PROFESIONALISME GURU PADA FILM TAARE ZAMEEN PAR Skripsi ini Diajukan Sebagai Syarat Melakukan Kewajiban Studi Strata Satu Program Studi Pendidikan Agama Islam
Ade Firda Mas’ud (1111011000082)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1437 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul Profesionalisme Guru Pada Film Taare Zameen Par disusun oleh Ade Firda Mas’ud, NIM. 1111011000082, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 13 April 2016
Yang mengesahkan,
ABSTRAK Ade Firda Mas’ud, NIM 1111011000082. Profesionalisme dan Kompetensi Guru pada Film Taare Zameen Par Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profesionalisme dan kompetensi guru pada film Taare Zameen Par. Subjek penelitian ini dilakukan pada film Taare Zameen Par. Penelitian dapat memberikan manfaat, yaitu untuk memperkaya khazanah keilmuan bagi para pendidik. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah Library research (penelitian kepustakaan) yakni suatu jenis penelitian yang mengacu pada khazanah kepustakaan seperti buku-buku, artikel, atau dokumen-dokumen lainnya. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan dokumentasi. Dalam melakukan analisis terhadap penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Yaitu dengan cara membahas objek penelitian secara apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme dan kompetensi guru yang ada pada film Taare Zameen Par terlihat jelas kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional dimiliki oleh guru. Sehingga guru mampu memberikan motivasi yang baik kepada peserta didik. Kata kunci: Profesionalisme, Kompetensi guru
i
ABSTRACT Ade Firda Mas'ud, NIM 1111011000082. The Professionalism and competence in the film Taare Zameen Par Thesis Department of Islamic Religious Education, Faculty of Tarbiya and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. This study aims to determine the professionalism and competence of teachers in the film Taare Zameen Par. This research subject in the film Taare Zameen Par. Research can provide benefits, which is to enrich the wealth of knowledge for educators. The type of research is library research (library research) which is a type of research that refers to the treasury of literature such as books, articles, or other documents. Data collection techniques in this study conducted by the method of observation and documentation. In an analysis of this research method used is descriptive method. That is by discussing the research object as it is based on the data obtained. The results showed that the professionalism and competence of teachers that exist in the film Taare Zameen Par obvious pedagogical competence, personal competence, social competence, and professional competence possessed by the teachers. So that teachers are able to provide a good motivation to learners. Keywords: Professionalism, competence teacher
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Dengan mengucap syukur Alhamdulillah yang mendalam pada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik hidayah serta inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan pada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan kebaikan sebagai petunjuk umat kepada cahaya kebenaran yang diridhoi Allah, dan kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yaitu orang-orang yang membawa ke arah kebesaran Islam dan yang telah mempertahankan pendidikan Al-Qur’an sampai kiamat. Berbagai hal, tantangan, kesulitan, telah penulis lalui dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari masih sangat banyak kekurangan dalam penulisan ini dan masih jauh dari kata sempurna sebagaimana yang diharapkan. Namun Berkat, petunjuk, pertolongan dan rahmat dari Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, secara khusus penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku dekan fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Dr. H. Abdul Majid Khon dan Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Fauzan, MA, selaku dosen penasehat akademik yang telah mengarahkan penulis semasa kuliah. 5. Para dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Alm. Drs. Mas’ud dan Ummi tercinta Umyanah yang telah merawat, mendidik putra-putrinya dengan tulus, ikhlas serta membimbing, memotivasi dan mendo’akan penulis dalam menempuh langkah hidup didunia ini. 7. Adik-adik penulis yang sangat penulis sayangi. Dhihya Fajri, Fathurrahman Jamil dan Khoirunnisa Sa’baniyyah. Terima kasih atas motivasi dan bantuannya kepada penulis sehingga penulis dapat lebih semangat dalam menyelasaikan studi ini. 8. Kanda terkasih Choirul Umam, S.IK, terima kasih support, kesabaran menunggu dan pertanyaannya untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 9. Untuk sahabat-sahabat tercinta penulis Atik Ulfah Adawiyah, Mustika Wenny, Syifa Aulia, Ima Malia, Desni Purwanti, Resty Wahyu Susanti, Rif’ah Awaliyah, Uswatun Hasanah, Choirul Imam, Yazid Awlawi, Ka dede, Nila, Fanny Mutiah Sari, Abdi Wina Utami yang telah memotivasi dan memberi semangat kepada penulis. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Jakarta, 12 April 2016 Penulis
Ade Firda Mas’ud
iii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SURAT PERNYATAN KARYA SENDIRI SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK ...................................................................................................................... …….i ABSTRACT .................................................................................................................... ……ii KATA PENGANTAR .................................................................................................... …...iii DAFTAR ISI ................................................................................................................... …...vi BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................ ……1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. ……1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ ……6 C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... ……7 D. Perumusan Masalah ......................................................................................... ……7 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ ……7 BAB II : KERANGKA TEORI .................................................................................... ……9 A. Profesionalisme dan Kompetensi Guru ............................................................ ……9 B. Syarat Profesionalisme Guru ............................................................................ …...12 C. Macam-Macam Kompetensi Guru ................................................................... …...13 D. Pendidikan ........................................................................................................ …...17 E. Tinjauan Tentang Film........................................................................................... 19 F.
Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 21
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………………….24 A. Waktu Penelitian .............................................................................................. …...24 B. Sumber Penelitian............................................................................................. …...24 C. Prosedur Penelitian ........................................................................................... …...24 D. Metode Penelitian ............................................................................................. …...25 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 25 F. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 26 G. Pedoman Penulisan ................................................................................................ 27
vi
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ …...28 A. Deskripsi Film .................................................................................................. …...28 1. Profil Film ........................................................................................................ 28 2. Sinopsis Film .................................................................................................. 28 3. Pemain dalam Film Taare Zameen Par ........................................................... 32 4. Penghargaan Film Taare Zameen Par ............................................................ 33 B. Temuan Penelitian dan Pembahasan Profesionalisme dan Kompetensi Guru Yang Ada Pada Film Taare Zameen Par ................................................................... …...34 1. Kompetensi Profesional ................................................................................... 36 2. Kompetensi Sosial ........................................................................................... 39 3. Kompetensi Pedagogik ................................................................................... 46 4. Kompetensi Kepribadian ................................................................................ 53 BAB V : PENUTUP ........................................................................................................ .…..58 A. Kesimpulan ...................................................................................................... …...58 B. Implikasi .......................................................................................................... …...58 C. Saran ................................................................................................................ …...60 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... …...61 LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
mengembangkan
pembelajaran
potensi
dirinya
agar untuk
peserta memiliki
didik
secara
kekuatan
aktif
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Untuk memenuhi kebutuhan akanpendidikan tersebut manusia memasuki dunia pendidikan melalui proses belajar, dalam proses tersebut muncul pengaruh yang dapat membawa perubahan sikapatas manusia yang dipengaruhinya. Seiring dengan pengembangan ilmupengetahuan dan teknologi menurut setiap orang untuk membekali dirinya lebihbaik sehingga mampu membekali diri dengan perkembangan yang ada. Salah satu carauntuk membekali diri adalah dengan pendidikan, baik formal maupun non formal. Melalui
pendidikan
yang
terstruktur
seseorang
akan
memiliki
dayapemikiran yang berbeda dari sejak pendidikan dasar, menengah sampaiperguruan tinggi. Begitupun pengaruhnya pada peserta didik yang memiliki orang tua berlatar belakang pendidikan formal mereka pastimemiliki sikap, moral dan perilaku yang berbeda dalam kehidupan keseharian termasuk pendidikan dirumah untuk keluarganya.
1
2
Sekolah adalah suatu lembaga profesional. Sekolah bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia dewasa yang berkepribadian matang dan tangguh, yang dapat dipertanggung jawabkan dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan terhadap dirinya. 1 Setiap peserta didik memiliki keterampilan yang unik, kemampuan dan impian. cepat atau lambat mereka semua akan belajar, namun dengan kecepatannya masing-masing. Every child is special. Seperti yang ada di dalam Al-Qur’an. Manusia adalah ciptaan Allah yang sebaik-baiknya, Firman Allah:
“Telah Kami ciptakan dalam bentuk
sebaik-baiknya. (QS At-Tin 95: 4).2 Maka ketika ada peserta didik yang mempunyai kendala dalam keterlambatan berpikir dari peserta didik seusianya jangan di marahi. Arahkan mereka sesuai bidang yang mereka sukai, karena itu akan menjadi kunci keberhasilan membimbing peserta didik. Guru profesional akan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran, penilaian dan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan bagi peserta didik dan guru, sehingga dapat mendorong tumbuhnya kreativitas, minat dan partisipasi belajar pada diri peserta didik.3 Jadi guru profesional bukan hanya sekedar memberikan pelajaran saja akan tetapi harus dapat menyelenggarakan, penilaian dan pemilihan model yang tepat dan menyenangkan agar peserta didik nyaman dan mudah menerima pelajaran. Seperti yang ada di Film Taare Zameen Par ini terlihat jelas perbedaan guru yang hanya sekedar memberikan pelajaran tanpa proses memilih model pelajaran yang tepat dengan guru yang meyiapkan memilih model pelajaran yang tapat serta menyenangkan untuk peserta didik. Teliti saat bekerja merupakan salah satu ciri profesionalitas. Demikian juga Al-Qur’an menuntut kita agar bekerja dengan penuh kesungguhan, apik, ulet dan bukan asal jadi. Dalam QS. Al-An’am (6): 135 dinyatakan: 1
Oemar Hamalik, PENDIDIKAN GURU Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: PT. Bumi Aksara), h. 6. 2 Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional (Yogyakarta: Prisma Sophie), h. 49. 3 Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional (Bandung: PT. Refika Aditama), Cet. 1, h. 40.
3
ۗ
ۖ
Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.”4 Melihat penjelasan diatas penulis menyimpulkan ketika seorang guru sudah memiliki sifat profesional maka dia akan mengetahui dan menguasai kompetensi guru sehingga dapat langsung di aplikasikan di lingkungannya. Dan guru yang sudah memiliki profesionalitas tinggi dia akan mengerjakan tugasnya dengan penuh kesungguhan serta memiliki rasa tanggung jawab dengan apa yang dia telah kerjakan. Walaupun kedudukan guru sangat strategis dalam sistem pendidikan nasional dan karenanya pembinaan profesioanlisme guru penting untuk dilakukan secara terus-menerus baik oleh guru itu sendiri, organisasi profesi guru, pemerintahan, dan pemimpin lembaga pendidikan dimana guru berkiprah, namun kenyataannya sampai saat ini masih terdapat guru yang kemampuan profesionalnya belum sesuai dengan standar minimal yang diharapkan. Seorang guru harus mengembangkan kompetensinya melalui belajar. Dan pembelajaran untuk menjadi seorang guru yang profesional bukan hanya dari buku-buku saja, namun bisa dari berbagai macam sumber. Salah satunya pembelajaran dari makna Film edukasi. Film bisa dijadikan sebagai potret kehidupan masyarakat yang bisa dijadikan panutan dalam kehidupan seharihari. Perkembangan film di dunia saat ini merupakan suatu perkembangan yang pesat,Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat 4
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Dan Sumber Belajar Teori Dan Praktik (Jakarta: Kencana, 2011), cet.1, h. 1
4
modern. Hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan daalam masyarakat yang semakin kompleks. “Film adalah alat yang ampuh sekali di tangan orang yang mempergunakannya secara efektif untuk sesuatu maksud terutama sekali terhadap masyarakat kebanyakan dan juga anak-anak yang memang lebih banyak menggunakan aspek rasionalitasnya. Itulah rahasia sukses sebuah film yang sanggup mendobrak pertahanan rasionalitas dan langsung bicara ke dalam hati sanubari penonton secara meyakinkan.”5 Film berunsur pendidikan sudah banyak di dunia. Salah satu film yang mendidik dan bermanfaat adalah film India yang berjudul Taare Zameen Par, film yang diangkat dari kisah nyata. Layaknya film India pada umumnya, film ini juga disertai beberapa lagu yang menjadi penguat alur cerita film ini. Film ini dibintangi sekaligus disutradarai oleh Aamir Khan dan diperankan oleh beberapa artis bolywood ternama seperti Vipin Sharma, Tisca Chopra dan Darsheel Safary. Film ini banyak mengajarkan moral yang baik dan menceritakan mengenai nilai-nilai pendidikan untuk guru maupun peserta didik disekolah. Saya ceritakan sedikit bahwasanya tokoh utama pada film ini adalah seorang anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Disaat orang tua nya tidak mengerti pola belajar yang seharusnya di terapkan ke anaknya namun ada seorang guru yang mempunyai cara sendiri untuk menyampaikan pelajaran ke dia. Pada film Taare Zameen Par ada seorang anak laki-laki yang memiliki keistimewaan, ketika dia masuk ke sekolah pertama, ia tidak menemukan guru yang bisa melihat bakat terpendam yang dimiliki. Guru di sekolah itu hanya menganggap ia bodoh, nakal dan malas. Awal ia masuk ke asrama situasi di sekolah ini sama dengan sekolah ia yang lama, namun setelah beberapa hari kemudian masuklah guru baru ke sekolah tersebut. Dan guru baru inilah yang dapat menemukan dan menggali bakat seni yang Ishaan miliki.
