PRINSIP-PRINSIP KONSTITUSIONALITAS KOPERASI BERDASARKAN UUD NEGARA RI TAHUN 1945 Agus Kusnadi Aan Eko Widiarto Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung Email:
[email protected] Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Email:
[email protected]
Abstract Cooperative identity is at risk with the Act 17 of 2012 on Cooperatives, which relies on the values of capitalism. Capitalism is characterized through the economic activities and financial control by the efforts of large private properies in the sense of the individual and groups, profit oriented, the market economy competition dominant supported by consumerism, and the pricing of labor that follows the market mechanism. As a result, it is importance to make purification of cooperative base on UUD 1945 as set in Art. 33 par. (1), to make clear the principles of constitutionality of cooperatives in Indonesia. The principle of the constitutionality of the cooperative include brotherhood, man as main actors, social welfare oriented, synergy, market driven, shared interests, and mutual interest. Key words: cooperative, constitutionality, brotherhood
Abstrak Jati diri koperasi terancam hilang dengan adanya UU 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian yang menyandarkan pada nilai-nilai kapitalisme. Kapitalisme dicirikan adanya kegiatan ekonomi dan kontrol keuangan oleh usaha-usaha besar milik privat dalam arti orang seorang maupun keluarga, akumulasi laba sebesar-besarnya dalam motif profit (profit oriented), ekonomi pasar persaingan dominan yang ditopang dengan konsumerisme, dan penentuan harga tenaga kerja yang mengikuti mekanisme pasar. Akibatnya diperlukan pemurnian bangun usaha koperasi sebagaimana UUD 1945 mengaturnya dalam Pasal 33 ayat (1) sehingga jelas prinsip-prinsip konstitusionalitas koperasi di Indonesia. Prinsip konstitusionalitas koperasi meliputi berasaskan kekeluargaan, manusia sebagai penentu, berorientasi pada kesejahteraan sosial, kerjasama/ sinergi, pasar dikendalikan, kepentingan bersama, dan mutual interest. Kata kunci: koperasi, konstitusionalitas, kekeluargaan
Latar Belakang
tertentu saja. Koperasi menjadi gerakan
Kelahiran Koperasi adalah perlawanan
yang ingin mengakhiri kolonialisme dengan
terhadap kegiatan perekonomian yang tidak
sistem yang baru, dengan sistem yang tidak
adil dan hanya mementingkan suatu golongan
menggunakan kapitalisme karena kapitalisme
17
DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2016.00901.2
18
ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 1, April 2016, Halaman 17-31
adalah anak turunan dari kolonialisme itu
amandemen) sempat hendak dihilangkan
sendiri.1 Dalam kaitannya dengan hal tersebut
oleh panitia amandemen UUD 1945. Saat itu
perlu kiranya dilihat koperasi yang pertama
usaha bersama dan asas kekeluargaan hendak
kali ada dan mengapa sampai lahir koperasi.
dihilangkan karena adanya anggapan yang
Di Inggris Utara sekelompok buruh di
salah satunya bahwa asas kekeluargaan sering
Rochdale menghendaki adanya perubahan
disalahgunakan pada saat rezim orde baru
nasib dengan cara mendirikan sebuah toko
berkuasa. Tetapi pada akhirnya keberadaan
kecil yang dimiliki dan dikelola bersama di
usaha bersama berdasar asas kekeluargaan
salah satu gang di Toadlane, Rochdale, pada
tersebut setelah melalui perdebatan yang
tahun 1844 sebagai sebuah bentuk upaya
sengit tetap dipertahankan keberadaannya.
menetralisisasi dampak negatif kapitalisme
Dengan demikian dapat dipandang bahwa
dan melindungi anggotanya dari dampak
usaha bersama berdasar asas kekeluargaan
kapitalisme tersebut.2 Koperasi Rochdale
masih dijadikan sebagai pedoman dalam
merupakan koperasi yang berdiri pertama kali
penyelenggaraan perekonomian di Indonesia.
dan merupakan perjuangan dari sekelompok
Dipertahankannya Pasal 33 UUD 1945
buruh untuk menetralisir dampak negatif
adalah karena para perumus perubahan saat
kapitalisme dan melindungi anggotanya dari
itu menyatakan bahwa perekonomian yang
dampak kapitalisme tersebut. Artinya jelas
benar adalah apa yang dipikirkan oleh para
bahwa
kapitalisme
pembentuk bangsa, termasuk Mohammad
karena lahirnya untuk melindungi anggota
Hatta.Apabila diubah maka akan membenarkan
koperasi dari dampak kapitalisme. Dalam
praktik perekonomian yang bertentangan
konteks Indonesia, Koperasi pun tidak
dengan jati diri bangsa Indonesia.3 Tetap
berbeda dari Koperasi Rochdale yang lahir
dipertahankannya usaha bersama berdasar
dengan semangat pembebasan dari dampak
atas asas kekeluargaan dalam Pasal 33 Ayat
kapitalisme. Sehingga dengan demikian dapat
(1) UUD 1945 menimbulkan harapan akan
dipahami kenapa disebutkan dalam Penjelasan
kesejahteraan yang menjadi cita-cita awal dari
Pasal 33 UUD 1945 sebelum amandemen
keberadaan pasal tersebut.
Koperasi
menentang
bahwa bangun perekonomian yang sesuai
Sejak kemerdekaan Indonesia, pengaturan
dengan usaha bersama dan asas kekeluargaan
koperasi dilakukan melalui Undang-Undang
adalah Koperasi.
Nomor 79 Tahun 1958, Undang-Undang
Keberadaan usaha bersama dan asas
Nomor 14 Tahun 1965, Undang-Undang
kekeluargaan dalam UUD 1945 (sebelum
Nomor 12 Tahun 1967, Undang-undang
1 Risalah sidang perkara Nomor 28/PUU-XI/2013 tanggal 19 Juni 2013, hlm. 24. 2 M. Fathorrazi, Ekonomi Koperasi, (Jember: Jember University Press, 2010), hlm. 52. 3 Risalah sidang perkara Nomor 28/PUU-XI/2013 tanggal 19 Juni 2013, hlm. 13.
