PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAS PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONG KABUPATEN TEGAL Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Aniszul Fuad NIM :1112015000047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
ABSTRAK Aniszul Fuad (1112015000047). Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Judul Skripsi “Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar produksi beras di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014 , dan untuk mengetahui bagaimana tingkat produktivitas lahan sawah. Ide awal penelitian ini karena meningkatnya jumlah penduduk di Kecamatan Bojong dari tahun 2011-2014 yang menyebabkan terjadinya konversi lahan sawah ke permukiman, hal ini akan mengurangi sumber daya lahan pertanian untuk produksi beras. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapat dari BPS Kebupaten Tegal dan di analisis menggunakan microsoft excel dengam membandingkan sisi permintaan (demand) dan sisi ketersediaan (supply). Untuk mengetahui tingkat produktivitas lahan sawah digunakan rumus daya dukung lahan pertanian. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan didapat bahwa laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Bojong dari tahun 2011-2014 sebsar 0,89%, Sedangkan untuk Produksi padi dikonversi sebesar 0,65 menjadi beras, sehingga dapat diketahui produksi beras masing-masing untuk Tahun 2011 sebesar 8.415,68 ton, tahun 2012 sebesar 8.403,39 ton, tahun 2013 sebesar 8,388,05 ton, dan untuk tahun 2014 berproduksi sebesar 8.398,32 ton. Sedangkan untuk Produktivitas lahan dilihat berdasarkan perbandingan antara supply dan demand dan dengan menghitung daya dukung lahan pertanian, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketersediaan berada dibawah angka konsumsi beras minimum, sehingga dapat dikatakan defisit, Produktivitas lahan berdasarkan daya dukung lahan pertanian berdasarkan hasil analisa bahwa Daya dukung lahan pertanian tahun 2011-2014 nilai α menunjukan 0,91 dan 0,89 atau kurang dari 1 yang berarti Kecamatan Bojong sudah tidak mampu swasembada pangan. Kata Kunci: Produktivitas, Lahan Sawah, Produksi Beras, Kebutuhan Beras
i
ABSTRACT Aniszul Fuad (1112015000047). Department of Social Education. Faculty of Tarbiya and Teachers' Training. The title of Skripsi “Productuvity of Wetland in Meeting The Needs Rice of Residents in The District of Bojong Tegal” This research purposes to determine how much rice production in the Districk of Bojong 2011 until 2014 and also to determine how the level of productivity of paddy fields, The initial idea of this study because of the increasing population in the District of Bojong in 2011-2014 which will cause wetland conversion to settlements, it can lower the carrying capacity of agricultural land for rice production. This research uses deskriptive method with quantitative approach, while the data required in this research is secondary data obtained and the Central Statistics Agency (BPS) Tegal and analyzed using microsoft excel to compare and the two sides, the request or requirement (demand) and the availability (supply) and to determine the level of productivity of wetland used formula of agricultural land capacity based on the analysis conducted and found that the rate of population growth, and in 2011 the Distict of Bojong 2014 at 0,89%, while for rice production on converted by 0,65 into the rice, so that can know each rice production for 2011 amounted to 8.415,68 tons, in 2012 amounted to 8.403,39 tons, in 2013 amounted to8.388,05 tons, and for 2014 production amunted to 8.398,32 tons and for land productivity seen by the interplay between supply and demand to calculate the carrying cacacity of agricultural land, and it can be deduced that the availability is lower than the figures of rice consumption minimum, so we can say the deficit, the productivity of land based on the carrying capacity of agricultural land based on the results of the analysis that the carrying capacity of agricultural land in 2011-2014 showed α value of 0,91 and 0,89 or less than 1, which means the District of Bojong is not able to self-sufficiency Keywords: Productivity, Wetland, Rice Production, Rice Needs
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, segala
puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal” untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda alam, Nabi besar Muhammad SAW, Beserta keluarga, sahabat, beserta umatnya. Sebagai mahluk sosial pada umumnya, penulis menyadari bahwa pengetahuan, pemahaman, pengalaman, kemampuan dan kekuatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga penyusunan skripsi berjalan lancar. Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tak bisa terhitung jumlahnya kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Yang senantisa memberikan banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya. 3. Bapak Drs. Syaripulloh M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Yang juga senantisa memberikan banyak perhatian dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya. 4. Bapak Prof, Dr. Rusmin Tumanggor, MA., selaku Dosen Penasehat Akademik. iii
5. Bapak Andri Noor Ardiansyah, S.Pd, M,Si, dan Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu serta selalu sabar dalam membimbing, memberi petunjuk dan nasehat kepada penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis. 6. Bapak Sodikin S.Pd, M,Si, yang banyak telah banyak memberikan kepercayaan kepada saya dalam hal penelitian semasa perkuliahan, dan juga banyak memberikan masukan-masukan yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi 7. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu kepada penulis, yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat saya. 8. Alm Bapak Sayat dan Almh Ibu Sukinah Kedua orangtua kandung yang selalu memberikan semangat dari jauh kepada penulis untuk terus berjuang meraih cita-cita, Terimakasih atas cinta kasih dan do’a yang telah kalian semogakan di Surga Allah untuk penulis. 9. Bapak Pahluri dan Umi Nur Qomariyah
kedua orang tua yang telah
membesarkan dan mengajarkan penulis dengan
penuh kasih sayang.
Terima kasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa dan restu yang selalu mengiringi setiap derap langkah penulis. Terima kasih juga atas dukungan berupa moril maupun materil yang luar biasa selalu kalian berikan dan nomer satukan untuk penulis. 10. Bapak Muktarom, S.Ip selaku kepala camat di Kecamatan Bojong yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Kecamatan Bojong. 11. Bapak Joko selaku Ketua UPTD Tanbunhut Kecamatan Bojong yang telah memberikan banyak data kepada punulis sehingga penulis dapat mengolah data hingga selesai. 12. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal yang telah berjasa dalam jalannya penelitian ini karena telah memberikan fasilitas berupa data-data sekunder yang penulis butuhkan dalam penelitian ini. 13. Sahabatku tercinta yang selalu setia menemani dengan penuh kesabaran dan mendukung penulis, yaitu: Hendra Arighi, Khairil Anam, Rizky Maulana, M.Rahmat Nur Sofyan, Abdurrohman, Fakhrur Al-Izza dan An Rian Setianto, yang dengan kerelaan hati meluangkan waktunya, membantu dan menemani penulis. iv
14. Sahabat-sahabat waudku Almuni MAN 1 Tegal 2010, yaitu: Firman Fatahillah, Mujalisin, Ihda Fatahillah,. Khairuman Azam, Daslim, Nadharudin Fatah, Ikhfan Susanto, Amar Mualimin, Azhar Farih, Saripudin, Fajar As’adil Muzayyin, yang telah memberi banyak motovasi dan dukungan dalam penyelesaian Penelitian ini. 15. Teman-teman Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2012 terkhusus kelas C (Geografi) atas kekompakannya selama ini, baik di dalam kelas maupun saat praktikum. 16. Temen-temen terbaik di Geografi yaitu Fildzah Octaviani, Ana Mariana, Noviana Anggraini, Winda Septi Kusuma, Fakhrur Al-Izza, An Rian Setianto, Feby Famela Iffah, M. Ikrom, Nurlela, Maulyda Wulandari, yang senantiasa memberikan banyak masukan dan dukungan dalam penelitian ini. 17. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat yang telah memberikan banyak motivasi dan banyak dukungan dalam penyelesaian Penelitian ini. 18. Teman-teman Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ciputat yang telah memberikan banyak Do’a sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar. 19. Dan semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh Allah SWT. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Jakarta, September 2016 Penulis
Aniszul Fuad v
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK........................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................ iii DAFTAR ISI....................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .......................................................................... ix DAFTAR TABEL............................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang Masalah ........................................................ Identifikasi Masalah............................................................... Batasan Masalah .................................................................... Rumusan Masalah.................................................................. Tujuan Penelitian ................................................................... Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis............................................................... 2. Manfaat Praktis ................................................................
1 7 7 7 7 7 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Produktivitas .......................................................................... 9 B. Lahan Pertanian ..................................................................... 12 C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Sawah 1. Luas Lahan....................................................................... 15 2. Jenis Tanah....................................................................... 17 3. Kondisi Irigasi.................................................................. 18 4. Iklim................................................................................. 20 vi
D.
E. F.
G. H.
5. Unsur Hara ....................................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah 1. Varietas Padi .................................................................... 2. Penggunaan Pupuk........................................................... 3. Penggunaan Pestisida....................................................... 4. Modal ............................................................................... 5. Tenaga Kerja.................................................................... Beras ...................................................................................... Pemenuhan Pangan Bagi Masyarakat 1. Konsep Umum Ketahanan Pangan .................................. 2. Arah Kebijakan ................................................................ Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... Kerangka Berfikir ..................................................................
23 24 26 27 29 32 33 34 36 37 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. B. C. D. E. F.
Tempat dan Waktu Penelitian................................................ Metodologi Penelitian............................................................ Variabel Penelitian................................................................. Populasi Data ......................................................................... Teknik Pengumpulan Data..................................................... Teknik Pengolahan dan Analisa Data ....................................
41 43 44 46 47 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 1.) Batas Wilayah Administrasi ........................................ 2.) Luas Wilayah ............................................................... 3.) Topografi...................................................................... 4.) Iklim............................................................................. 5.) Jenis Tanah................................................................... 6.) Penggunaan Lahan ....................................................... b. Keadaan Sosial Budaya di Kecamatan Bojong 1.) Kependudukan ............................................................. 2.) Agama .......................................................................... 3.) Pendidikan.................................................................... 4.) Kesehatan ..................................................................... c. Sumber Daya Alam 1.) Pertanian ...................................................................... 2.) Peternakan.................................................................... 3.) Perkebunan................................................................... 4.) Kehutanan .................................................................... 2. Kondisi Ekonomi vii
53 54 57 57 59 59 62 66 66 66 66 67 67 68
a. Sektor Industri.................................................................. b. Energi............................................................................... c. Perdagangan ..................................................................... B. Deskripsi Data 1. Data Produksi Padi Tahun 2011-2014 ................................... 2. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong 2011-2014 ....... 3. Data Rata-rata Luas Panen Pertanian Padi 2011-2014 ......... C. Temuan Hasil Analisis 1. Proyeksi Ketersediaan Beras a. Dari Sisi Permintaan (demand).............................................. b. Dari Sisi Ketersediaan (Supply) ............................................. 2. Menunjukan Tingkat Produktivitas Lahan Sawah ................. D. Pembahasan Produktivitas Lahan Sawah.....................................
68 68 68 69 70 71
72 76 77 79
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................. 83 B. Implikasi ...................................................................................... 84 C. Saran ............................................................................................ 84 DAFTAR PUSTAKA UJI REFERENSI LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS
viii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berfikir............................................................. 40 Gambar 3.1 Peta Kabupaten Tegal....................................................... 41 Gambar 4.1 Peta Kabupaten Tegal....................................................... 53 Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Bojong................ 60 Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Tegal ................... 61 Gambar 4.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014.............. 73
ix
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Penduduk Tahun 2011-2014............ 2 Tabel 1.2 Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2008-2014.......... 3 Tabel 1.3 Luas Tanam, Panen dan Rata-rata Produksi Padi ............... 5 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................. 43 Tabel 3.2 Monografi Kecamatan Bojong............................................ 47 Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa Tahun 2014 ........ 55 Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Desa 2014 ........ 56 Tabel 4.3 Hari Hujan, Curah Hujan dan Kelembapan Udara.............. 58 Tabel 4.4 Penduduk Menutut Desa dan Jenis Kelamin Tahun 2014 .. 63 Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Menurut Desa Tahun 2014............... 64 Tabel 4.6 Banyaknya Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha 2014. 65 Tabel 4.7 Produksi Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 ..... 69 Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014... 70 Tabel 4.9 Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014. 71 Tabel 4.10 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014................ 73 Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Tahun 2011-2014.................................. 74 Tabel 4.12 Kebutuhan Beras Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014... 75 Tabel 4.13 Produksi BerasTahun 2011-2014....................................... 76 Tabel 4.14 Produktivitas Lahan Sawah................................................ 78 Tabel 4.15 Daya Dukung Lahan Sawah Tahun 2011-2014 ................ 79
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Jumlah Penduduk di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
Lampiran 2
Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
Lampiran 3
Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 20112014 (Diolah)
Lampiran 4
Data Produktivitas Rata-rata padi (Ton/ha) Tahun 2011-2014
Lampiran 5
Data Indeks Penanaman Padi (IP) Kecamatan Bojong (Diolah)
Lampiran 6
Produktivitas Lahan Sawah Berdasarkan Hasil Analisa
Lampiran 7
Data Kebutuhan Beras di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 (Diolah)
Lampiran 8
Data Produksi Beras, Luas Lahan yang Tersedia untuk Budidaya Padi, Luas Lahan yang diperlukan untuk Swasembada Pangan. Dan Daya Dukung Lahan Pertanian
Lampiran 9
Foto Dokumentasi
Lampiran 10 Peta Lampiran Data BPS Lampiran surat-surat
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dalam kenyataanya lebih akrab dengan lingkungan
alamnya
daripada
dengan
lingkungan
teknologinya,
Perkembangan teknologi yang mengelola sumberdaya alam harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya, sehingga akan tetap bermanfaat bagi generasi mendatang. Menurut Mubyarto, “Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian di mana pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.” Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian dan produk nasional yang berasal dari pertanian.1 Pembangunan sektor pertanian masih menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia saat ini dan beberapa waktu yang akan datang. Salah satu penyebabnya dikarenakan sebagain besar penduduk Indonesia terus bertambah relatif pesat, dengan konsekuensi ada penyediaan bahan pangan baik dari segi kuantitas, kualitas maupun jenisnya dalam jumlah yang memadai. Manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya tidak dapat terlepas dari lingkungan alam. Hal ini dapat dilihat dari ketergantungan manusia yang selalu bergantung pada lingkungan alam dalam memenuhi kebutuhan
1
Ida Nurul Hidayati dan Suryanto, Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi Pertanian dan Strategi Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan, jurnal FEB, Universitas Sebelas Maret, 2015 hal.43
1
2
hidupnya, selalu terjadi hubungan antara manusia dengan lingkungan alamnya, sementara itu laju pertumbuhan penduduk yang bertumbuh dengan pesat disertai meningkatnya kebutuhan pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut menimbulkan permasalahan besar yang menyangkut manusia maupun lingkungan. Salah satu masalah yang Penduduk di Kecamatan Bojong sebagaian besar masih merupakan petani, buruh tani dan orang yang sebagain besar pendapatannya berasal dari bercocok tanam, karena itu kebutuhan akan lahan pertanian lebih besar. Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Penduduk di Kecamatan Bojong Tahun 20112014 Desa/Kelurahan Jumlah Jumlah Penduduk Penduduk 2014 2011 01. Rembul 8.586 9.107 02. Dukuhtengah 2.725 2.785 03. Kedawung 2.817 2.906 04. Suniarsih 2.121 2.188 05. Karangmulya 5.509 6.496 06. Tuwel 8.886 9.298 07. Bojong 8.705 8.870 08. Buniwah 3.354 3.361 09. Lengkong 4.835 5.010 10. Batunanya 1.743 1.788 11. Sangkanayu 1.184 1.259 12. Gunungjati 2.313 2.360 13. Pucangluwuk 4.229 4.377 14. Kajenengan 4.548 4.701 15. Kalijambu 2.387 2.431 16. Danasari 4.530 4.625 17. Cikura 4.301 4.394 Jumlah 72.773 75.908 Sumber : BPS Kabupaten tegal tahun 2011 – 2014 (diolah) Dalam tabel 1.1 perbandingan jumlah penduduk, terlihat adanya peningkatan jumlah penduduk pada masing-masing desa di Kecamatan Bojong walaupun
tidak
begitu
signifikan,
tetapi
hal
ini
akan
mempengaruhi kebutuhan pangan pada masing-masing desa tersebut.
Luas Lahan (ha)
Grafik Penggunaan Lahan Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal Tahun 2008 - 2014 3100000 3000000 2900000 2800000 2700000 2600000 Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah Tahun 2008 Tahun 2014
Lahan Sawah 2851555 2808425
Lahan Bukan Sawah 3041305 3080628
4
luas lahan dipermukaan bumi sifatnya tetap dan terbatas. Oleh karena itu, di perlukan suatu perencanaan dan penataan pemanfaatan lahan agar lahan dimanfaatkan secara efisien dan lestari, sehingga kesuburan tanah dan produktivitasnya tetap terjaga. Lahan yang menjadi faktor utama penghasil tanaman harus dimanfaatkan dengan baik. Lahan merupakan salah satu faktor produksi pertanian yang selama ini menjadi pembatas kedaulatan pangan di Indonesia karena sebagian besar masyarakat Indonesia membutuhkan hasil pertanian seperti padi, sayuran dll untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Permasalahan lahan yang dihadapi selama ini adalah ketersediaan lahan pertanian yang tidak mecukupi, penyusutan lahan pertanian yang sudah tersedia, dan kesulitan pengembangan lahan pertanian baru karena berbagai kendala. Jika lahan pertanian yang digarap untuk produksi padi berkurang, maka akan berdampak pula terhadap hasil pertanian, lahan harus kita lestarikan dengan
baik
sebagaimana
mestinya
agar
kemampuan
dalam
memperoduksi hasil pertanian dapat enghasilkan secara optimal Menurut data Badan Pertanian Nasional (BPN) dalam Tribowo, berdasarkan Zona Ekonomi Eklusif, Indonesia memiliki wilayah teritorial seluas 800 juta ha. Dari luas tersebut sebagian besar yaitu 609 juta ha (76%) merupakan perairan dan sisanya 191 juta ha (24%) merupakan daratan. Dari 191 daratan, 67 juta ha (35%) harus digunakan sebagai kawasan lindung dan sisanya seluas 123 juta ha (65%) dapat digunakan untuk areal budidaya. Sesuai dengan fingsinya dan kepatutan penggunaannya, maka kawasan lindung mestilah berupa hutan, dan kawasan budidaya dapat digunakan penggunaan non hutan, yaitu untuk pertanian dan non pertanian.2 Produksi hasil peranian akan bergantung pada luas areal lahan yang digunakan untuk swasembada pangan, jika luas lahan pertanian menyusut maka produktivitas lahannya akan rendah, dan sebaliknya jika luas areal yang digunakan untuk swasembada pangan diperluas maka
2
Triwibowo Yuwono, Pembangunan Pertanian, (Yogyakrta, Gadjah Mada University Press, 2011). Hlm. 168
5
produktivitas lahan pun akan meningkat, hal ini seperti disajikan pada tabel 1.3 Tabel : 1.3 Luas Tanam, Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah Menurut Desa di Kecamatan Bojong Tahun 2014 Desa/Kelurahan Luas Luas Produksi Rata-rata Tanam (ha) Panen (ha) (ku) Produksi (ku/ha) 01. Rembul 78 78 3684 47,24 02. Dukuhtengah 03. Kedawung 04. Suniarsih 163 164 7452 45,44 05. Karangmulya 150 151 1006 6,66 06. Tuwel 89 89 4180 46,97 07. Bojong 211 212 10402 49,07 08. Buniwah 183 184 928 50,45 09. Lengkong 187 188 25070 133,35 10. Batunyana 144 245 1266 8,73 11. Sangkanayu 117 118 5684 48,17 12. Gunungjati 53 63 2600 41,27 13. Pucangluwuk 333 334 19028 56,97 14. Kajenengan 292 293 16707 57,02 15. Kalijambu 183 184 4432 24,09 16. Danasari 171 172 9350 54,36 17. Cikura 160 161 8904 55,30 Jumlah 2514 2536 129047 725,089 Sumber: UPTD Tanbunhut Kecamatan Bojong Menurut tabel 1.3 terlihat rata-rata produksi padi di Kecamatan Bojong sejumlah 725,089 kw/ha. Desa yang memiliki produksi terbanyak terdapat pada 5 Desa, yaitu Desa Lengkong, Desa Kajenengan, Desa Pucangluwuk, Desa Cikura dan Danasari.3 Indonesia yang merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi sebagaian
besar
penduduknya,
pembangunan di pedesaan.
