PROFIL BIOKIMIA DAGING AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN PLUS FORMULA HERBAL
YUNAN NURSYAHBANI MUBIN
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Biokimia Daging Ayam Broiler yang Diberi Pakan Plus Formula Herbal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013 Yunan Nursyahbani M NIM G84090037
i ABSTRAK YUNAN NURSYAHBANI MUBIN. Profil Biokimia Daging Ayam Broiler yang Diberi Pakan Plus Formula Herbal. Dibimbing oleh EDY DJAUHARI PK dan WARAS NURCHOLIS. Temulawak, meniran, temu ireng dan sambiloto merupakan tanaman yang digunakan dalam formulasi pakan anti-virus flu burung. Penggunaan tanaman tersebut dikhawatirkan mengubah sifat fisik dan proksimat daging. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima perlakuan. Berturut-turut adalah kontrol, simplisia dosis 1, simplisia dosis 0.5, ekstrak dosis 1 dan ekstrak dosis 0.5. Parameter yang diuji adalah tekstur, warna dan proksimat gizi ayam. Tidak ada pengaruh perlakuan pada tekstur daging. Daging berwarna merah pada semua perlakuan. Perlakuan simplisia dosis 1 memiliki kadar air dan kadar lemak terendah dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan simplisia dosis 1 dan ekstrak dosis 0.5 memiliki kadar protein tertinggi daripada perlakuan lainnya. Semua kelompok perlakuan memiliki profil yang sesuai dengan profil daging ayam yang seharusnya. Kata kunci : daging ayam, dosis, ekstrak, simplisia,
ABSTRACT YUNAN NURSYAHBANI MUBIN. Biochemistry Profiles of Broiler Chicken are Feeded by Formula Herbal. Supervised by EDY DJAUHARI P.K dan WARAS NURCHOLIS. Ginger, meniran, temu ireng and sambiloto are plants which is used as feed formulation anti-avian influenza. Using that plants worry will change broiler physical properties and proximate. Design experiment is randomized block design with five treatments. Threre are control, crude dose 1, crude dose 0.5, extract dose 1 and extract dose 0.5. The parameters are the texture, color and proximate of broiler. There is no effect of treatment on the texture of the meat. The color of all treatments is red. Water and fat content of crude dose 1 is the lowest among other treatments. Crude dose 1 and dose 0.5 have the highest protein than the others. All treatment had profiles as fit as the profile of chicken meat should be. Keywords: chicken, crude, dose, extract.
PROFIL BIOKIMIA DAGING AYAM BROILER YANG DIBERI PAKAN PLUS FORMULA HERBAL
YUNAN NURSYAHBANI MUBIN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
iii
Judul Skripsi Nama NIM
: Profil Biokimia Daging Ayam Broiler yang Diberi Pakan Plus FFormula Herbal : Yunan Nursyahbani Mubin : G84090037
Disetujui oleh
Drs Edy Djauhari PK, MSi Pembimbing I
Waras Nurcholis, SSi, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir I Made Artika, MAppSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
v PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, karunia serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini. Shalawat beriringkan salam semoga tecurahkan kepada Nabi besar penyampai risalah Allah dan penutup para nabi yaitu Nabi Muhammad SAW. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs Edy Djauhari P K, MSi selaku pembimbing utama, Waras Nurcholis, SSi, MSi selaku pembimbing kedua, bapak Mashudi selaku pembimbing lapang di laboratorium penelitian Gizi Masyarakat yang telah memberikan bimbingan, inspirasi, motivasi, serta arahan. Disamping itu, penulis sampaikan terima kasih kepada drh Mahzhouzh dan drh Brian Koesoema yang telah membatu penulis dalam melakukan kegiatan di Peternakan MAgroindustry serta Louayy Al Farouqi dan Rinaldy Ardana Harahap selaku tim proyek penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ayah, ibu, adik dan teman-teman Biokimia yang telah memberikan dukungan dan doa. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Bogor, Mei 2013
Yunan Nursyahbani Mubin
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii PENDAHULUAN................................................................................................... 1 METODE ................................................................................................................ 2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 2 Bahan ................................................................................................................... 2 Alat ...................................................................................................................... 2 Prosedur Analisis ................................................................................................. 2 Formulasi Sedian Pakan Herbal ....................................................................... 2 Hewan Uji dan Rancangan Percobaan ............................................................. 2 Analisis Sifak Fisik Daging ............................................................................. 2 Analisis Proksimat Daging .............................................................................. 3 Analisis Statistika ............................................................................................ 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 5 Hasil ..................................................................................................................... 5 Analisis Sifat Fisik Daging .............................................................................. 5 Analisis Proksimat Daging .............................................................................. 6 Pembahasan ......................................................................................................... 9 Sifat Fisik Daging .......................................................................................... 10 Proksimat Daging .......................................................................................... 11 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 14 Simpulan ............................................................................................................ 14 Saran .................................................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14 LAMPIRAN .......................................................................................................... 17
vii
