TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280 Volume 3 Nomor 1 Februari 2015 Halaman 38-49 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi
PROFESIONALISME GURU DALAM PERSPEKTIF ISLAM Buhari Luneto IAIN Sultan Amai Gorontalo
[email protected] Abstrak Profesional dalam Islam khususnya di bidang pendidikan, seseorang harus benar-benar mempunyai kualitas keilmuan kependidikan dan kenginan yang memadai guna menunjang tugas jabatan profesinya, serta tidak semua orang bisa melakukan tugas dengan baik. Dalam menunjang nilai-nilai keprofesionalan seorang guru, perlu untuk memilik prinsip- prinsip secara terstruktur. Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan profesional membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. Dalam perspektif Islam pendidik (guru) akan berhasil bila menjalankan tugas dengan baik, memiliki pemikiran kreatif, dan terpadu serta mempunyai kompetensi profesionalisme yang religius.
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam lingkup sejarah, pendidikan telah dilakukan oleh manusia pertama dimuka bumi, yaitu sejak nabi Adam. Bahkan dalam Al-Quran dinyatakan bahwa proses pendidikan terjadi pada saat Adam berdialog dengan Allah. Pendidikan Ini muncul karena adanya motivasi pada diri Adam serta kehendak Allah sebagai pendidik langsung Adam untuk mengajarkann beberapa nama.1 Hal ini dijelaskann dalam al-Quran surat alBaqarah ayat 31. Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!" Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia karena, dengan pendidikan manusia akan bisa berjaya dimuka bumi ini. Pendidikan merupakan sebuah sistem yang mengandung aspek visi, misi, tujuan, kurikulum, bahan ajar, 1
Moh. Roqib. . Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Intregatif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat.( Yogyakarta: LKiS 2009). hal. 16
38
pendidik, peserta didik, sarana prasarana, dan lingkungan.2 Diantara kedelapan aspek tersebut satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Karena aspek tersebut saling berkaitan sehingga membentuk satu sistem. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendiidikan adalah aspek pendidik atau guru. Begitu besar peran pendidik dalam sebuah keberhasilan pendidikan, oleh karena itu seorang pendidik dituntut harus mewujudkan pendidikan yang berkalitas. Pendidikan sebagai tonggak utama penentu keberhasilan untuk mencapai tujuan pendidiikan. Tugas formal seorang guru tidak sebatas berdiri dihadapan peserta didik selama berjam-jam hanya untuk mentransfer pengetahuan pada peserta didik. Lebih dari itu, guru juga menyandang predikat sebagai sosok yang layak digugu dan ditiru oleh peserta didik dalam segala aspek kehidupan,hal inilah yang menuntut agar guru bersikap sabar, jujur, dan penuh pengabdian. Sebab dalam konteks pendidikan, sosok pendidik mengandung makna model atau 2
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam.( Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010) hal. 90.
sentral identifkasi diri, yakni pusat anutan dan teladan bahkan konsultan bag peserta didiknya. Semua orang yakin bahwa pendidik memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan peserta didik. Guru sangat berperan dan mempunyai peran yang cukup besar terhadap kematangan intelektual, spiritual, dan emosional peserta didik.3 Dalam dunia pendidikan, komponen guru sangatlah penting, yakni orang yang bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan anak didik, dan bertanggungjawab atas segala sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam rangka membina anak didik agar menjadi orang yang bersusila yang cakap, berguna bagi nusa dan bangsa. Peran guru sebagai pelaksana dari sebuah kegiatan pendidikan tentu harus didukung dengan beberapa separangkat keahlian. Dalam istilah lainnya, guru juga mempunyai batasan-batasan tertentu sehingga ia dikatakan sebagai pendidik atau guru yang profesional. Hal ini perlu ditekankan, mengingat banyak orang yang berprofesi sebagai guru tapi tidak bertindak dan berakhlak layaknya seorang guru profesional. Dari potret pendidikan yang terjadi di Indonesia tentu peran guru tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang. Dalam hal peningkatan profesionalisme seorang guru, pemerintah juga telah banyak melakukan terobosan separti disyaratkannya ijazah Strata 1 untuk menjadi seoranng guru di lembaga pendidikan formal dari jenjang SMA sederajat sampai dengan kebawah. Strata 2 bagi dosen di Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta. Meski Pemeritah telah membuat batasan-batasan guru professional yang tertuang dalam Undang-Undang Guru dan Dosen, tentu permasalahan pendidiikan dalam ruang lingkup guru tidak bisa selesai begitu saja. Hal ini dikarenakan sedikitnya rujukan profil guru yang profesional. Rumusan Masalah 1. Bagaimana profesionalisme guru dalam perspektif Islam?