yang
merupakan
sasaran
tujuan
Hal ini sependapat dengan ungkapan
Soehartono dalam Triwibowo Yuwono
yang menyatakan bahwa,
“Prioritas pembangunan masyarakat dipedesaan dijatuhkan pada sektor 3
hal.97
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal “Kecamatan Bojong dalam Angka 2015”
6
ekonomi pertanian”.4 Hal ini disebabkan karena masyarakat desa di Indonesia rata-rata sumber penghasil utamanya berasal dari sektor pertanian. Sebagai negara agraris Indonesia mampu menghasilkan bahan pangan pokok dalam jumlah yang besar, namun karena jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan kebutuhan pangan pokok dalam hal ini adalah beras bagi masyarakat Indonesia masih harus di impor. Indonesia mampu memproduksi gabah dalam jumlah yang sangat besar lebih dari 60 juta ton per tahun, namun untuk mencukupi kebutuhan penduduk yang mencapai hampir 250 juta jiwa, pada tahun 2008 Indonesia masih melakukan impor beras. Secara presentase sangat kecil kurang dari 0,5% produksi dalam negeri, namun jumlah mutlaknya cukup besar hampir mecapai 300 ribu ton untuk tahun 2008. Jumlah tersebut dapat membengkak pada kurun waktu yang lain sehingga dapat mencapai lebih dari 2 juta ton per tahun.5 Menurut pandangan Triwibowo “Produksi atau hasil pertanian dalam arti luas tergantung dari faktor genetik dan varietas yang di tanam, lingkungan termasuk anatara lain tanah, iklim dan teknologi yang dipakai. Sedangkan dalam arti sempit terdiri dari varietas tanaman” 6 Menurut Badan Litbang Pertanian dalam Azwir dan Ridwan kebutuhan beras sebagai salah satu sumber pangan pokok utama penduduk Indonesia terus meningkat karena selain jumlah penduduk yang terus bertambah dengan laju peningkatan 2% per tahun, juga karena adanya perubahan pola konsumsi penduduk dari non-beras ke beras. Di lain pihak terjadinya penyempitan lahan sawah subur akibat terjadinya konversi lahan sawah untuk kepentingan selain pertanian yaitu permukiman dan fasilitasfasilitas lain, juga karena terjadinya fenomena produktivitas padi sawah irigasi cenderung turun.7 Berdasarkan uraian tersebut di atas, Penulis tertarik untuk Meneliti tentang ”Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal”
4
Triwibowo Yuwono, op. cit Ibid hlm. 169 6 Tati Nur Mala, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian, Graha ilmu, Yogyakarta, 2012, hal. 19 7 Azwir dan Ridwan, Peningkatan Produktivitas Padi Sawah dengan Perbaikan Teknologi Budidaya, (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, 2009) hal.213 5
7
B. Identifikasi Masalah 1. Luas Lahan pertanian di Kecamatan Bojong Menurun 2. Kurangnya stok beras di Kecamatan Bojong 3. Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Bojong Semakin Meningkat C. Batasan Masalah 1. Produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal pada rentan waktu 2011-2014. 2. Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan kebutuhan beras bagi penduduk Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal tahun 2011 – 2014. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Berapa Jumlah Produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal pada tahun 2011 – 2014? 2. Bagaimana Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan kebutuhan beras bagi penduduk Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal pada tahun 2011-2014? E. Tujuan penelitian Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk Mengetahui Jumlah produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian di Kecamatan Bojong dalam Rentan Waktu 2011-2014 2. Untuk Mengetahui Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras bagi Penduduk Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu rujukan atau panduan dalam penelitian tentang
produktivitas
selanjutnya khususnya terkait masalah
lahan
sawah
dan
faktor-faktor
yang
8
mempengaruhi produktivitas lahan sawah dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan beras. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti 1) Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan 2) Sebagai sarana untuk mengimplikasikan teori-teori yang telah dipelajari dibangku kuliah 3) Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) b. Bagi Petani 1) Memberikan rekomendasi kepada petani tentang penggunaan dan pemanfaatan lahan sawah yang tepat untuk digunakan pada lahan sawah yang ada di Kecamatan Bojong. 2) Meningkatkan pendapatan petani dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. 3) Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas lahan sawah di Kecamatan Bojong. c. Bagi instansi terkait 1) Dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat tentang penggunaan dan pemanfaatan lahan sawah yang tepat untuk digunakan pada lahan sawah yang ada di kecamatan bojong. 2) Meningkatkan pendapatan petani dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dan meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap
upaya
peningkatan
kesejahteraan
keluarga di lingkungan guna pemantapan ketahanan pangan masyarakat di Kecamatan Bojong.
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Produktivitas Pertanian merupakan suatu proses produksi khusus yang di dasarkan atas proses pertumbuhan tanaman1. Produksi hasil pertanian dalam arti luas bergantung pada faktor-faktor fisik dan genetik yang ditanam seperti kondisi lungkungan dan jenis tanahnya. Sedangkan dalam arti sempit terdiri dari faktor-faktor non teknis seperti keterampilan petani dalam mengolah lahan dan biaya atau sarana produksi. Produktivitas dan kesuburan tanah menunjukan kemampuan tanah untuk memproduksi tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut. Produktivitas merupakan kemampuan atau daya dukung lahan pertanian dalam memperoduksi tanaman. Produktivitas dalam Pandangan Tati Nurmala merupakan kemampuan tanah untuk menghasilkan produksi tanaman tertentu. Tanah yang produktif ialah tanah yang dapat menghasilkan produksi tanaman dengan baik dan menguntungkan bagi petani yang mengolahnya. Jika hasil pertanian tidak sesuai dengan apa yang diinginkann berarti lahan tersebut tidak produktif dan perlu pengolahan yang lebih optimum lagi.2 Produktivtas merupakan perwujudan dari seluruh faktor-faktor (tanah dan non-tanah) yang akan berpengaruh terhadap hasil tanaman yang lebih berdasarkan pada pertimbangan ekonomi. Karena itu Tati Nurmala mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tanah ialah masukan (sistem
pengelolaan); keluaran (hasil tanaman);
tanah (jenis dan luasnya). Jadi tanah produktif harus subur dan menguntungkan. Tanah subur akan produktif jika dikelola dengan baik, menggunakan teknik pengelolaan dan jenis tanah yang sesuai. Menurut Tisdale, Nelson, dan Beaton dalam Tati Nur Mala, Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara yang
1 2
cukup
yang
dibutuhkan
oleh
tanaman
dan
Tati Nur Mala, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian, (Yogyakarta; Graha ilmu, 2012), h 19 Ibid., h. 24-25.
9
10
perbandingan yang sesuai untuk pertumbuhannya, sehingga dapat meghasilkan produksi yang tinggi.3 Menurut Foth dan Ellis dalam Aji Munawar, Produktivitas tanah adalah kapasitas tanah untuk memproduksi hasil (yield) tertentu dengan pengelolaan yang optimum4. Produktivitas tanah bukan hanya dipengaruhi oleh jenis tanah maupun luas lahan saja, tetapi diperlukan juga keterampilan petani dalam mengolah lahan tersebut. Istilah ini memiliki arti yang lebih luas jika dibandingkan dengan kesuburan tanah, karena telah mecakup dua aspek sekaligus, yaitu aspek kesuburan tanah dan juga aspek keterampilan dalam mengolah lahan tersebut. Tanah dapat saja mengandung unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang serta mempunyai sifat-sifat baik lainnya. Tetapi jika tanah tersebut dibiarkan tidak dikelola atau tidak digarap ia tidak akan mampu menghasilkan tanaman sesuai dengan yang di inginkan (produktif). Tanah harus di kelola dengan baik agar hasil pertanian bisa diperoleh dengan baik atau dengan jumlah yang memadai, jika tanah tidak dikelola dengan baik atau tidak digunakan sebagaimana mestinya maka akan berdampak pada produksi tanaman. Sebagai contoh, pada saat musim kemarau sebaik apapun sifat-sifat fisik tanah, kimia, dan biologi tanah serta ketersediaan haranya tanah tidak akan menghasilkan apa apa jika tidak mendapatkan pasokan air atau irigasi yang cukup. Pada musim kering atau kemarau pasokan air sangat dibutuhkan agar tanah mampu berproduksi tanaman dengan baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semua tanah yang produktif itu subur, karena tanah yang subur akan menghasilkan hasil pertanian yang baik dan berkualitas jika dibarengi dengan pengolahan yang baik pula, sebaliknya banyak tanah subur yang tidak produktif akibat kekeringan atau karena tidak dikelola dengan cara yang tepat. Maka dibutuhkan keterampilan petani agar tanah dapat dikelola dengan baik. 3 4
h. 5.
Ibid., h. 25 Ali Munawar, Kesuburan Tanaman dan Nutrisi Tanaman, (Bogor : IPB Press, 2011).
11
Untuk membuat tanah yang subur dan produktif perlu diketahui faktorfaktor lain yang mendukung atau menghambat produktivitas dan cara mengubahnya untuk menjamin tanah tersebut produktif.5 Jadi produktivitas merupakan pembagian nilai dari output produksi terhadap biaya input produksi.6
Rendahnya output atau hasil pertanian karena banyaknya produk yang tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan mengakibatkan produktivitas pertanian menjadi rendah. Namun produktivitas masih dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan input dan meningkatkan output. Menurut Soetriono, “usaha tani tidak pernah terlepas dari hasil produksi pertanian. Produksi pertanian secara teknis mempergunakan input berupa masukan-masukan dalam kegiatan pertanian dan output berupa hasil pertanian.” Dalam usaha tani dibutuhkan lahan, modal, tenaga kerja ataupun manajemen yang baik supaya hasil pertanian dapat sesuai dengan apa yang di inginkan. Jika tidak ada modal ataupun tenaga kerja maka kegiatan pertanian tidak akan sesuai dengan apa yang diinginkan. Input adalah semua yang dimasukan kedalam proses produksi pertanian seperti tanah, pupuk, pestisida dan obat-obatan lain yang dipergunakan dalam kegiatan pertanian, tenaga kerja petani dan keluarganya serta setiap pekerja yang diberi upah atau bayaran dalam pengolahan lahan. Input dalam kegiatan pertanian sangatlah penting dalam menunjang kegiatan pertanian maka dari itu dibutuhkan pengolahan yang baik agar output dapat dihasilkan dengan sempurna, sedangkan output adalah hasil tanaman yang dihasilkan oleh usahatani tersebut yaitu berupa
5
Ibid, h.6 Sutra Mandasari, “Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Produktivitas Usahatani Benih Padi”, Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi, Uin Jakarta, 2014 hal,11. 6
12
bahan makanan. Bahan makanan yang berkualitas dihasilkan dari kegiatan input yang baik.7 INPUT : Biaya
OUTPUT :
Penerimaan
Usahatani (Perusahaan) 1. Tanah
1. Bahan Makanan
2. Modal 3. Tenaga Kerja 4. Manajemen B. Lahan Pertanian I Made Mahadi berpendapat bahwa “Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang menghasilkan bahan makanan yang menjadi tempat proses produksi dan hasil produksi yang diperoleh”.8 Lahan menjadi faktor utama dalam produksi pertanian, karena jika jenis tanah pada lahan yang dikelola untuk budidaya tanamam baik begitupun dengan pengolahan lahan yang baik maka produksi pertanian akan baik pula. Dalam pertanian terutama di negara berkembang seperti Indonesia, faktor produksi lahan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima dari lahan dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya. Lahan sangat berperan penting dalam kehidupan manusia, selain sebagai sarana untuk bertempat tinggal lahan juga dijadikan sebagai tempat kegiatan ekonomi. Lahan bagi petani mempunyai arti yang sangat penting karena dari lahan mereka dan keluarganya dapat mempertahankan hidupnya melalui kegiatan pertanian, perkebunan dan berternak karena lahan merupakan faktor produksi utama dalam berusaha tani, maka status kepemilikan dan penguasaan lahan sangat penting untuk menentukan jenis komoditas apa yang akan ditanam pada lahan
7
hal.62
8
Soetriono, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian, (Malang,: Banyu Media Publishing, 2003 ,
I Made Mahadi, “Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian serta dampaknya terhadap kesejahteraan petani ( studi kasus di subak jadi, kecamatan kediri, tabanan ),” Tesis Universitas Udayana, Bali, 2014. Hal.25
13
tersebut dan berapa besaran bagian yang diperoleh dalam usaha tani yang dikelola.9 Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan suatu ruang atau spasial yang digunakan sebagai sarana untuk dimanfaatkan oleh manusia, hewan, maupun tumbuhan dan benda benda yang lainnya untuk membantu dalam kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup yang lainnya seperti digunakan sebagai tempat tinggal atau habitat dan juga sebagai kegiatan untuk mencari bahan makanan. Manurut Tati Nurmala, dkk “Lahan pertanian jika dilihat dari aspek ekosistemnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu: (1) lahan pertanian basah dan (2) lahan pertanian kering.” Lahan pertanian basah adalah lahan pertanian yang selalu digenangi air, sehingga petani tidak perlu mengandalkan air hujan sebagai pasokan utama irigasi pertanian, dan sebaliknya lahan kering adalah lahan yang mengandalkan air hujan sebagai pasokan irigasi, pada lahan kering jika musim kemarau panjang biasanya digunakan untuk tanaman jagung. Antara kedua kelompok lahan pertanian tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga pengolahan dalam lahan tersebut harus berbeda pula agar memberikan hasil pertanian yang tinggi. Pada lahan pertanian basah kondisi irigasi sudah terjamin sehingga petani tidak perlu memperbaiki tekstur tanah untuk kegiatan pertanian, sebaliknya pada lahan kering kondisi irigasi susah diperoleh, maka dari itu perlu ada pengolahan tanah terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan pertanian, tujuannya agar tanah memiliki tekstur yang lumat atau halus.10 Arti pertanian menurut Anwas Adiwilaga dalam Tati Nur Mala yang mendefinisikan pertanian sebagai suatu kegiatan untuk memelihara suatu tanaman tertentu pada sebidang lahan tanpa menyebabkan kerusakan lahan tersebut untuk berproduksi lagi dimasa yang akan datang. Lahan
9
Ibid., Tati Nur Mala, op.cit., hal. 101
10
14
harus digunakan secara optimal agar kegiatan pertanian dapat dilakukan secara berkelanjutan sehingga produksi pertanian terus berjalan. Bishop dan Toussaint dalam Tati Nur Mala mendefinisikan pertanian sebagai suatu perusahaan yang khusus mengombinasikan sumber-sumber alam dan sumberdaya manusia dalam proses menghasilkan produksi pertanian, dalam pertanian bukan hanya kualitas lahannya saja tetapi membutuhkan keterampilan yang baik dari sumberdaya manusia untuk mengolah lahan tersebut. Dari kedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan atau dikatakan bahwa pertanian adalah: kegiatan produksi biologis yang berlangsung diatas sebidang tanah (lahan) dengan tujuan menghasilkan tanaman dan hewan untuk memenuh kebutuhan hidup manusia tanpa merusak lahan tersebut yang digunakan untuk produksi dimasa yang akan datang atau berkelanjutan.11 Menurut Hasan Basri untuk kehidupan tanaman lahan atau tanah mempunyai fungsi, yaitu12: 1. Tempat berdiri tegak dan bertumpunya tanaman, lahan sebagai habitat atau tempat hidup tanaman, jika luas lahan untuk budidaya tanaman semakin sempit maka produksi tanamanpun akan rendah, dan sebaliknya. 2. Sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara dan pertukaran hara antara tanaman dengan tanah, tanah menyediakan unsur hara esensial yang baik bagi tanaman dan sebaliknya, jadi antara tanah dan tanamann saling berkontribusi terhadap kelangsungan hidup masingmasing 3. Sebagai penyedia dan gudangan air dalam tanah. Tanaman mampu menyerap air yang berlebihan didalam tanah sehingga dapat mengurangi bencana longsor, tanaman membutuhkan air untuk proses fotosintesis.
11 12
Ibid., hal. 14 Hasan Basri Jumin, Dasar-Dasar Agronomi, (Jakarta : Rajawali Pers,, 2012), hal.27
15
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Sawah 1. Luas Lahan Lahan dalam pandangan Towenshend dalam Kristovel Prok merupakan bagian dari permukaan bumi yang dicirikan oleh adanya suatu susunan sifat-sifat khusus dan proses-proses didalamnya yang saling berkaitan dalam ruang dan waktu dalam tanah, atmosfer dan air, bentuk lahan, vegetasi dan populasi fauna, sebagai hasil dari aktivitas manusia atau tidak. Lahan merupakan bagian dari alam yang dimanfaatkan oleh makhluk hidup yang digunakan untuk memenuhi keperluan hidupnya, saling terjadi keterkaitan antara makhluk hidup dan alam.13 Kemudian
Hadjowigeno
dalam
Krostovel
Prok
juga
menjelaskan bahwa lahan adalah lingkungan fisik bumi yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan tersebut termasuk didalamnya adalah akibat dari kegiatan-kegiatan
manusia,
seperti
reklamasi
daerah
pantai,
penebangan hutan dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi, abrasi, sedimentasi, longsor dan akumulasi garam. Lahan merupkan kondisi fisik bumi baik lautan, dataran, maupun pegunungan yang hasilnya merupakan kegiatan-kegiatan dari aktivitas manusia maupun makhluk hidup lainnya14 Vink dalam Kristovel Prok, mengemukakan bahwa lahan adalah suatu konsep yang dinamis, konsep yang berkaitan dengan alam atau spasial, artinya lahan merupakan tempat dari berbagai ekosistem yang ada di bumi juga merupakan bagian dari ekosistem-ekosistem tersebut. Lahan juga merupakan konsep geografis karena dalam pemanfaatannya selalu terkait dengan ruang atau lokasi tertentu, sehingga karakteristiknya berbeda-beda tergantung dari lokasinya. Selain konsep lokasi, 13
Kristovel Prok, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Selama Periode Otonomi Daerah 2001-2013”, jurnal FEB, Universitas Sam Ratulangi, 2015 hal.5 14 Ibid,.
