Keterampilan Sosial Anak Autistik ... (Amalia Nrul Rizki) 184
PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL ANAK AUTISTIK DI SEKOLAH PENYELENGGARA PROGRAM INKLUSI (SPPI) KOTA YOGYAKARTA SOCIAL SKILLS PROFILE OF CHILDREN WITH AUTISTIC AT INCLUSIVE SCHOOL (SPPI) YOGYAKARTA Oleh Amalia Nurul Rizki Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keterampilan sosial anak autistik di Sekolah Penyelenggara Program Inklusi (SPPI) Kota Yogyakarta. Keterampilan sosial anak autistik dapat dilihat dari tiga aspek gangguan yang dialami anak autistik yang mencakup interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan angket. Responden penelitian adalah enam (6) guru kelas/ guru pendamping khusus dan enam (6) orang tua/ wali anak autistik. Analisis data yang dilakukan pada tahap awal yaitu dengan memasukkan data hasil kuesioner ke dalam tabel; kedua, memberi kode/ warna untuk setiap skor; dan ketiga, menguraikan makna data dalam tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan sosial anak autistik di SPPI Kota Yogyakarta menurut orang tua dan guru ada perbedaan pada setiap aspek. Perbedaan ditunjukkan pada aspek keterampilan interaksi sosial anak autistik di SPPI Kota Yogyakarta berada pada tahap dasar; keterampilan komunikasi pada tahap ke-3 (The Early Communicator Stage); sedangkan untuk keterampilan perilaku menunjukkan penguasaan yang baik. Kata Kunci: anak autistik, keterampilan sosial anak autistik Abstract This research aimed to find social skill of children with autistic in Inclusive School (SPPI) Yogyakarta. Social skill of children with autistics could be seen from three aspects of disorder which are experienced by the autistic children including social interaction, communication and behavior. This research belongs to descriptive research used quantitative approach with data collection method used questionaire. Research of participants were six (6) class teacher / shadow teacher and six (6) parents of children with autistics. The steps of this research are (1) Input the result data of questionaire into a table, (2) Put code or colour to every score, (3) describe the meaning of the data in the table. The result of the research showed the social skill of children with autistic in SSPI Yogyakarta has differences in every aspect . The differences are found in: social interaction skill aspect in basic stage, communication skill is in third stage (The Early Communicator Stage) and behaviour skill has showed by well development.. Keywords: children with autistic, social skill of children with autistic. PENDAHULUAN Anak autistik merupakan bagian anak
yang terbatas bersifat repetitive. Ketiga aspek
berkebutuhan khusus yang memiliki mengalami
di bidang sosial. Keterampilan sosial anak
gangguan perkembangan pervasive yang ditandai
autistik dalam melaksanakan hubungan sosial
adanya gejala abnormalitas dan kelainan yang
dengan lingkungan tidak sewajarnya anak-anak
muncul sebelum anak berusia 3 tahun, dengan
seusianya.
ciri-ciri adanya abnormalitas pada tiga bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku
tersebut mempengaruhi kemampuan anak autistik
185
Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
Menurut
Made
dalam
verbal, baik dalam menyampaikan, menerima, dan
penelitiannya mengatakan bahwa keterampilan
memahami pesan. Menurut Kessick (2011: 2) ada
sosial merupakan elemen utama untuk mengadakan
anak autistik yang tidak memiliki kemampuan
hubungan
yang
bicara total, dengan pemahaman yang sangat
didalamnya meliputi kegiatan berinteraksi sosial,
kurang terhadap komunikasi verbal maupun non
berkomunikasi, serta berperilaku. Setiap individu
verbal”.
perlu memiliki keterampilan sosial, begitu juga
mengomunikasikan ataupun menyampaikan pesan
dengan anak autistik untuk menjalani hidup di
dan keinginannya dapat menyebabkan gangguan
lingkungan
pada aspek lain diantaranya perilaku yang tidak
sosial
Prastini
dengan
masyarakat,
(2014)
lingkungan
karena
hidup
selalu
berhubungan dengan orang lain. Keterampilan sosial dapat diperoleh melalui proses belajar
Kegagalan
anak
autistik
dalam
wajar (Nini Subini, 2013: 89). Gangguan
perilaku
(excessive)
tidak dan
wajar atau
dapat
dengan mendapatkan rangsangan yang sesuai
berkelebihan
perilaku
dengan perkembangannya.
