Priority Sites for Conservation in Sumatra: Key Biodiversity Areas
Daerah Prioritas Konservasi Di Sumatera: Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati
ISBN: 978-1-934151-11-2 © 2007 Conservation International– Indonesia, Departemen Kehutanan Republik Indonesia, LIPI, Universitas Andalas, Universitas Syiah Kuala, Wildlife Conservation Society Suggested citation: Conservation International – Indonesia, Departemen Kehutanan Republik Indonesia, LIPI, Universitas Andalas, Universitas Syiah Kuala, and Wildlife Conservation Society. 2007. Priority Sites for Conservation in Sumatra: Key Biodiversity Areas. Jakarta, Indonesia. 16pp. The designations of geographical entities in this publication, and the presentation of the material, do not imply the expression of any opinion whatsoever on the part of Conservation International or its supporting organizations concerning the legal status of any country, territory, or area, or of its authorities, or concerning the delimitation of its frontiers or boundaries. Booklet design courtesty Gemma Radko, American Bird Conservancy Front cover photo: Batang Gadis National Park, Indonesia © CI – Indonesia Burung Inside cover photo: Pulau Weh, Indonesia © CI– Naamal De Silva Indonesia and BirdLife International provided their data on the Important Bird Areas (IBAs) of Sumatra, which served as the basis for the KBA identification and delineation work.
Table of Contents Daerah Prioritas Konservasi Di Sumatera: Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati (Key Biodiversity Areas)................1 Priority Sites for Conservation in Sumatra: Key Biodiversity Areas............................................................................................. 5 Maps: North Sumatra..............................................................................................................7 Central Sumatra............................................................................................................8 South Sumatra..............................................................................................................9 Outlying Islands......................................................................................................... 10 Kawasan Kunci Biodiversitas (KBAs) — Profil Key Biodiversity Areas (KBAs) — Profile.............................................................. 11 Kandidat Kawasan Kunci Biodiversitas (KBAs) Candidate Key Biodiversity Areas (KBAs)........................................................... 16
Daerah Prioritas Konservasi Di Sumatera: Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati (Key Biodiversity Areas) Pendahuluan
K
eanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keberagaman kehidupan di bumi dari tingkat genetik ke spesies hingga biosfer. Biodiversitas menyediakan keuntungan tak terbatas bagi kehidupan manusia melalui obat-obatan, pangan, serat, jasa ekosistem dan nilai kultural. Saat sekarang keanekaragaman kehidupan sedang terancam: spesies menghilang seiring dengan aktifitas manusia yang jauh melampaui laju kepunahan alami. Untuk melestarikan biodiversitas secara efektif dan menyeluruh, maka kerja konservasi harus fokus kepada komponen kunci: spesies-spesies individu yang memerlukan pelestarian, dan juga pada daerah dan bentang alam spesifik yang sangat penting bagi keberadaan mereka. Dengan menggunakan proses yang didasarkan pada data yang akurat, maka identifikasi target konservasi ini menjadi
Fishers on the island of Siberut, home to four threatened primates restricted to the Mentawai Archipelago, off the coast of Sumatra. Photo © CI / Tantiyo Bangun.
efisien. Target – target ini juga memberikan dasar tolok ukur kesuksesan konservasi biodiversitas. Pulau Sumatera adalah bagian penting Hotspot biodiversitas paparan Sunda. Satu dari 34 wilayah di dunia yang memiliki tingkat biodiversitas dan endemisitas yang luar biasa, namun dengan tingkat keterancaman yang sangat tinggi. Di Pulau Sumatera ini terdapat sebanyak 248 spesies yang tercatat memiliki status terancam secara global pada tahun 2006 berdasarkan Daftar Merah (Red List) spesies
2
terancam yang dikeluarkan oleh IUCN. Kerusakan hutan merupakan ancaman utama terhadap biodiversitas di Pulau Sumatera. Antara tahun 1990 sampai 2000, laju kerusakan hutan di Sumatera tercatat 25 persen (setara dengan 5,1 juta hektar). Kehilangan hutan diakibatkan adanya penebangan komersial dan liar, seperti misalnya konversi lahan untuk perkebunan kelapa sawit atau untuk tujuan pertanian lainnya. Konservasi kawasan adalah salah satu cara yang paling penting dan paling berhasil untuk mereduksi kehilangan biodiversitas global. Komitmen pemerintah terhadap konservasi lahan termasuk melalui Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD), adalah kesediaan pesertanya — termasuk Indonesia — untuk membuat “suatu sistem perlindungan kawasan atau area dimana perlu dibuat peraturan tentang perlindungan keanekaragaman hayati”. Selain itu pemerintah juga telah berkomitmen setelah diadakannya World Summit for Sustainable Development (WSSD) Plan of Implementation untuk “mempromosikan dan menunjang upaya pelestarian kawasan kritis dan daerah lain yang penting untuk biodiversitas, termasuk juga memajukan penguatan jaringan dan rambu-rambu ekologi baik tingkat nasional maupun regional.” Guna melindungi kawasan kunci ini maka pemerintah memerlukan beragam pendekatan termasuk dengan membentuk taman-taman nasional, mendorong terbentuknya kawasan konservasi yang dikelola oleh masyarakat adat, dan perlindungan yang dilakukan oleh pihak swasta — berbagai pendekatan berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Jejaring ini dapat dipadukan dengan pekerjaan spesifik dan diperkuat dengan penggunaan matriks lahan yang sesuai, akan memberikan jalan terbaik untuk untuk menjamin pelestarian biodiversitas yang mempunyai nilai penting secara global. Pendekatan Key Biodiversity Areas (KBA) menghasilkan kerangka kerja yang sesuai untuk menunjukkan dengan tepat target konservasi dan prioritas kawasan di Sumatera. Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati (KBA) merupakan kawasan untuk konservasi biodiversitas yang signifikan secara global,
yang diidentifikasi menggunakan kriteria yang transparan, dan memakai standar global. Konsep KBA berkembang sampai ke seluruh golongan taksonomi, seperti yang dilakukan oleh BirdLife International untuk menentukan Important Bird Areas (IBAs) dan Plantlife International untuk mengidentifikasi Important Plant Areas (IPAs). KBA dapat digunakan sebagai alat oleh pemerintah, organisasi antarpemerintah, LSM, sektor swasta dan pemangku kepentingan lainnya, untuk memperluas jaringan perlindungan kawasan di Sumatera, dan lebih spesifik, sebagai target kerja konservasi. Sebagai tambahan, KBA menyediakan kerangka dasar untuk rencana konservasi pada tingkat bentang alam dan untuk memelihara jaringan ekologi cara efektif agar dapat mencegah kepunahan biodiversitas.