16
lahan juga berkaitan dengan konsep-konsep geografi yang lain seperti morfologi, keterkaitan ruang, jarak.15 Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dalam kegiatan pertanian. Skala usaha tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Sering dijumpai semakin luasnya lahan yang dipakai untuk usaha pertanian, akan semakin tidak efisien lahan tersebut, dikarenakan penggunaan obat-obatan seperti penggunaan pestisida dan insektisida yang berlebihan pula. Hal itu didasarkan pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang karena sebab-sebab sebagai berikut16: 1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja, penggunaan pupuk dan pestisida harus dilakukan secara efisien dan tidak berlebihan agar kemampuan lahan untuk berproduksi tetap terjaga. 2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut. Semakin majunya zaman banyak masyarakat yang beralih profesi dari petani ke non-petani seperti kegiatan berdagang maupun dibidang jasa yang kemudian akan berdampak pada kegiatan pertanian karena tenaga kerja dalam bidang pertanian semakin berkurang. 3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian dalam skala luas tersebut, dalam kegiatan pertanian diperlukan adanya modal untuk keperluan benih, obat-obatan dan juga upah untuk tenaga kerja, jika modal sedikit maka akan mempengaruhi sebaliknya. 15 16
Ibid, hal.6 Soetriono, dkk, op.cit., hal.64-65
luasan
kegiatan
pertanian,
begitupun
17
Pada lahan yang sempit. Upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan tersedianya modal yang tidak terlalu besar sehingga usaha pertanian seperti itu akan lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien. Namun jika luas lahan untuk budidaya pertanian semakin sempit ini akan berdampak pada hasil pertanian yang akan menurun, hal ini dapat menyebabkan terjadinya bencana kelaparan pada keluarga jika hanya mengandalkan pangan dari hasil pertanian yang dikelolanya. Selanjutnya penggunaan lahan pertanian berdasarkan kondisi saluran irigasi yang ada disekitar lahan juga dapat mencerminkan macam tanaman yang akan diusahakan pada lahan tersebut dan sekaligus juga menggambarkan pola tanam. Misalnya di lahan irigasi orang cepat membayangkan bahwa sawah tersebut cocok untuk ditanami padi. Kalau dalam waktu setahun di usahakan hanya tanaman padi, maka dapat di katakan bahwa pola tanamannya adalah padi-padipadi; akan terjadi usahatani padi selama tiga kali dalam setahunnya. Begitu pula sebaliknya pada lahan kering yang hanya memanfaatkan air hujan sebagai pasokan irigasi biasanya lebih dimanfaatkan untuk tegalan atau kebun. Selain itu, dalam pandangan Soetriono kesuburan lahan pertanian juga menentukan produktivitas tanaman. Lahan yang subur akan menghasilkan tanaman yang baik dan produktivitas yang tinggi jika dibandingkan dengan tanah yang kurang subur. Kesuburan lahan pertanian biasanya berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah yang ada. Struktur dan tekstur tanah dapat menentukan macam-macam jenis tanah pada lahan tersebut sehingga dapat pula ditentukan jenis komoditas yang cocok untuk ditanam.17 2. Jenis Tanah Menurut Sumartono, “Padi dapat diusahakan di tanah kering dan tanah sawah namun dalam kondisi irigasi yang baik.” Padi dalam 17
Ibid., hal.66-67
18
pertumbuhannya membutuhkan kondisi irigasi yang baik, karena padi akan tumbuh pada lahan yang memiliki tekstur yang halus, pada tanah sawah yang terpenting adalah tanah harus merupakan bubur yang lumat, yaitu struktur butir yang basah dan homogen yang kuat menahan air atau disebut tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm. Padi sawah cocok ditanam di tanah berlempung yang berat dan tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah karena mengalami penggenangan. Tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral yaitu mendekati 7,0. Keasaman yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman padi antara pH 4,0 – 7,0. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat untuk pertumbuhan padi maka diperlukan pengolahan tanah yang khusus, agar padi dapat tumbuh dengan baik dan dapat meningkatkan produktivitas lahan.18 3. Kondisi Irigasi Pertumbuhan tanaman menurut Hasan Basri sangat dibatasi oleh kondisi irigasi yang tersedia didalam tanah, karena air sangatlah mempunyai peran penting dalam proses kehidupan tanaman. Tanaman membutuhkan air untuk proses fotosintesis, Jika tanah kekurangan air akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologi sehingga mengakibatkan terhentinya petumbuhan tanaman dan menyebabkan gagal panen. Untuk menghidari hal tersebut maka diperlukan kondisi irigasi yang baik pada lahan pertanian.19 Air tanah memiliki peran penting dalam kehidupan dan penghidupan rakyat karena fungsinya sebagai salah satu kebutuhan pokok yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti untuk minum, mandi, irigasi pertanian dan keperluan lainnya. Oleh karena itu dalam pengelolaannya perlu diatur melalui perangkat-perangkat hukum atau regulasi untuk mewujudkan keseimbangan antara konservasi dan pendayagunaan air. Dalam melakukan pengelolaan air tanah khususnya pendayagunaan dan pengembangannya untuk irigasi pertanian, berikut diuraikan berdasarkan Undang18
I Made Mega,dkk, Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan, (Denpasar : Universitas Udayana, thn.2010). hal. 19 Hasan Basri Jumin, op. cit. hal.17
19
undang Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang air tanah dan peraturan daerah lainnya.20 Saluran air atau irigasi berfungsi untuk mengairi lahan sawah agar di saat musim kemarau kebutuhan akan air akan tetap terpenuhi dan tidak akan kekeringan, Sehingga tanaman padi tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Apabila air berkurang maka tanaman padi tidak akan tumbuh dan akan menyebabkan gagal panen. Air merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan tanaman, karena air merupakan salah satu kebutuhan pokok tanaman seperti halnya makluk hidup lain. Kekurangan air akan mengakibatkan terganggunya perkembangan morfologi dan proses fisiologi tanaman. Masalah kekurangan air timbul akibat siklus hidrologi di alam tidak merata. Banyaknya evaporasi dan transpirasi yang tidak seimbang dengan
turunnya
hujan
(presipitasi)
sehingga
menyebabkan
kekeringan, Sebagai tindak lanjutnya lahir pemikiran untuk memenuhi kekurangan air yang sering terjadi. Salah satu ilmu yang mengkaji dan membahas tentang masalah air bagi pertanian adalah ilmu irigasi. Menurut Hasan Basri Irigasi berarti pemberian air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan bagi kelangsungan hidupnya, pemberian air bisa dilakukan oleh petani maupun secara alami didapat dari alam, kebutuhan air tanaman sama dengan kehilangan air per satuan luas yang diakibatkan oleh kanopi tanaman di tambah dengan hilangnya air melalui penguapan evaporasi dan transpirasi permukaan tanah pada lahan tertentu. Dalam menentukan banyaknya kebutuhan air, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah faktor meteorologi, klimatologi dan hidrologi.21 PLA Deptan dalam Rosaline memandang Pemanfaatan air tanah untuk irigasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu sebagai suplesi atau cadangan air pada saat terjadi kekurangan air dan 20
Herliana Roseline dkk, “Kajian Pemanfaatan Irigasi Air Tanah pada Sawah Tadah Hujan Tanaman Padi Metode SRI di Desa Girimukti, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat”, Jurnal ITB, 2009, Hal.2 21 Hasan Basri Jumin, op. cit., hal.81-82
20
sebagai sumber air utama untuk kebutuhan pokok tanaman. Pada umumnya pemanfaatan air irigasi sebagai suplesi dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau pada saat terjadi kekurangan air.22 Kegiatan-kegiatan irigasi menyangkut penampungan air, penyaluran air ke lahan pertanian, dan pembuangan kelebihan air serta usaha menjaga keseimbangan air dalam tanah. Pada prinsipnya air irigasi yang ditambahkan adalah untuk menangani kekurangan air tanah karena kekeringan yang diakibatkan oleh musim kemarau yang telah ada pada saat yang diperlukan dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, untuk merancang irigasi selain diperlukan data hidrologis, meteorologi yang berhubungan dengan curah hujan dan juga diperlukan pengelolaan air yang baik.23 4. Iklim Menurut Nurdin dalam Ida Nurul Hidayati, “Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil pertanian”.24 kondisi iklim yang tidak stabil membuat dampak yang sangat buruk terhadap pertanian, pola tanam dan waktu tanam yang tidak teratur membuat produksi tidak menentu. Selanjutnya Suberjo dalam Ida Nurul Hidayati memandang bahwa, “Iklim sangat erat kaitannya dengan perubahan cuaca dan pemanasan
global
disuatu
wilayah
yang
dapat
menyebabkan
menurunnya produksi hasil pertanian antara 5-20 persen yamg disebabkan oleh kekeringan”.25 Menurut Kementrian Lingkungan Hidup dalam Ida Nurul Hidayati dan Suryanto Perubahan iklim merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang mengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu akibat 22
Rosaline, op. cit., hal.2-3 Hasan Basri Jumin, op. cit., hal.82 24 Ida Nurul Hidayati dan Suryanto, “Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi Pertanian dan Strategi Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan”. jurnal FEB, Universitas Sebelas Maret, 2015 hal.43 25 Ibid., 23
21
pemanasan global. Perubahan iklim tersebut terjadi karena adanya perubahan unsur-unsur iklim seperti suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun.26 Ratnaningayu dalam Ida Nurul Hidayati Memandang Perubahan iklim sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil sebagai contoh curah hujan yang tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, serta arah mata angin yang berubah drastis yang menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh karena tidak kuat untuk menopang angin dan air yang berlebihan.27 Menurut pandangan Angles, dkk dalam Ida Nurul Hidayati “Berkurangnya intensitas hujan merupakan faktor penyebab utama penurunan hasil panen”.28 Variasi iklim seperti kejadian masa kemarau panjang memiliki dampak yang tinggi pada hasil tanaman di lahan yang kering. Pasokan air pada lahan kering sangat mengandalkan iklim. Pada musim penghujan lahan kering akan digenangi air sehingga lahan akan produktif, dan sebaliknya pada musim kemarau lahan kering kurang produktif karena tidak digenangi air. Perubahan iklim menurut Utami, dkk dalam Ida Nurul Hidayati memiliki pengaruh negatif terhadap hasil pertanian, hal ini dikarenakan terjadinya penurunan luas lahan panen akibat dari dampak perubahan iklim global. Kondisi iklim yang tidak menentu membuat masyarakat kesulitan untuk menentukan jenis komoditas yang akan ditanam, terlebih jika pada lahan kering yang hanya dapat mengandalkan musim penghujan, jika terjadi musim kemarau yang secara terus menerus maka akan menghambat produksi pertanian karena lahan kering.29 Padi dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang berhawa panas dan udaranya mengandung uap air. Padi dapat ditanam di dataran
26
Ibid., Ibid., 28 Ibid., 29 Ibid., 27
22
rendah sampai ketinggian 1300 mdpl. Jika terlalu tinggi, pertumbuhan akan lambat dan hasilnya akan rendah. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm perbulan atau lebih dengan distribusi selama 4 bulan atau sekitar 1500-2000 mm per tahun. Padi menghendaki tempat dan lingkungan yang terbuka, agar intensitas cahaya matahari dapat diserap oleh tumbuhan padi yang akan digukanan untuk proses fotosintesis, Intensitas sinar matahari besar pengaruhnya terhadap hasil gabah, terutama saat padi berbunga (45-30 hari sebelum panen), karena 75-80% kandungan tepung dari gabah adalah hasil fotosintesis pada masa berbunga. Suhu
juga
merupakan
faktor
lingkungan
yang
besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan padi. Suhu yang tinggi pada vase pertumbuhan padi dapat mengganggu peningkatan jumlah anakan padi karena meningkatnya aktivitas tanaman dalam mengambil zat makanan. Sebaliknya suhu yang rendah pada masa pertumbuhan padi menjadi bunga atau malai berpengaruh baik pada pertumbuhan dan hasil akan lebih tinggi. Suhu yang tinggi pada masa ini dapat menyebabkan gabah hampa atau kurang efektif karena proses fotosintesis akan terganggu. Suhu yang untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 230C. hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu pada suatu tempat yang dijadikan sebagai areal pertanian padi, maka akan semakin menurun produksi padi pada lahan tersebut, dan sebaliknya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal, “Curah hujan di Kecamatan Bojong pada tahun 2013 sebesar 2.103 mm dengan hari hujan 215 atau lebih kering dari tahun 2013, (dengan 4103 mm dan 240 hari hujan), sedangkan kelembaban udara tahun 2012 sekitar 0,85%.” 30 Selain itu, dampak dari perubahan iklim terhadap produktivitas pertanian menurut Andri Noor Ardiansyah, diperkirakan produktivitas pertanian di daerah tropis sperti Indonesia akan mengalami penurunan jika terjadi kenaikan suhu global antara 30
Badan Pusat Statistik (BPS) Kab.Tegal ”Bojong Dalam Angka 2014” hal 4
23
1-20C sehingga dapat meningkatkan resiko bencana kelaparan karena produktivitas lahan menurun akibat cuaca ektrem. Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal terutama pada sektor penyediaan dan ketahanan pangan di daerah subtropis dan tropis. Pengaruh iklim global menjadi pemicu terjadinya perubahan musim dunia dimana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen pada lahan kering, selain itu musim kemarau yang berkepanjangan juga dapat memicu terjadinya krisis air bersih dan kebakaran hutan, terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan mengakibatkan produktivitas pertanian dalam negeri menurun, akibatnya Indonesia harus mengimpor beras.31 5. Unsur Hara Sebagai makhluk hidup yang sedang tumbuh dan berkembang, tanaman membutuhkan makanan, makanan yang dibutuhkan tanaman berupa unsur hara, tanaman membutuhkan unsur-unsur hara dengan susunan dan perbandingan tertentu dalam proses pertumbuhan dan produksinya. Unsur hara merupakan suatu zat yang dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanman, untuk itu unsur hara sangat penting dalam proses pertanian, unsur hara tidak bisa digantikan dengan unsur-unsur yang lain karena unsur hara termasuk unsur esensial yang harus ada pada tanaman dalam jumlah yang pas sesuai dengan takaran. Menurut Bachrun tanaman membutuhkan berbagai macam unsur hara untuk melakukan produksinya, yaitu unsur hara makro yang berupa unsur-unsur (N, P, K, Ca, S dan Mg) dan unsur hara mikro yaitu (Fe, Mn, Cu, Zn, dan B). Unsur-unsur tersebut akan memberikan banyak manfaat terhadap tumbuhan salah satunya adalah dalam membantu proses fotosintesis dan dapat mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Bila terjadi kekurangan salah satu unsur hara tersebut, maka pertumbuhan tanaman tidak akan sempurna. Semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman disebut dengan unsur hara esensial, karena tidak dapat diganti dengan unsur hara yang lainnya.32
31
Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (Jakarta : Uin Jakarta Press, 2014),
hal.116 32
Bachrun, Tim Karya Nyata, Pertanian Terpadu dan Agribisnis, (Ciputat :ntelektifa Pustaka, 2007). hal.14
24
Ali Munawar dalam pandangannya menyatakan bahwa “Pasokan hara bagi tanaman juga dapat berasal dari atmosfer seperti deposisi dan fiksasi. Deposisi unsur hara dari atmosfer hanya penting dalam jangka panjang, misalnya bagi tanaman tahunan atau hutan vegetasi.” Unsur hara yang didapat dari atmosfer melalui siklus biogeokimia dimana pada siklus biogeokimia unsur-unsur penting mengalami sirkulasi dari komponen abiotik ke dalam komponen biotik.33 D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah 1. Varietas Padi (Oryza sativa) Menurut
Febry
Indriyani
dalam
Penelitianya
“Padi
diklasifikasikan sebagai family Gramineae (Poaceae). Berdasarkan klasifikasi Gould padi termasuk kedalam sub family Oryzeideae, suku Oryzeae. Spesies yang paling sering dibudidayakan di Asia adalah Oryzae sativa.”34 Menurut Kartasapoetra dalam Rika Meiliza tanaman padi merupakan tanaman semusim, yang hanya dapat ditanam pada musim tertentu saja, padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut:35
33
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoenae
Ord
: Grameniales
Keluarga
: Gramineae (Poaceae)
Genus
: Oryza
Ali Munawar, op. cit., hal.21 Febry Indriyani, “Hubungan Partisipasi Petani dalam Kelompok Tani dengan Produktivitas Usaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus di Kelompok Tani Saluyu, Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)”, Skripsi FMIPA UIN Jakarta, Jakarta, 2014. Hal.40 (tidak diterbitkan) 35 Rika Meiliza, “Pengaruh Pupuk terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang,” Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2006, hal.13 34
25
Spesies
: Oryza spp.