berkekurangan (deficient). Menurut Prasetyono
Dalam penelitian ini difokuskan pada anak
(2008: 20) “perilaku tidak wajar yang berkelebihan
autistik dengan karakteristik tiga gangguan umum
(excessive) pada anak autistik biasanya ditunjukkan
yang dialami anak autistik yang meliputi interaksi
dengan perilaku agresif, tantrum dan perilaku
sosial, komunikasi, dan perilaku. Menurut Yosfan
stereotip.
Azwandi (2005: 26-30) meliputi hal-hal sebagai
(deficient) pada anak autistik diantaranya menarik
berikut: (a) karakteristik dari segi interaksi sosial,
diri dari lingkungan, hipoaktif, dan gangguan
anak autistik dapat dikenal dengan mengamati
bicara atau non verbal.” Perilaku ini sebagai wujud
interaksi sosialnya yang berbeda dibandingkan
stimulasi
anak pada umumnya; (b) karakteristik dari segi
lingkungan atau suasana hati yang tidak cocok
komunikasi
dengan anak.
dan
pola
bermain,
anak
autis
Sedangkan
diri
ataupun
perilaku
berkekurangan
agresif
saat
kondisi
mengalami keterlambatan dan abnormalitas dalam
Idealnya ketika anak berada di sekolah,
berbahasa serta berbicara; dan (c) karakteristik dari
mereka akan mendapatkan dan menunjukkan
segi aktivitas dan minat, anak autistik menolak
perkembangan
adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru.
lingkungan keluarga seperti misalnya bersosialisasi
Dalam hal minat karakteristiknya yang terbatas dan
dengan teman, guru, dan aktivitas lain dengan
sering aneh.
lingkungan di sekolah. Akan tetapi, berkaitan
Intraksi sosial dapat terwujud dengan adanya
yang
tidak
diperoleh
dari
dengan ketiga gangguan utama anak autistik seperti
komunikasi.
yang telah disebutkan di atas, muncul beberapa
Kemampuan komunikasi sangat diperlukan karena
permasalahan salahsatunya anak autistik tidak
dengan komunikasi individu dapat menyampaikan
dapat memenuhi kemampuan-kemampuan seperti
pikiran, keinginan dan perasaan. Sebagian besar
yang harus dimiliki anak normal pada umumnya di
anak autistik mengalami kesulitan dalam hal
sekolah. Anak autistik tidak mampu bekerjasama,
berkomunikasi baik secara verbal maupun non
tidak mampu menyesuaikan diri, tidak mampu
kemampuan
kontak
mata
dan
Keterampilan SosialSosial Anak Autistik ... (Amalia Nrul Rizki) 186 Keterampilan Anak Autistik(Amalia Nrul Rizki) 3
berinteraksi dengan baik, tidak dapat mengontrol
manusia tersebut tidak hanya guru PLB, tetapi
diri, tidak mampu berempati, tidak mampu menaati
dapat melibatkan terapis ataupun ahli yang sesuai
peraturan serta tidak mampu menghargai orang
bidang
lain. Keterampilan sosial anak autistik yang rendah
ketersediaan layanan, SDM, dan sarana dan
kemungkinan menjadi penyebab mereka ditolak
prasarana
oleh rekan lain di dalam suatu kelas maupun
keterampilan sosial anak autistik di lingkup sekolah
lingkungan
mempengaruhi
tersebut yang ditentukan berdasarkan tingkat
penerimaan baik dari teman sebaya maupun guru
karakteristik keterampilan sosial anak autistik.
dan penghuni sekolah lainnya. Berkaitan dengan
Semakin berat karakteristik anak autistik akan
hal
merupakan
membutuhkan ahli pofesional dan sarpras (sarana
salahsatu permasalahan yang dialami anak autistik
prasaran) yang lebih kompleks dan spesifik,
di sekolah inklusi, sehingga mereka mengalami
misalnya: anak autistik yang memiliki keterbatasan
kesulitan
dalam komunikasi khususnya pada kemampuan
sekolah.
