Kejenuhan Belajar Ditinjau... (Ita Vitasari) 60
KEJENUHAN BELAJAR DITINJAU DARI KESEPIAN DAN KONTROL DIRI SISWA KELAS XI SMAN 9 YOGYAKARTA BURNOUT STUDY BASED ON THE LEVEL OF LONELY AND SELF-CONTROL Oleh : Ita Vitasari, Bimbingan Dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kesepian dengan kejenuhan belajar, kontrol diri dengan kejenuhan belajar dan kontrol diri dengan kesepian siswa kelas XI SMA Negeri 9 Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif ex-pose facto. Pada penelitian ini, populasi menggunakan 196 siswa. Sampel ditentukan menggunakan simple random sampling dan didapatka sampel sebanyak 131 siswa. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara kesepian dengan kejenuhan (burnout) belajar siswa SMAN 9 Yogyakarta. Besarnya hubungan dilihat dari nilai harga korelasi sebesar 0,305 dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05). Ada hubugan negatif dan signifikan antara kontrol diri dengan kejenuhan (burnout) belajar. Besarnya hubungan dilihat dari nilai harga korelasi sebesar -0,301 dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05). Ada hubungan negatif dan signifikan antara kontrol diri dengan kesepian. Besarnya hubungan dilihat dari nilai harga korelasi sebesar -0,352 dengan signifikansi p=0,000 (p<0,05). Kata Kunci: kesepian, kontrol diri, kejenuhan belajar Abstract
This study aims to determine the relationship between loneliness with the saturation level of learning, self-control with saturation learning and self-control with the lonely class XI student of SMAN 9 Yogyakarta. This research is a quantitative research facto ex-pose. In this study, using 196 student population. Samples was determined using simple random sampling and have sample of 131 students. The results showed a positive and significant relationship between loneliness with burnout (burnout) learning SMAN 9 Yogyakarta. The magnitude of the relationship seen from the value of the price correlation of 0.305 with a significance of p = 0.000 (p <0.05). There is a negative and significant ties between the self-control to saturation (burnout) study. The magnitude of the relationship seen from the value of the price correlation of -0.301 with a significance of p = 0.000 (p <0.05). There was a significant negative relationship between self-control and the lonely. The magnitude of the relationship seen from the value of the price correlation of -0.352 with a significance of p = 0.000 (p <0.05). Keyword: lonely, self-control, burnout
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu hal
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
yang paling penting dalan memajukan negara.
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
Menurut undang- undang No. 20 Tahun 2003
ketrampilan
tentang Sistem Pendidikan Nasional atau bisa
masyarakat, mengembangkan segala potensi
disingkat Sisdiknas dalam pasal 1, pendidikan
yang dimiliki peserta didik melalui proses
adalah
usaha
mewujudkan
sadar suasana
dan
terencana
belajar
dan
untuk
yang
diperlukan
dirinya,
pembelajaran.
proses
Di dalam proses belajar di lingkungan
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
sekolah siswa tidak bisa lepas dari masalah-
61 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke-5 2016
masalah yang ada dilingkungan sekolah dan
burnout dalam belajar, karena lebih dari setengah
sering dialami oleh siswa, salah satunya adalah
dari jumlah peserta didik yang diteliti mengalami
kejenuhan dalam belajar. Menurut Pines &
kejenuhan belajar.
Aronson (Slivar, 2001) burnout adalah kondisi
Dari kajian di
atas
dapat
diambil
emosional seseorang yang merasa lelah dan
kesimpulkan bahwa siswa mengalami kejenuhan
jenuh secara mental maupun fisik sebagai akibat
belajar yang sedang. Hal ini membuktikan
dari
bahwa siswa cenderung mengalami kejenuhan
tuntutan
suatu
pekerjaan
yang
terus
meningkat. Dari pendapat tersebut maka dapat
dalam
diperoleh kesimpulan bahwa kejenuhan belajar
kejenuhan belajarnya berada di dalam kategori
terjadi akibat dari adanya tuntutan bagi peserta
sedang
didik untuk selalu mematuhi aturan tugas-tugas
keletihannya berada di area keletihan emosi. Jika
yang
didik.
kejenuhan belajar siswa terus berada dalam
Kejenuhan belajar juga terjadi karena kegiatan
kategori tersebut maka siswa akan cenderung
yang selalu sama yang dikerjakan oleh peserta
untuk meninggalkan tugas-tugas mereka.
diembankan
untuk
peserta
didik disetiap harinya. Kejenuhan belajar ini
proses
cukup
belajarnya
tinggi
Berdasarkan
prosentasinya,
hasil
SMA
karena
observasi
Negeri 9
tingkat
area
yang
akan sangat berdampak bagi peserta didik untuk
dilakukan di
Yokyakarta
keberlangsungan pendidikannya.
permasalahan Burnout masih sering terjadi. Hal
Dalam suatu penelitian yang dilakukan
tersebut didukung oleh adanya gejala-gejala
oleh Sugara pada tahun 2011 tentang burnout
yang muncul dan menunjukkan bahwa siswa
belajar terhadap siswa SMA Angkasa Bandung
mengalami burnout atau kejenuhan belajar yaitu
yang menemukan bahwa sebanyak 15,32%
siswa masih sering ngobrol sendiri ketika Guru
intensitas kejenuhan belajar siswa berada dalam
sedang menerangkan materi pelajaran dan
kategori tinggi, 72,97% dalam kategori sedang,
mengajak
serta 11,71% pada kategori rendah. Area
memperhatikan Guru dalam menerangkan materi
kejenuhan
dalam
pelajaran. Beberapa siswa juga mengantuk dan
penelitian ini yakni 48,10% pada area keletihan
tertidur di dalam kelas. Terdapat pula siswa yang
emosi, 19,19% pada area depersonalisasi, serta
asik
32,71%
memainkan
belajar
pada
area
yang
ditemukan
menurunnya
keyakinan
bicara
sendiri
teman
dengan bolpoin,
ketika
kegiatannya penggaris
atau
sedang
seperti buku
akademis. Penelitian tentang kejenuhan belajar
pelajaran mereka. Schaufeli & Enzman (1998:
juga dilakukan oleh Firmansyah (2012) pada
21-22) mengemukakan indikator dari kejenuhan
siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang yang
belajar yaitu kelelahan emosi (kemampuan
menemukan bahwa 14,6% siswa mengalami
mengendalikan diri dan kecemasan), kelelahan
kejenuhan belajar kategori tinggi, 72,9% pada
kognitif (ketidakmampuan untuk berkonsentrasi,
kategori sedang, serta 12,5% pada kategori
tidak dapat mengerjakan tugas-tugas
rendah. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kompleks, kesepian dan penurunan daya tahan
banyak siswa di sekolah yang mengalami
dalam menghadapi frustasi yang dirasakan),
yang
Kejenuhan Belajar Ditinjau... (Ita Vitasari) 62
kehilangan
motivasi
(kehilangan
semangat,
mereka akan cenderung dapat menurunkan
kehilangan idealisme, kecewa, pengunduran diri
tingkat kejenuhan belajarnya. Dan siswa yang
dari lingkungan, kebosanan dan demoralisasi).