Pendekatan dan Kriteria Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati Tujuan dari pendekatan KBA adalah untuk mengidentifikasi, mendokumentasi, dan menjaga jaringan kawasan penting bagi konservasi biodiversitas yang mempunyai nilai penting secara global. Disini, “kawasan” berarti suatu area dengan berbagai ukuran yang dapat diberi batas dan secara aktual atau potensial dapat dikelola untuk tujuan konservasi. KBA diidentifikasi dengan menggunakan kriteria standar yang didasarkan pada prinsip-prinsip rencana konservasi yang telah diterima secara luas yaitu kerentanan (vulnerability) dan ketaktergantikan (irreplaceability). Kriteria kerentanan meliputi kawasan penting untuk spesies yang beresiko mengalami kepunahan, sedangkan kawasan yang termasuk kriteria tak tergantikan adalah jika wilayah tersebut memiliki spesies yang terkonsentrasi secara geografis, atau daerah dengan pilihan konservasi yang terbatas.
Kriteria Kerentanan Kriteria 1: Spesies Yang Terancam Secara Global KBA yang teridentifikasi dalam kriteria ini merupakan penyokong kelangsungan satu atau lebih spesies yang terancam secara global — spesies ini dinamai sebagai Sangat Terancam (Critically Endangered CR), Terancam (Endangered EN), atau Rentan (Vulnerable VU) sesuai dengan Daftar Merah spesies terancam punah oleh IUCN.
Kriteria Tak Tergantikan Kriteria 2: Spesies Sebaran Terbatas KBA yang masuk pada kriteria ini mempunyai proporsi signifikan (sementara ini adalah 5%) dari populasi global dari satu atau lebih spesies dengan jelajah berkisaran global namun terbatas (sekitar 50,000 kilometer persegi). Di Sumatera, karena kurangnya
data yang menunjang ukuran dan kisaran populasi (baik lokal maupun global), maka spesies endemik digunakan untuk mewakili spesies sebaran terbatas. Kriteria 3: Spesies Berkelompok KBA yang didasarkan kriteria ini mempunyai proporsi siginifikan (sementara ini adalah 1%) dari populasi global dari kumpulan spesies. Kumpulan spesies didefinisikan sebagai spesies yang berkumpul dalam jumlah besar di suatu wilayah pada satu tahap dalam siklus hidupnya (misalnya, tempat untuk berkembang biak).
Mengidentifikasi dan Menggambarkan KBA di Sumatera Pada tahun 2005, Conservation International mengawali proses dua tahun untuk mengidentifikasi target konservasi di Sumatera. Analisis ini dilakukan melalui kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Departemen Kehutanan, Universitas Syiah Kuala, Universitas Andalas dan Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF). Mitra yang lain seperti Birdlife Indonesia, Wetlands International, Wildlife Conservation Society, Flora Fauna International, World Wide Fund for Nature (WWF) serta sejumlah lembaga dan para ahli dan peneliti lainnya yang juga memberikan data dan mengulas hasil dari analisis ini. Identifikasi KBA di Sumatera didasarkan pada 40 Important Bird Areas (IBAs) yang diidentifikasi untuk negeri ini oleh Burung Indonesia (BirdLife International – Indonesia), dan dengan data yang dikumpulkan dalam pelatihan untuk prioritas setting konservasi. Tantangan utama dalam mengidentifikasi KBA adalah untuk menyaring hasil dari pekerjaan sebelumnya secara spesifik, termasuk dalam menggabungkan data spesies terancam dan ada dalam sebaran terbatas yang meliputi: ikan air tawar, amfibia, reptilia, burung dan mamalia. Dengan demikian juga untuk mendokumentasi keberadaan spesies-spesies tersebut pada wilayah yang ada, dan untuk mengidentifikasi KBA baru ketika diperlukan. Daftar IUCN menyediakan daftar spesies terancam di suatu negara, dan juga data status konservasinya, penyebaran, ancaman, penghubung utama, dan referensi. Data tambahan khususnya data yang berasal dari informasi lokal untuk tiap spesies, diperoleh dari literatur yang dipublikasikan, para ahli, dan koleksi museum. Batasan KBA dibatasi dengan menggunakan tumpangan data spasial berikut: daerah yang dilindungi dan unit pengelolaan kawasan lain, data KBA yang telah ada (contoh: IBA) data yang diambil adalah mengenai jenis habitat, luas, topografi, dan pola pemukiman. Batasan IBA dimodifikasi sesuai kebutuhan untuk menggabungkan habitat yang
3
