Profil Mata Wanita Muda Indonesia Usia 19-21 Tahun yang Memenuhi Kriteria Atraktif Menurut Mahasiswa Semester 5 Program Studi Pendidikan Dokter FKUA Eye Profile Of Indonesian Young Women Aged 19-21 Years Judged To Be Attractive By Third Year Medical Students of Airlangga University
Novita Ifamela, David S.Perdanakusuma, Magda R Hutagalung, Toetik Koesbardiati*, Ulfa Elfiah Departemen Ilmu Bedah Plastik, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia *Departemen Antropologi, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Abstrak Latar Belakang : Wanita identik dengan estetika yang diekspresikan lewat keatraktifan fisik, salah satunya keatraktifan wajah. Salah satu komponen wajah yang paling terlihat adalah mata. Selama ini, penelitian yang mengumpulkan dan menganalisis data profil mata wanita Indonesia masih terbatas. Standar profil mata atraktif yang ada kebanyakan masih menggunakan subjek penelitian wanita ras Kaukasia. Nilai standar khas Indonesia ini diperlukan bagi dunia kedokteran seperti bidang ilmu bedah plastik sebagai acuan bedah rekonstruksi dan estetika serta sebagai data dasar bagi bidang antropologi forensik untuk menilai dan merekonstruksi gambaran biologis individu manusia. Tujuan : Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan data dasar profil mata sebagai penunjang pembuatan standar profil mata wanita atraktif Indonesia. Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dua puluh satu wanita muda Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi, salah satunya memenuhi kriteria atraktif dilakukan pengukuran antropometri profil mata langsung. Baik kriteria atraktif maupun pemilihan subjek penelitian didapat melalui kuesioner yang diisi oleh populasi penelitian. Ada 7 variabel mata yang diukur. Data dianalisis secara deskriptif dengan uji-uji statistik dan disajikan dalam bentuk naratif. Normalitas data diuji dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Data diolah dengan analisis univariat statistik deskriptif untuk mendapatkan nilai rata-rata, simpangan baku, dan nilai maksimum-minimum. Data antropometri mata wanita atraktif dibandingkan dengan data antropometri mata wanita normal dari penelitian sebelumnya dengan uji Independent Sample-t untuk data yang terdistribusi normal dan dengan uji nonparametrik Mann-Whitney untuk data yang tidak terdistribusi normal. Hasil : Mayoritas dari subjek penelitian terpilih berasal dari Jawa (76,19%). Didapat satu variabel yang memiliki perbedaan bermakna antara data antropometri mata atraktif dan normal yaitu tinggi kelopak mata atas (os-ps) kiri dan kanan wanita atraktif lebih rendah. Berdasarkan kategori neoklasikal fasial canon, baik pada wanita atraktif maupun normal sebagian besar memiliki ukuran lebar hidung (al-al) lebih besar dibanding lebar interkantus (en-en) dan ukuran panjang fisura mata (en-ex) lebih lebar dibanding lebar interkantus (en-en). Sedangkan pada wanita Kaukasia, ukuran lebar ala nasi (al-al), lebar interkantus (en-en), panjang fisura mata (en-ex) hampir sama. Kesimpulan : Wanita Indonesia atraktif memiliki tinggi kelopak mata atas (os-ps) lebih rendah dibanding wanita Indonesia normal. Wanita Indonesia memiliki ukuran-ukuran profil mata yang khas, yang berbeda dengan ras lain seperti Kaukasia, sehingga dalam penggunaannya kurang sesuai bila menggunakan standar profil mata bangsa lain. Kata Kunci : profil mata, wanita Indonesia, atraktif Abstract Background : Woman is identical with beauty expressed by physical attractiveness’, including facial attractiveness. One of the most dominant facial components is the eye. So far, there have been limited studies on the eye profile of Indonesian women. The available standard values of attractive eye profile are still based on study samples of Caucasian women. Standard values specific