5
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 114-115
5
Film ini mengandung banyak unsur kehidupan, diantaranya adalah pendidikan anak di sekolah, pendidikan anak dirumah, pendidikan anak Disabble dan pendidikan untuk guru. Nilai-nilai pendidikan untuk seorang guru pada film ini sangat baik dijadikan referensi dalam kehidupan kita ketika menghadapi peserta didik yang memiliki keistimewaan. film edukasi ini ditujukan kepada seluruh orang tua dan guru yang ada di seluruh negara yang menyaksikan film ini. Masing-masing dari kita diciptakan dengan sifat positif. Sebagai pendidik hebat, penting kita mengidentifikasikan kualitas tiap peserta didik dan menciptakan situasi yang akan memperkuat kualitas baik dan melanjutkan perkembangan kualitas yang membutuhkan perbaikan. Ketika anda memiliki peserta didik yang kekerungan dalam bidang tertentu, usahakan berfokus pada sisi positif terlebih dulu, kemudian bantulah mereka pada apa yang perlu perbaikan. Usaha ini menghilangkan perasaan negatif dan kemarahan antara siswa dengan guru, dan kemungkinan meningkatkan tim kerja antara keduanya.6 Di lembaga-lembaga pendidikan sekarang ini, biasanya guru hanya fokus menilai keburukan peserta didik tanpa mengidentifikasi latar belakangnya. dengan alasan terlalu banyak pekerjaan jika harus mengidentifikasi tiap peserta didik. Seperti halnya ketika saya mengajar di sebuah sekolah, beberapa guru senior yang merasa sudah banyak pengalaman sehingga ketika mendapatkan peserta didik yang perilakunya buruk mereka menganggap sudah biasa dari sananya dan hal itu tidak ada pendekatan secara berkala dengan peserta didik yang bermasalah itu. Sehingga kejadian itu terus berulang-ulang. Dan pada akhirnya guru juga yang merasa keletihan menghadapi perilaku peserta didik yang buruk atau bermasalah. Guru bermutu adalah guru yang menguasai ilmu yang diajarkan sekaligus menguasai keterampilan mengajar. Guru berkualitas hampir tidak mungkin dilahirkan apabila lembaga pendidikan gurunya tidak berkualitas dan mahasiswanya kelas dua. Masalah itu kait-mengait dan akhirnnya bermuara 6
Anita Moultrie Turner, Resep Pengajaran Hebat, (Jakarta:PT. Indeks, 2008), h.29
6
pada sejauh mana bangsa ini menghargai profesi guru. “Alangkah sulitnya membenahi profesi guru” di negara yang telah merdeka selama 61 tahun lebih.7 Maka kalau bukan kita generasi terbaru calon guru yang memperbaiki dunia pendidikan siapa lagi. Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern. Hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang masih banyak diperbincangkan, baik dikalangan pendidikan maupun di luar pendidikan.8Semakin berkembangnya suatu masyarakat maka akan semakin membutuhkan seorang guru yang profesional untuk membangun masyarakat yang semakin modern. Rasa cinta dan kepedulian pada suatu profesi ialah modal utama kesuksesan pada suatu profesi, Termasuk profesi guru.“Anda harus mencintai siswa anda. Ya, saya tahu, saya tahu ... kadang-kadang mereka dapat menjengkelkan. Tetapi guru yang hebat dapat mencintai anak tanpa harus mencintai sejumlah perilaku yang tidak produktif yang dia perlihatkan di kelas. Sebagai guru kita harus melihat kebaikan di setiap siswa. Tidak ada anak yang buruk; kita tidak diciptakan buruk”9 Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini akan dikaji lebih jauh dan dituangkan ke dalam karya ilmiah (Skripsi) dengan judul “PROFESIONALISME GURU PADA FILM TAREE ZAAMEN PAR.
B. IdentifikasiMasalah Berdasarkan
uraian
latar
belakang
masalah
di
atas,
maka
dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Belum semua guru yang mempunyai sikap Profesionalisme. 7
Syamsul Bachri Thalib, Psikolog Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-1 h. 281 8 Oemar Hamalik, op. Cit., h. 1 9
Anita Moultrie Turner, op. Cit., h.3-4
7
2. Kurangnya kemauan guru untuk mengidentifikasi kemampuan setiap peserta didik. 3. Adanya kendala yang dialami guru ketika ingin menyelesaikan masalah peserta didik. 4. Kurangnya pemahaman orangtua terhadap kebutuhan anak pada masa perkembangan.
C. PembatasanMasalah Untuk lebih fokus dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan pada profesionalisme dan kompetensi guru pada film Taree Zaamen Par.
D. PerumusanMasalah Untuk memberikan gambaran permasalahan yang terkandung dalam penelitian ini penulis merasa perlu mengemukakan perumusan masalah. Adapunmasalah pokok dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan: 1. Bagaimana profesionalisme guru pada filmTaree Zaamen Par? 2. Bagaimana kompetensi guru pada film Taare Zaamen Par?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengetahui profesionalisme dan kompetensi guru pada film Taree Zaamen Par dalam kriteria guru pada pendidikan Islam. b. Memberikan contoh konkrit bagaimana sikap serta sifat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru.
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini di adakan ialah: a. SecaraTeoritis
8
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik sebagai Kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan, menambah ilmu peneliti setelah meneliti dan dapat menyelesaikan masalah secara teoritis.
b. Praktis Diharapkandapatmemberikanmasukan yang bersifatkonstruktifbagi para guru profesional terutamadalammeningkatkankinerja mengajar agar peserta didik yang di hasilkan semakin berkualitas dan bermutu.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Profesionalisme dan Kompetensi Guru Profesi secara etimologis adalah profesi yang dalam bahasa inggris adalah profession, sama artinya dengan vocation, occupation, job. Kata tersebut jika diterjemahkan memiliki arti: profesi, pekerjaan, jabatan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan, keahlian tertentu.1 Menurut Sudarwan, Secara etimologi profesi berasal dari bahasa Inggris profession atau bahasa Latin profecus. Artinya, mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu yang disertai dengan bukti riil, bahwa ia mampu melaksanakan keahliannya. Secara terminologi, profesi dapat diartikan suatu pekerjaan yang mempersyarakatkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Maksud dari kemampuan mental disini adalah ada persyaratan pengetahuan teoretis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis. sedangkan profesionalisme adalah merupakan suatu kelakuan, tujuan, nilai atau kualitas yang mencirikan profesi.2 Sedangkan Menurut Kunandar, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
1
Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) Cet-1,
h. 5 2
Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Idnuksi, Ke Profesional Madani, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 101-102
9
10
pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.3 Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UU.RI.No. 14 Th. 2005), profesional adalah “pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.4 Profesionalisme menunjukkan kepada komitmen/teori/paham para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.5 Dengan jiwa profesionalisme guru, guru mencintai pekerjaannya dan melaksanakannya dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab. Tuntunan profesionalisme bagi guru pendidikan agama Islam memiliki nilai lebih dibanding dengan guru-guru lain, bukan saja kepada kepala sekolah atau orang yang memberinya tugas mengajar, melainkan bertanggung jawab juga kepada sang pencipta yaitu Allah Swt.6 Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu pekerjaan. Sedangkan profesionalisme itu sendiri adalah suatu komitmen yang tumbuh dengan sendirinya dari diri para profesi untuk meningkatkan terus kemampuan profesionalnya atau sifat, perilaku guru yang profesional serta berkualitas, yang mempunyai keahlian dan keterampilan khusus dalam bidang keguruan sehingga dia dapat menjalankan tugas dengan tanggung jawab yang baik.
3
Kunandar, Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 46 4 UU RI No. 14 Th. 2005, Tentang Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Cet. I, h. 3 5 Ali Mudlofir,Pendidik Profesional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.17 6 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan Kompetensi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 178 & 179
11
Dapat dikatakan bahwa profesi apapun terlebih guru sebagai pendidik tetap dituntut adanya profesionalitas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt:
“dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya.” (Qs. Al-Israa‟: 36)7 Kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence” yang artinya kecakapan, kemampuan, dan keterampilan. Dalam hal ini guru juga harus memiliki kemampuan tersendiri, agar mencapai harapan yang kita cita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya.8 Kompetensi menurut Undang-undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005, “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.9 Kompetensi dapat diartikan sebagai suatu tugas yang memadai atas kepemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Dalam pembahasan ini dititik beratkan pada tugas guru saat mengajar.10 Kompetensi menurut Abdul Majid adalah “seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.”11 Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar. Dan kompetensi juga terkait dengan kemampuan 7
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, h. 285 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), cet.1,h.1 9 Martinis Yamin, Sertifikasi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Prees, 2006), Cet ke-1, h. 210 10 Roestiyah N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Cet. 3, h. 4 11 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h.5 8
12
beradaptasi terhadap lingkungan kerja baru, di mana seseorang dapat menjalankan tugasnya dengan baik berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.12 Jika pengertian kompetensi guru tersebut dikaitkan dengan Pendidikan Agama Islam yakni pendidikan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama dalam mencapai ketentraman bathin dan kesehatan mental pada umumnya.13 Melihat dari beberapa pendapat yang dikemukakan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan atau keahlian guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Kemampuan atau keahlian tersebut mempunyai konsekuensinya sehingga ada pendidikan khusus yang harus ditempuhnya agar lebih kompeten sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Dengan demikian kompetensi menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru.
B.
Syarat Profesionalisme Guru Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan
mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literaturliteratur, dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berhubungan dengan pengetahuan
yang
digelutinya.14
Kompetensi
guru
berkaitan
dengan
profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah guru yang memiliki keahlian sehingga kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan tanggung jawab guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Pengertian tersebut sejalan dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.15 12
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Dan Sumber Belajar Teori Dan Praktik (Jakarta: Kencana, 2011), cet.1,h.27 13 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995), cet. 2, h. 95 14 Yamin Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press 2006), h. 23 15 Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005, op. Cit., h. 2
13
Menurut pendapat Ngalim Purwanto tentang persyaratan khusus menjadi guru yang baik, sebagai berikut: 1. Berijazah 2. Sehat jasmani 3. Takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik 4. Bertanggung jawab 5. Berjiwa nasional16 Lebih lanjut Moh. Ali, sebagaimana dikutip Uzer, menjelaskan persyaratan khusus profesional, yaitu sebagai berikut: 1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep teori ilmu pengetahuan yang mendalam. 2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan profesinya. 3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai. 4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan di pekerjaan yangg dilaksanakannya. 5. Memungkinkan perkembangan sejalan dinamika kehidupan.17 Berdasarkan
penjabaran
di
atas,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
profesionalisme guru adalah suatu pandangan mengenai orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal.
C. Macam-macam Kompetensi Guru Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Pasal 1: “Setiap guru waib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”. 16
M. Purwanto Ngalim, MP. Ilmu Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998) Cet.ke-10, h.138 17 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998) Cet.ke-1, h. 10
14
Kompetensi pendidik itu meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Ke empat kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:18
1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi
pedagogik
merupakan
kemampuan
guru
dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: Pemahaman wawasan dan landasan pendidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perencanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan lainnya.19 Menurut Martinis Yamin dan Maisah, kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.20 Sedangkan menurut Trianton dan Titik, Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan guru atau dosen dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik dan menguasai bidang studi tertentu, ilmu pendidikan, baik metode pembelajaran, maupun pendekatan pembelajaran.dan juga ditunjukkan dalam kemampuan guru untuk membantu, membimbing, dan memimpin.21 Dari tiga pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kompetensi pedagogik adalahs kemampuan pemahaman seorang pendidik meliputi peserta didik, metode pembelajaran, perencanaan pembelajaran hingga evaluasi pembelajarannya untuk mengaktualisasikan berbagai potensi peserta didik.
2.
Kompetensi Kepribadian Kompetensi
kepribadian
atau
personal,
adalah
kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi 18
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) Cet.5, h. 62 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-3 20 Martinis Yamin dan Maisah, op. Cit., h. 8 21 Trianton dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet.1, h.63 19
15
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir b). Artinya guru memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik. Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani, sehingga mampu melaksanakan tri-pusat yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. (di depan guru memberi teladan/contoh, di tengah memberi karsa, dan di belakang memberi dorongan/motivasi).22 Menurut Akmal Hawi dalam bukunya, kompetensi kepribadian mencakup: a) Mengembangkan kepribadian, b) Berinteraksi dan berkomunikasi, c) Melaksanakan bimbingan penyuluhan, d) Melaksanakan administrasi sekolah, e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.23 Menurut E. Mulyasa kompetensi kepribadian adalah kemampuan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.24 Kompetensi kepribadian menurut Zakiah Daradjat, merupakan perasaan dan emosi guru yang mempunyai kepribadian terpadu tampak stabil, optimis dan menyenangkan, dia dapat memikat hati peserta didiknya, karena setiap peserta didik merasa diterima dan disayang oleh guru, betapapun sikap dan tingkah lakunya.25 Kompetensi
kepribadian
merupakan
kemapuan
personal
yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, 22
Rusman. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. Ke-3 h. 22 23 Akmal Hawi, op. Cit., h.6 24 E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya: Bandung, 2008), Cet. 3, h.75 25 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Yogyakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet. IV, h. 9-10
16
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut: a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Perlu dijelaskan bahwa sebenernya keempat kompetensi (kepribadian, pedagogis, profesional, dan sosial) tersebut dalam praktiknya merupakan satu kesatuan yang utuh. 26 Dalam konsep Islam, kompetensi sosial religious seorang pendidik dinyatakan dalam bentuk kepedulian terhadap masalah-masalah sosial yang selaras dengan Islam contohnya sikap gotong royong, suka menolong, toleransi dan masih banyak lainnya yang harus dimiliki pendidik agar dapat diwujudkan dalam proses pendidikan.27
4. Kompetensi Profesional Dalam Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional merupakan penguasaan subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang diajarkan, penguasaan struktur metode keilmuan, dan menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian
26
Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-1 h. 273-276 27 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), h. 121
17
kritis untuk memperdalam pengetahuan atau metode bidang studi yang diajarkan.28 Kompetensi profesional yang harus dimiliki seorang guru antara lain adalah: a) kemampuan penguasaan materi bidang studi, b) kemampuan mengelola program pembelajaran, c) kemampuan mengelola kelas, d) kemampuan menilai prestasi belajar peserta didik, e) kemampuan memahami karakteristik peserta didik.29 Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya,
serta
penguasaan
terhadap
struktur
dan
metodologi
keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial: a. Subkompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsepkonsep keilmuan dalamn kehidupan sehari-hari. b. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial: menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. Kompetensi profesional merupakan kemampuan memahami konsep,
D.
Pendidikan Pendidikan adalah “proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan
kedaulatan subjek didik dan kewajiban pendidik” (T. Raka Joni). Sedangkan
28
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-3 29 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2011), Cet. Ke-3, h. 57-61
18
Driyakarya menjelaskan pendidikan adalah “proses memanusiakan manusia muda”.30 Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.31 Menurut
Muzayyin
Arifin
pendidikan
ialah
usaha
membina
dan
mengembangkan pribadi manusia, baik aspek jasmani maupun rohani dan berlangsung secara bertahap. Karena tidak ada satu pun makhluk ciptaan Tuhan di atas bumi yang dapat mencapai kesempurnaan atau kematangan hidup tanpa melalui suatu proses.32 Pendidikan dalam bahasa arab biasa disebut dengan istilah Tarbiyah yang berasal dari kata kerja Rabba, sedang pengajaran dalam bahasa arab disebut dengan ta‟lim yang berasal dari kata kerja „Allama. Pendidikan Islam sama dengan Tarbiyah Islamiyah.33 Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.34 Beberapa ahli yang lain mengartikan pendidikan sebagai berikut : 1. Lengeveld:
Mendidik
ialah
mempengaruhi
anak
dalam
upaya
membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing haruslah isaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Oleh karena itu pendidikan hanya terdapat dalam pergaulan yang disengaja antara orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan pendidikan.