DAFTAR TABEL 1 Nilai rata-rata warna daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan 5 2 Korelasi proksimat kadar protein, lemak dan abu daging ayam 9 3 Rekapitulasi proksimat daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan 12
DAFTAR GAMBAR 1 Nilai rata-rata tekstur daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan 2 Nilai rata-rata kadar air daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan 3 Nilai rata-rata kadar abu daging ayam berdasarkan kelompok Perlakuan 4 Nilai rata-rata kadar protein daging ayam berdasarkan kelompok Perlakuan 5 Nilai rata-rata kadar lemak daging ayam berdasarkan kelompok Perlakuan 6 Perbandingan konversi pakan ayam selama 36 hari berdasarkan kelompok perlakuan 7 Total kematian ayam selama 36 hari berdasarkan kelompok perlakuan 8 Skala koefisien permabilitas membran
5 6 7 8 8 10 10 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis statistik pengaruh pemberian formula herbal terhadap sifat fisik daging 2 Analisis statistik pengaruh pemberian formula herbal terhadap proksimat daging 3 Uji lanjut Duncan terhadap nilai proksimat daging 4 Sidik ragam pengaruh pemberian formula herbal terhadap profil daging ayam
17 17 18 19
1
PENDAHULUAN Konsumsi daging ayam broiler Indonesia mencapai 545.1 ribu ton per tahun. Permintaan produk daging ayam boiler juga terus meningkat. Data konsumsi rata-rata per kapita setahun yaitu tahun 2009 mencapai 3.076 Kg, tahun 2010 3.546 Kg dan tahun 2011 4.328 Kg (Survei Sosial Ekonomi Nasional 2012). Usaha - usaha untuk menjaga dan meningkatkan produksi ayam sangat diperlukan. Namun, terdapat kendala dalam menjaga produksi ayam tersebut. Salah satu kendalanya adalah virus flu burung. Virus ini menjadi masalah global di peternakan karena dapat membunuh ribuan ayam dan membuat peternak rugi. Penelitian penggunaan tanaman obat Indonesia untuk peternakan ayam merupakan salah satu upaya untuk menjaga produksi ayam. Tanaman obat tersebut diformulasikan ke dalam pakan ayam dengan dosis tertentu sebagai formula pakan anti-virus flu burung. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah dikenal sejak lama di Indonesia. Temulawak, meniran, temu ireng dan sambiloto merupakan tanaman yang digunakan dalam formulasi pakan anti-virus flu burung. Meniran mempunyai aktivitas antioksidan, antituberkolosis dan hepatoprotektif (Manjrekar et al. 2008). Temu ireng memiliki khasiat untuk mengobati beberapa penyakit seperti reumatik, cacingan, luka menahun, dan pendarahan pada saat haid (Djazuli et al. 2001). Ekstrak etanol temu ireng secara in vitro cukup kuat untuk dikembangkan menjadi bahan alternatif obat flu burung (Taha 2009). Ekstrak temulawak yang dicampurkan ke pakan ternak ayam dapat meningkatkan ketahanan anak ayam terhadap flu burung (Darusman et al. 2007 dalam Rahardjo 2010). Sambiloto dapat digunakan untuk pengobatan seperti antivirus, pengobatan HIV, anti-infeksi, hepatoprotektif, antipiretik dan analgesik (Spelman et al 2006). Pembuktian formula sediaan herbal Indonesia untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam merupakan inovasi penting. Namun, penggunaan tanaman obat sebagai pakan dikhawatirkan menimbulkan efek samping terhadap profil daging. Efek sampingnya antara lain memiliki rasa pahit seperti jamu, perubahan sifat fisik daging, kandungan gizi lebih rendah dan kadar lemak lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan profil daging ayam yang diberi formulasi pakan herbal. Keluaran yang diharapkan adalah dihasilkannya produk pakan herbal aplikatif dari tanaman temulawak, meniran, sambiloto, dan temu ireng yang berfungsi sebagai suplemen dan tidak mengubah profil daging ayam dari profil daging ayam seharusnya, sehingga produsen tidak ragu untuk memproduksinya dan konsumen tidak ragu untuk mengonsumsinya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi profil daging ayam yang diberi formula pakan herbal. Penggunaan tanaman obat temulawak, temu ireng, sambiloto dan meniran merupakan langkah awal penggunaan tanaman obat dalam pakan ternak.
2
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Peternakan MAgroindustry, Cianjur dan Laboratorium Penelitian Departemen Gizi, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2012 sampai Desember 2012. Bahan Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, pakan ayam komersial, simplisia temulawak, meniran, sambiloto, temu ireng, ekstrak temulawak, meniran, sambiloto, temu ireng, H2SO4 pekat, NaOH 30%, H3BO3, reagen campuran selenium, dan heksan. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, penyaring 100 mesh, kandang, tempat pakan, timbangan digital, cawan porselen, sudip, saringan, corong pisah, bunsen, oven, tanur, labu lemak 50 mL, vial, kertas saring, alumunium foil, gelas piala, gelas ukur, pipet volumetrik, labu kjedahl 150 ml, soxhlet, neraca analitik merk Ohaus, Chromameter merk Minolta tipe CR 300 dan Texture Analyzer tipe TA-XT2i merk texture technologies.
Prosedur Analisis Formulasi Sedian Pakan Herbal Bentuk bahan baku yang digunakan adalah simplisia dan ekstrak yang dicampur pakan. Simplisia kadar air ≤ 10% dengan ukuran 100 mesh. Ekstraksi menggunakan teknik maserasi dan pelarut etanol 70% pada semua jenis simplisia. Hewan Uji dan Rancangan Percobaan Hewan uji yang digunakan adalah ayam broiler Day Old Chicken (DOC). Ayam broiler dipelihara dalam satu atap dan dibagi berdasarkan kelompok perlakuan. Pakan ayam diberikan secara ad libitum. Ayam dipelihara selama 36 hari. Bobot badan ayam ditimbang dua kali seminggu. Kematian ayam dihitung tiap harinya. Hewan uji dibagi menjadi 5 perlakuan dengan 200 ekor dalam setiap perlakuan. Perlakuan I diberikan pakan standar. Perlakuan II diberikan pakan standar ditambah formulasi pakan simplisia dosis 1. Perlakuan III diberikan pakan standar ditambah formulasi pakan simplisia dosis 0.5. Perlakuan IV diberikan pakan standar ditambah formulasi pakan ekstrak dosis 1. Perlakuan V diberikan pakan standar ditambah formulasi pakan ekstrak dosis 0.5. Analisis Sifak Fisik Daging Warna (Anonima 1997) Warna daging ditentukan dengan alat Chromameter CR 300 Minolta. Daging disayat dari bagian dada dengan ukuran 3 cm x 3 cm dan taruh pada Chromameter. Measuring head pada Chromameter diletakkan pada sampel. Tekstur (Anonimb 1997) Tekstur daging ditentukan dengan alat Texture Analyzer. Daging disayat dari bagian dada dengan ukuran 3cm x 3cm. Sampel kemudian ditempatkan pada
3