Menurut Suparyono dalam Rika Meiliza, Padi (oryza sativa) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-tropis. Untuk padi sawah ketersediaan irigasi yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangatlah penting karena padi dalam pertumbuhanya sangatlan mengandalkan air. Oleh karena itu, tanaman yang digenangi air secara terus-menerus kemampuan tanah dalam menahan air harus tinggi seperti tanah lempung agar air tidak cepat habis. Untuk kebutuhan air tersebut diperlukan sumber mata air yang besar kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau), dari waduk inilah sewaktuwaktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah, selain mengandalkan waduk buatan air juga dapat diperoleh dari sungai.36 Menurut Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dalam Setijati D.Sastrapradja Padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah tergenang air, tanah yang tergenang air akan berubah menjadi halus dan lumat. Penggenangan tersebut akan membuat perubahan unsur kimia dalam tanah yang akan mempengaruhi kondisi pertumbuhan tanaman. Perubahan-perubahan kimia tanah sawah
yang terjadi
setelah
penggenangan antara lain : kadar oksigen yang ada didalam tanah menuru yang juga dapat menurunkan reaksi reduksi-oksidasi (redoks), perubahan pH tanah, reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn), peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen dalam tanah, serta peningkatan ketersediaan fosfor.37 Menurut Setijati D.Sastrapradja “Tanaman padi dapat tumbuh di daerah beriklim panas yang lembab. Tanaman padi memerlukan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan dengan distribusi selama 4 bulan, sedangkan pertahun sekitar 15002000 mm.” Suhu yang panas merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi yaitu pada suhu 23°C dimana pengaruhnya adalah kosongnya buah pada gabah. Daerah yang cocok untuk budidaya padi adalah daerah dengan dengan ketinggian 0-1500 mdpl.38
36
Ibid., hal 14 Setijati D.Sastrapradja, Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia, (Jakarta : Yayasan pustaka obot indonesia, 2012). hal.36 38 Ibid., 37
26
Menurut Setijati D.Sastrapradja, “Jenis padi pada umumnya ditanam disawah yang pada mulanya di genangi air. Tetapi ada pula kelompok padi yang di tanam di lahan kering”.39 Kalau buah padi sudah menghuning, buah-buah tersebut akan dipanen dan dirontokan dari malainya, kemudian di jemur beberapa hari dan digiling sehingga dapat dihasilkan beras yang kemudian diolah menjadi nasi sebagai pangan pokok masyarakat. 2. Penggunaan Pupuk Pupuk adalah material yang di tambahkan pada tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara
yang diperlukan tanaman
dalam
kelangsungan hidupnya, pupuk bisa berupa bahan organik maupun non-organik. Menurut
Hasan
Basri,
“Pupuk
adalah
senyawa
yang
mengandung unsur hara yang terdapat pada tanaman.” Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat diperoleh melalui pupuk, Suatu pupuk umumnya terdiri atas komponen-komponen yang mengandung unsur hara, pengatur konsistensi, kotoran makhluk hidup dan lain-lain. Bagian yang tidak mengandung unsur hara tersebut akan menurunkan kadar hara dalam pupuk tersebut. 40 Pengelompokan pupuk dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu41: a. Pupuk alam dan pupuk buatan, pupuk alam adalah puuk yang dihasilkan secara alami tanpa campur tangan dengan manusia, pupuk alam disebut juga sebagai pupuk organik, karena kebanyakan pupuk alam berasal dari bahan organik, sebaliknya pupuk buatan adalah pupuk yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik dengan kandungan hara tertentu, pupuk ini mudah larut dalam air dan cepat iserap oleh akar tumbuhan. b. Pupuk menurut unsur-unsur yang dikandungnya, unsur-unsur yang terdapat dalam pupuk merupakan unsur K, P Mg, KCl dan TSP. 39
Ibid., hal 37 Hasan Basri Jumin, op. cit., hal 98-100 41 Ibid., 40
27
c. Pupuk organik dan pupun non-organik Pupuk yang digolongkan kedalam kelompok pupuk alam antara lain adalah, night soil (kotoran manusia), pupuk kandang (kotoran ternak), pupuk hijau dan kompos. Menurut Poole dalam Ali Munawar, Pupuk hijau adalah jenisjenis tanaman yang ditanam karena kemampuannya memperbaiki tanah dan tanaman yang akan ditanam berikutnya. Pupuk hijau adalah pupuk yang paling mudah untuk dicari karena langsung dihasilkan dari alam seperti tanaman penutup, pupuk hijau mampu menahan erosi ataupun sedimentasi, membantu mengikat hara dalam tanah, menekan gulma, mendaur hara dan juga menyediakan hara.42 Selanjutnya kompos menurut Girma dalam Ali Munawar merupakan semua jenis bahan organik yang telah mengalami dekomposisi atau pengurai pada kondisi lingkungan yang terkendali. Dalam siklus biogeokimia tumbuhan yang telah mati menjadi dekomposer yang kemudian akan kembali diserap oleh tumbuhan sebagai pupuk. Semua bahan organik dapat dirubah menjadi kompos, tetapi ada ketentuan bahan yang dapat atau yang tidak dapat di konversi.43 Pupuk kandang menurut Tati Nurmala merupakan sumber penting bahan organik, peternakan menjadi bisnis yang sedang berkembang di Indonesia, oleh karena itu pupuk kandang relatif mudah di dapatkan dari peternak, selain mudah didapatkan pupuk kandang juga lebih kaya akan unsur hara jika dibandingkan dengan pupuk lain.44 3. Penggunaan pestisida Menurut Martin dan Woodcock dalam Triharso, pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman atau jazat pengganggu. Jadi 42
Ali Munawar, op. cit., hal 175 Ibid hal, 176 44 ibid 43
28
dapat disimpulkan bahwa pestisida merupakan zat kimia yang digunakan petani untuk melindungi tanaman dari hama yang kerap mengganggu pertanian. Kata pestisida bersasal dari kata pest yang berarti hama (jazat pengganggu) dan cida yang artinya pembunuh, jadi pestisida artinya pembunuh hama dengan cara meracuni.45 Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No.7 tahnun 1973 dalam Triharso, definisi pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jazad renik dan virus yang dipergunakan untuk.46: a. Memberantas atau mencegah hama danpenyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian. hama penyakit pada tanaman dapat merusak struktur tanaman yang menyebabkan menurunnya tingkat produktivitas tanaman. b. Membrantas rerumputan, rerumputan yang mengganggu pertumbuhan padi akan menjadi penghalang tanaman untuk memproduksi buah. c. Mengatur atau merangsang tumbuhan yang tidak diinginkan. Tumbuhan-tumbuhan yang tidak diinginkan yang tumbuh pada lahan pertanian seperti rerumputan dibunuh menggunakan pestisida karena akan membuat ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah akibat tumbuhan yang tidak diinginkan.. d. Membrantas atau mencegah hama luar pada hewan peliaharaan dan ternak. e. Membrantas atau mencegah hama air. f. Membrantas atau mencegah binatang dan jazad renik dalam bangunan rumah tangga, alat angkutan, dan alat pertanian. buhan hanya pada pertanian saja dalam rumah tangga yang dimaksud hama adalah kecoa, nyamuk dan lalat ataupun tumbuhan pengganggu yang menempel pada dinding rumah. g. Membrantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman tanah dan air. MG Catur Yuamatri berpendapat bahwa Pestisida merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh), organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk 45
Triharso, Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2010). hal,244 46 Ibid.,
29
melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman. Pemikiran petani menggunakan pestisida karena jika hama dibiarkan tumbuh atau menyerang tanaman hal ini akan menurunkan produksi tanaman pada lahan, Penggunaan pestisida yang dilakukan oleh para petani bertujuan untuk membunuh zat pengganggu berupa hama dan gulma dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman.47 Disamping dapat meningkatkan hasil produk pertanian, penggunaan pestisida juga memberikan dampak negatif apabila digunakan secara berlebihan, karena dapat membunuh makhluk hidup yang lainnya yang tidak merugikan tanaman seperti cacing, serangga penyerbuk dan serangga bangkai. Penggunaan pestisida juga akan berdampak pada kualitas hasil pertanian, jika penggunaan pestisida dilakukan secara terus menerus tanpa memperhatikan aspek lingkungan maka hal tersebut akan berdampak pencemaran lingkungan akibat bahan kimia yang secara berlebihan, bahan-bahan kimia tersebut akan mencemari hasil pertanian dan juga kondisi irigasi disekitar lahan, sehingga hal ini dapat membahayakan kelangsungan hidup manusia karena bahan kimia. Menurut definisi dari The United States Federal Environmental Pesticide Control Act dalam MG Catur Yuamatri pestisida adalah semua zat yang digunakan petani khusus untuk memberantas, mencegah dan membunuh zat penganggu seperti serangga, binatang pengerat, nematoda, jamur, gilma, virus, bakteri, dan jazad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri dan jazad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya.48 4. Modal Menurut Tati Nurmala dkk, selain tanah dan tenaga kerja maka modal (uang) termasuk faktor produksi pertanian, karena apabila petani tidak mempunyai modal uang maka petani tidak dapat mengolah lahan pertaniannya karena ia tidak akan dapat membeli pupuk, membayar tenaga kerja buruh tani yang ia pergunakan dalam 47
MG Catur Yuamtari, dkk. “Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan) , Knowledge level of farmers in the Use of Pesticides (Case Study in Village Curut Penawangan District, Grobogan),” Jurnal, 2013 hal.1-2 48 Ibid.,
30
usaha taninya. Modal dalam pertanian erat kaitannya dengan keputusan terhadap besaran luasan yang akan ditanami padi. Modal yang digunakan dalamp pertanian anatara lain untuk mendapatkan bibit unggul, membayar upah tenaga kerja, membeli pupuk, pestisida maupun obat-obatan lain yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.49 Modal merupakan unsur produksi yang paling penting sebab tanpa modal segalanya tidak berjalan. Modal di bedakan menjadi dua, yaitu modal tetap, dan modal berjalan. Modal tetap adalah modal yang tidak akan habis dalam satu kali pakai, dalam hal ini yang termasuk modal tetap adalah tanah karena tanah dapat digunakan sepanjang masa, sedangkan modal berjalan adalah modal yang habis dipakai pada satukali masa tanam, dalam hal ini yang termasuk modal berjalan adalah uang tunai, pupuk dan tanaman.50 Heady dan Dillon dalam Soekartiwi mengklasifikasikan beberapa variabel yang dapat digolongkan sebagai modal adalah:51 a. Modal untuk perbaikan usahatani, terdiri dari biaya penyusutan bangunan dan dam, kekayaan-kekayaan yang mudah di uangkan serta biaya yang digunakan untuk pemeliharaan. Modal ini diperlukan untuk semua proses mulai dari persiapan benih sampai pada masa panen, dalam pengolahan dan pemeliharaan tanaman termasuk pemberian pupuk dan pestisida. b. Modal yang terdiri dari mesin dan peralatan pertanian, jika pengolahan lahan menggunakan tenaga manusia penggunaan modal ini digunakan untuk membayar tenaga kerja atau membayar sewa. c. Modal yang terdiri dari penyusutan mesin-mesin pertanian, pupuk, dll. Berbagai penggolongan modal yang disebutkan di atas pada prinsipnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : a. Modal tetap, yaitu barang-barang yang tidak akan habis dalam satu kali masa produksi seperti tanah dan mesin pertanian. 49
Tati Nur Mala, op. cit., h.128 Ibid, 51 Seokartiwi, Ilmu Usahatani, (Jakarta : UI Press, 1986). hal 229 50
31
b. Modal berjalan yaitu barang-barang yang akan habis dalam satukali masa produksi yaitu uang tunai, pestisida maupun insektisida. Sementara itu Tati Nurmala dkk memandang modal ditinjau dari sifatnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu52: a. Modal tetap, yaitu modal yang digunakan untuk beberapa proses produksi. Seperti tanah, mesin pertanian, dll. b. Modal tidak tetap adalah nilai sarana produksi yang hanya dapat dipakai satu kali panen. Contohnya adalah pupuk, pestisida, tenaga kerja dan benih tanaman. Modal dapat berasal dari jerih payah sendiri maupun berasal dari warisan, modal yang didapat dari jerih payah sendiri maupun dari warisan dapat digunakan sesuka hati, sedangkan modal yang berasal dari pinjaman bank harus dapat di pertanggung jawabkan oleh si peminjam terhadap pemilik modal yang meminjamkan. Menurut
Soekartiwi
“Modal
dalam
usaha
tani
dapat
diklasifikasikan dalam bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu
baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi.” Jadi dapat disimpulkan bahwa modal itu bermacam-macam bentuknya, ada modal yang berupa kekayaan, melalui kekayaan petani bisa mengolah lahan sesuai dengan kemauannya, modal ada juga dalam bentuk tenaga kerja, modal dalam bentuk tenaga kerja diandalkan dalam proses pengolahan lahan mulai dari penyebaran benih sampai pada tahap pemanenan, sehingga tidak perlu banyak mencari tenaga kerja dalam proses proses produksi dan dapat mengirit upah, tetapi hal ini kurang efektif karena pengolahan yang tidak optimal. Dengan demikian pembentukan modal dalam usahatani mempunyai tujuan, yaitu53:
52 53
Tati Nur Mala, op. cit., hal. 128 Soekartiwi, op. cit hal.229
32
a. Untuk menunjang pembentukan modal lebih lanjut. b. Untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani. Menurut Soetriono Bagi petani dipedesaan, pembentukan modal sering dilakukan dengan cara menabung, yaitu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk keperluan bercocok tanam. Petani yang tergolong dalam keluarga tidak mampu atau petani kecil maka modalnya juga kecil dalam pengolahan sawah, Sebaliknya petani besar modalnya juga akan relatif besar sehingga kemampuan menabungnya juga akan lebih besar. Hal ini dapat dilihat karena biasanya di pedesaan ukuran kekayaan seseorang dapat dilihat dari seberapa luasan lahan yang dimilikinya.54 5. Tenaga kerja Dalam usaha tani penggunaan tenaga kerja dibutuhka dalam proses pengolahan dari mulai tanam hingga pada saat panen, tenaga kerja digunakan untuk membantu petani dalam mengolah lahannya karena jika tidak ada tenaga kerja maka pengolahan akan lahan tersebut tidak akan efektif. Menurut Soetriono skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan pula tenaga kerja bagaimana yang diperlukan. Pada sekala yang besar para petani menggunakan tenaga kerja yang sudah terampil dengan cara sewa, sedangkan untuk pertanian dengan sekala kecil biasanya petani hanya mengandalkan anggota keluarganya yang dilibatkan dalam proses pertanian hal ini akan mengurangi biaya modal untuk membayar upah tenaga kerja karena yang digunakan adalah anggota keluarganya.55 Menurut Tati Nurmala dkk. “Tenaga kerja merupakan faktor produksi
pertanian
yang
bersifat
unik
baik
jumlah
yang
digunakannya, kualitas maupun penawaran dan permintaannya.” Karena tenaga kerja pada tiap wilayah memiliki upah yang berbeda-
54 55
Soetriono, op. cit., hal.68-70 Soetriono, dkk, op. cit., h.70
33
beda, hal ini disesuaikan dengan skill yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut.56 Tati Nurmala membagi jenis tenaga kerja pertanian menjadi tiga, yaitu57: a. Tenaga Kerja Manusia Tenaga kerja manusia merupakan tenaga kerja yang pertama sebelum tenaga ternak digunakan untuk membentuk petani mengolah lahan atau mengangkut hasil pertanian. b. Tenaga Ternak Tenaga ternak yang dipergunakan oleh petani adalah sapi dan kerbau, tenaga tersebut dibutuhkan dalam proses pembajakan sawah yang tujuannya agar tekstur tanah berubah menjadi lembut. Selain itu tenaga ternak juga dapat digunakan petani dalam mengolah tanah antara lain untuk mengangkut hasil pertanian, jika pekerjaan-pekerjaan dalam usaha pertanian tersebut terlalu berat. c. Tenaga Mesin Munculnya teknologi seiring berkembangnya zaman, membuat masyarakat lebih memilih cara instan untuk membutuhkan sesuatu, salah satunya adalah dalam pertanian, Tenaga mesin dalam pertanian sama dengan tenaga ternak yang pemakaiannya terbatas. Tenaga mesin digunakan untuk penggerak mesin pengolah tanah, mengangkut hasil yang jauh. E. Beras Menurut Soetriono, “Beras merupakan makanan pokok di 26 negara padat penduduk (China, India, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Thailand, Vietnam), atau lebih separuh penduduk dunia.” Di Indonesia
beras
menjadi
panganan
pokok
penduduknya
karena
kebanyakan masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Mereka mengandalkan beras sebagai bahan pangan pokok untuk menghemat biaya dalam rumah tangga, Masalah beras di negeri ini sangat erat kaitannya dengan masalah budaya, sosial dan ekonomi bangsa. Salah satu bentuk keeratan antara beras dan manusia yaitu adanya hikayat Dewi Sri. Dalam menentukan
56 57
indeks
kesetabilan
Tati Nur Mala, dkk, op. cit., hal. 118 Ibid., hal 118-119
ekonomi
nasional
pemerintah
34
menggunakan beras sebagai angka penentu yang sering digunakan karena mayoritas penduduk mengkonsumsi nasi yang berasal dari beras.58 Soetriono juga memandang bahwa beras merupakan pangan utama rakyat Indonesia. Pada umumnya setelah proses penggilingan padi beras berwarna putih, meskipun ada juga beras yang berwarna merah yang dinakaman beras merah, bahkan hitam kelam sekalipun. Jika dilihat dari kondisi tanamannya kita dapat menebak bahwa tanaman padi termasuk kelompok rerumputan, seperti rumput pada umumnya, perbungaan padi berbentuk malai dengan jumlah buah yang banyak pada setiap malainya. Buahbuah tersebut berukuran kecil dan terdapat pada setiap malai yang tumbuh, buah tersebut termasuk dalam kelompok buah kering yang tidak dapat merekah dengan sendirinya, untuk mengeluarkan biji buahnya (beras) dari padi tidaklah mudah dan diperlukan proses pengglingan untuk memisahkan buah dari kulitnya.59 F. Pemenuhan Pangan Bagi Masyarakat 1. Konsep Umum Ketahanan Pangan Ketahanan pangan terwujud jika ada dua aspek yang telah terpenuhi sekaligus, yaitu pertama telah tersedianya kebutuhan pangan yang tekah mencukupi dan merata bagi seluruh jumlah penduduk. Kedua, setiap penduduk telah memiliki aspek fisik untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari. Ketahanan pangan dalam Tulus Tambunan menurut UU No 7 tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 yang menyebutkan bahwa Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.60 Menurut Purwanto dkk, “ketahanan pangan selalu menjadi isu strategis dalam setiap konsep pembangunan pertanian. Ini tidak
58
Soetrisno Koeswara, Teknologi Pengolahan Beras Teori dan Praktik, (Ebookpangan.com, 2009) h.2 59 Ibid., 60 Tulus Tambunan, “Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan” (Jakarta, UI Press, 2010) h.65
35
mengherankan karena merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian.” 61 Menurut Suryana dalam Purwanto, menyebutkan bahwa “aspek yang dapat dijadikan indikator ketahanan pangan adalah kemampuan untuk menjaga stok pangan”.62 Menurut Purwanto pada sisi permintaan secara teoritis dengan adanya kebijakan stabilitas harga pangan yang dilakukan oleh pemerintah dan akan berdampak pada harga pangan utama yang berada pada tingkat yang wajar.63, sedangkan pada sisi ketersediaan kebijakan ketahanan pangan di arahkan untuk:64 a. Meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas sumber daya alam dan air, yaitu dengan memanfaatkan lahan sawah dengan sebaik-baiknya secara efisisen dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan seperti kondisi irigasi yang harus tetap mengalir dan tidak tercemar oleh zat kimia sehingga dapat meningkatkan produktivitas pangan. b. Nenjamin produksi pangan utama dari produksi dalam negeri. Produksi dalam negeri harus dijaga stoknya agar dapat mengurangi kegiatan impor. c. Mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlu pandai-pandai dalam menjaga stok pangan, jika pada tahun tertentu produktivitas pertanian menurun, masih tersedia stok pangan yang telah tersedia. d. Meningkatkan kapasitas produksi Nasional dengan menetapkan lahan abadi untuk produksi pangan. Pengolahan lahan harus digunakan sebagaimana mestinya, dalam meningkatkan produksi dalam negeri diperlukan lahan yang tetap untuk swasembada pangan. Tati Nurmala memandang ketahanan pangan pada tingkat rumah
tangga
merupakan
landasan
bagi
ketahanan
pangan
masyarakat, yang selanjutnya akan menjadi pilar bagi ketahanan pangan daerah dan nasional. Berdasarkan pernyataan tersebut maka yang menjadi perioritas utama ketahanan pangan dalam negeri adalah memberdayakan masyarakat agar mampu menjaga stok pangan dan 61
Purwanto “Peran pembangunan ketahanan pangan” (Jakarta, Lembaga ilmu pengetahuan Indonesia LIPI, Pusat Penelitian Ekonomi, 2010) hal. 50 62 Ibid, 63 Ibid.,, hal 9 64 Ibid., hal 49
36
mampu menanggulangi masalah pangannya secara mandiri, serta dapat mewujudkan ketahanan pangan dalam keluarga secara berkelanjutan.65 Menurut Soekartawi “pada prinsipnya aspek gizi dalam perencanaan kebutuhan pangan keluarga dapat dinyatakan dalam satuan fisik seperti sekian ton beras, liter susu dan sebagainya.” 66 2. Arah Kebijakan Menurut Tati Nurmala “Permintaan pangan meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat, serta perkembangan selera makan yang terjadi pada masyarakat.”67 Dinamika sisi permintaan ini menyebabkan kebutuhan secara nasional meningkat dengan cepat, baik dalam jumlah, mutu dan keragamannya. Dalam hal konsumsi, kebijakan ketahanan pangan diarahkan untuk68: a. Menjamin pemenuhan pangan bagi setiap rumah tangga dalam jumlah dan mutu yang memadai, aman dikonsumsi dan bergizi seimbang. Tercukupinya kebutuhan pangan rumah tangga yang memiliki gizi baik yang dihasilkan dari tanaman yang bebas dari bahan kimia. b. Mendorong,
mengembangkan,
dan
membangun
serta
memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pemenuhan pangan sebagai implementasi pemenuhan hak atas pangan. Hal ini perlu dilakukannya kegiatan penyuluhan dan pelatihan terhadap kegiatan
pertanian
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan
produktivitas. c. Mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk pemenuhan hak atas pangan. 65
Tati Nur Mala, op. cit., hal.63 Seokartiwi, op. cit., hal 114 67 Tati Nur Mala, loc.cit., h. 65 68 Ibid., 66-67 66
37
G. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan peroduktivitas lahan sawah dalam pemenuhannya terhadap kebutuhan beras penduduk, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Eddy Makruf, Yulie Oktavia dan Wawan Eka Putra (2011) dalam jurnal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP)
Bengkulu,
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi padi sawah di kabupaten seluma (Studi Kasus: Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit Peninjauan II Kecamatan Sukaraja) dan dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa secara individual variabel jumlah pupuk SP-36 (X3) berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah, sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4), jumlah tenaga keja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7) berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah. (Jurnal) 2. Penelitian yang dilakukan oleh Fanny Anugerah K (2005) Skripsi Fakultas Pertanian, Universitas Pertanian Bogor, tentang Analisis faktor-faktor
yang
mempengaruhi
penggunaan
Non-pertanian
di
konversi
kabupaten
lahan
sawah
Tangerang,
ke
dengan
menggunakan metode linear Berganda. Dari hasil penelitian di peroleh hasil bahwa berdasarkan analisis, hasil pendugaan menunjukan koefesien determinasi (R2-adj) sebesar 92,5%. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap penurunan luas lahan sawah di tingkat wilayah adalah laju pertumbuhan penduduk, presentase luas lahan sawah irigasi dan pertambaha panjang jalan aspal. Adapun peubah yang berpengaruh negatif yaitu produktivitas padi sawah, kontribusi sektor non-pertanian dan peubah dummy (kebijakan pemerintah). Hasil uji-t di peroleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap konversi lahan sawah pada selang kepercayaan 90% adalah
38
produktivitas padi sawah, presentase luas lahan sawah irigasi, montribuso sektor non-pertanian terhadap PDRD dan dummy (kebijakan pemerintah) sedangkan laju pertumbuhan penduduk dan pertambahan panjang jalan aspal tidak berpengaruh nyata. Selain itu nilai dari probabilitas-F menunjukan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel enjelas berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90%. (Skripsi) 3. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Irawah dan Friyatno (2002) dalam jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosal Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian R.I, tentang dampak konversi lahan sawah jawa terhadap produksi beras dan kebijakan pengendaliannya. Dari hasil penelitian di peroleh bahwa akibat konversi lahan sawah di jawa selama kurun waktu 18 tahun (1981-1998) di perhitungkan secara akumulasi telah hilang sebesar 50,9 juta ton gabah atau sekitar 2,82 juta ton gabah per tahun. (Jurnal) 4. Penelitian yang dilakukan oleh Maswirahmah dalam jurnal fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng, dengan judul “Arahan perencanaan ketahanan pangan di Kabupaten Soppeng” hasil penelitian diperoleh bahwa kabupaten soppeng sampai dengan tahun 2042 (30 tahun kedepan) dengan sekenario I mengalami surplus beras begitu juga dengan luasan sawahnya. Hanya saja untuk mewujudkan kondisi seperti itu sulit diwujudkan karena laju pertumbuhan penduduk dan konversi lahan semakin meningkat. Begitupun dengan skenario II Kabupaten
Soppeng
masih
mengalami
surplus
meskipun
penurunannya terjadi drastis ini mengindikasikan jika tidak ditangani dengan baik akan terjadi krisis pangan kedepannya (Jurnal) 5. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Wahed dalam jurnal sosio elektronika Universitas Negeri Malang, dengan judul “Pengaruh luas lahan, produksi, ketahanan pangan dan harga gabah terhadap kesejahteraan petani padi di Kabupaten Pasuruan” hasil penelitian ini adalah luas lahan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan
39
petani padi dan menunjukan hubungan yang positif, temuan ini sejalan dengan teori yang digunakan bahwa luas lahan merupakan salah satu faktor utama dalam peningkatan produksi padi yang juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani, namun saat ini peranannya semakin berkurang disebabkan karena penyusutan lahan pertanian yang akan berdampak pula pada penurunan kesejahteraan petani. Selain luas lahan produksi
juga berpengaruh signifikan terhadap
kesejahteraan petani, temuan dalam penelitian ini sejalan dengan teori vadinicum yang disebutkan bahwa produksi padi pada dasarnya bergantung pada dua variabel yaitu luas lahan dan hasil per hektar, jika luas panen atau produktivitas persatuan luas mengalami peningkatan yang pada gilirannya secara otomatis akan meningkatkan kesejahteraan petani padi. (jurnal) H. Kerangka Berpikir Pembangunan pertanian tidak terlepas dari peran serta masyarakat tani dalam mengolah sumberdaya pangan, untuk memproduksi pangan memerlukan sumberdaya berupa tanah (lahan), air, udara, sinar matahari dan petani. Lahan menjadi faktor penting dalam kegiatan pertanian, sementara jumlah penduduk di Kecamatan Bojong setiap tahun semakin meningkat, hal ini akan berdampak pada berkurangnya lahan untuk pertanian yang telah di alih fungsikan untuk lahan permukiman. Selain itu meningkatnya jumlah penduduk juga akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan beras perkapita di Kecamatan Bojong. Kecamatan Bojong merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Tegal, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini akan berdampak pada produktivitas hasil pertanian pada lahan yang ada di Kecamatan Bojong. Dari pernyataan diatas bisa diketahui seberapa besar produksi beras pada lahan pertanian di Kecamatan Bojong. Meningkatnya jumlah penduduk di Kecamatan Bojong, akan menyebabkan terjadinya konversi atau alih fungsi lahan pertanian menjadi
40
lahan permukiman sehingga akan berdampak pada berkurannya luas lahan pertanian yang akan berdampak pula pada produksi pertanian. Berdasarkan konsep ini, dengan demikian akan ada dampak dari berkurangnya produktivitas lahan sawah akibat meningkatnya jumlah penduduk sehingga dapat berdampak pada ketahanan pangan masyarakat sekitar.