tersebut,
sangat
keterampilan
dalam
sosial
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungan sekolah khususnya di sekolah inklusi. Seharusnya situasi pembelajaran di sekolah
yang
dibutuhkan.
harus
Penyediaan dengan
disesuaikan
dan profil
berbicara membutuhkan layanan dan ahli khusus selain guru PLB yaitu dari speech therapy.
inklusi memiliki potensi untuk mengembangkan
Kota Yogyakarta merupakan salah satu
keterampilan sosial bagi anak autistik. Akan tetapi
daerah yang telah berkomitmen dengan pendidikan
realita yang sering dijumpai pada sekolah inklusi,
inklusi dan pada tahun 2014 telah menetapkan
anak autistik tetap terlihat ada batas dengan siswa
beberapa
lainnya,
Penyelenggara Inklusi (SPPI) berdasarkan Surat
kurikulum
dan
pembelajaran
guna
sekolah
sebagai
Sekolah
Program
mengembangkan keterampilan anak autistik sesuai
Keputusan
kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki belum
Kebudayaan (KEMDIKBUD) Kota Yogyakarta
optimal. Seolah-olah mereka bersekolah sebatas
Nomor:
formalitas yang mewajibkan belajar layaknya anak
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi. Meskipun
normal
telah
pada
umumnya.
Pengembangan
Kepala
Dinas
188/661
memiliki
Pendidikan
tentang
dan
Penetapan
kesepakatan
untuk
keterampilan sosial bagi anak autistik merupakan
menyelenggarakan
hal yang harus mendapatkan perhatian guru di
satunya bagi anak autistik, akan tetapi belum
sekolah inklusi yang tidak semata mengikuti
ditemukan
kurikulum untuk mencapai tujuan akademik secara
keterampilan sosial anak autistik dan pengelolaan
keseluruhan, tetapi juga akan mengembangkan
pendidikan
potensi dan kemampuannya bersama dengan anak-
Yogyakarta.
adanya
sesuai
pendidikan
data
kebutuhan
inklusi
mengenai
di
salah
profil
SPPI Kota
anak normal termasuk keterampilan sosialnya. Keberagaman
karakteristik
anak
autistik
berpengaruh dan berdampak pada setiap komponen
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
dalam pendidikan baik dari penyediaan dan
Jenis penelitian yang digunakan dalam
ketersediaan layanan, Sumber Daya Manusia
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
(SDM), serta sarana dan prasarana. Sumber daya
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini untuk
187
Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
menggali informasi tentang keterampilan sosial
perilaku anak autistik. Angket yang diberikan
anak autistik di SPPI Kota Yogyakarta.
kepada responden diisi sendiri oleh responden berdasarkan
kondisi
18
berdasarkan
alternative
Agustus 2016 sampai dengan 24 Agustus 2016.
disediakan.
Penelitian ini dilaksanakan di 5 (lima) sekolah
Teknik Analisis Data
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian
dilakukan
dari
tanggal
anak
sesungguhnya
jawaban
yang
sudah
Kota
Data yang didapat dari penelitian melalui
Yogyakarta yang terdiri dari: (1) SD Karanganyar
hasil pengisian angket oleh responden dianalisis
yang beralamatkan di Jl. Sisingamangaraja
dengan cara deskriptif kuantitatif dengan langkah:
No.29A, Brontokusuman, Mergangsan, Kota
(1) entri data mentah (angket) ke dalam tabel dan
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, (2)
memberikan skor, (2) coding atau member kode/
SD Muhammadiyah Miliran yang beralamatkan
warna untuk setiap skor perolehan dan, (3)
di Jalan Kenari, Miliran Mujamuju UH II/304,
menguraikan makna data dalam tabel dalam bentuk
Umbulharjo, Daerah Istimewa Yogyakarta, (3)
deskripsi.
