PRINSIP KEADILAN DALAM PENETAI•AN NISBAH BAGI HASIL MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH (Stu di Kasus Bank Mumalat Indonesia Tbk.)
... -.. II I Q-;rd 'T\~L
Oleh:
Muhammad Nurbadruddin
302046026608
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 HI 2010 M
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan basil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telab saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 31 Agustus 2010
M..Nurbadruddin
PERINSIP KEADILAN DALAM PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL MUDHARABAH PADA BANI( SYARIAH
(Stusi kasus Bank Muamalat Indonesia Tbk.)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukmn untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh: Muhammad Nurbadruddin
NIM:302046026608
Pembimbing I
Pembimbing II
' Dr. H.
. Mukri Aji, MA.
NIP. 195703121985031003
H. Ah. Azharuddi
athif, M.Ag, MH.
NIP. 197400725 001121001
KONSENTRASI PERBANKAN SYAR1AH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul "PRINSIP KEADILAN DALAM PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL MUDHARABAH PADA BANK SYARIAii (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia Tbk.)" Telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari'ah pada Prodi Muamalat (Ekonomi folam). Jakarta, I 0 Desember 20 I 0 Mengesahkan, D,~an,Ji~lt Syariah clan Hukum /,,>'"
'''"<'
,;~:~~;\~
PANITIA UJIAN
Ketua
: Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002
Sekretaris
: Mu'min Rauf M.A NIP. 150281979000000000
Pembimbing I : Dr. H. A. Mukri Aji, MA NIP. 195703121985031003
•
Pembimbing II: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag.. MH NIP. 197400072522001121001
Penguji I
Penguji II
: Dr. H.Abd.Wahab Abd. Muhaimin, NIP. 195008171989031001 : Djaka Badranaya, SE.I, ME 1'.TTD
1 C\"7"7f\.t::')f"\"1Af\""1f\1 11\1\0
Le.MAJ..~ 13/1~ ~ -~-·
-(~~-)/
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang Maha Kuasa dan Penyang bagi seluruh hambanya yang telah memberikan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat serta Salam tak lupa penulis panjatkan kepda baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing dan mernmtun umatnya kepada jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati bahwa tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak penulisan skripsi ini tidak akan terwujud,olehnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. Amin Summa, S.H, MA. Selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum beserta para Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Dr. Euis Amalia, M.Ag. Ketua Jurusan Muamalat Perbankan Syariah, beserta Ah. Azharudin Latif, M.Ag,. M.H. Sekretaris Jurusan l'vluamalat Perbankan Syariah, yang terns mengingatkan penulis agar secepatnya menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3. Dr. Mukri Aji., M.A dan Ah. Azharudin Latif, M.Ag,. M.H. selaku Dasen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis sewaktu berada di bangku kuliah, semoga me1tjadi ilrnuyuntafa'u bihi. 5. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama. dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memfasilitasi penulis dalam mencari bahan literatur berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 6. Kepada segenap karyawan/i dan khususnya Ibu Narti beserta jajarannya Muamalat Institute yang telah
bersedia
memfasilitasi
penulis untuk
mengumpulkan data dalam skripsi ini. 7. Kepada orang tua penulis yang telah sangat berjasa dalam membimbing dan menasehati maupun mensupport penulis untuk menyelesaikan kuliah, ibunda Mahaya semoga sehat selalu. Dan untuk almarhum H. Zawawi Abdullah bapak tersayang yang telah meninggalkan kita terlebih dahulu, :semoga segala amal ibadahnya diterima disisi-Nya dan diberikan ganjaran yang terbaik karena jasanya yang amat besar yang telah mendidik maupun men:mpport penulis. 8. Kepada abangku tersayang Andi Syafrani, S.H.I,. M.C.C.L, yang telah banyak membimbing penulis hingga kini dan juga kakakku yang baik Pusparini.,S.Ag beserta keponakanku yang lucu Eca dan Raiya, kakak Rini Masyitah, S.H, M.Kn. dan adik Chairunnisa S.Kom. yang selalu memberikan supportnya. 9. Teman-teman kosan yang selalu mengingatkan untuk semangat menyelesaikan penulisan skripsi kanda Ahmad Muawam, Ahmad Taufik, .Mujahid, Arif, Fadli dan Dadan Handawil, Ahmad Arzak dan teman seperjuangan double deegre Jaka Hern terimakasih banvak atas segalanva.
10. Teman-teman Formaci, HMI dan surveyor LSI yang selalu membahagiakan dan mengingatkan dan juga mendukung untuk menyelesaikan perkuliahan di Muamalat Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum, terimakasih banyak kawan-kawan. Akhirnya hanya Allah SWT yang dapat membalas semua amal baik tersebut penulis kembalikan, semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka yang telah diberikan kepada penulis selama ini baik moril maupun materil dengan balasan yang berlipat ganda. Semoga hasil penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya penulis pribadi. Amin ya rabba/ a/amin.
Jakarta:
10 Desember 2010 M 4Muharram 1431 H
Penulis
DAFTARISI KATA PENGANTAR ........................................................................................ i DAFTAR ISi ........................................................................................................ iv BAB I : PENDAHULUAN ............................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................. 5 D. Metode Penelitian .............................................................................. 6 E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 7
BAB II: KONSEP KEADILAN DALAM NISBAH MUDHARABAH ....... 9 A. Pengertian keadilan dalam ekonomi Islam .................................... 9 B. Instrumen keadilan dalam ekonomi Islam ........................................ 21 C. Mudharabah dalam konsep fiqih ....................................................... 24 D. Pembiayaan Mudharabah sebagai sarana perwujudan keadilan dalam ekonomi Islam ............................................................... 31 E. Aplikasi Mudharabah di Bank Syari'ah ................................... 33
BAB ill: GA.IVIBARAN UMUM BANKMUAMALAT INIJ10NESIA ....... 41 A. Lintas Sejarah Bank Muamalat Indonesia ........................................ .41 B. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia ................................ 43 C. Produk-ProdukBank Muamalat Indonesia ....................................... 48 D. Kinerja-kinerja Bank Muamalat Indonesia ............................... 56
BAB IV: PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL DALA.l\i PRINSIP KEADILAN PADA BANK MUAMAT INDONESIA .............. 64 A. Penerapan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia ......................... 64 B. Penentuan Besamya Nisbah Mudharabah ........................................ 67
D. Relevansi Penerapan Nisbah Bagi Hasil Perbankau Syariah Terhadap Perwujudan Bisnis yang Berkeadilan ............................... 74
BAB V: PENUTUP ..................................................................... 80
A. Kesimpulan ....................................................................................... 80 B. Saran ................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 84
BABI
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan penggunaan tenaga kerja, tanah dan modal, maka transaksi yang ada menjadi suatu keharusan secara umum. Sekarang semuanya ditawarkan untuk dijual dan transaksi ini tidak lagi merupakan pelengkap, tapi merupakan suatu keharusan untuk dapat mempertahankan kaelangsungan hidup. Bagi tenaganya di pasar daian1 suatu masyarakat yang tak mau
S•~orang
meni~rima
yang menjuaI
tanggung jawab
untuk memeliharanya maka harga yang dapat diperolehnyll! dalanl menawarkan tenaganya menjadi sangat penting. Demikian juga haI yang sama berlaku pada pemodal. Karena bagi masing-masing pihak, tawar menawar maupun kerjasama yang dilakukan dapat menyebabkan kemakmuran. Dengan demikian pola "Profit motive" ini menjadi gejala umum bagi seluruh masyarakat dan membuat motif untuk mencari untung merupakan salah satu kekuatan penting dalam membentuk tindak-tanduk manusia1. Daiam memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka kebutuhan akan saling ketergantungan membuat timbulnya saiing memerlukan satu dan lainnya, dan adanya sating
kerjasamapun
tidak
bisa
dipungkiri
oleh
individu-individu
yang
mengembangkan kemampuan dalam setiap bidang maupun Ie:mbaga-lembaga yang membutuhkan tenaga kerja daianl menjalankan kegiatan ekonomi nntuk mencapai kemakmuran bersama. Komitmen Islam yang demikian mendalam terhadap persaudaraan dan keadilan menyebabkan konsep kesejahteraan ifalah) bagi semua umat manusia sebagai suatu tttjuan pokok Islam. Kesejahteraan ini meliputi kepuasan fisik sebab
2
kedamaian mental dan kebahagiaan hanya dapat dicapai melalni realisasi yang seimbang antara kebutnhan materi dan rohani dari personalitas manusia. Karena itn memaksimalkan output total semata-semata tidak apat menjadi tnjuan dari sebuah masyarakat muslim2. Memaksimalkan output, hams dibarengi dengan menjamin usaha-usaha yang ditnjukan kepada kesahatan rohani yang terletak pada batin mauusia, keadilau, serta permainan yang fair pada semua periugkat interaksi manusia. Hanya dengan membanguu inilah akan selaras deugan tnjuan-tnjuan syariah. Dengan berkembanguya usaha yang dilaksanakan oleh pengusaha dalam meningkatkan peluang kerjasama diberbagai pihak demi memperlancar usaha yang dijaliu. Kemampuan dalam ha! .financial dan memp1111yai sua1u keahlian ha! yang meujadi inti dalam memajukan bisnis yang dijalankau. Peuyatuau dua unsur penting tersebut menyatukan perspektif yang diiuginkan hingga pembentukan visi dan misi. Kerjasama dalam lintas kegiatan Islam diuamakan musyarakah, dan
mudharabah. Sebagai konsep yang menjadi laudasan untuk melaksanakan dalam ha! berbisnis dan usaha hingga dalam pembagian yang akan di inginkau untnk kedua belah pihak atau lebih dapat terpenuhi dengan memenuhi proporsi apa yang ingin dikehendaki dalam kesepakatan yang telah dibuat. Secara spesi:fik bentnk kontribusi dari pihak yang bek<:rjasama dapat berupa daua, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaiau (skill), kepemilikau (property), peralatau (equipment), atau intangible
asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan atau reputasi (credit-worthiness) dan barang-barang laiunya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkup
'
'
3
seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan ha! ini sangat fleksibel 3 • Dari bentuk yang lebih mendalam bentuk yang popular dalam kerjasama adalah mudharabah yaitu bentuk kerjasama anatara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shohibul al-maal) mempercayakan sejmnlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan
kerjasama dalam panduan kontribusi I 00% modal kas dari shohibul al-maal dan keahlian mudharib. Transaksi jenis ini tidak menyaratkan adanya wakil shohib al-maal da!am menejemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib hams bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shohib al-maal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal. Mudharabah dan musyarakah dalam literature fiqih berbentuk perjanjian kepercayaan (uqud al amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi dan menjujung keadilan. Karenanya masing-masing pihak hams menjaga kejujuran untuk kepentingan bersama dan setiap usaha dari masing-masing pihak untuk melakukan kecurigaan dan ketidak adi!an pembagian pendapat betul-betul akan merusak ajaran Islam. Bentuk dari keadilan tersebut akan menimbulkan akan saling adanya kepercayaan antara pihak yang terlibat dalam mudharabah, terpenuhinya proporsi yang diharapkan oleh masing-masing pihak akan membuat pengelola (mudharib) akan melakukan dengan segenap kemampuannya dan pemodal (shahibul al-maal) sebagai pengontrol dalam aktivitas kerjasama tersebut.
4
Titik dari proporsi adalah dimana letaknya suatu keadilau yang merupakan salah satu instrument untuk mencapai suatu keseimbangan. Keadilan merupakan suatu kebijakan dalam membentuk suatu kepercayaan antara piliak yang di berikan kepercayaan tersebut dan pihak yang memberikan kepercayaan atau pemodal
(shahibul al-maal) dalam mengelola harta atau asetnya. Sebagaimana pendapat SriEdi Swasono dalam buku Ekonomi Islam "Keadilan adalah titik tolak, sekaligus proses dan tujuan semua tindakan manusia". Tindakan itu akru:t mencapai nilai yang tepat apabila melalui tindakan keadilan dalam proses proporsi tingkah laku yang dibuat4 • Watak utama nilai keadilan yang harus diketemukan adalah bahwa masyarakat ekonomi haruslah merupakan masyarakat yang memiliki sifat makmur dalan1 keadilan
dan adil dalam kemakmurau. Penyimpangan dari watak ini akan menimbulkan bencana bagi setiap pelaku ekonomi hingga tidak adanya saling kepercayaan setiap individu masyarakat. Dengan berbagai pandangan diatas sekirauya perlu dikaji ulang akan langkahlangkah suatu pencapaian akan kcadilan dalam membentuk keputusan pembagian nisbah mudharabah dalam suatu konsep yang harus diterapkan pada setiap lingkarau ekonomi, hingga setiap pelaku ekonomi memahami akan pentingnya suatu proporsi setiap pengelola (mudharib) dan pemodal (shahibul al-maal), hingga tidak terjadinya suatu kecembuaruan dalam pembagian yang diinginkan oleh pihak yang terkait walaupun ha! tersebut telah disepakati oleh kedua belah pihak. Namun nilai suatu keadilan telah terpenuhinya pencapaian proporsi berdasarkim nilai yang telah dikel11arkru1 oleh pelaku ekonomi tersebnt bail' berupa tenaga maupUll modal hingga menimbulkan kewajibru1 dan hak yang barns diperoleh. Maka penulis akan membahas
5
konsep dalam skripsi dengan judul: "Prinsip Keadilan dalam Penetapan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah pad a Bank Syariah".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Keadilan merupakan ruang lingkup setiap tindakan manusia hingga dari kehidupan pribadi (privasi) hingga public, dari keluarga hingga masyarakat pada umunmya, dari ha! yang paling kecil hingga ha! yang paling
b1~sar
maslalmya, hams
bertindak seadil mungkin hiugga akan tercapainya kemakmuran secara merata. Akan tetapi pada skripsi ini penulis akan membatasi suatu konsep keadilan dalam ekonomi Islam khusnsnya dalam kegiatan mudharabah hingga nisbah yang diperoleh oleh kedua belah pihak akan mendapatkan keadilan dalam konsep ekonomi Islam. Ada beberapa hal yang akan dibahas oleh penulis dalan1 mengungkap konsep keadilan dalam nisbah mudharabah termuat dalam beberapa pertanyaan berikut: l. Bagaimana konsep keadilan dalam ekonomi Islam?