30
Rugaiyah dan Atiek Sismiati, op. Cit., h. 6 Dewasa di sini dimaksudkan adalah dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri secara biologis, psikologis, paedagogis dan sosiologis. 32 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Ed. Revisi, h. 12 33 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang, 2009), h. 14 34 Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), Ed. Revisi 6 h. 1 31
19
2. Hoogveld:
Mendidik
membantu
anak
supaya
ia
cukup
cakap
menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri. 3. SA. Branata, dkk: Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. 4. Ki Hajar Dewantara: Mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai 5. anggota msyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.35 Dari beberapa pendapat tentang pendidikan penulis menarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar seseorang untuk mendapat tingkat hidup yang lebih baik serta mencapai kedewasaan mental yang baik dan pengembangan potensi yang tersembunyi. “Menurut Arifin pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.”36 Pendidikan Islam adalah usaha dalam mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam, agar mendapat kehidupan yang bahagia.37
E.
Tinjauan Tentang Film 1. Sejarah dan Perkembangan Sejarah film pertama kali terjadi di Perancis, tepatnya pada 28 Desember 1895, ketika Lumiere bersaudara telah membuat dunia “terkejut”. Mereka telah melakukan pemutaran film pertama kalinya di depan public, yakni di Cafѐ de Paris. Film-film buatan Lumiere yang 35
Alisuf Sabri, PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. Ke-1 h. 6 36 H.M. Arifin, ILMU PENDIDIKAN Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet. Ke-1 h. 8 37 Syahminan Zaini, PRINSIP-PRINSIP DASAR KONSEP ISLAMI, (Jakarta: Kalam Mulia, 1986), cet. Ke-1 h. 4
20
diputar pada pertunjukkan pertama itu adalah tentang laki-laki dan wanita pekerja di pabrik Lumiere, kedatangan kereta api di Stasiun La Ciota, bayi yang sedang makan siang dan kapal-kapal yang meninggalkan pelabuhan. Salah satu kejadian unik, yaitu saat pertunjukkan lokomotif yang kelihatannya menuju kearah penonton, banyak yang lari ke bawah bangku. Teknologi temuan Lumiere ini kemudian mendunia dengan cepat karena juga didukung oleh teknologi proyektor berfilm
inci yang lebih
unggul keluaran The American Biograph, yang diciptakan Herman Casler pada 1896.38
2. Pengertian Film Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI: 2003), film diartikan sebagai: (1) Selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop); (2) Lakon (cerita) gambar hidup.39 Film merupakan teknologi hiburan massa yang dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dalam skala luas di samping pers, radio dan televisi. Film dimasukkan dalam kelompok komukasi massa yang mengandung aspek hiburan, juga memuat aspek edukatif. Namun aspek kontrol sosialnya tidak sekuat pada surat kabar, majalah serta televisi yang menyiarkan berita berdasarkan fakta yang terjadi. Fakta film ditampilkan secara abstrak dimana tema cerita bertolak dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Bahkan dari itu, dalam film cerita dibuat imajinatif.40 Kemudian menurut UU No. 23 tahun 2009 pasal 1 tentang perfilman yang dikutip oleh Teguh Trianton menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa 38
Misbach Yusa Miran, Sejarah Film 1900-1959, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2009), h. xv Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi ke-3, h. 316 40 William L. Rivers-Jay W. Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat Modern(Jakarta:Kencana,2004), h.6 39
21
yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat diperjuntukkan.41 Dari beberapa pengertian film di atas, dapat penulis simpulkan bahwa film adalah alat komunikasi paling dinamis di era sekarang. Apa yang terlihat oleh mata dan terdengar oleh telinga, masih lebih cepat dan mudah masuk akal dari pada apa yang hanya dibaca dan memerlukan lagi penghayalan.
3. Fungsi Film Film adalah sebuah media hiburan sebab fungsinya menghibur. Tetapi film tidak hanya sebagai media hiburan semata. Teguh Trianton mengutip buku berjudul Mass Communication karangan Wright atau Charles Wright halaman 16, bahwa fungsi film tidak dapat dilepas dari aspek sejarahnya. Film adalah media penyampaian warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Secara umum fungsi film dibagi empat yaitu (a) alat hiburan, (b) sumber informasi, (c) alat pendidikan, dan (d) pencerminan nilai-nilai sosial dan budaya suatu bangsa.42 Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang obyektif, atau film documenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.43
F. Hasil Penelitian yang Relevan Sepanjang penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa tulisan yang berkaitan dengan skripsi yang penulis tulis, diantaranya adalah: 1. Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Film OMAR Umar bin Khattab yang ditulis oleh Ulfa Iwanda Herlina dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada Tahun 2013. Dalam skripsi tersebut, 41
penulis
menggunakan
pendekatan
kualitatif,
melalui
Teguh Trianton, Film Sebagai Media Belajar, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 13 Teguh Trianton, op.cit., h. 3 43 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bajkti, 2003), h. 211-216 42
22
penelusuran data-data kepustakaan atau Library research, yaitu dengan melakukan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data dan pustaka, membaca, menonton dan mencatat serta mengolah bahan penelitian sebagaimana yang berlaku dalam penulisan ilmiah. Analisis wacana dalam skripsi menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian tersebut membahas tentang: menunjukkan bahwa nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada film OMAR Umar bin Khattab ini terdapat beberapa hal, yaitu nilai pendidikan akhlak kepada Allah yang dalam film ini berkaitan dengan bertaubat, berdoa serta bertanggung jawab kepada pemimpin. Akhlak kepada kedua orang tua dan keluarga diperlihatkan ketika hormat dan sayang kepada kedua orang tua dan akhlak terhadap anggota keluarga. akhlak kepada sesama manusia yang diperlihatkan ketika sedang berlaku adil serta tolong-menolong dan pemaaf. akhlak pada diri sendiri diperlihatkan dalam film ini tentang amanah, keikhlasan, kesabaran, bentuk zuhud, serta bersyukur. dan akhlak kepada makhluk ciptaan Allah ketika Umar memperlakukan binatang unta dengan baik. 2. Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy yang ditulis oleh Rian Martini dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada Tahun 2013. Dalam skripsi ini menggunakan jenis kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian lapangan menggunakan penelitian riset kepustakaan atau Library research, yaitu buku-buku tentang pendidikan yang berada diperpustakaan yang isinya bersangkutan dengan novel Ayat-ayat Cinta. Adapun sumber primer adalah wawancara langsung dengan penulis novel Habiburrahman el-Shirazy serta novel Ayat-ayat Cinta itu sendiri. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang membahas obyek penelitian secara apa adanya sesuai dengan data-data yang diperoleh. Hasil penelitian
23
tersebut tentang: dalam lingkup nilai-nilai pendidikan akhlak tersebut meliputi akhlak terhadap Allah dan Rasul-Nya, bentuk perilaku yang ditampilkan adalah takwa, syukur, sabar dalam taat kepada Allah Swt, memelihara kesucian diri menghargai waktu, ikhlas, tawaduk. Dalam lingkup nilai-nilai pendidikan terhadap keluarga 3. Skripsi yang berjudul Analisis Semiotika Film Taare Zameen Par yang ditulis oleh Abdillah Hafied dari Fakultas Dakwah dan komunikasi pada Tahun 2013. Dalam skripsi tersebut menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara objektif, dengan menggambarkan pesan-pesan secara simbolis dalam film Taare Zameen Par. Hasil penelitian tersebut adalah: Penulis mendapatkan makna denotasi pada fil Taare Zameen Par adalah tentang seorang anak yang menderita penyakit disleksia. Makna konotasi pada film Taare Zameen Par adalah hubungan komunikasi ayah dengan keluarga yang tidak berjalan dengan baik. Makna mitos pada film Taare Zameen Par adalah gambaran dari dinamika keluarga Asia secara umum. Dimana masing-masing subsistem berperan sebagaimana mestinya, dan secara tradisional masih bersandarkan pada jenis kelamin. Ayah sebagai kepala keluarga bekerja di luar rumah guna menghidupi keluarga. Ibu berperan sebagai isteri yang siap melayani suami dan memenuhi seluruh kebutuhan anak, membimbing dan mengajari, serta berperan sebagai pihak yang mengontrol semua urusan anak. Dari beberapa skripsi di atas, terdapat perbedaan dalam pembuatan skripsi yang penulis akan tulis. Skripsi di atas terfokus pada analisis wacana pesan moral dan analisis semiotika sedangkan skripsi yang penulis tulis terfokus pada Profesionalisme guru yang terdapat pada sebuah film.
BAB III METODE PENELITIAN A.
Waktu Penelitian Yang menjadi obyek pada penelitian ini adalah film “Taare Zameen Par”. Yang di sutradarai oleh Amir Khan. Di Produksi di India. Adapun waktu yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang berhubungan dengan obyek penelitian ini dari awal Januari 2015.
B.
Sumber Penelitian Sumber penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan film Taare Zameen Par di dukung oleh buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan.
C.
Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini, peneliti mengadakan kunjungan perpustakaan dalam rangka pengumpulan data. Penelitian pustaka atau library research, yaitu dengan melakukan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, menonton dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data dari sumber-sumber yang diperoleh dari perpustakaan dan internet. 3. Tahap Penyelesaian
24
25
Dalam tahap ini peneliti berusaha menyimpulkan hasil observasi dan kemudian menafsirkan serta menyusun data dalam bentuk hasil penelitian (laporan).
D.
Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif.Pendekatan kualitatif yaitu menekankan analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah serta menekankan pada kedalaman berpikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi.1 Penelitian ini bersifat kualitatif karena penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan dengan suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.2yang memberikan gamabaran secara objektif, dengan menggambarkan pesan-pesan secara simbolis dalam film Taare Zameen Par.
E.
Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data sesuai dengan permasalahan yang sudah ada. Adapun teknik pengumpulan data tersebut berupa: 1. Observasi
1
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 80
2
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rosda Karya, 2006), h. 6
26
Observasi berasal dari bahasa Latin yang artinya memerhatikan, melihat dan mengamati. Observasi adalah kegiatan mencari data yang digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan. Serta terdapat perilaku yang tampak dan mempunyai tujuan yang ingin dicapai.3 Tekhnik observasi yang digunakan ialah observasi tidak langsung. Observasi tidak langsung ini dilakukan dengan cara mengamati dialog-dialog peradegan film tersebut lewat DVD film Taare Zameen Par sebagai metode ilmiah observasi. Kemudian mencatat, memilih serta menganalisis sesuai dengan model penelitian yang digunakan. 2. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek atau orang lain tentang subjek untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya.4
F.
Teknik Analisis Data Dalam melakukan analisis terhadap penelitian ini maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Yaitu dengan cara membahas objek penelitian secara apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh.5 Dengan analisis ini akan diperoleh gambaran sistematik mengenai suatu dokumen. Dokumen tersebut diteliti isinya, kemudian diklasifikasikan menurut kriteria atau pola tertentu. Yang hendak
3
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 131 4 Haris Herdiansyah, ibid., h. 143 5 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Roneka Cipta, 2006), h. 231
27
dicapai dalam analisis ini adalah menjelaskan pokok-pokok yang penting dalam sebuah manuskrip atau dokumen.
G.
Pedoman Penulisan Teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Film 1. Profil Film Film asal India yang berjudulTaare Zameen Paryang artinya “Seperti Bintang-Bintang di Bumi”. Untuk versi luarnya judul film ini Like Stars on Earth. Film yang dirilis pada 21 Desember 2007 ini berdurasi 140 menit. Film ini di sutradai oleh Aamir Khan yang di dalam film ini ikut serta menjadi aktornya. Film India ini berbeda dari film India biasanya, tidak banyak goyanggoyangan seronok di dalam film ini. Film ini bergenre drama edukasi. Sehingga di dalamnya banyak pesan edukasi untuk pendidik, peserta didik dan orang tua. Film Taare Zameen Par ini telah memperoleh 13 penghargaan dan dinominasikan dalam 15 kategori. Rating 8,5 cukup jadi bukti kualitas film Taare Zameen Par sebagai salah satu film terbaik dari India, meskipun belum termasuk Top 250 Film versi IMDB.
