Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal.29-37 PROFIL KEMISKINAN DI KECAMATAN PEUSANGAN SIBLAH KRUENG KABUPATEN BIREUEN Dessy Arianti1*, Aliasuddin2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Email:
[email protected] 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Email:
[email protected]
Abstract The purpose of this research is to assess the influence of the households and individual characteristics, community factors and territory factors against poverty in Sub Peusangan Siblah Krueng Bireuen district. This research uses primary data and secondary data. The sample in this research is 82 households drawn from 3 (three) villages in the district Peusangan siblah Iet Alue Krueng the Village, Pante village and village Paloh Mampree. The analysis model used is analytical factors using Confirmatory Factor Analysis (CFA) approach and is processed by using SPSS program. The result of analysis showed that the households and individuals characteristics, community factors, and territory factor significant lyaffect the poverty in the District Peusangan Siblah Krueng. However, household and individual characteristics is a dominant factor as the cause of poverty in Sub Peusangan Siblah Krueng Bireuen district. Based on this research, the government should focus to improve rural infrastructure, housing and most importantly education, to reduce poverty. Keywords: Proverty, household and individual characteristics, community factor and territory factor, SPSS analytical factor Abstraks Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh karakteristik rumah tangga dan individu, faktor komunitas dan faktor wilayah terhadap kemiskinan di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 82 rumah tangga yang diambil dari 3 (tiga) desa di kecamatan peusangan siblah krueng yaitu Desa Alue Iet, Desa Pante Karya dan Desa Paloh Mampree. Model analisis yang digunakan adalah analisis faktor menggunakan pendekatan Confirmatory Factor Analysis (CFA) diolah dengan menggunakan program SPSS. Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik rumah tangga dan individu, faktor komunitas, dan faktor wilayah mempengaruhi kemiskinan secara signifikan di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng. Akan tetapi, faktor karakteristik rumah tangga & individu menjadi faktor yang dominan sebagai penyebab kemiskinan di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen. Berdasarkan penelitian ini pemerintah sebaiknya lebih memfokuskan kepada memperbaiki infrastruktur desa, tempat tinggal dan paling penting adalah pendidikan agar kemiskinan dapat dikurangi. Kata Kunci: Kemiskinan, karakteristik rumah tangga dan individu, faktor komunitas dan faktor wilayah, analisis faktor SPSS.
29
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal.29-37 PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuhan kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Untuk mengukur kemiskinan, Indonesia melalui BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs) yang dapat diukur dengan angka atau hitungan Indek Per Kepala (Head Count Indek), yakni jumlah dan presentase penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara rill sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan dengan menelusuri yang diperoleh dalam mengentaskan kemiskinan sepanjang waktu. Provinsi Aceh yang merupakan salah satu daerah yang memiliki persentase penduduk miskin terbanyak nomor tujuh di level nasional, padahal anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) Aceh berada di rangking nomor tiga terbanyak dibandingkan dengan 34 provinsi lainnya yang ada di Indonesia. Angka kemiskinan di Aceh selama 2011-2014, jumlah penduduk miskin secara absolut yang tertinggi yaitu pada Maret 2012 sebanyak 909.000 orang dan mencapai level terendah pada September 2014 sebanyak 837.000 orang. Sedangkan secara persentase, tingkat kemiskinan cenderung turun sejak Maret 2011 hingga September 2014 yaitu dari 19,57 persen menjadi 16,98 persen (BPS Aceh, 2015). Penduduk miskin di Provinsi Aceh tersebar di seluruh kabupaten. Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten yang memiliki jumlah penduduk miskin. Kabupaten Bireuen merupakan hasil dari pemekaran wilayah dari Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2000. Tujuan dari pemekaran tersebut untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat di wilayah pemekaran tersebut. Setelah pemekaran PDRB Kabupaten Bireuen dari 10 tahun terakhir terjadi peningkatan dan laju pertumbuhan ekonomi juga stabil, itu menyebabkan persentase kemiskinan di Kabupaten Bireuen menurun. Untuk lebih rinci mengenai perkembangan indek kemiskinan di Kabupaten Bireuen tahun 20092013 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Indeks Kemiskinan di Kabupaten Bireuen Tahun 2009-2013 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013
Jumlah Penduduk Miskin (000) 72,94 76,1 76,26 74,79 73,94
Penduduk Miskin (%)(Po) 21,65 19,51 19,06 18,21 17,65
P1
P2 5,21 4,11 3,46 2,87 2,8
1,66 1,31 1 0,69 0,67
Garis Kemiskinan (Rp) 242 576 263 990 286 617 289 058 292 308
Sumber: Susenas, BPS Kabupaten Bireuen 2014.
