FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007 http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email:
[email protected]
PRINSIP- PRINSIP PENGOBATAN DALAM ISLAM
dr. Titik Kuntari, MPH
Artinya: Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal){Q.S. Albaqarah:165}.
AKHIR-AKHIR ini, muncul fenomena yang cukup merisaukan kita berkaitan dengan maraknya bermunculan klinik-klinik pusat pengobatan alternatif. Sebagian besar yang dikembangkan justru metode pengobatan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip aqidah Islamiyah dan tauhid. Dan lebih berbahaya lagi karena para ”penghusada” tersebut membingkai kegiatannya dengan performance (tampilan fisik) layaknya para KYAI, lengkap dengan serban dan gamisnya pada saat menyelenggarakan praktekpraktek penyembuhan tadi sehingga sepintas membedakan mana yang KYAI dan mana yang DUKUN cukup sulit pada saat ini, karena serbannya relatif mirip. Menjadi tanda tanya besar juga, jika kita lihat kemudian di daerah-daerah pedesaan , justru ada tokoh agama...bahkan menggelari dirinya sendiri dengan label KYAI, tetapi sekaligus menyelenggarakan praktik perdukunan tersebut melalui produk yang disebut sebagai pengobatan alternatif tadi. Dan praktek ini, terjadi di mana-mana. KYAI nyambi me-dukun, Ustadz justru mengajarkan bid‟ah dan khurafat. Padahal, idealnya posisi seorang Ulama di tengah-tengah ummat adalah untuk membersihkan aqidah ummat dari hal-hal yang salah. Melakukan purifikasi (pemurnian) dalam segala hal termasuk di dalam ikhtiar mencari kesembuhan terhadap segala macam penyakit yang ada. Apa yang dikembangkan oleh para “ahli” pengobatan-pengobatan aternatif ini, meskipun menggunakan ayat-ayat Al-Qur‟an – sesungguhnya, merupakan praktek yang
Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007 http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email:
[email protected]
tidak berdasar yang tidak ditemukan sumbernya di dalam Al-Qur‟an dan tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Al-Qur‟an itu adalah firman Allah SWT yang berisikan hukum-hukum Allah. Sebagai pembeda antara perkara yang hak dan perkara yang batil (hudalinnas wa bayyinati Rabbi minal huda wal furqan). Apa yang kita saksikan sekarang adalah desain pendangkalan pemaknaan Al-Qur‟an. Kita dapat melihat bahwa Al-Qur‟an tidak pernah dikaji dan hanya sekedar dijadikan pajangan saja. Trend ini sudah berlangsung sangat lama. Yang paling mutakhir, ayat-ayat Qur‟an disalah gunakan untuk “penyembuhan.” Sehingga kita dapat melihat di televisi, orang-orang yang mengaku dirinya Ustadz kemudian dengan salah kaprah mengajari penyembuhan dengan menjadikan ayat-ayat Qur‟an sebagaimana bacaan “mantra.” Kalo sakit ginjal, baca ayat anu. Kalau sakit rematik menahun baca ayat anu atau surat itu, kalau sakit gula, baca ayat anu. Kalau demikian, apa bedanya yang mereka ajarkan dengan apa yang kita temukan di kitab mujarobat yang ditolak oleh jumhur ulama, atau kitab-kitab primbon tempo dulu. Al-Qur‟an adalah obat untuk jiwa yang gelisah seperti yang dijelaskan di dalam Surat: Ar-Ra’d: 28. Artinya: Mereka itu orang yang beriman, yang berhati tenang karena selalu ingat kepada Allah. Ketahuilah, dengan Zikir kepada Allah, hati menjadi tenang {QS. ArRa’d: 28} Dan ketika, kita mengalami gangguan sakit fisik – maka Nabi Muhammad Saw mengajarkan kepada kita untuk berobat atau berikhtiar mengupayakan kesembuhannya. Dan ini adalah prinsip sunnatullah. “Afatanada? Kola: Na‟am. Yaa‟ibadallahi tadaawaw. Fainnallaha lam yadha‟ daa‟an illa wadha‟alahu syifaa‟an ghayra daa‟in wahidin huwal haramu (Mereka bertanya, „Ya Rasulullah, apakah kami berobat?‟ beliau menjawab, „Ya, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula
penyembuhannya,
kecuali
satu
penyakit
yaitu
penyakit
ketuaan
(pikun)).”{HR.Ashabussunnah}
Keharaman memberikan jasa pengobatan tanpa kompetensi seperti yang kita temukan dan lihat dalam banyak praktek pengobatan alternatif – kompetensi berarti memang orang yang dididik secara khusus tentang ilmu kesehatan, seperti dokter, paramedis ataupun seorang ahli farmasi – Adapun praktek seperti yang banyak dilakukan oleh para Kyai – Ustadz yang merangkap menjadi penyembuh alternatif tadi sementara Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007 http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email:
[email protected]
mereka tidak pernah sekolah atau kuliah dalam bidang kesehatan, kedokteran dan farmasi, keharamannya dapat kita lihat di dalam hadist berikut ini: “Man tathobbaba wa lam yu‟lam minhu tibbun fahuwa dhaaminun (Barangsiapa mengobati sedang dia tidak dikenal sebagai ahli pengobatan maka dia bertanggung jawab).”{HR.Ibnu Majah}
Nah, Jika kita lihat ayat di atas (Q.S:2:165), apa yang diperingatkan Allah SWT tersebut , ternyata saat ini benar-benar banyak terjadi di mana para ”murid” atau “pasien” yang berhasil disembuhkan dengan istidradj1,kemudian mengidolakan, bertaqlid bahkan ”memuja” para dukun-dukun tersebut. Dalam dataran praktis kita bisa melihat betapa akrabnya mayoritas masyarakat kita ini dengan mistikisme-klenik tersebut. Pilihan lurah, melibatkan dukun/ paranormal. Pemilihan Kepala Daerah
juga sama. Mencari jodoh
karena tidak kunjung laku, juga memanfaatkan jasa dukun. Bahkan para mahasiswa – yang disebut sebagai kaum terpelajar ini, ketika akan menjalani ujian pendadaran skripsi atau ujian thesis-nya juga pergi kedukun agar lancar padahal dukunnya saja sekolah tidak tamat SD. Saat ini, orang yang sakit, bukannya mencari tahu hasil diagnosis medis tetapi justru meyakini sakit tersebut hasil guna-guna yang dikirim oleh lawan politiknya misalnya. Bahkan, beberapa teman sejawat (dokter) dan bekerja di institusi dengan setting Islam, justru ketika anak-anaknya sakit malah sibuk blusukan mencari paranormal hingga ke luar kota. Atau kalau anaknya menangis terus tanpa henti, orang tuanya (yang dokter tadi) yang seharusnya berfikir ilmiah dan rasional, malah sibuk membuat atau mencari orang ”pintar” yang bisa menuliskan rajah agar si anak tidak rewel lagi. Tidak sedikit pula orangorang bergelar profesor bahkan memakai kalung-kalung semacam jimat yang diyakini bisa menetralisir energi negatif pada dirinya sebagai “sebab” munculnya berbagai keluhan penyakit. Padahal setiap jenis penggunaan kalung, rajah, mantra-mantra (termasuk mayoritas metode ruqyah yang dikembangkan pada saat ini) adalah perbuatan syirik. Dan syirik adalah dosa yang tidak berampun, mesikpun pada sisi yang lain kita melihat mereka masih mengerjakan sholat, berpuasa, naik haji bolak-balik dan seterusnya. Nabiullah Muhammad Saw bersabda: “Innarruka wattamaa‟ima wattuwalata syirkun (Sesungguhnya pengobatan dengan mantra-mantra,
kalung
gelang
penangkal
sihir
dan
guna-guna
adalah
syirik).”{HR.Ibnu Majah}
1
Seakan-akan mereka memiliki karomah dan bisa membuat keajaiban-keajaiban. Tetapi realitasnya mereka justru sedang dijauhkan dari kebenaran.
Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007 http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email:
[email protected]
Fakta seperti ini menunjukkan bahwa aqidah mayoritas masyarakat kita belum lurus sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Islam. Jika kaum terpelajar saja dan memiliki ruang interaksi harian di tengah-tengah lingkungan yang Islami saja bisa terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran seperti itu, apalagi masyarakat kita yang masih sangat awam pengetahuannya tentang Islam. Adapun sumber aqidah Islam adalah Al-Qur‟an dan sunnah. Ini menunjukkan bahwa apa saja yang disampaikan Allah SWT dalam Al-Qur‟an dan oleh Rasulullah dalam sunnahnya wajib kita imani (yakini dan amalkan). Dan apapun yang tidak bersumber kepada Al-Qur‟an dan sunnah termasuk ke dalam kelompok perbuatan bid‟ah (nambahnambahi). Dan setiap yang bid‟ah adalah sesat. Defenisi aqidah yang paling tepat untuk menjadi panduan bagi ummat Islam modern, seperti yang disampaikan oleh Abu Bakar Jabir al-Jazairy: Al-Aqidatu hiya majmu‟atun min qadhaayaal haqqil badihiyyatil musallamati bil‟aqli. Wassam‟i wal fitrath. Ya‟qidu „alayhal‟insaanu qolbahu, wayusyna „alayhaa shodruhuu jaaziman bishihatihaa, qaathi‟an bi wujuudihaa watsubuutihaa laa yaraa khilaafahaa annahuu yashihhu aw yakuunu „abadan (Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan di dalam hati, diyakini kesahihan dan keberadaannya dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu).”Sehingga, aqidah di dalam prinsip kesehatan itu harus selalu bersifat ilmiah dapat diukur (rasional) dan diterima oleh akal sehat dan segala metode yang bertentangan dengan prinsip kebenaran itu harus ditolak. Nabi Saw menggariskan hal ini melalui sabdanya: ”Inna-asdakal hadiisi kitaabullah. Wa-ahsanal hadyi hadyu muhammadin. Wasarral-umuri muhdasatuhaa. Wakulla muhdasatin bid‟ath. Wakulla bid‟atin dolaalath. Wakulla dolalatin finnaar (Sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, dan sebaik-baik jalan hidup adalah jalan hidup Muhammad, sedangkan seburuk-buruk urusan agama ialah yang diada-adakan. Tiap-tiap yang diada-adakan adalah bid’ah, dan tiap bid‟ah adalah sesat, dan tiap kesesatan (menjurus) ke neraka).”(H.R.MUSLIM) Dan bid‟ah itu tidak dapat dipahami secara parsial, sebagaimana masyarakat kita memahami konteks bid‟ah itu ke dalam klasifikasi bid‟ah hakiki dan bid‟ah khasanah. Bid‟ah itu semuanya sesat dengan bersumberkan pada hadiest di atas. Dan bid‟ah itu meliputi setiap amalan, perkataan dan perbuatan seperti yang diatur di dalam hadiest: “Man ahdatsa fii amrina laysa minhum fahuwa raddun
Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007 http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email:
[email protected]
Artinya: (Barangsiapa menimbulkan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari ajarannya maka tertolak).”{HR.Bukhari}
Nah, dalam banyak praktik pengobatan alternatif tadi, para dukun, para-normal, kahin atau “kyai” gadungan tadi seperti yang sudah sedikit kita ulas, rata-rata mengoplos/ mencampur antara mantra-mantra dan ayat-ayat tertentu dari Al-Qur‟an, sebelum memulai pengobatannya atau disyaratkan bagi para pasien sebelum mengkonsumsi obatobatan yang diberikan kepada mereka. Atau ada juga pasien yang metode pengobatannya “diijazahi” dengan mantra-mantra dan rajah dalam bahasa (dan huruf) arab. Ini salah satu kegiatan bid‟ah yang paling banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Begitu juga dengan pengobatan menggunakan jimat-jimat , Qur‟an stambul2 , batu merah delima, tasbih bertuah dan seterusnya. Sesuatu yang jelas-jelas tidak ada daliel dan contohnya di dalam penggunaan metode seperti itu – bahkan ada begitu banyak hadiest yang menunjukkan kepada keharaman pengobatan dengan menggunakan kalung-kalung dan alat-alat lainnya -- sehingga dapat kita simpulkan secara tegas bahwa setiap metode penggunaan yang menggunakan mantra dan rajahrajah itu adalah metode pengobatan bid‟ah. Adapun kaitannya dengan masalah pengobatan alternatif tadi, ada beberapa hadist yang mengingatkan kita untuk tidak mendekat kepada model pengobatan seperti yang dijelaskan di atas. Untuk itu beberapa prinsip pengobatan menurut standar Islam harus kita ketahui , yakni : 1. Tidak berobat dengan zat yang diharamkan Nabi Muhammad bersabda: ”Innallaha lam yaj‟al sifaa‟akum fiimaa hurrima‟alaykum (Allah tidak menjadikan penyembuhanmu dengan apa yang diharamkan atas kamu).” {H.R.Al-BAIHAQI}.
