catatan Pengeluaran obat penerimaan pengeluaran 1 menggunakan obat komputer 2. Arsip LPLPO beserta 1 kelengkapannya di sub unit 3. Periode penerimaan obat Waktu tidak tentu 0 ditetapkan 4. Pemeriksaan kesesuaian 1 jenis obat dengan dokumen
Persyaratan Pendistribusian Obat Pemeriksaan kesesuaian jumlah obat dengan formulir LPLPO sub unit Pemeriksaan mutu obat Pencatatan kartu stok
No. 5.
6. 7.
Berdasarkan Tabel 2 maka persentase pendistribusian obat adalah sebagai berikut: P
(pendistribusian) =
S/N x 100%
Keterangan: P
= persentase pendistribusian obat S = jumlah skor N = jumlah skor maksimum (pendistribusian)
P
(pendistribusian)
= 5 / 7 x 100% = 71,43%
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pendistribusian obat-obatan sudah sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Obat di Puskesmas. Setelah menerima obat dari Puskesmas Induk diterima penanggungjawab obat Puskesmas Pembantu maka dilakukan pengecekan kembali apakah obat sesuai dengan jenis dan jumlah yang tertera dalam Lembar Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO). Kemudian obat dicatat di buku penerimaan obat. Obat tidak dicatat di kartu stok karena Puskesmas Pembantu Wates tidak menggunakan kartu stok dan langsung di masukkan ke komputer.
Ya
Tidak
Skor
1
1
0
Catatan
Tidak menggunakan kartu stok
Pendistribusian obat di Puskesmas Pembantu Wates dilakukan secara dropping dari Puskesmas Induk (Puskesmas Magelang Utara) dengan periode/tanggal dropping yang tidak ditentukan. Hal ini dilakukan karena untuk menghindari menumpuknya obat di Pustu. Apabila stock obat di Pustu habis maka petugas yang berwenang melakukan pesanan obat ke Puskesmas induk. Pengambilan obat pesanan biasanya diambil sendiri oleh petugas Puskesmas Pembantu. Pendistribusian obat dilakukan dari Puskesmas induk ke unit pelayanan (Puskesmas Pembantu) dan dari unit pelayanan (Pukesmas Pembantu) ke sub unit pelayanan (Apotek, BP Umum, BP Gigi dan KIA). Berdasarkan hasil pengamatan, persentase kesesuaian pengelolaan obat pada bagian pendistribusian di Puskesmas Pembantu Wates dengan pedoman yang ada adalah 71,43% yang berarti “cukup baik”. Beberapa hal yang tidak sesuai dengan pedoman yaitu tidak ditetapkannya periode/tanggal penerimaan obat serta tidak dilaksanakannya pencatatan kartu stok karena kartu stok tidak digunakan.
b. Penyimpanan Obat Puskesmas Pembantu Wates Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan obatobatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian
serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat7. Penyimpanan obat bertujuan adalah menjaga mutu obat, menjaga persediaan obat dan menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggungjawab.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Penyimpanan Obat No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Persyaratan
Ya
Tidak
Skor
Catatan
2
Luas minimal 2x4 m / disesuaikan dengan jumlah obat yang tersedia Ruangan kering tidak lembab Memiliki ventilasi cukup Pencahayaan cukup Lantai dibuat dari semen/tegel/keramik/ papan Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah Tidak ada pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda Tersedia lemari/laci khusus narkotika dan psikotropika Ada pengukur suhu dan higrometer ruangan Ada alat pemadam kebakaran dan mudah dijangkau Obat disusun alfabetis setiap sediaan Obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO Obat disimpan pada rak Obat yang disimpan pada lantai diletakkan diatas palet Tumpukan dus sebaiknya sesuai dengan petunjuk Sediaan obat cair dipisah dengan sediaan padatan Sera, vaksin dan supositoria disimpan di lemari pendingin
1
1 1 1
1
1
0
0
0
0
Terdapat barang lain
Dicampur obat lain
1
0
0
1
1
1
1
1
1
Persediaan terbatas
No.
Persyaratan
Ya
20.