Agus Kusnadi, Aan Eko Widiarto, Prinsip-Prinsip Konstitusionalitas Koperasi...
19
Nomor 25 tahun 1992, dan Undang-Undang
UU Perkoperasian dipandang secara masif
Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian.
mengandung ciri-ciri kapitalisme sehingga
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012
perlu diuji ke Mahkamah Konstitusi (MK).
tentang
selanjutnya
Tujuan dari Para Pemohon mengajukan
disebut UU Perkoperasian ternyata tidak
permohonan pengujian tersebut tidak lain
menyelenggarakan
supaya
Perkoperasian
yang
perkoperasian
seperti
koperasi
diselenggarakan
sesuai
amanah yang terdapat dalam Pasal 33 Ayat (1)
dengan jati diri Koperasi. Jati diri koperasi
UUD 1945. UU Perkoperasian sarat dengan
sebagai suatu bentuk usaha bersama berdasar
nilai-nilai kapitalisme.
asas kekeluargaan yang berorientasi kepada
Koperasi
sebagai
bangun
usaha
sebesar-besarnya kesejahteraan anggota harus
bersama berasaskan kekeluargaan sangat
dikembalikan. Cita-cita luhur pendiri bangsa
bertentangan dengan semangat kapitalisme.
agar bangsa Indonesia terlepas dari belenggu
Hal ini disebabkan kapitalisme adalah sebuah
kemiskinan harus diwujudkan. Salah satu
sistem ekonomi yang berlandaskan faham
upaya tersebut adalah dengan masyarakat
liberalisme (kebebasan), dan liberalisme itu
melakukan
sendiri berdiri di atas fondasi individualisme.
berbentuk Koperasi. Koperasi yang dimaksud
Sedangkan koperasi berlandaskan semangat
tentunya koperasi yang menerapkan jati diri
kebersamaan/persaudaraan
(brotherhood)
Koperasi dalam penyelenggaraannya seperti
dan saling tolong menolong (self help). Jati
manusia sebagai penentu, berorientasi pada
diri koperasi merupakan usaha bersama dan
kesejahteraan sosial, kerjasama/sinergi, pasar
asas kekeluargaan dalam perekonomian.
dikendalikan, kepentingan bersama, orang lain
Perekonomian Indonesia haruslah merupakan
sebagai saudara/brother, dan mutual interest.
suatu bentuk usaha bersama yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
kegiatan
Penyelenggaraan
Perekonomian
Koperasi
Indonesia
berdasarkan UU Perkoperasian melenceng
Materi muatan UU Perkoperasian isinya
dari jati diri koperasi. Setidak-tidaknya hal
tidak sejalan dengan jiwanya, ada kesenjangan
tersebut dapat dilihat dari: Pertama, filosofi
antara jiwa dan isi, atau dengan kata lain tidak
atau ideologi yang dijadikan acuan dalam UU
ada kesinambungan antara jiwa dan isi dari UU
Perkoperasian yaitu paham kapitalis tidak
Perkoperasian. Jiwa utama untuk menegakkan
sesuai dengan filosofi atau ideologi koperasi
jati diri dalam pengembangan Koperasi
yang ditegaskan dalam UUD 1945 yang
hanyalah dijadikan wacana, sementara isi
berasakan kekeluargaan. Kedua, organisasi/
dari UU Perkoperasian justru mengabaikan
manajemen penyelenggaraan Koperasi yang
jati diri Koperasi. Bagi Koperasi aktualisasi
diatur dalam UU Perkoperasian menghilangkan
dari jati diri justru merupakan kekuatan untuk
jati diri koperasi sebagai suatu usaha bersama
menghadapi tantangan di era global.
berdasar atas asas kekeluargaan. Kedaulatan
20
ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 1, April 2016, Halaman 17-31
dari anggota Koperasi sudah hilang dengan
kepungurusan harus dipecah, AD/ART diubah,
diberlakukannya UU Perkoperasian tersebut.
aset dipecah, usaha dipecah, dan seterusnya.
Ketiga, Permodalan Koperasi sudah keluar
Koperasi
akan
sibuk
dengan
masalah
dari rel usaha koperasi. Permodalan koperasi
“pemecahan” tersebut, bukan usahanya. Ini
dalam UU Perkoperasian diatur selayaknya
akan mengakibatkan biaya tinggi, resiko
usaha-usaha lain yang berbentuk Perseroan
konflik internal, dan yang paling mendasar
Terbatas (PT) maupun CV yang modalnya
adalah bahwa selama ini koperasi hidupnya
berorientasi pada keuntungan pribadi. Perlu
saling menopang antar jenis-jenis usaha
untuk ditegaskan bahwa PT maupun CV
yang dilakukan akan hilang. Dalam konteks
merupakan suatu badan usaha milik swasta
ini permasalahan yang penting untuk dikaji
yang dimiliki oleh orang perorangan dan
adalah apa prinsip-prinsip konstitusionalitas
berorientasi
pemodal.
koperasi yang sesuai dengan tafsir asas
Demikian pula jika dikaitkan dengan badan
kekeluargaan sebagaimana dimaksud Pasal
usaha
33 ayat (1) UUD 1945 dalam wadah bangun
pada
milik
keuntungan
negara
yang
berorientasi
memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umunnya dan penerimaan kas negara pada khususnya maka koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional memiliki karakteristik tersendiri. Merunut pemikiran Mohammad Hatta, pelaku ekonomi utama pertama adalah koperasi, baru kemudian badan usaha milik negara, baru kemudian kalau tidak mampu kedua-duanya adalah swasta.4 Keempat, jenis usaha koperasi yang dalam UU Perkoperasian ditentukan satu Koperasi harus satu jenis usaha sehingga membatasi usaha koperasi. Dengan demikian memunculkan
berbagai
kerancuan
dan
kerugian bagi koperasi-koperasi yang telah berjalan. Koperasi yang ada saat ini akan dirombak menurut jenis koperasi dan jenis usahanya. Hal ini akan mengakibatkan
usaha koperasi.