tidak dapat ngobrol dengan teman-temannya dan
Penelitian yang dilakukan oleh Suwarjo
tidak dapat berkumpul dengan teman-temannya
& Diana Septi Purnama yang meneliti tentang
dan dalam artian tingkat kesepiannya tinggi
siswa yang mengalami Burnout atau kejenuhan
maka mereka akan cenderung tidak dapat
belajar SMA Kota di Yogyakarta bahwa cara
menurunkan tingkat kejenuhan belajar yang
mengatasi kejenuhan belajar yang paling banyak
mereka
dilakukan oleh peserta didik adalah dengan
pengamatan David D. Burns (1988: 8) dalam
ngobrol dengan teman (dengan prosentase
prakteknya
70,48%),
teman-teman
kesulitan dalam mengembangkan hubungan
(dengan prosentase 58,63%), bermain Game
pribadi yang erat dengan orang lain sering
(dengan prosentase 52,41%), mendengarkan
mengalami masalah yang sama dengan orang
musik
tertekan. Lake (1986 dalam Prahara Esti Eriany
berkumpul
(dengan
dengan
prosentase
48,90%)
serta
alami.
35)
Hal
bahwa
bahwa
ini
orang
sejalan
yang
kesepian
dengan
mengalami
memperbanyak doa (dengan prosentase 46,79%).
1999:
Dengan kata lain siswa dapat menurunkan
terpenuhinya
tingkat kejenuhan belajarnya yaitu dengan cara
komunikasi dengan orang lain, bentuknya adalah
ngobrol dengan teman, berkumpul dengan
persahabatan yang akrab dengan teman dan cinta
teman-teman, bermain game, mendengarkan
yang abadi. Edi Sutarjo, dkk (2014:6) kejenuhan
musik dan memperbanyak doa.
belajar adalah kondisi emosional yang terjadi
kebutuhan
adalah
seseorang
tidak akan
Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat
terhadap seseorang yang telah mengalami jenuh
bahwa siswa yang mengalami kejenuhan belajar
secara mental maupun fisik akibat tuntutan dari
mereka akan menurunkan tingkat kejenuhan
pekerjaan yang terkait dengan belajar yang
belajar tersebut dengan ngobrol dengan teman,
meningkat.
berkumpul dengan teman-teman, bermain game,
Penelitian
mengatakan
bahwa
Dari data tersebut berarti siswa yang tidak dapat
kejenuhan belajarnya dengan mendengarkan
melakukan berbagai hal yang telah disebutkan di
musik,
atas akan tetap merasa jenuh dalam melakukan
berdoa. Hal tersebut berarti siswa dengan kontrol
kegiatan belajarnya. Hal tersebut akan sangat
diri yang tinggi maka akan dapat menurunkan
berpengaruh
tingkat kejenuhannya. Begitu pula sebaliknya
masa
depan
dan
keberhasilan mereka sebagai siswa.
bermain
dapat
juga
mendengarkan musik serta memperbanyak doa.
terhadap
siswa
tersebut
game
menurunkan
dan
tingkat
memperbanyak
jika siswa tidak mempuyai kontrol diri yang
Berdasarkan penelitian tersebut maka
rendah maka mereka akan cenderung susah
siswa yang mempunyai teman ngobrol dan dapat
untuk menurunkan tingkat kejenuhan belajarnya.
berkumpul dengan teman-temannya atau dengan
Hal ini sejalan dengan pendapat Chaplin (2011:
kata lain tingkat kesepiannya rendah maka
451) yang menjelaskan bahwa kontrol diri
63 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke-5 2016
merupakan kemampuan untuk menekan atau
1)Bagaimana
merintangi impuls-impuls atau tingkah laku
Burnout atau kejenuhan belajar pada siswa,
impulsif. Kemudian Santrock(2003: 523) juga
2)Bagaimana hubungan kontrol diri dengan
mengungkapkan bahwa kontrol diri cukup
Burnout atau kejenuhan belajar,3)Bagaimana
berpengaruh
hubungan kontrol diri dengan kesepian.
remaja.
dalam
pembentukan
Kenakalan
digambarkan
remaja
sebagai
perilaku
juga
dapat
kegagalan
untuk
mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam
hubungan
kesepian
dengan
KAJIAN TEORI Pengertian Kejenuhan Belajar Pines & Aronson (1981) mendefinisikan
hal tingkah laku. Berdasarkan hasil paparan di atas dan
“Burnout may be defined as a state of physical,
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
emotional and mental exhaustion that result from
Suwarjo dan Diana Septi Purnama, maka peneliti
long-term in volvement that are emotionally
melakukan
bagaimana
demanding”, burnout sebagai kondisi emosional
hubungan dari tingkat kesepian dan kontrol diri
dimana seseorang merasa lelah dan jenuh secara
siswa dengan tingkat kejenuhan belajar atau
mental ataupun fisik sebagai akibat tuntutan
Burnout pada siswa kelas XI SMA Negeri 9
pekerjaan yang meningkat (Slivar, 2001: 22).