of Indonesian women are needed by Indonesian plastic and reconstructive surgeons to form a baseline anthropometric template and by forensic anthropologist for assessing and reconstructing biologic description of Indonesian individuals. Purpose : This study was performed to obtain basic data of eye profile to establish standard value of Indonesian attractive women’s eye profile. Methods : This study was a descriptive study. Twenty one Indonesian young women who met the inclusion criteria, one of them is being attractive, underwent direct anthropometry of eye profile. Both the
criteria of attractiveness and the study samples were chosen by the study population by filling questionnaires. There were 7 eye variables measured. The data were analized descriptively by statistic tests and presented narratively. The normality of data were analyzed by using Kolmogorov-Smirnov test. The data were analyzed by descriptive univariate statistic test to obtain mean, standard deviation and minimum-maximum values. The attractive women’s anthropometric data were compared with the normal women’s by using Independent Sample-t test for data distributed normally and nonparametric Mann-Whitney test for data not distributed normally. Result : Most of the samples were Javanese women (76,19%). There was one variable, the upper eyelid height (os-ps) which was significantly different between attractive women and normal women. The attractive women’s was narrower. Based on neoclassical facial canon, in both attractive and normal women, most of them had nose width (al-al) wider than intercanthal width (en-en) and eye fissure width (en-ex) wider than intercanthal width (en-en). Whereas, in Caucasian women, nose width (al-al), intercanthal width (en-en) and eye fissure width (en-ex) values almost equivalent to one another. Conclusion : The upper eyelid height (os-ps) in attractive Indonesian women was narrower than in normal women. Indonesian women had spesific eye profile values which differed from those of other races for example Caucasian women, so standard values of one race maybe less applicable for another race. Keywords : eye profile, Indonesian young women, attractive
Pendahuluan Wanita identik dengan estetika yang diekspresikan lewat keatraktifan fisik, salah satunya keatraktifan wajah. Menurut Farkas & Kolar (1987), keatraktifan wajah adalah kualitas anatomi yang dapat dideskripsikan dengan baik secara kuantitatif dan bukan konsep abstrak1. Salah satu komponen wajah yang paling terlihat adalah mata. Bersama dengan hidung, mata merupakan salah satu komponen wajah yang menjadi bagian sentral dari wajah dan cukup mempengaruhi keatraktifan wajah seorang wanita2. Selama ini, penelitian yang mengumpulkan dan menganalisis data profil mata wanita Indonesia masih terbatas. Standar profil mata atraktif yang ada kebanyakan masih menggunakan subjek penelitian wanita ras Kaukasia. Padahal, menurut Matory (1986), Abraham (2003), Honrado (2005) dan Maidl (2005), hasil operasi wajah untuk bangsa Asia
khususnya Indonesia akan menjadi tidak proporsional dan tidak lagi menunjukkan nilai khas profil wajah wanita Indonesia jika mengacu pada standar ras Kaukasia2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dasar profil mata sebagai penunjang pembuatan standar profil mata wanita atraktif Indonesia. Nilai standar ini diperlukan bagi dunia kedokteran seperti bidang ilmu bedah plastik dan antropologi forensik. Di bidang ilmu bedah plastik, standar profil mata atraktif diperlukan sebagai acuan dalam operasi rekonstruksi dan estetik mata wanita Indonesia. Sedangkan di bidang antropologi forensik, standar profil mata atraktif ini diperlukan untuk melengkapi data dasar tentang profil mata wanita Indonesia dalam proses menilai dan merekonstruksi gambaran biologis individu manusia.
