PROCEEDING
PROCEEDING ISBN 978-979-18918-1-3
Seminar Nasional Indonesian Institute of Life Cycle Assessment on Food Products and Recent Progress in Agroindustry Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada
Seminar Nasional Indonesian Institute of Life Cycle Assessment on Food Products and Recent Progress in Agroindustry
JUSTUS-LIEBIGUNIVERSITAT GIESSEN
Life Cycle Assessment, Packaging Design and Packaging Recycling JUSTUS-LIEBIGUNIVERSITAT GIESSEN
978- 979- 18918- 1- 3
Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011
Seminar Nasional Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA) Indonesian Institute of Life Cycle Assessment on Food Products and Recent Progress in Agroindustry Penyunting: Dr. Ir. WahyuSupartono Dr. Atris Suyantohadi, STP, MT Dr. Jumeri, STP, MSi Desain Sampul: Galih Kusuma Aji, STP Penata Letak: Galih Kusuma Aji, STP Pemasaran: Novita Erma Kristanti, STP, MP Ir. Guntarti Tatik Mulyati, MT Sri Kurniati, SE Penerbit: Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Desember, 2012 ISBN : 978-979-18918-1-3
i
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011
KATA PENGANTAR
Menghaturkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA) dengan tema “Indonesian Institute of Life Cycle Assessment on Food Products and Recent Progress in Agroindustry” dapat kami selesaikan. Seminar ini diselenggarakan pada tanggal 23 November 2011 bertempat di Auditorium Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. Kami mengucapkan terima kasih atas sumbangsih pemikiran dari kalangan akademisi, praktisi industri dan perwakilan pemerintah. Hal tersebut membuat semakin berartinya APTA sebagai sarana komunikasi ilmiah dan penciptaan jaringan berbasis kepedulian terhadap Agroindustri. Prosiding ini kami susun sesuai dengan urutan penyampaian makalah. Makalah dikelompokkan menjadi empat kelompok besar terdiri Processing Technology and Quality Control, Supply Chain Management, Simulation and Modeling System, Social Economic and Business. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Proceeding ini. Kami menyadari, bahwa penyajian Prosiding ini masih belum sempurna, sehingga segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga Prosiding ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, Januari 2012
Penyunting
ii
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................
iii
SUB TOPIK I : PROCESSING TECHNOLOGY AND QUALITY CONTROL PENGEMBANGAN NATA DE CASSAVA SIAP SAJI DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KANSEI ENGINEERING(Development of Packaged Nata De Cassava using Kansei Engineering Approach) Oleh : Mirwan Ushada, Novi Purnama Sari, Wahyu Supartono .................................
1
IDENTIFIKASI POTENSI NIPAH (Nipa frauticans) SEBAGAI SUMBER GULA ALTERNATIF DI JAWA TIMUR Oleh : Hendrix Yulis Setyawan dan Susinggih Wijana................................................
8
ANALISIS KELAYAKAN TEKNIK PENGOLAHAN SIRUP GULA KELAPA DARI GULA CETAK (KAJIAN KONSENTRASI ARANG AKTIF DAN LAMA ADSORBSI) Oleh : Susinggih Wijana, Dodyk Pranowo, dan Laely Okviati ................................... 14 APLIKASI EMULSIFIER DARI ALGINAT JENIS TURBINARIA CONOIDESDAN TURBINARIA DECURRENS DALAM PEMBUATAN CAKE Oleh : Wahyu Mushollaeni ........................................................................................... 20 PENGARUH SUHU DAN WAKTU TERHADAP HIDROLISIS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN BIODEGRADASINYA SECARA ENZIMATIS UNTUK PRODUKSI XILOSA Oleh : Wisnu Adi Yulianto dan Dewa Made Krismanto Panji .................................... 26 TELAAH: PENENTUAN KUALITAS DAN PEMALSUAN DAGING DAN OLAHAN DAGING DENGAN SENSOR IMPEDANSI BIOELEKTRIK Oleh : Sucipto, Taufik Djatna, Irzaman, Tun Tedja Irawadi, Anas Miftah Fauzi ...... 34 PENERAPAN HEAT MOISTURE TREATMENT PATI UBI JALAR VAR. PAPUA SALOSA UNTUK PEMBUATAN SOHUN Oleh : Yudi Pranoto dan Haryadi ................................................................................. 43 KAJIAN KONSTANTA LAJU PERUBAHAN KADAR AIR DAN UMUR SIMPAN GULA SEMUT DALAM KEMASAN METALIZED PLASTIC, POLIETILEN DAN KOMPOSIT KERTAS Oleh : Devi Yuni Susanti , Sri Rahayoe, dan Haret Bima Dwiputra ........................ 54
iii
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011
EVALUASI DAN REKOMENDASI PENERAPAN GOOD HANDLING PRACTICES PADA IKAN DI PASAR IKAN TRADISIONAL PANTAI DEPOK, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Titisari Juwitaningtyas dan Wahyu Supartono .................................................. 64
