Transportasi
ANALISIS KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL (STUDI KASUS : SIMPANG 3 TAK BERSINYAL JL. RAYA SETURAN-JL. RAYA BABARSARI-JL. KLEDOKAN, DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA) (179T) Pristiwa Sugiharti1, Wahyu Widodo2 1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,Yogyakarta Email:
[email protected] 2 Staff Pengajar Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta
ABSTRAK Perkembangan prasarana transportasi yang tidak seimbang dibandingkan dengan laju pertambahan kepemilikan kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor penyebab menurunnya kinerja suatu ruas jalan dan simpang. Salah satu simpang yang mengalami permasalahan kinerjanya adalah simpang tiga tak bersinyal Jl. Raya Seturan–Jl. Raya Babarsari–Jl. Kledokan, Depok, Sleman, Yogyakarta. Pada simpang ini sering terjadi kemacetan dan antrian yang panjang akibat volume lalu lintasnya yang tinggi dan adanya banyak kendaraan bermotor yang parkir di sekitar pendekat simpang. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi simpang untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, terutama yang berkaitan dengan kondisi operasional simpang yang ditunjukkan dengan nilai kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan, dan peluang antrian. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengambilan data lalu lintas pada hari Senin, 25 Maret 2013 selama 12 jam dari jam 06.00-18.00 WIB dan pengukuran langsung kondisi geometrik simpang. Data sekunder berupa data lalu lintas selama 12 jam (06.00-18.00 WIB) pada hari Sabtu,15 Desember 2012 dan data jumlah penduduk Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta tahun 2010. Analisis data dalam penelitian ini berdasarkan pada MKJI 1997 dengan bantuan MS. Excel 2007. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa jam puncak terjadi pada hari Senin jam 15.30-16.30 WIB dengan volume lalu lintas (Q) sebesar 3.533,1 smp/jam, kapasitas (C) sebesar 1898 smp/jam, derajat kejenuhan (DS) sebesar 1,862, tundaan lalu lintas simpang (DT 1) sebesar -8,189 dtk/smp, tundaan lalu lintas jalan utama (DTMA) sebesar -7,828 dtk/smp, tundaan lalu lintas jalan minor (DTMI) sebesar -8,793 dtk/smp, tundaan geometrik (DG) sebesar 4 dtk/smp, tundaan simpang (D) sebesar 4,189 detik/smp, dan peluang antrian (QP) sebesar 156,14 % - 367,68 %. Hal ini menunjukkan bahwa simpang tersebut mempunyai kondisi operasional yang rendah sehingga perlu dilakukan evaluasi dan penanganan yang tepat terhadap simpang tersebut. Berdasarkan hasil uji coba analisis, solusi dengan perpaduan antara larangan tidak boleh lurus (ke Selatan) di lengan Jl Raya Seturan dan larangan belok kanan (ke Timur) di lengan Jl. Kledokan mampu menurunkan derajat kejenuhan dan meningkatkan kondisi operasional simpang walaupun nilai derajat kejenuhan yang dihasilkan masih di atas 0,8 (MKJI 1997). Kata kunci : kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan, peluang antrian.
1. PENDAHULUAN Perkembangan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta berdampak pada meningkatnya pergerakan manusia, barang, dan jasa. Dengan kata lain perkembangan wilayah berdampak pada sistem transportasi wilayah itu sendiri. Perkembangan prasarana transportasi yang tidak seimbang dibanding dengan laju pertambahan kepemilikan kendaraan bermotor merupakan salah satu faktor penyebab. menurunnya kinerja suatu ruas jalan dan simpang. Penurunan kinerja tersebut di atas akan menimbulkan kerugian pada pengguna jalan baik dari segi waktu, ekonomi, maupun keselamatan. Salah satu simpang yang mengalami penurunan kinerjanya adalah simpang 3 tak bersinyal Jl. Raya Seturan-Jl. Raya Babarsari-Jl. Kledokan, Depok, Sleman, Yogyakarta. Terlalu banyaknya pengguna jalan yang melewati simpang tersebut menyebabkan antrian dan kemacetan saat jam-jam sibuk. Untuk itu perlu dilakukan analisis guna mengetahui gambaran kondisi simpang dan mencari solusi yang tepat sesuai dengan permasalahan yang dialaminya. Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah untuk mengetahui kinerja simpang yang ditunjukkan dengan nilai dari kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan, dan peluang antrian. Kedua adalah untuk mencari alternatif terbaik untuk memecahkan masalah yang ada pada simpang tersebut.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