2. Apa saja indikator adil dalam penetapan nisbah bagi hasil mudharabah? 3. Apakah aplikasi penetapan nisbah bagi basil di Bank Muaroalat Indonesia sudah memenuhi unsur keadilan dalam ekonomi Islam? C. Tujuan dan manfaat penelitian I. Tujuan dalam penulisan skripsi ini: a. Mengetalmi konsep adil dalam ekonomi Islam. b. Mengetahui karakteristik keadilan dalam pembagian (nisbah) bagi basil dalam mudharabah. c. Mengetahui konteks pendapatan hingga meneapai mudharabah. d. Men!!etahni relev:tnsi konsen ::ulil r1:11:1m mnrlh:1r::1hah
~;uatu
keadilan pada
6
2. Manfaat dari penulisan: a. Secara akademis, basil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan ekonimi Islam pada umumnya, dan diharapkan dapat bennanfuat khususnya bagi sivitas akademika jumsan Muamalah Ekonomi Islam. b. Secara praktis, diharapkan masyarakat dapat mengetahui tentang peranan dan prospek bank syariah di Indonesia dalam era perdagangan bebas, sehingga masyarakat dapat mendukung kehadiran bank syariah. D. Metologi Penelitian L Jenis penelitian Dalam menulis skripsi ini penulis menggunakan penelitian Deskriptif analitis. Yaitu penelitian yang bernsaha menggambarkan pennasalahan dengan apa adanya untuk kemudian dianalisa lebih jauh sehingga dapat ditarik sua1u kesimpulan. Teknik pengumpulan data, penulis menggunakan motode studi dokumen atau pustaka (library research). Sedangkan sumber data dari metode pustaka ini penulis pergunakan dalam skripsi ini dibagi kepada dua smnber yaitu: a. Sumber primer yaitu data yang diperoleh dari buku-buku maupun kitab-kitab yang terkait. b. Smnber Skunder yaitu data yang diperoleh diluar dari data primer seperti: Koran, majalah, dokumen, transkip, dan lain-Iain. 2. Teknik Analisa Data Dalam menganalisis data untuk penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik Content Analysis, yaitu menelusuri keterhubw1gan atau keterkaitan data-data yang berbentuk content atau isi melalui penelusuran data lapangau atau field research dan pustaka atau library research.
7
Adapuu teknik penulisan yang dipakai untuk menyusun skripsi ini merujuk kepada buku pedoman penulisan Skripsi Fakultas Syariah dm1 Hukum Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007 dengan pengecualian sebagai berikut: 1. Kutipan terjemahan AL Quran dan Hadist ditulis satu spasi walaupun kurang dari satu baris. 2. Refrensi AL Quran ditulis pada urutan pertama dalam daftar pustaka. Ayat-ayat AL Quran dan Hadist beserta terjemahnya diketik dalam satu spasi, baik ym1g kurang maupun yang lebih dari enam baris, serta disebutkan surat dan nomor ayatnya pada akhir ayat dengan jelas tanpa mencantumkan footnote. E. Siste1natika Penulisan Dalam mempermudah pembatasan skripsi ini, secam sistematis penulisannya dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut: BAB I:
Pendahuluan, didalanmya penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitimi, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: Konsep Keadiian Daiam Nisbah Mudharabah, dalam bah ini penulis menguraikan kajian teoritis yang meliputi pengertian, landasan hukuni, nilai keadilan, instrument keadadilau dalam ekonomi Islam, mudharabah dalam konsep fiqih, mudharabah sebagai sarana penvujudan keadilan dalam ekonomi Islam, dan juga aplikasi pembiayaan mudharabah di bank syariah. BAB III: Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia, dalam bab ini akan mengumikan sejarah Bank Muantalat Indonesia, struktur orgmrisasi dan nrorlnk-nroih1k r1::1ri R::tnk Mn::tm::tl:tt TnilonP.~i::i
8
BAB IV: Penetapan Nisbah Bagi Hasil dalam Prinsip Keadilan Pada Bank Muamalat Indonesia, pada bab ini menjelaskan penerapan mudhambah di Bank Muamalat Indonesia, penentuan besarnya nisbah, analisis dan interpretasi keadilan yang diharapkan dan relevansinya penerapan nisbah bagi basil perbankan syariah terhadap perwujudan bisnis yang berkeadilan. BAB V: Penutup, pemungkas dari pembahasan yang akan di isi dengan penntup dan saran-saran.
BAB II KONSEP KEADJLAN DALAM NISBAHMUDHARABAH A Pengertian, Konsep Keadilan dan Landasan Hukum Prinsip yang me1tjadi fundamental dalam tindakan individu maupun intraksi sosial, yaitu keadilan. Secara umum tindakan ini membutuhkan suatu kebijakan bersikap hingga aplikatifnya. Makna dari kata "adil" dalam bahasa Indonesia ba:hasa Arab "al 'adf' yang artinya sesuatu yang baik, sikap yang tidak memihak, penjagaan hak-hak seseorang dan cara yang tepat dalam mengambil keputusan. Untuk menggambarkan keadilan juga digunakan kata-kata yang lain (sinonim) seperti qisth, hukum, dan sebagainya. Sedangkan akar kata 'ad! dalam berbagai bentuk konjugatifnya bisa saja kehilangan kaitannya yang langsung dengan sisi keadilan itu (misalnya "ta 'dilu" dalam arti mempersekutukan Tuhan dan 'ad! dalam arti tebusan). Beberapa kata yang memiliki arti sama dengan kata "adil" di dalam AL Quran digunakan berulang ulang. Kata "al 'adf' dalam AL Quran dalam berbagai bentuk terulang sebanyak 35 kali. Kata "al qisth" terulang sebanyak 24 kali. Kata "al wajnu" terulang sebanyak 10 kali, dan kata "al wasth" sebanyak 5 kali.
Untuk mengetahui apa yang adil dan apa yang tidak adil terlihat bukan merupakan kebijakan yang besar, lebih-lebih lagi jika keadilan diasosiasikan dengan aturan hukum positif, bagaimana suatu tindakan harus dilakukan dan
10
Keadilan sebagai kekuatan hukum. Namun tentu tidak demikian halnya jika ingin memainkan peran menegakkan keadilan. Perdebatan tentang keadilan telah melahirkan berbagai aliran pemikiran hukum dan teori-teori sosial lainnya. Dua titik ekstrim keadilan, adalah keadilan yang dipahami sebagai sesuatu yang irasional dan pada titik lain dipahami secara rasional. Tentu saja banyak varian-varian yang berada diantara kedua titik ekstrim tersebut. Keadilan telah menjadi pokok pembicaraan serius sejak awal munculnya filsafat Yunani. Pembicaraan keadilan memiliki cakupan yang luas, mulai dari yang bersifat etik, filosofis, hukum, sampai pada keadilan sosial. Banyak orang yang berpikir bahwa bertindak adil dan tidak adil tergantung pada kekuatan dan kekuatan yang dimiliki, untuk menjadi adil cukup terlihat mudah, namun tentu saja tidak begitu halnya penerapannya dalam kehidupan manusia. Kata "keadilan" dalam bahasa Inggris adalah "justice" yang berasal dari bahasa latin "iustitia". Kata ''justice" memiliki tiga macam makua yang berbeda yaitu; (1) secara atributif berarti suatu kualitas yang adil atau fair (sinonimnya justness), (2) sebagai tindakan berarti tindakan menjalankan hukum atau tindakan yang menentukan hak dan ganjaran atau hukuman (sinonimnya judicature), dan (3) orang, yaitu pejabat publik yang berhak menentukan persyaratan sebelum suatu perkara di bawa ke pengadilan (sinonimnya judge, jurist, magistrate). Keadilan hak setiap individu. Setiap orang memiliki kehormatan yang
11
membatalkannya. Atas dasar ini keadilan menolak jika lenyapnya kebebasan bagi sejumlah orang yang dapat dibenarkan oleh ha! lebih besar yang didapatkan orang lain. Keadilan tidak membiarkan pengorbanan yang dipaksakan oleh segelintir orang di perberat oleh sebagian besar keuntungan yang dinikmati banyak orang. Banyak hal dikatakan adii dan tidak adii, tidak harrya hukum, institusi, dan sistem sosial, bahkan juga tindakan-tindakan tertentu, termasuk keputusan, penilaian, dan tuduhan. Kita juga menyebut sikap-sikap serta kecendrungan orang adil dan tidak adil. Keadilan sebagai fairness. Untuk melakukan ha! ini kita tidak akan menganggap kontrak satu-satunya cara untuk memahami sesuatu tertentu. Namun, gagasan yang menandainya adalah bahwa prinsip-prinsip keadilan bagi struktur dasar manusia merupakan tujuan dasar dari kesepakatan. Hal-ha! itu adalah prinsip yang akan diterima orang-orang yang bebas dan rasional untuk mengejar kepentingan mereka dalam posisi asali ketika mendefinisikan kerangka dasar asosiasi mereka. Prinsip-prinsip ini akan mengatur semua persetujuan lebih lanjut, mereka menetukan jenis kerja sosial yang bisa dimasuki dan bentuk- bentuk pemerintah yang bisa didirikan. Cara pandang ini disebut oleh John Rawls adalah keadilan sebagai fairness 1 • Prinsip keadilan adalah basil dari persetujuan dan tawar-menawar yang fair. Karena dengan adanya situasi posisi asali, relasi semua orang simetri,
12
maka situasi awal ini adalah fair antar individu sebagai personal moral, yakni sebagai makhluk yang rasional dengan tujuan dan kemampuan mereka mengenali rasa keadilan. Salah satu bentuk keadilan sebagai fairnees adalah memandang berbagai pihak dalam situasi awal sebagai rasional dan sama-sama netraL Karena itu, perlu kiranya untuk menyatakan sejak awal keadilan sebagai fairness, seperti pandangan kontrak lainnya, terdiri dari dua bagian : 1.
interpretasi atas situasi awal dan atas persoalan pilihan yang ada, dan 2. seperangkap prinsip-prinsip yang disepakati. Keadilan tidak selalu berarti persamaan. Keadilan adalah tawazun (keseimbangan) antara berbagai potensi individu baik moral maupun material. Ia adalah tawazun antara individu dan komunitas (masyarakat). Kemudian antara satu komunitas dengan komunitas yang lain dan tidak ada jalan menuju tawazun ini kecuali dengan berhukum kepada syara'ah Allah dan kepada kitab dan hikmah yang Ia turunkan. Keadilan tidak berarti kesamaan mutlak karena menyakan antara dua hal yang berbeda seperti membedakan antara dua hal yang sama. Kedua tindakan ini tidak bisa dikatan keadilan sama sekali, apalagi persamaan secara mutlak adalah suatu hal yang mustahil karena bertentangan dengan tabiat manusia dan tabiat segala sesuatu2 . Keadilan adalah menyamakan dua ha! yang sama sesuai batas-batas persamaan dan kemiripan kondisi antar keduanya.
13
Persamaan yang ideal adalah keadilan yang tidak ada kedzaliman terhadap seorang pun di dalamnya. Oleh karena itu, para pakar d:efinisi bahasa tidak dapat menjadikan persamaan yang ideal sebagai suatu persamaan dalam kewajiban karena persamaan dalam kewajiban dengan adanya perbedaan kemampuan untuk melaksanakannya adalah kedzaliman yang buruk. Mereka juga tidak dapat menjadikan keadilan sebagai persamaan dalam hak karena persamaan dalam hak dengan adanya perbedaan dalam kewajiban adalah kezaliman yang buruk. Ia merupakan "perampasan" yang tidak diterima oleh aka! dan sangat menbahayakan kepentingan umum sebagaimana membahayakan kepentingan tiap individn yang memiliki berbagai hak dan kewajiban". Jadi, yang benar adalah persamaan dalam kesempatan dan sarana. Oleh sebab itu, tidak boleh ada seorangpun yang tidak mendapatkan kesempata1111ya untuk
mengembangkan
kemampuan
yang
memungkinkannya
untuk
melaksanakan salah satu kewajibannya. Juga tidak boleh acla seorang pun yang tidak mendapatkan sarananya yang akan dipergum1kan untuk mencapai kesempatan tersebut3 . Dengan
itu,
pembagian
dalam
nisbah
mudharabah
haruslah
berlandaskan kesetaraan kesempatan dalam mendapatkan keuntungan sesuai dengan porsi masing-masing dalam bentuk kontribusi dan tanggung jawab yang dibebankan.
14
Keadilan sebagai landasan dalam segala ha! memberikan, sebagai acuan untuk melakukan tindakan atau keputusan lebih baik. Dalam firman Allah SWT:
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada km1m kerabat, .. "(an-Nahl: 90) Pada ayat diatas Allah SWT telah menjelaskan betapa suatu keadilan sudah menjadi perintah. Penerapan keadilan yang ada tidak !ah hanya pada tingkat sikap individual yang harus di terapkan akan tetapi tingkat intraksi sosial pun harus dilaksanakan hingga tercapainya suatu
k<~adilan
yang merata
dalam tatanan sosial. Ketika di kembalikan kepada tingkat ekonomi ini juga menjadi suatu hal yang bisa di kontrol dalam kebijakan-kebijakan Keadilan perpaduan hukum dan moral. Keadilan dalam Islam merupakan perpaduan yang menyenangkan antara hukum clan moralitas. Islam tidak
bermaksud
untuk
menghancurkan
kebebasan
individu
tetapi
mengontrolnya demi kepentingan masyrakat yang terdiri dari individu itu sendiri, dan karenanya juga melindungi kepentingan yang sah. Hukum memaknai perannya dalam mendamaikan pribadi dengan kepentingan masyarakat dan bukan sebalikuya. Individu diperbolehkan menggunakan hak pribadinya dengan syarat tidak mengganggu kepentingan masyarakat. Ini
I I
15
adil berarti hidup menurut prinsip-prinsip Islam4 . Allah telah menekankan kepada masyarakat yang beriman atau kepada masyarakat yang moralis relegius itu untuk menegakkan keadilan tanpa pandang bulu. Bahkan Islam memberikan jaminan perlindungan yang cukup terhadap orang-orang yang bukan Islam sekalipun, mereka itu tidak kehilangan hak perlindungan dan keadilan. Allah SWT telah berfirman: (al- maidah :8)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk ber/aku tidak adil. ber/aku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu keljakan. (Q. S. al-Maidah: 08) Bagi Smith, orang yang bertindak secara adil melakukan keadilan bukan karena ada hukum yang telah dipaksakan melainkan karena digerakkan oleh perasaan moral, simpati, rasa hormat pada kehidupan, harkat dan martabat manusia. Karena itu, sebelum adanya masyarakat sipil dan hukum positif, setiap orang berpegang pada perasaan kodrati akan keadilan yang dimiliki dalam lubuk hatinya dan berharap akan menemukannya pada diri orang lain 5 .