Yogyakarta.
Aspek-aspek Kejenuhan Belajar
penelitian
Berdasarkan
tentang
latar
belakang
masalah
a. Kelelahan emosional
diatas maka penulis dapat mengidentifikasikan
Maslach (1997:17) mengemukakan bahwa
permasalahan sebagai berikut 1) Perasaan lelah
kelelahan
yang
belajar
perasaan lelah yang dialami oleh individu
menngakibatkan siswa tidak dapat mengerjakan
entah itu kelelahan emosional maupun fisik.
tugas-tugasnya dengan baik, 2) Kelelahan yang
Hal ini dapat memicu berkurangnya energi
dialami siswa yang terus meningkat seiring
yang dimiliki untuk menghadapi berbagai
dengan
yang
kegiatan dan pekerjaan yang dimilikinya.
dibebankan, 3) Kesepian banyak dialami oleh
Maslach & Jackson(1986) berdasarkan pada
siswa dan
MBI
dihadapi
semakin
siswa
banyak
dalam
kewajiban
membuat mereka tidak dapat
emosional
mengemukakan
ditandi
bahwa
dengan
kelelahan
mengerjakan kewajibannya seagai siswa. Karena
emosional ini disebabkan oleh tuntutan yang
tidak
dan
berlebihan yang dihadapi oleh siswa dan
memotuvasi dirinya, 4)siswa yang memiliki
ditunjukkan oleh perasaan dan beban pikiran
kontrol diri
yang berlebihan (Slivar 2001:26).
adanya
orang
yang
membantu
yang rendah pada umumnya
mengalami kejenuhan dalam mengerjakan tugastugasnya.
Penderita Burnout atau kejenuhan mulai
Berdasarkan identifikasi masalah
b. Kelelahan fisik
masalah dalam
latar
belakang
diatas penelitian
dan
merasakan adanya anggota badan yang sakit
maka
rumusan
dan gejala kelelahan fisik kronis yang
ini
adalah
disertai dengan sakit kepala, mual, insomnis,
Kejenuhan Belajar Ditinjau... (Ita Vitasari) 64
bahkan kehilangan selera makan (Muh
seseorang
Nurwangid, Isti Yuni Purwanti & Kartika N.
sosial baik secara kualitas dan kuantitas.
Fathiyah 2010: 07). Hal ini sejalan dengan Baron dan Greenberg bahwa kelelahan fisik ditandai dengan sakit kepala, mual, susah
mengalami
penurunan
hubungan
Aspek-aspek Kesepian a. Kebutuhan akan keintiman
tidur dan kurangnya nafsu makan (Ulfiani,
Hubungan yang lebih intens dan lebih
2007: 221).
dekat sangat dibutuhkan oleh semua orang. Peplau & Perlman (1982: 4)
c. Kelelahan kognitif Demerouti
dkk
menyatakan
bahwa
mengemukakan bahwa perasaan kesepian
kelelahan kognitif ini siswa yang sedang
muncul
mengalami kejenuhan
kebutuhan
cenderung sedang
ketika
tidak
seseorang
terpenuhinya
akan
kepuasan
mendapat beban yang terlalu berat pada
dalam berhubungan dengan orang lain.
otak. Hal ini kemudian berdampak seperti
Peplau & Perlman juga mengemukakan
yang
kesepian adalah kondisi dimana tidak
diungkapkan
kahlil
yakni
berkonsentrasi,
adanya hubungan sosial yang terjalin.
mudah lupa, dan kesulitan dalam membuat
b. Pandangan terhadap hubungan sosial
ketidakmampuan
untuk
keputusan (Schaufeli & Bruunk, 1996: 324).
Aspek ini adalah hasil dari apa yang dirasakan dalam hubungan sosialnya.
d. Kehilangan motivasi Bährer-Kohler (2012: 57)menyatakan bahwa
Menurut persepsi ini kesepian adalah
kehilangan motivasi pada siswa ditandai
perbedaan yang dirasakan antara dua
dengan hilangnya idealisme, siswa sadar
faktor yaitu apa yang diinginkan dengan
dari impian mereka yang tidak realistis, dan
apa yang sebenarnya terjadi, kesepian
kehilangan semangat. Dari gejala di atas
juga dipengaruhi oleh masa lalu (Peplau
maka siswa sudah dianggap kehilangan
& Perlman 1982: 4). Myers (2012: 314)
motivasi.
Bentuk
juga
motivasi
adalah
lain dari kehilangan
berpendapat
bahwa
kesepian
secara
merupakan kesadaran yang penuh dengan
psikologis sebagai respon dari stres yang
rasa sakit akan hubungan sosial yang
berlebihan
dimiliki atau hubungan dengan orang lain
dan
penarikan
rasa
diri
ketidakpuasan
tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
(Cherniss, 1980).
c. Pandangan terhadap reinforcement sosial Pengertian Kesepian Peplau
dan
Kesepian terjadi karena tidak adanya Perlman
(1988:128)
penguatan
yang
ada
dilingkungan
mendefinisikan “loneliness is the unpleasant
sosialnya. Tidak adanya penguatan dalam
experience that occurs when a person’s network
lingkungan
of social relasionships is significantly deficient
menyebabkan
in either quality or quantity”, kesepian adalah
kesepian. Kesepian ini juga karena
pengalaman yang tidak menyenangkan ketika
perasaan dimana tidak adanya hubungan
sosial
maka
seseorang
akan merasa
65 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke-5 2016
sosial dengan lingkungan sosialnya, yang
atau keadaan, apakah individu itu
diikuti oleh gejala distress psikologi.
sendiri atau sesuatu yang ada di luar
Hubungan sosial disini adalah sebagai
individu
salah satu tingkatan penguatan tertentu,
mengendalikan adalah individu itu
sehingga jika hubungan sosialnya tidak
sendiri
terpenuhi maka seseorang akan dapat
mengontrol
merasa kesepian (Peplau dan Perlman
sebaliknya.