Pembahasan A. Dasar Filosofi Koperasi Bung
Hatta
menyatakan
bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah mengemban cita-cita
untuk
membentuk
masyarakat
merdeka yang demokratis melalui upaya melaksanakan “transformasi ekonomi” dan “transformasi sosial”. Transformasi ekonomi yang dimaksudkan adalah suatu upaya restrukturisasi membentuk sistem ekonomi baru yang meninggalkan asas perorangan (individualisme) dan menggantinya dengan paham kebersamaan dan asas kekeluargaan (mutualism dan brotherhood) sesuai semangat dan moralitas agama ber-ukhuwah berdasar demokrasi ekonomi.5
4 Risalah sidang perkara Nomor 28/PUU-XI/2013 tanggal 19 Juni 2013, hlm. 14. 5 Sri Edi Swasono, Koperasi & Ekonomi Rakyat: Nilai Tambah Ekonomi, Nilai Tambah Sosial-Kultural, Sokoguru Perekonomian, (Jakarta: Yayasan Hatta, 2005), hlm. 7.
Agus Kusnadi, Aan Eko Widiarto, Prinsip-Prinsip Konstitusionalitas Koperasi...
Jati diri bangsa Indonesia sebagaimana
21
Hubungan antara buruh dan majikan seperti di
sistem
dalam masyarakat kapitalis akan hilang. Jadi
perekonomian yang dibangun sesuai dengan
sebenarnya asas kekeluargaan ini menjadi
jiwa bangsa Indonesia sehingga dengan
pembeda yang tegas. Sebagai kriteria untuk
demikian dapat dikatakan bahwa usaha
membedakan usaha bersama ala kapitalis
bersama dan kekeluargaan tersebut adalah
yang masih memisahkan buruh dan majikan,
ciri khas bangsa Indonesia atau pranata dan
dan usaha bersama yang berasas kekeluargaan
instrumen tersendiri yang beda dengan pranata
yang tidak lagi mengenal pembedaan buruh
atau sistem lainnya. Asas kekeluargaan
dan majikan.6
dimaksud
merupakan
suatu
dalam
Indonesia yang merdeka dibentuk untuk
menyelenggarakan kegiatan perekonomian
melindungi seluruh bangsa dan tumpah
ada ide tanggung jawab bersama untuk
darah
menjamin kemajuan bagi semua orang.
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
mengandung
makna
bahwa
Tujuan memajukan usaha bersama bukannya keuntungan pribadi, tetapi kemajuan bagi seluruh anggota. Istilah berdasarkan atas asas
kekeluargaan
menunjukkan
adanya
landasan bagi tanggung jawab bersama yang ditujukan untuk mencapai usaha bersama yang akan menjamin kemajuan bagi setiap anggota. Dalam sifat kolektivitas inilah perbedaan antara sistem ekonomi yang dicita-citakan
yaitu
asas
kekeluargaan
dengan sistem ekonomi yang mendasarkan pada asas individualisme. Kegiatan ekonomi berdasarkan asas kekeluargaan seharusnya tidak lagi mengandalkan motif keuntungan pribadi, tetapi motif untuk menyejahterakan kehidupan bersama demi kebaikan bersama. Terkait dengan asas kekeluargaan Bung Hatta mengatakan, “Pasal 33 menyebutkan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.”
Apabila
Indonesia
dengan
liberalisme
dan
mewujudkan neo-liberalisme
juga merupakan ideologi (dari Barat), maka ideologi ekonomi Indonesia adalah adanya keselarasan dan keseimbangan antara peranan (mekanisme) pasar dalam alokasi sumberdaya dan penguasaan serta pengaturan oleh negara melalui berbagai perundang-undangan. Jika ideologi
keselarasan
dan
keseimbangan
kehidupan masyarakat ini tercakup dalam Pancasila sebagai dasar negara sebagaimana tercantum pada bagian akhir Pembukaan UUD NRI 1945, maka sistem ekonomi hendaknya dapat mengacu pada ideologi tersebut. 1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa: perilaku setiap warga negara digerakkan oleh rangsangan ekonomi sosial dan moral; 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab: ada tekad seluruh bangsa untuk mewujudkan kemerataan nasional; 3. Persatuan
Indonesia:
ekonomi;
6 Risalah sidang perkara Nomor 28/PUU-XI/2013 tanggal 4 Juni 2013, hlm. 20-21.
nasionalisme
22
ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 1, April 2016, Halaman 17-31
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
Bangsa
Indonesia
mengidamkan
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
suatu masyarakat yang adil dan makmur
perwakilan: demokrasi ekonomi; dan
secara merata yang dicapai dengan cara
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
yang wajar (seimbang, tidak ekstrim) dan
Indonesia: desentralisasi dan otonomi
berperikemanusiaan
daerah.
keselarasan, keserasian dan ketenteraman
Di sinilah diperlukan pengembangaan
sehingga
tercapai
di seluruh negeri. Dengan demikian, rakyat
perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
Indonesia
sikap
dan
yang adil dan makmur secara merata itu
Mubyarto
dengan mengikuti “de gulden midenweg”
dan
suasana
kegotongroyongan.
kekeluargaan Menurut
hendak
masyarakat
ideologi diakui perannya dalam sistem
dengan
ekanomi yang dianut bangsa Indonesia.
yang mencolok dan cara-cara yang ekstrim.
Itulah yang juga merupakan kesimpulan
Akibatnya,
Joan Robinson dalam Economic Philosophy
mencapai keadilan dan kemakmuran itu
bahwa: The pre-requisites for an economic is
melalui cara yang dianggap tepat oleh faham
a set of rules, an ideology to justify them, and
kapitalisme, komunisme, atau pun cara-cara
a conscience in the individual which makes
yang fanatik....9
ditolak
upaya
untuk
ekonomi
mengandung pengertian sistem ekonomi
ekonomi
yaitu sistem ekonomi (perekonomian) yang
liberal yang melahirkan sistem kapitalisme.
