1
PRESTASI KERJA DAN ANALISIS BIAY A PEMBUATAN LEMARI DI PENGRAJIN MEUBEL H. RUHYANTO SAMARINDA
Oleh: GUNAWAN WIBISONO NIM. 110500035
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014
2
PRESTASI KERJA DAN ANALISIS BIAY A PEMBUATAN LEMARI DI PENGRAJIN M EUBEL H. RUHYANTO SAMARINDA
Oleh: GUNAWAN WIBISONO NIM. 110500035
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah :
Prestasi Kerja dan Analisis Biaya Pembuatan Lemari di Pengrajin Meubel H. Ruhyanto Samarinda
Nama
: Gunawan Wibisono
NIM
: 110 500 035
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Jurusan
: Pengolahan Hasil Hutan
Pembimbing
Penguji I
Penguji II
Iri Dr. Ir. Dwi Joko Priyono, MP NIP. 1958 1017 198803 1001
Ir. Andi IIIIIIIYusuf, MP NIP. 19621022 1998 031010
Ir. H. Joko Prayitno, MP NIP. 19660704 1992 031005
Menyetujui, Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. H.A. Syafii, MP NIP. 19680610 1995121 001
Heriad Daud Salusu, S.Hut, MP NIP. 19700830 1997031 001
Lulus PadaTanggal :………………………..
ABSTRAK
Gunawan Wibisono. Prestasi Kerja dan Analisis Biaya Pembuatan Lemari di Pengrajin Meubel H.Ruhyanto Samarinda. (dibawah bimbingan DWI JOKO PRIYONO). Penelitian ini dilatar belakangi oleh belum adanya penghitungan tentang Prestasi Kerja dan Analisis Biaya di pengrajin meubel H. Ruhyanto mengenai pembuatan lemari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung prestasi kerja dan menghitung berapa biaya produksi pembuatan lemari di Meubel H.Ruhyanto Samarinda, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai prestasi kerja dan biaya produksi berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan lemari dan waktu yang diperlukan untuk pembuatan lemari, sehingga bermanfaat dalam pengembangan usaha bagi perusahaan dan pekerja. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah perhitungan yang dibagi dalam 3 bagian yaitu biaya tetap, biaya tidak tetap dan biaya total. Dari ketiga perhitungan tersebut didapat hasil yaitu biaya tetap sebesar Rp 1.810.000,00,/tahun, Rp 150.833,34,-/bulan (Rp 2.793,21,-/lemari), biaya tidak tetap Rp 91.083.704,00,-/tahun, Rp 7.590.308,67,-/bulan (Rp 141.255,92,-/lemari), perhitungan biaya total didapatkan hasil yaitu Rp 92.893.704,00 pertahun Rp 7.741.142,01,-/bulan (Rp 144.049,13,-/lemari), pendapatan Rp 123.120.000,00 ,/tahun, keuntungan Rp 30.226.296,00,-/tahun serta break even point pembuatan lemari penghitungan BEP (Unit) sebesar 37 unit dan penghitungan BEP (Rp) sebesar Rp 6.956.085,06 Kata Kunci : Prestasi Kerja dan Analisis Biaya
RIWAYAT HIDUP
Gunawan Wibisono lahir pada tanggal 22 Mei 1991 di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Merupakan anak kelima dari lima bersaudara Ibu Kustinah dan Bapak Subagiyo. Tahun 1997 memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri 012 Sebulu. lulus pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Sebulu dan lulus tahun 2007 dan melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Sebulu, dan lulus tahun 2009. Sewaktu SMA pernah mengikuti seleksi PASKIBRA se-Kutai Kartanegara dan mengikuti karantina selama 3 hari di Tenggarong tahun 2008. Pendidikan tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Hutan pada tahun 2011. Sambl kuliah juga pernah bekerja di Rumah Makan Wong Solo Cabang Samarinda sejak 21 September 2009 sampai dengan 21 Februari 2014, dan memutuskan berhenti bekerja karena mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BPKB) Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 2014 sampai dengan 3 Mei 2014. Saat menempuh pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, pada tahun 2011 dan 2012 mendapat beasiswa PPA dan aktif dalam perkuliahan dan organisasi kemahasiswaan . Sebagai syarat memperoleh predikat Ahli Madya Kehutanan, Penulis mengadakan penelitian dengan judul Prestasi Kerja dan Analisis Biaya Pembuatan Lemari di Pengrajin Meubel H. Ruhyanto Samarinda.
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah :
Prestasi Kerja dan Analisis Biaya Pembuatan Lemari di Pengrajin Meubel H. Ruhyanto Samarinda
Nama
: Gunawan Wibisono
NIM
: 110 500 035
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Jurusan
: Pengolahan Hasil Hutan
Pembimbing
Penguji I
Penguji II
Iri Dr. Ir. Dwi Joko Priyono, MP NIP. 1958 1017 198803 1001
Ir. Andi IIIIIIIYusuf, MP NIP. 19621022 1998 031010
Ir. H. Joko Prayitno, MP NIP. 19660704 1992 031005
Menyetujui, Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan Politeknik Pertan ian Negeri Samarinda
Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. H.A. Syafii, MP NIP. 19680610 1995121 001
Heriad Daud Salusu, S.Hut, MP NIP. 19700830 1997031 001
Lulus PadaTanggal :………………………..
ABSTRAK
Gunawan Wibisono. Prestasi Kerja dan Analisis Biaya Pembuatan Lemari di Pengrajin Meubel H.Ruhyanto Samarinda. (dibawah bimbingan DWI JOKO PRIYONO). Penelitian ini dilatar belakangi oleh belum adanya penghitungan tentang Prestasi Kerja dan Analisis Biaya di pengrajin meubel H. Ruhyanto mengenai pembuatan lemari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung prestasi kerja dan menghitung berapa biaya produksi pembuatan lemari di Meubel H.Ruhyanto Samarinda, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai prestasi kerja dan biaya produksi berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan lemari dan waktu yang diperlukan untuk pembuatan lemari, sehingga bermanfaat dalam pengembangan usaha bagi perusahaan dan pekerja. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah perhitungan yang dibagi dalam 3 bagian yaitu biaya tetap, biaya tidak tetap dan biaya total. Dari ketiga perhitungan tersebut didapat hasil yaitu biaya tetap sebesar Rp 1.810.000,00,/tahun, Rp 150.833,34,-/bulan (Rp 2.793,21,-/lemari), biaya tidak tetap Rp 91.083.704,00,-/tahun, Rp 7.590.308,67,-/bulan (Rp 141.255,92,-/lemari), perhitungan biaya total didapatkan hasil yaitu Rp 92.893.704,00 pertahun Rp 7.741.142,01,-/bulan (Rp 144.049,13,-/lemari), pendapatan Rp 123.120.000,00 ,/tahun, keuntungan Rp 30.226.296,00,-/tahun serta break even point pembuatan lemari penghitungan BEP (Unit) sebesar 37 unit dan penghitungan BEP (Rp) sebesar Rp 6.956.085,06 Kata Kunci : Prestasi Kerja dan Analisis Biaya
RIWAYAT HIDUP
Gunawan Wibisono lahir pada tanggal 22 Mei 1991 di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Merupakan anak kelima dari lima bersaudara Ibu Kustinah dan Bapak Subagiyo. Tahun 1997 memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri 012 Sebulu. lulus pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Sebulu dan lulus tahun 2007 dan melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Sebulu, dan lulus tahun 2009. Sewaktu SMA pernah mengikuti seleksi PASKIBRA se-Kutai Kartanegara dan mengikuti karantina selama 3 hari di Tenggarong tahun 2008. Pendidikan tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Teknologi Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Hutan pada tahun 2011. Sambl kuliah juga pernah bekerja di Rumah Makan Wong Solo Cabang Samarinda sejak 21 September 2009 sampai dengan 21 Februari 2014, dan memutuskan berhenti bekerja karena mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Kerajinan dan Batik (BPKB) Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 2014 sampai dengan 3 Mei 2014. Saat menempuh pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, pada tahun 2011 dan 2012 mendapat beasiswa PPA dan aktif dalam perkuliahan dan organisasi kemahasiswaan . Sebagai syarat memperoleh predikat Ahli Madya Kehutanan, Penulis mengadakan penelitian dengan judul Prestasi Kerja dan Analisis Biaya Pembuatan Lemari di Pengrajin Meubel H. Ruhyanto Samarinda.