ANALISIS KEMUNDURAN KUALITAS IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DITINJAU DARI PARAMETER KIMIAWI DAN BIAYA SELAMA PENYIMPANAN DALAM KOTAK PENDINGIN Oleh: Nensi Nevridawati, Ag. Suryandono, dan M. Prasetya Kurniawan ................... 73 PENGARUH RASIO BIJI KEDELAI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) DAN AIR TERHADAP KARAKTERISTIK YOGURT DAN PERUBAHAN SIFAT SELAMA PENYIMPANAN Oleh : Muhammad Nur Cahyanto, Sri Kanoni, dan Restu Nugraheni ......................... 81 KAJIAN PENGGUNAAN BASIDIOMYCETES(White rot fungi) PADA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK MEMPERCEPAT PENGURAIAN LIGNOSELULOSA Oleh : Islamiyah, Raden Faridz, dan Sri Hastuti .......................................................... 89 PENINGKATAN MUTU GILING BERAS DENGAN METODE CURINGGABAH BASAH(Improving The Quality Of Milled Rice By Curing Of Wet Rough Rice) Oleh : Tanwirul Millati ................................................................................................. 99 PENGARUH MEDIA PADA BIOFILTER HORISONTAL TERHADAP KUALITAS LIMBAH CAIR TAPIOKA YANG DIHASILKAN Oleh : Nur Hidayat, Sri Suhartini, dan Dian Indriana .................................................. 107 EVALUASI ISOTERM SORPSI LEMBAB BERAS CEPAT TANAK YANG DILAPISI EDIBLE FILM GUM ARAB YANG DIPERKAYA EKSTRAK REMPAH-REMPAH Oleh : Ch. Lilis Suryani, Agus Slamet, dan Komarudin Siukon .................................. 113 INOVASI PRODUK PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM) GUDEG WIJILAN MELALUI PENGEMASAN PRODUK DALAM KALENG Oleh : Tommy Hendrix dan Asep Nurhikmat .............................................................. 122 PENGARUH PROSES PENGALENGAN TERHADAP KUALITAS GUDEG WIJILAN Oleh : Asep Nurhikmat, Bandul Suratmo, Nursigit Bintoro, dan Suharwadji ............. 131 PENENTUAN NILAI Fo PADA PENGALENGAN RENDANG DAGING Oleh : Mukhammad Angwar dan Asep Nurhikmat ...................................................... 137 PENGARUH LETAK KALENG UKURAN 301 X 205 TERHADAPNILAI Fo GULAI TUNA KALENG Oleh : Agus Susanto dan Asep Nurhikmat ................................................................... 142
iv
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011
EVALUASI POSTUR KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PERAWATAN TAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA (RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT) (STUDI KASUS PADA PT DEWIJAYA AGRIGEMILANG JAKARTA) Oleh : Adisty Savitri, Guntarti Tatik Mulyati, dan Ibnu Wahid Fakhrudin Aziz.... 148 PENGARUH SUHU PENYANGRAIAN BIJI TERHADAP SIFAT FUNGSIONAL PROTEIN ISOLAT BUNGKIL WIJEN (SESANUM INDICUM L) (Effect of roasting temperature on the functional properties of protein isolated from sesame cake) Oleh : Pudji Hastuti dan Masagus Muhammad Prima Putra ........................................ 158 POST-HARVEST QUALITY EVOLUTION OF JONAGORED APPLES (MALLUS DOMESTICA CV. BORKH) DURING 14 DAYS OF SHELF LIFE Oleh : Fahrizal Yusuf Affandi and Bert Verlinden ...................................................... 166 OPTIMASI KELARUTAN, RENDEMEN DAN HIGROSKOPISITAS SERBUK PERISA ALAMI RAJUNGAN (Portunus Pelagicus) (KAJIAN FAKTOR SUHU PENGERINGAN DAN LAMA PENGERINGAN). Oleh : Arie Febrianto M, Jaya Mahar Maligan, dan Ika Atsari Dewi .......................... 177 PERBAIKAN PENGOLAHAN LIMBAH PERUSAHAAN MELALUI PERHITUNGAN ENVIRONMENTAL PERFORMANCE INDICATOR DENGAN PENERAPAN GREEN PRODUCTIVITY UNTUK MENINGKATKAN NILAI PRODUKTIVITAS ( Study Kasus : PT. Varia Niaga Nusantara ) Oleh : Rakhmawati, Muhammad Fakhry, dan Agung Hariyanto ................................. 185 ISOLASI BAKTERI POTENSIAL PENGHASIL 1,3 PROPANDIOL DARI LIMBAH BIODIESEL Oleh : Juwita Ratna Dewi dan Mahyudin Abdul Rahman ........................................... 194 PRODUK OLAH KUKUS (BOLU KUKUS) DAN GORENG (KEMBANG GOYANG)YANG DIOLAH BERDASAR SIFAT KARAKTERISTIK TEPUNG GADUNG (Dioscorea hispida Dennst) Oleh : Agnes Murdiati, Suparmo, dan Rini Citaningsih .............................................. 201 PERBAIKAN KUALITAS NATA KULIT PISANG KEPOK KUNING MELALUI PENERAPAN KEBUTUHAN TEKNIS DALAM QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Oleh : Giantika Prihasti, Nafis Khuriyati, dan M. Affan Fajar Fallah ......................... 210 KARAKTERISTIK BAKSO IKAN TUNA (Thunnus atlanticus) YANG DIBUAT DENGAN FILLER TEPUNG GANYONG, TEPUNG GARUT DAN MOCAF Oleh : Sri Kanoni, Sri Naruki, dan Afni Fitriyana ....................................................... 216 ANALISIS PEMANFAATAN BY-PRODUCT IKAN BAKAR/GORENG DENGAN PENDEKATAN LIFE CYCLE ASSESSMENT(Studi Kasus pada Rumah Makan Putra Bahari di Pantai Kuwaru, Srandakan, Kabupaten Bantul) Oleh : Saeful Iman Nurrizki, Mirwan Ushada, dan Makhmudun Ainuri ..................... 224 v
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011