penting untuk spesies non-burung dan menggabungkannya dengan data pengelolaan. Para ahli mengulas persiapan KBA melalui beberapa pertemuan informal, dan melalui dua lokakarya resmi yang dilaksanakan di Sumatera pada bulan Januari 2006 (di Padang dan Banda Aceh). Modifikasi terhadap batasan dilakukan berdasarkan rekomendasi para ahli tersebut. Karena identifikasi KBA dan penggambarannya merupakan proses yang berjalan, batasannya akan dimodifikasi apabila ada data terbaru dan KBA baru akan ditambahkan berdasarkan data tersebut. Jumlah total KBA yang teridentifikasi adalah 62 lokasi untuk spesies yang terancam secara global yang meliputi: ikan air tawar, amfibia, reptilia, burung dan mamalia, yaitu 120 spesies termasuk 57 spesies burung dan ampibia dengan sebaran terbatas. KBAs meliputi total 6.2 juta hektar atau sekitar 14% dari total wilayah daratan Sumatera. Saat ini, 20 dari 62 KBA (32%) secara resmi adalah sebagai wilayah yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia. 42 KBA yang tersisa (68%) belum mendapat perlindungan dari pemerintah. Area yang diduga penting, tetapi karena tidak ada data akurat untuk memenuhi kriteria KBA, diusulkan sebagai kandidat KBA. Daerah ini meliputi kawasan yang memiliki habitat yang sesuai untuk spesies target, tetapi belum sempat dilakukan survey atau penelitian. Kandidat KBA merupakan prioritas untuk penelitian; jika data baru atau hasil survei menunjukkan keberadaan spesies pemicu pada area tersebut, maka spesies ini juga menjadi prioritas untuk melakukan aksi konservasi (KBA). Data yang diperoleh dari lapangan, penting untuk mengidentifikasi kandidat- kandidat KBA dan membantu untuk menunjang manajemen guna mencegah kerusakan pada beberapa area (contohnya pelarangan pembangunan atau penebangan). Sebanyak 18 kandidat KBA telah teridentifikasi di Sumatera. Kelangsungan hidup dari banyak spesies pemicu, terutama yang secara kritis terancam dan spesies sangat langka, akan bergantung pada pengamanan kawasan ini sebagai KBA. Manakala dana investasi untuk konservasi umumnya terbatas, tetapi ada sejumlah KBA lebih penting dibandingkan yang lain, maka adanya skala prioritas diantara 62 KBA tersebut menjadi penting. KBA dapat dibuat skala prioritas mengacu kepada ketaktergantikan (irreplaceability) dan kerentanan (vulnerability), dimana beberapa prinsip yang sama digunakan dalam identifikasi KBA. Prioritasi lebih detail memerlukan data biologi dan sosioekonomi tambahan yang tidak terdapat dalam analisis ini; seperti analisis yang saat sekarang sedang dilakukan. Akan tetapi memang ada beberapa KBA yang muncul menjadi prioritas utama untuk investasi. Wilayah-wilayah tersebut telah diidentifikasi oleh Alliance for Zero Extinction (AZE) - suatu konsorsium dari 60 organisasi konservasi diseluruh dunia : sebagai salah satu benteng pertahanan yang tersisa bagi spesies yang terancam maupun sangat terancam punah. Hilangnya daerah AZE akan menyebabkan punahnya satu
4
atau lebih spesies. Oleh sebab itu AZE merupakan daerah Biodiversitas sangat penting untuk konservasi sebagai prioritas utama untuk konservasi. Tujuh wilayah AZE telah teridentifikasi di Sumatera (lihat matriks KBA). Hanya satu diantaranya, Taman Nasional Kerinci Seblat, yang pada saat ini mendapat keuntungan status perlindungan yang resmi. Enam AZE yang tidak dilindungi (Baleq, Enggano, Gunung Talakmau, Lubuk Selasih, Pagar Alam dan Pulau Sipora) harus dipertimbangkan sebagai kawasan prioritas utama untuk segera melakukan investasi aksi konservasi.Monitoring di Dalam KBA.
Monitoring di Dalam KBA Tidak cukup hanya mengidentifikasi KBA dan melaksanakan konservasi di dalamnya. Keberhasilan dari aktifitas perlindungan KBA dan spesies pemicunya juga harus dimonitor. Conservation International dan para mitranya telah membuat perangkat indikator praktis atau alat ukur untuk menentukan kemajuan dengan mempertemukan tujuan konservasi bagi semua KBA di Sumatera. Panduan ini dapat digunakan sebagai alat ukur yang kuat guna memonitor status dari biodiversitas di Sumatera dan konservasi mengukur kelangsungan dari keanekaragaman hayati tersebut. Perubahan persentase KBA dengan status perlin-dungan resmi. • Perubahan persentase KBA dengan status perlindungan resmi. • Perubahan perluasan perlindungan hutan didalam KBA. • Perubahan persentase KBA melalui struktur pengelolaan. • Perubahan persentase KBA melalui rencana pengelolaan. • Perubahan persentase KBA melalui pemenuhan kebutuhan staf. • Perubahan persentase KBA melalui pemenuhan kebutuhan finansial. • Perubahan persentase KBA dengan pemenuhan kebutuhan infrastruktur sesuai dengan yang tertera pada rencana. Melalui monitoring kecenderungan indikator-indikator utama ini, kemampuan untuk mengkomunikasikan keberhasilan atau kegagalan konservasi kepada perwakilan pemerintah, lembaga investasi, industri dan masyarakat sebagai suatu kesatuan dapat diperkuat, dengan demikian informasi untuk keputusan di masa depan melalui rencana strategis dan pemodalan di dalam KBA, diharapkan dapat mempengaruhi kebijakan konservasi dalam arti luas.