disusun sebagai usaha bersama (bukan usaha
Semboyannya
faire’
perorangan), dan usaha bersama itu harus
terpimpin
Bung
harus
perbedaan-perbedaan
Pasal 33 ayat (1) UUD NRI 1945
him strive to carry them out.7 Menurut
mengindari
mencapai
adalah
(‘Biarkan pasar
dengan ketat
dari ‘laissez
saja’),
artinya
biarkan
berdasar atas asas kekeluargaan. Ada empat
bertindak
bebas
dalam
perkataan kunci pada ayat (1) Pasal 33 UUD
ekonomi
1945 ini : Perekonomian, disusun, usaha
liberal
bersama, dan asas kekeluargaan. Apa yang
tidak
campur
dimaksud dengan perekonomian tentulah
perekonomian
rakyat
bukan hanya usaha koperasi saja, tetapi
peraturan-peraturan
meliputi usaha-usaha non koperasi seperti PT,
kehidupan
perdagangan.
menghendaki tangan
lawan
ialah
membangun dan
Hatta
Ekonomi
pemerintah
dalam
membuat (regulasi)
gerak bebas pasar.8
yang
membatasi
Firma, CV, dll. Dari sinilah muncul konsepsi Triple-Co (prinsip co-ownership/ pemilikan
7 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28/PUU-XI/2013, hlm. 25. 8 Abdul Hadi W. M., “Perekonomian Indonesia Menurut Moh. Hatta”, http://kolomsejarah.wordpress. com/2008/06/09/perekonomian-indonesia-menurut-moh-hatta/, diakses 1 Agustus 2015. 9 Sunaryati Hartono, Politik Hukum Nasional Serta Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Alumni, 1991), hlm. 3.
Agus Kusnadi, Aan Eko Widiarto, Prinsip-Prinsip Konstitusionalitas Koperasi...
23
bersama, co-determination/penentuan atau
UUD 1945 maka Penjelasan pasal tersebut
keputusan bersama, dan co-responsibility/
tidak sesuai lagi dengan makna dan rumusan
tanggung jawab bersama) sebagai wujud
pasal yang baru, namun bagi pasal yang belum
kebersamaan. Disusun artinya tidak dibiarkan
diubah tentunya penjelasan pasal tersebut
tersusun sendiri oleh mekanisme pasar bebas
masih berlaku dan sesuai dengan makna dan
atau pun kehendak dan selera pasar. Secara
rumusan dalam pasalnya, misalnya Penjelasan
imperatif negara menyusun, negara mendesain
Pasal 4, Pasal 22, dan Pasal 33 ayat (1), ayat
(lebih dari sekedar mengintervensi). Wujud
(2), dan ayat (3)…”.11
ketersusunan jelas, yaitu tersusun sebagai
Koperasi pada hakekatnya bukan hanya
usaha bersama (sebagai mutual endeavour)
semata-mata suatu bentuk badan hukum
berdasar
kepentingan
(rechts person). Koperasi mempunyai akar
bersama. Dalam usaha bersama itu berlaku
ideologis yang sangat dalam sebagai sebuah
asas kekeluargaan (brotherhood) yang bukan
bentuk perlawanan terhadap kapitalisme.
kindship atau kekerabatan), kegotongroyongan
Gagasan koperasi muncul dari pemikiran-
kooperatif. Dengan demikian Pasal 33 UUD
pemikiran para reformis sosial non-marxis
1945 menolak pasar bebas (laissez-faire)
seperti JP Proudhon, Saint Simon, Carles
yang mengemban paham liberalisme dan
Fourier, Wiliam King, Rober Owen dan
individualisme.10
lainya. Pada masa dimana kapitalisme sedang
mutualisme
atau
Penjelasan Pasal 33 ayat (1) UUD NRI
mengalami perubahan yang dramatik dan
1945 sebelum diamandemen sudah sangat
menimbulkan perangai buruk yang ditopang
jelas menyebut bahwa perekonomian disusun
revolusi industri waktu itulah pemikiran
sebagai usaha bersama berdasar atas asas
dan juga gerakan perubahan sosial melalui
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai
koperasi, co-op atau co-operative pertama-
dengan itu ialah koperasi. Mengenai kekuatan
tama muncul.
hukum Penjelasan UUD tersebut, Sri Edi
Perkembangan koperasi di Indonesia
Swasono mengatakan bahwa setelah UUD
adalah lebih kompleks lagi dengan didasari
1945 diamandemen empat kali, Penjelasan
pada perlawanan terhadap kolonialisme dan
untuk Pasal 33 UUD 1945, sebagai referensi
kapitalisme. Kolonial Belanda telah membuat
dan
berlaku.
stigma bahwa orang Indonesia tidak sanggup
Sedangkan Maria Farida Indrati S menegaskan
bertindak sendiri dalam daerah ekonomi.
bahwa khusus untuk Penjelasan Pasal demi
Belanda mencap orang Indonesia mempunyai
pasal, memang dengan perubahan pasal dalam
derajat yang rendah dalam perekonomian:
interpretasi
otentik,
tetap
10 Sri-Edi Swasono, Kembali ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak Neoliberalisme, (Jakarta: Yayasan Hatta, 2010), hlm. xii-xiii. 11 Sudjito, Sutaryo, dkk, Strategi Pembudayaan Nilai-nilai Pancasia dalam Menguatkan Semangat Ke-Indonesiaan, (UGM: Prosiding Kongres Pancasila V, PSP Press, 2013), hlm. 97.
24
ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 1, April 2016, Halaman 17-31
ekonomische minderwaardigheid. Economische
koperasi mencakup sistem sosial, ekonomi
minderwaardigheid itu disebut sebagai sifat
dan politik. Secara mikro berbicara mengenai
bangsa. Inilah yang sering mematahkan
perusahaan
hati. Belum lagi tikaman dari konkurensi
manajemen serta social entrepreneurship.