Berdasarkan Tabel 1 dijelaskan bahwa rentang tahun 2009-2013 persentase penduduk miskin di Kabupaten Bireuen cenderung mengalami penurunan.Selain itu, angka Indek Kedalaman Kemiskinan (P1) juga mengalami penurunan setiap tahun. Pada tahun 2009 P1 sebesar 5,21 dan mengalami penurunan menjadi 2,8 pada tahun 2013. Hal ini menggambarkan bahwa selama periode tersebut, rata-rata pendapatan (yang didekati dengan pengeluaran) penduduk miskin semakin menjauhi garis kemiskinan yang berarti tidak semakin membaik. Begitu juga dengan Indek Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan yaitu 1,66 pada tahun 2009 menjadi 0,67 pada tahun 2013. Hal itu menunjukkan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan/pengeluaran diantara penduduk miskin semakin berkurang. Dari analisis diatas, penelitian ini mencoba melihat apakah yang menyebabkan masih ada penduduk miskin di
30
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal.29-37 Kabupaten Bireuen, apakah ada keterkaitan faktor karakteristik individu & rumah tangga, faktor komunitas dan faktor wilayah dengan kemiskinan yang masih ada di Kabupaten Bireuen. World Bank (2002) mengkategorikan karakteristik kemiskinan penduduk miskin menurut rumah tangga, dan individu, komunitas, dan wilayah. Karakeristik rumah tangga dan individu, dapat dilihat dari beberapa indikator yang meliputi: pendidikan tertinggi kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang bekerja, pekerjaan kepala keluarga, luas lahan per kapita, luas lahan pertanian, sumber air minum. Faktor komunitas, dapat dilihat dari beberapa indikator yang meliputi: listrik, kondisi jalan utama, terdapat irigasi. Faktor wilayah, dapat dilihat dari: dekat daerah sungai, dekat daerah pegunungan, dekat dengan lembaga keuangan, dan dekat dengan ibu kota kecamatan. Kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Bireuen tentunya dapat dikaitkan dengan faktor-faktor seperti yang dijelaskan di atas, terutama faktor komunitas, dan faktor wilayah. TINJAUAN PUSTAKA Teori Kemiskinan Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator, maupun permasalahan lain yang melingkupinya. Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi melainkan telah meluas hingga kedimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan politik. Kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non makanan (BPS, 2015). Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu: 1. Kemiskinan abolut merupakan sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Mareka hidup dibawah tingkat pendapatan riil minimum tertentu atau di bawah garis kemiskinan internasional (Todaro, 2006: 243) 2. Kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan. 3. Kemiskinan struktural merupakan situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan. 4. Kemiskinan kultural merupakan kondisi yang lebih mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar. Indikator Kemiskinan Indikator kemiskinan yang digunakan umumnya menggunakan kriteria garis kemiskinan (poverty line) untuk mengukur kemiskinan absolut. Sekarang BPS Indonesia menggunakan empat belas indikator untuk mengukur kemiskinan di Indonesia, baik kemiskinan yang terjadi di pedesaan maupun di perkotaan. Keempat belas indikator tersebut adalah (1) Luas lantai rumah; (2) jenis lantai rumah; (3) jenis dinding rumah; (4) fasilitas tempat buang air besar; (5) sumber air minum; (6) penerangan yang digunakan; (7) bahan bakar yang digunakan; (8) frekuensi makan dalam sehari; (9) kebiasaan membeli daging/ayam/susu; (10) kemampuan membeli
31