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia–Nya
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini
disusun berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di Pengrajin Meubel H. Ruhyanto Samarinda Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan banyak terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Seluruh anggota keluarga terutama Ibu dan Bapak tercinta atas dukungan dan do’anya. 2. Dosen pembimbing, yaitu Bapak Dr. Ir. F. Dwi Joko Priyono, MP 3. Dosen penguji, yaitu Bapak Ir. Andi Yusuf,MP dan Bapak Ir. H. Joko Prayitno, MP 4. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, yaitu Bapak Ir. H.A. Syafii, MP 5. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian, yaitu Bapak Heriad Daud Salusu ,S.Hut, MP 6. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yaitu Bapak Ir. Hasanudin, MP 7. Para staf pengajar, adminitrasi dan teknisi di Program Studi Teknologi Hasil Hutan. 8. Bapak H. Ruhyanto, selaku pimpinan Pengrajin Meubel H. Ruhyanto serta Bapak Aji sebagai Pembimbing Penelitian. 9. Alfi, Ali, Aris, Cris, Deni, Engel, Fery, Gregorius, Farid, Liling, Rivan, Rahman, Okta, Safri, Suhartono, Jefri, serta teman-teman yang turut membantu memberikan semangat hingga terselesaikannya tugas akhir ini. 10. Keluarga besar Rumah Makan Wong Solo cabang Samarinda yang telah membantu penulis dengan materi dan non materi hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini. Oleh karna itu, jika jika ada kesalahan dan kekurangan mohon kritik dan sarannya agar penelitian ini dapat lebih baik di masa yang akan datang. Semoga karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Aamiin ya rabbal alamien Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
Gunawan Wibisono Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, September 2014
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................iv DAFTAR ISI ..............................................................................................vi DAFTAR TABEL..................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................ix I. PENDAHULUAN ....................................................................................1 II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3 A. Perkembangan Meubel.....................................................................3 B. Pengertian Lemari.............................................................................4 C. Definisi Ergonomi..............................................................................5 D. Waktu Kerja ......................................................................................5 E. Pengukuran Waktu Kerja ..................................................................8 F. Siklus dan Elemen Kerja ...................................................................9 G. Prestasi dan Produktivitas Kerja ......................................................9 H. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja....................................14 I. Analisis Biaya Produksi...................................................................16 J. Analisis Break Even Point (Titik Pulang Pokok) .............................20 III. METODE PENELITIAN ......................................................................27 A. Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................27 B. Alat dan Obyek Penelitian ..............................................................27 C. Prosedur Kerja ................................................................................28 D. Pengolahan Data ............................................................................29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................33 A. HASIL ..............................................................................................33 B. PEMBAHASAN ...............................................................................37 V. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................40 A. KESIMPULAN.................................................................................40 B. SARAN ............................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Tubuh Utama
Penghitungan Rata-Rata Prestasi Kerja Pembuatan Lemari di Pengrajin Meubel H. Ruhyanto
2.
Halaman
.............................................33
Penghitungan Biaya Tetap, Biaya Tidak Tetap, dan Biaya Total Pembuatan Lemari di Pengrajin Meubel H. Ruhyanto ...............34
3.
Perhitungan Pendapatan dan Keuntungan ................................34 Lampiran
1.
Hasil Penghitungan Prestasi Kerja Pada Proses Pembuatan Lemari .........................................................................................45
2.
Hasil Penghitungan Fixed Cost (Biaya Tetap) pertahun ............46
3.
Hasil Penghitungan Variab le Cost (Biaya Tidak Tetap) Pertahun .....................................................................................47
4.
Hasil P enghitungan Rataan dan Hasil Penghitungan Menentukan Jumlah Lemari Dengan Prestasi Kerja ........................................51
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
Tubuh Utama
Halaman
Gambar 1 Break Even Point ...................................................36 Lampiran
4.
Gambar a. (atas) Alat Mesin yang Digunakan .......................52 Gambar b. (bawah) Alat Kerja Manual ..................................52
5.
Gambar a. (atas) Bahan Baku Plywood ................................53 Gambar b. (bawah) Gambar Bahan Baku Kayu ....................53
6.
Gambar Produk Lemari yang Dihasilkan ...............................54
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Luas hutan di Indonesia mencapai 133 juta hektar yang menasbihkan Indonesia sebagai negara dengan hutan tropis terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire. Namun sayangnya, menurut buku Rekor Dunia Guinness, Indonesia menjadi negara dengan laju kerusakan hutan tercepat di dunia. Akibat kerusakan hutan tersebut, dari 133 juta ha luas hutan Indonesia, hanya 23 % saja yang masih berupa hutan primer dan terbebas dari kerusakan. Kerusakan itu sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan industri (terutama kayu) dan pengalihan fungsi hutan menjadi perkebunan melalui perambahan liar maupun pembakaran hutan (kebakaran hutan yang disengaja) (Alamendah, 2004). Oleh karena itu hutan perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan di bumi ini. Salah satu pengelolaan hutan yang baik adalah dengan memanfaatkan limbah kayu untuk industri meubel seperti industri kursi, lemari, meja dan lain-lain. Kota Samarinda merupakan salah satu kota yang sangat tinggi perkembangan jumlah penduduknya. Akibatnya kebutuhan produk meubel sangat tinggi, dan hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya industri meubel di kota Samarinda. Industri meubel yang ada di Samarinda terdiri atas industri besar dan industri rakyat. Industri meubel rakyat adalah industri yang dijalankan oleh masyarakat dalam skala kecil, dan salah satu industri meubel milik rakyat yang ada di Samarinda adalah industri
meubel Haji Ruhyanto. Industri meubel ini
memproduksi beberapa produk meubel antara
lain lemari, mesja, kursi, dan
2
menerima pesanan jenis produk meubel lainya. Salah satu produk yang diproduksi oleh Meubel Haji Ruhyanto yaitu lemari pakaian, yang memiliki dua pintu dengan cermin pada salah satu pintunya. Lemari tersebut terdiri atas dua bagian, memiliki gantungan baju di salah satu bagian dan rak pakaian di bagian lainnya. Bahan baku lemari menggunakan bahan dasar kayu dan kayu lapis. Kayu didapat langsung dari limbah kayu yang diproduksi oleh PT. Samtraco Samarinda.
Tahap
proses
pembuatan
lemari
terdiri
atas
pemotongan,
pengetaman, pembelahan, perakitan, dan pengecatan atau finishing, dengan semua proses ini dilakukan secara berurutan. Setiap industri tidak selalu berjalan dengan lancar, pasti memiliki masalah yang perlu dihadapi khususnya dalam hal pekerja dan pembiayaan. Untuk menghadapi masalah tersebut, diperlukan pengamatan mengenai pekerja dan analisis terhadap biaya yang dikeluarkan. Usaha yang bergerak dibidang industri meubel yang berskala besar maupun berskala kecil selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan agar dapat menjamin kelangsungan usahanya demi dapat memenuhi kebutuhan hidup. Adapun maksud dan tujuan prestasi kerja
penelitian ini adalah untuk menghitung
dan menghitung berapa biaya produksi pembuatan lemari
sederhana dua pintu. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai prestasi kerja dan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan lemari, sehingga bermanfaat dalam pengembangan usaha bagi perusaahaan dan pekerjanya.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Meubel Menurut Kartajaya (2005), meubel atau furnitur adalah perlengkapan rumah yang semua barang seperti kursi, meja, dan lemari. Meubel berasal dari kata movable, yang artinya bisa bergerak. Sedangkan kata furniture berasal dari bahasa Perancis fourniture (1520-1530 Masehi). Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan. Walaupun meubel dan furniture punya arti yang beda, tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari, dan seterusnya. Dalam kata lain, meubel atau furnitur adalah semua benda yang ada di rumah dan digunakan oleh penghuninya untuk duduk, berbaring, ataupun menyimpan benda kecil seperti pakaian atau cangkir. Meubel terbuat dari kayu, papan, kulit, sekrup, dan lain-lain. Meubel tertua yang ditemukan sampai saat ini adalah meubel pada situs di Oarkney, peninggalan zaman neolitikum sekitar tahun 3100–2500 SM. Meubel bukan hanya bermanfaat untuk kenyamanan dan kerapian rumah saja tetapi juga mengusung makna-makna sosial yang menegaskan status sosial. Memang ada kursi yang berfungsi sebagai tempat duduk semata, tetapi ada kursi yang menegaskan kekuasaan. Karena itu dikenal kursi raja, kursi direktur, tahta. Bagaimana makna meubel pada zaman sekarang, dimana sudah jarang ada status raja. Kursi bisa dijadikan sarana menyampaikan status ekonomi
seseorang.
Seseorang
tidak
nampak
kaya
sampai
dia
menampakkannya dalam bentuk meubel yang mewah. Biasanya meubel mewah itu adalah meubel klasik. Meubel minimalis juga bisa mewah jika bahannya mahal, misalnya dari kayu jati berdiameter besar dan berukuran besar. Tanpa
4
berbicara secara verbal, kursi sudah berbicara bahwa pemilik meubel ini adalah orang kaya. Meubel di Asia agak berbeda dengan meubel di negara barat. Meubel Asia mengembangkan gayanya tersendiri, walaupun kadang dipengaruhi oleh negara barat karena interaksi warga Asia dengan warga Barat melalui kolonialisme, pendidikan dan informasi. Meubel Asia dengan gayanya sendiri, lahir dari Indonesia (terutama Jepara, Bali), China, Jepang, Pakistan, India, Burma, Korea, Mongolia. Indonesia mempunyai gaya meubel yang unik dengan aneka ragam hias ukir yang beragam. Ornamen yang beraneka ragam. Pusat meubel ukir di Indonesia adalah Jepara. Pada tahun 2004, kabupaten Jepara memiliki 3.539 unit produksi usaha meubel yang terdaftar di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Penanaman Modal. Usaha skala kecil yang belum terdaftar diperkirakan 15.000 unit usaha. Keseluruhannya menyerap kira-kira 85.000 tenaga kerja (Kartajaya, 2005).
B. Pengertian Lemari Lemari adalah peti besar tempat menyimpan sesuatu (seperti buku, pakaian). Lemari besi tempat menyimpan uang (surat-surat berharga, dokumen penting, dan sebagainya), lemari buku tempat menyimpan (menaruh) buku-buku (Anonim, 2014).
C. Definisi Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Yunani ergo (kerja) dan nomos (aturan), sehingga secara keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang
5
mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya (Wingnjosoebroto, 2000). Konsep
ergonomi
adalah
berdasarkan
kesadaran,
keterbatasan
kemampuan, dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut.