2. Sinopsis Film Film yang di awali dengan adegan ada seorang anak kecil yang sedang asik melihat ikan di saluran pembuangan, mungkin yang terlihat oleh kita sebagai
28
29
penonton pada awalnya akan berkomentar bahwa anak ini nakal dan jorok. Film ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang gemar bermain bernama Ishaan Nandkishore Awasthi. Dia berumur sembilan tahun dan menderita penyakit disleksia, yaitu kesulitan membaca pada anak. Samuel Torrey Orton membuat istilah strephosymbolia, yang artinya secara harfiah adalah simbol-simbol yang berputarbalik, untuk menjelaskan kondisi yang dialami oleh anak disleksia.1 Ibunya bernama Maya Awasthi sedangkan ayahnya bernama Nandkishore Awasthi dan kakaknya bernama Yohaan Awasthi. Pada usianya yang sembilan tahun Ishaan belum lancar membaca, menulis dan berhitung. Sehingga dia masih duduk dibangku kelas 3 setingkat SD. Ia gemar bermain, berjalan-jalan sambil memperhatikan keadaan sekitar. Nilai-nilainya disekolah sangat buruk dan tidak ada peningkatan selama 2 tahun. Ishaan menganggap sekolah adalah tempat yang paling menakutkan, karena disana dia dijadikan bahan ejekan oleh guru maupun teman-temannya atas ketidakmampuannya yang berbeda dari teman-teman sekelasnya. Namun, dibalik ketidakmampuannya dalam mengikuti pelajaran, Ishaan memiliki daya imajinasi yang tinggi dan sangat berbakat dibidang seni, terutama seni lukis. Di rumah pun dia merasa tertekan terhadap sikap orang tuanya, terutama oleh ayahnya yang selalu beranggapan bahwa dia anak yang nakal, anak yang tidak mau nurut dan banyak lagi. Hal ini jauh berbeda dengan kakak Ishaan (Yohaan) yang selalu mendapatkan prestasi di sekolahnya dan selalu menuruti perintah orang tuanya. Sehingga ayahnya selalu membanding-bandingkan antara Ishaan dengan Yohaan. Ayahnya selalu menekan Ishaan belajar sesuai dengan orang normal lainnya. Saat itu ayahnya belum mengetahui kondisi yang terjadi pada Ishaan. Maya Awasthi (Ibu) pun merasa bingung ketika dia mengajari Ishaan di rumah. Ishaan selalu melakukan kesalahan yang serupa ketika menulis, membaca maupun berhitung. Seperti ketika ibunya meminta Ishaan menulis 1
J. David Smith., INKLUSI, Sekolah Ranah untuk Semua, (Bandung: Nuansa, 2006), cet. 1, h. 70
30
Table ia menulisnya dengan tabl kemudian ia menulisnya dengan tabel. Ibunya merasa sedih karena di usia sembilan tahun anaknya belum bisa melakukan hal tersebut tidak seperti anak seusianya yang dengan mudah melakukan hal tersebut. Selain itu, Ishaan sering menunjukkan perilaku bermasalah; terlibat perkelahian, berpura-pura sakit, bolos sekolah dan tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Karena seringnya Ishaan melakukan masalah, ayahnya memutuskan untuk mengirim Ishaan ke sekolah asrama yang cukup jauh dari tempat tinggal mereka. Ketika mengetahui niat itu, Ishaan menunjukkan sikap penolakkan kepada ayahnya. Tak lupa dia meminta tolong dengan ibunya, agar membatalkan niat ayahnya. Namun usaha yang Ishaan lakukan tidak berhasil membatalkan niat ayahnya membawa Ishaan ke asrama dan berpisah dengan keluarganya. Ishaan beranggapan bahwa sekolah di asrama merupakan hukuman yang diberikan oleh orang tua untuk anak-anak yang nakal dan tidak mau menurut kepadanya. Anggapan Ishaan semakin kuat setelah melalui hari pertamanya di asrama. Sikap dan gaya mengajar guru di sekolah yang cenderung keras dengan alasan untuk menegakkan kedisiplinan peserta didik. Suasana kelas dan kegiatan asrama yang sama sekali tidak dapat dinikmati oleh Ishaan, dan semua guru di asrama tetap menganggap dia sebagai siswa yang bodoh. Ishaan tetap mendapatkan hukuman keluar kelas seperti di sekolah sebelumnya, nilainya pun masih dibawah rata-rata. Berbagai hukuman pun dia terima sebagai bentuk konsekuensinya. Bahkan ia juga mengalami hukuman dipukul menggunakan penggaris oleh guru mata pelajaran seni yang bernama Holkar. Tekanan demi tekanan semakin ia dapatkan di asrama. Ishaan menjadi sangat takut dan sedih, dia merasa sangat sendiri karena tidak ada seorang pun yang peduli dengan dia. Hal itu membuat Ishaan tidak bersemangat dan tidak mau melakukan apapun termasuk melukis yang selama ini menjadi aktifitas yang Ia gemari. Keadaan seperti itu terus berlangsung sampai datangnya guru seni pengganti yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan). Ram
31
mempunyai cara mendidik yang baru, tidak seperti guru lain. Ram membuat peserta didik berpikir keluar dari buku-buku, di luar empat dinding kelas dan imajinasi mereka. Seluruh anak dikelas merespon dengan antusiasme yang besar kecuali Ishaan. Ishaan hanya termenung diam tidak ada ekspresi. Sebab itulah, Ram mencoba mengamati dan mencari tahu masalah yang dihadapi Ishaan. Ram menyadari kondisi Ishaan karena dulunya ia pun mengalami gejala disleksia. Kemudian dia mencari tau tentang Ishaan kepada siswanya di kelas, guru-guru yang mengajar Ishaan, termasuk tanggapan orang tua Ishaan tentang keadaanyaa, akhirnya dia mengetahui bahwa Ishaan adalah anak yang mengalami Disleksia. Walaupun pada mulanya kedua orang tua Ishaan tidak dapat menerima apa yang telah dikatakan oleh Nikumbh, namun setelah ia menunjukkan hasil lukisan Ishaan, mereka baru menyadari bahwa yang diutarakan oleh Nikumbh tersebut adalah benar. Nikumbh terkejut melihat semua hasil karya Ishaan yang ternyata bakat seninya sangat luar biasa melebihi imajinasi anak seumurnya, imajinasi seorang anak seperti Ishaan dicurahkan kepada gambar-gambar dan lukisan-lukisan yang sangat indah. Ram pun mengerti apa yang harus dia lakukan terhadap cara mendidik Ishaan. Nikumbh memberi pemahaman kepada orang tua dan guru lainnya, bahwa Ishaan bukan abnak yang abnormal, tetapi anak yang sangat khusus dengan bakat sendiri. Seiring waktu, kesabaran dan perawatan, Nikumbh berhasil meningkatkan kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan untuk mengatasi permasalahan pelajaran dan menemukan kembali kepercayaannya yang hilang, serta dia dapat membuat Ishaan mau kembali aktif dalam menuangkan imajinasinya dalam lukisan-lukisan yang selama ini menjadi dunianya. Sedikit demi sedikit Ram mengajari Ishaan menulis, membaca dan berhitung. Dan akhirnya Ishaan pun dapat menulis, membaca dan berhitung seperti teman-temannya. Pada suatu hari Ram mengadakan perlombaan melukis yang diikuti oleh seluruh anggota sekolah. Baik siswa maupun guru. Pada saat detik-detik perlombaan ingin dimulai Ishaan belum terlihat. Namun pada akhirnya Ram
32
melihat dimana Ishaan duduk. Tibalah saat pengumuman lomba. Ishaan mendapatkan juara I, mengalahkan Ram sendiri yang guru seninya. hasil lukisannya dan karya Ram dipakai sebagai sampul buku tahunan sekolah. Orang tua, guru-guru, dan orang disekitar Ishaan menyadari bahwa Ishaan bukan anak abnormal, tetapi anak yang khusus dengan bakat seni yang luar biasa. Akhirnya Ishaan menjadi anak periang dan bisa bergaul dengan temanteman lainnya.
3. Pemain dalam Film Taare Zameen Par Para pemain dalam film Taare Zameen Par adalah sebagai berikut: a. Aamir Khan (Ram Shankar Nikumbh): Ram berperan menjadi guru pengganti kesenian. Ia bisa dikatakan sosok guru profesional pada film ini. Ram sosok yang ramah, ia berbeda dari guru lainnya. Ia yang membantu Ishaan memecahkan permasalahan belajar. Ia tidak ingin langsung melebelkan peserta didik dengan kata-kata yang akan mengecewakan hatinya. b. Darsheel Safary (Ishaan Awasthi): Ishaan adalah anak umur sembilan tahun yang duduk di kelas 3 setingkat SD. Namun ia belum bisa CALISTUNG serta belum bisa mencerna banyak kata yang dibicarakan orang kepadanya. Sebenarnya Ishaan mampu melakukan semua aktifitas normal seperti anak seusianya. Akan tetapi pada saat itu ia belum menemukan orang yang tepat untuk membantunya berubah dan mengontrol dirinya. Ishaan mengidap penyakit disleksia. Dimana penderitanya kesulitan mengatur huruf atau angka. c. Tisca Chopra (Maya Awasthi): Maya adalah sosok ibu rumah tangga yang sabar, penuh kasih sayang dan hangat. Ia mempunyai 2 orang anak yang sifatnya berbeda. dan ia sosok istri yang patuh terhadap suaminya. Seperti ketika suaminya memutuskan untuk membawa Ishaan ke asrama ia tidak membantah suaminya walaupun ia sedih karena jauh dari anaknya.
33
d. Vipin Sharma (Nandkishore Awasthi): Nandkishore adalah suami Maya dan selaku ayah dari Yohaan dan Ishaan. Ia sosok yang ambisius, komperatif, kurang berperasaan, tangguh, dominan dalam menentukkan keputusan, keras dan kaku. e. Sachet Engineer (Yohaan Awasthi): Yohaan adalah kakak dari Ishaan. Ia sosok kakak yang rajin, penurut, dan penolong. Selalu mendapat peringkat di sekolah. Suka mengikuti pertandingan bulu tangkis serta sederet kebanggaan lainnya. Walaupun adiknya mempunyai kekurangan namun ia sayang sekali dengan adiknya. f. Lalita Lajmi (Juri kompetisi menggambar): sosok yang adil dan mengerti seni lukis. g. Tanay Chheda sebagai Rajan Damodran: teman yang baik dan cerdas. Selalu memberi motivasi kepada Ishaan. Tidak pilih-pilih teman.
4. Penghargaan Film Taare Zameen Par a. 2008 Filmfare Awards2 1)
Pemenang:Best Movie- Aamir Khan (producer)
2)
Pemenang:Best Director - Aamir Khan
3)
Pemenang:Best Story - Amole Gupte
4)
Pemenang: Critics Award Best Performance - Darsheel Safary
5)
Pemenang: Best Lyricist - Prasoon Joshi
6)
Nominasi: Best actor in a leading role (male) - Darsheel Safary
7)
Nominasi: Best actor in a supporting role (male) - Aamir Khan
8)
Nominasi: Best actor in a supporting role (female) - Tisca Chopra
b. 2008 Star Screen Awards 1)
Pemenang:Best Director - Aamir Khan (shared with Shimit Amin for Chak De India)
2
https://id.wikipedia.org/wiki/Taare_Zameen_Par, 20Juni2016
34
2)
Pemenang: Best Debut Director - Aamir Khan
3)
Pemenang:Best Supporting Actor - Aamir Khan
4)
Pemenang:Special Jury Award - Darsheel Safary
5)
Pemenang:Best Child Artist - Darsheel Safary
6)
Pemenang:Best Story - Amole Gupte
7)
Pemenang:Best Dialogue - Amole Gupte
8)
Pemenang:Best Lyricist - Prasoon Joshi
9)
Nominasi:i Best film
10)
Nominasi: Best actor in a supporting role (female) - Tisca Chopra
11)
Nominasi: Best playback singer (male) - Shankar Mahadevan (title song and Maa)
12)
Nominasi: Best background music - Shankar-Ehsaan-Loy
13)
Nominasi: Best music - Shankar-Ehsaan-Loy
14)
Nominasi: Best screenplay - Amole Gupte
15)
Nominasi: Best special effects - Tata Elxsi
c. 2008 V. Shantaram Awards 1)
Pemenang:Best Film (Gold)
2)
Pemenang:Best Director (Silver) - Aamir Khan
3)
Pemenang:Best Actor in a lead role - Darsheel Safary
4)
Pemenang:Best Writer - Amole Gupte [2]
5)
Nominasi: Best artist in a supporting role - Tisca Chopra
6)
Nominasi: Best music - Shankar-Ehsaan-Loy
7)
Nominasi: Best debut director - Aamir Khan
8)
Nominasi: Best debut artist in a leading role - Darsheel Safary
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan
profesionalisme guru
yang ada pada film Taare Zameen Par Profesionalisme guru pada film Taare Zameen Par ini adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi
35
kemampuan
merencanakan,
melakukan,
dan
melaksanakan
evaluasi
pembelajaran. Hal ini dicontohkan oleh pemeran Aamir Khan sebagai Ram Shankar Nikumbh. Ia mampu merencanakan pembelajaran untuk peserta didiknya seperti pada adegan ketika ia merencanakan pembelajaran yang cocok untuk Ishaan. Kemudian ia juga melakukan kegiatan pembelajaran dengan aktif, kreatif, inovatif dan adil. Ia juga melaksanakan evaluasi pembelajaran seperti adegan ketika ia sudah beberapi kali membimbing Ishaan untuk menulis dan membaca pada hari itu Nikumbh mencoba mendikte bacaan ke Ishaan kemudian Ishaan menulisnya secara benar di buku. Seorang guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Yaitu :Kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi kepribadian. Adapun pembagian 4 kompetensi yang terdapat pada film Taare Zameen Par ini adalah: No
Dialog
1.
Pada durasi menit ke 1:12:04 ketika Nikumbh memulai
mata
pelajaran
Kompetensi Guru
seni
dengan
memainkan seruling sambil menyanyi dan menari. Ia mengajak semua peserta didik yang
Kompetensi
ada di kelas itu untuk ikut menyanyi dan
Profesional
menari. Nikumbh mampu mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 2.
Pada durasi menit ke 1:23:10 ketika istirahat terjadi percakapan di ruang kantor guru. Nikumbh
sebagai
guru
pengganti
tetap
berusaha membaur dengan mereka guru lama di sekolah tersebut. Ketika cara mengajar Nikumbh di kritik negatif oleh guru-guru. Ia
Kompetensi Sosial
36
mampu
bersosialisasi
dengan
guru-guru
terdahulu. 3.
Pada durasi menit ke 1:17:29 Nikumbh meminta anak-anak untuk membuat gambar sesuai dengan imajinasi mereka masingmasing. Ketika ada seorang anak bertanya apa yang harus ia gambar padahal di depan meja gurunya
itu
tidak
ada
apa-apa.
Maka
Nikumbh menjawab meja ini terlalu kecil
Kompetensi Pedagogik
dibandingkan dengan imajinasi kalian. Disini Nikumbh
membiarkan
berkembannguntuk
peserta
didik
mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. 4.
Nikumbh orang yang dapat mengatur emosi dan dapat menyalurkan emosinya ke kegiatan positif. Seperti ketika ia datang kerumah Ishaan
untuk
membantu
menyelesaikan
masalah yang dialami Ishaan. namun bapak
Kompetensi
Ishaan seakan tidak menerima maksud dari
Kepribadian
Nikumbh. mengontrol Nikumbh
Akan
tetapi
emosinya dapat
Nikumbh dan
membuktikan
dapat
kemudian usahanya
membimbing Ishaan dalam hal akademik.
1. Kompetensi Profesional a.
Pada film Taare Zameen Par menit ke 1:12:04 Nikumbh muncul setelah ia memainkan sedikit nada dengan serulingnya kemudian ia memasuki kelas menggunakan kostum badutnya sambil melompat atau salto ke arah anak-anak yang sedang bingung dengan kedatangan seorang badut yang ternyata guru seni, pengganti pak
37
holkar. Lalu Ram mengajak anak-anak mengajak anak-anak menyanyi dan menari di dalam kelas. b.