penyelenggara
program
inklusi
di
SD Bangun Rejo II yang beralamatkan di Jalan Bangunrejo RT 56 RW 13 Kricak Yogyakata, (4)
HASIL PENELITIAN
SD Taman Muda Pawiyatan yang beralamatkan
1. Keterampilan Interaksi Sosial
di Jalan Tamansiswa No. 25 Wirogunan,
Berdasarkan data respon guru dan orang tua
Mergangsang, Yogyakarta, (5) SD Wirosaban
tentang interaksi sosial anak autistik menunjukkan
yang beralamatkan di Jalan P Wirosaban UH
adanya perbedaan penilaian. Secara umum, guru
VI/609
pelaksanaan
melaporkan bahwa masih banyak sub aspek
penelitian berdasarkan data pencarian pada
interaksi sosial yang belum muncul pada anak
sekolah inklusi di wilayah Kota Yogyakarta
autistik. Sedangkan orang tua melaporkan bahwa
sekolaht yang memiliki siswa autistik.
secara umum sub aspek interaksi sosial anak
Yogyakarta.
Lokasi
autistik sudah mulai muncul bahkan sudah dapat
Responden Penelitian Responden penelitian ini adalah enam orang tua/wali dan enam guru kelas/ Guru Pembimbing Khusus (GPK) siswa autistik usia sekolah dasar di
dikuasai. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan respon guru dan orang tua dalam penerimaan anak autistik. 1. Guru melaporkan beberapa sub aspek interaksi
SPPI Kota Yogyakarta.
sosial yang paling banyak dikuasai anak
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian menggunakan angket. Angket
autistik
meliputi
kontak
mata
kemampuan
khususnya
melakukan
ketika
sedang
ditujukan kepada guru dan orang tua siswa autistik
berbicara dengan orang lain dan merespon
di setiap sekolah untuk mengetahui penilaian guru
panggilan dengan menolehkan kepalanya,
dan orang terhadap keterampilan interaksi sosial, keterampilan
komunikasi,
dan
keterampilan
mengikuti
ajakan
teman
untuk
bermain
bersama ataupun ajakan untuk mengikuti
Keterampilan SosialSosial Anak Autistik ... (Amalia Nrul Rizki) 188 Keterampilan Anak Autistik(Amalia Nrul Rizki) 5
aktivitas lainnya bersama-sama, dan memiliki
melakukan salah atau membuat kecewa orang
rasa simpati terhadap orang lain sehingga
lain. Selanjutnya orang tua menambahkan sub
dapat berbagi dengan teman. Selanjutnya
aspek komunikasi anak autistik yang sudah
orang tua menambahkan sub aspek interaksi
dikuasai adalah respon untuk menjawab atau
sosial yang sudah dimiliki anak autistik adalah
bertanya
berinteraksi dengan orang lain untuk seluruh
pembicaraan
durasi waktu yang dihabiskan bersama seperti
intonasi suara yang belum stabil, konsisten
misalnya saat diskusi tugas dan percakapan
tinggi rendahnya suara yang seharusnya
dalam bermain, imitasi individual lain seperti
disampaikan.
suara, perilaku, dan sebagainya. Kemudian
untuk
mengawali
dengan
orang
lanjutan
lain
dengan
3. Keterampilan Perilaku
dapat melakukan permainan imajinatif dan
Berdasarkan data hasil respon guru dan orang
bermain peran serta memiliki rasa empati.
tua tentang perilaku anak autistik menunjukkan
sehingga mau berbagi dengan teman, baik
adanya perbedaan penilaian. Akan tetapi, secara
berbagi mainan, alat tulis, makanan dan
umum perilaku anak autistik mendapatkan respon
sebagainya,
yang baik dari guru dan orang tua. Respon guru
serta
mengekspresikan
wajah
sesuai suasana hati yang sedang dirasakan.
menunjukkan pola perilaku anak autistik yang
2. Keterampilan Komunikasi
sudah baik diantaranya adalah anak sudah bisa
Berdasarkan data respon guru dan orang tua
tentang
komunikasi
anak
tertib
diam
di
kelas
ketika
pembelajaran
autistik
berlangsung, tidak menunjukkan perilaku tantrum,
menunjukkan adanya perbedaan penilaian.
rutinitas tetap, agresif, self injury dan stimulasi diri
Secara umum, guru melaporkan bahwa masih
serta bisa mengikuti pembelajaran di sekolah
banyak sub aspek komunikasi yang belum
dengan tertib. Selanjutnya orang tua menambahkan
muncul pada anak autistik. Sedangkan orang
perilaku-perilaku yang sudah mulai jarang muncul
tua melaporkan bahwa secara umum sub aspek
seperti perilaku tiba-tiba tertawa, menangis, marah-
komunikasi anak autistik sudah mulai muncul
marah dan sebagainya, dan kelekatan terhadap
bahkan sudah dapat dikuasai.
benda atau obyek tertentu.