D. Waktu Kerja Menurut Liansyah (2001), ada tiga faktor penting yang harus dikuasai oleh seorang peneliti waktu kerja terutama pada hubungannya dengan pengukuran prestasi kerja atau produktivitas kerja, yaitu siklus dan elemen kerja, tabel kerja, dan alat pengukur waktu kerja. 1. Siklus dan Elemen Kerja Seorang peneliti waktu kerja harus dapat menetapkan siklus dari kegiatan kerja yang ditelitinya, yaitu mulai pekerjaanya tersebut dimulai sampai dengan selesai dan akan kembali ke perkerjaan semula. Selain itu peneliti juga harus mampu menetapkan elemen-elemen kerja dan batasanbatasannya secara berurutan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengukuran waktu kerja dari pekerjaan yang ditelitinya. Sebagai contoh berikut ini diuraikan elemen kerja dari siklus kegiatan kerja penebangan pohon: a. Persiapan b. Berjalan menuju pohon c. Membersihkan sekitar pohon
6
d. Membuat takik rebah e. Membuat takik balas f. Jalan menuju pohon rebah g. Pembagian batang 2. Alat Pengukuran Waktu Kerja Seorang peneliti kerja harus dapat menggunakan dengan baik alat pengukuran waktu kerja yang ingin diamati. Alat yang digunakan dalam pengukuran waktu kerja ada dua macam, yaitu jam tangan digital dan stopwatch. Jam tangan dapat langsung digunakan dan tidak memerlukan pengetahuan khusus sesuai dengan metode pengukuran yang digunakan. Metode pengukuran waktu kerja dengan alat stopwatch dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu non stop method, nol stop method, dan multimoment method. a. Non Stop Method Pengukuran waktu kerja dengan non stop method memerlukan sebuah sopwatch yang selama pengukuran dibiarkan hidup terus, Terdiri atas seorang pengukur waktu, sedangkan lama waktu kerja dari setiap elemen kerja adalah selisih dari penunjukkan waktu antara dua elemen kerja yang berurutan. b. Nol Stop Method Nol Stop Method menggunakan tiga buah stopwatch dalam pengukuran waktu kerja, caranya adalah sebagai berikut: 1) Stopwatch pertama, posisi jarum menunjukkan pada angka nol.
7
2) Stopwatch kedua, posisi jarum disembarang tempat sehingga ketika pengukuran waktu dimulai yaitu dengan saat ditekannya stopwatch yang pertama bergerak. 3) Stopwatch ketiga, posisi jarum dalam keadaan berjalan sehingga ketika ditekan pertama kali jarum berhenti. Pada penekanan kedua jarum kembali keangka nol dan pada penekanan ketiga jarum bergerak untuk menunjukkan waktu kerja elemen yang ketiga. Lama waktu kerja untuk setiap elemen dapat dibaca pada stopwatch pertama, kedua dan ketiga. Dengan cara ini seorang pengukuran waktu hanya dapat mengamati satu objek saja. c. Multimoment Method Pengukuran waktu kerja yang menggunakan multimoment method memerlukan sebuah stopwatch yang dihidupkan terus selama pengamatan berlangsung. Pencatatan waktu dari elemen kerja dilakukan pada setiap interval tertentu, umumnya adalah 0, 25 menit (15 detik) dengan memberi satu tanda garis atau titik pada kolom element yang bersangkutan. Lama waktu kerja untuk setiap element adalah jumlah garis atau titik dikalikan interval waktu.
E. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu kerja adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja, bagi setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan (Yusuf, 2009). Sedangkan menurut Liansyah (2001), pengukuran kerja adalah kegiatan pencatatan kerja yang dirancang untuk menetapkan waktu bagi seorang pekerja
8
tertentu pada tingkat prestasi yang ditetapkan. Pengukuran waktu kerja merupakan inti dari penyelidikan prestasi/produktivitas kerja, dimana dalam prakteknya waktu kerja dapat dipakai untuk memenentukan biaya dan syaratsyarat suatu pekerjaan. Waktu kerja dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: 1.
Waktu Kerja Murni (WKM) Waktu
kerja
murni
adalah
waktu
yang
dibutuhkan
oleh
pekerja/alat/mesin untuk menyelesaikan pekerjaan produktif dengan kata lain waktu kerja yang digunakan berhubungan langsung dengan kerja produktif. 2. Waktu Kerja Umum (WKU) Waktu kerja umum adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pembuatan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kerja produktif, akan tetapi perlu untuk digunakan sebagai kelancaran pekerjaan. Waktu umum ini terbagi atas waktu diam, waktu hilang dapat dihindarkan, waktu hilang tidak dapat dhilangkan, waktu istirahat dan waktu pribadi. 3. Waktu Kerja Total (WKT) Waktu kerja total adalah hasil penjumlahan waktu kerja murni dengan waktu kerja umum (WKT=WKM+WKU).
F.
Siklus dan Elemen Kerja
Lebih lanjut dikatakan bahwa setiap siklus kerja dapat diuraikan dalam perbuatan-perbuatan yang disebut element kerja, dimana setiap perbuatanperbuatan tadi terbagi dalam gerakan-gerakan kerja. Untuk membedakan suatu elemen kerja dengan elemen kerja lainnya harus dicari titik-titik yang tertentu dari setiap element, yaitu batas-batas dimana suatu perbuatan kerja beralih
9
keperkerjaan lainnya. Elemen-elemen kerja dibedakan atas elemen-elemen kerja di dalam siklus dan elemen kerja di luar siklus. Elemen kerja diluar siklus, boleh dimasukkan kedalam perhitungan waktu kerja total atau tidak perlu bergantung dari tujuan penelitian. Element kerja di luar siklus yang dimaksud ialah elemenelemen kerja yang tidak terdapat secara teratur atau berulang didalam siklus kerja, jadi bersifat temporer, artinya element kerja diluar siklus bisa terdapat dalam satu siklus kerja yang diamati tetapi bisa juga tidak ada.
G. Prestasi dan Produktivitas Kerja 1.
Prestasi dan Produktivitas Kerja Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 1995). Prestasi kerja adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan hasil kerja persatuan waktu tertentu khusus buat tenaga kerja manusia, sedangkan produktifitas kerja dipergunakan untuk mesin atau alat kerja. Hal ini karena manusia dapat bekerja melebihi atau kurang dari prestasi kerja normal (rataan), sementara itu untuk mesin dan alat tidak akan bisa melebihi kapasitas terpasangnya. Prestasi kerja adalah hasil kerja persatuan waktu dan orang atau alat/mesin. Prestasi kerja atau produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dan input pada perusahaan industri dan ekonomi secara keseluruhan. Produktivitas merupakan suatu gabungan sumber (input), dengan demikian sama dengan jumlah barang dan jasa (output) yang
10
dihasilkan dari sumbar-sumber tersebut antara lain adalah bahan baku, mesin, tenaga kerja, tanah, dan bangunan. Prestasi kerja adalah hasil kerja dalam satuan waktu dimana prestasi kerja ini ditetapkan dalam berbagai norma dan diantaranya yang banyak terpakai, antara lain adalah: satuan untuk hasil seorang pekerja dalam sehari, satuan luas bidang yang dikerjakan oleh seorang pekerja, satuan orang pekerja dalam hitungan jam, dan satuan kerja. 2.
Penilaian Prestasi Kerja Penilaian prestasi kerja adalah proses melalui organisasi dalam mengevaluasi
atau
menilai
prestasi
kerja
(Rarupamdojo
dan
Husnan,1984). a. Kuantitas Kerja Banyaknya hasil kerja sesuai dangan waktu kerja yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat diselesaikan. b. Kualitas Kerja Mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan. Biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, keterampilan, kebersihan hasil kerja. c. Keandalan Dapat atau tidaknya karyawan diandalkan adalah kemampuan memenuhi atau mengikuti intruksi, inisiatif, hati-hati, kerajinan dan kerjasama. Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor-faktor prestasi kerja yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:
11
1) Inisiatif Kemampuan mengenali masalah dan mengambil tindakan korektif, memberikan saran-saran untuk meningkatkan dan menerima tanggung jawab menyelesaikan. 2) Kerajinan Kesediaan melakukan tugas tanpa adanya paksaan dan juga yang bersifat rutin. 3) Sikap Prilaku karyawan terhadap perusahaan, atasan, dan teman kerja. 4) Kehadiran Keberadaan karyawan di tempat kerja untuk bekerja sesuai dengan waktu/jam kerja yang telah ditentukan. 3.
Kegunaan Penilaian Prestasi Kerja Menurut Andreas (2009), penilaian prestasi kerja dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Oleh karena itu kegunaan penilaian prestasi kerja dapat dirinci sebagai berikut: a. Perbaikan Prestasi Kerja Umpan
balik
pelaksanaan
kerja
memungkinkan
karyawan,
manajer dan departemen personalia dapat membetulkan kegiatankegiatan mereka. b. Penyesuaian Kompensasi Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
12
c. Keputusan Penempatan Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan kepada prestasi kerja masa lalu atau antisipasi. Promosi sering merupakan bentuk perhargaan terhadap prestasi kerja masa lalu. d. Kebuntuhan Latihan dan Pengembangan Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga, prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan. e. Perencanaan dan Pengambangan Karir Umpan balik prestasi kerja mengarahkan keputusaan-keputusan karir, yaitu tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti. f. Penyimpangan Proses Staffing (penempatan staff) Prestasi yang baik ataupun jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia. g. Ketidak Akuratan Informasional Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahankesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya
manusia,
atau
komponen-komponen
lain
sistem
informasi
menejemen personalia. Akibatnya keputusan yang diambil menjadi tidak tepat. h. Kesalahan Desain Pekerjaan Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan tersebut.
