PROFIL KEMAMPUAN MEMECAHAN MASALAH KESEIMBANGAN BENDA TEGAR SISWA KELAS XIA2 SMAN 1 SAMBIT PONOROGO DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA Joko Setiono1, Subani2, Sugiyanto3 1
Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 2 Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 3 Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Alamat e-mail:
[email protected]
Abstrak Hasil wawancara dengan guru kelas XIA2 SMAN 1 Sambit bahwa bentuk instrumen penilaian yang dijadikan tolak ukur adalah soal uraian yang menuntut kemampuan memecahan masalah. Materi yang dirasa paling sulit oleh siswa adalah keseimbangan benda tegar yang ditunjukkan oleh nilai ulangan harian, sehingga kajian kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah pada materi keseimbangan benda tegar menjadi penting. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan profil kemampuan memecahkan masalah keseimbangan benda tegar siswa kelas XIA2 ditinjau dari prestasi belajar siswa. Profil kemampuan memecahkan masalah pada penelitian ini meliputi tahapan memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan penyelesaian, dan memeriksa kembali jawaban. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dan jenisnya deskriptif kualitatif. Subyek pada penelitian ini adalah 12 siswa kelas XIA2 SMAN 1 Sambit yang terdiri dari masing-masing 3 siswa kategori prestasi belajar sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah. Data penelitian ini diperoleh dengan metode tes dan wawancara. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek dengan prestasi belajar sangat tinggi memiliki kemampuan sangat baik dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan penyelesaian dan memeriksa kembali jawaban. Subyek dengan prestasi belajar tinggi memiliki kemampuan memahami masalah kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah kategori sangat baik dan cukup, melaksanakan penyelesaian kategori baik serta memeriksa kembali jawaban dalam kurang. Subyek dengan prestasi belajar cukup memiliki kemampuan memahami masalah kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dan melaksanakan penyelesaian kategori cukup, serta memeriksa kembali jawaban kategori kurang. Subyek dengan prestasi belajar rendah memiliki kemampuan memahami masalah kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah kategori kurang, melaksanakan penyelesaian kategori cukup, dan memeriksa kembali jawaban kategori kurang.
Kata Kunci : Memecahkan masalah, Masalah keseimbangan benda tegar, Prestasi belajar sisw
Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan segala potensi dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik agar mampu menghadapi tantangan jaman. Dunia pendidikan selalu menyuguhkan masalah-masalah dalam lingkup akademis untuk melatih peserta didik peka dan mampu memberikan solusi terhadap suatu masalah. Peserta didik dilatih untuk terbiasa menghadapi masalah dalam lingkup akademis dengan harapan menjadi bekal dalam menghadapi masalah yang sesungguhnya di masyarakat. Tim PISA (Program for International Student Assessment) Indonesia, 2011( dalam Dewi, 2014) menyatakan bahwa penilaian PISA pada tahun 2000, Indonesia menempati peringkat 38 dari 41 negara untuk mata pelajaran sains. Tahun 2003, peringkat 38 dari 40 negara, peringkat 50 dari 57 negara untuk tahun 2006, peringkat 60 dari 65 negara pada tahun 2009, dan pada tahun 2012, Indonesia peringkat 64 dari 65 negara untuk mata pelajaran sains. Tampak jelas bahwa dari tahun ke tahun terjadi penurunan peringkat Indonesia di ajang PISA dalam bidang sains. Pisa menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains 1
(Rustaman, tanpa tahun). Pisa menguji proses sains meliputi mengenali pertanyaan ilmiah, mengidentifikasi bukti, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan kesimpulan, dan pemahaman konsep ilmiah. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlihat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan suatu masalah (Rustaman, tanpa tahun). Hasil PISA tersebut menandakan bahwa anak Indonesia masih lemah pada kemampuan pemecahan masalah (Dewi, 2014). Hasil wawancara kepada seorang guru Fisika kelas XIA2 di SMAN 1 Sambit, materi fisika yang dirasakan paling sulit oleh siswa adalah keseimbangan benda tegar. Kesulitan siswa terbukti dengan hasil tes ulangan harian, dari 3 kelas rata-rata siswa yang tuntas belum mencapai 50%. Hasil evaluasi ini menunjukan masih dominan siswa yang tidak tuntas pada materi keseimbangan benda tegar. Berdasarkan informasi guru bahwa selama ini bentuk tes evaluasi yang diberikan adalah soal uraian yang menuntut kemampuan memecahan masalah dengan langkah diketahui, ditanya dan dijawab. Hasil jawaban evaluasi keseimbangan benda tegar menunjukkan siswa cenderung mengalami kesulitan dalam memahami masalah, menggunakan konsep, mengaplikasikan rumus dan lemah dalam kemampuan matematis. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa memiliki kemampuan yang lemah dalam memecahkan persoalan Fisika. Kemampuan pemecahan masalah yang lemah pada siswa bila dibiarkan terus menerus akan berakibat menurunya prestasi belajar siswa. Kemampuan memecahakan masalah pada lingkup akademis perlu dilatih sebagai bekal untuk menghadapi masalah yang sebenarnya. Kemampuan memecahkan masalah pada lingkup akademis juga mempengaruhi prestasi belajar seseorang, sehingga menjadi hal penting mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Profil Kemampuan Memecahan Masalah Keseimbangan Benda Tegar Siswa Kelas XIA2 SMAN 1 Sambit Ponorogo Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa”. Dasar Teori Belajar dan Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Nurjannah (tanpa tahun) belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus oleh proses pertumbuhan saja . Belajar menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan hasil belajar ini cenderung konstan dan berbekas (Setyorini, 2011:12). Prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar berhubungan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa Arifin (dalam Setyorini, 2011:12). Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar yang dicapai dalam bentuk perubahan pengetahuan dan penguasaannya terhadap ilmu yang dipelajari (Setyawati, 2011: 12). Jadi, prestasi belajar siswa adalah skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran yang hanya mencangkup kemampuan kognitif siswa saja.
2
Kemampuan Memecahkan Masalah Hamzah dalam Indrajaya (2009) mengartikan pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru. Menurut Polya pemecahan masalah merupaka suatu usaha untuk menemukan jalan keluar dari suatu kesulitan. Secara garis besar indikator kemampuan pemecahan masalah menurut G. Polya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1. Indikator kemampuan pemecahan masalah bedasarkan tahap pemecahan masalah oleh Polya (Sumber : Nirmalitasari, 2011) Tahap Pemecahan Masalah Oleh Polya Memahami Masalah Merencanakan Pemecahan Melakukan Penyelesaian Pemecahan
Memeriksa Kembali Pemecahan
Indikator Siswa dapat menyebutkan informasi-informasi yang diberikan dan pertanyaan yang diajukan. Siswa memiliki rencana pemecahan masalah yang ia gunakan serta alasan peggunaannya. Siswa dapat memecahkan masalah sesuai langkah-langkah pemecahan masalah yang ia gunakan dengan hasil yang benar. Siswa memeriksa kembali langkah pemecahan masalah yang ia gunakan.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitiannya adalah deskriptif kualitatif, karena tujuan penelitian ini untuk mencari tahu tentang profil kemampuan memecahan masalah keseimbangan benda tegar. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes tertulis dan wawancara dengan hasil data yang diperoleh tidak berbentuk angka. Data yang dihasilkan adalah data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan. Pelaksanaan penelitian ini menuntut kehadiran peneliti di lapangan karena peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Peneliti sebagai instrumen kunci memiliki arti yaitu : (1) perencana , (2) penyusun instrumen, (3) pengumpul data, (4) penganalisis data dan (5) pelapor hasil penelitian. Tempat penelitian ini ada di SMA Negeri 1 Sambit yang berlokasi di jalan Raya Ponorogo - Trenggalek kabupaten Ponorogo. Tahap perencanaan meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal dan pengurusan surat ijin dilakukan pada bulan Februari 2014. Tahap pelaksanaan di lapangan dilakukan pada bulan Maret sampai April 2014. Sedangkan tahap penyelesaian yang meliputi analisa data dan pelaporan hasil penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei 2014. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas XIA2 sejumlah 12 anak. Subyek terdiri dari 4 kelompok yaitu 3 siswa dengan prestasi belajar sangat tinggi, 3 siswa dengan prestasi belajar tinggi, tiga siswa dengan prestasi belajar cukup dan 3 siswa dengan prestasi belajar rendah. Pengelompokan subyek didasarkan hasil tes prestasi belajar menggunakan teknik kuartil. Pada teknik kuartil akan dijumpai tiga buah kuartil, yaitu kuartil pertama (Q1), kuartil kedua (Q2), dan kuartil ketiga (Q3) yang akan membagi kelas XIA2 menjadi 4 kelompok. Empat kelompok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3
1. 2. 3. 4.