PEMBUATAN TABLET EFFERVESCENT SARI BUAH MARKISA KUNING (Passiflora Edulis.var.Flarcarpa) Oleh : Supriyanto, Agnes Murdiyati, dan Asih-Duwita ............................................... 234 SUB TOPIK II :SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ANALISIS RANTAI NILAI PADA MANAJEMEN LOGISTIK SEBAGAI DASAR PERUMUSAN STRATEGI GUNA PENINGKATAN KEPUASAN KONSUMEN (STUDI KASUS DI PT.COCA-COLA AMATIL INDONESIA PLANT JAWA TIMUR) Oleh : Dian R. Setyawati, Imam Santoso, dan Mas’ud Effendi ................................... 245 SIMULASI MODEL RANTAI PASOKAN DALAM AGROINDUSTRI MINYAK KELAPA Oleh : Banun Diyah Probowati, Yandra Arkeman, dan Djumali Mangunwidjaja ....... 254 APLIKASI LEAST COST METHOD DALAM OPTIMASI JARINGAN DISTRIBUSI RASKIN (STUDI KASUS PADA PERUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL MALANG JAWA TIMUR) Oleh : Wike Agustin P Dania, Isti Purwaningsih, dan Deandra Kusmadewi P. .......... 264 TINJAUAN TERHADAP POWER OF TWO POLICIES DALAM MANAJEMEN PERSEDIAAN Oleh : Henry Yuliando ................................................................................................. 271 PENERAPAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) DALAM PERENCANAAN PENGADAAN BAHAN BAKU PEMBUATAN PRODUK BIHUN KERING, STUDI KASUS PADA PT. TUNAS MELATI PERKASA, SURABAYA Oleh : Usman Effendi, Sakunda Anggarini, dan Didik Supriono ................................ 278 SUB TOPIK III :SOCIAL ECONOMIC AND BUSINESS TINJAUAN PROFIL PENGEMBANGAN KAWASAN HORTIKULTURA ANGGUR DI KABUPATEN BULELENG Oleh : Sri Mulyani, Bambang Admadi, Ketut Satriawan, dan M.H. Mardiana ........... 287 KLASTERISASI USAHA/INDUSTRI KECIL BERBASIS KHARAKTERISTIK DAERAH UNTUK MEWUJUDKAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI DI KABUPATEN MAGELANG Oleh : Pujo Saroyo........................................................................................................ 297 PENYUSUNAN STRATEGI PEMASARAN OBYEK WISATA PANTAI MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT (Studi Kasus di Pantai Kuwaru, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Yogyakrta) Oleh : Afifah, Endy Suwondo, dan Novita Erma Kristanti .......................................... 308
vi
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011
EVALUASI ASUPAN DAN KEBUTUHAN ENERGI PADA PENGUNGSI MERAPI 2010 UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN EKONOMI (Studi Kasus di Hunian Sementara (Huntara) Gondang I, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta) Oleh : Ratih Hardiyanti dan Nafis Khuriyati ................................................................ 316 ANALISIS TINGKAT KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP SARANA WISATA PANTAI KUWARU KABUPATEN BANTUL UNTUK PERANCANGAN STRATEGI PEMASARAN OBYEK WISATA (STUDI KASUS DI OBYEK WISATA PANTAI KUWARU KABUPATEN BANTUL) Oleh : Tian Nur Ma’rifat, Endy Suwondo, dan Novita Erma Kristanti ....................... 328 PENGEMBANGAN PRODUK STEVI-COFFEE CELUP UNTUK PENGUATAN SISTEM PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DI SLEMAN PASCA ERUPSI MERAPI (PRODUCT DEVELOPMENT OF STEVI-COFFEE BAG FOR STRENGHTENING SLEMAN SMALL COFFEE INDUSTRIAL SYSTEM PASCA MERAPI ERUPTION) Oleh : Didik Purwadi, Suharno, dan Anggita Kurniasari ............................................. 335 SUB TOPIKIV :SIMULATION AND MODELING SYSTEM RANCANG BANGUN PROTOTYPE SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PROTEN (Studi Kasus di PT. Otsuka Indonesia Malang) Oleh : M. Zainul Arifin, Siti Asmaul, dan Arif Hidayat .............................................. 344 PENGEMBANGAN VISUALISASI GRAFIS PEMODELAN MATEMATIS PADA APLIKASI MORPHOLOGI TANAMAN BERBASIS PROGRAM GUI MATLAB Oleh : Atris Suyantohadi .............................................................................................. 353 RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK ANALISIS KELAYAKAN SERTIFIKASI EKOLABEL PADA INDUSTRI KERTAS CETAK TANPA SALUT
Oleh : Ika Atsari Dewi .................................................................................................. 361 TINJAUAN METODE DYNAMIC LOT SIZING DAN APLIKASINYA Oleh : Endy Suwondo dan Henry Yuliando ................................................................. 371
vii
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011 PEMBUATAN TABLET EFFERVESCENT SARI BUAH MARKISA KUNING (PASSIFLORAEDULIS.VAR.FLARCARPA) Supriyanto*), Agnes Murdiati*), Asih-Duwita**) *) Staf pengajar Fakultas Teknologi Pertanian UGM **) Alumni Fakultas Teknologi Pertanian UGM
Abstrak Markisa (Passiflora sp.) mengandung banyak vitamin, mineral dan senyawa antioksidan. Pada umumnya markisa dikonsumsi dalam bentuk sirup atau sari buah markisa. Agar lebih menarik dan lebih praktis perlu dibuat bentuk tablet effervescent. Pada tablet effervescent banyak faktor yang berpengaruh antara lain jumlah asam dan basa yang diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah asam dan basa yang tepat untuk menghasilkan tablet effervescent yang baik. Sari buah markisa dicampur dengan laktosa dengan perbandingan berat 1:1, dikeringkan hingga berbentuk granula. Granula dicampur dengan asam sitrat dan sodium bikarbonat dengan jumlah yang bervariasi, selanjutnya dilakukan pencetakan. Analisis dilakukan terhadap sifat fisik, kimia dan sensoris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan tablet effervescent sari buah markisa yang baik, untuk setiap kg granula diperlukan 0,48 kg campuran asam dan basa yang terdiri atas asam sitrat 0,19 kg dan sodium bikarbonat 0,29 kg. Tablet effervescent tersebut mempunyai waktu larut 1,9 menit dan kadar air 3,08%, dan seduhannya disukai panelis, memiliki diskripsi produk mirip dengan sari buah markisa, mengandung vitamin C 1,50 mg/100 ml dan aktivitas antioksidan pada konsentrasi 80 mg/ml sebesar 60,41%.