13
i. Kesempatan Kerja yang Adil Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan, penempatan internal yang diambil tanpa diskriminasi. j. Tantangan Eksternal Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor diluar lingkungan kerja seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah pribadi lainnya. 4. Satuan Prestasi Kerja a. Satuan Untuk Hasil Seorang Pekerja dalam Sehari Banyaknya hasil itu ditetapkan oleh lamanya waktu kerja dan usaha pekerja serta beberapa faktor lain seperti: keadaan tempat, cara bekerja, keadaan tanaman dan lain-lain. b. Satuan Luas Bidang yang Dikerjakan Oleh Seorang Pekerja Satuan ini tidak objektif, karena tidak bebas dari pengaruh keadaan. Pekerjaan dilaksanakan dalam keadaan yang berbeda. c. Satuan Orang Pekerja dalam Hitungan Jam Satuan ini menunjukkan lamanya waktu kerja dan tergantung pada kecepatan kerja dan usaha yang dibutuhkan untuk pekerjaan tertentu. Seorang pekerjaan dalam hitungan
jam yang ringan tidak dapat
disamakan dengan seorang pekerja dalam hitungan bulan. d. Satuan Kerja Metode satuan ini oleh dunia internasional diikuti sebagai norma yang paling exact
untuk menetapkan prestasi
kerja.
Penetapkan
dilaksanakan menurut metode-metode dari organisasi pekerjaan secara
14
ilmiah, sistem satuan pekerjaan ini terdiri atas beberapa macam, yaitu sistem satuan Bedaux, Refa dan Univer. Dalam penetapan prestasi kerja yang dilakukan untuk perencanaan tenaga kerja dapat memakai norma-norma satuan untuk hasil seorang sehari, satuan orang dalam jam (man-hour), satuan orang pekerja dan satuan
kerja.
Peningkatan
produktivitas
dapat
dilakukan
dengan
peningkatan efisiensi, baik dari segi tenaga kerja maupun mesin. Ukuran produktivitas diantara adalah dengan perbaikan proses produksi dan mengurangi waktu kerja yang tidak efektif.
H. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Menurut Liansyah (2001), Produktivitas banyak ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu faktor teknis dan faktor manusia. a. Faktor Teknis Faktor teknis berhubungan dengan pemakaian dan perencanaan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efesien atau pengunaan bahan baku yang lebih ekonomis. b. Faktor Manusia Faktor manusia mempunyai pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia dalam menyelesaikaan pekerjaan yang mejadi tugas dan tanggung jawabnya, sehingga ada dua hal pokok yang menentukan yaitu kemampuan kerja dan motivasi kerja dari seorang pekerja yang merupakan pendorong kearah kemajuan dan peningkatan prestasi kerja atas seseorang. Faktor-faktor
yang
dapat
prestasi/produktivitas kerja adalah:
mempengaruhi
tinggi
rendahnya
15
1. Metode dan cara kerja 2. Alat-alat kerja 3. Keterampilan kerja 4. Tradisi atau kebiasaan kerja 5. Keadaan pekerja (jenis kelamin, umur, kesehatan, kondisi gizi, dan keadaan fisik) 6. Suasana tempat kerja (panas, dingin, jauh, dekat dan lain-lain) 7. Iklim dan musim 8. Organisasi kerja 9. Biaya Produksi
I. Analisis Biaya Produksi 1.
Unsur Biaya Produksi Menurut Soemita (1969), biaya produksi adalah sejumlah nilai yang dikorbankan untuk meproduksi suatu barang.
Sedangkan usaha untuk
menetapkan biaya produksi ada beberapa cara, yaitu biaya ditetapkan oleh nilai dan banyaknya kapasitas produksi yang diperlukan untuk memproduksi barang. Kapasitas produksi tersebut ditentukan oleh tenaga dan kapasitas peralatan. Menurut Moechtar (1981), untuk memproduksi suatu jenis barang tertentu, maka perusahaan industri memakai bahan baku, mengeluarkan biaya untuk biaya kerja langsung, dan untuk berbagai biaya produksi tak langsung. Jadi bahan baku, upah langsung dan biaya produksi tak langsung merupakan unsur-unsur biaya produksi seperti diuraikan dibawah ini:
16
a. Bahan Baku Harga pokok bahan baku menunjukkan bahwa harga bahan baku dan bahan bantu yang menjadi bagian dari barang jadi. b. Upah Langsung Upah langsung atau juga bisa disebut biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang langsung ikut dalam proses produksi, seperti upah operator mesin, para perakit dan semua upah mereka yang baik bekerja dengan tenaga ataupun dengan perkakas, bekerja pada produksi. Upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja tak langsung tidak boleh digolongkan sebagai upah langsung. Upah mereka masuk golongan biaya produksi tak langsung. c. Upah Tak Langsung Biaya upah tak langsung terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan oleh semua pabrik yang terdiri dari: -
Gaji kepala bagian
-
Upah pengawas/mandor
-
Upah pelayanan pabrik
-
Upah penjaga gedung pabrik
d. Biaya gedung pabrik -
Penyusutan gedung
-
Pajak-pajak
-
Biaya pemeliharaan gedung pabrik
-
Biaya penerangan, air dan tenaga listrik pabrik
e. Biaya mesin dan peralatan -
Penyusutan mesin dan peralatan
17
-
Asuransi mesin dan peralatan
-
Reparasi serta pemeliharaan
-
Perkakas-perkakas kecil yang dipakai pabrik
Beberapa macam biaya tertentu seperti asuransi, telepon dan gaji pada eksekutif dapat dibebankan sebagai biaya produksi tak langsung. Sebagian ke dalam biaya penjualan dan sebagian kedalam biaya-biaya umum dan administrasi. Biaya demikian boleh langsung dialokasikan menurut cara yang layak kepada perkiraan-perkiraan biaya produksi tak langsung, biaya penjualan dan biaya umum dana administrasi pada saat biaya-biaya itu dikeluarkan atau segala macam biaya itu dicatat terlebih dahulu pada perkiraan-perkiraan tanggalnya masing-masing dan kemudian baru pada akhir periode yaitu pada waktu menyusun neraca lanjur diadakan mengalokasiannya melalui ayat-ayat penyesuaian (Moechtar, 1981) 2.
Elemen Biaya Produksi Dalam biaya produksi dikenal biaya tetap (fixed cost), biaya tidak tetap
(variable cost), dan biaya total (total cost) (Soemita, 1976). Menurut Winardi (1965), biaya tetap adalah pengorbanan yang pada umumnya berubah, walaupun produksi meningkat atau menurun. Sedangkan biaya tidak tetap adalah segala pengorbanan atau biaya yang dikeluarkan berubah mengikuti produksi. Selanjutnya Mulyadi (1993), mengungkapkan bahwa biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu.
Biaya tetap merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan
beroprasi perusahaan pada kapasitas tertentu. Besar biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang. Teknologi dan metode serta strategi
18
manajemen. Dan biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan contoh biaya variable yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi. Salvatore (1981), membedakan jenis biaya produksi berdasarkan sifat biaya dalam hubungan dengan sifat produksi sebagai berikut: a. Biaya tetap total atau Total Fixed Cost (TFC) adalah jumlah biaya yang harus dibayar secara tetap oleh produsen tanpa menghitung tingkat produksi yang diperoleh. b. Biaya total atau Total Cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variable c. Biaya tetap rata-rata atau Average Fixed Cost (AFC) adalah sejumlah biaya yang nilainya tetap dibebankan kepada setiap unit output: ܥܨܣൌ
ܸܶܥ ܳ
Keterangan: AFC TFC Q
= Biaya tetap rata-rata = Biaya tetap Total = Output
d. Biaya variable rata-rata atau Average Variable Cost (AVC) adalah semua biaya selain AVC yang dibebankan kepada setiap unit output: ܥܸܣൌ Keterangan: AVC TVC Q
ܸܶܥ ܳ = Biaya variabel rata-rata = Biaya variabel total = Output
e. Biaya total rata-rata atau Average Total Cost (AVC), adalah biaya produksi dan setiap unit output yang diproduksi
19
f. Biaya marginal atau Marginal Cost (MC) adalah kenaikan dari biaya total yang disebabkan oleh penambahan satu unit produksi ܥܯൌ
ܶܥ ܳ
Keterangan: TC TVC MC Q
ܥܯൌ
ܸܶܥ ܳ
= Biaya total = Biaya variable = Biaya Marginal = Output
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi Dalam kegiatan produksi untuk menetapkan besarnya biaya terdapat beberapa cara, Soemita (1969), menyatakan bahwa biaya ditetapkan oleh nilai dan banyaknya kapasitas produksi tidak hanya ditentukan oleh tenaga kerja, akan tetapi juga oleh kapasitas peralatan yang digunakan. Setiap penggunaan alat produksi yang lebih lama dari waktu yang ditetapkan oleh suatu pemborosan.
Jadi pada dasarnya faktor yang menentukan biaya produksi
adalah sebagai berikut: a)
Banyaknya kapasitas produksi dari bermacam alat produksi yang diperlukan untuk memproduksi barang
b)
Nilai dan kapasitas
c)
Besarnya dan lamanya pemakaian kekayaan yang diperlukan untuk memproduksi barang
d)
Harga kekayaan
J. Analisis Break Even Point (Titik Pulang Pokok) Riyanto (1995), mengatakan bahwa break even point adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya tidak tetap, keuntungan dan volume kegiatan.