Kelompok siswa yang berada pada interval ≤ Q1, termasuk dalam ketegori prestasi belajar rendah. Kelompok siswa yang berada pada interval Q1 < X ≤ Q_2, termasuk dalam kategori prestasi belajar cukup. Kelompok siswa yang berada pada interval Q2 < X ≤ Q3 termasuk dalam kategori prestasi belajar tinggi. Kelompok siswa yang berada pada interval > Q3 termasuk dalam kategori prestasi belajar sangat tinggi.
Dari masing-masing katagori sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah kemudian dipilih 3 siswa dengan rekomendasi dari guru sebagai subyek penelitian untuk dideskripsikan kemampuananya dalam memecahkan masalah keseimbangan benda tegar. Data dalam penelitian ini adalah data prestasi belajar siswa dan data kemampuan memecahkan masalah materi keseimbangan benda tegar kelas XIA2 SMAN 1 Sambit. Data prestasi belajar siswa diperoleh melalui tes prestasi belajar berupa pilihan ganda. Data kemampuan memecahkan masalah diperoleh melaui tes uraian dan wawncara. Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu 1). Metode Tes, tes yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari tes prestasi belajar dan tes kemampuan memecahkan masalah keseimbangan benda tegar yang diujikan ke seluruh siswa kelas XIA2 SMAN 1 Sambit. 2).Metode Wawancara, wawancara yang dilakukan peneliti adalah percakapan dengan siswa dengan maksud tertentu menggunakan tes sebagai sumber data. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka analisis datanya adalah nonstatistik. Peneliti menggunakan hasil tes dan transkrip wawancara, untuk menyajikan hasil penelitian. Aktivitas dalam analisa data meliputi tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pedoman analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 3.1 Indikator analisis kemampuan pemecahan masalah keseimbangan benda tegar (Sumber : Nirmalitasari, 2011) Tahap Memecahkan Katagori Indikator Masalah Memahami Masalah Sangat Baik Siswa mampu menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal dengan lengkap dan benar Baik Siswa kurang lengkap dalam menyebutkan informasi apa yang diketahui dan apa yang ditanya dalam soal. Cukup Siswa menyebutkan informasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan di luar soal Kurang Siswa tidak dapat menyebutkan informasiinformasi yang diberikan dan tidak dapat menyebutkan apa yang ditanya dalam masalah. Merencanakan Sangat Baik Siswa memiliki rencana pemecahan masalah dan Pemecahan Masalah rencana tersebut dapat membantunya dalam memecahkan masalah dengan tepat. Baik Siswa memiliki rencana pemecahan masalah dan rencana tersebut kurang dapat membantunya dalam memecahkan masalah. 4
Cukup
Kurang Melaksanakan penyelesaian Pemecahan Masalah
Memeriksa Kembali Jawaban
Sangat Baik-
Baik
-
Cukup
-
Kurang Sangat Baik
Baik Cukup Kurang
Siswa memiliki rencana pemecahan masalah dan rencana tersebut tidak membantu dalam memecahkan masalah. Siswa tidak memiliki rencana dalam memecahan masalah. Siswa memiliki rumus yang tepat, Siswa mampu menjabarkan rumus berdasarkan hasil perncanaan dengan tepat dan hasil jawaban yang benar Siswa memiliki rumus yang tepat Siswa mampu menjabarkan rumus berdasarkan hasil perencanaan, tetapi hasil akhir kurang tepat Siswa memiliki rumus yang tepat Siswa tidak mampu menjabarkan rumus dengan tepat sehingga hasil akhir salah Siswa tidak memiliki penyelesaian sama sekali Siswa memiliki alternatif atau cara lain dalam memecahkan masalah yang tepat dengan hasil yang benar. Siswa memiliki alternatif atau cara lain yang tepat tetapi hasil akhirnya kurang benar Siswa memiliki alternatif atau cara lain dalam memecahkan masalah yang tidak tepat Siswa tidak memiliki cara lain untuk memecahkan masalah keseimbangan benda tegar.
