Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
PROBLEMATIKA MUALLAF DALAM MELAKSANAKAN AJARAN ISLAM DIDESA TUMBANG RUNEN KECAMATAN KAMIPANG KABUPATEN KATINGAN Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
ABSTRACT In Islam precept learning process, absolutely a new muslim finds a problem. Every new moslem has different problems, example from most basic Islam religion precept, such there is getting difficulty in performing pray five times pnly, problem of performing Ramadhan fast, problem of performing tithe and problem of muamalah in this life. However the problem formula is problem in performing play five times and fast Ramadhan as well as way in overcoming problem that is faced new moslem family. Researcher purpose is to perform Islam religion precept example performing islam pillar and solution to solve problem that is got a new muslim as well as has purpose to know background case of new Muslim gets a problem in performing Islam religion precept. Writer takes 5 respondents to be this research object. Technique of data collection is used technigue of purposive sampling in this research. Research is started on May 2015 in Tumbang Runen village Kamipang Sub district Katingan Regency. Method is used wrter interview and observation. Data is collected based on field transcript and observation, then data is made transcript become complete data. But the problem of the family muallaf who SM initialed that is run in prayer to think lazy according to NV he have a problem in carrying out in unity Islamic as prayers and fasting month of ramadan bulum people awareness not because of the liver, next problems it was facing SR namely prayer and fasting month because too busy working, next problems it was facing the SS is prayer because they had not been any matches place learn Islamic teachings, then problems it was facing AA namely melaksanakaan prayer because have not been able to memorization reading the prayer and taking the time. Keyword : Problem Family New Muslim, Islamic Teachings
Dosen FAI UM Palangka Raya
47
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
A. PENDAHULUAN Dua kalimat syahadat merupakan pintu gerbang untuk mereka memasuki agama Islam. Sebagai orang yang baru masuk Islam sangat penting untuk mengetahui agama yang baru dianutnya. Seorang muallaf setelah memeluk agama baru yaitu agama Islam, mereka harus menjalankan syari'at ajaran-ajaran agama Islam secara baik. Mulai dari menjalankan shalat wajib lima waktu, puasa ramadhan, zakat fithrah, haji, mempercayai rukun Islam, melakukan muamalah sesuai dengan syari’at Islam dan ajaran-ajaran yang lain sesuai dengan ketentuan syari'at. Bagi muallaf semua hal ini adalah hal yang masih terlalu asing untuk mereka jalani dalam kehidupan sehari-hari.1 Dalam menjalankan ajaran-ajaran agama Islam pasti tidak berjalan mulus seperti yang ada dibenak para muallaf, di tengah-tengah perjalanan mengalami kendala dalam mengamalkan ajaran Islam. Baik ketika menjalankan shalat lima waktu, puasa ramadhan, zakat, dan ajaran-ajaran yang lainnya. Semua itu harus mereka lakukan sebagai bukti menjadi orang yang masuk agama Islam secara kaffah, namun untuk mengamalkan semua itu mereka harus belajar terlebih dahulu tentang bagaimana cara untuk mengamalkan ajaran Islam tersebut. Tentunya dalam proses belajar tersebut mereka memerlukan seseorang untuk mengajarkan dan membimbing mereka tentang semua ajaran Islam itu.2 Dalam proses belajar ajaran Islam, pastinya seorang muallaf menjumpai sebuah problema. Setiap muallaf mempunyai masalah yang berbeda-beda, dicontohkan dari ajaran-ajaran agama Islam yang paling dasar, seperti ada yang hanya mengalami kesulitan dalam melaksanakan shalat lima waktu, masalah melaksanakan puasa ramadhan, masalah melaksanakan zakat, dan masalah melaksanakan mu'amalah di kehidupan ini. Ada yang tahu sedikit tentang Islam karena di lingkungan sekitar mayoritas beragama Islam, bahkan ada yang sama sekali belum mengetahui tentang ajaran agama Islam. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa muallaf adalah orang yang baru masuk agama Islam dan imannya masih sangat lemah serta memerlukan
1
Anwar R. Prawira, Petunjuk Praktis Bagi Calon Pemeluk Agama Islam, (Jakarta: YPI Al-Azhar, 2001), h. 1 2 Ibid, h. 3
48
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