Kata kunci: markisa, tablet effervescent, asam, basa.
markisa kuning (Passiflora edulis var. flavicarpa). Hampir semua bagian buah markisa kuning dapat dimanfaatkan oleh manusia. Kulit buah dapat diolah menjadi bioetanol, daging dan biji buah dapat dikonsumsi dalam keadaan segar. Daging buah markisa sering diekstrak menjadi jus atau sari buah markisa yang mengandung berbagai vitamin, mineral, dan antioksidan. Bijinya berpotensi sebagai sumber serat yang bermanfaat untuk kesehatan manusia (Chau, 2003). Buah markisa sebagaimana produk hortikultura lainnya, cepat mengalami kerusakan setelah dipanen, sehingga masa simpannya relatif rendah. Pada saat panen raya, produksi markisa berlimpah, jika tidak ditangani dengan tepat maka
1. PENDAHULUAN Tanaman markisa berasal dari Brazil, Amerika Selatan dan mudah ditemukan di hutan-hutan basah di Brazil. Tanaman markisa termasuk dalam genus Passiflora, merupakan tanaman tahunan, batangnya merambat, mudah dibudidayakan di berbagai dataran, dan ditanam untuk diambil buahnya. Varian yang mudah dibudidayakan di dataran rendah adalah markisa kuning (Ashari, 1995). Markisa merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak ditemui di berbagai daerah di Indonesia yang beriklim tropis. Jenis markisa yang paling banyak ditemui dan mudah tumbuh di berbagai daerah di Indonesia adalah jenis 234
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011 mutunya akan rendah sehingga harganya menurun. Penanganan markisa selama ini adalah dengan mengolahnya menjadi sirup, selai, dan jeli. Pengolahan markisa menjadi produk minuman selama ini sebagian besar dalam bentuk sirup, biasanya diperoleh dari sari buah markisa yang dipekatkan, ditambah pemanis kemudian dikemas dalam botol kaca. Bentuk olahan tersebut sudah diangap kurang praktis baik selama penanganan maupun penyajian saat dikonsumsi. Salah satu alternatif pengolahan markisa adalah dengan mengolahnya menjadi produk minuman dalam bentuk tablet effervescent. Produk minuman berbentuk tablet effervescent memiliki berbagai keunggulan antara lain jika dimasukkan dalam air cepat larut, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi konsumen dalam penyajiannya. Selain itu efek sparkle yang ditimbulkan oleh tablet effervescent dapat memberikan sensasi rasa yang lebih segar sehingga disukai konsumen. Bentuknya berupa tablet memudahkan dalam pengemasan, transportasi produk ke pasar, maupun kemudahan dalam membawa dan menyimpannya. Selain itu bentuk tablet kering dengan kadar air yang rendah, memiliki umur simpan yang lebih lama karena lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikrobia. Pengolahan markisa menjadi tablet effervescent sebagai pengembangan teknologi pengolahan buah markisa diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomisnya serta sebagai diversifikasi produk, namun tetap dapat mempertahankan nilai gizi markisa, dan antioksidannya. Effervescent menurut Yohanes Surya (2011) artinya berhubungan dengan gas atau gelembung-gelembung. Jadi, suatu tablet disebut tablet effervescent jika tablet itu menghasilkan gelembunggelembung gas ketika dicelupkan dalam air. Gas yang keluar adalah gas karbondioksida (CO2) yang biasanya diperoleh dari sumber basa. Menurut
Sulaiman (2007), gas yang terjadi karena reaksi asam-basa yang terkandung dalam tablet, selain untuk mempercepat hancurnya tablet, juga untuk memberi sensasi rasa yang lebih segar. Menurut Anief (1997), tablet effervescent dapat mengandung zat tambahan yang dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, dan zat pembasah. Zat pengisi (diluent) dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet, zat pengikat (binder), dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak dan dapat merekat, zat pelicin (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Menurut Mohrle (1980), reaksi dari bahan-bahan aktif dengan campuran bahan-bahan organik seperti asam sitrat, asam tartrat dengan natrium bikarbonat bila dilarutkan dalam air akan berlangsung sangat cepat yaitu kurang dari satu sampai dua menit. Mekanisme hancurnya tablet effervescent adalah dengan adanya pelepasan gas. Karbon dioksida akan dilepaskan dari tablet yang mengandung bikarbonat atau karbonat dan asam sitrat atau asam tartrat ketika tablet kontak dengam air yang merupakan akibat dari hasil reaksi asam-basa. Akibat pelepasan gas, struktur tablet akan pecah atau hancur. Efek effervescence akan menghasilkan waktu larut hancur tablet yang sangat cepat. Kekuatan dan kecepatan hancur tablet dengan mekanisme ini dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi asam basanya dan tekanan pengempaan tablet (Sulaiman, 2007). Menurut Mohrle, (1980), reaksi yang terjadi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat (a) serta asam tartrat dan natrium bikarbonat (b) adalah sebagai berikut :
235
(a) + 3CO2
H3C6H5O7.H2O + 3NaHCO3
(b) 2CO2
H2C4H6O6 + 2NaHCO3
Na3C6H5O7 + 4H2O Na2C4H4O6+ 2H2O +
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011 effervescent markisa meliputi ; aquades, methanol 94%, kristal BHA (Butylated Hydrosianisole), serbuk vitamin C standar, kristal Kalium Iodida, kristal Iodine, dan amilum yang berasal dari Sigma Co. Sedangkan kristal DPPH (1,1-diphenyl-2picrylhydrazyl) berasal dari Wako Co.
Tablet effervescent markisa memerlukan formulasi yang tepat dan sesuai agar dapat memberikan waktu larut yang singkat. Formulasi yang dimaksud terutama adalah jumlah campuran asam dan basa yang diperlukan dan perbandingan antara asam dengan basa yang digunakan. Secara stokiometri satu molekul asam sitrat memerlukan tiga molekul sodium bikarbonat, akan tetapi didalam sari buah markisa sudah terdapat asam, sehingga perlu dipertimbangkan keberadaan asam tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jumlah campuran asam basa dan menentukan perbandingan antara asam dan basa yang tepat pada pembuatan tablet effervescent markisa, sehingga diperoleh waktu larut yang singkat tetapi tidak banyak mengurangi cita rasa khas markisa, tidak banyak merusak kandungan gizi dan aktivitas antioksidannya.
2.2. Alat penelitian Alat yang digunakan untuk pembuatan tablet efffervescent markisa antara lain pisau, alumunium foil, kain saring, mortir, spatula, baskom, ayakan Tyler 14 mesh, cabinet dryer, sendok, ruang pendingin Genaplast, stopwatch, pencetak tablet, timbangan analit (Ohauss Corp USA) dengan ketelitian 0,0001 g, dan pompa hidrolik. Sedangkan alat untuk analisis tablet effervescent antara lain erlenmeyer, gelas ukur, buret, pipet ukur, propipet, eksikator, botol timbang, drying oven (U-30 Memert), penjepit, refrigerator (sharp VRD-178), tabung reaksi dan rak, vortex, spektrofotometer UV vis (Genesys 20, Thermospectronic), dan seperangkat alat analisis sensoris.