1982).
Risnawita S (2014:25) kontrol diri adalah kecakapan individu dalam membaca situasi yang dalam
dirinya
dan
di
dalam
lingkungannya. Selain itu juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisai, kemampuan untuk mengendalikan perilaku, untuk menarik perhatian, keinginan dalam mengubah perilaku agar sesuai dengan orang lain,
menyenangkan
nyaman
orang
maka
yang
kemampuan
dirinya
(stimulus
Menurut M. Nur Ghufron & Rini
di
jika
baik
dan
2) Kemampuan memodifikasi stimulus
Pengertian Kontrol diri
ada
tersebut.
lain
orang dan
lain,
membuat
dalam
menutupi
perasaannya.
kemampuan
untuk
menentukan
diinginkan itu dihadapi. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan dalam memodifikasi stimulus ini, yaitu
mencegah
stimulus,
atau
menjauhi
memberikan
tenggang
waktu antara rangkaian stimulus dengan
kondisi
yang
sedang
berlangsung, menghentikan stimulus dan
membatasi
keajegan
dalam
menghadapi stimulus. b. Kontrol
kognitif
adalah kemampuan
individu dalam mengolah informasi yang diinginkan.
dilakukan
a. Kontrol perilaku (behavioral control)
adalah
kapan kondisi dan situasi yang tidak
tidak
Aspek-aspek Kontrol diri
mofiability)
Kemampuan dengan
mengintepretasikan,
ini cara
menilai
atau
adalah kesiapan atau respon individu
menggabungkan suatu keadaan kedalam
secara
suatu kerangka kognitif dan sebagai
langsung
yang
dapat
mempengaruhi suatu kondisi yang tidak
adaptasi
menyenangkan. Kemampuan mengontrol
mengurangi tekanan yang ada. Dalam
perilaku
aspek ini terdapat dua komponen, yaitu
ini
dibagi
menjadi
dua
komponen yaitu 1) Mengatur
psikologis
atau
untuk
memperoleh informasi dan melakukan pelaksanaan
administration)
adalah
(regulated
penilaian
keputusan
mempertimbangkan
yang diambil yang berkaitan dengan siapa yang akan mengambil peran dalam pengendalian suatu kondisi
adalah
individu atau
menilai
informasi yang telah diterima apakah
Kejenuhan Belajar Ditinjau... (Ita Vitasari) 66
akan mengantisipasi keadaan tersebut
Simple random sampilng digunakan untuk
atau tidak.
menentukan kelas yang akan digunakan sebagai
c. Mengontrol
keputusan
adalah
penelitian yaitu dari 196 siswa mengambil 131
kemampuan individu untuk memilih hasil
siswa yaitu dari 5 kelas dari 7 kelas. Teknik ini
atau tindakan berdasarkan pada sesuatu
digunakan dengan mengacak kelas yang ada dan
yang telah diyakini dan disetujuinya.
didapatkan kelas XI IPA 1, IPA 2, IPA 3, IPA 4,
Kontrol diri dalam menentukan pilihan
IPA 5 DAN IPS 1.
akan berfungsi dengan baik apabila terdapat kesempatan, kebebasan atau
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data pengumpulan data yang digunakan dalam
kemungkinan pada diri individu dalam memilih
suatu
tindakan
yang
akan
penelitian ini adalah skala dan skala bertingkat. Skala dan skala bertingkat digunakan untuk
dilakukan.
mengukur
kemampuan
non-kognitif.
METODE PENELITIAN
Penggunaan
Jenis Penelitian
digunakan untuk mengungkap burnout belajar
Desain penelitian ini termasuk ke dalam penelitian Ex-pose Facto atau pengukuran sesudah kejadian dan deskriptif korelasional. Hal
atau
skala
kejenuhan
dalam
belajar
penelitian
melalui
ini
peryataan-
peryataan dengan alternatif jawaban berupa “Ya” atau “tidak” dan skala bertingkat digunakan
tersebut berdasarkan pendapat dari Sukardi
untuk mengungkap tingkat kesepian dan kontrol
(2003: 165) bahwa penelitian ex-post facto
diri siswa melalui pernyataan-pernyataan dengan
merupakan penelitian dimana variabel-variabel bebasnya telah terjadi ketika peneliti mulai
alternatif jawaban berupa “SS” (Sangat Setuju), “S” (Setuju), “TS” (Tidak Setuju), “STS”(Sangat
dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu
TidakSetuju).
penelitian.
Teknik Analisis Data
Tempat dan Waktu Penelitian
Teknik analisis data dalam penelitian ini
Penelitian ini dilakukan di Sekolah
adalah teknik analisis kuantitatif karena data
Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Yogyakarta
yang
yang
kuantiitatif).
terletak
Gondokusuman,
di
Jl.
Sagan
Yogyakarta
1,
55223
Terban, proses
penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016. Target/Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 9 Yogyakarta kelas XI. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI SMAN 9 Yogyakarta.
digunakan
berwujud
angka
(data
Teknik analisis data yang akan digunakan yakni teknik analisis data kuantitatif yaitu menggunakan uji deskriptif, normalitas dan uji linearitas.