4
Friedn1ann. Teori Hukutn (/Jeval Theorv)_ edisi Hrna_ T.ondon_ 1%7 h S17-:)1 R
16
Keadilan sebagai komutatif, prinsip utama keadilan komutatif adalah no harm atau prinsip tidak melukai dan merugikan orang lain. Kita harus
bertindak adil terhadap orang lain, kalau kita tidak melukai atau merugikannya entah sebagai manusia, anggota sebuah keluarga, sebagai warga sebuah masyarakat, ataupun sebagai lembaga. Sebaliknya, keadilan dilanggar kalau seseorang dilucuti dari apa yang dimilikinya sebagai hak dan yang dapat secara sah menuntutnya dari orang lain, atau, kalu kita merugikan atau melukainya tanpa alasan. Dengan ini keadilan komutatif menyangkut jaminan dan penghargaan atas hak-hak individu, khususnya hak-hak asasi 6 . Keadilan komutatif sesungguhnya berisi dua kewajiban. Yang pertama adalah keawajiban dari si Aku untuk mempertahankan dan membela hak-hak, kepentingan dan dirinya sampai titik dimana ia secara sah dan adil dapat memaksa orang lain untuk menghargai hak, kepentingan dan dirinya. Yang kedua adalah kewajiban dari orang lain untuk menghargai hak-hak si Aku tadi sebagaimana dia sendiri ingin agar hak dan kepentingannya dihargai. Kewajiban jenis kedua ini terutama mengambil bentuk negatif berupa: tidak melanggar hak dan kepentingan orang lain7 . a. Nilai Keadilan I. Kebebasan mutlak adalah hal yang tidak mutlak Itulah kebebasan yang diterapkan oleh Islam, apakah kebebasan ekonomi itu harus mutlak? Tidak!. Islam memberikan kepada manusia
17
kebebasan memiliki (hurriyatut tamalluk) tidak membiarkannya begitu saja memiliki apa saja yang ia suka dengan cara sesuakanya pula, mengelola miliknya sesuakanya, dan disembarangan alokasi yang ia sukai. Islam meletakkan batasan-batasan pengelolaan hakl milik, baik dalam bentuk pengembangan atau konsumsi. Disamping mewajibkan hak-hak tertentu pada harta yang dimiliki jika telah mencapai nisbah tertentu, dan hak-hak lain yang di tentukan oleh syariat Islam. Karena kebebasan cenderung membuat orang "mabuk" dan bila di lepas tanpa ikatan akan menimbulkan tindakan liar, maka Islam membatasi kebebasan ekonomi dengan batasan-batasan yang dibuatnya, dengan hak-hak yang ditentukannya, dan dengan ikatan-ikatan yang tdah ditetapkannya. Dengan batasan-batasan tersebut Islam menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. 2. Kebebasan yang terikat dengan keadilan Sesungguhnya kebebasan yang di syariatkan. Islam adalah dalam bidang ekonomi bukanlah kebebasan mutlak yang terlepas dari setiap ikatan, tetapi ia adalah kebebasan yang terkendali, terikat dengan keadilan yang diwajibkan Allah. Hal ini karena tahiat manusia ada semaca.m kontradiksi yang telah di ciptakan Allah padanya untuk suatu hikmah yang menjadi tuntutan pernakmuran bumi dan kelangsungan hidup 8 .
18
Diantara tabiat manusia yang Jain adalah bahwa manusia senang mengumpulkan
harta
sehingga
saking
cintanya
kadang-kadang
mengeluarkannya dari batas kewajaran, selain itu tabiat bumk adalah sifat kikir dan ambisi. Dan tidak kalah bumknya dari tabiat bumk tersebut adalah cinta keabadian, jika tidak dengan dirinya sendiri, mungkin melalui anak ketumnan sesudahnya. Betapapun tabiat tersebut, mempakan kebutuhan pemakmuran bumi dan kesempurnaan ujian yang hams dijalani manusia. Tetapi tabiat-tabiat ini betapapun hikmah penciptaannya apabila dibiarkan sendirian pasti akan mendorong manusia untuk melampaui batas dan menolak hak, kemudian mengambil sesuatu yang bukan haknya dan tidak mau menunaikan kewajiban. 3. Keadilan sebagai fondasi Sesungguhnya pilar penyangga kebebasan ekonomi yang berdiri diatas pemulian fitrah dan harkat manusia disempumakan dan ditentukan oleh pilar penyangga yang lain yaitu keadilan. Keadilan dalam Islam bukan !ah prinsip yang sekunder, ia adalah cikal bakal dan fondasi kokoh yang memasuki semua ajaran dalam hokum Islam bempa aqidah, syar' ah, dan akhlak (moral)9. Ketika Allah SWT memerintahkan tiga ha!, maka keadialan mempakan ha! pertama yang disebutkan. Firman Allah:
19
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, .. " (an-Nahl: 90) Ketika Allah memerintahkan dua ha!, maka keadilan merupakan salah satu hal yang disebutkan. Firman Allah:
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan dengan adil. "(an-Nisa: 58). Ketika Allah memerintahkan satu hal, maka keadilan merupakan hal yang diperintahkan tersebut. Allah berfirman:
Artinya: "Katakanlah: "Tuhanku menyuruh met!Jalankan keadilan .. ". (alA'raf: 29). Sesungguhnya tauhid sendiri yaitu inti Islam dan fondasi bangunannya merupakan makna dari keadilan sebagaimana kemusyrikan adalah suatu bentuk kezhaliman. Seperti firman Allah SWT :
20
Artinya: "Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berka/a kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (al-Lukman: 13) Dari beberapa ayat di atas dapat di simpulkan, betapa pentingnya sikap keadilan hingga sebagai fondasi dalam setiap prilaku manusia. Dan apabila menghianati itu tindakan kezhaliman yang telah kita lakukan, kecaman akan tindakan tersebut sangatlah di nilai ha! yang amat buruk dan dimurkai oleh Allah SWT. Rasa keadilan berdasarkan iman harus menyatakan ke luar detik hati nurani yang paling mendalam. Keadilan imani itu terkait erat dengan ihsan, yaitu keinginan berbuat baik untuk sesama manusia secarn semurni-muminya dan setulus-tulusnya, karena kita betindak dihadapan Tuhan untuk menjadi saksinya nanti. Dan adil juga terkait dengan sikap seimbang dan menengahi (fair dealing), dalam semangat moderasi dan toleransi, yang dinyatakan dengan istilah wasat (pertengahan)rn Nilai keadilan bukan hanya sekedar sebagai penerapan hukum, akan tetapi kata nilai menitik beratkan kepada rasa itu sendiri, hingga di terapkannya sebagai bentuk formalitas atau hukum yaitu berupa akad yang disepakati
21
hingga nisba.h bagi hasil yang akan didapat oleh kedua belah pihak dalam mudharabah. B. Instrumen Keadilan dalam Ekonomi Islam Tiap sistem ekonomi, menurut aiiran pemikiran dan agama tertentu, memiliki nilai instrumental sendiri. Menurut Ahmad M. Saefuddin dalam sistem kapitalis nilai instrumentalnya adalah persaingan sempuma, kebebasan ke luar masuk pasar tanpa ristriksi, informasi dan bentuk pasar yang otomatis monopolistiku Dalam sistem Maf}[is nilai instrumentalnya antara lain adalah perencanaan ekonomi yang bersifat sentral dan mekanistik, pemilikan faktorfaktor produksi oleh kaum proletar secara kolektif Dalam sistem ekonomi islam ada lima nilai instrumental yang strategis yang mempengaruhi tingkahlaku ekonomi seorang muslim, masyarakat dan pembangunan ekonomi pada umumnya. Nilai-nilai instrumental tersebut adalah: I. Zakat Zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan kewajiban agama yang dibebaskan atas harta kekayaan seseorang menurut aturan tertentu. Banyak ha! dalam ajaran Islam yang menekankan pada nilai-nilai keadilan, terutama yang berkaitan dengan aspek muamalah syar'iyah. Diantara keadilan itu adalah ajaran Islam tentang perlunya kepedulian sosial dari yang berpunya (agniya) kepada yang tidak punya {masakin), yaitu menggunakan instrumen
zakat.
22
Zakat merupakan instrumen ekonomi yang diperuntukkan sebagai pengurang kesenjangan ekonomi yang te1jadi di masyarakat. Secara khusus zakat dalam pendistribusiannya diutamakan kepada mereka yang serba kekurangan di dalam harta. 2. Pelarangan riba Pelarang ini menunjukkan bahwasanya adanya suatu penegakan keadilan dalam bermuamalah, hingga tidak adanya yang terzalimi dalam melaksanakan aktivitas kegiatan ekonomi. Pengecaman dan pengharaman final atas riba dalam AL Quran keadilan terhadap orang-orang yang secara ekonomi tidak beruntung dalam masyarakat dalam memberikan bantuan tanpa harus menambah penderiataan kembali n Hingga, bank maupun lembaga lainnya yang
mempunyai
peran
besar
dalam
sistem
perekonomian
dalam
mengalokasikan sumber-sumber keuangan yang tersedia dalam masyarakat dengan melaksanakan sistem tanpa riba memberikan agar memberikan kemudahan dalam pengembangan sektor ekonomi. 3. Kerjasama Ekonomi Kerjasama merupakan watak masyarakat ekonomi menurut ajaran Islam. Kerjasama ini harus tercermin dalam segala tingkat kegiatan ekonomi, produksi, distribusi baik barang mapun jasa. Diantaranya pembiayaan usaha perdagangan itu berdasarkan cost plus, yakni biaya yang dikeluarkan dalam proses perdagangan barang itu ditambah dengan sejumlah keuntungan yang disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bakn dan pengusaha pedagang yang
23
bersangkutan. Baik mudharabah maupun musyrakah didasarkan profit-loss sharing tanpa pembebanan bunga kepada salah satu pihak yang bekerjasama. Ajaran dalam sistem ekonomi Islam tersebut akan dapat, menciptakan kerja produktif dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, meningkatkan kesejahteraan dan mencegah kesengsaraan masyarakat, mencegah penindasan ekonomi dan distribusi kekayaan yang tidak merata, dan melindungi kepentingan golongan ekonomi lemah. Ekonomi berdasarkan kerjasama yang sesuai dengan ajaran Islam ini, menghendaki organisasi pelaksanaan berbentuk syarikat atau syarikah, yang kuat membantu yang lemah dan saling membantu dalam pertukan barang dan jasa karena masing-masing tidak dapat berdiri sendiri. 4. Jaminan sosial Peningkatan kualitas hidup haruslah dapat dirasakan oleh segenap masyarakat, diantaranya adalah; manfaat sumber-sumber alam harus dapat dinikmati oleh semua makhluk Allah, kehidupan fakir miskin harus diperhatikan oleh masyarakat, terutama mereka yang punya, kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar diantara orang kaya sa.ia, berbuat kebaikan kepada masyarakat, sebagaimana Allah swt telah berbuat baik kepada mu (Q.S. 28:77) antara lain menyediakan sumber-sumber alam itu., seorang muslim yang tidak mempunyai kekayaan, harus mau dan menyumbangkan tenaganya untuk tujuan-tujuan sosial, jaminan sosial itu harus diberikan, sekurangkurangnya kepada mereka yang disebutkan dalam AL Quran sebagai pihak
''
24
5. Peranan negara Peranan negara pada umumnya, pemerintah pada khususnya sangat menentukan dalam melaksanakan nilai-nilai sistem ekonomi Islam. Peranan ini diperlukan dalam aspek hukum, perencanaan dan pengawasan alokasi atau distribusi sumberdaya dan dana, pemerataan pendapatan dan kekayaan serta pertumbuhan dan stabilitas ekonomi 13 C. Mudharabah dalam konsep fiqih 1. Pengertian Mudharabah Mudharabah berasal dari kata darb, artinya memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adala.h proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara tekuis, al mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak Jainnya menjadi pengelola, dalam bahasa singkatnya yaitu persetujuan kongsi antara harta salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang di tuangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya
25
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut 14. 2. Pembagian Mudharabah Sacara umum mudharanah terbagi menjadi dua, yaitu: mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah. a. Mudharabah Muthlaqah Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shohibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salaf ash shalih seringkali dicontohkan dengan ungkapan if'al ma syi' ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maa/ ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar15 . b. Mudaharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/ specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecendrungan umum si shahibul maal dalam memasukijenis usaha 16. 3. Rukun dan Syarat Mudharabah Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah: 14 Tnr1l\np..ci~
Adiwannan Karim, Bank Syaria11 Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: IlIT ?000\ h 1 ".t'\
26
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha) b. Obyek mudharabah (modal dan kerja) c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul) d. Nisbah keuntungan 17 Pelaku. Jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun dalam akad jual beli di tambah satu faktor tambahan, yakni nisbah keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas. Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku, pemilik modal dan pelaksana usaha. Objek. Faktor kedua (obyek mudharabah) mernpakan konskuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bias berbentuk uang atau barang yang di rinci btrrapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang di serahkan bias berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini, akad mudaharabah pun tidak akan ada. Para fuqaha sebenarnya tidak membolehkan modal mudharabah berbentuk barang. Ia harus uang tunaikarena barang tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya modal mudharabah. Namun para ulama mazhab Hanafi membolehkannya dan nilai
27
barang dijadikan setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh mudharib dan shahibul maal. Yang jelas tidak boleh adalah modal mudharabah yang belum di setor, para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya mudharabah dengan hutang. Tanpa adanya setoran modal, berarti shahibuJ maal tidak memberikan kontribusi apa pun padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi'I dan Maliki melarang ha! itu karena merusak sahnya akad. Persetujuan. Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah pihak, merupakan konskuensi dan perinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela). Disini kedua belah pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela. di sini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengingatkan dari dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha pun setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja. Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-ma! mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
Pengertian syarat dalam Al Mudharabah adalah syarat-syarat yang ditetapkan salah satu pihak yang mengadakan kerjasama berkaitan dengan Mudharabah. Syarat dalam Al Mudharabah ini ada dua:
1. Syarat yang shahih (dibenarkan) yaitu syarat yang tidak menyelisihi tuntutan
akad dan tidak pula maksudnya serta memiliki maslahat untuk akad tersebut. Contohnya Pemilik modal mensyaratkan kepada pengelola tidak membawa pergi harta tersebut keluar negeri atau membawanya keluar negeri atau melakukan perniagaannya khusus dinegeri tertentu atau jenis tertentu yang gampang didapatkan. Maka syarat-syarat ini dibenarkan menurut kesepakatan para ulama dan wajib dipenuhi, karena ada kemaslahatannya dan tidak menyelisihi tuntutan dan maksud akad perjanjian mudharabah.