Prinsip ini menunjukkan bahwa berobat dengan menggunakan zat-zat yang diharamkan sementara kondisinya tidak benar-benar darurat3 maka penggunaan zat tersebut diharamkan. Misal pengobatan (therapy) dengan meminum air seninya sendiri, therapy hormon dengan menggunakan lemak babi. Atau mengobati gatal 2
Disebut qur‟an stambul. Bentuknya seperti qur‟an dalam ukuran sangat mini. Jika dibuka akan terlihat kertas panjang yang di atasnya tertulis huruf-huruf arab dalam ukuran sangat kecil. Jika dibaca isinya sama sekali berbeda dengan Al-Qur‟an. Qur‟an stambul ini harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Diyakini oleh para penggemar mistik, memiliki tuah kekebalan dan untuk pengobatan. Digunakan sebagai jimat.Naudzubillah... 3
masih bisa dan tersedia alternatif obat-obatan lain yang memang boleh digunakan. Jika termasuk dalam kelompok makanan baru ~ maka pihak MUI sebagai pihak yang paling berkompeten untuk berfatwa sudah menyatakan HALAL Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007 http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email:
[email protected]
ditubuh dengan memakan kadal, mengobati mata rabun dengan memakan kelelawar dan seterusnya. Dan yang paling populer pada saat ini, dan sering kita lihat di acaraacara kuliner ekstreem adalah memakan daging ular kobra untuk mengobati penyakit asma. Di dalam pelaksanaan ibadah haji, setiap calon jama‟ah haji wajib diberi vaksin meningitis yang di dalamnya ada kandungan unsur enzim babi (porcein). Ketika belum ditemukan alternatif vaksin lainnya, maka klasifikasi penggunaan vaksin ini bersifat darurat karena implikasi penyakit ini yang sangat berbahaya. Namun ketika sudah ada alternatif penggunaan vaksin lainnya, maka penggunaan vaksin tersebut menjadi diharamkan. Demikian juga bagi orang yang akan berhaji untuk ke-sekian kalinya, baik sebagai jama‟ah biasa, tim kesehatan ataupun pemandu haji maka penggunaan vaksin ini sudah diharamkan karena berhaji untuk yang ke sekian kali menunjukkan kondisi yang sudah tidak darurat lagi berdasarkan kaidah: keadaan darurat menyebabkan perkara yang dilarang menjadi boleh (ad-Dharurat tabihu almahzhurat). Sehingga tanpa kondisi yang darurat, maka yang haram atau tidak diperbolehkan tetap menjadi sesuatu yang diharamkan. Ber-haji wajib bagi setiap muslim satu kali seumur hidupnya.
2. Berobat kepada ahlinya (ilmiah) Prinsip ini menunjukkan bahwa pengobatan yang dilakukan harus ilmiah. Yang dimaksudkan
ilmiah
dalam
hal
ini
dapat
diukur.
Seorang
dokter
dalam
mengembangkan pengobatannya , dapat diukur kebenaran metodologinya oleh dokter lainnya. Sementara seorang dukun dalam mengobati pasiennya, tidak dapat diukur metode yang digunakannya oleh dukun yang lain. Sistem yang tidak dapat diukur disebut tidak ilmiah dan tidak metodologist. Dalilnya adalah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah di atas.