3
Rama Yulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran para Tokohnya,( Jakarta: Kalam Mulia.2009) hal 138
2. Bagaimana paradigma tentang guru dalam perspektif Islam beserta implikasinya dalam proses pendidikan Islam? LANDASAN TEORI Pengertian Profesionalisme Profesionalisme berasal dari kata profesi. Mc Cully mengartikann profesi adalah “a vocation in which professed knowledge of some departement of learning or science is used in its aplication to the affairs of others or in the practice of an art founded upon it”. Hal ini mengandung makna bahwa dalam suatu pekerjaan profesional selalu digunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang secara sengaja harus dipelajari, dan kemudian secara langsung dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang lain.4 Sedangkan dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah “Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah’’. Sedangkan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.5 Ciri- ciri Profesi Dalam literatur ditemukan berbagai macam deskripsi tentang ciri-ciri atau unsurunsur esensial suatu profesi. Meskipun rumusan-rumusan tentang profesi tersebut dinyatakan dalam kata-kata yang berbeda pada hakekatnya memperlihatkan persamaan yang besar dalam substansinnya. Beberapa ciri pokok profesi yang diadaptasi dari pendapat Achmad Sunasi adalah:6 4
Arif Rohman, “pendidik dan peserta didik”, dalam Dwi Siswono dkk (ed,) Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: UNY Press, 2007),. hal. 123 5 Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005. 6 D. Deni Koswara Halimah, Seluk-Beluk Profesi Guru, (Bandung: PT Pribumi Mekar,2008) hal.36
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
39
Pertama, pekerjaan itu mempunyai fungsi dan signifikasi sosial karena diperlukan mengabd kepada masyarakat. Dipihak lain, pengakuan masyarakat merupakan syarat mutlak bagi suatu profesi, jauh lebih penting dari pengakuan pemerintah. Kedua, profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan yang lama dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan (accountable). Proses pemerolehan keterampilan ini bukan hanya rutin, melainkan bersifat pemecahan masalah. Jadi, dalam suatu profesi, independent judgement berperan dalam mengambil keputusan bukan sekedar menjalankkan tugas. Ketiga,profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu (a systematic body of knowledge), bukan sekedar serpihan atau hanya common sense. Keempat, ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik. Pengawasan terhadap ditegakkannya kode etik dilakukan oleh organisasi profesi. Kelima, sebagai kensekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi baik secara perorangan maupun kelompok memperoleh imbalan finansial atau materil. Sebagai bahan bandingan Oteng Sutisna, memberikan kesimpulan bahwa profesi yang ideal memiliki unsur-unsur: a. Penguasaan Teori yang Sistematis Teori ialah suatu sistem asas dan proposisi abstrak yang secara umum menguraikan jenis-jenis fenomena yang menjadi pusat perhatian profesi. Bagi seorang profesional, teori berfungsi sebagai alat maupun pedoman praktik. Keterampilan yang menandai suatu profesi diturunkan dari dan didukung oleh teori. Jadi, teori dan praktik itu merupakan suatu perpaduan. Untuk menghasilkan teori yang sahih, yang akan menyediakan dasar kuat bagi teknik-teknik profesional, diperlukan penerapan metode ilmiah terhadap maalah-masalah profesi. b. Memilliki Kewenangan Profesional Pendidikan yang ekstensif dalam suatu bidang ilmu menjadikan seseorang memiliki jenis pengetahuab tertentu.
40
Kenyataan ini menjadi dasar bagi kewenangan seorang professional. Unsur kewenangan ini menjadi alasan mengapa orang-orang profesional menuntut otonomi dan tanggung jawab dalam pekerjaan mereka. Akan tetapi, kewenanngan ini tidak tanpa batas, fungsinya terbatas hanya pada bidang-bidang khusus tempat seorang profesional telah dididk dan dilatih. Jadi, seorang profesional tidak dapat menetapkan petunjuk mengenai segi-segi kehidupan klien karena kemampuan teoritisnya tidak berlaku. c. Adanya Perlindungan Hukum dan Sanksi Setiap kelompok profesi berusaha agar masyarakat menguatkan kewenangannya dengan memberikan sejumlah kekuasaan dan hak khusus tertentu baik yang bersifat formal maupun informal. Pengakuan formal ialah kesepakatan yang diperkuat oleh kekuatan hukum. Diantara kekuasaannya itu ialah pengawasan profesi terhadap calon-calon melalui pusat-pusat ppendidikannya. Ini dicapai melalui suatu proses akreditasi, yaitu pengakuan bahwa program pendidikan yang dijalnkan oleh suatu pusat pendidikan telah memenuhi standar-standar yang diminta oleh lembaga akreditasi dari organsasi profesi. Ijazah yang diperoleh dar lembaga pendidikan professional yang telah diakui itu (accredited) memberikan kewenangan untuk menjalankan praktik. Kekuatan hukum mendukunng lisensi itu, dan orang-orang yang melakukan praktik professional tanpa ijin dapat dihukum. d. Memiliki Kode Etik Profesi Profesi yang ideal menggambarkan suatu kelompok yang angota-anggotanya memiliki motivasi dan sikap yang slalu memikirkan dan mmmbantu orang lain. Kode etiknya sangat mnekankan pngabdian kepada masyarakat, profesinya, dan kebaikan kliennya srta menolak penyalahgunaan kterampilan proofesional untuk tujuan pribadi. e. Adanya Budaya Profesi Budaya profesi terdiri atas nilai-nilai, norma-norma, simbol-simbol, dan konsep karir,yang paling penting diantara nilai-nilai ini ialah nilai esensial dari jasa yang disampaikan oleh kelompok profesional kepada masyarakat. Norma-norma kelompok profesional ialah pedomman bagii perilaku dalam situas
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
sosial. Ada cara-cara yang layak untuk memperoleh izin untuk memasuki profesi, untuk meningkat dalam hierarki jabatan, untuk memproleh klien, untuk menerima dan menolaknya.singkatnya, ada satu norma perilaku yang mengatur setiap situasi antarpribadi yang mungkin trjadi dalam kehidupan klompok profesional. f.