Hasil Penelitian 1.
Profil Kemampuan Memecahkan Masalah Subyek Prestasi Belajar Sangat Tinggi Berdasarkan hasil analisis, profil kemampuan memecahkan masalah pada subyek dengan prestasi belajar tinggi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Analisis Kemampuan Memecahkan Masalah Subyek Prestasi Belajar Sangat Tinggi Tahap Memecahkan Masalah Memahamai Masalah Merencanakan Pemecahan Masalah Melaksanakan Penyelesaian Pemecahan Masalah Memeriksa Kembali Jawaban
Kategori Prestasi Belajar Sangat Tinggi Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
5
Berdasarkan Tabel 4.1 subyek dengan prestasi belajar tinggi pada materi keseimbangan benda tegar cenderung memiliki kemampuan sangat baik dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan penyelesaian dan memeriksa kembali jawaban. 2. Profil Kemampuan Memecahkan Masalah Subyek Dengan Prestasi Belajar Tinggi Berdasarkan hasil analisis profil kemampuan memecahkan masalah pada subyek dengan prestasi belajar sedang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil Analisis Kemampuan Memecahkan Masalah Subyek Dengan Prestasi Belajar Tinggi Tahap Memecahkan Masalah Memahamai Masalah Merencanakan Pemecahan Masalah Melaksanakan Penyelesaian Pemecahan Masalah Memeriksa Kembali Jawaban
Kategori Prestasi Belajar Tinggi Subyek 2 Subyek 3 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Sangat Sangat Sangat Baik Baik Baik Baik Sangat Sangat Baik Baik Baik Baik
Subyek 1 Soal 1 Soal 2 Sangat Sangat Baik Baik Sangat Sangat Baik Baik Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Berdasarkan Tabel 4.2 subyek dengan prestasi belajar sedang cenderung memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dalam kategori sangat baik dan baik, melaksanakan penyelesaian dalam kategori baik dan cukup serta memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 3. Profil Kemampuan Memecahkan Masalah Subyek Dengan Prestasi Belajar Cukup Berdasarkan hasil analisis profil kemampuan memecahkan masalah pada subyek dengan prestasi belajar cukup dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Analisis Kemampuan Memecahkan Masalah Subyek Dengan Prestasi Belajar Cukup Tahap Memecahkan Masalah Memahamai Masalah Merencanakan Pemecahan Masalah Melaksanakan Penyelesaian Pemecahan Masalah Memeriksa Kembali Jawaban
Subyek 1 Soal 1 Soal 2 Sangat Baik Baik Cukup Cukup
Kategori Prestasi Belajar Cukup Subyek 2 Subyek 3 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Cukup Cukup Cukup Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
6
Berdasarkan Tabel 4.3 subyek dengan prestasi belajar cukup memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dan melaksanakan penyelesaian dalam kategori cukup, serta memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 4. Profil Kemampuan Memecahkan Masalah Subyek Dengan Prestasi Belajar Rendah Berdasarkan hasil analisis profil kemampuan memecahkan masalah pada subyek dengan prestasi belajar rendah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Analisis Kemampuan Memecahkan Masalah Subyek Dengan Prestasi Belajar Rendah Kategori Prestasi Belajar Rendah Tahap Memecahkan Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3 Masalah Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Memahamai Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Masalah Baik Baik Baik Merencanakan Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Pemecahan Masalah Melaksanakan Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Penyelesaian Pemecahan Masalah Memeriksa Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kembali Jawaban