Lisol & desinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya Bahan-bahan mudah terbakar disimpan dalam ruangan khusus Wadah selalu tertutup rapat Bila memungkinkan ada kipas angin atau AC Silica gel tetap dalam wadah tablet dan kapsul Jendela-jendela diberi gorden Kaca jendela dicat putih Atap gedung tidak terbuat dari bahan metal Tidak ada kontak dengan benda benda yang tajam Ruangan dikunci apabila tidak dipakai Melakukan pengamatan mutu obat secara berkala, setiap bulan Tindak lanjut terhadap obat yang rusak atau kadaluarsa Pencatatan kartu stok obat Membersihkan ruangan setiap hari Alat pemadam kebakaran dicek secara berkala
1
1
1
21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Berdasarkan Tabel 3 maka persentase penyimpanan obat adalah sebagai berikut: P
(penyimpanan) =
S/N x 100%
Keterangan: P =
persentase (penyimpanan) penyimpanan obat S = jumlah skor N = jumlah skor maksimum P
(penyimpanan)
= 24 / 34 x 100% = 70,59%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas Pembantu Wates sudah cukup memenuhi
Tidak
Skor
0
1
1 0
1
1
1
1
1
0 1
0
Catatan
Tidak tersedia
syarat. Tempat penyimpanan obat tidak benar-benar digunakan untuk menyimpan obat melainkan terdapat barang lain seperti buku-buku, kertas laporan, dan lain-lain. Obat-obatan yang tersedia di Puskesmas Pembantu Wates sebagian besar adalah obat generik dan sedikit obat paten yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras dan obat psikotropika. Dikarenakan kebutuhan obat di Puskesmas sedikit, dalam penyimpanan semua obat hanya disimpan dalam 1 lemari yang lumayan besar. Hal ini kurang sesuai dimana obat psikotropika harus
dipisahkan dengan obat lain dan disimpan di lemari khusus yang dilengkapi kunci ganda. Alasan obat psikotropika dicampur dengan obat lain yaitu karena jumlah obat psikotropika yang sedikit yang jumlahnya tidak lebih dari 2 jenis obat. Penyusunan obat sudah cukup baik, meskipun obat tidak disusun secara alfabetis sebab sedikitnya jumlah obat namun obat telah disusun secara FIFO (First In First Out), FEFO (First Expired First Out) dan berdasarkan bentuk sediaan. Pengecekan mutu obat pun dilakukan setiap bulannya. Apabila ditemukan obat rusak atau kadaluarsa maka langsung dilakukan pengembalian obat ke Puskesmas induk. Pencatatan keluar masuk obat tidak dilakukan dengan kartu stok melainkan langsung ke komputer. Hal ini dilakukan dengan alasan kemudahan.
Puskesmas Pembantu Wates dengan pedoman yang ada adalah 70,59 % yang berarti “cukup baik”. Kekurangan yang menonjol pada bagian penyimpanan terdapat pada tidak adanya penyimpanan khusus untuk obat psikotropika, tidak adanya alat pemadam kebakaran dan penggunaan ruangan penyimpanan obat yang tidak hanya digunakan untuk menyimpan obat. c. Penggunaan Obat Puskesmas Pembantu Wates Penggunaan obat adalah pemanfaatan obat dimulai dari pelayanan yang baik, kemasan dan etiket yang baik serta informasi yang jelas tentang penggunaanya. Penggunaan obat berkaitan dengan peresepan yang rasional, peresepan yang rasional yaitu apabila pemilihan obat dilakukan dengan memilih obat yang tepat dari berbagai alternatif obat yang ada dan dosis sesuai dengan diagnosis kondisi pasien dan berpedoman pasa standar yang berlaku.
Berdasarkan hasil pengamatan, persentase kesesuaian pengelolaan obat pada bagian penyimpanan di . Tabel 4. Hasil Pengamatan Penggunaan Obat No. Persyaratan Ya Tidak Skor 1. Keseuaian obat dengan DOEN 1 2. Adanya daftar sinonim nama obat 1 tertentu 3. Adanya daftar nama seluruh obat 1 beserta kadarnya 4. Adanya kelengkapan kemasan obat 1 5. Petugas mengkonfirmasi bahwa penerima obat adalah pasien atau 0 keluarga pasien 6. Menghindari peresepan obat yang 1 berlebihan (polifarmasi) 7. Memberikan penyuluhan tentang 1 penyakit yang diderita
Catatan
Jarang dilakukan
No. 8.