Memiliki Persatuan (Organisasi) Profesi
Suatu profesi adalah lebih dari sekelompok individu yang berwenang, karena suatu profesi secara keseluruhan mempunyai tanggung jawab atas kualitas jasa sosialnya yang unik, nyata, dan esensial. Tanggung jawab serupa itu dapat dibebenkan hanya bila profesi memiliki suatu bentuk organisasi, termasuk mekanisme untuk merumuskan kebijakan yang memaksa para anggotanya untuk patuh. Syarat - syarat Profesi Robert W. Richey mengemukakan syarat-syarat profesi sebagai berikut: 1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi. 2. Seorang pekerja profesional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsipprinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya. 3. Memilki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan. 4. Memilki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja. 5. Membutuhkann suatu kegiatan intelektual yang tinggi. 6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya. 7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian. 8. Memandang profesi suatu karir hidup (alive career) dan menjadi seorang anggota yang permanen.7 Profesionalitas Guru
7
Profesional dalam Islam khususnya dibidang pendidikan, seseorang harus benarbenar mempunyai kualitas keilmuan kependidikan dan kenginan yang memadai guna menunjang tugas jabatan profesinya, serta tidak semua orang bisa melakukan tugas dengan baik. Apabila tugas tersebut dilimpahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tidak akan berhasil bahkan akan mengalami kegagalan, sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:8 Atinya: Apabila suati perkara diberikan kepada yang bukan ahlinya mak tunggulah akan kehancurannya (HR. Bukhari). Di dalam al-Qur’an Allah juga berfirman dalam Q.S. al-Isra’ ayat 84 yaitu: Artinya: “Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masingmasing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. Menurut Porter sebagaimana yang dikutip oleh Karl Tan Beng San tenaga profesional yang akan mampu menghadapi persaingan dunia global dalam era milenium ini sekurang-kurangnya memiliki lima karakteristik ketrampilan yaitu:9 1. Memiliki Keterampilan Dasar (basic skill) Keterampilan dasar yang dimaksud di sini adalah ilmu dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan di sekolah formal. Seseorang yang memiliki kualitas profesional harus menguasai subtansi bidang keahliannya. Hal ini berarti sikap prifesional mengisyaratkan akan pentingnya upaya peningkatan kualitas secara terus menerus agar mampu mengahadapi berbagai persoalan yang berkaitan dengan bidang keahliannnya secara kontekstual. Adapun profil bagi kemampuan dasar seorang pendidik adalah: a. Menguasai materi pembelajaran, baik dalam kurikulum maupun aplikasinya dalam materi pembelajaran. b. Mampu mengelola program pembelajaran dengan merumuskan tujuan instruksional, menggunakan metode 8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002) hal. 16-20 9 Karl Tan Beng San,Peluang dan Tantangan-tantangan Tenaga Profesional Tingkat Menengah di Asia Pasifik pada Abad ke-21”, (Makalah Seminar) (Palembang : Politeknik Negeri Sri Wijaya.1998)
Udin Syaefudin Saud. Op.cit hal. 15
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
41
c.
d.
e.
f.
mengajar dan prosedur instruksioinal yang tepat, serta memahami kemampuan siswa. Mampu mengelolo kelas ( ruang belajar ) dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusip. Menggunakan media atau sumber belajar terutama dalam memanfaatkan laboraterium dan perpustakaan dalam proses pembelajaran. Menguasai landasan-landasan kependidikan, baik secara konseptual maupun praktikal. Mampu mengelola intraksi proses pembelajaran dan memberikan penilaian yang komprehensip kepada siswa.