T - 167
Transportasi
Penelitian yang berkaitan dengan analisis kinerja suatu simpang tak bersinyal telah banyak dilakukan. Nugroho (2008) melakukan analisis kinerja simpang tak bersinyal di Jl. Seturan dan Jl. Babarsari dengan menggunakan MKJI 1997 dan hasil analisisnya menunjukkan adanya permasalahan pada kapasitasnya dengan nilai derajat kejenuhan sebesar 1,23. Latupono (2012) melakukan analisis kinerja simpang pada simpang empat tak bersinyal dan simpang tiga tak bersinyal di Jalan Lingkar Timur, Trirenggo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Yogyakarta dan hasil analisisnya menunjukkan tidak ada permasalahan pada kapasitasnya. Nilai derajat kejenuhan untuk simpang empatnya adalah 0,63 sedangkan untuk simpang tiganya adalah 0,44. Liliany (2012) melakukan analisis kinerja simpang pada simpang tiga tak bersinyal Jl. Kusumanegara, Yogyakarta. Hasil analisisnya menunjukkan adanya permasalahan pada kapasitasnya dengan nilai derajat kejenuhan tertinggi pada hari Senin adalah 1,695 dan pada hari Sabtu adalah 1,533. Sinuhaji (2012) melakukan analisis pada simpang tiga tak bersinyal Jl. Gamping Tengah – Jl. Wates Km 5, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Hasil analisisnya menunjukkan adanya permasalahan pada kapasitasnya dengan nilai derajat kejenuhan tertinggi untuk hari Sabtu sebesar 1,034 dan untuk hari Senin sebesar 1,118.
2. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi kondisi geometrik dan volume lalu lintas hari Senin, 25 Maret 2013. Data sekunder meliputi data volume lalu lintas hari Sabtu, 15 Desember 2012 yang didapat dari hasil survai yang dilakukan oleh tim survai dari Bapak Ir. Wahyu Widodo, MT. dan data jumlah penduduk Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta tahun 2010 yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan data volume lalu lintas dilaksanakan selama 12 jam dari jam 06.00-18.00 WIB yang dicatat sebagai volume tiap 15 menit. Dipilih hari Senin untuk mewakili hari kerja dan hari Sabtu untuk mewakili hari menjelang libur akhir pekan. Data geometrik diperoleh melalui pengukuran langsung. Data tersebut berupa lebar masingmasing pendekat simpang, lebar bahu jalan (jika ada), dan tipe jalan. Urutan pelaksanaan penelitian dari awal hingga mendapatkan laporan hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis dan perhitungan berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 dengan tahapan yang dapat dilihat pada Gambar 2. A Mulai
Studi Pustaka Data Lengkap Data Primer Data Sekunder
Survei Pendahuluan Tidak Kondisi mamadai
Ya Pengambilan data
Analisis dan Pembahasan Analisis dengan MKJI 1997 Pembahasan o Kapasitas jalan o Derajat kejenuhan o Tundaan o Peluang antrian
Rekapitulasi data lapangan
Kesimpulan dan Saran A
Selesai Gambar 1. Bagan alir proses penelitian Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
T - 168
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Transportasi
Langkah A: Data Masukan Kondisi Geometrik Kondisi Lalu-lintas Kondisi Lingkungan
1. 2. 3.
Perubahan
Langkah B: Kapasitas Lebar pendekat dan tipe simpang Kapasitas dasar Faktor Penyesuaian lebar pendekat Faktor Penyesuaian median jalan utama Faktor Penyesuaian ukuran kota Faktor Penyesuaian tipe lingkungan, hambatan samping dan kendaraan tak bermotor 7. Faktor Penyesuaian belok kiri 8. Faktor Penyesuaian belok kanan 9. Faktor Penyesuaian rasio arus jalan minor 10. Kapasitas 1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. 2. 3. 4.