Apabila suatu perusahaan hanya mempunyai biaya
20
variabel saja, maka tidak akan muncul masalah apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. Sehubungan dengan itu maka sangat penting bagi pimpinan suatu perusahaan untuk mengetahui pada volume kegiatan atau volume produksi penjualan berapa penghasilan penjualan dapat menutup biaya penghasilannya sama dengan biaya total, sehingga perusahaan tidak dapat keuntungan atau menderita kerugian dinamakan break even point. Menurut Munawir (1979), dalam mengadakan analisis break even point digunakan asumsi dasar sebagai berikut : 1) Biaya didalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya tidak tetap dan golongan biaya tetap. 2) Besarnya biaya tidak tetap secara totalitas berubah secara proporsional dengan volume produksi/penjualan.
Ini berarti bahwa biaya variabel per
unitnya adalah tetap sama. 3) Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah karena adanya perubahan volume kegiatan. 4) Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis 5) Perubahan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, pertimbangan penghasilan penjualan antara masingmasing produk atau sales mix adalah tetap konstan
21
Sedangkan menurut Syamsuddin (1995), analisa break even point (cost volume profit analysis) sangat penting bagi perusahaan karena hal itu akan: 1) Memungkinkan perusahaan untuk menentukan titik operasi yang harus dilakukan agar semua biaya operasi dapat tertutup. 2) Untuk mengevaluasi tingkat penjualan tertentu dalam hubungannya dengan tingkat keuntungan.
1.
Penentuan Tingkat Break Even Point. Syamsuddin
(1995),
mengungkapkan
bahwa
untuk
dapat
menganalisis break even point perlu terlebih dahulu diadakan pembagian biaya sesuai dengan sifat-sifatnya. a. Biaya tetap. Secara
sederhana
dapat
dikatakan
bahwa
biaya
tetap
berhubungan dengan waktu dan tidak berhubungan dengan tingkat penjualan. Pembayarannya didasarkan pada periode akuntansi tertentu biasanya sama, misalnya sewa gedung, penghapusan aktifa tetap dan lain-lain.
Sampai dengan jumlah output tertentu biaya ini secara total
tidak berubah. b. Biaya tidak tetap. Biaya ini berhubungan langsung dengan tingkat produksi atau penjulan karena besarnya ditentukan oleh berapa besar volume produksi atau penjualan yang dilakukan, misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan lain-lain. c. Biaya semi variabel. Mempunyai ciri-ciri gabungan dari biaya tetap dan variabel. Sebagai contoh, komisi bagi para salesmen yang jumlahnya tetap sampai
22
volume penjulan tertentu dan bertambah besar pada volume pejualan yang lebih tinggi. Oleh karena itu dalam perhitungan BEP harga kedua bentuk biaya yang pertama saja digunakan, yaitu fixed cost dan variable cost, maka dengan menggunakan beberapa metode perhitungan tertentu biaya sama variabel ini haruslah dialokasikan baik kedalam fixed cost dan variabel cost. Untuk mempermudah analisis biaya yang perlu dilakukan adalah melakukan perhitungan terhadap: 1. Biaya produksi Penghitungan biaya produksi dilakukan terhadap masingmasing produk yang dihasilkan, yaitu meja, kursi, dan lemari. Untuk menghitung biaya penyusutan digunakan rumus menurut Wiradinata (1981), sebagai berikut: ۲ ܑܛ܉ܑܛ܍ܚܘ܍ൌ
ۻെ܀ ܅
Keterangan: M = Modal yang digunakan R = Harga rongsokan 10% dari harga beli W = Jumlah waktu selama masa pakai Biaya total yang dilkeluarkan menerut Wiradinata (1981), dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: TC = FC + VC Keterangan: TC = Total Cost (biaya total) FC = Fixed Cost (biaya tetap) VC = Variabel Cost (biaya tidak tetap) 2. Pendapatan Untuk menghitung besarnya pendapatan menurut Wiradinata (1981), dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
23
TR = P X Q Keterangan: TR = Total pendapatan P = Harga jual persatuan unit Q = Jumlah output yang dijual 3. Keuntungan Untuk mengetahui besarnya keuntungan menurut Wiradinata (1981), dapat menggunakan rumus sebagai berikut: NP = TR – TC Keterangan: NP = Besarnya keuntungan perusahaan/Net Profit (Rp) TR = Total pendapatan/Total Revenue (Rp) TC = Jumlah biaya yang dikeluarkan/Total Cost (Rp) Sedangkan menurut Munawir (1979), untuk dapat menentukan break even point, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap tidak berubah dalam jumlah output tertentu, tetapi untuk setiap satuan produksi akan berubah sesuai dengan perubahan produksi.
Semakin besar hasil produksi,
maka biaya tetap per satuan akan semakin kecil, sebaliknya semakin rendah hasil produksi maka biaya tetap per satuan akan semakin besar. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap. Perhitungan untuk menentukan luas break even point dapat dilakukan dengan menggunakan suatu rumus tertentu, tetapi untuk menggambarkan tingkat volume dengan labanya maka diperlukan garfik atau bagan break even point.
Secara matematis tingkat break even point dapat ditentukan dengan
berbagai rumus. Dengan demikian tingkat break even point dapat ditentukan dengan dua pendekatan matematis dan pendekatan grafis (Riyanto, 1995).
24
a.
Penentuan break even point dengan menggunakan rumus aljabar. Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan cara, yaitu: 1. Perhitungan break even point dalam unit dengan menggunakan rumus sebagai berikut: BEP (Q)=
FC P-VC
Keterangan, P = Harga jual per unit (Rp) VC = Biaya variable per unit (Rp) FC = Biaya tetap (Rp) BEP = Jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan 2. Perhitungan break even point dalam rupiah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ۰۳ ۾ሺ۾܀ሻ ൌ Keterangan, FC = VC = S = BEP (RP) =
b.
۴۱ െ
܄۱ ܁
Biaya tetap (Rp) Biaya variable per unit (Rp) Harga penjualan per unit (Rp) Jumlah biaya yang dipakai untuk mencapai BEP
Grafik Break Even Point Dalam penentuan titik break even point dapat pula dilakukan dengan grafik atau bagan. Dengan grafik break even point, manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume penjualan) laba. Disamping itu dengan grafik break even point, manajemen dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel serta dengan grafik break even point pula manajemen akan dapat mengetahui tingkat penjualan yang masih menimbulkan kerugian dan tingkat penjualan yang
25
sudah menimbulkan laba pada suatu tingkat penjualan tertentu. Langkah pertama dalam menyusun grafik break even point adalah menarik sumbuh vertikal dan sumbu horizontal diatas kertas grafik tersebut dari satu titik yang sama (mulai nol). Sumbu vertikal menggambarkan jumlah biaya dan jumlah penghasilan
sedangkan
sumbu
horizontal
menggambarkan
penjualan atau produksi yang dapat dinyatakan dalam satuan barang
volume
26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 1)
Waktu penelitian Penelitian dilakukan selama satu bulan terhitung dari tanggal 22 Juni sampai dengan 22 Juli 2014 yang meliputi orientasi lapangan, pengambilan data, pengolahan data serta penulisan karya ilmiah.
2)
Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di Usaha Kerajinan Kayu H. Ruhyanto, Jalan Revolusi, RT 38, No 110, Kelurahan Lok Bahu, Kecamatan Sungai Kunjang , Kota Samarinda.
B. Alat dan Obyek penelitian 1)
Alat yang digunakan, antara lain : a. Alat tulis menulis b. Kalkulator c. Daftar pertanyaan. d. Stopwatch dan jam digital e. Papan LJK f.
Alat Dokumentasi
g.
Timbangan Digital Digunakan untuk menimbang paku, mencari berapa gram perpaku untuk mengetahui berapa rupiah yang dibutuhkan untuk membuat 1 lemari.
27
2)
Obyek Penelitian Semua data mengenai perusahaan dan data mengenai proses pembuatan lemari dan biaya pembuatan lemari serta semua data atau biaya yang berhubungan dengan biaya pembuatan lemari yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak meubel
dan pengamatan langsung dimeubel
pembuatan lemari.
C. Prosedur Kerja 1)
Orientasi lapangan Orientasi lapangan dilakukan sebagai studi awal yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kondisi kerja, rangkaian kerja dan elemen kerja dan kegiatan produksi pembuatan lemari.
2)
Memohon ijin dari pimpinan meubel untuk mengadakan penelitian pada perusahaan tersebut.
3)
Memulai mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan diamati dengan mecatat semua hal-hal yang ada hubunganya dengan penelitian.
4)
Melakukan pembicaraan dan wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan dan semua individu yang berkepentingan dalam penelitian ini.
5)
Menentukan elemen-elemen kerja yang terdapat dalam proses pembuatan lemari untuk mempermudah pengambilaan data seperti: pemotongan plywood dan kayu, perakitan lemari, persiapan pembuatan pintu, pembuatan pintu,
pemasangan
pintu,
pemasangan
list,
proses
pemasangan pelengkap pintu, pemasangan kaca cermin.
pengecatan,
28
6)
Setelah semua data yang diperlukan diperoleh, dan kemudian data tersebut dihitung.
7)
Semua hasil pengamatan dan perhitungan disusun dan ditulis menjadi karya ilmiah.
D. Pengolahan Data 1.
Perhitungan Prestasi Kerja Setelah dilakukan pencatatan waktu kerja dilakukan perhitungan prestasi kerja menurut Liansyah (2002), prestasi kerja dihitung dengan menggunakan rumus: ۾ൌ
۶۾ ۸ ۾ൈ ܅۹܂
Keterangan: P = Prestasi kerja pembuatan lemari (unit/orang/jam) HP = Hasil Produksi JP = Jumlah Pekerja (orang) WKT = Waktu Kerja Total 2.