Adapun
penentuan
kategorisasi
(sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah)
dalam
penelitian
menggunakan SPSS 21.
ini
dengan
67 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke-5 2016
HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
rendah. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan dahwa kesepian pada siswa SMA N
1. Data Kesepian
9 Yogyakarta termasuk dalam kategori sedang Tabel. Deskripsi Data Kesepian
dengan skor mencapai 80,8%. Sebaran data pada
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa skor maksimal ideal untuk skala
masing-masing kategori disajikan dalam grafik pada gambar, berikut:
kesepian sebesar 156 dan skor minimum sebesar 39. Skor rata-rata kesepian sebesar 97,5, sedangkan standar devisiasi sebesar 19,50, sehingga
dapat
diperoleh
batasan
200
122
skor
kategorisasi kesepian yang tinggi berada pada
distribusi frekuensi kategori kesepian
100 29
0
kisaran skor >57,3, batasan skor kategorisasi
0 tinggi
kesepian yang sedang terletak pada kisaran skor
sedang
rendah
28,7-57,3, dan kategorisasi kesepian rendah Gambar. Grafik Distribusi Frekuensi Kategori
berada pada kisaran skor <28,7. Adapun
distribusi
frekuensi
yang
Kesepian.
diperoleh dari perhitungan kategorisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Siswa SMA N 9 Yogyakarta tidak menunjukkan adanya tingkat kesepian pada
Tabel. distribusi Frekuensi Kategorisasi
kategori tinggi ini menunjukkan bahwa para siswa
Kesepian
telah
sosialnya,
mampu
siswa
juga
memenuhi telah
kebutuhan
puas
dengan
N
Kriter
Frekue
Presenta
Katego
kehidupan sosialnya dan dapat berinteraksi
o
ia
nsi
se (%)
ri
dengan lingkungan sosial mereka dengan baik.
1
>117
0
0%
Tinggi
Hal ini sejalan dengan pendapat Peplau dan Perlman yang mengemukakan bahwa perasaan
2
78-117
122
80,8%
Sedang
3
<78
29
19,2%
Rendah
kesepian muncul ketika tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang akan kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Hasil observasi
Total
151
100%
peneliti juga menunjukkan bahwa siswa dapat
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa dari 151 siswa SMA N 9 Yogyakarta
tidak
ada
siswa
(0%)
yang
mempunyai nilai kesepian dalam kategori tinggi,
dengan mudah berinteraksi satu sama lain dan terdapat interaksi yang baik antara siswa dan guru. 2. Deskripsi Data Kontrol Diri
122 siswa (80,8%) mempunyai nilai kesepian dalam kategori sedang, dan 29 siswa (19,2%) mempunyai
nilai
kesepian
dalam
kategori
Pembahasan berikut ini menyajikan hasil penelitian berdasarkan data-data yang telah
Kejenuhan Belajar Ditinjau... (Ita Vitasari) 68
diperoleh
dalam
penelitian.
Skala
yang
digunakan untuk mendeskripsikan hasil data kesepian
ini
adalah
skala
Likert
pernyataan sebanyak 40 item. Deskripsi yang disajikan adalah data secara umum dari kontrol yanng
meliputi:
skor
pada kisaran skor <80.
dengan
rentangan skor 1 sampai 4, jumlah total
diri
80-120, dan kategorisasi kesepian rendah berada
minimal,
Adapun
perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
frekuensi
yang
diperoleh dari perhitungan kategorisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. distribusi Frekuensi Kategorisasi
skor
maksimal, mean dan standar deviasi. Hasil
distribusi
Kontrol Diri N
Kriter
Frekue
Present
Kateg
o
ia
nsi
ase (%)
ori
1
>120
8
5,3%
Tinggi
143
94,7%
Sedang
<80
0
0%
Total
151
100%
Tabel. Deskripsi Data Kontrol Diri
Varia bel
Juml ah Item
Kontr ol Diri
Statisti
Hipote
Empi
k
tik
rik
3
Skor 40
Minimu
2
80120
Renda h
40
m Skor Maksim
160
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat
um
diketahui bahwa dari 151 siswa SMA N 9
Mean
100
SD
20
Yogyakarta 8 siswa (5,3%) yang mempunyai nilai kontrol diri dalam kategori tinggi, 143 siswa (94,7%) mempunyai nilai kontrol diri dalam kategori sedang, dan tidak ada siswa (0%)
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa skor maksimal ideal untuk skala kontrol diri sebesar 160 dan skor minimum sebesar 40. Skor rata-rata kontrol diri sebesar 100, sedangkan standar devisiasi sebesar 20, sehingga
dapat
diperoleh
batasan
skor
kategorisasi kesepian yang tinggi berada pada kisaran skor >120, batasan skor kategorisasi kesepian yang sedang terletak pada kisaran skor
mempunyai nilai kontrol diri dalam kategori rendah. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan dahwa kontrol diri pada siswa SMA N 9 Yogyakarta termasuk dalam kategori sedang dengan skor mencapai 94,7%. Sebaran data pada masing-masing kategori disajikan dalam grafik pada gambar, berikut:
69 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke-5 2016
meliputi: skor minimal, skor maksimal, mean
distribusi frekuensi kategori kontrol diri
dan standar deviasi. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
200 143
150
Tabel.
100 8
0
0 tinggi
sedang
Variabe
rendah
l Gambar. Grafik Distribusi Frekuensi Kategori Kontrol diri.
Kejenuhan
Ghufron & Rini Risnawati. S 2014:29) ketika seorang individu mulai memasuki masa dewasa, akan
Juml ah Item
Statisti
Hipote
Empi
k
tik
rik
Kejenu
Berdasarkan teori Piaget (dalam M. Nur
mampu
pertumbuhannya
menyelesaikan
dan
mampu
tugas
menerima
Skor
han (Burno ut)
86
Minimu
Belajar Skor Maksim
remaja yang seringkali labil akan tugasnya
um
belum dalam masyarakat sehingga kontrol diri dimilikinya
cenderung
sedang.
Dari
keterangan tersebut, maka hasil penelitian yang didapatkan sesuai karena Siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta masih berada pada usia remaja dan belum matang sehingga kontrol diri yang dimilikipun akan cenderung sedang.
0
m
kedudukan di dalam masyarakat, hal ini berarti
yang
Data
(Burnout) Belajar
50
ia
Deskripsi
86
Mean
43
SD
14,33
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa skor maksimal ideal untuk skala Data Kejenuhan (Burnout) Belajar sebesar 86 dan skor minimum sebesar 0. Skor
3. Deskripsi Data Kejenuhan (Burnout) Belajar
rata-rata Data Kejenuhan (Burnout) Belajar sebesar 43, sedangkan standar devisiasi sebesar 14,33, sehingga dapat diperoleh batasan skor
Pembahasan berikut ini menyajikan hasil penelitian berdasarkan data-data yang telah diperoleh
dalam
penelitian.