(persaingan) dalam masa monopoli-kapitalisme
Sebagai ruang individualitas koperasi bergerak
yang pernah diberi nama “Gewaltkonkurrenz”
mengangkat harga diri manusia, sementara
(kompetisi memperkosa). Maka dari itulah
sebagai gerakan perubahan sosial koperasi
Bung Hatta menyeru semboyan sendiri “self-
ingin memperjuangkan nilai-nilai keadilan
help dan mutual help”. Sekarang bangsa
dalam sistem demokrasi partisipatorik. Lebih
Indonesia insaf lagi akan semboyannya.
luas dari itu, karena koperasi itu diletakkan
Semangat koperasi kuat kembali. Bank baru-
pada sebuah gagasan tentang konsep nilai maka
baru bermula sebagai “koperasi kredit”. Badan
koperasi juga disebut sebagai sebuah sistem
perniagaan baru memakai merk “koperasi”.12
pemikiran. Sistem pemikiran yang berbeda
Koperasi
punya
persamaan
dengan
dari
demokratik,
kapitalisme,
profesionalisme,
sosialisme
marxisme,
sistem sosial asli bangsa Indonesia, yakni
feodalisme, otoritarianisme dan sistem-sistem
kolektivisme.
gotong-royong
pemikiran yang lain. Dalam basis sistem
Indonesia gemar tolong-menolong. Sementara
pemikiran, koperasi menyodorkan gagasan
koperasi juga menganut prinsip tolong-
adanya hidup bersama dengan tetap mengakui
menolong. Koperasi juga bisa mendidik
hak-hak individu dan kepemilikan pribadi.
toleransi dan rasa tanggung-jawab bersama.
Sebagai
Dengan demikian, kata Bung Hatta, koperasi
menghendaki adanya hidup harmoni dalam
bisa mendidik dan memperkuat demokrasi
kerjasama, dan menempatkan kebebasan
sebagai cita-cita bangsa. Lebih lanjut, Bung
manusia sebagai individu untuk menetapkan
Hatta
akan
nasibnya sendiri. Konsep koperasi menyakini
mendidik semangat percaya pada kekuatan
bahwa keadilan sejatinya hanya ada dalam
sendiri. Setidaknya, semangat self help ini
hidup bersama dan tidak ada hidup bersama
dibutuhkan untuk memberantas penyakit
tanpa keadilan. Menurut Mukner setidak-
“inferiority complex” warisan kolonialisme.
tidaknya gagasan koperasi itu meliputi:
Masyarakat
mengatakan,
koperasi
juga
Koperasi memiliki dimensi yang luas dan mendalam, baik itu makro-ideologi, mikro
gagasan
fundamental
koperasi
kebebasan, persamaan dalam segala hal dan keadilan.
organisasi, sebagai gerakan perubahan sosial
Menurut Hatta supaya bisa berhasil maka
(social change movement) maupun ruang
koperasi mesti berdiri di dua tiang: solidaritas
individualitas. Dalam konsep makro-ideologi,
(semangat setia bersekutu) dan individualitas
12 Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi: Jalan ke Ekonomi dan Koperasi, (Jakarta: Oesaha Baroe “Penjiar”, 1942”), hlm. 17-36
Agus Kusnadi, Aan Eko Widiarto, Prinsip-Prinsip Konstitusionalitas Koperasi...
25
(kesadaran akan harga diri sendiri alias
nilai kerjasama (cooperation). Sementara,
sadar diri). Sadar diri ini adalah suatu sifat,
logika
karakter kukuh yang tidak boleh dikacaukan
koperasi adalah pasar yang adil (fair market)
artinya dengan individualisme, paham yang
yang berbeda dengan gagasan kapitalisme
mendahulukan hak orang-seorang dari pada
yang
hak masyarakat. Individualisme menuntut
market). Dominasi pasar yang diakibatkan
kemerdekaan orang-seorang bertindak untuk
oleh persaingan bebas dimana yang besar
mencapai keperluan hidupnya. Ia tak mau
memakan yang kecil dalam sistem kapitalis
orang-seorang diikat oleh masyarakat. Tetapi
digantikan dengan sistem pasar yang adil
individualitas adalah sifat pada orang-seorang
berdasarkan besaran partisipasi. Kalau sistem
yang menandakan kehalusan budi beserta
kapitalis membangun sistem tanggungjawab
dengan keteguhan wataknya, yang memaksa
sosialnya dalam bentuk karitas, maka koperasi
orang lain menghargai dan memandang
membangun hubungan sosial masyarakat
akan dia. Kedua-duanya itu, solidaritas dan
dalam jalinan solidaritas setara. Pertentangan
individualitas, mesti ada pada koperasi.
buruh dan majikan diselesaikan dalam
Koperasi yang cocok dengan ukuran cita-
konsep integrasi perusahaan koperasi pekerja
citanya, mestilah berdiri pada tiang yang dua
(Worker Co-op). Dalam koperasi, Organisasi-
itu. Apabila kurang salah sebuah, koperasi itu
organisasi buruh dan organisasi pembela
kurang baik jalannya. Ia masih bisa berdiri
kepentingan
dan bekerja, tetapi tidak menurut yang
bersifat reduktif terhadap kepentingan yang
semestinya.13
diwakilinya
Koperasi
menghendaki
dikembangkan
pasar
konsumen tidaklah
bebas
yang
oleh
(free
seringkali
diperlukan
karena
justru mereduksi kepentigan masyarakat itu
menyandarkan
sendiri. Dalam sistem koperasi, buruh adalah
pada konsep organisasi berbasiskan modal
juga pemilik dari perusahaan. Sementara
(capital base association), maka koperasi
konsumen dalam model perusahaan koperasi
dilandaskan pada konsep organisasi yang
konsumen (consumer co-op) juga adalah
berbasiskan orang (people base association),
pemilik. Walaupun sama-sama menggunakan
dimana kalau sistem kapitalis modal bersifat
instrumen perusahaan, koperasi sungguh
sebagai penentu, maka berbeda dalam sistem
berbeda dalam substansinya, kalau kapitalisme
koperasi, modal hanyalah berfungsi sebagai
menyandarkan pada orientasi laba sebesar-
pembantu. Kalau kapitalisme menyandarkan
besarnya (profit oriented), maka koperasi
pada filosofi dasar persaingan (competition),
dilandaskan pada konsep nilai manfaat
maka bertolak belakang dengan koperasi
(benefit oriented). Pembagian yang adil di
yang dilandaskan pada filosofi mempertinggi
koperasi juga diwujudkan dalam konsep
13 Ibid.
Kapitalisme
antitesa
yang
dari
kapitalisme.