Priority Sites for Conservation in Sumatra: Key Biodiversity Areas Introduction iological diversity, or biodiversity, is the variability of life on earth from genes to species to the entire biosphere. Biodiversity provides immeasurable benefit to human societies through medicine, food, fiber, ecosystem services, and cultural values. Yet, this diversity of life is under siege: species are being lost at a rate far beyond the natural extinction rate. To effectively conserve biodiversity as a whole, conservation action must focus on its key components: individual species in need of conservation, and on specific sites and landscapes that are most important for their persistence. Using a transparent, data-driven process to identify these conservation targets allows for the efficient allocation of scarce conservation resources. These targets also provide a baseline against which the success of biodiversity conservation investments can be measured. Sumatra is part of the Sundaland Biodiversity Hotspot, one of 34 regions of the world where extraordinary levels of biodiversity and endemism are coupled with extremely high levels of threat. A total of 248 species found in Sumatra are listed as globally threatened on the 2006 IUCN Red List of Threatened Species. Forest destruction remains the primary threat to Sumatra’s spectacular biodiversity. Between 1990 and 2000, the rate of forest loss on Sumatra was an alarming 25 percent (comprising the loss of 5.1 million hectares). Forest loss is mainly caused by commercial and illegal logging, as well as by land conversion to oil palm and other agricultural uses. Site conservation is one of the most important and successful tactics for reducing global biodiversity loss. Governmental commitments to site conservation are included in the Convention on Biological Diversity (CBD), which enjoins Parties to establish “a system of protected areas or areas where special measures need to be taken to conserve biological diversity” and the World Summit for Sustainable Development (WSSD) Plan of Implementation to “promote and support initiatives for hot spot areas and other areas essential for biodiversity, and promote the development of national and regional ecological networks and corridors.” Safeguarding these key areas requires a variety of governance approaches, including national parks, community and indigenous conservation areas, and private reserves — the best approach will vary from place to place. A network of such sites, coupled with species-specific actions and anchored within a matrix of compatible land uses, provides the best way to ensure the conservation of globally important biodiversity. The Key Biodiversity Areas (KBA) approach presents an appropriate framework for pinpointing site-level conservation targets and priorities in Sumatra. KBAs are sites of global significance for biodiversity conservation, identified using transparent, globally standard criteria. The KBA concept extends
B
to all taxonomic groups the data-driven methodology employed by BirdLife International and Plantlife International to identify Important Bird Areas (IBAs) and Important Plant Areas (IPAs) respectively. KBAs can be used as a tool by governments, intergovernmental organizations, NGOs, the private sector, and other stakeholders to expand the protected area network in Sumatra, and, more generally, for targeting conservation action. Additionally, KBAs provide the building blocks for landscape-level conservation planning and for maintaining effective ecological networks aimed at preventing biodiversity loss. Key Biodiversity Areas: Approach and Criteria The goal of the KBA approach is to identify, document, and safeguard networks of sites that are critical for the conservation of globally important biodiversity. Here, a “site” means an area of any size that can be delimited and actually or potentially managed for conservation. KBAs are identified using standard criteria based on the widely-accepted conservation planning principles of vulnerability and irreplaceability. The vulnerability criterion captures sites important for species that are at risk of extinction, while sites meet the irreplaceability criterion if they hold geographically concentrated species, or those with few spatial options for their conservation.
Vulnerability criterion Criterion 1: Globally threatened species. KBAs identified under this criterion support the regular occurrence of one or more globally threatened species — those assessed as Critically Endangered (CR), Endangered (EN), or Vulnerable (VU) according to the IUCN Red List.
Irreplaceability criteria Criterion 2: Restricted-range species (RR). KBAs based on this criterion hold a significant proportion (provisionally set at 5%) of the global population of one or more species with a limited global range size (provisionally set at 50,000 square kilometers). Criterion 3: Congregatory species (CC). KBAs based on this criterion hold a significant proportion (provisionally set at 1%) of the global population of one or more congregatory species, defined as a species that gathers in large numbers at specific sites during some stage in its life cycle (for example, breeding aggregations).
5
Identifying and Delineating KBAs in Sumatra In 2005, Conservation International – Indonesia initiated a two-year process to identify these data-driven conservation targets for Sumatra. This analysis was carried out in collaboration with the Indonesian Scientific Agency (LIPI), the Ministry of Forestry, Syiah Kuala University, Andalas University, and the Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF). Burung Indonesia, Wetlands International, the Wildlife Conservation Society, and World Wide Fund for Nature (WWF) and numerous other institutions and experts also provided data and reviewed the results of this analysis. KBA identification in Sumatra is based on the 40 Important Bird Areas (IBAs) identified for the country by Burung Indonesia (BirdLife International–Indonesia), and on data collected during other priority setting exercises. The main challenge in identifying KBAs was to refine the results of these previous initiatives, specifically, to incorporate data for threatened and restricted-range species of freshwater fishes, amphibians, reptiles, birds, and mammals so as to document the presence of these species in existing sites and to identify new KBAs where needed. The IUCN Red List provided the list of threatened species for the country, as well as data on conservation status, distribution, threats, key contacts, and references. Additional data, especially point locality data for each species, were obtained from the published literature, experts, and museum collections. KBA boundaries were delineated using the following spatial data layers: protected areas and other land management units, existing KBAs (i.e. IBAs), data on habitat type and extent, topography, and settlement patterns. IBA boundaries were modified as needed to incorporate habitat important for non-bird trigger species, and to incorporate management data. Experts reviewed the preliminary KBAs during several informal meetings, and during two formal workshops held in Sumatra in January of 2006 (in Padang and Banda Aceh). Modifications to the boundaries were made based on their recommendations. Since KBA identification and delineation is an iterative process, the boundaries will be modified and new KBAs added as new data become available. A total of 62 KBAs were identified for globally threatened species of freshwater fishes, amphibians, reptiles, birds and mammals, as well as for 120 species of congregatory birds, and for 57 restricted range birds and amphibians. The KBAs cover a total of 6.2 million hectares or approximately 14% of the total land area of Sumatra. Currently, 20 of the 62 KBAs (32%) have been formally established as protected areas by the government of Indonesia. The remaining 42 KBAs (60%) lack formal governmental protection, or only have partial protection. Areas that are suspected to be important, but for which no conclusive data exist to satisfy KBA criteria, were designated as Candidate KBAs. These include sites with only historical data for trigger species. Candidate KBAs are priorities for research; if new data or surveys confirm the presence of trigger species within these sites, they too will become priorities for conservation action (KBAs). A total of 18 Candidate KBAs have been identified for Sumatra. The survival of some trigger species, particularly Critically Endangered and highly restricted-range species, may depend on confirming and eventually safeguarding these sites as KBAs.