Perhitungan Analisis Biaya Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan perhitungan terhadap biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya total, pendapatan, keuntungan dan break even point: a. Biaya Tetap (fixed cost) 1. Gaji yang terima oleh pekerja 2. Penyusutan Mesin Penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Wiradinata (1981), sebagai berikut:
29
۲ ܑܛ܉ܑܛ܍ܚܘ܍ൌ
ۻെ܀ ܅
Keterangan: M = Modal yang digunakan R = Harga rongsokan (10% dari harga pembelian) W = Jumlah waktu selama masa pakai 3. Biaya Pajak Dihitung
dengan
cara
luas
area
kerja
dikali
jumlah
pembayaran pajak selama satu tahun. b. Biaya Tidak Tetap (variable cost) 1. Biaya Bahan Baku Dihitung dengan membagi jumlah biaya pembelian bahan baku per waktu (hari, minggu, bulan atau tahun) dengan jam kerja per waktu (hari, minggu, atau bulan) atau dapat juga persatuan produksi. 2. Biaya Upah Tenaga Kerja Untuk menghitung upah dapat dilakukan dengan cara menghitung besarnya upah per waktu (bulan, minggu, atau hari) atau dapat juga per satuan produksi. 3. Biaya Listrik Untuk menghitung biaya listrik pada pembuatan lemari digunakan rumusan proporsional antara penggunaan listrik di unit mesin dengan penggunaan listrik total di lokasi tersebut dengan rumus yang dikemukakan oleh (Wiradinata,1981):
BL = Keterangan: BL
ࢄ ࢄࢀ
= Biaya Listrik
࢞ࡹ
30
X M XT tersebut
= Jumlah Kwh pada mesin = Pembayaran listrik perbulan = Kwh total seluruh penggunaan dilokasi
4. Bahan pembantu 5. Pemeliharaan alat selama 1 tahun pada setiap alat yang digunakan dalam proses pembuatan lemari c. Biaya Total Biaya total dapat di hitung dari penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap. sesuai Salvatore, (1981) dalam Riyanto, (1995): TC = FC + VC Keterangan: TC FC VC
= Total Cost (biaya total) = Fixed Cost (biaya tetap) = Variabel Cost (biaya tidak tetap)
d. Pendapatan Untuk menghitung besarnya pendapatan, digunakan rumus (Wiradinata, 1981) sebagai berikut: TR = P X Q Keterangan: TR = Total pendapatan P = Harga jual persatuan unit Q = Jumlah output yang dijual e. Keuntungan Untuk mengetahui besarnya keuntungan digunakan rumus (Wiradinata,1981): NP = TR – TC Keterangan: NP = Besarnya keuntungan/Net Profit (Rp) TR = Total pendapatan/Total revenue (Rp) TC = Jumlah biaya yang dikeluarkan/Total Cost (Rp)
31
f.
Break Even Point Dalam menentukan Break Even Point, maka biaya harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap, dimana data-data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan rumus (Wiradinata,1981): a. BEP dalam unit BEP (Unit) = Keterangan: P VC FC BEP
FC P - VC
= Harga jual per unit (Rp) = Biaya variable per unit (Rp) = Biaya tetap (Rp) = Jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan / dijual untuk mencapai BEP
b. Perhitungan Break Even Point dalam rupiah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: BEP (Rp) = FC 1 – VC S Keterangan: FC VC S BEP (RP)
= = = =
Biaya tetap (Rp) per tahun Biaya variable (Rp) per tahun Harga penjualan lemari (Rp) per tahun Jumlah biaya yang dipakai untuk mencapai BEP
32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Hasil Pehitungan Waktu Kerja dengan Produktivitas Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa elemen kerja pembuatan lemari terdiri dari kegiatan pemotongan plywood dan kayu, perakitan lemari, persiapan pembuatan pintu, pembuatan pintu, pemasangan pintu, pemasangan list, proses pengecatan, pemasangan pelengkap pintu, pemasangan kaca cermin Adapun data pengukuran waktu kerja pada pembuatan lemari di meubel H. Ruhyanto yang telah dibagi menjadi beberapa elemen yang mewakili proses pembuatan lemari berukuran 148x70x40 cm dapat dipaparkan sesuai Tabel 1. Tabel 1. Penghitungan Rata-Rata Prestasi Kerja Pembuatan Lemari di Pengrajin Meubel H. Ruhyanto WKM WKU WKT JP UNIT PK 31,07 5,69 36,76 1 2,16 n 5 5 5 Rataan 6,23 1,15 7,35 1 2,16 0,272 Keterangan: WKM = Waktu Kerja Murni WKU = Waktu Kerja Umum WKT = Waktu Kerja Total JP = Jumlah Pekerja PK = Prestasi Kerja = Jumlah n = Jumlah Pengulangan Perhitungan prestasi kerja sebesar 0,272 unit/orang jam tersebut diperoleh sesuai dengan perhitungan pada Lampiran 4. 2. Perhitungan Biaya Tetap, Biaya Tidak Tetap, Dan Biaya Total Setelah melakukan penelitian mengenai analisis biaya yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara di lapangan, diperoleh hasil perhitungan biaya produksi lemari yang terdiri dari penghitungan biaya tetap, biaya tidak tetap, dan biaya total sesuai Tabel 2.
33
Tabel 2. Penghitungan Biaya Tetap, Biaya Tidak Tetap, dan Biaya Total Pembuatan Lemari di Pengrajin Meubel H. Ruhyanto No Uraian Biaya/lemari Biaya/bulan Biaya/tahun (Rp) (Rp) (Rp) 1 Biaya Tetap (fixed cost) a. Gaji b. Penyusutan alat 2785,49 150.416,67 1.805.000,00 c. Pajak 7,72 416,67 5.000,00 2
3
1.
Jumlah Biaya Tetap Biaya tidak tetap (variable cost) a. Bahan baku b. Upah c. Listrik d. Bahan pembantu e. Pemeliharaan alat Jumlah Biaya Tidak Tetap Biaya Total (total cost)
2.793,21
150.833,34
1.810.000,00
33.288,00 40.000,00 30.263,46 36.950,00 748,46
1.760.390,00 2.160.000,00 1.634.202,00 1.995.300,00 40.416,67
21.124.680,00 25.920.000,00 19.610.424,00 23.943.600,00 485.000,00
141.255,92
7.590.308,67 91.083.704,00
144.049,13
7.741.142,01 92.893.704,00
Hasil Perhitungan Pendapatan dan Keuntungan a. Pendapatan dan Keuntungan Setelah melakukan perhitungan mengenai biaya tetap, biaya tidak tetap dan biaya total maka dilakukan penghitungan pendapatan dan keuntungan seperti yang terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Perhitungan Pendapatan dan Keuntungan P TR (Rp) TC (Rp) NP (RP ) Perhari 2,16 410.400 144.049,13 266.350,87 Perbulan
54
10.260.000
Pertahun
648
123.120.000
7.741.142
2.518.858
92.893.704
30.226.296
Keterangan: Harga jual = Rp 190.000,-/unit lemari. P = Jumlah Produksi (Unit) TR = Total Pendapatan (Rp) TC = Jumlah Biaya yang Dikeluarkan (Rp) NP = Keuntungan (Rp)
34
2.
Penghitungan Break Even Point a. Break Even Point (Unit) BEP = 1.810.000 190.000 – 141.255,9168 = 1.810.000 48.744,0832 = 37,1327119 = 37 b. Break Even Point (Rp) BEP = 1.810.000 1 - 91.083.704 123.120.000 = 1.810.000 1 – 0,7397961663 = 1.810.000 0,260208337 = 6.956.085,06
35
B. Pembahasan Berdasarkan Tabel 1 rataan waktu kerja murni sebesar 6,23 jam, waktu kerja umum sebesar 1,15 jam, waktu kerja total sebesar 7.35 jam. dengan jumlah waktu kerja murni sebesar 31,07 jam, jumlah waktu kerja umum sebesar 5,69 jam, dengan jumlah waktu kerja total sebesar 36,76 jam. Prestasi kerja pada pembuatan lemari di meubel H. Ruhyanto sebesar 0,27 (unit/orang.jam)Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa waktu kerja murni lebih besar dari waktu kerja umum karna pekerja lebih banyak bekerja untuk meningkatkan jumlah lemari agar pendapatannya bertambah. Pada seksi wawancara kepada pekerja untuk 1 rit kayu dapat menghasilkan 600 lemari, dan setelah melewati penelitian didapatkan melalui penghitungan harga per lemari dikalikan prestasi kerja diketahui berapa lemari yang diproduksi Meubel H. Ruhyanto yaitu sebesar 648 lemari pertahun. Tabel 2 diperoleh jumlah biaya tetap sebesar Rp 2.793,21,-/lemari jumlah biaya tidak tetap sebesar Rp 141.255,92,-/lemari dan biaya total sebesar Rp 144.049,13,-/lemari, dari data yang diperoleh biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan alat sebesar Rp 2.785,49,-/lemari, Rp 150.416,67,-/bulan (Rp 1.805.000,-/tahun) dengan nilai komponen yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan biaya pajak sebesar Rp 7,7,-/lemari, Rp 416,67,-/bulan (Rp 5.000,-/tahun). Pengrajin Meubel H.Ruhyanto tidak menerapkan sistem gaji melainkan upah. Sedangkan jumlah biaya tidak tetap sebesar Rp 141.255,92,-/lemari, Rp 5.949.953,5,-/bulan (Rp 71.399.442,-/tahun), dari data yang diperoleh biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan baku sebesar Rp 33.288,-/lemari, Rp 1.760.390 ,/bulan (Rp 21.124.680,-/tahun), biaya upah pekerja sebesar Rp 40.000,-/lemari, Rp 2.160.000,-/bulan (Rp 25.920.000,-/tahun), biaya listrik sebesar Rp
36
30.263,46,-/lemari, Rp 34.263,46,-/bulan (Rp 411.161,52,-/tahun), biaya bahan pembantu (cat,oker,dammar dll) Rp 36.950,-/lemari, Rp 1.995.300,-/bulan (Rp 23.943.600,-/tahun). Biaya tidak tetap berbanding dengan jumlah lemari yang diproduksi, sebagai mana di kemukakan oleh Munawir (1979) bahwa biaya tetap tidak akan berubah jumlah totalnya dalam jumlah output tertentu, sedangkan biaya tidak tetap akan naik turun sebanding dengan hasil produk atau volume kegiatan. Berdasarkan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap diperoleh biaya total produksi pembuatan lemari sebesar Rp 144.043,13,-/lemari, Rp 6.141.203,5,-/bulan (Rp 73.694.442,-/tahun), dari data tesebut dapat diketahui bahwa biaya tidak tetap (variable cost) lebih besar dari pada biaya tetap (fixed cost), hal ini dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan untuk bahan pembantu dimana harga beli bahan pembantu Rp 36.950,-/lemari, Rp 1.995.300,-/bulan (Rp 23.943.600,-/tahun). Dari
upah
sebesar
Rp
40.000,-/lemari
memungkinkan
pekerja
memperoleh pendapatan kotor sebesar Rp 80.000,-/hari, atau sebesar Rp 2.000.000,-/bulan. Jumlah tersebut telah melebihi upah minimum regional kota Samarinda 2014 yang telah ditetapkan sebesar Rp 1.995.200,-.