Berdasarkan Tabel 4.4 subyek dengan prestasi belajar rendah cenderung memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dalam kategori kurang, melaksanakan penyelesaian dalam kategori cukup dan memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 5. Perbedaan Kemampuan Subyek Kategori Prestasi Belajar Sangat Tinggi, Tinggi, Cukup dan Rendah Dalam Memecahkan Masalah Keseimbangan Benda Tegar Perbedaan kemampuan subyek dengan kategori prestasi belajar sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah dapat terlihat pada tabel berikut ini Tabel 4.5 Perbedaan Kemampuan Memecahkan Masalah Subyek Dengan Prestasi Belajar Sangat Tinggi, Tinggi, Cukup dan Rendah Tahapan Memecahkan Masalah Memahami Masalah Merencanakan Pemecahan Masalah Melaksanakan Penyelesaian Pemecahan Masalah Memeriksa Kembali Jawaban
Kategori Kemampuan Memecahkan Masalah Subyek Dengan Prestasi Belajar Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Baik Sangat Baik dan Sangat Baik dan Sangat Baik dan Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik dan Cukup Kurang Baik Sangat Baik
Baik dan Cukup
Cukup
Cukup
Sangat Baik
Kurang
Kurang
Kurang
7
Kesimpulan 1. Subyek dengan prestasi belajar sangat tinggi pada materi keseimbangan benda tegar memiliki kemampuan sangat baik dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan penyelesaian dan memeriksa kembali jawaban. 2. Subyek dengan prestasi tinggi memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dalam kategori sangat baik dan baik, melaksanakan penyelesaian dalam kategori baik dan cukup serta memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 3. Subyek dengan prestasi belajar cukup memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dan melaksanakan penyelesaian dalam kategori cukup, serta memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 4. Subyek dengan prestasi belajar rendah cenderung memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dalam kategori kurang, melaksanakan penyelesaian dalam kategori cukup dan memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 5. Subyek dengan prestasi belajar sangat tinggi, tinggi dan cukup dalam memecahkan masalah sudah runtut sesuai tahapan polya, sedangkan subyek dengan prestasi rendah tidak memerlukan tahapan merencanakan pemecahan masalah 6. Subyek dengan prestasi belajar cukup dan rendah masih lemah dalam konsep keseimbangan benda tegar, sehingga dalam memecahkan masalah didasarkan atas perkiraan sendiri bukan pemahaman. 7. Subyek dengan prestasi belajar tinggi, cukup dan rendah masih lemah dalam kemampuan matematis, sehingga tidak mendukung proses pemecahan masalah Saran 1.
2.
3.
4.
5.
Bagi guru dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana pendekatan secara personal terhadap siswa, sehingga dapat mengetahui kelemahan siswa dalam memecahkan masalah Bagi guru dengan adanya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika. Bagi guru dengan adanya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki konsep dan kemampuan matematis peserta didik sehingga dapat mendukung peningkatan kemampuan memecahkan masalah. Bagi peneliti lain yang berminat mengkaji lebih lanjut sebaiknya siswa dibebaskan untuk memecahkan masalah sesuai dengan pemikiranya sendiri tanpa terikat tahapan Polya, sehingga dapat telihat jelas pola pemikiran siswa dalam memecahkan masalah. Bagi peneliti lain yang berminat mengkaji lebih lanjut penelitian ini, agar melakukan metode wawancara yang lebih mendalam kepada siswa, sehingga akan memperjelas profil kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
8
6.