6
Given that funding for conservation investment is limited and that some KBAs require safeguarding more urgently than others, prioritization amongst the 62 KBAs identified to date is important. KBAs can be prioritized according to their irreplaceability and vulnerability, the same principles involved in their identification. A detailed prioritization requires additional biological and socioeconomic data that were not available for this analysis. However, a subset of the KBAs does emerge as the highest priority for investment. These are sites identified by the Alliance for Zero Extinction (AZE), a consortium of over 60 conservation organizations worldwide, as the last remaining strongholds for one or more Critically Endangered or Endangered species. The loss of an AZE site would result in the extinction of one or more species, making these extremely urgent priorities for conservation. Seven AZE sites have been identified for Sumatra (see KBA matrix). Only one of these, Kerinci-Seblat National Park, currently benefits from official safeguard status. The six unprotected AZE sites (Baleq, Enggano, Gunung Talakmau, Lubuk Selasih, Pagar Alam and Pulau Sipora) should be considered the highest priority areas for immediate investment. Monitoring within KBAs It is not enough to identify KBAs and to implement conservation activities within them. The success of activities to safeguard KBAs and their trigger species must also be monitored. Conservation International and partners have employed a set of practical indicators, or measurement tools, to determine progress toward meeting the conservation objective of safeguarding all KBAs in Sumatra. These are recognized as the most robust measures for monitoring the status of Sumatra’s biodiversity and the conservation measures that safeguard this biodiversity. These measures are: • Change in the percentage of KBAs with official protection status. • Change in forest cover extent within KBAs. • Change in percentage of key biodiversity areas with governance structures in place. • Change in percentage of key biodiversity areas with management plans in place. • Change in percentage of key biodiversity areas with required staffing in place. • Change in percentage of key biodiversity areas with required financing in place. • Change in percentage of key biodiversity areas with required infrastructure in place as identified in management plan. Through monitoring trends in these key indicators, the ability to communicate conservation successes and failures to government agencies, investment bodies, industry, and society as a whole is strengthened, thereby informing future decisions regarding strategic planning and investment within KBAs, and also influencing conservation policy more broadly.
North Sumatra
Turtle photo?
Kawasan Alliance for Zero Extinction (AZE) AZE Site Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati Key Biodiversity Areas Kandidat Kunci Keanekaragamam Hayati Candidate Key Biodiversity Areas
Pongo abelii
Sumatran Orangutan Critically Endangered © CI /David Hess
Shorea balangeran Red Balau
Critically Endangered © Nationaal Herbarium Nederland / M.M.J. van Balgooy
Dicerorhinus sumatrensis Sumatran Rhinoceros Critically Endangered © CI /Haroldo Castro
KBA merupakan situs untuk konservasi biodiversitas yang signifikan secara global, mempunyai kriteria standar global. KBAs are sites of global significance for biodiversity conservation, identified using globally standard criteria. 7
Central Sumatra
Kawasan Alliance for Zero Extinction (AZE) AZE Site Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati Key Biodiversity Areas Kandidat Kunci Keanekaragamam Hayati Candidate Key Biodiversity Areas
KBAs meliputi total 6.2 juta hektar atau sekitar 14% dari total wilayah daratan Sumatera. The KBAs cover a total of 6.2 million hectares, or approximately 14% of the total land area of Sumatra. 8
Macaca pagensis
Mentawai Macaque Critically Endangered © CI /Iwan Wijayanto
Rhacophorus angulirostris Kina Balu Flying Frog
Endangered © Andreas & Christel Nöellert
Capricornis sumatraensis Serow
Vulnerable © CI /Camera-trap
South Sumatra
Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati Key Biodiversity Areas Kandidat Kunci Keanekaragamam Hayati Candidate Key Biodiversity Areas
Notochelys platynota
Malayan Flat-Shelled Turtle Vulnerable © CI /Darwin Initiative / Peter Paul van Dijk
Elephas maximus Asian Elephant
Endangered © CI /Russ Mittermeier
Ciconia stormi Storm’s Stork
Endangered © CI /Brian Hutchinson
Kawasan Alliance for Zero Extinction (AZE) AZE Site
Saat ini, 20 dari 62 KBA (32%) secara resmi adalah sebagai wilayah yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia. 42 KBA yang tersisa (68%) belum mendapat perlindungan dari pemerintah. Twenty KBAs (32%) have been formally established as protected areas by the government of Indonesia. Forty-two KBAs (68%) either lack formal governmental protection or are partially protected. 9
Outlying Islands
A
Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati Key Biodiversity Areas Kandidat Kunci Keanekaragamam Hayati Candidate Key Biodiversity Areas
A
Karena identifikasi KBA dan penggambarannya merupakan proses yang berjalan, batasannya akan dimodifikasi apabila ada data terbaru dan KBA baru akan ditambahkan berdasarkan data tersebut. KBA identification and delineation is an iterative process; the boundaries will be modified and new KBAs added as new data become available. 10
Panthera tigris Tiger
Endangered © CI /Camera-trap
Tomistoma schlegelii False Gharial