Dengan
demikian, apabila pekerja hanya mengerjakan lemari saja, pemilik usaha telah membayar upah pekerja melebihi upah standar yang berlaku. Dari
data
yang
diperoleh
maka
pengrajin
Meubel
H.Ruhyanto
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 17.566,96,-/lemari, Rp 1.758.858,-/bulan (Rp 30.226.296 ,-/tahun). Setelah mengetahui biaya tetap, biaya tidak tetap, biaya total, pendapatan dan keuntungan maka dapat menentukan break even point (unit) pada pembuatan lemari di pengrajin meubel H. Ruhyanto sebesar 37, dan break even point (Rp) sebesar Rp 6.956.085,059
37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1.
Rata–rata waktu kerja total pembuatan lemari sebesar 7,35 jam dan rata– rata prestasi kerja pembuatan lemari sebesar 0,27 unit/orang/jam atau menghasilkan 2,16 lemari dalam satu hari kerja (8 jam) dan dikerjakan oleh satu orang pekerja.
2.
Upah yang diberikan kepada pekerja sebesar Rp 40.000,-/lemari, Rp 2.160.000,-/bulan (Rp 25.920.000,-/tahun)
3.
Untuk memproduksi lemari Pengrajin Meubel H.Ruhyanto memerlukan biaya tetap sebesar Rp 2.793,21,-/lemari, Rp 150.833,34,-/bulan (Rp 1.810.000,/tahun) dan biaya tidak tetap Rp 141.255,92,-/lemari, Rp 7.590.308,67,/bulan (Rp 91.083.704,-/tahun) dan biaya total sebesar Rp 144.049,13,/lemari, Rp 7.741.142,-/bulan (Rp 92.893.704,-/tahun)
4.
Keuntungan yang diperoleh pengrajin meubel H.Ruhyanto sebesar Rp 17.566,96,-/hari, Rp 1.758.858,-/bulan (Rp 30.226.296,-/tahun)
5.
Penghitungan BEP di Pengrajin Meubel H.Ruhyanto adalah 37 lemari atau dalam rupiah sebesar Rp 6.956.085,059
38
B. SARAN 1.
Untuk mendapatkan hasil produksi lemari yang maksimal diharapkan memperhatikan kesejahteraan, kesehatan, peralatan yang dibutuhkan oleh pekerja untuk mempermudah dalam memproduksi lemari serta
menjaga
kebersihan pada area kerja karna hal ini dapat mempengaruhi prestasi kerja dari pekerja itu sendiri. 2.
Pengrajin meubel tidak hanya menghasilkan lemari melainkan banyak produk meubel yang dapat dihasilkan, dari penelitian ini diharapkan ada penelitian selanjutnya mengenai produk meubel lainya seperti kursi, meja dan sebagainya.
3.
Dengan banyaknya biaya produksi dalam pembuatan lemari diharapkan dapat meminimalisir pengeluaran untuk bahan pembantu dan tetap menjaga kualitas lemari agar tetap dalam kondisi yang kuat.
4.
Menaikkan harga jual lemari dapat dipertimbangkan untuk menambah produktivitas kerja pembuatan lemari agar laba yang diperoleh dapat lebih meningkat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Alamendah, 2014. Luas Hutan Tahun 2014.www.goggle.co.id/search?q= Luas+Hutan+Tahun+2014(19/03/2014) Anang, 1997. Analisis Biaya Pembersihan Lahan Dengan Menggunakan Traktor D7-G Caterpillar Pada Pembangunan HTI di PT. Adindo Hutani Lestari . Tarakan Andreas. 009.PenilaianPrestasiKerja.http://jurnalsdm.blogspot.com/2009/07/html (30/12/2011) Anonim, 2014. Pengertian Lemari.artikata.com/arti-338022 -lemari.html Hasibuan, M,S.P, 1995. Manajemen Sumbar Daya Manusia Dasar Dan Kunci Keberhasilan. Toko Gunung Agung .Jakarta. Kartajaya , H,2005.Attracting Tourists Traders Investors . Gramedia Pustaka
Utama. Lians yah,E. 2002. Diktat Ilmu Kerja Hutan. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Moechtar, Z, A. 1981. Dasar – Dasar Akuntansi Jilid IV. Institut Dagang Muchtar. Samarinda. Surabaya. Mulyadi,1993. Akuntansi Biaya Edisi Ke -5.BP-STIE YKPN. Yogyakarta Munawir, S, 1979. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Rarupamdojo,H. dan Husnan,S. 3.BPFE.Yogyakarta
1984.
Manajemen
Personil
Edisi
Riyanto , B, 1995. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Salvatore , 1981. Biaya Dan Harga Pokok Jilid I. Akademi Perusahaan Dan Perniagaan. Bandung. Soemita, A. R. A. K,196 9. Akutansi Biaya, Pengumpulan Dan Penentuan Harga Pokok. FEKON Universitas Gajah Mada. Balaksumur.Yogyakarta Syamsuddin, I, 1995. Menejemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.. Winardi,1965. Pengantar Ilmu Ekonomi. Penerbit Tarsito. Bandung Wingnjosoebroto, S.2000 . Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama Cetakan Kedua. Guna Widya, Surabaya
Wiradinata,S. 1981. Pengantar Analisis Biaya Pembalakan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor Yusuf,M.
2009. Pengukuran Waktu Kerja. http://www.yusufku.co.cc /2009/12/pengertian-pengukuran-waktu-kerja.html (30/12/2011)
39
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Penghitungan Prestasi Kerja Pada Proses Pembuatan Lemari NO (U) 1 1 0.93 2 0.96 3 0.98 4 0.95 5 0.98 ? 4.8 x 0.96 Keterangan:
2 0.81 0.83 0.78 0.8 0.85 4.07 0.82 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 WKM WKU WKT JP x PK (U) ?
3 0.93 0.96 0.95 0.95 0.91 4.7 0.94
4 1.21 1.25 1.26 1.2 1.18 6.1 1.22
WKM (JAM) 5 6 7 0.4 0.35 0.78 0.5 0.38 0.76 0.48 0.41 0.81 0.48 0.43 0.83 0.53 0.38 0.73 2.39 1.95 3.91 0.48 0.39 0.78
8 0.16 0.18 0.16 0.21 0.21 0.92 0.18
= Pemotongan Plywood dan Kayu = Perakitan Lemari = Persiapan Pembuatan Pintu = Pembuatan Pintu = Pemasangan Pintu = Pemasangan Lish = Proses Pengecatan = Pemasangan Pelengkap Pintu = Pemasangan Kaca Cermin = Istirahat = Waktu Kerja Murni = Waktu Kerja Umum = Waktu Kerja Total = Jumlah Pekerja = Rata-Rata = Prestasi Kerja = Ulangan = Jumlah
9 0.35 0.33 0.36 0.41 0.36 1.81 0.36
JUMLAH 6.3 6.15 6.19 6.19 6.24 31.07 6.23
WKU (JAM) 10 JUMLAH 1.15 1.15 1.16 1.16 1.16 1.16 1.1 1.1 1.12 1.12 5.69 5.69 1.15 1.15
WKT (JAM) 7.45 7.31 7.35 7.29 7.36 36.76 7.35
JP HASIL (ORG) (UNIT) 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
PK (Unit/Orang.Jam) 0.2684564 0.2735978 0.2721088 0.2743484 0.2717391 0.2721088
46
Lampiran 2. Hasil perhitungan Fixed Cost (Biaya Tetap) pertahun NO
KETERANGAN
1
Gaji
2
Penyusutan Alat
PERINCIAN
JUMLAH
-
-
1. 1 Gerinda listrik
Rp.
1.805.000
Rp.
5.000
Rp.