Pada durasi menit ke 1:49:20 Nikumbh menunjukan kepada Ishaan buku kecil merah yang didalamnya ada gambar-gambar hasil karya Ishaan sebelum mulai belajar. Kemudian Nikumbh membuka kelas dengan berkata “Teman-teman, hari ini aku akan bercerita, tentang seorang anak laki-laki”. Nikumbh pun bercerita Pada suatu hari ada seorang anak laki-laki, jangan tanya aku dimana...yang tidak bisa membaca dan menulis.Walaupun sulit tapi dia tetap mencoba, dia tidak bisa ingat kalau setelah huruf x adalah y. kata-kata adalah musuhnya. Jika ia melihat huruf, maka huruf-huruf itu menari-nari, menakuti dan menyiksa dia. Belajar melelahkan bagi dia, tapi Siapa yang mau berbagi kesengsaraan dengan dia? Otaknya penuh, tidak masuk akal. Alfabet menari-nari seperti disko. Suatu hari, bocah malang itu selalu gagal dalam pelajarannya. Setiap orang tertawa, tapi dia tetap memasang wajah berani. Dan suatu hari, dia mendapatkan emas. Dunia tercengang ketika teorinya diceritakan. Tebak siapa dia?. Wajah Ishaan nampak ketakutan. Ia takut di permalukan kembali oleh gurunya seperti yang sudah-sudah. Tibatiba ram mengeluarkan gambar dan ada seorang murid menjawab Albert Einstein. Ishaan langsung mengangkat kepalanya dan mencari siapa yang menjawab. Ternyata bukan dirinya yang di ceritakan oleh Nikumbh. Nikumbh berkata : Benar, Rajan. Albert Einstein. Seorang ilmuwan besar. Pria yang menghebohkan dunia dengan teori relativitasnya. Gerak brownan, fotoelektrik. Dia mendapatkan penghargaan
Nobel pada tahun 1921. Sekarang.. Apa ini?(Ram
mengeluarkan gambar helikopter. Dan ada anak yang menjawab helikopter) Bukan helikopter biasa, yang ini. Karya penemu besar Leonardo da vinci. Nikumbh meminta peserta didik untuk mengulangnya. Maka merekapun mengulangnya. Setelah itu ia menceritakan siapa Leonardo da Vinci ini. Dan kelas ditutup dengan
38
Nikumbh berkata “Jadi, mari kita simpan mereka di pikiran kita. Keluar dan ciptakan sesuatu yang berbeda.. di luar apapun yang kita temukan itu menarik. batu, tongkat ataupun sampah. Ayo kita ke kolam kecil! (anak-anak langsung berlari keluar menuju kolam kecil. Ishaan dan Rajan jalan terakhir. c.
Pada durasi menit ke 1:54:21 Nikumbh mengajak peserta didik ke kolam kecil dekat sekolah. Untuk mengembangkan kreatifitas peserta didiknya. Mereka ada yang bermain air, ada yang bermain di ilalang dan permainan alam lainnya.
Berdasarkan kisah cerita film Taaren Zameen Par di atas pada durasi 1:12:04 dan durasi menit ke 1:49:20 film ini menceritakan tentang kompetensi profesional yang di contohkan oleh Ram Shankar Nikumbh. Dari cerita ini di atas jelas bahwa seorang guru yang profesional harus mempunyai kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam serta mampu membuat peserta didik belajar secara optimal. Menurut Mukhlas Samani yang dikutip oleh Fachruddin Saudagar yang dimaksud dengan kompetensi profesional ialah kemampuan menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan seni yang diampunya meliputi penguasaan; Materi pelajaran secara luas serta mendalam dan konsepkonsep atau metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan yang secara konseptual menaungi dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang diampunya.3 Pada durasi 1:49:20 dan 1:54:21 pada film Taare Zameen Par menunjukkan salah satu aspek kompetensi profesional guru ialah mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. Di sini Nikumbh sebagai guru mengajak anak-anak ke kolam kecil dekat sekolah saat jam pelajaran seni untuk mengembangkan kreatifitas peserta didik. Menurut Sudarwan Danim, kompetensi profesional terdiri dari dua ranah subkompetensi: 3
Fachruddin Saudagar, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2011), h. 49
39
1) Menguasai substansi keilmuan terkait dengan bidang studi, memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum; 2) Menguasai struktur dan metode keilmuan untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.4 Guru yang bermutu niscaya mampu melaksanakan pendidikan, pengajaran serta pelatihan yang efektif dan efisien. Dan guru yang profesional
diyakini
mampu
memotivasi
peserta
mengoptimalkan potensinya dalam kerangka
didik
untuk
pencapaian standar
pendidikan yang ditetapkan.5 Pada film Taare Zameen Par ini Nikumbh mampu melaksanakan pendidikan, pengajaran di kelas maupun di luar kelas. Di dalam kelas dapat di lihat saat durasi menit ke 1:12:04 Nikumbh mampu menarik perhatian peserta didik dan membuat mereka bahagia. Sehingga ketika mereka di minta untukn menggambar mereka langsung membuatnya dan tidak ada kegaduhan. Nikumbh pun mampu memotivasi peserta didiknya. Seperti durasi menit ke 1:49:25 ia memotivasi peserta didiknya dengan cara bercerita. Ia tahu bahwa anak seusia mereka akan lebih masuk di motivasi oleh orang lain dengan cerita yang menarik atau menggunakan tokoh-tokoh yang mereka kenal.
2. Kompetensi Sosial a.
Pada film Taare Zameen Par menit 1:23:10 sedang berlangsung jam istirahat dan guru-guru pun berkumpul di kantor. Terjadilah percakapan di antara mereka. Guru 1 : apa yang kamu taruh di sana Ram? Pak Nikumbh : kerjaan anak-anak pak.
4
Sudarwan Damin, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), cet. 3, h.24 5 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), cet. 4, h. 41
40
Guru 2 : ngapain? Holkar tidak pernah menggunakan ruang itu untuk buku. (Holkar adalah pengganti Ram). Pak Nikumbh : lalu dimana saya harus menyimpannya? Guru 2 : kembalikan ke anak-anak. Toh, akan digunakan buat apa? Guru 3 : kegaduhan apa yang mereka buat di kelasmu, Nikumbh? Seperti pasar ikan. Pak Nikumbh : mereka anak-anak, wajarlah. Dan jika anak-anak tidak meluapkan emosinya di kelas seni, dimana mereka akan melakukannya? Guru 1 : bisa juga, tapi kepala sekolah menyukai disiplin. Guru 3 : saya yakin kamu yang menyanyi dalam kelas kemarin dan memainkan seruling. Pak Nikumbh : Ya, aku yang menyanyi, bermain seruling. Anakanak senang. Aku pun senang. Guru 1 : tapi murid-murid ku tidak seperti anak-anak itu! Pak Nikumbh : apa maksudmu? Guru 1 : kamu mengajar di sekolah tulip kan? Keterbelakangan mental, anak-anak abnormal? Di sekolah itu, eksperimenmu banyak disukai. Pak Nikumbh : apa bedanya? Guru 1 : mereka tidak punya masa depan. Jangan terlalu serius Nikumbh. Guru 2 : ini sekolahan formal. Gaya menari dan menyanyimu tidak akan efektif disini. Disini, kami mempersiapkan anak-anak untuk hidup bersaing. Guru 1 : anak-anak harus berkompetisi, sukses, mempunyai masa depan. Moto sekolah kami adalah tertib, disiplin, dan bersaing. Tiga kunci kesuksesan. Sebuah pondasi pendidikan yang lengkap. Pak Nikumbh : ia menjawab menggunakan bahasa jerman sambil memberikan isyarat “siap laksanakan”.
41
Selama perbincangan itu Nikumbh tidak terlihat marah ia tetap terlihat santai menanggapi semua tanggapan negatif guru-guru tentang cara mengajarnya. pada percakapan ini menunjukkan bahwa Nikumbh sebagai guru pengganti baru ia mampu berkomunikasi dan bergaul secara aktif dengan tenaga pendidik lainnya. b.
Pada menit ke 1:19:40 Nikumbh berkeliling kelas melihat gambar peserta didiknya sambil sesekali bersendau-gurau dengan mereka.
c.
Pada menit ke 1:34:48 Ram pergi menggunakan bus angkutan umum. Di dalam ram duduk bersama seorang ibu yang membawa anak bayi. Ketika sang ibu ingin menggantikan popok anaknya, ram membantunya.
d.
Pada menit ke 1:36:30 Tibalah Nikumbh dirumah Ishaan. Ibu Ishaan yang membukakan pintu untuk Nikumbh. Ia memperkenalkan diri “Hai, namaku Ram Shankar Nikumbh. Aku mengajar di sekolah era baru Panchgani”. Lalu Ibu Ishaan berkata “Masuk”. Setelah masuk Nikumbh meminta tolong kepada kakak Ishaan untuk mengeluarkan buku-buku adiknya yang masih ada di rumah. Maka Kakak Ishaan membawakan buku-buku Ishaan ke Nikumbh. Nikumbh berkata “Apakah ini buku-buku kelas 3 nya?”Ibu Ishaan berkata “Ya”. Ketika Nikumbh sedang membuka buku Ishaan tiba-tiba ada sebuah kertas terjatuh dari cela buku tersebut. Ketika Nikumbh melihat kertas tersebut, ternyata ada sebuah gambar. Nikumbh berkata “Siapa yang menggerjakan ini?”Ibu Ishaan berkata “Ishaan”. Nikumbh berkata “Ishaan melukisnya?” (Nikumbh menunjukan raut wajah bingung). Ibu Ishaan berkata “Ya, dia senang melukis”. Nikumbh melihat kedalam kamar Ishaan, terdapat banyak lukisan disana. Nikumbh melihat buku flip kecil warna merah, ketika buku itu dibuka ternyata gambar tersebut merupakan gambar terusan. Gambar itu seperti mewakili perasaan Ishaan. Nikumbh berkata “Kenapa kalian mengirimnya ke asrama? Kenapa?”. Bapak Ishaan berkata “Tidak ada pilihan lain. Tahun lalu ia gagal pada kelas 3.
42
Anda percaya itu? dan tidak ada tanda-tanda perubahan. Anak pertama saya selalu juara di kelasnya juara semua mata pelajaran. Dan anak saya yang kedua”. Nikumbh berkata “Anda pikir apa masalahnya?”. Bapak Ishaan berkata “Tingkah laku, lalu apalagi? Terutama pada belajarnya dan semuanya..Selalu, susah...tidak patuh”. Nikumbh berkata “Saya mau tahu masalahnya. Anda hanya memberikan tanda-tandanya saja. Anda bilang, Anak itu sakit demam.Saya tahu itu. Saya ingin tahu kenapa? ada apa masalahnya?”
Bapak
Ishaan
berkata
“Kenapa
Anda
tidak
memberitahu kami? Lanjutkan”. Nikumbh berkata “Apakah Anda memperhatikan bentuk kesalahannya? Ada kesalahan yang dia ulangi?”Bapak Ishaan berkata “kesalahan bentuk? Kesalahan bentuk apa?
Hanya
kesalahan”.
Nikumbh
berkata
“Anda
tidak
mengetahuinya?” Nikumbh mengeluarkan buku tulis Ishaan dan menunjukan kepada bapak dan ibu Ishaan dan Nikumbh berkata “Lihat" Nikumbh berkata “b' menjadi 'd' dan 'd' jadi 'b'. Dia bingung dengan bentuk tulisan yang mirip. "S" dan 'R' terbalik. seperti yang lainnya. lihat..'h' and 't'. bayangan cermin. Binatang, tiga pengucapan yang berbeda pada halaman yang sama. Jadi, Bukannya dia tidak belajar, tapi ada yang salah pada ejaannya. Dan yang ini, menggabungkan kata-kata yang mirip. 'T-o-p' jadi 'P-o-t'. 'S-o-l-i-d' jadi 'S-o-i-l-e-d'. Kenapa dia lakukan ini? apa dia bodoh? malas?” Nikumbh berkata “Tidak..Menurutku, dia memiliki kesulitan dalam mengenal huruf. Ketika kamu baca 'a-p-e-l', maka yang ada di pikiranmu adalah apel. lshaan tidak bisa baca kata-kata itu, jadi dia tidak tahu artinya apa. Dalam hal membaca dan menulis, itu penting. Menghubungkan
suara-suara
dengan
simbol-simbol,
untuk
mengetahui artinya lshaan belum mampu memenuhi kemampuan dasarnya. Bapak Ishaan berkata “Omong kosong. Itu hanya alasan dia agar tidak belajar”. Nikumbh bangkit dari tempat duduk nya dan mengambil kardus mainan yang terdapat tulisan cina nya. Lalu
43
Nikumbh meminta bapaknya Ishaan untuk membaca tulisan tersebut. Nikumbh berkata “Coba baca ini”. Bapak Ishaan berkata “Bagaimana aku bisa? Ini bahasa Cina”. Nikumbh berkata “ayo, konsentrasi”.Bapak Ishaan berkata “Apa-apaan ini, Bagaimana bisa aku baca ini?” Nikumbh berkata “Anda kurang ajar. Sikap Anda tidak sopan. Anda malas”.(Bapak Ishaan terdiam dan berusaha memahami apa yang dimaksud ram) Nikumbh berkata “Itulah kesulitan Ishaan. Tidak mampu mengenali huruf. Ini adalah kesulitan dalam membaca dan menulis yang biasa disebut dyslexia. Terkadang, anak-anak bisa mempunyai masalah-masalah lain. Seperti, kesulitan mengikuti beberapa instruksi. Kembali ke halaman 65, Bab 9, Paragraf 4, Baris ke 2 atau, kelemahan dalam menggunakan kemampuan motoriknya”. Nikumbh berkata “Apakah Ishaan mempunyai kesulitan untuk mengancingkan bajunya? atau mengikat tali sepatu?”Ibu Ishaan berkata “Ya”. Nikumbh berkata “Jika kamu melempar bola, apakah dia bisa menangkapnya?” Kakak Ishaan berkata “Dia tidak pernah menangkapnya”. Nikumbh berkata “Karena dia tidak bisa menghubungkan ukuran, jarak, dan kecepatan. Berapa ukurannya, berapa jaraknya, melaju dengan kecepatan berapa. Pada saat dia melakukannya, sudah telat. Coba pikir, Seorang anak kecil, berumur 8 atau 9 tahun, belum bisa membaca dan menulis. Tidak dapat melakukan hal-hal yang biasa. Tidak bisa melakukan semua hal yang biasanya anak-anak seumurannya bisa melakukannya dengan mudah. Apa yang harus dia hadapi? Kepercayaan dirinya telah hancur. Menyembunyikan ketidakmampuannya pada ketidakpatuhan. dia telah mementingkan bermain, membuat kekacauan. Mengapa aku tidak bisa mengakui, dan lebih baik berkata, ''aku tidak mau.'' Nikumbh berkata “Tidak ada bedanya dengan orang dewasa. Sekarang, sifat pemberontaknya juga telah hancur di sana. Maaf kalau aku mengatakan, dia telah benar-benar berhenti melukis. Sangat disayangkan”.Ibu Ishaan
44
berkata “Ada apa dengan lshaan?” Nikumbh berkata “Belum ada jawaban untuk itu. Itu bisa terjadi pada siapa saja. Terkadang itu faktor turunan. Sederhana saja, ada gangguan kecil di otaknya, itu saja”. Bapak Ishaan berkata “Jadi kamu mau mengatakan kalau anak saya abnormal, keterbelakangan mental?” Nikumbh berkata “Anda orang yang aneh. Lihat ini (memperlihatkan lukisan Ishaan Ishaan kepada bapak Ishaan) Ini pemikiran yang tajam dengan imajinasi yang luar biasa. Kemampuan yang jauh lebih hebat dibandingkan anda dan aku”. Bapak Ishaan berkata “apa keuntungannya?” Nikumbh berkata “mengapa anda mencari keuntungan?” Bapak Ishaan berkata “Apa lagi yang harus aku cari? Mau jadi apa dia? Bagaimana dia bisa bersaing? Apa aku harus memberinya makan seumur hidupnya?” Nikumbh berkata “Aku mengerti. Di luar sana, ada sebuah persaingan dunia, yang tidak kenal ampun. Dimana setiap orang ingin menjadi juara dan pangkat yang tertinggi. Setiap orang menginginkan nilai tinggi. Ilmu kedokteran, insinyur, manager, apapun yang tidak bisa ditolerir. 95.5.. 95.6.. 95.7 persen. Kurang dari itu sangat memalukan, benar? Ya ampun..cobalah pikir..setiap anak mempunyai kemampuan dan mimpi-mimpi yang unik. Tapi tidak, bakat setiap anak telah ditarik dan direngganggkan agar setiap jarinya panjang. Silahkan tarik. Bahkan sampai jarijarinya patah”. Pada percakapan di atas, menunjukkan bagaimana cara seorang guru berkomunikasi dengan rekan pendidik di sekolah, dengan peserta didik di kelas, dan dengan orang tua peserta didik di rumah. Kemampuan guru berinteraksi sosial melalui komunikasi. Guru harus bisa berkomunkasi dengan sesama guru, peserta didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar. Pada durasi menit ke 1:23:10 menunjukkan interaksi sosial yang dengan sesama pendidik. Walaupun dirinya direndahkan Nikumbh tetap
45
tersenyum dan menerima dengan lapang dada. Sehingga tidak sampai terjadi perdebatan yang panjang. Pada durasi menit ke 1:19:40 menunjukkan komunikasi seorang guru dengan peserta didiknya. Seorang guru yang tidak sungkan bercengkrama dengan peserta didiknya namun masih dalam batas wajar dan tidak mengajarkan peserta didiknya ketidak sopanan dengan gurunya. Sedangkan Pada durasi menit ke 1:36:30 dan 1:34:48 menunjukkan bagaimana seorang guru komunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat. Ketika sampai di rumah Ishaan Nikumbh menjelaskan bahwa ia pengajar di sekolah Ishaan karena ia belum pernah bertemu dengan orang tua Ishaan. Nikumbh mengunjungi rumah Ishaan untuk memberikan pertanyaan positif mengenai anak dan mendorong orang tua Ishaan untuk bermitra dengannya guna memperoleh solusi dan strategi bagi peningkatan yang dibutuhkan anak mereka. Ketiga durasi di atas
menunjukkan sikap kompetensi sosial. Seperti
menurut Mukhlas Samani yang dikutip oleh Fachruddin Saudagar yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan individu sebagai bagian
dari
masyrakat
yang
mencakup
kemampuan
untuk:
a)berkomunkasi lisan, tulisan dan isyarat, b)bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua peserta didik, c)bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku.6 Sedangkan menurut Jejen Musfah tentang “kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
6
Fachruddin Saudagar, op. Cit., h. 65
46
tua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar”.7 Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain dan dimana pun. Sebagai makhluk sosial guru
berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan
berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain.8 Sesuai dengan potongan durasi di atas yang menunjukkan Nikumbh mempunyai kompetensi sosial yang baik. Nikumbh dapat berinteraksi sosial dengan semua kalangan, tidak sombong ataupun merasa jijik terhadap kaum yang di bawahnya.