pemantapan diri dalam agama barunya itu. Jadi muallaf itu bukan hanya orang yang baru masuk Islam saja, tetapi mempunyai arti yang sangat luas. Desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan, ada beberapa keluarga muallaf. Penduduk di desa Tumbang Runen mayoritas agamanya 100% beragama Islam, didesa itu nilai-nilai agamanya cukup baik.Disetiap hari anak-anak setelah pulang sekolah melanjutkan kegiatan dengan belajar mengaji, begitu juga untuk orang yang dewasa mereka melaksanakan yasinan setiap hari jum’at. Dari fakta yang ada, terdapat bebagai permasalahan dan problema khususnya dalam memberikan pendidikan agama. Dalam kasus para muallaf ini, mereka akan selalu benar dalam menjalankan perintah Allah dan mendalami ajaran Islam. Sedangkan para muallaf yang islamnya dikarenakan oleh keturunnanya biasanya hanya sekedar mengikuti pasangannya. Maka dari itu perlunya pembinaan untuk para muallaf, agar kedepanya tetap lebih baik dan tetap kokoh aqidahnya dalam ajaran Islam. Dalam mendidik agama pada seorang muallaf
diperlukan
pendekatan-pendekatan
tertentu,
diantaranya
melalui
pendekatan. Setiap muslim yang mampu wajib melindungi para muallaf baik dari segi moril maupun materil. Di Indonesia sudah banyak lembaga atau yayasan yang mengurusi tentang muallaf lembaga ini memberi pelatihan tentang ilmu agama Islam seperti Al-Qur’an dan hadits.Hal ini dilakukan supaya mengokohkan iman para muallaf terhadap kebenaran Islam. Berdasarkan hasil Observasi awal yang diamati oleh penulis di Desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan, ada lima keluarga muallaf yang telah diteliti tentang keagamaannya. Di desa Tumbang Runen itu muallaf hampir belum bisa membaca huruf hijaiyyah, terkadang bacaan sholat pun masih ada yang belum dihafalkan. Mereka hanya bisa melakukan gerakkan sholat. Sehingga muallaf di Desa Tumbang Runen belum bisa mencapai seperti apa yang di inginkan. Untuk penyampaian yang seharusnya dilakukan kepada keluarga muallaf melalui pendekatan berbicara tentang Islam, mengajak keluarga muallaf untuk belajar mengenal/membaca huruf hijaiyyah, dan mengajarkan tata cara wudhu, sholat serta bacaannya.3 3
Wawancara dengan muallaf, 26 April 2015 di Tumbang Runen.
49
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
Observasi menunjukkan permasalahan dalam mengamalkan rukun Islam yang dihadapi para muallaf adalah melaksanakan shalat fardlu dan puasa di bulan ramadhan. Hal yang menjadi latar belakang keluarga muallaf adalah problematika yang dihadapi keluarga muallaf dalam melaksanakan ajaran Islam, terutama rukun Islam dan solusi untuk keluarga muallaf agar dapat melaksanakan ajaran Islam dengan baik. B. KERANGKA PIKIR DAN PERTANYAAN PENELITIAN Keluarga muallaf dalam melaksanakan ajaran Islam di desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan tidak lepas dari beberapa macam problematika, baik intern maupun ekstern. Problematika intern adalah problematika yang berasal dari diri muallaf. Sedangkan problematika ekstern yaitu problematika yang berasal dari luar diri muallaf. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada skema dibawah ini : Melaksanakan ajaran agama Islam
Problematika
Faktor Intern
Faktor ekstern
Cara mengatasi problematika keluarga muallaf dalam melaksanakan ajaran agama Islam
50
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
Adapun pertanyaan penelitian, adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana problematika keluarga muallaf dalam melaksanakan ajaran agama Islam di desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan ?
2.
Apa problematika intern dalam melaksanakan ajaran agama Islam serta jelaskan tentang : a.
Makna terhadap ajaran Islam di desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan ?
b.
Bagaimana tingkat kesadaran diri muallaf di desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan ?
3.
Apa problematika ekstern dalam melaksanakan ajaran agama serta jelaskan tentang : a.
Bagaimana tingkat ekonomi keluarga muallaf di desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan ?
b.
Bagaimana tingkat kesenjangan sosial pada keluarga muallaf di desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan ?
4.
Bagaimana cara mengatasi yang dihadapi keluarga muallaf di desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan ?
C. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 1.