1.810.000
2. 2 Bor Listrik 3. 1 Gergaji Listrik 4. 1 Mesin Ketam 5. 2 Sirkular Saw 6. 1 Router 3
Pajak
PAJAK = Luas Area Kerja X Pajak = 50 % X 10.000 = 5.000
JUMLAH
4747
Lampiran 3. Hasil Penghitungan Varibel Cost (Biaya Tidak Tetap). NO 1
KETERANGAN (1) Bahan Baku
PERINCIAN (2) KAYU STRIP: Mencari biaya kayu perlemari: 1 rit 1.800.000 1 rit 75 Lemari 1.800.000 ! 24.000 75 = 24.000 Mencari jumlah lemari perbulan: 2 lemari x 25 hari kerja = 50 lemari perbulan =biaya pembelian kayu perlemari x jumlah lemari perbulan =120.000 Mencari jumlah lemari pertahun: Prestasi kerja total = 0,27 lemari/jam 1 tahun= 12 bulan 1 bulan = 25 hari kerja 1 hari = 8 jam kerja 1 tahun = 12x25x8 = 2.400 1 tahun = 2400x0,27 = 648 = 648 Lemari = biaya pembelian kayu perlemari x jumlah lemari pertahun = 15.552.000 PLYWOOD: Mencari biaya plywood perlemari 1 Plywood 48.000 1 Lemari= 2 Lembar (72X40) 5.760 X 48.000 ! 122 X 244
JUMLAH PER/LEMARI (3) (Rp)
JUMLAH PER/BULAN (4) (Rp)
JUMLAH PER/TAHUN (5) (Rp)
24.000
1.296.000
15.552.000
9.287,8
464.390
Rp 5.572.680
33.288
1.760.390
21.124.680
40.000
2.160.000
25.920.000
!
5.760 # 48.000 ! 9287,8 29.768 Mencari biaya plywood Perbulan 1 bln= 50 x 9287,8 = 464.390 Mencari biaya plywood Pertahun 1 thn= 648 X 9287,8 ! 5.572.680 !
2
Jumlah Bahan Baku Upah
Upah Per/Lemari = 40.000 1 Tahun = 648 Lemari 1 Bulan = 25 hari kerja Prestasi kerja per hari = 2,16 Mencari upah perbulan = Upah x hari kerja x prestasi kerja per lemari =40.000 x 25x 2,16 =2.160.000 Mencari upah pertahun !Upah x Jumlah Lemari Per/Tahun =40.000 x 648 = 25.920.000,-
47
Lampiran 3. Hasil Penghitungan Varibel Cost (Lanjutan) NO 3
1 Listrik
2
Mencari Biaya Listrik PerLemari, #Biaya Listrik Pembuatan Lemari -Gerinda Tipe W3435 WIPRO 650 watt x 0,033(01.52) = 21,45 wh -Bor listrik Tipe M-2100 B MODERN 260 watt x 0,046(02,45) = 11,96 wh -Bor listrik Tipe J 12-10 B MODERN 300 watt x 0,011(40) = 3.3 wh -Gergaji listrik Tipe MT 431 MAKITA 450 watt x 0,032 (01,53) = 14.4 wh -Mesin Ketam Tipe W 2821 N 500 watt x 0,089(05,21) = 500,089 wh -Sirkular Saw Tipe W 9180 WIPRO membelah kayu 1300 watt x 0,108(06,30) =1300,108 wh -Sirkular Saw Tipe W 9180 WIPRO memotong kayu 1300 watt x 0,066(03,57) = 85,8 wh -Router Tipe N 256 MODERN 300 watt x 0,036(02,10) = 10,8 wh -kwh(Kilo Watt Hour) = 1000 kwh -jumlah wh mesin : kwh =1947,907:1000= 1,947907 #Biaya Listrik untuk peralatan lain -8 lampu PHILIPS 18 watt (12 jam) =144x12 = 1.728 wh -1 TV 14 in 40 watt (3 jam) =40x3 = 120 wh -1 kulkas 450 watt (24) =450x24 = 10.800 wh -1 kipas Angin MIYAKO 45 watt (5) =45x5 = 225 wh -kwh(kilo watt hour)= 1000 kwh -jumlah wh peralatan lain : kwh = 12.873 : 1000= 12,873 Pengeluaran untuk perbulan = 200.000 1,947907 # 200.000 12,873 !0,1513173 X 200.000 ! 30263,5 Biaya Listrik Untuk Per/tahun = 30263,5 x 648 = 19.610.424 !
3 (Rp) 30.263,5
4 (Rp)
5 (Rp)
1.634.202
19.610.424
4749
Lampiran 3. . Hasil Penghitungan Varibel Cost (Lanjutan). NO 4
1 Bahan Pembantu
2
3 (Rp)
#Mencari Biaya Bahan pembantu per/lemari - harga : jumlah lemari yang dihasilkan -Kaca cermin (Rp 105.000) 61x29 dibagi 6, menghasilkan 6 lemari =Rp 17.500 -1 kotak kunci (Rp 20.000 )isi 12 menghasilkan 6 lemari = Rp 3.400 -1 kotak pegangan pintu (Rp 18.000) isi 24 menghasilkan 12 lemari = Rp 1.500 -1 kotak engsel (Rp 3.500) isi 24 menghasilkan 12 lemari = Rp 300 -1 kotak baut scrup (Rp 2.500) dapat menghasilkan 3 lemari =Rp 850 -1 kantong Dammar (Rp 35.000) menghasilkan 25 lemari = Rp 1.400 -1 kantong Oker (Rp 50.000) menghasilkan 25 lemari = Rp 2.000 -15 listrik bensin eceran (perliter Rp 7000x15=105.000) sebagai campuran dammar menghasilkan 25 lemari = Rp 4.200 -1 kg cat avian warna merah (35.000) 50 lemari = Rp 700 -1 kaleng dempul (Rp 45.000) 1 kaleng menghasilkan 150 lemari = Rp 300 #Mencari biaya paku untuk 1 pintu 1 kg = 1000 grm - Harga Per kg paku ukuran ¾ = Rp 17.500 -Jumlah paku 274 buah -Harga Per kg paku ukuran 1 ½ = Rp 18.000 -Jumlah paku 26 -Harga Per kg paku ukuran 2 = Rp 14.000 - Jumlah paku 26 -Harga Per kg paku ukuran 2 ½ = Rp 15.000 -Jumlah paku 20 ! =
$%&'() *(+% , -.(& *(+% xhrg -.(& /01 , 2,3 4222
5 17.500
= Rp 2397,5 (Rp 2.400) /6 , 4
5 18.000 = 4222 = Rp 468 (Rp 470)
perkg
36.950
4 (Rp)
5 (Rp)
1.995.300
23.943.600
4750
Lapiran 3. Hasil Penghitungan Varibel Cost (Lanjutan). NO
2
1 /6 , /
=
4222
3 (Rp)
4 (Rp)
5 (Rp)
5 14.000
= Rp 728 (Rp 730) /2 , 1
5
Pemeliharaan Alat
5 15.000 = 4222 = Rp 1.200 (Rp 1.200) #Biaya Paku Untuk Lemari = 2.400 X 470 X 730 X 1.200 = Rp 4.800 #Perbulan = Jumlah Lemari Perbulan X Harga Bahan Perlemari = 50 X 36.950 = Rp 1.847.500 #Pertahun !Jumlah Lemari Per tahun X Harga Bahan Per lemari ! 648 X 36.950 !Rp 23.943.600 #Pemeliharaan Alat pertahun
= Ganti Ginamo Sirkular Saw
748,45679
40.416,66667
485.000
141.255,9168
7.590.308,667
91.083.704
Rp 200.000,= Ganti Alat Sirkular Saw Rp 240.000,= Ganti Mata Ketam Rp 45.000,∑= 200.000+240.000+45.000 = 485.000 #Pemeliharaan Alat perbulan = 485.000 : 12 bulan = 40.416,66667 #Pemeliharaan Alat perlemari = 485.000 : 648 (jumlah lemari pertahun) = 748,45679 Jumlah
51 40
Lampiran 4 Hasil Penghitung Rataan Rataan = є : n Rataan = 31.07 : 5 = 6,23 = 5,69 : 5 = 1,15 = 36,76 : 5 = 7,35 PK = UNIT : (JP X WKT) PK = 2 : (1 X 7,35 ) = 0,272 (Unit/Orang.Jam) Keterangan: WKM = Waktu Kerja Murni WKU = Waktu Kerja Umum WKT
= Waktu Kerja Total
JP
= Jumlah Pekerja
PK
= Prestasi Kerja = Jumlah
n
= Hasil Pengamatan
Hasil Perhitungan Prestasi Kerja (dengan dasar perhitungan 1 tahun = 12 bulan, 1 bulan = 25 hari kerja, 1 hari = 8 jam kerja). a. Prestasi Kerja = 0,27 unit lemari/orang jam b.
Prestasi kerja/hari = 0,27 x 8 x 1 orang = 2,16 unit lemari
c.
Prestasi kerja/bulan = 25 x 2,16 = 54 unit lemari
d.
Prestasi kerja/tahun = 12 x 54 = 648 unit lemari
36
Gambaran tentang analisis Break Even Point (Titik Pulang Pokok) sebagaimana penghitungan diatas dapat di gambarkan sesuai Gambar 1 berikut: Rupiah 123.120.000
TR
Daerah laba
92.893.704
TC
VC
91.083.704
BEP 6.956.085
4.000.000
1.810.000
Unit
FC
0
20
37
40
50
Gambar 1. Break Even Point Usaha Lemari H. Ruhyanto Keterangan: FC = Fixed Cost V C = Variabel Cost TC = Total Cost TR = Total Revenue BEP = Break Even Point
648
53
Lampiran 6
Gambar a. Bahan Baku Plywood
Gam bar b. Bahan Baku Kayu