2. Syarat yang fasad (tidak benar). Syarat ini terbagi tiga: • Syarat yang meniadakan tuntutan konsekuensi akad, seperti mensyaratkan tidak membeli sesuatu atau tidak menjual sesuatu atau tidak: menjual kecuali dengan harga modal atau dibawah modalnya. Syarat in:i disepakati ketidak benarannya, karena menyelisihi tuntutan dan maksud akad kerja sama yaitu mencari keuntungan. • Syarat yang bukan dari kemaslahatan dan tuntutan akad, seperti mensyaratkan kepada pengelola untuk memberikan A.fudharabah kepadanya dari harta yang Jainnya. • Syarat yang berakibat tidak jelasnya keuntungan se:perti mensyaratkan
I
"
29
keuntungan satu dari dua usaha yang dikelola, keuntungan usaha ini untuk pemilik modal dan yang satunya untuk pengelola atau menentukan nilai satuan uang tertentu sebagai keuntungan. Syarat ini disepakati kerusakannya karena mengakibatkan keuntungan yang tidak jelas dari salah satu pihak atau malah tidak dapat keuntungan sama sekali. Sehingga akadnya batal 18.
A. Landasan Hukum Secara umum landasan dasar syariah al mudharabah l1ebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dari a.yat-ayat dan hadits berikut ini: I. AL Quran
Artinya: "... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT .. " (Q.S. Al Muzammil: 20) Yang menjadi wajhud-dilalah atau argument dari Q.S. Muzammil: 20 adalah kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah, dimana berarti melakukan suatu perjalanan usal1a.
Artinya: "apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karuniaAllah SWT" (Q.S.AI Jumuah: 10)
-<• .
r"'j (.)A
'.'.ll...;.J I .• ii . l -"'"'·
u
. .I c:lb.. ('<',_,b ". U":I'
30
Artinya: "Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu." (Q.S. Al Baqarah: 198) 2. Al Hadits
Artinya: "Diriwayatkan dari Jbmt Abbas, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul
Muthallib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli temak. Jika menyalahi peraturan tersebut, mal
Pasal 19 ayat 2 huruf c, menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, musyarakah, atau akad Jain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
31
Pasal 36 hurufb poin kedua PBI No 6/24/PBI/2004 berisikan tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yang intinya menyatakan bahwa bank wajib melaksanakan prinsip syaiiah dan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatan usah:anya yang meliputi penyaluran dana melalui prinsip bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah20 . D. Mudharabah sebagai sarana perwujudan keadilan dalam ekonomi Islam Dengan demikian keadilan dalam kemitraan usaha mengandung implikasi bahwa saham proporsional dalam laba hams merefleksikan kontribusi yang diberikan kepada usaha oleh modal mereka baik berupa keahlian, waktu, kemampuan manajemen, kemauan baik, dan kontrak, serta kerugian juga hams dirasakan bersama sesuai proporsi modal dan tuntutantuntutan lain yang timbul akibat usaha tersebut. Dalam sebuah sistem perekonomian dengan perbedaan-perbedaan kekayaan yang begitu substansial, dan pemberian pinjaman modal yang menginginkan keuntungan tanpa terlibat resiko bisnis, adalah irrasional untuk dapat memberikan pinjaman kepada orang miskin sama banyaknya seperti halnya yang diberikan kepada orangorang kaya, atau mengulurkan pinjaman sama banyaknya karena persyaratan yang sama bagi keduanya, seperti tingkat suku bunga yang sama atau bahkan lebih tinggi kepada pengusaha kecil daripada yang dikenakan kepada pengusaha besar, dan keharusan memiliki kolateral Gaminan) dengan nilai yang lebih tinggi dari pinjaman modal dengan mengabaikan kenyataan apakah
i
'
32
mereka akan menghasilkan keuntungan di atas rata-rata dari investasi modal mereka. Hal ini merupakan preseden buruk bagi masyarakat karena akan mengakibatkan pemihakan kepada satu kelas sosial tertentu saja, dan menimbulkan kegagalan masyarakat dalam memanfaatkan bakat wirausahanya secara maksimal. Penggunaan sistem kemitraan bagi basil berdasarkan Syariah diharapkan mampu menanggulangi permasalahan modal dan peluang usaha yang terjadi selama ini karena akan menyuburkan kemampuan wirausaha di kalangan anggota masyarakat yang lemah dari sisi permodalan, sehingga usaha kecil dan mikro mampu menyumbang kepada output, Japangan pekerjaan, dan distribusi pendapatan. Dengan adanya penanggungan resiko dan keuntungan bersama oleh lembaga keuangan akan mengurangi beban pengusaha pada saatsaat sulit dan mengganti membayar Jebih tinggi pada masa-masa untung, dan lembaga keuangan bersedia menanggung resiko usalia tanpa mengurangi kekuatan finansialnya, karena terbangunnya sistem pencadangan pengganti kerugian (loss-offsetting reserves). (Q. S. al-Ma'idah: 2) Artinya: "Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
taqwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran ". Pembagian nisbah keuntungan pada kontrak mudharabah disyaratkan bahwa bagi 1__
basil -r-..~-
harus __ 1
seadil-adilnya __
~1
___
~1
___________ _._
dan
berdasarkan
______ .~_L_..J_t_L.
atas
kesepakatan
33
a. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam prosentase dari keuntungan yang mungkin dihasilkan. Tidak boleh pembagian hasil keuntungan dengan menyebut jumlah nominal uang. b. Kesepakatan ratio prosentase harus dicapai melalui neg;osiasi antara pihak yang berkongsi clan dinyatakan dalam kontrak kerja. Dalam pembagian prosentase hasil usaha tidaklah harus sama, namun berdasarkan kesepakatan bersama clan harus jelas besar kecilnya nisbah. Karena tujuan diadakan kontrak kerja adalah memperoleh keuntungan. Maka jika salah satu pihak yang berkontrak tidak mengetahui besarnya nisbah keuntungan yang dia peroleh maka kontrak tersebut tidak :;ah menurut syara'. Demikian pula jika salah satu pihak mensyaratkan bahwa jika terjadi kerugian pada usaha, maka akan ditanggung oleh mudharib, akad s•eperti ini tidak sah. Karena pada hakekatnya kerugian yang teradi pada akad mudharabah adalah dianggap sebagian dari berkurangnya modal. Oleh karena itu kerugian materi hanya ditanggung oleh pihak pemodal bukan mudharib 21 . E. Aplikasi Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah Sejauh ini, skema mudharabah yang berlaku antar dua pihak saja secara langsung, yakni shohibul al-maal berhun-bungan langsung dengan muharib. Skema ini adalah skema standar yang dapat dijumpai dalam kitabkitab klasik Islam. Dan inilah yang sesungguhnya prak""tik mudharabah yang
34
dilakukan oleh nabi dan para sahabat serta umat muslim sesudahnya. Dalam kasus ini, yang terjadi adalah investasi langsung (direct .financing) antara shahib al-ma! (sebagai surplus unit) dengan mudharib (s,ebagai di.ficit unit). Dalam direct financing seperti ini, peran bank sebagai lembaga perantara (intermediary) tidak ada.
Mudharabah klasik seperti ini memiliki ciri-ciri khusus, yakni bahwa biasa hubungan anatara shahib al-mal dengan mudharib merupakan hubungan personal dan langsung serta dilandasi oleh rasa sating percaya (amanah). Shahib al-ma/ hanya mau menyerahkan modalnya kepada orang yang ia kenal
dengan baik-profesionalitas maupun karaktemya. Modus mudharabah seperti ini tidak efesien lagi dan kecil kemungkinannya untuk dapat diterapkan oleh bank, karena beberapa hat. 1. Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, dimana mereka tidak
saling mengenal. Jadi kecil sekali kemungkinannya terjadi hubungan yang langsung dan personal. 2. Banyak investasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah besar, sehingga diperlukan puluhan bahkan ratus ribuan shahib al-mat untuk samasama menjadi penyandang dana untuk satu proyek tertentu. 3. Lemahnya disiplin terhadap ajaran Islam menyebabkan sulitnya bank memperoleh jaminan keamanan atas modal yang disalurkannya. Untuk mengatasi ha! diatas, khususnya masalah pertama dan kedua,
35
yakni mudharabah yang melibatkan tiga pihak. Tambahan satu pihak ini diperankan oleh bank syariah sebagai lembaga perantara yang mempertemukan shahib al-ma! dengan mudharib. Jadi terjadi evolusi dari konsep direct financing menjadi direct indirect financing. Hal ini diperlihatkan dalam gambar berikut. Rp Rp
Bagi hasil Mudharib
Shahibul al-Maal
(pelaksana usaha)
(pemilik dana)
-------
Mudharib (pelaksana usaha)
Bagi hasil
Bank Syariah
(lntermediasi keuangan)
Bagi hasil
-
Shahibul al-Maal (pemilik dana)
Dalam skema inderect financing diatas, bank menerima dana dari shahib al-ma! dalam bentuk dana pihak ketiga (DP-3) sebagai sumber dananya. Dana-dana ini dapat berbentuk tabungan atau simpanan deposito mudharabah dengan waktu yang bervariasi. Selanjutnya, dana-dana yang sudah terkumpul ini disalurkan kembali oleh bank ke dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan
36
pembiayaan inilah yang akan dibagi hasilkan anatara bank dengan pemilik DP322_
A Sistem Proporsi Nisbah Bagi Hasil
Mudharabah sebagai sebuah kegiatan kerjasama ekonomi antara dua pihak mempunyai beberapa ketentuan-ketentuan yang hams dipenuhi dalam rangka mengikuti jalinan kerjasama tersebut dalam kerangka hukum. Menurut mazhab Hanafi dalam kaitannya dengan kontrak tersebut unsure yang paling mendasar adalah ijab dan qabul (offer and acceptance), artinya bersesuaiannya keinginan dan maksud dari dua pihak tersebut untuk menjalin ikatan kerjasama (Nyazee,1997). Namun beberapa mazhab lain, seperti Syafi'I mengajukan beberapa unsur mudharabah yang tidak hanya adanya ijab dan qabul saja, tetapi juga adanya dua pihak, adanya kerja, adanya laba dan adanya modal (AIRamli, vol. V). Dalam pembiayaan ID!Jdharabah (bagi basil) ada beberapa ha.I yang perlu diperhatiakn oleh kedua belah pihak, yaitu; (1) nisbah bagi hasil yang disepakati; (2) tingkat keuntungan bisnis aktual yang di dapat. Oleh karena itu, bank sebagai pihak yang memiliki dana melaknkan perhitungan nisbah yang ingin dijadikan kesepakatan pembagian pendapatan. Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil di bank syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil, perlu di perhatikan aspek-aspek: data usaha,
37
kemampuan angsuran, basil usaba yang di jalankan atau tingkat return actual bisnis, tingkat return yang dibarapkan, nisbab pembiayaan dan distribusi pembagian basil. Penentuan bagi basil dibuat sesuai dengan jenis pembiayaan mudbarabab yang dipilib. Ada dua jenis pembiayaan mudharabah, yairu: (1) pembiayaan mudbarabah mutlaqab dan (2) pembiayaan mudharabab muqayyadab23 •
1. Nisbab bagi basil pembiayaan mudbarabab mutlaqab Pembiayaan
mudbarabab
mutlaqah
adalah
pembiayaan
yang
dilakukan, dimana pemilik dana. tidak meminta syarat, kecuali syarat baku untuk berlakuknya kontrak mudbarabab. Untuk ini, nisbah dibuat berdasarkan metode expexted profit rate atau epr. Epected profit rate diperoleb berdasarkan: (1) tingkat keuntungan rata-rata pada industry sejenis; (2) pertumbuhan ekonomi; (3) dibitung dari nilai requiredprofit rate (rpr) yang berlaku di bank bersangkutan; Dengan demikian nisbab bagi basil dapat dibitung dengan rumus sebagai berikut: Expected Profit Rate (ERP) Nisbab bank
=
----~------------------------------------------------------------
100% Ex:pected Return Bisnis yang di biayai (ERB)
Nisbab Nasabbab
=
100% - Nisbab Bank
x:
38
Aktual return bank = nisbah bank + actual return bisnis Contoh: Di ketahui data ekonomi sebagai berikut: tingkat return bisnis jual beli sepeda motor adalah sebebar 7%. Dari tingkat return bisnis tersebut, bank syariah mentargetkan keuntungannya sebesar 3 %. Dengan demikian, nisbah bank dan nisbah untuk nasabah dapat dicari , dengan cara, sebagai berikut:
EPR Nisbah bank = -------- x 100%, jadi ERB
3% Nisbah bank= -------- x 100% = 42,86% 7% Nisbah nasabah = 100% - 42,86% = 57, 14% Rasio nisbah bank dengan nasabah adalah 42,86%: 57,14% Setelah perhitungan nisbah di temukan, maka pihak bank akan melaknkan tawar menawar nisbah dengan nasabah pembiayaan. Jika nisbah tersebut disepakati, maka pembiayaan mudharabah yang akan dijalankan diikat dengan nisbah pembagian keuntungan bisnis actual dengan porsi nisbah antara bank dengan nasabah 42,86% banding 57,14% 2. Nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah muqayyah Suatu ketika bank syariah mendapatkan nasabah yang menghendaki
39
nasabah menuntut adanya nisbah yang sebanding dengan situasi bisnis tertentu. Dengan kata lain, pada kontrak pembiayaan mudharabah muqayyadah pemilik dana menambah syarat di luar syarat kebiasaan kontrak mudharabah. Untuk menghitung nisbah bagi hasil pada pembiayaan mudharabah muqayyadah dapat dihitung seperti kasus berikut: Contoh; Seorang nasabah memiliki modal sebesar Rp. 125.000.000. modal tersebut akan dibiayakan kepada nasabah penjuat kacang kedelai. Data-data yang terkait dengan jual kacang kedelai adala sebagai berikut: Harga jual kacang kedelai
= Rp 2.150/kg
Harga jual kepada nasabah
= setara 16% p.a (return yang
diminta oleh pemilik dana muqayyadah) Volume penjualan kedelai per bulan
=65.000 kg
Nilai penjualan (65. 000 x Rp 2.150)
= Rp 139.750.000
Harga pokok pembelian
= Rp 125.000.000
Laba bersih penjualan kedelai
= Rp 14.750.000
Berapa Nisbah bagi hasilnya? Penghitungan nisbah: Volume penjualan
= 65.000 kg
Profit margin (Rp 14.750.000/139.750.000) x 100% = 10,55% Lama piutang (data 31-07-2003)
= 65 hari =? h~rl
40
Lama hutang dagang (pembayaran ke supplier & carry)
=0
Cash to cash periode = 36/(DI+DR-DP)
= 5,4
Dengan demikian: Profit margin per tahun = 5,4 x 10,55
=
57%
Nisbah bank syariah: (16%)/(57%)x 100%
= 28%
Nisbah untuk Nasabah: 100% - 28%
= 72 %
Rasio nisbah bank dengan nasabah adalah bank= 28% dan nasabah 72%24 .