3. Tidak menggunakan mantra (sihir) Bagian ini yang harus benar-benar kita hindari dalam mendatangi para penghusada alternatif tersebut. Butuh memperhatikan dengan seksama, apakah pengobatan yang dilakukan itu menggunakan sihir atau tidak. Nabi Muhammad bersabda: ”Innarruka wattamaa‟ima wattuwalata syirkun (sesungguhnya pengobatan dengan mantra-mantra,
kalung-gelang
penangkal
sihir
syirik).”{H.R.IBNU MAJAH}
Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
dan
guna-guna
adalah
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007 http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email:
[email protected]
Nah, jika pengobatan itu kemudian melibatkan unsur-unsur seperti yang dimaksudkan dalam hadist di atas maka pengobatan tersebut masuk ke dalam kelompok perbuatan syirik. Tiga prinsip inilah yang kiranya harus ditransformasikan kepada masyarakat secara umum. Untuk kaum terpelajar dan berduit (bisa memilih model pengobatan yang dia kehendaki), mungkin tidak terlalu sulit untuk mengharapkan mereka dapat menerima konsep ini mengingat mayoritas mereka mengenal konsep di atas yang sudah mereka dapatkan saat kuliah dulu. Hanya saja paradigma tradisional yang sudah mereka warisi dari nenek moyang mereka, mempersulit proses penerimaan konsep di atas. Untuk mereka, yang bisa kita lakukan hanyalah berdo‟a semoga mereka mendapatkan hidayah dari Allah . Tetapi, ada juga sebagian masyarakat kita yang mendatangi model-model pengobatan seperti itu karena disebabkan tidak memiliki cukup biaya untuk menjalani pengobatan secara medis. Maka konsep ini butuh ditanamkan erat-erat ke dalam diri mereka, agar jangan sampai ketidak berdayaan itu membuat mereka mengorbankan aqidah mereka. Semoga dengan teguhnya kita memegang prinsip-prinsip pengobatan yang Islami ini dapat menjadi entry-point bagi kita semua untuk ber-Islam secara kaffah.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. {Q.S.Al-BAQARAH:208} Masyarakat kita harus disadarkan terus dari bahaya bid‟ah ini. Termasuk juga bid‟ah di dalam bidang kesehatan. Bukankah setiap bid‟ah itu sesat dan setiap yang sesat itu pasti merugikan sehingga tempatnya adalah di neraka.Seseorang yang mengaku penghusada alternatif, menyalah gunakan ayat-ayat Al-Qur‟an untuk mendukung upayanya menyesatkan ummat adalah seorang penipu yang harus diwaspadai. Sayangnya, industri media kita justru memberi ruang untuk hal-hal bid‟ah seperti ini. “Man ghasya ummati fa‟alayhi la‟natullahi wal malaa‟ikatihi wannaasi ajma‟in. Kila Ya
Rasulullahi,
Wamaa
ghassyu
ummatika?
Kola:
Ayyabtadi‟a
bid‟atan
yahmilunnaas „alayhi (Barangsiapa menipu umatku maka baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Ditanyakan, „Ya Rasulullah, apakah pengertian tipuan ummatmu
Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007 http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email:
[email protected]
itu?‟ Beliau menjawab, „mengada-adakan amalan bid‟ah, lalu melibatkan orangorang kepadanya.‟).{HR.Daruqthni dari Anas} Wallahu A‟lamu Bishawwab DAFTAR PUSTAKA
Abdushshamad, M.K. Mukjizat Ilmiah dalam Al Quran. Akbar Media Eka Sarana. 2002 Al Asyhar, T.2004. Fiqih Gaul. Be The New You. P.T. Syaamil Cipta Media. Bandung Al Bukhary, Al Iman Muhammad. 2010. Shahih Al- Bukhari. Prilaku Kehidupan Rasulullah SAW. Pustaka Adil. Surabaya Almath, M.F. Qobasun Min Nuri Muhammad. 1974 (edisi bahasa Indonesia) Asy sya‟rawi, M.M., 1995. Anda Bertanya Islam Menjawab Jilid 1-5. Gema Insani Press. Jakarta Dahlan, A.R,2010. Ushul Fiqh. Edisi 1. Amzah. Jakarta Kessler, J., Dillon, J. The Demographics of Abortion. The Great Divide Between Abortion Rhetoric and Abortion Reality. Third Way Issues Brief. August 30,2005 Payande, Abulghasim. 2011. Nahjul Fashahah. Ensiklopedi Hadis Masterpiece Muhammad SAW (edisi terjemahan). Pustaka Iman. Jakarta Pernoll,M.L. 2001. Benson & Pernolls‟s Handbook of Obstetrics & Gynecology.10th edition. McGraw-Hill. Qur‟an Karim dan Terjemahan Artinya. UII Press Wilopo, S.A. 2005. Makalah Kunci. Seminar Kita Selamatkan remaja dari Aborsi dalam Rangka Pemantapan Keluarga Berkualitas 2015. Medan 11 April 2005. Yasin, N. 2008. Fikih Kedokteran (edisi Terjemahan). Pustaka Al Kautsar. Jakarta
Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)