menjadi
pasar
26
ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 1, April 2016, Halaman 17-31
sistem dana perlindungan kembali (economic
dapat berjalan dari kemampuan dirinya
patrone refund). Nilai lebih (surplus value)
sendiri, dimulai dari bawah, dikelola secara
dari kegiatan-kegaitan ekonomi perusahaan
transparan
diberikan
anggota-anggotanya
sebagai pilar utamanya.14 Menurut Bung
(masyarakat) dalam konsep berdasarkan
Hatta, rakyat yang terdidik merupakan syarat
besaran partisipasi dan juga setidaknya
berlangsungnya tatanan demokrasi yang kuat
menurut jerih payah.
dan berwibawa.15
kepada
Motif koperasi ini jelas, secara ideologis berusaha masyarakat
menciptakan yang
tatanan
sosial
B.
partisipatif. Sementara itu dalam alasan praktisnya juga kongkrit, dimana dengan membentuk atau bergabung bersama di koperasi manfaat-manfaat dari barang atau jasa dapat diperoleh, diproduksi atau di pasarkan lebih baik oleh koperasi daripada di salurkan sendiri melalui saluran swasta kapitalis atau negara. Koperasi merupakan organisasi orang-orang yang dilandaskan pada prinsip yang jelas, kerjasama adalah kuncinya, bagi si kaya maupun si miskin, tua atau muda, laki-laki atau perempuan. Tidak ada sifat permusuhan bagi koperasi terhadap siapapun. Tapi koperasi dengan caranya sendiri sudah barang tentu menolak segala bentuk ekspolitasi, penindasan, pembodohan, pemelaratan, dan sebagainya. Bukti-bukti nyata keberhasilan koperasi ini memerlukan waktu yang cukup panjang, butuh konsistensi dan dedikasi penuh dari generasi ke generasi. Sejarah membuktikan bahwa koperasi hanya
dijadikanya
pendidikan
Prinsip-prinsip Pengaturan Koperasi yang Konstitusional
berperikemanusiaan
dan berkeadilan melalui jalan demokrasi
dan
UU Perkoperasian telah menghancurkan hakikat
koperasi
sebagai
badan
usaha
yang sesuai dengan Demokrasi Ekonomi. UU
Perkoperasian
dari
peragaan
merupakan
perang
ideologi
bagian untuk
menyingkirkan sistem ekonomi berdasar Pasal 33 UUD 1945 dan menyuburkan kembali sistem liberalisme ekonomi zaman kolonial ke arah neoliberalisme masa kini yang makin kapitalistik.
Koperasi
yang
seharusnya
merupakan suatu bentuk usaha bersama guna menolong anggota lain untuk memajukan kesejahteraannya bergeser menjadi usaha individu yang jelas menguntungkan individu pula dan hal ini adalah bagian dari sistem perekonomian kapitalis. Hal tersebut jelas merusak konsep perekonomian yang sudah digariskan UUD 1945. UU Perkoperasian seharusnya dibangun di atas politik hukum untuk memberi perlindungan
negara
dan
hak
untuk
menjadi masyarakat yang adil dan makmur
14 Suroto, “Koperasi di Tengah Kapitalisme”, http://www.suroto.net/2011/05/koperasi-di-tengah-kapitalisme. html, diakses 1 Agustus 2015. 15 Zulfikri Suleman, “Demokrasi untuk Indonesia “Pemikiran Politik Bung Hatta”, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), hlm. 79.
Agus Kusnadi, Aan Eko Widiarto, Prinsip-Prinsip Konstitusionalitas Koperasi...
27
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
dengan
UUD 1945, hak untuk memajukan diri dalam
organisasi ekonomi, atau organisasi ekonomi
memperjuangkan hak secara kolektif berdasar
rakyat. Rumusan bahwa koperasi adalah
atas asas kekeluargaan berdasarkan Pasal 28C
badan hukum tidak mengandung pengertian
ayat (2) dan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945, hak
substantif mengenai koperasi sebagaimana
untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan
dimaksud Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 dan
layak dalam hubungan kerja berdasar atas
Penjelasannya yang merujuk pada pengertian
asas kekeluargaan berdasarkan Pasal 28D
sebagai bangun perusahaan yang khas. Pasal
ayat (2) dan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945,
1 angka 1 UU Perkoperasian mengarah ke
hak untuk mempunyai hak milik pribadi
individualisme karena menggunakan istilah
dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
“orang perseorangan”.
kata
atau
frasa,
perkumpulan,
alih secara sewenang-wenang oleh siapapun
Kedua, terkait dengan gaji pengurus dan
berdasarkan Pasal 28H ayat (4) UUD
imbalan pengawas. Gaji dan tunjangan bagi
1945, hak untuk melakukan usaha bersama
pengurus, termasuk imbalan bagi pengawas,
berdasar atas asas kekeluargaan berdasarkan
bukanlah
Pasal 33 ayat (1) UUD 1945, dan hak untuk
Koperasi sebagai salah satu pelaku ekonomi
menjalankan demokrasi ekonomi dengan
bukanlah suatu entitas yang statis, melainkan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan
dinamis. Dinamika koperasi yang sehat tentu
berdasarkan Pasal 33 ayat (4) UUD 1945.
bukan saja akan membentuk daya tahan
Penyelenggaraan perekonomian yang diatur
koperasi melainkan juga akan membawanya
dalam UUD 1945 dalam bangun usaha
pada kemajuan sebagaimana entitas pelaku
koperasi dapat memajukan kesejahteraan
ekonomi yang lain. Pemberian imbalan
bersama.
kepada pengawas serta pemberian gaji dan
Melalui putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
28/PUU-XI/2013,
persoalan
konstitusionalitas.
tunjangan kepada pengurus merupakan hak
prinsip-prinsip
dan kewenangan Rapat Anggota Tahunan
pengaturan koperasi yang tidak bertentangan
(RAT) sebagai mekanisme kedaulatan para
dengan UUD 1945 telah dijabarkan. Pertama,
anggota koperasi untuk menentukan perlu
terkait dengan pengertian Koperasi. Menurut
atau tidak perlunya imbalan pengawas serta
MK, hal yang ditonjolkan dalam perumusan
pemberian gaji dan tunjangan kepada pengurus
pengertian koperasi adalah mengenai siapa
atau manakala hal tersebut telah ditetapkan
koperasi itu, atau dengan perkataan lain,
berapa besarannya pun menjadi ruang lingkup
rumusan
kebijakan RAT untuk menentukannya.