Hasil argument dari keluarga atau tetangga tentang problematika yang dihadapi keluarga muallaf Berdasarkan hasil argument dari tetangga SM bahwa dia memang sering malas dalam melaksanakan ibadah.Padahal mertuanya sering melaksanakan sholat dan juga mengikuti yasinan pada hari jum’at. Menurut argument dari keluarga dari suami NV, bahwa NV tidak mau tau tentang melaksanakan ibadah, padahal banyak teman-temannya mengajak NV untuk melaksankan sholat di masjid. NV sering berkata kepada temannya : “Ketun ih helu kan masjid tau ku manggawi melai huma ih.” Terjemahan bahasa Dayak ke bahasa Indonesia : “Kalian aja ke masjidnya, saya bisa melaksanakannya dirumah” Padahal di rumah NV tidak mengerjakannya sama sekali, malah di ajak kakak dan mertuanya shalat berjamaah di rumah, dia berkata masih belum siap untuk melaksanakannya.
51
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
Dari argument tentang muallaf SR, bahwa memang SR lebih mengutamakan pekerjaan daripada kewajiban. Disaat bulan ramadhan SR jarang melaksanakan puasa ramadhan. Padahal di rumahnya dari yang berumur 4-5 tahun sudah dilatih untuk menjalankan puasa Ramadhan. Selanjutnya argument dari tetangga SS, bahwa SS memang suka memilih orang tempat belajar, padahal di Desa Tumbang Runen ada guru yang khusus mengajarkan tentang agama Islam. Terutama untuk belajar hurup hijayyah dan al-qur’an. SS juga suka memilih teman untuk bergaul, jika tidak ada teman yang cocok tempat bergaul maka SS lebih memilih berdiam diri di rumah. Kemudian argument terakhir dari keluarga muallaf yang berinisial AA, bahwa AA terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga melalaikan kewajiban. Padahal mertua dari AA tersebut adalah orang yang bisa disebut tokoh agama di desa Tumbang Runen. Namun AA tidak dapat meluangkan waktunya untuk belajar tentang ajaran Islam, terutama ajaran Islam. 2.
Hasil Argument Dari Keluarga Dan Tetangga Tentang Cara Mengatasi Problematika Yang Dihadapi Keluarga Muallaf. Dari argument yang didapatkan dari tetangga SM berinisial R, bahwa SM seharusnya mengatasi problematika yang dihadapi dengan caraberinteraksi sesama muslim, sering membaca buku tentang ajaran Islam, dan pastinya harus ada kesadaran dari hati SM untuk melaksanakan ibadah terutama shalat. Sedangkan argument lain dari keluarga NV yang berinisial M, bahwa NV tidak mau mendengarkan jika kami bercerita tentang ajaran Islam. Tetapi seharusnya NV mengatasi problematikanya hanya dengan kesadaran hatinya, karena NV tau sebelum NV masuk Islam kami telah mengatakan bahwa NV harus menjalankan ajaran Islam setelah dia menjadi muallaf. Namun sampai sekarang belum ada kesadaran dari hatinya. Argument berikutnya dari salah seorang tetangga SR yang berinisial H, dia mengutarakan perkataannya bahwa SR terlalu sibuk melakukan pekerjaan, sehingga kewajibannya terabaikan. Menurut
52
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
tetangganya SR sebenarnya mudah dalam mengatasi problematika yang dihadapi karena SR dikelilingi oleh keluarga yang taat beribadah. Kemudian argument dari keluarga istri dari muallaf yang berinisial
N,
bahwa
AA
sebenarnya
mudah
dalam
mengatasi
problematika yang dihadapinya karena mertua serta saudara dari istrinya merupakan orang yang bisa membimbingnya. Tetapi AA masih belum memahami dari keseharian keluarga istrinya. Mereka mencari kesadaran yang benar-benar dari hati AA dan mereka tidak ingin memaksakan karena dapat menimbulkan masalah dan dampak yang buruk jika selalu dipaksa. Selanjutnya argument terakhir dari keluarga muallaf yang berinisial A, bahwa SS tidak cocok dengan guru yang mengajarkan agama di desa Tumbang Runen. Sehingga SS sampai saat sekarang tidak dapat melaksankan ajaran Islam dengan baik. Padahal teman-temannya banyak yang paham tentang ajaran Islam. Tetapi SS masih memilih tempat berinteraksi untuk mempelajari ajaran Islam. 3.