3. Kompetensi Pedagogik a. Pada durasi menit ke 1:12:04 Nikumbh memulai pelajaran dengan menggunakan kostum badut sambil menyanyi dan menari. Peserta didik pun bersemangat mengikuti gerakan Nikumbh. b.
Pada durasi menit ke1:17:29 pada film Taare Zameen Par Nikumbh membagikan kertas kosong kepada semua murid di kelas. Ia berkata “Gambar, tulis, lakukan apa yang kalian suka”. Kemudian ada seorang murid bertanya, “lalu apa yang kita gambar? Tidak ada apa-apa di atas meja itu” sambil menunjuk meja guru. “Meja ini? Meja ini terlalu kecil untuk imajinasi indah kalian. Masuki pikiranmu dan keluarkan imajinasimu lalu tuangkan dikertas itu. Bersenang-senanglah. Kalian bebas disini” jawab Nikumbh.
7
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui pelatihan dan Sumber belajar teori dan praktik, (Jakarta: Prenada Group, 2012), cet. 2, h. 52-53 8 Syaiful Sagala, op. Cit, h. 38
47
c.
Pada durasi 1:18:06 Ishaan termenung, ia belum memulai melukis. Durasi 1:18:30 Nikumbh mulai berkeliling kelas melihat dan memantau anak-anak yang sedang melukis.ketika Nikumbh sampai di meja Ishaan, ia melihat kertas yang ada di atas meja Ishaan masih bersih, belum terlihat goresan dari tangan Ishaan. Nikumbh bertanya kepada Ishaan,tersesat kawan? Sedang mencari inspirasi? Nikumbh tersenyum. Namun Ishaan tidak menjawab bahkan tidak menoleh ke arah gurunya. Melihat reaksi Ishaan seperti itu ia berkata lagi “tidak apa-apa, jangan terburuburu nak”.
d.
Pada durasi menit ke 1:19:40 Nikumbh mulai berkeliling kelas kembali, sambil sesekali bersendau gurau dengan muridmuridnya. Dan ketika Ram sampai lagi di meja Ishaan. Kali ini Ram menunjukkan reaksi wajah kebingungan melihat kertas yang ada di meja Ishaan masih belum juga ada goresan dan Ishaan pun masih diam tanpa kata.
e.
Durasi 1:20:10 Nikumbh bertanya kepada Ishaan, “ada apa nak? Kamu tidak suka melukis? Siapa namamu nak?” Ishaan tetap diam. tiba-tiba ada teman Ishaan menjawab “Pak namanya Ishaan Awasthi”. Ketika itu Nikumbh tidak marah karena pertanyaannya tidak pernah dijawab oleh Ishaan. Justru Ram berfikir mengapa muridnya yang satu ini berbeda dengan yang lain.
f.
Pada durasi menit ke 1:24:56 ketika Nikumbh sedang berkeliling lorong kelas, Ia melihat Ishaan di depan kelas. Terlihat seperti Ishaan sedang mendapat hukuman keluar kelas. Nikumbh mendekatinya dan ketika ia hendak bertanya kepada Ishaan nampaknya Ishaan sangat ketakutan. Melihat respon Ishaan yang ketakutan, maka Nikumbhmundur dan memberi isyarat kepada Ishaan bahwa ia tidak akan mengganggunya. Nikumbh pun melanjutkan perjalanannya. Ketika Nikumbh menoleh kembali ke arah Ishaan, ia sudah tidak nampak di depan kelas.
48
g.
Durasi menit ke 1:26:40 Nikumbh langsung memeriksa bukubuku Ishaan yang ada di lokernya. Ia memperhatikan lembar demi lembar buku Ishaan. Nikumbh juga memperhatikan baik-baik kesalahan yang ditulis oleh Ishaan.
h.
Pada durasi 1:28:23 Nikumbh bermain bersama muridnya yang disekolah tulip. Disini Nikumbh bukan hanya ikut bermain saja akan tetapi sambil memperhatikan perkembangan motorik anak didiknya yang berkebutuhan khusus.
i.
Pada durasi menit ke 1:49:20 Nikumbh menunjukan kedalam buku kecil merah yang didalamnya ada gambar-gambar hasil karya Ishaan. Nikumbh menyerukan : Teman-teman, hari ini aku akan bercerita, tentang seorang anak laki-laki. Pada suatu hari ada seorang anak laki-laki, jangan tanya aku dimana...yang tidak bisa membaca dan menulis.Walaupun sulit tapi dia tetap mencoba, dia tidak bisa ingat kalau setelah huruf x adalah y. kata-kata adalah musuhnya. Jika ia melihat huruf, maka huruf-huruf itu menarinari, menakuti dan menyiksa dia. Belajar melelahkan bagi dia, tapi Siapa yang mau berbagi kesengsaraan dengan dia? Otaknya penuh, tidak masuk akal. Alfabet menari-nari seperti disko. Suatu hari, bocah malang itu selalu gagal dalam pelajarannya. Setiap orang tertawa, tapi dia tetap memasang wajah berani. Dan suatu hari, dia mendapatkan emas. Dunia tercengang ketika teorinya diceritakan. Tebak siapa dia?. Wajah Ishaan nampak ketakutan. Tiba-tiba Nikumbh mengeluarkan gambar dan ada seorang murid menjawab
Albert
Einstein.
Ishaan
langsung
mengangkat
kepalanya dan mencari siapa yang menjawab. Nikumbh berkata : Benar, Rajan. Albert Einstein. Seorang ilmuwan besar. Pria yang menghebohkan dunia dengan teori relativitasnya. Gerak brownan, fotoelektrik. Dia mendapatkan penghargaan Nobel pada tahun 1921. Sekarang, Apa ini?(Nikumbh mengeluarkan gambar helikopter. Dan ada anak yang menjawab helikopter) Bukan
49
helikopter biasa, yang ini. Karya penemu besar Leonardo da vinci.. Siapa?Peserta Didik berkata : Leonardo da vinci. Nikumbh berkata : Ya. dia yang menciptakan ini. Sebuah sketsa Helikopter.Tapi kapan? Pada abad ke 15.400 tahun sebelum pesawat pertama kali diterbangkan. Kamu tahu, Leonardo da vinci memiliki kesulitan dalam membaca dan menulis. Dia menulis seperti ini... Kalian bisa baca ini?Peserta Didik berkata : Tidak. Nikumbh memiringkan papan tulis kemudian mengambil kaca dan menghadapkan ke papan tulis.Anak-anak membaca bersama-sama “MY NAME IS RAM NIKUMBH” anak-anak bersorak-sorak dan bertepuk tangan karena berhasil membaca yang ram tulis. Nikumbh meminta tolong kepada Ishaan untuk menyalakan lampu. (Ishan pun segera menyalakan lampunya) Nikumbh berkata “Siapa yang menerangkan dunia dengan lampunya?” Ishaan menjawab “Thomas Alva Edison”. Nikumbh berkata “Tepat sekali. Dia juga tidak bisa membaca dan menulis dengan benar. Duduklah”. Saat itu Ishaan hendak mematikan lampu. Akan tetapi ram langsung berkata “Biarkan lampunya menyala. Mari kita bersenang-senang dengan cahaya Edison.” Ketika duduk nampak dari wajah Ishaan sudah mulai ada kepercayaan diri. Nikumbh berkata “setiap orang kenal pria ini. (sambil memegang gambar)”. Peserta Didik menjawab “Abhishek Bachchan” (Ram tertawa senang karena semua peserta didiknya mengetahui siapa nama tokoh yang terdapat pada gambar tersebut. Nikumbh berkata “Semasa kecilnya, dia memiliki kesulitan dalam membaca dan menulis. Sekarang dia terkenal!” (Anak-anak tertawa, Ishaan pun ikut tertawa). Nikumbh berkata “Dan masih ada lagi... Pablo Piccaso. Pelukis terkenal, Dia tidak pernah mengerti angka 7. (Dia sambil membuat angka 7 di papan tulis) Dia bilang, itu hidung paman saya yang terbalik. (Dan ram pun membuat angka 7 terbalik)(Anak-anak kembali tertawa).
50
(Kemudian
ram
bertanya
lagi
)
Siapa
bapak
mickey
mouse?(seorang anak menjawab “Walt Disney”)”. Nikumbh berkata “benar. Walt Disney. Bermasalah dengan huruf, dia menuangkan hidupnya ke dalam kartun. Neil Diamond, penyanyi populer. Dia meluapkan rasa malunya dalam lagu. Agatha christie, penulis buku misteri terkenal. Bayangkan seorang penulis yang tidak bisa baca dan tulis sewaktu kecilnya?Lalu, kenapa aku menceritakan semua ini kepada kalian? Untuk menujukkan bahwa ada permata seperti itu diantara kita, yang mengubah dunia. karena mereka bisa melihat dunia dengan cara yang berbeda. Pemikiran mereka unik dan tidak setiap orang bisa mengerti mereka. Mereka menentang. Sekarang mereka muncul sebagai pemenang dan dunia dibuat terkejut. Mari kita mendedikasikan kelas seni hari ini untuk orang-orang aneh yang terkenal”. Nikumbh berkata “Jadi, mari kita simpan mereka di pikiran kita. Keluar dan ciptakan sesuatu yang berbeda.. di luar apapun yang kita temukan itu menarik.. batu, tongkat, sampah. Ayo kita ke kolam kecil! (anak-anak langsung berlari keluar menuju kolam kecil. Ishaan dan Rajan jalan terakhir)” j.
Pada durasi menit ke 1:57:20 ketika sedang di kolam kecil bersama teman-temannya Ishaan mulai mengeluarkan ide-idenya dengan merakit perahu. Ishaan mencoba menjalankan perahunya di air dan ternyata berhasil. Nikumbh berteriak sambil menunjuk kearah perahu yang Ishaan buat “Lihat itu! Bergerak.” Dan anakanak pun mendekati Ishaan. Nikumbh bertepuk tangan dan anakanak bertepuk tangan pula sebagai apresiasi kepada Ishaan yang yang telah berhasil membuat perahu kayu. Namun Ishaan sedikit sedih, ketika teman-temannya bertepuk tangan untuk dirinya, ia justru pergi. Ram langsung mengambil perahu hasil karya Ishaan.
k.