Perkembangan komunikasi anak autistik menurut respon guru menunjukkan bahwa kemampuan anak autistik dalam menggunakan kombinasi
beberapa
kata
atau
PEMBAHASAN Pembahasan
hasil
penelitian
ini
kalimat
menjelaskan tentang keterampilan sosial anak
sederhana sudah mulai muncul, melibatkan
autististik di SPPI Kota Yogyakarta. Keterampilan
bahasa tubuh untuk berbicara dan mampu
sosial meliputi interaksi sosial, komunikasi, dan
mengucapkan kata-kata ucapan seperti ucapan
perilaku. Berikut pembahasan hasil pengumpulan
terima kasih dan minta maaf sesuai kondisi.
data yang didapat peneliti.
Artinya, mereka dapat mengucapkan terima
Setiap anak mempunyai karakteristik dan
kasih ketika mereka mendapatkan sesuatu dari
keunikan yang berbeda-beda begitu juga dengan
orang lain, meminta maaf ketika mereka
anak autistik. Sekolah harus bisa menjadi tempat
189
Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
yang
mendapatkan intervensi dini kemampuanya
masih dimiliki dan memfasilitasinya. Sekolah
normalnya akan meningkat berkisar 50% pada
penyelenggara program inklusi merupakan salah
tahap perkembangan usia selanjutnya.
anak-anak mengembangkan
kemampuan
satu layanan pendidikan yang seyogianya menjadi
Meskipun pada tabel hasil penelitian
tempat untuk mengembangkan kemampuan dan
menunjukkan tahap kontak mata sudah banyak
memfasilitasi siswa berkebutuhan khusus.
yang muncul, akan tetapi kemampuan untuk
1. Interaksi Sosial
berinteraksi dalam berbagai kegiatan pada anak
Melihat pola interaksi sosial pada tabel
autistik masih mengalami kelemahan karena
hasil kuesioner dari guru dan orang tua, kontak
mereka lebih asyik bermain dengan dirinya
mata merupakan keterampilan yang paling
sendiri. Hal ini sependapat dengan Abdul Hadis
banyak
Son-Rise
(2006: 47) yang menyebutkan bahwa anak
interaksi sosial terdiri dari empat pilar yaitu (1)
autistik lebih senang menyendiri, mereka
kontak mata, yaitu tahap dasar bagaimana
cenderung tidak senang bergaul meski dengan
individu melakukan hubungan dengan individu
teman sebayanya sekalipun. Mereka lebih
lain disekitarnya; (2) komunikasi, yaitu cara
senang untuk hidup dalam fantasinya yang
untuk tetap berhubungan sosial antar individu,
dimanifestasikan dengan fokus pada suatu
(3) rentang perhatian interaktif seperti misalnya
benda. Akan tetapi, mereka memiliki cara
kapasitas untuk berinteraksi dengan orang lain,
sendiri dalam memainkannya yang cenderung
mengalihkan pandangan kepada orang lain, dan
monoton dan tidak sesuai fungsi benda tersebut.
berkomunikasi dengan orang lain pada ragam
Hal ini senada dengan pendapat Kessick (2009:
aktivitas; (4) fleksibilitas, adalah kemampuan
2) yang menyebutkan bahwa anak autistik
yang sangat penting untuk mengembangkan
sering menggunakan suatu alat dengan cara yag
hubungan sosial (Hogan and The Option
tidak wajar atau sebaliknya hanya dipegang, hal
Institute & Fellowship, 2007: 42-43). Dalam
ini karena daya imajinatif yang rendah.
muncul.