wadah uji dan dilakukan pengukuran tekstur melalui pemberian gaya tekan (compression) sebanyak dua kali yang merupakan simulasi dari proses pengunyahan di dalam mulut. Analisis Proksimat Daging Preparasi Sampel Sampel daging ayam diambil dari bagian dada, paha atas, paha bawah dan sayap ayam dengan ukuran yang sama besar. Sampel dicampur dan diblender hingga halus dan rata. Banyak sampel disesuaikan dengan rumus Federer minimal sebanyak 25 sampel yang terbagi dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol dan empat kelompok perlakuan. Kadar Air (AOAC 2005) Sebanyak lima gram cuplikan ditimbang pada sebuah cawan porselen yang sudah diketahui bobotnya. Cawan dikeringkan pada oven suhu 1050C selama 3 jam lalu didinginkan dalam desikator. Penentuan kadar air (berat basah) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kadar air (%) = x 100% B = Bobot sampel (gram) C = Bobot cawan + isi (gram) A = Bobot cawan kosong (gram) Kadar Abu (AOAC 2005) Uji kadar abu merupakan lanjutan dari uji kadar air. Jika kadar air telah dihitung, sampel diarangkan di atas nyala pembakar, lalu diabukan dalam tanur listrik pada suhu 6000C sampai pengabuan sempurna. Sampel didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang sampai bobot tetap. Penentuan kadar abu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kadar abu (%) = x 100% B = Bobot sampel (gram) C = Bobot cawan + isi (gram) A = Bobot cawan kosong (gram) Kadar Protein (AOAC 2005) Kadar protein dilakukan dengan metode Kjeldahl makro. Sebanyak 0.1 gram daging dimasukkan dalam labu kjedahl 150 mL. Reagen campuran selenium dan 7 ml H2SO4 pekat dimasukkan dalam labu dan didestruksi sampai filtrat jernih. Labu didiamkan sampai dingin kemudian ditambahkan 110 ml aquades, indikator mm-mb, dan NaOH 30%. Sampel dipindahkan ke dalam alat destilasi. Cairan dalam ujung kondensor ditampung dengan erlenmeyer 125 ml berisi larutan H3BO3. Destilasi dilakukan sampai diperoleh kira-kira 200 ml destilat yang bercampur dengan H3BO3. Lalu destilat tersebut dititrasi menggunakan larutan HCl 0.09294 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah. Penentuan kadar protein dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: i ra i ra 2 100% adar r i Kadar Lemak (%) (AOAC 2005) Sampel daging ayam sebanyak 5 gram ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring, lalu diletakkan pada alat ekstraksi soxhlet yang dipasang di atas kondensor serta labu lemaknya diletakkan di bawahnya. Sebanyak 50 mL pelarut
4
heksana dituangkan ke dalam labu lemak dan dilakukan ekstraksi pada suhu 1000C selama 3 jam. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C. Labu lemak didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang. Penentuan kadar lemak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: a ak a adar ak 100% a Analisis Statistika Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dua faktor dalam rancangan acak lengkap (RAL) dan uji lanjut dengan uji Duncan. Modelnya adalah sebagai berikut: Yijk μ αi βj (αβ)ij εijk Keterangan : Yijk = nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k μ komponen aditif dari rataan αi = pengaruh faktor A (Simplisia dan Ekstrak) βj = pengaruh faktor B (dosis 1 dan dosis 0.5) αβij = komponen interaksi dari faktor A dan faktor B εijk = pengar a ak ya g y ar r a (0,σ2)
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Sifat Fisik Daging Tekstur Hasil pengukuran tekstur daging ayam disajikan pada Gambar 1. Tekstur daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 4705-6011 g. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa formulasi pakan tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap tekstur (Gambar 1). Max force (g)
7000 6000
6011.51 a±1610 5209.04 a±719 5342.01 a±1049
5347.44 a±1111
4705.59 a±465
5000 4000 3000
2000 1000 0
1
2 3 Kelompok Perlakuan
4
5
Gambar 1 Nilai rata-rata tekstur daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan (1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5) Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan) Warna Warna daging diukur menggunakan alat Chromameter CR 300 Minolta. Alat ini akan mengukur kecerahan (Lightness), intensitas warna merah (Redness), intensitas warna kuning (Yellowness), ketajaman warna (Chroma) dan Hue. Hasil analisis warna daging ayam disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai rata-rata warna daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan Warna Kecerahan Intensitas warna merah Intensitas warna kuning Ketajaman Warna Hue
Kelompok Perlakuan 3 4 57.41 a ±0.76 59.71 a ±2.34 14.25 ab±1.04 13.47 ab±1.21
1 57.24 a±2.37 14.34 a ±0.71
2 58.46 a ±3.18 13.41 ab±1.68
5 58.33 a ±2.80 12.59 b±1.08
11.39 a±0.60
11.42 a±0.81
12.68 b±0.56
11.62 a±1.11
12.144 ab±0.36
18.32 a ±0.84
16.99 a ±1.49
18.33 a ±1.19
17.83 a ±0.92
17.49 a ±0.99
38.42±1.26
41.73±2.99
42.31±1.21
38.6±2.24
44.03±1.84
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan)
6
Nilai Kecerahan (L) menunjukkan tingkat kecerahan suatu produk sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Rentang nilai L dari 0 (gelap) sampai 100 (terang). Semakin tinggi nilai L maka produk semakin cerah. Nilai kecerahan daging ayam berkisar antara 57.24-59.71%. Nilai intensitas warna merah (a) menyatakan warna kromatik campuran merah sampai hijau. Warna merah ditunjukkan dengan nilai +a (positif) dari 0 sampai +100, sedangkan warna hijau dengan nilai –a (negatif) dari 0 sampai -80. Semakin tinggi nilai a maka semakin merah warna produk. Nilai intensitas warna merah daging ayam berkisar antara 12.59-14.34%. Nilai intensitas warna kuning (b) menyatakan warna kromatik campuran kuning sampai biru. Warna kuning ditunjukkan dengan nilai +b (positif) dari 0 sampai +100, sedangkan untuk warna biru dengan nilai –b (negatif) dari 0 sampai -70. Semakin tinggi nilai b maka semakin kuning warna produk. Nilai intensitas warna kuning daging ayam berkisar antara 11.39-12.68%. Nilai ketajaman warna menunjukkan tingkat kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum (hue). Semakin tinggi ketajaman warna maka semakin pekat warna produk. Nilai ketajaman warna daging ayam berkisar antara 16.99-18.33%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa formulasi pakan tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap ketajaman warna daging. Nilai hue merupakan warna spektrum dominan sesuai dengan panjang gelombang. Nilai hue