2. METODE PENELITIAN 2.1. Bahan penelitian Bahan utama yang digunakan adalah buah markisa kuning, laktosa, asam sitrat, natrium bikarbonat, aspartam, dan PEG (Poly Ethylene Glycol). Buah markisa kuning (Passiflora Edulis. var Flarcarpa) yang digunakan adalah buah yang telah masak, dengan ciri – ciri berbentuk oval (bulat lonjong) berdiameter 4-6 cm, berat antara 80 hingga 100 gram dengan warna kulit buah kuning 60-70%, diperoleh dari salah seorang pengepul di desa Harjobinangun, kecamatan Pakem, Kaliurang, Yogyakarta. Sedangkan untuk bahan lain yaitu laktosa, berasal dari Wako Co., aspartam berasal dari Sigma Co., sedangkan PEG 6000 berasal dari Merck Chemical Co. Semua bahan penolong yang digunakan dalam bentuk serbuk. Sumber asam dan basa yang digunakan adalah asam sitrat dan natrium bikarbonat yang dijual secara komersial. Bahan yang digunakan untuk analisis kimia tablet dan seduhan tablet
2.3.Pembuatan tablet effervescent Pembuatan tablet effervescent markisa terdiri atas tahapan pengambilan sari buah markisa, pembuatan granula markisa, dan pencetakan menjadi tablet effervescent. Buah markisa dipotong menjadi dua bagian kemudian diambil isinya (pulp). Isi buah markisa merupakan daging buah yang masih menempel pada bijinya sehingga diperlukan pemisahan antara daging dengan biji. Untuk mempermudah pemisahan dilakukan pemasakan pada suhu 40oC selama 10 menit, kemudian dilakukan penyaringan. Sari buah yang diperoleh diproses lebih lanjut menjadi granula markisa. Sari buah dicampur dengan filler (bahan pengisi) yang bertujuan agar dapat membuat ekstrak cair menjadi bentuk granula. Dari hasil orientasi bahan pengisi yang dipilih adalah laktosa dengan 236
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011 perbandingan laktosa dibanding sari buah markisa adalah 1 : 1 (berat/berat). Hasil campuran sari buah dengan filler dikeringkan dalam cabinet dryer suhu 50oC selama 18 jam. Hasil pengeringan dihancurkan kemudian diayak 14 mesh untuk mendapatkan ukuran granula yang homogen. Hasil ayakan dikeringkan lagi selama 2 jam agar diperoleh granula markisa dengan kadar air yang lebih rendah. Granula markisa yang diperoleh berwarna kream kekuningan, dengan aroma khas buah markisa, dan berasa asam. Sebelum dilakukan pencetakan tablet, terlebih dahulu dilakukan pencampuran granula dengan asam sitrat, natrium bikarbonat, pemanis (asparatam), dan
pelicin (PEG). Bahan–bahan yang akan dicampurkan dipastikan memiliki ukuran partikel yang lolos ayakan 14 mesh agar ukuran homogen dan lebih merata saat dicampurkan. Dilakukan tiga variasi perbandingan granula markisa dengan campuran asam basa yaitu 57,5% : 42,5%; 62,5% : 37,5%; dan 67,5% :32,5%. Sedangkan untuk masing – masing perbandingan granula dan asam basa tersebut, dilakukan tiga variasi perbandingan antara asam dengan basa yaitu 1 : 3, 1 : 2, dan 2 : 3. Dengan demikian diperoleh 9 variasi perlakuan. Komposisi 9 variasi perlakuan atau formula tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi bahan penyusun atau formula pada setiap variasi perlakuan tablet effervescent markisa Jumlah bahan (mg) Jenis bahan
1A
1B
1C
2A
2B
2C
3A
3B
3C
Granula markisa
1900
1900
1900
2077
2077
2077
2246
2246
2246
Aspartam
166
166
166
166
166
166
166
166
166
9
9
9
10
10
10
10
10
10
Asam sitrat
356
475
594
312
416
520
270
360
449
Na bikarbonat
1069
950
831
935
831
727
808
718
629
Total
3500
3500
3500
3500
3500
3500
3500
3500
3500
PEG
Granula markisa dicampur dengan aspartam sebanyak 5% berat/berat total granula sampai rata, kemudian ditambahkan natrium bikarbonat, diaduk hingga rata, dan ditambahkan asam sitrat dan diaduk hingga tercampur rata. PEG sebanyak 0,3% dari berat total granula ditambahkan saat campuran garam effervescent tersebut siap dicetak dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit sambil dilakukan pencampuran agar PEG tercampur rata sehingga diperoleh campuran yang homogen. Campuran tersebut kemudian dicetak dengan metode kompresi (Mohrle,
1980). Bahan–bahan yang sudah dicampur pada berbagai variasi formula, dimasukkan ke dalam alat cetak, kemudian di mampatkan dengan bantuan pompa hidrolik dan ditekan dengan tekanan sebesar 20 kg/cm2. 2.4. Analisis dan cara analisis data 2.4.1. Waktu larut tablet effervescent Waktu larut tablet effervescent adalah waktu yang diperlukan oleh tablet untuk hancur menjadi granula atau partikel penyusunnya dan menjadi bagian terlarut. Uji waktu larut dilakukan dengan memasukkan tablet dalam air dengan 237
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011 volume 120-240 ml pada suhu ruangan. Tablet effervescent yang baik akan hancur dan terlarut dengan cepat dalam waktu 1-2 menit (Mohrle, 1980).
(200 ml) air. Sedangkan pengujian Radical Scavenging Activity (RSA) adalah metode pengujian untuk mengetahui aktivitas antioksidan suatu bahan dalam mengikat radikal bebas buatan berupa reagen DPPH (a,a diphenil b-pikrihidrazil). Reagen DPPH 0,2 mM (berwarna ungu) ditambahkan ke dalam tablet effervescent yang telah dilarutkan dalam air yang telah terekstrak dalam methanol 94%.