Langkah C: Perilaku Lalu Lintas Derajat Kejenuhan Tundaan Peluang antrian Penilaian perilaku lalu lintas
Ya Keperluan penyesuaian anggapan mengenai rencana TIDAK
Akhir analisis Gambar 2. Tahapan perhitungan (MKJI,1997)
3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, terdapat 4 (empat) komponen hasil analisis yaitu kapasitas (Capacity), derajat kejenuhan (Degree of Saturation), tundaan (Delay), dan peluang antrian (Queue). Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume arus lalu lintas yang melewati simpang cukup besar dan dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa volume arus lalu lintas jam puncak yang digunakan untuk menganalisis kondisi operasional simpang terjadi pada hari Senin jam 15.30-16.30 WIB dengan total volume sebesar 3533,1 smp/jam. Dengan metode MKJI 1997, hasil analisis menghasilkan nilai kapasitas simpang (Capacity) sebesar 1898 smp/jam; derajat kejenuhan (DS) sebesar 1,862; tundaan (Delay) sebesar - 4,189 detik/smp; dan peluang antrian (Queue) 156,14 % - 367,82 %. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa kondisi operasional simpang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai derajat kejenuhan > 0,8 (MKJI 1997). Dengan nilai DS yang tinggi menyebabkan nilai tundaan dan peluang antrian yang semakin besar. Nilai tundaan simpang yang bertanda negatif bahwa tundaan yang terjadi besar atau terlalu lama sehingga tidak ter-record lagi oleh rumus-rumus yang ada dalam MKJI 1997. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Nugroho (2008), hasilnya menunjukkan adanya peningkatan derajat kejenuhan dari 1,23 menjadi 1,862. Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi operasional simpang adalah rendah dan perlu adanya perbaikan untuk menurunkan nilai derajat kejenuhan (DS) sehingga kinerja simpang jauh lebih baik dari sekarang. Dua alternatif diujicobakan dalam analisis ini. Pertama adalah pengaturan arah pergerakan tidak boleh lurus ke Selatan di lengan utara (Jl.Raya Seturan). Pengaturan ini dianggap akan dapat mengurangi derajat kejenuhan dari simpang dan mengurangi titik konflik. Dengan demikian kinerja simpang akan meningkat dan resiko terjadinya kecelakaan menurun. Hasil analisisnya menghasilkan nilai derajat kejenuhan yang lebih rendah dari kondisi sekarang, yaitu sebesar 1,545 dengan kapasitas (C) sebesar 1759 smp/jam, tundaan simpang (D) sebesar - 20,301 detik/smp, dan Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
T - 169
Transportasi
Tabel 1. Data volume arus lalu lintas per-jam Total Volume (smp/jam)
Interval Waktu
Sabtu, 15 Desember 2012
Senin, 25 Maret 2013
06.00-07.00
1667,7
2168,0
06.15-07.15
2029,1
2592,1
06.30-07.30
2262,2
2888,5
06.45-07.45
2395,8
3056,2
07.00-08.00
2362,7
2955,3
07.15-08.15
2339,4
2737,2
07.30-08.30
2236,2
2562,5
07.45-08.45
2127,8
2436,5
08.00-09.00
1886,0
2375,9
08.15-09.15
1983,8
2505,9
08.30-09.30
2032,0
2565,3
08.45-09.45
2060,1
2718,3
09.00-10.00
2159,3
2919,1
09.15-10.15
2214,1
3052,1
09.30-10.30
2392,6
3070,1
09.45-10.45
2398,5
3001,8
10.00-11.00
2415,7
2881,4
10.15-11.15
2349,7
2813,5
10.30-11.30
2146,8
2996,0
10.45-11.45
2106,2
3019,8
11.00-12.00
2102,3
2984,6
11.15-12.15
2044,2
2877,4
11.30-12.30
2128,8
2688,7
11.45-12.45
2070,2
2861,5
12.00-13.00
1806,5
2859,3
12.15-13.15
1462,1
2881,4
12.30-13.30
1191,8
2779,9
12.45-13.45
1075,8
2508,0
13.00-14.00
1250,9
2558,5
13.15-14.15
1464,5
2702,5
13.30-14.30
1587,4
2905,5
13.45-14.45
1693,6
3112,9
14.00-15.00
1762,9
3160,1
14.15-15.15
1961,1
3256,1
14.30-15.30
2147,9
3424,6
14.45-15.45
2202,5
3437,5
15.00-16.00
2005,9
3463,5
Sumber : Hasil perhitungan,2013
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
T - 170
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Transportasi
Tabel 1. (lanjutan) Total Volume (smp/jam)
Interval Waktu
Sabtu, 15 Desember 2012
Senin, 25 Maret 2013
15.15-16.15
2147,5
3449,3
15.30-16.30
2438,6
3533,1
15.45-16.45
2917,4
3397,7
16.00-17.00
2166,1
3411,5
16.15-17.15
3241,5
3489,6
16.30-17.30
3049,9
3330,2
16.45-17.45
2609,2
3423,8
2218,7
3356,4
17.00-18.00 Sumber : Hasil perhitungan,2013
peluang antrian 101,99 %-223,20 %. Alternatif kedua yang diujicobakan dalam analisis ini adalah pengaturan dengan perpaduan antara larangan tidak boleh lurus ke Selatan di lengan Jl Raya Seturan dan larangan belok kanan di lengan Jl. Kledokan. Dengan perlakuan seperti ini dianggap akan mengurangi arus dan volume yang memasuki simpang serta mengurangi titik konflik. Sehingga derajat kejenuhan menurun, begitu juga dengan tundaan dan peluang antriannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaturan dengan cara ini menghasilkan derajat kejenuhan(DS) yang lebih rendah dibanding dengan kondisi sekarang dan alternatif 1 yaitu sebesar 1,420 dengan kapasitas (C) sebesar 1840 smp/jam, tundaan simpang (D) sebesar - 61,637 detik/smp, dan peluang antrian 84,53 %-179,73 %. Sketsa alternatif 1 dan 2 dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. 8,7m
8,7m
B
B
C
C 7,4m
Ket : Jl. Utama (B-D)= Jl.Raya Seturan – Jl. Kledokan Jl. Minor (C)= Jl.Raya Babarsari
D
6,4 m
Gambar 3. Sketsa alternatif 1
D
7,4m
Ket : Jl. Utama (B-D)= Jl.Raya Seturan – Jl. Kledokan Jl. Minor (C)= Jl.Raya Babarsari
6,4 m
Gambar 4. Sketsa alternatif 2
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
T - 171
Transportasi
Dari kedua alternatif pemecahan masalah yang telah dilakukan tersebut, ternyata nilai DS yang dihasilkan masih tetap tinggi dan masih di atas dari batas ketentuan maksimum yang ditetapkan oleh MKJI 1997 yaitu 0,8. Namun demikian dari perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan secara garis besar mampu menurunkan derajat kejenuhan pada simpang.
4. KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukan analisis kondisi operasional simpang Jl. Raya Seturan-Jl.Raya Babarsari-Jl. Kledokan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survai di lapangan dapat diambil kesimpulan: a.
Menurut perhitungan dan analisis Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997) simpang tiga tak bersinyal Jl.Raya Seturan-Jl.Raya Babarsari-Jl. Kledokan dapat dikatakan mengalami permasalahan atau dalam kondisi operasional yang rendah. Hasil analisisnya adalah sebagai berikut : 1) 2) 3) 4)
b.
Kapasitas (C) sebesar 1898 smp/jam Derajat kejenuhan (DS) sebesar 1,862 Tundaan sebesar -4,189 dtk/smp Peluang antrian (QP) sebesar 156,14 % -367,68 %.
Alternatif pemecahan masalah yang diuji coba dalam analisis menghasilkan penurunan angka derajat kejenuhan (DS) simpang walaupun angka derajat kejenuhannya masih lebih tinggi dari ketentuan yang ada dalam MKJI 1997.
Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka diusulkan beberapa saran sebagai berikut : a.
Untuk mengoptimalkan kondisi dan kinerja simpang tak bersinyal di Jl. Raya Seturan-Jl. Raya Babarsari-Jl. Kledokan perlu dilakukan: 1) Pemasangan rambu larangan berhenti pada daerah di sekitar simpang agar tidak ada kendaraan yang parkir di sekitar pendekat simpang sehingga tidak mengganggu kendaraan yang memasuki maupun yang keluar simpang. 2) Alternatif pemecahan masalah yang kedua yaitu perpaduan antara larangan tidak boleh lurus ke Selatan di lengan Jl Raya Seturan dan larangan belok kanan di lengan Jl.Kledokan perlu dipertimbangkan untuk diterapkan walaupun masih belum mencapai sasaran DS< 0,8.
b. c.
Untuk penelitian yang sejenis, sebaiknya analisis menggunakan metode lain selain penggunaan MKJI 1997 supaya hasil analisisnya lebih baik dan mendekati keadaan sebenarnya. Untuk pemerintah diharapkan lebih memberikan perhatian untuk simpang-simpang tak bersinyal yang sudah bermasalah dengan menerjunkan petugas yang terkait dengan pengaturan lalu lintas yaitu polisi lalu lintas sehingga pada jam-jam sibuk arus lalu lintas tetap lancar.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga. Nugroho, Prasetyo. (2008). Analisis Kinerja Simpang tak Bersinyal dengan Menggunakan Metode MKJI 1997 (Studi Kasus Simpang Tiga tak Bersinyal Jalan Seturan dengan Jalan Babarsari), Tugas akhir program studi S1 teknik sipil Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta Latupono, Sumbahorop. 2012. Analisis Kinerja Simpang tak Bersinyal Simpang 4 dan Simpang 3 di Jalan Lingkar Timur, Bantul, Tugas akhir program studi S1 teknik sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Liliany. 2012. Analisis Kinerja pada Simpang tak Bersinyal di Simpang 3 Kusuma Negara, Tugas akhir program studi S1 teknik sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta Sinuhaji, Lanico. 2012. Analisis Kinerja Simpang tak Bersinyal ( Studi Kasus Simpang Tiga Jalan Gamping Tengah – Jalan Wates Km 5, Gamping, Sleman,Yogyakarta), Tugas akhir program studi S1 teknik sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
T - 172
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013