Skala
yang
digunakan untuk mendeskripsikan hasil data kesepian ini adalah skala Guttman dengan skor 1 dan 2, jumlah total pernyataan sebanyak 86 item. Deskripsi yang disajikan adalah data secara umum dari kejenuhan (Burnout) belajar yanng
kategorisasi kesepian yang tinggi berada pada kisaran skor >120, batasan skor kategorisasi kesepian yang sedang terletak pada kisaran skor 80-120, dan kategorisasi kesepian rendah berada pada kisaran skor <80.
Kejenuhan Belajar Ditinjau... (Ita Vitasari) 70
Adapun distribusi frekuensi yang
distribusi frekuensi kategori kejenuhan…
diperoleh dari perhitungan kategorisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: 200
Tabel.
distribusi
Frekuensi
Kategorisasi
4 0
Kejenuhan (burnout) belajar.
tinggi
N
Kriteri Frekuen
Presenta
Katego
o
a
se (%)
ri
si
103
44 sedang
rendah
Gambar. Grafik Distribusi Frekuensi Kategori Kejenuhan (burnout) belajar.
>57,3
1
4
2,6%
Tinggi Kejenuhan (burnout) belajar yang rendah
28,7-
2
57,3 <28.7
3
44
29,1%
Sedang
didukung dengan terjadwal dan terkonsepnya kegiatan pembelajaran yang ada di SMA N 9
103
68,2%
Rendah
Yogyakarta. Sekolah sangat menyortir kegiatan apa saja yang dilakukan oleh para siswa di SMA
Total
151
100%
N 9 Yogyakarta hal ini dikarenakan sekolah tidak ingin jika siswa-siwanya akan protes dengan banyaknya kegiatan yang ada. Selain itu
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa dari 151 siswa SMA N 9
terdapat
pula
ekstrakurikuler
yang
sangat
menarik perhatian para siswa.
Yogyakarta 4 siswa (2,6%) yang mempunyai 4. Uji Normalitas
nilai Kejenuhan (Burnout) Belajardalam kategori tinggi, 44 siswa (29,1%) mempunyai nilai
Tabel. Hasil Uji Normalitas
Kejenuhan (Burnout) Belajar dalam kategori Kejenuha
sedang, dan 103 (68,2%) mempunyai nilai Kejenuhan (Burnout) Belajar dalam kategori
Kesepia
Kontro
n
rendah. Dari hasil tersebut dapat diambil
n
l Diri
(Burnout) Belajar
kesimpulan dahwa Kejenuhan (Burnout) Belajar pada siswa SMA N 9 Yogyakarta termasuk
151
151
151
0,848
0,667
1,212
(2- 0,468
0,766
0,106
N
dalam kategori rendah dengan skor mencapai 68,2%.
Sebaran
data
pada
masing-masing
kategori disajikan dalam grafik pada gambar 4, berikut:
Kolmogrov -Sminov Z Asymp. Sig. tailed)
71 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke-5 2016
Normalitas sebaran kesepian. Dari hasil perhitunganyang
dilakukan
ternyata
harga
Tabel hasil uji linearitas kontrol diri dengan kejenuhan (burnout) belajar
Kolmogrov-Sminov Z (ks-z) yang diperoleh adalah 0,848 dan harga p yaitu asymp. Sig (2-
Hasil Uji Linearitas
tailed) adalah 0,468. Karena harga p = 0,468 > 0,05 maka distribusi skornya normal. Normalitas
sebaran kontrol diri. Dari
hasil perhitunganyang dilakukan ternyata harga Kolmogrov-Sminov Z (ks-z) yang diperoleh adalah 0,667 dan harga p yaitu asymp. Sig (2-
Kontrol Diri
Combined 1,550
dengan
Linearity
Kejenuhan
Sig
F
0,049
15,180 0,000
Deviation
(Burnout)
from
Belajar
1,096
0,353
diketahui
nilai
Linearity
tailed) adalah 0,766. Karena harga p = 0,766 > 0,05 maka distribusi skornya normal. Dari
Normalitas sebaran kejenuhan (burnout) belajar. Dari hasil perhitunganyang dilakukan ternyata harga Kolmogrov-Sminov Z (ks-z) yang diperoleh adalah 1,212 dan harga p yaitu asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,106. Karena harga p = 0,106 > 0,05 maka distribusi skornya normal. Dari
uji
normalitas
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa pada variabel kesepian, kontrol diri dan kejenuhan (burnout) belajar
uji
linearitas
signifikansi pada deviation from linearity untuk variabel kesepian dengan kejenuhan (burnout) belajar sebesar 0,939 kemudian untuk variabel kontrol diri dengan kejenuhan (burnout) belajar sebesar 0,353, maka dapat disimpulkan bahwa (p>0,05) jadi antara variabel bebas dengan variabel terikat terdapat hubungan yang linear. Berdasarkan uji linearitas yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa linear dalam penelitian
memiliki distribusi data normal
ini terpenuhi.
5. Uji Linearitas Tabel hasil uji linearitas kesepian dengan kejenuhan (burnout) belajar Hasil Uji Linearitas
6. Uji Hipotesis Uji korelasi sederhana
F
Sig
Tabel
hasil
uji
korelasi
kesepian dengan
kejenuhan (burnout) belajar Combined 1,084 Kesepian dengan Kejenuhan
Linearity
(Burnout)
Deviation
Belajar
from Linearity
0,369
14,208 0,000
0,598
Hubungan Variabel
N
Koefisiien Korelasi
Ketera Sig.
ngan Ha
0,939 X1 - Y
151 0.305
0.000 diterim a
Kejenuhan Belajar Ditinjau... (Ita Vitasari) 72
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui
atas maka individu yang dapat mencapai
bahwa koefisien korelasi antara kesepian dengan
kebutuhan komunikasi dengan orang lain dengan
Kejenuhan (burnout) belajar sebesar 0.305.
baik dan dapat melakukan hubungan timbal balik
dengan
pula maka individu tersebut tidak akan kesepian
demikian
hipotesis
alternatif
(Ha)
berbunyi adanya hubungan yang positif antara
sehingga
kesepian dengan kejenuhan (burnout) belajar
kegiatannya dengan baik tanpa adanya rasa
siswa SMA N 9 Yogyakarta dapat diterima.
jenuh.