Daftar Rujukan
Dewi, P. S. U. 2014. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Melalui Pengendalian Bakat Numerik Siswa SMP. eJournal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, vol 4, (Online), (http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/article/download/1060/808), diakses 15 Januari 2014 Guruvalah. (tanpa tahun). Kontribusi Inteligensi dan Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar. (Online), (http://www.geocities.ws/guruvalah/hasil_belajar_bab2b.pdf), diakses 16 Januari 2014 Hertiavi, M. A. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6 : 53-57, (Online), dalam (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1104/1015), diakses 16 Januari 2014 Indah, Setyorini. 2011. Peningkatan Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar Dengan Penilaian Portofolio Siswa Kelas VII A SMPN 3 Kademangan Blitar. Skripsi Tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Indrajaya, E. S. 2009. Strategi Pemecahan Masalah dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi SPLDV Siswa Kelas VIII Di SMP Kristen Salatiga, artikel skripsi, (Online), (http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/1866/T1_20200802 7_Full%20text.pdf?sequence=2) , diakses 20 Maret 2014. Khairany, Nely Nurdian. 2008. Implementasi Pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika dan Kemampuan Psikomotorik Siswa Kelas VII Semester I SMP Dharma Wanita Universitas Brawijaya Malang Tahun Ajaran 2007/ 2008. Skripsi Tidak Diterbitkan.Malang: Universitas Negeri Malang. Maqnun, Luluin. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran NHT Dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa Kelas VIII SMP. Skripsi. (Online), (http://library.ikippgrismg.ac.id/docfiles/fulltext/f360263b979d0029.pdf), diakses 12 maret 2014. Mundilarto. Tanpa tahun. Kapita Selekta Pendidikan Fisika. (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/130681033/Bab%20I%20&%20II.pdf), diakses 15 Januari 2014. Nirmalitasari, Okta. S. (2012). Profil Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Berbentuk Open-Start Pada Materi Bangun Datar. (Online), Mathedunesa, Vol 1, No 1,(http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/247), diakses 16 Februari 2014. Nurjannah, Amalia. (tanpa tahun). Teori Hirarki Belajar dari Robert M. Gagne. (Online), (http://amalianurjannah.files.wordpress.com/2013/05/4-teori-hirarki-belajar-darirobert-m.pdf), diakses 20 Januari 2014
9
Rustaman, Nuryani Y. 2006. Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & 2003. (Online). Makalah, (http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032NURYANI_RUSTAMAN/MAKALAH_LITSAINS_2003_sep,06.pdf) diakses 15 Januari 2014. Santyasa, I Wayan. (tanpa tahun). Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisiska Bagi Siswa SMA Dengan Pemberdayaan Model Perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok. (Online), (http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/PENGEMBANGAN_PEMAHAMAN_K ONSEP.pdf), diakses 15 Januarai 2014 Santyasa, I W. 2004. Model problem solving dan reasoning sebagai alternatif pembelajaran inovatif. Makalah. Disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) V, tanggal 5-9 Oktober 2004, di Surabaya. Setyawati, Ika. 2011. Upaya Peningkatan Keterampilan Kerja Ilmiah dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VIIA SMPN 13 Malang Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Skripsi Tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Sugiyono. 2010. Penelitian Pendididikan. Bandung: Alfabeta CV Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Taufik, Mohammad. 2010. Desain Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran IPA (Fisika) Sekolah Menengah Pertama Di Kota Bandung, Berkala Fisika, Vol 13 (2): E31-E44,(Online), (http://ejournal.undip.ac.id/index.php/berkala_fisika/article/view/3046) diakses 16 januari 2014
10