sampel dicocokkan dengan nilai hue bola imajiner Munsel untuk menyimpulkan warna secara objektif. Nilai hue sampel berkisar antara 38.42-44.03. Berdasarkan nilai hue pada bola imajiner Munsel dapat diperoleh data secara objektif bahwa warna daging ayam sampel adalah merah (hue 15-47). Analisis Proksimat Daging Kadar Air Hasil analisis kadar air disajikan pada Gambar 2. Kadar air daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 66.60-69.58%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar air berbeda nyata antara kontrol dan kelompok perlakuan. Ditunjukkan bahwa kadar air kelompok kontrol nyata (P>0.05) lebih tinggi daripada perlakuan lain. Kelompok 2 memiliki kadar air nyata (P>0.05) terendah dibandingkan perlakuan lain kecuali kelompok 5. Hasil analisis sidik ragam adalah identik antara simplisia, ekstrak dan pemberian dosis. Namun, terdapat interaksi kelompok antara faktor A (simplisia dan dosis) dan faktor B (dosis 1 dan dosis 0.5). Kadar Abu Hasil analisis kadar abu daging ayam dapat dilihat pada Gambar 3. Kadar abu daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 0.98-1.11%. Uji statistik menunjukkan bahwa kadar abu berbeda nyata antara kontrol dan ekstrak dosis 1 dengan kelompok perlakuan lainnya. Ditunjukkan bahwa kadar abu kelompok kontrol nyata (P>0.05) lebih rendah daripada perlakuan lain. Kelompok 4 memiliki kadar abu nyata (P>0.05) tertinggi dibandingkan perlakuan lain. Hasil analisis sidik ragam adalah berbeda antara simplisia dan ekstrak, identik dalam pemberian dosis serta terdapat interaksi kelompok antara faktor A dan faktor B.
7
Kadar Air (%)
70
69.58a±0.38
69
68.25b±0.77
68.12b±1.02
68
67.24bc±1.44 66.60c±1.08
67 66 65 1
2Kelompok Perlakuan 3
4
5
Gambar 2 Nilai rata-rata kadar air daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan (1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5) Keterangan: Huruf-huruf pada diagram batang yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan) 1.11c±0.03
Kadar Abu (%)
1.15
1.06b±0.03
1.1
1.07b±0.02
1.07b±0.01
1.05
0.99a±0.05 1 0.95 0.9 1
2
3 Kelompok Perlakuan
4
5
Gambar 3 Nilai rata-rata kadar abu daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan (1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5) Keterangan: Huruf-huruf pada diagram batang yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan) Kadar Protein Hasil analisis kadar protein sampel daging ayam dapat dilihat pada Gambar 4. Kadar protein daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 20.2522.47%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar protein berbeda nyata (P>0.05) antara 2 kelompok, yaitu perlakuan 1 dan 3 dengan perlakuan 2 dan 5. Namun, keduanya tidak ada perbedaan dengan perlakuan 4. Hasil analisis sidik ragam adalah indentik antara simplisia, ekstrak dan pemberian dosis. Namun, terdapat interaksi kelompok antara faktor A dan faktor B.
Kadar Protein (%)
8
23.5 23 22.5 22 21.5 21 20.5 20 19.5 19 18.5
22.47b±0.74 22.41b±1.19 21.02a±1.34
21.44ab±0.88
20.25a±0.67
1
2
3 Kelompok Perlakuan
4
5
Gambar 4 Nilai rata-rata kadar protein daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan (1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5) Keterangan: Huruf-huruf pada diagram batang yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan)
Kadar Lemak (%)
Kadar Lemak Hasil analisis kadar lemak sampel daging ayam dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar lemak berbeda nyata (P>0.05) lebih tinggi pada perlakuan 3 dan 4 dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Sebaliknya, ditunjukkan bahwa kadar lemak perlakuan 1 dan 2 nyata (P>0.05) lebih rendah daripada perlakuan lainnya. Hasil analisis sidik ragam adalah berbeda antara simplisia, ekstrak dan pemberian dosis. Namun, terdapat interaksi kelompok antara faktor A dan faktor B. 8 7 6 5 4 3 2 1 0
6.71c±0.39 4.31ab±0.49
1
6.52c±0.18 4.89b±0.34
3.84a±0.55
2
3 Kelompok Perlakuan
4
5
Gambar 5 Nilai rata-rata kadar lemak daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan (1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5) Keterangan: Huruf-huruf pada diagram batang yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan)
9
Korelasi Proksimat Daging Hasil korelasi kadar abu, kadar lemak dan kadar protein dapat dilihat pada Tabel 2. Kadar abu berkorelasi positif terhadap kadar protein dan kadar lemak. Sedangkan, kadar protein berkorelasi negatif untuk kadar lemak. Tabel 2 Korelasi proksimat kadar protein, lemak dan abu daging ayam Kadar Protein (%) Kadar Lemak (%) Korelasi Pearson 1 -.028 Sig. .895 N 25 25 Kadar Lemak Korelasi Pearson -.028 1 (%) Sig. .895 N 25 25 Kadar Abu Korelasi Pearson .231 .502* (%) Sig. .267 .011 N 25 25 *. Korelasi berbeda nyata pada taraf uji 5%. Kadar Protein (%)
Kadar Abu (%) .231 .267 25 .502* .011 25 1 25
Hasil rekapitulasi proksimat daging dapat dilihat pada Tabel 3. Kelompok konrol memiliki kadar air terbesar, kadar abu dan protein terendah. Sedangkan, kelompok simplisia dosis 1 memiliki kadar air terendah dan kadar protein tertinggi. Tabel 3 Rekapitulasi proksimat daging ayam berdasarkan kelompok perlakuan Parameter 1 Air (%) Abu (%) Protein (%) Lemak (%)
69.58 a ±0.38 0.98 d ±0.05 20.25 g ±0.67 4.31 ij ±0.49
2 66.60 c ±1.08 1.06 e ±0.03 22.41 h ±1.19 3.84 i ±0.55
Perlakuan 3 68.25 b ±0.77 1.07 e ±0.01 21.02 g ±1.34 6.71 k ±0.39
4 68.12 b ±1.02 1.11 f ±0.03 21.44gh ±0.88 6.52 k ±0.18
5 67.24 ab ±1.44 1.06 f ±0.02 22.47 h ±0.74 4.89 i ±0.34
Keterangan: Huruf-huruf pada diagram batang yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji silang berganda Duncan) (1= kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5)
Pembahasan Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan profil daging ayam yang diberi formula pakan herbal dan menjawab kekhawatiran efek samping karena ayam memakan pakan herbal. Salah satu data pendukungnya berupa FCR (Feed Convertion Ratio), data kematian ayam dan titer antibodi. FCR merupakan perbandingan antara jumlah konsumsi pakan dengan pertambahan bobot yang dihasilkan. Nilai FCR berkisar antara 0.541 - 0.599 (Gambar 6). Semakin tinggi nilai rasio konversi pakan berarti semakin banyak jumlah konsumsi pakan (dalam kg) untuk menaikkan bobot badan (dalam g) atau efisiensi pakan rendah. Jumlah kematian ayam tertinggi terdapat pada kelompok kontrol dengan kematian 42.5% atau sebanyak 85 ekor (Gambar 7).