Besarnya koefisien korelasi tersebut bertanda
Tabel hasil uji korelasi kontrol diri dengan
positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa “ada
kejenuhan (burnout) belajar
hubungan
positif
antara
kesepian
dengan
Hubunga
kejenuhan (burnout) belajar siswa SMA N 9
n
Yogyakarta ”. dengan adanya hubungan ini maka
Variabel
dapat
n
melakukan
Keteran Sig.
gan
0.00
Ha
0
diterima
Korelasi 15
X2 - Y
akan
Koefisiie N
semakin tinggi kesepian maka akan semakin tinggi pula kejenuhan (burnout) belajar siswa
individu
1
-0.301
SMA N 9 Yogyakarta, demikian juga sebaliknya jika tingkat kesepian rendah maka akan semakin rendah pula kejenuhan (burnout) belajar. Hasil
hipotesis
atas
bahwa koefisien korelasi antara kontrol diri
mendukung pendapat Maslach & Leiter (1997:
dengan kejenuhan (burnout) belajar sebesar -
26) yaitu faktor kejenuhan (burnout) salah
0.301. dengan demikian hipotesis alternatif (Ha)
satunya adalah kurangnya dukungan sosial yang
berbunyi adanya hubungan negatif antara kontrol
dimiliki. Slivar (2001: 22-23) juga berpendapat
diri dengan kejenuhan (burnout) belajar siswa
bahwa salah satu faktor penyebab kejenuhan
SMA N 9 Yogyakarta dapat diterima. Besarnya
(burnout) di sekolah adalah kurangnya hubungan
koefisien korelasi tersebut bertanda negatif,
yang terjalin antar siswa maupun guru disekolah.
sehingga
Kesepian sendiri menurut Lake
merupakan
hubungan negatif antara kontrol diri dengan
(dalam Praharaesti Eriany 1997:2) kondisi
kejenuhan (burnout) belajar siswa SMA N 9
dimana tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang
Yogyakarta”. Dengan adanya hubungan ini maka
akan komunikasi dengan orang lain, bentuknya
semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi
adalah pertemanan yang akrab dan persahabatan.
kejenuhan (burnout) belajar siswa SMA N 9
Lake juga menyatakan bahwa individu yang
Yogyakarta, demikian juga sebaliknya semakin
kesepian
tinggi kontrol diri maka semakin rendah
adalah
pertama
individu
di
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui
yang
sangat
membutuhkan orang lain untuk diajak komuniksi
dapat
disimpulkan
bahwa
“ada
kejenuhan (burnout) belajar.
dan melakukan hubungan timbal balik yang
Hasil hipotesis kedua di atas sesuai
mendalam, namun individu tersebut tidak dapat
dengan simpulan yang dibuat oleh Zulkarnain
mencapai kebutuhan tersebut. dari paparan di
(2002:11) yang berbunyi bahwa kontrol diri itu
73 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke-5 2016
adalah aktivitas pengendalian tingkah laku seseorang.
Santrock
juga
dengan dengan pengamatan David D. Burns
cukup
(1988: 8) dalam prakteknya bahwa orang yang
perilaku
mengalami kesulitan dalam mengembangkan
remaja. Dari pendapat tersebut berarti remaja
hubungan pribadi yang erat dengan orang lain
yang mempunyai kontrol diri yang cukup tinggi
sering mengalami masalah yang sama dengan
maka akan dapat dengan mudah mengontrol
orang tertekan. Lake (1986 dalam Prahara Esti
respon yang akan diberikan dalam suatu kondisi
Eriany 1999: 35) bahwa kesepian adalah tidak
dan situasi. Situasi dan kondisi tersebut dapat
terpenuhinya
berupa perasaan bosan yang ada pada dirinya.
komunikasi dengan orang lain, bentuknya adalah
Tabel hasil uji korelasi kontrol diri dengan
persahabatan yang akrab dengan teman dan cinta
kesepian
yang abadi. Edi Sutarjo, dkk (2014:6) kejenuhan
mengemukakan berpengaruh
(2003:523)
Hasil hipotesis ketiga di atas sesuai
bahwa
dalam
kontrol
diri
pembentukan
kebutuhan
seseorang
akan
belajar adalah kondisi emosional yang terjadi Hubunga
N
Koefisiie
n
n
Variabel
Korelasi
X2 – X1
15
Sig.
Keteranga n
-0.352
1
terhadap seseorang yang telah mengalami jenuh secara mental maupun fisik akibat tuntutan dari pekerjaan yang terkait dengan belajar yang
0.00
Ha
0
diterima
meningkat. Sumbangan Efektif Tabel sumbangan efektif
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa koefisien korelasi antara kontrol diri dengan
kesepian
sebesar
-0.352.
Measures of Association
dengan R
R Squared
Kj * Ks
0.352
0.124
Kj * KD
-0.301
0.091
demikian hipotesis alternatif (Ha) berbunyi adanya hubungan negatif antara kontrol diri dengan kesepian siswa SMA N 9 Yogyakarta dapat diterima. Besarnya koefisien korelasi tersebut
bertanda
negatif,
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa “ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan kesepian siswa SMA N 9 Yogyakarta”. Dengan adanya hubungan ini maka semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi kesepian siswa SMA N 9 Yogyakarta, demikian juga sebaliknya semakin tinggi kontrol diri maka akan semakin rendah kesepian.