Endangered © CI /Darwin Initiative / Peter Paul van Dijk
Cairina scutulata
White-Winged Duck Endangered © Riza Marion
Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati (KBAs) — Profil Key Biodiversity Areas (KBAs) — Profile KBA numbers 1–15
Photo: CI – Indonesia
No.
Nama KBA KBA Name
Propinsi Province(s)
Kawasan Area (ha)
Titik Koordinat
Spesies Penyebab *
Coordinates (decimal degrees)
Trigger Species *
Lat
Long
CR
EN
VU
2
4
1
Angkola
Sumatera Utara 130,380
1.18
98.99
2
2
Baleq
Nanggroe Aceh Darusalam
4.73
97.57
1
3
Batang Gadis
Sumatera Utara 116,611
0.64
99.53
1
5
4
Batang Toru
Sumatera Utara 170,461
1.75
99.10
1
5
5
Baturidjal
Riau
1,293
-0.53
101.94
6
Berbak
Jambi
147,123
-1.45
104.32
7
Bikang
Bangka Belitung
1,485
-2.80
106.53
8
Bintan Utara
Riau
43,682
1.12
104.41
5
9
Bukit Bahar Tajau Pecah
Sumatera Selatan
59,136
-2.16
103.34
1
10
Bukit Baling
Riau
122,013
-0.39
101.18
1
11
Bukit Barisan Selatan
Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung
336,223
-5.27
104.22
3
12
Bukit Tigapuluh
Jambi
145,649
-1.00
102.50
1
13
Danau Laut Tawar
Nanggore Aceh Darusalam
6,153
4.61
14
Danau Toba
Sumatera Utara 115,521
15
Dataran Banjir Ogan Komering Lebaks
Sumatera Selatan
383
209,014
RR
CC
8
Ancaman
AZE Site
Known Threats
No
1
No
Yes
9
5
Yes
Batang Gadis National Park
9
9
No
Sibolga Nature No Reserve, Dolok Sipirok Nature Reserve, Sibualbual Nature Reserve
No
No
12
2
Yes
Berbak National Park
No
No
Conservation Measures
industrial timber estate, logging concession
monitoring, management plantation, logging of protected area, concession, mining education monitoring, law enforcement, education
logging concession
monitoring, law enforcement
logging concession
1
No
No
illegal mining
2
No
No
plantation
No
plantation, logging concession
20
3
Yes
9
3
Yes
Bukit Rimbang/ Baling-baling Nature Reserve
No
monitoring
industrial timber estate, logging concession
7
20
8
Yes
Bukit Barisan Selatan National Park
No
monitoring
hunting, illegal logging
4
7
1
Yes
Bukit Tigapuluh National Park
No
96.93
2
2
No
No
2.77
98.67
2
No
No
-3.30
104.81
Yes
No
1
6
Kawasan AZE Aktivitas Konservasi
Yes
1 3
Daerah Kawasan Yang Penting Dilindungi Burung Protected Area(s) IBA
3
5
4
industrial timber estate, logging concession, hunting, illegal logging
fisheries
*CR = Critically endangered; EN = Endangered; VU = Vulnerable; RR = Restricted Range; CC = Congregatory Species Globally threatened species (CR, EN, and VU) trigger the vulnerability criterion for KBA identification. RR and CC species trigger the irreplaceability criterion (these species may also be globally threatened, so may be included in both categories). Spesies yang terancam punah secara global (CR, EN, VU) adalah pencetus kriteria kerentanan (vulnerabilitas) dari identifikasi KBA. Spesies RR dan CC adalah pencetus kriteria ketidaktergantikan (semua spesies ini mungkin juga terancam secara global sehingga bisa masuk ke dua kategori tersebut). AZE =Alliance for Zero Extinction
11
Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati (KBAs) profil — bersambung Key Biodiversity Areas (KBAs) profile — continued KBA numbers 16–27
KBA Name
Propinsi Province(s)
Area (ha)
Titik Koordinat
Spesies Penyebab *
Coordinates (decimal degrees)
Trigger Species *
Kawasan AZE Aktivitas Konservasi
Ancaman
AZE Site
Known Threats
Conservation Measures
Lat
Long
CR
EN
VU
RR
4
6
1
No
No
1
No
No
logging concession
2
Yes
No
logging concession
No
No
plantation, logging concession
Yes
Gunung Singgalang No Protection Forest
No
Yes
Yes
No
16
Dirgahayu Rimba
Bengkulu
12,556
-2.95
101.80
1
17
Geureudong
Nanggroe Aceh Darusalam
58,897
4.17
96.76
1
18
Gunung Dempo
Bengkulu, Sumatera Selatan
131,884
-3.93
102.81
1
7
19
Gunung Sagu
Bengkulu
5,756
-3.10
101.98
4
4
20
Gunung Singgalang
Sumatera Barat
24,315
-0.45
100.30
2
6
21
Gunung Talakmau
Sumatera Barat
12,359
0.06
99.96
22
Hutan Meranti Sumatera Selatan
152,431
-2.35
103.28
23
Hutan Rawa Gambut Barumun Rokan
Riau
181,635
2.05
101.12
24
Hutan Rawa Gambut Siak Kampar
Riau
75,308
0.56
102.91
25
Hutan Raya Bukit Barisan
Sumatera Utara
48,440
3.26
98.43
26
Hutan Siberut Utara
Sumetera Barat
34,225
-1.04
98.76
1
27
Jambo (Seulawah)
Nanggroe Aceh Darusalam
11,750
4.64
96.16
1
1
10
1 13
2
3
CC
Daerah Kawasan Yang Penting Dilindungi Burung Protected Area(s) IBA
Bukit Hitam (Sebag) Protection Forest, Bukit Dingin/Gunung Dempo Protection Forest
1
3
Yes
Bakau Selat Dumai No Game Reserve
1
5
Yes
No
3
2
3
18
Yes
Hutan Raya Bukit Barisan Grand Forest Park
ecotourism
industrial timber estate, logging concession monitoring
plantation, logging concession
No
monitoring
No
No
monitoring
No
No
logging concession logging concession
*CR = Critically endangered; EN = Endangered; VU = Vulnerable; RR = Restricted Range; CC = Congregatory Species Globally threatened species (CR, EN, and VU) trigger the vulnerability criterion for KBA identification. RR and CC species trigger the irreplaceability criterion (these species may also be globally threatened, so may be included in both categories). Spesies yang terancam punah secara global (CR, EN, VU) adalah pencetus kriteria kerentanan (vulnerabilitas) dari identifikasi KBA. Spesies RR dan CC adalah pencetus kriteria ketidaktergantikan (semua spesies ini mungkin juga terancam secara global sehingga bisa masuk ke dua kategori tersebut). AZE =Alliance for Zero Extinction
12
Photo: CI – Indonesia
No.
Nama KBA
Kawasan
Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati (KBAs) profil — bersambung Key Biodiversity Areas (KBAs) profile — continued KBA numbers 28–41
No.