2. Menguasai Ketrampilan Khusus (spesialisasi) Saat ini kecenderungan dunia kerja akan bertumpu pada spesialisasi Tenaga kerja yang memiliki leahliuan khusus akan mampu bertahan dan bersaing di abad mendatang. Di masa sekarang sangat dibutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan secara motodologi untuk menerapkan keahliannya dalam kehidupan dunia nyata dan selanjutnya maupun merancang dan meneropong perkembangan bidang keahliannya dari waktu ke waktu. 3. Menguasai Keterampilan Komputer. Penggunaan komputer kini telah merambah dunia. Hampir semua sisi kehidupan ummat manusia tidak terlepas dari peran komputer. Kehidupan manusia di abad mendatang akan sangat tergantung pada pelayanan komnputer. Hubungan komonikasi dengan internet, jaringan online dalam perbankan dan dunia bisnis semuanya menggunakan prangkat komputer termasuk juga dunia pendidikan. Oleh karena itu, sosok tenaga kerja yang dibutuhkan di masa ini adalah mereka yang mengertikan dan menguasai komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. 4. Menguasai Keterampilan Berkomonikasi dengan Bahasa Asing Berkomonikasi dengan bahasa asing, terutama dengan bahasa inggris mutalk diperlukan di era globalisasi ini. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan komonikasi
42
profesional tugasnya.
dalam
mengemabangkan
5. Menguasai Keterampilan Manajerial dan Kepemimpinan Seorang yang profesional, di manapun mereka berada akan memiliki keamapuan untuk bekerja sama, saling percaya dan dapat mengatur strategi terbuka menerima ide-ide baru, mencari, melihat, dan memecahkan masalah serta mengumpulkan dan menganalisis data, sekaligus meningkatkan kemapuan pribadi untuk menanganinya dan bukan sekedar mengikuti standar prosedur pemecahan masalah yang dipraktekkan dalam masyarakat. Tanggung jawab Guru Bagi guru PAI tugas dan kewajiban guru merupakan amanat yang diterima oleh guru atas dasar pilihannya untuk memangku jabatan guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Allah Berfirman dalam Al-Qur’an Surah. AnNisa’ Ayat: 58: Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (Q.S. An-Nisa’ (4) : 58).10 Tanggungjawab guru adalah meyakinkannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas pertimbangan profesional secara tepat. Pekerjaan guru menurut kesungguhan dalam berbagai hal. Karenanya, perginya posisi dan persyaratan para “pekerja pendidikan’’ atau orang-orang yang disebut pendidik karena pekerjaannya ini patut mendapat pertimbangan dan perhatian yang sungguh-sungguh pula. Pertimbangan tersebut dimaksudkan agar usaha pendidikan tidak jatuh ketangan orang-orang yang bukan ahliya, yang dapat mengakibatkan banyak kerugian. Rasulullah Saw mengingatkan hal ini didalam hadits sebagai berikut:
10
.Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya . (Revisi Terbaru) (Semarang: Diterbitkan CV: Asy Syifa 1999).
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
Diriwayatkan dari Abu Huraerah: Ketika Nabi saw. Berada di dalam mejelis dan berbicara kepada kaum, seorang Arab Badwi datang seraya bertanya “Kapankah kiamat tiba?” Rasulullah saw. Terus saja berbicara (seakan-akan tidak mendengar pertanyaan orang tersebut). Sebagaian orang berkata “Beliau mendengar pertanyaan tadi, tetapi tidak suka dengan apa yang ditanyakan” “Sebagaimana lain berkata, “Bahkan beliau tidak mendengarkan. “ Baru ketika pembicaraannya selesai beliau bertanya, “Mana orang yang bertanya tentang kiamat tadi?” orang yang bertanya menjawab, “ini saya, ya Rasulullah” Beliau menjawab” Apabila amanat disia-siakan, maka tunggulah kiamat” Orang itu bertanya lagi, “Bagaimana menyia-nyiakan amanat itu? “Beliau menjawab. “ Apabila suatu urusan diserahkan bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat itu” (HR. al-Bukahary). Tanggung jawab guru PAI terhadap amanatnya sebagaimana dikemukakan di atas, seharusnya diwujudkan dalam upaya mengembangkan profesionalismenya yaitu, mengembangkan mutu, kualitas dan tindak tanduknya. Tugas Guru Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasioinal (UUSPN) Pasal 27 ayat (3) dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar. Di samping itu, ia mempunyai tugas lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah . Tiga tugas ini mewujudkan tiga dan mengelola administrasi sekolah. Tiga tugas ini mewujudkan tiga layanan yang harus diberikan oleh guru kepada pelajar dan tiga peranan yang harus dijalankannya. Tiga layanan di maksud adalah: 1. Layanan instruksional. 2. Layanan bantuan (bimbingan dan konseling) serta. 3. Layanan administrator kelas. Adapun tiga peranan guru adalah: 1. Sebagai pengajar. 2. Sebagai pembimbing dan 3. Sebagai administrator kelas. Sebagai pengajar, guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar-mengajar. Tugas yang
mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis besarnya meliputi empat pokok yaitu: 1) Menguasai bahan pengajaran 2) Merencanakan, memimpin dan mengelola proses belajar serta 3) Menilai kegiatan belajar mengajar. Sebagai pembimbing, guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada pelajar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sebab proses belajar mengajar berkaitan erat dengan berbagai masalahdi luar kelas yang bersifat non-akademis. Tugas guru sebagai administrator mencakup keterlaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya seperti mengelola sekolah, memanfaatkan prosudur dan mekanesme pengelolaan tersebut untuk melancarkan tugasnya, serta bertindak sesuai dengan etika jabatan. Standar Kualifikasi Guru 1. Kualifikasi Akademik Guru a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi. b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi. c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma mpat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) Aatau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
43
yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari bidang studi yang terakreditasi. e. Kualiifikasi Akademik Guru SDLB/ SMPLB/ SMALB Guru pada SDLB /SMPLB /SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) Aatau sarjana (S1) program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari bidang studi yang terakreditasi. f. Kualiifikasi Akademik Guru SMK/MAK Guru pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) Aatau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari bidang studi yang terakreditasi.11 Esensi Kode Etik Guru Guru harus diberdayakan. Lebih utama lagi, guru harus, mampu memberdayakan diri dipandu oleh Kode Etik dan etika kerja tertentu. Jadi, keutamaannya adalah guru itu sendirilah yang harus memberdayakan diri. Guru madani adalah mereka yang mampu melakukan prakarsa pemberdayaan diri, tanpa menafikan inisiatif struktural. Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi. Kode etik merupakan norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara. Pedoman sikap dan perilaku dimaksud adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menuniakan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi 11
63-64
44
D. Deni Koswara Halimah, Op.Cit, hal
peserta didik, serta pergaulan sehari-hari didalam dan di luar sekolah. Sebagai pedoman sikap dan perilaku Kode Etik ini bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindung Undang-Undang. Kode Etik dimaksud berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan. Istilah norma disini bermakna sesuatu yang baik atau buruk dilihat dari persepsi komunitas penyandang profesi atau masyarakat pada umumnya.12 PEMBAHASAN Profesionalisme Guru dalam Perspektif Islam Profesionalisme pada dasarnya berpijak pada dua kriteria pokok, yakni merupakan panggilan hidup dan keahlian. Panggilan hidup atau dedikasi dan keahlian menurut Islam harus dilakukann Karena Allah SWT. Hal ini akan megukur sejauh mana nilai keikhlasan dalam perbuatan. Dalam Islam pun, apapun setiap pekerjaan (termasuk seorang guru), harus dilakukan secara professional.13 Maka, dua hal inilah yakni, dedikasi dan keahlian yang mewarnai tanggung jawab untuk terbentuknya profesionalisme guru dalam perspektif pendidikan Islam. Selain itu, ada ungkapan yang tersirat saat Islam mendefinisikan terminologi “profesionalisme’’. Ada aspek yang melibatkan kata profesionalime, yakni melimpahkan suatu urusan atau pekerjaan pada ahlinya.14 Dalam menunjang nilai-nilai keprofesionalan seorang guru, perlu untuk memilik prinsip- prinsip secara terstruktur yaitu: 1. Prinsip Administrasi
12
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta 2010), hal 99-100 13 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992) hal. 113 14 Ibid., hal. 113-114
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
Prinsip administrasi adalah prinsip yang mengarah kepada sebuah proses dalam menjadi seorang guru profesional. Dalam hal ini, guru harus memilki sertifikasi guru, sebagai bukti sebuah syarat kualifikasi akademik, kompetensi, dan sehat jasmani. Selain itu, guru harus mengikuti pengembangan profesi guru, lewat PPG atau pendidikan profesi guru, di mana pendidikan ini setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.15
hal pendidik, perlu kiranya disesuaikan dengan nafas Islam yang berlandaskan alQur`an dan as-Sunnah. Harapan dan cita-cita terbentuk profesionalisme guru dalam perspektif Islam, lebih mengarahkan guru untuk bersikap baik, sopan, moral dan spritualitas. Selayaknya guru dalam tulang punggung pendidikan Islam sangatlah memiliki eksistensi yang kuat. Dalam perspektif Islam pendidik (guru) akan berhasil bila menjalankan tugas dengan baik, memilki pemikiran kreatif, dan terpadu serta mempunyai kompetensi profesionalisme yang religius.17 2. Prinsip Operasional Menurut Sulani, agar tujuan Dalam prinsip ini bagaimana pendidikan tercapai seorang guru harus menguraikan seputar kerja taktis seorang memliki syarat-syarat pokok. Syarat pokok guru. Ada banyak uraian dalam prinsip ini, yang dimaksud adalah: salah satu di antaranya, empat cakupan 1. Syarat Syahsiyah (memiliki kepribadian yang kompetensi sebagaimana teramanahkan diandalkan) dalam PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat 2. Syarat lmiah (memiliki pengetahuan yang 3 dan Permendiknas No 16/2007, yakni mumpuni) pedagogik, kepribadian, profesional, dan 3. Syarat Idofiyah (mengetahui, mengahayati, sosia.16 dan menyelami manusia yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk Tentunya yang menjadi tolak ukur membawa anak didik menuju tujuan yang keahlian seorang guru dalam mencapai titik ditetapkan) profesionalisme adalah sejauhmana mampu memenuhi dua syarat yakni