Di huni Oleh
LAHAN
PENDUNDUK
Luas Lahan Pertanian
Hasil Pertanian
Penduduk Bukan Petani
Penduduk Petani
Petani yang Punya Lahan Sawah
Petani yang tidak punya Lahan sawah / Buruh
Produktivitas Lahan Sawah
surplus
Pertambahan Penduduk
Defisit
Pemenuhan Kebutuhan Beras Jumlah Penduduk di Kecamatan Bojong Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
42
Luas Kecamatan Bojong adalah 4.308.050 hektar terdiri dari 52,12% merupakan lahan sawah yaitu seluas 2.245,422 hektar, sementara bukan lahan sawah terdiri dari 2.062.628 hektar atau 47,82%. Dari Luas lahan sawah tersebut 675.000 hektar diantaranya merupakan lahan sawah beririgasi teknis sedangkan 87.000 hektar merupakan sawah berpengairan setengah teknis dan 1.048.731 hektar sawah berpengairan sederhana serta 431.691 hektar sawah yang tadah hujan. 2 Luas lahan di Kecamatan Bojong digunakan untuk budidaya sayuran dan komoditi pertanian lain, seperti padi, jagung, ubu jalar, singkong dan sisanya digunakan untuk lahan tegalan dan hutan lindung. Kecamatan Bojong yang letaknya di lereng gunung slamet membuat masyarakat memilih sayuran sebagai komoditi utama dbandingkan dengan padi, namun untuk daerah-daerah yang memiliki kemiringan lereng dengan kategori sedang, lebih meilih untuk membudidayakan padi sebagai tanaman pangan. Lahan sawah yang ditanami padi sebanyak satu kali dalam setahun seluas 1.104,5 hektar, sedangkan 805 hektar lainnya ditanami padi sebanyak dua kali setahun. Wilayah Kecamatan Bojong berada ± 20 km di sebelah selatan Ibukota Kabupaten Tegal dengan batas – batas Kecamatan Bojong sebagai berikut3: 1. Sebelah utara
: Kec. Jatinegara
2. Sebelah Timur
: Kab. Pemalang
3. Sebelah Selatan
:Kec. Bumijawa
4. Sebelah Barat
: Kec. Balapulang, Bumijawa
Adapun waktu penelitian selama 11 bulan yang dimulai bulan November 2015 sampai Bulan September 2016, berikut rencana penelitian:
2 3
Ibid., Ibid.,
43
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian N o Kegiatan
Nov 2015
Mar 2016
Bulan Jul 2016
Agu 2016
Sept 2016
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2 3
4 5 6 7
8
Pengajua n Proposal Seminar proposal Penyusun an Bab I,II.III Pengump ulan Data Pengolah an Data Analisis Data Pemeriks aan dan Keabsaha n Data Penyerah an Hasil Penelitian
B. Metodologi penelitian Penelitian pasti memerlukan suatu Metode untuk membantu proses pengumpulan dan pengolahan Hasil penelitian yang dilakukan. Metodologi penelitian adalah mengungkapkan bagaimana suatu proses penelitian dilakukan yaitu meliputi dengan alat apa dan bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Untuk melakukan suatu penelitian seorang peneliti seharusnya sudah menetapkan metode penelitiannya
44
terlebih dahulu sehingga memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Metode menurut Bungin dalam Mulyadi adalah sebuah pedoman yang dijadikan acuan dalam sebuah proses penelitian, menurut Bungin “metode atau desain penelitian dibuat sebagai rancangan, pedoman, atauran main atau acuan penelitian yang akan dikerjakan”4 Sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini diterapkan metode deskriptif
dengan pendekatan Kuantitatif.
“Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antara variabel”5 Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat kondisi potensi geografis tertentu. Melalui metode ini diharapkan dapat memecahkan masalah yang diajukan dengan tujuan mendapat gambaran yang objektif yang jelas dan aktual yang ada dan tersedia dilapangan, baik berupa data primer maupun data sekunder. C. Variabel Penelitian. Variabel menurut Bungin dalam Mulyadi berasal dari kata variabel yang artinya faktor yang berubah-ubah atau segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.6 Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa variabel penelitian merupakan sifat yang orang atau obyek penelitian yang mempunyai variasi dan yang sudah ditetapkan oleh peneliti dan akan dipelajari oleh peneliti, kemudian ditarik kesimpulannya.
4
Mulyadi, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Dampak konversi Lahan di Desa Babakan Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Skripsi UIN Jakarta, hal 39. 5 Ibid, hal. 38. 6 Ibid, hal. 39
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Produktivitas Lahan Sawah
Pemenuhan Kebutuhan Beras di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal.
46
sedangkan yang terpengaruhnya adalah kesehatan, pendidikan, perumahan dan lain sebagainya. D. Populasi Data 1. Populasi Menurut kuzma dalam Sulistyaningsih yang dimaksud dengan populsi adalah “sekelompok orang atau objek dengan satu karakteristik umum yang dapat di observasi”. Menurut Notoatmojo dalam Sulistyaningsih populasi diartiken sebuah keseluruhan objek penelitian atau yang diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek (benda) / subjek (orang) yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. 7 Juliansyah Noor dalam Mulyadi Populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen/anggota dari suatu wilayah yang menjadi
sasaran
penelitian
atau
merupakan
keseluruhan
(universum) dari objek penelitian. Sampel sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.8 Menurut Burhan Bungin dalam Mulyadi populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.9 Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh wilayah dan penduduk di Kecamatan Bojong sebagai subjek penelitian, yaitu semua elemen masyarakat yang ada di 17 Kelurahan di Kecamatan Bojong. Hal ini seperti disajikan pada tabel 3.2
7
Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011) hal. 64 8 Mulyadi op.cit h. 41. 9 Ibid,
47
Tabel 3.2 Monografi Kecamatan Bojong Tahun 2014 No Kelurahan Jumlah Jumlah KK Luas Penduduk Lahan KK KK (Ha) Petani Keseluruhan 1 Rembul 9.107 1.654 1.800 434.678 2 Dk.Tengah 2.785 618 779 184.788 3 Kedawung 2.906 131 634 245.858 4 Suniarsih 2.188 344 457 155.360 5 Karangmulya 6.496 870 1.217 342.950 6 Tuwel 9.298 1.326 2.062 557.600 7 Bojong 8.870 125 2.017 258.065 8 Buniwah 3.361 474 851 166.150 9 Lengkokng 5.010 899 950 227.412 10 Batunyana 1.788 210 735 158.390 11 Sangkanayu 1.259 569 593 143.490 12 Gunungjati 2.360 425 580 158.550 13 Pucangluwuk 4.377 585 919 245.020 14 Kajenengan 4.701 950 1.100 200.265 15 Kalijambu 2.431 451 527 175.365 16 Danasari 4.625 700 883 449.823 17 Cikura 4.394 663 823 208.747 Jumlah 75.908 10.994 16.929 4.308.050 Sumber: Monografi Kabupaten Tegal.”BPS Kecamatan Bojong dalam angka 2015” Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah: a. Populasi penduduk meliputi seluruh penduduk yang ada di Kecamatan Bojong, yaitu sebanyak 75.908 jiwa. b. Populasi wilayah meliputi lahan pertanian basah (sawah) yang ada di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. E. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan/arsip yang ada dikantor atau instansi yang dapat dipertanggung jawabkan dan ada hubungannya dengan tujuan penelitian.
48
Studi Dokumentasi Studi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.10 Data sekunder yang dikumpulkan adalah: 1. Peta Administrasi Kabupaten Tegal 2. Data produksi padi Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal tahun 2011-2014 3. Data jumlah penduduk Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal tahun 2011-2014 4. Data rata-rata luas panen pertanian bahan makanan pokok padi tahun 2011-2014 5. Data penggunaan lahan sawah dan bukan sawah, Kecamatan bojong, Kabupaten Tegal tahun 2014 F. Teknik Pengolahan dan analisa data Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan peneliti adalah pengolahan data, sehingga dapat dianalisis dan diambil kesimpulannya.11 Tujuan pengolahan data adalah menyiapkan data agar mudah ditangani dalam analisanya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan data adalah data relevan dengan tujuan penelitian, kualitas data dapat dipercaya, gunakan metode yang tepat dan mudah, ungkapkan batasan kelemahannya bila ada, hasil olahan data harus sesuai standar, data mudah dimengerti, menghasilkan presepsi sama dan dapat diperbandingkan menurut waktu, geografis, dan sebagainya. Sedangkan Analisis adalah kegiatan, mengubah hasil penelitian menjadi informsi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan
10
Nana Syaodih Sukmadinata, Rosdakarya,2006) hal 221 11 Sulistyaningsih, op.cit hal. 149
Metodelogi
Penelitian
(Bandung,
Remaja
49
penelitian.12 Dalam hal ini pengolahan data di gunakan dengan menggunakan microsoft excel 2010. Adapun tahap pengolahan data sebagai berikut: 1. Dari sisi permintaan (Demand) a. Menghitung laju
pertumbuhan
penduduk
Kecamatan
Bojong per tahun berdasarkan data jumlah
penduduk
Kecamatan Bojong tahun 2011-2014 b. Menentukan indeks konsumsi beras penduduk pertahun. Dalam hal ini, indeks konsumsi beras per tahun di tentukan dengan mengacu kepada Peraturan Kementrian Pertanian Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia, Nomor 16/Permentan/HK.140/4/2014 tentang Pedoman Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat Tahun 2015 dan kepada Direktorat Pangan dan Pertanian, Kementerian Perencanaan Pebangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Naional Sebesar 124,89 kg/kap/tahun.13 c. Menghitung kebutuhan beras di Kecamatan Bojong berdasarkan jumlah penduduk dan indeks konsumsi beras penduduk per tahun dengan cara:14 Kebutuhan beras total = penduduk hasil proyeksi x indeks konsumsi beras 2. Dari sisi ketersediaan (Supply) a.
Menghitung produksi padi di Kecamatan Bojong dengan pendekatan:15 Total produksi padi (ton) = Luas lahan padi sawah (Ha) x IP x produktivitas padi (ton/ha)
12
Ibid, hal 150 Nano Rusono, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan dan Pertanian, Bappenas, 2013) hal.109 14 Maswirahmah, Op. Cit 15 Ibid., 13
50
Catatatan: untuk menghitung IP (Indeks penanaman padi) di gunakan rumus:16
IP = Keterangan:
IP (Indeks Penanaman) : Rata-rata masa tanam dalam setahun Luas tanam : Luas Tanam Padi pada lahan dalam 1 Tahun Luas Baku Tanam : Luas lahan yang ditanam (nilainya tetap)
Produktivitas padi Berdasarkan data BPS (20112014), Produktivitas padi rata-rata 5,08 (ton/ha).17 Indeks penanaman (IP) Padi di Kecamatan Bojong adalah 1,42.18 b. Menghitung produksi beras di Kecamatan Bojong dengan pendekatan:19 Total produksi beras (Ton) = Total Produksi Padi / GKG (Ton) x Indeks konversi padi ke Beras Catatan: Indeks Konversi padi ke beras ( 1 Kg GKG = 0,65 Kg Beras) 3. Menunjukan Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan beras Penduduk di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal a. Jika
total
Supply
<
342
gr/org/hari
atau
0,124
ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong
16
Ibid, hal.73 BPS Kabupaten Tegal “Bojong dalam Angka 2015” 18 Loc.cit hal.73 19 Maswirahmah, Loc. Cit hal.73 17
51
mengalami defisit dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk. b. Jika
total
Supply
=
342
gr/org/hari
atau
0,124
ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong mengalami optimal dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk. c. Jika
tota
Supply
>
342
gr/org/hari
atau
0,124
ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong mengalami surplus dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk. 4. Menghitung
daya
dukung
lahan
pertanian
padi
di
Kecamatan Bojong Untuk menghitung daya dukung lahan dihitung dengan formula sebagai berikut:20
α= Keterangan : α = daya dukung lahan X = luas lahan yang tersedia untuk budidaya tanaman pangan/padi (X dicari dengan menggunakan rumus)
X=
k = luas lahan yang diperlukan untuk swasembada pangan. (k dicari dengan rumus)
k=
20
/
Arie Agustina Fitriani, Analisa Daya Dukung Lahan Pertanian dan Tekanan Penduduk (Studi Kasus Kabupaten Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013), Surakarta, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, 2005 hal. 47 (diterbitkan)
52
Konsumsi Fisik Minimal (KFM) dihitung dari kebutuhan beras sebesar 342 gr/orang/hari atau setara dengan 124,89 kg/org/tahun.21 Produksi beras rata-rata/ha dikonversikan dari padi ke beras Sebesar
0,65 Nilai α, dipergunakan sebagai indikator
kemampuan lahan tanaman padi terhadap jumlah penduduk di satu wilayah. Kriteria nilai α, dimasukkan dalam standar evaluasi sebagai berikut: α > 1, berarti wilayah tersebut mampu swasembada pangan dalam arti jumlah penduduknya di bawah jumlah penduduk optimal. α
< 1, berarti wilayah tersebut tidak mampu swasembada
pangan dalam arti jumlah penduduknya telah melampaui jumlah penduduk optimal. α = 1, berarti wilayah tersebut memiliki daya dukung yang optimal.
21
Nano Rusono, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan dan Pertanian, Bappenas, 2013) hal.109
54
Wilayah Kecamatan Bojong berada 20 km disebelah selatan Ibu Kota Kabupaten Tegal. Dari peta di atas lokasi penelitian yaitu Kecamatan Bojong ditunjukan dengan warna hijau, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut2: 1. Sebelah utara
: Kec. Jatinegara
2. Sebelah Timur
: Kab. Pemalang
3. Sebelah Selatan
: Kec. Bumijawa
4. Sebelah Barat
: Kec. Balapulang, Bumijawa
2.) Luas Wilayah Secara Geografis luas wilayah Kecamatan Bojong terdiri dari daratan seluas 4.308.050 hektar yang terdiri atas 52,12% merupakan lahan sawah yaitu seluas 2.245.422 hektar, sementara bukan lahan sawah terdiri dari 2.062.628 hektar atau 47,82%. Dari luas lahan sawah tersebut 675.000 hektar di antaranya merupakan lahan sawah beririgas teknis sedangkan 87.000 hektar merupakan sawah berpengairan setengah teknis dan 1.048.731 hektar sawah berpengairan sederhana serta 431.691 hektar merupakan sawah tadah hujan.3 Kecamaatan Bojong dengan ketinggian antara 500 – 1103 mdpl. Tipologi geografis tanah di Kecamatan Bojong adalah berbukit-bukti (curam hingga 15-40%), karena letaknya di bawah lereng perbukitan Gunung Slamet.4 Wilayah
di
Kecamatan
Bojong
sebagian
besar
digunakan untuk budidaya tanaman sayuran dan padi, sehingga sayuran menjadi komoditi utama di Kecamatan Bojong jika dibandingkan dengan padi ataupun hasil perkebunan atau tegalan. Hal ini seperti disajikan pada tabel 4.1
2 3
hal.1
4
Ibid, Sistem Informasi Profil Daerah Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal Tahun 2010, Ibid,
55
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan menurut Desa / Kelurahan di Kecamatan Bojong Tahun 2014 No Desa/Kelurahan Lahan Bukan Jumlah Sawah Lahan (ha) Sawah (ha) 1
Rembul
257.800
176.878
434.678
2 3 4
Dukuhtengah Kedawung Suniarsih
5.176 32.580 72.000
179.612 213.278 83.360
184.788 245.858 155.360
5 6 7
Karangmulya Tuwel Bojong
210.653 333.930 185.000
132.300 223.670 73.065
342.950 557.600 258.065
8
Buniwah
119.900
46.20
166.150
9
Lengkong
187.900
39.512
227.412
10 11 12
Batunyana Sangkanayu Gunungjati
99.930 59.655 62.520
59.000 83.835 96.030
158.930 143.490 158.550
13 14
Pucangluwuk Kajenengan
160.500 119.400
84.520 80.865
245.020 200.265
15 16 17
Kalijambu Danasari Cikura
89.200 149.062 100.265
86.165 300.805 103.482
175.365 449.822 302.747
2.072.628
4.308.050
Jumlah 2.245.422 Sumber: Statistik Kecamatan Bojong
Dari tabel 4.1, terlihat bahwa daerah yang memiliki arel lahan sawah paling luas adalah Desa/Kelurahan Rembul dengan luas wilayah mencapai 257.800 ha dari luas Keseluruhan lahan di Desa/Kelurahan Rembul seluas 434.678 ha. Hal ini menunjukan bahwa hasil produksi di Desa Rembul lebih meningkat di bandingkan dengan Desa/Kelurahan lain yang ada di Kecamatan Bojong. Sementara untuk luas penggunaan lahan sawah di Kecamatan Bojong dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
56
Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan Sawah menurut Desa / Kelurahan di Kecamatan Bojong Tahun 2014 No Desa/Kelurahan Pengairan Pengairan Pengairan Tekhnis ½ Tekhnis Sederhana 1
Rembul
233.000
-
24.800
2 3 4
Dukuhtengah Kedawung Suniarsih
-
-
70.000
5 6 7
Karangmulya Tuwel Bojong
35.100 272.900 25.000
-
170.500 61.030 160.000
8
Buniwah
76.000
-
13.000
9
Lengkong
33.000
-
154.900
10 11 12
Batunyana Sangkanayu Gunungjati
-
-
40.030 54.055 42.500
13 14
Pucangluwuk Kajenengan
-
87.000
158.500 32.400
15 16 17
Kalijambu Danasari Cikura
-
-
50.600 16.416 -
Jumlah 675.000 87.000 1.048.731 Sumber: UPTD Tanbunhut Kecamatan Bojong dalam Statisik Kecamatan Bojong dalam angka 2014. Dari
tabel
4.2,
terlihat
bahwa
sebagian
besar
Desa/Kelurahan di Kecamatan Bojong menggunakan Irigasi dengan pengairan sederhana. Irigasi pengairan sederhana merupakan jaringan irigasi yang biasanya di usahakan secara mandiri oleh suatu kelengkapan
kelompok petani pemakai air, sehingga
maupun kemampuan dalam mengukur dan
mengatur masih terbatas. Sedangkan daerah yang menggunakan irigasi dengan sistem semi tekhnis atau ½ tekhnis hanya terdapat pada Desa Kajenengan.