yang
mengutamakan
koperasi
dalam perspektif subjek atau sebagai pelaku
Ketiga, terkait dengan pengurus koperasi.
ekonomi, yang merupakan sebagian dari sistem
Anggota berhak memilih anggota yang mana
ekonomi. Untuk maksud tersebut dirumuskan
untuk menjadi pengurus dan bersamaan
28
ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 1, April 2016, Halaman 17-31
dengan itu anggota juga berhak untuk dipilih
memperkuat modal koperasi, akan tetapi cara
sebagai pengurus. RAT, terkait dengan
demikian adalah tidak tepat karena hal tersebut
pengurus
mekanisme
bertentangan dengan prinsip dasar koperasi
demokratis yang merupakan forum bagi setiap
sebagai usaha bersama yang berdasarkan asas
anggota dalam melaksanakan kedaulatannya
kekeluargaan sebagaimana telah diuraikan di
dengan menggunakan haknya untuk memilih
atas. Untuk memperkuat koperasi haruslah
dan dipilih. Keempat, pengangkatan pengurus
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
dari non-anggota. Pengangkatan Pengurus
mengelola koperasi sebagai usaha bersama
dari Non-Anggota menghalangi atau bahkan
tanpa mengabaikan filosofi dasar koperasi.
koperasi,
adalah
menegasikan hak anggota koperasi untuk
Ketujuh, setoran pokok. Istilah setoran
menyatakan pendapat, memilih, dan dipilih
pokok, lebih menekankan pada pengertiannya
serta nilai kekeluargaan, bertanggung jawab,
sebagai penyerahan sejumlah uang sebagai
demokrasi, dan persamaan yang menjadi dasar
modal, sehingga konsekuensinya tidak dapat
koperasi serta nilai keterbukaan dan tanggung
ditarik kembali bila yang bersangkutan
jawab yang diyakini anggota koperasi yang
keluar
kesemuanya itu merupakan derivasi dari
koperasi. Berbeda dengan penggunaan istilah
demokrasi ekonomi Pasal 33 ayat (1) UUD
simpanan pokok yang maknanya bahwa
1945.
anggota koperasi menyimpan sejumlah uang
Kelima, tugas dan kewenangan pengawas. Kewenangan
pengawas
atau
berhenti
sebagai
anggota
sebagai modal. Koperasi adalah tempat, yang
mengusulkan
menurut anggota, aman karena pengurus
pengurus, memberikan kewenangan kepada
yang sesungguhnya adalah sesama anggota
pengawas menerima dan menolak anggota
sepertinya bersifat amanah. Dengan demikian
baru,
serta
setiap anggota yang membayar simpanan
memberhentikan pengurus untuk sementara
pokok sebagai modal koperasi memercayai
waktu telah mereduksi, bahkan menegasikan
simpanan tersebut aman, sehingga manakala
kedaulatan anggota dan eksistensi RAT
yang bersangkutan keluar atau berhenti
sehingga bertentangan dengan demokrasi
karena suatu alasan maka simpanan tersebut
dan persamaan sebagai nilai dasar kegiatan
dapat diambil kembali. Jadi, dalam konsep
koperasi serta hak bagi anggota untuk memilih
simpanan pokok, uang yang disimpan itu tidak
dan dipilih dan bertentangan dengan prinsip
semata-mata menjadi modal koperasi tetapi
demokrasi ekonomi sebagaimana dimaksud
juga berfungsi sebagai tabungan dari anggota.
Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.
Kekayaan anggota yang merupakan modal
memberhentikan
anggota,
Keenam, modal koperasi. Adanya sertifikat
koperasi inilah yang disebut simpanan anggota.
modal koperasi serta setoran pokok yang tidak
Adanya setoran pokok jelas bertentangan
dapat ditarik kembali adalah dalam rangka
dengan prinsip koperasi bersifat sukarela dan
29
Agus Kusnadi, Aan Eko Widiarto, Prinsip-Prinsip Konstitusionalitas Koperasi...
terbuka yang merupakan derivasi dari Pasal
koperasi. Dengan adanya pembatasan tersebut
33 ayat (1) UUD 1945, yaitu sebagai usaha
maka pengertian ikutannya secara normatif
bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
adalah bahwa (i) kegiatan usaha koperasi
Kedelapan, modal penyertaan. Koperasi sebagai
perkumpulan
sehingga
(ii) koperasi hanya boleh memilih salah satu
harus berbeda dengan Perseroan Terbatas
dari empat jenis kegiatan usaha yang telah
sebagai
bahkan
ditentukan. Membatasi jenis kegiatan usaha
sebagai Perseroan Terbatas terbuka yang go
koperasi telah memasung kreativitas koperasi
public yang menghimpun modal sebanyak-
untuk menentukan sendiri jenis kegiatan
banyaknya dengan tanpa batas dengan
usaha, yang bisa jadi, berseiring dengan
resiko terbukanya peluang intervensi dari
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
pihak di luar koperasi. Kesembilan, larangan
budaya, dan ekonomi, berkembang pula jenis
pembagian surplus hasil usaha yang berasal
kegiatan usaha untuk memenuhi kebutuhan
dari transaksi dengan non-anggota. Adanya
ekonomis manusia. Terlebih lagi, manakala
pembatasan membagikan surplus hasil usaha
ketentuan tersebut dimaknai bahwa satu
justru mencerminkan ketidakberpihakan pada
koperasi harus memilih satu jenis kegiatan
anggota koperasi sebagai pemilik koperasi.
usaha.