Nama KBA KBA Name
Propinsi Province(s)
28
Kerinci - Seblat Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan
29
Kerumutan
Riau
30
Lae Raso
Nanggroe Aceh Darusalam
31
Kawasan Area (ha)
Titik Koordinat
Spesies Penyebab *
Coordinates (decimal degrees) Lat
1,300,647 -2.44
Trigger Species *
Long
CR
EN
VU
RR
101.62
5
10
18
43
2
4
113,395
-0.10
102.54
1,793
2.39
97.94
Leuser
Nangroe Aceh 1,074,933 3.63 Darusalam, Sumatera Utara
97.56
7
9
32
Lubuk Selasih
Sumatera Barat
884
-0.92
100.69
2
1
33
Malampah Alahan Panjang
Sumatera Barat
43,310
0.04
100.14
34
Marawang
Bangka Belitung
4,374
-2.01
106.03
35
Mareno
Sumatera Utara
2,708
1.33
99.73
1
36
Merang
Sumatera Selatan
104,681
-1.93
104.12
2
37
Pagai Selatan
Sumatera Barat
90,327
-3.00
100.32
1
38
Pagai Utara
Sumatera Barat
63,058
-2.69
100.11
1
39
Pagar Alam
Sumatera Selatan
1,662
-4.01
103.27
1
40
Pesisir Pantai Jambi
Jambi
8,557
-1.01
103.79
41
Pesisir Riau Tenggara
Riau
688
-0.01
103.75
2
CC
Kawasan AZE Aktivitas Konservasi
Ancaman
AZE Site
Conservation Measures
Known Threats
Yes
Kerinci-Seblat National Park
Yes
tiger monitoring (FFI camera traps), student research projects, law enforcement, education
logging concession
7
Yes
Kerumutan Wildlife Sanctuary
No
monitoring
plantation, industrial timber estate, logging concession
1
No
20
3
32
Yes
1
No
8
Yes
3
1
Daerah Kawasan Yang Penting Dilindungi Burung Protected Area(s) IBA
No Leuser National Park
Malampa Alahan Panjang Nature Reserve
plantation, logging concession
No
monitoring, law enforcement, education, ecotourism
Yes
monitoring
plantation, logging concession, illegal logging
No
No
No
No
No
4
No
No
monitoring
1
3
No
No
monitoring
2
4
No
No
monitoring
3
No
Yes
industrial timber estate logging concession
logging concession logging concession
3
7
Yes
Kelompok Hutan No Bakau Pantai Timur Nature Reserve
monitoring
logging concession
3
5
Yes
No
monitoring
logging concession
*CR = Critically endangered; EN = Endangered; VU = Vulnerable; RR = Restricted Range; CC = Congregatory Species Globally threatened species (CR, EN, and VU) trigger the vulnerability criterion for KBA identification. RR and CC species trigger the irreplaceability criterion (these species may also be globally threatened, so may be included in both categories). Spesies yang terancam punah secara global (CR, EN, VU) adalah pencetus kriteria kerentanan (vulnerabilitas) dari identifikasi KBA. Spesies RR dan CC adalah pencetus kriteria ketidaktergantikan (semua spesies ini mungkin juga terancam secara global sehingga bisa masuk ke dua kategori tersebut). AZE =Alliance for Zero Extinction
13
Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati (KBAs) profil — bersambung Key Biodiversity Areas (KBAs) profile — continued KBA numbers 42–54
KBA Name
Propinsi Province(s)
Sumatera Utara
Area (ha)
Titik Koordinat
Spesies Penyebab *
Coordinates (decimal degrees) Lat
Long
23,570
3.31
99.49
Trigger Species * CR
EN
VU
42
Pesisir Timur Pantai Sumatera Utara
43
Pulau Enggano Bengkulu
40,065
-5.39
102.25
1
2
44
Pulau Natuna
Kepulauan Riau
161,505
3.95
108.21
1
1
45
Pulau Simeulue
Sumatera Utara
57,837
2.70
95.91
1
46
Pulau Sipora
Sumatera Barat
62,251
-2.20
99.66
1
47
Rawa Lunang
Sumatera Barat
52,171
-2.17
48
Rawa Tapus
Sumatera Utara
2,360
49
Rawa Tripa
Nanggroe Aceh Darusalam
50
Siak Kecil
51
RR
2
CC 2
Daerah Kawasan Yang Penting Dilindungi Burung Protected Area(s) IBA
Kawasan AZE Aktivitas Konservasi
Ancaman
AZE Site
Known Threats
Conservation Measures
Yes
Sei Prapat Simandulang Nature Reserve
2
Yes
4 nature reserves Yes (Tanjung Laksaha, Teluk Klowe, Sungai Bahewo, Kiayo) and Gunung Nanuua Hunting Park
3
Yes
No
monitoring
logging concession
2
Yes
No
monitoring
logging concession
Pulau Simeulue Game Reserve
No
No
2
5
100.90
6
4
2.06
98.28
1
4
14,122
3.77
96.56
1
Riau
236,120
1.25
101.72
1
1
6
1
Yes
Bukit Batu Game Reserve and Siak Kecil Nature Reserve
No
Siberut
Sumatera Barat
165,507
-1.37
98.80
1
2
6
2
Yes
Siberut National Park
No
52
Sidiangkat
Sumatera Utara
14,217
2.73
98.18
1
53
Sipurak
Jambi
13,948
-2.29
101.86
1
54
Soraya
Nanggroe Aceh Darusalam
1,897
2.82
97.90
2
plantation, logging concession
plantation
Yes
Yes
Hutan Lunang Nature Reserve
No
Yes
Kuala Tapas Nature Reserve
No
No
logging concession monitoring tiger, tapir and other species (UNAND camera traps)
plantation
plantation
No plantation, industrial timber estate, logging concession Primate monitoring, ecotourism
logging concession
No
No
logging concession
5
2
2
No
No
logging concession
2
3
2
No
No
logging concession
*CR = Critically endangered; EN = Endangered; VU = Vulnerable; RR = Restricted Range; CC = Congregatory Species Globally threatened species (CR, EN, and VU) trigger the vulnerability criterion for KBA identification. RR and CC species trigger the irreplaceability criterion (these species may also be globally threatened, so may be included in both categories). Spesies yang terancam punah secara global (CR, EN, VU) adalah pencetus kriteria kerentanan (vulnerabilitas) dari identifikasi KBA. Spesies RR dan CC adalah pencetus kriteria ketidaktergantikan (semua spesies ini mungkin juga terancam secara global sehingga bisa masuk ke dua kategori tersebut). AZE =Alliance for Zero Extinction
14
Photo: CI
No.
Nama KBA
Kawasan
Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati (KBAs) profil — bersambung Key Biodiversity Areas (KBAs) profile — continued KBA numbers 55–62
No.