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) kesepian dalam kejenuhan (burnout) belajar yaitu sebesar 0, 124. Hasil
tersebuut
sumbangan
dapat
variabel
diartikan kesepian
bahwa terhadap
kejenuhan (burnout) belajar sebesar 12,4%. Sedangkan koefisien determinasi (R2) kontrol diri dalam kejenuhan (burnout) belajar sebesar
Kejenuhan Belajar Ditinjau... (Ita Vitasari) 74
0.091. hasil tersebut dapat diartikan bahwa
guru BK dapat mempertahankan metode
sumbangan
terhadap
belajar yang telah diterapkan sekarang
kejenuhan (burnout) belajar sebesar 9,1%. Jadi
hal tersebut karena para siswa memiliki
kesepian
memberikan
tingkat kejenuhan (burnout) belajar yang
sumbangan efektif sebanyak 21,5% terhadap
rendah dengan mengikuti semua kegiatan
kejenuhan (burnout) belajar. Dengan demikian
yang dilakukan. Guru juga diharapkan
masih ada 78,5% faktor lain yang mempengaruhi
mempertahankan interaksi yang telah
kejenuhan (burnout) belajar siswa SMA N 9
terjalin dengan siswa selama ini dan tidak
Yogyakarta.
menutup akses untuk para siswa berkeluh
variabel
dan
kontrol
kontrol
diri
diri
kesah dengan kondisi mereka hal ini agar
SIMPULAN DAN SARAN
tingkat kesepian yang ada pada diei siswa
Simpulan
tetap pada kategori rendah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan
2. Bagi Siswa. Diharapkan untuk para siswa
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
dapat dan mampu untuk memerangi
bahwa:
perasaan kesepian yang dimilikinya dan mempertahankan
1. Terdapat
hubungan
signifikan
antara
yang
positif
kesepian
dan
dengan
kejenuhan (burnout) belajar pada siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta. Hal ini berarti
kesepian
memberikan
pengaruh
terhadap kejenuhan (burnout) belajar. 2. Terdapat hubungan yang negatif antara kontrol diri dengan kejenuhan (burnout) belajar pada siswa kelas XI SMA N 9 Yogyakarta. Sehingga kontrol diri yang tinggi
tidak
menimbulkan
kejenuhan
(burnout) belajar pada siswa. 3. Terdapat hubungan yang negatif antara kontrol diri dengan kesepian pada siswa
serta
meningkatkan
kemampuan kontrol diri yang ada pada dirinya sehingga para siswa tidak akan mudah jenuh dalam segala hal terutama dalam belajar. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang
kejenuhan
belajar
dapat
menambah cara mendapatkan data tidak hanya dengan kuisioner bisa diimbuhi dengan cara lain agar data yang diperoleh berasal
dari
beberapa
hal.
Dan
diharapkan pula peneliti memperbanyak wilayah responden yang digunakan agar dapat digeneralisasikan.
kelas XI SMA N 9 Yogyakarta. Sehingga kontrol diri yang tinggi tidak menimbulkan
DAFTAR PUSTAKA
kesepian pada siswa.
Bahrer-Kohler, S. (2012). Burnout for Expert: Prevention in the context of living and
Saran
working. London: Springer Science &
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling. Diharapkan agar guru mata pelajaran dan
Business Media.
75 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 7 Tahun ke-5 2016
Brunk,D. (2006). How to fight burnout. Journal
android&channel=new.Diakses pada
of College Development. Diakses dari
tanggal 25 mei 2015 pukul 19:58
http.
//
findarticles.com./p/articles/mi.
Praharaesty Eriany. (1997). Manusia Kesepian
Diakses 25/5/2015. Pukul 09.25 WIB
Sebagai
Cherniss, C. (1980). Staff Burnout : Job Stress in
Kehidupan Modern. Pranata. Th. VII. No
the Human Services. California: Sage
4. Gerungan. 1996. Psikologi Sosial.
Publications
Bandung: PT Eresco
Chaplin, JP. (2011). Kamus Lengkap Psikologi.
Dampak
Psikologi
dari
Schaufeli, W . B., & Enzmann, D. (1998). The
(Terjemahan Kartini Kartono)
burnout
Jakarta: Grafindo Persada.
companion
to
study
and
practice: A critical analysis. United
David D. Burns. (1988). Mengapa Kesepian
Kingdom: CRC press.
Program Baru yang Telah Diuji secara
Slivar, B. (2001). The Syndrome of Burnout, Self
klinis untuk Mengatasi Kesepian. Jakarta:
Image, and Anxiety With Grammar
Erlangga.
School Student. Horizons of Psychology,
Edi Sutarjo., Dewi Arum WMP., & Ni.Kt. Suarni.
(2014).
Teori
Sugara,G.S. (2011). Efektivitas Teknik Self-
Behavioral Teknik Relaksasi dan Brain
Instruction dalam Menangani Kejenuhan
Gym untuk Menurunkan Burnout Belajar
Belajar Siswa. Skripsi Jurusan PPB-FIP
pada
UPI. (Tidak Diterbitkan)
siswa
Laboratorium
Efektivitas
10, 2, 21-32
Kleas
VIII
UNDIKSHA
SMP
Singaraja
Suwarjo & Diana Septi Purnama. (2014). Model
Tahun Pelajaran 2013/2014. Diakses dari
Bimbingan Pengembangan Kompetensi
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/J
Pribadi Sosial Bagi Siswa SMA yang
JBK/article/download/3740/2995.
Mengalami
Kejenuhan
Belajar
(Burnout).
Universitas
Negeri
pada
tanggal 23 februari, jam 00.59 WIB. Maslach, C., & Leiter, M P. (1997). The Truth About Burnout : How Organizations Cause Personal Stress. San Francisco: Jossey-Bass. M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S. (2010). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Peplau, LA. (1988). Loneliness: New Direction in Research. (online). Diakses dari http:/www.google.co.id/search?q=peplau +88&btnG=&client=ms-opera-mini-
Yogyakarta. Tidak Diterbitkan. .