prinsp administrasi dan prinsip operasional. Guru dalam Islam sebagai pemegang Tentunya bila aspek ini diabaikan, maka jabatan professional membawa misi ganda tinggal menunggu sebuah kehancuran atau dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi tujuan dari penddikan tidak terpenuhi. agama dan misi ilmu penngetahuan. Misi Mungkin di antara banyak dampak agama menurut guru untuk menyampaikan yang terjadi, salah satunya, guru tidak nilai-nilai ajaran agama kepada murid, memiliki kecakapan intelektual sehingga sehingga murid dapat menjalankan kehidupan berdampak pada kualitas peserta didik yang sesuai dengan norma-norma agama tersebut. menjadi binaannya. Atau juga, melahirkan Misi ilmu pengetahuan menuntut guru pendidik yang tidak bermoral sehingga menyampaikan ilmu sesuai dengan implikasi terhadap anak didik pun ikut tidak perkembangan zaman. bermoral, dan lain sebagainya. Dengan demikian keseluruh Dari hasil analisis terhadap sejumlah komponen atau elemen yang mendukung literature, secara umum profesionalisme guru sikap akan terbentuknya profesionalismenya sebagai pendidik Islam adalah: seorang guru, dalam perspektif Islam, guna 1. Bertaqwa mensejatikan posisi pendidikan Islam dalam Dalam kamus Munjid, kata Taqwa berasal dari kata ”Waqo-Yaqy-Wiqoyah” yang berarti menjaga, menghindari, menjauhi, 15 takut, dan berhati-hati. Dengan demikian, Mansur Muslich, Sertifikasi Guru taqwa bukan hanya sekedar takut, akan tetapi menuju Profesionalisme Pendidi,. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 9. juga merupakan kekuatan untuk taat kepada 16
Peraturan Pemerintah, nomor 19 pasal 28 ayat 3, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, nomor 16 tahun 2007.
17
Nanat Fattah Nasir, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, (Bandung: UPI, 2007) hlm. 27
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
45
perintah Allah SWT. Dengan kesedaran ini, membuat kita menyadari dan meyakini dalam hidup ini bahwa tidak ada jalan menghindar dari Allah, sehingga mendorong kita untuk selalu berada dalam garis-garis yang yang telah Allah tentukan. 2. Berilmu Pengetahuan Luas Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Allah sangat senang kepada umatnya yang suka mencari ilmu. Oleh karena itu seorang guru harus menambah keilmuannya. Karena dengan ilmu orang akan bertambah keimana dan derajatnya didepan Allah SWT. Seperti dalam firman Allah QS. Al-mujadilah 11 yaitu Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-mujadilah 11). 3. Berlaku Adil Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi yang salah menuju posisi yang diinginkan, adil juga berarti seimbang (balance) dan setimbang (equilibrium). Menurut Aminudin adil adalah ‘’ Meletakan sesuatu pada tempatnya. Maksudnya tidak termasuk memihak antara yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, bertindak atas dasar kebenaran, bukan mengikuti nafsunya.’’ 4. Berwibawa Guru yang berwibawa dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an, surat Al-Furqon ayat 63 dan 64 yaitu: Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka”. 5. Ikhlas
46
Ikhlas artinya bersih, murni, dan tidak bercampur dengan yang lain. Sedangkan ikhlas menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan suatu amal yang baik, yang semata-mata karena Allah. Ikhlas dengan sangat indah difirmankan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 162 yaitu: Artinya:“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. 6. Mempunyai Tujuan yang Rabbani Hendaknya guru mempunyai tujuan yang rabbani, di mana segala sesuatunya bersandar kepada Allah dan selalu mentaatiNya, mengabdi kepada-Nya, mengikuti syari’at-Nya, dan mengenal sifat-sifta-Nya. Jika guru telah mempunyai sifat rabbani, maka dalam segala kegiatan pendidikan muridnya akan menjadi Rabbani juga, yaitu orang-orang yang hatinya selalu bergetar ketika disebut nama Allah dan merasakan keagungan-Nya pada setiap rentetan peristiwa sejarah peristiwa melintas dihadapannya. Separti dalam firman Allah QS. Al-Anfal ayat:2 yaitu: Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang berimanialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS.Al-Anfaal ayat:2) 7. Mampu Merencanakan dan Melakukan Evaluasi Pendidikan Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran, imajinasi dan kesanggupan melihat kedepan. Dengan demikian seorang guru harus mampu merencanakan proses belajar mengajar dengan baik. Guru yang mampu melakukan perencanaan adalah sama pentingnya dengan orang yang melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena sebuah perencanaan yang matang dalam sebuah proses belajar mengajar membutuhkan suatu pemikiran dan kesanggupan dalam melihat masa depan, yang akan berhasil manakala rencana tersebut dilaksanakan dengan baik. Istiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “evalution”. Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi diartikan juga segala sesuatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