BABIIl GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA A. Lintas sejarah Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanarn modal senilai Rp 106 miliar 1. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terns dikembangkan2 .
42
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal3 . Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara pm:itif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Banlc l\.1uamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru
Muamalat,
ditunjang
oleh
kepemimpinan
yang
kuat,
strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara mumi 4 . Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat
''
43
kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi barn, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan
menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhimya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahw12004 dan seterusnya5 . B. Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi terdiri yang memberikan ciri khas organisasinya, sehingga berbeda dengan organisasi lainnya yang sejenis. Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia terdiri dari bagian-bagian berikut ini: 1. Rapat Umum Pemegang Saham (Shareholder Meeting)
Adalah dewan tertinggi yang ada di Bank uamalat Indonesia. Tugasnya memimpin rapat pemegang saham serta mengawasi jalannya kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Muamalat Indonesia.
i,n
44
2. Dewan Komisaris (Board of Commissioner) Adalah wakil dari pemegang saham yang mempunyai peran sebagai pengawas dan bersama Dewan Direksi merumuskan strategi jangka panjang perusahaan. Adapun tugas dan wewenang Dewan Komisaris adalah sebagai berikut: a. Mengesahkan anggaran perusahaan b. Menetapkan kebijakan-kebijakan perusahaan c. Menetapkan arah tujuan perusahaan d. Mengawasi jalannya perusahaan 3. Dewan Pengawas Syariah (Syariah Supen1isory Board) Di dalam pasal 5 peraturan pemerintah RI No. 72/92 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil, disebutkan bahwa bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah yang mempunyai tugas melakukan pengawasan atas produk perbankan dalam menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat agar berjalan sesuai dengan prinsip syariah. .Dewan Pengawas Syariah dalam organisasi bank bersifat indipenden dan terpisah dari pengus bank, hingga tidak mempunyai akses terhadap oprasional bank. Tugas dan wewenang Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai berikut: a. Memberikan pedoman dan garis-garis besar syariah b. Mengadakan perbaikan atas produk yang tidak sesuai dengan syariah
'"
! I
45
c. Memberikan jawaban dalam bentuk fatwa atas pennasalah yang dihadapi pihak eksekntif dan operasi d. Memeriksa bukn laporan tahunan dan kesuaian syariah di semua produk dan operasi selama tahun berjalan e. Menerima penjelasan dari direksi dan aparat bank lainnya tentang hal-hal yang ditanyakan 4. Operation Director
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab membuat kebijakan khusus dalam bidang operasional, melaknkan koordinasi dan pembinaan bawahan serta kegiatan operasional. 5. Administration Group
a. Melaknkan supervisi dan monitoring terhadap segenap kantor cabang atas pelaksanaan atau jalannya operasional b. Melaknkan konsolidasi terhadapa pembuatan dan monitoring laporanlaporan bulanan keuangan bank dan menyampaikannya pada pihak interen atau ekstem yang berkepentingan c. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan rekrutmen dan seleksi calon karyawan,
proses terminasi atau pengunduran did karyawan serta
memonitor dan memelihara data base kepersonaliaan d. Melaknkan proses dan administrasi pembiayaan karyawan, pembayaran gaji serta pembayaran jamsostek dan pajak (PPh 21) seluruh karyawan serta pengurus bank
46
e. Melakukan koordinasi dalam penyediaan sarana logistik dalam rangka persiapan pembukaan dan pengembangan kantor cabang yang meliputi jaringan komunikasi dan sarana penunjang operasional lainnya f. Melakukan koordinasi terhadap pengelolaan sistem komunikasi data untuk
mendukung operasional online pusat pengolahan data keseluruhan cabang Bank Mumalat Indonesia serta berkoordinasi dengan pihak eksteren. 6. Corporate Support Group
Ruang lingkup kerja: a. Menyiapkan dan melaksanakan Legal Action atas kebijakan manajemen b. Memberikau masukan dan penyusunan manual, produk, akad, dan keputusan yang terkait dalam aspek hukum c. Meningkatkan pengetahuan dalam positif masyaralcat tentang Bank Muamalat Indonesia d. Membangun pendekatan dan citra positif Bank Muamalat Indonesia pada emotional market e. Meraih dukungan moril maupun materil dari stakeholder maupun new ivestor 7. Internal Audit Group
Ruang ligkup kerja: a. Berwenang untuk melakukan akses terhadap catatan karyawan, sumber daya dan dana serta asset bank lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan audit b. Memeriksa dan menilai atas kecukupan dari struktur pengendalian intern
47
a. Merencanakan,menyusun dan membuat dan memperbaiki produk peraturan atau kebijakan pribadi b. Menyebarluaskan ketentuan pemerintah seperti SEBI, PP, Indang-undang dan sejenisnya untuk bidang operasi bank c. Sosialisasi dan implementasi prosedur yang telah dibuat clan direvisi d. Memantau dan melakukan supervisi terhadap layanan dan operasi selindo, sehingga kualitas layanan dan operasi dapat dipenuhi e. Melakukan UAT atas produk atau program yang akan diluncurkan dan disesuaikan dengan manual operasi yang dibuat. 9. Financing Support Group Ruang lingkup kerja: a. Financing Supervision b. Shariah Financial Institution c. Financing Product Development 10. Network and Alliance Group Ruang lingkup kerja: a. Network Alliance (POS, Da'i Muamalat, Pegadaian) b. Share-E Gerai Optimizing c. Virtual Banking Operations (Call Center and Card Center) d. Memeriksa dan menilai kualitas kerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang telah dilaksanakan e. Memnberikan sarana perbaikan baik untuk kecukupan dan efektifitas atau
48
f. Memberikan informasi dan sarana kepada manajemen mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan upaya menjadikan baik lebih maju 11. Business Development Group Ruang lingkup kerja: Marketing: a. Membuat marketing plan dan marketing strategy sebagai guidance bagi cabang b. Bersama Financing dan Seattlement Group membuat target Lending dan Revenue System dan Technology c. Melakukan pengembangan sistem dan teknologi untuk mendukung operasional bank Produk dan development: a. Melakukan riset dan survei dan pengembangan produk b. Melakukan review produk dan fitur produk c. Merumuskan tariflayanan produk C. Produk-produk Bank Muamalat Indonesia L produk penghimpunan dana a. Shar-'e Shar-'e adalah tabungan instan investasi syariah yang memadukan kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking dalam satu kartu dan dapat dibeli dikantor pos seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp 125.000, langsung dapat diperoleh satu paket kartu Shar' e dengan saldo .awal tabungan Rp
49
dapat dibeli dikantor pos.di investasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil kompetitif Tarik tunai bebas biaya do lebih dari 8.888 jaringan ATM BCA/PRIMA dan ATM bersama, akses di lebih dari 18.000 Merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (Phone Banking 24 jam untuk layanan otomatis eek saldo, informasi history transaksi, transper antar rekening sampai dengan Rp 50 juta dan sebagai pembayaran). b. Tabungan Ummat Merupakan investasi tabungan dengan aqad Mudharabah di Counter Bank Muamalat di seluruh Indonesia maupun di Gerni Muamalat yang penarikannya dapat dilakukan di seluruh counter Bank Muamalt, ATM Muamalat, jaringan ATM BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama. Tabungan Ummat dengan Kartu Muamalat juga berfungsi sebagai akses debit di seluruh Merchant Debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Nasabah memperoleh bagi hasil yang berasal dari pendapatan Bank atas dana tersebut. c. Tabungan Arafah Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat nasabah untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan faasilitas asuransi jiwa, Insya Allah pelaksanaan ibadah haji tetap terjamin. Dengan keistimewaan tersebut, nasabah Tabungan Arafah bisa memilih jadwal waktu keberangkatannya sendiri dengan setoran tetap setiap bulan, keberangkatan nasabah terjamin
50
otomatis dapat berangkat. Tabungan Haji Arafah juga menjamin nasabah untuk memperoleh porsi keberangkatan (sesuai dengan ketentuan Departemen Agama) dengan jumlah dana Rp 20 juta, karena Bank Muamalat telah on-line dengan Siskohat Departemen Agama Republik Indonesia. Tabungan haji Arafah memberikan keamanan lahir batin karena dana yang disimpan akan dkelola secara Syari 'ah. d. Deposito Mudharabah Merupakan jenis investasi bagi nasabah perorangan dan Badan Hukum dengan bagi basil yang menarik. Simapanan dana mayarakat akan dikelola melalui pembiayaan sektor riil yang halal dan baik saja, sehingga memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6, dan 12 bulan. e. Deposito Fulinves Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan, dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan dengan nilai nominal Rp 2.000.000,- atau senilai USD 500 dengan fasilitas asuransi jiwa yang dapat diperpanjang secara otomatis dan dapat dipergnakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat. Nasabah memperoleh bagi hasil yang sangat menarik setiap bulan. f. Giro Wadia'ah
Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang menariknya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan eek, bilyet, giro, •
1
1_ 1
1
~·
51
untuk mendukung aktivitas usaha. Dengan fasilitas kartu ATM dan Debit, tarik tunai bebas biaya di lebih dari 8.888 jaringan ATM jaringalll BCA/PRIMA dan ATM Bersama, akses di lebih dari 18.000 Merchent Debit BCA/PRTMAdan fasilitas SalaMuamalat. (Phone banking 24 jam untuk layanan otomatis eek saldo, informasi history transaksi, transfer anatar rekening samapai dengan Rp 50 juta dan berbagai pembayaran). g. Dana Pensiun Muamalat Dana pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka yang berusia minimal 18 tahun, atau sudah menikah., dan pilihan usia pensiun 45-65 tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu minmal Rp 20.000 per bulan dan oembayarannya dapat didebet secara otomatis dari rekening Bank Muamalat atau dapat ditransfer dari Bank lain. Peserta juga dapat mengikuti program WASIAT UMMAT, dimana selama masa pesertaan, peserta dilindungi asuransi jiwa sebesar nilai tertentudengan premi tertentu. Dengan asuransi ini, keluarga peserta akan memperoleh dana pensiun sebesar yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal dunia sebelum memasuki masa pensiun. 2. produk penanaman Dana (Investment Product) a.konsep jual beli 1). Murabahah Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuangan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama ma.sa perjanjian. 2). Salam
52
Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana pembayaran dilakukan dimuka, tunai. 3) Tstishna' Adalah jual beli barang dimana Shani' (produsen) ditugaskan untuk membuat suatu barang (pesanan) dari Mustashni' (peme:san). Istisna' sama dengan Salam yaitu dari segi obyek pesanannya yang hams dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbedaannya hanya pada sistem pembayarannya yaitu Istishna' pembayaran dapat di awal, ditengah atau di akhir pesanan. b.Konsep Bagi Hasil 1). Musyarakah Adalah kerjasama antar sua pihak atau lebih untuk suau usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan clan risiko akan ditanggung sesuai kesepakatan. 2) Mudharabah Adalah kerjasama antar Bank
clan Mudharib (nasabah) yang
mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola usaha. Dalam hal ini pemilik
modal
(Shahibul
Maal)
menyerahkan
pekerja/pedagang (Mudharib) untuk dikelola. c.Konsep Sewa l).Jjarah
modalnya
kepada
53
Adalah perjanjian antara Bank (muqjjir) dengan nasabah (mustajir) sebagai penyewa suatu barang milik Bank dan Bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewakannya. 2) Ijarah untahia Bittamlik Adalah perjanjian antara Bank (muajjir) dengan nasabah sebagai oenyewa. Mustajir/penyewa setuju akan membayar uang sewa selama masa sewa yang diperjanjiakan dan bila sewa berakhir penyewa mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut. 3.Produkjasa (Service Products) a. Wakalah Berarti menyerahkan, pendelegasian atau pemberian mandat. Secara teknis Perbankan, wakalah adalah akad pemberian wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat) kepada pihak lain (sebagai wakil) untuk melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan waktu Segala
tertentu.