Macam-Macam Perubahan Menjadi Muallaf Dari hasil penelitian yang diperoleh peneliti, para muallaf dalam mengalami proses perpindahan agama dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: a) Suddenly/Tipe Self-Surrender (perubahan drastis) Tipe perubahan drastis yaitu proses konversi agama yang terjadi secara mendadak, secara tiba-tiba, seolah-olah tidak ada proses orang yang mendahuluinya. Perubahan ini pun dapat terjadi dari kondisi tidak taat menjadi lebih taat, dari tidak percaya kepada suatu agama kemudian menjadi percaya dan sebagainya. Dari kelima muallaf yang diwawancarai oleh penulis, terdapat dua muallaf yang dianggap penulis mengalami proses konversi agama secara mendadak yaitu AA. Dari data yang diperoleh, AA masuk agama Islam di usianya yang cukup muda. Dari data yang telah dipaparkan oleh penulis AA merasa bahwa agama Islam membawa kedamaian di dalam hatinya dan membuatnya nyaman. Dari data yang telah diperoleh, AA
53
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
merasa beruntung mendapatkan petunjuk untuk berpindah agama dan menjadi seorang muslim. Dia bercerita, ketika dia berada di masa mudanya, AA tidak menyangka jika Allah memberikan jalan kepadanya untuk memeluk agama Allah. b) Gradual/Tipe Volitional (perubahan bertahap) Yaitu
proses
konversi
agama
secara
perlahan-lahan.
Seseorang yang mengalami perpindahan agama akan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam orang tersebut, yang mana proses itu sudah termasuk dalam pembahasan proses perpindahan agama yaitu masa tenang pertama, masa ketidak tenangan, masa goncangan, keadaan tenteram dan tenang, dan ekspresi konversi dalam hidup. SM, NV, SMR dan SS dimasukkan penulis dalam kategori muallaf yang mengalami proses perpindahan agama dalam tahap masa tenang pertama. Hal ini dibuktikan dengan sikapnya yang masih kadang-kadang meninggalkan ajaran agama Islam, dia juga masih belum merasa ada tanggung jawab untuk melakukan kewajiban sebagai seorang muslimah. Mereka masih sering meninggalkan shalat lima waktu, karena masih ada rasa malas dalam hatinya untuk menjalankan kewajibannya tersebut. Para muallaf ini mengalami proses perpindahan agama secara bertahap, yang mana dari keempat muallaf telah disebutkan di atas yang mengalami masa tenang pertama. Dalam penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan dua macam proses yang dialami oleh para muallaf. Proses ini terjadi atas kemauan batin seseorang untuk melakukan perpindahan agama. Di sini, penulis menemukan satu orang yang melakukan proses perpindahan tanpa melalui tahapan, yaitu AA AA adalah seorang warga desa Tumbang Tarusan yang bekerja di Kasongan, AA masuk agama Islam diusianya yang cukup Muda. Dia masuk Islam kurang lebih dua tahun yang lalu.
54
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
Proses ini terjadi secara tiba-tiba, tanpa adanya tahapan sama sekali. AA mempersiapkan dirinya dan memantapkan niatnya untuk menjadi seorang muslim selama beberapa bulan, yang mana setelah dia melewati beberapa hambatan-hambatan kecil. Di antaranya larangan dari keluarga yaitu AA dicuekin oleh paman yang dulu tempat AA tinggal disaat menempuh pendidikan SMA. Perpindahan yang AA alami, membuat dia menjadi sesosok lelaki yang memiliki jiwa juang di jalan Allah. Dalam
penelitian
yang
telah
dilakukan,
penulis
menggolongkan pula objek yang diteliti pada kategori masa tenang pertama dalam proses perpindahan agama. Karena dilihat dari hasil observasi yang telah didapat, penulis menyimpulkan beberapa muallaf pernah mengalami proses masa tenang pertama. Hal ini dapat dilihat dari wawancara yang diperoleh oleh penulis sebagai berikut. Dari hasil wawancara yang diperoleh, muallaf yang berinisial SM, NV, SR, dan SS masih bersikap kurang peduli dalam mengamalkan ajaran Islam. Setelah mendengar satu per satu cerita yang di utarakan mereka, sepertinya mereka lebih mementingkan duniawi saja. Dalam hal ini, SM, dan NV mengalami proses perpindahan agama dalam tahap masa tenang pertama, karena masih merasa tenang jika tidak melaksanakan ibadah yang diwajibkan kepadanya. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban yang dia berikan kepada penulis, yang mana menjelaskan bahwasannya mereka masih bersikap acuh tak acuh terhadap ajaran Islam. Dari mulai dia masuk ke agama Islam hingga sekarang. Mereka mengutarakan, bahwasannya masuk ke agama Islam satu hari sebelum menikah. Saat itu, mereka hanya memikirkan syarat untuk melakukan pernikahan adalah seiman. Maka, sehari sebelum menikah, mereka disyahadatkan di rumah kediaman pasangan masing-masing. Sehingga sampai saat ini masih setengahsetengah dalam menjalankan kewajibannya.