Pada
program
penelitian ini, respon terhadap panggilan
2. Komunikasi
sebagai salah satu wujud berkembang baiknya
Melihat pola komunikasi pada tabel hasil
kontak mata anak autistik. Baiknya kontak mata
kuesioner dari guru dan orang tua, kemampuan
yang dimiliki anak autistik sangat mungkin
untuk berbicara menggunakan beberapa kalimat
disebabkan
sederhana dan
terapi
yang diikutinya secara
melibatkan gestur tubuh
konsisten sebagai bentuk intervensi dini yang
menunjukkan sudah mulai muncul bahkan
diberikan oleh orang tua. Hal ini selaras dengan
dikuasai
pendapat & Clikeman
(2007: 110) yang
Yogyakarta. Meskipun anak autistik mengalami
mengatakan bahwa dengan intervensi dini,
gangguan dalam berkomunikasi, bukan berarti
beberapa
mereka tidak bisa berkomunikasi (Nini Subini,
anak
autistik
meningkat
untuk
anak
autistik
di
SPPI
Kota
menunjukkan eskpresi pada beberapa symptom
2011:
90). Anak autistik tetap melakukan
di usia selanjutnya. Sehingga anak autistik yang
komunikasi, akan tetapi dengan gaya yang
Keterampilan SosialSosial Anak Autistik ... (Amalia Nrul Rizki) 190 Keterampilan Anak Autistik(Amalia Nrul Rizki) 7
berbeda, baik secara verbal maupun non verbal.
memang cukup unik karena banyak anak
Anak autistik dapat berbicara menggunakan
autistik yang mampu mengucapkan kata atau
kata-kata
dan
menjadi
kalimat dengan sempurna namun sebenarnya
beberapa
kalimat
menyusun
mereka tidak mengerti sama sekali tentang arti
kalimat-kalimat pendek dalam berkomunikasi.
kata yang baru saja diucapkan bahkan untuk
Karena
kata-kata sederhana seperti makan, tidur,
mengkombinasikan
seiring
berkembangnya
pendek
dan
bertambahnya kemampuan
usia
bicara,
dan maka
menulis, belajar dan bermain. Menurut
mereka memiliki kemampuan bahasa reseptif
Sussman
(dalam
Joko
baik secara verbal, tulisan, simbol, isyarat
Yuwono, 2012: 71) mengatakan perkembangan
maupun gesture.
komunikasi anak autis terdapat 4 tahap, yaitu
Dalam berinteraksi sosial, beberapa anak
(1) The Own Agenda Stage, (2) the Requeste
autistik dapat melakukan komunikasi dengan
Stage, (3) The Early Communicator Stage, dan
melibatkan gesture. Pada penelitian ini, anak
(4)
autistik
untuk
komunikasi anak autistik pada penelitian ini
waktu
berada
dapat
berkomunikasi
melibatkan meskipun
gesture dengan
The
Partner
pada
Stage.
tahap
Keterampilan
ke-tiga
Communicator
Engelbertus
tentang
komunikasi anak autistik sudah melibatkan
Komunikasi Nonverbal Anak Autis di SLB
gesture, suara dan gambar, dapat berinteraksi
Pembina Provinsi Kalimantan Timur di Kota
dengan durasi cukup lama menggunakan satu
Samarinda mengatakan bahwa anak autistik
bentuk komunikasi meski dalam situasi khusus.
biasanya menggunakan komunikasi gerakan
Pada tahap ini anak mulai memahami isyarat
tubuh (gestur) yang biasanya digunakan untuk
visual/gambar
menggantikan suatu kata atau frasa meliputi
menggunakan kalimat-kalimat sederhana ketika
kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap
berkomunikasi.
Duli
(2015)
tubuh. Seperti misalnya mengangguk untuk
tahap
memahami
ini
sekaligus
3. Perilaku
mengatakan “ya” untuk melibatkan gesture dalam berkomunikasi anak autistik.
dan
Pada
Earlier
singkat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ola
Stage).