Rasio konversi pakan (kg/g)
10
0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
1 2 3 4 5 5
9
12
16
20 23 Hari ke-
26
30
34
36
Gambar 6 Perbandingan rasio konversi pakan ayam selama 36 hari berdasarkan kelompok perlakuan (1= kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5)
Kematian (%)
50
42.5
38
40 27.5
30
26
24
20 10 0 1
2
3 Kelompok Perlakuan
4
5
Gambar 7 Total kematian ayam selama 36 hari berdasarkan kelompok perlakuan (1 = kontrol; 2= simplisia dosis 1; 3= simplisia dosis 0.5; 4= ekstrak dosis 1; 5= ekstrak dosis 0.5) Sifat Fisik Daging Tekstur Hasil pengukuran tekstur daging ayam disajikan pada Gambar 1. Tekstur daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 4705-6011 g. Formulasi pakan tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap tekstur daging. Tekstur antara kontrol dan kelompok perlakuan tidak berbeda nyata. Informasi yang didapat dari nilai max force (g) adalah tingkat kekuatan daging dalam menerima tekanan, tingkat kekenyalan dan keempukan daging. Tekstur daging dipengaruhi oleh konsentrasi kolagen, panjang sarkomer, jumlah jaringan ikat dan ikatan silangnya (Warris 2000). Jaringan ikat terdiri atas struktur ekstraseluler dan unsur-unsur penyangga tubuh, diantaranya adalah daging. Terdapat tiga komponen molekular utama pada jaringan ikat yaitu kolagen, elastin dan proteoglikan. Kolagen adalah komponen paling dominan karena menyusun hampir sepertiga total massa protein pada vertebrata. Jaringan pengikat berkolagen terdiri atas serat yang tersusun dari fibril kolagen. Fibril kolagen dapat menyangga sedikitnya 10000 kali bobotnya sendiri. Inilah yang membuat daging kuat dalam menerima tekanan (Nelson & Cox 2008).
11
Kadar lemak tinggi akan melarutkan atau menurunkan kandungan kolagen dalam daging dan membuat daging lebih empuk, karena lemak lebih lembut dibandingkan otot (Soeparno 1998). Oleh karena itu, perlakuan 4 memiliki nilai tekstur terendah dibandingkan perlakuan lain karena memiliki kadar lemak tinggi yaitu 6.5257%. Kadar lemak normal ayam adalah 4.9% (Nurwantoro & Mulyani 2003). Warna Warna daging sampel yang diperoleh secara objektif adalah merah (Tabel 1). Warna merah pada daging disebabkan oleh konsentrasi pigmen mioglobin. Mioglobin mengandung satu rantai polipeptida yang terdiri atas 153 residu asam amino dan satu forfirin besi (gugus heme) sebagai protein pengikat oksigen sel darah merah. Gugus heme inilah yang menyebabkan warna merah-cokelat pekat pada mioglobin (Nelson & Cox 2008). Mahluk hidup yang memiliki aktifitas tinggi memiliki konsentrasi mioglobin yang lebih tinggi karena perannya dalam mengikat oksigen. Hal ini merupakan adaptasi tubuh dalam menjalani aktifitas sehari-hari untuk memiliki cadangan oksigen yang lebih banyak dalam otot. Warna daging semua sampel adalah merah dengan nilai ketajaman warna yang tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal ini menunjukkan konsentrasi mioglobin pada semua sampel tidak berbeda nyata. Hasil penelitian ini sesuai dengan Disnakkeswan Lampung (2010) bahwa warna daging yang baik adalah warna putih agak kemerahan. Proksimat Daging Kadar Air Hasil analisis kadar air sampel daging ayam dapat dilihat pada Gambar 2. Kadar air daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 66.60-69.58%. Kisaran kadar air ini sesuai dengan USDA (2008) bahwa kadar air daging adalah 69%. Kontrol memiliki kadar air tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan kandungan zat aktif simplisia dan ekstrak pada formulasi pakan berperan sebagai diuretik yaitu memicu eksresi pada tubuh ayam seperti rimpang temulawak yang memiliki efek diuretik (Rahardjo 2010). Hasil ini seperti penelitian Poniman (2011), zat aktif ekstrak etanol buah belimbing wuluh, senyawa alkaloid, flavonoid dan saponin, berkhasiat sebagai diuretik pada hewan coba tikus galur Sprague-Dawley. Perlakuan 2 memiliki kadar air nyata (P>0.05) terendah daripada perlakuan lain. Hal ini diduga perlakuan 2 memiliki pengaruh paling besar terhadap eksresi tubuh ayam. Kadar Abu Hasil analisis kadar abu sampel daging ayam dapat dilihat pada Gambar 3. Kadar abu daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 0.98-1.11%. Menurut Nurwantoro & Mulyani (2003), kadar abu daging ayam sekitar 1%. Informasi dari kadar abu adalah unsur-unsur mineral yang terdapat pada daging. Sebanyak 22 mineral merupakan kebutuhan esensial bagi hewan. Tujuh diantaranya dibutuhkan dalam konsentrasi besar atau makronutrien sedangkan sisanya dibutuhkan dalam konsentrasi sedikit atau mikronutrien (Suttle 2010). Mineral tidak bisa disintesis oleh tubuh. Oleh karena itu, total mineral pada daging berasal dari lingkungan, yaitu pakan ayam.