55
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
Selanjutnya muallaf yang berinisial SR. Mengalami proses perpindahan agama, karena hal yang sama. SR terlalu sibuk dalam urusan duniawi tanpa memikirkan kewajiban sebagai umat muslimah. SR mengutarakan, bahwa dia masuk Islam tiga hari sebelum menikah, SR hanya memikirkan syarat untuk melakukan pernikahan adalah seiman. Maka, tiga hari sebelum menikah, dia disyahadatkan di masjid Darussalam desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan. Kemudian muallaf yang terakhir yaitu SS, mengalami proses perpindahan agama karena SS memikirkan hal yang sama. Setelah memeluk agama Islam SS selalu acuh dalam melaksanakan ajaran Islam, seakan-akan kewajibannya sebagai umat muslimah itu hal yang sepele. SS sepertinya mempunyai sifat yang angkuh terhadap orang lain. SS selalu memilih teman, sehingga dia berpendapat “tidak ada yang cocok tempat belajar“. SS mengutarakan pendapatnya bahwa dia masuk Islam seminggu sebelum menikah, dia juga mempunyai pikiran yang sama seperti ke tiga muallaf lainnya bahwa dia memeluk agama Islam karena syarat untuk menikah kepada sang suami. Maka tiga hari sebelumnya dia disyahadatkan di masjid Darussalam desa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan. Berdasakan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, ditemukan dua faktor yang membuat para muallaf melakukan perpindahan agama, yaitu: faktor kemauan, dan faktor pernikahan. Di bawah ini, penulis akan mendiskripsikan wawancara yang telah didapat yang mana akan memperlihatkan faktor-faktor apa saja yang dimiliki para muallaf untuk menjadi seorang muslim dan muslimah. a.
Faktor kemauan Faktor kemauan menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya perpindahan. Melihat dari beberapa kejadian yang dialami oleh lima muallaf tersebut faktor pertama adalah faktor kemauan. Tanpa ada kemauan hati untuk melakukan perpindahan, maka semua
56
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
faktor dalam melakukan perpindahan agama tidak ada pengaruhnya sama sekali. Dari data yang didapat, para muallaf ini mempunyai keinginan dan kemauan yang kuat agar harapannya dapat terpenuhi. Seperti
ungkapan
Daradjat
bahwa
ternyata
kemauan
memainkan peranan penting dalam perpindahan agama. Di mana dalam beberapa kasus, terbukti bahwa peristiwa perpindahan agama itu terjadi sebagai hasil dari perjuangan batin yang ingin mengalami perpindahan. Melihat dari ungkapan Daradjat, penulis melihat AA termasuk salah seorang muallaf yang memiliki kemauan untuk memeluk agama Islam. Dia sadar bahwa keputusannya untuk memeluk agama Islam adalah hal yang benar. Dari situ dapat dilihat bahwa AA memiliki kemauan yang kokoh untuk memeluk agama Islam. Setelah melihat banyak penjelasan mengenai muallaf yang berinisial SM, NV, SMR, dan SS yang memutuskan untuk masuk agama Islam agar dapat menikah dengan orang yang dicintainya. Penulis memasukkan pula mereka dalam kategori muallaf yang memiliki faktor kemauan untuk memeluk agama Islam. Walaupun berdasarkan atas keinginan mereka menikah dengan orang yang dicintainya, tetapi apabila mereka tidak memiliki rasa kemauan untuk
memeluk
agama
Islam,
maka
mereka
akan
tetap
memperjuangkan agama mereka walaupun diharuskan seiman ketika menikah. Dari data di atas, penulis menyimpulkan bahwasannya suatu emosi tidak akan berjalan baik atau tidak akan berpengaruh apabila tidak diimbangi dengan kemauan hati. b.