Pada durasi menit ke 1:59:21 Nikumbh datang kekantor kepala sekolah untuk menjelaskan tentang Ishaan. Ia menjelaskan bahwa
51
Ishaan memiliki kesulitan membaca dan menulis karena dyslexia. Kepala berkata akhirnya ia mempunyai alasan kepada orang tua Ishaan untuk memindahkan Ishaan ke sekolah abnormal. Namun Nikumbh menentangnya. Ia memberi penjelasan bahwa Ishaan hanya membutuhkan sedikit pertolongan dari gurunya. Dan semua anak mempunyai hak untuk sekolah dimana saja. Kemudian kepala sekolah berkata “Dimana para guru memiliki waktu? Mengajari satu anak satu kelas? sampai empat puluh anak? Ayolah Nikumbh. Itu tidak mungkin. Maka Nikumbh menjawab bahwa ia bersedia memberikan waktunya untuk membantu Ishaan dalam mengatasi masalahnya. l.
Pada durasi 2:03:06
Ram mulai membimbing Ishaan dikelas
hanya berdua. Ishaan belajar menulis diatas pasir bersama Ram. Ram menulis huruf “a” kemudian Ishaan mengulanginya. Ishaan belajar menulis diatas kulit tangannya. Ram menulis di tangan Ishaan dengan kondisi Ishaan menutup mata kemudian Ishaan menebak huruf apa yang ditulis Nikumbh. Ishaan menulis huruf sambil melukis menggunakan cat warna-warni perlahan namun pasti. Ishaan membuat huruf-huruf dari play dow, di sela-sela itu tiba-tiba Ram memberikan bentuk gajah dan berlanjut membuat kartun-kartun lainnya. Ram menulis di papan tulis kemudian Ishaan membacanya. Ishaan sedang menulis angka 8 diatas papan tulis kotak-kotak. Ishaan menyusun mainan bersama Ram. Ishaan mulai belajar menulis buku. Ram sedang mendikte Ishaan dan Ishaan menulis dibukunya. Ishaan sedang belajar membaca menggunakan Tape Recorder diatas kasur. Ishaan menulis di papan tulis sambil di bimbing oleh ram. Ishaan sudah mulai lancar membaca tulisan yang ada dibuku. Ishaan belajar angka. Ram membuat urutan angka di setiap tangga. Dan Ishaan melompat ketika mendapat intruksi dari ram. Disini ram juga mengajari penambahan angka menggunakan media tangga yang
52
sudah dituliskan angka-angka. Ram berkata : Dimana kamu sekarang. Ishaan berkata : Diangka 7. Ram berkata : Sekarang kurangi 11. Ishaan menulis angka 8 diatas papan tulis kotak-kotak lagi, namun kotaknya lebih kecil dari hari kemarin. Nikumbh dan Ishaan bermain game di komputer bersama-sama. Pada durasi 2:06:15 ini tulisan Ishaan sudah terlihat rapih dan bisa dibaca. Ishaan menulis angka 8 di atas papan tulis kotak-kotak lagi dan kali ini hanya dalam satu kotak kecil. Ketika berhasil, Nikumbh dan Ishaan melakukan high five. Kemampuan pedagogik bagi guru bukanlah hal yang sederhana, karena guru harus mampu mengelola peserta didik. Guru menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual.9 Seperti halnya pada durasi 1:17:29, 1:18:06 dan 1:19:40 Nikumbh dapat mengembangkan dan menguasai karakteristik peserta didik dengan baik. Ia mempersilahkan peserta didik mengembangkan diri masing-masing di pelajaran seni. Kegiatan pembelajaran ialah suatu bentuk komunikasi. Sehingga ketika pembelajaran berlangsung seorang guru harus bisa berkomunikasi dengan santun secara efektif dengan peserta didik agar pembelajaran dapat mudah dipahami.10 Seperti durasi menit ke 1:19:40 ketika Nikumbh berusaha bertanya Ishaan namun ia tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan gurunya. Saat itu Nikumbh tetap santun berbicara dengan peserta didiknya. Ia justru berpikir apa yang salah dengan pengajarannya. Seorang guru yang mempunyai kemampuan pedagogik maka ia mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif. Sehingga pelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.11
9
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 29 Marselus R. Payong, ibid., h. 39 11 Syaiful Sagala, op. Cit., h. 29 10
53
Sikap Ini di tunjukkan oleh Nikumbh pada durasi menit ke 1:12:04Nikumbh memulai pelajaran dengan cara inovatif, kreatif serta menyenangkan. Peserta didik seneng dan mereka menjadi aktif. Mereka mengikuti gerakan Nikumbh. Sedangkan pada menit ke 1:49:20 menunjukkan Nikumbh membuat pembelajaran di kelas menjadi aktif dan kondusif. Pada durasi menit ke 1:59:21 Nikumbh mengembangkan peserta didiknya
dengan
meminta
izin
ke
kepala
sekolah
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi peserta didiknya. Baik potensi akademik maupun nonakademik. Pada durasi menit ke 2:03:06 setelah Nikumbh mengetahui bahwa Ishaan mempunyai potensi akademik yang baik maka Nikumbh, memfasilitasi peserta didik nya untuk pengembangan berbagai potensi akademik12. Ia memberikan waktu luang untuk memberikan pelajaran tambahan kepada Ishaan. Agar Ishaan dapat mengikuti pelajaran bersama teman-temannya di kelas.
4. Kompetensi Kepribadian Pada film Taare Zameen Par menit 1:23:10 sedang berlangsung jam istirahat dan guru-guru pun berkumpul di kantor. Terjadilah percakapan di antara mereka. Di dalam percakapan ini guru senior memberi kritik mengenai cara mengajar Nikumbh di kelas. Nikumbh pun menerima kritikan tersebut. a. Pada menit ke 1:28:15 Di pasar, ketika ram sedang berjalan ditengah pasar, ada sayuran milik pedagang yang jatuh, Nikumbh mengambilnya dan menaruh kembali ketempatnya semula. Sosok Nikumbh yang peduli dimana saja ia berada. Contohnya seperti pada menit di atas. Ia tidak membiarkan sayuran yang jatuh itu di bawah, akan tetapi ia segera mengambilnya dan meletakkannya seperti semula. 12
Sudarwan Darmin, op. Cit., h. 26
54
b. Pada durasi 1:34:48 Ram pergi menggunakan bus angkutan umum. Di dalam ram duduk bersama seorang ibu yang membawa anak bayi. Ketika sang ibu ingin menggantikan popok anaknya, ram membantunya. Dan pada menit ke 1:35:51 Ram berhenti di suatu warung, ia duduk dan memesan susu. Ketika sedang minum ia melihat ada seorang anak kecil yang sedang sibuk merapihkan piring dan gelas. Ram memanggil anak itu, dan mengajak anak tadi minum susu sambil makan biskuit bersama dengannya. Pada menit ini Nikumbh menunjukkan sikap kedermawanan dan penolong. Seorang guru profesional sangat diharapkan bisa menjadi panutan para peserta didiknya. Baik di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. c. Pada durasi menit ke 1:29:13 Nikumbh duduk sambil termenung dan tanpa disadari air matanya sudah membasahi pelupuk matanya. Tiba-tiba ada teman mengajarnya yang bernama Jabeen bertanya “menjadi emosional, ya?”, Nikumbh pun mengusap air matanya. Nikumbh berkata “Pria adalah ....” Jabeen berkata “Seorang yang kejam, tidak sensitif, aku tahu”. Nikumbh berkata “dan buta. Buta akan kecantikan, buta akan perasaan”. Jabeen berkata “Siapa yang kau maksud?” Nikumbh berkata “Diri ku sendiri. Seperti melihat diri sendiri di kaca” Jabeen berkata “Itu bukan kesalahanmu. Kamu lumayan untuk dilihat”. Nikumbh berkata “Jabeen, dia dalam bahaya” Jabeen berkata “Siapa? Siapa ram?” Nikumbh berkata “Anak laki-laki di sekolah itu, sekitar 8 atau 9 tahun tidak pernah berkata sepatah kata pun. Selalu depresi ketakutan. Matanya, seolah berteriak minta tolong. Aku takut dia akan tenggelam”. d. Pada durasi menit ke 1:46:31 Nikumbh berbincang dengan temannya sambil menanam bibit. Nikumbh berkata : Tidak ada pilihan lain, dia bilang ...Nikumbh berkata : Jika kamu suka bersaing, peliharalah kuda balap jangan anak-anak. Memaksa
55
anak-anakmu menang bgung beban atas ambisimu. ltu lebih buruk dibandingkan mempekerjakan anak. Dan jika anaknya tidak mampu menanggung bebannya? Apa mereka mau mengerti? Setiap anak berbeda, Cepat atau lambat mereka akan belajar. Di setiap langkahnya. Pada lima jari yang tidak rata menjadi sebuah tangan. Dan di sini lah mimpi itu akan diwujudkan, sedikit demi sedikit. e. Pada durasi menit ke 2:00:28 Nikumbh meminta izin kepada kepala sekolah untuk memberikan bimbingan belajar kepada Ishaan diluar jam belajar di kelas. Dan kepala sekolah menyetujui permintaan Nikumbh. Berdasarkan durasi kisah cerita film Taaren Zameen Par di atas,film ini menceritakan tentang kompetensi profesional yang di contohkan oleh Ram Shankar. Dari cerita ini di atas jelas bahwa seorang guru harus menjadi panutan di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Seperti Firman Allah dalam Surat Al-Ahzab:21 yaitu:
َن يَرْجُو الّلَ َه وَالْيَوْ َم الْآخِر َ ل الّلَ ِه أُسْوَ ٌة حَسَنَ ٌة لِمَهْ كَا ِ ن لَكُمْ فِي رَسُو َ لَقَ ْد كَا وَذَكَ َر الّلَ َه كَثِيرًا Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. “Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian”.13 Pada durasi menit ke 1:23:10 menunjukkan bahwa Nikumbh mempunyai kepribadian yang berwibawa. Seorang guru idealnya mampu bersikap terbuka, karena guru yang bersikap terbuka mempunyai 13
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.10.
56
kemahiran mendengar dan mempertimbangkan pendapat orang lain, termasuk pendapat yang berisi saran atau keritikan. Seperti Firman Allah dalam Surat Al-Mujaddalah:11 yaitu:
“Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Padadurasi menit ke 1:28:15, 1:34:48 dan 1:29:13 Nikumbh menunjukkan pribadi yang santun kepada semua orang. Ia tidak membedabedakan dalam semua hal. Terbukti ketika ia mengajak anak kecil yang sedang bekerja di warung untuk duduk bersama sambil minum susu serta ketika ia di dalam bus ia menolong penumpang lain. Setiap guru memiliki kepribadiannya masing-masing yang unik. Jadi pribadi keguruan itu pun unik juga dan perlu dikembangkan secara terusmenerus agar guru itu terampil dalam: 1. Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau peserta didik yang diajarnya, 2. Membina suasana sosial yang meliputi interaksi belajar-mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral (bathiniah) terhadap peserta didik bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru. 3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung jawab dan saling mempercayai antara guru dan peserta didik.14 Pada durasi menit ke 1:29:13Nikumbh menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap peserta didiknya yang bernama Ishaan. Ia merasa simpati atas sikap Ishaan yang berbeda dari peserta didik lain. Menjadi pribadi yang matang secara emosional berarti guru haruslah mampu mengendalikan diri, hawa nafsu, dan kecendrungan-kecendrungan 14
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 263-264
57
tertentu yang dimilikinya. Tidak jarang memang ditemukan bahwa ada guru yang tidak dapat menahan emosinya berhadapan dengan peserta didik yang nakal, bandel, tidak disiplin, bahkan peserta didik yang mungkin memiliki keterbatasan kemampuan sehingga lamban dalam belajar.15 Pada durasi menit ke 1:46:31 Nikumbh meluapkan amarahnya setelah bertemu dengan orang tua Ishaan dengan cara yang positif yaitu menanam pohon. Ini menunjukkan bahwa ia dapat mengontrol dan mengalihkan emosinya dengan baik. Ia tidak meluapkan kepada peserta didik ataupun orang lain. Pada durasi menit ke 2:00:28 Nikumbh meminta izin kepada kepala sekolah untuk memberi bimbingan belajar kepada Ishaan dan kepala sekolah
menyetujui.
Dengan
rasa
tanggung
jawab
Nikumbh
melaksanakannya. Dan pada durasi ke 2:06:08 rasa tanggung jawabnya terbayarkan dengan kemampuan menulis Ishaan. Kemualiaan hati seorang guru diwujudkan dalam kehidupan sehariharinya. Guru secara nyata dapat berbagi dengan peserta didiknya. Guru yang memiliki daya kalbu yang tinggi yang menampilkan kepribadian paripurna. Ketulusan hati terdiri dari daya spiritual, emosional, moral, rasa kasih sayang, kesopanan, toleransi, kejujuran, disiplin diri, harga diri, tanggung jawab, keberanian moral, kerajinan, komitmen, estetika dan etika.
15
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 39
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dipaparkan beberapa kesimpulan bahwa terdapat profesionalisme dan kompetensi guru pada film Taare Zameen Par.Profesionalisme guru pada film Taare Zameen Par ini adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan
pengajar
meliputi
kemampuan
melaksanakan
evaluasi
pembelajaran.
merencanakan, Namun
melakukan,
belum
semua
dan guru
profesionalisme dan dapat melaksanakan kompetensi guru. Ram Shankar Nikumbh yang diperankan oleh Aamir Khan di film ini berperan sebagai sosok guru yang profesional. Pada film Taare Zameen Par penulis melihat guru profesional dari empat kompetensi guru yaitu : Kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan komptensi kepribadian yang terdapat di dalam film ini. 1. Kompetensi Pedagogik Nikumbh mampu memahami peserta didik secara mendalam, melaksanakan pembelajaran, serta mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya. 2. Kompetensi Kepribadian Nikumbh mempunyai kepribadian yang dewasa, peduli sosial, adil, santundan dapat menjadi teladan untuk peserta didiknya.
58
59
3. Kompetensi Sosial Nikumbh mampu berinteraksi sosial dengan sesama tenaga pendidik, peserta didik, orang tua peserta didik dan dengan masyarakat. Ia tidak membedakan perlakuannya terhadap satu sama lainnya. 4. Kompetensi Profesional Nikumbh mampu menguasai materi pembelajaran yang mendalam dan luas. Serta ia mampu mengembangkan materi pembelajaran dengan kreatif Dan indikator kompetensi profesional lainnya.