(The
Melihat pola perilaku pada tabel hasil kuesioner dari guru dan orang tua perilaku
Meskipun sebagian besar anak autistik
tantrum, fixation, rigid routin, aggressvie, self
sudah mampu berbicara menggunakan kalimat-
injury dan self stimulation menunjukkan sudah
kalimat
jarang muncul. Menurut Joko Yuwono (2012:
sederhana,
memberikan
ucapan
terhadap orang lain seperti ucapan terima kasih
54)
dan meminta maaf sesuai dengan konteks yang
menyukai
dibutuhkan, akan tetapi hal itu cenderung masih
(fixation) yang terkesan tidak fungsional seperti
bersifat menghafal dan mengulang (echolalia).
misalnya membawa kertas dan digoyang-
Menurut
tentang
goyangkan, membawa boneka atau robot dan
pengembangan interaksi sosial menerangkan
berbagai benda lainnya yang menarik perhatian
bahwa
anak sepanjang hari. Apabila obyek yang
Haryana
(2013)
kemampuan komunikasi anak autis
mengatakan benda
beberapa atau
anak
autistik
aktivitas
tertentu
191
Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
disukai anak dilarang paksa oleh orang lain,
lain halnya dengan self injury, selain dengan
tidak nyaman dengan situasi dimana ia berada,
kematangan anak ketika bertambahnya usia,
atau terjadinya perubahan pola atau urutan akan
perilaku ini dapat berkurang frekuensinya
menyebabkan anak autistik bersikap tantrum.
apabila mendapatkan penanganan yang bersifat
Selain tantrum, perilaku berlebih lainnya
medis serta diiringi dengan upaya dari sekolah
yang sudah jarang muncul pada anak autistik
dan orang tua berupa pemahaman terhadap
adalah agresivitas dan self injuri. Keduanya
anak, diet makanan, dan terapi. Sedangkan
sama-sama memiliki arti menyakiti, hanya saja
perilaku-perilaku
anak
autistik
hiperaktivitas
berbagai
bentuk
memperdulikan lingkungannya masih sesekali
menyerang orang lain seperti, menendang,
muncul pada penelitian ini. Adapun beberapa
memukul,
dan
perilaku hiperaktivitas yang terkadang muncul
sebagainya. Sedangkan self injury perilakunya
dapat menyebabkan kekacauan. Perilaku yang
dimanifestasikan
menyakiti
kacau tersebut dapat begitu saja muncul tanpa
sendiri. Hal ini mungkin berkaitan dengan
perduli terhadap lingkungan di sekitarnya dan
intervensi dini yang diberikan kepada anak
mengganggu. Hal ini sependapat dengan hasil
autistik
penelitian Devi Dwi Ari Susanti Husodo (2013)
bentuk
agresivitas
dimanisfestasikan
dalam
menjambak,
berupa
dalam
merusak
bentuk
program
terapi
untuk
anak
autistik
yang
tak
mengurangi perilaku berlebih tersebut. Seperti
yang
halnya yang telah disebutkan oleh Andi
meninggalkan tempat duduk dan menempati
Priyatna (2010: 28) orang tua dapat merancang
tempat duduk milik teman, milik guru dan.
pendidikan bagi anak autistik yang di dalamnya
Perilaku tersebut tentunya mengganggu teman
mencakup pelatihan perilaku dan imbalan untuk
lainnya apabila disertai dengan berbicara atau
mengurangi
bertanya hal yang sama secara berulang-ulang.
atau
menghentikan
perilaku
mengatakan
bahwa
perilaku
bermasalah dan untuk meningkatkan segala kemampuan dalam berkomunikasi. Meskipun perilaku agresivitas sudah jarang
SIMPULAN Berdasarkan
hasil
dan
pembahasan
muncul, akan tetapi perlu diketahui alasan yang
mengenai keterampilan sosial anak autistik di SPPI
menyebabkan kemunculannya. Menurut Joko
Kota Yogyakarta maka dapat disimpulkan sebagai
Yuwono (2012: 45) guru dan orang tua yang
berikut.
sering berada di sekitar anak akan memahami
1. Sosial anak autistik masih pada tahap dasar.
pola-pola perilaku agresif. Dengan demikian,
Beberapa aspek seperti kontak mata, menerima
perilaku agresif anak autistik dapat diamati
ajakan dan sikap mau untuk berbagi sudah
penyebabnya sehingga kemunculannya akan
mulai muncul bahkan beberapa siswa sudah
segera diantisipasi atau dicegah kecuali apabila
menguasai
mendapat pengaruh lingkungan yang kurang
Selebihnya sub aspek keterampilan interaksi
memahami pola perilaku anak autistik. Tidak
sosial lainnya belum muncul sehingga perlu
diantara
sub
aspek
tersebut.