Faktor Pernikahan Faktor dipertemukan dengan wanita ketiga yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah faktor pernikahan.Karena dilihat dari data yang diperoleh, banyak para muallaf melakukan perpindahan agama dikarenakan keinginan untuk menikah. Hal ini dapat dilihat dari data yang telah didapat sebagai berikut:
57
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
Dari hasil wawancara dengan lima orang muallaf yang berinisial SM, memilih untuk masuk dalam Islam karena akan menikahi seorang muslim. Dari faktor pernikahannya inilah membuat SM membuat pilihan dalam dirinya untuk memeluk agama Islam. Dari penjelasan yang dituturkan oleh saudara SM, penulis dapat menggolongkan SM sebagai muallaf yang masuk dalam Islam dengan salah satu faktornya adalah karena pernikahan. Data yang kedua didapat dari muallaf yang berinisial NV, dia melakukan Perpindahan agama karena didorong oleh faktor pernikahan pula. Karena dari hasil wawancara yang telah diperoleh menunjukkan NV masuk Islam atas dasar menikahi seorang lelaki Islam. Penulis mengamati hasil wawancaranya dan lebih yakin selain faktor kemauan, faktor pernikahan adalah hal yang mendasari muallaf untuk memeluk agama Islam. Data berikutnya diperoleh dari muallaf yang berinisial SS. Dia masuk Islam juga atas dasar menikah. Jadi, penulis memasukkannya
dalam
kategori
orang
yang
masuk
Islam
berdasarkan faktor pernikahan. Muallaf terakhir yang penulis masukkan dalam kategori ini adalah AA Kepala Keluarga ini pertama-tama masuk Islam dikarenakan keinginannya sendiri menjadi muslimah. c.
Faktor dalam pertentangan batin Rupanya orang-orang yang gelisah, yang di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan yang kadang-kadang merasa tidak berdaya menghadapi persoalan atau problema itu mudah mengalami perpindahan agama. Di antaranya ketegangan batin yang dirasakan orang ialah tidak mampu mematuhi nilai-nilai moral dan agama dalam hidupnya. Dalam semua perpindahan agama boleh dikatakan, latar belakang yang terpokok adalah konflik orang (pertentangan batin) dan ketegangan perasaan yang mungkin disebabkan oleh berbagai keadaan.
58
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
d.
Faktor pengaruh hubungan dengan tradisi agama Perpindahan agama bisa terjadi dalam sekejap mata, namun tidak ada peristiwa perpindahan agama yang tidak mempunyai riwayat. Di antara faktor-faktor penting dalam riwayat perpindahan itu
adalah
pengalaman-pengalaman
yang
mempengaruhinya,
sehingga terjadi perpindahan tersebut.Di antara pengaruh yang terpenting adalah pendidikan orang tua di waktu kecil.
DAFTAR PUSTAKA Abduh, Syaikh Muhammad, Islam, Ilmu Pengetahuan dan Masyarakat Madani. Terj.Haris Fadillah dan Muhammad Abqory. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005. Buseri, Kamrani, Pendidikan Keluarga Dalam Islam. Yogyakarta : Bina Usaha, 1990. Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1991 Daud, M. Ali, Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004. Husiani Usman, Metodologi penelitian Sosial. Bumi Aksara, Jakarta, 1996. Kasiram,Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Mukti,H.A.Ali :Memahami Aspek Ajaran Islam , Bandung, Mizan,1990 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis data Kualitatif, Tjetjep Rohenal Rohidi, Jakarta: UI press, 1992. Prawira, R. Anwar, Petunjuk Praktis Bagi Calon Pemeluk Agama Islam. Jakarta: Al Azhar, 2001. Rasjid dan Sulaiman, Fiqh Islam. Jakarta: Attahiriyah, 1976. Saltut dan Mahmud: Akidah dan Syari’ah. Jakarta, Bina Aksara, 1985. Sodiq, Peranan Yayasan Ar-risalah.Bandung: Yayasan Ar-risalah, 1996
59
Problematika Muallaf dalam Melaksanakan Ajaran Islam Didesa Tumbang Runen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan Lilik Kholisotin dan Wida Kusniawati
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004. Syarifuddin Amir, Garis-garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana, 2003. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. Kedua. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. Keempat. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka.
60