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal.29-37 pakaian; (11) kemampuan berobat kepuskesmas/poliklinik; (12) lapangan pekerjaan kepala rumah tangga; (13) pendidikan kepala rumah tangga, dan (14) Kepemilikan asset. Dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran (Siahaan, 2011). Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Faktor penyebab kemiskinan secara umum dibedakan menjadi dua yaitu faktor eksogen dan endogen. Faktor eksogen (faktor yang berada di luar individu tersebut) dibedakan menjadi faktor alamiah (keadaan alam, iklim, dan bencana alam) dan faktor buatan atau struktur (kolonialisme, sifat pemerintahan, sistem ekonomi dan sebagainya). Sedangkan faktor endogen (faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri) misalnya sifat menyerah pada nasib (fatalis), malas, boros, dan sebagainya. Keterkaitan Karakteristik Individu dan Rumah Tangga dengan Kemiskinan Karakteristik individu dan rumah tangga dilihat dari beberapa indikator meliputi modal sumber daya manusia (SDM). Modal SDM dalam suatu rumah tangga merupakan faktor yang akan mempengaruhi kemampuan suatu rumah tangga untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan (Suharmi, 2012). . Keterkaitan Faktor Komunitas dengan Kemiskinan Faktor komunitas dan infrastruktur dapat dilihat sebagai penyebab utama terjadinya kemiskinan. Keadaan infrastruktur sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dimana infrastruktur yang baik akan memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi maupun sosial kemasyarakatan, selain itu memudahkan invetor melakukan investasi di daerah yang bersangkutan (Word Bank, 2002). Keterkaitan Faktor Wilayah dengan Kemiskinan Faktor wilayah juga dapat menjadi faktor determinn kemiskinan. Secara umum tingkat kemiskinan akan tinggi di wilayah dengan ciri-ciri sebagai berikut: terpencil secara geografis, sumber daya yang rendah, curah hujan yang rendah, dan kondisi iklim yang tidak ramah (Word Bank, 2002). Perbedaan karakteristik wilayah seperti kelengkapan fasilitas di wilayah Central Busniess District (CBD) menyebabkan kemiskinan yang terjadi tidak separah di wilayah pinggiran (Renggawati, 2009). Distribusi Pendapatan Distribusi pendapatan perseorangan (personal distribution of income) atau distribusi ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan ukuran secara langsung untuk menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga (Todaro 2006: 234). Kerangka Pemikiran Karakteristik individu & rumah tangga
Kemiskinan
Faktor komunitas
Faktor wilayah
32
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal.29-37 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambar 1 menjelaskan bahwa karakteristik individu dan rumah tangga, faktor komunitas, faktor wilayah mempengaruhi kemiskinan di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen. Dimana karakeristik rumah tangga dan individu, dapat dilihat dari beberapa indikator yang meliputi: pendidikan tertinggi kepala keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang bekerja, pekerjaan kepala keluarga, luas lahan per kapita, luas lahan pertanian. Faktor komunitas, dapat dilihat dari beberapa indikator yang meliputi: listrik, kondisi jalan utama, terdapat irigasi. Faktor wilayah, dapat dilihat dari: dekat daerah sungai, dekat daerah pegunungan, dekat dengan lembaga keuangan, dan dekat dengan ibu kota kecamatan. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Alue Iet, Pante Karya, dan Paloh Mampree. Daerah tersebut dipilih karena Desa Alue Iet merupakan daerah dengan kepadatan penduduk tertinggi. Selajutnya, Desa Pante Karya dipilihkarena desa yang memiliki kepadatan penduduk menengah. Terakhir, Desa Paloh Mampree dipilih karena merupakan desa dengan kepadatan penduduk paling jarang. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini penentuan rumah tangga (RT) sampel dilakukan dengan menggunakan Metode Slovin yang terdiri dari masyarakat yang tinggal di daerah Desa Alue Iet, Pante Karya, dan Paloh Mampree. Untuk lebih jelas dapat dilihat di Tabel 2. Tabel 2. Penentuan Jumlah Rumah Tangga Sampel No 1. 2. 3.
Desa Alue let Pante Karya Paloh Mampree Jumlah
Jumlah Rumah Tangga 258 145 61 464
Jumlah Sampel 45 26 11 82
Sumber: Peusangan Siblah Krueng Dalam Angka 2014, BPS Aceh (diolah).