Keterampilan Sosial Anak Autistik ... (Amalia Nrul Rizki) 192
mendapatkan perhatian yang lebih untuk dikembangkan
Andri
Priyatna. (2010). Amazing Autism: Memahami, Mengasuh, Mendidik Anak Autis. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Devi
Dwi Ari Susanti Husodo. (2013). Meminimalkan Perilaku Meninggalkan Tempat Duduk pada Anak Hiperaktif dengan Terapi Musik Memainkan Drum. Diakses dari http://ejournal.unesa.ac.id/article/8690/15/ article.pdf pada tanggal 29 September 2016.
kemampuan-kemampuan
berinteraksi sosialnya. 2. Komunikasi anak autistik masih pada tahap ke3 (The Early Communicator Stage) dimana anak sudah dapat berinteraksi, berbicara dan melibatkan bahasa tubuh untuk beberapa kali. Hanya beberapa aspek yang dilaporkan sudah mulai muncul dan dikuasai oleh anak autistik yaitu
berbicara
menggunakan
beberaapa
kombinasi kalimat, berkomunikasi dengan melibatkan bahasa tubuh, dan memberikan kalimat ucapan seperti ucapan maaf dan terima kasih. Selebihnya sub aspek masih banyak yang belum dikuasai sehingga anak autistik perlu mendapatkan perhatian yang lebih untuk dikembangkan komunikasinya
kemampuan-kemampuan agar
dapat
meningkatkan
kemampuan dalam berinteraksi sosial dengan lingkungan. 3. Keterampilan
perilaku
anak
Anak autistik disebutkan sudah mulai dapat bersikap tertib dengan tidak keluar masuk berkurangnya
intensitas
Haryana. (2013). sumber Belajar Kemdikbud.go.id, Buku Pengembangan. Interaksiosia, Komunikasi Anak Autis.pdf diakses dari pada tgl 2 Oktober 2016). Hogan, William., Hogan, Kauffman and The Option Institute & Fellowship. (2007). The Son-Rise Program: Developmental Model. USA: Autism Treatment Centre.
autistik
menunjukkan adanya penguasaan yang baik.
kelas,
Engelbertus Ola Duli. 2015. Komunikasi Nonverbal Anak Autis di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pembina Provinsi Kalimantan Timur Di Kota Samarinda. Diakses dari http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id pada tanggal 30 September 2016.
perilaku
menyimpang seperti fixation, tantrum, rigid routin, agresif, self stimulation dan self injury. Dengan demikian, pada aspek perilaku perlu adanya usaha untuk tetap mempertahankan kondisi anak autistisik yang sudah bagus dan mengembangkan perilaku-perilaku lain yang masih belum berkembang baik.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Hadis. (2006). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung: Alfabeta.
Joko Yuwono. (2012). Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik). Bandung: Alfabeta. Made Prastini. (2014). Peningkatan Keterampilan Sosial dan Hasil Belajar IPS melalui Model Kooperatif Tipe TGT dengan Variasi Permainan di SMP Negeri Magelang. Tesis. PPs-UNY. Nini Subini. (2013). Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Yogyakarta: Javalitera. Prasetyono. 2008. Serba-Serbi Jogjakarta: DIVA press.
Anak
Autis.
Rosemary Kessick. (2011). Autism dan Pola Makan. Jakarta: Gramedia. Semrud, Margaret & Clikeman. (2007). Social Competence in Children. USA: Springer Science+Business Media, LLC.
193
Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 6 No 2 Tahun 2017
Yosfan Azwandi. (2005). Mengenal dan Membantu Penyandang Autisme. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Ketenagaan
Tenaga Kependidikan dan Perguruan Tinggi