12
Gambar 8 Skala koefisien permabilitas membran Pakan yang digunakan pada penelitian adalah sejenis untuk semua perlakuan. Perbedaannya adalah formulasi pakan yang digunakan. Formulasi inilah yang diduga memengaruhi metabolisme penyerapan mineral pada pakan. Penyerapan mineral berlangsung pada membran untuk masuk ke dalam sel. Hampir semua membran mengandung sistem transport yang memindahkan molekul nutrisi organik tertentu seperti glukosa dan membiarkan ion anorganik spesifik untuk masuk ke dalam sel (Nelson & Cox 2008). Mineral di dalam tubuh berkerja sebagai kofaktor dan menjadi ion elektrolit. Proses masuknya ion anorganik melalui membran tersebut berdasarkan koefisien permeabilitas (Gambar 8). Semakin tinggi koefisien permeabilitasnya maka akan semakin mudah masuk ke dalam sel (Murray et al 2009). Ion anorganik sangat sulit untuk masuk ke dalam sel. Dibutuhkan bantuan seperti pada sel darah merah yang memompakan Na + keluar sel dan K+ ke dalam dengan mempergunakan energi yang diberikan oleh hidrolisis ATP di dalam sel (Nelson & Cox 2008). Simplisia dan ekstrak diduga memengaruhi koefisien permeabilitas membran sehingga ion-ion anorganik dapat lebih banyak diserap oleh tubuh daripada pada perlakuan kontrol yang tidak mengonsumsi simplisia ataupun ekstrak. Kadar Protein Hasil analisis kadar protein sampel daging ayam dapat dilihat pada Gambar 4. Kadar protein daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 20.2522.47%. Menurut Nurwantoro & Mulyani (2003), kadar protein daging ayam adalah 20 – 23%. Protein merupakan makromolekul kompleks yang paling berlimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah bobot kering pada hampir semua organisme. Semua protein dibangun oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 asam amino (Nelson & Cox 2008). Ayam diberi asupan tinggi protein agar banyak asam amino terserap tubuh sehingga dapat disintesis menjadi daging ayam yang banyak pula. Amrullah (2004) menuliskan bahwa asam amino ransum yang seimbang memiliki nilai biologis protein lebih baik, sehingga lebih banyak diretensi pada tubuh broiler. Perlakuan 2 (simplisia dosis 1) dan Perlakuan 5 (ekstrak dosis 0.5) nyata (P>0.05) lebih tinggi (22.41%; 22.47%) kadar proteinnya daripada kontrol yaitu 20.25% (Gambar 4). Perlakuan 3 (simplisia dosis 0.5) dan Perlakuan 4 (ekstrak dosis 1) juga lebih tinggi (21.02%; 21.44%) daripada kontrol (20.25%) walaupun tidak berbeda nyata (Gambar 4). Hasil ini sesuai dengan penelitian penggunaan
13
simplisia kunyit dan minyak jelantah yang dapat meningkatkan kadar protein pada ayam broiler (Rahmat & Kusnadi 2008). Kunyit mengandung senyawa aktif yang tergolong antioksidan yang mampu mengurangi stres oksidatif (Kumar & Sharnya 2006). Akibatnya, gangguan terhadap sintesis protein dapat diatasi sehingga kandungan protein pada tubuh (daging) lebih tinggi dibandingkan kontrol. Selain itu, zat aktif kurkuma yang ada pada kunyit memiliki gugus hidroksil yang mudah teroksidasi, sehinggga akan mudah mendonorkan gugus hidrogen dan elektron kepada radikal bebas (Priyadarsini et al 2003). Temulawak dan meniran memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Nurcholis 2008; Manjrekar et al 2008). Simplisia temu ireng memiliki kandungan zat aktif kurkuma (Chinami et al. 2006 dalam Sandy 2012). Oleh karena itu, formulasi pakan yaitu temulawak, temu ireng, meniran dan sambiloto dapat meningkatkan kadar protein pada daging. Hal ini mengindikasikan bahwa formulasi pakan baik digunakan untuk menaikkan kadar protein daging ayam. Kadar Lemak Hasil analisis kadar lemak sampel daging ayam dapat dilihat pada Gambar 5. Kadar lemak daging ayam pada penelitian ini berkisar antara 3.84-6.71%. Menurut Nurwantoro & Mulyani (2003), kadar lemak daging ayam sekitar 4.7%. Lemak merupakan zat yang kaya energi. Lemak diperoleh dari makanan atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian hari. Lemak yang langsung diperoleh dari makanan akan langsung masuk ke dalam depot lemak dalam tubuh sedangkan lemak yang disintesis tubuh terjadi ketika mengalami kelebihan glukosa. Glukosa yang diubah menjadi lemak melalui proses lipogenesis. Lemak juga dapat dihidrolisis kembali menjadi asam lemak bebas melalui proses lipolisis (Murray et al 2009). Melalui penguraian lemak tersebut lemak dalam tubuh dapat berkurang. Perlakuan 2 (simplisia dosis 1) memiliki kadar lemak lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Temulawak diduga berperan dalam menurunkan kadar lemak daging ayam karena memiliki aktivitas sebagai antihiperlipidemia (Nurcholis 2008). Penggunaan temulawak sebagai minuman pada ternak kelinci betina menunjukkan bahwa tidak terdapat lemak tubuh pada karkas (Soenaryo 1985 dalam Rahardjo 2010). Penelitian tersebut disimpulkan bahwa temulawak mengandung zat aktif selain kurkuminoid yang dapat merubah metabolisme lemak dan lipoprotein. Kurkumin adalah salah satu zat aktif yang mempunyai efek menurunkan trigliserida pada tikus percobaan dengan cara menekan sintesis asam lemak (Soenaryo 1985 dalam Rahardjo 2010). Perlakuan 3 (simplisia dosis 0.5) memiliki kadar lemak lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 2 walaupun memiliki simplisia temulawak. Hal ini disebabkan perbedaan dosis perlakuan 3 yang memiliki setengah dosis dari perlakuan 2.