Dengan menggunakan metode slovin, populasi yang berjumlah 464 RT dan d (tingkat ketelitian) 10 persen maka jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 82 RT. Metode Analisis Penelitian ini menggunakan metode analisis faktor dengan SPSS. Analisis faktor adalah analisis statistik yang dipergunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang berarti. Namun, karena penelitian ini tujuannya untuk mengonfirmasikan ada atau tidak ada pengaruh karakteristik individu dan rumahtangga, faktor komunitas, faktor wilayah terhadap kemiskinan di Kecamatan Peusangan Siblah Kreueng Kabupaten Bireuen maka jenis analisis faktor yang digunakan dengan pendekatan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun model matematika: Xp - µp =λp1F1 + λp2F2 +.............+ λpqFq + p................................................................ (1)
33
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal.29-37 Dengan Xp = kemiskinan; µ = rata-rata dari variabel ke-i; i = faktor spesifik ke-i; λ = loading untuk variabel ke-i pada faktor ke-j; Fj = common faktor ke-j (indikator dari faktor kemiskinan); i = 1,2,..., p dan j = 1,2, ...., q. Dalam notasi matriks dapat dituliskan sebagai berikut: X(px1) - µ(px1) = L(pxq) F(qx1)..........................................................................................(2) HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pengujian Asumsi Faktor Analisis Dalam mengetahui kemiskinan di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng maka ada tiga faktor yang digunakan yaitu karakteristik rumah tangga dan individu, faktor komunitas, dan faktor wilayah dengan menggunakan analisis faktor menggunakan SPSS melalui pendekatan Confirmatory factor analysis (CFA), dimana pertama pengujian asumsi faktor analisis kemiskinan dengan the Kaiser meyer olkin (KMO) and Bartlett’s Test yang dapat dilihat pada Tabel 3 memperlihatkan hasil uji korelasi antar variabel. Tabel 3. KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square Df Sig.
.540 13.788 3 .003
Hasil uji KMO and Bartlett’s Test dinyatakan signifikan jika koefisien korelasi antar variabel diatas 0,5. Berdasarkan hasil uji di Tabel 3 dapat dinyatakan bahwa hubungan antar variabel adalah signifikan (koefisien sebesar 0,540). Hasil ini didukung oleh koefisien signifikansi sebesar 0,003. Berdasarkan hasil tersebut, analisis dapat dilanjutkan dengan menggunakan Anti Image Matrices. Koefisien yang digunakan dalam analisis adalah Measure of Sampling Adequacy (MSA). Nilai MSA berkisar antara 0 dan1, dengan ketentuan sebagai berikut (Santoso, 2006: 20): 1. MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain. 2. MSA > 0,5 variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. 3. MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. Hasil perhitungan MSA secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menjelaskan bahwa nilai MSA yang ditandai dengan huruf a, dimana hasilnya adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik rumah tangga dan individu: 0,680 > 0,5 2. Komunitas: 0,528 > 0,5 3. Wilayah: 0,528 > 0,5 Berdasarkan Tabel 4 variabel yang dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut adalah semua variabel karena masing-masing nilainya > 0,5.
34
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal.29-37 Tabel 4. Anti-image Matrices
Anti-image Covariance
Karakteristik rumah tangga dan individu Komunitas Wilayah Karakteristik rumah tangga dan individu Komunitas Wilayah
Anti-image Correlation
Karakteristik rumah tangga dan individu .976
Komunitas
Wilayah
.090
.070
.090 .070 .680a
.853 -.310 .099
-.310 .856 .076
.099 .076
.528a -.362
-.362 .528a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA) Pengelompokan Faktor Pengelompokan faktor merupakan langkah yang selanjutnya setelah pengujian asumsi faktor analisis. Tujuan dari pengelompokan faktor ini guna menentukan apakah variabel-variabel independen bisa dikelompokkan ke dalam satu atau beberapa faktor. Jadi, ketiga faktor kemiskinan independen akan dilihat apakah dapat disederhanakan ke dalam satu atau beberapa faktor. Tabel 5. Communalities Initial Karakteristik rumah tangga dan individu Komunitas Wilayah
Extraction 1.000
.205
1.000 1.000
.627 .614
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Tabel 5 menjelaskan hasilnya pengelompokkan faktor yaitu, faktor mampu menjelaskan Karakteristik rumah tangga dan individu sebesar 0,205 atau 20,50%, Komunitas diterangkan sebesar 62,70% dan wilayah diterangkan sebesar 61,40%. Karena ada variabel di atas 50% maka faktor tetap akan ditentukan. Faktor yang Mungkin Terbentuk Dalam menentukan seberapa banyak faktor yang mungkin terbentuk dapat dilihat pada Tabel 6 Total Variance Explained. Tabel 6. Total Variance Explained Initial Eigenvalues Component Total 1 1.447 2 .926 3
.627
% of Variance
Extraction Sums of Squared Loadings Cumulative % Total
48.224
48.224
30.881
79.105
20.895
100.000
1.447
Cumulative % 48.224 48.224
% of Variance
Extraction Method: Principal Component Analysis.