pendidikan atau yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Tujuan evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman murid terhadap mata pelajaran, untuk melatih keberanian dan mengajak murid untuk mengingat kembali pelajaran tertentu yang telah diberikan. Jenisjenis evaluasi yang dapat dierapkan oleh seorang guru dalam pendidikan Islam yaitu “Evaluasi forrmatif, Evaluasi sumatif, Evaluasi penempatan, dan Evaluasi diagnostic”. Syarat-syarat yang dapat dieprgunakan dalam evaluasi pendidikan Islam adalah : “Validity, Reliable, dan Efisien”. Jenis-jenis evaluasi yang biasanya diterapkan adalah ters tertulis (written test), tes lisan (oral test), tes perbuatan (Performance test). 8. Menguasai Bidang yang Ditekuni Guru harus cakap dalam mengajarkan ilmunya, karena seorang guru hidup dengan ilmunya. Guru tanpa ilmu yang dikuasainya bukanlah guru lagi. Oleh karena itu kewajiban seorang guru adalah selalu menekuni dan menambah ilmu pengetahuannya. Yang dimaksud dengan menguasai bidang yang ditekuni adalah seorang guru yang ahli dalam mata pelajaran tertentu. Tidak menutup kemungkinan seorang guru mampu mengajar muridnya sampai dua mata pelajaran, yang penting dia profesional dan menguasai keilmuannya.18 Dalam proses pendidikan, terdapat beberapa strata pendidik perspektif pendidikan Islam, diantaranya yaitu: a. Allah SWT Dari berbagai ayat Al-Quran yang membicarakan tenntanng kedudukan Allah sebagai pendidik dapat dipahami dalam firman-firman yang diturunkan-Nya kepada nabi Muhhammad SAW. Allah memiliki penngetahuan yang amat luas. Ia juga sebagai pencipta.19 Diantara firmanNya: “Dan (Allah) allama ('mengajarkan) segala macam nama kepada Adam..” (Q.S. Al-Baqarah). Dilihat dari segi historis tentang eksistensi manusia dengan Tuhan, dapat 18
http://hermansembrani.blogspot.com/2013/05/prof esional-guru-dalam-pandangan-islam-.html diakses 9 Juni 2015 19 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) hal. 56
diambil kesimpulan bahwa terminologi pendidik keduanya sangatlah berbeda. Allah sebagai pendidik yang mengetahui segala kebutuhan orang yang dididik-Nya sebab Dia adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas hanya terhadap sekelompok manusia saja, tetapi memperhatikan dan mendidik seluruh alam.20 b. Nabi Muhammad SAW Nabi sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai “mualim” (pendidik). Bahwa Rasulullah SAW yang dalam hal ini bertindak sebagai penerima Al-Qur’an, bertugas untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur’an tersebut, dilanjutkan dengan mensucikan dan mengajarkan manusia.21 Diantara firmanNya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”(Q.S. Jumu’ah:02) c. Orang Tua Pendidik dalam lingkungan keluarga, adalah orang tua. Hal ini disebabkan karena secara alami anak-anak pada awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan ibunya. Objek utama dari pendidik di sini adalah anak-anak dari sebuah keluarga itu sendiri. Dalam konsep lingkungan pendidikan Islam, terdapat 3 aspek yang berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.22 Jadi, dari ketiga aspek tersebut mempunyai peranan yang penting sebagai penanggung jawab pendidikan. Diantara firmanNya: Artinya:’’Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, .
20
Ibid., hal. 59 M. Basuki, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Ponorogo: Stain Press, 2007) hal. 83 22 Ramayulis, Op. Cit., hal. 60 21
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
47
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Al-Luqman:13). d. Guru Dalam arti, guru sebagai fasilitator pendidikan dalam proses mentransformasikan sebuah keilmuan, kecakapan kepada peserta didiknya yang telah diamanatkan orang tua kepadanya. Melalui proses pendidikan dan pengajaran, ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut menjadi landasan seorang guru untuk mendidik dan mengarahkannya pada kecakapan-kecakapan yang diperlukan. Telah disebutkan di pengertian atas bahwasannya dari segi etimologi banyak kita jumpai istilah yang berdekatan dengan esensi arti dari pendidik tersebut Seperti “Murobbi”, “Mu’allim”, “Mua’addib”, ”mudarris”, “ustadz”, dan “mursyid”. Kata atau istilah “murabbi" misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya.23 Sedangkan untuk istilah "mu'allim", pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan dari seorang yang tahu kepada seorang yang tidak tahu. Adapun istilah "muaddib, menurut al-Attas. lebih luas dari istilah 'mu allim” dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam.24Sedangakan ”mudarris”, “ustadz”,berarti guru. Istilah guru sebagaimana dijelaskan oleh Hadari Nawawi adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di lokal.25 Paradigma Tentang Guru Dalam Perspektif Islam Beserta Implikasinya Pada Proses Pendidikan Islam 1. Kedudukan Guru dalam Islam Satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah 23 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. 34 24 Ramayulis, Loc. Cit., hal. 60 25 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) hal.175
48
kedudukan Nabi dan Rasul.26 Karena guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan) sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan. Tidak hanya itu saja, seorang guru juga harus mempunyai sifat-sifat yang menitik beratkan pada implementasi kebaikan. Sehingga, seorang guru sangat dipandang mempunyai strata di bawah kedudukan nabi dan rasul. Hal ini dijelaskan Allah dan Rasulnya: ‘’Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan’’. (Q.S. Mujadilah:11).