Persyaratan Memberikan penyuluhan tentang obat yang dipakai Dalam penyampaian informasi sopan, santun dan sabar. Sebelum obat diserahkan pasien dilakukan pengecekan akhir Pencatatan pengeluaran obat
9. 10. 11.
Berdasarkan Tabel 4 maka persentase penggunaan obat adalah sebagai berikut: P
(penggunaan) =
S/N x 100%
Keterangan: P (penggunaan) = persentase penggunaan obat S = jumlah skor N = jumlah skor maksimum P
(penggunaan)
= 10 / 11 x 100% = 90,9%
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan obat di Puskesmas Pembantu Wates telah memperhatikan aspek ekonomis sebab sebagian besar obat yang digunakan adalah obat generik yang harganya lebih murah dari obat non generik tetapi memiliki khasiat yang sama. Selain itu, obat-obat yang sesuai DOEN adalah sekitar 72 obat (57,6%) dari total 125 jenis obat yang tersedia di Puskesmas Pembantu Wates. Obat DOEN merupakan obat yang paling dibutuhkan dan diupayakan tersedia untuk pelayanan kesehatan. Penggunaan obat di Puskesmas Pembantu Wates dilakukan dengan serangkaian
Ya
Tidak
Skor
1
1
1
1
Catatan
kegiatan berupa pemahaman isi resep, mengemas obat dalam kemasan obat yang telah dituliskan informasi tentang aturan pakai obat. Sebelum obat diserahkan pada pasien, dilakukan pengecekan akhir guna memastikan kesesuaian obat dan aturan pakai dengan resep yang ada. Pemberian informasi mengenai penggunaan obat juga dilakukan oleh petugas pada saat menyerahkan obat kepada pasien dengan sopan dan santun. Pemberian informasi ini dilakukan agar kemungkinan penggunaan obat yang secara irasional dapat dihindari. Informasi yang biasanya diberikan pasien yaitu informasi khasiat obat dan aturan pakai. Setelah semua kegiatan di Puskesmas selesai, petugas melakukan pencatatan pengeluaran obat yang bersumber dari resep masuk ke dalam komputer. Pencatatan pengeluaran obat dilakukan setiap hari atau harian. Berdasarkan hasil pengamatan, persentase kesesuaian pengelolaan obat pada bagian penggunaan obat di Puskesmas Pembantu Wates dengan pedoman yang ada adalah 90,9% yang berarti “baik”. Hasil ini
menandakan bahwa pelayanan penggunaan obat di Puskesmas Pembantu Wates telah sesuai dengan pedoman yang berlaku. Kekurangannya hanya pada saat petugas tidak memastikan bahwa penerima obat adalah pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan karena keterbatasan SDM dibandingkan dengan jumlah pasien yang datang untuk berobat. SDM yang bertugas di pelayanan obat hanya 1 orang yang harus melayani resep sekitar 35-50 resep per hari.
No. 1. 2. 3.
4.
5. 6.
7.
8. 9. 10.