Bahan dan Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif di bidang ilmu bedah plastik yang melibatkan bidang antropologi. Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai Sepember 2012 dengan subjek penelitian yang terdiri dari dua puluh satu mahasiswi usia 19-21 tahun Program Studi Pendidikan Dokter FKUA yang memenuhi kriteria inklusi, salah satunya memenuhi kriteria atraktif menurut populasi penelitian. Baik kriteria atraktif maupun pemilihan subjek penelitian didapat melalui kuesioner yang diisi oleh populasi penelitian. Teknik penelitian menggunakan pengukuran antropometri profil mata langsung menggunakan alat ukur berupa jangka sorong. Ada tujuh variabel mata yang diukur yaitu objek pengukuran linier-proyektif-horisontal: lebar interkantus (en-en), lebar biokular (ex-ex), panjang fisura mata (en-ex) dan objek pengukuran linierproyektif-vertikal: tinggi fisura mata (ps-pi), tinggi orbita (os-or), tinggi kelopak mata atas (os-ps),
tinggi kelopak mata bawah (pi-or). Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji-uji statistik dan disajikan dalam bentuk naratif. Normalitas data diuji menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data diolah dengan analisis univariat statistik deskriptif untuk mendapatkan nilai rata-rata, simpangan baku, dan nilai maksimum-minimum. Data antropometri mata wanita atraktif itu dibandingkan dengan data antropometri mata wanita normal dari penelitian sebelumnya dengan menggunakan uji Independent Sample-t untuk data yang terdistribusi normal. Hasil uji normalitas menunjukkan sebaran data variabel tinggi kelopak mata bawah (pi-or) kiri tidak normal, sehingga untuk uji analisis digunakan uji nonparametrik Mann-Whitney. Hasil Penelitian Dari hasil identifikasi asal suku, mayoritas dari subjek penelitian terpilih berasal dari suku yang sama yaitu Suku Jawa (76,19%). Berdasarkan data analisis statistik yang membandingkan data
antropometri mata wanita atraktif dan wanita normal dari penelitian sebelumnya3, didapatkan satu variabel yang memiliki perbedaan bermakna yaitu os-ps kiri dan kanan. Jadi, menurut data, tinggi kelopak mata atas wanita atraktif lebih rendah daripada kelopak mata atas wanita normal (Tabel 1). Berdasarkan kategori neoklasikal fasial canon yang membandingkan variabel mata dengan variabel komponen wajah yang lain, didapatkan hasil bahwa baik pada wanita atraktif maupun
normal sebagian besar memiliki ukuran lebar hidung (al-al) lebih besar dibanding lebar interkantus (en-en) dan ukuran panjang fisura mata (en-ex) lebih lebar dibanding lebar interkantus (enen) (Tabel 2). Foto salah satu wanita normal (kiri) dari penelitian sebelumnya dan foto wanita atraktif (kanan) salah satu dari 21 subjek penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Tabel 1. Pengukuran Antropometri
Regio
Normal n=16
mata en-en
Atraktif n=21
32,6250±2,84898(27-37)
32,0952±3,43373(21-37)
Total n=37
Analisis Statistik t-test
32,3243±3,16275(21-37)
P>0,05
Normal n=17
Atraktif n=21
Total n=38
ex-ex
101,8824±5,10982(90110)
100,5238±3,91943(91108)
101,1316±4,47921(90110)
P>0,05
en-ex (ki)
36,2353±3,40091(31-45)
35,8095±2,20479(31-40)
36,0000±2,77050(31-45)
P>0,05
en-ex (ka)
36,7059±3,19697(32-43)
36,0476±2,15583(32-41)
36,3421±2,65367(32-43)
P>0,05
ps-pi (ki)
12,0588±2,83881(6-17)
12,2381±5,19524(9-34)
12,1579±4,25235(6-34)
P>0,05
ps-pi (ka)
11,9412±2,56102(7-16)
12,2857±6,01783(7-37)
12,1316±4,73726(7-37)
P>0,05
os-or(ki)
24,5882±5,33923(16-34)
22,3810±4,91402(14-32)
23,3684±5,15920(14-34)
P>0,05
os-or (ka)
23,7647±4,86736(16-31)
22,4286±5,09482(14-34)
23,0263±4,97283(14-34)
P>0,05
os-ps (ki)
8,0000±3,33542(2-12)
3,8571±1,68184(1-7)
5,7105±3,27074(1-12)
P<0,05
os-ps (ka)
7,8824±3,10005(3-13)
3,8571±1,42428(2-6)
5,6579±3,06044(2-13)
P<0,05
pi-or (ki)
5,4118±1,76985(3-9)
4,4762±1,03049(3-7)
4,8947±1,46655(3-9)
P>0,05
pi-or (ka)
5,4118±1,80481(2-9)
4,5714±1,07571(3-6)
4,9474±1,48774(2-9)
P>0,05
Tabel 2. Perbandingan Neoklasikal Fasial Canon Kategori Neoklasikal Fasial Canon Orbitonasal en-en < al-al en-en = al-al en-en > al-al Orbital Kiri en-en < en-ex en-en = en-ex
Normal n=16
Atraktif n=21
13 (81,25%) 1 (6,25%) 2 (12,5%)
18 (85,71%) 1 (4,76%) 2 (9,52%)
13 (81,25%) 1 (6,25%)
19 (90,48%) 1 (4,76%)
en-en > en-ex Kanan en-en < en-ex en-en = en-ex en-en > en-ex
Gambar
2 (12,5%)
1 (4,76%)
14 (87,5%) 1 (6,25%) 1 (6,25%)
17 (80,95%) 3 (14,29%) 1 (4,76%)
1.