hak
dan
kewajiban
yang
diemban
wakil
harus
mengatasnamakan yang memberikan kuasa. b. Kafalah Merupakan jaminan yang meberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. ' '
54
Adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam pengertian lain, merupakan pemindahan beban hutang dari mahil (orang yang berhutang) menjadi tanggungan muhal 'alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang. d. Rahn Adalah menahan salah satu harta milik si peminjaom sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan
tes·~but
memiliki nilai
ekonomis, sehingga pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sed1erhana rahn adalah jaminan hutang atau gadai. e. Qardh Adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diterima kerµbali. Menurut teknis perbaknkan, qardh adalah pemberian pinjaman dari Bank kepada nasabah yang dipergunakan untuk kebutuhan yang mendesak, seperti dana talangan dengan kreteria tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif, pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilaknkan secara angsuran atau sekalugus. 4. Jasa layanan (Services) a.ATM Layanan ATM 24 jam yang memudahkan n.asabah melakukan
55
pembayaran Akat-Infak-Sedekah (hanya pada ATM Muamalat), dan tagihan telepon. Untuk penarikan tunai, kartu Muamalat dapat diakses di Iebih dari 8.888 ATM di seluruh Indonesia, terdiri atas mesin ATM Muamalat, ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, yang bebas biaya penarikan tunai. Kartu Muamalat juga dapat dipakai untuk bertransaksi di 18.000 Iebih Merchant Debit BCA/PRIMA. Untuk ATM Bersama dan BCA/PRIMA, saat ini sudah dapat dilakukan transfer anatar Banlc. b. SalaMuamalat Merupakan layanan Phone Banking 24 jam dan call center yang dapat diakses melalui nomor (021) 2511616, dan 0807 1 MUAMALAT. Salamumalat memberikan kemudahan kepada nasabah, setiap saat dan dimanapun nasabah bersada untuk memperoleh informasi mengenai produk, saldo dan informasi transaksi, serta mengubah PIN. c. Pembayaran Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) Jasa yang memudahkan nasabah dalam membayar ZIS, baik ke Iembaga pengelola ZIS Banlc Muamalat maupun ke lembaga-lembaga ZIS lainnya yang bekerjasama dengan Banlc Muamalat, melalui kantor dan ATM Muamalat di seluruh cabang Banlc Muamalat, dan nasabah dapat membayar melalui layanan Salamuamalat d. Jasa-jasa lain Bank Muamalat juga menyediakan jasa-jasa perbankan lainnya kepada masyarakat luas, seperti transfer, Collection, Standing instruction,
56
D. Kinerja-kinerja Bank Muamalat Indonesia (2 tahun terakhir) Pada tahun 2009, Bank Muamalat Indonesia telah melakukan perkembangan dalam melebarkan sayap bisnisnya diantaranya: Membuka cabang internasional pertama di Kuala, Lumpur, Malaysia. Tercatat sebagai bank pertama dari Indonesia yang membuka jaringan bisnis di Malaysia. Melaksanakan pergantian manajemen pada bulan Juli 2009. Krisis finansial global dampaknya mulai terasa pada bisnis perbankan, namun Bank Muamalat tetap bertahan dengan pertumbuhan dan kinerja yang baik. Berdasarkan laporan keuangan (audited), pada akhir 2009 total aset mern;apai Rp 16.027,18 miliar atau tumbuh 27,09%, yang berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 13.316,90 miliar dan disalurkan pada aktivitas P'embiayaan sebesar Rp 11.428,01 miliar serta investasi syariah lainnya6 • Keberhasilan Bank Muamalat dalam melanjutkan tradisi pertumbuhan bisnis merupakan capaian yang patut disyukuri. Pada tahun 2009, Aset Bank Muamalat meningkat sebesar 27,09%. Hal ini didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Muamalat yang tumbuh 32,19% dari Rp 10.073,96 miliar menjadi Rp 13.316,90 miliar7 . Peningkatan DPK tersebut dapat meminimalisasi risiko likuiditas yang dirasa cukup berat pada akhir 2008 sampai dengan awal 2009. 1. Laba Usaha
Laba operasional mengalami penurunan sebesar 73,82% pada tahun 2009, dari Rp 300,69 miliar tahun 2008 menjadi Rp 78, 71 miliar. Penurunan
57
ini merupakan konsekuensi logis dari meningkatnya beban operasional akibat ekspansi bisnis dan beban pencadangan. Pada saat yang sama, peningkatan pendapatan belum dapat mengikuti pertumbuhan beban operasional karena pembiayaan relatif tidak terlalu banyak meningkat. Sementara laba sebelum pajak tahun 2009 diperoleh sebesar Rp 64, 76 miliar, turun 78,03 % dibandingkan posisi tahun 2008 yang tercatat Rp 294,80 miliar8 . 2. Pembiayaan Secara umum strategi pembiayaan tahun 2009 lebih diarahkan pada perbaikan kualitas daripada upaya ekspansi. Strategi ini untuk mengantisipasi berbagai ketidakpastian yang muncul akibat situasi
ekonom~
yang sepenuhnya
belum kondusif. Pembiayaan lebih difokuskan pada sektor yang tidak berisiko tinggi. Kebijakan untuk menurunkan FDR juga merupakan alasan Iain untuk tidak terlalu ditumbuhkannya pembiayaan. Pembiayaan terhadap pasar domestik diharapkan menjadi penopang per-tumbuhan pembiayaan, karena pasar global masih berisiko. Dengan strategi di atas, pembiayaan mampu tumbuh 8,66% atau meningkat dari Rp 10.517,86 miliar menjadi Rp 11.428,01 miliar. FDR juga bediasil diturunkan dari 104.41% menjadi 85.82% 9. 3. Pembiayaan Bagi Hasil Pembiayaan mudharabah tercatat Rp 1.398,86 miliar atau turun 28,01% dibanding posisi tahun 2008 yang sebesar Rp 1.943,16 miliar dan berkontribusi terhadap 12.24% total pembiayaan. Penurunan ini didorong oleh
58
turunnya pembiayaan pada sektor jasa dan usaha. Pembiayaan pada sektor ini turun 27,51% dari Rp 1.647,49 miliar menjadi Rp 1.194,31 miliar pada tahun 2009. Sektor jasa dan usaha berkontribusi 85,38% terhadap total pembiayaan mudharabah. Sementara itu, pertumbuhan pembiayaan tahun 2009 didominasi oleh pembiayaan musyarakah yang mencapai Rp 4.602,19 miliar atau naik 49,54% dibanding posisi tahun sebelumnya sebesar Rp 3.077,60 miliar. Peningkatan pembiayaan musyarakah ini didorong oleh pertumbuhan yang cukup besar pada sektor ekonomi jasa dan usaha. Pembiayaan musyarakah pada sektor ini meningkat dari Rp 1.436,69 miliar menjadi Rp 2.003,90 miliar atau naik 39,48%. Sektor jasa dan usaha berkontribusi cukup besar terhadap total pembiayaan musyarakah yakni sebesar 43,54%. Selain itu, sektor transportasi pun memiliki pertumbuhan yang cukup besar, yaitu dari Rp 152,26 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp 621,55 miliar atau meningkat lebih dari 308,21%10 . Pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) lebih besar daripada piutang jual beli. Hal ini mencermink:an adanya semangat untuk menumbuhkan pembiayaan dengan skema profit-sharing yang dianggap memberikan benefit Jebih besar terhadap pembangunan ekonomi dan masyarakat karena lebih mengedepankan prinsip keadilan dan kesetaraan. 4. Dana pihak ketiga
Pertumbuhan DPK sebesar 32,19%, berimplikasi pada meningkatnya distribusi bagi hasil kepada nasabah yang dilaporkan naik 59,39% dari Rp
60
bahwa Bank Muamalat tidak hanya mementingkan pertumbuhan DPK, tetapi juga memiliki perhatian terhadap pengelolaan dan risiko likuiditas. Kenaikan deposito juga diikuti dengan peningkatan tabungan dari sisi saldo dan jumlah rekening. Peningkatan saldonya sebesar Rp 570,90 miliar atau naik 14,56% dari Rp 3.921,30 miliar menjadi Rp 4.492,19 miliar. Penambahan saldo tabungan didorong oleh bertambahnya Tabungan Ummat dan Shar-e. Tabungan Umat meningkat dari Rp 2.126,21 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp 2.299,12 miliar atau naik 8,13%. Tabungan Ummat menjadi salah satu produk andalan yang diarahkan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat pada level middle-up. Produk ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik dalam beberapa tahun terakhir. Karena produknya inovatif serta didukung oleh promosi yang efektif dan tepat sasaran,. maka tabungan ini menjadi salah satu produk unggulan. Secara persentase, Tabungan Shar-e menunjukkan pertumbuhan tertinggi dengan kenaikan mencapai 22,37% pada tahun 2009 menjadi Rp 1.962,68 miliar. Kenaikan saldo diikuti dengan meningkatnya jwnlah rekening dari 1,98 juta menjadi 2,41 juta rekening pada akhir tahun 2009. Berbeda dengan Tabungan Ummat, produk Shar-e dirancang untuk segmerntasi masyarakat yang ingin mengakses Bank Muamalat secara Iebih mudah. Berdasarkan komposisi, jumlah tabungan sebesar Rp 4.492,19 miliar terdiri dari Tabungan Ummat 51,18%, Shar-e 43,69% dan tabungan lain 5,13%. Peningkatan yang cukup signifikan ditunjukkan oleh pertumbuhan giro yang mencapai 57,52%,
61
meningkat dari Rp 754,48 miliar tahun 2008 menjadi Rp 1.188,44 miliar pada tahun 2009. Kenaikan
ini
sangat
terkait
dengan
kemampuan
untuk
mengoptimalkan nasabah pembiayaan dengan penekanan pola closed loop da!am pembiayaan. Meski kontribusi terhadap total DPK relatif kecil, dengan pertumbuhan yang cukup baik pada tahun 2009, maka giro menjadi sumber pendanaan yang akan terns dioptimalkan. 5. Hasil Operasi
Hasil operasi yang diraih pada tahun 2009 adalah hasil dari kebijakan manajemen yang bermuara pada 4 strategi utama. Pertama, pertumbuhan aset didorong dengan mengakselerasi pettumbuhan DPK. Hal ini berimplikasi pada meningkatnya distribusi bagi basil kepada nasabah. Kedua, pengembangan jaringan yang didukung dengan penguatan sistem teknologi informasi menimbulkan konsekuensi terhadap peningkatan biaya operasional. Ketiga, kebijakan pencadangan sebagai upaya untuk mengantisipasi risiko pembiayaan terkait dengan masih belum kondusifnya kondisi ekonomi. Keempat, penguatan dan pengembangan organisasi untuk merespon tantangan ke depan yang diyakini akan semakin dinamis. Pendapatan operasi utama pada tahun 2009 tercatat sebesar Rp 1.517, 15 miliar atau meningkat 14,86% dibanding tahun 2008 sebesar Rp 1.320,91 miliar. Peningkatan terutama didorong oleh meningkatnya pendapatan dari piutang jual beli yang dilaporkan meningkat 9,28% clari Rp 596,33 miliar
62
tahun 2008 menjadi Rp 651,70 miliar. Pendapatan murabahah memberikan kontribusi 42,96% terhadap pendapatan operasi utama 11 . Pendapatan musyarakah dan mudharabah memiliki kontribusi terbesar terhadap
pembentukan pendapatan
operasi
utama mencapai
47,24%.
Pendapatan ini tercatat Rp 716, 74 miliar atau meningkat 9,40% dibanding tahun 2008 sebesar Rp 655,18 miliar. Pendapatan ijarah menunjukkan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2009 mencapai 108,61%, tumbuh dari Rp 28, 70 miliar menjadi Rp 59,86 miliar, walaupun pendapatan ijarah ini hanya menyumbangkan 3,95% terhadap pendapatan operasi utama. Pendapatan dari surat berharga juga menuajukkan pertumbuhan yang positif mencapai 118,29%, meningkat dari Rp 40, 70 miliar menjadi Rp 8R.85 miliar pada tahun 2009. Peningkatan yang cukup tinggi ini merupakan implikasi dari peningkatan DPK yang cukup signifikan. Pada saat yang sama, pembiayaan relatif tidak terlalu bertumbuh, sehingga memperbesar komposisi suratberharga dalam neraca Bank. Pendapatan operasi lainnya (fee based income) menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi mencapai 57,11%, meningkat dari Rp 147,13 miliar menjadi Rp 231, 15 miliar. Fee based income didominasi oleh pendapatan provisi dan komisi dari pembiayaan dan ja:sa administrasi serta pengelolaan
rekening.
Bank
Muamalat
menarge;tkan
untuk
terns
mengoptimalkan penerimaan berbasis jasa. Dengan jumlah nasabah yang ada saat ini, ada ruang untuk memperbesar kontribusi fee based income melalui
63
pengembangan produk dan layanan yang inovatif, maupun dengan menjalin kerja sama dengan institusi lain untuk menyediakan beragam fasilitas yang diperlukan oleh nasabah 12. 6. Kualitas Pembiayaan
Situasi ekonomi awal tahun 2009 masih diliputi ketidakpastian, terutama pasca merebaknya krisis keuangan global akhir tahun 2008. Situasi ini dianggap akan memberikan tekanan pada pembiayaan bermasalah dan kualitas aset secara umum. Bank Muamalat berhasil mempertahankan tingkat Non Performing Financing (NPF) yaitu tingkat pembiayaan bermasalah di bawah level yang telah ditetapkan regulator sebesar 5%. NPFGross tercatat 4, 73% atau meningkat dibanding posisi tahun 2008 sebesar 4,33%, sedangkan NPF-Net tercatat 4, 10%, meningkat dibandingkan posisii tahun 2008 sebesar 3,85%. Rencana kerja menurunkan posisi NPF ke level yang lebih rendah telah disusun dengan melakukan perbaikan terhadap portofolio bermasalah. Pembiayaan tetap dilakukan secara prudent dan akan. diarahkan pada sektor yang relatif aman dan berisiko rendah B
BAB IV PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL DALAM PRIN:SIP KEADILAN PADA BANK MUAMALAT INDONJi:SIA
A. Penerapan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara Bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan nasabah sebagai pengelola dana
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah pembagian hasil (keuntungan atau kerugian) menurut kesepakatan di muka. Pembiayaan Mudharabah dinyatakan sebesar saldo pembiayaan dikurangi dengan saldo penyisihan
penghapusan.