Nama KBA KBA Name
Propinsi Province(s)
Kawasan Area (ha)
Titik Koordinat
Spesies Penyebab *
Coordinates (decimal degrees)
Trigger Species *
Lat
Long
CR
EN
VU
RR
3
9
16
1
CC
Daerah Kawasan Yang Penting Dilindungi Burung Protected Area(s) IBA
55
Sungai Sembilang
Sumatera Selatan
162,472
-1.98
104.56
56
Tahura Bengkulu
Bengkulu
2,170
-3.57
102.35
1
57
Tanjung Sumatera Koyan-Selokan Selatan
17,445
-2.70
105.77
1
7
58
Tesso Nilo
Riau
36,877
-0.24
101.97
6
10
Yes
59
Toboali
Bangka Belitung
1,511
-3.00
106.51
3
No
60
Trumon Singkil
Nanggroe Aceh Darusalam
81,599
2.54
97.74
1
Yes
61
Ulu Masin
Nanggroe Aceh Darusalam
20,242
5.04
95.71
1
62
Way Kambas
Lampung
121,494
-4.93
105.76
1
2
3
1
22
2
Ancaman
AZE Site
Known Threats
Yes
Sembilang National No Park
No
No
Yes
No Tesso Nilo National Park
Yes
No
Conservation Measures
logging concession
logging concession monitoring (WWF camera traps), management of protected area, education, law enforcement
plantation, industrial timber estate, logging concession
No
monitoring
plantation, logging concession
No
tiger and elephant monitoring by FFI, education, community development
No
monitoring, education, plantation community development, ecotourism
No Singkil Barat Nature Reserve; Singkil Barat Wildlife Sanctuary
No
6
Kawasan AZE Aktivitas Konservasi
Way Kambas National Park
*CR = Critically endangered; EN = Endangered; VU = Vulnerable; RR = Restricted Range; CC = Congregatory Species Globally threatened species (CR, EN, and VU) trigger the vulnerability criterion for KBA identification. RR and CC species trigger the irreplaceability criterion (these species may also be globally threatened, so may be included in both categories). Spesies yang terancam punah secara global (CR, EN, VU) adalah pencetus kriteria kerentanan (vulnerabilitas) dari identifikasi KBA. Spesies RR dan CC adalah pencetus kriteria ketidaktergantikan (semua spesies ini mungkin juga terancam secara global sehingga bisa masuk ke dua kategori tersebut). AZE =Alliance for Zero Extinction
15
Candidate Key Biodiversity Areas (KBAs) Kandidat Kawasan Kunci Keanekaragamam Hayati (KBAs)
No.
Nama Calon KBA
Propinsi
Candidate KBA Name
Province(s)
Perkiraan Luas Approximate size (ha)
Titik Koordinat Coordinates (decimal degrees)
Kawasan Yang Dilindungi Protected Area(s)
Kawasan Penting Burung
Lat
Long
IBA Yes
Ancaman Threats
C1
Bukit Bakar - Bukit Gajah
Jambi
91,154.99
103.15
-1.44
C2
Bukit Kaba
Bengkulu
14,419.20
102.63
-3.54
Bukit Kaba Recreation Park
No
C3
Bukit Panjang - Bukit Siguntang
Jambi
238,448.46
-1.13
102.32
Buki Besar Game Reserve
Yes
plantation, industrial timber estate, logging concession
C4
Gumai Pasemah
Sumatera Selatan
28,396.43
-3.86
103.25
Gumai Pasemah Game Reserve
No
logging concession
C5
Japura
Riau
5,378.09
-0.34
102.38
No
logging concession
C6
Karang Gading Langkat Timur Laut
Sumatera Utara
30,549.06
3.88
98.60
C7
Kemumu
Bengkulu
3,632.61
-3.37
102.27
No
C8
Kepahiang
Bengkulu
2,389.00
-3.63
102.55
No
coffee plantation, illegal logging
C9
Kepulauan Lingga
Riau
204,310.26
-0.15
104.58
Yes
plantation, logging concession
C10
Pasir Ganting
Sumatera Barat
2,007.39
-2.02
100.89
No
C11
Pulau Belitung
Bangka Belitung
448,487.30
-2.88
107.91
No
C12
Pulau Nias
Sumatera Utara
397,723.05
1.08
97.56
Pulau Nias (4 Game Reserves)
Yes
C13
Pulau Weh
Nanggroe Aceh Darusalam
12,946.51
5.81
95.30
Pulau Weh Recreation Park
No
C14
Rawa Tulang Bawang
Lampung
11,361.04
-4.47
105.25
C15
Sicike-cike
Sumatera Utara
4,134.77
2.65
98.38
C16
Sungai Batang Hari
Jambi
10,818.46
-1.37
C17
Tana Massa
Sumatera Utara
34,160.20
C18
Tuntungan
Sumatera Utara
10,141.78
Karang Gading Langkat Timur Laut Game Reserve
No
illegal mining
Yes No
industrial timber estate, logging concession
103.91
No
logging concession
-0.14
98.43
No
logging concession
3.32
98.79
No
Photo: CI / Iwan Wijayanto
Sicike-cike (Recreation Park)
16
Conservation International Indonesia Jalan Pejaten Barat 16 A Kemang, Jakarta, 12550 Indonesia Phone: 6221 7883 2564 Fax: 6221 7806 723 Web: www.conservation.or.id
Universitas Andalas Kampus Limau Manis, FMIPA, Jurusan Biology, 25163 Padang Indonesia Web: www.unand.ac.id
Departemen Kehutanan Republik Indonesia Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Blok 7 lantai 7 Jl. Gatot Subroto, Gedung Manggala Wanabakti Jakarta Indonesia Web: www.dephut.go.id
Universitas Syiah Kuala Jl. Syeh Abdull Rauf No. 3 FMIPA, Jurusan Biologi Kampus Unsyiah Darussalam Banda Aceh, Indonesia Web: www.unsyiah.ac.id
LIPI Puslitbang Biologi Jl. Juanda no 18 Bogor Indonesia Phone: 62 251 321038 Fax: 62 251 325854 Web: www.lipi.go.id
Wildlife Conservation Society Jl. Pangrango No 8 Bogor 16151 West Java Indonesia Phone: 62 251 342135, 321527 Fax: 62 251 357347 Web: www.wcs.org
Puslitbang Biologog
Critical Ecosystem Partnership Fund 2011 Crystal Drive, Suite 500 Arlington, VA 22202 USA Telephone: 1 703 341 2400 Fax: 1 703 979 0953 Web: www.cepf.net
Defining, Refining, and Monitoring Outcomes for Sumatra was funded by the Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF). The Critical Ecosystem Partnership Fund is a joint initiative of Conservation International, l’Agence Française de Développement, the Global Environment Facility, the Government of Japan, the MacArthur Foundation and the World Bank. A fundamental goal is to ensure civil society is engaged in biodiversity conservation.