14
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Formula sediaan herbal Indonesia (temulawak, temu ireng, meniran dan sambiloto) tidak berpengaruh terhadap sifat fisik daging ayam tetapi berpengaruh terhadap proksimat gizi ayam. Perlakuan simplisia dosis 1 memiliki kadar air dan kadar lemak terendah dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan simplisia dosis 1 dan ekstrak dosis 0.5 memiliki kadar protein tertinggi daripada perlakuan lainnya. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh simplisia, ekstrak dan pemberian dosis identik pada kadar air dan protein tetapi tidak identik terhadap kadar lemak. Formulasi simplisia dosis 1 memiliki pengaruh paling positif terhadap profil daging ayam yaitu tinggi protein, rendah lemak dan tidak perlu biaya tambahan berupa proses ekstraksi untuk membuatnya menjadi ekstrak. Semua kelompok perlakuan memiliki profil yang sesuai dengan profil daging ayam tanpa penambahan formulasi formula herbal.
Saran Formula sediaan herbal Indonesia (temulawak, temu ireng, meniran dan sambiloto) memiliki profil daging sesuai dengan profil daging ayam yang seharusnya. Formulasi ini dapat dilanjutkan pada tahap penelitian selanjutnya dalam skala industri. Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui secara spesifik faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kadar abu, kadar protein dan kadar lemak.
DAFTAR PUSTAKA Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunungbudi. Anomina. 1997. Chroma Meter CR-300; Instruction Manual. Minolta. Anonimb. 1997. Lovibond Tintometer Model F; Operators Instruction Manual. Wilts (UK) : The Tentometer Ltd. [AOAC] Association of Official Analytical and Chemistry. 2005. Official Methods of Analysis. 18th ed. Marylan (US): Association of Official Analytical Chemists inc. Darusman LK, Priosoeryanto BP, Hasanah M, Rahardjo M, Purwakusumah ED. 2007. Potensi temulawak terstandar untuk menanggulangi flu burung. [Catatan Penelitian] Institut Pertanian Bogor dan Badan Litbang Pertanian.
15
Djazuli MI, Darwati, Rosita SMD. 2001. Studi pola pertumbuhan dan serapan hara NPK temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.). Warta Tumb. Obat Indonesia 7:6-8. [Disnakkeswan] Dinas Pertenakan dan Kesehatan Hewan Lampung. 2010. Teknik Pengolahan Daging [Internet]. [diacu 2012 Desember 20] Tersedia dari: www.disnakkeswan.lampungprov.go.id %2FPengolahan_Ayam.pdf Kumar VK, Sharnya SK. 2006. Antioxidant Studies on some Plants. A Review. Hamdard Medicus. XLIX (4): 25 – 36. Manjrekar AP, Jisha V, Bag PP, Adhikary B, Pai MM, Hegde A, Nandini M. 2008. Effect of Phyllanthus niruri Linn. treatment on liver, kidney and testes in CCl4 induced hepatotoxic rats. Indi J Experimen Bio 46:514-520 Murray et al. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry 28th Edition. New York (US) : Mc GrawHill Nelson DL, Cox MM. 2008. Lehninger Principles of Biochemistry 5th Edition. Madison Avenue (US) : WH Freeman and Company Nurcholis W. 2008. Profil senyawa penciri bioaktivitas tanaman temulawak pada agrobiofisik berbeda [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nurwantoro, Mulyani S. 2003. Buku Ajar Dasar Teknologi Hasil Ternak. Semarang (ID) : UNDIP Pr Poniman. 2011. Potensi Kerja Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) sebagai Diuretik Alami Melalui Pendekatan Aktivitas Diuretik, pH, Kadar Natrium, dan Kalium. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Priyadarsini KI, Maity DK, Naik GH, Kumar MS, Unnikrishnan MK, Satav JK, Mohan H. 2003. Role of phenolic O-H and methylene hydrogen on the free radical reactions and antioxidant activity of curcumin. Free Radical Biol. Med, 35 (5): 475 – 484. Rahmat A, Kusnadi E. 2008. Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit (Curcuma domestica Val.) dalam Ransum yang Diberi Minyak Jelantah Terhadap Performan Ayam Broiler. J Ilmu Ternak. 8 (1): 25-30 Rahardjo M. 2010. Penerapan SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak Sebagai Bahan Baku Obat Potensial. Perspektif 9(2) : 78-93 Sandy AA. 2012. Kajian Proteksi Formula Empat Tanaman Obat Terhadap Ketahanan Hidup Ayam Broiler yang Diuji Tantang dengan Virus Avian Influenza. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID) : UGM Pr.
16
Spelman K, Burns JJ, Nichols D, Winters N, Ottersberg S, Tenborg M. 2006. Modulation of cytokine expression by tradisonal medicines: a review of herbal immunomodulators alternative. Med Review. 11: 128-146 [SUSENAS] Survei Sosial Ekonomi Nasional. 2012. Konsumsi Rata-rata per Kapita Setahun Beberapa Bahan Makanan di Indonesia [Internet]. [diacu 2012 Oktober 4] Tersedia dari: www.deptan.go.id/Indikator/tabe-15bkonsumsi-rata.pdf Suttle NF. 2010. Mineral Nutrition of Livestock, 4th Edition. Wallingford (UK) : CABI Pr Taha SR. 2009. Kajian potensi ekstrak sambiloto (andrographis paniculata Ness.) dan Beluntas (Pluchea indoca Less.) sebagai alternatif bahan obat flu burung [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor [USDA] United State Department of Agricultural. 2008. Meat preparation: water in meat and poultry. Washington DC (US) : Food and Safety Inspection Warris WP. 2000. Meat Science an Indtroductory Text. New York (US) : CABI Pub
17
LAMPIRAN Lampiran 1 Analisis statistic pengaruh pemberian formula herbal terhadap sifat fisik daging ANOVA Tekstur Between Groups Within Groups Total
Ketajaman Warna
Sum of Squares 4345933.169 2.267E7 2.702E7
Between Groups Within Groups Total Kecerahan Between Groups Within Groups Total Kemerahan Between Groups Within Groups Total Kekuningan Between Groups Within Groups Total
df 4 20 24
Mean Square 1086483.292 1133524.741
ANOVA Sum of Df Squares 6.411 4 24.804 20 31.216 24 19.462 4 118.630 20 138.092 24 10.245 4 28.165 20 38.410 24 6.030 4 10.771 20 16.801 24
F
Mean Square
.958
Sig. .452
F
Sig.