d. Pencatatan dan Pelaporan Obat Puskesmas Pembantu Wates Pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya9. Pencatatan dan pelaporan obat bertujuan agar tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan, pengeluaran/penggunaan dan persediaan obat pada kurun waktu tertentu.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Pencatatan dan Pelaporan Obat Sistem Pencatatan dan Ya Tidak Skor Catatan Pelaporan Tersedia kartu stok Langsung ke 0 komputer Tersedia LPLPO sub unit 1 Tiap lembar kartu stok hanya Kartu stok tidak untuk mencatat data mutasi 1 0 digunakan jenis obat Tiap baris hanya untuk Kartu stok tidak mencatat 1 kejadian mutasi 0 digunakan obat Ada catatan harian pemakaian 1 obat Ada berita acara pengembalian obat bila obat rusak atau 1 kadaluarsa Setiap terjadi mutasi obat Kartu stok tidak langsung dicatat dalam kartu 0 digunakan stok Pencatatan pemakaian obat 1 harian Penerimaan dan pengeluaran 1 dijumlah tiap akhir bulan Hasil akhir pencatatan 1 diketahui oleh kepala Pustu
No. 11.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelaporan penggunaan obat kepada Puskesmas induk dilakukan setiap bulan
Berdasarkan Tabel 5 maka persentase pencatatan dan pelaporan obat adalah sebagai berikut: P
(pencatatan pelaporan) =
S/N x 100%
Keterangan: P
= persentase pencatatan dan pelaporan obat S = jumlah skor N = jumlah skor maksimum (penctatan
P
pelaporan)
(pencatatan pelaporan) =
7 / 11 x 100%
= 63,64% Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencatatan dan pengelolaan obat di Puskesmas Pembantu Wates telah menggunakan sistem komputerisasi, sehingga mempermudah dalam pengelolaan data, namun terkadang juga masih ada yang dilakukan secara manual. Pencatatan pemakaian obat dilakukan setiap hari dan pada akhir bulan dilakukan pelaporan pemakaian obat ke Puskesmas induk yang dalam hal ini adalah Puskesmas Magelang Utara. Laporan pemakaian beserta laporan permintaan obat terlansir dalam LPLPO sub unit. LPLPO sub unit ini digunakan sebagai acuan untuk pendistribusian obat ke Puskesmas Pembantu. Sebelum dilakukan pelaporan ke Puskesmas induk, hasil pencatatan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Ya
Tidak
Skor
Catatan
1
Sistem komputerisasi di Puskesmas Pembantu Wates telah menggantikan fungsi kartu stok di Puskesmas. Dengan kata lain kartu stok tidak digunakan dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dilakukan dengan alasan kemudahan dalam pencatatan maupun pelaporan sehingga pencatatan obat datang, obat keluar, sisa persediaan tidak dicatat di kartu stok terlebih dahulu namun langsung ke komputer. Berdasarkan hasil pengamatan, persentase kesesuaian pengelolaan obat bagian pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas Pembantu Wates dengan pedoman yang ada adalah 63,64 % yang berarti “cukup baik”. Kekurangan pada bagian ini yaitu karena tidak digunakannya kartu stok. Berikut tadi penjelasan pengelolaan obat di Puskesmas Pembantu Wates secara khusus yang dibagi menjadi bagian-bagian unit pengelolaan obat. Setelah mengetahui gambaran pengelolaan obat di tiap bagian unit, perlu dilakukan gambaran pengelolaan obat secara keseluruhan dengan menggabungkan tiap aspek pengelolaan obat. Secara umum pengelolaan obat di
gambaran Puskesmas
Pembantu Wates adalah sebagai berikut: Total skor yang didapat = 46 Total skor maksimal = 63 Jika dimasukkan dalam rumus, P = S/N x 100% (pengelolaan obat)
Maka, P
(pengelolaan obat)
= 46 /63 x 100% = 73,02%
Secara umum pengelolaan obat yang meliputi dimensi pendistribusian, penyimpanan, penggunaan dan pencatatan serta pelaporan obat mendapatkan total persentase sebesar 72,59% yang berarti pengelolaan obat di Puskesmas Pembantu Wates tergolong “cukup baik”. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa hipotesis peneliti yang menyebutkan pengelolaan obat di Puskesmas Pembantu Wates “baik” tidak sesuai dengan hasil penelitian. Ketidaktepatan ini dimungkinkan karena saat observasi tidak dilakukan secara mendalam. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara umum manajemen pengelolaan obat di Puskesmas Pembantu Wates cukup baik dan sesuai standar yang berlaku.
Daftar Acuan 1.
Anjarwati. Rori, 2010, Evaluasi Kesesuaian Pengelolaan Obat Pada Puskesmas Dengan Standar Pengelolaan Obat Yang Ada Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. 2. Anonim, 1992, Undang-Undang Nomor 23 Tentang Kesehatan, Depkes RI, Jakarta. 3. Anonim, 1999, Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I, Depkes RI, Jakarta. 4. Anonim, 1995, Dirjen POM Pengelolaan Obat di Tingkat Puskesmas, Depkes RI, Jakarta. 5. Anonim, 2002, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Depkes RI, Jakarta. 6. Anonim, 2005, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Pustu/Polindes. Depkes RI, Jakarta. 7. Anonim, 2007, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Daerah Kepulauan, Depkes RI, Jakarta. 8. Anonim, 2009, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas, Depkes RI, Jakarta. 9. Anonim, 2010, Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. 10. Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.