35
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal.29-37 Tabel 6 menjelaskan nilai persen dari varians yang mampu diterangkan oleh banyaknya faktor yang terbentuk yang didasarkan dari nilai eigenvalues. Besarnya varians yang mampu diterangkan oleh faktor baru terbentuk pada faktor satu adalah 48,224 %. Secara umum banyaknya faktor yang harus diambil didasarkan dari nilai eigenvalue >1, sehingga dalam penelitian ini mengambil satu faktor yaitu karakteristik rumah tangga dan individu. Sedangkan dua komponen lagi nilai eigenvalue <1 yaitu 0,926 dan 0,627 maka faktornya tidak terbentuk. Selain itu, faktor yang terbentuk bisa dilihat dinilai extraction sums of squared loadings. Komponen 1 nilainya terlihat maka faktornya terbentuk sedangkan komponen 2 dan 3 nilainya tidak ada maka faktonya tidak terbentuk. Faktor yang terbentuk di total variance explained adalah faktor yang dominan mempengaruhi kemiskinan. Faktor Loading Setelah mengetahui bahwa faktor maksimal yang bisa terbentuk adalah satu, maka selanjutnya melakukan penentuan masing-masing variabel independen akan masuk ke dalam faktor satu. Cara menentukannya adalah dengan melihat tabel Component Matrix sebagai berikut: Tabel 7. Component Matrixa Component 1 Karakteristik individu Komunitas Wilayah
rumah
tangga
dan
-.453 .792 .783
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
Tabel 7 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen dengan faktor yang hendak terbentuk adalah Karakteristik rumah tangga dan individu korelasi sebesar -0,453, komunitas korelasi sebesar 0,792 dan wilayah korelasi sebesar 0,783. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan adalah sebagai berikut: dari ketiga faktor dalam penelitian ini yaitu faktor karakteristik rumah tangga & individu, faktor komunitas dan faktor wilayah memiliki nilai yang signifikan yaitu 0.003 dan nilai KMO yaitu 0,540. Dengan demikian ketiga faktor tersebut berpengaruh terhadap kemiskinan di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng. Dari ketiga faktor, pembentukan yang terjadi hanya ada satu faktor yaitu karakteristik rumah tangga & individu, sedangkan faktor komunitas dan wilayah tidak terbentuk. Hal ini berarti faktor karakteristik rumah tangga & individu menjadi faktor yang dominan sebagai penyebab kemiskinan di Kecamatan Peusangan Siblah Krueng. Saran 1. Bagi pemerintah, dalam upaya mengurangi kemiskinan sebaiknya lebih diarahkan untuk memperbaiki karakteristik rumah tangga dan individu terutama yang berhubungan langsung dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan penggunaan anggaran pendidikan untuk mendukung program pendidikan
36
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal.29-37 bagi anak usia sekolah, memperbaiki infrastruktur desa ,kemampuan memperoleh lapangan pekerjaan, ketersediaan lahan yang produktif. 2. Sebaiknya pemerintah memperdayakan masyarakat dengan pelatihan-pelatihan terutama bidang-bidang khusus sehingga masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan. Contoh Kecamatan peusangan siblah krueng sebagai penghasil produksi sawit maka di sarankan kepada masyarakat untuk dapat mengolah sesuatu yang kreatif dari pohon kepala sawit. Seperti lembah pelepah pohon kepala sawit yang dapat diolah menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat dan memiliki nilai jual. Peneliti menyarankan lembah pelepah pohon kepala sawit dapat diolah sebagai kebutuhan makan sapi. Seperti Hasil temuan LIPI, langsung dicoba Pemerintah Kabupaten Kampar, Riau
DAFTAR PUSTAKA BPS. (2015). Statistik Daerah Kecamatn Peusangan Siblah Kreung. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. BPS. (2015). Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Provinsi Aceh Tahun 20092013. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. C.Smith, S., & Todaro, M. P. (2006). Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Edisi Kesembilan Jilid I. Renggawati, A. (2009). Kemiskinan dalam perkembangan kota semarang: karakteristik dan responden kebijakan. semarang: program studi magister teknik pembangunan wilayah dan kota, universitas diponegoro. Santoso, S. (2006). Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS untuk Statistik Multivariat. Jakarta: Elex Media Komputindo. Siahaan, H. (2011). Profil Kemiskinan Di Surabaya: Sebuah Analisis Fenomenologis. Jurnal Kemiskinan , 219-227. Suharmi, I. (2012). Analisis Kemiskinan di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala. World Bank, . (2002). Dasar-Dasar Analisis Kemiskinan. Jakarta: Badan Pusat Statistik, Edisi Terjemahan.
37