Foto
Wanita
Normal
dan
Atraktif
Pembahasan Variabel tinggi kelopak mata atas (os-ps) yang ditemukan adanya perbedaan nilai signifikan antara wanita atraktif dan normal pada penelitian ini, tidak dihitung di beberapa penelitian sebelumnya seperti penelitian pada wanita ras Kaukasia oleh Farkas & Kolar, pada wanita Korea Amerika oleh Choe et al dan pada wanita Afrika Amerika oleh Potter dan Olson 1, 4, 5. Bila hasil kategori neoklasikal fasial canon pada wanita Indonesia normal dan atraktif dibandingkan wanita Kaukasia, ditemukan perbedaan karena wanita Kaukasia yang memiliki
ukuran lebar ala nasi (al-al), lebar interkantus (enen) dan panjang fisura mata (en-ex) hampir sama3. Penelitian di Indonesia yang mengukur antropometri wajah wanita Jawa telah dilakukan oleh Reksodiputro pada tahun 2009 dengan menggunakan metode fotometri6, sedangkan pada penelitian ini digunakan metode antropometri langsung.
Simpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa wanita atraktif Indonesia memiliki ukuran tinggi kelopak mata atas lebih rendah dibanding wanita Indonesia normal. Ukuran-ukuran profil mata wanita Indonesia memiliki ciri khas, yang berbeda bila dibandingkan dengan ukuran wanita ras lain seperti Kaukasia, sehingga dalam penggunaannya kurang sesuai bila mengunakan standar profil mata
bangsa lain. Disarankan untuk dilakukan pengembangan penelitian yang mencakup jumlah subjek penelitian yang lebih besar dan multicenter agar hasil yang didapat lebih representatif. Sejauh ini, dari perbedaan ukuran tinggi kelopak mata atas yang signifikan antara wanita atraktif dan normal, dapat mulai dipikirkan untuk dikembangkan suatu teknik, implan misalnya, yang dapat membuat tinggi kelopak mata atas menjadi lebih rendah.
Daftar 1.
2.
3.
Farkas, Leslie G & Kolar, John C 1987, ‘Anthropometrics and Art in The Aesthetics of Women’s Faces’, Clinics in Plastics Surgery, vol 14, pp 602-615. Odias, R Rio 2008, ’Analisis Wajah Perempuan Suku Batak’, Tesis, Universitas Sumatera Utara, pp. 1-10. Elfiah, Ulfa, Putri, Indri Lakhsmi, Hutagalung, Magda R, Perdanakusuma, David
Rujukan
4.
S, Koesbardiati, Toetik 2011, ‘Variables of Indonesian Facial Anthropometry and Cephalometry as Database in Reconstruction of Maxillofacial Trauma’, Journal of Emergency, vol 1(1), pp. 8. Choe, Kyle S, Sclafani, Anthony P, Litner, Jason A, Yu, Guo-Pei, Thomas, Romo III 2004, ‘The Korean American Woman’s Face: Anthropometric Measurements and Quantitative Analysis of Facial Aesthetics’,
5.
Arch Facial Plastic Surgery, vol 6, pp. 246251. Potter, Jennifer P & Olson, Krista L 2001, ‘Anthropometric Facial Analysis of the African American Woman’, Arch Facial Plastic Surgery, vol 3, pp. 193.
6.
Reksodiputro, Mirta H, Koento, Trimartani, Boedhihartono, Sclafani, Anthony P 2009, ‘Facial Anthropometric Analysis of the Javanese Female’, Arch Facial Plastic Surgery, vol 11(5), pp. 348.