Bank
menetapkan
penyi:;ihan
penghapusan
berdasarkan penelaahan kuaJitas atas masing-masing saJdo pembiayaan. Apabila
sebagian
pembiayaan
l'viudharabah
mengalami
rugi
sebelum
dimulainya usaha karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka mgi tersebut mengurangi saldo pembiayaan Mudharabah dan diakui sebagai kerugian bank. Apabila sebagian pembiayaan Mudharabah hilang setelah dimrnlainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana maka rugi tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil 1. Rak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer merupakan bagian bagi hasil milik pihak ketiga yang didasarkan pada prinsip mudharabah mutlaqah atas hasil pengelolaan dana mereka oleh Bank
d1~ngan
menggunakan
sistem revenue sharing. Jumlah pendapatan margin dan bagi hasil atas
65
pembiayaan yang diberikan dan dari aset produktif lainnya yang akan dibagikan kepada nasabah penyimpan dana dan Bank, dihitung secara proporsional sesuai dengan alokasi dana nasabah dan Bank yang dipakai dalam pembiayaan yang diberikan dan aset produktif lainnya yang disalurkan. Dari jumlah pendapatan marjin dan bagi hasil yang tersedia untuk nasabah tersebut kemudian dibagihasilkan ke nasabah penabung dan deposan sebagai shahibul maal dan Bank sebagai mudharib sesuai dengan porsi nfabah bagi hasil yang telah disepakati bersama sebelumnya. Pendapatan margin dan bagi hasil atas pembiayaan yang diberikan dan aset produktif lainnya yang memakai dana Bank, seluruhnya menjadi milik Bank, termasuk pendapatan dari transaksi Bank berbasis imbalan. Bagi hasil sukuk mudharabah subordinasi dibayarkan setiap 3 bulan, dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang sukuk sebesar 17, 17% dengan pendapatan yang diterima Bank dalam triwulan terakhir sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan tr.iwulanan Bank yang belum diaudit yang dipublikasikan oleh Bank. Pembayaran pendapatan bagi basil kepada masing-masing pemegang sukuk akan dilakukan secara proporsional sesuai dengan porsi kepemilikan yang dimiliki dibandingkan denganjumlah pokok sukuk yang belum dibayar kembali.z.
Mudharabah sebagai salah satu produk pembiayaan yang dilaksanakan oleh Bank Muamalat diterapkan sebagai berikut. Mekanisme pembiayaan mudharabah
66
Mudharabah adalah akad ke1ja sama usaha antara dua pihak diamana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan modal 100 % sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib) dengan keuntungan dibagi menumt kesepakatan dimuka dan apabila mgi ditanggung oleh pemilik modal. Berikut adalah ketentuan dalam pelaksaan mudharabah: 1. Syarat dan mkun
a. Ada pemilik dana b. Ada pengelola c. Ada modal (uang/barang) yang dibayar tunai (tidak hutang) d. Adaakad e. Pemilik dana hams menyerahkan modal 100%
f Pemilik dana tidak boleh terlibat dalam manajemen g. Ada kesepakatan nisbah/porsi bagi hasil h. Ada usaha yang dibiayai dan halal 1.
Risiko gaga! bukan kesalahan pengelola ditangung pe:milik dana
J. Ada jangka waktu kerjasama/batas yang disepakati
2. Proses pembiayaan a. Permohonan nasabah b. Data pendukung yang diperlukan: 1. Legalitas pribadi atau usaha
2. Laporan keuangan 3. Datajaminan 4 Pmvelrni r.H
67
c. Analisa awal pejabat bank 1. Wawancara
2. Call visit (kunjungan lapangan) 3. Call report (laporan kunjungan) d. Analisa lanjutan pejabat bank 1. Analisa keuangan
2. Analisa usaha I industri . 3. Analisa manajemen 4. Analisa yuridis usaha 5. Analisa karakter 6. Analisajaminan e. Persetujuan pembiayaan (Credit Comitee Member) £ Bila panitia pembiayaan setuju, maka pejabat bank membuat officer letter (persetujuan Prinsip Bersyarat) g. Bila nasabah setuju atas persyaratan didalam
offic1~r
latter, maka akan
dilanjutkan dengan pengikatan pembiayaan dan jaminan h. Pencairan pembiayaan 1.
Monitoring
J. Pelunasan
Itulah proses yang harus dilalui dalam pembiayaan mudharabah, baik dari pengajuan hingga pelunas pada akhirnya3 . B. Penentuan Besarnya Nisbah Mudharabah
68
Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pibak berkontrak. Jadi, angka besaran nisbab ini muncul sebagai basil tawar menawar antara sbahibul maal dengan mudbarib. Dengan demikian, angka nisbah bervariasi, bisa 50:50, 50:40, 70:30, 80:20, bahkan 99: 1. Namun para abli fiqib sepakat nisbab I00:0 tidak diperbolehkan4 • Akan tetapi di bank, tawar menawar nisbab antara pemilik modal (yakni investor atau deposan) dengan bank banya terjadi bagi deposan/investor dengan jumlab besar, karena mereka ini memiliki daya tawar yang rdatif tinggi. Kondisi ini disebut sebagai special nisbab. Sedangkan untuk deposan kecil, biasanya tawar-menawar tidak terjadi. Bank banya akan mencanturnkan nisbab yang ditawarkan, setelab itu deposan boleb setuju atau tidak. Bila setuju ia akan melanjutkan menabung. Bila tidak, ia dipersilahkan mencari bank syariab lain yang menawarkan nisbah yang lebib menarik. Untuk deposit maupun tabungan penentuan nisbab bagi basilnya sudab ditentukan dimuka maka, bagi basil yang akan didapatkan berdasarkan pendapatan dari basil keuntungan bagi basil secara keseluruban, penentuan kisaran besarnya nisbab bagi basil yang diterapkan oleb Bank Muamalat adalab tabel berikut: PERKEMBANGAN TINGKAT BAGI BASIL BMI SELAMA TAHUN2009 Sep Oct Nov Dec JUMLAH HARIUSAHA 30 31 30 31 Deposito 1 51,00 51,00 51,00 51,00 BLN. VL.
69
Deposito 3 BLN. VL. Deposito 6 BLN. VL. Deposito 12 BLN. VL. TABUNGAN
51,25
51,25
51,25
51,25
51,50
51,50
51,50
51,50
51,75
51,75
51,75
51,75
22,00
22,00
22,00
22,00
Dalam menentukan nisbah bagi hasil mudharabah ada ha! yang patut di perhatikan terlebih dahulu oleh bank, diantaranya: 1. Obyek bagi
hasil yang diinginkan oleh bank!shahibul maal, apakah
menggunakan profit sharing, revenue sharing 2. Return on invesment/yield/hasil yang diinginkan bank dalam melakukan penyaluran pembiayaan kepada nasabah 3. Berapa lama jangka waktu bank/shahibul maal berinvestasi dalam bentuk penyaluran pembiayaan kepada nasabah 4. Kemampuan nasabah dalam ha! ini cash flow dari hasil usaha nasabah 5. Asumsi-asumsi yang mendasari pembuatan proyeksi cash flow nasabah5 . C. Analisis dan Interpretasi Keadilan yang di Harapkan AspekHukum Keadilan sebagai kekuatan hukum, fairness, tidak selalu sama dan perpaduan hukum dan moral. Adalah sebagai landasan teori yang sangat jelas dalam menetapkan satu kesepakatan yang akan di buat pada pada nisbah bagi hasil, hingga keadilan merupakan landasan dalam memberikan pertimbangan dari berbagai pandangan yang akan memberikan nilai yang sangat pantas sebagaimana yang di katakan oleh John Rawls, yang asali adalah sebagai
70
fairness hingga kesepakatan yang harus dibuat oleh bank adalah harus seimbangnya hak setiap pihak yang didapatkan sebagai bentuk yang fairness. Dan keadilan bukanlah sebuah tindakan moral belaka akan tetapi harus diterapkan pada aplikasi mudharabah sebagai bentuk bagi hasil yang seimbang dengan porsi yang didapatkan sesuai harapan dengan kesepakatan yang dibuat. Dari sekian nilai keadilan yang disebutkan merupakan sebuah padanan yang sangat penting dalam membuat suatu keputusan dalam kesepakatan yang akan dibuat dalam kontrak nisbah oleh mudharib dan shahibul maal sebagai landasan pembagian yang akan di dapatkan kemudian
hari. Dalam menentukan besaran nisbah yang hams dibagi antara kedua pihak, maka dibuatlah kesepakatan pada saat akad. Akan tetapi kesepakatan tersebut dilihat
71
adalah adanya negosiasi sebagai landasan berdirinya suatu kesepakatan kedua belah pihak. Jadi terjadi kesepakatan yang diharapkan oleh kedua belah pihak menjadikan suatu landasan yang sangat kuat yang terjalin menjadi suatu sikap kontrak hingga terbentuknya masing-masing item. Pada konsep keadilan sebagai fairness, memberikan gambaran titik awalnya dari format kontrak yang di buat hams memberikan rasa keadilan dengan adanya tawar menawar, dalam aitian adanya transparansi pada akad kontrak yang dibuat hingga kedua belah pihak dan khususnya pengelola (mudharib) lebih mengetahui proporsi hitungan bagian yang akan di bagikan,
dengan menggunakan sistem profit and loss shm·ing. Hitungan dan nisbah yang biasanya telah ditentukan oleh pihak bank dengan hitungan manajemen risiko yang telah diproses memberikan pilihan kepada nasabah/pengelola (mudharib), memberikan sisi tawar yang tidak begitu kuat dalam konsep keadilan sebagai fairness. Jika kita telaah pada sisi deposito sebagaimana yang telah ada pada tabel diatas, dengan penentuan nisbah mudharabah yang telah jelas ditentukan oleh pihak bank diawal membuat nasabah tidak mempunyai daya tawar yang kuat yang dalam artian pihak nasabah hanya mendapatkan keuntungan sesuai dengan analisa yang telah dibuat, disinilah yang membuat suatu fairness tel ah terlupakan, disisi lain fairness sebagai keadilan yang telah dilakukan oleh pihak bank. Konsep persaudaraan dan perlakuan yang sama bagi setiap individu dalam masyarakat dan dihadapkan hukum harus seimbang oleh keadilan
"''
i
',,
72
makna. Dengan keadilan ekonomi, setiap individu akan mendapatkan haknya sesuai dengan kontribusi masing-masing kepada masyarakat. Setiap individu pun harus terbebaskan dari eksploitasi individu lainnya6 . Dengan sistem yang berdasarkan "Profit and Loss Sharing System", bank Islam memiliki kekuatan tersendiri yang berbeda dari sistem konvensional. Perbedaan ini tanpak jelasa bahwa dalam sistem bagi hasil terkandung dimensi keadilan dan pemerataan. Apabila me:rnjuk kepada strategi kennggulan bersaing (competitive advantage-strategy), maka sistem bagi hasil
(profit and loss sharing) mernpakan strategi diferensisasi yang menjadi kekuatan tersendiri bagi lembaga yang bersangkutan untuk memenangkan persaingan yang kompetitif. Berbeda dari itu, bank-bank konvensional dengan sistem bunga memandang dan memberlakukan bahwa kekayaan yang dimiliki peminjam menjadi jaminan atas pinjamannya. Apabila terjadi kerugian pada proyek yang didanai, maka kekayaan peminjam modal akan disita menjadi hak milik pemodal (bank). Sementara dalam bank Islam kelayakan usaha atau proyek yang akan didanai itu menjadi jaminannya, sehingga keuntungan dan kerngian akan ditanggung bersama7 . Samuel L. Hayes, (1997) dari Harvard University, penulis buku Isamic Law and Financial: Relegion, Risk, and Return memberikan komentar yang sangat positif dan objektif atas keunggulan prinsip-prinsip bank syariah.
6 Tn~nl Pr.p,.;:.;:
Mu1Ja11ll11ad syafi'i antonio, Bank Syariah dari Teori Ice Praktek (Jakarta: Gema ?001\ h!ll 1.:1
73
Ia mengkritisi masyarakat AS yang larut dalam bunga (riba), ia mencatat empat
hal pokok yang dijadikan konsiderasi dalam membangun sistem ekonomi syariah.
"Pertama kontrak (akad) harus adil clan nyata, tak ada hubungan bisnis yang hirarki. Kedua, tak adanya unsur spekulasi. "Ihey don't like
gamling'. Ketiga, tak adanya unsur bunga (riba). Keempat, adalah pemakluman. Artinya, dalam hubungan bisnis ala Islami tak dikenal sistem 'penalti' bila rekanan bisnis memang benar-benar bangkrut." 8 . Konsep syariah mengajarkan menyangga usaha secara bersama, baik dalam membagi keuntungan atau sebaliknya menanggung kerugian. Anjuran itu antara lain transparansi dalam membuat kontrak, penghargaan terhadap waktu, amanah, bila ketiga syarat itu terpebuhi, model transaksi yang terjadi bisa mencapai apa yang disebut dimuka kontrak yang menghasilkan kualitas terbaik (the best quality). Aspek Ekonomi Dimulai dengan pembagian kerja yang dapat membangun kinerja pada kegiatan clan pertumbuhan ekonomi clan terlaksananya keadilan yang merata. Pertimbangan ini didasari oleh. Pertama, karena pembagian kerja merupakan unsur yang paling khas ekonomi, pembagian kerja dengan bagi hasil menjiwai setiap hubungan ekonomis antara para pelaku ekonomi dalam pembangunan ekonomi syariah, dengan adanya masing-masing kedudukan setiap hubungan perdagangan. Kedua, pembagian kerja adalab sebuab unsur
74
7 t
pokok dari pelaksanaan pasar yang
memungki'Ukaif·pertumliuha~ ~kd~dmi.