57
3.) Topografi Ditinjau dari segi toporgafi wilayah Kecamatan Bojong jika dilihat dari ketinggiannya dari permukaan laut dengan ketinggian antara 500 – 1103 mdpl. Tipologi geografis tanah di Kecamatan Bojong adalah berbukit-bukti (curam hingga 1540%), karena letaknya di bawah lereng perbukitan Gunung Slamet.5 4.) Iklim Kecamatan Bojong beriklim tropis, dengan rata-rata curah hujan sepanjang tahun 2014 sebesar 148,00 mm, banyaknya curah hujan bergantung pada kelembapan udara yang tingggi, tetapi tekanan udara rendah dengan kecepatan angin, suhu udara dan lama penyinaran matahari serta penguapan sedang-sedang saja. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan januari sebanyak 650 mm dengan kelembapan 85%, tekanan udara 1.011,3 mb, kecepatan angin 6 knots, suhu udara rata-rata 29,6◦C dan lama penyinaran matahari 85,0 jam serta penguapan air sebesar 4,4 mm.6 Kondisi iklim tersebut akan mempengaruhi vegetasi yang ada di Kecamatan Bojong. Berkurangnya intensitas hujan merupakan faktor penyebab utama penurunan hasil panen, Perubahan iklim akan berdampak terhadap Hasil Pertanian karena dapat menurunkan luas lahan panen. Selain itu kondisi iklim yang tidak menentu juga menjadi faktor utama terhadap menurunnya produktivitas lahan sawah. Jika sedang musim kemarau para petani di Kecamatan Bojong menggunakan lahan untuk budidaya jagung, sedangkan pada musim penghujan masyarakat memanfaatkan lahan untuk budidaya padi atau
5
hal.1
6
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal, Kecamatan Bojong dalam Angka 2015,
Ibid, hal.4
58
sayuran, banyaknya hari hujan, curah hujan dan kelembapan udara di Kecamatan Bojong dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Banyaknya Hari Hujan, Curah Hujan dan Kelembapan Udara menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bojong Tahun 2014 No Desa/Kelurahan Hari Curah Kelembapan Hujan Hujan Udara (%) (Hari) (mm) 1
Rembul
-
-
-
2 3 4
Dukuhtengah Kedawung Suniarsih
-
-
-
5 6 7
Karangmulya Tuwel Bojong
215 -
2.103 -
0,85 -
8
Buniwah
-
-
-
9
Lengkong
-
-
-
10 11 12
Batunyana Sangkanayu Gunungjati
-
-
-
13 14
Pucangluwuk Kajenengan
-
-
-
15 16 17
Kalijambu Danasari Cikura
-
-
-
2.103
0,85
Jumlah
215
Sumber: Statisik Kecamatan ”Bojong dalam angka 2014” Pada tabel 4.3 , kondisi iklim di Kecamatan Bojong pada tahun 2014 terlihat dari banyaknya hari hujan sebanyak 215 hari, dengan curah hujan sebesar 2.103 mm/tahun dan kelembapan udara sebesar 0,85%. Ini menunjukan bahwa Kecamatan Bojong beriklim basah.
59
5.) Jenis Tanah Kecamatan
Bojong
memiliki
jenis
tanah
yang
bervariasi, yang terdiri atas tanah alivial, litosol, regosol dan grumosol, tanah-tanah tersebut dimanfaatkan oleh para petani untuk bercocok tanam, baik padi maupun sayuran.7 6.) Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kecamatan Bojong di dominasi oleh lahan pertanian basah seperti sayuran dan padi, selain itu juga di dominasi oleh hutan mengingat lokasinya yang berada di lereng Gunung Slamet. Dua jalur regional utama (jalur Guci-Tegal dan jalur alternatif Tegal-Pemalang) menjadi generator utama pertumbuhan wilayah. kawasan terbangun mulai bertumbuhan pada kedua jaringan jalan tersebut.8 Luasan lahan sawah terus mengalami penurunan, sedangkan luasan permukiman mengalami kenaikan. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat kecenderungan yang terjadi adalah maraknya konversi dari lahan pertanian subur beririgasi teknis menjadi lahan permukiman dengan adanya kebijakan lahan sawah berkelanjutan dan prioritas untuk meningkatkan ketahanan pangan, konversi lahan pertanian ini sepatutnya menjadi hal yang diperioritaskan penanganannya. Penggunaan lahan di Kecamatan Bojong sebagian besar digunakan untuk sayuran dan padi
karena letaknya yang
berada di lereng gunung slamet, sedangkan sisanya jadikan sebagai kawasan permukiman dan hutan lindung. Kecamatan bojong memiliki objek wisata yang sangan terkenal yaitu objek wisata pemandian air panas guci sehingga banyak masyarakat sekitas wisata yang memanfaatkan lahan untuk fasilitasfasilitas penginapan seperti hotel, villa dll. 7 8
www.tegalkab.go.id “ Gambaran Umum Kondisi Daerah, hal 3 Ibid,
62
b. Keadaan Sosial Budaya Kecamatan Bojong 1.) Kependudukan Penduduk di Kecamatan Bojong pada tahun 2014 tercatat sebanyak 75.908 jiwa. Berdasarkan komposisi penduduk
menurut jenis kelamin, jumlah penduduk di
Kecamatan Bojong terdiri dari38.679 laki-laki dan 37.229 penduduk perempuan.9 Kepadatan penduduk di Kecamatan Bojong terdapat 1277 jiwa per km . Desa Bojong merupakan Desa dengan kepadatan penduduk paling tinggi di Kecamatan Bojong dengan 3473 jiwa per km
Sedangkan Desa Kedawung
memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit dengan penduduk sebanyak 349 jiwa per km .
Kecamatan Bojong mayoritas penduduknya beragama
islam, dan termasuk masyarakat yang kental dengan agama islam. Ini bisa dilihat dari adanya beberapa pondok pesantren yang tersebar di berbagai desa. Salah satunya yang terkenal di daerah Tegal adalah ponpes At-Tauhidiyyah Cikura yang merupakan cabang dari ponpes At-Tauhidiyyah Giren Talang. Setiap tahunnya diadakan Khaul Akbar yang dihadiri banyak masyarakat Tegal dan sekitarnya serta para pejabat terkait. Mata pencaharian masyarakat bojong sebagian besar sebagai petani dan berkebun, terutama perkebunan kol, sawi dan stroberi. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Bojong bermata pencaharian sebagai petani, maka diperlukan adanya penyuluhan tentang pertanian agar dapat meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam mengolah lahannya sehingga produktivitas lahan tetap terjaga. 9
BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.25
63
Tabel 4.4 Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan jenis kelamin di Kecamatan Bojong Tahun 2014 No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Ratio Jenis Kelamin
1
Rembul
4629
4478
0,97
2
Dukuhtengah
1375
1410
1,02
3
Kedawung
1468
1438
0,98
4
Suniarsih
1129
1059
0,93
5
Karangmulya
3244
3254
1,00
6
Tuwel
4803
4495
0,93
7
Bojong
4496
4374
0.97
8
Buniwah
1694
1667
0,98
9
Lengkong
2598
2412
0,92
10
Batunyana
889
899
1,01
11
Sangkanayu
629
580
0,92
12
Gunungjati
1176
1184
1,00
13
Pucangluwuk
2240
2137
0,95
14
Kajenengan
2390
2311
0,96
15
Kalijambu
1210
1221
1,00
16
Danasari
2380
2245
0,94
17
Cikura
2329
2065
0,88
38679
37299
16,36
Jumlah
Sumber:BPS Kab.Tegal ”Bojong dalam angka 2014”. Dari tabel 4.4 diatas, terlihat bahwa jumlah penduduk menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bojong berdasarkan sex ratio, jumlah penduduk laki-laki yang paling banyak terdapat pada desa Desa Tuwel sebanyak 4803 jiwa penduduk. Sedangkan untuk komposisi penduduk perempuan paling banyak juga terdapat pada Daerah yang sama dengan komposisi penduduk laki-laki yaitu pada Desa Tuwel sebanyak 4495 jiwa penduduk, sedangkan untuk ratio jenis kelamin (sex ratio) paling besar terdapat pada Desa Dukuhtengah sebesar 1,02 dan
64
Batunyana, sementara sex ratio untuk Desa Karangmulya, Gunungjati dan Kalijambu diperoleh dengan angkayang sama yaitu 1,00. Kepadatan penduduk di Kecamatan Bojong dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Kepadatan penduduk menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bojong Tahun 2014 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Desa / Kelurahan Luas Daerah (Km2) Rembul 5,89 Dukuhtengah 5,36 Kedawung 8,31 Suniarsih 3,30 Karangmulya 3,43 Tuwel 5,58 Bojong 2,58 Buniwah 1,66 Lengkong 2,27 Batunyana 1,66 Sangkanayu 2.03 Gunungjati 1,59 Pucangluwuk 2,45 Kajenengan 2,00 Kalijambu 1,82 Danasari 5,75 Cikura 2,84 Jumlah 58,52 1.
Jumlah Penduduk 9107 2785 2906 2188 6498 9298 8870 3361 5010 1788 1209 2360 4377 4701 2431 4625 4394 75908
Kepadatan Penduduk per-Km2 1546 519 349 663 1894 1666 3437 2024 2207 1077 595 1484 1786 2350 1357 804 1547 25305
Sumber: BPS Kab.Tegal “Bojong dalam Angka 2015” Dari tabel 4.5, terlihat bahwa Desa yang memiliki luas daerah paling luas di Kecamatan Bojong yaitu Desa/ Kelurahan Kedawung, Rembul dan Danasari sedangkan untuk jumlah penduduk paling banyak terdapat pada Desa Rembul, Tuwel dan Bojong, masing-masing sejumlah 9298, 9107 dan 8870 penduduk, sementara untuk kepadatan penduduk paling tinggi terdapat
pada
Desa/Kelurahan
Bojong,
Kajenengan
dan
Lengkong masing-masing sebesar 3437, 2350 dan 2207 jiwa
65
penduduk. Dari jumlah penduduk tersebut sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. hal ini seperti disajikan pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Banyaknya tenaga kerja menurut lapangan usaha di Kecamatan Bojong Tahun 2014 Lapangan Usaha N Desa/Kelurah Pertani Pertamb Industri Kons o an an angan pengolaha truks n i 1 Rembul 1208 14 9 2 Dukuhtengah 1776 6 37 3 Kedawung 1367 8 119 4 Suniarsih 765 4 15 5 Karangmulya 1056 2 122 6 Tuwel 2422 89 53 1 7 Bojong 1575 38 1 8 Buniwah 1078 5 9 Lengkong 1669 9 6 2 10 Batunyana 484 18 2 11 Sangkanayu 483 7 7 12 Gunungjati 1062 3 9 13 Pucangluwuk 1548 21 14 Kajenengan 544 5 55 15 Kalijambu 789 21 16 Danasari 2812 26 17 Cikura 1126 4 Jumlah 21764 165 549 4 Sumber: BPS Kab.Tegal “Bojong dalam angka 2016” Pada tabel 4.6, banyaknya tenaga kerja penduduk di Kecamatan Bojong di dominasi pada sektor pertanian, jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain seperti pertambangan, industri pengolahan dan bidang konstruksi. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Bojong ber matapencaharian sebagai petani.
66
2.) Agama Dari sisi sosial keagamaan tercatat mayoritas penduduk di Kecamatan Bojong beragama islam (99,19%). Adapun sarana peribadatan tedapat 47 unit mesjid, dan 257 mushala.10 3.) Pendidikan Fasilitas pendidikan di Kecamatan Bojong relatif lengkap. Sejumlah sekolah atau madrasah tersebar di seluruh wilayah di Kecamatan Bojong, Selain Sekolah Negeri ada beberapa sekolah yang di kelola juga oleh pihak swasta. Secara ringkas dapat disebutkan bahwa jumlah sekolah taman kanak-kanak ada 12 unit, sedangkan Sekolah Dasar terdapat 31 unit sekolah negeri dan 14 unit madrasah ibtidaiyah yang tersebar di Kecamatan Bojong. Sedangkan untuk sekolah tingkat menengah masing-masing SMP sebanyak 2 unit, Mts sebanyak 4 unit,
SMA sebanyak 1 unit dan SMK Swasta
sebanyak 2 unit.11 Siswa TK tercatat 595 siswa, siswa SD sebanyak 6.596 siswa, adapus siswa SMP sebanyak 1.473 dan tingkat SMA/SMK sebanyak 1497 siswa. 4.) Kesehatan Pelayanan Kesehatan di Kecamamatan Bojong juga di dukung dengan terdapatnya 2 puskesmas biasa, 2 puskesmas pembantu dan 6 PKD atau Poliklinik Desa. Jumlah dokter di Kecamatan Bojong sebanyak 3 orang sehingga rata-rata dokter pada tiap puskesmas hanya terdapat 1 orang.12 c. Sumber Daya Alam 1.) Pertanian Sektor pertanian di Kecamatan Bojong merupakan potensi yang dominan karena pada sektor ini merupakan lapangan 10
BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.36 Ibid, hal 35 12 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.35 11
67
pekerjaan mayoritas penduduk di Kecamatan Bojong. Jenis pertanian tanaman pangan yang di tanam di Kecamatan Bojong meliputi padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, bawang merah, bawang putih, kentang, wortel dll. Sebagian besar usaha pertanian padi yang masih bertahan umumnya karena hasil pertanian tersebut di manfaatkan untuk keperluan sendiri. Pada tahun 2014 tercatat luas tanam padi sebesar 2.520 ha dan luas panen sebesar 2.545 ha dengan produksi 129205 kw GKG dan tingkat produktivitas mencapai 725 kw/ha. Sedangkan tanaman jagung dengan luas tanam sebesar 1.623 ha dan luas panen sebesar 1.623 ha dengan produksi 144.217 kw serta produktivitas 1.428 kkw/ha.13 2.) Peternakan Populasi ternak di Kecamatan Bojong terhitung pada tahun 2014 untuk kuda sebanyak 20 ekor, sapi dengan jenis sapi potong sejumlah 969 ekor, kerbau sejumlah 595 ekor, kambing sejumlah 11.890 ekor. Rata-rata peternak berasal dari masyarakat ekonomi menengah kebawah sehingga peternakan di Kecamatan Bojong belum terkelola dengan baik. Sedangkan untuk ayam kampung yang dikelola oleh rumah tangga seluruhnya berjumlah 35.117 ekor.14 3.) Perkebunan Wilayah Kecamatan Bojong yang berada pada ketinggian 700 mdpl (perbukitan) sangat mendukung pada sub sektor perkebunan, terbukti komoditi teh, kopi, tembakau, lada, tebu mendominasi hasil perkebunan di Kecamatan Bojong.15
13
Ibid, hal 95 Ibid, hal 95 15 Sistem Informasi Profil Daerah Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal Tahun 2010, 14
hal.9
68
4.) Kehutanan Di sub sektor komoditas produksi kehutanan di luar kawasan hutan produksi kayu sengon dari tahun 2008-2010 cenderung statis yaitu 1.500 m3, begitupun kayu pinus pada tahun 2008-2010 produksinya mencapai 500 m3.16 2. Kondisi Ekonomi Kegiatan ekonomi di Kecamatan Bojong merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tegal. Apalagi tempat wisata pemandian guci yang terkenal dengan air panasnya yang terletak di Desa Rembul Kecamatan Bojong. a. Sektor industri Banyaknya usaha kecil dan menengah kelompok industri makanan yaitu tahu dan tempe berjumlah 29 buah pengusaha, luas areal produksi tercatat 41 hektar dengan produksi 177131 m2 dan tenaga kerja bahan galian golongan C sebanyak 187 orang.17 b. Energi Banyaknya pedukuhan yang berlistrik PLN sebanyak 83 dukuh dengan jumlah pelanggan 9.659. desa terbanyak dengan pelanggan sebanyak 1.294 adalah Desa Bojong dan Desa Sangkanayu,
sedangkan
Desa
terkecil
dengan
jumlah
pelanggannya sebanyak 229 pelanggan.18 b. Perdagangan Sebagai daerah yang cukup jauh dari pusat Ibukota Kabupaten Tegal, sektor perdagangan di Kecamatan Bojong memiliki fasilitas yang cukup memadai. Pergerakan ekonomi yang terkonsentrasi di Desa Bojong, mengundang cukup banyak lembaga keuangan seperti bank, sarana perdagangan seperti toko,
16
Ibid., BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.109 18 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.110 17
69
swalayan sedangkan untuk pasar tradisional terdapat 2 buah pasar umum dan dua buah pasar hewan.19 B. Deskripsi Data Dalam penelitian yang berjudul “Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal” ini, dilakukan di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan berupa data Sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal. 1. Data Produksi Padi Tahun 2011-2014 Data produksi padi digunakan untuk mengetahui seberapa besar produksi beras pada lahan pertanian di Kecamatan Bojong pada tiap tahunnya. Data ini kemudian di konversikan dari padi atau GKG terhadap beras sebesar 0,65. Data produksi padi ini diperoleh dari BPS Kabupaten Tegal, data produksi tersebut daat disajikan pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Produksi Padi di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014 Tahun Produksi (Ku) Produksi (Ton) 2011
129.472
12.947,2
2012
129.283
12.928,3
2013
129.047
12.904,7
2014
129.205
12.920,5
Sumber: BPS Kabupaten Tegal ”Kecamatan Bojong dalam angka 2012-2015” Dari tabel 4.7, pada tahun 2011 produksi padi di Kecamatan Bojong sebesar 12.947,2 ton, pada tahun 2012 sebesar 12.928,3 ton, pada tahun 2013 sebesar 12.904,7 ton, sedangkan pada tahun 2014 sebesar 12.920,5 ton. Hal ini menunjukan bahwa Kecamatan Bojong mengalami penurunan produksi beras, terlihat dari hasil produksi pada tahun 2011 – 2013 walaupun tidak terlalu signifikan sedangkan pada tahun 2014 19
Ibid., hal.117
70
produksi padi di Kecamatan Bojong mengalami peningkatan hasil produksi sebesar 15,8 ton. 2. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong, Tahun 2011 – 2014 Data jumlah penduduk yang diperoleh dari BPS Kabupaten Tegal digunakan untuk menghitung seberapa besar kebutuhan beras keseluruhan penduduk di Kecamatan Bojong pada tahun 2011 hingga tahun 2014, data tersebut kemudian dikalikan dengan kebutuhan beras per-orang/hr sebesar 342 gr mengacu kepada peraturan menteri pertanian. Data jumlah penduduk dapat disajikan pada tabel 4.8
No
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 Desa / Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) 2011
2012
2013
2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Rembul 8.586 8.972 9.017 9.107 Dukuhtengah 2.725 2.743 2.757 2.785 Kedawung 2.817 2.863 2.877 2.906 Suniarsih 2.121 2.156 2.167 2.188 Karangmulya 5.509 6.230 6.434 6.498 Tuwel 8.886 9.156 9.205 9.298 Bojong 8.705 8.738 8.782 8.870 Buniwah 3.354 3.425 3.431 3.361 Lengkong 4.835 4.935 4.960 5.010 Batunyana 1.743 1.762 1.770 1.788 Sangkanayu 1.184 1.206 1.212 1.209 Gunungjati 2.313 2.324 2.336 2.360 Pucangluwuk 4.229 4.312 4.334 4.377 Kajenengan 4.548 4.631 4.654 4.701 Kalijambu 2.387 2.395 2.407 2.431 Danasari 4.530 4.571 4.579 4.625 Cikura 4.301 4.358 4.365 4.394 Jumlah 72.773 74.780 75.287 75.908 Sumber: BPS Kabupaten Tegal“Kecamatan Bojong dalam angka 2012-2015 Dari tabel 4.8, Jumlah penduduk di Kecamatan Bojong pada tahun 2011-2014 selalu mengalami peningkatan hal ini akan berdampak pada berkurangnya lahan pertanian (konversi) menjadi
71
lahan permukiman warga akibatnya akan berdampak pada hasil komoditi pertanian yang semakin menurun. 3. Data Rata-rata Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011 - 2014 Data rata-rata luas panen padi di Kecamatan Bojong digunakan untuk menentukan produktivitas rata-rata (ton/ha) padi yang dihasilkan dari lahan sawah di Kecamatan Bojong. Data rata-rata luas panen dapat disajikan pada tabel 4.9
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Tabel 4.9 Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 Desa / Kelurahan Luas Panen Padi (ha) 2011 2012 2013 2014 Rembul Dukuhtengah Kedawung Suniarsih Karangmulya Tuwel Bojong Buniwah Lengkong Batunyana Sangkanayu Gunungjati Pucangluwuk Kajenengan Kalijambu Danasari Cikura
82 164 151 94 212 184 188 145 118 63 334 293 184 172 161
80 164 151 92 212 184 188 145 118 63 334 295 184 172 161
78 164 151 89 212 184 188 145 118 63 334 295 184 172 161
79 164 152 91 212 184 188 145 118 63 339 295 184 172 161
Jumlah 2545 2541 2536 2545 Rata-rata 149,7 149,4 149,1 149,7 Sumber: BPS Kab.Tegal” Kecamatan Bojong dalam angka 20122015” Berdasarkan tabel 4.9, terlihat bahwa luas panen padi dari tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami kondisi yang tidak stabil dalam artian luas tanamnya tidak tetap, sedangkan luas panen padi
72
dari tahun 2011 hingga 2013 mengalami penurunan sementara pada tahun 2014 meningkat sebesar 9 ha. Luas panen padi tersebut dipengaruhi oleh indeks penanaman padi di Kecamatan Bojong, penanaman padi di Kecamatan Bojong sangat beragam, ada lahan yang ditanam padi hanya sekali dalam setahun, adapula lahan yang digunakan 2 kali dalam setahun untuk budidaya tanaman padi, indeks penanaman ini akan berdampak pada luas panen pada tiap Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan Bojong. C. Temuan Hasil Analisis 1. Proyeksi Ketersediaan Beras Dalam penulisan ini peneliti menggunakan data pertumbuhan penduduk dan data produksi padi yang di peroleh dari BPS Kabupaten Tegal, kemudian data-data tersebut diolah dari dua sisi, yaitu sisi permintaan dan sisi ketersediaan a. Dari sisi permintaan (demand) Menghitung Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Bojong
Tahun
2011-2014
berdasarkan
jumlah
penduduk
Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2011-2014. Untuk menghitung
laju
pertumbuhan
ini
digunakan
rumus
laju
pertumbuhan penduduk secara Geometris:
r=
)1/n -1}x100
Dimana Pt : Penduduk Tahun t Po : Penduduk Tahun Dasar n : Selisih Tahun dasar dan tahun t Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat dihitung laju pertumbuhan penduduk seperti pada tabel 4.10 sebagai berikut.