2.4.2. Uji sensoris Uji sensoris dilakukan dengan metode hedonic, menggunakan skala numerik.Pengujian dilakukan dalam booth khusus untuk uji sensoris dengan borang penilaian terhadap uji kesukaan menggunakan skala numerik. Skala numerik yang digunakan untuk uji kesukaan adalah nilai 1= sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3= agak tidak suka, 4= netral, 5 = agak suka,6 = suka, 7 = sangat suka. Hasil penilaian panelis diolah secara statistik.
2.4.4. Rancangan percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap sempurna (RAL) dengan percobaan faktorial. Faktor pertama adalah rasio granula markisa dengan asam basa dengan 3 variasi, yaitu : 57,5% : 42,5% (1) , 62,5% : 37,5% (2), dan 67,5% : 32,5% (3). Faktor kedua adalah rasio asam dengan basa dengan 3 variasi, yaitu: 1 : 3 (A), 1 : 2 (B), dan 2 : 3 (C). Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dan apabila didapat adanya perbedaan nyata dari kedua factor tersebut, maka analisis dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test).
2.4.3. Analisis kimiawi Analisis kimia dilakukan terhadap seduhan tablet effervescent markisa meliputi analisis kadar air dengan metode thermogravimetri (AOAC, 1970 dalam Sudarmadji dkk., 1996), analisis vitamin C dengan metode iodometri (AOAC, 1970 dalam Sudarmadji dkk., 1996), dan pengujian aktivitas antioksidan dengan metode RSA (Radical Scavenging Activity) menggunakan DPPH (Brandwilliam et al., 1995). Analisis kadar air dilakukan setelah pencampuran granula effervescent secara merata, kemudian dikeringkan dalam cabinet dryer selama dua jam. Analisis vitamin C dilakukan terhadap seduhan tablet effervescent markisa setelah dilarutkan dalam segelas
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Waktu larut tablet effervescent Waktu larut tablet effervescent dalam air suhu kamar dari berbagai variasi perlakuan disajikan pada Tabel 2
Tabel 2. Waktu larut tablet effervescent pada berbagai variasi perlakuan Waktu larut (detik) Rerata Asam : Basa statistik 1 : 3 (A) 1 : 2 (B) 2 : 3 (C) 57,5% : 42,5% (1) 72,67a 98,33ab 103,33ab 91,44 V ab ab ab 62,5% : 37,5% (2) 110,67 104,67 95,67 103,67 V ab ab b 67,5% : 32,5% (3) 96,33 79,00 114,33 96,56 V X X X Rerata statistik 93,22 94,00 104,44 Ket : Notasi yang sama pada baris dan kolom menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (α=5%) Granula markisa : Asam basa
238
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011 Pada Table 2 terlihat bahwa pada berbagai variasi perlakuan, tablet effervescent memberikan waktu larut yang tidak berbeda nyata (p>0,05), kecuali pada 1A dan 3C. Hal ini berarti kombinasi konsentrasi granula 57,5% dan asam basa 1:3 memberikan waktu larut yang lebih cepat daripada kombinasi granula 67,5% dengan asam basa 2:3. Hal ini dapat terjadi karena konsentrasi granula 57,5% yang lebih kecil dari 67,5% namun memiliki perbandingan asam basa 1:3. Menurut Ansel (1996), dibutuhkan 3 molekul natrium bikarbonat untuk menetralkan satu molekul asam sitrat, sehingga perbandingan 1:3 dapat memberikan kerja sama yang baik antara asam dan basa sehingga memberikan waktu larut yang lebih cepat pula. Konsentrasi granula yang lebih sedikit juga makin mempermudah asam basa dalam proses pelarutan karena konsentrasi asam basa yang berfungsi sebagai bahan penghancur lebih besar
dibandingkan dengan konsentrasi granula 67,5% dan asam basa 2:3. Tablet effervescent yang baik akan hancur dan terlarut dengan cepat dalam waktu 1-2 menit (Mohrle, 1980). Dari semua perlakuan baik konsentrasi granula yang berbeda maupun rasio asam basa yang berbeda, memiliki waktu larut kurang dari 2 menit. Hal ini berarti bahwa semua konsentrasi granula maupun rasio asam basa yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi standar tablet effervescent yang baik. 3.2. Uji sensoris 3.2.1. Warna seduhan tablet effervescent Hasil pengujian tingkat kesukaan terhadap warna dari seduhan tablet effervescent markisa ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat kesukaan terhadap warna seduhan tablet effervescent markisa Granula markisa : Asam basa
Asam : Basa 1 : 3 (A)
1 : 2 (B)
2 : 3 (C)
Rerata statistik
57,5% : 42,5% (1)
4,10a
4,85ab
4,30a
4,42 V
62,5% : 37,5% (2)
4,10a
4,20a
4,25a
4,18 V
67,5% : 32,5% (3)
5,30b
4,65ab
4,90ab
4,95 W
Rerata statistic
4,50 X
4,57 X
4,48 X
Ket : Notasi yang sama pada baris dan kolom menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (α=5%). Nilai makin besar makin disukai
terhadap tingkat kesukaan warna seduhan (p>0,05). Dengan demikian perlakuan dengan perbandingan granula dan campuran asam basa 67,5% : 32,5% , atau dengan kata lain perlakuan dengan jumlah campuran asam basa 0,48 kg untuk setiap 1 kg granula, pada semua variasi perbandingan asam dan basa menghasilkan seduhan yang disukai panelis.
Dari hasil analisis statistik Tabel 3 kolom 5, diketahui bahwa pada penggunaan granula yang lebih banyak yaitu pada 67,5% diperoleh warna seduhan yang paling disukai panelis. Sementara itu dari Tabel 3, baris paling bawah, variasi perbandingan antara asam dan basa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
239
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011 Hasil pengujian tingkat kesukaan terhadap aroma dari minuman effervescent markisa ditampilkan pada Tabel 4.
3.2.2. Aroma
Tabel 4. Tingkat kesukaan terhadap aroma minuman effervescent markisa Granula markisa : Asam basa
Asam : Basa 1 : 3 (A)
1 : 2 (B)
2 : 3 (C)
Rerata statistik
57,5% : 42,5% (1)
3,85ab
4,20abc
3,65a
3,90 V
62,5% : 37,5% (2)
3,60a
3,60a
4,15abc
3,78 V
67,5% : 32,5% (3)
4,60bc
4,10abc
4,75c
4,48 W
Rerata statistik
4,02 X
3,97 X
4,18 X
Ket : Notasi yang sama menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (α=5%). Nilai makin besar makin disukai
pada tingkat kesukaan aroma. Interaksi antara jumlah granula dengan perbandingan asam basa tidak memberikan pengaruh pada tingkat kesukaan aroma ( p>0,05).