Dalam hal ini seharusnya yang dikedepankan
dengan aspek empirik dari kegiatan usaha
justru
memberi
koperasi yang telah berjalan, yang berarti
kesejahteraan kepada anggotanya, sehingga
dengan ketentuan tersebut koperasi yang
setidak-tidaknya, dibagi atau tidak dibaginya
telah menjalankan kegiatan serba usaha harus
surplus hasil usaha, ketentuannya diserahkan
menutup kegiatan usaha yang lain dan harus
kepada
memilih satu jenis saja kegiatan usahanya.
kumpulan
mencari
anggota
orang
hanya ada empat jenis yang ditentukan; dan
modal,
laba
atau
untuk
dengan
menggunakan
mekanisme yang tersedia. Oleh karena itu,
Ketentuan
Kesebelas
tersebut
tidak
prinsip-prinsip
sesuai
tersebut
pembatasan tersebut berarti menyampingkan
merupakan rambu-rambu bagi pembentuk
hak untuk menikmati hasil usaha koperasi.
undang-undang dalam hal ini DPR, Presiden,
Kesepuluh, penambahan Sertifikat Modal
dan DPD agar dalam membentuk undang-
Koperasi. Kewajiban menyetor tambahan
undang
sertifikat modal koperasi jika terjadi defisit
bertentangan
hasil usaha khusus pada Koperasi Simpan
memerintahkan Undang-Undang Nomor 25
Pinjam (KSP) bertentangan dengan Pasal 28D
Tahun1992 tentang Perkoperasian(Lembaran
ayat (2) dan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.
Negara Republik Indonesia Tahun 1992
perkoperasian dengan
selanjutnya UUD
1945.
tidak MK
Kesebelas, jenis koperasi. Ketentuan jenis
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
koperasi mengandung pengertian pembatasan
Republik Indonesia Nomor 3502) berlaku
jenis kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh
untuk sementara waktu sampai dengan
30
ARENA HUKUM Volume 9, Nomor 1, April 2016, Halaman 17-31
terbentuknya Undang-Undang yang baru.
Di
dalam
koperasi
seharusnya
Undang-Undang yang baru inilah yang harus
kepentingan manusia diutamakan, bukan
benar-benar dibentuk belajar dari kesalahan
kepentingan modal. Peran mulia manusia
pembentukan UU Perkoperasian.
(anggota) dalam bangun perusahaan koperasi harus ditumbuhkan melalui kebersamaan
Simpulan
(mutualism)
dan
asas
kekeluargaan
Jati diri koperasi akan hilang apabila
(brotherhood). Koperasi perlu dijauhkan
pembentuk undang-undang dalam mengatur
dari intrusi nilai-nilai kapitalistik, dengan
perkoperasian
peran modal dan pemodal ke dalam koperasi.
tidak
melandaskan
pada
filosofi koperasi yang hakikatnya adalah susunan
perekonomian
sebagai
usaha
bersama dan berdasarkan asas kekeluargaan. Ruh
konstitusional
koperasi
sebagai
entitas pelaku ekonomi khas bangsa yang berlandaskan gotong royong. Koperasi yang mengedepankan manusia sebagai modal utama harus menempatkan Rapat Anggota Tahunan
sebagai
pemegang
keputusan
tertinggi. Kewenangan pengawas tidak boleh mereduksi atau bahkan menegasikan hak dan kewajiban anggota dengan menjadikan kewenangan pengawas terlalu luas. Sedangkan skema permodalan koperasi tidak boleh mengutamakan modal materiil dan finansial yang mengesampingkan modal sosial yang justru menjadi ciri fundamental koperasi sebagai suatu entitas khas pelaku ekonomi berdasarkan UUD 1945.
Prinsip-prinsip murni dan identitas koperasi Indonesia harus dibangun dari dan berdasar Demokrasi Ekonomi sebagai derivat Doktrin Kerakyatan yang menjiwai UUD 1945. Ke depan, hendaknya Dalam
mengatur
perkoperasian
merujuk pandangan Sri Soemantri terkait 5 keseimbangan dalam demokrasi Pancasila antara individu
lain: dan
keseimbangan
keseimbangan
kepentingan
kepentingan
masyarakat,
jasmaniah
dan
rohaniah,
keseimbangan antara keadilan dan kebebasan, keseimbangan
antara
tujuan
dan
cara
mencapai tujuan. Dari demokrasi Pancasila itu menghendaki perekonomian dijalankan dengan
keseimbangan
antara
koperasi,
BUMN, dan swasta artinya ketiga pelaku usaha ini harus seimbang dalam berperan membangun perekonomian di Indonesia, tidak harus saling mematikan.
31
Agus Kusnadi, Aan Eko Widiarto, Prinsip-Prinsip Konstitusionalitas Koperasi...
DAFTAR PUSTAKA Buku
_______________. Kembali Ke Pasal 33
Fathorrazi, M. Ekonomi Koperasi. Jember:
UUD 1945 Menolak Neoliberalisme, Jakarta: Yayasan Hatta, 2010.
Jember University Press, 2010. Hartono, Sunaryati. Politik Hukum Nasional Serta Sistem Hukum Nasional. Bandung Alumni, 1991. Hatta, Mohammad. Beberapa Fasal Ekonomi: Jalan ke Ekonomi dan Koperasi. Jakarta: Oesaha Baroe “Penjiar”, 1942. Sudjto, dkk. Strategi Pembudayaan Nilainilai Pancasia dalam Menguatkan
Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.
Semangat Ke-Indonesia-an. Prosiding
Putusan Pengadilan
Kongres Pancasila V: PSP Press UGM,
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 28/
2013. Suleman, Zulfikri. Demokrasi untuk Indonesia “Pemikiran
Politik
Bung
Hatta”.
Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010. Swasono, Sri Edi. Koperasi & Ekonomi
PUU-XI/2013. Risalah
sidang
perkara
Nomor
28/
PUU-XI/2013, tanggal 4 Juni 2013. Risalah
sidang
perkara
Nomor
28/
PUU-XI/2013 tanggal 19 Juni 2013.
Rakyat: Nilai Tambah Ekonomi, Nilai
Naskah Internet
Tambah
Sokoguru
Suroto. “Koperasi di Tengah Kapitalisme”,
Perekonomian. Jakarta: Yayasan Hatta,
h t t p : / / w w w. s u r o t o . n e t / 2 0 11 / 0 5 /
2005.
koperasi-di-tengah-kapitalisme.html.
Sosial-Kultural,
Diakses 1 Agustus 2015.