73
Tabel 4.10 Perhitungan Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 Laju Desa/Kelurahan Penduduk Penduduk Pertumbuhan Tahun 2010 Tahun 2014 Penduduk Rembul 8.586 9.107 1,48 Dukuhtengan 2.725 2.785 0,54 Kedawung 2.817 2.906 0,78 Suniarsih 2.121 2.188 0,78 Karangmulya 5.509 6.498 4,21 Tuwel 8.886 9.289 1,13 Bojong 8.705 8.870 0,47 Buniwah 3.354 3.361 0,05 Lengkong 4.835 5.010 0,89 Batunyana 1.743 1.788 0,63 Sangkanayu 1.184 1.209 0,52 Gunungjati 2.313 2.360 0,50 Pucangluwuk 4.229 4.377 0,86 Kajenengan 4.548 4.701 0,83 Kalijambu 2.387 2.431 0,45 Danasari 4.530 4.625 0,52 Cikura 4.301 4.394 0,53 Jumlah 72.773 75.908 15,23 rata-rata 4.280,76 4.465,17 0,89 Sumber: Hasil Analisa 2016 Gambar 4.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014 200000 150000 100000 50000 0 -50000
Sumber: Hasil Analisa 2016
Laju Pertumbu han Penduduk Penduduk tahun 2014
74
`
Berdasarkan data tabel 4.10, rata-rata laju pertumbuhan
penduduk Kecamatan Bojong tahun 2011 hingga tahun 2014 sebesar 0,89% atau 0,0089, hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2011 hingga 2014, laju pertumbuhan paling tinggi terdapat pada Desa Karangmulya yaitu sebesar 4,21% sedangkan Desa yang mengalami laju pertumbuhan paling sedikit yaitu Desa Buniwah sebesar 0,05%. Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 Tahun Jumlah Penduduk Keterangan 2011 72.773 2012 74.780 Berdasarkan 2013 75.287 Data BPS 2014 75.908 Sumber: Hasil Analisa 2016 Berdasarkan jumlah penduduk di Kecamatan Bojong dengan melihat jumlah penduduk empat tahun terakhir terlihat bahwa pada tahun 2014 jumlah penduduk di Kecamatan Bojong mencapai 75.908 jiwa. Dimana mengalami kenaikan walaupun tidak begitu signifikan dari pengamatan tahun terakhir yaitu tahun 2011 yang hanya mencapai 72.773 jiwa. Kondisi pertumbuhan jumlah penduduk pada tabel 4.11 tersebut akan membutuhkan jumlah dan besaran komoditas pertanian sebagai bahan makanan utama. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk maka konsekuensi logis yang akan terjadi adalah bertambahnya areal permukiman yang pada akhirnya akan berdampak pada konversi lahan yang akan terjadi di Kecamatan Bojong. Berdasarkan data diatas dapat dilihat prediksi permintaan atau kebutuhan beras di Kecamatan Bojong sampai dengan tahun 2014. Dalam hal ini, indeks konsumsi beras per tahun di tentukan dengan mengacu kepada peraturan menteri pertanian sebesar 342
75
gr/orang/hari atau setara dengan 124,89 Kg/Kap/Tahun20 Sehingga diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 4.12 berikut: Rumus: Kebutuhan beras total
= penduduk hasil proyeksi x indeks
konsumsi beras Kebutuhan Padi
Kebutuhan Luas Panen =
=
,
,
Tabel 4.12 Kebutuhan Beras hingga Tahun 2014 Jumlah Tahun Penduduk
Indeks Kebutuhan Konsumsi Beras Kebutuhan Beras (Ton) Padi/ GKG (Kg/Kap/Thn) (Ton)
Kebutuhan Luas Panen (Ha)
2011
72.773
124,89
9.088,61
13.982,49
2.752,45
2012
74.780
124,89
9.339,27
14.368,11
2.828,36
2013
75.287
124,89
9.402,59
14.465,52
2.847,54
2014
75.908
124,89
9.480,15
14.584,84
2.871,03
Sumber: Hasil Analisis 2016. Catatan : tingkat konsumsi beras penduduk Kecamatan Bojong adalah 342 gr/kapita setara dengan 124,89 Kg/Kapita, produktivitas rata-rata padi tahun 2001-2014 sebesar 5,08 ton/ha. Sedangkan indeks konversi GKG menjadi beras (1kg GKG = 0,65 Kg beras)
Jumlah lahan sawah di Kecamatan Bojong hingga tahun 2014 selama 4 tahun terakhir luas lahan sawah semakin menurun sehingga produktivitas pertanian juga mengalami penurunan. Hingga tahun 2014 kebutuhan beras di Kecamatan Bojong mencapai 9.480,15 ton dengan kebutuhan luas lahan yang harus tersedia untuk emenuhi kebutuhan penduduk adalah 2.871,03 ha.
20
Ir. Nano Rusono, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan dan Pertanian, Bappenas, 2013) hal.109
76
Sedangkan prediksi jumlah produksi sawah GKG dalam ton di Kecamatan Bojong tahun 2014 sebesar 14.584,84 ton. b. Dari sisi Ketersediaan (supply) 1.) Untuk menghitung produksi padi dan produksi beras digunakan rumus sebagai berikut: Total produksi padi (ton) = Luas lahan padi sawah (Ha) x IP x produktivitas padi (ton/ha).
Total produksi beras (Ton) = Total Produksi Padi / GKG (Ton) x Indeks konversi padi ke Beras. Tabel 4.13 Produksi Beras di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
Tahun 2011 2012 2013 2014
Luas Lahan Produksi Sawah Padi/ GKG (Ha) (Ton) 2.246,00 12.947,20 2.244,00 12.928,30 2.244,00 12.904,70 2.244,00 12.920,50
Faktor Konversi Beras (Kg) 0,65 0,65 0,65 0,65
Produksi Beras (Ton) 8.415,68 8.403,39 8.388,05 8.398,32
Keterangan Berdasarka n Data BPS Tahun 20112014
Sumber: Hasil analisa 2016
Produksi padi di Kecamatan Bojong pada tahun 2014 dalam mencapai 12.920,50 ton, sedangkan produksi berasnya akan mencapai 8.398,32 ton, dimana faktor konversi lahan dihitung 0,65 persen dengan luas lahan dianggap tetap yaitu 2.244,00 ha. Pertambahan penduduk merupakam suatu hal yang sulit untuk dihindari. Jumlah penduduk yang semakin meningkat telah
berakibat
pada
peningkatan
kebutuhan
sehari-hari
termasuk kebutuhan pangan, begitupun dengan perubahan penggunaan menyebabkan
lahan
pertanian
berkurangnya
ke
non-pertanian
ketersediaan
pangan. Ini terlihat jelas pada kedua tabel 4.13
lahan
dapat
pertanian
77
Perbandingan supply dan demand beras Kecamatan Bojong dari tahun 2011 sampai 2014 dimana laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2011-2014 yaitu 0,89% dan luas lahan sawah mengalami perubahan atau terjadi konversi lahan sawah begitu juga dengan tingkat konsumsi beras per kapita yang tetap yaitu 342 gr/org/perhari atau setara dengan 124,89 kg/tahun diketahui bahwa Kecamatan Bojong sampai dengan tahun 2014, ketersediaan pangan dalam hal ini beras megalami defisit sebanyak 1.081,83 ton, hal ini berarti Kecamatan Bojong belum bisa memenuhi kebutuhan beras penduduknya. Kecenderungan selisih supply dan demand beras di Kecamatan Bojong yang semakin mengecil yang diperlihatkan oleh tabel 4.12 dan 4.13 kebutuhan pangan dalam hal ini beras yang mengindikasikan bahwa Kecamatan Bojong memiliki kerentanan terhadap ketahanan pangannya, untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan strategi untuk menjaga dan mengatasi masalah ketahanan pangan yang ada di Kecamatan Bojong. 2. Menunjukan tingkat produktivitas lahan sawah dalam pemenuhan kebutuhan beras penduduk.
Untuk menghitung produktivitas lahan sawah digunakan rumus: Supply Beras =
Dengan asumsi bahwa:
a. Jika total supply < 0,124 ton/org/tahun atau setara dengan 342 gr/org/hari, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong mengalami defisit dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk. b. Jika total supply = 0,124 ton/org/tahun atau setara dengan 342 gr/org/hari, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong mengalami optimal dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk. c. Jika total supply > 0,124 ton/org/tahun atau setara dengan 342 gr/org/hari, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong mengalami surplus dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk.
78
Tabel 4.14 Produktivitas Lahan Sawah
Tahun
X Jumlah Penduduk
Y Produksi Beras/ supply (Ton)
2011 72.773 8.415,68 2012 74.780 8.403,39 2013 75.287 8.388,05 2014 75.908 8.398,32 Sumber: Hasil Analisa 2016
Y/X Keterangan
Konsumsi fisik beras minimun / tahun (Ton)
Supply beras (Ton)
0,124 0,124 0,124 0,124
0,115 0,112 0,111 0,110
Defisit Defisit Defisit Defisit
Berdasarkan tabel 4.15, terlihat bahwa ketersediaan beras di Kecamata Bojong berada dibawah angka konsumsi beras minimum,
sehingga
mengalami
defisit
dapat dalam
dikatakan Pemenuhan
Kecamatan
Bojong
Kebutuhan
Beras
Pendudukya, hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk yang berdampak pada konversi lahan pertanian, selain itu perubahan lahan sawah padi menjadi lahan budidaya sayuran juga berdampak pada produktivitas lahan sawah. Selain data diatas produktivitas lahan sawah juga dapat dilihat berdasarkan daya dukung lahan pertanian, dengan rumus sebagai berikut: α= Keterangan : α = daya dukung lahan X = luas lahan yang tersedia untuk budidaya tanaman pangan/padi (X dicari dengan menggunakan rumus)
X=
k = luas lahan yang diperlukan untuk swasembada pangan. (k dicari dengan rumus) k=
/
79
Konsumsi Fisik Minimal sebesar 342 gr/orang/hari atau setara dengan 124,89 kg/orang/tahun. Dengan asumsi sebagai berikut: a. α > 1, berarti wilayah tersebut mampu swasembada pangan dalam arti jumlah penduduknya di bawah jumlah penduduk optimal. b. α < 1, berarti wilayah tersebut tidak mampu swasembada pangan dalam arti jumlah penduduknya telah melampaui jumlah penduduk optimal. c. α = 1, berarti wilayah tersebut memiliki daya dukung yang optimal. Tabel 4.15 Daya Dukung Lahan Sawah Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 Tahun Luas Luas Lahan Daya Keterangan Lahan yang Dukung yang diperlukan Lahan tersedia (k) (α) (X) 2011 0,034 0,037 0,91 α<1 2012 0,033 0,037 0,89 α<1 2013 0,033 0,037 0,89 α<1 2014 0,033 0,037 0,89 α<1 Sumber: Sumber Analisis 2016 Pada tabel 4.16, terlihat bahwa daya dukung lahan pertanian di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014 nilai α menunjukan kurang dari 1 (α < 1) yang berarti Kecamatan Bojong sudah tidak mampu swasembada pangan, yang artinya jumlah penduduknya telah melampaui jumlah penduduk Optimal. Hal tersebut juga akan berdampak pada Produktivitas lahan sawah yang telah dinilai defisit D. Pembahasan
Produktivitas
Lahan
Sawah
dalam
Pemenuhan
Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Produktivitas ialah kemampuan tanah untuk menghasilkan produksi tanaman tertentu dalam keadaan pengolahan tanah tertentu, tanah
80
yang produktif ialah tanah yang dapat menghasilkan tanaman dengan baik dan menguntungkan. Produktivitas lahan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat menurunkan hasil produksi pertanian antara lain luas lahan, kondisi irigasi, iklim, jenis tanah dan unsur hara yang ada didalam tanah. Sedangkan pengertian kebutuhan menurut KBBI adalah sesuatu hal yang dibutuhkan.21 Beras merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan utama dalam kehidupan sehari-hari. Beras adalah pangan utama masyarakat Indonesia, pada umumnya beras berwarna putih namun adapula beras yang berwarna merah, tanaman yang menghasilkan beras ialah tanaman padi yang termasuk dalam kelompok rerumputan. Kebutuhan beras akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Pada penelitian produktivitas lahan sawah dalam pemenuhan kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal yang dilaksanakan pada bulan november 2015 sampai dengan september 2016 dengan menggunakan teknik pengambilan data melalui data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal. Pada pengamatan yang dilakukan penulis berdasarkan data yang telah diperoleh dari BPS Kabupaten Tegal, pada studi pendahuluan penulis mendapatkan fakta bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Bojong dari tahun 2011-2014 telah mengalami peningkatan, ini akan berdampak pada meningkatnya pula kebutuhan pangan dalam hal ini beras yang menjadi pangan pokok penduduk di Kecamatan Bojong Setelah data diperoleh penulis melakukan analisis untuk mengetahui berapa produksi beras di Kecamatan Bojong dari tahun 2011 hingga tahun 2014 dan bagaimana tingkat produktivitas lahan sawah yang ada di Kecamatan Bojong.