Berdasarkan hasil analisa statistik Tabel 4 kolom ke 5, terlihat bahwa jumlah granula memberikan perbedaan nyata pada tingkat kesukaan aroma. Pada perlakuan perbandingan granula dengan campuran asam basa 67,5% : 32,5% atau jumlah campuran asam basa 0,48kg untuk setiap 1 kg granula menghasilkan seduhan tablet yang paling disukai. Sedangkan komposisi asam dan basa yang berbeda (Tabel 4 baris paling bawah) tidak memberikan pengaruh
3.2.3. Cita rasa Hasil pengujian tingkat kesukaan terhadap cita rasa dari seduhan tablet effervescent markisa ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat kesukaan terhadap cita rasa seduhan tablet effervescent markisa Granula markisa : Asam basa
Asam : Basa 1 : 3 (A)
1 : 2 (B)
2 : 3 (C)
Rerata statistik
57,5% : 42,5% (1)
4,20ab
4,50ab
4,25ab
3,90 V
62,5% : 37,5% (2)
4,45ab
3,70a
4,95b
3,78 V
67,5% : 32,5% (3)
4,10ab
4,30ab
4,50ab
4,48 W
Rerata statistic
4,02 X
3,97 X
4,18 X
Ket : Notasi yang sama pada baris dan kolom menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (α=5%). Nilai makin besar makin disukai
tingkat kesukaan seduhan yang berbeda nyata. Pada perbandingan 67,5% : 37,5% menghasilkan seduhan dengan cita rasa yang paling disukai. Sedangkan variasi
Dari hasil analisis statistik Tabel 5 kolom ke 5, diketahui bahwa variasi jumlah granula yang digunakan menghasilkan 240
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011 perbandingan antara asam dan basa (Tabel 5 baris paling bawah) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kesukaan cita rasa (p>0,05 ) .
3.3.1. Kadar air granula effervescent Kadar air granula effervescent berbagai variasi perlakuan pada Tabel 6 berikut;
3.3. Analisis kimia Tabel 6. Kadar Air Granula Effervescent Markisa Kadar air granula (%)
Granula markisa : Asam basa 1 : 3 (A) 57,5% : 42,5% (1)
3.70 d
62,5% : 37,5% (2)
3.11bc
67,5% : 32,5% (3)
3.15c
Asam : Basa 1 : 2 (B) 2.85a
Rerata statistik 2 : 3 (C) 2.96abc
3,17 X
3.03abc
3.14c
3,10 XY
2.87ab
3.08 abc
3,03 Y
Rerata statistik 3,32 U 2,92 V 3,06 W Ket : Notasi yang sama pada baris dan kolom menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (α=5%)
Table 6 kolom ke 5, menunjukkan bahwa jumlah granula yang digunakan pada tingkat perbedaan tertentu memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air granula. Sementara itu variasi perbandingan asam dan basa (Table 6, baris paling bawah) memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air granula. Pada perbandingan asam basa 2:3 menghasilkan granula dengan kadar air paling rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh kadar air granula effervescent markisa dari semua variasi perlakuan berada di atas standar yang ditentukan untuk granula effervescent yaitu 0,4–0,7% (Lestari, 2006). Tingginya kadar air granula dapat menyebabkan tidak sensitif terhadap air karena telah membentuk hidrat sehingga menurunkan kelarutan (Lieberman et al., 1992). Air dapat pula mengakibatkan system effervescentmenjadi tidak stabil.
Kehadiran air dalam jumlah kecil dapat mengaktifkan system effervescent dan dapat bereaksi sebelum waktunya (Mohrle, 1980). Tidak terpenuhinya syarat kadar air granula disebabkan proses pembuatan granula dilakukan di ruangan yang memiliki kelembaban relatif minimal 60%, padahal seharusnya dilakukan di ruangan dengan kelembaban relatif maksimal 25%. Kemungkinan sudah tercapai kesetimbangan kandungan lembab antara granula dengan kelembaban di ruangan proses pembuatan sehingga walaupun sudah dikeringkan dalam cabinet dryer, granula effervescent yang dihasilkan tidak bisa mencapai kadar air 0,4-0,7%. 3.3.2. Analisis kadar vitamin C Analisis kadar vitamin C seduhan tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 7.
241
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011
Tabel 7. Kadar vitamin C dalam seduhan tablet effervescent markisa Granula markisa : Asam basa 57,5% : 42,5% (1) 62,5% : 37,5% (2) 67,5% : 32,5% (3) Rerata statistik
Kadar Vitamin C ( mg/100ml) Asam : Basa 1 : 3 (A) 1 : 2 (B) 2 : 3 (C) a a 1,19 1,03 0,98a 0,88a 1,03a 0,88a a b 1,03 1,55 1,50b U U 1,03 1,20 1,12 U
Rerata statistik 1,07 X 0,93 X 1,36 Z
Ket : Notasi yang sama pada baris dan kolom menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (α=5%).
pengolahan juga dapat menyebabkan penurunan vitamin C pada produk minuman effervescent markisa. Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas, dan alkali (Winarno, 2002). Penurunan vitamin C pada effervescent markisa dapat disebabkan oleh proses pengolahan yang melibatkan panas, yaitu saat pengeringan dalam pembentukan granula. Selain itu dapat disebabkan juga oleh penambahan alkali yaitu natrium bikarbonat (baking soda) sebagai sumber basa. Penambahan baking soda dapat menurunkan kandungan vitamin C dalam bahan (Winarno, 2002).