خَ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلﱠ َم ا ْلقُرْ أَنَ َو َعلﱠ َمه “Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya” Firman Allah dan sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu Pengetahuan (pendidik).27 Hal ini beralasan bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam. Sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah. 2. Tugas Guru Dalam Proses Pendidikan Islam Pada dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja (praksis). Inti ajaran-Nya adalah bahwa hamba mendekati dan memperoleh ridha Allah melalui kerja atau amal saleh dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya kepadaNya.28 Hal ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan. Salah satu implementasinya adalah melaksanakan tugas kodrat yang diemban oleh seorang guru. Dalam hal ini S. Nasution menjadikan tugas guru menjadi tiga bagian berikut:
26
Ramayulis, Op. Cit., hal. 62 Ibid. 28 M. Basuki, Op. Cit., hal. 84 27
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
a) Sebagai orang yang meng-komunikasikan pengetahuan. Dengan tugasnya ini maka guru harus memiliki pengetahaun yang mendalam tentang bahan yang akan diajarkan. Sebagai tindak lanjutnya dari tugas ini maka seorang guru tidak boleh berhenti belajar, kerena pengetahuan yang akan diberikan kepada anak didiknya terlebih dahulu harus dia pelajari. b) Guru sebagai model yaitu dalam bidang studi yang diajarkannya merupakan sesuatu yang berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari, se-hingga guru menjadi model atau contoh nyata dari yang dikehendaki oleh mata pelajaran tersebut. c) Guru yang menjadi model sebagai pribadi, ia berdisiplin, cermat berfikir, mencintai pelajarannya, atau yang menghidupkan idea-lisme dan luas dalam pandangannya.29 Kesimpulan Dari uraian diatas dapat dambil kesimpulan bahwa: a. Profesional dalam Islam khususnya dalam bidang pendidikan, seseorang harus benar-benar mempunyai kualitas keilimuan kependidikan dan keinginan yang memadai guna menunjang tugas jabatan profesinya. b. Keprofesional guru perlu adanya prinsip administrasi dan prinsip operasional. yang menjadi tolak ukur keahlian seorang guru dalam mencapai titik profesionalisme. c. Profesionalisme pada dasarnya berpijak pada dua kriteria pokok, yakni, merupakan panggilan hidup dan keahlian. Panggilan hidup atau dedikasi dan keahlian menurut Islam harus dilakukan karena Allah Swt. Hal ini akan mengukur sejauh nilai keikhlasan dalam perbuatan. d. Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan profesional membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. e. Menurut Sulani, agar tujuan pendidikan tercapai seorang guru harus mempunyai syarat-syarat pokok yaitu: Syarat Syahsiyah , Syarat lmiah , dan Syarat Idofiyah.
29
Ahmad Tafsir, Op. Cit., hal. 76
f. Dalam perspektif Islam pendidik (guru) akan berhasil bila menjalankan tugas dengan baik, memiliki pemikiran kreatif, dan terpadu serta mempunyai kompetensi profesionalisme yang religius. g. Dari hasil analisis terhadap sejumlah literature, secara umum profesionalisme guru sebagai pendidik Islam adalah bertaqwa, berilmu pengetahuan luas, berlaku adil, berwibawa, ikhlas, mempunyai tujuan yang Rabbani, mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendi-dikan, dan menguasai bidang yang ditekuni. Daftar Pustaka Abuddin Nata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Arif Rohman. 2007. “pendidik dan peserta didik”, dalam Dwi Siswono dkk (ed,) Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: UNY Press. Moh. Roqib. 2009. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan Intregatif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat.Yogyakarta: LKiS. Rama Yulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia. D. Deni Koswara Halimah. 2008. Seluk-Beluk Profesi Guru, Bandung: PT Pribumi Mekar. Moh. Uzer Usman. 2002. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya Karl Tan Beng San, 1998. Peluang dan Tantangan-tantangan Tenaga Profesional Tingkat Menengah di Asia Pasifik pada Abad ke-21”, (Makalah Seminar) (Palembang : Politeknik Negeri Sri Wijaya. Zakiah Daradjat, 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Tohirin, 2006. Psikologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN
2338-6673 E ISSN 2442-8280
49