Ketiga, dengan adanya kerjasama dengan menggunakan konsep bagi basil ini sebagai motor pertumbuhan ekonomi atau sebab kemakrnuran sebuah negara dan juga kemakmuran individu. Benar bahwa sebab langsung kemakmuran negara ditentukan oleh produk dari tenaga kerja. Karena produktivitas tenaga kerja disebabkan dan digalakkan oleh pembagian kerja juga merupakan mesin dari ekonomi modem. Karena itu, berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi dan bagi basil, dengan sendirinya juga berarti berbicara rnengenai pembagian kerja. Kerja sebagai hak milik "yang paling lihur dan tak boleh dilanggar", maka kerja sama dengan hidup dan kebebasan yang menjadi hak setiap individu maka, kerja adalah hak yang tidak bisa dicabut dari manusia, dan · pelanggaran atasnya dianggap sama dengan pelanggaran atas hak hidup dan kebebasan. Dan ha! itu sebagai landasan dalam pembagian nisbah yang akan didapat sesuai dengan kerja yang didapatkannya. D. Relevansi Penerapan Nisbah Bagi Hasil Perbankan Syariah Terhadap Perekonomian Islam Perkembangan dari perbankan syariah dalam bentuk bagi basil memberikan pilihan yang sangat baik dalam mengelola keuangan yang ingin di share dalam bentuk kerjasama, pada prinsipnya implementasi pembiayaan bagi basil mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia terletak pada prinsip keadilan, baik keadilan sosial dan ekonomi maupun keadilan distribusi
75
Oleh karena itu, perlakuan untuic semua keluarga sama tanpa membedakan yang kaya dan yang miskin, mereka semua sama dihadapan hukum, disamping itu keadilan hukum harus diimbangi dengan keadilan ekonomi dan keadilan distribusi pendapatan. Konsep keadilan ekonomi dalam Islam mengharuskan setiap orang mendapatkan haknya dan tidak mengambil hak orang lain, begitu juga dengan kesenjangan dan kekayaan alam yang ada dalam masyarakat, belawanan dengan semangat serta komitmen Islam terhadap persaudaraan dan keadilan sosial ekonomi. Kesenjangan harus diatasi dengan menggunakan cara yang ditekankan Islam, diantaranya adalah dengan cara-cara berikut: 1. Menghapuskan monopoli, kecuali oleh pemerintah, untuk bidang-bidang tertentu. 2. Menjamin hak hak dan kesempatan bagi semua pihak untuk aktif dalam proses ekonomi, baik produksi, distribusi, sirkulasi, maupun konsumsi. 3. Menjamin basic need fulfillment (pemenuhan kebutuhan dasar hidup) setiap anggota masyarakat. 4. Melaksanakan amanah at-takaful al-ijtima'i atau social economic security insurance dimana yang mampu menanggung yang tidak mampu.
Semua cara yang disebutkan diatas dapat terwujud jika semua kalangan,
baik
pemerintah
maupun dari
pengusahanya mau bersatu
menjalankan kewajibannya dengan sesuai. Salah satunya adalah peranan bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan untuk pengusaha menengah ke bawah
76
Indonesia sebagai salah satu bank syariah yang area bisnisnya adalal1 usaha menengah ke bawah atau usaha kecil Secara proporsional, jumlah umat Islam yang merupakan 88% dari keseluruhan bangsa Indonesia berada/terlibat di usaha menengah kebawah. Mereka-mereka ini adalah kelompok masyarakat yang se:bagian darinya tidak antusias untuk berhubungan dengan baik, karena pengaruh kepercayaan di masalah riba dan non riba. Usaha menengah ke bawah atau usalla kecil menduduki/mendominasi pors1 terbesar dalam jumlah badan usaha, baik berbentuk badan hukum maupun perorangan. Tetapi jauh dari sangat berperan dan memegang kendali pada perokonomian nasional secara keseluruhan, meskipun dibeberapa bidang tertentu (tetapi sangat terbatas) peran itu terasa adanya. Sebagian besar dari problema yang dihadapi mereka adalah kekurangan modal (di samping kekurangan keterampilan dan sebagainya). Beranjak sebagai bank yang mempunyai area bisnisnya untuk usaha menengah ke bawah, disinilah salah satu peranan Bank Muamalat untuk meningkatkan ekonomi bangsa secara menyeluruh dan merata dengan mengutamakan perekonomian pengusaha menengah ke bawah secara individu, untuk menjangkau pengusaha bawah/kecil ini, Bank Muamalat harus mendatangi mereka secara aktif Pemberian kredit/pembiayaan kepada pengusaha kecil bukannya tidak
77
diperkirakan mancapai Rp. 2,5 triliun, total kredit mace:t di bank-bank yang diperkirakan mencapai Rp. 2,5 triliun. Sekalipun seperti itu, untuk memenuhi komitmennya dalam mengkhususkan pelayanan kepada usaha menengah dan usaha kecil, manajemen Bank Muamalat hams berusaha keras dan secara maksimal ke arah tersebut, yang pada akhimya berbuah manis sampai akhir tahun 1992, Bank Muamalat tidak saja berhasil menyalurkan lebih dari 22% pembiayaannya dalam bentuk KUK (salah satu progranm pemerintah dalam meningkatkan taraf perekonomian pengusaha kecil), namun juga berhasil menekan kredit macet pada tingkat no! persen.
9
Bank Muamalat Indonesia membuktikan membukukan pendapatan operasi utama sebesar 27,09% dari Rp. 12.610,85 miliar di tahun 2008 mencapai Rp. 16.027,18 miliar. Peningkatan tersebut terutama berasal dari peningkatan pendapatan piutang murabahah (transaksi jual beli) dan pembiayaan bagi hasil (mudharabah), saldo piutang murabahah tercatat meningkat sebesar 14,86 % daii 1.320,91 milyar pada tahun 2008 menjadi Rp 1. 517,16 pada tahun 2009rn Disinilah Bank Muamalat memakuai peran penting dalam ikut serta memajukan perekonomian bangsa yang berlandaskan Trilogi pembangunan, antara lain dari pengarahan dana masyarakat dan pt:nyalurannya. Untuk memperkuat aspek pemerataan, Bank Muamalat telah membuktiakan
78
keberpihakannya kepada pengusaha menengah ke bawah (dua dari tiga nasabah yang di biayai adalah pengusaha menengah kebawah.) 11 Selain dari segmen menengah kebawah pun, dalam sekor korprasi yang memberikan kontribusi yang cukup besar pembiayaan pada sektor ini telah menjangkau hampir seluruh wilayab di tanab air dengan fokus pada beberapa sektor industri yaitu sektor energi dan pertan1bangan (pembangkit listrik,
3asa-3asa
migas,
perusahaan
dan
kontraktor
pertambangan),
perdagangan, manufaktur 3asa transportasi (pesawat udara carter dan penumpang, carter kapal, tanker, tug - barges), jasa pendidikan, 3asa telekomunikasi, dan lain-lain. Pada tahun 2009, pembiayaan korporasi mengalami pertumbuhan yang patut diapresiasi. Pertumbuhan ini disebabkan oleh peningkatan pembiayaan kepada nasabah lama dan baru dengan pola project financing,
contract financing, dan sindikasi (kredit). Pada tabun 2010, kebijakan pembiayaan sektor korporasi akan lebih diarahkan pada peningkatan kualitas, sehingga pengembangan segmen korporasi ak:an banyalc dilakukan dengan pola sindikasi, project financing, dan contract financing untuk berbagai sektor industri dengan dukungan perusahaan sponsor dan pemberi kerja yang bonafid. Dari segi penghimpunan dana, bisnis korporasi berhasil melebarkan sayap dengan membuka kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia pada bulan Maret 2009. Pembukaan cabang di negeri jiran itu telah terbukti mampu menjaring
sumber dana luar negeri sebagai penyangga stabilitas struktur dana di Bank
79
Muamalat yang sebelumnya hanya berasal dari sumber dana dalam negeri seperti lembaga pemerintah, perusahaan BUMN dan s.wasta, lembaga jasa keuangan, asuransi syariah, serta organisasi masyarakat dan individu 12 . Berkembangnya dalama berbagai sektor menanclakan besarnya peran sistem bagi hasil yang memberikan implikasi perkembangan perbankan, baik dari asset hingga kontribusi peningkatan sektor ekonomi. Maka nilai dasar dari keadilan dalam nisbah dapat dilihat pada seberapa peran nilai yang ada dalam kesepakatan kontrak yang dilaksanakan dan peran kedua belah pihak dalam kontribusi untuk membangun pertumbuhan ekonomi.
BABV
PENUTUP A Kesimpulan Memberikan yang terbaik memang kunci clari service yang cliinginkan oleh pihak bank untuk setiap nasabahnya, clari clasar itulah suatu keaclilan harus juga clilakukan untuk mencapai suatu kemakmuran bersama akan clicapai. Maka: 1. Konsep keaclilan clalam ekonomi Islam merupakan ha! yang menclasar clalam suatu nilai untuk mencapai ha! yang fair untuk setiap kalangan. Keaclilan sebagai fairnes, yang merupakan gagasan yang menanclai bahwa prinsip-prinsip keaclilan bagi struktur clasar manusia merupakan tujuan clasar dari kesepakatan. Prinsip keaclilan merupakan hasil dari persetujuan clan tawar-menawar yang fair. Karena itu, maka clapat clikaegorisasikan menjacli clua bagian yaitu. Pertama, interpretasi atas situasi awal clan atas persoalan pilihan yang acla, keclua, seperangkap prinsip-prinsip yang clisepakati. Keaclilan mencaknp semua lini hingga penentuan nisbah muclharabah pun harus menyertakan unsur keaclilan cliclalam akaclnya,, dengan melaknkan pertimbangan dari kedua belah pihak shahibul maal (bank) dan mudharib (nasabah) hingga terbentuknya akad dengan kontrak fair yang saling menguntungkan kecluanya. Mengetahui seberapa risiko yang akan dihadapi merupakan ha! yang paling penting hingga dapat ditentukan hitungan-hitungan keuntungan yang
81
2. Suatu indikator dalam penetapan nisbah bagi basil mudharabah bisa dikatakan adil bisa diimplementasikan dalam dua bentuk, yakni, pertama, pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk persentase dari keuntungan yang mungkin dihasilkan, tidak boleh pembagian basil keuntungan dengan menyebut jumlah nominal uang. Kedua, kesepakatan rasio persentase harus dicapai melalui negosiasi antara yang berkongsi dan dinyatakan dalam bentuk kontrak kerja. Dalam penentuan nisbah haruslah di sertakan kedua belah pihak yang bertransaksi dan memberikan perincian yang akan didapatkan, hingga tidak adanya suatu kejanggalan yang akan terjadi pada akhirnya.
Selain itu mungkin yang dilakukan adalah
transparansi yang diberikan oleh bank adalah hal yang paling baik dalam pembuatan kontrak oleh kedua belah pihak baik deposan yang kecil sekalipun. Karena kesepatan yang dibuat membuahkan ketetapan hukum yang harus dipatuhi oleh kedua belah pihak apapun konskuensinya hingga clear segalanya.
3. Aplikasi penetapan nisbah bagi hasil di Bank Muamalat Indonesia sudah ditentukan terlebih dahulu, dan bentuk penawaran pene:tapan tersebut hanya terjadi pada pihak yang memiliki jumlah dana yang besar. Hal itu yang saya pandang sebagai kekurangan yang hams dipenuhi dari sisi keadilan. Melihat dari dalam teori keadilan yang melandaskan pembagian nisbah bagi basil dengan kesetaraan hak yang sama, yaitu adanya kesamaan peran yang ditimbulkan dari konskuensi penerapan yang menuju kepada sisi keadilan
82
dan dengan membagikan keuntungan sesuai dengan pertimbangan kerja atau pengelola yang dilakukan oleh mudharib hingga proporsi keuntungan sesuai dengan apa yang diharapkan. Keterlibatan kedubelah pihak merupakan suatu unsur yang wajib dalam kesepakatan yang akan dibentuk. Suatu keadilan dibuat sebelum menjadi legal formal adalah adanya hitung-hitungan dan negosiasi sebagai landasan kedua belah pihak. Jika pihak bank selama ini hanya memandang pemodal yang besar sebagai
~pecial
treadment, maka tidaklah harus dilupakan
bahwasanya pemodal kecil yang secara kolektif membantu dalam pembiayaan sebagai dana pihak ketiga (DP-3) juga haruslah selayakuya diajak untuk menegisasikan dalam pembagian bagi hasil yang disepakati. B. Saran Setiap
akad yang dibuat
yang
berlandaskan keadilan akan
membuatkan kebaikan untuk setiap pihak, maka dari: ha! tersebut bank seharusnya memberikan kesempatan kepada nasabah untuk mengetahui perhitungan secara transparan baik nasabah atau deposan (mudharib) yang kecil juga, hingga perbandingan yang diketahui membuahkan hasil saling percaya yang lebih baik. Ataupun adanya suatu utusan Clari perwakilan DP-3 sebagai pemegang modal yang dipergunakan dalam akad mudharabah dalam bentuk memberikan suatu peran dalam mengetahui pengelolaan dana, adanya negosiasi yang sebagai bentuk aplikatif dari fairness dan dalam bentuk pengembangan pembelajaran bisnis syariah yang lebih modem dengan
83
landasan keadilan yaitu tawazun, yaitu adanya saling kesamaan pada dasarnya, dan apa yang dikatakan oleh John Raws adalah asali. Karena pada titiknya awalnya posisi kita sama dan sama-sama membutuhkan dan juga saling ingin membuka kerjasama yang lebih baik dan menimbulkan kepercayaan, mengeratkan tali persaudaraan dengan adanya kerjasama tersebut dan membuka keuntungan yang lebih baik pada akhirnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UIPress, 1988. Antonio, Muhammad Syafi'i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Chapra, M. Umer, Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Gema Insan Press bekerjasama dengan Tazkia Institute, 2000. Efferin, Suyoko, dkk, Motode Penelitian untuk Akuntansi, Malang: Bayumedia Publishing, 2004. Friedmann, Legal Theory, London: 1967, edisi lima. Hartono, Tony, Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Ekonomi Indonesia, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 Heilbroner, Robert L, Terbentuknya Masyarakat Ekonomi (Ihe Making Of Economic Society}, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: IIIT Indonesia, 2003.
---------------------, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: IIIT Indonesia, 2000. Keraf, A. Sonny, Pasar Bebas Keadilan dan Peran Pemerintah, Yogyakarta: Kanisius 1995. Majid, Nurcholis, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Yayasan Paramadina, 1992. Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005.
--------------, Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005. Noor, Zainul Bahar, Bank Mtmmalat Sebuah Mimpi, Harapan dan Kenyataan, Jakarta: Bening Publishing, 2006. Qardhawi. Yusuf: Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian lslam .Talrnrta·
85
Rahardjo, Dawam, Ensiklopedi AL Quran, Jakarta: Paramadina, Cet. 2, 1992. Bank Muamalat Indonesia, Laporan Tahunan 2009 Annual Report, Jakarta, Bank Muamalat Indonesia, 2009.
Website: http://ekonomisyariat.com/fikih-ekonomi-syariat/mengenal-konsepmudharabah.html h!!R://muhammadzen. wordpress.com/mudhorabah/