1.603 1.240
1.292
.306
4.865 5.932
.820
.527
2.561 1.408
1.819
.165
1.507 .539
2.799
.054
Lampiran 2 Analisis statistik pengaruh pemberian formula herbal terhadap proksimat daging ANOVA Kadar_Air Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 25.502 20.096 45.598
Df 4 20 24
Mean Square 6.376 1.005
F 6.345
Sig. .002
Mean Square .011 .001
F 11.924
Sig. .000
Mean Square 4.465 .960
F 4.651
Sig. .008
Mean Square 8.498 .221
F 38.382
Sig. .000
ANOVA Kadar_Abu Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares .043 .018 .061
Df 4 20 24 ANOVA
Kadar_Protein Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 17.861 19.201 37.062
Df 4 20 24 ANOVA
Kadar_Lemak Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 33.991 4.428 38.419
Df 4 20 24
18
Lampiran 3 Uji lanjut Duncan terhadap nilai proksimat daging Kadar_Air Perlakuan
Subset for alpha = 0.05 1 2 3 Duncana Simplisia Dosis 1 5 66.600191 Ekstrak Dosis 0,5 5 67.235588 67.235588 Ekstrak Dosis 1 5 68.122126 Simplisia Dosis 0,5 5 68.253622 Kontrol 5 69.576811 Sig. .328 .143 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000. N
Kadar_Abu Perlakuan
Subset for alpha = 0.05 1 2 3 Duncana Kontrol 5 .984653 Simplisia Dosis 1 5 1.059540 Ekstrak Dosis 0,5 5 1.069980 Simplisia Dosis 0,5 5 1.070956 Ekstrak Dosis 1 5 1.112455 Sig. 1.000 .578 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000. N
Kadar_Protein Perlakuan
N
Duncana
Kontrol 5 Simplisia Dosis 0,5 5 Ekstrak Dosis 1 5 Simplisia Dosis 1 5 Ekstrak Dosis 0,5 5 Sig. Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Subset for alpha = 0.05 1 2 20.244727 21.021069 21.441450 21.441450 22.406069 22.471708 .081 .130
Kadar_Lemak Perlakuan
Subset for alpha = 0.05 1 2 3 Duncana Simplisia Dosis 1 5 3.840043 Kontrol 5 4.306753 4.306753 Ekstrak Dosis 0,5 5 4.896459 Ekstrak Dosis 1 5 6.538987 Simplisia Dosis 0,5 5 6.710973 Sig. .132 .061 .570 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000. N
19
Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh pemberian formula herbal terhadap profil daging ayam Kadar_Air Type III Sum of Squares df Mean Square Corrected Model 9.117a 3 3.039 Intercept 91267.836 1 91267.836 Faktor_A .317 1 .317 Faktor_B .735 1 .735 Faktor_A * Faktor_B 8.064 1 8.064 Error 19.507 16 1.219 Total 91296.460 20 Corrected Total 28.624 19 a. R Squared = .319 (Adjusted R Squared = .191) Source
Kadar_Abu Type III Sum of Squares df Mean Square Corrected Model .008a 3 .003 Intercept 23.252 1 23.252 Faktor_A .003 1 .003 Faktor_B .001 1 .001 Faktor_A * Faktor_B .004 1 .004 Error .010 16 .001 Total 23.269 20 Corrected Total .018 19 a. R Squared = .463 (Adjusted R Squared = .363)
F 2.493 74859.603 .260 .603 6.614
Sig. .097 .000 .617 .449 .020
Source
Kadar_Protein Type III Sum of Squares df Mean Square Corrected Model 7.744a 3 2.581 Intercept 9535.409 1 9535.409 Faktor_A .295 1 .295 Faktor_B .157 1 .157 Faktor_A * Faktor_B 7.292 1 7.292 Error 17.286 16 1.080 Total 9560.439 20 Corrected Total 25.031 19 a. R Squared = .309 (Adjusted R Squared = .180)
F 4.602 39106.328 5.671 2.028 6.106
Sig. .017 .000 .030 .174 .025
Source
Kadar_Lemak Type III Sum of Squares df Mean Square Corrected Model 28.328a 3 9.443 Intercept 604.256 1 604.256 Faktor_A .978 1 .978 Faktor_B 1.886 1 1.886 Faktor_A * Faktor_B 25.464 1 25.464 Error 3.459 16 .216 Total 636.043 20 Corrected Total 31.788 19 a. R Squared = .891 (Adjusted R Squared = .871)
F 2.389 8825.958 .273 .146 6.749
Sig. .107 .000 .608 .708 .019
F 43.672 2794.675 4.522 8.724 117.771
Sig. .000 .000 .049 .009 .000
Source
20
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 Desember 1990 dari ayah Nandang Hasanudin dan ibu Yuyun Hoerudin. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten biokimia umum departemen Teknologi Hasil Perairan pada tahun ajaran 2012, asisten pengantar penelitian biokimia dan biokimia klinis departemen Biokimia pada tahun ajaran 2013 serta asisten biokimia hewan program keahlian paramedik veteriner program diploma IPB pada tahun ajaran 2013. Penulis juga aktif dalam organisasi kampus sebagai staf Departemen Sosial dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM TPB IPB 2010, staf Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM FMIPA IPB 2011, dan Kepala Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa BEM FMIPA IPB 2012. Bulan Juli – Agustus 2012 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Pusat Studi Biofarmaka (PSB) Bogor dengan judul Kontrol Kualitas dan Keamanan Simplisia Kunyit (Curcuma domestica). Penulis juga aktif mengikuti perlombaan. Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain Juara I Pekan Ilmiah Mahasiswa FMIPA Tingkat FMIPA IPB 2011 dan Juara I Lomba Kapsa Cipta FMIPA Tingkat FMIPA IPB 2012.