B. Implikasi Penelitian ini memiliki implikasi terhadap aspek lain yang relevan dan mempunyai hubungan yang positif. Implikasi tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Implikasi teoritis a. Membuka wawasan akan beragamnya film yang mengandung akhlak dapat digunakan sebagai media pembelajaran. b. Membuka
peluang
dilakukan
penelitian-penelitian
tentang
profesionalisme guru. 2. Implikasi pedagogis Film Taare Zameen Par yang disutradai oleh Aamir Khan yang terlibat langsung sebagai pemeran utamanya ini digunakan sebagai media pembelajaran film yang isi ceritanya banyak mengandung nilai-nilai pendidikan untuk peserta didik, orang tua dan pendidik. 3. Implikasi praktis a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian profesionalisme guru, sehingga peneliti lain akan termotivasi untuk melakukan penelitian yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. b. Penelitian ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih mencermati dalam memilih tontonan film.
60
C. Saran Berdasarkan kesimpulan/hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat memberikan saran yaitu: 1. Hendaknya film-film di dunia lebih mengedepankan film yang menceritakan profil seseorang yang dapat memberikan contoh sehingga dapat diteladani dan dapat ditonton oleh semua lapisan masyarakat. 2. Untuk para produser film hendaklah perbanyak memproduksi film-film bergenre edukasi, 3. Hendaklah sekolah-sekolah dapat menjadikan film ini sebagai sumber belajar dan motivasi untuk peserta didik dan pendidik untuk meningkatkan profesionalisme
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Muzayyin, FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, Ed.
Revisi.
Arifin, H.M., ILMU PENDIDIKAN Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, cet. Ke-1. Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Roneka Cipta, 2006. Danim Sudarwan, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Idnuksi, Ke Profesional Madani, Jakarta: Kencana, 2011. ---------------------, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung: CV Alfabeta, 2013, cet. 3. Daradjat, Zakiyah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995, cet. 2. ----------------------, Kepribadian Guru, Yogyakarta: Bulan Bintang, 2005, Cet. IV, ----------------------, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. ----------------------, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Edisi ke-3. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bajkti, 2003. Fathurohmah, Pupuh dan Aa Suryana, Guru Profesional, Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. 1. Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013
61
62
Hamalik, Oemar, PENDIDIKAN GURU Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hasbullah. Dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, Ed. Revisi 6. Hawi, Akmal, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013, cet.1. Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2012. Jensen, William L. Rivers-Jay W, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat Modern, Jakarta:Kencana,2004. Kunandar, Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2007. Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Martinis Yamin dan Maisah, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press, 2006, Cet.1. Miran, Misbach Yusa, Sejarah Film 1900-1959, Jakarta: Komunitas Bambu, 2009, Moloeng, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rosda Karya, 2006. Mudlofir, Ali, Pendidik Profesional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004. Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosda Karya: Bandung, 2008, Cet. 3. Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Dan Sumber Belajar Teori Dan Praktik Jakarta: Kencana, 2011, cet.1. Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008. Ngalim, M. Purwanto, MP. Ilmu Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998, Cet.ke-10. Nurdin, Muhamad, Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta: Prisma Sophie. Payong, Marselus R., Sertifikasi Profesi Guru, Jakarta: PT Indeks, 2011.
63
Pratista, Himawan, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, Cet. Ke-1. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005 Cet.5. Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011 Cet-1. Rusman, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, cet. Ke-3. Roestiyah N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1989, Cet. 3. Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang, 2009 Sabri, Alisuf, PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, cet. Ke-1. Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: CV Alfabeta, 2013, cet. 4. Saudagar, Fachruddin dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung Persada, 2011, Cet. Ke-3. Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. Ke-3 Smith, J. David, INKLUSI, Sekolah Ranah untuk Semua, Bandung: Nuansa, 2006, cet. 1, Suharto, Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006. Trianton dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006, Cet.1. Trianton, Teguh, Film Sebagai Media Belajar, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Turner, Anita Moultrie, Resep Pengajaran Hebat, Jakarta:PT. Indeks, 2008. Thalib, Syamsul Bachri, Psikolog Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, Jakarta: Kencana, 2010, cet. Ke-1. --------------------, PENDIDIKAN GURU Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
64
-------------------, Resep Pengajaran Hebat, Jakarta:PT. Indeks, 2008. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan Kompetensi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. UU RI No. 14 Th. 2005, Tentang Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Cet. I. Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005. Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Cet. 1. Yamin, Martinis, Sertifikasi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Prees, 2006, Cet ke-1. Zaini, Syahminan, PRINSIP-PRINSIP DASAR KONSEP ISLAMI, Jakarta: Kalam Mulia, 1986, cet. Ke-1.
Lampiran Ketika pertama kali Nikumbh masuk kelas pengganti guru seni dan memakai kostum badut bernyanyi dan menari sebagai ice breaking sebelum mulai belajar. Anak-anak terlihat bergembira dan antusias mengikutinya.
Ketika Nikumbh sedang oleh Ishaan kepada kedua
menjelaskan masalah yang dialami orang tuanya di rumah Ishaan.
Ketika Nikumbh membantu seorang ibu yang sedang menggantikan baju anaknya di dalam bus.
Ketika Nikumbh memberikan motivasi kepada anak didiknya.
Ketika Nikumbh membimbing Ishaan dalam mengenalkan
Ketika Ishaan ingin menaruh perahu buatannya di danau belakang sekolah.
Ishaan mulai percaya diri.
Ketika Nikumbh meminta izin kepada kepala sekolah untuk membantu Ishaan belajar. Dengan cara memberikan pelajaran
Ketika lomba melukis. Di ikuti oleh semua peserta didik dan guru-guru.
LBMBAR UJI REFERENSI
: Ade Firda Mas'udNama : 111011000082 NIM Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam : Profesionalisme Dan Kompetensi Guru Pada Film Turee Judul tr
Zuamen Par. No
No. Footnote
Judul Buku
BAB I
2
J
4
5
6
7
Muhaimin, Paradigma P endidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2004), h.37.
Halaman Skrinsi
I 1
M
Oemar Hamalik, P endidikan Guru B er das ar kan P e nde knt an Kompetensi, (lakarta: PT. Bumi Aksara), h. 6.
2
Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Pr ofe sional, (Yogyakarta: Prisma Sophie), h. 49 Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional (Bandung: PT. Refika Aditama), cet I. h. 40 Jejen Musfah, P eningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Dan Sumber Belojar Teori Dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 20lI), cet I, h. 1 Yudhi Munadi, Media P emb e I aj ar an, (J akarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 1 14-1 15 Anita Moultrie Turner, Resep P engaj ar an He b at, (Jakarta:PT.
J
2
4
2
Indeks, 2008),h.29
Paraf Pembimbine
2
M 1
5
////
/r//
a
J
M
6
4
7
5
M //
v1
8
Syamsul Bachri Thalib. gi P endidikan B erb as is Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-1 h.281 Oemar Hamalik, Pendidiknn
8
6
P sikolo
9
M 9
6
M
Guru Berdasarkan Pendekatan
10
Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), h. 1. Anita Moultrie Turner, Resep P
i0
6
//
engaj aran He b at, (Jakarta:PT.
Indeks, 2008), h.3-4
BAB 1t
12
l3
l4
Rugaiyah dan Atiek Sismiati, 207 7, Pr ofe si Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 20ll) Cet-l, h. 5 Sudarwan Danim, P engembangan Profesi Guru : Dari Pra-Jabatan, Idnuksi, Ke P r ofe s i o nal Mad ani, (Jakarta: Kencana, 2011),h. 101-102 Kunandar, Guru Profesional, Itnplementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007),
h.46 UU RI No.
14 Th. 2005,
II 11
9
// v/ t2
9
,{ l3
9
t4
10
15
l0
Tentang Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Graflrka, 2006), Cet. I, h. 3 15
Ali Mudlofir,PENDIDIK F ES I ONA L, (J akarta: Raj a Grafindo Persada, 2012), h.l7 Tohirin, Psikologi P embelai aran P endidikan Agama Islam : Berbasis Integrasi dan Kompetensi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h" 178
& l1
lt
N/ //
P RO
16
ff
T6
l0
,v
179
Departemen Agama P.I, AlOur'an dan Teriemahan,h" 285
17
1l
V
l,/
18
19
20
21
22
23
24
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raj aGrafindo Persada, 2013), cet. 1,h. I Martinis Yamin, Sertifikasi Keguruan di Indonesia, (lakarta: Gaung Persada Prees, 2006), Cet ke-1. h.210 Roestiyah N.K, Masalahmasalah llmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Cet. 3. h. 4 Abdul Majid, Perencanaan P e mb el aj ar an, PT Remaj a Rosdakarya.Bandung, h. 5 Jejen Musfah, P eningkatan Kompete snsi Guru Melalui Pelatihan Dan Sumber Belajar Teori Dan Praktik, (Jakarla: Kencana, 201 1), cet.l,h.2J Zakiy ah D ar adj at, P e n d i d i ka n Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995), cet.2,h.95 Yamin Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press
18
11
M t9
1l
20
t1
21
l1
26
21
28
29
Undang-Undang Guru dan Dosen No. l4 tahun 2005...., h. 2 M. Purwanto Ngalim, MP. Ilmu Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998) Cet.ke-10, h.138 h1ch. Uzer Usman. l'4enlatli ( iur u {'r of e s i on al, (Banclung: ?T'. Remaja Rosda Kar-va" 2005). cet. XVII. Ramayulis, Metodologi P endidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) Cet. 5.h.62 Rusman. Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet" Ke-3 h.22.
{/
,{ 22
T2
,a
u/
23
l2
,( 24
12
*
2006\.h.23 25
{/ u/
25
l3
tr
26
13
/r//
27
13
28
14
29
l4
M ,// t'/
M
30
31
32
1a
JJ
34
35
Akmal Hawi, KomPetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raj aGrafindo Persada, 2013), cet. 1, h.6 E.Mulyasa, St andar Ko mP et ens i dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaia Rosda KarYa: Bandung, 2008), cet.3,h.75 Zakiah D arudj at, Ke P r i b a d i a n Guru, (Yogyakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet. IV, h. 9-10 Wina Sanjaya, P embelaj aran dalam Implementasi Kurikulum B e r b {)s i s Ko mP et e ns i, (J akatta: Kencana, 2008), Cet. Ke-3 Martinis Yamin dan Maisah, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2006), Cet'1, h. 8
Trianton dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewaj iban P endidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006),
36
37
t4
M 31
l4
32
15
11
15
JJ
,//
,r //
34
15
35
15
,./r/
rr '// t/f
l,
h.63 Wina Sanjaya, P embelaj aran dal am Implementas i Kurikulum B e r b as i s Ko mP e t e ns i, (J akarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-3 Fachruddin Saudagar dan Ali Cet.
30
36
t6
37
16
v M
Idrus, Pengembangan P r ofe s i o nal i t a s Gur u, (Jakarta : Gaung Persada, 2011), Cet' Ke-
3.h.57-61 38
39
40
4I
Syamsul Bachri Thalib. P sikolo gi P endidikan B erbasis Analisis EmPiris APlikatif, (Jakarla: Kencana, 2010), cet. Ke-1 h. 273'276 Toto Suharto, Filsafat P endidikan I s I am, (Jogi akarta: Ar-R:trzz,2006),h. 121 Rugaiyah dan Atiek Sismiati. Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 20Il), h. 6 Dewasa di sini dimaksudkan
38
17
IL
// 39
t7
40
18
4l
18
tr ,v !/ ^//_
adalah dapat bertanggung jawab
42
43
44
45
terhadap diri sendiri secara biologis, psikologis, paedago gis dan sosiologis. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Ed. Revisi, h. 12 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Lkis Printins Cemerlang, 2009), h. 14 Hasbullah. Dasar-Dasar llmu P endidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), Ed. Revisi 6 h. 1 Alisuf Sabri, Pengantar llmu P endidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. Ke-1 h.
42
t8
Nl 43
l8
// 44
l8
45
t9
46
t9
o ur
Y
6
46
47
48
49
50
51
H.M. Arifi n, Ilmu P endidikan Tinjauan Teoritis Dan Praktis B erdas arkan P endekatan Int e r di s ipl iner, (J akafia: PT Bumi Aksara, 2003), cet. Ke-l h.8 Syahminan Zaini, P r ins ipPrinsip Dasar Konsep Islami, (Jakarla: Kalam Mulia, 1986), cet. Ke-i h. 4 J. David Smith, Inklusi, Sekolah Ranah Untuk Semua, (Bandung: Nrransa, 2006), cet. 1, h. 70
Misbach Yusa Miran, Sejarah Film I 9 00- I 9 5 9, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2009), h. Xv Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi ke-3, h. 316 William L. Rivers-Jay W. Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Kencana,
,//
47
t9
48
21
49
2l
Teeuh Trianton, Film Sebagai
v ,a
,/ 50
22
51
22
52,53
)) )7
2004),h.6 52
w
# {
M
Mt dru --1-^
\Jl4rr6r
B rlaj ar, (Y o gYakarta: ,)nl?\ hal 15 rt*,, LtLLLv) Lv LJ,/) '
Himawan Pratista, Memanamt F i I m, (Y o gY akatta: Homerian Pustaka, 2008), Cet' Ke-1'
W-
//
leT*rq^lJStl',',o*?' IJalKrl, lvvJ)) rt- /' 55
L3
54
Onong Uchjana l:tlendY, ttmu' Teort, dan Filsafot Komunikasi'
54
23
55
M
I
BA B IIT G""a*an, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan
56
28
Lexy J. Moloeng, Metodologr (Jakarta: P e ne I i t i an Kuali t at if,
57
28
58
29
l-"-
56
,1/
/r
Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara'
57
1 r/^---,^ lnnA\ h 6 ItUSua r\cu q.,|l!)l!j:1ji__t_Y
58
59
gt Haris HerdiansYah, Metoao to llmuPenelitian Kualitatif untuk ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba L 121 'r Lv rL)) tr' numalllKa, ^n1a\ Haris HerdiansYah, Met o do togt Penelitian Kualitatif untuk llmuilmu Sosial, (Jakarta: Salemba :1-^ .n 1a\ l" 1/.1 Lv LL.l)
60
Suharismi Arikunto. l'rosedur Penelitian Suatu Pendekalan Praktik, (Jakarta: Roneka CiPta'
1oool. rr.'zl
60
//
'L'
nUlllallr\4,
J.
r
D""id Smith, Inklusi,
59
29
60
29
I
I
,//
//t/1' ,//
/r
I
I
E AB Sekolah
57
Ranah (Jntuk Semua, (Bandung: 1L?n Ntl2flS8. zuuur. ut-t' t. "' ' " Fachruddin Saudagar. i o nal it as P e n ge mb angan P r ofe s Gui, (Gaung Persada: J akarta' ,n1t'\ cet Ke-3- h.65
58
Marselus R. PaYong, JertutKast Profesi Guru, (lakarta: PT Indeks' 201 1), h. 39
//
IV
60
31
60
46
61
50
w M
-r