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia” Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Balai Pustaka, Edisi kedua, hal.161
81
Dari hasil perhitungan yang penulis lakukan, dihasilkan bahwa penduduk di Kecamatan Bojong dari tahun 2011-2014 memiliki laju pertumbuhan sebesar 0,89% yang artinya telah terjadi peningkatam jumlah penduduk. Sementara itu angka konsumsi fisik penduduk menurut Direktorat Pangan dan Pertanian sebesar 342 gr/orang/hari. Dari sisi permintaan atau kebutuhan beras tahun 2011-2014, dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan angka konsumsi fisik masingmasing sebesar 9.088,61 ton, 9.339,27 ton, 9.402,59 ton dan 9.480,15 ton. Sementara hasil perhitungan dari sisi ketersediaan atau produksi beras di Kecamatan Bojong pada tahun 2011-2014 masing-masing sebesar 8.415,68 ton, 8.403,39 ton, 8.388,05 ton dan 8.398,32 ton. Dari perhitungan diatas jika kita bandingkan antara kebutuhan dengan ketersediaan, Kecamatan Bojong mengalami defisit yang artinya bahwa angka kebutuhan beras di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014 berada dibawah angka kebutuhan atau permintaan. Selanjutnya jika dilihat dari tingkat produktivitas lahan sawah tahun
2011-2014
berdasarkan
produksi
beras
atau
ketersediaan
menunjukan bahwa Kecamatan Bojong mengalami defisit dengan ketersediaan masing-masing sebesar 0,115 ton, 0,112 ton, 0,111 ton dan 0,110 ton, angka tersebut berada di bawah angka konsumsi fisik minimum penduduk Kecamatan Bojong sebesar 0,124 atau setara dengan 342 gr/orang/hari. Produktivitas berdasarkan daya dukung lahan pertanian juga mengalami defisit, nilai α menunjukan kurang dari 1 (α < 1) yang berarti Kecamatan Bojong sudah tidak mampu swasembada pangan, yang artinya jumlah penduduknya telah melampaui jumlah penduduk Optimal. Dan yang terakhir, dari hasil perhitungan secara manual dapat dilihat dari hasil pengurangan antara produksi atau ketersediaan dengan konsumsi
atau
kebutuhan
beras,
dan
dihasilkan
bahwa
ketersediaan/produksi < Kebutuhan atau Konsumsi, dengan demikian Kecamatan Bojong dalam tentan waktu tahun 2011-2014 mengalami
82
defisit beras, hal ini sejalan dengan teori vadinicum dalam Muhammad Wahed yang disebutkan bahwa produksi padi pada dasarnya bergantung pada dua variabel yaitu luas lahan dan hasil per hektar, jika luas panen atau produktivitas persatuan luas mengalami peningkatan yang pada gilirannya secara otomatis akan meningkatkan Kesejahteraan Penduduk dalam hal ini kebutuhan berasnya akan terpenuhi. Produktivitas lahan sawah dalam pemenuhan kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Bojong masih mengalami defisit, hal ini perlu ditingkatkan karena jika hal ini terus dibiarkan maka Kecamatan Bojong akan mengalami bencana kelaparan dan akan terus menerus mengandalkan impor beras dari wilayah atau Kecamatan lain di Kabupaten Tegal, peran pemerintah juga sangat diandalkan dalam memberikan penyuluhan kepada petani-petani
di
Kecamatan
Bojong
terkait
dampak
rendahnya
produktivitas lahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan dalam hal ini adalah beras. Rendahnya
produktivitas
mengakibatkan
banyak
warga
di
Kecamatan Bojong dalam pemenuhan kebutuhan berasnya yang masih mengandalkan beras raskin dari luar daerah terlihat dari Data BPS Kecamatan Bojong, hal ini diperlukan upaya dari pemerintah setempat untuk meingkatkan kualitas lahan sawah dengan melalui program intensifikasi dan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan produksi padi sehingga masyarakat tidak mengandalkan impor beras dari luar daerah.
83
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Kecamatan Bojong dalam rentan waktu Tahun 2011-2014 mempunyai laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,89% atau 0,0089 , hal ini menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah penduduk dari Tahun 2011 hingga Tahun 2014, sedangkan untuk Produksi beras berdasarkan perhitungan Hasil Analisa data produksi padi yang berasal dari Data BPS yang kemudian dikonversi sebesar 0,65 menjadi beras, sehingga dapat diketahui produksi beras masing-masing untuk Tahun 2011 sebesar 8.415,68 ton atau setara dengan 8.415.680 kg, pada tahun 2012 sebesar 8.403,39 ton atau 8.403.390 kg, pada tahun 2013 sebesar 8,388,05 ton atau 8.388.050 kg, dan untuk tahun 2014 berproduksi sebesar 8.398,32 ton atau 8.398.320 kg.
2. Tingkat produktivitas lahan sawah di Kecamatan Bojong berdasarkan hasil analisa terlihat bahwa kebutuhan beras per-orang/tahun berada dibawah angka konsumsi fiksik minimum beras sebesar 124,89 kg/orang/tahun yang berarti bahwa produktivitas lahan sawah di Kecamatan Bojong mengalami defisit, sementara produktivitas lahan sawah jika dilihat dari daya dukung lahan pertanian juga mengalami defisit, terlihat dari hasil analisa daya dukung lahan sawah bahwa Daya dukung lahan pertanian di Kecamatan Bojong tahun 20112014 nilai α masing-masing menunjukan angka 0,91 pada tahun 2011, angka 0,89 pada tahun 2012, angka 0,89 pada tahun 2013 dan angka 0,89 pada tahun 2014 yaitu menunjukan angka kurang dari 1 (α < 1) yang berarti Kecamatan Bojong sudah tidak mampu swasembada pangan, yang artinya jumlah penduduknya telah melampaui jumlah penduduk Optimal. Hal tersebut juga akan berdampak pada Produktivitas lahan sawah yang telah dinilai Defisit.
83
84
B. Implikasi Rendahnya Produksi beras di Kecamatan Bojong memberikan implikasi terhadap pengelolaan sumber daya alam, lahan sawah harus di optimalkan dengan baik sebab jika tidak maka akan banyak warga di Kecamatan Bojong yang akan kehilangan mata pencaharian sebagai petani, kemudian memberikan evaluasi terhadap pemerintah setempat untuk mengadakan penyuluhan pertanian kepada masyarakat, selain itu memberikan kesadaran kepada masyarakat agar lahan sawah harus dimanfaatkan dengan baik guna meningkatkan produktivitasnya. C. Saran
Ketahanan pangan adalah kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan pangan
bagi rumah tannga yang tercermin dari produktivitas, ada
beberapa strategi ketahanan pangan yang bisa ditempuh oleh pemerintah Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal untuk mengatasi masalah pangan, dalam hal ini maka produktivitas pertanian akan meningkat, antara lain: 1. Meningkatkan program intensifikasi pada lahan pertanian yang telah dilakukan dengan tujuan agar produktivitas lahan pertanian dapat meningkat. 2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam sistem penyuluhan agar kondisi ini mampu meningkatkan produksi hasil pertanian. 3. Persoalan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan antara kebutuhan konsumsi padi dan produksi padi semakin berkurang, maka perlu penanganan terhadap konversi lahan pertanian. 4. Penyediaan dan pemeliharaan kondisi irigasi dan sarana produksi di beberapa Desa di Kecamatan Bojong akan meningkatkan frekuensi tanam dan produktivitas lahan. 5. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan agar lebih produktif dan lestari baik secara kualitas maupun kuantitas
DAFTAR PUSTAKA Buku: Bachrun, Tim Karya Nyata : Pertanian Terpadu dan Agribisnis, Ciputat : Intelektifa Pustaka, 2007. Basri Jumin, Hasan. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta : Rajawali Pers, 2012. D.Sastrapradja, Setijati, Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia, Jakarta : Yayasan pustaka obor indonesia, 2012. Koeswara, Soetrisno. Teknologi Pengolahan Beras Teori dan Praktik, E-bookpangan.com, 2009. Mega, I Made. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan, Denpasar : Universitas Udayana, 2010. Munawar, Ali. Kesuburan Tanaman dan Nutrisi Tanaman, Bogor : IPB Press, 2011. Noor Ardiansyah, Andri. Klimatologi Umum, Jakarta : Uin Jakarta Press, 2014. Nur Mala, Tati. Pengantar Ilmu Pertanian.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Purwanto Peran pembangunan ketahanan pangan (Jakarta, Lembaga ilmu pengetahuan Indonesia LIPI, Pusat Penelitian Ekonomi, 2010 Seokartiwi, Ilmu Usahatani, Jakarta : UI Press, 1986 Soetriono. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang,: Banyu Media Publishing Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011 Tambunan, Tulus. Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan., Jakarta, UI Press, 2010 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “Kamus Besar Bahasa Indonesia” Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Balai Pustaka, Edisi kedua Triharso, Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2010. Yuwono, Tribowo. Pembangunan Pertanian. Yogyakrta: Gadjah Mada University Press, 2011
Jurnal: Maswirahmah, Jurnal Fasilitator: Arahan Perencanaan Ketahanan Pangan di Kabupaten Soppeng, PPSP Kabupaten Soppeng, 2012. Prok, Kristovel. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Selama Periode Otonomi D2001-2013, jurnal FEB: Universitas Sam Ratulangi, 2015
Ridwan, Azwir. Peningkatan Produktivitas Padi Sawah dengan Perbaikan Teknologi Budidaya, (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, 2009) Roseline, Herliana, Kajian Pemanfaatan Irigasi Air Tanah pada Sawah Tadah Hujan Tanaman Padi Metode SRI di Desa Girimukti, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat, Bogor: Jurnal ITB, 2009. Rusono, Nano, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan dan Pertanian, Bappenas, 2013) Yuamtari, MG Catur, Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan , Knowledge level of farmers in the Use of Pesticides (Case Study in Village Curut Penawangan District, Grobogan), Jurnal, 2013.
Skripsi/Tesis: Agustina Fitriani, Arie. Analisa Daya Dukung Lahan Pertanian dan Tekanan Penduduk (Studi Kasus Kabupaten Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013), Surakarta, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, 2005 (dipublisasikan) Hassie, Retna “Analisis Produksi dan Konsumsi Beras dalam Negeri serta Implikasinya terhadap Swasembada Beras di Indonesia” Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajement, IPB 2009 Indriyani, Febri. “Hubungan Partisipasi Petani dalam Kelompok Tani dengan Produktivitas Usaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus di Kelompok Tani Saluyu, Desa Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)”, Skripsi FMIPA UIN Jakarta, Jakarta, 2014. (tidak dipublisasikan) Mahadi, I Made, Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian serta dampaknya terhadap kesejahteraan petani ( studi kasus di subak jadi, kecamatan kediri, tabanan ),” Tesis Mandasari, Sutra, Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Produktivitas Usahatani Benih Padi, Jakarta: Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi, Uin Jakarta, 2014. Tidak dipublikasikan Meiliza, Rika, “Pengaruh Pupuk terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang,” Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2006, Mulyadi, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Dampak konversi Lahan di Desa Babakan Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Skripsi UIN Jakarta, 2016
Instansi: Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2012” Tegal :2012. Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2013” Tegal :2013. Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2014” Tegal :2014. Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” Tegal :2015. Sistem Informasi Profil Daerah Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal Tahun 2010,
Internet: www.tegalkab.go.id “ Gambaran Umum Kondisi Daerah
”
.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Desa / Kelurahan
Jumlah Penduduk (jiwa) 2011
2012
Rembul 8586 8972 Dukuhtengah 2725 2743 Kedawung 2817 2863 Suniarsih 2121 2156 Karangmulya 5509 6230 Tuwel 8886 9156 Bojong 8705 8738 Buniwah 3354 3425 Lengkong 4835 4935 Batunyana 1743 1762 Sangkanayu 1184 1206 Gunungjati 2313 2324 Pucangluwuk 4229 4312 Kajenengan 4548 4631 Kalijambu 2387 2395 Danasari 4530 4571 Cikura 4301 4358 Jumlah 72773 74780 Sumber: BPS Kabupaten Tegal“Kecamatan 2015”
2013
2014
9017 9107 2757 2785 2877 2906 2167 2188 6434 6498 9205 9298 8782 8870 3431 3361 4960 5010 1770 1788 1212 1209 2336 2360 4334 4377 4654 4701 2407 2431 4579 4625 4365 4394 75287 75908 Bojong dalam angka 2012-
Lampiran 2 Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Tabel 4.9 Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 Desa / Luas Panen Padi (ha) Kelurahan 2011 2012 2013 2014 Rembul Dukuhtengah Kedawung Suniarsih Karangmulya Tuwel Bojong Buniwah Lengkong Batunyana Sangkanayu Gunungjati Pucangluwuk Kajenengan Kalijambu Danasari Cikura
82 164 151 94 212 184 188 145 118 63 334 293 184 172 161
80 164 151 92 212 184 188 145 118 63 334 295 184 172 161
78 164 151 89 212 184 188 145 118 63 334 295 184 172 161
79 164 152 91 212 184 188 145 118 63 339 295 184 172 161
Jumlah 2545 2541 2536 2545 Rata-rata 149,7 149,4 149,1 149,7 Sumber: BPS Kabupaten Tegal” Kecamatan Bojong dalam angka 2012-2015”
Lampiran 3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 Desa/Kelurahan
Penduduk Tahun 2010 Rembul 8.586 Dukuhtengan 2.725 Kedawung 2.817 Suniarsih 2.121 Karangmulya 5.509 Tuwel 8.886 Bojong 8.705 Buniwah 3.354 Lengkong 4.835 Batunyana 1.743 Sangkanayu 1.184 Gunungjati 2.313 Pucangluwuk 4.229 Kajenengan 4.548 Kalijambu 2.387 Danasari 4.530 Cikura 4.301 Jumlah 72.773 rata-rata 4.280,76 Sumber: Hasil Analisa 2016
Penduduk Tahun 2014 9.107 2.785 2.906 2.188 6.498 9.289 8.870 3.361 5.010 1.788 1.209 2.360 4.377 4.701 2.431 4.625 4.394 75.908 4.465,17
Laju Pertumbuhan Penduduk 1,48 0,54 0,78 0,78 4,21 1,13 0,47 0,05 0,89 0,63 0,52 0,50 0,86 0,83 0,45 0,52 0,53 15,23 0,89
Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong Tahuan 211-2014 160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 -20000
Laju Pertumbu han Penduduk Penduduk tahun 2014 Penduduk tahun 2010
Lampiran 4 Data Produktivitas Rata-rata padi (Ton/Ha) Tahun 2011-2014 Tahun
Luas Panen Produksi Produktivitas (Ton/Ha) (Ha) (Ton) 2011 2545 12947,2 5,087308448 2012 2541 12928,3 5,087878788 2013 2536 12904,7 5,088604101 2014 2545 12920,5 5,076817289 Rata-Rata 5,085152156 Keterangan: Data Produktivitas Rata-rata dihasilkan dari Total Produksi (Ton) pada tiap tahun dibagi dengan Luas panen (Ha)
Lampiran 5 Data Indeks Penanaman Padi (IP)
Desa/Kelurahan Rembul Dukuh Tengah Kedawung Suniarsih Karangmulya Tuwel Bojong Buniwah Lengkong Batunyana Sangkanayu Gunungjati Pucangluwuk Kajenengan Kalijambu Danasari Cikura Jumlah
Satu kali / tahun 128 0 2 2,5 74 163 140 76 67 25 15 22 52 39 79 132 88 1104,5
Dua kali/ tahun 13 0 0 68 135 17 25 43 120 74 44 40 108 80 10 16 12 805
Jumlah Luas Tanam (Tetap) 141 0 2 70,5 209 180 165 119 187 99 59 62 160 119 89 148 100 1909,5
Luas Tanam 1 Tahun 154 0 2 138,5 344 197 190 162 307 173 103 102 268 199 99 164 112 2714,5
Indeks Penanaman 1,092198582 0 1 1,964539007 1,645933014 1,094444444 1,151515152 1,361344538 1,64171123 1,747474747 1,745762712 1,64516129 1,675 1,672268908 1,112359551 1,108108108 1,12 1,421576329
Lampiran 6 Tabel Produktivitas Lahan Sawah berdasarkan Hasil Analisa 2016 Produktivitas Lahan Sawah
Tahun
X Jumlah Penduduk
Y Produksi Beras/ supply (Ton)
2011 72.773 8.415,68 2012 74.780 8.403,39 2013 75.287 8.388,05 2014 75.908 8.398,32 Sumber: Hasil Analisa 2016
Y/X Keterangan
Konsumsi fisik beras minimun / tahun (Ton)
Supply beras (Ton)
0,124 0,124 0,124 0,124
0,115 0,112 0,111 0,110
Defisit Defisit Defisit Defisit
Lampiran 7 Data Kebutuhan Beras dari tahun 2011-2045 Indeks Konsumsi Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Luas Beras Beras (Ton) Padi/ GKG Panen (Ha) (Kg/Kap/Thn) (Ton) 2011 72773 124,89 9088,61997 13982,49226 2752,459107 2012 74780 124,89 9339,2742 14368,11415 2828,368928 2013 75287 124,89 9402,59343 14465,52835 2847,544952 75908 124,89 9480,15012 14584,84634 2871,032744 2014 Catatan: Data Kebutuhan Beras ini diperoleh berdasarkan hasil proyeksi Jumlah Penduduk yang dikalikan dengan angka konsumsi fisik sebesar 124,89 Kg/Kap/Thn, yang kemudian dari hasil tersebut dapat juga diketahui Kebutuhan padinya berdasarkan nilai penyusutan padi ke beras sebesar 0,65, dan juga dapat diketahui Kebutuhan luas panennya berdasarkan Produksi rata-rata tahun 2011-2014 sebesar 5,08 Ton/Ha. Tahun
Jumlah Penduduk
Lampiran 8 Data Produksi Beras (Diolah) Tahun 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
Luas Panen 2.545 2.541 2.536 2.545 2.542
Produksi Beras (Ton) 8.415,68 8.403,39 8.388,05 8.398,32 8.401
Produksi Beras (Ton/ha) 3,306750491 3,307119244 3,307590694 3,299929273 3
Luas Lahan yang Tersedia untuk Budidaya Tanaman Padi Tahun
Luas Panen (Ha)
Jumlah Penduduk
2011 2012 2013 2014 Rata-rata
2.545 2.541 2.536 2.545 2.542
72.773 74.780 75.287 75.908 74.687
Luas Lahan yang Tersedia untuk Budidaya Padi 0,034971762 0,033979674 0,033684434 0,033527428 0,03
Luas Lahan yang diperlukan untuk Swasembada Pangan
Tahun
2011 2012 2013 2014 Rata-rata
Konsumsi Fisik Minimum (Ton) 0,124 0,124 0,124 0,124 0,124
Produksi Beras Rata-rata (Ton/Ha) 3,3 3,3 3,3 3,29 3,2975
Luas Lahan yang diperlukan Untuk Swasembada Pangan (Ha) 0,037575758 0,037575758 0,037575758 0,03768997 0,037604311
Daya Dukung Lahan Pertanian Padi
Daya Dukung Lahan Sawah Kecamatan Bojong tahun 2011-2014 Tahun
Luas Lahan Luas Lahan yang tersedia yang (X) diperlukan (k) 2011 0,034 0,037 2012 0,033 0,037 2013 0,033 0,037 2014 0,033 0,037 Sumber: Sumber Analisis 2016
Daya Dukung Lahan (α) 0,91 0,89 0,89 0,89
Keterangan
α<1 α<1 α<1 α<1
Lampiran 9 Surplus/Defisit = PBt - KBt Dimana: PBt
= Produksi Beras pada tahun ke t
KBt = Kebutuhan atau Konsumsi Beras pada tahun ke t Dengan demikian maka didapat hasil sebagai berikut: Kebutuhan Beras Ketersediaan Beras (Ton) (Ton) PBt - KBt Tahun KBt PBt 2011 9.088,61 8.415,68 -672,93 2012 9.339,27 8.403,39 -935,88 2013 9.402,59 8.338,05 -1.064,54 2014 9.480,15 8.398,32 -1.081,83 Hasil Analisa 2016
DOKUMENTASI
Lahan sawah
Lahan sawah
Lahan sawah yang dijadikan pemukiman
Lahan sawah yang dijadikan sebagai pemukiman, dan lahan sawah di Kecamatan Bojong juga didominasi oleh sayuran
Padi hampir panen
Padi baru tanam
Lahan sawah
Lahan sawah pada topografi bergelombang
Lahan sawah untuk budidaya sayuran
Lahan sawah
Lahan sawah untuk budidaya padi
Lahan sawah untuk budidaya padi
BIOGRAFI PENULIS
Aniszul Fuad,
lahir di Tegal, pada tanggal 07 juli 1993. Bertempat
tinggal di Ds. Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Merupakan Anak ke lima dari Alm Bpk Sayat dan Almh Ibu Sukinah dan dibesarkan oleh Bpk Pahluri dan Ibu Nur Qomariyah. Pendidikan formal yang ditempuh ialah mulai dari sekolah dasar di SD Negeri Cikura 02, melanjutkan ke sekolah menengah pertama di MTs Al-Azhar Tuwel, melanjutkan sekolah menengah atas di MAN Babakan Lebaksiu (MAN 1 Tegal), dan melanjutkan Perguruan Tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Konsentrasi Geografi.. Penulis juga memiliki pegalaman di berbagai organisasi seperti pada HMJ Pendidikan IPS periode 2012-2013, Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat tahun 2012 hingga sekarang, dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Penulis juga begabung ke dalam Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia (Imahagi) Region 2 (Jakarta, Banten, Jawa Barat) dan Imahagi Komisariat UIN Jakarta, Penulis juga pernah menjadi tutor dan tenaga pengajar di beberapa instansi.