Berdasar analisis statistik Tabel 7 kolom 5 dapat dilihat bahwa jumlah granula memberikan kadar vitamin C dalam seduhan yang berbeda secara signifikan, sedangkan variasi jumlah asam dan basa memberikan hasil yang tidak berbeda nyata. Kombinasi perlakuan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar vitamin C tertinggi pada formula 3B dan 3C dengan kadar vitamin C 1,5 mg/100ml. Vitamin C yang terdapat dalam 100 gram bagian buah markisa yang dapat dimakan adalah 13-70 mg (Duckworth, 1966). Vitamin C pada buah markisa tergolong rendah jika dibandingkan dengan buah-buahan lain, seperti jambu biji dengan kadar vitamin C mencapai 183 mg/100 g, kiwi dengan kadar vitamin C 100 mg/100g, dan kelengkeng dengan kadar vitamin C 84 mg/100 g (Anonimc, 2011). Kadar vitamin C awal dari buah markisa yang tidak terlalu tinggi menyebabkan vitamin C pada produk minuman effervescent markisa juga rendah. Selain itu, adanya proses
3.4. Pengujian aktivitas antioksidan Hasil pengujian aktivitas antioksidan seduhan tablet effervescent dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Aktivitas antioksidan pada seduhan tablet effervescent markisa Aktivitas antioksidan (%) Rerata statistik Asam : Basa 1 : 3 (A) 1 : 2 (B) 2 : 3 (C) 57,5% : 42,5% (1) 34,14a 41,39bc 30,85a 35,46 X cd a ab 62,5% : 37,5% (2) 47,94 33,85 34,88 38,89 X 67,5% : 32,5% (3) 56,13e 54,24cd 60,41e 56,93 Z u uv v Rerata statistik 46,07 43,16 42,04 Ket : Notasi yang sama menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata (α=5%) Aktivitas antioksidan sari buah markisa (80mg/ml) = 61,31%, aktivitas antioksidan BHA (10mg/ml) = 48,41% Granula markisa : Asam basa
Berdasarkan hasil analisis statistik Tabel 8, kolom 5, jumlah granula menunjukkan
aktivitas antioksidan seduhan yang berbeda nyata. Pada varisi jumlah granula 242
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011 formula lain sehingga penggunaan sari buah markisa juga lebih besar dan memberikan antioksidan lebih banyak dibandingkan pada formula lain.
67,5% : 32,5% menghasilkan seduhan yang mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi. Sedangkan komposisi asam basa tidak memberikan pengaruh yang berbeda secara signifikan. Aktivitas antioksidan yang dinyatakan sebagai persen aktivitas penangkapan DPPH pada sari buah markisa maupun effervescent markisa dihitung pada konsentrasi sampel 80 mg/ml. Aktivitas antioksidan pada sari buah markisa adalah sebesar 61,31%. Dalam Tabel 8 dapat dilihat bahwa aktivitas antioksidan tertinggi pada formula 3C yang tidak beda nyata dengan formula 3A. Aktivitas antioksidan mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan effervescent markisa formula 3C yang tidak berbeda nyata dengan 3A. Sementara pada formula lain terjadi penurunan aktivitas antioksidan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan sari buah markisa, namun semua formula masih menunjukkan adanya aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan dari BHA (Butylated Hydrosianisole) sebagai antioksidan sintetis adalah sebesar 48,41% pada konsentrasi 10 mg/ml. Konsentrasi BHA lebih kecil dari konsentrasi effervescent markisa yang diuji karena BHA merupakan antioksidan sintetis yang pasti mengandung aktivitas tinggi. BHA 10 mg/ml memberikan aktivitas antioksidan sebesar 48,41% yang tidak jauh berbeda dengan aktivitas antioksidan pada formula 2A dan tidak berbeda nyata dengan formula 1B dan 3B. Aktivitas antioksidan tertinggi pada produk effervescent markisa yang diberikan oleh formula 3A dan 3C memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada aktivitas antioksidan pada BHA. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat potensi antioksidan yang masih cukup besar pada produk minuman effervescent markisa pada formula 3A dan 3C. Formula dengan aktivitas antioksidan tertinggi juga memiliki perbandingan granula terbesar dibandingkan dengan
4. KESIMPULAN Perbandingan jumlah granula yang tepat untuk pembuatan tablet effervescent markisa adalah granula dibanding asam basa 67,5% : 32,5% atau campuran asam basa 0,48 kg untuk setiap 1 kg granula, dengan perbandingan asam basa sebesar 2:3, atau campuran asam dan basa yang terdiri atas asam sitrat 0,19 kg dan sodium bikarbonat 0,29 kg Perbandingan ini memberikan waktu larut kurang dari 2 menit, disukai panelis, kadar air 3,08%, kadar vitamin C 1,50 mg/100 ml, dan aktivitas antioksidan pada konsentrasi 80 mg/ml sebesar 60,41%. 5. DAFTAR PUSTAKA Anief, M. 1997. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Anonim. 2011. Kandungan Vitamin C pada Buah. www.kumpulaninfo.com/ sehat/artikel-kesehatan/48-artikelkesehatan/80-kandungan-vitamin-cbuah.html [18 Oktober 2011] Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. Brand, W. W., Cuvelier M. E., and Berset C. 1995. Use of a free radical method to evaluate antioxidant activity. Lebensm. Wiss. Technol. 28, 25. Chau, C.F., and Y.L. Huang. 2003. Characterization of Passion Fruit Seed Fibres-a potential Fibre Source. Journal of Food Chemistry 85 (2004): 189-194. Duckworth, R. B. 1966. Fruit and Vegetables. Pergamon Press Ltd. Glasgow. Lestari, Agatha Budi Susiana Lestari, 2006. Optimasi Granula Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dengan Kombinasi Asam Sitrat dan Asam Tartrat (Aplikasi Metode Desain
243
Prosiding Seminar Nasional APTA, 23-24 November 2011 Faktorial). Seminar Ilmiah Nasional Hasil Penelitian Fitofarmaka. Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta, Yogyakarta. Lieberman, H.A., L.Lachman, J.B. Schwartz. 1992. Pharmaceutical Dosage Forms Vol 1. Marcel Dekker Inc. New York. Mohrle, R. 1980. Effervescent Tablets in Pharmaceutical Dosage from Tablet. Volum I. Third Edition 225-255. Marcel Dekker inc. New York. Sudarmadji, S., B. Haryono, Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. Sulaiman, Teuku Nanda Saifullah. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta. Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakrta.
244